KARAKTERISTIK UKURAN DAN BENTUK TUBUH BURUNG BAYAN-BAYANAN (Psittacidae) DI INDONESIA
SKRIPSI IVA IRMA KHUMALA DEWI
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
RINGKASAN IVA IRMA KHUMALA DEWI. D14104043. 2008. Karakteristik Ukuran dan Bentuk Tubuh Burung Bayan-bayanan (Psittacidae) di Indonesia. Skripsi. Program Studi Teknologi Produksi Ternak, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Pembimbing Utama Pembimbing Anggota
: Ir. Rini Herlina Mulyono, MSi. : Dr. Dewi Malia Prawiradilaga
Burung bayan-bayanan merupakan salah satu keanekaragaman hayati yang dimiliki Indonesia. Beberapa jenis burung bayan-bayanan bahkan endemik hanya dapat ditemukan di Indonesia. Burung bayan-bayanan memiliki keragaman fenotipik yang divisualkan melalui karakteristik morfologi tubuh pada ukuran-ukuran linier tubuh. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik morfometrik tubuh burung bayan-bayanan dengan menentukan penciri ukuran dan bentuk tubuh. Karakteristik morfometrik dari ukuran-ukuran linear tubuh pada tiap marga burung bayan-bayanan selanjutnya digunakan untuk menduga sifat keserupaan ukuran linier tubuh melalui jarak minimum D2 Mahalanobis. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ornitologi Bidang Zoologi Puslit Biologi-LIPI Cibinong. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah 234 spesimen burung bayan-bayanan yang terdiri atas 128 spesimen jantan dan 106 spesimen betina, spesimen berasal dari populasi yang berbeda berdasarkan tahun catatan spesimen. Jumlah tersebut terdiri atas 11 spesimen Cacatua alba, 12 spesimen Cacatua sulphurea occidentalis, 27 spesimen Eos bornea cyanonothus, 15 spesimen Eos squamata obiensis, 13 spesimen Psittacula alexandri alexandri, 13 spesimen Psittacula alexandri dammermani, 16 spesimen Psittacula longicauda longicauda, 11 spesimen Loriculus stigmatus stigmatus, 17 spesimen Loriculus galgulus, 22 spesimen Charmosyna placentis intensior, 20 spesimen Eclectus roratus roratus, 13 spesimen Alisterus amboinensis buruensis, 24 spesimen Trichoglossus haematodus haematodus, dan 20 spesimen Trichoglossus ornatus. Peubah yang diukur pada penelitian terdiri atas panjang tarsus, lingkar tarsus, panjang jari ketiga dan panjang sayap. Ukuran-ukuran linier tubuh yang diamati dibedakan berdasarkan pengelompokan marga dengan uji statistik T2-Hotteling. Hasil uji statistik T2-Hotteling menunjukkan bahwa ukuran-ukuran linier tubuh marga burung bayan-bayanan sangat berbeda (P<0,01). Analisis Komponen Utama (AKU) digunakan untuk menentukan penciri ukuran dan bentuk tubuh pada marga burung bayan-bayanan yang diamati. Hasil perhitungan Analisis Komponen Utama berdasarkan pengelompokan marga menunjukkan bahwa penciri ukuran pada seluruh marga burung bayan-bayanan yang diamati adalah panjang sayap. Vektor Eigen ukuran marga Cacatua sebesar 0,964 dengan korelasi antara panjang sayap dengan skor ukuran sebesar +0,999; vektor Eigen ukuran marga Eos sebesar 0,993 dengan korelasi antara panjang sayap dengan skor ukuran sebesar +1,000; vektor Eigen ukuran marga Psittacula sebesar 0,997 dengan korelasi antara panjang sayap dengan skor ukuran sebesar +1,000; vektor Eigen ukuran marga Loriculus sebesar 0,983 dengan korelasi antara panjang sayap dengan skor ukuran sebesar +1,000; vektor Eigen ukuran marga Charmosyna sebesar 0,997 dengan korelasi antara panjang sayap dengan skor ukuran sebesar +1,000; vektor Eigen ukuran marga
Eclectus sebesar 0,968 dengan korelasi antara panjang sayap dengan skor ukuran sebesar +0,997; vektor Eigen ukuran Alisterus sebesar 0,999 dengan korelasi antara panjang sayap dengan skor ukuran sebesar +1,000 dan vektor Eigen ukuran Trichoglossus sebesar 0,990 dengan korelasi antara panjang sayap dengan skor ukuran sebesar +0,998. Penciri bentuk marga Cacatua, Loriculus, Eclectus, dan Trichoglossus adalah panjang jari ketiga. Vektor Eigen bentuk marga Cacatua sebesar 0,774 dengan korelasi antara panjang jari ketiga dengan skor bentuk sebesar +0,480; vektor Eigen bentuk Loriculus sebesar 0,878 dengan korelasi antara panjang jari ketiga dengan skor bentuk sebesar +0,778, vektor Eigen bentuk Eclectus sebesar 0,888 dengan korelasi antara panjang jari ketiga dengan skor bentuk sebesar +0,887 dan vektor Eigen bentuk Trichoglossus sebesar 0,927 dengan korelasi antara panjang jari ketiga dengan skor bentuk sebesar +0,908. Penciri bentuk marga Eos, Psittacula dan Charmosyna adalah lingkar tarsus dengan vektor Eigen bentuk masing-masing sebesar 0,893; 0,871; dan 0,787. Korelasi antara lingkar tarsus dengan skor bentuk pada marga Eos sebesar +0,885. Korelasi antara lingkar tarsus dengan skor bentuk pada marga Psittacula sebesar +0,883. Korelasi antara lingkar tarsus dengan skor bentuk pada marga Charmosyna sebesar +0,887. Penciri bentuk marga Alisterus adalah panjang tarsus dengan vektor Eigen bentuk sebesar 0,946 dan korelasi antara panjang tarsus dengan skor bentuk sebesar +0,964. Perbedaan penciri bentuk berkaitan dengan kebiasaan dan adaptasi burung bayan-bayanan untuk mempertahankan hidup di alam. Berdasarkan diagram kerumunan diperlihatkan bahwa skor ukuran terbesar ditemukan pada marga Cacatua, sedangkan skor ukuran terkecil ditemukan pada marga Loriculus. Pendugaan keserupaan sifat ukuran linier tubuh melalui perhitungan jarak minimum D2 Mahalanobis menunjukkan bahwa burung bayan-bayanan yang memiliki ukuran tubuh sedang sampai dengan besar membentuk satu kelompok dan yang berukuran kecil membentuk kelompok tersendiri. Kelompok berukuran sedang hingga besar terdiri atas marga Eos, Psittacula, Trichoglossus, Alisterus, Cacatua dan Eclectus. Kelompok berukuran kecil terdiri atas marga Loriculus dan Charmosyna. Selanjutnya pengelompokan yang lebih spesifik terjadi pada kelompok A berdasarkan keserupaan sifat ukuran linier tubuh. Semakin kecil nilai minimum D Mahalanobis maka semakin dekat dendogram jarak minimum D Mahalanobis yang ditunjukkan dan semakin tinggi pula keserupaan sifat ukuran linier tubuh. Kata-kata kunci: burung bayan-bayanan, ukuran, bentuk, jarak minimum D2 Mahalanobis
ABSTRACT Characteristic Size and Shape of Parrots (Psittacidae) in Indonesia Dewi, I. I. K., R. H. Mulyono and D. M. Prawiradilaga Parrots are one of genetic resources of Indonesia’s asset. Recently, population of parrots decreased drastically and some species have become endangered even to extinction. On the other hand, information about quantitative characteristic of body skeleton measurements among parrots are still lacking. This experiment was conducted to determine the size and shape body score of parrots using Principal Component Analysis. Specific traits of parrots can be identified by morphometric that determine the Eigen of the size and shape. The measurement consisted of tarsus length, tarsus circumference, third digit length and wing length. This research was held in Ornithology Laboratorium, Division of Zoology Research Center for Biology-LIPI Cibinong. A total of 234 specimen of parrots consisted of 128 specimen males and 106 specimen females were measured. There were differences in body skeleton among genus of parrots (P<0,01). The results based on each genus of parrot had the same Eigen value of their size. The Eigen value of the size for all genus parrot being examined was wing length. The Eigen vectors of the size of genus Cacatua was 0,964; Eos was 0,993; Psittacula was 0,997; Loriculus was 0,983; Charmosyna was 0,997; Eclectus was 0,968; Alisterus was 0,999; and Trichoglossus was 0,990. The Eigen value of shape for genus Cacatua, Loriculus, Eclectus and Trichoglossus was third digit length. The Eigen vectors of the shape of genus Cacatua was 0,774; Loriculus was 0,878; Eclectus was 0,888 and Trichoglossus was 0,927. The Eigen value of shape for genus Eos, Psittacula dan Charmosyna was tarsus circumference. The Eigen vectors of the shape of genus Eos was 0,893; Psittacula was 0,871; and Charmosyna was 0,787. The Eigen value of shape for genus Alisterus was tarsus length with Eigen vectors was 0,946. The shape of observed parrots was different caused by the differences of their habitat and adaptive modifications to variety of environments and natural habitat. Based on this research, genus Cacatua had the highest size score and genus Loriculus had the lowest size score. The Minimum D Mahalonobis distance showed the classification of parrots into two group, group A which was medium to large sized parrots consisted of genus Eos, Psittacula, Trichoglossus, Alisterus, Cacatua and Eclectus, group B which was small sized parrots consisted of genus Loriculus and Charmosyna. This classification was based on the similarity of the size body skeleton. Keywords: parrots, size, shape, minimum D2 Mahalanobis distance
KARAKTERISTIK UKURAN DAN BENTUK TUBUH BURUNG BAYAN-BAYANAN (Psittacidae) DI INDONESIA
IVA IRMA KHUMALA DEWI D14104043
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
KARAKTERISTIK UKURAN DAN BENTUK TUBUH BURUNG BAYAN-BAYANAN (Psittacidae) DI INDONESIA
Oleh IVA IRMA KHUMALA DEWI D14104043
Skripsi ini telah disetujui dan disidangkan di hadapan Komisi Ujian Lisan pada tanggal 20 Juni 2008
Pembimbing Utama
Pembimbing Anggota
Ir. Rini Herlina Mulyono, M.Si. NIP. 131 760 850
Dr. Dewi Malia Prawiradilaga NIP. 320 002 438
Dekan Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor
Dr.Ir. Luki Abdullah, M.Sc.Agr. NIP. 131 955 531
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan pada tanggal 23 April 1986 di Batu, Jawa Timur. Penulis adalah anak kedua dari empat bersaudara dari pasangan Bapak M. Rifai Arifiandy dan Ibu Rinawati. Pendidikan dasar penulis diselesaikan pada tahun 1998 di SDN Sisir 5 Batu, pendidikan lanjutan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2001 di SLTP Negeri 1 Batu dan pendidikan menengah atas diselesaikan pada tahun 2004 di SMU Negeri 1 Batu. Penulis diterima sebagai mahasiswa pada Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun 2004. Selama mengikuti pendidikan, penulis pernah aktif di Departemen Informasi dan Komunikasi HIMAPROTER tahun 2004-2005 dan Departemen Pendidikan BEM KM IPB tahun 2005-2006.
KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr.Wb. Bismillahirrahmannirrahim, puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir penelitian dan skripsi dengan judul Karakteristik Ukuran dan Bentuk Tubuh Burung Bayan-bayanan (Psittacidae) di Indonesia sebagai salah satu syarat kelulusan memperoleh gelar Sarjana Peternakan. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada nabi besar junjungan, Rasullullah SAW
beserta keluarga, para
sahabat dan umatnya yang senantiasa istiqomah hingga akhir zaman. Burung bayan-bayanan merupakan salah satu sumber keanekaragaman hayati yang dimiliki Indonesia. Saat ini jenis burung bayan-bayanan telah menjadi komoditi penting perdagangan baik dalam maupun luar negeri. Permintaan yang cukup tinggi menyebabkan burung bayan-bayanan diburu terus-menerus dari alam, sehingga mengakibatkan penurunan populasi di alam. Penurunan populasi tersebut dapat dicegah dengan suatu usaha penangkaran. Identifikasi morfometrik diperlukan sebagai informasi tambahan usaha tersebut. Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tambahan mengenai karakteristik ukuran dan bentuk tubuh burung bayan-bayanan di Indonesia, sehingga aplikasinya dapat digunakan dalam suatu upaya penentuan program konservasi, penangkaran dan pemanfaatan secara lestari. Penulis menyadari sepenuhnya banyak terdapat kesalahan dan kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi Penulis khususnya dan pembaca umumnya. Saran dan kritik yang membangun sangat dinantikan sebagai upaya koreksi dan kemajuan selanjutnya. Semoga skripsi ini bermanfaat, Amien. Wassalamua’alaikum Wr. Wb. Bogor, Juli 2008
Penulis
DAFTAR ISI Halaman RINGKASAN............................................................................................
i
ABSTRACT...............................................................................................
iii
RIWAYAT HIDUP ...................................................................................
vi
KATA PENGANTAR ...............................................................................
vii
DAFTAR ISI..............................................................................................
viii
DAFTAR TABEL......................................................................................
x
DAFTAR GAMBAR.................................................................................
xii
DAFTAR LAMPIRAN..............................................................................
xiii
PENDAHULUAN .....................................................................................
1
Latar Belakang............................................................................... Tujuan ............................................................................................
1 2
TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................
3
Burung Bayan-bayanan.................................................................. Karakteristik......................................................................... Habitat dan Penyebaran ....................................................... Status Burung Bayan-bayanan............................................. Morfometrik................................................................................... Tulang Tarsus ...................................................................... Tulang Digit......................................................................... Tulang Sayap ....................................................................... Analisis Komponen Utama ............................................................
3 7 9 9 9 11 11 12 13
METODE
.............................................................................................
15
Lokasi dan Waktu .......................................................................... Materi............................................................................................. Prosedur ......................................................................................... Panjang Tarsus..................................................................... Lingkar Tarsus..................................................................... Panjang Jari Ketiga .............................................................. Panjang Sayap...................................................................... Analisis Data.................................................................................. T2-Hotteling ......................................................................... Analisis Komponen Utama .................................................. Jarak Minimum D2 Mahalanobis ......................................... Penyajian Dendogram..........................................................
15 15 15 16 16 16 16 20 20 20 21 22
HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................
23
Ukuran-ukuran Linier Tubuh.........................................................
23
Ukuran dan Bentuk Tubuh Burung Bayan-bayanan Berdasarkan Marga ............................................................................................. Dendogram (Diagram Pohon) Ukuran-ukuran Linier Tubuh pada Marga Burung Bayan-bayanan yang Diamati ...............................
29 42
KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................
47
Kesimpulan .................................................................................... Saran .............................................................................................
47 47
UCAPAN TERIMA KASIH .....................................................................
48
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................
49
LAMPIRAN .............................................................................................
52
ix
DAFTAR TABEL Nomor
Halaman
1. Daftar Spesimen Burung Bayan-bayanan yang Digunakan pada Penelitian .......................................................................................
17
2. Ukuran-ukuran Linier Peubah Tubuh Burung Bayan-bayanan Marga Cacatua .............................................................................
23
3. Ukuran-ukuran Linier Peubah Tubuh Burung Bayan-bayanan Marga Eos ......................................................................................
24
4. Ukuran-ukuran Linier Peubah Tubuh Burung Bayan-bayanan Marga Psittacula............................................................................
25
5. Ukuran-ukuran Linier Peubah Tubuh Burung Bayan-bayanan Marga Loriculus ............................................................................
26
6. Ukuran-ukuran Linier Peubah Tubuh Burung Bayan-bayanan Marga Charmosyna........................................................................
26
7. Ukuran-ukuran Linier Peubah Tubuh Burung Bayan-bayanan Marga Eclectus ..............................................................................
27
8. Ukuran-ukuran Linier Peubah Tubuh Burung Bayan-bayanan Marga Alisterus..............................................................................
27
9. Ukuran-ukuran Linier Peubah Tubuh Burung Bayan-bayanan Marga Trichoglossus......................................................................
28
2
10. Hasil Uji T -Hotteling pada Ukuran-ukuran Linier Tubuh Burung Bayan-bayanan..................................................................
29
11. Persamaan Ukuran dan Bentuk Tubuh dengan Keragaman Total dan Nilai Eigen pada Burung Bayan-bayanan Marga Cacatua..........................................................................................
30
12. Korelasi antara Ukuran dan Bentuk dengan Peubah-peubah Ukuran Linier Tubuh pada Burung Bayan-bayanan Marga Cacatua..........................................................................................
30
13. Persamaan Ukuran dan Bentuk Tubuh dengan Keragaman Total dan Nilai Eigen pada Burung Bayan-bayanan Marga Eos ...
31
14. Korelasi antara Ukuran dan Bentuk dengan Peubah-peubah Ukuran Linier Tubuh pada Burung Bayan-bayanan Marga Eos ...
31
15. Persamaan Ukuran dan Bentuk Tubuh dengan Keragaman Total dan Nilai Eigen pada Burung Bayan-bayanan Marga Psittacula .......................................................................................
32
16. Korelasi antara Ukuran dan Bentuk dengan Peubah-peubah Ukuran Linier Tubuh pada Burung Bayan-bayanan Marga Psittacula .......................................................................................
32
17. Persamaan Ukuran dan Bentuk Tubuh dengan Keragaman Total dan Nilai Eigen pada Burung Bayan-bayanan Marga Loriculus ........................................................................................
33
18. Korelasi antara Ukuran dan Bentuk dengan Peubah-peubah Ukuran Linier Tubuh pada Burung Bayan-bayanan Marga Loriculus .......................................................................................
33
19. Persamaan Ukuran dan Bentuk Tubuh dengan Keragaman Total dan Nilai Eigen pada Burung Bayan-bayanan Marga Charmosyna ...................................................................................
34
20. Korelasi antara Ukuran dan Bentuk dengan Peubah-peubah Ukuran Linier Tubuh pada Burung Bayan-bayanan Marga Charmosyna ...................................................................................
34
21. Persamaan Ukuran dan Bentuk Tubuh dengan Keragaman Total dan Nilai Eigen pada Burung Bayan-bayanan Marga Eclectus..........................................................................................
35
22. Korelasi antara Ukuran dan Bentuk dengan Peubah-peubah Ukuran Linier Tubuh pada Burung Bayan-bayanan Marga Eclectus .........................................................................................
35
23. Persamaan Ukuran dan Bentuk Tubuh dengan Keragaman Total dan Nilai Eigen pada Burung Bayan-bayanan Marga Alisterus .........................................................................................
36
24. Korelasi antara Ukuran dan Bentuk dengan Peubah-peubah Ukuran Linier Tubuh pada Burung Bayan-bayanan Marga Alisterus .........................................................................................
36
25. Persamaan Ukuran dan Bentuk Tubuh dengan Keragaman Total dan Nilai Eigen pada Burung Bayan-bayanan Marga Trichoglossus .................................................................................
37
26. Korelasi antara Ukuran dan Bentuk dengan Peubah-peubah Ukuran Linier Tubuh pada Burung Bayan-bayanan Marga Trichoglossus .................................................................................
37
27. Rekapitulasi Penciri Ukuran dan Bentuk Tubuh Burung Bayanbayanan ..........................................................................................
38
28. Matriks Jarak Minimum D Mahalanobis antara Marga Burung Bayan-bayanan yang Diamati........................................................
42
xi
DAFTAR GAMBAR Nomor
Halaman
1. Burung Nuri Kalung Ungu (Eos squamata) ........................................
3
2. Burung Perkici Dagu Merah (Charmosyna placentis) ........................
4
3. Burung Kakatua Putih (Cacatua alba) ................................................
4
4. Burung Kakatua Kecil Jambul Kuning (Cacatua sulphurea)..............
5
5. Burung Betet Biasa (Psittacula alexandri)..........................................
5
6. Burung Serindit Melayu (Loriculus galgulus).....................................
6
7. Burung Nuri Bayan (Eclectus roratus)................................................
6
8. Bentuk Jari Burung Bayan-bayanan (Zygodactyls) Dibandingkan dengan Jenis Burung Lain....................................................................
7
9. Mekanisme Kaki Bertengger pada Burung..........................................
8
10. Kerangka Tubuh Burung .....................................................................
10
11. Bagian Tulang Kaki Burung ................................................................
12
12. Bagian Tulang Sayap Burung ..............................................................
12
13. Bagian-bagian Tubuh Burung Bayan-bayanan yang Diukur dalam Penelitian .............................................................................................
16
14. Jangka Sorong Digital yang Digunakan pada Penelitian.....................
19
15. Contoh Spesimen Burung Bayan-bayanan yang Digunakan pada Penelitian .............................................................................................
19
16. Kerumunan Data Skor Ukuran dan Bentuk Tubuh Burung Bayanbayanan yang Diamati Berdasarkan Pengelompokan Marga ..............
40
17. Dendogram Jarak Minimum D Mahalanobis Marga Burung Bayanbayanan yang Diamati .........................................................................
44
DAFTAR LAMPIRAN Nomor
Halaman
1. Rataan Umum Ukuran-ukuran Linier Peubah Tubuh Burung Bayanbayanan Berdasarkan Marga................................................................
53
2. Koefisien Keragaman Panjang Tarsus, Lingkar Tarsus, Panjang Jari Ketiga Marga Burung Bayan-bayanan yang Diamati..........................
54
3. Urutan Keragaman dari Tertinggi ke Terendah Ukuran-ukuran Linier Tubuh Marga Burung Bayan-bayanan yang Diamati ..........................
54
4. Rekapitulasi Hasil Uji T2-Hotteling antara Jantan dan Betina pada Burung Bayan-bayanan........................................................................
55
5. Contoh Perhitungan Manual Uji Statistik T2-Hotteling pada Peubahpeubah Ukuran Linier Tubuh antara Kelompok Burung Bayanbayanan Marga Eos dan Psittacula......................................................
56
6. Contoh Perhitungan Manual Analisis Komponen Utama Pertama pada Ukuran Tubuh Burung Bayan-bayanan Marga Loriculus ...................
58
7. Contoh Perhitungan Manual Analisis Komponen Utama Kedua pada Bentuk Tubuh Burung Bayan-bayanan Marga Loriculus....................
61
8. Contoh Penentuan Skor Ukuran Tubuh (Sumbu X) dan Bentuk Tubuh (Sumbu Y) pada Masing-masing Titik Diagram Kerumunan pada Kelompok Marga Loriculus.................................................................
