PERATURAN BERSAMA MENRISTEK RI No. 03 Tahun 2012 dan MENDAGRI RI No. 36 Tahun 2012 TENTANG PENGUATAN SISTEM INOVASI DAERAH
Direktur Pengembangan Teknologi Industri- Dirjen Penguatan Riset dan Pengembangan
Dr. Hotmatua Daulay Bandung ,18 November 2015
LATAR BELAKANG IPTEK DAN INOVASI DI INDONESIA
MASALAH MENDASAR DALAM PEMBANGUNAN IPTEK DI INDONESIA 1. Keterbatasan sumber daya Iptek 2. Belum berkembangnya budaya Iptek 3. Belum optimalnya media mekanisme intermediasi Iptek
4. Lemahnya sinergi kebijakan Iptek 5. Belum terkaitnya kegiatan riset dengan kegiatan nyata 6. Belum maksimalnya kelembagaan litbang 7. Masih rendahnya aktivitas riset di perguruan tinggi
3
Tingkat pertumbuhan ekonomi belum menunjukkan korelasi positif terhadap peningkatan kemampuan penguasaan teknologi.
Latar Belakang • Kemajuan teknologi memberikan kemudahan dan solusi bagi permasalahan dalam aktivitas manusia. • Penguasaan teknologi menjadikan negara memiliki keunggulan komparatif.
• Tingkat pertumbuhan ekonomi belum menunjukkan korelasi positif terhadap peningkatan kemampuan penguasaan teknologi.
Latar Belakang • 58% teknologi utama industri manufaktur bersumber dari luar negeri • Belanja teknologi tidak dibarengi proses alih teknologi
Perlu dukungan dalam penguatan alih teknologi
GLOBAL COMPETITIVENESS INDEX* BEBERAPA NEGARA ASEAN** 60 50 40 30
50 46
44 38 28
39
38 37
28
26
20
38 28 25
21
26 24
Singapura 34 31
Malaysia Brunei***
20
Thailand Indonesia
10 3 0
2
2
2
2
2010/2011 2011/2012 2012/2013, 2013/2014 2014/2015
*
Sumber WEF 2010/2011, 2011/2012, 2012/2013, 2013/2014 & 2014/2015
** Dari 139 Negara (2010/2011); 142 Negara (2011/2012); 144 Negara (2012/2013); 148 Negara (2013/2014); 144 Negara (2014/2015) *** Data belum lengkap untuk dimasukkan (2014/2015)
Dalam laporan WEF 2014/2015 disebutkan juga bahwa indeks daya saing global (Global Competitiveness Index) Indonesia menduduki peringkat ke-34 naik 4 peringkat dibanding tahun 2013/2014
SISTEM INOVASI NASIONAL
KONSEP DASAR SISTEM INOVASI NASIONAL(SIN)
Inti dari konsep SIN adalah jejaring (network) yang secara umum merupakan pemeranan dari interaksi aktor-aktor lembaga serta variabel lainnya sehingga membentuk pola (pattern) jejaring tertentu
Aktor terdiri dari aktor utama dan pendukung,
serta faktor-faktor determinan (determinant factors) yang mempengaruhi hubungan tersebut Interaksi antar aktor dalam lembaga dapat
bermacam-macam, baik itu technical, commercial, legal, social, maupun finansial.
AKTOR DALAM SISTEM INOVASI NASIONAL
1.
Aktor utama dalam SIN adalah pendidikan, perguruan tinggi, industri dan Lembaga litbang
2.
Aktor pendukung terdiri dari pemerintah (nasional, regional, dan lokal), lembaga finansial/ventura (pendanaan), lembaga asing, pengguna, bridging institution (organisasi profesi yang berperan sebagai “intermediaries”), maupun organisasi lainnya (lembaga patent, lembaga diklat dan lain-lain)
3.
