PERKEBUNAN CENGKEH (Studi Sejarah Sosial Ekonomi Di Kecamatan Walea Besar)
JURNAL
OLEH SUKMAT HIHIS 231 411 001
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO FAKULTAS ILMU SOSIAL JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH PROGRAM S1 PENDIDIKAN SEJARAH 2015
LEMBAR PENGESAHAN JURNAL
PERKEBUNAN CENGKEH (Studi Sejarah Sosial Ekonomi Di Kecamatan Walea Besar)
Oleh Sukmat Hihis 231411001
PERKEBUNAN CENGKEH Studi Sejarah Sosial Ekonomi Di Kecamatan Walea Besar Sukmat Hihis1 Joni Apriyanto2 Resmiyati Yunus3 Jurusan Pendidikan Sejarah
ABSTRAK Sukmat hihis, 2015. Perkebunan Cengkeh (Studi Sejarah Sosial Ekonomi di Kecamatan Walea Besar) Skripsi Program Studi Pendidikan Sejarah. Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Gorontalo. Penelitian ini bertujuan : pertama untuk mengetahui bagaimana awal mula masuknya tanaman cengkeh di kecamatan walea besar, kedua. untuk mengetahui bagaimana dampak Perkebunan Cengkeh terhadap kehidupan sosial ekonomi, dan pendidikan masyarakat di Kecamatan Walea Besar Metode yang digunakan adalah metode historis yang mengambarkan peristiwa masa lampau secara sistematis, faktual dan akurat berdasarkan data historis. Metodologi sejarah dan pendekatan yang digunakan adalah pendekatan ilmu sosial dan ekonomi sesuai dengan permasalahan dalam penelitian. Tulisan ini telah berhasil menyimpulkan hal-hal sebagai berikut : Petani sangat berperan sebagai aset bangsa yang menghidupi hajat hidup orang banyak, terutama dengan produksi hasil pertanian baik beras, kelapa, kopi, cengkeh, dan hasil pertanian lainnya. sehinga Perkebunan di Indonesia telah membawa dampak untuk kehidupan sosial ekonomi masyarakat di kecamatan walea besar karena telah banyak membawah perubahan dalam kehidupan masyarakat pedesaan baik dalam memenuhi kebutuhan, atau untuk memenuhi permintaan global. Sehinga di Indonesia pertanian dan perkebunan dua bidang yang mewarnai kehidupan pedesaan, tidak dapat di abaikan begitu saja dalam
1
perkembangan sejarah dari masa penjajahan Belanda sampai saat ini pertanian
dan perkebuan masih memegang peranan penting bagi kehiduapan masyrakat pedesaan terpencil. Sejalan dengan perubahan tatanan politik di Indonesia yang mengarah pada era demokratisasi serta perubahan tatanan dunia yang mengarah pada gobalisasi, maka pembangunan sektor perkebunan tetap dianggap terpenting dari keseluruhan pembangunan ekonomi, apalagi semenjak sektor pertanian ini menjadi penyelamat perekonomian nasional, karena justru pertumbuhannya meningkat.
Pertanian cengkeh merupakan warisan yang diturunkan dari para petani terdahulu. Kehidupan pertanian yang telah lama dilakukan oleh para leluhur, tetap dipelihara sampai sekarang. Sehingga seiring dengan berjalannya waktu, perubahanperubahan juga mewarnai sosial ekonomi dan sosial budaya masyarakat di kecamatan walea besar. Dengan demikian sektor pertanian cengkeh di Indonesia merupakan salah satu ujung tombak dalam penanggulangan kemiskinan.
Kata Kunci : Perkebunan Cengkeh, Perkembangan
1
Sukmat Hihis. Mahasiswa Jurusan Pendidikan Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Gorontalo. 2 Drs. Joni Apriyanto, M.Hum. Dosen Pendidikan Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Gorontalo. 3 Dra. Hj Resmiyati Yunus, M.Pd . Dosen Pendidikan Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Gorontalo.
