ANALISIS TINGKAT PRODUKSI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN PETANI KAKAO DI KABUPATEN LIMA PULUH KOTA
Oleh : (Ispinimiartriani dan Elviati) 1) ANALYSIS OF PRODUCTION RATE AND FACTORS AFFECTING CACAO FARMERS INCOME IN KABUPATEN LIMA PULUH KOTA Abstract From the population in Kabupaten Lima Puluh Kota, 63,90% work in agriculture, therefore to increase people’s economy, the farmers must be empowered. Cocoa has a big chance to be developed in Kabupaten Lima Puluh Kota, because the price of cocoa increase from year to year, even reaches Rp26.000/kg. The climate appropriates with growth requirements of cocoa and the implementation doesn’t need the wide area. From the survey, the cocoa production rate id 463,4kg/Ha per year, the cocoa farmer’s income is Rp 4.186.284 per month with the price between Rp 20.000 – Rp 24.000 per kg The variables influence cocoa farmers in Kabupaten Lima Puluh Kota are production, selling price, age and land area. Key word : cocoa, farmers income.
PENDAHULUAN Konsep utama dari pembangunan yang berpusat pada rakyat cukup sederhana. Konsep ini merupakan suatu pendekatan pembangunan yang memandang inisiatif kreatif dari rakyat sebagai sumberdaya pembangunan yang utama dan memandang kesejahteraan material dan spritual mereka sebagai tujuan yang ingin di capai oleh proses pembangunan.. Menurut Korten (1988) model-model pembangunan konvensional adalah bahwa mereka menjadi begitu memusatkan perhatian pada produksi sehingga kebutuhan sistem produksi mendapatkan tempat yang paling utama. Peningkatan pendapatan petani yang ada di pedesaan merupakan salah satu tujuan pembangunan pertanian. Menurut Banoewidjojo, (1983) dalam pembangunan pertanian rakyat, aspek yang sangat penting adalah bagaimana caranya meningkatkan secara kontinue produksi usahatani yang senantiasa lebih menguntungkan sehingga kesejahteraan baik petani maupun masyarakat luas terus meningkat. Pembangunan yang digalakan pemerintah sekarang sangat menggembirakan bagi kaum petani karena pemerintah lebih menitik beratkan untuk pembangunan pertanian . terlebih sekarang pada pertanian kakao, sehingga dicanangkan oleh Gubernur sumatera Barat Gerakan sejuta kakao. Kabupaten lima puluh Kota merupakan salah satu daerah yang menjadi program pencanangan gerakan sejuta kakao. Tanaman kakao merupakan salah satu komoditi ekspor non migas yang cukup penting dari sub sektor tanaman perkebunan. Tanaman kakao ini mempunyai 1
Staf Pengajar Jurusan Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh
1
peluang yang besar untuk di kembangkan, karena harga kakao itu sendiri dari tahun ketahun selalu mengalami peningkatan, dengan jaminan harga yang lebih baik , maka pengembangan kakao di masa yang akan datang akan dapat memotivasi petani. Namun yang menjadi perhatian disini disaat harga kakao melonjak tinggi bahkan sampai mencapai harga Rp 26.000, tapi harga ini hanya tidak bertahan lama sehingga petani tidak bisa menikmati harga itu, bahkan harga di tingkat petani masih jauh dari harga yang terjadi di pasaran. Peningkatan harga hanya terjadi saat kakao berproduksi sedikit ( http:// www. Kapan lagi. Com) Upaya pengentasan kemiskinan di lima puluh kota yang paling ampuh dan sangat memungkinkan adalah dengan cara memasyarakatkan tanam coklat (kakao) lantaran tumbuhan coklat bisa hidup dengan berbagai kondisi tanah dan tidak harus ditanam di hamparan yang luas. Pemerintah membantu sebanyak 300 ribu batang coklat yang dibagikan untuk 30 kelompok tani di tiap kecamatan yang masingmasing 10.000 batang.