JURNAL ILMIAH ACCOUNTING CHANGES Oktober 2013, Volume 1, NO. 01, 10-07
ISSN 2339-1723
PERHITUNGAN DAN PEMOTONGAN PAJAK PENGHASILAN (PPh) PASAL 21 ATAS PEGAWAI TETAP PADA PT. PLN (PERSERO) CABANG MEDAN Mangasi Sinurat, SE, M.Si ABSTRAK Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Perhitungan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 pada PT PLN (Persero) Cabang Medan. Penelitian ini dilakukan diPT. PLN (Persero) Cabang Medan. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan cara dokumentasi, yaitu cara yang dilakukan dengan mengumpulkan dokumen – dokumen yang terhubung dengan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21. Jenis data yang diperoleh adalah data skunder berupa daftar gaji, tunjangan lainnya, dan daftar posisi jabatan pegawai tetap pada PT. PLN (Persero) Cabang Medan. Teknik analisis data yang digunakan adalah Analisis Deskriptif, yaitu analisis yang dilakukan dengan cara mengumpulkan data, menyusun data dan menginterpretasikan, sehingga memperoleh gambaran yang jelas tentang masalah diteliti. Berdasarkan analisis data dengan Analisis Deskriptif didapat hasil bahwa perhitungan dan pemotongan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 pada PT. PLN (Persero) Cabang Medan telah sesuai dengan Undang – Undang Pajak No. 36 Tahun 2008. Perhitungan (PPh) Pasal 21 pada PT. PLN (Persero) Cabang Medan dilakukan dengan mengurungkan penghasilan bruto dengan biaya jabatan dan iuran pensiun, penghasilan bruto didapatkan dengan menjumlahkan seluruh penambah penghasilan yakni gaji, tunjangan posisi, tunjangan lainnya, uang cuti, bonus dan THR. Biaya jabatan sebesar 5% dari penghasilan bruto dengan jumlah maksimum sebesar Rp 6.000.000 setahun atau Rp 500.000 sebulan. Penghasilan netto diperoleh dengan cara mengurangi penghasilan bruto dengan biaya jabatan, iuran pensiun kemudian dikalikan 12. Penghasilan netto selanjutnya dikurangi dengan penghasilan Tidak kena Pajak (PTKP) yang sesuai dengan Undang – Undang No. 36 tahun 2008 Pasal 7 ayat 1. Penghasilan kena pajak (PTKP) yang didapat dari perguruan penghasilan netto dengan penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) tahun 2008 Pasal 17 Ayat 1. Untuk mendapatkan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 terutang sebulan, hasil perkalian dari penghasilan kena pajak (PKP) dengan tarif pajak dibagi dengan jumlah bulan dalam satu tahun. Dari analisa tersebut dapat disimpulkan bahwa PT. PLN (Persero) Cabang Medan telah menerapkan perhitungan dan pemotongan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 sesuai dengan Undang – Undang No. 36 Tahun 2008 Pasal 17 Ayat 1.
Kata kunci : Pajak, Pajak Penghasilan, Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21.
10 PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI MINYAK KELAPA SAWIT
JURNAL ILMIAH ACCOUNTING CHANGES Oktober 2013, Volume 1, NO. 01, 10-07
ISSN 2339-1723
pajak terhadap objek pajak. Sehingga terlihat jelas,
PENDAHULUAN Pajak merupakan fenomena yang berkembang dimasyarakat.
Satu
diantaranya
usaha
pentingnya
cara
perhitungan,
pemotongan
dan
untuk
pelaporan pajak penghasilan pasal 21 yang baik dan
mewujudkan kemandirian suatu bangsa atau negara
benar atas pegawai tetap bagi perusahaan sebagai usaha
dalam pembiayaan pembangunan yaitu menggali
menjalankan amanah kepercayaan yang diberikan
sumber dana yang berasal dari dalam negeri, terutama
negara kepada wajib pajak atas penghasilan yang
pajak. Pajak digunakan untuk membiayai hampir 70%
merupakan objek pajak penghasilan.
(tujuh puluh persen) pembangunan infrastruktur dan
Data yang diperoleh sehubungan dengan Pajak
fasilitas negara lainnya yang dapat mewujudkan
Penghasilan (PPh) Pasal 21 bahwa subjek Pajak
masyarakat yang adil, makmur dan merata.
Penghasilan (PPh) pasal 21 pada PT. PLN (Persero)
Satu diantara jenis pajak yang diberlakukan di
Cabang Medan, yang menjadi objek pajak penghasilan
Indonesia adalah pajak penghasilan. Pajak penghasilan
(PPh) Pasal 21 adalah penghasilan (PPh) Pasal 21
merupakan pajak yang dipungut pada objek pajak atas
adalah penghasilan yang diterima pegawai pada PT.
penghasilannya.
selalu
PLN (Persero) Cabang Medan. Elemen – elemen yang
dikenakan terhadap orang atau badan usaha yang
mempengaruhi Penghasilan pegawai tetap pada PT.
memperoleh
PLN (Persero) Cabang Medan berupa Gaji, Tunjangan
Pajak
penghasilan
penghasilan
akan
diIndonesia.
