1
PERBEDAAN KETEPATAN SERVIS MELALUI LATIHAN SEPAK SILA DAN PANTULAN BOLA KE TEMBOK DALAM PERMAINAN SEPAKTAKRAW Herman H Universitas Negeri Makassar
ABSTRAK Penelitian ini berbentuk eksperimen lapangan yang bertujuan untuk mengetahui perbedaan kemampuan ketepatan servis melalui latihan sepak sila dan pantulan bola ketembok dalam permainan sepaktakraw. Populasi adalah putera SMU Negeri 1 Mattiro Sompe Kabupaten Pinrang dengan sampel 10 orang. Tehnik pengambilan sample yang dipergunakan adalah random sampling. Dari data yang diperoleh kemudian di analisis dengan uji t pada taraf signifikan 5 % dan diperoleh t hitung sebesar 1,10 sedangkan t daftar sebesar 2,10. Ternyata harga t hitung lebih besar dari t daftar. Berdasarkan analisis statistik tersebut, maka hipotesis penelitian yang berbunyi: ada perbedaan ketepatan servis melalui latihan sepak sila dan pantulan bola ketembok dalam permainan sepaktakraw SMU Negeri 1 Mattiro Sompe Kabupaten Pinrang, dapat di terima. Kata - kata Kunci : Latihan sepak sila, Pantulan Bola Ke tembok, Ketepatan servis dan Sepaktakraw
PENDAHULUAN Peningkatan mutu sumber daya manusia merupakan faktor utama untuk mendorong perkembangan olahraga dalam mencapai prestasi yang tinggi. Melihat begitu pentingnya peranan olahraga dalam peningkatan kualitas manusia Indonesia, maka sebagai orang yang berkecimpung dalam bidang olahraga, seyogyanya bagaimana turut memikirkan dan mencari jalan unutk pengembangan olahraga Indonesia. Sebagai guru pendidikan jasmani dapat mengembangkan melalui pengajaran yang terencana dengan
2 menggunakan metode-metode yang efektif dan efisien agar tujuan yang diharapkan akan tercapai. Dewasa ini bangsa Indonesia sedang giat-giatnya menjalankan program olahraga yang telah dicanangkan lewat rencana pembangunan nasional, sehingga sebagai tenagatenaga yang mempunyai tanggung jawab dalam bidang ini diharapkan dapat berperan dalam melakukan kegiatan-kegiatan yang berguna bagi kemajuan dunia pendidikan jasmani dan olahraga. Menyadari bahwa begitu pentingnya peranan olahraga dalam peningkatan sumber daya manusia, maka pemerintah melalui Menteri Pemuda dan Olahraga telah mengeluarkan panji olahraga nasional
yaitu “Memasyarakatkan olahraga dan
mengolahragakan masyarakat”. Dalam merealisasikan program pemerintah tersebut, diperlukan keterlibatan dari seluruh anggota masyarakat dalam pelaksanaannya, apalagi bagi para Pembina, pelatih serta guru olahraga, maupun orang-orang yang bergerak di bidang olahraga yang merupakan ujung tombak dalam penerapannya. Dalam dunia olahraga banyak faktor yang turut mempengaruhi, terwujudnya tujuan yang diharapkan antara lain : sarana dan prasarana olahraga, tenaga penggerak olahraga, yang di dalamnya pendekatan ilmiah dalam olahraga serta cara ataupun metode yang tepat di samping unsur-unsur penunjang lainnya. Salah satu tujuan dalam pembinaan olahraga adalah prestasi. Prestasi merupakan masalah yang kompleks, karena berprestasi dalam olahraga adalah salah satu usaha untuk mengangkat harkat dan martabat bangsa. Untuk mewujudkan prestasi tentunya bukanlah hal yang mudah, karena banyak faktor yang turut mempengaruhi. Hal-hal yang perlu diperhatikan antaranya unsur kondisi fisik.
