PERFORMA PRODUKSI F1 ANTARA AYAM RAS PEDAGING × KAMPUNG DAN KAMPUNG × RAS PEDAGING PADA UMUR 0-12 MINGGU
ANANTA TITAN PRATIWANGGANA
DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Performa Produksi F1 antara Ayam Ras Pedaging × Kampung dan Kampung × Ras Pedaging pada Umur 0-12 Minggu adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diaju-kan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, April 2014 Ananta Titan Pratiwanggana NIM D14100075
ABSTRAK ANANTA TITAN PRATIWANGGANA. Performa Produksi F1 antara Ayam Ras Pedaging × Kampung dan Kampung × Ras Pedaging pada Umur 0-12 Minggu. Dibimbing oleh CECE SUMANTRI dan SRI DARWATI. Ayam kampung adalah ayam asli Indonesia yang potensial untuk dikembangkan sebagai ayam komersial. Kendala kurang minatnya peternak skala besar untuk beternak ayam kampung dikarenakan ayam kampung memiliki pertumbuhan lebih lambat untuk mencapai bobot potong dengan berat yang sama dibandingkan ayam ras pedaging. Oleh karena itu, performa ayam kampung perlu ditingkatkan melalui persilangan ayam kampung dengan ayam ras pedaging (broiler breeder) yang mempunyai pertumbuhan yang cepat. Tujuan dari penelitian ini untuk menganalisis pengaruh performa keturunan pertama (F1) dari persilangan ayam kampung dan ayam ras pedaging (KB) serta resiprokalnya (BK). Penelitian dilakukan pada F1 persilangan umur 0-12 minggu. T test digunakan untuk mengetahui perbedaan rataan bobot badan, pertambahan bobot badan, konsumsi pakan, dan konversi pakan. Berdasarkan hasil penelitian, performa ayam KB jantan dengan ayam BK jantan dan ayam KB betina dengan BK betina tidak berbeda nyata pada bobot badan, pertambahan bobot badan, konsumsi, dan konversi pakan. Persentase mortalitas ayam BK lebih tinggi daripada ayam KB walaupun jumlah kematiannya lebih redah. Performa ayam KB dan BK jantan lebih baik dibandingkan ayam KB dan BK betina. Persilangan resiprokal antara ayam kampung dengan ayam ras pedaging mempunyai performa yang lebih baik dibandingkan ayam kampung, sehingga persilangan ayam kampung dengan ayam ras pedaging meningkatkan kualitas genetik ayam kampung. Kata kunci: ayam BK, ayam KB, performa pertumbuhan, persilangan.
ABSTRACT ANANTA TITAN PRATIWANGGANA. Production Performance Between F1 Commercial Meat Type × Kampung Chicken and Kampung Chicken × Commercial Meat Type at 0-12 Weeks. Supervised by CECE SUMANTRI and SRI DARWATI. Kampung chicken is Indonesian native chicken that potential to be developed as commercial chicken. The large-scale breeders less interest to breed kampung chicken because it has slow growth to reach slaughter weight than commercial meat type. Therefore, kampung chicken’s performance need to be improved by crossing with commercial meat type that has fast growth. This research purposed to observed the effect performance of first generation (F1) from kampung chicken crossing with commercial meat type (KB) and their reciprocal (BK). Research conducted performance of crossing chicken in age 0-12 weeks age. T test used for knowing difference body weight mean, body weight gain, feed consumption, and feed convertion rate. The result of this research were not
significant between KB cock with BK cock and KB hen with BK hen on body weight, body weight gain, feed consumption, and feed convertion rate. Whereas mortality percentage BK chicken was higher than KB chicken althought less of mortality. KB and BK cocks had better performance than hens. Reciprocal crossing between kampung chicken and commercial meat type had performance better than kampung chicken, so crossing had been increased genetic quality of kampung chicken. Key words: BK chicken, crossing, growth performance, KB chicken.
PERFORMA PRODUKSI F1 ANTARA AYAM RAS PEDAGING × KAMPUNG DAN KAMPUNG × RAS PEDAGING PADA UMUR 0-12 MINGGU
ANANTA TITAN PRATIWANGGANA
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan
DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
Judul Skripsi : Performa Produksi F1 antara Ayam Ras Pedaging × Kampung dan Kampung × Ras Pedaging pada Umur 0-12 Minggu Nama : Ananta Titan Pratiwanggana NIM : D14100075
Disetujui oleh
Prof Dr Ir Cece Sumantri, MAgrSc Pembimbing I
Diketahui oleh
Prof Dr Ir Muladno, MSA Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
Dr Ir Sri Darwati, MSi Pembimbing II
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul Performa Produksi F1 antara Ayam Ras Pedaging × Kampung dan Kampung × Ras Pedaging pada Umur 0-12 Minggu. Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarganya, para sahabatnya dan umatnya yang beriman hingga akhir zaman. Penyusunan skripsi ini dilakukan untuk menganalisis pengaruh performa keturunan pertama (F1) persilangan ayam ras pedaging jantan (broiler breeder) dengan ayam kampung betina dan ayam kampung jantan dengan ayam ras pedaging betina (persilangan resiprokal). Selama ini ayam kampung memiliki pertumbuhan yang lambat untuk mencapai bobot potong. Penelitian ini diharapkan terjadi kombinasi genetik sehingga keturunan persilangan dari ayam kampung dan ayam ras pedaging mampu menutupi kendala atau kelemahan dari indukan ayam kampung, dengan demikian penelitian ini dapat memberikan informasi bagi peternak tentang mutu genetik ayam persilangan. Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Prof Dr Ir Cece Sumantri, MagrSc dan Ibu Dr Ir Sri Darwati, MSi. Terima kasih pula kepada seluruh staf di Bagian Pemuliaan dan Genetika Ternak. Ungkapan terima kasih penulis sampaikan kepada ayah (Mulyadi), ibu (Wahju Indrawati) dan seluruh keluarga serta keluarga besar Abdul Aziz Sikar, atas segala doa dan kasih sayangnya. Selain itu, terima kasih kepada teman kelompok penelitian (Yusuf, Andhini, Cahyatina, Yusrini, Devi) serta teman-teman, khususnya IPTP 47 atas bantuan dan dukungannya. Semoga hasil penelitian ini bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkannya. Bogor, April 2014 Ananta Titan Pratiwanggana
