PERILAKU POLITIK PEMILIH PEMULA PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH KABUPATEN KONAWE SELATAN TAHUN 2015 DI KECAMATAN MOWILA
WAKAPENDIK Vol 2. No 3. 2017
PERILAKU POLITIK PEMILIH PEMULA PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH KABUPATEN KONAWE SELATAN TAHUN 2015 DI KECAMATAN MOWILA
JURNAL PENELITIAN OLEH:
NILUH VITA PRATIWI G2G115106
PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI 2017
1
PERILAKU POLITIK PEMILIH PEMULA PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH KABUPATEN KONAWE SELATAN TAHUN 2015 DI KECAMATAN MOWILA
WAKAPENDIK Vol 2. No 3. 2017
PERILAKU POLITIK PEMILIH PEMULA PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH KABUPATEN KONAWE SELATAN TAHUN 2015 DI KECAMATAN MOWILA Oleh: Niluh Vita Pratiwi1 Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah Menggambarkan as p ek p en d ek at an ya n g d ap at m en g an a l i s i s perilaku politik pemilih pemula pada pemilihan kepala daerah Kabupaten Konawe Selatan tahun 2015 di Kecamatan Mowila, Menggambarkan dan menganalisis kendala-kendala yang dialami pemilih pemula dalam menentukan pilihannya pada pemilihan kepala daerah Kabupaten Konawe Selatan tahun 2015 di Kecamatan Mowila. Lokasi penelitian ini di Kecamatan Mowila, Kabupaten Konawe Selatan dan bersifat deskriptif Kualitatif. Informan pada penelitian ini adalah beberapa Pemilih pemula yang ada di Kecamatan Mowila. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam, dan studi dokumen. Hasil penelitian pendekatan yang dapat menganalisis perilaku politik pemilih pemula pada pemilihan kepala daerah kabupaten konawe selatan tahun 2015 dikecamatan mowila menunjukkan perilaku politik dapat diurai dalam tiga pendekatan utama yakni melalui pendekatan Sosiologis dimana dilihat dari faktor latar belakang lingkungan tempat tinggal (faktor kedaerahan) dan faktor lingkungan keluarga menjadi alasan para pemilih pemula menjatuhkan pilihannya terhadap seorang kandidat, Pendekatan Psikologis dimana Pemilih Pemula menunjukan perilakunya yang dilihat dari figur kandidat yang dianggap memiliki kharismatik dan sosok idaman bagi masyarakat dan Pendekatan Pilihan Rasional dimana Pemilih Pemula melihat prestasi, keberhasilan, serta kapasitas kepemimpinan yang dimiliki dari seorang kandidat serta isu-isu kandidat dan juga dipengaruhi oleh latar belakang kinerja para kandidat yang dapat mempengaruhi pola pikir para Pemula. Adapun kendala yang dialami pemilih pemula dalam menjatuhkan pilihannya yakni Kebingungan Politik Kaum Pemilih Pemula, kendala usia, kendala, Kendala Latar Belakang Calon dan Tidak Adanya sosialisasi KPU secara Menyeluruh. Kesimpulan dari penelitian ini adalah perilaku politik dapat diurai dalam tiga pendekatan utama yakni melalui pendekatan Sosiologi, Psikologi dan Pilihan Rasional, dimana lebih banyak pemilih pemula yang menunjukan perilaku sosiologis dibandingkan dengan perilaku psikologis maupun perilaku pilihan rasional sebab pengaruh dari keluarga terhadap anak dalam memilih yaitu adanya kesamaan pilihan seorang anak dengan pilihan orangtuanya. Kata kunci : Perilaku Politik, Pemilih Pemula, Pemilihan Kepala daerah
1
Mahasiswa Konsentrasi PKn Program Studi Pendidikan IPS PPS UHO
2
PERILAKU POLITIK PEMILIH PEMULA PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH KABUPATEN KONAWE SELATAN TAHUN 2015 DI KECAMATAN MOWILA
WAKAPENDIK Vol 2. No 3. 2017