65
9. Contoh Cara Perhitungan Jarak Minimum D2 Mahalanobis antara Kelompok Marga Eos dan Psittacula ..................................................
66
10. Komponen Utama Bagian Tubuh Burung Bayan-bayanan Marga Cacatua................................................................................................
67
11. Komponen Utama Bagian Tubuh Burung Bayan-bayanan Marga Eos
68
12. Komponen Utama Bagian Tubuh Burung Bayan-bayanan Marga Psittacula .............................................................................................
68
13. Komponen Utama Bagian Tubuh Burung Bayan-bayanan Marga Loriculus ..............................................................................................
68
14. Komponen Utama Bagian Tubuh Burung Bayan-bayanan Marga Charmosyna .........................................................................................
69
15. Komponen Utama Bagian Tubuh Burung Bayan-bayanan Marga Eclectus................................................................................................
69
16. Komponen Utama Bagian Tubuh Burung Bayan-bayanan Marga Alisterus ..............................................................................................
69
17. Komponen Utama Bagian Tubuh Burung Bayan-bayanan Marga Trichoglossus .......................................................................................
70
18. Skor Komponen Utama I (Ukuran) dan II (Bentuk) pada Ukuran-
ukuran Linier Tubuh Burung Bayan-bayanan Marga Cacatua ...........
70
19. Skor Komponen Utama I (Ukuran) dan II (Bentuk) pada Ukuranukuran Linier Tubuh Burung Bayan-bayanan Marga Eos...................
71
20. Skor Komponen Utama I (Ukuran) dan II (Bentuk) pada Ukuranukuran Linier Tubuh Burung Bayan-bayanan Marga Psittacula.........
72
21. Skor Komponen Utama I (Ukuran) dan II (Bentuk) pada Ukuranukuran Linier Tubuh Burung Bayan-bayanan Marga Psittacula.........
73
22. Skor Komponen Utama I (Ukuran) dan II (Bentuk) pada Ukuranukuran Linier Tubuh Burung Bayan-bayanan Marga Loriculus .........
74
23. Skor Komponen Utama I (Ukuran) dan II (Bentuk) pada Ukuranukuran Linier Tubuh Burung Bayan-bayanan Marga Charmosyna ....
75
24. Skor Komponen Utama I (Ukuran) dan II (Bentuk) pada Ukuranukuran Linier Tubuh Burung Bayan-bayanan Marga Eclectus ...........
76
25. Skor Komponen Utama I (Ukuran) dan II (Bentuk) pada Ukuranukuran Linier Tubuh Burung Bayan-bayanan Marga Alisterus...........
76
26. Skor Komponen Utama I (Ukuran) dan II (Bentuk) pada Ukuranukuran Linier Tubuh Burung Bayan-bayanan Marga Trichoglossus ..
77
27. Kisaran Skor Ukuran pada Marga Burung Bayan-bayanan yang Diamati.................................................................................................
78
28. Kisaran Skor Bentuk pada Marga Burung Bayan-bayanan yang Diamati.................................................................................................
79
29. Kerumunan Data Skor Ukuran dan Bentuk Tubuh Burung Bayanbayanan Marga Cacatua Jantan dan Betina.........................................
80
30. Kerumunan Data Skor Ukuran dan Bentuk Tubuh Burung Bayanbayanan Marga Eos Jantan dan Betina ...............................................
80
31. Kerumunan Data Skor Ukuran dan Bentuk Tubuh Burung Bayanbayanan Marga Psittacula Jantan dan Betina ....................................
81
32. Kerumunan Data Skor Ukuran dan Bentuk Tubuh Burung Bayanbayanan Marga Loriculus Jantan dan Betina.......................................
81
33. Kerumunan Data Skor Ukuran dan Bentuk Tubuh Burung Bayanbayanan Marga Charmosyna Jantan dan Betina..................................
82
34. Kerumunan Data Skor Ukuran dan Bentuk Tubuh Burung BayanBengkok Marga Eclectus Jantan dan Betina........................................
82
35. Kerumunan Data Skor Ukuran dan B entuk Tubuh Burung Bayanbayanan Marga Alisterus Jantan dan Betina ........................................
83
36. Kerumunan Data Skor Ukuran dan Bentuk Tubuh Burung Bayanbayanan Marga Trichoglossus Jantan dan Betina................................
83
xiv
PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara dengan keanekaragaman hayati yang tinggi yang memiliki 60% keanekaragaman fauna dunia, termasuk diantaranya burung. Beberapa jenis burung bersifat endemik hanya dapat ditemukan di Indonesia, sebagai contoh burung nuri dan kerabatnya. Burung nuri dan kerabatnya digolongkan ke dalam kelompok parrot, karena memiliki paruh bengkok. Penyebaran burung-burung tersebut lebih banyak di kawasan timur Indonesia seperti Sulawesi, Flores, Maluku dan Papua. Berbagai jenis burung populer digunakan sebagai hewan peliharaan dan menjadi hobi yang telah tersebar luas (Shepherd, 2006). Misalnya burung nuri dan kerabatnya banyak diminati sebagai burung hias karena burung-burung tersebut memiliki kemampuan berceloteh, memiliki bentuk dan warna bulu yang menarik. Bentuk dan warna bulu yang menarik tersebut menjadi daya tarik tertentu sehingga memiliki nilai komersial tinggi dan merupakan komoditas ekspor non-migas yang cukup penting. Permintaan pasar yang tinggi menyebabkan populasi burung nuri dan kerabatnya sering diburu langsung dari alam. Apabila hal ini dilakukan terusmenerus dapat mengakibatkan penurunan jumlah populasi dan bahkan terjadi kepunahan. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan penangkaran khusus untuk burung bayan-bayanan. Upaya tersebut perlu didukung informasi tambahan mengenai karakteristik morfometrik sehingga dapat menunjang keberhasilan suatu usaha penangkaran. Upaya penentuan karakteristik morfometrik melalui ukuran-ukuran linier tubuh diperlukan sebelum melakukan penangkaran. Setiap marga memiliki karakteristik morfometrik yang khas, yang dihubungkan dengan kebiasaan hidup di alam bebas, sehingga upaya penangkaran secara tidak langsung disesuaikan dengan kondisi morfometrik dari setiap burung bayan-bayanan yang diamati. Identifikasi karakteristik morfometrik pada burung bayan-bayanan dapat dilakukan dengan cara mengukur bagian-bagian tulang tubuh karena ukuran tulang merupakan sifat yang diturunkan. Proses identifikasi selanjutnya dibantu dengan metode Analisis Komponen Utama (AKU) dengan cara menemukan skor ukuran dan skor bentuk pada masing-masing individu yang membentuk kerumunan
yang khas pada setiap spesies dalam marga. Penciri ukuran dan bentuk tubuh pada marga burung bayan-bayanan yang diamati dapat ditentukan. Faktor genetik lebih berperanan pada penciri bentuk tubuh, sedangkan faktor lingkungan lebih berperanan pada penciri ukuran tubuh. Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk memberikan informasi mengenai kesamaan dan perbedaan ukuran dan bentuk tubuh marga burung bayan-bayanan yang diamati, berikut dengan menentukan penciri ukuran dan bentuk tubuh melalui AKU. Keserupaan ukuran-ukuran linier tubuh burung bayan-bayanan yang diamati pada setiap marga dapat dijadikan sebagai informasi hubungan kekerabatan diantara marga burung bayan-bayanan yang diamati melalui jarak minimum D Mahalanobis.
2
TINJAUAN PUSTAKA Burung Bayan-bayanan Burung bayan-bayanan atau kelompok parrot mempunyai karakteristik yang khas yaitu memiliki paruh yang bengkok. Burung bayan-bayanan digolongkan ke dalam kelas Aves, ordo Psittaciformes, famili Psittacidae, dan dibagi ke dalam tiga subfamili yaitu Loriinae, Cacatuinae, dan Psittacinae (Forshaw dan Cooper, 1989). Dijelaskan lebih lanjut bahwa pengklasifikasian pada burung bayan-bayanan didasarkan pada perbedaan sifat-sifat eksternal tubuh, anatomi maupun data ekologi. Menurut Sibley dan Ahlquist (1990) yang dilaporkan oleh Juniper dan Parr (1998) berdasarkan perbandingan materi genetik, burung bayan-bayanan dapat dibagi menjadi beberapa sub unit berdasarkan wilayah geografis. Setiap subfamili burung bayan-bayanan terdiri atas beberapa marga. Menurut Campbell et al. (2003) istilah marga digunakan sebagai kategori taksonomik di atas tingkat spesies dan dinamai
Dewi M.P.
Gambar 1. Burung Nuri Kalung Ungu (Eos squamata) dengan kata pertama dari nama Latin binomial spesies tersebut. Dijelaskan lebih lanjut spesies merupakan tingkatan yang sudah mantap. Masing-masing spesies dapat berkembang dan berevolusi secara terus menerus selama rentang waktu yang panjang. Spesies yang sukses rata-rata dapat bertahan selama beberapa juta tahun. Penggolongan marga dapat dilakukan berdasarkan unit ekologi sehingga setiap spesies yang tergolong dalam marga yang sama memiliki ciri khusus sebagai bentuk
adaptasi terhadap lingkungan yang sama (Mayr dan Ashlock, 1991). Dijelaskan lebih lanjut bahwa penggolongan marga pada burung didasarkan tidak hanya pada satu sifat karakter tetapi dapat lebih dari satu karakter.
Dewi M.P.
Gambar 2. Burung Perkici Pelangi (Trichoglossus haematodus) Subfamili Loriinae dikenal sebagai burung nuri. Burung ini dapat ditemukan di kepulauan Pasifik, Australia, Papua Nugini dan pulau di sekitarnya. Burung ini berukuran kecil sampai dengan sedang dengan bulu berwarna-warni. Burung ini merupakan burung pemakan serbuk sari dan madu (nektar) namun juga pemakan serangga dan biji-bijian. Burung nuri minum dengan cara memasukkan ujung sikat (papila) yang terdapat pada permukaan lidah ke dalam air (Campbell dan Lack, 1985). Gambar 1 menyajikan burung nuri kalung ungu (Eos squamata) yang merupakan subfamili Loriinae. Gambar 2 menyajikan burung perkici pelangi yang juga merupakan subfamili Loriinae.
Gambar 3. Burung Kakatua Putih (Cacatua alba) Sumber: Featheredkids (2006)
4
Cacatuinae merupakan subfamili dari burung kakatua. Burung ini menyebar di Australia, Papua Nugini dan kepulauan di sekitarnya sampai dengan Filipina. Kelompok Cacatuinae berukuran besar dan memiliki mahkota kepala yang dapat digerakkan. Burung ini memiliki paruh yang pendek dan tinggi, lidahnya tipis dan pendek. Bulu berwarna putih, merah muda, abu-abu atau hitam dan beberapa berwarna merah dan kuning. Subfamili Cacatuinae merupakan jenis burung pemakan biji-bijian dan kacang. Hasil penelitian Widodo (1998) menyatakan bahwa
Dewi M.P.
Gambar 4. Burung Kakatua Kecil Jambul Kuning (Cacatua sulphurea) Cacatua alba yang termasuk ke dalam subfamili Cacatuinae ditemukan mampu memakan buah durian yang telah masak, selain itu juga pemakan buah aren dan kenari. Cara minum burung jenis ini adalah dengan menyendok air dengan menggunakan paruh bawah (Campbell dan Lack, 1985). Gambar 3 menyajikan burung kakatua putih (Cacatua alba) yang merupakan subfamili Cacatuinae.
Dewi M.P.
Gambar 5. Burung Betet Biasa (Psittacula alexandri)
5
Gambar 4 menyajikan burung kakatua kecil jambul kuning (Cacatua sulphurea) yang juga merupakan subfamili Cacatuinae.
Dewi M.P.
Gambar 6. Burung Serindit Melayu (Loriculus galgulus)
Dewi M.P.
Gambar 7. Burung Nuri Bayan (Eclectus roratus) Psittacinae terdiri atas 58 marga dari 82 jenis burung bayan-bayanan (Campbell dan Lack, 1985). Subfamili Psittacinae memiliki ukuran tubuh yang bervariasi dan warna bulu tertentu. Burung ini memiliki lidah yang besar dengan ujung berbentuk sendok merupakan penyesuaian dari cara minum, yakni dengan cara menyendok air, menelannya kemudian mendesaknya secara berlawanan dengan menggunakan langit-langit mulut (Campbell dan Lack, 1985). Gambar 5 menyajikan burung betet biasa yang merupakan subfamili Psittacinae. Gambar 6 menyajikan burung serindit Melayu yang merupakan subfamili Psittacinae. Gambar 7 menyajikan burung nuri bayan yang juga merupakan subfamili Psittacinae.
6
Karakteristik Burung bayan-bayanan memiliki paruh atas berbentuk melengkung hingga menutupi bagian terbawah dari paruh bawah (Campbell dan Lack, 1985). Memiliki tarsometatarsus yang pendek, kepala besar, lebar dan leher pendek. Memiliki lidah tebal yang dapat memegang makanan. Lubang hidung ditutupi bulu namun dapat juga tidak ditutupi bulu. Cere terdapat pada permukaan paruh bagian atas (Forshaw dan Cooper, 1989). Bentuk ekor panjang, melengkung dan pendek. Beberapa jenis burung memiliki hiasan mahkota pada bagian kepala yang dapat digerakkan (Campbell dan Lack, 1985). Burung bayan-bayanan memiliki karakteristik suara yang bercicit, keras dan tidak berirama, dan apabila dilatih dapat menirukan suara (Forshaw dan Cooper, 1989). Pada umumnya burung bayan-bayanan memiliki jenis kaki zygodactyls, yaitu dua jari mengarah ke depan dan dua jari mengarah ke belakang. Menurut
Monarchbfly (2007) jenis kaki zygodactyls ditemukan pada
famili Pandionidae, kebanyakan burung pelatuk (famili Picidae), burung hantu (ordo Strigiformes), jenis burung
bayan-bayanan (parrot) dan beberapa jenis burung
layang-layang. Gambar 8 menyajikan berbagai bentuk jari pada burung
bayan-
bayanan dibandingkan dengan jenis burung yang lain. Kaki jenis zygodactyls pada burung
bayan-bayanan digunakan untuk memanjat pohon ketika mencari buah-
buahan dan bunga untuk makan. Menurut Pough et al. (2005) menyatakan bahwa bentuk paruh dan kaki tiap burung berbeda disesuaikan dengan kebiasaan makan dan
Keterangan: a = anisodactyl, b = zygodactyl, c = heterodactyl, d = syndactyl, & e = pamprodactyl
Gambar 8. Bentuk Jari pada Burung Bayan-bayanan (Zygodactyls) Dibandingkan dengan Jenis Burung Lain Sumber: Proctor dan Lynch (1993)
7
kemampuan lokomotif. Hasil penelitian Waluyo (1997) pada Eos squamata yang ditangkarkan menunjukkan bahwa burung tersebut memiliki kebiasaan bertengger. Gambar 9 menyajikan mekanisme kaki bertengger pada burung. Menurut Zeffer dan Norberg (2003) menyatakan bahwa tulang tarsometatarus harus pendek untuk mengurangi pergerakan otot sehingga posisi kaki dapat stabil saat bertengger pada dahan. Beberapa jenis burung
bayan-bayanan menggunakan salah satu kakinya
untuk memegang makanan yang kemudian dimasukkan ke dalam paruh (Forshaw dan Cooper, 1989).
Gambar 9. Mekanisme Kaki Bertengger pada Burung Sumber : Britanica (2008) Ukuran burung bayan-bayanan bervariasi mulai dari berukuran besar sampai dengan kecil. Menurut Forshaw dan Cooper (1989) marga Cacatua, Alisterus dan Eclectus berukuran besar, marga Eos termasuk kelompok berukuran sedang, marga Loriculus termasuk kelompok burung
bayan-bayanan berukuran kecil. Menurut
MacKinnon (1995) marga Psittacula dan Trichoglossus termasuk kelompok burung bayan-bayanan berukuran sedang. Marga Charmosyna termasuk kelompok burung bayan-bayanan berukuran kecil (Paryanti, 2005). Menurut Forshaw dan Cooper (1989), Waluyo (1997) dan Paryanti (2002) bobot badan burung bayan-bayanan jika diurutkan dari yang terbesar ke yang terkecil adalah marga Cacatua, Eclectus, Alisterus, Psittacula, Eos, Trichoglossus, Charmosyna dan Loriculus. Dimorfisme seksual pada burung
bayan-bayanan ditunjukkan dengan
perbedaan warna bulu (Forshaw dan Cooper, 1989). Dijelaskan lebih lanjut bahwa jantan memiliki warna yang lebih mencolok dibandingkan betina, namun ditemukan juga warna antara jantan yang sangat berbeda dengan betina.
8
Habitat dan Penyebaran Habitat burung bayan-bayanan terdapat di dataran rendah, hutan tropis yang memiliki banyak tumbuhan, bunga dan buah. Beberapa jenis burung terdapat di dataran tinggi seperti jenis Charmosyna papou (Forshaw dan Cooper, 1989). Menurut Juniper dan Parr (1998) burung bayan-bayanan menyebar di hutan tropis dan subtropis tetapi beberapa jenis terdapat di daerah beriklim sedang. Penyebaran burung bayan-bayanan di Indonesia sebagian besar menyebar di kawasan timur seperti kepulauan Seram, Kei, Watubela, Sulawesi dan Papua. Hasil penelitian Widodo dan Sujadi (1996) menemukan burung Eos bornea di pulau Seram, Maluku tengah yang hidup secara berkelompok. Menurut pustaka penyebaran jenis burung bayan-bayanan di Indonesia meliputi 45 jenis di wilayah Papua (Beehler et al., 2001), 37 jenis di kawasan Wallacea (White dan Bruce, 1986) dan sembilan jenis di kepulauan Sunda Besar (MacKinnon et al., 1998). Status Burung Bayan-bayanan Menurut Collar et al. (1994) yang dilaporkan Juniper dan Parr (1998) menyatakan bahwa penilaian status punah setiap burung didasarkan pada kategori ancaman. Kategori tersebut antara lain adalah punah (extinct), kritis berbahaya (critically endangered), berbahaya, terancam (vulnerable). Berdasarkan CITES (Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Flora and Fauna) penggolongan dapat dibagi menjadi tiga kelompok yaitu: CITES Lampiran I yang meliputi jenis burung yang terancam punah akibat atau mungkin terpengaruh oleh perdagangan, CITES Lampiran II yaitu mempunyai resiko serius dan kemungkinan terancam punah bila tidak dilakukan pengaturan perdagangan dan CITES Lampiran III adalah jenis burung yang terancam atau kemungkinan terancam di suatu negara tertentu dan memerlukan kerjasama negara lain untuk pengawasan dan perdagangan. Menurut Birdlife (2008) salah satu jenis burung bayan-bayanan yang tergolong dalam CITES Lampiran I adalah Cacatua sulphurea. Menurut Hill dan Zhang (2004) menyatakan bahwa ukuran populasi yang terbatas dan seleksi ketat yang terjadi di alam dapat mengakibatkan penurunan variasi genetik. Morfometrik Menurut Kent dan Carr (2000) morfo berarti bentuk dan struktur, sedangkan morfologi adalah ilmu mengenai bentuk dan anatomi tubuh. Campbell dan Lack
9
(1985) menyatakan bahwa morfo menunjukkan perbedaan bentuk spesies dalam suatu populasi khususnya pada polimorfisme. Lebih lanjut dijelaskan bahwa morfologi merupakan ilmu mengenai bentuk yang biasa digunakan untuk mempelajari karakteristik eksternal seperti anatomi. Pengukuran morfologi tubuh
Gambar 10. Kerangka Tubuh Burung Sumber : Feistyhome (1999) dapat dilakukan dengan mengukur ukuran-ukuran tulang tubuh. Istilah tulang digunakan pada suatu kerangka yang menopang tubuh dan tempat perlekatan otot (North dan Bell, 1990). Menurut Hafez dan Dyer (1969) ukuran tulang merupakan sifat yang diturunkan. Bentuk tulang dan pelekatan antara struktur internal tulang disesuaikan dengan fungsinya (Campbell dan Lack, 1985). Pertumbuhan tulang yang sebenarnya terjadi melalui dua proses yaitu endochondral dan intramembranous ossification, kemudian diikuti dengan perubahan struktur tulang dan perkembangan kerangka (Lawrence dan Fowler, 2002). Menurut Cochran (2004) skeleton terdiri atas dua bagian yaitu axial dan appendicular. Dijelaskan lebih lanjut axial tersusun atas tulang yang mengelilingi pusat gravitasi tubuh yaitu skull, vertebrae hyoid apparatus, ribs dan sternum, sedangkan appendicular tersusun atas tulang belakang. Lawrence dan Fowler ( 2002) menjelaskan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tulang terdiri atas dua faktor yaitu faktor endogenus yang dipengaruhi oleh hormon dan eksogenus yang dipengaruhi oleh pakan. Menurut Rose (1997)
10
pertumbuhan tulang lebih banyak diatur oleh faktor genetik, disamping sirkulasi hormon, vitamin A dan D. Sifat-sifat kuantitatif dipengaruhi oleh genetik dan lingkungan serta interaksi antara genetik dan lingkungan. Menurut Gardner et al. (1991) genetika kuantitatif ditentukan berdasarkan pada pengukuran tinggi, berat atau panjang individu dalam suatu populasi dengan menggunakan satuan yang sesuai. Dijelaskan lebih lanjut sifat kuantitatif tersebut dipengaruhi oleh banyak gen. Menurut Hutt (1949) beberapa sifat kuantitatif yang terpenting adalah bobot badan, panjang tulang femur, tulang tarsometatarsus, lingkar tarsometatarsus, panjang jari ketiga dan panjang sayap. Nishida et al. (1980) menyatakan bahwa ukuran tulang paha, betis dan shank serta perbandingan antara panjang shank dan lingkar shank menunjukkan nilai-nilai yang efektif untuk menduga konformasi tubuh. Hasil penelitian Nishida et al. (1982) pada ayam menyatakan bahwa bentuk tubuh ayam dipengaruhi oleh tinggi jengger, panjang sayap, panjang femur dan panjang tibia. Panjang sayap memberikan pengaruh yang terbesar terhadap bentuk tubuh dengan vektor Eigen tertinggi yaitu sebesar 0,577. Penciri ukuran tubuh ayam dicirikan oleh panjang sayap, panjang femur, panjang tibia, panjang tarsometatarsus dan tinggi jengger. Panjang tibia memberikan pengaruh yang terbesar terhadap bentuk tubuh dengan vektor Eigen sebesar 0,544. Tulang Tarsus Menurut McLelland (1990) menyatakan tulang tarsus sebagai tulang campuran yang dibentuk dari gabungan baris distal dari tulang tarsal ke tiga tulangtulang
metatarsal (digit II, III, dan IV).
menyatakan
bahwa
tarsus
dibentuk
Menurut selama
Tyne
dan
perkembangan
Berger (1976) embrio
dari
penggabungan baris distal dari tulang tarsal dengan ujung proksimal tiga tulang metatarsal. Dijelaskan lebih lanjut bahwa tarsus dapat ditutup bulu seluruh atau sebagian saja. Tulang Digit Menurut McLelland dan King (1975); McLelland (1990) pada sebagian besar burung ditemukan digit I sampai IV (dengan jumlah tulang jari dua, tiga, empat dan lima). Jari pertama secara tepat berada paling belakang. Posisi dari jari-jari dapat
11
digunakan untuk kepentingan taksonomi yang berkaitan dengan posisi burung saat bertengger ataupun tidak bertengger.
