PERANAN TIPE-TIPE PEMAAFAN TERHADAP PENGENDALIAN EMOSI PADA ISTRI YANG MENJADI KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (KORT)
Oleh: ROBIATUL ADAWIYAH NIM : 103070029117
Skripsi ini diajukan untuk memenuhi seba~1ian persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Psikologi
FAKULTAS PSIKOLOIGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARllF HIDAYATULLAH JAKARTA 1429 H / 2008 M
PERANAN TIPE-TIPE PEMAAFAN TERHADAP PENGENDALIAN EMOSI PADA ISTRI ):'ANG MENJADI J(ORJBAN I(El(ER.ASAN DALAM RUMAI-I T ANGGA (IillRT) Skripsi Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk 111e111enuhi syarat-syarat me111peroleh gelar Smjana Psikologi
Oleh:
ROBIATUL ADA WIY AH NIM : 103070029117
Di bawah Bimbingan
.Pembimbing I
Pembimbing-II
------
~-~~
~~Ilchwan NIP. 150 283 344
...
LutfL M.Psi
NIP. 150 368 809
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1429 HI 2008 M
PENGESAHAN PANITIA UJl1l\.N
Skripsi yang berjudul PERANAN TIPE-TIPE PEMAAFAN TERHADAP PENGENDALIAN EMOSI PADA ISTRI YANG MENJADI KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (KORT) telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 27 Maret 2008, skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memenuhi gelar Sarjana Psikologi. Jakarta, 27 Maret 2008 Sidang Munaqosyah
Angg0ta Penguji
I
artati M.Si
Dr. Al5
5938
Mujib. M.Ag
NIP. 150 :Z83 344
Pembimbing I
PeM11bimbing II
i l
z
:e±~~~t=:~=
-------
,-:;-
lktiwan Lutfi, M.Psi NIP. 150 :li68 809
<Buk,an[afi kgtinggian pendidilign yang align menentuk,an 6aik, 6urufiJiiya nifai seseorang, 1nefainlign ak,fifak,yang 1nufia. "Ingatfafi untuk, rnengem6al11ign se[urufi urusan1nu kgpaaa Jl{{afi S11fJT di a'T;va[ aan di ak,fiir.pekg1jaan.
9/(r},1:1'..,, oechrli.aua. hli R.lbJert5el'n0alifi:a.Th ,{!l;;;fJ1frrh ~1/i.a11d'a ckf/11, lbruula, (:_CJ:lk11J 6ertcb J.:ahah rla11aa'IA-A-a·16reinfa. 6m110ffa· rkjxrt me1Jla.cliha n//!n'}l/i.raAt wr.tt oebaak Jf-eltidtjXI11;fa41f! teia/i/ dibertA•a11/ !Mk;,, <j}/C~
A. B. C. D.
Fakultas Psikologi Februari 2008 Robiatul Adawiyah Peranan tipe-tipe pemaafan terhadap pengendalian 1emosi pada istri yang menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga (KORT) E. Halaman i-i 17 F. Penelitian ini dilatarbelakangi dengan hadirnya fenornena kekerasan dalam rumah tangga di seluruh lapisan masyarakat di pe11juru dumia termasuk Indonesia. Jumlah kasus yang dilaporkan Mitra Perempuan pada tallun 2005 sebanyak 455 kasus dalam bentuk kekerasan secara fisik sebanyak 8.33%, kekerasan secara psikis 45.8~1%, penelantaran rumall tangga (ekonomi) 16.67% dan kekerasan seksual sebanyak 12.50%. Hal ini menunjukkan bahwa telah banyak keluarga di Indonesia yang mengalami KORT terutama terhadap istri yang dilakukan olell suaminya. Tipe pemaafan model total forgiveness, hollow forgiveness, silent forgiveness dan no forgiveness yang dimiliki SE~tiap istri diharapkan dapat memperlihatkan dan menyelesaikan masalah mereka dalam menghadapi KORT dari suami. Maka dari itu dalam penelitian ini penulis berusaha untuk menjawab rumusan masalah yaitu "bagaimana tipe-tipe pemaafan berperan dalam mengendalikan emosi istri yang mengalami KORT?" dan "mengapa tipe-tipe pemaafan dapat mengendalikan emosi pada istri yang menjadi korban KORT?" Tipe-tipe pemaafan yang dimaksud adalah tipe pemaafan model Total forgiveness yait:..i terjadi pemaafan secara intrapsikis dan interpersonal. Hubungan antara ke dua belah pihak kembali mernbaik. Hollow forgiveness yaitu terjadi pernaafan, tetapi belurn sepc~nuhnya karena masih dalam proses penyembuhan Iuka. Silent forgilfeness yaitu terjadi pemaafan secara intrapsikis namun tidal< disertai pemaafan secara interpersonal. No forgiveness yaitu tidak terjadi pemaafan secara intrapsikis dan interperpesonal. Pendekatan yang penulis gunakan adalah pendekatan kualitatif. Jumlah subyek penelitian sebanyak 4 orang istri yang mengalami KORT. Dari hasil analisa kasus dan analisa perbandingan antar kasus, maka dapat disimpulkan bahwa tipe pemaafan model total forgivimess, hollow forgiveness dan silent forgiveness memiliki peranan yang penting dalam mempengaruhi pengendalian emosi pada istri yang rnengalami KORT.
lstri akan merespon perlakuan kasar suami dengan 13mosi negatif menjadi emosi positif serta dapat mengendalikan emosi de11~1an positif pula. Berbeda halnya dengan tipe pemaafan model no forgiveness, istri yang memiliki tipe pemaafan model no forgiveness maka ia beium dapat mengendalikan emosinya dengan cara positif dikareinakan masih berada dalam lingkaran transgresi sehingga pengendalian emosi yang ditampilkanpun dalam bentuk negatif Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disarankan kepada para istri, khususnya istri :1ang mengalami KORT diharapkan untuk memberitahukan tindak kekerasan yang dilakukan suaminya kepada pihak kepolisian agar kejadian serupa tidak terulang kembali. Kepada lembaga institusi pemerintah, perlindungan anal< dan perempuan agar segera memperbanyak sosialisasi Undang-undang No.23 Tahun 2004 untuk mencegah KORT dan meningkatkan perlindungan bagi korban kekerasan dalam rumah tangga dengan menambah jumlah bantuan dan layanan pendampingan. G. Bahan bacaan 29 buku + 4 website+ 3 jurnal + 1 majalah
KAT.A PENGANTAll
Seiring dengan cura:1an ni'mat dan kari.mia yang telah Allah limpahkan kepada penulis, maka marilah sama-sama kita haturka111 puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan hidayah-Nya kepada semua umat manusia yang dikehendakinya. Tak lupa shalawat dan salam kita haturkan kepada junjungan besar nabi kita Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabatnya, Amin, amin Yaa Robbal'aalamin.
Dengan segala l<etulL·san, kerendahan hati dan keterbatasan kemampuan yang penulis miliki, Alhamdulillah saya ucapkan akhirnya penulisan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik walaupun begitu banyak halang rintang dan kendala waktu yang menyebabkan keterlambatan dalam berbagai aspek namun terasa indah untuk dikenang dalam suka maupun duka selama menempuh studi strata satu Fakultas Psikologi pada Universitas Islam Negeri. Untuk itu sudah menjadi suatu keharusan bagi penulis untuk mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besamya kepada :
1. Dekan Fakultas Psil
lah membimbing dan memfasilitasi penulis dalam hal pendidikan dan mencurahkar. segenap wal
3. Bapak lkhwan Lutfi, M.Psi, selaku pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktunya dalam memberikan bimbingan, arahan serta masukan yang berarti demi terselesaikannya skripsi ini. 4. Bapak R.H. Zaenal Arifin dan lbu Siti Cholilah (Almh) (Allahummagfirlaha) selaku orang tua tercinta, kakakku Fitria Anggraeni, Maria Ulfah dan adikku Muhammad Iqbal, Fathur Rochman yang telah banyak memberikan semangat serta motivasi baik moral maupun materil. 5. Rika, Nurhikmah, Maya, Hartin, Nita Mutiah S.Psi, selaku sahabat dekat yang senantiasa memberikan dukungan baik suka maupun duka. 6. Arifah, Ade, Nurhidayati S.Psi, yang telah membantu memberikan masukan-masukan positif dalam merampungkan penelitian ini serta teman-teman Fakultas Psikologi angkatan 2003 yang telah memberikan manisnya arti sebuah persahabatan. 7. Bazis Profinsi OKI Jakarta yang telah memberikan Beasiswa kepada penulis hingga dapat menyelesaikan studi ini dengan hasil yang sangat baik. 8. lstri-istri yang mengalami KORT yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk diwawancarai dan segenap pihak yang telah membar.tu dan tidal< dapat disebutkan satu persatu dalam m<:>mmpungkan Skripsi ini.
Semoga amal ibadah, jasa dan pengorbanan kalian yang tulus dicatat dan diberikan pahala yang berlimpah oleh Allah SWT dan
s1~moga
membawa
manfaat bagi diri saya selaku penulis, akhir kalam penulis berharap semoga skripsi ini berguna dan bermanfaat bagi siapa saja yan£1 membacanya.
Jakarta, 3 Februari 2008
Penulis
Daftar lsi
Halaman Judul ..................................................................................i Halaman Persetujuan ..........................................................................ii Halaman Pengesahan .......................................................................iii Motto ..............................................................................................iv Abstrak ...........................................................................................v Kata Pengantar ...............................................................................vii Daftar lsi .........................................................................................ix Daftar Ta beI ....................................................................................xii Daftar Skema .................................................................................xiii Daftar Bagan dan Grafik ...................................................................xiv
BAB 1
PElllDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah .................................................... 1 1.2. ldentifikasi Masalah ...................................................... 11 1.3. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah ................. 11 1.3.1. Pembatasan masalah ........................................... 11 1.3.2. Perumusan masalah ............................................ 12 1.4. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian ........................... 13 1.4.1 Tujuan penelitian ................................................. 13 '1.4.2 Manfaat penelitian ............................................... 13 1.5. Sistematika Penulisan ................................................... 14
BAB 2 KERANGKA TEOR!TIS 2.1. Pengendalian Emosi. ....................................................... 16 2. ·1.1. Definisi pengendali:Jn emosi. .................................. 16
2.1.2. Macam-macam dan komponen ernosi .....................20 2.1.3. lndikator pengendalian emosi ............................... .24 2.2. Maaf ................................................................................25 2.2.1. Definisi maaf ...........................................................25 2.2.2. Tahapan memberi maaf ...........................................29 2.2.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemaafan ............ 33 2.2.4. Dimensi dan tipe-tipe pemaafan ................................. 36 2.3. Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KORT) ....................... .40
2.3.1. Definisi kekerasan dalam rumah tangga ................ .40 2.3.2. Bentuk-bentuk kekerasan dalam rumah tangga ........ .41 2.3.3. lingkaran kekerasan dalam rumah tangga ............. .43
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Jen is Penelitian ............................................................. .49 3. ·1.1. Pendekatan Penelitian .............................................49
3.1.2. Metode penelitian ..................................................50 3.2. Subyek Penelitian .......................................................... 50 3.3. Variabel Penelitian .........................................................51
3.4. Teknik Pengumpulan Data .............................................. 52 3.5. lnstrumen Pe11elitian ..................................................... 53
3.5.1. Pedoman wawancara ........................................... 53 3.5.2. lembar observasi ................................................ 56 3.5.3. Alat perekam ......................................................55 3.6. Prosedur Penelitian .......................................................57
BAB 4 PRESENTASI DAN ANALISIS DATA
4.1. Gambarnn Umum Subyek Penelitian ................................59 4.2. Penyajian dan Analisis Kasus .........................................60
4.2.1. Kasus KS .........................................................60
4.2:1.1. Gamba ran um urn subyek KS ......................... 60 4.2.1.2. KORT yang dialami .......................................61 4.2.1.3. Pengendalian emosi yang dihasilkan ................ 63 4.2.1.4. Tipe-tipe pemaafan yang ditampilkan ................ 65 4.2.2. Kasus N .............................................................71 4.2.2.1. Gambaran um um subyek N ............................71
4.2.2.2. KORT yang dialami ......................................72 4.2.2.3. Pengendalian emosi yang dialami .................... 75 4.2.2.4. Tipe-tipe pemaafan yang ditampilkan ............... 76 4.2.3. Kasus NR .......................................................... 81 4.2.3.1. Gambaran umum subyek NR: .......................... 81 4.2.3.2. KDRT yang dialami ....................................... 82 4.2.3.3. Pengendalian emosi yang dialami ................... 84 4.2.3.4. Tipe-tipe pemaafan yang clitaunpilkan ................ 85 4.2.4. Kasus SM .......................................................... 90 4.2.4.1. Gamba ran um um subyek SIVI ......................... 90
4.2.4.2. KORT yang dialami ...................................... 91 4.2.4.3. Pengendalian
e~mosi
yang dialami .................... 93
4.2.4.4. Tipe-t1pe pemaafan yang d1tampilkan ................ 94 4.3. Analisis Perbandingan Antar Kasus ..................................98 BAB 5 KES!MPULAN, DISKUSI DAN SARAN
5.1. Kesimpulan ...............................................................102 5.2. Diskusi ..................................................................... 103 5.3. Saran .......................................................................105 DAFT AR PUST J.\KA LAMPI RAN
DAFTAR ·rABEL
Tabel 1.1
Kasus Kekerasan Terhadap Perempuan ............................... 3
Tabel 2.1.4 Kombinasi Dimensi Pernaafan Yang Akan Membentuk Tipe-tipe Pernaafan ....................................................................37 Tabel 3.5.1. Guide Interview ..................................................................56 Tabel 4.1.
