FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STRES KERJA PADA PERAWAT DI RUANG ICU DAN UGD RSUD DATOE BINANGKANG KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW Ryo S. Gobel, *Joy A. M. Rattu, *Rahayu H. Akili *Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam ratulangi Manado ABSTRAK Rumah sakit merupakan salah satu bentuk sarana kesehatan, yang diselenggarakan oleh pemerintah dan masyarakat untuk melakukan upaya kesehatan dasar atau kesehatan rujukan dan upaya kesehatan penunjang. Perawat sebagai salah satu profesi di rumah sakit memiliki peranan penting dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan. Tugas pokok seorang perawat adalah merawat pasien untuk mempercepat proses penyembuhan. Karena pekerjaannya yang dinamis, seorang perawat perlu memiliki kondisi tubuh yang baik, sehat, dan mempunyai energi yang cukup. Kondisi tubuh yang kurang menguntungkan mengakibatkan seorang perawat mudah patah semangat bilamana saat bekerja ia mengalami kelelahan fisik, kelelahan emosional, dan kelelahan mental. Stres kerja adalah respon emosional dan fisik yang bersifat menggangu atau merugikan yang terjadi pada saat tuntutan tugas tidak sesuai dengan kemampuan, sumber daya, atau keinginan pekerja. Tujuan dari penelitian ini untuk menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian stres kerja. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian survey analitik dengan metode cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah perawat sebanyak 40 orang. Besar sampel yaitu total sampel yaitu 40 orang perawat. Analisis data menggunakan uji korelasi Chi square dengan taraf signifikansi 0,05. Hasil penelitian menunjukkan bahwatidak ada hubungan antara umur dengan stres kerja (p=0,390), tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan stres kerja (p=0,283), tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan stres kerja (p=0,031), tidak ada hubungan antara masa kerja dengan stres kerja (p=0,247), dan ada hubungan antara kepuasan kerja dengan stres kerja (p=0,068). Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa hanya kepuasan kerja yang berhubungan dengan stress kerja pada perawat di RSUD Datoe Binangkang. Kata Kunci : Stres Kerja, Perawat, Bolaang Mongondow
ABSTRACT Hospital is one form of health facilities, that organized by the government and society to perform basic health effort or medical referral and supporting health effort. Nurses as a profession in Hospital has an important role in health service delivery. The Nurses main duties is to treating patients to accelerate healing process. Nurse is the dynamic job, so the nurses should be have the good and perfect health. Bad body conditions make the nurse can broke the spirit to work when they on duty they can make physical fatigue, emotional exhaustion, mental fatigue. Work stress is an emotional and physical response that is disturb or harm that happen when task demands does not conform the capabilities, resources, or the desire of workers. The purpose of this study is to analyze the factors associated to the work stress. This study was analytical survey with cross-sectional design. The population in this study were nurse of 40 people. Sample size is the total sample of 20 nurses. Data were analyzed using Chi-Square correlation test with a significance level of 0.05. The result showed that there is no relationship between age and work stress (p = 0.390), there is no relationship between the sexes with work stress (p = 0.283), there is no relationship between level of education and work stress (p = 0.031), there is no relationship between years of service with work stress (p = 0.247), and there is a relationship between job satisfaction and work stress (p = 0.068). From this study it can be concluded that only job satisfaction relate to work stress on nurses in hospitals Datoe Binangkang. Keywords :Work Stress, Nurses, Bolaang Mongondow
