TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Penyebaran Ayam Kampung Ayam Kampung jenis ayam asli Indonesia. Ayam Kampung dikelompokkan ke dalam 31 galur ayam lokal (Nataamijaya, 2008). Ayam lokal dapat digolongkan sebagai tipe pedaging (ayam Pelung, ayam Nagrak, ayam Gaok, dan ayam Sedayu), petelur (ayam Kedu Hitam, ayam Kedu Putih, ayam Nusa Penida, ayam Nunukan, ayam Merawang, ayam Wareng, dan Ayam Sumatera) dan dwiguna (ayam Sentul, ayam Bangkalan, ayam Olagan, ayam Kampung, ayam Ayunai, ayam Melayu, dan ayam Siem). Selain itu dikenal pula ayam tipe petarung (ayam Banten, ayam Ciparage, ayam Tolaki, dan ayam Bangkok) dan ayam kegemaran atau hias, seperti ayam Pelung, ayam Gaok, ayam Tukung, ayam Burgo, ayam Bekisar dan ayam Walik. Ayam Kampung betina memiliki bulu leher, punggung, dan sayap yang berwarna lurik abu-abu, bulu dada berwarna putih, dan bulu ekor berwarna hitam keabuan (Moniharapon, 1997). Sartika (2000) menyatakan bahwa keragaman karakteristik fenotipik
(kinerja produktivitas,kualitas telur, ukuran dan jengger
tinggi) pada ayam Kampung masih tinggi pada populasi dasar sehingga untuk program seleksi dapat dilakukan.
Gambar 1. Ayam Kampung Betina dan Ayam Kampung Jantan Mansjoer (1985) menyatakan bahwa nenek moyang ayam Kampung adalah ayam hutan merah (Gallus gallus). Dilaporkan bahwa jarak genetik antara ayam Kampung dengan ayam hutan merah (Gallus gallus) lebih dekat dibandingkan dengan ayam hutan hijau (Gallus varius). Berdasarkan hasil penelitian Sartika et al.
2
(2004), ayam Kampung dan ayam Sentul mempunyai hubungan kekerabatan yang paling dekat (satu kelompok) kemudian diikuti oleh ayam Kedu Hitam dan ayam Pelung. Ilustrasi ayam Kampung disajikan pada Gambar 1. Pertumbuhan Herren (2000) menyatakan bahwa ternak mengalami pertumbuhan secara cepat sejak lahir hingga ternak mencapai dewasa kelamin. Pada periode ini, ternak mengalami pertumbuhan jaringan dan otot secara cepat. Setelah mencapai dewasa kelamin, ternak akan tetap mengalami pertumbuhan, namun kecepatan pertumbuhan semakin berkurang sampai dengan pertumbuhan tulang dan otot berhenti. Soeparno (1992) menyatakan bahwa pertumbuhan diawali dengan pertumbuhan tulang yang cepat setelah pubertas, laju pertumbuhan otot menurun dan deposisi lemak mulai meningkat. Pertambahan besar tulang berperanan penting karena berguna untuk melindungi perkembangan organ-organ tubuh yang lunak, organ-organ reproduksi disamping sebagai tempat pertautan otot (Sisson dan Grossman, 1953).
Ukuran Bentuk Tubuh Ayam Kampung Menurut Hutt (1949) pengukuran pada tulang ternak unggas merupakan suatu cara yang akurat untuk menentukan ukuran tubuh. Hasil penelitian Nishida et al. (1980) menyatakan bahwa bentuk tubuh ayam Kampung di Indonesia dapat dibedakan berdasarkan panjang sayap dan tinggi jengger. Ukuran tulang paha, betis dan shank serta perbandingan antara panjang shank dengan lingkar shank, efektif digunakan dalam menduga konformasi tubuh (Nishida et al. ,1982). Ukuran tubuh ayam Kampung jantan dan betina dewasa di Indonesia, disajikan pada Tabel 1 (Nishida et al.,1982). Pengukuran ukuran linear permukaan tubuh ternak sebagai sifat kuantitatif dapat digunakan dalam seleksi (Mulliadi, 1996). Dijelaskan lebih lanjut bahwa pengukuran ukuran linear permukaan tubuh tersebut dilakukan untuk memperoleh perbedaan ukuran-ukuran tubuh dalam populasi ternak. Menurut Scanes (2003) perbedaan ukuran tubuh pada saat dewasa kelamin dapat memberikan penampakan yang berbeda pada setiap ternak.
