Seminar Nasional Fakultas Teknik Geologi, Bandung 24 Mei 2014
PERKEMBANGAN GEOPARK RINJANI MENUJU GGN Oleh : Heryadi RACHMAT*) *) Badan Geologi-Kementerian Energi Dan Sumber Daya Mineral
ABSTRACT
As result of earth’s dynamic plate motion, for hundred millians of year, geological resources known as geodiversity in minerals, rocks, fossils, structure, and natural landscape. These can be develop further into tourism alternative known as geopark. The development of geopark is initialized by literature study, field research including geodiversity and geoheritage inventory, processing the acquired field data, evaluation, and revision. The research is later presented in documents (Dosier) following the format issued by Geopark Global Network (GGN)-UNESCO. As conclusion, Rinjani Geopark has the potency in geodiversity, biodiversity, and cultural diversity which has fulfilled all the required aspect needed to be promoted to GGN.
Keywords: Geodiversity, geoheritage, Geopark Rinjani, GGN-UNESCO
Geologi Untuk Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat
288
Seminar Nasional Fakultas Teknik Geologi, Bandung 24 Mei 2014
ABSTRAK Akibat dinamika pergerakan kulit bumi selama ratusan juta tahun, telah dihasilkan sumber daya geologi berupa geodiversity dalam bentuk mineral, batuan, fosil, struktur, dan bentang alam yang dapat dikembangkan menjadi wisata alternatif dikenal dengan iostilah ‘geopark’. Metoda yang digunakan untuk pengembangan geopark diawali dengan studi literatur, penelitian lapangan berupa inventarisasi geodiversity dan geoheritage, pengolahan data lapangan, evaluasi dan revisi. Hasil penelitian disajikan dalam bentuk dokumen (Dosier) sesuai format yang dibuat oleh Geopark Global Network (GGN)-UNESCO. Kesimpulan, Geopark Rinjani memiliki potensi geodiversity, biodiversity, dan cultural diversity yang potensial dan memenuhi syarat untuk diajukan ke GG> Kata kunci: Geodiversity, geoheritage, Geopark Rinjani, GGN-UNESCO
PENDAHULUAN Lokasi Kawasan Geopark Rinjani meliputi empat Kabupaten dan satu kota, yaitu Kabupaten Lombok Utara, Lombok Timur, Lombok Tengah, Lombok Barat, dan Kota Mataram. Batasan kawasan Geopark Rinjani dapat dilihat pada gambar 1. Latar belakang dikembangkannya geopark di Indonesia, didasari bahwa Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempeng besar yang saling bertumbukan, sehingga dalam kurun waktu ratusan juta tahun telah terbentuk berbagai keragaman geologi (geodiversity) dan warisan geologi (geoheritage) yang dapat dikembangkan menjadi bagian dari kegiatan pariwisata sesuai Kepres Nomor 16 Tahun 2005 tentang Kebijakan Pembangunan Kebudayaan dan Pariwisata. Atas dasar hal tersebut