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Ruang Lingkup Penelitian METODE Waktu dan Tempat Penelitian Alat Bahan Prosedur Pemeliharaan Pemberian Pakan Analisa Data Peubah yang Diamati HASIL DAN PEMBAHASAN Sampel Penelitian Konsumsi Pakan Bobot Badan Pertambahan Bobot Badan Konversi Pakan Mortalitas SIMPULAN DAN SARAN DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP
vii vii vii 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 3 3 4 4 4 5 6 7 9 10 12 12 14 15
DAFTAR TABEL 1 2 3 4
Jumlah dan bobot indukan ayam yang digunakan pada penelitian Jumlah F1 persilangan KB dan BK Rataan dan simpangan baku bobot badan F1 KB dan BK setiap minggu Rataan dan simpangan baku pertambahan bobot badan F1 KB dan BK setiap minggu 5 Persentase mortalitas F1 KB dan BK pada umur 1-4 minggu 6 Persentase mortalitas F1 KB dan BK pada umur 5-12 minggu
4 5 7 9 11 11
DAFTAR GAMBAR 1 Grafik rataan konsumsi pakan ayam KB dan BK 2 Kurva laju pertumbuhan pada (A) KB ♂ optimal, KB ♂, kampung ♂; (B) BK ♂ optimal, BK ♂, kampung ♂ 3 Kurva laju pertumbuhan pada (A) KB ♀ optimal, KB ♀, kampung ♀; (B) BK ♀ optimal, BK ♀, kampung ♀ 4 Grafik konversi pakan ayam KB dan BK 5 Gambar ayam mati yang mati pada penelitian (A) ayam KB, (B) ayam BK
6 8 8 10 12
DAFTAR LAMPIRAN 1 Performa ayam penelitian pada umur 12 minggu pada (A) ayam KB ♂ dan kampung ♂, (B) ayam kampung ♀ dan KB ♀, (C) ayam kampung ♀ dan BK ♀, (D) ayam BK ♀ dan KB ♀, (E) ayam BK ♂ dan KB ♂ 2 Rata-rata dan simpangan baku konsumsi pakan F1 KB dan BK 3 Rata-rata dan simpangan baku konversi pakan F1 KB dan BK
14 15 15
PENDAHULUAN Latar Belakang Kemajuan dan perkembangan sektor peternakan di Indonesia bertujuan untuk meningkatkan populasi dan produksi ternak dalam upaya memenuhi kebutuhan protein hewani masyarakat Indonesia. Faktor-faktor penting yang mempengaruhi produktivitas ternak yaitu pakan, manajemen, dan pembibitan. Pakan diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pokok dan energi produksi pada pemeliharaan setiap harinya. Manajemen diperlukan untuk mengatur kelangsungan pemeliharaan ternak dengan baik dan benar. Upaya meningkatkan mutu genetik ternak melalui seleksi dan persilangan untuk menghasilkan bibit unggul Ayam kampung merupakan ayam asli Indonesia yang memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai ayam komersial. Kendala kurang minatnya peternak skala besar untuk beternak ayam kampung dikarenakan ayam kampung memiliki pertumbuhan lebih lambat untuk mencapai bobot potong dibandingkan ayam ras pedaging. Konversi pakan ayam kampung sebesar 7.92 (Supriadi et al. 2001) lebih tinggi dibandingkan ayam ras pedaging yang mencapai nilai dibawah 2 (Amrullah 2003). Hal ini menandakan bahwa pakan yang dibutuhkan ayam kampung untuk menghasilkan pertambahan bobot badan masih tinggi sehingga kurang efisien dalam penggunaan pakan. Oleh karena itu, performa ayam kampung perlu ditingkatkan melalui persilangan dengan ayam yang mempunyai pertumbuhan cepat yaitu ayam ras pedaging (broiler breeder). Ayam ras pedaging merupakan ayam komersial yang biasa digunakan untuk memenuhi kebutuhan daging ayam dalam negeri. Pemeliharaan ayam ras pedaging sangat menguntungkan dilihat dari pertumbuhan yang sangat cepat dan konversi pakan yang rendah jika dibandingkan dengan ayam kampung. Di sisi lain, ayam ras pedaging mempunyai kendala sangat rentan terhadap penyakit, pemeliharaannya harus pada suhu dan kelembaban yang sesuai, dan performa yang baik harus diiringi dengan pakan yang berkualitas. Penerapan teknologi persilangan diharapkan menjadi solusi dari beberapa kendala pemeliharaan ayam ras pedaging. Tujuan Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis pengaruh performa keturunan pertama (F1) persilangan ayam ras pedaging jantan dengan ayam kampung betina dan ayam kampung jantan dengan ayam ras pedaging betina (persilangan resiprokal) Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini merupakan usaha mendapatkan informasi performa tentang keturunan persilangan ayam ras pedaging dan ayam kampung. Keturunan
2 persilangan ayam ras pedaging dengan ayam kampung diharapkan terjadi kombinasi genetik sehingga meningkatkan mutu genetik ayam kampung. Oleh karena itu, penelitian ini menguji keturunan pertama (F1) persilangan ayam jantan ras pedaging dengan ayam betina kampung dan ayam jantan kampung dengan ayam betina ras pedaging terhadap performa produktivitasnya yaitu bobot badan, pertambahan bobot badan, konversi pakan, konsumsi pakan, dan mortalitas, pada umur 0-12 minggu. Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi informasi bagi peternak dalam penyediaan bibit ayam silangan yang mempunyai mutu genetik yang baik.
METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai Desember 2013. Penelitian dilakukan di Laboratorium Lapang Pemuliaan dan Genetika Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Alat Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah 2 buah kandang berukuran 3 x 4 m, sekat bambu kandang kecil sebanyak 20 unit, tempat minum galon kapasitas 1 L sebanyak 20 buah, dan tempat pakan sebanyak 20 buah. Timbangan digital OSUKA dengan ketelitian 0.5 g. Alat lain yang juga digunakan yaitu lampu, seng pembatas, wadah, gayung, dan kabel. Bahan Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah 2 ekor ayam pejantan ras pedaging, 10 ekor ayam ras pedaging betina dewasa, 3 ekor ayam pejantan kampung, 15 ekor ayam betina kampung dewasa, ayam keturunan pertama (F1) persilangan ayam ras pedaging jantan dengan ayam kampung betina (BK), serta ayam keturunan pertama (F1) persilangan ayam kampung jantan dengan ayam ras pedaging betina (KB). Ayam persilangan yang digunakan adalah ayam berumur sehari (DOC) sampai berumur 12 minggu. Bahan lain yang digunakan adalah sekam, pakan komersial berbentuk crumble, dedak, vitachick, vitastress, dan vaksin ND. Prosedur Pemeliharaan Kandang dipersiapkan terlebih dahulu dan dibersihkan menggunakan sapu lidi dan sapu ijuk. Lantai dan sekat bambu juga dilakukan pembersihan basah menggunakan air dan kapur. Pembatas sekat, lampu, tempat minum, dan tempat pakan diatur sesuai kebutuhan jumlah ayam setiap penetasan.
