Seminar Nasional Peternakan clan Vetermer 1000
RESPON PETERNAKAN AYAM RAS PEDAGING TERHADAP KONDISI KRISIS EKONOMI ELAN MAssutAN', A. PRIYANTO,
dan U.
KusNAD12
t Pusat Penelitian Peternakan, Man Raya Pajajaran Kav. E. 59. Bogor 16151 2 Balai Penelitian Ternak P.O. Box 221, Bogor 16002 ABSTRAKS Kedudukan dan peranan peternakan ayam ras pedaging khususnya dengan system kemiuaan Sam penting dalam sistem perekonomian nasional clan telah teruji pada saat terjadi krisis ekonomi. Untuk itu perlu dievaluasi sejauhmana respon yang ditunjukan oleh petemak ayam ras pedaging terhadap situasi krisis yang berkepanjangan. Dengan metode survey serta analisis dengan model estimasi linier sederhana pada akhir tabun 1999 dapat disimpulkan sebagai berikut: (1) konclisi krisis ekonomi relatif berpengeruh terhadap pendapmn sebagai refleksi dari penampilan usaha peternakan ayam ras pedaging baik secara teknis maupun sosial ekonomis, (2) faktor teknis yang mempengaruhi pendapatan usaha syam ras pedaging adalah umur jual ayant, berat badan saat jual, dan konversi pakan (FCR), (3) keterlambatan jadwal panen ayam pedaging yang telah disepakati sangat berpengaruh terhadap kerugian usaha di pihak plasma hingga mencapai Rp. 9I2.680, setiap terlambat satu hari panen, (4) jikn kondisi di atas berlanjut, akan sangat berpengaruh terhadap FCR, hingga mencapai Rp. 3 .740 .400, setiap FCR naik 0,1 kg/ekor. (5) fokus perhatian petemak lebih besar terhadap tingkat kenaikan bobot badan, setiap naik 0,1 kg/ekor berimplikasi terhadap penambahan pendapatan hi ngga mencapai Rp. 1.875 .400, setiap periode pemelihaman. Dengan demikian dapat disarankan bahwa perlu : (1) memperkuat komitmen pihak inti terhadap ketepatan waktu pengambilan clan penyaluran hasil panen ayam, (2) peinberlakuan sanksi terhadap kesepakatan yang tidak ditaati dari kedua belah pihak, (3) sistem pembayaran terhadap nilai hasil panen diupayakan secara tunai, jika tidak selambat-lambatnya setelah ayam diangkut . Penyediaan d.o .c. tepat waktu dengan harga yang terjangkau, dan (4) teknologi pengendalian penyakit untuk menurunkan mortalitas, melalui penyediaan vaksin (CRD, ND, dan Gumboro) dengan harga yang terjangkau, kualitas vaksin terjamin, serta tepat dosis dan waktu pemberiannya . Kats kunch Respon, ayam ras pedaging, pendapatan PENDAHULUAN Selama krisis ekonomi, terlihat bahwa kondisi perunggasan nasional sangat didominasi oleh peternakan ayam ras rakyat dengan mengusahakan unit usaha broiler (pedaging) dengan skala usaha relatif kecil sampai menengah . Kondisi seperti ini, justru pada saat terjadi krisis ekonomi masih tetap bertahan, sehingga kedudukan dan peranan peternakan ayam ras rakyat sangat penting dalam sistem perekonomian nasional . Pada kenyataannya industri unggas sangat dominan di Indonesia clan akan menentukan penyediaan protein hewani bagi penduduk Indonesia, akan tetapi dengan adanya krisis ekonomi dan era globalisasi maka industri unggas akan dipengaruhi oleh keadaan global baik dari sarana atau input produksi maupun pasar, terlebih lagi informasi ilmu pengetahuan dan teknologi perunggasan . Keberagaman kondisi peternakan rakyat (terutama skala usaha kecil) khususnya pada peternak ayam pedaging terhadap situasi seperti ini tentunya akan menunjukkan respon yang beragarn . Kaitannya dengan hal ini, sejauhmana faktor teknis dan sosial ekonomis akan sangat berpengaruh terhadap pendapatan usaha ayam pedaging sebagai insentif peternak dari usahanya.
Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner 2000
Makalah ini mengemukakan respon yang ditunjukkan oleh berbagai kondisi peternak ayam ras (pedaging) dalam menghadapi situasi ekonomi yang tidak kondusif bagi pengembangan usaha peternakan dan mengungkapkan berbagai kendala dan tantangannya, serta implikasi perbaikannya . MATERI DAN METODE Metode survai kasus sesuai petunjuk SINGARImBUN dan SOFYAN (1987) digunakan untuk mengevaluasi respon peternak ayam ras rakyat (pedaging) dalam menghadapi situasi ekonomi yang tidak kondusif bagi pengembangan peternakan. Berdasarkan hal ini pendekatan yang dilakukan meliputi : inventarisasi permasalahan yang dihadapi dalam usaha peternakan ayam ras (pedaging), mengevaluasi kondisi peternakan ayam ras dewasa ini beserta komponen industri penunjangnya, serta mengestimasi hubungan antara faktor-faktor baik teknis maupun faktor sosial ekonomis terhadap pendapatan usaha. Analisis yang digunakan adalah model estimasi Linier sederhana sesuai petunjuk GREENE (1993), untuk melihat pengaruh faktor-faktor teknis dan sosial ekonomis terhadap pendapatan usaha ayam ras khususnya pedaging . Koefisien hubungan antara faktor-faktor tersebut dapat diestimasi dengan model seperti dibawah ini Y, = a+R j U.+R2B. +R3F,+ 04M,+Et-
Dimana:
Yt = pendapatan usaha ayam pedaging selama t hari (Rp). U, = umurjual setelah t had dipelihara (hari) B, = berat badan saat jual (kg) F, = feed convertion ratio setelah t hari dipelihara M,= mortalitas selama t hari (%)
a, 01...04 = parameter yang diestimasi Et= plat baku
HASIL DAN PEMBAHASAN Selama krisis ekonomi, factor yang mempengaruhi pendapatan peternakan ayam ras rakyat (pedaging) terdiri dari factor teknis dan faktor sosial ekonomi . Koefisien hubungan antara faktorfaktor tersebut dapat diestimasi dengan model seperti dibawah ini Y, = 81 .680.000 - 912.680U,+ 18.754.000B, - 37.404.000F,- 81 .824M, Hasil analisis respon dengan menggunakan model estimasi linier sederhana tampak bahwa faktor teknis mempengaruhi pendapatan peternak sebesar 31,06% sedangkan factor sosial ekonomi adalah 68,94%. Hal ini ditunjukkan oleh nilai koefisien detenminasi hasil estimasi sebagaimana disajikan secara rinci dalam Tabel 1 . Kenyataan ini memperlihatkan bahwa faktor sosial ekonomi seperti harga sapronak, harga output, dan biaya pemasaran sangat dominan pengaruhnya terhadap usaha peternakan ayam ras . Dari sisi teknis yang mempengaruhi pendapatan usaha ayam pedaging adalah 443
Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner 2000
o
Umurjual ayam ras pedaging dengan arah yang berlawanan (P<0,001)
o
Berat badan saat jual dengan arah yang sama (P<0,001)
o
Konversi pakan (FCR) dengan arah yang berlawanan (P<0,001)
Tabel 1. Hasil estimasi fnier sederhana antara factor teknis dan pendapatan usaha petemakan syam ras Parameter Rataan Koefisien estimasi Standar error T hitung Konstanta 81 .680 .000***) 13 .263 .,000 6,1585 Y, U, B, Ft M,
Keteraugan :
