UKURAN TUBUH HASIL PERSILANGAN AYAM KEDU DENGAN SILANGAN SENTUL KAMPUNG DAN RESIPROKALNYA UMUR 0 SAMPAI 12 MINGGU
ARIESTA BANGUN BUDIARTO
DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Ukuran Tubuh Hasil Persilangan Ayam Kedu dengan Silangan Sentul Kampung dan Resiprokalnya Umur 0 sampai 12 Minggu adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Agustus 2015
Ariesta Bangun Budiarto D14110045
ABSTRAK ARIESTA BANGUN BUDIARTO. Ukuran Tubuh Hasil Persilangan Ayam Kedu dengan Silangan Sentul Kampung dan Resiprokalnya Umur 0 sampai 12 Minggu. Dibimbing oleh CECE SUMANTRI dan HARINI NURCAHYA. Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari ukuran tubuh ayam hasil persilangan antara jantan kedu dengan betina sentul kampung (SK) (keduSK) dan resiprokalnya (SKkedu) pada umur 0 – 12 minggu. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Pemuliaan dan Genetika Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor pada bulan September 2014 hingga Maret 2015. Ayam yang digunakan sebanyak 47 ekor DOC jantan maupun betina hasil persilangan antara ayam kedu x sentul kampung (SK) (keduSK) dan resiprokalnya (SKkedu). Peubah yang diamati adalah bobot badan, panjang shank, panjang tibia, panjang femur, rentang sayap, panjang punggung, panjang dada dan lingkar dada. Uji T dilakukan untuk mengetahui perbedaan beberapa ukuran tubuh antara ayam SKkedu dan keduSK yang dibandingkan antara sesama jenis kelaminnya. Hasil penelitian menunjukan hampir secara keseluruhan peubah yang diukur adalah sama antara ayam SKkedu dan keduSK baik antara sesama jantan maupun sesama betina. Peubah yang menunjukan berbeda nyata yaitu rataan bobot badan ayam betina pada umur 2 minggu, rataan panjang punggung jantan pada umur 6 minggu dan rataan rentang sayap jantan pada umur 10 minggu. Penelitian ini menunjukan semua peubah ukuran tubuh ayam SKKedu dengan KeduSK adalah sama (P>0.05). Penelitian ini juga menunjukan bahwa hasil persilangan ketiga jenis ayam memunculkan efek heterosis pada bobot badan yaitu ayam SKkedu dan keduSK bobot badannya lebih besar dibandingkan dengan rataan kedua tetuanya pada umur yang sama. Kata kunci: keduSK, persiangan, SKkedu, ukuran tubuh
ABSTRACT ARIESTA BANGUN BUDIARTO. The Body size of offspring of kedu chicken crossed with kampung-sentul crossbreed and it's reciprocal at the age 0 to 12 weeks. Supervised by CECE SUMANTRI and HARINI NURCAHYA The aimed of this research was to study the body size of offspring of kedu chicken cross with the kampung-sentul crossbreed (SK) (keduSK) and it's reciprocal (SKkedu) at the age of 0 to 12 weeks. This research was conducted at the Breeding and Genetic Laboratory, Animal Faculty, Bogor Agricultural University in September 2014 to March 2015. Totally 47 DOC were used in this research. The DOC derivated from kedu chicken crosses with sentul-kampung crossbreed (SK) (keduSK) and it’s reciprocal (SKkedu). The parameters measured were body weight, shank length, tibia length, femur length, wing span, the bacbone length, chest length and chest circumference. T test was conducted to
determine differences in some body size parameters between SKkedu and keduSK, and included among sex The results showed that almost all of variables measured were similar, both among cocks and among hens. The variables that were significantly different were the average body weight of the hens at the age of 2 weeks, the average bacbone length of the cocks at the age of 6 weeks and the average wing span length of the cocks at the age of 10 weeks. This study showed that all variable sizes keduSK did not differ with SKkedu. The study also showed that the result of crossing this two breeds of chickens has increased the effect of heterosis on body weight gain. Key words: body size, crossbreed, keduSK, SKkedu
UKURAN TUBUH HASIL PERSILANGAN AYAM KEDU DENGAN SILANGAN SENTUL KAMPUNG DAN RESIPROKALNYA UMUR 0 SAMPAI 12 MINGGU
ARIESTA BANGUN BUDIARTO
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan
DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga karya ilmiah ini bisa diselesaikan. Karya ilmiah saya berjudul Ukuran Tubuh Hasil Persilangan Ayam Kedu dengan Silangan Sentul Kampung Umur 0 Sampai 12 Minggu. Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarganya, para sahabatnya, dan umatnya yang beriman hingga akhir zaman. Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Prof Dr Ir Cece Sumantri, MSc dan Ibu Dr Ir Harini Nurcahya, MSi selaku pembimbing serta Ir Sri Darwati, MSi yang telah banyak memberikan saran. Ungkapan terima kasih juga saya sampaikan kepada orang tua saya beserta keluarga atas segala do’a dukungan dan kasih sayangnya serta terima kasih juga kepada Bidikmisi IPB yang sudah memberikan bantuan biaya selama saya berkuliah di Institut Pertanian Bogor. Selain itu, terima kasih kepada Bapak Dadang, Bia Ningrum, teman kelompok penelitian (Indah Putri Hapsari, Salva Fatma, Asep Saepudin, Fandes Trisman, Fandi Prabowo, Aulia Rahmad H, dan Wafi Faiz) serta teman-teman, khususnya IPTP 48 juga IPTP 49 (Ali, Irwan, Roby, dan Ikhsan) atas bantuan serta dukungannya dalam penyususnan karya ilmiah ini. Semoga karya ini bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan. Bogor, Agustus 2015 Ariesta Bangun Budiarto
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Ruang Lingkup Penelitian METODE Lokasi dan Waktu Penelitian Alat Bahan Prosedur Penetasan Telur Pemeliharaan Pemberian Pakan Analisis Data Peubah yang Diamati HASIL DAN PEMBAHASAN Ukuran Tubuh Bobot Badan Panjang Shank Panjang Tibia Panjang Femur Rentang Sayap Panjang Punggung Panjang Dada Lingkar Dada Heterosis SIMPULAN DAN SARAN DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP
x x 1 1 1 2 2 2 2 2 4 4 4 4 5 5 7 7 7 8 10 11 12 14 15 16 18 18 19 20 21
DAFTAR TABEL 1 Anakan ayam hasil persilangan 2 Analisis proksimat pakan 3 Rataan dan simpangan baku bobot badan ayam SKkedu dan keduSK umur 0 – 12 minggu 4 Rataan dan simpangan baku panjang shank ayam SKkedu dan keduSK 5 Rataan dan simpangan baku panjang tibia ayam SKkedu dan keduSK 6 Rataan dan simpangan baku panjang femur ayam SKkedu dan keduSK 7 Rataan dan simpangan baku rentang sayap ayam SKkedu dan keduSK 8 Rataan dan simpangan baku panjang punggung ayam SKkedu dan keduSK 9 Rataan dan simpangan baku panjang dada ayam SKkedu dan keduSK 10 Rataan dan simpangan baku lingkar dada ayam SKkedu dan keduSK 11 Nilai heterosis ayam SKkedu dan keduSK dibandingkan ayam SK dan kedu
2 5 7 9 10 11 13 14 15 17 18
DAFTAR GAMBAR 1 Ayam yang digunakan dalam penelitian ini (keduSK) (a) DOC, (b) 2 Minggu,(c) 8 Minggu, (d) ♂ 12 Minggu, (e) ♀ 12 Minggu 2 Ayam yang digunakan pada penelitian ini (SKkedu) (a) ♀ DOC, (b) ♀ 2 minggu, (c) ♀ 8 Minggu, (d) ♀12 minggu, (e) ♂ DOC, (f) ♂ 2 Minggu, (g) ♂ 8 Minggu, (h) ♂ 12 Minggu 3 Bagian–bagian tubuh ayam yang diukur 4 Laju pertumbuhan ayam SKkedu dan keduSK 5 Laju pertumbuhan shank ayam SKedu dan keduSK 6 Laju pertumbuhan tibia ayam SKkedu dan keduSK 7 Laju pertumbuhan femur ayam SKkedu dan keduSK 8 Laju pertumbuhan rentang sayap ayam SKkedu dan keduSK 9 Laju pertumbuhan panjang punggung ayam SKkedu dan keduSK 10 Laju pertumbuhan panjang dada ayam SKkedu dan keduSK 11 Laju pertumbuhan lingkar dada ayam SKkedu dan keduSK