3 Pengoleksian telur dilakukan setiap pagi, siang, dan sore. Telur dari indukan ayam ras pedaging dan kampung ditetaskan di mesin tetas untuk memperoleh DOC hasil silangan dengan jarak tetas setiap 1 minggu sekali. DOC dipasang wing band untuk memudahkan pencatatan data penelitian. Pemeliharaan ayam silangan berumur 0-4 minggu dilakukan pada 1 sekat bambu kandang kecil. Ukuran sekat bambu kandang kecil berdasarkan jumlah ayam pada setiap penetasan telur. Sekat bambu kandang kecil antar kelompok ayam dibedakan berdasarkan ulangan penetasan. Ayam silangan yang sudah berumur 5 minggu (F1 KB dan BK) dipisah berdasarkan jenis silangan dan juga dipisah berdasarkan jenis kelamin (jantan dan betina) dari setiap jenis ayam silangan. F1 KB dan BK ditimbang setiap 1 minggu sekali. Vaksinasi ND dilakukan saat ayam berumur 3 hari, 3 minggu, 3 bulan, dan setelah itu dilakukan setiap 3 bulan sekali. Vaksinasi ND dilakukan dengan metode tetes mata pada umur 3 hari, setelah itu vaksinasi ND diberikan dengan cara suntikan intramuskuler di dada pada umur 3 minggu, 3 bulan, dan setiap 3 bulan sekali. Dosis vaksin yang diberikan per ekor sebesar 0.2 ml. Vitachick dicampur ke dalam air minum dan diberikan kepada ayam silangan dari DOC sampai berumur 2 minggu dengan dosis 1.5 g L-1. Pemberian Pakan Pakan dan air minum diberikan ad libitum selama pemeliharaan. Kandungan nutrisi ransum disusun sesuai kebutuhan ayam kampung pada SNI (7783-2013). Pakan komersial untuk ayam ras pedaging fase starter berbentuk crumble diberikan pada anak ayam umur sehari (DOC) sampai 3 minggu, selanjutnya dari umur 4-12 minggu diberi campuran dedak dengan komposisi sebagai berikut : ayam berumur 4 minggu : 80% pakan komersial untuk ayam ras pedaging fase starter berbentuk crumble dicampur dengan 20% dedak padi ayam berumur 5-12 minggu : 60% pakan komersial untuk ayam ras pedaging fase starter berbentuk crumble dicampur dengan 40% dedak padi. Analisa Data Uji T digunakan untuk mengetahui perbedaan rataan bobot badan, pertambahan bobot badan, konsumsi pakan, konversi pakan, dan mortalitas antara keturunan pertama (F1) persilangan resiprokal kampung dengan ras pedaging. Perbandingan yang dianalisa ada 4 yaitu KB jantan-BK jantan, KB betina-BK betina, KB jantan-KB betina, BK jantan-BK betina. Rumus dari uji T (Walpole 1995) adalah sebagai berikut : t=
Keterangan :
xa = rataan sampel a xb = rataan sampel b μa = rataan populasi a μb = rataan populasi b
xa − xb − (μa − μb ) sb a 2 na
+
sb b 2 nb
sba = simpangan baku a sbb = simpangan baku b na = jumlah sampel a nb = jumlah sampel b.
4 Rumus dari Laju pertumbuhan relatif (k) menurut Broody (1945) sebagai berikut k= Keterangan :
(W 2 − W 1 )/(t 2 − t 1 ) 0.5(W 2 + W 1 )
W1 = bobot badan pada umur t1 W2 = bobot badan pada umur t2.
Rumus dari laju pertumbuhan untuk menduga pertumbuhan optimal menurut Broody (1945) sebagai berikut Wt = Wo × ekt Keterangan :
Wt Wo t k e
= bobot badan umur t (g) = bobot badan umur 0 (awal) (g) = umur (minggu) = koefisien laju pertumbuhan = konstanta (bilangan natural = 2.7183).
Peubah yang diamati Peubah yang diukur sejak ayam berumur sehari (DOC) sampai ayam berumur 12 minggu yaitu: 1. Konsumsi pakan (g ekor-1 hari-1) = jumlah pemberian pakan - sisa pakan 2. Bobot badan (BB) dalam satuan gram ekor-1 minggu-1 3. Pertambahan bobot badan (PBB) dalam satuan gram ekor-1 = bobot badan akhir - bobot badan awal ΣKonsumsi pakan 4. Konversi pakan = ΣPBB Σ ayam mati
5. Mortalitas (%) = Σ ayam
awal
× 100%
HASIL DAN PEMBAHASAN Sampel Penelitian Sebelum penelitian dimulai, 1 ayam jantan ras pedaging (broiler breeder) mati karena tidak bisa beradaptasi dengan lingkungan yang berada pada Laboratorium Lapang Pemuliaan dan Genetika Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor sehingga ayam ras pedaging jantan yang digunakan hanya 2 ekor. Perkawinan alami menggunakan sistem pen mating yaitu 1 ekor jantan mengawini sekelompok betina. Selama penelitian, setiap 1 ekor ayam jantan mengawini 5 ekor ayam betina. Pada Tabel 1 disajikan jumlah, bobot badan, dan koefisien keragaman indukan ayam yang digunakan pada penelitian ini. Tabel 1 Jumlah, bobot, dan koefisien keragaman indukan ayam Persilangan BK KB
Indukan
Jumlah (ekor)
Bobot rata-rata (g)
Broiler breeder ♂ Kampung ♀ Kampung ♂ Broiler breeder ♀
2 10 3 15
7 650 ± 50 1 933 ± 126 3 347 ± 189 4 276 ± 171
Koefisien keragaman (%) 0.6 6.5 5.6 4.3
5 Persilangan ayam jantan ras pedaging parent stock dengan ayam betina kampung (BK) menghasilkan DOC sebanyak 22 ekor, sedangkan persilangan ayam jantan kampung dengan ayam betina ras pedaging parent stock (KB) menghasilkan DOC sebanyak 80 ekor. Ayam BK unsex 2 ekor dan ayam KB unsex 6 ekor karena ayam mati sebelum dikelompokkan menurut jenis kelamin pada minggu ke-5. Jumlah F1 KB dan BK berdasarkan jenis kelamin disajikan pada Tabel 2. Tabel 2 Jumlah F1 persilangan KB dan BK Persilangan F1 BK F1 KB
