JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal) Volume 3, Nomor 3, April 2015 (ISSN: 2356-3346) http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
HUBUNGAN INTAKE MAKANAN (KALORI) DENGAN KELELAHAN KERJA PADA PERAWAT SHIFT PAGI UGD PAVILIUN RS. X JAKARTA Dwi Cahyanti, Ari Suwondo, Baju Widjasena Bagian Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro Email:
[email protected]
Abstract : Results of studies in several countries show that work fatigue contributed significantly to workplace accidents. Nurses as the spearhead of hospital health care, if they experience fatigue then the bad effects of fatigue can not only be detrimental to nurse itself but can also affect the patient. One of the major contributing factors to the occurrence of fatigue is food intake (calories). This study aim to determine the correlations of food intake (calories) with work fatigue in morning shift nurses of ER Pavilion Hospital X Jakarta. This type of research was descriptive analytic with quantitative research methods and used cross sectional study design. The independent variable was food intake and the dependent variable was work fatigue. Confounding variables studied consisting of gender, age, work period and work motivation. The sample used to this study is total population throughout morning shift nurses of ER Pavilion Hospital X Jakarta, amounting to 32 people with a sample of respondents who are willing to be as many as 30 people. Analysis of data used univariate and bivariate analysis with Chi Square test (significance level 0.05). Results of univariate analysis showed that nurses with less intake is 63.3% and nurses with the work fatigue is 73.3%. Bivariate analysis results indicated that there was no correlation of food intake (calories) with fatigue based alternative test Fisher's Exact Test (ρ=0104) but there is a correlation between food intake with work fatigue who had ≥ 2 years working period (ρ=0.035). Researchers suggest to nurses to suffice the needs of calories, especially the nurses who worked ≥2 years to prevent fatigue. Key Words
: Food Intake, Calories, Work Fatigue
400
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT Volume 3, Nomor 3, April 2015 (ISSN: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
(e-Journal) 2356-3346)
PENDAHULUAN
tenaga kerja tersebut, sebesar 35-50%
Latar Belakang
pekerja
terpajan
bahaya
fisik,
kimia,
Sumber daya manusia merupakan
biologi dan juga bekerja dalam beban
aset utama bagi perusahaan dan penting
kerja fisik dan ergonomi yang melebihi
diperhatikan dalam sektor formal maupun
kapasitasnya,
informal,
masalah
meskipun
tidak
mengurangi
termasuk
pemenuhan
didalamnya kerja.3
gizi
Di
pentingnya sumber daya yang lain seperti
Indonesia sendiri, jumlah tenaga kerjanya
modal, mesin, waktu, energi, informasi,
mencapai 110,8 juta jiwa sampai dengan
dan sebagainya. Suatu organisasi dalam
tahun 2013 menurut data dari BPS
beroperasi
dengan
sebagai
membutuhkan tenaga
karyawan
perawat
mencapai
guna
288.405 jiwa meningkat sebanyak 52.909
meningkatkan produk ataupun jasa yang
jiwa dari tahun sebelumnya.4 Sebanyak
berkualitas. Kondisi kesehatan yang baik
19.418 diantaranya berasal dari DKI
memiliki
Jakarta.
potensi
kerjanya
jumlah
untuk
meraih
Namun,
peningkatan
jumlah
1
pula.
pekerja ini tidak serta merta diikuti dengan
pekerja
pelayanan kesehatan kerja yang baik.
selama bekerja merupakan salah satu
Kenyataan yang sangat memprihatinkan
bentuk penerapan syarat keselamatan,
adalah
dan kesehatan kerja sebagai bagian dari
mendapatkan pelayanan kesehatan kerja
upaya meningkatkan derajat kesehatan
dari
pekerja. Gizi merupakan salah satu aspek
berkembang, tenaga kerja yang mendapat
kesehatan kerja yang memiliki peran
pelayanan
produktivitas
kerja
yang
Pemenuhan
kecukupan
baik gizi
penting dalam peningkatan produktivitas kerja
dan
menghindari
pekerja
tidak
semua
tempat
kerjanya.
