KARAKTERISTIK UKURAN DAN BENTUK KEPALA BURUNG BAYAN-BAYANAN (Psittacidae) DI INDONESIA
SKRIPSI FILAN NIRALDY
DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010
RINGKASAN FILAN NIRALDY. D14104029. 2010. Karakteristik Ukuran dan Bentuk Kepala Burung Bayan-bayanan (Psittacidae) di Indonesia. Skripsi. Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Pembimbing Utama : Ir. Rini H. Mulyono, M.Si. Pembimbing Anggota : Dr. Ir. Dewi Malia Prawiradilaga Burung bayan-bayanan yang tergabung dalam famili Psittacidae memiliki variasi morfologi yang cukup tinggi yang eksistensinya perlu dipertimbangkan karena telah memberikan kontribusi dalam keanekaragaman hayati di Indonesia. Burung bayan-bayanan yang tergabung dalam famili Psittacidae memiliki variasi morfologi yang cukup tinggi. Upaya penangkaran yang belum optimal dan perburuan liar pada burung bayan-bayanan untuk diperdagangkan dalam jumlah yang cukup tinggi; mengakibatkan penurunan populasi secara drastis. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi mengenai ketidakserupaan morfometrik berdasarkan ukuran-ukuran linear kepala diantara 13 spesies burung bayan-bayanan yang diamati. Ketidakserupaan morfometrik tersebut disajikan dalam bentuk dendogram melalui pendekatan jarak minimum D2 Mahalanobis. Ukuran dan bentuk kepala diantara 13 spesies burung bayan-bayanan yang diamati diperbandingkan satu sama lain dalam bentuk diagram kerumunan melalui pendekatan Analisis Komponen Utama. Data sekunder diperoleh dari laboratorium ornithologi Widyasatwaloka, LIPI-Biologi Cibinong yang meliputi tinggi kepala, lebar kepala, panjang paruh, tinggi paruh dan tebal paruh. Data tersebut meliputi spesimen burung bayan-bayanan berjumlah 234 spesimen. yang terdiri atas 128 spesimen jantan dan 106 spesimen betina. Jumlah tersebut menyebar pada 11 spesimen Loriculus stigmatus (tujuh ekor jantan dan empat ekor betina), 17 spesimen Loriculus galgulus (12 ekor jantan dan lima ekor betina), 22 spesimen Charmosyna placentis intensior (tujuh ekor jantan dan 15 ekor betina), 11 spesimen Cacatua alba (delapan ekor jantan dan tiga ekor betina), 12 spesimen Cacatua sulphurea occidentalis (enam ekor jantan dan enam ekor betina), 20 spesimen Eclectus roratus roratus (13 ekor jantan dan tujuh ekor betina), 13 spesimen Alisterus amboinensis buruensis (tujuh ekor jantan dan enam ekor betina), 13 spesimen Psittacula alexandri alexandri (dua ekor jantan dan 11 ekor betina), 13 spesimen Psittacula alexandri dammermani (enam ekor jantan dan tujuh ekor betina), 16 spesimen Psittacula longicauda longicauda (10 ekor jantan dan enam ekor betina), 24 Trichoglossus haematodus haematodus (15 ekor jantan dan sembilan ekor betina), 20 Trichoglossus ornatus (11 ekor jantan dan sembilan ekor betina), 27 spesimen Eos bornea cyanonothus (17 ekor jantan dan 10 ekor betina) dan 15 spesimen Eos squamata obiensis (tujuh ekor jantan dan delapan ekor betina). T2-Hotteling digunakan untuk membedakan ukuran-ukuran linear kepala antara jantan dan betina setiap spesies dan antara spesies dari 13 spesies burung bayan-bayanan yang diamati. Hasil uji T2-Hotteling secara umum menunjukkan kesamaan ukuran tubuh pada jantan dan betina tetapi berbeda antara spesies.
Pengelompokan berdasarkan jarak minimum D2 Mahalanobis memisahkan 13 spesies burung bayan-bayanan menjadi empat kelompok utama yaitu kelompok A1, A211, A212 dan A22 pada percabangan jarak 0,9976, 0,9845 dan 0,9598. Semakin tinggi nilai jarak maka ketidakserupaan diantara kelompok spesies tersebut akan semakin besar. Kelompok A1 meliputi Charmosyna placentis intensior, Loriculus galgulus dan Loriculus stigmatus; kelompok A22 meliputi Cacatua alba, Cacatua sulphurea occidentalis dan Eclectus roratus roratus; kelompok A211 meliputi Trichoglossus haematodus haematodus, Trichoglossus ornatus, Eos bornea cyanonothus, dan Eos squamata obiensis dan kelompok A212 meliputi Alisterus amboinensis buruensis, Psittacula alexandri alexandri, Psittacula alexandri dammermani dan Psittacula longicauda longicauda. Penciri ukuran kepala Charmosyna placentis intensior dan Loriculus galgulus adalah lebar kepala karena memiliki kesamaan jenis pakan yaitu bunga benih, nektar dan biji-bijian. Kisaran skor ukuran Cacatua alba tidak berimpit dengan Cacatua sulphurea occidentalis dan Eclectus roratus roratus karena perbedaan penciri ukuran dan kemungkinan beberapa jenis pakan yang tipikal dikonsumsi Cacatua alba seperti buah-buahan, jangkrik, reptil dan kadal. Kisaran skor ukuran Trichoglossus haematodus haematodus dan Trichoglossus ornatus berimpit tetapi memiliki penciri ukuran yang berbeda kemungkinan karena perbedaan pakan yaitu jenis bunga yang dikonsumsi. Kisaran skor ukuran Eos bornea cyanonothus lebih besar dibandingkan kisaran skor ukuran Eos squamata obiensis karena dipengaruhi dua penciri ukuran yaitu tinggi kepala dan lebar kepala. Kesamaan penciri ukuran antara Eos bornea cyanonothus dan Eos squamata obiensis yaitu lebar kepala kemungkinan karena kesamaan jenis pakan yang dikonsumsi yaitu pollen, buah-buahan, nektar dan serangga. Kesamaan jenis pakan antara Psittacula alexandri alexandri dan Psittacula longicauda longicauda mengindikasikan penciri ukuran yang sama yaitu lebar kepala walaupun skor ukurannya berbeda. Pakan Alisterus amboinensis buruensis yaitu biji pohon ek, membedakan spesies tersebut terhadap Psittacula alexandri alexandri dan Psittacula longicauda longicauda, disamping memiliki skor ukuran yang lebih kecil. Pengelompokan berdasarkan penciri bentuk pada Analisis Komponen Utama (AKU) membedakan spesies-spesies yamg diamati ke dalam lima kelompok (B1,B2,B3,B4 dan B5) yaitu Loriculus stigmatus, Cacatua sulphurea occidentalis, Trichoglossus ornatus, Eos bornea cyanonothus Alisterus amboinensis buruensis dan Psittacula alexandri dammermani pada kelompok B1 dengan penciri bentuk lebar kepala. Loriculus galgulus dan Psittacula longicauda longicauda pada kelompok B2 dengan penciri bentuk tinggi kepala. Charmosyna placentis intensior dan Trichoglossus haematodus haematodus pada kelompok B3 dengan penciri bentuk panjang paruh. Eos squamata obiensis dan Psittacula alexandri alexandri pada kelompok B4 dengan penciri bentuk tinggi paruh. Eclectus roratus roratus pada kelompok B5 dengan penciri bentuk tinggi kepala dan panjang paruh. Kata-kata kunci: burung bayan-bayanan, famili Psittacidae, T2-Hotteling, jarak minimum D2 Mahalanobis, ketidakserupaan morfometrik, Analisis Komponen Utama, penciri ukuran dan bentuk
ABSTRACT Head Size and Shape Characteristics of Bayan-Bayanan Birds (Psittacidae) in Indonesia F. Niraldy, R. H. Mulyono, and D. M. Prawiradilaga Bayan-bayanan (Psittacine) birds are grouped into Psittacidae family and have high morphological variations. Their existence are required because they contribute to the biodiversity in Indonesia. The aim of this experiment is to obtain information on unsimilarity morphometric based on linear head measurement from 13 species of bayan-bayanan birds. Secondary data were collected from Ornithology Laboratory, Division of Zoology, Research Center for Biology, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Cibinong covering height of head (X1), width of head (X2), lenght of beak (X3), height of beak (X4) and thick of beak (X5). The data were collected from 234 psittacine bird specimens consisting of 128 male and 106 female specimens. T2-Hotteling was used to compare linear head measurement between male and female of each species and between species from 14 species of psittacine birds which were observed. Results of T2-Hotteling test in general showed similarity of body measurement at male and female, but differed between species. The minimum distance of D2 Mahalanobis grouped the 14 species of psittacine birds becoming four special groups that are group A1, A211, A212 and A22 at ramification of distance of 0,9976, 0,9845 and 0,9598. The higher of distance value has made greater un-similarity (difference) between the groups of species. Group A1 are Charmosyna placentis intensior, Loriculus galgulus and Loriculus stigmatus. Group A22 are Cacatua alba, Cacatua sulphurea occidentalis and Eclectus roratus roratus. Group A211 are Trichoglossus haematodus haematodus, Trichoglossus ornatus, Eos bornea cyanonothus, and Eos squamata obiensis. Group A212 are Alisterus amboinensis buruensis, Psittacula alexandri alexandri, Psittacula alexandri dammermani and Psittacula longicauda longicauda. Based on the shape feature from the principal component analysis (PCA), the species was divided into five groups (B1, B2, B3, B4 and B5). Loriculus stigmatus, Cacatua sulphurea occidentalis, Trichoglossus ornatus, Eos bornea cyanonothus, Alisterus amboinensis buruensis and Psittacula alexandri dammermani were included at group B1 with head width formed as the shape feature. Loriculus galgulus and Psittacula longicauda longicauda are grouped into group B2 with head height formed as the shape feature. Charmosyna placentis intensior and Trichoglossus haematodus haematodus were included into group B3 with beak length formed as shape feature. Eos squamata obiensis and Psittacula alexandri alexandri were in group B4 with beak height formed as the shape feature. Eclectus roratus roratus was grouped into group B5 with head height and beak length formed as the shape features. Keywords :
Bayan-bayanan birds, psittacine, ornithologi laboratory, division of zoology, LIPI-Biologi Cibinong, T2-Hotteling, minimum distance of D2 Mahalanobis, principal component analysis, morphometric unsimilarity.
KARAKTERISTIK UKURAN DAN BENTUK KEPALA BURUNG BAYAN-BAYANAN (Psittacidae) DI INDONESIA
Oleh FILAN NIRALDY D14104029
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010
Judul
: Karakteristik Ukuran dan Bentuk Kepala Burung Bayan-Bayanan (Psittacidae) di Indonesia
Nama
: Filan Niraldy
NRP
: D14104029
Menyetujui,
Pembimbing Utama,
Pembimbing Anggota,
(Ir. Rini H. Mulyono, M.Si.) NIP. 19621124 198803 2 002
(Dr. Dewi M. Prawiradilaga) NIP. 195501031 197903 2 002
Mengetahui: Ketua Departemen, Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan Fakultas Peternakan IPB
(Prof. Dr. Ir. Cece Sumantri, M.Agr.Sc.) NIP. 19591212 198603 1 004
Tanggal Sidang : 20 Januari 2010
Tanggal Lulus :
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan pada tanggal 11 Juli 1986 di Batuphat Barat, Aceh Utara. Penulis merupakan anak kedua dari dua bersaudara, dari pasangan ayahanda bernama Anwar Lazuardy dan ibunda bernama Nirwana. Pendidikan kanak-kanak diselesaikan penulis di TK Indria 3 Tamansiswa LNG Arun, Aceh Utara tahun 1992. Penulis lulus sekolah dasar pada tahun 1998 dari SD 1 Tamansiswa LNG Arun, Aceh Utara. Pada tahun 2001 menamatkan pendidikan lanjutan pertama di SLTP 1 Tamansiswa LNG Arun, Aceh Utara. Kemudian Penulis melanjutkan studi di SMAT Krida Nusantara, Cibiru Bandung dan lulus pada tahun 2004. Pada tahun 2004, Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB) di Program Studi Teknologi Produksi Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan. Selama perkuliahan di IPB, Penulis aktif di organisasi dan kegiatan kemahasiswaan yaitu KOMTI program studi Teknologi Produksi Ternak angkatan 41, FAMM Al’An’am 2004/2005 dan HIMAPROTER 2005/2006. Selain itu, Penulis juga berperan aktif dalam berbagai kepanitiaan di dalam fakultas.
KATA PENGANTAR Puji syukur Penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai tugas akhir studi Penulis di Fakultas Peternakan IPB. Shalawat dan salam semoga senantiasa dicurahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Skripsi dengan judul ”Karakteristik Ukuran dan Bentuk Kepala Burung Bayan-bayanan (Psittacidae) di Indonesia” ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Selain itu, penyusunan skripsi ini merupakan wujud kontribusi Penulis dalam melestarikan keanekaragaman hayati di Indonesia yang dalam hal ini burung bayanbayanan. Skripsi ini disusun dengan harapan dapat memberikan informasi mengenai karakteristik morfometrik ukuran kepala pada 13 spesies atau subspesies burung bayan-bayanan di Indonesia berdasarkan ketidakserupaan morfometrik diantara burung bayan-bayanan tersebut dan juga berdasarkan ukuran dan bentuk kepala. Informasi dalam skripsi ini juga diharapkan dapat memicu peran aktif dunia peternakan dalam upaya pelestarian burung bayan-bayanan melalui penangkaran dengan skala besar sehingga ancaman kepunahannya dapat diatasi. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh sebab itu Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran sehingga skripsi ini akan menjadi lebih baik. Tak lupa ucapan terima kasih yang sebesarsebesarnya Penulis sampaikan kepada semua pihak yang turut membantu penyusunan skripsi ini, semoga Allah SWT membalas kebaikan mereka dengan pahala yang berlimpah. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi yang membacanya, bermanfaat dalam dunia pendidikan dan peternakan serta menjadi catatan amalan shaleh. Amin. Bogor, April 2010
Penulis
DAFTAR ISI Halaman RINGKASAN .....................................................................................
i
ABSTRACT ........................................................................................
iii
RIWAYAT HIDUP .............................................................................
iv
KATA PENGANTAR .........................................................................
v
DAFTAR ISI .......................................................................................
vi
DAFTAR TABEL ...............................................................................
vii
DAFTAR GAMBAR ...........................................................................
ix
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................
x
PENDAHULUAN.................................................................................
1
Latar Belakang ......................................................................... Tujuan ...................................................................................... Manfaat .................................................................................... Perumusan Masalah ..................................................................
1 2 2 2
TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................
3
METODE ............................................................................................
44
Lokasi dan Waktu .................................................................... Materi ...................................................................................... Analisis data ............................................................................ T2-Hotteling ................................................................. Jarak Minimum D2 Mahalanobis ................................... Analisis Komponen Utama............................................ Diagram Kerumunan ......................................... Prosedur ....................................................................................
44 44 45 45 47 47 49 49
HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................
51
Hasil Statistik T2 Hotteling ....................................................... . Pendekatan Penggolongan Dendogram Jarak Minimum Mahalanobis dan Analisis Komponen Utama Berdasarkan Ukuran-ukuran Linier Kepala Burung Bayan-bayanan ................................................. . Pendekatan Pengelompokan Berdasarkan Penciri Bentuk Kepala Analisis Kelompok Utama ........................................................ .
51
59 87
KESIMPULAN DAN SARAN..............................................................
90
Kesimpulan................................................................................ Saran .........................................................................................
90 91
UCAPAN TERIMA KASIH ................................................................
92
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................
93
LAMPIRAN ........................................................................................
101
DAFTAR TABEL
Nomor
Halaman
1. Ukuran- ukuran Linear Peubah Kepala Burung Bayan-bayanan Jantan dan Betina Genus Loriculus ..........................................
51
2. Ukuran- ukuran Linear Peubah Kepala Burung Bayan-bayanan Jantan dan Betina Genus Charmosyna ......................................
52
3. Ukuran-ukuran Linear Peubah Kepala Burung Bayan-bayanan Jantan dan Betina Genus Cacatua .............................................
53
4. Ukuran- ukuran Linear Peubah Kepala Burung Bayan-bayanan Jantan dan Betina Genus Eclectus..............................................
54
5. Ukuran- ukuran Linear Peubah Kepala Burung Bayan-bayanan Jantan dan Betina Genus Alisterus ............................................
55
6. Ukuran- ukuran Linear Peubah Kepala Burung Bayan-bayanan Jantan dan Betina Genus Psittacula............................................
56
7. Ukuran- ukuran Linear Peubah Kepala Burung Bayan-bayanan Jantan dan Betina Marga Trichoglossus......................................
57
8. Ukuran- ukuran Linear Peubah Kepala Burung Bayan-bayanan Jantan dan Betina Genus Eos ...................................................
58
9.
2
Rekapitulasi Hasil Uji Statistik T Hotteling Jantan dan Betina antara Spesies Burung Bayan-bayanan yang Diamati...............
59
2
10. Akar dari Jarak Minimum D Mahalanobis diantara Empat Belas Spesies Burung Bayan-bayanan yang Diamati ....................
61
11. Persamaan Ukuran dan Bentuk Kepala pada Spesies Loriculus galgulus Berikut Keragaman Total dan Nilai Eigen.........................
63
12. Persamaan Ukuran dan Bentuk Kepala pada Spesies Loriculus stigmatus Berikut Keragaman Total dan Nilai Eigen........................
64
13. Persamaan Ukuran dan Bentuk Kepala pada Spesies Charmosyna placentis intensior Berikut Keragaman Total dan Nilai Eigen ......
64
14. Penciri Ukuran dan Bentuk Kepala Kelompok A1 dan Korelasi antara Penciri Ukuran dan Penciri Bentuk Masing-masing terhadap Skor Ukuran dan Skor Bentuk ....................................................... 65 15. Jenis Pakan dan Wilayah Penyebaran Spesies Loriculus stigmatus, Loriculus galgulus, Charmosyna placentis intensior dan Trichoglossus ornatus ....................................................................
66
16. Habitat Spesies Loriculus stigmatus, Loriculus galgulus, Charmosyna placentis intensior dan Trichoglossus ornatus ...........
67
17. Persamaan Ukuran dan Bentuk Kepala pada Spesies Cacatua alba Berikut Keragaman Total dan Nilai Eigen...............................
69
18. Persamaan Ukuran dan Bentuk Kepala pada Spesies Cacatua sulphurea occidentalis Berikut Keragaman Total dan Nilai Eigen .............................................................................................
69
19. Persamaan Ukuran dan Bentuk Kepala pada Spesies Eclectus roratus roratus Berikut Keragaman Total dan Nilai Eigen.........
70
20. Penciri Ukuran dan Bentuk Kepala Kelompok A22 dan Korelasi antara Penciri Ukuran dan Penciri Bentuk Masing-masing terhadap Skor Ukuran dan Skor Bentuk.......................................
70
21. Jenis Pakan dan Wilayah Penyebaran Spesies Eclectus roratus roratus, Cacatua alba dan Cacatua sulphurea occidentalis .......
73
22. Habitat Spesies Eclectus roratus roratus, Cacatua alba dan Cacatua sulphurea occidentales ……………………………….
74
23. Persamaan Ukuran dan Bentuk Kepala pada Spesies Trichoglossus haematodus haematodus Berikut Keragaman Total dan Nilai Eigen……………………………………………………………. 75 24. Persamaan Ukuran dan Bentuk Kepala pada Spesies Trichoglossus ornatus Berikut Keragaman Total dan Nilai Eigen ……………………………………………………………..
75
25. Persamaan Ukuran dan Bentuk Kepala pada Spesies Eos bornea cyanonothus Berikut Keragaman Total dan Nilai Eigen …………
76
26. Persamaan Ukuran dan Bentuk Kepala pada Spesies Eos squamata obiensis Berikut Keragaman Total dan Nilai Eigen……
76
27. Penciri Ukuran dan Bentuk Kepala Kelompok A211 dan Korelasi antara Penciri Ukuran dan Penciri Bentuk Masing-masing terhadap Skor Ukuran dan Skor Bentuk ………………………….
77
28. Jenis Pakan dan Wilayah Penyebaran Spesies Trichoglossus haematodus haematodus, Trichoglossus ornatus, Eos bornea cyanonothus dan Eos squamata obiensis …………………………
78
29. Habitat Spesies Trichoglossus haematodus haematodus, Trichoglossus ornatus, Eos bornea cyanonothus dan Eos squamata obiensis ……………………………………………………………..
80
30. Persamaan Ukuran dan Bentuk Kepala pada Spesies Psittacula alexandri alexandri Berikut Keragaman Total dan Nilai Eigen…….
81
31. Persamaan Ukuran dan Bentuk Kepala pada Spesies Psittacula alexandri dammermani Berikut Keragaman Total dan Nilai Eigen …………………………………………………………
82
32. Persamaan Ukuran dan Bentuk Kepala pada Spesies Psittacula longicauda longicauda Berikut Keragaman Total dan Nilai Eigen...
83
33. Persamaan Ukuran dan Bentuk Kepala pada Spesies Alisterus amboinensis buruensis Berikut Keragaman Total dan Nilai Eigen..
83
34. Penciri Ukuran dan Bentuk Kepala Kelompok A212 dan Korelasi antara Penciri Ukuran dan Penciri Bentuk Masing-masing terhadap Skor Ukuran dan Skor Bentuk .......................................................
84
35. Jenis Pakan dan Wilayah Penyebaran Spesies Alisterus amboinensis buruensis Psittacula alexandri alexandri, Psittacula alexandri dammermani dan Psittacula longicauda longicauda......
86
36. Habitat Spesies Alisterus amboinensis buruensis, Psittacula alexandri alexandri, Psittacula alexandri dammermani dan Psittacula longicauda longicauda ...................................................
87
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman
1. Loriculus stigmatus Bergantung Terbalik di antara Dedaunan .... .
4
2. Loriculus galgalus pada Berbagai Posisi .....................................
7
3. Charmosyna placentis intensior Jantan (Kiri) dan Betina (Kanan).
9
4. Trichoglossus haematodus haematodus pada Berbagai Posisi……
12
5. Trichoglossus ornatus dalam Posisi Bertengger di Dahan.............
17
6. Eos bornea cyanonothus…………………………………………..
21
7. Eos squamata obiensis …………………………………………...
22
8. Psittacula alexandri alexandri……………………….......………...
27
9. Psittacula alexandri dammermani ..................................................
29
10. Psittacula longicauda longicauda …………………………………
32
11. Eclectus roratus roratus jantan (Kanan) dan betina (Kiri)...............
36
12. Cacatua alba......................................................................................
38
13. Cacatua sulphurea occidentalis.........................................................
41
14. Ukuran-ukuran Kepala Burung Bayan-Bayanan yang Diamati.........
50
15. Dendogram Ketidakserupaan Ukuran-ukuran Linear Peubah Kepala diantara Empat Belas Spesies Burung Bayan-bayanan yang Diamati...............................................................................................
62
16. Diagram Kerumunan Empat Belas Spesies Burung Bayan-bayanan Berdasarkan Skor Ukuran dan Bentuk Kepala ..................................
63
17. Diagram Kerumunan Empat Belas Spesies Burung Bayan-bayanan Berdasarkan Penciri Bentuk Kepala ..................................................
88
DAFTAR LAMPIRAN Nomor
Halaman
1. Komponen Utama yang Diturunkan dari Matriks Kovarian pada Spesies Cacatua alba berikut Nilai Eigen, Keragaman Total dan Keragaman Kumulatif................................................................
102
2. Komponen Utama yang Diturunkan dari Matriks Kovarian pada Spesies Cacatua sulphurea occidentalis berikut Nilai Eigen, Keragaman Total dan Keragaman Kumulatif .............................
102
3. Komponen Utama yang Diturunkan dari Matriks Kovarian pada Spesies Eos bornea cyanonothus berikut Nilai Eigen, Keragaman Total dan Keragaman Kumulatif ................................................ 103 4. Komponen Utama yang Diturunkan dari Matriks Kovarian pada Spesies Eos squamata obiensis berikut Nilai Eigen, Keragaman Total dan Keragaman Kumulatif ................................................
103
5. Komponen Utama yang Diturunkan dari Matriks Kovarian pada Spesies Psittacula alexandri alexandri berikut Nilai Eigen, Keragaman Total dan Keragaman Kumulatif .............................
104
6. Komponen Utama yang Diturunkan dari Matriks Kovarian pada Spesies Psittacula alexandri dammermani berikut Nilai Eigen, Keragaman Total dan Keragaman Kumulatif .............................
104
7. Komponen Utama yang Diturunkan dari Matriks Kovarian pada Spesies Psittacula longicauda longicauda berikut Nilai Eigen, Keragaman Total dan Keragaman Kumulatif .............................
105
8. Komponen Utama yang Diturunkan dari Matriks Kovarian pada Spesies Loriculus stigmatus berikut Nilai Eigen, Keragaman Total dan Keragaman Kumulatif ................................................
105
9. Komponen Utama yang Diturunkan dari Matriks Kovarian pada Spesies Loriculus galgulus berikut Nilai Eigen, Keragaman Total dan Keragaman Kumulatif ......................................................... 106 10. Komponen Utama yang Diturunkan dari Matriks Kovarian pada Spesies Charmosyna placentis intensior berikut Nilai Eigen, Keragaman Total dan Keragaman Kumulatif .............................
106
11. Komponen Utama yang Diturunkan dari Matriks Kovarian pada Spesies Eclectus roratus roratus berikut Nilai Eigen, Keragaman Total dan Keragaman Kumulatif .............................
107
12. Komponen Utama yang Diturunkan dari Matriks Kovarian pada Spesies Alisterus amboinensis buruensis berikut Nilai Eigen, Keragaman Total dan Keragaman Kumulatif .............................
107
13. Komponen Utama yang Diturunkan dari Matriks Kovarian pada Spesies Trichoglossus haematodus haematodus berikut Nilai Eigen, Keragaman Total dan Keragaman Kumulatif.............................. 108
14. Komponen Utama yang Diturunkan dari Matriks Kovarian pada Spesies Trichoglossus ornatus berikut Nilai Eigen, Keragaman Total dan Keragaman Kumulatif .............................
108
15. Skor Ukuran dan Skor Bentuk Jantan dan Betina pada Spesies Cacatua alba.................................................................
109
16. Skor Ukuran dan Skor Bentuk Jantan dan Betina pada Spesies Cacatua sulphurea occidentalis.....................................
109
17. Skor Ukuran dan Skor Bentuk Jantan dan Betina pada Spesies Eos bornea cyanonothus................................................
110
18. Skor Ukuran dan Skor Bentuk Jantan dan Betina pada Spesies Eos squamata obiensis ..................................................
111
19. Skor Ukuran dan Skor Bentuk Jantan dan Betina pada Spesies Psittacula alexandri alexandri......................................
111
20. Skor Ukuran dan Skor Bentuk Jantan dan Betina pada Spesies Psittacula alexandri dammermani .................................
112
21. Skor Ukuran dan Skor Bentuk Jantan dan Betina pada Spesies Psittacula longicauda longicauda..................................
112
22. Skor Ukuran dan Skor Bentuk Jantan dan Betina pada Spesies Loriculus stigmatus ....................................................
113
23. Skor Ukuran dan Skor Bentuk Jantan dan Betina pada Spesies Loriculus galgulus.........................................................
113
24. Skor Ukuran dan Skor Bentuk Jantan dan Betina pada Spesies Charmosyna placentis intensior.....................................
114
25. Skor Ukuran dan Skor Bentuk Jantan dan Betina pada Spesies Eclectus roratus roratus ................................................
115
26. Skor Ukuran dan Skor Bentuk Jantan dan Betina pada Spesies Alisterus amboinensis buruensis....................................
115
27. Skor Ukuran dan Skor Bentuk Jantan dan Betina pada Spesies Trichoglossus haematodus haematodus .........................
116
28. Skor Ukuran dan Skor Bentuk Jantan dan Betina pada Spesies Trichoglossus ornatus ...................................................
117
29. Korelasi antara Ukuran Kepala dan Peubah-peubah yang Diamati serta antara Bentuk Kepala dan Peubah-peubah yang Diamati pada Spesies Cacatua alba ................................................................. 117 30. Korelasi antara Ukuran Kepala dan Peubah-peubah yang Diamati serta antara Bentuk Kepala dan Peubah-peubah yang Diamati pada Spesies Cacatua sulphurea occidentalis..................................... 118 31. Korelasi antara Ukuran Kepala dan Peubah-peubah yang Diamati serta antara Bentuk Kepala dan Peubah-peubah yang Diamati pada Spesies Eos bornea cyanonothus................................................ 118
32. Korelasi antara Ukuran Kepala dan Peubah-peubah yang Diamati serta antara Bentuk Kepala dan Peubah-peubah yang Diamati pada Spesies Eos squamata obiensis................................................... 118 33. Korelasi antara Ukuran Kepala dan Peubah-peubah yang Diamati serta antara Bentuk Kepala dan Peubah-peubah yang Diamati pada Spesies Psittacula alexandri alexandri....................................... 119 34. Korelasi antara Ukuran Kepala dan Peubah-peubah yang Diamati serta antara Bentuk Kepala dan Peubah-peubah yang Diamati pada Spesies Psittacula alexandri dammermani ................................. 119 35. Korelasi antara Ukuran Kepala dan Peubah-peubah yang Diamati serta antara Bentuk Kepala dan Peubah-peubah yang Diamati pada Spesies Psittacula longicauda longicauda.................................. 119 36. Korelasi antara Ukuran Kepala dan Peubah-peubah yang Diamati serta antara Bentuk Kepala dan Peubah-peubah yang Diamati pada Spesies Loriculus stigmatus .................................................... 120 37. Korelasi antara Ukuran Kepala dan Peubah-peubah yang Diamati serta antara Bentuk Kepala dan Peubah-peubah yang Diamati pada Spesies Loriculus galgulus......................................................... 120 38. Korelasi antara Ukuran Kepala dan Peubah-peubah yang Diamati serta antara Bentuk Kepala dan Peubah-peubah yang Diamati pada Spesies Charmosyna placentis intensior..................................... 120 39. Korelasi antara Ukuran Kepala dan Peubah-peubah yang Diamati serta antara Bentuk Kepala dan Peubah-peubah yang Diamati pada Spesies Eclectus roratus roratus ................................................ 121 40. Korelasi antara Ukuran Kepala dan Peubah-peubah yang Diamati serta antara Bentuk Kepala dan Peubah-peubah yang Diamati pada Spesies Alisterus amboinensis buruensis .................................... 121 41. Korelasi antara Ukuran Kepala dan Peubah-peubah yang Diamati serta antara Bentuk Kepala dan Peubah-peubah yang Diamati pada Spesies Trichoglossus haematodus haematodus ......................... 121 42. Korelasi antara Ukuran Kepala dan Peubah-peubah yang Diamati serta antara Bentuk Kepala dan Peubah-peubah yang Diamati pada Spesies Trichoglossus ornatus ................................................... 122 43. Rekapitulasi Ukuran dan Bentuk Kepala Burung Bayan - Bayanan Berdasarkan Spesies .......................................
123
44. Cara Perhitungan T2-Hotteling pada Jenis Kelamin Berbeda Spesies Cacatua alba .................................................................
124
PENDAHULUAN Latar Belakang Burung bayan-bayanan (Psittacidae) merupakan burung paruh bengkok dengan eksistensi yang perlu dipertimbangkan karena telah memberikan kontribusi dalam keanekaragaman hayati di Indonesia. Burung bayan-bayanan yang tergabung dalam famili Psittacidae memiliki variasi morfologi yang cukup tinggi. Burung bayan-bayanan di Indonesia yang meliputi 45 spesies menyebar di wilayah Papua (Beehler et al, 1986), 37 spesies di kawasan Wallacea (White and Bruce, 1986) dan sembilan spesies di kepulauan Sunda Besar (Mackinnon et al, 1998). Burung bayan-bayanan (Psittacidae) memiliki nilai ekonomi tinggi terutama sebagai obyek perdagangan baik dalam lingkup nasional maupun internasional. Keindahan warna bulu, keragaman bentuk, kemampuan berbicara dan kecerdikan merupakan indikator permintaan pasar burung bayan-bayanan yang tinggi. Hal ini terlihat dari banyaknya kios-kios penjualan burung bayan-bayanan berserta pakan dan sangkar yang semakin banyak didirikan. Perdagangan satwa khususnya burung bayan-bayanan belum ditunjang dengan kemampuan untuk menangkarkan. Hal ini diperlihatkan dengan pemasokan komoditas burung bayan-bayanan yang dipanen langsung dari alam atau habitat aslinya. Upaya penangkaran yang belum optimal dan penangkapan burung bayanbayanan untuk diperdagangkan dalam jumlah yang cukup tinggi, mengakibatkan penurunan populasi secara drastis. Hal ini ditunjukkan dengan beberapa spesies dari burung bayan-bayanan sudah dikategorikan dalam status langka seperti Kakatua Jambul Kuning (Cacatua sulphurea). Keberhasilan upaya penangkaran sangat diharapkan agar penangkapan liar di alam untuk tujuan perdagangan dapat dibatasi. Upaya penangkaran memerlukan antara lain dukungan berupa informasi tambahan mengenai karakteristik morfometrik dari burung bayan-bayanan. Informasi tambahan ini dapat dijadikan sebagai dasar dalam pengembangan lebih lanjut dari burung bayan-bayanan baik secara kuantitas berupa peningkatan jumlah populasi maupun kualitas berupa peningkatan mutu genetik yang dikaitkan dengan karakteristik morfometriknya.
Tujuan Penelitian
ini
bertujuan
untuk
memperoleh
informasi
mengenai
ketidakserupaan morfometrik berdasarkan ukuran-ukuran linear kepala diantara 13 spesies burung bayan-bayanan yang diamati. Ketidakserupaan morfometrik tersebut disajikan dalam bentuk dendogram melalui pendekatan jarak minimum D2 Mahalanobis. Ukuran dan bentuk kepala diantara 13 spesies burung bayan-bayanan yang diamati diperbandingkan satu sama lain dalam bentuk diagram kerumunan melalui pendekatan Analisis Komponen Utama. Penelitian ini dapat dimanfaatkan untuk tambahan informasi untuk kepentingan taksonomi yang selama ini dibakukan. Ketiga belas spesies burung bayan-bayanan yang diamati meliputi Loriculus stigmatus, Loriculus galgulus, Charmosyna placentis intensior, Cacatua alba, Cacatua sulphurea occidentalis, Eclectus roratus roratus, Alisterus amboinensis buruensis, Psittacula alexandri (Psittacula alexandri alexandri dan Psittacula alexandri
dammermani),
Psittacula
longicauda
longicauda,
Trichoglossus
haematodus haematodus, Trichoglossus ornatus, Eos bornea cyanonothus dan Eos squamata obiensis.
TINJAUAN PUSTAKA Genus Loriculus Loriculus stigmatus dan Loriculus galgalus merupakan dua spesies dari genus Loriculus. Spesies-spesies ini dinamakan juga serindit. Serindit secara ilmiah diklasifikasikan ke dalam kingdom Animalia, phylum Chordata, class Aves, order Psittaciformes, family Psittacidae dan genus Loriculus Blyth, 1850 (Biodiversity Mongabay, 2006a; Wikimedia, 2006a; Animal Diversity, 2008 dan Wikipedia, 2008a). Dijelaskan lebih lanjut, bahwa di Indonesia terdapat delapan spesies Loriculus dari 13 spesies di seluruh dunia. Genus Loriculus dikenal dengan nama hanging parrots yang merupakan kelompok parkit berukuran kecil yang berasal dari Asia Selatan Tropis (Avian Web, 2006a). Burung berukuran kecil ini sering nampak bergantung dari cabang-cabang pohon sementara makanan kesukaannya adalah buah-buahan atau nektar. Burung serindit umumnya memiliki bulu berwarna hijau dengan ekor yang pendek (Avian Web, 2006a dan Wikipedia, 2008a). Loriculus stigmatus Loriculus stigmatus (Maroon-rumped Hanging Parrot) dikenal juga sebagai Sulawesi Hanging Parrot, Large Sulawesi Hanging Parrot, Celebes Hanging Parrot, Celebes Spotted Hanging Parrot, Red-capped Hanging Parrot, Red-crowned Hanging Parrot (World Parrot Trust, 2008a). Loriculus stigmatus dikenal juga sebagai the Sulawesi Hanging-Parrot (Biodervisity Mongabay, 2006a). Jantan dewasa pada umumnya berwarna hijau, warna merah pada dahi dan mahkota hingga ke belakang mata; tengkuk berwarna jingga atau kuning; tanda merah ditemukan pada dagu dan tenggorokan; ujung karpal (pergelangan tangan atau sayap) berwarna merah; tungging dan selubung atas ekor berwarna merah atau marun gelap; ekor berwarna hijau dengan ujung kuning atau hijau. Iris mata berwarna kuning pucat. Paruh berwarna hitam dan kaki berwarna jingga. Betina dewasa memiliki ciri yang sama seperti pada jantan tetapi mahkota dan dahi berwarna hijau, tanda merah pada tenggorokan yang lebih pucat dan iris mata berwarna coklat. Dijelaskan lebih lanjut bahwa anak burung memiliki ciri yang sama seperti betina tetapi ujung karpal berwarna hijau kekuningan, tanda pada tenggorokan berwarna
merah dengan sedikit warna kuning, iris mata berwarna coklat tua dan kaki yang berwarna coklat kekuningan. Kicauan digambarkan dengan suara nyaring dan melengking dengan 2-3 nada yang berulang. Modulasi suara meninggi pada nada pertama (Avian Web 2006b dan World Parrot Trust, 2008a). Gambar 1. menyajikan Loriculus stigmatus bertengger pada posisi terbalik.