di atas, maka beberapa pemerhati geowisata yang terdiri dari anggota Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) sepakat untuk pertama kali mengusulkan salah satu geoheritage Indonesia yaitu Kawasan Rinjani karena memiliki kriteria yang disyaratkan untuk diajukan ke Geopark Global Network (GGN) UNESCO. Maksud dan tujuan utama dilakukannya pengembangan geopark di Indonesia, karena memiliki prinsip dasar yang di nilai cukup baik, yaitu melakukan upaya konservasi, edukasi, dan peningkatan ekonomi masyarakat lokal yang berkelanjutan. Manfaat dari pengembangan suatu kawasan menjadi geopark terutama menyangkut tiga hal, yaitu konservasi, edukasi, dan peningkatan ekonomi masyarakat lokal. Menyangkut konservasi diantaranya, situs-situs
Geologi Untuk Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat
289
Seminar Nasional Fakultas Teknik Geologi, Bandung 24 Mei 2014
geologi (gua, kars, air terjun, mineral, batuan, dan bentang alam geologi) merupakan bagian dari geodiversity yang memiliki sifat tidak terbarukan (unrenewable), sehingga diperlukan upaya konservasi geologi (geoconservation). Kaitan dengan edukasi, yaitu dengan memberi makna pada setiap situs geologi berupa papan informasi (sign board), maka masyarakat maupun wisatawan akan menjadi paham tentang bagaimana terbentuk dan manfaat situs tersebut, sehingga dinilai penting untuk dilestarikan. Ekonomi masyarakat lokal akan meningkat melalui pengembangan geopark atau pengelolaan kawasan dengan memadukan dan memanfaatkan potensi potensi sumber daya alam dan budaya berupa geodiversity/ geoheritage, keragaman biologi (biodiversity), dan keragaman budaya (cultural diversity), maka akan muncul ekonomi kreatif berupa pembuatan cindera mata, transfortasi, akomodasi, kesenian dan atraksi, dll. Unsur penting lainnya yang harus ada adalah kelembagaan yang dibentuk melaui proses demokratis, transfarant dan representative, utamanya adalah dengan melakukan pemberdayaan masyarakat setempat. Geopark Rinjani-Lombok Nama Geopark untuk Kawasan Rinjani Pertama kali diusulkan ke GGNUNESCO, adalah Geopark Gunung
Rinjani atas usulan para pemerhati geowisata Indonesia pada pertemuan tahun 2007 di Badan Geologi Bandung. Selanjutnya dilakukan survei mengenai geodiversity dan geoheritage ke Gunung Rinjani dan sekitarnya, kemudian bulan Oktober 2008 diadakan Seminar Geopark Nasional pertama di Indonesia yang diselenggarakan oleh IAGI Pengda Nusa Tenggara, bertempat di Mataram Lombok dan dihasilkan suatu kesimpulan dan rekomendasi. Tahap berikutnya pada Agustus 2010 diadakan Seminar geopark Nasional kedua yang diselenggarakan oleh Puslit Geoteknologi LIPI bertempat di Hotel Jayakarta Bandung, juga dihasilkan sebuah rekomendasi. Selanjutnya pada pertemuan di Kementrerian Parekraf yang dihadiri oleh Pemda NTB, Badan Geologi, dan Kementerian Parekraf disepakati bahwa Geopark Rinjani wilayahnya diperluas dan diganti namanya menjadi Geopark Lombok, tetapi setelah kunjungan tiga orang Tim Asesor dari GGN-UNESCO pada 17–19 November 2012 yang dipimpin oleh Guy Martini, merekomendasikan bahwa kawasan geopark di Pulau Lombok luasnya agar diperkecil dengan pusat, kawasan Gunung Rinjani dan di bagian selatan batasnya jalan raya yang menghubungkan Kota Ampenan (barat) sampai Selong di Lombok Timur. Untuk nama geoparknya diusulkan kembali menjadi “Geopark Rinjani-Lombok”.
