1
Perbaikan Sistem Kerja untuk Meningkatkan Produktivitas dan Mengurangi Burnout pada Perawat UGD (Studi Kasus : UGD RSU Haji Surabaya) Erys Handini dan Sri Gunani Partiwi Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia e-mail:
[email protected]
Abstrak - Perawat UGD adalah tenaga medis yang bertugas untuk bersiaga memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Beban kerja yang diberikan kepada perawat UGD sangat fluktuatif tergantung kondisi pasien yang ditangani serta banyaknya jumlah pasien. Beban kerja tersebut ditambah dengan shift kerja yang panjang melebihi kapasitas kerja manusia normal dikhawatirkan akan mengakibatkan penurunan produktivitas dan stres akibat beban kerja yang tinggi. Stres yang berkepanjangan ini dapat mengakibatkan kelelahan fisik, mental, dan emosional yang dapat berujung terjadinya burnout pada perawat. Penelitian ini diselesaikan menggunakan metode pengukuran beban kerja fisik, NASA TLX, pengukuran burnout dengan Maslach Burnout Inventory dan Human Reliability Assessment. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perawat UGD Rumah Sakit Haji Surabaya dengan tingkat burnout tertinggi adalah perawat dengan shift kerja malam hari. Rata-rata beban kerja fisik yang dialami masuk kategori sedang dan berat. Sementara itu deskriptor yang paling berpengaruh terhadap beban mental perawat adalah tingkat stres. Selain itu keandalan sistem perawat dalam melakukan tugasnya bernilai 0,503974. Rekomendasi perbaikan yang diusulkan adalah dengan pemberian waktu istirahat sebesar 3,79 menit setelah melakukan pekerjaan selama 8,1 menit. Rekomendasi untuk mereduksi error adalah dengan melakukan stress management training, job rotation dan pembuatan checklist kerja Kata Kunci—perawat, burnout, beban kerja, human reliability assessment
I. PENDAHULUAN
P
ERAWAT merupakan salah satu tenaga medis yang berperan penting dalam memberikan pelayanan kesehatan terhadap pasien di rumah sakit. Tim perawat merupakan kunci terdepan untuk tercapainya kepuasaan pasien terhadap kebutuhan pemulihannya dari kondisi sakit. Hal ini dikarenakan, tim keperawatan melakukan asuhan keperawatan selama 24 jam secara terus menerus terhadap pasien [9]. Selain tugas pokok tersebut, perawat juga melakukan tugas tambahan lainnya seperti administrasi pasien, melaksanakan tugas sebagai tim ambulance 118 dan lain-lain. Sehingga disini dapat dikatakan bahwa perawat mempunyai beban kerja yang berat dilihat dari segi jam kerja yang panjang dan juga jenisjenis tugas keperawatan serta beban tambahan lain yang harus dilakukan.
