“REDEVELOPMENT PEMUKIMAN PADAT DENGAN PENDEKATAN RESIDENTIAL WATERFRONT DI JAKARTA PUSAT” Andi Arsyad
[email protected] Noegroho, ST., MI. P Ir. Widya Katarina, MM ABSTRAK Along with the times, the growth of man also will continue to rise over time, and the construction was sometimes becomes slower. The emergence of illegal buildings on the banks of the river is also one example of flawed crucial in the development of the city and causing kekumuhan.Sungai should be part of the vessel in berlingkungan life, but because of lack of discipline will pass shifting nature of what should have been in the river tetapkan.Kini used to be a vital part of life should not turn into anything apa.Maka of the research work aims to restore or residential redevelopment with the use of the architecture which leads to the waterfront as media.Dengan qualitative methodology will slowly in trying to solve problems in the area of Jakarta and build a solid changes to the settlement. Keywords: river, waterfront, mixed use, Jakarta, densely Seiring dengan perkembangan zaman,maka pertumbuhan dari manusia juga akan terus meningkat dengan seiring berjalannya waktu, dan pembangunan pun terkadang menjadi lebih lambat. Munculnya bangunan liar di bantaran sungai juga menjadi salah satu contoh krusial dalam cacatnya pembangunan dalam kota dan menyebabkan kekumuhan.Sungai seharusnya menjadi bagian dari pembuluh dalam kehidupan berlingkungan,namun karena kekurangan disiplin akan alam terjadilah pergeseran dari apa yang seharusnya sudah di tetapkan.Kini sungai yang dulunya menjadi bagian vital dalam kehidupan berubah menjadi selayaknya bukan apa-apa.Maka dari itu penelitian karya ini bertujuan untuk mengembalikan atau redevelopment pemukiman dengan penggunaan arsitektur yang mengarah pada waterfront sebagai media.Dengan metodologi yang bersifat kualitatif secara perlahan akan di coba untuk memecahkan permasalahan yang ada di kawasan jakarta dan membangun sebuah perubahan pada pemukiman padat. Kata kunci :sungai,waterfront,mixed use,Jakarta,pemukiman padat
PENDAHULUAN Pemukiman kumuh di daerah yang memang memiliki kepadatan penduduk sudah menjadi hal yang umum keberadaannya. Namun, semakin padatnya penduduk maka pemukiman kumuh pun ikut meningkat.Namun tentunya ada alasan tertentu yang dapat menyebabkan peningkatan penduduk,antara lain adalah jumlah anak lahir yang terus bertambah dan pemikiran penduduk dari luar kota yang ingin mengadu nasib di kota besar seperti Jakarta sangat memungkinkan membuat mereka sebagai imigran membuat kumuh dan padat pada kota teresebut. Residential waterfront adalah perumahan, apartment atau resort yang di bangun di pinggir perairan.Dan menjadi tujuan penelitian karena saat ini di kawasan Jakarta masih belum marak menjadikan area yang berhubungan dengan alam.Dalam hal ini air menjadi hal yang memiliki potensi dalam segi desain.Saat ini pemukiman Jakarta yang berdekatan dengan sungai masih belum tertata dengan baik bahkan masih jauh dari kata tertata.Pengembangan pemukiman pun masih berkembang dengan tanpa arahan.Fenomena yang dapat di jumpai berada di kawasan Jakarta Utara, Pantai Indah Kapuk.Dimana