Universitas Sumatera Utara Fakultas Ekonomi Medan
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENDAPATAN PEKERJA SEKTOR INFORMAL DI KOTA BINJAI
SKRIPSI
Diajukan Oleh :
RAHMAT LUBIS 040501004 EKONOMI PEMBANGUNAN
Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Medan 2009
Rahmat Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pekerja Sektor Informal Di Kota Binjai, 2009. USU Repository © 2009
ABSTRACT
The development of informal sector in many cities in Indonesia, interests many scholars to analyze it. This research tries to describe and analyze the phenomena of under employment in the informal sector at Binjai city. This research aims is to analyze the effects of age, education level, long of work time, work experience and operational capital on level of income worker in informal sector. In the research we use ordinary least square method with cross section data, and apply econometric model to estimate income of worker in informal sector in Binjai city. The result of this study shows that independent variabels age, education level, long of work time, work experience and operational capital could explain dependent variable income of worker in informal sector 95% and the remaining is explain by the others variables outside the model.
Keywords: informal sector, age, level of education, long of work time, work experience, level of income, operational capital.
Rahmat Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pekerja Sektor Informal Di Kota Binjai, 2009. USU Repository © 2009
ABSTRAK
Pembangunan sektor informal di kota-kota di Indonesia menarik perhatian para ahli untuk meneliti dibidang tersebut. Penelitian ini mencoba untuk menggambarkan dan menganalisis fenomena para pekerja sektor informal di Kota Binjai. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh umur, pendidikan yang ditamatkan, lama kerja, curahan waktu kerja, dan modal operasi terhadap pendapatan pekerja sektor informal di kota Binjai. Penelitian ini menggunakan metode regresi linear sederhana (OLS) dengan data cross section, kemudian menerapkan model ekonometrika untuk mengestimasi faktorfaktor yang mempengaruhi pendapatan pekerja sektor informal di Kota Binjai. Hasil dari penelitian ini menunjukkan variabel-variabel bebas yaitu umur, pendidikan yang ditamatkan, lama kerja, curahan waktu kerja, dan modal operasional dapat menjelaskan variasi variabel terikat pendapatan pekerja sektor informal di Kota Binjai sebesar 95%, sedangkan sisanya dipengaruhi oleh variabelvariabel lain di luar model estimasi. Kata Kunci: Sektor informal, umur, pendidikan yang ditamatkan, lama kerja, curahan waktu kerja, modal operasi.
Rahmat Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pekerja Sektor Informal Di Kota Binjai, 2009. USU Repository © 2009
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmat dan karunia-Nya, Penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul: Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pendapatan pekerja sektor informal di kota Binjai. Penelitian ini sengaja disusun untuk memenuhi persyaratan akademis untuk mendapat gelar Sarjana Ekonomi Strata I (S1) pada Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Mulai perencanaan sampai penyelesaian skripsi ini, Penulis telah mendapatkan bantuan-bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu dalam kesempatan ini Penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak sebagai berikut : 1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. 2. Bapak Wahyu Ario Pratomo SE, M.Ec, selaku Ketua Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. 3. Bapak Irsyad Lubis, SE, M.Soc.Sc, Ph.D, selaku Dosen Wali yang telah membimbing Penulis selama masa perkuliahan. 4. Bapak Drs. Karel S. Manik, selaku Dosen Pembimbing Penulis, yang telah dengan sabar memberikan petunjuk serta bimbingan, sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. 5. Bapak Drs. H.B. Tarmizi, SU, selaku Dosen Pembanding I Penulis yang telah memberikan banyak masukan dalam penyelesaian skripsi ini. 6. Ibu Dra. Raina Linda Sari, M.Si, selaku Dosen Pembanding II Penulis yang juga telah banyak memberikan masukan dalam penyelesaian skripsi ini. 7. Yang terhormat kepada seluruh dosen yang mengajar di Fakultas Ekonomi Universitas
Sumatera
Utara,
khususnya
Departemen
Ekonomi
Rahmat Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pekerja Sektor Informal Di Kota Binjai, 2009. USU Repository © 2009
Pembangunan atas segala kebaikan mereka dalam memberikan ilmu pengetahuan kepada Penulis. 8. Kepada seluruh staff dan Karyawan Perpustakaan Universitas Sumatera Utara yang telah membantu Penulis dalam mendapatkan bahan bacaan yang sangat membantu Penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 9. Yang terhormat kepada seluruh rekan-rekan jurusan Ekonomi Pembangunan khususnya
stambuk
2004
yang
telah
membantu
Penulis
dalam
menyelesaikan skripsi ini. 10. Kepada seluruh sahabat dan rekanan baik yang Penulis kenal ataupun yang mengenal Penulis atas segala semangat yang diberikan. 11. Yang paling saya muliakan kepada Ayahanda dan Ibunda yang tercinta orang tua yang telah memberikan dorongan dan doa restu, baik moral dan material selama Penulis menuntut ilmu.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada semua pihak yang telah memberikan segala bantuan tersebut di atas. Skripsi ini tentu saja masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran yang konstruktif senantiasa Penulis harapkan dari segenap pembaca demi kesempurnaan skripsi ini dimasa yang akan datang. Kepada Peneliti lain mungkin masih bisa mengembangkan hasil penelitian ini pada ruang lingkup yang lebih luas dan analisis yang lebih tajam. Akhirnya Penulis selalu berharap semoga skripsi ini ada manfaatnya.
Medan,
Maret 2009
Penulis,
RAHMAT LUBIS Rahmat Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pekerja Sektor Informal Di Kota Binjai, 2009. USU Repository © 2009
DAFTAR ISI
ABSTRACT ..................................................................................................
i
ABSTRAK .....................................................................................................
ii
KATA PENGANTAR ...................................................................................
iii
DAFTAR ISI .................................................................................................
v
DAFTAR TABEL .........................................................................................
ix
DAFTAR GAMBAR .....................................................................................
x
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................
xi
BAB I
PENDAHULUAN ...........................................................................
1
1.1 Latar Belakang .........................................................................
1
1.2 Perumusan Masalah .................................................................
9
1.3 Tujuan Penelitian .....................................................................
9
1.4 Manfaat Penelitian ...................................................................
10
BAB II URAIAN TEORITIS ......................................................................
11
2.1 Peran Masyarakat Pada Sektor Informal ...................................
11
2.2 Peran Perekonomian Masyarakat Bagi Pertumbuhan Ekonomi Wilayah ....................................................................
13
2.3 Tantangan Sektor Informal dan Peluang ....................................
27
Rahmat Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pekerja Sektor Informal Di Kota Binjai, 2009. USU Repository © 2009
2.4 Hipotesis Penelitian .................................................................
29
Rahmat Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pekerja Sektor Informal Di Kota Binjai, 2009. USU Repository © 2009
2.5 Kerangka Pemikiran ................................................................
30
BAB III METODE PENELITIAN ...............................................................
32
3.1 Ruang Lingkup Penelitian ........................................................
32
3.2 Lokasi Penelitian .....................................................................
32
3.3 Jenis dan Sumber Data .............................................................
32
3.4 Jenis Penelitian ........................................................................
33
3.5 Teknik Pengumpulan Data .......................................................
34
3.6 Pengolahan Data .....................................................................
34
3.7 Analisis Data ...........................................................................
34
3.8 Test Of Goodness Of Fit (Uji Kesesuaian) ...............................
36
3.8.1 Koefisien Determinasi (R-Square) ................................
36
3.8.2 Uji Keseluruhan (F-Test) ..............................................
37
3.8.3 Uji Parsial (t-Test) ........................................................
37
3.9 Pengujian Terhadap Validitas Asumsi Klasik ...........................
38
3.9.1 Multikolinearitas ..........................................................
38
3.9.2 Heteroskedastisitas .......................................................
39
3.10 Definisi Operasional Variabel ..................................................
39
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN .................................................
41
4.1 Gambaran Umum Kota Binjai ........ .......................................
41
4.1.1
Sejarah Singkat Kota Binjai ..........................................
41
4.1.2
Letak dan Geografis Kota Binjai ..................................
42
4.1.3 Penduduk dan Tenaga Kerja ..........................................
44
a. Penduduk ..................................................................
44
b. Tenaga Kerja ............................................................
47
4.1.4 Pertumbuhan Ekonomi Kota Binjai ...............................
49
4.2 Gambaran Umum Objek Penelitian ...........................................
49
4.2.1 Umur .............................................................................
49
4.2.2 Pendidikan yang ditamatkan ..........................................
50
4.2.3 Lama Bekerja ................................................................
51
4.2.4 Curahan Jam Kerja ........................................................
51
4.2.5 Modal Operasi ...............................................................
52
4.3 Faktor-Faktor Yang Mendorong Seseorang Bekerja Sebagai Pekerja di Sektor Informal .......................................................
53
4.4 Hasil dan Analisis ....................................................................
54
4.5 Intepretasi Model .....................................................................
55
4.5.1 Hasil Uji Koefisien Determinasi ...................................
57
4.5.2 Hasil Uji Keseluruhan (F-test) ......................................
57
4.5.3 Hasil Uji Parsial (t-Test) ...............................................
58
4.6 Hasil Uji Validitas Asumsi Klasik ............................................
59
4.6.1 Hasil Uji Multikolinearitas ...........................................
59
4.6.2 Hasil Uji Heterokedastisitas ..........................................
60
Rahmat Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pekerja Sektor Informal Di Kota Binjai, 2009. USU Repository © 2009
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................
61
5.1 Kesimpulan ..............................................................................
61
5.2 Saran .......................................................................................
62
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN 1 LAMPIRAN 2 LAMPIRAN 3 LAMPIRAN 4
Rahmat Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pekerja Sektor Informal Di Kota Binjai, 2009. USU Repository © 2009
DAFTAR TABEL
No. Tabel
Judul
Tabel 1.1
Jumlah Sektor Informal di Kota Binjai ........................................
7
Tabel 3.1
Definisi Operasional Variabel .....................................................
39
Tabel 4.1
Batas Kota Binjai .........................................................................
43
Tabel 4.2
Luas Daerah per Kecamatan di Kota Binjai..................................
44
Tabel 4.3
Banyaknya Rumah Tangga, Penduduk, dan Kepadatan Penduduk Kota Binjai Tahun 2004 ..............................................
Tabel 4.4
46
Penduduk Dewasa dan Anak-anak Menurut Jenis Kelamin di Kota Binjai Tahun 2004 ..........................................................
Tabel 4.6
45
Penduduk Menurut Golongan Umur dan Jenis Kelamin di Kota Binjai Tahun 2004 ..........................................................
Tabel 4.5
Hal
46
Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun Yang Bekerja Menurut Pendidikan Tertinggi Yang Ditamatkan Di Kota Binjai Tahun 2004 ..........................................................
Tabel 4.7
48
Persentase Penduduk 10 Tahun Keatas Yang Bekerja Menurut Jam Kerja Dan Jenis Kelamin Di Kota Binjai Tahun 2004 ......................................................................
48
Tabel 4.8
Distribusi Responden Berdasarkan Umur ....................................
50
Tabel 4.9
Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ..............
51
Rahmat Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pekerja Sektor Informal Di Kota Binjai, 2009. USU Repository © 2009
Tabel 4.10 Distribusi Responden Berdasarkan Curahan Jam Kerja ...............
52
Tabel 4.11
55
Hasil Analisa Regresi .................................................................. DAFTAR GAMBAR
No. Gambar
Judul
Hal
Gambar 2.1
Dimensi Pembangunan Berkelanjutan ....................................
18
Gambar 2.2
Interaksi Aspek Pendukung Pembangunan Berkelanjutan.......
21
Gambar 2.3
Kerangka Berfikir Tiga Dimensi Tentang Keberlanjutan ........
22
Gambar 2.4
Kerangka Konseptual Penelitian.............................................
31
Rahmat Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pekerja Sektor Informal Di Kota Binjai, 2009. USU Repository © 2009
DAFTAR LAMPIRAN
No. Lampiran
Judul
Lampiran 1
Data Penelitian
Lampiran 2
Hasil Pengolahan Data
Lampiran 3
Hasil Uji Multikolinearitas
Lampiran 4
Hasil Uji Heteroskedastiditas
Rahmat Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pekerja Sektor Informal Di Kota Binjai, 2009. USU Repository © 2009
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi pada dasarnya dicerminkan oleh terjadinya perubahan dalam aliran-aliran baru yang menyangkut arus pendapatan dan manfaat (benefit) kepada masyarakat lokal, regional, bahkan sampai tingkat nasional. Program pembangunan dapat mendatangkan dampak berupa manfaat-manfaat yang positif atau juga berupa kemudharatan (kebanyakan) negatif kepada masyarakat, terutama kepada mereka yang tinggal di dekat sekitar kegiatan ekonomi sebagai penerima akibat (dampak) dari program pembangunan yang bersangkutan. Komunitas lokal harus mencari/mendapat peluang agar terjadi penyesuaian terhadap perubahan karena keadaan baru tersebut (Ahmadi, 1995). Pembangunan dapat dikonseptualisasikan ke dalam suatu proses perbaikan yang berkesinambungan atas suatu masyarakat atau suatu sistem sosial secara keseluruhan menuju kehidupan yang lebih baik atau manusiawi (Iryanti, 2003). Rencana pembangunan atau pengembangan yang biasanya dihasilkan oleh tenaga ahli atau konsultan pada umumnya berasal dari budaya atau latar belakang sosial yang berbeda dalam mengatasi permasalahan penting yang mereka temukan. Seyogyanya rencana pembangunan dimulai dengan mengenali potensi dan kebutuhan masyarakat Rahmat Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pekerja Sektor Informal Di Kota Binjai, 2009. USU Repository © 2009
penerima manfaat dan penanggung risiko. Dengan demikian kegiatan pembangunan yang mencakup perencanaan, pembiayaan, pelaksanaan dan pemantauan serta
Rahmat Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pekerja Sektor Informal Di Kota Binjai, 2009. USU Repository © 2009
evaluasi, akan bertitik tolak dari keinginan dan kemampuan masyarakat penerima manfaat dan penanggung risiko itu sendiri. Perumusan kebijakan dan pemilihan prioritas yang tajam merupakan sarana untuk mengimplementasikan
apa
yang
tercantum
dalam
perencanaan
program
pembangunan. Sasaran dari perencanaan pembangunan dapat dikelompokan atas 3 sasaran umum yaitu: (1) efisiensi, (2) keadilan dan akseptabilitas masyarakat, dan (3) keberlanjutan (Iryanti, 2003). Pembangunan yang merupakan hasil perencanaan harus merupakan perwujudan keadilan dan melibatkan partisipasi masyarakat, sehingga masyarakat lokal dapat berperan aktif dalam proses perencanaan dan langkah-langkah pengawasan. Keberadaan dan kelangsungan kegiatan sektor informal dalam sistem ekonomi kotemporer bukanlah gejala negatif, namun lebih sebagai realitas ekonomi kerakyatan yang berperan cukup penting dalam pengembangan masyarakat dan pembangunan nasional. Setidaknya, ketika program pembangunan kurang mampu menyediakan peluang kerja bagi angkatan kerja, sektor informal dengan segala kekurangannya mampu berperan sebagai penampung dan alternatif peluang kerja bagi para pencari kerja. Gelombang ketidakpuasan kaum miskin dan para penganggur terhadap ketidakmampuan pembangunan menyediakan peluang kerja, untuk sementara dapat diredam lantaran tersedia peluang kerja di sektor informal. Begitupun ketika kebijakan pembangunan cenderung menguntungkan usaha skala besar, sektor informal kendati tanpa dukungan fasilitas sepenuhnya dari negara, dapat memberikan subsidi sebagai penyedia barang dan jasa yang murah untuk mendukung
kelangsungan hidup para pekerja usaha skala besar. Bahkan, tatkala perekonomian nasional mengalami kemunduran akibat resesi, sektor informal mampu bertahan tanpa membebani ekonomi nasional, sehingga roda perekonomian masyarakat tetap bertahan. Peran sektor informal ini telah berlangsung sejak lama dalam pasang surut perkembangan masyarakat dan dinamika perkembangan ekonomi. Sampai saat ini, pengertian sektor informal sering dikaitkan dengan ciri-ciri utama pengusaha dan pelaku sektor informal, antara lain: kegiatan usaha bermodal utama pada kemandirian rakyat, memanfaatkan teknologi sederhana, pekerjanya terutama berasal dari tenaga kerja keluarga tanpa upah, bahan baku usaha kebanyakan memanfaatkan sumber daya lokal, sebagian besar melayani kebutuhan rakyat kelas menengah ke bawah, pendidikan dan kualitas sumber daya pelaku tergolong rendah. Meskipun pertumbuhan ekonomi selama pembangunan jangka panjang pertama berkisar antara 5-8 persen per tahun, proporsi pekerja sektor informal, khususnya di perkotaan cenderung meningkat. Pada tahun 1971 proporsi pekerja sektor informal terhadap jumlah angkatan kerja di kota mencapai sekitar 25 persen. Angka ini meningkat menjadi sekitar 36 persen pada tahun 1980 dan menjadi 42 persen pada tahun 1990. Sedangkan pada tahun 2000 angka tersebut menjadi sekitar 65 persen. Hal ini menunjukkan bahwa sektor informal masih cukup dominan menyerap angkatan kerja khususnya di perkotaan. Selain itu perkembangan ekonomi belum dapat mengatasi persoalan klasik keterbatasan peluang kerja.
