ANALISIS STATUS SOSIAL EKONOMI ANAK PEKERJA SEKTOR INFORMAL DI KELURAHAN POHE KECAMATAN HULONTHALANGI KOTA GORONTALO
JURNAL
OLEH SRI WAHYUNGSIH ADAM NIM. 121 411 033
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN JURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH 2015
LEMBAR PERSETUJUAN
Jurnal yang berjudul:
Analisis Status Sosial Ekonomi Anak Pekerja Sektor Informal Di Kelurahan Pohe Kecamatan Hulonthalangi Kota Gorontalo
Oleh: Sri Wahyuningsih Adam NIM. 121411033
Pembimbing I
Dr. Abd. Hamid Isa, M.Pd. NIP. 19600512 198703 1 001
Pembimbing II
Dr. Misran Rahman, M.Pd. NIP. 19620516 199203 2 001
ANALISIS STATUS SOSIAL EKONOMI ANAK PEKERJA SEKTOR INFORMAL DI KELURAHAN POHE KECAMATAN HULONTHALANGI KOTA GORONTALO Sri Wahyuningsih Adam, Abd. Hamid Isa, Misran Rahman1
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan status sosisal ekonomi anak pekerja sektor informal di Kelurahan Pohe Kecamatan Hulonthalangi Kota Gorontalo. penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan observasi dan wawancara. Sedangkan teknis analisis data menggunakan analisis kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak bekerja di sektor informal di Kelurahan Pohe Kecamatan Hulonthalangi dalam konteks ini terdapat 5 indikator antara lain 1) Kondisi Ekonomi Keluarga, pada dasarnya kondisi ekonomi keluarga anak tersebut masih rendah sehingga membuat mereka untuk bekerja, 2) akibat Percerian Dan Kehilangan Orang Tua anak yang di tinggal oleh ayah dan ibunya maka timbulah kurangnya perhatian dari kedua orang tuanya membuat anak terpaksa bekerja di karenakan keterbatasan ekonomi di keluarganya membuat anak harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan sekolah anak tersebut, 3) kekerasan keluarga, dari hasil penelitian anak di dalam keluarga tidak mengalami kekerasan dikeluarganya mereka bekerja tidak di tergetkan oleh orang tuanya yang membuat anak jika tidak bekerja tidak akan mengalami tindak kekerasan, demikian indikator 4) eksploitasi ekonomi merupakan anak yang bekerja di sektor informal bukan karena keinginan orang tua melainkan atas kemauan anak sendiri untuk bekerja mencari uang, 5) lingkungan tempat tinggal anak, lingkungan tersebut sangat berpengaruh bagi anak, dikarenakan tempat yang ramai oleh pengunjung, maka mereka memanfaatkan tempat tersebut untuk bekerja akan tetapi lingkungan mereka terkadang membuat mereka terancam untuk bekerja. Kata Kunci : Status Sosial, Anak Pekerja Sektor Informal.
1
Sri Wahyuningsih Adam, Jurusan PLS Universitas Negeri Gorontalo, Dr. Abd. Hamid Isa, M.Pd, dan Dr. Misran Rahman, M.Pd, selaku Dosen Jurusan PLS Universitas Negeri Gorontalo.
