Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2011
ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGGEMUKAN AYAM KAMPUNG (LOKAL) DI TINGKAT PETANI STUDI KASUS KELOMPOK PETERNAK AYAM KAMPUNG "BAROKAH" DI CIAMIS (Feasibility Study of Native Chicken Fattening at the Farm Level: a Case Study on “Barokah” Farmer Group in Ciamis) BROTO WIBOWO dan T. SARTIKA Balai Penelitian Ternak, Ciawi, PO Box 221 Bogor 16002
ABSTRACT Native chicken is an alternative of local source for Indonesian egg and meat production. This study was done in 2009 to the group of native chicken farmer “Barokah” located in Ciamis District. This group was choosen since it has made pioneering effort of intensive chicken rearing for the purpose of meat production. There were as many as 2,400 native chickens reared every period (3 months) and were sold for meat. Economic feasibility analysis of “Barokah” local chicken intensive rearing was carried out. Result showed that benefit from chicken business was Rp 6,685,950/periode (3 months). Break-even point of production was 1,911 birds and break even point price was Rp 20,038 /head. Based on IRR calculation rate for 5 years of activity was 66.56% and business activities could be continued up to 5 years to come. Key Words: Posibility Study, Fattening, Local Chicken, Farmer Group ABSTRAK Ayam kampung merupakan alternatif pilihan bagi masyarakat Indonesia sebagai sumberdaya alam penyedia pangan bergizi dalam bentuk daging maupun telur yang sangat dibutuhkan. Pola pengembangannya dapat disesuaikan dengan keadaan lingkungan maupun tujuan pemeliharaan. Pada pengembangan secara intensif yang berorientasi komersial sangat diperlukan perencanaan dan penanganan yang lebih detail, agar usaha yang dijalankan memperoleh keuntungan. Penelitian dilakukan pada tahun 2009 di kelompok peternak ayam kampung "Barokah" yang berlokasi di Kecamatan Ciamis, Kabupaten Ciamis yang telah melakukan usaha rintisan pembesaran ayam kampung secara intensif untuk tujuan potong pada kisaran umur 3 bulan. Usaha ini menggunakan sebanyak 2.400 ekor ayam setiap periode (3 bulan). Usaha yang dilakukan kelompok Barokah dianalisis dari sisi ekonomi dengan pendekatan kelayakan usaha. Hasil analisis menunjukkan bahwa usaha ayam kampung dapat memperoleh keuntungan Rp 6.685.950/periode ( 3 bulan). Titik Impas Produksi sebesar 1.911 ekor dan Titik Impas Harga Jual sebesar Rp 20.038/ekor, diperoleh angka IRR hasil perhitungan selama 5 tahun kegiatan sebesar 66,56%. Berdasarkan perhitungan IRR maka kegiatan usaha penggemukan ayam melebihi nilai discount rate yang berlaku, sehingga dapat disimpulkan usaha penggemukan dapat berlangsung sampai 5 tahun mendatang. Kata Kunci: Usaha Pembesaran, Ayam Kampung, Pola Intensif, Analisis Finansial
PENDAHULUAN Ayam kampung (lokal) telah berkembang secara luas di berbagai wilayah Indonesia, kemampuan beradaptasi dengan lingkungan menyebabkan keberadaanya diakui oleh masyarakat sebagai bagian kehidupan yang tak terpisahkan. SARTIKA dan ISKANDAR ( 2007)
telah berhasil mengidentifikasi 41 rumpun ayam lokal yang hidup di Indonesia baik yang asli maupun pendatang yang sudah menempuh siklus produksi minimal 3 generasi. Lebih lanjut dikatakan bahwa ayam lokal mempunyai multi fungsi yaitu sebagai hobby karena suaranya yang merdu, upacara adat, hias, aduan dan penghasil daging dan telur.