Sex Jantan (ekor) 10 40
Betina (ekor) 10 34
Unsex (ekor)
Total (ekor)
2 6
22 80
Ket: F1 BK = Filial pertama persilangan ayam broiler breeder ♂dengan ayam kampung ♀ F1 KB = Filial pertama persilangan ayam kampung ♂ dengan ayam broiler breeder ♀
Perbedaan hasil penetasan diantara kedua persilangan tersebut dikarenakan kesulitan ayam jantan broiler mengawini ayam betina kampung dan persentase hen day yang rendah sehingga F1 BK lebih sedikit dibandingkan F1 KB. Kesulitan persilangan BK dikarenakan bobot badan ayam broiler jantan terlalu berat (7 650 g) jika dibandingkan dengan ayam kampung betina (1 930 g). Menurut Leeson dan summer (2005) bahwa ayam jantan yang overweight akan menurunkan performa penetasan karena kualitas sperma kurang baik dan rendahnya frekuensi perkawinan. Bobot badan ayam kampung jantan (3 347) tidak terlalu berat jika dibandingkan dengan ayam ras pedaging betina (4 276 g) sehingga perkawinan secara alami tidak menjadi kendala performa penetasan pada persilangan KB. Konsumsi Pakan Ayam yang berumur kurang dari 12 minggu mengonsumsi ransum utamanya untuk memenuhi hidup pokok dan pertumbuhan. Hasil penelitian menunjukkan setiap minggu ayam KB dan BK terjadi peningkatan jumlah konsumsi. Hal ini karena pertambahan bobot badan diiringi dengan peningkatan jumlah konsumsi. Menurut Ensminger (2004) konsumsi pakan meningkat seiring dengan meningkatnya bobot badan. Ayam BK jantan mengonsumsi pakan lebih banyak dibandingkan KB jantan, KB betina, dan BK betina. Konsumsi antara ayam KB jantan dengan BK jantan tidak berbeda nyata selama pemeliharaan, demikian halnya konsumsi ayam KB betina dengan BK betina sama setiap minggunya. Menurut Wahju (2004) faktor yang mempengaruhi konsumsi pakan antara lain umur, nutrisi ransum, kesehatan, bobot badan, suhu dan kelembaban, serta kecepatan pertumbuhan. Total konsumsi ayam KB jantan (6 035 g) dan BK jantan (6 174 g) lebih tinggi (P<0.05) dibandingkan konsumsi KB betina (5 225 g) dan BK betina (5 018 g) dikarenakan bobot badan ayam jantan lebih tinggi dibandingkan ayam betina. Hal ini sesuai dengan pendapat Hasnelly dan Kuntoro (2006) bahwa ayam jantan mengonsumsi pakan yang lebih banyak dibandingkan ayam betina. Grafik rataan konsumsi ayam KB dan BK dapat dilihat pada Gambar 1.
6 160 140 Konsumsi (g)
120 100
KB Jantan
80
BK Jantan
60
KB Betina
40
BK Betina
20 0 1
2
3
4
5
6 7 8 Minggu ke-
9
10
11
12
Gambar 1 Grafik rataan konsumsi pakan ayam KB dan BK F1 hasil persilangan resiprokal antara ayam ras pedaging dengan ayam kampung menunjukkan jumlah konsumsi yang lebih tinggi dari ayam kampung selama pemeliharaan. Ayam KB jantan mampu mengonsumsi ransum meningkat dari 9.44 sampai 94.2 g, BK jantan (9.36-93.2 g), KB betina (8.52-77.2 g), dan BK betina (9.00-76.1 g) sedangkan menurut Darwati (2001) bahwa konsumsi per hari ayam kampung pada masa starter mampu mengonsumsi ransum sebanyak 628 g pada umur ayam 1-4 minggu dengan komposisi pakan yang sama. Pada umur 8-12 minggu, ayam KB jantan mengonsumsi ransum sebanyak 94.2-131 g, BK jantan (93.2-138 g), KB betina (77.2-114 g), dan BK betina (76.1-107 g), sedangkan menurut Rivai (2001) masa grower pada umur 5-12 minggu mampu mengonsumsi ransum sebanyak 35-59 g. Bobot Badan Performa bobot badan ayam KB jantan dengan BK jantan dan KB betina dengan BK betina secara statistik tidak berbeda nyata kecuali saat baru menetas. DOC KB dan BK berbeda nyata baik pada ayam jantan maupun betina. Hasil yang tidak berbeda nyata pada ayam KB jantan dengan BK jantan dan ayam KB betina dengan BK betina karena persilangan resiprokal mempunyai perbandingan gen setiap induknya yaitu ayam kampung dan ras pedaging dengan ratio 50:50. Ayam KB jantan dengan KB betina berbeda nyata dan ayam BK jantan dengan BK betina juga berbeda nyata terhadap bobot badan. Ayam KB jantan dan BK jantan secara fisiologis mempunyai bobot badan per minggu lebih tinggi dibandingkan ayam KB betina dan BK betina. Pengelompokan objek penelitian dengan perbedaan jenis kelamin memang sangat diperlukan karena menurut Muir dan Aggrey (2003) bahwa perbedaan seks/jenis kelamin dalam tingkat pertumbuhan bertahan sepanjang masa pertumbuhan sehingga ayam jantan dan betina memiliki performa produksi yang berbeda. Performa produksi ayam jantan lebih baik dibandingkan ayam betina. Bobot badan F1 BK dan KB yang digunakan dalam penelitian ditimbang setiap minggu pada umur 0-12 minggu seperti disajikan pada Tabel 3.
