SKRIPSI
STUDI DAMPAK PERKEBUNAN KELAPA SAWIT TERHADAP KONDISI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DI KECAMATAN ANDOWIA KABUPATEN KONAWE UTARA
Oleh :
WILLIAM HENDRIONO Stb. B1 A1 11 031
JURUSAN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI 2016
ABSTRAK William Hendriono 2016. “Studi Dampak Sosial Ekonomi Masyarakat Di Kecamatan Andowia Di Sekitar Kawasan Perusahaan perkebunan kelapa sawit PT. Sultra Prima Lestari”. Skripsi S1 Program Studi Ilmu Ekonomi Dan Bisnis Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Halu Oleo. dibimbing oleh, Fajar Saranani dan Nuddin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak keberadaan perkebunan kelapa sawit terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat di Kecamatan Andowia Kabupaten Konawe Utara. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu, Data sekunder yang diperoleh dari BPS, kantor kecamatan, desa/kelurahan maupun pihak swasta dan data primer yang diperoleh langsung dari responden yang berbeda di kecamatan Andowia Untuk penentuan jumlah sampel digunakan teknik metode purposive sumpling atau penarikan sampel secara sengaja yakni sebesar 20% dari total populasi atau sebanyak 30 orang responden.. Hasil penelitian menunjukan bahwa, Dampak keberadaan perusahaan perkebunan kelapa sawit PT. Sultra Prima Lestari terhadap kondisi sosial sangat mempengaruhi yaitu setelah adanya perusahaan perkebunan kelapa sawit PT. Sultra Prima Lestari dibandingkan sebelum adanya perusahaan perkebunan kelapa sawit PT. Sultra Prima Lestari. Dampak tersebut seperti adanya akses pendidikan di Kecamatan Andowia, adannya aktivitas ekonomi baru seperti penginapan, rumah makan, jasa penyebrangan, dan salon. Setelah adanya perusahaan perkebunan kelapa sawit PT. Sultra Prima Lestari mereka yang dulunya kurang sejahterah sekarang menjadi lebih sejahterah. Mereka datang dengan kondisi ekonomi nol, dampak keberadaan perusahaan perkebunan kelapa sawit PT. Sultra Prima Lestari terhadap kondisi ekonomi sangat mempengaruhi yaitu setelah adanya perusahaan perkebunan kelapa sawit PT. Sultra Prima Lestari dibandingkan sebelum adanya perusahaan perkebunan kelapa sawit PT. Sultra Prima Lestari. Kata kunci: Dampak Sosial Ekonomi, Pendidikan, Kesehatan, Perumahan, Pendapatan, Perusahaan Kelapa Sawit
v
ABSTRACT William Hendriono 2016. " Social Study Impact of Economics Society In District Of Andowia Around Area Company of plantation coconut sawit PT. Prima Sultra Make Everlasting". Skripsi S1 Program Study Economics And Business Faculty Of Economics And Business University of Halu Oleo. guided by, Fajar Saranani and Nuddin This Research aim to know impact existence of plantation of coconut of sawit to condition of economic social of society in District Of Andowia Regency North Konawe. Type Source which is used in this research that is, secondary source obtained of BPS, district office, countryside / private sector side and also sub-district and obtained primary data is direct the than different responder in district of Andowia For the determination of amount sample used by method technique of purposive sampling or withdrawal of sample intentionally namely equal to 20% from total population or counted 30 responder people.. Result research of appear that, Impact existence company of plantation of coconut of sawit PT. Prima Sultra Make everlasting to condition of social very influencing that is after existence of company of plantation of coconut of sawit PT. Prima Sultra Make everlasting to be compared to before existence of company of plantation of coconut of sawit PT. Prima Sultra Make everlasting the. The Impact like existence of accessing education in District of Andowia, its it him economic activity newly like lodging, restaurant, service of crossing and salon. After existence of company of plantation of coconut of sawit PT. Prima Sultra Make everlasting them which before now less prosperous now become more prosperous. They come with condition of economics zero, impact existence of company of plantation of coconut of sawit PT. Prima Sultra Make everlasting to condition of economics very influencing that is after existence of company of plantation of coconut of sawit PT. Prima Sultra Make everlasting to be compared to before existence of company of plantation of coconut Keyword: Social Impact of Economics, Education, Health, Housing, Earnings, Company of Coconut of Sawit.
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Yang Maha Esa atas Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan hasil penelitian dengan judul “Studi Dampak Perkebunan Kelapa Sawit Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Di Kecamatan Andowia Kabupaten Konawe Utara“ dapat diselesaikan. Segala yang tertuang dalam skripsi ini merupakan upaya optimal yang penulis lakukan. Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi (SE) pada Jurusan Ilmu Ekonomi Dan Bisnis Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Haluoleo Kendari. Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan dan kelemahan baik dari segi teknik penulisan maupun materi pembahasan, oleh karena itu kemampuan dan keterbatasan yang dimiliki penulis berharap dengan segala kerendahan hati penulis meminta saran dan kritik yang konstruktif dari berbagai pihak. Dengan menyadari bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak, baik secara materil maupun moril, maka penulis mungkin tidak dapat menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis menyampaikan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Ayahanda dan Ibunda yang tidak mengenal lelah dalam memberikan Doa yang setulus-tulusnya demi berhasilnya penulis menyelesaikan pendidikan. Teriring rasa terima kasih juga penulis ucapkan kepada yang terhormat Bapak Dr. Fajar Saranani, SE.,MSi, selaku pembimbing I dan Bapak Nuddin SE.,MSi, selaku pembimbing II yang dengan tulus dan ikhlas bersedia meluangkan
vii
waktunya untuk membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa keberhasilan yang dicapai dalam menyusun skripsi ini berkat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung hingga terselesainya penulisan. Oleh karena itu, melalui lembaran ini dengan penuh kerendahan hati yang tulus dan penghargaan yang setinggi-tingginya penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1.
Bapak Rektor Universitas Haluoleo Kendari.
2.
Ibu Dr. Hj. Rostin, SE.,MSi selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Halu Oleo.
3.
Bapak Dr. Laode Suryadi, SE,MSi selaku Ketua Jurusan Ilmu Ekonomi Dan Bisnis.
4.
Bapak Dr. Muhammad Nur Afiat, SE,MSi selaku sekretaris Jurusan Ilmu Ekonomi Dan Bisnis.
5.
Seluruh dosen pada Program Studi Ilmu Ekonomi Dan Bisnis yang telah memberikan ilmu, dukungan dan motivasi.
6.
Seluruh Staf, Karyawan, dan Civitas Akademika Jurusan Ilmu Ekonomi Fakultas Ilmu Ekonomi dan Bisnis Universitas Haluoleo.
7.
Ucapan terimakasih kepada seluruh keluarga besar saya, Adik dan Kakak saya yang telah memberikan dukungan materi maupun motivasi.
8.
Teman Seperjuangan,: Adiputra Pratama SE., Ardinsyah SE,
Ade
Irpan SE, Muh Sabrillah SE, Akbar Adrianto SE, Adilfan Asmana SE, dan teman – teman lain yang tidak bisa diucapkan satu persatu. Terima kasih telah memberikan bantuannya berupa ide dan motifasi selama ini.
viii
Terima Kasih kepada Allah Yang Maha Esa yang telah menciptakan bumi dan isinya yang telah menemani dan menyaksikan langkahku hingga saat ini dan kepada Allah jugalah penulis berserah diri dan memohon semoga agar semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini mendapatkan pahala di sisiNYA dan semoga tulisan ini bermanfaat adanya. Amin. Kendari ,
Penulis
ix
2016
DAFTAR ISI Hal. SAMPUL .......................................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN ....................................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................
iii
HALAMAN KEASLIAN TULISAN ..........................................................
iv
ABSTRAK.....................................................................................................
v
ABSTARCT ..................................................................................................
vi
KATAPENGANTAR ...................................................................................
vii
DAFTAR ISI .................................................................................................
x
DAFTAR TABEL .........................................................................................
xii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................
xiv
BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang…………………………………………………
1
1.2 Rumusan Masalah………………………………………………
4
1.3 Tujuan Penelitian……………………………………………….
4
1.4 Manfaat Penelitian……………………………………………...
4
1.5 Ruang Lingkup Penelitian…………………………………........
4
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Sosial Ekonomi………………………………………...
5
2.2 Konsep Kesejahteraan…………………………………………..
6
2.3 Konsep Pengembangan Perkebunan…………………………....
13
2.4 Konsep Dampak Sosial Ekonomi…………………………........
15
2.5 Dampak Keberadaan Perkebunan………………………………
18
2.6 Pengertian Produktivitas Kebun Kelapa Sawit…………..……..
20
2.7 Tingkat Kematangan Buah Sawit………………………………
22
2.8 Kajian Empirik………………………………………………….
25
2.9 Kerangka Pikir………………………………………………….
27
BAB 3. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian………………………………………………….
29
3.2 Populasi…………………………………………………………
29
x
3.3 Sampel…………………………………………………………..
29
3.4 Jenis Dan Sumber Data…………………………………………
29
3.5 Teknik Pengumpulan Data……………………………………...
30
3.6 Analisis Data……………………………………………………
31
3.7 Definisi Oprasional……………………………………………..
31
BAB 4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian…………………………….
32
4.1.1 Karakteristik Lokasi Penelitian…………………………...
32
4.1.2 Jumlah, Pertumbuhan, Dan Kepadatan Penduduk………..
35
4.1.3 Sarana Dan Prasarana…………………………………….
37
4.2 Karakteristik Responden………………………………..............
42
4.2.1 Jumlah Responden Menurut Jenis Kelamin………………
42
4.2.2 Jumlah Responden Menurut Umur…………………….....
43
4.2.3 Jumlah Responden Menurut Masa Kerja…………………
44
4.3 Dampak Perkebunan Kelapa Sawit Sebelum Dan Sesudah Adanya Perusahaan Perkebunan Kelapa Sawit PT. Sultra Prima Lestari…………………………………………………………..
44
4.3.1 Dampak Terhadap Kondisi Sosial………………………..
44
4.3.2 Dampak Terhadap Kondisi Ekonomi……………………..
49
4.4 Kondisi Perekonomian Responden Di Kecamatan Andowia Sesudah Adanya Perusahaan Perkebunan Kelapa Sawit PT. Sultra Prima Lestari………….....................................................
53
4.4.1 Aktivitas Ekonomi Responden……………………….......
53
4.4.2 Pendapatan Responden……………………………….......
56
4.4.3 Pendapatan Masyarakat…………………………………..
57
4.5 Pembahasan……………………………………………………..
59
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan…………………………………………………….
64
5.2. Saran…………………………………………………………...
64
DAFTAR PUSTAKA
xi
DAFTAR TABEL
Hal. 4.1. Nama Dan Luas Wilayah Perkecamatan Di Kabupaten Konawe Utara………………………………………………………………….
33
4.2. Jumalah Penduduk Tahun 2016………………………………………
36
4.3. Penduduk Kabupaten Konawe Utara Menurut Kelompok Umur Dan Jenis Kelamin…………………………………………………….
37
4.4. Banyaknya Sekolah, Guru, Dan Murid Tingkat Taman Kanakkanak………………………………………………………………….
39
4.5. Banyaknya Sekolah, Guru, Dan Murid Tingkat Sekolah Dasar (SD)…………………………………………………………………...
40
4.6. Banyaknya Sekolah, Guru, Dan Murid Tingkat Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP)……………………………………………....
41
4.7. Banyaknya Sekolah, Guru, Dan Murid Tingkat Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA)………………………………………………….
42
4.8. Jumlah Responden Menurut Jenis Kelamin…………………………..
43
4.9. Jumlah Responden Menurut Umur…………………………………...
43
4.10. Jumlah Responden Menurut Masa Kerja……………………………..
44
4.11. Limbah Pengolahan Minyak Sawit…...………………………………
47
4.12. Pengalokasian Pendapatan Masyarakat Terhadap Pendidikan, Kesehatan Dan Perumahan…………………………………………....
48
4.13. Jenis Aktivitas Ekonomi Responden Di Kecamatan Andowia Sebelum Perusahaan Perkebunan Kelapa Sawit PT. Sultra Prima Lestari…................................................................................................
49
4.14. Rata-Rata Jumlah Pendapatan Responden Di Kecamatan Andowia Sebelum Perusahaan Perkebunan Kelapa Sawit PT. Sultra Prima Lestari………………………………………………………………...
51
4.15. Jenis Aktivitas Ekonomi Tambahan Responden Di Kecamatan Andowia Sesudah Adanya Perusahaan Perkebunan Kelapa Sawit PT. Sultra Prima Lestari…………………………………………………...
xii
54
4.16. Rata-Rata Jumalah Pendapatan Responden Di Kecamatan Andowia Sesudah Adanya Perusahaan Perkebunan Kelapa Sawit PT. Sultra Prima Lestari………………………………………………………….
