PEREMAJAAN PEMUKIMAN KAMPUNG PULO DENGAN PENDEKATAN PERILAKU URBAN KAMPUNG Jesieca Siema, Michael Tedja, Indartoyo Universitas Bina Nusantara, Jl. K.H. Syahdan No. 9, Kemanggisan, Jakarta Barat 11480, telp/fax (62-21) 5345830/5300244,
[email protected]
ABSTRACT City population is increasing every year in Jakarta, data from Department Population and Civil (2011) known East Jakarta is the most populous in Jakarta. Population in East Jakarta is 2.687.027 inhabitants, one dense settlement and slum in East Jakarta is Kampung Pulo with a population of about 10.022 inhabitants (2010) who lived on land ± 8 Ha. Research purposes is redevelopment settlement Kampung Pulo. Redevelopment is focused to Kampung Pulo RW 03. Location on RW 03 because settlements environment RW 03 more dense and slums, low-lying so often flooded. Methods used for research such as by observation, literature, interview. According to Geoffrey Broadbent in ‘Design in Architecture‘ there are 3 aspect major analysis the man, environment and building. Result of analysis is redevelopment Kampung Pulo with built vertical housing complex. (JS). Keywords: Slums, Redevelopment, Kampung Pulo, Urban Kampung.
ABSTRAK Penduduk DKI Jakarta semakin bertambah setiap tahun, berdasarkan data Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Pemerintah Provinsi DKI Jakarta pada 2011 diketahui wilayah Jakarta Timur merupakan wilayah terpadat di DKI Jakarta. Jumlah penduduk Jakarta Timur mencapai 2.687.027 jiwa, salah satu pemukiman padat dan kumuh di wilayah Jakarta Timur adalah Kampung Pulo dengan jumlah penduduk sebanyak 10.022 jiwa (tahun 2010) yang tinggal diatas lahan ± 8 Ha. Tujuan penelitian adalah mengetahui bentuk peremajaan yang tepat di Kampung Pulo. Peremajaan pemukiman padat dan kumuh ini difokuskan untuk Kampung Pulo RW 03. Pemilihan lokasi peremajaan pada RW 03 karena lingkungan pemukiman RW 03 lebih padat dan kumuh, memiliki dataran lebih rendah sehingga seringkali terkena banjir. Metode yang dilakukan dalam pengumpulan data antara lain dengan observasi, literatur, wawancara. Menurut Geoffrey Broadbent dalam buku ‘Design in Architecture’ terdapat 3 aspek utama yang dianalisa yaitu manusia, lingkungan, dan bangunan. Hasil analisa diketahui bahwa peremajaan Kampung Pulo RW 03 dengan membangun komplek rumah susun. (JS). Kata Kunci: Pemukiman Kumuh, Peremajaan, Kampung Pulo, Urban Kampung.
PENDAHULUAN Jumlah penduduk di Jakarta Timur berdasarkan perhitungan pemerintah Jakarta Timur mencapai 2.687.027 jiwa dengan jumlah rumah tangga sebanyak 621.876 KK (BPS 2011). Tingkat pertumbuhan penduduk di Kota Jakarta Timur 0.37% per tahun. Kepadatan penduduk yang cukup tinggi menjadikan banyak kawasan di Jakarta Timur yang menjadi pemukiman kumuh, salah satunya Kampung Pulo. Kampung Pulo merupakan kawasan permukiman yang padat dan berdiri di tanah negara. Penduduk yang tinggal didalamnya rata – rata berpenghasilan rendah, sehingga kualitas lingkungan semakin menurun. Warga tetap bertahan di Kampung Pulo karena lokasi Kampung Pulo yang cukup strategis, di sekitar kawasan ini sudah cukup tersedia sarana dan prasarana penunjang. Jumlah penduduk yang menempati Kampung Pulo pada tahun 2010 diketahui sebanyak 10.022 jiwa dengan luas area ± 8 Ha, maka didapat kepadatan per-Ha sekitar 1.317 jiwa/Ha. Keadaan tersebut menjadikan Kampung Pulo menjadi suatu pemukiman kumuh dalam mempertahankan kehidupan warga Kampung Pulo maka Kampung Pulo memerlukan perbaikan salah satu solusi memperbaiki Kampung Pulo dengan redevelopment.. Guna mewujudkan permukiman yang berkelanjutan, maka apa yang cocok dibangun untuk kawasan Kampung
1
Pulo ini. Kebutuhan ruang yang dibutuhkan harus membuat masyarakat yang sebelumnya tinggal di permukiman merasa nyaman dan dapat beradaptasi dengan lingkungan tempat tinggal baru-nya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan hunian yang dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakatnya dari segi sosial dan ekonomi.