Rahmat Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pekerja Sektor Informal Di Kota Binjai, 2009. USU Repository © 2009
Di satu segi sektor informal masih memegang peranan penting menampung angkatan kerja, terutama angkatan kerja muda yang masih belum berpengalaman atau angkatan kerja yang pertama kali masuk pasar kerja. Keadaan ini dapat mempunyai dampak positif mengurangi tingkat pengangguran terbuka. Tetapi di segi lain menunjukkan gejala tingkat produktivitas yang rendah, karena masih menggunakan alat-alat tradisional dengan tingkat pendidikan serta keterampilan yang relatif rendah. Mengingat peran sektor informal yang cukup positif dalam proses pembangunan, sudah sewajarnya nasib para pekerjanya dipikirkan. Beberapa kebijakan, baik langsung maupun tidak, untuk membantu pengembangan masyarakat melalui pembinaan kegiatan usaha pekerja di sektor informal memang sudah dilakukan. Namun ada kecenderungan kegiatan ekonomi di sektor informal dan nasib pekerja sektor informal belum banyak mengalami perubahan. Tanpa bermaksud mengurangi arti pentingnya kebijakan yang telah ada, kebijakan yang biasa diberikan kepada pengusaha besar mungkin dapat dikurangi, kemudian prioritas diberikan pada kegiatan sektor informal dan memihak pada kepentingan masyarakat. Sektor informal dalam penelitian ini dianggap sebagai akibat dari situasi pertumbuhan kesempatan kerja negara sedang berkembang; mereka yang memasuki kegiatan berskala kecil ini khususnya di kota, terutama bertujuan untuk mencari kesempatan kerja dan menciptakan pendapatan. Mereka yang terlibat dalam sektor ini pada umumnya miskin, berpendidikan sangat rendah, tidak terampil, dan kebanyakan para migran. Dengan kata lain, sektor informal di kota harus dipandang sebagai unitunit usaha berskala kecil yang terlibat dalam produksi dan distribusi barang-barang Rahmat Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pekerja Sektor Informal Di Kota Binjai, 2009. USU Repository © 2009
dan jasa yang masih dalam suatu proses evolusi untuk menjelma sebagai sekelompok perusahaan berskala kecil dengan masukan-masukan modal (capital) dan pengelolaan (managerial) yang lebih besar (Sjaifudin, 1995). Akumulasi penduduk di kota-kota besar seperti halnya di Indonesia tersebut sering tidak diikuti dengan penyediaan kesempatan kerja formal yang luas. Hal ini memposisikan penduduk yang tidak mampu berkompetisi disektor formal, seperti penduduk dengan tingkat pendidikan dan keterampilan yang rendah, cenderung masuk ke sektor informal. Mereka bekerja seadanya, pada lapangan usaha apa saja, tentunya jenis pekerjaan yang tidak membutuhkan keterampilan dan pendidikan tinggi (Sjaifudin, 1995; Widianto, 2003). Selanjutnya Maloney (1995) lebih jauh menjelaskan bahwa tingginya penduduk yang bekerja di sektor informal, terutama di kota-kota besar dan menengah, merupakan akibat dari urbanisasi semu (pseudo urbanization), yakni urbanisasi yang tidak diikuti dengan perkembangan ekonomi (industrialization) dan kesempatan kerja. Masalah yang muncul dari fenomena tersebut adalah penganggur terbuka, setengah penganggur, dan tenaga kerja yang tidak dimanfaatkan secara penuh. Hal ini tentu saja akan diikuti dengan meluasnya berbagai kegiatan usaha di sektor informal. setidak-tidaknya sebagai kegiatan usaha alternatif agar di kota mereka tetap dapat survive. Dari pendapat tersebut perlu dikemukakan pula tentang kinerja usaha kecil seperti yang digunakan oleh Sadler-Smith dkk,(2003) bahwa usaha kecil di Kerajaan Inggris terdapat hubungan antara prilaku manajerial (berdasarkan model kompetensi), Rahmat Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pekerja Sektor Informal Di Kota Binjai, 2009. USU Repository © 2009
gaya golongan pengusaha (berdasarkan teori Cavin dan Stevin) dan jenis perusahaan (dalam bentuk kinerja pertumbuhan penjualan), begitu pula yang dikemukakan oleh Raharjo (2003) yang mengembangkan kapasitas manajemen dan kewirausahaan pada Usaha Kecil dan Menengah (UKM) pertanian bahwa aspek personal bersama-sama dengan fisik, ekonomi dan lingkungan insitusi berpengaruh kewirausahaan petani. Studi ini menggambarkan bahwa dampak kewirausahaan para petani dalam proses pengambilan keputusan secara konsekwen menentukan hasil yang efisien. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak pertengahan tahun 1997 lalu, yang diawali dengan krisis nilai tukar rupiah terhadap dollar AS. Krisis moneter ini telah mengakibatkan perekonomian Indonesia mengalami resesi ekonomi. Krisis ini sangat berpengaruh negatif terhadap hampir semua lapisan/golongan masyarakat dan hampir semua kegiatan ekonomi di dalam negeri, namun demikian usaha sektor informal dalam situasi tersebut malahan menjamur. Hal ini merupakan indikator bahwa masyarakat membutuhkan keberadaan sektor ini. Secara struktural suatu gejala ekonomi mempengaruhi usaha melalui sisi permintaan (pasar output) dan/atau sisi penawaran (pasar input). Besarnya efek tersebut bervariasi menurut jenis kegiatan atau sektor/subsektor, skala usaha,dan wilayah usaha (lokasi perusahaan dan lokasi pasar) yang berbeda. Perbedaan ini karena orientasi dan struktur pasar output dan input, pola proses produksi, dan jenis serta intensitas pemakaian ouput/bahan baku berbeda menurut kegiatan ekonomi yang berbeda. Oleh karenanya dampak dari suatu gejolak ekonomi terhadap usaha kecil
Rahmat Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pekerja Sektor Informal Di Kota Binjai, 2009. USU Repository © 2009
dan menengah perlu dianalisis dari dua sisi, yakni sisi penawaran dan sisi permintaan (Tambunan, 2002). Sektor informal merupakan bidang yang banyak ditekuni oleh orang yang berasal dari berbagai tingkat pendidikan, mulai dari tidak tamat SD sampai yang berpenddidikan perguruan tinggi (Ramli, 1992). Sampai sejauh mana hubungan tingkat pendidikan dengan pekerjaan pada sektor ini, merupakan hal penting untuk diteliti. Dikatakan demikian karena menurut Standing (1981), untuk mengukur tingkat pemanfaatan angakatan kerja, salah satu faktor yang harus diperhatikan ialah kesesuaian antara tingkat pendidikan seseorang dengan lapangan kerja yang ditekuninya. Kalau tidak sesuai akan menimbulkan Underemployment ialah orang yang bekerja dibawah kemampuan yang dimilikinya, selanjutnya hal tersebut akan mempengaruhi tingkat produktivitas dan pendapatan. Keadaan ini tidak terlepas semakin kompleks penciptaan lapangan kerja di kota besar seperti di Medan khususnya di Kota Binjai. Berdasarkan data dari Perusahaan Daerah (PD) Kota Binjai pada tahun 2007 tercatat usaha sektor informal 1.727 unit, dimana rata-rata pertumbuhannya berkisar antara 5-8% pertahun, seperti yang terlihat pada tabel 1.1 dibawah ini. Tabel 1.1. Jumlah Sektor Informal di Kota Binjai
Tahun
Jumlah sektor informal (unit)
2000
820
2001
983
Rahmat Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pekerja Sektor Informal Di Kota Binjai, 2009. USU Repository © 2009
2002
1.086
2003
1.128
2004
1.297
2005
1.387
2006
1.564
2007
1.727
(Sumber: BPS Sumatera Utara)
Dari data tersebut dapat dikatakan bahwa pertumbuhan sektor informal semakin bertambah, sehingga akan menyerap banyak tenaga kerja. Di beberapa negara yang sedang berkembang (developing countries) sektor usaha kecil umumnya menyerap banyak tenaga kerja, pertumbuhan sektor informal yang pesat seiring dengan pertambahan penduduk di perkotaan menyebabkan tanah, perumahan, dan fasilitas lainnya semakin mahal. Kelompok masyarakat berpendapatan rendah yang umumnya terdiri dari pekerja sektor informal yang kebanyakan terdiri dari para urbanit, mencari daerah-daerah yang terjangkau oleh keadaan ekonominya, Akhirnya mereka berkonsentrasi pada daerah-daerah tertentu yang selanjutnya “daerah kumuh” (Widianto, 2003). Polemik tentang prospek sektor informal yang terus berlangsung disertai pesatnya penambahan jumlah tenaga kerja yang masuk ke sektor tersebut, mengindikasikan perlunya suatu studi yang secara mendalam menelaah perkembangan, prospek dan faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja sektor informal, terlebih dengan adanya krisis moneter yang terjadi sejak pertengahan tahun 1997, perkembangan, prospek, Rahmat Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pekerja Sektor Informal Di Kota Binjai, 2009. USU Repository © 2009
dan kemampuan untuk bertahan sektor informal sampai sekarang menarik untuk dikaji lebih mendalam. Sehubungan dengan hal-hal tersebut di atas, studi ini berusaha memaparkan kegiatan pekerja di sektor informal dan menyediakan pemikiran untuk pembinaan sektor informal dan pengembangan kegiatan usaha informal, termasuk dalam rangka memberikan perlindungan bagi pekerjanya. Berdasarkan uraian tersebut, penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pekerja Sektor Informal di Kota Binjai”. 1.2 Perumusan Masalah Sejalan dengan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana pengaruh umur terhadap pendapatan usaha pekerja sektor informal di Kota Binjai? 2. Bagaimana pengaruh pendidikan yang ditamatkan terhadap pendapatan pekerja sektor informal di Kota Binjai? 3. Bagaimana pengaruh pengalaman kerja terhadap pendapatan pekerja sektor informal di Kota Binjai? 4. Bagaimana pengaruh curahan waktu bekerja terhadap pendapatan pekerja sektor informal di Kota Binjai? 5. Bagaimana pengaruh modal operasi terhadap pendapatan pekerja pada sektor informal di Kota Binjai?
Rahmat Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pekerja Sektor Informal Di Kota Binjai, 2009. USU Repository © 2009
1.3 Tujuan Penelitian Tujuan yang hendak dicapai melalui penelitian ini, antara lain: 1. Untuk mengetahui pengaruh umur terhadap pendapatan pekerja di sektor informal. 2. Untuk mengetahui pengaruh pendidikan yang ditamatkan terhadap pendapatan pekerja di sektor informal. 3. Untuk mengetahui pengaruh pengalaman kerja terhadap pendapatan pekerja di sektor informal. 4. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh curahan kerja terhadap pendapatan pekerja di sektor informal. 5. Untuk mengetahui pengaruh modal kerja terhadap pendapatan pekerja di sektor informal.
1.3 Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: 1. Bagi penulis penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan pendapatan sektor informal. 2. Bagi pekerja di sektor informal penelitian ini bisa dijadikan sebagai bahan masukan agar para pekerja di sektor informal dapat meningkatkan pendapatan mereka. 3. Bagi para peneliti selanjutnya, penelitian ini dapat dijadikan kerangka dalam melakukan penelitian yang lebih mendalam di bidang ini. Rahmat Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pekerja Sektor Informal Di Kota Binjai, 2009. USU Repository © 2009
4. Bagi para pengambil kebijakan (decision maker) penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan dalam mengambil kebijakan untuk mengatur para pekerja di sektor informal.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Peran Masyarakat Pada Sektor Informal Pertumbuhan penduduk suatu negara yang diiringi dengan pertambahan angkatan kerja telah menimbulkan permasalahan tersendiri. Hal ini antara lain disebabkan belum berfungsinya semua sektor kehidupan masyarakat dengan baik serta belum meratanya pembangunan disegala bidang, sehingga ketersediaan lapangan pekerjaan tidak seimbang dengan laju pertumbuhan penduduk yang cepat dan dinamis. Sektor formal tidak mampu memenuhi dan menyerap pertambahan angkatan kerja secara maksimal yang disebabkan adanya ketimpangan antara angkatan kerja yang tumbuh dengan cepat dengan lapangan pekerjaan yang tersedia. Karena itu sektor informal
Rahmat Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pekerja Sektor Informal Di Kota Binjai, 2009. USU Repository © 2009
menjadi suatu bagian yang penting dalam menjawab permasalahan lapangan kerja dan angkatan kerja. Istilah sektor informal biasanya digunakan untuk menunjukkan sejumlah kegiatan ekonomi yang berskala kecil. Tetapi akan menyesatkan bila disebutkan perusahaan berskala kecil, karena sektor informal dianggap sebagai suatu manifestasi situasi pertumbuhan kesempatan kerja di negara sedang berkembang, karena itu mereka yang memasuki kegiatan berskala kecil ini di kota, terutama bertujuan untuk mencari kesempatan kerja dan pendapatan daripada memperoleh keuntungan. Karena mereka yang terlibat dalam sektor ini pada umumnya miskin, berpendidikan sangat rendah,
Rahmat Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pekerja Sektor Informal Di Kota Binjai, 2009. USU Repository © 2009
tidak terampil dan kebanyakan para migran, jelaslah bahwa mereka bukanlah kapitalis yang mencari investasi yang menguntungkan dan juga bukan pengusaha seperti yang dikenal pada umumnya (Alma, 2001). Saat ini, sektor informal menjadi bagian penting dalam perumusan kebijakan ketenagakerjaan. Sektor informal merupakan salah satu alternatif kesempatan kerja yang mampu menampung tenaga kerja tanpa persyaratan tertentu seperti tingkat pendidikan dan keterampilan kerja. Hal ini merupakan salah satu faktor utama yang memudahkan tenaga kerja memasuki sektor ini dan semakin mengukuhkan kehadirannya sebagai penyangga terhadap kelebihan tenaga kerja. Keadaan ini dalam jangka pendek akan dapat membantu mengurangi angka pengangguran di Indonesia (Moir dan Wirosardjono 1997). Pemberdayaan
sektor
informal
merupakan
bagian
dari
pemberdayaan
perekonomian rakyat guna pertumbuhan dan perkembangan ekonomi. Dalam beberapa hal, sektor informal lebih dapat beradaptasi dan tidak terganggu oleh manajemen operasional yang kaku. Dalam periode krisis perekonomian nasional, sektor informal yang bersifat adaptif dan lentur, masih tetap bertahan bahkan mampu mengembangkan peluang-peluang usaha dibandingkan dengan perusahaan besar. Pada dasarnya, apabila seseorang mempunyai kemampuan, memiliki sedikit pengetahuan praktis serta memiliki peralatan yang sederhana dan keuletan berusaha, maka ia dapat melakukan usaha dalam sektor informal. Selanjutnya Raharjo (2003), mengemukakan bahwa walaupun dikatakan secara umum kegiatan sektor informal memberikan pendapatan yang rendah, namun bagi golongan masyarakat kelas bawah sebenarnya penghasilan mereka cukup tinggi meskipun didapatkan dengan penuh
kerja keras. Hal ini merupakan daya tarik tersendiri bagi orang-orang yang mencari pekerjaan yang mengakibatkan banyak orang-orang yang masuk ke dalam sektor ini. Adanya sifat alamiah dan sifat manusia, menyebabkan timbulnya perpindahan penduduk dari daerah yang kurang menguntungkan, seperti daerah pedesaan ke daerah yang lebih menjanjikan, seperti daerah perkotaan atau pusat pertumbuhan baru sebagai tempat bermukim, bekerja, berusaha dan bermasyarakat. Migrasi ini telah menciptakan berbagai macam lapangan usaha baru, seperti keberadaan pekerja sektor informal. Keberadaan pekerja sektor informal ini turut memberikan sumbangan bagi perkembangan dan kegiatan usaha. Tidak bisa dipungkiri bahwa kegiatan sektor informal tersebut telah memberikan sumbangan yang tidak kecil bagi ekonomi lokal dalam suatu wilayah bahkan di dalam suatu kabupaten, dimana terdapatnya sektor informal tersebut. Dilihat dari uraian diatas, bahwa dengan terjadinya peningkatan pendapatan masyarakat golongan bawah maka terjadi peningkatan taraf hidup mereka. Keadaan ini diharapkan memberikan kontribusi peningkatan pendapatan daerah dan nasional. Oleh karena itu peranan sektor informal mempunyai peran penting dalam mewujudkan tujuan pemerataan pembangunan.
