89
PENDUGAAN PARAMETER GENETIK DAN UKURAN TUBUH BURUNG MERPATI Pendahuluan Parameter genetik dapat diestimasi dari nilai tertentu dengan demikian merupakan besaran yang menggambarkan kondisi genetik suatu sifat yang diamati. Besaran parameter genetik tersebut dapat diukur dan diprediksi. Adapun yang termasuk parameter genetik diantaranya adalah ripitabilitas, heritabilitas dan korelasi genetik. Parameter genetik suatu sifat diperlukan untuk seleksi sifat tersebut dan diharapkan ada peningkatan mutu genetiknya. Nilai ripitabilitas suatu sifat pada ternak merupakan salah satu parameter genetik karena nilai ripitabilitas dapat digunakan untuk mengetahui daya ulang suatu sifat yang dimiliki suatu individu selama individu tersebut hidup. Nilai ripitabilitas juga dapat digunakan untuk menduga besarnya suatu sifat yang diturunkan dari tetua kepada keturunannya, karena nilai ripitabilitas dapat untuk menduga nilai maksimum heritabilitas sifat yang diketahui nilai ripitabilitassnya. Selain itu nilai ripitabilitas dapat pula digunakan sebagai dasar kebijakan dalam melakukan seleksi. Ripitabilitas mengukur derajat asosiasi antara catatan suatu sifat pada hewan yang sama lebih dari sekali dalam kehidupan suatu hewan. Pendugaan nilai ripitabilitas menunjukkan kelebihan dalam akurasi yang diharapkan dari beberapa pengukuran (Falconer 1989).
Ripitabilitas dan
heritabilitas sifat reproduksi dan daya hidup pada ayam adalah rendah, seperti dilaporkan Asnah et al. (1985) dan Bennerwitz et al. (2007). Adapun ripitabilitas produksi telur pada unggas berkisar dari rendah sampai tinggi (Udeh 2010). Heritabilitas memainkan peran sentral dalam psikologi perbedaan individu. Heritabilitas adalah
proporsi variasi fenotipik yang disebabkan variasi genetik.
Heritabilitas juga menunjukkan besarnya perbedaan genetik dalam individu yang berkontribusi pada perbedaan antar individu untuk sifat yang diamati. Warwick et al. (1990) menyatakan bahwa nilai heritabilitas yang tinggi menunjukkan bahwa pengaruh utamanya adalah genetik.
Faktor lain yang mempengaruhi nilai
heritabilitas menurut Martojo (1992) adalah tempat dan waktu. Martojo (1992) menambahkan pula bahwa nilai heritabilitas dibagi menjadi tiga yaitu:
90
heritabilitas rendah berkisar antara 0-0.2; heritabilitas sedang berkisar 0.2-0.4 dan heritabilitas tinggi lebih dari 0.4. Pendugaan kedua parameter genetik yaitu ripitabilitas dan heritabilitas suatu sifat diperlukan untk meningkatkan produksi. Pengetahuan tentang pendugaan nilai ripitabilitas dan heritabilitas membantu peternak merancang pemuliaan yang tepat untuk meningkatkan mutu genetik ternak. Informasi
ukuran tubuh burung merpati lokal masih sangat kurang.
Demikian halnya keterkaitan ukuran tubuh dengan kemampuan terbang. Adapun kriteria penilaian kemampuan terbang keduanya berbeda. Identifikasi
ukuran
tubuh burung merpati balap datar dan balap tinggi dapat dimanfaatkan untuk karakterisasi kedua jenis burung balap. Penelitian ini bertujuan memperoleh nilai dugaan parameter genetik dan mengidentifikasi ukuran tubuh burung merpati balap dengan burung merpati pedaging sebagai pembanding untuk mengkaji potensi merpati lokal sebagai penghsil daging.
Serta memberikan informasi mengenai karakteristik ukuran
tubuh dengan membedakan peubah ukuran linier yang dapat diamati pada ketiga jenis burung tersebut.
Penelitian ini juga diharapkan dapat menggambarkan
keterkaitan ukuran tubuh burung merpati yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan burung merpati dan sebagai alat praktis untuk seleksi di lapangan Materi dan Metode Pendugaan Nilai Parameter Genetik Penelitian berikutnya setelah diperoleh informasi produktivitas adalah pendugaan nilai parameter genetik. Informasi ini diperlukan untuk pengembangan burung merpati lokal. Materi. Sebanyak 62 pasang burung merpati digunakan pada penelitian ini. Setiap pasang burung merpati dipelihara pada kandang individual yang dilengkapi dengan tempat pakan, tempat air minum, dan sarang. Pakan terdiri dari jagung dan ransum komersial yang diberikan ad libitum. Air minum juga diberikan ad libitum seperti halnya pakan. Analisis Data. Pendugaan nilai parameter genetik yaitu nilai heritabilitas dan ripitabilitas merujuk kepada (Becker 1985). Data diambil untuk menduga
91
keragaman genetik dengan metode analisis saudara kandung berdasarkan Becker (1985). Data dianalisis ragam seperti pada Tabel 26 untuk menghitung
nilai
ripitabilitas. Yij = µ + α i + e ij bahwa µ = nilai rataan umum α i = pengaruh individu ke-i, i=1,2,... e ij = deviasi pengukuran ke-j dalam individu, j=1,2,... Tabel 26 Analisis ragam untuk menghitung nilai ripitabilitas Sumber Keragaman
Db
SS
MS
EMS
Antar Individu
N-1
SS w
MS w
δ2 e + K 1 δ2 w
Antar Pengukuran dalam Individu
N(M-1)
SS e
MS e
δ2 e
bahwa N = jumlah individu M = jumlah pengukuran per individu K1 = M δ2 e =MS e δ2 w = MS w -MS e K1 R =
δ2 w / = Ripitabilitas δ w + δ2 e 2
2 (1-R)2 [1+(k-i)R]2
SE (R) = √
K (K-1)(N-1)
Pendugaan nilai heritabilitas tidak memungkinkan menggunakan anova maka pendugaan nilai heritabilitas menggunakan analisis regresi anak induk. Adapun formula untuk penduga nilai tersebut adalah Y= a + bX (Becker 1985), bahwa h2 sebesar 2b dengan model statistik Z i =βX i + e i b = cov XZ δ2 X h2= 2b
92
SE (h2) =
2
sb2
√ ∑x2 Pendugaan nilai korelasi genetik (r G ) menurut Becker (1995) bahwa: rG =
cov X1Z2 + cov X2Z1 2√ cov X1Z1 cov X2Z2
Adapun nilai korelasi fenotipik (r P ) menurut Becker (1985) bahwa: r P = cov XY √ δ2 X . δ2 Y Peubah yang Diukur.