Gambar 1. Loriculus stigmatus Bergantung Terbalik di antara Dedaunan Sumber: World Parrot Trust, 2008a
Loriculus stigmatus merupakan hanging parrot terbesar. Spesies ini memiliki panjang badan 15 cm dan bobot dewasa sekitar 28-35 g (Avian Web 2006b dan World Parrot Trust, 2008a). Panjang paruh Loriculus stigmatus adalah 10-12 mm (Juniper dan Parr, 1998). Musim kawin Loriculus stigmatus berlansung pada Februari-Juni dan Agustus-Oktober. Betinanya menghasilkan telur sebanyak 2-3 butir (Avian Web, 2006b) atau 3-4 butir setiap eraman dengan ukuran 19,0 x 16,0 mm (World Parrot Trust, 2008b). Telur dierami selama 20 hari dan anak burung yang menetas tinggal di sarang selama 33 hari (Avian Web, 2006b). Penyebaran Loriculus stigmatus yaitu di pulau Sulawesi, termasuk Bangka, Lembeh, Manterawu, Muna, Butung dan kepulauan Togian. Spesies ini biasa ditemukan di area 1.000 m di atas permukaan laut dan area sepanjang tepian hutan
dengan ketinggian 1.600 m diatas permukaan laut. Pakan Loriculus stigmatus terdiri atas buah-buahan lunak, nektar pucuk daun, benih dan bunga. Dijelaskan lebih lanjut, spesies ini dijumpai dalam keadaan sendiri atau berpasangan atau dalam kelompok yang berjumlah sekitar 30 ekor ketika mencari makan di pohon yang berbunga. Kadang spesies ini telihat terbang bersama spesies lain seperti Trichoglossus ornatus dan Loriculus exilis (Avian Web 2006b dan World Parrot Trust, 2008b). Loriculus stigmatus diklasifikasikan sebagai LC (Least Concern) atau tidak beresiko punah pada IUCN (International Union for Conservation of Natural and Natural Resource) Red List (Biodiversity Mongabay, 2006a) dan berdasarkan CITES (Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora) diklasifikasikan ke dalam Appendix II (Avian Web, 2006b dan World Parrot Trust, 2008b). Penggolongan status konservasi menurut IUCN Red List didasarkan jumlah populasi individu di dunia sedangkan menurut CITES berdasarkan jumlah individu yang didagangkan. Dijelaskan lebih lanjut bahwa populasi spesies ini di alam lebih dari 100.000 ekor (Avian Web, 2006b dan World Parrot Trust, 2008b). Loriculus galgalus Loriculus galgalus merupakan salah satu dari 49 spesies pada genus Loriculus (World Parrot Trust, 2008c). Loriculus galgalus merupakan nama binomial berdasarkan Linnaeus, 1758 yang disebut juga sebagai serindit Melayu (Wikipedia, 2008b). Loriculus galgalus juga dikenal sebagai Malay Hanging Parrot, Malay Loriquet, Blue-topped Hanging Parrot, Sapphire-crowned Hanging Parrot (World Parrot Trust, 2008c dan World Parrot Trust, 2008d) dan Loricule/Coryllis with blue head yang berasal dari Asia Tenggara (Speedylook, 2008). Spesies ini hanya memiliki satu sub-spesies (ras) (World Parrot Trust, 2008d). Loriculus galgalus merupakan satwa identitas Provinsi Riau (Wikipedia, 2008b). Warna bulu hijau dengan bulu ekor merah mendominasi warna Loriculus galgalus. Warna jantan dan betina tidak berbeda, tetapi jantan memiliki bercak biru pada kepala dan bercak merah pada tenggorokan. Loriculus galgulus pada saat dewasa memiliki paruh hitam (Alderton, 2003 dan Wikipedia, 2008b). Iris mata berwarna merah marun dan kaki berwarna abu-abu. Dijelaskan bahwa jantan memiliki tanda merah pada tengggorokan, yang tidak ditemukan pada betina (Speedylook, 2008). Jantan dewasa memiliki mahkota biru, tenggorakan merah,
tungging merah dan punggung bawah berwarna kuning. Betina dewasa berwarna lebih kusam dibandingkan jantan, dengan sedikit warna kuning pada punggung bagian bawah, sedikit warna merah pada tenggorokan, sedikit warna biru pada mahkota (Alderton, 2003 dan Wikipedia., 2008b). Pada jantan selubung tubuh berwarna jingga atau kuning, selubung ekor atas berwarna merah, mata berwarna coklat tua; sedangkan pada betina warna selubung tubuh jingga atau kuning; warna merah pada tenggorokan tidak ditemukan, pita kuning pada punggung bawah juga tidak ditemukan (World Parrot Trust, 2008c). Warna anak burung lebih kusam dibandingkan betina dan memiliki dahi berwarna abu-abu serta paruh berwarna kuning atau coklat (Alderton, 2003). Tungging anak burung berwarna hijau dengan tepi bulu merah (World Parrot Trust, 2008c). Kicauan Loriculus galgulus pada saat terbang terdengar nyaring. Pada saat makan, kicauan terdiri atas dua suku kata yang terdengar nyaring. Kicauan pada saat berkelompok terdengar berulang-ulang (World Parrot Trust, 2008c). Loriculus galgulus memiliki panjang tubuh 12 cm (Speedylook, 2008, Wikipedia, 2008b dan World Parrot Trust, 2008c) atau 13 cm (Alderton, 2003). Bobot dewasa Loriculus galgulus adalah 28 g (World Parrot Trust, 2008c). Panjang paruh Loriculus galgulus adalah 10-12 mm (Juniper dan Parr, 1998). Loriculus galgulus betina bertelur sebanyak 3-4 butir setiap sarang; yang dierami sekitar 18-20 hari (Wikipedia, 2008b). Telur yang dihasilkan Loriculus galgulus betina adalah sebanyak tiga butir yang dierami selama 20 hari (Alderton, 2003). Dijelaskan lebih lanjut, bahwa anak burung tinggal di sarang sekitar 33 hari. Status konservasi Loriculus galgulus berdasarkan IUCN (International Union for Conservation of Natural and Natural Resource) Red List adalah Least Concern (tidak beresiko) (Biodiversity Mongabay, 2006b dan Wikipedia, 2008b); dan berdasarkan CITES (Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora) dikategorikan sebagai Appendix II. (Biodiversity Mongabay, 2006b). Penggolongan status konservasi menurut IUCN Red List didasarkan jumlah populasi individu di dunia sedangkan menurut CITES berdasarkan jumlah individu yang didagangkan. Loriculus galgulus membentuk populasi di dataran hutan sekunder, perkebunan kelapa, hutan terbuka dan pedesaan (Speedylook, 2008). Spesies ini juga ditemukan di daerah hutan terbuka, rawa, hutan bambu pada
Gambar 2. Loriculus galgulus pada Berbagai Posisi Sumber: Gambar (A),(C) dan (D) Wikipedia, 2008b dan (B) Wikipedia, 2008a
ketinggian 1.219,2 m di atas permukaan laut. Secara tipikal ditemukan pada zona intertidal, pada tepian air pada jarak rataan dari level laut -61 m (World Parrot Trust, 2008d). Spesies ini ditemukan juga pada ketinggian 1.300 m di atas permukaan laut di hutan dataran rendah di negara Brunei, Indonesia, Malaysia, Singapura dan
Thailand (Biodiversity Mongabay, 2006b dan Wikipedia, 2008b). Wilayah-wilayah Indonesia seperti Kepulauan Anamba, Kalimantan; Kepulauan Riau, Kepulauan Bangka dan Belitung serta Siberut dan Enggano juga termasuk daerah penyebaran Loriculus galgulus (Speedylook, 2008) . Pakan Loriculus galgulus meliputi bunga-bungaan, kuncup daun, buahbuahan, kacang-kacangan dan biji-bijian (BirdLife International, 2004). Pakan Loriculus galgulus dapat juga berupa sayuran hijau, padi-padian, serangga kecil, nektar dan buah ara. Dijelaskan bahwa untuk memperoleh buah-buahan burung ini bergantung dalam posisi terbalik. Burung ini menggunakan paruh sebagai alat bantu memanjat pada cabang-cabang pohon (Wikipedia, 2008b dan World Parrot Trust, 2008d). Serindit Melayu hidup dalam kelompok. Burung ini memiliki kebiasaan aktif memanjat dan berjalan daripada terbang.
Saat istirahat,
burung serindit
menggantungkan badan ke bawah (Wikipedia, 2008b). Genus Charmosyna Genus Charmosyna disebut juga Honey Lorikeets (Avian Web, 2006c dan The Alexandria Zoo, 2008). Genus Charmosyna meliputi 37 spesies; satu diantaranya adalah Charmosyna placentis. Dijelaskan lebih lanjut bahwa Charmosyna placentis meliputi lima sub-spesies, satu diantaranya adalah Charmosyna placentis intensior (Zip Code Zoo, 2008a). Charmosyna placentis menyebar dari Maluku sampai dengan Papua New Guinea (World Parrot Trust, 2008f). Charmosyna placentis diklasifikasikan ke dalam class Aves, order Psittaciformes, family Loriidae, genus Charmosyna dan species Charmosyna placentis (Avian Web, 2006c; Animal Diversity 2008 dan The Alexandria Zoo, 2008). Charmosyna placentis intensior Charmosyna placentis intensior yang disebut juga Moluccan Red-flanked Lorikeet; yang diklasifikasikan ke dalam class Aves, order Psittaciformes, family Loriidae, genus Charmosyna, species Charmosyna placentis dan sub-species Charmosyna placentis intensior (Avian Web, 2006c dan The Alexandria Zoo, 2008). Sub-spesies ini disebut juga sebagai Halmahera Red-flanked Lorikeet (Avian Web, 2006c).
Jantan dewasa berwarna hijau dengan bagian bawah kekuningan. Dahi dan mahkota berwarna kuning kehijauan; bercak biru pada tungging dan pada area antara mata dan dasar paruh; pipi dan tenggorokan atas berwarna merah pucat, paruh merah, iris berwarna kuning atau jingga; penutup telinga biru violet. Dada berwarna merah; bagian bawah ekor kuning; bulu lateral ditemukan tanda merah dan hitam. Kaki berwarna jingga. Dijelaskan lebih lanjut bahwa betina memiliki ciri yang sama dengan jantan, tetapi warna hijau ditemukan pada dahi dan mahkota; penutup telinga berwarna hitam kebiruan yang bergaris kuning. Anak burung Charmosyna placentis intensior berwarna seperti yang diperlihatkan pada betina dewasa, tetapi anak jantan memiliki lores yang berwarna merah dan dahi yang berwarna kuning kehijauan (The Alexandria Zoo, 2008 dan World Parrot Trust, 2008e). Gambar 3 menyajikan Charmosyna placentis intensior jantan dan betina.
Gambar 3. Charmosyna placentis intensior Jantan (Kiri) dan Betina (Kanan) Sumber: World Parrot Trust, 2008e
Suara Charmosyna placentis intensior nyaring dan bernada tinggi serta putusputus. Suara tersebut juga dikategorikan sebagai suara yang keras (World Parrot Trust, 2008e). Musim kawin sub-spesies ini terjadi pada bulan Februari-Oktober, dengan jumlah telur per eraman dua butir. Ukuran telur 19,0 x 17,5 mm (World Parrot Trust, 2008f). Sub-spesies ini menyebar di Maluku, Kepulauan Kai dan Aru sampai dengan Papua New Guinea (The Alexandria Zoo, 2008). Charmosyna placentis intensior
juga menyebar di Maluku Utara dan Papua Barat (Lexicon Foundation Dutch Parrot Refuge, 1997a dan Avian Web, 2006c). Charmosyna placentis intensior berukuran panjang tubuh 17 cm (The Alexandria Zoo, 2008 dan World Parrot Trust, 2008e). Bobot badan dewasa 38-48 g (World Parrot Trust, 2008e). Panjang paruh Charmosyna placentis intensior adalah 12-14 mm (Juniper dan Parr, 1998). Charmosyna placentis intensior ditetapkan sebagai endangered species (terancam punah) berdasarkan Appendix II pada CITES (Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora) (Lexicon Foundation Dutch Parrot Refuge, 1997a, Avian Web, 2006c, The Alexandria Zoo, 2008 dan World Parrot Trust, 2008f). Status sub-spesies ini pada IUCN (International Union for Conservation of Natural and Natural Resource) Rating adalah tidak beresiko (Least Concern). Penggolongan status konservasi menurut IUCN Red List didasarkan jumlah populasi individu di dunia sedangkan menurut CITES berdasarkan jumlah individu yang didagangkan. Populasi Charmosyna placentis intensior berjumlah di atas 500.000 ekor (World Parrot Trust, 2008f). Penyebaran Charmosyna placentis intensior meliputi daerah Maluku Utara dan Gebe serta Papua Barat. Charmosyna placentis intensior ditemukan pada hutan primer lembab pada ketinggian 1.400 m di atas permukaan laut, pada tepian hutan, sabana, hutan muson, daerah rawa, hutan pinggir pantai, hutan kayu putih dan perkebunan kelapa (World Parrot Trust, 2008f). Sub-spesies ini juga ditemukan di dataran rendah (The Alexandria Zoo, 2008). Pakan Charmosyna placentis intensior meliputi pollen liar, nektar, buahbuahan yang berkulit lunak, bunga-bungaan, biji-bijian dan sari apel (World Parrot Trust, 2008f dan The Alexandria Zoo, 2008). Subspesies ini membentuk kelompok kecil (25 ekor atau lebih) atau berpasangan pada saat makan di pohon yang sedang berbunga dan tanaman epifit, melompat dari satu pohon ke pohon lain dengan terbang cepat dan terarah. Sub-spesies ini berisik dan aktif pada saat makan serta sulit dilihat diantara daun-daunan (The Alexandria Zoo, 2008 dan World Parrot Trust, 2008f). Charmosyna placentis intensior pada saat terbang, bersuara melengking nyaring, sementara pada saat makan lebih berkicau (The Alexandria Zoo, 2008). Tingkah laku Charmosyna placentis intensior dapat tenang dan jinak,
sulit dilihat di antara daun-daunan; tetapi pada saat makan tampak aktif dan berisik (World Parrot Trust, 2008f). Genus Trichoglossus Genus Trichoglossus diklasifikasikan sebagai kingdom Animalia, phylum Chordata, class Aves, order Psittaciformes, family Psittacidae, sub-family Loriinae (Nationmaster, 2005; Animal Diversity 2008 dan Wikipedia, 2008c). Trichoglossus haematodus dan Trichoglossus ornatus merupakan spesies dari genus Trichoglossus. Terdapat 21 macam sub-spesies dari Trichoglossus haematodus yang salah satunya adalah T. Haematodus haematodus yang disebut juga Green-naped Lorikeet (Prijono dan Handini; 1999, Nationmaster; 2005 dan Wikipedia, 2008c). Sub-spesies ini disebut juga perkici pelangi (Animal Worlda, 1998 dan Wikipedia, 2008c). Trichoglossus ornatus merupakan nama ilmiah dari ornate lorikeet (Bird Care, 2008b) Trichoglossus haematodus haematodus Trichoglossus haematodus haematodus atau Green-naped Rainbow Lorikeet merupakan salah satu sub-spesies dari famili burung bayan-bayanan yang paling berwarna-warni (Animal World, 1998a). Trichoglossus haematodus haematodus disebut juga Green Naped Lorikeet, Green Naped Lory, Rainbow Lorikeet, Rainbow Lory (Nationmaster, 2005; Australian-animals, 2008 dan Zip Code Zoo, 2008b). Penamaan Rainbow Lorikeets pada sub-spesies ini dikarenakan ditemukan pemisahan warna yang jelas antara biru, merah, hijau, kuning, jingga dan ungu, seperti warna pelangi (Australian-animals, 2008 dan Zip Code Zoo, 2008b). Jantan dan betina Trichoglossus haematodus haematodus memiliki kepala berwarna coklat atau hitam dengan lapisan biru pada wajah, warna lingkar leher kuning atau hijau, paruh berwarna jingga atau merah dan mata jingga gelap. Dada merah dengan lapisan biru atau hitam, abdomen berwarna hijau tua, panggul dan paha berwarna hijau dan penutup ekor bagian bawah kuning atau hijau, sedang ekor bagian atas berwarna hijau. Penutup bagian bawah sayap berwarna jingga, sayap berwarna kuning. Anak burung berwarna lebih kusam dibandingkan dewasa. Warna paruh
Gambar 4. Trichoglossus haematodus haematodus pada Berbagai Posisi Sumber: (A) Animal World, 2008a; (B) Wikipedia, 2008c; (C) World Parrot Trust, 2008a; (D) Australian Museum, 2008
anak burung coklat atau hitam, cere dan iris berwarna abu-abu atau putih, sedangkan mata berwarna coklat, mahkota dan dagu biru serta kerongkongan berwarna merah (World Parrot Trust, 2008g dan Sea World, 2008).Iris berwarna coklat dan paruh coklat tua ditemukan pada anak burung sebelum dewasa. Paruh anak burung berubah menjadi merah ketika dewasa (Animal World, 1998a). Warna yang terang digunakan untuk bersembunyi di hutan hujan (Zip Code Zoo, 2008b). Gambar 4 menyajikan Trichoglossus haematodus haematodus pada berbagai posisi.
Suara kicauan Trichoglossus haematodus haematodus jelas dengan nada berulang-ulang, yang bergantian pada saat terbang, tetapi berceloteh pada saat makan dan bernada lembut pada saat istirahat (Australian Museum, 2008 dan World Parrot Trust, 2008g). Pada saat terbang, sub-spesies ini bersuara lebih melengking (Australian-animals, 2008) Trichoglossus haematodus haematodus memiliki panjang tubuh sekitar 26 cm (Animal World , 1998a; Australian-animals, 2008; Bird Care, 2008a; Animals Jrank, 2008; Sea World, 2008 dan World Parrot Trust, 2008g). Ukuran panjang tubuh subspesies ini adalah 30 cm (Zip Code Zoo, 2008b) atau 25-30 cm, dengan panjang sayap sekitar 17 cm (Nationmaster, 2005). Panjang paruh Trichoglossus haematodus haematodus adalah 20-23 cm (Juniper dan Parr, 1998). Bobot badan dewasa Trichoglossus haematodus haematodus adalah 130-150 g (Bird Care, 2008a); 120-140 g (Australian-animals, 2008); 100 -167 g (Animals Jrank, 2008); 133 g (Sea World, 2008); 100-157 g (World Parrot Trust, 2008g) atau 125 g (Zip Code Zoo, 2008b). Bobot badan rata-rata betina secara umum sedikit lebih kecil daripada jantan (Australian-animals, 2008). Trichoglossus haematodus haematodus mudah diternakkan, walaupun tidak mudah untuk dikawinkan namun di alam bebas tidak demikian (Animal World, 1998a). Pada umumnya burung ini di daerah beriklim sub-tropis berkembangbiak selama musim semi (September sampai dengan Desember) dan pasangan tersebut bersarang di cekungan pohon eucalyptus (Nationmaster, 2005). Sub-spesies ini berpergian secara berpasangan, maupun bersama kerabatnya dan berkembangbiak dari bulan Oktober sampai dengan Januari, tergantung pada lokasi (Animals Jrank, 2008) atau dari bulan Agustus sampai dengan Januari (Zip Code Zoo, 2008b). Betina meletakkan 2-3 butir telur pada sarang yang dibuat di rongga pohon (Animal Jrank, 2008); menurut Australian-animals (2008) dan Zip Code Zoo (2008b) sebanyak dua butir, sedangkan Sea World (2008) sebanyak 3-4 telur. Sub-spesies ini bersifat monogami. Telur dierami jantan dan betina sampai dengan menetas dengan lama pengeraman 25 hari; sedangkan menurut Australian-animals (2008) selama 25-26 hari. Menurut Zip Code Zoo (2008b) menyatakan bahwa lama pengeraman telur subspesies ini adalah 24 hari atau menurut Sea World (2008) menyatakan 24-25 hari.
Jantan dan betina tidak dapat dibedakan secara visual, penentuan jenis kelamin ditentukan dengan uji DNA (Zip Code Zoo, 2008b). Dewasa kelamin pada burung ini dicapai pada umur kurang dari dua tahun (Bird Care, 2008a dan Australian-animals, 2008); menurut Zip Code Zoo (2008b) antara 18-24 bulan; menurut Sea World (2008) umur 2,5 tahun; sedangkan menurut Australian-animals (2008) setelah berumur dua tahun. Dewasa tubuh dicapai pada umur 1-2 tahun (Animal World, 1998a) . Jantan dan betina memberi makan burung muda sampai dengan bulu tumbuh sempurna pada saat burung muda mencapai umur 50-55 hari atau menurut Zip Code Zoo (2008b) sampai umur 60 hari, yang menjelaskan lebih lanjut bahwa burung muda meninggalkan sarang setelah berumur 74 hari, sedangkan menurut Sea World (2008) 10 minggu. Umur Trichoglossus haematodus haematodus bisa mencapai 20 tahun atau lebih (Australian-animals, 2008a; Bird Care, 2008a dan Nationmaster, 2005); 28-32 tahun menurut Sea World (2008) dan 30 tahun menurut Zip Code Zoo (2008b). Hal tersebut didukung dengan pernyataan Animal World (1998a) bahwa lama hidup subspesies ini adalah 15 tahun atau lebih. Daerah penyebaran Trichoglossus haematodus haematodus di Papua dan kepulauan Pasifik Selatan (Animals Jrank, 2008). Daerah asal sub-spesies ini adalah Papua New Guinea dan beberapa pulau di Indonesia (Bird Care, 2008a dan Sea World, 2008). Trichoglossus haematodus haematodus merupakan satu dari 15 subspesies (ras) Rainbow Lorikeet yang ditemukan di Indonesia yang menempati Jawa, Bali dan Nusa Tenggara sampai dengan Papua (Travel Mongabay, 2006). Habitat Trichoglossus haematodus haematodus meliputi hutan hujan, hutan terbuka, area berpohon, rawa atau hutan bakau (Sea World, 2008); juga di area berumput, pedesaan dan kota (Australian Museum, 2008). Area hutan yang ditumbuhi pohonpohon berbunga dijadikan tempat untuk mencari makan dan membuat sarang (Animals Jrank, 2008). Sub-spesies ini tinggal di puncak pohon dalam kelompok besar (sampai dengan 1.000 ekor); meloncat dan memanjat dari dahan ke dahan (Zip Code Zoo, 2008b). Burung ini akan melakukan penyerangan terhadap jenis burung lain yang memasuki wilayah teritorinya.
Di alam liar Trichoglossus haematodus haematodus menghabiskan waktu untuk berkelompok (Animal World, 1998a). Waktu Trichoglossus haematodus haematodus digunakan sebanyak 70% untuk aktivitas makan. Jarak jelajah setiap hari untuk mencari makan, dapat mencapai 30 mil (48.280 m). Burung ini mampu memakan 650 kuntum bunga setiap hari (Sea World, 2008). Kebanyakan makanan yang diperoleh berasal dari berbagai jenis bunga yaitu dari family Myrtaceae, Proteacea, Eucalyptus, Xanthoroaceae, Banksia, Melaleuca, Callistemon; buahbuahan dan berry, sehingga mereka dianggap sebagai hama pada tanaman buah komersial di area perkebunan (Australian-animals, 2008 dan Zip Code Zoo, 2008b). Sub-spesies ini di alam liar dapat merusak tanaman panenan karena hasil panen merupakan sumber makanan yang berlimpah (Animal Jrank, 2008). Trichoglossus haematodus haematodus menggunakan lidah yang menyerupai sikat, untuk mendapatkan nektar dan cairan madu pada bunga. Dijelaskan lebih lanjut bahwa burung ini juga memakan pollen, buah, berry, biji, bulir padi, kuncup daun, larva serangga dan beberapa jenis benih (Animals Jrank, 2008 dan Sea World, 2008). Sub-spesies ini akan berkelompok dalam jumlah besar pada pohon yang sedang berbunga (Australian Museum, 2008). Lidah berbentuk sikat pada burung ini digunakan untuk memakan buah-buahan, bunga, madu dan pollen (Animal World, 1998a dan Zip Code Zoo, 2008b). Trichoglossus haematodus haematodus, tidak seperti spesies lain burung bayan-bayanan, tidak dapat memecah benih dengan paruhnya, tetapi memiliki lidah yang menyerupai sikat untuk memegang benih (Animal Jrank, 2008) yang selanjutnya menurut Zip Code Zoo (2008b) dihaluskan di dalam tembolok. Lidah sikat terdiri atas papillae yang menyerupai rambut-rambut halus sampai ujung lidah, membentuk huruf U. Ketika makan, papillae berdiri tegak, seperti bulu keras pada sikat, yang membiarkan pollen dan nektar ditelan. Subspesies ini disebut brush-tongued parrots karena memiliki keunikan pada lidah (Animal Jrank, 2008 dan Australian-animals, 2008 serta Sea World, 2008). Buahbuahan dengan kulit keras atau benih dimakan burung tersebut dengan cara menggulungnya dengan lidah sikat dalam paruh. Pada saat makan, posisi tubuh burung ini dapat menggantung terbalik disebabkan kekuatan genggaman cakar pada dahan. Dijelaskan lebih lanjut bahwa burung ini juga memakan serangga dan larva;
minum air embun atau dapat juga minum air secara langsung (Australian-animals, 2008). Status konservasi Trichoglossus haematodus haematodus berdasarkan CITES (Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora) dimasukkan ke dalam kategori Appendix II dan berdasarkan IUCN (International Union for Conservation of Natural and Natural Resource) Red List adalah Least Concern (tidak beresiko kepunahan) (Bird Life International, 2008a). Menurut Bird Care (2008a) status konservasi Trichoglossus haematodus haematodus dikategorikan aman. Penggolongan status konservasi menurut IUCN Red List didasarkan jumlah populasi individu di dunia sedangkan menurut CITES berdasarkan jumlah individu yang didagangkan. Trichoglossus ornatus Trichoglossus ornatus diklasifikasikan ke dalam kingdom Animalia, phylum Chordata, class Aves, order Psittaciformes, family Psittacidae, sub-family Loriinae, genus Trichoglossus (Animal Diversity, 2008). Trichoglossus ornatus (Ornate Lory) merupakan burung endemik yang ditemukan di pulau Sulawesi (Avian Web, 2006d). Trichoglossus ornatus merupakan nama ilmiah dari Ornate Lorikeet (Bird Care, 2008b). Jantan dan betina Trichoglossus ornatus tidak dapat dibedakan (monomorfik) (Bird Care, 2008b dan Avian Web, 2006d). Burung dewasa memiliki mahkota, dahi dan pita dari mata ke penutup telinga berwarna ungu atau biru. Pipi berwarna merah terang. Bercak warna kuning ditemukan dari leher ke belakang penutup telinga. Occiput berwarna merah. Dada dan kerongkongan berwarna merah bercampur biru. Abdomen berwarna hijau. Paha berwarna hijau terang. Pelindung bawah sayap berwarna kuning. Cere (kekang) dan iris berwarna abu-abu gelap. Paruh berwarna jingga atau merah. Mata berwarna jingga gelap. Bagian belakang tengkuk berwarna jingga kemerah-merahan. Dagu dan wajah berwarna jingga kemerah-merahan. Punggung dan sayap berwarna hijau terang. Sayap bagian bawah berwarna gelap dengan percampuran hijau dan kuning. Ekor bagian atas berwarna hijau gelap dengan ujung sayap berwarna kekuning-kuningan. Ekor bagian bawah berwarna kekuning-kuningan dengan warna merah jambu sebagai dasar. Iris berwarna jingga
Gambar 5. Trichoglossus ornatus dalam Posisi Bertengger di Dahan Sumber: (A) Avian Web, 2006d; (B) World Parrot Trust, 2008
h
dan kaki berwarna hijau keabu-abuan. Occiput berwarna hijau dengan bercak merah terang, Paruh berwarna coklat atau jingga. Cere (kekang) dan iris mata berwarna abu-abu coklat. Mata berwarna coklat (World Parrot Trust, 2008h). Gambar 5 menyajikan Trichoglossus ornatus dalam posisi bertengger di dahan. Kicauan Trichoglossus ornatus berkisar dari nyaring, siulan, nada lembut dan tinggi. Dijelaskan lebih lanjut bahwa Trichoglossus ornatus dapat mengeluarkan lengkingan pada saat terbang (Avian Web, 2006d). Menurut Avian Web (2006d) panjang tubuh Trichoglossus ornatus 25,40 cm; menurut Bird Care (2008b) dan World Parrot Trust (2008h) adalah 25 cm. Panjang paruh Trichoglossus ornatus adalah 19-20 mm (Juniper dan Parr, 1998). Bobot badan dewasa burung ini adalah 113,40 g (Avian Web, 2006d) atau sebesar 110 g (World Parrot Trust, 2008h). Burung ini mulai berkembang biak pada bulan September sampai dengan Oktober. Dijelaskan lebih lanjut bahwa lama pengeraman sekitar 27 hari dan merawat anak selama 80 hari (Avian Web, 2006d). Menurut World Parrot Trust (2008i) lama pengeraman sekitar 25 hari dan merawat anak selama 63 hari. Menurut Bird Care (2008b) lama pengeraman burung ini 26 hari. Betina menghasilkan dua butir telur setiap eraman (World Parrot Trust, 2008i) atau 2-3 butir setiap eraman (Bird Care, 2008b). Telur berwarna putih. Dijelaskan lebih lanjut bahwa Trichoglossus ornatus memiliki clutch sebanyak 1-2 kali setiap tahun (Bird Care, 2008b). Lama hidup burung ini adalah 15 tahun atau lebih (Bird Care, 2008b),
atau selama 25-35 tahun (World Parrot Trust, 2008i). Status konservasi Trichoglossus ornatus berdasarkan IUCN (International Union for Conservation of Natural and Natural Resource) Red List dikategorikan ke dalam Least Concern (tidak beresiko kepunahan) (Bird Life International, 2008b). Penggolongan status konservasi menurut IUCN Red List didasarkan jumlah populasi individu di dunia. Trichoglossus ornatus merupakan burung endemik di pulau Sulawesi (AvianWeb, 2006d). Burung ini berasal dari Sulawesi dan pulau sekitarnya. Trichoglossus ornatus hidup di tepian hutan, hutan sekunder, area semak terbuka, lahan pertanian dan perkotaan, hutan primer pada ketinggian 96 m sampai 165 m di atas permukaan laut dan kadang terdapat di ketinggian 990 m di atas permukaan laut Burung ini menyukai buah-buahan, seperti buah apel, buah delima, pepaya, buah anggur, cantaloupe, nanas, buah ara, kiwi dan beberapa sayur-mayur, termasuk jagung (Bird Care, 2008b). Burung ini juga menyukai bunga, seperti Pansies, Nasturtium, bunga mawar, kembang sepatu, Marigolds dan Dandelion (AvianWeb, 2006d). Genus Eos Eos bornea cyanonothus dan Eos squamata obiensis merupakan dua subspesies dari genus Eos. Genus Eos diklasifikasikan ke dalam kingdom Animalia, phylum Chordata, class Aves, order Psittaciformes, family Loriidae (Lexicon Foundation Dutch Parrot Refuge, 1997b dan Animal Diversity, 2008) Eos bornea cyanonothus merupakan salah satu dari empat sub-spesies Eos bornea yang meliputi E.b. bornea, E.b. cyanonothus, E.b. rothschildi dan E.b. Bernstein (Avian Web, 2006e). Eos squamata terdiri atas empat sub-spesies yaitu E. s. squamata, E. s. riciniata, E. s. atrocaerulea, E. s. obiensis (Bird Care, 2008d). Ras nominasi pada Eos squamata meliputi tiga ras yaitu: E.s. squamata, E.s. riciniata, E.s. obiensis (World Parrot Trust, 2008j). Eos bornea cyanonothus Eos bornea cyanonothus diklasifikasikan ke dalam class Aves, order Psittaciformes, family Loriidae, genus Eos dan species Eos bornea (Lexicon Foundation Dutch Parrot Refuge, 1997b). Eos bornea cyanonothus menurut disebut
juga Buru Red Lory (Avian Web, 2006e dan Pet Education, 2008a). Sub-spesies ini disebut juga Eos rubra cyanonothus (Avian Web, 2006e). Warna burung dewasa Eos bornea cyanonothus ditemukan tidak berbeda pada jantan dan betina (World Parrot Trust, 2008j). Jantan dan betina hanya dapat dibedakan melalui uji DNA dan endoskopik (Avian Web, 2006e dan Pet Education, 2008a) menyatakan bahwa Eos bornea cyanonothus berwarna merah gelap, dengan bulu primer hitam dengan spekulum berwarna merah; penutup bulu sayap (bulu sekunder) berwarna merah dengan ujung hitam; bulu tersier dan penutup ekor bagian bawah berwarna biru; ekor berwarna merah atau coklat. Mata berwarna merah. Anak burung memiliki warna yang sama dengan burung dewasa (World Parrot Trust, 2008j). Gambar 6 menyajikan Eos bornea cyanonothus dewasa. Kicauan Eos bornea cyanonothus merupakan rangkaian lengkingan pendek dan kasar, juga menyerupai nada-nada musik (World Parrot Trust, 2008j). Pernyataan yang bertentangan menurut Avian Web (2006e) dan Pet Education (2008a) bahwa kicauan burung ini juga dalam kisaran antara keras sampai dengan lembut, disertai dengan lengkingan tinggi dan kadang berceloteh. Eos bornea cyanonothus memiliki ukuran panjang tubuh sekitar 280 mm (Bird Care, 2008c), sekitar 31 cm menurut World Parrot Trust (2008j) dan menurut Pet Education (2008a) 30,48 cm. Panjang paruh Eos bornea cyanonothus adalah 2225 mm (Juniper dan Parr, 1998). Bobot badan dewasa sub-spesies ini adalah 170 g (Bird Care, 2008c dan World Parrot Trust, 2008k). Betina Eos bornea cyanonothus menghasilkan dua butir telur setiap eraman (Bird Care, 2008c dan World Parrot Trust, 2008k); dengan lama pengeraman menurut Bird Care (2008c) 24-26 hari. Dijelaskan lebih lanjut bahwa kerabang telur berwarna putih. Ukuran telur sub-spesies ini menurut World Parrot Trust (2008k) adalah 30,0 x 24,5 mm. Periode bertelur (clutch) Eos bornea cyanonothus terjadi sebanyak tiga kali Bird Care (2008c). Musim kawin terjadi pada bulan November sampai dengan Februari (Pet Education, 2008a) atau pada bulan Agustus dan burung muda mulai terlihat pada bulan Desember (World Parrot Trust, 2008k). Burung ini membuat sarang di lubang-lubang pohon (Pet Education, 2008a). Anak burung Eos bornea cyanonothus memiliki bulu sempurna sekitar umur 7-9 minggu dan meninggalkan sarang 3-4 minggu kemudian (Bird Care, 2008c).
Dewasa kelamin sub-spesies ini dicapai pada umur delapan bulan atau lebih (Avian Web, 2006e dan Pet Education, 2008a); sedangkan menurut Bird Care (2008c) adalah tujuh bulan. Status konservasi Eos bornea cyanonothus berdasarkan CITES (Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora) II adalah Endangered Species (terancam punah) (Avian Web, 2006e); sedangkan menurut World Parrot Trust (2008k) berdasarkan IUCN (International Union for Conservation of Natural and Natural Resource) Rating adalah tidak beresiko kepunahan (Least Concern). Dijelaskan lebih lanjut bahwa populasi di dunia dari Eos bornea di atas 1.000.000 ekor. Lama hidup sub-spesies lebih dari 28 tahun (Pet Education, 2008a), sedangkan menurut Avian Web (2006e) adalah 28 tahun. Penggolongan status konservasi menurut IUCN Red List didasarkan jumlah populasi individu di dunia sedangkan menurut CITES berdasarkan jumlah individu yang didagangkan. Secara umum, Eos bornea cyanonothus mendiami habitat yang ditemukan pada 1.250 m di atas permukaan laut, seperti daerah perkebungan, hutan sekunder, hutan bakau dan hutan lembab primer (World Parrot Trust, 2008 k). Eos bornea cyanonothus juga ditemukan di padang rumput dan pegunungan (Bird Care, 2008c). Penyebaran Eos bornea cyanonothus di pulau Buru, Maluku Selatan (Avian Web, 2006e) dan World Parrot Trust, 2008k). Eos bornea cyanonothus di alam liar memakan nektar, pollen, buah-buahan dan kadang-kadang serangga (Pet Education, 2008a dan World Parrot Trust, 2008k). Eos bornea cyanonothus ini juga memakan bunga-bungaan (Bird Care, 2008c). Subspesies ini menurut memiliki lidah yang beradaptasi dengan ujung seperti sikat yang merupakan perpanjangan papillae. Lidah ini memungkinkan burung untuk mengumpulkan pollen dari bunga dan memadatkannya ke bentuk yang sesuai untuk ditelan. Dijelaskan lebih lanjut bahwa burung ini berperanan dalam penyerbukan (Pet Education, 2008a). Eos bornea cyanonothus berkelompok dalam jumlah besar; terbang dan melakukan perjalanan menyeberangi lautan antara pulau. Fluktuasi populasi dihubungkan dengan ketersediaan pohon berbunga (World Parrot Trust, 2008k) .