56
4.17. Perbandingan Pendapatan Responden Sebelum Dan Sesudah Perusahaan Perkebunan Kelapa Sawit PT. Sultra Prima Lestari….......
xiii
57
DAFTAR GAMBAR Hal. Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran Penelitian…………………………
xiv
28
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pertanian dan perkebunan memiliki arti penting untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional sekaligus meningkatkan tarap hidup masyarakat. Pembangunan disektor pertanian dan perkebunan pada tahap tertentu akan membuat pengembangan agribisnis yang cukup besar. Kecamatan Andowia penduduknya mayoritas petani kakao terbesar kedua setelah kolaka, masyarakat banyak menggantungkan ekonomi keluarganya dari hasil penjualan kakao serta dapat meningkatkan kondisi sosial ekonomi masyarakat. Seiring berjalannya waktu tanaman kakao mulai terjangkit hama buah yang menyebabkan terjadinya kegagalan panen setiap pasca panen datang, dengan disertai masuknya perusahaan perkebunan kelapa sawit di Kecamatan Andowia masyarakat mulai beralih propesi sebagai karyawan perkebunan kelapa sawit. Selain itu di Indonesia, perusahaan perkebunan menjadi salah satu sektor utama dalam tatanan ekonomi. Perusahaan perkebunan dalam banyak kasus memiliki posisi dominan dalam pembangunan sosial ekonomi. Sektor perkebunan ini bardampak sangat signifikan dalam arti positif maupun negatif. Dalam dampak positif yaitu sektor perkebunan ini mampu meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD), menciptakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat, meningkatkan ekonomi dan pembangunan. Sedangkan dampak negatif dalam ranah sosial, lingkungan, politik dan budaya yang ditimbulkan sektor industri ini pun sangat luar biasa yaitu dari sisi sosial dan lingkungan
1
2
pembukaan lahan kelapa sawit dilakukan dengan metode tebang habis (land clearing) yang menyebabkan rusaknya ekosistem hutan, tanah longsor, serta banjir. Sedangkan dari sisi politik dan budaya, timbulnya konflik yang bersifat horizontal maupun vertikal. Misalnya konflik antara pekerja daerah dengan para pendatang atau konflik antara pemilik kebun dengan pemerintah. Hal itu terjadi karena kurangnya perhatian pemerintah untuk menyelamatkan kepentingan pelestarian hidup dan kepentingan penduduk lokal. Berdasarkan uraian diatas, berdirinya PT. Sultra Prima Lestari sebagai salah satu perkebunan kelapa sawit yang berada dikecamatan Andowia, Kabupaten Konawe Utara, tentu memiliki pengaruh terhadap kehidupan sosial ekonomi masyarakat disekitar lokasi perkebunan PT. Sultra Prima Lestari tersebut. Perubahan yang terjadi akibat berdirinya perkebunan kelapa sawit akan menimbulkan dampak sosial dan ekonomi. Adapun dampak sosial yang terjadi adalah perubahan gaya hidup masyarakat yang dimaksudkan disini adalah bagaimana manusia dan masyarakat itu hidup, bekerja, bermain dan berinteraksi satu dengan yang lain, perubahan budaya yaitu sistem nilai, norma dan kepercayaan. Contohnya, keberadaan suatu aktifitas industri dan proyek, pola kerja penduduk jadi lebih kaku (rigid), sehinga tidak lagi memiliki kesempatan untuk turut dalam kegiatan-kegiatan kampung seperti yang biasa masyarakat lakukan sebelumnya. Pembanguan perkebunan kelapa sawit mempunyai dampak ganda terhadap ekonomi wilayah, terutama sekali dalam menciptakan kesempatan dan peluang kerja. Pambangunan perkebunan kelapa sawit ini telah memberikan manfaat, sehingga dapat memperluas daya penyebaran pada masyarakat
3
sekitarnya. Sehingga berkembangnya perkebunan kelapa sawit, makin terasa dampaknya terhadap tenaga kerja yang bekerja pada sektor perkebunan, dampak tersebut dapat dilihat dari peningkatan pendapatan masyarakat petani, sehinga meningkatnya daya beli masyarakat pedesaan, baik untuk kebutuhan primer maupun kebutuhan sekunder. PT. Sultra Prima Lestari merupakan salah satu perusahaan perkebunan kelapa sawit yang besar, memiliki luas area perkebunan sekitar 6.669 Hektare tersebar dikecamatan Andowia dengan jumlah petani sebanyak 1.500 orang jumlah dari keseluruhan karyawan, sedangkan karyawan yang berasal dari Kecamatan Andowia 150 orang. PT. Sultra Prima Lestari merupakan salah satu perusahaan perkebunan kelapa sawit yang membagi karyawannya menjadi dua yaitu karyawan perkebunan dan karyawan pabrik. Fenomena yang terjadi saat ini karyawan bekerja maksimal tiga kali bahkan terkadang biasa tidak mencapai tiga kali dalam satu pekan, hal ini sangat berdampak pada pendapatan masyarakat yang bekerja pada perkebunan kelapa sawit serta berpengaruh terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat. mengingat saat ini kondisi sosial ekonomi masyarakat disekitar perusahaan perkebunan PT. Sultra Prima Lestari masih belum optimal. Keberadaan perusahaan tersebut berdiri sejak tahun 2008 silam. Keberadaan
perusahaan perkebunan PT.
Sultra Prima
Lestari
masyarakat mengharapkan adanya perhatian perusahaan terhadap masyarakat yang dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat.
4
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan dari pemaparan diatas, maka yang jadi masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana dampak keberadaan perkebunan kelapa sawit terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat di Kecamatan Andowia Kabupaten Konawe Utara. 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan masalah di atas, maka tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui
dampak keberadaan perkebunan kelapa sawit terhadap
kondisi sosial ekonomi masyarakat di Kecamatan Andowia Kabupaten Konawe Utara. 1.4 Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini sebagai berikut : 1. penelitian
ini
diharapkan
dapat
memberi
informasi
terhadap
pengembangan ekonomi daerah dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat Kecamatan Andowia 2. Sebagai bahan masukan untuk peneliti selanjutnya dengan fokus kajian yang sama mengenai kondisi sosial ekonomi masyarakat. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Untuk menghindari terjadinya perluasan presepsi serta fokus penelitian maka penulis membatasi ruang lingkup penelitian ini yaitu kondisi sosial ekonomi masyarakat dalam hal ini ialah kondisi pendidikan, kesehatan, perumahan, dan pendapatan masyarakat yang bekerja di perkebunan kelapa sawit PT. Sultra Prima Lestari.
5
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Sosial Ekonomi Pengertian sosial ekonomi jarang dibahas secara bersamaan. Pengertian sosial dan pengertian ekonomi sering dibahas secara terpisah. Pengertian sosial dalam ilmu sosial menunjuk pada objeknya yaitu masyarakat. Sedangkan pada departemen sosial menunjukkan pada kegiatan yang ditunjukkan untuk mengatasi
persoalan
yang
dihadapi
oleh
masyarakat
dalam
bidang
kesejahteraan yang ruang lingkup pekerjaannya menyangkut kesejahteraan sosial. Kamus Besar Bahasa Indonesia ( KBBI,1996 : 958 ) , kata sosial berarti segala sesuatu yang berkenaan dengan masyarakat. Sedangkan dalam konsep sosiologi, manusia sering disebut sebagai makhluk sosial yang artinya manusia tidak dapat hidup wajar tanpa adanya bantuan orang lain disekitarnya. Sehingga kata sosial sering diartikan sebagai hal-hal yang berkenaan dengan masyarakat. Sementara istilah ekonomi sendiri berasal dari bahasa yunani yaitu “oikos” yang berarti keluarga atau rumah tangga dan “nomos” yaitu peraturan, aturan, hukum. Maka secara garis besar ekonomi diartikan sebagai aturan rumah tangga atau manajemen rumah tangga. Kamus Besar Bahasa Indonesia, ekonomi berarti ilmu yang mengenai asas-asas produksi, distribusi dan pemakaian barang-barang serta kekayaan (seperti keuangan, perindustrian dan perdagangan) (KBBI,1996: 251)
5
6
Berdasarkan beberapa pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa sosial ekonomi adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan masyarakat, antara lain sandang, pangan, perumahan, pendidikan, kesehatan, dan lain-lain. Pemenuhan kebutuhan tersebut berkaitan dengan penghasilan. Hal ini disesuaikan dengan penelitian yang akan dilakukan. Untuk melihat kedudukan sosial ekonomi Melly G. Tan mengatakan adalah pekerjaan, penghasilan, dan pendidikan. Berdasarkan ini masyarakat tersebut dapat digolongkan kedalam kedudukan sosial ekonomi rendah, sedang, dan tinggi (Koentjaraningrat, 1981: 35). 2.2 Konsep Kesejahteraan Menurut undang-undang no 11 tahun 2009, kesejahteraan masyarakat adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, sepiritual, sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya. Permasalahan kesejahteran masyarakat yang berkembang dewasa ini menunjukkan bahwa ada warga Negara yang belum terpenuhi hak atas kebutuhan dasarnya secara layak karena belum memperoleh pelayanan sosial dari Negara. Akhirnya, masih ada warga negara yang mengalami hambatan pelaksanaan fungsi sosial sehingga tidak dapat menjalani kehidupan secara layak dan bermartabat. Konsep kesejahteraan menurut Nasikun (1993) dapat dirumuskan sebagai padanan makna dari konsep martabat manusia yang dapat dilihat dari empat indikator yaitu : (1) rasa aman (security), (2) kesejahteraan (welfare), (3) kebebasan (freedom), dan (4) jati diri (identity).
7
Biro Pusat Statistik Indonesia (2000) menerangkan bahwa guna melihat tingkat kesejahteraan suatu wilayah ada beberapa indikator yang dapat dijadikan ukuran, antara lain adalah; 1. Tingkat pendapatan keluarga; 2. Komposisi pengeluaran rumah tangga dengan membandingkan pengeluaran untuk pangan dengan non-pangan 3. Tingkat pendidikan keluarga; 4. Tingkat kesehatan keluarga, dan; 5. Kondisi perumahan serta fasilitas yang dimiliki dalam rumah tangga. Menurut Kolle (1974) dalam Bintarto (1989), kesejahteraan dapat diukur dari beberapa aspek kehidupan; 1. Dengan melihat kualitas hidup dari segi materi, seperti kualitas rumah, bahan pangan dan sebagainya; 2. Dengan melihat kualitas hidup dari segi fisik, seperti kasehatan tubuh, lingkungan alam, dan sebagainya; 3. Dengan melihat kualitas hidup dari segi mental, seperti pasilitas pendidikan, lingkungan budaya, dan sebagainya; 4. Dengan melihat kualitas hidup dari segi spiritual, seperti moral, etika, keserasian penyesuaian, dan sebagainya. Menurut Drewnoski (1974) dalam bintarto (1989), melihat konsep kesejahteraan dari tiga aspek; (1) dengan melihat pada tingkat perkembangan fisik (somatic status), seperti nutrisi, kesehatan, harapan hidup, dan sebagainya; (2) dengan melihat pada tingkat mentalnya, (mental/educational status) seperti
8
pedidikan, pekerjaan, dan sebagainya; (3) dengan melihat pada integrasi dan kedudukan sosial (social status). Todaro (2003) mengemukakan bahwa kesejahteraan masyarakat menengah kebawah dapat direpresentasikan dari tingkat hidup masyarakat. Tingkat hidup masyarakat ditandai dengan terentaskannya dari kemiskinan, tingkat kesehatan yang lebih baik, perolehan tingkat pendidikan yang lebih tinggi, dan tingkat produktivitas masyarakat. Hasil Survey Biaya Hidup (SBH) tahun 1989 yang dilakukan BPS membuktikan bahwa semakin besar jumlah anggota keluarga semakin besar proporsi pengeluaran keluarga untuk makanan dari pada untuk bukan makanan. Ini berarti semakin kecil jumlah anggota keluarga, semakin kecil pula bagian pendapatan untuk kebutuhan makanan, dengan demikian jumlah anggota keluarga secara langsung mempengaruhi tngkat kesejahteraan keluarga. Memahami realitas tingkat kesejahteraan, pada dasarnya terdapat beberapa
faktor
yang
menyebabkan
terjadinya
kesenjangan
tingkat
kesejahteraan antara lain : (1) sosial ekonomi rumah tangga atau masyarakat, (2) struktur kegiatan ekonomi sektoral yang menjadi dasar kegiatan produksi rumah tangga masyarakat, (3) potensi regional (sumberdaya alam, lingkungan, infrastruktur) yang mempengaruhi perkembangan struktur kegiatan produksi, dan (4) kondisi kelembagaan yang membentuk jaringan kerja produksi dan pemasaran pada skala lokal, regional dan global (Taslim, 2004). Wismuaji (2008:2) mengemukakan bahwa tingkat kepuasan dan kesejahteraan adalah dua pengertian yang saling berkaitan. Tingkat kepuasan merujuk kepada keadaan individu atau kelompok, sedangkan tingkat
9
kesejahteraan mengacu kepada keadaan komunitas atau masyarakat luas. Kesejahteraan adalah kondisi dari kepuasan individu-individu, pengertian dasar ini mengantarkan kepada pemahaman kompleks yang terbagi dalam dua area perdebatan. Pertama adalah apa lingkup dari substansi kesejahteraan. Kedua adalah bagaimana intensitas substansi tersebut biasa direpresentasikan secara agregat. Dikatakan
sebagai
atribut
agregat,
kesejahteraan
merupakan
representasi yang bersifat kompleks atas suatu lingkup substansi kesejahteraan tersebut.
Kesejahteraan
bersifat
kompleks
karena
multidimensional,
mempunyai keterkaitan antara dimensi dan ada dimensi yang sulit direpresentasikan. Kesejahteraan tidak cukup dinyatakan sebagai suatu intensitas tunggal yang mempresentasikan kepada masyarakat tetapi juga membutuhkan suatu representasi distribusional dari keadaan itu. Robin dalam Narwoko (2006:114) mengemukakan bahwa tingkat kesejahteraan mencakup pangan, pendidikan, kesehatan dan seringkali diperluas kepada perlindungan lainnya seperti kesempatan kerja, perlindungan hari tua, keterbebasan dari kemiskinan dan sebagainya. Dengan kata lain lingkup substansi kesejahteraan sering dihubungkan dengan lingkup sosial. Selanjutnya ia mengemukakan bahwa penentu batasan substansi kesejahtearaan dan representasi kesejahteraan menjadi perdebatan yang luas. Perumusan tentang batasan tersebut sering ditentukan oleh perkembangan praktik kebijakan yang dipengaruhi oleh ideologi dan kinerja negara yang tidak lepas dari pengaruh dinamika pada tingkat global.