PENDAHULUAN Sejarah ekonomi secara garis besar mempunyai pengertian sebagai kegiatan dan keadaan perekonomian suatu masyarakat pada zaman dahulu. Sedangkan sejarah sosial lebih mengarah kepermasalahan dan interaksi dari pelaku yakni orang yang melakukan ataupun penggerak dari setiap kegiatan. Sehingga sejarah sosial ekonomi sangat berkaitan untuk dapat dikaji secara bersamaan, sebab tindakan ekonomi muncul akibat adanya interaksi dari pelaku ekonomi, misalnya pada kegiatan dalam kehidupan masyarakat petani bahwa manusia sebagai pengerak ekonomi. Pada masyarakat pedesaan petani berkebun adalah suatu kegiatan perekonomian untuk dapat memenuhi suatu kebutuhan hidup dalam keluarga. Tidak hanya dalam memenuhi kebutuhan keluarga namun dapat meningkatkan suatu kesejahtraan masyarakat, perkebunan merupakan bagian dari pembangunan kesejahtraan bangsa. Di Nusantara dalam sejarah yang panjang bahwa tanaman cengkeh merupakan tanaman asli Indonesia. Dimana para bangsa asing pada saat itu yang memanfaatkan lahan-lahan perkebunan masyarakat pribumi dengan menanam tanaman rempah-rempah seperti cengkeh. Dapat dipahami bahwa dalam sejarah perkebunan Indonesia, dimana Indonesia memiliki perkebunan yang dapat menunjang perekonomian negara, banyak pengusaha yang ingin merebut ataupun mengambil hasil dari perkebunan tersebut. Salah satunya adalah pada komoditas perkebunan Cengkeh yang memegang peranan penting dalam pembangunan perekonomian masyarakat. Pada masyarakat Kecamatan Walea Besar Perkebunan memiliki peranan penting dalam pembangunan ekonomi masyarakat pedesaan karena kontribusinya yang nyata dalam penyediaan kebutuhan bahan baku terutama bagi industri rokok kretek, peningkatan pendapatan petani, peningkatan devisa negara, penyediaan kesempatan kerja ditingkat masyarakat petani, Industri farmasi dan perdaganggan serta sektor informal. Usaha tanaman cengkeh mayoritas dikelola oleh perkebunan rakyat seperti halnya yang terdapat pada masyarakat Walea Besar yang sebagian masyarakatnya adalah berkebun. Pada dasarnya bahwa sebagian kalangan masyarakat pedesaan lebih mengenal perkebunan dari pada kata berladang karena
kebiasaan masyarakat dalam menyebutnya, sehingga pada orang-orang terdahulu jauh dari Abad sebelumnya banyak sebagian tanaman cengkeh itu hidup bercampuran dengan tanaman lainya seperti, ubi , pisang ,rica, kelapa, dan lai-lain sebagainya. Sehingga pada suatu kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang ada di Kecamatan Walea Besar berladang atau berkebun yang dalam pemahaman masyarakat dibedakan menjadi dua hal, dimana berbeda pemaknaannya antara berladang dan berkebun akan tetapi dalam pengertian masyarakat sama yaitu masyarakat menanam. Bertolak dari sebuah pemikiran tersebut maka penyusunan skripsi ini bermaksud meneliti awal mula masuknya tanaman cengkeh di kecamatan walea besar serta sejauh mana dampak perkebunan cengkeh terhadap kehidupan sosial ekonomi dan pendidkan masyarakat di Kecamatan Walea Besar dengan formulasi judul : Perkebunan Cengkeh ( Studi Sejarah Sosial Ekonomi Di Kecamatan Walea Besar).