PENDAHULUAN Dalam kehidupan bernegara dan bermasyarakat, keluarga merupakan institusi terkecil yang secara langsung dipengaruhi oleh perubahan-perubahan yang terjadi dalam perekonomian suatu negara. Padahal jika dikaitkan dengan perkembangan individu, setiap keluarga memiliki andil yang besar dalam proses kehidupan yang berkaitan dengan peralihan status ekonomi. Hal ini menjadi ironi disebabkan sebagian besar masyarakat Indonesia memiliki status ekonomi rendah. Keluarga yang memiliki status ekonomi tertentu dapat dikatakan memiliki karakteristik tertentu pula. Dikaitkan dengan status ekonomi keluarga memiliki peran penting. Masyarakat dengan status sosial ekonomi rendah memiliki tingkat pendapatan yang juga rendah, kehilangan kesempatan kerja akibat Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), serta semakin tingginya harga barang-barang kebutuhan pokok semakin mempersulit kehidupan mereka. Alwin dan Thornton (1984:11) Mengungkapkan bahwaSemakin tinggi status sosial ekonomi orang tua, maka semakin positif sikap mereka terhadap pendidikan. Sedangkan keluarga dengan status ekonomi rendah cenderung memandang pendidikan secara negatif. Hasil pengamatan yang dilakukan khususnya di Kelurahan Pohe Kacamatan Hulonthalangi Kota Gorontalo terdapat 23 orang anak yang melakukan pekerjaan sektor informal, terdiri dari 20 orang anak laki-laki dan 3 orang anak perempuan,dari jumlah tersebut anak dengan usia 8sampai 14 tahun. anak laki-laki dengan usia 8 tahun sebanyak 3 orang, anak perempuan dengan usia 9-10 tahun sebanyak 3 orang, dan anak laki-laki usia 12-14 tahun sebanyak 17 orang. Dari data tersebut kebanyakan anak yang melakukan pekerjaan sektor informal yaitu anak yang berusia di bawah 15 tahun. Dari hasil pengamatan di atas menunjukan bahwa anak yang bekerja pada sektor informal adalahyangberusia dibawah 14 tahun, data anak yang berada di Kelurahan Pohe ini bisa saja bertambah seiring berjalannya waktu dan juga pengaruh lingkungan disekitar tersebut yang didominasi anak yang bekerja sektor informal.
Anak yang bekerja di sektor informal sudah mulai berkembang di gorontalo lebih khususnya di Kelurahan Pohe Kecamatan Hulonthalangi, anak yang bekerja informal yang dimaksudkan yaitu anak yang bekerja sebagai pengemis atau meminta-minta, pengamen dan tukang parkir, mereka melakukan pekerjaan sektor informal pada dasarnya di pengaruhi oleh lingkungan yang ramai dan banyak pengunjung dan menjadi alasan utama anak melakukan pekerjaan ini karena untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, namun di sayangkan anak yang melakukan pekerjaan ini membuat para pengunjung yang semestinya menikmati tempat wisata di Kelurahan Pohe area tangga dua ribu merasa terganggu dengan adanya anak yang meminta-minta secara paksa pada para pengunjung yang datang, secara paksa dimaksudkan tersebut yaitu ketika tidak di beri uang mereka tidak akan pergi sebelum di beri. Dari hasil yang teridentifikasi pada observasi awal perlu diantisipasi sehingga anak yang bekerja di sektor informal tidak semakin meluas di Gorontalo khususnya di area tangga dua ribu, dengan cara memberikan arahan dan pengertian kepada orang tua mengenai anak yang semestinya belajar dan diberikan pengetahun terutama pada anak yang masih bersekolah, namun bagi orang tua alasan utama adalah ekonomi yang kurang memenuhi kehidupan seharihari bagi keluarga, tanpa uang mereka tidak bisa makan dan anak tidak bisa sekolah. Hal ini menjadi suatu dilematis bagi orang tua karena dengan bekerja anak bisa memenuhi kehidupan sehari-hari, akan tetapi jika anak terus dipekerjakan dari sore sampai tengah malam jelas akan mengganggu tumbuh kembang anak karena dipengaruhi oleh lingkungan yang tidak sesuai dengan tumbuh kembang anak. Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk mengkaji masalah tersebut melalui penelitian yang diformulasikan pada: Analisis status sosial ekonomi anak pekerja sektor informal di Kelurahan Pohe Kecamatan Hulonthalangi Kota Gorontalo.