Pajak
penghasilan yang berlaku bagi pegawai/karyawan adalah pajak penghasilan (PPh) pasal 21.
Posisi, tunjangan lainnya, uang cuti, bonus dan THR. Dalam perhitungan PPh Pasal 21 pada PT. PLN
Peraturan perundang – undangan perpajakan
(Persero) Cabang Medan, yang menjadi pengurang atas
yang mengatur tentang Pajak Penghasilan (PPh) saat ini
PPh Pasal 21 adalah iuran pensiun dan untuk besarnya
adalah Undang – Undang No. 36 Tahun 2008 yang
PTKP per tahun dan tarif pajak yang digunakan dalam
berlaku sejak 1 Januari 2009, dan menerapkan
perhitungan PPh Pasal 21 pada PT. PLN (Persero)
penyempurnaan dari Undang – Undang No. 17 tahun
Cabang Medan.
2000. Sistem pemungutan pajak yang dianut Negara
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa
Indonesia saat ini, adalah Self Assement System yaitu
elemen – elemen yang mempengaruhi perhitungan dan
sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang
pemotongan PPh Pasal 21 pada PT. PLN (Persero)
Wajib Pajak dalam menentukan sendiri jumlah pajak
Cabang Medan telah sesuai dengan Undang – Undang
yang terutang sesuai dengan Peraturan Perundang –
No. 36 Tahun 2008 Pasal 4 Ayat 1 tentang objek pajak
undangan yang berlaku.
penghasilan dan Undang – Undang No. 36 Tahun 2008
Peraturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah
Pasal 21 Ayat 1 tentang pemotongan pajak.
tentunya harus dilaksanakan dengan sebaik – baiknya. Namun, sejauh mana peraturan pemerintah mengenai
RUMUSAN MASALAH
pajak penghasilan khususnya perhitungan, pemotongan
Rumusan masalah pada penelitian ini adalah
dan pelaporan pajak penghasilan pasal 21 perlu
Apakah Perhitungan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21
diaplikasikan dalam praktik di lapangan oleh subjek 10 PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI MINYAK KELAPA SAWIT
JURNAL ILMIAH ACCOUNTING CHANGES Oktober 2013, Volume 1, NO. 01, 10-07
ISSN 2339-1723
pada PT. PLN (Persero) Cabang Medan telah sesuai
dengan Undang – Undang No. 36 tahun 2008?
Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukan adanya
kontraprestasi
individuak
oleh
pemerintah
TUJUAN PENELITIAN Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Perhitungan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal
Pajak dipungut oleh Negara baik pemerintah pusat maupun daerah
21 pada PT. PLN (Persero) Cabang Medan.
Pajak
diperuntukan
pengeluaran
pengeluaran
pemerintah,
yang
masih
terdapat
pemasukannya TUJUAN PUSTAKA
bagi
dipergunakan
untuk
bila
– dari
surplus,
membiayai
public
investment.
A. Pajak 1. Pengertian Pajak Menurut
Rimsky
(2005),
pajak
adalah
2. Fungsi Pajak
kewajiban kenegaraan berupa pengabdian serta peran
Sebagaimana telah diketahui unsur – unsur pajak yang
aktif warga negara dan anggota masyarakat lainnya
melekat pada pengertian pajak dari berbagai pendapat,
untuk membiayai berbagai keperluan Negara berupa
terdapat dua fungsi pajak. Menurut Undang – undang
Pembangunan Nasional yang pelaksanaannya diatur
Nomor 36 Tahun 2008 pajak mempunyai dua fungsi,
dalam Undang – Undang dan Peraturan – peraturan
yaitu: 1) Fungsi Penerimaan (Budgeter)
untuk tujuan kesejahteraan bangsa.
Pajak sebagai sumber dana bagi pemerintah
Sedangkan menurut Soemitro (Waluyo, 2000), pajak
adalah
iuran
rakyat
kepada
kas
negara
berdasarkan undang – undang (yang dapat dipaksakan)
untuk membiayai pengeluaran – pengeluarannya. 2) Fungsi Mengatur (Regular) Pajak
dengan tidak mendapat jasa timbal atau (kontraprestasi) yang langsung dapat ditujukan dan yang digunakan
Dari pengertian pajak diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pajak memiliki unsur – unsur
Pajak yang tinggi dikenakan terhadap minuman
keras.
berdasarkan
atau
Pajak yang tinggi dikenakan terhadap barang – barang yang mewah untuk mengurangi gaya
dengan
hidup yang konsumtif.
kekuatan Undang – Undang serta aturan pelaksanaan.
atau
keras untuk mengurangi konsumsi minuman
barang). dipungut
mengatur
Contoh:
Iuran rakyat kepada negara berupa uang (bukan
Pajak
untuk
melaksanakan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang
sebagai berikut:
alat
sosial dan ekonomi.
untuk membayar pengeluaran umum.
sebagai
Tarif pajak untuk ekspor sebesar 0%, untuk mendorong ekspor produk Indonesia di pasaran dunia.