kawasan ini berdekatan dengan laut dan orientasi bangunan dari pemukiman mengarah ke laut. Sehingga laut pun menjadi seperti halaman depan dari rumah. Berdasarkan latar belakang yang terlampir, maka rumusan dari masalah yang muncul adalah sebagai berikut : • Keadaan sekeliling tapak yang memiliki kepadatan dari perumahan yang terus memadat dan sempit • Sampah yang tidak dapat di kordinir dengan baik sehingga terjadi penumpukkan sampah di jalanan dan banyak yang membuangnya ke dalam sungai • Ruang terbuka hijau yang masih sangat minim untuk penyerapan air dan kestabilan alam • Warga yang masih berada di level kehidupan social yang cenderung kebawah Maka muncullah pertanyaan yang bertujuan untuk memecahkan masalah 1. Bagaimanakah pendekatan arsitektur dalam mengurangi permasalahan di dalam pemukiman yang tidak layak 2. Bagaimana seharusnya penataan pemukiman di lingkungan padatdan lingkungan yang memiliki potensi akanResidential Waterfront? Penelitian ini dimaksudkan untuk mempelajari permasalahan sesungguhnya yang terjadi di kawasan penduduk padatdi dekat bantaran kali dan bagaimana menanggulanginya dengan cara arsitektur sebagai tumpuan solusi. Membangun dan meremajakan kembali kawasan pemukiman sehingga dalam desain mampu menunjang kehidupan yang lebih baik dalam kehidupan sekarang dan menjadi lebih baik di masa mendatang. Memanfaatkan potensi lingkungan yaitu sungai yang ada pada lokasi kawasan pemukiman sebagai area pendukung dari pemukiman warga dengan menjadikannya ruang terbuka untuk aktifitas masyarakatnya.
METODE PENELITIAN Metode Penelitian Dalam penelitian ini, metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif..Metode “kualitatif” sendiri adalah metode yang teknik penelitiannya dengan melakukan observasi, pengamatan, terhadap status suatu kondisi, sekelompok manusia, sistem pemikiran, peristiwa, dan gejala. Dan tentunya pada skripsi ini, observasi dilakukan terhadap kawasan Grogol Jl. Kyai Tapa di Jakarta agar dapat mendapat gambaran yang dapat di pelajari dan ditemukan dalam pemecahan permasalahan Pada kondisi tapak di dapati bahwa jumlah dari RT sebanyak 14 RT dari 1 RW yaitu RW 8. Kawasan yang akan di redevelopment adalah RT 1 hingga 6. Metode Pengumpulan Data Metode yang digunakan dalam teknis pengumpulan data adalah sebagai berikut: 1. Studi Literatur Studi literatur adalah sebuah tahapan pencarian awal data- data. Data- data yang dimaksud diantaranya adalah garis besarmengenai kawasan yang akan di pelajari dan akan di kembangkan kedalam sebuah desain. 2. Survei/ Observasi
Tahap kedua yang dilakukan adalah survei atau pengamatan langsung terhadap tempat dan obyek secara lebih mendetail.Perihal pokok yang harus dapat diobservasi diantaranya adalah bentuk dan tatanan tapak sekitarnya, kebutuhan ruang dari bangunannya 3. Wawancara Dalam tahapan survei wawancara terhadap masyarakat yang tinggal di dalam sebuah kawasan tersebut dengan tujuan agar semakin menguatkan dari fase-fase sebelumnya. Sehingga data yang di dapat menjadi lebih valid 4. Pendokumentasian Dalam tahapan observasi ini dokumentasi menjadi penting dengan tujuan agar hasil secara visual tetap di dapati.