kesehatan
mencapai 5-10%.
dari
Di
tenaga
Di
kerja
negara
kerja
hanya
3
Indonesia
sendiri,
pelaksanaan
kelelahan.2 Akan tetapi masih banyak
pelayanan kesehatan kerja diwajibkan dan
perusahaan yang belum menyediakan
telah diatur dalam perundang-undangan.
makanan secara teratur sebagai bentuk
Peraturan perundang-undangan tersebut
pemenuhan
para
antara lain UU No. 36 Tahun 2009
pekerjanya. Termasuk pengelola rumah
Tentang Kesehatan, Keputusan Menteri
sakit kepada perawat sebagai aset utama
Kesehatan
atau ujung tombak organisasinya.
1758/Menkes/SK/XII/2003
gizi
kerja
bagi
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia
Kepmenkes
Standar
Pelayanan
(WHO) di tahun 2011 sebesar 45% atau
Dasar,
serta
3.150 juta jiwa penduduk dunia adalah
Departemen
tenaga kerja. Diperkirakan dari jumlah
Transmigrasi 401
No. Tentang
Kesehatan
Peraturan Tenaga
dan
Kerja Menteri
Kerja
Koperasi
No.
dan Per-
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT Volume 3, Nomor 3, April 2015 (ISSN: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
(e-Journal) 2356-3346)
03/Men/1982 pasal 2 tentang Tugas
58.155 sampel, sekitar 18.828 sampel
Pokok
menderita kelelahan yaitu sekitar 32,8%
Pelayanan
Kesehatan
Kerja.
sampel.8
Menurut Peraturan Menteri Departemen
dari
Tenaga
diperlukan perbaikan gizi di tempat kerja
Kerja dan Transmigrasi
dan
keseluruhan
Koperasi No. Per-03/Men/1982 pasal 2
sebagai
tentang
menurunkan
Tugas
Pokok
Pelayanan
upaya
mencegah
angka
Untuk
itu
morbiditas,
absensi
serta
Kesehatan Kerja, salah satu elemen
meningkatkan
pelayanan
Perbaikan gizi di tempat kerja dapat
kesehatan
memberikan
nasihat
perencanaan kerja,
kerja
dan
mengenai
pembuatan
pemilihan
penyelenggaraan
adalah
APD,
di
cara
dan
untuk mengimbangi keluaran kalori saat
tempat
bekerja. Berdasarkan
Kekurangan nilai gizi pada makanan dikonsumsi
dalam
memberikan
asupan kalori yang cukup dan tepat waktu
kerja.5
yang
dengan
kerja.
tempat
gizi
makanan
dilakukan
produktivitas
arti
sebelumnya
intake
hasil
tentang
gizi
penelitian kerja
dan
hubungannya dengan kelelahan di tahun
makanan dalam tubuh kurang dari normal
2012
akan membawa akibat buruk terhadap
penghasil bulu mata palsu di Purbalingga
tubuh, salah satu yang paling utama
didapatkan hasil sebanyak 50% pekerja
adalah menimbulkan kelelahan kerja atau
mengalami
yang biasa dikenal dengan istilah fatigue.
Setelah
Dalam keadaan tubuh yang lelah maka
regresi logistik didapatkan hasil bahwa
tidak bisa diharapkan tercapainya efisiensi
pekerja
pada
salah
defisit
diuji
satu
perusahaan
konsumsi
energi.
menggunakan
analisis
yang
mempunyai
tingkat
6
dan produktivitas kerja yang optimal.
