PERILAKU PEMILIH MASYARAKAT DI DESA TOAPAYA UTARA KECAMATAN TOAPAYA KABUPATEN BINTAN DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH GUBERNUR TAHUN 2010
Naskah Publikasi
Oleh
EKA PURNAWAN NIM : 090565201012
PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI TANJUNGPINANG 2014
0
SURAT PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING
Yang bertanda tangan dibawah ini adalah Dosen Pembimbing Skripsi mahasiswa yang disebut dibawah ini : Nama
: EKA PURNAWAN
NIM
: 090565201012
Jurusan/Prodi : ILMU PEMERINTAHAN Alamat
: JL. RH. FISABILILLAH KM. 8 ATAS TANJUNGPINANG
Nomor Telp : 085264450525 Email
:
[email protected]
Judul Naskah : PERILAKU PEMILIH MASYARAKAT DI DESA TOAPAYA
UTARA
KABUPATEN
KECAMATAN
BINTAN
DALAM
TOAPAYA PEMILIHAN
GUBERNUR TAHUN 2010
Menyatakan bahwa judul tersebut sudah sesuai dengan aturan tata tulis naskah ilmiah dan untuk dapat diterbitkan.
Tanjungpinang, 20 Agustus 2014 Yang menyatakan,
1
PERILAKU PEMILIH MASYARAKAT DI DESA TOAPAYA UTARA KECAMATAN TOAPAYA KABUPATEN BINTAN DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH GUBERNUR TAHUN 2010
EKA PURNAWAN Mahasiswa Ilmu Pemerintahan, FISP, UMRAH,
[email protected]
ABSTRAK Pemilihan Umum Kepala Daerah Gubernur Kepulauan Riau tahun 2010, merupakan pemilihan langsung yang kedua kalinya bagi masyarakat provinsi Kepulauan Riau dalam memilih calon gubernur. Pemilihan Gubernur yang pertama kali dilaksanakan pada tahun 2005 dan yang kedua pada tahun 2010. Serta, masyarakat di Kabupaten Bintan, Kecamatan Toapaya, khusunya di Desa Toapaya Utara yang mengikuti pemilihan Gubernur pada tahun 2010. Penelitian ini menggunakan metode Kuantitatif dengan format deskriptif yaitu menggunakan Skala Gutman untuk menganalisa data. Skala gutman disni dipakai untuk melihat kecenderungan perilaku pemilih masyarakat pada pemilihan umum kepala daerah Gubernur tahun 2010, apakah lebih dipengaruhi faktor Rasional, Kritis, Tradisional, Skeptis. Setelah dilakukan penelitian terhadap perilaku pemilih masyarakat yang ada di Desa Toapaya Utara yaitu Pemilih Rasional mendapat 73% yang mendekati Rasional, Pemilih Kritis mendapat 45,8% mendekati tidak kritis, Pemilih tradisional persentasenya 96% mendekati tradisional, Pemilih Skeptis mendapatkan persentase 68% mendekati skeptis, dari hasil persentase tersebut yang paling tinggi adalah pemilih tradisional sebanyak 96%. Maka, dapat di simpulkan perilaku pemilih masyarakat pada Pemilihan Kepala Daerah Gubernur Di Desa Toapaya Utara adalah Pemilih Tradisional dengan alasan kesamaan etnis dan hubungan kekerabatan dengan pasangan calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah dari pada partai, idiologi, visi- misi, rekam jejak maupun imbalan materi yang diberikan pasangan calon tertentu.
Kata Kunci: Pemilihan Umum, Perilaku Pemilih
2
PERILAKU PEMILIH MASYARAKAT DI DESA TOAPAYA UTARA KECAMATAN TOAPAYA KABUPATEN BINTAN DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH GUBERNUR TAHUN 2010
EKA PURNAWAN Mahasiswa Ilmu Pemerintahan, FISP, UMRAH,
[email protected]
ABSTRACT Regional Head General Election Governor of Riau Islands in 2010, is the second direct election for the people of Riau Islands province in choosing a candidate for governor. Selection of governor which was first held in 2005 and the second in 2010 As well, people in Bintan, District Toapaya, especially in the village of North Toapaya follow governor's race in 2010. This study uses quantitative methods with descriptive format that is used to analyze the data Gutman Scale. Disni Gutman scale used to see a trend of public voting behavior in elections of regional heads governor in 2010, is more influenced by Rational, Critical, Traditional, Skeptical. After doing research on community voter behavior in the village of North Toapaya the Rational Voter gets approaching 73% Rational, Critical Voters get uncritical approaching 45.8%, the percentage is 96% traditional Voters traditional approach, Voters Skeptical get a percentage approaching 68% skeptical , from the results of the highest percentages are traditional voters as much as 96%. Thus, it can be concluded public voting behavior in local elections governor in North Toapaya village is traditional voters by reason of ethnicity and kinship with the prospective partner Regional Head and Deputy Head of the party, ideology, visi- mission, track record and reward materials given candidate pair
Keywords: Elections, Voter Behavior
3
I. PENDAHULUAN
dapat juga di lihat sebagai wujud partisipasi
1.1.
politik dalam proses pemerintahan. Dengan
Latar Belakang Setelah
runtuhnya
masa
melalui lembaga pemilu masyarakat dapat
pemerintahan orde baru, kepala daerah dan
menentukan keputusan atau kebijakan dasar
wakil kepala daerah tidak lagi di pilih secara
bagi pemimpin yang terpilih. Bagi setiap
langsung oleh pemerintah pusat melainkan
Negara yang menganut paham demokrasi
di pilih langsung oleh masyarakat yang kita
mempunyai kata kunci, yaitu: Tak ada
kenal
demokrasi tanpa diikuti pemilu. Pemilu
dengan
Lahirnya
sebutan
pemilihan
DEMOKRASI.
secara
langsung
adalah wujud dari demokrasi.
merupakan sebuah langkah maju bagi
Pemilu dinegara manapun memmiliki
system demokrasi di Indonesia. Dengan
arti
adanya
langsung
melakukan pemilihan secara langsung untuk
membantu masyarakat dalam berpartisipasi
memilih pemimpinnya sendiri tanpa ada
politik
unsur
pemilihan
untuk
masyarakat
secara
memberikan
hak-hak
dalam rangka merekrutmen
sama,
paksaan
dari
dimana
pihak
masyarakat
lain.