ANALISIS DAN PEMBAHASAN Analisa Lahan Perencanaan Dalam Konteks Perkotaan Analisa Sekitar Tapak Untuk urban texture akan dianalisa fungsi dari bangunan yang ada di sekitar tapak dengan berbagai fungsinya sebagai tata guna lahan pada tapak. Analisa ini membahas tentang kawasan Roxy Grogol dan daerah sekitar yang mencakup untuk pencitraan pada kawasan tersebut. Dari data diatas dapat di simpulkan bahwa : • Bangunan di sekitar tapak mayoritas masih berupa hunian masyarakat • Bangunan yang berdiri di sekitar tapak masih memiliki keanekaragaman ketinggian dengan jumlah tertinggi 10 lapis • Bangunan di sekitar tapak sangat mendukung untuk di jadikan sebagai tempat hunian seperti RS,sekolah,terminal sebagai pendukung dalam aktifitas Secara garis besar terlihat bahwa bangunan dengan fungsi sebagai pemukiman menjadi dominasi di daerah tapak. Namun banyaknya bangunan di sekitar yang dimana fungsinya bisa menjadi pendukung untuk kehidupan dari penghuni. Seperti adanya rumah sakit,mall,sekolah,stasiun,terminal,universitas dll. Infrastruktur Pada urban infrastruktur akan membahas mengenai sarana dan prasarana infrastruktur yang ada di sekitaran tapak. Pembahasan ini mencakup infrastruktur existing seperti jalan, sarana transportasi, jalur pedestrian dan sebagainya. Selain membahas infrasruktur akan dibahas juga tentang perzoningan bangunan yang baik di dalam tapak. Sirkulasi jalan Berdasarkan data di atas diketahui bahwa jalan utama yaitu jalan Kiayi Tapa dimana jalan tersebut merupakan jalan yang di lalui oleh kendaraan umum dan pribadi dan jalur terbesar.Dan dimana lokasi tapak diapit juga oleh jalan di sisi kiri dan kanan. Untuk penjelasan dalam sirkulasi pencapaian ke tapak akan di uraikan yakni sebagai berikut :
no 1
2
3
Table 8 analisa jalur pencapaian tapak Nama jalan Keterangan Jl Kiyai Tapa • Merupakan jalan utama untuk mencapai ke tapak • Merupakan jalan satu arah • Tingkat kepadatan yang cukup tinggi • Dengan kelebaran jalan 8 m Jl Rawa Bahagia • Merupakan jalur alternative untuk mencapai tapak dari sisi barat • Merupakan jalan 1 arah • Dengan kelebaran jalan 5 meter Jl Tomang Banjir Kanal • Merupakan jalur alternative dari sisi timur untuk mencapai tapak • Merupakan jalur 2 arah • Dengan kelebaran jalan 5 meter
Transportasi Umum Pada sekitar site juga terdapat shelter Transjakarta yang dimana hal ini membantu untuk pencapaian ke dalam tapak melalui transportasi umum.Dan untuk mencapai ke tapak juga dapat menggunakan angkot dan bus umum atau kopaja. Analisa Lahan Perencanaan Pengolahan sampah Berdasarkan hasil penelitian berupa survey terhadap tapak didapati bahwa dalam pengolahan sampah di kawasan ini di setiap RT terdapat 1 bak sampah dan 2 tong sampah. Dan dalam pengambilan sampah yang terkumpul dari masyarakat sekitar di ambil secara rutin dengan 2 kali dalam seminggu.Dan program pemungutan dengan truk sampah dari pemerintah baru berjalan selama 3 bulan. Yang dimana sebelumnya warga membuang sampah ke dalam sungai yang berada di depan rumahnya. Dan bak sampah tersebut berada di pinggir jalan tepat di depan rumah warga yang berdekatan dengan sungai.Dimana hal ini dapat memberikan efek yang kurang baik untuk kesehatan warga. Sedangkan menurut SNI sebagai berikut Pada site tong sampah hanya berada di sisi dekat dengan sungai yang dimana menjadikan jarak cukup jauh untuk warga yang berada di tengah site untuk membuang sampah. Sehingga sampah pun menjadi terlantar di beberapa ruas pinggir jalan yang hanya berlebar 2m. Dengan demikian sebaiknya penempatan tong sampah berada tidak jauh dari asal rumah tangga. Dengan demikian untuk menata kembali dari permasalahan site adalah dengan cara memberikan titiktitik tempat sampah yang ideal. Dan dengan melakukan pemilahan sampah yang di bedakan dari tipe tong sampah. Sehingga, sampah yang dapat di daur ulang bisa di manfaatkan kembali. Air bersih Dalam mendapatkan air bersih untuk kawasan ini dengan menggunakan air