PEREMAJAAN PEMUKIMAN KUMUH DI TANAH ABANG DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR TEPI AIR SANDIO, MICHAEL TEDJA, INDARTOYO Jurusan Arsitektur, Universitas Bina Nusantara, Jl. K H. Syahdan No. 9, Jakarta Barat 11480. Telp : 021-534 5830, Email :
[email protected]
ABSTRACT
This study examines the slums rejuvenation in Tanah Abang, the purpose of this research is to improve, organize, and conduct reconstruction / redevelopment of slums in Tanah Abang area that is now the slums with a high population density. Based on the purpose of the study is a suitable research method is to use qualitative methods, methods of literature and methods of direct observations on the location of the site into the study. This study starts from the analysis of the environment, people, and buildings. Environmental analysis subdivided into circulation tread, to tread achievement, activities around the site, socio-economic, and utilities. Human analysis is divided into three socio-economic, demographic and population characteristics of the population, leading to the building over to the building and site. The results achieved in this study is to prove that for the slum redevelopment is hinted to be done with a vertical housing development and provide necessary facilities such environments.(S) Keywords : Redevelopment, Slums, waterfront Architecture
ABSTRAK
Penelitian ini meneliti tentang peremajaan pemukiman kumuh di tanah abang, tujuan penelitian ini adalah untuk memperbaiki, menata, maupun melakukan pembangunan kembali/redevelopment di kawasan pemukiman kumuh Tanah Abang yang sekarang ini merupakan pemukiman kumuh dengan kepadatan penduduk yang cukup tinggi. Berdasarkan tujuan penelitian inilah maka metode penelitian yang cocok adalah dengan menggunakan metode kualitatif, metode kepustakaan dan metode pengamatan secara langsung pada lokasi tapak yang menjadi penelitian ini. Penganalisaan penelitian ini dimulai dari lingkungan, manusia, dan bangunan. Analisis lingkungan terbagi lagi menjadi sirkulasi tapak, pencapaian ke tapak, kegiatan sekitar tapak, sosial ekonomi, dan utilitas. Analisis manusia terbagi jadi 3 yaitu sosial ekonomi, demografi penduduk dan karakteristik penduduk, untuk bangunan lebih mengarah ke bangunan dan tapak. Hasil yang dicapai dalam penelitian ini adalah membuktikan bahwa untuk pemukiman kumuh tersebut diisyaratkan untuk dilakukan pembangunan ulang dengan pembangunan hunian vertikal dan memberikan fasilitasfasilitas yang diperlukan lingkungan tersebut.(S) Kata Kunci : Redevelopment, Pemukiman Kumuh, Arsitektur tepi air
1
PENDAHULUAN Dewasa ini, kota Jakarta telah tumbuh sangat pesat dan akan terus berkembang sebagai jantung pemerintahan maupun sebagai kota metropolitan, yang menyebabkan kota jakarta ini menjadi tujuan/sasaran bagi masyarakat di Indonesia baik dari dalam kota, luar kota, daerah maupun dari masyarakat luar indonesia yang bertujuan untuk mencari kerja dan menetap di Jakarta, pada kali ini peneliti akan meneliti pada kawasan Jakarta pusat di kecamatan Tanah Abang, kelurahan Kebon Kacang. Pemilihan lokasi tersebut dikarenakan lokasi tersebut mempunyai lokasi yang strategis karena dekat dengan pusat kota, dan mempunyai akses menuju dari dan ke tapak yang cukup mudah dijangkau karena dilalui oleh kendaraan umum. Berdasarkan dari jurnal-jurnal yang penulis dapatkan, maka penulis dapat menarik kesimpulannya bahwa untuk melakukan sebuah penelitian tentang redevelopment atau peremajaan dengan melakukan pembangunan