PENDAHULUAN Rumah sakit merupakan salah satu bentuk sarana kesehatan, baik yang diselenggarakan oleh pemerintah dan masyarakat yang berfungsi untuk melakukan upaya kesehatan dasar atau kesehatan rujukan dan upaya kesehatan penunjang. Mutu pelayanan rumah sakit sangat di pengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya yang paling dominan adalah sumber daya manusia (Depkes RI, dalam Haryani 2008). Rumah Sakit khususnya di Unit Gawat Darurat (UGD) memiliki peran sebagai gerbang utama jalan masuknya penderita gawat darurat. Kemampuan suatu fasilitas kesehatan secara keseluruhan dalam kualitas dan kesiapan dalam perannya sebagai pusat rujukan penderita dari pra rumah sakit tercermin dari kemampuan unit gawat darurat. Bekerja di UGD membutuhkan kecekatan, keterampilan, dan kesiagaan setiap saat. Perawat sebagai salah satu profesi di rumah sakit yang memiliki peranan penting dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan. Oleh karena itu, organisasi tempat para perawat bekerja senantiasa mengusahakan peningkatan kualitas profesionalisme mereka. Seorang perawat, karena pekerjaannya yang dinamis, perlu memiliki kondisi tubuh yang baik, sehat, dan mempunyai energi yang cukup. Kondisi tubuh yang kurang menguntungkan akan berakibat seorang perawat mudah patah semangat bilamana saat bekerja ia mengalami kelelahan fisik, kelelahan emosional, dan kelelahan mental. Keberadaan profesi perawat sering dianggap biasa saja, walaupun pada kenyataannya peranan perawat dalam pemeliharaan kesehatan sangat vital. Dewasa ini, perawat merupakan segmen profesi terbesar dalam bidang kesehatan. World Health Organization (WHO)
melaporkan bahwa sekarang terdapat lebih dari 9 juta perawat dan bidan di 141 negara. Penelitian dari National Institute for Occupational Safety and Health (NIOSH) yaitu Lembaga Nasional untuk Keselamatan dan Kesehatan Kerja menetapkan perawat sebagai profesi yang beresiko sangat tinggi terhadap stress. Hasil penelitian Selye (dalam Basuki, 2009), menunjukkan alasan mengapa profesi perawat mempunyai resiko sangat tinggi terpapar oleh stress adalah karena perawat memiliki tugas dan tanggung jawab yang sangat tinggi terhadap keselamatan nyawa manusia. Terdapat berbagai faktor yang dapat mempengaruhi stress kerja, yaitu salah satunya adalah karakteristik individu. Karakteristik demografi individu memiliki kaitan dengan stress yang dialami individu terkait dengan pekerjaannya. Dalam beberapa penelitian diungkapkan bahwa faktor karakteristik usia, jenis kelamin, bidang pekerjaan, pengalaman kerja, dan status perkawinan berpengaruh terhadap tingkat stress kerja (Wijono, 2006). Pelayanan kesehatan adalah merupakan upaya penyembuhan, sehingga bagi RSUD Datoe Binangkang, kebutuhan dan tuntutan masyarakat akan pelayanan yang dimaksud, tetap diupayakan untuk dipenuhi sesuai dengan kemampuan yang ada, yang bertolak pada visi Rumah Sakit Umum Daerah Datoe Binangkang yaitu Rumah Sakit Umum Daerah Datoe Binangkang sebagai pusat pelayanan kesehatan yang bermutu dalam rangka mewujudkan masyarakat sehat dengan komitmen“Melayani dengan 4S yaitu “Senyum, Sambut, Sapa dan Sentuh”. RSUD Datoe Binangkang juga menjadi tempat rujukan pelayanan kesehatan di wilayah Kabupaten/Kota di sekitar rumah sakit, dimana fasilitas kesehatan didaerah lain sekitar rumah sakit masih belum belum lengkap. Kurangnya penelitian lain, maka perlu adanya penelitian di RSUD Datoe Binangkang.
