Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2005
IDENTIFIKASI SIFAT-SIFAT KUALITATIF DAN UKURAN TUBUH PADA ITIK TEGAL, ITIK CIREBON DAN ITIK TURI (Identification of Body Size and Qualitative Characteristics of Matured Tegal, Cirebon and Turi Ducks) ARGONO RIO SETIOKO1, SONI SOPIYANA1 dan TEDDY SUNANDAR2 1 Balai Penelitian Ternak, PO Box 221, Bogor 16002 Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran, Jalan Raya Jatinangor, Sumedang
2
ABSTRACT Research was conducted at three different Districts, Brebes of Central Java, Cirebon of West Java and Bantul of Jogjakarta. The objective of this research was to look at the general view of qualitative and quantitative characteristics female matured Tegal, Cirebon, and Turi ducks. This research was conducted through a survey method. Fifty ducks for each strain were measured for further characterized both qualitatively and quantitatively. The results indicated that the majority of Tegal ducks are speckled (fawn) brown with black bill and feet, although coloring may vary from light fawn, almost white through brown and grey to almost black. The body is small and thin with average adult body weight varied from 1,200 to 1,875 gs. Cirebon ducks are more homogeneous than the Tegal, and the feather color is generally slightly darker than the Tegal. The body weight is similar to the Tegal, varied from 1,325 to 1,865 gs with the average of 1,555 gs. Turi ducks have characteristic slender posture and erect gait with majority light brown with black bill and feet. The average body weight varied from 1,270 to 1,795 gs. This result can be used to improve database, supporting the standardization and development local duck including to support genetic resources conservation prog. Key Words: Tegal, Cirebon, Turi ducks, Qualitative,Qualitative,Characteristics ABSTRAK Penelitian dilakukan di tiga Kabupaten yaitu di Brebes-Jawa Tengah, Cirebon-Jawa Barat, dan BantulJogjakarta. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat gambaran umum tentang karakteristik kualititatif dan kuantitatif pada itik Tegal, Cirebon dan Turi betina dewasa. Penelitian ini dilakukan dengan metoda survei. Sebanyak 50 ekor masing-masing strain itik tersebut diukur karakteristik kualitatif dan kuantitatifnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas itik Tegal berwarna totol coklat (warna khaki), dengan paruh dan kaki hitam, meskipun terdapat keanekaragam warna mulai dari coklat muda, hampir putih sampai coklat kelam dan kelabu (hampir hitam).Tubuh kecil dan kurus dengan bobot badan dewasa bervariasi dari 1.200 g sampai 1.875 g. Itik Cirebon lebih homogen dibanding Tegal, dan warna bulu umumnya sedikit lebih gelap dibanding itik Tegal. Bobot badannya mirip dengan itik Tegal dan bervariasi dari 1.325 g sampai 1.865 g dengan rata-rata 1.555 g. Itik Turi memiliki karakteristik tubuh langsing dan berdiri tegak, mayoritas berwarna coklat muda dengan paruh dan kaki hitam. Rata-rata bobot badan bervariasi dari 1.270 sampai 1.795 g. Hasil penelitian ini diharapkan akan dapat digunakan untuk meningkatkan pangkalan data, mendukung standarisasi dan mengembangkan itik lokal termasuk mendukung prog konservasi sumberdaya genetik. Kata Kunci: Itik Tegal, Cirebon, Turi, Karakteristik Kualitatif, Kuantitatif
PENDAHULUAN Sumber plasma nutfah ternak adalah breed atau strain ternak lokal yang berguna untuk kehidupan manusia secara ekonomi, ilmu pengetahuan teknologi dan budaya, baik pada
786
masa kini maupun yang akan datang (BODO, 1989). Pada dasarnya kegiatan plasma nutfah ternak lokal merupakan kegiatan ekplorasi, identifikasi, evaluasi dan pemanfaatkan serta pelestarian ternak lokal yang memiliki potensi genetik asli Indonesia.
