AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah
Volume1, No 2, Mei 2013
PERBAIKAN KAMPUNG DI SURABAYA TAHUN 1953: STUDI KASUS KAMPUNG KETANDAN DAN KAMPUNG KEBANGSREN Intan Yulandara Jurusan Pendidikan Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Surabaya E-mail:
[email protected]
Agus Trilaksana Jurusan Pendidikan Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Surabaya Abstrak Program Perbaikan Kampung merupakan program yang diupayakan oleh pemerintah. Program ini menitikberatkan pada pemberdayaan warga untuk mengelolah kampung tersebut manjadi kampung mandiri. Keadaan kampung yang terbilang kumuh dan kurang memenuhi syarat untuk dikatakan sebagai lingkungan sehat merupakan salah satu faktor pendorong perbaikan kampung di Surabaya tahun 1953. Penelitian program perbaikan kampung di Surabaya khususnya Kampung Ketandan dan Kampung Kebangsren di Tahun 1953 dieksplanasikan menggunakan konsep modernisasi, karena adanya perbaikan Kampung tersebut merupakan sebuah fenomena dari bentuk modernisasi. Selain itu penelitian ini juga menggunakan konsep modernisasi slum dan model perencanaan Van Dusseldorp. Penggunaan slum dalam mendekati kasus di Kampung Ketandan dan Kebangsren didasarkan atas kondisi kampung yang dapat dikategorikan kampung melarat yang tidak dapat meremajakan lingkungan kampungnya sendiri secara swadaya. Model perencanaan Van Dusseldorp dipergunakan untuk mendekati adanya planning oleh Pemerintah Kota Besar Surabaya dalam mengaggendakan program perbaikan kampung di Ketandan dan Kebangsren sejak 1950 dan terealisasikan pada 1953.Hasil dari penelitian ini adalah Perbaikan Kampung Ketandan dan Kebangsren dilakukan untuk memperbaiki keadaan jalan yang sudah tidak layak dan saluran air got. Perbaikan kampung pada 1953 di Ketandan dan Kebangsren tidak hanya memberikan perubahan pada aspek fisik (infrastruktur) saja, melainkan juga aspek non fisik (budaya hidup non higienis menjadi budaya hidup sehat) penduduk kampung. Kata Kunci : Pembangunan
Abstract Kampung Improvement Program is a program that sought by the government. This program focuses on empowering citizens to manage the kampung became an independent kampung. State of the kampung is fairly rundown and poorly qualified to be regarded as a healthy environment is one of the driving factors in Surabaya kampung improvement in 1953. Research Kampung Improvement Program in Surabaya especially Kampung Ketandan and Kampung Kebangsren in 1953 eksplanation using the concept of modernization, because of the improvement of the kampung is a phenomenon of the form of modernization. In addition, this study also uses the concept of slum modernization and planning models Van Dusseldorp. Slum use in approaching the case in Kampung Ketandan and Kebangsren is based on conditions that can be categorized kampung destitute kampung that can not rejuvenate itself independently kampung environment. Van Dusseldorp planning models used to approach the planning by the City Government of Surabaya in mengaggendakan Great the Kampung Improvement Program in Ketandan and Kebangsren since 1950 and realized in 1953. The results of this study are Kampung Improvement Ketandan and Kebangsren done to improve the state of the road that is not viable and sewer drains. Improvements in the kampung Ketandan and Kebangsren in not only provide the changes in the physical aspects (infrastructure), but also non-physical aspects (nonhygienic living culture into a culture of healthy living) residents of the kampung. Keywords: Development .
PENDAHULUAN Salah satu kajian dalam studi sejarah perkotaan adalah
menarik
mencangkup
berlatar
masalah
lingkungan,
jika
dikaji
adalah
permasalahan
pemukiman
penduduk perkotaan. Karakteristik masyarakat kota yang
menilik
permasalahan lingkungan perkotaan maka yang paling 143
belakang
plural
telah
menggambarkan
AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah
Volume1, No 2, Mei 2013
karakteristik yang khas pula dalam segi kehidupan
mendukung
mereka. Berbagai kelompok etnis yang tersebar di
Surabaya dari tahun ke tahun menjadi daya tarik
Surabaya membentuk suatu perkampungan berdasarkan
penduduk luar daerah untuk mengadu nasib di Surabaya.
etnis tertentu, misalnya Kampung Arab di Ampel dan
Pada 1950-an Surabaya dihadapkan pada suatu kenyataan
Kampung Madura di sekitar wilayah Surabaya Timur.
bahwa jumlah penduduk dalam kurun beberapa tahun
Kampung-kampung Surabaya pada perkembangannya
saja telah meningkat kurang lebih 400.000 orang pada
telah menunjukkan eksistensinya masing-masing, ini
jaman Jepang menjadi 1.000.000 orang pada masa awal
tidak lepas dari program Pemerintah Kota Surabaya
1950-an.3
dengan
inovasi-inonasi
yang
dikeluarkan
kondisi
tersebut.
Perkembangan
Kota
guna
Peningkatan jumlah penduduk Surabaya lambat laun
mendayagunakan masyarakat kampung untuk belajar
membentuk pluralis di perkampungan Surabaya. Pluralis
secara mandiri mengelola lingkungan kampung setempat.
yang terbentuk justru membangun karakteristik yang unik
Pada umumnya kota-kota di Indonesia termasuk
antar masyarakat yang ada di dalamnya. Di sisi lain
Kota Surabaya, terbentuk melalui hasil aglomerasi dan
keanekaragaman penduduk kampung yang berasal dari
densifikasi dari perkembangan kampung-kampung yang
berbagai
ada dan mengalami perkembangan di perkotaan tersebut.
1
daerah
telah
bangunan-bangunan
liar
mendorong di
area
memunculkan
Kota
Surabaya.