Gambar 11. Bagian Tulang Kaki Burung Sumber: Tyne dan Berger (1976) Tulang Sayap Hickman et al. (2007) menyatakan bahwa sayap pada burung memiliki ukuran dan bentuk yang bervariasi karena perbedaan perkembangan dan disesuaikan dengan habitat. Menurut Tyne dan Berger (1976) tulang sayap burung terdiri atas tulang humerus, radius, ulna, dua tulang carpal, carpometacarpus dan tiga jari atau
Gambar 12. Bagian Tulang Sayap Burung Sumber: Tyne dan Berger (1976) tulang digit. Dijelaskan lebih lanjut tulang humerus mendukung tulang lengan. McLelland (1990) menyatakan bahwa pergerakan yang dapat terjadi pada tulang
12
tersebut
adalah
elevasi,
scapulocoracohumeral
depresi,
pada
sendi
protraksi peluru
dan yang
retraksi. terdapat
Persambungan pada
humerus
memungkinkan pergerakan rotasi bebas, sedangkan pada baris akhir distal humerus atas ulna dan radius yang berukuran lebih kecil dan keduanya mirip satu sama lain (Nickel et al., 1977). Menurut McLelland dan King (1975) secara umum tulang ulna berukuran lebih besar dibandingkan dengan radius. Tyne dan Berger (1976) menyatakan bahwa pada burung dewasa hanya terdapat dua tulang carpal. Dijelaskan lebih lanjut tulang carpal yang lain bergabung dengan tulang metacarpal membentuk carpometacarpus saat perkembangan embrio. Burung memiliki tiga jari atau digit tulang sayap. Digit pertama memiliki satu phalanx. Pada beberapa burung ditemukan memiliki dua phalanges, digit kedua memiliki dua phalanges tetapi ditemukan juga yang tiga phalanges dan digit ketiga umumnya memiliki satu phalanx. Analisis Komponen Utama Analisis Komponen Utama (AKU) bertujuan untuk menerangkan struktur varian-kovarian (kombinasi data multivariat yang beragam) melalui kombinasi linear dari peubah-peubah tertentu. Dijelaskan lebih lanjut bahwa secara umum AKU bertujuan untuk mereduksi data dan menginterpretasikannya (Gaspersz, 1992). Menurut Wiley (1981) Analisis Komponen Utama (AKU) adalah suatu teknik multivariat yang digunakan untuk menemukan hubungan struktural antara dua peubah yang terpisah yang disebut komponen utama. Komponen utama pertama meliputi peubah yang memiliki keragaman total yang lebih besar dibandingkan peubah lain. Komponen utama kedua mencakup peubah yang memiliki keragaman total yang tidak terdapat pada komponen utama pertama dan tidak berhubungan dengan komponen utama pertama, dan begitu seterusnya. Analisis morfometrik yang menggunakan metode AKU menerangkan bahwa komponen utama pertama mengindikasikan ukuran hewan yang diteliti (vektor ukuran) dan komponen utama kedua mengindikasikan bentuk hewan yang diteliti (vektor bentuk) (Everitt dan Dunn, 1998). Berdasarkan Biology Online Team (2008), ukuran diartikan sebagai dimensi, besar, volume, ukuran relatif, sedangkan bentuk diartikan sebagai model, pola, karakteristik sebagai pembeda penampilan eksternal. Hayashi et al. (1982) menjelaskan bahwa komponen utama pertama yaitu komponen
13
utama yang mempunyai keragaman total tertinggi yang mewakili vektor ukuran dan komponen utama kedua yaitu komponen utama yang memiliki keragaman total terbesar setelah komponen utama pertama yang mewakili vektor bentuk. Selanjutnya dijelaskan bahwa komponen utama dapat dibentuk melalui dua cara, yaitu dari matriks kovarian dan dari matriks korelasi, yaitu sebesar 76% untuk matriks kovarian dan 60% untuk matriks korelasi. Menurut Wiley (1981) komponen utama digunakan untuk membentuk sebuah diagram penyebaran. Sumbu yang pertama (X) menunjukkan ukuran data secara umum dan dapat menjelaskan keragaman sebesar 50-95% dari data yang diamati. Sumbu kedua (Y) menunjukkan bentuk dapat menjelaskan keragaman sekecil-kecilnya 1% atau lebih dari data yang diamati. Akar ciri atau ragam dapat diperoleh dari hasil perkalian antara jumlah peubah yang diamati dan nilai keragaman total pada AKU yang diturunkan berdasarkan matriks kovarian. Akar ciri atau ragam ini menurut Nishida et al. (1982) dinyatakan sebagai nilai Eigen. Nilai Eigen menunjukkan keragaman total yang sebenarnya (Afifi dan Clark, 1996). Keragaman total diperoleh dari hasil pembagian antara nilai Eigen komponen utama ke-i dan banyaknya peubah yang diamati. Vektor Eigen memperlihatkan kontribusi dari peubah-peubah yang diamati. Vektor Eigen memperlihatkan kontribusi dari peubah-peubah tertentu sebagai faktor pembeda ukuran tubuh dan bentuk tubuh. Everitt dan Dunn (1998) menerangkan bahwa pada pengukuran morfologi hewan, hasil AKU lebih ditekankan pada komponen kedua sebagai indikasi bentuk tubuh, daripada komponen utama pertama yang mengindikasikan ukuran tubuh.
14
METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Ornitologi Bidang Zoologi Puslit Biologi-LIPI Cibinong. Penelitian ini dilaksanakan selama satu bulan yaitu bulan Febuari 2008 hingga Maret 2008. Materi Materi penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah spesimen burung bayan-bayanan dengan jumlah total 234 spesimen yang terdiri atas 128 spesimen jantan dan 106 spesimen betina, spesimen berasal dari populasi yang berbeda berdasarkan tahun catatan spesimen. Jumlah tersebut menyebar pada 11 spesimen Cacatua alba, 12 spesimen Cacatua sulphurea occidentalis, 27 spesimen Eos bornea cyanonothus, 15 spesimen Eos squamata obiensis, 13 spesimen Psittacula alexandri alexandri, 13 spesimen Psittacula alexandri dammermani, 16 spesimen Psittacula longicauda longicauda, 11 spesimen Loriculus stigmatus stigmatus, 17 spesimen Loriculus galgulus, 22 spesimen Charmosyna placentis intensior, 20 spesimen Eclectus roratus roratus, 13 spesimen Alisterus amboinensis buruensis, 24 spesimen Trichoglossus haematodus haematodus, dan 20 spesimen Trichoglossus ornatus. Spesimen yang digunakan pada penelitian selanjutnya disajikan pada Tabel 1. Alat yang digunakan pada penelitian terdiri atas jangka sorong digital dengan merk Mitutoyo Digimatic Caliper, benang, lembar data ukuran-ukuran tubuh, alat tulis dan kamera digital. Pengolahan data dibantu dengan perangkat lunak Minitab 14 dan untuk pembuatan gambar diagram kerumunan dibantu dengan Minitab 13.12, sedangkan penyajian dendogram dengan bantuan program MEGA 2.1 (Molecular Evolutionary Genetics Analysis). Prosedur Data diperoleh dari pengukuran bagian-bagian tubuh burung bayan-bayanan sebagai peubah yaitu panjang tarsus (X1), lingkar tarsus (X2), panjang jari ketiga (X3) dan panjang sayap (X4). Gambar 13 menyajikan bagian-bagian tubuh burung bayan-bayanan yang diukur pada penelitian.
Panjang Tarsus. Panjang tarsus diukur sepanjang tulang tarsus. Pengukuran menggunakan jangka sorong dalam satuan mm. Lingkar Tarsus. Lingkar tarsus diukur melingkari tulang tarsus pada bagian tengah. Pengukuran menggunakan benang yang kemudian dikonversikan ke jangka sorong dalam satuan mm. Panjang Jari Ketiga. Panjang jari ketiga diukur dari pangkal jari ketiga yang terdiri atas empat phalanges sampai ujung jari. Pengukuran dilakukan dengan penelusuran menggunakan benang yang kemudian dikonversikan ke jangka sorong dalam satuan mm. Panjang Sayap. Panjang sayap diukur dengan menelusuri tulang sayap mulai dari pangkal humerus sampai ujung phalanges. Pengukuran menggunakan benang dan kemudian dikonversikan ke jangka sorong dalam satuan mm. C B A
X3
X4 = A + B + C
X1 X2
Keterangan : X1 = Panjang tarsus; X2 = Lingkar tarsus; X3 = Panjang jari ketiga; X4 = Panjang sayap; A = Humerus; B = Ossa antebrachii (Radius dan Ulna); C = Metacarpus dan Phalanges
Gambar 13. Bagian-bagian Tubuh Burung Bayan-bayanan yang Diukur dalam Penelitian (Feistyhome, 2008)
16
Tabel 1. Daftar Spesimen Burung Bayan-bayanan yang Digunakan pada Penelitian Nama Indonesia (Spesies)
Nama Inggris
Tahun Catatan Spesimen
Jantan Betina
N
Asal
Kakatua putih (Cacatua alba)
White Cockatoo
1938-1988
8
3
11
Bacan, Halmahera, Maluku Utara
Kakatua kecil Jambul kuning (Cacatua sulphurea occidentalis)
Yellow crested Cockatoo
1913-1965
6
6
12
Lombok, Komodo, Nusa Penida, Flores
Kasturi merah (Eos bornea cyanonothus)
Red Lory
1913-1959
17
10
27
Pulau Buru
Nuri Kalung ungu (Eos squamata obiensis)
Violet necked Lory
1914-1953
7
8
15
Pulau Obi
Betet Biasa (Psittacula alexandri alexandri)
Red breasted Parakeet
1921-1940
2
11
13
Jepara, Cepu, Semarang, Kedu, Bogor
Betet Biasa (Psittacula alexandri dammermani)
Red breasted Parakeet
1955
6
7
13
Karimun Jawa
Betet Ekor panjang (Psittacula longicauda longicauda)
Long tailed Parakeet
1915-1977
10
6
16
Palembang, Tapanuli, Lampung, Kalimantan
Lanjutan Daftar Spesimen Burung Bayan-bayanan yang Digunakan pada Penelitian Nama Indonesia (Spesies)
Nama Inggris
Tahun Catatan Spesimen
Serindit Melayu (Loriculus galgulus)
Blue crowned Hanging parrot
1927-1994
12
5
17
Aceh Barat, Padang, Palembang, Tapanuli, Kalimantan Tengah
Perkici Dagu merah (Charmosyna placentis intensior)
Red flanked Lorikeet
1938-1949
7
15
22
Halmahera, Maluku
Nuri Bayan (Eclectus roratus roratus)
Eclectus Parrot
1913-1959
13
7
20
Pulau Buru
Nuri raja Ambon (Alisterus amboinensis buruensis)
Mollucan King Parrot
1921-1959
7
6
13
Pulau Buru
Perkici Pelangi (Trichoglossus haematodus haematodus)
Rainbow Lorikeet
1913-1995
15
9
24
Pulau Buru
Perkici Dora (Trichoglossus ornatus)
Ornate Lorikeet
1909-1939
11
9
20
Buton, Sulawesi
128
106
234
Total
Jantan Betina
N
Asal
Gambar 14. Jangka Sorong Digital yang Digunakan pada Penelitian
Gambar 15. Contoh Spesimen Burung Bayan-bayanan yang Digunakan pada Penelitian
19
Analisis Data T2-Hotteling T2-Hotteling digunakan untuk membandingkan peubah-peubah antara dua kelompok marga burung bayan-bayanan. Pengujian dilakukan berdasarkan Gaspersz (1992) dengan jalan merumuskan hipotesis terlebih dahulu sebagai berikut: H0 : U1 = U2
: artinya vektor rata-rata dari kelompok 1 sama dengan kelompok 2
H1 : U1 ≠U2
: artinya kedua vektor nilai rata-rata itu berbeda
T2-Hotteling digunakan untuk menguji hipotesis seperti yang telah dianjurkan Oleh Gaspersz (1992) sebagai berikut: T2 =
n 1n 2 −1 (x 1 − x 2 ) ' SG (x 1 − x 2 ) n1 + n 2
Selanjutnya besaran: F=
n1 + n 2 − p − 1 2 T (n 1 + n 2 − 2)p
akan berdistribusi F dengan derajat bebas V1 = p dan V2 = n1 + n2 – p -1 Keterangan: T2
= Nilai T2-Hotteling
F
= Nilai hitung untuk T2-Hotteling
n1
= Jumlah data pengamatan pada kelompok pertama
n2 x1
= Jumlah data pengamatan pada kelompok kedua
x2
= Vektor nilai rata-rata variabel acak dari kelompok ke-2
p
= Banyaknya variabel ukur
= Vektor nilai rata-rata variabel acak dari kelompok ke-1
Analisis Komponen Utama Analisis Komponen Utama (AKU) digunakan untuk menentukan penciri ukuran dan bentuk tubuh pada setiap marga burung bayan-bayanan yang diamati. (AKU) yang digunakan berdasarkan Gaspersz (1992) dengan model persamaan untuk bagian tubuh sebagai berikut:
20
Yp
= a1pX1 + a2pX2 + a3pX3 + a4pX4
Keterangan: Yp
= Komponen utama ke-p (p = 1, 2, 3, 4)
X1, X2, X3, X4
= Peubah ke-1, 2, 3 dan 4
X1
= Panjang tarsus
X2
= Lingkar tarsus
X3
= Panjang jari ketiga
X4
= Panjang sayap
Persamaan ukuran dan bentuk tubuh diturunkan dari matriks kovarian. Ukuran (sumbu X) berdasarkan skor komponen utama pertama, sedangkan bentuk (sumbu Y) berdasarkan skor komponen utama kedua. Korelasi antara ukuran dan bentuk dan peubah-peubah yang diukur diperoleh dari perkalian antara vektor Eigen dan akar dari nilai Eigen masing-masing yang dibagi dengan simpangan baku dari masing-masing peubah. Vektor dan nilai Eigen yang digunakan untuk perhitungan korelasi tersebut berasal dari Analisis Komponen Utama (AKU) yang diturunkan dari matriks kovarian. Rumus korelasi yang digunakan sebagai berikut: rZiYj = rij =
a ij λ ij Si
Keterangan: rZiYj
= Koefisien korelasi peubah ke-i dan komponen ke-j
aij
= Vektor Eigen peubah ke-i dengan komponen ke-j
λij
= Nilai Eigen (akar ciri) komponen utama ke-j
Si
= Simpangan baku peubah ke-i
Jarak Minimum D2 Mahalanobis
Jarak D2 Mahalanobis antara dua marga burung bayan-bayanan dihitung berdasarkan perhitungan Gaspersz (1992) sebagai berikut: D2 = (x1 − x2) ' S G −1 ( x1 − x2) Keterangan : D2
= Nilai statistik Mahalanobis sebagai ukuran jarak Mahalanobis antar dua marga burung bayan-bayanan
kuadrat
21
SG-1
= Invers matrik gabungan (invers dari matriks SG)
x1
= Vektor nilai rata-rata peubah acak dari kelompok marga burung bayan-bayanan pertama
x2
= Vektor nilai rata-rata peubah acak dari kelompok marga burung bayan-bayanan kedua
Penyajian Dendogram
Penyajian dendogram dilakukan berdasarkan nilai minimum D2 Mahalanobis setelah diakarkan. Pengelompokan marga burung bayan-bayanan dilakukan berdasarkan percabangan dendogram.
22
HASIL DAN PEMBAHASAN Ukuran-ukuran Linier Tubuh Pengamatan yang dilakukan melibatkan 14 spesies dan subspesies burung bayan-bayanan yang meliputi Cacatua alba, Cacatua sulphurea occidentalis, Eos bornea cyanonothus, Eos squamata obiensis, Psittacula alexandri alexandri, Psittacula dammermani, Psittacula longicauda longicauda, Eclectus roratus roratus, Alisterus amboinensis buruensis, Loriculus stigmatus stigmatus, Loriculus galgulus, Charmosyna placentis intensior, Trichoglossus haematodus haematodus dan Trichoglossus ornatus. Tabel 2 menyajikan data ukuran linier tubuh marga Cacatua, Tabel 3 menyajikan data ukuran linier tubuh marga Eos, Tabel 4 menyajikan data ukuran linier tubuh marga Psittacula, Tabel 5 menyajikan data ukuran linier tubuh marga Loriculus, Tabel 6 menyajikan data ukuran linier tubuh marga Charmosyna, Tabel 2. Ukuran-ukuran Linier Peubah Tubuh Burung Bayan-bayanan Marga Cacatua Spesies
Jenis Kelamin
Cacatua alba
Jantan
Cacatua sulphurea occidentalis
Panjang Lingkar Panjang Jari Panjang Sayap Tarsus Tarsus Ketiga -----------------------------------(mm)-------------------------------------25,00 ± 2,25 28,78 ± 2,67 46,53 ± 3,04 138,14 ± 22,71 (9,00%) (7,88%) ( 6,54%) (16,44%) (8) (8) (8) (8)
Betina
24,57 ± 1,94 (7,89%) (3)
26,72 ± 2,55 (9,53%) (3)
45,68 ± 5,22 (11,42%) (3)
157,2 ± 22,2 (14,15%) (3)
Jantan
17,80 ± 4,06 (22,82%) (6)
21,93 ± 1,25 (5,68%) (6)
33,46 ± 1,530 (4,57%) (6)
100,68 ± 11,34 (11,26%) (6)
Betina
18,66 ± 3,39 (18,15%) (6)
21,83 ± 2,23 (10,21%) (6)
29,88 ± 0,69 (2,30%) (6)
94,15 ± 9,90 (10,52%) (6)
Keterangan: Angka di dalam kurung menunjukkan koefisien keragaman dan jumlah sampel spesimen
Tabel 7 menyajikan data ukuran linier tubuh marga Eclectus, Tabel 8 menyajikan data ukuran linier tubuh marga Alisterus dan Tabel 9 menyajikan data ukuran linier tubuh marga Trichoglossus. Keempat belas spesies dan subspesies tersebut dikelompokkan menjadi delapan marga, yaitu marga Cacatua, Eos, Psittacula, Loriculus, Charmosyna, Eclectus, Alisterus, dan Trichoglossus.
Lingkar tarsus pada kelompok marga Cacatua merupakan ukuran linier tubuh yang paling seragam dibandingkan ukuran linier tubuh lain, karena memiliki koefisien keragaman paling kecil, sedangkan ukuran linier tubuh yang paling beragam adalah panjang sayap. Panjang jari ketiga pada kelompok marga Eos merupakan ukuran linier tubuh yang paling seragam karena memiliki koefisien keragaman paling kecil dibandingkan ukuran linier tubuh yang lain. Ukuran linier tubuh yang memiliki keragaman tertinggi adalah lingkar tarsus setelah itu panjang sayap dan panjang tarsus. Panjang jari ketiga pada kelompok marga Psittacula Tabel 3. Ukuran-ukuran Linier Peubah Tubuh Burung Bayan-bayanan Marga Eos Spesies
Jenis Kelamin
Eos bornea cyanonothus
Jantan
Eos squamata obiensis
Panjang Lingkar Panjang Jari Panjang Sayap Tarsus Tarsus Ketiga -------------------------------------(mm)-----------------------------------15,58 ± 1,30 14,57 ± 2,17 22,75 ± 1,43 72,07 ± 9,11 (8,36%) (14,92%) (6,27%) (12,65%) (17) (17) (17) (17)
Betina
15,27 ± 1,77 (11,61%) (10)
13,57 ± 1,25 (9,22%) (10)
22,43 ± 2,07 (9,21%) (10)
69,05 ± 8,61 (12,47%) (10)
Jantan
14,29 ± 0,72 (5,05%) (7)
13,13 ± 1,68 (12,79%) (7)
21,04 ± 1,09 (5,17%) (7)
59,32 ± 5,64 (9,51%) (7)
Betina
13,94 ± 1,00 (7,17%) (8)
13,69 ± 2,371 (17,32%) (8)
20,23 ± 1,25 (6,16%) (8)
60,46 ± 5,14 (8,50%) (8)
Keterangan: Angka di dalam kurung menunjukkan koefisien keragaman dan jumlah sampel spesimen
merupakan ukuran linier tubuh yang paling seragam. Hal tersebut diperlihatkan dengan nilai koefisien keragaman terkecil dibandingkan ukuran linier tubuh yang lain. Ukuran linier tubuh yang paling beragam adalah panjang sayap, kemudian lingkar tarsus dan panjang tarsus. Panjang tarsus pada kelompok marga Loriculus merupakan ukuran linier tubuh yang memiliki keragaman terkecil, sedangkan keragaman terbesar ditemukan pada lingkar tarsus. Panjang sayap memiliki keragaman tinggi setelah lingkar tarsus dan selanjutnya panjang jari ketiga. Panjang jari ketiga pada kelompok marga Charmosyna ditemukan paling seragam, karena memiliki koefisien keragaman terkecil. Ukuran linier tubuh yang paling beragam adalah lingkar tarsus selanjutnya secara berurutan adalah panjang sayap dan panjang tarsus.
