STUDI UKURAN DAN BENTUK TUBUH AYAM KAMPUNG DI CIAMIS, TEGAL DAN BLITAR
SKRIPSI MURBANDINI DWI WIDIHASTUTI
DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012
RINGKASAN Murbandini Dwi Widihastuti. D14080268. 2012. Studi Ukuran dan Bentuk Tubuh Ayam Kampung di Ciamis, Tegal dan Blitar. Skripsi. Program Studi Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Pembimbing Utama : Ir. Rini Herlina Mulyono, MSi. Pembimbing Anggota : Dr. Ir. Rukmiasih, MS. Ayam Kampung merupakan salah satu rumpun ayam lokal Indonesia yang disukai masyarakat karena pemeliharaan yang mudah dan murah. Keragaman ukuran-ukuran tubuh ayam Kampung masih sangat beragam dalam segi ukuran maupun bentuk. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan ukuran dan bentuk tubuh ayam Kampung pada tiga lokasi pengamatan di pulau Jawa. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Tanjung Manggu, Ciamis; Desa Mejasem Timur, Tegal; dan di Desa Duren Talun, Blitar. Penelitian dilaksanakan selama satu bulan, yaitu dari Desember 2011 sampai Januari 2012. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi genetik mengenai karakteristik ukuran dan bentuk tubuh ayam Kampung berdasarkan pengukuran panjang femur (X1), panjang tibia (X2), panjang shank (X3), lingkar shank (X4), panjang sayap (X5), panjang maxilla (X6), tinggi jengger (X7), panjang jari ketiga (X8), panjang dada (X9), lebar dada (X10), dalam dada (X11) dan lebar pinggul (X12). Ayam Kampung yang diukur sebanyak 328 ekor pada kondisi dewasa tubuh (umur enam bulan keatas) dengan rincian sebagai berikut: ayam Kampung Ciamis 101 ekor (45 ekor jantan dan 56 ekor betina), ayam Kampung Tegal 109 ekor (20 ekor jantan dan 89 ekor betina), ayam Kampung Blitar 118 ekor (38 ekor jantan dan 80 ekor betina). Sampel Ayam Kampung dipilih secara tidak acak (Purposive Sampling). Statistika deskriptif dan T2 -Hotelling digunakan untuk mengetahui perbedaan ukuran-ukuran linear permukaan tubuh ayam Kampung pada berbagai lokasi pengamatan. Analisis Komponen Utama digunakan untuk menentukan ukuran dan bentuk tubuh ayam Kampung pada masing-masing lokasi pengamatan. Diagram kerumunan dibuat untuk membandingkan ukuran dan bentuk tubuh antara ayam Kampung Ciamis, Tegal dan Blitar. Hasil uji T2 -Hotelling menunjukkan perbedaan ukuran-ukuran linear permukaan tubuh yang sangat nyata (P<0,01) antara jantan dan betina pada ayam Kampung di Ciamis, Tegal dan Blitar. Hasil Analisis Komponen Utama menunjukkan bahwa penciri ukuran tubuh ayam Kampung Ciamis, Tegal dan Blitar adalah panjang tibia yang berkorelasi positif dengan skor ukuran (masing-masing nilai vektor Eigen 0,562; 0,583 dan 0,561 dengan koefisien korelasi terhadap ukuran sebesar +0,789; +0,730 dan +0,817). Panjang shank juga merupakan penciri ukuran pada ayam Kampung Blitar dengan vektor Eigen sebesar 0,625 dan koefisien korelasi terhadap ukuran sebesar +0,829. Penciri bentuk tubuh ditemukan pada panjang femur dan panjang tibia pada ayam Kampung Ciamis dan Tegal dengan vektor Eigen panjang femur masing-masing 0,547 dan 0,620 yang memiliki korelasi terhadap bentuk masing-masing sebesar +0,563 dan +0,694; serta vektor Eigen panjang tibia masing-masing 0,580 dan 0,607 yang memiliki korelasi terhadap bentuk masing-masing sebesar 0,499 dan 0,598. Penciri bentuk ayam Kampung
Blitar adalah panjang femur dan panjang sayap dengan vektor Eigen 0,603 dan 0,625 yang berkorelasi terhadap bentuk sebesar +0,652 dan +0,674. Kerumunan data ayam Kampung Ciamis, Tegal dan Blitar bertumpang tindih. Irisan yang besar ditemukan pada kerumunan data ayam Kampung Ciamis dan Blitar; sedangkan kerumunan data ayam Kampung Tegal membentuk irisan yang lebih kecil. Hal tersebut terjadi sebagai akibat dari perbedaan arah seleksi pedaging; petelur; pedaging dan petelur. Kata-kata Kunci: Ayam Kampung, Analisis Komponen Utama, T2 -Hotelling, Diagram Kerumunan.
ABSTRACT Body Size and Shape of Kampong Chicken in Ciamis, Tegal and Blitar Widihastuti, M.D., R. H. Mulyono and Rukmiasih The purpose of this research is to identify the size and shape of the body using 328 Kampong chickens (45 males and 56 females from Ciamis; 20 males and 89 females from Tegal; 38 males and 80 females from Blitar). Differences of linear measurements of body surface of Kampong chicken from Ciamis, Tegal and Blitar was analyzed using descriptive analysis was tested with statistics T2 -Hotelling. The size and body shape of the Kampong chickens was be determined through a principal component analysis. The differences of sizes using a linear measurement of the body surface indicated that Kampong chickens from Ciamis were type that are more towards broiler type; Kampong chickens from Tegal were more toward laying hen type; and Kampong chickens from Blitar were more towards laying hens and broiler chickens type. The differences of linear variable of body size were found between two Kampong chicken group based on T2 -Hotelling statistical test (P<0,01). The result of principal component analysis shows that the Eigen values of Kampong Chickens from Ciamis, Tegal and Blitar sizes were found by the length of tibia (with Eigen vector were 0,562; 0,583 and 0,561 respectively) with correlation coefficient of size +0,789; +0,730 and +0,817 respectively. Tarsometatarsus lengths were also being found as a marker size of Kampong chicken from Blitar with Eigen vector 0,625 and correlation coefficient of size +0,829. Eigen value of shape of Kampong chickens from Ciamis and Kampong chickens from Tegal found by the length of femur were 0,547; 0,620 respectively and with correlation coefficient of shape +0,563; +0,694 while Eigen value of the length of tibia were 0,580; 0,607 respectively with the correlation coefficient of shape 0,499; 0,598. Eigen vector value of shape Blitar Kampong chicken was determined by the length of the femur and the wing length with the Eigen vectors were 0,603 and 0,625 respectively and the correlation coefficient of shape +0,652 and +0,674. Keywords: Kampong chicken, principal component analysis, size, shape, T2Hotelling
STUDI UKURAN DAN BENTUK TUBUH AYAM KAMPUNG DI CIAMIS, TEGAL DAN BLITAR
MURBANDINI DWI WIDIHASTUTI D14080268
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012
Judul
: Studi Ukuran dan Bentuk Tubuh Ayam Kampung di Ciamis, Tegal dan Blitar
Nama
: Murbandini Dwi Widihastuti
NIM
: D14080268
Menyetujui, Pembimbing Utama
Pembimbing Anggota
(Ir. Rini Herlina Mulyono, M.Si) NIP. 19621124 198803 2 002
(Dr. Ir. Rukmiasih, MS) NIP. 19570405198303 2 001
Mengetahui Ketua Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Pakan
(Prof. Dr. Ir. Cece Sumantri, M.Agr. Sc) NIP. 19591212 198603 1 004
Tanggal Ujian: 29 Juni 2012
Tanggal lulus:
RIWAYAT HIDUP Murbandini Dwi Widihastuti lahir di Semarang pada tanggal 28 September 1989, merupakan buah kasih dari Bapak Agus Suparman dan Ibu Indiati Budi Muryati, S.E. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Jenjang Pendidikan yang pernah ditempuh oleh penulis yaitu TK Kemala Bhayangkari Srondol Semarang dari tahun 1994-1996, SD Negeri Mangunharjo Semarang pada tahun 1996-2002, SMP N 33 Semarang pada tahun 2002-2005, SMA N 11 Semarang pada tahun 2005-2008. Penulis diterima sebagai Mahasiswa Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun 2008. Selama masa pendidikan, Penulis pernah melaksanakan kegiatan magang di Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul Sapi Perah Baturaden Purwokerto Jawa Tengah pada tahun 2009. Penulis aktif sebagai anggota di organisasi daerah Paguyuban Putra Putri Atlas pada tahun 2009-2010. Penulis juga aktif sebagai sekretaris Budaya Olahraga dan Seni di Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) pada tahun 2011-2012 dan sebagai asisten dosen mata kuliah Genetika Ternak pada tahun 2012. Selain itu Penulis juga aktif dalam beberapa organisasi kepanitiaan di Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Penulis menyelesaikan penelitian yang berjudul ”Studi Ukuran dan Bentuk Tubuh Ayam Kampung di Ciamis, Tegal dan Blitar” pada tahun 2012. Tugas akhir dalam bentuk skripsi hasil penelitian ini disusun untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan Institut Pertanian Bogor.
KATA PENGANTAR Puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan nikmat, rahmat, hidayah dan segala kemudahan sehingga Penulis dapat menyelesaikan penelitian dan skripsi ini. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Skripsi ini berjudul ”Studi Ukuran dan Bentuk Tubuh Ayam Kampung di Ciamis, Tegal dan Blitar”. Penyusunan skripsi ini bertujuan untuk memberikan informasi morfometrik ukuran dan bentuk tubuh dengan mengukur variabel-variabel ukuran linear permukaan tubuh pada ayam Kampung di Ciamis, Tegal dan Blitar. Penulis berharap agar skripsi ini bermanfaat bagi pembaca, menambah wawasan dan terutama bermanfaat bagi pelestarian ayam Kampung di Indonesia sehingga dapat dijadikan acuan dalam program pemuliaan. Akhirnya, Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.
Bogor, Juli 2012
Penulis
viii
DAFTAR ISI Halaman RINGKASAN ………………………………………………………………...
ii
ABSTRACT……………… ………………………………………………….
iv
LEMBAR PERNYATAAN ………………………………………………….
v
LEMBAR PENGESAHAN…………………………………………………...
vi
RIWAYAT HIDUP……………………………………………………….......
vii
KATA PENGANTAR………………………………………………………...
viii
DAFTAR ISI………………………………………………………………….
ix
DAFTAR TABEL…………………………………………………………….
xi
DAFTAR GAMBAR………………………………………………………….
xii
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………….
xiv
PENDAHULUAN……………………………………………………….........
1
Latar Belakang …………………………………………………....... Tujuan ………………………………………………………………
1 1
TINJAUAN PUSTAKA ………………………………………………….......
2
Ayam Lokal Indonesia…………………………………………….... Ayam Kampung ……………………………………………………. Pertumbuhan………………………………………………………… Morfometrik………. ……………………………………………….. Tulang Femur ………………………………………………………. Tulang Tibia………………………………………………………… Tulang maxilla (Ossa Maxillaria)…………………………………... Tulang Tarsometatarsus (shank)……………………………………. Tulang Sayap………………………………………………………... Tinggi Jengger (Pecten Oculi Capilaris)……………….…………... Tulang Jari Ketiga.………………………………………………….. Tulang Dada………………………………………………………… Analisis Komponen Utama………………………………………….
2 3 5 5 5 6 6 6 7 7 8 8 9
MATERI DAN METODE ………………………………………………........
10
Lokasi dan Waktu …………………………………………………... Materi ………………………………………………………………. Prosedur …………………………………………………………….. Pengukuran Variabel-Variabel Tubuh …………………….. Analisis Data ……………………………………………………….. Statistik Deskriptif………………………………………….. Statistik T2 -Hotelling ……………………………………... Analisis Komponen Utama …………………………………. Pembuatan Diagram Kerumunan…………………………….
10 10 12 12 16 16 16 17 19
HASIL DAN PEMBAHASAN ………………………………………………
20
Kondisi Umum Lokasi Penelitian…………………………………….. Desa Tanjung Manggu, Sindangrasa, Imbanagara Ciamis, Jawa Barat…………………………………………………….. Desa Dampyak, Mejasem Timur, Tegal Jawa Tengah.............. Desa Duren, Talun, Blitar, Jawa Timur………………………. Analisis Statistik Deskriptif…………………………………………... Ukuran Linear Permukaan Tubuh Ayam Kampung Ciamis, Tegal dan Blitar………………………………………………. Uji Statistik T2 -Hotelling…………………………………………….. Kelompok Ayam Kampung Ciamis, Tegal dan Blitar………... Persamaan Ukuran dan Bentuk Tubuh Ayam Kampung di Ciamis, Tegal dan Blitar Berdasarkan Analisis Komponen Utama…………… Ayam Kampung Ciamis……………………………………..... Ayam Kampung Tegal……………………………………....... Ayam Kampung Blitar………………………………………... Rekapitulasi Penciri Ukuran dan Bentuk Tubuh pada Ayam Kampung Ciamis, Tegal dan Blitar serta Ilustrasi Diagram Kerumunan…………………………………………………………….
20 20 22 23 25 25 31 31 33 34 35 36 37
KESIMPULAN DAN SARAN……………………………………………….
40
Kesimpulan…………………………………………………………… Saran…………………………………………………………………..
40 40
UCAPAN TERIMA KASIH………………………………………………….
41
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………........
43
LAMPIRAN ………………………………………………………………….
47
x
DAFTAR TABEL Nomor
Halaman
1.
Jumlah Ayam Kampung yang Diamati………………………………
10
2.
Rataan, Simpangan Baku dan Koefisien Keragaman Ukuran-Ukuran Tubuh Ayam Kampung Jantan pada Lokasi Ciamis, Tegal dan Blitar…………………………………………....................................
26
Rataan, Simpangan Baku dan Koefisien Keragaman Ukuran-Ukuran Tubuh Ayam Kampung Betina pada Lokasi Ciamis, Tegal dan Blitar……………………………………………...............................
27
Rekapitulasi Hasil T2 -Hotelling Ukuran Linear Permukaan Tubuh Antara Ayam Kampung Jantan dan Betina pada Setiap Lokasi………………………………………………………………..
31
Rekapitulasi Hasil Olahan T2 -Hotelling Ukuran Linear Permukaan Tubuh Antara Ayam Kampung Ciamis, Tegal dan Blitar pada Jantan dan Betina…………………………………………………….
32
Persamaan Ukuran dan Bentuk Tubuh dengan Keragaman Total dan Nilai Eigen pada Ayam Kampung Ciamis………………………….
34
7.
Persamaan Ukuran dan Bentuk Tubuh dengan Keragaman Total dan Nilai Eigen pada Ayam Kampung Tegal……………………….
35
8.
Persamaan Ukuran dan Bentuk Tubuh dengan Keragaman Total dan Nilai Eigen pada Ayam Kampung Blitar……………………….
36
Rekapitulasi Penciri Ukuran dan Penciri Bentuk Tubuh pada Ayam Kampung Ciamis, Tegal dan Blitar…………………........................
37
3.
4.
5.
6.
9.
DAFTAR GAMBAR Nomor
Halaman
1.
Ayam Ketawa Jantan (A) dan Ayam Pelung Jantan (B)…………….
2
2.
Ayam Sentul Jantan (A) dan Ayam Wareng Tangerang Jantan (B)…
2
3.
Ayam Kampung Jantan Ciamis (A) dan Ayam Kampung Jantan Blitar (B)………………………………………………………….....
4
4.
Ayam Kampung Betina Ciamis (A) dan Ayam Kampung Betina Blitar (B)……………………..............................................................
4
5.
Tulang Femur, Tibia, Tarsometatarsus dan Jari pada Ayam…….....
6
6.
Tulang Sayap pada Ayam……………………………………………
7
7.
Bentuk Jengger………………………………………………………
7
8.
Tulang Sternum pada Ayam………………………………………...
8
9.
Ayam Kampung Jantan Ciamis (A) dan Ayam Kampung Betina Ciamis (B)……………………………………………………………
11
10.
Ayam Kampung Jantan Tegal (A) dan Ayam Kampung Betina Tegal (B)……………………..............................................................
11
11.
Ayam Kampung Jantan Blitar (A) dan Ayam Kampung Betina Blitar (B)……………………..............................................................
11
Pengukuran Variabel-Variabel Ukuran Permukaan Linear Tubuh Ayam Kampung yang Diamati………………………………………
12
13.
Pengukuran Panjang Femur (A) dan Panjang Tibia (B)……………..
13
14.
Pengukuran Panjang Shank (A) dan Lingkar Shank (B)…………….
13
15.
Pengukuran Panjang Sayap (A) dan Panjang Maxilla (B)……….......
14
16.
Pengukuran Tinggi Jengger (A) dan Panjang Jari Ketiga (B)……….
14
17.
Pengukuran Panjang Dada (A) dan Lebar Dada (B)………………...
15
18.
Pengukuran Dalam Dada (A) dan Lebar Pinggul (B)………………..
15
19.
Lokasi Peternakan Ayam Kampung Ciamis…………………………
20
20.
Tipe Kandang Ayam Kampung pada Masyarakat yang Memiliki Lahan Luas di Desa Tanjung Manggu, Sindangrasa, Imbanagara, Kabupaten Ciamis……………………………………….................
21
21.
Lokasi Peternakan Ayam Kampung Tegal……...............................
22
22.
Tipe Kandang Ayam Kampung di desa Dampyak, Mejasem Timur, Kabupaten Tegal………………………………………….................
23
23.
Lokasi Peternakan Ayam Kampung Blitar……...............................
24
24.
Tipe Kandang Kelompok Ayam Kampung di Desa Duren, Talun, Kabupaten Blitar…………..................................................................
24
12.
25.
Diagram Kerumunan Data berdasarkan Skor Ukuran dan Skor Bentuk Ayam Kampung Ciamis, Tegal dan Blitar………………......
38
xiii
DAFTAR LAMPIRAN Nomor
Halaman
1.