A. PENDAHULUAN Demokrasi adalah suatu bentuk pemerintahan yang berazas dari rakyat (secara langsung atau perwakilan) oleh rakyat (dilaksanakan oleh rakyat) dan untuk rakyat (segala kebijakannya dibuat atas dasar kepentingan rakyat). Bangsa Indonesia telah memilih demokrasi sebagai dasar penyelenggaraan Negara, pemilihan umum (Pemilu) sebagai sarana pelaksanaan demokrasi harus dilaksanakan secara demokratis, sehingga memberikan peluang bagi semi partai yang terlibat untuk berkompetisi sehat dan jujur. Berdasarkan data yang diperoleh dari KPUD Kabupaten Konawe Selatan, Jumlah pemilih Kabupaten Konawe Selatan Tahun 2015 yang memiliki hak pilih sebanyak 203.571 orang yang tersebar di 490 TPS. Dari jumlah pemilih tersebut pemilih pemula yang memiliki hak pilih sebanyak 5.519 orang dari jumlah pemilih yang tersebar di 490 TPS yang ada di kabupaten Konawe Selatan sedangkan di kecamatan Mowila jumlah pemilih pemula sebanyak 260 suara yang terdiri dari 118 pemilih laki – laki dan 142 perempuan yang tersebar di 23 TPS, Jumlah pemilih pemula tersebut tentunya membawa dampak yang berpengaruh pada kemenangan seorang kontestan atau calon Berdasarkan UU No. 10 tahun 2008 dalam Bab IV pasal 19 ayat 1 dan 2 serta pasal 20 menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan pemilih pemula adalah warga Indonesia yang pada hari pemilihan atau pemungutan suara adalah warga negara Indonesia yang sudah genap berusia 17 tahun dan atau lebih atau sudah/pernah kawin yang mempunyai hak pilih, dan sebelumnya belum termasuk pemilih karena ketentuan Undang-Undang Pemilu. Pemilih pemula sebagai bagian dari seluruh pemilih di Indonesia yang memiliki peran besar bagi kemajuan bangsa tidak boleh menganggap remeh dunia politik, khususnya partisipasi mereka dalam pemilihan umum. Layaknya sebagai pemilih pemula, mereka selalu dianggap tidak memiliki pengalaman memilih (voting) pada pemilu sebelumnya. Namun, ketiadaan pengalaman bukan berarti mencerminkan keterbatasan menyalurkan aspirasi politik, namum mereka tetap melaksanakan hak pilihnya di tempat pemungutan suara Pemilih pemula mayoritas memiliki rentang usia 17-21 tahun, mayoritas pemilih pemula adalah pelajar (SMA), mahasiswa dan perkerja muda. Pemilih pemula merupakan pemilih yang sangat potensial dalam perolehan suara pada Pemilu. Perilaku pemilih pemula memiliki karakteristik yang biasanya masih labil dan apatis, pengetahuan politiknya kurang, cenderung mengikuti kelompok sepermainan dan mereka baru belajar politik khususnya dalam pemilihan umum. Ruang-ruang tempat di mana mereka belajar politik biasanya tidak jauh dari ruang yang dianggap memberikan rasa kenyamanan dalam diri mereka. Menurut pengamatan saya, pemilih pemula yang baru memasuki usia remaja memiliki pemahaman politik yang masih kurang bahkan mereka tidak mengetahui politik itu sebenarnya apa dan pemilih pemula ini sangat rawan dipengaruhi oleh orang yang mempunyai kepentingan dan Ketidak tahuan soal pertarungan politik membuat para pemilih pemula sering tidak berfikir rasional dan memikirkan
3
PERILAKU POLITIK PEMILIH PEMULA PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH KABUPATEN KONAWE SELATAN TAHUN 2015 DI KECAMATAN MOWILA
WAKAPENDIK Vol 2. No 3. 2017
