PEREMAJAAN PEMUKIMAN KUMUH DENGAN PENERAPAN KONSEP ECOVILLAGE DI TAMBORA Andrea Magdalena, Riyadi Ismanto, Riva Tomasowa Fakultas Teknik, Jurusan Arsitektur Universitas Bina Nusantara Jl. K.H. Syahdan No.9 Jakarta Barat 11480
[email protected]
ABSTRACT Slum is one of the problems that can arise in a city. Jakarta city, is also facing the problem of growth of slums in urban areas. The rate of population growth in urban areas, the high number of poor and low-income, and urbanization can lead to the proliferation of slums. Slum settlements in Tambora due to excessive activity, causing the residential environment becomes unhealthy and uncomfortable to live. Where on the site there is the image of a residential area that is not yet clear, so it needs to be done renovation or redevelopment of the slum is to improve the quality of the slum into a thriving settlement. Research method used is qualitative research methods to approach the study of literature, comparative studies and observation of objects. The analysis in this study is done by performing a comparison between the results of observations of objects and literature studies. The results achieved in this study is to prove that for slum area can be done by means of rejuvenation settlements, so that with the implementation of the settlement rejuvenation with application ecovillage concept can produce a settlement that is ecologically sustainable. (AM) Keywords:Redevelopment, Slum Settlements, Ecovillage
ABSTRAK Permukiman kumuh merupakan salah satu masalah yang dapat timbul dalam suatu kota. Kota Jakarta, juga menghadapi masalah pertumbuhan permukiman kumuh dalam wilayah perkotaan. Laju pertambahan penduduk di wilayah kota, tingginya jumlah warga miskin dan berpenghasilan rendah, serta laju urbanisasi dapat menjadi pemicu menjamurnya permukiman kumuh. Kumuhnya permukiman di Tambora akibat aktifitas yang terlalu berlebihan, sehingga menyebabkan lingkungan hunian menjadi tidak sehat dan tidak nyaman untuk ditinggali. Dimana pada lokasi tersebut terdapat citra kawasan permukiman yang belum jelas, sehingga perlu dilakukan peremajaan atau redevelopment terhadap permukiman kumuh tersebut untuk meningkatkan kualitas permukiman kumuh tersebut menjadi permukiman yang berkembang. Metode penelitian, yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif dengan pendekatan studi literatur, studi banding dan observasi obyek.Analisis dalam penelitian ini dilakukan dengan cara melakukan perbandingan antara hasil observasi obyek dan studi literatur. Hasil yang dicapai dalam penelitian ini adalah membuktikan bahwa untuk kawasan permukiman kumuh tersebut dapat dilakukan dengan cara peremajaan permukiman, sehingga dengan penerapan peremajaan permukiman tersebut dengan penerapan konsep ecovillage dapat menghasilkan permukiman yang bersifat berkelanjutan dan ekologis.(AM) Kata Kunci : Peremajaan, Pemukiman Kumuh, Ecovillage
1
PENDAHULUAN Permukiman kumuh merupakan salah satu masalah yang dapat timbul dalam suatu kota. Kota Jakarta, juga menghadapi masalah pertumbuhan permukiman kumuh dalam wilayah perkotaan. Laju pertambahan penduduk di wilayah kota, tingginya jumlah warga miskin dan berpenghasilan rendah, serta laju urbanisasi dapat menjadi pemicu menjamurnya permukiman kumuh (slum). Salah satu contoh permukiman kumuh penduduk yaitu di Tambora, Jakarta Barat. Kumuhnya permukiman di Tambora akibat aktifitas yang terlalu berlebihan, sehingga menyebabkan lingkungan hunian menjadi tidak sehat dan tidak nyaman untuk ditinggali. Kondisi lokasi penelitian saat ini (tahun 2014) telah dipenuhi oleh permukiman kumuh, dimana pada lokasi tersebut terdapat citra kawasan permukiman yang belum jelas, sehingga perlu dilakukan peremajaan atau redevelopment terhadap permukiman kumuh tersebut untuk meningkatkan kualitas permukiman kumuh tersebut menjadi permukiman yang berkembang. Untuk itu, permukiman kumuh yang