Gambar 6. Eos bornea cyanonothus Sumber: World Parrot Trust., 2008j
Eos squamata obiensis Nama umum Eos squamata obiensis menurut Bird Care (2008d) adalah Violet- necked Lory atau Violet-napped Lory. Eos squamata obiensis dikenal juga sebagai Violet-headed Lory, Wallace's Violet-necked Lory, Moluccan Red Lory (World Parrot Trust, 2008l). Secara umum semua jenis nuri seperti Eos squamata obiensis memiliki lidah yang berbentuk seperti sikat sehingga disebut juga Brushtongued Birds (World Parrot Trust, 2008l). Sifat monomorfik diperlihatkan pada warna bulu jantan dan betina dewasa, karena secara visual tidak dapat dibedakan (Bird Care, 2008d). Jantan dan betina memiliki scapular hitam, pita leher berwarna ungu atau abu-abu, tenggorokan sampai ke perut atas berwarna merah. Dijelaskan lebih lanjut bahwa anak burung memiliki burung seperti burung dewasa dengan bulu pada bagian bawah tubuh bergaris ungu muda agak gelap atau hitam. Mata berwarna coklat (World Parrot Trust, 2008l). Gambar 7 menyajikan Eos squamata obiensis yang sedang bertengger. Suara Eos squamata obiensis pada saat terbang seperti teriakan dan lengkingan keras, disertai dengan pekikan nyaring pendek dan tinggi, kadang bersiul (World Parrot Trust, 2008l). Burung ini bersuara bising pada saat makan. Panjang
tubuh Eos squamata obiensis sekitar 260-280 mm (Bird Care, 2008d). Panjang paruh Eos squamata obiensis adalah 18-21 mm (Juniper dan Parr, 1998). Menurut World Parrot Trust (2008l) adalah 27 cm. Bobot badan dewasa dapat mencapai 110 g (World Parrot Trust, 2008l). Betina Eos squamata obiensis menghasilkan dua butir telur setiap eraman (Bird Care, 2008d dan World Parrot Trust, 2008m). Telur yang dihasilkan berwarna putih dan dierami selama 25-26 hari (Bird Care, 2008d). Telur berukuran 2,70 x 2,15 cm (World Parrot Trust, 2008m). Status konservasi Eos squamata obiensis berdasarkan IUCN (International Union for Conservation of Natural and Natural Resource) Rating adalah tidak beresiko (Least Concern) dan berdasarkan CITES (Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora) Rating dikategorikan di dalam Appendix II (World Parrot Trust, 2008m). Dijelaskan lebih lanjut bahwa populasi burung ini di dunia sebesar 100.000-500.000 ekor. Penggolongan status konservasi menurut IUCN Red List didasarkan jumlah populasi individu di dunia sedangkan menurut CITES berdasarkan jumlah individu yang didagangkan.
Gambar 7 Eos squamata obiensis Sumber: World Parrot Trust, 2008l
Eos squamata obiensis ditemukan pada area dengan ketinggian sampai 1.220 m di atas permukaan laut. Sub-spesies ini menyukai areal perkebunan kelapa, hutan bakau, hutan sekunder dan hutan primer (World Parrot Trust, 2008m). Eos squamata obiensis berasal dari Papua Barat dan pulau-pulau di sekelilingnya (Bird Care, 2008d). Penyebaran burung ini sampai dengan ke pulau Obi, Maluku Utara (World Parrot Trust, 2008m). Biasanya Eos squamata obiensis ditemukan berpasangan atau dalam kelompok kecil sampai dengan 10 ekor. Kelompok-kelompok ini melakukan perjalanan ke dan dari pulau-pulau yang berbeda karena ketersediaan makanan. Dijelaskan lebih lanjut bahwa makanan Eos squamata obiensis terdiri atas pollen, nektar, buah-buahan dan kemungkinan serangga (World Parrot Trust, 2008m). Genus Alisterus Genus Alisterus diklasifikasikan ke dalam class Aves, order Psittaciformes, family Psittacidae, sub-family Psittacinae dan genus Alisterus (Lexicon Foundation Dutch Parrot Refuge, 1997c; Animal Diversity, 2008 dan Zip Code Zoo, 2008c). Terdapat 17 spesies dalam genus Alisterus; enam diantaranya Alisterus amboinensis (World Parrot Trust, 2008n). Alisterus amboinensis buruensis Alisterus amboinensis buruensis diklasifikasikan ke dalam class Aves, order Psittaciformes, family Psittacidae, sub-family Psittacinae, genus Alisterus, species Alisterus amboinensis buruensis (Lexicon Foundation Dutch Parrot Refuge, 1997c; Animal Diversity 2008 dan Zip Code Zoo, 2008c). Animal Diversity (2008) menambahkan bahwa Alisterus amboinensis buruensis termasuk dalam subfamily Psittacine. Sub-spesies ini merupakan salah satu dari enam sub-spesies Alisterus amboinensis, yang meliputi A.a. amboinensis, A.a. sulaensis, A.a. versicolor, A.a. buruensis, A.a. hypophonius, A.a. dorsalis (World Parrot Trust, 2008n). Menurut Avian Web (2008f) sub-spesies ini disebut juga Buru Island King Parrot. Alisterus amboinensis buruensis memiliki warna bulu utama merah dengan sayap hijau terang, punggung biru terang. Ujung ekor berwarna hitam dengan biru cerah, bagian bawah tubuh berwarna abu-abu gelap atau hitam dengan tepi berwarna merah muda dan kaki berwarna abu-abu. Jantan dan betina tidak berbeda sehingga
uji DNA diperlukan (Avian Web, 2008f). Baik jantan maupun betina dewasa memiliki kepala dan dada berwarna merah. Ujung ekor berwarna biru atau hitam, sayap hijau lembut. Rahang atas berwarna jingga atau merah dengan ujung hitam; sedangkan bagian bawahnya berwarna hitam. Mata berwarna jingga. Anak burung memiliki bulu utama berwarna hijau dengan ujung ekor berwarna merah muda. Paruh berwarna coklat dengan ujung hitam pucat. Mata berwarna coklat tua. Kicauan melengking ditemukan pada jantan dan betina, tetapi jantan melengking lebih nyaring dengan laju dua nada setiap 3-20 detik (World Parrot Trust, 2008n). Ukuran panjang badan Alisterus amboinensis buruensis sekitar 35 cm yang dikategorikan sebagai bangsa burung parrot berukuran sedang (Avian Web, 2008e dan World Parrot Trust, 2008n). Panjang paruh Alisterus amboinensis buruensis adalah 21-24 mm (Juniper dan Parr, 1998). Bobot dewasa sub-spesies ini adalah 145-163 g (World Parrot Trust, 2008n). Dewasa kelamin dicapai sekitar umur 12 bulan (Avian Web, 2008f). Pakan Alisterus amboinensis buruensis berupa biji pohon ek, pucuk dan berry (Juniper dan Parr, 1998). Alisterus amboinensis buruensis pertama kali diidentifikasi oleh Salvadori pada tahun 1876. Status konservasi sub-spesies ini dikategorikan CITES (Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora) dalam Appendix II. Sub-spesies ini ditemukan hanya di pulau Buru Maluku Selatan (Avian Web, 2008f dan Lexicon Foundation Dutch Parrot Refuge, 1997c). Alisterus amboinensis buruensis ini bersifat nocturnal (aktif pada malam hari) karena mereka mencari makan ke areal pertanian pada senja hari (World Parrot Trust, 2008n). Penggolongan status konservasi menurut CITES berdasarkan jumlah individu yang didagangkan. Genus Psittacula Psittacula alexandri dan Psittacula longicauda merupakan spesies dari 59 spesies pada genus Psittacula (Zip Code Zoo, 2008d). Psittacula alexandri dan Psittacula
longicauda termasuk dalam subfamily Psittacine (Animal Diversity
2008). Psittacula alexandri disebut juga Red-breasted Parakeet (Genomics, 2008 dan Wikimedia, 2008b). Ras (sub-spesies) pada Psittacula
alexandri meliputi
delapan, yaitu: P.a. alexandri, P.a. kangeanensis, P.a. dammermani, P.a. fasciata, P.a. abbotti, P.a. cala, P.a. major dan P.a. peronica (World Parrot Trust, 2008o).
Psittacula longicauda disebut juga Long-tailed Parakeet (Avian Web, 2006h dan Wikipedia, 2008d). Psittacula longicauda dikenal juga sebagai Red-cheeked Parakeet, Malayan Long-tailed atau Red-cheeked Parakeet (P.l. longicauda) yang merupakan salah satu dari sub-spesies dalam Psittacula (World Parrot Trust, 2008p). Psittacula alexandri Psittacula alexandri diklasifikasikan ke dalam phylum Chordata, class Aves, order Psittaciformes, family Psittacidae, genus Psittacula dan species Psittacula alexandri (Genomics, 2008 dan Wikimedia, 2008b). Psittacula alexandri disebut juga sebagai Red-breasted Parakeet (Genomics, 2008 dan Wikimedia, 2008b). Ras (sub-spesies) pada Psittacula alexandri meliputi delapan, yaitu: P.a. alexandri, P.a. kangeanensis, P.a. dammermani, P.a. fasciata, P.a. abbotti, P.a. cala, P.a. major dan P.a. peronica (Bohner, 2008 dan Central Pets, 2008 serta World Parrot Trust, 2008o). Prijono (1998) menjelaskan bahwa enam dari delapan sub-spesies tersebut terdapat di Indonesia, yaitu Psittacula alexandri alexandri (Jawa, Bali dan Kalimantan Selatan), Psittacula a. kangeanensis (Kep. Kangean), Psittacula a. dammermani (Kep. Karimunjawa), P. a. perionca (P.Nias), P.a. major (Kep. Lasia dan Babi) dan P. a. cala (P.Simeulue). Psittacula alexandri alexandri. Psittacula alexandri alexandri diklasifikasikan ke dalam phylum Chordata, class Aves, order Psittaciformes, family Psittacidae, genus: Psittacula, species Psittacula alexandri dan sub-species Psittacula alexandri alexandri (Genomics, 2008 dan Wikimedia, 2008b). Menurut World Parrot Trust (2008o) Psittacula alexandri alexandri dikenal juga sebagai Javan Parakeet (P.a. alexandri). Warna bulu jantan P.a. alexandri dewasa hijau pada bagian atas tubuh, selubung sayap berwarna hijau atau kuning, kepala abu-abu dengan semburat biru. Di sekeliling mata ditemukan semburat hijau, garis tipis hitam dari dahi ke mata dan pita lebar hitam menuju ke pipi bawah, tenggorokan berwarna merah muda sampai dengan perut atas dengan warna yang lebih suram pada betina. Abdomen bawah berwarna hijau dan selubung di bawah ekor berwarna hijau dengan semburat biru. Bulu ekor bagian tengah berwarna biru dengan ujung kuning atau hijau. Paruh berwarna merah koral, mata kuning pucat (World Parrot Trust, 2008o). Bagian bawah tubuh berwarna hijau, bagian leher belakang berwarna hijau jamrud, penutup sayap
bagian bawah berwarna hijau pucat, bulu ekor bagian bawah berwarna hijau kebiruan; bagian bawah ekor berwarna olive kekuningan; rahang bawah bagian atas dan bawah merah dengan ujung pucat; iris kuning pucat; kaki berwarna abu-abu. Dijelaskan lebih lanjut bahwa betina seperti pada jantan memiliki rahang atas dan bawah berwarna merah, tetapi dada berwarna merah muda kusam dan bulu tengah ekor rata-rata lebih pendek serta ditemukan garis merah muda di leher (Wanadoo, 2008). Gambar 8 menyajikan Psittacula alexandri alexandri yang bertengger di dahan kayu. Anak burung P.a. alexandri berwarna hijau dengan dahi keputih-putihan dan belang pipi tidak sempurna yang berwarna hitam, penutup sayap tengah sedikit berwarna hijau kekuningan. Ekor lebih pendek, paruh berwarna merah pucat (Wanadoo, 2008). Pada anak burung ditemukan mahkota dan bagian bawah tubuh berwarna hijau, pipi bawah berwarna coklat tua. Mata berwarna abu-abu (World Parrot Trust, 2008o). Suara P.a. alexandri parau dan terdengar seperti terompet. Kadang-kadang burung ini mengeluarkan suara lengkingan nyaring, jeritan dan siulan serta suara bernada rendah (World Parrot Trust, 2008o). Ukuran panjang badan P.a. alexandri menurut Central Pets (2008), Wanadoo (2008) dan World Parrot Trust (2008o) adalah 33 cm. Bobot badan dewasa 156 g (World Parrot Trust, 2008o) atau menurut Genomics (2008) 147 g atau menurut Central Pets (2008) 100-130 g (berukuran medium). Prijono (1998) melaporkan bahwa pada jantan P.a. alexandri memiliki panjang sayap 149-155 mm dan panjang ekor 139-191 mm; sedangkan pada betina berturut-turut 145-166 mm dan 129-153 mm. Panjang sayap 145-166 mm panjang ekor 129-191 mm (Wanadoo, 2008). Panjang paruh Psittacula alexandri alexandri adalah 22-26 mm (Juniper dan Parr, 1998). P.a. alexandri mencapai dewasa kelamin pada umur 2-3 tahun Dijelaskan bahwa di alam liar, musim kawin antara bulan Desember dan April, walaupun bervariasi tergantung pada cuaca dan ketinggian tempat. Di pulau Jawa, musim kawin terjadi pada bulan April (Central Pets, 2008). Betina menghasilkan telur 2-4 butir setiap eraman. Bulu sempurna pada burung muda dicapai pada umur 52 hari.
Pada umur sembilan bulan, burung muda berpisah dari tetua (Bohner, 2008). Dewasa kelamin pada P.a. alexandri dicapai pada umur 2-3 tahun (Central Pets, 2008). Lama hidup P.a. alexandri maksimum 23,3 tahun dalam kurungan (Genomics, 2008). Lama hidup 22 tahun di alam liar, sedang dalam kurungan 20-25 tahun (Central Pets, 2008). Status konservasi P.a. alexandri menurut Prijono (1998) dikategorikan ke dalam vulnerable (rawan atau menuju ke kepunahan) berdasarkan IUCN dan dikategorikan ke dalam Appendix II berdasarkan CITES (Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora). Penggolongan status konservasi menurut IUCN (International Union for Conservation of Natural and Natural Resource) Red List didasarkan jumlah populasi individu di dunia sedangkan menurut CITES berdasarkan jumlah individu yang didagangkan. Sub-spesies ini diperdagangkan di pasaran burung dunia sejak 1981 sebanyak 129.965 ekor (World Parrot Trust, 2008o). Di alam liar, burung ini berkelompok dalam jumlah 10-50 ekor. Burung ini berasal dari Jawa dan Bali, sehingga disebut juga The Java Moustached Parakeet (Central Pets, 2008). Burung ini juga ditemukan di Kalimantan Selatan yang diintroduksi dari pulau Jawa (Wanadoo, 2008). Burung tersebut memang ditemukan di Kalimantan Selatan dan bukan burung asli
Gambar 8. Psittacula alexandri alexandri Sumber: World Parrot Trust, 2008o
daerah tersebut. Daerah penyebaran burung ini meliputi Jawa, Bali dan Kalimantan Selatan (Prijono, 1998 dan Central Pets, 2008). Burung ini di alam liar menyukai dataran rendah dan bukit di kaki gunung yang jarang ditemukan di dataran tinggi. Burung ini juga ditemukan pada hutan meranggas (berganti daun) sampai dengan hutan yang selalu hijau (Central Pets, 2008). Spesies ini menyukai ketinggian yang lebih rendah, dan jarang ditemukan di atas 2.500 kaki dan menyukai area hutan yang setengah terbuka, juga area yang dekat dengan area pertanian (Bohner, 2008). Di alam liar, P.a. alexandri
memakan buah-buahan, buah beri, bunga-
bungaan, kacang-kacangan, biji-bijian, nektar dan pucuk daun (Central Pets, 2008). Dinyatakan pula bahwa burung ini sebagai hama karena suka memakan padi. P.a. alexandri pemakan segala jenis makanan dibandingkan dengan jenis burung lain. Psittacula
alexandri
dammermani.
Psittacula
alexandri
dammermani
diklasifikasikan ke dalam phylum Chordata, class Aves, order Psittaciformes, family Psittacidae, genus Psittacula, species Psittacula alexandri dan sub-species Psittacula alexandri dammermani (Genomics, 2008 dan Wikimedia, 2008b). Avian Web (2006g) menyatakan bahwa Psittacula alexandri dammermani disebut juga Dammerman's Moustached Parakeets. World Parrot Trust (2008o) melaporkan bahwa ras (sub-spesies) ini merupakan satu dari delapan sub-spesies pada Psittacula alexandri. Gambar 9 menyajikan Psittacula alexandri dammermani. Warna bulu jantan P.a. dammermani dewasa hijau pada bagian atas tubuh, selubung sayap berwarna hijau atau kuning, kepala abu-abu dengan semburat biru. Mahkota berwarna biru gelap dan di sekeliling mata ditemukan semburat hijau, garis tipis hitam dari dahi ke mata dan pita lebar hitam menuju ke pipi bawah, tenggorokan berwarna merah muda sampai dengan perut atas. Abdomen bawah berwarna hijau gelap dan selubung di bawah ekor berwarna hijau dengan semburat biru. Bulu ekor bagian tengah berwarna biru dengan ujung kuning atau hijau. Paruh berwarna merah koral, mata kuning pucat. Bagian leher belakang berwarna hijau jamrud, penutup sayap bagian bawah berwarna hijau pucat, bulu ekor bagian bawah berwarna hijau kebiruan; bagian bawah ekor berwarna olive atau hijau kekuningan rahang atas dan bawah berwarna merah dengan ujung pucat; iris kuning pucat; kaki berwarna abuabu. Dijelaskan lebih lanjut bahwa betina seperti pada jantan memiliki rahang atas
dan bawah berwarna merah pucat, tetapi dada dan abdomen berwarna lebih pucat dan bulu tengah ekor rata-rata lebih pendek serta ditemukan garis merah muda di leher (Avian Web, 2006g; Wanadoo, 2008 dan World Parrot Trust, 2008o). Suara P.a. dammermani parau dan terdengar seperti terompet. Kadangkadang burung ini mengeluarkan suara lengkingan nyaring, jeritan dan siulan serta suara bernada rendah (World Parrot Trust, 2008o). Menurut Avian Web (2006g) dan Wanadoo (2008) P.a. dammermani ini memiliki panjang tubuh 36 cm dan panjang sayap 172-180 mm, sedangkan menurut Prijono (1998) P.a. dammermani jantan memiliki panjang sayap 179 mm dan
Gambar 9. Psittacula alexandri dammermani Sumber: Wanadoo, 2008
panjang ekor 218 mm; P.a. dammermani betina memiliki panjang sayap 172 mm dan panjang ekor 161 mm. Sub-spesies ini berukuran lebih besar dan memiliki paruh yang lebih berat dibandingkan sub-spesies Psittacula alexandri lain (Wanadoo, 2008). Distribusi sub-spesies ini di pulau Karimun Jawa (Avian Web, 2006g dan Wanadoo, 2008). Sub-spesies ini dikategorikan berbahaya dan digolongkan oleh CITES (Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora) ke dalam Appendix II (Avian Web, 2006g dan Wanadoo, 2008). Penggolongan status konservasi menurut menurut CITES berdasarkan jumlah individu yang didagangkan.
Psittacula longicauda longicauda Psittacula longicauda diklasifikasikan ke dalam phylum Chordata, class Aves, order Psittaciformes, family Psittacidae, genus Psittacula (Wikipedia, 2008d) Psittacula longicauda longicauda disebut juga Long-tailed Parakeet (Avian Web, 2006h dan Wikipedia, 2008d). Psittacula longicauda longicauda dikenal juga sebagai Red-cheeked Parakeet, Malayan Long-tailed atau Red-cheeked Parakeet (P.l. longicauda) yang merupakan salah satu dari sub-spesies dalam Psittacula longicauda (World Parrot Trust, 2008p). Burung dewasa Psittacula longicauda longicauda pada jantan memiliki lores berwarna hitam atau biru. Sisi kepala, area belakang mata sampai tengkuk, tengkuk bagian belakang, dagu dan pipi; berwarna hitam. Selubung bulu berwarna kuning gelap, punggung bagian atas berwarna biru atau abu-abu. Tungging dan punggung bagian bawah berwarna biru gelap. Pangkal bulu ekor berwarna kuning atau hijau. Rahang atas berwarna merah dan rahang bawah coklat gelap. Mata berwarna kuning pucat. Pada betina dewasa, pipi atas dan penutup telinga berwarna kuning atau jingga kusam. Dagu dan pipi bawah berwarna hijau gelap, tengkuk dan bagian belakang leher serta garis tipis yang mengarah ke mata berwarna hijau. Selubung bulu dan penutup ekor bagian atas serta pangkal bulu ekor berwarna hijau. Paruh berwarna coklat gelap. Anak burung berwarna sama seperti betina dewasa, tetapi pipi atas berwarna hijau gelap dan penutup telinga berwarna jingga atau kuning. Garis superciliary tidak ditemukan pada anak jantan. Tungging sedikit ditutupi warna biru. Ekor pendek dan mata berwarna abu-abu (World Parrot Trust, 2008p). Gambar 10 menyajikan Psittacula longicauda longicauda sedang bertengger di batang kayu. Suara pada saat terbang bernada keras yang tidak serasi. Kadang-kadang suara sub-spesies ini terdengar sangat nyaring dan merdu yang pada saat tertentu berbunyi sengau, bergemetar, seperti suara angsa (World Parrot Trust, 2008p). Menurut Avian Web (2006h) sub-spesies mengeluarkan suara lengkingan kasar yang terus menerus pada saat di puncak pohon dan saat terbang. Ukuran panjang tubuh Psittacula longicauda longicauda adalah 42 cm dan bobot dewasa 125 g (World Parrot Trust, 2008p). Panjang tubuh subspesies ini 40-42 cm (Avian Web, 2006h). Menurut Skullsite (2008) panjang tengkorak Psittacula longicauda longicauda adalah 43 mm. Panjang paruh Psittacula longicauda
longicauda adalah 20-24 mm (Juniper dan Parr, 1998). Sub-spesies ini bersarang dengan sesamanya dan menggunakan lubang pohon yang sama. Dijelaskan lebih lanjut bahwa musim kawin terjadi pada bulan Desember-Februari, dengan betina menghasilkan 2-3 butir setiap eraman (Bird Life International, 2008c). Status konservasi Psittacula longicauda longicauda terancam punah (Endangered Species) berdasarkan CITES (Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora) II (Avian Web, 2006h). Menurut Bird Life International (2008c) subspesies ini berdasarkan IUCN Red List Category dimasukkan dalam kategori Near Threatened (hampir punah), dikarenakan penebangan hutan liar dan perusakan habitat. Penggolongan status konservasi menurut IUCN (International Union for Conservation of Natural and Natural Resource) Red List didasarkan jumlah populasi individu di dunia sedangkan menurut CITES berdasarkan jumlah individu yang didagangkan. Psittacula longicauda longicauda bersarang di lubang dahan atau lubanglubang pohon yang sudah mati, kadang-kasang di pohon hidup (Avian Web, 2006h). Bird Life International (2008c) menyatakan bahwa Psittacula longicauda longicauda dapat bertahan hidup di area pantai dan dataran rendah sekurang-kurangnya 300 m di atas permukaan laut dan menyukai daerah berawa. Sub-spesies ini ditemukan di hutan di semenanjung Thailand dan Malaysia, walau spesies ini menghindari hutan primer di Kalimantan. Menurut Avian Web (2006h), Psittacula longicauda longicauda dapat ditemukan di hutan, area berawa dan hutan bakau, sebagian dari daerah huma dan perkebunan palem. Bird Life International (2008c) melaporkan bahwa sub-spesies ini menyukai tepian hutan, termasuk dekat dengan area budidaya hutan bakau dan kebun-kebun seperti kebun palem dan kebun kelapa. Psittacula longicauda longicauda merupakan burung asli dari wilayah kepulauan Andaman, kepulauan Nikobar, Sumatera, Kalimantan dan Semenanjung Malaysia (termasuk Singapura). Penyebaran burung ini meliputi Semenanjung Malaysia, Singapura, Kalimantan, Sumatera, Kepulauan Nias, Kepulauan Bangka dan Kepulauan Anambas (Avian Web, 2006h). Menurut Bird Life International (2008c) daerah penyebaran dan populasi Psittacula longicauda longicauda juga ditemukan di Kepulauan Andaman, Kepulauan Coco, Myanmar, semenanjung Thailand, Sabah, Serawak dan Brunei (tersebar luas). Psittacula longicauda
longicauda kadang membentuk kelompok besar yang berjumlah ribuan ekor di Kepulauan Nikobar dan Kalimantan, akan tetapi tidak selalu terjadi setiap tahunnya (Bird Life International, 2008c).
Gambar 10. Psittacula longicauda longicauda Sumber: World Parrot Trust, 2008r
Sub-spesies ini memakan buah-buahan, biji-bijian, bunga-bungaan dan pucuk daun. Psiitacula longicauda longicauda adalah burung nomadic dan berkelompok sampai dengan 20 ekor, kadang berkumpul dalam jumlah besar hingga 800 ekor di kawasan pohon dekat pantai (Avian Web, 2006h dan Bird Life International, 2008c). Genus Eclectus Eclectus roratus diklasifikasikan ke dalam kingdom Animalia; phylum Chordata, class Aves, order Psittaciformes, family Psittacidae, genus Eclectus Wagler, 1832, dan species E. Roratus (Animal Diversity, 2008, Animal World, 2008b; Encyclopedia the Freedictionary, 2008 dan Wikipedia, 2008e). Eclectus roratus merupakan anggota dari sub-family Psittaculini, family Psittacidae dan order Psittaciformes. Dijelaskan lebih lanjut bahwa ditemukan beberapa sub-spesies Eclectus dengan pola warna bulu betina yang bervariasi yang disesuaikan dengan ukuran dan habitat (Birdtrick, 2008). The Grand Eclectus (Eclectus roratus roratus)
merupakan salah satu dari sembilan sub-spesies pada spesies Eclectus roratus (Hunt, 1997). Spesies ini disebut juga Nuri Bayan (Wikipedia, 2008e) . Eclectus roratus roratus Eclectus roratus roratus merupakan burung dengan karakteristik bulu yang halus dan berkilat dengan warna yang menarik (Animal World, 2008b). menyatakan bahwa Eclectus roratus roratus memiliki paruh bengkok dengan pembengkokan turun pada rahang atas dan pembengkokan naik pada rahang bawah. Dijelaskan lebih lanjut bahwa sub-spesies ini memiliki kaki dengan ciri khas yaitu dua jari mengarah ke depan dan dua jari mengarah belakang (Birdtrick, 2008). Sub-spesies ini sangat berbeda dengan burung paruh-bengkok lain. Pada awalnya, ahli burung di Eropa mengira Nuri Bayan jantan dan betina adalah dua spesies yang berbeda karena perbedaan warna bulu yang mencolok antara jantan dan betina (Avian Web, 2006i dan Wikipedia, 2008e). Eclectus merupakan burung dengan karakteristik bulu yang halus dan berkilat dengan warna yang menarik (Animal World, 2008b). Jantan memiliki bulu hijau, sayap bagian bawah berwarna merah dan biru dan kaki berwarna abu-abu kehitaman. Bagian atas bulu Eclectus jantan berwarna hijau cerah, memiliki lapisan sayap hijau kekuningan dan tempelan merah pada dada dan di bawah sayap (Wikipedia, 2008e). Pada jantan bulu ekor hampir hitam dengan ujung kuning. Paruh atas berwarna kuning koral dengan ujung kekuningan dan rahang bawah hitam. Selaput mata berwarna jingga tua (Animal World, 2008b). Jantan memiliki rahang atas kuning dan rahang bawah hitam, juga ekor berwarna biru atau merah dan juga ditemukan pada bulu sayap (Avian Web, 2006i; Birdtrick, 2008 dan Encyclopedia the Freedictionary, 2008). Betina memiliki bulu merah, pada kepala dan dada, punggung biru keunguan dan paruh hitam (Animal World, 2008b). Betina memiliki kepala berwarna merah, dada biru dan paruh hitam (Avian Web, 2006i dan Encyclopedia the Freedictionary, 2008). Iris mata betina berwarna kuning dan memiliki lingkaran mata berwarna biru. Dijelaskan bahwa pada Eclectus muda ditemukan selaput mata berwarna coklat (Animal World, 2008b). Eclectus roratus roratus memiliki dimorfisme seksual tertinggi diantara bangsa parrots (Avian Web, 2006i). Berdasarkan warna bulu, ditemukan dimorfisme seksual pada Eclectus roratus roratus. Betina lebih terang dan memiliki warna luar yang lebih bervariasi dengan tipikal hijau (Birdtrick, 2008 dan
Pet Education, 2008). Dimorfisme seksual tidak hanya diperlihatkan pada burung dewasa tetapi juga pada anak burung (Animal World, 2008b). Gambar 11 menyajikan Eclectus roratus roratus jantan dan betina. Dimorfisme seksual yang dimiliki Eclectus roratus roratus merupakan keuntungan dalam penyamaran diri di habitat asli. Betina memperlihatkan warna gelap pada bagian bawah tubuh pada saat terbang, karena warna merah dan lembayung pada bagian tersebut; yang tidak berbeda dengan bayangan hitam kanopi hutan. Jantan dengan warna bulu hijau, dapat menyamarkan diri di antara daundaunan (Avian Web, 2006i). Eclectus roratus roratus memiliki dua macam kicauan; yaitu suara lengkingan keras yang berulang pada saat terbang dan suara lembut pada saat makan (Birdtrick, 2008). Suara kicauan bervariasi yang disesuaikan dengan keadaan, diantaranya jeritan, siulan, suara seperti seruling dan lonceng (Avian Web, 2006i dan Pet Education, 2008b). Menurut Avian Web (2006i) kemampuan berkomunikasi Eclectus dengan manusia merupakan hasil dari sifat ingin tahu yang besar dari burung ini yang dihubungkan dengan tingkat kecerdasan untuk melihat dan mendengar di hutan habitat asli. Panjang badan Eclectus roratus roratus adalah 35 cm (Avian Web, 2006i dan Animal World, 2008b), sedangkan menurut Pet Bird Page (2008); Wild Adventures (2008) 35,56 cm dan Pet Education (2008b) adalah 30,48-35,56 cm. Panjang sayap menurut Wild Adventures (2008) adalah 22,86-25,4 cm. Panjang paruh Eclectus roratus roratus 34-40 mm (Juniper dan Parr, 1998). Bobot badan dewasa Eclectus roratus roratus adalah lebih dari 453,6 g (Wild Adventures, 2008). Pada umumnya betina lebih kecil dari jantan (Wikipedia, 2008e). Burung Eclectus berukuran besar, pendek dan kuat yang memiliki ekor pendek persegi dan sayap bulat memanjang (Animal World, 2008b). Eclectus roratus roratus di alam membuat sarang berupa sebuah lubang pada pohon yang tinggi. Sarang dibuat dalam kelompok Dijelaskan lebih lanjut bahwa Eclectus roratus roratus mudah dikembangkan dan dapat membuat sarang beberapa kali selama musim kawin (Animal World, 2008b). Betina lebih berani dibandingkan jantan dalam melindungi sarang (Avian Web, 2006i). Musim kawin Eclectus bervariasi tergantung pada iklim sepanjang tahun. Betina mengerami telur selama 26
hari (Wild Adventures, 2008), Animal World (2008b) 26-28 hari, Birdtrick (2008) 28 hari, sedangkan menurut Avian Web (2006i) 30 hari. Eclectus menghasilkan telur dua butir setiap eraman (Avian Web, 2006i; Animal World, 2008b; Birdtrick, 2008 dan Wild Adventures, 2008). Warna telur putih (Wikipedia, 2008e). Selama inkubasi, betina mengerami telur sendiri, jantan memberi makan sampai dengan telur menetas. Setelah itu, betina mencari makan sendiri (Wild Adventures, 2008). Anak burung tinggal di sarang sampai dengan umur 12 minggu (Animal World, 2008b). Menurut Pet Education (2008b) anak burung mencapai dewasa kelamin pada umur 2-3 tahun. Dijelaskan lebih lanjut bahwa betina lebih dominan dan lebih agresif pada saat pubertas dan kawin. Setiap sarang dapat menampung delapan anak burung dari betina-betina yang berbeda. Dinyatakan kemudian bahwa tidak jelas apakah betinabetina tersebut merupakan induk atau burung betina muda lain yang bertugas merawat anak (Wild Adventures, 2008). Menurut Hunt (1997) dan Avian Web (2006i) sarang dapat menjadi kultur pembiakan yang kompleks dengan anggota keluarga seperti paman dan bibi, menolong betina untuk merawat anak. Rataan lama hidup Eclectus roratus roratus berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu berkisar antara 20-50 tahun. Menurut Avian Web (2006i) adalah 50 tahun, Birdtrick (2008) adalah 30-40 tahun, Pet Education (2008b) 20 tahun, sedangkan menurut Wild Adventures (2008) adalah 40-50 tahun. Status konservasi Eclectus roratus roratus adalah LC (Least Concern) yaitu merupakan spesies yang tidak beresiko yang menurut IUCN (International Union for Conservation of Natural and Natural Resource) Red List (Encyclopedia the Freedictionary, 2008; Birdtrick, 2008 dan Wikipedia, 2008e). Penggolongan status konservasi menurut IUCN Red List didasarkan jumlah populasi individu di dunia Burung ini masih banyak ditemukan di habitatnya, tetapi perusakan hutan dan penangkapan liar yang terus berlanjut; dapat mengancam eksistensi spesies ini pada masa yang akan datang (Wikipedia, 2008e). Parrot Eclectus merupakan burung dari hutan dataran rendah dan rumpun pohon tinggi (Birdtrick, 2008). Habitat alami burung ini adalah hutan hujan tropik dan hutan monsoon (Hunt, 1997). Habitat Eclectus adalah Australia, New Guinea dan Kepulauan Pasifik Selatan (Birdtrick, 2008, Wild Adventures, 2008; Pet Bird Page, 2008 dan Pet Education, 2008b). Penyebaran burung ini juga terdapat di
kepulauan Indonesia Timur (Hunt, 1997; Encyclopedia the Freedictionary, 2008 dan Animal World, 2008b). Daerah sebaran burung ini adalah di hutan dataran rendah, savana, hutan bakau dan perkebunan kelapa di Maluku, Nusa Tenggara, Papua, Australia, Papua New Guinea dan Kepulauan Solomon (Avian Web, 2006i, Birdtrick, 2008 danWikipedia, 2008e).
Gambar 11. Eclectus roratus roratus jantan (Kanan) dan betina (Kiri) Sumber: Wild Adventures, 2008
Eclectus roratus roratus merupakan burung yang terbang secara berpasangan atau dalam kelompok kecil sampai dengan 80 ekor di alam liar (Avian Web, 2006i). Pakan Eclectus roratus roratus seperti burung paruh bengkok lain terdiri atas aneka buah-buahan seperti apel, buah berry, pepaya dan delima, kacang dan biji-bijian, kacang yang belum matang, kacang-kacangan, pucuk-pucuk daun, kuntum bunga, nektar, bahan sayuran dan pollen (Avian Web, 2006i; Animal World, 2008b; Birdtrick, 2008; Encyclopedia the Freedictionary, 2008; Wikipedia, 2008 e; Wild Adventures, 2008).