kepentingan jangka pendek dan biasanya mereka dimanfaatkan oleh parpol untuk kepentingan politik seperti penggalangan masa. Adapun ruang-ruang tempat belajar politik tersebut yaitu, pertama, ruang keluarga. di dalam lingkungan keluarga mereka belajar berdemokrasi pertama kali, faktor keluarga sangat mempengaruhi cara pandang mengenai seluk-beluk kehidupan yang ada di sekitarnya, termasuk pendidikan politik diperoleh pertamakali dari ruang keluarga. Keluarga mempunyai kekuatan dalam mempengaruhi secara emosional, sehingga faktor orang tua bisa membentuk perilaku pemilih mereka. Kedua, teman sebaya atau peer group. Pengaruh teman sebaya atau sepermainan menjadi faktor yang patut dipertimbangkan, karena faktor eksternal ini bisa mempengaruhi informasi dan pendidikan politik. Teman sebaya dipercaya tidak hanya bisa mempengaruhi persepsi dan tindakan positif tetapi juga mempengaruhi persepsi dan tindakan negatif. Sehingga kecenderungan perilaku politiknya berpotensi homogen dengan perilaku politik teman dekatnya. Ketiga, media massa. Media massa terutama televisi mampu menyajikan sumber informasi politik kepada khalayaknya secara efektif dan efisien, dalam hal ini para remaja atau pemilih pemula dalam sehari bisa menghabiskan waktu berjam-jam di depan televisi, (meskipun tidak selalu menonton program yang berkaitan dengan politik). Pengetahuan politik pemilih pemula sebenarnya tidak jauh berbeda dengan kelompok pemilih lainnya. Perilaku pemilih masih erat dengan faktor sosiologis dan psikologis dalam menjatuhkan pilihan politiknya jika ditinjau dari studi voting behaviors. Namun yang membedakan pemilih pemula dan kelompok lainnya adalah soal pengalaman politik dalam menghadapi pemilu. Preferensi yang dijadikan sandaran dalam melakukan pemilihan cenderung tidak stabil atau mudah berubahrubah sesuai dengan informasi atau preferensi yang melingkarinya. Faktor yang sangat penting adalah bagaimana pemilih pemula tak menjatuhkan pilihan politiknya karena faktor popularitas belaka. Kecenderungan pemilih pemula akan menaruh simpati kepada kandidat atau caleg dari kalangan selebriti dibandingkan dengan kandidat/caleg non selebriti. Oleh karena itu, segenap komponen atau orang yang memiliki otoritas wajib meliterasi (politik) pemilih pemula supaya menjadi pemilih yang kritis dan rasional (critical and rational voters). Artinya dalam menjatuhkan pilihannya bukan karena faktor popularitas, kesamaan etnis dan kedekatan emosional, namun karena faktor rekam jejak, visi misi, kredibilitas dan pengalaman birokrasi. Upaya tersebut adalah bagian dari political empowerment bagi warga negara terutama perilaku pemilih pemula. Hal itu penting karena pemilih pemula adalah pemilih yang ikut andil menentukan pemimpin negeri ini tidak hanya pada Pilkada 2015 namun juga pemilupemilu selanjutnya. Perilaku pemilih pemula menjadi indikator kualitas demokrasi secara substansial pada saat ini dan masa akan datang. Karena kondisinya masih labil dan mudah diberikan wawasan politik dan demokrasi secara benar baik dari suprastruktur politik maupun infrastruktur politik. Maka pemilih pemula masih
4
PERILAKU POLITIK PEMILIH PEMULA PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH KABUPATEN KONAWE SELATAN TAHUN 2015 DI KECAMATAN MOWILA
WAKAPENDIK Vol 2. No 3. 2017
terbuka menjadi pemilih yang cerdas dan kritis dalam menentukan pemimpin di Indonesia. Untuk melihat perilaku pemilih pemula ada beberapa pendekatan dalam ilmu politik yaitu pendekatan sosiologis, psikologi sosial, dan pilihan rasional. Pendekatan sosiologis menekankan bahwa perilaku memilih ditentukan oleh struktur sosial masyarakat seperti umur, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, agama dll. Perilaku memilih merupakan faktor yang ditentukan oleh struktur-struktur sosial tadi. Pada pendekatan psikologis mengasumsikan jika perilaku memilih individu ditentukan oleh faktor psikis seseorang seperti identifikasi diri terhadap partai politik, kesukaan terhadap kualitas kepribadian kandidat, dan informasi politik. Pendekatan ini menekan bahwa perilaku memilih ditentukan oleh