3
4 7 8 9 11 12 13 15 16 17
PENDAHULUAN Latar Belakang Semakin meningkatnya tingkat pendidikan dan pertumbuhan ekonomi masyarakat membuat semakin tingginya konsumsi protein hewani oleh masyarakat. Ayam menjadi salah satu sumber protein hewani yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat. Produksi daging di Indonesia didominasi oleh ayam ras pedaging, DPKH (2012) menyatakan produksi daging di Indonesia didominasi oleh ayam ras pedaging sebesar 52.38%, padahal Indonesia memiliki cukup potensi untuk mengurangi dominasi ayam ras dengan adanya berbagai rumpun ayam lokal. Saat ini rumpun ayam yang memiliki ciri spesifik dan berpotensi dijadikan ayam pedaging maupun petelur terdapat 31 rumpun diantaranya yaitu ayam sentul, ayam kampung, ayam kedu dan lainnya(Sartika dan Iskandar 2007). Ayam lokal memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai ternak penghasil daging dan juga telur. Namun kualitas produksi ayam lokal saat ini cenderung masih rendah. Hal ini terjadi karena pada umumnya ayam lokal masih diternakkan secara tradisional khususnya di pedesaan. Perbaikan terhadap laju pertumbuhan maupun kemampuan reproduksi ayam lokal tidak cukup dengan perbaikan pakan dan manajemen pemeliharaan, namun perlu dilakukan upaya perbaikan mutu genetik melalui seleksi dan persilangan. Upaya peningkatan produktivitas ayam lokal khususnya ayam sentul, kampung dan kedu tidak cukup hanya dengan perbaikan pakan dan manajemen pemeliharaan, tetapi perlu dilakukan peningkatan mutu genetiknya dengan mempertahankan sifat-sifat yang khas ayam lokal tersebut. Setiap jenis ayam memiliki karakteristik yang khas, baik ukuran maupun bentuk tubuh. Ukuranukuran tubuh dapat digunakan untuk mempelajari pertumbuhan dan perkembangan ternak. Menurut Wilson et al. (1977) ukuran-ukuran tulang berhubungan erat dengan sifat-sifat pertumbuhan. Ternak dengan ukuran tulang yang lebih besar cenderung tumbuh lebih cepat dan menghasilkan potongan karkas yang lebih besar dibandingkan dengan yang mempunyai ukuran tulang lebih kecil. Ukuran tubuh merupakan faktor yang perlu dikaji untuk mengetahui pertumbuhan tulang dan struktur tubuh ayam pada saat menetas hingga remaja dari persilangan ayam sentul-kampung dan ayam kedu. Penelitian terhadap ukuran tubuh saat menetas hingga remaja dari ayam hasil persilangan ayam sentulkampung dan ayam kedu perlu dilakukan untuk mengetahui perbedaan ukuran tubuh ayam dari persilangan kedua persilangan ini, Serta dalam jangka panjang diharapkan ayam ini dapat menjadi alternatif bagi peternak sebagai ayam penghasil telur yang saat ini sebagian besar telur ayam kampung dipasaran merupakan telur ayam arab. Tujuan Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk mempelajari ukuran tubuh ayam hasil persilangan antara jantan sentul-kampung dengan betina kedu dan jantan kedu dengan betina sentul-kampung pada umur 0 - 12 minggu.
2 Ruang Lingkup Penelitian Melalui metode pemuliaan dengan cara persilangan, diharapkan dapat memperbaiki produktivitas ayam lokal yang sudah ada sebelumnya. Berdasarkan hal itu, maka ayam sentul-kampung jantan dengan ayam kedu betina dan resiprokalnya dikawinsilangkan. Kajian ini lebih difokuskan pada ukuran tubuh ayam pada saat menetas hingga remaja (umur 0 -12 minggu) yaitu bobot badan, panjang shank, panjang tibia, panjang femur, rentang sayap, panjang punggung, panjang dada, dan lingkar dada.
METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Pemuliaan dan Genetika Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian dilaksanakan pada bulan September 2014 sampai Maret 2015. Alat Peralatan yang digunakan pada penelitian ini adalah jangka sorong merk Mitutoyo dengan ketelitian 0.05 mm, egg tray, pita ukur, lembar isian yang berisikan data-data peubah ukuran permukaan linear tubuh ayam yang diamati, alat tulis, kandang berukuran 1.5 m x 1.5 m yang disekat menjadi 4 untuk DOC hingga berumur 4 minggu, kandang bambu dengan ukuran 0.85 m x 0.75 m x 0.55 m untuk ayam yang berumur 5 – 12 minggu, tempat minum, tempat pakan, timbangan digital OSUKA dengan ketelitian 0.5 g, termohygrometer dan mesin tetas otomatis dengan kapasitas 300 butir. Alat lain yang digunakan digunakan yaitu lampu, ember, dan gayung. Bahan Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah 13 ekor ayam betina sentul-kampung, 2 ekor ayam jantan sentul-kampung dan 12 ekor ayam betina kedu, 2 ekor ayam jantan kedu. Hasil persilangan sentul-kampung dengan kedu dan resiprokalnya dapat dilihat pada Tabel 1. Bahan lain yang digunakan adalah sekam, pakan komersial berbentuk crumble, dedak padi, vitachick, dan sekam. Tabel 1 Anakan ayam hasil persilangan Jenis Ayam Jenis Kelamin Jumlah (ekor) Jantan 8 sentul-kampung x kedu Betina 10 Jantan 22 kedu x sentul-kampung Betina 7 Jumlah 47
3 Performa jenis ayam yang digunakan dapat dilihat pada Gambar 1 dan 2.
(a) DOC
(b) 2 Minggu
(c) 8 Minggu
(d) ♂ 12 Minggu (e) ♀ 12 Minggu Ayam keduSK Gambar 1 Ayam yang digunakan dalam penelitian ini (keduSK) (a) DOC, (b) 2 Minggu,(c) 8 Minggu, (d) ♂ 12 Minggu, (e) ♀ 12 Minggu
(a) ♀ DOC
(b) ♀ 2 minggu (c) ♀ 8 Minggu Ayam SKkedu
(d) ♀12 minggu
4
(e) ♂ DOC
(f) ♂ 2 Minggu
(g) ♂ 8 Minggu Ayam SKkedu
(h) ♂ 12 Minggu
Gambar 2 Ayam yang digunakan pada penelitian ini (SKkedu) (a) ♀ DOC, (b) ♀ 2 minggu, (c) ♀ 8 Minggu, (d) ♀12 minggu, (e) ♂ DOC, (f) ♂ 2 Minggu, (g) ♂ 8 Minggu, (h) ♂ 12 Minggu
Prosedur Penetasan Telur Telur hasil perkawinan ayam persilangan diambil dan dikumpulkan setiap hari dan dimasukkan dalam mesin tetas setiap minggu sekali. Setelah 21 hari, telur menetas. DOC yang baru menetas kemudian dipasang wingband dan diukur bobot badannya. Pemeliharaan Kandang dipersiapkan terlebih dahulu dan dibersihkan menggunakan sapu lidi dan sapu ijuk. Lantai dan sekat bambu juga dilakukan pembersihan basah menggunakan air dan kapur. Pembatas sekat, lampu, tempat minum, dan tempat pakan juga dipersiapkan untuk DOC. Pemeliharaan ayam persilangan yang berumur 0 - 4 minggu dilakukan pada satu kotak kayu ukuran 1.5 x 1.5 m dengan dibuat sekat sehingga menjadi 4 bagian kandang kecil. Sekat kandang kecil antar kelompok ayam dibedakan berdasarkan ulangan penetasan yang terjadi 1 minggu sekali dan juga telah dipisahkan berdasarkan jenis ayam (persilangan ayam sentul-kampung x ayam kedu dan resiprokalnya). Vitachick diberikan pada saat ayam berumur 0 – 7 hari dan saat setelah selesai dilakukan pengukuran. Saat umur ayam 5 minggu, ayam dipisahkan berdasarkan jenis kelamin dan setiap jenis ayam ditempatkan dalam kandang bambu. Pemberian Pakan Pakan dan air minum diberikan secara ad libitum pada pagi dan sore hari. Pakan komersial (crumble) diberikan pada anak ayam umur sehari (DOC) sampai 3 minggu, selanjutnya dari 4 - 12 minggu diberi campuran dedak dengan komposisi sebagai berikut : Ayam berumur 3 - 4 minggu = 80% crumble dicampur dengan 20% dedak
5 Ayam berumur 4 - 5 minggu= 70% crumble dicampur dengan 30% dedak Ayam berumur 5 - 12 minggu = 60% crumble dicampur dengan 40% dedak Analisis proksimat pakan ditunjukan pada Tabel 2.