10
Sitohang (2006:41) mengemukakan bahwa kesejahteraan secara sederhana menggunakan indikator output ekonomi perkapita sebagai proksi tingkat kesejahteraan. Pada perkembangan selanjutnya output ekonomi perkapita diganti dengan pendapatan perkapita. Output ekonomi perkapita dipandang kurang mencerminkan kesejahteraan masyarakat karena output ekonomi lebih mencerminkan nilai tambah produksi yang terjadi pada unit observasi yaitu negara atau wilayah. Nilai tambah ini tidak dengan sendirinya dinikmati seluruhnya oleh masyarakat wilayah itu, bahkan mungkin sebagian besar ditransfer ke wilayah pemilik modal yang berbeda dengan wilayah tempat berlangsungnya proses produksi. Pemahaman kesejahteraan (welfare) terkait dengan tema keadilan (equality) seperti dijelaskan Amartya Sen dalam sriwiyanto (2005:7). Pertanyaan etis yang penting terkait dengan kesejahteraan adalah (1) Mengapa keadilan ? Dan (2) Keadilan terhadap apa ? kedua pertanyaan ini memeng berbeda tetapi sebenarnya dua hal yang saling berkaitan. Dikatakan bahwa kritik atau evaluasi terhadap suatu ketidakadilan itu dapat dilakukan apa bila kita tidak dapat mengetahui secara tepat tentang apa yang dimaksud dengan ketidakadilan itu. Kritik terhadap keadilan (ketidakadilan) lebih menyangkut pertanyaan kedua yaitu keadilan (ketidakadilan) terhadap apa ?. Misalnya apakah terhadap pendapatan (incomes) kekayaan (wealths), kesejahteraan (welfares), kesempatan (opportunities), kesuksesan (achievements), kebebasan (freedoms) dan atau terhadap hak-hak (rights). Pendekatan umum yang dilakukan Sen dalam mengukur kesejahteraan adalah pengukuran atas jumlah orang miskin (poverty head count) dan secara
11
agregat mengukur proporsi jumlah orang miskin terhadap total penduduk sebagai indeks kemiskinan. Orang miskin itu sendiri dirumuskan sebagai mereka yang pendapatannya berada dibawah garis kemiskinan (below poverty line) yang variasi ukurannya beraneka ragam tetapi berorientasi pada dua variabel utama yaitu jumlah uang yang diperoleh atau asupan kalori perhari. Artinya semakin besar jumlah penduduk miskin atau indeks kemiskinan maka semakin tidak sejahtera negara itu. Rawls dalam Achmad (2005:52) mengemukakan bahwa kesejahteraan berkaitan dengan pemerataan pendapatan (equitable distribution of income). Baginya suatu ketidakadilan (inequality) atau kesenjangan pendapatan (income gap) dapat debenarkan sepanjang mereka yang paling miskin (the least disadvantaged) dalam suatu masyarakat tetap memperoleh jaminan sosial. Karena itu baginya kesejahteraan lebih diukur sejauh mana program kesejahteraan sosial dibentuk, walaupun kesenjangan pendapatan terjadi tetapi tidak seorangpun penduduk yang tidak memperoleh kebutuhan dasarnya. Hatta (2002:27) menyubutkan keadilan sosial adalah kemakmuran yang merata keseluruh rakyat, dimana rakyat terbatas dari kesengsaraan hidup. Konsep kesejahteraan terwujud pada minimalnya jumlah penduduk miskin. Bagi Hatta, demokrasi ekonomi haruslah diabadikan kepada sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Hal tersebut tercermin dalam konsep ekonomi kemakmuran bangsa seperti tercantum pada pasal 33 UUD tahun 1945. Karena itu kemampuan orang miskin untuk maju harus ditopang oleh lingkungan demokrasi ekonomi (freedom to achieve) yang mendorong kaum sengsara
12
(capabilities to function) sehingga tercapainya cita-cita kemakmuran rakyat yang sebesar-besarnya. Mardi (2006:12) mengemukan bahwa dalam teori dan konsep pembangunan ekonomi apapun, tujuan akhirnya adalah kesejahteraan rakyat. Melalui pertumbuhan output yang tinggi, maka diharapkan dapat menciptakan lapangan kerja yang luas dan meningkatkan tingkat konsumsi masyarakat yang pada akhir muaranya adalah bagaimana kesejahteraan rakyat tercapai. Dua ukuran dari sejumlah ukuran kesejahteraan rakyat dari sisi ekonomi adalah kemampuan rakyat untuk memenuhi kebutuhan barang dan jasa dan ketersediaan barang dan jasa. Kemampuan rakyat untuk memenuhi kebutuhan barang dan jasa salah satunya diukur melalui pendapatan dan ketersediaan barang dan jasa diukur dari tingkat output yang diproduksi dalam perekonomian. Nugroho (2004:17) mengemukakan bahwa indikator kesejahteraan berkaitan erat dengan kemiskinan, karena seseorang digolongkan miskin atau tidak jika seberapa jauh indikator-indikator kesejahteraan tersebut telah dipenuhi. Indikator kesejahteraan dapat dilihat melalui 2 dimensi yaitu :
1. Dimensi moneter Pengukuran kemiskinan dapat dilakukan melalui pendapatan dan konsumsi sebagai indikator kesejahteraan. Di antara pendekatan pendapatan dan konsumsi, pendekatan konsumsi adalah indicator yang lebih baik jika dibandingkan dengan pendapatan karena: (1) konsumsi lebih erat hubungannya dengan kesejahteraan seseorang, yaitu berhubungan dengan kemampuannya
13
dalam memenuhi kebutuhan minimumnya. (2) pendapatan lebih sering berfluktuasi untuk beberapa mata pencaharian tertentu. (3) pengeluaran untuk konsumsi tidak hanya mencerminkan barang dan jasa yang dapat diperoleh dengan pendapatannya tetapi juga kemampuannya untuk memperoleh kredit pada saat pendapatannya rendah dibawah rata-rata. 2. Dimensi non moneter Kesejahteraan juga diukur melalui dimensi non moneter, hal ini terjadi karena kesejahteraan tidak hanya mencakup dimensi ekonomi saja tetapi juga dimensi non ekonomi yaitu sosial, budaya, dan politik. Misalnya kesempatan berpartisipasi dalam kegiatan sosial kemasrakatan, hak suara, tingkat melek huruf dan lain-lain. Indikator yang digunakan dalam dimensi non moneter yaitu indikator nutrisi dan kesehatan, indikator pendidikan dan indikator partisipasi sosial. 2.3 Konsep Pengembangan Perkebunan Peranan perkebunan besar sebagai lokomotif perkembangan subsektor perkebunan kelapa sawit di Indonesia telah terbukti dengan luas areal Perkebunan Besar Swasta Nasional (PBSN) tahun 2003 yang telah mencapai 52,78% dari luas perkebunan kelapa sawit di Indonesia, sedangkan luas perkebunan negara (PTPN) dan rakyat berturut-turut yaitu 12,33% dan 34,89%. Menurut Pahan (2010), konsep perkembangan perkebunan yang ingin sukses seyogyanya mengacu pada beberapa faktor kunci, yaitu faktor lingkungan (lahan), faktor sumberdaya manusia, faktor bahan tanaman, faktor perizinan, faktor keuangan dan faktor keamanan. Beberapa faktor yang akan dilihat adalah faktor lahan, faktor sumberdaya manusia, dan faktor bahan tanaman.
14
Sedangkan faktor perizinan, faktor keuangan, dan faktor keamanan tidak dibahas. Berikut ini diuraikan ketiga faktor tersebut : a. Faktor lingkungan (lahan) Lahan adalah matriks tempat tanaman berada. Tanaman kelapa sawit tidak akan ekonomis untuk diusahakan secara komersial diatas lahan yang tidak sesuai. Lahan yang optimum untuk kelapa sawit harus mengacu pada 3 (tiga) faktor yaitu lingkungan, sifat fisik lahan, dan sifat kimia tanah atau kesuburan tanah. Mengacu pada konsep tersebut, lahan dinilai mempunyai prospek ekonomis yang baik apabila memenuhi semua kriteria yang ideal. b. Faktor Sumber Daya Manusia Mengacu pada perkebunan sebagai unit usaha pertanian tanaman komersial skala besar yang memiliki organisasi tenaga kerja banyak (padat karya) dengan pembagian kerja rinci, menggunakan lahan yang luas, tekhnologi modern, spesialisasi, system administrasi, dan birokrasi, membuat faktor sumber daya manusia (modal insani) menjadi penting. Kualitas modal insani sangat menentukan keberhasilan suatu perkebunan. Mempersiapkan staf lapangan yang mampu mengelola pekerjaannya dengan baik tidak dapat dilakukan secara seketika karena modal insani gaya perkebunan mempunyai krakteristik yang berbeda dengan sektor industri. c. Faktor Bahan Tanaman Investasi sebenarnya bagi perkebunan komersial berada pada bahan tanaman yang akan ditanam karena merupakan sumber keuntugan perusahaan kelak. Pemilihan bahan tanaman yang tidak tepat akan membawa resiko yang sangat besar. Perusahaan akan menderita rugi dana,
15
waktu, dan tenaga jika bibit yang ditanam ternyata tidak sesuai dengan hasil yang diharapakan. 2.4 Konsep Dampak Sosial Ekonomi Sosial ekonomi adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan masyarakat, antara lain sandang, pangan, perumahan, pendidikan, kesehatan, lain-lain. Pemenuhan kebutuhan tersebut berkaitan dengan penghasilan. Hal ini disesuaikan dengan penelitian yang akan dilakukan Dampak dalam bahasa inggris disebut impact yang bersinonim dengan effect (akibat) atau consequences (akibat). Dalam bahasa Indonesia dampak berarti pengaruh kuat yang mendatangkan akibat. Berdampak mengandung arti berpengaruh. Jadi, ketika berbicara dampak pembangunan kita berbicara akibat-akibat yang ditimbulkan oleh pembangunan. Dampak tersebut terdiri dari : a. Dampak positif. Dampak yang dianggap baik oleh penyelenggara pembangunan maupun oleh orang lain. b. Dampak negatif. Dampak yang dianggap tidak baik oleh penyelenggara pembangunan maupun oleh orang lain. c. Dampak
yang
disadari
(intended
consequences).
Dampak
yang
direncanakan oleh penyelenggara pembangunan. Dampak ini dalah dampak yang diketahui dan disadari akan terjadi. Dalam kepustakaan sosiologi, hal seperti itu disebut sebagai fungsi manifest. Dampak yang disadari pada dasarnya tergolong dampak positif paling kurang menurut pandangan penyelenggara pembangunan. Dampak seperti ini biasanya mudah
16
diketahui karena disadari keberadaannya atau sering telah ditulis oleh penyelenggara pembangunan dalam proposal pembangunannya. Melakukan wawancara dengan pembuat proposal atau membaca proposal itu sendiri cukup untuk mengetahui hal tersebut. d. Dampak yang tidak disadari (unintended consequences). Dampak yang tidak direncanakan oleh penyelenggara pembangunan. Oleh sebab itu, dampak ini adalah dampak yang tidak diketahui dan tidak disadari. Hal ini dalam kepustakaan sosiologi disebut sebagai fungsi laten. Dampak seperti ini biasanya sulit diketahui karena tidak disadari atau tidak pernah dapat ditemukan
dalam
proposal
pembangunan
oleh
penyelenggara
pembangunan. Dampak yang disasari sering tergolong dampak negatif. Penjelasan berbagai jenis dampak di atas, analisis dampak sosial pembangunan harus meliputi berbagai jenis dampak tersebut. Kajian tidak hanya terpusat pada dampak positif, tetapi yang lebih penting mengungkapkan dampak negatif. Kajian tidak hanya fokus pada fungsi manifes, melainkan juga meliputi fungsi laten. Malah, seharusnya fungsi laten inilah yang menjadi tekanan kajian dampak. Fokus pada fungsi laten berarti konsentrasi pada sesuatu yang tidak tampak, tidak diharapkan dan tidak disadari. Untuk dapat mengungkap dampak laten, peneliti harus memiliki ketajaman perspektif dan teori. Dengan menggunakan sudut pandang disiplin sosiologi, studi dampak sosial pembangunan semestinya menerapkan sudut pandang apa yang disebut sebagai kesadaran sosiologis yang berarti kesadaran bahwa ada realitas sosial dibalik fenomena sosial. Analis sosial, oleh sebab itu,
17
didorong untuk melihat tembusan atau melihat dibalik, dibalik penampakan dan dibalik yang tertulis dalam dokumen-dokumen resmi. Dampak sosial pembangunan tidak sama dalam masyarakat, disebabkan oleh anggota-anggota masyarakat berada dalam keadaan yang tidak sama secara sosial dan ekonomi. Ketidaksamaan tersebut menyebabkan perbedaan kemampuan
anggota
masyarakat
untuk
memecahkan
masalah
yang
ditimbulkan oleh dampak atau beradaptasi dengan dampak. Anggota masyarakat yang berada dalam situasi yang lemah secara ekonomi dan sosial biasanya kelompok yang lebih meresakan dampak karena merekalah yang memiliki berbagai rintangan untuk beradaptasi. Kelompok yang lemah tersebut biasanya disebut sebagai kelompok marjinal. Mereka biasanya adalah lapisan masyarakat miskin, perempuan, anak-anak dan lansia. Kelompok kaya biasanya memiliki kemampuan untuk mencari alternatif pemecahan masalah. Oleh sebab itu, setiap kajian dampak perlu mempertimbangkan keragaman masyarakat terkena dampak dengan memberikan perhatian lebih kepada kelompok marjinal. 2.5 Dampak Keberadaan Perkebunan Kelapa Sawit Perlawanan
komunitas
negeri
yang
banyak
terjadi
semenjak
pertengahan 1998 dan berlanjut sampai hari ini dengan tujuan-tujuan yang telah ditunjukkan sebelum berkaitan erat dengan cara pemerintah menjalankan pembangunan ekonomi. Sebagai konflik yang terjadi terutama yang bertujuan untuk merebut tanah bekas hak erfpacht dan HGU berhubungan erat dengan cara pemerintah kolonial belanda membangun ekonomi. Sebagai respon terhadap tuntutan
18
kapitalis di negerinya sendiri untuk mendapatkan tanah bagi perluasan bisnis para kapitalis setempat, pemerintah kolonial Belanda mengeluarkan hukum agraria pada tahun 1870 untuk memungkinkannya memberikan hak sewa jangka panjang (erfpacht) kepada para investor asing (Benda-Backman 1979, hal. 210-211 dan Harsono 1999, hal. 37-42). Kemudian, pemerintah Indonesia merdeka meneruskan kebijakan agraria colonial tersebut dengan pada tahun 1960 mengeluarkan undangundang agraria baru (UUP No. 5/1960). Berbeda dari deklarasi pemilikan, UUPA 1960 mengakui keberadaan tanah ulayat dan sekaligus mengakui penggunaan hukum adat untuk pengaturan dan pemanfaatan tanah ulayat tersebut (Sumarjono 2000, hal. 55), akan tetapi, dipihak lain, UUPA melegitimasi negaraisasi tanah ulayat yang dilakukan oleh pemerintah kolonial Belanda. Menurut pemerintah Indonesia, tanah yang telah dikuasai oleh seseorang dengan hak yang telah diberikan oleh pemerintah kolonial, seperti hal erfpaccht, ditetapkan sebagai tanah negara. Pemerintah kemudian mengalokasikan tanah tersebut sebagai investor perkebunan berikutnya dengan memberikan Hak Guna Usaha dan tanah seperti ini dinyatakan sebagai tanah milik Negara. Konflik agraria yang lain terutama yang tujuannya mempertahankan tanah dan menuntut kompensasi berkaitan erat dengan aparatur negara sebagai pihak pengalokasi dan sekaligus pengorganisasi penyerahan tanah yang dimiliki dan dikuasai oleh komunitas negeri. Di Indonesia, menurut undangundang, negara berkuasa penuh berkenaan dengan pengalokasian tanah.