9.869.100 37,96 1,708 1,832 8,345
-912 .680***) 18 .754 .000***) -37.404.000***) -81824m
451.910 6.234.800 10 .955 .000 156,070
-2,01% 3.0079 -3,4142 -0,5243
**') P<0,001 = = non signifikan
Dari estimasi ini tampak bahwa parameter produksi yang dominan mempengaruhi pendapatan adalah berat badan ayam, dfkuti oleh umur jual, dan FCR. Sedangkan parameter mortalitas tidak menunjukkan adanya pengaruh yang nyata. Ini berarti bahwa resiko budidaya dapat diperkecil dan kinetja usaha dapat diperbaiki dengan perbaikan pada kecepatan tumbuh, umur jual yang optimal, dan efisiensi pakan . Tetapi apabila dalam analisis respon tersebut dimasukan parameter tentang skala usaha (jumlah d.o.c. saat masuk), maka nilai koefisien determinasi menjadi 0,7725 . Hal ini berarti bahwa respon pendapatan naik dari 31,06% menjadi 77,25%. Kenyataan menunjukkan bahwa komponen teknologi (bibit, pakan, umur jual, dan mortalitas) memberikan pengaruh terhadap pendapatan hanya 31,06°/a, sedangkan untuk satu parameter skala usaha saja sekitar 46,19% . Faktor lainnya seperti harga memberikan pengaruh sekitar 22,75% terhadap parameter pendapatan. Disini tampak bahwa skala usaha sangat berperan dalam menentukan pendapatan usaha peternakan ayam ras (broiler) pada pola kerjasama kemitraan yang masih berlangsung. Secara rinci hasil estimasi linier sederhana tersebut disajikan pada Tabel 2. Manajemen skala usaha merupakan salah satu parameter yang sangat dominan dalam penentuan jumlah pendapatan yang diterima oleh petemak yang mengusahakan ayam ras pedaging. Tabel 2. Hasil estimasi fnier sederhana dengan memasukan parameter skala usaha terhadap pendapatan usaha petemakan ayam ras pedaging Parameter Konstanta
Rataan -
Yt U, B, Ft M, St
Keteraogan: 444
9.869 .100 37,96 1,708 1,832 8,345 5.833,3 ***) P<0,001 " = non signifikan
Koefisien estimasi 75 .472 .000 ***) -757 .530") 19 .885 .000*** ) -44.300 .000"*) -8 .964,5" 1 .784,7***)
Standar error 7.635 .200 259.890 3.582.500 6.318.100 89 .846 146,08
T hitung 9,8847 -2,9148 5.5505 -7,0116 -0,0998 12,217
Seminar Nasiona! Peternakan dan beteriner 2000 Hasil koefisien respon tersebut di atas disajikan dalam bentuk persamaan sebagai berikut Y, = 75 .472 .000 - 757.530 U, + 19 .885 .000 B, - 44 .300 .000 F,_ 8.964 M,+ 1 .784 S, Oleh karena itu, secara teknis diperlukan perbaikan, dalam hal
o
Manajemen perbibilan yang menghasilkan d.o .c . yang berkualitas. Seleksi yang ketat pads
o
Manajemen umurjual yang optimal disesuaikan dengan perkembangan harga sapronak clan
o
Ratio konversi pakan, yaitu jumlah kg pakan yang diperlukan untuk menghasilkan 1 kg
induk sangat dibutuhkan, begitu pula pada grade d .o .c . agar lebih jelas dan dipertegas .
ayam potong .
ayam potong agar lebih efisien. Ini bias diperbaiki dengan manajemen pemberian pakan (feeding) yang tidak berhamburan dan banyak terbuang. Hal ini menyangkut peralatan tempat pakan clan cara pemberian . Disamping itu, kualitas pakan perlu diawasi secara teratur.