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2005
Kegiatan eksplorasi merupakan kegiatan pengumpulan plasma nutfah itik lokal dan dapat dilakukan di dalam maupun di luar habitatnya. Kegiatan ini dilakukan terhadap itik lokal yang memiliki ciri khas tersendiri atau spesifik lokasi. Eksplorasi ini dilaksanakan untuk keperluan domestikasi, budidaya, dan pemuliaan ternak serta untuk mengetahui potensi sumberdaya genetik itik asli Indonesia. Pada prinsipnya eksplorasi bertujuan untuk mengamankan, menyelamatkan sekaligus memperkaya perbendaharaan keanekaragaman sumberdaya genetik itik lokal Indonesia. Kegiatan identifikasi dan karakterisasi dilakukan untuk mengetahui ciri fenotipik baik secara kualitatif (warna bulu, shank, paruh dan sebagainya) maupun secara kuantitatif (bobot badan, panjang shank, lebar pubis dan sebagainya), produktivitas, ketahanan penyakit, jarak genetik (secara molekuler) baik di dalam maupun di luar habitatnya. Kegiatan identifikasi meliputi deskripsi umum spesies dan lokasi geografisnya. Deskripsi fenotipik diperlukan untuk mengetahui ciri khas dari performans itik lokal yang dapat dibedakan secara jelas dengan jenis itik lainnya. Evaluasi plasma nutfah bertujuan untuk menjaga kestabilan dan mempertahankan populasi keanekaragaman populasi agar dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk kesejahteraan manusia tanpa mengabaikan kaidah-kaidah pelestarian ternak. Beberapa bangsa/breed itik lokal yang sudah dikenal luas oleh masyarakat dan mempunyai ciri tersendiri serta diberi nama sesuai dengan daerah asalnya seperti itik Mojosari, Alabio, Tegal, Magelang dan Bali. Selain itu, terdapat pula itik Lombok, Pegagan, Tangerang, Turi, Tasikmalaya, Medan dan Cirebon (SAMOSIR, 1983; SETIOKO et al., 1985). Jenis itik-itik tersebut merupakan sumber keanekaragaman hayati dan sumber plasma nutfah ternak lokal Indonesia yang harus dijaga keberadaannya. Salah satu prog pengelolaan plasma nutfah ternak yang penting adalah pengembangan database plasma nutfah ternak berupa karakterisasi dan identifikasi serta dokumentasi. Pengidentifikasian pada beberapa jenis itik lokal Indonesia yang kurang dikenal di masyarakat hanya dapat dilakukan di tempat itik tersebut berasal. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran umum
mengenai sifat-sifat kualitatif dan kuantitatif seperti bobot badan dan ukuran-ukuran tubuh pada itik Tegal, Cirebon, dan Turi yang diidentifikasi dilokasi asalnya. Selain itu, juga untuk mengetahui ciri khas karakteristik dari masing-masing itik yang diteliti. MATERI DAN METODE Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif sebagai bagian dari kegiatan pelestarian itik lokal. Penelitian dilaksanakan di Kelompok Tani Maju Jaya, Kelurahan Limbang Wetan, Kecamatan Brebes, Kabupaten Brebes-Jawa Tengah; Kelompok Tani Branjangan Putih, Dusun Tuksar, Desa Panggarsari, Kecamatan Losari, Kabupaten Cirebon-Jawa Barat; dan Kelompok Tani Karya Manunggal, Dusun Muncang, Kelurahan Tirtoharjo, Kecamatan Kretek, Kabupaten Bantul-Jogjakarta. Metode