( http: // www. Madina – sk. Com, 20 -3-2009). Kalau kita lihat tingkat pendapatan petani di pedesaan sangat rendah , memang tingkat perekonomian masyarakat banyak faktor yang mempengaruhi, hal ini terkait dengan tingkat perekenomian masyarakat yang ada dipedesaan saat ini, yang bermata pencaharian sebagian besar adalah petani, maka hasil usaha tani yang meningkat merupakan tujuan utama petani. Peningkatan produksi dapat diperoleh dengan mengalokasikan input produksi secara tepat dan berimbang. Hal ini berarti petani secara rasional melakukan usahatani dengan tujuan meningkatkan produksi untuk memaksimumkan keuntungan. Oleh karena itu diperlukan analisis tingkat produksi dan faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan petani kakao. Berdasarkan uraian diatas maka dapatlah dirumuskan beberapa inti permasalahan dari penelitian ini dimana terlihat bahwa adanya penggunaan input produksi yang inefisiensi, serta melihat bagaimana jalan keluarnya. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui : 1. Tingkat produksi tanaman kakao pada daerah penelitian 2. Tingkat pendapatan petani kakao di daerah penelitian. 3. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pendapatan petani di daerah penelitian. Dengan mengacu pada tujuan, rumusan masalah dan tujuan penelitian diatas maka diharapkan hasil dari penelitian ini nantinya berguna untuk : 1. Dapat membantu pemecahan masalah produksi tanaman kakao petani. 2. Membantu memecahkan masalah faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pendapatan petani 3. Memberikan informasi kepada instansi dan dinas terkait tentang malah yang dihadapi petani kakao dalam meningkatkan produksi. METOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di kabupaten 50 Kota Payakumbuh, yang dipilih dengan sengaja karena merupakan salah satu daerah sentra tanaman kakao rakyat. Untuk pengembangan tanaman kakao di Sumatera Barat salah satunya adalah Kabupaten lima puluh kota (Dinas perkebunan, 2004) dengan luas tanam 671 Ha dengan produksi 415 ton. Penelitian ini di lakukan pada kenagarian Piobang , kecamatan Payakumbuh, karena daerah ini merupakan salah satu kenagarian yang di jadikan pengembangan gerakan sejuta kakao.
Pada penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh petani kakao yang berada di kenagarian Piobang Kecamatan Payakumbuh yang mengusahakan kakao dengan luas lahan > 0,1 Ha. Dari hasil pengamatan terdapat 50 responden seperti kriteria yang di sebutkan. Data yang dipergunakan dalam penelitian ini terdiri dari 2 jenis yaitu data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh langsung dari responden baik melalui daftar pertanyaan maupun melalui wawancara. Sedangkan data sekunder berasal dari terbitan baik berupa data statistik, laporan penelitian, literatur, peraturan maupun terbitan lainnya. Teknik pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini meliputi : daftar pertanyaan, wawancara mendalam (indept interview), observasi dan dokumentasi. Daftar pertanyaan (questioner) ditujukan kepada petani kakao dan, dinas terkait seperti untuk mendapatkan informasi tentang Penyuluhan kepada petani terkait dengan budidaya kakao. Observasi dan dokumentasi digunakan untuk mengamati kondisi lingkungan masyarakat. Teknik analisis data yang dipergunakan adalah : 1. Analisis Kualitatif dilakukan terhadap data kualitas berupa interprestasi atau penafsiran-penafsiran secara deskriptif terhadap persentase usia, tingkat pendidikan responden,jumlah tanggungan keluarga serta data-data kualitas lainnya. 