Analisis
BK (%) Abu (%) PK (%) SK (%) LK (%) Beta- N (%) Kalsium (%) Fosfor (%) GE (kkal kg-1) EM(kkal kg1 )***
Tabel 2 Analisis proksimat pakan Pakan Pakan Pakan komersial komersial komersial (80%) + (70%) + (100%)* dedak padi dedak padi (20%)** (30%)** 88 88.23 87.96 8 5.06 5.51 20 – 22 19.03 18.77 4 5.19 6.25 4-8 5.98 2.66 52.97 54.57 0.9 – 1.2 1.39 1.34 0.7 – 1.0 0.89 0.75 4 080 3 989 -
2 856
2 792.3
Pakan komersial (60%) + dedak padi (40%)** 87.96 5.33 17.42 6.61 6.46 52.14 1.13 0.79 4 002 2 801.4
Keterangan : *) Label analisis pakan **) Analisis pakan dari Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, Bagian Teknologi dan Industri Pakan Fapet, IPB (2015); ***) hasil perhitungan dari gross energi
Analisa Data Data dianalisis secara deskriptif dengan mengetahui rataan (x) dan simpangan baku (s). Uji T dilakukan untuk mengetahui perbedaan morfometrik ayam persilangan sentul-kampung dengan kedu serta kedu dengan sentulkampung. Rumus uji T menurut Walpole (1993) sebagai berikut :
Keterangan: ̅ = rataan sampel 1 ̅ = rataan sampel 2 µ1 = rataan populasi 1 µ2 = rataan populasi 2
s1 = simpangan baku 1 s2 = simpangan baku 2 n1 = jumlah sampel 1 n2 = jumlah sampel 2
Peubah yang Diamati Peubah yang diukur sejak ayam berumur sehari (DOC) sampai ayam berumur 12 minggu dan diukur setiap dua minggu sekali yaitu : 1. Bobot badan diukur menggunakan timbangan digital dengan ketelitian 0.5g (satuan g) 2. Rentang sayap¸ diukur dari sayap bagian kanan mulai pangkal tulang humerus sampai ujung tulang phalanges dengan pita ukur (satuan cm).
6 3. Panjang punggung, dengan mengukur panjang punggung menggunakan pita ukur (satuan cm). 4. Panjang dada, dengan mengukur panjang tulang sternum menggunakan jangka sorong (satuan cm). 5. Panjang shank, dengan mengukur panjang tulang shank bagian kanan menggunakan jangka sorong (satuan cm). 6. Panjang tibia, dengan mengukur panjang tulang tibia/betis menggunakan jangka sorong (satuan cm). 7. Panjang femur, dengan mengukur panjang tulang femur/paha menggunakan jangka sorong (satuan cm). 8. Lingkar dada, diukur melingkar dari ujung tulang sternum dan kembali ke tulang sternum semula menggunakan pita ukur (satuan cm). Pada persilangan ayam ini diharapkan memunculkan efek heterosis. Untuk mengetahui terjadinya heterosis perlu dilakukan perhitungan menggunakan rumus heterosis. Efek heterosis dihitung dengan rumus menurut Poehlman dan Sleeper (1995) sebagai berikut: H = (F1- MP)/MP x 100% Keterangan: H = Heterosis F1 = Nilai peubah yang diukur untuk F1 MP = Nilai rata-rata peubah yang diukur dari kedua tetua
Bagian – bagian tubuh ayam diukur menggunakan jangka sorong dan pita ukur, bagian – bagian yang diamati ditunjukan pada gambar 3.
Keterangan : 1= rentang sayap; 2 = panjang punggung; 3= panjang tibia; 4= panjang femur; 5= panjang shank; 6= panjang dada; 7= lingkar dada (Waggoner dan Hutchinson 2001)
Gambar 3. Bagian – bagian tubuh ayam yang diukur
7
HASIL DAN PEMBAHASAN Ukuran – Ukuran Tubuh Ukuran-ukuran tubuh dapat juga digunakan untuk mengetahui morfogenetik dari jenis ternak tertentu dalam populasi yang tersebar luas antar wilayah atau negara. Hasil yang didapat akan menggambarkan hubungan morfogenetik dan memberikan gambaran bentuk tubuh hewan sebagai ciri khas bangsa ternak tertentu (Mulliadi 1996). Beberapa sifat kuantitatif yang dapat diukur yang berpengaruh terhadap produktivitas yaitu bobot badan, panjang femur, panjang shank, panjang sayap, panjang paha, lingkar shank dan lingkar dada (Crawford 1990). Bobot Badan Bobot badan suatu ayam dipengaruhi oleh ukuran tubuh. Pengukuran bobot badan ayam SKkedu dan keduSK diperlihatkan pada Tabel 3. Tabel 3 Rataan dan simpangan baku bobot badan ayam SKkedu dan keduSK umur 0 – 12 minggu Bobot Badan (g) SKkedu jantan keduSK jantan SKkedu betina keduSK betina (n=8) (n=22) (n=10) (n=7) 0 30.06± 8.76 33.43± 9.29 29.88± 6.73 37.14± 12.31 2 90.25± 23.58 100.57± 31.28 94.88± 22.21a 118.36± 29.18b 4 234.38± 55.59 261.28± 61.80 228.88± 56.61 269.79± 71.28 6 399.75± 90.62 433.32± 78.47 386.19± 85.99 445.93± 95.46 8 640.13±143.83 674.21±170.26 609.94±126.27 695.71±119.99 10 847.25±174.14 914.02±203.11 802.94±171.30 910.07±152.63 12 1 079.88±191.47 1 198.03±236.41 975.94±181.94 1 089.00±126.13 Keterangan: SKkedu= sentul kampung x kedu; keduSK= kedu x sentul kampung; Angka yang disertai huruf a dan b pada baris dan umur yang sama menunjukkan bahwa ukuran tubuh berbeda (P<0.05). Umur minggu
Berdasarkan penelitian pada Tabel 3 rataan bobot badan ayam SKkedu dan keduSK jantan adalah sama dari umur 0 hingga umur 12 minggu. Rataan bobot badan ayam SKkedu dan keduSK jantan pada umur 12 minggu adalah 1 079.88±191.47 g dan 1 198.03±236.41 g. Rataan bobot badan ayam ini masih lebih berat dibandingkan rataan bobot badan tetuanya yaitu ayam SK (Setul Kampung) jantan yang dipelihara secara intensif pada umur yang sama yaitu 1 009 g (Sopian 2014) dan lebih besar dari ayam kampung jantan pada umur 12 minggu yaitu 579 g (Moniharapon 1997), serta lebih berat pula dari ayam sentul dan ayam kedu yang berdasarkan penelitian Kurnia (2011) rataan bobot badan ayam sentul, kampung dan kedu jantan pada umur 12 minggu secara berturut – turut adalah 532.1±84.78 g, 629.3±92.74 g dan 509±1.00 g. Perbandingan untuk ayam SKkedu dan keduSK betina berbeda pada umur 2 minggu, namun minggu berikutnya hingga 12 minggu bobot badan antara SKkedu dan keduSK sama. Rataan bobot badan ayam SKkedu dan keduSK betina pada umur 12 minggu adalah 975.94±181.94 g dan 1 089.00±126.13 g yang keduanya lebih berat dibandingkan rataan bobot badan ayam SK betina yang dipelihara