Genus Cacatua Genus Cacatua diklasifikasikan ke dalam kingdom Animalia, phylum Chordata, class Aves, order Psittaciformes, family Psittacidae (Lane, 2004, Biodiversity Mongabay, 2006c; Animal Diversity 2008; Wikipedia, 2008f dan Wikipedia, 2008g). Cacatua alba dan Cacatua sulphurea merupakan spesies dari genus Cacatua (Lane, 2004 dan Animal Diversity 2008). Cacatua alba biasa dikenal dengan nama umum White Cockatoo (Biodiversity Mongabay, 2006c). Spesies ini disebut juga Umbrella Cockatoos (Lane, 2004). Cacatua sulphurea occidentalis atau Occidental Lesser Sulphur-crested Cockatoo (Wikipedia, 2008h) merupakan salah satu sub-spesies dari Cacatua sulphurea (Animal World, 2008c) yang meliputi enam buah sub-spesies, sedangkan menurut Mytoos (2005) Cacatua sulphurea meliputi lima buah sub-spesies. Cacatua alba Cacatua alba diklasifikasikan ke dalam kingdom Animalia, phylum Chordata, class Aves, order Psittaciformes, family Psittacidae dan species Cacatua alba (Lane, 2004; Biodiversity Mongabay, 2006c; Animal Diversity 2008; Wikipedia, 2008f dan Wikipedia, 2008g). Cacatua alba biasa dikenal dengan nama umum White Cockatoo (Biodiversity Mongabay, 2006c). Spesies ini disebut juga Umbrella Cockatoos (Lane, 2004). Cacatua alba berwarna putih dengan bulu jambul lebar yang menyerupai payung dengan tekstur lentur ke belakang hampir setengah lingkaran. Dijelaskan lebih lanjut bahwa ekor bagian bawah dan sayap berwarna kuning, yang berkilau ketika terbang. Paruh hitam dan kaki abu-abu gelap (Lane, 2004 dan Wikipedia, 2008g). Lingkaran mata berwarna putih kekuningan atau putih kebiru-biruan (Bird Life International, 2008d). Spesies lain dari genus Cacatua seperti C.sulphurea, C. galerita (Sulphur-crested Cockatoo) dan C. moluccensis (Salmon-crested Cockatoo); memiliki ciri yang sama yaitu memiliki jambul kuning, jingga atau merah muda. Dimorfisme seksual ditemukan pada mata Cacatua alba. Jantan dan betina memiliki warna lingkar mata yang sama yaitu biru pucat, tetapi iris pada jantan berwarna coklat, sedangkan betina berwarna kemerah-merahan setelah pubertas. Dijelaskan lebih lanjut bahwa kepala dan paruh betina berukuran lebih kecil
dibandingkan jantan (Lane, 2004 dan Wikipedia (2008g). Ukuran tubuh jantan lebih besar (Lane, 2004). Suara Cacatua alba pendek, melengking, nyaring dan sengau (Bird Life International, 2008c). Cacatua alba berkomunikasi dengan pasangannya melalui isyarat dan suara (Lane, 2004).
Gambar 12. Cacatua alba Sumber: Animal World, 2008c
Bobot badan dewasa Cacatua alba 500-630 g dengan rata-rata 565 g (Lane, 2004) atau 400 g pada betina dan dapat mencapai 800 g pada jantan (Wikipedia, 2008g). Panjang badan Cacatua alba rata-rata 45 cm (Prahara, 1999) atau 46 cm (Lane, 2004 dan Bird Life International, 2008d dan Wikipedia, 2008g). Panjang sayap menurut Lane (2004) adalah 25-31 cm. Gambar 12 menyajikan Cacatua alba. Sarang Cacatua alba digunakan sebagai habitat hewan lain pada saat bukan musim kawin. Dijelaskan bahwa spesies ini menggunakan potongan kayu untuk memukul pohon sebagai peringatan bagi burung-burung lain apabila memasuki daerah teritorialnya (Lane, 2004). Musim kawin terjadi pada bulan Desember dan Maret, pada saat makanan tersedia cukup yaitu pada saat puncak pertumbuhan vegetasi. Jantan dan betina saling menggaruk satu sama lain pada saat kawin (Lane, 2004). Dijelaskan lebih lanjut bahwa jumlah telur yang dihasilkan sebanyak dua butir setiap eraman yang menurut Wikipedia (2008g) berwarna putih. Menurut Lane (2004) lama pengeraman 30 hari atau menurut Wikipedia (2008g) 28 hari dan telur dierami oleh jantan dan betina. Anak burung yang lebih besar menjadi dominan terhadap anak burung yang lebih kecil dan mengambil lebih banyak makanan
sehingga pasangan burung hanya merawat salah satu dari dua anak mereka (Wikipedia, 2008g). Anak burung tinggal dalam sarang sampai dengan tiga bulan dan meninggalkan sarang pada umur 3,5-4,0 bulan (Lane, 2004). Anak burung meninggalkan sarang pada umur 84 hari (Wikipedia, 2008g). Jantan dan betina mencapai dewasa kelamin pada umur 5-6 tahun. Dijelaskan bahwa jantan hanya berpasangan dengan betina yang sama (monogami), akan mengalami stress apabila jantan dan betina dipisahkan (Lane, 2004). Lama hidup Cacatua alba pada alam liar 26,9 tahun dalam kondisi ekstrim (banyak ancaman), namun rataan lama hidup pada alam liar adalah 30 tahun. Dijelaskan bahwa rata-rata lama hidup dalam kandang 40 tahun (Lane, 2004). Status konservasi Cacatua alba menurut IUCN (International Union for Conservation of Natural and Natural Resource) Red List adalah rentan atau VU (vulnerable) (Lane, 2004), yang berdasarkan CITES (Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora) dikategorikan sebagai Appendix II (Lane, 2004 dan Bird Life International, 2008d dan Wikipedia, 2008f). Penggolongan status konservasi menurut IUCN Red List didasarkan jumlah populasi individu di dunia sedangkan menurut CITES berdasarkan jumlah individu yang didagangkan. Perkiraan jumlah populasi Cacatua alba adalah 43.000-183.000 ekor (Bird Life International, 2008d). Cacatua alba, meski dalam status tidak terancam, tetapi rentan karena penurunan jumlah populasi sebagai akibat dari penangkapan liar dan kerusakan habitat (Biodiversity Mongabay, 2006c dan Wikipedia, 2008g). Cacatua alba merupakan burung endemik di Indonesia. Daerah penyebaran Cacatua alba meliputi hutan primer dan sekunder pulau Halmahera, Bacan, Ternate, Tidore, Mandiole dan Kasiruta di Maluku Utara (Lane, 2004; Biodiversity Mongabay, 2006c dan Animal Worldc, 2008 serta Wikipedia, 2008g). Spesies ini juga ditemukan di pulau Obi dan pulau Bisa yang diperkenalkan sebagai area pelepasan (introduced area) populasi burung Cacatua alba (Lane, 2004). Keberadaan populasi Cacatua alba di pulau Obi dan Bisa, dapat dijadikan referensi (Bird Life International, 2008d). Habitat utama Cacatua alba adalah hutan sub-tropis atau tropis basah, hutan bakau, rawa ladang, perkebunan, area pertanian, tepi sungai dan areal pembukaan
hutan pada ketinggian 300-900 m di atas permukaan laut (Lane, 2004 dan Biodiversity Mongabay, 2006c). Lane (2004) menyatakan bahwa Cacatua alba menyukai area berpohon dan menghabiskan waktu di kanopi pohon pada vegetasi sekunder. Pakan Cacatua alba di alam liar menurut Lane (2004) adalah benih, bulir padi, kacang-kacangan dan buah-buahan. Jenis buah yang disukai meliputi pepaya, durian, langsat dan rambutan; juga memakan jangkrik (ordo Orthoptera) juga kadal (family Scincidae), jagung yang tumbuh di ladang, kadang-kadang melakukan kerusakan di daerah perkebunan. Cacatua alba secara umum terlihat sendiri, berpasang-pasangan dan berkelompok kecil atau di sekawanan yang terdiri atas 15 ekor. Pada sore hari, mereka berkumpul dalam sebuah kelompok yang terdiri atas 50 ekor. Dijelaskan lebih lanjut bahwa Cacatua alba walaupun merupakan makhluk sosial, kecuali pada pasangannya, secara umum tidak membentuk ikatan yang dekat dengan satu sama lain, tidak ada dominasi yang kuat pada komunitas sosialnya. Cacatua alba merupakan hewan diurnal, dengan aktivitas lebih banyak bertengger dibandingkan dengan mencari makan (Lane, 2004). Cacatua sulphurea occidentalis
Cacatua sulphurea occidentalis atau disebut juga Occidental Lesser Sulphurcrested Cockatoo (Wikipedia, 2008h) merupakan salah satu sub-spesies dari Cacatua sulphurea (Animal World, 2008d) yang meliputi enam buah sub-spesies, sedangkan menurut Mytoos (2005) Cacatua sulphurea meliputi lima buah sub-spesies. Subspesies ini disebut juga kakatua putih kecil jambul kuning. Sub-spesies ini menurut Mytoos (2005) diklasifikasikan ke dalam kingdom Animalia, phylum Chordata, class Aves, order Psittaciformes dan family Cacatuidae. Warna bulu tubuh Cacatua sulphurea occidentalis putih dengan sedikit warna kuning pada bagian bawah sayap dan bulu ekor. Penutup telinga berwarna kuning pucat (Texas Cockatoos, 2008). Warna bulu sub-spesies ini putih dengan jambul berwarna kuning sulfur dan pipi berwarna kuning (Animal World, 2008d). Iris jantan berwarna coklat gelap, kaki abu-abu, kerongkongan kehitaman-hitaman (Lexicon of Parrots, 2008). Paruh betina lebih kecil daripada jantan, iris mata berwarna merah (Animal World, 2008d dan Lexicon of Parrots, 2008).
Gambar 13. Cacatua sulphurea occidentalis Sumber: Avian Web, 2006j (A) dan Texas Cockatoos, 2008 (B)
Anak burung memiliki kaki dan paruh berwarna abu-abu lebih terang, iris anak jantan dan betina berwarna gelap, warna iris anak betina menjadi seperti warna mata dewasa pada umur 12 bulan (Animal World, 2008d dan Lexicon of Parrots, 2008). Cacatua sulphurea occidentalis mempunyai suara yang sangat nyaring dan serak. Gambar 13 menyajikan Cacatua sulphurea occidentalis (Animal World, 2008d). Panjang tubuh sub-spesies ini 27,94-33,02 cm (Texas Cockatoos, 2008) atau 33 cm (Animal World, 2008d dan Lexicon of Parrots, 2008c) atau 34 cm (Prahara, 1999). Panjang sayap 210-245 mm (Lexicon of Parrots, 2008). Panjang paruh Cacatua sulphurea occidentalis adalah 29-39 mm (Juniper dan Parr, 1998). Betina menghasilkan telur setiap eraman 3-5 butir (Innvista, 2008); dengan lama pengeraman 22-24 hari (Innvista, 2008). Status konservasi sub-spesies ini disamakan dengan sub-spesies lain pada Cacatua sulphurea, yaitu menurut CITES (Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora) dikategorikan sebagai Appendix I (endangered species) atau terancam (Avian Web 2006j dan Wikipedia, 2008h). Penggolongan status konservasi menurut CITES berdasarkan jumlah individu yang didagangkan. Dijelaskan oleh Avian Web (2006 j) bahwa sub-spesies ini kritis karena terjadi penurunan populasi secara drastis akibat dari penangkapan liar untuk perdagangan burung sangkar. Jumlah populasi subspesies ini diperkirakan kurang dari 10.000 ekor.
Penyebaran Cacatua sulphurea occidentalis di pulau Lombok, pulau Sumbawa, pulau Flores dan Bali (Prahara, 1999 dan Texas Cockatoos, 2008). Cacatua sulphurea occidentalis hidup di area hutan terbuka, area sepanjang tepi hutan dan lahan gandum. Sub-spesies ini di alam liar memakan benih, biji, kacangkacangan, buah-buahan dan mungkin sayuran (Animal World, 2008d). Analisis Komponen Utama Analisis Komponen Utama (AKU) menurut Gaspersz (1992) adalah struktur varian-kovarian (kombinasi data multivariat yang beragam) melalui kombinasi linear dari peubah-peubah tertentu. Secara umum tujuan AKU bertujuan adalah untuk mereduksi data dan menginterpretasikannya. Penelitian yang AKU melibatkan banyak variabel bebas yang saling berhubungan (multikollinearitas). Asumsi tidak adanya multikollinearitas diantara variabel bebas pada AKU terpenuhi. Dijelaskan lebih lanjut bahwa komponen utama dapat diturunkan dari matriks korelasi atau matriks kovarian Metode
AKU
menerangkan
bahwa
komponen
utama
pertama
mengindikasikan ukuran (size) hewan yang diteliti (vektor ukuran) dan komponen utama kedua mengindikasikan bentuk (shape) hewan yang diteliti (vektor bentuk) (Everitt dan Dunn, 1998). Hayashi et al. (1982) menjelaskan bahwa komponen utama pertama yaitu komponen utama yang memiliki keragaman total tertinggi dan komponen utama kedua yaitu komponen utama yang memiliki keragaman total terbesar setelah komponen utama pertama. Akar ciri atau ragam diperoleh dari hasil perkalian antara jumlah peubah yang diamati dan nilai keragaman total pada AKU yang diturunkan berdasarkan matriks kovarian. Akar ciri atau ragam ini menurut Nishida et al. (1982) dinyatakan sebagai nilai eigen. Nilai eigen menunjukkan keragaman total yang sebenarnya (Afifi dan Clark, 1996). Keragaman total diperoleh dari hasil pembagian antara nilai eigen komponen utama ke-i dan banyaknya peubah yang diamati. Vektor eigen memperlihatkan kontribusi dari peubah-peubah tertentu sebagai faktor pembeda ukuran tubuh dan bentuk tubuh. Everitt dan Dunn (1998) menerangkan bahwa pada pengukuran morfologi hewan, hasil AKU lebih ditekankan pada komponen kedua sebagai indikasi bentuk tubuh, dibandingkan dengan komponen utama pertama sebagai indikasi ukuran
tubuh. Selanjutnya menutut Nishida et al. (1982) menyatakan bahwa diagram kerumunan dibuat berdasarkan skor ukuran dan skor bentuk yang ditentukan oleh persamaan ukuran dan bentuk melalui AKU. Berdasarkan diagram kerumunan tersebut dapat ditentukan perbandingan diantara ukuran dan bentuk kelompok ternak yang diamati. Jarak Minimum D Mahalanobis Jarak minimum D2 Mahalanobis diperoleh dari akar nilai jarak minimum D2 Mahalanobis. Jarak minimum Mahalanobis digunakan untuk menggambarkan perbedaan morfometrik antara kelompok yang diamati yang diperlihatkan dengan dendogram. Jarak minimum D2 Mahalanobis disajikan dalam bentuk matriks yang digunakan untuk membuat dendogram (Gaspersz, 1992). Teknik pembuatan dendogram dilakukan dengan metode Unweight Pair Group Method with Arithmetric (UPGMA) dengan asumsi bahwa laju evolusi antara kelompok adalah sama (Nei, 1987).
METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan di laboratorium ornithologi Widyasatwaloka, LIPI-Biologi Cibinong. Pengumpulan data sekunder tersebut telah dilakukan pada bulan Februari - Maret 2008. Materi Materi penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder yang meliputi spesimen burung bayan-bayanan berjumlah 234 spesimen; yang terdiri atas 128 spesimen jantan dan 106 spesimen betina. Jumlah tersebut menyebar pada 11 spesimen Loriculus stigmatus (tujuh ekor jantan dan empat ekor betina), 17 spesimen Loriculus galgulus (12 ekor jantan dan lima ekor betina), 22 spesimen Charmosyna placentis intensior (tujuh ekor jantan dan 15 ekor betina), 11 spesimen Cacatua alba (delapan ekor jantan dan tiga ekor betina), 12 spesimen Cacatua sulphurea occidentalis (enam ekor jantan dan enam ekor betina), 20 spesimen Eclectus roratus roratus (13 ekor jantan dan tujuh ekor betina), 13 spesimen Alisterus amboinensis buruensis (tujuh ekor jantan dan enam ekor betina), 13 spesimen Psittacula alexandri alexandri (dua ekor jantan dan 11 ekor betina), 13 spesimen Psittacula alexandri dammermani (enam ekor jantan dan tujuh ekor betina), 16 spesimen Psittacula longicauda longicauda (10 ekor jantan dan enam ekor betina), 24 Trichoglossus haematodus haematodus (15 ekor jantan dan sembilan ekor betina), 20 Trichoglossus ornatus (11 ekor jantan dan sembilan ekor betina), 27 spesimen Eos bornea cyanonothus (17 ekor jantan dan 10 ekor betina) dan 15 spesimen Eos squamata obiensis (tujuh ekor jantan dan delapan ekor betina). Alat yang digunakan pada penelitian ini terdiri atas jangka sorong digital, mistar, benang, lembar data, alat tulis dan kamera digital. Pengolahan data dibantu dengan menggunakan perangkat lunak statistika yaitu Minitab versi 14.12 dan program Mega 3.1 (Molecular Evolutionary Genetics Analysis) untuk penyajian dendogram jarak minimum D2 Mahalanobis.
Analisis Data T2-Hotteling Uji T2-Hotteling digunakan untuk membedakan ukuran-ukuran dari peubahpeubah ukuran kepala yang diamati pada dua spesies yang berbeda. Penelitian ini menggunakan 13 spesies burung bayan-bayanan. Spesies burung bayan-bayanan tersebut secara berturut-turut adalah Loriculus stigmatus, Loriculus galgulus, Charmosyna placentis intensior, Cacatua alba, Cacatua sulphurea occidentalis, Eclectus roratus roratus, Alisterus amboinensis buruensis, Psittacula alexandri (Psittacula alexandri alexandri dan Psittacula alexandri dammermani), Psittacula longicauda longicauda, Trichoglossus haematodus haematodus, Trichoglossus ornatus, Eos bornea cyanonothus dan Eos squamata obiensis. Uji T2-Hotteling juga digunakan untuk membedakan ukuran-ukuran dari peubah-peubah ukuran kepala diantara jenis kelamin pada setiap spesies yang diamati. Vektor nilai rata-rata dari jantan dan betina yang diamati meliputi tinggi kepala, lebar kepala, panjang paruh, lebar paruh dan tinggi paruh. Pengujian tersebut dilakukan dengan merumuskan hipotesis sebagai berikut : Ho : U1 = U2 ;
artinya
vektor
nilai
rata-rata
dari
jantan
sama dengan betina. H1 : U1 ≠ U2 ;
artinya kedua vektor nilai rata-rata jantan dan betina berbeda
Gaspersz (1992) menyatakan bahwa pengujian terhadap hipotesis di atas dilakukan dengan menggunakan uji statistik T2-Hotteling. T2-Hotteling dirumuskan sebagai berikut: T2
n 1n 2 1 ( X 1 X 2 ) 'S G ( X 1 X 2 ) n1 n 2
Selanjutnya besaran F=
n1 n 2 p 1 2 T (n1 n 2 2) p
akan berdistribusi F dengan derajat bebas V1 = p dan V2 = n1 + n2 – P – 1 Keterangan : T2
= nilai statistik T2-Hotteling
F
= nilai hitung untuk T2-Hotteling
n1
= jumlah data pengamatan pada jantan
n2
= jumlah data pengamatan pada betina
x1
= vektor nilai rata-rata peubah acak pada jantan
x2 SG-1
= vektor nilai rata-rata peubah acak pada betina
P
= banyaknya peubah ukur
= invers matrik peragam gabungan (invers dari matriks SG)
Vektor nilai rata-rata dari kedua spesies yang diamati meliputi tinggi kepala, lebar kepala, panjang paruh, lebar paruh dan tinggi paruh. Pengujian tersebut dilakukan dengan merumuskan hipotesis sebagai berikut : Ho : U1 = U2 ;
artinya vektor nilai rata-rata dari spesies pertama sama dengan spesies kedua.
H1 : U1 ≠ U2 ;
artinya kedua vektor nilai rata-rata itu berbeda
Gaspersz (1992) menyatakan bahwa pengujian terhadap hipotesis di atas dilakukan dengan menggunakan uji statistik T2-Hotteling. T2-Hotteling dirumuskan sebagai berikut: T2
n 1n 2 1 ( X 1 X 2 ) 'S G ( X 1 X 2 ) n1 n 2
Selanjutnya besaran F=
n1 n2 p 1 2 T (n1 n2 2) p
akan berdistribusi F dengan derajat bebas V1 = p dan V2 = n1 + n2 – P – 1 Keterangan : T2
= nilai statistik T2-Hotteling
F
= nilai hitung untuk T2-Hotteling
n1
= jumlah data pengamatan pada spesies pertama
n2
= jumlah data pengamatan pada spesies kedua
x1
= vektor nilai rata-rata peubah acak pada spesies pertama
x2 SG-1
= vektor nilai rata-rata peubah acak pada spesies kedua
P
= banyaknya peubah ukur
= invers matrik peragam gabungan (invers dari matriks SG)
Jarak Minimum D2 Mahalanobis Jarak D2 Mahalanobis antara dua spesies burung bayan-bayanan dihitung berdasarkan perhitungan Gaspersz (1992) sebagai berikut :
D2 = X 1 X 2 ′ SG-1 X 1 X 2
Keterangan : D2
:
nilai statistik Mahalanobis sebagai ukuran jarak kuadrat Mahalanobis antara dua spesies burung bayan-bayanan
SG-1
:
invers matrik gabungan (invers dari matrik SG)
1
:
vektor nilai rata-rata peubah acak dari spesies burung bayan
X
bayanan pertama
X
:
2
vektor nilai rata-rata peubah acak dari spesies burung bayanbayanan kedua
Penyajian Dendogram Penyajian dendogram dilakukan berdasarkan nilai minimum D2 Mahalanobis setelah diakarkan. Pengelompokan spesies burung bayan-bayanan dilakukan berdasarkan percabangan dendogram. Penyajian dendogram dibantu dengan perangkat lunak Mega 3.1 (Molecular Evolutionary Genetics Analysis). Analisis Komponen Utama Penelitian ini menggunakan Analisis Komponen Utama (AKU). Persamaan ukuran dan bentuk kepala pada penelitian ini diturunkan dari matriks kovarian. Analisis Komponen Utama (AKU) yang digunakan berdasarkan Gaspersz (1992) dengan model persamaan : Y1 = a11X1 + a21X2 + a31X3 + a41X4 + a51X5 Keterangan : Y1
: komponen utama ke-1 (skor ukuran)
a11, a21, a31, a41, a51
: vektor eigen
X1
: tinggi kepala
X2
: lebar kepala
X3
: panjang paruh
X4
: tinggi paruh
X5
: tebal paruh
Penciri ukuran ditentukan dari nilai vektor eigen tertinggi pada persamaan ukuran. Hubungan keeratan (korelasi) antara Y1 (skor ukuran) dan penciri ukuran dihitung dengan menggunakan rumus Gaspersz (1992) sebagai berikut : rxiy1 = ri1 =
a i1 λ i1 Si
Keterangan : Rxiy1 : koefisien korelasi variabel ke-i dan komponen ke-1 ai1
: vektor eigen variabel ke-i dengan komponen ke-1
λi1
: nilai eigen (akar ciri) komponen utama ke-1
Si
: simpangan baku peubah penciri ukuran
Nilai eigen (λi1) merupakan jumlah kuadrat dari masing-masing korelasi antara komponen utama dan setiap peubah (rxiy1) dapat diperoleh dari rumus Gaspersz (1992) sebagai berikut : λ1 = r2x1y1 + r2x2y2 +...+ r2znyn Penelitian ini menggunakan Analisis Komponen Utama (AKU). Persamaan ukuran dan bentuk kepala pada penelitian ini diturunkan dari matriks kovarian. Analisis Komponen Utama (AKU) yang digunakan berdasarkan Gaspersz (1992) dengan model persamaan : Y2 = a12X1 + a22X2 + a32X3 + a42X4 + a52X5 Keterangan : Y2
: komponen utama ke-2 (skor bentuk)
a12, a22, a32, a42, a52
: vektor eigen
X1
: tinggi kepala
X2
: lebar kepala
X3
: panjang paruh
X4
: tinggi paruh
X5
: tebal paruh
Penciri ukuran ditentukan dari nilai vektor eigen tertinggi pada persamaan ukuran. Hubungan keeratan (korelasi) antara Y2 (skor bentuk) dan penciri ukuran dihitung dengan menggunakan rumus Gaspersz (1992) sebagai berikut : rxiy2 = ri2 =
a i2 λ i2 Si
Keterangan : rxiy2
: koefisien
korelasi variabel ke-i dan komponen ke-2
ai2
: vektor eigen variabel ke-i dengan komponen ke-2
λi2
: nilai eigen (akar ciri) komponen utama ke-2
Si
: simpangan baku peubah penciri ukuran
Nilai eigen (λi2) merupakan jumlah kuadrat dari masing-masing korelasi antara komponen utama dan setiap peubah (rxiy2) dapat diperoleh dari rumus Gaspersz (1992) sebagai berikut : λ2 = r2x1y1 + r2x2y2 +...+ r2znyn Diagram Kerumunan Diagram kerumunan dibuat berdasarkan skor ukuran dan skor bentuk yang diperoleh dari persamaan komponen utama pertama yang disetarakan dengan sumbu X dan persamaan komponen kedua yang disetarakan dengan sumbu Y. Setiap plot pada diagram kerumunan mencerminkan data setiap individu. Pengerumunan dilakukan berdasarkan spesies yang diamati. Kesamaan dan perbedaan ukuran dan bentuk kepala diantara spesies burung bayan-bayanan yang diamati dapat ditentukan berdasarkan diagram kerumunan. Prosedur Pengamatan ukuran-ukuran linier kepala yang dilakukan adalah tinggi kepala (X1) lebar kepala (X2) panjang paruh (X3), tinggi paruh (X4) dan tebal paruh (X5). Gambar 14 menyajikan ukuran-ukuran linier kepala yang diperoleh pada data sekunder. Prosedur dalam pengamatan ukuran-ukuran linier kepala yang diperoleh pada data sekunder tersebut adalah sebagai berikut : 1. Tinggi kepala (mm). Pengukuran dilakukan dari bagian tengah tulang tengkorak kepala sampai bagian bawah paruh dengan menggunakan jangka sorong. 2. Lebar kepala (mm). Pengukuran dilakukan dari daerah belakang mata pada bagian tengkorak dengan menggunakan jangka sorong. 3. Panjang paruh (mm). Pengukuran dilakukan dari pangkal paruh sampai ujung paruh dengan menggunakan jangka sorong
4. Tinggi paruh (mm). Pengukuran dilakukan dari pangkal paruh bagian atas sampai pangkal paruh bagian bawah secara vertikal dengan menggunakan jangka sorong. 5. Tebal paruh (mm). Pengukuran dilakukan pada pangkal paruh bagian atas sampai pangkal paruh bagian bawah dengan menggunakan jangka sorong
Keterangan: X1 = panjang paruh (mm); X2 = tebal paruh (mm); X3 = tinggi paruh (mm); X4 = lebar kepala (mm); X5 = tinggi kepala (mm)
Gambar 14. Ukuran-ukuran Kepala Burung Bayan-Bayanan yang Diamati Sumber: http://en.wikipedia.org/wiki/Bird_anatomy
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Statistik T2-Hotteling Ukuran linear peubah kepala burung bayan-bayanan yang diamati dikelompokkan berdasarkan genus yang meliputi spesies dan sub-spesies yang tertentu; yang disajikan pada Tabel 1 hingga Tabel 13. Hasil pengamatan dalam tabel disajikan terlebih dahulu yang kemudian diikuti dengan pembahasan. Koefisien keragaman ukuran linear peubah kepala yang diperoleh pada penelitian ini kurang dari 14% walaupun sampel yang digunakan sedikit yaitu 2-17 ekor. Ukuran-ukuran Linear Peubah Kepala Jantan dan Betina dalam Spesies Tabel 1 menyajikan ukuran-ukuran linear peubah kepala pada spesies Loriculus stigmatus dan Loriculus galgulus dalam genus Loriculus. Rataan ukuranukuran linear peubah kepala dan simpangan baku berikut koefisien keragamannya, disajikan pada tabel tersebut. Tabel 1.
Ukuran- ukuran Linear Peubah Kepala Burung Bayan-bayanan Jantan dan Betina Genus Loriculus
Spesies
Jenis Kelamin
Tinggi Kepala
Lebar Kepala
Panjang Paruh
Tinggi Paruh
Tebal Paruh
Loriculus stigmatus
Jantan
16,07 ± 1,83 (11,4%) (7)
17,71 ± 0,86 (4,9%) (7)
9,87 ± 1,05 (10,7%) (7)
9,55 ± 0,60 (6,3%) (7)
6,55 ± 0,36 (5,5%) (7)
Betina
15,49 ± 0,62 (4,0%) (4)
18,25 ± 1,33 (7,3%) (4)
9,76 ± 0,45 (4,7%) (4)
9,72 ± 0,56 (5,8%) (4)
6,81 ± 0,67 (9,9%) (4)
Jantan
14,80 ± 0,95 (6,4%) (12)
15,60 ± 1,35 (8,6%) (12)
9,49 ± 0,39 (4,1%) (12)
8,41 ± 0,48 (5,7%) (12)
6,20 ± 0,27 (4,3%) (12)
Betina
14,86 ± 0,92 (6,2%) (5)
16,05 ± 2,15 (13,4%) (5)
9,57 ± 0,57 (5,9%) (5)
8,49 ± 0,39 (4,6%) (5)
6,30 ± 0,40 (6,3%) (5)
-----------------------------(mm)-----------------------------------
Loriculus galgulus
Keterangan : Angka di dalam kurung menunjukkan koefisien keragaman dan jumlah sampel spesimen
Jantan dan betina di dalam genus Loriculus memiliki kesamaan ukuran linear peubah kepala berdasarkan T2-Hotteling (P>0,05). Hal tersebut menjelaskan bahwa
ukuran linear peubah kepala jantan dan betina tidak berbeda pada spesies Loriculus stigmatus stigmatus dan Loriculus galgulus. Koefisien keragaman ukuran-ukuran linear peubah kepala pada genus Loriculus adalah 13,4% dengan sampel yang digunakan tidak banyak. Syahid (2008) menyatakan bahwa dalam keadaan heterogen besarnya koefisien keragaman tersebut digolongkan dalam koefisien keragaman sedang karena berada dalam kisaran 10%-20%. Tabel 2 menyajikan ukuran-ukuran linear peubah kepala pada sub-spesies Charmosyna placentis intensior dalam genus Charmosyna. Rataan ukuran-ukuran linear peubah kepala dan simpangan baku berikut koefisien keragamannya, disajikan pada tabel tersebut. Tabel 2.
Ukuran- ukuran Linear Peubah Kepala Burung Bayan-bayanan Jantan dan Betina Genus Charmosyna
Sub-spesies
Jenis Kelamin
Tinggi Kepala
Lebar Kepala
Panjang Paruh
Tinggi Paruh
Tebal Paruh
Charmosyna placentis intensior
Jantan
14,97 ± 0,39 (2,6) (7)
16,47 ± 0,85 (5,1%) (7)
11,49 ± 0,36 (3,1%) (7)
11,16 ± 0,45 (4,04) (7)
8,16 ± 0,48 (5,8%) (7)
Betina
14,94 ± 0,57 (3,8%) (15)
16,08 ± 1,14 (7,1%) (15)
11,05 ± 0,38 (3,5%) (15)
10,79 ± 0,32 (2,9%) (15)
8,00 ± 0,27 (3,3%) (15)
---------------------------(mm)------------------------------------
Keterangan : Angka di dalam kurung menunjukkan koefisien keragaman dan jumlah sampel spesimen
Jantan dan betina di dalam genus Charmosyna memiliki perbedaan ukuran linear peubah kepala berdasarkan T2-Hotteling (P<0,05). Hal tersebut menjelaskan bahwa ukuran linear peubah kepala jantan dan betina pada sub-spesies Charmosyna placentis intensior berbeda. Koefisien keragaman ukuran-ukuran linear peubah kepala pada genus Charmosyna adalah 7,1% dengan sampel yang digunakan tidak banyak. Syahid (2008) menyatakan bahwa dalam keadaan heterogen besarnya koefisien keragaman tersebut digolongkan dalam koefisien keragaman kecil karena berada di bawah 10%. Tabel 3 menyajikan ukuran-ukuran linear peubah kepala pada spesies Cacatua alba dan sub-spesies Cacatua sulphurea occidentalis yang dikelompokkan ke dalam genus Cacatua. Rataan ukuran-ukuran linear peubah kepala dan simpangan baku berikut koefisien keragamannya, disajikan pada tabel tersebut.
Jantan dan betina di dalam genus Cacatua memiliki kesamaan ukuran linear peubah kepala berdasarkan T2-Hotteling (P>0,05). Hal tersebut menjelaskan bahwa ukuran linear peubah kepala jantan dan betina pada spesies Cacatua alba tidak berbeda, begitu pula pada sub-spesies Cacatua sulphurea occidentalis. Tabel 3. Ukuran-ukuran Linear Peubah Kepala Burung Bayan-bayanan Jantan dan Betina Genus Cacatua Spesies/ Sub-spesies
Jenis Kelamin
Tinggi Kepala
Lebar Kepala
Panjang Paruh
Tinggi Paruh
Tebal Paruh
Cacatua alba
Jantan
48,48 ± 4,23 (8,7%) (8)
45,89 ± 4,29 (9,4%) (8)
35,53 ± 2,98 (8,4%) (8)
43,63 ± 3,38 (7,8%) (8)
23,14 ± 2,38 (10,3%) (8)
Betina
48,90 ± 1,70 (3,5%) (3)
46,88 ± 3,22 (6,9%) (3)
31,20 ± 2,16 (6,9%) (3)
42,28 ± 3,43 (8,1%) (3)
23,26 ± 3,12 (13,4%) (3)
Jantan
42,64 ± 2,36 (5,5%) (6)
38,81 ± 5,11 (13,2%) (6)
28,75 ± 2,36 (8,2%) (6)
38,24 ± 2,95 (7,7%) (6)
21,54 ± 0,92 (4,3%) (6)
Betina
39,27 ± 2,16 (5,5%) (6)
35,72 ± 3,25 (9,1%) (6)
26,22 ± 1,99 (7,6%) (6)
33,64 ± 1,00 (3,0%) (6)
21,06 ± 2,68 (12,7%) (6)
------------------------(mm)------------------------
Cacatua sulphurea occidentalis
Keterangan : Angka di dalam kurung menunjukkan koefisien keragaman dan jumlah sampel spesimen
Koefisien keragaman ukuran-ukuran linear peubah kepala pada genus Cacatua adalah yaitu 13,4% dengan sampel yang digunakan tidak banyak. Syahid (2008) menyatakan bahwa dalam keadaan heterogen besarnya koefisien keragaman tersebut digolongkan dalam koefisien keragaman sedang karena berada dalam kisaran 10%20%. Tabel 4 menyajikan ukuran-ukuran linear peubah kepala pada spesies Eclectus roratus rotatus dalam genus Eclectus. Rataan ukuran-ukuran linear peubah kepala dan simpangan baku berikut koefisien keragamannya, disajikan pada tabel tersebut Jantan dan betina di dalam genus Eclectus memiliki kesamaan ukuran linear peubah kepala berdasarkan T2-Hotteling (P>0,05). Hal tersebut menjelaskan bahwa ukuran linear peubah kepala jantan dan betina tidak berbeda pada sub-spesies
Eclectus roratus roratus. Koefisien keragaman keragaman ukuran-ukuran linear peubah kepala pada genus Eclectus adalah 9,29% dengan sampel yang digunakan tidak banyak. Syahid (2008) menyatakan bahwa dalam keadaan heterogen besarnya koefisien keragaman tersebut digolongkan dalam koefisien keragaman kecil karena berada di bawah 10%. Tabel 5 menyajikan ukuran-ukuran linear peubah kepala pada sub-spesies Alisterus amboinensis buruensis dalam genus Alisterus. Rataan ukuran-ukuran linear peubah kepala dan simpangan baku berikut koefisien keragamannya, disajikan pada tabel tersebut. Tabel 4. Sub-spesies
Ukuran- ukuran Linear Peubah Kepala Burung Bayan-bayanan Jantan dan Betina Genus Eclectus
Jenis Kelamin
Tinggi Kepala
Lebar Kepala
Panjang Paruh
Tinggi Paruh
Tebal Paruh
---------------------------(mm)----------------------------------Eclectus roratus roratus
Jantan
34,73 ± 2,42 (7,0%) (13)
35,07 ± 2,58 (7, 4%) (13)
28,92 ± 1,92 (6,7%) (13)
31,15 ± 2,02 (6,5%) (13)
19,78 ± 0,91 (4,6%) (13)
Betina
33,97 ± 1,53 (4,5%) (7)
33,07 ± 3,07 (9,3%) (7)
27,83 ± 1,58 (5,7%) (7)
30,53 ± 1,71 (5,6%) (7)
19,14 ± 0,59 (3,1%) (7)
Keterangan : Angka di dalam kurung menunjukkan koefisien keragaman dan jumlah sampel spesimen
Jantan dan betina di dalam genus Alisterus memiliki kesamaan ukuran linear peubah kepala berdasarkan T2-Hotteling (P>0,05). Hal tersebut menjelaskan bahwa ukuran linear peubah kepala jantan dan betina tidak berbeda pada sub-spesies Alisterus amboinensis buruensis. Koefisien keragaman ukuran-ukuran linear peubah kepala pada marga Alisterus adalah 8,2% walaupun sampel yang digunakan tidak banyak. Syahid (2008) menyatakan bahwa dalam keadaan heterogen besarnya koefisien keragaman tersebut digolongkan dalam koefisien keragaman kecil karena berada di bawah 10%. Tabel 6 menyajikan ukuran-ukuran linear peubah kepala pada spesies Psittacula alexandri alexandri, Psittacula alexandri dammermani dan Psittacula longicauda longicauda yang dikelompokkan dalam genus Psittacula. Rataan
ukuran-ukuran linear peubah kepala dan simpangan baku berikut koefisien keragamannya, disajikan pada tabel tersebut. Tabel 5.