Gambaran Umum Subyek Penelitian ................................... 59
Tabel 4.3.
Analisis Perbandingan Antar Kasus .................................. 101
DAFTAR SKEMA
Skema 2.3.3. Lingkaran KORT ..........................................................47 Skema 4.2.1. Analisis Kasus KS ........................................................70 Skema4.2.2. Analisis Kasus N ..........................................................80 Skema 4.2.3. Analisis Kasus NR ........................................................ 89 Skema 4.2.4. Analisis Kasus SM ........................................................97
DP\FTAR BAGAN DAN GR,A.FIK Bagan 2.1.2. Proses Pemaafan menurutWorthington (2003) ................... 31 Grafik 1.1.
Bentuk Kekerasan Yang Dia la mi Perempuan ....................... 2
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang masalah
Kekerasan dalam rumah tangga atau biasa disebut den~1an kekerasan domestik, merupakan fenome11a yang sampai saat ini masih selalu diperbincangkan. Fenomena ini telah menjadi
kecemas;~n
bagi setiap negara
di dunia, termasuk negara-negara maju ya,1g dapat dikatal
Kekerasan dalam rumah tangga tidak hanya terjadi pada kelompok soslal menengah bawah, tetapi juga dapat terjadi pada semua golongan tanpa terkecuali. Kalyanamitra (1999) mengatakan bahwa pemmpuan dari semua golongan suku/bangsa, budaya, agama, tua/muda, kaya atau miskin bisa mengalami perlakuan kejam.
2
Seperti yang dikemukakan Mitra Perempuan dalam Kolibonso (2006) menyebutkan bentuk-bentuk kekerasan yang telah dialami perempuan berikut dengan prosentase tingkat kekerasan yang terjadi.
Grafik 1.1 Bentuk l'<ekernsan Yang Dialami Perempuan
12 10
8
Pene!antaran/Ekonan1j 16 67 Q&,
6 //____ 4
2 0
/
~~-
f'.ekerasan
fi •ii< _
~%
-
. 1fi.fi7...11i
ekeraDeksual -
12.50 %
-
-
Sumber: Mitra Perempwrn, 2005
Grafik ·1.1 mengenai bentuk kekerasan yang dialami perempuan memperlihatkan bahwa perempuan (wanita) lebih banyak mengalami kekerasan secara psil :is dengan prosentase sebesar 45.83 %. Perempuan merupakan subyek yang sangat rentan mengalami tindak l<ekerasan, data statistik yang menunjukkan kekerasan suami terhadap istri sebanyak 77.36%. Begitu pula data yang menjelaskan berapa banyak kekerasan yang dialami perempuan. Salah satunya sebagaimana yang dipublikasil
3
Tabel 1.1 Kasus l<ekerasan Terhadap Perempuan (Data Mitra Perempuan) ---·
Tahun
l
2005
455
-2004
329
2003
272
2002
226
2001
258
--
Sumber : Mitra Perempuan 2002-2005
Kekerasan dalarn rurnah tangga rnerupakan rnasalah sosial serius yang kurang rnenclapat tanggapan clari rnasyarakat karena, pertama, KORT merniliki ruang lingkup yang relatif tertutup (pribadi) dan terjaga ketat privacynya karena persoalannya terjadi dalam area keluarga. fCedua, KORT seringkali dianggap \i\lajar' karena diyakini bahwa rnernperlakukan istri sekehendak suarni merupakan hak suami sebagai pernimpin dan kepala rumah tangga. (Hasbianto, 1996) Kenyataan inilah yan~J mcmyebabkan minimnya respon masyarakat terhadap keluh kesah para istri yang mengalami persoalan KORT dalam perkawinannya. Akibatnya, mereka rnemendam persoalan itu sendirian, tidak tahu bagairnana menyelesaikannya clan semal
4
Tindak kekerasan yang dilakukan suami terhadap istri akan menyebabkan Iuka hati yang sangat mendalam pada istri, pengalaman disakiti atau mendapat perlakuan tidak adil dari suami inilah yang disebut dengan transgresi. Transgresi dalam diri individu yang tersakiti dapat menimbulkan Iuka. Sebagian orang dripat mengatasi Iuka tersebut, na1mun sebagian yang lain masih memendam Iuka yang pernah clialaminya, apabila terus menerus dipendam maka Iuka hati tersebut akan menjadi beban berupa urusan yang ticlak terselesaikan dalam hidupnya saat ini. Dalam kes<>hariannya ia akan merasakan adanya perasaan tertekan yang menetap dan emosi negatif yang masih ditanggung terhadap orang yang menyebabkan Iuka (pelaku) dalam dirinya. (Malcom, Green Berg, dalam MGCullougl1 et.al. 2000)
Memaafkan bagi sebagian orang bukanlah hal yang rnudah, terlebih lagi ketika hati sudah terlalu dilukai maka pintu rnaaf untuk pelaku transgresi tidak kunjung terbuka. Tetapi rnemberi maaf merupakan perbuatan yang sangat di senangi oleh Allah SWT. Seperti yang te1iera dalam (QS Al-Nur [24]: 22).
" ... D<m hendaklah mereka memberi maaf dan me/apangkan dada. Tidakkah kamu ingin diampuni oleh Allah?dan A!lah maha pengampun /agi maha penyayang" (GS Al-Nur [24]: 22).
5
Kesan yang disampaikan oleh ayat ini adalah anjuran untuk tidak rnenanti perrnohonan maaf dari orang yang bersalah, melainkan hendaknya memberi maaf sebelum diminta. Mereka yang enggan memberi maaf pada hakikatnya enggan memperoleh pengampunan dari Allah SWT. Tidak ada alasan untuk berkata, "Tiada maaf bagimu", kanena segalanya telah dijamin dan ditanggung oleh Allah SWT.
Karena seorang muslim yang benar-benar bertaqwa dan menerapkan petunjuk agamanya akan senantiasa memberikan maaf kepada orang yang telah menyakitinya. ;1stri yang memilil
Artinya : "Tetapi orang yang bersabar dan memaafkan sesungguhnya (perbuatan) yang demikian itu termasuk hal-hal yang diutamakan." (Q.S AsSyuura: 43)
6
Artinya: "Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang ma ·rut, serta berpa/inglah daripada orang-orang yang bodoh." (Q.S Al-A'raf: 199)
Mernaafkan tidak dap Jt rnenghilangkan perasaan sakit, narnun setelah rnernaafkan bekas rasa sakit tersebut dapat ditahan, setelah memaafkan individu menyadari bahwa l<.ernarahan dan l\ebencian dapat membuat keadaan menjadi lebih buruk. (Enright, 2001)
Memberi maaf atau pemaafan merupakan dasar bagi terwujudnya islah, pemaafan berarti "mengingat" dan sekaligus memaafkan. Dalam Islam, proses ini disebut muhasabah, yakni saling "menghitung" atau "menimbang" peristiwa-peristiwa yang melukai pihak-pihak tertentu. Melalui muhasabah, berbagai pihak melakukan introspeksi dan 3ekaligus penilaian moral terhadap kejadian-kejadian yang merugikan perorangan maupun masyarakat banyak. (Azra, 2004, dalam www.icrni.or.id/ind/content/view/88/40/)
Memaafkan pelaku transgresi sangatlah sulit, ada banyak orang yang dengan mudah memaafkan pelaku transgresi, tetapi tidak seclikit pula yang enggan memaafkan. Setiap individu memiliki tipe-tipe pemaafan yang berbeda-beda, model tipe-tipe pemaafan tersel:;ut antara lain hollow forgiveness, silent
7
forgiveness, total forgiveness, dan no forgiveness. (Baumister et.al dalam Worthington, 1998)
Model hollow forgiveriess, digambarkan bahwa korban sesungguhnya belum memaafkan pelaku, narnun ia dapat berkata "/forgive you" Ketika korban berkata bahwa ia rnemaafkan pelaku, bisa saja sebenarnya ia baru membuat komitmen untuk memaafkan atau dalam dirinya sedang dimulai proses untuk mencoba rnemaafkan.
Model silent forgiveness, Pemaafan model ini nampaknya manipulatif, karena korban sesungguhnya sudah memaafkan secara individual (intrapsikis) namun tidak mengekspresikannya secara interpersonal (antar pribadi) dengan kata lain, korban sesungguhnya sudah memaafkan pelaku, namun tetap berpura-pura serta bersikap tidak m :imberi maaf l<epada pelaku.
Model total forgiveness, pada model ini pemaafan intrapsikis dan interpersonal terjadi sekaligus, pemaafan total ini bisa cligambarkan sebagai suatu kondisi yang ideal karena korban pada situasi ini sudah mampu menghilangkan rasa marah, kecewa dan sedih serta sudah menerima transgression yang terjadi.
8
Model no forgiveness, pada model tipe pemaafan ini tidak terjadi pemaafan, baik secara intrapsikis maupun interpersonal. Hal tersebut dapat diketahui darikondisi korban yang masih marah dan memendam semua Iuka yang dirasakan serta menolak adanya perjumpaan dengan pelaku kejahatan.
Untuk memaafkan dibutuhkan sebuah pengendalian terhadap emosi, hal ini dimaksudkan dengan 111engendalikan emosi individu dapat mengarahkan emosi negatif seperti (marah, benci dan dendam) menjadi emosi positif seperti (cinta, empati, simpati, kasih sayang) dengan dE~rnikian maka dendam dan permusuhan dapat rnenjadi perdamaian antara keduanya.
Menurut Worthington (2003) jika korban benar-benar siap memberi maaf, ia melakukan penggantian emosi negatif (seperti marah atau takut) dari transgresi individu yang telah dipersepsi atau keengganan untuk memaafkan (unforgiveness) ke arah emosi positif (seperti empati, simpati, belas kasih dan cinta)
Emosi adalah setiap kegiatan atau pergolakan pemikir<:m, perasaan, nafsu, atau setiap keadaan mental (psikologis) yang hebat atau meluap-luap. Bentuk emosi ini bermacam-macam, sulit untuk didefinisikan karena terkadang emosi itu bercampur aduk rnenjadi satu. Berbagai macam emosi
9
tersebut bisa dikategorikan menjadi amarah, kesedihan, rasa takut, cinta, terkejut, jengkel, maiu, dan sebagainya. (www.kompas.com)
Emosi yang negatif dapat mengganggu atau menurunkan kapasitas memori dalam memproses informasi, mengurangi akurasi dan sering tidak efisien dalam melakukan tugas-tugas kognitif (seperti dalam hal memaafkan). (Suharnan, 1996)
Rasa marah, kesal dan gembira adalah hal yang wajar, yang tentunya sering dialami oleh setiap individu meskipun hat tersebut tidak setiap saat terjadi. Pengungkapan emosi memiliki pengaturan, agar bisa mengekspresikan emosi secara tepat maka pengendalian emosi sangat diperlukan. Pengendalian emosi dibutuhkan bukan sebagai upaya nnenekan atau menghilangkan emosi, melainkan untuk belajar menghadapi situasi dengan sikap rasional.
Pengendalian emosi bukan berarti harus rnenyangkal atau menekan perasaan, sejatinya pengendalian emosi berarti meredam rasa tertekan atau menahan gejolak emosi dan dengan sengaja dapat menghayati suatu emosi termasuk emosi yang tidak menyenangkan. (Goleman, :W03) Dengan mengendalikan emosi, individu dapat menurunkan komponen-komponen pengalaman (intrapsikis) dengan tingkah laku (interpersonal) dari emosi-
10
emosi negatif sehingg
Seperti yang diutarakan oleh Worthington (2003) bahwa pemaafan terwujud dengan penggantian emosi dari emosi-emosi keengganan untuk rnemaafkan
(unforgiveness) seperti dendam dan benci, kearah memaafkan (forgiveness).
Berdasarkan latar belakang di atas dapat diketahui bahwa seorang istri yang mendapatkan perlakuan kasar dari suaminya akan menorehkan Iuka hati yang dalam dan cenderung untuk tidak memaafkan, tetapi akan jauh lebih baik jika memberikan maaf terhadap orang yang tel ah melakukan kejahatan, karena disaat istri tidak membalas dendam dan lebih mc3ngutamakan memberi maaf kepada pelaku (suami) maka ia bisa menjadi orang yang dapat memiliki kendali atas emosinya. Begitu pula dengan berbagai tipe pemaafan yang dimiliki setiap istri yang sedang dan telah mendapatkan perlakuan kasar dalam rumah tangga akibat perlakuan suami (pelaku) akan dapat mempengaruhi pengendalian emosi istri untuk memberikan maaf atau tidak kepada pelaku. Maka dari itu penulis tertaril< untuk mengangkat masalah ini dan memberikan judul pada skripsi ini dengan: Peranan Tipe-tipe Pemaafan Terhadap Pengendalian Emosi Pada lstri Yang Menjadi Korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KORT).