faktor-faktor psikis tadi. Sementara itu, menurut pendekatan pilihan rasional, yang menentukan dalam sebuah pemilu bukanlah adanya ketergantungan terhadap ikatan sosial struktural atau ikatan partai yang kuat, melainkan hasil penilaian rasional dari warga. Pendekatan sosiologis dan psikologis menempatkan individu sebagai objek yang tidak dapat bertindak “bebas” karena ditentukan oleh struktur sosial dan aspek psikis atau disebutkan juga determinan, sementara pilihan rasional menempatkan individu sebagai aspek yang bebas atau voluntary dalam menentukan pilihannya. B. METODE PENELITIAN Lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Mowila, Kabupaten Konawe Selatan pada bulan Januari sampai dengan Februari 2017. Adapun jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Informan penelitian yang akan diwawancara secara mendalam adalah Ketua PPK, Ketua KPU, unsur pemerintah kecamatan, dan unsur-unsur lain yang memiliki keterkaitan dengan pemilihan kepala daerah Kabupaten Konawe Selatan tahun 2015. Sedangkan responden dari penelitian ini adalah beberapa pemilih pemula yang menggukanan hak pilihnya pada pemilihan kepala daerah di Kabupaten Konawe Selatan tahun 2015 yang berusia antara 17 tahun– 21 tahun yang ada di Kecamatan Mowila, Kabupaten Konawe Selatan. Sumber data dalam penelitian ini yaitu data primer dan data sekunder. Data primer yaitu data yang berupa wawancara, peneliti berkomunikasi langsung di lokasi penelitian pada informan yang dituju. Data sekunder yaitu diperoleh dari studi kepustakaan yang berupa buku, dokumen, hasil penelitian yang terkait dengan studi. Reduksi data dalam penelitian ini mengikuti langkah-langkah Milles dan Huberman yaitu (1) reduksi data, (2) Penyajian data dan (3) pengambilan kesimpulan. Keabsahan data mengikuti datan yang dilakukan Moleong Patton dalam (Moleong, 1991: 330) bahwa triangulasi dengan sumber dan triangulasi dengan metode.
5
PERILAKU POLITIK PEMILIH PEMULA PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH KABUPATEN KONAWE SELATAN TAHUN 2015 DI KECAMATAN MOWILA
WAKAPENDIK Vol 2. No 3. 2017
C. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Penelitian Pemilih pemula yang merupakan objek dari penelitian ini merupakan mereka yang memiliki rentang usia 17 sampai dengan 21 tahun. Pemilih pemula di Kecamatan Mowila pada pemilukada Kabupaten Konawe Selatan tahun 2015 berjumlah sebanyak 260 orang dari 8785 orang masyarakat yang ikut berpartisipasi memberikan suaranya. 2. Pembahasan Dalam pembahasan akan diuraikan tiga aspek pada penelitian ini yaitu: a. Perilaku Politik Pemilih Pemula pada pemilihan Kepala daerah Kabupaten Konawe Selatan tahun 2015 di Kecamatan Mowila Perilaku pemilih pemula di kecamatan Mowila dalam menentukan atau menjatuhkan pilihanya pada pemilukada kabupaten Konawe Selatan tahun 2015 umumnya karena faktor sosiologis. Dimana Menurut penulis, pilihan pemilih pemula tersebut dipengaruhi latar belakang lingkungan tempat tinggal, yakni lingkungan keluarganya. Perilaku ikut-ikutan demikian oleh pemilih pemula yang disebabkan karena mereka tidak mampu melihat bagaimana karakteristik pemimpin yang tepat menurut mereka. Selain itu, keputusan politik mereka masih belum bulat menyebabkan pilihan politik mereka mudah mendapat pengaruh dari lingkungan dan pengelompokan sosial yang terbentuk di tempat tinggal mereka, khusus di dalam kekuarga dan orangtua. Perilaku pemilih pemula dapat di lihat dari tiga pendekatan yaitu: (1) Pendekatan sosiologis cenderung menempatkan kegiatan memilih dalam kaitan dengan konteks sosial. Konkretnya, pilihan