1
SIMULASI PERBAIKAN PROSES BISNIS INSTALASI GAWAT DARURAT DENGAN METODE EVENT-DRIVEN PROCESS CHAIN (EPC) (STUDI KASUS : RSU HAJI SURABAYA)
Hery Pamungkas Setia Budi dan Nurhadi Siswanto Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 E-mail:
[email protected] ;
[email protected] Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi manusia karena manusia perlu menjaga kesehatannya agar dapat bertahan hidup. Kurangnya dokter di Indonesia saat ini mengakibatkan buruknya pelayanan kesehatan di Indonesia sehingga banyak pasien yang mengalami keterlambatan pelayanan atau bahkan tidak terlayani. Banyak sekali aspek yang mempengaruhi kualitas pelayanan terhadap pasien, salah satunya adalah waktu tunggu. Waktu tunggu merupakan waktu yang digunakan oleh petugas kesehatan untuk memberikan pelayanan pada pasien. Untuk mengurangi waktu tunggu dan keterlambatan dalam pelayanan tersebut, salah satu cara yang dilakukan rumah sakit yaitu dengan mengkombinasikan resources atau sumber daya yang ada dengan baik. Digunakan metode Eventdriven Process Chain (EPC) untuk memetakan proses bisnis yang ada pada Instalasi Gawat Darurat tersebut. Yang kemudian dilanjutkan dengan memodelkan pemetaan proses bisnis tersebut dengan menggunakan software Arena untuk menganalisis aliran pasien dari seluruh proses penanganan pasien pada Intalasi Gawat Darurat. Dalam merumuskan perbaikan, dilakukan analisis penyebab terjadinya keterlambatan pelayanan pasien sehingga terjadi antrian. Setelah itu dilakukan perumusan scenario-skenario perbaikan yang memungkinkan. Skenario-skenario perbaikan tersebut selanjutnya disimulasikan untuk melihat kontribusinya terhadap jumlah pasien yang terlayani atau throughput pasien dan waktu total pelayanan. Hasil akhir menunjukkan bahwa perbaikan yang paling mungkin dilakukan antara lain penggabungan beberapa proses yang berkesinambungan dan pemindahan beberapa resources atau pekerja ke proses lain yang mengalami antrian pada proses tersebut. Kata Kunci : Throughput Pasien, Event-driven Process Chain (EPC), Simulasi Arena I.
PENDAHULUAN
Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi manusia karena manusia perlu menjaga kesehatannya agar dapat bertahan hidup. Sehubungan dengan hal tersebut, diberlakukan Undang-Undang No 25 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat daerah maka berbagai upaya dilakukan pemerintah daerah untuk meningkatkan pelayanan kesehatan agar masyarakat dapat meningkatkan akses pelayanan dan kualitas pelayanan kesehatan (Depkes RI, 2004). Dari data Departemen Kesehatan, diketahui total
jumlah dokter di Indonesia saat ini mencapai lebih dari 42 ribu dokter. Kurangnya dokter di Indonesia saat ini mengakibatkan buruknya pelayanan kesehatan di Indonesia. Hal ini dapat dilihat dimana perbandingan jumlah dokter dan pasien di Indonesia belum ideal. Dengan jumlah dokter sekitar 42 ribu dan jumlah penduduk yang mencapai 237 juta, maka satu dokter saat ini harus melayani sekitar 5 ribu orang (1:5000). Hal tersebut dibenarkan Ketua Komisi IX DPR RI, komisi yang membidangi kesehatan dimana saat ini dokter di Indonesia hanya ada sekitar 40 ribu orang, seharusnya minimalnya dokter di Indonesia harus ada 70 ribu orang atau 1 dokter melayani sekitar 2500 orang (Antaranews, 2011). Akibatnya pelayanan kesehatan tidak sesuai dengan yang diinginkan dimana menurut Menteri Kesehatan banyak pasien yang mengalami keterlambatan pelayanan atau bahkan tidak terlayani. Akibatnya banyak pasien yang lebih memilih berobat ke luar negeri (Detiknews, 2005). Setidaknya terdapat 200 ribu orang setiap tahunnya berobat ke luar Malaysia (Inilah.com, 2012). Fakta tersebut berakibat pada devisa negara