3
Tabel 1. Rataan Ukuran Kerangka Tubuh Ayam Kampung Jantan dan Betina di Indonesia Variabel
Jantan
Betina
-----------------(mm)-----------------Panjang Shank
102,26
87,25
Panjang Tibia
150,06
128,69
Panjang Femur
95,22
86,41
Lingkar Shank
41,72
36,45
Panjang Jari Ketiga
73,42
65,98
Tinggi Jengger
25,76
12,24
Panjang Maxilla
65,77
61,61
Panjang Sayap
216,58
196,10
Sumber : Nishida et al. (1982)
Morfometrik Morfometrik diartikan sebagai suatu cara yang mencakup pengukuran bentuk atau suatu cara pengukuran yang memungkinkan sesuatu untuk diuji. Berdasarkan pengertian diatas, maka terdapat dua komponen besar mengenai morfometrik, yaitu size atau ukuran dan shape atau bentuk. Size dapat diartikan sebagai dimensi, besar, volume, ukuran relatif, sedangkan shape atau bentuk diartikan sebagai model, pola, karakteristik sebagai pembeda panampilan eksternal (Biology Online Team, 2005). Ayam kampung
(Gallus-gallus) diklasifikasikan ke dalam ternak yang memiliki berbagai organ tubuh yang
dapat diukur. Penelitian morfometrik pada ayam Kampung telah banyak
dilakukan di berbagai daerah (Kendal, Pemalang, Brebes dan Sukaharjo,). Bagian-bagian linear permukaan tubuh yang diamati meliputi panjang tibia, panjang femur, panjang tarsometatarsus, panjang sayap, lingkar tarsometatarsus, panjang maxilla, tinggi jengger dan panjang jari ketiga. Berikut ini disajikan definsi bagian-bagian linear permukaan tubuh ayam Kampung. Menurut Herren (2000) tubuh hewan akan mengalami pertumbuhan cepat dimulai sejak hewan lahir sampai dewasa kelamin. Beberapa sifat yang berhubungan dengan produktivitas unggas yaitu panjang shank (betis), lingkar tarsometatarsus, lingkar dada, panjang paha dan 4
dada, sedangkan pertambahan ukuran tubuh ditentukan oleh besar ukuran dari organorgan tubuh, otot dan pertumbuhan tulang (Hutt, 1949). Ukuran dari tulang paha, betis dan shank serta perbandingan antara panjang shank dengan lingkar shank menunjukkan nilai-nilai yang efektif untuk pendugaan konformasi tubuh. Ukuran tubuh ayam dipengaruhi oleh jengger, panjang tibia, panjang sayap dan panjang femur (Nishida et al., 1980)
Panjang Tibia Tulang tibia adalah bagian anggota badan yang sering disebut dengan drumstick yang terdiri atas balutan fibula dan tibia yang bergabung dengan baris proksimal dari tulang tarsal ke bentuk tibiotarsus (McLelland, 1990). Menurut Budipurwanto (2001) panjang tibia ayam Kampung betina di empat lokasi penelitian yang berbeda (Kendal, Pemalang, Brebes dan Sukaharjo) adalah 11,90-12,87 cm pada umur 4-6 bulan, sedangkan pada jantan sebesar 12,44–14,12 cm. Candrawati (2007) menyatakan bahwa ayam Kampung jantan memiliki panjang tibia sebesar 15,30 cm; sedangkan betina sebesar 12,31 cm. Panjang tulang betis (tibia) didapatkan jantan 16,29 cm dan 12,86 cm pada betina (Mansjoer et al., 1996). Sartika (2000) menyatakan bahwa panjang tibia memiliki korelasi positif dengan bobot badan. Panjang Femur Tulang femur berbentuk agak melengkung, kuat serta silindrikal. Bagian ujung distal berartikulasi dengan tibia, fibula dan patella (Sisson dan Grossman, 1953). McLelland (1990) menyatakan bahwa tulang femur merupakan tulang yang terdapat diantara tulang pelvis bagian atas dan tulang tibia di bagian bawah. Bagian ujung distal dari femur miring secara kranioteral yang membawa banyak anggota badan bagian belakang mendekat ke pusat gravitasi tubuh.