yang digunakan adalah metode survei. Data primer diperoleh dari responden peternak itik melalui pengukuran ternak, pengamatan langsung, dan wawancara berdasarkan daftar pertanyaan yang telah disediakan. Data sekunder diperoleh dari kelompok ternak unggulan dan instansi terkait untuk mendapatkan gambaran umum tentang manajemen pemeliharaan itik. Ternak penelitian adalah itik Tegal, Cirebon, dan Turi betina dewasa berumur 6–8 bulan yang masih murni atau belum tercampur dengan itik dari daerah lain, berjumlah 10-15% (SUHARSIMI, 1997) dari populasi itik pada kelompok peternak itik yang mewakili daerah masing-masing. Setiap kelompok ternak memiliki populasi itik betina dewasa rata-rata 300–500 ekor, sehingga jumlah sampel yang diambil secara acak pada masing-masing kelompok adalah 50 ekor. Peubah yang diamati meliputi sifat kualitatif dan sifat kuantitatif ternak. Sifat kualitatif meliputi warna bulu, intensitas warna kerabang telur, warna shank, dan warna paruh. Sedangkan sifat kuantitatif atau ukuran tubuh meliputi bobot badan, panjang paruh, lebar paruh, panjang leher, panjang punggung, panjang betis, panjang paha, panjang shank, lingkar shank, panjang jari ke3, dan jarak tulang pubis. Data sifat kuantitatif terkumpul dianalisis secara statistik deskriptif, meliputi nilai rata-rata (Mean), nilai tengah (Me), modus (Mo), simpangan baku, koefisien variasi, dan persentase sifat kualitatif.
787
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2005
HASIL DAN PEMBAHASAN Itik Tegal merupakan itik asli Jawa Tengah yang dikenal berproduksi telur tinggi. Bahkan menurut SRIGANDONO dan SARENGAT (1990) bahwa tingginya produksi telur itik Tegal sudah terkenal ke mancanegara. Itik Tegal banyak diusahakan oleh peternak di sepanjang pantai utara mulai kabupaten Kendal sampai Kabupaten Brebes (DINAS PETERNAKAN PROPINSI JAWA TENGAH, 1999). Hasil pengamatan menunjukkan bahwa rata-rata bobot badan itik Tegal betina dewasa adalah 1.579 g, sedangkan menurut CHAVEZ dan LASMINI (1978) bobot badan itik Tegal betina dewasa hanya 1.200 g dan yang jantan 1.400 g. Perbedaan bobot badan tersebut kemungkinan disebabkan oleh perbedaan waktu pengamatan, sehingga diperkirakan telah terjadi perubahan bobot badan dalam kurun waktu 30 tahun terakhir.Ciri-ciri lain dari itik Tegal adalah kepala kecil; bermata merah dengan paruh panjang dan melebar diujungnya; leher langsing, panjang, dan bulat. Sayap menempel erat pada badan dan ujung-ujung bulunya saling menutupi di atas ekor. Bentuk badannya merupakan contoh dari bangsa Indian Runner, yaitu posisi berdiri yang hampir tegak lurus, tubuh langsing seperti botol, dan langkah tegap. Kakinya pendek dan tegak lurus, terpisah jelas satu dari lainnya. Tumitnya terletak rata di atas tanah dan kakinya dilapisi selaput lunak (SETIOKO, et.al., 2005) Itik Cirebon atau dikenal masyarakat sebagai Itik Rambon dan itik Branjangan Merah merupakan itik petelur yang potensial. Itik ini memiliki keunggulan konsumsi pakan rendah dan ukuran telur sedang. Ciri umum itik ini adalah postur tubuh