METODE PENELITIAN Jenis penelitian Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah survey analitik dengan pendekatan Cross Sectional Study, yakni untuk melihat adanya pengaruh antara dua variabel atau lebih. Waktu danTempat Penelitian Penelitian dilakukan pada bulan Oktober 2013 - Januari 2014 di RSUD Datoe Binangkang, Kabupaten Bolaang Mongondow Provinsi Sulawesi Utara. Populasi dan Sampel Populasi pada penelitian ini adalah seluruh perawat yang bekerja di ruang ICU sebanyak 15 yang terdiri dari 7 orang lakilaki dan 8 orang permpuan dan ruang UGD sebanyak 25 orang yang terdiri dari 10 orang laki-laki dan 15 orang perempuan di RS Datoe Binangkang, karena perawat di ICU dan UGD paling banyak aktivitas kerjanya dibandingkan dengan perawat yang berada di ruangan lainnya. Populasinya yakni berjumlah 40 orang. Sampel pada penelitian ini didapatkan dengan menggunakan metode sampling jenuh atau total sampling, dimana total populasi dijadikan sampel yang berjumlah 40 orang. Pengumpulan Data dan Instrumen yang digunakan Untuk memeroleh data yang diperlukan dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode pengumpulan data yaitu melalui wawancara, Observasi, dan penelitian pustaka (Library Research). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Kuesioner, alat tulis menulis dan komputer untuk mengolah data
Pengolahan dan Analisis Data Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan SPSS versi 20. data yang telah diolah selanjutnya di analisis dengan menggunakan uji statistik yang digunakan adalah chi square pada tingkat kemaknaan 95 % atau nilai α = 0,05. HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden Menurut Umur Distribusi responden berdasarkan golongan umur yaitu pada golongan umur 20-35 tahun sebanyak 32 orang (80.0%), golongan umur 3645 tahun sebanyak 7 orang (17.5%) dan golongan umur >46 tahun sebanyak 1 orang (2.5%). Karakteristik Responden Menurut Jenis Kelamin Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin pada wanita sebanyak 23 orang (57.5%), sedangkan jenis kelamin pria sebanyak 17 orang (42.5%). Karakteristik Responden Menurut Tingkat Pendidikan Distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan yaitu SLTA/Sederajat sebanyak 5 orang (12.5%), Diploma sebanyak 26 orang (65.0%), Strata Satu (S1) sebanyak 8 (20.0%) dan lainnya yaitu Strata Dua (S2) sebanyak 1 orang (2.5%). Karakteristik Responden Menurut Masa Kerja Distribusi responden berdasarkan masa kerja 1-2 tahun sebanyak 4 orang (10.0%), 3-4 tahun sebanyak 14 orang (35.0%), 5-6 tahun sebanyak 9 orang (22.5%) dan >7 tahun sebanyak 13 orang (32.5%). Karakteristik Responden Menurut Kepuasan Kerja Distribusi responden berdasarkan kepuasan kerja yaitu cukup puas sebanyak 13 orang (37.5%), sedangkan kurang puas sebanyak 27 orang (62.5%).
Tabel 1. Rangkuman Hasil Uji Statistik Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Stress Kerja Pada Perawat Rumah Sakit Umum Daerah Datoe Binangkang Bolaang Mongondow
Variabel bebas
Variabel terikat P-value
Hasil
Umur
Stress kerja
0.390
Tidak berhubungan
Jenis kelamin
Stress kerja
0.283
Tidak berhubungan
Tingkat pendidikan
Stress kerja
0.075
Tidak berhubungan
Masa kerja
Stress kerja
0.247
Tidak berhubungan
Kepuasan kerja
Stress kerja
0.029
Ada hubungan
Hubungan Antara Umur dengan Stress Kerja pada Perawat Variabel umur yang diukur dalam penelitian ini umur perawat dalam tahun pada saat penelitian berlangsung. Hasil uji statistik menggunakan uji Chi-Square (X2) dengan bantuan program SPSS version 20.0, menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara umur dengan stress kerja pada perawat di ruangan UGD dan ICU RSUD Datoe Binangkang Kota Kotamobagu. Hal ini sejalan dengan penelitian Prabowo (2009) bahwa tidak adanya hubungan antara umur seseorang dengan stress kerja. Penelitian yang dilakukan di RSUD Datoe Binangkang ini dapat dilihat jumlah umur paling banyak yaitu berumur 20-35 tahun sebanyak 32 responden, dengan jumlah orang yang mengalami stress kerja sebanyak 21 orang. Umur memang dapat berhubungan dengan stress kerja pada Perawat, namun tidak menutup kemungkinan faktor lain dapat berhubungan dengan stress selain umur. Dalam penelitian ini diketahui umur tidak berhubungan dengan stress dimana sesuai dengan yang dihadapi RSUD Datoe Binangkang Kabupaten Bolaang Mongondow bahwa usia tidak menjadi faktor penyebab stress karena stress itu dapat terjadi pada perawat usia berapapun tergantung dari manajemen stress tiap individu. Hubungan Antara Jenis Kelamin dengan Stress Kerja pada Perawat Berdasarkan penelitian yang dilakukan, hasil uji statistik
