BAB 4 Program Pengembangan Sanitasi saat ini dan yang direncanakan 4.1 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan Promosi Hygiene 4.2 Peningkatan Pengelolaan Air Limbah Domestik 4.3. Peningkatan Pengelolaan Sampah Pengolahan persampahan di Kota Bima untuk masa yang akan datang diarahkan pada pengolahan sampah dengan konsep Pengelolaan Sampah Terpadu menuju Zero Waste, merupakan upaya mengubah sampah menjadi bahan yang lebih berguna dan tidak mencemari lingkungan. Sistem yang terkait adalah sistem pengumpulan, pengangkutan, pengolahan dan pembuangan akhir. Konsep ini merupakan kombinasi dari berbagai teknologi pengolahan sampah, antara lain teknologi pengkomposan, teknologi daur ulang sampah non-organik, teknologi pembakaran (incinerator), teknologi sanitari landfill yang sehat dan dapat di guna ulang (dapat dipakai secara terus terus menerus) teknologi pemanfaatan sisa pembakaran. Strategi Konsep Sampah Terpadu Menuju Zero Waste, antara lain : 1. Memperbaiki sistem pengelolaan sampah wilayah perencanaan dengan skala terpadu pada tiap kawasan. 2. Pengolahan sampah pada sumbernya (skala individu). Dengan demikian pengelolaan dan penanggulangan sampah di Kota Bima dilakukan melalui: a.
penambahan unit Tempat Penampungan Sementara (TPS) berupa container.
b.
peningkatan intensitas sarana pengangkutan dan perluasan jangkauan pelayanan.
c.
pengembangan dan pengelolaan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Kelurahan Oi Fo’o sampai dengan beroperasinya Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) di Desa Keli Kecamatan Woha Kabupaten Bima.
d.
memilah jenis sampah organik dan anorganik untuk dikelola melalui konsep 3R (Reduce, Recycle, Reuse).
e.
meningkatkan peran masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan.
f.
penyusunan aturan-aturan yang tegas mengenai pembuangan sampah.
Pengelolaan sampah dengan sistem ini dapat dilakukan kerjasama antara pihak swasta, masyarakat dan Dinas Kebersihan yang meliputi :
Pihak masyarakat dapat melakukan kegiatan pemisahan sampah sesuai dengan sampah yang dihasilkan yaitu memisahkan sampah kering dan sampah basah yang terkumpul pada tempat terpisah;
Sedangkan pihak swasta dapat bekerjasama dalam pengolahan sampah yang bersifat daur ulang yaitu sampah-sampah kering yang dapat mereka beli dan dapat didaur ulang.
Pihak sub dinas melakukan pengangkutan sisa-sisa sampah yang telah terpisah untuk diangkut ke TPA.
Peran serta masyarakat sangat diperlukan dalam pemilihan awal sampah yang dihasilkan.
Mengurangi beban dinas kebersihan dalam pengangkutan sampah.
Beban TPA berkurang dengan berkurangnya sampah yang diangkut ke TPA.
Adapun pengembangan lokasi tempat penampungan sampah sementara (berupa container) di Kota Bima adalah di seluruh kelurahan Kota Bima yang disediakan 1-2 buah kontainer sesuai dengan kebutuhan dan timbulan yang dihasilkan oleh setiap kelurahan. Sedangkan proses pengelolaan sampah sistem tersebut diatas dapat dilihat pada Gambar 3.4. Kebutuhan sarana persampahan di Kota Bima didasarkan pada timbulan sampah yang dihasilkan dengan asumsi :
Rumah tangga menghasilkan sampah sebesar 2,75 lt/hari. Perdagangan, untuk tiap pasar diperkirakan menghasilkan sampah sebanyak 25 % dari sampah produksi rumah tangga sedangkan untuk perdagangan lainnya menghasilkan 5 % dari sampah rumah tangga. Jalan, menghasilkan sampah sebanyak 10 % dari sampah rumah tangga. Lain-lain diasumsikan 5 % dari sampah produksi rumah tangga.