yang keluar negeri untuk berobat menurut data World Bank tahun 2004 sekitar Rp 70 triliun (Kompasiana, 2011). Maka dari itu Menteri Kesehatan menghimbau agar seluruh rumah sakit di Indonesia terus meningkatkan mutu pelayanannya agar masyarakat tidak perlu berobat ke luar negeri Banyak sekali aspek yang mempengaruhi mutu atau kualitas pelayanan, salah satunya adalah waktu tunggu. Waktu tunggu merupakan waktu yang digunakan oleh petugas kesehatan untuk memberikan pelayanan pada pasien. Lama waktu tunggu pasien mencerminkan bagaimana rumah sakit mengelola komponen pelayanan yang disesuaikan dengan situasi dan harapan pasien (Depdagri, 2007). Menurut Depkes (2007), standar waktu pelayanan dalam penyediaan berkas rekam medis di rumah sakit minimal yaitu kurang dari sama dengan 10 menit. Menurut Depkes dalam Sudarsono (2010), standar waktu pelayanan dalam pemeriksaan pasien di ruang periksa yaitu minimal 15 menit. Untuk mengurangi waktu tunggu dan keterlambatan dalam pelayanan tersebut, salah satu cara yang dilakukan rumah sakit yaitu dengan menambah resources atau sumber daya. Dengan semakin kecilnya nilai waktu tunggu pelayanan, maka semakin besar nilai throughput pasien atau pasien yang terlayani. Karena tuntutan pelayanan yang tinggi, rumah sakit perlu mempertimbangkan faktor-faktor untuk meningkatkan pelayanan seperti biaya yang tinggi serta anggaran dan sumber daya yang terbatas. Akibatnya manajer rumah sakit perlu mempelajari efektivitas dan efisiensi sistem kesehatan dan mengevaluasi hasil dari setiap perubahan yang dibuat
2 untuk sistem tersebut. Manajer harus memaksimalkan pemanfaatan sumber daya yang tersedia saat dibatasi oleh anggaran tertentu (Ahmed et al, 2008). Selama beberapa tahun terakhir telah banyak upaya dalam mengembangkan model simulasi optimasi untuk memecahkan masalah manajemen kesehatan. Optimasi simulasi adalah praktek menggabungkan model simulasi dengan algoritma optimasi untuk mendapatkan nilai optimal dari parameter desain untuk memaksimalkan kinerja sistem simulasi. Beberapa penelitian telah dilakukan mengenai model simulasi optimasi di bidang kesehatan. Cote (1999), Ferreira de Oliveira (1999), Swisher et al. (2001), Blasé et al. (2003) dan Sinreich dan Marmor (2005) menggunakan model simulasi untuk mereproduksi perilaku dari sistem kesehatan dalam rangka untuk mengevaluasi kinerja dan menganalisis hasil dari skenario yang berbeda. Beaulieu et al (2000) menggunakan pendekatan pemrograman matematika untuk penjadwalan dokter di gawat darurat. Flessa (2000) menggunakan pendekatan program linier untuk alokasi optimal sumber daya kesehatan. Baesler et al. (2003) menyajikan suatu moedel simulasi yang dikombinasikan dengan optimasi untuk meperkirakan kapasitas maksimum di ruang gawat darurat. Pada penelitian ini dilakukan pemetaan proses bisnis menggunakan pendekatan Event-driven Process Chain (EPC) untuk mengetahui proses bisnis instalasi gawat darurat pada rumah sakit tersebut. Kemudian dari hasil analisis dari pemetaan proses bisnis tersebut, dibuatkan model simulasi kondisi eksisting dengan software Arena untuk menganalisis aliran pasien dari seluruh proses. untuk memaksimalkan throughput pasien dan waktu tunggu. Bagaimana proses bisnis di instalasi gawat darurat memiliki beberapa tahapan proses atau layanan yang di setiap layanan atau proses memiliki beberapa server atau resources seperti jumlah dokter, teknisi laboratorium, perawat, jumlah tempat tidur, dll. Selain itu juga jumlah waktu tunggu pasien diantara setiap layanan adalah ukuran efisiensi dari seluruh sistem. Dari hasil analisa tersebut, kemudian dimodelkan simulasi kondisi perbaikan dengan software Arena. II.