2.2. Peran Perekonomian Masyarakat Bagi Pertumbuhan Ekonomi Wilayah Wilayah merupakan suatu area geografis yang mempunyai ciri-ciri tertentu dan merupakan media bagi segala sesuatu untuk berlokasi dan berinteraksi. Berdasarkan Rahmat Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pekerja Sektor Informal Di Kota Binjai, 2009. USU Repository © 2009
hal ini, wilayah didefinisikan, dibatasi dan digambarkan berdasarkan ciri atau kandungan area geografis tersebut. Selanjutnya dikatakan bahwa ciri dan kandungan area geografis yang digunakan untuk mendefinisikan wilayah masih tetap merupakan hal yang terus diperdebatkan dan belum tercapai konsensus. Oleh karena itu, ahli ekonomi dan pengembangan wilayah sepakat bahwa ciri-ciri dan kandungan area geografis
yang
digunakan
untuk
mendefinisikan
suatu
wilayah
haruslah
mencerminkan tujuan analisis atau tujuan penyusunan kebijaksanaan pengembangan wilayah. Atas dasar konsesus di atas, maka didalam pengembangan wilayah perlu dipahami pengertian perencanaan wilayah agar arah dan maksud perencanaan pembangunan di dalam suatu daerah atau wilayah dapat secara lebih baik tercapai dan tidak menimbulkan ketimpangan di dalam wilayah itu sendiri atau antar wilayah (Priyono, 1999). Maloney (1995) mendefinisikan wilayah sebagai kesatuan area geografis yang menggambarkan hubungan ekonomi, administrasi, formulasi dan implementasi dari pembuatan
perencanaan
dan
kebijakan
masyarakat
dengan
tujuan
untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat di wilayah tersebut. Selanjutnya dinyatakan bahwa perencanaan wilayah merupakan proses memformulasikan tujuan-tujuan sosial dan pengaturan ruang untuk kegiatan-kegiatan dalam rangka mencapaai tujuan ekonomi sosial tersebut. Unsur spasial merupakan dasar dan pedoman bagi seorang perencana wilayah dalam membuat suatu rencana sektoral, daerah serta programprogram pembangunan wilayah. Secara konseptual (Glasson 1990) membedakan wilayah menjadi: Rahmat Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pekerja Sektor Informal Di Kota Binjai, 2009. USU Repository © 2009
a. Wilayah Homogen, yaitu wilayah yang dibatasi oleh kesamaan ciri-ciri baik yang bersifat geogarfis, ekonomi, sosial maupun politik, sehingga apabila terjadi perubahan dari suatu bagian wilayah akan mendorong terjadinya perubahan keseluruhan aspek wilayah. b. Wilayah Nodal, yaitu wilayah yang dilandasi oleh adanya faktor heterogenitas akan tetapi satu sama lain saling berhubungan erat secara fungsional. Struktur wilayah ini dapat digambarkan sebagai suatu sel hidup yang memiliki satu wilayah inti (pusat, metropolis) dan beberapa wilayah plasma/pinggiran (periferi, hinterland) yang merupakan bagian sekelilingnya yang bersifat komplementer terhadap intinya dan dihubungkan oleh pertukaran informasi secara intern. c. Wilayah Administrasi, yaitu wilayah yang dibatasi oleh kesatuan administrasi politis penduduk dari suatu wilayah, jadi batas wilayah ini tidak ditentukan oleh derajat interaksi ataupun homogenitas antar komponen wilayah. d. Wilayah Perencanaan, yaitu wilayah yang mempunyai keterkaitan fungsional antar bagian-bagian penyusunnya (yang membentuk suatu sistem), baik keterkaitan dalam biofisik/ekologis (ekosistem) maupun sosial ekonomi. Pada wilayah ini terdapat sifat-sifat tertentu yang alamiah, perlu perencanaan secara integral dalam pengembangan dan pembangunannya sehingga dapat memberikan solusi dari permasalahan regional yang dihadapi. Wilayah ini dapat mencakup lebih dari satu wilayah administrasi. Dengan memahami konsep wilayah diharapkan para perencana dalam melakukan pendekatan lebih memperhatikan komponen-komponen penyusun wilayah tersebut Rahmat Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pekerja Sektor Informal Di Kota Binjai, 2009. USU Repository © 2009
yang saling berinteraksi dan mengkombinasikan potensi masing-masing komponen sehingga tercipta suatu strategi pengembangan dan pembangunann wilayah yang baik dan terarah. Pembangunan wilayah bertujuan untuk mencapai pertumbuhan pendapatan perkapita yang cepat, menyediakan dan memperluas kesempatan kerja, memeratakan pendapatan, memperkecil disparitas kemakmuran antar daerah/regional serta mendorong transformasi perekonomian yang seimbang antara sektor pertanian dan industri melalui pemanfaatan sumberdaya alam yang tersedia tapi dengan tetap memperhatikan aspek kelestariannya (sustainable) (Todaro, 2000). Pada hakekatnya pembangunan wilayah bertujuan untuk menciptakan berbagai alternatif yang lebih baik bagi setiap anggota masyarakatnya guna mencapai citacitanya. Penciptaan berbagai alternatif tersebut dicirikan oleh adanya proses transformasi ekonomi dan struktural melalui peningkatan kapasitas produksi dan produktivitas rata-rata tenaga kerja, peningkatan pendapatan, penurunan disparitas pendapatan, perubahan struktur distribusi kekuasaan antar golongan masyarakat kearah yang lebih adil, serta transformasi kultural dan tata nilai. Perubahan yang terjadi diharapkan lebih mengarah kepada perbaikan mutu hidup dan kehidupan masyarakat. Pembangunan wilayah yang berkelanjutan dapat memberikan manfaat optimal bagi kepentingan masyarakat umum maupun lokal (base community). Dalam pengelolaan sumberdaya alam seyogyanya pertimbangan ekonomi dan lingkungan berada dalam keadaan seimbang agar kelestarian sumberdaya dapat terpelihara dan Rahmat Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pekerja Sektor Informal Di Kota Binjai, 2009. USU Repository © 2009
terjadinya misalokasi sumberdaya dapat dihindari (Firnandi, 2005). Pembangunan wilayah
yang
berkelanjutan
berlandaskan
kenyataan
adanya
keterbatasaan
kemampuan sumberdaya alam, sedangkan kebutuhan manusia terus meningkat. Kondisi seperti ini membutuhkan suatu strategi pemanfaatan sumberdaya yang lebih efektif dan efisien. Pembangunan berkelanjutan menitik beratkan pada tanggung jawab moral dalam memberikan kesejahteraan bagi generasi yang akan datang. Dengan demikian permasalahan utama yang dihadapi dalam pembangunan wilayah adalah bagaimana memperlakukan alam dengan kapasitasnya yang terbatas dan telah mengalami degradasi baik karena faktor alam sendiri maupun faktor intervensi manusia, secara arif bijaksana tetapi alokasi sumberdaya secara adil sepanjang waktu dan antar generasi guna menjamin kesejahteraannya tetap berlangsung. Konsep pembangunan menurut Todaro (2000) adalah pembangunan harus memenuhi tiga komponen dasar yang dijadikan sebagai basis konseptual dan pedoman praktis dalam memahami pembangunan yang paling hakiki yaitu kecukupan (sustenance), jati diri (self-esteem), serta kebebasan (freedom). Konsep pembangunan berkelanjutan dengan tetap memperhatikan kepentingan generasi yang akan datang, pertama kali digunakan oleh Komisi Pembangunan dan Lingkungan Dunia (World Commission on Environment and Development) atau The Brundtland Commission pada tahun 1987. Palunsu dalam Irayanti (2000) mengemukakan bahwa pembangunan yang berkelanjutan mengandung tiga pengertian yaitu: 1. Memenuhi kebutuhan saat ini tanpa mengorbankan kebutuhan masa yang akan datang. Rahmat Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pekerja Sektor Informal Di Kota Binjai, 2009. USU Repository © 2009
2. Tidak melampaui daya dukung ekosistem. 3. Mengoptimalkan manfaat dari sumberdaya alam, serta sumberdaya manusia dengan menyelaraskan manusia dan pembangunan dengan sumberdaya alam. Hal terpenting yang perlu mendapat perhatian bukan pada perbedaan interpretasi pembangunan yang berkelanjutan tersebut namun lebih terfokus pada hal-hal yang merupakan implikasi dari pelaksanaan pembangunan. Sjaifudin, dkk (1995) mengemukakan bahwa pelaksanaan pembangunan tidak akan membawa hasil apabila dalam proses pembangunan tersebut tidak terjadi integrasi tiga poin utama yaitu ekonomi, ekologi dan sosiologi. Ketiga aspek-aspek kehidupan dan tujuan pembangunan berkelanjutan dapat digambarkan sebagai “a triangular framework” dengan tujuan masing-masing aspek yang berbeda, seperti dapat dilihat pada Gambar 2.1 dibawah ini: Ekonomi: Pertumbuhan, Pemerataan dan Efisiensi (sustainable growth efficiency)
Rahmat Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pekerja Sektor Informal Di Kota Binjai, 2009. USU Repository © 2009
Sosial: Pemberdayaan Masyarakat (Empowerman) Keterpaduan sosial (Social Cohession) Partisipasi Masyarakat (Participation) Sumber: Firnandi (2005)
Ekologi: Integrasi ekosistem (Ecosistem Integrity) keanekaragaman hayati (biodiversity) daya dukung lingkungan (Carrying Capacity)
Gambar 2.1. Dimensi Pembangunan Berkelanjutan
Dari
aspek
ekonomi,
pembangunan
berkelanjutan
bertujuan
untuk
memaksimalkan kesejahteraan manusia melalui pertumbuhan ekonomi dan efisiensi penggunaan kapital dalam keterbatasan dan kendala sumberdaya dan teknologi. Tujuan tersebut dapat dicapai melalui upaya perencanaan pembangunan secara komprehensif dengan tetap berpijak pada tujuan-tujuan jangka panjang. Selain itu perlu adanya pengurangan eksploitasi sumberdaya secara berlebihan dan menghindari dampak yang mungkin timbul dari eksploitasi sumberdaya dengan memberikan harga kepada sumberdaya (pricing) dan biaya tambahan (charge). Dengan demikian sasaran ekonomi dalam pembangunan berkelanjutan adalah peningkatan ketersediaan dan kecukupan kebutuhan ekonomi (growth), kelestarian aset dalam arti efisiensi pemanfaatan sumberdaya yang ramah lingkungan, berkeadilan bagi masyarakat pada masa kini dan yang akan datang. Aspek ekologis didasarkan pada pertimbangan bahwa perubahan lingkungan akan terjadi diwaktu yang akan datang dan dipengaruhi oleh aktivitas manusia. Pandangan kologis didasarkan pada 3 prinsip utama: 1. Aktivitas ekonomi yang dilakukan manusia adalah tidak terbatas dan berhadapan dengan ekosistem yang terbatas. Kerusakan lingkungan dan polusi yang ditimbulkannya akan mempengaruhi life support system. Rahmat Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pekerja Sektor Informal Di Kota Binjai, 2009. USU Repository © 2009
2. Aktivitas ekonomi yang lebih maju seiring dengan pertumbuhan populasi akan meningkatkan kebutuhan akan sumberdaya alam dan tingginya produksi limbah (waste) yang dapat merusak lingkungan karena melebihi daya dukung ekosistem. 3. Pembangunan yang dilaksanakan dalam jangka panjang akan berdampak pada kerusakan lingkungan yang irreversible. Dari aspek sosiologi, sebagaimana dikemukakan oleh Tambunan (1998), bahwa pembangunan berkelanjutan lebih ditekankan pada pemberdayaan organisasi sosial masyarakat yang ditujukan untuk pengelolaan sumberdaya alam yang mengarah kepada keberlanjutan. Pendekatan partisipatif masyarakat dalam pembangunan dilakukan dengan menciptakan kesadaran masyarakat pada peningkatan kualitas sumberdaya manusia, penghargaan terhadap bentuk kelembagaan dan organisasi sosial masyarakat sebagai satu sistem kontrol terhadap jalannya pembangunan, pengembangan nilai-nilai masyarakat tradisional yang mengandung keutamaan dan kearifan serta meningkatkan kemandirian masyarakat dalam berorganisasi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa keberhasilan dan kemajuan pembangunan tidak akan tercapai tanpa adanya keterpaduan ketiga aspek tersebut yaitu ekonomi mencakup pertumbuhan dan efisiensi yang dapat diukur dengan kriteria materi (monetary value), ekologi atau lingkungan mencakup keutuhan ekosistem, daya dukung lingkungan dan konservasi sumberdaya alam, dan sosial mencakup keadilan, keterpaduan kehidupan sosial, partisipasi dan pemberdayaan masyarakat.
Rahmat Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pekerja Sektor Informal Di Kota Binjai, 2009. USU Repository © 2009
Keberhasilan dan kemajuan kedua aspek terakhir tersebut (ekologi dan sosial) tidak dapat diukur dengan kriteria materi semata (nilai uang). Interaksi ketiga aspek pendukung pembangunan berkelanjutan, seperti dapat dilihat pada Gambar 2.2 sebagai berikut:
Distribusi pendapatan
Evaluasi dampak Lingkungan
Kesempatan kerja Bantuan kepada sasaran subsidi
Penilaian Sumberdaya Internalisasi dampak lingkungan
Tujuan Sosial
Tujuan Ekosistem
Pengentasan Kemiskinan Pemerataan Sumber: Firnandi (2005)
Manajemen Sumberdaya Alam
Gambar 2.2. Interaksi Aspek Pendukung Pembangunan Berkelanjutan Interaksi ketiga aspek pendukung pembangunan berkelanjutan tersebut (ekonomi, sosial dan lingkungan hidup/ekologi) dalam upaya pengelolaan sumberdaya yang bertujuan untuk perbaikan tingkat
kesejahteraan masyarakat
bukan hanya
dipertimbangkan secara lokal untuk sekala waktu masa kini saja, tetapi juga dalam sistem hirarki yang lebih luas melalui lintas skala management (internasional, Rahmat Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pekerja Sektor Informal Di Kota Binjai, 2009. USU Repository © 2009
nasional dan daerah atau regional) dan temporal (tahunan, jangka menengah, dan jangka panjang). Selanjutnya dikemukakan oleh Firnandi (2001) bahwa, dalam kerangka tiga dimensi pembangunan berkelanjutan akan terjadi interaksi yang kuat dan tolak angsur (trade off) antara dimensi spasial, dimensi temporal dan dimensi kesejahteraan yang masing-masing memiliki perbedaan karakteristik, sebagaimana yang diperlihatkan oleh Gambar 2.3 sebagai berikut ini. Skala Spasial yang parallel dan berhubungan dengan hierarkhi administrasi ekologi.
Spasial
Internasional
Pandangan jauh ke depan memerlukan terjadinya proses yang berkembang secara evolutif yang dapat Temporal
Nasional
Regional
Aspek-aspek ini menjadi pertimbangan utama, agar tindakan kebijaksanaan mengarah pada peningkatan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.
Lokal Berkelanjutan
Sumber: Firnandi (2005) Rahmat Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pekerja Sektor Informal Di Kota Binjai, 2009. USU Repository © 2009
Gambar 2.3. Kerangka Berfikir Tiga Dimensi Tentang Keberlanjutan Hakekat pembangunan wilayah adalah menciptakan keadaan dimana terjadinya alternatif nyata yang lebih banyak bagi setiap anggota masyarakat untuk mencapai aspirasinya yang paling humanistik. Penciptaan alternatif dicirikan oleh adanya proses transformasi karakteristik masyarakat yang ditandai oleh adanya peningkatan kapasitas produksi dan pendapatan, penurunan disparitas pendapatan, peningkatan produktivitas tenaga kerja, perubahan struktur distribusi kekuasaan antar golongan masyarakat kearah yang lebih adil, transformasi struktural dan tata nilai (virtue), yang akhirnya perubahan tersebut mengarah pada perbaikan mutu hidup dan kehidupan masyarakat. Tingkat hidup/kesejahteraan dicerminkan oleh semakin banyak tersedianya kebutuhan fisik yang dibarengi dengan perbaikan mutu kehidupan yang meliputi mutu lingkungan fisik, pola konsumsi, rasa aman, tersedianya alternatif jenis pekerjaan yang dapat dimasuki. Dengan demikian upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat akan dapat tercapai dan semakin terbukanya kesempatan bagi masyarakat untuk melakukan pengembangan diri. Pembangunan wilayah pada hakekatnya merupakan suatu perubahan atau pelaksanaan pembangunan nasional yang dilaksanakan disuatu wilayah yang harus disesuaikan dengan kondisi dan potensi lingkungan yang terdapat didaerah tersebut untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Potensi tersebut tidak hanya terbatas pada potensi fisik saja, melainkan juga meliputi berbagai aspek lainnya yang meliputi sosial, budaya dan politik. Dengan demikian, pembangunan wilayah merupakan Rahmat Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pekerja Sektor Informal Di Kota Binjai, 2009. USU Repository © 2009
bagian dari pembangunan nasional yang melibatkan perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi disuatu wilayah berdasarkan pertimbangan kondisi setempat dan ditujukan untuk memperbaiki tingkat kesejahteraan masyarakat. Dalam konteks pertumbuhan regional pada umumnya dapat terjadi sebagai akibat dari penentu-penentu endogen maupun eksogen, yakni faktor-faktor diluar daerah, atau kombinasi keduanya. Penentu-penentu penting yang berasal dari dalam daerah meliputi distribusi faktor produksi seperti tanah, tenaga kerja dan modal. Sedangkan salah satu penentu eksternal yang penting adalah tingkat permintaan dari daerah lain terhadap komoditi yang dihasilkan oleh daerah tersebut. Di sisi lain, pertumbuhan regional yang terjadi tidak dapat menyebar secara merata dan bersamaan diseluruh wilayah. Hal ini disebabkan adanya keragaman antar wilayah terutama keragaman dalam potensi sumberdaya alam, teknologi dan kelembagaan. Selain itu pertumbuhan ekonomi yang terjadi akan saling berinteraksi antar wilayah, baik interaksi menguntungkan maupun yang merugikan. Dengan demikian dalam penelaahan pembangunan wilayah terutama yang menyangkut dengan pusat-pusat pertumbuhan dan wilayah pendukungnya, perlu diketahui adanya hubungan antara pusat pertumbuhan dengan daerah hinterlandnya dalam ruang lingkup kegiatan sosial ekonomi yang tercermin dari adanya arus perpindahan orang, barang dan jasa. Hubungan yang terjadi tersebut dapat menguntungkan (spread effect) maupun
merugikan
(backwash
effect)
terhadap
hinterland
sebagai
akibat
pertumbuhan suatu wilayah. Salah satu penyebab dari ketimpangan sosial ekonomi antar wilayah adalah struktur tata ruang yang memusat. Dalam struktur tata ruang Rahmat Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pekerja Sektor Informal Di Kota Binjai, 2009. USU Repository © 2009
yang demikian, kota bertindak sebagai inti sedangkan desa bertindak sebagai wilayah pheripheri (wilayah pinggiran yang mengelilingi inti). Manusia mempunyai sifat dasar ingin selalu mencari manfaat dan kenyamanan yang terbaik bagi dirinya ataupun kelompoknya. Suatu kelompok masyarakat akan lebih suka bermukim di daerah yang mempunyai kesuburan baik untuk produksi atau tempat yang mempunyai akses yang mudah untuk mendapatkan pekerjaan, fasilitas sosial seperti rumah sakit, hiburan dan lain-lain. Semakin tinggi ketersediaan faktor ini semakin mudah masyarakat untuk mendapatkan kebutuhan hidupnya dan semakin menarik pula daerah tersebut untuk tempat pemukiman. Teori Resource Endowment dari suatu wilayah menyatakan bahwa perkembangan ekonomi wilayah dalam pembangunan bergantung pada sumberdaya alam yang dimiliki dan permintaan terhadap komoditas yang dihasilkan dari sumberdaya itu. Dalam jangka pendek sumberdaya yang dimiliki suatu wilayah merupakan suatu aset untuk memproduksi barang dan jasa yang dibutuhkan. Nilai dari suatu sumberdaya merupakan nilai dan permintaan terhadapnya merupakan permintaan turunan. Suatu sumberdaya menjadi berharga jika dapat dimanfaatkan dalam bentuk-bentuk produksi. Pertumbuhan wilayah jangka panjang bergantung pada kegiatan industri ekspornya. Kekuatan utama dalam pertumbuhan wilayah adalah pemintaan ekternal akan barang dan jasa yang dihasilkan dan dieksport oleh wilayah itu. Permintaan eksternal ini mempengaruhi penggunaan modal tenaga kerja, dan teknologi untuk menghasilkan komoditi ekspor. Suatu wilayah memiliki sektor ekspor, karena sektor Rahmat Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pekerja Sektor Informal Di Kota Binjai, 2009. USU Repository © 2009
itu menghasilkan keuntungan dalam memproduksi barang dan jasa, mempunyai sumberdaya yang unik, dan mempunyai beberapa tipe keuntungan tranportasi. Dalam perkembangannya perekonomian wilayah cenderung membentuk kegiatan pendukung yang dapat menguatkan posisi yang menguntungkan dalam sektor ekspor di wilayah itu. Penekanan teori ini ialah pentingnya keterbukaan wilayah yang dapat meningkatkan aliran modal dan teknologi yang dibutuhkan untuk pembangunan wilayah. Myrdal dalam Soekirno (1986) menyatakan bahwa usaha pembangunan di daerah/wilayah yang lebih maju (Growth Centre) akan memberikan dampak kepada daerah sekitarnya (hinterland). Dampak kepada daerah sekitarnya tersebut bersifat negatif, apabila terjadi penguasaan terhadap daerah sekitarnya (backwash effect) sehingga mengakibatkan adanya pertumbuhan wilayah yang terpusat (gonvergence), sebaliknya dapat pula berdapak positif, apabila dapat mendorong pertumbuhan wilayah sekitarnya (spread effect) sehingga menimbulkan pertumbuhan yang menyebar. Selanjutnya Widianto (2003), berpendapat bahwa pada proses pembangunan ekonomi dengan adanya kecenderungan pemusatan penduduk dan ketersediaan fasilitas, maka investasi diwilayah inti pada mulanya lebih efisien karena berkaitan dengan efisien usaha (economies of scale) dimana masing-masing individu akan memanfaatkan keuntungan-keuntungan eksternal. Dengan demikian akhirnya terjadi pemusatan investasi pada wilayah inti, baik investasi publik maupun investasi swasta. Kecenderungan pemusatan aktivitas ekonomi maupun pemusatan penduduk Rahmat Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pekerja Sektor Informal Di Kota Binjai, 2009. USU Repository © 2009
diwilayah inti, pada negara-negara bukan sosialis lebih tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara sosialis. Di negara sosialis seperti Negara Persemakmusran Rusia, Republik Rakyat Cina dan
Kuba,
pertumbuhan
ekonominya
lebih
lamban
dan
struktur
politik
perekonomiannya lebih mengutamakan pembangunan pertanian di wilayah pedesaan (pheriphery) sehingga arus migrasi dapat dikendalikan. Pemusatan aktivitas ekonomi dan penduduk diwilayah inti pada akhirnya akan mengakibatkan adanya kajian-kajian ekonomi (diseconomies of scale) karena timbulnya biaya-biaya sosial (social cost) yang semakin besar, seperti adanya kemacetan lalu lintas, pencemaran air dan udara, biaya hidup yang tinggi dan sebagainya. Keadaan tersebut secara populer di nyatakan bahwa daya dukung telah melampaui batas kemampuan ekologinya (Firnandi, 2005). Maloney (1995) menyatakan bahwa daerah/wilayah saat ini menjadi ruang yang proaktif, dengan memobilisasi aset-aset dan potensi yang dimiliki untuk mengamankan daya saing yang ada. Daya saing suatu daerah/wilayah berhubungan dengan tingkat kemampuan inovasi sistem yang dimiliki. Pengintegrasian universitas atau pendidikan tinggi dengan kebutuhan industri dan pelatihan yang difokuskan kepada penduduk muda dan penduduk lebih tua yang tidak bekerja untuk mengisi kebutuhan pekerjaan baru di perusahaan-perusahaan menjadi lebih nyata. Universitas atau pendidikan tinggi cenderung menjadi konsultan regional dari pada nasional.