Di sisi lain bangunan-bangunan kampung tergerus oleh
Logikanya, ketika para imigran datang ke Surabaya
arus perubahan zaman. Keberadaan perkampungan masih
dengan tidak membawa modal yang cukup untuk
dianggap sebagai cermin lingkungan hidup masyarakat
membeli tanah dan mendirikan rumah secara syah, maka
kelas rendahan dengan permasalahan yang kompleks.
pilihan yang paling mudah adalah mendirikan bangunan
Berbagai permasalahan kompleks yang melanda pada
secara ilegal di atas tanah yang ilegal pula. Pola
perkampungan seakan dijadikan sebagai gambaran
pendirian bangunan seperti itulah yang menimbulkan
negatif yang menghiasai sisi lain lingkungan perkotaan
problematika perkampungan di Surabaya.
Surabaya.
Jauh sebelum masa sekarang ini dan orde baru,
Realita dari bentuk fisik perkampungan biasanya digambarkan
dengan
rumah-rumah
yang
tepatnya sejak awal kemerdekaan sekitar tahun 1950-an
sangat
implementasi dari daerah otonom Surabaya telah
sederhana yang terbuat dari bahan kayu-kayu dan
memulai berbagai pembenahan tata kota. Salah satu
sebagian besar pula terbuat dari bahan bambu. Selain itu
agenda dari kota Surabaya saat itu adalah urgensi tentang
juga ada yang terbuat dari bahan-bahan bekas dan posisi
perbaikan perkampungan atau permukiman penduduk
rumah saling berhimpitan sepanjang lorong-lorong gang
pribumi. Perbaikan ini sebagai perhatian atas banyaknya
2
yang sempit dan kotor. Kesan-kesan bercitrakan negatif
rumah-rumah
seperti itulah yang terbangun jika melihat realitas
kemerdekaan atau sengaja dibumi hanguskan oleh
perkampungan di Surabaya pada umumnya.
penduduk yang pada saat itu mengungsi ke luar kota agar
Permasalahan
dari
perang
dengan problem pemukiman saja, tetapi juga masalah
banyak elemen kampung seperti saluran pembuangan air
sosial.
Surabaya
kotor, jamban umum maupun pengadaan air bersih yang
merupakan bentuk dari pluralism Surabaya itu sendiri,
hancur akibat perang. Oleh karena itu perlu mendapatkan
arus
perhatian yang lebih dari pemerintahan untuk segera
urbanisasi
penduduk
hanya
akibat
tidak dimanfaatkan oleh pihak lawan. Selain itu juga
sosial
tidak
hancur
erat
Kondisi
perkampungan
yang
perkampungan
dari
berbagai
wilayah
mengadakan suatu program perbaikan.
1
Akudiat, 2008. Masuk Kampung Keluar Kampung. Surabaya: Henk Publika, hlm. Pengantar. 2 Purnawan Basundoro, 2009. Dua Kota Tiga Jaman Surabaya dan Malang. Yogyakarta: Ombak, hlm. 15
3
144
Ibid, hlm. 120
AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah
Volume1, No 2, Mei 2013
Pada dasarnya rencana urgen tentang perbaikan kampung-kampung
Surabaya
1953
ramainya sebuah pertokoan yang ada di daerah pusat
merupakan perbaikan secara bertahap atau perbaikan
Kota Surabaya kini.6 Kampung Ketandan dan Kampung
tambal sulam dengan sasaran infrastruktur umum di
Kebangsren adalah wilayah perkampungan yang berada
wilayah kampung. Perbaikan-perbaikan yang telah
di pusat Kota Surabaya. Lokasi administrasinya yang
direncanakan
di
berada pusat Kota Surabaya menjadikannya sebagai
Surabaya. Keadaan kampung yang biasanya berpenduduk
kampung yang dikelilingi oleh gedung-gedung sentra
padat
bisnis dan pusat keramaian.
meliputi
diidentikkan
pada
seluruh
dengan
tahun
kampung itulah yang menjadi cikal bakal hingga
perkampungan
prasarana
yang
tidak
memadai, jalan dan gang sempit sekali, becek, tidak
Perbaikan kampung di Ketandan dan Kebangsren
diaspal, air bersih tidak ada, serta problem lainnya
memiliki keunikan tersendiri diatara kampung-kampung
menjadi perhatian Kota Surabaya.
4
Jika mendengar
lainnya di Surabaya. Peremajaan kampung di Ketandan
perbaikan kampung dalam tafsir kita akan terpaku adanya
dan Kebangsren merupakan langkah nyata Pemerintah
perbaikan rumah-rumah penduduk yang reyot, tetapi pada
Kota
hakekatnya perbaikan perkampungan di kota khususnya
Kampung Ketandan dan Kebangsren yang banyak dihuni
keperluan rumah tangga, air bersih, jamban, tong sampah,
oleh bangunan liar yang didirikan para imigran yang
got-got adalah sasaran vital dalam perbaikan.
mengadu nasib di sekitar kawasan Segitiga Tunjungan.