11
1.2. ldentifikasi Masalah
Dari latar belakang masalah di atas, maka ada beberapa permasalahan yang dapat diidentifikasikan, yaitu: 1. Tipe-tipe pemaafan yang seperti apakah yang akan dapat mengendalikan emosi seorang istri dalam menghadapi l<ekerasan yang dilakukan suami. 2. Bagaimanakah garnbaran pemaafan pada istri yang memiliki tipe pernaafan model hollow forgiveness, silent forgivemass, total forgiveness, dan no forgiveness dalarn mengatasi KORT yang dilakukan suami. 3. Bagaimanal
1.3. Pembatasan Masalah Dan Perumusan Masalah 1.3.1. Pembatasan masalah
Agar penulisan dan r.iembahasan masalah lebih terarah dan mudah untuk difahami, rnaka penulis memberikan batasan permasalahan sebagai berikut :
12
1. Pemaafan yang dimaksud adalah proses, cara, perbuatan memaafkan; pengampunan.Sedangkan tipe-tipe pemaafan yan!J dimaksud ialah Tipe pemaafan model /Joflow forgiveness, silent forgiveness, total forgiveness, dan no forgiveness. 2. Pengendalian emosi yang dimaksud yaitu mengamhkan energi ernosi ke saluran ekspresi yang bennanfaat dan dapat diterima secara sosial. 3. Kekerasan dalam rumah tangga (KCRT) yang dimaksud adalah setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat pada timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis dan penelantaran rumah tangga.
1.3.2. Perumusa11 masalah
Dari uraian masalah diatas maka perumusan masalahnya dapat dilihat pada pertanyaan dibawah ini: 1. Bagaimanakah tipe-tipe pemaafan dalam mengendalikan emosi pada istri yang menjadi kcrban KORT? 2. Mengapa tipe-tipe pernaafan dapat rnengendalikan •::mosi pada istri yang menjadi korban KORT?
13
1.4. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian 1.4.1. Tujuan penelitian
Sesuai dengan perrnasalahan yang dirumuskan dan a~iar penelitian ini menjadi lebih terarah t'ecara jelas, maka perlu ditetapkan tujuannya yaitu : 1. lngin mengetahui bagaimanakah tipe-tipe pemaafan dalam mengendalikan emosi pada istri yang menjadi korban KORT. 2. lngin mengetahui mengapa tipe-tipe pemaafan dapat mengendalikan emosi pada istri yang menjadi korban KORT?
1.4.2. Manfaat pemilitian
Manfaat penelitian ini terbagi rnenjadi dua, yaitu : Secara Teoritis : Hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi sumbangan ilmu pengetahuan bidang psik0logi pada Fakultas Psikologi khususnya bagi pengembangan ilmu pengetahuan dalam bidang psikologi sosial dimasa yang akan datang.
14
Secara Praktis :
Memb:::~!kan
kontribusi dan acuan bagi masyarakat agar
dapat mendukung peran aktif dalam memberikan pengetahuan dan pe111ahama11 mengenai manfaat memberikan maaf kepada orang yang melukai hati (pelaku transgresi). Karena individu yang memiliki sifat pemaaf merupakan individu yang senantiasa ingin mencapai kerukunan dan perdamaian bagi sesamanya.
1.5. Sistematika Penulisan
Kaidah yang dipakai dalam penulisan skripsi ini, berpedoman pada buku panduan skripsi Fakultas Psilcologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dengan sistematilca sebagai berilcut : BAB 1 : PENDAHULUAN, mencakup latar belalcang m;asalah, identifilcasi masalah, perumusan dan pembatasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan. BAB 2 : KAJIAN PUSTAKA, menguraikan tentang teori-teori yang digunakan dalam penelitian. Teori yang digunalcan adalah teori mengenai maaf dan tipe-tipe pemaafan, teori pengendalian emosi serta teori tentang lcekerasan dalam rumah tangga (KDRT).
15
BAB 3 : METODOLOGI PENELITIAN, berisi tentang metodologi penelitian yang digunakan berupa pendekatan penelitian, subyek penelitian, teknik pengumpulan data, instrument penelitian, prosedur penelitian. BAB 4: PERSENTASI DAN ANALISIS DATA, menguraikan tentang gambaran umum subyek penelitian, analisis kasus, analisis perbandingan antar kasus. BAB 5 : KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN, berisi hasil penelitian, diskusi mengenai temuan-f:emuan dalam penelitian d<m saran untuk penelitian lanjutan.
BAB2 KAJIAN PUSTAKA
2.1. Pengendalian Emosi 2.1.1. Det1nisi Pengendaiian Emosi
Pengendalian emosi terdiri dari dua kata yaitu pengendalian dan emosi, masing-masing kata dapat dijAlaskan satu persatu. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991) Pengendalian adalah prosEis, i::ara, perbuatan mengendalikan; pengekang. Sedangkan l'.:mosi berasal dari Bahsa Latin yang menunjukkan kata kerja yakni
movere yang berarl:i "menggerak,
bergerak", ditambah awalar. "e" untuk memberi arti "bergerak menjauh" menyiratkan bahwa kecenderungan bertindak merupakan hal yang mutlak dalam emosi. (Goleman, 1996)
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia (1991), emosi adalah Luapan peras.aan yang berl<embang dan surut dalam waktu singkat, keadaan dan reaksi psikologis dan fisiologis (seperti kegembiraan, kEisedihan, keharuan dan kecintaan).
17
Emosi adalah suatu keadaan di dalam diri seseorann yang tidak kentara dan sulit diukur. Emosi atau perasaan adalah suatu keadaan dalam diri seseorang yang memperlihatkan ciri-ciri: kognisi tertentu, pengind1eraan, reaksi fisiologis dan pelampiasan dalam perilaku. (Davidoff, 1991)
Emosi adalah sebuah signal yang berbentuk haru, sedih, kecewa, marah atau bahagia (pada sistem limbik). (Agustian, 2003) Emoi;i dapat digolongkan sebagai emosi yang menyenangkan (kegembiraan, cinta) atau tidak
menyenangkan (rasa marah, rasa takut). Emosi dapat diklasifikasikan berdasarkan intensitasnya. Pasangan kata seperti rasa tidak senang-rasa
marah, rasa sakit-rasa tersiksa dan rasa sedih-rasa duka menunjukkan perbedaan intensitas. (Atkinson, 1983)
Sedangkan yang dimaksud dengan pengendalian emosi Menurut Ch<1plin (2005) adalah bahwa "usaha di pihak individu untuk mengatur dan menguasai emosinya"
Berdasarkan konsep ilmiah, Hurlock (1978) mengemukakan bahwa pengendalian emosi berarti: mengarahkan energi yang timbul pada saat terbangkitnya emosi ke saluran ekspresi yang bermanfaat dan dapat diterima secara sosial. Untuk mencapai pengendalian emosi yang baik, seseorang harus dapat mengendalikan ekspresi emosi yang ditampakkannya, baik
18
dalam ekspresi wajah, tubuh maupun bicara. Selain itu seseorang juga harus dapat mengatasi situasi yang membangkitkan emosi seirta mengatasi reaksi yang biasanya menyertai timbulnya emosi tersebut.
Pengendalian emosi oleh diri sendiri tidak hanya berarti meredam rasa tertekan saja atau menahan gejolak emosi, ini juga berarti dengan sengaja menghayati suatu emosi termasuk yang tidak menyenangkan. (Goleman, 2003)
Pengendalian diri adalah menjaga agar emosi dan impuls yang merusak tetap terkendali. Pengendalian diri mewujud dalam ketiadaan api-api emosi yang lebih mencolok, tanda-tandanya meliputi ketegaran saat menghadapi stres atau menghadapi seseorang yang bersikap bermusuhan tanpa membalas dengan sikap serupa. (Goleman, 2003)
Orang yang memilil
19
Penguasaan diri (pengendalian diri emosi) dalam bahasa Yunani adalah
sophrosyne yaitu hati-hati dan cerdas dalam mengatur l~ehidupan; keseimbangan dan kebijaksanaan yang terkendali. Sedangkan penguasaan diri menurut orang-orang Romawi adalah temperantia atau kendali, yaitu pengendalian tindakan emosional yang berlebihan den~1an tujuan menyeimbangkan emosi dan bukan menekan emosi, karena setiap perasaan mempunyai nilai dan makna. (Goleman, 1999)
Setiap individu dapat mengekspresikan bentuk-bentuk emosi tersebut dengan berbagai cara, namun seiring meningkatnya usia setiap individu dituntut untuk dapat rnengendalikan emosinya. lndividu yang dapat rnengendalikan emosinya akan mendapat reaksi positif dari lingkungan sosial, mengendalikan emosi berarti mampu mengenali, memahami serta mengelola emosinya sendiri. (www.sinarharapan.com, 2003)
Dari penjelasan di atas, peneliti rnenyimpulkan bahwa pengendalian emosi merupakan pengalihan energi dan penyeimbangan emc1si yang bersifat negatif yang ditimbulkan oleh tubuh menjadi energi positif yang akan menjadikan hidup seorang individu terkendali dan individu tersebut akan dapat mengenali emosinya serta dapat mengendalikannya dengan bail<.
20
2.1.2. Macam··macam dan Komponen Emosi
Setiap manusia memiliki macam-macari emosi dasar, diantaranya: 1. Amarah Menurut Davidoff (1981) amarah merupakan suatu ernosi yang rnempunyai ciri-ciri aktivitas sistem saraf simpatetrk yang tinggi dan adanya perasaan tidak suka yang amat kuat yang disebabkan adanya kesalahan, yang mungkin nyata salah atau rnungkin pula tidak. Nabi Muhammad SAW, bersabda: "ketahuilah, sesungguhnya amarah itu adalah bara api dalarn hati manusia. Tidakkah kalian melihat kepada kedua mata (orang yang sedang marah) itu menjadi rnerah dan otot-otot lehernya rnenjadi besar. Maka barang siapa yang mengalami hal itu, hendaldah ia tempelkan pipinya di tanah (berbaring). (Ghazali, 2003) Beliau juga bersabda:
/
/ /
') /
::
)J
?J // / / '/
'1 /
')/
.:i
/-"".
7/
J,..;,JIY....;;JI ~/, L~ ,J~;/I ~ '." ;....J\ /
/
Artinya: " Amarah itu dapat merusak iman, sebagaimana jadam (buah yang pahit) dapat merusak manisnya madu."
Artinya: "Orang kuat itu bukanlah orang yang panclai bergu/at. Akan tetapi orang kuat ada/ah orang yang mampu men(lendalikan dirinya ketika marah."
21
Menurut Ja'far bin Muhammad, mengatakan bahwa: "kemarahan adalah kunci segala keburukan. Jauhilah kemarahan, karena ia menyeretmu · kepada hinany;i meminta maaf." (Hawwa, 2006) 2. Kesedihan (duka cita) Duka cita adalah trauma psikis, suatu kesengsaraan emosional yang disebabkan oleh hilangnya sesuatu yang dicintai. (Hurlock, 1978) dalam bentuk yang lebih ringan keadaan ini dikenal sebagai kesusahan atau kesedihan. 3. Kecemasan Kecemasan sebagai emosi yang ditandai oleh perasaan akan bahaya yang diantisipasikan, termasuk juga ketegangan dan stres yang menghadang oleh karena bangkitnya sistem saraf simpatetik. (Davidoff, 1981) Rasa cemas ialah keadaan mental yang tidak enak berkenaan dengan sakit yang mengancani atau yang dibayangkan. Rasa cemas ditandai oleh kekhawatiran, ketidakenakan perasaan yang ltidak baik dan tidak dapat dihindari oleh seseorang, disertai dengan ketidakmampuan menemukan pemacahan masalah yang dihadapi. (Hurlock, 1978) 4. Takut Takut adalah perasaan yang sangat mendorong indivitlu untuk menjauhi sesuatu dan sedapat mungkin menghindari kontak dengan hal tersebut. (Rahman, 2004)
22
Ketakutan sering kali dibedakan dalam dua dimensi, yaitu: (a) objek suatu ketakutan biasanya mudah dispesifikasi. (b) intensitas rasa takut · itu sesuai dengan besar kecilnya ancaman. (Hurlock, 1978) 5. Kegembiraan Kegembiraan adalah emosi yang menyenangkan 11ang juga dikenal dengan keriangan, kesenangan atau kebahagiaan. (Hurlock, 1978) Menurut Sarwono (2000) Gembira adalah ekspresi dari kelegaan, yaitu perasaan terbebas dari ketegangan. 6. Cinta adalah luapan emosi kasih sayang yang dibEirikan seseorang terhadap sesamanya. (Depdiknas, 1991) 7. Terkejut sebagai emosi yang ditandai oleh pera::aan yang munculnya tiba-tiba dan ticlak diduga-duga sebelumnya.