cenderung meluas ini perlu untuk segera ditangani. Melalui penelitian ini, diharapkan dapat terwujud suatu permukiman yang layak huni dalam suatu lingkungan yang sehat, yakni akan direncanakan sebagai model permukiman yang ekologis atau dikenal dengan istilah ecovillage, dengan merencanakan permukiman kumuh ini sebagai permukiman berbasis ekologis. Pada jurnal yang diterbitkan oleh Universitas Sumatera Utara dari Dwira N. Aulia yang berjudul Permukiman yang Berwawasan Lingkungan Tinjauan memaparkan bahwa konsep permukiman yang berwawasan lingkungan bertujuan untuk mencapai pembangunan yang berkelanjutan (Maclaren, 1996). Pada jurnal “Integrated Ecovillage Design: A New Planning Tool for Sustainable Settlements” yang diterbitkan dalam Journal of Resources and Ecology oleh Institute of Geographic Sciences and Natural Resources, Chinese Academy of Science pada Mei 2004 memaparkan bahwa penerapan ecovillage pada permukiman adalah dengan menerapkan ecovillage pada bangunan dan dengan penggunaan material lokal yang dapat didaur ulang. Berdasarkan perumusan masalah pada penelitian ini adalah “Bagaimana menerapkan konsep ecovillage di Tambora?”. Adapun tujuan dari peremajaan permukiman kumuh di Tambora adalah sebagai menerapkan 5 karakteristik ecovillage di Tambora dan mengoptimalkan potensi di kampung Tambora. Permukiman Menurut Soedarsono dalam Zaini Musthofa (2011), permukiman adalah suatu kawasan perumahan lengkap dengan sarana umum dan fasilitas sosial yang mengandung keterpaduan, kepentingan dan kesadaran serta pemanfaatan sebagai lingkungan kehidupan, dan permukiman merupakan penataan kawasan yang dibuat oleh manusia untuk kepentingannya, yang merupakan hasil kegiatan manusia, dengan tujuan untuk bertahan hidup sebagai manusia agar hidup lebih mudah dan lebih baik, memberi rasa aman dan bahagia, dan mengandung kesempatan untuk pembangunan manusia seutuhnya.
Ecovillage Menurut Astrini (2013), ecovillage merupakan konsep kampung berbasis lingkungan yang dapat mengatasi permasalahan lingkungan perkotaan pada saat ini. Sedangkan menurut Global Ecovillage Network adalah permukiman yang menggunakan prinsip berkelanjutan dengan mengedepankan aspek lingkungan dan berintegrasi dengan dimensi sosial, ekonomi, dan budaya. Pada intinya menyelenggarakan konsep permukiman atau kampung yang ramah lingkungan dengan aspek pendukung yaitu sosial, ekonomi, dan budaya. Menurut Astrini (2013), ecovillage dapat diterjemahkan sebagai kampung hijau yang berusaha mewujudkan suatu kawasan permukiman yang ramah lingkungan. Kampung hijau menerapkan asas pelestarian fungsi lingkungan dalam mewujudkan pembangunan berkelanjutan, baik pelestarian fungsi pada komponen lingkungan (biotik, abiotik maupun komponen sosial ekonomi dan budaya serta kesehatan masyarakat).
METODE PENELITIAN Pendekatan metode penelitian yang dipergunakan adalah pendekatan secara metode kualitatif dengan pendekatan studi literatur, studi banding dan observasi obyek. Secara lebih khususnya, metode
1
penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif. Metode penelitian deskriptif ini bertujuan untuk membuat suatu hasil deskripsi secara sistematis dan seakurat mungkin mengenai fakta yang terjadi pada lokasi tersebut. Hasil deskripsi tersebut akan dijadikan sebagai acuan dari pengembangan desain yang akan dilakukan (Dawson, 2007). Data dan sumber data yang diambil adalah data primer berupa observasi ini akan dilakukan dengan melakukan pengamatan kegiatan di dalam dan sekitar tapak. Observasi ini akan dilakukan secara observasi partisipatif secara pasif yakni peneliti akan datang ke lokasi namun tidak terlibat dalam kegiatan tersebut. Data sekundernya didapat dari metode kepustakaan Hal ini dapat dilakukan dengan mencari data dari berbagai sumber elektronik, buku, jurnal,dll. Data sekunder ini dapat berupa peraturan perundang-undangan, penelitian terdahulu, ataupun berupa artikel-artikel.
