MORFOMETRIK AYAM SENTUL, KAMPUNG DAN KEDU PADA FASE PERTUMBUHAN DARI UMUR 1 - 12 MINGGU
SKRIPSI YUSUP KURNIA
DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
RINGKASAN YUSUP KURNIA. D14086029. 2011. Morfometrik Ayam Sentul, Kampung dan Kedu pada Fase Pertumbuhan dari Umur 1-12 Minggu. Skripsi. Program Alih Jenis. Departemen Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Pembimbing Utama : Ir. Sri Darwati, M.Si Pembimbing Anggota : Ir. H. N. Mariandayani M.Si Ayam lokal mempunyai peranan yang cukup penting bagi masyarakat, seperti untuk memenuhi kebutuhan ekonomi, sumber protein dan hobi. Diantara ayam-ayam lokal ini ada beberapa jenis yang cukup dikenal masyarakat Indonesia antara lain ayam Sentul, ayam Kampung dan ayam Kedu. Tujuan penelitian ini adalah untuk melengkapi data morfometrik ayam Sentul, Kampung dan Kedu pada fase pertumbuhan (umur 1-12 minggu) dan ukuran tubuh yang dapat digunakan untuk menduga bobot badan. Penelitian dilaksanakan di bagian Genetika dan Pemuliaan Ternak Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Hewan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ayam lokal terdiri dari tiga jenis yaitu 25 ekor ayam Kampung, 25 ekor Sentul dan 25 ekor Kedu. Ayamayam tersebut di peroleh dari peternak di daerah Leuwiliang, Ciamis dan Temanggung. Rancangan yang digunakan pada penelitian ini adalah RAL dan RAL pola faktorial, selain itu data dianalisis dengan analisis korelasi dan regresi berganda. Peubah yang diamati adalah bobot badan, panjang shank, panjang paruh, lebar dada, panjang punggung, dan lingkar dada. Hasil analisis korelasi menunjukkan bahwa pada umur 1-3 minggu tidak menunjukkan hubungan yang nyata antara panjang shank, panjang paruh, lebar dada dan panjang tubuh dengan bobot badan. Lingkar dada menunjukkan hubungan yang nyata dengan bobot badan pada umur 1-3 minggu. Pada umur 4-12 minggu panjang shank memiliki korelasi yang tinggi dan nyata dengan bobot badan dan dapat digunakan untuk menduga bobot ayam dengan kisaran nilai korelasi (r) adalah 0,4550,750. Persamaan regresi ganda pada ayam Kampung adalah (bobot badan) = - 569 + 6,84 (panjang shank) – 5,26 (panjang paruh) + 7,97 (Lebar Dada) + 27,5 (panjang punggung) + 13,2 (lingkar dada). Pada umur 5-12 minggu Ayam Sentul jantan mempunyai nilai koefisien determinasi paling tinggi dibanding dengan ayam Kampung dan Kedu, yaitu sebesar 99,9%. Persamaan regresi ganda pada ayam Sentul jantan adalah Y = - 381 + 13,1 (panjang shank) + 0,32 (panjang paruh) + 7,30 (lebar dada) + 29,1 (panjang punggung) - 38,2 (lingkar dada). Pertumbuhan ayam Sentul, ayam Kampung dan ayam Kedu pada umur satu minggu tidak berbeda nyata namun pada saat ayam berumur dua minggu berbeda nyata. Rataan bobot badan ayam Kampung lebih tinggi dibanding ayam Kedu dan ayam Sentul. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perbedaan yang sangat nyata (P<0,01) pada umur tiga minggu, tetapi ayam Sentul dan ayam Kedu tidak menunjukkan perbedaan yang nyata. Selanjutnya rataan bobot badan ayam Sentul, ayam Kampung dan ayam Kedu umur 5-12 minggu tidak berbeda nyata (P<0,05). Artinya bobot badan antara ayam Sentul, ayam Kampung dan ayam Kedu sama pada umur 1-12 minggu.
Panjang shank ayam Sentul, ayam Kampung dan ayam Kedu pada umur 5-12 minggu tidak berbeda nyata, tetapi panjang shank ayam jantan nyata (P<0,01) lebih panjang dibandingkan betina. Panjang shank akan terus tumbuh dari umur 5 hingga 12 minggu, dan kemungkinan masih akan terus tumbuh setelah umur 12 minggu dengan laju pertumbuhan yang lebih lambat. Panjang paruh pada umur 5-7 minggu menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata antara ayam Sentul, ayam Kampung dan ayam Kedu. Pada saat ayam berumur 8-12 minggu, hasil sidik ragam menunjukkan perbedaan yang sangat nyata antara ayam Sentul, ayam Kampung dan ayam Kedu, namun pada umur 11 minggu ayam Kedu dengan ayam Sentul menunjukkan perbedaan yang nyata. Lebar dada pada umur lima minggu menunjukkan interaksi yang sangat nyata (P<0,01) antara jenis kelamin dengan jenis ayam. Pada umur 5-7 minggu pertumbuhan antar ayam meningkat, namun pada umur 7-8 minggu terjadi penurunan pertumbuhan. Pada umur 9-12 minggu pertumbuhan antar ayam meningkat lagi, hal ini mengindikasikan bahwa pertumbuhan lebar dada antar ayam masih tumbuh sampai akhir penelitian. Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa pada umur 5-12 minggu terdapat perbedaan yang sangat nyata (P<0,01) antara jantan dan betina pada ketiga ayam, sedangkan interakasi jenis ayam dengan jenis kelamin tidak ada. Berdasarkan analisis sidik ragam lingkar dada pada ayam Sentul, ayam Kampung dan ayam Kedu umur 1-12 minggu tidak menunjukkan perbedaan yang nyata antar jenis ayam. Panjang shank dapat digunakan untuk menduga bobot badan terbaik dan seleksi ukuran tubuh jantan maupun betina sebaiknya dilakukan pada umur 7 minggu. Ayam Kampung jantan dan betina memiliki petumbuhan lebih cepat dibanding ayam Sentul dan Kedu. Kata-kata kunci: Morfometrik, Ayam lokal, Pertumbuhan, Analisis Korelasi, Analisis Regresi.
ABSTRACT Morfometric of Sentul Chicken, Kampung Chicken and Kedu Chicken on Growth Phase of 1-12 Weeks of Age. Kurnia, Y. S, Darwati and H. N. Mariandani The purpose of this research is to complement the morphometric data of local chiken such as native chickens, Sentul and Kedu on the growth phase of 1-12 weeks of age. As well as body size that can be used to estimate the weight. Animals used in this study is the local chicken consists of three types of native chickens is 25 Kampung, 25 Sentul and 25 Kedu. The design used in this study is to RAL and RAL factorial pattern, beside that the data were analyzed by correlation analysis and multiple regression. The variables measured were body weight, shank length, beak length, chest width, length back, and chest circumference. ANOVA results showed that the average weight Sentul chickens, Kampung chickens and Kedu checken age of 5-12 weeks were not significantly (P<0.05). Results of variance analisys showed that the length of shank of Sentul chicken, Kampung and Kedu on age of 5-12 weeks were not significantly, but between male and female chickens have a shank length growth were significantly (P <0.01). On 8-12 weeks old chicken, the results of variance showed highly significant differences between Sentul chickens, Kampung and Kedu. On the age of 1-4 weeks of Kampung chickens had the highest determination coefficient value compared with chicken Sentul and Kedu that was equal to 54.7% regression equation was Y = - 569 + 6.84 PS - PPrh + 7.97 5.26 PP + 27. 5-LED. On the age of 5-12 weeks male Sentul chickens had the highest determination coefficient value compared with native chickens and Kedu, amounting to 99.9%. Multiple regression equation at the male Sentul chicken was Y = - 381 + 13.1 PS + 0.32 PPrh + 7.30 LD + 29.1 PP - 38.2 LED.
Keywords: Morfometric, growth phase, local chicken, correlation analysis, regression analysis.
MORFOMETRIK AYAM SENTUL, KAMPUNG DAN KEDU PADA FASE PERTUMBUHAN DARI UMUR 1 - 12 MINGGU
YUSUP KURNIA D1086029
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk Memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
Judul
: Morfometrik Ayam Sentul, Kampung dan Kedu pada Fase Pertumbuhan dari Umur 1-12 Minggu
Nama
: Yusup Kurnia
NIM
: D14086029
Menyetujui,
Pembimbing Utama,
(Ir. Sri Darwati, M.Si) NIP. 19631003 198903 2 001
Pembimbing Anggota,
(Ir. H. N. Mariandayani M.Si) NIP. 19580618 198503 2 001
Mengetahui: Ketua Departemen, Ilmu Produksi danTeknologi Peternakan
Prof. Dr. Ir. Cece Sumantri, M.Agr.Sc. NIP. 19591212 198603 1 004
Tanggal Ujian : 5 Mei 2011
Tanggal Lulus :
DAFTAR RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan pada tanggal 28 Oktober 1986 di Bandung, Jawa Barat. Penulis adalah anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Ayi Mulyadi dan Ibu Cucu Atikah. Pada tahun 1993 penulis masuk sekolah dasar di SD Negeri 1 Cisarua Bandung dan lulus pada tahun 1999. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan ke SLTP Negeri 1 Cisarua dan lulus pada tahun 2002, kemudian pada tahun yang sama penulis melanjutkan sekolah di SPP – SNAKMA Cikole Lembang Bandung lulus pada tahun 2005. Pada tahun 2005 penulis melanjutkan sekolah ke IPB dan diterima sebagai mahasiswa program Diploma, pada program keahlian Teknologi dan Manajemen Ternak (TMT) dan lulus pada tahun 2008.
Pada tahun yang sama
penulis diterima sebagai mahasiswa Program S1 Alih Jenis FAPET IPB.
KATA PENGANTAR Bismillahhirrahmaanirrahiim. Puji dan syukur penulis panjatkan kapada Allah SWT yang hanya dengan kemurahan rahmat, hidayah, pertolongan dan kekuatan sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan skripsi yang berjudul “ Morfometrik Ayam Sentul, Kampung dan Kedu pada Fase Pertumbuhan dari Umur 1-12 Minggu”. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Rasulullah SAW yang telah menjadi teladan bagi umat manusia, keluarga, syuhada serta ummatnya yang senantiasa berada dijalan Allah. Ayam lokal mempunyai potensi yang sangat besar dalam perkembangan peternakan Indonesia. Ayam lokal mempunyai potensi sebagai salah satu penghasil protein hewani untuk mensejahterakan dan mencerdaskan masyarakat Indonesia. Pelestarian keragaman genetik ternak diperlukan dalam upaya mempertahankan sifat-sifat khas ternak yang dapat dimanfaatkan di masa mendatang. Salah satu cara identifikasi keragaman genetik ayam lokal adalah mengukur morfologi dari tiap jenis ayam lokal Indonesia. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat diharapkan bagi penulis yang akan datang. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat dan memberikan informasi bagi pembaca.
Bogor, April 2011
Penulis
DAFTAR ISI Halaman RINGKASAN ……………………………………………………………
ii
ABSTRACT ……………………………………………………………..
iv
RIWAYAT HIDUP ……………………………………………………...
v
KATA PENGANTAR ………………………………………………….
viii
DAFTAR ISI …………………………………………………………….
iv
DAFTAR TABEL ………………………………………………………..
xi
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………..
xii
DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………..
xiii
PENDAHULUAN ………………………………………………………....
1
Latar Belakang …………………………………………………….. Tujuan …………………………………………………………….
1 2
TINJAUAN PUSTAKA ………………………………………….………..
3
Ayam Lokal ……………………………………………….………. Ayam Kampung …………………………………………………… Ayan Sentul ……………………………………………..……….… Ayan Kedu ………………………………………………..…….…. Hubungan Ukuran Tubuh dengan Bobot Badan ……………….….. Pertumbuhan ………………………………………………..….….. Morfometrik …………………………………………………….….
3 3 5 5 6 7 8
METODOLOGI PENELITIAN ……………………………………….…..
10
Lokasi dan Waktu …………………………………………………. Materi ……………………………………………………………… Ternak ………………………………………………………. Pakan ...................................................................................... Kandang …………………………………………………….. Peralatan ................................................................................. Prosedur …………………………………………………………… Persiapan Kandang dan Ternak .............................................. Penanganan Anak Ayam ................................................ Rancangan Percobaan ……………………………………………... Analisis Data ………………………………………………………. Peubah yang Diamati ………………………………………………
10 10 10 10 10 10 11 11 11 11 13 13
HASIL DAN PEMBAHASAN ……………………………………………
16
Keadaan Umum ……………………………………………………
16
Pengukuran Suhu dan Kelembaban ....................................... Mortalitas Ayam .................................................................... Hubungan Bobot Badan dengan Ukuran Tubuh ………………….. Bobot Badan ……………………………………………………… Panjang Shank …………………………………………………….. Panjang Paruh …………………………………………………….. Lebar Dada ……………………………………………………….. Panjang Punggung ………………………………………………... Lingkar Dada ………………………………………………………
16 16 17 20 24 28 31 35 39
KESIMPULAN …………………………………………………………….
43
UCAPAN TERIMA KASIH ........................................................................
44
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………….......
45
LAMPIRAN ………………………………………………………………..
48
DAFTAR TABEL Nomor
Halaman
1. Nilai Koefisien Korelasi Ukuran-ukuran Tubuh Terhadap Bobot Badan Ayam Sentul, Ayam Kampung dan Ayam Kedu Umur 1-12 Minggu………………………………………………………………
17
2a. Persamaan Regresi Ganda Antara Bobot Badan dan Ukuran Tubuh Ayam Sentul, Ayam Kampung dan Ayam Kedu umur 1-4 Minggu……………...….....................................................................
19
2b. Persamaan Regresi Ganda Antara Bobot Badan dan Ukuran Tubuh Ayam Sentul, Ayam Kampung dan Ayam Kedu pada Umur 5-12 Minggu................................................................................................
19
3. Rataan, Simpangan Baku dan Koefisien Keragaman Bobot Badan Pada Ayam Sentul, Kampung dan Kedu Umur 1-4 Minggu………………………………………………………............
20
4. Rataan, Simpangan Baku dan Koefisien Keragaman Bobot Badan pada Ayam Sentul, Kampung dan Kedu Umur 5-12 Minggu……………………………………………………….……..
22
5. Rataan, Simpangan Baku dan Koefisien Keragaman Panjang Shank pada Ayam Sentul, ayam Kampung dan Ayam Kedu Umur 1-4 Minggu…………………………………………………….…...…....
24
6. Rataan, Simpangan Baku dan Koefisien Keragaman Panjang Shank pada Ayam Sentul, ayam Kampung dan Ayam Kedu Umur 5-12 Minggu……………………………………………………………....
26
7. Rataan, Simpangan Baku dan Koefisien Keragaman Panjang Paruh pada Ayam Sentul, Ayam Kampung dan Ayam Kedu Umur 1-4 Minggu …….......................................................................................
28
8. Rataan, Simpangan Baku dan Koefisien Keragaman Panjang Paruh Ayam Sentul, Ayam Kampung dan Ayam Kedu Umur 5-12 Minggu……………………………………………………………....
30
9. Rataan, Simpangan Baku dan Koefisien Keragaman Lebar Dada Ayam Sentul, Ayam Kampung dan Ayam Kedu Umur 1-4 Minggu................................................................................................
32
10. Rataan, Simpangan Baku dan Koefisien Keragaman Lebar Dada Ayam Sentul, Ayam Kampung dan Ayam Kedu Umur 5-12 Minggu………………………………………………………………
34
11. Rataan, Simpangan Baku dan Koefisien Keragaman Panjang Punggung Ayam Sentul, Ayam Kampung dan Ayam Kedu Umur 14 Minggu……………………...............……………………………..
36
12. Rataan, Simpangan Baku dan Koefisien Keragaman Panjang Punggung Ayam Sentul, Ayam Kampung dan Ayam Kedu Umur 512 Minggu………………………………….......................................