19
Penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa di Indonesia pemerintah yang mengalokasikan lahan hutan, laut, sungai dan tanah untuk ditambang kepada para investor dimana saja di republik ini. Sebagai akibatnya, makin luas tanah yang telah diserahkan oleh negara kepada pebisnis, dan sebagai konsekuensinya tentunya aktor yang paling bertanggung jawab atas akibatakibat negatif dari semua itu adalah negara itu sendiri. Di sektor perkebunan saja, proyek pemerintah mengalokasikan tanah untuk perkembangan perkebunan besar kelapa sawit
telah menyebabkan
sampai tahun 2014 seluas 6.059.441 hektar tanah dikawasan perdesaan telah dikontrol oleh perusahaan besar perkebunan kelapa sawit di berbagai tempat di Indonesia. Kita-kira 19.840.000 hektar tanah lagi direncanakan akan dialokasiakan oleh pemerintah untuk pengembangan perkebunan kelapa sawit berskala besar tersebut (Sawit Watch 2004, hal. 5). Melaksanakan tugasnya mengalokasikan tanah ulayat milik kaum, suku atau negeri bagi para investor, aparatur negara tidak melindungi kepentingankepentingan para pemilik tanah ulayat tersebut dengan baik. Pertama, pengembangan dan pengkonversian (penyerahan kepada petani plasma) kebun plasma sebagai kompensasi penyerahan tanah ulayat untuk pengembangan perkebunan berskala besar milik perusahaan swasta maupun negara tidak dikelola secara baik seperti dalam hal luas area plasma, pengembangan plasma itu sendiri, penerima plasma, dan penyerahan plasma. Kedua, hak-hak pemilik tanah ulayat atas tanah mereka tidak diidentifikasi secara baik seperti, ada tidaknya lahan garapan dan tanaman pemilik dan hukum adat tentang pelepasan tanah ulayat. Ketiga, pemerintah tidak berusaha untuk mendapatkan
20
persetujuan berdasarkan informasi (informed consent) dari pemilik tanah ulayat. Pada dasarnya, pemilik tanah ulayat tidak diberitahu konsekuensi hukum dari penyerahan tanah ulayat mereka kepada pemerintah kabupaten /kota untuk kemudian diserahkan kepada pebisnis. 2.6 Pengertian Produktivitas Kebun Kelapa Sawit Pengertian produktivitas secara umum adalah menghasilkan lebih, dengan kata lain lebih baik, optimal dalam jumlah kerja yang sama dari usaha manusia yang dikeluarkan (Glaser, 1996). Produktivitas dapat didefinisikan sebagai perbandingan antara totalitas keluaran pada waktu tertentu dengan totalitas masukan selama priode tersebut, atau suatu tingkat efisiensi dalam memproduksi barang atau jasa (Filippo, 1994). Mahoney dalam Campbell (1990) mendefinisikan produktivitas sebagai suatu pengertian efisiensi secara umum yaitu sebagai rasio antara hasil dan masukan dalam suatu proses yang menghasilkan suatu produk atau jasa. Hasil (output) itu meliputi (penjualan, laba, kepuasan konsumen), sedangkan masukan meliputi alat yang digunakan, biaya, tenaga, keterampilan dan jumlah hasil individu. Sejalan dengan pendapat di atas, Glaser (1996) menjelaskan produktivitas tidak dapat dipisahkan dengan pengertian produksi karena keduanya saling berhubungan. Apabila permasalahan produktivitas maka produksi selalu tersangkut di dalamnya. Perngertian produktivitas secara teknis, ekonomi, dan psikologis adalah rangkuman atau gambaran antara unsur efektivitas, efisiensi, dan kepuasan kerja yang harus mengandung volume produksi, hemat masukan serta optimalisasi kepuasan kerja secara manusiawi Hadipranata dalam Risza (2005).
21
Produktivitas dapat dikatakan meningkat jika memenuhi keadaan atau kriteria sebagai berikut : a. Volume output bertambah besar sedangkan volume input tetap b. Volume output tetap sedangkan volume input berkurang c. Volume
output bertambah lebih besar bila dibandingkan dengan
pertambahan volume inputnya d. Volume outputnya berkurang lebih sedikit bila dibandingkan dengan pengurangan volume inputnya Disamping itu ada 4 (empat) bidang pekerjaan yang mempunyai dampak besar terhadap produktivitas, yaitu : a. Investasi mesin untuk menggantikan tenaga manusia b. Upaya yang diarahkan pada penentu dan penetapan metode kerja yang paling cocok c. Usaha untuk menghilangkan praktek yang tidak produktif, yang biasanya menghambat peningkatan produktivitas d. Metode personalia yang dapat digunakan oleh manajemen untuk memanfaatkan keterampilan yang di miliki pekerja 2.7 Tingkat Kematangan Buah Kelapa Sawit Buah sawit yang telah matang akan membrondol, keadaan ini digunakan sebagai tolak ukur kematangan buah sawit. Buah sawit yang semakin banyak membrondol maka semakin matang. Menurut Risza (2005), kriteria matang panen yang di tetapkan untuk mempermudah pengolahan dan penyeragaman kualitas tandan, didasarkan pada : a. Kandungan minyak di dalam tandan semaksimal mungkin
22
Tujuan dari budidaya kelapa sawit adalah untuk menghasilkan minyak dan inti sawit, oleh sebab itu ukuran yang dipakai bukan berat tandan per ha tetapi jumlah minyak dan inti sawit per ha. Kandungan minyak sebagai ukuran kematangan dianjurkan agar buah sawit yang dipanen ialah buah brondol, akan tetapi hal ini tidak mungkin karena mengalami kesulitan pengukutipan brondol dan asam lemak bebasnya (Free Fatty Acid) meningkat. b. Kandungan asam lemak bebas yang rendah Konsumen pada umumnya mengingankan banyak sawit dan inti sawit yang mengandung asam lemak bebas dan yang rendah. Hal ini dapat dicapai jika buah yang dipanen masih mentah, akan tetapi memotong buah sawit yang mentah menimbulkan masalah di pabrik yaitu rendahnya efisiensi ekstraksi minyak dan inti sawit. Menurut Supriyono (2000) biaya adalah harga perolehan yang dikorbankan atau digunakan dalam rangka memperoleh penghasilan atau revenue yang akan dipakai sebagai pengurang penghasilan, sedangkan menurut Mulyadi (2005), biaya adalah pengorbanan sumber ekonomis yang di ukur dalam satuan uang, yang telah terjadi, sedang terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu. 2.8 Tinjaun Empiris Beberapa peneliti yang sejenis atau memiliki kesamaan variabel dengan penelitian ini yaitu sebagai berikut :
23
Liang, 2016. Dampak Keberadaan Perkebunan Kelapa Sawit Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Di Desa Badak Mekar Kecamatan Muara Badak Kabupaten Kutai Kartanegara. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kondisi sosial ekonomi masyarakat dengan adanya kegiatan perusahaan perkebunan di desa Badak Mekar Kecamatan Muara Badak. Jenis penelitian yang dilakukan termasuk deskriptip kualitatif. Fokus utama penelitian yang ditetapkan adalah tingkat pendidikan dalam keluarga, kesehatan anggota keluarga, kepemilikan rumah/tempat tinggal, pendapatan kepala keluarga, fasilitas yang dimiliki. Jenis data yang digunakan meliputi data primer dan data sekunder, sedangkan sumber data yang diambil dari informan yang kompeten, diantaranya yaitu kepala desa dengan beberapa orang staf yang tugasnya berkaitan dengan masalah penelitian yang diteliti. Sedangkan tehnik pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara, dan dokumentasi. Analisis data yang dikumpulkan adalah model interaktif yang dikembangkan oleh Miles dan Huberman. Hasil penelitian menunjukkan sejak adanya perkebunan kelapa sawit kondisi sosial ekonomi masyarakat mengalami peningkatan karena masyarakat memiliki mata pencaharian dan mendapatkan upah setiap bulannya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Tingkat pendidikan keluarga cukup baik dengan rata-rata anak yang bersekolah hingga jenjang sekolah menengah tingkat atas dan ada juga sampai perguruan tinggi. Kesehatan keluarga terjaga dengan baik karenan mendapat fasilitas kesehatan dari pihak perkebunan namun masih ada kekurangan dari fasilitas kesehatan yang diberikan. Selain itu perusahaan memberikan fasilitas tempat
24
tinggal bagi karyawan yang tidak memiliki tempat tinggal dan tidak sedikit juga yang tidak memiliki tempat tinggal sendiri dengan dilengkapi fasilitas yang cukup memadai, dari kendaraan bermotor hingga mobil. Ayu Lestari, 2015. Analisis Multiplier Effect Ekonomi Perkebunan Kelapa Sawit Di Kabupaten Mesuji. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan multiplier effect, dampak secara ekonomi dan sosial yang ditimbulkan, dan hambatan yang dihadapi dalam pengembangan perkebunan kelapa sawit di kabupaten Mesuji. Penelitian ini menggunakan data primer yang diperoleh melalui wawancara langsung kepada responden. Model analisis yang digunakan yaitu model pengganda basis dengan ukuran pendapatan dan metode analisis deskriptif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kegiatan perkebunan kelapa sawit di kabupaten Mesuji menciptakan multiplier effect sebesar 2,48. Di bidang ekonomi perkebunan kelapa sawit mampu meningkatkan pendapatan dan konsumsi masyarakat, memberikan peluang tembuhnya peluang usaha baru dan mampu menyerap tenaga kerja. Secara sosial berkontribusi untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dalam memperoleh kualitas kesehatan dan pendidikan yang lebih baik, dan mampu meningkatkan kualitas sarana dan prasarana sekitar. Sedangkan hambatan
yang dihadapi
adalah perolehan modal untuk
pengembangan, kurangnya program penyuluhan, dan kendala pada perluasan lahan. 2.9 Kerangka Pikir Masalah sosial ekonomi masyarakat murupakan masalah yang masih menghantui rakyat Indonesia. Beberapa permasalahan sosial ekonomi itu
25
adalah masih rendahnya tingkat pendidikan, kurangnya fasilitas kesehatan, kurang terbukanya kesempatan kerja serta tingkat pendapatan yang rendah. Hal tersebut mendorong masyarakat untuk memanfaatkan sumber daya manusia demi kelangsungan hidup dalam rangka meningkatkan perekonomian masyarakat. PT. Sultra Prima Lestari merupakan salah satu perusahaan perkebunan kelapa sawit yang terbesar, memilik luas area perkebunan sekitar 6.669 Hektare tersebar di kecamatan Andowia dengan jumlah petani yang 1.500 orang jumlah dari keseluruhan karyawan, sedangkan karyawan yang berasal dari Kecamatan Andowia150 orang. Dengan berdirinya perusahaan perkebunan PT. Sultra Prima Lestari berpengaruh pada kondisi sosial dan ekonomi masyarakat di sekitar perusahaan perkebunan tersebut. Mengingat saat ini kondisi sosial dan ekonomi masyarakat di sekitar perusahaan perkebunan PT. Sultra Prima Lestari masih belum optimal. Untuk lebih jelasnya penulis paparkan pada skema kerangka pikir di bawah ini :
26
Kabupaten Konawe Utara
Kecamatan Andowia
Perkebunan Kelapa Sawit
Potensi SDM -Kondisi sosial Dampak
-kondisi ekonomi Analisis
Kesimpulan (Gambar. 1. Skema Kerangka Pikir)
27
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif yaitu menggambarkan dampak keberadaan perkebunan kelapa sawit. Fokus utama penelitian yang ditetapkan adalah tingkat pendidikan dalam keluarga, kesehatan anggota keluarga, pereumahan/fasilitas yang dimiliki, dan pendapatan. Data yang digunakan dalam penelitian adalah data primer. 3.2 Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat yang bekerja di perkebunan kelapa sawit di kecamatan Andowia yakni berjumlah 1.500 orang jumlah dari keseluruhan karyawan, sedangkan karyawan yang berasal dari Kecamatan Andowia150 orang 3.3 Sampel karena besarnya jumlah sampel dan seberannya, maka sampel dalam penelitian ini menggunakan metode purposive sumpling atau penarikan sampel secara sengaja yakni sebesar 30 responden atau sekitar 20% dari total populasi. 3.4 Jenis Dan Sumber Data jenis data yang dipergunakan dalam penelitian ini yaitu : 1. Data primer adalah data yang yang diperoleh langsung dari responden yang meliputi : pendapatan, pendidikan, perumahan, dan kesehatan responden.
27
28
2. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari instansi terkait; BPS, kantor kecamatan, desa/kelurahan maupun pihak swasta yang diharapkan dapat mendukung hasil penelitian ini seperti jumlah penduduk, jumlah nelayan, dan lain-lain. 3.5 Teknik Pengumpulan Data metode pengumpulan data yang digunakan dalam penyusunan penelitian ini adalah : a. angket terbuka kuesioner atau angket terbuka merupakan sejumlah pertanyaan yang disusun sedemikian rupa sehingga responden dapat memberikan respon (jawaban) sesuai dengan kehendak, keadaanya, maupun pendapatan (Purwanto, 2011). b. Wawancara Metode wawancar tidak tersteruktur adalah mencari data dengan mengajukan kepada responden maupun mengadakan tanya jawab untuk mengetahui informasi yang lebih mendalam mengenai suatu hal yang diketahui responden (Sugiyono,2010). c. Metode dokumentasi Metode dokumentasi merupakan suatu cara untuk memperoleh data atau informasi mengenai berbagai hal yang ada kaitannya dengan penelitian dengan jalan melihat kembali laporan-laporan tertulis baik merupakan angka maupun keterangan (Sugiyono,2010).