dengan menggunakan uji chisquare diperoleh nilai p=0,283 atau p>0,05. Hasil ini menunjukan bahwa tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan stress kerja pada perawat yang bertugas di UGD dan ICU RSUD Datoe Binangkang Kota Kotamobagu. Dari hasil analisis Bivariat yang didapatkan pada penelitian yang dilakukan di RSUD Datoe Binangkang jumlah perawat wanita lebih banyak mengalami stress kerja yaitu berjumlah 16 orang dan laki-laki sebanyak 9 orang yang mengalami stress kerja. Hal ini disebabkan karena perbedaan jenis kelamin tidak begitu memberikan konstribusi yang besar bagi stress kerja bila dibandingkan dengan perbedaan gender. Perbedaan gender yang dimaksud disini adalah perbedaan kondisi psikologis individu yang dibedakan menjadi maskulin dan feminim. Sebuah penelitian yang berjudul The Effects of gender role on perceived Job Stressyang dilakukan pada karyawan bank di Taiwan pada tahun 2010, mengungkapkan bahwa perbedaan gender mempengaruhi tingkat stress individu yang dirasakan di tempat kerja. Pada saat wanita menghadapi stress, tubuh akan memberikan respon fisiologis berupa aktivitas hormon dan neurotransmitter di dalam otak. Lebih lanjut lagi wanita lebih menderita stress daripada pria disebabkan karena prolaktin wanita lebih tinggi daripada pria. Dalam penelitian ini menunjukan bahwa jenis kelamin perawat di Rumah Sakit Daote Binangkang mayoritas perempuan, karena sesuai dengan kebutuhan bahwa perawat perempuan lebih fleksibel dalam melakukan tindakan
keperawatan. Pada penilitian ini tidak terdapat hubungan jenis kelamin dengan kejadian stress karena stress dapat mempengaruhi pria maupun wanita secara berbeda, ini dapat dilihat bahwa jenis kelamin dapat memoderasi hubungan stress dan variable yang memengaruhinya seperti kesehatan dan kesejahteraan secara keseluruhan. Hubungan Antara Tingkat Pendidikan dengan Stress Kerja pada Perawat Berdasarkan penelitian yang dilakukan, hasil uji statistik dengan menggunakan uji chisquare diperoleh nilai p=0,075 atau p>0,05. Hasil ini menunjukan bahwa ada hubungan antara pendidikan dengan stress kerja pada perawat yang bertugas di UGD dan ICU RSUD Datoe Binangkang Kota Kotamobagu. Dari analisis Bivariat yang dapat diambil, jumlah stress kerja perawat di RSUD Datoe Binangkang dilihat dari tingkat pendidikan yang paling banyak adalah diploma yaitu 17 orang, SMA/Sederajat 5 orang dan S1 3 orang. Pada penelitian ini tingkat pendidikan menjadi faktor yang berhubungan dengan stress kerja karena dapat dilihat tingkat pendidikan SMA semuanya mengalami stress kerja dari jumlah perawat SMA yang ada, jumlah perawat dengan pendidikan diploma didapatkan hasil 68% perawat mengalami stress kerja. Sedangkan jumlah perawat S1 yang mengalami stress hanya 3 orang dan yang tidak stress yaitu 5 orang. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Mamonto, Novita D. (2013), dkk, dalam jurnal hubungan gaya kepemimpinan kepala ruangan dengan tingkat stres kerja perawatdi ruang rawat inap RSUD Bitung, dikutip ada beberapa hal yang bisa mengakibatkan stres dalam hal bekerjaselain gaya kepemimpinan, antara lain, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan status perkawinan. Pada penelitian ini, menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan dengan stress kerja kerja. Pegawai yang menyatakan tingkat pendidikan SMA atau beresiko mengalami stress dan mengalami stress sebesar 48,8%.
