Perbandingan Motivasi Berprestasi pada Anak Sulung Laki-laki dan Perempuan di Universitas Indonesia Prianka Diany Kinanti
Stephanie Yuanita Indrasari
Pratiwi Widyasari
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia
[email protected]
Abstrak Motivasi berprestasi merupakan faktor penting yang menentukan kemampuan akademik. Penelitian ini dilakukan untuk melihat perbedaan motivasi berprestasi dalam hope of success dan fear of failure pada anak sulung lakilaki dan perempuan. Sebanyak 140 responden merupakan mahasiswa Universitas Indonesia usia 18-24 tahun, terdiri dari 65 anak sulung laki-laki dan 75 anak sulung perempuan. Motivasi berprestasi diukur dengan menggunakan Achievement Motives Scale-Revised (AMS-R) oleh Lang dan Fries (2006) untuk melihat hope of success dan fear of failure. Urutan kelahiran terdiri dari urutan kelahiran ordinal dan psikologis. Urutan kelahiran psikologis diukur dengan menggunakan White-Campbell Psychological Birth Order Inventory (PBOI) oleh White, Campbell, Stewart dan Davies (1997). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara ordinal, anak sulung perempuan memiliki motivasi berprestasi dalam fear of failure yang lebih tinggi dibandingkan anak sulung laki-laki (signifikan pada p < 0.05). Tetapi secara psikologis, anak sulung laki-laki memiliki motivasi berprestasi dalam hope of success yang lebih tinggi dibandingkan anak sulung perempuan (signifikan pada p < 0.05). Kata kunci: Anak sulung; fear of failure; hope of success; urutan kelahiran
A Comparative Study of Achievement Motivation among Firstborn Male and Firstborn Female in Universitas Indonesia Abstract Achievement motivation is an important that determine academic proficiency. The research was done to see the difference of achievement motivation in hope of success and fear of failure among firstborn male and firstborn female. Respondents are 140 college students from Universitas Indonesia aged 18-24, 65 respondents are firstborn male and 75 respondents are firstborn female. Achievement motivation was measured by Achievement Motives Scale-Revised (AMS-R) by Lang and Fries (2006) to see hope of success and fear of failure. There are two kind of birth order: ordinal and psychological. Psychological birth order was measured by White-Campbell Psychological Birth Order Inventory (PBOI) by White, Campbell, Stewart and Davies (1997). The result of this research shows that ordinal firstborn female have higher achievement motivation in fear of failure than ordinal firstborn male (significant at p < 0.05). But, psychological firstborn male have higher achievement motivation in hope of success than psychological firstborn female (significant at p < 0.05). Keywords: Birth order; fear of failure; firstborn; hope of success
Perbandingan motivasi..., Prianka Diany Kinanti, FPSI, 2014
Pendahuluan
Universitas Indonesia adalah salah satu dari sejumlah perguruan tinggi terbaik yang berada di Indonesia. Jumlah pendaftar pada tahun 2007 sampai 2009 terus meningkat tetapi tidak diiringi oleh peningkatan persentase penerimaan mahasiswa. (http://old.ui.ac.id). Untuk dapat diterima di Universitas Indonesia, dibutuhkan persaingan yang sangat ketat melalui proses seleksi masuk. Kemampuan akademik adalah hal yang sangat penting dalam proses seleksi masuk Universitas Indonesia. Motivasi berprestasi merupakan salah satu dari berbagai macam faktor penting yang menentukan kemampuan akademik siswa. Motivasi untuk berprestasi tersebut menghasilkan usaha yang konsisten dalam mengejar tujuan akademis (Hasan & Khalid, 2012). Motivasi berprestasi pada dasarnya dibedakan menjadi dua hal, yakni kecenderungan untuk mendekat (approach) dan kecenderungan untuk menghindar (avoid). Kecenderungan untuk mendekat biasanya disebut dengan hope of success dan kecenderungan untuk menghindar disebut