Dan
pemimpin yang terpilih akan menjalankan
politik lokal secara demokratis.
tugasnya sesuai kehendak rakyatnya, baik
Demokrasi adalah pemerintahan dari
kepala daerah dan wakilnya, maupun kepala
rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat, ini
negara dan wakilnya.
merupakan definisi yang sangat sederhana dari demokrasi,
yang
Membahas tentang pemilihan umum,
pada dasarnya prinsip
maka sangat berhubungan erat
dengan
demokrasi adalah setiap masyarakat atau
partai
pemilu
warga Negara dapat ikut serta dalam
merupakan tempat atau wadah persaingan
melaksanakan keputusan politik. Demokrasi
para partai politik untuk menarik simpati
di tingkat lokal mulai dikenal masyarakat
masyarakat tentunya partai politik harus
secara baik, pada tahun 2005 pertama
mengetahui keinginan masyarakat untuk
kalinya
memilih
bangsa
Indonesia
mengalami
dan
masyarakat
partai
tersebut.
bahwa
Maka,
untuk
perubahan yaitu: “Pemilihan Kepala Daerah
mengetahui pelaksanaan pemilu secara utuh
Langsung”, baik Gubernur dan Wakilnya,
kita harus mengerti perilaku pemilihnya.
maupun
dan
Perilaku pemilih ini merupakan tindakan
Wakilnya. Pilkada langsung merupakan
masyarakat untuk menentukan pilihannya
kerja keras dari demokrasi.
dalam pemilu.
Bupati
atau
Walikota
Maka dengan adanya Pemilu, rakyat
Setiap pemilihan umum sering kita
dapat memberikan hak suaranya untuk
temukan
memilih
sebagai
konsisten dalam pilihan partai politiknya dan
tersebut.
ada juga masyarakat yang tidak konsisten
Keikutsertaan masyarakat dalam pemilu
dalam pilihannya, yang selalu berubah-ubah
pemimpin
siapa
yang
pantas
didaerahnya
4
beberapa
masyarakat
yang
dalam menentukan pilihannya. Sebenarnya
pendekatan
permasalahan politik dapat diartikan dari
dengan pengaruh-pengaruh dari luar, yaitu:
sudut pandang namun dapat dikaitkan
media, sosialisasi politik, dan lain-lain.
dengan kekuatan politik yang ada, serta strategi
para aktor-aktor
pemilih
dapat
berkembang
Tahun 2010 di Kepulauan Riau
politik untuk
melaksanakan pemilihan gubernur secara
mendapatkan suara pemilu yang lebih
langsung. Komisi Pemilihaan Umum Daerah
banyak.
(KPUD)
Ada
beberapa
Kepri
menetapkan
yang
pasangan H.M. Sani dan H.M. Surya
mempengaruhi dalam perilaku pemilih salah
Respationo sebagai pemenang pemilukada
satunya adalah etnisitas. Kelompok etnis
Provinsi Kepri 2010, dengan perolehaan
dapat
partai
suara 231.953 suara atau 37,30 persen dari
politik, karena memiliki peranan dalam
suara sah. Selanjutnya, pasangan Duo-HMS
membentuk sikap, persepsi, dan orientasi
akan ditetapkan sebagai Gubernur dan Wakil
seseorang.
dapat
Gubernur terpilih Provinsi Kepri 2010-2015.
mempengaruhi loyalitas beberapa orang
Penetapan itu dilakukan KPU Kepri melalui
dalam partai tertentu. Di Indonesia masih
Surat
terdapat loyalitas etnis yang sangat tinggi,
34/Kpts/KPU.Kepri/031/2010, melalui rapat
dan partai politik di Indonesia di pengaruhi
pleno
oleh
diambil
penghitungan suara Pemilihaan Gubernur
kesimpulan etnisitas dapat mempengaruhi
dan Wakil Gubernur Kepri 2010. (sumber
pola perilaku pemilih seseorang.
data: Komisi Pemilhan Umum Provinsi
mempengaruhi
Dan
etnisitas.
faktor
Provinsi
dukungan
etnis
Maka
juga
dapat
Pemilu Kepala Daerah yang termasuk
Keputusan
(SK)
terbuka
Nomor-
rekapitulasi
hasil
KEPRI)
dalam pemilihan umum merupakan hal yang
Pasangan
dua
kandidat
lainnya,
baru bagi masyarakat kita. Mengapa peneliti
masing-masing Nyat Kadir-Julbahri (NKRI)
tertarik untuk mengkaji perilaku pemilih,
dengan nomor urut 1 hanya memperoleh
karena ingin melihat bagaimana antusias
195.847 suara atau 31,49 persen. Sedangkan
masyarakat
pasangan calon nomor urut 3 Aida Zulaikha
terhadap
pemilihan
kepala
daerah atau sering disebut dengan pesta
Ismeth-Eddy
demokrasi. Dengan adanya pilkada, maka
memperoleh lebih kecil suara dibanding
kita akan memilih orang nomor satu di
kedua pasanga calon lainya, yakni hanya
daerah kita sendiri.
194.847 suara atau 31,21 persen. (sumber
Seiring
dengan
semakin
Wijaya
(Aida-Berjaya)
data: Komisi Pemilihan Umum Provinsi
berkembangnya pemilu di Indonesia, maka
KEPRI)
tingkat kesadaran masyarakat Indonesia
Berdasarkan
laporan
rekapitulasi
semakin berkembang. Partisipasi masyarakat
penghitungan suara KPU Provinsi Kepri
memiliki pengaruh terhadap pilihan politik
yang telah dibacakan, jumlah
baik individu maupun kelompok. Namun
Provinsi Kepri berdasarkan daftar pemilih
5
pemilih
tetap (DPT) sebanyak 1.222.626. Dan dari
suku di Kecamatan Toapaya dan Desa
649.806 pemilih yang menggunakan hak
Toapaya Utara:
pilihnya di TPS, 621.847 suara dinyatakan
Tabel 1
suara sah dan sebanyak 27.959 suara tidak
Daftar Jumlah Pemilih Berdasarkan
sah.
Sedangkan
warga
yang
tidak
Suku di Kecamatan Toapaya
menggunakan hak pilihnya pada Pemilukada
N o.
Suku
Jumlah
Persentase
1.
Jawa
4170
57.7%
KPU Kerpri, berdasarkan rekapitulasi yang
2.
Melayu
754
10.4%
dilaporkan
3.
Bugis
793
11%
4.
Bawean
427
5.9%
5.
Flores
247
3.4%
perolehan 36.449 dari total suara sah,
6.
Sunda
441
6.1%
Kabupaten Bintan dengan perolehan 23.956
7.
Minang
246
3.4%
suara, Karimun 38.681 suara, Natuna 8.450
8.
Batak
153
2.1%
Jumlah
7231
100%
Kepri 2010 sebanyak 574.612 jiwa. Dari rekapitulasi perolehan suara yang dilakukan
masing-masing
KPU
kabupaten/kota, pasangan nomor urut 2 Dua-HMS menang di 5 kabupaten kota, meliputi
Kota
Tanjungpinang
dengan
suara, dan Anambas 8.085 suara. Sementara pasangan calon nomor urut 1 Nyat Kadir-
Sumber data : Kantor Kecamatan Toapaya,
Julbahri memenangkan perolehan suara di
Tahun 2010.
Kota Batam dengan jumlah 107.196 suara dan Kabupaten Lingga dengan jumlah
Tabel 2
24.868 dari jumlah suara sah. (sumber data:
Daftar Jumlah Pemilih Berdasarkan
Komisi Pemilihan Umum Provinsi KEPRI)
Suku di Desa Toapaya Utara
Oleh karena itu, untuk menyadari akan kurangnya penelitian tentang perilaku
N o.