Berkaitan dengan beratnya beban tugas perawat dengan hal tersebut, salah satu unit kerja pada rumah sakit yang perlu mendapatkan perhatian khusus adalah perawat pada Unit Gawat Darurat (UGD). Sebagai ujung tombak dalam pelayanan keperawatan rumah sakit, UGD harus melayani semua kasus yang masuk ke rumah sakit. Dengan kompleksitas kerja yang demikian, maka perawat yang bertugas di UGD dituntut untuk memiliki kemampuan lebih jika dibandingkan dengan perawat yang melayani pasien di unit yang lain. Sehingga untuk bekerja di UGD membutuhkan kecekatan, keterampilan, dan kesiagaan setiap saat seperti yang diungkapkan oleh Hardianti [11]. Beban kerja yang diberikan kepada perawat UGD sangat fluktuatif tergantung kondisi pasien yang ditangani serta banyaknya jumlah pasien. Beban kerja tersebut ditambah dengan shift kerja yang panjang melebihi kapasitas kerja manusia normal dikhawatirkan akan mengakibatkan penurunan produktivitas dan stres akibat beban kerja yang tinggi. Stres yang berkepanjangan ini dapat mengakibatkan kelelahan fisik, mental, dan emosional yang dapat berujung terjadinya burnout pada perawat. Jika terjadi kelelahan pada perawat, maka dikhawatirkan pula akan menyebabkan penurunan keandalan pada perawat dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Setelah dilakukan observasi kondisi eksisting, maka diketahui bahwa perawat UGD RSU Haji Surabaya berjumlah 25 orang dengan 18 tugas yang harus dilakukan serta terbagi menjadi 3 shift kerja (pagi, sore dan malam hari). Rata-rata pasien yang ditangani adalah ± 2.500 pasien/bulan dan hari kerja perawat dalam setahun adalah sebanyak 287 hari. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan terhadap beberapa perawat didapatkan informasi beberapa keluhan kerja yang dirasakan perawat baik dari segi lingkungan, keluhan fisik maupun non fisik (mental dan emosional). Dari segi lingkungan, yang dikeluhkan oleh perawat antara lain adalah adanya bau yang mengganggu di sekitar lingkungan kerja (seperti bau obat, muntahan, darah dll yang dapat mengakibatkan mual maupun pusing). Dari segi keluhan fisik, hal yang dikeluhkan oleh perawat adalah mengalami sakit kepala (pusing), mengalami nyeri punggung, nyeri otot saat mengangkat beban atau mendorong pasien, merasakan kelelahan setelah bekerja, mengalami insomnia akibat pola tidur yang tidak teratur, kaku pada leher, serta cedera akibat peralatan kerja (tertusuk jarum suntik dll). Sementara dari segi kondisi non fisik perawat mengeluhkan akan merasa cepat tersinggung saat melayani pasien jika sedang lelah dan beban kerja tinggi, mudah panik,
2 merasakan kejenuhan dan susah mengontrol emosi. Hal-hal ini dapat menjadi indikasi awal terjadinya resiko kelelahan yang dapat berujung burnout pada perawat. Berdasarkan kondisi tersebut, peneliti bermaksud melakukan penelitian untuk dapat memberikan perbaikan sistem kerja terhadap perawat UGD sehingga dapat meningkatkan produktivitas kerja dan mengurangi resiko tingkat burnout. Pengambilan data dan objek penelitian dilakukan pada perawat UGD Rumah Sakit Haji Surabaya dengan melihat perbedaan tingkat burnout berdasarkan shift. Sementara itu pengolahan data akan dilakukan dengan pengukuran beban kerja fisik (konsumsi energi), pengukuran beban kerja mental (NASA-TLX), Maslach Burnout Inventory dan human reliability assessment. II. URAIAN PENELITIAN Penelitian ini diawali dengan tahap persiapan yang meliputi identifikasi permasalahan berdasarkan kondisi eksisting yang terjadi pada objek penelitian yaitu pada perawat di UGD RSU Haji Surabaya. Selain itu dilakukan pula studi literatur dan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini. Setelah itu akan dilanjutkan dengan tahap pengumpulan dan pengolahan data. Tahap pengolahan data ini akan menggunakan beberapa metode. Untuk mengukur beban kerja fisik perawat maka dilakukan dengan rumus perhitungan konsumsi energi dengan mengacu pada pengukuran denyut jantung perawat sebelum dan setelah bekerja. Selanjutnya dilakukan pula pengukuran beban kerja mental perawat dengan metode NASA-TLX untuk mengetahui deskriptor apa yang paling berperan dalam mempengaruhi beban kerja mental perawat. Kemudian dilakukan pula penyebaran kuisioner Maslach Burnout Inventory untuk mengukur besarnya tiingkat burnout yang dialami oleh perawat UGD. Langkah terakhir adalah dengan melakukan perhitungan keandalan perawat dalam