Adapun emosi memiliki tiga komponen, sebagaimana yang dikemukakan oleh Davidoff (1981). ia menyebutkan bahwa terdapat tiga komponen dalam emosi diantaranya adalah: 1. Komponen fisiologis emosi Walter Cannon, seorang psikolog Amerika menyatakan bahwa respon fisiologis yang berhubungan dengan emosi dapat memberikan kekuatan pada makhluk ketika rnenghadapi keadaan darurat Cannon menyatakan bahwa situasi yang menimbulkan rasa sakit, marah clan takut dapat menimbulkan perubahan fisiologis tertentu sedemikian rupa
23
sehingga makhluk tersebut siap untuk menghadapi tantangan yang datang. Selama emosi timbul, reaksi fisiologis akan tampil !<arena sistem saraf pusat, sistem saraf otonom dan kelenjar-kelenjar emdokrin. (1 ). Sistem saraf pusat, sirkuit dalam system saraf pusat membangkitkan, mengatur, mengintegrasikan respons yang terjadi selama emosi. Cortex cerebral diliba~kan untuk mengenali, mengevaluasi dan membuat keputusan tentang data indera dan perilaku berikutnya. Pikiran-pikiran, pengharapan dan persepsi yang muncul mempunyai arti yang penting sekali bagi mempertahankan atau menghilangkan emosi dan perilaku yang menyertainya. (2). Sistem saraf otonom, saat timbul emosi dahsyat, biasanya orang merasakan kekacauan batin (intemal turmoil), misalnya jantung f:Jerdenyut lebih cepat, otot tegang, gemetar dan gejala lainnya. Respon ini dikenal dengan nama reaksi otonomik, karena dikendalikan oleh sistem saraf otonom (SSO). (3). Kelenjar-lff1lenjar adrenalin, kelenjar ini tei'letal< dibagian atas ginjar, bila dia mengalami keadaan emosional l<elenjar adrenalin akan melepas hormon adrenalin dan non adrenalin. 2. Komponen subyektif emosi Komponen ini merupakan penilaian subyektif individu terhadap respon emosi yang diternui, ditandai dengan pemberian
S(~buah
label. Misalnya
24
jika seseorang baru saja menerima hinaan maka reaksi fisiologis yang ditimbulkan berupa jantung berdenyut cepat, tangan berkeringat, wajah merona kemerah-merahan. Banyak psikolog percaya bahwa interpretasi orang terhadap situasi yang dihadapi saat itu akan menentukan pemberian label terhadap emosi yang dilaminya. 3. Komponen behavior emosi (perilaku) Manusia dan hewan, berespons terhadap emosi dengan menggunakan ekspresi wajah, gera!c-gerik dan tindakannya sendiri. Manusia di seluruh dunia, bila merasa susah maka mulutnya akan cemberut, begitu juga sebaliknya, jika merasakan senang mulutnya akan tersenyum. Kemudian perilaku atau gerak-gerik yang menyertai emosi, misal Bill sedang marah, dia akan cemberut dan mencaci-maki.
2.1.3. lndikator Pengendalian Emosi
lndikator yang dapat dijadikan sebagai pengukuran dalam pengendalian emosi seorang istri dalam menghadapi kekerasan yang dilakukan suami yang pada kasus ini sebagai pelaku kejahatan di kemukakan oleh Goleman (2003) adalah sebagsi berixut: 1. Dapat menghadapi situasi (keadaan) dengan sikap rasional. 2. Dapat mengelola dengan baik perasaan-perasaan impulsif dan emosiemosi yang menekan.
25
3. Tetap teguh, tetap positif dalam berpikir serta tidak goyah dalam situasi (permasalahan) yang paling berat. 4. Dapat berpikir dengan jemi:1 dan tetap fokus waiaupun berada dalam tekanan. 5. Dengan mudah dapat mengenali emosi dan menghindari dari penafsiran yang berlebihan terhadap situasi yang dapat menimbulkan respon emosional.
2.2.
Maaf
2.2.1. Definisi Maaf
Kata maaf berasal dari bahasa Arab, yaitu a/-afw. "Memaafkan" secara etimologis adalah memberi ampun atas kesalahan dan tidak menganggap salah. (Depdiknas, 1991) kata Al-afw sebagai suatu istilah dalam Islam yang berarti bahwa seseorang menghapuskan kesalahan atau membatalkan melakukan pembalasan terhadap orang yang berbuat jahat atas dirinya. Dengan pemberian maaf tersebut, seseorang berarti berbuat kebaikan kepada orang lain dan membersihkan dirinya dari sifat marah, dendam, dengki dan permusuhan. (Asmaran, 1994)
26
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991), "Maaf' adalah Pembebasan seseorang dari hukuman (tuntutan, denda dan sebagainya) karena suatu kesalahan, ungkapan permintaan ampun atau penyesalan, serta ungkapan permintaan izin untuk melakukan sesuatu. Sedangkan "pemaafan" adalah proses, cara, perbuatan memaafkan; pengampunan.
Kata al-'afw terulang dalam Al-Quran sebanyak 34 kall. Makna kata a/-'afw adalah keterhapusan. Memaafkan berarti menghapus Iuka atau bekas-bekas Iuka yang ada di dalam hati. (www. media.isnet.org/islam/Quraish/Wawasan/Hala1Bihalal2.html)
Tujuh ayat dalam QS. Al-Baqarah: 51, 187, Al-Taubah: 43, Ali- lmran: 152, Al-Maidah: 95, An-Nur, 22, Al-Syura: 40. menggunakan kata 'afa' adalah berbicara tentang pem;:iafan. Semuanya dikemukakan tanpa adanya usaha terlebih dahulu dari orar.;; yang bersalah. Adapun salah satu dari ketujuh ayat tersebut berbunyi:
Artinya: "Dan ba/asan suatu kejahatan adalah pembalasan yang setimpa/, tetapi barangsiapa yang memaafkan dan berbuat baik, ganjarannya ditanggung oleh Allah (QS Al-Syura [42]: 40).
27
Memaafkan merupakan perilaku yang tidak mudah diiakukan oleh setiap orang, tidak ada seorangpun yang lahir dengan cukup kemampuan dan bakat untuk memaafkan, setiap manusia perlu belajar memaaifl
Memberi maaf atau oemaafan merupakan dasar bagi terwujudnya ish/ah (perbaikan). (Azra, 2004) Allah sangat menyukai orang yang selalu menahan amarahnya dan mudah memaafkan orang yang telah menyakitinya, sebagaimana Allah bertirman dalam QS. Ali lmran: 134
Perintah dan anjuran pemberian maaf banyak ditemukan dalam al-Qur'an dan hadits. Salah satu ayat yang memerintahkan untuk memberikan maaf yaitu dalam (Q.S Al-araf: 199)
Artinya: "Jadilah engkau pemaaf dan suruh/ah orang mEmgetjakan yang ma'ruf, serta betpalinglah daripada orang-orang yang bodoh." (Q.S Al-A'raf: 199)
28
Memaafkan adalah alternatif terbaik untuk memperbaiki relasi manusiawi yang dirusakkan, namun memaafkan bukanlah tindakan atau pengalaman yang mudah dilakukan dan didapatkan. (Smedes, 1993) sedangkan menurut Assaf (2001) Pemaafan adalah akhlak konstruktif yang menguatkan fondasi persatuan, menegakkan monumen-monumen kekuatan, serta meninggikan identitas kemuliaan dan kebesaran.
Kata Al-Afuww dalam Asmaul Husna berarti melebur dosa dan menghilangkannya sama sekali. Pemberian maaf atas dosa merupakan dorongan bagi orang-orang yang ingkar agar mereka mengubah jalan hidup mereka untuk mengikllti jalan yang lurus. (Al-Kumayi, 2005)
Memaafkan merupakan pembebasan yang dilakukan dengan tulus hati ·· karena dilakukan bersamaan dengan penilaian yang jujur, rasa sakit yang diterima dengan lapang dada dan rasa benci yang bersifat terbuka. (Smedes, 1993)
Dari pengertian yang telah dijabarkan di atas, maka c'apat disimpulkan bahwa memaafkan merupakan sebuah proses atau cara untuk: memberi ampun atas kesalahan yang dilakukan pelaku dan menjadi alternati'f terbaik untuk memperbaiki relasi antar sesama manusia serta merupakan perbuatan yang sangat dicintai Allah SWT.
29
2.2.2. Tahapan Memberi ttfaaf
Tindakan memaafkan sangat sederhana, tetapi tindakan itu selalu terjadi di tengah amukan berbagai macam perasaan. Tindakan rnemberi maaf merupakan sesuatu yang amat sukar dilakukan dalam hubungan antar pribadi. Tindakan memberi maaf berlangsung melalui
1~mpat
tahap, jika
keempat tahap ini dapat dilalui dengan baik maka akan dicapai titik puncak yaitu rekonsilisasi. (Smedes, 1993) Adapun empat tE1hap memberi maaf menurut Smedes, yaitu:
1. Tahap Pertama: Merasa disakiti Bila individu merasa disakiti secara mendalam sehingga ia sulit untuk melupakan, maka dalam dirinya akan terjadi tahap pertama yaitu krisis pemberian maaf. 2. Tahap Kedua: Merasa benci lngatan bahwa individu telah disakiti selalu muncul clengan amat jelas dan selalu diingat, serta individu itu tidak pemah lagi mengharapkan hal-hal yang baik bagi orang yang telah menyakitinya. 3. Tahap Ketiga: Penyembuhan lndividu tersebut telah diberi "mata ajaib" atau kesadaran agar dapat memandang kepada orang yang telah menyakitinya dengan cara p:mdang yang baru dan ingatannya pun terjemihkan, lalu individu itu dapat menolak arus masuk rasa sakit.
30
4. Tahap Keempat: Tercapainya damai, rujuk l<embali lndividu menerima kemba:i orang yang telah menyakitinya untuk memasuki kehidupannya.
Adapun proses-proses yang terjadi dalam tahapan untuk memberikan maaf, yaitu: ketika individu memutuskan untuk memberi maaf (decisional
forgiveness), ia setuju !.mtul< mengontrol perilaku negatifnya (seperti menghindar atau baias uandam) terhadap pelaku dan memperbaiki hubungan dengan pelaku, sama seperti sebelum transgresi terjadi. lndividu berharap suatu saat dapat mengurangi atau menghilangkan emosi-emosi dan motivasi-rnotivasi negatifnya. Akan tetapi kemudian individu sadar bahwa hal tersebut rnemerlukan waktu yang lama. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan antara pikiran dan hati dalam diri individu. Tipe pemaafan yang dapat merubah hati adalah pemaafan secara emosional (emotional
forgiveness). Dalam hal ini proses pemaafan didefinisikan sebagai penyesuaian emosi-emosi negatif menjadi positif. Emosi-emosi negatif bisa berupa emosi marah, emosi takut dari transgresi yang telah dipersepf.i individu atau emosi keengganan untuk memaafkan (unforgiveness), sedangkan emosi po:>itif bisa berupa empati, simpati, belas kasih dan cinta.
Emosi positif pada awalnya akan menurunkan intensitas dari emosi negatif. Jika penggantian emosi yang terjadi cukup kuat dan berlangsung cukup lama
31
maka keengganan untuk memaafkan akan berubah dan penggantian emosi pun terjadi. Emosi positif seperti empati, simpati, betas kasih dan cinta akan dirasakan individu t.:mpa adanya emosi negatif dari transgresi. lndividu tidal< lagi merniliki keinginan untuk menghindar atau membalas dendam. Pemaafan secara ernosional (emotional forgiveness) yang lengkap sudah dialami oleh individu. Untuk lebih jelasnya lihat bagan 2.1.2
Sebelum memaafkan:
['.'!"tan akan Iuka
- , Pengulangan transgresCJ
IFp>t;;e;;;ris Lln11karanTransgresl
Emosi marah dan takut
- Lin11karan Unforgiveness
-
Emosi Unforgiveness
-
(Kepahitan, dendam, benci, di!)
...
Setelah memaafkan: Mengingat kenangan memaafkan
I
Llngkaran Pemaafan Emosi Positif (empati, simpatj, belas kasih, cinla} : Mengga~tikan emosiemosi Unforgiveness
Bagan 2.1.2. Proses Pemaafan menurut Worthington (2003)
Pada bagan 2.1.2. proses memaafkan dimulai saat ingatan individu akan transgresi mengaktifkan lingkaran transgresi. Sebelum individu memaafkan, ia akan tertangkap pada lingkaran keengganan untuk memaafkan
32
(unforgiveness). Setelah penggantian emosi-emosi dari keengganan untuk memaafkan individu tersebut dilalui maka ia melangkah pada lingkaran pemaafan yang utuh.
Enright dan Coyle (1998) secara lebih detail merinci, proses pemaafan yang dilalui individu meliputi aspek kognitif, afektif dan tingkah laku. Ada empat fase dalam proses ini, yaitu fase pengungkapan (uncovering phase), fase pengambilan keputusan (decision phase), fase kerja (work phase) dan fase pemantapan (deepening phase).
Dalam fase pengungkapan (uncovering phase), korban sadar akan masalah yang terjadi. Kesadaran ini dibarengi dengan Iuka emosional yang diasosiasikan dengan Iuka dan ketidakadilan yang dialami individu. Kemudian dalam fase pengambilan keputusan (decision phase), korban menyadari bahwa bergumul dengan transgresinya tidaklah sehat. Pada fase ini, korban memiliki kemauan untuk memberi maaf. Kemudian dalam fase ke1ja (work
phase), korban rnernulai proses 'bekerja' untuk memaa1kan pelaku. Pada fase ini korban melakukan reframing, pemaknaan kembali terhadap transgresi dengan rnemposisikan dirinya sebagai pelaku.
Hal ini mengembangkan empati korban terhadap pelaku, korban menyadari bahwa pemaafan membutuhkan penerimaan pada Iuka yang terjadi. Korban
33
pun memastikan diri untuk tidak membalas dendam atau melakukan transgresi yang dialaminya terhadap orang lain, termauuk pelaku. Kemudian saat korban rnerasa bahwa setelah ia melewati proses memaafkan, ia mendapatl
(deepening phase), korban akan mengalami penemuan makna akan penderitaan yang ia alami. Selain itu ia menyadari adanya pengurangan perasaan negatif digantikan dengan perasaan positif.