24
Tabel 4. Ukuran-ukuran Linier Peubah Tubuh Burung Bayan-bayanan Marga Psittacula Spesies
Jenis Kelamin
Psittacula alexandri alexandri
Jantan
Psittacula dammermani
Psittacula longicauda longicauda
Panjang Lingkar Panjang Jari Panjang Sayap Tarsus Tarsus Ketiga ------------------------------------(mm)-------------------------------------16,35 ± 0,58 16,54 ± 0,71 23,31 ± 1,73 76,70 ± 5,95 (3,55%) (4,32%) (7,43%) (7,76%) (2) (2) (2) (2)
Betina
14,49 ± 0,88 (6,07%) (11)
15,02 ± 1,35 (8,98%) (11)
21,43 ± 1,36 (6,34%) (11)
67,17 ± 7,40 (11,01%) (11)
Jantan
15,61 ± 0,91 (5,81%) (6)
15,22 ± 1,07 (6,88%) (6)
23,05 ± 0,63 (2,72%) (6)
87,79 ± 11,47 (13,06%) (6)
Betina
15,17 ± 0,64 (4,20%) (7)
16,18 ± 1,88 (11,61%) (7)
22,96 ± 1,23 (5,36%) (7)
84,86 ± 7,96 (9,38%) (7)
Jantan
13,97 ± 0,90 (6,46%) (10)
16,14 ± 1,65 (10,19%) (10)
21,84 ± 1,38 (6,32%) (10)
70,38 ± 8,29 (11,79%) (10)
Betina
14,65 ± 0,48 (3,28%) (6)
15,39 ± 1,28 (8,29%) (6)
22,02 ± 0,53 (2,39%) (6)
66,89 ± 8,81 (13,18%) (6)
Keterangan: Angka di dalam kurung menunjukkan koefisien keragaman dan jumlah sampel spesimen
Panjang sayap pada kelompok marga Eclectus merupakan ukuran linier tubuh yang paling seragam, karena memiliki koefisien keragaman yang paling kecil. Selanjutnya keragaman tinggi secara berurutan terdapat pada ukuran linier tubuh lingkar tarsus, panjang tarsus dan panjang jari ketiga. Panjang jari ketiga pada kelompok marga Alisterus merupakan ukuran linier tubuh yang paling seragam dibandingkan ukuran linier tubuh yang lain. Hal tersebut diperlihatkan dengan nilai koefisien keragaman yang kecil. Selanjutnya ukuran linier tubuh yang paling beragam adalah panjang sayap, panjang tarsus dan lingkar tarsus. Lingkar tarsus pada kelompok marga Trichoglossus merupakan ukuran linier tubuh yang paling seragam, karena memiliki koefisien keragaman yang paling kecil. Keragaman tertinggi ukuran linier tubuh ditemukan pada panjang jari ketiga. Panjang sayap merupakan ukuran linier tubuh dengan keragaman tertinggi setelah panjang jari ketiga dan selanjutnya diikuti panjang tarsus dan lingkar tarsus. Panjang tarsus yang paling beragam diantara kelompok marga yang diamati ditemukan pada kelompok
25
marga Cacatua, karena memiliki koefisien keragaman tertinggi, sedangkan paling seragam terdapat pada kelompok marga Psittacula. Lingkar tarsus yang paling beragam ditemukan pada kelompok marga Cacatua, sedangkan
yang
paling
seragam terdapat pada kelompok marga Trichoglossus. Panjang jari ketiga yang Tabel 5. Ukuran-ukuran Linier Peubah Tubuh Burung Bayan-bayanan Marga Loriculus Spesies
Jenis Kelamin
Loriculus stigmatus stigmatus
Jantan
Loriculus galgulus
Panjang Lingkar Panjang Jari Panjang Sayap Tarsus Tarsus Ketiga ------------------------------------(mm)--------------------------------------10,30 ± 1,11 11,23 ± 1,19 14,77 ± 1,12 46,12 ± 4,42 (10,75%) (10,61%) (7,57%) (9,59%) (7) (7) (7) (7)
Betina
10,09 ± 0,30 (3,00%) (4)
9,95 ± 1,04 (10,50%) (4)
15,28 ± 1,05 (6,89%) (4)
49,39 ± 4,03 (8,16%) (4)
Jantan
9,50 ± 0,96 (10,11%) (12)
10,37 ± 1,29 (12,48%) (12)
13,08 ± 1,31 (9,98%) (12)
41,28 ± 3,69 (8,93%) (12)
Betina
9,31 ± 1,11 (11,89%) (5)
10,17 ± 1,00 (9,85%) (5)
13,09 ± 1,45 (11,09%) (5)
42,85 ± 5,02 (11,70%) (5)
Keterangan: Angka di dalam kurung menunjukkan koefisien keragaman dan jumlah sampel spesimen
Tabel 6. Ukuran-ukuran Linier Peubah Tubuh Burung Bayan-bayanan Marga Charmosyna Spesies
Jenis Kelamin
Charmosyna placentis intensior
Jantan
Betina
Panjang Lingkar Panjang Jari Panjang Sayap Tarsus Tarsus Ketiga ------------------------------------(mm)-------------------------------------11,51 ± 0,60 9,68 ± 0,81 14,58 ± 1,16 48,27 ± 4,89 (5,21%) (8,38%) (7,98%) (10,13%) (7) (7) (7) (7) 11,78 ± 0,94 (8,00%) (15)
10,02 ± 1,20 (12,01%) (15)
14,22 ± 0,94 (6,59%) (15)
47,33 ± 4,47 (9,43%) (15)
Keterangan: Angka di dalam kurung menunjukkan koefisien keragaman dan jumlah sampel spesimen
paling beragam ditemukan pada kelompok marga Cacatua sedangkan yang paling seragam ditemukan pada kelompok marga Alisterus. Panjang sayap yang paling beragam ditemukan pada kelompok marga Cacatua, karena memiliki koefisien keragaman yang paling tinggi, sedangkan yang paling seragam terdapat kelompok marga Eclectus. Hal ini mengindikasikan
pada
bahwa marga Cacatua
dibandingkan dengan delapan marga lain yang diamati memiliki keragaman yang
26
tertinggi pada setiap ukuran-ukuran linier tubuh seperti: panjang tarsus, lingkar tarsus, panjang jari ketiga dan panjang sayap. Kondisi ini di alam menunjukkan bahwa peranan alam yaitu seleksi alam pada kelompok marga Cacatua tidak sebesar yang dialami marga lain. Marga Cacatua yang diamati terdiri atas Cacatua alba dan Cacatua sulphurea occidentalis. Menurut Birdlife (2008), spesies Cacatua alba digolongkan ke dalam CITES Lampiran II sedangkan Cacatua sulphurea occidentalis digolongkan ke dalam CITES Lampiran I. Dijelaskan bahwa status spesies pada CITES Lampiran I adalah terancam punah, sedangkan CITES Lampiran II berarti spesies tersebut boleh diperdagangkan tetapi dengan kuota ketat. Pada pengamatan ini peranan seleksi alam lebih ketat terjadi pada Cacatua sulphurea occidentalis dibandingkan Cacatua alba yang diperlihatkan dengan keragaman yang Tabel 7. Ukuran-ukuran Linier Peubah Tubuh Burung Bayan-bayanan Marga Eclectus Spesies
Jenis Kelamin
Eclectus roratus roratus
Jantan
Betina
Panjang Lingkar Panjang Jari Panjang Sayap Tarsus Tarsus Ketiga -----------------------------------(mm)--------------------------------------20,10 ± 1,88 19,27 ± 2,35 32,40 ± 1,61 112,32 ± 6,87 (8,94%) (12,19%) (4,96%) (6,11%) (13) (13) (13) (13) 19,84 ± 1,28 (6,46%) (7)
19,43 ± 1,94 (9,99%) (7)
32,80 ± 3,89 (11,87%) (7)
107,81 ± 6,48 (6,01%) (7)
Keterangan: Angka di dalam kurung menunjukkan koefisien keragaman dan jumlah sampel spesimen
Tabel 8. Ukuran-ukuran Linier Peubah Tubuh Burung Bayan-bayanan Marga Alisterus Spesies
Jenis Kelamin
Alisterus amboinensis buruensis
Jantan
Betina
Panjang Lingkar Panjang Jari Panjang Sayap Tarsus Tarsus Ketiga -----------------------------------(mm)--------------------------------------20,71 ± 1,63 13,13 ± 0,59 25,21 ± 0,63 97,41 ± 5,04 (7,88%) (4,47%) (2,48%) (5,17%) (7) (7) (7) (7) 19,68 ±1,42 (7,22%) (6)
14,39 ± 0,79 (5,46%) (6)
24,84 ± 1,84 (7,39%) (6)
90,43 ± 8,67 (9,59%) (6)
Keterangan: Angka di dalam kurung menunjukkan koefisien keragaman dan jumlah sampel specimen
lebih rendah pada Cacatua sulphurea occidentalis. Dilaporkan Birdlife (2008) bahwa populasi Cacatua sulphurea semakin menurun hingga mencapai kondisi kritis. Hill
27
dan Zhang (2004) menyatakan ukuran populasi yang terbatas dan seleksi ketat yang terjadi dapat mengakibatkan penurunan variasi genetik. Tabel 9. Ukuran-ukuran Linier Peubah Tubuh Burung Bayan-bayanan Marga Trichoglossus Spesies
Jenis Kelamin
Trichoglossus haematodus haematodus
Jantan
Trichoglossus ornatus
Panjang Lingkar Panjang Jari Panjang Sayap Tarsus Tarsus Ketiga -----------------------------------(mm)--------------------------------------17,51 ± 0,95 13,68 ± 0,92 22,06 ± 0,91 73,07 ± 4,43 (5,41%) (6,71%) (4,10%) (6,06%) (15) (15) (15) (15)
Betina
17,02 ± 1,65 (9,69%) (9)
13,61 ± 0,66 (4,84%) (9)
21,72 ± 0,91 (4,20%) (9)
66,76 ± 8,79 (13,17%) (9)
Jantan
16,11 ± 1,32 (8,21%) (11)
13,61 ± 0,66 (4,86%) (11)
18,86 ± 1,14 (6,04%) (11)
66,22 ± 4,25 (6,41%) (11)
Betina
15,89 ± 0,96 (6,01%) (9)
13,17 ± 0,99 (7,49%) (9)
18,47 ± 2,00 (10,84%) (9)
66,36 ± 3,49 (5,25%) (9)
Keterangan: Angka di dalam kurung menunjukkan koefisien keragaman dan jumlah sampel spesimen
Perbedaan ukuran-ukuran linier tubuh antara jantan dan betina pada setiap spesies dan subspesies diamati melalui perhitungan statistik T2-Hotteling. Berdasarkan hasil uji T2-Hotteling ditemukan perbedaan jantan dan betina hanya ditemukan pada Cacatua sulphurea occidentalis (P<0,05). Secara umum ukuranukuran linier tubuh pada setiap spesies burung bayan-bayanan yang diamati adalah sama. Menurut Campbell dan Lack (1985), pada umumnya burung bayan-bayanan merupakan jenis monomorfik, dengan ukuran tubuh jantan sama dengan ukuran tubuh betina. Forshaw dan Cooper (1989) menambahkan dimorfisme seksual pada burung bayan-bayanan pada umumnya diperlihatkan dengan perbedaan warna bulu. Warna bulu betina lebih pudar daripada jantan, bahkan pada spesies Eclectus roratus warna bulu jantan dan betina berbeda. Dimorfisme seksual pada beberapa spesies kelompok marga Psittacula diperlihatkan pada panjang bulu ekor tengah betina yang lebih pendek daripada jantan. Pengelompokan
berdasarkan
marga
menunjukkan
bahwa
ditemukan
perbedaan ukuran linier tubuh (P<0,01) melalui perhitungan statistik uji T2Hotteling yang disajikan pada Tabel 10. Hasil uji T2-Hotteling menunjukkan bahwa ditemukan perbedaan diantara dua marga dari delapan marga yang diamati.
28
Tabel 10. Hasil Uji T2-Hotteling pada Ukuran-ukuran Linier Tubuh Burung Bayan-bayanan Hasil Uji T2 Hotteling Eos Psittacula Loriculus Charmosyna Eclectus Alisterus Trichoglossus
Cacatua Eos Psittacula Loriculus Charmosyna Eclectus Alisterus ** ** ** ** ** ** **
** ** ** ** ** **
** ** ** ** **
** ** ** **
** ** **
** **
**
Keterangan: ** (P<0,01) atau sangat berbeda
Perbedaan tersebut menunjukkan perbedaan pengelompokan marga. Menurut Campbell et al. (2003) marga adalah kategori taksonomik di atas tingkat spesies dan dinamai dengan kata pertama dari nama Latin binomial spesies tersebut. Mayr dan Ashlock (1991) menyatakan bahwa penggolongan marga dilakukan berdasarkan tipe spesies. Dijelaskan lebih lanjut penggolongan marga harus dapat menjelaskan perbedaan ciri antara marga. Penggolongan marga dilakukan untuk memberikan karakter pada individu dan bukan sebaliknya. Penggolongan marga pada burung didasarkan tidak hanya pada satu sifat karakter tetapi dapat lebih dari satu karakter. Menurut Forshaw dan Cooper (1989) berdasarkan hasil-hasil penelitian sebelumnya pengklasifikasian pada burung bayan-bayanan dapat dilakukan berdasarkan pada perbedaan sifat-sifat eksternal tubuh, anatomi dan data ekologi. Mayr dan Ashlock (1991) juga menyatakan bahwa penggolongan marga dapat juga berdasarkan unit ekologi yang terdiri atas spesies yang memiliki ciri khusus untuk beradaptasi untuk keberlangsungan hidup. Ukuran dan Bentuk Tubuh Burung Bayan-bayanan Berdasarkan Marga Hasil olahan Analisis Komponen Utama (AKU) berdasarkan marga pada burung bayan-bayanan yang diamati disajikan pada Tabel 11, 13, 15, 17, 19, 21, 23 dan 25. Berdasarkan tabel-tabel tersebut disimpulkan persamaan dan perbedaan penciri ukuran dan bentuk tubuh yang disajikan pada Tabel 27. Diagram kerumunan pada Gambar 16 dibuat berdasarkan persamaan ukuran dan bentuk tubuh yang diperoleh dari Tabel 11, 13, 15, 17, 19, 21, 23 dan 25. Pembahasan mengenai ukuran dan bentuk tubuh yang diperoleh akan dibahas selanjutnya.
29
Tabel 11 menyajikan persamaan ukuran dan bentuk tubuh burung bayanbayanan marga Cacatua. Penciri ukuran diperoleh berdasarkan nilai vektor tertinggi pada persamaan ukuran (persamaan komponen utama pertama). Penentuan persamaan komponen utama pertama dilakukan berdasarkan nilai keragaman total tertinggi dan nilai Eigen tertinggi. Penciri bentuk diperoleh berdasarkan nilai vektor tertinggi setelah persamaan ukuran (persamaan komponen utama pertama). Penentuan persamaan bentuk (persamaan komponen utama kedua) dilakukan berdasarkan nilai keragaman total dan nilai Eigen tertinggi setelah persamaan ukuran (persamaan komponen utama pertama). Berdasarkan Tabel 11 dapat diketahui keragaman total (KT) dari persamaan ukuran tubuh sebesar 96,3% yang menggambarkan nilai keragaman tertinggi dalam persamaan ukuran. Nilai Eigen (λ) pada persamaan ukuran tubuh sebesar 915,62. Penciri ukuran tubuh pada burung bayan-bayanan marga Cacatua adalah panjang sayap (X4) dengan vektor Eigen panjang sayap (X4) sebesar 0,964. Keragaman total Tabel 11. Persamaan Ukuran dan Bentuk Tubuh dengan Keragaman Total dan Nilai Eigen pada Burung Bayan-bayanan Marga Cacatua Persamaan
KT (%)
λ
Ukuran
=
0,100X1 + 0,096X2 + 0,226X3 + 0,964X4
96,3
915,62
Bentuk
=
0,445X1 + 0,364X2 + 0,774X3 – 0,264X4
2,6
24,52
Keterangan: X1 = Panjang Tarsus, X2 = Lingkar Tarsus, X3 = Panjang Jari Ketiga, X4 = Panjang Sayap KT = Keragaman Total, λ = Nilai Eigen
(KT) pada bentuk tubuh ditemukan sebesar 2,6% dengan nilai Eigen (λ) sebesar 24,52. Penciri bentuk tubuh pada burung bayan-bayanan marga Cacatua adalah panjang jari ketiga (X3) dengan vektor Eigen panjang jari ketiga (X3) sebesar 0,774. Tabel 12. Korelasi antara Ukuran dan Bentuk dengan Peubah-peubah Ukuran Linier Tubuh pada Burung Bayan-bayanan Marga Cacatua Peubah yang Diukur
Ukuran
Bentuk
Panjang Tarsus
+0,677
+0,493
Lingkar Tarsus
+0,760
+0,472
Panjang Jari Ketiga
+0,857
+0,480
Panjang Sayap
+0,999
–0,045
30
Tabel 12 menunjukkan korelasi ukuran dan bentuk dengan peubah-peubah ukuran linier tubuh burung bayan-bayanan marga Cacatua. Korelasi antara ukuran dan panjang sayap adalah +0,999. Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin besar panjang sayap maka skor ukuran yang dihasilkan juga akan semakin besar. Korelasi antara bentuk dan panjang jari ketiga adalah +0,480. Hal tersebut menunjukkan semakin besar panjang jari ketiga maka skor bentuk yang dihasilkan juga semakin besar. Tabel 13 menyajikan persamaan ukuran dan bentuk tubuh dengan keragaman total dan nilai Eigen pada burung bayan-bayanan marga Eos. Berdasarkan Tabel 13, keragaman total (KT) persamaan ukuran tubuh sebesar 91,8%, sedangkan nilai Eigen (λ) sebesar 89,185. Penciri ukuran tubuh burung bayan-bayanan marga Eos adalah panjang sayap (X4) dengan vektor Eigen panjang sayap (X4) sebesar 0,993. Penciri bentuk tubuh burung bayan-bayanan marga Eos adalah lingkar tarsus (X2) dengan vektor Eigen lingkar tarsus (X2) sebesar 0,893. Keragaman total (KT) pada persamaan bentuk sebesar 3,9%, sedangkan nilai Eigen (λ) sebesar 3,814. Tabel 13. Persamaan Ukuran dan Bentuk Tubuh dengan Keragaman Total dan Nilai Eigen pada Burung Bayan-bayanan Marga Eos Persamaan
KT (%)
λ
Ukuran
=
0,080X1 + 0,053X2 + 0,068X3 + 0,993X4
91,8
89,185
Bentuk
=
–0,137X1 + 0,893X2 – 0,428X3 – 0,008X4
3,9
3,814
Keterangan: X1 = Panjang Tarsus, X2 = Lingkar Tarsus, X3 = Panjang Jari Ketiga, X4 = Panjang Sayap KT = Keragaman Total, λ = Nilai Eigen
Tabel 14. Korelasi antara Ukuran dan Bentuk dengan Peubah-peubah Ukuran Linier Tubuh pada Burung Bayan-bayanan Marga Eos Peubah yang Diukur
Ukuran
Bentuk
Panjang Tarsus
+0,525
–0,186
Lingkar Tarsus
+0,254
+0,885
Panjang Jari Ketiga
+0,359
–0,467
Panjang Sayap
+1,000
–0,002
Tabel 14 menunjukkan korelasi ukuran dan bentuk dengan peubah-peubah ukuran linier tubuh burung bayan-bayanan marga Eos. Korelasi antara ukuran dan
31
panjang sayap adalah +1,000. Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin besar panjang sayap maka skor ukuran yang dihasilkan juga akan semakin besar. Korelasi antara bentuk dan lingkar tarsus adalah +0,885. Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin besar lingkar tarsus maka skor bentuk yang dihasilkan juga akan semakin besar. Tabel 15 menyajikan persamaan ukuran dan bentuk tubuh dengan keragaman total dan nilai Eigen pada burung bayan-bayanan marga Psittacula. Berdasarkan Tabel 15, diperlihatkan bahwa keragaman total (KT) pada persamaan ukuran tubuh sebesar 97,1%, sedangkan nilai Eigen (λ) sebesar 136,26. Penciri ukuran tubuh pada burung bayan-bayanan marga Psittacula adalah panjang sayap (X4) dengan vektor Eigen panjang sayap (X4) sebesar 0,997. Penciri bentuk tubuh burung bayanbayanan marga Psittacula berdasarkan Tabel 15 adalah lingkar tarsus (X2) dengan vektor Eigen lingkar tarsus (X2) sebesar 0,871. Keragaman total (KT) persamaan bentuk tubuh sebesar 1,6%, sedangkan nilai Eigen (λ) sebesar 2,22. Tabel 15. Persamaan Ukuran dan Bentuk Tubuh dengan Keragaman Total dan Nilai Eigen pada Burung Bayan-bayanan Marga Psittacula Persamaan
KT (%)
λ
Ukuran
=
0,049X1 + 0,038X2 + 0,044X3 + 0,997X4
97,1
136,26
Bentuk
=
0,010X1 + 0,871X2 – 0,491X3 – 0,012X4
1,6
2,22
Keterangan: X1 = Panjang Tarsus, X2 = Lingkar Tarsus, X3 = Panjang Jari Ketiga, X4 = Panjang Sayap KT = Keragaman Total, λ = Nilai Eigen
Tabel 16. Korelasi antara Ukuran dan Bentuk dengan Peubah-peubah Ukuran Linier Tubuh pada Burung Bayan-bayanan Marga Psittacula Peubah yang Diukur
Ukuran
Bentuk
Panjang Tarsus
+0,572
+0,015
Lingkar Tarsus
+0,302
+0,883
Panjang Jari Ketiga
+0,392
–0,558
Panjang Sayap
+1,000
–0,002
Tabel 16 menunjukkan korelasi ukuran dan bentuk dengan peubah-peubah ukuran linier tubuh pada burung bayan-bayanan marga Psittacula. Korelasi antara ukuran dan panjang sayap adalah +1,000. Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin
32
besar panjang sayap maka skor ukuran yang dihasilkan juga semakin besar. Korelasi antara bentuk dengan lingkar tarsus adalah +0,883. Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin besar lingkar tarsus maka skor bentuk yang dihasilkan juga semakin besar. Tabel 17. Persamaan Ukuran dan Bentuk Tubuh dengan Keragaman Total dan Nilai Eigen pada Burung Bayan-bayanan Marga Loriculus Persamaan
KT (%)
λ
Ukuran
=
0,085X1 + 0,047X2 + 0,159X3 + 0,983X4
86,4
25,230
Bentuk
=
0,046X1 + 0,446X2 + 0,878X3 – 0,167X4
6,2
1,814
Keterangan: X1 = Panjang Tarsus, X2 = Lingkar Tarsus, X3 = Panjang Jari Ketiga, X4 = Panjang Sayap KT = Keragaman Total, λ = Nilai Eigen
Tabel 17 menyajikan persamaan ukuran dan bentuk tubuh dengan keragaman total dan nilai Eigen pada burung bayan-bayanan marga Loriculus. Berdasarkan Tabel 17, dapat diketahui keragaman total (KT) persamaan ukuran tubuh sebesar 86,4% dan nilai Eigen (λ) sebesar 25,230. Penciri ukuran tubuh burung bayanbayanan marga
Loriculus adalah panjang sayap (X4) dengan vektor Eigen
sebesar 0,983. Keragaman total (KT) persamaan bentuk tubuh sebesar 6,2%, sedangkan nilai Eigen (λ) sebesar 1,814. Penciri bentuk tubuh burung bayan-bayanan marga Loriculus adalah panjang jari ketiga (X3) dengan vektor Eigen panjang jari ketiga (X3) sebesar 0,878. Tabel 18. Korelasi antara Ukuran dan Bentuk dengan Peubah-peubah Ukuran Linier Tubuh pada Burung Bayan-bayanan Marga Loriculus Peubah yang Diukur