konsumsi energi defisit akan mempunyai
Investigasi
negara
probabilitas 75,57 % untuk terjadinya
menunjukkan bahwa kelelahan (fatigue)
kelelahan.9 Selain itu penelitian yang
memberi
dilakukan
di
beberapa
kontribusi
yang
signifikan
pada
tenaga
kerja
di
terhadap kecelakaan kerja. Sekitar 50%
perusahaan tekstil di Mojokerto tahun
kejadian kelelahan berdampak terhadap
2014 menunjukkan bahwa asupan kalori
terjadinya kecelakaan kerja.7 Data dari
berhubungan
International Labour Organization (ILO)
(p=0,002),
menunjukkan bahwa hampir setiap tahun
terbanyak dialami oleh tenaga kerja yang
sebanyak dua juta pekerja meninggal
memiliki asupan kalori kurang.10 Penelitian
dunia karena kecelakaan kerja yang
lainnya yang dilakukan pada tahun 2013
disebabkan
pada
Penelitian
oleh tersebut
faktor
kelelahan.
menyatakan
dari
dosen
menunjukkan 402
dengan dengan
di
kelelahan kelelahan
daerah
korelasi
Jawa
negatif
kerja kerja
Barat antara
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT Volume 3, Nomor 3, April 2015 (ISSN: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
(e-Journal) 2356-3346)
kelelahan kerja dosen dengan kebiasaan
merupakan salah satu pelayanan pasien
makan pagi. Dosen yang mempunyai
yang
kebiasaan
perbedaan
makan
pagi
yang
cukup
beroperasi
24
jam
penanganan
dengan
pasien
yang
mempunyai tingkat kelelahan kerja yang
membutuhkan
lebih rendah dibandingkan dengan dosen
keterampilan, keahlian, kesiagaan dan
yang tidak memiliki kebiasaan makan
kekuatan fisik dalam menangani pasien
11
pagi.
yang
Sebagai
pemberi
jasa
pelayanan
kecekatan,
sesuai
Kegiatan
dengan
perawat
ketepatan,
penyakitnya.
pada
Unit
Gawat
kesehatan, rumah sakit beroperasi 24 jam
Darurat Paviliun RS. X Jakarta diatur
sehari. Pelayanan tersebut dilaksanakan
dengan sistem shift dengan jam kerja
oleh pekerja kesehatan rumah sakit.
untuk shift pagi yaitu pukul 07.00 – 14.00
Perawat merupakan salah satu pekerja
WIB (7 jam), shift siang pada pukul 14.00
kesehatan yang selalu ada di setiap
– 21.00 (7 jam) dan shift malam pada
rumah
pukul 21.00 – 07.00 WIB (10 jam).
sakit
yang
bertugas
pada
pelayanan rawat inap, rawat jalan atau
Dari survei awal, didapatkan informasi
poliklinik dan pelayanan gawat darurat
tentang beberapa gambaran pekerja dan
serta merupakan ujung tombak pelayanan
tempat kerja dari Unit Gawat Darurat
kesehatan rumah sakit karena merupakan
Paviliun
pihak langsung yang menangani pasien.
wawancara dengan 4 perawat disana,
Kewaspadaan
diperlukan
mereka
mengeluhkan
untuk memberikan layanan keperawatan
setelah
melakukan
yang baik kepada pasien. Apabila perawat
dibuktikan
mengalami
dampak
reaksi dengan hasil 401 ms, 388 ms, 347
buruk akibat kelelahan tidak hanya dapat
ms, dan 358 ms, yang kesemuanya
merugikan bagi perawat itu sendiri namun
tergolong dalam kelelahan. Didapatkan
dapat berdampak pula kepada pasien.
pula bahwa tidak diberikannya makanan
Hal-hal buruk seperti penanganan yang
secara rutin dari perusahaan tetapi berupa
tidak cekatan, kesalahan memberikan
uang makan, yang belum tentu digunakan
penanganan ataupun obat serta hal lain
oleh tiap perawat untuk membeli sarapan
yang lebih fatal dapat terjadi bila perawat
sebelum bekerja.
tinggi
amat
kelelahan,
maka
RS.