Ukuran- ukuran Linear Peubah Kepala Burung Bayan-bayanan Jantan dan Betina Genus Alisterus
Spesies
Jenis Kelamin
Tinggi Kepala
Lebar Kepala
Panjang Paruh
Tinggi Paruh
Tebal Paruh
Alisterus amboinensis buruensis
Jantan
25,14 ± 1,31 (5,2%) (7)
28,43 ± 1,56 (5, 5%) (7)
19,89 ± 1,63 (8,2%) (7)
23,39 ± 1,12 (5,0%) (7)
15,09 ± 0,48 (3,2%) (7)
Betina
25,32 ± 1,32 (5,2%) (6)
28,06 ± 1,26 (4,5%) (6)
19,63 ± 1,04 (5,3%) (6)
22,70 ± 1,83 (8,1%) (6)
15,40 ± 0,43 (2,8%) (6)
---------------------------(mm)------------------------------------
Keterangan : Angka di dalam kurung menunjukkan koefisien keragaman dan jumlah sampel spesimen
Spesies Psittacula alexandri alexandri dan Psittacula longicauda longicauda di dalam genus Psittacula memiliki kesamaan ukuran linear peubah kepala pada jantan dan betina berdasarkan T2-Hotteling (P>0,05). Hal tersebut menjelaskan bahwa ukuran linear peubah kepala jantan dan betina tidak berbeda pada spesies Psittacula alexandri alexandri dan Psittacula longicauda longicauda. Ukuranukuran linear peubah kepala jantan berbeda dengan betina pada spesies Psittacula alexandri dammermani berdasarkan T2-Hotteling (P<0,05). Koefisien keragaman ukuran-ukuran linear peubah kepala pada marga Psittacula adalah 11,9% dengan sampel yang digunakan tidak banyak. Syahid (2008) menyatakan bahwa dalam keadaan heterogen besarnya koefisien keragaman tersebut digolongkan dalam koefisien keragaman sedang karena berada dalam kisaran 10%-20%. Tabel 7 menyajikan ukuran-ukuran linear peubah kepala pada spesies Trichoglossus haematodus haematodus dan Trichoglossus ornatus dalam genus Trichoglossus. Rataan ukuran-ukuran linear peubah kepala dan simpangan baku berikut koefisien keragamannya, disajikan pada tabel tersebut. Jantan dan betina di dalam genus Trichoglossus memiliki kesamaan ukuran linear peubah kepala berdasarkan T2-Hotteling (P>0,05). Hal tersebut menjelaskan bahwa ukuran linear peubah kepala jantan dan betina tidak berbeda pada spesies Trichoglossus haematodus haematodus dan Trichoglossus ornatus. Koefisien keragaman ukuran-ukuran linear peubah kepala pada genus Trichoglossus adalah
6,6% dengan sampel yang digunakan tidak banyak. Syahid (2008) menyatakan bahwa dalam keadaan heterogen besarnya koefisien keragaman tersebut digolongkan dalam koefisien keragaman kecil karena berada di bawah 10%. Tabel 6. Spesies
Ukuran- ukuran Linear Peubah Kepala Burung Bayan-bayanan Jantan dan Betina Genus Psittacula.
Jenis Kelamin
Tinggi Kepala
Lebar Kepala
Panjang Paruh
Tinggi Paruh
Tebal Paruh
Jantan
26,78 ± 1,47 (5,5%) (2)
28,57 ± 0,79 (2,8%) (2)
18,50 ± 0,78 (4,2%) (2)
25,12 ± 0,87 (3,4%) (2)
15,81 ± 0,53 (3,4%) (2)
Betina
26,50 ± 0,10 (3,8%) (11)
26,37 ± 1,90 (7,2%) (11)
18,31 ± 0,95 (5,2%) (11)
23,85 ± 1,35 (5,7%) (11)
15,01 ± 0,66 (4,4%) (11)
Jantan
26,76 ± 0,80 (3,0%) (6)
28,22 ± 1,35 (4,8%) (6)
21,92 ± 1,61 (7,3%) (6)
26,02 ± 0,97 (3,7%) (6)
15,95 ± 0,52 (3,3%) (6)
Betina
25,68 ± 1,84 (7,2%) (7)
27,24 ± 2,28 (8,4%) (7)
19,63 ± 1,27 (6,5%) (7)
23,83 ± 1,08 (4,5%) (7)
15,01 ± 0,87 (5,8%) (7)
Jantan
24,75 ± 1,58 (6,4%) (10)
26,09 ± 2,23 (8,4%) (10)
16,94 ± 0,89 (5,3%) (10)
21,70 ± 1,16 (5,3%) (10)
13,75 ± 0,42 (3,1%) (10)
Betina
23,42 ± 2,10 (9,0%) (6)
25,71 ± 3,06 (11,9%) (6)
16,99 ± 1,24 (7,3%) (6)
20,91 ± 0,58 (2,8%) (6)
13,68 ± 0,43 (3,1%) (6)
-----------------------------(mm)----------------------------------Psittacula alexandri alexandri
Psittacula alexandri dammermani
Psittacula longicauda longicauda
Keterangan : Angka di dalam kurung menunjukkan koefisien keragaman dan jumlah sampel spesimen
Tabel 8 menyajikan menyajikan ukuran-ukuran linear peubah kepala pada spesies Eos bornea cyanonothus dan Eos squamata obiensis yang dikelompokkan ke dalam genus Eos. Tabel tersebut menyajikan ukuran-ukuran linear peubah kepala pada jantan dan betina Eos bornea cyanonothus dan Eos squamata obiensis. Jantan dan betina di dalam marga Eos memiliki kesamaan ukuran linear peubah kepala berdasarkan T2-Hotteling (P>0,05). Hal tersebut menjelaskan bahwa ukuran linear peubah kepala jantan dan betina pada spesies Eos bornea cyanonothus
dan spesies Eos squamata obiensis tidak berbeda. Koefisien keragaman seperti halnya pada genus Eos, koefisien keragaman ukuran-ukuran linear peubah kepala pada genus Eos adalah 12,4% dengan sampel yang digunakan tidak banyak. Syahid (2008) menyatakan bahwa dalam keadaan heterogen besarnya koefisien keragaman tersebut digolongkan dalam koefisien keragaman sedang karena berada dalam kisaran 10%-20 %. Tabel 7.
Ukuran- ukuran Linear Peubah Kepala Burung Bayan-bayanan Jantan dan Betina Marga Trichoglossus
Spesies
Jenis Kelamin
Tinggi Kepala
Lebar Kepala
Panjang Paruh
Tinggi Paruh
Tebal Paruh
Trichoglossus haematodus haematodus
Jantan
22,19 ± 1,10 (4,9%) (15)
24,52 ± 1,28 (5,2%) (15)
17,56 ± 0,66 (3,7%) (15)
20,06 ± 0,98 (4,9%) (15)
12,32 ± 0,44 (3,6%) (15)
Betina
22,39 ± 0,73 (3,3%) (9)
24,74 ± 1,27 (5,1%) (9)
17,93 ± 1,16 (6,4%) (9)
19,37 ± 1,20 (6,2%) (9)
12,13 ± 0,69 (5,7%) (9)
Jantan
21,10 ± 1,45 (6,6%) (11)
22,94 ± 1,02 (4,4%) (11)
17,39 ± 0,55 (3,2%) (11)
18,86 ± 1,14 (6,0%) (11)
11,67 ± 0,41 (3,5%) (11)
Betina
20,76 ± 1,06 (5,1%) (9)
22,87 ± 1,18 (5,1%) (9)
17,09 ± 0,55 (3,2%) (9)
17,62± 0,63 (3,6%) (9)
11,22 ± 0,32 (2,9%) (9)
-----------------------------(mm)-----------------------------
Trichoglossus ornatus
Keterangan : Angka di dalam kurung menunjukkan koefisien keragaman dan jumlah sampel spesimen
Rekapitulasi hasil uji statistik T2 Hotteling jantan dan betina antara spesies burung bayan-bayanan yang diamati; disajikan pada Tabel 9. Berdasarkan tabel tersebut; perbedaan jantan dan betina hanya ditemukan pada spesies Psittacula alexandri dammermani dan Charmosyna placentis intensior. Ukuran-ukuran linear peubah kepala burung bayan-bayanan yang diamati menunjukkan perbedaan diantara jantan dan betina pada spesies Psittacula alexandri dammermani dan Charmosyna placentis intensior (P<0,05). Psittacula alexandri dammermani berukuran lebih besar dan memiliki paruh yang lebih berat dibandingkan sub-spesies Psittacula alexandri lainnya (Wanadoo, 2008). Bobot badan dewasa P.a. alexandri berdasarkan Central Pets (2008), Genomics (2008) dan
World Parrot Trust (2008o) berkisar antara 100-156 g. Berdasarkan kisaran bobot badan yang lebar, maka keragaman bobot badan tinggi, sehingga dapat dipastikan bahwa bobot badan jantan berbeda dengan betina. Ukuran kepala dapat dihubungkan dengan bobot badan. Tabel 8. Spesies
Ukuran- ukuran Linear Peubah Kepala Burung Bayan-bayanan Jantan dan Betina Genus Eos Jenis Kelamin
Tinggi Kepala
Lebar Kepala
Panjang Paruh
Tinggi Paruh
Tebal Paruh
Jantan
24,30 ± 1,51 (6,2%) (17) 23,49 ± 1,09 (4,7%) (10)
25,98 ± 1,56 (6,0%) (17) 25,16 ± 1,36 (5,4%) (10)
16,79 ± 1,07 (6,4%) (17) 16,68 ± 0,91 (5,5%) (10)
19,23 ± 0,89 (4,6%) (17) 19,05 ± 0,86 (4,5%) (10)
12,01 ± 0,61 (5,0%) (17) 12,09 ± 1,13 (9,30%) (10)
Jantan
22,43 ± 1,58 (7,0%) (7)
26,27 ± 2,00 (7,6%) (7)
14,29 ± 0,72 (5,1%) (7)
15,97 ± 1,20 (7,5%) (7)
10,34 ± 0,60 (5,8%) (7)
Betina
22,17 ± 1,23 (5,6%) (8)
25,89 ± 1,56 (6,0%) (8)
14,12 ± 0,91 (6,5%) (8)
15,92 ± 1,98 (12,4%) (8)
10,47 ± 0,68 (6,4%) (8)
-----------------------------(mm)------------------------------Eos bornea cyanonothus
Betina
Eos squamata obiensis
Keterangan : Angka di dalam kurung menunjukkan koefisien keragaman dan jumlah sampel spesimen
Bobot badan Charmosyna placentis intensior berkisar antara 38-48 g (World Parrot Trust, 2008e). Seperti halnya pada P.a. alexandri, kisaran bobot badan Charmosyna placentis intensior yang lebar menunjukkan koefisien keragaman yang tinggi dan mengindikasikan perbedaan bobot badan antara jantan dan betina Hasil statistik T2-Hotteling juga menyatakan perbedaan ukuran-ukuran linear peubah kepala diantara spesies burung bayan-bayanan yang diamati. Perbedaan ukuran-ukuran linear peubah kepala yang nyata ditemukan antara spesies Psittacula alexandri alexandri dengan Alisterus amboinensis buruensis dan antara spesies Psittacula alexandri dammermani dengan Alisterus amboinensis buruensis (P<0,05); sedangkan perbedaan sangat nyata (P<0,01) ditemukan diantara spesies-spesies selain yang disebutkan sebelumnya. Perbedaan tersebut ditemukan antara dua spesies dalam genus yang sama dan juga pada genus yang berlainan. Spesies yang berbeda akan memberikan ukuran-ukuran morfometrik yang berbeda pula termasuk ukuran-
Tabel. 9. Rekapitulasi Hasil Uji Statistik T2 Hotteling Jantan dan Betina antara Spesies Burung Bayan-bayanan yang Diamati No 1
Spesies Cacatua alba
Jantan tn
Betina tn
2
Cacatua sulphurea occidentalis
tn
tn
3
Eos bornea cyanonothus
tn
tn
4
Eos squamata obiensis
tn
tn
5
Psittacula alexandri alexandri
tn
tn
6
Psittacula alexandri dammermani
*
*
7
Psittacula longicauda longicauda
tn
tn
8
Loriculus stigmatus stigmatus
tn
tn
9
Loriculus galgulus
tn
tn
10
Charmosyna placentis intensior
**
**
11
Eclectus rotatus
tn
tn
12
Alisterus amboinensis buruensis
tn
tn
13
Trichoglossus haematodus haematodus
tn
tn
14
Trichoglossus ornatus
tn
tn
Keterangan : tn = tidak nyata, * = nyata (0,01< P < 0,05), ** = sangat nyata (P < 0,01)
ukuran linear peubah kepala. Panjang paruh merupakan salah satu dari ukuranukuran linear peubah kepala (Juniper dan Parr, 1998). Pendekatan Penggolongan Dendogram Jarak Minimum Mahalanobis dan Analisis Komponen Utama Berdasarkan Ukuran-ukuran Linier Kepala Burung Bayan-bayanan Penggolongan ukuran-ukuran linear peubah kepala yang dilakukan pada pengamatan ini, didasarkan pada kriteria jarak minimum D2-Mahalanobis; berdasarkan peubah-peubah yaitu: tinggi kepala (X1), lebar kepala (X2), panjang paruh (X3), tinggi paruh (X4) dan tebal paruh (X5). Hasil penggolongan empat belas spesies burung bayan-bayanan berdasarkan metode jarak minimum D2-Mahalanobis;
disajikan dengan lebih jelas melalui dendogram seperti pada Gambar 15. Dendogram dibuat berdasarkan nilai akar dari jarak minimum D2-Mahalanobis yang disajikan pada Tabel 10. Gambar 16 menyajikan kerumunan data 13 spesies burung bayanbayanan berdasarkan skor ukuran dan bentuk kepala data individu; yang diturunkan dari Analisis Komponen Utama. Hasil statistik Analisis Komponen Utama (AKU) menunjukkan persamaan ukuran dan persamaan bentuk kepala pada setiap spesies burung bayan-bayanan yang diamati berdasarkan ukuran-ukuran linear peubah kepala. Kedua persamaan tersebut dibedakan berdasarkan vektor eigen yang diperoleh. Perolehan nilai eigen pada masing-masing persamaan menunjukkan kebertepatan antara model persamaan yang diperoleh dan titik-titik (plot) data setiap individu burung bayan-bayanan pada masing-masing spesies; yang disajikan dalam bentuk diagram kerumunan. Berdasarkan dendogram pada Gambar 15 dan diagram kerumunan pada Gambar 16, dibahas lebih lanjut hubungan antara setiap titik percabangan dan kerumunan data yang diperoleh. Titik percabangan menghasilkan empat kelompok besar; yaitu kelompok A1 yang meliputi genus Loriculus dan Charmosyna; kelompok A22 yang meliputi genus Cacatua dan Eclectus; kelompok A211 yang meliputi genus Trichoglossus dan genus Eos serta kelompok A212 yang meliputi genus Alisterus dan genus Psittacula. Genus Loriculus dan Charmosyna (Kelompok A1) Titik percabangan pada jarak 0,9976 memisahkan dua kelompok spesies; yaitu kelompok A1 dan A2. Titik percabangan pada jarak 0,9825 memisahkan kelompok A1 menjadi kelompok A11 dan A12. Kelompok A11 meliputi spesies Charmosyna placentis intensior dan kelompok A12 menjadi Loriculus galgulus dan Loriculus stigmatus. Kelompok A2 merupakan kelompok dari famili bayan-bayanan yang relatif memiliki ukuran tubuh lebih besar dibandingkan dengan kelompok A1. Menurut Bird Care, 2008a; Australian-animals, 2008; Animals Jrank, 2008; Sea World, 2008; World Parrot Trust, 2008g; Zip Code Zoo, 2008b; Avian Web, 2006c; World Parrot Trust, 2008h; Bird Care, 2008; World Parrot Trust, 2008k; World Parrot Trust, 2008l;
Tabel 10. Akar dari Jarak Minimum D2 Mahalanobis diantara Empat Belas Spesies Burung Bayan-bayanan yang Diamati Spesies 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
1,662 2,150 1,959 1,929 1,926 1,965 1,938 1,998 2,076 1,951 1,928 2,096 2,032
1,940 1,951 1,921 1,910 1,949 1,944 1,985 2,052 1,756 1,930 2,070 2,010
1,761 1,952 1,972 1,764 2,148 2,014 1,970 1,967 1,948 1,490 1,652
1,918 1,913 1,902 1,953 1,956 1,980 1,970 1,933 1,872 1,857
1,468 1,660 1,953 1,977 2,029 1,946 1,353 1,950 1,937
1,706 1,948 1,972 2,023 1,895 1,384 1,931 1,938
1,987 1,965 1,988 1,948 1,778 1,813 1,893
1,646 1,992 2,045 1,960 2,101 2,036
1,938 1,972 1,980 1,993 1,971
1,968 2,034 1,963 1,963
1,956 1,957 1,952
1,984 1,966
1,455
Keterangan : 1 = Cacatua alba, 2 = Cacatua sulphurea occidentalis, 3 = Eos bornea cyanonothus, 4 = Eos squamata obiensis, 5 = Psittacula alexandri alexandri, 6 = Psittacula alexandri dammermani, 7 = Psittacula longicauda longicauda, 8 = Loriculus stigmatus stigmatus, 9 = Loriculus galgulus, 10 = Charmosyna placentis intensior, 11 = Eclectus roratus, 12 = Alisterus amboinensis buruensis, 13 = Trichoglossus haematodus haematodus, 14 = Trichoglossus ornatus.
World Parrot Trust, 2008n; World Parrot Trust, 2008o; Genomics, 2008; Central Pets, 2008; World Parrot Trust, 2008r; Wild Adventures, 2008; Lane, 2004 danWikipedia, 2008g, kisaran bobot badan kelompok A2 yang meliputi spesies Cacatua alba, Cacatua sulphurea occidentalis, Eclectus rotatus, Trichoglossus haematodus haematodus, Trichoglossus ornatus, Eos bornea cyanonothus, Eos squamata obiensis, Alisterus amboinensis buruensis, Psittacula alexandri alexandri, Psittacula dammermani dan Psittacula longicauda longicauda berkisar antara 100-630 g; sedangkan menurut World Parrot Trust (2008a), World Parrot Trust (2008c) dan World Parrot Trust (2008e), kisaran bobot badan kelompok A1 yang meliputi. Loriculus galgulus, Loriculus stigmatus dan Charmosyna placentis intensior berkisar antara 28-48 g. Jarak D2 Mahalanobis yang diperoleh pada penelitian ini mencerminkan ketidakserupaan ukuran-ukuran linier kepala. Semakin tinggi nilai jarak minimum D2 Mahalanobis maka ketidakserupaan tersebut semakin tinggi. Loriculus galgulus dan Loriculus stigmatus stigmatus memiliki ketidakserupaan ukuran-ukuran linier kepala pada jarak minumum D2 Mahalanobis sebesar 0,8230.
Gambar 15.
Dendogram Ketidakserupaan Ukuran-ukuran Linear Peubah Kepala diantara Empat Belas Spesies Burung Bayan-bayanan yang Diamati
Hal ini bersesuaian dengan pendapat Biodiversity Mongabay (2006a); Wikimedia (2006a); Animal Diversity (2008) dan Wikipedia (2008a) yang menyebutkan bahwa Loriculus galgulus dan Loriculus stigmatus termasuk dalam genus Loriculus dan subfamili Lorinae. Genus Loriculus dan Charmosyna placentis intensior memiliki ketidakserupaan ukuran-ukuran linier kepala sebesar 0,9825 dan membentuk dua kelompok yang terpisah. Hal ini dikarenakan Charmosyna placentis intensior termasuk dalam genus yang berbeda dengan genus Loriculus yaitu genus Charmosyna (Biodiversity Mongabay, 2006a; Wikimedia, 2006a; Animal Diversity 2008 dan Wikipedia, 2008a). Tabel 11, 12 dan 13 menyajikan persamaan ukuran dan bentuk kepala kelompok burung spesies Loriculus galgulus dan Loriculus stigmatus serta Charmosyna placentis intensior. Penciri ukuran kepala pada genus Loriculus ditemukan berbeda pada dua spesies yang diamati; hal yang sama juga ditemukan pada penciri bentuk kepala. Penciri ukuran kepala pada Loriculus galgulus adalah lebar kepala (X2) yang memiliki vektor eigen sebesar 0,931 dengan nilai korelasi antara lebar kepala dan skor ukuran kepala sebesar 0,986; sedangkan Loriculus stigmatus adalah tinggi kepala (X1) yang memiliki vektor eigen sebesar 0,913 dengan
50
.
Skor Bentuk
40
30
20
10
0 0
Keterangan:
20
40
60 Skor Ukuran
80
100
Cacatua alba Cacatua sulphurea occidentalis Eclectus roratus roratus Psittacula alexandri alexandri Psittacula alexandri dammermani Psittacula longicauda longicauda Trichoglossus haematodus haematodus Trichoglossus ornatus Eos bornea cyanonothus Eos squamata obiensis Charmosyna placentis intensior Loriculus galgulus Loriculus stigmatus Alisterus amboinensis buruensis
Gambar 16. Diagram Kerumunan Empat Belas Spesies Burung Bayanbayanan Berdasarkan Skor Ukuran dan Bentuk Kepala nilai korelasi antara tinggi kepala dan skor ukuran kepala sebesar 0,943. Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin besar lebar kepala pada spesies Loriculus galgulus maka skor ukuran kepala yang dihasilkan juga semakin besar; sedangkan pada Loriculus stigmatus semakin besar tinggi kepala maka skor ukuran kepala yang dihasilkan juga semakin besar. Tabel 11.
Persamaan Ukuran dan Bentuk Kepala pada Spesies Loriculus galgulus berikut Keragaman Total dan Nilai Eigen
Persamaan Ukuran
=
Bentuk
=
0,348 X1 + 0,931X2 − 0,092 X3 + 0,034 X4 + 0,052X5 0,917X1 − 0,330X2 + 0,196X3 + 0,024X4 + 0,103X5
Keragaman Total (%) 73,1
Nilai Eigen 2,748
15,8
0,593
Keterangan : X1 = tinggi kepala, X2 = lebar kepala, X3 = panjang paruh, X4 = tinggi paruh, X5 = tebal paruh
Penciri bentuk kepala pada Loriculus galgulus adalah tinggi kepala (X1); sedangkan Loriculus stigmatus adalah lebar kepala (X2); masing-masing dengan vektor Eigen sebesar 0,917 dan 0,684. Nilai korelasi antara tinggi kepala dan skor
bentuk kepala pada Loriculus galgulus adalah 0,772. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar tinggi kepala maka skor bentuk kepala pada Loriculus galgalus juga semakin besar. Nilai korelasi antara lebar kepala dan skor bentuk kepala pada Loriculus stigmatus adalah 0,812. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar lebar kepala maka skor bentuk kepala pada Loriculus stigmatus juga semakin besar. Penciri ukuran dan bentuk kepala pada spesies Charmosyna placentis intensior adalah lebar kepala (X2) dan panjang paruh (X3) dengan masing-masing vektor eigen sebesar 0,912 dan 0,705. Nilai korelasi antara lebar kepala dan skor ukuran kepala pada Charmosyna placentis intensior adalah 0,986. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar lebar kepala maka skor ukuran kepala pada Charmosyna placentis intensior juga semakin besar. Korelasi antara skor Tabel 12. Persamaan Ukuran dan Bentuk Kepala pada Spesies Loriculus stigmatus berikut Keragaman Total dan Nilai Eigen Persamaan Ukuran
=
Bentuk
=
0,913X1 − 0,308X2 − 0,215X3 −0,092X4 − 0,131X5 0,406X1 + 0,684X2 + 0,521X3 + 0,131X4 + 0,282X5
Keragaman Total (%) 52,1
Nilai Eigen 2,367
32,5
1,477
Keterangan : X1 = tinggi kepala, X2 = lebar kepala, X3 = panjang paruh, X4 = tinggi paruh, X5 = tebal paruh
bentuk kepala dan panjang paruh pada spesies ini adalah 0,746. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar panjang paruh maka skor bentuk kepala pada Charmosyna placentis intensior juga semakin besar. Tabel 13. Persamaan Ukuran dan Bentuk Kepala pada Spesies Charmosyna placentis intensior berikut Keragaman Total dan Nilai Eigen Persamaan Ukuran
=
Bentuk
=
0,297 X1 + 0,912X2 + 0,145X3 + 0,214X4 + 0,113X5 0,455X1 − 0,313 X2 + 0,705X3 − 0,014X4 + 0,445X5
Keragaman Total (%) 71,4
Nilai Eigen 1,300
11,0
0,201
Keterangan : X1 = tinggi kepala, X2 = lebar kepala, X3 = panjang paruh, X4 = tinggi paruh, X5 = tebal paruh
Ringkasan penciri ukuran dan bentuk spesies Loriculus galgulus dan Loriculus stigmatus serta Charmosyna placentis intensior; disajikan pada Tabel 14.
Penciri bentuk ketiga spesies tersebut berbeda; yang berkorelasi positif terhadap skor bentuk. Everitt dan Dunn (1998) menyatakan bahwa untuk pengamatan variasi ukuran-ukuran morfologi, ahli taksonomi lebih tertarik pada komponen utama kedua yang dinyatakan sebagai bentuk (Nishida et al., 1982), dibandingkan dengan komponen utama pertama sebagai ukuran (Nishida et al., 1982). Perbedaan penciri bentuk pada Loriculus galgulus dan Loriculus stigmatus serta Charmosyna placentis intensior, mengindikasikan bahwa ketiga spesies tersebut berbeda secara genetik dan bersesuaian dengan pendapat Biodiversity Mongabay (2006a); Wikimedia (2006a); Animal Diversity 2008 dan Wikipedia (2008a). Berdasarkan Gambar 16, diperoleh bahwa kerumunan kelompok genus Loriculus dan genus Charmosyna ditemukan di sebelah kiri pada posisi berdekatan; walaupun dalam hal bentuk kepala antara Loriculus galgulus dan Loriculus stigmatus ditemukan perbedaan yang cukup besar (skor bentuk Loriculus stigmatus pada kisaran skor bentuk 24,996-28,901; sedangkan Loriculus galgulus 9,477-12,245). Kedua spesies tersebut membentuk kerumunan yang terpisah satu sama lain, walaupun berdasarkan dendogram pada Gambar 16, kedua spesies itu dalam satu kelompok yang tidak bertentangan dengan pendapat Biodiversity Mongabay (2006a); Wikimedia.(2006a); Animal Diversity (2008) dan Wikipedia (2008a). Tabel 14. Penciri Ukuran dan Bentuk Kepala Kelompok A1 dan Korelasi antara Penciri Ukuran dan Penciri Bentuk Masing-masing terhadap Skor Ukuran dan Skor Bentuk Spesies
Penciri Ukuran
Penciri Bentuk
Loriculus galgulus
Lebar kepala (positif)
Tinggi kepala (positif)
Loriculus stigmatus
Tinggi kepala (positif)
Lebar kepala (positif)
Charmosyna placentis intensior
Lebar kepala (positif)
Panjang paruh (positif)
Kisaran skor bentuk Charmosyna placentis intensior (12,242-13,727) berimpit dengan Loriculus galgulus (9,477-12,245). Kedua spesies tersebut membentuk kerumunan yang berpotongan satu sama lain, yang mengindikasikan bahwa ditemukan beberapa data individu Loriculus galgulus dan Charmosyna placentis intensior yang memiliki bentuk kepala yang sama.
Tabel 15. Jenis Pakan dan Wilayah Penyebaran Spesies Loriculus stigmatus, Loriculus galgulus, Charmosyna placentis intensior dan Trichoglossus ornatus Spesies Wilayah Penyebaran Loriculus stigmatus Pulau Sulawesi, stigmatus (10-12 mm) termasuk Bangka, (2) Lembeh, Manterawu, Muna, Butung dan kepulauan Togian (1) Loriculus galgulus Brunei, Indonesia, (10-12 mm) (2) Malaysia, Singapura dan Thailand (3)(4) Kepulauan Anamba, Kalimantan; Kepulauan Riau dan Kepulauan Bangka dan Belitung, Siberut dan Enggano (5)
Jenis Pakan yang Tersedia buah-buahan berkulit lunak, nektar pucuk daun, benih dan bunga (1) (2)
bunga, pucuk-pucuk, kacang–kacangan dan benih (2) bunga-bungaan, kuncup daun, buah-buahan, kacang-kacangan dan biji-bijian (6) sayuran hijau, padi-padian, serangga kecil, nektar dan buah ara. (7) (8)
Charmosyna placentis Maluku Utara dan pollen, nektar, bunga intensior (12-14 mm) Gebe serta Papua dan benih (2) (2) Barat (9) pollen liar, nektar, buah-buahan yang berkulit lunak, bunga-bungaan dan biji-bijian, sari apel (9) (10) Keterangan: (1) World Parrot Trust, 2008b; (2) Juniper dan Parr, 1998; (3) Biodiversity Mongabay, 2006b; (4) Wikipedia, 2008b; (5) Speedylook, 2008; (6) Birdlife International, 2004; (7) Wikipedia, 2008b; (8) World Parrot Trust, 2008d; (9) World Parrot Trust, 2008f; (10) The Alexandria Zoo, 2008
Kisaran skor ukuran Charmosyna placentis intensior (22,232-26,758) berimpit dengan Loriculus galgulus (17,172-23,412) mengindikasikan ditemukan beberapa data individu memiliki ukuran kepala yang sama. Hal ini dikarenakan Charmosyna placentis intensior dan Loriculus galgulus memiliki penciri ukuran kepala yang tidak berbeda yaitu lebar kepala. Penciri ukuran kepala Charmosyna placentis intensior dan Loriculus galgulus tidak berbeda karena kesamaan jenis pakan yaitu bunga, benih, nektar dan biji-bijian berdasarkan Tabel 15. Hal lain yang mendukung adalah kesamaan habitat diantara dua spesies tersebut yaitu dataran rendah dan perkebunan kelapa serta berada di area dengan ketinggian yang tidak jauh berbeda yaitu antara 1.300 m hingga 1.400 m di atas permukaan laut. Ketinggian area habitat berkaitan dengan ketersediaan pakan. Loriculus stigmatus memiliki penciri ukuran kepala yaitu tinggi kepala yang berbeda dengan penciri ukuran kepala
Tabel 16.
Habitat Spesies Loriculus stigmatus, Loriculus galgulus, Charmosyna placentis intensior dan Trichoglossus ornatus
Spesies Loriculus stigmatus
Habitat Area 1.000 m di atas permukaan laut dan area sepanjang tepi hutan dengan ketinggian 1.600 m di atas permukaan laut (1) dataran hutan sekunder dan perkebunan kelapa dan pedesaan daerah hutan terbuka (2) rawa, hutan bambu pada ketinggian 1.219,2 m di atas permukaan laut zona intertidal pada tepian air pada jarak rataan dari level laut -61 m (3) ketinggian 1.300 m di atas permukaan laut dan hutan dataran rendah (4) (5) Hutan primer, hutan primer lembab pada ketinggian 1.400 m di atas permukaan laut, tepian hutan, sabana, hutan muson, daerah rawa, hutan pinggir pantai, hutan kayu putih dan perkebunan kelapa (6) dataran rendah (7)
Loriculus galgulus
Charmosyna placentis intensior
Keterangan:
(1)
World Parrot Trust, 2008b; (2) Speedylook, 2008; (3) World Parrot Trust, 2008d; Biodiversity Mongabay, 2006b; (5) Wikipedia, 2008b; (6) World Parrot Trust, 2008f; The Alexandria Zoo, 2008
Charmosyna
placentis
intensior
dan
Loriculus
galgulus.
Hal
(4) (7)
ini
mengakibatkan skor ukuran kepala yang relatif kecil (2,602-8,204) sehingga membentuk kerumunan data individu yang terpisah dengan dua spesies yang disebut di atas. Hal lain yang mendukung pernyataan di atas adalah pada komposisi pakan yang dikonsumsi oleh Loriculus stigmatus tidak ditemukan biji-bijian berdasarkan Tabel 15; spesies ini juga hidup di area pada ketinggian 1.000 m dan 1.600 m di atas permukaan laut berdasarkan Tabel 16. Genus Cacatua dan Eclectus (Kelompok A22) Kelompok A2 yang meliputi berbagai spesies selain yang disebutkan di atas; memiliki ketidakserupaan ukuran-ukuran linier kepala sebesar 0,9976. Kelompok A2 merupakan kelompok dari famili bayan-bayanan yang relatif memiliki ukuranukuran tubuh lebih besar dibandingkan dengan kelompok A1. Kelompok A2 meliputi spesies
Cacatua
alba,
Cacatua
sulphurea
occidentalis,
Eclectus
rotatus,
Trichoglossus haematodus haematodus, Trichoglossus ornatus, Eos bornea cyanonothus, Eos squamata obiensis, Alisterus amboinensis buruensis, Psittacula alexandri alexandri, Psittacula dammermani dan Psittacula longicauda longicauda. Titik percabangan pada jarak 0,9845 memisahkan dua kelompok spesies; yaitu kelompok A21 dan A22. Titik percabangan pada jarak 0,9267 memisahkan kelompok A22 menjadi kelompok A221 dan A222. Kelompok A222 meliputi spesies Cacatua alba dan Cacatua sulphurea occidentalis yang diklasifikasikan ke dalam genus Cacatua; sedangkan kelompok A221 meliputi satu sub-spesies burung bayan-bayanan yaitu Eclectus roratus roratus. Jarak D2 Mahalanobis yang diperoleh pada penelitian ini mencerminkan ketidakserupaan ukuran-ukuran linier kepala. Semakin tinggi nilai jarak minimum D2 Mahalanobis maka ketidakserupaan tersebut semakin tinggi. Kelompok Cacatua yang meliputi kelompok Cacatua alba dan Cacatua sulphurea occidentalis memiliki ketidakserupaan ukuran-ukuran linier kepala pada jarak minimum D2 Mahalanobis sebesar 0,8310 Kelompok Cacatua dan Eclectus rotatus rotatus memiliki ketidakserupaan ukuran-ukuran linier kepala sebesar 0,9267. Perbedaan subfamili ini dibuktikan dengan dendogram Mahalanobis yang memisahkan kelompok A221 yaitu Cacatua alba dan Cacatua sulphurea occidentalis yang diklasifikasikan ke dalam genus Cacatua dan subfamili Cacatuinae (Lane, 2004; Biodiversity Mongabay, 2006c; Animal Diversity, 2008; Wikipedia, 2008f dan Wikipedia, 2008g), sedangkan kelompok A222 yaitu Eclectus rotatus rotatus diklasifikasikan ke dalam genus Eclectus dan subfamili Psittacinae (Animal Diversity 2008; Animal World, 2008b; Encyclopedia the Freedictionary, 2008 dan Wikipedia, 2008e). Tabel 17, 18 dan 19 menyajikan persamaan ukuran dan bentuk kepala kelompok burung spesies Cacatua alba, Cacatua sulphurea occidentalis dan Eclectus rotatus. Penciri ukuran kepala pada spesies Cacatua alba adalah lebar kepala (X2) dan tinggi kepala (X1) yang memiliki vektor eigen masing-masing sebesar 0,498 dan 0,495 dengan nilai korelasi antara lebar kepala dan tinggi kepala dengan skor ukuran kepala masing-masing sebesar 0,815 dan 0,874; sedangkan pada Cacatua sulphurea occidentalis adalah lebar kepala (X2) yang memiliki vektor eigen sebesar 0,733 dengan nilai korelasi 0,887.
Tabel 17. Persamaan Ukuran dan Bentuk Kepala pada Spesies Cacatua alba berikut Keragaman Total dan Nilai Eigen Persamaan Ukuran
=
Bentuk
=
0,495X1 + 0,498X2 + 0,431X3 + 0,469X4 + 0,318X5 0,453X1 − 0,783 X2 + 0,085X3 + 0,385X4 − 0,164X5
Keragaman Total (%) 72,7
Nilai Eigen 40,834
13,8
7,775
Keterangan : X1 = tinggi kepala, X2 = lebar kepala, X3 = panjang paruh, X4 = tinggi paruh, X5 = tebal paruh
Penciri bentuk kepala pada Cacatua alba dan Cacatua sulphurea occidentalis adalah lebar kepala (X2) yang memiliki vektor eigen masing-masing sebesar −0,783 dan −0,623. Nilai korelasi antara tinggi kepala dan skor bentuk kepala pada spesies Cacatua alba adalah −0,560; sedangkan pada spesies Cacatua sulphurea occidentalis adalah −0,450. Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin besar lebar kepala pada Cacatua alba dan Cacatua sulphurea occidentalis maka skor bentuk kepala kedua spesies tersebut semakin kecil. Tabel 18.
