PERENCANAAN SEBAGAI BASIS PENGAWASAN Pertemuan 2 Akuntabilitas Publik & Pengawasan
Mengapa Perencanaan
Perencanaan lahir karena adanya tujuan yang ingin dicapai manusia Sehingga tidak ada perencanaan tanpa adanya tujuan atau tidak akan tercapai tujuan tanpa adanya suatu perencanaan perencanaan selalu merefleksikan tujuantujuan yang akan dicapai pada masa datang. Karena itu, perencanaan harus berawal dari masa datang (start from the future)
Hambatan Pencapaian Tujuan masa depan bagi pertumbuhan manusia adalah dinamis dan penuh ketidakpastian (uncertainty), sehingga perlu usaha-usaha untuk mengidentifikasi kecenderungankecenderungan masa depan melalui perencanaan. Masa depan tidaklah bergerak linear (lurus) dan penuh kepastian, tetapi dinamis mengikuti perkembangan manusia. Karena kedinamisan itu, masa depan tidaklah pasti
Hambatan Pencapaian Tujuan masa depan bagi pertumbuhan manusia penuh dengan hambatan-hambatan (constraint), sehingga untuk mengurangi hambatan tersebut perlu dicarikan langkah-langkah antisipasinya melalui suatu perencanaan. Dalam hal ini, perencanaan tidaklah dimaksudkan untuk menghilangkan hambatan, tetapi hanya untuk meminimalisasi hambatan tersebut
Hambatan Pencapaian Tujuan keterbatasan sumberdaya (resources) yang ada memaksa manusia untuk merencanakan segala sesuatunya secara baik. Jumlah manusia yang terus bertambah, sementara sumber daya yang ada tidak bertambah, merupakan alasan mengapa perencanaan dibutuhkan
Proses Perencanaan
HUMAN MIND
PLANNING
DITUJUKAN PADA
HUMAN GROWTH
DINAMIKA LINGKUNGAN -Uncertainty -Constraint -Resources
REFLEKSI MASA DEPAN
PROBLEM
Model Human Mind analogy model pemikiran manusia (human mind model) menuntun kita untuk memahami suatu proses perencanaan perencanaan merupakan proses intelektual sebagai cara untuk mencapai tujuan perencanaan selalu menggunakan intelegensi dan tindakan rasional manusia perencanaan sangat pula ditentukan oleh arus sirkulasi informasi (sibernetik) dari lingkungan ke dalam pemikiran manusia
Model Human Mind perencanaan dalam analogy human mind juga dipengaruhi oleh technology image (citra teknologi) pikiran manusia dalam perencanaan merupakan system yang dapat merubahrubah tujuannya (hearining system) Citra manusia sangat ditentukan oleh memori pikirannya tentang lingkungan
Pertimbangan dalam Perencanaan
Essential Characteristics of Action Planning: Action to tackle problems in limited time frame Refers to a defined area Innovative, non-routine Should be “owned” by those involved Problems should be a legitimate one to tackle Relates to realistically available resources Those involved can learn from the process
Step in Action Planning STEP 1: Identify Problems
STEP 8: Communicate : Get Support
STEP 2: Set & Analyze Objectives
STEP 7: Define Tasks/Plan Action
STEP 3: Force Field Analysis
STEP 6: Decide/ Choose
STEP 4: Develop Options for Strategies
STEP 5: Analyze Impact Prioritize
SWOT Analysis The function of the development scenario is to ensure that actions developed in a short term action plan are not carried out in isolation, but link into future actions planned under a mid term strategic plan. This overall function will be achieved by: – Sketching out the environment of development by looking at the impact of present and likely future trends. A SWOT Analysis will be used for this – Reviewing the major issue areas identified – Analyzing linkages between decision areas. This will help to focus on areas that an be worked on without the need for major studies or decision on other areas
Problem Identification & Analysis Need to focus
– Problems can be overpowering, especially if staff is limited and lacking in capacity and/or capability. In this situation, it is important to focus on a limited number of problem areas which can be tackled, either in the short term or within a medium term
Relationship between goals, problems, and objectives
– Goals relate to the mission of organization – what your organization is supposed to achieve. – Problems mean that something is wrong in achieving the objectives – so they should be in the realm that organization is currently supposed to perform in. This is called the legitimacy of the problem area – the problem is redefined as a specific objective. The objective fits into the overall goals