X
Jakarta.
dengan
lelah shift
Dari
hasil
terutama pagi
pengukuran
dan waktu
12
dalam kondisi kelelahan.
METODE PENELITIAN
RS. X Jakarta merupakan sarana pelayanan yang bekerja selama 24 jam dengan
pembagian
terintegrasi.
Unit
unit
kerja
Gawat
Jenis
yang
penelitian
yang
digunakan
adalah penelitian deskriptif analitik dengan
Darurat 403
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT Volume 3, Nomor 3, April 2015 (ISSN: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
metode
penelitian
kuantitatif
(e-Journal) 2356-3346)
dengan intake makanan (kalori) tergolong
dengan
cukup sebanyak 9 orang atau sebesar
rancangan penelitian cross sectional.
36,7%.
Pengambilan sampel dalam penelitian
b. Kelelahan Kerja
ini menggunakan total populasi yang berjumlah 32 orang perawat dengan
Tabel 2.
Distribusi
Frekuensi
jumlah perawat yang menjadi responden
Kelelahan Kerja Perawat Shift Pagi
dalam penelitian ini berjumlah 30 orang.
UGD Paviliun RS. X Jakarta Tahun 2015
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kelelahan Frekuensi Kerja Normal 8 Lelah 22 Total 30 Berdasarkan tabel
Analisis Univariat Pada
rancangan
penelitian,
besar
sampel untuk penelitian diharapkan dapat dipenuhi dari seluruh perawat shift pagi
diketahui bahwa perawat yang mengalami
yaitu berjumlah 32 orang. Namun saat
kelelahan kerja sebanyak 22 orang atau
penelitian, terdapat 1 orang yang tidak dapat
mengikuti
proses
sebesar 73.3% sedangkan yang tidak
pelaksanaan
lelah sebanyak 8 orang atau sebanyak
penelitian dari awal dikarenakan sedang
26.7%.
mengikuti seminar dan 1 orang lainnya
c. Jenis Kelamin
tidak mengembalikan lembar recall.
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Jenis
a. Intake Makanan (Kalori)
Kelamin Perawat Shift Pagi UGD
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Intake
Paviliun RS. X Jakarta Tahun 2015
Makanan (Kalori) Perawat Shift Pagi
Jenis Frekuensi Kelamin Perempuan 19 Laki-laki 11 Total 30
UGD Paviliun RS. X Jakarta Tahun 2015 Intake Makanan
Frekuensi
Persentase (%)
Cukup Kurang Total
11 19 30
36.7 63.3 100
Berdasarkan
tabel
4.2
Berdasarkan diketahui
yang
tabel perawat
4.3
dapat
perempuan
sedangkan laki-laki sebanyak 11 orang
dapat
atau sebesar 36.7%. d. Umur
makanan (kalori) kurang lebih banyak dengan
bahwa
Persentase (%) 63.3 36.7 100
berjumlah 19 orang atau sebesar 63.3%
diketahui bahwa perawat dengan intake
dibandingkan
Persentase (%) 26.7 73.3 100 4.3 dapat
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Umur
intake
Perawat Shift Pagi UGD Paviliun RS.
makanan cukup yaitu sebanyak 19 orang
X Jakarta Tahun 2015
atau sebesar 63,3% sedangkan perawat 404
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT Volume 3, Nomor 3, April 2015 (ISSN: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
Umur < 30 tahun ≥ 30 tahun Total
Berdasarkan
Frekuensi Persentase (%) 24 80 6 20 30 100
Berdasarkan
tabel
4.3
80%
sedangkan
dapat
motivasi baik maupun motivasi kurang jumlahnya sama besar yaitu 15 orang
dapat
atau sebesar masing-masing 50%.
kurang dari 30 tahun berjumlah 24 orang sebesar
4.6
diketahui bahwa perawat yang memiliki
diketahui bahwa perawat dengan umur
atau
tabel
(e-Journal) 2356-3346)
Analisis Bivariat
yang
Tabel 7. Rekapitulasi Hasil Uji Statistik
berumur lebih dari atau sama dengan 30
Hubungan Intake Makanan (Kalori) dan
tahun sebanyak 6 orang atau sebesar
Variabel Pengganggu dengan Kelelahan
20%.