Koefisien Keragaman Ukuran-Ukuran Tubuh Ayam Kampung Jantan dan Betina pada Lokasi Ciamis, Tegal dan Blitar……………
47
2.
Perhitungan Manual Uji Statistik T2 -Hotelling pada VariabelVariabel Ukuran Linear Permukaan Tubuh antara Ayam Kampung Ciamis Jantan dan Ayam Kampung Blitar Jantan…………………...
47
Perhitungan Manual Analisis Komponen Utama pada VariabelVariabel Ukuran Linear Permukaan Tubuh Ayam Kampung Blitar…………………………………………………………………
50
Korelasi antara Ukuran dan Variabel-Variabel Ukuran Linear Permukaan Tubuh yang Diamati pada Ayam Kampung Ciamis…….
54
Korelasi antara Ukuran dan Variabel-Variabel Ukuran Linear Permukaan Tubuh yang Diamati pada Ayam Kampung Tegal……...
55
Korelasi antara Ukuran dan Variabel-Variabel Ukuran Linear Permukaan Tubuh yang Diamati pada Ayam Kampung Blitar..…….
55
Urutan Kelas Ukuran-Ukuran Linear Permukaan Tubuh Ayam Kampung Jantan di Lokasi Pengamatan Ciamis, Tegal dan Blitar sebagai akibat dari Seleksi Buatan…………………………………
56
Urutan Kelas Ukuran-Ukuran Linear Permukaan Tubuh Ayam Kampung Betina di Lokasi Pengamatan Ciamis, Tegal dan Blitar sebagai akibat Seleksi Buatan……………………………………….
56
Urutan Kelas Ukuran-Ukuran Linear Permukaan Tubuh Ayam Kampung Jantan di Lokasi Pengamatan Ciamis, Tegal dan Blitar sebagai akibat dari Seleksi Alam…………………………………….
57
Urutan Kelas Ukuran-Ukuran Linear Permukaan Tubuh Ayam Kampung Betina di Lokasi Pengamatan Ciamis, Tegal dan Blitar sebagai akibat dari Seleksi Alam…………………………………….
57
Komponen Utama, Nilai Eigen, Keragaman Total, Keragaman Kumulatif yang Diturunkan dari Matriks Kovarian VariabelVariabel Ukuran Linear Permukaan Tubuh Ayam Kampung Ciamis………………………………………………………………..
58
Komponen Utama, Nilai Eigen, Keragaman Total, Keragaman Kumulatif yang Diturunkan dari Matriks Kovarian VariabelVariabel Ukuran Linear Permukaan Tubuh Ayam Kampung Tegal…………………………………………………………………
59
Komponen Utama, Nilai Eigen, Keragaman Total, Keragaman Kumulatif yang Diturunkan dari Matriks Kovarian VariabelVariabel Ukuran Linear Permukaan Tubuh Ayam Kampung Blitar…………………………………………………………………
60
3.
4. 5. 6. 7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
Pengukuran Variabel Ukuran-Ukuran Linear Permukaan Tubuh Ayam Kampung……………………………………………………...
61
15.
Pengukuran Variabel Ukuran-Ukuran Linear Permukaan Tubuh Ayam Kampung……………………………………………………...
62
xv
PENDAHULUAN Latar Belakang Ayam Kampung merupakan salah satu kekayaan sumber genetik ternak lokal Indonesia sehingga disebut juga sebagai ayam asli (native chicken). Domestikasi ayam Kampung dimulai sejak jaman dahulu yaitu pada saat hubungan antara ayam tersebut dan masyarakat sangat erat, yang diperlihatkan dengan kepemilikan ayam Kampung pada setiap keluarga, terutama di daerah pedesaan. Ayam Kampung lebih mudah dipelihara dan tahan terhadap penyakit dibandingkan dengan ayam ras luar negeri karena kemampuan beradaptasi baik dengan lingkungan tropis pedesaan. Ayam Kampung diklasifikasikan ke dalam 31 rumpun ayam lokal Indonesia dengan keunggulan tersendiri. Ayam Kampung (Gallus gallus domesticus) berasal dari ayam hutan (Gallus gallus) yang kemudian didomestikasi sebagai ayam peliharaan karena pemeliharaan yang mudah dan dapat memanfaatkan limbah rumah tangga sebagai pakan. Ayam Kampung berpotensi dikomersialkan sebagai usaha peternakan tanpa harus mengenyampingkan keberadaannya sehingga pelestarian dapat tetap dipertahankan sebagai upaya konservasi lebih lanjut. Identifikasi keragaman genetik ayam Kampung secara tidak langsung diperlihatkan dengan keragaman fenotipik kuantitatif berdasarkan pengamatan ukuran linear permukaan tubuh. Perbedaan ukuran (size) atau bentuk tubuh (shape) diantara kelompok-kelompok ayam Kampung yang menyebar di seluruh penjuru negeri, mengindikasikan bahwa keragaman morfometrik masih ditemukan. Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk menentukan ukuran dan bentuk tubuh ayam Kampung pada lokasi yang berbeda. Penelitian ini juga ditujukan untuk menemukan penciri ukuran dan bentuk tubuh ayam Kampung Ciamis (Jawa Barat), Tegal (Jawa Tengah) dan Blitar (Jawa Timur).
TINJAUAN PUSTAKA Ayam Lokal Indonesia Ayam diklasifikasikan ke dalam kingdom Animalia, filum Chordata, subfium Vertebrata, kelas Aves, super order Carinatae, ordo Galliformes dan spesies Gallus gallus (Myers et al., 2006). Menurut Mansjoer (1985) bahwa nenek moyang ayam domestikasi yang menyebar di seluruh dunia berasal dari empat jenis ayam hutan yaitu ayam Hutan Merah (Gallus gallus), ayam Hutan Sri Lanka (Gallus lafayetti), ayam Hutan Abu-abu atau ayam Hutan Sonerat (Gallus sonneratti) dan ayam Hutan Jawa (Gallus varius). Nenek moyang ayam domestikasi yang utama adalah ayam Hutan Merah (Gallus gallus).
A
B
Sumber: Kuswardani (2012)
Gambar 1. Ayam Ketawa Jantan (A), Ayam Pelung Jantan (B)
C
D
Sumber: Candrawati (2007)
Gambar 2. Ayam Sentul Jantan (C), Ayam Wareng Tangerang Jantan (B) Beraneka ragam ayam asli Indonesia menyebar di seluruh kepulauan Indonesia yang memiliki beberapa rumpun dengan karakteristik morfologis yang berbeda dan khas. Sejauh ini telah diidentifikasi sebanyak 31 rumpun ayam lokal
yaitu Pelung, Sentul, Nagrak, Banten, Ciparage, Siem, Wareng, Kedu hitam, Kedu putih, Kedu cemani, Sedayu, Gaok, Bangkalan, Olagan, Nusa penida, Nunukan, Ayunai, Tolaki, Tukung, Sumatera, Burgo, Merawang, Kukuak balenggek, Melayu, Bangkok, Bekisar, Walik/Rintit, Kampung, Galus varius, Galus galus, dan Maleo. (Nataamijaya, 2010). Keanekaragaman sifat genetik yang dimiliki ayam lokal secara nyata dimunculkan dalam penampilan fenotipik, seperti warna bulu, kulit, paruh, daging, bentuk jengger, bulu penutup, penampilan produksi, pertumbuhan dan reproduksi (Schmidt, 1985; Sidadolog, 1990). Keanekaragaman dapat dimunculkan secara evolusi maupun revolusi akibat dari sistem pemeliharaan dan perkawinan yang tidak terkontrol dari generasi ke generasi. Faktor cekaman lingkungan juga merupakan faktor yang sangat menentukan, karena upaya untuk mempertahankan diri melalui proses adaptasi. Proses adaptasi yang berlangsung lama dapat memunculkan sifat dan penampilan baru dan kemudian dapat diwariskan secara genetik dari generasi ke generasi. Ayam lokal Indonesia dipelihara sebagai ayam pedaging dan petelur. Selain itu berfungsi sebagai hewan kesayangan yang bermanfaat sebagai penghias halaman, aduan, ritual atau sebagai pemberi kepuasan melalui suara kokok yang merdu. Informasi dasar yang meliputi ciri spesifik, asal-usul, performa dan produktivitas diperlukan sebagai sumber daya genetik ternak ayam lokal lebih dikenal dan lebih dikembangkan secara berkelanjutan (Sulandari et al., 2007). Ayam Kampung Menurut Mansjoer (1985) bahwa ayam Kampung mempunyai jarak genetik yang paling dekat dengan ayam Hutan Merah yaitu Hutan merah Sumatra (Gallus gallus gallus) dan ayam Hutan Merah Jawa (Gallus gallus javanicus). Selanjutnya menurut Rasyaf (2011), ciri-ciri ayam Kampung jantan lebih jelas dari segi bentuk, memiliki tubuh yang gagah; sedangkan pada betina, bulu ekor lebih pendek dari panjang tubuh, memiliki ukuran badan dan kepala yang lebih kecil. Ayam Kampung merupakan ayam yang paling banyak menyebar di Indonesia. Ayam dibiarkan bebas berkeliaran sepanjang hari dan pakan yang didapat dari timbunan sampah, sisa-sisa dapur di sekeliling rumah. Secara umum ciri-ciri ayam Kampung adalah memiliki tubuh yang ramping, kaki panjang dan warna bulu 3
yang bervariasi yaitu hitam, putih, coklat, abu-abu campuran. Sifat fenotipik dan genotipik ayam Kampung masih sangat bervariasi seperti warna bulu yang masih beragam yaitu berwarna hitam, tipe liar, pola kolumbian, bulu putih dan bulu lurik (Sulandari et al., 2007).
A
B
Gambar 3. Ayam Kampung Jantan Ciamis (A) dan Ayam Kampung Jantan Blitar (B) Nataamijaya (2005) menyatakan bahwa rataan bobot badan ayam Kampung 2.405,141 ± 151,510 g (jantan) dan 1.650,00 ± 124,31 g (betina). Selanjutnya Sulandari et al. (2007) menyatakan bahwa manfaat dan keunggulan ayam Kampung adalah penghasil daging dan telur serta tahan terhadap penyakit. Ayam Kampung mudah dikenali masyarakat karena banyak berkeliaran di desa-desa hampir di seluruh wilayah Indonesia.
A
B
Gambar 4. Ayam Kampung Betina Ciamis (A) dan Ayam Kampung Betina Blitar (B)
4
Pertumbuhan Menurut Herren (2000) pertumbuhan didefinisikan sebagai peningkatan ukuran atau volume dari mahkluk hidup. Pertumbuhan terjadi pada dua fase utama yaitu fase prenatal dan fase postnatal. Pertumbuhan prenatal terjadi sebelum hewan lahir sedangkan pertumbuhan postnatal terjadi setelah hewan lahir. Tubuh hewan akan mengalami pertumbuhan yang cepat sejak hewan lahir sampai dewasa kelamin. Setelah dewasa kelamin pertumbuhan hewan masih berlanjut walaupun pertumbuhan berjalan dengan lambat tetapi pertumbuhan tulang dan otot pada saat itu telah berhenti. Selanjutnya Soeparno (2005) menjelaskan bahwa ternak jantan pada umur yang sama dengan betina, lebih cepat tumbuh. Jantan memiliki testosteron sebagai suatu steroid androgen yang merupakan hormon pengatur pertumbuhan. Androgen dihasilkan sel-sel interstisial dan kalenjar adrenal. Salah satu dari steroid androgen adalah testosterone yang dihasilkan testis. Sekresi testosterone yang tinggi pada jantan menyebabkan sekresi androgen menjadi tinggi pula, sehingga pertumbuhan ternak jantan dibandingkan betina, lebih cepat terutama setelah sifat-sifat kelamin sekunder muncul. Morfometrik Analisis morfometrik yang menggunakan metode AKU menerangkan bahwa komponen utama pertama merupakan indikasi dari ukuran hewan yang diteliti (vektor ukuran) dan komponen kedua merupakan indikasi dari bentuk hewan yang diteliti (vektor bentuk) Everitt dan Dunn (1991). Menurut Nishida et al. (1982) bentuk (shape) tubuh ayam asli Indonesia dipengaruhi tinggi jengger, panjang sayap, panjang femur dan panjang tibia. Panjang tibia memberikan pengaruh yang paling besar terhadap ukuran tubuh ayam. Ukuran tulang paha, betis dan shank serta perbandingan antara panjang shank dan lingkar shank menunjukkan nilai-nilai yang efektif dalam pendugaan konformasi tubuh, ukuran tulang paha, betis dan shank serta perbandingan antara panjang shank dengan lingkar shank, menunjukkan nilai-nilai yang efektif untuk pendugaan konformasi tubuh. Tulang Femur Menurut McLelland (1990) menyatakan bahwa tulang femur merupakan tulang yang terdapat diantara tulang pelvis bagian atas dan tulang tibia di bagian bawah. Bagian ujung distal dari tulang femur miring secara kranioteral yang
5
membawa banyak anggota badan bagian belakang untuk mendekat ke pusat gravitasi tubuh. Selanjutnya Nugraha (2007); Candrawati (2007) menyatakan panjang femur adalah 102,29 ± 6,45 mm; 10,23 cm sedangkan pada betina adalah 83,48 ± 3,79 mm; 8,35 cm. Tulang Tibia Menurut McLelland (1990) tulang tibia adalah bagian anggota badan yang sering disebut dengan drumstick yang terdiri atas balutan fibula dan tibia yang bergabung dengan baris proksimal dari tulang tarsal ke bentuk tibiotarsus. Nugraha (2007) panjang tibia ayam Kampung jantan adalah 152,95 ± 10,24 mm; sedangkan betina 123,14 ± 5,92 mm. Tulang Maxilla (Ossa Maxillaria) Menurut Sisson dan Grossman (1975) maxilla merupakan salah satu ciri khas dari kelompok burung yang membedakan dengan kelompok vertebrata lain. Tulang maxilla berbentuk tipis yang membentuk rahang atas. Selanjutnya Rusdin (2007) menyatakan maxilla merupakan bagian kepala yang berfungsi sebagai alat untuk memasukkan makanan ke dalam tubuh ayam. Selanjutnya Nugraha (2007); Nishida et al. (1980) panjang maxilla pada jantan 35,99 ± 3,65 mm; 63,40 mm; sedangkan pada betina 31,70 ± 1,86 mm; 58,10 mm. Tulang Tarsometatarsus (shank) Keterangan: 1. 2. 3. 4. 5. 6.
III
II
Femur Patella Tibiotarsus Fibula Tarsometatarsus Tulang jari i. Jari pertama ii. Jari kedua iii. Jari ketiga iv. Jari keempat
I IV Sumber: Mc Henry (2008)
Gambar 5. Tulang Femur, Tibia, Tarsometatarsus dan Jari pada Ayam 6
Menurut McLelland (1990) tarsometatarsus dibentuk melalui penggabungan ruas paling bawah dari tulang tarsal dan tulang metatarsal jari II, III dan IV. Lingkar tarsometatarsus berfungsi untuk menopang tubuh ayam supaya seimbang Mulyono et al. (2009). Menurut Mansjoer (1985) panjang shank merupakan salah satu sifat kuantitatif yang dijadikan parameter pertumbuhan. Panjang shank pada jantan adalah 110,04 ± 9,11 mm; sedangkan betina 85,81 ± 4,52 mm. Lingkar shank pada jantan adalah 53,29 ± 7,44 mm; sedangkan pada betina 39,64 ± 3,02 mm. Tulang Sayap Menurut McLelland (1990) menjelaskan setelah menetas, ruas bawah dari tulang carpal menyatu dengan metacarpus untuk membentuk carpometatarsus. Menurut Nishida et al. (1980); Nugraha (2007) panjang sayap pada ayam Kampung jantan adalah 227,24 mm; 234,79 ± 15,10 mm; sedangkan pada betina 197,22 mm; 192,14 ± 11,61 mm.
Keterangan: 1. Tulang jari 1 2. Tulang jari 2 3. Tulang jari 3 4. Metacarpus 5. Radius 6. Ulna 7. Humerus Sumber: Mc Henry (2008)
Gambar 6. Tulang Sayap pada Ayam Jengger (Pecten Oculi Capilaris) Nishida et al. (1982) menyatakan bahwa ukuran jengger dipengaruhi kerja hormon sebagai salah satu karakter kelamin sekunder. Hutt (1949) menyatakan bahwa ukuran tinggi jengger dipengaruhi aktivitas testis. Jengger sangat berperan dalam sistem sirkulasi darah karena berfungsi sebagai termoregulator tubuh terhadap suhu lingkungan. Saat suhu lingkungan dingin, aliran anastomes Artery Venous (AV) mengirimkan darah arteri menuju vena untuk menghangatkan sebagian darah yang dingin dari kapiler (Lucas dan Stettenheim, 1972). Menurut Nugraha, (2007);
7
Candrawati (2007) tinggi jengger pada ayam Kampung jantan adalah (49,45 ± 19,40 mm; 4,71 ± 2,27 cm; sedangkan pada betina 1,59 ± 1,01 cm; 16,84 ± 10,09 mm.