METODE PENELITIAN Metode penelitian ini tentunya mengunakan metode penelitian sejarah. Pengertian metode penelitian sejarah disini adalah suatu proses menguji dan menganalisa secara kritis rekaman dan peningalan masa lampau. 2 Menurut Garragham metode penelitian sejarah adalah suatu kumpulan yang sisitematis dari prinsip-prinsip dan aturan yang dimaksud untuk membantu secara efektif dalam pengumpulan bahan-bahan sumber dari sejarah”, dalam menelaah/menilai sumber-sumber itu secara kritis dan menyajikan suatu hasil sinthese (yang biasanya dalam bentuk tulisan) dari hasil hasil yang di capai sebagai sebuah karya tulis.3 Oleh karna itu peneliti mengunakan kajian historis. Melihat kelemahan baik dari sruktur maupun penulisan dalam sebuah hasil penelitian maka penulis mengaju pada penulisan sejarah. Metode penelitian sejarah merupakan metode suatu prosedur, atau teknik untuk mendapatkan suatu tujuan yang secara efektif 2
Luis Gottschalk. Mengerti Sejarah. (Penerjemah Nugroho Notosusanto). jakarta: UI Press. 1985. Hal. 32 3 Wiyono. Metode Penelitian Sejarah. Makalah Tidak Diterbitkan. Semarang FPIPS Semarang. 1990. Hal.6
dan efisien. Metode harus di bedakan dengan metodologi. Bila metodologi ‘’ science of methods’’ lebih banyak berkaitan dengan kerangka referensi, meka metode bersifat lebih praktis. Ialah memberikan petunjuk mengenai cara, prosedur, atau teknik pelaksanaanya secara sistematis. Metode sejarah dapat di artikan sebagai metode penelitian dan penulisan sejarah dengan mengunakan cara prosedur atau teknik yang sistematis sesuai dengan asas-asas dan aturan ilmiah sejarah.4 Pada metode penelitian sejarah yang di arahkan pada bagian penjajakan, pencarian,
serta
pengumpulan
sumber-sumber
yang
berkaitan
dengan
permasalahan penelitian. Sumber sejarah merupakan bagian untuk mengetahui suatu kegiatan msayarakat yang dapat memberi informasi kepada seoarang peneliti untuk menjadi suatu penelitian bagi genderasi muda selanjutnya. Seperti yang di kemukakan oleh Lucey Kajian tentang sumber-sumber adalah suatu ilmu tersendiri dan di sebut heuristik.5 Sehingga penelitian ini dilakuakan dengan cara meninjau masalah-masalah dari perfektif sejarah berdasarkan dokumen, literatur yang ada. Empat langkah kegiatan dalam metode penelitian sejarah a. Heuristik Heuristik adalah sebuah kegiatan mencari atau mengumpulkan sumbersumber sejarah untuk mendapatkan data-data atau materi sejarah, atau evidensi sejarah. Agar lebih terarah dalam penyusunan skripsi, penulis membagi dua sumber yang di gunakan yaitu sumber primer dan sumber sekunder. Sumber primer adalah sumber asli dalam arti kesaksianya tidak berasal dari sumber lain melainkan berasal dari sumber pertama. Sedangkan sumber primer adalah sumber yang di peroleh melalui kesaksian dari pada seseorang saksi dengan mata kepalanya sendiri atau saksi dengan mata panca indra yang lain, atau dengan alat mekanis seperti diktafon’’; yakni orang atau alat yang hadir pada peristiwa yang di ceritakannya atau lebih dikenal dengan saksi pandangan pertama.6
4
A. Daliman . Metodologi Penelitian Sejarah. Yokyakarta: Ombak. 2012. Hal. 27 Helius Sjamsuddin. Op. Cit. Hal. 73 6 Luis Gottschalk. Op. Cit. Hal 35 5