Kerja Perawat Shift Pagi UGD Paviliun
e. Masa Kerja
RS. X Jakarta Tahun 2015
Tabel 5. Distribusi Frekuensi Masa Kerja Perawat Shift Pagi UGD Paviliun
V. Pengganggu
RS. X Jakarta Tahun 2015
Masa Kerja
Frekuensi
< 2 tahun ≥ 2 tahun Total
9 21 30
Berdasarkan
Jenis Kelamin
Persentase (%) 30 70 100
tabel
4.6
Umur
dapat Masa Kerja
diketahui bahwa perawat dengan masa kerja lebih dari atau sama dengan 2 tahun berjumlah 21 orang atau sebesar 70%
Motivasi Kerja
sedangkan dengan masa kerja kurang dari 2 tahun sebanyak 9 orang atau
Lakilaki Perem puan < 30 tahun ≥ 30 tahun <2 tahun ≥2 tahun
p value 0.364 0.326 0.065 0.444 0.035
Baik
0.235
Kuran g
0.560
Hasil Tidak Ada Hubungan Tidak Ada Hubungan Tidak Ada Hubungan Tidak Ada Hubungan Ada Hubungan Tidak Ada Hubungan Tidak Ada Hubungan
sebesar 30%. f.
Motivasi Kerja
1. Hubungan Intake Makanan (Kalori)
Tabel 6. Distribusi Frekuensi Motivasi
dengan Kelelahan Kerja
Kerja Perawat Shift Pagi UGD Paviliun
Secara
RS. X Jakarta Tahun 2015 Masa Kerja
Frekuensi
Baik Kurang Total
15 15 30
teori
semestinya
memang ada hubungan antara intake makanan (kalori) dengan kelelahan
Persentase (%) 50 50 100
kerja, akan tetapi dari hasil tabulasi silang kedua variabel menunjukkan bahwa walaupun kelelahan kerja lebih 405
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT Volume 3, Nomor 3, April 2015 (ISSN: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
tinggi terjadi pada perawat dengan
harus
intake
cadangan
makanan
kurang,
kelelahan
(e-Journal) 2356-3346)
menggunakan makanan
cadangan-
yang
tersedia
kerja juga masih tergolong tinggi pada
dalam otot. Sisa metabolisme yang
perawat dengan intake makanan yang
berupa
cukup (54.5%). Baik pada perawat
dikeluarkan,
dengan
terjadi
intake
makanan
kurang
asam
laktat
hal
tidak
ini
dapat
menyebabkan
penimbunan
pada 13
sisa
maupun cukup kelelahan masih lebih
metabolisme dalan tubuh.
sering muncul pada perawat. Dilihat
pun akan melemah dan menyebabkan
dari segi metode pengukuran waktu
penurunan performa fisik yang akan
reaksi dan juga intake makanan, intake
menimbulkan kelelahan. Faktor lama
makanan yang diukur dengan food
tidur saat malam harinya sebagai faktor
recall
yang berhubungan langsung dengan
24
jam
dipengaruhi
hal-hal
ingatan
dan
terutama
tentang
sangat
mungkin
yang
berkaitan
persepsi
circardian
juga
sangat
seseorang
mempengaruhi kondisi fisik maupun
takaran/ukurannya
psikis seseorang. Tidur yang tidak
makanan yang dimakan sebelumnya
cukup
sedangkan
kelelahan
waktu
rhytm
Kerja otot
reaksi
sebagai
akan
lebih
pada
meningkatkan
saat
bekerja.1415
penunjuk kelelahan merupakan reaksi
Berdasarkan cerita yang disampaikan
sesaat yang dipengaruhi oleh emosi
oleh perawat, beberapa diantaranya
fsik dan psikis.