Problem Tree Analysis: Tujuan Mendefinisikan dengan jelas masalah yang dihadapi Menganalisa penyebab masalah Menganalisa dampak yang disebabkan oleh masalah Memperoleh gambaran keseluruhan masalah dengan struktur yang jelas
Langkah Pertama Siapkan daftar dari permasalahan lingkungan yang utama
Langkah Kedua Identifikasi masalah yang paling serius
Masalah 1
Masalah 5
Masalah 6 Masalah 2 Masalah 4 Masalah 3
Langkah Ketiga Tuliskan pernyataan mengenai permasalahan utama dalam kalimat yang benar: - sebuah masalah merupakan suatu kondisi negatif - sebuah masalah bukanlah karena ketiadaan solusi - sebuah masalah haruslah merupakan masalah yang nyata, bukan kemungkinan, imajinasi atau masalah dimasa datang
Langkah Keempat Analisa permasalahan utama: - siapkan daftar penyebab permasalahan utama - siapkan daftar dampak yang akan terjadi akibat permasalahan utama
Langkah Kelima Siapkan sebuah diagram dalam bentuk pohon yang dapat menunjukkan: - penyebab (akar pohon) - dampak (cabang pohon)
Kehilangan kepercayaan kepada Perusahaan Bus
Dampak
Masyarakat telat ke kantor
Penumpang yang luka/terbunuh
Masalah Utama
Seringnya terjadi kecelakaan Bus
Pengemudi kurang berhati-hati
Penyebab
Usia tua kendaraan
Kondisi kendaraan yang buruk
Kondisi jalan yang buruk
Tiadanya perawatan
Langkah Keenam Review ulang secara keseluruhan diagram yang telah dibuat, verifikasi kembali validitasnya & ketidaklengkapannya
Setting Objectives: Pengembangan Kriteria Jika sasaran dimaksudkan untuk digunakan, maka sasaran tersebut harus spesifik Sasaran haruslah memungkinkan untuk diketahui dan kapan digunakan Sasaran haruslah memungkinkan untuk diukur, begitu juga dampaknya harus dapat diukur Sasaran seringkali dibiarkan tidak jelas sebagai pelindung apabila dikritisi Jika sasaran dibiarkan tidak jelas, maka orang tidak dapat mengkritisinya dengan baik Hal ini boleh-boleh saja bagi jajaran birokrasi untuk mempertahankan posisinya Tetapi tidak berguna apabila sasaran ditetapkan untuk mencapai peningkatan nyata kinerja yang diinginkan
Apakah Kriteria? Kriteria adalah kualitas yang harus dicapai oleh saaran agar dapat diukur Sasaran haruslah “SMART”, yakni: - Specific - Measurable (dapat diukur) - Attainable (dapat dicapai) - Realistic - Time Bound (memiliki batas waktu)
SMART Spesific, dalam arti spesifik tempatnya Measurable, dalam arti dapat diukur kinerjanya-apa yang harus dicapai bukan bagaimana mencapainya Attainable, dalam arti sasaran harus dapat untuk dicapai Realistic, karenanya penting sekali dukungan stakeholders dalam menetapkan sasaran, proses penetapan harus partisipatif Time Bound, adalah kritis bahwa sasaran berhubungan dengan kerangka waktu yang berharga, kerangka waktu ini harus dihubungkan dengan realitas politik dan sosial sebagaimana halnya aspek pembangunan fisik
Hasil Perencanaan
Perencanaan Partisipatif
Perencanaan Partisipatif – adalah seperangkat proses dimana kelompok dan kepentingan yang berbeda terlibat bersama dalam mencapai konsensus pada sebuah rencana dan implementasinya. Perencanaan Partisipatif berarti lebih dari sekedar partisipasi publik
Public participation and participatory planning compared Public participation
Participatory planning
Relation between the council and the public
The council embodies the interests of the community as a whole, and expresses these in its plan. The public should be informed about the plan and be given a chance to express views.
A council has to serve many different communities. There will be contentious issues that will need to be negotiated or even mediated amongst the interested parties during the process of developing a plan.
The plans
Plans and documents are drafted by the council in line with national guidance, so that already they have substantially resolved most conflicts. They are likely to require marginal adjustments not a fundamental effort to reconcile differences.
Stakeholders know their own needs and priorities. Planners need to listen to them, not assume that being planners means they already know the needs of others.