sedang dan bulu berwarna coklat atau tutul coklat agak jelas. Paruh berwarna hitam, kulit berwarna putih dan sisik kaki (shank) berwarna hitam (SETIOKO et al., 2005) Itik Turi banyak terdapat di Jawa Tengah bagian Selatan dan daerah Jogjakarta. Itik ini juga lebih dikenal dengan sebutan itik Metaram. Itik ini diyakini oleh masyarakat di daerah tersebut sebagai itik asli di daerah Turi yaitu di desa pantai selatan Jogjakarta, Kabupaten Bantul. Namun hal ini masih harus dibuktikan, sebab penampilannya hampir sama dengan itik Tegal (YUWANTA, et.al., 2000). Diduga itik ini merupakan keturunan dari
788
persilangan beberapa itik lokal maupun import sehingga diperoleh beraneka ragam nama itik (HETZEL, 1985). Itik Turi mempunyai bentuk badan dan warna bulu berbeda dibandingkan itik lokal lain dan merupakan penghasil telur yang baik. Ciri umum itik ini adalah berjalan tegak dan lebih ramping daripada itik Tegal dan itik Magelang. Bobot badan rata-rata 1.560 g. Bulu berwarna coklat lurik atau tutul coklat tidak jelas dan tutul coklat agak jelas. Paruh berwarna hitam, sisik kaki (shank) berwarna hitam keabu-abuan. Manajemen pemeliharaan Secara umum manajemen pemeliharaan ketiga jenis ternak itik di masing-masing daerah asal berbeda Tabel 1. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa sistem pemberian pakan yang diterapkan pada ketiga jenis itik tersebut sama, tetapi jenis pakan yang diberikan berbeda. Demikian juga letak geografis dan sistem pemeliharaan pada itik Tegal dan Cirebon memiliki kesamaan yaitu sama-sama merupakan daerah Pantai Utara, sedangkan dengan itik Turi berbeda karena merupakan daerah Pantai Selatan. Sifat kualitatif Sifat ini merupakan suatu sifat yang tidak dapat diukur dan merupakan suatu sifat dimana individu-individu dapat diklasifikasikan ke dalam satu atau dua kelompok atau lebih dan pengelompokkan ini berbeda jelas satu sama lainnya. Karakteristik sifat-sifat kualitatif itik Tegal, itik Cirebon, dan itik Turi betina umur 6–8 bulan hasil penelitian Tabel 2, Tabel 3,dan Tabel 4. Hasil penelitian Tabel 2 menunjukkan bahwa itik Tegal mempunyai variasi warna bulu yang lebih banyak. Warna bulu coklat atau tutul coklat agak jelas, lebih dikenal dengan sebutan Branjangan merupakan jenis warna dengan perentase tertinggi (38%) dibandingkan dengan warna lainnya, seperti coklat atau tutul coklat tidak jelas (Lemahan), coklat dengan tutul hitam jelas (Jarakan), coklat kehitaman (Blorong), putih mulus (Putihan), dan kepala berjambul (Jambulan) dengan persentase berturut-turut 20, 14, 12, 8, 6 dan 2. Hasil penelitian ini memperkuat
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2005