Adapun penerapan teknologi/sistem pemilahan sampah, dengan cara : sistem pemilahan teknologi pengelolaan dan pengolahan sesuai dengan karakteristik sampah di wilayah pelayanan sebelum sampah diangkut ke Tempat Pemrosesan Akhir (TPA). penerapan teknologi tepat guna dalam pengolahan sampah dengan sasaran meminimalkan sampah masuk ke TPA. Pengelolaan sampah di TPA dilakukan dengan menggunakan sistem sanitary landfill. pengembangan sistem terpusat pada daerah perkotaan tingkat kepadatan tinggi dan pengembangan sistem individual atau pengelolaan setempat pada daerah terpencil tingkat kepadatan rendah. memilah jenis sampah organik dan anorganik untuk dikelola melalui konsep 3R (Reduce, Recycle, Reuse). pengelolaan sampah untuk dikembangkan menjadi energi alternatif seperti gas metan maupun pupuk kompos. TPA di Kota Bima berada di Kelurahan Oi Fo’o Kecamatan Rasanae Timur yang berjarap sekitar 7 km dari pusat Kota Bima. Luas total TPA Kota Bima sekitar 8 Ha, sedangkan yang sudah dioperasikan atau ditimbun sampah hingga saat ini adalah seluas 5 Ha. Untuk mengantisipasi perkembangan ke depan saat ini sedang direncanakan TPA regional yang akan melayani sampah dari Kota Bima dan Kabupaten Bima. Lokasi rencana TPA regional tersebut adalah di Desa Keli, Kecamatan Woha, Kabupaten Bima.
Gambar 3.4 Rencana Proses Pengelolaan Sampah 60%
Sampah yang dihasilkan
Sampah organic daur ulang
20%
Sampah organic Komposting
Sisa sampah daur ulang
Sisa Sampah
TPA Proses (pembakaran)
Abu hasil pembakaran
Bahan Baku Untuk Alat Rumah Tangga
Tabel 4.5. Rencana program dan kegiatan pengelolaan persampahan saat ini Sumber Dana
Nama Program/Kegiatan a b c d e F
penambahan unit Tempat Penampungan Sementara (TPS) berupa kontainer peningkatan intensitas sarana pengangkutan dan perluasan jangkauan pelayanan pengembangan dan pengelolaan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Kelurahan Oi Fo’o memilah jenis sampah organik dan anorganik untuk dikelola melalui konsep 3R (Reduce, Recycle, Reuse) meningkatkan peran masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan penyusunan aturan-aturan yang tegas mengenai pembuangan sampah
Kota Bima
APBD
Kota Bima
APBD
Kecamatan Rasanae Timur
APBN
Kota Bima
APBN/AP BD
Kota Bima Kota Bima
APBN/AP BD APBN/AP BD
Pelaksana Kegiatan Dinas Kebersihan. Dinas Kebersihan. Dinas Kebersihan Kementrian PU, Dinas Kebersihan. Dinas Kebersihan. Dinas Kebersihan.
