Prosiding Seminar Nasional Urbanisasi dan Kesehatan Denpasar, 2 Oktober 2010 ISBN 978‐602‐8566‐95‐7
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Penduduk Migran di kawasan Pemukiman Kumuh di Kota Denpasar
Dinar SM Lubis1 ,Yuli Kurniati 1 , Ni Luh Putu Wulandari1 dan Ketut Tangking Widarsa2 1 Bagian promosi kesehatan, PS IKM Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana 2 Bagian Biostatistik, PS IKM Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana
Abstrak Perpindahan penduduk dari desa ke kota untuk mencari pekerjaan sangat memberi keuntungan baik bagi pribadi berubanisasi maupun daerah tujuan urbanisasi. Namun di satu lain, tingginya laju urbanisasi dapat menimbulkan dampak sosial ekonomi dan lingkungan bagi daerah perkotaan seperti munculnya kawasan kawasan kumuh perkotaan yang dinyakini akan sangat berpengaruh pada status kesehatan masyarakat yang bermukim di kawasan tersebut. Penelitian ini merupakan bagian dari survey kesehatan dasar yang dilaksanakan oleh PS IKM FK UNUD di kawasan kumuh kota Denpasar, yang bertujuan untuk meneliti status kesehatan masyarakat migrant khususnya tentang perilaku masyarakat daerah kumuh yang berisiko terhadap status kesehatannya. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif analitis. Penentuan kawasan pemukiman kumuh diperolah dari identifikasi dan pemetaan yang dilakukan oleh pemerintah kota Denpasar. Total sample dalam penelitian ini adalah 273 penduduk berusia diatas 16 tahun dari 20 kawasan pemukiman kumuh dengan menggunakan probability proportional to size (PPS). Data dikumpulkan dengan teknik wawancara oleh pewawancara yang telah terlatih dengan menggunakan pedoman wawancara yang dilakukan dirumah responden. Dalam penelitian ini ada 14 variable yang ingin diteliti yang terdiri atas kesehatan diri, keluarga dan lingkungan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 97.1% sample tidak pernah melakukan memeriksakan gigi selama enam bulan terakhir, 32% adalah perokok (17.7% diantaranya adalah perempuan), selalu sarapan pagi 78.3%, makan sayur-sayuran 95.1%, 73.41% perempuan tidak pernah pap smear, 7.4% biasa meminum miras, 70.1% biasa minum air yang telah dimasak, 98.8% mencuci tangan sebelum makan, 92.2% mandi sebelum pulang kerja, 18.4% biasa berludah sembarangan, 62.3% tidak menimbang balita ke posyandu. 93.4 % biasa berobat ke tenaga medis apabila sakit. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada perilaku berisiko yang kemungkinan dapat menurunkan status kesehatan mereka. Penelitian ini menyarankan perlunya pemberian informasi dan edukasi mengenai perilaku sehat pada masyarakat yang tinggal di kawasan kumuh Denpasar sehingga dapat menggubah paradigma mereka menjadi paradigma sehat (preventif dan promotif) menuju perubahan perilaku yang lebih baik. Kata kunci: PHBS, perilaku sehat, daerah kumuh, kesehatan migrant 1. Pendahuluan Dewasa ini, laju migrasi penduduk dari desa ke kota dirasakan semakin meningkat. Menurut Mantra meningkatnya laju migrasi ini disebabkan antara lain perbaikan sarana dan prasarana seperti transportasi, pembangunan ekonomi didaerah perkotaan dan migrasi oleh beberapa suku di Indonesia tetap berlangsung (Santoso). Meningkatnya laju urbanisasi dapat menimbulkan dampak sosial ekonomi dan lingkungan bagi daerah perkotaan seperti munculnya kawasan kawasan kumuh perkotaan yang dinyakini akan sangat berpengaruh pada status kesehatan masyarakat yang bermukim di kawasan tersebut. Penduduk dikawasan kumuh dinyakini memiliki status kesehatan yang rendah dan berperilaku kesehatan yang masih jauh dari perilaku b ersih dan sehat.