Suku
Jumlah
Persentase
pemilih, maka di dalam proposal penelitian
1.
Jawa
812
78.1%
ini saya akan mengkaji tentang perilaku
2.
Melayu
106
10.2%
3.
Bugis
34
3.3%
4.
Sunda
41
3.9%
daerah yang melaksanakan pemilihan kepala
5.
Minang
22
2.1%
daerah. Dan desa Toapaya Utara merupakan
6.
Batak
25
2.4%
Jumlah
1040
100%
pemilih etnis jawa yang terdapat di Desa Toapaya Utara kecamatan Toapaya. Karena Desa Toapaya Utara merupakan salah satu
sebuah pemukiman warga yang terdiri dari etnis jawa, dan bervariasi juga dalam
Sumber data : Kantor Kecamatan Toapaya,
menentukan sebuah calon kepala daerah.
Tahun 2010.
Berikut daftar jumlah pemilih berdasarkan
6
Keikutsertaan
masyarakat
Desa
1.3
toapaya utara dalam pemilihan kepala
Tujuan Dan Kegunaan Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
daerah dapat dikatakan sebagai sebuah
Untuk
partisipasi politik. Maka, akan kita lihat pula
mempengaruhi pemilih masyarakat
perilaku pemilih yang seperti apa yang
dalam memberikan suaranya pada
terdapat di Desa Toapaya utara. Alasan
pemilihan kepala daerah tahun 2010
pemilihan judul tersebut dikarenakan di
di desa Toapaya Utara.
Desa Toapaya Utara mayoritas penduduknya
1.3.2 Kegunaan Penelitian
adalah
Adapun manfaat penelitian ini adalah
berlatar
belakang
suku
jawa,
mengetahui
klasifikasi tersebut dapat mempengaruhi
sebagai berikut:
pilihan
a.
politik
masyarakatnya.
Serta
faktor
Bagi masyarakat, dapat menambah
sebagian besar penduduk di Desa Toapaya
masukan
Utara tersebut pengikut Partai Demokrasi
partisipasinya dalam berpolitik.
Indonesia Perjuangan dan Partai Golongan
b.
yang
Bagi
tentang
instansi
pentingnya
yang terkait
dalam
Karya dan pemenang dari pemilihan kepala
penelitian ini yaitu KPU, maka manfaat
daerah yaitu: pasangan dari Partai Golkar
yang di dapat adalah bahwa KPU dapat
dan Partai Demokrasi Indonesia perjuangan.
melihat seperti
Berdasarkan latar belakang masalah yang
masyarakat di desa Toapaya Utara
dikemukakan di atas maka penulis tertarik
dalam menyambut pilkada sehingga
untuk meneliti tentang “ Perilaku Pemilih
dapat lebih meningkatkan sosialisasi
Masyarakat Di Desa Toapaya Utara
pilkada
Kecamatan Toapaya Kabupaten Bintan
menyukseskan terlaksananya pilkada.
Dalam
Pemilihan
Gubernur
c.
Tahun
2010”.
Bagi
dan
apakah antusiasme
pada
penulis,
akhirnya
semakin
lebih
menambah
pengetahuan penulis tentang perilaku pemilih dan melatih penulis dalam
1.2
mengembangkan pemikirannya.
Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang
d.
Penelitian
ini
diharapkan
menjadi
telah diuraikan di atas, maka penulis
pengembangan dari teori-teori politik
merumuskan masalah sebagai berikut :
yang berkaitan dengan masalah yang
“Bagaimana
Pemilih
diteliti oleh penulis tentang pemilu,
Masyarakat dalam Pemilihan Kepala
perilaku politik, partisipasi politik dan
Daerah tahun 2010 di Desa Toapaya
perilaku pemilih sehingga karya tulis
Utara?”
ini
Perilaku
dapat
pemikiran akademika.
7
memberikan bagi
sumbangan
kalangan
civitas
II. KERANGKA TEORITIS
Negara dalam pemilihan umum merupakan
2.1 Perilaku Pemilih
serangkaian kegiatan membuat keputusan,
Pemilih
dapat
diartikan
yakni apakah memilih atau tidak memilih
sebagai
dalam pemilihan umum”.
semua pihak yang menjadi tujuan utama
Ada lima pendekatan yang digunakan, yaitu:
para kontestan untuk mereka pengaruhi dan
a. Pendekatan struktural melihat kegiatan
yakinkan agar mendukung dan kemudian
memilih sebagai produk dari konteks
memberikan suaranya kepada kontestan
struktur yang lebih luas seperti struktur
yang bersangkutan. Pemilih dalam hal ini
sosial, sistem partai, sistem pemilihan
dapat berupa konstituen maupun masyarakat pada
umumnya.
Konstituen
umum, permasalahan, dan program yang
adalah
di tonjolkan oleh setiap partai.
kelompok masyarakat yang merasa diwakili
b. Pendekatan
oleh suatu ideologi tertentu yang kemudian
kaitan
partai politik.
Pemilih
(2009:177)
adalah
pengambilan kelompok
cara
atau
keputusan dalam
menentukan
pemilihan
tindakan
umum
(kota-desa),
dipengaruhi
latar
pekerjaan,
pendidikan,
kelas, pendapatan, dan agama. c. Pendekatan
Pemilih menurut kebiasaan, dan Pemilih
ekologis
hanya
relevan
apabila dalam suatu daerah pemilihan
mencari variasi”. pemilih
ini
perlu
terdapat perbedaan karakteristik pemilih
di
berdasarkan unit teritorial, seperti desa,
kembangkan dalam rangka membuat strategi
kelurahan, kecamatan dan kabupaten.
pemasaran politik yang tepat. Dengan perilaku
pemilih
d. Pendekatan
seorang
yang secara emosional di rasakan sangat
begitu banyak ragam dari pemilih dan harus
dekat dengannya merupakan partai yang
melalui riset yang tepat serta mengkaji
penelitian
sebelumnya
akan
gambaran
bagaimana
perilaku
selalu dipilih tanpa terpengaruh oleh
hasil
faktor-faktor lain.
mendapat
e. Pendekatan rasional melihat kegiatan
pemilih
memilih sebagai produk kalkulasi untung
dalam menentukan pilihannya. Surbakti
(2007:145)
yang
indentifikasi partai. Kongkretnya, partai
ini jga sangat suluit ditentukan, karena
atau
sosial
pemilih pada pemilihan umum berupa
mempengaruhi calon pemilihnya. Perilaku
pengalaman-pengalaman
psikologis
digunakan untuk menjelaskan perilaku
pemasaran politik dengan mudah untuk
Ramlan
sosial.
seperti jenis kelamin, tempat tinggal
pilahan
yakni: Pemilih kompleks, Pemilih disonansi,
mengetahui
konteks
belakang demografi dan sosial ekonomi,
atau
kandidatnya. Adapun tipe perilaku pemilih
Perilaku
dengan
Kongkretnya, pilihan seseorang dalam
“Perilaku
individu
cenderung
menempatkan kegiatan memilih dalam
termanifestasi dalam institusi politik seperti
Kusnaedi
sosiologis
dan
“
rugi.