11
JURNAL ILMIAH ACCOUNTING CHANGES Oktober 2013, Volume 1, NO. 01, 10-07
ISSN 2339-1723
a. Pajak langsung yaitu pajak yang harus dipikul
3. Sistem Pemungutan Pajak Sistem pemungutan pajak menurut Mardiasmo (2009) dapat dibagi menjadi tiga yaitu:
atau dilimpakan kepada orang lain. Contoh: Pajak Panghasilan.
1. Official Assesment System Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberikan wewenang kepada pemerintah
sendiri oleh Wajib Pajak tidak dapat dibebankan
b. Pajak tidak langsung yaitu pajak yang pada
(fiskus)
akhirnya dapat dibebankan atau dilimpahkan
untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh
kepada orang lain. Contoh: Pajak Pertambahan
Wajib Pajak. Ciri – ciri Official Assesment System
Nilai.
adalah: a). Wewenang untuk menetukan besarnya pajak
2. Menurut Sifatnya
terutang berada pada fiskus, b). Wajib pajak bersifat
a. Pajak subjektif yaitu pajak yang berpangkal atau
pasif, dan c). Utang pajak timbul setelah dikeluarkan
berdasarkan
pada
subjeknya,
dalam
arti
surat ketetapan pajak oleh fiskus.
memperlihatkan keadaan diri Wajib Pajak. Contoh: Pajak Penghasilan.
2. Self Assesment System Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang
b. Pajak Objektif yaitu pajak yang berpangkal
memberikan wewenang kepada Wajib pajak untuk
pada objeknya, tanpa memperhatikan keadaan
menentukan sendiri besarnya pajak terutang. Ciri – ciri
diri Wajib Pajak Contoh: Pajak Pertambahan
Self Assesment System adalah sebagai berikut: a).
Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah.
Wewenang untuk menentukan besar pajak terutang ada pada Wajib Pajak sendiri, b). Wajib Pajak aktif, mulai dari menghitung menyetor dan melaporkan sendiri
B. Pajak Penghasilan Pengertian Pajak Penghasilan
pajak yang terutang, dan c). Fiskus tidak ikut campur
Pajak Penghasilan (PPh) adalah pajak yang dikenakan
dan hanya mengawasi.
terhadap Subjek Pajak atas penghasilan yang diterima atau diperoleh dalam satu tahun pajak. (Resmi 2009)
3. With Holding System Adalah satu sistem pemungutan pajak yang memberi
Menurut Undang – Undang Pajak Penghasilan No. 36
wewenang kepada pihak ketiga (bukan fiskus dan
Tahun 2008, Pajak adalah kontribusi wajib kepada
bukan
untuk
negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan
menentukan besarnya pajak terutang oleh Wajib Pajak.
yang bersifat memaksa berdasarkan Undang – Undang,
Ciri – ciri With Holding System adalah wewenang
dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung
menentukan besarnya pajak yang terutang pada pihak
dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar –
ketiga, pihak selain fiskus dan Wajib Pajak.
besarnya kemakmuran rakyat.
Wajib
Pajak
yang
bersangkutan)
Pajak Penghasilan adalah pajak yang dikenakan Subjek 4. Pengelompokan Pajak Pengelompokan pajak menurut Mardiasmo (2009) dibagi atas tiga kelompok: 1. Menurut Golongannya
Pajak atas penghasilan yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, yang merupakan kontribusi wajib kepada negara dan bersifat memaksa berdasarkan Undang – Undang Perpajakan. 12
PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI MINYAK KELAPA SAWIT
JURNAL ILMIAH ACCOUNTING CHANGES Oktober 2013, Volume 1, NO. 01, 10-07
ISSN 2339-1723
Menurut Mardiasmo (2009), biaya jabatan sebesar 5% dari penghasilan bruto setinggi – tingginya
C. Tarif Pajak Tarif Pajak menurut UU RI No: 36/2008 pasal 17 ayat
Rp 6.000.000 setahun atau Rp 500.000 sebulan (sesuai
1 huruf a yang berlaku mulai 01 Januari 2009.
peraturan Menteri Keungan No: 250/PMK.03/2008). Peraturan tersebut juga mengatur tentang besarnya
a) Tarif Pajak Orang Pribadi Tabel 1. Tarif Pajak Orang Pribadi Lapisan Penghasilan Kena Pajak
penghasilan bruti yang berupa uang pensiun dikurangi Tarif
dengan biaya pensiun sebesar 5% dari penghasilan
Pajak
bruto berupa uang pensiun dengan jumlah maksimum
Sampai dengan Rp. 50.000.000
5%
Diatas Rp. 50.000.000 s.d Rp. 250.000.000
15%
Diatas
25%
Rp.
250.000.000
s.d
Rp.
yang diperkenankan sejumlah Rp 2.400.000 setahun atau Rp 200.000 sebulan.