melaksanakan pekerjaannya dengan menggunakan Human Reliability Assessment dengan metode HEART untuk mengkuantifikasi nilai probability of failure. A. Tahap Pengukuran Beban Kerja Fisik Pada Tahapan ini dilakukan pengukuran beban kerja fisik perawat menggunakan persamaan rumus konsumsi energi. Untuk melakukan metode ini maka inputan data yang dibutuhkan adalah data berat badan dan heart rate dari perawat yang diukur pada saat sebelum melakukan pekerjaan dan 5 menit setelah perawat melakukan pekerjaan di akhir shift menggunakan pulsemeter. Output yang didapatkan dari pengukuran beban kerja fisik ini adalah nilai konsumsi energi yang dikeluarkan perawat dalam melaksanakan beban kerjaan yang mengindikasikan perawat tersebut masuk kategori tipe beban kerja ringan, sedang ataupun berat. Adapun persamaan yang digunakan untuk menghitung nilai konsumsi oksigen yang dibutuhkan adalah sebagai berikut : Y= 0,014 HR + 0,017 BB – 1,706 (1) Dimana : Y = Konsumsi Oksigen (liter/menit) HR = Heart Rate (Denyut Jantung) (denyut/menit)
BB = Berat Badan (kg) B. Tahap Pengukuran Beban Kerja Mental Pengukuran beban kerja mental pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan kuisioner NASA-TLX yang diisi oleh perawat. Berdasarkan hasil kuisioner NASA-TLX ini nantinya akan didapatkan deskriptor apakah yang akan mempengaruhi beban kerja mental perawat meliputi kebutuhan fisik, kebutuhan mental, kebutuhan waktu, usaha, performansi, dan tingkat stres C. Tahap Pengukuran Burnout Pada tahapan ini dilakukan pengukuran tingkat burnout perawat menggunakan kuisioner Maslach Burnout Inventory yang berisi 22 item pertanyaan. Output yang dihasilkan dengan kuisioner MBI ini adalah akan diketahui berapa skor burnout yang dirasakan oleh perawat UGD D. Tahap Perhitungan Nilai Human Reliability Pada tahapan ini akan dilakukan penghitungan nilai keandalan perawat dalam menyelesaikan tugas-tugas memberikan asuhan keperawatan. Metode yang digunakan adalah dengan human reliability assessment dengan kuantifikasi nilai probability of failure menggunakan metode HEART. Output yang dihasilkan dari pengukuran nilai keandalan manusia ini adalah didapatkan nilai probability of failure dari setiap aktivitas sehingga nantinya akan dapat diketahui nilai reliability sistem secara keseluruhan. III. HASIL DAN DISKUSI Hasil yang diperoleh dari penelitian menunjukkan beberapa hasil perhitungan meliputi kondisi beban kerja fisik perawat, beban kerja mental perawat, tingkat burnout perawat dan nilai keandalan perawat dalam bekerja menjalankan tugas-tugasnya. Hasil penelitian dapat diuraikan sebagai berikut : • Pengukuran Beban Kerja Fisik Berdasarkan pengolahan data terhadap data denyut jantung dan berat badan perawat ke dalam persamaan (1), maka didapatkan hasil sebagai berikut : Tabel 3.1Tabel Rekap Perhitungan Konsumsi Energi Perawat UGD
Berdasarkan tabel 3.1 maka dapat diketahui nilai konsumsi dari perawat UGD berdasarkan hasil pengukuran denyut nadi dan
3 persamaan rumus konsumsi energi, dimana 1 Liter konsumsi oksigen akan setara dengan 5,2 Kcal/menit. Nilai kategori beban kerja fisik perawat berdasarkan nilai konsumsi energi dapat dilihat pada tabel 3.2 Tabel 3.2 Tabel Rekap Kategori Beban Kerja Perawat
perawat yang bertugas pada sore hari. Namun hal ini mungkin dikarenakan pada saat dilakukan pengukuran tersebut kondisi perawat sedang dalam tugas yang berat dibanding biasanya, sehingga disini nantinya upaya perbaikan akan dilihat dari sisi lingkungan fisik kerja dan juga intervensi terhadap beban kerja utama. • Pengukuran Beban Kerja Mental Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan metode subjektif NASA Task Load Index (NASA TLX). Pengolahan data beban kerja mental ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh mental terhadap tingkatan kebutuhan (deskriptor) yang memperngaruhi performa perawat IGD dalam menjalankan tugas-tugasnya. Metode ini terdiri dari 2 tahap, yaitu tahapan pembobotan dan tahap kedua adalah pemberian rating. Selanjutnya dapat dihitung rata-rata rating scale dari perawat yang bertugas pada masing-masing shift. Perhitungan ini didapatkan dengan cara menjumlahkan total produk untuk masing-masing deskriptor kemudian dibagi dengan jumlah perawat. Berikut ini merupakan grafik 3.1-3.3 yang menunjukkan nilai perbandingan tingkat kebutuhan (deskriptor) pada perawat shift pagi, sore dan malam hari.