81
Prosiding Seminar Nasional Urbanisasi dan Kesehatan Denpasar, 2 Oktober 2010 ISBN 978‐602‐8566‐95‐7
Penduduk migrant dinyakini memiliki perilaku berisiko. Sebuah penelitian di Amerika pada penduduk migrant yang bekerja di daerah pertanian menunjukkan bahwa responden berada dalam perilaku beresiko terhadap dampak buruk dari pestisida, penyakit infeksi dan minimnya fasilitas kesehatan (Rust 1990). Penelitian di kampung nelayan di Sumatera Utara juga menunjukkan bahwa praktek PHBS juga masih sangat rendah (Sari 2009). Untuk daerah Denpasar belum banyak diketahui mengenai status kesehatan penduduk migrant di pemukiman kumuh dan bagaimana perilaku kesehatan penduduk kumuh. Tetapi sampai saat ini belum ada dokumentasi tentang praktek perilaku kesehatan tersebut khususnya di wilayah Denpasar. Salah satu bentuk perilaku yang akan dilihat adalah perilaku bersih dan sehat dalam tatanan rumah tangga. Perilaku bersih dan sehat ini merupakan bentuk perwujudan paradigma sehat dalam budaya hidup perorangan, keluarga yang berorientasi sehat, bertujuan untuk meningkatkan, memelihara dan melindungi kesehatannnya. Secara umum cakupan PHBS di Indonesia masih rendah yaitu 24.8% (Depkes RI 2006). Melihat hal tersebut, PS IKM FK Unud berinistiatif untuk melakukan sebuah survey kesehatan dasar untuk mengetahui perilaku bersih dan sehat penduduk migrant di daerah kumuh. Praktek perilaku sehat ini akan dilihat dalam hal kesehatan diri seperti kebersihan gigi, mulut, kuku, badan, penggunaan air bersih dan pengolahannya untuk air bersih serta kebiasaan merokok dari responden serta kesehatan lingkungan seperti penggunaan jamban, pengelolaan sampah, kebiasaan meludah di tempat umum. 2. Metodologi Penelitian ini merupakan bagian dari survey kesehatan dasar yang dilaksanakan oleh PS IKM FK UNUD di kawasan kumuh kota Denpasar, yang bertujuan untuk mengetahui perilaku hidup bersih dan sehat dalam tatanan rumah tangga dan umum penduduk migrant yang tinggal daerah kumuh di Denpasar. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif. Penentuan kawasan pemukiman kumuh diperolah dari identifikasi dan pemetaan yang dilakukan oleh pemerintah kota Denpasar. Total sample dalam penelitian ini adalah 273 penduduk berusia diatas 16 tahun dari 20 kawasan pemukiman kumuh dengan menggunakan probability proportional to size (PPS). Dari 273 respondent, hanya 244 data yang dapat diolah. (Bland 2006). Data kemudian diolah dengan menggunakan SPSS 13 (Coakes, Steed et al. 2006). Data dikumpulkan dengan teknik wawancara oleh pewawancara yang telah terlatih dengan menggunakan pedoman wawancara yang dilakukan dirumah responden. Dalam penelitian ini ada 14 variable yang ingin diteliti yang terdiri atas perilaku kesehatan diri dan lingkungan. 3. Hasil dan Pembahasan Lokasi penelitian
69
91
Denbar Densel Dentim
16
Denut 68
Pie chart 1: Distribusi respondent berdasarkan lokasi penelitian
82
Prosiding Seminar Nasional Urbanisasi dan Kesehatan Denpasar, 2 Oktober 2010 ISBN 978‐602‐8566‐95‐7