Baik proses pernaafan menu rut Worthington (2003) maupun Enright dan Coyle ('1998) bul
2.2.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemaafan
McCullough, Rachal, Sandage, Brown, Hight dan Worthington (1998), menyebutkan bahwa terdapat ernpat faktor yang mempengaruhi pemaafan, yaitu:
34
1. Faktor Sosial-kognitif Diantara beberapa faktor yang mempengaruhi pemaafan, aspek inilah yang paling berpengaruh. Aspek yang terdapat dalam sosial-kognitif ini adalah empati, atribusi dan ruminasi (perenungan). E:mpati adalah kemampuan untuk merasakan orang lain. Atribusi adalah adanya pengetahuan yang cukup baik tentang peristiwa kekerasan terhadap pelaku kejahatan. Sedangkan ruminasi (perenungan) yaitu kemampuan individu melihat efek sebab-akibat dan membuat penilaian baru. 2. Aspek Transgresi Aspek ini aga'< kurang mempengaruhi dibandingkan aspek sebelumnya, hakekat dari transgresi yang mempengaruhi pemaafan seperti jenis dan keparahan kesaki1an akibat langsung atau tidak laniisung dari kesalahan dan penunjukkan permintaan maaf dari pelaku. 3. Aspek hubungan dengc:n pelaku Kualitas dari hubungan antara korban dan pelaku yang mempengaruhi pemaafan, seperti kedekatan, komitmen, kepuasan hubungan dan lamanya waktu hubungan sebelum kejadian. 4. Aspek kepribadian Aspek ini merupakan aspek yang paling jauh diantara faktor yang mempengaruhi pemaafan. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa kesiapan seseorang untuk memaafkan atau tidak memaafkan tergantung dengan kepribadicin yang dimiliki oleh orang tersebut. Kepribadian
35
agreebleness, emphatic dan concem memiliki kesiapan untuk memaafkan lebih besar dibandingkan dengan kepribadian narsis, neurotic dan anxiety.
Keempat faktor di atas belum menyentuh pada aspek psiko-religius yang menyatakan bahwa memaafkan adalah perintah agama. Dalam Islam telah dijelasl
" ... Dan hendaklah mereka memberi maaf dan me/apangkan dada. Tidakkah kamu ingin diampuni a/eh Allah?dan Allah maha pengampun /agi mafia penyayang" (QS An-Nur [24]: 22).
Ditegaskan pula dalam Al-qur" an bahwa pemberian maaf termasuk salah satu sifat yang diutamakan dan merupakan al
"Tetapi orang yang bersabar dan memaafkan sesungguhnya (perbuatan) yang demikian itu termasuk ha/-hal yang diutamakan." (QS. As-Syura: 43)
36
2.2.4. Dimensi dan tipe-tipe pemaafan
Baumister, Exline dan Sommer (dalam Worthington, 1998), menyatakan bahwa ada dua dimensi pemaafan, yaitu: 1. Pemaafan lntrapsikis (individual) Yaitu pemaafan sebagai suatu sikap emosional berdasarkan tinjauan kognitif dan interpretatif, disini memaafkan berarti berhenti merasa marah atau benci setelah transgression terjadi. Pemaafan dalam dimensi emosional ini dimediasi memahami transgression dari sudut pandang pelaku tersebut. 2. Pemaafan Interpersonal (antar pribadi) Yaitu pemaafan sebagai bentuk social action biasanya dalam situasi khusus, sehingga relasi dan situasi dipulihkan seperti sebelum terjadi transgression, kemudian dari pemaafan antar pribacli nantinya akan tercapai rekonsiliasi.
Selanjutnya dua dimensi di atas dikembangkan oleh Baumistre, Exline, dan Sommer (dalam Worthington, 1998) menjadi empat dimensi pemaafan, yaitu: hollow forgiveness, silent forgeveness, total forgiveness dan no forgiveness.
37
Tabel 2.1.4 Kombinasi Dimensi Pemaafan Yang Akan Membentuk Tipe-tipe Pemaafan
1. Interpersonal Act
+ No lntrapsychic State := Hollow Forgiveness
2. lnterpsychic State
+ No Interpersonal Act = Silent Forgiveness
3. lntrapsychic State
+ Interpersonal Act
4. No lntrapsychic State + No Interpersonal Act
=Total Forgiveness
=No Forgiveness
1. Model Hollow Forgiveness (Interpersonal Act + No lntrapsychic State) Pada model ini terjadi pemaafan interpersonal, namun tidak disertai pemaafan intrapersonal atau individual. Pada kombinasi ini digambarkan bahwa korban sesungguhnya belum memaafkan pelaku, riamun ia dapat berkata "I forgive you" Ketika korban berkata bahwa ia memaafkan pelaku, bisa saja sebenarnya ia baru membuat komitmen untuk memaafkan atau dalam dirinya sedang dimulai proses untuk mencoba memaafkan sementara masih tetap ada rasa sakit yang mendalam dan korban masih belum mampu mengatasi perasaan terluka yang ditimbulkan pelaku, terlebih lagi jika korban merasa sebagai pihak yang tidak bersalah. Namun dalam banyak peristiwa, pemaafan interpersonal ini dibutuhkan untuk memperlihatkan sebentuk pemaafan kepacla masyarakat luas. Saat komitmen telah dimiliki maka korban dapat mengekspresikan ungkapan memaafkan ini dengan baik kepada pelaku, maupun kepada pihak lain
38
walaupun sesungguhnya pemaafan intrapsikis belum terjadi atau prosesnya baru akan dimulai. 2. Model Silent Forgiveness (lnterpsychic State + No Interpersonal Act) Yaitu model pemaafan dimana pemaafan secara individual ini terjadi namun tidak disertai dengan pemaafan interpersonal atau antar pribadi. Pemaafan model ini nampaknya manipulatif, karena1 korban sesungguhnya sudah memaafkan secara individual (intrapsikis) namun tidak mengekspresikannya secara interpersonal (antar pribadi) dengan kata lain, korban sesungguhnya sudah memaafkan pelaku, namun tetap berpura-pura serta bersikap tidal< mernberi maaf kepada pelaku. Dari sudut pandang korban, sikap berpura-pura ini bisa climengerti karena pada dasarnya adalah demi kebaikan pihak korban. Misalnya untuk menghindari korban dari ketakutan dan perlakuan yang berakibat lebih parah lagi. Di lain pihak, bentuk pemaafan ini juga sangat menuuntungkan korban, karena berusaha untuk menghindarkan korban dari kerugian yang lebih besar lagi. Misal, mencegah korban tidak kehilangan kesempatan rnendapat ganti rugi. Karena itu penting untuk korban bersikap membiarkan pelal
39
3. Model Total Forgiveness (lntrapsychic State+ Interpersonal Act) Pada model ini pemaafan intrapsikis dan interpersonal terjadi sekaligus, pemaafan total ini bisa digarnbarkan sebagai suatu kondisi yang ideal, karena korban pada situasi ini sudah marnpu rnenghilangkan rasa rnarah, kecewa dan sedih serta sudah menerima transgression yang terjadi. Pada kondisi dimana terjadi pemaafan total, maka hubungan antara lmrban dan pelaku kejahatan sudah demikian pulih, keadaannya bisa disarnakan seperti sebelum terjadi transgression. Hubungan yang kembali rnernbaik ini pertarna-tarna dihasilkan dari kernampuan individu mernaafkan secara intrapsychic, dirnana ia melepaskan haknya untuk marah terhadap pelaku. 4.
Model No Forgiveness (No lntrapsychic + No Interpersonal Act) Pada model kornbinasi ini, tidak terjadi pemaafan baik secara intrapsikis maupun interpersonal. Hal tersebut dapat diketahui dari kondisi yang rnasih rnarah dan mernendarn sernua Iuka yang ia rasakan serta menolak adanya perjumpaan dengan pelaku kejahatan.
Allah berfirman dalam Al-qur'an untuk mernerintahkan kepada seluruh rnanusia agar menghiasi diri dengan berpedoman pada kitab suci Al-qur'an, ayat-ayat Al-qur'an tersebut rnenjelaskan kepada umat mukmin untuk senantiasa menahan arnarah, rnernberikan maaf serta toleran antar sesarna manusia dengan tidak rnernberikan (rnenghapus) bekas kedengkian, iri hati
40
dan kebencian karena sesungguhnya setiap manusia itu bersaudara. Allah Azza Wa Jalla berfirman :
"maka maafkanla/1 mereka dengan cara yang bail<' (QS. Al-Hijr: 85)
2.3.
Kel<erasan Dalam Rumah Tangga (KORT)
2.3.1. Definisi kekerasan dalam rumah tangga
Kekerasan dalam kamus bahasa Indonesia (1991) adalah perbuatan seseorang atau kelompok yang menyebabkan cedera atau matinya orang lain atau menyebabkan kerusakan fisik atau barang orang lain.
Kekerasan adalah suatu serangan atau invasi terhadap fisik maupun integritas mental P<'ikologis seseorang. (Roza, 2006) S19dangkan kekerasan dalam rumah tangga (KORT) adalah perbuatan fisik dan kata-kata yang terjadi di tempat dimana seseorang seharusnya bisa merasa aman, yaitu dirumah. (Kalyanamitra, 1999)
Kekerasan dalam rumah tangga adalah setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan, yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis dan penelantaran rumah tangga termasuk ancarnan untuk rnelakukan perbuatan, pemaksaan, atau
41
perampasan kernerdekaan rnelawan hukurn dalam lingkup rumah tangga. (Pasal 1 Undang-undang Penghapusan KORT no 23, 2004)
Kekerasan dalarn rumah tangga adalah suatu bentuk penganiayaan (abuse) secara fisik maupun ernosional/psikologis yang merupakan suatu cara pengontrolan terhadap pasangan dalam kehidupan rumah tangga. (Hasbianto, 1996)
Dari pengertian yang telah dikemukakan, maka dapat disimpulkan bahwa kekerasan dalam rumah tangga merupakan suatu bentuk penganiayaan yang dilakukan pasangan (suarni) terhadap istri dalarn bentuk kekerasan fisik, psikis, keksual dan penelantaran rurnah tangga.
2.3.2. Bentuk-bentuk kekerasan dalam rumah tangga
Bentuk kekerasan yar.g terjadi dalam rumah tangga sangat beragam, sebagaimana yang terdapat pada UUD Penghapusan KORT (2004) yaitu : 1. Kekerasan fisik adalah setiap perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit atau bekas Iuka berat. 2. Kekerasan psikis yang dimaksud adalah perbuatan yang mengakibatkan ketakutan, hilangnya rasa pereaya diri, hilangnya
42
kemampuan untuk bertindak dan/atau penderitaan psikis berat pada seseorang. (pasal 7) 3. Kekerasan seksual adalah setiap perbuatan yang berupa pemaksaan hubungan seksual dengan orang lain untuk tujua.n komersil atau tujuan tertentu. Kekerasan ceksual (pasal 8) meliputi: a. Pemaksaan hubungan seksual yang dilakukan terhadap orang yang menetap dalam lingkup rumah tangga tersebut. b. Pemaksaan hubungan seksual terhadap salah seorang dalam lingkup rumc,1h tangganya dengan orang lain untuk tujuan komersial dan/atau tujuan tertentu. 4. Penelantaran rumah tangga merupakan kekerasan yang dilakukan dengan tidak mernberikan kehidupan perawatun atau peme!iharaan kepada orang dalam lingkup rumah tangga dall rnembatasi serta melarang untuk bekerja yang layak didalam atau diluar rumah sehingga korban berada dibawah kendali orang tersebut.
Menurut Kalyanamitra (1999) ada beberapa macam l<ekerasan yang terjadi didalam rumah tangga, yang dilakukan suami terhadap istri. Kekerasan tersebut berupa:
1. Meninju, memukul, inenampar, mendorong sampai jatuh, melemparkan sesuatu, rnenarik rambut, menelikung tangan dan kaki, mencekik dan b:::::-:tuk-bentuk lain serangan fisik.
43
2. Menggunakan senjata, seperti pisau makan, pisau dapur, dan tongkat. 3. Mengancam melukai istri/pasangan atau anak-ani:lk. 4. Merusak barang-barang, seperti mebel, untuk menakut-nakuti. 5. Perbuatan penganiayaan emosional dan mentl'IL 6. Penganiayaan atau penyerangan seksual. 7. Mencabut hak istri/pasangan ata s keperluan pokok, seperti makanan, uang, berhubungan dengan teman atau keluarga, serta melakukan intimidasi dan isolasi. 8. Merendahkan atau menghins istri/pasangan dan membuatnya merasa tidak berarti. 9. Pembatasan ruang gerak (misalnya, dibatasi pergaulannya)
2.3.3. lingkaran Kekerasan dalam Rumah Tangga
Kekerasan yang terjadi dalam rumah tangga tidak selalu terjadi sepanjang waktu, melainkan berlangsung seperti lingkaran. Lingkaran kekerasan dalam keluarga sering berpola sebagai berikut: 1. Tahap Pertama: Ketegangan yang meningkat ..
Ketegangan mulai muncul. Pelaku membuat insiden kecil, kekerasan lisan seperti memaki, mengancam dan kekeras:in fisik kecil-kecilan.
44
..
Perempuan mencoba menenangkan atau menyabarkan pasangan dengan cara apapun yang rnenurutnya akan membawa hasil.
..
Tetapi perempuan merasa tidak banyak yang bisa dilakukan, karena sekuat apapun ia berusaha menyenangkan suami/pasangan, kekerasan terus saja terjadL
"
Suami/pasangan melakukan penganiayaan sewal
.,
Suami/pasangan rnulai ada kekhawatiran bahwa istri/pasangannya akan pergi rneninggalkannya karena ia tahu bahwa perbuatannya tidak pantas.
"
Pada diri suarni, terdapat rasa cemburu yang berlebihan juga.
..
Perempuan semakin merasa takut dan semakin rnenarik diri.
"
Ketegangan kecil mulai bertarnbah.
"
Ketegangan sernakin tidal< tertahankan oleh perernpuan.
2. Tahap Kedua: Penganiayaan "
Ketegangan yang rneningkat rneledak rnenjadi penganiayaan.
