Sekretariat Negara Republik Indonesia
Perkembangan Harga Beras, Terigu Dan Gula Di Indonesia Tahun 2008 Selasa, 31 Maret 2009
Sembilan bahan pokok (Sembako) merupakan salah satu masalah vital dalam suatu Negara. Dengan demikian stabilitasnya harus benar-benar dijaga, baik stabilitas harga maupun stabilitas ketersediaannya. Sembako merupakan salah satu indikator utama dalam mengukur kesejahteraan masyarakat. Harga sembako memberi gambaran daya beli masyarakat ekonomi atas, menengah, bahkan masyarakat ekonomi bawah. Dengan demikian pergerakan harga sembako perlu mendapat perhatian yang serius.
Â
Berikut ini akan digambarkan perkembangan harga 3 dari 9 bahan pokok tersebut, yaitu beras (termasuk gabah), tepung terigu, dan gula pasir (impor dan lokal).
Â
Beras dan Tepung Terigu
Â
Tahun 2008 hingga awal 2009, harga beras relatif stabil meski masih dikategorikan pada level harga yang tinggi (lihat Grafik 1). Kestabilan harga beras ini tak terlepas dari peran dan kebijakan Bulog. Pada akhir tahun 2007 Bulog mengeluarkan kebijakan Operasi Stabilitas Harga Beras (OSHB). OSHB ini dilaksanakan untuk menjaga stabilitas harga beras dan untuk menjaga akses masyarakat dalam menjangkau harga beras.
http://www.setneg.go.id
www.setneg.go.id
DiHasilkan: 9 February, 2017, 03:40
Sekretariat Negara Republik Indonesia
Peningkatan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) beras dan peningkatan HPP gabah kering giling (GKG) juga dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan petani. HPP memang hanya sebagai patokan bagi Bulog dalam membeli beras atau gabah petani ketika harga di lapangan anjlok. Pada April 2008, instansi terkait menaikkan harga untuk gabah kering panen ditingkat petani sebesar 10 persen dari Rp 2.000 menjadi Rp 2.200 per kilogram. Harga gabah kering giling di gudang Bulog naik dari Rp 2.600 menjadi Rp 2.840 per kilogram dan harga beras di gudang Bulog naik dari Rp 4.000 menjadi Rp 4.300 per kilogram atau sekitar 7,5 persen.
Â
Untuk tahun 2009, instansi terkait dan Panitia Anggaran (Panggar) DPR menyepakati harga pokok pembelian (HPP) beras pada 2009 ditetapkan sebesar Rp 4.600 per kg dan harga pembelian gabah kering panen (GKP) sebesar Rp 2.400 per kg, dengan tujuan untuk menjaga keseimbangan harga komoditas utama tersebut. Pergerakan harga GKP dan GKG dapat dilihat dari Grafik 2 berikut :
Pada bulan Maret dan April 2008 harga GKG dan GKP menurun karena dipengaruhi oleh faktor panen raya. Namun harga tersebut masih cukup tinggi. Sayangnya, harga yang cukup tinggi tersebut lebih banyak menguntungkan pihak pedagang grosir. Level harga yang tinggi pada musim panen kali ini karena pengaruh kenaikan bahan pangan dunia.
Â
Dalam menghadapi tingginya level harga beras, http://www.setneg.go.id
www.setneg.go.id
DiHasilkan: 9 February, 2017, 03:40
Sekretariat Negara Republik Indonesia
diperlukan kebijakan untuk meningkatkan daya beli masyarakat, yakni dengan menggenjot pembangunan infrastruktur publik di pedesaan dengan melibatkan sebanyak mungkin orang untuk bekerja. Cara ini dianggap lebih efektif mendongkrak pendapatan masyarakat dari pada memberikan subsidi. Selain itu Bulog juga perlu membuat zonasi perdagangan beras sehingga bisa menekan biaya transaksi dan transportasi.
Â
Sementara itu, harga tepung terigu pada awal tahun 2008 sempat mengalami kenaikan yang cukup signifikan (lihat Grafik 1). Kenaikan ini dikarenakan naiknya harga gandum di pasar dunia yang mencapai US$ 500 per ton. Selain itu stok gandum internasional sangat minim karena beberapa negara penghasil gandum seperti Australia, China dan Argentina gagal panen. Ditambah lagi dengan kebijakan proyek biofuel di Amerika Serikat, dimana harga jagung tiba-tiba melonjak karena permintaannya melonjak pula untuk dipakai sebagai bahan biofuel. Hal ini memicu petani gandum di USA mengalihkan tanamannya dari gandum ke jagung, sehingga produksi gandum semakin berkurang.