38
13. Rataan, Simpangan Baku dan Koefisien Keragaman Lingkar Dada pada Ayam Sentul, Ayam Kampung dan Ayam Kedu Umur 1-4 Minggu……………………………………………………................
40
14. Rataan, Simpangan Baku dan Koefisien Keragaman Lingkar Dada Ayam Sentul, Ayam Kampung dan Ayam Kedu Umur 5-12 Minggu……………………………………………………………....
41
DAFTAR GAMBAR Nomor
Halaman
1. Ayam Kampung Jantan dan Betina………………………….............
4
2. Ayam Sentul Jantan dan Betina……………………...…………........
5
3. Ayam Kedu Jantan dan Betina………………………...……….........
6
4. Kandang Pemeliharaan .......................................................................
11
5. Bagian-bagian Tubuh Ayam yang Diamati………………..…….......
14
6. Rataan Bobot Badan Ayam Sentul, Kampung dan Kedu dari Umur 1-4 Minggu .........................................................................................
21
7. Grafik Bobot Badan pada Ayam Sentul, Kampung dan Kedu Umur 5-12 Minggu……………………………………..………………......
23
8. Grafik Panjang Shank pada Ayam Sentul, Kampung dan Kedu Umur 1-4 Minggu……………………..…………….......................
25
9. Grafik Panjang Shank pada Ayam Sentul, Kampung dan Kedu Umur 5-12 Minggu……………………..…………............................
27
10. Grafik Panjang Paruh pada Ayam Sentul, dan Kedu Umur 1-4 Minggu…………………………..………..........................................
29
11. Grafik Panjang Paruh Ayam Sentul, Kampung dan Kedu Umur 512 Minggu………………………………………...............................
31
12. Grafik Lebar Dada Ayam Sentul, Kampung dan Kedu Umur 1-4 Minggu................................................................................................
33
13. Grafik Lebar Dada Ayam Sentul, Kampung dan Kedu Umur 5-12 Minggu………………………………………………........................
35
14. Grafik Panjang Punggung Ayam Sentul, Kampung dan Kedu Umur 1-4 Minggu…………………………………….…….........................
37
15. Grafik Panjang Punggung Ayam Sentul, Kampung dan Kedu umur 5-12 Minggu………………………………........................................
39
16. Grafik Pertumbuhan Lingkar Dada Ayam Sentul, Kampung dan
Kedu umur 1-4 Minggu ................................................................... 17. Grafik Lingkar Dada Ayam Sentul, Ayam Kampung dan Ayam Kedu Umur 5-12 Minggu………………...……………………….....
40
42
DAFTAR LAMPIRAN Nomor
Halaman
1. Hasil Sidik Ragam Bobot Badan Ayam Sentul, Kampung dan Kedu Umur 1-4 Minggu ……………….………………..............................
49
2. Hasil Sidik Ragam Panjang Shank Ayam Sentul, Kampung dan Kedu Umur 1-4 Minggu…………………….………………............
49
3. Hasil Sidik Ragam Panjang Paruh Ayam Sentul, Kampung dan Kedu Umur 1-4 Minggu……………………….…………................
49
4. Hasil Sidik Ragam Lebar Dada Ayam Sentul, Kampung dan Kedu Umur 1-4 Minggu…………………………......................................
49
5. Hasil Sidik Ragam Panjang Punggung Ayam Sentul, Kampung dan Kedu Umur 1-4 Minggu…………………..………………...............
49
6. Hasil Sidik Ragam Panjang Shank Ayam Sentul, Kampung dan Kedu Umur 5-12 Minggu ………………………………….….........
50
7. Hasil Sidik Ragam Panjang Paruh Ayam Sentul, Kampung dan Kedu Umur 5-12 Minggu …………………….………….................
50
8. Hasil Sidik Ragam Panjang Tubuh Ayam Sentul, Kampung dan Kedu Umur 5-12 Minggu ………………………..…....…...............
50
9. Persamaam Regresi Ganda Ayam Sentul Umur 1-4 Minggu…………………………..……….........................................
51
10. Persamaam Regresi Ganda Ayam Kampung Umur 1-4 Minggu.…………………………………………..............................
51
11. Persamaan Regresi Ganda Ayam Kedu Umur 1-4 Minggu.…..........................................................................................
51
12. Persamaan Regresi Ganda Ayam Sentul betina Umur 5-12 Minggu..…………………………………….....................................
52
13. Persamaan Regresi Ganda Ayam Kampung betina Umur 5-12 Minggu………………………………………………………….......
52
14. Persamaan Regresi Ganda Ayam Kedu Betina Umur 5-12 Minggu
53
15. Persamaan Regresi Ganda Ayam Sentul Jantan Umur 5-12 Minggu
53
PENDAHULUAN Latar Belakang Ayam lokal mempunyai peranan yang cukup penting bagi masyarakat di Indonesia, seperti untuk memenuhi kebutuhan ekonomi, sumber protein dan hobi. Diantara ayam-ayam lokal ini ada beberapa jenis yang cukup dikenal masyarakat Indonesia antara lain ayam Kampung, Kedu dan Sentul. Ayam Kampung merupakan ayam yang mempunyai potensi yang cukup tinggi sebagai penghasil protein hewani asal unggas. Ayam Kampung mempunyai potensi sebagai penghasil telur dan daging (dwiguna). Ayam Sentul adalah ayam asli dari daerah Ciamis, Jawa Barat. Ayam Sentul lebih dikenal dengan sebutan ayam Kalawu, ayam Sentul mempunyai sifat yang lebih unggul dibandingkan dengan ayam Kampung karena pertumbuhan yang relatif cepat serta produksi telur yang tinggi. Ayam Kedu adalah ayam lokal yang terdapat di desa Kedu, Magelang. Ayam ini dibedakan berdasarkan warna bulu yaitu ayam Kedu Putih dan ayam Kedu Hitam. Pelestarian keragaman genetik ternak diperlukan dalam upaya mempertahankan sifat-sifat khas ternak yang dapat dimanfaatkan di masa mendatang. Salah satu cara identifikasi keragaman genetik ayam lokal Indonesia dapat dilakukan dengan mengamati ukuran tubuh dari tiap jenis ayam lokal. Upaya peningkatan produktivitas ayam Sentul,
Kampung dan Kedu tidak
cukup hanya dengan perbaikan pakan dan manajemen pemeliharaan, tetapi perlu dilakukan peningkatan mutu genetiknya dengan mempertahankan sifat-sifat yang khas ayam lokal tersebut. Setiap jenis ayam memiliki karakteristik yang khas baik ukuran maupun bentuk tubuh.
Ukuran-ukuran tubuh dapat digunakan untuk
mempelajari pertumbuhan dan perkembangan ternak. Menurut Wilson et al. (1977) ukuran-ukuran tulang berhubungan erat dengan sifat-sifat pertumbuhan.
Ternak
dengan ukuran tulang yang lebih besar cenderung tumbuh lebih cepat dan menghasilkan potongan karkas yang lebih besar dibandingkan dengan yang mempunyai ukuran tulang lebih kecil. Produktivitas yang tinggi merupakan faktor penting dalam suatu peternakan karena menentukan sukses tidaknya peternakan tersebut. Menurut Mansjoer (1981) terdapat beberapa sifat yang berhubungan dengan produktivitas unggas yaitu bobot
badan, lingkar dada, lebar dada dan panjang shank. Selanjutnya dikemukakan juga bahwa bobot badan mempunyai hubungan yang nyata dengan ukuran tubuh tersebut. Berdasarkan alasan diatas, penelitian ini dilakukan untuk menambah informasi mengenai bobot badan dan ukuran-ukuran tubuh pada ayam Sentul, Kampung dan Kedu. Ukuran tubuh yang diamati meliputi panjang shank, panjang paruh, lebar dada, panjang tubuh dan lingkar dada. Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat digunakan untuk menunjang penelitian lebih lanjut dalam mengembangkan peternakan ayam lokal khususnya ayam Sentul, Kampung dan Kedu. Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk melengkapi data morfometrik ayam Kampung, Sentul dan Kedu pada fase pertumbuhan dari umur 1-12 minggu. Serta ukuran tubuh yang dapat digunakan untuk menduga bobot badan. Manfaat Penelitian ini bermanfaat untuk mengetahui perbedaan dari pertumbuhan ayam lokal yang diamati.
TINJAUAN PUSTAKA Ayam Lokal Ayam di dunia berasal dari daerah Selatan India, pegunungan Himalaya, Assam, Burma, Ceylon dan beberapa daerah di pulau Sumatra dan Jawa. Ditemukan empat spesies ayam liar yang masih dalam satu genus yaitu Gallus. Empat spesies tersebut adalah (1) Gallus gallus atau Gallus bankiva (Ayam Hutan Merah), (2) Gallus lafayetti (Ayam Hutan Ceylon), (3) Gallus sonneratii atau ayam Hutan Abuabu dan (4) Gallus varius (Ayam Hutan Java) (Crawford, 1990). Ayam Indonesia termasuk dalam Phylum Chordata, Subphylum Vertebrata, Class Aves, Subclass Neonithes, Ordo Galliformes, Genus Gallus, Spesies Gallus gallus (Diwyanto, 2007). Ayam lokal Indonesia yang menyebar di seluruh kepulauan Indonesia memiliki beberapa rumpun dengan karakteristik morfologis yang berbeda dan khas berdasarkan daerah asal. Sampai saat ini telah diidentifikasi sebanyak 31 rumpun ayam lokal, yaitu ayam Kampung, Pelung, Sentul, Wareng, Lamba, Ciparage, Banten, Nagrak, Rintit/Walik, Siem, Kedu Hitam, Kedu Putih, Cemani, Sedayu, Olagan, Nusa Penida, Merawang/Merawas, Sumatra, Balenggek, Melayu, Nunukan, Tolaki, Jepun, Ayunai, Tukung, Bangkok, Brugo, Bekisar, Cangehgar/Cukir/Alas dan Kasintu (Sartika dan Iskandar, 2007). Ayam lokal Indonesia selain dipelihara sebagai ayam pedaging dan petelur juga merupakan hewan kesayangan yang bermanfaat sebagai penghias halaman, aduan, keperluan ritual atau sebagai pemberi kepuasan melalui suara kokok yang merdu. Informasi dasar yang meliputi ciri spesifik, asal usul, performa dan produktivitas diperlukan sebagai sumber daya genetik ternak ayam lokal lebih dikenal dan lebih dikembangkan secara berkelanjutan (Sulandari et al., 2007). Ayam Kampung Ayam Kampung adalah ayam asli Indonesia yang hampir dapat ditemukan diseluruh daerah Indonesia. Ayam ini termasuk dalam 31 galur ayam lokal (Nataamijaya, 2000). Genus dari ayam Kampung adalah Gallus gallus dan spesies dari ayam ini adalah Gallus domesticus (Brakely dan Bone, 1985).
Sumber: Diwyanto (2007)
Gambar 1. Ayam Kampung Jantan dan Betina. Sulandari et al. (2007) menyatakan bahwa ayam Kampung dapat diketahui dari bentuk tubuh yang ramping, kaki yang panjang dan warna bulu yang beragam. Sifat fenotipe dan genotipe ayam Kampung masih bervariasi seperti warna bulu yang masih beragam yaitu warna hitam, tipe liar, pola kolumbian, bulu putih dan bulu lurik. Bentuk jengger ayam Kampung juga bervariasi yaitu tunggal, rose, pea, walnut. Nataamijaya (2005) menyatakan bahwa rataan bobot badan ayam Kampung 2.405,141 ± 151,510 g (jantan) dan 1.650,00 ± 124,31 g (betina). Panjang shank ayam Kampung jantan adalah 26,30 ± 1,73 cm dan betina adalah 20,04 ± 1,56 cm. Panjang leher ayam Kampung jantan adalah 19,12 ± 1,40 cm dan betina 21,01 ± 0,92 cm. Panjang tulang punggung ayam Kampung jantan 22,40 ± 2,16 cm dan betina adalah 22,34 ± 2,47 cm. Nugraha (2007) menyatakan bahwa tulang femur pada jantan ayam Kampung adalah 102,29 ± 6,45 mm; sedangkan pada betina adalah 83,48 ± 3,79 mm. Panjang tibia jantan adalah 152,95 ± 10,24 mm; sedangkan betina 123,14 ± 5,92 mm. Panjang shank pada jantan adalah 110,04 ± 9,11 mm; sedangkan betina 85,81 ± 4,82 mm. Lingkar shank pada jantan adalah 53,29 ± 7,44 mm; sedangkan pada betina 39,64 ± 3,02 mm. Panjang jari ketiga pada jantan 64,27 ±5,93 mm; sedangkan pada betina 52,64 ± 5,16 mm panjang sayap pada jantan adalah 234,79 ± 15,10 mm; sedangkan pada betina 192,14 ± 11,61 mm. Tinggi jengger pada jantan adalah 49,45 ± 19,40 mm; pada betina 16,84 ±10,09 mm. Ayam Kampung menghasilkan telur dan karkas yang lebih kecil dibandingkan telur dan daging ayam ras, sedangkan harga produk ayam Kampung lebih mahal (Yusdja et al., 2005). Sulandari et al. (2007) menyatakan bahwa manfaat dan keunggulan ayam Kampung adalah sebagai penghasil daging dan telur serta
tahan terhadap penyakit. Ayam Kampung mudah dikenali karena banyak berkeliaran di desa-desa hampir di seluruh wilayah Indonesia. Ayam Sentul Ayam Sentul merupakan ayam lokal di Kabupaten Ciamis Jawa Barat. Ayam Sentul dipelihara secara semi intensif dan dapat dijadikan komoditas untuk meningkatkan pendapatan masyarakat Ciamis (Iskandar et al., 2004). Dijelaskan pula bahwa kepemilikan ayam Sentul per kepala keluarga relatif kecil meskipun ayam ini tersebar di beberapa kecamatan di Kabupaten Ciamis. Menurut Diwyanto (1994) ayam Sentul mempunyai keunggulan yaitu sebagai penghasil daging dan telur (tipe dwi guna), bobot badan ayam Sentul jantan 1,3 - 3,5 kg dan ayam betina 0,8 – 2,2 kg, produksi telur 118 butir/tahun.
Gambar ayam Sentul jantan dan betina dapat
dilihat pada Gambar 2.
Sumber: Diwyanto (2007)
Gambar 2. Ayam Sentul Jantan dan Betina. Ciri khas ayam Sentul adalah warna bulunya didominasi oleh warna abu-abu baik pada jantan maupun betina. Intensitas warna abu-abu pada betina bervariasi dari abu kehitaman, abu-abu tua, abu-abu muda dan sedikit warna coklat pada dada tetapi pada jantan, variasi bulu tidak sebanyak seperti pada betina. Jantan umumnya berwarna abu-abu disertai warna merah pada bagian leher, punggung dan pinggul. Bentuk jengger pada ayam Sentul yaitu single dan pea. Bentuk postur tubuh ayam Sentul menyerupai ayam Kampung dengan tubuh yang lebih padat dan kompak. Kulit berwarna putih dan kuning, sedangkan shank berwarna abu-abu, putih dan kuning (Nataamijaya et al., 1993).
Ayam Kedu Dikenal dua macam ayam Kedu yaitu ayam Kedu hitam dan Kedu putih. Ayam Kedu hitam mempunyai bulu hitam bercahaya hijau
seperti kumbang
sedangkan kulitnya berwarna kuning serta bentuk jenggernya adalah tunggal. Pial, jengger dan telinganya pada masa kecil berwarna hitam (Hardjosubroto dan Atmodjo, 1977). Bobot badan ayam Kedu hitam jantan dewasa sekitar 1,7 – 2,4 kg dan betinanya sekitar 1 – 1,6 kg dan keunggulan dari ayam Kedu hitam adalah sebagai produksi telur dengan produksi 123,9 butir/tahun
(Diwyanto, 2007).
Gambar ayam Kedu jantan dan betina dapat dilihat pada Gambar 3.