(1997) yang pendapat SRIGANDONO menyatakan bahwa pada itik Tegal terdapat 7 variasi warna bulu. Berbeda dengan itik Tegal yang memiliki variasi warna bulu, itik Cirebon tidak memiliki variasi warna bulu tertera pada Tabel 3, sedangkan itik Turi mempunyai variasi warna bulu coklat atau tutul coklat tidak jelas (72%), coklat atau tutul coklat agak jelas (28%) tertera pada Tabel 4. Warna paruh hitam dan warna shank keabu-abuan pada itik Tegal mencapai 94%, sisanya berwarna kuning. Paruh dan shank yang berwarna kuning pada itik Tegal hanya dimiliki oleh itik yang bulu putih. Itik Cirebon dan itik Turi memiliki warna paruh dan warna shank hitam dan hitam keabu-abuan. Berdasarkan hasil pengamatan, warna kerabang pada telur itik Tegal, Cirebon, dan Turi relatif sama, yaitu berwarna hijau kebirubiruan. Persamaan warna kerabang tersebut kemungkinan adanya kedekatan genetik, sebagaimana dijelaskan oleh HETZEL (1985) bahwa terdapat kedekatan genetik antara itik Jawa Barat dan Jawa Tengah. ACHMANU (1997) menambahkan bahwa kerabang telur pada itik Jawa secara umum berwarna hijau kebiru-biruan, sedangkan perbedaan intensitas warna kerabang dipengaruhi oleh faktor umur, pakan, genetik, dan lingkungan. Sifat kuantitatif (ukuran tubuh) ISHII et al. (1996) menyatakan bahwa ukuran dan bentuk tubuh ternak digunakan
untuk menentukan standar pertumbuhan dan menilai ternak. MULYONO dan PANGESTU (1996) menyatakan bahwa keragaman fisik unggas dapat dijelaskan berdasarkan perbedaan-perbedaan ukuran tubuhnya. Ukuran tubuh pada itik Tegal, itik Cirebon, dan itik Turi hasil penelitian disajikan pada Tabel 5, 6,dan 7 terlihat bahwa bobot badan dan ukuran tubuh itik Tegal, Cirebon, dan Turi mempunyai koefisien variasi di bawah 15%. Hal ini menunjukkan bahwa bobot badan dan ukuranukuran tubuh dari ketiga jenis itik tersebut relatif seragam. Rata-rata bobot badan di antara ketiga jenis itik tersebut relatif sama, yaitu 1.580,44 g (itik Tegal), 1.555,24 g (itik Cirebon), dan 1.567,26 g (itik Turi). Walaupun pakan yang diberikan untuk masing-masing jenis itik berbeda, tetapi kemungkinan kandungan gizinya relatif sama. Adanya kedekatan genetik (Hetzel, 1985) dengan kondisi kandungan gizi pakan yang diberikan relatif sama maka bobot badan dari masing-masing jenis itik tidak berbeda. Jarak tulang pubis dari ketiga jenis itik tersebut relatif sama, yaitu itik Tegal (3,05 cm), itik Cirebon (3,76 cm), dan itik Turi (3,23 cm). Mengingat jarak tulang pubis dapat dijadikan sebagai penduga kemampuan produksi telur, maka produksi telur ketiga jenis itik tersebut tidak akan jauh berbeda. HARDJOSWORO (1994) menjelaskan bahwa lebar peregangan pubis merupakan salah satu criteria yang dapat dijadikan penduga produktivitas itik betina.
Tabel 1. Gambaran umum manajemen pemeliharaan itik Itik Tegal
Itik Cirebon
Itik Turi
Letak geografis
Berada di sepanjang muara sungai menuju pantai dan areal pesawahan
Berada di sepanjang muara sungai menuju pantai dan areal pesawahan
Berada dekat pesisir pantai
Sistem pemberian pakan
Terjadwal (pagi dan sore)
Terjadwal (pagi dan sore)
Terjadwal (pagi dan sore)
Jenis pakan
Ikan Kuniran (ikan laut), nasi aking, padi + katul
Konsentrat, katul dan nasi aking
Konsentrat, katul dan nasi aking, hijauan (lumut)
Sistem pemeliharaan
Semi intensif (kandang dengan halaman dan kolam yang terbatas)
Semi intensif (kandang dengan halaman dan kolam yang terbatas)
Digembalakan di areal kandang, halaman dan tidak ada kolam luas