Geologi Untuk Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat
290
Seminar Nasional Fakultas Teknik Geologi, Bandung 24 Mei 2014
Perkembangan berikutnya kemudian dilakukan penyusunan dokumen atau Dossier Aspiring Geopark RinjaniLombok yang dilaksanakan di Bandung dan di Lombok pada bulan Juni dan Juli 2013 yang pesertanya berasal dari Nusa Tenggara Barat dengan berbagai keahlian sebanyak sepuluh orang dan difasilitasi oleh Badan Geologi. Tahap selanjutnya dosier tersebut diperifikasi melalui Workshop yang diselenggarakan di Lombok pada Julli 2013. TINJAUAN PUSTAKA Geologi Regional Bentang alam Pulau Lombok dicirikan oleh morfologi gunung api KuarterResen yang menempati bagian utara pulau ini, morfologi dataran terdapat di bagian tengah, memanjang dengan arah barat-timur dan merupakan cekungan sedimentasi, dan morfologi perbukitan bergelombang yang terbentuk oleh Formasi batuan Tersier. Secara umum geologi Pulau Lombok dapat dibagi atas tiga bagian yaitu bagian utara, tengah dan bagian selatan. Bagian utara dan tengah ditempati oleh batuan gungapi hasil kegiatan Gunung api Rinjani yang berumur Plio-Plistosen sampai resen. Bagian utara terdiri komplek gunung api dengan kerucut Gunung Rinjani sebagai puncaknya menjulang setinggi 3736 m diatas permukaan air laut (dpl) dan
merupakan gungapi aktif. Pada lereng timurnya terbentuk sebuah kaldera yang berisi air dan dikenal dengan Danau segara Anak, dimana di bagian tengahnya tumbuh kerucut gunung api muda yaitu Gunung Rombongan dan Gunung Barujari. Bagian tengah merupakan dataran rendah sebagai cekungan sedimen terisi oleh endapan piroklastik hasil kegiatan kompleks gunung api Kuarter dan G. Rinjani serta preses ikutan setelah terbentuknya endapan tersebut. Bagian Selatan dibangun oleh satuan gunung api Tersier (Formasi Andesit Tua) dan seri gungapi bawah laut, dimana pada bagian atasnya ditutupi oleh batugamping terumbu dengan sisipan batugamping kalkarenit dan napal yang umumnya berumur Oligosen sampai awal Miosen awal (Sudiyono,1997). Satuan batuan ini disebut sebagai Formasi Pengulung (Andi Mangga, 1997) yang sebelumnya dikenal dengan nama ‘Old Andesite Formation” (Van Bemmelen, 1949). Formasi Pengulung menjemari dengan batuan sedimen laut dalam Formasi Kawangan berupa batupasir kuarsa dan batulempung bersisipan batugamping kristalin. Kedua formasi tersebut diatas tertindih tak selaras oleh batuan gunung api berupa lava dan breksi yang mengandung peperit, serta retas dan ‘ feeder dyke” berkomposisi andesit basalan. Batuan gunung api dan terobosan ini diduga
Geologi Untuk Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat
291
Seminar Nasional Fakultas Teknik Geologi, Bandung 24 Mei 2014
berumur akhir Miosen Tengah atau awal miosen Akhir (Gambar 2). Neumann van Padang (1951) menyebut gunung api ini sebagai Pegunungan Rinjani majemuk, yang sebagian besar merupakan bentukan gunung api muda. Kerucut Rinjani yang paling terjal dan paling tinggi di kompleks tersebut mempunyai kawah dengan beberapa hembusan fumarola. Kawahnya berukuran 650 x 860 m, pada ketinggian antara 3.414 m-3.726; sedang dasar kawah yang berada di ketinggian 3.275 m mempunyai ukuran 200 x 300 m. Secara umum, puncak Rinjani yang berada di ketinggian 3.726 m dml merupakan titik tertinggi dari