8 secara intensif pada umur yang sama yaitu 823 g (Sopian 2014) dan ayam kampung betina yaitu 477.5 g (Moniharapon 1997), serta lebih berat pula dari rataan bobot badan ayam sentul, kampung, dan kedu betina pada umur 12 minggu yang dipelihara secara intensif berturut – turut adalah 459.2±53.19 g, 538.3±123.5 g dan 514±61.30 g (Kurnia 2011). Berdasarkan penelitian ini diketahui bahwa hasil persilangan dari ketiga jenis ayam yaitu, sentul, kampung, dan kedu mendapatkan hasil bobot badan yang lebih besar dibandingkan tetuanya. Laju pertumbumbuhan bobot badan ayam SKkedu dan keduSK dapat dilihat pada Gambar 4. 1200
Bobot Badan (g)
1200
1198.03 1079.88
1000
1009
800 600
509
400 200 0 0 2 4 6 8 10 12 Minggu Ke-
SKkedu Jantan KeduSK Jantan SK Jantan Kedu Jantan
1089 1000 Bobot Badan (g)
1400
975.94
800
823
600
514
400 200 0 0 2 4 6 8 10 12 Minggu Ke-
SKkedu Betina KeduSK Betina SK Betina Kedu Betina
Jantan Betina Gambar 4 Laju pertumbuhan ayam SKkedu dan keduSK Perbedaan rataan bobot badan dari jantan dan betina dikarenakan adanya perbedaan hormon dalam tubuhnya. Hormon androgen pada jantan dapat menggertak pertumbuhan, sehingga ukuran ayam jantan lebih besar dari betina. Frandson (1992) menyatakan bahwa testosteron mengakibatkan anabolisme protein dan pertumbuhan tulang yang besar. Testosteron sebagai steroid dari androgen mengakibatkan pertumbuhan yang lebih cepat pada ternak jantan dibandingkan dengan ternak betina. Hormon testosteron dengan dosis rendah akan meningkatkan pelebaran dari epiphysis tulang dan membantu hormon pertumbuhan, sedangkan hormon estrogen berpengaruh sebagai penghambat pertumbuhan kerangka (Herren 2000). Penyebab terjadinya perbedaan bobot ayam hasil penelitian dibandingkan tetuanya adalah genetik dari ayam, kualitas pakan dan lingkungan sekitar. Soeparno (1994) menyatakan bahwa faktor genetik dan lingkungan mempengaruhi laju pertumbuhan. Panjang Shank Shank pada ayam berfungsi sebagai penopang seluruh tubuh. Semakin bertambahnya umur ayam maka panjang shank juga semakin panjang seperti yang dapat dilihat pada Tabel 4.
9 Tabel 4 Rataan dan simpangan baku panjang shank ayam SKkedu dan keduSK Umur minggu
Panjang Shank (cm) keduSK jantan SKkedu betina (n=22) (n=10)
SKkedu jantan (n=8)
keduSK betina (n=7)
2 2.66±0.33 2.83±0.33 2.66±0.29 2.78±0.44 4 3.54±0.44 3.78±0.44 3.62±0.55 3.62±0.52 6 4.90±0.55 4.93±0.55 4.66±0.45 4.45±0.59 8 5.52±0.53 5.78±0.65 5.65±0.64 5.66±0.71 10 6.41±0.44 6.76±0.57 6.43±0.76 6.39±0.47 12 7.41±0.60 7.77±0.85 7.15±0.70 7.05±0.83 Keterangan: SKkedu = sentul kampung x kedu; keduSK = kedu x sentul kampung
Panjang shank dan ukuran tubuh lainnya pada ayam SKkedu dan keduSK mulai diukur pada umur 2 minggu hingga 12 minggu, Berdasarkan analisis uji T, perbandingan antara ayam SKkedu dan keduSK jantan adalah sama dari pertama dilakukan pengukuran yaitu umur 2 minggu hingga umur 12 minggu. Panjang shank ayam jantan SKkedu dan keduSK pada umur 12 minggu tumbuh mencapai 7.41±0.60 cm dan 7.77±0.85 cm. Menurut Kurnia (2011) panjang shank ayam sentul, kampung, dan kedu jantan pada umur 12 minggu secara berturut – turut yaitu 76.51±3.06 mm; 81.56±2.90 mm dan 77.15±1.00 mm, berarti ayam SKkedu dan keduSK jantan tidak berbeda dibandingkan ketiga ayam tetuanya tersebut. Rataan panjang shank SKkedu dan keduSK betina pada umur 12 minggu tumbuh mencapai 7.15±0.70 cm dan 7.05±0.83 cm. Menurut Kurnia (2011) panjang shank ayam sentul, kampung, dan kedu betina yang dipelihara secara intensif berturut – turut adalah 71.98±4.00 mm; 73.19±5.70 mm dan 73.51±4.20 mm. Berarti jika dibandingkan dengan ketiga ayam tetuanya tersebut panjang shank ayam SKkedu dan keduSK betina masih sedikit lebih kecil dibandingkan ketiganya. Laju pertumbuhan shank ayam SKkedu dan keduSK ditunjukan pada Gambar 5
8 Panjang Shank (cm)
7
8.15 7.77 7.71 7.65 7.41
8 7
6 5 4 3 2 1 0 2 4 6 8 10 12 Minggu Ke-
SKkedu Jantan KeduSK Jantan Sentul Jantan Kampung Jantan Kedu Jantan
Panjang Shank (cm)
9
6
7.35 7.32 7.19 7.15 7.05
5 4 3 2 1 0 2 4 6 8 10 12 Minggu Ke-
Jantan Betina Gambar 5 Laju Pertumbuhan shank ayam SKkedu dan keduSK
SKkedu Betina KeduSK Betina Sentul Betina Kampung Betina Kedu Betina
10 Panjang shank ayam jantan SKkedu dan keduSK rataan pertumbuhannya masih lebih tinggi dibandingkan panjang shank betinanya. Menurut Mufti (2003) selain umur ternak, laju pertumbuhan tulang antara ayam jantan dan betina berbeda. Ternak jantan pada umur yang sama, lebih cepat tumbuh dibandingkan ternak betina, karena pada jantan ditemukan testosteron sebagai suatu steroid androgen yang merupakan hormon pengatur pertumbuhan. Androgen berfungsi sebagai pengatur stimulan pertumbuhan yang dihasilkan oleh sel-sel interstitial dan kelenjar adrenal. Salah satu dari steroid androgen adalah testosteron yang dihasilkan oleh testis. Sekresi testosteron yang tinggi pada jantan menyebabkan sekresi androgen menjadi tinggi pula, sehingga pertumbuhan ternak jantan lebih cepat dibandingkan dengan betina terutama setelah pemunculan sifat-sifat kelamin sekunder (Soeparno 1992). Frandson (1992) menyatakan bahwa testosteron mengakibatkan anabolisme protein dan pertumbuhan tulang yang besar dan tebal.