HASIL DAN BAHASAN Dalam melaksanakan analisis yang terkait dengan penerapan konsep ecovillage, menggunakan komponen 5 karakteristik dari ecovillage yang ditulis oleh Jonathan Dawson (2007), untuk memudahkan mengenali karakter ecovillage, sebagai berikut:
1. Proyek ecovillage tidak dimulai oleh pemerintah dalam atau perusahaan, tetapi berasal dari inisiatif partisipasi masyarakatnya. Untuk kondisi eksisting permukiman, akan dianalisa kondisi rumah yang ada didalam tapak. Besaran rumah yang ada di Tambora rata-rata berukuran < 20 m² dengan jumlah anggota keluarga 3-6 orang. sehingga pembagian ruang sulit untuk dilakukan dan menjadi tidak teratur. Material bangunan rumah yang digunakan oleh sebagian warga masih sangat sederhana dan non permanen. Berikut foto – foto keadaan rumah di Tambora:
Gambar 1 Kondisi Eksisting Permukiman Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2014
Respon desain berupa tempat tinggalyang nyaman secara thermal, bangunan rumah akan dibuat menjadi bangunan permanen yang layak huni dan disediakan ventilasi buatan dengan sistem cross ventilation agar sirkulasi pencahayaan dan penghawaan dapat masuk ke hunian secara maksimal, dan adanya pembagian pola ruang-ruang di dalam hunian agar menjadi ruang yang teratur. Untuk jalan lingkungan eksisting permukiman, akan dianalisa pola jalan lingkungan yang terbentuk, dimana jalan tersebut merupakan jalan-jalan gang rumah yang kurang terakses dengan jalan lain atau buntu. Berikut foto-foto kondisi jalan lingkungan di Tambora:
Gambar 2 Kondisi Jalan Lingkungan yang Terbentuk
1
Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2014 Tabel 1 Hirarki Pola Jalan Lingkungan Eksisting Keterangan:
JalanLokalSekunder I: LebarJalan 2 m
JalanLokalSekunderII: LebarJalan 1,25m
JalanLokalSekunder III: LebarJalan 1 m Sumber: Hasil Olahan Pribadi, 2014
Respon desain pada lokasi penelitian akan melakukan penataan kembali terhadap pola jalan dengan lebar yang memenuhi standar, untuk jalan lokal sekunder I akan ditata ulang menjadi 4 meter, jalan lokal sekunder II menjadi 3 meter dan jalan lokal sekunder III menjadi 2 meter.
Tabel 2 Rencana Hirarki Penataan Pola Jalan Lingkungan Terbaru Keterangan:
JalanLokalSekunder I: LebarJalan 4 m
JalanLokalSekunder II LebarJalan 3 m
JalanLokalSekunder III LebarJalan 2 m Sumber: Hasil Olahan Pribadi, 2014
Untuk kehidupan sosial masyarakat, akan dianalisa kehidupan interaksi masyarakat sehari-hari yang merupakan masyarakat menengah kebawah dengan suku bangsa dari masyarakat ini terbanyak adalah suku jawa, dimana suku jawa memiliki budaya yang menjunjung tinggi nilai kebersamaan serta menjalin sosialisasi secara baik dengan para tetangga. Hal tersebut dapat dilihat dari kebiasaan masyarakat yang suka berkumpul bersosialisasi dengan para tetangga di teras rumah atau di sepanjang gang rumah mereka. Berikut foto–foto keadaan interaksi sosial masyarakat di Tambora:
1
Gambar 3 Interaksi Sosial Masyarakat Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2014
Respon desain diperlukan ruang komunal untuk bersosialisasi dan diperlukan juga teras yang cukup luas yang dapat digunakan sebagai ruang bersama (communal space) untuk menerima tamu. Untuk sanitasi, akan dianalisa keadaan fisik mck umum berdasarkan pengamatan langsung, ditemukan fenomena rendahnya pengetahuan dan pemahaman tentang pentingnya sanitasi lingkungan permukiman yang sehat. Berikut foto-foto keadaan MCK umum di Tambora:
Gambar 4 MCK Umum RT 03 dan RT 05 Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2014
Solusi respon desain yang baik pada lokasi penelitian adalah akan disediakan mck dengan kualitas dan kuantitas yang lebih baik, dengan menggunakan closet jongkok dan bak mandi sesuai dengan kebiasaan warga. Untuk sistem drainase, akan dianalisa sistem drainase dilihat dari kondisi nyata di lapangan, saluran got di jalan kampung sebagai digunakan sebagai pembuangan air kotor dan sampahsampah. Berikut foto-foto keadaan drainase di Tambora:
Gambar 5 Kondisi Drainase Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2014 . Respon desain pada setiap unit hunian akan disediakan ruang untuk mencuci pakaian, agar warga tidak sembarangan membuang sisa deterjen cucian ke saluran got, membiasakan warga agar menjaga kebersihan saluran drainase didepan rumah. Untuk sistem persampahan, akan dianalisa kebiasaan masyarakat dalam hal membuang sampah di permukiman. Dalam kebiasaan membuang sampah, sampah basah atau sampah kering tidak dipisahkan, sehingga menimbulkan bau tidak sedap. Respon desain harus disediakan tempat persampahan pada lingkungan permukiman ini, yaitu dengan menyediakan tempat sampah kering (orange) dan tempat sampah basah (biru)
1
2. Nilai kehidupan ecovillage berasal dari komunitas masyarakatnya Untuk Sarasehan, akan dianalisa kehidupan komunitas yang sudah terbentuk sejak lama di permukiman. Aktivitas sarasehan ini merupakan kegiatan sosial yang menyatukan warga, mereka tidak dibedakan oleh agama, etnis maupun kedudukan. Sarasehan dilakukan berkeliling dari rumah yang satu ke rumah yang lain secara bergiliran.Respon desain dibutuhkan balai pertemuan warga guna untuk melakukan sarasehan atau acara kegiatan lainnya.
Gambar 6 Kegiatan Sarasehan dan Arisan Bersama Sumber: Hasil Olahan Pribadi, 2014
Untuk komunitas karang taruna dan FBR, akan dianalisa kehidupan komunitas yang sudah terbentuk sejak lama di permukiman. Adanya kegiatan karang taruna dan FBR pada komunitas ini yang dilakukan berkeliling dari rumah yang satu ke rumah yang lain secara bergiliran. Solusi desain pada lokasi penelitian adalah perlu disediakan ruangan kerja dan ruang pertemuan untuk komunitas karang taruna dan FBR sebagai bentuk kegiatan bersama.
3. Masyarakat ecovillage mencari untuk mendapatkan kembali ukuran kontrol atas sumber daya mereka sendiri di dalam komunitas: mereka tidak terlalu tergantung pada pemerintah, perusahaan, atau sumber terpusat lainnya misalnya air, makanan, tempat tinggal, listrik, dan kebutuhan dasar lainnya. Untuk air bersih, akan dianalisa kebiasaan sehari-har masyarakat dalam penggunaan air bersih. Untuk memenuhi kebutuhan air bersih warga di lingkungan permukiman ini memanfaatkan air tanah dari sumur timba. Berikut foto keadaan sumur timba di Tambora:
Gambar 7 Sumur Timba di Permukiman Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2014
4. Masyarakat ecovillage memiliki rasa yang kuat dari nilai-nilai bersama, yang sering mereka cirikan dalam hal spiritual. Untuk aktivitas kultural, akan dianalisa kehidupan masyarakat dalam aktivitas keagaaman yang didapatkan dari observasi dimana masyarakat memiliki kultur yang menjunjung tinggi nilai ajaran Islam.Adanya kehidupan agamis seperti pengajian, majelis dzikir dan marawis.
1
5. Ecovillage berfungsi sebagai lokasi penelitian dan sebagai lingkungan percontohan, dan banyak menawarkan pengalaman pendidikan kepada orang lain. Berdasarkan hasil pengamatan kondisi eksisting di permukiman Tambora tidak tersedianya perencanaan taman di halaman rumah tinggal warga. Taman di halaman rumah ini dapat dimanfaatkan sebagai apotek hidup.Apotek hidup adalah memanfaatkan sebagian tanah untuk ditanami tanaman obat-obatan untuk keperluan sehari-hari. Tumbuhan yang dipelihara ini dapat dijadikan obat penyakit tertentu, dengan menanam tanaman obat-obatan di halaman rumah, selain dimanfaatkan untuk obat dapat juga ditata dengan baik sebagai penghias halaman rumah. Halaman rumah menjadi tampak asri dan penghuninya dapat memperoleh obat-obatan yang diperlukan untuk menjaga kesehatan.