3 Unsur-unsur kondisi fisik adalah ; daya tahan, kekuatan, kecepatan, kelentukan, kelincahan, koordinasi, keseimbangan dan ketepatan, kecepatan reaksi, dan tenaga ledak otot. Menurut Harsono (1988 ; 78) bahwa Kondisi fisik memegang peranan penting dalam latihan Program latihan kondisi fisik haruslah direncanakan secara baik dan sistematis dan ditujukan untuk meningkatkan kesegaran jasmani, kemampuan fungsional dan sistem tubuh, sehingga dengan demikian memungkinkan atlit untuk mencapai prestasi yang lebih baik. Pada cabang olahraga Sepaktakraw perkembangannya di tanah air dari tahun ke tahun sudah semakin menggembirakan baik di tingkat daerah, maupun di tingkat nasional. Namun kita tidak dapat pungkiri, walaupun perkembangan olahraga ini sudah semakin baik, ternyata atlit-atlit Sepaktakraw negara kita belum dapat menandingi kemampuan atlit Sepaktakraw negara-negara lain. Pembinaan sepaktakraw di daerah sudah ada namun belum seperti di kota-kota besar. Oleh karena itu kegiatan pembibitan dan pembinaan atlit Sepaktakraw tidak cukup hanya dilakukan di kota-kota besar saja, tapi kegiatan tersebut seyogyanya dilakukan secara merata di seluruh Indonesia, seperti halnya di Daerah Kabupaten Pinrang. Program KONI Daerah
Kabupaten Pinrang dalam mensukseskan kegiatan
pembibitan dan pembinaan atlit Sepaktakraw, telah mengacu pada pembinaan olahraga di Indonesia dan memiliki peluang yang sama dengan daerah lainnya, walaupun kita ketahui bahwa prestasi atlit Sepaktakraw daerah ini masih tergolong rendah jika dibandingkan dengan prestasi yang dicapai oleh atlit Sepaktakraw daerah lainnya di Indonesia. Melihat kenyataan ini, para pelatih dan pembina olahraga dituntut untuk melakukan berbagai terobosan guna memperbaiki kekurangan yang ada. Dengan
4 demikian diperlukan langkah-langkah pembibitan dan pembinaan yang intensif, agar dapat menghasilkan atlit-atlit Sepaktakraw yang berkualitas. Atlet sepaktakraw di tuntut untuk memiliki kondisi fisk yang prima. Kondisi fisik yang di maksud antara lain adalah : kecepatan, kekuatan, kelentukan, daya ledak, keseimbangan dan koordinasi. Dalam pelaksanaan olahraga sepaktakraw selain kebutuhan komponen-komponen biomotor, juga hal yang tidak kalah penting guna mendukung prestasi adalah, pemilihan bentuk latihan keterampilan dasar yang sangat besar pengaruhnya terhadap kemampuan bermain dalam cabang olahraga ini. Seorang pelatih harus jeli dan secara tepat memberikan bentuk latihan kepada atlet untuk menghasilkan prestasi yang lebih baik. Seperti halnya dengan bentuk latihan dasar penguasaan bola dengan kaki sila dan latihan pantulan bola ke dinding. Dengan latihan penguasaan bola kaki sila dan latihan pantulan bola ke tembok/dinding, seorang pemain akan memiliki keterampilan dalam memainkan bola. Di Mattiro Sompe Kabupaten Pinrang, permainan sepaktakraw sangat digemari oleh masyarakat, baik itu sekolah maupun masyarakat umum, hanya saja dalam melakukan permainan ini, mereka tidak melalui suatu proses latihan yang benar dan sistematis. Sebagai contoh yang nyata, pada SMU Negeri 1 Mattiro Sompe Kabupaten Pinrang, pada jam istirahat para siswa sangat antusias melakukan permainan cabang olahraga ini, namun pada pelaksanaannya para siswa belum mengetahui secara jelas tentang bagaimanakah cara bermain sepaktakraw yang sebenarnya, baik itu pada saat melaksanakan umpan, smash, blok terlebih pada saat melakukan servis. Hal tersebut
5 merupakan salah satu gambaran dari kurangnya latihan tehnik dasar yang terprogram dengan baik. Untuk membentuk tim sepaktakraw yang tangguh, membutuhkan rencana latihan yang tepat dan terarah dengan pendekatan ilmiah, melalui penelitian. Penelitian merupakan langkah yang tepat guna mengetahui perbedaan kemampuan dalam berbagai tehnik dasar permainan sepaktakraw. Dalam penelitian ini akan di lihat perbedaan hasil dari dua bentuk latihan terhadap keterampilan servis. Penelitian ini di beri judul : Perbedaan Ketepatan servis sepaktakraw melalui latihan penguasaan bola dengan kaki sila dan pentulan bola ketembok. HAKIKAT PERMAINAN SEPAKTAKRAW Permainan sepaktakraw adalah suatu permainan masyarakat yang dulunya dikenal dengan nama sepak raga. Permainan sepaktakraw sangat digemari oleh para pemuda dan masyarakat pada beberapa daerah di Indonesia, terutama yang berdomisili di pesisir pantai, seperti : kepulauan Riau, Sumatera Barat dan Makassar. Darwis dan Penghulu Basa (1992 : 2) sepaktakraw adalah nama perpaduan antara bahasa Malaysia dan Thailand, sepak berasal dari bahasa Malaysia, sedangkan takraw berasal dari bahasa Thailand yang artinya bola. Waharsono (1997 : 1) mengatakan bahwa cara memainkan bola pada permainan sepaktakraw adalah dengan menggunakan kaki, kepala atau badan asalkan dalam keadaan memantul. Pendapat tersebut diperjelas lagi oleh Denny ( 1999 : 4) yang mengatakan bahwa Permainan sepaktakraw adalah suatu permainan yang dilakukan di atas lapangan
6 empat persegi panjang, rata, terbuka maupun tertutup, dibatasi oleh net serta bebas dari hambatan. Permainan ini mempergunakan seluruh anggota tubuh, kecuali tangan, dan mempergunakan bola yang terbuat dari rotan atau plastik. Pemainan ini dilakukan oleh dua regu yang masing-masing terdiri dari 1 orang pemain, dengan tujuan adalah mengembalikan bola ke lapangan lawan melalui atas net.