Pie chart 1 menunjukkan jumlah respondent berdasarkan lokasi penelitian. Ada empat kecamatan yang menjadi lokasi penelitian antara lain Denpasar Barat (91 respondent), Denpasar Selatan (68 respondent), Denpasar Timur (16 respondent), Denpasar Utara (69 respondent). Total keseluruhan respondent adalah 244 respondent, wilayah dengan respondent terbanyak adalah Denpasar Barat (91 respondent) dan yang paling sedikit adalah Denpasar Timur (16 respondent). Karakteristik demographi dan keluarga Tabel 1 : Distribusi respondent berdasarkan karakteristik demographi (n=244) Kategori demografi : Status pernikahan a. Tidak Kawin b. Kawin c. Duda/janda d. Cerai
Frekuensi 29 (12%) 199 (83%) 3 (1%) 4 (2%)
Jenis kelamin: a. Perempuan b. Laki‐laki Tingkat Pendidikan (> 5 tahun) a. Tidak sekolah b. Belum tamat c. SD d. SMP e. SMU f. Diploma g. S1/S2 Kategori umur: a. 16‐25 tahun b. 26‐35 tahun c. 36‐45 tahun d. < 46 tahun
118 (49%) 126 (52%) 13 (5.3%) 3 (1.23%) 83 (34.02%) 78 (31.09%) 62 (25.41%) 4 (1.6%) 1 (0.24%) 58 (23.8%) 86 (35.3%) 68 (28%) 32 (13.11%)
Dari 244 respondent, 199 (83%) respondent telah menikah dan hanya sekitar 2% yang telah bercerai. Jika dilihat berdasarkan jenis kelamin, proporsi laki-laki dan perempuan yang menjadi respondent dalam penelitian ini hampir sama (52% laki-laki berbanding 49% perempuan). Berdasarkan tingkat pendidikan, lebih dari 1/3 (34%) dengan tingkat pendidikan SD diikuti dengan SMP (31%) dan SMU (24%). Berdasarkan umur, umumnya respondent berada pada usia reproduktif yakni pada usia 26-35 tahun (35.3%) , 36-45 tahun (28%). PHBS dalam tatanan rumah tangga Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dalam tatanan rumah tanngga merupakan salah satu bentuk dari perilaku sehat dari individu. Dalam bagian 3.3 ini akan ditampilkan hasil analisa data mengenai bentuk-bentuk PHBS tatanan rumah tangga oleh penduduk migran di kawasan kumuh Denpasar.
83
Prosiding Seminar Nasional Urbanisasi dan Kesehatan Denpasar, 2 Oktober 2010 ISBN 978‐602‐8566‐95‐7
3.3.1 Jenis kepemilikan asuransi Tabel 2 Distribusi respondent berdasarkan jenis kepemilikan asuransi Jenis kepemilikan asuransi
Frekuensi
Askes
22 (9 %)
Akeskin
222 (91 %)
Total
244 (100%)
Dalam penelitian ini seluruh respondent telah memiliki asuransi kesehatan dengan perbandingan askeskin (91%) dengan askes (9%). 3.3.2 Jenis alat KB Tabel 3 : Tabel silang jenis alat KB yang digunakan dengan jenis kelamin
Jenis Kelamin
Laki-laki
Alat KB MOW
MOP
IUD
0 (0%)
4 (3%)
0 (0%)
5 Perempuan (4.3%)
0 (0%)
4 (3.4%)
Susuk
Suntik
PIL
Lain
Total
0 (0%)
0 (0%)
0 (0%)
124 (97%)
126 (100%)
1 (0.9%)
35 (30%)
20 (17%)
51 (43%)
118 (100%)
Dari tabel diatas ini diketahui bahwa jenis alat KB yang terbanyak digunakan perempuan adalah metode KB lainnya (43%), diikuti dengan KB Suntik (30%) dan PIL (17%). Sementara itu untuk lakilaki lebih banyak menggunakan metode KB lainnya (97%). Data ini menunjukkan bahwa hanya sebahagian kecil (kurang dari 5%) dari respondent yang menggunakan metode operasi. Metode KB yang dipilih oleh mayoritas respondent adalah yang menggunakan metode KB dengan periode yang relative singkat (pil dan suntik) dan tingkat keberhasilannya sangat tergantung pada kemampuan ibu mengingat untuk minum pil dan jadwal suntik KB kembali. Pemilihan metode KB ini tentunya sangat berpengaruh pada tingkat keberhasilan program KB didaerah ini. Diperlukan metode KB yang lebih lama seperti IUD untuk menghindari terjadinya kelahiran yang tidak direncanakan, yang dikwatirkan juga akan menjugagakibatkan terjadinya pertambahan jumlah penduduk yang tidak terkontrol.