Tapak Perencanaan Lokasi tapak perencanaan terletak di Jalan Tambora, Jakarta Barat, dengan luas 7.550 m². Status tanah yang berada di jalan Tambora adalah hak milik. Umumnya, hunian untuk rumah penduduk terdiri dari 1-2 lantai. Berikut foto – foto keadaan rumah di Jalan Tambora RT 03 dan RT 05 :
Gambar 8 Keadaan Lokasi di RT 03 dan RT 05 Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2014
Kebutuhan Sarana Prasarana Pada lokasi tapak yang merupakan permukiman kumuh memiliki batasan-batasan dengan wilayah lain atau sekitar tapak, pada sekitar tapak memiliki sarana prasarana, maka akan didapatkan kesimpulan mengenai kebutuhan sarana pada Tambora sebagai berikut: Tabel 3 Kebutuhan Sarana di Tambora, Jakarta Barat Fakta Lapangan Kriteria di No. Permukiman di Tambora, Jakarta Barat TK 4 √ Sekolah dasar 5 √ 1 SLTP 3 √ SMU 3 √ Posyandu 5 √ Balai 2 pengobatan 1 √ warga Musholla 0 × 3 Mesjid warga 2 √ Toko/warung >5 √ 4 Pasar 1 √ lingkungan Taman/tempat 0 × main 5 Taman dan lapangan olah 0 × raga Sumber: http://kectambora.com, diakses tanggal 21 Oktober 2014
1
Dari tabel diatas terlihat bahwa tidak adanya sarana musholla, taman atau tempat main dan lapangan olahraga sehingga pada perancangan permukiman memerlukan fasilitas sarana tersebut.
SIMPULAN DAN SARAN Dari uraian fakta yang telah dianalisis diatas, dapat diketahui bahwa agar permukiman tidak menjadi bertambah padat dan kumuh solusi yang dapat ditwarkan adalah dengan cara peremajaan permukiman. Peremajaan permukiman kumuh merupakan kegiatan untuk memperbaiki danuntuk memperbaharui suatu kawasan kota yang memiliki mutu lingkungannya rendah. Tambora terletak di lokasi strategis sehingga warga tidak ingin pindah dari Tambora. Proyek peremajaan permukiman melalui penerapan konsep ecovillage dengan membangun permukiman yang berkelanjutan dan ekologis, yang menggunakan prinsip berkelanjutan dengan mengedepankan aspek lingkungan dan berintegrasi dengan dimensi sosial, ekonomi, dan budaya. Dari penelitian ini diharapkan dapat membuat sebuah masukan baru untuk perancangan sebuah permukiman di lahan strategis dengan penerapan konsep ecovillage. Selain itu penelitian ini diharapkan juga dapat menjadi sebuah arahan untuk masyarakat atau para praktisi arsitektur untuk tetap memperhatikan permukiman yang layak huni dan ramah lingkungan dalam melakukan sebuah desain bangunan. Hal ini untuk mencegah terjadinya penurunan kualitas dan kuantitas dari lingkungan permukiman. Penulis juga membuka diri atas saran dan kritik dari para pembaca demi kesempurnaan laporan tugas akhir ini. Terimakasih.
REFERENSI Aulia, D. N. (2005). Permukiman Yang Berwawasan Lingkungan Tinjauan. Jurnal Sistem Teknik Industri, 6, 35-39. Dawson, J. (2007). Ecovillages: New Frontiers for Sustainability. Canada. Jackson, H. (2005). Integrated Ecovillage Design: A New Planning Tool for Sustainable Settlements. Journal of Resources and Ecology, 1-8. Musthofa, Z. (2011). Evaluasi Pelaksanaan Program Relokasi Permukiman Kumuh. 2(1), 137-141. Puspita, A. A. (2013). Analisis Upaya Masyarakat Dalam Mewujudkan Kampung Hijau (Studi Kasus: Kelurahan Gayamsari, Kota Semarang). Jurnal Lingkungan, 36-40.
RIWAYAT PENULIS Andrea Magdalena lahir di Jakarta pada tanggal 2 Juni 1992. Penulis menamatkan pendidikan S1 di Universitas Bina Nusantara dalam bidang Arsitektur pada tahun 2015.
1