Langkah selanjutnya, adalah melakukan evaluasi apakah beban kerja tersebut diakibatkan oleh lingkungan fisik, beban kerja yang terlalu berat ataukah karena kedua hal tersebut. Hal ini dilakukan dengan perhitungan ECPT (extra calorie due to peripheal temperature) dan ECPM (extra calorie due to peripheal metabolism). ECPT dan ECPM ini dilakukan dengan pengukuran denyut nadi yang dilakukan pada 5 menit terakhir setelah bekerja dan dihitung dengan menggunakan rumus berikut : (2) (3) Dimana : P0 adalah denyut nadi istirahat P1,P2,P3,P4,P5 adalah denyut nadi pemulihan menit ke-1, 2, 3, 4, dan 5
Gambar 3.1 Diagram perbandingan tingkat kebutuhan deskriptor shift pagi
Berdasarkan grafik dapat diketahui bahwa deskriptor yang paling mempengaruhi beban kerja mental perawat pada shift pagi hari adalah tingkat usaha. Tingkat usaha ini dideskripsikan merupakan seberapa besar usaha kerja fisik dan mental yang dibutuhkan perawat dalam melaksanakan tugas-tugasnya.
Tabel 3.3 Rekap perhitungan nilai ECPT dan ECPM
Gambar 3.2 Diagram perbandingan tingkat kebutuhan deskriptor shift sore
Berdasarkan hasil pada tabel 3.3, dapat dilihat bahwa hampir semuanya memiliki nilai ECPT>ECPM, dan hanya satu perawat yang mempunyai nilai ECPM>ECPT yaitu salah satu
4 Selain itu, analisa mengenai tingkat burnout yang dialami oleh perawat UGD RSU Haji Surabaya dapat pula dianalisis dari segi jenis kelamin dan juga kelompok usia perawat. Hasil rata-rata perbandingan nilai burnout perawat berdasar jenis kelamin dan kelompok usia dapat dilihat pada gambar 3.5 dan 3.6 :
Gambar 3.3 Diagram perbandingan tingkat kebutuhan deskriptor shift malam
Sedangkan berdasarkan grafik perbandingan kebutuhan deskriptor perawat shift sore dan malam hari diketahui bahwa deskriptor yang paling berpengaruh terhadap beban kerja mental perawat adalah tingginya tingkat stres. Hal ini dapat disebabkan dikarenakan perawat merasa mendapatkan tekanan yang lebih ketika harus bekerja pada jam kerja di luar jam kerja normal manusia pada umumnya dengan shift kerja yang lebih panjang pula.