fear of failure (Lang & Fries, 2006). Sejumlah penelitian
menyebutkan bahwa motivasi berprestasi pada laki-laki dan perempuan berbeda. Misalnya Liu dan Zhu (dalam Shekhar & Devi, 2012) menyatakan bahwa siswa laki-laki di SMA memiliki motivasi berprestasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan siswa perempuan. Lain lagi dengan Lang dan Fries (2006) yang menyatakan bahwa perempuan memiliki skor yang lebih tinggi pada fear of failure daripada laki-laki. Selain itu, urutan kelahiran juga memengaruhi motivasi berprestasi. Angelini, Sampson dan Hancock, 1967 (dalam Falbo, 1981) menyatakan bahwa anak sulung dan anak tunggal memiliki motivasi berprestasi yang lebih tinggi dibanding anak yang lahir berikutnya. Hargrove dan Falbo, 1980 (dalam Srivastava, 2011) menemukan adanya korelasi signifikan yang spesifik antara urutan kelahiran dan motivasi berprestasi, pada sikap kompetitif (Hargrove & Falbo, 1980 dalam Srivastava, 2011). Urutan kelahiran merupakan konsep yang diungkapkan Alfred Adler, mengenai urutan kelahiran seorang anak yang dapat memengaruhi perkembangan kepribadian anak tersebut (Stewart & Stewart, 1995). Terdapat dua definisi mengenai urutan kelahiran: posisi ordinal yakni urutan kelahiran yang sebenarnya dan posisi psikologis yakni peran yang diadopsi dalam interaksi dengan orang lain (Shulman & Mosak, dalam Eckstein, Aycock, Sperber, McDonald, Van Wiesner, Watts & Ginsburg, 2010). Urutan kelahiran yang sering menjadi bahasan di dalam penelitian, adalah first (sulung), middle (tengah), youngest (bungsu) dan only child (tunggal). Anak sulung seringkali disebut memiliki keunggulan dibandingkan dengan anak yang lahir berikutnya. Contohnya adalah kemampuan bahasa yang
Perbandingan motivasi..., Prianka Diany Kinanti, FPSI, 2014
lebih baik karena anak sulung mengadopsi langsung cara berbicara orang tua yang merupakan efek dari interaksi langsung dengan orang tuanya (Koch, dalam Hatzitheologou, 1997). Anak sulung sering diharapkan untuk dapat sukses dan menjadi contoh bagi adiknya juga membanggakan orangtuanya. Secara umum, orang tua akan memiliki harapan yang lebih tinggi pada anak sulung yang sebelumnya juga telah diberikan tanggung jawab lebih (Cloninger, 1996). Jenis kelamin dari anak sulung tersebut juga menjadi hal yang penting karena menurut Kitchenham (2002) laki-laki dan perempuan bertindak dan berprestasi secara berbeda karena tergantung pada lingkungan sosial yang memiliki harapan pada mereka. Berdasarkan latar belakang di atas, muncul permasalahan penelitian yakni: 1) Bagaimanakah gambaran urutan kelahiran psikologis pada anak sulung yang berkuliah di Universitas Indonesia? 2) Bagaimanakah gambaran motivasi berprestasi (dalam hope of success dan fear of failure) pada anak sulung yang berkuliah di Universitas Indonesia jika dilihat dari urutan kelahirannya baik secara ordinal maupun psikologis? 3) Apakah terdapat perbedaan motivasi berprestasi (dalam hope of success dan fear of failure) pada anak sulung laki-laki dan perempuan yang berkuliah di Universitas Indonesia jika dilihat dari urutan kelahirannya baik secara ordinal maupun psikologis? Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk melihat gambaran urutan kelahiran psikologis pada anak sulung yang berkuliah di Universitas Indonesia. Selain itu, peneliti ingin melihat gambaran motivasi berprestasi dalam hope of success dan fear of failure pada anak sulung dilihat dari urutan kelahirannya secara ordinal maupun psikologis. Kemudian, penelitian ini juga ingin mengetahui perbedaan pada anak sulung laki-laki dan perempuan yang berkuliah di Universitas Indonesia dalam konteks motivasi berprestasi dalam hope of success dan fear of failure.