3.3.3
Pemeriksaan gigi dan kesehatan
Tabel 4: Distribusi respondent berdasarkan pemeriksaan kesehatan Kategori
Frekuensi
Pemeriksaan gigi 6 bulan terakhir : a. Ya b. Tidak Periksa kesehatan 6 bulan terakhir a. Ya
5 239 25
Persentasi (%) 2 98 10.5
84
Prosiding Seminar Nasional Urbanisasi dan Kesehatan Denpasar, 2 Oktober 2010 ISBN 978‐602‐8566‐95‐7
b. Tidak Berobat ke tenaga medis bila sakit : a. Ya b. Tidak Wanita periksa pap smear/IVA: a. Ya b. Tidak Menimbang Balita ke posyandu: a. ya b. Tidak
219 231 13 10 234 86 158
89.9 94.7 5.3 4.1 95.9 35.25 64.75
Berdasarkan tabel 4, sebahagian besar respondent menjawab tidak melakukan pemeriksaan gigi dalam enam bulan terakhir (98%). Respondent yang menjawab ya untuk periksa kesehatan 6 bulan terakhir juga sangat kecil (10.5%), sebagian besar respondent mengatakan tidak melakukan pemeriksaan kesehatan dalam 6 bulan terakhir (89.9%). Dalam hal mencari pengobatan bila sedang sakit, hanya 13 % dari sample yang menjawab tidak berobat ke tenaga kesehatan. Hal yang menarik adalah sebagian besar wanita menjawab tidak penah melakukan pemeriksaan pap smear (95.9%), dan hanya 4.1% yang menjawab ya pernah melakukan pemeriksaan pap smear. Menimbang balita ke posyandu, 35.25% menjawab ya, dan menjawab tidak sebesar 64.75%. Pemeriksaan pap smear merupakan suatu cara untuk melakukan deteksi dini terhadap penyakit kanker rahim yang mana trend kasusnya semakin meningkat dewasa ini. Perlu adanya pemberian informasi mengenai penyakit kanker rahim serta layanan pemeriksaan pap smear yang terjangkau didaerah ini. 3.3.4 Kebiasaan Minum Air Matang dan Makan Sayuran dan Sarapan Tabel 5 : Distribusi respondent berdasarkan perilaku makan dan minum (n = 244) Kategori Minum air yang telah dimasak: a. Ya b. Tidak Makan sayur, kacang dan buah: a. Ya b. Tidak Sarapan sebelum kerja: a. ya b. Tidak
Frekuensi 171 71 233 11 191 53
Persentasi 70 29 95 4 78 21
Tiga kategori ditanya dalam bagian ini yaitu minum air yang telah dimasak, makan sayur, kacang dan buah serta sarapan sebelum kerja. Untuk kategori minum air yang telah dimasak sebagian besar
85
Prosiding Seminar Nasional Urbanisasi dan Kesehatan Denpasar, 2 Oktober 2010 ISBN 978‐602‐8566‐95‐7
(70%) respondent menjawab ya, 29% menyatakan tidak. Kebiasaan makan sayur, kacang-kacangan dan buah-buahan menjawab ya 95% dan hanya 4% yang menjawab tidak. Untuk katergori sarapan sebelum bekerja, 78% (n=191) mengatakan ya selalu sarapan sebelum bekerja dan 21% (n=53) mengatakan tidak. Data diatas menggambarkan bahwa masih ada respondent yang berperilaku tidak sehat yang dapat meningkatkan resiko terhadap penyakit menular melalui air seperti diare.
86
Prosiding Seminar Nasional Urbanisasi dan Kesehatan Denpasar, 2 Oktober 2010 ISBN 978‐602‐8566‐95‐7
3.3.5 Perilaku kebersihan Diri Tabel 6 : Distribusi respondent berdasarkan Perilaku Kebersihan diri (n=244) Kategori
Frekuensi
Gosok gigi sebelum tidur: a. Ya b. Tidak Membasuh tangan sebelum makan : a. Ya b. Tidak Mandi sebelum dan setelah pulang kerja: a. Ya b. Tidak Membersihkan kamar tidur : a. Ya b. Tidak
171 73 241 3 225 19 218 26
Persentase 70.08 29.92 98.7 1.2 92.2 7.8 89.34 10.66
Dari 244 respondent, 70.08% (n=171 orang) menjawab ya untuk kebiasaan menggosok gigi sebelum tidur dan 29.92% (n=73 orang) yang menjawab tidak. Sementara itu untuk kategori membasuh tangan sebelum makan, yang menjawab ya sebanyak 98.7% (n=218) dan yang menjawab tidak 1.2% (n=3). Untuk katergori mandi sebelum dan sepulang kerja menjawab ya ada 225 respondent (92.2%) dan menjawab tidak 19 respondent (7.8%). Respondent yang menjawab ya untuk membersihkan kamar tidur ada 218 orang (89.34%) dan tidak 26 orang (10.66%). 3.3.6
Kebiasaan merokok, miras dan olahraga
Tabel 7 : Distribusi penduduk berdasarkan kebiasaan merokok, minum miras dan olah raga secara teratur Katergori
Frekuensi
Merokok/nginang /tembakau: • Ya • Tidak Minum miras: • Ya • Tidak Olahraga teratur: • Ya • Tidak
79 165 18 226 67 177
Persentase (%) 32.28 67.62 7.38 92.62 27.46 72.54
Dari 244 responden, 32.28% (79 respondent) menjawab ya untuk merokok, 7, 38% untuk minum miras dan 27.4% untuk olahraga secara teratur. Dari data ini, dapat disimpulkan bahwa responden pada umumnya belum melakukan olah raga secara teratur. Data diatas menunjukkan bahwa ada respondent yang berperilaku beresiko seperti merokok yang dapat berakibat pada timbulnya kanker paru. Kebiasaan minum minuman keras juga perlu diwaspadai karena dapat berdampak pada kesehatan pada masa depan. Informasi mengenai dampak buruk kebiasan ini adalah perlu untuk disampaikan kepada penduduk didaerah kumuh.