KAJIAN TEORETIS Berdasarkan kodratnya manusia dilahirkan memiliki kedudukan yang sama dan sederajat, Akan tetapi sesuai dengan kenyataan setiap manusia yang menjadi warga suatu masyarakat, senantiasa mempunyai status atau kedudukan berbeda-beda dan bertingkat, ada yang keadaan sosial ekonominya tinggi, sedang dan rendah. Nasution (2004: 22) mendefinisikan status merupakan kedudukan seseorang dalam suatu kelompok sosial. Kedudukan sosial (status sosial) adalah sehubungan dengan orang lain dalam arti lingkungan pergaulannya, prestisenya dan hak-hak serta kewajibannya. Kedudukan sosial tersebut mempengaruhi kedudukan orang tadi dalam kelompok sosial berbeda. Menurut Abdulsyani dalam Maftukhah (2007: 50) sosial ekonomi adalah kedudukan atau posisi sesorang dalam kelompok manusia yang ditentukan oleh jenis aktivitas ekonomi, pendapatan, tingkat pendidikan, jenis rumah tinggal, dan jabatan dalam organisasi. Selanjutnya menurut Soekanto dalam Maftukhah (2007: 98) sosial ekonomi adalah posisi seseorang dalam masyarakat berkaitan dengan orang lain dalam arti lingkungan pergulan, prestasinya, dan hak-hak serta kewajibannya dalam hubunganya dengan sumber daya. Santrock (2007: 282) status sosial ekonomi sebagai pengelompokan orangorang berdasarkan kesamaan karakteristik pekerjaan, pendidikan ekonomi. Status sosial ekonomi menunjukan ketidak setaraan tertentu. Secara umum anggota masyarakat memiliki (1) pekerjaan yang bervarias prestisenya, dan beberapa individu memiliki akses yang lebih besar terhadap pekerjaan berstatus lebih tinggi dibanding orang lain; (2) tingkat pendidikan yang berbeda, ada beberapa individual memiliki akses yang lebih besar terhadap pendidikan yang lebih baik dibanding orang lain; (3) sumber daya ekonomi yang berbeda; (4) tingkat kekuasaan untuk mempengaruhi institusi masyarakat. Perbeedaan dalam kemampuan mengontrol sumber daya dan berpartisipasi dalam ganjaran masyarakat menghasilkan kesempatan yang tidak setara. Soetjiningsih (2004: 15) mengungkapkan bahwa Status sosial ekonomi merupakan kedudukan atau posisi seseorang dalam masyarakat, status sosial
ekonomi adalah gambaran tentang keadaan seseorang atau suatu masyarakat yang ditinjau dari segi sosial ekonomi, gambaran itu seperti tingkat pendidikan, pendapatan dan sebagainya. Sumardi (2011: 21) mengemukakan kondisi sosial ekonomi adalah suatu kedudukan yang diatur secara sosial dan menempatkan seseorang pada posisi tertentu dalam masyarakat, pemberian posisi itu disertai pula dengan seperangkat hak dan kewajiban yang harus dimainkan oleh orang yang membawa status tersebut. Sementara W.S Winke (1991: 30) menyatakan bahwa pengertian status sosial ekonomi mempunyai makna suatu keadaan yang menunjukan pada kemampuan finansial keluarga dan perlengkapan material yang dimilki. Sedangkan Suhartini (2002:17) menyebutkan lima indikator penting dari status sosial ekonomi yaitu jenis pekerjaan (vocation), tingkat penghasilan (income and wealth), keadaan lokasi rumah tinggal (home and location), pendidikan (education), dan asosiasi dan kegiatan (association and activities). Kelima indikator tersebut digunakan untuk mengukur status sosial ekonomi seseorang. Suhardjo (2013: 35) mengemukkan Status ekomoni dapat disimpulkan sebagai kedudukan berdasarkan pendapatan finansial untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari rumah tangga dalam bermasyarakat. Soekanto (2002) menyebutkan bahwa tingkat pendapatan adalah total jumlah pendapatan dari semua anggota keluarga. Pendapatan keluarga yang rendah secara tidak langsung berkibat pada rendahnya