2.3. Tantangan Sektor Informal dan Peluang
Rahmat Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pekerja Sektor Informal Di Kota Binjai, 2009. USU Repository © 2009
Tantangan yang dihadapi sektor informal saat ini dan di masa dating, terutama dalam aspek-aspek berikut ini: a. Persaingan Makin Bebas Dengan diterapkannya sistem pasar bebas dengan pola atau sistem persaingan yang berbeda dan intensifitas lebih tinggi, 3 ditambah lagi dengan perubahan tenologi dan selera masyarakat akibat pendapatan masyarakat yang terus meningkat, maka setiap pengusaha di sektor informal, baik di sektor industri manufaktur, sektor perdagangan, maupun di sektor jasa ditantang apakah mereka sanggup menghadapi/menyesuaikan usaha mereka dengan semua perubahan ini. Misalnya, dengan makin banyaknya orang menyukai fast food services, maka pemilik-pemilik warung dan rumah makan tradisional harus memikirkan strategi agar tetap dapat bertahan di pasar yang sama (walaupun di dalam segmen yang berbeda). b. Perkembangan Pesat Teknologi Perubahan teknologi mempengaruhi ekonomi atau dunia usaha, dari dua sisi, yakni sisi penawaran dan sisi permintaan. Dari sisi penawaran, perkembangan teknologi mempengaruhi antara lain metode atau pola produksi, komposisi serta jenis material/input dan serta kualitas produk yang dibuat. Sedangkan, dari sisi permintaan, perubahan teknologi membuat pola permintaan masyarakat berubah. Munculnya restoran-restoran yang menyajikan fast food services juga tidak lepas dari kemajuan teknologi di bidang makanan. Durvival capability sektor Rahmat Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pekerja Sektor Informal Di Kota Binjai, 2009. USU Repository © 2009
informal sangat tergantung pada tingkat fleksibilitasnya dalam melakukan penyesuaian-penyesuian di segala bidang yang berkaitan dengan perubahan teknologi. Di sini, antara lain penguatan SDM sangat penting. Peluang sektor informal untuk tetap bertahan atau berkembang, dapat dilihat dari dua sisi. Dari sisi penawaran, seperti yang telah dibahas sebelumnya, masih ada persoalan struktural ketenagakerjaan di dalam negeri memberi peluang besar bagi pertumbuhan sektor informal. Dengan adanya krisis ekonomi, peluang tersebut semakin besar. Terbukti krisis ekonomi selama tahun 1998 lalu memberi sejumlah dorongan positif bagi pertumbuhan output (bukan produktivitas) di sektor tersebut lewat labour market effect, yakni pertumbuhan jumlah unit usaha, pekerja dan pengusaha akibat meningkatnya jumlah pengangguran (akibat banyak pekerja di sektor formal yang di PHK-kan). Dorongan positif lainnya dari sisi penawaran (produksi) adalah munculnya tawaran dari sektor formal untuk melakukan mitra usaha atau aliansi dengan sektor informal karena kondisi memaksa. Dengan kata lain, muncul kesempatan besar untuk melakukan kemitraan atau misalnya subcontracting antara industri besar dengan industri kecil Selain itu, krisis ekonomi dengan kondisi nilai tukar rupiah merosot besar terhadap dollar AS, sebenarnya dapat memberi kesempatan ekspor lebih besar bagi industri kecil. Walaupun kenyataannya perkembangan ekspor Indonesia secara umum dan perkembangan industri kecil pada khususnya, tidak terlalu signifikan selama ini. Rahmat Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pekerja Sektor Informal Di Kota Binjai, 2009. USU Repository © 2009
Dari sisi permintaan (pasar output), selama sebagian besar penduduk Indonesia berpendapatan rendah, permintaan terhadap produk-produk (barang maupun jasa) dari sektor informal tetap besar. Jadi, dapat dikatakan bahwa sektor informal berfungsi sebagai the last resort, tidak hanya dilihat dari sisi kesempatan kerja (pasar buruh) tetapi juga dari sisi penjaminan ketersediaan kebutuhan pokok bagi masyarakat miskin (pasar output).
2.4. Hipotesis Penelitian Berdasarkan perumusan masalah dan kajian empiris yang telah dilakukan sebelumnya, hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah: 1. Umur responden berpengaruh positif terhadap pendapatan responden di sektor informal. 2. Pendidikan yang ditamatkan responden berpengaruh positif terhadap pendapatan responden di sektor informal. 3. Pengalaman kerja responden berpengaruh positif terhadap pendapatan responden di sektor informal. 4. Curahan kerja responden berpengaruh positif terhadap pendapatan responden di sektor informal. 5. Modal operasi berpengaruh positif terhadap pendapatan pekerja di sektor informal.
2.5. Kerangka Pemikiran Rahmat Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pekerja Sektor Informal Di Kota Binjai, 2009. USU Repository © 2009
Keberadaan Masyarakat sektor informal tidak terlepas dari kegagalan pemerintah (government vailure) dalam menciptakan pemertaan pendapatan, namun demikian sektor informal merupakan penopang ekonomi rakyat kecil dalam memenuhi kebutuhan hidup. Masyarakat yang bekerja di sektor informal terdiri dari berbagai kelompok umur, pendidikan, dari berbagai pengalaman kerja, tingkat curahan kerja, dan jumlah modal operasi, semua faktor-faktor tersebut dapat mempengaruhi prodiktifitas para pekerja sehingga pada akhirnya akan mempengaruhi pendapatan para pekerja itu sendiri, seperti terlihat pada gambar 2.4 sebagai berikut:
Umur
Pendidikan
Pengalaman Kerja
Pendapatan Pekerja
Curahan Kerja Rahmat Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pekerja Sektor Informal Di Kota Binjai, 2009. USU Repository © 2009
Modal Kerja
Gambar 2.4. Kerangka Konseptual Penelitian
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian
ini
memusatkan
pembahasan
mengenai
faktor-faktor
yang
mempengaruhi pendapatan pekerja pada sektor informal dengan menggunakan veriabel-variabel umur, pendidikan yang ditamatkan, lama bekerja, curahan kerja, dan modal kerja, serta membahas hal-hal yang menyangkut dengan variabel-variabel tersebut. Penelitian ini dimaksudkan untuk menguji hipotesa dari variabel-variabel yang telah diajukan terhadap pendapatan pekerja sektor informal di Kota Binjai.
Rahmat Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pekerja Sektor Informal Di Kota Binjai, 2009. USU Repository © 2009
3.2. Lokasi Penelitian Sebagaimana yang telah dikemukakan diatas, penelitian ini akan dilakukan di Kota Binjai yang secara administratif berada di wilayah Medan Sumatera Utara. Lokasi tersebut sengaja dipilih karena Penulis melihat banyaknya para pekerja yang bekerja di sektor informal di Binjai, kemudian pada tahap selanjutnya Penulis ingin melihat faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan mereka di sektor informal.
3.3. Jenis dan Sumber Data Data primer yang dikumpulkan melalui pembuatan kuisioner dan wawancara langsung adalah data ekonomi masyarakat di Kota Binjai. Jumlah responden adalah
Rahmat Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pekerja Sektor Informal Di Kota Binjai, 2009. USU Repository © 2009
100. Pengambilan sample dilakukan dengan teknik Purposive Random Sampling. Responden yang diamati dalam penelitian ini adalah: Masyarakat Kota Binjai yang bekerja disektor informal berdasarkan kelompok pedagang yang terdiri dari warung, rumah makan, kios, toko, serta penjual di kaki lima seperti penjual kue, penjual buah, penjual sayur, penjual ikan, penjual bunga dan sebagainya. Kelompok Jasa terdiri dari rental komputer, tukang pangkas, tukang reparasi elektronik, bengkel motor dan mobil, fotocopy dan rumah kost, untuk kelompok angkutan terdiri dari angkutan kota (angkot), dan becak. Semua objek penelitian yang telah disebutkan diatas mengikuti metode pengumpulan data yang dilakukan oleh Iryanti (2000). Sementara data sekunder yang dikumpulkan mencakup data ekonomi masyarakat, data kondisi lingkungan/perekonomian serta data yang berhubungan dengan kesejahteraan masyarakat, khususnya selama 8 tahun terakhir, dari tahun 2000 hingga tahun 2008. Data sekunder bersumber dari monografi daerah, Kantor Biro Statistik Sumatera Utara dan dari instansi lain. Data yang dapat menggambarkan kondisi dan pertumbuhan aspek ekonomi masyarakat, yang selanjutnya dipergunakan untuk analisis Kuantitatif di antaranya adalah: harga kebutuhan pokok, biaya kehidupan, jumlah masyarakat, jenis dan jumlah usaha
3.4. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif yang bertujuan memberikan gambaran tentang variabel umur, tingkat pendidikan yang ditamatkan, pengalaman
kerja, curahan waktu kerja, serta jumlah modal para pekerja sektor informal di Kota Binjai. Kemudian menganalisis dampak kelima variabel tersebut terhadap pendapatan para pekerja sektor informal di Kota Binjai.
3.5. Teknik Pengumpulan Data Untuk memperoleh data yang dibutuhkan dalam penelitian ini digunakan teknik (a) Teknik kuesioner, dilakukan dengan wawancara langsung dengan responden menggunakan daftar pertanyaan yang bersifat tertutup, (b) Observasi, yaitu melakukan pengamatan secara langsung kepada objek yang dijadikan sampel.
3.6. Pengolahan Data Penulis menggunakan program komputer E-views 4.1 untuk mengolah data dalam penelitian ini.
3.7. Analisis Data Untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan para pekerja sektor informal di Kota Binjai, maka digunakan analisis deskriptif dan analisis ekonometrika. Untuk analisis ekonometrika digunakan model regresi dalam menjawab tujuan penelitian. Model regresi yang digunakan sebagai berikut: Y
= α + β 1 X 1 + β 2 X 2 + β 3 X 3 + β 4 X 4 + β 5 X 5 + µ ...........................(3.1)
Rahmat Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pekerja Sektor Informal Di Kota Binjai, 2009. USU Repository © 2009
Dimana: Y
= Pendapatan usaha di sektor informal (Rp per bulan)
X 1 = Umur (tahun) X 2 = Pendidikan yang ditamatkan (tahun) X 3 = Lama bekerja (tahun) X 4 = Curahan kerja (jam per hari) X 5 = Modal operasi (rupiah per hari) μ
= Term of error (kesalahan pengganggu)
Adapun bentuk matematis dari hipotesis di atas adalah sebagai berikut: ∂X 1 > 0 , Umur berpengaruh positif terhadap pendapatan usaha sektor informal. ∂Y
Artinya semakin tinggi (meningkat) umur, maka pendapatan yang diterima pekerja di sektor informal meningkat, cateris paribus. ∂X 2 > 0 , Pendidikan yang ditamatkan berpengaruh positif terhadap pendapatan ∂Y
usaha sektor informal. Artinya semakin tinggi pendidikan yang ditamatkan, maka pendapatan yang diterima pekerja di sektor informal meningkat, cateris paribus. ∂X 3 > 0 , Lama bekerja berpengaruh positif terhadap pendapatan usaha sektor ∂Y
informal. Artinya semakin lama bekerja, maka pendapatan yang diterima pekerja di sektor informal meningkat, cateris paribus. Rahmat Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pekerja Sektor Informal Di Kota Binjai, 2009. USU Repository © 2009
∂X 4 > 0 , Curahan waktu kerja berpengaruh positif terhadap pendapatan usaha sektor ∂Y
informal. Artinya semakin besar curahan waktu kerja, maka pendapatan yang diterima pekerja di sektor informal meningkat, cateris paribus. ∂X 5 > 0 , Modal operasi berpengaruh positif terhadap pendapatan usaha sektor Y
informal. Artinya semakin banyak modal operasi, maka pendapatan yang diterima pekerja di sektor informal meningkat, cateris paribus. Variabel-variabel tersebut diatas adalah variabel yang diperlukan dalam mengidentifikasi kegiatan perekonomian masyarakat sekitar dan memperkaya apa yang telah dilakukan oleh Iryanti (2003).
3.8. Test Goodness of Fit (Uji Kesesuaian) 3.8.1. Koefisien Determinasi (R-Square) Koefisien determinasi dilakukan untuk melihat seberapa besar variabelvariabel independen secara bersama-sama mampu memberikan penjelasan mengenai variabel dependen. Untuk menghitung koefisien determinan, maka digunakan rumus sebagai berikut:
∧
2
R =
_
∑(Y it − Y ) 2 _
∑(Yit − Y ) 2
+
∑ ε it
2 −
∑(Yit − Y ) 2
Rahmat Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pekerja Sektor Informal Di Kota Binjai, 2009. USU Repository © 2009
Keterangan: _
∑(Yit − Y ) 2 ∧
= Total Sum of Square (TSS)
¬
∑ (Y it − Y ) 2
= Expained Sum of Square (ESS)
∑ ε it
= Residual (Unexplained) Sum of Square (RSS)
2
3.8.2. Uji Keseluruhan (F-Test) Uji F-statistik digunakan untuk mengetahui seberapa besar nilai-nilai variabel independen secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependen. Untuk uji f digunakan hipotesis: Ho: b1 = b2 = b3 …. = bk = 0 Ha: b1 ≠ b2 ≠ b3 …. = bk = 0 Jika Fhitung > Ftabel maka Ho ditolak, yang berarti nilai variabel independen secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependen. Nilai F hitung diperoleh dengan rumus: F=
R 2 / k −1 (1 − R 2 ) / (n − k )
Dimana: R2 = Koefisien k
= Jumlah variabel independen ditambah intecept dari suatu model persamaan
n
= Jumlah sampel
Rahmat Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pekerja Sektor Informal Di Kota Binjai, 2009. USU Repository © 2009
3.8.3. Uji Parsial (t-Test) Uji t merupakan suatu pengujian yang bertujuan mengetahui apakah masingmasing koefisien regresi signifikan atau tidak terhadap dependen variabel. Dengan menganggap variabel independen lainnya konstan. Dalam uji ini digunakan hipotesis sebagai berikut: Ho: b1 = b Ha: bi ≠ b Dimana bi adalah variabel independen ke-i nilai parameter hipotesis, biasanya b dianggap = 0. Artinya tidak ada pengaruh variabel Xi terhadap Y. bila nilai t hitung > t– maka pada tingkat kepercayaan tertentu Ho ditolak. Hal ini berarti bahwa
tabel,
variabel independen yang diuji berpengaruh secara nyata (signifikan) terhadap variabel dependen. Nilai t-hitung diperoleh dengan rumus:
ti =
(bi - b) Se (bi)
Dimana: bi
= Koefisien variabel independen ke-i
b
= Nilai hipotesis 0
Se (bi)
= Simpangan baku dari variabel ke-i
Rahmat Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pekerja Sektor Informal Di Kota Binjai, 2009. USU Repository © 2009
3.9. Pengujian Terhadap Validitas Asumsi Klasik 3.9.1. Uji Multikolinearitas Uji multikolinearitas digunakan untuk mengetahui apakah di dalam model regresi yang digunakan terdapat korelasi yang sempurna diantara variabel-variabel yang
menjelaskan independen variabel. Suatu model regresi linear akan
menghasilkan estimasi yang baik apabila model tersebut tidak mengandung multikolinearitas. Multikolinearitas terjadi karena adanya hubungan yang kuat antara sesama variabel independen dari suatu model estimasi. 3.9.2. Uji Heteroskedastisitas Suatu asumsi dari model regresi linier klasik adalah gangguan (disturbance)
ε 1 yang muncul dalam fungsi regresi populasi adalah homokedastisitas, yaitu semua gangguan tadi mempunyai varian yang sama (Gujarati, 1998). Bila asumsi ini tidak dapat dipenuhi, maka dalam penelitian tersebut terdapat heteroskedastisitas, yang berakibat bahwa estimasi menjadi tidak efisien.
Rahmat Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pekerja Sektor Informal Di Kota Binjai, 2009. USU Repository © 2009
3.10. Definisi Operasional Variabel Definisi operasional (variabel) dalam model ini seperti disajikan pada Tabel 3.1 berikut: Tabel 3.1. Definisi Operasional Variabel Nama Variabel
Simbol
Satuan
Umur Responden
Umur
Tahun
Pendidikan Responden
Pendidikan
SD s.d. S1 (Tahun)
Lama Bekerja
Kerja
Tahun
Jam Kerja
Curahan
Jam/hari
Modal operasi
Modal
Rupiah/hari
Keterangan: 1. Umur adalah rentang waktu dari lahir hingga sekarang yang dimiliki oleh pelaku usaha, yang dinyatakan dalam tahun. 2. Pendidikan adalah lama pendidikan formal yang diikuti, dinyatakan dalam tahun. 3. Lama Bekerja adalah jumlah waktu yang telah dilalui pelaku usaha dalam menjalankan usahanya, yang dinyatakan dalam tahun. 4. Curahan kerja adalah banyaknya jam kerja yang digunakan untuk melakukan usahanya, yang dinyatakan dalam jam per hari. 5. Modal adalah uang atau nilai barang yang digunakan pelaku usaha untuk memulai usahanya, yang dinyatakan dalam rupiah per hari. Rahmat Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pekerja Sektor Informal Di Kota Binjai, 2009. USU Repository © 2009
Pendapatan usaha sektor informal adalah pendapatan yang diterima pelaku usaha sektor informal yang merupakan selisih antara penerimaan yang diperoleh dengan biaya untuk menghasilkan barang atau jasa usaha tersebut. Pendapatan ini dinyatakan dalam rupiah per bulan.
Rahmat Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pekerja Sektor Informal Di Kota Binjai, 2009. USU Repository © 2009
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Kota Binjai 4.1.1. Sejarah Singkat Kota Binjai Kota Binjai berasal dari pada sebuah kampung kecil yang terletak diantara sungai mencirim di sebelah timur dan Sungai Bingai di sebelah barat, kira-kira di Kelurahan Pekan Binjai yang sekarang. Pada masa silam, lokasi ini adalah antara dua kerajaan melayu, yaitu Kesultanan Deli dan Kerajaan Langkat. Pada tahun 1823 Gubernur Inggris yang berkedudukan di Pulau Penang telah mengutus Jhon Anderson untuk pergi ke pesisir Sumatera Timur dan dari catatannya disebutkan sebuah Kampung yang bernama Ba Bingai (Menurut buku Mission to The Eastcoast Sumatera – Edinburg 1826). Sebenarnya sejak pada tahun 1822, Binjai telah dijadikan Bandar pelabuhan dimana hasil pertanian lada yang diekspor adalah dari perkebunan lada di sekitar Ketapangai (Pungai). Upacara pembukaan kampung tersebut diadakan pada tanggal 17 Juni 1872 di bawah sebatang pohon Binjai yang amat besar. Di sekitar pohon binjai ini kemudian dibangun beberapa rumah dan lama-kelamaan, tempat ini semakin berkembang dan akhirnya menjadi sebuah bandar pelabuhan yang banyak disinggah oleh pedagang yang datang dari Stabat, Tanjung Pura, dan Juga Selat Malaka.