A
B
Sumber: Diwyanto (2007)
Gambar 3. Ayam Kedu Jantan dan Betina. Menurut Sartika (1994) ayam Kedu putih mempunyai ciri sepintas mirip ayam White Leghorn, berwarna putih polos, jengger, pial, cuping berwarna merah, langitlangit mulut berwarna putih, kaki (shank) berwarna putih/kuning dan bentuk jenggernya tunggal. Selanjutnya keunggulan dan pemanfaatan ayam Kedu putih adalah sebagai penghasil telur dan daging, kadang kala diperlukan untuk upacara keagamaan. Bobot badan ayam Kedu putih jantan sekitar 1,7 – 2,5 kg dan ayam betina sekitar 1,2 – 1,5 kg dengan produksi telur 197 butir/tahun. Hubungan Ukuran Tubuh dengan Bobot Badan Mansjoer (1981) meneliti hubungan bobot badan masing-masing dengan panjang shank, panjang betis, panjang paha, panjang dada, lingkar tarsometatarsus dan lingkar dada dan diperoleh hubungan yang nyata antara bobot badan dengan panjang tibia (r=0,98) dan bobot badan dengan panjang paha (r=0,98). Selain itu, dikemukakan pula bahwa terdapat hubungan yang nyata antara panjang shank dengan bobot badan (r=0,98) dan lingkar dada dengan bobot badan (r=0,95), serta
tidak didapatkan hubungan antara panjang dada dengan bobot badan (r=0,95) dan lingkar tarsometatarsus dengan bobot badan (r=0,96). Selanjutnya Mansjoer (1981) menyimpulkan, bahwa panjang shank merupakan penduga yang paling tepat untuk penentuan bobot badan. Jull (1951) menyatakan, bahwa panjang kaki (a) mempunyai korelasi positif dengan bobot tubuh, dan (b) menentukan komposisi tubuhnya. Namun demikian, dikatakan bahwa dalam seleksi ayam untuk produksi daging, ayam yang mempunyai kaki terlalu panjang dianjurkan untuk disingkirkan, karena kurang menguntungkan. Pertumbuhan Pertumbuhan secara umum didefinisikan sebagai peningkatan ukuran atau volume dari mahkluk hidup. Pertumbuhan terjadi pada dua fase utama yaitu fase prenatal dan fase postnatal. Pertumbuhan prenatal terjadi sebelum hewan lahir sedangkan pertumbuhan postnatal terjadi setelah hewan lahir (Herren, 2000). Selanjutnya Soeparno (1998) menyatakan bahwa pertumbuhan adalah perubahan ukuran yang meliputi perubahan berat badan hidup, bentuk, dimensi linier dan komposisi tubuh, termasuk perubahan komponen-komponen tubuh seperti linier dan komposisi tubuh seperti otot, lemak tulang dan organ serta komponen-komponen kimia, terutama air, lemak, protein dan abu pada karkas. Soeparno (1998) menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan adalah genetik, jenis kelamin, hormon dan kastrasi. Perbedaan laju pertumbuhan di antara bangsa dan individu ternak di dalam suatu bangsa terutama disebabkan oleh perbedaan ukuran dewasa tubuh. Jenis kelamin juga mempengaruhi pertumbuhan karena dibandingkan dengan ternak betina, ternak jantan biasanya tumbuh lebih cepat dan lebih berat pada umur yang sama. Kristian (2005) melaporkan bahwa jantan mempunyai ukuran-ukuran tubuh yang lebih besar dibandingkan dengan betina pada ayam Pelung dan Bangkok. Tubuh hewan akan mengalami pertumbuhan yang cepat sejak hewan lahir sampai dewasa kelamin. Setelah dewasa kelamin pertumbuhan hewan masih berlanjut walaupun pertumbuhan berjalan dengan lambat tetapi pertumbuhan tulang dan otot pada saat itu telah berhenti (Herren, 2000).
Jaringan tubuh mencapai pertumbuhan maksimal dengan urutan dari jaringan syaraf, tulang, otot dan lemak. Selama periode pertumbuhan postnatal tulang tumbuh lebih awal dibandingkan dengan pertumbuhan otot dan lemak, sedangkan rusuk paling akhir (Soeparno, 1998). Ukuran tubuh dari hewan tergantung dari ukuran dan nilai dari tulang dan otot di tubuh hewan tersebut (Herren, 2000). Pertumbuhan dipengaruhi oleh faktor eksogenous (pakan) dan faktor endogenous (hormon) (Lawrence dan Fowler, 1997). Morfometrik Morfometrik diartikan sebagai suatu cara yang mencakup pengukuran bentuk atau suatu cara pengukuran yang memungkinkan sesuatu untuk diuji. Berdasarkan pengertian diatas, maka terdapat dua komponen besar mengenai morfometrik, yaitu size atau ukuran dan shape atau bentuk. Size dapat diartikan sebagai dimensi, besar, volume, ukuran relatif, sedangkan shape atau bentuk diartikan sebagai model, pola, karakteristik sebagai pembeda panampilan eksternal (Biology Online Team, 2005). Warwick et al. (1995) menyatakan bahwa sifat kuantitatif penting dalam bidang peternakan. Beberapa sifat kuantitatif yang penting adalah bobot badan, panjang jari ketiga, panjang maxilla panjang femur, panjang shank dan lingkar shank (tarsometatarsus), panjang jari ketiga, panjang sayap dan tinggi jengger (Hutt, 1949). Dinyatakan lebih lanjut bahwa beberapa sifat yang berhubungan dengan produktivitas unggas yaitu panjang shank, panjang maxilla, lingkar dada, panjang paha dan dada. Frandson (1992) menyatakan bahwa tulang memberi dasar pada struktur eksternal dan wujud hewan. Tulang-tulang yang berpengaruh pada wujud ternak adalah humerus, ulna, radius, tibia, femur, fibula, metatarsalia dan falanges. Skeleton ayam yang dibentuk oleh tulang merupakan struktur hidup dengan fungsi utama sebagai pelindung tubuh yang memberikan kekerasan dan bentuk pada tubuh, berperan sebagai pengungkit, tempat cadangan mineral dan memberikan fasilitas tempat untuk pembentukan darah. Tulang panjang mempunyai fungsi sebagai pengungkit dan memperkuat penyokong, gerak dan prehensi. Tulang adalah jaringan yang mempunyai respon tinggi pada lingkungan (Frandson, 1992). Sifat yang berhubungan dengan produktivitas adalah sternum, panjang shank, lingkar metatarsus, lingkar dada, panjang paha dan dada (Crawford,
1990). Ukuran dari tulang paha, betis dan shank serta perbandingan antara panjang shank dengan lingkar shank menunjukkan nilai-nilai yang efektif untuk pendugaan konformasi tubuh. Ukuran tubuh ayam dipengaruhi oleh jengger, panjang tibia, panjang sayap dan panjang femur (Nishida et al., 1980).
METODOLOGI PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Bagian Pemuliaan dan Genetika Ternak Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Adapun lama penelitian tiga bulan dari bulan Juli sampai bulan September 2010. Materi Ternak Ternak yang digunakan dalam penelitian ini adalah tiga jenis ayam lokal terdiri ayam Kampung, Sentul dan Kedu masing-masing berjumlah 25 ekor yang berumur satu hari. Ayam Kampung diperoleh dari peternak di daerah Leuwiliang sedangkan ayam Sentul dari peternak di daerah Ciamis dan ayam Kedu dari peternak di daerah Temanggung. Pakan Pakan yang diberikan pada ayam selama penelitian adalah pakan komersil yang diproduksi oleh PT Charoen Phokphan Indonesia BR 12 yang mengandung protein 19-21% dan energi metabolis 2920-3020 Kcal/kg. Pakan dan air minum diberikan ad libitum. Pakan yang digunakan pada penelitian juga dianalisa proksimat, hasil dari analisa proksimat adalah bahan kering 89,60%, protein kasar 22,77%, abu 4,78%, serat kasar 4,02%, lemak kasar 4,01%, Beta-N 25,98%, kalsiun 1,20%, fospor 0,46 dan energi bruto 4069 kal/gram. Kandang Kandang yang digunakan pada penelitian sebanyak dua buah dengan ukuran masing-masing kandang, 120 x 250 x 200 cm dan 150 x 64 x 150 cm. Kandang terbuat dari kayu dengan dinding kawat. Tiap kandang dilengkapi dengan tempat pakan dan air minum serta alas kandang diberi sekam padi. Gambar kandang dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Kandang Ayam Pemeliharaan Peralatan Peralatan yang digunakan pada penelitian ini adalah jangka sorong digital dengan ketelitian hingga 0,05 cm, pita ukur, gunting, timbangan dan termometer untuk mengukur suhu dan kelembaban. Peralatan pendukung lainnya yang digunakan adalah lembar isian yang berisikan data-data yang akan diamati, alat tulis dan kamera digital Prosedur Persiapan Kandang dan Ayam Sebelum ternak datang dilakukan persiapan kandang meliputi pembersihan ruangan kandang dari kotoran dan debu, membersihkan lantai, menempatkan kandang ayam ke dalam ruangan laboratorium, memasang bola lampu 60 watt pada setiap kandang untuk pemanas buatan (booder),
memberikan alas (koran) pada
masing-masing lantai kandang, menyiapkan tempat pakan dan air minum. Pada saat anak ayam datang, terlebih dahulu dilakukan penimbangan bobot badan untuk memperoleh kisaran berat badan awal. Setelah itu ayam-ayam dikelompokkan menjadi tiga kelompok berdasarkan jenis ayam yaitu ayam Kampung, ayam Sentul dan Ayam Kedu. Penempatan ayam ke masing-masing kandang dilakukan secara acak.
Penomoran anak ayam dengan memasangkan alumunium bernomor pada
sayap (wing band).
Penanganan Anak Ayam Pada minggu pertama, pakan diberikan dengan cara menaburkan di atas kertas koran pada lantai kandang. Pakan yang diberikan pada anak ayam adalah pakan komersil yang diproduksi oleh PT Charoen Phokphan Indonesia yaitu ransum untuk ayam pedaging fase starter. Untuk membantu menanggulangi adanya cekaman akibat penanganan pada minggu pertama, pada keadaan cuaca tidak baik maka ayam diberi vitamin (vitachik) yang dilarutkan dalam air dengan dosis 5 g tiap 12 l air minum. Vaksinasi ND La sota melalui tetes mata dengan dosis 0,1 ml untuk vaksin aktif dan injeksi subcutan untuk vaksin inaktif dosis 0,2 ml dilakukan pada saat ayam berumur 4 hari dan 4 minggu. Vaksinasi gumboro dilakukan pada umur 6 minggu dosis 0,2 ml. Rancangan Percobaan Pada penelitian ini digunakan dua rancangan percobaan untuk ayam umur 1-4 minggu menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Selanjutnya Rancangan Acak Lengkap pola faktorial digunakan untuk menganalisis penelitian saat ayam berumur 5-12 minggu. Adapun formulasi untuk Racangan Acak Lengkap (RAL) sebagai berikut (Steel dan Torrie, 1993): Yij = µ + Pi + єij Keterangan : Yij
= nilai pengamatan
µ
= nilai tengah umum
Pi
= pengaruh perlakuan ke jenis ayam
Єij
= pengaruh galat percobaan dari perlakuan ke i pada ulangan ke j Rancangan Acak Lengkap pola faktorial, terdiri dari 2 faktor yaitu faktor
pertama jenis ayam (ayam Kampung, Kedu dan Sentul) dan faktor kedua adalah jenis kelamin (jantan dan betina). Model matematika dari rancangan adalah sebagai berikut (Steel dan Torrie, 1993):
Yijk = µ + αi + βj + (αβ)ij+ єijk Keterangan : Yijk
= Nilai pengamatan pada faktor A (jenis ayam) taraf ke-i dan faktor B (jenis kelamin) taraf ke-j dan ulangan ke-k
µ
= Rataan umum pengamatan
αi
= Pengaruh jenis ayam (i= ayam Kampung, Kedu, Sentul)
βj
= Pengaruh jenis kelamin (jantan dan betina), j = 1, 2
(αβ)ij = Pengaruh interaksi antara jenis ayam dan jenis kelamin єijk
= Pengaruh galat jenis ayam dan jenis kelamin pada ulangan k = i Keeratan hubungan antara bobot badan dengan ukuran-ukuran tubuh dianalisis
dengan menggunakan analisis korelasi (Steel dan Torrie, 1993), dengan model matematis sebagai berikut :
r
= koefisien korelasi bobot badan dengan ukuran tubuh = ukuran tubuh = rerata ukuran tubuh = bobot badan = rerata bobot badan
Selain itu juga di analisa regresi linier ganda. Adapun model matematika untuk regresi linier ganda adalah sebagai berikut (Steel dan Torrie, 1993) dengan persamaan : Y = β0 + β 1X1 + β 2X2 + β3X3… + β nXn Keterangan : Y
= bobot badan
X1 - Xn = ukuran-ukuran tubuh β0
= konstanta
β1 - βn = koefisien regresi
Analisis Data Data yang diperoleh dari penelitian dianalisis ragam (ANOVA) menggunakan program minitab 14, apabila hasil analisis berbeda nyata maka akan dilanjutkan dengan uji Tukey’s. Selain itu data dianalisis korelasi dan regresi berganda untuk mengetahui peubah yang menentukan pertumbuhan ayam. Peubah yang Diamati Bobot Badan (Y) Bobot badan diperoleh dengan cara ayam ditimbang menggunakan timbangan, dalam satuan gram. Panjang Shank (PS) Pengukuran shank dilakukan sepanjang tulang tarsometatarsus dengan menggunakan jangka sorong, dalam satuan mm. Panjang Paruh (PPr) Pengukuran paruh dilakukan dari hidung sampai ujung paruh dengan menggunakan jangka sorong, dalam satuan mm. Lebar Dada (LeD) Lebar dada diperoleh dengan mengukur jarak antara tulang sternum bagian kiri dan bagian kanan dengan menggunakan jangka sorong mm Panjang Punggung (PP) Pengukuran panjang punggung dilakukan diantara persendian tulang leher dan tulang punggung sampai perbatasan tulang ekor dengan menggunakan pita ukur, dalam satuan cm. Lingkar Dada (LD) Pengukuran lingkar dada dilakukan dari bagian punggung sampai bagian dada dengan cara melingkarkan pita ukur, dalam satuan cm
A
B
C
D E
Sumber : Sisson dan Grossman (1953) Keterangan : A = paruh, B = panjang punggung, C = lingkar dada, D = lebar dada, E = panjang shank
Gambar 5. Bagian-bagian Tubuh Ayam yang Diamati
HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Pengukuran Suhu dan Kelembaban Selama penelitian dilakukan pengukuran terhadap suhu dan kelembaban kandang tempat pemeliharaan. Pengukuran suhu dan kelembaban dilakukan setiap pagi jam 07.00-08.00, siang jam 12.00-13.00, sore hari jam 16.00-17.00 dan malam jam 21.00-22.00 pada setiap harinya.
Rataan suhu pada pagi hari adalah
24,69±8,74 oC, pada siang hari 29,45±11,51oC, pada sore 27±10,25 oC dan pada malam hari 25,28±10,81oC. Menurut Gunawan dan Sihombing (2004) suhu yang nyaman bagi ayam buras belum diketahui, namun diperkirakan berada pada kisaran suhu
18-25 oC. Suhu di kandang pada saat pemeliharaan ayam tidak nyaman pada
siang hari, sehingga menyebabkan ayam lebih suka mengkonsumsi air daripada mengkonsumsi pakan. Kelembaban rata-rata kandang pada pagi, siang, sore dan malam hari masingmasing
adalah
71,68±8,48%;
59,48±10,23%;
58,2±8,62%;
90,91±9,14%.