29
3.6 Teknis Analisis Data Teknis analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknis analisis deskriptif kualitatif. Teknis analisis deskriptif kualitatif digunakan untuk memaparkan atau menggambarkan kondisi sosial ekonomi masyarakat sebagai dampak dari keberadaan perkebunan kelapa sawit di kecamatan Andowia. 3.7 Definisi Oprasional Untuk menghindari kesalahan penapsiran dalam penelian ini maka penulis mendefinisikan variabel dalam penelitian ini sebagai berikut :
Kondisi sosial ekonomi yang dimaksud dalam penelitian
ini ialah
dalam hal pemenuhan kebutuhan masyarakat, antara lain : (1) perumahan ialah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau hunian yang dilengkapi dengan prasarana, (2) pendidikan yang dimaksudkan dalam hal ini sampai dimana masyarakat mengenyam bangku pendidikan, (3) tingkat kesehatan responden yang ukur seberapa sering ia melakukan pengobatan kepuskesmas atau rumah sakit,
Ekonomi ialah mengukur tingkat kesejahteraan yang diukur dari pendapatan yang dimaksud dalam hal ini seberapa besar jumlah uang yang didapat atau diterima masyarakat dari suatu aktivitas, berdasarkan indikator tersebut masyarakat yang bekerja diperkebunan kelapa sawit di Kecamatan Andowia Kabupaten Konawe Utara dapat digolongkan kedalam kedudukan sosial ekonomi rendah, sedang, atau tinggi.
30
BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 4.1.1 Karakteristik Lokasi Penelitian Secara geografis Kabupaten Konawe Utara terletak di bagian Selatan Khatulistiwa, melintang dari Utara ke Selatan antara 02°97’ dan 03°86’ lintang Selatan, membujur dari Barat ke Timur antara 121°49’ dan 122°49’ bujur Timur. Secara administratif, luas wilayah Kabupaten Konawe Utara yaitu 500.339 Ha atau 13,38 % dari luas wilayah Sulawesi Tenggara. Sedangkan luas wilayah perairan laut (termasuk perairan Kabupaten Konawe Selatan dan Kabupaten Konawe ) ±11.960 Km2 atau 10,87 % dari luas perairan Sulawesi Tenggara. Selain jazirah tenggara Pulau Sulawesi, terdapat juga pulau-pulau kecil yaitu Pulau Karama, Pulau Bawulu, Pulau Lambosina, Pulau Meo, Pulau Sisik Utara, Pulau Sisik Selatan, Pulau Labenggi, Pulau Sijempi Utara, Pulau Sijempi Selatan, Pulau Pampara, Pulau Tukokula, Pulau Burung, Pulau Mesji dan Pulau Labenggi Kecil. Tidak semua pulau berpenghuni, biasanya pulaupulau besar seperti Pulau Labenggi dan Pulau Bawulu yang dipilih sebagai tempat untuk dihuni. Adapun batas wilayah Kabupaten Konawe Utara adalah sebagai berikut :
Sebelah Utara : berbatasan dengan Kabupaten Morowali (Provinsi Sulawesi Tengah) dan Kecamatan Routa (Kabupaten Konawe)
Sebelah Barat : berbatasan dengan Kecamatan Latoma Kabupaten Konawe
30
31
Sebelah Selatan : berbatasan dengan Kecamatan Bondoala, Kecamatan Amonggedo, Kecamatan Meluhu, Kecamatan Anggaberi, Kecamatan Tongauna, dan Kecamatan Abuki Kabupaten Konawe.
Sebelah Timur :
berbatasan
dengan
Kabupaten
Morowali
(Provinsi
Sulawesi Tengah) dan Laut Banda. Wilayah Kabupaten Konawe Utara dibagi dalam 10 (sepuluh) kecamatan. Dari 10 kecamatan tersebut, Kabupaten Konawe Utara terbagi dengan 144 desa/kelurahan yang terdiri dari 136 desa, 8 kelurahan dan 2 Unit Permukiman Transmigrasi (UPT). Tabel 4.1. Nama dan Luas Wilayah Per-Kecamatan di Kabupaten Konawe Utara Kecamatan
Ibukota
Sawa Sawa Motui Bende Lembo Lembo Lasolo Tinobu Molawe Molawe Asera Asera Andowia Andowia Oheo Oheo Langgikima Langgikima Wiwirano Wiwirano JUMLAH
Banyaknya
Luas Wilayah (Km2)
Desa
Kelurahan
UPT
93.885 24.265 78.12 262.5 365.06 714.77 892.25 590.7 476.75 1505.09 5003.39
9 12 10 25 8 15 12 15 7 23 136
1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 8
0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 2
Jumlah 10 12 11 26 9 17 13 16 8 24 146
Sumber Data : Kab. Konawe Utara Dalam Angka Tahun 2016
Tabel 4.1. Dapat dilihat bahwa Kecamatan Wiwirano mempunyai daerah yang terluas sekitar 1505 Km2 dan Kecamatan Motui merupakan daerah yang paling kecil sekitar 25 Km2, diantara 10 kecamatan di Kabupaten Konawe Utara. Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Konawe Utara Nomor 04 Tahun 2010 Tentang Pembentukan Kecamatan Oheo, Andowia dan Kecamatan
32
Motui di Kabupaten Konawe Utara, maka sejak akhir tahun 2010 telah terbentuk Kecamatan Andowia, bersamaan dengan terbentuknya Kecamatan Oheo dan Kecamatan Motui. Kecamatan Andowia merupakan kecamatan pemekaran dari kecamatan Asera, sehingga wilayah kecamatan Andowia sebelumnya merupakan wilayah kecamatan Asera. Letak geografis Kecamatan Andowia tergolong sebagai daerah perbukitan sehingga topografi sebagian besar berbukit dan wilayah-wilayah desa terletak pada lereng tetapi beberapa wilayah desa merupakan lembah dan hamparan, terutama wilayah pemukiman penduduk. Berdasarkan Peraturan Daerah pembentukan kecamatan, batas wilayah Kecamatan Andowia di sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Wanggudu Kecamatan Asera, sebelah timur berbatasan kecamatan Molawe, sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Tongauna dan kecamatan Abuki Kabupaten Konawe, dan sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Langgikima. Sebelum akhir tahun 2010, desa/kel di wilayah kec andowia (masih gabung Kec Asera) hanya terdiri dari 1 Kelurahan yaitu Kel Andowia dan 6 desa yaitu; Desa Lahimbua, Lamondowo, Laronanga, Labungga, Lambudoni, desa Mataiwoi. Seiring dengan pembentukan kecamatan Andowia, maka berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Konawe Utara Nomor 03 Tahun 2010 Tentang Pembentukan Desa dalam Wilayah Kabupaten Konawe kecamatan Andowia, yaitu desa Banggarema (pemekaran desa Lahimbua), desa Puusuli dan Desa Puuwonua (pemekaran Desa Laronanga), dan desa Amolame (pemekaran desa Larobende). Selain desa-desa tersebut, juga terdapat desa baru yang terbentuk, yaitu desa Anggolohipo tetapi dalam publikasi ini belum dimasukan karena
33
pembentukan desa tersebut baru Devinitif Tahun 2015 dan dibahas lebih lanjut oleh pemerintah daerah Kabupaten. 4.1.2 Jumlah, Pertumbuhan dan Kepadatan Penduduk Tidak tersedia data mengenai jumlah penduduk yang bekerja dan sektor atau lapangan pekerjaan dari penduduk yang bekerja tiap desa dan kelurahan sehingga tidak dapat di jabarkan lebih lanjut mengenai kondisi ketenagakerjaan di kecamatan Andowia. Tetapi sebagai daerah yang tergolong wilayah pedesaan, sektor pertanian masih merupakan sektor yang dominan sebagai sumber pekerjaan dan pendapatan rumah tangga, baik itu tanaman pangan dan palawija maupun perkebunan, dan sub sektor pertanian lainnya. Pada Tabel 4.9., dapat dilihat distribusi penduduk berdasarkan usia kerja dan bukan usia kerja menurut desa dan kelurahan tahun 2014. Sebanyak 3.305 jiwa atau sekitar 63 persen adalah usia kerja yaitu kelompok penduduk umur 15 tahun sampai dengan 64 tahun, sedangankan sebanyak 2.072 jiwa bukan usia kerja yaitu penduduk usia 0 sampai 14 tahun dan penduduk usia 65 tahun ke atas
34
Tabel 4.2. Tabel Jumlah Penduduk Tahun 2016 No
Desa
Jumlah Penduduk (Jiwa)
1
Banggarema
269
2
Lahimbua
479
3
Lamondowo
521
4
Kec. Andowia
984
5
Puusuli
230
6
Laronanga
445
7
Labungga
685
8
Puuwonua
215
9
Larobende
504
10
Amolame
299
11
Lambudoni
306
12
Mataiwoi
440
Jumlah
59.590
Sumber Data : Kantor desa/kel. Tahun 2016
Perkiraan jumlah penduduk ini penting dalam suatu perencanaan, karena kependudukan merupakan salah satu penentu dalam mengkondisikan perkembangan suatu wilayah baik dari segi fisik maupun non fisik. Dengan mengetahui perkembangan suatu penduduk di suatu wilayah maka akan dapat diketahui prediksi dari kebutuhan akan fasilitas dan utilitas penunjang serta perkiraan kebutuhan ruangnya. Dengan mengetahui prediksi akan kebutuhan fasilitas, utilitas dan ruangnya maka akan relatif lebih mudah untuk memberikan arahan perkembangan sehingga akan didapat keteraturan secara fisik dan non fisik.
35
Tabel 4.3. Penduduk Kabupaten Konawe Utara Menurut Kelompok Umur Dan Jenis Kelamin Kelompok Umur 0–4 5–9 10 – 14 15 – 19 20 – 24 25 – 29 30 – 34 35 – 39 40 – 44 45 – 49 50 – 54 55 – 59 60 – 64 65 – 69 70 – 74 75+ Konut
Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan 342 340 329 317 320 292 255 256 276 253 296 250 215 195 218 189 156 122 110 116 103 99 62 59 44 42 30 30 18 20 17 17 2.791 2586
Jumlah 682 646 612 511 529 546 410 407 278 226 202 121 86 60 38 34 5.377
Sumber: BPS Kab. Konawe utara 2016 4.1.3 Sarana Dan Prasarana Pendidikan adalah salah satu faktor yang mempengaruhi kondisi sosial masyarakat, sehingga ketersediaan sarana pendidikan di setiap desa menjadi hal yang sangat penting, terutama sarana pendidikan dasar. Sarana pendidikan di kecamatan Andowia sudah cukup memadai, karena sarana pendidikan dasar, dalam hal ini Sekolah Dasar sudah tersedia pada sebagian besar wilayah desa/kel, selain itu akses ke sarana pendidikan Sekolah Dasar cukup mudah untuk desa yang belum ada sarana pendidikan sekolah dasarnya. Sedangkan untuk pendidikan dasar lanjutan yaitu Sekolah Menengah Pertama hanya satu sekolah, yaitu Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Andowia yang terletak di Lingkungan RT 01/RW 01 Kelurahan Andowia.
36
Akses pendidikan tingkat atas, seperti Sekolah Menengah Kejuruan sudah tersedia, sehingga masyarakat yang bersekolah tidak harus ke wilayah kecamatan lain seperti ke Kecamatan Asera, untuk sarana SMA belum ada. Selain sarana pendidikan formal, di kecamatan Andowia juga tersedia sarana pendidikan pra sekolah yaitu Taman Kanak-Kanak (TK) yang berjumlah 4 sekolah. Pada tabel 4.4, 4.5, 4.6, dan 4.7. Dapat dilihat banyaknya sekolah, banyaknya guru (guru tetap dan guru bantu), dan banyaknya murid pada TK, SD, SMP dan SMA/SMK di kecamatan Andowia. Untuk mendukung kegiatan pendidikan, ketersediaan guru mutlak diperlukan sebagai subyek utama pemberi informasi, sehingga transfer ilmu pengetahuan dapat berlangsung dengan baik. Selain guru tetap, juga terdapat guru bantu berupa guru honorer pada setiap sekolah, hal ini sangat membantu karena ketersediaan guru tetap masih terbatas jumlahnya, sehingga rasio murid per guru pada setiap jenjang pendidikan cukup rendah yaitu rata-rata 4,29 pada Taman Kanak-kanak, 14,04 pada Sekolah Dasar, dan 15,29 pada Sekolah menengah Pertama. Pada Sekolah Dasar Negeri Laronanga, rasio murid perguru masih cukup besar yaitu 22,57 sedangkan rasio murid per guru terendah adalah 5,33 yaitu pada Sekolah Dasar Negeri Labungga yang terletak di Desa Puuwonua, hal tersebut terjadi karena jumlah murid yang sangat sedikit pada sekolah tersebut yaitu 12 orang murid.
37
Tabel 4.4. Banyaknya Sekolah, Guru dan Murid Tingkat Taman Kanak-kanak Guru
Murid
Desa/Kelurahan
Sekolah
1
Banggarema
-
-
-
2
Lahimbua
1
1
20
3
Lamondowo
-
-
-
4
Kel Andowia
1
1
50
5
Puusuli
-
-
-
6
Laronanga
-
-
-
7
Labungga
1
2
45
8
Puuwonua
-
-
-
9
Larobende
-
-
-
10
Amolame
-
-
-
11
Lambudoni
-
-
-
12
Mataiwoi
1
2
27
Jumlah
4
6
142
Sumber: BPS Kab. Konawe utara 2016 Tabel 4.4. Diatas untuk jumlah Sekolah Taman Kanak-kanak hanya di Desa Lahimbua, Labungga, Andowia dan Mataiwoi sedangkan untuk desa lainnya masih belum mempunyai sarana pendidikan berupa Taman Kanakkanak.
38
Tabel 4.5. Banyaknya Sekolah, Guru dan Murid Tingkat Sekolah Dasar (SD) Desa/Kelurahan
Sekolah
Guru
Murid
1
Banggarema
-
-
-
2
Lahimbua
1
10
162
3
Lamondowo
-
-
-
4
Kel Andowia
2
15
266
5
Puusuli
1
6
63
6
Laronanga
1
7
152
7
Labungga
-
8
Puuwonua
1
5
12
9
Larobende
-
-
-
10
Amolame
1
6
145
11
Lambudoni
-
-
-
12
Mataiwoi
1
7
134
Jumlah
8
56
934
Sumber: BPS Kab. Konawe utara 2016 Tabel 4.5. Diatas untuk pendidikan Sekolah Dasar yang ada di Kecamatan Andowia Sudah menyebar namun belum merata di setiap desa.