Hasil yang didapatkan dari tahap analisis bivariat ini sesuai dengan teori yang telah diungkapkan bahwa tingkat pendidikan berhubungan stress kerja. Pegawai dengan pendidikan rendah tidak selalu mengalami stress kerja danpegawai dengan pendidikan perguruan tinggi pun juga tidak bisa dipastikan bahwamereka akan terbebas dari kemungkinan mengalami stress kerja. Liebert & Neakeref dalam Ismar R, dkk (2011) berpendapat bahwa tingkat pendidikan mempengaruhi pemilihan pekerjaan. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka keinginan untuk melakukan pekerjaan dengan tingkat tantangan yang tinggi semakin kuat. Harapan dan ide kreatif akan dituangkan dalam usaha penyelesaian tugas yang sempurna. Ide yang kreatif merupakan simbol aktualisasi diri yang membedakan dirinya dengan orang lain dalam penyelesaian tugas serta kualitas yang dihasilkan. Lain halnya dengan agen berpendidikan S1 yang memiliki sifat pendidikan lebih analitis/manajerial, sehingga dalam menjalankan tugas hariannya merasa tertantang untuk menyeimbangkan antara kualitas dan kuantitas panggilan. Hubungan Antara Masa Kerja dengan Stress Kerja pada Perawat Berdasarkan penelitian yang dilakukan, hasil uji statistik dengan menggunakan uji chisquare diperoleh nilai p=0,247 atau p>0,05. Hasil ini menunjukan bahwa tidak ada hubungan antara masa keja dengan stress kerja pada perawat yang bertugas di UGD dan ICU RSUD Datoe Binangkang Kota Kotamobagu. Dari hasil analisis Bivariat, perawat di RSUD Datoe Binangkang Kota Kotamobagu didapatkan bahwa sebagian besar responden penelitian memiliki masa kerja lebih dari 3-4 tahun yakni sebanyak 35% responden, dengan masa kerja paling pendek adalah 1-2 tahun sedangkan masa kerja paling lama adalah >7 tahun. Perawat yang mengalami stress kerja yang paling banyak dalam variabel masa kerja yaitu dengan masa kerja 3-4 tahun sebanyak 11 orang yang mengalami stress, perawat dengan masa kerja >7 tahun yang mengalami stress yaitu 8 orang, perawat dengan masa kerja 5-6 tahun
sebanyak 5 orang dan yang bekerja selama 1-2 tahun sebanyak 1 orang yang menglami stress. Ini menunjukan tidak terdapat hubungan antara masa kerja dengan stress kerja pada perawat di RSUD Datoe Binangkang. Masa kerja yang lebih lama erat kaitannya dengan pengalaman dan pemahaman mengenai job description yang lebih baik. Pengalaman dan pemahaman ini akan membantu dalam mengatasi masalah (stressor) yang ada dalam upaya pencegahan stress. Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Syamsul dalam Sartika (2013) tentang stress kerja pada pekerja pabrik penggilingan padi kec. Minasate’ne Pangkep yang menunjukan bahwa jumlah pekerja yang mengalami stress kerja lebih tinggi pada pekerja dengan masa kerja lama dibanding pekerja dengan masa kerja baru. Masa kerja baru maupun lama dapat menjadi pemicu terjadinya stress kerja dan diperberat dengan adanya beban kerja yang berat. Namun, masa kerja yang mempengaruhi pekerja karena menimbulkan rutinitas dalam bekerja, sehingga pada akhirnya menimbulkan stress. Rutinitas kerja yang terbatas membuat pekerja menjadi jenuh, Munandar dalam Sartika (2013). Hubungan Antara Kepuasan Kerja dengan Stress Kerja pada Perawat Berdasarkan penelitian yang dilakukan, hasil uji statistik dengan menggunakan uji chisquare diperoleh nilai p=0,029 atau p<0,05. Hasil ini menunjukan bahwa ada hubungan antara kepuasan kerja dengan stress kerja pada perawat yang bertugas di ICU dan UGD RSUD Datoe Binangkang Kota Kotamobagu. Dari hasil analisis Bivariat dapat dilihat dari variabel kepuasan kerja, stress kerja pada perawat yang kurang puas adalah yang paling banyak mengalami stress kerja yaitu 20 orang (80%) dan yang cukup puas yaitu 5 orang dari jumlah 13 orang perawat yang cukup puas. Ini menunjukan bahwa perawat di RSUD Datoe Binangkang yang kurang puas atas
pekerjaannya dapat berhubungan dengan stress kerja atau mengalami stress kerja. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Suhanto dalam Fadhilah (2010) yang membuktikan bahwa stress kerja mempunyai pengaruh negatif terhadap kepuasan kerja karyawan. Hal ini menunjukan bahwa semakin tinggi stress kerja yang dirasakan oleh karyawan, maka kepuasan kerja karyawan akan menurun atau sebaliknya, semakin rendah stress kerja maka semakin tinggi kepuasan kerja karyawan. Dari hasil penelitiannya tersebut disimpulkan bahwa indikator individual stressor (meliputi peran manajer dengan bawahan, kerja sama antar bagian organisasi, komunikasi antar karyawan dalam organisasi, jumlah tenaga kerja dalam satu bagian, pentingnya waktu pengelolaan istirahat) mempunyai pengaruh yang lebih besar disbanding indikator role stress (stress peran) terhadap dimensi kepuasan kerja. Dapat disimpulkan bahwa stress ada pengaruh negatif dan juga pengaruh positif terhadap kepuasaan kerja, yang didalam penelitian ini menunjukan adanya hubungan antara stress kerja dengan kepuasan kerja dan dapat dilakukan penelitian lain tentang hubungan stress dengan kepuasan kerja untuk mengetahui hubungan positif atau negatif di RSUD Datoe Binangkang ini. PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat di simpulkan bahwa: 1. Umur Tidak berhubungan dengan stress kerja pada perawat di Ruangan ICU dan UGD di RSUD Datoe Binangkang. 2. Jenis kelamin tidak berhubungan dengan stress kerja pada perawat di Ruangan ICU dan UGD di RSUD Datoe Binangkang. 3. Tingkat pendidikan tidak berhubungan dengan stress kerja pada perawat di Ruangan ICU dan UGD di RSUD Datoe Binangkang.