kemampuan keluarga untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Rendahnya tingkat pendapatan keluarga akan sangat berdampak rendahnya daya beli keluarga. Berdasarkan yang di ungkapkan menurut para ahli di atas status sosial ekonomi adalah pada dasarnya merupakan kedudukan sosial seseorang pada posisi tertentu atau kedudukan berdasarkan pendapatan finansial untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari rumah tangga dalam bermasyarakat atau gambaran tentang keadaan seseorang pada suatu masyarakat yang ditinjau dari segi sosial ekonomi. Menurut Manginsihi (2013: 15), pekerjaan adalah kegiatan yang dilakukan oleh orang tua untuk mencari nafkah. Pekerjaan yang ditekuni oleh stiap orang berbeda-beda,
perbedaan
itu
akan
menyebabkan
perbedaan
tingkat
penghasilanyang rendah sampai padatingkat penghasilan yang tinggi, tergantung pada pekerjaan yang ditekuninya. Contoh pekerjaan berstatus sosioekonomi rendah adalah pekerja pabrik, buruh manual, penerima dana kesejahteraan, dan pekerja pemeliharaan. Santrock (2007: 282). Jadi untuk menentukan status sosial ekonomi yang dilihat dari pekerjaan. Menurut Gerungan (2009: 99) bahwa Keadaan ekonomi keluarga erat hubungannya dengan belajar anak. Anak yang sedang belajar selain harus terpenuhi kebutuhan pokoknya, misal makan, pakaian, perlindungan kesehatan dan lainnya. Juga membutuhkan fasilitas belajar seperti ruang belajar, meja, kursi, penerangan, alat tulis menulis, buku-buku dan lain-lain. Fasilitas belajar itu hanya dapat terpenuhi jika keluarga tersebut berkecukupan dan mempunyai banyak uang. Anak adalah individu yang unik, yang mengalami tumbuh kembang serta mempunyai kebutuhan biologis, psikologis, dan spiritual, yang harus dipenuhi, Suherman (2000: 30). Masa balita adalah masa emas (golden age) dalam rentang perkembangan seorang individu, pada masa ini anak mengalami tumbuh kembang yang luar biasa, baik dari segi fisik motorik, emosi, kognitif maupun psikososial, Sacharin (1996: 55). Istilah sektor informal biasanya digunakan untuk menunjukkan sejumlah kegiatan ekonomi yang berskala kecil. Namun, menurut Safaria,dkk (2003: 4) kalangan akademisi masih memperdebatkan teori dan konsep mengenai sektor informal ini. Ada yang menganggap bahwa sektor informal muncul karena terbatasnya kapasitas industri-industri formal dalam menyerap tenaga kerja yang ada, sehingga terdapat kecenderungan bahwa sektor informal ini muncul di pinggiran kota besar. Sebagian yang lain menganggap bahwa sektor informal ini sudah lama ada. Ini adalah pandangan dari perspektif yang “dualistik”, yang melihat sektor ”informal” dan “formal” sebagai dikotomi antara model ekonomi tradisional dan modern. Menurut Suherman (2000: 30) Mempekerjakan pekerja anak pada dasarnya merupakan suatu hal yang melanggar hak asasi anak karena pekerjaan
pekerja anak selalu berdampak buruk terhadap perkembangan fisik, emosi dan sosial anak. a) Dampak pekerjaan terhadap perkembangan fisik anak Secara fisik pekerja anak lebih rentan dibanding orang dewasa karena fisik mereka masih dalam masa pertumbuhan. Bekerja sebagai pekerja anak dapat mempengaruhi perkembangan kesehatan fisik mereka karena pekerjaan yang mereka lakukan dapat menimbulkan
kecelakaan maupun penyakit. Dampak