pinggir kawah atau Kaldera Segara Anak. Gunung Barujari merupakan kerucut muda yang tumbuh di sebelah timur kaldera. Kerucut ini juga mempunyai kawah berukuran 170 x 120 m, pada ketinggian 2.296 m-2.376 m dml. Di sebelah baratlaut G. Barujari tumbuh kerucut lainnya, yaitu G. Rombongan atau G. Mas. Kaldera Segara Anak yang berukuran (7 km x 6 km) mempunyai bangun melonjong ke arah barat-timur. Lekuk topografi asal-peletusan ini berada di ketinggian 2.008 m dml. Dasar lekuk kaldera diisi oleh air hujan, membentuk danau berbangun bulan sabit seluas 11.000.000 m2 (Karoma, 1951). Jika pada tahun 1925 danau mempunyai kedalaman sekitar 250 m, maka pada tahun-tahun sesudahnya menjadi 160
m-230 m. Pada tahun 1951 terjadi pendangkalan, menjadi sekitar 200 m. Luas danaupun menyusut menjadi 11.000 hektare. Keadaan itu disebabkan oleh pengikisan di bagian puncak dan masuknya material letusan tahun 1944. Pelepasan air danau ke arah pantai di sebelah utara timurlaut melalui Kokok Putih. Di pantai tersebut dijumpai mata air panas. Sejarah peletusan yang membentuk morfologi Gunung Rinjani sekarang dimulai sekitar 1 juta tahun lalu, di mana sebuah gunung api besar berketinggian sekitar 5.000 m tumbuh di bagian utara Pulau Lombok. Gunung api itu dinamakan Rinjani Tua. Selanjutnya terjadi erupsi awal, yang diikuti dengan paroksisma yang terjadi sekitar 13 abad yang lalu. Letusan besar itu menghasilkan kaldera atau kawah berukuran besar, yang dinamakan Segara Anak. Jenjang kegunung apian selanjutnya berupa pembentukan kerucut Rinjani yang menempati pinggiran kaldera bagian timur. Fenomena itu diduga terjadi sekitar 1.000 tahun lalu. Selanjutnya Segara Anak terisi air, membentuk danau. Pada saat yang hampir bersamaan tumbuh kerucut baru, yaitu G. Barujari, G. Rombongan, dan G. Anak Barujari di dalam kaldera (Gambar…). Secara stratigrafi, Gunung Rinjani dialasi oleh batuan sedimen klastik Neogen (termasuk batugamping), dan
Geologi Untuk Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat
292
Seminar Nasional Fakultas Teknik Geologi, Bandung 24 Mei 2014
setempat oleh batuan gunung api OligoMiosen. Gunung api Kuarter itu sendiri sebagian besar menghasilkan piroklastik, yang dibeberapa tempat berselingan dengan lava. Litologi itu merekam sebagian peletusan yang diketahui dalam sejarah. Sejak tahun 1847 telah terjadi 7 kali peletusan, dengan jangka istirahat terpendek 1 tahun dan terpanjang 37 tahun. Lava 1944 yang dianalisis oleh Suyatna (1969) bersusunan basalandesit dan basal. Sedang lava 1966 bersusunan basal (Hardjadinata, 1969). Beberapa hasil analisis kimia yang dikompilasi oleh Koesoemadinata (1979) tertabulasi sebagai berikut. Beberapa jenis lava yang dierupsikan dari kerucut muda di kompleks Rinjani antara tahun 1944-2004 dikompilasi oleh H. Rachmat (1994 dan 2010) sebagai berikut. Seperti pada gunung api lainnya, Koesoemadinata (1979) menyebutkan bahwa aktivitas kegunung apian Rinjani pasca pembentukan kaldera adalah pembangunan kembali. Kegiatannya berupa efusiva yang menghasilkan lava dan eksplosiva yang membentuk endapan bahan-lepas (piroklastik). Lava umumnya berwarna hitam, dan ketika meleler tampak seperti berbusa. Peletusan pasca pembentukan kaldera relatif lemah, dan lava yang dikeluarkan oleh kerucut G. Barujari dan G.