4.4. Peningkatan Pengelolaan Drainase Lingkungan Rencana pengembangan sistem jaringan drainase berkaitan erat dengan dengan pengelolaan sumber daya air, khususnya dalam upaya pengendalian banjir dan pengelolaan kawasan sungai. Bertambahnya kebutuhan lahan untuk membangun perumahan, industri, prasarana dan sarana, serta sedimentasi dan timbunan sampah di sebagian besar saluran drainase dan sungai juga menghambat aliran air pada musim hujan sehingga menyebabkan daya serap tanah terhadap air akan semakin berkurang, sehingga mengakibatkan sungai dan saluran drainase tidak mampu menampung aliran air. Implikasinya adalah daerah-daerah yang relatif datar (0-15%) dan dilalui oleh sungai akan tergenang oleh luapan air (banjir). Oleh sebab itu, perlu dikembangkan sistem drainase untuk mengendalikan banjir dan genangan di Kota Bima. Pada umumnya sistem jaringan drainase Kota Bima merupakan sistem drainase tercampur, di mana air limpasan hujan dan air limbah domestik dialirkan dalam satu saluran (tercampur) yang akan bermuara pada jaringan drainase alam, yaitu sungai-sungai dan drainase buatan yang terdiri dari sekunder dan saluran tersier perkonstruksi teknis. Pengembangan sistem jaringan drainase serta pengendalian banjir dan genangan dilakukan melalui: penyediaan saluran drainase pada kawasan terbangun dan kawasan rawan genangan. pengembangan dan penataan sistem aliran Sungai Melayu, Sungai Padolo, Sungai Romo sebagai saluran utama. pengembangan sistem pengendalian banjir lintas kota-kabupaten dari hilir-hulu di bawah koordinasi Balai Wilayah Sungai (BWS) Provinsi Nusa Tenggara Barat untuk sungai-sungai yang sering menimbulkan banjir di wilayah Kota . normalisasi sungai di kawasan permukiman atau pusat kegiatan dengan cara pengerukan pada sungai yang dangkal, pelebaran sungai, serta pengamanan di kawasan sepanjang sempadan sungai. normalisasi saluran yang sudah tidak mampu menampung air hujan maupun air limbah dengan memperlebar saluran dan/atau memperdalam dasar saluran. membangun tanggul-tanggul beberapa sungai yang dekat dengan permukiman penduduk sesuai tinggi elevasi yang dianjurkan. membatasi kegiatan budidaya terbangun pada hulu sungai secara ketat. pembangunan saluran drainase permanen pada kawasan permukiman padat dengan menerapkan konsep gravitasi dan mengikuti bentuk kontur alam.
A.
menyediakan ruang yang memadai pada kanan-kiri saluran drainase untuk kegiatan perawatan dan pemeliharaan saluran secara berkala. pengembangan jaringan drainase sistem tertutup di kawasan perkantoran, kawasan perdagangan dan jasa, kawasan industri, jalan-jalan utama, dan kawasan yang mempunyai lebar jalan yang kecil. pengembangan jaringan drainase sistem terbuka di kawasan permukiman dan di sepanjang jaringan jalan, serta membangun sistem drainase tertutup dan terbuka pada kanan-kiri jalan dengan arah pengaliran disesuaikan dengan kondisi topografi setempat. Rencana Pengembangan Sistem Drainase Utama (Major Drainage)
Sistem drainase utama adalah sistem drainase penyalur dari drainase pengumpul (drainase minor) ke daerah outfull, yaitu saluran alam atau laut. Pengembangan dan penataan saluran drainase utama di Kota Bima meliputi: 1.
Pengembangan dan penataan sistem aliran sungai-sungai di Kota Bima, terutama sungai-sungai besar yaitu Sungai Padolo, Sungai Romo, dan Sungai Melayu.
2.
Pengembangan sistem pengendalian banjir dari hulu-hilir secara lintas kota/kabupaten di bawah koordinasi Balai Wilayah Sungai (BWS) Provinsi NTB untuk sungai-sungai yang sering menimbulkan banjir di wilayah Kota Bima.
3.
Normalisasi sungai yang berada di kawasan permukiman atau pusat kegiatan dengan cara melakukan pengerukan pada sungai yang dangkal, pelebaran sungai serta pengamanan di sepanjang sempadan sungai.
4.
Normalisasi saluran yang sudah tidak mampu menampung air hujan maupun air limbah dengan memperlebar saluran ataupun pendalaman dasar saluran.
5.
Membuat dan meninggikan elevasi tanggul-tanggul beberapa sungai di kawasan perkotaan atau dekat dengan permukiman penduduk.
6.
Pembangunan embung di daerah rawan genangan
7.
Membatasi kegiatan budidaya yang sifatnya terbangun pada hulu sungai dengan syarat yang ketat.