Sumber sekunder adalah kesaksian dari siapapun yang bukan merupakan saksi pandangan pertama yakni sesorang yang tidak hadir dalam peristiwa kisah tersebut.7 Maksud dari sumber sekunder adalah sumber yang berasal dari seseorang yang bukan saksi hidup atau tidak sezaman dengan peristiwa tersebut. Sehingga penulis mendapatkan sumber sekunder tersebut
melalui teknik
wawancara langsung kepada saksi sejarah yang masih hidup pada masyrakat kecamatan walea besar, sehinga menjadi sumber informasi yang ke dua dari sumber primer. Teknik yang di pakai penulis dalam pengumpulan sumber adalah sebagai berikut : 1. Penelitian Lapangan Penelitian lapangan suatu cara untuk mengumpulkan informasi dalam penyusunan skripsi dengan judul Perkebunan Cengkeh ( Studi Sejarah Sosial Ekonomi di Kecamatan Walea Besar ). Perlunya pengumpulan sumber-sumber yang bersangkutan dengan penyusunan skripsi tersebut adalah cara dalam menemukan kembali bukti atau informasi yang masi ada pada lingkungan masyarakat, baik informasi menyangkut peristiwa sezamannya, atau sumber lisan yang pada masa itu masi menyaksikan peristiwa dalam proses awal masuknya cengkeh di Kecamatan Walea Besar. Sumber lisan adalah sumber yang yang di peroleh dari saksi mata pada masa lampau baik untuk membuka ruang bagi golongan masyarakat kelas bawah atau masyarakat kelas atas yang pada dasarnya masi mengalami peristiwa-peristiwa sejarah dalam aktifitas masyarakat pada saat itu. 2. Penelitian Pustaka Penelususran dalam Penelitian pustaka yang di maksud adalah mencari sumber-sumber buku, yang ada baik, buku, majalah,koran, dan internet untuk mengumpulkan informasi yang kongkrit serta teratur dalam penulisan sejarah lokal di Kecamatan Walea Besar. Penulisan sejarah tidak dapat tersusun dengan baik jika tidak di lengkapi dengan sumber-sumber 7
Ibid. Hal. 35
sejarah baik mengkaji soail ekonomi, politik, serta budaya yang saling berhubungan antar satu dengan yang lainnya karna saling keterhubungan di dalam kehidupan masyarakat.
PEMBAHASAN Kecamtan Walea Besar adalah sebuah kecamatan yang secarah geografis berjauhan dengan ibu kota kabupaten dan di kelilingi lautan, sehingga secara garis besar mata pencarian masyarakat adalah melaut dan berkebun. Kecamatan Walea Besar memiliki tanah perkebunan yang subur, sebab pada daerah ini memiliki struktur tanah yang banyak dataran tinggi ataupun dapat dikatakan banyak terdapat pegunungan serta bertanah merah. Tanaman cengkeh di Kecamatan Walea Besar pada umumnya di tanam pada daerah pengunungan yang dalam hal ini ketika pada musim panen terkadang memiliki kesulitan tersendiri karna kedaan suatu wilayah perkebunan yang tidak memungkinkan. Namun pada masyarakat pekebun di Kecamatan Walea Besar sudah menjadi kebiasaan dalam keseharian untuk beraktifitas. Sehingganya untuk melalui akses jalan yang berbukitan adalah suatu semangat tersendiri untuk menjadi pelajaran hidup dalam meningkatkan kehidupan sosial ekonomi masyarakat lebih baik lagi. Kehidupan Sosial ekonomi masyarakat di Kecamatan Walea Besar yang dalam hasil panen cengkeh sudah lebih meningkat lagi baik dalam menopang ekonomi keluarga, dan pendidikan. Sehingga dampak perkebunan pada masyarakat kecamatan walea besar sangat mempengaruhi dalam kehidupan sosial ekonomi keluarga.