METODE PENELITIAN Dalam penelitian ini pendekatan yang dilakukan adalah pendekatan secara kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah metode yang lebih menekankan pada aspek pengukuran secara obyektif terhadap fenomena. Kuantitatif bertujuan untuk membuat deskripsi secara sistematis, faktual, dan akurat tentang fakta – fakta dan sifat – sifat populasi atau objek tertentu. (Kriyantono, 2006:67) Jenis data yang dihasilkan berupa tabel dan grafik yang merupakan perbandingan variabel-variabel tertentu. Metode yang digunakan dalam penelitian yaitu dengan melakukan studi literatur dengan mengambil data-data berdasarkan referensi pustaka dan penelitian yang berkaitan dengan topik maupun proyek yang akan dirancang. Dalam menganalisa data, digunakan metode observasi yaitu peneliti turun langsung ke lapangan untuk mengamati 3 (tiga) aspek yang ditekankan dalam analisa (aspek manusia, lingkungan dan bangunan). Selain mengamati secara langsung, peneliti juga menggunakan metode wawancara untuk mendapatkan data lebih spesisfik mengenai keadaan Kampung Pulo jaman dahulu, perubahan Kampung Pulo, persetujuan warga akan peremajaan tempat tinggalnya, mengetahui kebutuhan ruang yang perlu disediakan nantinya. Hasil analisis kemudian akan menghasilkan sebuah skematik desain, peneliti akan lebih terarah dalam proses mendesain karena adanya standard ruang yang harus terpenuhi. Beberapa data penelitian berupa diagram sebagai berikut: Ruang bermain anak
Ruang kongkow/berkumpul
20%
53%
MCK di masingmasing rumah Masjid
20%
7%
Gambar 1.1 Diagram kebutuhan ruang warga Kampung Pulo Sumber: Hasil Olahan Peneliti
Rumah Susun
Rumah Deret
60%
27%
Tetap bertahan 13%
Gambar 1.2 Diagram penanganan pemukiman Kampung Pulo Sumber: Hasil Olahan Peneliti
2
Diagram tersebut membantu peneliti dalam mengelola tapak, sehingga desain yang dihasilkan peneliti dapat memenuhi kebutuhan warga Kampung Pulo.
HASIL DAN BAHASAN Peneliti menggunakan tiga (3) teori dalam menganalisa data dan menghasilkan desain, yaitu: Geoffrey Broadbent dalam buku “Design in Architecture” (1973), mengemukakan suatu pemahaman, bahwa: untuk perwujudan arsitektur, terdapat 3 (tiga) aspek atau sistim yang perlu ditinjau, yaitu: lingkungan, bangunan dan manusia. The New Urbanism menurut Peter Kartz dalam Marwati Gundhi (2008), bertujuan untuk menciptakan konsep perencanaan lingkungan yang mempunyai visi ke masa depan dengan mengkombinasikan keadaan masa lampau, sekarang dan masa yang akan datang. Figure Ground Theory, Figure/ground adalah alat yang sangat baik untuk mengidentifikasikan sebuah tekstur dan polapola sebuah tata ruang perkotaan (urban fabric), serta mengidentifikasikan masalah keteraturan massa/ruang perkotaan. (Zahnd, 1999:79). Teori ini membantu peneliti dalam proses analisa lingkungan. Warga menginginkan kehidupan yang lebih baik dan sehat di dalam lingkungan tempat tinggal mereka. Dalam mengupayakan lingkungan yang lebih baik bagi masyarakat Kampung Pulo maka berdasarkan fakta bahwa luasan Kampung Pulo dengan jumlah kepadatan penduduk tidak seimbang sehingga beberapa rumah harus berjarak kurang dari 5 (lima) meter dari Sungai Ciliwung, adanya fakta seperti ini sehingga menghasilkan bentuk redevelopment yang cocok di dalam Kampung Pulo berupa bangunan hunian vertikal selain berdasarkan fakta hal ini diperkuat oleh keinginan warga dan peruntukkan lahan Kampung Pulo berdasarkan RTRW 2030 tetap sebagai hunian. Peneliti menitik beratkan penelitian pada perilaku urban kampung karena isu yang muncul saat ini adalah masyarakat banyak yang tidak memilih tinggal di rumah susun. Alasan masyarakat tersebut karena lingkungan rumah susun tidak seperti lingkngan lama tempat tinggal mereka. Berdasarkan kutipan dari hasil Seminar Nasional Perumahan Strategi Percepatan Pembangunan Perumahan Nasional pada tanggal 15 Desember 