Kelembaban ideal menurut Bell dan Weaver (2002) adalah antara 60-70%. Kelembaban yang terlalu tinggi pada kandang disebabkan karena seringnya hujan pada saat penelitian berlangsung. Salah satu cara untuk mengurangi kelembaban adalah dengan menyalakan lampu ruangan, membuka semua jendela yang ada dan lebih sering mengganti alas litter pada kandang. Mortalitas Ayam Pada waktu penelitian memasuki minggu ketiga dan keempat penelitian, banyak ayam yang sakit kemudian mati. Jumlah ayam yang mati pada ayam Sentul sebanyak 19%, ayam Kampung 72% dan ayam Kedu 64%. Penyebabnya adalah seringnya hujan yang membuat kandang dan sekitarnya menjadi lembab, selain itu juga ayam belum dewasa sehingga ternak rentan terhadap serangan penyakit. Menurut hasil analisa Laboratorium Patologi Fakultas Kedokteran Hewan IPB, penyebab kematian ternak adalah karena serangan gumboro. Gumboro biasanya menyerang pada ayam-ayam muda umur 3-6 minggu (Diwyanto, 2007). Pada ayam yang sakit diberikan antibiotik tetrachlor dengan tujuan untuk meningkatkan daya tahan tubuh (tindakan kuratif/penyembuhan).
Hubungan Bobot Badan dengan Ukuran Tubuh Korelasi antara bobot badan dengan bagian tubuh ayam Sentul, ayam Kampung dan ayam Kedu memberikan hasil yang beragam dari umur 1-12 minggu. Nilai korelasi antara ukuran-ukuran tubuh dengan bobot badan pada ayam Sentul, ayam Kampung dan ayam Kedu dapat ditunjukkan pada Tabel 1. Tabel 1. Nilai Koefisien Korelasi Ukuran-ukuran Tubuh dengan Bobot Badan Ayam Sentul, Kampung dan Kedu Umur 1-12 Minggu. Umur (Minggu) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Koefisien Korelasi Ukuran Tubuh dengan Bobot Badan (r) Panjang Panjang Lebar Panjang Lingkar Shank Paruh Dada Tubuh Dada 0,084 -0,056 0,188 0,012 0,268* 0,049 0,150 0,170 0,138 0,320** 0,110 0,218 0,176 0,090 0,349** 0,455** 0,338** 0,316** 0,228 0,371** 0,669** 0,477** 0,326* 0,159* 0,552** 0,705** 0,530** 0,468** -0,025 0,606** 0,667** 0,442** 0,508** -0,003 0,661** 0,617** 0,444** 0,648** 0,019 0,551** 0,750** 0,329* 0,580** -0,002 0,679** 0,720** 0,283* 0,506** 0,220 0,665** 0,738** 0,319* 0,548** 0,341* 0,4232** 0,724** 0,361** 0,544** 0,269* 0,242**
Keterangan: ** Sangat nyata (P<0,01) * Nyata (P<0,05)
Hasil analisis korelasi pada Tabel 1 menunjukkan panjang shank, panjang paruh, lebar dada, panjang tubuh dan lingkar dada merupakan peubah yang bisa digunakan sebagai penduga bobot badan. Sesuai dengan pendapat Mansjoer (1985) bahwa bagian-bagian tubuh tersebut merupakan parameter-parameter pertumbuhan, dan berkorelasi positif dengan produksi daging yang dihasilkan (Mansjoer, 1981). Analisis korelasi pada Tabel 1 untuk umur 1-3 minggu tidak menunjukkan hubungan yang nyata antara panjang shank, panjang paruh, lebar dada dan panjang tubuh dengan bobot badan.
Lingkar dada menunjukkan hubungan yang nyata
dengan bobot badan pada umur 1-3 minggu. Pada umur 1, 2, 3 minggu nilai korelasi yang tertinggi dan nyata yaitu lingkar dada dengan panjang shank, panjang paruh, lebar dada dan panjang tubuh. Adapun nilai korelasi lingkar dada dengan bobot badan pada minggu 1, 2, 3 masing-masing 0,268; 0,320 dan 0,349.
Pada umur empat minggu untuk panjang tubuh tidak menunjukkan hubungan yang nyata dengan bobot badan. Panjang shank, panjang paruh, lebar dada dan lingkar dada menunjukkan hubungan yang nyata dengan bobot badan dari umur 4 minggu. Nilai korelasi yang tertinggi pada umur 4 minggu yaitu panjang shank dengan bobot badan (r= 0,455) dibandingkan ukuran tubuh yang lain dengan bobot badan yaitu lingkar dada, panjang paruh, lebar dada dan panjang tubuh. Pada umur 4-12 minggu ukuran tubuh yang mempunyai korelasi positif dan nyata dengan bobot badan adalah panjang shank, panjang paruh, lebar dada dan lingkar dada.
Panjang shank mempunyai nilai korelasi yang lebih tinggi
dibandingkan dengan peubah lainnya dengan bobot badan.
Panjang punggung
mempunyai nilai korelasi positif dengan bobot badan pada umur 5, 11 dan 12 minggu. Berdasarkan hasil analisis korelasi ukuran tubuh dengan bobot badan maka untuk menduga bobot badan dari ukuran tubuh dapat dilakukan dengan mengukur salah satu dari panjang shank, panjang paruh, lebar dada maupun lingkar dada. Adapun panjang shank merupakan penduga yang paling cocok dibandingkan dengan panjang paruh, lebar dada dan lingkar dada karena mempunyai korelasi yang tinggi dan nyata dengan bobot badan pada umur 4-12 minggu. Hasil analisis regresi berganda antara bobot badan dan ukuran tubuh pada ayam Sentul, ayam Kampung dan ayam Kedu dari umur 1-12 minggu memberikan hasil yang beragam. Nilai koefisien determinasi untuk regresi linier berganda antara bobot badan dan ukuran tubuh dari umur 1-4 minggu ditampilkan pada Tabel 2a, sedangkan umur 5-12 minggu ditampilkan pada Tabel 2b. Pada Tabel 2a menunjukkan hasil analisis linier ganda pada ayam Sentul, Kampung dan Kedu pada umur 1-4 minggu. Ayam Kampung mempunyai nilai koefisien determinasi paling tinggi dibandingkan dengan ayam Sentul dan Kedu yaitu sebesar 54,7%. Persamaan regresi untuk bobot badan dengan ukuran tubuh ayam Kampung adalah Y = - 569 + 6,84 PS – 5,26 PPrh + 7,97 LeD + 27,5 PP + 13,2 LD. Tabel 2b menunjukkan hasil analisis linier ganda pada ayam Sentul, Kampung dan Kedu pada umur 5-12 minggu. Dari hasil analisis regresi ganda menunjukkan panjang shank, panjang paruh, lebar dada, panjang punggung dan lingkar dada pada
umur tujuh minggu merupakan peubah terbaik sebagai penduga terhadap bobot badan dibandingkan pada umur lainnya. Nilai koefisien determinasi ayam Kampung jantan yaitu sebesar 99,9% dengan persamaan Y = - 381 + 13,1 PS + 0,32 PPrh + 7,30 LeD + 29,1 PP - 38,2 LD. Pada ayam Sentul betina, ukuran tubuh umur tujuh minggu merupakan peubah terbaik sebagai penduga bobot badan dibanding pada umur lainnya.
Panjang shank, panjang paruh, lebar dada, panjang punggung dan
lingkar dada adalah peubah terbaik pada ayam Sentul betina untuk menduga bobot badan. Nilai determinasi untuk ayam Sentul betina sebesar 92,7% dengan persamaan Y = - 376 + 3,18 PS + 9,97 PPrh + 4,28 LeD – 8,16 PP + 17,7 LD. Tabel 2a. Persamaan Regresi Ganda Antara Bobot Badan dan Ukuran Tubuh Ayam Sentul, Kampung dan Ayam pada Umur 1-4 Minggu. Jenis Ayam
Persamaan Regresi Berganda
R-Sq (Adj) (%)
Kampung
Y = - 569 + 6,84 PS – 5,26 PPrh + 7,97 LeD + 27,5 PP + 13,2 LD
54,7%
Sentul
Y = - 406 + 2,23 PS + 12,1 PPrh + 8,12 LeD + 6,2 PP + 9,05 LD
42,3%
Kedu
Y = - 679 + 1,74 PS + 6,0 PPrh + 10,9 LeD + 25,7 PP + 19,0 LD
37,7%
Keterangan: Y = Bobot Badan; PS = Panjang Shank; PPrh = Panjang Paruh Led = Lebar Dada; PP = Panjang Punggung; Ld = Lingkar dada.
Tabel 2b. Persamaan Regresi Ganda Antara Bobot Badan dan Ukuran Tubuh Ayam Sentul, Kampung dan Kedu pada Umur 5-12 Minggu. Jenis Ayam Kampung
Jenis Kelamin Betina
Persamaan Regresi Berganda
Kedu
Betina
Y = - 603 + 7,21 PS + 4,6 PPrh – 1,79 LeD – 5,87 PP + 32,9 LD
87,9%
Sentul
Betina
Y = - 376 + 3,18 PS + 9,97 PPrh + 4,28 LeD – 8,16 PP + 17,7 LD
92,7%
Jantan
Y = - 381 + 13,1 PS + 0,32 PPrh + 7,30 LeD + 29,1 PP - 38,2 LD
99,9%
Y = - 643 + 4,64 PS – 2,23 PPrh + 4,11 LeD + 33,2 PP 5+ 19,8 LD
R-Sq (Adj) (%) 82,7%
Keterangan: Y = Bobot Badan; PS = Panjang Shank; PPrh = Panjang Paruh Led = Lebar Dada; PP = Panjang Punggung; Ld = Lingkar dada
Bobot Badan Rataan bobot badan ayam Sentul, ayam Kampung dan ayam Kedu dari umur 1-4 minggu ditampilkan pada Tabel 3. Adapun rataan bobot badan ayam Sentul, ayam Kampung dan ayam Kedu umur 5-12 minggu pada Tabel 4. Tabel 3. Rataan, Simpangan Baku dan Koefisien Keragaman Bobot Badan pada Ayam Sentul, Kampung dan Kedu Umur 1-4 Minggu. Umur (minggu) 1 2 3 4
Bobot Badan Sentul (n = 25) Kampung (n = 25) Kedu (n = 25) ----------------------------------- (g) ----------------------------------------------
93,25±3,58 (6%) 136,46±3,95a (1,21%) 179,03±4,25A (2%) 241,10±4,52
92,65±4,07 (4,4%) 154,59±29,58b (1,91%) 216,55±10,17B (1,86%) 260,62±45,49
91,82±4,99 (5,4%) 139,26±21,25a (1,53%) 184,89±39,77A (2,15%) 236.62±48,38
(1,76%) (1,75%) (2,05%) Keterangan: Huruf besar yang berbeda pada baris yang sama menyatakan sangat berbeda nyata (P<0,01), huruf kecil yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan berbeda nyata (P<0,05)
Pertumbuhan ayam Sentul, ayam Kampung dan ayam Kedu pada umur satu minggu menunjukkan tidak berbeda nyata. Artinya bobot badan antara ayam Sentul, ayam Kampung dan ayam Kedu sama pada umur satu minggu. Ayam Sentul menunjukkan rataan bobot badan lebih tinggi dibandingkan ayam Kampung dan ayam Kedu. Pada saat ayam berumur dua minggu, hasil sidik ragam menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05). Rataan bobot badan ayam Kampung lebih tinggi dibanding ayam Kedu dan ayam Sentul. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perbedaan yang sangat nyata (P<0,01) antara ayam Kampung dengan ayam Sentul dan Kedu pada umur tiga minggu, tetapi ayam Sentul dan ayam Kedu tidak menunjukkan perbedaan yang nyata. Pada umur tersebut rataan bobot badan ayam Kampung lebih tinggi dibandingkan dengan ayam Kedu dan ayam Sentul. Pada umur empat minggu hasil analisis ragam menunjukkan tidak berbeda nyata antar ketiga jenis ayam. Pada Tabel 3 menunjukkan bahwa nilai koefisien keragaman bobot badan paling tinggi yaitu ayam Sentul pada minggu pertama. Artinya tingkat keragaman
pada ayam Sentul tinggi, sedangkan nilai koefisien keragaman bobot badan rendah yaitu ayam Sentul pada minggu kedua. Artinya ayam Sentul pada minggu kedua tingkat keragamannya rendah. Gambar 6 menunjukkan pertumbuhan pada ayam Kampung, Sentul dan Kedu dari umur 1-4 minggu
Gambar 6. Grafik Bobot Badan Ayam Sentul, Kampung dan Kedu Dari Umur 1-4 Minggu. Pada saat ternak berumur 4 minggu mendapat serangan penyakit gumboro. Keadaan tersebut memungkinkan ayam tumbuh pada kondisi tidak optimal dan dapat menyebabkan gangguan pada pertumbuhan pada umur selanjutnya. Hasil sidik ragam pada Tabel 4 menunjukkan bahwa rataan bobot badan ayam Sentul, ayam Kampung dan ayam Kedu umur 5-12 minggu tidak berbeda nyata. Artinya bobot badan antara ayam Sentul, ayam Kampung dan ayam Kedu sama pada umur 5-12 minggu. Tidak ada interaksi jenis ayam dengan jenis kelamin terhadap bobot badan karena rataan bobot badan pada jenis ayam dan jenis kelamin sama. Pada Gambar 7 dapat dilihat bahwa umur pertumbuhan (bobot badan) ayam Kampung, Sentul dan Kedu terus mengalami peningkatan atau pertumbuhan dengan cepat pada umur 5-12 minggu. Hal ini seperti dikemukakan oleh Asnawi (1997) bahwa saat pertumbuhan dipercepat terjadi perbanyakan (hyperplasia) dan
pembesaran (hypertropy) dari se-sel tubuh. Hasil penelitian yang telah dilakukan Tabel 4 menunjukkan bahwa rataan bobot badan ayam Kampung umur 12 minggu lebih rendah dibandingkan dengan hasil penelitian Kusuma (2002) dan Suryaman (2001). Rataan bobot badan ayam Kampung hasil penelitian Suryaman (2001) pada jantan sebesar 1067,60 g dan pada betina sebesar 899,50 g, sedangkan rataan bobot badan ayam Kampung hasil penelitian Kusuma (2002) pada jantan sebesar 967,7 g dan pada betina sebesar 783,9 g.
Penyebab terjadinya perbedaan bobot ayam
Kampung hasil penelitian adalah genetik dari ayam Kampung, kualitas pakan dan lingkungan sekitar.
Soeparno (1994) menyatakan bahwa faktor genetik dan
lingkungan mempengaruhi laju pertumbuhan. Selanjutnya menurut Parakkasi 1978) perbedaan laju pertumbuhan antar individu ternak di dalam suatu bangsa terutama disebabkan oleh perbedaan ukuran dewasa tubuh walaupun pakan yang baik dapat menunjang pertumbuhan yang optimal. Tabel 4. Rataan, Simpangan Baku dan Koefisien Keragaman Bobot Badan pada Ayam Sentul, Kampung dan Kedu Umur 5-12 Minggu. Bobot Badan Umur (Minggu)
Sentul Jantan n=8
Kampung
Betina n=12
Jantan n=3
Betina n=14
Kedu Jantan n=2
Betina n=14
--------------------------------------------------(g)--------------------------------------------------5
314,1±29,76
268,4±47,17
339,6±27,00
297,5±49,42
264,5±1,84
288,8±56,25
(2,22%)
(1,76%)
(8,00%)
(1,66%)
(2,90%)
(1,95%)
6
344,5±76,83
288,4±45,39
391,3±44,12
326,4±61,76
297,9±1,20
328,2±69,81
(2,23%)
(1,57%)
(1,13%)
(1,89%)
(1,80%)
(2,13%)
7
359±74,34
302,4±43,86
408,6±25,67
341,5±63,94
343,2±0,76
359,9±68,96
(2,07%)
(1,45%)
(6,30%)
(1,87%)
(1,10%)
(1,92%)
8
367,7±112,05
331,0±46,85
472,9±67,73
389,1±81,94
342,8±0,30
387,5±64,78
(3,05%)
(1,42%)
(1.43%)
(2,11%)
(4,00%)
(1,67%)
9
425,9±83,09
369,5±52,34
506,5±68,97
423,6±95,87
394,7±0.20
417,9±67,69
(1,95%)
(1,42%)
(1,36%)
(2,26%)
(3,00%)
(1,62%)
10
457,6±74,31
401,7±55,74
533±86,06
455,8±98,85
424,8±1,68
436,6±60,65
(1,62%)
(1,39%)
(1,61%)
(2,17%)
(2,20%)
(1,39%)
11
492,5±86,04
416,9±57,83
553±64,55
490,3±110,09
438,2±0,64
466,3±53,53
(1,75%)
(1,39%)
(1,17%)
(2,25%)
(8,00%)
(1,15%)
532,1±84,78
459,2±53,19
629,3±92,74
538,3±123,50
509±1,00
514±61,30
(1,59%)
(1,16%)
(1,47%)
(2,29%)
(1,30%)
(1,19%)
12
Nilai koefisien keragaman bobot badan tertinggi umur 5-12 minggu yaitu ayam Kampung jantan sebesar 8% pada umur 5 minggu dan ayam Kedu jantan sebesar 8% pada umur 11 minggu. Artinya tingkat keragaman ayam Kampung jantan umur lima minggu dan ayam Kedu jantan umur sebelas minggu tinggi.