Menurut Candrawati (2007) panjang femur pada ayam Kampung adalah 10,23 cm pada jantan dan 8,35 cm pada betina. Panjang tulang paha (femur) pada ayam Kampung jantan didapatkan 10,93 cm dan 9,12 cm pada betina (Mansjoer et al., 1996).
5
Panjang Sayap Tulang sayap ayam terdiri atas dua tulang yaitu radius dan ulna merupakan bagian dari proximal dari hewan. Radius adalah tulang yang terkecil dari sayap yang berbentuk silinder dan melengkung dengan permukaan konkaf terhadap ulna; sedangkan tulang ulna memiliki ukuran yang lebih besar daripada radius, bentuknya melengkung dan menghadap ke radius serta kedua jaraknya cukup luas (Sisson and Grossman, 1975). Mitra unggas (2008) menambahkan bahwa sayap juga berperan dalam pengeraman telur. Sayap yang panjang akan mengindikasikan bahwa ayam mampu bertelur banyak dan mampu mengerami telur dalam jumlah yang banyak pula. Suprijatna et al. (2005) menyatakan bahwa ulna, femur, tibia,fibula dan tarsus merupakan salah satu tempat penimbunan kalsium yang sangat diperlukan oleh ayam untuk memproduksi telur. Gambar 2 menunjukkan letak tulang sayap pada ayam
Kampung.
Keterangan: 1= Tulang jari 1 ; 2 = Tulang jari 2 ; 3= Tulang jari 3; 4= Metacarpus 5= Radius; 6= Ulna; 7= Humerus Sumber: Mc Henry (2008)
Gambar 2. Letak Tulang Sayap Pada Ayam Kampung Produksi telur memerlukan CaCO3 untuk membentuk kerabang dan untuk memenuhi kebutuhan ini, terdapat suatu struktur tulang yang disebut medulla bones atau tulang pipa yang salah satunya terdapat pada ulna. Candrawati (2007) menyatakan
bahwa ayam Kampung jantan memiliki panjang sayap sebesar 23,48 cm dan pada betina sebesar 19,21 cm. Panjang Tarsometatarsus Menurut Sisson dan Grossman (1975) tarsometatarsus diwakili oleh sebuah tulang yang panjang dan dibentuk oleh persatuan metatarsal yang kedua, ketiga dan
6
keempat. Pada ayam dewasa, tulang metatarsus terdiri atas satu tulang yang dibentuk dari penggabungan dari tulang metatarsus kedua, ketiga, keempat dan tarsal pada proximal Panjang tarsometatarsus (shank) merupakan bagian dari pengukuran morfometrik pada ayam Kampung. Hasil penelitian. Nugraha (2007) menyatakan bahwa panjang shank pada ayam Kampung jantan adalah 110,04±9,11 mm, sedangkan pada betina 85,81±4,82 mm. Menurut Kurnia (2011) rataan panjang shank ayam Kampung 81,56±2,93 mm pada jantan dan 73,19±5,76 mm pada betina. Pertumbuhan ayam Kampung dipengaruhi jenis kelamin dan panjang shank yang merupakan penduga yang paling valid dibandingkan dengan panjang paruh, lebar dada dan lingkar dada karena memiliki korelasi tinggi dan nyata terhadap bobot badan pada umur 4-12 minggu (Kurnia, 2011). Lingkar Tarsometatarsus Lingkar metatarsus merupakan keliling dari shank yang dapat dijadikan acuan mengetahui bentuk kerampingan dari shank (Mansjoer,1981). Menurut Mulyono et al. (2009) menyatakan bahwa lingkar shank dihubungkan dengan kemampuan unggas untuk menopang tubuh. Menurut Candrawati (2007) rataan ukuran lingkar tarsometatarsus pada ayam Kampung adalah 5,33 ± 0,74 cm pada jantan, sedangkan pada betina sebesar 3,96 ± 0,30 cm. Panjang Maxilla(Ossa maxillaria) Hasil penelitian Candrawati (2007) menyatakan bahwa panjang maxilla pada ayam Kampung diperoleh sebesar 3,60 ± 0,37 cm pada jantan dan 3,17 ± 0,19 cm pada betina.Panjang maxilla pada ayam lokal Indonesia pada jantan sebesar 63,40 mm, sedangkan pada betina sebesar 58,10 mm (Nishida et al., 1980). Panjang Jari Ketiga Menurut McLelland (1990) pada kebanyakan burung termasuk ayam lokal ditemukan digit 1 sampai IV. Tulang ini memperlihatkan suatu variasi yang baik dalam struktur. Posisi dari jari-jari menyatakan kepentingan dalam taksonomi yang dihubungkan dengan posisi saat bertengger ataupun tidak bertengger. Badriah (2011) menyatakan jari ketiga berfungsi untuk menyeimbangkan tubuh saat bertengger. Panjang jari ketiga ayam Kampung sebesar 6,37 ± 0,33 cm pada jantan dan 5,28 ±
7
0,49 cm
pada betina diperoleh pada penelitian Candrawati (2007). Menurut
Kurniawati (2008) panjang jari ketiga ayam Kampung ditemukan sebesar 5,32±0,44 cm pada jantan dan 4,59±0,4 cm pada betina.