789
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2005
Tabel 2. Karakteristik sifat-sifat kualitatif itik Tegal betina dewasa Sifat kualitatif Warna bulu kepala dan leher Coklat Coklat muda Hitam kelam/mulus Coklat kehitaman Coklat kehitaman, kalung tidak jelas Coklat, kepala berjambul Putih mulus Jumlah Warna bulu dada Coklat atau tutul coklat agak jelas Coklat atau tutul coklat tidak jelas Hitam kelam/mulus Coklat dengan tutul hitam jelas Coklat kehitaman Tutul coklat agak jelas, berjambul Putih mulus Jumlah Warna bulu punggung Coklat atau tutul coklat agak jelas Coklat atau tutul coklat tidak jelas Hitam kelam/mulus Coklat dengan tutul hitam jelas Coklat kehitaman Tutul coklat agak jelas, berjambul Putih mulus Jumlah Warna bulu sayap luar Coklat atau tutul coklat agak jelas Coklat atau tutul coklat tidak jelas Hitam kelam/mulus Coklat dengan tutul hitam jelas Coklat kehitaman Tutul coklat agak jelas, berjambul Putih mulus Jumlah Warna bulu paha Coklat kehitaman Coklat muda Coklat Hitam Putih Jumlah Warna shank Hitam keabu-abuan Hitam kekuning-kuningan Jumlah Warna paruh Hitam Kuning Jumlah Jumlah sampel 50 ekor
790
Jumlah (ekor)
Frekuensi relatif (%)
19 10 7 6 4 3 1 50
38 20 14 12 8 6 2 100
19 10 7 6 4 3 1 50
38 20 14 12 8 6 2 100
19 10 7 6 4 3 1 50
38 20 14 12 8 6 2 100
19 10 7 6 4 3 1 50
38 20 14 12 8 6 2 100
19 13 10 7 1 50
38 26 20 14 2 100
49 1 50
98 2 100
47 3 50
94 6 100
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2005
Tabel 3. Karakteristik sifat-sifat kualitatif itik Cirebon betina dewasa Sifat kualitatif
Jumlah (ekor)
Frekuensi relatif (%)
Warna bulu kepala dan leher coklat atau tutul coklat agak jelas
50
100
Warna bulu dada coklat atau tutul coklat agak jelas
50
100
Warna bulu punggung coklat atau tutul coklat agak jelas
50
100
Warna bulu sayap luar coklat atau tutul coklat agak jelas
50
100
Warna bulu paha coklat muda
50
100
Warna shank hitam keabu-abuan
50
100
Warna paruh hitam
50
100
Jumlah sampel 50 ekor
Tabel 4. Karakteristik sifat-sifat kualitatif itik Turi betina dewasa Sifat kualitatif
Jumlah (ekor)
Frekuensi relatif (%)
Warna bulu kepala dan leher Coklat atau tutul coklat agak jelas
14
28
Coklat atau tutul coklat tidak jelas
36
72
Jumlah
50
100
Warna bulu dada Coklat atau tutul coklat agak jelas
14
28
Coklat atau tutul coklat tidak jelas
36
72
Jumlah
50
100
Warna bulu punggung Coklat atau tutul coklat agak jelas
14
28
Coklat atau tutul coklat tidak jelas
36
72
Jumlah
50
100
Warn bulu sayap luar Coklat atau tutul coklat agak jelas
14
28
Coklat atau tutul coklat tidak jelas
36
72
Jumlah
50
100
Coklat
50
100
Jumlah
50
100
Warna bulu paha
Warna Shank Hitam keabu-abuan
50
100
Jumlah
50
100
Hitam
50
100
Jumlah
50
100
Warna paruh
Jumlah sampel 50 ekor
791
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2005
Tabel 5. Ukuran tubuh itik Tegal betina dewasa Ukuran-ukuran tubuh (cm)
Rataan
SD
Modus
Max
Min
KV
1.580,44
186,36
1.546,00
1.875,00
1.200,00
11,79
Panjang paruh
5,54
0,20
5,50
6,00
5,20
3,69
Lebar paruh
2,56
0,19
2,50
2,90
2,15