Sumber: Mc Henry (2008)
Gambar 7. Bentuk Jengger Ayam Tulang Jari Ketiga Menurut McLelland (1990) kebanyakan pada burung termasuk ayam lokal ditemukan kaki dengan empat jari yaitu dari digit I sampai IV. Posisi dari jari-jari dikaitkan dengan ilmu taksonomi yang berhubungan dengan posisi burung pada saat bertengger atau tidak bertengger. Selanjutnya (Nugraha 2007; Candrawati 2007) panjang jari ketiga pada jantan 64,27 ± 5,93 mm; 6,73 ± 0,33 cm sedangkan pada betina 52,64 ± 5,16 mm; 5,28 ± 0,49 cm. Tulang Dada
Sumber: Sumber: Mc Henry (2008)
Gambar 8. Tulang Sternum pada Ayam 8
Menurut Fastasqi (2012) panjang dada pada jantan 135,66 ± 17,89 mm; sedangkan pada betina 111,90 ± 16,63 mm. Lebar dada pada jantan 71,61 ± 14,83 mm; sedangkan pada betina 69,06 ± 6,98 mm. Analisis Komponen Utama Menurut Gaspersz (1992), Analisis Komponen Utama (AKU) memiliki tujuan dari suatu variabel-variabel untuk menerangkan struktur varian kovarian (kombinasi data multivariat yang beragam) melalui kombinasi linear dari variabel tertentu. Secara umum AKU memiliki tujuan untuk mereduksi data dan menterjemahkannya. Everitt dan Dunn (1998) menyatakan bahwa analisis morfometrik yang menggunakan metode AKU menerangkan bahwa komponen utama pertama merupakan indikasi dari ukuran hewan yang diteliti (vektor ukuran) dan komponen kedua merupakan indikasi dari bentuk hewan yang diteliti (vektor bentuk). Keragaman total dijadikan sebagai indikasi untuk menentukan persamaan yang mewakili banyak persamaan yang dibentuk AKU. Keragaman ini diperoleh dari hasil pembagian antara nilai eigen komponen utama ke-i dan jumlah variabel yang diamati Gaspersz (1992). Selanjutnya Afifi dan Clark (1996) menyatakan bahwa vektor eigen merupakan seperangkat koefisien pada kombinasi linear untuk komponen utama ke-i.
9
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di tiga lokasi yang berbeda, yaitu dilaksanakan di Desa Tanjung Manggu, Ciamis; Desa Mejasem Timur, Tegal; dan di Desa Duren Talun, Blitar. Penelitian dilaksanakan selama satu bulan, yaitu dari Desember 2011 sampai Januari 2012. Penelitian pertama dilakukan di Ciamis pada tanggal 17-20 Desember 2011; penelitian kedua di Tegal pada tanggal 16-19 Januari 2012; dan penelitian ketiga di Blitar pada tanggal 23-27 Januari 2012. Materi Materi penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah ayam Kampung. Ayam Kampung yang diukur sebanyak 328 ekor pada umur telah mencapai dewasa tubuh (umur enam bulan keatas). Ternak dipelihara secara semi intensif. Pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling. Tabel 1 menyajikan rincian ayam Kampung yang digunakan. Gambar 9, 10 dan 11 menyajikan ilustrasi ayam Kampung jantan dan betina di Ciamis, Tegal dan Blitar yang digunakan. Tabel 1. Jumlah Ayam Kampung yang Diamati Jenis Kelamin
Ciamis
Tegal
Blitar
♂
45 ekor
20 ekor
38 ekor
♀
56 ekor
89 ekor
80 ekor
Jumlah
101 ekor
109 ekor
118 ekor
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah timbangan digital dengan skala minimum 0,5 kg dan skala maksimum 2,5 kg; jangka sorong digital (Digimatic Calliper) yang memiliki skala minimum 0 mm dan maksimum 200 mm, pita ukur dengan skala minimum 0 cm dan maksimum 150 cm, lembar data, alat tulis, tali plastik, wearpack, sepatu boot, kamera, kalkulator dan komputer. Pengolahan data dibantu dengan menggunakan peranti lunak statistika MINITAB® 15.1.20.0.
B
A Gambar 9. Ayam Kampung Jantan Ciamis (A) dan Ayam Kampung Betina Ciamis (B)
A
B
Gambar 10. Ayam Kampung Jantan Tegal (A) dan Ayam Kampung Betina Tegal (B)
A
B
Gambar 11. Ayam Kampung Jantan Blitar (A) dan Ayam Kampung Betina Blitar (B)
11
Prosedur Pengukuran Variabel-Variabel Variabel-variabel ukuran linear permukaan tubuh yang diukur meliputi panjang femur (X1), panjang tibia (X2), panjang shank (X3), lingkar shank (X4), panjang sayap (X5), panjang maxilla (X6), tinggi jengger (X7), panjang jari ketiga (X8), panjang dada (X9), lebar dada (X10), dalam dada (X11) dan lebar pinggul (X12); seperti yang disajikan pada Gambar 12. Pengamatan tersebut dilaksanakan pada masing-masing lokasi pengamatan.
Keterangan: Panjang Femur (X1), Panjang Tibia (X2), Panjang Shank (X3), Lingkar Shank (X4), Panjang Sayap (X5), Panjang Maxilla (X6), Tinggi Jengger (X7), Panjang Jari Ketiga (X8), Panjang Dada (X9), Lebar Dada (X10), Dalam Dada (X11), Lebar Pinggul (X12) Sumber : Sisson dan Grossman (1975)
Gambar 12. Variabel-Variabel Ukuran Linear Permukaan Tubuh Ayam Kampung yang Diamati
12
Metode pengukuran variabel-variabel ukuran linear permukaan tubuh disajikan pada uraian berikut ini. 1. Pengukuran panjang tulang femur (X1) dilakukan sepanjang tulang paha. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan jangka sorong, dalam satuan mm. Pengukuran diilustrasikan pada Gambar 13. 2. Pengukuran panjang tulang tibia (X2) dilakukan dari patella sampai ujung tibia. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan jangka sorong, dalam satuan mm. Pengukuran diilustrasikan pada Gambar 13.
A
B
Gambar 13. Pengukuran Panjang Femur (A) dan Panjang Tibia (B) 3. Pengukuran panjang shank (X3) dilakukan sepanjang tulang tarsometatarsus. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan jangka sorong, dalam satuan mm. Pengukuran diilustrasikan pada Gambar 14. 4. Pengukuran lingkar shank (X4) dilakukan dengan melingkarkan pita ukur pada bagian tengah tulang tarsometatarsus. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan pita ukur setelah dilakukan pengkonversian dalam satuan mm. Pengukuran diilustrasikan pada Gambar 14.
A
B
Gambar 14. Pengukuran Panjang Shank (A) dan Lingkar Shank (B) 13
5. Pengukuran panjang sayap (X5) dilakukan dengan merentangkan bagian sayap, diukur dari pangkal humerus sampai ujung phalanges. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan jangka sorong, dalam satuan mm. Pengukuran diilustrasikan pada Gambar 15. 6. Pengukuran panjang maxilla (Ossa Maxillaria) (X6) dilakukan mulai dari pangkal sampai ujung paruh bagian atas. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan jangka sorong, dalam satuan mm. Pengukuran diilustrasikan pada Gambar 15.
A
B
Gambar 15. Pengukuran Panjang Sayap (A) dan Panjang Maxilla (B) 7. Pengukuran tinggi jengger (Pecten Oculi Capilaris) (X7) dilakukan dari pangkal jengger yang melekat di kepala sampai jengger bagian atas yang paling tinggi pada kondisi tegak lurus. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan jangka sorong, dalam satuan mm. Pengukuran diilustrasikan pada Gambar 16. 8. Pengukuran panjang jari ketiga (X8) dilakukan pada jari ketiga yang terdiri dari empat phalanges. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan jangka sorong, dalam satuan mm. Pengukuran diilustrasikan pada Gambar 16.
A
B
Gambar 16. Pengukuran Tinggi Jengger (A) dan Panjang Jari Ketiga (B) 14
9. Pengukuran panjang tulang dada (X9) dilakukan dari ujung tulang sternum bagian depan sampai ujung bagian belakang. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan jangka sorong, dalam satuan mm. Pengukuran diilustrasikan pada Gambar 17. 10. Pengukuran kedalaman tulang dada (X10) dilakukan dari tinggi pundak sampai tulang sternum. Pengukuran kedalaman tulang dada dilakukan dengan menggunakan jangka sorong, dalam satuan mm. Pengukuran diilustrasikan pada Gambar 17.
A
B
Gambar 17. Pengukuran Panjang Dada (A) dan Lebar Dada (B) 11. Pengukuran lebar dada (X11) diperoleh dengan mengukur jarak antara tulang sternum bagian kiri hingga bagian kanan. Pengukuran panjang dada dilakukan dengan menggunakan jangka sorong, dalam satuan mm. Pengukuran diilustrasikan pada Gambar 18. 12. Pengukuran lebar pinggul (X12) dilakukan dari lumbar vertebrae kanan hingga lumbar vertebrae kiri. Pengukuran lebar pinggul dilakukan dengan menggunakan jangka sorong, dalam satuan mm. Pengukuran diilustrasikan pada Gambar 18.
A
B
Gambar 18. Pengukuran Dalam Dada (A) dan Lebar Pinggul (B) 15
Analisis Data Statistik Deskriptif Rataan, simpangan baku dan koefisien keragaman pada variabel-variabel ukuran linear permukaan tubuh ayam Kampung, dihitung berdasarkan Steel dan Torrie (1993). Rumus rataan, simpangan baku dan koefisien keragaman sebagai berikut: X
=
ΣN i=1 Xi N
=
SB = KK =
X
X
X
… XN
N ΣN i=1 (Xi–X )
2
N–1 SB X
x 100%
Keterangan: X = Rataan X
= Data ke-i
N = Banyak data contoh SB = Simpangan baku KK = Koefisien keragaman Statistik T2 -Hotelling Uji statistik T2 -Hotelling digunakan untuk menguji perbedaan vektor nilai rata-rata dari variabel-variabel yang diamati diantara dua kelompok ayam Kampung. Pengujian tersebut dilakukan dengan hipotesis sebagai berikut: Ho: U1 = U2 artinya vektor nilai rata-rata populasi 1 sama dengan populasi 2. H1: U1 ≠ U2
artinya kedua vektor nilai rata-rata populasi berbeda.
2
Statistik T -Hotelling dirumuskan sebagai berikut: n1 n2 T2 = x – x 'S-1 x1 – x2 n1 + n2 1 2 G (Gaspersz, 1992) Selanjutnya besaran: F=
n1 + n2 –P–1 n1 + n2 –2 P
T2
16
akan berdistribusi F dengan derajat bebas V1 = P dan V2 = n
n
P
1
Keterangan: T2 = Nilai T2 -Hotelling F = Nilai hitung untuk T2 -Hotelling n1 = Jumlah data pengamatan pada lokasi 1 n2 = Jumlah data pengamatan pada lokasi 2 = Vektor nilai rata-rata variabel acak dari lokasi 1 = Vektor nilai rata-rata variabel acak dari lokasi 2 P = Banyak variabel yang diukur Pada penelitian ini bila diperoleh perbedaan variabel-variabel ukuran linear permukaan tubuh ayam Kampung diantara lokasi pengamatan maka persamaan Analisis Komponen Utama dapat dibentuk pada masing-masing lokasi populasi ayam Kampung. Bila perbedaan tidak diperoleh, maka Analisis Komponen Utama dapat dibentuk pada gabungan dua lokasi yang dinyatakan sama. Analisis Komponen Utama Gaspersz (1992) menyatakan model statistik Analisis Komponen Utama sebagai berikut: Yp = a1p X1 +a2p X2 +…+a10p X12 Keterangan: Yp
= Komponen utama ke-P (P = 1, 2 , 3,…12)
X1-p a1p- app
= Variabel ke-P (P = 1, 2, 3, … 12) = Vektor ciri atau vektor Eigen ke -P untuk P = 1, 2, … 12 dengan kompoen utama ke -P
Berikut ini disajikan rumus persamaan ukuran berdasarkan rumus Gaspersz (1992) yang dimodifikasi sebagai berikut: Y1 = a11 X1 +a21 X2 +…+a121 X12 Keterangan: Y
= Ukuran
X1
= Panjang Femur
X2
= Panjang Tibia
17
X3
= Panjang Shank
X4
= Lingkar Shank
X5
= Panjang Sayap
X6
= Panjang Maxilla
X7
= Tinggi Jengger
X8
= Panjang Jari Ketiga
X9
= Panjang Dada
X10
= Lebar Dada
X11
= Dalam Dada
X12
= Lebar Pinggul
a11 a12 1 : Vektor ciri atau vektor Eigen ke-P untuk P = 1, 2, … , 12 Berikut ini disajikan rumus persamaan bentuk berdasarkan rumus Gaspersz (1992) yang dimodifikasi sebagai berikut: Y2 = a12 X1 +a22 X2 +…+a122 X12 Keterangan: Y2
= Bentuk
X1
= Panjang Femur
X2
= Panjang Tibia
X3
= Panjang Shank
X4
= Lingkar Shank
X5
= Panjang Sayap
X6
= Panjang Maxilla
X7
= Tinggi Jengger
X8
= Panjang Jari Ketiga
X9
= Panjang Dada
X10
= Lebar Dada
X11
= Dalam Dada
X12
= Lebar Pinggul
a12 a12 2 : Vektor ciri atau vektor Eigen ke-P untuk P = 1, 2, … , 12 Penciri ukuran ditentukan dari nilai vektor eigen tertinggi pada persamaan ukuran. Hubungan keeratan (korelasi) antara ukuran dan variabel-variabel linear
18
permukaan tubuh ayam Kampung dihitung berdasarkan rumus Gaspersz (1992) sebagai berikut:
rZiY1 = ri1 =
aij λ-i1 Si
Keterangan: rZiY1
= Koefisien korelasi variabel ke-i dan komponen utama ke-1 (ukuran)
ai1
= Vektor eigen peubah ke-i pada komponen utama ke-1
λi1
= Nilai eigen (akar ciri) komponen utama ke-1
Si
= Simpangan baku variabel ke-i Penciri bentuk ditentukan dari nilai vektor eigen tertinggi pada persamaan
bentuk. Hubungan keeratan (korelasi) antara bentuk dan variabel-variabel linear permukaan tubuh ayam Kampung dihitung berdasarkan rumus Gaspersz (1992) sebagai berikut:
rZiY2 = ri2 =
aij λ–i2 Si
Keterangan: rZiY2
= Koefisien korelasi variabel ke-i dan komponen utama ke-2 (bentuk)
ai2
= Vektor eigen peubah ke-i pada komponen utama ke-2
λi2
= Nilai eigen (akar ciri) komponen utama ke-2
Si
= Simpangan baku variabel ke-i
Pembuatan Diagram Kerumunan Diagram kerumunan dibuat berdasarkan sumbu X sebagai skor komponen utama pertama (skor ukuran) dan sumbu Y sebagai dan skor komponen utama kedua (skor bentuk) yang diperoleh berdasarkan persamaan ukuran dan bentuk. Setiap plot pada diagram kerumunan mencerminkan data setiap individu. Perbedaan pengelompokan data individu-individu pada diagram kerumunan diamati dan diperbandingkan.
19
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Lokasi Penelitian Desa Tanjung Manggu, Sindangrasa, Imbanagara Ciamis, Jawa Barat Kabupaten Ciamis terletak di ujung timur Propinsi Jawa Barat merupakan daerah dataran tinggi yang memiliki luasan sekitar 244.479 ha, yang terdiri atas 51.688 ha lahan sawah; 192.791 ha lahan darat; serta memiliki pantai sepanjang 91 km. Secara geografis Kabupaten Ciamis terletak pada koordinat 108o 20"-108o 40" BT dan 70 40" 20"-7o 41" 20" LS (Dinas Propinsi Jawa Barat, 2010). Pada ketinggian 731 m dpl. Suhu harian per tahun 21-31 oC; dengan tingkat kelembaban 58%-93% (Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, 2012). Dijelaskan lebih lanjut bahwa Kabupaten Ciamis di sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Majalengka dan Kabupaten Kuningan; di sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Tasikmalaya dan Kota Tasikmalaya; di sebelah timur berbatasan dengan Propinsi Jawa Tengah dan Kota Banjar; dan di sebelah selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia. Peternak ayam Kampung di Kabupaten Ciamis berada dalam naungan Himpunan Unggas Lokal Indonesia (HIMPULI). Sekretariat HIMPULI sektor Ciamis terletak di Desa Tanjung Manggu, Sindangrasa Kecamatan Imbanagara. Gambar 19 menyajikan peta lokasi pengamatan ayam Kampung. Pengambilan data ayam Kampung hanya dilakukan di Desa Tanjung Manggu.
Sumber: Google Earth (2012)
Gambar 19. Peta Lokasi Desa Tanjung Manggu, Sindangrasa, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat
Secara umum mata pencaharian masyarakat Ciamis adalah petani, pedagang, nelayan dan beternak ayam. Masyarakat Ciamis memelihara berbagai macam ayam lokal salah satunya adalah ayam Kampung secara semi intensif. Kepemilikan ayam Kampung masyarakat Ciamis berkisar antara 5-10 ekor per kepala keluarga. Ayam Kampung dikandangkan secara individu. Kandang dibuat bertingkat. Kandang dibuat dari bambu, seng dan kawat. Peternak yang memiliki lahan yang luas, membangun kandang di belakang rumah yang dilengkapi dengan area tempat ayam beraktivitas pada siang hari, seperti yang diilustrasikan pada Gambar 20. Beberapa peternak yang tidak memiliki lahan luas, membiarkan ayam Kampungnya untuk beraktivitas di luar kandang, yaitu di area kebun yang ditanami pohon kelapa, rambutan, jati, pisang, jambu biji dan bambu. Ayam Kampung hanya dikandangkan pada malam hari. Setiap pagi sebelum ayam dilepas (diumbar), peternak memberi makan sisa-sisa dapur yang dicampur dedak padi. Sisa-sisa dapur yang diberikan juga memasukkan sisa-sisa pembuatan galendo yang merupakan makanan khas masyarakat Ciamis. Galendo merupakan hasil ikutan pembuatan minyak goreng dari bahan kelapa (Cocos nucifera L). Vitamin sebagai anti stress yang dicampur dengan air minum diberikan setiap minggu.