Tinjauan Teoritis
Atkinson (1957) menyatakan bahwa motivasi berprestasi merupakan pengaturan untuk meraih kesuksesan dan/atau kapasitas untuk mengalami kesenangan akan kesuksesan. Ia juga menyatakan bahwa motivasi berprestasi terdiri dari dua faktor yakni motivasi untuk meraih kesuksesan dan motivasi untuk menghindari kegagalan. Menurutnya, jika motivasi untuk meraih kesuksesan lebih kuat dibandingkan dengan motivasi untuk menghindari kegagalan, seorang individu akan memiliki estimasi meraih keberhasilan yang lebih tinggi. Serupa dengan hal tersebut, jika motivasi untuk menghindari kegagalan yang ada pada seseorang lebih kuat dibandingkan dengan motivasi untuk meraih kesuksesan, maka seorang individu
Perbandingan motivasi..., Prianka Diany Kinanti, FPSI, 2014
akan memiliki estimasi pada kegagalan (Liu & Zhu, 2009). Lang dan Fries (2006) mengungkapkan bahwa untuk mengukur motivasi berprestasi secara umum harus dipisahkan berdasarkan dua jenis. Sejumlah literatur membagi motivasi berprestasi menjadi kecenderungan untuk mendekat dan menghindar (Atkinson, 1957; Heckhausen, 1963, 1991 dalam Lang & Fries, 2006). Kecenderungan untuk mendekat (approach) disebut dengan hope of success dan kecenderungan untuk menghindar (avoid) disebut dengan fear of failure. Urutan kelahiran merupakan sebuah konsep yang diungkapkan oleh Alfred Adler. Adler (2013) mengungkapkan bahwa urutan kelahiran memiliki pengaruh terhadap perkembangan kepribadian seorang anak. Perkembangan kepribadian ini juga dipengaruhi oleh respon orangtua terhadap anaknya yang berbeda-beda tergantung urutan kelahiran seorang anak. Menurut Ansbacher dan Ansbacher (1956), yang paling memengaruhi karakter seseorang bukan nomor urut lahirnya, melainkan situasi saat anak tersebut lahir dan bagaimana ia menginterpretasikan situasi tersebut. Empat posisi dalam istilah urutan kelahiran yang sering menjadi bahasan, yakni: first (sulung), middle (tengah), youngest (bungsu), dan only child (tunggal). Shulman dan Mosak (1977) (dalam Eckstein, Aycock, Sperber, McDonald, Van Wiesner III, Wats dan Ginsburg, 2010) mengungkapkan bahwa terdapat dua definisi mengenai urutan kelahiran, yakni posisi ordinal dan posisi psikologis. Posisi ordinal merupakan tempat pada struktur sosial, sementara posisi psikologis merupakan bagaimana anak tersebut menempatkan atau mempersepsikan diri mereka dalam struktur keluarga (Shulman &Mosak, 1977 dalam Slavik & Carlson, 2006, ch 23). Perasaan akan posisinya dalam keluarga ini dapat atau tidak dapat menjadi urutan kelahiran yang kronologis dalam sebuah keluarga. Perasaan akan posisinya dalam suatu keluarga merupakan hal yang biasa disebut dengan urutan kelahiran psikologis (Slavik & Carlson, 2006, ch 23). Falbo (1981) mengungkapkan bahwa memang terdapat sejumlah penelitian yang mengungkapkan bahwa anak sulung dan anak tunggal memiliki skor motivasi berprestasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan anak yang lahir berikutnya, tetapi ada juga yang tidak menemukan adanya pengaruh urutan kelahiran terhadap motivasi berprestasi sendiri. Selama beberapa tahun, sejumlah buku teks psikologi telah mengungkapkan adanya tiga perbedaan dasar antara laki-laki dan perempuan: kemampuan verbal, kemampuan spasial, dan kemampuan matematis. Bahkan kemudian, dikatakan bahwa motivasi berprestasi antara lakilaki dan perempuan berbeda, dengan perempuan memiliki motivasi berprestasi yang lebih rendah dibandingkan laki-laki (Hyde & Else-Quest, 2013). Gjesme (1983) melakukan penelitian dengan menggunakan alat ukur Achievement Motives Scale (AMS) yang menemukan bahwa siswa perempuan memiliki motivasi untuk menghindari kegagalan yang
Perbandingan motivasi..., Prianka Diany Kinanti, FPSI, 2014
lebih tinggi dibandingkan dengan siswa laki-laki. Hal tersebut serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh Lang dan Fries (2006) dalam rangka konstruksi alat ukur AMS-R. Penelitian tersebut menyebutkan bahwa perempuan memiliki skor yang lebih tinggi daripada laki-laki dalam fear of failure.
Metode Penelitian Variabel yang Akan Diukur 1.