kembali pada suatu area dan berdekatan dengan tepian air serta menggunakan waterfront, maka dalam penelitian peneliti menggunakan metode-metode yang sama dengan metode yang dipakai dari jurnal-jurnal terdahulu yang menggunakan metode kualitatif dalam hal menjawab pertanyaan peneliti, metode observasi atau pengamatan langsung juga digunakan peneliti untuk mendapatkan data yang diperlukan mengenai kondisi lingkungan serta menggunakan metode literatur untuk mendapatkan teori-teori yang dapat membantu penelitian ini. Penelitian ini sendiri akan membahas tentang cara pengaplikasian konsep Redevelopment Waterfront pada sebuah kawasan pemukiman padat yang mengarah ke kumuh serta mencari solusi agar konsep waterfront tersebut tidak menimbulkan masalah baru di kawasan tersebut, penelitian ini sendiri mengambil lokasi di RW 09, kelurahan Kebon Kacang. Penelitian ini melakukan pembangunan kembali pada pemukiman kumuh dengan membangun rumah susun bagi masyarakatnya dan membuat ruang-ruang terbuka hijau, pedestrian-pedestrian, dan taman/ruang bermain anak-anak pada area tepian sungai sehingga sungai tersebut dapat menjadi tempat aktifitas bagi masyarakatnya. Dewasa sekarang ini, pertumbuhan penduduk tidak diimbangi dengan pembangunan sarana dan prasarana kota, dalam kasus ini adalah di jakarta pusat, bahkan yang terjadi justru sebagai kawasan perkotaan mengalami degradasi lingkungan dibeberapa wilayah yang menciptakan permukiman kumuh. Kawasan kelurahan kebon kacang menjadi perhatian dikarenakan masih ada wilayah permukiman kumuh di jakarta pusat itu sendiri, pemukiman warga menjadi padat karena banyaknya keluarga atau masyarakat yang bertempat tinggal di suatu kawasan, dan membuat lingkungan tersebut menjadi semakin rendah nilainya, kekumuhan lingkungan juga disebabkan kurangnya fasilitas,sarana dan prasarana sebagai satu contoh adalah dekatnya pembuangan barang-barang bekas di dekat pemukiman warga dan membuat kualitas lingkungan menjadi rendah dan menyebabkan pemukiman kumuh. Kondisi sungai sendiri pun di lingkungan tersebut menjadi poin penting dalam penelitian ini dikarenakan mempunyai potensi sebagai wadah aktifitas bagi masyarakatnya, tetapi kondisi sungai sekarang ini kurang mendapatkan perhatian lebih oleh warganya dikarenakan sungai sekarang ini sudah menjadi kotor, sempit, dan mengalami pendangkalan karena banyak masyarakat membuat sungai sekarang ini menjadi area belakang dan membuang sampah di sungai tersebut. Tujuan dilakukannya penelitian pada kawasan pemukiman kumuh di lokasi tapak yang berada di kelurahan kebon kacang tersebut dikarenakan kawasan tersebut mempunyai potensi menjadi lebih baik dan berkembang sehingga mampu menciptakan kawasan pemukiman penduduk yang mempunyai kualitas lingkungan yang baik dari sebelumnya, adapun tujuannya sebagai berikut : Membangun atau meremajakan kembali kawasan pemukiman sehingga mampu mengatasi permasalahan penduduk sekarang dan yang akan datang. Memanfaatkan potensi lingkungan yaitu sungai yang ada pada lokasi kawasan pemukiman sebagai area depan dari pemukiman warga dengan menjadikannya ruang terbuka untuk aktifitas masyarakatnya. Pemukiman Kumuh Pemukiman merupakan bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung dan dapat merupakan kawasan perkotaan dan perdesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal/hunian dan tempat kegiatan yang mendukung kehidupan masyarakat. Sedangkan kata “kumuh” menurut kamus besar bahasa indonesia diartikan sebagai kotor atau cemar.