kecelakaan terhadap pekerja anak dapat berupa luka-luka atau cacat akibat tergores,terpotong,terpukul, terbentur dan lain-lain, sedang kondisi yang menimbulkan penyakit antara lain kondisi tempat kerja yang sangat panas atau terlalu dingin, tempat kerja terlalu bising, terhirup debu, tempat kerja yang memungkinkan terjadinya eksploitasi seksual dan lain-lain. Dampak penyakit yang ditimbulkan berupa pusing, demam, menggigil, kerusakan pada sistem syaraf (rendahnya kapasitas intelektual, daya ingat lemah dan lemahnya alat perasa), kulit, ginjal, paru-paru, sesak nafas, batuk, tuli, tertular penyakit seksual (IMS/HIV/AIDS). b) Dampak pekerjaan terhadap perkembangan emosi anak Pekerja anak sering bekerja dalam lingkungan kerja yang memungkinkan terjadinya eksploitasi,berbahaya, merendahkan martabat, derajat dan terisolasi. Mereka sering menerima perlakuan yang sewenang-wenang, kasar dan diabaikan dan pekerja dewasa lainnya. Dampak yang ditimbulkan berupa pekerja anak menjadi pemarah, pendendam, kasar terhadap teman sebaya atau yang lebih muda kurang mempunyai rasa kasih sayang terhadap orang lain dan tidak adanya perasaan empati terhadap orang lain. c) Dampak pekerjaan terhadap perkembangan sosial anak Pekerja anak yang tidak mendapat kesempatan untuk melakukan kegiatan seperti bermain, pergi kesekolah dan bersosialisasi dengan teman sebanyanya, tidak mendapat pendidikan dasar yang diperlukan untuk mengatasi masalahmasalah kehidupan, tidak mendapat kesempatan untuk berinteraksi dengan orang lain dan ikut berpartisipasi aktif di tengah masyarakat serta menikmati hidup secara wajar biasanya akan tumbuh menjadi anak yang pasif dan egois sehingga
sering berdampak anak mengalami masalah didalam interaksi / menjalin kerjasama dengan orang lain dan mereka
kurang percaya diri atau
merasa
direndahkan. Sebagaimana dijelaskan di atas bahwa anak sebagai potensi dan generasi muda berkewajiban untuk meneruskan cita–cita perjuangan bangsa dan menjamin eksistensi bangsa dimasa depan. Untuk mewujudkan cita – cita tersebut merupakan kewajiban dan tugas generasi sebelumnya untuk memberikan pengarahan, pembinaan dan memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada anak-anak untuk maju dan berkembang dan mengupayakan pencegahan dan berhenti melakukan ekslpoitasi anak. Berdasarkan dampak anak yang bekerja di sektor informal yang telah diuraikan di atas maka timbulah kontribusi Pendidikan Luar Sekolah pada anak yang bekerja di sektor informal yaitu dengan memberikan pemahaman terhadap orang tua maupun anak bahwa pentingnya pendidikan untuk anak karena anak adalah harapan bangsa kedepan sebagai penerus bangsa yang harus kita didik sejak usia dini, dan juga memberikan motivasi kepada anak yang masih bersekolah,
memberikan
dorongan
serta
pengarahan
bahwa
pentingnya
pendidikan sejak dini, selain itu kepada anak yang sudah putus sekolah bahwa sebaiknya diikutkan pada program kesetaraan atau paket untuk melanjutkan sekolah pada non formal.
TUJUAN PENELITIAN Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan status sosial ekonomi anak bekerja di sektor informal di Kelurahan Pohe Kecamatan Hulonthalangi Kota Gorontalo.
METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di di area sekitar tangga 2000 dikelurahan Pohe Kecamatan Hulonthalangi. Pemilihan tempat dan lokasi tersebut adalah berdasarkan pertimbangan sangat relevansinya dengan permasalahan dan iklimnya sangat ramai oleh pengunjung menikmati tempat wisata maka dari itu banyaknya