87
Prosiding Seminar Nasional Urbanisasi dan Kesehatan Denpasar, 2 Oktober 2010 ISBN 978‐602‐8566‐95‐7
3.3.7
Kebiasaan meludah ditepat umum
Percent 100.0 50.0
81.6 18.4
0.0
Percent Ya
Tidak Percent
Grafik 1 : Percentase respondent yang meludah ditempat umum (n=244) Grafik diatas menunjukkan bahwa 81.6% respondent menjawab tidak punya kebiasaan meludah ditempat umum. Walau persentase yang tidak meludah ditempat umum sudah sangat tinggi, namun masih ada 18.4 % yang menjawab ya meludah sembarangan. Kebiasaan meludah ditempat umum adalah kebiasaan yang kurang baik karena dapat meningkatnya resiko terhadap penyakit penyakit yang menular melalui air liur. 4. Kesimpulan Hasil penelitian ini menggambarkan bahwa penduduk migrant di daerah Denpasar masih menunjukkan adanya perilaku berisiko antara lain dengan diperolehnya informasi bahwa hampir seluruh respondent (98%) tidak memeriksa gigi dalam 6 bulan terakhir, hampir seluruh respondent (89.0%) tidak memeriksa kesehatan dalam 6 bulan terakhir, hampir 95.9% respondent perempuan tidak pernah periksa pap smear, lebih dari 1/3 (35-25%) ibu tidak menimbang bayinya, , masih ada 1/3 dari respondent yang meminum air tanpa dimasak terlebih dahulu, lebih dari ¼ respondent tidak gosok gigi sebelum tidur dan ¼ dari respondent yang tidak sarapan sebelum berangkat kerja. lebih dari 1/3 sampel (32.28%) merokok dan kebiasaan meludah. Penelitian ini menyarankan perlunya pemberian informasi dan edukasi mengenai manfaat memeriksakan gigi dan kesehatan secara teratur, periksa pap smear dan perlunya meenimbang bayi di posyandu. Informasi mengenai penularan penyakit melalui makanan/minuman, air serta air liur juga perlu diberikan pada penduduk migrant. Bahaya merokok dan miras juga perlu disampaikan agar penduduk migrant semakin sadar akan dampak merokok dan minum miras. Sebagai penutup, paradigma penduduk di daerah migrant perlu dirubah mereka menjadi paradigma sehat (preventif dan promotif) menuju perubahan perilaku hidup bersih dan sehat yang lebih baik. 5. Daftar Pustaka Bland, M. (2006). An Introduction to Medical Statistics. New York, Oxford University. Coakes, S. J., L. Steed, et al. (2006). SPSS version 13 for windows : Analysis without Anguish. Brisbane, John Willey & Sons Australia, Ltd. Depkes RI (2006). Perilaku Hidup Bersih dan Sehat untuk petugas puskesmas. Jakarta. Rust, G. S. (1990). "Health Status of Migrant Farmworkers : A literature review and complementary " American journal of public health 80(10). Santoso, H. "Migrasi, Urbanisasi dan Masalah Kesehatan di Sumatera Utara." Sari, S. (2009). Pengaruh persepsi terhadap perilaku hidup bersih dan sehat pada masyarakat nelayan Desa bagan Kuala kecamatan Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Medan, Universitas Sumatera Utara. S2.
88