39
Tabel 4.6. Banyaknya Sekolah, Guru dan Murid Tingkat Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) Desa/Kelurahan
Sekolah
Guru
Murid
1
Banggarema
-
-
-
2
Lahimbua
-
-
-
3
Lamondowo
-
-
-
4
Kel Andowia
1
8
396
5
Puusuli
-
-
-
6
Laronanga
-
-
-
7
Labungga
-
-
-
8
Puuwonua
-
-
-
9
Larobende
-
-
-
10
Amolame
-
-
-
11
Lambudoni
-
-
-
12
Mataiwoi
-
-
-
Jumlah
1
8
396
Sumber: BPS Kab. Konawe Utara 2016 Tabel 4.6. Diatas Pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama hanya terdapat di satu desa saja yaitu Kelurahan Andowia, yang memiliki 1 unit persekolahan dengan jumlah murid sebanyak 396 orang dan jumlah guru sebanyak 8 orang sedangkan desa yang lain tidak memiliki.
40
Tabel 4.7. Banyaknya Sekolah, Guru dan Murid Tingkat Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Desa/Kelurahan
Sekolah
Guru
Murid
1
Banggarema
-
-
-
2
Lahimbua
1
3
26
3
Lamondowo
-
-
-
4
Kel Andowia
-
-
-
5
Puusuli
-
-
-
6
Laronanga
-
-
-
7
Labungga
-
-
-
8
Puuwonua
-
-
-
9
Larobende
-
-
-
10
Amolame
-
-
-
11
Lambudoni
-
-
-
12
Mataiwoi
-
-
-
Jumlah
1
3
26
Sumber: BPS Kab. Konawe Utara 2016 Tabel diatas Pendidikan Sekolah Menengah kejuruan hanya terdapat di satu desa saja yaitu desa lahimbua, yang memiliki 1 unit persekolahan dengan jumlah murid sebanyak 26 orang dan jumlah guru sebanyak 3 orang sedangkan desa yang lain tidak memiliki.
4.2 Karakteristik Responden 4.2.1 Jumlah Responden Menurut Jenis Kelamin Hasil penelitian yang dilakukan terhadap 30 responden diperoleh gambaran tentang karakterisitik responden berdasarkan jenis kelamin terlihat pada Tabel 4.8.
41
Tabel 4.8. Jumlah Responden Menurut Jenis Kelamin No. 1. 2.
Jenis Kelamin Jumlah (Orang) 19 Laki-Laki 11 Perempuan 30 Jumlah Sumber : Data Primer (diolah 2016)
Persentase (%) 63,33
36,67 100.00
Tabel 4.8., menunjukkan bahwa sebanyak 19 orang atau 63,33 % responden adalah laki-laki dan sebanyak 11 orang atau 36,67 % adalah perempuan dari total responden. Hasil ini mengindikasikan bahwa jumlah Karyawan yang menjadi responden dalam penelitian ini menunjukkan bahwa lebih banyak karyawan yang berjenis kelamin Laki-Laki dalam melakakukan aktivitas pekerjaan. 4.2.2 Jumlah Responden Menurut Umur Hasil penelitian yang dilakukan terhadap 30 responden diperoleh gambaran tentang karakterisitik responden berdasarkan umur terlihat pada Tabel 4.9., di bawah ini Tabel 4.9. Jumlah Responden Menurut Umur No 1 2 3 4
Umur (Tahun) Jumlah (Orang) 4 20-28 13 29-35 10 36-40 3 41-45 Jumlah 30 Sumber : Data Primer (diolah 2016)
Persentase (%) 13.33 43,33
33,33 10 100.00
Tabel 4.9. menunjukkan bahwa karyawan terbanyak adalah mereka yang berumur berkisar antara 29-35 tahun sebanyak 13 orang (43,33). Sisanya jumlah responden yang berumur 20-28 tahun sebanyak 4 orang atau dengan tingkat persentase sebesar (13,33%), responden yang berumur 36-40 tahun
42
berjumlah sebanyak 10 orang dengan persentase sebesar (33,33%) dan responden yang berumur 41-45 berjumlah 3 orang dengan tingkat persentase sebesar (10%). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa mayoritas responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini berada pada usia produktif. 4.2.3 Jumlah Responden Menurut Masa Kerja Hasil penelitian yang dilakukan terhadap 30 responden diperoleh gambaran tentang karakterisitik responden berdasarkan masa kerja terlihat pada Tabel 4.10., berikut ini : Tabel 4.10. Jumlah Responden Menurut Masa Kerja No 1 2
Masa kerja (Tahun) Jumlah (Orang) 17 <3 13 >3 Jumlah 30 Sumber : Data Primer (diolah 2016)
Persentase (%) 52,2 47,8 100.00
Tabel 4.10. menunjukkan bahwa masa kerja responden kategori lama dan baru hampir sama besar. Responden dengan masa kerja baru (<3 tahun) sebanyak 17 orang (52,2%), sedangkan responden dengan masa kerja lama (≥3 tahun) dengan jumlah 13 orang (47,8%). 4.3 Dampak Perkebunan Kelapa Sawit Sebelum dan Sesudah Adanya Perusahaan Perkebunan Kelapa Sawit PT. Sultra Prima Lestari 4.3.1 Dampak Terhadap Kondisi Sosial 1. Akses Pendidikan Pendidikan adalah usaha sadar dan sistematis untuk mencapai taraf hidup atau kemajuan yang lebih baik (pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
43
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat). Pendidikan meliputi pengajaran keahlian khusus dan juga sesuatu yang tidak dapat dilihat lebih mendalam yaitu pemberian pengetahuan, pertimbangan dan kebijaksanaan. PT. Sutra Prima Lestari tidak memberikan kontribusinya didalam sarana pendidikan yang berupa bantuan pendidikan atau pun beasiswa berprestasi kepada masyarakat yang berada di Kecamatan Andowia, atau pun anak-anak dari para karyawan perkebunan yang bekerja di perkebunan kelapa sawit. Rata-rata masyarakat di Kecamatan Andowia menyekolahkan anaknya dengan pendapatan yang dihasilkan selama bekerja, sedangkan para pekerja perkebunan menyekolahkan anaknya dengan biaya yang dihasilkan selama bekerja diperusahaan perkebunan namun hanya sampai kejenjang SLTA dan untuk samapai ketingkat perguruan tinggi mereka tidak mampu. Hanya sebagian responden yang mempunyai usaha sampingan selain bekerja diperkebunan yang menyekolahkan anaknya sampai keperguruan tinggi dengan menginfestasikan gajinya seluruhnya untuk keperluan pendidikan anaknya. Adanya pendidikan maka dapat memanfaatkan akses pendidikan yang ada, bagaimana pun tingkat pendidikan sangat mempengaruhi terhadap kualitas berfikir, sikap dan bertingkah laku masyarakat dalam menjalani kehidupan mereka sehari-hari. Yang tentunya juga akan mempengaruhi ranah sosial dimana mereka melakukan aktifitas, terutama yang menyangkut kesejahteraan. Pada bidang pendidikan diharapkan program yang dirancang akan memberikan peningkatan mutu pendidikan masyarakat, bentuk kegiatan yang
44
dilakukan adalah memberikan kesempatan kepada tenaga pendidik tingkat SLTP dan SLTA yang berada di instansi pemerintahan dan swasta Kabupaten Konawe Utara melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi, untuk pengawasan dan sumber pendanaan terhadap kegiatan ini diharapkan dari induk instansi mereka pada tingkat yang lebih tinggi seperti kabupaten atau provinsi. Pendidikan non formal lebih ditujukan untuk masyarakat yang berpendidikan rendah terutama pada generasi muda yang putus sekolah, kegiatan dimaksud berupa pendidikan keterampilan (kursus) dan setelah terampil dapat didistribusikan keperusahaan-perusahaan swasta terutama sebagai tenaga kerja pada perusahaaan pabrik pengolahan kelapa sawit di Kabupaten Konawe Utara. Kegiatan berupa pelatihan ini dapat difasilitasi oleh pabrik pengolahan kelapa sawit dilingkungan Kabupaten Konawe Utara. Melalui permintaan pemerintah yang ditujukan pada stakeholders yang terkait langsung dengan lokasi pendirian pabrik pengolahan kelapa sawit tersebut mulai dari tingkat desa hingga ke tingkat Kabupaten. 3. Kesehatan Mengatasi masalah kesehatan dilakukan program dengan strategi peningkatan taraf dan mutu kesehatan masyarakat. Untuk melaksanakan strategi tersebut dapat dilakukan dengan memberikan pelayanan kesehatan gratis yang ditujukan kepada penderita penyakit yang secara tidak langsung akibat keberadaan pabrik pengolahan kelapa sawit, seperti penyakit kulit dan diare. Pelaksanaan kegiatan ini dapat dilakukan pemerintah daerah Kabupaten Konawe Utara Kecamatan Andowia yang bekerja sama dengan pabrik
45
pengolahan kelapa sawit dalam bentuk Penerapan kartu sehat yaitu Jamsostek dan BPJS Ketenaga Kerjaan sebagai tanggung jawab sosial perusahaan. Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Namun dengan konsentrasi dan kuantitas tertentu, kehadiran Limbah dapat berdampak negatif terhadap lingkungan terutama bagi kesehatan manusia, terutama pada kebutuhan sehari-hari penduduk tersebut, sehingga perlu dilakukan penanganan terhadap Limbah. Berikut distribusi responden berdasarkan Limbah dalam penelitian ini dapat dijelaskan dalam Tabel 4.11 yang telah disajikan dibawah ini: Tabel 4.11. Limbah Pengolahan Minyak Sawit NO
Limbah
Kecenderungan
Frekuensi
Persentase
1.
Pencemaran
Tidak
30
100,0
2.
Pengolahan
Ya
30
100.0
Sumber : Data Primer ( diolah 2016) Tabel 4.11 menunjuan bahwa Limbah Perusahaan perkebunan kelapa sawit PT. Sultra Prima Lestari tidak mencemari lingkungan dengan persentase 100%. (30 responden), sehingga tidak mengganggu kesehatan warga sekitar. Selain itu, tabel tersebut juga menunjukan bahwa Limbah telah dikelola oleh masyarakat maupun perusahaan dengan persentase 100% (30 responden) menyatakan bahwa Limbah sudah dikelola dengan baik, sehingga tidak ada keluhan dari warga berkenaan dengan pengolaan Limbah. Tabel diatas, menunjukkan bahwa Limbah tidak mencemari lingkungan dan sudah dikelola dengan baik sehingga tidak ada masalah kesehatan yang
46
ditimbulkan oleh keberadaan Perusahaan perkebunan kelapa sawit PT. Sultra Prima Lestari. 3. Perumahan Hadirnya perusahaan perkebunan kelapa sawit PT. Sultra prima Lestari di Kecamatan Andowia, memberikan dampak positif terhadap peningkatan pendapatan masyarakat sekitar dibandingkan sebelum adanya perusahaan perkebunan kelapa sawit, hal ini tentunya memberikan dampak terhadap kondisi perumahan masyarakat sekitar yang bekerja pada perusahaan perkebunan kelapa sawit yang dulunya masih semi permanen sekarang sebagian besar sudah merenovasi rumahnya menjadi permanen. Namun kondisi ini tidak sepenuhnya dilakukan oleh masyarakat sekitar yang bekerja pada perusahaan perkebunan kelapa sawit, ada faktor lain yang membuat mereka untuk menunda atau bahkan tidak merenovasi kondisi perumahaan diantaranya yaitu: jumlah tanggungan keluarga dan pilihan mereka untuk bidang pendidikan yang lebih tinggi. Tabel 4.12. Pengalokasian Pendapatan Masyarakat Terhadap Pendidikan, Kesehatan, Dan Perumahan No. Aktivitas Sosial 1. 2. 3.