Rahmat Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pekerja Sektor Informal Di Kota Binjai, 2009. USU Repository © 2009
Kemudian nama pohon Binjai itu melekat menjadi nama Kota Binjai. Pohon Binjai ini adalah sejenis pohon embacang, salah satu istilah yang berasal dari bahasa Karo. Pada masa penjajahan Belanda pada tahun 1864. Daerah Deli telah dicoba ditanami tembakau oleh pioner Belanda bernama J.Nienkyis dan pada tahun 1866 didirikan Deli Maatschappiy. Usaha untuk menguasai Tanah Deli oleh orang Belanda tidak terkecuali dengan menggunakan politik pecah belah melalui pengangkatan datuk-datuk. Usaha ini diketahui oleh Datuk Kocik, Datuk Jalil dan Suling Barat yang tidak mau bekerja sama dengan Belanda bahkan melakukan perlawanan. Dibawah kepemimpinan Datuk Sunggal bersama rakyat di Timbang Langkat (Binjai) dibuat Benteng pertahanan untuk menghadapi Belanda. Dengan tindakan Datuk Sunggal ini Belanda merasa terhina dan memerintahkan Kapten Koops untuk menumpas para Datuk yang menentang Belanda. Dan pada tanggal 17 Mei 1872, terjadilah pertempuran yang sengit antara Datuk/Masyarakat dengan Belanda. Peristiwa perlawanan inilah yang menjadi tonggak sejarah dan ditetapkan sebagai Hari Jadi Kota Binjai.
4.1.2. Letak dan Geografis Kota Binjai Kota Binjai terletak di 03 o 03’40”LU – 03 o 40’02”LS dan 98 o 27’03”BB – 98 o 39’32”BT. Dengan ketinggian 28 meter diatas permukaan laut. Kota Binjai
41
berbatasan dengan kabupaten-kabupaten, seperti dapat dilihat pada tabel 4.1 seperti berikut: Tabel 4.1. Batas Kota Binjai No
Batas
Daerah yang berbatasan
1
Utara
Kabupaten Langkat dan Deli Serdang
2
Selatan
Kabupaten Langkat dan Deli Serdang
3
Barat
Kabupaten Langkat
4
Timur
Kabupaten Deli Serdang
(Sumber: BPS, Binjai Dalam Angka, 2007)
Kota Binjai yang memiliki luas 9.023,62 Ha (± 90,23 Km2) terdiri dari 5 (lima) Kecamatan dan 37 (tiga puluh tujuh) Kelurahan serta mempunyai penduduk sebanyak 232.236 jiwa yang terdiri dari berbagai Etnis antara lain Melayu, Batak Toba, Batak Mandailing, Batak Karo, Batak Simalungun, Jawa, Banten, Minang, Aceh, China dan India dengan pemeluk agama mayoritas Islam dan yang mempunyai kesadaran Politik dan Keamanan yang cukup tinggi, sehingga mendukung kondisi keamanan yang sangat konduktif. Lima kilometer terakhir Jalan Raya medan Binjai yang panjangnya 22 kilometer berada di dalam kawasan Kota Binjai, dengan 9 kilometer pertama di kawasan Kota medan, dan kilometer 10-17 di Kabupaten Deli Serdang. Sebenarnya Binjai hanya berjarak 8 kilometer dari Kota Medan, jika dihitung dari sempadan diantara keduadua wilayah yang dipisahkan oleh Kabupaten Deli Serdang. Terdapat dua batang sungai yang membelah Kota Binjai, yaitu Sungai Bingai dan Sungai Mencirim yang membekalkan air bersih kepada PDAM Tirta Sari Binjai Rahmat Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pekerja Sektor Informal Di Kota Binjai, 2009. USU Repository © 2009
untuk disalurkan kepada penduduk-penduduk kota. Namun di penggiran kota, masih terdapat banyak penduduk yang bergantung kepada air perigi untuk keperluan air mereka. Kota Binjai terdiri dari lima kecamatan yang didalamnya terdapat beberapa kelurahan, seperti dapat dilihat pada tabel 4.2 sebagai berikut: Tabel 4.2. Luas Daerah per Kecamatan di Kota Binjai No 1 2 3 4 5
Kecamatan Binjai Selatan Binjai Kota Binjai Timur Binjai Utara Binjai Barat Jumlah
Luas (Km2) 29,96 4,12 21,70 23,59 10,86 90,23
(Sumber: BPS, Binjai Dalam Angka, 2007)
4.1.3. Penduduk dan Tenaga Kerja a. Penduduk Pada tahun 2007 jumlah penduduk Kota Binjai berjumlah 232.236 jiwa yang terdiri 116.366 laki-laki dan 115.870 perempuan dengan kepadatan penduduk 2.574 jiwa/Km2 dan rata-rata 4,64 jiwa per rumah tangga (BPS, Binjai Dalam Angka, 2007). Jumlah penduduk terbanyak terdapat di kecamatan Binjai Utara sebanyak 67.201 jiwa, sedangkan jumlah penduduk paling sedikit terdapat di Binjai Kota yaitu sebanyak 34.318 jiwa. Kecamatan yang paling padat penduduknya terdapat di Rahmat Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pekerja Sektor Informal Di Kota Binjai, 2009. USU Repository © 2009
kecamatan Binjai Kota dengan kepadatan 8.330 jiwa/Km2. Sedangkan kecamatan yang jarang penduduknya adalah Binjai Selatan dengan kepadatan 1.431 jiwa/Km2. Jumlah rumah tangga paling banyak terdapat di Kecamatan Binjai Utara yaitu 13.816 rumah tangga, sedangkan Binjai Kota hanya 7.591 rumah tangga (BPS, Binjai Dalam Angka, 2007). Perkembangan penduduk Kota Binjai menagalami peningkatan dari tahun ke tahun, hal ini dapat dilihat pada tahun 2004 jumlah penduduk Kota Binjai sebesar 215.523 jiwa, pada tahun 2005 sebesar 219.145 jiwa, tahun 2006 sebesar 228.139 jiwa dan pada tahun 2007 meningkat menjadi 232.236 jiwa. Penduduk Kota Binjai didominasi oleh penduduk berusia 15-19 tahun sejumlah 29.222 jiwa, yang terdiri dari 14.851 laki-laki dan 14.371 perempuan. Sedangkan usia yang paling sedikit adalah 60-65 tahun berjumlah 4.895 jiwa, terdiri dari 2.246 lakilaki dan 2.469 perempuan (BPS, Binjai Dalam Angka, 2007).
Tabel 4.3. Banyaknya Rumah Tangga, Penduduk, dan Kepadatan Penduduk Kota Binjai Tahun 2007 Kepadatan Rumah Rata-rata Penduduk No Kecamatan Penduduk Tangga jiwa/RT (jiwa/Km) 1 Binjai Selatan 9.536 42.874 1.431 4,50 2 Binjai Kota 7.591 34.318 8.330 4,52 3 Binjai Timur 10.788 49.494 2.281 4,49 4 Binjai Utara 13.816 67.201 2.849 4,46 5 Binjai Barat 8.353 38.349 3.531 4,59 (Sumber: BPS, Binjai Dalam Angka, 2007)
Rahmat Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pekerja Sektor Informal Di Kota Binjai, 2009. USU Repository © 2009
Tabel 4.4. Penduduk Menurut Golongan Umur dan Jenis Kelamin di Kota Binjai Tahun 2007 Golongan Umur Laki-laki Perempuan Total 0-4 11.041 11.745 22.786 5-9 11.831 12.099 23.930 10-14 13.023 13.298 26.321 15-19 14.851 14.371 29.222 20-24 11.600 11.550 23.150 25-29 10.403 9.931 20.334 30-34 9.398 8.635 18.033 35-39 8.498 8.294 16.792 40-44 7.327 7.433 14.760 45-49 5.450 5.643 11.093 50-54 3.492 4.412 7.904 55-59 2.911 2.818 5.729 60-64 2.426 2.469 4.895 65+ 4.115 3.172 7.287 Jumlah 116.366 115.870 232.236 (Sumber: BPS, Binjai Dalam Angka, 2007)
Tabel 4.5. Penduduk Dewasa dan Anak-anak Menurut Jenis Kelamin di Kota Binjai Tahun 2007 Dewasa No
Kecamatan
Lakilaki
Anak-anak
Perempuan
Lakilaki
Seluruhnya
Perempuan
Lakilaki
Jumlah Perempuan
1
Binjai Selatan
14849
14644
6554
6827
21403
21471
42.874
2
Binjai Kota
11952
11549
5348
5469
17300
17018
34.318
3
Binjai Timur
17160
16753
7666
7915
24826
24668
49.494
4
Binjai Utara
23233
22786
10396
10786
33629
33572
67.201
5
Binjai Barat
13277
12996
5931
6145
19208
19141
38.349
80.471 78.728 (Sumber: BPS, Binjai Dalam Angka, 2007)
35.895
37.142
116.366
115.870
232.236
Jumlah
Rahmat Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pekerja Sektor Informal Di Kota Binjai, 2009. USU Repository © 2009
b. Tenaga Kerja Menurut data yang bersumber dari Kantor Tenaga Kerja Binjai pada tahun 2007, dari seluruh pendaftar terbanyak 10.863 orang, pencari kerja yang terdaftar menurut tingkat pendidikan paling banyak adalah lulusan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) sejumlah 6.997 orang, sedangkan tingkat perguruan tinggi sebanyak 1.805 orang. Persentase penduduk yang berumur 10 tahun yang bekerja menurut pendidikan tertinggi yang ditamatkan dengan persentase yang tertinggi yaitu sebanyak 43,57 persen laki-laki dan 42,85 persen perempuan lulusan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA), kemudian diikuti oleh lulusan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP), Sekolah Dasar (SD) dan yang paling sedikit adalah lulusan Diploma I (DI) dan Diploma II (DII) sebesar 0,36 persen. Untuk lulusan sarjana (S1) sebanyak 4,13 persen laki-laki dan 3,12 persen perempuan. Persentase penduduk yang berumur 10 tahun yang bekerja menurut lapangan usaha, paling tinggi adalah pekerja di sektor perdagangan sebesar 32,37 persen, diikuti sektor jasa 24,94 persen, kemudian sektor industri 14,81 persen, sedangkan persentase paling kecil adalah sektor listrik, gas dan air.
Rahmat Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pekerja Sektor Informal Di Kota Binjai, 2009. USU Repository © 2009
Tabel 4.6. Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun Yang Bekerja Menurut Pendidikan Tertinggi Yang Ditamatkan Di Kota Binjai Tahun 2007. No.
Pendidikan Tertinggi Yang Ditamatkan
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
1
Tidak pernah sekolah
0,49
2,02
1,10
2
Tidak tamat Sekolah Dasar
4,62
7,80
5,89
3
Sekolah Dasar
18,99
19,64
19,25
4
Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama
26,63
18,14
23,25
5
Sekolah Lanjutan Tingkat Atas
43,57
42,85
43,27
6
Diploma I dan II
0,36
1,29
0,73
7
Diploma III
1,22
5,14
2,78
8
Strata I (S1) Jumlah
4,13
3,12
3,73
100,00
100,00
100,00
(Sumber: BPS, Binjai Dalam Angka, 2007)
Tabel 4.7. Persentase Penduduk 10 Tahun Keatas Yang Bekerja Menurut Jam Kerja Dan Jenis Kelamin Di Kota Binjai Tahun 2007 Jam Kerja (Dalam Seminggu)
Laki-laki
0 1-9 10-24 25-35 35-44 45-49 60+ Jumlah
0,00 0,00 4,39 8,65 23,70 41,66 21,60 100,00
Perempuan 0,00 0,77 21,09 18,92 27,04 24,98 7,21 100,00
Jumlah 0,00 0,28 10,36 12,32 24,89 35,70 16,46 100,00
(Sumber: BPS, Binjai Dalam Angka, 2007)
Rahmat Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pekerja Sektor Informal Di Kota Binjai, 2009. USU Repository © 2009
4.1.4. Pertumbuhan Ekonomi Kota Binjai Laju pertumbuhan PDRB Kota Binjai atas dasar harga berlaku pada tahun 2007 sebesar 14,46 persen. Hal ini menunjukkan penurunan sedikit jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya yaitu sebesar 15,84 persen pada tahun 2006. Laju pertumbuhan ekonomi Kota Binjai atas dasar harga konstan pada tahun 2007 sebesar 5,68 persen. Hal ini menunjukkan kenaikan yang cukup baik jika dibandingkan dengan tahun 2006 yaitu sebesar 5,32 persen. Secara umum ada empat sektor yang cukup dominan dalam pembentukan total PDRB Kota Binjai yaitu Sektor Industri Pengolahan, Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran, Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan dan Sektor Jasa – jasa. Sedangkan sektor-sektor lain secara berurutan sesuai dengan peranannya terhadap pembentukan total nilai PDRB adalah Pertanian, Penggalian, Listrik, Gas dan Air Bersih Bangunan, Pengangkutan dan Komunikasi.
4.2. Gambaran Umum Objek Penelitian Responden dalam penelitian ini adalah para pekerja sektor informal khususnya para pedagang makanan, warung kecil di pinggir jalan, pedagang kaki lima dan pedagang yang menggunakan gerobak. Gambaran umum pekerja sektor informal tersebut dalam uraian berikut: 4.2.1. Umur
Rahmat Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pekerja Sektor Informal Di Kota Binjai, 2009. USU Repository © 2009
Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa usia responden adalah bervaiasi antara 16 sampai 70 tahun. Usia responden tersebut didominasi oleh usia 30 sampai 39 tahun, usia yang menyatakan bahwa sebagian besar mereka berapa pada potensi fisik optimum untuk melakukan pekerjaannya. Kondisi ini dapat dilihat pada tabel 4.8 sebagai berikut: Tabel 4.8. Distribusi Responden Berdasarkan Umur No
Usia
Jumlah
persen
1
Dibawah 30
18
18
2
30-39
35
35
3
40-49
17
17
4
50 keatas
30
30
100
100
Jumlah (Sumber: wawancara dan kuisioner)
Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa usia 30 sampai 39 tahun mendominasi responden sebanyak 35 orang atau sama dengan 35%, yang diikuti oleh responden usia 50 tahun keatas sebanyak 30 orang atau 30% dari keseluruhan responden. Sedangkan untuk usia dibawah 30 tahun sebanyak 18 orang atau 18% dari keseluruhan responden, dan usia 40 sampai 49 tahun sebanyak 17 orang atau 17% dari keseluruhan responden. 4.2.2. Pendidikan yang ditamatkan Tingkat pendidikan responden di dominasi oleh lulusan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) yang disusul oleh tingkat pendidikan Sekolah Dasar (SD) kebawah dan tingkat pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP). Tingkat Rahmat Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pekerja Sektor Informal Di Kota Binjai, 2009. USU Repository © 2009
pendidikan responden bervariasi jumlahnya. Kondisi ini dapat dilihat pada tabel 4.9 sebagai berikut:
Tabel 4.9. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan No 1 2 3 4 5
Tingkat Pendidikan Sekolah Dasar kebawah Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Sekolah Lanjutan Tingkat Atas Akademi (DIII) Perguruan Tinggi Jumlah
Jumlah 35 15 42 8 0 100
Persen 35 15 42 8 0 100
(Sumber: wawancara dan kuisioner)
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 100 responden di kota Binjai, rata-rata tingkat pendidikan responden adalah Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) sebanyak 42 orang atau 42% dari keseluruhan responden. Kemudian diikuti oleh tingkat pendidikan Sekolah Dasar (SD) kebawah sebanyak 35 orang atau 35% dari keseluruhan responden. Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) sebanyak 15 orang atau 15% dari keseluruhan responden. Terakhir tingkat pendidikan Akademi (DIII) sebanyak 8 responden atau 8% dari keseluruhan responden. 4.2.3. Lama Bekerja Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa lama bekerja oleh pekerja sektor informal di kota Binjai bervariasi. Pengalaman bekerja mereka berkisar antara 1 sampai dengan 25 tahun. 4.2.4. Curahan Jam Kerja Rahmat Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pekerja Sektor Informal Di Kota Binjai, 2009. USU Repository © 2009
Berdasarkan hasil penelitian curahan kerja para pekerja di sektor informal tersebut bervariasi yaitu 4 jam sampai dengan 18 jam per hari. Curahan waktu kerja pekerja di sektor informal didominasi antara 5 jam sampai 9 jam perhari, selanjutnya diikuti dengan 10 jam sampai dengan 15 jam perhari. Kondisi tersebut dapat dilihat pada tabel 4.10 sebagai berikut: Tabel 4.10. Distribusi Responden Berdasarkan Curahan Jam Kerja No
Curahan Jam Kerja/Hari
Jumlah
persen
1
<4
5
5
2
5-9
43
43
3
10-14
37
37
4
> 15
10
10
100
100
Jumlah (Sumber: wawancara dan kuisioner)
Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa curahan jam kerja pekerja sektor informal antara 5 sampai 9 jam per hari di didominasi oleh responden yaitu sebanyak 43 orang atau 43% dari keseluruhan responden. Sedangkan curahan jam kerja antara 10 sampai 14 jam perhari terdapat 37 orang atau 37% dari keseluruhan responden. Selanjutnya, jumlah jam kerja 15 jam keatas sebanyak 10 orang atau 10% dari keseluruhan responden. Kemudian untuk jam kerja kurang dari 4 jam perhari adalah sebanyak 5 orang atau 5% dari keseluruhan responden. 4.2.5. Modal Operasi Dari hasil penelitian diketahui bahwa modal yang digunakan para pekerja sektor informal merupakan modal sendiri. Karena modal yang digunakan dalam kegiatan Rahmat Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pekerja Sektor Informal Di Kota Binjai, 2009. USU Repository © 2009
usaha tergolong kecil. Sedangkan untuk modal kerja setiap harinya sebagian diambil dari keuntungan hari sebelumnya. 4.3. Faktor-Faktor Yang Mendorong Seseorang Bekerja Sebagai Pekerja Sektor Informal 1) Lapangan pekerjaan yang sempit. Hampir 65% reponden mengatakan bahwa mereka memilih pekerjaan di sektor informal, karena sempitnya lapangan pekerjaan yang tersedia, baik dari pemerintah dan swasta atau tidak ada pekerjaan lain yang dapat dilakukan. 2) Tingkat pendidikan yang rendah. Dari hasil penelitian, dapat dikatakan bahwa tingkat pendidikan responden termasuk rendah. Hal ini terlihat bahwa hanya 42% dari responden yang mencapai tingkat pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA). Sedangkan sisanya 15% hanya mencapai tingkat pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP), 30% Sekolah Dasar, dan 8% untuk tingkat Akademi. 3) Menambah Penghasilan. Ada juga yang menyatakan bahwa mereka melakukan pekerjaan ini karena pendapatannya tidak dapat memenuhi kebutuhan hidup, sehingga melakukan pekerjaan ini guna dapat memenuhi kebutuhan tersebut. 4) Tidak terikat jam kerja. Yang termasuk kelompok ini adalah para pekerja sektor informal yang sudah sejak dulu bekerja disektor ini. Sehingga walaupun sudah berusia 50 tahun keatas Rahmat Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pekerja Sektor Informal Di Kota Binjai, 2009. USU Repository © 2009
masih tetap bekerja di sektor informal, padahal anak-anak yang dibiayai sudah dewasa, namun dibandingan dengan diam dirumah maka mereka lebih memilih bekerja. 5) Permasalahan lainnya. Alasan lainnya adalah karena tidak begitu suka peraturan yang ditetapkan oleh perusahaan tempat mereka bekerja, misalnya masalah jam kerja, kondisi pekerjaan dan sebagainya.