Pada penelitian ini peubah yang diukur untuk
pendugaan parameter genetik meliputi: bobot telur, bobot tetas, pertumbuhan piyik, bobot dewasa, daya tunas, daya tetas, dan mortalitas. Pengukuran Ukuran Tubuh Burung Merpati lokal. Burung merpati lokal jantan dan betina dewasa diukur bobot badan, lingkar dada, lebar dada, dalam dada, panjang punggung, panjang tibia, panjang femur, panjang shank, panjang jari ketiga,
lingkar
metatarsus, panjang rentang sayap, lebar kepala, panjang kepala, panjang bulu ekor, lebar pangkal ekor dan panjang maxilla. Adapun acuan pengukuran morfometri seperti disajikan pada Gambar 14 (Encyclopedia Britannia 2008). Bobot badan diukur dengan dengan timbangan dalam satuan gram; Panjang kepala diukur sepanjang tulang skull dimulai dari bagian depan skull memanjang sampai tulang atlas; Lebar kepala diukur selebar tulang skull dengan jangka sorong dalam satuan cm; Panjang punggung diukur sepanjang tulang punggung dimulai dari ujung thoravic vertebrae hingga pygostyle (ujung tulang ekor) dalam satuan cm; Lebar pangkal ekor diukur dari ujung kiri dan kanan dari pygostyle dengan menggunakan jangka sorong dalam satuan cm; Panjang bulu ekor diukur dari ujung bulu di pangkal ekor hingga ujung bulu terpanjang dari bulu ekor menggunakan jangka sorong dalam satuan cm; Panjang tibia diukur sepanjang tulang tibia dari ujung tulang patella hingga pangkal tarsometatarsus dengan jangka sorong dalam satuan cm;
93
Gambar 14 Kerangka tulang burung merpati Sumber: Encyclopedia Britannica (2008)
Panjang femur diukur dari illium sampai patella dengan jangka sorong dalam satuan cm; Panjang shank (ceker) diukur dari pangkal metatarsus hingga ujung tulang metatarsus; Panjang jari ketiga diukur sepanjang jari ketiga dengan menggunakan jangka sorong dalam satuan cm; Lingkar metatarsus diukur dengan melingkarkan pita ukur pada metatarsus dalam satuan cm; Analisis Data. Data ukuran tubuh burung merpati lokal jantan dan betina dewasa dianalisis secara diskriptif. Uji t (Steel dan Torrie 1995) digunakan untuk menganalisis data ukuran tubuh burung merpati lokal. Burung merpati balap, pedaging, dan lokal.
Burung merpati balap
datar, balap tinggi, pedaging dan lokal jantan dewasa masing-masing sebanyak 20, 20, 20, dan 76 ekor diukur bobot badan, lingkar dada, lebar dada, panjang
94
punggung, dan panjang sayap. Pengambilan data mengacu kepada Encyclopedia Britannia (2008) pada Gambar 14. Analisis data. Ukuran tubuh yang diperoleh selanjutnya dianalisis dengan AKU (Analisis Komponen Utama) menurut Gasperz (1992) dengan rumus matematis sebagai berikut: Y p = a 1p X 1 + a 2p X 2 + ... + a pp X p bahwa Y p = komponen utama ke-p, p=1,2,... a = vektor ciri padanan akar ciri X = peubah yang diukur, yaitu X 1, X 2 , ... X p Hasil analisis dari ukuran tubuh ini diharapkan diperoleh karakteristik bentuk dan ukuran burung merpati
balap datar, balap tinggi dan pedaging.
Perbedaan ukuran tubuh yang diamati dianalisis menggunakan GLM Model LSM. Selanjutnya fungsi diskriminan yang digunakan dengan matriks peragam antara peubah dari masing-masing jenis burung merpati lokal yang diamati digabung (pooled) menjadi sebuah matriks C (Nei, 1987). Jarak genetik dihitung dengan menggunakan rumus menurut Nei (1987) yaitu: D2 (i/j) =(X i - X j )’C-1(X i - X j ) bahwa D2 (i/j) = jarak kuadrat genetik tipe burung ke-i dan tipe burung ke-j Xi
= kebalikan matrik gabungan ragam peragam antar peubah
X j = vektor nilai rataan pengamatan dari tipe burung ke-i pada masing- masing sifat kuantitatif C-1
=vektor nilai rataan pengamatan dari tipe burung ke-j pada masing-masing sifat kuantitatif Analisis regresi sederhana maupun berganda. Dari data ukuran tubuh
dan kecepatan terbang burung merpati balap datar dan tinggi yang diperoleh kemudian dianalisis rergresi sederhana maupun berganda.
Dari hasil analisis
tersebut ukuran tubuh tertentu dapat digunakan untuk dasar seleksi merpati lokal sebagai balap datar dan tinggi. Model matematis korelasi dan regresi menurut Steel dan Torrie (1991) sebagai berikut:
95
Regresi linier sebagai berikut: Regresi linier
Y = a + bx
Linier berganda
Y= a + b 1 x 1 + b 2 x 2 + . . . + b n x
Bahwa
n
Y = kecepatan terbang
x 1 , x 2 , …x n = ukuran tubuh b 1, b 2 , … b n = koefisien regresi a = intersep Kecepatan terbang (V) adalah jarak terbang terbang (t), sehingga V= s/t
(s) dibagi dengan waktu
m detik-1. Adapun jarak tetbang adalah jarak dari
burung diterbangkan (start) hingga ke joki (finish). Pengukuran morfometri merpati balap datar, balap tinggi dan pedaging (Homerx King) dilakukan pada pemilik/penggemar merpati.
Selain itu
pengamatan morfometri merpati lokal dilakukan pada merpati yang dipelihara di lokasi penelitian. Hasil dan Pembahasan Ripitabilitas Ripitabilitas merupakan derajat antar pengamatan yang dilakukan selama hidup produktif seekor ternak (Martojo 1992).
Adapun pendugaan nilai
ripitabilitas pada suatu sifat yang sama akan bervariasi pada jenis ternak, jumlah pengukuran, waktu dan lingkungan tempat penelitian. Hal ini karena genetik dan lingkungan berpengaruh
terhadap timbulnya keragaman selama pengamatan.