Nilai koefisien
keragaman bobot badan terkecil yaitu ayam Kampung jantan sebesar 1,13% umur enam minggu dan ayam Kedu jantan sebesar 1,1% umur 7 minggu. Artinya tingkat keragaman ayam Kampung jantan umur 6 minggu dan ayam Kedu jantan umur 7 minggu memiliki keragaman yang rendah. Soeparno (1998) menyatakan bahwa pada fase pertumbuhan terjadi perubahan ukuran yang meliputi perubahan berat hidup, bentuk, dimensi linier dan komposisi tubuh, termasuk perubahan komponen-komponen tubuh seperti otot lemak, tulang dan organ serta komponen-komponen kimia, terutama air, lemak, protein dan abu pada karkas. Herren (2000) menyatakan bahwa tubuh hewan akan mengalami pertumbuhan yang cepat sejak hewan lahir sampai dewasa kelamin.
Gambar 7. Grafik Bobot Badan Ayam Sentul, Kampung dan Kedu Umur 5-12 Minggu
Panjang Shank Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pertumbuhan panjang shank ayam Sentul, ayam Kampung dan ayam Kedu pada umur 1-2 minggu tidak berbeda nyata (Tabel 5). Rataan panjang shank ayam Sentul umur satu minggu adalah 32,17±2,19 mm, ayam Kampung 33,01±2,03 mm dan ayam Kedu 33,09±1,38 mm. Pada ayam umur dua minggu rataan panjang shank ayam Sentul adalah 38,50±3,86 mm, ayam Kampung 37,07±1,57 mm dan ayam Kedu 37,59±1,20 mm. Rataan, simpangan baku dan koefisien keragaman panjang shank umur 1-4 minggu disajikan pada Tabel 5. Tabel 5.
Rataan, Simpangan Baku dan Koefisien Keragaman panjang Shank pada Ayam Sentul, Kampung dan Kedu Umur 1-4 Minggu.
Umur (Minggu)
Sentul (n=25)
Panjang Shank Kampung (n=25)
Kedu (n=25)
------------------------------------ (mm) -------------------------------------
1
32,17±2,19 (6,8%) 38,50±3,86 (1%) 44,38±3,19a (7,2%) 49,85±5,80 (1,2%)
2 3 4
33,01±2,03 (6,2%) 37,07±1,57 (4,2%) 42,66±2,24b (5,2%) 49,50±3,52 (7,1%)
33,09±1,38 (4,2%) 37,59±1,20 (3,2%) 44,51±2,03a (4,6%) 50,34±4,17 (8,3%)
Keterangan: Huruf kecil yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (P<0,05)
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa panjang shank ayam Sentul, Kampung dan Kedu pada umur tiga minggu berbeda nyata (P<0,05) karena pada umur 3 minggu masih dalam fase pertumbuhan.
Pada Gambar 8 menunjukkan
bahwa rataan panjang shank ayam Kedu lebih tinggi dibandingkan dengan rataan panjang shank pada ayam Sentul dan ayam Kampung. Rataan panjang shank ayam Kedu adalah 44,51±2,03 mm, ayam Sentul 44,38±3,19 mm dan ayam Kampung 44,38±3,19 mm.
Panjang shank umur empat minggu pada ayam Sentul, ayam
Kampung dan ayam Kedu berdasarkan analisis ragam tidak berbeda nyata seperti disajikan pada Gambar 8.
Gambar 8. Grafik Panjang Shank pada Ayam Sentul, Kampung dan Kedu Umur 1-4 Minggu. Nilai koefisien keragaman panjang shank tertinggi umur 1-4 minggu yaitu ayam Kedu sebesar 8,3% pada umur 4 minggu. Artinya keragaman ayam Kedu umur 4 minggu lebih tinggi dibandingkan ayam Sentul dan Kampung.
Nilai
koefisien karagaman panjang shank terendah yaitu ayam Sentul sebesar 1% pada umur 1 minggu. Artinya keragaman panjang shank ayam Sentul pada umur satu minggu rendah. Hasil analisis sidik ragam pada Tabel 6 menunjukkan bahwa panjang shank ayam Sentul, ayam Kampung dan ayam Kedu pada umur 5-12 minggu tidak berbeda nyata, tetapi antara ayam jantan dan betina mempunyai perbedaan pertumbuhan shank yang sangat nyata (P<0,01).
Rataan, simpangan baku dan koefisien
keragaman panjang shank pada ayam Sentul, ayam Kampung dan ayam Kedu umur 5-12 minggu disajikan pada Tabel 6. Analisis ragam yang tidak berbeda nyata pada ayam Sentul, Kampung dan Kedu mengindikasikan bahwa rataan panjang shank pada ayam-ayam tersebut memiliki panjang shank yang sama. Pertumbuhan shank ketiga jenis ayam ini masih berlanjut hingga ayam berumur 12 minggu seperti terlihat pada Gambar 8. Kemungkinan pertumbuhan shank masih akan terus tumbuh pada minggu-minggu berikutnya.
Menurut Jull (1979) rataan petumbuhan tulang pada unggas cenderung
naik pada umur 4-12 minggu, kemudian mulai umur 12-20 minggu laju pertumbuhan mengalami penurunan.
Bertambahnya ukuran tubuh ditentukan oleh besarnya
ukuran dari ukuran-ukuran tubuh, otot dan pertumbuhan tulang (Hutt, 1949). Hasil penelitian rataan pertumbuhan shank ayam Kampung pada umur 11 minggu hampir sama bila dibandingkan dengan hasil penelitian Kusuma (2002). Rataan panjang shank pada ayam Kampung hasil penelitian Kusuma (2002) untuk jantan 7,96 cm dan betina 7,35 cm. Tabel 6. Rataan, Simpangan Baku dan Koefisien Keragaman Panjang Shank pada Ayam Sentul, Ayam Kampung dan Ayam Kedu Umur 5-12 Minggu. Panjang Shank Umur (Minggu)
Sentul Jantan n=8
Kampung
Betina n=12
Jantan n=3
Kedu
Betina n=14
Jantan n=2
Betina n=14
---------------------------------------------(mm)--------------------------------------------5
6
7
8
9
10
11
12
60,13±6,00A
55,17±4,00B
62,07±2,10A
56,56±5,40B
64,41±1,80A
58,3±4,13B
(1,01%)
(8,2%)
(3,4)
(9,7%)
(2,9%)
(7,1%)
63,89±5,20A
59,31±4,00B
65,77±2,90A
59,96±5,00B
66,47±1,20A
60,39±4,10B
(8,2%)
(6,8%)
(4,4%)
(8,4%)
(1,8%)
(6,9%)
A
66,79±5,60
61,32±5,00
(8,4%)
(8,6%) A
B
67,61±2,90
61,47±5,00
67,35±0,70
61,85±4,10B
(4,3%)
(8,3%)
(1,1%)
(6,7%)
69,75±1,10
63,79±6,70
68,78±0,30
64,21±4,30B
(6,9%)
(7,2%)
(1,6%)
(1,06%)
(4%)
(6,8%)
67,04±4,00
72,52±2,00
67,01±6,10
70,3±0,300
66,92±4,00B
(6,6%)
(6,9%)
(2,8%)
(9,2%)
-3%
(6,1%)
B
A
B
A
71,35±4,60
A
A
B
A
64,76±6,00
B
A
B
69,51±4,80
A
B
A
B
A
73,63±3,80
69,28±5,00
75,44±3,10
69,23±5,90
74,5±1,68
(5,2%)
(7,2%)
(4,2%)
(8,6%)
(2,2%)
A
76,92±3,20
71,39±6,20
75,84±0,60
71,36±3,80B
(4,6%)
(7,0%)
(4,3%)
(8,7%)
(8%)
(5,4%)
76,51±3,06 (4,0%)
A
B
(5,7%)
70,06±4,00
B
A
69,18±3,90B
74,85±3,40
A
B
A
B
A
A
71,98±4,00
81,56±2,90
73,19±5,70
77,15±1,00
73,51±4,20B
(6,6%)
(3,6%)
(7,9%)
(1,3%)
(5,8%)
Keterangan: Huruf besar yang berbeda pada baris yang sama menyatakan sangat berbeda nyata (P<0,01).
Pada Tabel 6 menunjukkan bahwa panjang shank jantan dan betina pada ayam Sentul, ayam Kampung dan ayam Kedu umur 5-12 minggu sangat berbeda nyata (P<0,01). Panjang shank ayam jantan pada setiap jenis ayam rataan pertumbuhannya lebih tinggi dibandingkan panjang shank betina. Menurut Mufti (2003) selain umur ternak, laju pertumbuhan tulang antara ayam jantan dan betina berbeda. Selanjutnya
dinyatakan pula bahwa ayam Kampung jantan memiliki ukuran-ukuran tubuh lebih besar dibandingkan ayam Kampung betina. Rataan panjang shank ayam Kampung paling tinggi yaitu sebesar 81,56±2,93 mm, ayam Kedu 77,15±1,00 mm dan Sentul 76,51±3,06 mm. Rataan panjang shank pada betina paling tinggi adalah ayam Kedu sebesar 73,51±4,27 mm, ayam Kampung 73,19±5,76 mm dan ayam Sentul 71,98±4,73 mm. Menurut Hutt (1949) bahwa jenis kelamin berpengaruh terhadap pertumbuhan, ayam jantan cenderung lebih cepat dibanding ayam betina. Nilai koefisien keragaman panjang shank tertinggi pada umur 5-12 minggu yaitu ayam Sentul jantan sebesar 8,4%, ayam Kampung 4,4% dan ayam Kedu 8%. Artinya keragaman panjang shank ayam Sentul jantan lebih tinggi dibandingkan dengan ayam Kampung dan ayam Kedu. Nilai koefisien keragaman tertinggi pada umur 5-12 minggu yaitu ayam Kampung betina sebesar 9,7%, ayam Sentul 8,6% dan ayam Kedu 7,1%.
Artinya keragaman ayam Kampung betina lebih tinggi
dibandingkan dengan ayam Sentul dan ayam Kedu sehingga masih mungkin dilakukan seleksi. Gambar 8 menunjukkan pertumbuhan panjang shank pada ayam Sentul, ayam Kampung dan ayam Kedu.
Pola grafik pada Gambar 9 berikut
menunjukkan bahwa panjang shank terus tumbuh hingga ayam berumur 12 minggu.
Gambar 9. Grafik Panjang Shank pada Ayam Sentul, Kampung dan Kedu Umur 5-12 Minggu
Panjang Paruh Hasil analisis ragam panjang paruh pada ayam Sentul, ayam Kampung dan ayam Kedu pada umur satu minggu menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0,01).
Ayam Kedu menunjukkan rataan panjang paruh yang lebih tinggi
dibanding ayam Kampung dan ayam Sentul (Gambar 10). Panjang paruh ayam Kedu adalah sebesar 7,99±0,55 mm, ayam Kampung 7,90±0,51 mm dan ayam Sentul 7,44±0,47 mm. Rataan, simpangan baku dan koefisien keragaman panjang paruh pada ayam Sentul, ayam Kampung dan ayam Kedu umur 1-4 minggu dapat dilihat pada Tabel 7. Panjang paruh pada umur 1-4 minggu tidak dapat digunakan untuk menentukan ketiga jenis ayam yang memiliki paruh lebih panjang, karena pada umur ini merupakan periode pertumbuhan. Tabel 7. Rataan, Simpangan Baku dan Koefisien Keragaman Panjang Paruh pada Ayam Sentul, Kampung dan Kedu Umur 1-4 Minggu. Umur (Minggu)
Sentul (n=25)
Panjang Paruh Kampung (n=25)
Kedu (n=25)
---------------------------- (mm) -------------------------------
1 2 3 4
7,44±0,47B (6,4%) 8,43±0,63b (7,5%) 9,25±0,63B (6,8%) 10,27±0,51a (5%)
7,90±0,51A (6,5) 8,84±0,67a (7,6) 9,77±0,68A (9,5) 10,76±70b (1,07)
7,99±0,55A (6,9%) 8,83±0,62a (7%) 9,77±0,66A (6,7%) 10,54±0,76b (7,2%)
Keterangan: Huruf besar yang berbeda pada baris yang sama menyatakan sangat berbeda nyata (P<0,01), huruf kecil yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan berbeda nyata (P<0,05).
Pada saat ayam umur dua minggu, hasil sidik ragam menunjukkan rataan panjang paruh berbeda nyata (P<0,05). Rataan panjang paruh ayam Kedu hampir sama dengan ayam Kampung dan lebih tinggi dibandingkan ayam Sentul. Rataan panjang paruh ayam Kedu adalah sebesar 8,83±0,62 mm, ayam Kampung 8,84±0,67 mm dan ayam Sentul 8,43±0,63 mm. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa pada umur tiga minggu rataan panjang paruh berbeda sangat nyata (P<0,01). Rataan panjang paruh ayam Kedu dan ayam Kampung sama pada minggu ini (Gambar 10).
Rataan panjang paruh pada ayam Kedu adalah sebesar 9,77±0,66 mm, ayam Kampung 9,77±0,68 mm dan ayam Sentul 9,25±0,63 mm pada umur tiga minggu. Rataan panjang paruh ayam Sentul, Kampung dan Kedu pada minggu keempat menunjukkan berbeda nyata (P<0,05). Pada minggu ini rataan panjang paruh ayam Kampung lebih tinggi dibandingkan dengan ayam Kedu dan ayam Sentul. Rataan panjang paruh ayam Kampung adalah sebesar
10,76±70 mm, ayam Kedu
10,54±0,76 mm dan ayam Sentul 10,27±0,51 mm.
Gambar 10. Grafik Panjang Paruh pada Ayam Sentul, Kampung dan Kedu Umur 1-4 Minggu. Nilai koefisien keragaman panjang paruh tertinggi pada umur 1-4 minggu yaitu ayam Kampung 9,5%, ayam Kedu 7,2% dan ayam Sentul 7,5%. Artinya keragaman panjang paruh ayam Kampung lebih tinggi dibanding dengan ayam Kedu dan ayam Sentul sehingga masih mungkin dilakukan seleksi.
Gambar 10
menunjukkan bahwa pertumbuhan panjang paruh meningkat pesat pada umur 1-4 minggu.
Panjang paruh ayam Kampung pada minggu keempat lebih tinggi
dibandingkan dengan ayam Kedu dan ayam Sentul. Rataan, simpangan baku dan koefisien keragaman panjang paruh ayam Sentul, ayam Kampung dan ayam Kedu dari umur 5-12 minggu dapat dilihat pada Tabel 8. Berdasarkan sidik ragam panjang paruh pada umur 5-7 minggu menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata pada ayam Sentul, ayam Kampung dan ayam Kedu.