Panjang Tibia Tibia berfungsi sebagai penopang seluruh tubuh bersama dengan shank dan femur pada ayam. Rataan pertumbuhan panjang tibia ayam SKkedu dan keduSK jantan dan betina ditunjukkan pada Tabel 5. Tabel 5 Rataan dan simpangan baku panjang tibia ayam SKkedu dan keduSK Umur minggu
SKkedu jantan (n=8)
Panjang Tibia (cm) keduSK jantan SKkedu betina (n=22) (n=10)
keduSK betina (n=7)
2 4.36±0.55 4.42±0.51 4.28±0.51 4.60±0.74 4 5.60±0.67 5.84±0.56 5.70±0.82 5.44±1.19 6 7.28±1.09 7.76±0.82 7.18±1.02 7.35±0.84 8 8.91±0.86 9.19±0.75 9.09±0.99 9.15±1.09 10 10.47±0.85 10.66±0.91 10.53±0.84 10.36±1.22 12 11.70±0.82 12.11±0.91 11.66±0.95 11.19±1.48 Keterangan: SKkedu = sentul-kampung x kedu; keduSK = kedu x sentul-kampung
Berdasarkan hasil penelitian pada Tabel 5 menunjukan rataan panjang tibia SKkedu dan keduSK jantan pada umur 2 minggu hingga 12 minggu adalah sama. Panjang tibia ayam SKkedu dan keduSK pada umur 12 minggu mencapai 11.70±0.82 cm dan 12.11±0.91 cm. Rataan panjang tibia ayam SKkedu dan keduSK jantan lebih besar dibandingkan panjang tibia ayam kampung jantan yang dipelihara secara intensif pada umur 12 minggu mencapai 10.21 cm (Moniharapon 1997). Menurut Iskandar (2005) panjang tibia ayam sentul jantan yang telah dewasa adalah 15 cm, sedangkan perbandingan panjang tibia SKkedu dan keduSK betina yang ditunjukan pada Tabel 5 adalah sama pada umur 2 minggu hingga 12 minggu. Umur 12 minggu panjang tibia ayam SKkedu dan keduSK betina tumbuh mencapai 11.66±0.95 cm dan 11.19±1.48 cm. Panjang tibia ayam SKkedu dan keduSK betina lebih panjang jika dibandingkan dengan panjang tibia ayam kampung pada umur 12 minggu yang dipelihara secara intensif yaitu 8.10 cm (Moniharapon 1997). Sedikit lebih kecil jika dibandingkan dengan panjang tibia ayam sentul betina dewasa yaitu 11.7 cm (Iskandar et al. 2005). Laju pertumbuhan tibia ayam SKkedu dan keduSK ditunjukan pada Gambar 6.
11 16
14 15
14
12 10
11.7 10
11.7
11.19
10.21
Panjang Tibia (cm)
12 Panjang Tibia (cm)
11.66
12.11
8
8
8.1
6
6 4 2 0 2
6
10 14 18 22 Minggu Ke-
SKkedu Jantan KeduSK Jantan Kampung Jantan Sentul Dewasa
4 2 0 2
6
10 14 18 22 Minggu Ke-
SKkedu Betina KeduSK Betina Kampung Betina Sentul Dewasa
Jantan Betina Gambar 6 Laju pertumbuhan tibia ayam SKkedu dan keduSK Berdasarkan grafik tersebut laju pertumbuhan panjang tibia ayam SKkedu dan keduSK baik jantan maupun betina adalah sama dibandingkan antar sesama jenis kelaminnya. Menurut Mufti (2003) selain umur ternak, laju pertumbuhan tulang antara ayam jantan dan betina berbeda. Hal ini disebabkan perbedaan hormonal antara jantan dan betina. Panjang Femur Femur berfungsi sebagai penopang seluruh tubuh yang bekerja secara bersama – sama dengan tibia dan shank. Rataan panjang shank ayam SKkedu dan keduSk pada umur 2 hingga 12 minggu ditunjukan pada Tabel 6. Tabel 6 Rataan dan simpangan baku panjang femur ayam SKkedu dan keduSK Umur minggu
SKkedu jantan (n=8)
Panjang Femur (cm) keduSK jantan SKkedu betina (n=22) (n=10)
keduSK betina (n=7)
2 3.24±0.39 3.40±0.38 3.31±0.35 3.49±0.50 4 4.33±0.40 4.59±0.44 4.39±0.66 4.50±0.78 6 5.58±0.46 5.78±0.53 5.58±0.65 5.66±0.71 8 6.53±0.44 6.83±0.66 6.96±0.86 6.67±0.71 10 7.53±0.49 7.81±0.72 7.93±0.68 7.57±0.55 12 8.34±0.65 8.66±0.86 8.39±0.96 8.48±0.66 Keterangan: SKkedu = sentul kampung x kedu; keduSK: kedu x sentul kampung
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 6, rataan panjang femur SKkedu dan keduSK jantan adalah sama pada umur 2 minggu hingga 12 minggu. Umur 12 minggu rataan panjang femur ayam SKkedu dan keduSK jantan adalah 8.34±0.65
12 cm dan 8.66±0.86 cm. Rataan panjang femur ayam SKkedu dan keduSK jantan lebih besar jika dibandingkan dengan panjang femur ayam kampung jantan yang dipelihara secara intensif pada umur pada umur 12 minggu yaitu 7.32±0.86 cm (Moniharapon 1997), namun masih lebih pendek jika dibandingkan dengan panjang femur ayam sentul dewasa yaitu 13 cm (Iskandar et al. 2005). Rataan panjang femur antara SKkedu dan keduSK betina adalah sama pada umur 2 minggu hingga umur 12 minggu. Umur 12 minggu rataan panjang femur ayam SKkedu dan keduSK adalah 8.34±0.65 cm dan 8.48±0.66 cm. Rataan panjang femur ayam SKkedu dan keduSK betina pada umur 12 minggu lebih panjang dibandingkan dengan rataan panjang femur ayam kampung betina umur 12 minggu yang dipelihara secara intensif yaitu 6.48±0.77cm (Moniharapon 1997). Namun masih lebih pendek jika dibandingkan dengan panjang femur ayam sentul betina dewasa yaitu 10.5 cm (Iskandar et al. 2005). Laju pertumbuhan panjang femur ayam SKkedu dan keduSK jantan maupun betina ditunjukan pada Gambar 7. Laju pertumbuhan ayam SKkedu dan keduSK jantan maupun betina adalah sama, jadi pertumbuhan panjang femur ayam SKkedu dan keduSK jantan maupun betina panjang femurnya seragam. 12 14 13
10.5
10
12
Panjang Femur (cm)
8.48 8
Panjang Femur (cm)
10 8.66 8.34
8
8.39 6.48
6
7.32 6
4
4 2 0 2
6
10 14 18 22 Minggu Ke-
SKkedu Jantan KeduSK Jantan Kampung Jantan Sentul Dewasa
2
0 2
6
10 14 18 22 Minggu Ke-
SKkedu Betina KeduSK Betina Kampung Betina Sentul Dewasa
Jantan Betina Gambar 7 Laju pertumbuhan femur ayam SKkedu dan keduSK Rentang Sayap Sayap pada ayam petelur berfungsi untuk membantu mengerami telur, semakin panjang sayap maka telur yang dapat dierami semakin banyak pula. Rataan panjang rentang sayap ayam SKkedu dan keduSK diperlihatkan pada Tabel 7.
13 Tabel 7 Rataan dan simpangan baku rentang sayap ayam SKkedu dan keduSK Umur minggu
SKkedu jantan (n=8)
Rentang Sayap (cm) keduSK jantan SKkedu betina (n=22) (n=10)
keduSK betina (n=7)
2 7.19±1.17 7.61±1.18 7.53±0.92 7.50±1.31 4 9.59±0.90 9.99±1.02 10.02±1.22 10.18±1.77 6 12.33±0.88 13.04±1.26 12.22±1.20 12.31±1.64 8 14.63±1.21 15.21±1.59 15.11±1.49 14.46±1.25 10 16.16±1.01a 17.44±1.31b 16.46±1.51 16.50±1.34 12 18.39±1.20 18.98±1.63 17.96±1.48 18.06±1.62 Keterangan: SKkedu= sentul kampung x kedu; keduSK= kedu x sentul kampung; Angka yang disertai huruf a dan b pada baris dan umur yang sama menunjukkan bahwa ukuran tubuh berbeda (P<0.05).