2. Analisis kuantitatif dilakukan terhadap data kuantitas terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat Produksi petani kakao, sedangkan faktor- faktor yang mempengaruhi tingkat pendapatan petani kakao di analisis dengan Regresi Linear Berganda yang dilanjutkan dengan uji F. Model yang di gunakan dalam penelitian ini adalah Y = ao + a1x1 + a2x2 + a3x3 + a4x4 + a5x5 Dimana : Y = Tingkat pendapatan X1 = Produksi X2 = Harga jual X3 = Usia X4 = Luas lahan X5 = Umur Selanjutnya data ini dianalisis dengan menggunakan teknik analisis statistik. Dalam penelitian ini defenisi variabel yang diukur, antara lain : 1. Responden adalah petani yang mengusahakan tanaman kakao 2. Tingkat Harga adalah Harga yang berlaku pada saat petani menjual hasil 3. Pendapatan adalah Pendapatan bersih yang diterima petani setelah di kurangi dengan total biaya 4. Biaya Produksi adalah biaya-biaya yang dikeluarkan untuk membiayai usahatani kakao 5. Produksi adalah Hasil yang diperoleh dari satuan unit usahatani kakao yang dinyatakan dalam (kg) 6. Pendidikan adalah pendidikan formal yang di tempuh responden yang terdiri dari tidak sekolah, tamat/tidak tamat SD, Tamat/tidak tamat SMP, tamat/tidak tamat SMA, tamat/tidak tamat perguruan tinggi. 6. Jumlah tanggungan adalah jumlah anggota keluarga yang menjadi tanggungan keluarga. 7. Upah : Besarnya upah yang diterima oleh tenaga kerja yang bekerja pada usahatani kakao ini yang dinyatakan dengan rupiah (Rp)
8. Jumlah tenaga kerja : Banyaknya tenaga kerja yang bekerja pada usahatani kakao (orang) . HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Gambaran umum wilayah penelitian Kabupaten lima puluh Kota merupakan sebuah daerah tingkat II yang berada di dilingkungan propinsi Sumatera Barat. Secara geografis terletak pada posisi 0o – 22, LU dan 0o - 23’ LS serta antara 100o – 16’LS dan 100o – 51’ BT. Tercatat memiliki luas wilayah 3.354,30 Km2 atau setara dengan 7,94% dari luas propinsi Sumatera Barat yang luasnya 42.229,64 Km2. Kabupaten Lima puluh kota di apit oleh empat daerah tingkat II dan satu propinsi yaitu : Sebelah barat berbatasan dengan kabupaten agam dan kabupaten pasaman timur, sebelah timur dan utara berbatasan dengan propinsi riau, sebelah selatan berbatasan dengan kabupaten tanah datar dan Kabupaten sawah lunto/ Sijunjung dan dharmasraya. Topografi daerah Kabupaten lima puluh kota bervariasi antara datar, bergelombang, dan berbukit-bukit dengan ketinggian diatas permukaan laut antara 110 meter sampai dengan 791 meter. Curah hujan di Kabupaten lima puluh kota relatif cukup tinggi. Dari pengamatan beberapa stasiun data curah hujan setahun berkisar antara 582 mm sampai dengan 4.393 mm.. Wilayah seluas 3.354,30 km di gunakan untuk perkampungan , persawahan, ladang, perkebunan, tegalan, lahan penggembalaan, kolam ikan, rawa-rawa, hutan negara, dan lain-lain. Kegiatan perekonomian yang ada dikabupaten ini masih di dominasi oleh pertanian, seperti terlihat pada tabel 1 di bawah ini : Tabel 1. Kegiatan perekonomian di kabupaten lima puluh kota Kegiatan ekonomi Jumlah satuan (Ribuan) Pertanian 58,05 Pertambangan dan penggalian 0,33 Industri Pengolahan 9,97 Listrik dan Air 0,07 Bangunan/Konstruksi 1,23 Perdagangan, Hotel dan restoran 16,20 Angkutan dan komunikasi 1,39 Lemabag keuangan 0,08 Jasa-Jasa 3,53 Jumlah 90,85 Sumber : BPS Kabupaten Lima Puluh Kota
Persentase (%) 63,90 0,36 10,97 0,08 1,35 17,83 1,53 0,09 3,89 100
Dari tabel 1 di atas terlihat bahwa kegiatan sektor ekoonmi masih di dominasi oleh kegiatan bidang pertanian yaitu sebesar (63,90%). Hal ini memperlihatkan bahwa masyarakat yang ada menjadikan pertanian sebagai mata pencaharian pokok selain usaha bidang lainnya yang di jadikan sebagai usaha sampingan. 2. Karakteristik Responden Tingkat pendidikan formal responden berkisar dari pendidikan Sekolah Dasar (SD) sampai tingkat pendidikan yang tertinggi yaitu hanya sampai SLTA. Tapi yang berpendidikan sampai SLTA saja sangat kecil sekali hanya 10 responden atau sekitar
10%. Untuk melihat tingkat pendidikan responden di daerah penelitian lebih jelas dapat kita lihat pada tabel 4.di bawah ini. Tabel 2. Tingkat pendidikan responden pada industri kecil makanan di daerah penelitian No 1. 2. 3. 4.