Nilai ripitabilitas sifat produksi dan
reproduksi burung merpati lokal pada
penelitian ini disajikan pada Tabel 27. Bobot telur memiliki nilai ripitabiltas yang tinggi yaitu 0.634.
Hal ini
mendukung hasil penelitian untuk pendugaan nilai ripitabilitas bobot telur pada unggas lain seperti yang dilakukan oleh Ingram et al. (1989) yang memperoleh nilai ripitabilitas bobot telur puyuh sebesar 0.58 serta Akpa et al. (2006) yang memperoleh nilai ripitabilitas 0.77 dan 0.85 untuk bobot telur pada telur puyuh yang diukur pada umur 12 minggu dan 28 minggu. Nilai ripitabitas bobot tetas burung merpati juga tinggi pada penelitian ini yaitu sebesar 0.737.
96
Tabel 27 Nilai ripitabilitas (r) sifat produksi dan reproduksi burung merpati lokal Sifat Bobottelur Bobot tetas Bobot piyik umur 1 minggu Bobot piyik umur 2 minggu Bobot piyik umur 3 minggu Bobot piyik umur 4 minggu Bobot sapih piyik (5 minggu) PBB piyik umur 0-1 minggu PBB piyik umur 1-2 minggu PBB piyik umur 2-3 minggu PBB piyik umur 3-4 minggu Bobot dewasa Daya tunas Daya tetas Mortalitas
R 0.634 0.737 0.237 0.446 0.184 0.098 0.289 0.237 0.396 0.105 0.280 0.217 0.124 0.048 0.099
SE (galat baku) 0.079 0.163 0.086 0.098 0.084 0.106 0.084 0.086 0.072 0.072 0.106 0.184 0.107 0.087 0.128
Pada masa pertumbuhan piyik hingga saat disapih, nilai ripitabilitas bobot badan per minggu berkisar rendah sampai sedang yaitu berkisar 0.098-0.446, dengan nilai ripitabilitas sedang pada saat piyik berumur 2 minggu dan disapih. Bobot badan umur 2 minggu memiliki nilai ripitabilitas 0.446 dan bobot sapih memiliki nilai ripitabilitas sebesar 0.289.
Nilai ripitabilitas ini dapat
dimanfaatkan untuk seleksi induk yang memiliki produksi piyik yang baik yaitu dengan menyeleksi induk yang memiliki piyik saat disapih dengan bobot tinggi. Adapun seleksi lebih awal dapat dilakukan saat piyik berumur dua minggu. Sifat reproduksi seperti daya tunas, daya tetas dan mortalitas embrio memiliki nilai ripitabilitas rendah sampai sedang. banyak dipengaruhi oleh faktor lingkungan.
Berarti sifat-sifat tersebut
Suhu, kelembaban berpengaruh
terhadap daya tunas dan daya tetas pada fase pengeraman.
Selain itu sifat
keindukan juga mempengaruhi performa sifat reproduksi karena pada burung merpati pengeraman telur dilakukan olek induk jantan dan betina secara bergantian dan memerlukan kerjasama yang harmonis antara keduanya.
Hal ini
berdasarkan pengamatan sebelumnya tidak semua pasangan burung merpati mau mengerami telurnya hingga menetas.
97
Heritabilitas Heritabilitas sifat produksi pada burung merpati lokal disajikan pada Tabel 28. Nilai heritabilitas sifat produksi rendah hingga sedang. Tabel 28 Nilai heritabilitas sifat produksi burung merpati lokal Sifat Produksi Bobot dewasa Bobot telur Bobot tetas Bentuk telur
Nilai Heritabilitas 0.23 ± 0.2 0.19 ± 0.1 0.30 ± 0.0 0.27 ± 0.1
Nilai heritabilitas bobot dewasa dan bentuk telur sedang.
Adapun nilai
heritabilitas bobot telur dan bobot tetas pada burung merpati lokal rendah. Faktor lingkungan berpengaruh besar terhadap bobot dewasa, bobot telur, bobot tetas maupun bentuk telur.
Aggrey dan Cheng (1992) melakukan penelitian
dengan menggunakan squab (merpati muda) dari 144 pasang Silver King x White King dan memperoleh nilai heritabilitas dugaan untuk berat tetas, berat umur 3 hari, 1 minggu, 2 minggu, 3 minggu dan 4 minggu masing-masing 0.70; 0.23; 0.22; 0.21; 0.30 dan 0.57. Korelasi genetik di antara ciri-ciri bobot badan berkisar 0.26-0.82. Heritabilitas untuk pertambahan bobot badan per minggu adalah 0.13; 0.00; 0.12 dan 0.05. Hal ini menunjukkan bahwa perbaikan genetik berat badan secara simultan pada usia yang berbeda adalah layak, dengan demikian
efisiensi
produksi
dapat
ditingkatkan
melalui
seleksi
untuk
meningkatkan berat badan umur 3 minggu sehingga squab dapat dipasarkan seminggu lebih awal dari umur dipotong saat ini. Selanjutnya Mignon-Grasteau (2000) menyatakan bahwa parameter genetik berat badan saat penyapihan dan kesuburan diperkirakan dalam tiga baris komersial merpati dipilih oleh BLUP (Best Linear Unbiased Prediction) pada kedua sifat. Model analisis memperhitungkan efek genetik langsung untuk kedua sifat dan efek lingkungan yang permanen orangtua untuk berat badan diperoleh nilai heritabilitas berat badan tinggi, yaitu bervariasi antara 0.46 dan 0.60, dan lingkungan tetap bertanggung jawab atas 6% sampai 9% dari variabilitas total. Tergantung pada baris dipertimbangkan, berat badan bervariasi dari 556.7 g sampai 647.6 g dan perkembangbiakan berkisar 12.5-16.8 squab disapih per
98
pasang induk merpati per tahun. Heritabilitas berat badan tinggi, bervariasi antara 0.46 dan 0.60, dan lingkungan tetap bertanggung jawab atas 6% sampai 9% dari variabilitas total. Sebaliknya, kesuburan diwariskan rendah (0.04-0.12). Kesuburan dan berat badan berkorelasi negatif dan sangat nyata (-0.77 -0.82 ). Tidak ada perbedaan genetik yang signifikan antara jantan dan betina untuk kedua sifat. Heritabilitas berat telur puyuh sebesar 0.21 pada hasil penelitian Ingram et al. (1989) sedang pada penelitian ini sebesar 0.19. Berbeda dengan Moss and Watson 1982) dalam penelitiannya memperoleh nilai heritabilitas lebih tinggi untuk ukuran telur (0.7 + 0.2), bobot tetas (0.5 + 0.1), daya hidup anak (0.3 + 0.2), dan bobot badan pada umur 75 hari (0.6 + 0.1) pada Red Grouse (Lagopus lagopus coticus). Induk jantan tidak berpengaruh terhadap ukuran telur pasangan betinanya serta bobot tetas maupun daya hidup anak. Ukuran telur dipengaruhi oleh faktor genetik demikian halnya bobot tetas dan daya hidup anak yang baru menetas. Selanjutnya Sato et al. (1989) menyatakan bahwa heritabilitas untuk karakteristik telur adalah tinggi yaitu berkisar antara 0.62-0.84; nilai heritabilitas bobot telur ayam kerdil bercangkang coklat sebesar 0.63 (Zhang et al. 2005). Heritabilitas bobot telur pada penelitian ini lebih rendah dari peneliti lain, hal ini diduga karena genetik dan lingkungan berbeda yang menyebabkan keragaman . Selain itu untuk sifat yang sama nilai heritabilias dapat berbeda untuk jenis, bangsa dan galur ternak yang berbeda. Perbedaan nilai heritabilitas untuk tiap karakter dan kriteria seleksi sangat mungkin terjadi oleh karena heritabilitas bukan saja merupakan perangkat dari sifat individu, tetapi juga populasi serta kondisi lingkungan individu tersebut berada dan cara bagaimana sifat tersebut diukur. Selain itu heritabilitas juga sangat tergantung pada derajat semua komponen
ragam, perubahan salah satu komponen ragam akan
mempengaruhi nilai heritabilitas. Semua komponen genetik dipengaruhi oleh frekuensi populasi sebelumnya.