Sedangkan faktor-faktor determinan, terdiri dari struktur ekonomi dan industri, persaingan dan sosial budaya
MASALAH SINAS DI INDONESIA
Pengembangan teknologi oleh perguruan tinggi dan lembaga riset masih pada tataran academic exercise dan belum memberi perhatian pada kebutuhan nyata (Santoso, 2008; Boenjamin Setiawan, 2008); Komunikasi dan interaksi antara kelembagaan ataupun komunitas pengembang teknologi dan pengguna teknologi masih sangat rendah (Prihandana, 2008); Kalaupun terjadi interaksi antara kelembagaan pengembang dan pengguna teknologi, sifatnya belum dalam format membangun kemitraan-setara untuk menghasilkan teknologi yang dibutuhkan (Panigoro, 2008; Prihandana, 2008); Pelaku bisnis hanya sebagian kecil yang tergolong produsen yang mandiri, sebagian besar adalah pedagang atau produsen yang mengaplikasikan teknologi asing atas dasar lisensi (Prihandana, 2008); Kemampuan teknis pihak pengguna teknologi juga masih tergolong lemah, sehingga spending untuk teknologi masih terfokus pada upaya memahami, mengasimilasi, dan menguasai produk teknologi yang dibeli, bukan untuk pengembangan teknologi sendiri (Ibrahin, 2008; Thee, 2008); dan Peran pemerintah melalui regulasi dan intermediasi juga belum optimal dalam merangsang interaksi antara akademisi dan pelaku bisnis (Kadiman, 2008).
TANTANGAN SINAS YANG PALING MENONJOL
Akademisi belum bergeser dari wilayah nyaman;
Kebutuhan teknologi komunitas bisnis belum tumbuh; Kelembagaan intermediasi belum berfungsi; dan Regulasi insentif belum efektif.
KARAKTERISTIK INOVASI 1. Hasil dari sebuah proses inovasi pada dasarnya adalah tidak pasti dan tidak bisa diketahui dari awal proses. 2. Inovasi semakin bergantung pada kemajuan ilmu pengetahuan. Hal ini terlihat dari semakin meningkatnya output ilmu pengetahuan dari perusahaan. 3. Kegiatan pencarian solusi teknis telah berubah dengan berjalannya waktu ke arah pencarian melalui organisasi formal. 4. Sebagian besar inovasi merupakan hasil kumulatif dari proses pembelajaran informal. 5. Perubahan teknologi adalah aktifitas kumulatif dan kompetensi teknologi dibangun dalam jangka waktu yang lama.
X
Anugrah Tuhan bagi bangsa Indonesia berupa sumber daya alam belum menjadi sumber kesejahteraan sebagian besar masyarakat Indonesia
TEKNOLOGI DAN NILAI TAMBAH
Natural Resouces Accounting
Catatan: Amanat UU 4/2009 tentang Minerba mulai 2014 tidak lagi diperbolehkan ekspor dalam bentuk bahan baku diolah Sumber: Menko Perekonomian
1 kg bunga = Rp 2.000 1 ton bunga kenanga = 15 kg atsiri @ Rp 210.000
28 gram = US$ 82 Jika US$ 1 = Rp 12.000 28 gram = Rp 984.000
1 kg biji kopi = Rp 18,000 8 gram kopi = Rp 18,000
• Peningkatan nilai tambah • Perbaikan terus menerus
HASIL LITBANG (Lembaga Litbang)
“Dunia Litbang” Angka Kredit Kesejahteraan Kajian berulang Masuk laci
PENGGUNA (industri, Masyarakat, Pemerintah)
Building A Stage for Innovation “Orchestra” 1. Revitalisasi Puspiptek menjadi S&T Park 2. Pengembangan Pusat Unggulan Iptek
3. Konsorsium Riset 4. Intermediasi Teknologi
Kementerian Riset dan Teknologi mengembangkan wahana/panggung untuk memberikan ruang terjadinya interaksi dan sinergi antar aktor inovasi
5. Insentif Riset 6. Penguatan SIDa 7. Sentral Hak Kekayaan Intelektual (HKI)
BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI
LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA NASIONAL BADAN INFORMASI GEOSPASIAL BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR BADAN STANDARDISASI NASIONAL
1. Pendidikan dan Pengajaran
2. Penelitian dan Pengembangan
3. Pengabdian kepada Masyarakat
21
Peningkatan kapasitas pemerintahan daerah, daya saing daerah, dan pelaksanaan Masterplan Percepatan Dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) 20112025 Sinergi sumber daya bagi pembangunan daerah berbasis Sistem Inovasi Daerah bagi tercapainya daya saing daerah dan kesejahteraan masyarakat RUANG LINGKUP
Ruang lingkup penguatan SIDa meliputi: 1. Kebijakan penguatan SIDa; 2. Penataan unsur SIDa; dan 3. Pengembangan SIDa. 22
KEBIJAKAN
Komitmen, konsensus
Koordinasi, Penyusunan Roadmap, Perubahan RPJMD, RKPD 23
Komitmen, konsensus
UNG, Unhas, Unsrat: Penelitian S1,S2,S3, KKN tematik, SMK peternakan
KEBIJAKAN
Lemlit UNG, Unhas, LIPI, BPPT, kemtan, IPB
Kadinda, kadiprop, perhotelan, Koperasi dll
Pemprov Gorontalo: memberi sarana/ prasarana, membiayai penelitian , koordinasi kementrian tehnis
Industri Pakan ternak
Kementan: sarpras Ristek : pendampingan, jejaring managemen
Koordinasi, Penyusunan Roadmap, Perubahan RPJMD, RKPD
Peran SKPD BPPD: mengkoordinasikan dan mensinergikan
Gapoknak, budidaya
Pemda cluster: keamanan, fasilitas physic, bahan baku, kbijakan, pembinaan
Interaksi antar ABGs dalam Penguatan Sistem Inovasi Daerah (SIDa) Sistem Inovasi Daerah: keseluruhan proses dalam satu sistem untuk menumbuhkembangkan inovasi yang dilakukan antar (G)institusi pemerintah, pemerintahan daerah, (A) lembaga kelitbangan, lembaga pendidikan, lembaga penunjang inovasi, (B) dunia usaha, dan (s) masyarakat di daerah
Interaksi antara Perguruan Tinggi/ Lembaga Litbang, Pemerintah, Industri, dan masyarakat dapat digambarkan dengan istilah “triple heliks atau ABGs”:
Akademisi: aktor dalam pengembangan iptek atau motor penggerak ekonomi berbasis pengetahuan, Pemerintah: regulator dan fasilitator dalam pengembangan dan penguasaan Iptek serta penciptaan pasar, Industri: sebagai ujung tombak inovasi dan pembangunan ekonomi nasional.
Society: gapoktan maupun asosiasi-asosiasi
CONTAH : SIDa JAWA TENGAH 1.
2.
3.
KABUPATEN/KOTA INOVATIF • KOTA PEKALONGAN MENERAPKAN TEKNOLOGI DALAM TATA KELOLA PEMERINTAHAN DAN PENGEMBANGAN UMKM BATIK DESA/KELURAHAN INOVATIF • DESA MLATIHARJO KEC. GAJAH KAB. DEMAK MENERAPKAN INOVASI PERTANIAN TANAMAN PADI DENGAN BUAH KELENGKENG DATARAN RENDAH • KAB. KARANGANYAR MENERAPKAN PENGOLAHAN BIOFARMAKA MENJADI OBAT HERBAL • DESA POLOKARTO KAB. SUKOHARJO MENERAPKAN SINKRONISASI BIRAHI TERNAK DAN INSEMINASI BUATAN UNTUK MENDUKUNG SWASEMBADA DAGING 2014 • KELURAHAN PODOREJO KEC. NGALIYAN KOTA SEMARANG MENGEMBANGKAN PENGOLAHAN PANGAN DENGAN TEKNOLOGI TEPAT GUNA BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL PRODUK UNGGULAN BERBASIS KLUSTER DI 35 KAB/KOTA DI JATENG TELAH TERBENTUK KLUSTER UNGGULAN KUALITAS EKSPOR, ANTARA LAIN : • KLUSTER KOPI LUWAK DI KAB. TEMANGGUNG • KLUSTER RUMPUT LAUT DI KAB. BREBES • KLUSTER KENTANG DI KAB. BANJARNEGARA • KLUSTER ENGINE DI KAB. TEGAL • KLUSTER KNALPOT DI KAB. PURBALINGGA • KLUSTER MINYAK ATSIRI DI KAB. BATANG • KLUSTER KAMBING PERANAKAN ETTAWA DI KAB. PURWOREJO
28
TERIMA KASIH
“ KREATIVITAS TANPA BATAS “ Wassalamu’alaikum wr. wb.
SEMOGA SUKSES