500.000.000 Diatas Rp 500.000.000
30%
Sumber: Undang - Undang No. 36 Tahun 2008
F. Pajak penghasilan Pasal 21 1. Pengertian Pajak Penghasilan pasal 21 Adalah salah satu jenis pelunasan PPh dalam
b) Tarif Pajak Badan
tahun berjalan, melalui pemotongan oleh pihak ketiga
Tarif pajak untuk Wajib Pajak Badan menggunakan
(yaitu pemberi kerja/bendaharawan pemerintah/dana
tarif tunggal sebesar 25% mulai tahun 2010.
yang merupakan anjuran pajak yang boleh dikreditkan terhadap PPh yang terutang untuk tahun pajak
D. Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)
bersangkutan, kecuali PPh yang bersifat final.
Besarnya PTKP Berdasarkan UU RI No. 36/2008 sebagai berikut:
2. Subjek Pajak Penghasilan Pasal 21
Tabel 2 Penghasilan Tidak Kena Pajak WP Tidak Kawin
Kode
Jumlah
0 Tanggungan
TK/0
Rp. 15.840.000,-
1 Tanggungan
TK/1
Rp. 17.160.000,-
2 Tanggungan
TK/2
Rp. 18.480.000,-
3 Tanggungan
TK/3
Rp. 19.800.000,-
WP Kawin
Kode
Jumlah
Subjek Pajak Penghasilan Pasal 21 menurut Undang – Undang No. 36 Tahun 2008 adalah Penerima Penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21, yaitu: a. Pegawai, yaitu setiap orang pribadi yang melakukan
pekerjaan
berdasarkan
sauatu
perjanjian atau kesepakatan kerja baik tertulis maupun
tidak
tertulis,
termasuk
yang
0 Tanggungan
K/0
Rp.
17.160.000
melakukan pekerjaan dalam jabatan negeri atau
1 Tanggungan
K/1
Rp.
18.480.000
BUMN dan BUMD.
2 Tanggungan
K/2
Rp.
19.800.000,-
b. Penerima Pensiun, yaitu orang pribadi atau ahli
3 Tanggungan
K/3
Rp.
21.120.000,-
warisnya yang menerima atau memperoleh
Sumber: Undang – undang No. 36 Tahun 2008
E. Biaya Jabatan
imbalan untuk pekerjaan yang dilakukan dimasa lalu, termasuk orang pribadi atau ahli warisnya
13
JURNAL ILMIAH ACCOUNTING CHANGES Oktober 2013, Volume 1, NO. 01, 10-07
ISSN 2339-1723
yang menerima uang pensiun, tabungan hari tua atau tujangan hari tua.
berupa honorarium, komisi fee, dan imbalan
c. Penerima Honorarium, yaitu orang pribadi yang menerima
atau
5. Imbalan kepada bukan pegawai, antara lain
memperoleh
imbalan
sehubungan dengan jasa, jabatan, atau kegiatan yang dilakukannya.
sehubungan
dengan
pekerjaan,
jasa,
dan
kegiatan yang dilakukan. 6. Imbalan kepada peserta kegiatan, antara lain berupa uang saku, uang representasi, uang rapat,
d. Penerima Upah, yaitu orang pribadi yang
uang honorarium, hadiah atau penghargaan dan
menerima upah harian, upah mingguan, upah
nama dan dalam bentuk apapun, dan imbalan
borongan, atau upah satuan.
sejenis dengan nama apapun.
e. Orang Pribadi lainnya yang menerima atau
7. Penerimaan dalam bentuk natura dan atau
memperoleh penghasilan sehubungan dengan
kenikmatan lainnya dengan nama dan dalam
pekerjaan, jasa dan kegiatan dari pemotong
bentuk apapun yang diberikan oleh:
pajak.
-
Bukan wajib pajak.
-
Wajib Pajak dikenakan Pajak Penghasilan yang bersifat final.
3. Objek Pajak Penghasilan Pasal 21 Objek Pajak Penghasilan Pasal 21 menurut Resmi (2009) yaitu:
Wajib
pajak
yang
dikenakan
Pajak
Penghasilan berdasarkan norma Perhitungan
1. Penghasilan yan g diterima Penatau yang diperoleh
-
pegawai
tetap,
baik
khusus (deemed profit).
berupa
penghasilan yang bersifat teratur maupun tidak teratur. 2. Penghasilan yang diterima atau diperoleh
4. Tarif Pajak Penghasilan Pasal 21 Tarif yang berlaku adalah menurut ketentuan dalam Undang – Undang No. 36 Tahun 2008. Tabel 3 Tarif Pajak Orang Pribadi
penerima pensiun secara teratur berupa uang pensiun atau penghasilan sejenisnya.