Gambar 20. Tipe Kandang Ayam Kampung pada Masyarakat yang Memiliki Lahan Luas di Desa Tanjung Manggu, Sindangrasa, Imbanagara, Kabupaten Ciamis
21
Desa Dampyak, Mejasem Timur, Tegal Jawa Tengah Kabupaten Tegal terletak di Propinsi Jawa Tengah, yang secara topografis dibagi menjadi daerah pantai, dataran rendah dan dataran tinggi. Kabupaten Tegal memiliki luasan wilayah daratan sebesar 87.879 ha dan lautan 121,50 km2. Secara geografis terletak pada 108o 57'6"-109o 21'30" BT dan antara 60 50'41"-7o 15'30" LS (Dinas Pemerintah Kabupaten Tegal, 2011). Pada ketinggian 1.200-2.050 m dpl. Suhu harian per tahun 23-32 oC dengan kelembaban 55%-88% (Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, 2012) Lokasi pengamatan ayam Kampung dilaksanakan di Desa Dampyak, Mejasem Timur, Kabupaten Tegal Jawa Tengah. Lokasi tersebut di sebelah utara berbatasan dengan Kota Tegal dan Laut Jawa; di sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Pemalang; di sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Brebes; dan di sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Banyumas. Gambar 21 menyajikan peta lokasi Desa Dampyak, Mejasem Timur.
Sumber: Google Earth (2012)
Gambar 21. Peta Lokasi Desa Dampyak, Mejasem Timur, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah Mata pencaharian masyarakat desa Dampyak adalah bertani, berladang, dan buruh industri perkayuan (perabotan kayu jati) serta beternak ayam. Ayam yang diternakkan adalah ayam ras luar negeri (broiler) dan ayam Kampung. Pemeliharaan ayam Kampung secara semi intensif yaitu ayam dilepas (diumbar) sepanjang hari dan 22
beristirahat di kandang pada malam hari. Kepemilikan ayam Kampung sekitar 3-8 ekor per kepala keluarga. Ayam dikandangkan secara individu. Kandang dibuat bertingkat yang dibuat dari bahan bambu, kawat dan seng. Kandang dilengkapi dengan tirai plastik. Beberapa kandang dibangun di rumah kosong yang sudah tidak digunakan. Kandang juga didirikan di belakang rumah terpisah dari rumah. Untuk kepemilikan 3-5 ekor, pada umumnya ayam tidak memiliki kandang tetapi dikumpulkan di sudut ruang dapur dengan menggunakan kurungan ayam. Gambar 22 menyajikan ilustrasi kandang individu yang bertingkat di desa Dampyak Mejasem Timur. Ayam yang dilepas (diumbar), dibiarkan beraktivitas di areal persawahan, kebun yang ditanami mangga, jambu biji, rambutan, pisang dan kelapa. Ayam disamping mencari makan sendiri, setiap pagi diberi pakan berupa sisa-sisa dapur yang dicampur dedak padi.
Gambar 22. Tipe Kandang Ayam Kampung di desa Dampyak, Mejasem Timur, Kabupaten Tegal Desa Duren, Talun, Blitar, Jawa Timur Secara geografis Kabupaten Blitar terletak di Propinsi Jawa Timur terletak di kawasan selatan yang berbatasan langsung dengan Samudera Indonesia. Gambar 23
23
menyajikan peta lokasi Duren Talun Kabupaten Blitar. Luasan Kabupaten Blitar adalah
Sumber: Google Earth (2012)
Gambar 23. Peta Lokasi Desa Duren, Talun, Kabupaten Blitar, Jawa Timur 1.588,79 km2. Kabupaten Blitar terletak di sebelah selatan garis khatulistiwa yaitu pada 111o40'-112o10' BT dan 78o58'-8o9' LS (Dinas Pemerintah Kabupaten Blitar, 2011). Pada ketinggian 150 m dpl. Suhu harian per tahun berkisar antara 20-30 oC dengan kelembaban 60%-92% (Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, 2012)
Gambar 24. Tipe Kandang Kelompok Ayam Kampung di Desa Duren, Talun, Kabupaten Blitar
24
Mata pencaharian masyarakat Desa Duren, Talun, Kabupaten Blitar adalah bertani, berladang dan beternak ayam secara semi intensif. Warga memelihara ayam Kampung secara semi intensif, yaitu ayam diumbar dari pagi hingga sore hari dan beristirahat di kandang pada malam hari. Kepemilikan ayam Kampung berkisar antara 10-20 ekor per kepala keluarga. Kandang yang dibangun merupakan kandang kelompok yang dibuat dari bambu, kawat dan diberi naungan berupa genteng. Kandang kelompok didirikan di belakang rumah pada area khusus. Gambar 24 menyajikan ilustrasi tipe kandang kelompok tersebut. Pakan yang diberikan berupa sisa-sisa dapur yang dicampur dengan dedak, jagung dan vitamin. Vitamin sebagai anti stress dalam air minum, diberikan setiap minggu. Analisis Statistik Deskriptif Ukuran Linear Permukaan Tubuh Ayam Kampung Ciamis, Tegal dan Blitar Pengamatan ukuran linear permukaan tubuh ayam Kampung Ciamis, Tegal dan Blitar, disajikan pada Tabel 2 dan 3. Berdasarkan pada tabel yang telah disajikan dapat disimpulkan bahwa ukuran linear permukaan tubuh ayam Kampung jantan lebih besar dibandingkan dengan ayam Kampung betina pada lokasi pengamatan Ciamis, Tegal dan Blitar. Soeparno (2005) menjelaskan bahwa ternak jantan pada umur yang sama dengan betina, lebih cepat tumbuh. Jantan memiliki testosteron sebagai suatu steroid androgen yang merupakan hormon pengatur pertumbuhan. Androgen dihasilkan selsel interstisial dan kalenjar adrenal. Salah satu dari steroid androgen adalah testosterone yang dihasilkan testis. Sekresi testosterone yang tinggi pada jantan menyebabkan sekresi androgen menjadi tinggi pula, sehingga pertumbuhan ternak jantan dibandingkan betina, lebih cepat terutama setelah sifat-sifat kelamin sekunder muncul. Menurut Mufti (2003) bahwa ayam Kampung jantan memiliki ukuranukuran tubuh lebih besar pada umur yang sama. Herren (2000) menyatakan bahwa tinggi jengger ayam Kampung jantan dua kali lipat tinggi jengger ayam Kampung betina. Sifat ini merupakan salah satu ciri untuk menentukan jenis kelamin ayam. Menurut Mansjoer (1985), sifat tinggi jengger ini dipengaruhi jenis kelamin.
25
Koefisien keragaman ukuran-ukuran linear permukaaan tubuh ayam Kampung yang diamati,
disajikan pada Tabel 2 dan 3. Berdasarkan nilai koefisien keragaman
Tabel 2. Rataan, Simpangan Baku dan Koefisien Keragaman Ukuran-Ukuran Tubuh Ayam Kampung Jantan pada Lokasi Ciamis, Tegal dan Blitar Variabel
Ciamis Tegal Blitar n = 45 n = 20 n = 38 --------------------------(mm)----------------------------
Panjang Femur (X1)
127,39±15,53 12,19%
129,45±16,32 12,61%
129,57±17,29 13,34%
Panjang Tibia (X2)
162,11±16,12 9,95%
152,70±17,75 11,62%
170,02±16,31 9,59%
Panjang Shank (X3)
103,22±10,82 10,48%
99,10±10,59 10,68%
114,95±10,42 9,06%
Lingkar Shank (X4)
52,63±7,03 13,36%
48,85±5,70 11,66%
53,34±6,70 12,55%
Panjang Sayap (X5)
163,55±18,55 11,34%
154,06±15,06 9,77%
151,75±19,70 12,98%
Panjang Maxilla (X6)
36,36±5,05 13,89%
32,46±6,04 18,59%
37,11±4,44 11,97%
Tinggi Jengger (X7)
26,55±15,10 56,87%
19,23±9,70 50,42%
18,79±8,36 44,47%
Panjang Jari Ketiga (X8)
62,16±7,55 12,15%
64,33±7,43 11,54%
71,35±5,48 7,68 %
Panjang Dada (X9)
151,75±15,27 10,06%
145,30±13,03 8,97%
146,71±13,81 9,41%
Lebar Dada (X10)
82,89±9,16 11,06%
83,82±7,06 8,43%
84,33±7,16 8,49%
Dalam Dada (X11)
79,10±9,54 12,06%
70,73±9,20 13,00%
73,58±12,75 17,34%
Lebar Pinggul (X12)
75,63±8,17 10,81%
71,68±7,06 9,84%
71,65±5,93 8,28%
Keterangan: n = jumlah contoh; persen menunjukkan koefisien keragaman
tersebut, dapat ditentukan apakah suatu variabel ukuran linear permukaan tubuh sudah atau belum terseleksi. Peternak ayam Kampung telah melakukan seleksi terhadap sifat pedaging dan petelur pada ayam Kampung, sehingga ayam Kampung dikategorikan sebagai ayam tipe dwiguna (Sulandari et al., 2007). Bila peternak lebih menginginkan telur yang banyak pada ayam Kampung, maka seleksi ayam Kampung
26
Tabel 3. Rataan, Simpangan Baku dan Koefisien Keragaman Ukuran-Ukuran Tubuh Ayam Kampung Betina pada Lokasi Ciamis, Tegal dan Blitar Variabel
Ciamis Tegal Blitar n = 56 n = 89 n = 80 --------------------------(mm)----------------------------
Panjang Femur (X1)
120,12±18,50 15,40%
117,63±16,45 13,98%
118,12±16,62 14,07%
Panjang Tibia (X2)
142,64±20,55 14,41%
136,74±18,45 13,49%
146,02±13,33 9,13%
Panjang Shank (X3)
85,48±11,94 13,97%
82,04±7,89 9,62%
88,18±8,88 10,07%
Lingkar Shank (X4)
44,82±3,86 8,61%
41,88±3,96 9,45%
43,40±3,64 8,39%
Panjang Sayap (X5)
154,67±20,48 13,24%
139,96±16,11 11,51%
148,12±16,56 11,18%
Panjang Maxilla (X6)
32,86±3,63 11,04%
30,41±4,80 15,78%
32,52±4,03 12,40%
Tinggi Jengger (X7)
10,76±6,13 56,99%
10,58±5,60 52,95%
7,85±3,26 41,55%
Panjang Jari Ketiga (X8)
53,72±7,05 13,12%
54,46±5,90 10,84%
60,79±7,01 11,53%
Panjang Dada (X9)
143,05±17,19 12,01%
135,85±13,68 10,07%
136,38±13,00 9,53%
Lebar Dada (X10)
77,34±8,44 10,91%
77,28±9,04 11,70%
76,48±6,46 8,45%
Dalam Dada (X11)
72,70±7,93 10,91%
67,49±8,12 12,04%
65,31±8,64 13,23%
Lebar Pinggul (X12)
73,51±9,80 13,34%
67,91±6,55 9,64%
67,74±6,44 9,51%
Keterangan: n = jumlah contoh; persen menunjukkan koefisien keragaman
lebih diarahkan ke produksi telur. Bila peternak lebih menginginkan ayam Kampung dijual hidup untuk dipotong, maka peternak menyeleksi ayam Kampung lebih ke arah bobot badan. Seleksi terhadap produksi telur dan bobot ayam pada ayam Kampung diikuti dengan seleksi tidak langsung terhadap ukuran-ukuran linear permukaan tubuh. Koefisien keragaman ukuran-ukuran linear permukaan tubuh yang rendah mengindikasikan bahwa ukuran tubuh tersebut merupakan hasil seleksi (Martojo, 1992). Menurut Noor (2008), seleksi buatan berperan sangat dominan
27
dalam menentukan ternak yang boleh bereproduksi berdasarkan sifat-sifat yang diseleksi untuk memenuhi kebutuhan manusia. Menurut Sulandari et al. (2007), ayam Kampung merupakan ayam tipe dwiguna, tetapi pada kenyataannya peternak melakukan seleksi ke arah pedaging atau petelur yang disesuaikan dengan permintaan pasar. Seleksi peternak ke arah tipe pedaging dan petelur berkaitan dengan ukuran-ukuran linear permukaan tubuh; yang pada pengamatan ini meliputi panjang femur, panjang tibia, panjang sayap, panjang dada, lebar dada, dalam dada dan lebar pinggul. Seleksi terhadap ukuran linear permukaan tubuh ayam Kampung dilakukan tidak langsung oleh peternak, tetapi melalui seleksi terhadap bobot badan dan produksi telur. Pada penelitian ini, seleksi alam berperan pada pemeliharaan ayam Kampung di lokasi pengamatan berdasarkan keterlibatan peternak yang tidak banyak; yang pada pengamatan ini meliputi panjang shank, lingkar shank, panjang maxilla, tinggi jengger dan panjang jari ketiga. Menurut Noor (2008) seleksi alam merupakan seleksi terhadap adaptasi lingkungan yang tinggi yang menentukan apakah seekor ternak mampu menghasilkan keturunan yang lebih baik dari individu ternak lain. Seleksi peternak yang paling ketat secara tidak langsung yaitu terhadap ukuran-ukuran linear permukaan tubuh ayam Kampung jantan diantara lokasi pengamatan (Tabel 2), ditemukan sebanyak dua buah di Blitar (panjang tibia, lebar pinggul), tiga buah di Tegal (panjang sayap, panjang dada, lebar dada) dan dua buah di Ciamis (panjang femur, dalam dada). Perolehan rataan ukuran-ukuran linear permukaan tubuh tidak selalu bersesuaian dengan variabel yang paling ketat terseleksi. Ayam Kampung jantan Blitar memiliki ukuran yang besar, sedangkan ayam Kampung jantan Tegal berukuran paling kecil, berdasarkan perolehan rataan ukuran-ukuran linear permukaan tubuh. Seleksi peternak yang paling ketat secara tidak langsung pada ayam Kampung betina (Tabel 3) terhadap ukuran-ukuran linear permukaan tubuh diantara lokasi pengamatan, ditemukan sebanyak lima buah di Blitar (panjang tibia, panjang sayap, panjang dada, lebar dada dan lebar pinggul), satu buah di Tegal
(panjang
femur) dan satu buah di Ciamis (dalam dada). Panjang tibia, lingkar shank, panjang sayap, panjang maxilla, panjang dan lebar dada; menurut Hutt (1949), Sartika (2000) dan Mufti (2003) berkorelasi erat dengan bobot badan. Variabel yang paling ketat
28
terseleksi tidak selalu memiliki ukuran yang tinggi. Ayam Kampung betina Ciamis memiliki ukuran yang besar, yang mengindikasikan bahwa ayam tersebut berproduksi telur sedikit. Menurut Nestor et al. (2000), ayam dengan ukuran tubuh besar, memiliki produksi telur yang sedikit. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa ayam Kampung jantan Ciamis tidak termasuk ayam jantan berukuran terbesar, tetapi ayam Kampung betina Ciamis yang memiliki tubuh yang besar, dan kemungkinan produksi telur yang sedikit, sehingga mengarahkan pada kesimpulan bahwa ayam Kampung Ciamis dikategorikan sebagai ayam tipe dwiguna yang lebih diarahkan ke tipe pedaging. Hal yang tidak demikian, ditemukan pada populasi ayam Kampung Tegal. Ayam Kampung Tegal, baik jantan maupun betina memiliki variabel ukuran linear permukaan tubuh yang paling ketat terseleksi tetapi memiliki rataan ukuran yang tidak pernah paling besar. Ayam Kampung Tegal dikategorikan sebagai ayam tipe dwiguna yang kemungkinan lebih diarahkan ke tipe petelur karena berukuran tubuh paling kecil. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa ayam Kampung Blitar pada jantan memiliki ukuran tubuh yang terbesar tetapi ukuran tubuh ayam Kampung betina Blitar lebih kecil dibandingkan dengan ayam Kampung betina Ciamis. Kemungkinan produksi telur ayam Kampung betina Blitar di atas produksi ayam Kampung betina Ciamis. Hal tersebut mengarahkan pada kesimpulan bahwa ayam Kampung Blitar merupakan ayam tipe dwiguna. Seleksi alam paling ketat berdasarkan perolehan koefisien keragaman terhadap ukuran-ukuran linear permukaan tubuh pada ayam Kampung jantan di Tegal ditemukan pada lingkar shank dan Ciamis tidak ditemukan (Tabel 2). Seleksi terhadap panjang shank, panjang maxilla, tinggi jengger dan panjang jari ketiga, telah ketat dilakukan alam pada ayam Kampung jantan Blitar (Tabel 2). Hal yang berbeda ditemukan pada ayam Kampung betina (Tabel 3). Seleksi paling ketat ditemukan pada panjang shank dan panjang jari ketiga di Tegal, lingkar shank dan tinggi jengger di Blitar, sedangkan panjang maxilla di Ciamis pada ayam Kampung betina. Perolehan rataan ukuran tinggi jengger dan panjang jari ketiga memberikan kecenderungan yang sama pada populasi ayam Kampung Ciamis, Tegal dan Blitar; baik pada jantan maupun betina. Perolehan ukuran tinggi jengger terendah ditemukan pada ayam Kampung Blitar dan tertinggi pada ayam Kampung Ciamis. Perolehan
29
ukuran panjang jari ketiga terendah ditemukan pada ayam Kampung Ciamis dan tertinggi pada ayam Kampung Blitar (Tabel 3). Hal ini mengindikasikan bahwa alam tidak membedakan jenis kelamin dalam seleksi terhadap sifat-sifat tersebut. Jengger berperanan dalam sistem sirkulasi darah sebagai termoregulator tubuh terhadap suhu lingkungan. Aliran darah dari anastomes Artery Venous (A-V) menuju vena bertujuan untuk menghangatkan sebagian darah yang dingin dari kapiler pada saat suhu lingkungan dingin (Lucas dan Stettenheim, 1972). Suhu lingkungan Blitar yang lebih rendah dibandingkan Ciamis berakibatkan pada ayam Kampung dengan tinggi jengger yang kecil berkembang baik di Blitar. Jengger dengan tinggi yang besar ditemukan pada ayam Kampung Ciamis karena dibutuhkan ayam untuk menghangatkan sebagian darah tubuh yang dingin. Menurut McLelland (1990), posisi dari jari-jari pada kaki burung berhubungan dengan posisi burung pada saat bertengger atau tidak bertengger. Seleksi alam terhadap sifat panjang jari ketiga pada ayam Kampung Blitar dimungkinkan karena tempat tenggeran (batang kayu, batang bambu, alat rumah tangga yang sudah tidak dipakai) lebih banyak digunakan pada saat melakukan aktivitas istirahat pada malam hari; dibandingkan dengan ayam Kampung Ciamis. Ayam Kampung Ciamis pada umumnya menempati kandang individu sebagai tempat beristirahat pada malam hari. Perolehan ukuran panjang maxilla pada ayam Kampung jantan dan betina berbeda pada setiap lokasi penelitian. Alam membedakan ayam Kampung jantan dan betina dalam menyeleksi sifat panjang maxilla. Menurut Rusdin (2007), maxilla adalah bagian kepala yang berfungsi sebagai alat untuk memasukkan makanan ke dalam tubuh ayam. Seleksi terketat pada panjang maxilla ditemukan pada ayam Kampung jantan Blitar dan ayam Kampung betina Ciamis; dengan perolehan ukuran panjang maxilla paling tinggi. Hal tersebut dimungkinkan karena ukuran tubuh ayam Kampung jantan Blitar terbesar diantara ayam Kampung jantan yang diamati dan ayam Kampung betina Ciamis terbesar diantara ayam Kampung betina yang diamati. Ayam Kampung Ciamis dikategorikan sebagai ayam Kampung tipe dwiguna yang lebih diarahkan ke tipe pedaging. Ukuran panjang maxilla ayam Kampung betina Blitar ditemukan diantara ukuran panjang maxilla ayam Kampung betina Ciamis dan Tegal. Ayam Kampung Blitar merupakan tipe dwiguna, yang sama kuat diarahkan ke tipe pedaging dan petelur. Panjang maxilla ayam Kampung Tegal berukuran paling