pertimbangan
Perilaku Pemilih adalah keikutsertaan warga
8
Bagi
pemilih
untung
dan
jenis
ini
rugi
di
gunakan
untuk
membuat
keputusan
Menurut
Firmanzah pemilih
(2012:115)
tentang partai atau kandidat yang di
pertimbangan
dipengaruhi
tiga
pilih.
faktor pada saat bersamaan, yaitu kondisi
Menurut Ramlan Surbakti (2007:140)
awal pemilih, media massa, dan partai
partisipasi merupakan salah satu aspek
politik atau kontestan. Kondisi awal dapat
penting demokrasi. Asumsi yang mendasar
diartikan sebagai karakteristik yang melekat
demokrasi orang yang paling tahu tentang
pada
apa yang baik bagi dirinya adalah orang itu
individu mewarisi dan memiliki system nilai
sendiri. Karena keputusan politik yang
serta kepercayaan yang berbeda satu sama
dibuat dan dilaksanakan oleh pemerintah
lain. Faktor kedua yang mempengaruhi
menyangkut dan mempengaruhi kehidupan
pemilih adalah media massa. Kemampuan
warga masyarakat maka masyarakat berhak
media
ikut serta menentukan isi keputusan politik.
informasi
Oleh karena itu, yang di maksud partisipasi
pembentukan opini publik. Ketika semua
politik adalah keikutsertaan warga Negara
pemberitahuan media massa tentang suatu
biasa dalam menentukan segala keputusan
partai politik bersifat positif, masyarakan
yang
cenderung melihat keberadaan partai politik
menyangkut
atau
mempengaruhi
hidupnya.
diri
si
massa
pemilih.
Masing-masing
untuk
merupakan
mendistribusikan kekuatan
untuk
tersebut sebagai sesuatu yang positif.
Firmanzah
(2012:87)
“Perilaku
Faktor ketiga adalah karakteristik
Pemilih diartikan sebagai semua pihak yang
partai politik dan kontestan itu sendiri.
menjadi tujuan utama para kontestan untuk
Atribut kontestan seperti reputasi, image,
mereka mempengaruhi dan yakinkan agar
citra, latar belakang, ideologi, dan kualitas
mendukung dan kemudian memberikan
para
suaranya kepada kontestan bersangkutan.
mempengaruhi penilaian masyarakat atas
Pemilih dalam ini dapat berupa konstituen
partai bersangkutan. Seringkali masyarakat
maupun masyarakat pada umumnya.”
mencampuradukkan
Pemilih pada saat ini semakin hari menjadi
sangat
kualitas
sangat
figur
si
politikus dengan partai politik yang menjadi kendaraannya. Hal yang paling mudah
telah
dinilai oleh masyarakat memang setiap
pemilu.
aktivitas dan perilaku yang diperbuat para
Ketika melihat bahwa program kerja yang
politikusnya. Kualitas orasi, program kerja,
dilaksanakan kontestan pemenang pemilu
kepedulian, sikap yang ditunjukkan oleh
ternyata tidak sesuai dengan janji mereka
politikus seringkali menjadi barometer untuk
ketika kampanye pemilu, pemilih dapat
mengukur kualitas partai politik.
dilakukan
menghukum
apa
kontestan
dan
akan
selalu
mengevaluasikan
kritis
politikusnya
saja
yang
pemenang
kontestan
dengan
tidak
Ketiga
memilihnya kembali.
mempengaruhi
hal
di
atas
pertimbangan
akan pemilih
tentang kedekatan dan ketertarikan mereka
9
terhadap
suatu
Cara
seperti paham asal-usul, nilai tradisional,
mempengaruhinya akan sangat tergantung
budaya, agama, dan psikografis memang
pada kadar masing-masing faktor. Ketika
dipertimbangkan juga, tetapi bukan hal yang
media
signifikan.
massa
partai
sangat
politik.
berperan
dalam
pembentukan opini publik dalam suatu
b. Pemilih Kritis
masyarakat, faktor ini sangat mempengaruhi
Pemilih jenis merupakan perpaduan
cara bersikap dan bertindak masyarakat.
antara tingginya orientasi pada kemampuan
Selanjutnya, bisa digunakan dua variabel
partai politik atau seorang kontestan dalam
yang telah kita bahas di atas untuk melihat
menuntaskan permasalahan bangsa maupun
kedekatan tersebut,
tingginya orientasi mereka akan hal-hal yang
dan ideology.
poliy-problem-soving
Kedua faktor kedekatan
bersifat
tersebut diasumsikan penggunaannya oleh
ideologis
pemilih
terhadap
untuk
menentukan
pilihannya.
ideologis. membuat sebuah
Pentingnya
ikatan
loyalitas
pemilih
partai
atau
seorang
Orientasi pemilih pada pada poliy-problem-
kontestan cukup tinggi dan tidak semudah
soving berkisar antara rendah (low) dan
untuk berpaling ke partai lain. Proses untuk
tinggi (high). Hal yang sama juga terdapat
menjadi pemilih jenis ini bisa terjadi melalui
pada orientasi pemilih pada ideology yakni
dua mekanisme. Pertama, jenis pemilih ini
berkisar dari intensitas rendah (low) dan
menjadikan nilai ideologis sebagai pijakan
intensitas tinggi (high). Di bawah ini ada
untuk menentukan kepada partai politik
beberapa tipe pemilh:
mana mereka akan berpihak dan selanjutnya mereka akan mengkritisi kebijakan yang
2.2 Tipe Pemilih
akan atau yang telah dilakukan. Kedua, bisa
a. Pemilih Rasional
juga terjadi sebaliknya, pemilih tertarik dulu
Dalam konfigurasi pertama terdapat
dengan program kerja yang ditawarkan
pemilih rasional. Dalam konfigurasi ini,
sebuah partai atau kontestan baru kemudian
pemilih memiliki orientasi tinggi pada policy-problem-solving
dan
mencoba memahami nilai-nilai dan paham
berorientasi
yang melatarbelakangi pembuatan sebuah
rendah untuk faktor ideologi. Pemilih dalam
kebijakan. Pemilih jenis ini adalah pemilih
hal ini lebih mengutamakan kemampuan
yang kritis. Artinya mereka akan selalu
partai politik atau calon kontestan dalam
menganalisis kaitan antara sistem nilai partai
program kerjanya. Program kerja atau
dengan kebijakan yang di buat.
platform partai bisa dianalisis dalam dua hal,
c. Pemilih Tradisional
yaitu: kinerja partai di masa lampau dan tawaran
program
untuk
Pemilih
menyelesaikan
yang
memiliki
orientasi
ideologi yang sangat tinggi dan tidak terlalu
permasalahan nasional yang ada. Pemilih
melihat kebijakan partai politik atau seorang
jenis ini memiliki ciri khas yang tidak begitu
kontestan sebagai suatu yang penting dalam
mementingkan ikatan ideologi kepada suatu
pengambilan keputusan. Pemilih tradisional
partai politik atau seorang kontestan. Faktor
10
sangat mengutamakan kedekatan sosial-
masyarakat pada instittusi-institusi politik di
budaya, nilai, asal-usul, paham, dan agama
sebuah Negara. Mereka berkeyakinan bahwa
sebagai ukuran untuk memilih sebuah partai
siapa
politik.
ekonomi,,
memenangkan pemilu tidak akan bisa
kesejahteraan, pemerataan pendapat dan
membawa bangsa ke arah perbaikan yang
pendidikan, dan pengurangan angka inflasi
mereka harapkan.