Kampung Ketandan dan Kebangsren merupakan
Besar
Penataan
Surabaya
kampung
dalam
dengan
menata
langkah
lingkungan
perbaikan
di
objek dari perbaikan kampung pada 1953. Di balik sosok
Ketandan dan Kebangsren merupakan upaya Pemerintah
gemerlapnya
perkotaan
Kota Besar Surabaya untuk menanggalkan status kumuh
Tunjungan
masih
dan
perkantoran
menyimpan
sebuah
di
Jalan sebuah
wilayah
perkampungan Tunjungan asli yang berusaha bertahan di
tersebut,
karena
wilayah
Ketandan
dan
Kebangsren merupakan pusat segitiga emas ekonomi
5
tengah himpitan kota, yaitu Kampung Ketandan. Selain
Surabaya yang secara langsung menjadi “jujugan” para
Kampung Ketandan, terdapat Kampung Kebangsren yang
pendatang. Pentingnya dalam sebuah pembangunan
lestari di area tersebut. Kampung-kampung tersebut
adalah adanya peran serta antara pemerintah dan
dihimpit oleh gedung-gedung bisnis yang tertutup oleh
penduduk sekitar dalam mendukung perbaikan tersebut
kegemerlapan kota. Kampung Kebangsren dan Ketandan
Pada tahun 1953
merupakan bekas lahan kuburan (bong cina) dan tegalan.
tengah kota tersebut merupakan sebagai contoh kasus
Selain
tersebut
perbaikan kampung Surabaya secara luas dan terjadi di
memiliki keterikatan dengan pusat-pusat pertokoan yang
hampir seluruh kampung di Surabaya. Berdasarkan latar
ada di sekitarnya yang tak dapat dipisahkan. Kampung-
belakang diatas maka pembahasan akan difokuskan untuk
itu
keberadaan
kampung-kampung
adanya perbaikan dua kampung di
menjawab permasalahan (1) bagaimana pelaksanaan 4
Dorodjatun & Jakti, 1986. Kemiskinan di Indonesia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, hlm. 181. Makalah yang di tulis oleh Sidik Noormohammed membahas terkait permasalahan perkampungan di Jakarta yang juga menggambarkan keadaan kampung di Jakarta. Keadaan perkampungan Jakarta memiliki persamaan dengan kondisi perkampungan di Surabaya. Ini tak lepas dari kondisi kedua kota tersebut yang merupakan dua kota terbesar di Indonesia yang menarik banyak imigran hingga menimbulkan problema permukiman yang serius untuk ditindak lanjuti oleh pemerintah daerah masingmasing kota. 5 Lustrum Arsitektur ITS. 1995. Selayang Pandang Surabaya Tempoe Doloe. Surabaya: Jurusan Arsitektur ITS, hlm. 88
perbaikan Kampung Ketandan dan Kebangsren di Surabaya pada tahun 1953, dan (2) bagaimana pengaruh perbaikan Kampung Ketandan dan Kebangsren bagi kehidupan sosial budaya penduduk. METODE PENELITIAN Dalam melakukan
penelitian
ini,
penulis
menggunakan metode penelitian sejarah yang terdiri dari prosedur-prosedur berikut: 6
145
Ibid, hlm. 89
AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah
1.
Volume1, No 2, Mei 2013
Heuristik Tahap
ini
yang telah didapatkan dari berbagai sumber primer merupakan
proses
pencarian
dan
maupun sekunder.
menemukan sumber-sumber sejarah yang sesuai dengan
4.
7
Historiografi
permasalahan yang akan diteliti. Sumber-sumber primer
Dalam tahap ini merupakan tahapan terakhir dari
yang telah ditelusuri untuk menggali informasi terkait
metode penelitian, yang mana tahapan ini lebih
masalah penelitian adalah Surat Keputusan dari DPRS
difokuskan dengan penulisan suatu peristiwa sejarah
KBS No. 0103/44 dan Ketua DPRDS KBS perihal
yang sudah dilakukan penelitian sebelumnya. Dengan
lembaran KBS No. 79/1952 tentang rencana perbaikan
adanya tahapan ini maka peristiwa sejarah yang terjadi di
kampung tahun 1952 serta koran-koran se-zaman yang
masa lampau akan direkonstruksi kembali berdasarkan
memberikan informasi tentang masalah perkampungan di
fakta yang telah ditafsirkan dan dituliskan kembali ke
Surabaya (Jawa Pos, Pewarta Surabaya, Harian Umum,
dalam bentuk penulisan sejarah yang sebenarnya. 10
dan Trompet Masyarakat). Sumber primer lainnya yang
Dalam tahapan historiografi ini penulisan sejarah
dapat digunakan untuk menggali informasi terkait
akan
perbaikan kampung adalah wawancara dengan pelaku
modernisasi masalah perkampungan melarat (slum) dan
dan
Surabaya.
model perencanaan Van Dusseldorp. Tujuannya agar
Sedangkan untuk sumber sekunder dapat diperoleh dari
memudahkan para pembaca dalam mengerti hakikat
informasi buku-buku yang terkait dengan masalah
perbaikan kampung yang merupakan salah satu bentuk
perkampungan di Surabaya serta sejarah lisan dari
modernisasi pada saat itu.
saksi
hidup
perbaikan
kampung
dieksplanasikan
dengan
menggunakan
teori
penduduk Kampung Ketandan dan Kebangsren yang mengetahui proses perbaikan kampung tersebut. 2.
HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Pelaksanaan Perbaikan Kampung Ketandan dan
Verifikasi atau Kritik Tahap ini merupakan tahapan pengujian terhadap
Kampung Kebangsren
sumber-sumber yang didapat untuk dikoreksi kembali.
1.1 Proses
Apakah sumber yang didapat itu asli ataukah sumber
Kampung
Ketandan
dan
Kebangsren
turunan. Kemudian apakah sumber ini relevan dengan
Pelaksanaan perbaikan Kampung Ketandan dan
permasalahan yang akan diteliti. Ada pula yang
Kebangsren
mengatakan bahwa tahapan verifikasi atau kritik ini
seharusnya
termasuk
dalam
rencana
urgensi perbaikan kampung pada tahun 1952, namun
merupakan pengujian terhadap sumber-sumber yang telah
karena beberapa faktor yang menghambat maka proses
ditemukan, bertujuan untuk menyeleksi data menjadi
pengerjaannya baru akan diselenggarakan pada tahun
fakta8. 3.