Gambar 3.5 Grafik perbandingan nilai rata-rata burnout berdasarkan jenis kelamin
• Pengukuran Burnout Pengukuran tingkat burnout yang dirasakan oleh perawat UGD diukur dengan menggunakan instrumen kuisioner Maslach Burnout Inventory yang disebarkan pada perawat UGD yang bekerja pada masing-masing shift pagi, sore dan malam hari. Setelah itu, kemudian direkap dan dihitung ratarata tingkat burnout yang dialami perawat pada tiap shift. Hasil perbandingan dapat dilihat pada gambar 3.4 berikut : Gambar 3.6 Grafik perbandingan nilai rata-rata burnout berdasarkan kelompok usia
Gambar 3.4 Grafik perbandingan tingkat burnout perawat tiap shift
Berdasarkan grafik tersebut dapat diketahui bahwa rata-rata tingkat burnout tertinggi ditemukan pada perawat yang bekerja pada shift malam hari. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa hal antara lain dikarenakan pada malam hari shift jaga yang harus dilaksanakan oleh perawat lebih lama yaitu 10 jam, sementara pada pagi dan sore hari hanya 7 jam. Selain itu kondisi malam hari yang merupakan waktu normal bagi manusia untuk berisitrahat justru menuntut perawat untuk tetap berjaga dan bersiaga selama 24 jam untuk menerima dan merawat pasien. Hal ini juga dapat memberikan tekanan tambahan tersendiri bagi perawat sehingga dapat menyebabkan tingkat burnout pada perawat yang bertugas di malam hari lebih tinggi dibandingkan 2 shift lainnya.
Berdasarkan gambar 3.5 sampai 3.6 dapat diketahu bahwa faktor usia dan jenis kelamin mengambil peranan terhadap tingginya tingkat burnout pada perawat UGD. Dimana perawat dengan jenis kelamin laki-laki mempunyai tingkat burnout yang lebih rendah dibandingkan perawat wanita. Sementara dari hasil perbandingan tingkat burnout perawat berdasarkan kelompok usia maka diketahui bahwa perawat dengan usia lebih muda lebih rentan terkena burnout. Hal ini dapat dikarenakan lamanya faktor kematangan dan pengalaman dalam bekerja. Dimana perawat dengan usia dan jam terbang kerja yang lebih senior akan mempunyai kemampuan lebih dalam mengatasi tekanan di tempat kerja. • Pengukuran Nilai Keandalan Manusia Pengukuran keandalan manusia penting untuk dilakukan. Karena keandalan perawat dalam bekerja akan mempengaruhi kualitas serta produktivitas terhadap pelayanan yang diberikan kepada pasien. Apabila perawat dalam kondisi mengalami kelelahan, maka hal ini akan dapat mengakibatkan terjadinya error dan penurunan produktivitas yang akan berdampak pada keselamatan pasien. Oleh karena itu, penting untuk mengetahui berapa besar nilai keandalan perawat sehingga nantinya akan dapat disusun suatu perbaikan untuk mereduksi eror sehingga dapat meningkatkan produktivitas kerja. Berikut tabel 3. 4 yang menunjukkan task analysis dari perawat UGD :
5 Tabel 3.4 Task analysis perawat UGD
Dimana langkah awal yang dilakukan adalah menyesuaikan tindakan error dengan tabel Generic Task HEART sehingga akan dapat diketahu besaran nilai human unreliability. Sebagai contoh akan diperlihatkan pada tabel 3.6 : Tabel 3.6 Tabel perhitungan HEP perawat terlambat menerima registrasi pasien
Berdasarkan tabel task analysis tersebut maka diketahui alur pekerjaan yang dilakukan oleh perawat mulai dari pasien datang untuk dilayani sampai dengan perawat menyelesaikan proses administrasi. Langkah selanjutnya adalah mengidentifikasi possible error seperti yang ditampilkan tabel 3.5 pada perawat UGD untuk mengetahui akibat awal dan akibat lanjut dikarenakan adanya Human Error Probability. Tabel 3.5 Tabel Identifikasi Possible Error perawat UGD