Proses Masuknya Tanaman Cengkeh di Kecamatan Walea Besar Secara historis Tanaman cengkeh awalnya masuk di Kecamatan Walea Besar mulai sejak tahun 1971 pada saat itu tanaman cengkeh merupakan tanaman yang diprogramkan pemeintah. Pada masyarat Kecamatan Walea Besar Tanaman cengkeh sebenarnya telah berkembang di berbagai desa-desa dan telah menjadi pilihan untuk dikembangkan di setiap desa. Hal ini disebabkan harga komoditi ini sangat menjanjikan. Banyak para petani yang telah membudidayakan tanaman
tersebut. Kecamatan Walea Besar cocok untuk pengembangan tanaman hortikultura, seperti cengkeh. Said Salim Badarap (wawancara 22 Mei 2015) yang mengungkapkan bahwa pada tahun 1962, ia telah sampai di Kecamatan Walea Besar dimana pada saat itu belum ada masyarakat yang menanam cengkeh. Said Salim Badarap seorang pedagang yang datang di Kecamatan Walea Besar untuk berdagang dan menetap disana sejak 1962 sampai pada tahun 1971. Ketika ia tiba di sana, desa yang pertama kali menjadi tujuannya untuk berdagang adalah desa pasokan karena di desa tersebut sudah memiliki bangunan untuk tempat berjualan dari pada desa lainya. Keadaan masyarakat yang masih sangat kental dengan budaya leluhur nenekmoyang dalam menghormati bagi para pendatang menjadikan ia diterima di desa tersebut di hornati dan di beri tepat tinggal selama beberapa tahun lamanya. Sejak dari awal mula kedatangannya sampai pada Awal mulanya masuk tanaman cengkeh dari 1971 yang merupakan sejarah soaial kehidupan masyarakat desa dalam berbagai hal kehidupan. Sejak dari tahun 1971 kehidupan masyarakat petani cengkeh sudah ada di desa Kalia, dan di sanalah awal mulaya masuk tanaman cengkeh tersebut. Kehidupan masyrakat petani cengkeh yang pada saat itu di programkan pemerintah agar wajib tanam mengaharuskankan masyarakat untuk menanam cengkeh sebanyak 25 pohon/orang tampa harus ada paksaan dari pihak pemerintah. Karna ketertarikan masyarakat di desa-desa dalam menanam cengkeh sejak dari tahun 1971 cukup besar menjadikan bapak Said Salim Badarap berlayar kembali ke kampung halamanya yaitu kota Manado untuk mencari bibitbibit cengkeh dan menetap selama enam tahun lamanya 1971-1976 baru ia kembali di Kecamatan Walea Besar. Setibanya di Kecamatan Walea Besar 1976 ia telah membawa beberapa kas biji bibit cengkeh dan di jual pada masyarakat Kecamatan Walea Besar dengan harga Rp.1.500, per liter Berdasarkan peryataan di atas bahwa perkebunan memegang perenan penting bagi kehidupan masyarakat di kecamatan walea besar. Dalam sejarah yang panjang dari dinamika sosial masyarakat terhadap tuntutan kebutuhan hidup, perkebunan adalah bagian dari proses masyarakat perkebunan tradisional. Sejak dari tahun-ketahun dalam sejarah perkebunan memiliki nilai historis yang
memegang peranan penting bagi kehidupan dari sistem tradisioanal sampai pada sisitem modern. Dari sejak tahu 1971 tanaman cengkeh sudah masuk di kecamatan walea besar dan telah menjadi prioritas pemerintah yang paling utama. Masukya tanaman cengkeh ke kecamatan walea besar tidak secara langsung atau besarbesaran, namun secara bertahap yang pada awalnya masuk melalui desa Kalia. Desa Kalia adalah merupakan desa yang secara geografis sama-sama berada di bagian kepulauan. Desa Kalia sendiri berhadapan langsung dengan Kecamatan Walea Besar yang hanya dapat ditempuh melalui kapal bermotor, dan untuk menuju desa tersebut diperlukan waktu selama lima jam lamanya. Hal utama menjadi tujuan pemerintah untuk memili desa Kalia dijadikan tempat sebagai pembibitan