..
Suami/pasangan kehilangan kendali atas perbuatannya.
"
Suami memulai dengan "ingin memeberi pelajaran" kepada perempuan, bukan menyakiti.
"
Saat suarni benar-benar rnenyerang, istri me1rasa tidal< berdaya menghentikannya. la merasa tidal< akan ada yang sanggup
45
menolong. Kekerasan fisik memang buruk dan kekerasan emosional (seperti mengatai bodoh, meremehkan dan sebagainya) sangat menghancurkan batinnya, membuatnya merasa hidup tanpa a1ii. "
Perempuan berusaha bersabar dan menunggu sampai keadaan menjadi tenang kembali dengan pikiran bahwa jika melawan, ia akan semakin dianiaya.
"
Ketegangan yang berasal dari "ketidaktahuan atas apa yang akan terjadi" mengakibatkan stress, sukar tidur, hilang nafsu makan atau sebaliknya yaitu makan berlebihan, selalu merasa lelah, sakit kepala dan lain-lain.
"
Setelah penganiayaan terjadi, biasanya korban menjadi tidak percaya bahwa pasangannya memang bermal<sud memukul dan mengingkari kenyataan bahwa pasangannya telah berbuat kejam terhadap dirinya.
"
Kedua belah pihak berusaha merasionalisasi penganiayaan yang telah terjadi.
"
Pada tahap ini, korban biasanya tidak mencari pertolongan kecuali jika lukanya sangat parah.
46
3. Tahap Ketiga: "Minta maaf dan kembali mesra" "
Setelah episode kekerasan, kadang-kadang lelaki jadi mengetahui bahwa dirinya bertindak melewati batas, kemudian merasa menyesal dan berjanji tidak mengulangi perbuatannya. Janji ini diucapkan khususnya jika istri mengancam meninggalkannya. Suami biasanya mengajukan banyak alasan.
"
lstri meyakinkan dirinya untuk mempercayai janji-janjinya, sehingga ia tetap bertahan.
"
lstri sebagni korban, lebih mengingat perbuatan-perbuatan baik suami/pasangan.
"
Korban merasa yakin bahwa "cinta mengalahkan segalanya."
"
Suami/pasangan meyakinkan betapa ia membutuhkan istrinya.
"
Keduanya saling membutuhkan. Terbentukjalinan hubungan
"baru. "
11
Sampai suatu saat ketegangan bermula kembali dan lingkaran berlanjut ke tahap pertama lagi.
Berikut ini penjabaran lingkaran kekerasan dalam rumah tangga dalam bentuk skema lingkaran kekerasan yang terjadi.
47
Konflik
Bulan Madu
Cinta Harapan Terror
Reda
[ Kekerasan
<1--·--'
Skema 2.3.3. Lingkaran KDiRT
Keterangan Cinta
: Rasa cinta dan sayang kepada pasangan (suami)
Harapan
: Berharap suami al
Terror
: Ancaman setiap saat akan dipukul, ditinggal, tidak dapat menjalani hidup sendirian akan tetapi k"takutan dan sakit hati atas perlakuan pasangan (suami)
Jangka waktu lingkaran ini berbeda-beda pada setiap keluarga yang mengalami kekerasan. Di sebagian perkawinan, satu lingkaran lamanya bisa berlangsung berbulan-bulan. (Kalyanamitra, 1999)
Kalyanamitra (1999) menjelaskan bahwa kekerasan dalam rumah tangga sangat merusak pada diri korban kekerasan. Adapun p•engaruh kekerasan yang ditimbulkan pada diri korban, sebagai berikut:
48
1. Menderita ketegangan (stress) tingkat tinggi. 2. Menderita kecemasan, depresi dan sakit kejiwaan tingkat tinggi. 3. Tinggi kemungkinannya untuk melakukan bunuh diri. 4. Kemungkinan kegugurannya dua kali lebiil tinggi dibandingkan yang bukan korban kekerasan. 5. Kemampuan menghaciapi dan menyelesalkan masalah lebih rendah. 6. lebih terpencil secara sosial. 7. lebih berkemungkinan untuk bertindak kejam terhadap anaknya. 8. lebih sering datang ke dokter, karena menderita sakit kepala, asma dan penyakit-penyakit lain akibat stress.
BAB3 Metodologi Penelitian
3.1.
Jenis Penelitian
3.1.1. Pendekaum Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini ialah pendekatan kualitatif. Pendekatan ini dipilih karena data yang hendak dikumpulkan adalah data mengenai tipe-tipe pemaafan terhadap pengendalian emosi pada istri yang menjadi korban KORT, Yang dikehendaki dari ungkapan konsep tersAbut adalah suatu informasi dalam bentuk deskripsi. Menurut Bogdan dan Taylor (dalarn Moleong, 1987) menyatakan bahwa
"rnetodolo~Ji
kualitatif adalah
prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan peritaku yan~J diamati. Yang pada akhirnya data yang akan diperoleh dari masing-masing subyek dapat digali secara mendalarn.
50
3.1.2. Metode penelitian
Metode penelitian ade>lah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya. (Arikunto, 2002) IVletode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif berupa wawancara sebagai metode utama dan observasi sebagai metode penunjang, yang bertujuan untuk mengetallui sejaull mana peranan tipe-tipe pemaafan terlladap pengendalian emosi seseorang. Metode penelitian ini dipilill karena dengan metode ini penelitian dapat memperolell gambaran mengenai keterkaitan antara dua variabel yang akan diteliti.
3.2.
Subyek Penelitian
Peneliti melakukan pemilihan subyek dengan membuat kategori yang llarus dipenulli olell subyek. Adapun kategorinya adalall sebagai berikut:
i. Para istri yang telall menikall minimal selama ·1 tallun. 2. lstri yang belum bercerai (divorce). 3. lstri yang menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga.
Adapun subyek penelitian yang peneliti gunakan sebanyak empat orang. Menurut Patton (dalam Poerwandari, 1898) bahwa penelitian kualitatiftidak menentukan jumlall subyek yang digunakan, yang terpemting adalah
51
kekayaan data yang diperoleh sehingga penelitian kualitatif cendeirung menggunakan subyek yang sedikit.
3.3.
Variabel Penelitian
Variabel yaitu suatu objek penelitian atau sesuatu yang menjadi titik perhatian pada suatu penenlitian (Arikunto, 2002) variabel dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu: variabel bebas (Independent V;;1riable) dan variabel terikat (Dependent Variable). Variabel bebas adalah variabel yan11 dipandang sebagai sebab kemunculan, sedangkan variabel teril
Definisi konseptual pemaafan adalah proses, cara, perbuatan memaafkan; pengampunan. Sedangkan definisi operasional ialah hasil yang clidapatkan dari wawancara mengenai maaf yang dipersepsikan
oh~h
istri dalam
menrhadapi masalah yang timbul akibat kekerasan yang dialaminya dalam berumah tangga dan pemaafan yang seperti apa yang digunakan istri serta bagaimanakah proses pemaafan itu berlangsung. Sedangkan tipe-tipe
52
pemaafan yang dimaksud adalah tipe pemaafan model hollow forgiveness,
silent forgiveness, total forgiveness, dan no forgiveness.
Definisi konseptual pengendalian emosi adalah meredam rasa terlekan atau menahan gejolak emosi dan dengan sengaja menghayati suatu emosi yang timbul termasuk emosi yang tidak menyenangkan. Sedangkan definisi operasional ialah hasil yang didapatkan dari wawancara mengenai usahausaha yang dilakukan istri (korban) dalam mengendalikan emosi yang menyenangl
3.4.
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang peneliti gunakan adalah wawancara secara mendalam dan observasi. Peneliti menggunakan metocle wawancara karena dengan metode ini peneliti dapat menggali secara mendalam berbagai informasi mengenai penghayatan subyek terhadap sebuah masalah. Seisin itu wawancara akan dilakul
53
Wawancara adalah iOentuk komunikasi antara dua orang, melibatkan seseorang yang ingin memperoleh informasi dari seorang lainnya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan, berdasarkan tujuan tertentu. (Mulyana, 2003). Menurut Kerlinger (1990) kelebihan metode wawancara adalah didapatnya banyak informasi wawancara yang bersifat fleksibel, dapat diadaptasi sesuai lcondisi subyek dan l<ebutuhan peneliti sehingga ia dapat mengulang pertanyaan untuk memastikan bahwa pertanyaan yang diajukan telah dimengerti oleh subyek. Dengan adanya tatap mu1ka maka peneliti dapat berinteraksi langsung dengan subyek sehingga dlapat diperoleh data yang detil sesuai dengan pandangan subyek.
3.5.
lnstrumen Penelitian
3.5.1. Pedoman wawancara
lnstrumen penelitian berbentuk pedoman wawancara. lnstrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah cliolah. (Arikunto, 2002)
Adapun pedoman wawancara berisikan sejumlah pe1ta11yaan-pertanyaan yang berkaitan dengan hal-hal yang akan diteliti. (Poerwandari, 1998)
54
Pedornan wawancara ini hanyalah bersifat urnurn, tanpa perlu rnernperinci setiap pertanyaan yang rnungkin akan ditanyakan, pedornan wawancara digunakan untuk rnenglngatkan peneliti rnengenai aspek apa sajakah yang harus dibahas, juga digunakan sebagai daftar pengecek dari setiap pertanyaan yang akan diajukan.
Guide interview pada aspek KDRT diarnbil dari undang-undang dasar penghapusan l
55
Tabel 3.5.1. Guide Interview
Aspek
Kategori 1. 2. 3. 4.
Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KORT)
Tipe-tipe Pemaafan dengan Pengendalian Emosi (+)
Kekerasan fisik Kekerasan psikis Kekerasan seksual Penelantaran rumah tangga
1. Total forgiveness 2. Hollow forgiveness A
Menghadapi situasi dengan sikap rasional 2. Mengelola perasaan-perasaan irnpulsif dan emosie(llosi yang menekan 3. Tetap teguh dan positif dalam berpikir pada situasi yang paling berat 4. Berpikir jernih 3. Mengenali emosi dan menghindari penafsiran yang berlebihan terhadap situasi yang dapat menimbulkan respon emosional I.
~·
Tipe-tipe Pemaafan dengan Pengendalian Emosi (-)
1. Silent forgiveness
2. No forgiveness
1. Menghadapi situasi dengan sikap emosional 2. Membiarkan perasan-perasaan impulsif dan emosiemosi yang menekan
3. Ragu-ragu dan berpikir negatil pada situasi yang paling berat
4. Berpikir aangkal 5. Tidak dapat mengenali emosi dan menafsirkan secara berlebihan, situasi yang dapat menimbulkan respon emosional --
56
3.5.2. lembar Observasi Lembar observasi digunakan sebagai pedoman untuk melakukan pengamatan terhadap garr.baran subyek, sikap dan tingl
3.5.3. Alat perekam Untuk memperoleh data secermat mungkin maka peneliti menggunakan alat perekam, adapun alat perekam yang digunakan berupa tape recorder, alat perekam ini juga dimaks:Jdkan untuk meminimalisir bias pada saat proses wawancara berlangsung. Deddy Mulyana (2003) mengernukakan bahwa keuntungan peneliti dalam menggunakan tape recorder antara lain: peneliti dapat berkonsentrasi penuh terhadap informasi yang dib1~rikan responden (tidak perlu repot menulis) dan data yang peneliti peroleh juga lengkap, sehingga ia lebih leluasa untuk merumuskan temuannya.
Untuk penggunaan alat perekam, peneliti harus terlebih dahulu meminta izin kepada subyek agar subyel( merasa nyaman dan proses wawancara dapat berlangsung dengan baik.
57
3.6.
Prosedur Penelitian
Tahapan-tahapan yang peneliti lakukan dalam pene!itian ini adalah sebagai berikut:
1. Tahap pra lapangan Pada tahap ini, peneliti rnembuat rancangan peneliltian, memilih lapangan penelitian, mengu;us perizinan, memilih informan, rnenentukan subyek penelitian, meminta kesediaan subyek penelitian untuk diwawancarai, membangun rapori dengan subyek penelitian serta menyiapkan instrumen penelitian. 2. Tahap pekerjaan lapangan Pada tahapan ini, kegiatan peneliti adalah mempersiapkan diri memasuki lapangan penelitian, berperan serta sambil mengumpulkan data dari hasil perolehan selama wawancara kepada subyek peme1iitian beserta orangorang terdekat. lnstumen yang digunakan peneliti saat mewawancarai adalah alat perekam (tape recorder) dan alat tulis serta lembar observasi untuk mencatat sesuatu yang terjadi selama wawancara berlangsung. 3. Tahap analisis data Tahap ini peneliti melakukan kegiatan analisa data yang telah didapatkan dari proses wawancara dan observasi. Data yang t1::ilah didapatkan kemudian diolah untuk mendeskripsikan masalah sehingga dapat dilakukan analisa, kemudian dilakukan pengkodean untuk dapat
58
mengorganisir dan mensistemasi data secara lengkap dan detil sehingga data dapat mernunculkan gambaran topik yang dipelajari. Keding dapat dilakukan dengan cara menyusun transkrip verbatim dan catatan lapangan. Setelah menguraikan masing-masing kasus dengan r.ara mempresentasikan secara kronologis peristiwa yang dialami setiap subyek mulai dari
BAB4 PRESENTASI DAN ANALISIS DATA
4.1.