seseorang dalam pemilihan umum dipengaruhi latar belakang demografi dan sosial ekonomi, seperti jenis kelamin, tempat tinggal (kota-desa), pekerjaan, pendidikan, kelas, pendapatan, dan agama; (2) pendekatan psikologi dimana pemilih pemula menjatuhkankan pilihan pada figur kandidat yang mereka idolakan. Meskipun tidak banyak diantara menunjukkan perilaku model ini. Menurut penulis, adanya perilaku psikologis ini tidak kedekatan pemilih pemula terhadap figur kandidat yang mereka anggap mampu memimpin daerahnya. Dalam pendekatan psikologis, Adanya pemilih yang mengidolakan seorang kandidat adalah hasil evaluasi terhadap kandidat. Evaluasi terhadap kandidat sangat dipengaruhi oleh sejarah dan pengalaman masa lalu kandidat baik dalam kehidupan bernegara maupun bermasyarakat; (3) pendekatan pemilihan rasional yaitu Pendekatan rasional terutama berkaitan dengan orientasi utama pemilih, yakni orientasi isu dan orientasi kandidat. Menurut key, yang menentukan pilihan para pemilih adalah sejauh mana kinerja pemerintah, partai, atau wakil-wakil mereka baik bagi dirinya sendiri atau bagi negaranya, atau justru sebaliknya. b. Kendala-kendala yang dialami pemilih pemula pada pemilihan kepala daerah Kabupaten Konawe Selatan tahun 2015 di Kecamatan Mowila. Adapun kendala-kendala yang di alami pemilih pemula yaitu (1 )Kebingungan politik yaitu sifat ikut-ikutan dari pemilih pemula dalam menyalurkan aspirasinya terhadap pemilihan kepala daerah; (2) kendala usia yaitu jika usia menjadi kendala karena keinginan untuk mengikuti seluruh kegiatan proses pemilihan bupati seperti
6
PERILAKU POLITIK PEMILIH PEMULA PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH KABUPATEN KONAWE SELATAN TAHUN 2015 DI KECAMATAN MOWILA
WAKAPENDIK Vol 2. No 3. 2017
diskusi politik, menghadiri kampanye dan menjadi pendukung salah satu pasangan calon ingin dilakukannya akan tetapi melihat selama kegiatan pilkada berlangsung sepertinya kaum muda apalagi pemilih pemula seperti kami kurang diberikan kesempatan untuk sekedar berpartisipasi mengikuti akrivitas politik seperti demikian , iya juga menganggap masih terlalu mudanya baginya untuk ikut aktif dalam aktifitas politik mengingat yang sering melakukan hal demikian adalah para orang dewasa dan orang tua; (3) kendala latar belakang calon yaitu belum diketahui nya Track record para calon bupati konawe selatan maupun visi dan misi serta latar belakang semi calon bupati karena kurang aktifnya para calon bupati bersosialisasi dan mempopulerkan dirinya ke desa desa untuk mendapatkan perhatian para pemilih khususnya kaum pemilih pemula; (4) sosialisasi KPU yang tidak menyeluruh yaitu kurang meratanya sosialisasi yang dilakukan oleh KPUD Kabupaten konawe selatan khususnya bagi pemilih pemula sehingga visi misi dan program kerja para kandidat calon bupati kurang diperoleh. D. PENUTUP 1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian maka dapat diperoleh kesimpulan bahwa Perilaku Politik Pemilih Pemula pada pemilihan Kepala Daerah Kabupaten Konawe Selatan tahun 2015 menunjukkan Perilaku Politik Pemilih Pemula dalam pelaksanaan pemilihan Kepala Daerah Kabupaten Konawe Selatan tahun 2015 di tunjukkan dengan tiga Pendekatan yaitu a. Pendekatan Sosiologis, tidak sedikit pemilih pemula menunjukan model perilaku sosiologis dalam menjatuhkan pilihan politiknya, dilihat dari faktor latar belakang lingkungan tempat tinggal (faktor kedaerahan) dan faktor lingkungan keluarga menjadi alasan para pemilih pemula menjatuhkan pilihannya terhadap seorang kandidat. b. Pendekatan Psikologis, dalam