Motivasi berprestasi dalam penelitian ini adalah skor hope of success dan fear of
failure yang diperoleh melalui pengukuran dengan menggunakan skala yang disusun oleh Lang dan Fries (2006) yakni Achievement Motives Scale-Revised (AMS-R). 2.
Urutan kelahiran ordinal merupakan urutan kelahiran seorang anak yang sifatnya
numerikal, misalnya anak sulung merupakan anak yang pertama lahir dalam suatu keluarga. Sementara definisi operasional dari urutan kelahiran psikologis merupakan kategorisasi yang diperoleh melalui White-Campbell Psychological Birth Order Inventory (PBOI) (White dkk., 1997), misalnya seorang anak sulung yang secara psikologis merasa bahwa ia anak bungsu. Hipotesis Penelitian 1.
Terdapat perbedaan motivasi berprestasi dalam hope of success pada anak sulung laki-
laki dan perempuan dengan urutan kelahiran ordinal. 2.
Terdapat perbedaan motivasi berprestasi dalam fear of failure pada anak sulung laki-
laki dan perempuan dengan urutan kelahiran ordinal. 3.
Terdapat perbedaan motivasi berprestasi dalam hope of success pada anak sulung laki-
laki dan perempuan dengan urutan kelahiran psikologis. 4.
Terdapat perbedaan motivasi berprestasi dalam fear of failure pada anak sulung laki-
laki dan perempuan dengan urutan kelahiran psikologis. Sampel Penelitian Sampel yang digunakan dalam penelitian ini merupakan anak sulung yang berusia 18-24 tahun dan berkuliah di Universitas Indonesia. Responden berasal dari dari 13 fakultas dan 1 program vokasi di Universitas Indonesia, serta merupakan mahasiswa aktif angkatan 20102013. Penelitian ini menggunakan teknik quota sampling non-proportional, yakni peneliti menentukan sendiri berapa banyak sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Kuota
Perbandingan motivasi..., Prianka Diany Kinanti, FPSI, 2014
sampel dari masing-masing fakultas, yakni sebanyak 10 responden dengan jumlah laki-laki dan perempuan yang sebanding, dengan total 140 sampel. Instrumen Penelitian 1.
Alat ukur yang digunakan merupakan Achievement Motives Scale-Revised (AMS-R)
yang dikembangkan oleh Lang dan Fries (2006) untuk melihat motivasi berprestasi dalam hope of success dan fear of failure. ). Alat ukur AMS-R ini juga terdiri dari dua aspek yakni hope of success yang diwakili oleh 5 item dan fear of failure yang juga diwakili oleh 5 item. Skala Likert dalam alat ukur ini adalah 1 sampai dengan 4. 2.
Urutan kelahiran psikologis didapatkan dengan kategorisasi melalui alat ukur
Psychological Birth Order Inventory (PBOI) yang dikembangkan oleh White dkk., (1997). PBOI terdiri dari 46 item mengenai apa yang seseorang rasakan di dalam sebuah keluarga. Kategorisasi yang dimaksud yakni first, middle, youngest, dan only. Setiap item mewakili keempat kategori urutan kelahiran. Keempat kategorisasi ini sesuai dengan model urutan kelahiran yang diungkapkan oleh Adler (1928). Respon yang harus diberikan oleh partisipan terhadap ke-46 item adalah “ya” dan “tidak”. Metode Pengolahan Data a. Statistik Deskriptif Statistik deskriptif digunakan untuk mengolah data gambaran umum responden seperti data jenis kelamin, usia, urutan kelahiran, banyaknya saudara yang dimiliki, dan asal angkatan. Selain itu, teknik ini juga digunakan untuk melihat gambaran secara umum mengenai karakteristik sampel penelitian berdasarkan frekuensi, nilai rata-rata atau mean, modus, serta persentase dari skor individu.
b. Independent Sample t-Test Teknik ini digunakan untuk mengetahui serta mengevaluasi perbedaan mean antara dua populasi atau dengan perlakuan yang berbeda (Gravetter & Wallnau, 2008). Pengujian ini dilakukan untuk melihat perbedaan nilai mean hope of success dan fear of failure dalam motivasi berprestasi pada anak sulung laki-laki dan perempuan.
c. One-Way Analysis of Variance (ANOVA) Teknik statistik ini digunakan untuk mengetahui signifikansi perbedaan mean antara dua kelompok atau lebih. Teknik ini akan digunakan pada analisis tambahan untuk melihat apakah terdapat perbedaan motivasi berprestasi yang signifikan di antara anak sulung dengan urutan kelahiran psikologis yang berbeda.