Kebijakan
semisal
dianggap sebagai parameter kedua.
pun dan partai apa pun yang
2.3 Pendekatan Pemilih
Salah satu karakteristik mendasar
Menurut
jenis pemilih ini adalah tingkat pendidikan
a.
Loyalitas tinggi merupakan salah satu ciri
menjelaskan
jenis ini. Secara umum, masyarakat masih
d. Pemilih Skeptis
dan
pengalaman kelompok
(Adman
2004:55).
sosiologis
Pendekatan
Nursal, pada
social dan pengelompokan sosial, usia, jenis
yang tidak memiliki orientasi ideologi cukup
kelamin, agama, pekerjaan, latar belakang
tinggi dengan sebuah partai politik atau
keluarga, kegiatan-kegiatan dalam kelompok
seorang kontestan, juga tidak menjadikan
formal dan informal yang memberikan
kebijakan sebagai suatu yang penting.
pengaruh terhadap perilaku pemilih.
Keinginan untuk terlibat dalam sebuah partai
b.
politik pada pemilih jenis ini sangat kurang,
juga
Pendekatan Psikologis Pendekatan ini menggaris bawahi
karena ikatan ideologis mereka memang
adanya sikap politik pemberi suara yang
kurang
menetap.
memedulikan platform dan kebijakan sebuah
Sikap
ini
terbentuk
melalui
sosialisasi yang sudah berlangsung lama.
partai politik. Golongan putih di Indonesia
Proses panjang sosialisasi itu kemudian
atau di manapun sangat didominasi oleh
membentuk ikatan yang kuat dengan partai
pemilih jenis ini. Ketika terdapat banyak
politik. Ikatan seperti inilah yang disebut
pemilih skeptis, meningkat pula kengganan
sebagai identifikasi partai, sebuah variabel
pemilih untuk memberikan suaranya dan
inti untuk menjelaskan pemilih berdasarkan
yang terjadi adalah tingginya angka golput.
pendekatan sosiologis. Perilaku pemberi
Tingginya angka golput merupakan salah atas
karakteristik
dasarnya menjelaskan bahwa karakteristik
Pemilih Skeptis merupakan pemilih
indikasi
dasarnya
pemberian suara pada hakikatnya adalah
terhadap suatu partai.
satu
pada
yang mempengaruhi perilaku pemilih dan
berkurangnya
antusiasme para pendukung yang fanatik
Mereka
ini
pengelompokan sosial merupakan faktor
berpegang pada ideologi, kendati terlihat
sekali.
Pendekatan Sosiologis Pendekatan
khas yang paling kelihatan bagi pemilih
rendah
ada
pemilih:
memegang nilai serta paham yang dianut.
semakin
(2004:54)
beberapa pendekatan untuk melihat perilaku
yang rendah dan sangat konservatif dalam
gejala-gejala
Nursal
suara dibentuk oleh faktor-faktor jangka
ketidakpercayaan
panjang,
11
terutama
faktor
sosial.
Pengelompokan
sosial
dan
demografi
dihadapkan pada pada alternatif-alternatif
berkorelasi dengan identifikasi partai, ini tak
yang sama.
lain karena karakter kelompok sosial dan
d.
demografi
Pendekatan
dimana pemilih itu berada,
Pendekatan Marketing
member pengaruh sangat penting dalam
model
proses
beberapa
pembentukan
ikatan
emosional
pemilih dengan simbol-simbol partai. c.
perilaku
mengembangkan
pemilih
domain
yang
berdasarkan
terkait
dengan
marketing. Dalam pengembangan model ini,
Pendekatan Rasional Mengatakan
yang
digunakan sejumlah kepercayaan kognitif
bahwa
perilaku
yang bersumber seperti pemilih, komunikasi
pemilih bukan hanya ditentukan oleh faktor
dari mulut ke mulut dan media massa.
karakteristik sosial dan identifikasi partai.
Model
Peristiwa-peristiwa politik tertentu bisa saja
menerangkan dan memprediksi perilaku
mengubah
pemilih.
preferensi
pilihan
politik
seseorang. Pendekatan rasional berkaitan dengan orientasi orientasi
isu
utama pemilih
dan
orientasi
benar-benar
yakni
untuk
tujuh domain kognitif yang berbeda dan
kandidat.
rasional
dikembangkan
Perilaku pemilih ditentukan oleh
terpisah, sebagai berikut:
Pendekatan rasional mengatakan bahwa para pemilih
ini
1.
dalam
Isu dan kebijakan politik (issues and politicies)
melakukan penilaian yang valid terhadap
2.
Citra sosial (social imagery)
tawaran partai. Pemilih rasional ini memiliki
3.
Perasaan
motivasi,
prinsip,
pengetahuan,
dan
emosional
(emotional
feelings)
pendapat informasi yang cukup untuk
4.
menentukan pilihannya menurut pikiran dan
Citra
kandiadat
(candidate
personality)
pertimbangan yang logis.
5.
Peristiwa mutakhir (current events)
pemilih
6.
Peristiwa personal (personal events)
Rasional meliputi Nursal (2004:67): dapat
7.
Faktor-faktor epistemic (epistemic
Adapun
ciri-ciri
dari
mengambil keputusan bila dihadapkan pada
issues)
allternaatif, dapat menbandingkan apakah
Arif
Sugiono
sebuah alternatif lebih disukai, sama saja
berpendapat
atau lebih rendah dibandingkan dengan
adalah semua kegiatann, tindakan, serta
alternatif lain dan menyusun alternatif
proses psikologis yang mendorong tindakan
dengan cara transitif, jika A lebih disukai
tersebut pada saat sebelum membeli, ketika
daripada B, dan B lebih baik dari C, maka A
membeli,
lebih disukai dari C, memilih alternatif yang
produk dan jasa setelah melakukan hal-hal
tingkat preferensinya lebih tinggi dan selalu
diatas atau kegiatan mengevaluasi. Ada
mengambil
beberapa
keputusan yang sama bila
12
bahwa
(2013:117),
perilaku
menggunakan,
faktor
yang
konsumen
menghabiskan
mempengaruhi
perilaku pemilih menurut Arif Sugiono
tadi mempengaruhi identifikasi kepartaian
(2013:118-130), yaitu:
seseorang
a. Faktor Eksternal
c.
pada faktor-faktor sosiologis /eksternal,
Model
Ekonomi/The
Economic
Pendekatan ekonomi dalam model ini,
pengelompokan
berangkat dari sebuah dasar pemikiran yang
pemilih pada umumnya didasarkan pada
berbeda dengan model-model sebelumnya.
kelas sosial. Di Indonesia menunjukkan
Aplikasi model ini berangkatt dari sebuah
bahwa pengaruh kelas dalam perilaku
asumsi dan metodologi dari teori ekonomi
pemilih di Indonesia tidak begitu dominan.
neoklasik..