Perbaikan
1953.11 Menurut Van Dusseldorp rancangan perbaikan
Interpretasi
kampung
Tahap ini merupakan tahapan yang memberikan
merupakan
bagian
dari
perencanaan
multidimensional yang artinya perencanaan ini meliputi
tafsiran, analisis maupun sintesisis dari pemikiran peneliti
beberapa aspek, yang terdiri dari aspek sosial dan
terhadap fakta tersebut.9 Dengan demikian peneliti harus
fisik.
mampu mengkaitkan antara ide yang dia miliki
12
Aspek sosial budaya difokuskan untuk
merencanakan perubahan sosial budaya penduduk
berdasarkan sumber-sumber lain yang relevan dengan 10
fakta yang ada, sesuai dengan kaidah dalam penelitian.
Ibid Surat DPRDS Kota Besar Surabaya tentang urgensi perbaikan kampung, Arsip Kota Surabaya 12 Schoorl, 1991. Moderinsasi, Pengantar Sosiologi Pembangunan Negara-negara Sedang Berkembang. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, hlm. 285 11
Dalam tahap ini penulis akan mengeksplanasikan fakta 7
Ibid Ibid 9 Ibid 8
146
AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah
Volume1, No 2, Mei 2013
kampung setelah adanya perbaikan kampung yang ada
cm yang tebalnya 4 cm. Di sisi kanan dan kiri
di Ketandan dan Kebangsren. Dalam aspek fisik,
jalan terdapat dua buah got beton yang dalamnya
perencanaan ditujukan untuk memberikan perubahan
10 cm dan berdinding tegak serta tinggi di
pada infrastruktur Kampung Ketandan dan Kebangsren.
bagian persil.17
Proses
perbaikan
Kampung
dan
b. Kampung Ketandan khususnya Ketandan Baru
Kebangsren seluas 8 Ha, mulai dilakukan pada minggu
gang I dan II sudah terdapat saluran got, maka
13
Pekerjaan besar tersebut
lebar jalan hanya 2,40 m. Jalan-jalan tersebut
direncanakan selesai pada tahun itu juga dan tergantung
akan dilengkapi dengan lempeng-lempeng beton
pada keadaan keuangan KBS. Perbaikan kampung yang
seperti yang sudah direncanakan dan disamping
dilakukan tiap tahunnya, diupayakan tetap berjalan
kiri dan kanan akan diperkuat dengan dua
dengan lancar tanpa kendala seperti pengerjaannya
bingkai penahan jalan yang ringan. 18
ketiga bulan Juni 1953.
dihentikan
atau
dikurangi
oleh
Ketandan
karena
keadaan
c. Induk-induk
keuangan yang kurang.14
got
(hoofdafvoergoten)
yang
terletak disepanjang gang-gang Ketandan Bong,
Perbaikan Kampung Ketandan dan Kebangsren
Ketandan Kidul dan Kebangsren gang I yang
mulai dikerjakan oleh Dinas Pekerjaan Kota Besar
menerima air dari got-got kecil yang terdiri atas
Surabaya dengan biaya sekitar Rp. 364.000,00.
struktur pasangan batu madura akan ditutup
Pengerjaan
dengan lempeng-lempeng beton setebal 8 cm
Kampung
Ketandan
dan
meliputi area kampung seluas 8 hektar.
Kebangsren 15
yang dipergunakan juga sebagai jalan.19
Perbaikan
Kampung Ketandan dan Kebangsren difokuskan pada
d. Untuk memperluas jalan kampung yang telah
pembenahan saluran leiding besar dari beton serta
termakan oleh adanya saluran-saluran got, maka
16
saluran got akan dipasang tutup got dari
pembangunan jalan-jalan gang dari beton aspal.
lempeng beton supaya lebarnya jalan sekurangMenindaklanjuti isi surat yang diadukan oleh Dinas
kurangnya menjadi 2,40 m.20
Pekerjaan Umum Kota Besar Surabaya yang ditujukan
e. Pemasangan pipa saluran di bawah tanah yang
kepada DPRDS Surabaya tentang penjelasan rencana
berbentuk telur dari 60x90 cm, ditujukan untuk
perbaikan kampung terutama mengenai perbaikan
mengalirkan air dari induk got sampai pada
pembuangan saluran air hujan dan perbaikan jalan-jalan
saluran besar embong malang yang dengan
kampung. Perbaikan akan diselenggarakan menurut
melalui
cara baru yaitu: a. Jalan
jalan
Kenari
bermuara
di
kali
Surabaya.21 kampung
yang
sebagian
belum
1.2 Faktor-Faktor
mempunyai got akan dibangun saluran got baru.
Ketandan dan
Dalam pengerjaannya akan memposisikan jalan dengan letak yang agak rendah, terdiri atas lempeng-lempeng beton dengan ukuran 40x60
Pendorong
Perbaikan
Kampung
Kebangsren
1.2.1
Pengaduan Penduduk
Faktor
penting
berikutnya
yang
mendorong
dilaksanankannya perbaikan Kampung Ketandan dan Kebangsren adalah sering kali terdengar pengaduan-
13
Pewarta Surabaya, 18 Juni 1953 14 Pewarta Surabaya, 4 Januari 1952 15 Jawa Pos, 19 Juni 1953 16 Terompet Masyarakat, 19 juni 1953. Perbaikan kampung Ketandan dan Kebangsren difokuskan untuk perbaikan saluran got atau saluran air dan perbaikan jalan. Dalam perbaikan kampung Ketandan dan Kebangsren menelan biaya Rp. 364.000,00.
pengaduan yang dilakukan oleh penduduk kampung 17
Laporan Penjelasan Perbaikan Kampung Ketandan, Arsip Kota Surabaya 18 Ibid 19 Ibid 20 Ibid 21 Ibid
147
AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah
Volume1, No 2, Mei 2013
terhadap DPRDS Kota Surabaya dan Pemerintah Kota Besar Surabaya.