Rentang sayap SKkedu dan keduSK jantan pada umur 2 minggu hingga 8 minggu dan pada umur 12 minggu adalah sama hanya pada umur 10 minggu antara ayam SKkedu dan keduSK jantan berbeda nyata. Rataan rentang sayap ayam SKkedu dan keduSK pada umur 12 minggu adalah 18.39±1.20 cm dan 18.98±1.63 cm. Rataan rentang sayap ayam SKkedu dan keduSK jantan lebih pendek jika dibandingkan rataan rentang sayap ayam kampung jantan dewasa yaitu 227.24 mm (Nishida et al. 1980), dan juga lebih pendek dari rentang sayap ayam sentul dewasa yaitu 26 cm (Iskandar et al 2005). Rentang sayap ayam SKkedu dan keduSK betina umur 12 minggu adalah 17.96±1.48 cm dan 18.06±1.62 cm. Rataan rentang sayap ayam SKkedu dan keduSK betina lebih pendek dibandingkan dengan rataan rentang sayap ayam kampung betina dewasa yaitu 197.22 mm (Nishida et al. 1980), dan juga lebih pendek dibandingkan rentang sayap ayam sentul betina dewasa yaitu 20 cm (Iskandar et al. 2005) Rentang sayap ayam SKkedu dan keduSK jantan maupun betina lebih pendek daripada rentang sayap ayam kampung pada umur yang sama. Laju pertumbuhan rentang sayap ayam SKkedu dan keduSK dapat dilihat pada Gambar 8. 25
30 26
20
22.72 18.98
Rentang Sayap (cm)
20
18.39
15 10 5 0 2
6 10 14 18 22 Minggu Ke-
SKkedu Jantan KeduSK Jantan Kampung Dewasa Sentul Dewasa
Rentang Sayap (cm)
25
18.06 17.96
20 19.72
15
10
5
0 2
6 10 14 18 22 Minggu Ke-
SKkedu Betina KeduSK Betina Kampung Dewasa Sentul Dewasa
Jantan Betina Gambar 8 Laju pertumbuhan rentang sayap ayam SKkedu dan keduSK
14 Laju pertumbuhan rentang sayap pada ayam SKkedu dan keduSK baik jantan maupun betina adalah sama antara sesama jenis kelamin dari pertama kali dilakukan pengukuran yaitu umur 2 minggu hingga 12 minggu yang berarti ayam SKkedu dan keduSK rentang sayapnya seragam. Panjang Punggung Punggung adalah tempat melekatnya tulang belakang. Tulang belakang berfungsi untuk menopang dan menegakkan tubuh. Selain untuk menopang tubuh, punggung atau tulang belakang juga berfungsi sebagai tempat melekatnya otot, dengan kata lain semakin panjang punggung maka otot atau daging semakin banyak. Rataan dan simpangan baku panjang punggung dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8 Rataan dan simpangan baku panjang punggung ayam SKkedu dan keduSK Umur minggu
SKkedu jantan (n=8)
Panjang Punggung (cm) keduSK jantan SKkedu betina (n=22) (n=10)
keduSK betina (n=7)
2 5.46±0.78 5.92±1.22 5.52±0.80 5.92±0.65 4 7.29±0.81 7.79±1.34 7.43±0.95 7.38±1.04 6 8.64±0.77a 10.05±1.38b 9.76±1.40 9.79±0.94 8 11.05±1.30 11.44±1.34 12.41±2.88 10.99±0.99 10 12.53±1.28 13.18±1.39 13.10±1.65 12.34±1.59 12 13.96±0.89 15.13±1.60 14.58±1.91 13.93±1.78 Keterangan: SKkedu= sentul kampung x kedu; keduSK= kedu x sentul kampung; Angka yang disertai huruf a dan b pada baris dan umur yang sama menunjukkan bahwa ukuran tubuh berbeda (P<0.05).
Berdasarkan hasil penelitian yang ditunjukan pada Tabel 8, Panjang punggung ayam SKkedu dan keduSK jantan pada umur 2 minggu, 4 minggu, 8 minggu hingga 12 minggu adalah sama, hanya pada umur 6 minggu antara ayam SKkedu dan keduSK berbeda nyata. Rataan panjang punggung ayam SKkedu dan keduSK jantan pada umur 12 minggu adalah 13.96±0.89 cm dan 15.13±1.60 cm. Rataan panjang punggung ayam SKkedu dan keduSK jantan sedikit lebih panjang dibandingkan rataan panjang punggung ayam sentul, kampung dan kedu jantan yang dipelihara secara intensif pada umur 12 minggu yaitu secara berturut – turut 13.15±0.21cm; 13.20±0.26cm dan 13.35±0.23 cm (Kurnia 2011). Rataan panjang punggung antara ayam SKkedu dan keduSK betina pada umur 2 minggu hingga 12 minggu adalah sama (P>0.05). Rataan panjang punggung ayam SKkedu dan keduSK pada umur 12 minggu adalah 14.58±1.91 cm dan 13.93±1.78 cm. Panjang punggung ayam SKkedu dan keduSK betina sedikit lebih panjang dibandingkan rataan panjang punggung ayam sentul ,kampung, dan kedu betina pada umur 12 minggu yang dipelihara secara intensif berturut – turut adalah 12.84±0.30cm; 12.86±0.28cm; dan 13.06±0.23 cm (Kurnia 2011). Panjang punggung yang semakin panjang menandakan ukuran tubuhnya lebih panjang dan rangka tubuh untuk tempat melekatnya otot juga semakin besar sehingga bobot badan dapat lebih besar. Laju pertambahan panjang punggung pada ayam SKkedu dan keduSK diperlihatkan pada Gambar 9.