Persamaan Ukuran dan Bentuk Kepala pada Spesies Cacatua sulphurea occidentalis berikut Keragaman Total dan Nilai Eigen
Persamaan Ukuran
=
Bentuk
=
0,367X1 + 0,733X2 + 0,184X3 + 0,528X4 + 0,125X5 0,577X1 − 0,623X2 + 0,269X3 + 0,415X4 − 0,186X5
Keragaman Total (%) 60,1
Nilai Eigen 28,209
21,4
10,068
Keterangan : X1 = tinggi kepala, X2 = lebar kepala, X3 = panjang paruh, X4 = tinggi paruh, X5 = tebal paruh
Penciri ukuran kepala pada spesies Eclectus rotatus roratus adalah lebar kepala (X2) dengan vektor eigen sebesar 0,685. Nilai korelasi antara lebar kepala dan skor ukuran kepala pada Eclectus rotatus roratus adalah 0,917. Penciri bentuk kepala pada spesies Eclectus rotatus roratus adalah tinggi kepala (X1) dan panjang paruh (X3) dengan vektor eigen masing-masing sebesar 0,558 dan −0,505. Korelasi antara tinggi kepala dan skor bentuk kepala adalah 0,480; sedangkan antara panjang paruh dan skor bentuk kepala adalah −0,502. Ringkasan penciri ukuran dan bentuk spesies kelompok A22 yang meliputi Cacatua alba dan Cacatua sulphurea occidentalis serta Eclectus rotatus roratus; serta korelasi antara penciri ukuran dan penciri bentuk masing-masing terhadap skor
Tabel 19.
Persamaan Ukuran dan Bentuk Kepala pada Spesies Eclectus roratus roratus berikut Keragaman Total dan Nilai Eigen
Persamaan Ukuran
=
Bentuk
=
0,475X1 + 0,685X2 + 0,310 X3 + 0,414X4 + 0,196X5 0,558X1 − 0,461X2 − 0,505X3 +0,465X4 + 0,073X5
Keragaman Total (%) 71,4
Nilai Eigen 14,589
16,5
3,370
Keterangan : X1 = tinggi kepala, X2 = lebar kepala, X3 = panjang paruh, X4 = tinggi paruh, X5 = tebal paruh
ukuran dan skor bentuk; disajikan pada Tabel 20. Everitt dan Dunn (1998) menyatakan bahwa untuk pengamatan variasi ukuran-ukuran morfologi, ahli taksonomi lebih tertarik pada komponen utama kedua yang dinyatakan sebagai bentuk (Nishida et al., 1982), dibandingkan dengan komponen utama pertama sebagai ukuran (Nishida et al., 1982). Tabel 20. Penciri Ukuran dan Bentuk Kepala Kelompok A22 dan Korelasi antara Penciri Ukuran dan Penciri Bentuk Masing-masing terhadap Skor Ukuran dan Skor Bentuk Spesies
Penciri Ukuran
Penciri Bentuk
Cacatua alba
Lebar kepala (positif) Tinggi kepala (positif)
Lebar kepala (negatif)
Cacatua sulphurea occidentalis
Lebar kepala (positif)
Lebar kepala (negatif)
Eclectus roratus roratus
Lebar kepala (positif)
Tinggi kepala (positif) Panjang paruh (negatif)
Penciri bentuk Cacatua alba dan Cacatua sulphurea occidentalis adalah sama yaitu lebar kepala yang berkorelasi negatif dengan skor bentuk yang mengindikasikan bahwa keduanya secara genetik sama. Hal ini ditunjukkan oleh dendogram pada Gambar 16. yang memperlihatkan bahwa Cacatua alba dan Cacatua sulphurea occidentalis termasuk dalam kelompok yang sama yaitu kelompok A221. Pernyataan di atas juga didukung oleh Lane (2004) yang mengklasifikasikan Cacatua alba dan Cacatua sulphurea occidentalis ke dalam subfamili yang sama yaitu subfamili Cacatuinae dan juga termasuk dalam genus yang sama yaitu genus Cacatua (Lane,
2004; Biodiversity Mongabay, 2006c; Animal Diversity 2008; Wikipedia, 2008f dan Wikipedia, 2008g). Penciri bentuk Eclectus roratus roratus adalah tinggi kepala (yang berkorelasi positif terhadap skor bentuk) dan panjang paruh (yang berkorelasi negatif terhadap skor bentuk). Penciri bentuk Eclectus roratus roratus berbeda dengan penciri bentuk Cacatua alba
dan Cacatua sulphurea occidentalis, yang
mengindikasikan bahwa Eclectus roratus roratus berbeda secara genetik dengan Cacatua alba dan Cacatua sulphurea occidentalis. Hal ini ditunjukkan oleh dendogram pada Gambar 16. yang memperlihatkan bahwa Eclectus rotatus roratus termasuk dalam kelompok yang terpisah dengan kelompok Cacatua alba dan Cacatua sulphurea occidentalis yaitu kelompok A222. Pernyataan di atas juga didukung taksonomi Eclectus rotatus roratus yang termasuk dalam subfamili yang berbeda dengan Cacatua alba dan Cacatua sulphurea occidentalis yaitu subfamili Psittacinae dan termasuk dalam genus Eclectus menurut Animal Diversity (2008), Animal World (2008b), Encyclopedia the Freedictionary (2008) dan Wikipedia (2008e). Berdasarkan Gambar 16, diperoleh bahwa kerumunan kelompok genus Cacatua dan genus Eclectus ditemukan di sebelah kanan pada posisi berdekatan. Bentuk kepala antara Cacatua alba dan Cacatua sulphurea occidentalis ditemukan perbedaan yang cukup besar (skor bentuk Cacatua alba pada kisaran skor bentuk antara -3,442 sampai dengan 4,693; sedangkan Cacatua sulphurea occidentalis berkisar antara 14,649 sampai dengan 23,864). Rataan lebar kepala Cacatua alba lebih besar dari Cacatua sulphurea occidentalis berdasarkan Tabel 3; sehingga skor bentuk Cacatua alba lebih kecil dibandingkan Cacatua sulphurea occidentalis. Kedua spesies tersebut membentuk kerumunan yang terpisah satu sama lain, walaupun berdasarkan dendogram pada Gambar 16 keduanya dalam satu kelompok yang tidak bertentangan dengan pendapat Lane (2004), Biodiversity Mongabay (2006c), Animal Diversity (2008), Wikipedia (2008f) dan Wikipedia (2008g). Bentuk kepala antara Cacatua alba lebih dekat terhadap Eclectus roratus roratus dibandingkan dengan Cacatua sulphurea occidentalis. Hal ini ditunjukkan dengan kisaran skor bentuk Cacatua alba (-3,4424,693) bertumpang tindih dengan Eclectus rotatus rotatus (1,070-7,515). Hal ini
mengindikasikan bahwa ditemukan beberapa data individu Cacatua alba memiliki bentuk kepala yang sama dengan Eclectus rotatus rotatus; namun keduanya memiliki penciri bentuk yang berbeda karena berbeda genus dan subfamili. Penciri ukuran Cacatua alba, Cacatua sulphurea occidentalis dan Eclectus roratus roratus adalah sama yaitu lebar kepala yang berkorelasi positif terhadap skor ukuran. Tinggi kepala juga merupakan penciri ukuran pada Cacatua alba. Kisaran skor ukuran Cacatua alba 77,639-99,893; kisaran skor ukuran Cacatua sulphurea occidentalis 60,300-76,816; kisaran skor ukuran Eclectus roratus roratus 58,39973,277. Kisaran skor ukuran Eclectus roratus roratus lebih berimpit dengan kisaran skor ukuran Cacatua sulphurea occidentalis dibandingkan dengan kisaran skor ukuran Cacatua alba yang dapat dilihat dengan rataan lebar kepala Eclectus roratus roratus yang tidak jauh berbeda dengan Cacatua sulphurea occidentalis seperti yang disajikan pada Tabel 3 dan Tabel 4. Hal yang mendukung pernyataan ini adalah kesamaan jenis pakan yang dikonsumsi oleh dua subspesies ini berdasarkan Tabel 21. Kisaran skor ukuran tertinggi pada Cacatua alba merupakan hasil kontribusi dari dua penciri ukuran yaitu lebar kepala dan tinggi kepala. Kisaran skor ukuran Cacatua alba tidak berimpit dengan skor ukuran kedua subspesies lainnya karena perbedaan beberapa jenis pakan yang dikonsumsi oleh Cacatua alba seperti jangkrik dan kadal berdasarkan Tabel 21; walaupun habitat spesies ini tidak jauh berbeda dengan habitat Eclectus roratus roratus dan Cacatua sulphurea occidentalis berdasarkan Tabel 22. Genus Trichoglossus dan Genus Eos (Kelompok A211) Titik percabangan pada jarak 0,9845 memisahkan dua kelompok spesies; yaitu kelompok A21 dan A22. Titik percabangan pada jarak 0,9598 memisahkan kelompok A21 menjadi kelompok A211 dan A212. Kelompok A211 meliputi spesies Trichoglossus haematodus haematodus, Trichoglossus ornatus, Eos bornea cyanonothus dan Eos squamata obiensis. Kelompok A211 dibagi lagi menjadi kelompok A2111 dan kelompok A2112 pada titik percabangan dengan jarak 0,9150 sehingga memisahkan Trichoglossus haematodus haematodus, Trichoglossus ornatus yang diklasifikasikan sebagai genus Trichoglossus sesuai dengan pendapat Nationmaster (2005), Animal Diversity (2008)
Tabel 21. Jenis Pakan dan Wilayah Penyebaran Spesies Eclectus roratus roratus, Cacatua alba dan Cacatua sulphurea occidentalis Spesies Wilayah Penyebaran Eclectus roratus Australia, Papua New roratus (34-40 mm) (2) Guinea dan Kepulauan Pasifik Selatan, Maluku, Nusa Tenggara, Australia, dan Kepulauan Solomon (1) (3) (4) (5)
Jenis Pakan yang Tersedia buah-buahan, benih, bunga, kacang-kacangan, pisang, pandan, jagung, buah ara dan papaya (2) buah-buahan seperti apel, buah berry, pepaya dan delima, kacang dan biji-bijian, kacang yang belum matang, kacang-kacangan, pucukpucuk daun, kuntum bunga, nektar, bahan sayuran dan pollen (1) (3) (4) (5) (6) (7)
Cacatua alba
Pepaya, durian, langsat, rambutan, jangkrik, benih, biji padi, kacang-kacangan, dan jagung (8) (10) (11) benih, bulir padi, kacangkacangan, pepaya, durian, langsat, rambutan, jagung, jangkrik, dan kadal (8) Cacatua sulphurea pulau Lombok, pulau benih, jagung, buah-buahan, occidentalis (29-39 Sumbawa,pulau Flores berry, bunga dan kacangmm) (2) dan Bali (12)(13) kacangan (2) benih, biji, kacang-kacangan, buah-buahan dan mungkin sayuran (14) Keterangan:
Pulau Halmahera, Bacan, Ternate, Tidore, Mandiole dan Kasiruta di Maluku Utara (8) (9)
(1)
Birdtrick, 2008; (2) Juniper dan Parr, 1998; (3) Wild Adventures, 2008; (4) Wikipedia, 2008e; (5) Avian Web, 2006i; (6) Animal World, 2008b; (7) Encyclopedia the Freedictionary, 2008; (8) Lane, 2004; (9) Biodiversity Mongabay, 2006c; (10) Animal World, 2008c; (11) Wikipedia, 2008g; (12) Prahara, 1999; (13) Texascockatoos, 2008; (14) Animal World, 2008d
dan Wikipedia (2008c) dan Eos bornea cyanonothus dalam suatu kelompok yang terpisah dengan Eos squamata obiensis. Titik percabangan pada jarak 0,7855 memisahkan kelompok A2111 menjadi kelompok A21111 yang meliputi dua spesies burung bayan-bayanan yaitu Trichoglossus
haematodus
haematodus
dan
Trichoglossus
ornatus
yang
diklasifikasikan sebagai genus Trichoglossus dan kelompok A21112 yang hanya meliputi spesies Eos bornea cyanonothus yang diklasifikasikan ke dalam genus Eos
Tabel 22.
Habitat Spesies Eclectus roratus roratus, Cacatua alba dan Cacatua sulphurea occidentalis
Spesies Eclectus roratus roratus
Cacatua alba
Cacatua occidentalis Keterangan:
Habitat hutan hujan tropik dan hutan monsoon (1) dataran rendah dan rumpun pohon tinggi (2) hutan dataran rendah, savana, hutan bakau dan perkebunan kelapa (3)
hutan primer dan sekunder (4) (5) (6) (7) hutan sub-tropis atau tropis basah, hutan bakau, rawa ladang, perkebunan, area pertanian, tepi sungai dan areal pembukaan hutan pada ketinggian 300-900 m di atas permukaan laut (4) (5) area berpohon dan kanopi pohon pada vegetasi sekunder (4) sulphurea area hutan terbuka, area sepanjang tepi hutan dan lahan gandum (8)
(1)
Hunt, 1997; (2) Birdtrick, 2008; (3) Wikipedia, 2008e; (4) Lane, 2004; (5) Biodiversity Mongabay, 2006c; (6) Animal World, 2008c; (7) Wikipedia, 2008g; (8) Animal World, 2008d
walaupun tidak sesuai Lexicon Foundation Dutch Parrot Refuge (1997b) dan Animal Diversity (2008). Ketidakserupaan Trichoglossus haematodus haematodus dan Trichoglossus ornatus pada sifat ukuran linier kepala ditemukan pada jarak minimum D2 Mahalanobis sebesar 0,7275; sedangkan kelompok tersebut terhadap Eos bornea cyanonothus memiliki ketidakserupaan ukuran-ukuran linier kepala sebesar 0,7855. Kelompok A2122 yang meliputi Trichoglossus haematodus haematodus, Trichoglossus ornatus dan Eos bornea cyanonothus; terhadap Eos squamata obiensis; memiliki ketidakserupaan ukuran linier kepala sebesar 0,9150. Tabel 23, 24, 25 dan 26 menyajikan persamaan ukuran dan bentuk kepala kelompok burung spesies Trichoglossus haematodus haematodus, Trichoglossus ornatus, Eos bornea cyanonothus dan Eos squamata obiensis. Pada masing-masing persamaan tersebut; dapat ditentukan penciri ukuran dan bentuk kepala berdasarkan nilai vektor eigen tertinggi. Tabel 23 menyajikan persamaan ukuran dan bentuk pada spesies Trichoglossus haematodus haematodus berikut keragaman total dan nilai eigen. Penciri ukuran kepala pada genus Trichoglossus ditemukan berbeda pada dua spesies yang diamati; hal yang sama juga ditemukan pada penciri bentuk kepala. Penciri ukuran kepala pada Trichoglossus haematodus haematodus adalah lebar kepala (X2)
Tabel 23. Persamaan Ukuran dan Bentuk Kepala pada Spesies Trichoglossus haematodus haematodus berikut Keragaman Total dan Nilai Eigen Persamaan Ukuran
=
Bentuk
=
0,391X1 + 0,715X2 + 0,222X3 + 0,532X4 + 0,060X5 −0,460X1 − 0,322X2 + 0,608X3 + 0,485X4 + 0,284X5
Keragaman Total (%) 51,5
Nilai Eigen 2,446
21,8
1,034
Keterangan : X1 = tinggi kepala, X2 = lebar kepala, X3 = panjang paruh, X4 = tinggi paruh, X5 = tebal paruh
yang memiliki vektor eigen sebesar 0,715 dengan nilai korelasi antara lebar kepala dengan skor ukuran kepala sebesar 0,891. Penciri bentuk kepala pada Trichoglossus haematodus haematodus adalah panjang paruh (X3); dengan vektor Eigen sebesar 0,608. Nilai korelasi antara panjang paruh (X3) dan skor bentuk kepala pada Trichoglossus haematodus haematodus adalah 0,709. Tabel 24. Persamaan Ukuran dan Bentuk Kepala pada Spesies Trichoglossus ornatus berikut Keragaman Total dan Nilai Eigen Persamaan Ukuran
=
Bentuk
=
0,778X1 + 0,226X2 − 0,022X3 + 0,571X4 + 0,131X5 − 0,185X1 + 0,952 X2 + 0,167X3 − 0,144 X4 + 0,109X5
Keragaman Total (%) 60,8
Nilai Eigen 2,955
21,9
1,065
Keterangan : X1 = tinggi kepala, X2 = lebar kepala, X3 = panjang paruh, X4 = tinggi paruh, X5 = tebal paruh
Tabel 24 menyajikan persamaan ukuran dan bentuk pada spesies Trichoglossus ornatus berikut keragaman total dan nilai eigen.
Penciri ukuran
kepala pada Trichoglossus ornatus adalah tinggi kepala (X1) yang memiliki vektor eigen sebesar 0,778 dengan nilai korelasi antara tinggi kepala dan skor ukuran kepala sebesar 0,951. Penciri bentuk kepala pada Trichoglossus ornatus adalah lebar kepala (X2); dengan vektor eigen sebesar 0,952. Nilai korelasi antara lebar kepala dan skor bentuk kepala pada Trichoglossus ornatus adalah 0,925. Tabel 25 menyajikan persamaan ukuran dan bentuk pada spesies Eos bornea cyanonothus berikut keragaman total dan nilai eigen. Penciri ukuran kepala pada Eos bornea cyanonothus adalah tinggi kepala (X1) dan lebar kepala (X2) yang memiliki vektor eigen masing-masing sebesar 0,629 dan 0,601 dengan nilai korelasi antara
Tabel 25. Persamaan Ukuran dan Bentuk Kepala pada Spesies Eos bornea cyanonothus berikut Keragaman Total dan Nilai Eigen Persamaan Ukuran
=
Bentuk
=
0,629X1 + 0,601X2 + 0,367X3 + 0,207X4 + 0,255 X5 0,327X1 − 0,774X2 + 0,363X3 + 0,334X4 − 0,225X5
Keragaman Total (%) 51,8
Nilai Eigen 3,470
25,3
1,695
Keterangan : X1 = tinggi kepala, X2 = lebar kepala, X3 = panjang paruh, X4 = tinggi paruh, X5 = tebal paruh
lebar kepala dan tinggi kepala dengan skor ukuran kepala masing-masing sebesar 0,834 dan 0,738. Penciri bentuk kepala pada Eos bornea cyanonothus adalah lebar kepala (X2) dengan vektor Eigen sebesar −0,774. Nilai korelasi antara lebar kepala dan skor bentuk kepala pada Eos bornea cyanonothus adalah −0,664. Tabel 26 menyajikan persamaan ukuran dan bentuk pada spesies Eos squamata obiensis berikut keragaman total dan nilai eigen. Penciri ukuran Eos squamata obiensis adalah lebar kepala (X2) yang memiliki vektor eigen sebesar 3,506 dengan nilai korelasi antara lebar kepala dan skor ukuran kepala sebesar 41,7. Penciri bentuk kepala Eos squamata obiensis adalah dan tinggi paruh (X4); dengan vektor Eigen sebesar 2,584. Nilai korelasi antara lebar kepala dan skor bentuk kepala pada Eos squamata obiensis adalah 30,7. Tabel 26. Persamaan Ukuran dan Bentuk Kepala pada Spesies Eos squamata obiensis berikut Keragaman Total dan Nilai Eigen Persamaan Ukuran
=
Bentuk
=
0,164X1 + 0,843X2 − 0,187X3 − 0,455X4 − 0,145X5 0,544X1+ 0,318X2 − 0,024X3 + 0,772X4 + 0,075X5
Keragaman Total (%) 41,7
Nilai Eigen 3,506
30,7
2,584
Keterangan : X1 = tinggi kepala, X2 = lebar kepala, X3 = panjang paruh, X4 = tinggi paruh, X5 = tebal paruh
Ringkasan penciri ukuran dan bentuk serta korelasi antara penciri ukuran dan penciri bentuk masing-masing terhadap skor ukuran dan skor bentuk spesies Trichoglossus haematodus haematodus, Trichoglossus ornatus, Eos bornea cyanonothus dan Eos squamata obiensis; disajikan pada Tabel 27. Penciri bentuk genus Trichoglossus pada penelitian ini berbeda satu sama lain. Penciri bentuk Trichoglossus haematodus haematodus adalah panjang paruh yang berkorelasi
Tabel 27. Penciri Ukuran dan Bentuk Kepala Kelompok A211 dan Korelasi antara Penciri Ukuran dan Penciri Bentuk Masing-masing terhadap Skor Ukuran dan Skor Bentuk Spesies
Penciri Ukuran
Penciri Bentuk
Trichoglossus haematodus haematodus
Lebar kepala (positif)
Panjang paruh (positif)
Trichoglossus ornatus
Tinggi kepala (positif)
Lebar kepala (positif)
Eos bornea cyanonothus
Tinggi kepala (positif) Lebar kepala (positif)
Lebar kepala (negatif)
Eos squamata obiensis
Lebar kepala (positif)
Tinggi paruh (positif)
positif dengan skor bentuk. Penciri bentuk Trichoglossus ornatus adalah lebar kepala yang berkorelasi positif terhadap skor bentuk. Hal ini mengindikasikan bahwa Trichoglossus haematodus haematodus dan Trichoglossus ornatus memiliki perbedaan dalam bentuk kepala yang akan mengarah pada perbedaan genus walaupun tidak bersesuaian dengan dendogram pada Gambar 16 dan juga pendapat Nationmaster (2005), Animal Diversity 2008 dan Wikipedia (2008c). Penciri bentuk genus Eos pada penelitian ini juga berbeda satu sama lain. Penciri bentuk Eos bornea cyanonothus adalah lebar kepala yang berkorelasi negatif terhadap skor bentuk sedangkan penciri bentuk Eos squamata obiensis adalah tinggi paruh yang berkorelasi positif terhadap skor bentuk. Hal ini menunjukkan bahwa kedua subspesies ini memiliki perbedaan dalam bentuk kepala dan berbeda genus yang bersesuaian dengan dendogram pada Gambar16 akan tetapi tidak bersesuaian dengan pendapat Lexicon Foundation Dutch Parrot Refuge (1997b) dan Animal Diversity (2008). Berdasarkan kerumunan pada Gambar 16 yang diturunkan dari persamaan ukuran dan bentuk kepala; diperoleh hasil bahwa ke empat spesies tersebut mengelompok ke arah kiri diagram kerumunan pada posisi di tengah-tengah kerumunan 14 spesies burung bayan-bayanan yang diamati. Kisaran skor bentuk Trichoglossus
haematodus
haematodus
4,245-8,025;
kisaran
skor
bentuk
Trichoglossus ornatus 17,793-21,986; kisaran skor bentuk Eos bornea cyanonothus 0,282-5,436 dan kisaran skor bentuk Eos squamata obiensis 29,577-35,448.
Tabel 28.
Spesies Trichoglossus haematodus haematodus mm) (2)
Jenis Pakan dan Wilayah Penyebaran Spesies Trichoglossus haematodus haematodus, Trichoglossus ornatus, Eos bornea cyanonothus dan Eos squamata obiensis Wilayah Penyebaran Papua dan kepulauan Pasifik Selatan (1) (20-23 Jawa, Bali dan Nusa Tenggara sampai dengan Papua (3)
Jenis Pakan yang Tersedia nektar, serangga, buah ara(2) bunga ( family Myrtaceae, Proteacea, Eucalyptus, Xanthoroaceae, Banksia, Melaleuca, Callistemon; buahbuahan, berry (4) (5) nektar, cairan madu, tepung sari, biji, bulir padi, kuncup daun, larva,beberapa jenis benih (1) (6), serbuk sari (5) (7)
Trichoglossus ornatus pulau Sulawesi (19-20 mm) (2) sekitarnya (8) (9)
Eos cyanonothus mm) (2)
dan nektar, pollen, dan buah-buahan (2) buah-buahan, seperti buah apel, buah delima, pepaya, buah anggur, cantaloupe, nanas, buah ara, kiwi dan beberapa sayur-mayur, termasuk jagung (9) bunga seperti Pansies, Nasturtium, bunga mawar, kembang sepatu, Marigolds dan Dandelion (8) bornea Pulau Buru, Maluku nektar, bunga-bungaan (22-25 Selatan (10) (11) dan serangga (2) nektar, pollen, buah-buahan dan kadang-kadang serangga (11) (12) (13)
Eos squamata obiensis Papua Barat dan pulau- pollen, buah-buahan, nektar (18-21 mm) (2) pulau di sekelilingnya dan serangga (2) (15) (14)
pulau Obi, Utara (15) Keterangan:
Perbedaan
Maluku
(1)
Animals Jrank, 2008; (2) Juniper dan Parr, 1998; (3) Travel Mongobay, 2006; (4) Australian-animals, 2008; (5) Zip Code Zoo, 2008b; (6) Seaworld, 2008; (7) Animal World, (9) (10) (11) 1998a; (8) Avian Web, 2006d; Bird Care, 2008b; Avian Web, 2006e; World k (12) a (13) c (14) Parrot Trust, 2008 ; Pet Education, 2008 ; Bird Care, 2008 ; Bird Care, 2008d; (15) World Parrot Trust, 2008m
kisaran
skor
bentuk
kepala
yang
cukup
besar
antara
Trichoglossushaematodus haematodus dengan Trichoglossus ornatus dan juga antara
Eos bornea cyanonothus dengan Eos squamata obiensis dikarenakan perbedaan penciri bentuk. Kisaran skor ukuran Trichoglossus haematodus haematodus 38,576-43,761; kisaran skor ukuran Trichoglossus ornatus 30,357-38,288; kisaran skor ukuran Eos bornea cyanonothus 39,820-47,433 dan kisaran skor ukuran Eos squamata obiensis 10,910-17,274. Penciri ukuran Trichoglossus haematodus haematodus dan Trichoglossus ornatus berbeda walaupun kisaran skor ukuran keduanya berimpit. Hal ini dikarenakan perbedaan pakan yaitu jenis bunga yang dikonsumsi. Berdasarkan Tabel 28, jenis bunga yang dikonsumsi Trichoglossus haematodus haematodus berasal dari famili Myrtaceae, Proteacea, Eucalyptus, Xanthoroaceae, Banksia, Melaleuca, Callistemon; sedangkan Trichoglossus ornatus adalah pansies, nasturtium, bunga mawar, kembang sepatu, marigolds dan dandelion. Hal lain yang mempengaruhi perbedaan penciri ukuran Trichoglossus haematodus haematodus dan Trichoglossus ornatus adalah perbedaan habitat berdasarkan Tabel 29. Habitat Trichoglossus haematodus haematodus adalah area hutan yang ditumbuhi pohonpohon berbunga, area berumput, pedesaan dan kota, hutan hujan, hutan terbuka, area berpohon, rawa atau hutan bakau. Habitat Trichoglossus ornatus adalah area tepi hutan, hutan sekunder, area semak terbuka, lahan pertanian dan perkotaan, hutan primer pada ketinggian 96 m sampai 165 m di atas permukaan laut dan kadang terdapat di ketinggian 990 m di atas permukaan laut Kisaran skor ukuran antara Eos bornea cyanonothus dan Eos squamata obiensis menghasilkan kerumunan data individu-individu yang terpisah satu sama lain. Kisaran skor ukuran Eos bornea cyanonothus lebih besar dibandingkan kisaran skor ukuran Eos squamata obiensis karena dipengaruhi dua penciri ukuran yaitu tinggi kepala dan lebar kepala. Kesamaan penciri ukuran antara keduanya yaitu lebar kepala dikarenakan kesamaan jenis pakan yang dikonsumsi yaitu pollen, buahbuahan, nektar dan serangga berdasarkan Tabel 28. Hal lain yang mempengaruhi kesamaan penciri ukuran adalah kesamaan habitat berdasarkan Tabel 29 yaitu keduanya berada di area pada ketinggian yang tidak jauh berbeda (1.250 m dan 1.220 m), area perkebunan, hutan sekunder, hutan bakau dan hutan primer.
Tabel 29.
Habitat Spesies Trichoglossus haematodus haematodus, Trichoglossus ornatus, Eos bornea cyanonothus dan Eos squamata obiensis
Spesies
Habitat
Trichoglossus haematodus
Area hutan yang ditumbuhi
Haematodus
pohon-pohon berbunga (1) area berumput, pedesaan dan kota (2) hutan hujan, hutan terbuka, area berpohon, rawa atau hutan bakau (3)
Trichoglossus ornatus
Tepi hutan, hutan sekunder, area semak terbuka, lahan pertanian dan perkotaan, hutan primer pada ketinggian 96 m sampai 165 m di atas permukaan laut dan kadang terdapat di ketinggian 990 m di atas permukaan laut (4)
Eos bornea cyanonothus
Padang rumput dan pegunungan (5) Area 1.250 m di atas permukaan laut, seperti daerah perkebunan, hutan sekunder, hutan bakau dan hutan lembab primer (6)
Eos squamata obiensis
area dengan ketinggian sampai 1.220 m di atas permukaan laut, areal perkebunan kelapa, hutan bakau, hutan sekunder dan hutan primer (7)
Keterangan :
(1)
Animals Jrank, 2008; (2) Australian Museum, 2008; (3) Sea World, 2008; (4) Avian Web, 2006d; (5) Bird Care, 2008c; (6) World Parrot Trust, 2008k; (7) World Parrot Trust, 2008m
Genus Alisterus dan Genus Psittacula (Kelompok A212) Titik percabangan pada jarak 0,9598 memisahkan kelompok A21 menjadi kelompok A211 dan A212. Kelompok A212 dibagi lagi menjadi kelompok A2121 dan kelompok A2122 pada titik percabangan dengan jarak 0,8573 sehingga memisahkan Alisterus amboinensis buruensis, Psittacula alexandri alexandri, dan Psittacula alexandri dammermani yang membentuk kelompok yang terpisah dengan Psittacula longicauda longicauda. Titik percabangan pada jarak 0,7130 memisahkan
kelompok A212 menjadi kelompok A2121 yang meliputi Psittacula alexandri dammermani dan kelompok A2122 yang meliputi dan Psittacula alexandri alexandri dan Alisterus amboinensis buruensis; sedangkan Psittacula alexandri alexandri dan Alisterus amboinensis buruensis; dipisahkan pada titik percabangan 0,6765. Ketidakserupaan Psittacula alexandri alexandri dan Alisterus amboinensis buruensis pada sifat ukuran linier kepala ditemukan pada jarak minimum D2 Mahalanobis sebesar 0,6765. Dibandingkan kelompok tersebut terhadap Psittacula alexandri dammermani memiliki ketidakserupaan ukuran-ukuran linier kepala sebesar 0,7130. Kelompok A2122 yang meliputi Psittacula alexandri dammermani, Psittacula alexandri alexandri dan Alisterus amboinensis buruensis terhadap Psittacula longicauda longicauda; memiliki ketidakserupaan ukuran linier kepala sebesar 0,8573. Hal ini bertentangan dengan pendapat Lexicon Foundation Dutch Parrot Refuge (1997c), Animal Diversity (2008), Zip Code Zoo (2008c) dan Zip Code Zoo (2008d) yang menyatakan bahwa Psittacula alexandri alexandri, Psittacula alexandri dammermani dan Psittacula longicauda longicauda termasuk ke dalam genus Psittaculla dan subfamili Psittacine sedangkan Alisterus amboinensis buruensis termasuk ke dalam genus Alisterus dan subfamili Psittacine. Tabel 30, 31, 32 dan 33 menyajikan persamaan ukuran dan bentuk kepala kelompok burung spesies Alisterus amboinensis buruensis, Psittacula alexandri alexandri, Psittacula alexandri dammermani dan Psittacula longicauda longicauda. Pada masing-masing persamaan tersebut; dapat ditentukan penciri ukuran dan bentuk kepala berdasarkan nilai vektor eigen tertinggi. Tabel 30. Persamaan Ukuran dan Bentuk Kepala pada Spesies Psittacula alexandri alexandri berikut Keragaman Total dan Nilai Eigen Persamaan Ukuran
=
Bentuk
=
0,098X1 + 0,958X2 − 0,046X3 + 0,240X4 + 0,117X5 0,443X1 − 0,254X2 + 0,306X3 + 0,745X4 + 0,302X5
Keragaman Total (%) 49,6
Nilai Eigen 3,904
31,4
2,474
Keterangan : X1 = tinggi kepala, X2 = lebar kepala, X3 = panjang paruh, X4 = tinggi paruh, X5 = tebal paruh
Tabel 30 menyajikan persamaan ukuran dan bentuk pada spesies Psittacula alexandri alexandri berikut keragaman total dan nilai eigen. Kerumunan data jantan dan betina pada spesies Psittacula alexandri alexandri disajikan pada Gambar 16. Penciri ukuran kepala pada alexandri alexandri adalah lebar kepala (X2) yang memiliki vektor eigen sebesar 0,958 dengan nilai korelasi antara lebar kepala dengan skor ukuran kepala sebesar 0,977. Penciri bentuk kepala pada Psittacula alexandri alexandri adalah tinggi paruh (X4) dengan vektor Eigen sebesar 0,745. Nilai korelasi antara tinggi paruh (X4) dan skor bentuk kepala pada Psittacula alexandri alexandri adalah 0,869. Tabel 31. Persamaan Ukuran dan Bentuk Kepala pada Spesies Psittacula alexandri dammermani berikut Keragaman Total dan Nilai Eigen Persamaan Ukuran
=
Bentuk
=
Keragaman Total (%) 55,4
0,495X1 + 0,165X2 + 0,606X3 + 0,531X4 + 0,282X5 − 0,036X1 + 0,974X2 − 0,221X3 − 29,5 0,013X4 − 0,009X5
Nilai Eigen 6,748 3,592
Keterangan : X1 = tinggi kepala, X2 = lebar kepala, X3 = panjang paruh, X4 = tinggi paruh, X5 = tebal paruh
Tabel 31 menyajikan persamaan ukuran dan bentuk pada spesies Psittacula alexandri dammermani berikut keragaman total dan nilai eigen. Kerumunan data jantan dan betina pada spesies Psittacula dammermani disajikan pada Gambar 17. Penciri ukuran dan bentuk kepala pada spesies Psittacula dammermani adalah panjang paruh (X3) dan lebar kepala (X2) dengan masing-masing vektor eigen sebesar 0,606 dan 0,974. Nilai korelasi antara panjang paruh dan skor ukuran kepala pada Psittacula alexandri dammermani adalah 0,867; sedangkan korelasi antara skor bentuk kepala dengan lebar kepala pada spesies ini adalah 0,971. Tabel 32 menyajikan persamaan ukuran dan bentuk pada spesies Psittacula longicauda longicauda berikut keragaman total dan nilai eigen. Kerumunan data jantan dan betina pada spesies Psittacula longicauda longicauda disajikan pada Gambar 16. Penciri ukuran dan bentuk kepala pada spesies Psittacula longicauda longicauda adalah lebar kepala (X2) dan tinggi kepala (X1) dengan masing-masing vektor eigen sebesar 0,929 dan 0,891. Nilai korelasi antara tinggi kepala dan skor
Tabel 32. Persamaan Ukuran dan Bentuk Kepala pada Spesies Psittacula longicauda longicauda berikut Keragaman Total dan Nilai Eigen Persamaan Ukuran
=
Bentuk
=
−0,213 X1 + 0,929X2 + 0,286X3 − 0,101X4 + 0,010X5 0,891X1+ 0,257X2 − 0,044X3 + 0,367 X4 + 0,062 X5
Keragaman Total (%) 57,5
Nilai Eigen 6,779
32,6
3,845
Keterangan : X1 = tinggi kepala, X2 = lebar kepala, X3 = panjang paruh, X4 = tinggi paruh, X5 = tebal paruh
ukuran kepala sebesar 0,976; sedangkan korelasi antara tinggi kepala (X1) dan skor bentuk sebesar 0,945. Tabel 33.
Persamaan Ukuran dan Bentuk Kepala pada Spesies Alisterus amboinensis buruensis berikut Keragaman Total dan Nilai Eigen
Persamaan Ukuran
=
Bentuk
=
0,563X1 − 0,126X2 − 0,540X3 + 0,602X4 − 0,118X5 0,227 X1 + 0,835X2 + 0,368X3 + 0,317X4 + 0,124X5
Keragaman Total (%) 53,9
Nilai Eigen 4,0870
32,4
2,454
Keterangan : X1 = tinggi kepala, X2 = lebar kepala, X3 = panjang paruh, X4 = tinggi paruh, X5 = tebal paruh
Tabel 33. menyajikan persamaan ukuran dan bentuk pada spesies Alisterus amboinensis buruensis berikut keragaman total dan nilai eigen. Kerumunan data jantan dan betina pada spesies Alisterus amboinensis buruensis disajikan pada Gambar 16. Penciri ukuran dan bentuk kepala pada spesies Alisterus amboinensis buruensis adalah tinggi paruh (X4) dan lebar kepala (X2) dengan masing-masing vektor eigen sebesar 0,602 dan 0,835. Nilai korelasi antara tinggi paruh dan skor ukuran
kepala pada
Alisterus amboinensis buruensis adalah 0,850; sedangkan
korelasi antara skor bentuk kepala dengan lebar kepala pada spesies ini adalah 0,944. Ringkasan penciri ukuran dan bentuk serta korelasi antara penciri ukuran dan penciri bentuk masing-masing terhadap skor ukuran dan skor bentuk spesies Psittacula alexandri alexandri, Psittacula alexandri dammermani, Psittacula longicauda longicauda dan Alisterus amboinensis buruensis; disajikan pada Tabel 34. Penciri bentuk genus Psittacula pada penelitian ini berbeda satu sama lain.