Populasi yang kecil lebih memungkinkan
menunjukkan nilai heritabilitas yang lebih rendah daripada populasi yang lebih besar.
Ragam lingkungan sangat tergantung pada kondisi budidaya dan
manajemen. Sehingga perbedaan hasil pendugaan nilai heritabilitas untuk sifat yang sama dan pada individu yang sama merupakan cerminan perbedaan yang
99
sebenarnya diantara populasi dan kondisi dimana sifat tersebut diukur termasuk metode seleksi yang dilakukan (Falconer dan Mackay 1996) Heritabilitas dapat digunakan untuk menduga peningkatan kemajuan genetik yang mungkin diperoleh bila dilakukan seleksi sifat tertentu. Jika heritabilitas suatu sifat memiliki nilai tinggi, berarti performa atau penampilan individu lebih banyak dipengaruhi oleh faktor genetik dibanding faktor lingkungan dan seleksi berdasarkan individu efektif. Heritabilitas yang tinggi juga menandakan aksi gen aditif penting untuk sifat tersebut dan sebaliknya jika heritabilitas rendah, maka mungkin aksi gen seperti dominasi berlebih (over dominance), dominan dan epistasis lebih penting (Lasley 1978). Perbedaan nilai heritabilitas sifat yang sama pada penelitian ini dengan peneliti lain karena nilai heritabilitas suatu sifat akan bervariasi antar populasi. Perbedaan variasi tersebut dapat disebabkan oleh perbedaan faktor genetik (ragam genetik), perbedaan lingkungan (ragam lingkungan), metode dan jumlah cuplikan data yang digunakan (Falconer dan Mackay 1989). Korelasi Genetik Korelasi genetik antara dua peubah pada burung merpati lokal disajikan pada Tabel 29. Korelasi genetik yang diperoleh untuk melengkapi informasi nilai dugaan ripitabilitas dan heritabilitas sehingga dapat dimanfaatkan dalam program seleksi. Tabel 29 Korelasi genetik sifat produksi pada burung merpati lokal Sifat Bobot telur
Bobot Tetas 0.670
Bentuk Telur
Berat.Dewasa 0.067 0.637
Bobot dewasa memiliki korelasi genetik tinggi dengan bentuk telur. Hal ini didukung
nilai heritabilitas bobot dewasa maupun bentuk telur sedang pada
penelitian ini, dengan demikian
bobot dewasa maupun bentuk telur anak
dipengaruhi oleh tetua. Pendugaan korelasi genetik beberapa sifat produksi pada unggas telah dilakukan. Nestor et al. (2000) melaporkan bahwa bobot badan umur 16 minggu pada betina kalkun berkorelasi negatif terhadap jumlah telur dengan bobot telur
100
pada dua galur ayam petelur masing-masing sebesar -0.22 dan -0.21. Pada puyuh, korelasi genetik bobot badan pada umur 4 minggu dengan bobot badan umur 6 minggu pada jantan diperoleh 0.62 dan betina 0.60 (Kuswahyuni 1989). Pengetahuan tentang besar dan tanda korelasi genetik dapat dipergunakan untuk memperkirakan perubahan yang terjadi pada generasi berikutnya untuk sifat yang tidak diseleksi tetapi berkorelasi dengan sifat yang diseleksi (Warwick et al, 1995). Selanjutnya Warwick et al. (1990) juga menyatakan bahwa heritabilitas akan menentukan perubahan pada sifat yang diseleksi (respon seleksi), korelasi genetik akan mempengaruhi perubahan genetik sifat lain yang tidak diseleksi (respon terkorelasi). Makin tinggi korelasi genetik, makin besar perubahan yang terjadi pada sifat yang berkorelasi. Korelasi genetik dapat dihitung dari percobaan seleksi dan dapat pula diduga dengan prosedur statistik. Korelasi genetik dapat berubah dalam populasi yang sama selama beberapa generasi apabila ada seleksi yang intensif. Nilai pendugaan korelasi genetik hanya berlaku pada satu populasi, nilai tersebut diestimasi dan pada kurun waktu tertentu pula. Korelasi Fenotipik Adanya hubungan antara dua sifat dapat diidentifikasi dari nilai korelasi dari kedua sifat. Korelasi fenotipik sifat produksi pada burung merpati disajikan pada Tabel 30. Tabel 30 Korelasi fenotipik sifat produksi pada burung merpati lokal _________________________________________________________________________
Sifat A
Btk.Telur
B.Tetas
B.Sapih
B.Dewasa T
B.Dewasa
_________________________________________________________________________
B. Telur 0.207* 0.760** 0.349** 0.408** Btk Telur 0.276** ** B.Tetas 0.362 B. Dewasa Tetua 0.194 _________________________________________________________________ Ket: B=bobot; Btk=bentuk; T=tetua; A=anak; *)=nyata (P<0.05);
**)
sangat nyata (P<0.01)
Korelasi fenotipik bobot telur, bobot tetas, bentuk telur, bobot sapih, bobot anak dan bobot tetua memiliki korelasi positip.