22
1.3.1
Status Tanah Partikelir
Dalam pengaduannya penduduk
Pada dasarnya kepemilikan tanah atas Kampung
biasanya melalui organisasi sosial lingkup kampung
Ketandan dan Kebangsren terbagi menjadi dua yaitu
masing-masing yaitu Rukun Kampung. Hal semacam
tanah milik pemerintah dan tanah pertikelir. Tanah
ini dilakukan oleh penduduk Kampung Ketandan dan
partikelir mayoritas dimiliki oleh orang-orang Tionghoa.
Kebangsren melalui Rukun Kampung mereka masing-
Keberadaan tanah partikelir merupakan penghambat
masing, seperti pengaduan yang dilakukan pada tahun
dalam perbaikan kampung di Ketandan dan Kebangsren.
1952. Pengaduan yang mereka lakukan yakni dalam
Dalam perbaikan kampung yang menjadi sasaran utama
menyikapi
tidak
adalah perbaikan dan penambahan saluran-saluran got.
berfungsi secara lancar, keadaan jalan kampung tidak
Pembangunan saluran got-got akan terhambat jika
layak pakai serta bahaya wabah penyakit mengancam
melalui tanah partikelir yang disebabkan oleh pemiliknya
penduduk kampung akibat infrastruktur yang kurang
yang enggan memberikan ijin. Kondisi seperti inilah
layak.23
yang dapat menimbulkan konflik antara pemerintah
1.2.2
keadaan
saluran
got-got
yang
Keluarnya Peraturan Pemerintah No. 31
dengan pemilik tanah partikelir.
Tahun 1953
Dalam menangani keberadaan tanah partikelir,
Peraturan Pemerintah No. 31 Tahun 1953 diuraikan
Pemerintah berencana untuk membeli seluruh tanah
tentang adanya pelimpahan pekerjaan umum dari
partikelir yang ada dalam Kota Surabaya. Pembelian itu
Pemerintah Pusat kepada Pemerintah daerah masing-
akan dilakukan secara berangsur. 25 Dalam pembelian
masing.24 Salah satu sasaran pelimpahan pekerjaan umum
tanah partikelir, pemerintah harus meminta persetujuan
dari pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah adalah
terlebih dahulu kepada pemiliknya untuk melakukan
urgensi pembangunan pemukiman penduduk. Keluarnya
perbaikan. Perbaikan kampung tidak akan berjalan
Peraturan Pemerintah No. 31 Tahun 1953 menjadikan
dengan lancar jika tidak melewati tanah-tanah partikelir,
Pemerintah Daerah khususnya Pemerintah Kota Besar
hal ini dikarenakan : a) Dalam pembuatan jalan induk got
Surabaya memiliki landasan dasar dalam melakukan
harus menerobos tanah-tanah partikelir, b) Dalam
perbaikan kampung-kampung di Surabaya secara umum
perbaikan Kampung Ketandan dan Kebangsren justru
khususnya kampung Ketandan dan Kebangsren.
bagian-bagian partikelir yang sangat membutuhkan
1.3
Faktor-faktor Penghambat Perbaikan Kampung
perbaikan, c) Beberapa gang yang ada di Kampung Ketandan dan Kebangsren sebagian terletak di tanah
22
negeri dan sebagian lagi di tanah partikelir
Wawancara dengan Ibu Tasmoro (70) penduduk asli kampung Ketandan Baru gang II pada 4 Maret 2013 pukul 11.00 WIB 23 Surat pengaduan Rukun Kampung Kebangsren yang diajukan kepada Pemerintah Kota Besar Surabaya pada 30 Oktober 1952, Arsip Kota Surabaya. Dalam pengaduan yang dilayangkan oleh Rukun Kampung Kebangsren melaporkan tentang selokan-selokan saluran air di kampung Kebangsren yang sangat buruk. Jika hujan tiba, air dari Jalan Embong Malang memenuhi lingkungan kampung yang tidak dapat ditampung oleh selokan-selokan yang telah rusak. Keadaan tersebut membuat kondisi lingkungan kampung memburuk dan kesehatan penduduk terganggu. Penduduk juga mendesak pada Doel Arnowo selaku Walikota Surabaya untuk bertindak cepat dengan melaksanakan perbaikan kampung Kebangsren khususnya saluran gotgot dan jalan kampung. 24 Peraturan Pemerintah No.31 Tahun 1953
Beberapa tuan tanah partikelir yang sebagian besar adalah etnis Tionghoa dikumpulkan oleh pemerintah Kota Besar Surabaya untuk memusyawarahkan tentang pembuatan saluran got yang akan menerobos tanah-tanah partikelir. 26 Setelah pemerintah Kota Besar Surabaya melakukan rekonsiliasi dengan pemilik tanah-tanah partikelir, akhirnya pemilik tanah bersedia jika tanahnya dilewati untuk pembuatan saluran got. Pada dasarnya 25
Harian Umum, 6 Februari 1956 Lihat Daftar nama pemilik dari tanah-tanah pertikelir di kampung Ketandan dan Kebangsren, Arsip Kota Surabaya 26
148
AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah
Volume1, No 2, Mei 2013
tidak semua pemilik tanah partikelir bersedia jika
2.1 Perubahan Sosial Budaya Penduduk Kampung
tanahnya dibangun saluran got, ada juga pemilik tanah
Ketandan dan Kebangsren Pasca Adanya Perbaikan
partikelir yang tidak menyetujui tanahnya dibangun
Kampung
saluran got. 1.3.2
27
Perbaikan di Kampung Ketandan dan Kebangsren Harga Bahan-Bahan Material yang Sangat
tidak hanya memberikan perubahan pada sisi teknis saja,
Mahal
namun juga sisi non teknis yang ada di Kampung
Hambatan selanjutnya yang mempengaruhi selama
Ketandan dan Kebangsren. Infrastruktur kampung yang
proses jalannya perbaikan kampung di Ketandan dan
telah terjadi perubahan ke arah yang lebih baik telah
Kebangsren adalah naiknya harga-harga bahan material
menjadi pemicu adanya perubahan sosial budaya
bangunan. Dengan adanya kenaikan harga bahan-bahan
penduduk kampung kearah yang lebih baik.