Berdasarkan diskusi dengan ahli, proses perawat menerima registrasi adalah termasuk dalam kategori generic task tipe E, yaitu pekerjaan yang rutin, sangat praktis cepat dan melibatkan ketrampilan yang rendah dimana yang dilakukan perawat adalah menerima kedatangan pasien dan mencatat di buku kedatangan. Task E ini memiliki nilai nominal human unreliability sebesar 0,02. Faktor EPC yang menyebabkan HEP adalah karena faktor perawat sedang tidak berada di tempat dikarenakan kondisi personal need (masuk dalam EPC no. 33). Berdasarkan tabel EPC maka mempunyai nilai total heart effect sebesar 1. Maka perhitungan Assessed effect dapat dihitung sebagai berikut : Assessed Effect = ((Total Heart Effect-1) x Assesed proportion)+1 = ((1-1) x 0,1) + 1= 1 Probability of failure = Nominal Human Unreliability x Assessed Effect(i) = 0,02 x 1 = 0,02 Perhitungan rekap keseluruhan kuantifikasi HEP utnuk masingmasing aktivitas dapat dilihat pada tabel 3.7 : Tabel 3.7 rekap nilai perhitungan HEP
Setelah teridentifikasi possible error maka langkah selanjutnya adalah melakukan kuantifikasi nilai probability of failure dari masing-masing possible error menggunakan metode HEART.
Berdasarkan nilai reliability untuk masing-masing task seperti yang telah ditampilkan di atas maka dapat dihitung dan diketahui keandalan keseluruhan dari sistem dengan menggunakan rumus : (4) = 0,9590 x 0,5592 x 0,9794 x 0,9596 = 0,503974
6 IV. KESIMPULAN/RINGKASAN Kesimpulan dan ringkasan berdasarkan hasil penelitian yang sudah disampaikan adalah sebagai berikut : 1) Hasil pengolahan data terhadap beban kerja fisik dan non fisik pada perawat UGD, memperlihatkan bahwa perlu dilakukan suatu evaluasi dan rekomendasi perbaikan terhadap sistem kerja perawat agar dapat mengurangi kelelahan fisik dan non fisik yang dialami oleh perawat akibat tuntutan beban kerja. 2) Hasil pengukuran kondisi burnout yang dilakukan dengan menggunakan kuisioner Maslach Burnout Inventory menunjukkan bahwa rata-rata burnout yang dialami oleh perawat UGD masuk pada tingkatan kedua (nilai 3-5). Dimana tingkat burnout tertinggi ditemukan pada perawat yang bekerja pada shift malam hari. Faktor usia dan jenis kelamin juga diyakini menjadi salah satu faktor penyebab burnout dimana perawat dengan usia muda dan jenis kelamin perempuan cenderung lebih rentan terkenan burout. Walaupun belum terlalu tinggi namun perlu dilakukan monitoring dan antisipasi agar tingkat burnout tidak semakin tinggi 3) Berdasarkan perhitungan nilai keandalan manusia menggunakan Human Reliability Assessment dengan metode HEART, didapatkan hasil bahwa aktivitas probability of failure tertinggi ditemukan pada proses melakukan asuhan keperawatan dimana pada aktivitas ini banyak dilakukan tipe pekerjaan yang membutuhkan skill kerja yang lebih rumit dan kompleks sehingga menyebabkan nilai human unreliability bernilai besar. 