Bobot dewasa (induk)
berpengaruh positip dan nyata terhadap bentuk telur, bobot telur, serta bobot sapih. Hal ini bermanfaat untuk menduga sifat kedua dari sifat pertama atau
101
sebaliknya, akan tetapi korelasi bobot dewasa dengan bobot anak walaupun positip, namun secara statistik tidak nyata, dengan demikian ketelitian pendugaan bobot anak dari bobot induk atau sebaliknya rendah. Sifat-sifat produksi yang berkorelasi positip dengan sifat lain dapat terjadi dikarenakan adanya gen-gen yang bersifat pleiotropik (Noor 2008; Warwick et al. 1990) Bobot tetas memiliki korelasi positif dan nyata dengan bobot telur. Selain itu nilai korelasinya paling tinggi diantara korelasi antara dua sifat yang lain pada penelitiaan ini. Selanjutnya persamaan linier antara dua peubah yang memiliki korelasi nyata disajikan pada Tabel 31. Seleksi dapat dilakukan efektif jika terdapat korelasi antara dua sifat dengan mempertimbangkan adanya korelasi antara dua sifat yang akan diseleksi. Bentuk persamaan linier antara dua fenotipe pada penelitian ini disajkan pada Tabel 31.
Tabel 31 Persamaan linier antar sifat produksi pada burung merpati lokal _______________________________________ Persamaan linier _______________________________________ Bobot tetas =
2.55+0.655 berat telur
Bobot sapih = 84.7 + 11.3 bobot telur Bobot sapih = 95.4 + 13.3 bobot tetas _______________________________________ Bobot sapih semakin meningkat dengan semakin berat bobot tetas, adapun bobot tetas semakin tinggi dengan semakin besar bobot telur tetas.
Dari hasil
penelitian ini bobot sapih dapat diprediksi dari bobot telur tetas, dengan demikian untuk meningkatkan bobot sapih dapat dilakukan seleksi dari bobot telur tetas. Ukuran Tubuh Burung Merpati Lokal, Balap, dan Pedaging (HomerxKing) Ukuran tubuh burung balap dan pedaging (HomerxKing) diperlukan untuk dibandingkan dengan merpati lokal.
Hasil analisis ukuran tubuh dengan
menggunakan Analisis Komponen Utama, diagram kerumunan dan jarak genetik diharapkan dapat menunjukkan karakteristik khas untuk balap untuk memudahkan
102
seleksi, juga untuk menemukan ukuran tubuh untuk seleksi balap dari merpati lokal. Ukuran Tubuh Burung Merpati Lokal Jantan dan Betina Bobot badan jantan (369.3a ± 45.4 g) nyata lebih berat dibandingkan betina (321.9b ± 51.4 g). Ukuran tubuh burung merpati lokal jantan dan betina dapat dilihat pada Tabel 32. Tabel 32 Bobot badan dan ukuran tubuh burung merpati lokal jantan dan betina __________________________________________________________________ Ukuran Tubuh (cm) Rataan ± simpangan baku Betina (n=76)
Jantan (n=77)
Lingkar Dada
25.63b ± 1.61
25.74a ± 1.39
Lebar Dada
79.25 ± 7.10
82.00 ± 11.10
Dalam Dada
63.12 ± 7.26
65.39 ± 7.60
Panjang Punggung
96.87b ± 7.14
100.83a ± 7.52
Panjang Dada
71.54 ± 5.20
73.32 ± 8.42
3.17 ± 0.30
3.34 ± 0.37
Panjang Kepala
b
Lebar Kepala
2.17 ± 0.23
2.25 ± 0.29
Tinggi Kepala
2.40 ± 0.82
2.42 ± 0.49
Panjang Leher
8.88b ± 0.69
9.36a ± 0.80
Panjang Ceker
3.32b ± 0.29
3.51a ± 0.28
Panjang Tibia
6.10b ± 0.33
6.36 a± 0.53
Panjang Femur
4.41b ± 0.29
4.52 a± 2.60
Panjang jari Ketiga
2.95 b± 0.27
3.07a ± 0.22
Lingkar Metatarsus
2.16 ± 0.27
2.21 ± 0.24
Ukuran tubuh jantan lebih besar dibandingkan betina, hal ini dapat dilihat dari 14 ukuran tubuh yang diamati seperti tampak pada Tabel 32. Ukuran tubuh seperti lingkar dada, panjang punggung, panjang kepala, panjang leher, panjang ceker, panjang femur, dan panjang jari ketiga jantan nyata lebih panjang dibandingkan dengan betina. Adapun ukuran tubuh yang tidak berbeda antara jantan dan betina yaitu lebar dada, dalam dada, lebar kepala, tinggi kepala, dan lingkar metatarsus.
103
Keragaman ukuran tubuh pada jantan berkisar 5.4-34.0%, yaitu lingkar dada adalah ukuran tubuh yang memiliki keragaman rendah (5.4%) dan tinggi kepala adalah ukuran tubuh yang paling beragam (34%).
Keragaman ukuran tubuh
betina paling rendah adalah lingkar dada (6.52%) dan tinggi kepala paling beragam (20%). Ukuran Tubuh Burung Merpati Jantan Balap Datar, Balap Tinggi, Pedaging, dan Lokal Burung merpati balap datar, balap tinggi, pedaging, dan lokal berbeda sangat nyata (P<0.01) dengan urutan mulai dari yang berat yaitu burung merpati pedaging, burung balap datar, burung balap tinggi, dan lokal atau bobot badan burung lokal paling ringan diantara keempatnya, sedangkan yang paling berat adalah burung pedaging. Burung balap datar lebih berat dibandingkan burung merpati balap tinggi dan lokal, dan burung balap ytinggi sama dengan lokal. Hal ini disebabkan burung pedaging memiliki
tubuh lebih besar dibandingkan
burung balap datar dan balap tinggi, seperti panjang punggung dan panjang sayap. Ibe dan Nwakalor (1986) mengemukakan bahwa berat badan merupakan penjumlahan total dari peningkatan ukuran komponen-komponen pembentuk tubuh. Lebar dada burung balap datar dan balap tinggi tidak berbeda nyata, sedangkan lingkar dada burung merpati balap datar nyata lebih besar (P<0.01) dibandingkan burung balap tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa perototan di bagian dada burung merpati balap datar lebih kompak dibandingkan burung merpati balap tinggi.