material berdampak terhadap persediaan dana yang telah
Perubahan pada aspek sosial budaya yang muncul di
dianggarkan dalam rancangan biaya perbaikan, adanya
Kampung Ketandan dan Kebangsren setelah adanya
kenaikan bahan secara otomatis membuat anggaran
perbaikan kampung adalah adanya perubahan budaya
perbaikan
saat
hidup tidak higienis menjadi budaya hidup bersih. Seperti
rancangan perbaikan telah terjadi tiga kali perubahan
diketahui, penduduk kampung selalu distereotipkan
terkait rancangan biaya perbaikan. Pertama rancangan
dengan budaya kemproh yang akhirnya membentuk
membengkak.
Sebelumnya,
pada
28
perbaikan ditaksir sekitar Rp 264.100,00 kemudian naik
lingkungan kampung yang kotor dan terkesan tidak
29
terawat. Kondisi ini juga berlaku di Kampung Ketandan
lagi menjadi Rp 330.000,00 dan akhirnya membengkak 30
lagi menjadi Rp 364.000,00. Adanya kenaikan bahan-
dan Kebangsren hingga adanya perbaikan kampung,
bahan material secara langsung telah mengakibatkan
sebelum adanya perbaikan kampung penduduk seolah
jalannya perbaikan tersendat, namun kendala-kendala
tidak memperhatikan kebersihan lingkungan tempat
tersebut akhirnya dapat diantisipasi oleh Pemerintah
tinggal mereka. Namun setelah adanya perbaikan
Kota Besar Surabaya dan Dinas Pekerjaan Umum.
kampung, budaya kemproh penduduk lambat laun telah
Adanya kerjasama yang baik antara Pemerintah Kota
ditinggalkan dengan pola hidup bersih dan sehat.
Besar Surabaya dan Dinas Pekerjaan Umum dalam
Pada dasarnya kampung selalu distereotipkan
perbaikan kampung Ketandan dan Kebangsren akhirnya
dengan budaya kemproh, namun kondisi ini tidak
dapat juga diselesaikan.
mempengaruhi adanya nilai-nilai sosial penduduk dalam memahami keadaan sosial mereka sebagai mahluk sosial.
2
Tingkat
Jauh sebelum adanya perbaikan kampung, penduduk
Kesehatan Penduduk Pasca Perbaikan Kampung
telah mengenal sistem gotong royong yang tumbuh dan
Perubahan
Sosial,
Budaya
dan
berkembang dilingkungan Kampung Ketandan dan 27
Lihat laporan dari Dinas Perkembangan Kota Besar Surabaya yang di ajukan kepada Dewan Perwakilan Daerah Sementara Kota Besar Surabaya tahun 1952, Arsip Kota Surabaya. Dalam laporan tersebut berisi tentang adanya sikap pro dan kontra antara pemilik tanah partikelir dalam menanggapi adanya pembangunan saluran got dalam perbaikan kampung Ketandan dan Kebangsren. 28 Laporan Perbaikan Kampung Ketandan dan Sekitarnya, Arsip Kota Surabaya, Op. Cit 29 Surat dari Dewan Perwakilan Daerah Sementara Kota Besar Surabaya kepada Dinas Pekerjaan Umum Kota Besar Surabaya tahun 1953, Arsip Kota Surabaya 30 Jawa Pos, 19 Juni 1953, Op. Cit
Kebangsren. Sebelum adanya perbaikan kampung di Ketandan dan Kebangsren, penduduk telah mengenal sistem gotong royong khususnya dalam membersihkan lingkungan kampung secara bersama-sama. Namun gotong royong tersebut sangat jarang sekali dilakukan oleh penduduk kampung, gotong royong yang paling sering dilakukan penduduk adalah saat adanya hajatan oleh
salah
satu
penduduk
kampung.
Kurangnya
kepedulian penduduk terhadap lingkungan kampung telah menjadi bumerang tersendiri bagi penduduk, banyak
149
AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah
Volume1, No 2, Mei 2013
permasalahan kampung yang muncul dari lingkungan
terbatas pada satu kelompok atau kelas saja, tetapi
kampung yang tidak diperhatikan.
semakin
lama
semakin
luas
keseluruh
struktur
36
Setelah adanya perbaikan kampung pada tahun
masyarakat. Jika kegiatan-kegiatan pembangunan hanya
1953, penduduk mulai sadar untuk memperhatikan
terpacu pada kalangan masyarakat atas atau tidak disebar
lingkungan kampung mereka.
31
Diuraikan oleh Didik
luaskannya ke dalam masyarakat luas makan akan timbul frustasi-frustasi yang membahayakan kestabilan sosial. 37
Riwa’i, setelah adanya perbaikan saluran got dan jalan di Kampung Ketandan dan Kebangsren, penduduk kampung semakin
sering
mengadakan
membersihkan saluran got.