Ukuran
Bentuk
Panjang Tarsus
+0,572
+0,062
Lingkar Tarsus
+0,302
+0,492
Panjang Jari Ketiga
+0,392
+0,778
Panjang Sayap
+1,000
–0,046
Berdasarkan Tabel 18 diperlihatkan korelasi antara ukuran dan bentuk dengan peubah-peubah ukuran linier tubuh burung bayan-bayanan marga Loriculus. Korelasi antara ukuran dan panjang sayap sebesar +1,000. Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin besar panjang sayap maka skor ukuran yang dihasilkan semakin besar pula. Korelasi antara bentuk dengan panjang jari ketiga sebesar +0,778. Hal tersebut
33
menunjukkan bahwa semakin besar panjang jari ketiga maka skor bentuk yang dihasilkan juga semakin besar. Tabel 19. Persamaan Ukuran dan Bentuk Tubuh dengan Keragaman Total dan Nilai Eigen pada Burung Bayan-bayanan Marga Charmosyna Persamaan
KT (%)
λ
Ukuran
=
–0,002X1 + 0,068X2 + 0,039X3 + 0,997X4
88,1
20,446
Bentuk
=
0,481X1 + 0,787X2 – 0,385X3 – 0,037X4
6,5
1,510
Keterangan: X1 = Panjang Tarsus, X2 = Lingkar Tarsus, X3 = Panjang Jari Ketiga, X4 = Panjang Sayap KT = Keragaman Total, λ = Nilai Eigen
Tabel 19 menyajikan persamaan ukuran dan bentuk tubuh dengan keragaman total dan nilai Eigen pada burung bayan-bayanan marga Charmosyna. Berdasarkan Tabel 19, keragaman total (KT) persamaan ukuran tubuh sebesar 88,1% dan nilai Eigen (λ) sebesar 20,446. Penciri ukuran tubuh burung
bayan-bayanan marga
Charmosyna adalah panjang sayap (X4) dengan vektor Eigen panjang sayap (X4) sebesar 0,997. Penciri bentuk tubuh burung bayan-bayanan marga Charmosyna adalah lingkar tarsus (X2) dengan vektor Eigen lingkar tarsus (X2) sebesar 0,787. Keragaman total (KT) persamaan bentuk tubuh sebesar 6,5%, sedangkan nilai Eigen (λ) sebesar 1,510. Tabel 20. Korelasi antara Ukuran dan Bentuk dengan Peubah-peubah Ukuran Linier Tubuh pada Burung Bayan-bayanan Marga Charmosyna Peubah yang Diukur
Ukuran
Bentuk
Panjang Tarsus
–0,011
+0,704
Lingkar Tarsus
+0,282
+0,887
Panjang Jari Ketiga
+0,176
–0,473
Panjang Sayap
+1,000
–0,010
Tabel 20 menyajikan korelasi antara ukuran dan bentuk dengan peubahpeubah ukuran linier tubuh burung bayan-bayanan marga Charmosyna. Korelasi antara ukuran dan panjang sayap sebesar +1,000. Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin besar panjang sayap maka skor ukuran yang dihasilkan juga semakin besar. Korelasi antara bentuk dengan lingkar tarsus sebesar +0,887. Hal tersebut
34
menunjukkan bahwa semakin besar lingkar tarsus maka skor bentuk yang dihasilkan juga semakin besar. Tabel 21 menyajikan persamaan ukuran dan bentuk tubuh dengan keragaman total dan nilai Eigen pada burung bayan-bayanan marga Eclectus. Berdasarkan Tabel 21, keragaman total (KT) persamaan ukuran tubuh sebesar 81,8%, sedangkan nilai Eigen (λ) sebesar
50,811. Penciri
ukuran
tubuh
pada burung paruh
bengkok marga Eclectus adalah panjang sayap (X4) dengan vektor Eigen panjang sayap (X4) sebesar 0,968. Penciri bentuk tubuh burung bayan-bayanan marga Eclectus berdasarkan Tabel 21 adalah panjang jari ketiga (X3) dengan vektor Eigen panjang jari ketiga (X3) sebesar 0,888. Keragaman total (KT) persamaan bentuk tubuh burung bayan-bayanan marga Eclectus sebesar 10,4% dengan nilai Eigen (λ) sebesar 6,441. Tabel 21. Persamaan Ukuran dan Bentuk Tubuh dengan Keragaman Total dan Nilai Eigen pada Burung Bayan-bayanan Marga Eclectus Persamaan
KT (%)
λ
Ukuran
=
0,173X1 + 0,135X2 + 0,118X3 + 0,968X4
81,8
50,811
Bentuk
=
0,035X1 + 0,424X2 + 0,888X3 – 0,174X4
10,4
6,441
Keterangan : X1 = Panjang Tarsus, X2 = Lingkar Tarsus, X3 = Panjang Jari Ketiga, X4 = Panjang Sayap, KT = Keragaman Total, λ = Nilai Eigen
Tabel 22. Korelasi antara Ukuran dan Bentuk dengan Peubah-peubah Ukuran Linier Tubuh pada Burung Bayan-bayanan Marga Eclectus Peubah yang Diukur
Ukuran
Bentuk
Panjang Tarsus
+0,705
+0,051
Lingkar Tarsus
+0,446
+0,498
Panjang Jari Ketiga
+0,331
+0,887
Panjang Sayap
+0,997
–0,064
Tabel 22 menyajikan korelasi antara ukuran dan bentuk dengan peubahpeubah ukuran linier tubuh burung bayan-bayanan marga Eclectus. Korelasi antara ukuran dengan panjang sayap sebesar +0,997. Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin besar panjang sayap maka skor ukuran yang dihasilkan juga semakin besar. Korelasi antara bentuk dengan panjang jari ketiga sebesar +0,887. Hal tersebut
35
menunjukkan bahwa semakin besar panjang jari ketiga maka skor bentuk yang dihasilkan semakin besar pula. Tabel 23 menyajikan persamaan ukuran dan bentuk tubuh burung bayanbayanan marga Alisterus. Berdasarkan Tabel 23 dapat diperlihatkan keragaman total (KT) persamaan ukuran tubuh sebesar 92,1%, dengan nilai Eigen (λ) sebesar 57,237. Penciri ukuran tubuh burung bayan-bayanan marga Alisterus adalah panjang sayap (X4) dengan vektor Eigen panjang sayap (X4) sebesar 0,999. Berdasarkan Tabel 23 juga dapat diketahui penciri bentuk tubuh burung bayan-bayanan marga Alisterus adalah panjang tarsus (X1) dengan vektor Eigen panjang tarsus (X1) sebesar 0,946. Keragaman total (KT) persamaan bentuk sebesar 4,1% dengan nilai Eigen (λ) sebesar 2,557. Tabel 23. Persamaan Ukuran dan Bentuk Tubuh dengan Keragaman Total dan Nilai Eigen pada Burung Bayan-bayanan Marga Alisterus Persamaan
KT (%)
λ
Ukuran
=
0,015X1 – 0,028X2 + 0,003X3 + 0,999X4
92,1
57,237
Bentuk
=
0,946X1 – 0,174X2 + 0,271X3 – 0,020X4
4,1
2,557
Keterangan : X1 = Panjang Tarsus, X2 = Lingkar Tarsus, X3 = Panjang Jari Ketiga, X4 = Panjang Sayap, KT = Keragaman Total, λ = Nilai Eigen
Tabel 24. Korelasi antara Ukuran dan Bentuk dengan Peubah-peubah Ukuran Linier Tubuh pada Burung Bayan-bayanan Marga Alisterus Peubah yang Diukur
Ukuran
Bentuk
Panjang Tarsus
+0,072
+0,964
Lingkar Tarsus
–0,230
–0,302
Panjang Jari Ketiga
+0,018
+0,339
Panjang Sayap
+1,000
–0,004
Tabel 24 menyajikan korelasi antara ukuran dan bentuk dengan peubahpeubah ukuran linier tubuh burung bayan-bayanan marga Alisterus. Korelasi antara ukuran dan panjang sayap sebesar +1,000. Nilai tersebut menjelaskan bahwa semakin besar panjang sayap maka skor ukuran yang dihasilkan juga semakin besar. Korelasi bentuk dengan panjang tarsus sebesar +0,964. Nilai tersebut menjelaskan
36
bahwa semakin besar panjang tarsus maka skor bentuk yang dihasilkan juga semakin besar. Tabel 25 menyajikan persamaan ukuran dan bentuk tubuh burung bayanbayanan marga Trichoglossus. Berdasarkan Tabel 25 dapat diperlihatkan keragaman total (KT) persamaan ukuran tubuh sebesar 86,4% dengan nilai Eigen (λ) sebesar 38,090. Penciri ukuran tubuh burung bayan-bayanan marga Trichoglossus adalah panjang sayap (X4) dengan vektor Eigen panjang sayap (X4) sebesar 0,990. Penciri bentuk tubuh burung bayan-bayanan marga Trichoglossus adalah panjang jari ketiga (X3) dengan vektor Eigen panjang jari ketiga (X3) sebesar 0,927. Berdasarkan Tabel 25 diperlihatkan keragaman total (KT) persamaan bentuk tubuh burung bayan-bayanan marga Trichoglossus sebesar 9,1% dengan nilai Eigen (λ) sebesar 3,995. Tabel 25. Persamaan Ukuran dan Bentuk Tubuh dengan Keragaman Total dan Nilai Eigen pada Burung Bayan-bayanan Marga Trichoglossus Persamaan
KT (%)
λ
Ukuran
=
0,069X1 + 0,014X2 + 0,125X3 + 0,990X4
86,4
38,090
Bentuk
=
0,334X1 + 0,093X2 + 0,927X3 – 0,141X4
9,1
3,995
Keterangan : X1 = Panjang Tarsus, X2 = Lingkar Tarsus, X3 = Panjang Jari Ketiga, X4 = Panjang Sayap, KT = Keragaman Total, λ = Nilai Eigen
Tabel 26. Korelasi antara Ukuran dan Bentuk dengan Peubah-peubah Ukuran Linier Tubuh pada Burung Bayan-bayanan Marga Trichoglossus Peubah yang Diukur
Ukuran
Bentuk
Panjang Tarsus
+0,313
+0,491
Lingkar Tarsus
+0,105
+0,227
Panjang Jari Ketiga
+0,378
+0,908
Panjang Sayap
+0,998
–0,046
Tabel 26 menyajikan korelasi antara ukuran dan bentuk dengan peubahpeubah ukuran linier tubuh burung bayan-bayanan marga Trichoglossus. Korelasi antara ukuran dan panjang sayap sebesar +0,998. Nilai tersebut menjelaskan bahwa semakin besar panjang sayap maka skor ukuran yang dihasilkan juga semakin besar. Korelasi bentuk dengan panjang jari ketiga sebesar +0,908. Nilai tersebut
37
menjelaskan bahwa semakin besar panjang jari ketiga maka skor bentuk yang dihasilkan juga semakin besar. Berdasarkan Tabel 27, dapat disimpulkan bahwa semua marga burung bayan-bayanan memiliki penciri ukuran tubuh yang sama yaitu panjang sayap (X4). Hasil penelitian Nishida et al. (1982) pada ayam menunjukkan bahwa penciri ukuran tubuh ditentukan oleh panjang sayap, panjang femur, panjang tibia, panjang tarsometatarsus dan tinggi jengger. Menurut Hickman et al. (2007) sayap pada burung memiliki
ukuran
dan
bentuk
yang
bervariasi karena perbedaan
perkembangan dan disesuaikan dengan habitat. Panjang sayap pada penelitian ini Tabel 27. Rekapitulasi Penciri Ukuran dan Bentuk Tubuh Burung Bayanbayanan Marga
Penciri Ukuran
Penciri Bentuk
Cacatua
Panjang sayap (0,964) (119,38 ± 29,21)
Panjang jari ketiga (0,774) (38,66 ± 7,98)
Eos
Panjang sayap (0,993) (67,02 ± 9,38)
Lingkar tarsus (0,893) (13,92 ± 1,97)
Psittacula
Panjang sayap (0,997) (74,24 ± 11,64)
Lingkar tarsus (0,871) (15,68 ± 1,47)
Loriculus
Panjang sayap (0,983) (43,93 ± 4,94)
Panjang jari ketiga (0,878) (13,82 ± 1,52)
Charmosyna
Panjang sayap (0,997) (47,63 ± 4,51)
Lingkar tarsus (0,787) (9,91 ± 1,09)
Eclectus
Panjang sayap (0,968) (110,74 ± 6,92)
Panjang jari ketiga (0,888) (32,54 ± 2,54)
Alisterus
Panjang sayap (0,999) (94,19 ± 7,56)
Panjang tarsus (0,946) (13,71 ± 0,92)
Trichoglossus Panjang sayap (0,990) (68,70 ± 6,12)
Panjang jari ketiga (0,927) (20,54 ± 2,04)
Keterangan: Angka dalam tanda kurung menyatakan vektor Eigen yang diperoleh dan ukuran yang sebenarnya (mm)
dihubungkan dengan ukuran tubuh. Menurut North dan Bell (1990), tulang merupakan tempat perlekatan dari otot sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa kerangka tubuh besar akan disertai dengan bobot badan yang juga besar. Menurut Forshaw dan Cooper (1989), Waluyo (1997), dan Paryanti (2002) bobot badan burung
bayan-bayanan yang diamati jika diurutkan dari yang terbesar ke yang
38
terendah adalah marga Cacatua, Eclectus, Alisterus, Psittacula, Eos, Trichoglossus, Charmosyna dan Loriculus. Hal tersebut bersesuaian dengan Gambar 16 yang menunjukkan bahwa sebaran kerumunan marga Cacatua pada bagian kanan grafik yang menunjukkan bahwa marga Cacatua memiliki skor ukuran tubuh tertinggi. Perbedaan penciri bentuk tubuh burung bayan-bayanan yang diamati ditemukan pada panjang jari ketiga yang merupakan penciri bentuk tubuh marga Cacatua, Loriculus, Eclectus dan Trichoglossus. Lingkar tarsus merupakan penciri bentuk tubuh marga Eos, Psittacula, dan Charmosyna. Panjang tarsus merupakan penciri bentuk tubuh marga Alisterus. Menurut Everitt dan Dunn (1998) bahwa pada pengukuran morfologi hewan, hasil AKU lebih ditekankan pada komponen utama kedua sebagai indikasi bentuk tubuh, daripada komponen utama pertama yang mengindikasikan ukuran tubuh. Hasil penelitian Widodo (1998) menyatakan bahwa Cacatua alba dan Eclectus roratus mampu memakan buah durian yang telah masak selain itu juga pemakan buah aren
dan kenari. Menurut Forshaw dan Cooper (1989), burung
bayan-bayanan menggunakan salah satu kakinya (kiri) untuk mencengkeram makanan, sehingga untuk dapat mencengkeram makanan tersebut dibutuhkan jari kaki yang sesuai dengan kebiasaan tersebut. Pough et al. (2005) menyatakan bahwa bentuk paruh dan kaki tiap burung berbeda sesuai dengan kebiasaan makan dan kemampuan lokomotif. MacKinnon (1995) menyatakan bahwa burung serindit yang merupakan marga Loriculus memiliki kebiasaan menggantung pada saat tidur. Menurut Juniper dan Parr (1998) pada marga Trichoglossus ditemukan kebiasaan berayun, sehingga dibutuhkan bentuk jari ketiga yang sesuai dengan kebiasaan tersebut. Hickman et al. (2007) menyatakan bahwa ketika burung menggantung pada dahan, burung tersebut mempunyai mekanisme jari yang mengunci pada dahan sebagai upaya untuk mencegah burung jatuh dari dahan ketika tidur. Zeffer dan Norberg (2003) melaporkan bahwa berat dan panjang jari burung mempunyai pengaruh yang besar pada pergerakan burung sehingga otot flexor harus diproduksi selama bergantung. Hasil penelitian Widodo dan Sujadi (1996) menyatakan bahwa burung Eos bornea yang ditemukan di pulau Seram, Maluku Tengah ditemukan berkelompok saat mencari makan dengan kaki dirambatkan pada ranting-ranting pepohonan. Hasil
39
penelitian Waluyo (1997) menyatakan bahwa pada burung Eos squamata yang dipelihara dalam kandang penangkaran menunjukkan perilaku bertengger dengan intensitas yang paling tinggi dibandingkan perilaku lain. Marga Charmosyna
30
Bentuk
20
10
0
50
100
150
200
Ukuran Keterangan :
= Cacatua alba Jantan = Cacatua sulphurea occidentalis Jantan = Eos bornea cyanonothus Jantan = Eos squamta obiensis Jantan = Psittacula alexandri alexandri Jantan = Psittacula alexandri dammermani Jantan = Psittacula longicauda longicauda Jantan = Loriculus stigmatus stigmatus Jantan = Loriculus galgulus Jantan = Charmosyna placentis intensior Jantan = Eclectus roratus roratus Jantan = Alisterus amboinensis buruensis Jantan = Trichoglossus haematodus haematodus Jantan = Trichoglossus ornatus Jantan
= Cacatua alba Betina = Cacatua sulphurea occidentalis Betina = Eos bornea cyanonothus Betina = Eos squamata obiensis Betina = Psittacula alexandri alexandri Betina = Psittacula alexandri dammermani Betina = Psittacula longicauda longiauda Betina = Loriculus stigmatus stigmatus Betina = Loriculus galgulus Betina = Charmosyna placentis intensior Betina = Eclectus roratus roratus Betina = Alisterus amboinensis buruensis Betina = Trichoglossus haematodus haematodus Betina = Trichiglossus ornatus Betina
Gambar 16. Kerumunan Data Skor Ukuran dan Bentuk Tubuh Burung Bayan-bayanan yang Diamati Berdasarkan Pengelompokan Marga
40
termasuk ke dalam subfamili yang sama dengan marga Eos yaitu subfamili Loriinae sehingga memiliki penciri bentuk tubuh yang sama, sedangkan pada marga Psittacula meskipun tidak termasuk dalam subfamili yang sama tetapi juga memiliki penciri bentuk tubuh yang sama yaitu lingkar tarsus. Hal tersebut kemungkinan berhubungan dengan adaptasi hidup di alam. Marga Psittacula yang dikenal sebagai burung betet, dikenal sebagai burung peliharaan sehingga seperti halnya marga Eos yang dikenal sebagai burung nuri, juga memiliki kebiasaan bertengger. Lingkar tarsus berperan penting dalam menopang tubuh selama bertengger. Menurut Zeffer dan Norberg (2003) menyatakan bahwa tulang tarsometarsus harus pendek untuk meminimalkan pergerakan otot untuk mempertahankan tulang kaki pada posisi yang stabil saat bertengger. Penciri bentuk tubuh pada marga Alisterus adalah panjang tarsus, keadaan tersebut digunakan sebagai bentuk adaptasi hidup di alam. Menurut Forshaw dan Cooper (1989) marga Alisterus termasuk jenis burung bayan-bayanan yang berukuran besar dan sering ditemukan pada hutan pegunungan dengan ketinggian mencapai 1.200 m bahkan lebih. Hasil penelitian Susanti et al. (2006) pada ayam menunjukkan bahwa tulang paha dan shank yang lebih panjang memberikan indikasi bahwa ayam-ayam tersebut lebih besar dan tinggi. Menurut Campbell dan Lack (1985) pada burung bangau dan merpati kaki yang panjang efektif digunakan sebagai alat rem saat terbang. Berdasarkan Gambar 16 diperlihatkan bahwa jantan dan betina tidak berbeda. Hal tersebut bersesuaian dengan hasil perhitungan statistik T2-Hotteling. Berdasarkan Gambar 16 juga diperlihatkan bahwa ukuran tubuh burung bayan-bayanan marga Cacatua paling besar dibandingkan dengan marga yang lain yang ditunjukkan dengan letak kerumunan data pada bagian kanan grafik. Ukuran yang dicirikan dengan panjang sayap ditemukan pada penelitian ini. Ukuran panjang sayap yang paling tinggi ditemukan pada marga Cacatua. Ukuran panjang sayap terkecil ditunjukkan marga Loriculus sehingga data kerumunan ditemukan pada bagian kiri grafik. Berdasarkan Gambar 16 diperlihatkan skor bentuk tubuh marga Eclectus berada dalam kisaran skor bentuk tubuh marga Cacatua. Keadaan ini sesuai dengan penciri bentuk yang sama antara Cacatua dan Eclectus yaitu panjang jari ketiga. Data kerumunan marga Eos dan Psittacula menunjukkan gambar yang hampir berhimpitan. Sesuai dengan Tabel 27 menunjukkan kesamaan penciri bentuk tubuh
41
antara marga Eos dan Psittacula yaitu lingkar tarsus. Gambar 16 menunjukkan bentuk tubuh yang paling beragam terdapat pada marga Cacatua, sedangkan bentuk tubuh yang
paling seragam terdapat
pada
marga Psittacula. Pernyataan
tersebut diperlihatkan dengan kisaran skor bentuk tubuh marga Cacatua yang paling besar dan kisaran skor bentuk tubuh Psittacula yang paling kecil dibandingkan dengan marga yang lain. Burung bayan-bayanan sebagian besar tersebar di daerah Indonesia bagian Timur, sedangkan marga Psittacula yang dikenal dengan burung betet hanya dapat ditemukan di daerah Indonesia bagian Barat dengan jenis tidak sebanyak burung bayan-bayanan yang lain. Dendogram (Diagram Pohon) Ukuran-ukuran Linier Tubuh pada Marga Burung Bayan-bayanan yang Diamati Perhitungan jarak minimum D Mahalanobis disajikan pada Tabel 28. Pembuatan dendogram jarak minimum D Mahalanobis dibuat berdasarkan nilai-nilai minimum D2 Mahalanobis yang diakarkan. Gambar 17 menyajikan dendogram tersebut. Semakin kecil nilai minimum D Mahalanobis maka semakin tinggi tingkat Tabel 28. Matriks Jarak Minimum D Mahalanobis Antara Marga Burung Bayan-bayanan yang Diamati Marga
Cacatua
Eos
4,139
Psittacula
3,876
1,327
Loriculus
5,404
5,503
7,595
Charmosyna
5,840
5,473
8,430
2,291
Eclectus
2,308
6,330
6,525
12,755
13,047
Alisterus
4,789
4,011
5,228
12,049
14,435
4,678
Trichoglossus
5,269
1,919
3,099
7,133
6,118
7,858
Eos
Psittacula
Loriculus
Charmosyna
Eclectus
Alisterus
4,407
keserupaan ukuran linier tubuh antara marga burung bayan-bayanan yang diamati. Sebaliknya semakin besar nilai minimum D Mahalanobis maka semakin rendah tingkat keserupaan ukuran linier tubuh antara marga burung bayan-bayanan yang diamati.