7 Tabel 3 Rataan dan simpangan baku bobot badan F1 KB dan BK setiap minggu Bobot Badan (g ekor-1)
Minggu ke-
KB Jantan
BK Jantan
KB Betina
BK Betina
DOC 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
38.2 ± 4 78.6 ± 16 177.0 ± 41 291.0 ± 70 426.0 ± 97 610.0 ± 133 802.0 ± 172 1015.0 ± 202 1257.0 ± 257 1534.0 ± 286 1762.0 ± 312 2044.0 ± 357 2290.0 ± 382
30.8 ± 5 84.1 ± 22 198.0 ± 70 321.0 ± 93 479.0 ± 96 642.0 ± 165 874.0 ± 178 1082.0 ± 204 1270.0 ± 279 1480.0 ± 334 1783.0 ± 346 2105.0 ± 374 2335.0 ± 340
36.4 ± 5 68.7 ± 17 143.0 ± 42 238.0 ± 65 347.0 ± 95 480.0 ± 120 660.0 ± 145 832.0 ± 165 1012.0 ± 205 1240.0 ± 246 1448.0 ± 250 1664.0 ± 272 1833.0 ± 267
29.8 ± 5 67.0 ± 10 144.0 ± 37 230.0 ± 37 367.0 ± 88 470.0 ± 93 675.0 ± 168 845.0 ± 182 1011.0 ± 212 1243.0 ± 272 1399.0 ± 285 1610.0 ± 308 1753.0 ± 263
KB ♂BK ♂ 0.001 0.480 0.384 0.359 0.405 0.596 0.677 0.749 0.902 0.662 0.881 0.682 0.746
P-Value KB ♀KB ♂BK ♀ KB ♀ 0.007 0.097 0.690 0.012 0.985 0.001 0.619 0.001 0.541 0.001 0.799 0.000 0.809 0.000 0.843 0.000 0.993 0.000 0.980 0.000 0.653 0.000 0.642 0.000 0.441 0.001
BK ♂BK ♀ 0.693 0.047 0.049 0.015 0.017 0.019 0.033 0.025 0.043 0.045 0.028 0.011 0.002
Bobot badan ayam ras pedaging mampu mencapai bobot 1 423 g pada minggu ke-5 (Sinurat et al. 2006), sedangkan ayam KB dan BK lebih rendah bobot badannya yaitu ayam KB jantan (610 g), ayam BK jantan (642 g), ayam KB betina (480 g), ayam BK betina (470 g). Persilangan ayam BK dan KB mempunyai bobot badan yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan ayam kampung seperti yang dilakukan peneliti sebelumnya Darwati (2001) dan Rivai (2001), dengan demikian persilangan ayam BK dan KB dapat meningkatkan mutu genetik ayam kampung. Bobot badan ayam KB jantan sebesar 426 g, BK jantan (479 g), KB betina (347 g), dan BK betina (367 g) umur 4 minggu lebih tinggi dibandingkan penelitian Darwati (2001) yang menyatakan bobot badan ayam kampung umur 4 minggu sebesar 185 g dengan komposisi pakan yang sama. Ayam kampung jantan umur 12 minggu mencapai 1 078.8 g dan betina 903.4 g (Rivai 2001) sedangkan persilangan resiprokal ayam ras pedaging dengan kampung mempunyai bobot badan ayam KB jantan (2 290 g), BK jantan (2 335 g), KB betina (1 833 g), dan BK betina (1 753 g), pada minggu ke-12. Pertambahan Bobot Badan Pertambahan bobot badan merupakan pengukuran kenaikan atau pertumbuhan bobot badan yang dilakukan dengan penimbangan pada satuan waktu. Menurut Broody (1945) salah satu pendugaan pertumbuhan dapat diketahui dengan laju pertumbuhan relatif. Ayam KB dan BK jantan mempunyai pertumbuhan yang lebih cepat dibandingkan pendugaan pertumbuhan optimal KB jantan (Wt = Wo × e0.1612t) dan BK jantan (Wt = Wo × e0.1623t) yang diukur dengan laju pertumbuhan relatif. Laju pertumbuhan ayam KB dan BK jantan juga lebih tinggi daripada laju pertumbuhan ayam kampung selama 12 minggu dari penelitian Kurnia (2011). Hal ini dikarenakan jenis persilangan resiprokal ayam ras pedaging (broiler breeder) dengan kampung mampu meningkatkan mutu genetik dari ayam jantan maupun betina. Menurut Noor (2008), persilangan crossbreeding dapat menampilkan performa yang lebih baik dari rataan performa tetuanya untuk sifatsifat tertentu. Kurva laju pertumbuhan ayam jantan KB dan BK yang dibandingkan dengan ayam kampung, pendugaan pertumbuhan optimal KB, dan BK jantan dapat dilihat pada Gambar 2.
2500
2500
2000
2000
1500
1500
Bobot (g)
Bobot (g)
8
1000
1000
500
500
0
0 1
2
3
4
5
6
7
8
1
9 10 11 12
2
3
4
6
7
8
9 10 11 12
Minggu ke-
Minggu keKB ♂ optimal
5
KB ♂
BK ♂ optimal
kampung ♂
BK ♂
kampung ♂
(A) KB ♂ optimal, KB ♂, kampung ♂
(B) BK ♂ optimal, BK ♂, kampung ♂
Gambar 2 Kurva laju pertumbuhan pada (A) KB ♂ optimal, KB ♂, kampung ♂; (B) BK ♂ optimal, BK ♂, kampung ♂
2000
2000
1600
1600 Bobot (g)
Bobot (g)
Ayam KB dan BK betina mempunyai pertumbuhan yang lebih cepat dibandingkan pertumbuhan optimal KB betina (Wt = Wo × e0.1602t), BK betina (Wt = Wo ×e0.1611t) dan ayam kampung betina dari penelitian Kurnia (2011). Pertumbuhan optimal ayam KB dan BK betina lebih cepat dibandingkan ayam kampung. Berdasarkan kurva laju pertumbuhan KB dan BK menunjukkan pertumbuhan yang cepat masih akan terjadi pada minggu selanjutnya karena belum mencapai dewasa kelamin. Menurut Herren (2000) bahwa pertumbuhan dimulai saat terjadi pembuahan dan berakhir saat mencapai dewasa kelamin. Kurva laju pertumbuhan ayam betina KB dan BK dapat dilihat pada Gambar 3.