699
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2011
Jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2009 mencapai 231.369.500 jiwa (STATISTIK INDONESIA, 2009), sehingga jika dikonversikan maka setiap jiwa memiliki 1,7 ekor ayam. Ayam kampung mempunyai potensi pasar yang cukup besar, disamping daging ayam kampung mempunyai rasa dan tekstur yang khas sehingga disukai masyarakat Indonesia bahkan dapat dikatakan mempunyai segmen pasar tersendiri (DIWYANTO, 1998 dalam SARTIKA et al., 2007), lebih lanjut dikatakan pada beberapa masakan tertentu seperti ayam goreng ”Ny Suharti“, mbok Berek dan ayam bakar Taliwang hanya cocok menggunakan ayam kampung dan masakan tersebut disukai turis manca negara, sehingga ayam kampung dapat dikatakan telah go international. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kelayakan ekonomi usaha pembesaran ayam kampung yang dilakukan kelompok “Barokah” yang meliputi keuntungan atau kerugian, Nisbah antara penerimaan kotor dengan jumlah biaya operasional (B/C), Titik Impas harga penjualan (Rp/ekor), Titik impas tingkat produsi (ekor) dan Nilai Internal Rate of Return (IRR) selama dalam jangka 5 tahun ke depan. MATERI DAN METODE Pengamatan dilakukan pada tahun 2009 di Kelompok Peternak Ayam Kampung “Barokah” Kecamatan Ciamis, Kabupaten Ciamis, Jawa-Barat. Anak ayam (DOC) unsexed sebanyak 2.400 ekor yang merupakan hasil tetasan dari ayam KUB dengan pemeliharaan secara intensif terkurung selama 3 bulan pada kandang postal bersekat, setiap sekat terdiri dari 200 ekor ayam dipanen pada umur 3 bulan selanjutnya dipasarkan sebagai ayam potong. Pencatatan dilakukan untuk mengetahui data primer yang meliputi data teknis maupun ekonomi. Data teknis antara lain kematian, konsumsi pakan dan perkandangan, sedangkan data ekonomi meliputi harga (DOC, pakan dan peralatan kandang, tenaga kerja). Berdasarkan data yang diperoleh selanjutnya dilakukan analisis finansial yang meliputi input-output, Break Even Point (BEP) tingkat produksi DOC (ekor) dan tingkat harga DOC (Rp/ekor) dan perhitungan Internal Rate of Return (IRR) dalam jangka 5 tahun kegiatan.
700
Z=R–C Z: Keuntungan R: Penerimaan kotor C: Biaya total.
FC BEP Produksi = P-V FC: Biaya tetap P : Harga jual (Rp/unit produksi) V : Biaya tidak tetap (Rp /unit produksi)
NPVꞌ IRR = Iꞌ +
× (Iꞌꞌ- Iꞌ) NPVꞌ - NPVꞌꞌ
HASIL DAN PEMBAHASAN Profil kelompok peternak ayam kampung "barokah" Kelompok peternak ayam kampung "Barokah" berlokasi di Lingkungan Karang, Kelurahan Ciamis, Kecamatan Ciamis, Kabupaten Ciamis, telah melakukan usaha rintisan berupa pemeliharaan pembesaran ayam kampung KUB hingga umur 3 bulan untuk tujuan ayam potong dalam rangka mengembangkan ayam kampung dan meningkatkan kesejahteraan anggotanya. Lokasi kelompok Barokah memiliki beberapa keunggulan, yaitu kemudahan aksesabilitas transportasi dengan berbagai jenis kendaraan maupun komunikasi. Di tengah-tengah kepadatan penduduk usaha ayam kampung diterima olah masyarakat, karena telah menjaga keindahan lingkungan dengan menerapkan berbagai inovasi baru antara lain pembuatan biogas, pelaksanaan Inseminasi Buatan dan penggunaan pakan serasi, penggunaan bibit unggul dan pengelolaan perkandangan yang baik. Salah satu dari berbagai alasan peternak untuk memelihara ayam kampung karena pemasaran produk ayam kampung (telur dan ayam hidup) sangat mudah dan mempunyai harga yang stabil tinggi. Kelompok Barokah saat ini menjadi incaran para pedagang ayam untuk dipasarkan kepada konsumen. Pada saat ini anggota kelompok terdiri dari 25 orang dengan struktur organisasi yang jelas, dan melakukan pembinaan pada calon anggota baru dalam pengembangan kelompok. Kelompok Barokah bertekad untuk mengembalikan citra
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2011
Kabupaten Ciamis sebagai kantong ayam kampung pada era 90-an. Kriteria kinerja ekonomi usaha pembesaran ayam kampung. Penerapan pola intensif terkurung mempunyai konsekuensi pada aspek pengeluaran atau biaya, dikenal adanya biaya tetap dan tidak tetap. Biaya tetap meliputi penyusutan dan gaji maupun pajak, sedangkan biaya tidak tetap meliputi (pakan, obat-obatan, bibit). Berdasarkan parameter teknis dan ekonomi yang diperoleh maka perhitungan labarugi maupun kriteria kinerja ekonomi dapat diperoleh. Dalam perhitungan dibangun asumsi bahwa selama kegiatan berlangsung maka tidak terjadi wabah penyakit, dan harga barang (sarana produksi) dan harga jual tidak mengalami perubahan yang berarti. Data teknis maupun ekonomi yang digunakan dalam perhitungan merupakan hasil pengamatan di lokasi. Koefisien teknis: DOC = unsexed Konsumsi pakan = 2500 gram/ekor/3bulan Masa pemeliharaan = 90 hari. Mortalitas =7% Koefisien ekonomi: Harga DOC : Rp 4500/ekor Harga ayam potong : Rp 23.000/ekor Upah tenaga kerja : Rp 600.000/orang/bulan.