Tidak
kecenderungan
diposisikan sebagai “homo ecobomicus”.
perilaku politik antara mereka yang masuk
Berangkat dari asumsi diatas, seorang
kategori orang kaya maupun orang mikin,
pemilih akan mendukung seorang kandidat
antara yang memiliki tanah yang luas dan
atau partai politik yang paling memberikan
yang sedikit, antara yang memiliki pekerjaan
keuntungan bagi mereka.
ada
dan
bagian
(Rational choice) Model
lazimnya berangkat dari sebuah asumsi kepartaian
merupakan
berikutnya dari proses tersebut.
Peneliti-peneliti yang memfokuskan
bahwa
yang
perbedaan
dalam
teori
ini,
pemilih
sebagai pedagang dengan buruh tani dan sebagainya. b.
III. Metode Penelitian
Faktor Internal
2.3.1
Identifikasi partai merupakan faktor
Jenis Penelitian Penelitan ini merupakan penelitian
yang sangat penting untuk memahami
kuantitatif
dengan
perilaku pemilih. Pandangan ini mempunyai
Penelitian
kuantitatif
sebuah asumsi bahwa semua pemilih relatif
deskriftif bertujuan menjelaskan, meringkas
mempunyai pilihan yang tetap. Dalam setiap
berbagai kondisi, berbagai situasi atau
pemilu seseorang selalu memilih partai atau
berbagai variabel yang timbul di masyarakat
calon presiden yang sama. Pemilih seolah-
yang
olah tidak terpengaruh oleh peristiwa-
berdasarkan apa yang terjadi. Kemudian
peristiwa yang terjadi menjelang pemilu atau
mengangkat ke permukaan karakter atau
karena
politik
gambaran kondisi, situasi ataupun variabel
sistematis.
tersebut dan menggunakan hipotesa atau
komunikasi-komunikasi
yangdirencanakan
secara
Kejadian-kejadian yang saling berhubungan
menjadi
format dengan
objek
deskriftif. format
penelitian
itu
praduga awal terhadap hasil penelitian.
satu sama lain bergerak dalam dimensi waktu tertentu, mulai dari mulut sampai ke
2.3.2
Lokasi Penelitian
ujung cerobong. Mulut cerobong adalah
Penelitian ini dilakukan di Desa
latar belakang sosial (agama, ras, etnik,
Toapaya utara Kecamatan Toapaya. Alasan
daerah), status sosial (pendidikan,pekerjaan,
pemilihan lokasi tersebut adalah karena
kelas) dan watak orangtua. Semua unsure
lokasi penelitian merupakan daerah yang
13
mayoritas etnis jawa tetapi ada juga etnis-
Dari rumus diatas dapat ditentukan
etnis yang lain, sehingga akan lebih mudah
sampel yang diambil dari populasi sebanyak
bagi peneliti mendapatkan data baik dari
930 orang adalah :
masyarakat maupun dari instansi yang
n=
( )
terkait dengan penelitian nantinya. Selain itu n=
akan lebih mudah pula berinteraksi dengan
( , )
masyarakat sehingga akan mempermudah
n=
dalam hal memperoleh data dari responden.
n = 99,57 = 100
2.3.3 Populasi dan Sampel a.
,
Setelah di
hitung maka jumlah
Populasi
sampel penelitian ini adalah 100 orang.
Populasi adalah keseluruhan objek
Sedangkan untuk menentukan responden
penelitian yang terdiri dari manusia, benda-
yang akan dijadikan sampel penelitian
benda, tumbuh-tumbuhan, gejala-gejala, niat
adalah 100 orang dari 3 TPS, Penulis
test atau peristiwa-peristiwa sebagai sumber
menggunakan
data yang dimiliki karakteristik tertentu di
proporsional. Sedangkan untuk menentukan
dalam suatu penelitian. Sesuai ruang lingkup
banyaknya sampel di masing-masing TPS.
masalah yang diteliti maka populasi dalam
Menurut Sudjana (2002:173) dengan rumus
penelitian ini adalah seluruh masyarakat
sebagai berikut:
yang ada di desa toapaya utara kecamatan toapaya
yang
berjumlah
1040
n=
n = jumlah sampel pada populasi awal N = jumlah populasi keseluruhan
Sampel
Dari hasil diatas dapat ditabulasikan sebagai berikut : Tabel 3 Sampel Acak Proporsional
Sampel adalah sebagian dari populasi untuk mewakili seluruh populasi. Dalam penelitian ini sampel yang diambil adalah masyarakat yang terdaftar sebagai Pemilih Tetap di Desa
TPS
toapaya utara. Dalam menentukan jumlah
I
263
sampel
II
374
III
293
untuk
kuesioner,
penulis
menggunakan rumus perhitungan besaran
Populasi / TPS
sampel menurut Burhan Bungin (2011:115), Total
sebagai berikut : ( )
acak
n1 = jumlah populasi setiap TPS
pemilih dan terdapat 3 TPS.
n=
sampling
jiwa,
sedangkan pemilih tetap berjumlah 930
b.
teknik
930
Penarikan Sampel 263 100 930 374 100 930 293 100 930
Sampel
Jumlah
100
28 40 32
Sumber data : Komisi Pemilihan Umum, Kab.Bintan Tahun 2010
n = jumlah sampel yang di cari
Untuk lebih memfokuskan penelitian
N = jumlah populasi
ini maka penulis menggunakan sampel
d = presisi
14
terhadap TPS II dengan jumlah sampel
menggunakan
skala
Guttman
yaitu
60orang.
penelitian yang ingin mendapatkan jawaban yang tegas terhadap suatu permasalah
1.6.5
ditanyakan, dan selalu dibuat dalam pilihan
Teknik dan Alat Pengumpulan
ganda yaitu “ya dan tidak”, “benar dan
Data Agar
data
yang
dikumpulkan
dalam
salah”, “positif dan negatif”, untuk penilaian
penelitian ini dapat mudah diperoleh, maka
jawaban misalnya untuk jawaban positif
penulis
diberi skor 1 sedangkan jawaban negatif
mengunakan
beberapa
teknik
pengumpulan data sebagai berikut:
deberi skor 0 dengan demikian bila jawaban
a. Kuesioner
dari pertanyaan adalah setuju diberi skor 1
Metode
kuesioner
angket
dan tidak setuju diberi skor 0 bila skor
atau
daftar
dikoversikan dalam persentase maka secara
susun
secara
logika dapat dijabarkan untuk jawaban
sistematis, kemudian dikirim untuk diisi
setuju skor 1 = 1 x 100% = 100%, dan tidak
oleh responden. Setelah diisi, kuesioner
setuju diberi skor 0 = 0 x 0% = 0%.
merupakan
serangkaian
pertanyaan
yang
di
atau
atau angket dikirim kembali kepetugas
Hasil yang diperoleh dari sejumlah
atau peneliti.
pertanyaan
b. Observasi
diajukan
kepada
sejumlah
responden, dipindahkan ke tabel distribusi
Observasi dilakukan pada Desa Toapaya
frekuensi sehingga terlihat jumlah responden
Utara
yang setuju dan tidak setuju kemudian
yang menjadi objek penelitian
peneliti.