Tingkat Pendidikan Tamat/tidak tamat SD Tamat/tidak tamat SMP Tamat/tidak tamat SMU Perguruan Tinggi/Sederajat Jumlah
Jumlah Responden 14 26 10 0 50
% 28 52 20 0 100
Dari Tabel 2. diatas terlihat bahwa tingkat pendidikan yang dimiliki oleh responden tidak ada yang sampai pada perguruan tinggi. Namun tingkat pendidikan yang paling banyak yaitu pada tingkat sekolah menengah yaitu sekolah Lanjutan Pertama (SLTP) sebanyak 52%,. Hal ini menunjukan masih rendahnya tingkat pendidikan responden di daerah penelitian. Kisaran umur respondenn bervariasi , dari hasil di lapangan di dapatkan bahwa petani yang banyak mengusahakan kakao ini adalah yang berumur diatas 40 tahun, yaitu sekitar 60 %, untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada tabel 3 berikut ini : Tabel 3. Kisaran umur petani kakao pada wilayah penelitian Kelompok Umur (tahun) Jumlah responden (%) 15 - 24 8 25- 39 15 40- 49 60 > 50 17 Dari tabel 3 diatas terlihat bahwa banyak petani kakao yang berumur diatas 40 tahun, sedangkan yang masih berumur 15 – 24 tahun sangat sedikit. Hal ini memperlihatkan bahwa tenaga yang masih muda masih enggan untuk mengusahakan tanaman kakao ini, hal ini terkait dengan pendapatan petani kakao yang masih rendah, serta prestise untuk menjadikan lapangan pekerjaan di bidang pertanian masih belum bergengsi. Status kepemilikan lahan yang ada pada responden semuanya merupakan milik sendirri. Hal ini terkait dengan Tanaman kakao merupakan tanaman jangka panjang yang hasilnya tidak habis dalam satu kali panen sehingga kemungkinan untuk lahan dengan sewa itu kecil . Salah satu hal yang paling menjadi perhatian dalam budidaya tanaman kakao ini adalah masalah pemeliharaan, terutama Pemangkasan. Dari hasil survey dilapangan ternyata pemangkasan yang di lakukan petani responden 1-3 kali atau ada yang tidak melakukan pemangkasan sama sekali. Untuk lebih jelasnya maka dapat dilihat pada tabel 4 berikut ini : Tabel 4. Jumlah pemangkasan yang dilakukan responden Jumlah pemangkasan Jumlah Responden persentase 1 x /tahun 3 12 2 x / tahun 19 42 3 x /tahun 10 26 4 x /tahun 4 12 Tidak melakukan 2 8 Jumlah 50 100
Dari tabel di atas terlihat bahwa yang banyak melakukan pemangkasan hanya sampai 2 kali pertahun yaitu 42 % responden, sedangkan berdasarkan budidaya kakao pemangkasan yang baik dilakukan agar tanaman berproduksi baik adalah sesering mungkin atau saat tumbuh tunas wiwilan, sehingga tunas tersebut dibuang agar tidak mengganggu tanaman. 3. Analisis produksi Usahatani Kakao Produksi kakao yang di dapatkan dari hasil survey dengan responden sangat bervariasi. Untuk mengetahui besarnya produksi rata-rata usahatani kakao ini adalah sebesar 36,4 kg/ ha/ bln. Kalau kita lihat produksi yang dihasilkan oleh responden adalah sebesar 436,4 kg/ha/tahun. Hal ini masih tergolong rendah di bandingkan dengan hasil perkebunan yang di dapatkan 1,6 ton/ ha/tahun. Hal ini di sebabkan oleh banyak faktor seperti pengelolaan yang masih kurang serta pengetahuan budidaya petani yang belum mengerti dengan budidaya kakao ini. Untuk melihat besarnya luas lahan garapan petani kakao ini dapat dilihat pada tabel 5 berikut ini : Tabel 5. Luas lahan garapan petani kakao responden Luas Lahan (Ha) Jumlah Responden 0,1 – 0,25 15 0,26 – 0,5 21 0,51 – 1 12 >1 2
Persentase 30 42 24 4
Dari tabel di atas terlihat bahwa responden yang banyak mengusahakan tanaman kakao ini adalah yang mempunyai lahan 0,26 – 0,5 ha yaitu sebesar 42%. Sedangkan yang mengusahakan diatas 1 ha hanya 4% . Hal ini karena usahatani kakao ini masih banyak yang mengusahakan sebagai usaha sampingan di samping usahatani lainnya, karena tanaman kakao ini panennya sepanjang tahun mulai berumur 1,5 tahun dan panennya tidak punya musim, hanya dilakukan apabila buah sudah mulai matang. 4. Analisis pendapatan Usahatani Kakao Dari hasil survey didapatkan tingkat pendapatan petani kakao rata-rata adalah sebesar Rp. 4. 186.284 setiap bulannya, dengan kisaran harga yang di terima petani juga bervariasi yaitu sebesar Rp. 20.000 – Rp. 24.000. 5. Hasil Analisis Faktor-faktor Yang mempengaruhi Pendapatan Petani kakao Untuk melihat bagaimana tingkat pendapatan serta faktor-faktor yang mempengaruhinya (Produksi , Harga jual, Usia ,Luas lahan, Umur Tanaman) maka di lakukan analisis dengan menggunakan uji F. Hasil dari pengujian tersebut dapat dilihat pada tabel 6. Berikut ini Tabel 6. Uji F untuk semua koefisien regresi dari faktor-faktor yang mempengaruh responden Sumber Derajat Jumlah Kuadrat keraggaman Bebas kuadrat Tengah Regresi 5 103154 1278,5 Sisa 44 60651 1100,85 Total 49 Ket.* Berbeda nyata pada taraf kepercayaan 95%