Permainan sepaktakraw merupakan perpaduan unsur seni bertemu satu dengan lainnya, sehingga permainan ini merupakan tontonan yang menarik untuk disaksikan karena penuh dengan aksi-aksi akrobatik. Untuk itulah, agar dapat bermain sepaktakraw dengan baik, maka dibutuhkan keterampilan. Istilah keterampilan adalah suatu istilah yang mengandung kualitas yang relatif, hanya dapat dinilai di lapangan terhadap seseorang dengan jalan membandingkan antara sesama anggota kelompok. Pengertian keterampilan di atas menunjukkan bahwa suatu penampilan yang berketerampilan mengandung empat faktor pendukung yaitu kecepatan, ketepatan, efisiensi dan kemampuan menyesuaikan atau kemampuan beradaptasi. Umumnya suatu keterampilan dalam olahraga yang dilakukan terbatas pada waktu pelaksanaan. Oleh sebab itu, dibutuhkan unsur kecepatan. Selain dari unsur kecepatan juga unsur lainnya yaitu ketepatan, karena gerakan yang dilakukan secara tepat memberikan kontribusi terhadap penampilan secara terampil. Misalnya arah gerak bola yang tepat, bidang perkenaan bola dengan bagian tubuh secara tepat membuat gerakan terjadi dengan baik. Penggunaan energi secara efektif berarti menghemat energi dalam melakukan gerakan, sehingga dengan pengeluaran tenaga seminimal mungkin akan memberikan hasil yang maksimal. Demikian pula dengan
7 kemampuan penyesuaian (adaptasi). Dimana orang dalam keadaan tetap tangkas walaupun berada pada berbagai situasi yang berbeda. Berdasarkan uraian diatas, jelas bahwa penampilan secara berketrampilan adalah suatu kemantapan penguasaan gerakan-gerakan pada suatu cabang olahraga . Gerakangerakan suatu cabang olahraga yang dimaksudkan adalah tehnik-tehnik cabang olahraga. Jadi keterampilan dapat diartikan sebagai derajat penguasaan tehnik suatu cabang olahraga. Menguasai suatu tehnik cabang olahraga pada hakekatnya adalah suatu proses belajar gerak sehingga terjadi perubahan-perubahan dalam pelaksanaan gerak tersebut. Berbagai teori yang berkaitan dengan belajar keterampilan gerak. Pada umumnya model pembelajaran keterampilan gerak yang dipergunakan ialah model yang berdasarkan teori skhema. Menurut Pate dan kawan-kawannya (1984) yang dialih bahasakan oleh Kasiyo Dwijowinoto ( 1991 : 106 ) bahwa : Model yang diberi nama teori skhema berdasarkan pada tiga asumsi. Asumsi pertama menganggap bahwa olahragawan tidak dapat menyimpan sejumlah besar responrespon gerak yang tertentu yang dapat mereka laksanakan Sebagai gantinya ingatan gerak berisi sejumlah kecil skhema umum yang dapat diterapkan dalam banyak situasi. Prinsip penuntun yang kedua menunjukkan bahwa apabila olahragawan dihadapkan pada suatu tugas gerak suatu klasifikasi gerakan umum (skhema) yang mula-mula diingat. Kemudian respon yang khusus dibentuk sesuai dengan tugas. Asumsi ketiga menyatakan bahwa pembelajaran keterampilan terjadi pada saat penampilan mengurangi perbedaan antara
8 penampilan yang aktual saat tertentu dan model gerakan yang ideal untuk situasi penampilan. Dalam permainan sepaktakraw seseorang dituntut untuk mempunyai kemampuan atau keterampilan yang baik. Kemampuan yang dimaksud menurut Denny adalah : menyepak bola dengan kepala, (main kepala), dengan dada, dengan paha, dengan bahu. Selanjutnya Khalim ( 1996 : 19) mengatakan bahwa keterampilan dasar dalam bermain sepaktakraw adalah : 1) sepak sila, sepak badek, sepak kuda, 2) memaha, 1) menanduk, 4) mendada. Kemampuan atau keterampilan dasar tersebut di atas, antara satu dengan yang lainnya merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan, sebab tanpa menguasai keterampilan dasar atau teknik dasar, maka sepaktakraw tidak dapat dimainkan dengan baik dan kontinyu.