Perbandingan motivasi..., Prianka Diany Kinanti, FPSI, 2014
Hasil Penelitian Gambaran Urutan Kelahiran Psikologis pada Responden 40.00% 35.00%
33.57%
30.00%
25.00%
23.57%
25.00%
17.86%
20.00% 15.00% 10.00%
5.00% 0.00% Anak Sulung
Anak Tengah
Anak Bungsu
Anak Tunggal
Grafik 1. Urutan Kelahiran Psikologis pada Responden
Sebanyak 33.57% anak sulung mengidentifikasikan dirinya dengan urutan kelahiran yang sama, yakni sebagai anak sulung. Kemudian, sebanyak 25% anak sulung mengidentifikasikan dirinya sebagai anak tengah, 23.57% mengidentifikasikan dirinya sebagai anak bungsu dan sisanya sebanyak 17.86% mengidentifikasikan dirinya sebagai anak tunggal.
Gambaran Motivasi Berprestasi pada Responden Tabel 1. Gambaran Motivasi Berprestasi pada Responden Urutan Kelahiran
N
Sulung secara Ordinal
140
Sulung secara Psikologis
47
Motivasi Berprestasi hope of success fear of failure hope of success fear of failure
Mean 16.97 14.33 16.93 14.38
SD 2.13 2.98 1.86 2.49
Anak sulung memiliki mean hope of success yang lebih tinggi dibandingkan dengan mean fear of failure. Mean hope of success pada anak sulung laki-laki lebih tinggi dibandingkan dengan anak sulung perempuan, tetapi mean fear of failure anak sulung perempuan lebih tinggi dibandingkan dengan anak sulung laki-laki. Perbedaan Motivasi Berprestasi pada Anak Sulung Laki-laki dan Perempuan dengan Urutan Kelahiran Ordinal
Perbandingan motivasi..., Prianka Diany Kinanti, FPSI, 2014
Tabel 2. Perbedaan Motivasi Berprestasi pada Anak Sulung Laki-laki dan Perempuan dengan Urutan Kelahiran Ordinal Motivasi Berprestasi hope of success fear of failure *signifikan pada p < 0.05 (2-tailed)
t 0.704 -4.144
Sig. (2-tailed) 0.483 0.000*
Tabel di atas menunjukkan hope of success t = 0.704 dengan nilai p = 0.483, dimana angka tersebut > 0.05. Dengan demikian Ha (1) ditolak, yaitu tidak terdapat perbedaan motivasi berprestasi dalam hope of success pada anak sulung laki-laki dan perempuan dengan urutan kelahiran ordinal. Namun pada fear of failure, hasil uji t-test menghasilkan t = -4.144 dengan nilai p = 0.000. Angka tersebut menunjukkan p < 0.05, sehingga Ha (2) diterima. Hal tersebut membuktikan bahwa terdapat perbedaan motivasi berprestasi dalam fear of failure pada anak sulung laki-laki dan perempuan dengan urutan kelahiran ordinal.
Perbedaan Motivasi Berprestasi pada Anak Sulung Laki-laki dan Perempuan dengan Urutan kelahiran psikologis Tabel 3. Perbedaan Motivasi Berprestasi pada Anak Sulung Laki-laki dan Perempuan dengan Urutan Kelahiran Psikologis Motivasi Berprestasi hope of success fear of failure *signifikan pada p < 0.05 (2-tailed)
t 2.202 -1.523
Sig. (2-tailed) 0.033* 0.135
Hasil analisis dengan menggunakan independent sample T-test pada hope of success didapatkan t = 2.202 dan nilai p = 0.033, yang mana angka tersebut < 0.05. Dengan demikian Ha (3) diterima, yaitu terdapat perbedaan motivasi berprestasi dalam hope of success pada anak sulung laki-laki dan perempuan dengan urutan kelahiran psikologis. Namun pada fear of failure, didapatkan t = -1.523 dengan nilai p = 0.135. Angka tersebut menunjukkan p > 0.05, sehingga Ha (4) ditolak, yaitu tidak terdapat perbedaan motivasi berprestasi dalam fear of failure pada anak sulung laki-laki dan perempuan dengan urutan kelahiran psikologis.