2008, yaitu: dalam upaya menghadirkan rumah susun yang berdampak positif bagi masyarakat, Johan Silas (2004) mengatakan bahwa kita harus memiliki prinsip ”the show must go on”. Artinya rumah susun haruslah merupakan ”show” yang enak dan menarik untuk ditonton, serta disukai oleh masyarakat luas. Selanjutnya John FC Turner dalam bukunya ”Housing by People” (1976) mengatakan bahwa dalam merancang rumah susun, secara prinsip berbeda dengan merancang bangunan lain, karena; dalam merancang rumah susun, yang penting bukan apanya, tetapi bagaimana rumah susun tersebut dapat memberi dampak positif bagi penghuninya., dalam proses perancangan, calon penghuni harus diberi kesempatan, untuk dapat terlibat dalam proses pengambilan keputusan, sehingga hasil yang dicapai dapat sesuai dengan maksud dan tujuannya, serta bermanfaat bagi masyarakat, keputusan yang diambil dengan melibatkan partisipasi warga, hasilnya akan jauh lebih baik, dari pada keputusan yang diambil tanpa melibatkan masyarakat. Dengan demikian, pembangunan rumah susun yang memperhatikan budaya lokal, pola hidup calon penghuni, kondisi lingkungan, memenuhi standar layak pakai, tidak terkesan murah, dan pada proses perancangan maupun pengelolaan melibatkan masyarakat dalam pengambilan keputusan, ternyata hasilnya lebih berhasil, dari pada rumah susun yang dibangun tanpa memperhatikan budaya lokal, tidak memenuhi standar arsitektur, terkesan murah dan tidak melibatkan masyarakat dalam pengambilan keputusan. Hasil desain yang diciptakan peneliti berupa kawasan hunian vertikal beserta fasilitasnya seperti ruang serbaguna, kantor pengelola, masjid, toko, kios bagi beberapa ibu rumah tangga, perpustakaan. Berikut hasil desain:
3
Gambar 1.3 Denah rumah susun Sumber: Hasil Olahan Peneliti
Gambar 1.4 Desain rumah susun Sumber: Hasil Olahan Peneliti
Gambar 1.5 Tampak belakang rumah susun Sumber: Hasil Olahan Peneliti
4
Gambar 1.6 Tampak samping rumah susun Sumber: Hasil Olahan Peneliti
Gambar 1.7 Perspektif rumah susun Sumber: Hasil Olahan Peneliti
5
Gambar 1.8 Tampak depan-belakang ruang serbaguna dan masjid Sumber: Hasil Olahan Peneliti
Gambar 1.8 Desain toko Sumber: Hasil Olahan Peneliti
6
Gambar 1.10 Siteplan Kampung Pulo Sumber: Hasil Olahan Peneliti
7
SIMPULAN DAN SARAN Kampung Pulo terletak di lokasi strategis sehingga warga tidak ingin pindah dari Kampung Pulo dan mata pencaharian warga di Pasar Jatinegara yang berada di seberang Kampung Pulo, maka untuk memperbaiki kembali kondisi kampung ini agar permukiman tidak menjadi bertambah padat dengan cara peremajaan permukiman. Proyek peremajaan dengan membangun komplek hunian rumah susun yang sesuai dengan karakter warga Kampung Pulo, pendesainan bangunan dan lingkungan sesuai dengan karakter warga agar warga merasa nyaman tinggal di dalam lingkungan rumah susun sehingga lingkungan tersebut nantinya dapat bersifat berkelanjutan. Saran bagi peneliti selanjutnya, agar lebih memahami terlebih dahulu permasalahan dalam tapak dan sekitar tapak karena hal ini akan memudahkan peneliti menemukan arah penelitian.
REFERENSI -
-
Broadbent, Geoffrey. (1973). ‘Design in Architecture’. Indartoyo (2008). Seminar Nasional Perumahan Strategi Percepatan Pembangunan Perumahan Nasional. Jakarta. Laurens, Joyce Marcella. (2004). Arsitektur dan Perilaku Manusia. PT. Grasindo. Jakarta. Marwati, Gundhi. (2008). Peremajaan Permukiman Melalui Keswadayaan Masyarakat (Membangun dengan potensi masyarakat di Cigugur Tengah, Cimahi, Jawa Barat). Jurnal Permukiman Vol.3 No.1 Mei 2008. SNI 03-1733-2004 Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan Zahnd, M. 1999. Perancangan Kota Secara Terpadu. Kanisius. Yogyakarta.
RIWAYAT PENULIS Jesieca Siema lahir di kota Jakarta pada 09 Januari 1991. Penulis menamatkan pendidikan S1 di Universitas Bina Nusantara dalam bidang arsitektur pada 2013.
8