anak-anak sektor informal memanfaatkan kesempatan tersebut untuk jadi pekerja informal. Penelitian ini didesain secara kualitatif yang bersifat interpretatif, yaitu akan mendeskripsikan status sosial ekonomi anak pekerja di sektor informal di Kelurahan Pohe Kecamatan Hulonthalangi Kota Gorontalo.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa status sosial ekonomi anak bekerja sektor informal di Kelurahan Pohe Kecamatan Hulonthalangi Kota Gorontalo, diuraikan sebagai berikut: 1. Kondisi Ekonomi Keluarga Hasil penelitian menunjukan bahwa anak bekerja setiap harinya dengan jam kerja mulai dari pukul 16.30 sampai pukul 22.00 dengan pendapatannya setiap malam mencapai Rp.20.000 sampai Rp.30.000, dan biasanya uang yang didapatkan tersebut tergantung berapa banyak yang datang dan memberi uang kepada mereka, kadang-kadang uang yang di dapat bisa saja kurang dari biasa di dapatkan oleh anak yang bekerja tersebut, dan jika uang yang di dapat kurang dari harga yang biasa di dapat, maka jam kerja anak yang biasa sampai pukul 22.00 maka bertambah sampai pukul 12 malam. Dalam konteks ini anak tersebut bekerja karena untuk membantu memenuhi kebutuhan ekonomi di keluarganya dengan cara bekerja disektor informal dan memiliki jam kerja pada waktu-waktu tertentu dengan pendapatan yang berbeda juga, dengan hasil bekerja mereka merasa bisa memperbaiki kondisi ekonomi dikeluarganya. Kondisi riil menunjukan ekonomi keluarga anak sangat rendah sehingga membuat anak berinisiatif untuk mencari uang sendiri dengan bekerja sebagai meminta-minta di Kelurahan Pohe, kondisi ekonomi keluarga merupakan alasan anak untuk melakukan pekerjaan sektor informal dikarekanan ingin membantu mengurangi beban orang tuanya Temuan hasil penelitian bahwa anak bekerja dikarenakan faktor ekonomi di lingkungan keluarganya membuat anak terpaksa harus bekerja di sektor informal dan juga faktor lingkungan yang ramai,meski anak tersebut masih duduk
di bangku sekolah dasar ia tetap harus bekerja, karena bersekolah bukanlah satu hambatan atau alasan untuk tidak mencari uang, anak tersebut sudah pintar membagi waktu antara waktu sekolah dan waktu bekerja meskipun kadang kala anak tersbut bolos sekolah karena keseringan bangun kesiangan. Hasilpenelitian menunjukan bahwa dengan bekerja sektor informal tersebut bisa membantu memenuhi sebagian kebutuhan keluarganya meskipun dengan hasil yang tidak terlalu banyak di dapat tetapi bisa membiaya sekolah anaknya dengan uang yang didapat oleh anak tersebut karena uang yang didapat tersebut ditabung oleh ibunya untuk keperluan sekolahnya. Dari uraian di atas jelas menunjukan anak bekerja karena di pengaruhi oleh kondisi ekonomi keluarga anak sehingga membuat anak bekerja di sektor informal sebagai meminta-minta dengan alasan untuk membatu mengurangi beban biaya orang tuanya dan mereka setiap harinya bekerja dan pada waktuwaktu tertentu dan pendapatan yang berbeda pula. 2. Percerian Dan Kehilangan Orang Tua Hasil penelitian menunjukan bahwa semenjak perceraian orang tuanya anak ini di asuh oleh neneknya semenjak ia berumur 2 tahun ibunya berada diluar daerah dan ayahnya sudah tak ada kabar lagi, semenjak itu anak ini memutuskan untuk bekerja meminta-minta untuk memenuhi kebutuhan ekonomi seperti membeli rempah-rempah, makan dll. Dalam konteks ini anak yang bekerja disektor informal ini karena akibat dari percerian kedua orang tuanya yang sudah ditinggalkan oleh ayah ibunya maka timbulah kurangnya perhatian dari kedua orang tua dan di tambah dengan keterbatasan ekonomi di keluarganya yang membuat anak harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarganya dan sekolahnya. Kondisi riil menunjukkan bahwa anak yang bekerja di sektor informal dikarenakan kurangnya bentuk perhatian orang tua kepada anaknya dan kurangnya menanamkan pendidikan terhadap anak yang bekerja di sektor informal yang di akibatkan oleh perceraian orang tua, kekurangan ekonomi di keluarga jadi alasan anak untuk harus bekerja.