Perbandingan motivasi..., Prianka Diany Kinanti, FPSI, 2014
Pembahasan Responden penelitian yang secara keseluruhan berjumlah 140 orang merupakan anak sulung secara ordinal. Analisis alat ukur PBOI yang sudah diadaptasi kedalam bahasa Indonesia menunjukkan bahwa anak sulung secara ordinal terbagi lagi menjadi empat kategori urutan kelahiran psikologis, yakni anak sulung, anak tengah, anak bungsu, dan anak tunggal. Fizel (2008) mengungkapkan bahwa urutan kelahiran psikologis merepresentasikan posisi yang dirasakan oleh seseorang dalam suatu keluarga. Lebih lanjut lagi, Adler menyatakan bahwa konstelasi keluarga (misalnya urutan kelahiran, gender dari adik atau kakak, jarak usia antar saudara kandung) memengaruhi posisi yang dirasakan individu dalam suatu keluarga (Fizel, 2008). Jika demikian, urutan kelahiran psikologis yang berbeda-beda pada anak sulung ordinal di Universitas Indonesia bisa saja disebabkan oleh konstelasi keluarga yang juga berbeda-beda. Karena menurut Campbell (1991) (dalam Fizel, 2008), urutan kelahiran psikologis merupakan bagaimana seseorang menempatkan dan menginterpretasikan posisinya di konstelasi keluarga. Menurut Gjesme (1983) individu yang memiliki motif untuk mendekati sukses yang lebih kuat dibandingkan dengan motif untuk menghindari gagal dikategorikan sebagai successoriented pupils. Penelitian ini menemukan bahwa anak sulung secara ordinal maupun psikologis yang berkuliah di Universitas Indonesia memiliki hope of success yang lebih tinggi daripada fear of failure. Jika demikian, hasil penelitian ini menyatakan bahwa anak sulung di Universitas Indonesia berada dalam kategori success-oriented pupils. Karakteristik yang dimiliki oleh success-oriented pupils antara lain dapat menghasilkan motivasi untuk pendekatan (approach), serta menyukai situasi yang menantang. Lebih lanjut lagi Gjesme (1983) menyatakan bahwa tidak berarti success oriented pupils selalu memiliki motivasi yang tinggi atau di lain sisi, siswa yang merupakan failure-oriented pupils selalu merasa cemas akan kegagalan. Ekspresi yang jelas dan munculnya motivasi dalam situasi yang melibatkan prestasi tergantung pada estimasi subjektif individu tentang sebaik apa mereka mampu untuk sukses. Perbedaan motivasi berprestasi yang signifikan pada anak sulung laki-laki dan perempuan secara ordinal terlihat pada fear of failure dengan signifikansi. Sementara untuk hope of success, tidak terdapat perbedaan yang signifikan. Signifikansi perbedaan fear of failure pada anak sulung laki-laki dan perempuan secara ordinal tersebut mengungkapkan bahwa anak sulung perempuan memiliki fear of failure yang lebih tinggi (M=14.91) dibandingkan dengan anak sulung laki-laki (M=13.82). Dengan kata lain, anak sulung perempuan memiliki
Perbandingan motivasi..., Prianka Diany Kinanti, FPSI, 2014
motivasi berprestasi yang tinggi karena menghindari kegagalan. Temuan ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Gjesme (1983) dengan menggunakan alat ukur Achievement Motives Scale (AMS) yang menemukan bahwa siswa perempuan memiliki motivasi untuk menghindari kegagalan yang lebih tinggi dibandingkan dengan siswa laki-laki. Sama halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Lang dan Fries (2006) dalam rangka konstruksi alat ukur AMS-R. Penelitian tersebut menyebutkan bahwa perempuan memiliki skor yang lebih tinggi daripada laki-laki dalam fear of failure. Untuk hope of success, perbedaan skor antara laki-laki dan perempuan tidak terlalu terlihat perbedaannya. Sejumlah kemungkinan mengapa anak sulung perempuan lebih memiliki kecenderungan untuk menghindari kegagalan daripada anak sulung laki-laki dapat dijelaskan melalui Rand (1965), yang menyatakan bahwa wanita cenderung meremehkan kemungkinan mereka untuk melakukan performa yang lebih baik daripada laki-laki. Hal tersebut sejalan dengan Gjesme (1973a) yang menyatakan bahwa siswa perempuan cenderung meremehkan kemungkinan mereka untuk lebih berhasil daripada laki-laki di sekolah. Namun, perbedaan motivasi berprestasi pada anak sulung laki-laki dan perempuan secara psikologis terlihat signifikan pada hope of success. Anak sulung laki-laki secara psikologis memiliki hope of success yang lebih tinggi (M=17.52) dibandingkan dengan anak sulung perempuan (M=16.37). Temuan ini berbeda dengan urutan kelahiran secara ordinal yang menyatakan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan dalam hope of success pada anak sulung. Anak sulung laki-laki yang memiliki hope of success lebih tinggi ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Liu dan Zhu (2009). Penelitian tersebut menemukan bahwa motivasi untuk meraih kesuksesan pada siswa SMA berbeda secara signifikan, dengan siswa laki-laki memiliki motivasi untuk meraih kesuksesan yang lebih tinggi dibandingkan dengan siswa perempuan. Karena memang sejak SMP, motivasi berprestasi pada siswa laki-laki lebih tinggi dibandingkan dengan siswa perempuan. Bahkan perbedaan tersebut semakin bertambah besar seiring dengan berjalannya waktu.