Lapisan Penghasilan Kena Pajak
3. Penghasilan sehubungan dengan pemutusan
Tarif Pajak
Sampai dengan Rp. 50.000.000
5%
Diatas Rp. 50.000.000 s.d Rp. 250.000.000
15%
dengan pensiun yang diterima secara sekaligus
Diatas Rp. 250.000.000 s.d Rp. 500.000.000
25%
berupa uang pesangon, uang manfaat pensiun,
Diatas Rp 500.000.000
30%
hubungan kerja dan penghasilan sehubungan
tunjangan hari tua atau jaminan hari tua, dan
Sumber: Undang – undang No. 36 Tahun 2008
pembayaran lain sejenis. 4. Penghasilan pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas, berupa upah harian, upah mingguan, upah satuan, upah borongan atau upah yang dibayarkan secara bulanan.
5. Perhitungan Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21 Penghasilan Bruto Gaji sebulan
xxx
Tunjangan PPh
xxx
14 PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI MINYAK KELAPA SAWIT
JURNAL ILMIAH ACCOUNTING CHANGES Oktober 2013, Volume 1, NO. 01, 10-07
ISSN 2339-1723
Tunjangan dan Honorarium lainnya
xxx
dengan cara mengumpulkan data, menyusun data dan
Premi Asuransi
xxx
menginterpretasikan, sehingga memperoleh gambaran
Penerimaan dalam bentuk natura
xxx
yang jelas tentang masalah yang diteliti.
Penjumlahan Penghasilan Bruto
xxx
Pengurangan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Biaya Jabatan 5% x Penghasilan Bruto
xxx
Perhitungan dan pemotongan Pajak Penghasilan
Iuran Pensiun
xxx
(PPh) Pasal 21 pada PT. PLN (Persero) Cabang Medan
Jumlah Pengurangan
adalah sebagai berikut:
(xxx)
Perhitungan PPh 21
1. Ibu Tolapna Wuri Lestari adalah pegawai tetap
Pegahasilan Netto sebulan
xxx
di PT. PLN (Persero) Cabang Medan dengan
Penghasilan Netto setahun
xxx
jabatan Accounting. Ibu Tolapna Wuri Lestari
(xxx)
sudah menikah dengan status K/0. Ibu Tolapna
Penghasilan Kena Pajak
xxx
Wuri Lestari memperoleh Gaji sebesar Rp.
PPh 21 Terutang
xxx
4.428.000 setahun, selain itu juga menerima
Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)
Tunjangan Posisi Rp 518.000, Uang THR METODOLOGI PENELITIAN
sebesar Rp. 6.741.000, dan Bonus sebesar Rp
Lokasi dan Waktu Penelitian
17.712.000 serta membayar iuran pensiun
Kegiatan dalam penulisan laporan tugas akhir
sebesar Rp 81.960,
ini membutuhkan waktu selama kurang lebih seminggu
Perhitungan PPh Pasal 21 atas Gaji dan THR:
melalui proses pencatatan dan wawancara yang
Gaji setahun
=
berlokasi pada PT. PLN (Persero) Cabang Medan.
Tunjangan posisi
=
Penghasilan Bruto
=
Rp 518.000 Rp 4.946.000
=
(Rp 329.260)
Rp 4.428.000
PENGURANGAN:
Teknik Pengumpulan Data
Biaya Jabatan
Teknik Pengumpulan data pada penelitian ini
5%
dilakukan dengan cara dokumentasi, yaitu cara yang
Iuran Pensiun
dilakukan
dengan
mengumpulkan
dokumen
Rp 4.946.000
= =
Rp 247.300 Rp 81.960
–
Rp 4.616.740 Rp 55.400.880
Penghasilan Netto
=
Penghasilan Netto Setahun
=
Penghasilan Tidak Kena Pajak
=
skunder berupa daftar gaji, tunjangan lainnya, dan
Penghasilan Kena Pajak (PKP)
=
daftar posisi jabatan pegawai tetap pada PT. PLN
PKP dibulat
=
Rp 38.240.880 Rp 38.240.000
=
Rp 1.912.000
=
Rp
dokumen yang berhubungan dengan Pajak Penghasilan (PPH) Pasal 21 Jenis data yang diperoleh adalah data
(Rp 17.160.000)
(Persero) Cabang Medan. PPh Pasal 21 terutang setahun: 5%
Rp 38.240.000
Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan adalah Analisis Deskriptif, yaitu analisis yang dilakukan
PPh Pasal 21 atas gaji sebulan: Rp 1.912.000
12 Bulan
159.333
Perhitungan PPh Pasal 21 atas Gaji dan THR:
15
JURNAL ILMIAH ACCOUNTING CHANGES Oktober 2013, Volume 1, NO. 01, 10-07
ISSN 2339-1723
Gaji setahun
=
Tunjangan posisi
=
Uang THR