Kelemahan dari system kemitraan saat iri adalah tidak konsistennya pihak inti terhadap jadwal angkut pada saat ayam dipanen. Penentuan panen ayam pada plasma sangat ditentukan oleh kesepakatan atau kesediaan mengangkut ayam dari kandang oleh pihak inti . Jadwal panen ayam sering terlambat, sehingga sering merugikan pihak plasma (PusuTBANGNAK, 2000). Dari model di atas dapat diungkapkan bahwa setiap terlambat satu hari jadwal panen, maka peternak menderita kerugian sebesar Rp . 912 .680,- . Dan jika kondisi ini berlangsung terus tentunya akan berdampak pula kepada tingkat konversi pakan (FCR) yang semakin tinggi. Jika setiap FCR naik 0,1 kgIckor, maka pendapatan peternak akan berkurang atau rugi sebesar Rp. 3 .740 .400,-. Sedangkan kondisi FCR yang ada saat ini rata-rata 1,8314 . Penambahan bobot badan merupakan fokus perhatian dari seluruh peternak plasma. Dari kondisi rata-rata bobot badan yang ada saat ini, yaitu 1,7072 kg dengann rata-rata masa pemelihaman 37,956 hari, nampaknya peternak masih merasa belum puas . Dan peternak masih menaruh harapan untuk selalu dapat meningkatkan bobot badan ayam yang diusahakannya . Dari model estimasi di atas, dapat diungkapkan setiap bobot badan naik 0,1 kg/ekor, maka petemak mendapat tambahan pendapatan sebesar Rp . 1 .875 .400, setiap pefode pemeliharaan. KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN Dari uraian di atas dapat disimpulkan sebagai berikut o
Kondisi krisis ekonomi relatif berpengaruh terhadap pendapatan sebagai refleksi dari penampilan usaha peternakan ayam ras pedaging baik secara teknis maupun sosial ekonomis
o
Faktor teknis yang mempengaruhi pendapatan usaha ayam ras pedaging adalah umur jual ayam, berat badan saat jual, clan konversi pakan (FCR)
o
Keterlambatan jadwal panen ayam pedaging yang telah disepakati sangat berpengaruh terhadap kerugian usaha di pihak plasma hingga mencapai Rp . 9l2.680,- setiap terlambat satu hari panen.
o
Jiks kondisi di atas berlanjut, akan sangat berpengaruh terhadap FCR, hingga mencapai Rp. 3.740 .400,- setiap FCR naik 0,1 kg/ekor 445
Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner 1000
o
Fokus perhatian petemak lebih besar terhadap tingkat kenaikan bobot badan, setiap naik 0,1 kg/ekor berimplikasi terhadap penambahan pendapatan hingga mencapai Rp. 1 .875.400, setiap periode pemeliharaan.
SARAN Berorientasi kepada kondisi di atas, maka pemantapan kemitraan usaha ayam ras pedaging ke depan perlu ditempuh langkah-langkah sebagai berikut o
Memperkuat komitmen pihak inti terhadap ketepatan waktu pengambilan dan penyaluran hasil panen ayam.
o
Pemberlakuan sanksi terhadap kesepakatan yang tidak ditepati dari kedua belah pihak
o
System pembayaran terhadap nilai hasil panen diupayakan secara tunai, jika tidak selambatlambatnya setelah ayam diangkut
o
Penyediaan d.o.c. tepat waktu dengan harga yang terjangkau
o
Teknologi pengendalian penyakit untuk menurunkan mortalitas, melalui 1.
penyediaan vaksin (CRD, ND, dan Gumboro) dengan harga yang terjangkau.
2.
kualitas vaksin terjamin
3.
tepat dosis dan waktu pemberiannya tepat. DATARPUSTAKA
GRBtiN, W.H. 1993 . Econometrc Analysis . Second Edition . Macmillan Publishing Company, Newyork. SiNGARtIBuN, M dan S .
EFFENDI. 1997 .
Penerangan Ekonomi dan Sosial.
Metode Penelitian Survai . Lembaga Penelitian Pendidikan dan
PUSLITBANGNAK. 2000 . Laporan Penelitian Analisa Kebijakan Pengembangan Bibit dan Pakan Ayam Ras Pada Peternakan Rakyat. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan . Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.