HAKIKAT KETEPATAN Poerwanto (1980:155) mengemukakan bahwa : “Ketepatan adalah betul atau lurus (arahnya, jurusannya) misalnya kena benar pada sasarannya, tujuannya maksudnya dan sebagainya”. Senada dengan teori di atas Sajoto (1988:59) mengemukakan bahwa “Ketepatan (accruraty) adalah kemampuan seseorang dalam mengendalikan gerak bebas, terhadap suatu sasaran dapat berupa atau mungkin suatu obyek langsung yang harus dikenal misalnya dalam memasukkan bola dalam bola basket. Hal ini seirama dengan pendapat
9 Reintulus, dkk (1997:7) bahwa : “ketepatan (accuraty) adalah kemampuan seseorang untuk mengarahkan sesuatu sesuai dengan sasaran yang dikehendaki”. Samaranch (1997 : 11) menilai bahwa sepaktakraw adalah cabang olahraga yang penuh aksi-aksi akrobatik sehingga menarik untuk disaksikan. Selanjutnya Waharsono (1997 : 1) mengatakan bahwa cara memainkan bola pada permainan sepaktakraw adalah dengan menggunakan kaki, kepala atau badan asalkan dalam keadaan memantul. Servis dalam permainan sepaktakraw adalah suatu rangkaian teknik dasar yang sangat penting. untuk melakukan serangan awal ke daerah lawan. Karena dengan servis keras, tajam, dan terarah akan menghasilkan point bagi regu yang melakukan servis. Serangan awal dengan servis yang tepat sangat tergantung pada baik tidaknya lambungan bola dari kawan. Apabila lambungan bola yang dilakukan liar/kurang stabil akan berakibat burukya servis yang dilakukan, sehingga memungkinkan lawan untuk melakukan serangan balik. Servis merupakan suatu usaha atau upaya seseorang pemain dengan cara menggunakan teknik tertentu bertujuan menyeberangkan bola ke daerah lawan. Dalam permainan ini servis yang baik adalah servis dengan arah sasaran yang tepat ke daerah titik kelemahan lawan, yang akan menyusahkan lawan untuk melakukan serangan. Dalam
melakukan servis atau sepak mula perhatian hendaknya dipusatkan
kepada hal-hal sebagai berikut : 1. Arah servis yang dilakukan 2. Tinggi lambungan yang dikehendaki kawan 3. Jenis servis yang akan dilakukan
10 4. Waktu membuat servis harus tenang. Jenis-jenis servis atau sepak mula: 1. Servis gaya bebas (Freestyle service) 2. Servis keras dan tajam (Spike service) 3. Servis tinggi ( Lob service) 4. Servis tipu (Trick service) 5. Servis sudut (Corner/angle service) 6. Servis skrup (Scrow service) Cara latihan servis: a. Apit dan tekong mengambil tempat, apit melambungkan bola sesuai kehendak tekong b. Tekong melakukan servis dengan sasaran yang dikehendaki lapangan diberi tanda. c. Tekong harus mengulangi servis dan memasukkan ke daerah lawan HAKEKAT LATIHAN SEPAK SILA Untuk bermain sepaktakraw yang baik seseorang harus mempunyai kemampuan atau keterampilan yang baik. Kemampuan yang sangat penting dan sangat perlu dalam bermain sepaktakraw adalah keterampilan dasar. Siregar (1980 : 10) mengatakan tentang batasan pengertian yang jelas sebagi berikut : “In the consistent degree of success is achieving on objective with efficiency and effective” artinya, keterampilan adalah tingkat kematangan dan kematangan atau kemantapan dari suatu keberhasilan dalam mencapai tujuan secara efektif dan efesien.