Skills
Skills are in making plans and policies that provide a local interpretation of national policy guidance, and then adjusting these in the light of information gained through the process of consultation.
Skills are in reaching out to diverse groups; listening to their own perception of needs/ priorities; clearly and systematically establishing and comparing the needs/priorities with the range of groups involved; identifying and negotiating adjustments, and maintaining the confidence of the different parties.
Who leads?
The professional planners lead the consultation and the collection, processing and reaction to views.
Independent mediators or planners, but many parties will be involved, including planners employed by the council.
Who participates?
Everyone has the same opportunity to participate. However, participants are usually an informed group though they may not be widely representative.
A determined attempt should be made to include groups traditionally marginalized from planning processes.
Some innovative techniques Place
Technique
Ingolstadt, Bavaria
'Day of Visions' in local theatre - music, workshops, special guests (e.g. Franz Beckenbauer). 5000 attended and 900 feedback cards were submitted by citizens with over 1500 ideas for urban development. Then six citizens' conferences, facilitated by expert mediators, had up to 25 participants and included 2-4 city council members, 3-6 administration and external experts and 15 citizens selected because they contributed to the specific topic of the conference. These were followed by 41 Round Tables (Autumn 2001), where citizens, councillors, experts from the administration and representatives of LA21 discussed a range of issues leading to consensus regarding the new Master Plan and the Local Agenda 21 Action Programme.
Groningen Province, Netherlands
The POP plan used many different techniques. One particularly interesting one was the outreach to young people through 'Groningen 2030', a story-line project (supported by the NoordXXI Interreg project) aimed at secondary school pupils, who were encouraged to develop their own plans. Pupils and teachers received information packs and staff received training in skills required in story-line techniques. The project culminated in a presentation by the pupils in the provincial government.
Verwall, Vorarlberg, Austria
This exercise seeking agreements amongst contending interests in a Natura 2000 area went through several planned stages. One of them involved the setting up of study groups (November 2001 to April 2002) focused on four main topics: agriculture, forestry, hunting, and tourism. There were then excursions and local inspections in the Natura 2000 area. This resulted in rough drafts of agreement being prepared (by members of the mediation team) covering the topic areas. These draft agreements were discussed in June-September 2002, which included a plenary meeting of the negotiation team, providing feedback to the original groups involved resulting in gradual revision and specification. These then formed separate chapters in the final draft version of the Agreement.
Bagaimana membuat masyarakat partisipatif (CLEAR approach) Faktor yang mempengaruhi partisipasi
Cara bekerjanya
Can do (dapat melakukan)
Sumberdaya individual yang dimiliki masyarakat untuk Peningkatan Kapasitas: ukuran dukungan khusus memobilisasi dan mengorganisasikan (berbicara, menulis, atau pengembangan target dan kemampuan teknis lainnya, serta kepercayaan diri untuk menggunakan kemampuan tersebut) akan membuat kapasitas yang berbeda dalam melakukan partisipasi
Like to (ingin melakukan)
Agar berkomitmen untuk berpartisipasi membutuhkan kesadaran untuk terlibat dalam entitas publik yang menjadi fokus keinginannya
Kesadaran komunitas; pelibatan masyarakat, modal sosial, dan citizenship
Enabled to (mampu melakukan)
Infrastruktur kemasyarakatan dari kelompok-kelompok dan organisasi payung dapat membuat perbedaan dalam berpartisipasi dikaitkan dengan struktur kesempatan yang dibuat agar masyarakat dapat berpartisipasi
Membangun infrastruktur kemasyarakatan sehingga kelompok-kelompok dan organisasi di sekitarnya dapat memfasilitasi partisipasi
Asked to (diminta untuk melakukan)
Memobilisasi masyarakat untuk berpartisipasi dengan menanyakan input kepada mereka dapat membuat perbedaan besar dalam partisipasi
Skema bagi partisipasi publik yang beragam, menarik, dan refleksif
Responded to (tanggap untuk)
Ketika masyarakat yang ditanya menyatakan akan terlibat jika mereka didengar, tidak sepenuhnya setuju, tetapi mampu melihat tanggapan
Sistem pembuatan kebijakan yang dapat menunjukkan kapasitas untuk menanggapi
Sumber: Stoker (2004)
Target kebijakan yang diinginkan