Kesimpulan
1.
Ditemukan keempat urutan kelahiran secara psikologis yakni sulung, tengah, bungsu
dan tunggal pada anak sulung secara ordinal di Universitas Indonesia. Anak sulung secara
Perbandingan motivasi..., Prianka Diany Kinanti, FPSI, 2014
psikologis merupakan urutan kelahiran psikologis yang paling banyak ditemukan, sementara anak tunggal secara psikologis yang paling sedikit. 2.
Anak sulung secara ordinal maupun psikologis memiliki mean skor motivasi
berprestasi dalam hope of success yang lebih tinggi dibandingkan dengan motivasi berprestasi dalam fear of failure. 3.
a) Terdapat perbedaan motivasi berprestasi dalam fear of failure pada anak sulung
laki-laki dan perempuan secara ordinal. Anak sulung perempuan memiliki motivasi berprestasi dalam fear of failure yang lebih tinggi daripada anak sulung laki-laki. b) Terdapat perbedaan motivasi berprestasi dalam hope of success pada anak sulung laki-laki dan perempuan secara psikologis. Anak sulung laki-laki memiliki motivasi berprestasi dalam hope of success yang lebih tinggi daripada anak sulung perempuan.
Saran
Saran Metodologis
1.
Menambahkan data demografis konstelasi keluarga, yakni urutan kelahiran, gender
dari adik atau kakak serta jarak usia antar saudara kandung agar hasil urutan kelahiran psikologis dapat dianalisis lebih jauh. 2.
Memperbesar jumlah sampel sehingga ketika ingin melakukan analisis anak sulung
dengan urutan kelahiran psikologis, analisis statistik yang dihasilkan lebih baik. 3.
Penggunaaan kata „anak sulung‟ yang beberapa kali disalahartikan oleh sejumlah
calon responden sebagai anak satu-satunya atau anak yang lebih kecil, sehingga kemudian peneliti menggunakan kata „anak pertama yang memiliki adik‟ untuk menghindari kesalahan pengambilan data. Agar tidak terjadi seperti ini lagi sebaiknya penelitian selanjutnya menggunakan kata yang lebih spesifik seperti anak pertama yang memiliki adik, jika memang responden yang dibutuhkan merupakan anak sulung. 4.
Memerhatikan sejumlah istilah bahasa Inggris yang diterjemahkan ke dalam bahasa
Indonesia. Untuk selanjutnya, uji coba bisa dilakukan lebih dari satu kali untuk memastikan istilah dalam bahasa Indonesia yang lebih tepat.
Perbandingan motivasi..., Prianka Diany Kinanti, FPSI, 2014
Saran Praktis 1.
Berdasarkan hasil penelitian, terlihat bahwa perempuan memiliki kecenderungan
untuk
menghindari
kegagalan
yang
lebih
tinggi
dibandingkan
dengan
laki-laki.
Kecenderungan tersebut yang merupakan hasil dari motivasi yang bersifat negatif. Konseling di bidang pendidikan dalam institusi pendidikan, dapat membangun motivasi siswa secara lebih positif sehingga seorang individu tidak terlalu berfokus dan memiliki ketakutan yang berlebih akan kegagalan. 2.