11 Sesuai dengan penjelasan yang dikemukakan, maka keterampilan bermain sepaktakraw merupakan suatu tingkat kemantapan untuk melaksanakan suatu teknik dasar permainan sepaktakraw secara efektif dan efesien. Sehingga proses keterampilan sangat membantu dalam suatu bentuk permainan serta menjadi bagian dalam mencapai suatu penunjang untuk mencapai keterampilan yang tinggi. Bila seseorang tidak mempunyai kemampuan tersebut, maka tidak bisa bermain sepaktakraw. Keterampilan dimaksud adalah menyepak dengan menggunakan bagian-bagian kaki, memainkan bola dengan kepala (heading), memainkan bola dengan dada, memainkan bola dengan bahu. Keterampilan dasar tersebut merupakan rangkaian yang tidak bisa dipisahkan. Tanpa menguasai teknik dasar permainan sepaktakraw atlet tidak dapat bermain dengan baik. Siregar (1974 : 16) mengatakan bahwa : “…, teknis sebagai pelaksana suatu kegiatan secara efektif dan rasional yang memungkinkan tercapainya hasil-hasil yang lebih baik dalam pertandingan”. Defenisi tersebut dapat juga dikatakan bahwa teknik suatu cabang olahraga sebagai suatu proses gerak dan pembuktian dalam praktek dengan sebaik mungkin untuk menyelesaikan tugas yang pasti dalam cabang olahraga tersebut. Sepak takraw hampir sama dengan cabang olahraga sepak bola. Abdullah (1981 : 421) mengemukakan bahwa : “tendangan kaki bagian sebelah dalam banyak dimanfaatkan untuk memberikan umpangan/operan antar pemain”. Hal senada dikemukakan oleh Anwar,dkk (1999 : 4-11) bahwa “ dalam permainan sepaktakraw, menyepak atau sepakan merupakan gerak yang dominan”. Dapat dikatakan bahwa keterampilan menyepak itu merupakan induk dari permainan sepaktakraw.
12 Tola (1988 : 24) membagi teknik dasar dalam permainan sepaktakraw sebagai berikut : 1). Sepakan, 2). Heading, 1). Memaha, 4). Menahan dengan dada, 5). Menahan dengan bahu. Sepak sila adalah salah satu teknik dasar yang dibutuhkan dalam permainan sepaktakraw. Hal ini terbukti dengan bermain sepaktakraw sepakan inilah yang paling banyak digunakan untuk mengembalikan bola ke daerah lawan. Sepak sila merupakan tahap awal memperoleh kemantapan keterampilan untuk melaksanakan dasar permainan sepaktakraw secara efisien dan efektif. Sehingga sepak sila sangat membantu dalam suatu bentuk permainan serta menjadi bagian dalam mencapai suatu penunjang untuk mencapai keterampilan yang tinggi. a. Latihan sepak sila dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut : 1. Berdiri dengan dua kaki terbuka berjarak selebar bahu 2. Kaki sepak digerakkan melipat setinggi lutut kaki tumpu 3. Bola kaki atau bersentuhan dengan bahagian dalam kaki sepak pada bahagian bawah dari bola 4. Kaki tumpu agak ditekuk sedikit, badan dibungkukkan sedikit 5. Mata melihat ke arah bola, kedua tangan di buka dan dibengkokkan pada siku untuk menjaga keseimbangan 6. Pergelangan kaki sepak waktu menyepak ditegangkan atau dikencangkan 7. Bola disepak ke atas melewati kepala b. Latihan sepak sila perorangan -
Setiap pemain yang ada di lapangan di beri sebuah bola dan berjejer.
13 -
Bola dilambung dan disepak dengan kaki bagian dalam (sepak sila) lurus ke atas setinggi kepala atau lebih, ditangkap
-
Seperti latihan b, bola dikontrol/ditimang satu kali lalu ditangkap
-
Seperti latihan b, bola ditimang dua kali lau ditangkap
-
Ditimang sebanyak mungkin, bila jatuh diulangi
LATIHAN PANTULAN BOLA KE TEMBOK Permainan sepaktakraw adalah suatu permainan masyarakat yang dulunya dikenal dengan nama sepak raga. Permainan sepaktakraw sangat digemari oleh para pemuda dan masyarakat pada beberapa daerah di Indonesia, terutama yang berdomisili di pesisir pantai, seperti : kepulauan Riau, Sumatera Barat dan Makassar. Dalam permainan sepaktakraw unsur seni bertemu satu dengan lainnya, sehingga permainan ini merupakan tontonan yang menarik untuk disaksikan karena penuh dengan aksi-aksi akrobatik. Untuk itulah, sehingga Samaranch (1997 : 11) menilai bahwa sepaktakraw adalah cabang olahraga yang penuh aksi-aksi akrobatik sehingga menarik untuk disaksikan. Selanjutnya Waharsono (1997 : 1) mengatakan bahwa cara memainkan bola pada permainan sepaktakraw adalah dengan menggunakan kaki, kepala atau badan asalkan dalam keadaan memantul. Pendapat tersebut diperjelas lagi oleh Denny ( 1999 : 4 ) yang mengatakan bahwa Permainan sepaktakraw adalah suatu permainan yang dilakukan di atas lapangan empat persegi panjang, rata, terbuka maupun tertutup, dibatasi oleh net serta bebas dari hambatan. Permainan ini mempergunakan seluruh anggota tubuh, kecuali tangan, dan mempergunakan bola yang terbuat dari rotan atau plastik.