PAM sehingga dengan demikian ada jalur air yang mendistribusikan air bersih ke setiap rumah. Dengan kata lain, air yang di gunakan untuk kebutuhan harian dari warga berada di standarisasi PAM. Air kotor Air limbah pada kawasan pemukiman ini menggunakan septic tank untuk sampah limbah dari manusia sedangkan limbah rumah tangga langsung ke selokan. Namun dengan keberadaan selokkan di tapak dapat di tarik kesimpulan bahwa kedalaman dari selokkan tersebut tidak masuk dalam standarisasi yang seharusnya dimana kedalaman selokan hanya 20 cm. Sedangkan standarisasi minimal adalah 30 cm. Pada site pembuangan akan air kotor mengalir ke Waduk Grogol dan ke arah drainase kota. Dan lebih dominan mengarah ke pada waduk grogol karena pada bagian tersebut lebih rendah daripada lokasi site. Dari hasil analisa jika terjadi hujan yang lebat maka kawasan site banjir setinggi 25cm sedangkan hujan yang sangat besar atau per 5 tahun maka banjir bisa sampai 75 cm. Hal ini dikarenakan site yang rendah namun pembuangan air terlalu jauh ke arah waduk dan drainase kota, yang dimana drainase tersebut selalu kelebihan debit air. Maka dari itu pemompaan air ke arah sungai menjadi solusinya karena hingga saat ini belum pernah terjadi luapan banjir.Sehingga tidak membanjiri kawasan.Dan tentunya dengan memanfaatkan resapan yang saat ini jauh dari cukup.Dengan luasan site yang luas maka peletakkan pompa air mungkin mencapai luar site untuk menanggulangi air yang mungkin masuk ke dalam site. Micro climate Analisa ini bertujuan untuk mengoptimalkan ruang terbuka yang ada pada lokasi tapak sehingga ruangan yang terbuka tidak menjadikan hal yang sia-sia.Analisa micro climate ini terdiri atas analisa matahari dan angin.Untuk angin, mayoritas berasal dari arah Barat Daya menuju ke arah Barat. Urban Greenery and view Untuk analisa urban Greenery ini akan dibahas letak- letak ruang terbuka di sekitar tapak. Pada daerah ini umumnya tapak yang sudah dibangun sudah tidak memiliki lahan hijau lagi Pepohonan hanya terdapat di sepanjang jalan pedestrian dan dengan jumlah yang terbatas.Dari segi kuantitas cenderung area terbuka yang ada di kawasan ini dinilai sangat kurang.Jadi diperlukan adanya suatu ruang terbuka di daerah itu. Dengan demikian lingkungan tersebut tidak akan terlihat sangat penuh dengan bangunan dan dapat meningkatkan kualitas lingkungan yang ada. Selain itu, dengan adanya ruang terbuka dapat memberikan nilai tambah pada kawasan tersebut.Oleh karena
itu residential waterfront diusung untuk membuat daerah hijau dengan pemukiman sebagai orientasinya. Right of Way (ROW) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan menyatakan ruang publik kota meliputi badan jalan, saluran tepi jalan, dan ambang pengamannya. Ruang publik kota merupakan ruang sepanjang jalan yang dibatasi oleh lebar, tinggi, dan kedalaman tertentu yang ditetapkan oleh penyelenggara jalan yang bersangkutan berdasarkan pedoman yang ditetapkan oleh Menteri. Ruang manfaat jalan hanya diperuntukkan bagi median, perkerasanjalan, jalur pemisah, bahu jalan, saluran tepi jalan, trotoar, lereng, ambang pengaman, timbunan dan galian, gorong-gorong, perlengkapan jalan, dan bangunan pelengkap lainnya. Menurut Peraturan Daerah no.3 tahun 2014 pasal 13 ayat 3 Rumah Susun (komersial/umum) dengan perencanaan ketinggian sampai dengan 4 (empat) lantai dengan gedung/tower lebih dari 4 (empat) gedung/tower harus berada pada lokasi dengan akses minimum ROW rencana 12 m (dua belas meter). Jalan perumahan yang baik harus dapat memberikan rasa aman dan nyaman bagi pergerakan pejalan kaki, pengendara sepeda dan pengendara kendaraan bermotor.Selain itu harus didukung pula oleh ketersediaan prasarana pendukung jalan, seperti perkerasan jalan, trotoar, drainase, lansekap, rambu lalu lintas, parkir dan lain-lain. Analisa Program Ruang Ukuran Standar Rumah Susun Setalah data yang di dapati mengenai kepadatan penduduk dengan hasil survey adalah.