tanaman cengkeh yaitu karna tanahnya yang subur. Sehinga bapak kepala desa Pasokan yang mendengar keberadaan tanaman cengkeh tersebut berinisiatif untu datang kedesa kalia dan melihat secara langsung proses pembibitan. Ketika sampainya disana dengan melihat kedaan tanah yang sama dengan di desa Pasokan bapak Jeling Panjili mencoba untuk mendatangkan bibit ke desa Pasokan dan dibagi-bagi kepada masyarakat. Asrar Lasimpala (wawancara 22 Mei 2015) mengatakan bahwa beliau pada saat itu mendapatkan bibit dari pemerintah sebanyak 20 biji tanaman cengkeh yang masih dalam pembudidayaan dan awal mulanya masuk tanaman cengkeh di Kecamatan Walea Besar ini berada pada desa Pasokan. Berdasarkan hasil wawancara di atas bahwa beliau saksi sejarah yang hidup pada zaman itu dan masi merasakan sendiri dari apa yang telah terjadi di masa lampau. Sejak tahun 1971 program pemerintah pada masyarakat desa-desa yang ada di Kecamatan Walea Besar untuk wajib tanam adalah implementasi langsung dari program pemerintah dalam meningkatkan produktifitas hasil tanaman cengkeh. Proses masuknya tanaman cengkeh di Kecamatan Walea Besar merupakan sejarah kehidupan sosial ekonomi yang melihat kehidupan-kehidupan masyarakat pada masa lampau seperti apa yang masih dirasakan oleh pelaku itu sendiri. Dari
sejak tahun 1971 sampai dengan tahun 1980 merupakan bagian dari proses masuknya cengkeh hinga di rasakan manfaat dan keuntungannya pada saat ini. Menurut ABD. Manan Tj Panjili (wawancara 22 Mei 2015) mengatakan bahwa maraknya tanaman cengkeh yang masuk di Kecamatan Walea Besar tidak telepas dari tahun 1971-1980 an yang pada saat itu ada salah seorang yang mendatangkan bibit cengkeh langsung dari Manado, Dikala itu pada tahun 1980 an harga cengkeh sedang mengalami kenaikan dari harga Rp. 2.500 naik menjadi 15.000 sampai 25.000, sehingga pada saat itu ketertarikan masyarakat mulai berbodong-bondong untuk menanam. Dari sepuluh tahun kemudian yaitu sekitar 1991 petani cengkeh di desa-desa Kecamatan Walea Besar menikmatih jeripayahnya sekitar tujuh sampai dengan sepuluh tahun telah bercocok tanam cengkeh. Akan tetapi yang di alami masyarakat di Kecamatan Walea Besar yang oleh petani cengkeh di desa tersebut tidak berlangsung lama, oleh karena terjadi penurunan harga jual yang sangat drastis seiring dengan kebijakan Badan Penyangga Penjualan Cengkeh (BPPC) memonopoli pembelian cengkeh petani. Harga jual cengkeh menjadi sangat murah, yaitu dari harga jual rata-rata Rp 15.000,- sampai dengan Rp 25.000,- anjlok sampai Rp 3000,- per kilo gramnya. Sehinga dengan harga mengalami penurunan dratis ketika terbentuknya BBPC melalui koprasi. Ada sebagian masyarakat yang tadinya berkeinginan menanam dan memelihara tanamnanya menjadi tidak memelihara tanamanya dikarenakan harga yang menurun. Pasang surutnya harga tersebut menjadikan kurangnya perhatian dari masyarakat sehinga sampai pada tahun 2.000 dimana masa pemerintahan bapak presiden ke 4 harga naik melambung tinggi sampai pada harga Rp.150.000 perkilo gramnya dan di Walea Besar harga hanya berkisaran Rp.90.000 perkilo gramnya dan sampai pada saat ini harga masih tetap menjanjikan sehinganya perkebunan cengkeh menjadi perhatian masyarakat kembali hinga sampai pada saat sekarang perkebuanan cengkeh telah banyak memberi penghasilan yang cukup untuk memenui kebutuhan hidup masyarakat di kecamatan walea besar. Berdasarkan hasil wawancara di atas bahwa dari sejak proses awal masuknya tanaman cengkeh hingga sampai saat ini perkebuanan cengkeh di