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Proses Bisnis Proses merupakan suatu urutan dari aktifitas yang berkaitan yang mengubah input menjadi output (Anupindi et al, 2011). Sedangkan menurut Davenport & Short dalam Anupindi et al. (2011), proses adalah sekumpulan aktivitasaktivitas yang didesain secara terstruktur dan terukur untuk memproduksi sebuah output yang spesifik untuk pelanggan atau pasar tertentu. Untuk proses bisnis dapat didefinisikan jadi beberapa pengertian, yaitu menurut Davenport & Short dalam Anupindi et al. (2011), proses bisnis adalah sekumpulan tugas-tugas yang berkaitan secara logis yang dilakukan untuk mendapatkan penghasilan bisnis yang diinginkan. Sedangkan definisi proses bisnis menurut Reiter et al. (2010) adalah proses bisnis merupakan suatu rantai yang menghubungkan tiap aktivitas yang menggunakan sumber daya perusahaan untuk mencapai suatu sasaran dalam rangka mencapai hasil/produk yang spesifik dan terukur untuk pelanggan internal maupun eksternal. Terdapat tiga komponen utama yang menunjang dari proses bisnis yaitu antara lain :
1. Input, merupakan barang (bahan baku, data , material) atau jasa yang digunakan sebagai masukan sebelum dilakukannya proses bisnis. 2. Process, merupakan sejumlah aktivitas atau pekerjaan untuk mengubah input tersebut. 3. Output, merupakan hasil dari input yang sudah mengalami suatu proses tersebut. Pada penelitian ini digunakan metode EPC karena metode EPC dapat mendukung manajemen proses bisnis, menyediakan notasi yang intuitif, dan mampu mewakili proses yang sangat kompleks. Selain itu metode EPC dapat memetakan proses bisnis secara luas dengan cara yang lebih sederhana serta cocok digunakan untuk penelitian yang memerlukan beberapa alternatif perbaikan didalam proses bisnis supaya dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas. Event-driven Process Chain (EPC) merupakan jenis flowchart yang digunakan untuk pemodelan proses bisnis. EPC dapat digunakan untuk mengkonfigurasi atau melakukan evaluasi dan analisis terhadap pelaksanaan proses bisnis dan untuk perbaikan proses bisnis. Metode EPC dikembangkan oleh Prof Wilhelm-Agustus Scheer di Institut für Wirtschaftsinformatik di Universität des Saarlandes pada awal 1990-an. EPC digunakan oleh banyak perusahaan untuk pemodelan, menganalisis, dan mendesain ulang proses bisnis yang ada. Karena itu bentuk-bentuk teknik inti untuk pemodelan dalam ARIS, yang berfungsi untuk menghubungkan pandangan yang berbeda dalam tampilan kontrol yang disebut, yang akan dijabarkan dalam bagian Modeling Proses Bisnis ARIS. EPC menyediakan berbagai konektor yang memungkinkan eksekusi paralel alternatif dan proses. Proses selanjutnya ditentukan oleh penggunaan dari logika, seperti OR, AND, dan XOR. Kelebihan yang utama dari EPC adalah dalam hal kesederhanaan dan kemudahan pihak luar dalam memahami notasi. Kelebihan tersebut membuat metode EPC diterima secara luas untuk menunjukkan proses bisnis. Event-driven Process Chain (EPC) terdiri dari beberapa elemen antara lain : A. Event Event adalah elemen pasif dalam EPC. Mereka menggambarkan keadaan apa fungsi atau bekerja proses atau yang menyatakan fungsi atau hasil proses masuk. Contoh peristiwa yang "persyaratan ditangkap", "materi pada saham", dll grafik EPC acara direpresentasikan sebagai segi enam. Secara umum, diagram EPC harus dimulai dengan suatu kejadian dan berakhir dengan sebuah event. B. Fungsi Fungsi adalah elemen aktif dalam EPC. Mereka model tugas atau kegiatan dalam perusahaan. Fungsi