30
kecil baik pada jantan maupun betina. Ayam Kampung Tegal berukuran kecil. Hasil ini bersesuaian dengan hasil seleksi peternak secara tidak langsung terhadap ukuran linear permukaan tubuh yang berhubungan dengan produksi; sehingga dapat dinyatakan bahwa seleksi alam bersinergi dengan seleksi peternak. Ayam Kampung Tegal merupakan ayam Kampung dwiguna yang lebih diarahkan ke tipe petelur. Uji Statistik T2 -Hotelling Hasil uji T2 -Hotelling yang disajikan pada Tabel 4 memberikan hasil perbedaan ukuran-ukuran linear permukaan tubuh yang sangat nyata antara ayam Kampung jantan dan betina di setiap lokasi pengamatan adalah (P<0,01). Menurut Noor (2008) sifat kuantitatif yang diekspresikan merupakan pengaruh genetik, lingkungan serta interaksi genetik terhadap lingkungan. Martojo (1992) menyatakan bahwa lingkungan internal ternak yang terdiri dari hormon mempengaruhi pertumbuhan ternak. Pada pengamatan ini ukuran-ukuran linear permukaan tubuh ayam Kampung jantan berbeda dengan betina pada setiap lokasi pengamatan (Tabel 2 dan 3). Soeparno (2005) menjelaskan bahwa ternak jantan pada umur yang sama dengan betina, lebih cepat tumbuh. Ukuran tubuh jantan lebih daripada betina pada umur yang sama karena pengaruh hormon pengatur pertumbuhan. Pengaruh lingkungan pengamatan seperti suhu lingkungan, pancaran sinar matahari dan pola pakan di masing-masing lokasi tidak berpengaruh terhadap ukuran-ukuran linear permukaan tubuh ayam Kampung jantan dan betina di setiap lokasi pengamatan. Tabel 4. Rekapitulasi Hasil T2 -Hotelling Ukuran Linear Permukaan Tubuh Antara Ayam Kampung Jantan dan Betina pada Setiap Lokasi Lokasi
Statistik T –Hotelling
Nilai F
Nilai P
Kesimpulan
♂ Ciamis vs ♀ Ciamis
1,862
13,656
0,000
**
♂ Tegal vs ♀ Tegal
1,495
11,957
0,000
**
♂ Blitar vs ♀ Blitar
3,223
28,201
0,000
**
2
Keterangan: ** = sangat nyata (P < 0,01)
Kelompok Ayam Kampung Ciamis, Tegal dan Blitar Perbedaan ayam Kampung Ciamis jantan vs ayam Kampung Tegal jantan, ayam Kampung Ciamis jantan vs ayam Kampung Blitar jantan, ayam Kampung Tegal jantan vs ayam Kampung Blitar jantan, ayam Kampung Ciamis betina vs ayam
31
Kampung Tegal betina, ayam Kampung Ciamis betina vs ayam Kampung Blitar betina dan ayam Kampung Tegal betina vs ayam Kampung Blitar betina disajikan pada Tabel 5 berdasarkan uji statistik T2 -Hotelling. Tabel 5. Rekapitulasi Hasil Olahan T2 -Hotelling Ukuran Linear Permukaan Tubuh Antara Ayam Kampung Ciamis, Tegal dan Blitar pada Jantan dan Betina Nilai F
Nilai P
Kesimpulan
♂ Ciamis vs ♂ Tegal
Statistik T –Hotelling 1,006
4,359
0,000
**
♂ Ciamis vs ♂ Blitar
1,422
8,297
0,000
**
♂ Tegal vs ♂ Blitar
1,143
4,287
0,000
**
♀ Ciamis vs ♀ Tegal
0,568
6,247
0,000
**
♀ Ciamis vs ♀ Blitar
1,005
10,296
0,000
**
♀ Tegal vs ♀ Blitar
0,539
7,005
0,000
**
Lokasi
2
Keterangan: ** = sangat nyata (P < 0,01)
Hasil tabel mengindikasikan bahwa ukuran-ukuran linear permukaan tubuh antara ayam Kampung yang diamati, masing-masing pada jantan dan betina, sangat berbeda (P<0,01). Perbedaan tersebut menurut Noor (2008) disebabkan pengaruh genetik dan lingkungan serta interaksi antara genetik dan lingkungan. Pengaruh genetik disebabkan perbedaan tujuan pemeliharaan. Berdasarkan Tabel 2 dan 3, ayam Kampung Ciamis, Tegal dan Blitar merupakan ayam Kampung tipe dwiguna yang masing-masing lebih diarahkan ke tipe pedaging, tipe petelur dan tipe pedaging dan petelur. Pengaruh lingkungan disebabkan perbedaan suhu dan kelembaban di masing-masing lokasi pengamatan, perbedaan perkandangan, perbedaan kualitas pakan dan perbedaan pakan tambahan (vitamin). Menurut Williamson dan Payne (1993) iklim tropis sangat bervariasi dan banyak dipengaruhi faktor-faktor yang tetap seperti garis lintang, ketinggian tempat dan topografinya. Iklim merupakan gabungan dari beberapa elemen yaitu suhu dan kelembaban. Pada pengamatan ini, suhu yang berbeda mengakibatkan pertumbuhan ternak yang berbeda pula. Kabupaten Ciamis memiliki suhu yang paling rendah 21-31 oC dan kelembaban udara 58%-93% (Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, 2012); Kabupaten Tegal 23-32 oC dan 55%88% (Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, 2012); sedangkan Blitar 20-30 o
C dengan kelembaban 60%-92% (Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika,
2012). Kandang individu dimiliki ayam Kampung Ciamis dan Tegal, sedangkan 32
kandang kelompok di Blitar. Kualitas pakan ayam Kampung pada masing-masing lokasi pengamatan tergantung pada habitat dan budaya setempat, seperti jenis tanaman dan sisa-sisa dapur yang berbeda. Menurut Soeparno (2005) konsumsi dan kualitas pakan yang berbeda mempengaruhi pertumbuhan dari ternak. Pemberian vitamin sebagai anti stress tidak diberikan pada ayam Kampung Tegal; yang menurut Kusnadi et al. (2006) pemberian vitamin pada ayam Kampung bertujuan untuk mengurangi stress lingkungan panas. Persamaan Ukuran dan Bentuk Tubuh Ayam Kampung di Ciamis, Tegal dan Blitar Berdasarkan Analisis Komponen Utama Hasil olahan Analisis Komponen Utama pada populasi ayam Kampung merupakan persamaan ukuran dan persamaan bentuk. Keragaman total (KT) dan nilai Eigen ( ) diperoleh pada persamaan ukuran dan bentuk tubuh ayam Kampung di masing-masing lokasi pengamatan. Hal tersebut disajikan pada Tabel 6, 7 dan 8. Ayam Kampung Ciamis Persamaan komponen utama pertama merupakan persamaan ukuran tubuh pada populasi ayam Kampung Ciamis, disajikan pada Tabel 6. Vektor Eigen terbesar yang merupakan penciri ukuran tubuh pada persamaan ukuran tubuh ayam Kampung Ciamis, ditemukan pada panjang tibia (X2) yaitu sebesar 0,562. Korelasi antara panjang tibia (X2) dan ukuran (Y1) ditemukan sebesar +0,789 yang merupakan tertinggi diantara korelasi antara ukuran (Y1) dan variabel-variabel lain. Semakin besar nilai panjang tibia maka skor ukuran tubuh ayam Kampung Ciamis akan semakin besar pula. Hal ini sesuai dengan penelitian Nishida et al. (1982) dan Mufti (2003) yang melaporkan bahwa skor ukuran pada ayam Kampung dipengaruhi panjang tibia. Menurut Mansjoer (1981) dan Sartika (2000), panjang tibia merupakan tempat pelekatan daging pada tubuh ayam. Menurut Kusuma (2002) nilai korelasi terbesar sebagai penduga bobot badan secara khusus pada ayam Kampung ditemukan pada panjang tibia dengan nilai korelasi sebesar 0,761. Persamaan bentuk tubuh pada populasi ayam Kampung Ciamis disajikan pada Tabel 6. Vektor Eigen terbesar pada persamaan bentuk populasi ayam Kampung Ciamis ditemukan pada panjang femur (X1) sebesar 0,547 dan panjang
33
tibia (X2) sebesar 0,580 sehingga dapat disimpulkan bahwa panjang femur dan panjang tibia merupakan penciri bentuk populasi ayam Kampung Ciamis. Nilai korelasi antara bentuk dan panjang femur ditemukan sebesar +0,563; sedangkan antara bentuk dan panjang tibia ditemukan sebesar –0,499. Semakin besar panjang femur maka nilai skor bentuk tubuh ayam Kampung Ciamis semakin meningkat Tabel 6. Persamaan Ukuran dan Bentuk Tubuh dengan Keragaman Total dan Nilai Eigen pada Ayam Kampung Ciamis Persamaan
KT
Ukuran :
Y1 = 0,232X1 + 0,562X2 + 0,381X3 + 0,143X4 + 0,483X5 + 0,076X6 + 0,170X7 + 0,137 X8 + 0,374X9 + 0,118X10 + 0,123X11 + 0,096X12
39,3%
871,13
Bentuk :
Y2 = 0,547X1 – 0,580X2 – 0,222X3 – 0,046X4 + 0,464 X5 + 0,002X6 – 0,150X7 – 0,039X8 + 0,197X9 +0,122X10 + 0,125X11 – 0,066X12
14,8%
326,93
Keterangan: Panjang Femur (X1), Panjang Tibia (X2), Panjang Shank (X3), Lingkar Shank (X4), Panjang Sayap (X5), Panjang Maxilla (X6), Tinggi Jengger (X7), Panjang Jari Ketiga (X8), Panjang Dada (X9), Lebar Dada (X10), Dalam Dada (X11), Lebar Pinggul (X12), KT = Keragaman Total; = Nilai Eigen
tetapi tidak disertai dengan peningkatan panjang tibia. Peningkatan panjang tibia akan menurunkan nilai skor bentuk tubuh ayam Kampung Ciamis. Penelitian Nishida et al. (1982) dan Mufti (2003) menyatakan hal yang berbeda. Nishida et al. (1982) dan Mufti (2003) menyatakan bahwa penciri bentuk tubuh ayam Kampung adalah panjang sayap dan tinggi jengger; sedangkan Kuswardani (2012) hanya melaporkan tinggi jengger sebagai penciri bentuk ayam Kampung. Perbedaan perolehan penciri bentuk dimungkinkan karena perbedaan perlakuan. Pada penelitian ini, lokasi pengamatan merupakan perlakuan untuk menentukan penciri bentuk ayam Kampung pada setiap lokasi pengamatan, sedangkan pada penelitian terdahulu jenis ayam lokal merupakan perlakuan, ayam Kampung merupakan salah satu perlakuan. Ayam Kampung Tegal Tabel 7 menyajikan persamaan komponen utama pertama yang merupakan persamaan ukuran tubuh pada populasi ayam Kampung Tegal. Vektor Eigen terbesar pada persamaan ukuran tubuh ayam Kampung Tegal ditemukan pada panjang tibia (X2) yaitu sebesar 0,583. Nilai korelasi antara panjang tibia (X2) dan ukuran (Y1) diperoleh sebesar +0,730; yang mengindikasikan bahwa semakin besar nilai panjang tibia, maka skor ukuran tubuh ayam Kampung Tegal semakin besar. Penciri ukuran 34
tubuh ayam Kampung Tegal ditemukan tidak berbeda dengan ayam Kampung Ciamis, yaitu panjang tibia. Persamaan bentuk tubuh ayam Kampung Tegal memiliki vektor Eigen yang besar pada panjang femur (X1) dan panjang tibia (X2), masing-masing sebesar 0,620 dan 0,607 (Tabel 7), sehingga dapat disimpulkan bahwa panjang femur, dan panjang tibia merupakan penciri bentuk pada ayam Kampung Tegal. Korelasi antara bentuk dan panjang femur ditemukan sebesar +0,694; sedangkan antara bentuk dan panjang tibia ditemukan sebesar –0,598. Hal tersebut mengindikasikan bahwa nilai panjang femur semakin besar akan meningkatkan nilai skor bentuk tubuh ayam Kampung Tegal, sedangkan setiap peningkatan ukuran pada panjang tibia mengakibatkan penurunan pada skor bentuk tubuh ayam Kampung Tegal. Tabel 7. Persamaan Ukuran dan Bentuk Tubuh dengan Keragaman Total dan Nilai Eigen pada Ayam Kampung Tegal Persamaan
KT
Ukuran :
Y1 = 0,360X1 + 0,583X2 + 0,311X3 + 0,093X4 + 0,443X5 + 0,039X6 + 0,062X7 + 0,202 X8 + 0,329X9 + 0,223X10 + 0,109X11 + 0,117X12
36,3%
582,91
Bentuk :
Y2 = 0,620X1 – 0,607X2 – 0,052X3 – 0,010X4 + 0,447 X5 – 0,053X6 – 0,069 X7 + 0,050X8 – 0,158X9+ 0,047X10 – 0,074X11 – 0,037X12
22,5%
361,55
Keterangan: Panjang Femur (X1), Panjang Tibia (X2), Panjang Shank (X3), Lingkar Shank (X4), Panjang Sayap (X5), Panjang Maxilla (X6), Tinggi Jengger (X7), Panjang Jari Ketiga (X8), Panjang Dada (X9), Lebar Dada (X10), Dalam Dada (X11), Lebar Pinggul (X12), KT = Keragaman Total; = Nilai Eigen
Hasil pengamatan menyatakan bahwa penciri ukuran pada ayam Kampung Tegal tidak berbeda dengan yang ditemukan pada ayam Kampung Ciamis. Hal yang sama juga ditemukan pada perolehan penciri bentuk tubuh ayam Kampung Tegal yang sama dengan ayam Kampung Ciamis. Ayam Kampung Blitar Persamaan komponen utama pertama yang merupakan persamaan ukuran tubuh pada populasi ayam Kampung Blitar (Tabel 8) menunjukkan bahwa panjang tibia (X2) dan panjang shank (X3) merupakan penciri ukuran tubuh. Hal tersebut diperlihatkan dengan perolehan nilai vektor Eigen yang besar pada persamaan ukuran tubuh ayam Kampung Blitar, yaitu masing-masing sebesar 0,561 dan 0,490. Korelasi antara panjang tibia dan ukuran ditemukan sebesar +0,817; sedangkan 35
antara panjang shank dan ukuran ditemukan sebesar +0,829. Semakin besar nilai panjang tibia dan panjang shank maka skor ukuran tubuh ayam Kampung Blitar semakin besar. Penelitian Mufti (2003) menyatakan bahwa penciri ukuran tubuh ayam Kampung, tidak hanya pada panjang tibia, tetapi juga pada panjang shank. Kurnia (2011) menyatakan bahwa panjang shank merupakan penduga bobot badan terbaik pada ayam Kampung. Tabel 8. Persamaan Ukuran dan Bentuk Tubuh dengan Keragaman Total dan Nilai Eigen pada Ayam Kampung Blitar Persamaan
KT
Ukuran :
Y1 = 0,298X1 + 0,561X2 + 0,490X3 + 0,188X4 + 0,276X5 + 0,087X6 + 0,184X7 + 0,211 X8 + 0,287X9 + 0,176X10 + 0,192X11 + 0,091X12
39,0%
701,99
Bentuk :
Y2 = 0,603X1 – 0,290X2 – 0,202X3 + 0,013X4 + 0,625X5 – 0,074X6 – 0,050X7 + 0,116X8 – 0,246X9 + 0,026X10 – 0,196X11 + 0,023X12
20,1%
362,38
Keterangan: Panjang Femur (X1), Panjang Tibia (X2), Panjang Shank (X3), Lingkar Shank (X4), Panjang Sayap (X5), Panjang Maxilla (X6), Tinggi Jengger (X7), Panjang Jari Ketiga (X8), Panjang Dada (X9), Lebar Dada (X10), Dalam Dada (X11), Lebar Pinggul (X12), KT = Keragaman Total; = Nilai Eigen
Persamaan komponen utama kedua merupakan persamaan bentuk tubuh ayam Kampung Blitar (Tabel 8). Vektor Eigen terbesar pada persamaan bentuk ayam Kampung Blitar ditemukan pada panjang femur (X1) sebesar 0,603 dan panjang sayap (X5) sebesar 0,625. Panjang femur dan panjang sayap merupakan penciri bentuk ayam Kampung Blitar. Korelasi antara bentuk dan panjang femur ditemukan sebesar +0,652; sedangkan korelasi antara bentuk dan panjang sayap ditemukan sebesar +0,674. Hal tersebut mengindikasikan bahwa nilai panjang femur dan panjang sayap semakin besar akan meningkatkan nilai skor bentuk tubuh ayam Kampung Blitar. Hal ini sesuai dengan penelitian Mufti (2003) bahwa setiap peningkatan ukuran pada variabel panjang sayap mengakibatkan peningkatan pada skor bentuk. Kurniawati (2008) menyatakan bahwa penciri bentuk pada ayam Kampung adalah panjang sayap. Rekapitulasi Penciri Ukuran dan Bentuk Tubuh pada Ayam Kampung Ciamis, Tegal dan Blitar serta Ilustrasi Diagram Kerumunan Hasil rekapitulasi penciri ukuran dan tubuh pada populasi ayam Kampung Ciamis, Tegal dan Blitar berdasarkan persamaan ukuran dan bentuk; disajikan pada
36
Tabel 9. Gambar 17 menyajikan ilustrasi diagram kerumunan populasi ayam Kampung Ciamis, Tegal dan Blitar berdasarkan perolehan skor ukuran dan skor bentuk. Tabel 9. Rekapitulasi Penciri Ukuran dan Penciri Bentuk Tubuh pada Ayam Kampung Ciamis, Tegal dan Blitar Kelompok
Penciri Ukuran
Penciri Bentuk
Ciamis
Panjang Tibia (X2)
Panjang Femur (X1) Panjang Tibia (X2)
Tegal
Panjang Tibia (X2)
Panjang Femur (X1) Panjang Tibia (X2)
Blitar
Panjang Tibia (X2) Panjang Shank (X3)
Panjang Femur (X1) Panjang Sayap (X5)
Panjang tibia merupakan penciri ukuran pada populasi ayam Kampung Ciamis, Tegal dan Blitar. Penciri ukuran panjang shank merupakan penciri ukuran yang hanya ditemukan pada populasi ayam Kampung Blitar. Hal ini menunjukkan bahwa panjang tibia berkorelasi positif dengan bobot badan ayam Kampung. Panjang tibia merupakan tempat pelekatan daging dengan proporsi yang banyak (Mansjoer, 1981; Sartika, 2000; Kusuma, 2002 dan Mufti, 2003). Heritabilitas ukuran panjang tulang lebih besar dibandingkan heritabilitas bobot badan (Dalton, 1981). Menurut Noor (2000); heritabilitas suatu sifat yang tinggi, memungkinkan sifat tersebut secara genetis sangat besar diwariskan. Tabel 2 dan 3 menunjukkan bahwa panjang tibia ayam Kampung Blitar ditemukan terbesar baik pada jantan maupun betina, dibandingkan dengan ayam Kampung Ciamis dan ayam Kampung Tegal. Panjang tibia ayam Kampung Tegal ditemukan terkecil, baik pada jantan maupun betina, dibandingkan dengan ayam Kampung Ciamis dan ayam Kampung Blitar. Penelitian ini menunjukkan bahwa ayam Kampung Tegal memiliki tubuh yang paling kecil dengan (skor ukuran 255-380), yang berarti bobot yang paling ringan. Ayam Kampung Tegal merupakan tipe dwiguna yang mengarah ke tipe petelur; sedangkan ayam Kampung Blitar dan Ciamis berukuran tubuh lebih besar sehingga digolongkan ke dalam ayam tipe dwiguna yang mengarah ke tipe pedaging dengan perolehan (skor ukuran 265-410) pada ayam Kampung Blitar dan antara (skor ukuran 245-370) pada ayam Kampung Ciamis. Penciri ukuran panjang shank 37
hanya ditemukan pada ayam Kampung Blitar meskipun panjang shank bukan merupakan penciri ukuran pada ayam Kampung Ciamis dan Tegal. Kurnia (2011) menyatakan bahwa panjang shank merupakan penduga bobot badan terbaik pada ayam Kampung. Ayam Kampung Blitar memiliki tubuh yang besar dan tinggi dengan ukuran-ukuran linear tubuh lain lebih rendah dibandingkan dengan ayam Kampung Ciamis, sehingga ayam Kampung Blitar merupakan ayam Kampung tipe dwiguna yang lebih mengarah ke tipe pedaging dan petelur.