Perototan yang lebih banyak pada bagian dada
mengakibatkan bentuk badan dilihat dari bagian depan tubuh tampak lebih bulat pada burung merpati balap datar. Burung balap tinggi harus berani turun dari tempat ketinggian tertentu saat terbang maka untuk penyesuaian tersebut bentuk badannya tidak terlalu besar, namum dilengkapi sayap yang panjang, dengan demikian bentuk badan yang sesuai untuk burung merpati balap tinggi adalah seperti jantung pisang (ontong pisang dalam bahasa Jawa). Sebaliknya burung balap datar harus terbang datar dan cepat, dengan demikian diperlukan perototan yang kuat, olehkarenya lingkar dada, panjang punggung burung merpati balap datar lebih besar dibandingkan
104
dengan burung merpati balap tinggi, akan tetapi sayap lebih pendek dibanding burung merpati balap tinggi. Pada Tabel 33 disajikan ukuran tubuh burung balap datar, balap tinggi, dan pedaging. Ukuran tubuh yang sama antara burung merpati balap datar dengan burung merpati balap tinggi adalah lebar dada. Ukuran tubuh tersebut tidak dapat digunakan untuk membedakan karakteristik kedua jenis burung. Ukuran tubuh yang berbeda antara burung merpati balap datar dengan balap tinggi dan pedaging adalah berat badan, lingkar dada, panjang punggung, dan panjang bulu sayap seperti disajikan pada Tabel 33.
Ukuran-ukuran tubuh
tersebut pada burung merpati pedaging balap datar lebih besar dibandingkan dengan burung merpati terbang tinggi. Hal ini berarti burung balap datar memiliki postur tubuh lebih besar dibandingkan postur tubuh burung merpati balap tinggi, sedangkan burung balap tinggi memiliki postur tubuh ramping. Ukuran tubuh burung merpati balap datar dan balap tinggi berbeda nyata dengan burung pedaging.
Burung merpati pedaging memiliki punggung dan
sayap lebih panjang dibandingkan burung balap datar maupun balap tinggi. Hal ini juga yang menyebabkan bobot badan burung merpati pedaging lebih berat dibandingkan burung merpati balap merpati balap tinggi adalah lebar dada. Ukuran tubuh tersebut tidak dapat digunakan untuk membedakan karakteristik kedua jenis burung. Ukuran-ukuran tubuh tersebut pada burung merpati pedaging balap datar lebih besar dibandingkan dengan burung merpati terbang tinggi. Hal ini berarti burung balap datar memiliki postur tubuh lebih besar dibandingkan postur tubuh burung merpati balap tinggi, sedangkan burung balap tinggi memiliki postur tubuh ramping. Ukuran tubuh burung merpati balap datar dan balap tinggi berbeda nyata dengan burung pedaging.
Burung merpati pedaging memiliki punggung dan
sayap lebih panjang dibandingkan burung balap datar maupun balap tinggi. Hal ini juga yang menyebabkan bobot badan burung merpati pedaging lebih berat dibandingkan burung merpati balap. Adapun ukuran tubuh burung lokal untuk keempat ukuran tubuh yaitu lingkar dada, lebbar dada, panjang punggung, dan panjang sayap tidak berbeda nyata.
Tabel 33 Ukuran tubuh merpati jantan balap datar, balap tinggi, pedaging dan lokal ______________________________________________________________________________________________________ Fenotipe Balap Datar Balap Tinggi Pedaging Lokal n=20 n=20 n=20 n=76 a b a b Bobot Badan 401.0±34.0 374.0±31.8 424.5±43.3 368.9±45.8 a
Lingkar Dada
26.8±0.8
Lebar Dada
8.5±0.4
Panjang Punggung Panjang Sayap
b
25.7±1.2
a
b
5.9±0.4
a
b
10.4±0.5 a
8.0±0.8
b
25.7±1.4 b
8.4±0.9
12.8±0.7
c
21.7±2.3
c
9.0±1.4
b
8.8±0.8
a
8.3±0.7 d
10.1±0.8 c
13.7±0.7
b
13.4±0.9
Keterangan: superskrip berbeda pada baris yang sama berarti berbeda nyata (P<0.05)
105
106
Analisis Komponen Utama Menurut Everitt dan Dunn (1998) bahwa pada pengukuran morfologi hewan, hasil AKU lebih ditekankan pada komponen utama kedua sebagai indikasi bentuk tubuh, daripada komponen utama pertama yang mengidentifikasikan ukuran tubuh. Hasil analisis komponen utama pada burung merpati balap datar diperoleh penciri ukuran dan bentuk tubuh seperti disajikan pada Tabel 34. Peubah ukuran tubuh yang dapat dijadikan penciri pada burung merpati balap datar adalah lingkar dada (X 1 ) yang memiliki vector eigen sebesar 0.976 (Tabel 34) dengan nilai korelasi antara lingkar dada dengan skor ukuran tubuh sebesar 0.773 . Adapun penciri bentuk tubuh adalah panjang sayap (X 4 ) yang memiliki vector eigen sebesar 0.525 (Tabel 34) dengan nilai korelasi antara panjang sayap dengan skor bentuk tubuh sebesar 0.807. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar lingkar dada pada burung merpati balap datar maka skor ukuran tubuh juga semakin besar. Selanjutnya semakin panjang sayap pada burung merpati balap datar maka skor bentuk semakin besar. Tabel 34 Persamaan ukuran tubuh dan bentuk tubuh pada burung merpati balap datar beserta keragaman total dan nilai eigen ______________________________________________________________ Persamaan Keragaman Nilai Total Eigen Ukuran 0.704X 1 +0.300X 2 +0.445X 3 +0.465X 4 51.60 0.976 Bentuk
-0.704X 1 -0.197X 2 -0.336X 3 +0.877X 4
27.70
0.525
Keterangan:X 1 =lingkar dada; X 2 =lebar dada; X 3 = panjang punggung; dan X 4 =panjang sayap
Penciri ukuran tubuh pada burung balap tinggi adalah panjang sayap (X 4 ) yang memiliki vector eigen 253.38 (Tabel 35) dengan nilai korelasi antara panjang sayap dengan skor ukuran sebesar 1.00.