menggambarkan transformasi dari keadaan awal ke keadaan yang dihasilkan. Dalam kasus negara-negara yang berbeda sehingga dapat terjadi, pemilihan negara yang dihasilkan masing-masing dapat dimodelkan secara eksplisit sebagai fungsi keputusan menggunakan konektor logis. Fungsi dapat disempurnakan menjadi EPC lain. Dalam kasus ini disebut fungsi hirarkis. Contoh fungsi yang "menangkap persyaratan", "memeriksa materi pada saham", dll. Dalam grafik fungsi EPC direpresentasikan sebagai persegi panjang bulat. C. Unit Organisasi Unit organisasi menentukan seseorang atau organisasi dalam struktur dari suatu perusahaan bertanggung jawab untuk fungsi tertentu. Contohnya adalah "departemen
3 penjualan", "penjualan manajer", "manajer pengadaan", dll Hal ini digambarkan sebagai elips dengan garis vertikal. D. Informasi, bahan, atau sumber daya objek Dalam EPC, informasi, materi, atau benda sumber daya menggambarkan obyek dalam dunia nyata, misalnya obyek bisnis, badan, dll, yang dapat melayani input data sebagai dasar untuk fungsi, atau data output yang dihasilkan oleh fungsi. Contohnya adalah "materi", "order", dll grafik EPC seperti objek direpresentasikan sebagai persegi panjang. E. Logis konektor. Dalam EPC hubungan logis antara elemen dalam aliran kontrol, yaitu peristiwa dan fungsi yang dijelaskan oleh konektor logis. Dengan bantuan konektor logis adalah mungkin untuk membagi aliran kontrol dari satu mengalir ke dua atau lebih aliran dan sinkronisasi aliran kontrol dari dua atau lebih mengalir ke satu aliran. F. Kontrol aliran. Sebuah aliran kontrol menghubungkan kejadian dengan fungsi, jalur proses, atau konektor logis menciptakan urutan kronologis dan interdependensi logis antara mereka. Sebuah aliran kontrol direpresentasikan sebagai panah putus-putus. G. Arus informasi. Arus informasi menunjukkan hubungan antara fungsi dan input atau output data, di mana fungsi membaca atau menulis perubahan. H. Tugas Unit Organisasi. Tugas Organisasi Unit menunjukkan hubungan antara unit organisasi dan fungsi bertanggung jawab. I. Proses jalan. Proses jalan berfungsi sebagai bantuan navigasi di EPC. Mereka menunjukkan koneksi dari atau ke proses lainnya. Jalur proses direpresentasikan sebagai simbol senyawa terdiri dari simbol fungsi ditumpangkan pada simbol acara. Untuk menggunakan simbol proses jalan di EPC diagram, simbol terhubung ke jalur simbol proses, menunjukkan bahwa proses ditabelkan menggabungkan keseluruhan proses kedua yang, untuk kesederhanaan diagramatic, diwakili oleh satu simbol. II.2 Metode Simulasi Law dan Kelton (1991) mendefinisikan simulasi sebagai suatu teknik untuk meniru operasi ke operasi atau proses ke proses yang terjadi dalam suatu sistem dengan bantuan alat komputer dengan software yang sesuai dan dilandasi oleh beberapa asumsi tertentu sehingga sistem tersebut bisa dipelajari secara ilmiah. Tujuan simulasi adalah untuk mendeskripsikan suatu model, dapat mengukur kinerja dan performansi dari sebuah model, dan dapat mengetahui perubahan yang terjadi apabila dilakukan perbaikan pada model tersebut. Berikut beberapa keunggulan dari metode simulasi yaitu : 1. Simulasi dapat digunakan untuk sistem yang kompleks yang memiliki sifat-sifat stokhastik yang sulit dibentuk dengan menggunakan model matematika. 2. Simulasi dapat mengidentifikasi perilaku sistem dalam pengoperasian yang berbeda-beda. 3. Simulasi dapat digunakan pada sistem yang belum pernah terbentuk atau menganalisa sistem yang ada tanpa mengubah kondisi dari sistem yang ada.