F Hit
F table
19,08*
5,70
Dari hasil uji F yang telah dilakukan dengan taraf kepercayaan 95%, maka dapat disimpulkan bahwa semua variasi dari lima fator secara bersamaan berpengaruh terhadap tingkat penyerapan tenaga kerja. Hasil koefisien determinasi yang di dapatkan R2 sebesar 0,92, hal ini berarti bahwa 92% variasi tingkat penyerapan pendapatan petani kakao di pengaruhi oleh empat faktor, dan 8% variasi tingkat penyerapan pendapatan petani kakao dipengaruhi oleh faktor lainnya. Untuk mengetahui masing-masing faktor yang berpengaruh terhadap tingkat pendapatan petani maka dilakukan pengujian terhadap masing-masing faktor dengan menggunakan uji t. Hasil uji t tersebut dapat dilihat pada tabel 7 berikut ini. Tabel 7. Uji t dari masing-masing faktor koefisien regresi yang berpengeruh terhadap tingkat penyerapan tenaga kerja Var. Bebas Konstanta Produksi Harga jual Usia Luas lahan
Koef.Regresi -10.468121 0.234220 0.324410 0.443511 0.226612
Stndar deviasi 0.31428671 0.2246312 0.3462511 0.2651621 0.4361610
t hitung -- 28.41532ns 7.3029612* 5.918432* 2.798162* 3.865941*
t table 1,671
Umur - 0,143122 0.324261 - 2.416321ns Tanaman Ket. * Berbeda nyata pada taraf kepercayaaan 95% ns. Tidak berbeda nyata pada taraf kepercayaan 95% Dari tabel diatas dapat di ketahui pengaruh dari masing-masing variabel dependen terhadap variabel independent, dimana produksi, harga jual, usia dan luas lahan berpengaruh terhadap tingkatpendapatan petani kakao, sedangkan umur tanaman tidak berbeda nyata terhadap tingkat penyerapan tenaga kerja. KESIMPULAN D AN SARAN Kesimpulan Melihat dari hasil penelitian, tujuan dari penelitian dan uraian di atas maka dapat kita simpulkan bahwa: 1. Tingkat Produksi petani kakao adalah 463,4 kg/ha/tahun biji kering 2. Tingkat pendapaatan petani kakao sebesar Rp. 4.186.284 / bulan 3. Harga yang di terima petani i berkisar antara Rp 20.000 – Rp 24.000 per kg biji kering 4. Variabel-variabel yang berpengaruh terhadap tingkat pendapatan petani kakao adalah produksi, harga jual, usia dan luas lahan berpengaruh terhadap tingkat pendapatan petani kakao, sedangkan umur tanaman tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat pendapatan petani kakao Saran Dari uraian yang telah disajikan dan hasil penelitian dilapangan dapat di sarankan bahwa: 1. Perlu dilakukan pengembangan pengetahuan petani dalam hal budidaya tanaman kakao ini , mengingat kakao ini dapat membantu masyarakat dalam menambah pendapatan keluarga karena prospeknya yang bagus.
2. Adanya lembaga swadaya yang bisa menampung hasil petani sehingga harga yang diterima petani sesuai dengan pasaran yang ada. DAFTAR PUSTAKA Adam WD. 1999. Small Farmer Development Strategy. Seminar report ADC Banoewidjojo, M. 1983. Pembangunan pertanian. Penerbit Usaha Nasional. Surabaya Hernanto, F. 1991. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta http: // www. Madina – sk. Com, 20 -3-2009 http:// www. Kapan lagi. Com, 20 -3- 2009 Kasijadi. 1981. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pengingkatan prodiksi bawang merah di jawa timur. Tesis S2. Bogor. Kasryno, F dan A. Suryana. 1988. Transformasi struktural ekonomi Pedesaan menuju pengembangan sentra industri pertanian. Pusat penelitian Agro Ekoonmi Kadarsan WH. 2000. Keuangan dan Pembiayaan Perusahaan Depaaartemen Sosial Ekononmi Pertanian IPB. Bogor
Pertanian.
Korten & Sjahrir. 1988. Pembnagunan berdimensi kerakyatan. Yayaysan Obor indonesia. Jakarta Mosher, AT. 1991. Menggerakan dan membangun pertanian. Yasaguina. Jakarta. Pusat Penelitian Kopi Kakao. 2004. Panduan Lengkap Budidaya Kakao. Agromedia pustaka. Jakarta