7,44
Panjang leher
19,67
0,69
22,00
22,00
17,00
8,59
Panjang punggung
22,11
1,48
23,00
24,60
19,00
6,69
Lingkar dada
27,13
1,42
27,00
30,00
24,50
5,22
Panjang sayap
26,24
0,94
27,00
28,50
24,00
3,59
Panjang paha
8,10
0,67
8,00
9,00
7,00
8,27
Panjang betis
11,00
0,89
11,00
13,00
10,00
7,82
Panjang shank
7,00
0,45
7,00
7,50
6,00
6,73
Lingkar shank
0,71
0,06
0,70
0,85
0,60
8,08
Panjang jari ke-3
6,94
0,51
7,00
8,50
6,00
7,37
Jarak tulang pubis
3,05
0,14
3,00
3,40
2,65
4,73
Bobot badan (g)
Jumlah sampel 50 ekor
Tabel 6. Ukuran tubuh itik Cirebon betina dewasa Ukuran-ukuran tubuh (cm)
Rataan
SD
Modus
Max
Min
1.555,24
128,75
1.550,00
1.865,00
1.325,00
8,28
Panjang paruh
5,55
0,30
55,00
6,10
5,00
5,35
Lebar paruh
2,35
0,18
24,00
2,60
2,00
7,68
Panjang leher
21,27
1,06
22,00
24,00
19,00
4,98
Panjang punggung
22,42
0,74
22,00
24,00
21,00
3,29
Lingkar dada
28,19
1,70
28,00
31,50
26,00
6,03
Panjang sayap
26,94
1,08
27,00
30,00
25,00
4,00
Panjang paha
7,99
0,67
8,00
9,00
6,50
8,34
Panjang betis
11,74
0,57
12,00
13,00
10,50
4,89
Panjang shank
6,55
0,50
6,50
7,50
7,50
7,59
Lingkar shank
0,73
0,08
0,70
0,90
0,60
10,49
Bobot badan (g)
KV
Panjang jari ke-3
7,29
0,37
7,00
8,00
6,50
5,01
Jarak tulang pubis
3,02
0,01
3,00
3,30
2,65
3,76
Jumlah sampel 50 ekor
792
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2005
Tabel 7. Ukuran tubuh Itik Turi betina dewasa Ukuran-ukuran tubuh (cm)
Rataan
SD
Modus
Max
Min
KV
1.567,26
166,28
1.330,00
1.795,00
1.270,00
10,61
Panjang paruh
6,06
0,35
6,20
6,80
5,36
5,74
Lebar paruh
2,62
0,11
2,50
2,80
2,45
4,29
Panjang leher
18,92
1,06
19,00
21,00
15,00
5,62
Panjang punggung
22,64
1,01
23,00
26,00
21,00
6,35
Lingkar dada
28,48
1,81
30,00
32,00
23,00
4,46
Panjang sayap
26,18
1,77
26,50
31,00
23,00
6,77
Panjang paha
6,78
0,71
4,00
11,50
4,00
6,79
Panjang betis
10,54
4,90
11,00
16,00
8,00
5,09
Panjang shank
6,78
0,46
7,00
8,00
6,00
6,77
Lingkar shank
0,75
0,08
0,75
1,10
0,60
10,40
Panjang jari ke-3
7,08
0,38
7,00
8,00
6,50
5,43
Jarak tulang pubis
3,00
0,10
3,00
3,30
2,65
3,23
Bobot badan (g)
Jumlah sampel 50 ekor
Berdasarkan hasil pengukuraan, data ukuran tubuh tidak menunjukkan perbedaan yang spesifik. Oleh karena itu, ukuran tubuh tidak dapat dijadikan identitas (ciri khas) dari ketiga jenis itik tersebut. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa ketiga jenis itik memiliki ciri-ciri sifat kualitatif yang bervariasi diantara ketiga jenis itik tersebut. Sedangkan bobot badan dan ukuran tubuh ketiga jenis itik tidak menunjukkan perbedaan yang spesifik dibandingkan satu sama lainnya, sehingga sifat tersebut tidak dapat dijadikan sebagai identitas khusus pada ketiga jenis itik tersebut. Perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai hubungan sifat kualitatif dan ukuran tubuh itik dengan produksi telur sebagai komoditas yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Disamping itu, perlu pula dilakukan pengidentifikasian terhadap itik lokal lainnya sebagai data dasar yang berguna untuk pelestarian plasma nutfah itik lokal di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA ACHMANU. 