Panjang paruh jantan dan betina antara jenis ayam juga tidak berbeda nyata, selain itu tidak ada interaksi antara jenis ayam dengan jenis kelamin terhadap panjang paruh. Tabel 8. Rataan, Simpangan Baku dan Koefisien Keragaman Panjang Paruh Ayam Sentul, Kampung dan Kedu Umur 5-12 Minggu. Panjang Paruh Umur (Minggu)
Sentul Jantan n=8
Kampung
Betina n=12
Jantan n=3
Kedu
Betina n=14
Jantan n=2
Betina n=14
-----------------------------------------------(mm)---------------------------------------------------5 6 7 8
11,11±0,64
11,21±0,59
11,88±0,55
11,67±0,75
10,45±2,62
11,33±0,76
(5,8%)
(5,2%)
(4,6%)
(6,4%)
(2,51%)
(6,7%)
12,02±0,58
11,69±0,49
12,41±0,57
12,19±1,03
10,55±2,23
11,77±0,90
(4,8%)
(4,2%)
(4,6%)
(8,5%)
(2,12%)
(7,6%)
12,58±0,60
12,26±0,49
12,88±0,75
12,63±1,00
11,06±2,08
12,16±0,85
(4,8%)
(4,0%)
(5,8%)
(7,9%)
(1,88%)
(7,0%)
12,9±0,69
AB
(5,3%) 9
13,37±0,65
(4,1%) AB
(4,9%) 10
13,61±0,59
13,87±0,56 14,31±0,54 (3,8%)
13,74±0,71
13,87±0,70 14,27±0,75 (5,2%)
14,60±0,37 15,13±0,69 15,75±0,08 (5,0%)
14,09±0,69
14,(34±0,67 14,78±0,50 (3,4%)
12,34±1,44
(5,4%) B
13,08±0,70B
13,17±0,34
(5,6%) B
13,49±0,71B
(2,6%) A
(4,7%) A
12,72±0,60B
(1,16%) A
(4,9%) A
(4,5%) AB
13,78±0,75
11,65±1,71
B
(1,47%) A
(5,5%) A
(2,6%) ab
(5%) AB
14,08±0,14
13,35±0,99
A
(7,4%) A
(1,0%) AB
(5,2%) ab
(4,1%) 12
13,34±0,61
13,66±0,08
A
(6,0%) AB
(4,6%) AB
(4,3%) 11
12,9±0,53
AB
A
(5,2%) b
13,92±1,80
13,89±0,70b
(1,8%)
(5,1%)
14,58±0,36
B
14,28±0,80B
(2,5%)
(5,6%)
Keterangan: Huruf besar yang berbeda pada baris yang sama menyatakan sangat berbeda nyata (P<0,01).
Pada saat ayam berumur 8-12 minggu panjang paruh ayam jantan dan betina tidak berbeda nyata, hasil sidik ragam menunjukkan pada ketiga jenis ayam tidak ada interaksi antara jenis ayam dengan jenis kelamin terhadap panjang paruh.
Pada
Tabel 8 menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0,01) antara ayam Sentul, ayam Kampung dan ayam Kedu, namun pada umur 11 minggu ayam Kedu dengan ayam Sentul menunjukkan perbedaan yang nyata. Gambar 11 menunjukkan bahwa pertumbuhan panjang paruh dari umur 5-12 minggu masih terlihat adanya peningkatan pada setiap ayam, baik antar jenis ayam maupun jenis kelamin. Rataan panjang paruh tertinggi pada ayam jantan yaitu ayam Kampung 15,75±0,08 mm, Kedu 14,58±0,36 mm dan Sentul 14,31±0,54 mm. Rataan panjang
paruh tertinggi pada betina yaitu ayam Kampung 14,78±0,50 mm, ayam Sentul 14,27±0,75 mm dan ayam Kedu 14,28±0,81 mm.
Gambar 11. Grafik Panjang Paruh Ayam Sentul, Kampung dan Kedu Umur 512 Minggu. Nilai koefisien keragaman panjang paruh ayam jantan tertinggi pada ayam Sentul sebesar 5,8%, ayam Kampung 5,8% dan ayam Kedu 2,51%. Artinya ayam Sentul jantan dan ayam Kampung jantan lebih tinggi keragamannya dari pada ayam Kedu sehingga masih bisa dilakukan seleksi. Nilai koefisien keragaman panjang paruh ayam betina tertinggi yaitu ayam Kampung betina sebesar 8,5%, ayam Kedu 7,6% dan ayam Sentul 5,8%. Artinya ayam Kampung betina keragamannya lebih tinggi dibanding ayam Kedu dan ayam Sentul. Lebar Dada Hasil sidik ragam menunjukkan lebar dada ayam Sentul, ayam Kampung dan ayam Kedu pada umur 1-4 minggu berbeda sangat nyata (P<0,01), akan tetapi pada umur 3-4 minggu antara ayam Kampung dan ayam Kedu tidak berbeda nyata. Rataan, simpangan baku dan koefisien keragaman lebar dada ayam Sentul, ayam Kampung dan ayam Kedu ditampilkan pada Tabel 9.
Lebar dada mempunyai
korelasi positif dengan bobot badan (Mansjoer, 1985).
Lebar dada yang lebar
menunjukkan adanya ruangan yang cukup bagi kerja organ-organ dalam (Kusuma, 2002). Pada penelitian ini lebar dada juga menunjukkan korelasi yang positif dengan bobot badan. Tabel 9. Rataan, Simpangan Baku dan Koefisien Keragaman Lebar Dada Ayam Sentul, Kampung dan Kedu Umur 1-4 Minggu. Umur (Minggu) 1 2 3 4
Lebar Dada Sentul (n=25) Kampung (n=25) Kedu (n=25) ------------------------------- (mm) ---------------------------------19,40±0,79A 18,63±1,22B 19,38±0,72A (4,1%) (6,5%) (3,7%) A B 21,67±1,15 20,19±1,50 21,01±0,92A (5,3%) (7,4%) (4,4%) A B 24,47±1,30 22,07±2,10 23,04±1,65B (5,3%) (9,5%) (7,2%) A B 26,94±1,04 24,75±2,65 25,15±1,95B (3,9%) (1,07%) (7,8%)
Keterangan: Huruf besar yang berbeda pada baris yang sama menyatakan sangat berbeda nyata (P<0,01).
Pada umur 1-4 minggu antara jenis ayam dan jenis kelamin tidak menunjukkan adanya interaksi. Gambar 12 menunjukkan bahwa laju pertumbuhan lebar dada ayam Sentul terus meningkat dari umur 1-4 minggu, sedangkan laju pertumbuhan ayam Kampung dan ayam Kedu lebih lambat. Rataan pertumbuhan lebar dada tertinggi umur satu minggu yaitu ayam Sentul sebesar 19,40±0,79 mm, Kedu 19,38±0,72 mm dan Kampung 18,63±1,22 mm, begitu juga pada umur dua minggu rataan lebar dada tertinggi yaitu pada ayam Sentul sebesar 21,67±1,15 mm, ayam Kedu 21,01±0,92 mm dan ayam Kampung 20,19±1,50 mm. Pertumbuhan lebar dada ayam Sentul umur tiga minggu meningkat pesat dibandingkan dengan ayam Kedu dan ayam Kampung, rataan lebar dada ayam Sentul yaitu sebesar 24,47±1,30 mm, ayam Kedu 23,04±1,65 mm dan ayam Kampung 22,07±2,10 mm. Pada umur empat minggu rataan lebar dada ayam Sentul paling tinggi dibanding ayam Kedu dan ayam Kampung, rataan ayam Sentul yaitu sebesar
26,94±1,04 mm, ayam Kedu 25,15±1,95 mm dan ayam Kampung
24,75±2,65 mm.
Nilai koefisien keragaman lebar dada umur 1-4 minggu paling tinggi yaitu ayam Kampung 9,5%, ayam ayam Kedu 7,8% dan ayam Sentul 5,3%. Artinya keragaman lebar dada ayam Kampung lebih tinggi dibanding ayam Kedu dan ayam Sentul sehingga masih mungkin dilakukan seleksi.
Gambar 12. Grafik Lebar Dada Ayam Sentul, Kampung dan Kedu Umur 1-4 Minggu. Rataan, simpangan baku dan koefisien keragaman lebar dada ayam Sentul, Kampung dan Kedu umur 5-12 minggu ditunjukkan pada Tabel 10. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa lebar dada ayam Sentul, Kampung dan Kedu umur 5-12 minggu tidak berbeda nyata. Pertumbuhan lebar dada jantan dan betina antar ayam tidak menunjukkan perbedaan yang nyata pada umur 5-12 minggu, namun pada umur lima minggu menunjukkan interaksi yang sangat nyata (P<0,01) pada jenis ayam dan jenis kelamin. Pada umur enam minggu juga menunjukkan interaksi yang nyata antar jenis ayam dan jenis kelamin (Gambar 13). Pada umur 5-7 minggu pertumbuhan lebar dada antar ayam meningkat, namun pada umur 7-8 minggu terjadi penurunan pertumbuhan. Pada umur 9-12 minggu pertumbuhan antar ayam meningkat lagi, hal ini mengindikasikan bahwa masih ada
pertumbuhan lebar dada antar ayam pada minggu berikutnya. Menurut Jull (1951) bahwa rataan pertumbuhan tulang mempunyai tendensi mengalami kenaikan pada umur empat minggu sampai dengan 12 minggu, kemudian mulai 12 minggu sampai dengan umur 20 minggu laju pertumbuhan mengalami penurunan. Pertumbuhan lebar dada pada ketiga jenis ayam dari umur 5-12 minggu berdasarkan hasil penelitian pertumbuhannya lebih kecil dibandingkan dengan hasil penelitian Kusuma (2002). Hasil penelitian Kusuma (2002) rataan lebar dada pada ayam Kampung umur 11 minggu pada jantan sebesar 4,92 cm dan pada betina 4,72 cm.
Menurut Diwyanto (1994) menyatakan bahwa setiap komponen tubuh
mempunyai kecepatan pertumbuhan atau perkembangan yang berbeda-beda karena pengaruh genetik dan lingkungan. Tabel 10. Rataan, Simpangan Baku dan Koefisien Keragaman Lebar Dada Ayam Sentul, Kampung dan Kedu Umur 5-12 Minggu. Lebar Dada Umur (Minggu)
Sentul Jantan n=8
Kampung
Betina n=12
Jantan n=3
Betina n=14
Kedu Jantan n=2
Betina n=14
----------------------------------------------(mm)---------------------------------------------5
29,50±1,20 (4,1%)
(2,4%)
(4,8%)
(1,4%)
(2,4%0
(6,8%)
6
31,26±2,07
29,88±1,81
33,29±3,60
30,30±3,36
26,26±0,10
30,88±3,21
(6,6%)
(6,0%)
(1,1%)
(1,1%)
(4,0%)
(1,04%)
7
33,73±4,49
32,51±2,53
34,20±3,14
31,82±2,91
28,83±0,69
33,99±3,47
(1,33%)
(7,8%)
(9,2%)
(9,1%)
(2,4%)
(1,1%)
8
35,05±4,46
33,83±2,72
36,03±2,13
34,61±3,78
29,87±0,52
35,22±2,76
(1,27%)
(8,0%)
(5,9%)
(1,1%)
(1,7%)
(7,8%)
36,93±3,68
34,83±2,70
36,56±1,06
36,25±3,69
33,75±0,23
37,14±2,30
(1%)
(7,8%)
(2,9%)
(1,1%)
(7%)
(6,20%)
38±3,62
36,28±2,66
38,09±2,24
38,70±3,33
36,79±0,82
38,79±2,27
(9,5%
(7,3%)
(5,9%)
(8,6%)
(2,2%)
(5,8%)
39,04±3,33
37,94±3,38
39,90±2,12
40,62±3,14
39,47±0,25
40,57±1,45
(8,5%)
(8,9%)
(5,3%)
(7,7%)
(6,0%)
(3,6%)
40,85±3,36
39,73±3,18
44,41±0,81
42,71±2,56
42,68±1,11
42,70±1,28
(8,2%)
(8,0%)
(1,8%)
(6,00%)
(2,6%)
(3,0%)
9 10 11 12
28,30±0,68
28,62±1,38
26,39±3,79
21,96±0,54
28,19±1,93
Nilai koefisien keragaman lebar dada ayam jantan tertinggi yaitu ayam Sentul 9,5%, ayam Kampung sebesar 9,2%, dan ayam Kedu 7%. Artinya tingkat keragaman
ayam Sentul lebih tinggi dibanding ayam Kampung dan ayam Kedu. Nilai koefisien
keragaman lebar dada tertinggi pada ayam betina yaitu ayam Kampung sebesar 9,1%, ayam Sentul 8,9% dan ayam Kedu 6,8%. Artinya nilai lebar dada ayam Kampung betina lebih beragam dibandingkan ayam Sentul dan Kedu sehingga masih mungkin dilakukan seleksi.
Gambar 13. Grafik Lebar Dada Ayam Sentul, Kampung dan Kedu Umur 5-12 Minggu. Panjang Punggung Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa panjang punggung ayam Sentul, dan Kedu pada umur satu minggu berbeda nyata (P<0,05). Pada masingmasing jenis ayam antara ayam jantan dan betina tidak terlihat adanya perbedaan. Pada umur ini pertumbuhan ayam Sentul lebih tinggi dibanding dengan ayam Kampung dan ayam Kedu (Gambar 14). Rataan, simpangan baku dan koefisien keragaman panjang punggung pada ayam Sentul, ayam Kampung dan ayam Kedu umur 1-4 minggu dapat dilihat pada Tabel 11.
Rataan panjang punggung tertinggi pada umur satu minggu yaitu ayam Sentul 4,93±0,50 cm, ayam Kampung Kedu 4,72±0,34 cm dan ayam Kampung 4,60±0,54 cm. Pada umur 2-3 minggu hasil analisis ragam menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang sangat nyata (P<0,01) antara ayam Sentul, ayam Kampung dan ayam Kedu, tetapi antara ayam Kampung dan ayam Kedu tidak ada perbedaan nyata. Rataan panjang punggung tertinggi umur dua minggu yaitu ayam Sentul sebesar 6,03±0,55 cm, ayam Kedu 5,65±0,40 dan ayam Kampung 5,52±0,51 cm. Pada umur tiga minggu rataan tertinggi yaitu ayam Sentul 6,99±0,53 cm, ayam Kedu 6,54±0,37 cm dan ayam Kampung 6,47±0,69 cm. Pada umur empat minggu hasil sidik ragam menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05) antara ayam Sentul, ayam Kampung dan ayam Kedu, tertapi tidak terdapat perbedaan antara ayam Kampung dan ayam Kedu. Tabel 11. Rataan, Simpangan Baku dan Koefisien Keragaman Panjang Punggung pada Ayam Sentul, Kampung dan Kedu Umur 1-4 Minggu. Umur (Minggu) 1 2 3 4
Panjang Punggung Sentul (n=25) Kampung (n=25) Kedu (n=25) ------------------------------ (cm) ----------------------------------4,93±0,50a 4,60±0,54b 4,72±0,34b (1,02%) (1,2%) (7,2%) A B 6,03±0,55 5,52±0,51 5,65±0,40B (9,2%) (9,2%) (7%) A B 6,99±0,53 6,47±0,69 6,54±0,37B (7,6%) (1,1%) (5,7%) a b 7,89±0,54 7,58±0,56 7,55±0,44b (6,8%) (7,4%) (5,8%)
Keterangan: Huruf besar yang berbeda pada baris yang sama menyatakan sangat berbeda nyata (P<0,01), huruf kecil yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan berbeda nyata (P<0,05).
Rataan panjang punggung tertinggi pada umur empat minggu yaitu ayam Sentul sebesar
7,89±0,54 cm, ayam Kampung 7,58±0,56 cm dan ayam Kedu
7,55±0,44 cm.
Pada Gambar 14 menunjukkan bahwa pertumbuhan panjang
punggung yang meningkat pesat pada ayam Sentul, ayam Kampung dan ayam Kedu. Ayam Sentul pertumbuhannya lebih tinggi dibanding ayam Kampung dan ayam Kedu pada umur 1-4 minggu.