=
Bonus
=
Penghasilan Bruto
=
Rp 53.136.000 Rp 6.216.000 Rp 6.741.000 (Rp 17.712.000) Rp 83.805.000
PENGURANGAN: Biaya Jabatan 5%
Rp 83.805.000
Iuran Pensiun
= =
Rp 4.190.250 Rp 983.520
=
Penghasilan Netto
=
Penghasilan Tidak Kena Pajak
=
Penghasilan Kena Pajak (PKP)
=
PKP dibulat
=
(Rp 5.173.770) Rp 78.631.230 (Rp 17.160.000) Rp 61.471.230 Rp 61.471.000
PPh Pasal 21 terutang setahun: 5%
Rp 50.000.000
=
15%
Rp 11.471.000
= =
Rp 2.500.000 Rp 1.720.650 Rp 4.220.650
PPh Pasal 21 terutang atas gaji dan THR sebulan Rp 4.220.650
12 Bulan
=
Rp
PPh Pasal 21 atas Gaji dan THR, Bonus
=
PPh Pasal 21 atas Gaji dan THR, Bonus
=
Rp 4.220.650 Rp 1.912.000
=
Rp 2.308.650
2. Bapak Robin Hutabarat adalah pegawai tetap di PT. PLN (Persero) Cabang Medan dengan jabatan Asisten Manajer Keuangan. Robun Hutabarat sudah menikah dengan status K/3. Ibu Irmawati Lubis memperoleh Gaji sebesar Rp 5.715.000 setahun, selain itu juga menerima Tunjangan Posisi Rp 518.000, Uang THR sebesar Rp 8.700.000, Uang tunjangan lainnya sebesar Rp 22.231.861 dan ibu Irmawati juga menerima Bonus sebesar Rpp 22.860.000 serta membayar iuran pensiun sebesar Rp 133.020 Perhitungan PPh pasal 21 atas Gaji: Gaji setahun
=
=
penghasilan Bruto
=
PENGURANGAN: Biaya Jabatan Rp 5% 6.233.000 Iuran Pensiun
= =
Rp 311.650 Rp 133.020
Penghasilan Netto Penghasilan Netto Setahun Penghasilan Tidak Kena Pajak Penghasilan Kena Pajak (PKP) PKP dibulat
= = = = =
Rp 518.000 Rp 6.233.000
Rp 444.670 Rp 5.788.330 Rp 69.459.960 (Rp 21.120.000) Rp 48.339.960 Rp 48.339.000
PPh Pasal 21 terutang setahun: Rp 5% 48.339.000
=
Rp 2.416.950
PPh Pasal 21 atas gaji sebulan: Rp 2.416.950 12 Bulan
=
Rp 201.412
Perhitungan PPh Pasal 21 atas Gaji dan THR, Bonus: Gaji setahun
=
351.720
PPh Pasal 21 atas THR dan Bonus:
PPh Pasal 21 atas THR, Bonus
Tunjangan posisi
Rp 5.715.000
Tunjangan posisi Uang THR
=
Bonus
=
Penghasilan Bruto
=
PENGURANGAN: Biaya Jabatan Rp 5% 106.356.000 Iuran Pensiun Penghasilan Netto Penghasilan Tidak Kena Pajak Penghasilan Kena Pajak (PKP) PKP dibulat PPh Pasal 21 terutang setahun: Rp 5% 50.000.000 Rp 15% 28.321.000
=
= =
Rp 5.317.800 Rp 1.596.240
= = = =
=
Rp 2.500.000 Rp 4.248.150
=
Rp
=
Rp 68.580.000 Rp 6.216.000 Rp 8.700.000 Rp 22.860.000 Rp 106.356.000
(Rp 6.914.040) Rp 99.441.960 (Rp 21.120.000) Rp 78.321.960 Rp 78.321.000
16 PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI MINYAK KELAPA SAWIT
JURNAL ILMIAH ACCOUNTING CHANGES Oktober 2013, Volume 1, NO. 01, 10-07
ISSN 2339-1723
6.748.150
PPh Pasal 21 terutang setahun: Rp 5% 500.000.000 Rp 15% 1.096.000
PPh Pasal 21 terutang atas gaji dan THR sebulan: Rp Rp 6.748.150 12 Bulan = 562.345
= = =
PPh Pasal 21 atas THR dan Bonus: PPh Pasal 21 atas Gaji dan THR, Bonus
=
PPh Pasal 21 atas Gaji
=
Rp 6.748.150 Rp 2.416.950
=
Rp 4.331.200
PPh Pasal 21 THR, Bonus
Rp 25.000.000 Rp 164.400 Rp 25.164.400
PPh Pasal 21 atas Gaji THR sebulan: Rp Rp 2.664.400 12 bulan = 222.033 Perhitungan PPh Pasal 21 atas Gaji dan THR, Bonus: Gaji Setahun =
3. Ibu Hj. Agusmiati adalah pegawai tetap di PT. PLN (Persero) Cabang Medan dengan jabatan Supervisor keuangan. Ibu Hj. Agusmiati sudah
Tunjangan posisi
=
THR
=
Bonus
=
Penghasilan Bruto:
=
Rp 67.560.000 Rp 9.552.000 Rp 8.572.000 Rp 22.520.000 Rp 108.204.000
menikah dengan status menikah dengan status K/2. Ibu Hj. Agusmiati memperoleh Gaji sebesar Rp 5.630.000 setahun, selain itu juga menerima Tunjangan posisi Rp 796.000, Uang THR sebesar Rp 8.572.500, dan ibu Hj. Agusmiati
menerima
bonus
sebesar
Rp
22.520.000 serta membayar iuran pensiun sebesar Rp 129.120.