Adapun penciri bentuk tubuh
burung merpati balap tinggi adalah lingkar dada (X 1 ) yang memiliki vector eigen sebesar 1.08 dengan nilaikorelasi antara lingkar dada dengan skor bentuk tubuh sebesar -0.771. Hal ini berarti semakin panjang sayap maka skor ukuran tubuh burung merpati balap tinggi semakin besar. Namun semakin besar lingkar dada maka skor bentuk tubuh
burung merpati balap tinggi semakin kecil karena
korelasinya negatif. Pilastro et al. (1995) dan Backmann et al.(2007) menyatakan
107
bahwa variasi bentuk dan ukuran sayap mengungkapkan pola penerbangan yang berbeda, rentang migrasi, membantu seleksi antar kelompok burung yang berbeda dan antar jenis kelamin. Nishida et al. (1982) pada ayam bahwa penciri ukuran tubuh ditentukan oleh panjang sayap, panjang femur, panjang tarsometatarsus dan tinggi jengger. Tabel 35 Persamaan ukuran tubuh dan bentuk tubuh pada burung merpati balap tinggi beserta keragaman total dan nilai eigen ______________________________________________________________ Persamaan Keragaman Nilai Total (%) Eigen Ukuran -0.041X 1 -0.023X 2 -0.007X 3 +0.999X 4 99.30 253.38 Bentuk
-0.704X 1 -0.197X 2 -0.336X 3 +0.877X 4
0.40
1.08
Keterangan:X 1 =lingkar dada; X 2 =lebar dada; X 3 = panjang punggung; dan X 4 =panjang sayap
Peubah ukuran tubuh yang dapat dijadikan penciri pada burung merpati pedaging adalah lingkar dada (X 1 ) yang memiliki vector eigen sebesar 5.4603 (Tabel 36) dengan nilai korelasi antara lingkar dada dengan skor ukuran tubuh sebesar 0.990. Adapun penciri bentuk tuuh adalah panjang punggung (X 3 ) yang memiliki vector eigen sebesar 1.8671 dengan nilai korelasi antara panjang sayap dengan skor bentuk tubuh sebesar -0.929. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar lingkar dada pada burung merpati pedaging maka skor ukuran tubuh juga semaikn besar. Hal ini sesuai dengan manfaatnya yaitu merpati pedaging sebagai penghasil daging, Pada burung merpati perdagingan yang banyak adalah pada bagian dada.
Selanjutnya semakin panjang punggung pada burung merpati
pedaging maka skor bentuk semakin kecil. Tabel 36 Persamaan ukuran tubuh dan bentuk tubuh pada burung merpati pedaging beserta keragaman total dan nilai eigen ______________________________________________________________ Persamaan Keragaman Nilai Total (%) Eigen Ukuran 0.971X 1 +0.034X 2 -0.221X 3 -0.088X 4 69.80 5.460 Bentuk
-0.231X 1 -0.028X 2 -0.964X 3 +0.133X 4
23.90
1.867
Keterangan:X 1 =lingkar dada; X 2 =lebar dada; X 3 = panjang punggung; dan X 4 =panjang sayap
108
Penciri ukuran tubuh pada burung merpati lokal adalah lingkar dada (X 1 ) yang memiliki vector eigen 2.535 (Tabel 37) dengan nilai korelasi antara lingkar dada dengan skor ukuran sebesar 0.332.
Adapun penciri bentuk tubuh burung
merpati balap lokal adalah panjang sayap (X 4 ) yang memiliki vector eigen sebesar 0.817 dengan nilai korelasi antara lingkar dada dengan skor bentuk tubuh sebesar -0.296. Hal ini berarti semakin lingkar dada maka skor ukuran tubuh burung merpati lokal semakin besar. Namun semakin panjang sayap maka skor bentuk tubuh burung merpati balap tinggi semakin kecil karena korelasinya negatif. Tabel 37 Persamaan ukuran tubuh dan bentuk tubuh pada burung merpati lokal beserta keragaman total dan nilai eigen ______________________________________________________________ Persamaan Keragaman Nilai Total (%) Eigen Ukuran 0.865X 1 +0.406X 2 +0.235X 3 +0.180X 4 64.30 2.539 Bentuk
0.098X 1 +0.067X 2 +0.260X 3 -0.958X 4
20.70
0.849
Keterangan:X 1 =lingkar dada; X 2 =lebar dada; X 3 = panjang punggung; dan X 4 =panjang sayap
Hasil analisis komponen utama menunjukkan bahwa burung merpati lokal memiliki penciri ukuran dan bentuk tubuh sama dengan merpati balap datar, yaitu penciri ukuran adalh lingkar dada dan penciri bentuk adalah panjang sayap. Hal ni memungkinkan seleksi balap datar dari burung merpati lokal. Diagram Kerumunan Berdasarkan
ukuran fenotipik yang digambarkan dalam diagram
kerumunan pada Gambar 12 menunjukkan bahwa secara morfologis ada garis pemisah yang jelas antara burung merpati balap datar, balap tinggi, pedaging, Kisaran skor ukuran maupun bentuk antara ketiganya berbeda.
Sebaliknya
burung balap datar masih memiliki skor ukuran yang mirip dengan lokal. Pada Gambar 15, burung merpati balap tinggi berada pada diagram kiri bawah; burung merpati balap datar berada pada diagram kanan atas; sedangkan burung merpati pedaging berada diantara burung merpati balap tinggi dan balap datar.
Kerumunan ketiga jenis burung merpati terpisah jauh. Kisaran skor
ukuran dan skor bentuk burung merpati balap tinggi masing-masing 6.099-8.899 dan (-27.15480-(-30.0780). Kisaran skor ukuran dan skor bentuk burung merpati
109
pedaging masing-masing 9.2441-20.2853 dan (-14.0069)-(-17.389).
Adapun
kisaran skor ukuran dan skor bentuk balap datar masing-masing 27.074-30.6020 dan (-5.4219)-(-8.0768).