Tabel 34. Penciri Ukuran dan Bentuk Kepala Kelompok A212 dan Korelasi antara Penciri Ukuran dan Penciri Bentuk Masing-masing terhadap Skor Ukuran dan Skor Bentuk Spesies
Penciri Ukuran
Penciri Bentuk
Alisterus amboinensis buruensis
Tinggi paruh (positif)
Lebar kepala (positif)
Psittacula alexandri alexandri
Lebar kepala (positif)
Tinggi paruh (positif)
Psittacula alexandri dammermani
Panjang paruh (positif)
Lebar kepala (positif)
Psittacula longicauda longicauda
Lebar kepala (positif)
Tinggi kepala (positif)
Penciri bentuk Psittacula alexandri alexandri adalah tinggi paruh yang berkorelasi positif dengan skor bentuk. Penciri bentuk Psittacula alexandri dammermani adalah lebar kepala yang berkorelasi positif terhadap skor bentuk. Penciri bentuk Psittacula longicauda longicauda adalah tinggi kepala yang berkorelasi positif terhadap skor bentuk. Hal ini mengindikasikan bahwa Psittacula alexandri alexandri, Psittacula alexandri dammermani dan Psittacula longicauda longicauda memiliki perbedaan dalam bentuk kepala yang akan mengarah pada perbedaan genus dan bersesuaian dengan dendogram pada Gambar 16 yang memperlihatkan ketiganya terpisah dalam kelompok berbeda walaupun tidak bersesuaian dengan pendapat Lexicon Foundation Dutch Parrot Refuge (1997c), Animal Diversity (2008) dan Zip Code Zoo (2008c). Dendogram pada Gambar 16 memperlihatkan Alisterus amboinensis buruensis dan Psittacula alexandri alexandri yang tergabung dalam satu kelompok yaitu kelompok A2122. Hal ini tidak bersesuaian dengan pendapat Lexicon Foundation Dutch Parrot Refuge (1997c), Animal Diversity (2008), Zip Code Zoo (2008c) dan Zip Code Zoo (2008d) yang menyatakan bahwa Alisterus amboinensis buruensis dan Psittacula alexandri alexandri berbeda genus. Hal ini diperlihatkan dengan penciri bentuk yang berbeda. Penciri bentuk Alisterus amboinensis buruensis adalah lebar kepala sedsangkan penciri bentuk Psittacula alexandri alexandri adalah tinggi paruh.
Berdasarkan kerumunan pada Gambar 16 yang diturunkan dari persamaan ukuran dan bentuk kepala; diperoleh hasil bahwa ke empat spesies tersebut mengelompok di pertengahan diagram kerumunan. Kisaran skor bentuk Psittacula alexandri alexandri 30,498-35,811; kisaran skor bentuk Psittacula alexandri dammermani 16,682-23,589; kisaran skor bentuk Psittacula longicauda longicauda 33,342-39,391 dan kisaran skor bentuk Alisterus amboinensis buruensis 42,33148,258. Kisaran skor bentuk Psittacula alexandri alexandri yang berimpit dengan Psittacula longicauda longicauda mengindikasikan bahwa bentuk kepala keduanya tidak berbeda yang mengarah pada kesamaan genus dan bersesuaian dengan pendapat Animal Diversity (2008) dan Zip Code Zoo (2008d) walaupun tidak bersesuaian dengan dendogram pada Gambar 16 dan memiliki penciri bentuk yang berbeda. berdasarkan Tabel 34. Kisaran skor bentuk Alisterus amboinensis buruensis yang lebih besar dibandingkan skor bentuk ketiga subspesies dari genus Psittacula lainnya mengindikasikan bahwa Alisterus amboinensis buruensis memiliki bentuk kepala yang berbeda dan termasuk dalam genus berbeda dengan genus Psittacula. Hal ini bersesuaian dengan pendapat Lexicon Foundation Dutch Parrot Refuge (1997c), Animal Diversity (2008) dan Zip Code Zoo (2008c) yang menyatakan bahwa Alisterus amboinensis buruensis termasuk dalam genus Alisterus dan subfamili Psittacine. Kisaran skor ukuran Psittacula alexandri alexandri 31,999-38,630; kisaran skor ukuran Psittacula alexandri dammermani 43,763-50,957; Kisaran skor ukuran Psittacula longicauda longicauda 17,231-25,529 dan kisaran skor ukuran Alisterus amboinensis buruensis 7,653-15,277. Skor ukuran Psittacula alexandri alexandri dan Psittacula longicauda longicauda tidak berimpit walaupun penciri ukuran keduanya sama yaitu lebar kepala. Lebar kepala Psittacula alexandri alexandri lebih besar dibandingkan Psittacula longicauda longicauda berdasarkan Tabel 6. Skor ukuran yang tidak saling berimpit diantara subspesies dalam genus Psittacula ditunjukkan juga pada dendogram pada Gambar 16. Dendogram pada gambar tersebut memperlihatkan pemisahan kelompok antara sesama subspesies pada genus Psittacula. Hal ini tidak bersesuaian dengan Tabel 35 yang memperlihatkan kesamaan jenis pakan diantara subspesies-subspesies pada genus Psittacula. Skor
Tabel 35.
Jenis Pakan dan Wilayah Penyebaran Spesies Alisterus amboinensis buruensis Psittacula alexandri alexandri, Psittacula alexandri dammermani dan Psittacula longicauda longicauda
Spesies Wilayah Penyebaran Jenis Pakan yang Tersedia Alisterus amboinensis pulau Buru Maluku biji pohon ek, pucuk buruensis (21-24 mm) Selatan (1) (3) dan berry (2) (2)
Psittacula alexandri Jawa, Bali dan buah ara, bunga, nektar, alexandri (22-26 mm) Kalimantan Selatan (4) chestnut Castanea, mangga, (2) (5) (6) benih Albizia, padi jagung, dan daun-daunan (2) buah-buahan, buah berry, bunga-bungaan, kacangkacangan, biji-bijian, nektar dan pucuk daun (4) (6) Psittacula alexandri pulau Karimun Jawa Benih buah-buahan, kacang(7) dammermani kacangan, chestnuts, pucuk, bunga dan nektar (terutama Parkia speciosa dan Erythrina variegate), padi (6) Psittacula longicauda burung asli dari papaya, pandan, biji padi longicauda (20-24 wilayah kepulauan dan biji kelapa sawit (2) mm) (2) Andaman, kepulauan buah-buahan, biji-bijian, Nikobar, Sumatera, bunga-bungaan dan pucuk Kalimantan dan daun (8) (33) Semenanjung Malaysia (termasuk Singapura) (8) Penyebaran burung ini meliputi Semenanjung Malaysia, Singapura, Kalimantan, Sumatera, Kepulauan Nias, Kepulauan Bangka dan Kepulauan Anambas (8)
Keterangan:
(1)
Avian Web, 2008f; (2) Juniper dan Parr, 1998; (3) Lexicon Foundation Dutch Parrot Refuge, 1997c; (4) Central Pets, 2008; (5) Prijono, 1998; (6) Wanadoo, 2008; (7) Avian Web, 2006g; (8) Avian Web, 2006h; (32) Bird Life International, 2008c
ukuran Alisterus amboinensis buruensis paling kecil dibandingkan subspesiessubspesies pada genus Psittacula karena jenis pakan yang dikonsumsi tidak bervariasi dan juga Alisterus amboinensis buruensis mengkonsumsi biji pohon ek yang tidak dikonsumsi oleh subspesies-subspesies pada genus Psittacula
Tabel 36.
Habitat Spesies Alisterus amboinensis buruensis, Psittacula alexandri alexandri, Psittacula alexandri dammermani dan Psittacula longicauda longicauda
Spesies Alisterus amboinensis buruensis Psittacula alexandri alexandri
Psittacula alexandri dammermani
Psittacula longicauda longicauda
Keterangan:
(1)
Habitat areal pertanian (1) dataran rendah dan bukit di kaki gunung yang jarang ditemukan di dataran tinggi hutan meranggas (berganti daun) sampai dengan hutan yang selalu hijau (2) daerah dengan ketinggian sampai dengan 2.500 kaki, area hutan yang setengah terbuka, juga area yang dekat dengan area pertanian (3) Area hutan terbuka pada dataran rendah pada ketinggian hingga 2.000 m di atas permukaan laut, sering terlihat di hutan mangrove, perkebunan kelapa, area pertanian, taman, kebun dan area urban (4) lubang dahan atau lubanglubang pohon yang sudah mati, kadang-kadang di pohon hidup (5) hutan, area berawa dan hutan bakau, sebagian dari daerah huma dan perkebunan palem (5) area pantai dan dataran rendah sekurang-kurangnya 300 m di atas permukaan laut, menyukai daerah berawa dan menghindari hutan primer (6) tepian hutan, termasuk dekat dengan area budidaya hutan bakau dan kebun-kebun seperti kebun palem dan kebun kelapa (6)
World Parrot Trust, 2008n; (2) Central Pets, 2008; (3) Bohner, 2008; 2008; (5) Avian Web, 2006h, (6) Bird Life International, 2008c
(4)
Wanadoo,
Pendekatan Pengelompokan Berdasarkan Penciri Bentuk Kepala Analisis Kelompok Utama Pendekatan berdasarkan penciri bentuk kepala menghasilkan lima kelompok utama, yaitu kelompok B1, B2, B3 dan B4 serta B5. Pada Gambar 18, kelompok B1
ditandai dengan warna merah; kelompok B2 dengan warna kuning, kelompok B3 dengan warna hitam, kelompok B4 dengan warna hijau tua dan kelompok B5 dengan warna kuning tua. Kelompok B1 yang memiliki penciri bentuk lebar kepala terdiri atas Loriculus stigmatus, Cacatua sulphurea occidentalis, Trichoglossus ornatus, Eos bornea cyanonothus Alisterus amboinensis buruensis dan Psittacula alexandri dammermani. Kelompok B2 yang memiliki penciri bentuk tinggi kepala terdiri atas Loriculus galgulus, Psittacula longicauda longicauda dan Trichoglossus haematodus haematodus. Kelompok B3 yang memiliki penciri bentuk panjang paruh terdiri atas Charmosyna placentis intensior. Kelompok B4 yang memiliki penciri bentuk tinggi paruh terdiri atas Eos squamata obiensis dan Psittacula alexandri alexandri. Kelompok B5 yang memiliki penciri bentuk tinggi kepala dan panjang paruh terdiri atas Eclectus roratus roratus. Pengelompokan berdasarkan penciri bentuk kepala divisualisasikan pada Gambar 17 yang diturunkan dari Analisis Komponen Utama. 50
40
Skor Bentuk
30
20
.10
.
0 0
Keterangan:
20
40 60 Skor Ukuran
80
100
Cacatua alba Cacatua sulphurea occidentalis Trichoglossus ornatus Alisterus amboinensis buruensis Eos bornea cyanonothus Psittacula alexandri dammermani Loriculus stigmatus Loriculus galgulus Psittacula longicauda longicauda Charmosyna placentis intensior Eclectus roratus roratus Trichoglossus haematodus haematodus Eos squamata obiensis Psittacula alexandri alexandri
Gambar 17. Diagram Kerumunan Empat Belas Spesies Burung Bayanbayanan Berdasarkan Penciri Bentuk Kepala
Bentuk lebih banyak diwariskan secara genetis (Everitt dan Dunn, 1998). Spesies Eclectus roratus roratus memiliki dua penciri bentuk yang dimiliki dua kelompok yang berbeda, sehingga Eclectus roratus roratus dapat dimasukkan ke dalam kelompok tersendiri. Kelompok dengan penciri bentuk yang sama tidak harus memiliki skor bentuk yang berdekatan, sehingga kerumunan data yang ditampilkan tidak selalu berdekatan. Diagram kerumunan yang dibentuk lebih merupakan visualisasi dari performa skor bentuk dan skor ukuran.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Analisis Komponen Utama (AKU) dan jarak minimum D2 Mahalanobis menghasilkan pengelompokan ke-13 spesies burung bayan-bayanan berdasarkan pendekatan yang berbeda. Pengelompokan berdasarkan jarak minimum D2 Mahalanobis memisahkan 13 spesies burung bayan-bayanan menjadi empat kelompok utama yaitu kelompok A1, A211, A212 dan A22 pada percabangan jarak 0,9976, 0,9845 dan 0,9598. Semakin tinggi nilai jarak maka ketidakserupaan diantara kelompok spesies tersebut akan semakin besar. Kelompok A1 meliputi Charmosyna placentis intensior, Loriculus galgulus dan Loriculus stigmatus; kelompok A22 meliputi Cacatua alba, Cacatua sulphurea occidentalis dan Eclectus roratus roratus; kelompok A211 meliputi Trichoglossus haematodus haematodus, Trichoglossus ornatus, Eos bornea cyanonothus, dan Eos squamata obiensis dan kelompok A212 meliputi Alisterus amboinensis buruensis, Psittacula alexandri alexandri, Psittacula alexandri dammermani dan Psittacula longicauda longicauda. Charmosyna placentis intensior dan Loriculus galgulus memiliki penciri ukuran kepala yang sama yaitu lebar kepala. Penciri ukuran kepala Charmosyna placentis intensior dan Loriculus galgulus sama karena kesamaan jenis pakan yaitu bunga, benih dan biji-bijian. Kisaran skor ukuran Cacatua alba tidak berimpit dengan Cacatua sulphurea occidentalis dan Eclectus roratus roratus karena perbedaan penciri ukuran dan juga perbedaan beberapa jenis pakan yang dikonsumsi oleh Cacatua alba seperti jangkrik dan kadal. Penciri ukuran Trichoglossus haematodus haematodus dan Trichoglossus ornatus berbeda walaupun kisaran skor ukuran keduanya berimpit. Hal ini dikarenakan perbedaan pakan yaitu jenis bunga yang dikonsumsi. Jenis bunga yang dikonsumsi Trichoglossus haematodus haematodus berasal dari famili Myrtaceae, Proteacea, Eucalyptus, Xanthoroaceae, Banksia, Melaleuca, Callistemon; sedangkan Trichoglossus ornatus adalah Pansies, Nasturtium, bunga mawar, kembang sepatu, Marigolds dan Dandelion. Kisaran skor ukuran Eos bornea cyanonothus lebih besar dibandingkan kisaran skor ukuran Eos squamata obiensis karena dipengaruhi dua penciri ukuran yaitu tinggi kepala dan lebar kepala. Kesamaan penciri ukuran antara Eos bornea
cyanonothus dan Eos squamata obiensis yaitu lebar kepala dikarenakan kesamaan jenis pakan yang dikonsumsi yaitu pollen, buah-buahan, nektar dan serangga. Kesamaan jenis pakan diantara Psittacula alexandri alexandri dan Psittacula longicauda longicauda karena perbedaan skor ukuran walaupun penciri ukurannya sama, yaitu lebar kepala. Pakan Alisterus amboinensis buruensis yaitu biji pohon ek, membedakan spesies tersebut dengan Psittacula alexandri alexandri dan Psittacula longicauda longicauda, disamping memiliki skor ukuran yang lebih kecil. Pengelompokan berdasarkan penciri bentuk pada Analisis Komponen Utama (AKU) membedakan spesies-spesies yamg diamati ke dalam lima kelompok (B1,B2,B3,B4 dan B5) yaitu Loriculus stigmatus, Cacatua sulphurea occidentalis, Trichoglossus ornatus, Eos bornea cyanonothus Alisterus amboinensis buruensis dan Psittacula alexandri dammermani pada kelompok B1 dengan penciri bentuk lebar kepala. Loriculus galgulus dan Psittacula longicauda longicauda pada kelompok B2 dengan penciri bentuk tinggi kepala. Charmosyna placentis intensior dan Trichoglossus haematodus haematodus pada kelompok B3 dengan penciri bentuk panjang paruh. Eos squamata obiensis dan Psittacula alexandri alexandri pada kelompok B4 dengan penciri bentuk tinggi paruh. Eclectus roratus roratus pada kelompok B5 dengan penciri bentuk tinggi kepala dan panjang paruh. Saran Saran untuk penelitian selanjutnya adalah perlu dilakukan penambahan jumlah individu per spesies dengan pengamatan di alam. Penelitian lebih lanjut yang melibatkan sejumlah individu dalam spesies yang berasal dari habitat asli dapat dilakukan sebagai upaya untuk membuktikan bahwa ukuran (size) dapat berubah dikarenakan ketersediaan pakan dan perubahan habitat; sedangkan bentuk (shape) tidak dapat berubah dikarenakan diwariskan secara genetik. Pengelompokkan burung bayan-bayanan dari Indonesia Barat dan Indonesia Timur berdasarkan pakan dan habitat sebaiknya dilakukan pada penelitian selanjutnya. Karakteristik morfometrik lain dapat dilakukan untuk melengkapi informasi morfometrik yang telah dilakukan pada penelitian ini.
UCAPAN TERIMA KASIH Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, taufik dan hidayahNya sehingga Penulis dapat menyelesaikan studi, seminar dan skripsi ini. Shalawat dan salam semoga senantiasa dicurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, sahabat dan orang-orang yang senantiasa istiqomah di jalan Allah SWT hingga akhir zaman. Penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada Ir. Rini H. Mulyono, M Si. sebagai Pembimbing Utama dan Dr. Dewi M. Prawiradilaga sebagai Pembimbing Anggota, yang penuh kesabaran dan keyakinan memberikan bimbingan, tuntunan, pengarahan serta pengorbanan waktu dan pikiran mulai dari penulisan sampai skripsi ini dapat diselesaikan. Terima kasih Penulis ucapkan kepada Ir. Salundik, M Si. sebagai dosen Pembimbing Akademik serta kepada Ir. Lucia Cyrilla, MSi. dan Ir. Anita Tjakradidjaja, MRur.Sc. sebagai dosen Penguji Sidang yang telah banyak memberikan saran dalam penyelesaian tugas akhir ini. Penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada Papa dan Mama yang dengan penuh kesabaran telah memberikan nasehat, doa dan perhatian yang begitu besar. Ucapan terima kasih yang sebesar-sebesarnya juga Penulis sampaikan kepada abangku, Falery Mustika atas doa, arahan, motivasi serta keceriaan yang begitu tulus. Ucapan terima kasih juga Penulis rekan-rekan sepembimbing skripsi Iva, Suci, Lia, Achmadah dan Aji atas bantuan selama penulisan. Tak lupa Penulis ucapkan terima kasih kepada rekan-rekan wisma WaterBull dan sekitarnya Vamy, Dani, mas Admo, mas Ikbal, mas Adit, mas Roni, bang Royan, Prama dan mas Ikhsan atas dukungannya. Juga Penulis ucapkan terima kasih kepada rekan-rekan TPT’41 Saleh, Yudi, Arif, Andri, Rizal, Abdi, Saroji Aziz, Kampas, Suganda, Ifit, Lenny, Rissa, Okta, Mery, Yunita, Yuni, Rihci, Fitria dan Tri Utami atas bantuan dan motivasinya. Terakhir Penulis ucapkan terima kasih kepada seluruh civitas akademika Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca.
Bogor, April 2010
Penulis
DAFTAR PUSTAKA Alderton, D. 2003. The ultimate encyclopedia of caged and aviary birds. London, England: Hermes House, p. 214. ISBN 184309164X. Retrieved from: http://www.en.wikipedia.org/wiki/Blue-crowned_Hanging_Parrot.Last modified on August 20, 2008. [October 12, 2008]. Afifi, A.A. and V. Clark. 1996. Computer Aided Multivariate Analysis. 3rd Edition. Chapman and Hall, New York. Animal Diversity. 2008. Family Psittacidae (parrots, cockatoos and relatives). Retrievedfrom:http://www.animaldiversity.ummz.umich.edu/site/accounts/cla ssification/Psittacidae.html. Last modified in 2008. [July13, 2008]. Animal Jrank. 2008. Rainbow lorikeet (Trichoglossus haemotodus). Retrieved from: http://www.animals.jrank.org/pages/773/Parrots-Psittaciformes-RAINBOWLORIKEET-Trichoglossus-haematodus-SPECIES-ACCOUNTS.html. Last modified in 2008. [October15, 2008]. Animal World.2008a. Green-naped Rainbow Lorikeet. Retrieved from: http://www.animal-world.com/encyclo/birds/lori/RainbowLori.php.htm. Last modified in 2008. [October17, 2008]. Animal World. 2008b. Eclectus parrot. Retrieved from: http://www.animalworld.com/encyclo/birds/Eclectus/Eclectus.php.html. Last modified in 2008. [October, 2008] Animal World. 2008c. White Cockatoo. Retrieved from: http://www.animalworld.com/encyclo/birds/cockatoos/umbrella.php.html. Last modified in 2008. [October 13, 2008] Animal World. 2008d. Lesser sulphur-crested cockatoos. Retrieved from: http://www.animal-world.com/encyclo/birds/cockatoos/lessersulphur.php.htm Last modified in 2008. [October 16, 2008] Australian-animals. 2008. Raibow lorikeet. Retrieved from: http://www.australiananimals.net/rainbow.htm. Last modified in 2008. [October, 2008] Australian Museum. 2008. Rainbow lorikeet fact file. Retrieved from: http://www. faunanet.gov.au/wos/factfile.cfm?Fact_ID=430.htm. Last modified in 2008. [October, 15, 2008] Avian Web.2006a. Hanging parrots.Retrieved from: http://www.avianweb.com/ hangingparrots.html. Last modified in 2006. [October 12, 2008]. Avian Web. 2006b. Great Hanging Parrots, aka Celebes Hanging-Parrots.Retrieved from: http://www.avianweb.com/ sulawesihangingparrots.html. Last modified in 2006. [October 12, 2008]. Avian Web. 2006c. Red-flanked or pleasing lorikeets.Retrieved from: http://www. avianweb.com/redflankedlorikeets.html. Last modified in 2006. [October 16, 2008].
Avian
Web. 2006d. Ornate lories. Retrieved from: http://www. avianweb.com/ornatelory.html. Last modified in 2006. [October 15, 2008].
Avian Web. 2006e. Red lories aka mollucan lories. Retrieved from: http://www. avianweb.com/redlories.html. Last modified in 2006. [October 15, 2008]. Avian Web. 2006f. Amboina king parrots aka moluccan king-parrot, amboina greenwinged king parrot. Retrieved from: http://www.avianweb.com/ amboinakingparrot.html. Last modified in 2006. [October 16, 2008]. Avian Web. 2006g. Java-moustached parakeets. Retrieved from: http://www. avianweb.com/moustachedparakeets.html#Dammerman.htm. Last modified in 2006. [October 13, 2008]. Avian
Web. 2006h. Long-tailed Parakeets. Retrieved from: http://www. avianweb.com/longtailedparakeets.html. Last modified in 2006. [October 16, 2008].
Avian
Web. 2006i. Electus Parrots. Retrieved from: http:// www. avianweb.com/eclectus.html. Last modified in 2006. [October 13, 2008].
Beehler, B.M., T.K. Pratt dan D. A. Zimmerman. 2001. Burung-burung di Kawasan Papua. Puslitbang Biologi-LIPI Birdlife International Indonesia Programe,Bogor. Biodiversity Mongabay. 2006a. Loriculus stigmatus. Retrieved from: http://www.biodiversity.mongabay.com/animals/l/Loriculus_stigmatus.html. Last modified in November 14, 2006. [October 12, 2008]. Biodiversity Mongabay. 2006b. Loriculus galgulus. Retrieved from: http://www.biodiversity.mongabay.com/animals/l/Loriculus_galgulus.html.L astmodified in 2006. [October 12, 2008]. Biodiversity Mongabay. 2006c. Cacatua alba. Retrieved from: http://www. biodiversity.mongabay.com/animals/l/Cacatua_alba.html.Lastmodified in 2006. [October 12, 2008]. Bird
Care. 2008a. Green naped lorikeet. Retrieved from: http://www. birdcare.com.au/green_naped_lorikeet.htm Last modified in 2008. [October 15, 2008].
Bird
Care. 2008b. Ornate lorikeet. Retrieved from: http://www. birdcare.com.au/ornate_lorikeet.htm Last modified in 2008. [October, 15, 2008].
Bird
Care. 2008c. Bura red lory. Retrieved from: http://www. birdcare.com.au/bura_red_lory.html. Last modified in 2008.[October 15, 2008].
Bird Care. 2008d.Violet necked lory. Retrieved from: http://www. birdcare.com.au /violet_necked_lory.html. Last modified in 2008.[October 15, 2008]. BirdLife International. 2004. Loriculus galgulus. IUCN Red List of Threatened Species. IUCN 2006. Retrieved on 5 May 2006. Bird Life International. 2008a. Rainbow lorikeet Trichoglossus haematodus. Retrieved from: http://www.birdlife.org/datazone/species/index.html#
action=SpcHTM Details.asp&sid=32124&m=0.html. Last modified in 2008. [October 16, 2008]. Bird Life International. 2008b. Ornate lorikeett Trichoglossus ornatus. Retrieved from: http://www.birdlife.org/datazone/species/index.html# action=SpcHTM Details.asp&sid=1346&m=0.html. Last modified in 2008. [October 16, 2008]. Bird Life International. 2008c. Long-tailed parakeet Psittacula longicauda. Retrieved from: http://www.birdlife.org/datazone/species/index.html# action=SpcHTM Details.asp&sid=1542&m=0.html. Last modified in 2008. [October 16, 2008]. Bird Life International. 2008d. White Cockatoo Cacatua alba. Retrieved from: http://www.birdlife.org/datazone/species/index.html#action=SpcHTMDetails. asp&sid=1402&m=0.html. Last modified in 2008. [October 16, 2008]. Birdtrick. 2008. Eclectus rotatus facts. Retrieved from: http:// www. birdtricks.com/eclectus-roratus.html. Last modified in 2008. [October, 2008]. Bohner, F. (2008). Moustached parrakeets (Psittacula alexandri).Retrieved from: http://www.feathered.flyer.co.uk/parakeets/moustached_parakeet.html. Last modified in 2008. [October 16, 2008]. Central Pets. 2008. .Psittacula alexandri. Retrieved from: http:// www. centralpets. com/animals/birds/parrots/prt1178.html. Last modified in 2008. [October 16, 2008]. Encyclopedia the Freedictionary. 2008. Eclectus parrot. Retrieved from: http:// www. encyclopedia.thefreedictionary.com/Eclectus+Parrot.html. Last modified in 2008. [October, 2008] Everitt, B,S. dan G.Dunn. 1998. Applied Multivariate Data Analysis. Halsted Press, New York. Gaspersz, V. 1992. Teknik Analisis Dalam Penelitian Percobaan. Volume 2. Tarsito, Bandung. Genomics. 2008. AnAge entry for Psittacula alexandri.Retrieved from: http://www. genomics.senescence.info/species/entry.php//species=Psittacula_alexandri.ht m. Last modified in October 2008. [October 16, 2008]. Hayashi, Y., J. Otsuka. T. Nishida and H. Martojo. 1982. Multivariate craniometrics of wild Banteng, Bos banteng, and five types of native cattle in Eastern Asia. In: The Origin and Phylogeny of Indonesian Livestock. Investigation in the Cattle, Fowl and Their Wild Form.III:19-30. Hunt, C.1997. The Electus parrot: Part 1. Retrieved from: http://www.parrotsociety. org.au/articles/art_037.htm. Last modified in 2008. [October 13, 2008]. Innvista. 2008. Cockatoos. Retrieved from: http://www.innvista.com/science /zoology/domestic/cockatoo.htm. Last modified in 2008. [November 14, 2008].
Juniper, T. dan M. Parr. 1998. Parrots: A Guide to the Parrots of the World. Pica Press, East Sussex.:19-30 Lane, E. 2004. Cacatua alba (On-line), Animal Diversity Web. Retrieved from: http://www.animaldiversity.ummz.umich.edu/site/accounts/information/Cacat ua_alba.html. Last modified in 2008. [August 12, 2008]. Lexicon Foundation Dutch Parrot Refuge. 1997a. Charmosyna placentis intensior. Retrieved from: http://www.Charmosyna placentis intensior\www.papegaai. org/lexicon/l4046.html. Last modified on May 1st, 1997. [October 16, 2008]. Lexicon Foundation Dutch Parrot Refuge. 1997b. Eos bornea cyanonothus. Retrieved from: http://www.papegaai.org/lexicon/l4076.html. Last modified in 1997. [October 16, 2008]. Lexicon Foundation Dutch Parrot Refuge. 1997c. Alisterus amboinensis buruensis. Retrieved from: http://www.papegaai.org/lexicon/l6002.html. Last modified on May 1st, 1997. [October 15, 2008]. Lexicon of Parrots. 2008. Cacatua sulphurea (Gmelin 1788). Retrieved from http://www.arndt-verlag.com/projekt/birds_3.cgi?Desc=E063.htm. Last modified in 2008. [November 14, 2008]. Mytoos. 2005. Cockatoo Classifications. Retrieved from :http://www. charlieandpeggy.com/5.html. Last modified in 2005 [November 14, 2008]. MacKinnon, J., K. Philips dan B. Van Balen. 1998. Burung-burung di Sumatera, Jawa, Bali, dan Kalimantan. Puslitbang Biologi LIPI Birdlife International Indonesia Programe, Bogor. Nationmaster. 2005. The Rainbow Lorikeet. Retrieved from: http:// www.nationmaster.com/encyclopedia/Trichoglossus-haematodus.htm. Last modified on 2005. [October 16, 2008] Nei, M. 1987. Molecular Evolutionary Genetics. Columbia University Press, New York. Nishida, T., K. Nozawa., T. Hashiguchi dan S. S. Mansjoer. 1982. Body measurement and analysis of external genectic characters of Indonesian native fowl. In : The Origin and Phylogeny of Indonesian Native Livestock :75-83. Pet Bird Page. 2008. Eclectus (Eclectus roratus). Retrieved from: http://www. petbirdpage.com/eclectus.html. Last modified in October 2008. [October 13, 2008]. Pet Education. 2008a. Red Lory (Eos borneo). Retrieved from: http:// www.peteducation.com/article.cfm//c=15+1840&aid=2306.html.Last modified in 2008. [October 15, 2008]. Pet Education. 2008b. Eclectus parrot (Eclectus roratus): Species Profile: Diet, Housing, and Vocalization. Retrieved from: http://www.peteducation.com/article.cfm//cls=15&cat=1840&articleid=2307. html. Last modified in 2008. [October 13, 2008].
Prahara, Widyabrata. 1999. Kakatua : pemeliharaan, penangkaran dan penjinakan. Cetakan ketiga. Penebar Swadaya, Jakarta. Prijono, Siti Nuramaliati. 1998. Jakarta.
Sukses Memelihara Betet. Penebar Swadaya,
Prijono, Siti Nuramaliati dan Sri Handini. 1998. Memelihara, Menangkar dan Melatih Nuri. Cetakan kedua. Penebar Swadaya, Jakarta. Sea
World. 2008. Green-naped lorry. Retrieved from: http://www.seaworld.org/Animalinfo/animalbytes/animalia/eumetazoa/coelo mates/deuterostomes/chordata/craniata/aves/psittaciformes/green-naped lory.htm. Last modified in 2008. [October, 15, 2008].
Speedylook. 2008. Coryllis with head blue. Retrieved from: http://www.speedylook. com/ Loriculus_galgulus.html. Last modified on Oct 1st, 2008. [October 12, 2008]. Syahid, A. 2008. Koefisien Keragaman (KK). Diambil dari: http://abdulsyahidforum.blogspot.com/2009/04/koefisien-keragaman-kk.html. Disunting ulang pada 14 Desember 2009. [14 Desember 2009]. Texas Cockatoos. 2008. Description of the 10 Different Types of Sulphur Crested Cockatoos. Retrieved from: http://www.texascockatoos.com/ Types_of_Sulphur_Crested_Cockat.html. Last modified in 2008. [October 16, 2008] The Alexandria Zoo. (2008). Bird: Moluccan red-flanked lorikeet (Charmosyna placentas intensior). Retrieved from: http://www.thealexandriazoo.com /animals/MoluccanRedflankedLorikeet.html. Last modified in 2008. [October 16, 2008]. Travel Mongabay. 2006. Rainbow lory (Trichoglossus haematodus haematodus). Retrieved from : http://www. travel.mongabay.com/animals/z8597.html. Last modified in 2008 [October 16, 2008] Wanadoo. 2008. Psittacula alexandri. Retrieved from: http://www. home.wanadoo.nl/psittaculaworld/Mutations/P-alexandri.htm. Last modified in 2008. [October 16, 2008] White, C.M.N. and M.D. Bruce. 1986. The Birds of Wallacea (Sulawesi, The Moluccas and Lesser Sunda Islands Indonesia). B.O.U. Checklist No. 7. British Ornithologists’ Union, London. Wikimedia. 2008a. Loriculus stigmatus. Retrieved from http://species.wikimedia.org/wiki/Loriculus_stigmatus_files. Last modified on November 14, 2006. [October 17, 2008] Wikimedia. 2008b. Psittacula alexandri. Retrieved from http://species.wikimedia.org/wiki/Psittacula_alexandri. Last modified on January 28, 2008. [October 16, 2008] Wikipedia. 2008a. Serindit. Diambil dari: http://www. id.wikipedia.org/wiki/Loriculus.html. Disunting ulang pada 2 Oktober 2008. [13 Oktober 2008].
Wikipedia. 2008b. Serindit Melayu. Diambil dari: http://www. id.wikipedia.org/wiki/ Loriculus_galgulus.html. Disunting ulang pada 17 Maret 2008. [12 Oktober 2008]. Wikipedia. 2008c. Perkici Pelangi. Diambil dari: http://www. id.wikipedia.org/wiki/Trichoglossus_haematodus.htm. Disunting ulang pada 2 Juni 2008. [16 Oktober 2008]. Wikipedia. 2008d. Psittacula longicauda. Retrieved from http://www. zipcodezoo.com/Animals/P/'Psittacula_alexandri_alexandri/.htm. Last modified on January 28, 2008. [October 16, 2008]. Wikipedia. 2008e. Nuri Bayan. Diambil dari: http://www. id.wikipedia.org/wiki/Eclectus_roratus.htm. Disunting ulang pada 12 Agustus 2008. [15 Oktober 2008]. Wikipedia. 2008f. Kakatua putih. Diambil dari: http://www. id.wikipedia.org/wiki/Kakatua_putih.htm. Disunting ulang pada 2 Juni 2008 [13 Oktober 2008]. Wikipedia. 2008g. Umbrella Cockatoo. Retrieved http://www.en.wikipedia.org/wiki/Umbrella_Cockatoo. Last October 10, 2008 [October 13, 2008].
from: modified
Wikipedia 2008h. Cockatoo. Retrieved from: http://www.en.wikipedia.org/wi ki/Cockatoo.htm. Last modified October 10, 2008 [October 13, 2008]. Wild Adventures. 2008. Eclectus (Eclectus roratus). Retrieved from: http://www. wildadventures.net/rides_attractions_shows/2007/04/eclectus_eclectus_roratu s.php.html. Last modified in 2008. [October 13, 2008]. World Parrot Trust.2008a. Maroon-rumped hanging parrot.Retrieved from: http:// www.parrots.org/index.php/encyclopedia/profile/maroon_rumped_hanging parrot/.html. Last modified in 2008. [October 18, 2008]. World Parrot Trust.2008b. Maroon-rumped hanging parrot (Loriculus stigmatus). Retrieved from:http://www.parrots.org/index.php/encyclopedia/wildstatus/ maroon_rumped_hanging_parrot/.html. Last modified in 2008. [October 18, 2008]. World Parrot Trust. 2008c. Blue-crowned hanging parrot. Retrieved from: http:// www.parrots.org/index.php/encyclopedia/profile/blue_crowned_hanging_par rot/.html. Last modified in 2008. [October 12, 2008]. World
Parrot Trust. 2008d. Loriculus galgulus. Retrieved from: http:// www.parrots.org/index.php/encyclopedia/profile/blue_crowned_hanging_par rot/.html. Last modified in 2008. [October12,2008].
World
Parrot Trust. 2008e. Red-flanked lorikeet. Retrieved from:http://www.parrots.org/index.php/encyclopedia/profile/blue_crowned_h anging_parrot/.html. Last modified in 2008. [October 16, 2008].
World Parrot Trust. 2008f. Red-flanked lorikeet (Charmosyna placentis). Retrieved from:http://www.parrots.org/index.php/encyclopedia/wildstatus/blue_crowne d_hanging_parrot/.html. Last modified in 2008. [October 16, 2008].