4) Rekomendasi perbaikan yang disusulkan dalam penelitian ini untuk dapat mereduksi human error sehingga dapat meningkatkan produktivitas dan mengurangi tingkat burnout adalah sebagai berikut : • Perhitungan waktu istirahat Berdasarkan perhitungan rata-rata konsumsi energi yang dibutuhkan oleh perawat UGD untuk melaksanakan pekerjaan kategori berat yaitu sebesar 8,09 kcal/menit maka waktu istirahat yang disarankan bagi perawat adalah beristirahat selama 3,79 menit setelah melakukan periode pekerjaan selama 8,1 menit. • Rancangan rekomendasi perbaikan untuk mereduksi human error adalah sebagai berikut : Melakukan job rotation kepada perawat sehingga para perawat tidak merasa jenuh dan monoton dengan siklus kerja di UGD Mengadakan training seperti training kepribadian dan stress management training baik pagi perawat baru maupun perawat yang sudah lama bekerja Mengembangkan dan menjalankan secara kontinyu program transfer pengetahuan antara dokter dan perawat maupun antara sesama perawat Membekali setiap perawat dengan checklist urutan pekerjaan setiap melayani pasien yang datang
DAFTAR PUSTAKA [1] Andryan, B. “Introduction to Human Reliability” (2010) Retrieved January 13, 2013, from Excellent Personal Development Center: http://excellentpersonal-development-center.blogspot.com/2010/11/introduction-tohuman-reliability.html [2] Eviaty. “Persepsi terhadap Dukungan Rekan Sekerja dan Gejala Burnout (Studi pada Perawat Unit Perawatan Intensif”). Jurnal Phronesis program magister S2 Universitas Tarumanegara, Vol VII, (2005) h.103. [3] Fallon, L. C. Human Reliability Assessment Of A Critical Nursing Task In A Radiotherapy Treatment Process. Applied Ergonomics journal, Vol I, (2009),h.1-6. [4] Fatmawati, R. Burnout Staf Perpustakaan Bagian Layanan di Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah (BPAD) Provinsi DKI Jakarta. Depok: Thesis Jurusan Ilmu Perpustakaan Universitas Indonesia, (2012). [5] Hariyadi, U. Burnout Pada Pustakawan. Depok: Universitas Indonesia, (2006). [6] Kirwan, B. “A Guide to Practical Human Reliability Assessment”. London: CRC Press. (1994) [7] Martin, C. “Library Burnout : causes, symptoms,solutions”. Retrieved january 7, 2013, from Library worklife: http://alaapa.org/newsletter/2009/12/01/spotlight-2/, (2009, december) [8] Maslach, C., & P.Letter, M. “The Areas of Worklife and Maslach Burnout Inventory Repor”t. Mind Garden Inc. (2012) [9] Sari, L. N. (2012, March 30). “Lima alasan Utama yang Melandasi Pentingnya Profesionalitas Manajemen Keperawatan di Rumah Sakit untuk Meningkatkan Mutu Layanan Kesehatan”. Retrieved November 10, 2012, from kompasiana website: http://ekonomi.kompasiana.com/manajemen/2012/03/30/%E2%80%9Cli ma-alasan-utama-yang-melandasi-pentingnya-profesionalitas-manajemenkeperawatan-di-rumah-sakit-untuk-meningkatkan-mutu-layanankesehatan%E2%80%9D-450980.html [10]Sari, R. A. “Perbaikan Sistem Kerja dengan pendekatan Ergonomi dan Human Reliability Assessment (Studi Kasus PT Industri Sandang Nusantara Unit Patal Lawang)”. Surabaya: Tugas Akhir Jurusan Teknik Industri ITS , (2009). [11] Syaer, S. (2011, March 5). “Beban Kerja Perawat Unit Gawat Darurat di Rumah Saikit Umum Lasinrang Kabupaten Pinrang Tahun 2010” . Dipetik November 12, 2012, dari Syafruddin Syaer: http://syafruddinsyaer.blogspot.com/2011/03/vbehaviorurldefaultvmlo.html [12] Wignjosoebroto, S. “Ergonomi Studi Gerak dan Waktu. Surabaya: Guna Widya”, (2008) [13]Young, & L, Z. (2008). “Assessment of workload using NASA Task Load Index in perianesthesia nursing”. Georgia: US National Library of Medicine National Institutes of Health.