1200 800
1200 800 400
400
0
0 1
2
3
4
5 6 7 8 9 10 11 12 Minggu keKB ♀ optimal KB ♀ kampung ♀
(A) KB ♀ optimal, KB ♀, kampung ♀
1
2
3
4
5 6 7 8 9 10 11 12 Minggu keBK ♀ optimal BK ♀ kampung ♀
(B) BK ♀ optimal, BK ♀, kampung ♀
Gambar 3 Kurva laju pertumbuhan pada (A) KB ♀ optimal, KB ♀, kampung ♀; (B) BK ♀ optimal, BK ♀, kampung ♀
9 Pertambahan bobot badan ayam KB jantan dengan BK jantan dan KB betina dengan BK betina menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata selama pemeliharaan. Rataan PBB ayam KB dan BK dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Rataan dan simpangan baku pertambahan bobot badan F1 KB dan BK setiap minggu Minggu ke1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 PBB 1-4 PBB 5-12 PBB 0-12
Pertambahan Bobot Badan (g ekor-1)
P-Value KB ♀KB ♂BK ♀ KB ♀ 0.223 0.027 0.798 0.001 0.522 0.012 0.349 0.016 0.751 0.003 0.803 0.043 0.688 0.027 0.240 0.026 0.670 0.013 0.103 0.000 0.816 0.002 0.269 0.004
BK ♂BK ♀ 0.036 0.018 0.046 0.035 0.007 0.037 0.038 0.036 0.045 0.047 0.016 0.044
KB Jantan
BK Jantan
KB Betina
BK Betina
40.4 ± 16 98.2 ± 31 114.0 ± 36 135.0 ± 48 180.0 ± 62 192.0 ± 49 213.0 ± 68 222.0 ± 69 277.0 ± 95 254.0 ± 73 282.0 ± 96 246.0 ± 85
53.2 ± 21 94.6 ± 12 124.0 ± 31 157.0 ± 24 169.0 ± 51 207.0 ± 52 208.0 ± 33 206.0 ± 61 288.0 ± 55 250.0 ± 84 298.0 ± 68 242.0 ± 80
32.3 ± 15 74.6 ± 30 94.7 ± 29 109.0 ± 41 140.0 ± 48 169.0 ± 45 177.0 ± 61 185.0 ± 61 222.0 ± 79 190.0 ± 54 216.0 ± 66 185.0 ± 79
36.6 ± 7 76.6 ± 18 99.0 ± 16 123.0 ± 40 136.0± 42 164.0 ± 49 171.0 ± 36 165.0 ± 35 223.0 ± 47 156.0 ± 51 211.0 ± 61 158.0 ± 54
KB ♂BK ♂ 0.096 0.575 0.432 0.059 0.382 0.168 0.823 0.324 0.676 0.890 0.592 0.907
386.0 ± 97
428.0 ± 108
310.5 ± 93
335.0 ± 87
0.289
0.450
0.003
0.049
1866.0 ± 267
1875.0 ± 272
1486.0 ± 235
1384.0 ± 208
0.778
0.267
0.000
0.002
2252.0 ± 383
2303.0 ± 336
1797.0 ± 267
1720.0 ± 262
0.711
0.459
0.000
0.002
Ayam KB jantan dengan KB betina dan BK jantan dengan BK betina berbeda nyata terhadap PBB. Ayam KB dan BK jantan mengalami pertambahan bobot badan yang lebih tinggi dibandingkan ayam KB dan BK betina. Davies (1982) menyatakan steroid seks berperanan pada pengendalian pertumbuhan. Testosteron merupakan salah satu hormon steroid dari ternak jantan yang berfungsi pada anabolisme protein. Hal ini diperkuat oleh pendapat Leeson and Summers (2001), bahwa pertambahan bobot badan sangat dipengaruhi oleh konsumsi pakan. Ayam jantan mengonsumsi ransum lebih banyak dibandingkan betina. Ayam KB dan BK menghasilkan rataan pertambahan bobot badan sekitar 370 g sampai minggu ke-4 sedangkan menurut Darwati (2001) ayam kampung menghasilkan pertambahan bobot badan sebesar 157 g pada umur dan komposisi pakan yang sama. Ayam KB dan BK mampu meningkatkan lebih dari 200% PBB ayam kampung umur 1-4 minggu. Pada umur 5-12 minggu, PBB ayam KB dan BK juga lebih tinggi dibandingkan ayam kampung. KB jantan (1 813 g), KB betina (1 479 g), BK jantan (1 847 g), dan BK betina (1 384) memiliki PBB yang lebih tinggi dibandingkan penelitian Rivai (2001) yaitu PBB ayam kampung jantan sebesar 841.91 g dan ayam kampung betina sebesar 682.37 g pada umur 5-12 minggu. Ayam KB dan BK mampu meningkatkan lebih dari 100% PBB ayam kampung umur 5-12 minggu. Konversi Pakan Berdasarkan hasil penelitian, ayam KB jantan (2.67) dan BK jantan (2.67) menunjukkan konversi yang lebih rendah dibandingkan ayam KB betina (2.97) dan BK betina (2.91) pada minggu 1-12. Semakin rendah nilai konversi pakan
10
Konversi
maka ternak tersebut semakin efisien dalam mengubah pakan menjadi jaringan tubuh (North dan Bell 1990). Konversi pakan ayam KB dan BK terjadi peningkatan seiring bertambahnya umur. Menurut North dan Bell (1990) Nilai konversi pakan rendah pada minggu pertama dan terus meningkat secara signifikan pada minggu-minggu berikutnya. Grafik konversi dapat dilihat pada Gambar 4. 5 4,5 4 3,5 3 2,5 2 1,5 1 0,5 0
KB Jantan BK Jantan KB Betina BK Betina 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Minggu ke-
Gambar 4 Grafik rataan konversi pakan ayam KB dan BK Konversi pakan diantara 2 persilangan yaitu F1 KB jantan dan F1 BK jantan tidak berbeda nyata, demikian halnya konversi pakan F1 KB betina tidak berbeda terhadap BK betina. Hal ini dikarenakan bobot badan antara ayam KB jantan dengan BK jantan dan KB betina dengan BK betina tidak berbeda sehingga pakan yang dikonsumsipun juga tidak berbeda. Menurut Amrullah (2003), konversi ransum dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu kualitas ransum, teknik pemberian pakan, dan komposisi ransum. F1 KB jantan mempunyai konversi yang lebih rendah dibandingkan F1 KB betina walaupun selama pemeliharaan tidak berbeda nyata, demikian halnya konversi ayam BK jantan lebih rendah dibandingkan ayam BK betina. North dan Bell (1990) menyatakan ayam jantan lebih efisien dalam mengubah pakan menjadi daging karena mempunyai pertumbuhan yang lebih cepat dibandingkan dengan betina. Jika dibandingkan dengan ayam kampung, konversi ransum ayam kampung sebesar 4.78 selama 10 minggu (Darwati 2001) lebih tinggi dibandingkan dengan F1 KB maupun BK yang mempunyai konversi ransum kurang dari 3 dengan komposisi pakan yang sama, tetapi F1 KB dan BK mempunyai konversi ransum yang lebih tinggi dibandingkan dengan ayam ras pedaging menurut Sinurat et al. (2006) bahwa konversi ransum dibawah 2. Mortalitas Persentase mortalitas ayam BK (9.1%) lebih tinggi dibandingkan ayam KB (7.5%), pada umur 1-4 minggu. Ayam KB dan BK umur 1-4 minggu masih tergolong ayam yang masih muda dan kecil sehingga rawan terhadap serangan