menyebutkan
bahwa
peran
diluar
Dari hasil pengamatan pada
sebagai perawat seperti sebagai istri
saat penelitian, selain karena faktor
dirumah juga sangat meberikan andil
intake makanan itu sendiri, kelelahan
atas terjadinya kelelahan dari faktor
kerja juga sangat mungkin disebabkan
siklus
karna
tidak
penelitian Undang Supriatna di tahun
diteliti dalam penelitian ini, seperti
2011 tentang analisa pengaruh konflik
posisi kerja dan circardian rhytm. Posisi
peran
perawat
terhadap
variabel-variabel
saat
yang
bekerja
yang
circardian.
ganda
dan
kinerja
Seperti
kelelahan perawat
pada
kerja RSUD
mengharuskan meraka untuk banyak
Pandeglang menyatakan bahwa ada
berdiri sehingga terjadi kerja otot statis
hubungan yang signifikan antara peran
yang
ganda pada perawat dengan terjadinya
berkontraksi
menerus
akan
secara
terus-
kelelahan.16
menyebabkan
2. Hubungan Intake Makanan (Kalori)
kelelahan. Otot yang berkontraksi statis secara terus-menerus tidak mendapat
dan
glukosa dan oksigen dari darah dan
Kelamin, Umur, Masa Kerja dan 406
Variabel
Pengganggu
(Jenis
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT Volume 3, Nomor 3, April 2015 (ISSN: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
Motivasi Kerja) dengan Kelelahan
1. Perawat dengan intake makanan
Kerja
yang
Berdasarkan tabulasi silang intake makanan
(kalori)
pengganggu
masa
(e-Journal) 2356-3346)
sudah
jumlahnya
mencukupi
lebih
AKE
sedikit
yaitu
dan
variabel
hanya 11 dari 30 perawat (36.7%)
kerja
dengan
sedangkan
perawat
dengan
kelelahan kerja menunjukkan bahwa
intake makanan (kalori) kurang
persentase perawat yang mengalami
dari AKE berjumlah 19 perawat
kelelahan pada masa kerja < 2 tahun
(63.3%).
lebih tinggi pada intake kurang (62.5%)
2.
Perawat
yang
mengalami
dibandingkan pada intake cukup tidak
kelelahan kerja berjumlah lebih
ada yang mengalami kelelahan. Begitu
banyak
pula pada masa kerja ≥ 2 tahun,
perawat (73.3%) sedangkan yang
persentase perawat yang mengalami
tidak lelah sebanyak 8 orang
kelelahan lebih tinggi pada intake
perawat (26.7%).
kurang
(100%)
dibandingkan
pada
3.
yaitu
Tidak
ada
sebanyak
hubungan
22
intake
intake cukup (60%). Berdasarkan uji
makanan
(kalori)
dengan
statistik didapatkan hasil masa kerja ≥2
kelelahan
kerja
perawat
berkontribusi atas hubungan intake
berdasarkan uji alternatif Fisher’s
makanan
Exact Test dengan nilai signifikasi
dengan
kelelahan
kerja
perawat.
p=0.104 (p >0.05).
Hasil adanya kontribusi masa kerja
4.
Tidak
ada kontribusi variabel
≥2 atas hubungan intake makanan
pengganggu jenis kelamin, umur,
dengan kelelahan kerja perawat sejalan
dan motivasi kerja atas hubungan
dengan teori yang mengatakan bahwa
intake makanan (kalori) dengan
lama kerja berkaitan dengan efek
kelelahan kerja. Ada kontribusi
kumulatif
untuk
variabel pengganggu masa kerja
menimbulkan suatu strain. ataupun
≥2 tahun atas hubungan intake
efek jenuh (monoton) dalam bekerja
makanan
yang meningkatkan risiko kelelahan.
kelelahan kerja berdasarkan uji
Selain
alternatif
dari
itu
stressor
paparan
bahaya
dari
(kalori)
fisher’s
dengan
exact
test
lingkungan kerja pun juga semakin
dengan nilai signifikasi p=0.035 (p
banyak.