14 Pemainan ini dilakukan oleh dua regu yang masing-masing terdiri dari 1 orang pemain, dengan tujuan adalah mengembalikan bola ke lapangan lawan melalui atas net. Untuk bisa bermain sepaktakraw dengan baik, maka dibutuhkan keterampilan. Istilah keterampilan adalah suatu istilah yang mengandung kualitas yang relatif, hanya dapat dinilai di lapangan terhadap seseorang dengan jalan membandingkan antara sesama anggota kelompok. Pengertian keterampilan di atas menunjukkan bahwa suatu penampilan yang berketerampilan mengandung empat faktor pendukung yaitu kecepatan, ketepatan, efisiensi dan kemampuan menyesuaikan atau kemampuan beradaptasi. Umumnya suatu keterampilan dalam olahraga yang dilakukan terbatas pada waktu pelaksanaan. Oleh sebab itu, dibutuhkan unsur kecepatan. Selain dari unsur kecepatan juga unsur lainnya yaitu ketepatan, karena gerakan yang dilakukan secara tepat memberikan kontribusi terhadap penampilan secara terampil. Misalnya arah gerak bola yang tepat, bidang perkenaan bola dengan bagian tubuh secara tepat membuat gerakan terjadi dengan baik. Penggunaan energi secara efektif berarti menghemat energi dalam melakukan gerakan, sehingga dengan pengeluaran tenaga seminimal mungkin akan memberikan hasil yang maksimal. Demikian pula dengan kemampuan penyesuaian (adaptasi). Dimana orang dalam keadaan tetap tangkas walaupun berada pada berbagai situasi yang berbeda. Berdasarkan uraian di atas, jelas bahwa penampilan secara berketrampilan adalah suatu kemantapan penguasaan gerakangerakan pada suatu cabang olahraga . Gerakan-gerakan suatu cabang olahraga yang dimaksudkan adalah teknik- teknik cabang olahraga. Jadi keterampilan dapat diartikan sebagai derajat penguasaan teknik suatu cabang olahraga.
15 Menguasai suatu teknik cabang olahraga pada hakekatnya adalah suatu proses belajar gerak sehingga terjadi perubahan-perubahan dalam pelaksanaan gerak tersebut. Berbagai teori yang berkaitan dengan belajar keterampilan gerak. Pada umumnya model pembelajaran keterampilan gerak yang dipergunakan ialah model yang berdasarkan teori skhema. Menurut Pate dan kawan-kawannya (1984) yang dialih bahasakan oleh Dwijowinoto ( 1991 : 106 ) bahwa Model yang diberi nama teori skhema berdasarkan pada tiga asumsi. Asumsi pertama menganggap bahwa olahragawan tidak dapat menyimpan sejumlah besar respon-respon gerak yang tertentu yang dapat mereka laksanakan Sebagai gantinya ingatan gerak berisi sejumlah kecil skhema umum yang dapat diterapkan dalam banyak situasi. Prinsip penuntun yang kedua menunjukkan bahwa apabila olahragawan dihadapkan pada suatu tugas gerak suatu klasifikasi gerakan umum (skhema) yang mula-mula diingat. Kemudian respon yang khusus dibentuk sesuai dengan tugas. Asumsi ketiga menyatakan bahwa pembelajaran keterampilan terjadi pada saat penampilan mengurangi perbedaan antara penampilan yang aktual saat tertentu dan model gerakan yang ideal untuk situasi penampilan. Dalam permainan sepaktakraw seseorang dituntut untuk mempunyai kemampuan atau keterampilan yang baik. Kemampuan yang dimaksud menurut Denny adalah : menyepak bola dengan kepala, (main kepala), dengan dada, dengan paha, dengan bahu. Selanjutnya Khalim ( 1996 : 19) mengatakan bahwa keterampilan dasar dalam bermain sepaktakraw adalah : 1) sepak sila, sepak badek, sepak kuda, 2) memaha, 1) menanduk, 4) mendada. Kemampuan atau keterampilan dasar tersebut di atas, antara satu dengan yang lainnya merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan, sebab tanpa menguasai
16 keterampilan dasar atau teknik dasar, maka sepaktakraw tidak dapat dimainkan dengan baik dan kontinyu. Teknik dasar sepaktakraw yang menjadi kajian dalam penelitian ini, khusus pada keterampilan sepak sila dengan pantulan bola ke tembok. Menyepak dengan menggunakan bagian-bagian kaki, khususnya menggunakan kaki bagian dalam atau yang biasa di sebut sepak sila. Tujuan dari latihan ini adalah untuk mematangkan teknik teknik gerakan dalam sepaktakraw. Cara mengatur latihannya ialah : -
Pemain berbaris, bershaf dihadapan tembok dengan jarak antara tembok dengan pemain/orang coba 1 meter.