Pendidikan Kesehatan Perumahan Jumlah Sumber : Data Primer (diolah 2016)
Responden 10 7 13 30
Presentase (%) 33,33 23,33 43,33 100
Berdasarkan Tabel 4.12. Diatas dapat dilihat bahwa pengalokasian anggaran masyarakat untuk kondisi sosial menunjukkan bahwa terdapat sebanyak 10 responden atau sebesar 33,33% dari jumlah total responden
47
sebanyak 30 orang yang pengalokasian pendapatan di bidang pendidikan, dan sebanyak 7 responden atau sebesar 23,33% yang mengalokasikan pendapatan di bidang kesehatan, serta 13 responden atau sebesar 43,44% yang mengalokasikan pendapatannya untuk perumahan. 4.3.2 Dampak Terhadap Kondisi Ekonomi 1. Sumber Mata Pencaharian Sumber penghidupan masyarakat di Kecamatan Andowia sebelum adanya perusahaan perkebunan kelapa sawit PT. Sultra Prima Lestari, pada umumnya adalah petani maupun buruh. Untuk mengetahui jenis aktivitas ekonomi responden Kecamatan Andowia sebelum adanya perusahaan perkebunan kelapa sawit PT. Sultra Prima Lestari dapat dilihat pada Tabel 4.13., berikut : Tabel 4.13. Jenis Aktivitas Ekonomi Responden Di Kecamatan Andowia Sebelum Dan Sesudah Adanya Perusahaan Perkebunan Kelapa Sawit PT. Sultra Prima Lestari Responden No. Aktivitas Ekonomi Persentase Sebelum Sesudah (%) 1. Petani 9 30 8 2. Pedagang 7 23,3 10 3. Buruh 8 26,7 7 4. Tukang Kayu/Batu 6 20 5 Jumlah 30 100 30 Sumber : Data Primer (diolah 2016)
Persentase (%) 26,7 33,3 23,3 16,7 100
Pada Tabel 4.13. Nampak bahwa sebagian besar responden sebelum adanya perusahaan kelapa sawit mereka bergerak di buruh dan petani yakni sebanyak 8 orang atau 26,7 persen, dan responden yang memiliki aktivitas ekonomi sebagai petani sebanyak 9 orang atau 30 persen, selanjutnya yang
48
memiliki aktivitas ekonomi sebagai pedagang dan tukang Kayu/batu yaitu pedagang 7 orang atau 23,3 persen, tukamg Kayu/batu 6 orang atau 20 persen. Sedangkan setelah adanya perusahaan kelapa sawit banayak diantara mereka yang bekerja sebagai pedagang dan petani yakni sebanyak 10 orang atau 33,3 persen, dan responden yang memiliki aktivitas ekonomi sebagai petani sebanyak 8 orang atau 26,7 persen, selanjutnya yang memiliki aktivitas ekonomi sebagai buruh dan tukang Kayu/batu yaitu buruh 7 orang atau 23,3 persen untuk buruh dan 5 orang atau sebesar 16,7 persen bekerja sebagai tukang kayu/batu. Demikian dapat disimpulkan bahwa Pengembangan perkebunan dipedesaan telah membuka peluang kerja bagi masyarakat yang mampu untuk menerima peluang tersebut. Dengan adanya perusahaan perkebunan, mata pencarian masyarakat setempat tidak lagi terbatas pada sektor primer dalam memenuhi kebutuhan keluarganya, tetapi telah memperluas ruang gerak usahanya pada sektor tersier. Bermacam sumber pendapatan yang memberikan andil yaitu pedagang seperti, pedagang-pedagang harian, tiket angkutan dan penjual es. Dan industri rumah tangga seperti, industri tahu, roti, dan percetakan genteng. Dan buruh kasar, nelayan, pencari kayu dihutan dan tukang kayu, serta tukang batu. Selain besaran jumlah pendapatan pada masing-masing rumah tangga petani kelapa sawit, hal yang perlu dicermati dalam mengamati dampak pelaksanaan investasi perkebunan adalah timbulnya usaha-usaha baru yang dikelola oleh masyarakat. Kegiatan usaha tersebut pada dasarmya merupakan upaya pemanfaatan peluang usaha yang tercipta sebagai akibat adanya
49
mobilitas penduduk, baik yang terpengaruh secara langung maupun sebagai akibat usaha yang tercipta oleh adanya pengaruh tidak langsung usaha yang tercipta oleh adanya pengaruh tidak langsung dari pembangunan perkebunan yang memungkinkan terbukanya peluang usaha lainnya. Suatu peluang usaha akan menjadi sumber pendapatan yang memberikan tambahan penghasilan kepada mayarakat jika mampu menangkap peluang usaha yang potensial dikembangkan menjadi suatu kegiatan usaha yang nyata. Dengan demikian kemampuan masyarakat memanfaatkan peluang yang ada akan dipengaruhi oleh kemampuan masyarakat dalam menangkap peluang itu sendiri. Yang kedua adalah kemampuan mengorganisir sumberdaya yang dimiliki sedemikian rupa sehingga peluan yang potensial menjadi usaha yang secara aktual dapat dioperasionalkan. Walaupun tidak semua kegiatan perkebunan memberikan atau menyebabkan timbulnya sumber-sumber pendapatan bagi mayarakat, namun tergantung kepada jenis investasi perkebunan dan sektor ekonomi yang akan dilakukan. Investasi tersebut pada akhirnya akan berpengaruh kepada seberapa besar manfaat kegiatan perkebunan memberi dampak pada mayarakat sekitarnya. Kebijaksanaan pemerintah dan kemampuan masyarakat dalam memperoleh
manfaat
dari
adanya
pembangunan
perkebunan
sangat
berpengaruh. Hal ini akan menetukan variasi sumber-sumber pendapatan yang muncul kemudian. Secara umum dapat diungkapkan bahwa dengan adanya kawasan perkebunan telah menyebabkan munculnya sumber-sumber pendapatan baru yang bervariasi. Sebelum dibukanya kawasan perkebunan di pedesaan, sumber
50
pendapatan masyarakat relatif homogen, yakni menggantungkan hidupnya pada sektor primer, memanfaatkan sumberdaya alam yang tersedia seperti apa adanya tanpa penggunaan teknologi yang berarti. 2. Pendapatan Respoden Pendapatan merupakan nilai bersih penerimaan yang diperoleh responden dari hasil usaha yang dilakukan baik sebagai petani, buruh, pedagang maupun lainnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebelum adanya perusahaan perkebunan kelapa sawit PT. Sultra Prima Lestari, pendapatan yang diperoleh responden masih tergolong rendah, untuk lebih jelasnya ditampilkan pada Tabel 4.14.,berikut : Tabel 4.14. Rata-Rata Jumlah Pendapatan Responden Di Kecamatan Andowia Sebelum Perusahaan Perkebunan Kelapa Sawit PT. Sultra Prima Lestari Rata-rata Pendapatan (Rp/Bulan) 1. 700.000 - - 800.000 2. 850.000 - - 900.000 3. 950.000 - - 1.000.000 4. > 1.000.000 Jumlah Sumber : Data Primer (diolah 2016)
No.
Responden 10 8 7 5 30
Presentase (%) 34,79 26,08 21,74 17,39 100
Tabel 4.14. Nampak bahwa sebagian besar responden masih tergolong berpendapatan rendah yaitu sejumlah 10 orang atau 34,79%, berpendapatan rata-rata sebesar Rp 700.000,- - 800.000,- perbulan. Sedangkan responden yang mempunyai pendapatan Rp. > 1.000.000,- 5 orang atau 17,39. Bila melihat data-data di atas kondisi perekonomian reponden yang pada umunya bermata pencaharian sebagai petani tradisional dan tingkat
51
ketergantungan kepada alam yang sangat tinggi menyebabkan aktivitas, dimana waktu lebih banyak terbuang percuma sehingga perubahan ekonomi terkesan begitu lambat. Umumnya masyarakat di Kecamatan Andowia masih berpendapatan rendah ini disebabkan karena mata pencaharian mereka hanya tergantung pada keadaan alam seperti kegiatan lain untuk menambah pendapatan tidak ada. Jadi kesimpulannya mereka belum memiliki pekerjaan sampingan yang dapat mendukung pekerjaan pokoknya. Dari uraian di atas memberikan gambaran kepada kita bahwa sebelum adanya perusahaan perkebunan kelapa sawit, pendapatan masyarakat masih rendah dan belum dapat memberikan keuntungan yang lebih baik. 4.4 Kondisi Perekonomian Responden Di Kecamatan Andowia Sesudah Adanya Perusahaan Perkebunan Kelapa Sawit PT. Sultra Prima Lestari 4.4.1 Aktivitas Ekonomi Responden Adanya perusahaan kelapa sawit sudah dapat dipastikan akan membuka lapangan kerja dan lapangan usaha, baik langsung maupun tidak langsung, khusunya di Kecamatan Andowia karena dapat memperbaiki keadaan perekonomian masyarakat, dimana pada saat sebelum adanya perusahaan kelapa sawit masyarakat banyak yang bekerja sebagai petani dan ada pula yang merantau keluar daerah untuk mencari pekerjaan, namun sesudah adanya perusahaan kelapa sawit masyarakat yang tadinya merantau banyak yang kembali ke kampung halaman untuk berkerja diperusahaan PT. Sultra Prima Lestari. Berdasarkan hasil wawancara dengan warga setempat mereka bekerja sebagai pedagang dan penyedia jasa dan lain-lain yang semuanya itu untuk
52
memenuhi kebutuhan para pekerja perkebunan. Dengan adanya sumber mata pencaharian itu tentu saja akan membuat mereka betah tinggal di kampung halaman serta dengan meningkatnya jumlah karyawan dapat merubah keadaan perekonomian responden ke arah yang lebih baik dibanding sebelum adanya perusahaan perkebunan kelapa sawit PT. Sultra prima Lestari. Berdasarkan dari hasil penelitian jenis aktivitas ekonomi tambahan responden di Kecamatan Andowia Kabupaten Konawe Utara sesudah adanya perusahaan perkebunan kelapa sawit PT. Sultra Prima Lestari telah bergerak kearah pedagang dan layanan jasa. Dimana reponden telah mendapatkan pekerjaan tambahan yang nantinya akan merubah aktivitas masyarakat kearah yang lebih baik dan akan mendapatkan pendapatan yang lebih besar dibanding dengan sebelum ada perusahaan perkebunan kelapa sawit PT. Sultra Prima Lestari. Untuk lebih jelasnya aktivitas ekonomi yang dilakukan oleh responden dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 4.15., berikut :
Tabel 4.15. Jenis Aktivitas Ekonomi Tambahan Responden Di Kecamatan Andowia Sesudah Adanya Perusahaan Perkebunan Kelapa Sawit PT. Sultra Prima Lestari 2016 No.
Aktivitas Ekonomi
Jumlah Responden
Pedagang dan Jasa (penginapan) Pedagang dan Jasa 2. (bengkel) Pedagang dan Jasa 3. (pangkas rambut) 4. Pedagang Jumlah Sumber : Data Primer (diolah 2016) 1.
Presentase (%)
8
26,67
6
20,00
7
23,33
9 30
30,00 100
53
Pada Tabel 4.15. Nampak bahwa jenis aktivitas ekonomi sesudah adanya perusahaan perkebunan kelapa sawit PT. Sultra Prima Lestari menunjukkan jenis aktivitas tambahan responden yaitu pedagang dan jasa seperti penginapan sebanyak 8 orang atau 26,67%, selanjutnya pedagang dan jasa seperti bengkel sebanyak 6 orang atau 20,00%, kemudian pedagang dan jasa seperti pengkas rambut sebanyak 7 orang dan aktivitas pedagang saja masing-masing sebanyak 9 orang atau 30,00%. Hal ini menunjukkan suatu perubahan ke arah yang lebih baik lagi dimana yang tadinya aktivitas responden hanya sebagai petani, Tukang kayu/batu, akan tetapi dengan adanya perusahaan perkebunan kelapa sawit PT. Sultra prima Lestari ternyata seluruh responden mendapat pekerjaan sampingan dalam bidang perdagangan. Salah satu alasan yang memungkinkan seorang individu untuk tetap bertahan dalam suatu pekerjaannya adalah karena rata-rata responden yang terlibat dalam aktivitas ekonomi di Kecamatan Andowia memiliki tingkat pendidikan rendah sehingga peluang untuk memperoleh pekerjaan yang layak sulit diperoleh. 4.4.2 Pendapatan Responden Pada bagian awal telah di kemukakan mengenai jumlah pendapatan yang diperoleh masyarakat sebelum perusahaan perkebunan kelapa sawit PT. Sultra prima Lestari. Dengan kondisi ini maka tentunya masyarakat akan memperoleh tambahan pendapatan, demikian pula yang terjadi di Kecamatan Andowia dengan adanya perusahaan perkebunan kelapa sawit PT. Sultra prima Lestari Kecamatan Andowia Kabupaten Konawe Utara baik pendapatan
54
masyarakat setempat maupun sarana dan prasarana di Kecamatan Andowia akan meningkat dan lebih baik. Berdasarkan data yang diperoleh bahwa pendapatan responden di Kecamatan Andowia umumnya di atas rata-rata dan mengalami peningkatan sesudah adanya perusahaan perkebunan kelapa sawit PT. Sultra prima Lestari, hal ini disebabkan karena selain pendapatan pokok responden meningkat mereka juga mempunyai pendapatan lain dari pekerjaan sampingan yang lebih menguntungkan. Pekerjaan sampingan yang dimaksud seperti pedagang serta masih banyak jasa-jasa lainnya yang dibutuhkan oleh para karyawan. Untuk lebih jelasnya rata-rata jumlah pendapatan responden sesudah adanya perusahaan perkebunan kelapa sawit PT. Sultra Prima Lestari dapat dilihat pada Tabel 4.16., berikut : Tabel 4.16. Rata-Rata Jumlah Pendapatan Responden Di Kecamatan Andowia Sesudah Adanya Perusahaan Perkebunan Kelapa Sawit PT. Sultra Prima Lestari No. 1. 2. 3. 4.
Rata-rata Pendapatan (Rp/Bulan)
700.000 - - 800.000 850.000 - - 900.000 950.000 - - 1.000.000 > 1.000.000 Jumlah Sumber : Data Primer (diolah 2016)
Responden 7 23 30
Presentase (%) 17,39 82,61 100
Tabel 4.16. Menjukkan bahwa rata-rata pendapatan responden sesudah adanya perusahaan perkebunan kelapa sawit PT. Sultra Prima Lestari mulai meningkat yakni, sebanyak 23 orang atau 82,61%, memiliki pendapatan diatas Rp. > 1.000.000,- per bulan, sedangkan responden yang berpendapatan Rp.