Keterangan: ● Jantan Ciamis, ○ Betina Ciamis, ■Jantan Tegal, □Betina Tegal ♦ Jantan Blitar,◊ Betina Blitar
Gambar 25. Diagram Kerumunan Data berdasarkan Skor Ukuran dan Skor Bentuk Tubuh Ayam Kampung Ciamis, Tegal dan Blitar Hasil pengamatan diperoleh bahwa penciri bentuk yang didapat adalah panjang femur, hal ini dikarenakan perlakuan penelitian adalah sama yaitu ayam Kampung. Hal yang berbeda didapatkan pada ayam Kampung Blitar yang juga memiliki penciri bentuk berupa panjang sayap. Everitt dan Dunn (1998) menyatakan bahwa bentuk merupakan hal yang lebih diminati oleh ahli taksonomi. Bentuk secara genetis lebih banyak diwariskan. Menurut Dial et al. (2006) sayap berperan dalam pengeraman telur. Hal tersebut disebabkan ayam Kampung Blitar lebih diarahkan ke
38
tipe pedaging dan petelur, dengan bobot badan yang lebih besar dan sifat petelur yang tinggi. Penciri bentuk tubuh ayam Kampung Ciamis dan Tegal sama yaitu panjang femur dan panjang tibia, tetapi perolehan skor bentuk berbeda. Ayam Kampung Ciamis memiliki skor bentuk yang lebih tinggi (skor bentuk 21-165) dibandingkan ayam Kampung Tegal (skor bentuk –21-113) karena ukuran-ukuran linear tubuh yang lebih tinggi. Secara umum, diperlihatkan bahwa kerumunan data ayam Kampung Ciamis (skor bentuk 21-165) lebih berjauhan dengan kerumunan data ayam Kampung Tegal (skor bentuk –21-113) dan lebih dekat dengan ayam Kampung Blitar (skor bentuk 10-110) meskipun bertumpang tindih satu sama lain. Hal tersebut diperlihatkan pada Gambar 25. Hasil analisis deskriptif menyatakan bahwa ayam Kampung Ciamis merupakan ayam Kampung ke arah tipe pedaging, sedangkan ayam Kampung Tegal ke arah tipe petelur. Tumpang tindih yang sedikit antara ayam Kampung Tegal dan Ciamis mengindikasikan bahwa bentuk tubuh ayam dengan sifat tipe petelur pada ayam Kampung Tegal berbeda jauh dengan bentuk tubuh ayam dengan sifat tipe pedaging pada ayam Kampung Ciamis. Ayam Kampung Blitar yang digolongkan ke dalam tipe dwiguna berdasarkan hasil deskriptif pada penelitian ini, diperlihatkan dengan tumpang tindih yang besar antara data ayam Kampung Tegal terhadap ayam Kampung Blitar karena kesamaan arah seleksi ke sifat tipe petelur.
39
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Hasil analisis deskriptif ukuran linear permukaan tubuh menyatakan bahwa ayam Kampung Ciamis dikategorikan sebagai ayam tipe dwiguna yang lebih diarahkan ke tipe pedaging; sedangkan ayam Kampung Blitar merupakan ayam tipe dwiguna. Ayam Kampung Tegal merupakan ayam Kampung dwiguna yang lebih diarahkan ke tipe petelur. Hasil analisis T2 -Hotelling menyatakan bahwa jantan berukuran lebih besar dibandingkan betina pada ayam Kampung pada lokasi pengamatan Ciamis, Tegal dan Blitar. Perbedaan ukuran-ukuran linear permukaan tubuh juga ditemukan diantara ayam Kampung pada lokasi pemgamatan yang berbeda. Panjang tibia merupakan penciri ukuran pada ayam Kampung Ciamis, Tegal dan Blitar; yang berkorelasi positif dengan ukuran tubuh. Panjang shank juga merupakan penciri ukuran pada ayam Kampung Blitar, yang juga berkorelasi positif dengan ukuran tubuh. Panjang femur merupakan penciri bentuk pada ayam Kampung Ciamis, Tegal dan Blitar; yang berkorelasi positif dengan bentuk tubuh. Panjang tibia juga merupakan penciri bentuk pada ayam Kampung Ciamis dan Tegal, yang berkorelasi negatif dengan bentuk tubuh. Panjang sayap juga merupakan penciri bentuk pada ayam Kampung Blitar, yang berkorelasi positif dengan bentuk tubuh. Tumpang tindih kerumunan data ayam Kampung Ciamis, Blitar dan Tegal diperoleh pada diagram kerumunan; karena memiliki genetik yang relatif sama. Kerumunan data ayam Kampung Ciamis dan Blitar sangat bertumpah tindih, karena arah seleksi peternak yang sama yaitu ke arah pedaging. Data ayam Kampung Tegal membentuk irisan yang tidak sebesar irisan antara ayam Kampung Ciamis dan Blitar. Saran Pengamatan ukuran dan bentuk pada ayam Kampung daerah lain, disarankan karena penyebaran ayam Kampung yang luas, yang membentuk sub-populasi antara pulau di Indonesia. Perbedaan diantara ayam Kampung pada sub-populasi tersebut dapat dijadikan sebagai acuan program pemuliaan untuk pengembangan ayam Kampung di Indonesia.
UCAPAN TERIMA KASIH Alhamdulilah, puji syukur Penulis panjatkan kepada Allah SWT yang senantiasa memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga Penulis dapat menyelesaikan penelitian serta penyusunan skripsi. Shalawat serta salam selalu disampaikan kepada nabi besar Muhammad SAW sebagai suri tauladan. Penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada Ir. Rini Herlina Mulyono, M.Si sebagai Pembimbing Utama, Dr. Ir Rukmiasih, MS sebagai Pembimbing Anggota; yang telah banyak bersabar membimbing, memberikan ilmu, mengarahkan Penulis selama penelitian, penulisan skripsi. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada M. Sriduresta S.Pt M.Sc yang telah memberikan masukan pada saat proposal diseminarkan. Hal yang sama juga Penulis sampaikan kepada Tuti Suryati, S.Pt. M.Si sebagai Pembimbing Akademik, yang telah bersabar membimbing dan mengarahkan Penulis
selama
Penulis menempuh studi di Fakultas Peternakan
Institut Pertanian Bogor. Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Dr. Rudi Afnan S.Pt M.Sc Agr dan Ir. Anita S Anita Tjakradidjaja M.Rur Sc, sebagai dosen penguji dan kepada M. Baihaqi S.pt M.Sc sebagai panitia Ujian Sidang yang telah memberikan kritik dan saran sehingga membuat skripsi ini menjadi lebih baik. Penulis mengucapkan terima kasih kepada peternak ayam Kampung (HIMPULI) wilayah Ciamis Jawa Barat yang dipimpin Nur Muttaqin S.Hi, peternak ayam Kampung wilayah Tegal Jawa Tengah yang dipimpin Bapak Jaenudin dan peternak ayam Kampung Blitar Jawa Timur yang dipimpin Bapak Ribut dan Bapak Mulyanto dan seluruh warga desa tempat pengamatan dilangsungkan atas segala kemudahan dan bantuan dalam pelaksanaan penelitian. Penulis mengucapkan terima kasih kepada ayahanda Agus Suparman dan ibunda Indiati Budi Muryati S.E, kakanda (Rahma Wulan Idayanti S.Pt M.Si dan adinda Bismoko Tri Widyo Aji). Penulis mengucapkan terima kasih kepada teman sepenelitian (Indah Novatrian Putri, Ika Aprilya Kurniawati dan Bedi Ferlangga), teman seperjuangan di Laboratorium Pemuliaan Genetika (Pipih S AMd, Ester, Restu, Emban, Rio, Ari dan Kuswanto). Bogor,
Juli 2012 Penulis
DAFTAR PUSTAKA Afifi, A.A. & V Clark. 1996. Computer Aided Multivarate Analysis. 3rd Edition. Chapman and Hall, New York. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika. 2012. Prakiraan Cuaca Indonesia. http://www.bmkg.go.id [Disunting terakhir 2012]. [3 Juli 2012] Candrawati, K. 2007. Studi ukuran dan bentuk tubuh ayam Kampung, ayam Sentul dan ayam Wareng Tangerang. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Dalton, D.C. 1981. An Introduction to Practical Animal Breeding, Granada, London. Departement of Animal and Poultry Science, University of Guelph. 2008. Poultry Skeleton.www.aps.uoguelph.ca/ANS*2340/LABS/LAB10.1.html.[Last modified in 2008]. [9 Mei 2012]. Dial, K.P., R. J. Randall, & R.R. Dial. 2006. What use is half a wing in the ecology and evolution of birds?. BioScience 56 (5): 437 445. Dinas Provinsi Jawa Barat. 2010. Gambaran Umum Kabupaten Ciamis. http://www.jabarprov.go.id. html. [Disunting terakhir 2010]. [20 Maret 2012]. Everitt, B.S. & G. Dunn. 1991. Applied Multivariate Data Analysis. John Wiley and Sons., New York. Everitt, B.S. & G. Dunn. 1998. Applied Multivariate Data Analysis. John Wiley and Sons., New York. Fastasqi. 2012. Perbedaan morfometrik ukuran tubuh ayam Ketawa, Pelung dan Kampung melalui analisis diskriminan fisher, wald-anderson dan jarak minimum mahalanobis. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Gaspersz, V. 1992. Teknik Analisis dalam Penelitian Percobaan. Volume 2. Tarsito, Bandung. Google Earth. 2012. Peta Daerah Duren Talun. https://maps.google.co.id/ [Disunting terakhir 2012]. [1 Juli 2012]. Google Earth. 2012. Peta Daerah Mejasem Tegal. https://maps.google.co.id/ [Disunting terakhir 2012]. [1 Juli 2012]. Google Earth. 2012. Peta Daerah Sindangrasa Ciamis. https://maps.google.co.id/ [Disunting terakhir 2012]. [1 Juli 2012]. Herren, R. 2000. The Science of Animal Agriculture. 2 Edition. Delmar, New York. Hutt, F. B. 1949. Genetics of The Fowl. McGraw-Hill Book Cmpany, Inc., New York. Kurnia, Y. 2011. Morfometrik ayam Sentul, Kampung dan Kedu pada fase pertumbuhan dari umur 1-12 minggu. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
42
Kurniawati, A. 2008. Ukuran dan bentuk tubuh ayam Arab, ayam Kampung dan ayam Pelung berdasarkan analisis komponen utama. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Kusnadi, E., R. Widjajakusuma, T. Sutardi, P.S. Hardjosworo, & A. Habibie. 2006. Pemberian antanan (Centella asiatica) dan vitamin C sebagai upaya mengatasi efek cekaman panas pada broiler. Med. Pet. 29: 121-140. Kusuma, A.S. 2002. Karakteristik sifat kuantitatif dan kualitatif ayam Merawang dan ayam Kampung umur 5-12 minggu. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Kuswardani, W.A.K. 2012. Studi ukuran dan bentuk ayam Ketawa, ayam Pelung dan ayam Kampung melalui analisis komponen utama. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Lucas, A.M & P. R Stetteinheim. 1972. Avian Anatomy Integument Bagian II. The Superintendent of Documents. Washington, DC. Mansjoer, S.S. 1981. Studi sifat-sifat ekonomis yang menurun pada Ayam Kampung. Laporan Penelitian. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Mansjoer, S.S. 1985. Pengkajian sifat-sifat produksi ayam Kampung serta persilangannya dengan ayam Rhode Island Red. Disertasi. Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Martojo, H. 1992. Peningkatan Mutu Genetika Ternak. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas Bioteknologi. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Mc Henry. 2008. Incubation and Embryology. U.S. Departemen of Agriculture. University of Illinois Extension. Mclelland, J. 1990. A Colour Atlas of Avian Anatomy. Wolfe Publishing Ltd., London. Mufti, R. 2003. Studi ukuran dan bentuk tubuh ayam Kampung, ayam Pelung dan persilanggannya. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Mulyono, R. H., T. Sartika, & R. D Nugraha. 2009. A Study of MorphometricPhenotipic Characteristic of Indonesian Chicken: Kampong, Sentul and Wareng-Tangerang, Based on Discriminant Analysis, Wald-Anderson Criteria and Mahalanobis Minimum Distance. The 1st International Seminar on Animal Industry. Faculty of Animal Science. Bogor Agricultural University. Myers, P., R. Espinosa, C. S. Parr, T. Jones, G. S. Hammond & T. A. Dewey. 2006. The Animal Diversity Web (online). http://animaldiversity.org. [Last modified in 2006]. [6 April 2012]. Nataamijaya, A.G. 2005. Karakteristik penampilan pola warna bulu, kulit, sisik kaki dan paruh ayam Pelung di Garut dan ayam Sentul di Ciamis. Buletin Plasma Nutfah Vol. 11 No.1.