Harga pakan
: Rp 4700/kg.
Biaya Investasi (Tabel 1) adalah biaya yang dikeluarkan untuk mewujudkan sarana produksi yang meliputi berbagai jenis barang yang dibutuhkan sebelum dilakukan kegiatan sesungguhnya. Biaya investasi dipergunakan untuk pembelian barang yang penggunaannya di atas 1 tahun. Sehingga dalam perhitungan penyusutannya memperhatikan kaidah umur barang (umur teknis atau umur ekonomi). Berdasarkan harga bahan di lokasi yang bersangkutan maka biaya investasi mencapai Rp 49.552.000, dimana biaya terbesar pada nilai bangunan kandang. Biaya produksi usaha penggemukan dengan skala 2.400 ekor pada masa produksi 3 bulan (Tabel 2) mencapai Rp 44.725.050, biaya tersebut terdiri dari masing-masing adalah biaya variabel Rp 39.697.500 atau 88,7% dari total biaya, dan biaya tetap Rp 5.027.550 atau 11,2%.dari total biaya. Proporsi komponen biaya terhadap total biaya dapat diurutkan dari yang tertinggi adalah komponen biaya pakan (63,05%), biaya DOC (24,14%), biaya tenaga kerja (8,05) dan biaya penyusutan (3,16%). Penerimaan kotor sebesar Rp 51.411.000 merupakan gabungan dari hasil penjualan produk utama yaitu ayam kampung umur 3 bulan sebesar Rp 51.336.000 dengan hasil penjualan kotoran kandang sebesar Rp 75.000. Berdasarkan jumlah biaya dan jumlah penerimaan maka dapat diketahui kinerja ekonomi, jika diperoleh angka negatif maka
Tabel 1. Investasi dan penyusutan pada skala 2.400 ekor/periode (3 bulan) Uraian investasi Bangunan kandang (16 ×10 m)
Nilai (Rp.)
Usia teknis (th.)
Penyusutan/bulan (Rp.)
Penyusutan/tahun (Rp.)
30.080.000
10
250.667
3.008.000
Gudang pakan/produksi
5.000.000
10
41.666
500.000
Instalasi listrik
1.000.000
10
8.300
100.000
Alat transport
6.000.000
8
62.500
750.000
Sumber air
1.200.000
10
100.000
8.300
Tempat pakan
972.000
10
8.100
97.200
tempat minum
300.000
10
2.500
30.000
5.000.000
5
83.300
1.000.000
557.033
5.493.500
Alat komunikasi Total
49.552.000
701
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2011
Tabel 2. Biaya dan penerimaan per periode (3 bulan) Biaya opreasional/3 bulan
Rp.