Gambar 33 skema pembebasan lahan penghijauan Gambar diatas menjelaskan bahwa bagian yang terkena akan gusur dan eksiting dari pemukiman. Pada gambar merah menunjukkan bagian dari pemukiman yang nantinya akan di ratakan dan akan di bangun rusun sebagai solusi redevelopment. Jumlah RT dari RW8 pada kawasan merah diatas adalah sebanyak 3 RT yaitu RT 1,2,3 yang dimana dari total keseluruhan RT pada tapak sebanyak 14. Dan pada bagian hijau adalah bagian dari tapak yang mengalami pelebaran jalan.Pelebaran jalan melibatkan beberapa rumah untuk di ratakan. Pada proyek ini, penggunaan setiap lantai sebagai berikut: • Lantai 1 digunakan untuk: hall, ruang serbaguna, Musholla, komersial, parkir motor, ruang penjaga, ruang pengelola, ruang tidur difabel, ruang toilet, ruang genset, ruang pompa, ground water tank (GWT), gudang, tangga dan taman. • Lantai 2-4 merupakan lantai tipikal, digunakan untuk: ruang-ruang unit keluarga, sirkulasi. • Dan untuk mendukung dari kegiatan dari warga sekitar, pada bagian roof top akan diadakan area penghijauan dan ruang serba guna. Struktur Bangunan 4 Lantai Sistem struktur yang digunakan untuk bangunan rumah susun, menggunakan struktur tiang pancang. Karena pada tiang pancang memiliki kelebihan dalam pelaksanaan dilapangan lebih cepat, relatif murah dan cocok untuk menahan beban vertikal. Sehingga untuk sistem struktur bawah menggunakan tiang pancang. Tiang pacangharus dirancang, dicor dan dirawat untuk memperoleh kekuatan yang diperlukan sehingga tahan terhadap pengangkutan, penanganan, dan tekanan akibat pemancangan tanpa
kerusakan.Tiang pancang segi empat harus mempunyai sudut-sudut yang ditumpulkan.Pipa pancang berongga (hollow piles) harus digunakan bilamana panjang tiangyang diperlukan melebihi dari biasanya.
Gambar 34. Pondasi tiang pancang Analisa Hubungan Ruang Zoning Bangunan Rumah Susun terdiri dari 4 Lantai, dengan penggunaan zoning vertikal sebagai berikut : 1). Denah Lantai 1 Digunakan untuk ruang – ruang sebagai berikut : Hall, ruang serba guna, mushola, komersial, parkir motor, ruang penjaga, ruang pengelola, ruang difabel,ruang toilet, ruang genset, ruang pompa, Ground Water Tank (GWT), ruang gudang, tangga, dan taman. 2). Denah Lantai Tipikal 2–4 Merupakan denah tipikal, digunakan untuk ruang–ruang unit keluarga. Lantai 2 terdiri dari unit ruang keluarga dan unit ruang bersama. Setiap lantai 3-4 terdiri dari unit ruang keluarga dan unit ruang bersama Tata Ruang Tata ruang disusun berdasarkan bentuk selular (ruang disusun berjajar dengan disekat dinding) dengan menggunakan sirkulasi DoubleLoadedCoridor. Dalam 1 lantai terdiri dari 2 baris unit ruang keluarga yang dipisahkan dengan Inner Court (taman dalam). Tangga setiap tower memiliki 2 agar pada saat evakuasi kebakaran penghuni rumah susun tidak berdesak-desakan. Jenis Fasilitas Lingkungan Lingkungan rumah susun harus dilengkapi dengan fasilitas lingkungan yang dapat berupa ruang atau bangunan.Jenis fasilitas lingkungan yang pokok berada di lingkungan rumah susun ada 6 (enam) jenis seperti yang tertera pada tabel.