Penelitian ini Pemilih Pemula menunjukan perilakunya yang dilihat dari figur kandidat yang dianggap memiliki kharismatik dan sosok idaman bagi masyarakat dalam penelitian ini lebih mempengaruhi psikologis pemilih pemula, Mengingat kecenderungan pemilih pemula menjatuhkankan pilihannya karena adanya konteks ketokohan yang berperan dominan kemudian dipengaruhi juga oleh adanya ikatan emosional dari pemilih terhadap kandidat serta Hasil Evaluasi para Pemilih Pemula terhadap Kandidat. c. Pendekatan Pilihan Rasional, dalam Penelitian in para Pemilih Pemula melihat prestasi, keberhasilan, serta kapasitas kepemimpinan yang dimiliki dari seorang kandidat serta isu-isu kandidat dan juga dipengaruhi oleh latar belakang kinerja para kandidat yang dapat mempengaruhi pola piker para Pemilih Pemula sehingga terbentuk Perilaku yang Rasional. Perilaku Politik Pemilih Pemula pada pemilihan Kepala Daerah Kabupaten Konawe Selatan tahun 2015, Para Pemilih Pemula mengalami beberapa Kendala diantaranya
7
PERILAKU POLITIK PEMILIH PEMULA PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH KABUPATEN KONAWE SELATAN TAHUN 2015 DI KECAMATAN MOWILA
WAKAPENDIK Vol 2. No 3. 2017
a. Kebingungan Politik kaum Pemilih Pemula dimana para pemilih pemula disini banyak yang mengakui tidak mengerti akivitas politik serta proses-proses politik dalam pertarungan politik. b. Kendala Usia, usia menjadi kendala karena keinginan untuk mengikuti seluruh kegiatan proses pemilihan bupati seperti diskusi politik, menghadiri kampanye dan menjadi pendukung salah satu pasangan calon akan tetapi melihat selama kegiatan pilkada berlangsung sepertinya kaum muda apalagi pemilih pemula kurang diberikan kesempatan untuk sekedar berpartisipasi mengikuti akrivitas politik seperti demikian. c. Kendala Latar Belakang Calon, dimana ada sebagian Pemilih Pemula yang tidak mengetahui Track record para calon bupati konawe selatan maupun visi dan misi serta latar belakang semi calon bupati karena kurang aktifnya para calon bupati bersosialisasi dan mempopulerkan dirinya ke desa desa untuk mendapatkan perhatian para pemilih khususnya kaum pemilih pemula. d. Tidak adanya Sosisalisasi KPU secara menyeluruh, ini pula menjadi kendala yang dialami pemilih pemula karena tidak meratanya sosialisasi yang dilakukan KPUD Konawe Selatan disetiap sekolah- sekolah. e. Walaupun pemilih pemula memiliki beberapa kendala dalam menentukan pilihannya dalam pemilihan kepala daerah kabupaten konawe selatan tahun 2015 namun para pemilih pemula memiliki upaya dalam mengatasi masing-masing kendala tersebut 2. Saran Perlunya diadakan pendidikan politik usia dini bagi remaja umumnya yang akan menginjak usia 17 tahun agar mereka tidak mudah diiming-imingi dan berani menentukan pilihannya sendiri tanpa harus diarahkan oleh orangtuanya sendiri dan sebaiknya KPUD Konawe Selatan harus melakukan sosialisasi secara merata ke sekolah-sekolah mengingat perkecamatan itu ada 2 sampai 3 sekolah SMA, jangan hanya 1 sekolah saja yang mewakili tetapi sebaiknya per sekolah agar tidak adanya perbedaan pengetahuan antara pemilih pemula yang berasal dari sekolah satu dan sekolah lainnya.
8
PERILAKU POLITIK PEMILIH PEMULA PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH KABUPATEN KONAWE SELATAN TAHUN 2015 DI KECAMATAN MOWILA
WAKAPENDIK Vol 2. No 3. 2017
DAFTAR PUSTAKA Moleong. J. Lexi.2005. Metodologi Penelitian Kualitatif, edisi revisi. Bandung. Remaja Rosdakarya Bandung Syahruddin. 2010. Pelaksanaan Pemilihan Legeslatif di Kabupaten Konawe Selatan Tahun 2009. Kendari : Tesis tidak dipublikasikan.
9