Rombongan relatif lebih basa dibanding lava gunung api lainnya di Indonesia. Kemungkinan terjadinya awan panas ketika letusan memuncak sangat kecil. Bahan letusan umumnya diendapkan di bagian dalam kaldera saja. Aliran lava, lahar letusan, lahar hujan, dan awan panas guguran berpeluang mengarah ke Kokok Putih hingga Batusantek. Awan panas guguran dapat terjadi di sepanjang leleran lava baru yang masih bergerak, meskipun kemungkinannya kecil. METODE PENELITIAN Metode penelitian yang dibahas dalam laporan ini, dibatasi hanya untuk kajian geodiversity. Kajian lainnya berupa biodiversity dan cultural diversity pada makalah ini tidak dibahas. Secara garis besar metode penelitian yang dilakukan dapat dibagi dalam beberapa tahap, yaitu: studi pustaka, penelitian lapangan, pengolahan/verifikasi data, serta penyusunan laporan dan karya tulis. Studi pustaka dilakukan sebelum penelitian lapangan untuk mengetahui kondisi geologi daerah yang akan diteliti, untuk membantu agar penelitian bisa lebih sistematis dan terarah. Dalam penelitian lapangan ditekankan pada situs-situs geologi yang
Geologi Untuk Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat
293
Seminar Nasional Fakultas Teknik Geologi, Bandung 24 Mei 2014
memiliki keistimewaan berupa mineral, batuan, struktur, fosil, maupun bentang alam, baik yang diperoleh berdasarkan hasil studi pustaka maupun hasil penemuan baru saat dilakukan penelitian. Hasil penelitian lapangan dibuat dalam tabel dengan format yang mencakup unsur-unsur lokasi (koordinat), jenis situs geologi, keterangan masing-masing situs, rekaman setiap situs geologi berupa foto atau video. Pengolahan data geodiversity hasil penelitian lapangan dan laboratorium dilakukan di studio, Tahap selanjutnya hasil kajian geodiversity, biodiversity, dan cultural diversity diolah dengan mengikuti pedoman penyusunan dokumen (dossier) geopark yang diterbitkan oleh GGN UNESCO untuk diajukan secara bertahap mulai dari tingkat nasional sampai internasional. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian yang dilakukan oleh Tim Geopark Badan Geologi dan Pemerintah Daerah Nusa Tenggara Barat, berupa dokumen (dosier) Geopark Rinjani Lombok sesuai dengan pedoman Geopark Global Network (GGN) UNESCO. Disamping itu telah dibuat pula tiga lampiran sebagai referensi yang terdiri atas Buku I (Referensi Geodiversity Geopark Rinjani Lombok), Buku II (Referensi Biodiversity Geopark Rinjani Lombok), dan Buku III
(Referensi Cultural Diversity Geopark Rinjani lombok. Disamping telah berhasil menyusun dokumen (dosier) berikut lampiran referensinya, juga telah berhasil dibentuk kelembagaan secara demokratis yang akan mengelola Geopark Rinjani Lombok. Pengurus dari kelembagaan, terdiri dari berbagai unsur masyarakat dan pemangku kepentingan yang diikuti oleh empat kabupaten dan satu kota (Lombok Tengah, Lombok Barat, Lombok Timur, Lombok Utara , dan Kota Mataram). Khusus untuk situs- situs yang terdapat di kawasan Geopark Rinjani Lombok yang telah teridentifikasi adalah untuk situs geologi berjumlah 48 dan situs non geologi berjumlah 24 yang tersebar di bagian barat, utara, tengah, timur, dan selatan. Situs geologi yang dijumpai berupa pantai gunung api, pulau, air terjun, kaldera, kerucut gunung api, danau kaldera, aliran lava, gua, mata air panas, ignimbrit, dan lahan bekas tambang. Untuk situs non geologi antara lain terdiri dari situs keragaman flora dan fauna, serta situs budaya. Untuk melindungi situs-situs tersebut, khususnya untuk keragaman geologi perlu dilakukan upaya geokonservasi, dengan memberikan pemahaman pentingnya situs-situs tersebut di konservasi, melalui pembuatan papan-papan informasi (sign board).