2
Menurut Johan Silas pemukiman kumuh dapat diartikan menjadi dua bagian, yang pertama ialah kawasan yang proses pembentukannya karena keterbatasan kota dalam menampung perkembangan kota sehingga timbul kompetisi dalam menggunakan lahan perkotaan. Sedangkan kawasan pemukiman berkepadatan tinggi merupakan embrio pemukiman kumuh. Pengertian pemukiman kumuh yang kedua adalah kawasan yang lokasi penyebarannya secara geografis terdesak perkembangan kota yang semula baik, lambat laun menjadi kumuh yang disebabkan oleh adanya mobilitas sosial ekonomi yang stagnan sehingga pemukiman kumuh tercipta karena kurangnya daya perkembangan kota dalam menampung jumlah masyarakatnya. Waterfront Konsep ini pertama kali berawal dari pemikiran seorang ‘urban visioner’ Amerika yaitu James Rouse pada tahun 1970an. James Rouse mengatakan bahwa waterfront development adalah sebuah konsep pengembangan pada daerah tepian air baik itu tepi pantai, sungai maupun danau. Konsep waterfront development dapat juga diartikan sebagai suatu proses hasil pembangunan yang memiliki kontak visual dan fisik dengan air serta merupakan bagian dari upaya dalam pengembangan wilayah perkotaan yang secara fisik alamnya berdekatan dengan air, dimana dalam bentuk pengembangan pembangunan kota berorientasi pada daerah perairan. Kawasan tepian air merupakan lahan atau area yang terletak langsung berbatasan dengan air, pembangunan kawasan tepian air merupakan suatu area atau wilayah yang dibatasi oleh air dan dalam pengembangannya mampu memasukkan nilai aktifitas manusia, contohnya seperti kebutuhan akan ruang publik dan nilai alami yang terkait dengan area tepian air. Berdasarkan fungsinya, waterfront sendiri dapat dibedakan menjadi 4 jenis, yaitu : Mixed-used waterfront, adalah waterfront yang merupakan kombinasi dari perumahan, perkantoran, restoran, pasar, rumah sakit, dan/atau tempat-tempat kebudayaan. Recreational waterfront, adalah semua kawasan waterfront yang menyediakan sarana-sarana dan prasarana untuk kegiatan rekreasi, seperti taman, arena bermain, tempat pemancingan, dan fasilitas untuk kapal pesiar. Residential waterfront, adalah perumahan, apartemen, dan resort yang dibangun di pinggir perairan. working waterfront, adalah tempat-tempat penangkapan ikan komersial, reparasi kapal pesiar, industri berat, dan fungsi-fungsi pelabuhan. (Breen, 1996). Riverfront Riverfront atau tepian sungai merupakan salah satu konsep dari urban waterfront development, riverfront merupakan kawasan yang berada pada batas, dilalui serta mempunyai hubungan kuat dengan badan sungai di dalam kawasan. Elemen sungai sendiripun merupakan bagian terpenting dalam proses bentukan riverfront dan juga berfungsi sebagai kegiatan kawasan atau perkotaan, baik yang sudah tumbuh/berkembang maupun yang dalam perencanaan kawasan berada pada tepian sungai dan memiliki bangunan-bangunan yang menghadap langsung ke arah sungai, dan yang dibatasi oleh jalur hijau atau ruang terbuka hijau sesuai dengan ketentuan garis sempadan dan kawasan lindung setempat. Riverfront yang juga merupakan salah satu bagian dari konsep waterfront development yang mampu memberikan kontribusi atau dampak positif pada perkembangan suatu kawasan sungai, yang menurut peraturan pemerintah republik Indonesia nomor 38 tahun 2011 pasal 9 mengenai sungai mengatakan : Garis sempadan pada sungai tidak bertanggul di dalam kawasan perkotaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2) huruf a (sungai dalam kota tidak bertanggul) ditentukan: a. Paling sedikit berjarak 10 m (sepuluh meter) dari tepi kiri dan kanan palung sungai sepanjang alur sungai, dalam hal kedalaman sungai kurang dari atau sama dengan 3 m (tiga meter). b. Paling sedikit berjarak 15 m (lima belas meter) dari tepi kiri dan kanan palung sungai sepanjang alur sungai, dalam hal kedalaman sungai lebih dari 3 m (tiga meter) sampai dengan 20 m (dua puluh meter). c. Paling sedikit berjarak 30 m (tiga puluh meter) dari tepi kiri dan kanan palung sungai sepanjang alur sungai, dalam hal kedalaman sungai lebih dari 20 m (dua puluh meter).