11 penyakit. Penyakit yang sering menyerang ternak disebabkan oleh cekaman (stres), defisiensi makanan, parasit, protozoa, bakteri, virus, dan cendawan (Suprijatna et al. 2005). Jumlah kematian ayam BK (2 ekor) lebih sedikit dibandingkan ayam KB (6 ekor) tetapi jumlah ternak yang dipelihara ayam BK (22 ekor) lebih sedikit dibandingkan ayam KB (80 ekor) pada umur 1-4 minggu. Jumlah ayam yang dipelihara akan sangat mempengaruhi persentase mortalitas. Jumlah ayam yang sedikit akan meningkatkan persentase mortalitas jika terjadi kematian. Persentase mortalitas ayam KB dan BK minggu 1-4 disajikan pada Tabel 5. Tabel 5 Persentase mortalitas F1 KB dan BK pada umur 1-4 minggu Mortalitas
Minggu ke-
KB
BK Ekor
1 2 3 4 % mortalitas (n populasi)
2 1 1 2 7.5% (80)
1 1 9.1% (22)
Mortalitas ayam BK jantan (10%) lebih tinggi dibandingkan ayam KB jantan (2.5%), sedangkan mortalitas ayam BK betina (10%) lebih tinggi dibandingkan ayam KB betina (8.8%), pada umur 5-12 minggu. Mortalitas F1 KB jantan, F1 KB betina, F1 BK jantan, dan F1 BK betina, pada umur 5-12 minggu lebih tinggi dibandingkan penelitian Rivai (2001) bahwa mortalitas F1 dari perkawinan kampung × kampung sebesar 0.53% pada umur yang sama. Persentase mortalitas F1 umur 5-12 minggu disajikan pada Tabel 6. Tabel 6 Persentase mortalitas F1 KB dan BK pada umur 5-12 minggu Minggu ke5 6 7 8 9 10 11 12 % mortalitas (n populasi)
KB Jantan 1 2.5% (40)
Mortalitas KB Betina BK Jantan Ekor 1 1 1 1 8.8% (34)
10% (10)
BK Betina 1 10% (10)
Mortalitas ayam KB jantan lebih rendah dibandingkan ayam BK jantan, sedangkan mortalitas ayam KB betina lebih tinggi dibandingkan ayam BK betina pada minggu 5-12. Beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat mortalitas yaitu bobot badan, kebersihan lingkungan, sanitasi peralatan, dan kandang (North dan Bell 1990). Gambar ayam mati pada penelitian dapat dilihat pada Gambar 5.
12
(A) ayam KB
(B) ayam BK
Gambar 5 Ayam yang mati pada penelitian (A) ayam KB, (B) ayam BK Jumlah mortalitas pada minggu 1-4 lebih tinggi dibandingkan jumlah mortalitas pada minggu 5-12 dari F1 KB dan BK dikarenakan anak ayam tidak memperoleh panas yang cukup dari lampu indukan dan sistem imunitas anak ayam masih kurang baik. Menurut Mulyantini (2010) anak ayam tidak bisa mengatur dan mempertahankan suhu tubuhnya secara konstan.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Pertumbuhan ayam KB jantan dengan BK jantan dan KB betina dengan BK betina sama pada umur 0-12 minggu. Ayam jantan mempunyai performa pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan ayam betina pada ayam KB dan BK pada umur 0-12 minggu. Mortalitas tertinggi pada minggu ke 1-4 dan menurun pada minggu 5-12. Persilangan resiprokal ayam ras pedaging (broiler breeder) dengan kampung mampu meningkatkan kualitas genetik ayam kampung. Saran Perlu dilakukan metode persilangan inseminasi buatan agar dapat meningkatkan jumlah anak ayam persilangan BK. Selain itu perlu dilakukan penggunaan kandang individu untuk memperoleh data performa produksi yang akurat dari setiap individu ayam.
DAFTAR PUSTAKA Amrullah IK. 2003. Nutrisi Ayam broiler. Ed ke-1. Bogor (ID): Lembaga Satu Gunungbudi. Brody S. 1945. Bioenergetic and Growth with Special Reference to The Efficiency Complex in Domestic Animals. New York (US): Hafner Pr Darwati S, Martojo H. 2001. Pertumbuhan persilangan pelung x kampung pada pemeliharaan intensif. Med Pet. 24:8-11
13 Davies HL. 1982. A Course Manual in Nutrition and Growth. Melbourne (AU): AUIDP. Badan Standardisasi Nasional. 2013. Pakan Ayam Kampung. SNI 7783-2013. Jakarta (ID): Badan Standardisasi Nasional. Ensminger ME. 2004. Poultry Science. Ed ke-4. New Jersey (US): Pearson Education Inc. Hasnelly Z, Kuntoro AN. 2006. Pengaruh perbaikan kualitas dan waktu pemberian pakan terhadap pertumbuhan ayam merawang. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Bangka Belitung (ID): Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. Herren R. 2000. The Science of Animal Agriculture. Ed ke-2. USA (US): Delmar Publisher Kurnia Y. 2011. Morfometrik ayam sentul, kampung, dan kedu pada fase pertumbuhan dari umur 1-12 minggu. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Leeson S, Summers JD. 2001. Nutrition of the Chicken. Ed ke-4. Canada (CAN): University Brooks. Lesson S, Summers JD. 2005. Commercial Poultry Nutrition. Ed ke-3. Ontario (US): Nottingham University Pr. Mulyantini NGA. 2010. Ilmu Manajemen Ternak Unggas. Yogyakarta (ID): UGM Pr. Muir WM. 2003. Incorporating molecular information in breeding programs, applications and limitations. In : Muir WM, Aggrey S (Ed.). Poultry Breeding and Biotechnology. Cambridge (AU): CABI Pr Noor RR. 2008. Genetika Ternak. Jakarta (ID): Penebar Swadaya North MO, Bell DD. 1990. Commercial Chicken Production Manual. Ed ke-4. London (GB): Chapman and Hall. Supriadi H, Zainuddin D, Guntoro. 2001. Analisis pemanfaatan limbah dapur dan restoran untuk ransum ayam buras ditingkat petani. Pros. Seminar Nasional Pengembangan Teknologi Pertanian dalam upaya Optimalisasi Potensi Wilayah Mendukung Otonomi Daerah. Bali (ID): Puslitbang Sosial Ekonomi bekerjasama dengan Universitas Udayana Denpasar Rivai F. 2001. Pertumbuhan ayam kampung, pelung, dan persilangan pelung kampung keturunan pertama (F1) umur 5-12 minggu. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Sinurat AP, Purwadaria T, Bintang IAK, Pasaribu T. 2006. Evaluation on the nutritive values of solid heavy phase to replace corn in broilers diet. JITV. 11(3): 167-174. Suprijatna E, Atmomarsono U, Kartasudjana R. 2005. Ilmu Dasar Ternak Unggas. Jakarta (ID): Penebar Swadaya. Wahju J. 2004. Ilmu Nutrisi Unggas. Yogyakarta (ID): UGM Pr Walpole RE. 1995. Pengantar Statistika. Jakarta (ID): Gramedia Pustaka Umum.