15 15.13 13.96 13.35 13.2 13.15
Panjang Punggung (cm)
14 12
16
10 8 6 4 2 0 2 4 6 8 10 12 Minggu Ke-
14.58 13.93 13.06 12.86 12.84
14
SKkedu Jantan KeduSK Jantan Sentul Jantan Kampung Jantan Kedu Jantan
Panjang Punggung(cm)
16
12 10 8 6 4 2 0 2 4 6 8 10 12 Minggu Ke-
SKkedu Betina KeduSK Betina Sentul Betina Kampung Betina Kedu Betina
Jantan Betina Gambar 9 Laju pertambahan panjang punggung ayam SKkedu dan keduSK Laju pertambahan panjang punggung SKkedu dan keduSK baik jantan maupun betina berdasarkan Uji T yang dilakukan antara SKkedu dan keduSK jantan maupun betina menunjukan keduanya adalah sama yang berarti SKkedu dan keduSK ukuran panjang punggungnya seragam. Panjang Dada Pengukuran panjang dada sangant penting karena dada merupakan tempat melekatnya otot yang paling banyak. Rataan dan simpangan baku panjang dada ayam SKkedu dan keduSK diperlihatkan pada Tabel 9. Tabel 9 Rataan dan simpangan baku panjang dada ayam SKkedu dan keduSK Umur minggu
SKkedu jantan (n=8)
Panjang Dada (cm) keduSK jantan SKkedu betina (n=22) (n=10)
keduSK betina (n=7)
2 3.11±0.47 3.37±0.61 3.30±0.46 3.58±0.60 4 4.04±0.63 4.54±0.54 4.45±0.70 4.84±0.75 6 5.83±0.62 6.43±0.80 5.98±0.62 6.14±0.49 8 6.96±0.62 7.14±0.67 7.15±0.69 7.23±0.59 10 7.80±0.50 8.03±0.70 7.84±0.77 7.87±0.47 12 8.65±0.61 8.80±0.79 8.39±0.88 8.83±0.71 Keterangan: SKkedu= sentul kampung x kedu; keduSK= kedu x sentul kampung
Berdasarkan hasil penelitian yang terdapat pada Tabel 9, rataan panjang dada ayam SKkedu dan keduSK jantan pada umur 2 minggu hingga 12 minggu adalah sama. Rataan panjang dada ayam SKkedu dan keduSK jantan pada umur 12 minggu adalah 8.65±0.61 cm dan 8.80±0.79 cm. Panjang dada ayam SKkedu dan keduSK masih dapat tumbuh hingga ayam tersebut mencapai usia dewasa kelamin yaitu sekitar 22 minggu, namun pertumbuhannya akan berlangsung lebih
16 lambat dibandingkan pertumbuhan dari 0 hingga 12 minggu seperti pendapat Jull (1979) bahwa rataan pertumbuhan tulang pada unggas cenderung mengalami kenaikan pada umur 4 -12 minggu kemudian mulai mengalami penurunan laju pertumbuhan tulang pada umur 12-22 minggu. Jika panjang dada ayam SKkedu dan keduSK jantan dibandingkan dengan panjang dada ayam sentul dan kampung dewasa yaitu 13.5 cm (Iskandar et al. 2005) dan 13.08±1.03 cm (Candrawati 2007) maka terlihat lebih kecil nilainya. Rataan panjang dada ayam SKkedu dan keduSK betina pada umur 12 minggu adalah 8.39±0.88cm dan 8.83±0.71 cm. Sama seperti ayam jantan SKkedu dan keduSK, Panjang dada ayam SKkedu dan keduSK betina masih dapat tumbuh hingga ayam tersebut mencapai usia dewasa yaitu lebih dari 22 minggu, namun pertumbuhannya akan berlangsung lebih lambat dibandingkan pertumbuhan dari 0 hingga 12 minggu. Jika panjang dada ayam SKkedu dan keduSK betina dibandingkan dengan panjang dada ayam sentul dan kampung dewasa yaitu 11.5 cm (Iskandar et al. 2005) dan 10.51±0.81 cm (Candrawati 2007) maka akan lebih kecil nilainya. Laju pertambahan panjang dada ayam SKkedu dan keduSK ditunjukkan pada Gambar 10. 14
16 14
13.5 13.08
11.5 10.5
10
10 8.8 8.65
8 6 4 2 0 2
6
10 14 18 22 Minggu Ke-
SKkedu Jantan KeduSK Jantan Sentul Dewasa Kampung Dewasa
Panjang Dad a(cm)
Panjang Dada (cm)
12
12
8.83 8.39
8 6 4 2 0 2
6 10 14 18 22 Minggu Ke-
SKkedu Betina KeduSK Betina Sentul Dewasa Kampung Dewasa
Jantan Betina Gambar 10 Laju pertumbuhan panjang dada ayam SKkedu da keduSK Berdasarkan analisis Uji T, laju pertambahan panjang dada ayam SKkedu dan keduSK jantan maupun betina adalah sama, yang berarti baik jantan maupun betina antara ayam SKkedu dan keduSK ukuran panjang dadanya seragam. Lingkar Dada Pengukuran lingkar dada sangat penting karena dada sebagai tempat melekatnya otot paling banyak dibandingakan bagian tubuh yang lain. Rataan dan simpangan baku panjang lingkar dada ayam SKkedu dan keduSK ditunjukan pada Tabel 10.
17 Tabel 10 Rataan dan simpangan baku lingkar dada ayam SKkedu dan keduSK Umur minggu
SKkedu jantan (n=8)
Lingkar Dada (cm) keduSK jantan SKkedu betina (n=22) (n=10)
keduSK betina (n=7)
2 9.40±0.94 9.83±1.12 9.53±1.21 10.50±1.06 4 12.23±1.19 12.73±0.96 12.50±1.32 13.14±1.83 6 15.75±2.14 16.61±1.45 16.23±1.99 16.33±1.37 8 18.76±1.66 19.54±1.83 19.00±2.28 18.64±1.62 10 21.33±1.39 21.75±1.61 21.59±1.95 20.83±1.81 12 22.74±1.56 24.16±1.98 23.22±2.03 23.84±2.04 Keterangan: SKkedu = sentul kampung x kedu; keduSK= kedu x sentul kampung
Berdasarkan hasil penelitian yang terdapat pada Tabel 10, rataan lingkar dada antara ayam SKkedu dan keduSK jantan pada umur 2 minggu hingga 12 minggu adalah sama. Rataan lingkar dada ayam SKkedu dan keduSK jantan pada umur 12 minggu adalah 22.74±1.56 cm dan 24.16±1.98 cm. Rataan lingkar ada ayam SKkedu dan keduSK jantan lebih besar jika dibandingkan rataan lingkar dada ayam sentul, kampung dan kedu jantan pada umur 12 minggu yang dipelihara secara intensif berturut – turut yaitu 20.76±0.8 cm; 21.23±1.7 cm dan 21.75±0.5 cm (Kurnia 2011). Rataan lingkar dada ayam SKkedu dan keduSK betina pada umur 2 minggu hingga 12 minggu adalah sama. Rataan lingkar dada ayam SKkedu dan keduSK betina pada umur 12 minggu adalah 23.22±2.03 cm dan 23.84±2.04 cm. Rataan lingkar dada ayam SKkedu dan keduSK betina lebih besar dibandingkan ayam sentul, kampung, dan kedu betina pada umur yang sama yaitu secara berturut – turut adalah 19.66±0.30 cm; 20.39±1.6 cm dan 20.85±0.5 cm (Kurnia 2011). Laju pertumbuhan lingkar dada pada ayam SKkedu dan keduSK ditunjukan pada Gambar 11. Berdasarkan analisis uji T, laju pertumbuhan lingkar dada ayam SKkedu dan keduSK jantan maupun betina adalah sama yang berarti jantan maupun betina antara ayam SKkedu maupun keduSK ukuran lingkar dadanya seragam. 30
30 24.16 22.74 21.75 21.23 20.76
20
23.84 23.22 20.85 20.39 19.66
25 Lingkar dada (cm)
Lingkar Dada (cm)
25
20 15
15 10 5 0 2 4 6 8 10 12 Minggu Ke-
SKkedu Jantan KeduSK Jantan Sentul Jantan Kampung Jantan Kedu Jantan
10 5 0 2 4 6 8 10 12 Minggu Ke-
SKkedu Betina KeduSK Betina Sentul Betina Kampung Betina Kedu Betina
Jantan Betina Gambar 11 Laju pertumbuhan lingkar dada ayam SKkedu dan keduSK
18 Heterosis Berdasarkan bobot badan ayam SKkedu dan KeduSK lebih besar dibandingkan dengan ayam SK maupun Kedu seperti yang diperlihatkan pada Tabel 3. Hal ini seperti yang diharapkan bahwa hasil dari persilangan akan memunculkan efek heterosis. Efek heterosis adalah efek yang ditimbulkan akibat terjadinya persilangan yang menyebabkan sifat – sifat baik yang ada pada masing – masing jenis ayam tetuanya muncul pada anakan hasil persilangan tersebut. Berikut ini adalah nilai dari hasil perhitungan menggunakan rumus heterosis yang ditunjukkan pada Tabel 11 Tabel 11 Nilai heterosis ayam SKkedu dan keduSK dibandingkan ayam SK dan Kedu SK Jantan x Kedu Betina Kedu Jantan x SK Betina SKkedu Jantan SKkedu Betina KeduSK Jantan KeduSK Betina (%) (%) (%) (%) Bobot Badan 41.80 28.16 79.88 63.51 Keterangan: SK = sentul kampung; SKkedu = sentul kampung x kedu; keduSK = kedu x sentul kampung Heterosis (%)
Berdasarakan hasil perhitungan mengunakan rumus heterosis yang ditunjukan pada Tabel 11, efek heterosis yang terjadi pada ayam SKkedu jantan adalah 41.80% dibandingkan rataan ayam SK jantan dan kedu betina, dan ayam SKkedu betina adalah 28.16% dibandingkan rataan tetuannya. Hal ini berarti ayam SKkedu jantan dan betina terjadi efek heterosis karena keduannya memiliki bobot badan yang lebih besar dibandingkan rataan tetuannya. Heterosis menurut Noor (1996), dikatakan ada jika rataan performa ternak hasil persilangan melebihi rataan tetua yang pruebreed. Gen dapat bersifat aditif dengan masing – masing gen ‘plus’ menambah jumlah tertentu pada suatu sifat (Warwick et al 1995). Sedangkan ayam KeduSK jantan dan betina secara berturut – turut adalah 79.88% dan 63.51%. Nilai heterosis ayam keduSK lebih besar dibandingkan ayam SKkedu, yang berarti bobot badan ayam keduSK terhadap rataan tetuanya jauh lebih besar dibandingkan bobot badan ayam SKkedu terhadap rataan tetuanya.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan Semua peubah pada penelitian ini yaitu bobot badan, panjang shank, panjang tibia, panjang femur, panjang punggung, panjang dada, lingkar dada dan rentang sayap ayam SKkedu dan keduSK pada umur 0 hingga 12 minggu adalah sama antara keduanya, namun jika dibandingkan dengan ayam tetuanya keduanya memiliki ukuran yang lebih besar. Penelitian ini juga menunjukan bahwa hasil persilangan ketiga jenis ayam memunculkan efek heterosis yang dapat dilihat dari
19 lebih besarnya bobot badan ayam SKkedu dan keduSK dibandingkan dengan tetuanya pada umur yang sama.