4.4. Hasil dan Analisis Dengan melihat hubungan antara variabel bebas (independen variabel) yaitu umur, pendidikan yang ditamatkan, lama bekerja, curahan kerja, dan modal operasi terhadap variabel terikat (dependen variabel) yaitu pendapatan pekerja sektor informal di Kota Binjai, maka digunakan model ekonometrika dengan metode OLS (Ordinary Least Square). Analisis ini dimaksud untuk mengetahui korelasi antara kedua variabel bebas dan terikat. Untuk membuktikan hipotesis yang dibuat, Penulis mengajukan dalam bentuk analisis matematik apakah umur, pendidikam yang ditamatkan, lama bekerja, curahan kerja dan modal mempengaruhi pendapatan sektor informal di Kota Binjai. Seberapa jauh tingkat pencapaian data yang tersedia dalam pencapaian kebenaran akan dijelaskan dalam perhitungan serta pengujian terhadap masing-masing koefisien
Rahmat Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pekerja Sektor Informal Di Kota Binjai, 2009. USU Repository © 2009
regresi melalui uji t, uji F yang diperoleh dengan menggunakan alat program software komputer E-views 4.1. Berdasarkan data yang telah diperoleh dari hasil penelitian dan telah diolah dengan menggunakan komputer E-views 4.1 dapat dilihat pada tabel 4.11 sebagai berikut: Tabel 4.11. Hasil Analisa Regresi No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Variabel Intercept X1 X2 X3 X4 X5 R Adj R F-statistik DW-statistik
Koefisien 32.28295 0.078451 0.853510 1.205265 2.358531 3.158525
Standard Error
t-statistik
13.86525 2.328335 0.235207 0.333540 TS 0.275587 2.272469 * 0.262657 4.588741** 0.463816 5.085057** 0.335044 7.260243** 0.951346 0.948758 36.75998** 2.178410
(Sumber: Hasil Pengolahan Data) * signifikan pada α 5% ** signifikan pada α 1%
TS Tidak Signifikan
4.5. Intepretasi Model Berdasarkan hasil regresi linear berganda dengan menggunakan program E-views 4.1. maka dapat diperoleh estimasi sebagai berikut: Y = 32.28295038 + 0.0784514146*X1 + 0.8535104806*X2 + 1.205265380928*X3 + 2.3585308914*X4 + 3.158524798*X5
Rahmat Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pekerja Sektor Informal Di Kota Binjai, 2009. USU Repository © 2009
Hasil estimasi diatas dapat dijelaskan, dengan pengaruh variabel independen yaitu umur, pendidikan yang ditamatkan, lama bekerja, curahan kerja, dan modal operasi pekerja sektor informal di Kota Binjai adalah sebagai berikut: a. Umur. Dari hasil estimasi diketahui bahwa umur memiliki pengaruh yang positf terhadap pendapatan pekerja sektor informal (Y) di Kota Binjai. Hal ini berarti semakin bertambah umur pekerja sektor informal, maka pendapatannya semakin meningkat. Nilai koefisien regresi umur (X1) adalah 0.078451, artinya apabila umur pekerja sektor informal bertambah satu tahun, maka pendapatan pekerja sektor informal akan meningkat Rp.0.078451 ribu/hari. b. Pendidikan yang ditamatkan. Dari hasil estimasi diketahui bahwa pendidikan yang ditamatkan memiliki pengaruh yang positf terhadap pendapatan pekerja sektor informal (Y) di Kota Binjai. Hal ini berarti semakin tinggi tingkat pendidikan pekerja sektor informal, maka pendapatannya semakin meningkat. Nilai koefisien regresi untuk tingkat pendidikan (X2) adalah 0.853510, artinya apabila pendidikan pekerja sektor informal meningkat satu tahun, maka pendapatan pekerja sektor informal akan meningkat Rp.0.853510 ribu/hari. c. Lama bekerja. Dari hasil estimasi juga diketahui bahwa lama bekerja memiliki pengaruh yang positf terhadap pendapatan pekerja sektor informal (Y) di Kota Binjai. Hal ini berarti Rahmat Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pekerja Sektor Informal Di Kota Binjai, 2009. USU Repository © 2009
semakin lama para pekerja sektor informal bekerja, maka pendapatannya semakin meningkat. Nilai koefisien regresi untuk lama bekerja (X3) adalah 1.205265, artinya apabila lama bekerja bertambah satu tahun, maka pendapatan pekerja sektor informal akan meningkat Rp.1.205265 ribu/hari. d. Curahan kerja. Dari hasil estimasi diketahui bahwa curahan kerja memiliki pengaruh yang positf terhadap pendapatan pekerja sektor informal (Y) di Kota Binjai. Hal ini berarti semakin bertambah curahan, maka pendapatan pekerja sektor informal akan semakin meningkat. Nilai koefisien regresi curahan kerja (X4) adalah 2.358531, artinya apabila curahan kerja oleh pekerja sektor informal bertambah satu jam, maka pendapatan pekerja sektor informal akan meningkat Rp.2.358531 ribu/hari. e. Modal operasi. Dari hasil estimasi diketahui bahwa modal operasi memiliki pengaruh yang positf terhadap pendapatan pekerja sektor informal (Y) di Kota Binjai. Hal ini berarti semakin bertambah modal operasi, maka pendapatan pekerja sektor informal akan semakin meningkat. Nilai koefisien regresi untuk modal operasi (X5) adalah 3.158525, artinya apabila modal operasi pekerja sektor informal bertambah seribu rupiah, maka pendapatan pekerja sektor informal akan meningkat Rp.3.158525 ribu/hari. 4.5.1. Hasil Uji Koefisien Determinasi
Rahmat Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pekerja Sektor Informal Di Kota Binjai, 2009. USU Repository © 2009
Koefisien determinasi (R²) sebesar 0.951346 berarti variabel umur, pendidikan yang ditamatkan, lama bekerja, curahan kerja dan modal operasi, mampu menjelaskan variasi pendapatan pekerja di sektor informal di Kota Binjai sebesar 95%. Sedangkan sisanya sebesar 5% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model estimasi. 4.5.2. Hasil Uji Keseluruhan (F-Test) Dilihat dari nilai F-statistik, yaitu sebesar 36.75998, yang signifikan pada tingkat keyakinan 99%, berarti bahwa secara bersama-sama (serentak) variabel umur, pendidikan yang ditamatkan, lama bekerja, curahan kerja, dan modal operasi, mampu menjelaskan variasi pendapatan pekerja sektor informal di Kota Binjai..
4.5.3. Hasil Uji Parsial (t-Test) Hasil estimasi untuk variabel umur (X1) diperoleh nilai t-statistik adalah 0.333, yang lebih kecil dibandingkan t-tabel (α 10% = 1.645). Hal ini berarti bahwa variabel umur tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pendapatan pekerja sektor informal di Kota Binjai. Untuk variabel tingkat Pendidikan yang ditamatkan (X2) diperoleh nilai tstatistik
adalah 2.272 yang lebih besar dibandingkan t-tabel (α 5% = 1.960). Hal ini
berarti bahwa variabel tingkat pendidikan yang ditamatkan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pendapatan pekerja sektor informal di Kota Binjai pada taraf kepercayaan 5%. Rahmat Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pekerja Sektor Informal Di Kota Binjai, 2009. USU Repository © 2009
Untuk variabel lama bekerja (X3) diperoleh nilai t-statistik adalah 4.589, yang lebih besar dibandingkan t-tabel (α 1% = 2.576). Hal ini berarti bahwa variabel lama bekerja memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pendapatan pekerja sektor informal di Kota Binjai pada taraf kepercayaan 1%. Untuk variabel curahan kerja (X4) diperoleh nilai t-statistik adalah 5.085, yang lebih besar dibandingkan t-tabel (α 1% = 2.576). Hal ini berarti bahwa variabel curahan kerja memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pendapatan pekerja sektor informal di Kota Binjai pada taraf kepercayaan 1%. Untuk variabel modal operasi (X5) diperoleh nilai t-statistik adalah 7.260, yang lebih besar dibandingkan t-tabel (α 1% = 2.576). Hal ini berarti bahwa variabel modal operasi memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pendapatan pekerja sektor informal di Kota Binjai pada taraf kepercayaan 1%.
4.6. Hasil Uji Validitas Asumsi Klasik 4.6.1. Hasil Uji Multikolinearitas Untuk mendeteksi masalah multikolinearitas dilakukan dengan membandingkan nilai R2y.x dengan nilai R2x.x. Kriteria keputusan: 1. Jika nilai R2y.x < R2x.x, maka hipotesis yang menyatakan bahwa ada masalah multikolinearitas dalam model empiris yang digunakan tidak dapat ditolak. 2. Jika nilai R2y.x > R2x.x, maka hipotesis yang menyatakan bahwa ada masalah multikolinearitas dalam model empiris yang digunakan ditolak. Rahmat Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pekerja Sektor Informal Di Kota Binjai, 2009. USU Repository © 2009
Uji korelasi parsial (partial correlation test) dilakukan dengan model : X1 = c0 + c1X2 + c2X3 + c3X4 + c3X5 + µi ........................................................................................... (4.1) X2 = d0 + d1X1 + d2X3 + d3X4 + d3X5 + Ði ........................................................................................... (4.2) X3 = e0 + e1X1 + e2X2 + e3X4 + e3X5 + əi ......................................................... (4.3) X4 = f0 + f1X1 + f2X2 + f3X3 + f3X5 πi .............................................................. (4.4) X5 = g0 + g1X1 + g2X2 + g3X3 + g3X4 πi........................................................... (4.5) Dari hasil estimasi (Lampiran) kemudian diperoleh hasil sebagai berikut : • Nilai R2 X1, X2, X3, X4,X5
= 0.039530
• Nilai R2 X2., X1, X3, X4,X5
= 0.371673
• Nilai R2 X3, X1, X2, X4,X5
= 0.012350
• Nilai R2 X4, X1, X2, X3,X5
= 0.027780
• Nilai R2 X5, X1, X2, X3,X4
= 0.391198
Nilai R2 Y, X!, X2, X3,X4,X5 lebih tinggi dari nilai nilai R2 X1, X2, X3, X4,X5, nilai R2 X2., X1, X3, X4,X5,
nilai R2
X3, X1, X2, X4,X5,
nilai R2 X4, X1, X2, X3,X5, maupun R2
X5, X1, X2, X3,X4
maka
dalam model empiris tidak ditemukan adanya multikolinieritas. 4.6.2. Hasil Uji Heterokedastisitas Dari
hasil
uji
heterokedastisitas
dengan
menggunakan
metode
White
Heterocedasticity, terlihat bahwa hasil perhitungan F statistik adalah 20.10358, melebihi nilai kritis α = 5% (3.20), maka dalam hal ini diputuskan tidak terdapat heterokedastisitas dalam model estimasi.
Rahmat Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pekerja Sektor Informal Di Kota Binjai, 2009. USU Repository © 2009
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Kota Binjai 4.1.1. Sejarah Singkat Kota Binjai Kota Binjai berasal dari pada sebuah kampung kecil yang terletak diantara sungai mencirim di sebelah timur dan Sungai Bingai di sebelah barat, kira-kira di Kelurahan Pekan Binjai yang sekarang. Pada masa silam, lokasi ini adalah antara dua kerajaan melayu, yaitu Kesultanan Deli dan Kerajaan Langkat. Pada tahun 1823 Gubernur Inggris yang berkedudukan di Pulau Penang telah mengutus Jhon Anderson untuk pergi ke pesisir Sumatera Timur dan dari catatannya Rahmat Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pekerja Sektor Informal Di Kota Binjai, 2009. USU Repository © 2009
disebutkan sebuah Kampung yang bernama Ba Bingai (Menurut buku Mission to The Eastcoast Sumatera – Edinburg 1826). Sebenarnya sejak pada tahun 1822, Binjai telah dijadikan Bandar pelabuhan dimana hasil pertanian lada yang diekspor adalah dari perkebunan lada di sekitar Ketapangai (Pungai). Upacara pembukaan kampung tersebut diadakan pada tanggal 17 Juni 1872 di bawah sebatang pohon Binjai yang amat besar. Di sekitar pohon binjai ini kemudian dibangun beberapa rumah dan lama-kelamaan, tempat ini semakin berkembang dan akhirnya menjadi sebuah bandar pelabuhan yang banyak disinggah oleh pedagang yang datang dari Stabat, Tanjung Pura, dan Juga Selat Malaka.
Rahmat Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pekerja Sektor Informal Di Kota Binjai, 2009. USU Repository © 2009
Kemudian nama pohon Binjai itu melekat menjadi nama Kota Binjai. Pohon Binjai ini adalah sejenis pohon embacang, salah satu istilah yang berasal dari bahasa Karo. Pada masa penjajahan Belanda pada tahun 1864. Daerah Deli telah dicoba ditanami tembakau oleh pioner Belanda bernama J.Nienkyis dan pada tahun 1866 didirikan Deli Maatschappiy. Usaha untuk menguasai Tanah Deli oleh orang Belanda tidak terkecuali dengan menggunakan politik pecah belah melalui pengangkatan datuk-datuk. Usaha ini diketahui oleh Datuk Kocik, Datuk Jalil dan Suling Barat yang tidak mau bekerja sama dengan Belanda bahkan melakukan perlawanan. Dibawah kepemimpinan Datuk Sunggal bersama rakyat di Timbang Langkat (Binjai) dibuat Benteng pertahanan untuk menghadapi Belanda. Dengan tindakan Datuk Sunggal ini Belanda merasa terhina dan memerintahkan Kapten Koops untuk menumpas para Datuk yang menentang Belanda. Dan pada tanggal 17 Mei 1872, terjadilah pertempuran yang sengit antara Datuk/Masyarakat dengan Belanda. Peristiwa perlawanan inilah yang menjadi tonggak sejarah dan ditetapkan sebagai Hari Jadi Kota Binjai.
4.1.2. Letak dan Geografis Kota Binjai Kota Binjai terletak di 03 o 03’40”LU – 03 o 40’02”LS dan 98 o 27’03”BB – 98 o 39’32”BT. Dengan ketinggian 28 meter diatas permukaan laut. Kota Binjai berbatasan dengan kabupaten-kabupaten, seperti dapat dilihat pada tabel 4.1 seperti berikut:
61
Tabel 4.1. Batas Kota Binjai No
Batas
Daerah yang berbatasan
1
Utara
Kabupaten Langkat dan Deli Serdang
2
Selatan
Kabupaten Langkat dan Deli Serdang
3
Barat
Kabupaten Langkat
4
Timur
Kabupaten Deli Serdang
(Sumber: BPS, Binjai Dalam Angka, 2007)
Kota Binjai yang memiliki luas 9.023,62 Ha (± 90,23 Km2) terdiri dari 5 (lima) Kecamatan dan 37 (tiga puluh tujuh) Kelurahan serta mempunyai penduduk sebanyak 232.236 jiwa yang terdiri dari berbagai Etnis antara lain Melayu, Batak Toba, Batak Mandailing, Batak Karo, Batak Simalungun, Jawa, Banten, Minang, Aceh, China dan India dengan pemeluk agama mayoritas Islam dan yang mempunyai kesadaran Politik dan Keamanan yang cukup tinggi, sehingga mendukung kondisi keamanan yang sangat konduktif. Lima kilometer terakhir Jalan Raya medan Binjai yang panjangnya 22 kilometer berada di dalam kawasan Kota Binjai, dengan 9 kilometer pertama di kawasan Kota medan, dan kilometer 10-17 di Kabupaten Deli Serdang. Sebenarnya Binjai hanya berjarak 8 kilometer dari Kota Medan, jika dihitung dari sempadan diantara keduadua wilayah yang dipisahkan oleh Kabupaten Deli Serdang. Terdapat dua batang sungai yang membelah Kota Binjai, yaitu Sungai Bingai dan Sungai Mencirim yang membekalkan air bersih kepada PDAM Tirta Sari Binjai untuk disalurkan kepada penduduk-penduduk kota. Namun di penggiran kota, masih
Rahmat Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pekerja Sektor Informal Di Kota Binjai, 2009. USU Repository © 2009
terdapat banyak penduduk yang bergantung kepada air perigi untuk keperluan air mereka. Kota Binjai terdiri dari lima kecamatan yang didalamnya terdapat beberapa kelurahan, seperti dapat dilihat pada tabel 4.2 sebagai berikut: Tabel 4.2. Luas Daerah per Kecamatan di Kota Binjai No 1 2 3 4 5
Kecamatan Binjai Selatan Binjai Kota Binjai Timur Binjai Utara Binjai Barat Jumlah
Luas (Km2) 29,96 4,12 21,70 23,59 10,86 90,23
(Sumber: BPS, Binjai Dalam Angka, 2007)
4.1.3. Penduduk dan Tenaga Kerja a.
Penduduk Pada tahun 2007 jumlah penduduk Kota Binjai berjumlah 232.236 jiwa yang
terdiri 116.366 laki-laki dan 115.870 perempuan dengan kepadatan penduduk 2.574 jiwa/Km2 dan rata-rata 4,64 jiwa per rumah tangga (BPS, Binjai Dalam Angka, 2007). Jumlah penduduk terbanyak terdapat di kecamatan Binjai Utara sebanyak 67.201 jiwa, sedangkan jumlah penduduk paling sedikit terdapat di Binjai Kota yaitu sebanyak 34.318 jiwa. Kecamatan yang paling padat penduduknya terdapat di kecamatan Binjai Kota dengan kepadatan 8.330 jiwa/Km2. Sedangkan kecamatan yang jarang penduduknya adalah Binjai Selatan dengan kepadatan 1.431 jiwa/Km2. Rahmat Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pekerja Sektor Informal Di Kota Binjai, 2009. USU Repository © 2009
Jumlah rumah tangga paling banyak terdapat di Kecamatan Binjai Utara yaitu 13.816 rumah tangga, sedangkan Binjai Kota hanya 7.591 rumah tangga (BPS, Binjai Dalam Angka, 2007). Perkembangan penduduk Kota Binjai menagalami peningkatan dari tahun ke tahun, hal ini dapat dilihat pada tahun 2004 jumlah penduduk Kota Binjai sebesar 215.523 jiwa, pada tahun 2005 sebesar 219.145 jiwa, tahun 2006 sebesar 228.139 jiwa dan pada tahun 2007 meningkat menjadi 232.236 jiwa. Penduduk Kota Binjai didominasi oleh penduduk berusia 15-19 tahun sejumlah 29.222 jiwa, yang terdiri dari 14.851 laki-laki dan 14.371 perempuan. Sedangkan usia yang paling sedikit adalah 60-65 tahun berjumlah 4.895 jiwa, terdiri dari 2.246 lakilaki dan 2.469 perempuan (BPS, Binjai Dalam Angka, 2007).