Berdasarkan
teknik
dikonversikan kedalam persentase sehingga
pengumpulan data tersebut, maka jenis
terlihat persentase responden yang setuju
data yang diperoleh dapat bersifat data
dan tidak setuju, persentase setuju dan tidak
primer maupun data sekunder.
setuju kemudian ditempatkan ke dalam rentang skala persentase, sehingga terlihat
1.6.6
posisi hasil pengukuran.
Teknik Analisis Data Analisa data dilakukan terhadap
Untuk
memudahkan
semua data yang diperoleh agar data tersebut
penghitungan,
memberikan gambaran tentang Perilaku
kuantitatif,
sehingga penyebutan
hasil
Pemilih Masyarakat Di Desa Toapaya Utara,
pengukuran
operasional
hasil
Kecamatan Toapaya, Kabupaten Bintan
pengukuran misalnya benar - salah, sesuai -
Dalam Pemilihan Kepala Daerah Gubernur
tidak seuai atau setuju - tidak setuju, disini
Tahun 2010. Analisis yang digunakan dalam
digunakan kata setuju – tidak setuju maka
penelitian ini adalah analisis deskriptif
untuk rentang pengukuran 0% sampai 50%
Kuantitatif.
disebut dengan “mendekati tidak setuju” ,
Dalam melakukan
penelitian pengukuran
ini
digunakan
teknis pendekatan
terhadap
penulis
untuk rentang pada 50% digunakan sebutan
dengan
“mendekati tidak setuju dan mendekati
15
setuju” sedangkan sampai
untuk
100%
rentang
maka
50%
kuesioner
digunakan
yang
diberikan
kepada
responden dengan persentase 45,8%
sebutan “mendekati setuju”.
masyarakat desa toapaya utara, maka
IV. PEMBAHASAN
didesa toapaya utara termasuk ke
Pada
Penelitian
Pemilih
dalam mendekati tidak kritis. Karena
Toapaya
Utara
masyarakat di Desa Toapaya Utara
Kabupaten
Bintan
tidak begitu aktif dalam kegiatan-
Dalam Pemilihan Kepala Daerah Gubernur
kegiatan politik serta tidak banyak
Tahun 2010 ini penulis membagi Perilaku
yang masuk dalam keanggotaan partai
Pemilih Masyarakat Menjadi empat kategori
politik.
Masyarakat Kecamatan
Di
Perilaku
Desa
Toapaya
perilaku pemilih atau empat dimensi yaitu
3. Pada
dimensi
Tradisional,
yaitu
Rasional,Kritis, Tradisional dan Skeptis
kategori masyarakat yang memilih
beserta
kemudian
lebih mengutamaka nilai sosial budaya,
dikembangkan menjadi 12 pertanyaan dalam
asal-usul,etnis, agama dan lain-lain.
bentuk kuesioner, berdasarkan uraian dan
Oleh sebab itu, dari kegiatan-kegiatan
analisis yang telah dipaparkan pada bab
politik dapat disimpulkan berdasarkan
sebelumnya
kuesioner
indikator-indikatornya
maka
hasil
yang
dapat
disimpulkan sebagai berikut : 1. Dari
dimensi
yang
diberikan
kepada
responden dengan hasil persentase
Rasional,
dapat
96%. Jadi, dapat penulis katakan
disimpulkan bahwa masyarakat desa
masyarakat di Desa Toapaya Utara
toapaya utara sebelum memilih mereka
adalah
melihat visi dan misi pasangan calon
pemilih yang mendekati Tradisional.
terlebih dahulu. Setelah itu mereka
termasuk
4. Kemudian
dimensi
dalam
perilaku
Skeptis,
yaitu
baru memeberikan suaranya pada saat
pemilih yang tidak memperdulikan
pemilukada gubernur tahun 2010. Serta
kebijakan yang dibuat atau yang akan
masyarakat di desa toapaya utara
dilakukan sebuah parpol, yang lebih
termasuk
dikenal dengan sebutan golongan putih
dalam
masyarakat
yang
mendekati rasional dari 60 responden
(golput).
dengan persentase 73%, responden
responden dengan persentase 68%, di
mendekati rasional
mereka
desa toapaya utara termasuk mendekati
mencari informasi tentang visi-misi
skeptis. Dikarenakan ada beberapa
partai atau pasangan calon sebelum
masyarakat yang menggunakan hak
memberikan hak suara pada saat
pilihnya.
penyelenggara pemilukada gubernur
Dari hasil pemaparan dan analisis
karena
2010.
kuesioner
tentang Perilaku Pemilih Masyarakat di
2. Selanjutnya pada dimensi Kritis, dapat disimpulkan
Berdasarkan
bahwa
Desa Toapaya Utara, Kecamatan Toapaya,
berdasarkan
Kabupaten Bintan Dalam Pemilihan Kepala
16
Daerah Gubernur Tahun 2010, dapat penulis
berdasarkan janji-janji pasangan calon pada
simpulkan bahwa masyarakat desa toapaya
pemilukada Gubernur tahun 2010 dan
Utara dengan persentase 96% yang termasuk
sisanya 36 orang (60%) dengan janji-janji
dalam kategori Perilaku Pemilih Tradisional,
tersebut tidak mempengaruhi mereka untuk
yaitu pemilih yang lebih mengutamakan
memilih.
nilai sosial budaya, asal-usul, etnis, agama,
Selanjutnya
berdasarkan
penelitian
dan lain-lain. Loyalitas tinggi merupakan
penulis, masyarakat di Desa Toapaya Utara
salah satu ciri khas yang paling kelihatan
juga kurang aktif dalam kegiatan politik
dari pemilih tradisional. Serta pemilih jenis
pada Pemilukada Gubernur Tahun 2010,
ini
dikarenakan masyarakat desa toapaya utara
juga
mengutamakan
kepribadian
pemimpin
figur dari
dan
seorang
kurang
memberikan
kritikan
tentang
kontestan. Salah satu karakteristik mendasar
kebijakan yang akan atau yang telah
pemilih jenis ini adalah tingkat pendidikan
dilakukan oleh sebuah partai. Dilihat dari
yang rendah.
bentuk pemilih kritis masyarakat di desa Toapaya utara tidak bisa dikategorikan dalam
V .Kesimpulan
bentuk
partisipasi
tersebut.