Nilai koefisien panjang punggung tertinggi yaitu pada ayam Kampung sebesar 9,2%, ayam Sentul 7,6% dan ayam Kedu 7,2%. Artinya keragaman ayam Kampung lebih tinggi dibanding dengan ayam Sentul dan ayam Kedu.
Gambar 14. Grafik Panjang Punggung Ayam Sentul, Kampung dan Kedu Umur 1-4 Minggu. Hasil sidik ragam panjang punggung umur lima minggu menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0,01) antara ayam Sentul, ayam Kampung dan ayam Kedu, tetapi dari umur 6-12 minggu menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata antar jenis ayam. Rataan panjang punggung tertinggi pada umur 5 minggu yaitu ayam Sentul, ayam Kampung dan ayam Kedu. Rataan, simpangan baku dan koefisien keragaman panjang punggung ayam Sentul, Kampung dan Kedu umur 5-12 minggu disajikan pada Tabel 12. Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa pada umur 5-12 minggu terdapat perbedaan yang sangat nyata (P<0,01) antara jantan dan betina pada masingmasing jenis ayam, sedangkan interaksi antara jenis ayam dengan jenis kelamin tidak ada. Gambar 15 menunjukkan pertumbuhan panjang punggung jantan lebih tinggi dibanding betina pada masing-masing ayam. Pada umur 5-12 minggu pertumbuhan ayam jantan terus meningkat begitu juga dengan ayam betina. Hal ini sesuai dengan pendapat Jull (1951) bahwa pertumbuhan tulang mempunyai tendensi mengalami kenaikan pada umur 4 minggu sampai dengan 12 minggu. Hal ini terjadi karena
periode tersebut merupakan fase tumbuh yang cepat dan pada saat tersebut terjadi perbanyakan (hyperplasia) dan pembesaran (hypertrophy) dari sel-sel tubuh (Asnawi, 1997). Tabel 12. Rataan, Simpangan Baku dan Koefisien Keragaman Panjang Punggung Ayam Sentul, Kampung dan Kedu Umur 5-12 Minggu. Panjang Punggung Umur (Minggu)
Sentul Jantan n=8
Kampung
Betina n=12
Jantan n=3
Kedu
Betina n=14
Jantan n=2
Betina n=14
--------------------------------------(cm)--------------------------------------------5
6
8,99±0,39AC
8,51±0,37BC
8,40±0,17AD
8,19±0,51BD
8,75±0,21AC
8,33±0,30BC
(4,3%)
(4,4%)
(2,1%)
(6,2%)
(2,4%)
(3,6%)
9,50±0,31
A
(3,3%) 7
8
9
10,39±0,36
(3,9%) A
10,43±0,80
(7,9%) A
9,88±0,87
9,70±0,14
A
(1,5%) B
10,40±0,14
8,81±0,35B (4,0%)
A
9,94±1,20 B
(7,7%)
(8,8%)
(1,4%)
(1,2%)
11,11±0,53A
10,70±0,51B
11,37±0,21A
10,85±0,57B
11,50±0,14A
10,64±0,46B
(4,7%)
(4,8%)
(1,8%)
(5,3%)
(1,2%)
(4,4%)
11,56±0,33
A
12,18±0,26
12,64±0,18
13,15±0,21 (1,6%)
11,34±0,43
B
(3,8%) A
11,92±0,31
12,42±0,24
12,84±0,30 (2,3%)
12,27±0,06
12,67±0,15
13,20±0,26
11,88±0,37
12,44±0,27
(2,0%)
12,86±0,28 (2,2%)
12,25±0,07
12,55±0,07
13,35±0,07 (5,0%)
11,68±0,27B (2,3%)
A
(6,0%) B
11,22±0,38B (3,4%)
A
(6,0%) B
(2,2%) A
11,80±0,14
A
(1,2%) B
(3,1%) A
(1,2%) B
11,34±0,52
B
(4,6%) A
(5,0%) B
(1,9%) A
11,80±0,10
A
(8,0%) B
(2,6%) A
(1,5%) 12
(2,3%) B
8,90±0,70
B
(4,4%)
(2,1%) 11
9,88±0,43
8,97±0,21
A
(3,5%)
(2,9%) 10
9,05±0,35
B
12,44±0,24B (1,9%)
A
13,06±0,23B (1,8%)
Keterangan: Huruf besar yang berbeda pada baris yang sama menyatakan sangat berbeda nyata (P<0,01).
Pada penelitian ini pertumbuhan panjang punggung pada ketiga jenis ayam dari umur 5-12 minggu terus mengalami kenaikan.
Rataan panjang punggung ayam
Kampung jantan umur 11 minggu pada penelitian ini lebih kecil dibandingkan dengan hasil penelitian Kusuma (2002) yaitu sebesar 12,70 cm, akan tetapi rataan panjang punggung ayam Kampung betina lebih besar dari hasil penelitian Kusuma (2002). Selanjutnya Suryaman (2001) pada hasil penelitiannya menyatakan bahwa rataan panjang punggung ayam Kampung jantan pada umur 12 minggu sebesar 12,68 cm dan pada ayam betina sebesar 11,92 cm. Berarti rataan panjang punggung hasil penelitian Suryaman (2001) untuk ayam jantan sama dengan hasil penelitian yang telah dilakukan, tetapi rataan panjang punggung ayam betina lebih tinggi. Soeparno
(1994) menyatakan bahwa pertumbuhan dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan. Rataan panjang punggung tertinggi ayam jantan yaitu ayam Kedu 13,35±0,07 cm, ayam Kampung 13,20±0,26 cm dan ayam Sentul 13,15±0,21 cm.
Rataan
panjang punggung tertinggi pada ayam betina yaitu ayam Kedu 13,06±0,23 cm, ayam Kampung 12,86±0,28 cm dan ayam Sentul 12,84±0,30 cm.
Gambar 15. Grafik Panjang Punggung Ayam Sentul, Kampung dan Kedu umur 5-12 Minggu. Nilai koefisien keragaman panjang punggung tertinggi pada ayam jantan yaitu ayam Kampung sebesar 8,0%, ayam Kedu 6,0% dan ayam Sentul 4,7%. Artinya ayam Kampung keragamannya lebih tinggi dibanding ayam Kedu dan ayam Sentul sehingga masih mungkin dilakukan seleksi. Nilai koefisien tertinggi pada ayam betina yaitu ayam Kampung 8,8%, ayam Sentul 4,4% dan ayam Kedu 4,4%. Artinya keragaman panjang punggung ayam Kampung betina lebih tinggi dibanding dengan ayam Sentul dan ayam Kedu. Lingkar Dada Berdasarkan analisis sidik ragam, lingkar dada pada ayam Sentul, ayam Kampung dan ayam Kedu umur 1-4 minggu tidak menunjukkan perbedaan yang
nyata. Rataan, simpangan baku dan koefisien keragaman lingkar dada pada ayam Sentul, ayam kampung dan ayam Kedu umur 1-4 minggu disajikan pada Tabel 13. Tabel 13 menunjukkan rataan lingkar dada masing-masing jenis ayam yaitu pada ayam Sentul 15,58±1,49 cm, ayam Kampung 15,54±1,24 cm dan ayam Kedu 15,52±0,97 cm.
Gambar 16 menunjukkan ukuran lingkar dada ayam Sentul,
Kampung dan Kedu. Pada saat ayam berumur 1-4 minggu pertumbuhan lingkar dada meningkat pesat pada ketiga jenis ayam. Tabel 13. Rataan, Simpangan Baku dan Koefisien Keragaman Lingkar Dada pada Ayam Sentul, Kampung dan Kedu Umur 1-4 Minggu. Umur (Minggu) 1 2 3 4
Lingkar Dada Sentul (n=25) Kampung (n=25) Kedu (n=25) ------------------------------- (mm) ------------------------------12,18±1,30 12,49±1,25 12,46±0,87 (1,1%) (1,0%) (7,0%) 13,44±1,45 13,46±22,33 13,52±0,97 (1,1%) (1,2%) (7,2%) 14,56±1,48 14,44±1,18 14,56±1,02 (1,0%) (8,2%) (7,0%) 15,58±1,49 15,54±1,24 15,52±0,97 (9,6%) (8,0%) (6,2%)
Keterangan: Huruf kecil yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan berbeda nyata (P<0,05)
Nilai koefisien keragaman lingkar dada tertinggi yaitu pada ayam Sentul sebesar 9,6%, ayam Kampung 8,2% dan ayam Kedu 7%. Artinya keragaman ayam Sentul lebih tinggi dibanding ayam Kampung dan ayam Kedu.
Gambar 16.
Grafik Pertumbuhan Lingkar Dada Ayam Sentul, Ayam Kampung dan Ayam Kedu umur 1-4 Minggu.
Rataan, simpangan baku dan koefisien keragaman lingkar dada ayam Sentul, ayam Kampung dan ayam Kedu umur 5-12 minggu disajikan pada Tabel 14. Hasil analisis sidik ragam pertumbuhan lingkar dada ayam Sentul, ayam Kampung dan ayam Kedu umur 5-12 minggu menunjukkan tidak berbeda nyata. Artinya lingkar dada ayam Sentul, ayam Kampung dan ayam Kedu sama pada umur ini, begitu juga dengan jantan dan betina antar jenis ayam. Tidak ada interaksi antara jenis ayam dengan jenis kelamin terhadap lingkar dada. Tabel 14. Rataan, Simpangan Baku dan Koefisien Keragaman Lingkar Dada Ayam Sentul, Kampung dan Kedu Umur 5-12 Minggu. Lingkar Dada Umur (Minggu)
Sentul Jantan n=8
Kampung
Betina n=12
Jantan n= 3
Betina n=14
Kedu Jantan n=2
Betina n=14
------------------------------------------(cm)-------------------------------------------------5 6 7 8 9 10 11 12
16,55±2,34
16,20±1,40
15,93±2,70
16,34±1,60
16,40±2,26
16,43±1,19
(1,4%)
(7,0%)
(1,74%)
(7,1%)
(1,3%)
(7,2%)
17,54±1,22
16,75±1,60
16,50±2,20
17,12±1,80
17,15±2,30
16,96±1,17
(7,0%)
(6,4%)
(1,53%)
(6,3%)
(1,4%)
(6,9%)
17,91±1,11
17,16±1,80
17,20±2,60
17,75±0,90
18,50±0,10
17,64±1,16
(6,2%)
(6,9%)
(1,26%)
(5,6%)
(3,8%)
(6,6%)
18,64±0,91
17,83±1,00
17,70±2,60
18,56±0,10
18,95±0,80
18,31±1,09
(4,9%)
(5,6%)
(1,28%)
(4,9%)
(4,1%)
(6%)
19,23±0,77
18,35±0,40
19±1,44
19,15±1,00
19,90±0,50
18,79±0,95
(4,0%)
(5,1%)
(7,6%)
(5,7%)
(4,3%)
(5,1%)
19,83±0,79
18,69±0,90
19,47±1,30
19,61±1,70
20,60±0,50
19,40±0,82
(4%)
(4,7%)
(6,8%)
(6,0%)
(4,1%)
(4,2%)
20,33±0,78
19,18±0,80
20,07±1,40
20,40±1,70
21,15±0,20
20,08±0,55
(3,8%)
(4,6%)
(7,2%)
(6,2%)
(4,3%)
(2,7%)
20,76±0,58
19,66±0,30
21,23±1,70
20,39±1,60
21,75±0,50
20,85±0,50
(2,8%)
(4,2%)
(5,5%)
(5,5%)
(1,6%)
(2,4%)
Pada Tabel 14 menunjukkan pertumbuhan lingkar dada tertinggi yaitu ayam Kedu 21,75±0,35 cm, Kampung
21,23±1,17 cm, ayam Sentul 20,76±0,58 cm.
Pertumbuhan lingkar dada tertinggi pada ayam betina yaitu ayam Kedu 20,85±0,50 cm, ayam Kampung 20,39±1,16 cm dan ayam Sentul 19,66±0,83 cm. Gambar 17
menunjukkan pertumbuhan lingkar dada ayam Sentul, ayam Kampung dan ayam Kedu umur 5-9 minggu masih meningkat, namun menurun pada umur 10-12 minggu. Rataan lingkar dada pada ayam Kampung jantan dan betina pada umur 11 minggu bila dibandingkan dengan hasil penelitian Kusuma (2002), adalah sebesar 23,66 cm dan betina 22,44 cm. Hasil penelitian Suryaman (2001) rataan lingkar dada pada umur 11 minggu lebih besar yaitu pada ayam jantan 25,28 cm dan betina 24,02 cm. Nilai koefisien keragaman tertinggi pada ayam jantan yaitu ayam Kampung sebesar 7,6%, ayam Sentul 7,0% dan ayam Kedu 6,9%. Artinya keragaman ayam Kampung lebih tinggi dibanding dengan ayam Sentul dan Kedu.
Koefisien
keragaman pada ayam betina tertinggi yaitu ayam Kedu sebesar 7,2%, ayam Kampung 7,1% dan ayam Sentul 7,0%.
Gambar 17. Grafik Lingkar Dada Ayam Sentul, Kampung dan Kedu Umur 5-12 Minggu.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Pada umur 4- 12 minggu panjang shank mempunyai nilai korelasi yang paling tinggi dengan bobot badan dibandingkan dengan peubah lainnya dan dapat digunakan untuk menduga bobot badan. Panjang shank, panjang paruh, lebar dada, panjang punggung dan lingkar dada merupakan penduga bobot badan, dengan panjang shank sebagai penduga bobot badan terbaik dan dapat dilakukan pada umur tujuh minggu.
Ayam Kampung memiliki pertumbuhan yang lebih cepat
dibandingkan dengan ayam Sentul dan Kedu. Saran Peubah yang digunakan pada penelitian ini hanya bobot badan, panjang shank, panjang paruh, lebar dada, panjang punggung dan lingkar dada saja. Untuk melengkapi data dan mengetahui perkembangan ayam Kampung, Sentul dan Kedu diperlukan penelitian lanjutan dengan menambah peubah seperti panjang fibula, tibia, panjang sternum serta jumlah ayam yang banyak.
UCAPAN TERIMA KASIH Alahamdulillahhirobbil’alamin, segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Salawat dan salam penulis haturkan semoga tercurah kepada nabi besar Rasullulah SAW. Penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya untuk Ibu dan Bapak tercinta atas doa, nasehat, dukungan material maupun spiritual, semangat dan kasih sayang yang tak terhingga sepanjang waktu, juga untuk adikku Arip Nurdiansah dan Siti Hoirunnisa. Penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada Ir. Sri Darwati, M.Si dan Ir. H. N. Mariandayani, M.Si sebagai dosen pembimbing Skripsi atas waktu, pikiran, doa, nasehat, bimbingan, kesabaran sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Maria Ulfah,Spt. M.Si dan Dr. Ir Rita Mutia, M.Sc sebagai Dosen penguji atas semua saran, nasehat yang berharga dan kritik yang membangun untuk kesempurnaan skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ir. Dwi Margi Suci, MS sebagai pembimbing akademik atas bimbingan, nasehat, doa dan arahan selama penulis menjalani studi. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Pipih Suningsih A.md, bapak Ilyas, dan bapak Ade atas kerjasama dan bantuan pada saat penelitian.
Penulis
mengucapkan terima kasih kepada keluarga besar alih jenis Khususnya TMT 42, teman-teman ABC, teman-teman IPTP 44, Wisma Alma Crew atas doa, semangat, nasehat, keceriaan dan bantuan yang diberikan serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan yang telah diberikan didunia maupun diakhirat. Amien.