Tabel 4.3. Banyaknya Rumah Tangga, Penduduk, dan Kepadatan Penduduk Kota Binjai Tahun 2007 Kepadatan Rumah Rata-rata No Kecamatan Penduduk Penduduk Tangga jiwa/RT (jiwa/Km) 1 Binjai Selatan 9.536 42.874 1.431 4,50 2 Binjai Kota 7.591 34.318 8.330 4,52 3 Binjai Timur 10.788 49.494 2.281 4,49 4 Binjai Utara 13.816 67.201 2.849 4,46 5 Binjai Barat 8.353 38.349 3.531 4,59 (Sumber: BPS, Binjai Dalam Angka, 2007)
Rahmat Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pekerja Sektor Informal Di Kota Binjai, 2009. USU Repository © 2009
Tabel 4.4. Penduduk Menurut Golongan Umur dan Jenis Kelamin di Kota Binjai Tahun 2007 Golongan Umur Laki-laki Perempuan Total 0-4 11.041 11.745 22.786 5-9 11.831 12.099 23.930 10-14 13.023 13.298 26.321 15-19 14.851 14.371 29.222 20-24 11.600 11.550 23.150 25-29 10.403 9.931 20.334 30-34 9.398 8.635 18.033 35-39 8.498 8.294 16.792 40-44 7.327 7.433 14.760 45-49 5.450 5.643 11.093 50-54 3.492 4.412 7.904 55-59 2.911 2.818 5.729 60-64 2.426 2.469 4.895 65+ 4.115 3.172 7.287 Jumlah 116.366 115.870 232.236 (Sumber: BPS, Binjai Dalam Angka, 2007)
Tabel 4.5. Penduduk Dewasa dan Anak-anak Menurut Jenis Kelamin di Kota Binjai Tahun 2007 Dewasa No
Kecamatan
Lakilaki
Anak-anak
Perempuan
Lakilaki
Seluruhnya
Perempuan
Lakilaki
Jumlah Perempuan
1
Binjai Selatan
14849
14644
6554
6827
21403
21471
42.874
2
Binjai Kota
11952
11549
5348
5469
17300
17018
34.318
3
Binjai Timur
17160
16753
7666
7915
24826
24668
49.494
4
Binjai Utara
23233
22786
10396
10786
33629
33572
67.201
5
Binjai Barat
13277
12996
5931
6145
19208
19141
38.349
80.471 78.728 (Sumber: BPS, Binjai Dalam Angka, 2007)
35.895
37.142
116.366
115.870
232.236
Jumlah
Rahmat Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pekerja Sektor Informal Di Kota Binjai, 2009. USU Repository © 2009
b. Tenaga Kerja Menurut data yang bersumber dari Kantor Tenaga Kerja Binjai pada tahun 2007, dari seluruh pendaftar terbanyak 10.863 orang, pencari kerja yang terdaftar menurut tingkat pendidikan paling banyak adalah lulusan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) sejumlah 6.997 orang, sedangkan tingkat perguruan tinggi sebanyak 1.805 orang. Persentase penduduk yang berumur 10 tahun yang bekerja menurut pendidikan tertinggi yang ditamatkan dengan persentase yang tertinggi yaitu sebanyak 43,57 persen laki-laki dan 42,85 persen perempuan lulusan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA), kemudian diikuti oleh lulusan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP), Sekolah Dasar (SD) dan yang paling sedikit adalah lulusan Diploma I (DI) dan Diploma II (DII) sebesar 0,36 persen. Untuk lulusan sarjana (S1) sebanyak 4,13 persen laki-laki dan 3,12 persen perempuan. Persentase penduduk yang berumur 10 tahun yang bekerja menurut lapangan usaha, paling tinggi adalah pekerja di sektor perdagangan sebesar 32,37 persen, diikuti sektor jasa 24,94 persen, kemudian sektor industri 14,81 persen, sedangkan persentase paling kecil adalah sektor listrik, gas dan air.
Rahmat Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pekerja Sektor Informal Di Kota Binjai, 2009. USU Repository © 2009
Tabel 4.6. Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun Yang Bekerja Menurut Pendidikan Tertinggi Yang Ditamatkan Di Kota Binjai Tahun 2007. No.
Pendidikan Tertinggi Yang Ditamatkan
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
1
Tidak pernah sekolah
0,49
2,02
1,10
2
Tidak tamat Sekolah Dasar
4,62
7,80
5,89
3
Sekolah Dasar
18,99
19,64
19,25
4
Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama
26,63
18,14
23,25
5
Sekolah Lanjutan Tingkat Atas
43,57
42,85
43,27
6
Diploma I dan II
0,36
1,29
0,73
7
Diploma III
1,22
5,14
2,78
8
Strata I (S1) Jumlah
4,13
3,12
3,73
100,00
100,00
100,00
(Sumber: BPS, Binjai Dalam Angka, 2007)
Tabel 4.7. Persentase Penduduk 10 Tahun Keatas Yang Bekerja Menurut Jam Kerja Dan Jenis Kelamin Di Kota Binjai Tahun 2007 Jam Kerja (Dalam Seminggu)
Laki-laki
0 1-9 10-24 25-35 35-44 45-49 60+ Jumlah
0,00 0,00 4,39 8,65 23,70 41,66 21,60 100,00
Perempuan 0,00 0,77 21,09 18,92 27,04 24,98 7,21 100,00
Jumlah 0,00 0,28 10,36 12,32 24,89 35,70 16,46 100,00
(Sumber: BPS, Binjai Dalam Angka, 2007)
Rahmat Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pekerja Sektor Informal Di Kota Binjai, 2009. USU Repository © 2009
4.1.4. Pertumbuhan Ekonomi Kota Binjai Laju pertumbuhan PDRB Kota Binjai atas dasar harga berlaku pada tahun 2007 sebesar 14,46 persen. Hal ini menunjukkan penurunan sedikit jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya yaitu sebesar 15,84 persen pada tahun 2006. Laju pertumbuhan ekonomi Kota Binjai atas dasar harga konstan pada tahun 2007 sebesar 5,68 persen. Hal ini menunjukkan kenaikan yang cukup baik jika dibandingkan dengan tahun 2006 yaitu sebesar 5,32 persen. Secara umum ada empat sektor yang cukup dominan dalam pembentukan total PDRB Kota Binjai yaitu Sektor Industri Pengolahan, Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran, Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan dan Sektor Jasa – jasa. Sedangkan sektor-sektor lain secara berurutan sesuai dengan peranannya terhadap pembentukan total nilai PDRB adalah Pertanian, Penggalian, Listrik, Gas dan Air Bersih Bangunan, Pengangkutan dan Komunikasi.
4.2. Gambaran Umum Objek Penelitian Responden dalam penelitian ini adalah para pekerja sektor informal khususnya para pedagang makanan, warung kecil di pinggir jalan, pedagang kaki lima dan pedagang yang menggunakan gerobak. Gambaran umum pekerja sektor informal tersebut dalam uraian berikut: 4.2.1. Umur
Rahmat Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pekerja Sektor Informal Di Kota Binjai, 2009. USU Repository © 2009
Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa usia responden adalah bervaiasi antara 16 sampai 70 tahun. Usia responden tersebut didominasi oleh usia 30 sampai 39 tahun, usia yang menyatakan bahwa sebagian besar mereka berapa pada potensi fisik optimum untuk melakukan pekerjaannya. Kondisi ini dapat dilihat pada tabel 4.8 sebagai berikut: Tabel 4.8. Distribusi Responden Berdasarkan Umur No
Usia
Jumlah
persen
1
Dibawah 30
18
18
2
30-39
35
35
3
40-49
17
17
4
50 keatas
30
30
100
100
Jumlah (Sumber: wawancara dan kuisioner)
Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa usia 30 sampai 39 tahun mendominasi responden sebanyak 35 orang atau sama dengan 35%, yang diikuti oleh responden usia 50 tahun keatas sebanyak 30 orang atau 30% dari keseluruhan responden. Sedangkan untuk usia dibawah 30 tahun sebanyak 18 orang atau 18% dari keseluruhan responden, dan usia 40 sampai 49 tahun sebanyak 17 orang atau 17% dari keseluruhan responden. 4.2.2. Pendidikan yang ditamatkan Tingkat pendidikan responden di dominasi oleh lulusan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) yang disusul oleh tingkat pendidikan Sekolah Dasar (SD) kebawah dan tingkat pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP). Tingkat
Rahmat Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pekerja Sektor Informal Di Kota Binjai, 2009. USU Repository © 2009
pendidikan responden bervariasi jumlahnya. Kondisi ini dapat dilihat pada tabel 4.9 sebagai berikut:
Tabel 4.9. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan No 1 2 3 4 5
Tingkat Pendidikan Sekolah Dasar kebawah Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Sekolah Lanjutan Tingkat Atas Akademi (DIII) Perguruan Tinggi Jumlah
Jumlah 35 15 42 8 0 100
Persen 35 15 42 8 0 100
(Sumber: wawancara dan kuisioner)
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 100 responden di kota Binjai, rata-rata tingkat pendidikan responden adalah Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) sebanyak 42 orang atau 42% dari keseluruhan responden. Kemudian diikuti oleh tingkat pendidikan Sekolah Dasar (SD) kebawah sebanyak 35 orang atau 35% dari keseluruhan responden. Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) sebanyak 15 orang atau 15% dari keseluruhan responden. Terakhir tingkat pendidikan Akademi (DIII) sebanyak 8 responden atau 8% dari keseluruhan responden. 4.2.3. Lama Bekerja Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa lama bekerja oleh pekerja sektor informal di kota Binjai bervariasi. Pengalaman bekerja mereka berkisar antara 1 sampai dengan 25 tahun. 4.2.4. Curahan Jam Kerja Rahmat Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pekerja Sektor Informal Di Kota Binjai, 2009. USU Repository © 2009
Berdasarkan hasil penelitian curahan kerja para pekerja di sektor informal tersebut bervariasi yaitu 4 jam sampai dengan 18 jam per hari. Curahan waktu kerja pekerja di sektor informal didominasi antara 5 jam sampai 9 jam perhari, selanjutnya diikuti dengan 10 jam sampai dengan 15 jam perhari. Kondisi tersebut dapat dilihat pada tabel 4.10 sebagai berikut: Tabel 4.10. Distribusi Responden Berdasarkan Curahan Jam Kerja No
Curahan Jam Kerja/Hari
Jumlah
persen
1
<4
5
5
2
5-9
43
43
3
10-14
37
37
4
> 15
10
10
100
100
Jumlah (Sumber: wawancara dan kuisioner)
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa curahan jam kerja pekerja sektor informal antara 5 sampai 9 jam per hari di didominasi oleh responden yaitu sebanyak 43 orang atau 43% dari keseluruhan responden. Sedangkan curahan jam kerja antara 10 sampai 14 jam perhari terdapat 37 orang atau 37% dari keseluruhan responden. Selanjutnya, jumlah jam kerja 15 jam keatas sebanyak 10 orang atau 10% dari keseluruhan responden. Kemudian untuk jam kerja kurang dari 4 jam perhari adalah sebanyak 5 orang atau 5% dari keseluruhan responden. 4.2.5. Modal Operasi Dari hasil penelitian diketahui bahwa modal yang digunakan para pekerja sektor informal merupakan modal sendiri. Karena modal yang digunakan dalam kegiatan
Rahmat Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pekerja Sektor Informal Di Kota Binjai, 2009. USU Repository © 2009
usaha tergolong kecil. Sedangkan untuk modal kerja setiap harinya sebagian diambil dari keuntungan hari sebelumnya.
4.3. Faktor-Faktor Yang Mendorong Seseorang Bekerja Sebagai Pekerja Sektor Informal 1) Lapangan pekerjaan yang sempit. Hampir 65% reponden mengatakan bahwa mereka memilih pekerjaan di sektor informal, karena sempitnya lapangan pekerjaan yang tersedia, baik dari pemerintah dan swasta atau tidak ada pekerjaan lain yang dapat dilakukan. 2) Tingkat pendidikan yang rendah. Dari hasil penelitian, dapat dikatakan bahwa tingkat pendidikan responden termasuk rendah. Hal ini terlihat bahwa hanya 42% dari responden yang mencapai tingkat pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA). Sedangkan sisanya 15% hanya mencapai tingkat pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP), 30% Sekolah Dasar, dan 8% untuk tingkat Akademi. 3) Menambah Penghasilan. Ada juga yang menyatakan bahwa mereka melakukan pekerjaan ini karena pendapatannya tidak dapat memenuhi kebutuhan hidup, sehingga melakukan pekerjaan ini guna dapat memenuhi kebutuhan tersebut. 4) Tidak terikat jam kerja.
Rahmat Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pekerja Sektor Informal Di Kota Binjai, 2009. USU Repository © 2009
Yang termasuk kelompok ini adalah para pekerja sektor informal yang sudah sejak dulu bekerja disektor ini. Sehingga walaupun sudah berusia 50 tahun keatas masih tetap bekerja di sektor informal, padahal anak-anak yang dibiayai sudah dewasa, namun dibandingan dengan diam dirumah maka mereka lebih memilih bekerja.
5) Permasalahan lainnya. Alasan lainnya adalah karena tidak begitu suka peraturan yang ditetapkan oleh perusahaan tempat mereka bekerja, misalnya masalah jam kerja, kondisi pekerjaan dan sebagainya.
4.4. Hasil dan Analisis Dengan melihat hubungan antara variabel bebas (independen variabel) yaitu umur, pendidikan yang ditamatkan, lama bekerja, curahan kerja, dan modal operasi terhadap variabel terikat (dependen variabel) yaitu pendapatan pekerja sektor informal di Kota Binjai, maka digunakan model ekonometrika dengan metode OLS (Ordinary Least Square). Analisis ini dimaksud untuk mengetahui korelasi antara kedua variabel bebas dan terikat. Untuk membuktikan hipotesis yang dibuat, Penulis mengajukan dalam bentuk analisis matematik apakah umur, pendidikam yang ditamatkan, lama bekerja, curahan kerja dan modal mempengaruhi pendapatan sektor informal di Kota Binjai. Seberapa jauh tingkat pencapaian data yang tersedia dalam pencapaian kebenaran akan Rahmat Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pekerja Sektor Informal Di Kota Binjai, 2009. USU Repository © 2009
dijelaskan dalam perhitungan serta pengujian terhadap masing-masing koefisien regresi melalui uji t, uji F yang diperoleh dengan menggunakan alat program software komputer E-views 4.1. Berdasarkan data yang telah diperoleh dari hasil penelitian dan telah diolah dengan menggunakan komputer E-views 4.1 dapat dilihat pada tabel 4.11 sebagai berikut:
Tabel 4.11. Hasil Analisa Regresi No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Variabel Intercept X1 X2 X3 X4 X5 R Adj R F-statistik DW-statistik
Koefisien 32.28295 0.078451 0.853510 1.205265 2.358531 3.158525
Standard Error
t-statistik
13.86525 2.328335 0.235207 0.333540 TS 0.275587 2.272469 * 0.262657 4.588741** 0.463816 5.085057** 0.335044 7.260243** 0.951346 0.948758 36.75998** 2.178410
(Sumber: Hasil Pengolahan Data) * signifikan pada α 5% ** signifikan pada α 1%
TS Tidak Signifikan
4.5. Intepretasi Model Berdasarkan hasil regresi linear berganda dengan menggunakan program E-views 4.1. maka dapat diperoleh estimasi sebagai berikut: Y = 32.28295038 + 0.0784514146*X1 + 0.8535104806*X2 + 1.205265380928*X3 + 2.3585308914*X4 + 3.158524798*X5 Rahmat Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pekerja Sektor Informal Di Kota Binjai, 2009. USU Repository © 2009
Hasil estimasi diatas dapat dijelaskan, dengan pengaruh variabel independen yaitu umur, pendidikan yang ditamatkan, lama bekerja, curahan kerja, dan modal operasi pekerja sektor informal di Kota Binjai adalah sebagai berikut: a. Umur. Dari hasil estimasi diketahui bahwa umur memiliki pengaruh yang positf terhadap pendapatan pekerja sektor informal (Y) di Kota Binjai. Hal ini berarti semakin bertambah umur pekerja sektor informal, maka pendapatannya semakin meningkat. Nilai koefisien regresi umur (X1) adalah 0.078451, artinya apabila umur pekerja sektor informal bertambah satu tahun, maka pendapatan pekerja sektor informal akan meningkat Rp.0.078451 ribu/hari. b. Pendidikan yang ditamatkan. Dari hasil estimasi diketahui bahwa pendidikan yang ditamatkan memiliki pengaruh yang positf terhadap pendapatan pekerja sektor informal (Y) di Kota Binjai. Hal ini berarti semakin tinggi tingkat pendidikan pekerja sektor informal, maka pendapatannya semakin meningkat. Nilai koefisien regresi untuk tingkat pendidikan (X2) adalah 0.853510, artinya apabila pendidikan pekerja sektor informal meningkat satu tahun, maka pendapatan pekerja sektor informal akan meningkat Rp.0.853510 ribu/hari. c. Lama bekerja. Dari hasil estimasi juga diketahui bahwa lama bekerja memiliki pengaruh yang positf terhadap pendapatan pekerja sektor informal (Y) di Kota Binjai. Hal ini berarti semakin lama para pekerja sektor informal bekerja, maka pendapatannya semakin Rahmat Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pekerja Sektor Informal Di Kota Binjai, 2009. USU Repository © 2009
meningkat. Nilai koefisien regresi untuk lama bekerja (X3) adalah 1.205265, artinya apabila lama bekerja bertambah satu tahun, maka pendapatan pekerja sektor informal akan meningkat Rp.1.205265 ribu/hari. d. Curahan kerja. Dari hasil estimasi diketahui bahwa curahan kerja memiliki pengaruh yang positf terhadap pendapatan pekerja sektor informal (Y) di Kota Binjai. Hal ini berarti semakin bertambah curahan, maka pendapatan pekerja sektor informal akan semakin meningkat. Nilai koefisien regresi curahan kerja (X4) adalah 2.358531, artinya apabila curahan kerja oleh pekerja sektor informal bertambah satu jam, maka pendapatan pekerja sektor informal akan meningkat Rp.2.358531 ribu/hari. e. Modal operasi. Dari hasil estimasi diketahui bahwa modal operasi memiliki pengaruh yang positf terhadap pendapatan pekerja sektor informal (Y) di Kota Binjai. Hal ini berarti semakin bertambah modal operasi, maka pendapatan pekerja sektor informal akan semakin meningkat. Nilai koefisien regresi untuk modal operasi (X5) adalah 3.158525, artinya apabila modal operasi pekerja sektor informal bertambah seribu rupiah, maka pendapatan pekerja sektor informal akan meningkat Rp.3.158525 ribu/hari.
4.5.1. Hasil Uji Koefisien Determinasi Koefisien determinasi (R²) sebesar 0.951346 berarti variabel umur, pendidikan yang ditamatkan, lama bekerja, curahan kerja dan modal operasi, mampu Rahmat Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pekerja Sektor Informal Di Kota Binjai, 2009. USU Repository © 2009
menjelaskan variasi pendapatan pekerja di sektor informal di Kota Binjai sebesar 95%. Sedangkan sisanya sebesar 5% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model estimasi.