4. Simulasi dapat membandingkan alternatif-alternatif desain sistem dan memilih alternatif yang paling baik untuk digunakan atau diimplementasikan. Adapun langkah-langkah dalam melakukan simulasi menurut Law dan Kelton (1991) yaitu : 1. Perencanaan studi. Pada tahap ini dilakukan pengumpulan data hasil observasi, baik data sekunder maupun data primer untuk membangun model dari sistem yang akan disimulasikan. 2. Mendefinisikan sistem. Menjelaskan entitas input yang masuk, jumlah resource, sampai dengan distribusi waktu yang digunakan didalam sistem. 3. Perancangan model. Pada tahap ini dilakukan perancangan model simulasi sesuai dengan bagan-bagan yang telah disediakan pada software simulasi. 4. Melakukan verifikasi dan validasi. Verifikasi bertujuan untuk memastikan bahwa model yang telah dibuat dapat dijalankan. Sedangkan validasi bertujuan untuk memastikan bahwa model telah sesuai dengan kondisi real yang ada. 5. Analisis hasil simulasi. Setelah dilakukan running dan muncul data report dari simulasi, maka langkah selanjutnya adalah melakukan analisis hasil simulasi tersebut. 6. Pelaporan hasil. Hasil yang telah dianalisis, kemudian akan dilaporkan dan dipresentasikan ke masyarakat. Sistem adalah sekumpulan elemen yang saling berinteraksi satu sama lain untuk mencapai suatu tujuan. Berikut ini elemen-elemen dari sistem pada simulasi antara lain : Entity : Elemen yang diproses di dalam sistem. Atribut : Karakteristik yang dimiliki oleh sebuah entity tersebut. Activity : Kegiatan yang dilakukan di dalam sistem yang mempengaruhi entity baik secara langsung maupun tidak langsung. Resources : Elemen yang menjalankan activity. Controls : Segala sesuatu yang menentukan bagaimana, kapan, dan dimana proses sistem dijalankan. System State : Sekumpulan variabel yang berisi semua informasi penting untuk menggambarkan sebuah sistem. Salah satu tools yang seing digunakan dalam simulasi adalah dengan menggunakan software Arena. Dengan software ini, perubahan dan pergerakan entity dapat diamati secara langsung dan didapatkan laporan statistiknya. Basic Process merupakan modul-modul dasar yang digunakan untuk simulasi. Template dari basic process ini terdiri dari beberapa modul yaitu : Create Modul ini digunakan untuk menggenerate kedatangan entity dalam simulasi. Process Modul ini digunakan untuk memproses entity dalam simulasi yang didalamnya terdapat resources. Dispose Modul ini digunakan untuk mengeluarkan entity dari sistem simulasi. Decide
4 Modul ini digunakan untuk menentukan keputusan dalam proses yang didalamnya terdapat beberapa pilihan untuk membuat keputusan berdasarkan beberapa pilihan. Batch Modul ini digunakan untuk menggabungkan beberapa entity atau assembly. Separate Modul ini digunakan untuk memisahkan hasil dari modul batch. Assign Modul ini digunakan untuk member sifat pada entity seperti nilai baru pada variabel, entity atribut, entity type, atau variabel lain pada sistem. Record III.
METODOLOGI PENELITIAN
III.1 Tahap Identifikasi Permasalahan Pada tahap ini dilakukan pengidentifikasian permasalahan yang ada pada objek penelitian. Tahap ini merupakan tahap awal dilakukannya penelitian tugas akhir.
III.4.2 Tahap Analisa dan Interpretasi Data Pada tahap ini dilakukan analisis dan interpretasi terhadap data yang telah diolah. Kemudian dilakukan pemodelan kondisi eksisting dan future dengan simulasi Arena. III.5 Tahap Kesimpulan dan Saran Pada tahap ini dilakukan penarikan kesimpulan yang berhubungan dengan tujuan penelitian yang ingin dicapai dan juga pemberian saran yang dapat bermanfaat bagi rumah sakit maupun penelitian dimasa mendatang. IV.
HASIL DAN DISKUSI
IV.1 Model Konseptual Sebelum memulai merancang model simulasi, dilakukan pembuatan model konseptualnya terlebih dahulu. Model konseptual ini berfungsi untuk memudahkan penerjemahan model EPC yang telah dibuat pada sub bab sebelumnya menjadi model simulasi. Dibawah ini adalah gambaran model konseptual untuk penanganan pasien Instalasi Gawat Darurat pada Rumah Sakit Umum Haji Surabaya.
III.1.1 Tahap Identifikasi Kondisi Eksisting Pada tahap ini dilakukan tinjauan terhadap objek penelitian. Kemudian dilakukan identifikasi permasalahanpermasalahan yang dialami oleh objek penelitian dan kondisi eksisting pada objek penelitian. Hal-hal yang perlu diidentifikasi antara lain adalah proses bisnis instalasi gawat darurat dan sumber daya (resources) yang tedapat pada Instalasi Gawat Darurat tersebut seperti dokter, perawat, teknisi laboratorium, dll.. III.2 Tahap Penentuan Metode Pada tahap ini akan dilakukan penetapan metode dan pemilihan metode yang akan digunakan untuk menyelesaikan permasalahan tersebut.