Bogor, April 2011
Penulis
DAFTAR PUSTAKA Asnawi. 1997. Kinerja Pertumbuhan dan fisiologis ayam Kampung dan hasil persilangan dengan ayam ras. Tesis. Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Bell, D. D. & W. D. Weaver, Jr. 2002. Commercial Chicken Meat and Egg Production. 5th ed. Springer Science and business Media Inc. New York. Biology Online Team. 2005. Online Biology Dictionary. http://www.biologyonline.org/dictionary.asp. [2005]. Brakely, J & D. H. Bone. 1985. The Science of Animal Husbadry. 4 th Revised Edit. Prentice Hall Inc., New Jersey. Crawford, R. D. 1990. Poultry Breeding dan Genetics. Elsevier Science Publishers, Amsterdam. Diwyanto, K. 1994. Pengamatan fenotipik domba priangan serta hubungan antara beberapa ukuran tubuh dengan bobot badan. Tesis. Program Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Frandson, R. D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Terjemahan : B. Srigdanono dan K. Praseno. Edisi Keempat. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Hardjosubroto, W & Atmodjo, S. P. 1977. Performance dari ayam Kampung dan ayam Kedu. Seminar Pertama tentang Ilmu dan Industri Perunggasan. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Bogor. Gaspersz, V. 1992. Teknik Analisis dalam Penelitian Percobaan. Volume II. Tarsito, Bandung. Gunawan & D. T. H. Sihombing. 1995. Pengaruh suhu lingkungan tinggi terhadap kondisi fisiologis dan produktivitas ayam buras. Laporan Hasil Penelitian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Herren, R. 2000. The Science of Animal Agriculture. 2nd ed. Delmar, New York Hutt, F. B. 1949. Genetic of The Fowl. McGraw-Hill Book Company, Inc., New York. Iskandar, S & Y. Saepudin. 2004. Ayam Pelung karakter dan manfaat. Balai Penelitian Ternak. http :// balitnak litbang. deptan. go. id. [2004] Jull, M. A. 1951. Poultry Husbandry. 3rd ed. McGraw-Hill Book Company. Inc, New York: Toronto: London. Jull, M. A. 1979. Poultry Husbanary. 3nd Revised Edit. McGraw-Hill Book Co., Inc., New York.
Kristian. 2005. Perbandingan size dan shape tubuh ayam Pelung dan ayam Bangkok berdasarkan analisis komponen utama. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Kusuma, A. S. 2002. Karakteristik sifat kuantitatif dan kualitatif ayam Merawang dan ayam Kampung umur 5-12 minggu. Skripsi. Jurusan Ilmu Produksi, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Lawrence, T. L J. & V. R. Fowler. 1997. Growth of Animal. 2 nd Edit. CABI Publishing, London. Mansyoer, S., S. 1981. Studi sifat-sifat ekonomis yang menurun pada ayam Kampung. Laporan Penelitian No. 15/Penelitian/PUT/IPB1979-1980. Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Mansyoer, S., S. 1985. Pengkajian sifat-sifat produksi ayam Kampung beserta persilangannya dengan Rhode Island Red. Disertasi. Fakultas Pascasarjana, Institut Pertanian bogor, Bogor. Mufti, R.2003. Studi ukuran tubuh ayam Kampung, ayam Pelung dan persilangannya. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Nataamijaya, A. G., K. Dwiyanto, I. A. K. Bintang, P. Sitorus, T.D. Sudjana & Haryono. 1993. Program konservasi ayam Buras langka. Laporan Hasil Penelitian. Balai Penelitian Ternak, Bogor. Nataamijaya, A. G. 2000. The Native Chicken of Indonesia. Buletin Plasma Nutfah. 6 (I): 5-12. Nataamijaya, A. G. 2005. Karakteristik penampilan pola warna bulu, kulit, sisik dan paruh ayam Pelung di Garut dan ayam Sentul di Ciamis. Laporan kegiatan. Balai Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, Bogor. Nishida, T., K. Nozawa., K. Kondo., S.S. Mansjoer, & H. Martojo. 1980. Morphological dan genetical studies on the Indonesian native fowls. The Origin dan Phylogeny of Indonesian Native Livestock. The Research Group of Overseas Scientific Survey. Page : 78-83. Nugraha, R. D. 2007. Perbandingan morfometrik ayam Kampung, WerengTangerang dan Sentul melalui analisis diskriminan. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Parakkasi, A. 1978. Ilmu Gizi dan Makanan Ternak Monogastrik. Penerbit Angkasa Bandung, Bandung. Sartika, T & S, Iskandar. 2007. Mengenal Plasma Nutfah Ayam Indonesia dan Manfaatnya. Balai Penelitian Ternak. Sartika, T. 1994. Mengenal Plasma Nutfah Ayam Indonesia dan Manfaatnya. Balai Penelitian Ternak. Sulandari, S., M. S. A. Zein., S. Payanti., T. Sartika., M. Astuti., T. Widyastuti., E. Sujana., S. Darana., I. Setiawan, & D. Garnida. 2007. Keanekaragaman Sumber Daya Hayati Ayam Lokal Indonesia: Manfaat dan Potensi. Pusat Penelitian Biologi. Lembaga Pengetahuan Ilmu Indonesia, Bogor.
Sisson, S. & J. D. Grossman. 1953. 1953. The Anatomy of the Domestic Animals. 5 th ed. W. B. Saunders. Philadelphia. Suryaman, A. 2001. Perbandingan morfometrik ayam Kampung, ayam Pelung dan ayam keturunan Pertama (F1) persilangan Pelung Kampung jantan dan betina. Skripsi. Jurusan Ilmu Produksi, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Soeparno. 1994. Ilmu dan Teknologi Daging. Cetakan Pertama. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Soeparno. 1998. Ilmu dan Teknologi Daging. Gadjah Madha University Press, Yogyakarta. Steel, R. G. D. & J. H. Torrie. 1993. Prinsip dan Prosedur Statistika Suatu Pendekatan Biometrik. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Warwick, E. J., J. M. Astuti, & W. Hardjosubroto. 1995. Pemuliaan Ternak. Edisi Kelima. Gajdah Mada University, Yogyakarta. Wilson, L. L., H. B. Roth, J. H. Zle & J. H. Sink. 1977. Bovine metacaral and metatarsal dimension: Sex effect, heritability estimates and relation to growth and carcass characteristics. Journal Animal Science, 44: 932-938. Yusdja, Y., R. Sajuti., W, K. Sejati., I. S. Anugrah., I. Sadikin, & B. Winarso. 2005. Pengembangan model kelembagaan agribisnis ternak unggas tradisional (ayam buras, itik dan puyuh). Laporan Akhir. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian, Jakarta.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Hasil Sidik Ragam Bobot Badan Ayam Sentul, Kampung dan Kedu Umur 1-4 Minggu. keragaman
1
2
3
4
Jenis ayam
tn
*
**
tn
Lampiran 2. Hasil Sidik Ragam Panjang Shank Ayam Sentul, Kampung dan Kedu Umur 1-4 Minggu. keragaman
1
2
3
4
Jenis ayam
tn
tn
*
tn
Lampiran 3. Hasil Sidik Ragam Panjang Paruh Ayam Sentul, Kampung dan Kedu Umur 1-4 Minggu. keragaman
1
2
3
4
Jenis ayam
**
*
**
*
Lampiran 4. Hasil Sidik Ragam Lebar Dada Ayam Sentul, Kampung dan Kedu Umur 1-4 Minggu. keragaman
1
2
3
4
Jenis ayam
**
**
**
**
Lampiran 5. Hasil Sidik Ragam Panjang Punggung Ayam Sentul, Kampung dan Kedu Umur 1-4 Minggu. keragaman
1
2
3
4
Jenis ayam
*
**
**
*
Lampiran 6. Hasil Sidik Ragam Panjang Shank Ayam Sentul, Kampung dan Kedu Umur 5-12 Minggu. Keragaman
5
6
7
8
9
10
11
12
jernis ayam
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
jenis kelamin
**
**
**
**
**
**
**
**
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
J. Ayam * J. Kelamin
Lampiran 7. Hasil Sidik Ragam Panjang Paruh Ayam Sentul, Kampung dan Kedu Umur 5-12 Minggu. Keragaman
5
6
7
8
9
10
11
12
jernis ayam
tn
tn
tn
**
**
**
**
**
jenis kelamin
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
J. Ayam * J. Kelamin
Lampiran 8. Hasil Sidik Ragam Panjang Tubuh Ayam Sentul, Kampung dan Kedu Umur 5-12 Minggu. Keragaman
5
6
7
8
9
10
11
12
jernis ayam
**
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
jenis kelamin
**
**
**
**
**
**
**
**
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
J. Ayam * J. Kelamin
Lampiran 9. Persamaam Regresi Ganda Ayam Sentul Umur 1-4 Minggu. Umur (Minggu)
Persamaan Regresi Ganda
R-Sq (Adj) (%)
1
Y = 58,8 + 0,105 PS + 0,48 PPrh + 0,37 LeD + 0,01 PP + 1,66 LD
0,0%
2
Y = 34,4 + 0,907 PS + 1,54 PPrh - 4,57 LeD + 7,99 PP + 8,62 LD
37,5%
3
Y = - 406 + 2,23 PS + 12,1 PPrh + 8,12 LeD + 6,2 PP + 9,05 LD
42,3%
4
Y = - 354 + 3,17 PS + 17,8 PPrh + 6,82 LeD + 10,2 PP – 0,63 L
27,5%
Lampiran 10. Persamaam Regresi Ganda Ayam Kampung Umur 1-4 Minggu. Umur (Minggu)
Persamaan Regresi Ganda
R-Sq (Adj) (%)
1
Y = 82,9 + 0,220 PS - 2,00 PPrh + 1,06 LeD – 1,11 PP + 0,287 LD
8,3%
2
Y = - 272 + 1,70 PS – 12,4 PPrh + 11,9 LeD + 35,3 PP + 2,86 LD
44,0%
3
Y = - 569 + 6,84 PS – 5,26 PPrh + 7,97 LeD + 27,5 PP + 13,2 LD
54,7%
4
Y = - 469 + 3,91 PS – 0,6 PPrh + 7,02 LeD + 24,2 PP + 11,9 L
49,3%
Lampiran 11. Persamaan Regresi Ganda Ayam Kedu Umur 1-4 Minggu. Umur (Minggu)
Persamaan Regresi Ganda
1
Y = 36,4 – 0,074 PS + 0,97 PPrh + 1,73 LeD + 2,45 PP + 0,40 LD
R-Sq (Adj) (%) 0,0%
2
Y = 42 – 6,20 PS + 3,70 PPrh + 6,95 LeD + 13,1 PP + 5,70 LD
17,4%
3
Y = - 211 – 3,84 PS – 0,5 PPrh + 7,87 LeD + 26,3 PP + 14,9 LD
4,9%
4
Y = - 679 + 1,74 PS + 6,0 PPrh + 10,9 LeD + 25,7 PP + 19,0 LD
37,7%
Lampiran 12. Persamaan Regresi Ganda Ayam Sentul betina Umur 5-12 Minggu. Umur (Minggu) 5
Persamaan Regresi Ganda Y = 229 + 5,37 PS – 30,7 PPrh – 14,4 LeD + 13,9 PP + 23,2 LD
R-Sq (Adj) (%) 60,1%
6
Y = - 360 + 5,69 PS – 8,0 PPrh + 3,73 LeD + 10,9 PP + 11,5 LD
61,1%
7
Y = - 376 + 3,18 PS + 9,97 PPrh + 4,28 LeD – 8,16 PP + 17,7 LD
92,7%
8
Y = - 752 + 0,95 PS + 18,8 PPrh + 5,05 LeD + 8,2 PP + 29,3 LD
84,0%
9
Y = - 601 + 3,20 PS + 3,9 PPrh + 2,43 LeD + 7,4 PP + 29,2 LD
72,4%
10
Y = - 1070 + 3,28 PS – 1,4 PPrh + 2,63 LeD + 61,3 PP + 23,4 LD
74,9%
11
Y = - 2694 + 1,03 PS + 15,0 PPrh + 11,1 LeD + 195 PP - 1,0 LD
68,5%
12
Y = - 861 – 2,83 PS + 1,4 PPrh – 0,13 LeD + 48,7 PP + 45,0 L
88,8%
Lampiran 13. Persamaan Regresi Ganda Ayam Kampung betina Umur 5-12Minggu. Umur (Minggu) 5
Persamaan Regresi Ganda Y = - 643 + 4,64 PS – 2,23 PPrh + 4,11 LeD + 33,2 PP 5+ 19,8 L
R-Sq (Adj) (%) 82,7%
6
Y = - 697 + 9,96 PS – 0,0 PPrh – 0,37 LeD + 29,7 PP 6+ 10,1 LD
64,3%
7
Y = - 779 + 3,93 PS – 6,6 PPrh + 4,11 LeD + 22,2 PP 7+ 34,5 LD
60,0%
8
Y = - 1076 + 6,21 PS + 1,3 PPrh + 2,68 LeD + 19,3 PP 8+ 40,4 LD
65,6%
9
Y = - 1502 + 6,73 PS + 10,2 PPrh + 8,94 LeD + 38,1 PP 9+ 30,2 LD
79,8%
10
Y = - 748 + 7,94 PS + 2,4 PPrh + 7,48 LeD – 1,9 PP 10+ 18,1 LD
79,8%
11
Y = - 546 + 9,49 PS + 16,5 PPrh + 11,7 LeD – 30,0 PP 11+ 0,596 LD
78,7%
12
Y = - 2090 + 12,2 PS + 66,4 PPrh + 19,9 LeD – 8,7 PP 12+ 0,66 LD
81,0%
Lampiran 14. Persamaan Regresi Ganda Ayam Kedu Betina Umur 5-12 Minggu Umur (Minggu)
Persamaan Regresi Ganda
R-Sq (Adj) (%)
5
Y = - 1059 + 10,4 PS – 11,7 PPrh + 9,27 LeD + 63,3 PP + 5,32 LD
81,3%
6
Y = - 936 + 8,94 PS + 23,2 PPrh + 6,10 LeD + 21,8 PP + 4,1 LD
86,7%
7
Y = - 603 + 7,21 PS + 4,6 PPrh – 1,79 LeD – 5,87 PP + 32,9 LD
87,9%
8
Y = - 450 + 5,53 PS – 8,8 PPrh + 3,35 LeD – 11,8 PP + 32,9 LD
85,7%
9
Y = - 33 + 6,08 PS – 13,1 PPrh + 0,58 LeD – 45,8 PP 9+ 37,7 LD
77,5%
10
Y = - 384 + 9,73 PS – 15,0 PPrh + 4,22 LeD – 21,2 PP + 22,4 LD
65,8%
11
Y = - 468 + 9,90 PS – 1,1 PPrh – 1,85 LeD + 0,2 PP + 15,7 LD
76,6%
12
Y = - 1107 + 11,7 PS – 1,1 PPrh – 3,7 LeD + 43,3 PP 12 + 17,8 LD
69,9%
Lampiran 15. Persamaan Regresi Ganda Ayam Sentul Jantan Umur 5-12 Minggu Umur (Minggu)
Persamaan Regresi Ganda
R-Sq (Adj) (%)
5
Y = - 331 + 19,4 PS – 6,5 PPrh + 16,6 LeD – 40,2 PP - 35,0 LD
76,8%
6
Y = 168 + 21,0 PS + 17,3 PPrh + 5,0 LeD - 105 PP - 30,1 LD
79,5%
7
Y = - 381 + 13,1 PS + 0,32 PPrh + 7,30 LeD + 29,1 PP - 38,2 LD
99,9%
8
Y = - 1379 + 19,8 PS + 116 PPrh – 0,7 LeD - 121 PP 8+ 13,1 LD
58,8%
9
Y = - 1465 + 1,64 PS – 54,2 PPrh – 0,46 LeD + 88,2 PP+ 77,8 LD
90,5%
10
Y = - 362 + 9,52 PS – 42,2 PPrh + 6,08 LeD – 40,6 PP + 48,2 LD
94,5%
11
Y = 347 + 22,7 PS – 22,4 PPrh + 8,14 LeD - 112 PP 11- 7,1 LD
88,0%
12
Y = 182 + 12,1 PS - 112 PPrh + 11,9 LeD - 82 PP 12+ 77,8 LD
60,0%