1997. Ilmu Ternak Itik. Karangan Ilmiah Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya, Malang. BODO, I. 1990. Methods and experiences with insitu preservation of farm animals. In: Animal Genetic Resource: a Global Progme for Sustainable Development. WIENER, G. (Ed.). FAO Animal Production and Health Paper, 80. Rome: FAO pp. 85–102. CHAVEZ E.R. and A. LASMINI. 1978. Comparative Performance of Native Indonesian Egg-laying Ducks. Center Report. Center for Animal Research and Development, Bogor. 6: 1–27. DINAS PETERNAKAN PROPINSI JAWA TENGAH. 1999. Laporan Tahunan. DIREKTORAT JENDERAL BINA PRODUKSI PETERNAKAN. 2002. Buku Statistik Peternakan. Departemen Pertanian, Jakarta. HARDJOSWORO, P.S. 1994. Upaya untuk mencari fisik petelur lokal betina yang baik. Lebar rentang pubis itik lokal betina pada saat masak kelamin. Media Peternakan. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor, Bogor. pp. 1–5.
793
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2005
HETZEL, D.J.S. 1985. Duck Breeding Strategies: The Indonesia example. Proceeding Duck Production Science and World Practice. University of New England, Armidale. ISHII, T., T. ODA, K. FUKUDA and N. FUKAYA. 1996. Three Dimension Measuring Apparatus for Body form of Farm Animal. Proc. The AAAP Animal Science Congress. Volume 2. Japanese Society of Zootechnical Science, Tokyo. Pp. 544–545. MULYONO, R.H. dan R.B. PANGESTU. 1996. Analisis Statistik Ukuran-ukuran Tubuh dan Analisis Karakteristik Genetik Eksternal Pada Ayam Kampung, Pelung, dan Kedu. Hasil-hasil Penelitian Institut Pertanian Bogor. SAMOSIR. 1983. Ilmu Ternak Itik. PT Gedia, Jakarta. SETIOKO, A.R., D.J.S. HETZEL and A.J. EVANS. 1985. Duck Production in Indonesia. Proceeding Duck Production Science and World Practice. University of New England, Armidale.
SETIOKO, A.R., L.H. PRASETYO, S. SOPIYANA, T. SUSANTI. 2005. Koleksi dan Evaluasi Karakterisasi Biologik Itik Lokal dan Entog secara Ex-situ. Laporan Penelitian. Balai Penelitian Ternak, Bogor SRIGANDONO, B. 1997. Ilmu Unggas Air. Gadjah Mada University Press, Jogjakarta. SRIGANDONO, B. Dan W. SARENGAT. 1990. Ternak itik beridentitas Jawa Tengah. Proc. Temu Tugas Sub Sektor Peternakan. Pengembangan usaha ternak itik di Jawa Tengah. Sub Balitnak Klepu, Ungaran. SUHARSIMI. 1997. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Edisi Revisi IV. Penerbit Rineka Cipta, Jakarta YUWANTA,T., ZUPRIZAL, A. MUSOFIE, N.K. WARDHANI. 2000. Studi Potensi Genetik, Produksi dan Reproduksi serta Bahan Pakan Lokal pada Itik Turi sebagai Itik Petelur. Laporan Hasil Penelitian. Lembaga Penelitian Universitas Gadjah Mada dengan BPTP Yogyakarta. Yogyakarta.
DISKUSI Pertanyaan: Mana yang lebih produktif dari ketiga strain itik tersebut? Berapa bobot potong ideal untuk jantan dan kira-kira tercapai pada umur berapa? Jawaban: Yang paling produktif adalah itik Tegal yasng telah dikenal sebagai itik petelur yang unggul. Bobot potong ideal lebih kurang 1,5 kg dan dicapai pada umur –6 bulan.
794