43
Nataamijaya, A.G. 2010. Pengembangan potensi ayam lokal untuk menunjang peningkatan kesejateraan petani. Jurnal Litbang Pertanian, 29 (4). Nestor, K. E., J. W. Anderson, & R. A. Patterson. 2000. Genetics of growth reproduction in the Turkey. 14. Changes in genetics parameters over thirty generation of selections for increased body weight. Poultry Science 79:445452. Nishida, T., K. Nozawa, K. Kondo, S.S. Mansjoer, & H. Martojo. 1980. Morphological and genetical studies on the Indonesian native fowl. The origin and Philogeny of Indonesian Native Livestock. The Research Group of Overseas Scientific Survey. Page: 47-70. Nishida, T., K. Nozawa, Y. Hayashi, T. Hashiguchi & S.S. Mansjoer. 1982. Body measurement and analysis of external genetic characters of Indonesian native fowl. The origin and Philogeny of Indonesian Native Livestock. The Research Group of Overseas Scientific Survey. Page: 73-83. Noor, R. R. 2008. Genetika Ternak. Penebar Swadaya, Jakarta. Nugraha, R. D. 2007. Perbandingan morfometrik ayam Kampung, WarengTangerang dan Sentul melalui pendekatan analisis diskriminan, Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Pemerintah Kabupaten Blitar. 2011. Selayang Pandang Kota Blitar. http://blitarkota.go.id. html. [Disunting terakhir 2011]. [20 Maret 2012]. Pemerintah Kabupaten Tegal. 2011. Geografi Kabupaten Tegal. http://www.tegalkab.go.id. html. [Disunting terakhir 2011]. [20 Maret 2012]. Rasyaf, M. 2011. Beternak Ayam Kampung. Penebar Swadaya, Jakarta. Rusdin, M. 2007. Analisis fenotipe, genotipe dan suara ayam Pelung di Kabupaten Cianjur. Tesis. Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Sartika, T. 2000. Studi keragaman fenotipik genotipik ayam Kampung (Gallus gallus domesticus) pada populasi dasar seleksi. Skripsi. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Schmidt H. 1985. Handbuch der Nutz-und Rassenhuehner, Verlag J. NewmannNewdamm KG, Melsungen. Sidadolog J. H. P. 1990. Pemanfaatan dan Kegunaan Ayam Lokal. Pusat Penelitian Biologi. LIPI. Sisson, S. & J. D. Grossman. 1975. The Anatomy of the Domestic Animals. 5th ed. W. B. Saunders. Co Philadelphia. Soeparno. 2005. Ilmu dan Teknologi Daging. Gajah Mada University Press, Yogyakarta. Steel, Robert G. D. & J. H. Torrie. 1993. Prinsip dan Prosedur Statistika. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Sulandari, S., M. S. A. Zein., S. Payanti., T. Sartika., M. Astuti., T. Widyastuti., E. Sujana., S. Darana., I. Setiawan, & D. Garnida. 2007. Keanekaragaman
44
Sumber Daya Hayati Ayam Lokal Indonesia. Pusat Penelitian Biologi. Lembaga Pengetahuan Ilmu Indonesia, Bogor. Williamson, G. & W. J.A Payne. 1993. Pengantar Peternakan Di Daerah Tropis. Gajah Mada University Press, Yogyakarta.
45
LAMPIRAN
Lampiran 1. Koefisien Keragaman Ukuran-Ukuran Tubuh Ayam Kampung Jantan dan Betina pada Lokasi Ciamis, Tegal dan Blitar Ciamis Variabel
Tegal
Blitar
♂ n = 45
♀ n = 56
♂ n = 20
♀ n = 89
♂ n = 38
♀ n = 80
Panjang Femur (X1)
12,19%
15,40%
12,61%
13,98%
13,34%
14,07%
Panjang Tibia (X2)
9,95%
14,41%
11,62%
13,49%
9,59%
9,13%
Panjang Shank (X3)
10,48%
13,97%
10,68%
9,62%
9,06%
10,07%
Lingkar Shank (X4)
13,36%
8,61%
11,66%
9,45%
12,55%
8,39%
Panjang Sayap (X5)
11,34%
13,24%
9,77%
11,51%
12,98%
11,18%
Panjang Maxilla (X6)
13,89%
11,04%
18,59%
15,78%
11,97%
12,40%
Tinggi Jengger (X7)
56,87%
56,99%
50,42%
52,95%
44,47%
41,55%
Panjang Jari Ketiga (X8)
12,15%
13,12%
11,54%
10,84%
7,68 %
11,53%
Panjang Dada (X9)
10,06%
12,01%
8,97%
10,07%
9,41%
9,53%
Lebar Dada (X10)
11,06%
10,91%
8,43%
11,70%
8,49%
8,45%
Dalam Dada (X11)
12,06%
10,91%
13,00%
12,04%
17,34%
13,23%
Lebar Pinggul (X12)
10,81%
13,34%
9,84%
9,64%
8,28%
9,51%
Keterangan: n = jumlah sampel
Lampiran 2. Perhitungan Manual Uji Statistik T2 -Hotelling pada Variabel-Variabel Ukuran Linear Permukaan Tubuh antara Ayam Kampung Ciamis Jantan dan Ayam Kampung Blitar Jantan Rumus :
T
n n n
n
x
x
SG
x
x
Selanjutnya besaran: F=
T2
akan berdistribusi dengan derajat bebas V1 = P dan V2 = n1 + n2 – P T2 = Nilai T2 -Hotelling F
= Nilai hitung untuk T2 -Hotelling
n1
= Jumlah data pengamatan pada lokasi 1
1
n2
= Jumlah data pengamatan pada lokasi 2
X
= Vektor nilai rata-rata variabel acak dari lokasi 1
X
= Vektor nilai rata-rata variabel acak dari lokasi 2
P
= Banyak variabel yang diukur
SG = Invers dari matriks kovarian (SG) Ho: U1 = U2 artinya vektor nilai rata-rata populasi 1 sama dengan populasi 2 H1: U1 ≠ U2
artinya kedua vektor nilai rata-rata populasi berbeda
Tahap 1 Matriks Kovarian Kelompok Ayam Kampung Jantan Ciamis (S1) 241,292 17,887 -4,406 18,827 59,700 -4,644 -14,226 33,055 50,655 56,658 53,326 -29,792
17,887 259,951 60,785 38,820 67,970 16,000 8,157 2,563 74,467 7,528 -6,624 45,099
-4,406 60,785 117,110 36,361 98,556 18,536 -0,111 12,939 36,760 15,293 19,578 17,883
18,827 38,820 36,361 49,482 39,476 15,874 26,413 6,115 36,445 14,217 14,936 17,977
59,700 67,970 98,556 39,476 344,207 13,776 12,148 2,318 82,609 32,145 42,990 21,070
-4,644 16,000 18,535 15,874 13,776 25,525 -25,519 11,493 23,222 -3,591 -1,397 14,357
-14,226 8,157 -0,111 26,413 12,148 -25,519 227,961 -22,159 15,886 -6,021 0,327 -6,816
33,055 2,563 12,939 6,115 2,318 11,493 -22,159 56,992 4,122 3,745 6,157 0,247
50,655 74,467 36,760 36,445 82,609 23,222 15,886 4,122 233,075 11,525 1,273 39,191
56,658 7,528 15,293 14,217 32,145 -3,591 -6,021 3,745 11,525 83,994 82, 375 -18,944
53,326 -6,624 19,578 14,936 42,990 -1,397 0,327 6,157 1,273 82,375 91,039 -21,036
-29,791 45,099 17,883 17,977 21,071 14,357 -6,816 0,247 39,191 -18,944 -21,036 66,800
17,472 35,656 10,617 27,091 61,430 4,547 23,833 4,173 22,737 51,217 7,833 12,391
-26,765 53,193 -2,216 17,968 22,797 18,887 42,690 -17,535 69,908 7,833 162,677 162,677
-7,627 14,536 16,443 14,734 -8,860 3,971 1,975 -2,307 29,054 12,391 7,532 35,162
Matriks Kovarian Kelompok Ayam Kampung Jantan Blitar (S2) 298,860 38,815 24,070 -2,055 29,709 2,249 -2,235 23,625 23,928 17,472 -26,765 -7,627
38,815 266,127 38,374 13,638 90,108 13,236 -4,228 9,996 18,327 35,656 53,193 14,536
24,070 38,374 108,492 25,337 -33,879 7,274 8,197 -3,340 12,194 10,617 -2,216 16,443
-2,055 13,638 25,337 44,826 34,299 5,448 19,177 6,819 14,946 27,091 17,968 14,734
29,709 90,108 -33,879 34,300 388,118 -16,583 2,858 43,689 -35,126 61,430 22,797 -8,860
2,249 13,236 7,274 5,448 -16,583 19,716 7,189 -4,912 17,285 4,547 18,887 3,971
-2,236 -4,228 8,197 19,177 2,858 7,189 69,868 -7,170 47,173 23,833 42,690 1,975
23,626 9,996 -3,340 6,819 43,690 -4,912 -7,170 30,054 -27,367 4,173 -17,535 -2,307
23,928 18,327 12,194 14,946 -35,126 17,285 47,173 -27,367 190,757 22,737 69,908 29,054
Tahap 2 Membuat matriks gabungan (SG) dari rumus berikut: SG =
S
S
Sehingga diperoleh hasil berupa matriks (SG) 48
267,589 27,447 8,601 9,289 46,001 -1,495 -8,749 28,748 38,447 38,758 16,741 -19,667
27,447 262,772 50,547 27,317 78,083 14,738 2,500 5,958 48,823 20,377 20,700 31,138
8,601 50,547 113,174 31,325 38,061 13,392 3,684 5,503 25,538 13,157 9,623 17,225
9,289 27,3170 31,3254 47,3551 37,1117 11,1114 23,1077 6,4365 26,6244 20,0980 16,3208 16,4957
46,001 78,083 38,061 37,112 364,265 -0,092 7,904 21,216 28,829 45,522 33,766 7,398
-1,495 14,738 13,3916 11,111 -0,092 22,872 -10,578 3,999 20,510 0,127 7,869 9,612
-8,749 2,500 3,684 23,108 7,904 -10,578 155,746 -15,312 30,178 7,616 19,678 -2,801
28,748 5,958 5,503 6,436 21,216 3,999 -15,312 44,687 -10,262 3,940 -4,666 -0,919
38,447 48,823 25,538 26,624 28,829 20,510 30,178 -10,262 213,745 16,647 32,625 34,561
38,758 20,377 13,157 20,098 45,522 0,127 7,616 3,940 16,647 69,022 48,325 -4,630
16,741 20,700 9,623 16,321 33,766 7,869 19,678 -4,666 32,625 48,325 123,763 -7,986
-19,667 31,138 17,225 16,496 7,398 9,612 -2,801 -0,920 34,561 -4,631 -7,986 52,348
Tahap 3 Menghitung matriks rataan dari kelompok ayam Kampung Ciamis dan Blitar jantan 127,390 162,110 103,220 52,630 163,550 36,361 X = 26,550 62,160 151,750 82,890 79,100 75,630
129,570 170,020 114,950 53,340 151,750 37,106 X = 18,790 71,351 146,710 84,330 73,580 71,647
Tahap 4 Hasil dari matriks gabungan (SG) digunakan untuk menghitung T2 Hotelling dengan rumus
T2 =
n 1n 2 −1 (X1 − X 2 )' SG (X1 − X 2 ) n1 + n 2
Sehingga diperoleh hasil T2–Hotelling sebesar 115,200 Tahap 5 Fα:v1, v2 dimana
V1 = P = 12 (banyak variabel X) V2 = n1 + n2 – P – 1 = 38+45 12 1 = 70
Apabila dipilih taraf nyata α = 0,05 ; maka data tabel distribusi F diperoleh: F0,05; 12,70 = 2,3733, yang didapatkan dari hasil interpolasi : F(60)(0,05) = 2,38 F(120)(0,05) = 2,34 49
= 2,38 +
2,34 – 2,38 120 – 60
( 70 – 60 ) = 2,3733
dengan demikian besaran : P
F=
P
T2 =
38+45 12 1 (38+45 2)12
(115,2004337)= 8,296
Tolak H0 jika F hitung > F tabel 8,296 > 2,3733 sehingga dapat disimpulkan bahwa ukuran-ukuran linear permukaan tubuh kelompok ayam Kampung jantan Ciamis berbeda dengan kelompok ayam Kampung jantan Blitar. Lampiran 3. Perhitungan Manual Analisis Komponen Utama pada Variabel-Variabel Ukuran Linear Permukaan Tubuh Ayam Kampung Blitar Persamaan Ukuran
Berikut ini akan dikemukakan proses iterasi dalam menentukan akar ciri serta vektor ciri padanan akar ciri dari matriks korelasi R Tahap 1
Matriks kovarian R dihitung dari data pengamatan adalah: 309,760 41,432 62,093 34,222 84,510 3,913 33,444 64,780 16,322 34,389 0,181 28,104
41,432 330,937 185,428 58,797 56,689 37,239 57,233 61,920 89,839 55,397 72,506 22,773
62,093 185,428 245,347 73,081 30,494 38,782 69,730 75,159 86,973 54,368 52,355 27,165
34,222 58,797 73,081 44,891 39,563 12,264 30,379 33,707 30,305 29,596 23,280 16,389
84,510 56,689 30,494 39,563 310,794 -2,815 15,391 58,780 13,548 42,490 5,149 14,685
3,913 37,239 38,782 12,264 -2,815 21,842 13,398 11,689 20,140 9,609 18,089 5,627
33,444 57,233 69,730 30,379 15,391 13,398 55,669 25,448 42,071 30,133 38,525 13,407
64,780 61,920 75,159 33,707 58,780 11,689 25,448 67,240 18,463 24,927 16,364 18,889
16,322 89,839 86,973 30,304 13,548 20,140 42,071 18,463 197,897 39,715 79,885 20,257
34,389 55,397 54,368 29,596 42,490 9,609 30,133 24,927 39,715 57,931 19,536 12,548
0,181 72,506 52,355 23,280 5,149 18,089 38,524 16,364 79,885 19,536 116,864 17,142
28,104 22,773 27,165 16,389 14,685 5,627 13,407 18,889 20,257 12,548 17,142 42,526
Tahap 2 Matriks R2 yang merupakan penggandaan matriks R dengan matriks R: 117406 54957 58644 27679 64446 7456 25070 40365 24222 26584 12441 16792
54957 177702 140786 50015 56556 26324 49723 53138 79618 46093 56385 22407
58644 140786 130719 46481 45148 23507 46479 49812 70844 41520 47371 21347
27679,1 50015,2 46481,0 18363,8 26968,7 8073,7 17574,8 20359,6 25605,0 16868,9 17288,5 8796,9
64446 56556 45148 26969 115375 4924 18743 36861 21288 27268 12513 12528
7456,3 26323,8 23507,2 8073,7 4923,5 4714,4 8540,7 8117,9 14261,4 7234,8 10111,6 3772,4
25070,4 49722,9 46479,1 17574,8 18743,1 8540,7 18684,1 18575,7 28834,7 16442,6 20077,8 8624,6
40364,6 53137,6 49812,1 20359,6 36860,6 8117,9 18575,7 25162,8 23855,8 18528,5 16013,7 10135,6
24222,1 79617,8 70844,3 25605,0 21287,7 14261,4 28834,7 23855,8 67052,6 25635,8 40400,4 13326,9
26583,9 46093,4 41519,8 16868,9 27267,5 7234,8 16442,6 18528,5 25635,8 16982,7 16322,1 8142,7
12440,9 56385,5 47370,9 17288,5 12513,3 10111,6 20077,8 16013,7 40400,4 16322,1 31359,9 9058,5
16792,2 22406,6 21347,5 8796,9 12527,9 3772,4 8624,6 10135,6 13326,9 8142,7 9058,5 5768,9
50
Tahap 3
Untuk mencari a’1 dan
1,
maka kita menentukan vektor awal (a’0) dengan
mempertimbangkan struktur matriks R, untuk itu ditentukan: 1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
Tahap 4
Kemudian
vektor awal (a’0) digandakan dengan matriks R2, sehingga
menjadi matriks a’0 R2, yaitu: 476063 813705 722660 284075 442617 127038 277370 320925 434944 267623 289343 140701
Elemen terbesar dari (a’0) R2, melalui pembagian dengan elemen terbesar dari a’0 R2 adalah 813705, maka apabila kita membakukan melalui pembagian dengan elemen terbesar 813705 akan diperoleh solusi (iterasi) pertama adalah proporsional terhadap : 0,571 0,976 0,867 0,341 0,531 0,152 0,333 0,385 0,522 0,321 0,347 0,169
(hasil iterasi 1) Tahap 5
Penggandaan matriks R2 dengan matriks R2 menjadi matriks R4, kemudian dilakukan perhitungan matriks seperti Tahap 4 , sehingga diperoleh hasil iterasi kedua melalui: (a’0) R4 / 412363000000; yaitu: 0,544 1,002 0,876 0,338 0,505 0,155 0,329 0,379 0,513 0,316 0,342 0,163
(hasil iterasi 2) Tahap 6
Penggandaan matriks R4 dengan matriks R4 menjadi matriks R8 , kemudian dilakukan perhitungan matriks seperti Tahap 4, sehingga diperoleh hasil iterasi ketiga melalui: a’0 R8 / 1,00623 yaitu: 0,532 1,000 0,873 0,335 0,493 0,155 0,327 0,376 0,512 0,313 0,342 0,162
(hasil iterasi 3)
51
Tahap 7
Hasil iterasi ketiga telah sama dengan hasil iterasi kedua, sehingga iterasi dihentikan dan perlu dinormalkan agar berlaku a’1a 1= 1 Vektor normal a’1 ditentukan sebagai berikut: 0,532
a11
2
2
2
2
2
(0,532) + (1,000) + (0,873) + (0,335) … + (0,162)
= 0,298 a21 =
1,000 2
2
2
2
(0,532) + (1,000) + (0,873) + (0,335) …
(0,162)
2
= 0,561 a31 =
0,873 (0,532)2 + (1,000)2 + (0,873)2 + (0,335)2 …
(0,162)2
= 0,490 a41 =
0,335 (0,532)2 + (1,000)2 + (0,873)2 + (0,335)2 … + (0,162)2
= 0,188 a51 =
0,493 (0,532)2 + (1,000)2 + (0,873)2 + (0,335)2 … + (0,162)2
= 0,277 a61 =
0,514 (0,532)2 + (1,000)2 + (0,873)2 + (0,335)2 … + (0,162)2
= 0,087 a71 =
0,327 (0,532)2 + (1,000)2 + (0,873)2 + (0,335)2 … + (0,162)2
= 0,184 a81 =
0,376 (0,532)2 + (1,000)2 + (0,873)2 + (0,335)2 … + (0,162)2
= 0,211 a91 =
0,512 (0,532)2 + (1,000)2 + (0,873)2 + (0,335)2 … + (0,162)2
52
= 0,287 a101 =
0,313 (0,532)2 + (1,000)2 + (0,873)2 + (0,335)2 … + (0,162)2
= 0,176 a111 =
0,342 (0,532)2 + (1,000)2 + (0,873)2 + (0,335)2 … + (0,162)2
= 0,192 a121 =
0,612 (0,532)2 + (1,000)2 + (0,873)2 + (0,335)2 … + (0,162)2
= 0,091 sehingga diperoleh vektor normal a’1, yaitu: 0,298 0,561 0,490 0,188 0,277 0,087 0,184 0,211 0,287 0,176 0,192 0,091 Tahap 8
Vektor ciri normal a’1 harus memenuhi persamaan sebagai berikut untuk memperoleh nilai eigen ( 1), yaitu: 0,298 (R11- 1) + 0,561R21 + 0,490R31 + 0,188R41 + 0,277R51 + 0,867R61 + 0,184 R71 + 0,211 R81 + 0,287 R91+ 0,176 R101+0,192 R111+0,908 R121 = 0 0,298 ( 1) = 0,298 (309,76) + 0,561 (330,937) + 0,490(245,347) + 0,188 (44,891) + 0,277 (310,794) + 0,867 (21,842) + 0,184 (55,67) + 0,211 (67,240) + 0,287 (197,897) + 0,176 (57,931) + 0,192 (116,864) + 0,908 (42,5260) 0,298 ( 1) = 209 1=
209 / 0,298 = 702
Sehingga diperoleh nilai eigen pada komponen kesatu
1 sebesar
702. Dengan
demikian diperoleh juga persamaan komponen utama kesatu (Y1), yaitu: Y1 = 0,298X1 + 0,561X2 + 0,490X3 + 0,188X4 + 0,277X5 +0,867X6 + 0,184X7 + 0,211X8 + 0,287X9 + 0,176X10 + 0,192X11 + 0,908X12 Keterangan: Panjang Femur (X1), Panjang Tibia (X2), Panjang Shank (X3), Lingkar Shank (X4), Panjang Sayap (X5), Panjang Maxilla (X6), Tinggi Jengger (X7), Panjang Jari Ketiga (X8), Panjang Dada (X9), Lebar Dada (X10), Dalam Dada (X11) dan Lebar Pinggul (X12).