3
METODE PENELITIAN Data-data yang diperlukan dalam penelitian adalah data-data yang terkait langsung dengan penelitian yang dilakukan misalnya data mengenai manusia dan lingkungan. Data manusia/masyarakat mulai dari jumlah penduduk, jumlah kepala keluarga, pendidikan masyarakat dan bagaimana pekerjaan dari masyarakat disana, sedangkan lingkungan mengenai kondisi lapangan baik itu tapak maupun tepian sungai. Pengambilan atau pengumpulan data-data yang diperlukan peneliti perlu dilakukan dengan menggunakan beberapa metode, pada penelitian ini peneliti menggunakan 2 metode untuk pengumpulan data yaitu : Metode Kepustakaan Metode pustaka atau literatur adalah sebuah metode dengan menggunakan media cetak, seperti buku, majalah, koran, dan lain-lain, menggunakan internet dan sebagainya yang bertujuan untuk mendapatkan data-data atau informasi yang diperlukan dalam sebuah penelitian. Metode ini digunakan untuk mendapatkan data yang terkait dengan penelitian dan konsep seperti teori mengenai redevelopment/pembangunan kembali, waterfront, riverfront dan juga mengenai pemukiman kumuh. Metode Observasi Observasi adalah suatu cara pengumpulan data dengan mengadakan pengamatan langsung terhadap suatu obyek dalam suatu periode tertentu dan mengadakan pencatatan secara sistematis tentang hal-hal tertentu yang diamati. Banyaknya periode observasi yang perlu dilakukan dan panjangnya waktu pada setiap periode observasi tergantung kepada jenis data yang dikumpulkan, dalam hal ini data yang terkait mengenai lapangan seperti mengamati karakteristik masyarakat yang lebih mengarah kebiasaan masyarakatnya, kondisi lingkungan pemukiman penduduk dan juga melihat kondisi tepian air. Pada tahapan analisis ini, peneliti melakukan proses menganalisis suatu data yang telah diperoleh peneliti dari hasil metode observasi lapangan, metode kepustakaan, dan lain-lain. Pada tahap ini metode yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif yaitu melakukan pendeskripsian kondisi wilayah kawasan pemukiman kumuh, mulai dari kondisi tapak, kejadian yang terjadi dilapangan, dan semua yang berkaitan dengan semua data yang diperlukan peneliti. Penarikan kesimpulan dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan sebuah pemahaman dan membentuk konsep yang pada nantinya akan menjadi bahan dalam perancangan kawasan pada nantinya, maka diperlukan teori-teori dan beberapa contoh untuk menjadi bahan pertimbangan pada tahap perancangan.
HASIL DAN BAHASAN Pada pembahasan akan dibahas mengenai aspek-aspek yang terkait mengenai penelitian ini contohnya dari aspek lingkungan, manusia dan juga bangunan. Aspek Lingkungan dibahas mengenai sirkulasi pada tapak yang nantinya akan mendapatkan aspek pencapaian tapak, dalam pencapaian tapak didapatkan 3 rute pencapaian yaitu melalui rute pertama melalui jalan Kemanggisan Raya dan jalan Brigadir Jenderal Katamso Dharmokusumo, rute kedua melalui jalan Aipda Karel Satsuit Tubun yang sebelumnya melalui jalan palmerah menuju petamburan, dan rute ketiga melalui jalan Kyai Haji Mas Mansyur.