42
Hasil yang diperlihatkan pada Tabel 28 agak bias karena perhitungan tidak membedakan jantan dan betina. Hal tersebut disebabkan jumlah sampel yang tidak berimbang antara jantan dan betina pada masing-masing marga burung bayanbayanan yang diamati; meskipun uji T2-Hotteling menyatakan bahwa tidak ditemukan perbedaan ukuran-ukuran linier tubuh diantara jantan dan betina pada setiap marga burung bayan-bayanan yang diamati. Pemotongan dendogram pada D = 4,3242 akan menghasilkan dua pengelompokan marga burung bayan-bayanan yang diamati yaitu kelompok A yang meliputi marga Eos, Psittacula, Trichoglossus, Alisterus, Cacatua, Eclectus dan kelompok B yang meliputi marga Loriculus dan Charmosyna. Pustaka menyatakan bahwa kelompok A merupakan burung bayan-bayanan berukuran sedang sampai dengan besar, sedangkan kelompok B merupakan burung bayan-bayanan berukuran kecil. Menurut Forshaw dan Cooper (1989) marga Eos termasuk kelompok burung bayan-bayanan berukuran sedang, marga Cacatua berukuran sedang sampai dengan besar, sedangkan marga Alisterus dan Eclectus termasuk kelompok berukuran besar. Menurut MacKinnon (1995) marga Psittacula dan Trichoglossus termasuk kelompok burung bayan-bayanan berukuran sedang. Marga Loriculus menurut Forshaw dan Cooper (1989) termasuk kelompok burung bayan-bayanan yang berukuran kecil, sedangkan menurut Paryanti (2005) marga Charmosyna termasuk kelompok berukuran kecil. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa pada pemotongan dendogram pada D = 4,3242 akan menghasilkan dua pengelompokan berdasarkan keserupaan sifat ukuran linier tubuh, yaitu kelompok A (Eos, Psittacula, Trichoglossus, Alisterus, Cacatua, Eclectus) yang merupakan jenis burung bayanbayanan berukuran sedang sampai dengan besar dan kelompok B (Loriculus dan Charmosyna) yang merupakan jenis burung bayan-bayanan berukuran kecil. Berdasarkan
Gambar 16, diperlihatkan kelompok B mengerumun di sebelah
kiri dengan skor ukuran tubuh yang terendah, tetapi memiliki skor bentuk tubuh dalam kisaran kelompok A. Hal tersebut mengindikasikan bahwa kelompok B terpisah dari kelompok A lebih karena perbedaan skor ukuran tubuh.
43
A11 A1 A
A111
0 .6 6 3 5 0 .5 9 1 0 0 .6 6 3 5
1 .0 1 9 8
A112
0 .4 4 2 2
A12 1 .6 0 7 7
A2 1 .5 6 2 5
1 .2 5 4 5 2 .2 7 4 3 1 .1 5 4 0
A22
1 .1 5 4 0 1 .1 4 5 5 1 .1 4 5 5
3 .1 7 8 7
4,3242
2,7165
2,2743
Psittacula Trichoglossus Alisterus
A21
B
Eos
1,2545
Cacatua Eclectus Loriculus Charmosyna
0,6635
1
Keterangan: huruf menunjukkan pengelompokan
Gambar 17. Dendogram Jarak Minimum D Mahalanobis Marga Burung Bayan-bayanan yang Diamati Pemotongan dendogram pada D = 2,7165 menghasilkan dua pengelompokan marga burung bayan-bayanan pada kelompok A, yaitu kelompok A1 yang meliputi marga Eos, Psittacula, Trichoglossus dan Alisterus dan kelompok A2 yang meliputi marga Cacatua dan Eclectus. Menurut Forshaw dan Cooper (1989), Eclectus roratus sering ditemukan berkelompok dengan Cacatua sulphurea (marga Cacatua), sehingga pada marga Cacatua dan Eclectus memiliki habitat yang sama. Habitat yang sama menyebabkan kedua marga tersebut merupakan hasil seleksi alam sehingga dapat beradaptasi baik dengan habitatnya untuk mempertahankan hidup. Sifat morfologi dipengaruhi oleh lingkungan dan genetik. Keadaan habitat akan menyebabkan gen mengalami
seleksi untuk dapat
menerima perubahan
lingkungan. Keadaan tersebut menyebabkan marga Cacatua dan Eclectus memiliki keserupaan sifat ukuran linier tubuh yang tinggi, sehingga pada D = 2,7165 membentuk pengelompokan tersendiri pada kelompok A yaitu membentuk kelompok A2. Berdasarkan Gambar 16, diperlihatkan kelompok A1 memiliki skor bentuk tubuh dalam kisaran skor bentuk tubuh kelompok A, tetapi memiliki kisaran spesifik yang tidak dimiliki kelompok A2. Hal demikian juga berakibat pada pemisahan kelompok berdasarkan jarak minimum D Mahalanobis seperti ditunjukkan pada Gambar 17. Hal yang tidak berbeda juga ditemukan pada skor ukuran tubuh. Kisaran skor ukuran tubuh kelompok A1 maupun A2 menempati posisi kelompok A, tetapi masing-masing kelompok memiliki kisaran skor ukuran tubuh yang terpisah (spesifik). Kelompok A2 memiliki skor ukuran tubuh yang relatif lebih besar yaitu pada posisi ke arah kanan grafik dibandingkan kelompok A1 yaitu pada posisi ke arah kiri grafik.
44
Pemotongan dendogram pada D = 2,2743 menghasilkan dua pengelompokan marga burung bayan-bayanan pada kelompok A1, yaitu kelompok A11 yang meliputi marga Eos, Psittacula dan Trichoglossus dan kelompok A12 yang meliputi marga Alisterus. Pengelompokan ini sesuai dengan Forshaw dan Cooper (1989) yang menyatakan bahwa marga Eos
termasuk kelompok burung
bayan-bayanan
berukuran sedang dan marga Alisterus kelompok berukuran besar, sedangkan menurut MacKinnon (1995) marga Psittacula dan Trichoglossus termasuk kelompok berukuran sedang. Berdasarkan hal tersebut maka marga Eos, Psittacula dan Trichoglossus memiliki keserupaan sifat ukuran linier tubuh yang lebih tinggi daripada kelompok marga Alisterus, sehingga membentuk kelompok A11. Kelompok A12 dibandingkan dengan kelompok A11 mengerumun pada posisi sebaran skor bentuk yang lebih spesifik dalam kelompok A1. Hal tersebut bersesuaian dengan Gambar 17 yang diindikasikan dengan pemisahan marga Alisterus dari kelompok A11 dan membentuk kelompok A12. Berdasarkan Gambar 16, menunjukkan data kerumunan marga Alisterus berdekatan dengan kerumunan kelompok marga Cacatua dan Eclectus (A2). Hal tersebut sesuai dengan Gambar 17 yang menunjukkan jarak minimum D Mahalanobis yang dekat antara marga Alisterus (A12) dengan marga Cacatua dan Eclectus (A2). Semakin dekat jarak minimum D Mahalanobis maka semakin tinggi keserupaan sifat ukuran tubuh, berdasarkan Forshaw dan Cooper (1989) marga Alisterus (A12) dan Cacatua, Eclectus (A2) termasuk kelompok burung bayan-bayanan berukuran besar. Pemotongan dendogram pada D = 1,2545 menghasilkan dua pengelompokan marga burung bayan-bayanan pada kelompok A11 yaitu kelompok A111 yang meliputi marga Eos dan Psittacula dan kelompok A112 yang meliputi marga Trichoglossus. Hal tersebut sesuai dengan urutan ukuran tubuh yakni marga Eos memiliki keserupaan sifat ukuran tubuh yang lebih tinggi dengan Psittacula dibandingkan marga Trichoglossus. Keadaan tersebut juga didukung dengan Tabel 27 yang menunjukkan bahwa marga Eos dan Psittacula memiliki penciri bentuk tubuh yang sama yaitu lingkar tarsus yang berperan pada kebiasaan bertengger, sedangkan penciri bentuk tubuh marga Trichoglossus adalah panjang jari ketiga yang berperan pada kebiasaan berayun. Berdasarkan hal tersebut kemungkinan keserupaan sifat ukuran tubuh antara marga Eos dan Psittacula yang tinggi menyebabkan terjadi
45
pengelompokan A12. Berdasarkan Gambar 17, kelompok A112 dan A111 dipisahkan berdasarkan perbedaan skor bentuk tubuh. Ukuran kedua kelompok marga tersebut relatif sama, tetapi bentuk yang menjadi pembeda. Pemotongan dendogram pada D = 0,6635 menghasilkan kelompok marga Eos dan Psittacula. Nilai D = 0,6635 merupakan nilai terkecil dari nilai minimum D Mahalanobis antara marga burung bayan-bayanan yang diamati. Hal ini berarti keserupaan sifat ukuran tubuh antara
marga Eos dan Psittacula tertinggi
dibandingkan dengan antara marga lain. Keadaan ini sesuai dengan Gambar 16 menunjukkan bahwa data kerumunan marga Eos dan Psittacula saling berhimpitan. Pemotongan dendogram D = 4,3242 menghasilkan kelompok yang terpisah dari kelompok A yaitu kelompok B yang meliputi marga Loriculus dan Charmosyna. Menurut Forshaw dan Cooper (1989) Loriculus termasuk kelompok burung bayanbayanan berukuran kecil dan Paryanti (2005) menyatakan bahwa Charmosyna termasuk kelompok berukuran kecil. Hal tersebut menyebabkan keserupaan sifat ukuran tubuh yang tinggi antara marga Loriculus dan Charmosyna. Keadaan tersebut sesuai dengan Gambar 16 yang menunjukkan data kerumunan Loriculus dan Charmosyna pada bagian kiri grafik dan terpisah dari data kerumunan kelompok A.
46
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Hasil pengujian statistik T2-Hotteling menunjukkan perbedaan sangat nyata (P<0,01) pada rataan peubah-peubah ukuran linier tubuh antara dua marga burung bayan-bayanan yang diamati. 2. Penciri ukuran tubuh seluruh burung bayan-bayanan yang diamati adalah panjang sayap. Skor ukuran tubuh terbesar ditemukan pada marga Cacatua, sedangkan ukuran tubuh terkecil ditemukan pada marga Loriculus. 3. Penciri bentuk tubuh marga Cacatua, Loriculus, Eclectus, dan Trichoglossus adalah panjang jari ketiga, marga Eos dan Psittacula adalah lingkar tarsus, marga Alisterus adalah panjang tarsus. Perbedaan penciri bentuk dipengaruhi oleh perbedaan habitat dan kebiasaan hidup di alam serta proses seleksi alam. 4. Perhitungan
jarak
minimum
pengelompokan marga burung
D
Mahalanobis
membentuk
dendogram
bayan-bayanan berdasarkan keserupaan sifat
ukuran linier tubuh. Semakin kecil nilai minimum D Mahalanobis maka semakin dekat jarak dendogram Mahalanobis yang ditunjukkan dan semakin tinggi pula keserupaan sifat ukuran linier tubuh. 5. Pengelompokan berdasarkan sifat ukuran tubuh membentuk dua kelompok yaitu kelompok A yang meliputi marga Eos, Psittacula, Trichoglossus, Alisterus, Cacatua, Eclectus dan kelompok B yang meliputi Loriculus dan Charmosyna. Kelompok A merupakan kelompok marga burung
bayan-bayanan yang
berukuran sedang sampai dengan besar, sedangkan kelompok B merupakan kelompok marga burung bayan-bayanan yang berukuran kecil. Pengelompokan yang lebih spesifik terjadi pada kelompok A berdasarkan keserupaan sifat ukuran linier tubuh. Saran Penelitian
perbandingan
morfometrik
tubuh
selanjutnya,
disarankan
menggunakan berbagai spesies burung bayan-bayanan yang berasal dari daerah yang berbeda dalam satu marga yang sama. Hal tersebut dilakukan untuk dapat mengetahui pengaruh lingkungan dan genetik terhadap keanekaragaman ukuran dan bentuk tubuh burung bayan-bayanan di Indonesia.
UCAPAN TERIMA KASIH Puji syukur alhamdulillah Penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas kuasa dan kebesaran-Nya Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini pada saat yang Dia kehendaki. Terima kasih kepada Ayah dan Ibu, atas segala doa, didikan dan kasih sayang yang telah diberikan sehingga menjadi kekuatan terbesar selama ini. Kepada Ifan A. Kurniawan atas segala perhatian dan dukungan yang telah diberikan serta Niasari M. dan M. Agil Alamsyah, semoga kelak kalian bisa lebih berhasil dari ini. Terima kasih kepada Ir. Rini Herlina Mulyono, M.Si. dan Dr. Dewi Malia Prawiradilaga sebagai dosen pembimbing atas ilmu, bimbingan dan nasehat yang diberikan, setiap proses yang dilewati sangat berarti. Kepada Prof. Dr. Ir. Ronny R. Noor MRur.Sc. dan Prof. Dr. Ir. Wiranda G. Piliang M.Sc. sebagai dosen penguji atas saran dan kritik yang membangun untuk kemajuan Penulis. Terima kasih kepada Ibu Irma Isnafia Arief, S.Pt, M.Si. sebagai dosen Pembimbing Akademik atas saran, nasehat dan masukan yang telah diberikan, juga kepada Ir. Anita Sardiana Tjakradidjaja MRur.Sc. atas bantuan yang telah diberikan pada penelitian ini. Ucapan terima kasih Penulis sampaikan kepada Alm. Hj. Sunarniari yang tidak dapat melihat beliau di saat terakhir. Semoga segala doa dan ketulusan yang telah dilakukan diterima oleh Allah SWT. Keluarga besar Karmanu dan keluarga Bandung atas segala dukungan moril dan materil. Terima kasih atas izin dan bantuan yang diberikan bagian Laboratorium Ornitologi LIPI-Bogor terutama untuk Pak Darjono, Pak Alwin, dan Bu Sudaryanti, sehingga penelitian ini dapat berjalan. Kebersamaan yang begitu indah empat tahun berjuang bersama rekan-rekan TPT 41, keluarga Wismo Ayu, rekan-rekan TPT 40 serta semua pihak yang telah memberi bantuan dan tidak dapat disebutkan namanya satu persatu. Semoga karya kecil ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca, terutama dapat menjadikan Penulis untuk selalu bersyukur, bersabar serta belajar untuk mampu menghadapi dan membaca setiap hikmah dibalik takdir-Nya. Bogor, Juli 2008
Penulis
DAFTAR PUSTAKA Afifi, A.A. dan V. Clark. 1996. Computer Aided Multivariate Analysis. 3rd Edition. Chapman and Hall, New York. Beehler, B.M., T.K. Pratt dan D. A. Zimmerman. 2001. Burung-burung di Kawasan Papua. Puslitbang Biologi-LIPI Birdlife International Indonesia Programe, Bogor. Biology Online Team. 2008. Online biology dictionary. http://www.biologyonline.org/2/1_meiosis.htm [15 Desember 2008] Birdlife. 2008. The Yellow-crested Cockatoo and CITES. http://www.birdlife.org on 29/4/2008 [29 April 2008] Britanica. 2008. Perching mechanism of bird. http://www.britannica.com/ebc/art52979/Birds,html. [12 Mei 2008] Campbell, B. dan E. Lack. 1985. a Dictionary of Birds. The British Ornithologists’ Union, Great Britain. Campbell, N.A., J.B. Reece, dan L.G. Mitchell. 2003. Biologi Jilid II. Edisi Kelima. Erlangga, Jakarta. Cochran, P.E. 2004. Laboratory Manual for Comparative Veterinary Anatomy and Physiology. Thomson Delmar Learning, New York. Everitt, B,S. dan G.Dunn. 1998. Applied Multivariate Data Analysis. Halsted Press, New York. Featheredkids. 2006. Umbrella Cockatoo. http ://www.featheredkids.com/ newt2b. html. [12 Mei 2008] Feistyhome. 1999. Avian anatomy. http: // www.feistyhome. phpwebhosting.com/ anatomy.htm. [13 Mei 2008] Forshaw, J.M. dan W.T. Cooper. 1989. Parrots of the World. 3rd (Revised) Edition. Lansdowne Press, Melbourne. Gardner, E.J., M.J. Simmons dan D.P. Snustad. 1991. Principles of Genetics. 8th Edition. John Wiley & Sons, Inc., New York. Gaspersz, V. 1992. Teknik Analisis dalam Penelitian Percobaan. Volume II. Tarsito, Bandung Hafez, E.S.E. dan I.A. Dyer. 1969. Animal Growth and Nutrition. Lea and Febinger, Philadelphia. Hayashi, Y., J. Otsuka, T. Nishida dan H. Martojo. 1982. Multivariate Craniometrics of Wild Banteng, Bos banteng, and five types of native cattle in Eastern Asia. In: the Origin and Phylogeny of Indonesian Livestock Investigation in the Cattle, Fowl and their Forms. Page 4-11. Hickman, C.P., L.S. Roberts, S.L. Keen, A. Larson dan D.J. Eisenhour. 2007. Animal Diversity. McGraw-Hill, New York.
Hill, W.G., dan X.S. Zhang, 2004. Genetic variation within and among animal populations. In: G. Simm, B. Villanueva, K.D. Sinclair, S. Townsend (Editor). Farm Animal Genetic Resources. Nottingham University Press, England. Hutt, F.B. 1949. Genetics of the Fowl. McGraw-Hill Book Company, Inc., New York. Juniper, T. dan M. Parr. 1998. Parrots: A Guide to the Parrots of the World. Pica Press, East Sussex. Kent, G.C. dan R.K. Carr. 2000. Comparative of the Anatomy Vertebrates. 9th Edition. McGraw-Hill, New York. Lawrence, T.L.J. dan V.R. Fowler. 2002. Growth of Farm Animals. 2nd Edition. CABI Publishing, London. MacKinnon, J. 1995. Panduan Lapangan Pengenalan Burung-burung di Jawa dan Bali. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. MacKinnon, J., K. Philips dan B. Van Balen. 1998. Burung-burung di Sumatera, Jawa, Bali, dan Kalimantan. Puslitbang Biologi LIPI Birdlife International Indonesia Programe, Bogor. Mayr, E. dan P.D. Ashlock 1991. Principles of Systematic Zoology. 2nd Edition. McGraw-Hill, United Stated of America. McLelland, J. dan A.S. King. 1975. Outlines of Avian Anatomy. Bailliere Tindall, London. McLelland, J. 1990. a Colour Atlas of Avian Anatomy. Wolfe Publishing Ltd., London. Monarchbfly. 2007. Birds toe. http://www.monarchbfly.com/2007/12/09 /bids_toe_arrangement. [13 Mei 2008] Nickel, R., A. Schummer, E. Seiferle, W.G. Siller, dan P.A.L. Wright. 1977. Anatomy of the Domestic Birds. Verlag Paul Parey, Berlin-Hamburg. Nishida T., K. Nozawa, K. Kondo, S.S. Mansjoer, dan H. Martojo. 1980. Morphological and genetical studies on the Indonesian native fowl. The Origin and Phylogeny of Indonesian Native Livestock. The Research group of Overseas Scientific Survey. Page 47-70 Nishida, T., K. Nozawa, Y. Hayashi, T. Hashiguchi dan S.S. Mansjoer. 1982. Body measurement and analisis of external genetic characters of Indonesian native fowl. The Origin and Phylogeny of Indonesia Native Livestock. The Research Group of Overseas Scientific Survey. Page 73-83. North, M.O. dan D.O. Bell. 1990. Commercial Chicken Production Manual. 4th Revised Edition. Van Nostrand Reinhold, New York. Paryanti, S. 2002. Adaptasi dan pakan burung Kasturi merah (Eos bornea) di penangkaran. Laporan Teknik 2002 Proyek Pengkajian dan Pemanfaatan SumberDaya Hayati. Pusat Peneltian Biologi Lembaga Ilmu Penelitian Indonesia, Bogor.