55
700.000,- - 800.000,- dan Rp. 850.000,- - 900.000,- per bulan tidak ada sama sekali. Pendapatan responden yang semakin meningkat tersebut maka pemenuhan kebutuhan responden (masyarakat) atau keluarganya di Kecamatan Andowia akan semakin terpenuhi baik primer maupun sekunder, sehingga kesejahteraan masyarakat atau keluarga diasumsikan akan semakin baik dari sebelum adanya perusahaan perkebunan kelapa sawit PT. Sultra Prima Lestari. 4.4.3 Pendapatan Masyarakat Keberadaan
perusahaan kelapa
sawit
di
Kecamatan Andowia
Kabupaten Konawe Utara, memberikan dampak yang signifikan terhadap perekonomian masyarakat khusunya di Kecamatan Andowia, yang salah satu dampaknya yaitu terjadi perubahan tingkat pendapatan masyarakat, yang dimana sebelum adanya perusahaan perkebunan kelapa sawit PT. Sultra Prima Lestari tingkat pendapatan responden masih tergolong rendah dibandingkan dengan sesudah adanya perusahaan perkebunan kelapa sawit PT. Sultra Prima Lestari. Rekapitulasi rata-rata jumlah pendapatan responden sebelum dan sesudah adanya perusahaan perkebunan kelapa sawit PT. Sultra Prima Lestari terlihat pada Tabel 4.17., berikut :
56
Tabel 4.17. Perbandingan Pendapatan Responden Sebelum Dan Sesudah Perusahaan Perkebunan Kelapa Sawit PT. Sultra Prima Lestari Rata-rata Pendapatan Sebelum Pengembangan 700.000,- - 800.000,-
Resp
Rata-rata Pendapatan Sesudah Pengembangan 700.000,- - 800.000,-
Resp
11
Persen (%) 34,79
-
Persen (%) -
850.000,- - 900.000,-
8
26,08
850.000,- - 900.000,-
4
13,33
950.000,- - 1.000.000,-
6
21,74
950.000,- - 1.000.000,-
7
23,33
> 1.000.000
5
17,39
> 1.000.000,-
19
63,33
Jumlah
30
100
Jumlah 30 100 Sumber : Data Primer (diolah 2016)
Tabel 4.17. Menunjukkan bahwa tingkat perbandingan pendapatan responden sebelum perusahaan perkebunan kelapa sawit PT. Sultra Prima Lestari Di Kecamatan Andowia Kabupaten Konawe Utara adalah memberikan dampak terhadap kenaikan pendapatan perekonomian responden, yaitu sebelum perusahaan perkebunan kelapa sawit PT. Sultra prima Lestari rata-rata pendapatan responden sebesar Rp. 1.026.087 per bulan, dan sesudah perusahaan perkebunan kelapa sawit PT. Sultra Prima Lestari tingkat pendapatan rata-rata responden naik menjadi Rp. 2.239.130 per bulan. 4.5 Pembahasan Adanya perusahaan kelapa sawit sudah dapat dipastikan akan membuka lapangan kerja dan lapangan usaha, baik langsung maupun tidak langsung, khususnya di Kecamatan Andowia karena dapat memperbaiki keadaan perekonomian masyarakat, dimana pada saat sebelum adanya perusahaan kelapa sawit masyarakat banyak yang bekerja sebagai petani dan ada pula yang merantau keluar daerah untuk mencari pekerjaan, namun sesudah adanya
57
perusahaan kelapa sawit masyarakat yang tadinya merantau banyak yang kembali ke kampung halaman untuk beraktivitas. Kondisi sosial masyarakat dari segi pendidikan yang berupa pelatihan dan difasilitasi oleh pabrik pengolahan kelapa sawit dilingkungan Kabupaten Konawe Utara. Melalui permintaan pemerintah yang ditujukan pada stakeholders yang terkait langsung dengan lokasi pendirian pabrik pengolahan kelapa
sawit
tersebut
mulai
dari
tingkat
desa
hingga
ke
tingkat
Kabupaten.Pelaksanaan kegiatan ini dapat dilakukan pemerintah daerah Kabupaten Konawe Utara Kecamatan Andowia yang bekerja sama dengan pabrik pengolahan kelapa sawit dalam bentuk Penerapan kartu sehat sebagai tanggung jawab sosial perusahaan tersebut Hadirnya perusahaan perkebunan kelapa sawit PT. Sultra Prima Lestari di Kecamatan Andowia, memberikan dampak positif terhadap peningkatan pendapatan masyarakat sekitar dibandingkan sebelum adanya perusahaan perkebunan kelapa sawit, hal ini tentunya memberikan dampak terhadap kondisi perumahan masyarakat sekitar yang bekerja pada perusahaan perkebunan kelapa sawit yang dulunya masih semi permanen sekarang sebagian besar sudah merenovasi rumahnya menjadi permanen. Jika dilihat dari sisi ekonomi setelah adanya perusahaan kelapa sawit bahwa sebagian besar responden sebelum adanya perusahaan kelapa sawit pekerjaan mereka sebagai buruh dan petani yakni sebanyak 8 orang atau 34,79 persen, dan responden yang memiliki aktivitas ekonomi sebagai petani sebanyak 9 orang atau 21,73 persen, selanjutnya yang memiliki aktivitas ekonomi sebagai pedagang dan tukang Kayu/batu yaitu masing-masing 7 orang
58
atau 17,39 persen. Sedangkan setelah adanya perusahaan kelapa sawit banyak diantara mereka yang bekerja sebagai pedagang dan petani yakni sebanyak 10 orang atau 33,3 persen, dan responden yang memiliki aktivitas ekonomi sebagai petani sebanyak 8 orang atau 26,7 persen, selanjutnya yang memiliki aktivitas ekonomi sebagai buruh dan tukang Kayu/batu yaitu masing-masing 7 orang atau 23,3 persen untuk buruh dan 5 orang atau sebesar 16,7 persen bekerja sebagai tukang kayu/batu. Demikian dapat disimpulkan bahwa Pengembangan perkebunan dipedesaan telah membuka peluang kerja bagi masyarakat yang mampu untuk menerima peluang tersebut. Dengan adanya perusahaan perkebunan, mata pencarian masyarakat tempatan tidak lagi terbatas pada sektor primer dalam memenuhi kebutuhan keluarganya, tetapi telah memperluas ruang gerak usahanya pada sektor tersier. Bermacam sumber pendapatan yang memberikan andil yaitu pedangang seperti, pedagang-pedagang harian, tiket angkutan dan penjual es. Dan industri rumah tangga seperti, industri tahu, roti, percetakan genteng, buruh kasar, nelayan, pencari kayu dihutan dan tukang kayu, serta tukang batu. Berdasarkan dari hasil penelitian jenis aktivitas ekonomi tambahan responden di Kelurahan Andowia Kecamatan Andowia Kabupaten Konawe Utara sesudah adanya perusahaan perkebunan kelapa sawit PT. Sultra Prima Lestari telah bergerak ke arah sektor pelayanan jasa. Dimana reponden telah mendapatkan pekerjaan tambahan yang nantinya akan merubah aktivitas masyarakat kearah yang lebih baik dan akan mendapatkan pendapatan yang
59
lebih besar dibanding dengan sebelum ada perusahaan perkebunan kelapa sawit PT. Sultra Prima Lestari. Berdasarkan data yang diperoleh bahwa pendapatan responden di Kecamatan Andowia umumnya di atas rata-rata dan mengalami peningkatan sesudah adanya perusahaan perkebunan kelapa sawit PT. Sultra Prima Lestari, hal ini disebabkan karena selain pendapatan pokok responden meningkat mereka juga mempunyai pendapatan lain dari pekerjaan sampingan yang lebih menguntungkan. Pekerjaan sampingan yang dimaksud seperti pedagang serta masih banyak jasa-jasa lainnya yang dibutuhkan oleh para karyawan dan wisatawan. Untuk lebih jelasnya rata-rata jumlah pendapatan responden sesudah adanya perusahaan perkebunan kelapa sawit PT. Sultra Prima Lestari dapat dilihat pada Tabel 4.16 berikut. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Liang, 2016. Dampak Keberadaan Perkebunan Kelapa Sawit Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Di Desa Badak Mekar Kecamatan Muara Badak Kabupaten Kutai Kartanegara. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kondisi sosial ekonomi masyarakat dengan adanya kegiatan perusahaan perkebunan di desa Badak Mekar Kecamatan Muara Badak. Jenis penelitian yang dilakukan termasuk deskriptip kualitatif. Fokus utama penelitian yang ditetapkan adalah tingkat pendidikan dalam keluarga, kesehatan anggota keluarga, kepemilikan rumah/tempat tinggal, pendapatan kepala keluarga, fasilitas yang dimiliki. Jenis data yang digunakan meliputi data primer dan data sekunder, sedangkan sumber data yang diambil dari informan yang kompeten, diantaranya yaitu kepala desa dengan beberapa orang
60
staf yang tugasnya berkaitan dengan masalah penelitian yang diteliti. Sedangkan tehnik pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara, dan dokumentasi. Analisis data yang dikumpulkan adalah model interaktif yang dikembangkan oleh Miles dan Huberman. Hasil penelitian menunjukkan sejak adanya perkebunan kelapa sawit kondisi sosial ekonomi masyarakat mengalami peningkatan karena masyarakat memiliki mata pencaharian tetap dan mendapatkan upah setiap bulannya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Tingkat pendidikan keluarga cukup baik dengan rata-rata anak yang bersekolah hingga jenjang sekolah menengah tingkat atas dan ada juga sampai perguruan tinggi. Kesehatan keluarga terjaga dengan baik karenan mendapat fasilitas kesehatan dari pihak perkebunan namun masih ada kekurangan dari fasilitas kesehatan yang diberikan. Selain itu perusahaan memberikan fasilitas tempat tingkal bagi karyawan yang tidak memiliki tempat tinggal dan tidak sedikit juga yang tidak memiliki tempat tinggal sendiri dengan dilengkapi fasilitas yang cukup memadai, dari kendaraan bermotor hingga mobil. Ayu Lestari, 2015. Analisis Multiplier Effect Ekonomi Perkebunan Kelapa Sawit Di Kabupaten Mesuji. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan multiplier effect, dampak secara ekonomi dan sosial yang ditimbulkan, dan hambatan yang dihadapi dalam pengembangan perkebunan kelapa sawit di kabupaten Mesuji. Penelitian ini menggunakan data primer yang diperoleh melalui wawancara langsung kepada responden. Model analisis yang digunakan yaitu model pengganda basis dengan ukuran pendapatan dan metode analisis deskriptif. Hasil penelitian ini
61
menunjukkan bahwa kegiatan perkebunan kelapa sawit di kabupaten Mesuji menciptakan multiplier effect sebesar 2,48. Di bidang ekonomi perkebunan kelapa sawit mampu meningkatkan pendapatan dan konsumsi masyarakat, memberikan peluang tembuhnya peluang usaha baru dan mampu menyerap tenaga kerja. Secara sosial berkontribusi untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dalam memperoleh kualitas kesehatan dan pendidikan yang lebih baik, dan mampu meningkatkan kualitas sarana dan prasarana sekitar. Sedangkan
hambatan
yang
dihadapi
dalah
perolehan
modal
untuk
pengembangan, kurangnya program penyuluhan, dan kendala pada perluasan lahan.
62
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa dari penelitian yang berjudul Studi Dampak Perkebunan Kelapa Sawit Terhadap Kondisi
Sosial
Ekonomi
Masyarakat
Di
Kecamatan
Andowia,dapat
disimpulkan sebagai berikut: Adanya perusahaan perkebunan kelapa sawit PT. Sultra Prima Lestari sebanyak 13 orang responden atau 43,33 persen yang mengalokasikan pendapatannya keperumahan. Pendidikan masyarakat yang saat ini menjadi lebih baik dari yang tadinya hanya sampai SMA/SMK sekarang sudah banyak yang Sarjana dan sebanyak 5 orang respoden atau 17,39 persen berpenghasilan sebesar 1 juta dan setelah adanya perusahaan bertambah 19 orang atau 63,33 persen yang berpenghasilan 1 juta. Dibandingkan sebelumnya masyarakat saat ini memiliki pekerjaan tetap dan penghasilan yang tetap. 5.2. Saran Berdasarkan kesimpulan di atas, maka disarankan agar kiranya pemerintah daerah setempat, khususnya pada PT. Sultra Prima Lestari untuk mengoptimalkan peningkatan sarana dan prasarana serta fasilitas yang sejahterah sekarang menjadi lebih sejahterah. Dari tadinya tidak memiliki pekerjaan menunjang sumber daya manusia dengan lebih baik lagi di sekitar wilayah perusahaan perkebunan kelapa sawit, maka masyarakat diharapkan dapat meningkatkan kegiatan usahanya yang akan meningkatkan pendapatan
62
63
masyarakat sehingga masyarakat dapat merasakan dampak dari adanya usaha perkebunan kelapa sawit di Kecamatan Andowia.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Al Bunny Djamaludin, 2005. “Kesejahteraan berkaitan pemerataan pendapatan”equitable distribution of income, Surabaya, Bina Ilmu. Bintarto. 1989. Interaksi Desa-Kota dan Permasalahannya. Ghalia Indonesia. Jakarta. Campbell. J. P., and Campbell, R. J., 1990, Productivity in organizations San Fransisco: Josey-Bass Publishe. Dwi Narwoko, 2006. Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan. Jakarta: Kencana Media Group. Filippo, Edwin, B. 1994. Manajemen Personalia.Terjemahan oleh Moh. Masud. Edisi keenam. Erlangga, Jakarta. Glaser, Barney, 1996, Produktivitas.Jurnal Ekonomi Kanada, Search e-book www.google.com Harsono, Budi., (2008) Hukum Agraria Indonesia Himpunan Peraturan-peraturan Hukum Tanah, Djambatan, Jakarta Hatta, M (2002), Ekonomi Rakyat, dalam Hatta, Kumpulan Karangan Jilid 3. Balai Buku Indonesia, Jakarta. Koentjaraningrat, 1981 : 35. Pengolongan kedudukan sosial ekonomi masyarakat. Rajawali, Jakarta. KBBI, 1996 : 957. Sosial berarti segala sesuatu yang berkenaan dengan masyarakat Lestari Ayu, 2015. Analisis Multiplier Effect Ekonomi Perkebunan Kelapa Sawit Di Kabupaten Mesuji. Liang, 2016. Dampak Keberadaan Perkebunan Kelapa Sawit Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat, Desa Badak Mekar, Kecamatan Muara Badak, Kabupaten Kutai Kartanegara. Mulyadi, 2005. Akuntansi Biaya, edisi kelima cetakan ketujuh. Akademi Manajemen Perusahaan YKPN, Yogyakarta. Narwoko,2006:114.kesejahteraanmencakup.pangan,pendidikan,kesehatan. tangerang:PT.Narya Guntara.
Nasikun, 1993.sistem sosial Indonesia,PT.Raja Grafindo Persada:Jakarta. Nugroho J. 2004. Perilaku Konsumen. Kencana. Jakarta. Pahan, I.2010. Panduan lengkap Kelapa sawit. Managemen Agribisnis dari hulu hingga hilir. Penebar Swadaya. Jakarta. Purwanto, 2011. Angket Terbuka.Jakarta: kencana. Risza,
2005. Definisi Produktivitas Suatu Pengertian Efisiensi Secara Umum.Jurnal wataroza vol. 1 .No. 1 .Bogor: Balai Penelitian Veteriner.
Sitohang, 2006. Indikator output ekonomi perkapita sebagai proksi tingkat kesejahteraan, Jakarta: Pradnya Paramita. Sriwiyanto, 2005:7. pernyataan etis terkait kesejahteraan.Surakarta:UMS. Sugiyono, 2010. Wawancara Dan Metode Dokumentasi. Jakarta: PT Rineka Cipta. Supriyono, R.A, 2000. Akuntansi Biaya : Perencanaan dan Pengendalian Biaya serta Pembuatan Keputusan, Edisi Kedua, Buku Kedua, BPFE, Yogyakarta. Syafniwari, 2010. peningkatan perekonomian masyarakat. Bandung. PT Remaja Rosdakarya. Taslim, Arifin. 2004. Metode kesejahteraan masyarakat, IPB, Bogor. Todaro, Michael. 2003. Economic Development,Erlangga, Jakarta. Wismuadji, 2008 : 2. Tinkat kepuasan dan kesejahteraan, Yogyakarta.