Berdasarkan uraian dari hasil penelitian
Dikarenakan hanya sebagian kecil saja
penulis tentang Perilaku Pemilih Masyarakat
masyarakat yang pernah mengkritik dan
Di
memberi
Desa
Toapaya,
Toapaya
Utara,
Kabupaten
Kecamatan
kepada
Partai
terkait
Dalam
kebijakan yang akan atau yang akan
Pemilihan Kepala Daerah Gubernur Tahun
lakukan. Serta mereka juga tidak suka
2010,
mengikuti
dengan
pengumpulan
data
Bintan
saran
menggunakan berbentuk
alat
kegiatan-kegiatan
seperti
kuesioner
demonstrasi, unjuk rasa, atau hal yang
dapat dilihat bahwa dari 60 responden yang
bersifat fisik dalam menyalurkan aspirasi
mengisi kuesioner sebagian besar responden
mereka.
menjawab bahwa kinerja partai terdahulu
Dari kuesioner yang penulis sebarkan
baik, yaitu sebesar 20 orang (33 %).
juga diketahui bahwa masyarakat di desa
Sedangkan sebanyak 40 orang (67 %) dari
toapaya utara juga tidak sedikit masyarakat
responden
partai
yang memilih pasangan calon menggunakan
baik
nilai asal-usul, sosial budaya, etnis,figur, dan
dikarenakan menurut mereka masih banyak
lain-lain, dengan 60 responden 37 orang
anggota-anggota partai yang korupsi dan
(62%) memilih dengan melihat figur, nilai
hanya janji-janji palsu kepada masyarakat.
asal-usul, sosial budaya, etnis. Serta mereka
Dari mereka yang memilih berdasarkan
juga melihat rekam jejak pasangan calon
permasalahan yang ada di daerah pada
pada pemilukada gubernur tahun 2010.
terdahulu
menjawab tidak
atau
kinerja kurang
Pemilukada Gubernur tahun 2010 tersebut,
Dilihat dari bentuk pemilih skeptis di
hanya 24 orang (40%) pemilih yang memilih
desa toapaya utara sebagaian masyarakatnya
17
ada juga yang golput atau tidak ikut memilih
dikategorikan
sebagai
pada pemilu. Dikarenakan dari 60 responden
pemilih
15 orang (25%) berpendapat siapapun yang
persentase 96% yang mendekati Pemilih
memenangkan pemilu tidak akan membawa
Tradisional, karena masyarakat di desa
masyarakat Indonesia kearah yang lebih
toapaya utara tersebut memilih berdasarkan
baik.
figur, soaial budaya, asal-usul, etnis, dan
tradisional
bentuk
perilaku
dengan
tingkat
Oleh sebab itu, berdasarkan penelitian
lain-lain, serta rekam jejak pasangan calon.
dan penjelasan-penjelasan diatas, bentuk
Masyarakat di desa toapaya utara juga
perilaku pemilih masyarakat di desa toapaya
berpendidikan rendah yaitu tamatan Sekolah
utara
Dasar (SD).
bisa dikatakan termasuk dalam
kategori Pemilih Rasional, hanya cenderung mendekati
rasional
dengan
5.1 Saran
tingkat
Agar
persentase 73 % dikarenakan untuk memilih
budaya,
pasangan calon mereka melihat kinerja
maupun
Bintan
sosial,
ekonomi
khususnya
di
di desa
masyarakat sebagai penduduk mayoritas
Serta mereka juga tidak bisa dikategorikan
yang ada di desa toapaya utara dapat lebih
dalam bentuk pemilih kritis dikarenakan
mengutamakan pendekatan pilihan rasional
masyarakat desa toapaya utara tidak ada ikut
dalam memberikan suara pada Pemilihan
serta dalam partai dengan tingkat persentase
Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala
hanya 45,8 % yang mendekati tidak kritis.
Daerah maupun Pemilihan Calon Anggota
Sedangkan dilihat dari pemilih Skeptis
Legislatif, tidak hanya memilih pemimpin
terdapat 68% di desa toapaya utara termasuk
berdasarkan ikatan kekerabatan, etnisitas
ke dalam perilaku pemilih yang mendekati
dan
pemilih skeptis. perilaku
dibidang
toapaya utara semakin pesat sebaiknya
pada pemilukada Gubernur tahun 2010.
bentuk
politik
Kabupaten
partai atau pasangan calon terlebih dahulu
Maka,
kemajuan
agama.
Sehingga
nantinya
calon
pemimpin daerah maupun wakil rakyat yang
pemilih
terpilih
masyarakat etnis jawa di desa toapaya utara
dapat
mengemban
tanggung jawab yang diberikan.
pada pemilukada Gubernur tahun 2010 dapat
18
tugas
dan
DAFTAR PUSTAKA BUKU-BUKU Surbakti, Ramlan. (2007). Memahami Ilmu Budiardjo, Miriam. (2008). Dasar-Dasar
Politik. Jakarta : Gramedia Widya
Ilmu Politik. Jakarta: PT Gramedia
Sarana.
Pustaka Utama Bungin,
Burhan.
Susanto, Harry, Eko. (2009). Komunikasi (2011).
Penelitian
Politik dan Otonomi Daerah. Jakarta
Kuantitatif. Jakarta: Kencana Media Group.
: Mitra Wacana Media.
Efriza. (2012). Political Explore Sebuah
Suyanto, Bagong, Sutinah. (2010). Metode
Kajian Ilmu Politik. Bandung :
Penelitian Sosial. Jakarta : Kencana.
Alfabeta.
Syafiie, Inu Kencana. (2010). Pengantar
Firmanzah. (2012). Marketing politik-Antara
Ilmu Pemerimtahan. Bandung: PT
Pemahaman dan Realitas. Jakarta :
Refrika Aditama
Yayasan Pustaka Obor Indonesia. Kansil,
Christine
S.T.
Pemerintahan
(2008).
Indonesia.
Varma, S.P. (2007). Teori politik Modern.
Sistem
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Jakarta:
Bumi Aksara.
Dokumen:
Kusnaedi. (2009). Memenangkan Pemilu Undang-undang Nomor 22 Tahun 2003
dengan Pemasaran Efektif. Bekasi :
tentang
Duta Media Tama.
Pemerintahan.
Jakarta:
tentang Pemerintahan Daerah Undang-undang Nomor 22 Tahun 2007
Nursal, Adman. (2004). Political Marketing: Memenangkan
tentang Penyelenggaraan Pemilihan
Pemilihan
Undang-undang Nomor 12 Tahun 2008
umum. Jakarta: Gramedia Pustaka
tentang Perubahan Kedua Atas UU
Utama.
Nomor
Prihatmoko, Joko J. (2005). Pemilihan
Metode
tentang
Statistika.
Marketing. Yogyakarta: Ombak Metode
Pemilihan,
tentang
Pengesahan,
Daerah dan wakil Kepala Daerah
Sugiono, Arif. (2013). Strategic Political
(2005).
2004
Pengangkatan, dan Pemberhentian Kepala
Bandung: Tarsito.
Sugiono.
Tahun
Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2005
Pustaka Pelajar. (2002).
32
Pemerintahan Daerah
Kepala Daerah Langsung. Semarang:
Sudjana.
Kedudukan
Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004
PT
Rineka Cipta
Strategi
dan
MPR,DPR,DPD, dan DPRD
Ndraha, Taliziduhu. (2010). Metodologi Ilmu
Susunan
Penelitian
Administrasi. Jakarta: Alfebeta
19