4.5.2. Hasil Uji Keseluruhan (F-Test) Dilihat dari nilai F-statistik, yaitu sebesar 36.75998, yang signifikan pada tingkat keyakinan 99%, berarti bahwa secara bersama-sama (serentak) variabel umur, pendidikan yang ditamatkan, lama bekerja, curahan kerja, dan modal operasi, mampu menjelaskan variasi pendapatan pekerja sektor informal di Kota Binjai.. 4.5.3. Hasil Uji Parsial (t-Test) Hasil estimasi untuk variabel umur (X1) diperoleh nilai t-statistik adalah 0.333, yang lebih kecil dibandingkan t-tabel (α 10% = 1.645). Hal ini berarti bahwa variabel umur tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pendapatan pekerja sektor informal di Kota Binjai. Untuk variabel tingkat Pendidikan yang ditamatkan (X2) diperoleh nilai tstatistik
adalah 2.272 yang lebih besar dibandingkan t-tabel (α 5% = 1.960). Hal ini
berarti bahwa variabel tingkat pendidikan yang ditamatkan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pendapatan pekerja sektor informal di Kota Binjai pada taraf kepercayaan 5%. Untuk variabel lama bekerja (X3) diperoleh nilai t-statistik adalah 4.589, yang lebih besar dibandingkan t-tabel (α 1% = 2.576). Hal ini berarti bahwa variabel lama
Rahmat Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pekerja Sektor Informal Di Kota Binjai, 2009. USU Repository © 2009
bekerja memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pendapatan pekerja sektor informal di Kota Binjai pada taraf kepercayaan 1%. Untuk variabel curahan kerja (X4) diperoleh nilai t-statistik adalah 5.085, yang lebih besar dibandingkan t-tabel (α 1% = 2.576). Hal ini berarti bahwa variabel curahan kerja memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pendapatan pekerja sektor informal di Kota Binjai pada taraf kepercayaan 1%. Untuk variabel modal operasi (X5) diperoleh nilai t-statistik adalah 7.260, yang lebih besar dibandingkan t-tabel (α 1% = 2.576). Hal ini berarti bahwa variabel modal operasi memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pendapatan pekerja sektor informal di Kota Binjai pada taraf kepercayaan 1%. 4.6. Hasil Uji Validitas Asumsi Klasik 4.6.1. Hasil Uji Multikolinearitas Untuk mendeteksi masalah multikolinearitas dilakukan dengan membandingkan nilai R2y.x dengan nilai R2x.x. Kriteria keputusan: 1.
Jika nilai R2y.x < R2x.x, maka hipotesis yang menyatakan bahwa ada masalah multikolinearitas dalam model empiris yang digunakan tidak dapat ditolak.
2.
Jika nilai R2y.x > R2x.x, maka hipotesis yang menyatakan bahwa ada masalah multikolinearitas dalam model empiris yang digunakan ditolak.
Uji korelasi parsial (partial correlation test) dilakukan dengan model : X1 = c0 + c1X2 + c2X3 + c3X4 + c3X5 + µi ........................................................................................... (4.1) X2 = d0 + d1X1 + d2X3 + d3X4 + d3X5 + Ði ........................................................................................... (4.2) X3 = e0 + e1X1 + e2X2 + e3X4 + e3X5 + əi ......................................................... (4.3) X4 = f0 + f1X1 + f2X2 + f3X3 + f3X5 πi .............................................................. (4.4) Rahmat Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pekerja Sektor Informal Di Kota Binjai, 2009. USU Repository © 2009
X5 = g0 + g1X1 + g2X2 + g3X3 + g3X4 πi........................................................... (4.5) Dari hasil estimasi (Lampiran) kemudian diperoleh hasil sebagai berikut : • Nilai R2 X1, X2, X3, X4,X5
= 0.039530
• Nilai R2 X2., X1, X3, X4,X5
= 0.371673
• Nilai R2 X3, X1, X2, X4,X5
= 0.012350
• Nilai R2 X4, X1, X2, X3,X5
= 0.027780
• Nilai R2 X5, X1, X2, X3,X4
= 0.391198
Nilai R2 Y, X!, X2, X3,X4,X5 lebih tinggi dari nilai nilai R2 X1, X2, X3, X4,X5, nilai R2 X2., X1, X3, X4,X5,
nilai R2
X3, X1, X2, X4,X5,
nilai R2 X4, X1, X2, X3,X5, maupun R2
X5, X1, X2, X3,X4
maka
dalam model empiris tidak ditemukan adanya multikolinieritas. 4.6.2. Hasil Uji Heterokedastisitas Dari
hasil
uji
heterokedastisitas
dengan
menggunakan
metode
White
Heterocedasticity, terlihat bahwa hasil perhitungan F statistik adalah 20.10358, melebihi nilai kritis α = 5% (3.20), maka dalam hal ini diputuskan tidak terdapat heterokedastisitas dalam model estimasi.
Rahmat Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pekerja Sektor Informal Di Kota Binjai, 2009. USU Repository © 2009
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil pembahasan pada bab sebelumnya, Penulis dapat menarik beberapa kesimpulan mengenai pengaruh umur, tingkat pendidikan, lama bekerja, curahan kerja, dan modal operasi terhadap pendapatan pekerja di sektor informal di Kota Binjai. Adapun kesimpulan yang dapat diambil adalah sebagai berikut: 1. Umur mempunyai pengaruh positif namun tidak signifikan terhadap pendapatan pekerja sektor informal di Kota Binjai. 2. Tingkat pendidikan mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan pekerja sektor informal di Kota Binjai pada taraf kepercayaan 95%. Rahmat Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pekerja Sektor Informal Di Kota Binjai, 2009. USU Repository © 2009
3. Lama bekerja mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan pekerja sektor informal di Kota Binjai pada taraf kepercayaan 99%. 4. Curahan kerja mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan pekerja sektor informal di Kota Binjai pada taraf kepercayaan 99%. 5. Modal mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan pekerja sektor informal di Kota Binjai pada taraf kepercayaan 99%. 6. Varabel-variabel bebas secara bersama-sama mampu memberikan penjelasan terhadap variabel terikat dengan nilai R2 sebesar 95%, artinya variabel Umur, tingkat pendidikan, lama bekerja, curahan kerja, dan modal dapat menjelaskan
Rahmat Lubis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pekerja Sektor Informal Di Kota Binjai, 2009. USU Repository © 2009
variasi pendapatan pekerja sektor informal di Kota Binjai sebesar 95%, sedangkan sisanya 5% yang dijelaskan oleh variabel-variabel lain diluar model estimasi. 7. Dari hasil uji penyimpangan asumsi klasik diketahui model estimasi bebas dari masalah multikolinearitas dan heterokedastisitas.
5.2 Saran 1. Untuk mempercepat tingkat pertumbuhan perekonomian wilayah Kota Binjai pada masa yang akan datang, sektor informal perlu mendapat perhatian lebih dalam dari pemerintah dalam membantu pengembangan sektor tersebut. 2. Salah satu faktor yang menyebabkan seseorang memilih sektor informal sebagai cara mencari nafkah adalah karena tingkat pendidikan mereka yang masih cukup rendah. Oleh karena itu pemerintah Kota Binjai Harus memperhatikan pendidikan masyarakat kota tersebut. 3. Program untuk sektor informal harus dapat menciptakan kepercayaan, membantu mereka dalam menetapkan kebutuhannya.
DAFTAR PUSTAKA
Achmadi M, 1995. Aspek Pengembangan dan Permasalahan Usaha Kecil, Cetakan Pertama, Penerbit Erlangga, Jakarta. Alma, Buchari. 2001. Kewirausahaan. Edisi Revisi, Alfabeta, Bandung. Bellante, D. and Jackson, M. 1983. Labor Economics. New York: McGraw Hill. BPS. 1999. Keadaan Angkatan Kerja di Indonesia. Jakarta: PT Citra Mawana Patamaro. Firnandi. 2005. Studi Profil Pekerja Di Sektor Informal Dan Arah Kebijakan Kedepan. Jakarta: Direktorat Ketenaga Kerjaan dan Analisis Ekonomi. Gujarati, Damodar N .1988, Basic Econometrics, 2 Co.; India.
nd
Edition, MacGraw-Hiil Book
Iryanti, Rahma. 2003. Pengembangan Sektor Informal sebagai Alternatif Kesempatan Kerja Produkti. kumpulan makalah, Jakarta. Kalejian, Harry and Wallace E.Oates. 1981, Introduction to Econometrics, 2 Edition, Harper International Edition; New York.
nd
Korten, D. 1986. Pembangunan yang Memihak Rakyat, Jakarta: Lembaga Studi Pembangunan. Maloney, William F. 1995, The Informal Sector in Mexico: A Dynamic Aproach, Washington D.C.: The World Bank. Moir, Hazel dan Soetjipto Wirosardjono. 1977. ”Sekto Informal di Jakarta”. Widyapura 1 (9-10):49-70. Nachrowi, Nachrowi D dan Hardius Usman. 2006, Pendekatan Populer dan Praktis Ekonometrika Untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan, LPFEUI; Jakarta. Priyono, E. 1999. Mengapa Angka Pengangguran Rendah di Masa Krisis Ekonomi? Jakarta: Lembaga Demografi FEUI. Rahardjo, Dawam, M. 2003. Peranan Pekerja dalam Pembangunan Ekonomi, Jakarta: LSPEUI.
Sjaifudin, Hetifah, Dedi Haryadi dan Maspiyati. 1995. Strategi dan Agenda Pengembangan Usaha Kecil. Bandung: AKATIGA. Standing, G. 1981. Labour Force Participation and Development. Geneva: ILO. Tambunan, Tulus. 1998. Krisis Ekonomi Indonesia. Penyebab & Penanggulangannya, Jakarta: LP3E KADIN Indonesia & Yayasan Indonesia Forum. Widianto, B. 2003. Kebijakan Upah Minimum dan Perluasan Kesempatan Kerja. Jakarta: Bappenas. World Bank. 2003. Indonesia: Beyond Macro-Economic Stability. Jakarta: World Bank-Report No. 27374-IND.
LAMPIRAN 1: DATA PENELITIAN No. Responden
Pendapatan (Rp. 000)
Umur
Pendidikan
Lama Kerja
Curahan Kerja
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42
50 600 80 300 50 70 90 200 80 350 150 150 180 60 160 350 60 250 200 70 230 320 180 160 100 160 190 180 90 250 250 180 175 220 290 220 60 90 100 150 320 240
37 53 34 55 38 27 43 52 52 26 46 56 25 25 48 29 29 42 62 35 60 46 32 37 36 47 34 53 37 47 38 48 38 38 49 29 60 46 27 61 36 35
0 12 6 9 5 4 5 9 5 12 6 8 9 3 9 12 4 12 12 6 13 12 13 9 6 12 9 12 3 12 13 8 12 9 12 12 9 4 13 12 12 13
13 14 5 16 9 12 13 9 15 8 2 13 4 2 1 14 5 10 5 12 4 10 2 4 3 8 6 2 6 7 7 5 2 8 9 10 13 4 21 8 3 3
9 14 10 6 11 7 18 4 13 9 12 3 16 7 11 8 12 13 5 13 14 9 14 18 6 11 8 12 12 7 19 4 14 8 16 6 4 13 7 13 7 8
Modal (Rp. 000) 20 400 50 250 30 50 60 120 40 200 50 100 120 40 120 250 30 140 150 40 150 250 130 120 60 100 150 130 40 200 180 120 120 160 250 175 45 50 60 120 250 170
No. responden
Pendapatan (Rp. 000)
Umur
pendidikan
Lama Kerja
Curahan Kerja
Modal (Rp. 000)
43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85
120 200 250 340 450 500 230 240 180 60 190 300 180 340 450 350 160 160 430 140 120 200 180 240 170 140 290 280 140 220 430 160 60 420 270 240 200 240 220 290 280 550 300
45 26 63 43 53 35 42 56 29 61 35 48 37 26 57 47 37 29 42 35 28 53 39 54 38 52 37 62 26 34 53 37 32 38 36 62 60 46 26 51 36 57 28
6 5 12 12 12 12 9 12 12 2 13 12 5 12 12 12 4 6 12 4 12 6 9 12 3 6 12 5 12 12 12 6 0 12 12 12 6 12 6 12 12 12 12
8 5 4 12 3 5 5 13 3 3 9 6 5 8 7 10 8 4 4 1 23 6 9 8 12 5 4 10 8 2 5 3 21 4 12 15 2 16 4 6 10 3 5
12 7 6 6 13 9 12 5 13 9 12 9 11 8 7 12 13 8 13 6 12 14 7 12 11 7 15 14 6 17 11 9 3 16 7 19 6 12 7 17 8 13 6
65 120 190 250 350 400 150 150 120 50 130 250 140 260 380 280 100 120 320 100 85 150 120 200 140 100 250 250 100 250 340 120 40 350 240 200 150 200 155 250 240 450 240
No. Responden 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100
Pendapatan (Rp. 000) 170 140 130 90 80 140 60 150 260 150 140 260 180 180 350
Umur
Pendidikan
54 38 28 38 37 52 64 37 29 62 35 35 59 34 39
9 5 12 0 5 13 2 9 12 3 12 9 13 5 12
Lama Kerja 8 4 5 9 3 5 8 7 3 8 6 10 8 11 18
Curahan Kerja 14 17 6 14 8 6 14 14 6 13 7 8 11 18 7
Modal (Rp. 000) 140 100 100 60 70 100 45 120 200 120 100 200 150 120 300
LAMPIRAN 2: HASIL PENGOLAHAN DATA
Y = 32.28295038 + 0.0784514146*X1 + 0.8535104806*X2 + 1.205265380928*X3 + 2.3585308914*X4 + 3.158524798*X5 Dependent Variable: Y Method: Least Squares Date: 12/19/08 Time: 22:22 Sample: 1 100 Included observations: 100 Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Probability
C X1 X2 X3 X4 X5
32.28295 0.078451 0.853510 1.205265 2.358531 3.158525
13.86525 0.235207 0.275587 0.262657 0.463816 0.335044
2.328335 0.333540 2.272469 4.588741 5.085057 7.260243
0.0220 0.9699 0.0417 0.0026 0.0004 0.0000
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat
0.951346 0.948758 25.68931 62034.42 -463.4076 2.178410
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic)
210.4500 113.4850 9.388152 9.544462 36.75998 0.000000
LAMPIRAN 3: HASIL UJI MULTIKOLINEARITAS
X1 = f (X2 X3 X4 X5) Dependent Variable: X1 Method: Least Squares Date: 12/20/08 Time: 22:36 Sample: 1 100 Included observations: 100 Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Probability
C X2 X3 X4 X5
37.02705 -0.187203 0.069879 0.249233 0.023810
4.706106 0.381450 0.245328 0.288427 0.015090
7.867874 -0.490768 0.284839 0.864110 1.577868
0.0000 0.6247 0.7764 0.3897 0.1179
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat
0.039530 -0.000911 11.20575 11929.04 -380.9719 2.548960
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic)
42.20000 11.20065 7.719438 7.849696 0.977477 0.423665
X2 = f (X1 X3 X4 X5) Dependent Variable: X2 Method: Least Squares Date: 12/20/08 Time: 22:37 Sample: 1 100 Included observations: 100 Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Probability
C X1 X3 X4 X5
6.111909 -0.013509 0.013343 -0.046066 0.024325
1.498785 0.027526 0.065916 0.077640 0.003261
4.077910 -0.490768 0.202427 -0.593330 7.459580
0.0001 0.6247 0.8400 0.5544 0.0000
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat
0.371673 0.345217 3.010172 860.8079 -249.5289 2.302746
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic)
9.000000 3.719998 5.090578 5.220837 14.04879 0.000000
X3 = f (X1 X2 X4 X5) Dependent Variable: X3 Method: Least Squares Date: 12/20/08 Time: 22:38 Sample: 1 100 Included observations: 100 Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Probability
C X1 X2 X4 X5
8.373522 0.012211 0.032312 -0.113369 -0.002839
2.377824 0.042871 0.159625 0.120484 0.006383
3.521506 0.284839 0.202427 -0.940946 -0.444732
0.0007 0.7764 0.8400 0.3491 0.6575
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat
0.012350 -0.029235 4.684323 2084.574 -293.7513 2.217910
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic)
7.560000 4.617315 5.975027 6.105285 0.296978 0.879267
X4 = f (X1 X2 X3 X5) Dependent Variable: X4 Method: Least Squares Date: 12/20/08 Time: 22:39 Sample: 1 100 Included observations: 100 Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Probability
C X1 X2 X3 X5
9.636744 0.031290 -0.080146 -0.081449 0.004568
1.901267 0.036211 0.135079 0.086560 0.005396
5.068591 0.864110 -0.593330 -0.940946 0.846503
0.0000 0.3897 0.5544 0.3491 0.3994
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat
0.027780 -0.013155 3.970478 1497.646 -277.2178 2.952551
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic)
10.34000 3.944617 5.644357 5.774615 0.678637 0.608436
X5 = f (X1 X2 X3 X4) Dependent Variable: X5 Method: Least Squares Date: 12/20/08 Time: 22:41 Sample: 1 100 Included observations: 100 Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Probability
C X1 X2 X3 X4
-35.74389 1.072573 15.18524 -0.731837 1.638961
40.42706 0.679761 2.035669 1.645569 1.936155
-0.884158 1.577868 7.459580 -0.444732 0.846503
0.3788 0.1179 0.0000 0.6575 0.3994
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat
0.391198 0.365564 75.21014 537373.7 -571.3578 1.555796
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic)
157.6000 94.42404 11.52716 11.65741 15.26104 0.000000
LAMPIRAN 4: HASIL UJI HETEROKEDASTISITAS Cross term White Heteroskedasticity Test: F-statistic Obs*R-squared
20.10358 33.72882
Probability Probability
0.000000 0.000009
Test Equation: Dependent Variable: RESID^2 Method: Least Squares Date: 12/19/08 Time: 22:51 Sample: 1 100 Included observations: 100 Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Probability
C X1 X1^2 X1*X2 X1*X3 X1*X4 X1*X5 X2 X2^2 X2*X3 X2*X4 X2*X5 X3 X3^2 X3*X4 X3*X5 X4 X4^2 X4*X5 X5 X5^2
1516.349 -79.04618 1.820557 -2.446703 0.280508 -5.876833 -0.143333 604.4422 -18.74726 -18.51035 -18.11892 1.455365 -219.1966 6.825314 2.730467 1.886876 365.7255 -12.60566 2.580299 -48.96857 0.005657
3693.835 147.9364 1.606579 5.050076 3.936209 4.246523 0.236782 432.2573 21.21613 12.29537 18.11564 1.380155 252.5103 7.398045 10.08757 0.501767 353.8541 11.95205 0.754173 17.88141 0.028585
0.410508 -0.534325 1.133189 -0.484488 0.071263 -1.383916 -0.605336 1.398339 -0.883633 -1.505472 -1.000181 1.054494 -0.868070 0.922584 0.270676 3.760467 1.033549 -1.054687 3.421361 -2.738519 0.197898
0.6825 0.5946 0.2606 0.6294 0.9434 0.1703 0.5467 0.1659 0.3796 0.1362 0.3203 0.2949 0.3880 0.3590 0.7873 0.0003 0.3045 0.2948 0.0010 0.0076 0.8436
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat
0.337288 0.169513 1594.645 2.01E+08 -867.5484 1.956283
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic)
620.3442 1749.837 17.77097 18.31805 2.010358 0.015379