Atmosfer persaingan di institusi pendidikan dibuat lebih positif, sehingga siswa
perempuan tidak takut untuk berkompetisi dengan siswa laki-laki, dan berani untuk dapat melebihi siswa laki-laki.
Daftar Referensi
Adler, A. (2013). Understanding Human Nature. New York: Routledge. Ansbacher, H. L,. Ansbacher, R. R. (1956). The Individual Psychology of Alfred Adler. New York: Basic Books, Inc. Atkinson, J. W (1957). Motivational determinants of risk-taking behavior. Psychological Review, 64, 359-372. Cloninger, C. R. (1996). The genetics and psychobiology of the seven factor model of personality. In R.S. Kenneth (Ed.), Biology of personality disorders (pp. 63–92) Eckstein, D., Aycock, K. J., Sperber, M. A., McDonald, J., Van-Wiesner III, V., Watts, R. E., Ghinsburg, P. (2010). A Review of 200 Birth-Order Studies: Lifestyle Characteristics. The joumal of Individuai Psychology,Vol. 66. No. 4, Winter 2010 Falbo, T. (1981). Relationships between Birth Category, Achievement and Interpersonal Orientation. Journal of Personality and Social Psychology. Vol-41, No. 1, 121-131 Fizel, L. (2008). The Relationship of Birth Order to Perfectionism. A Doctoral Project Submitted in Partial Fulfillment of The Requirements for the Degree of Doctor of Psychology In the Department of Psychology at Pace University
Perbandingan motivasi..., Prianka Diany Kinanti, FPSI, 2014
Gjesme, T. (1983). Motivation to Approach Success (Ts) and Motivation to Avoid Failure (TF) at School. Scandinavian Journal of Educational Research. 27:3, 145-164 Gjesme, T. 1973a. Achievement-related motives and school performance for girls. Journal of Personality and Social Psychology 26, 131-136. Hasan, S. S., Khalid, R. (2012). Differences in Achievement Motivation and its Salient Components Among High and Low Achieving Students. Pakistan Journal of Psychology, June 2010, 43, 1, 27-40 Hatzitheologou, E. (1997). Reading achievement, birth order and family size. International Journal of Early Childhood; 1997; 29, 2; ProQuest pg. 14 Hyde, J. S., Else-Quest, N. (2013). Half the Human Experience. The Psychology of Women (8th Edition). Belmont: Wadsworth Kitchenham, A. (2002). Viv la difference: Gender, motivation and achievement. Ontario: Canadian School Library Association Lang, J. W. B., Fries, S. (2006). A revised 10-item version of the Achievement Motives Scale: Psychometric properties in German-speaking samples. European Journal of Psychological Assessment, 22, 216-224. doi: 10.1027/1015-5759.22.3.216 Liu, Q., Zhu, X. (2009). Investigation an Analysis on the Achievement Motivation of 278 Senior High School Students. International Journal of Psychological Studies 1.1 (Jun 2009): 10-15 Rand, P. 1965. Achievement Motivation and School Performance, Oslo: Universitetsforlaget. Shekhar, C., Devi, R. (2012). Achievement Motivation across Gender and Different Academic Majors. Journal of Educational and Developmental Psychology; Vol. 2, No. 2; 2012 Slavik, S., & Carlson, J. (2005). The Relationship of Psychological Birth Order to Actual Bith Order. Readings in the Theory of Individual Psychology (pp 325-334). New York: Taylor & Francis Group Srivastava, S. K. (2011). Study the Effect of Achievement Motivation among Birth Orders. Journal of Psychosocial. Res. Vol. 6 No. 2 (2011) p. 169-178
Perbandingan motivasi..., Prianka Diany Kinanti, FPSI, 2014
Stewart, A. E., and Stewart, E. A. (1995). “Trends in Birth Order Research: 1976–1993.” Individual Psychology: Journal of Adlerian Theory, Research and Practice 51:21–36. White, J., Campbell, L., Stewart, A., & Davies, M. (1997). The relationship of psychological birth order to career interests. Individual Psychology: Journal of Adlerian Theory, Research & Practice, 53, 89-104. Retrieved from EBSCOhost.
Perbandingan motivasi..., Prianka Diany Kinanti, FPSI, 2014