Aliran saluran drainase di Kota Bima umumnya bermuara di 3 (tiga) sungai yang cukup besar yang mengalir di dalam Kota Bima yaitu Sungai Padolo, Sungai Romo, dan Sungai Melayu. Banjir atau genangan yang terjadi di Kota Bima umumnya bukan disebabkan oleh meluapnya aliran ketiga sungai tersebut, tetapi umumnya disebabkan oleh kondisi dan sistem drainase yang ada tidak berfungsi dengan baik. Pada beberapa wilayah, saluran irigasi dijadikan saluran induk drainase yang merupakan muara dari beberapa saluran drainase. Kondisi ini yang menyebabkan terjadinya genangan air atau banjir pada waktu musim hujan. Melihat kondisi yang demikian, maka diperlukan saluran induk atau primer yang berfungsi menampung aliran saluran drainase dari daerah pemukiman, perkantoran, perdagangan, industri dan dari daerah lainnya di Kota Bima untuk mencegah aliran tersebut masuk ke dalam saluran irigasi. Kemiringan tanah di Kota Bima dari arah timur ke Barat agak curam . Kecepatan aliran sungai yang mengalir di dalam Kota Bima cukup deras dan untuk menghindari tergerusnya tebing sungai pada beberapa tempat di dalam alur sungai dipasang bendung atau check dam untuk menghambat aliran air sungai di dalam kota. Sehingga sangat mungkin menjadikan sungai sebagai muara dari aliran saluran drainase. Untuk itu diusulkan pola aliran saluran induk drainase bermuara pada ketiga sungai yang mengalir di dalam Kota Bima dengan menempatkan saluran induk sebagai berikut : 1. 2.
Sejajar di kiri kanan Jalan Ir. Sutami - Jalan. Soekarno Hatta – Jalan Tongkol Sejajar di kiri kanan Jl. Gadjah Mada – Jl. Sultan Kaharuddin – Jalan RE. Marta Dinata
3. 4. 5. 6. 7.
Sejajar di kiri kanan Jl. Gatot Subroto Sejajar di kiri kanan Jl. Jenderal Sudirman Sejajar di kiri kanan Jl. Pangeran Di Ponegoro Sejajar di kiri kanan Jl. Sultan Muhammad Salahuddin Sejajar di kiri kanan Jl. Datuk Dibanta
Sedangkan saluran sekunder yang bermuara pada saluran induk tersebut diusulkan terletak sejajar di kanan kiri jalan yang ada dengan tujuan untuk menghemat biaya pembebasan tanah dan dapat menampung limpasan curah hujan dari daerah sekitarnya termasuk dari jalan itu sendiri. B.
Rencana Pengembangan Saluran Drainase Pengumpul (Minor Drainage)
Drainase minor atau drainase buatan merupakan saluran pengumpul debit air yang berasal dari perumahan/permukiman, perdagangan, perkantoran, industri, dan lain-lain yang berfungsi mengumpulkan dan mengalirkan air hujan dari lingkungan terkecil ke saluran drainase utama. Saluran minor terbagi menjadi 3 (tiga) saluran drainase sekunder, tersier, dan lokal. Pengembangan dan penataan saluran drainase utama di Kota Bima meliputi: 1.
Pembangunan saluran drainase permanen pada kawasan permukiman padat dengan menerapkan konsep gravitasi dan mengikuti bentuk kontur alam.
2.
Pemanfaatan saluran alam dengan melakukan perbaikan secepatnya.
3.
Membatasi kanan dan kiri saluran drainase dengan garis sempadan yang lebarnya cukup untuk melakukan kegiatan perawatan dan pemeliharaan saluran yang dilakukan secara berkala.
4.
Pengembangan jaringan drainase sistem tertutup di pusat perkantoran, pusat kegiatan komersial, industri, jalan-jalan utama tertentu, serta daerah yang mempunyai lebar jalan yang kecil.
5.
Pengembangan jaringan drainase sistem terbuka di kawasan permukiman dan sepanjang jaringan jalan.
6.
Memprioritaskan penyediaan saluran drainase pada kawasan terbangun dan kawasan rawan genangan.
7.
Membangun sistem drainase tertutup dan terbuka pada kanan dan/atau kiri jalan dengan arah pengaliran disesuaikan dengan kondisi topografi setempat.