50
Paryanti, S. 2005. Studi konsumsi pakan burung Perkici Dagu merah (Charmosyna placentis) di penangkaran. Laporan Teknik Pusat Penelitian Biologi-LIPI Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Tahun Anggaran 2005 Buku 2. Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Bogor. Pough, F.H., C.M. Janis dan J.B. Heiser. 2005. Vertebrate Life. Seventh Edition. Pearson Education, Inc, New Jersey. Proctor, N.S dan P.J. Lynch. 1993. Manual of Ornithology: avian structure and function. Yale Univ. Press, New Haven. http://www.people.eku.edu/ritchisong/birdfeet.html. [13 Mei 2008] Rose, S.P. 1997. Principle of Poultry Science. Center for Agriculture and Bioscience International, New York. Shepherd, C.R., 2006. The bird trade in Medan, North Sumatra: an overview. BirdingASIA Vol. 5. Page 16-21. Susanti, T. S. Iskandar dan S. Sopiyana. 2006. Karakteristik kualitatif dan ukuranukuran tubuh ayam Wareng. Dalam: Prosiding Seminar Nasional Ilmu dan Teknologi Peternakan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan (Inpress), Bogor. Tyne, J.V. dan A.J. Berger. 1976. Fundamentals of Ornithology. 2nd Edition. John Wiley & Sons, Inc., Canada. Waluyo, S.P. 1997. Usaha penangkaran burung Kasturi violet merah (Eos squamata) dalam penangkaran. Laporan Teknik Proyek Penelitian, Pengembangan dan Pendayagunaan Biota Darat Tahun 1996/1997. Pusat Penelitian dan Pengembangan Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Bogor. White, C.M.N. dan M.D. Bruce. 1986. The Birds of Wallacea (Sulawesi, The Moluccas and Lesser Sunda Islands Indonesia). B.O.U. Checklist No. 7. British Ornithologists’ Union, London Widodo. W., dan A. Sujadi. 1996. Penelitian Burung-burung paruh bengkok di Seram, Kabupaten Maluku Tengah, Maluku. Laporan Teknik Proyek Penelitian Pengembangan dan Pendayagunaan Biota Darat Tahun 1995/1996. Pusat Penelitian dan Pengembangan Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Bogor. Widodo, W. 1998. Kelimpahan, habitat dan pakan alami burung-burung paruh bengkok (Psittacidae) di Halmahera Utara. Ekologi Indonesia Vol. 2 No. 3. Pusat Penelitian dan Pengembangan Biologi-LIPI, Bogor. Wiley, E.O. 1981. Phylogenetics, The Theory and Practice of Phylogenetics Systematics. University of Kansas, Lawrence. Zeffer, A. dan U.M.L. Norberg. 2003. Leg morphology and locomotion in birds: requirements for force and speed during ankle flexion. The Journal of Experimental Biology. The Company of Biologists Ltd. http://jeb.biologist.org/cgi/reprint/206/6/1085.pdf. [27 Agustus 2007 ]
51
LAMPIRAN
Lampiran 1. Rataan Umum Ukuran-ukuran Linier Peubah Tubuh Burung Bayan-bayanan Berdasarkan Marga Panjang Tarsus
Lingkar Tarsus
Panjang Jari Ketiga
Panjang Sayap
Cacatua
21,41 ± 4,47 (20,87%) (23)
24,91 ± 3,82 (15,34%) (23)
38,66 ± 7,98 (20,64%) (23)
119,38 ± 29,21 (24,46%) (23)
Eos
14,98 ± 1,44 (9,58%) (42)
13,92 ± 1,97 (14,15%) (42)
21,91 ± 1,79 (8,18%) (42)
67,02 ± 9,38 (14,00%) (42)
Psittacula
14,75 ± 1,00 (6,77%) (42)
15,68 ± 1,47 (9,39%) (42)
22,19 ± 1,31 (5,89%) (42)
74,24 ± 11,64 (15,68%) (42)
Loriculus
9,75 ± 1,00 (10,27%) (28)
10,49 ±1,22 (11,58%) (28)
13,82 ± 1,52 (10,96%) (28)
43,93 ± 4,94 (11,25%) (28)
Charmosyna
11,69 ± 0,84 (7,21%) (22)
9,91 ± 1,09 (10,96%) (22)
14,33 ± 1,00 (6,99%) (22)
47,63 ± 4,51 (9,47%) (22)
Eclectus
20,59 ± 1,75 (8,50%) 20)
19,33 ± 2,16 (11,20%) (20)
32,54 ± 2,54 (7,81%) (20)
110,74 ± 6,92 (6,25%) (20)
Alisterus
20,23 ± 1,57 (7,76%) (13)
13,71 ± 0,92 (6,74%) (13)
25,04 ± 1,28 (5,11%) (13)
94,19 ± 7,56 (8,03%) (13)
Trichoglossus 16,73 ± 1,36
13,55 ± 0,82 (6,07%) (44)
20,45 ± 2,04 (9,99%) (44)
68,70 ± 6,12 (8,90%) (44)
Marga
(8,13%) (44)
Keterangan: Angka di dalam kurung menunjukkan koefisien keragaman dan jumlah sampel spesimen
53
Lampiran 2. Koefisien Keragaman Panjang Tarsus, Lingkar Tarsus, Panjang Jari Ketiga Marga Burung Bayan-bayanan yang Diamati Marga
Panjang Tarsus
Ukuran-ukuran Linier Tubuh Lingkar Panjang Jari Ketiga Tarsus
Panjang Sayap
Cacatua
20,87%
15,34%
20,64%
24,46%
Eos
9,58%
14,15%
8,18%
14,00%
Psittacula
6,77%
9,39%
5,89%
15,68%
Loriculus
10,27%
11,58%
10,96%
11,25%
Charmosyna
7,21%
10,96%
6,99%
9,47%
Eclectus
8,50%
11,20%
7,81%
6,25%
Alisterus
7,76%
6,74%
5,11%
8,03%
Trichoglossus
8,13%
6,07%
9,99%
8,90%
Lampiran 3. Urutan Keragaman dari Tertinggi ke Terendah Ukuran-ukuran Linier Tubuh Marga Burung Bayan-bayanan yang Diamati Marga
1
Ukuran-ukuran Linier Tubuh 2 3
Cacatua
Panjang sayap
Panjang tarsus
Eos
Lingkar tarsus
Panjang sayap
Panjang jari ketiga Panjang tarsus
Psittacula
Panjang sayap
Lingkar tarsus
Panjang tarsus
Loriculus
Lingkar tarsus
Panjang sayap
Charmosyna
Lingkar tarsus
Panjang sayap
Panjang jari ketiga Panjang tarsus
Eclectus
Lingkar tarsus
Panjang tarsus
Alisterus
Panjang sayap
Panjang tarsus
Panjang jari ketiga Lingkar tarsus
Panjang sayap
Panjang tarsus
Trichoglossus Panjang jari ketiga
4 Lingkar tarsus Panjang jari ketiga Panjang jari ketiga Panjang tarsus Panjang jari ketiga Panjang sayap Panjang jari ketiga Lingkar tarsus
54
Lampiran 4. Rekapitulasi Hasil Uji T2-Hotteling Antara Jantan dan Betina pada Burung Bayan-bayanan Spesies
Hasil Uji T2 Hotteling
Cacatua alba Jantan-Betina Cacatua sulphurea occicentalis Jantan-Betina
tn
Eos squamata obiensis Jantan-Betina Psittacula alexandri alexandri Jantan-Betina Psittacula alexandri dammermani Jantan-Betina Psittacula longicauda longicauda Jantan-Betina
Loriculus stigmatus stigmatus Jantan-Betina
Hasil Uji T2 Hotteling
tn
Loriculus galgulus *
Eos bornea cyanonothus Jantan-Betina
Spesies
Jantan-Betina
tn
tn
Charmosyna intensior placentis Jantan-Betina
tn
tn
Eclectus roratus roratus Jantan-Betina
tn
tn
Alisterus amboinensis buruensis Jantan-Betina
tn
tn
Trichoglossus haematodus haematodus Jantan-Betina
tn
Trichoglossus ornatus tn
Jantan-Betina
tn
55
Lampiran 5. Contoh Perhitungan Manual Uji Statistik T2-Hotteling pada Peubah-peubah Ukuran Linier Tubuh antara Kelompok Burung Bayan-bayanan Marga Eos dan Loriculus Rumus : T2 =
n1n 2 -1 ( x1 − x 2 ) SG ( x1 − x 2 ) n1 + n 2
selanjutnya besaran:
n1 + n 2 − p − 1 2 F = (n + n − 2) p T 1 2
akan berdistribusi F dengan derajat bebas V1 = p dan V2 = n1 + n2 – p – 1 n1 = Jumlah data pengamatan kelompok burung bayan-bayanan marga Eos = 42 ekor n2 = Jumlah data pengamatan kelompok burung bayan-bayanan marga Loriculus = 28 ekor H0 : U1 = U2
: artinya vektor nilai rata-rata dari burung bayan-bayanan kelompok marga Eos sama dengan marga Loriculus
H1 : U1 = U2
: artinya kedua vektor nilai rata-rata burung bayan-bayanan kelompok marga Eos dan marga Loriculus berbeda
Tahap 1 Matriks kovarian kelompok burung bayan-bayanan marga Eos (S1)
1,203 6,882 ⎞ ⎛ 2,060 0,366 ⎜ ⎟ ⎜ 0,366 3,882 − 0,055 4,559 ⎟ ⎜ 1,203 − 0,055 3,210 5,826 ⎟ ⎜ ⎟ ⎜ 6,882 4,559 ⎟ 5 , 826 87 , 987 ⎝ ⎠ Matriks kovarian kelompok burung bayan-bayanan marga Loriculus (S2) ⎛ 1,002 − 0,036 ⎜ ⎜ − 0,036 1,476 ⎜ 0,447 0,378 ⎜ ⎜ 2,025 1,076 ⎝
0,447 2,025 ⎞ ⎟ 0,378 1,076 ⎟ 2,294 3,653 ⎟ ⎟ 3,653 24,413 ⎟⎠
Tahap 2 Hasil kedua matriks di atas dimasukkan ke dalam rumus matriks gabungan, yaitu: SG = (n1 – 1)S1 + (n2- 1)S2 (n1 + n2-2)
56
sehingga diperoleh hasil berupa matriks 4 x 4, sebagai berikut: ⎛ 1,639 ⎜ ⎜ 0,206 ⎜ 0,902 ⎜ ⎜ 4,951 ⎝
0,902 4,951 ⎞ ⎟ 0,117 3,175 ⎟ 2,845 4,961 ⎟ ⎟ 4,961 62,719 ⎟⎠
0,206 2,926 0,117 3,175
Tahap 3
Perhitungan matriks rataan dari burung bayan-bayanan kelompok marga Eos (X1) dan marga Loriculus (X2) ⎛ 14,980 ⎞ ⎜ ⎟ 13 , 923 ⎜ ⎟ 1 X = ⎜ 21,909 ⎟ ⎜ ⎟ ⎜ 67,015 ⎟ ⎝ ⎠
⎛ 9,749 ⎞ ⎜ ⎟ ⎜ 10,489 ⎟ X2 = ⎜ 13,818 ⎟ ⎜ ⎟ ⎜ 43,930 ⎟ ⎝ ⎠
Tahap 4
Hasil dari matriks gabungna (SG) digunakan untuk menghitung rumus T2Hotteling yaitu: n1n 2 -1 T2 = (x 1 − x 2 ) SG (x 1 − x 2 ) n1 + n 2 sehingga diperoleh hasil sebesar 30,901
Tahap 5
Selanjutnya dimasukkan ke dalam rumus untuk mengetahui hasil nyata berbeda atau tidak, yaitu: F = n 1 + n 2 − p − 1 T 2 , p = Jumlah peubah yang diamati = 4 peubah (n 1 + n 2 − 2) p sehingga memberikan hasil F hitung = 7,384 F tabel (α,v1,v2) = F (0,01;4;65) = 3,62 Tolak H0 jika F hitung > F Tabel 7,384 > 3,62 Jadi vektor rataan dari burung bayan-bayanan kelompok marga Eos sangat berbeda nyata dengan rataan kelompok marga Loriculus
57
Lampiran 6. Contoh Perhitungan Manual Analisis Komponen Utama Pertama pada Ukuran Tubuh Burung Bayan-bayanan Marga Loriculus Tahap 1
Menghitung matriks kovarian dari ukuran-ukuran tubuh burung bayanbayanan marga Loriculus ⎛ 1,002 − 0,036 ⎜ ⎜ − 0,036 1,476 ⎜ 0,447 0,378 ⎜ ⎜ 2,025 1,076 ⎝
0,447 2,025 ⎞ ⎟ 0,378 1,076 ⎟ 2,294 3,653 ⎟ ⎟ 3,653 24,413 ⎟⎠
Tahap 2
Penggandaan matriks kovarian menjadi K2 ⎛ 0,708 − 0,279 0,260 − 0,090 ⎞ ⎜ ⎟ 0,596 − 0,173 ⎟ ⎜ − 0,279 2,081 ⎜ 0,260 0,596 2,874 − 0,516 ⎟ ⎜ ⎟ ⎜ − 0,090 − 0,173 − 0,516 0,100 ⎟ ⎝ ⎠
Tahap 3
Penggandaan vektor awal (a’0) dengan K2, yaitu: a’0 K2 = (69,464 40,259 132,030 795,702 ) Tahap 4
Iterasi pertama diperoleh melalui a’0 K2 / 795,702 yang merupakan elemen terbesar dari vektor a’0 K2, yaitu:
(0,087
0,051 0,166 1,000 )
Tahap 5
Penggandaan kembali matriks K2 menjadi K4 ⎛ 2925,6 1614,8 5472,2 33826 ⎞ ⎜ ⎟ 897,0 3024,7 18681 ⎟ ⎜ 1614,8 ⎜ 5472,2 3024,7 10243,4 63271 ⎟ ⎜ ⎟ ⎜ 33825,5 18680,9 63271,2 391175 ⎟ ⎝ ⎠
58
Tahap 6
Penggandaan vektor awal (a’0) dengan K4, yaitu: a’0 K4 = (43838,1 24217,5 82011,5 506952 )
Tahap 7
Iterasi kedua diperoleh melalui a’0 K4 / 506952 yang merupakan elemen terbesar dari vektor a’0 K4, yaitu:
(0,086
0,048 0,162 1,000 )
Tahap 8
Penggandaan kembali matriks K4 menjadi K8, kemudian dilakukan perhitungan matriks seperti tahap 3 dan 4, sehingga diperoleh hasil iterasi ketiga yaitu: (0,086 0,048 0,162 1,000 ) Tahap 9
Hasil iterasi kedua telah sama dengan iterasi ketiga, sehingga iterasi dihentikan dan perlu dinormalkan agar berlaku a’1a1 = 1 Vektor normal a’1 ditentukan sebagai berikut: a11 =
0,086 (0,086) 2 + (0,048) 2 + (0,162) 2 + (1) 2
= 0,085 0,048
a21 =
(0,086) 2 + (0,048) 2 + (0,162) 2 + (1) 2
= 0,047 0,162
a31 =
(0,086) + (0,048) 2 + (0,162) 2 + (1) 2 2
= 0,159 a41 =
1
(0,086) 2 + (0,048) 2 + (0,162) 2 + (1) 2
= 0,983 sehingga diperoleh vektor normal a'1, yaitu: a'1
=
(0,085
0,047 0,159 0,983)
59
Tahap 10
Vektor ciri yang telah normal harus memnuhi persamaan sebagai berikut untuk memperoleh nilai Eigen (λ1), yaitu: 0,085 (1,002 – λ1) + 0,047 K12 + 0,159 K13 + 0,983 K14 = 0 0,085 λ1 = 0,085 (1,002) + 0,047 (–0,036) + 0,159 (0,447) + 0,983 (2,025) 0,085 λ1 = 2,145 λ1
= 25,235
sehingga diperoleh nilai Eigen pada komponen utama pertama (λ1) = 25,235 Dengan demikian telah diperoleh komponen utama pertama: Y1 = 0,085 Z1 + 0,047 Z2 + 0,159 Z3 + 0,983 Z4
60
Lampiran 7. Contoh Perhitungan Manual Analisis Komponen Utama Kedua pada Bentuk Tubuh Burung Bayan-bayanan Marga Loriculus Tahap 1
Untuk membangun komponen utama kedua dipergunakan matriks kovarian sisaan (residual) pertama K1, yang besarnya dapat diperoleh melalui K1 = K – λ1 a1 a'1 Sehingga akan diperoleh matrik K1 ⎛ 0,819 − 0,137 0,106 − 0,084 ⎞ ⎟ ⎜ 0,190 − 0,089 ⎟ ⎜ − 0,137 1,421 ⎜ 0,106 0,190 1,656 − 0,290 ⎟ ⎟ ⎜ ⎜ − 0,084 − 0,089 − 0,290 0,034 ⎟ ⎠ ⎝ Tahap 2 Penggandaan matriks kovarian K1 menjadi K12 ⎛ 0,708 − 0,279 0,260 − 0,090 ⎞ ⎟ ⎜ 0,596 − 0,173 ⎟ ⎜ − 0,279 2,081 ⎜ 0,260 0,596 2,874 − 0,516 ⎟ ⎟ ⎜ ⎜ − 0,090 − 0,173 − 0,516 0,100 ⎟ ⎠ ⎝ Tahap 3
Selanjutnya dilakukan penggandaan vektor awal (a’0) dengan K12, yaitu: a’0 K12 = (0,600 2,224 3,215 − 0,679 ) Tahap 4
Iterasi pertama diperoleh melalui a’0 K12 / 3,215 yang merupakan elemen terbesar dari a’0 K12 vektor, yaitu: (0,187 0,692 1,000 − 0,211)
Tahap 5
Penggandaan kembali matriks kovarian K12 menjadi K14 ⎛ 0,656 − 0,609 0,813 − 0,158 ⎞ ⎜ ⎟ 2,968 − 0,661⎟ ⎜ − 0,608 4,794 ⎜ 0,813 2,968 8,953 − 1,662 ⎟ ⎜ ⎟ ⎜ − 0,158 − 0,660 − 1,662 0,315 ⎟ ⎝ ⎠
61
Tahap 6
Penggandaan vektor awal (a’0) dengan K14, yaitu: a’0 K14 = (0,701 6,492 11,073 − 2,167 )
Tahap 7
Iterasi kedua diperoleh melalui a’0 K14 / 11,073 yang merupakan elemen terbesar dari vektor a’0 K14, yaitu:
(0,063
0,586 1,000 − 0,196 )
Tahap 8
Penggandaan kembali matriks kovarian K14 menjadi K18 − 1,103 ⎞ ⎛ 1,487 − 0,800 6,269 ⎜ ⎟ − 8,211 ⎟ ⎜ − 0,800 32,595 41,404 ⎜ 6,269 41,404 92,397 − 17,493 ⎟ ⎜ ⎟ ⎜ − 1,103 − 8,211 − 17,493 3,323 ⎟ ⎝ ⎠ Tahap 9
Penggandaan vektor awal (a’0) dengan K18, yaitu: a'0 K18 = (5,853 64,988 122,577 − 23,484 ) Tahap 10
Iterasi ketiga diperoleh melalui a’0 K18 / 122,577 yang merupakan elemen terbesar dari vektor a’0 K18, yaitu: (0,048 0,530 1,000 − 0,192) Tahap 11
Penggandaan kembali matriks kovarian K18 menjadi K116 − 108,40 ⎞ 241,35 574,7 ⎛ 43,365 ⎜ ⎟ 2844,78 5313,8 − 1018,32 ⎟ ⎜ 241,355 ⎜ 574,720 5313,80 10596,8 − 2021,30 ⎟ ⎜ ⎟ ⎜ − 108,399 − 1018,32 − 2021,3 385,68 ⎟ ⎝ ⎠ Tahap 12
Penggandaan vektor awal (a’0) dengan K116, yaitu: a'0 K116 = (751,042 7381,62 14464,0 − 2762,34 )
62
Tahap 13
Iterasi keempat diperoleh melalui (a’0) K116 / 14464,0 yang merupakan elemen terbesar dari vektor a’0 K116, yaitu:
(0,052
0,510 1,000 − 0,191)
Tahap 14
Penggandaan kembali matriks kovarian K116 menjadi K132 − 1453966 ⎞ 3861399 7616717 ⎛ 402186 ⎜ ⎟ 37424456 73622724 − 14056581 ⎟ ⎜ 3861399 ⎜ 7616717 73622724 144943929 − 27672263 ⎟ ⎜ ⎟ ⎜ − 1453966 − 14056581 − 27672263 5283126 ⎟ ⎝ ⎠ Tahap 15
Penggandaan vektor awal (a’0) K132, yaitu:
(10426336
100851998 198511107 − 37899684 )
Tahap 16
Iterasi kelima diperoleh melalui (a’0) K132 / 198511107 yang merupakan elemen terbesar dari vektor a’0 K132, yaitu:
(0,053
0,508 1,000 − 0,191)
Tahap 17
Penggandaan kembali matriks K132 menjadi K164, kemudian dilakukan perhitungan matriks seperti tahap sebelumnya, sehingga diperoleh hasil iterasi keenam yaitu : (0,053 0,508 1,000 − 0,191)
Tahap 18
Hasil iterasi kelima telah sama dengan iterasi keenam, sehingga iterasi dihentikan dan perlu dinormalkan agar berlaku a’1a1 = 1 Vektor normal a’1 ditentukan sebagai berikut: a12 =
0,052 (0,052) + (0,508) 2 + (1,000) 2 + (−0,191) 2 2
63
= 0,046 a22 =
0,508
(0,052) + (0,508) 2 + (1,000) 2 + (−0,191) 2 2
= 0,446 a32 =
1,000
(0,052) 2 + (0,508) 2 + (1,000) 2 + (−0,191) 2
= 0,878 a42 =
− 0,191 (0,052) 2 + (0,508) 2 + (1,000) 2 + (−0,191) 2
= –0,168 sehingga diperoleh vektor normal a'1, yaitu: a'2 = (0,046 0,446 0,878 − 0,168)
Tahap 19
Vektor ciri yang telah normal harus memnuhi persamaan sebagai berikut untuk memperoleh nilai Eigen (λ2), yaitu: 0,046 (0,819 – λ2) + 0,446 K(1)12 + 0,878 K(1)13 – 0,168 K(1)14 = 0 0,046 λ2 = 0,046 (0,819) + 0,446 (–0,137) + 0,878 (0,106) – 0,168 (–0,083) 0,046 λ2 = 0,084 λ2
= 1,816
sehingga diperoleh nilai Eigen pada komponen utama kedua (λ2) = 1,816 Dengan demikian telah diperoleh komponen utama pertama: Y1 = 0,046 Z1 + 0,446 Z2 + 0,878 Z3 – 0,168 Z4
64
Lampiran 8. Contoh Penentuan Skor Ukuran Tubuh (Sumbu X) dan Bentuk Tubuh (Sumbu Y) pada Masing-masing Titik Diagram Kerumunan pada Kelompok Marga Loriculus
Tahap 1
Titik X diperoleh dengan cara memasukkan nilai ukuran linier peubah tubuh Z ke dalam persamaan I (ukuran), yaitu: Y1 = 0,085 Z1 + 0,047 Z2 + 0,159 Z3 + 0,983 Z4 = 0,085 (10,38) + 0,047 (9,10) + 0,159 (14,60) + 0,983 (52,02) = 54,767 Tahap 2
Titik Y diperoleh dengan cara memasukkan nilai ukuran linier peubah tubuh Z ke dalam persamaan II (bentuk), yaitu: Y2 = 0,046 Z1 + 0,446 Z2 + 0,878 Z3 – 0,168Z4 = 0,046 (10,38) + 0,446 (9,10) + 0,878 (14,60) –0,168 (52,02) = 8,616 Tahap 3