4
Gambar 1 Sirkulasi Pencapaian Tapak Sumber : Hasil Olahan Pribadi, 2013 Kesimpulan yang dapat diambil bahwa untuk pencapaian tapak sebagai jalan utama sebaiknya menggunakan rute pertama dan kedua karena rute tersebut yang menuju jalan utama dari lokasi tapak. Pemilihan rute tersebut juga dikarenakan banyak dilalui oleh kendaraan umum sehingga memudahkan dalam pencapaian ke lokasi tapak, sedangkan rute ketiga tidak dijadikan sebagai jalan utama karena rute ketiga yang juga dilalui kendaraan umum tetapi masih harus berjalan kaki untuk menuju ke tapak sehingga tidak memudahkan dalam pencapaian ke tapak. Pembahasan berikutnya mengenai kegiatan sekitar tapak pada sisi timur dan selatan merupakan area pemukiman sedangkan sisi utara merupakan area perdagangan dan area barat merupakan lahan kosong yang nantinya akan dibuat penghijauan dan berbatasan dengan rel kereta api, sehingga nantinya pengembangan yang akan dilakukan untuk area utara akan dibuat untuk area komersil berupa kios-kios atau toko untuk masyarakat yang berdagang, area timur dan selatan untuk area hunian dan barat untuk area parkir dan area bermain anak-anak. Sarana dan Prasaran yang disediakan pada area kawasan tersebut hanyalah fasilitas musholla dikarenakan kapasitas masjid yang ada di lingkungan kurang mencukupi dan jumlah jiwa pada kawasan tidak memenuhi syarat untuk diadakannya masjid pada kawasan. Sarana pendidikan tidak perlu diadakan karena fasilitas pendidikan sudah ada dan mencukupi untuk mewadahi masyarakat yang ada disekitarnya, baik yang berada dalam kawasan maupun di luar kawasan. Permasalahan kontur tidak terlalu menjadi masalah karena kontur pada tapak hanya berada di ujung selatan dari tapak kawasan yang akan dilakukan peremajaan dan secara keseluruhan kontur pada tapak relatif datar.
5
Gambar 2 Pola Kontur Kawasan Sumber : Hasil Olahan Pribadi, 2013 Faktor tepian sungai menjadi perhitungan tersendiri dalam hal bagaimana pengembangannya dalam lingkungan tersebut dengan menggunakan konsep waterfront, sungai yang berada di tapak menurut narasumber merupakan sungai asli dan dikenal dengan nama sungai krukut. Keadaan sungai pada awalnya cukup bersih tetapi karena semakin banyaknya pendatang yang datang ke jakarta dan tinggal di lingkungan tersebut maka mulailah keadaan sungai krukut menjadi kumuh, dan masyarakat disana mulai membuang limbah-limbah rumah tangga ke sungai dan terjadilah pendangkalan sungai krukut. Keadaan sungai krukut yang mulai terjadi pendangkalan mulai menimbulkan masalah pada lingkungan tersebut yaitu timbulnya masalah banjir pada lingkungan tersebut karena pendangkalan sungai sehingga menyebabkan aliran sungai menjadi berjalan pelan dan tidak semestinya dan akhirnya sungai tidak mampu menampung air yang datang baik karena hujan maupun kiriman air karena banjir kanal meluap.