Dalam hal jaringan irigasi, baik Jaringan irigasi non teknis, maupun setengah teknis, dimanfaatkan seluruhnya untuk kepentingan pengairan lahan-lahan pertanian. Sumber–sumber air untuk sistem irigasi ini dapat dilakukan dengan mengalirkan air dari waduk dan cekdam dan embung yang ada. Jaringan irigasi ini dapat dibedakan menjadi saluran primer dan sekunder. Saluran primer dialirkan untuk pemerataan distribusi untuk kebutuhan dalam areal yang lebih luas, sedangkan pendistribusian air untuk wilayah yang lebih kecil dapat menggunakan saluran sekunder yang merupakan percabangan dari saluran primer. Pengembangan saluran irigasi (primer dan sekunder) ini mengikuti perkembangan luasan lahan pertanian yang harus dialiri air dan lebih khusus lagi dalam rangka mendukung lahan pertanian berkelanjutan di Kecamatan Rasanae Timur.. Upaya pengembangan pelayanan pengairan dilakukan dengan cara : 1) Melakukan perlindungan terhadap sumber-sumber mata air. 2) Melakukan perlindungan terhadap daerah aliran air, baik itu saluran irigasi, serta daerah aliran sungai. 3) Mencegah terjadinya pendangkalan terhadap saluran irigasi. 4) Pembangunan dan perbaikan pintu-pintu air.
Tabel 4.7. Rencana program dan kegiatan pengelolaan drainase saat ini Nama Program/Kegiatan a
b
c
d
e
f
g
h
i
J
Lokasi Kegiatan
penyediaan saluran drainase pada kawasan Kota Bima terbangun dan kawasan rawan genangan Kecamatan Rasanae Barat, pengembangan dan penataan sistem aliran Kecamatan Mpunda, Sungai Melayu, Sungai Padolo, Sungai Romo Kecamatan Raba, sebagai saluran utama Kecamatan Rasanae Timur pengembangan sistem pengendalian banjir lintas kota-kabupaten dari hilir-hulu di bawah koordinasi Balai Wilayah Sungai (BWS) Kota Bima Provinsi Nusa Tenggara Barat untuk sungaisungai yang sering menimbulkan banjir di wilayah Kota normalisasi sungai di kawasan perumahan atau pusat kegiatan dengan cara pengerukan pada sungai yang dangkal, pelebaran sungai, Kota Bima serta pengamanan di kawasan sepanjang sempadan sungai normalisasi saluran yang sudah tidak mampu menampung air hujan maupun air limbah Kota Bima dengan memperlebar saluran dan/atau memperdalam dasar saluran membangun tanggul-tanggul beberapa sungai yang dekat dengan perumahan Kota Bima penduduk sesuai tinggi elevasi yang dianjurkan membatasi kegiatan budidaya terbangun Kota Bima pada hulu sungai secara ketat pembangunan saluran drainase permanen pada kawasan perumahan padat dengan Kota Bima menerapkan konsep gravitasi dan mengikuti bentuk kontur alam menyediakan ruang yang memadai pada kanan-kiri saluran drainase untuk kegiatan Kota Bima perawatan dan pemeliharaan saluran secara berkala pengembangan jaringan drainase sistem tertutup di kawasan perkantoran, kawasan perdagangan dan jasa, kawasan industri, Kota Bima jalan-jalan utama, dan kawasan yang mempunyai lebar jalan yang kecil
4.4. Peningkatan Komponen Terkait Sanitasi
Sumber Dana APBN/AP BD
Pelaksana Kegiatan Kementerian PU,Dinas PU
APBN/AP BD
Kementerian PU,Dinas PU
APBN/AP BD
Kementerian PU,Dinas PU
APBN/AP BD
Kementerian PU,Dinas PU
APBN/AP BD
Kementerian PU,Dinas PU
APBN/AP BD
Kementerian PU,Dinas PU
APBN/AP BD
Kementerian PU,Dinas PU
APBN/AP BD
Kementerian PU,Dinas PU
APBN/AP BD
Kementerian PU,Dinas PU
APBN/AP BD
Kementerian PU,Dinas PU