No. 1
2
3
4
Tabel 12. Fasilitas Lingkungan Rumah Susun Jenis Fasilitas Lingkungan Fasilitas Yang Tersedia Warung Toko-toko perusahaan dan Fasilitas niaga dagang Pusat perbelanjaan Ruang belajar untuk pra belajar Ruang belajar untuk sekolah dasar Fasilitas pendidikan Ruang belajar untuk sekolah lanjutan tingkat pertama Ruang belajar untuk sekolah menengah umum Posyandu Balai pengobatan BKIA dan ruamah bersalin Fasilitas kesehatan Puskesmas Praktek dokter Apotek Fasilitas peribadatan Musola
5
Fasilitas pelayanan umum
6
Ruang terbuka
-
Masjid kecil Kantor RT Kantor/balai RW Post hansip/siskamling Pos polisi Telepon umum Gedung serba guna Ruang duka Kotak Surat Taman Tempat bermain Lapangan olah raga Peralatan usaha Sirkulasi Parkir
sumber : Standar Nasional Indonesia (2003) Pada proyek ini, penggunaan setiap lantai sebagai berikut: • Lantai 1 digunakan untuk: hall, ruang serbaguna, Musholla, komersial, parkir motor, ruang penjaga, ruang pengelola, ruang tidur difabel, ruang toilet, ruang genset, ruang pompa, ground water tank (GWT), gudang, tangga dan taman. • Lantai 2-4 merupakan lantai tipikal, digunakan untuk: ruang-ruang unit keluarga, sirkulasi. • Dan untuk mendukung dari kegiatan dari warga sekitar, pada bagian roof top akan diadakan area penghijauan dan ruang serba guna. Menurut peraturan pemerintah yang telah di tetapkan pada sub bab2.3.2 tentang Karakteristik Rumah susun, bahwa standarisasi ruang dan fasilitas yang harus dipenuhi oleh rumah susun sebagai berikut Sirkulasi Bangunan Pola sirkulasi pada bangunan rumah susun ini terdiri dari sirkulasi horizontal dan sirkulasi vertikal.Fungsi sirkulasi horizontal adalah menghubungkan ruang-ruang dalam setiap level lantai, sedangkan sirkulasi vertikal untuk menghubungkan ruang antar level. • Sirkulasi horizontal Sirkulasi yang akan diterapkan pada bangunan rumah susun adalah sirkulasi yang menghubungkan antar single koridor. Sirkulasi yang di anggap paling baik dan efisien adalah sirkulasi linear.Berikut merupakan beberapa tipe pola sirkulasi horizontal. • Sirkulasi Vertikal analisa sistem sirkulasi vertikal di atas, menyimpulkan bahwa sirkulasi yang paling efektif dan efisien bagi rumah susun adalah Tangga. Alasannya: 1. fleksibel, dapat digunakan kapan saja 2. murah, tidak menggunakan listrik 3. berfungsi efektif saat kebakaran
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Konsep dasar pada perancangan ini yaitu dengan redevelopment kawasan padat dengan pendekatana residential waterfront. Dengan demikian perencanaan dilakukan dengan memaksimalkan fungsi lahan sebagai tempat untuk bermukim dengan kelayakan yang ideal. Daerah Grogol merupakan kawasan yang sangat padat untuk pemukiman, dan rata-rata dari penghasilan masyarakatnya cenderung rendah.Dengan demikian kawasan tersebut menjadi kawawasan yang bisa masuk kedalam kategori kumuh.Dan olej karena itu sedikitnya pengembangan untuk mendukung ekonomi masyarakat dapat di kembangkan dalam site.Bisa dengan memberikan space ruang untuk berbisnis di tapak dll. Dalam perancangan rumah susun di Jakarta Barat yang dimana kawasan ini memiliki bangunan rumah yang masih dapat di idealkan. Sehingga, tidak seluruh bangunan di kawasan ini akan diratakan. Namun, hanya sebagian dari bangunan tersebut.Hal ini dikarenakan jika bangunan tersebut terlalu sulit untuk di perbaikki. Maka bangunan yang di rubuhkan akan pindah ke rumah susun yang akan di bangun.