14
LAMPIRAN Lampiran 1 Performa ayam penelitian pada umur 12 minggu (A) ayam KB ♂ dan kampung ♂, (B) ayam kampung ♀ dan KB ♀, (C) ayam kampung ♀ dan BK ♀, (D) ayam BK ♀ dan KB ♀, (E) ayam BK ♂ dan KB ♂
(A) KB ♂ dan kampung ♂
(B) kampung ♀ dan KB ♀
(C) kampung ♀ dan BK ♀
(D) BK ♀ dan KB ♀
(E) BK ♂ dan KB ♂
15 Lampiran 2 Rata-rata dan simpangan baku konsumsi pakan F1 KB dan BK Minggu ke1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Total 1-12
Konsumsi Pakan (g ekor-1 hari-1)
9 ± 2.9 19 ± 0.9 32 ± 1.5 40 ± 2.9 43 ± 21.4 57 ± 12.1 66 ± 10.7 76 ± 6.7 84 ± 5.1 86 ± 5.3 97 ± 4.2 107 ± 5.0
KB ♂BK ♂ 0.960 0.868 0.908 0.963 0.824 0.674 0.930 0.885 0.686 0.637 0.234 0.398
P-Value KB ♀KB ♂BK ♀ KB ♀ 0.840 0.631 0.649 0.530 0.393 0.779 0.648 0.636 0.744 0.410 0.631 0.430 0.619 0.340 0.874 0.060 0.327 0.102 0.282 0.006 0.219 0.049 0.269 0.030
BK ♂BK ♀ 0.874 0.725 0.680 0.920 0.401 0.236 0.266 0.045 0.047 0.003 0.002 0.029
5018 ± 759
0.595
0.502
0.014
KB Jantan
BK Jantan
KB Betina
BK Betina
9 ± 2.2 19 ± 1.6 30 ± 4.5 40 ± 4.7 55 ± 11.5 68 ± 13.2 79 ± 17.7 94 ± 10.4 104 ± 11.0 115 ± 9.9 117 ± 12.2 131 ± 5.1
9 ± 2.5 19 ± 1.7 29 ± 5.2 41 ± 5.4 56 ± 7.5 73 ± 18.5 78 ± 14.6 93 ± 9.0 101 ± 10.4 117 ± 3.6 125 ± 6.1 138 ± 15.8
9 ± 3.0 19 ± 3.5 27 ± 8.5 37 ± 11.1 48 ± 12.1 62 ± 10.3 70 ± 7.7 77 ± 10.4 91 ± 9.9 92 ± 6.3 102 ± 5.1 114 ± 9.2
6035 ± 367
6174 ± 373
5225 ± 377
0.018
Lampiran 3 Rata-rata dan simpangan baku konversi pakan F1 KB dan BK Konversi Pakan
Minggu ke-
KB Jantan
BK Jantan
KB Betina
BK Betina
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1-12
1.39 ± 0.67 1.60 ± 0.55 1.93 ± 0.25 2.09 ± 0.96 2.19 ± 0.73 2.39 ± 0.65 2.75 ± 0.95 2.81 ± 1.26 2.94 ± 1.37 3.30 ± 1.47 3.53 ± 1.75 3.73 ± 1.35 2.67 ± 0.77
1.39 ± 0.62 1.53 ± 0.49 1.76 ± 0.72 2.07 ± 0.80 2.18 ± 0.74 2.20 ± 0.35 2.77 ± 1.10 2.96 ± 0.81 3.11 ± 0.87 3.20 ± 1.16 3.42 ± 0.97 3.82 ± 1.15 2.67 ± 0.33
1.59 ± 0.77 1.63 ± 0.52 1.97 ± 0.68 2.41 ± 0.76 2.42 ± 0.79 2.50 ± 0.82 2.86 ± 0.82 3.10 ± 0.79 3.26 ± 1.10 3.42 ± 1.51 3.68 ± 1.63 4.39 ± 1.44 2.97 ± 0.48
1.49 ± 0.46 1.79 ± 0.64 2.09 ± 0.57 2.19 ± 0.94 2.23 ± 0.93 2.28 ± 0.35 3.03 ± 1.13 3.17 ± 0.76 3.25 ± 0.82 3.58 ± 1.05 3.60 ± 1.02 4.26 ± 2.39 2.91 ± 0.56
KB ♂BK ♂ 0.985 0.831 0.595 0.940 0.976 0.548 0.954 0.694 0.685 0.859 0.630 0.847 0.541
P-Value KB ♀KB ♂BK ♀ KB ♀ 0.630 0.235 0.495 0.841 0.614 0.840 0.510 0.126 0.696 0.218 0.295 0.584 0.720 0.570 0.815 0.271 0.978 0.301 0.747 0.750 0.863 0.859 0.908 0.086 0.471 0.053
BK ♂BK ♀ 0.716 0.490 0.292 0.774 0.918 0.482 0.637 0.578 0.747 0.552 0.714 0.695 0.304
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan pada tanggal 20 Desember 1991 di Pasuruan, Jawa Timur. Penulis adalah anak kedua dari 4 bersaudara pasangan Bapak Mulyadi dan Ibu Wahju. Penulis mengawali pendidikan dasar pada tahun 1998 di SDN Margomulyo 1 Ngawi, melanjutkan ke SMPN 2 Ngawi (2004) dan SMAN 2 Ngawi (2007). Penulis diterima di IPB pada tahun 2010 melalui jalur UTM dan diterima di Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan. Penulis aktif dalam berbagai organisasi selama menjadi mahasiswa, diantaranya ketua organisasi daerah (2011-2012), anggota kepengurusan FAMM AL-ANAM (2012-2013), ketua RT gedung C3 lorong 2 asrama TPB, pendiri Forsmawi Bogor, pendiri Forsmawi Indonesia. Penulis pernah menjadi ketua panitia SQSP (seminar Qur’an dan sains peternakan) nasional tahun 2012, ketua acara Fapet Berkurban tahun 2012. Penulis juga terlibat sebagai menjadi asisten praktikum mata kuliah Genetika Ternak pada tahun 2014. Dalam bidang olahraga, penulis pernah mewakili IPB dalam kejuaraan catur SO NICE nasional dan menjadi juara 1 lomba catur Dekan Cup yang diselenggarakan Fakultas Peternakan pada tahun 2010.