4. Masa kerja tidak berhubungan dengan stress kerja pada perawat di Ruangan ICU dan UGD di RSUD Datoe Binangkang. 5. Kepuasaan kerja berhubungan dengan stress kerja pada perawat di Ruangan ICU dan UGD di RSUD Datoe Binangkang. Saran Adapun saran yang dapat diberikan yaitu: 1. Bagi Perawat diperlukan adanya manajemen stress agar stress kerja yang bersifat positif dapat dikelola dengan baik. Namun dalam melakukan variasi pekerjaan pihak manajemen harus tetap memperhatikan kesesuaian pekerjaan perawat agar stress kerja yang bersifat negatif dapat dihindari. 2.
3.
4.
Mengadakan rekreasi bersama para perawat dengan instansi Rumah Sakit untuk membina hubungan Interpersonal yang lebih baik. Hubungan Interpersonal yang baik akan membantu perawat dalam pencegahan terhadap stress di tempat kerja. Adanya penelitian ini diharapkan dapat membantu perawat untuk dapat memahami dan cepat mengidentifikasi masalah pribadi dan gangguan dalam pekerjaannya, sehingga masalah tidak berlangsung lama dan mengakibatkan stress kerja. Kurangnya penelitian di RSUD Datoe Binangkang Kabupaten Bolaang Mongondow maka perlu dilakukan penelitian lain yang dapat menunjang. DAFTAR PUSTAKA
Basuki., 2009. “Hubungan Antara Stress Kerja Dengan Gangguan Kesehatan Perawat di IRD RSVP DR. Soeradji Tirtonegoro Klaten”. di akses 14 Mel 2013; http://skripsistikes. Wordpress.com/2009/04/27/hubungananta ra-stress-kerja-dengangangguankesehatan-perawat-di-ird-rsupdrsoeradjitirtonegoroklaten/.
National S. C., 2003. “Manajemen Stress”. Jakarta : EGC. Novita D. M, Fredna J. R, Rivelino S. H. Hubungan Gaya Kepemimpinan Kepala Ruangan Dengan Tingkat Stres Kerja Perawat Di Ruang Rawat Inap RSUD Bitung. Ejournal keperawatan (e-Kp) Volume 1. Nomor 1. Agustus 2013 Prabowo, 2009. Faktor Yang Berhbungan Dengan Kejadian Stres Kerja Pada Bagian Produksi Mebel PT. Chia Jian Indnesia Furniture Di Wedelan Jepara Tahun 2009.http://www.depkes.go.id/downloads/de bu.pdf. [diakses tanggal 18 Februari 2011] Riyanto A, 2011. “Pengolahan dan Analisis Data Kesehatan. Yogyakarta. Nuha Medika. Sartika, D. M. Masyitha, M. Rahim, M. R. “Faktor yang berhubungan dengan stress pada pedagang tradisional Pasar Daya Kota Makassar Tahun 2013”. Jurnal Kesehatan Masyarakat Vol. 1. No.1. Tahun 2013. Wijono, 2006. “Pengaruh Kepribadian Type A dan Peran terhadap Stress Kerja Perawat Jurnal Kesehatan Insan Vol 8 No. 3 Desember 2006”. Surakarta