Gambaran Umum Subyek Penelitian
Dalam penelitian ini subjek yang digunakan sebanyak 4 orang, yaitu istri yang menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga. Data yang penulis dapatkan dari penelitian ini dalam bentuk wawancara dengan subyek penelitian dan beberapa sumber lain (informan) yang berkaita;·, :angsung dengan keseharian subjek agar memperkuat data yang didapatkan. Dalam menceritakan gambaran umum subyek, penulis hanya menggunakan inisial demi menjaga kerahasiaan identitas subyek.
Tabel 4.1. Gambaran Umum Subyek Pe•nelitian
lstri (korban)
KS
Usia Suku Pekerjaan
24 tahun Betawi-sunda Karyawati
Aaama Pendidikan
Islam SMA SA 30 tahun Betawi Karvawan SMA 7 tahun
Suami !Eelaku} Usia Suku Pekeriaan Pendidikan Lama Pernikahan
N
11\lR 47 ta:1un 30 tahun Batak Jawa Pegawai lbu rumah a!'luransi tangga -- '-Jwarunn\ Kristen Islam ·SMA SMP A I 53 tahun :32 tahun Batak Padang PNS soeir SMA :30 27 tahun 5 tahun
r
SM 34 tahun Betawi !bu rumah tangga Islam SMP
B 37 tahun Betawi Satoam SMA 12 tahun
I
__l ______ -·--·--·---·-J·_ -
- . ·-·--·
-
. -.-··--
60
4.2. 4.2.1.
Penyajian dan Analisis Kasus Kasus KS
4.2.1.1. Gambara11 umum subyek KS
KS adalah seorang istri yang saat ini berusia 24 tahun dan mempunyai suami berusia 30 tahun. Dalam membina mahligai rumah tangga bersama suami selama 7 tahun, KS telah dianugerahi dua orang anak laki-laki. Anak pertama berusia 3 tahun sedangkan anak bungsunya berusia 1 tahun.
Wawancara berlangsung di rumah kediaman suami KS, saat itu KS mengenakan pakaian daster berwarna putih deng;m corak garis-garis pink sepanjang lutut. Pagi hari itu KS terlihat sangat segar dan tenang, walaupun suaranya sedang serak dikarenakan kelelahan setelah merayakan hari ulang tahun anak bungsunya yang berusia 1 tahun. Rambut panjang berwarna kuning kecoi
61
4.2.1.2. Kekerasan dalam rumah tangga yang dialami
Awai mula pertemuan KS dengan suami yaitu pada sebuah acara pernikahan teman KS yang saat itu tinggal berdekatan dengan rumah !luami, kemudian mereka berkenalan. Semenjak pertemuan itulah akhirnya KS semakin dekat dengan SA yang hingga saat ini menjadi suaminya.
"pertama kali ketemu disini (rumah suami) waktu acara pemikahan temen saya, kebetulan saya kesini kondangan, di sini ketemu deh karena dia anak sini yaa ... diundang temennya juga, nah di acara itu dia kenalan sama saya." (14 Januari 2008, pukul 09.45 WIB)
Tahun 2001 SA memutuskan untuk menikahi KS yang pada saat itu masih duduk di bangku sekolah menengah atas (SMA) tingkat ke dua, pernikahannya IJerlangsung sederhana dan tanpa sepengetahuan temanteman sekolahnya. Setelah menikah KS dan suami langsung memisahkan diri dari orang tua dan mertua, mereka memilih u:ituk mengontrak disebuah rnmah yang tidak begitu jauh dari tempat tinggal orang tua SA (suami).
Kehidupan rumah tangga KS dan suami terbilang cukup harmonis, hanya terdapat hambatan-hambatan kecil yang ditemuinya dalam menjalani kehidupan berumah tangga selama 6 tahun terakhir, hambatan yang biasanya muncul mengenai masalah ekonomi dan penyatuan ke dua sifat
62
yang berbeda, tetapi hal tersebut tidal< rnenjadikan sebuah pernicu pertengkaran yang besar antara rnerel<:a berdua.
"masa/ah dalam ke/uarga ya ... banyak kaya macem keuangan, ketja sih udah tef,3p tapi yang tadinya uangnya dipegang sendiri buat orang tua ... sekarang dibagi sama istri. lsti/ahnya ya ... makan cukup ga' nih St)bu/an. Terus nyatuin dua sifat yang berbeda ehmm ... dia pengennya saya ehm ... ngertiin dia, tapi saya pengen dia ngertiin saya, yaa ... memang begitu susah juga sih."
Saal terjadi pertengkaran kecil upaya KS rnenyelesaikan pertengkaran tersebut dengan cara rnengalah, karena rnenurutnya jika salah satu diantara rnereka tidal< ada yang rnengalah sarnpai kapanpun masalah tidak akan dapat terselesaikan.
"untuk nye/esain masa/ah salah satu /1arus ada yang ngalah gitu kan, karena ka/au ga' ada yang nga/a/1 sampe kapanpun bakal tabrakan terus. Kaya macem dia pengennya saya dirumah ngurus s;,::;;;r:i, tapi saya ga' mau udah biasa kerja gitu kan (sambil mengemyitkan kening) tapi suami saya pengen saya ngurus rumah aja, yaa ... saya ngala/1 ga' kerja-kerja nganggur selama 2 tahun."
Selarna 7 tahun rnembina l<ehidupan berumah tangga, baru pertama kalinya KS mendapatkan perlakuan kc.tsar dari suami pada bulan Oktober tahun 2007 yang lalu, sebab terjadinya kekerasan yang dilakukan suami KS dikarenakan suaminya tidak rnengizinkan anak pertarnanya untuk ikut serta bersarnanya pergi ke kantor SA (suami) yang pada saat itu SA sedang libur kerja dan SA pergi ke kantor untuk mengambil surat kontrak.
63
"waktu itu hari minggujam 11.00 pagi, dia kan ga' ke~ia maksudnya dia mau pergi gitu ke kantor ada yang mau diambil .. ., kebetu/an saya mau nidurin anak yang kecil kama udah rewel. Anak saya yang besar nangis mau ikut suami, ya akhimya saya bi/ang 'ya udah ajak aja' kama anak saya yang pertama ka/au udah bi/ang mau-mau ya harus, percuma ga' diajakpun saya yang repot harus ngebujuk-bujuk dia berenti nangis soalnya anak yang satunya mau tidur, ya udah ajak aja saya bilang, ini kan hari minggu kalau memang mau ngambil kontrak doang yaa .. .ajak aja (sambil meninggikan suara) dia marah, terus saya makin marah, kesel, saya bilang 'ada apa nih? Bilang aja lo mo kemana gitukan', maksud saya ga' usah alesan mo kekantor /ah, mo inilah ituleh."
Setelah terjadi pertengkaran antara KS dan suami di hari minggu, situasi semakin tidak kondusif dan membuat SA memukul (menonjok) hidung KS hingga mengeluarkan darah, belum puas dengan pukulan yang mengenai hidung KS, kemudian SA memukul kembali kepala bagian belakang KS dengan menggunakan kaleng susu.
"saya kese/ sama dia, saya curiga, tapi tetep dia bilang banyak keqaan, saya terus marah-marah ke dia, akhimya dia mau pukul saya tapi dia berenti, saya terus ngomong ke dia 'kenapa? elo mo pukul gua' terus akhimya teqadi dia puku/ saya, hidung saya di tonjok sampe berdarah terus saya kan jatuh ke tempat tidur, terus dia juga pukul kepala bagian belakang saya pake kaleng SLJSU."
4.2.1.3. Pengendalian emosi yang dihasilkan
Kekerasan fisik yang dilakukan SA kepada KS tidak membuatnya berdiam diri menerima perlakuan suaminya tersebut, tetapi KS secara spontan membalas perlakuan kasar suami dengan mencakar-cakar wajah suaminya.
64
Belum cukup puas membuat jera suaminya KS akhirnya pergi dari rumahnya untuk melaporkan perlakuan suaminya ke POLRES Jakarta Selatan dan memeriksakan Iuka-Iuka untuk di visum di sebuah rumah sakit, yang nantinya akan digunakan sebagai bukti [)enganiayaan yang dilakukan suami kepada dirinya.
Saat terjadi kekerasan dalam rumah tangga KS, orang yang pertama kali didatanginya untuk menenangkan hatinya akibat kekerasan yang baru dialaminya adalah sahabat terdekatnya, disanalah ia menceritakan semua hal yang telah terjadi pada dirinya. Setelah lega menceritakan keluh kesahnya ia kemudian pergi untuk melaporkan kejadian tersHbut ke POLRES. Berikut penuturannya
"temen saya tanya 'kenapa? ... kejadiannya gimana? ... awalnya kenapa? ... ' ya saya certain aja gini-gini, pas udah selesai saya trus /angsung pergi lagi ... trus dia tanya 'lo mau kemana? Udah di sini aja, istirahat' maksudnya gitu, saya bilang 'engga gua mau ke POLRES terus ke rumah sakit' gitu kan, trus akhimya dia bilang 'ngapain? ... pikir panjang' tapi tetep saya ngotot mau pergi, trus dia bilang 'terserah lo aja' ... "
Sesaat setelah terjadi kekerasan, KS memutuskan untuk pergi mengontrak rumah dan terpisah sementara waktu dari suami, selama ± 2 bulan KS memisahkan diri dikarenakan KS ingin introspeksi diri atas apa yang telah terjadi sebelumnya dalam kehidupan berumah tangga.
65
Selama terpisah d2ri suami, KS masih tetap menyimpan perasaan sakit yang sangat dalam atas perlakuan kasar yang dilakukan suaminya dan ia masih sulit untuk memaafkan suaminya, berulang kali suami KS memintanya untuk kembali lagi dan memaafkan atas semua kesalahan yang diperbuat SA (suami), tetapi hal tersebut belum mendapat tanggapan dari KS.
"sampe al
4.2.1.4. Tipe-tipe pemaafan yang ditampilkan Saat pertama kali mendapatkan kekerasan dari suami, KS menampilkan tipe pemaafan model no forgiveness dan masih bergelL.t pada ketidakseimbangan emosi, serta rasa sakit yang masih terasa baik fisik maupun psikis.
"memang waktu awal-awal dipukul pertama kali emang ga akan balik, ga akan mau maafin ...ya ... kama rasa sakitnya itu loh ... (sambil meninggikan suara) rasa sakitnya itu ampun deh ... kaya gimana gitu ...pokoknya ga bisa diungkapin, kama udah sakit fisik, psikis juga sakit, fro bisa ... ko sampe tega ... "
66
Hari demi hari dilalui KS dalam kesendirian, pemikiran-pemikiran positif pun sedikit demi sedikit mulai terbangun kembali da:.:;;-;-i diri KS dalam menyelesaikan masalah rumah tangganya. Akhirnya KS pun kembali kepada suaminya, tetapi saat itu yang ia pikirkan adalah anak-anaknya yang masih balita dan masih sangat memerlukan perhatian dari kesua orang tuanya dan KS belum sepenuhnya memaafkan suami.
"dimaafin sih dimaafin, tapi masih terasa nyesek aja, saya bilang gitu karna baru seka/i, jadi nyeseknya kan gimana ya ... aduh ko bisa begini? Saat ini saya kembaii lagi karna yang utama itu anak, ya udah al\hirnya selama 2 bulanan inilah masih ga terlalu deket karna rasa sakitnya ini masi/1 ada."
Setelah panggilan demi panggilan dari kepolisian mengenai tuntutan yang diajukan KS terradap suami tidak diperdulikan suami, SA akhirnya berjanji untuk tidak akan mengulangi perlakuan l
"kata dia, 'kan kamu udah tau aku orangnya begim ... kan manusia ga ada yang sempuma, yaa ... aku khilaf ... maafin, namanya orang khilaf ... aku janji ga u/angin /agi, aku mau berubah'dia bi/ang begitu ke saya."
Tetapi KS belum mempercayai janji-janji yang diucapl
67
itulah KS rnulai bisa rnernaafkan kesalahan suaminya dan mereka rnernutuskan untuk kernbali rnernulai kehidupan rurnah tangga rnereka yang baru.
"dia ngebuktiin ke saya mau berubah, dia ngobatin hati saya, dia ambil hati saya biasanya tuh dia ga pemah masak ... trus dia masak, saya kan tidur nanti tiba-tiba dibangunin dia bilang 'makan' saya bilang 'orang ga masak' dia bilang 'ini udah dimasakin' dan yang bikin saya seneng banget dia tuh jadi perhatian banget sama anak-anak."
Analisis Kasus P!'lngendalian Ernosi yang Ditampilkan
KS rneng<1larni kekerasan dalam rumah tangga yang pertama kalinya dalam bentuk kekerasan fisik yang sangat fatal dan melukai hatinya, kekerasan yang dilakukan suami terhadap KS berupa pukulan-pukulan bail< menggunakan t
68
masih berada dalam lingkaran transgresi. Perasaan yang dimiliki KS adalah kemarahan dan kebenciannya terhadap sua;ni yang mana KS masih belum dapat mengendalikan emosinya dengan baik dan menghadapi situasi yang menyakitkan dengan sikap emosional (emosi negatif). Setelah mendapatkan masukan dari teman dan keluarga besar mengenai penyelesaian permasalahan yang harus diselesaikc-n dengan cara berkomunikasi antara KS dan suami, kemudian KS dan suami mulai int:ospeksi diri mereka masing-masing, dengan memikirkan akan dibawa kemanakah rumah tangga yang baru dibinanya selama 7 tahun dan bagaimanakah dengan kehidupan anak-anaknya yang masih balita. Pada akhirnya KS mulai bisa mengendalikan emosinya secara baik yaitu menghadapi situasi dengan sikap rasional serta aapat berpikir dengan jernih dalam memecahkan persoalan dari sinilah KS l<embali memuncull
Tipe-tipe Pemaafan
Pertama kali mendapatkan perlakuan kasar dari suami, KS merespon perlakuan suaminya dengan cara tidal< memaatl
69
mengulanginya kembali, kemudian pihak keluarga dan temannya memberikan dukungan dan tanggapan yang positif terhadap permasalahan mereka serta rasa cintanya kepada anak-anak dan suami, akhirnya l<S mulai dapat memaafkan sepenuhnya (total forgi11eness) kesalahan yang telah diperbuat suami.