32
kerja
bakti
2.2 Tingkat Kesehatan Penduduk Kampung Ketandan
untuk
dan Kebangsren Pasca Perbaikan Kampung tahun
Diuraikan juga oleh Didik
1953
Riwa’i, setelah saluran got dan jalan-jalan kampung
Pada tahun 1950 kondisi penduduk Surabaya tidak
menjadi bersih, penduduk jarang membuang sampah
merasa aman, keadaan ini disebabkan meningkatnya
33
jumlah penduduk yang pesat. Masalah-masalah ini terkait
Gotong royong yang dilakukan oleh penduduk juga
dengan kondisi pemukiman penduduk dan rendahnya
sebagai ajang silaturahmi antara penduduk kampung di
standart kelayakan hidup penduduk kota Surabaya. 38
Ketandan dan Kebangsren.34
Kondisi secara umum penduduk Surabaya tersebut juga
sembarangan di jalan dan khususnya di saluran got.
Adanya bentuk perubahan dalam aspek sosial
tidak jauh berbeda dengan kondisi penduduk di Kampung
budaya penduduk kampung pasca perbaikan kampung
Ketandan dan Kebangsren. Dalam bagian ini standart
merupakan bentuk munculnya modernisasi penduduk.
kelayakan hidup yang rendah akan dihubungkan dengan
Penduduk
dalam
tingkat kesehatan penduduk sebelum adanya perbaikan
dan
kampung dan sesudah adanya perbaikan kampung di
menerima
telah
memenuhi
kesediaannya
pengalaman-pengalaman
yang
baru
keterbukaannya bagi pembaharuan dan perubahan.
35
Ketandan dan Kebangsren.
Kesediaan penduduk dalam menerima pembaharuan dan
Buruknya kondisi permukiman penduduk pada
perubahan telah mempengaruhi pola hidupnya dengan
tahun 1950 khususnya di kampung-kampung di Surabaya
meninggalkan tradisi buruk (budaya kemproh) dengan
telah
mengubah
Adanya
masyarakat yang rentan terhadap serangan wabah
Kampung
penyakit. Di Kampung Ketandan dan Kebangsren tidak
Ketandan dan Kebangsren merupakan bentuk aspirasi-
ada sumber tertulis terkait angka-angka penduduk yang
aspirasi modernisai dan pembangunan yang tidak lagi
terkena serangan penyakit sebelum adanya perbaikan
menjadi
pembangunan
pola
pemukiman
hidup
higienis.
penduduk
di
mengakibatkan
adanya
gangguan
kesehatan
kampung di tahun 1953, namun ada laporan-laporan 31
Wawancara dengan Munir (72) penduduk asli kampung Ketandan Baru gang 1 pada 4 Maret 2013 pukul 12.00 WIB 32 Wawancara dengan Didik Riwa’i (78) penduduk asli kampung Ketandan Tengah pada 4 Maret 2013 pukul 14.00 WIB, Op. Cit. Setelah adanya perbaikan kampung, penduduk sering melakukan gotong royong dalam memunguti sampah, membersihkan got, dan mencabuti tanaman-tanaman liar disekitar jalan kampung. Kegiatan ini dikoordinir oleh Ketua Rukun Kampung di masing-masing gang. 33 Ibid 34 Wawancara dengan Ibu Tasmoro (70) penduduk asli kampung Ketandan Baru gang II pada 4 Maret 2013 pukul 11.00 WIB 35 Weiner, Modernisasi: Dinamika Pertumbuhan. Voice of America Forum Lectures, hlm. 90
tentang banyaknya penduduk kampung yang terkena serangan malaria dan cacar di Kampung Ketandan dan Kebangsren. Dilaporkan oleh Didik Riwa’i, sebelum adanya perbaikan kampung banyak penduduk yang terkena serangan nyamuk malaria dan penyakit cacar, keduanya akibat dari buruknya saluran got di kampung yang telah menjadi sarang penyakit bagi penduduk 36 37 38
Ibid, hlm. 182 Ibid
Colimbijn, 2005. Kota Lama, Kota Baru Sejarah Kota-Kota di Indonesia. Yogyakarta: Ombak, hlm. 307 150
AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah
39
kampung.
Volume1, No 2, Mei 2013
Selain di Ketandan dan Kebangsren,
Perbaikan
permukiman di
penduduk
Surabaya
khususnya
serangan penyakit malaria dan cacar juga meluas di
perkampungan
merupakan
langkah
kampung-kampung Surabaya.
modernisasi permukiman pertama kali dilakukan sejak
Banyaknya penduduk Kampung Ketandan dan
Indonesia mencapai kemerdekaan pada 1945. Langkah
Kebangsren yang terkena serangan penyakit setidaknya
perbaikan perkampungan pada 1953 merupakan bentuk
telah menggambarkan tingkat kesehatan penduduk
kepedulian
Surabaya masih rentan terhadap bahaya penyakit yang
kesejahteraan dan taraf hidup penduduk.
memicu
peremajaan kampung Ketandan dan Kebangsren di pusat
meningkatnya
angka
kematian
penduduk.
pemerintah
kematian kasar pada tahun 1950-1955 sebesar 28,3 per
perkembangan Kota Surabaya menjadi kota metropolitan
1000 penduduk, angka tersebut terjadi ketika kondisi
tetap melestarikan keberadaan perkampungan yang telah
lingkungan
menjadi identitas Kota Surabaya.
masih
belum
bahwa
Adanya
kota
penduduk
bukti
meningkatkan
Kondisi yang demikian itu terlihat dari tingginya angka
permukiman
merupakan
untuk
ditengah-tengah
semuanya mengalami perbaikan. Pada tahun 1950
Perbaikan Kampung Ketandan dan Kebangsren yang
pembangunan di daerah-daerah belum dapat berjalan
dilaksanakan pada 1953 dan selesai pada tahun itu juga
termasuk di Surabaya, barulah pada tahun 1952 Walikota
menitikberatkan pada perbaikan saluran got dan jalan-
Kota
memprakarsai
jalan kampung. Perubahan fisik infrastruktur kampung
Namun perencanaan
yang telah dihasilkan dari perbaikan telah memberikan
perumahan rakyat di tahun 1952 oleh Walikota masih
dampak-dampak positif bagi penduduk di Kampung
belum dapat direalisasikan hingga pada tahun 1954.