World
Parrot Trust. 2008g. Rainbow lorikeet. Retrieved from:http://www.parrots.org/index.php/encyclopedia/profile/rainbow_lorikeet /.html. Last modified in 2008. [October 16, 2008]
World
Parrot Trust. 2008h. Ornate lorikeet. Retrieved from:http://www.parrots.org/index.php/encyclopedia/profile/ornate_lorikeet/. html. Last modified in 2008. [October 16, 2008]
World
Parrot Trust. 2008i. Ornate lorikeet. Retrieved from:http://www.parrots.org/index.php/encyclopedia/captivestatus/ornate_lor ikeet/.html. Last modified in 2008. [October 16, 2008]
World Parrot Trust. 2008j. Red lory. Retrieved from: http://www.parrots.org/index. php/encyclopedia/profile/red_lory/.html. Last modified in 2008. [October 15, 2008]. World Parrot Trust. 2008k. Red lory (Eos borneo). Retrieved from: http://www. parrots.org/index.php/encyclopedia/wildstatus/red_lory/html. Last modified in 2008. [October 15, 2008]. World Parrot Trust. (2008l). Violet necked lory. Retrieved from: http://www. parrots.org/index.php/encyclopedia/profile/violet_necked_lory/.html. Last modified in 2008. [October 15, 2008]. World Parrot Trust. (2008m). Violet necked lorry (Eos squamata). Retrieved from: http://www.parrots.org/index.php/encyclopedia/wildstatus/violet_necked_lor y/.html. Last modified in 2008. [October 15, 2008]. World
Parrot Trust. 2008n Mollucan King Parrot. Retrieved from: http://www.parrots.org/index.php/encyclopedia/profile/moluccan_king_parrot /.htm. Last modified in 2008. [October 14, 2008]
World
Parrot Trust. 2008o Red-breasted parakeet. Retrieved from: http://www.parrots.org/index.php/encyclopedia/profile/red_breasted_parakeet /.htm. Last modified in 2008. [October 16, 2008]
World Parrot Trust. 2008p. Long-tailed parakeet. Retrieved from: http:// www.parrots.org/index.php/encyclopedia/profile/long_tailed_parakeet/.html. Last modified in 2008. [October 16, 2008]. Zip Code Zoo. 2008a. Charmosyna placentis intensior. Retrieved from: http://www. Charmosyna placentis intensior\zipcodezoo.com/Animals/C/Charmosyna_ placentis_intensior/.html. Last modified on September 23, 2008. [October 16, 2008]. Zip Code Zoo. 2008b. Trichoglossus haematodus.Retrieved from: http://www. zipcodezoo.com/Animals/T/Trichoglossus_haematodus.htm. Last modified on October 2, 2008. [October 16, 2008]. Zip Code Zoo. 2008c. Alisterus amboinensis buruensis. Retrieved from : http://www.zipcodezoo.com/Animals/A/Alisterus_amboinensis_buruensis/.ht m. Last modified on September 23, 2008. [October 16, 2008].
Zip Code Zoo. 2008d. Psittacula alexandri alexandri .Retrieved from: http://www.zipcodezoo.com/Animals/P/Psittacula_alexandri_alexandri/.html. Last modified on September 22nd, 2008. [October 16, 2008].
LAMPIRAN
LAMPIRAN Tabel 1.
Komponen Utama yang Diturunkan dari Matriks Kovarian pada Spesies Cacatua alba berikut Nilai Eigen, Keragaman Total dan Keragaman Kumulatif
Peubah
Komponen Utama III IV 0,469 −0,395
I 0,495
II 0,453
Lebar Kepala (X2)
0,498
−0,783
0,154
−0,286
0,186
Panjang Paruh (X3)
0,431
0,085
−0,855
−0,109
−0,255
Tinggi Paruh (X4)
0,469
0,385
0,018
0,260
0,751
Tebal Paruh (X5)
0,318
−0,164
0,159
0,826
−0,404
Nilai Eigen
40,834
7,775
4,823
1,899
0,838
Keragaman Total (%)
72,7
13,8
8,6
3,4
1,5
Keragaman Kumulatif (%)
72,7
86,5
95,1
98,5
100
Tinggi Kepala (X1)
Tabel 2.
V −0,416
Komponen Utama yang Diturunkan dari Matriks Kovarian pada Spesies Cacatua sulphurea occidentalis berikut Nilai Eigen, Keragaman Total dan Keragaman Kumulatif
Peubah
Komponen Utama III IV −0,252 −0,033
I 0,367
II 0,577
Lebar Kepala (X2)
0,733
−0,623
−0,078
−0,244
0,092
Panjang Paruh (X3)
0,184
0,269
0,848
−0,416
−0,033
Tinggi Paruh (X4)
0,528
0,415
−0,117
0,315
−0,661
Tebal Paruh (X5)
0,125
−0,186
0,444
0,816
0,294
Nilai Eigen
28,209
10,068
5,433
2,710
0,532
Keragaman Total (%)
60,1
21,4
11,6
5,8
1,1
Keragaman Kumulatif (%)
60,1
81,5
93,1
98,9
100
Tinggi Kepala (X1)
V 0,684
Tabel 3.
Komponen Utama yang Diturunkan dari Matriks Kovarian pada Spesies Eos bornea cyanonothus berikut Nilai Eigen, Keragaman Total dan Keragaman Kumulatif
Peubah
Komponen Utama III IV -0,671 0,126
I 0,629
II 0,327
Lebar Kepala (X2)
0,601
−0,774
0,192
−0,029
0,0408
Panjang Paruh (X3)
0,367
0,363
0,289
−0,710
−0,382
Tinggi Paruh (X4) Tebal Paruh (X5)
0,207
0,334
0,565
0,123
0,715
0,255
0,225
0,331
0,681
−0,558
Nilai Eigen
3,470
1,695
0,901
0,393
0,236
Keragaman Total (%)
51,8
25,3
13,5
5,9
3,5
Keragaman Kumulatif (%)
51,8
77,1
90,6
96,5
100
Tinggi Kepala (X1)
Tabel 4.
V 0,174
Komponen Utama yang Diturunkan dari Matriks Kovarian pada Spesies Eos squamata obiensis berikut Nilai Eigen, Keragaman Total dan Keragaman Kumulatif
Peubah
Komponen Utama III IV 0,790 −0,095
I 0,164
II 0,544
Lebar Kepala (X2)
0,843
0,318
−0,335
0,254
0,109
Panjang Paruh (X3)
−0,187
−0,024
0,059
0,898
−0,393
Tinggi Paruh (X4) Tebal Paruh (X5)
−0,455
0,772
−0,441
−0,043
0,004
−0,145
0,075
0,255
0,344
0,889
Nilai Eigen
3,506
2,584
1,560
0,613
0,155
Keragaman Total (%)
41,7
30,7
18,5
7,3
1,8
Keragaman Kumulatif (%)
41,7
72,4
90,9
98,2
100
Tinggi Kepala (X1)
V −0,209
Tabel 5.
Komponen Utama yang Diturunkan dari Matriks Kovarian pada Spesies Psittacula alexandri alexandri berikut Nilai Eigen, Keragaman Total dan Keragaman Kumulatif
Peubah
Komponen Utama III IV 0,678 0,333
I 0,098
II 0,443
Lebar Kepala (X2)
0,958
−0,254
−0,058
0,116
0,040
Panjang Paruh (X3)
−0,046
0,306
−0,579
0,754
0,023
Tinggi Paruh (X4)
0,240
0,745
−0,314
−0,532
0,078
Tebal Paruh (X5)
0,117
0,302
0,320
0,157
−0,876
Nilai Eigen
3,904
2,474
0,910
0,459
0,120
Keragaman Total (%)
49,6
31,4
11,6
5,8
1,5
Keragaman Kumulatif 49,6 (%)
81,1
92,6
98,5
100
Tinggi Kepala (X1)
Tabel 6.
V 0,473
Komponen Utama yang Diturunkan dari Matriks Kovarian pada Spesies Psittacula alexandri dammermani berikut Nilai Eigen, Keragaman Total dan Keragaman Kumulatif
Peubah
Komponen Utama III IV 0,629 0,537
I 0,495
II −0,036
Lebar Kepala (X2)
0,165
0,974
−0,137
0,063
−0,022
Panjang Paruh (X3)
0,606
−0,221
−0,723
0,233
−0,082
Tinggi Paruh (X4)
0,531
−0,013
0,206
−0,808
−0,154
Tebal Paruh (X5)
0,282
−0,009
0,144
0,041
0,948
Nilai Eigen
6,748
3,592
1,167
0,484
0,191
Keragaman Total (%)
55,4
29,5
9,6
4,0
1,6
Keragaman Kumulatif (%)
55,4
84,9
94,5
98,4
100
Tinggi Kepala (X1)
V −0,266
Tabel 7.
Komponen Utama yang Diturunkan dari Matriks Kovarian pada Spesies Psittacula longicauda longicauda berikut Nilai Eigen, Keragaman Total dan Keragaman Kumulatif
Peubah
Komponen Utama III IV −0,219 0,275
I −0,213
II 0,891
Lebar Kepala (X2)
0,929
0,257
−0,170
−0,185
0,091
Panjang Paruh (X3)
0,286
−0,044
0,639
0,593
−0,395
Tinggi Paruh (X4)
−0,101
0,367
0,712
−0,549
0,214
Tebal Paruh (X5)
0,010
0,062
0,084
0,486
0,868
Nilai Eigen
6,779
3,845
0,803
0,232
0,122
Keragaman Total (%)
57,5
32,6
6,8
2,0
1,0
Keragaman Kumulatif (%)
57,5
90,2
97,0
99,0
100
Tinggi Kepala (X1)
Tabel 8.
V −0,194
Komponen Utama yang Diturunkan dari Matriks Kovarian pada Spesies Loriculus stigmatus berikut Nilai Eigen, Keragaman Total dan Keragaman Kumulatif
Peubah
Komponen Utama III IV 0,007 0,032
I 0,913
II 0,406
Lebar Kepala (X2)
−0,308
0,684
−0,482
0,330
−0,312
Panjang Paruh (X3)
−0,215
0,521
0,591
−0,558
−0,150
Tinggi Paruh (X4)
−0,092
0,131
0,610
0,744
0,22
Tebal Paruh (X5)
−0,131
0,282
−0,216
−0,161
0,912
Nilai Eigen
2,367
1,477
0,457
0,187
0,054
Keragaman Total (%)
52,1
32,5
10,1
4,1
1,2
Keragaman Kumulatif (%)
52,1
84,6
94,7
98,8
100
Tinggi Kepala (X1)
V 0,013
Tabel 9.
Komponen Utama yang Diturunkan dari Matriks Kovarian pada Spesies Loriculus galgulus berikut Nilai Eigen, Keragaman Total dan Keragaman Kumulatif
Peubah
Komponen Utama III IV 0,041 −0,186
I 0,348
II 0,917
Lebar Kepala (X2)
0,931
−0,330
−0,104
0,100
0,059
Panjang Paruh (X3)
−0,092
0,196
−0,532
0,736
0,359
Tinggi Paruh (X4)
0,034
0,024
0,831
0,424
0,357
Tebal Paruh (X5)
0,052
0,103
0,117
0,484
−0,859
Nilai Eigen
2,748
0,593
0,235
0,116
0,065
Keragaman Total (%)
73,1
15,8
6,2
3,1
1,7
Keragaman Kumulatif (%)
73,1
88,9
95,2
98,3
100
Tinggi Kepala (X1)
V 0,032
Tabel 10. Komponen Utama yang Diturunkan dari Matriks Kovarian pada Spesies Charmosyna placentis intensior berikut Nilai Eigen, Keragaman Total dan Keragaman Kumulatif Peubah
Komponen Utama III IV 0,729 −0,406
I 0,297
II 0,455
Lebar Kepala (X2)
0,912
−0,313
−0,235
−0,083
−0,092
Panjang Paruh (X3)
0,145
0,705
−0,510
−0,121
0,456
Tinggi Paruh (X4)
0,214
−0,014
0,381
0,700
0,565
Tebal Paruh (X5)
0,113
0,445
−0,091
0,569
−0,676
Nilai Eigen
1,300
0,201
0,156
0,120
0,046
Keragaman Total (%)
71,4
11,0
8,6
6,6
2,5
Keragaman Kumulatif (%)
71,4
82,4
90,9
98,5
100
Tinggi Kepala (X1)
V −0,091
Tabel 11. Komponen Utama yang Diturunkan dari Matriks Kovarian pada Spesies Eclectus roratus roratus berikut Nilai Eigen, Keragaman Total dan Keragaman Kumulatif Peubah
Komponen Utama III IV 0,045 0,664
I 0,475
II 0,558
Lebar Kepala (X2)
0,685
−0,461
−0,559
−0,072
−0,038
Panjang Paruh (X3)
0,310
−0,505
0,788
0,124
−0,117
Tinggi Paruh (X4)
0,414
0,465
0,228
−0,734
−0,148
Tebal Paruh (X5)
0,196
0,073
0,115
−0,004
0,971
Nilai Eigen
14,589
3,370
1,834
0,486
0,141
Keragaman Total (%)
71,4
16,5
9,0
2,4
0,7
Keragaman Kumulatif (%)
71,4
87,9
96,9
99,3
100
Tinggi Kepala (X1)
V −0,140
Tabel 12. Komponen Utama yang Diturunkan dari Matriks Kovarian pada Spesies Alisterus amboinensis buruensis berikut Nilai Eigen, Keragaman Total dan Keragaman Kumulatif Peubah
Komponen Utama III IV −0,284 0,612
I 0,563
II 0,227
Lebar Kepala (X2)
−0,126
0,835
−0,427
−0,245
−0,213
Panjang Paruh (X3)
−0,540
0,368
0,525
0,538
0,094
Tinggi Paruh (X4)
0,602
0,317
0,669
−0,234
−0,185
Tebal Paruh (X5)
−0,118
0,124
0,120
−0,470
0,858
Nilai Eigen
4,087
2,454
0,671
0,304
0,062
Keragaman Total (%)
53,9
32,4
8,9
4,0
0,8
Keragaman Kumulatif (%)
53,9
86,3
95,2
99,2
100
Tinggi Kepala (X1)
V 0,420
Tabel 13. Komponen Utama yang Diturunkan dari Matriks Kovarian pada Spesies Trichoglossus haematodus haematodus berikut Nilai Eigen, Keragaman Total dan Keragaman Kumulatif Peubah
Komponen Utama III IV 0,543 0,574
I 0,391
II -0,460
Lebar Kepala (X2)
0,715
−0,322
−0,573
−0,172
Panjang Paruh (X3)
0,222
0,608
−0,340
0,598
−0,329
Tinggi Paruh (X4)
0,532
0,385
0,018
0,260
0,751
Tebal Paruh (X5)
0,318
0,485
0,499
−0,468
−0,113
Nilai Eigen
2,446
1,034
0,611
0,467
0,193
Keragaman Total (%)
51,5
21,8
12,9
9,8
4,1
Keragaman Kumulatif (%)
51,5
73,2
86,1
95,9
100
Tinggi Kepala (X1)
Tabel 14.
V −0,105 0,167
Komponen Utama yang Diturunkan dari Matriks Kovarian pada Spesies Trichoglossus ornatus berikut Nilai Eigen, Keragaman Total dan Keragaman Kumulatif
Peubah
Komponen Utama III IV −0,570 0,189
I 0,778
II −0,185
Lebar Kepala (X2)
0,226
0,952
−0,061
−0,183
0,078
Panjang Paruh (X3)
−0,022
0,167
0,215
0,905
0,325
Tinggi Paruh (X4)
0,571
−0,144
0,755
−0,210
0,196
Tebal Paruh (X5)
0,131
0,109
0,233
0,259
−0,922
Nilai Eigen
2,955
1,065
0,443
0,305
0,092
Keragaman Total (%)
60,8
21,9
9,1
6,3
1,9
Keragaman Kumulatif (%)
60,8
82,7
91,8
98,1
100
Tinggi Kepala (X1)
V −0,003
Tabel 15. Jenis Kelamin
Jantan (n = 8)
Betina (n = 3)
Tabel 16.
Skor Ukuran dan Skor Bentuk Jantan dan Betina pada Spesies Cacatua alba Skor Ukuran
Skor Bentuk
(Sumbu X) 91,271 89,538 77,639 98,266 89,250 86,333 99,893 87,703 84,310 85,806 94,576
(Sumbu Y) 3,680 4,151 2,080 -2,145 4,257 3,387 4,693 -3,442 2,158 -0,794 0,403
Skor Ukuran dan Skor Bentuk Jantan dan Betina pada Spesies Cacatua sulphurea occidentalis
Jenis Kelamin
Skor Ukuran
Skor Bentuk
Jantan
(Sumbu X) 66,456
(Sumbu Y) 21,019
76,816 72,620 75,684 63,494 76,211 66,456 69,810 66,609 65,852 60,300 65,751
16,017 22,886 15,789 21,865 23,864 21,019 16,322 16,096 16,692 20,093 14,649
(n = 6)
Betina (n = 6)
Tabel 17. Skor Ukuran dan Skor Bentuk Jantan dan Betina pada Spesies Eos bornea cyanonothus Jenis Kelamin
Jantan (n = 17)
Betina (n = 10)
Skor Ukuran
Skor Bentuk
(Sumbu X) 46,252 44,863 44,307 47,433 39,820 44,745 42,828 45,741 46,540 43,611 41,044 44,899 43,041 44,589 44,631 44,846 40,745 43,430 42,752 42,259 42,539 42,880 41,136 43,194 46,035 42,753 43,527
(Sumbu Y) 3,088 4,516 2,051 2,722 3,952 3,302 2,831 3,236 1,848 2,499 5,122 3,552 3,111 4,684 2,186 3,039 0,282 4,141 2,008 5,436 3,230 0,514 3,412 4,633 4,567 1,480 4,059
Tabel 18. Skor Ukuran dan Skor Bentuk Jantan dan Betina pada Spesies Eos squamata obiensis Jenis Kelamin
Skor Ukuran
Skor Bentuk
Jantan
(Sumbu X) 11,897
(Sumbu Y) 30,824
(n = 7)
14,239
34,161
10,977
34,106
14,299 15,965
34,839 32,697
16,004
34,042
17,274
32,631
Betina
15,788
29,577
(n = 8)
14,506 15,201
35,216 35,448
12,812
33,956
15,193
32,774
14,257
32,185
10,910
32,415
13,738
32,774
Tabel 19. Jenis Kelamin
Jantan (n = 2) Betina (n = 11)
Skor Ukuran dan Skor Bentuk Jantan dan Betina pada Spesies Psittacula alexandri alexandri Skor Ukuran
Skor Bentuk
(Sumbu X) 36,799 37,226 38,630 34,299 34,574 34,172 32,554 35,544 35,317 33,735 36,065 31,999 32,513
(Sumbu Y) 34,726 32,725 30,689 33,330 31,463 33,304 30,498 34,222 31,968 33,494 35,811 32,950 34,333
Tabel 20. Jenis Kelamin
Jantan (n = 6)
Betina (n = 7)
Tabel 21. Jenis Kelamin
Jantan (n = 10)
Betina (n = 6)
Skor Ukuran dan Skor Bentuk Jantan dan Betina pada Spesies Psittacula alexandri dammermani Skor Ukuran
Skor Bentuk
(Sumbu X) 48,774 48,584 50,957 49,214 47,295 52,051 43,803 47,277 44,760 47,247 45,546 49,390 43,763
(Sumbu Y) 20,376 22,598 19,311 21,140 23,589 20,221 21,340 23,305 20,442 23,231 16,682 20,462 20,430
Skor Ukuran dan Skor Bentuk Jantan dan Betina pada Spesies Psittacula longicauda longicauda Skor Ukuran
Skor Bentuk
(Sumbu X) 23,859 19,641 25,529 20,673 20,058 23,841 20,794 24,117 18,131 20,692 17,231 20,960 25,325 19,683 25,066 22,288
(Sumbu Y) 34,870 39,391 37,105 39,161 36,927 37,190 35,596 35,043 35,906 37,134 34,345 37,380 33,342 33,494 38,872 34,070
Tabel 22. Jenis Kelamin
Jantan (n = 7)
Betina (n = 4)
Tabel 23. Jenis Kelamin
Jantan (n = 12)
Betina (n = 5)
Skor Ukuran dan Skor Bentuk Jantan dan Betina pada Spesies Loriculus stigmatus Skor Ukuran
Skor Bentuk
(Sumbu X) 6,705 4,016 8,204 6,155 4,716 2,602 5,170 5,541 5,056 3,740 4,246
(Sumbu Y) 27,347 25,705 28,477 24,996 26,265 28,160 27,138 26,796 26,412 28,901 26,039
Skor Ukuran dan Skor Bentuk Jantan dan Betina pada Spesies Loriculus galgulus Skor Ukuran
Skor Bentuk
(Sumbu X) 19,121 21,935 20,543 17,690 17,678 18,257 19,993 19,622 19,628 20,111 21,082 17,172 23,412 19,699 19,908 17,489 18,751
(Sumbu Y) 11,549 10,656 11,559 10,770 10,872 12,050 10,956 11,844 10,988 12,245 10,538 9,477 10,163 11,413 11,260 10,246 12,214
Tabel 24. Jenis Kelamin
Jantan (n = 7)
Betina (n = 15)
Skor Ukuran dan Skor Bentuk Jantan dan Betina pada Spesies Charmosyna placentis intensior Skor Ukuran
Skor Bentuk
(Sumbu X) 24,041 24,828 25,112 24,461 25,651 24,544 22,580 22,232 24,150 23,311 23,595 23,959 23,342 26,758 26,161 23,072 22,797 24,065 24,630 22,990 24,156 23,730
(Sumbu Y) 12,969 13,489 13,261 12,657 13,493 13,771 12,987 13,324 13,204 13,205 13,546 12,325 12,397 12,556 13,211 13,727 13,240 12,553 12,773 12,242 13,013 13,222
Tabel 25. Jenis Kelamin
Jantan (n = 13)
Betina (n = 7)
Tabel 26. Jenis Kelamin
Jantan (n = 7)
Betina (n = 6)
Skor Ukuran dan Skor Bentuk Jantan dan Betina pada Spesies Eclectus roratus roratus Skor Ukuran
Skor Bentuk
(Sumbu X) 62,304 63,050 62,696 61,286 64,190 66,619 67,640 71,063 71,775 64,888 65,585 66,603 73,277 64,141 65,243 67,074 68,560 58,399 61,487 61,569
(Sumbu Y) 1,070 7,201 4,538 5,248 0,803 6,172 3,961 3,431 4,259 5,287 4,728 5,539 6,915 7,515 5,685 5,226 2,789 5,243 6,809 3,578
Skor Ukuran dan Skor Bentuk Jantan dan Betina pada Spesies Alisterus amboinensis buruensis Skor Ukuran
Skor Bentuk
(Sumbu X) 11,621 12,031 11,502 13,286 7,653 11,984 12,536 9,047 11,539 11,698 9,973 15,277 14,225
(Sumbu Y) 47,651 42,331 46,118 45,008 45,077 45,709 48,258 45,186 46,657 43,611 46,733 45,355 45,530
Tabel 27. Jenis Kelamin
Jantan (n = 15)
Betina (n = 9)
Skor Ukuran dan Skor Bentuk Jantan dan Betina pada Spesies Trichoglossus haematodus haematodus Skor Ukuran
Skor Bentuk
(Sumbu X) 40,196 42,745 43,548 42,365 39,493 42,972 42,906 43,761 40,507 39,222 42,671 40,907 40,938 40,673 39,728 41,535 43,218 40,644 43,098 40,267 38,576 40,112 42,105 43,539
(Sumbu Y) 7,047 6,533 5,615 5,820 6,031 5,489 4,245 5,139 7,025 5,126 4,976 4,389 5,510 8,052 6,083 4,534 5,456 4,428 6,053 6,316 4,873 4,189 6,724 6,737
Tabel 28. Jenis Kelamin
Jantan (n = 11)
Betina (n = 9)
Skor Ukuran dan Skor Bentuk Jantan dan Betina pada Spesies Trichoglossus ornatus Skor Ukuran
Skor Bentuk
(Sumbu X) 32,301 32,457 38,288 36,456 33,407 32,798 34,204 34,486 33,869 33,521 34,704 32,668 33,844 33,362 31,613 33,565 32,181 30,357 32,479 32,313
(Sumbu Y) 19,096 18,038 18,814 20,630 19,706 19,901 18,907 20,344 18,141 18,687 19,072 18,687 17,793 20,187 21,986 19,267 19,209 18,162 20,346 19,463
Tabel 29. Korelasi antara Ukuran Kepala dan Peubah-peubah yang Diamati serta antara Bentuk Kepala dan Peubah-peubah yang Diamati pada Spesies Cacatua alba Peubah Tinggi Kepala
(X1)
Ukuran +0,874
Bentuk +0,349
Lebar Kepala
(X2)
+0,815
−0,560
Panjang Paruh
(X3)
+0,822
+0,071
Tinggi Paruh
(X4)
+0,915
+0,328
Tebal Paruh
(X5)
+0,837
−0,019
Tabel 30. Korelasi antara Ukuran Kepala dan Peubah-peubah yang Diamati serta antara Bentuk Kepala dan Peubah-peubah yang Diamati pada Spesies Cacatua sulphurea occidentalis Peubah Tinggi Kepala
(X1)
Ukuran +0,670
Bentuk +0,658
Lebar Kepala
(X2)
+0,887
−0,450
Panjang Paruh
(X3)
+0,397
+0,346
Tinggi Paruh
(X4)
+0,897
+0,413
Tebal Paruh
(X5)
+0,344
−0,306
Tabel 31. Korelasi antara Ukuran Kepala dan Peubah-peubah yang Diamati serta antara Bentuk Kepala dan Peubah-peubah yang Diamati pada Spesies Eos bornea cyanonothus Peubah Tinggi Kepala Lebar Kepala Panjang Paruh
(X1) (X2) (X3)
Ukuran +0,834 +0,738 +0,684
Bentuk +0,426 −0,664 +0,474
Tinggi Paruh
(X4)
+0,444
+0,501
Tebal Paruh
(X5)
+0,581
+0,359
Tabel 32. Korelasi antara Ukuran Kepala dan Peubah-peubah yang Diamati serta antara Bentuk Kepala dan Peubah-peubah yang Diamati pada Spesies Eos squamata obiensis Peubah Tinggi Kepala
(X1)
Ukuran +0,226
Bentuk +0,644
Lebar Kepala
(X2)
+0,916
+0,297
Panjang Paruh
(X3)
−0,435
−0,048
Tinggi Paruh
(X4)
−0,531
+0,744
Tebal Paruh
(X5)
−0,438
+0,194
Tabel 33. Korelasi antara Ukuran Kepala dan Peubah-peubah yang Diamati serta antara Bentuk Kepala dan Peubah-peubah yang Diamati pada Spesies Psittacula alexandri alexandri Peubah Tinggi Kepala
(X1)
Ukuran +0,192
Bentuk +0,696
Lebar Kepala
(X2)
+0,977
−0,207
Panjang Paruh
(X3)
−0,101
+0,536
Tinggi Paruh
(X4)
+0,352
+0,869
Tebal Paruh
(X5)
+0,335
+0,688
Tabel 34. Korelasi antara Ukuran Kepala dan Peubah-peubah yang Diamati serta antara Bentuk Kepala dan Peubah-peubah yang Diamati pada Spesies Psittacula alexandri dammermani Peubah Tinggi Kepala
(X1)
Ukuran +0,853
Bentuk −0,046
Lebar Kepala
(X2)
+0,226
+0,971
Panjang Paruh
(X3)
+0,867
−0,231
Tinggi Paruh
(X4)
+0,915
−0,016
Tebal Paruh
(X5)
+0,855
−0,020
Tabel 35. Korelasi antara Ukuran Kepala dan Peubah-peubah yang Diamati serta antara Bentuk Kepala dan Peubah-peubah yang Diamati pada Spesies Psittacula longicauda longicauda Peubah Tinggi Kepala
(X1)
Ukuran −0,300
Bentuk +0,945
Lebar Kepala
(X2)
+0,976
+0,204
Panjang Paruh
(X3)
+0,748
−0,086
Tinggi Paruh
(X4)
−0,255
+0,696
Tebal Paruh
(X5)
+0,065
+0,295
Tabel 36. Korelasi antara Ukuran Kepala dan Peubah-peubah yang Diamati serta antara Bentuk Kepala dan Peubah-peubah yang Diamati pada Spesies Loriculus stigmatus Peubah Tinggi Kepala
(X1)
Ukuran +0,943
Bentuk +0,332
Lebar Kepala
(X2)
−0,463
+0,812
Panjang Paruh
(X3)
−0,387
+0,741
Tinggi Paruh
(X4)
−0,250
+0,281
Tebal Paruh
(X5)
−0,421
+0,717
Tabel 37. Korelasi antara Ukuran Kepala dan Peubah-peubah yang Diamati serta antara Bentuk Kepala dan Peubah-peubah yang Diamati pada Spesies Loriculus galgulus Peubah Tinggi Kepala
(X1)
Ukuran +0,630
Bentuk +0,772
Lebar Kepala
(X2)
+0,986
−0,163
Panjang Paruh
(X3)
−0,356
+0,351
Tinggi Paruh
(X4)
+0,127
+0,042
Tebal Paruh
(X5)
+0,285
+0,261
Tabel 38. Korelasi antara Ukuran Kepala dan Peubah-peubah yang Diamati serta antara Bentuk Kepala dan Peubah-peubah yang Diamati pada Spesies Charmosyna placentis intensior Peubah Tinggi Kepala
(X1)
Ukuran +0,666
Bentuk +0,400
Lebar Kepala
(X2)
+0,986
−0,133
Panjang Paruh
(X3)
+0,392
+0,746
Tinggi Paruh
(X4)
+0,619
−0,015
Tebal Paruh
(X5)
+0,377
+0,582
Tabel 39. Korelasi antara Ukuran Kepala dan Peubah-peubah yang Diamati serta antara Bentuk Kepala dan Peubah-peubah yang Diamati pada Spesies Eclectus roratus roratus Peubah Tinggi Kepala
(X1)
Ukuran +0,850
Bentuk +0,480
Lebar Kepala
(X2)
+0,917
−0,297
Panjang Paruh
(X3)
+0,641
−0,502
Tinggi Paruh
(X4)
+0,835
+0,451
Tebal Paruh
(X5)
+0,873
+0,157
Tabel 40. Korelasi antara Ukuran Kepala dan Peubah-peubah yang Diamati serta antara Bentuk Kepala dan Peubah-peubah yang Diamati pada Spesies Alisterus amboinensis buruensis Peubah Tinggi Kepala Lebar Kepala
(X1) (X2)
Ukuran +0,899 −0,184
Bentuk +0,281 +0,944
Panjang Paruh
(X3)
−0,813
+0,431
Tinggi Paruh
(X4)
+0,850
+0,347
Tebal Paruh
(X5)
−0,511
+0,416
Tabel 41. Korelasi antara Ukuran Kepala dan Peubah-peubah yang Diamati serta antara Bentuk Kepala dan Peubah-peubah yang Diamati pada Spesies Trichoglossus haematodus haematodus Peubah Tinggi Kepala
(X1)
Ukuran +0,635
Bentuk −0,485
Lebar Kepala
(X2)
+0,891
−0,261
Panjang Paruh
(X3)
+0,397
+0,709
Tinggi Paruh
(X4)
+0,762
+0,451
Tebal Paruh
(X5)
+0,174
+0,534
Tabel 42. Korelasi antara Ukuran Kepala dan Peubah-peubah yang Diamati serta antara Bentuk Kepala dan Peubah-peubah yang Diamati pada Spesies Trichoglossus ornatus Peubah Tinggi Kepala
(X1)
Ukuran +0,951
Bentuk −0,136
Lebar Kepala
(X2)
+0,367
−0,925
Panjang Paruh
(X3)
−0,067
+0,309
Tinggi Paruh
(X4)
+0,876
−0,132
Tebal Paruh
(X5)
+0,522
+0,261
Tabel 43. Rekapitulasi Ukuran dan Bentuk Kepala Burung Bayan – Bayanan Berdasarkan Spesies No 1
Spesies Cacatua alba
Penciri Ukuran Lebar Kepala
(+)
Penciri Bentuk Lebar Kepala
(−)
2
Cacatua sulphurea occidentalis
Tinggi Kepala Lebar Kepala
(+) (+)
Lebar Kepala
(−)
3
Eos bornea cyanonothus
Tinggi Kepala
(+)
Lebar Kepala
(−)
4
Eos squamata obiensis
Lebar Kepala Lebar Kepala
(+) (+)
Tinggi Paruh
(+)
5
Psittacula alexandri alexandri
Lebar Kepala
(+)
Tinggi Paruh
(+)
6
Psittacula alexandri dammermani
Panjang Paruh
(+)
Lebar Kepala
(+)
7
Psittacula longicauda longicauda
Lebar Kepala
(+)
Tinggi Kepala
(+)
8
Loriculus stigmatus
Tinggi Kepala
(+)
Lebar Kepala
(+)
9
Loriculus galgulus
Lebar Kepala
(+)
Tinggi Kepala
(+)
10
Charmosyna placentis intensior
Lebar Kepala
(+)
Panjang Paruh
(+)
11
Eclectus rotatus roratus
Lebar Kepala
(+)
Tinggi Kepala
(+)
Panjang Paruh
(−)
12
Alisterus amboinensis buruensis
Tinggi Paruh
(+)
Lebar Kepala
(+)
13
Trichoglossus haematodus haematodus
Lebar Kepala
(+)
Panjang Paruh
(+)
14
Trichoglossus ornatus
Tinggi Kepala
(+)
Lebar Kepala
(+)
Keterangan : tanda di dalam kurung pada penciri ukuran menunjukkan korelasi antara penciri ukuran dengan skor ukuran; pada penciri bentuk menunjukkan korelasi antara penciri bentuk dengan skor bentuk.
Cara Perhitungan T2-Hotteling pada jenis kelamin berbeda spesies Cacatua alba n 1n 2 1 ( X 1 X 2 ) 'S G ( X 1 X 2 ) n1 n 2 Selanjutnya besaran :
Rumus : T 2
F
n1 n 2 p 1 2 T (n 1 n 2 2)P
akan berdistribusi F dengan derajat bebas V1 = p dan V2 = n1 + n2 – P – 1 Keterangan : T2
= nilai statistik T2-Hotteling
F
= nilai hitung untuk T2-Hotteling
n1
= jumlah data pengamatan pada jantan spesies Cacatua alba
n2
= jumlah data pengamatan pada betina spesies Cacatua alba
x1
= vektor nilai rata-rata variabel acak pada jantan Cacatua alba
x2 SG-1
= vektor nilai rata-rata variabel acak pada betina Cacatua alba
P
= banyaknya variabel ukur
= invers matrik peragam gabungan (invers dari matriks SG) H0 : U1 = U2 artinya vektor nilai rata-rata dari jantan spesies Cacatua alba sama dengan betina spesies pertama H1 : U1 U2 artinya vektor nilai rata-rata itu berbeda
Persamaan ragamnya: 2
(n1 1) S1 (n2 1) S 2 ; (n1 1) (n2 1) 2
S2 =
2
S1 2 S 2 2 n n 1 2 db = S 2 2 S 2 1 2 n 1 n 2 (n1 1)
Tahap 1 : Matriks Kovarian dari jantan dan betina Cacatua alba
2
(n 2 1)
13,1121 7,8078 7,2490 10,4262 5,74296 7,8078 15,1731 7,6217 7,1778 7,07575 7,2490 7,6217 11,2366 8,2203 4,75205 10,4262 7,1778 8,2203 10,7417 5,77457 5,7430 7,0758 4,7521 5,7746 5,90575 Tahap 2 : Matriks invers dari Matriks Kovarian jantan dan betina Cacatua alba 0,367187 - 0,057433 0,076298 - 0,397276 0,038804 - 0,057433 0,173978 - 0,070664 0,094937 - 0,188565 0,076298 - 0,070664 0,240582 - 0,237184 0,048800 - 0,397276 0,094937 - 0,237184 0,732879 - 0,253170 0,038804 - 0,188565 0,048800 - 0,253170 0,565794 Tahap 3 : Menghitung matriks rataan dari jantan dan betina Cacatua alba
48,480 45,890 x1 : 35,530 43,630 23,143
48,897 46,880 x 2 : 31,200 42,280 23,260 x1
48,480 48,897 45,890 46,880 ( x1 - x 2 ) = 35,530 - 31,200 = 43,630 42,280 23,143 23,260
- 0,417 - 0,990 4,330 1,350 - 0,117
Tahap 4 : Hasil dari matriks gabungan (SG) digunakan untuk menghitung rumus T2Hotteling, yaitu :
T2
n 1n 2 1 ( X 1 X 2 ) 'S G ( X 1 X 2 ) n1 n 2
T2 =
8x3 x 3,7826= 8,253 83
Fα; v1;v2 dimana v1 = p = 5 (banyaknya variabel X) sedangkan V2 = n1 + n2 – p − 1 = 8 + 3 – 5 −1 = 5 Apabilan dipilih taraf nyata α = 0,05 maka Tabel Distribusi F diperoleh : F0,05;5;5 = 5,050329 (berdasarkan interpolasi linear) Dengan demikian besaran besaran : (n 1 n 2 - 2)p (8 3 2)5 F0,05;5;32 = (5,050329) = 45,453 8 3 5 1 n1 n 2 - p - 1 Karena T2 = 8,253<45,453 dengan demikian disimpulkan bahwa kedua vektor nilai rata-rata yang diuji tidak berbeda nyata pada taraf α = 0,05