Gambar 3 Ilustrasi Keadaan sungai Saat Normal dan Banjir Sumber : Hasil Olahan Pribadi, 2013 Analisa Manusia karakter dari masyarakat akan dibahas kehidupan masyarakat yang menghuni/tinggal di lokasi tapak tersebut misalnya kebiasaaan, budaya, dan sosial interaksinya. Kebiasaan pada masyarakat di lingkungan tersebut bermacam-macam, untuk para kaum pria banyak yang bekerja semenjak pagi sampai sore, pekerjaannya bermacam-macam ada yang menjadi kuli panggul, pedagang makanan, dan lain-lain. Kaum perempuan di lingkungan tersebut biasanya lebih banyak tinggal dalam rumah mengurus anak-anak tetapi ada juga yang bekerja buka warung maupun bekerja dengan orang lain seperti mencuci baju pesanan orang lain, untuk anak-anak biasanya bersekolah dan bermain di lingkungan tersebut.
6
Gambar 4 Interaksi Sosial Masyarakat Sumber : Hasil Olahan Pribadi, 2013 Masyarakat di lingkungan kelurahan kebon kacang terutama di RW 09 ini merupakan RW dengan jumlah penduduk yang cukup besar dibandingkan oleh RW lainnya. Menurut sumber sensus penduduk tahun 2010 saja tercatat bahwa jumlah penduduk di kelurahan kebon kacang sebanyak 20.661 jiwa dengan jumlah laki-laki sebanyak 10.557 jiwa dan perempuan sebanyak 10.104 jiwa. Tabel 1 Data Penduduk No.
DataPenduduk
RT 17
RT 16
RT 05
RT 03
1.
Kepala Keluarga
56
87
51
58
2.
Jumlah Penduduk
186
273
144
172
3.
Jumlah Laki-Laki
115
208
82
98
4.
Jumlah Perempuan
96
128
53
74
Berdasarkan data tersebut maka bangunan yang akan dibangun harus mampu menampung jumlah penduduk yang ada sekarang ini dan 12 tahun ke depan, bangunan yang direncanakan agar dapat menampung jumlah penduduk tersebut sebaiknya adalah rumah susun karena terbatasnya lahan dan penduduk yang padat. Berikut perhitungan jumlah penduduk untuk 12 tahun kedepan : Jumlah penduduk sekarang ini totalnya adalah 775 jiwa Laju pertumbuhan penduduk sebesar 1,6 %, maka perhitungannya 775 (1+0,016) 12 = 775 (1,016)12 = 938 jiwa
Masyarakat yang tinggal di daerah tersebut kebanyakan berasal dari para pendatang yang kurang mempunyai keterampilan dan pendidikan yang baik seperti yang sudah dibahas sebelumnya bahwa pekerjaan dari masyarakat yang ada disana terbilang mempunyai pendapatan yang cukup rendah karena pekerjaannya bukan merupakan pekerjaan yang mendapatkan gaji bulanan sehingga pendapatan yang diterima tidak menentu.
7
Tabel 2 Pekerjaan Penduduk No.
Pekerjaan Penduduk
RT 17
RT 16
RT 05
RT 03
1.
Buruh
50%
60%
10%
15%
2.
Dagang
50%
40%
90%
85%
Pendapatan yang diterima sebesar 50-100 ribu rupiah, sehingga dapat disimpulkan untuk kepemilikan rumah susun tersebut sebaiknya menggunakan sistem sewa dikarenakan adanya faktor dari pendapatan masyarat di lingkungan tersebut yang terbilang rendah. Masyarakat di lingkungan sekitar pun mempunyai keadaan sosial-ekonomi yang sama terlihat bahwa bangunan di lingkungan sekitar maupun dalam tapak merupakan bangunan yang banyak terbuat dari seng dan kayu, walau ada juga yang menggunakan bata. Aspek Bangunan Aspek bangunan membahas mengenai orientasi bangunan, penzoningan bangunan, sirkulasi dan yang berkaitan dengan bangunan. pada bangunan penzoningan bangunan dilakukan dengan 1 zona yaitu zona hunian dengan ketinggian lima lantai, untuk orientasi bangunan karena menggunakan konsep tepian air jadi orientasi bangunan haruslah menghadap ke arah area tepian air atau pada kasus ini mengarah ke arah sungai. Sirkulasi dalam bangunan hanyalah menggunakan tangga dan ramp untuk orang sakit atau cacat, untuk tahap pembangunan akan dilakukan menjadi 3 tahap yaitu pada tahap pertama aka dibangun terlebih dahulu area komersil dan 1 tower rumah susun, tahap kedua dibangun 2 tower rumah susun sisanya dan terakhir tahap ketiga barulah dibangun pengembangan area tepian sungainya. Pada area tepian air akan dibuat pedestrian-pedestrian dan juga taman-taman sehingga masyarakat dapat melakukan aktifitas serta dapat berinteraksi langsung pada kawasan tepian sungai tersebut.