kecamatan walea besar telah menjadi suatu tanaman yang populer dan telah banyak membawa perubahan dalam kehidupan sosial ekonomi masyarakat pedesaan. Dampak Perkebunan Cengkeh Terhadap Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat di Kecamatan Walea Besar Dampak perkebunan cengkeh terhadap kehidupan sosial ekonomi yang terjadi pada lingkungan masyarakat di Kecamatan Walea Besar dari masa kemasa mengalami perubahan yang sangat siknifikan, baik dari segi sosial, maupun segi ekonomi. Inilah yang menjadi dasar pijakan masyarakat petani di Kecamatan Walea Besar sebagai patokan dalam membudidayakan tanaman cengkeh. Masyarakat pedesaan di Kecamatan Walea Besar adalah merupakan masyarakat yang berada pada daerah pedalaman yang berjauhan dengan ibu kota Kabupaten dan Provinsi yang hanya dapat ditempuh melalui jalur laut. Bilah dilihat dari letak geografis pada masyarakat yang ada di Kecamatan Walea Besar bertempat pemukiman dipingiran pantai. Namun masyarakat pedesaan lebih banyak yang berkebun, sebagian dari masyarakat nelayan, namun ada juga masyarakat yang sebagai nelayan tetapi memiliki perkebunan. Tidak lain adalah masyarakat Kecamatan Walea Besar memiliki perkebunan, seperti perkebunan cengkeh. Pada masyrakat pedesaan perkebunan merupakan bidang yang mewarnai kehidupan masyarakat pedesaan, sehinga tidak dapat di abaikan dalam perkembangan sejarah sosial yang melihat kehidupan masyrakat bahwa perkebunan dan pertanian merupakan suatu sumber pendapatan masyarakat pedesaan karna perkebunan dan pertanian sebagai tempat penanaman bahan pokok untuk masyarakat. Sehinga tidak heran bila perkebunan adalah merupakan bagian dari kehidupan masyarakat pedesaan dalam meningkatkan produktifitas perekonomian. Dampak Perkebunan Cengkeh Terhadap Pendidikan Masyarakat di Kecamatan Walea Besar Kemiskinan adalah suatu masalah global yang di hadapi oleh pemerintah, kemiskinan sering dihubungkan dengan suatu kebutuhan hidup. Transformasi masyarakat dalam menuju ke arah masyarakat yang madani perlu di awali
pemahaman bahwa masyarakat sebagai satu sistem sosial yang di dalamnya terdapat aspek sruktural, kultural dan proses sosial. Kemiskinan adalah merupakan suatu hal yang komleks yang berkaitan dengan kualitas sumber daya manusia, karna sebagian orang mengatakan kemiskinan adalah orang yang tidak mampu perekonomiannya. Namun kemiskinan di tentukan oleh suatu kualitas sumber daya manusia (SDM), mampu tidaknya ia untuk mengembangkan potensi di dalam dirinya tersebut. Demensi kemiskinan dapat di identifikasi menurut ekonomi, sosial dan politik. Kemiskinan secara ekonomi merupakan kekurangan sumber daya yang tersedia dan dapat di gunakan untuk meningkatkan kesejahtraan masyarakat adalam membagun masyarakat yang madani berkeadilan sosial. Kemiskinan sosial di bedakan berdasarkan faktor yang menyebabkan kemiskinan itu terjadi. Sedangkan kemiskinan politik berdampak pada akses kekuasaan dimana mencangkup tatanan sosial yang menentukan alokasi sumber daya untuk kepentingan kelompok. Pada umumnya permaslahan mengenai kemiskina menjadi salah satu tolak ukur pemerintah sehingga yang menjadi jalan untuk keluar dari masalah kemiskinan adalah melalui pendidikan. Pendidikan adalah suatu upaya untuk dapat mencerdaskan kehidupan bangsa membentuk sumberdaya manusia untuk dapat mengahadapi masalah global perekonomian. Sehinga permasalahan mengenai investasi di dunia pendidikan dan kemiskinan hampir serupa umumnya. Banyak hal menjadi dilema sehinga menjdi pertanyaa dari setiap