≤0.05). DAFTAR PUSTAKA
KESIMPULAN
407
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT Volume 3, Nomor 3, April 2015 (ISSN: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
1. Aji SD. Dampak Paparan Debu Kayu Terhadap Keluhan Kesehatan Pekerja Mebel Sektor Informal Di Sindang Galih Kelurahan Kahuripan Kecamatan Tawang Kota Tasikmalaya Tahun 2012. Jurnal FKM Univ. Siliwangi Vol 2 No.5, 2012
(e-Journal) 2356-3346)
9. Dyahumi, dan Nur Ulfah. Pekerja dengan Tingkat Konsumsi Energi Defisit Rentan Terhadap Kelelahan. Dyahumi, dan Nur Ulfah. 2012 diakses pada tanggal 3 April 2015 10. Sari, Astin Rochdya. Hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT) dan Asupan Kalori dengan Kelelahan Kerja pada Tenaga Kerja Wanita di PT Mermaid Textile Mojokerto, 2014
2. Setyawati L. Selintas Tentang Kelelahan Kerja. Yogyakarta: Amara Books, 201 3. WHO. Human Energy Requirement, Report of Joint FAO/WHO/UNU Expert Consultation, Rome. Available from URL: HIPERLINK http://www.who.int/research/en/ 2011 [diakses pada tanggal 20 Maret 2015]
11. Yogisutanti, Gurdani; Hari Kusnanto; Lientje Setyawati; Yasumasa Otsuka. Kebiasaan Makan Pagi, Lama Tidur dan Kelelahan Kerja (Fatigue) Pada Dosen, 2010 12. Vilia A, Saftarina F, Larasati TA. Hubungan Shift Kerja dengan Kelelahan Kerja pada Perawat di Instalasi Rawat Inap RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung. [Skripsi]. Lampung: Fakultas Kedokteran dan Imu Kesehatan Universitas Negeri Lampung, 2011
4. Statistik Jumlah Tenaga Kerja Available from URL: HIPERLINK http://www.bps.go.id/linkTabelStati s/view/id/973 [Diakses pada tanggal 4 April 2015 pukul 11.45] 5. Peraturan Menteri Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi dan Koperasi No. Per03/Men/1982 [diakses pada tanggal 4 April 2015 pukul 12:00 WIB]
13. Grandjean, E. Fitting The Task To The Human. A Textbook of Occupational Ergonomics, Fifth Edition, Taylor & Francis Inc., Philadelphia, 2010
6. Syam, Farah Marlinda. Gambaran asupan zat gizi, status gizi, dan produktivitas kerja pada pekerja pabrik kelapa sawit bagerpang estate Pt. Pp. Lonsum, 2013
14. Lowenthal, Stuart dan kathryn Hansen. Kentucky Lifesavers. Conferance: Fatigue and Driver Safety. The Little Clinic: Kentucky, 2006
7. Setyawati dan Imam Djati. Faktor dan Penjadualan Shift Kerja. Teknoin, Vol 13, No 2 : 11 – 22, 2008
15. ILO. Encyclopedia of Occupational Health and Safety Vol 10. Geneva: switzerland, 2003
8. Baiduri, W. Fatigue Assessment PT. Pamapersada Nusantara. Jakarta, 2008
16. Supriatna, Undang. Analisa Pengaruh Konflik Peran Ganda dan Kelelahan Kerja terhadap Kinerja Perawat RSUD 408
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT Volume 3, Nomor 3, April 2015 (ISSN: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
Pandeglang (Skripsi). Depok: Universitas Indonesia, 2011
409
(e-Journal) 2356-3346)