Jengger (Pecten oculli capilaries) Warna dari jengger dapat digunakan sebagai penanda dari jenis unggas (McLelland, 1990). Jengger sangat berperan dalam sistem sirkulasi darah karena berfungsi sebagai termoregulator tubuh terhadap suhu lingkungan. Saat suhu lingkungan dingin, aliran anastomoses Artery-Venous (A-V) mengirimkan darah arteri menuju 32 vena untuk menghangatkan sebagian darah yang dingin dari kapiler (Lucas dan Stettenheim, 1972). Nishida et al. (1982) menyatakan bahwa ukuran jengger dipengaruhi oleh kerja hormon yang timbul sebagai salah satu karakter kelamin sekunder. Gambar 3 mengilustrasikan bentuk jengger menurutMc Henry(2008).
Sumber: Mc Henry (2008)
Gambar 3. Bentuk Jengger pada Ayam Hutt (1949) menyatakan bahwa ukuran tinggi jengger dipengaruhi oleh aktivitas testis. Semua bangsa ayam memiliki jengger dan beberapa jengger berukuran kecil (Lucas dan Stettenheim, 1972). Menurut Sulandari et al. (2007) ayam Kampung
memiliki bentuk jengger yang sangat bervariasi. Hasil penelitian Candrawati (2007) ayam Kampung jantan memiliki tinggi jengger sebesar 6,98 cm dan sebesar 2,79 cm
8
pada betina. Ukuran jengger pada ayam dipengaruhi kerja hormon yang merupakan salah satu karakter kelamin sekunder (Nishida et al., 1980). Panjang Dada Panjang dada merupakan panjang tulang sternum (Kusuma, 2002). Panjang dada ayam Kampung sebesar 13,08 ± 1,03 cm pada jantan dan 10,51 ± 0,81 cm pada betina diperoleh dari hasil penelitian Candrawati (2007). Lebih lanjut dijelaskan dalam penelitian ini jumlah jantan yang digunakan 28 ekor dan betina 96 ekor. Lebar Dada Lebar dada adalah peubah terbaik pada ayam Sentul betina untuk menduga bobot badan (Kurnia, 2011). Menurut Mansjoer (1985) lebar dada mempunyai korelasi positif dengan bobot badan. Lebar dada yang lebar menunjukkan adanya ruangan yang cukup bagi kerja organ-organ dalam (Kusuma, 2002). Dalam Dada Pernomo (2011) menyatakan dalam dada merupakan peubah yang dapat digunakan untuk mengetahui bobot badan ternak yang memiliki korelasi linear terhadap bobot badan. Dalam dada merupakan diameter vertikal dari badan ternak yang dianggap volume ruang tabung sehingga dalam dada memiliki korelasi yang positif terhadap bobot badan ternak (Utami, 2008). Bobot Badan Bobot badan merupakan salah satu sifat kegenetikan ternak yang memiliki nilai ekonomis tinggi, dan merupakan indikator untuk menduga poduksi daging ternak (Mansjoer, 1985). Ayam Kampung memiliki rataan bobot badan sebesar 1.171,0-1.555,6 g (Mansjoer,1995). Menurut Alfahriani (2003) rataan bobot ayam Kampung ditemukan sebesar 1.148,49 g pada jantan dan 1.132,22 g pada betina di kecamatan Leuwiliang Bogor. Dijelaskan lebih lanjut bahwa keragaman bobot badan disebabkan sistem pemeliharaan yang tidak seragam diantara peternak yang dijadikan responden. Budipurwanto (2001) menyatakan bahwa rataan bobot badan ayam Kampung pada jantan umur 4-6 bulan sebesar 1,47-1,78 kg. Hasil penelitian Mulyono dan Pangestu (1996) menyatakan bahwa pemeliharaan ayam Kampung secara intensif dapat menghasilkan bobot badan sebesar 1.815 ± 353 g pada jantan dan sebesar 1.382 ± 290 g pada betina. Hasil
9