Selanjutnya skor ukuran dan bentuk lokal masing-
masing 26.383-35.192 dan 17.37-26.23. 30
Variable skor bentuk balap datar * skor ukuran balap datar skor bentuk balap tinggi * skor ukuran balap tinggi skor bentuk pedaging * skor ukuran pedaging skor bentuk lokal * skor ukuran lokal
20
skor bentuk
10 0 -10 -20 -30 0
10
20
30 40 50 skor ukuran
60
70
80
Gambar 15 Diagram kerumunan burung merpati berdasarkan skor ukuran dan skor bentuk tubuh Dari diagram kerumunan bahwa skor bentuk keempat jenis burung merpati berbeda, namun skor ukuran menunjukkan ada dua kelompok yaitu balap tinggi dengan pedaging, sedangkan balap datar dengan lokal. Kesamaan skor ukuran balap datar lokal sesuai dengan hasil analisis komponen utama bahwa penciri balap datar dan lokal sama. Jarak Genetik Jarak ketidakserupaan ukuran-ukuran tubuh antara burung merpati balap datar, burung merpati balap tinggi dan burung merpati pedaging yang diamati diperoleh berdasarkan hasil statistik D2 Mahalanobois yang diakarkan. Tabel 38
110
menyajikan akar dari jarak minimum D2 dari burung keempat jenis burung yang diamati. Tabel 38 Akar dari jarak D2 Mahalanobis burung merpati balap datar, balap tinggi, pedaging, dan lokal Jenis Lokal Pedaging Balap Tinggi Balap Datar
Lokal 0 3.523 0.698 7.260
Pedaging
Balap Tinggi
0 4.200
0
23.650
0.418
Balap Batar
0
Selanjutnya ketidakserupaan morfometrik ukuran-ukuran linier tubuh pada keempat jenis burung yang diamati disajikan pada dendogram pada Gambar 16.
3.775
Balap datar
Balap tinggi
3.979 5.229
Lokal
Pedaging
Gambar16 Dendrogram jarak ketidakserupaan ukuran tubuh pada burung merpati Berdasarkan ukuran tubuh yang diamati, keempat jenis burung merpati terbagi dalam tiga kelompok. Kelompok pertama adalah burung merpati balap tinggi dan balap datar. Kedua jenis burung selanjutnya tergabung dengan merpati lokal, berarti keduanya juga mempunyia kesamaan morfometrik. Adapun ketiganya menunjukkan hubungan yang jauh dengan burung merpati pedaging. Jarak ketidakserupaan morfometrik ukuran tubuh burung merpati balap datar dan balap tinggi sebesar 0.204 menunjukkan jarak ketidakserupaan ukuran tubuh yang paling kecil.
Berarti ukuran tubuh burung merpati balap datar dan
tinggi mirip dengan ketidakserupaan morofometrik yang rendah. Hal ini berbeda dengan hasil analisis komponen utama dan analisis keumunan bahwa balap datar
111
dan balap tinggi memiliki penciri ukuran da bentu tubuh berbeda, demikian pula haasil analisis kerumunan keduanya terpisah. Selanjutnya burung merpati balap datar dan balap tinggi juga memiliki keserupaan morfometrik dengan burung merpati lokal.
Ukuran Tubuh dengan Kecepatan Terbang Hasil analisis statistik menunjukkan ada korelasi ukuran tubuh yang diamati pada burung merpati balap tinggi dengan kecepatan terbang.
Adapun untuk
menduga kecepatan terbang dengan keempat ukuran tubuh pada burung merpati tinggi memiliki persamaan Kecepatan terbang=30.1-0.945 Lingkar dada+0.775 Lebar dada+0.159 Panjang punggung +-0.1445 Panjang sayap, dan panjang sayap yang nyata berpengaruh terhadap kecepatan terbang, dengan demikian persamaan linier antara kecepatan terbang dengan panjang sayap adalah Kecepatan terbang=11.3+0.047 panjang sayap.
Berati semakin panjang sayap maka
terbangnya semakin cepat. Pada burung merpati balap datar ukuran tubuh yang nyata berpengaruh terhadap kecepatan terbang adalah lingkar dada.
Adapun bentuk persamaan
liniernya adalah Kecepatan terbang=29.7-0.566 lingkar dada.
Hal ini
menunjukkan bahwa semakin besar lingkar dada maka kecepatan terbang semakin turun. Kecepatan terbang balap datar dan balap tinggi disajikan pada Tabel 39. Kecepatan terbang balap datar lebih tinggi dibandingkan balap tinggi (P<0.01). Namun kedua jenis burung merpati balap ini menunjukkan kecepatan terbang lebih tinggi dari hasil penelitian (Pennycuick 1968) bahwa burung meluncur dengan kecepatan minimum (sekitar 8-6 m/detik). Tabel 39 Kecepatan terbang burung merpati balap datar dan balap tinggi Jenis
N
X ± sb (m/dt)
KK(%)
Kisaran (M/dt)
Balap datar
20
14.582±0.985a
9.43
10.22-10.99
6.75
13.18±16.26
Balap tinggi
20
b
11.90±1.12
Tabel 38 menunjukkan bahwa kecepatan terbang burung merpati balap datar memiliki keragaman lebih tinggi dibandingkan burung balap tinggi.
Hal ini
112
berarti seleksi pada burung balap datar masih lebih efektif dibandingkan pada burung merpati balap tinggi.
Simpulan 1. Ripitabilitas berat telur dan berat tetas tinggi, ripitabilitas pertumbuhan piyik rendah sampai tinggi (0.098-0.446), bobot dewasa sedang (0.217), sedang ripitabilitas sifat reproduksi rendah (0.099-0.124). 2. Pendugaan nilai heritabilitas sifat produksi
sedang
dengan nilai h2
berkisar 0.19-0.30. 3. Bobot dewasa dengan bentuk telur, dan berat telur dengan berat tetas memiliki korelasi genetik yang tinggi. 4. Berat telur memiliki korelasi fenotipik nyata dengan berat tetas, berat sapih dan berat dewasa. Lingkar dada merupakan penciri ukuran tubuh burung merpati balap datar dan pedaging, sedangkan penciri ukuran tubuh balap tinggi adalah panjang sayap. 5. Penciri bentuk tubuh pada burung merpati balap datar panjang sayap, lingkar dada pada balap tinggi dan panjang punggung pada pedaging, panjang sayap pada burung merpati lokal. 6. Burung balap datar, balap tinggi, dan lokal masih memiliki kemiripan. 7. Burung balap datar dan tinggi belum memiliki karakterististik spesifik. 8. Lingkar dada sebagai penentu kecepatan terbang pada balap datar, dan panjang sayap sbagai penentu kecepatan terbang bagi balap tinggi.
113