Gambar IV.1 Model Konseptual Proses Penanganan Pasien
III.3 Tahap Pengumpulan Data Pada tahap ini dilakukan pengumpulan data yang diperlukan untuk penelitian dan sesuai dengan permasalahan yang diteliti. Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang didapatkan melalui pengamatan ataupun wawancara secara langsung. Sedangkan data sekunder merupakan data yang didapatkan melalui catatan dari rumah sakit tersebut. III.4 Tahap Pengolahan Data Pada tahap ini dilakukan pengolahan terhadap data-data yang telah dikumpulkan pada tahap sebelumnya selama penelitian dilakukan. Hasil dari pengolahan data digunakan untuk membantu peneliti dalam melakukan analisis dan memberikan alternatif perbaikan.
IV.2 Skenario Perbaikan dan Simulasinya Pada tahap ini akan dilakukan perancangan skenario perbaikan dari kondisi eksisting yang ada beserta dengan model simulasi perbaikannya. Skenario ini nantinya diharapkan dapat diperoleh alternatif skenario perbaikan terbaik untuk mengatasi permasalahan dalam sistem. Berikut merupakan hasil rekapitulasi jumlah pasien yang terlayani atau throughput paisen dan total time pelayanan pasien pada kondisi eksisting.
Tabel IV.1 Perhitungan Nilai Throughput Pasien Eksisting Initial Simulasi Simulasi Simulasi Running ke - shift 1 shift 2 shift 3 1 III.4.1 Pemodelan Proses Bisnis 434 476 423 Berdasarkan studi lapangan dan data sekunder dari rumah 2 445 423 457 sakit diperoleh proses bisnis dari Instalasi Gawat Darurat 3 414 489 400 rumah sakit tersebut, maka selanjutnya dilakukan tahap pemetaan proses bisnis. Pada tahap ini pertama-tama 4 457 472 486 melakukan proses identifikasi proses bisnis pada bagian 5 440 405 400 Instalasi Gawat Darurat. Pemetaan proses bisnis dilakukan 6 dengan pendekatan Event-driven Process Chain (EPC). 464 402 498 7 426 485 419
Kondisi Total 1333 1325 1303 1415 1245 1364 1330
5 Tabel IV.2 Perhitungan Nilai Throughput Pasien Eksisting (Lanjutan) Initial Simulasi Simulasi Simulasi Running ke - shift 1 shift 2 shift 3 8 436 458 426 Jumlah 3516 3610 3509
Kondisi Total 1320 10635
rata-rata
439.5
451.25
438.625
1329.375
std deviasi
16.089
35.888
37.569
48.5
IV.3 Skenario Perbaikan I Pada skenario perbaikan 1 ini dilakukan penggabungan proses yang dikarenakan memiliki resources yang hampir sama dan urutan prosesnya berkesinambungan.. Tabel IV.3 Perhitungan Nilai Throughput Pasien Kondisi Perbaikan 1 Initial Simulasi Simulasi Simulasi Running ke - shift 1 shift 2 shift 3 Total 1
433
513
431
1377
2
442
563
508
1513
3
353
514
464
1331
4
444
475
443
1362
5
444
504
484
1432
6
429
492
459
1380
7
411
518
462
1391
8
438
540
433
1411
Jumlah
3394
4119
3684
11197
Rata-rata
424.25
514.875
460.5
1399.625
std deviasi
30.788
27.237
26.071
54.939
IV.4 Skenario Perbaikan 2 Pada skenario perbaikan 2 ini dilakukan pemindahan resources yang dirasa tidak memberikan pengaruh yang secara signifikan. Tabel IV.4 Perhitungan Nilai Throughput Pasien Kondisi Perbaikan 2 Initial Simulasi Simulasi Simulasi Running ke - shift 1 shift 2 shift 3 Total
IV.5 Skenario Perbaikan 3 Pada skenario perbaikan 3 ini dilakukan perbaikan kombinasi antara perbaikan 1 dan perbaikan 2 yaitu dengan melakukan penggabungan beberapa proses dan memindahkan resources ke proses lain. Tabel IV.5 Perhitungan Nilai Throughput Pasien Kondisi Perbaikan 3 Initial Running Simulasi Simulasi Simulasi Total ke shift 1 shift 2 shift 3 1 488 526 465 1479 2
456
495
463
1414
3
412
425
493
1330
4
419
479
451
1349
5
423
509
442
1374
6
441
505
461
1407
7
493
510
518
1521
8
517
523
440
1480
Jumlah
3649
3972
3733
11354
Rata-rata
456.125
496.5
466.625
1419.25
std deviasi
39.157
32.522
26.570
68.389
V.
KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian adalah berdasarkan hasil evaluasi bisnis proses dengan cara simulasi, didapatkan solusi rekomendasi perbaikan yang optimal yaitu dengan dilakukan penggabungan beberapa proses serta pemindahan beberapa resources yang memiliki nilai utilization rendah. Penggabungan proses dilakukan pada proses manajemen ABC dan konsultasi pada pasien merah dan biru serta penggabungan proses bedah medik dan observasi pada pasien kuning.Hal tersebut dikarenakan sering terjadi antrian. Sedangkan untuk pemindahan resources dilakukan pemindahan perawat pada proses triase ke proses bedah medik atau observasi. Hal tersebut dikarenakan nilai utilitazation perawat pada proses triase rendah. Dari hasil perbaikan tersebut diperoleh hasil ratarata pasien yang terlayani atau throughput pasien sebesar 1419,25 pasien/bulan dengan terjadi peningkatan sebesar 89,875 pasien/bulan dari kondisi eksisting. Untuk total waktu pelayanan diperoleh nilai sebesar 0,844 jam pada shift 1, pada shift 2 sebesar 0,870 jam dan 0,835 jam pada shift 3.
1
428
483
434
1345
2
433
526
488
1447
3
499
465
426
1390
4
514
505
435
1454
DAFTAR PUSTAKA
5
415
478
466
1359
6
430
456
426
1312
7
493
504
450
1447
8
493
527
511
1531
Jumlah
3705
3944
3636
11285
Rata-rata
463.125
493
454.5
1410.625
std deviasi
40.026
26.694
31.378
71.855
[1]Ahmed, M., Alkhamis T. (2008). Simulation Optimization for an Emergency Department Healthcare Unit in Kuwait. European Journal of Operational Research 198 (2008) 936–942 [2]Antaranews. (2011). Indonesia kekurangan Banyak dokter, http://www.antaranews.com/berita/1308119324/indo nesia-kekurangan-banyak-dokter, diakses pada 15 November 2012. [3]Anupindi et al. (2011). Managing Business Process Flows (Second Edition ed.). Jakarta Pusat: PPM.
6 [4]Bertolini, M., Bevilacqua, M., Ciarapica, F. E., & Giacchetta, G. (2011). Business process reengineering in healthcare management: a case study. Business Process Management Journal, 17(1), 42-66. doi:10.1108/14637151111105571 [5]Detiknews.(2005).http://news.detik.com/read/2005/08/21 /162107/426110/10/menkes-akui-buruknyapelayanan-rs-di-indonesia, diakses pada 18 Oktober 2012. [6]Exhibitsalive.com. (2011). Gambar komponen Proses Bisnis,http://www.exhibitsalive.com/modules/modul es.html, diakses pada 26 Oktober 2012. [7]Inilah.com. (2012). Tingkat Layanan Rumah Sakit Indonesia,http://gayahidup.inilah.com/read/detail/190 027/menkes-rumah-sakit-harus-tingkatkan-mutulayanan, diakses pada 18 Oktober 2012. [8]Infodokterku.com. (2010). Data jumlah penduduk dan dokter di Indonesia, http://www.infodokterku.com/index.php?option=com content&view=article&id=172:beberapa-data-proxy kesehatan-indonesia-tahun-20102011, diakses pada 25 Oktober 2012. [9]Kompasiana. (2011). Devisa Negara yang keluar negeri, http://kesehatan.kompasiana.com/medis/2011/03/09/ duh%E2%80%A6-buruknya-pelayanan-rumah-sakitkita/, diakses pada 18 oktober 2012. [10]Law and Kelton. (1991). Simulation and Modelling Analysis: McGraw Hill. [11]Metode-metode business process modeling, http://resources.visual-paradigm.com/index.php/, diakses pada 23 Oktober 2012. [12]Ningharmanto. (2011). Standar waktu pelayanan di Rumah Sakit, http://www.ningharmanto.com/2011/03/standarwaktu pelayanan-di-rumah-sakit/, diakses pada 18 oktober 2012. [13]Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 340/MENKES/PER/III/2010 tentang klasifikasi Rumah Sakit [14]Reiter et al. (2010). The Phenomenon of Business Process Management: Practitioners Emphasis. 18th European Conference on Information Systems. [15]Shvoong.com. (2011). Pengertian dan fungsi rumah sakit, http://id.shvoong.com/medicine-andhealth/2142599 pengertian-dan-fungsi-rumah-sakit/, diakses pada 23 Oktober 2012.