Gaji setahun
=
Tunjangan posisi
=
PENGURANGAN: Biaya Jabatan Rp 5% 6.426.000 Iuran Pensiun
= =
=
=
Rp 321.300 Rp 129.120
=
penghasilan Netto
=
Penghasilan Tidak Kena Pajak Penghasilan Kena Pajak (PKP)
= =
Rp 5.630.000 Rp 796.000 Rp 6.426.000
PPh Pasal 21 terutang setahun: Rp 5% 50.000.000 Rp 15% 31.444.000
= = =
=
Rp 5.410.200 Rp 1.549.440
PKP dibulat
Perhitungan PPh Pasal 21 atas Gaji dan THR:
Penghasilan Bruto
PENGURANGAN: Biaya Jabatan Rp 5% 108.204.000 Iuran Pensiun
(Rp 6.959.640) Rp 101.244.360 (Rp 19.800.000) Rp 81.444.360 Rp 81.444.000
Rp 2.500.000 Rp 4.716.600 Rp 7.216.600
PPh Pasal 21 terutang atas Gaji dan THR, Bonus sebulan: Rp Rp 7.216.600 12 bulan 601.383 =
Penghasilan Netto
=
Penghasilan Netto setahun
=
Penghasilan Tidak Kena Pajak Penghasilan Kena Pajak (PKP)
=
PKP dibulat
=
=
(Rp 450.420) Rp 5.975.580 Rp 71.706.960 (Rp 19.800.000) Rp 51.906.960 Rp 51.906.000
PPh Pasal 21 atas Gaji, Bonus: PPh Pasal 21 atas Gaji dan THR, Bonus
=
PPh Pasal 21 atas Gaji PPh Pasal 21 atas THR, Bonus
= =
Rp 7.216.000 Rp 2.664.400 Rp 4.551.600
17
JURNAL ILMIAH ACCOUNTING CHANGES Oktober 2013, Volume 1, NO. 01, 10-07
ISSN 2339-1723
4. Ibu Prilawati Sribulan adalah pegawai tetap di PT. PLN (Persero) Cabang Medan dengan
Bonus
=
Penghasilan Bruto:
=
Rp 13.664.000 Rp 64.212.500
jabatan Junior Analisis Keuangan. Ibu Prilawati Sribulan sudah menikah dengan status K/0. Ibu Prilawati Sribulan memperoleh Gaji sebesar Rp 3.416.000 setahun, selain itu juga menerima Tunjangan Posisi Rp. 363.000, Uang THR
PENGURANGAN: Biaya Jabatan Rp 5% 64.212.500 Iuran Pensiun
13.664.000 serta membayar iuran pensiun
penghasilan Netto Penghasilan Tidak Kena Pajak Penghasilan Kena Pajak (PKP)
sebesar RP 59.220.
PKP dibulat
sebesar Rp 5.200.500, dan ibu Prilawati Sribulan juga menerima Bonus sebesar Rp
Perhitungan PPh Pasal 21 atas Gaji dan THR: Gaji setahun
=
Tunjangan posisi
=
Penghasilan Bruto
=
PENGURANGAN: Biaya Jabatan Rp 5% 3.779.000 Iuran Pensiun
=
Rp 3.210.625 Rp 710.640
= = = =
PPh Pasal 21 terutang setahun: Rp 5% 43.131.000
=
PPh Pasal 21 terutang atas Gaji sebulan: Rp 2.156.550 12 bulan
(Rp 3.921.265) Rp 60.291.235 (Rp 17.160.000) Rp 43.131.235 Rp 43.131.000
Rp 2.156.550
Rp 179.712
PPh Pasal 21 atas THR, Bonus:
= =
Rp 188.950 Rp 59.220
=
Penghasilan Netto
=
Penghasilan Netto setahun Penghasilan Tidak Kena Pajak Penghasilan Kena Pajak (PKP)
=
PKP dibulat
=
PPh Pasal 21 terutang setahun: Rp 5% 25.209.000
Rp 3.416.000 Rp 363.000 Rp 3.779.000
=
= =
(Rp 248.170) Rp 3.530.830 Rp 42.369.960 (Rp 17.160.000) Rp 25.209.960 Rp 25.209.000
PPh Pasal 21 atas Gaji dan THR, Bonus
=
PPh Pasal 21 atas Gaji PPh Pasal 21 atas THR, Bonus
=
Berdasarkan
=
perhitungan
Rp 2.156.550 Rp 1.260.450 Rp 896.100
tersebut,
da[at
disimpulkan baha perhitungan dan pemotoangan pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 pada PT. PLN (Persero) Cabang Medan telah sesuai dengan Undang – Undang Pajak No. 36 Tahun 2008.