53
Keragaman Total diturunkan dari matriks kovarian: 1. Jumlahkan nilai kovarian pada diagonal matriks kovarian, yaitu: 309,76 + 330,937+ 245,347 + 44,8913 + 310,794 + 21,8416 +55,6688+ 67,2401 + 197,897+57,9306+ 116,864 + 42,5260= 1800 2. Hasil jumlah diagonal matriks kovarian dibagi banyak variabel yang diamati; merupakan nilai eigen tertinggi yaitu pada posisi plot data yang sebenarnya 100% bersesuaian dengan model persamaan. Dalam hal ini: 1800 / 12 = 150 3. Nilai eigen dibagi jumlah variabel. Dalam hal ini: 702 /12 =0,585 4. Hasil No. 3 dibagi dengan hasil No. 2 dan dikalikan 100% , maka diperoleh keragaman total yaitu (0,585 /150 ) x 100% = 39 Lampiran 4. Korelasi antara Ukuran dan Variabel-Variabel Ukuran Linear Permukaan Tubuh yang Diamati pada Ayam Kampung Ciamis Variabel
Seks
Ukuran
Bentuk
Panjang Femur (X1)
♂+♀ ♂+♀
+0,390
+0,563
+0,789
–0,499
♂+♀
+0,778 +0,627
–0,277 –0,123
+0,711
+0,418
+0,483 +0,370 +0,482
+0,007 –0,200 –0,080
+0,655 +0,380 +0,394 +0,310
+0,211 +0,241 +0,245 –0,130
Panjang Tibia (X2) Panjang Shank (X3) Lingkar Shank (X4) Panjang Sayap (X5) Panjang Maxilla (X6) Tinggi Jengger (X7) Panjang Jari Ketiga (X8) Panjang Dada (X9) Lebar Dada (X10) Dalam Dada (X11) Lebar Pinggul (X12)
♂+♀ ♂+♀ ♂+♀ ♂+♀ ♂+♀ ♂+♀ ♂+♀ ♂+♀ ♂+♀
54
L Lampiran 5 Korelasii antara Ukuran 5. U dan n Variabell-Variabel Ukuran Linear L Permukkaan Tubuh yang Diam mati pada Ayyam Kampuung Tegal Variabel
Seks
Ukurran
Bentuk
Panjang Feemur (X1)
♂+♀
+0,5511
+0,694
Panjang Tibbia (X2)
♂+♀
+0,7730
–0,598
sPanjang Shank S (X3)
♂+♀
+0,7701
–0,092
Lingkar Shhank (X4)
♂+♀
+0,4441
–0,037
Panjang Saayap (X5)
♂+♀
+0,6637
+0,506
Panjang Maxilla Ma (X6)
♂+♀
+0,185
–0,198
Tinggi Jenggger (X7)
♂+♀
+0,2205
–0,179
Panjang Jarri Ketiga (X X8)
♂+♀
+0,6671
+0,130
Panjang Daada (X9)
♂+♀
+0,5567
–0,214
Lebar Dadaa (X10)
♂+♀
+0,5594
+0,098
Dalam Dadda (X11)
♂+♀
+0,3314
–0,167
Lebar Pingggul (X12)
♂+♀
+0,4417
–0,103
L Lampiran 6. Korelassi antara Ukuran U daan Variabel-Variabel Ukuran Linear L Permukkaan Tubuh yang Diam mati pada Ayam A Kampuung Blitar Variabel
Seks
Ukkuran
Bentuk
Panjang Femur F (X1)
♂+♀
+00,448
+0,652
Panjang Tibia T (X2)
♂+♀
+00,817
–0,303
Panjang Shank S (X3)
♂+♀
+00,829
–0,245
Lingkar Shhank (X4)
♂+♀
+00,743
+0,036
Panjang Sayap (X5)
♂+♀
+00,414
+0,674
Panjang Maxilla M (X6)
♂+♀
+00,493
–0,301
Tinggi Jenngger (X7)
♂+♀
+00,653
–0,127
Panjang Jaari Ketiga (X X8)
♂+♀
+00,681
+0,269
Panjang Dada D (X9)
♂+♀
+00,540
–0,332
Lebar Dadda (X10)
♂+♀
+00,612
+0,065
Dalam Daada (X11)
♂+♀
+00,470
–0,345
Lebar Pingggul (X12)
♂+♀
+00,369
+0,067
55
Lampiran 7. Urutan Kelas Ukuran-Ukuran Linear Permukaan Tubuh Ayam Kampung Jantan di Lokasi Pengamatan Ciamis, Tegal dan Blitar sebagai akibat dari Seleksi Buatan Ciamis jantan (1=4;2=2;3=3) Besar
Tegal jantan (1=0;2=5;3=4) Kecil
Blitar jantan (1=5;2=2;3=2) Besar/Sedang
Panjang Femur
*3
2
1
Panjang Tibia
2
3
*1
Panjang Sayap
1
*2
3
Panjang Dada
1
*3
2
Lebar Dada
3
*2
1
Dalam Dada
*1
3
2
1
2
*3
Sifat
Lebar Pinggul
Keterangan: tanda (*) adalah ukuran linear yang terseleksi; 1=besar; 2=sedang; 3=kecil
Lampiran 8. Urutan Kelas Ukuran-Ukuran Linear Permukaan Tubuh Ayam Kampung Betina di Lokasi Pengamatan Ciamis, Tegal dan Blitar sebagai akibat Seleksi Buatan Ciamis betina (1=7;2=2;3=0) Besar
Tegal betina (1=0;2=3;3=6) Kecil
Blitar betina (1=2;2=4;3=3) Sedang
Panjang Femur
1
*3
2
Panjang Tibia
2
3
*1
Panjang Sayap
1
3
*2
Panjang Dada
1
3
*2
Lebar Dada
1
2
*3
Dalam Dada
*1
2
3
1
2
*3
Sifat
Lebar Pinggul
Keterangan: tanda (*) adalah ukuran linear yang terseleksi; 1=besar; 2=sedang; 3=kecil
56
Lampiran 9. Urutan Kelas Ukuran-Ukuran Linear Permukaan Tubuh Ayam Kampung Jantan di Lokasi Pengamatan Ciamis, Tegal dan Blitar Sebagai akibat dari Seleksi Alam Ciamis jantan (1=1;2=1;3=1)
Tegal jantan (1=0;2=2;3=1)
Blitar jantan (1=2;2=0;3=1)
Panjang Shank
2
3
*1
Lingkar Shank
3
*2
1
Panjang Maxilla
2
3
*1
Tinggi Jengger
1
2
*3
Panjang Jari Ketiga
3
2
*1
Sifat
Keterangan: tanda (*) adalah ukuran linear yang terseleksi; 1=besar; 2=sedang; 3=kecil
Lampiran 10. Urutan Kelas Ukuran-Ukuran Linear Permukaan Tubuh Ayam Kampung Betina di Lokasi Pengamatan Ciamis, Tegal dan Blitar sebagai akibat dari Seleksi Alam Ciamis betina (1=2;2=0;3=1)
Tegal betina (1=0;2=2;3=1)
Blitar betina (1=1;2=1;3=1)
Panjang Shank
2
*3
1
Lingkar Shank
1
3
*2
Panjang Maxilla
*1
3
2
Tinggi Jengger
1
2
*3
Panjang Jari Ketiga
3
*2
1
Sifat
Keterangan: tanda (*) adalah ukuran linear yang terseleksi; 1=besar; 2=sedang; 3=kecil
57
Lampiran 11. Komponen Utama, Nilai Eigen, Keragaman Total, Keragaman Kumulatif yang Diturunkan dari Matriks Kovarian VariabelVariabel Ukuran Linear Permukaan Tubuh Ayam Kampung Ciamis Variabel
Komponen Utama I
II
III
Panjang Femur (X1)
0,232
0,547
0,703
0,178
0,149
0,147
Panjang Tibia (X2)
0,562
0,580
0,238
0,136
0,406
0,063
Panjang Shank (X3)
0,381
0,222
Lingkar Shank (X4)
0,143
0,046
Panjang Sayap (X5)
0,483
0,464
0,586
Panjang Maxilla (X6)
0,076
0,002
0.000
Tinggi Jengger (X7)
0,170
0,150
0,199
Panjang Jari Ketiga (X8)
0,137
0,039
0,123
0,061
0,065
0,185
Panjang Dada (X9)
0,374
0,197
0,034
0,842
0,058
0,913
0,218
Lebar Dada (X10)
0,118
0,122
0,022
0,245
0,172
0,557
0,211
0,193
Dalam Dada (X11)
0,123
0,125
0,012
0,269
0,216
0,535
0,175
0,150
0,010
0,002
Lebar Pinggul (X12)
0,096
0,066
0,088
0,190
0,025
0,011
0,797
0,101
0,163
0,057
0,017
Nilai Eigen ( )
871,13
326,93
292,89
195,62
167,40
138,22
79,14
66,54
41,25
22,97
11,31
1,92
Keragaman Total (%)
0,393
0,148
0,132
0,088
0,076
0,062
0,036
0,030
0,019
0,010
0,005
0,001
Keragaman Kumulatif (%)
0,393
0,541
0,673
0,761
0,837
0,899
0,935
0,965
0,984
0,994
0,999
1,000
0,200 0,024
IV
V
VI
VII
VIII
IX
0,231
0,004
0,136
0,286
0,140
0,044
0,125
0,165
0,161
0,538
0,408
0,422
0,016
0,186
0,014
0,191
0,014
0,016
0,223 0,040 0,043
0,091 0,014 0,811
0,319 0,028 0,420
0,129 0,179 0,194 0,252
0,516
X
XI
XII
0,067
0,019
0,003
0,002
0,021
0,022 0,249
0,017
0,806
0,505 0,009
0,039
0,172
0,009
0,025
0,018
0,483
0,086
0,047
0,108
0,861
0,109
0,024
0,128
0,019
0,015
0,029
0,016
0,041
0,321 0,079
0,021 0,030 0,012
0,847
0,090
0,110
0,035
0,096
0,034 0,023 0,697 0,708
58
Lampiran 12. Komponen Utama, Nilai Eigen, Keragaman Total, Keragaman Kumulatif yang Diturunkan dari Matriks Kovarian VariabelVariabel Ukuran Linear Permukaan Tubuh Ayam Kampung Tegal Komponen Utama
Variabel I
II
III
Panjang Femur (X1)
0,360
0,620
Panjang Tibia (X2)
0,583
0,607
Panjang Shank (X3)
0,311
–0,052
0,092
0,023
0,653
Lingkar Shank (X4)
0,093
–0,010
0,034
0,118
0,171
Panjang Sayap (X5)
0,443
0,447
Panjang Maxilla (X6)
0,039
–0,053
0,067
0,053
0,195
Tinggi Jengger (X7)
0,062
–0,069
0,195
0,109
0,274
Panjang Jari Ketiga (X8)
0,202
0,050
Panjang Dada (X9)
0,329
–0,158
0,566
0,598
Lebar Dada (X10)
0,223
0,047
0,052
0,098
0,049
0,611
Dalam Dada (X11)
0,109
–0,074
0,064
0,062
0,384
0,597
Lebar Pinggul (X12)
0,117
–0,037
0,051
0,011
0,067
Nilai Eigen ( )
582,91
361,55
170,31
155,02
84,77
64,86
Keragaman Total (%)
0,363
0,225
0,106
0,096
0,053
Keragaman Kumulatif (%)
0,363
0,588
0,694
0,790
0,843
0,419 0,224
0,626
0,000
IV
V
VI
VII
0,516
0,134
0,020
0,126
0,013
0,409
0,238
0,024
0,084
0,026
0,406
0,042
0,087
0,228 0,379
0,394 0,048 0,097 0,017 0,288 0,118 0,064
0,040
0,241 0,067 0,143 0,123 0,276 0,243 0,039 0,574 0,639
VIII
0,106 0,075 0,020 0,203 0,294 0,293 0,126 0,213 0,033
IX
X
XI
XII
0,012
0,046
0,071
0,042
0,027
0,060
0,028
0,063 0,230 0,058 0,017 0,220
0,339 0,344
0,261 0,181
0,883
0,041
0,064
0,057
0,009
0,891
0,225
0,169
0,159
0,753
0,029
0,107
0,761
0,206
0,333
0,013
0,084
0,055
0,119 0,321 0,172
0,278 0,090
0,022 0,104
0,064 0,113
0,840
0,408
55,65
39,64
36,83
22,34
18,17
15,25
0,040
0,035
0,025
0,023
0,014
0,011
0,009
0,883
0,918
0,942
0,965
0,979
0,991
1,000
0,057
0,309
0,046
59
0,065
0,054
Lampiran 13. Komponen Utama, Nilai Eigen, Keragaman Total, Keragaman Kumulatif yang Diturunkan dari Matriks Kovarian VariabelVariabel Ukuran Linear Permukaan Tubuh Ayam Kampung Blitar Variabel
Komponen Utama I
II
Panjang Femur (X1)
0,298
0,603
Panjang Tibia (X2)
0,561
0,290
Panjang Shank (X3)
0,490
0,202
Lingkar Shank (X4)
0,188
0,013
0,008
Panjang Sayap (X5)
0,276
0,625
0,697
Panjang Maxilla (X6)
0,087
0,074
0,021
Tinggi Jengger (X7)
0,184
0,050
0,065
Panjang Jari Ketiga (X8)
0,211
Panjang Dada (X9)
0,287
Lebar Dada (X10)
0,176
Dalam Dada (X11)
0,192
Lebar Pinggul (X12)
0,091
0,023
0,049
0,075
0,065
0,164
0,193
0,819
0,474
Nilai Eigen ( )
701,99
362,38
232,18
173,21
106,99
71,89
42,75
37,45
25,25
20,18
13,98
13,44
Keragaman Total (%)
0,390
0,201
0,129
0,096
0,059
0,040
0,024
0,021
0,014
0,011
0,008
0,007
Keragaman Kumulatif (%)
0,390
0,591
0,720
0,816
0,875
0,915
0,939
0,960
0,974
0,985
0,993
1,000
0,116 0,246 0,026 0,196
III 0,682 0,147 0,127
0,029
IV
V
0,060 0,452
VI
VII
VIII
0,243
0,015
0,063
0,091
0,597
0,078
0,207
0,625
0,003
0,233
0,103
0,035
0,017
0,117
0,060
0,063
0,036
0,173
0,241
0,219
0,127
0,098 0,009 0,093 0,077
0,004
0,751
0,029
0,078
0,038
0,387
0,100 0,116 0,170
0,114
0,066
0,505 0,034 0,780
0,330 0,204
0,343
0,050 0,147 0,062 0,065 0,002 0,277
IX
X
0,063
0,045
0,006 0,236 0,023 0,121 0,020 0,109
0,068 0,183 0,028 0,018 0,099 0,788
0,078
0,399
0,815
0,132
0,071
0,085
0,082
0,085
0,784 0,215
XI 0,014 0,024 0,109 0,084 0,040 0,982 0,059 0,030 0,003
0,024 0,024 0,158 0,919 0,041 0,062 0,180 0,151 0,034
0,169
0,130
0,490
0,027
0,215
0,132
0,017
0,250
0,099
0,025
0,009
0,004
60
XII
0,139
Lampiran 14. Formulir Isian Ukuran-Ukuran Linear Permukaan Tubuh Ayam Kampung No
Jenis Kelamin
Panjang Panjang Femur Tibia (X1) (X2)
Panjang Shank (X3)
Lingkar Shank (X4)
Panjang Sayap (X5)
Panjang Maxilla (X6)
Tinggi Jengger (X7)
Panjang Jari Ketiga (X8)
Panjang Dada (X9)
Lebar Dada (X10)
Dalam Dada (X11)
Lebar Keterangan Pinggul (X12)
61