Ketandan dan Kebangsren. Perubahan yang diberikan
Surabaya
Doel
Arnowo
pembangunan perumahan rakyat.
Setelah
adanya
40
perbaikan
kampung
secara
dari perbaikan kampung tidak hanya sebatas pada bentuk
keseluruhan yang masih berjalan pada tahun 1960 angka
fisik infrastruktur kampung saja, namun juga mampu
kematian penduduk menunjukkan penurunan, ini di
menggeser pola hidup penduduk kampung yang sarat
pengaruhi oleh membaiknya infrastrktur kampung yang
dengan budaya kemproh menjadi sebuah pola hidup yang
meminimalisir
wabah
higienis. Perubahan pola hidup penduduk kearah yang
penyakit khususnya yang disebabkan oleh buruknya
lebih baik memberikan sinyal bahwa bentuk-bentuk
lingkungan sekitar. Pada tahun 1955-1960 angka
tradisionalisme yang terkadang menjadi penghambat
kematian sedikit menurun dengan jumlah angka kematian
untuk mengalami kemajuan telah digeser dengan adanya
muncul dan berkembangnya
sebesar 26,2 per 1000 penduduk.
41
arus modernisasi seperti perbaikan kampung. Cepat atau lambat penduduk akan menyesuaikan diri dengan
KESIMPULAN Perbaikan Kampung Ketandan dan Kebangsren pada
lingkungan
baru
mereka
dan
meninggalkan
pola
kebiasaan lama guna mengikuti perkembangan zaman.
tahun 1953 merupakan bagian dari urgensi revitalisasi perkampungan yang telah direncanakan dalam jangka
Perbaikan infrastruktur kampung yang dilakukan
tahun 1950-1970 oleh pemerintah Kota Besar Surabaya.
oleh pemerintah Kota Besar Surabaya di Kampung Ketandan dan kebangsren dapat dikatakan telah berhasil.
39
Wawancara dengan Didik Riwa’i (78) penduduk asli kampung Ketandan Tengah pada 4 Maret 2013 pukul 14.00 WIB, Op. Cit. Banyak penduduk Ketandan yang terkena serangan malaria dan cacar, namun tidak sampai menyebabkan korban tewas. Setelah adanya laporan penduduk yang terkena malaria, langsung dilakukan penanganan untuk di bawa ke klinik kesehatan. 40 Colombijn, Op. Cit, hlm. 474-475 41 Colombijn, Loc. Cit, hlm. 307
Meskipun ada sebagian masyarakat yang kurang setuju dengan adanya perbaikan tersebut, karena mereka merasa rugi dengan pemakaian tanah milik mereka. Akan tetapi semua itu dapat diselesaikan dengan baik. Keberhasilan tidak hanya diukur dari hasil perbaikan infrastruktur fisik kampung namun juga berhasil dalam merubah pola hidup
151
AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah
penduduk
yang
lebih
Volume1, No 2, Mei 2013
memperhatikan
keberadaan
Lustrum Arsitektur ITS. 1995. Selayang Pandang
lingkungan sekitar mereka sendiri. Kesejahteraan dan
Surabaya Tempoe Doloe. Surabaya: Jurusan
peningkatan taraf hidup, dalam hal ini diartikan sebagai
Arsitektur ITS
wujud dari kenyamanan penduduk untuk tinggal di lingkungan
kampung
mereka
sendiri.
Semua
Purnawan Basundoro, 2009. Dua Kota Tiga Jaman
itu
Surabaya dan Malang. Yogyakarta: Ombak
merupakan hasil dari adanya proses perencanaan yang
Schoorl,
1991.
Moderinsasi,
Pengantar
Negara-negara
Sosiologi
baik dan pelaksanaan yang sesuai dengan agenda yang
Pembangunan
Sedang
telah direncanakan.
Berkembang. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
DAFTAR PUSTAKA
Weiner. Modernisasi: Dinamika Pertumbuhan. Voice of America Forum Lectures
Daftar nama pemilik dari tanah-tanah pertikelir di kampung Ketandan dan Kebangsren, Arsip Kota Surabaya Laporan Penjelasan Perbaikan Kampung Ketandan, Arsip Kota Surabaya Laporan dari Dinas Perkembangan Kota Besar Surabaya yang di ajukan kepada Dewan Perwakilan Daerah Sementara Kota Besar Surabaya tahun 1952, Arsip Kota Surabaya. Laporan Perbaikan Kampung Ketandan dan Sekitarnya, Arsip Kota Surabaya Surat dari Dewan Perwakilan Daerah Sementara Kota Besar Surabaya kepada Dinas Pekerjaan Umum Kota Besar Surabaya tahun 1953, Arsip Kota Surabaya Peraturan Pemerintah No.31 Tahun 1953 Surat pengaduan Rukun Kampung Kebangsren yang diajukan kepada Pemerintah Kota Besar Surabaya pada 14 Januari 1953, Arsip Kota Surabaya.
Surat DPRDS Kota Besar Surabaya tentang urgensi perbaikan kampung, Arsip Kota Surabaya Akudiat, 2008. Masuk Kampung Keluar Kampung. Surabaya: Henk Publika Colimbijn, 2005. Kota Lama, Kota Baru Sejarah KotaKota di Indonesia. Yogyakarta: Ombak Dorodjatun & Jakti, 1986. Kemiskinan di Indonesia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia
152