gelincir orang apakah yang akan di dahului apakah pertumbuhan ekonomi yang akan di dahulukan yang lebih baik atau investasi pendidikan yang lebih baik. Persoalan ini sukar untuk di jawab sehinga lebih merupakan suatu lingkaran setan. Dari hal-hal tersebut di atas kaeterkaitan antara kemiskinan dengan investasi di sektor pendidikan sangat besar keuntungannya. Karna pendidikan dapat memberi kemampuan untuk berkembang lewat penguasaan dan keterampilan diri seseorang tersebut. Pendidkan memberikan pengetahuan yang berati bagi hidup seseorang untuk dapat mengapai masa depan. Hal tersebut seharusnya menjadi penyemanngat hidup untuk mengembangkan ilmu keterampilan yang berguna bagi orang lain dan guna mencerdaskan kehidupan bangsa. Tidak terkecuali
pendidikan harus di perjuangkan dan pemerintah di Kecamatan Walea Besar berada dalam upaya untuk mewujutkanya. Partisipasi pemerintah dalam hal meningkatkan mutu pendidikan yang berkualitas dalam konteks pendidikan sosial berupaya dalam pemberdayaan masyarakat terpencil dalam memberantas buta huruf pada masyarakat terbelakang. Menurut Plato tujuan pendidikan adalah untuk menemukan kemampuan – kemampuan ilmia setipa individu dan melatihnya sehinga ia menjadi seorang warga negara yang baik, masyarakat yang harmonis, yang melaksanakan tugas – tugas secara efisien sebagai seorang angota masyrakat.8 Dari pernyataan tersebut bahwa Plato menekankan perlunya pendidikan yang direncanakan dan di programkan sebaik-baiknya agar mampu mencapai sasaran yang di idamkan. Sehinga dalam hal ini pemerintah harus memberikan motifasi, semangat, kebersamaan, dan kesatuan akan cinta kebaikan dan kebersamaan antar sesama.
8
Jalaluddin dan Abdullah Idi. Filsafat Pendidikan, Manusia, Filsafat, dan Pendidikan. Jakarta: Rajawali Press. 2001. Hal. 73
PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan hasil pembahasan dan uraian yang telah di kemukakan di atas maka dapat di tarik kesimpulan sebagai berikut : Perkebunan cengkeh di Keacamatan Walea Besar merupakan warisan yang dilanjutkan oleh orang tua terdahulu hinga saat ini yang memiliki sejarah yang panjang bagi bangsa ini. Dari hasil penelitian menunjukan bahwa kebijakan pemerintah dalam wajib tanam pada masyarakat di Kecamatan Walea Besar adalah bagian dari pembangunan dan untuk kesejahtraan kehidupan sosial ekonomi masyarakat pedesaan. dari sejarah awal masuknya cengkeh tahun 1971 merupakan bagian dari proses kehidupan petani cengkeh untuk merubah kehidupan yang lebeih baik. Perubahan yang di rasakan dari tahun ke tahun mengalami kemajuan yang sangat siknifikan, dengan seiringnya waktu perubahan perubahan juga mewarnai kehidupan sosial ekonomi, dan pendidikan masyarakat di Kecamatan Walea Besar itu sendiri.
Saran Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penulis dapat mengemukakan beberapa saran sebagai berikut : Bagi para Petani perkebunan Cengkeh diharapkan agar bisa lebih meningkatkan hasil perkebunan mereka untuk di masa-masa yang akan datang, serta lebih memperhatikan Lahan perkebunan Cengkeh mereka agar bisa mendapatkan hasil yang lebih baik lagi di masa yang akan datanag.
DAFTAR PUSTAKA Luis Gottschalk. Mengerti Sejarah. (Penerjemah Nugroho Notosusanto). jakarta: UI Press. 1985. Wiyono. Metode Penelitian Sejarah. Makalah Tidak Diterbitkan. Semarang FPIPS Semarang. 1990. Daliman A. Metodologi Penelitian Sejarah. Yokyakarta: Ombak. 2012. Jalaluddin dan Abdullah Idi. Filsafat Pendidikan, Manusia, Filsafat, dan Pendidikan. Jakarta: Rajawali Press. 2001.