(%)
DOC (2400 × 4500)
10.800.000
24,14
Pakan (0 – 3 bln) = (2400 × 2,5 × 4700)
28.200.000
63,05
300.000
0,67
30.000
0,07
300.000
0.67
67.500
0,15
Kesehatan Sanitasi Listrik (2400 ekor) Sekam (15 krg) Total biaya variabel
39.697.500
Penyusutan ( tetap)/3 bln (3 × 475.850)
1.427.550
3,19
Tenaga kerja (2 orang) (2 × 3 × 600.000)
3.600.000
8,05
Total biaya tetap
5.027.550
Biaya total
44.725.050
100
Penerimaan Ayam potong (93% × 2400 × 1 × 23.000) Kotoran kandang (15 karung × 5000) Total
51.336.000 75.000 51.411.000
Keuntungan Keuntungan/3 bulan (51.411.000 – 44.725.050)
6.685.950
R/C = 51.411.000/44.725.000 = 1,15 BEP produksi = 1.944 ekor BEP harga jual = 20.038 Rp/ekor
dinyatakan merugi, sebaliknya jika diperoleh angka positif maka dinyatakan beruntung atau memperoleh laba. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa usaha pengemukan ayam kampung memperoleh keuntungan sebesar Rp. 6.685.950/masa produksi. (3 bulan). Nisbah antara penerimaan kotor dengan biaya (B/C) diperoleh angka 1,15. Titik Impas atau Break Even Point (BEP) produksi maupun harga jual, ternyata hasil perhitungan menunjukkan bahwa titik impas produksi adalah 1.944 ekor, padahal produksi ayam potong setiap periode mampu menghasilkan sebanyak 2.232 ekor, hal ini berarti usaha yang dilakukan dapat dilanjutkan. Hasil perhitungan Titik impas harga jual diperoleh sebesar Rp 20.038/ekor, padahal harga jual ayam potong mencapai Rp. 23.000/ekor, artinya usaha ayam kampung dapat dilanjutkan. Hasil perhitungan biaya dan penerimaan dalam satu masa produksi 3 bulan (Tabel 3 dan 4) selanjutnya dapat digunakan untuk melakukan perencanaan kegiatan berjangka
702
lebih dari 1 tahun. Studi kelayakan ini akan dicerminkan nilai NPV ter-discount dan IRR selama kegiatan yang telah ditetapkan. Internal Rate of Return (IRR) merupakan tingkat pengembalian modal yang digunakan dalam suatu proyek, yang nilainya dinyatakan dalam % pertahun. Suatu proyek yang layak dilaksanakan akan mempunyai nilai IRR yang lebih besar dari nilai discount rate. Nilai IRR adalah merupakan suatu nilai tingkat bunga dimana nilai NPVnya sama dengan nol (NPV = 0). Kriteria IRR: Jika IRR > Discount rate, maka usaha ayam kampung layak dilaksanakan Jika IRR < Discount rate, maka usaha ayam kampung tidak layak untuk dilaksanakan. Discount rate yang berlaku adalah 15% per tahun. Hasil perhitungan diperoleh nilai IRR sebesar 66,567%, artinya usaha penggemukan ayam kampung yang dilakukan mempunyai kemampuan untuk mengembalikan modal (investasi) sebesar 66,5% per tahun. Nilai IRR ini jika dibandingkan dengan nilai Discount rate
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2011
703
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2011
(15%), maka nampak sekali lebih tinggi. Dengan memperhatikan nilai IRR diatas nilai discount rate maka dapat dikatakan bahwa usaha tersebut layak dilanjutkan selama 5 tahun mendatang sesuai waktu yang direncanakan. Untuk mengawali usaha penggemukan selain dibutuhkan biaya investasi maka diperlukan biaya operasional selama satu periode, karena penggemukan ayam akan menerima hasil setelah panen (3 bulan), sehingga diperlukan tambahan biaya yang berupa biaya pakan dan tenaga sebesar (Rp. 43.397.500). Oleh karena itu perlu dipersiapkan dana sebanyak (Rp. 92.749.000 yang terdiri investasi (Rp. 49.352.000) dan biaya produksi selama ayam belum menghasilkan yaitu selama 3 bulan sebesar Rp. 43.397.500.
Rp. 1.944,5. BEP harga jual mencapai Rp. 20.038 kor. Prediksi kelayakan usaha selama 5 tahun diperoleh angka IRR sebesar 66,5%. Usaha dapat dilanjutkan sesuai waktu yang direncanakan jika semua harga faktor produksi dan hasil produksi tidak mengalami perubahan yang dramatis, demikian pula pada aspek teknis antara lain terjadi wabah dan bencana alam. DAFTAR PUSTAKA DITJENNAK. 2006. Statistik Peternakan Indonesia. Direktorat Jendral Peternakan, Departeman Pertanian. DITJENNAK. 2009. Statistik Peternakan Indonesia. Direktorat Jendral Peternakan, Departeman Pertanian. STATISTIK INDONESIA. 2009. Badan Pusat Statistik Indonesia
KESIMPULAN Usaha pembesaran ayam kampung untuk tujuan potong pada skala 2.400 per periode (3 bulan) mampu meraih keuntungan Rp 6.685.950. Sedangkan BEP produksi mencapai
704
SARTIKA, T. dan S. ISKANDAR. 2007. Mengenal Plasma Nutfah Ayam Indonesia dan Pemanfaatannya. Balai Penelitian Ternak.