Geologi Untuk Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat
294
Seminar Nasional Fakultas Teknik Geologi, Bandung 24 Mei 2014
Disamping dipasang papan-papan informasi, sebelumnya harus dilakukan deliniasi pada situs-situs yang dinilai mempunyai nilai tinggi dilihat dari sejarah pembentukan bumi. Mengingat Geopark Rinjani Lombok ini terletak di empat kabupaten dan satu kota, maka hal penting yang harus segera dilakukan adalah melakukan koordinasi antar provinsi, kabupaten, dan kota untuk bersama-sama mebuat komitmen untuk membangun Geopark Rinjani Lombok secara bersama-sama dan berkelanjutan. KESIMPULAN Berdasarkan uraian di atas, Geopark Rinjani Lombok memiliki potensi berupa geodiversity, biodiversity, dan cultural diversity yang memenuhi persyaratan sesuai pedoman penyusunan dokumen (dosier) oleh GGN UNESCO. Disamping itu Gunung Rinjani telah memiliki kelembagaan yang telah memperoleh penghargaan dunia berupa World Legacy Award dan Tourism for Tomorrow. Sehingga dengan adanya upaya dan kerjasama dari Pemerintah Daerah Nusa Tenggara Barat, maka Geopark Rijani telah ditetapkan sebagai Geopark Nasional dan sekarang sedang diupayakan untuk diusulkan agar bisa masuk menjadi anggota dari GGN UNESCO.
Frank Lavigne., et al., Source of the great A.D. 1257 mystery eruption unvieled, Samalas volcano, Rinjani Volcanic Complex, Indonesia. Kusumadinata, K., R. Hadian, S. Hamidi & L.D. Reksowirogo, 1979, Data dasar gunungapi Indonesia, Dir. Vulkanologi, Dirjen Pertambangan Umum, Dep. Pertambangan & Energi, Bandung. Mangga,
S.A., Atmawinata, S., Hermanto, B., and Amin, T.C., 1994, Geological Map of Lombok Sheet, West Nusa tenggara: Geological Research Center (in Indonesian with English Summary).
Nasution, A., Akira Takada.,Rosgandika Mulyana., 2004, The volcanic activity of Rinjani, Lombok Island, Indonesia During the last ten thousend years, viewd from 14C age datings Rachmat,
DAFTAR PUSTAKA
H., 1992, Pengamatan Komplek Gunungapi Rinjani, Kabupaten Lombok Timur. Penerbit:
Geologi Untuk Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat
295
Seminar Nasional Fakultas Teknik Geologi, Bandung 24 Mei 2014
geopark pertama di Indonesia, tulisan lepas, tidak diterbitkan.
Kanwil DPE Propinsi Nusa Tenggara Barat. ...................., 1994, Informasi Hasil Letusan Gunungapi Barujari 4-12 Juni 1994, Penerbit Kanwil DPE Propinsi Nusa Tenggara Barat. ...................., 2000, Pengawasan Daerah Rawan Bahaya Gunungapi Rinjani di Kabupaten Lombok Timur Propinsi Nusa Tenggara Barat, Penerbit Kanwil DPE Propinsi NusaTenggara Barat. .....................,
Rachmat,
---------------,
H.
2001, Strategi Pengembangan Geowisata Gunung Rinjani dan Sekitarnya, Tesis Program Magister Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Mataram, tidak diterbitkan. & Mujitahid, 2003, Gunungapi Nusa Tenggara Barat, Publikasi Khusus IAGI, No. 01, Oktober 2003, ISSN: 1410–7120.
--------------- & B. Brahmantyo, 2008, Gunung Rinjani sebagai peraih World Legacy Award dan Tourism for Tomorrow Awards modal untuk menjadi geopark Indonesia, tulisan lepas, tidak diterbitkan. Rimbaman, 2001, Geowisata Pulau Lombok NTB, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung, tidak diterbitkan. van Padang, Neumann, 1951, Catalogue of the active volcanoes of the world including solfatara fields, v. 1, Indonesia, 17-18. Zollinger, H., 1849, Reis over de eilanden Bali en Lombok, Bataav. Genoot.Kusten & Wetensch., Ver., v.22, 9
B. Brahmantyo & I. Sutawidjaja, 2007, Gunung Rinjani menjadi
Geologi Untuk Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat
296
Seminar Nasional Fakultas Teknik Geologi, Bandung 24 Mei 2014
Gambar 1. Peta Deliniasi Geopark Rinjani-Lombok dan Penyebaran situs Geologi dan Non Geologi.
Gambar2. Geopark Rinjani-Lombok
Geologi Untuk Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat
297