=
Kesesuaian Perhitungan dan Pemotongan Pajak
Rp 1.260.450
Penghasilan (PPh) Pasal 21 pada PT PLN (Persero) Cabang Medan dengan Undang Undang Pajak No. 36
PPh Pasal 21 atas Gaji dan THR sebulan: Rp Rp 1.260.450 12 bulan = 105.037
Tahun 2008.Perhitungan (PPh) Pasal 21 pada PT. PLN (Persero)
Perhitungan PPh Pasal 21 atas Gaji dan THR, Bonus: Gaji Setahun
=
Tunjangan posisi
=
THR
=
Cabang
Medan
dilakukan
dengan
mengurangkan penghasilan bruto dengan biaya jabatan Rp 40.992.000 Rp 4.356.000 Rp 5.200.500
dan iuran pensiun, penghasilan bruto didapatkan dengan menjumlahkan seluruh penambah penghasilan yakni gaji tunjangan posisi, tunjangan lainnya, uang 18
PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI MINYAK KELAPA SAWIT
JURNAL ILMIAH ACCOUNTING CHANGES Oktober 2013, Volume 1, NO. 01, 10-07
ISSN 2339-1723
cuti, bonus dan THR. Biaya jabatan sebesar 5% dari
(Persero) Cabang Medan telah sesuai dengan
penghasilan bruto dengan jumlah maksimum sebesar
Undang – Undang Pajak No. 36 Tahun 2008.
Rp 6.000.000 setahun atau Rp 500.000 sebulan.
3. PT. PLN (Persero) Cabang Medan telah
Penghasilan netto diperoleh dengan cara menurangi
menerapkan perhitungan dan pemotongan Pajak
penghasilan bruto dengan biaya jabatan, iuran pensiun
Penghasilan (PPh) Pasal 21 sesuai dengan
kemudian dikalikan 12. Penghasilan netto selanjutnya
Undang – Undang No. 36 Tahun 2008 Pasal 17
dikurangkan dengan penghasilan tidak kena pajak
Ayat 1.
(PTKP) yang sesuai dengan Undang – Undang No. 36 tahun 2008 Pasal 7 ayat 1. Penghasilan kena pajak (PKP) yang didapat dari pengurangan penghasilan netto dengan penghasilan tidak kena pajak (PTKP) tahun 2008 Pasal 17 Ayat 1. Untuk mendapatkan Pajak penghasilan (PPh) Pasal 21 terutang sebulan, hasil
Saran PT. PLN (Persero) Cabang Medan diharapkan agar tetap mempertahankan tata cara perhitungan dan pemotongan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 atas Penghasilan pegawai tetapnya yang telah sesuai dengan peraturan.
perkalian dari penghasilan kena pajak (PKP) dengan tarif pajak dibagi dengan jumlah bulan dalam
DAFTAR PUSTAKA
satutahun. Dari analisis tersebut dapat disimpulkan
Casavera, 2009. Perpajakan. Yogyakarta: Graha Ilmu
bahwa PT. PLN (Persero) Cabang Medan telah
Judissseno, Rimsky k. 2005. Pajak dan Strategi Bisnis.
menerapkan
perhitungan
dan
pemotongan
Pajak
Penghasilan (PPh) Pasal 21 sesuai dengan Undang – Undang No. 36 Tahun 2008 Pasal 17 Ayat 1.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Mardiasmo.
2009.
Perpajakan
Edisi
Revisi.
Yogyakarta: Andi Muljono. 2006. Akuntansi Pajak. Yogyakarta: Andi Mulyono, Djoko. 2010. Panduan Brevet Pajak – Pajak
PENUTUP
Penghasilan. Yogyakarta: Andi
Kesimpulan Berdasarkan pembahasan diatas, penulis dapat mengambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Elemen
–
elemen
yang
mempengaruhi
perhitungan dan pemotongan PPh Pasal 21 pada PT. PLN (Persero) Cabang Medan telah sesuai dengan Undang – Undang No. 36 Tahun 2008 Pasal 4 Ayat 1 Tentang objek Pajak Penghasilan dan Undang – Undang No. 36 Tahun 2008 Pasal 21 Ayat 1 tentang pemotongan pajak. 2. Prosedur perhitungan dan pemotongan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 pada PT. PLN
Muljono, Djoko. 2009. Pengantar PPh dan PPh 21 Lengkap
dengan
Undang
–
Undang.
Yogyakarta: Penerbit Best Publisher Resmi, Siti. 2009. Perpajakan Teori dan Kasus. Yogyakarta: Salemba Empat Saidi, Djafar. 2010. Pembaruan Hukum Pajak: Edisi Revisi, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada Waluyo,
2010.
Perpajakan
Indonesia.
Jakarta:
Salemba Empat ........Peraturan
Menteri
Keuangan
Republik
Indonesia Nomor 25/PMK.03/2008.... ......... Undang – Undang No. 36 Tahun 2008.... 19
JURNAL ILMIAH ACCOUNTING CHANGES Oktober 2013, Volume 1, NO. 01, 10-07
ISSN 2339-1723
10 PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI MINYAK KELAPA SAWIT