Gambar 5 Pengembangan Area Tepian Air Sumber : www.google.co.id
SIMPULAN Hasil penganalisaan didapatkan hasil bahwa untuk kawasan pemukiman yang ada di Tanah Abang tersebut disyaratkan untuk melakukan redevelopment dengan pembangunan hunian bertingkat dikarena kepadatan penduduk yang cukup padat di wilayah tersebut. Berdasarkan analisa sekitar tapak dan juga bertujuan untuk menyelaraskan bangunan pada nantinya dengan lingkungan sekitar dilihat dari peruntukkan fungsi bangunan tersebut, dari penzoningan tersebut muncul bentuk gubahan massa, gubahan masa ini akan berorientasi ke area air dan mempunyai ketinggian bangunan berkisar dari 4 -5 lantai karena padatnya penduduk yang ada di lokasi.
8
Gambar 6 Penzoningan Tapak Sumber : Hasil Olahan Pribadi. 2013 Pengembangan konsep berikutnya terletak pada desain sirkulasi jalan dan sirkulasi yang berada di ruang terbuka hijau, pada sirkulasi jalan desain akan lebih mengutamakan pedestrian dibandingkan dengan jalur kendaraan, dikarenakan masyarakat disana lebih banyak menggunakan jalan kaki dibandingkan menggunakan kendaraan mobil, serta pada ruang terbuka akan difokuskan pada kawasan yang berada di tepian air, pada ruang terbuka hijau nantinya masyarakat dapat berinteraksi satu sama lain serta mempunyai view area air secara luas dan masyarakatpun dapat berjalan-jalan diatas area air dan menciptakan suasana dari konsep waterfront itu sendiri Pada bagian dalam bangunan diperlukan unit-unit hunian yang diharapkan mampu menampung masyarakat yang berada di tapak sekarang maupun masyarakat 12 tahun mendatang, karena itu diperlukan beberapa tipe hunian yang mampu menampung setiap kepala keluarga yang mempunyai jumlah anggota keluarga rata-rata 3-4 orang. Berdasarkan jumlah anggota dari setiap anggota keluarga maka diperlukan beberapa tipe hunian, tipe hunian yang akan disediakan akan mempunyai 2 tipe yaitu tipe hunian 36 m2 dan 45 m2.
REFERENSI KURNIAWANH, M. A. T. E. U. S. (2009). IDENTIFIKASI POTENSI DAN PENANGANAN MASALAH PERMUKIMAN PADA KAWASAN WATERFRONT (STUDI KASUS: KAWASAN BANJAR JEMATANG DI TEPIAN SUNGAI BADUNG, BALI) (Doctoral dissertation, PROGRAM STUDI ARSITEKTUR). Trisnawati, E. (2009). IDENTIFIKASI KARAKTER LANSEKAP· BUDAYA BANTARAN KALI CODE, YOGYAKARTA (Cultural Landscape Characteristic Identification of The Code Riverbank, Yogyakarta). Jurnal Tesa Arsitektur, 7(2), 119-128.
RIWAYAT PENULIS Sandio lahir di kota Jakarta pada tanggal 09 September 1990. Penulis menamatkan pendidikan S1 di Universitas Bina Nusantara dalam bidang Arsitektur pada tahun 2013.
9