Â
Setelah kenaikan yang cukup signifikan di awal tahun 2008, harga tepung terigu relatif stabil. Kemudian sejak 1 Januari 2009 Pemerintah menghapus subsidi Pajak Pertambahan Nilai (PPN) atas gandum dan terigu sebesar 10 persen karena harga gandum dan tepung terigu di dalam negeri telah terjangkau dan stabil. Semula, kebijakan ini diperkirakan akan meningkatkan harga tepung terigu di pasar domestik. Ternyata tidak, bahkan harga tepung terigu cenderung turun. Kecenderungan ini sangat dipengaruhi oleh turunnya harga gandum di pasaran dunia dan adanya penurunan komponen-komponen biaya lain seperti TDL dan bahan bakar.
Â
Kurangnya sosialisasi harga tepung terigu oleh produsen membuat masih terjadinya fluktuasi harga di tingkat konsumen. Hal ini dikarenakan adanya spekulasi harga yang dilakukan oleh pedagang ritail. Dengan demikian sangat diperlukan sosialisasi dan pengawasan terhadap aktivitas perdagangan tepung terigu sehingga gejolak harga, terutama yang dirasakan oleh industri kecil berbahan baku tepung terigu dapat diminimalisir.
Â
http://www.setneg.go.id
www.setneg.go.id
DiHasilkan: 9 February, 2017, 03:40
Sekretariat Negara Republik Indonesia
Gula Pasir Lokal dan Impor
Â
Pada triwulan I tahun 2008 gula pasir lokal dan impor sangat stabil, namun pada bulan April terjadi kenaikan yang signifikan pada gula pasir impor dan penurunan yang signifikan pada gula pasir lokal (lihat Grafik 3). Hal ini dikarenakan adanya permasalahan beredarnya gula rafinasi yang membuat permintaan akan gula lokal menurun. Keadaan ini mendorong instansi terkait menarik gula rafinasi yang beredar di pasaran untuk menyelamatkan harga gula lokal. Gula rafinasi merupakan gula yang hanya diperuntukkan bagi industri makanan dan minuman dan dilarang dijual kepada pengecer.
Pada bulan April 2008 juga terjadi peredaran gula impor yang tak terkendali sehingga merugikan petani tebu di dalam negeri. Pada saat itu terjadi kelebihan pasokan gula impor dan pelanggaran terhadap SK Menteri Perdagangan dan Perindustrian Nomor 527 Tahun 2004 tentang Tata Niaga Gula. Berdasarkan SK tersebut gula impor boleh masuk satu bulan sebelum musim giling tiba (25 April 2008). Untuk melindungi gula lokal, instansi terkait menaikkan bea masuk (BM) dan membatasi jumlah gula impor untuk gula rafinasi.
Â
Sementara itu pada awal tahun 2009, kran impor gula ditutup. Dengan penutupan ini terjadi peningkatan harga pada gula lokal. Penutupan kran impor direncanakan dilaksanakan hingga bulan April dan kemudian akan dikaji ulang berdasarkan persedian gula yang ada. Selain itu, kenaikan harga gula lokal juga disebabkan oleh dua daerah produsen utama gula dalam negeri, yaitu Lampung dan Jawa Timur belum memasuki musim giling. Namun demikian, harga gula diperkirakan akan turun kembali pada saat musim giling tiba. http://www.setneg.go.id
www.setneg.go.id
DiHasilkan: 9 February, 2017, 03:40
Sekretariat Negara Republik Indonesia
Â
Dengan demikian peran aktif Bulog dalam menstabilkan harga gula di dalam negeri sangat diperlukan. Selain itu restrukturisasi kebun tebu dan pabrik gula juga perlu dilakukan sehingga tidak diperlukan lagi impor gula rafinasi. Peningkatan kualitas gula lokal juga sangat penting untuk terus diupayakan. Sebagaimana diketahui bahwa selama kran impor dibuka, gula lokal selalu kalah bersaing dengan gula impor karena kualitasnya.
Â
( Ibnu Purna / Hamidi / Prima )
http://www.setneg.go.id
www.setneg.go.id
DiHasilkan: 9 February, 2017, 03:40