Dengan adanya redevelopment ini diharapkan dapat menciptakan pemukiman yang layak dan sehat untuk di jadikan tempat bernaung.Dalam hal ini mengidealkan kawasan pemukiman yang padat dan membangun rusun agar, lahan yang di tata mendapatkan resapan. SARAN Pada penelitian ini, untuk menggapai kebutuhan dalam tempat tinggal haruslah memperhatikan dari segi ideal dalam pembangunan.Tidak hanya membangun yang baik namun membangun yang ideal. Sehingga dengan demikian dapat menjadikan kehidupan yang baik untuk sekarang dan masa depan. Dan penataan kembali diharapkan menjadi solusi yang baik untuk membentuk generasi yang lebih baik pula. Pemanfaatan alam dalam desain menjadikan bangunan akan berbaur dengan alam.
DAFTAR PUSTAKA • • • • • • • • • • • • • • •
JURNAL : Lestari, D. S. S. Karakteristik Perumahan Di Kawasan Tepi Sungai Mahakam. hamsuddin, S., Latip, N. S. A., & Sulaiman, A. B.Trends Of Waterfront Development in Malaysia Wicaksono, A. Program Permukiman Kembali Penduduk Bantaran Sungai Brantas di Kota Malang, ves, C., & McDonagh, J. An Evolution of Waterfront Development in Malaysia Yassin, A. B. M., Bond, S. Developing guidelines for riverfront developments for Malaysia. Volume: II, Nomor: 1, Halaman: 8 - 17, Januari 2010Kearifan Lokal Pada Perancangan Kota Tua Tobelo,Yuyun Qomariyah, Eko Dein Kirman, Agus Dwi Wicaksono SNI03-6967-2003.pdf WEBSITE : https://www.google.co.id/maps/place/Roxy+Square/@6.1657013,106.7982172,734m/data=!3m1!1e3!4m2!3m1!1s0x2e69f668a92a941f:0x78d98be79492db 88 http://download.portalgaruda.org/article.php?article=15875&val=1031&title= http://hukum.tangerangselatankota.go.id/files/PERDA%20PERKIM--rr.OK.pdf http://ciptakarya.pu.go.id/bangkim/miskot/dokumen/SNI%20Nomor%2020031733%20Tahun2004.pdf Undang-undang nomor 16 tahun 1985 Tentang Rumah Susun2. Undang-undang nomor 20 tahun 2011 Tentang Rumah Susun3 Peraturan Pemerintah nomor 4 tahun 1988 Tentang Rumah Susun4. Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional nomor 2 tahun 1984 TentangBentuk dan Tata Cara Pengisian serta Pendaftaran Akta Pemisahan Akta RumahSusun
RIWAYAT HIDUP Andi Arsyad lahir di Jakarta pada tanggal 20 April 1992.Penulis menamatkan pendidikan S1 di Bina Nusantara University dalam bidang Arsitektur pada tahun 2014/2015.