Kondisi riil lainya menunjukan bahwa tidak semua anak yang berada di kelurahan Pohe turun untuk bekerja di sektor informal, hal ini di sebabkan oleh peran orang tua terhadap anak-anaknya melarang mereka untuk bekerja di sektor unformal karena tidak ingin anaknya jadi anak jalanan untuk meminta-minta, orang tua melarang mereka mengikuti teman-temannya yang sudah terbiasa bekerja di sektor informal, pendidikanlah satu alasan utama orang tua melarang anak untuk bekerja dan juga kemampuan ekonomi orang tua untuk membiayai kebutuhan anaknya. Berdasarkan urian di atas menunjukan bahwa kurangnya atau hilangnya peran orang tua terhadap anaknya sehingga membuat anak harus turun untuk bekerja sendiri demi memenuhi kebutuhan ekonomi anak tersebut. 3. Kekerasan Keluarga Hasil penelitian menunjukan bahwa anak yang bekerja di sektor informal bukan karena paksaan dari orang tua melainkan atas keinginannya sendiri hanya saja anak tersebut ingin membantu ibunya bekerja mencari uang Hasil penelitian menunjukan bahwa anak tersebut bekerja tidak ditargetkan oleh orang tuanya atau pihak keluarga dan ia bekerja tergantung berapa banyak yang datang berkunjung ke tangga dua ribu di Kelurahan Pohe dan berapa yang didapatkan itulah yang di berikan kepada orang tuanya Kondisi riilnya anak tersebut bekerja bukan karena paksaan dari pihak keluarga mereka dan juga mereka bekerja tidak memiliki target berapa yang harus di capai perharinya, sedapatnya saja itulah yang di kasih kapada orang tuanya, orang tua mereka tidak menuntut harus berapa yang didapat dan jika tidak mendapatkan yang lebih anak tersebut tidak akan mengalami tindak kekerasan dari keluarga atau orang tua karena mereka bekerja bukan karena paksaan dari pihak keluarga melainkan atas keinganannya sendiri. Berdasarkan uraian di atas jelas menunjukan bahwa anak bekerja di sektor informal bukan karena paksaan dari pihak keluarga ataupun mengalami tindak kekerasan, dan orang tua anak tidak menuntut berapa yang harus di tergatkan perharinya dalam bekerja.
4. Eksploitasi Ekonomi Hasil wawancara di atas menunjukkan bahwa anak tersebut bekerja bukan karena inisiatif orang tua melainkan keinginannya sendri untuk mencari uang sendiri karena ingin ingin mengurangi beban ekonomi keluarga untuk biaya sekolah Kondisi riil menunjukan bahwa anak yang bekerja di sektor informal dikarenakan ajakan teman-teman untuk bekerja karena didukung oleh lingkungan yang ramai maka mereka memanfaatkan kesempatan untuk bekerja memintaminta, dan mereka bekerja atas inisiatifnya sendiri tanpa menunggu dan di suruh oleh pihak keluarga untuk bekerja, dari hasil yang di dapat oleh anak tersebut bekerja diberikan semuanya kepada orang tua atau keluarganya, uang yang di dapat tersebut sebagian di tabung, sebagian untuk uang jajan sehari-hari anak kesekolah Berdasarkan uraian di atas menunjukan bahwa anak yang bekrja di sektor informal dikarenakan atas inisiatifnya sendiri tanpa ada paksaan dari pihak keluarga atau orang tua untuk bekerja. 5. Lingkungan tempat tinggal anak hasil penelitian menunjukan bahwa anak tersebut bekerja karena dipengaruhi oleh lingkungan yang ramai oleh pengunjung maka dari itu ia memanfaatkan kesempatan tersebut untuk bekerja sebagai meminta-minta dan menurutnya hasilnya cukup untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari. Hasil penelitian menunjukan bahwa anak merasa terancam ketika akan dirazia oleh aparat kepolisian, karena jika ia tertangkap ia tidak bisa lagi bekerja dan menghasilkan uang, dan anak tersebut juga mendapatkan ancaman disekitar lingkungan tempat ia bekerja yaitu seorang pria dewasa yang sering meminta dan memaksa anak tersebut untuk memberikan sebagian dari hasil kerjanya. Kondisi riil menunjukan bahwa lingkungan tersebut tidak baik untuk mereka, karena banyak yang mengancam diri mereka sendiri, seperti ketika mereka meminta minta di usir oleh para pengunjung lain yang datang ketempat wisata, ada juga laki-laki dewasa yang sudah menunggu mereka untuk meminta dan memaksa hasil kerja mereka, sering di razia oleh aparat kepolisian, meski
mereka sadar akan hal tersebut tetapi mereka masih saja tetap bekerja dalam keadaan sembunyi-sembunyi jika melahat sesuata yang mengancam maka mereka akan sembunyi agar tidak diketahui.
KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa anak bekerja di sektor informal di Kelurahan Pohe Kecamatan Hulonthalangi dalam konteks ini terdapat 5 indikator antara lain 1) Kondisi Ekonomi Keluarga, pada dasarnya kondisi ekonomi keluarga anak tersebut masih rendah sehingga membuat mereka untuk bekerja, 2) akibat Percerian Dan Kehilangan Orang Tua anak yang ditinggal oleh ayah dan ibunya maka timbulah kurangnya perhatian dari kedua orang tuanya membuat anak terpaksa bekerja dikarenakan keterbatasan ekonomi di keluarganya membuat anak harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan sekolah anak tersebut, 3) kekerasan keluarga, dari hasil penelitian anak di dalam keluarga tidak mengalami kekerasan dikeluarganya mereka bekerja tidak ditargetkan oleh orang tuanya yang membuat anak jika tidak bekerja tidak akan mengalami tindak kekerasan, demikian indikator 4) eksploitasi ekonomi merupakan anak yang bekerja di sektor informal bukan karena keinginan orang tua melainkan atas kemauan anak sendiri untuk bekerja mencari uang, 5) lingkungan tempat tinggal anak, lingkungan tersebut sangat berpengaruh bagi anak, dikarenakan tempat yang ramai oleh pengunjung, maka mereka memanfaatkan tempat tersebut untuk bekerjaakan tetapi lingkungan mereka terkadang membuat mereka terancam untuk bekerja. Dari kesimpulan di atas, maka peneliti dapat memberikan saran-saran sebagai berikut: 1. Dari pihak orang tua memberikan pengertian kepada anaknya bahwa mereka tidak harus bekerja untuk memenuhi kebutuhannya sendiri karena mereka harus mengutamakan pendidikannya terlebih dahulu 2. Perlu dukungan dari masyarakat atau instansi setempat untuk melarang anak bekerja sampai larut malam
3. Perlu kerja sama antara masyarakat dan instansi setempat agar memberikan pengarahan kepada orang tua anak untuk tidak dipekerjakan diwaktu hari sekolah sehingga anak tidak malas untuk pergi kesekolah 4. Perlu adanya program-program Pendidikan Luar Sekolah yang diperuntukan pada anak yang bekerja di sektor informal 5. Di harapkan kepada instansi terkait perlu ada pendataan anak yang bekerja disektor informal untuk dilakukan pembinanaan DAFTAR RUJUKAN Dalyono. 2007. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta Gerungan, W.A., (2009), Psikologi Sosial, PT Refika Asitama, Bandung. (online). Tersedia di https://www.google.co.id/dampak status sosial ekonomi pada anak di akses 10 Februari 2015 Haryono Tulus dan Supriyono. 2001 Sektor Informal Perkotaan dan Masalah Lapangan Kerja. Jakarta: Dan Julasalalt Majalah prisma 5. Nasution. 2004.Sosiologi Pendidikan. Bandung : Jemmars Henslin, James M. 2007. Sosiologi dengan Pendekatan Membumi, jilid 1, edisi 6. Jakarta: Penerbit Erlangga. Jones, 2009. Pengantar Teori-teori sosial. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Rahmat, 2012. Sosiologi pendidikan. Ideas publishing Sethraman, 1981. Analisis status sosial, (online). Tersedia dihttp://adekabang.wordpress.com/2010/10/13/analisis-swot/, diakses 10 Januari 2015 Soerjono Soekanto 2010. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : Rajagrafindo persada Undang-undang NO 35 tahun 2014 tentang perlindungan anak pasal 1 ayat 2 Universitas Negeri Gorontalo. (2013/2014). Buku panduan karya tulis ilmiah Yulisanti.A.I., 2000, “Status Sosial Ekonomi dan Prilaku Konsumtif Kelas menengah Baru”, APMD, Yogyakarta.