-
Pemain melakukan sepakan bola dengan kaki bahagian dalam/sepak sila diarahkan ke tembok/pantul secara terus menerus dengan ketinggian 1 meter.
-
Apabila bola jauh, pemain menangkap bola dan memainkannya lagi.
Sepak sila adalah unsur teknik yang paling penting dalam bermain sepaktakraw, karena sepakan ini paling banyak digunakan. Sepak sila dapat digunakan untuk mengumpan atau mengoper bola ke teman seregu guna melakukan serangan (smas), lebih mudah atau lebih aman digunakan untuk mengontrol bola, dan sangat efektif digunakan untuk mengumpan atau membangun serangan. Darwis (1992 : 16) mengatakan bahwa : Sepak sila adalah menyepak bola dengan menggunakan .kaki bahagian dalam untuk : 1) menerima dan menimang (menguasai bola), 2) .mengumpan dan mengantar bola, 1) menyelamatkan dari serangan lawan. Berdasarkan beberapa pendapat di atas mengenai sepak sila, maka dapat dikatakan bahwa sepak sila terutama sepak sila dengan pantulan bola ke tembok sangat
17 penting dalam memberikan kontribusi terhadap servis yang dilakukan oleh seorang pemain dalam permainan sepak takraw. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah “Eksperimen” yaitu mencari pengaruh antara variabel yang satu dengan variabel yang lainnya. Variabel bebas adalah latihan sepak sila dan latihan pantulan bola ketembok/dinding. Sedangkan variabel terikat adalah ketepatan servis. Rancangan penelitan adalah Two group pres test- post test design. Populasi dalam penelitian ini adalah Siswa Putera SMU Negeri 1 Mattiro Sompe Kabupaten Pinrang berjumlah 60 orang. Sampel dalam penelitian berjumlah 10 siswa dengan menggunakan tehnik random sampling. Setiap sampel di tes dengan tes ketepatan servis, yang sebelumnya masing-masing kelompok diberikan latihan yang berbeda yakni latihan sepak sila dan pantulan bola ketembok/dinding. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan Uji t pada taraf signifikan 0,05. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Berdasarkan dari data hasil penelitian yang memiliki varians populasi yang homogen, maka dalam pengujian hipotesis digunakan uji kesamaan dua rata-rata melalui uji dua pihak. Untuk keperluan pengujian hipotesis dalam penelitian ini, terlebih dahulu dilakukan komparasi antara X1.1 dengan X1.2. Hasil pengujian menunjukkan harga thitung sebesar -6,71. Sedang dari daftar distribusi diperoleh tdaftar sebesar 2,10. Ternyata harga thitung lebih besar dari tdaftar, atau harga thitung telah berada di luar daerah penerimaan H0. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan dapat menerima H1. Dalam pengujian hipotesis, dilakukan pula komparasi antara X2.1 dengan X2.2. Hasil pengujian menunjukkan harga thitung sebesar -1,91. Sedang dari daftar distribusi
18 diperoleh tdaftar sebesar 2,10. Ternyata harga thitung lebih besar dari tdaftar, atau harga thitung telah berada di luar daerah penerimaan H0. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan dapat menerima H1. Sebagai akhir pengujian hipotesis dilakukan komparasi antara X1.2 dengan X2.2 (perbandingan skor setelah pelaksanaan eksperimen). Hasil pengujian menunjukkan harga thitung sebesar 1,10. Sedang dari daftar distribusi diperoleh tdaftar sebesar 2,10. Ternyata harga thitung lebih besar dari tdaftar, atau harga thitung telah berada di luar daerah penerimaan H0. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan dapat menerima H1. Berdasarkan hasil eksperimen yang telah dilakukan, terdapat peningkatan kemampuan siswa secara signifikan setelah pelaksanaan eksperimen, baik siswa yang mengikuti latihan sepak sila maupun latihan pantulan bola ke tembok. Namun bentuk latihan sepak sila menunjukkan hasil yang lebih tinggi dibandingkan dengan hasil yang dicapai oleh siswa yang mengikuti latihan pantulan bola ke tembok. Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis penulis yang berbunyi: ”Terdapat perbedaan ketepatan servis pada permainan sepak takraw melalui latihan sepak sila dan latihan pantulan bola ke tembok pada siswa SMU 1 Mattiro Sompe Kabupaten Pinrang” dapat diterima. Bentuk latihan sepak sila dan latihan pantulan bola ke tembok pada prinsipnya merupakan latihan dasar yang harus dikuasai oleh seorang atlit sepak takraw yang ingin meningkatkan kemampuannya dalam permainan ini. Kedua bentuk latihan ini memberikan dampak yang sangat berarti pada kemampuan siswa dalam dalam melakukan servis. Namun dalam kenyataan yang ditemui melalui penelitian ini, ternyata