penelitian Kurnia (2011) menyatakan penyebab terjadinya perbedaan bobot badan pada ayam Kampung dipengaruhi faktor genetik dari ayam Kampung, kualitas pakan, dan lingkungan sekitar. Hasil penelitian Mansjoer et al. (1996) rataan bobot badan ayam Kampung jantan yang telah dewasa sebesar 2,24 kg dan 1,67 kg pada betina. Perubahan ukuran yang meliputi perubahan pada berat hidup, bentuk, dimensi linear dan komposisi tubuh, termasuk perubahan komponen-komponen tubuh dan organ serta komponen-komponen kimia terjadi pada fase pertumbuhan (Soeparno, 1998). Mulliadi (1996) menyatakan bahwa bobot badan dipengaruhi kondisi pemeliharaan dan pengaruh pemberian pakan. Statistik Deskriptif dan T2-Hotelling Statistik deskriptif meliputi nilai tengah, ragam, simpangan baku dan koefisien keragaman (Mattjik et al., 2002). Nilai tengah atau rataan adalah ukuran pemusatan data yang menimbang data menjadi dua kelompok yang memiliki massa yang sama. Ragam atau variance menurut Mattjik et al. (2002) yaitu ukuran penyebaran data yang mengukur rata-rata jarak kuadrat semua titik pengamatan terhadap titik pusat (rataan), sedangkan simpangan baku (standard deviation) populasi yaitu akar dari ragam. Koefisien keragaman atau coefficient of variation merupakan simpangan baku yang dinyatakan sebagai persentase dari rata-rata (Walpole, 1993). Gaspersz (1992) menyatakan bahwa statistik T2-Hotelling bertujuan untuk mendapatkan perbedaan vektor nilai rata-rata diantara dua populasi. Pengujian statistik ini dapat dilakukan sekaligus atau secara bersamaan pada banyak variabel pengukuran. Hasil T2-Hotelling jika diperoleh nyata, maka dapat dilanjutkan untuk pengujian lebih lanjut seperti Analisis Komponen Utama dan Analisis Diskriminan. Analisis Komponen Utama Analisis Komponen Utama (AKU) bertujuan untuk menerangkan struktur ragam-peragam melalui kombinasi linier variabel-variabel. AKU secara umum bertujuan mereduksi data dan mencoba untuk menterjemahkannya (Gaspersz, 1992). Hasil penelitian Nishida et al. (1982) vektor eigen pada komponen utama pertama sebesar 0,544 untuk panjang tibia dan 0,429 untuk panjang sayap yang dapat digunakan sebagai pembeda dalam hal ukuran (size) tubuh ayam Kampung. Gaspersz (1992) menyatakan bahwa komponen utama pertama merupakan kombinasi linear 10
terbobot variabel asal yang dapat menerangkan keragaman data dalam persentase (proporsi) terbesar. Keunggulan teknik komponen utama yaitu suatu teknik analisis untuk mengatasi masalah multikolinearitas dalam analisis regresi klasik yang melibatkan banyak variabel bebas (Gaspersz, 1992). Hasil analisis ini dapat ditampilkan dalam diagram kerumunan berdasarkan skor komponen utama pertama (skor ukuran) dan skor komponen utama kedua (skor bentuk) (Otsuka et al. 1982). Analisis Regresi Komponen Utama Analisis Regresi Komponen Utama (ARKU) merupakan kombinasi dari teknik Analisis Regresi dengan Analisis Komponen Utama, yang pada dasarnya merupakan teknik analisis regresi yang dikombinasikan dengan teknik analisis komponen utama. Tujuan ARKU adalah untuk menyederhanakan variabel yang diamati dengan cara mereduksi dimensinya. Penggunaan ARKU biasanya dilakukan dalam studi penelitian yang melibatkan variabel bebas dan saling bergantung satu sama lain (Gaspersz, 1992). ARKU dapat dilakukan melalui proses komputasi dengan
aplikasi
MICROSTAT,
STATGRAPHICS,
SAS,
SPSS
dan
STATPRO(Gaspersz, 1992).
11