Saran Ayam yang digunakan dalam penelitian seharusnya dikandangkan per ekor agar ayam dapat tumbuh optimal tanpa ada pengaruh kompetisi dalam memakan pakan.
DAFTAR PUSTAKA [DPKH] Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian RI. 2012. Statistik Peternakan dan Kesehatan Hewan 2012. Jakarta (ID): Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian RI. Candrawati VY. 2007. Studi ukuran dan bentuk tubuh ayam kampung, ayam sentul, dan ayam wareng tanggerang melalui analisis komponen utama. [skripsi]. Bogor (ID) : Fakultas Peternakan.Institut Pertanian Bogor. Crawford RD. 1990. Poultry Breeding dan Genetics. Amsterdam (NL) : Elsevier Science Publishers. Frandson RD. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Terjemahan : B. Srigdanono dan K. Praseno. Ed ke-5. Yogyakarta (ID) : Gadjah Mada University Pr. Herren R. 2000. The Science of Animal Agriculture. 2nd ed.New York (US) : Delmar. Iskandar S, Setioko AR, Sopiana S, Saefudin Y, Suharto, Dirdjopratono W. 2004. Keberadaan dan karakter ayam pelung, kedu, dan sentul di lokasi asal. Seminar Nasional Klinik Teknologi Pertanian sebagai Basis Pertumbuhan Usaha Agribisnis Menuju Petani Nelayan Mandiri. Manado (ID). Hlm 1021-1033. Jull MA. 1977. Poultry Husbandry. Ed ke-3. New York (US): McGraw-Hill Book Company Inc. Kurnia Y. 2011. Morfometrik ayam sentul, kampung, dan kedu pada fase pertumbuhan dari umur 1 – 12 minggu. [skripsi]. Bogor (ID) : Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Moniharapon M. 1997. Studi sifat-sifat biologis ayam kampung, dan ayam gemba di Maluku sampai dewasa kelamin. [tesis]. Bogor (ID) :Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Mufti R.2003. Studi ukuran tubuh ayam kampung, ayam pelung dan persilangannya. [skripsi]. Bogor (ID) : Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Mulliadi D. 1996. Sifat Fenotipik domba Priangan di Kabupaten Pandeglang dan Garut. [disertasi]. Bogor (ID) : Program Studi Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor Nishida T, Nozawa K, Kondo K, Mansjoer SS, Martojo H. 1980. Morphological dan genetical studies on the Indonesian native fowls. The Origin dan
20 Phylogeny of Indonesian Native Livestock. The Research Group of Overseas Scientific Survey. Page : 78-83. Noor RR. 1996. Genetika Ternak. Jakarta (ID): Penebar Swadaya. Poehlman JM, Sleeper DA. 1995. Breeding Field Crops. Ed ke-4. New Delhi (IN). Panima Publishing Corporation. Sartika T, Iskandar S. 2007. Mengenal Plasma Nutfah Ayam Indonesia dan Pemanfaatannya. Bogor (ID): Balai Penelitian Ternak. Soeparno. 1992; 1994. Ilmu dan Teknologi Daging. Ed ke-1 dan Ed ke-2. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Pr. Sopian Y. 2014. Performa F1 antara ayam sentul x kampung dan ayam pelung x sentul pada umur 0 – 12 minggu [skripsi]. Bogor (ID) : Fakultas Peternakan IPB. Waggoner B, Hutchinson JB. 2001. Aves: more on morphology. http://www.ucmp.berkeley.edu/diapsids/birds/birdmm.html. [10 Desember 2014]. Walpole RE. 1995. Pengantar Statistika. Ed ke-3. Jakarta (ID): Gramedia Pustaka Utama. Warwick EJ, Astuti JM, Hardjosubroto WJ. 1995. Pemuliaan Ternak. Ed ke5.Yogyakarta (ID) : Gajah Mada University. Wilson LL, Roth HB, Zle JH, Sink JH. 1977. Bovine metacaral and metatarsal dimension: Sex effect, heritability estimates and relation to growth and carcass characteristics. J.Anim. Sci, 44: 932-938.
LAMPIRAN Perhitungan Heterosis: Bobot badan ayam SK jantan : 1 009 g Kedu jantan : 509 g SKkedu jantan: 1 079.88 g KeduSK jantan: 1 198.03 g
SK betina : 823 g Kedu betina : 514 g SKkedu betina: 975.94 g KeduSK betina: 1 089 g
Ayam SKkedu Jantan: H = (F1- MP)/MP x 100% = (1 079.88 – 761.5)/761.5 x 100% = 381.38/761.5 x 100% = 41.80%
Ayam SKkedu Betina: H = (F1- MP)/MP x 100% = (975.94 – 761.5)/761.5 x 100% = 214.44 /761.5 x 100% = 28.16%
Ayam KeduSK Jantan: H = (F1- MP)/MP x 100% = (1 198.03 – 666)/666 x 100% = 532.03/666 x 100% = 79.88%
Ayam KeduSK Betina: H = (F1- MP)/MP x 100% = (1 089 – 666)/666 x 100% = 423/666 x 100% = 63.51%
21
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di kota Cirebon, Jawa Barat pada tanggal 10 Juni 1991. Penulis merupakan anak ke-2 dari 4 bersaudara, dari pasangan Bapak Hardjito dan Ibu Purwasis. Penulis menamatkan pendidikan sekolah dasar di Sekolah Dasar Negeri 1 Braja Sakti, Way Jepara, Lampung Timur. Penulis kemudian melanjutkan pendidikan di SMPN 1 Way Jepara dan penulis menamatkan Sekolah menengah atas di SMAN 1 Way Jepara, Lampung Timur pada tahun 2009. Penulis kemudian melanjutkan pendidikan formal pada tahun 2011 di Institut Pertanian Bogor pada Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan. Selama mengikuti pendidikan di Fakultas Peternakan IPB, penulis pernak aktif di Himpunan Mahasiswa Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan (Himaproter) sebagai anggota di Club Unggas periode 2012 – 2013. Penulis juga aktif di Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Oryza sebagai anggota periode 2011 – 2014. Selain itu penulis juga pernah mengikuti Kejuaraan Nasional Softball di ITTelkom (Institut Teknologi Telkom) di Bandung, Jawa Barat pada tahun 2013 dan 2014. Pada tahun ajaran 2014 – 2015, penulis juga mendapatkan kesempatan menjadi asisten praktikum mata kuliah Hasil Ikutan Ternak.