19 bentuk latihan sepak sila yang meberikan dampak lebih tinggi pada ketepatan servis dalam permainan sepak takraw dibandingkan dengan latihan pantulan bola ke tembok. Selama kegiatan pelaksanaan eksperimen, penulis diperhadapkan dengan berbagai kendala, antara lain keterbatasan waktu pelaksanaan latihan dan kurangnya disiplin siswa dalam melakukan latihan. Di samping itu, siswa tidak pernah melakukan latihan di luar jadwal yang telah ditetapkan. Latihan hanya dapat dilakukan sesuai dengan jadwal yang ditetapkan di sekolah. Hal ini disebabkan oleh kurangnya motivasi siswa dan kondisi lingkungan tempat tinggal siswa yang kurang menunjang. KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis penulis yang berbunyi: ”Terdapat perbedaan ketepatan servis pada permainan sepak takraw melalui latihan sepak sila dan latihan pantulan bola ke tembok pada siswa SMU Negeri 1 Mattiro Sompe Kabupaten Pinrang” dapat diterima. Dalam hal ini bahwa latihan sepak sila memberikan dampak yang lebih tinggi terhadap skor capaian siswa dalam ketepatan servis pada permainan sepak takraw dibandingkan dengan latihan pantulan bola ke tembok.
SARAN Berdasarkan hasil pembahasan dan simpulan di atas, maka dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut: 1. Bahwa untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam ketepatan servis pada permainan sepak takraw, maka sangat tepat jika digunakan bentuk latihan sepak sila. Karena itu kepada guru dan pelatih cabang permainan sepak takraw diharapkan agar
20 dapat menerapkan bentuk latihan sepak sila baik dalam pembelajaran maupun pada kegiatan latihan di luar jam sekolah; 2. Kepada orang tua siswa diharapkan dapat memberikan motivasi kepada setiap anak untuk melakukan aktivitas latihan sepak takraw di luar jam sekolah. Motivasi dimaksud berupa dukungan moril maupun penyediaan fasilitas untuk menunjang kegiatan latihan anak; 3. Bentuk latihan sepak sila diharapkan dapat dilakukan oleh siswa secara terus menerus tanpa bimbingan guru di luar jam sekolah. Karena bentuk latihan ini di samping dapat menjamin kesehatan fisik, juga merupakan aktivitas kemampuan dasar yang harus dimiliki untuk menjadi atlit sepak takraw yang berprestasi.
21 DAFTAR PUSTAKA Anwar. Kharsian. 1999. Mari Bermain Sepaktakraw ; Pengurus Besar PERSETASI Jakarta. Chaniago, Herman. 1996. Buletin PB. Persetasi. Jakarta : PB. Persetasi Denny. Muslim. 1999. Bermain Sepaktakraw ; PB. Persetasi, Jakarta. Darwis. Ratinus. 1992. Olahraga Pilihan Sepaktakraw. Jakarta : Dirjen. Dikti. Depdikbud. Dwijowinoto, Kasiyo. 1991. Dasar-dasar Ilmu Kepelatihan. Semarang : IKIP Semarang, Pres., Harsono. 1988. Coaching dan Aspek-aspek psikologis dalam Coaching. Jakarta : Depdikbud. Khalim. 1996. Manual Latihan Sepaktakraw. Malaysia : Baron Production Sdn. Bhd. Lutan, Rusli. 1988. Belajar Keterampilan Motorik ; Pengantar Teori dan Metode. Jakarta : Depdikbud P2LPTK. Muslim. Deny. 1999. Mari Bermain sepaktakraw. Jakarta : PB. Persetasi. Poerwanto. 1980. Dasar-Dasar Olahraga untuk Pembinaan, Pelaksana, dan Atlit ; Indonesia, PT. Intidayu Press. Rorintulus. 1990. Panduan Tes dan Latihan Kesegaran Jasmani. Jakarta Sajoto, M. 1988. Peningkatan dan Pembinaan Kondisi Fisik dalam Olahraga. Semarang : Dhahara Prize. Sudjana, Metode Statistika. Tarsito Bandung, 1982, hlm. 212. Tola, Ismail, 1988, Permainan Sepakraga Dan Sepaktakraw, FPOK IKIP Pandang Waharsono. 1977. Pembelajaran Sepaktakraw. Jakarta : Dikmenum. Depdikbud.
Ujung