Hasil perhitungan tahap 1 dan tahap 2 merupakan skor (x,y) yaitu (54,767;8,616) untuk individu 1, selanjutnya cara yang sama dilakukan untuk individu 2 hingga individu 28 untuk kelompok marga Loriculus
65
Lampiran 9. Contoh Cara Perhitungan Jarak Minimum D2 Mahalanobis antara Kelompok Marga Eos dan Psittacula Perhitungan jarak D2 Mahalanobis antara kelompok marga Eos dan Psittacula sebagai berikut: Jarak D2 Mahalanobis kelompok marga Eos dan Psittacula diperoleh melalui perhitungan
dari
perbandingan
kelompok
burung
bayan-bayanan
yang
dikelompokkan berdasarkan marga: 1. Eos vs Psittacula −1
D2 = ( x1 − x2) ' S G ( x1 − x2) Sehingga,
⎛ 14,980 ⎞ ⎜ ⎟ ⎜ 13,923 ⎟ = ⎜ 21,909 ⎟ ⎜ ⎟ ⎜ 67,015 ⎟ ⎝ ⎠
( x1 − x2)
=
SG-1 =
(0,229
⎛ 14,751 ⎞ ⎜ ⎟ ⎜ 15,678 ⎟ ⎜ 22,188 ⎟ ⎟ ⎜ ⎜ 74,241⎟ ⎝ ⎠
⎛ 0,229 ⎞ ⎜ ⎟ ⎜ − 1,755 ⎟ = ⎜ − 0,279 ⎟ ⎜ ⎟ ⎜ − 7,226 ⎟ ⎝ ⎠
− 1,755 − 0,279 − 7,226 )
⎛ 1,010 − 0,057 − 0,232 − 0,047 ⎞ ⎟ ⎜ 0,080 − 0,017 ⎟ ⎜ − 0,057 0,374 ⎜ − 0,232 0,080 0,538 − 0,018 ⎟ ⎟ ⎜ ⎜ − 0,047 − 0,017 − 0,017 0,014 ⎟ ⎠ ⎝
Maka, −1
( x1 − x2) ' S G ( x1 − x2) = 1,760
dari hasil tersebut diperoleh jarak D2 Mahalanobis: 1,760
= 1,327
Jarak D Minimum Mahalanobis burung bayan-bayanan marga Eos dan marga Psittacula
66
= Jarak Minimum D Mahalonobis Eos – Psittacula 2 = 1,327 2 * 0 .6 6 3 5
= 0,664 0 .5 9 1 0
0 .6 6 3 5
1 .0 1 9 8
1 .2 5 4 5
0 .4 4 2 2
Alisterus 1 .1 5 4 0 1 .1 5 4 0
1 .5 6 2 5
1 .1 4 5 5 1 .1 4 5 5
3 .1 7 8 7
4,3242
2,7165
2,2743
1,2545
Psittacula Trichoglossus
2 .2 7 4 3
1 .6 0 7 7
Eos
Cacatua Eclectus Loriculus Charmosyna
0,6635
1
Keterangan: * = Contoh perhitungan jarak minimum D Mahalanobis
Lampiran 10. Komponen Utama Bagian Tubuh Burung Bayan-bayanan Marga Cacatua Peubah yang diukur
I
Komponen Utama II III
IV
Panjang Tarsus Lingkar Tarsus Panjang Jari Ketiga Panjang Sayap
0,100 0,096 0,226 0,964
0,445 0,364 0,774 –0,264
–0,874 0,019 0,485 –0,025
0,168 –0,926 0,338 –0,004
Nilai Eigen (λ) Keragaman Total (%) Keragaman Kumulatif (%)
915,62 96,3 96,3
24,52 2,6 98,8
7,79 0,8 99,7
3,30 3 100
67
Lampiran 11. Komponen Utama Bagian Tubuh Burung Bayan-bayanan Marga Eos Peubah yang diukur
I
Komponen Utama II III
IV
Panjang Tarsus Lingkar Tarsus Panjang Jari Ketiga Panjang Sayap
0,080 0,053 0,068 0,993
–0,137 0,893 –0,428 –0,008
–0,396 –0,442 –0,797 0,110
–0,904 0,063 0,420 0,040
Nilai Eigen (λ) Keragaman Total (%) Keragaman Kumulatif (%)
89,185 91,8 91,8
3,814 3,9 95,7
2,971 3,1 98,8
1,170 1,2 100
Lampiran 12. Komponen Utama Bagian Tubuh Burung Bayan-bayanan Marga Psittacula Peubah yang diukur
I
Komponen Utama II III
IV
Panjang Tarsus Lingkar Tarsus Panjang Jari Ketiga Panjang Sayap
0,049 0,038 0,044 0,997
0,010 0,871 –0,491 –0,012
–0,304 –0,463 –0,829 0,069
–0,951 0,160 0,262 0,029
Nilai Eigen (λ) Keragaman Total (%) Keragaman Kumulatif (%)
136,26 97,1 97,1
2,22 1,6 98,7
1,26 0,9 99,6
0,61 0,4 100
Lampiran 13. Komponen Utama Bagian Tubuh Burung Bayan-bayanan Marga Loriculus Peubah yang diukur
I
Komponen Utama II III
IV
Panjang Tarsus Lingkar Tarsus Panjang Jari Ketiga Panjang Sayap
0,085 0,047 0,159 0,983
0,046 0,446 0,878 –0,167
–0,299 0,860 –0,411 0,051
–0,949 –0,245 0,187 0,064
Nilai Eigen (λ) Keragaman Total (%) Keragaman Kumulatif (%)
25,230 86,4 86,4
1,814 6,2 92,7
1,372 4,7 97,4
0,769 2,6 100
68
Lampiran 14. Komponen Utama Bagian Tubuh Burung Bayan-bayanan Marga Charmosyna Peubah yang diukur
I
Komponen Utama II III
IV
Panjang Tarsus Lingkar Tarsus Panjang Jari Ketiga Panjang Sayap
–0,002 0,068 0,039 0,997
0,481 0,787 –0,385 –0,037
–0,406 –0,186 –0,894 0,047
0,777 –0,585 –0,228 0,051
Nilai Eigen (λ) Keragaman Total (%) Keragaman Kumulatif (%)
20,446 88,1 88,1
1,510 6,5 94,6
0,915 3,9 98,5
0,348 1,5 100
Lampiran 15. Komponen Utama Bagian Tubuh Burung Bayan-bayanan Marga Eclectus Peubah yang diukur
I
Komponen Utama II III
IV
Panjang Tarsus Lingkar Tarsus Panjang Jari Ketiga Panjang Sayap
0,173 0,135 0,118 0,968
0,035 0,424 0,888 –0,174
–0,278 –0,874 0,438 0,114
–0,944 0,290 –0,074 0,137
Nilai Eigen (λ) Keragaman Total (%) Keragaman Kumulatif (%)
50,811 81,8 81,8
6,441 10,4 92,1
3,450 5,6 97,7
1,428 2,3 100
Lampiran 16. Komponen Utama Bagian Tubuh Burung Bayan-bayanan Marga Alisterus Peubah yang diukur
I
Komponen Utama II III
IV
Panjang Tarsus Lingkar Tarsus Panjang Jari Ketiga Panjang Sayap
0,015 –0,028 0,003 0,999
0,946 –0,174 0,271 –0,020
0,307 0,229 –0,924 0,005
0,099 0,957 0,271 0,025
Nilai Eigen (λ) Keragaman Total (%) Keragaman Kumulatif (%)
57,237 92,1 92,1
2,557 4,1 96,2
1,638 2,6 98,9
0,703 1,1 100
69
Lampiran 17. Komponen Utama Bagian Tubuh Burung Bayan-bayanan Marga Trichoglossus Peubah yang diukur
Komponen Utama II III
I
IV
Panjang Tarsus Lingkar Tarsus Panjang Jari Ketiga Panjang Sayap
0,069 0,014 0,125 0,990
0,334 0,093 0,927 –0,141
–0,885 0,367 0,285 0,020
–0,317 –0,925 0,208 0,009
Nilai Eigen (λ) Keragaman Total (%) Keragaman Kumulatif (%)
38,090 86,4 86,4
3,995 9,1 95,5
1,499 3,4 98,9
0,504 1,1 100
Lampiran 18. Skor Komponen Utama I (Ukuran) dan II (Bentuk) pada Ukuran-ukuran Linier Tubuh Burung Bayan-bayanan Marga Cacatua Spesies Cacatua alba
Skor Komponen Utama I (Ukuran) Jantan (n = 8) Betina (n = 3) 190,176 116,651 133,707 162,643
144,287 140,900 143,035 160,370
Jantan (n = 6) Cacatua sulphurea occidentalis
Spesies Cacatua alba
99,465 122,969 113,848
91,015 113,996 109,852
191,903
Betina (n = 6) 99,906 112,701 97,915
84,601 106,824 107,058
Skor Komponen Utama II (Bentuk) Jantan (n = 8) Betina (n = 3) 9,299 30,919 20,701 21,710
26,583 20,742 19,944 19,607
Jantan (n = 6) Cacatua sulphurea occidentalis
147,632 161,363
14,970 14,345 14,838
17,159 15,348 14,841
13,434 18,588
11,634
Betina (n = 6) 15,335 15,047 13,291
17,963 11,083 14,624
70
Lampiran 19. Skor Komponen Utama I (Ukuran) dan II (Bentuk) pada Ukuran-ukuran Linier Tubuh Burung Bayan-bayanan Marga Eos Spesies Eos bornea cyanonothus
Skor Komponen Utama I (Ukuran) Jantan (n = 17) Betina (n = 10) 74,661 68,396 64,656 73,714 52,846 76,747 70,284 83,144 76,637
65,892 75,813 83,950 73,513 83,429 79,016 91,839 82,921
Jantan (n = 7) Eos squamata obiensis
Spesies Eos bornea cyanonothus
67,548 59,415 58,052 62,339
69,151 65,416 53,358
74,694 63,817 85,968 75,771 85,715
Betina (n = 8) 62,540 57,019 66,419 54,835
67,423 67,162 62,886 67,802
Skor Komponen Utama II (Bentuk) Jantan (n = 17) Betina (n = 10) 2,040 –2,290 –0,383 1,095 0,777 –0,861 1,536 6,614 –1,482
–1,087 –0,416 0,392 0,002 0,173 0,937 –0,898 4,149
Jantan (n = 7) Eos squamata obiensis
71,389 60,307 66,537 66,637 69,608
–2,393 3,574 –0,370 –0,517
1,361 0,886 –0,268
1,557 –1,121 0,642 –2,008 0,002
1,177 0,588 –2,770 0,750 0,300
Betina (n = 8) 1,759 –2,004 1,664 5,688
0,463 1,790 0,814 –0,522
71
Lampiran 20. Skor Komponen Utama I (Ukuran) dan II (Bentuk) pada Ukuran-ukuran Linier Tubuh Burung Bayan-bayanan Marga Psittacula Spesies Psittacula alexandri alexandri
Skor Komponen Utama I (Ukuran) Jantan (n = 2) Betina (n = 11) 74,838 83,046
71,043 60,917 75,105 87,133 72,849 66,105
Jantan (n = 6) Psittacula alexandri dammermani
78,137 77,087 104,300
102,155 89,130 88,650
Jantan (n = 10) Psittacula longicauda longicauda
61,513 76,943 80,596 77,052 78,101
83,706 69,617 59,033 65,247 72,604
70,142 63,980 63,976 62,940 67,075
Betina (n = 7) 86,597 94,680 82,716 89,680
94,096 89,687 71,493
Betina (n = 6) 52,714 66,996 77,072
73,050 69,492 74,523
72
Lampiran 21. Skor Komponen Utama I (Ukuran) dan II (Bentuk) pada Ukuran-Ukuran Linier Tubuh Burung Bayan-bayanan Marga Psittacula Spesies Psittacula alexandri alexandri
Skor Komponen Utama I (Bentuk) Jantan (n = 2) Betina (n = 11) 2,063 2,275
2,261 4,033 2,378 2,672 1,925 2,920
Jantan (n = 6) Psittacula alexandri dammermani
0,997 0,051 1,048
1,540 0,850 3,117
Jantan (n = 10) Psittacula longicauda longicauda
1,908 1,477 –0,492 2,911 3,140
6,252 2,176 4,054 3,102 1,487
3,099 1,356 –0,164 –0,653 0,766
Betina (n = 7) –0,019 4,177 1,100 5,085
1,833 1,052 0,198
Betina (n = 6) 3,671 0,952 2,679
1,564 1,761 0,790
73
Lampiran 22. Skor Komponen Utama I (Ukuran) dan II (Bentuk) pada Ukuran-ukuran Linier Tubuh Burung Bayan-bayanan Marga Loriculus Spesies Loriculus stigmatus stigmatus
Skor Komponen Utama I (Ukuran) Jantan (n = 7) Betina (n = 4) 54,739 47,934 53,966 51,381
45,453 47,062 42,909
Jantan (n = 12) Loriculus galgulus
Spesies Loriculus stigmatus stigmatus
42,460 38,657 45,427 48,016 45,639 45,710
47,612 48,248 44,714 41,214 42,926 36,566
53,101 46,484
Betina (n = 5) 50,019 41,362 49,492
38,830 47,548
Skor Komponen Utama II (Bentuk) Jantan (n = 7) Betina (n = 4) 8,654 11,403 10,398 12,017
11,059 11,659 9,924
Jantan (n = 12) Loriculus galgulus
55,458 54,070
11,453 10,327 7,108 10,766 10,077 10,263
9,245 7,355 10,439 10,761 9,913 8,035
10,021 10,511
8,380 11,296
Betina (n = 5) 10,687 8,506 8,101
10,718 8,430
74
Lampiran 23. Skor Komponen Utama I (Ukuran) dan II (Bentuk) pada Ukuran-ukuran Linier Tubuh Burung Bayan-bayanan Marga Charmosyna Spesies Charmosyna placentis intensior
Spesies Charmosyna placentis intensior
Skor Komponen Utama I (Ukuran) Jantan (n = 7) Betina (n = 15) 45,949 48,593 53,038 46,389
58,694 44,655 47,938
53,684 54,682 51,538 51,083 43,409 48,142 41,555 55,115
42,732 46,152 48,542 52,096 47,302 45,785 44,029
Skor Komponen Utama II (Bentuk) Jantan (n = 7) Betina (n = 15) 7,257 4,476 5,822 4,924
6,133 6,380 5,211
10,227 4,964 5,845 6,163 7,679 6,468 6,514 6,097
5,005 6,618 5,703 4,829 5,727 6,997 5,871
75
Lampiran 24. Skor Komponen Utama I (Ukuran) dan II (Bentuk) pada Ukuran-ukuran Linier Tubuh Burung Bayan-bayanan Marga Eclectus Spesies Eclectus roratus roratus
Spesies Eclectus roratus roratus
Lampiran
Skor Komponen Utama I (Ukuran) Jantan (n = 13) Betina (n = 7) 108,864 117,273 121,375 113,158 121,930 123,258 113,727
122,913 132,909 116,360 114,476 110,280 128,397
112,586 111,718 109,043 123,354
105,135 116,086 122,470
Skor Komponen Utama II (Bentuk) Jantan (n = 13) Betina (n = 7) 18,968 18,339 14,936 18,392 16,768 16,360 18,885
18,025 18,449 17,485 17,591 20,973 20,671
18,045 20,393 19,686 26,859
17,030 18,070 15,122
25. Skor Komponen Utama I (Ukuran) dan II (Bentuk) pada Ukuran-ukuran Linier Tubuh Burung Bayan-bayanan Marga Alisterus
Spesies Alisterus amboinenesis buruensis
Spesies Alisterus amboinenesis buruensis
Skor Komponen Utama I (Ukuran) Jantan (n = 7) Betina (n = 6) 103,562 98,783 100,802 95,260
100,057 88,354 94,846
101,076 93,930 82,418
87,985 79,084 97,573
Skor Komponen Utama II (Bentuk) Jantan (n = 7) Betina (n = 6) 20,543 20,613 22,003 21,933
25,300 22,660 22,531
21,772 18,716 23,039
21,790 20,591 20,470
76
Lampiran
26. Skor Komponen Utama I (Ukuran) dan II (Bentuk) pada Ukuran-ukuran Linier Burung Bayan-bayanan Marga Trichoglossus
Spesies Trichoglossus haematodus haematodus
Skor Komponen Utama I (Ukuran) Jantan (n = 15) Betina (n = 9) 84,676 74,489 73,966 73,624 75,403 79,002 76,370 77,787
75,044 73,925 81,900 82,576 67,134 73,598 77,459
Jantan (n = 11) Trichoglossus ornatus
Spesies Trichoglossus haematodus haematodus
68,250 73,557 75,521 65,262 71,407 72,648
62,569 65,887 72,364 64,672 68,925
59,551 67,168 79,105 81,490
Betina (n = 9) 70,531 65,497 69,214 67,198 64,969
75,705 68,262 72,591 69,389
Skor Komponen Utama II (Bentuk) Jantan (n = 15) Betina (n = 9) 16,775 16,474 16,478 17,305 17,678 15,978 17,073 16,662
18,394 17,960 15,707 16,189 18,932 19,689 17,395
Jantan (n = 11) Trichoglossus ornatus
54,910 76,616 72,591 71,892 67,965
13,789 13,475 16,309 15,387 13,777 13,509
15,885 15,395 13,971 15,733 15,327
18,938 17,215 17,195 17,856 17,173
18,980 17,030 19,043 15,427
Betina (n = 9) 17,008 18,837 13,813 12,610 14,853
13,178 12,143 12,646 13,405
77
Lampiran 27. Kisaran Skor Ukuran pada Marga Burung Bayan-bayanan yang Diamati Marga
Jenis Kelamin
Kisaran Skor Ukuran
Cacatua
Jantan
91,015 – 190,176
Betina
84,601 – 161,363
Jantan
52,846 – 91,839
Betina
54,835 – 85,968
Jantan
61,513 – 104,300
Betina
52,714 – 94,680
Jantan
36,566 – 54,739
Betina
38,830 – 55,458
Jantan
44,655 – 48,593
Betina
41,555 – 55,115
Jantan
108,864 – 132,909
Betina
105,135 – 123,354
Jantan
88,354 – 103,562
Betina
79,084 – 101,076
Jantan
62,569 – 84,676
Betina
54,910 – 81,490
Eos Psittacula Loriculus Charmosyna Eclectus Alisterus Trichoglossus
78
Lampiran 28. Kisaran Skor Bentuk pada Marga Burung Bayan-bayanan yang Diamati Marga
Jenis Kelamin
Kisaran Skor Bentuk
Cacatua
Jantan
(9,299) – (30,919)
Betina
(11,083) – (18,588)
Jantan
(–2,393) – (6,614)
Betina
(–2,770) – (5,688)
Jantan
(–0,492) – (6,252)
Betina
(–0,653) – (5,085)
Jantan
(7,108) – (12,017)
Betina
(8,101) – (11,296)
Jantan
(4,476) – (7,257)
Betina
(4,829) – (10,227)
Jantan
(14,936) – (20,973)
Betina
(15,122) – (26,859)
Jantan
(20,543) – (25,300)
Betina
(18,716) – (23,039)
Jantan
(13,475) – (19,689)
Betina
(12,143) – (19,043)
Eos Psittacula Loriculus Charmosyna Eclectus Alisterus Trichoglossus
79
Lampiran 29. Kerumunan Data Skor Ukuran dan Bentuk Tubuh Burung Bayan-bayanan Marga Cacatua Jantan dan Betina
Bentuk
30
20
10 100
150
200
Ukuran Keterangan :
= Cacatua alba Jantan = Cacatua sulphurea occidentalis Jantan
= Cacatua alba Betina = Cacatua sulphurea occidentalis Betina
Lampiran 30. Kerumunan Data Skor Ukuran dan Bentuk Tubuh Burung Bayan-bayanan Marga Eos Jantan dan Betina 7 6 5 4
Bentuk
3 2 1 0 -1 -2 -3 50
60
70
80
90
Ukuran Keterangan :
= Eos bornea cyanonothus Jantan = Eos squamata obiensis Jantan
= Eos bornea cyanonothus Jantan = Eos squamata obiensis Betina
80
Lampiran 31. Kerumunan Data Skor Ukuran dan Bentuk Tubuh Burung Bayan-bayanan Marga Psittacula Jantan dan Betina 6 5
Bentuk
4 3 2 1 0 -1 50
60
70
80
90
100
110
Ukuran Keterangan :
= Psittacula alexandri alexandri Jantan = Psittacula alexandri dammermani Jantan = Psittacula longicauda longicauda Jantan
= Psittacula alexandri alexandri Betina = Psittacula alexandri dammermani Betina = Psittacula longicauda longicauda Betina
Lampiran 32. Kerumunan Data Skor Ukuran dan Bentuk Tubuh Burung Bayan-bayanan Marga Loriculus Jantan dan Betina 12
Bentuk
11 10 9 8 7 35
45
55
Ukuran Keterangan :
= Loriculus stigmatus stigmatus Jantan = Loriculus galgulus jantan
= Loriculus stigmatus stigmatus Betina = Loriculus galgulus Betina
81
Lampiran 33. Kerumunan Data Skor Ukuran dan Bentuk Tubuh Burung Bayan-bayanan Marga Charmosyna Jantan dan Betina 10 9
Bentuk
8 7 6 5 4 40
50
60
Ukuran Keterangan :
= Charmosyna placentis intensior Jantan
= Charmosyna placentis intensior Betina
Lampiran 34. Kerumunan Data Skor Ukuran dan Bentuk Tubuh Burung Bayan-bayanan Marga Eclectus Jantan dan Betina
Bentuk
25
20
15 105
115
125
135
Ukuran Keterangan :
= Eclectus roratus roratus Jantan
= Eclectus roratus roratus Betina
82
Lampiran 35. Kerumunan Data Skor Ukuran dan Bentuk Tubuh Burung Bayan-bayanan Marga Alisterus Jantan dan Betina 25.5 24.5 23.5
Bentuk
22.5 21.5 20.5 19.5 18.5 80
Keterangan :
90
100
Ukuran
= Alisterus amboinensis buruensis Jantan
= Alisterus amboinensis buruensis Betina
Lampiran 36. Kerumunan Data Skor Ukuran dan Bentuk Tubuh Burung Bayan-bayanan Marga Trichoglossus Jantan dan Betina 20 19 18
Bentuk
17 16 15 14 13 12 55
Keterangan :
65
Ukuran
= Trichoglossus haematodus haematodus Jantan =Trichoglossus ornatus Betina
75
85
= Trichoglossus haematodus haematodus Betina = Trichoglossus ornatus Betina
83
84
85