70
Situafil KORT yang dilakukan suami • Kekerasan fisik
"
Lingkaran Transgresi lngatan akan Iuka, menjadi rasa marah, benci
~ Tipe-tipe pemaafan
~
./ t1P :=orgiveness • Tidak terjadi pemaafan secara intrapsikis dan interperpesonal Karena kondisi yang masih ma rah '
• Unfomfveness Emosi (-) Perasaan marah, benci, dendam
Total Forqiveness • Terjadi pemaafan secarain trapsikis dan inter personal. Hubung<1 n antara ke dua b elah pihak kembali 1Tiembaik
- -
-
-
-
-
-
- -
-
Forgiveness Emosi (+) Perasaan cinta, empati, simpati dan kasih sayang
L Pengendalian Emosi 1. Menghadapi situasi dengan sikap emosional 2. Membiarkan perasan-perasaan impulsif dan emosi-emosi yang menekan 3. Ragu-ragu dan berpikir negatif pada situasi yang paling berat 4. Berpikir dangkal 5. Tidak dapat mengenali emosi dan menafsirkan secara berlebihan, situasi yang dapat menimbulkan respon emosional
Pen gendalian Emosi 1.Menghadapi situasi dengan sikap rasional 2. Mengelola peirasaan-perasaan impulsif dan emosi-e mosi yang menekan 3.Tetap teguh (jan positif dalam berpikir pada situasi yang paling berat 4. Berpikir jernil1 5.Mengenali e mosi dan menghindari penafsiran y<mg berlebihan terhadap situasi yang
Skema 4.2.1. Analisis Kasus KS
71
4.2.2.
Kasus N
4.2.2.1. Gambaran umum subyek N
Pertama kali menemui N, ia sedang tidak beg!tu sehat d.an baru saja pulang dari rumah sakit untuk berobat dikarenakan sehari sebelumnya ia sangat sibuk membantu menyiapkan acara resepsi pernikahGm adiknya.
Wawancara berlangsung di rumah kediaman N dan suami. Suasana pada saat wawancara sangat sejuk disertai dengan rintik-rintif; gerimis yang semakin menambah kesejukkan suasana rumah dan ketenangan keluarga yang berada didalamnya. Saat di temui, N berada dirumah seorang diri, sui: minya sedang bekerja, dan keempat anaknya sedang tidal< berada dirumah. Wawancarapun dilakukan di kamar N, saat itu N mengenakan pakaian tangan pendek berwarna hitam putih dan celana panjang berwarna hitam. Rambut keriting sebahu membuatnya terlihat muda walaupun saat ini ia sudah berusia 47 tahun dan masih bekerja di sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang asuransi.
Gereja merupakan tempat awal pertemuan antara N dan suami saat sedang me.rayakan natal. Ketika itu N masih menjalani pendidikan di sekolah menengah atas tingkat satu, setelah lima tahun perkenalan akhirnya mereka berdua memutuskan untuk menikah. Selama 1 tahun pemikahan mereka
72
tinggal bersama orang tua suami N, setelah 1 tahun akhirnya N dan suami mernisahkan diri dari mertua dan tinggal bersama keluarga barunya.
4.2.2.2. Kekerasan dalam rumah tangga yang dialami
Selama 27 tahun menikah, N tidak sekalipun mendapatkan kelcerasan secara fisik dari suami, melainkan setiap harinya N selalu mendlapatkan kekerasan secara psikis, perlakuan tersebut selalu terjadi dimalam hari setelah A {suami) pulang kerja larut malam bahkan sampai jam 05,.0o pagi dalam keadaan mabuk. Sesampainya dirumah, A selalu saja rnembuat kegaduhan dengan cara marah-marah ke seisi rumah, hal t<:,rsebut tidah hanya rnembuat N dan anak-anak takut, melaink::m tetangga N pun selalu terganggu jika A sedang marah-marah kepada keluarganya.
"kalau kekerasan dia ngga pema/1 mukul, ngga pemah ngapa-ngapain, jadi kerasnya ngomongnya, soa/nya posisi kerasnya dia posisi minum alko/Jo/ diluar kadang ampe ma/em, kadang bisa ampe pagi, trus ampe ruma/J ngomong ... ngoce/1-ngoce/1, paling kerasnya disitu." (wawancara di rumah N, Kamis, 31Januari2008, pukul 14.00 WIB}
Suami N selalu marah terhadapnya hanya apabila suaminya pulang kerumah dalam keadaan mabuk, jil
73
menjadi masalah adalah perilaku buruk suaminya yang tidak pernah berubah. Apabila N menanyakan kepada suaminya habis pergi dari mana suaminya dan mengapa pulang hingga larut rnalam serta kenapa mabuk, A langsung marah kepada N.
"ka/o saya tanya abis dari mana ... dia pasti ngomong 'suka-suka gua mau kemana, uang-ua11g gua ko, yang gua abisin uang gw.i ko, elu mau apa?' kasar kan omongannya ... "
Suami yang setiap harinya pulang larut malam dalam keadaan mabuk rnenurut N dikarenakan terpengaruh oleh teman-temannya, ia bahkan rela mengeluarkan uang ratusan ribu rupiah dalam satu harinya hanya untuk mentraktir temannya min um alkohol.
"setiap ma/em pasti mabok, ga ada angin ga ada ujan pasti mabok bikin perkara /ah, dia minum karena pengaru/1 temen, dia orangnya sok-sok an gitu, dia bilang 'aaa ... guajago nih pengen minum' maksudnya biardiliat orang hebat gitu .. ., sering satu kafe ditraldirin dia sampe abis 400 tibu, 500 ribu."
Saat sebelum menikah, A selalu membuat N bahagia, ia selalu penuh perhatian terhadap N, maka dari itu N sangat mencintainya dan memutuskan untuk menikah denuan A, tetapi setelah menikah A terkadang pulang dalam keadaan rnabuk ter:.ebih lagi saat anak kedua rnerel
74
"dulu waktu pacaran baik banget, tapi lama-lama pas rumah tangga baru ketauan buruknya, saya tau kelakuan dia sejak punya anak yang kedua, waktu anak pertama udah minum-minum tapi be/um parah banget, nggangga terlalu ngocel1, tapikan lama-lama ketauan belangnya, kalo masih pacaran ga ketauan."
Kemarahan suami terhadapnya yang tanpa sebab membuatnya sangat kesal, tetapi aaat suaminya marah-marah ia hanya bisa berdiam diri saja, karena menurutnya jika ia menanggapi kemarahan suami maka suaminya akan sernakin rnarah. Perkataan kasar yang diucapkan suami pada saat rnabuk kepada
N dan anak-anak lebih kepada keAKUannya atau
keangkuhan dalarn dirinya.
"dia biasanya ngomel 'kalian tau ... saya ini orang hebat, terkenal dimanamana, semua orang menghargai saya ... keci/ kalian dimata saya' (.sambil meninggikan suara) ya ... angkuh gitu, dia /ebih ke AKU annya, kalo /agi marah pasti bikin heboh, .. kadang ngambil golok, kedang ngambil pisau, dia bilang 'nih bunuh saya ... saya kuat ... ga mempan dibunuh'. Saya gondok banget waktu dia /agi ngomel-ngomel, pengennya ngantem (menghantam), kita hajar, pengennya diusir dari rumah kalo bisa ngga usah pulang, kama minum terus kan., .ngapain jug a pulang /Jikin ribut gitu kan ... "
Bagi N masalah ekonomi dalam keluarga cul
75
terkadang ia diberi dan lebih sering tidak diberi uang dengan alasan tidak punya uang.
"kalo sama keluarganya dia tanpa dipinta uangnya d!kasih tapi ka/o sama anak dan istri ngga, soalnya dia ke kekeluargaannya lebih dominan bagi dia, anak sama istri ga peduli, yang penting adiknya, kakaknya dibiayain ampe sekarang."
Hal terberat yang dihadapi N dalam hidupnya adalah pada saat ia harus membiayai anak-anak bersekolah, dan suaminya tid
"saat-saat paling sulit waktu membiayai anak-anak selwlah, saya harus cari sendiri untuk bayar uang kuliah, dia ngga peduli ... kalo ada dikasih, ngga ada yaa ... ngga dikasih, padahal misalnya waktunya udah harus nih, dia ngga berusaha untuk mendapatkan uang, jadi saya pinjem sana pinjem sini (dengan suara yang sendu)."
4.2.2.3. Pengendalian emosi yang dihasilkan Upaya N untuk membuat suaminya memperhatikan ia dan anak-anak telah dilakukan tetapi tidak membuahkan hasil, sehingga membuatnya sangat stress menghadapi kehidupan rumc;h tangganya.
"saya ngomong ke dia kalo dirumah ngobrol ke'sama anak-anak, deket ke'sama anak-anak, trus dia bilang yaa ...yaa ...yaa ..' sambil masa bodo gitu, saya ampe ngga kuat ngadepin ini semua, saya stress banget ... "
76
Kebenciannya kepada suami, membuat anak-anaknya pun ikut membenci ayahnya, karena melihat ibunya yang selalu sedih akibat perlakuan a1ahnya, sampai pada saat suami N sal
"waktu dia sakit saya ngga rawat, saya dan anak-anak udah masa bodo, mekanan minuman si ada aja di rumah tapi saya ngga nganterin ke dia, itu ma lagu lama, dia bilang 'saya ko ngga diurusin' saya bilang aja 'panggi/ aja temen lu diluar noh yang ngurusin, yang biasa ngajak maen, yang biasa suka ditraldirin satu kafe (sambil marah)."
Untuk menghilangkan rasa sakit hatinya kepada suarni, biasanya disela-sela kesibukkannya beke~a N selalu meluangkan waktu untu!c pergi mengikuti perkumpulan para ibu gereja sekali dalam seminggu dan terkadang ia juga meluangkan waktunya untuk pergi bersama anak-anaknya makan-rnakan di luar rumah.
"biasanya saya ilwt kumpu/an para ibu di gereja setiap l?ari kemis jam 4 sore, disana pokok utamanye membahas rumah tangga, ngurusin anak tuh bagaimana caranya, kadang-kadang saya ja/an sama anak-anak ke mall, makan-makan."
4.2.2.4. Tipe-tipe pemaafan yang ditampilkan Kebiasaan suami yang sudah berpuluh-puluh tahun selalu saja meminurnminuman alkohol, marah-marah tanpa sebab dalam kea1daan mabuk, tidak
77
memperhatikan anak-anak dan istri baik itu dalam be• 1tuk perhatian kepada anak dan istri maupun dalam membiayai pendidikan untuk anak-anaknya, membuat N tidak dapat memaafkan suami.
"ngeliat kelakuan dia ... saya ngga maafin, ngga kepikiran buat maafin dia, sis!imnya gini /oh .. jalanin aja kaya air, ngga ada istifah maafin sih." Perasaan N saat tidak memaafkan suamipun biasa saja, baginya keadaan suaminya dirumah sama saperti saat suaminya tidak berada dirumah.
"perasaan saya ngga maafin suami ... biasa aja, gitu aja, ngga ada, kayanyagimana ya ... ah masa bodo, biarin aja ... sekarang udah ngga ada rasa tertekan, misalnya dia ngga pulang atau bagaimena-l:mgaimana udah ga kepikiran, tau kenapa ... ? Hati aku udah kapalan lmli yah sailing disakitin, dari pada diajak ngbrol ribut mendingan dibodoin aja."
Analisis Kasus Pengendalian Emosi yi'lng Ditampilkan
Kemarahan yang c ialami N setiap harinya dari suami yang selalu dalam keadaan mabuk m .:!rupakan suatu bentuk kekerasan cfalarn 1·umah tangga
secara psikis dan kesulitan masalah ekonomi dalam membiayai sekolah anak-anaknya akibat suaminya tidak terlalu mementingkan anak serta istrinya merupakan salah satu bentuk penelantanm dailam rnm&1h tangga.
78
Selama 27 tahun pernikahan, setiap harinya suami N selalu pulang kerja dalam keadaan mabuk dan marah-marah tanpa sebab sehingga membuat keluarga dan tetangga N terbangun akibat keributan yang ditimbull
transgresi, yang sernakin hari rnenambah rasa bencinya terhadap suami. Sarnpai saat ini N tidak dapat mengendalikan emosi secara baik, disini terlihat bahwa N masih menghadapi situasi den~iar sikap emosiona!, belum dapFJt berpikir jernih (berpikir dimgkai), membiarkan perasai:m-
perasaan impulsif dan emosi-emosi yang menekan serta tidak dapat mengenali emosi dan menafsirkan secarn berlebihan situasi yng dapat rnenirnbulkan respon emoskmal.
Tipe-tipe Pemaafan N rnerniliki tipe pernaafan model no forgiveness (tidak memaafkan) perilaku suarni yang selalu rninum-minunan keras setiap harinva sarnpai saat ini, mara'1-rnarah tanpa sebab, pe ·hatian suami yang kurang pada N dan anakanak, kesulitan N dalarn rnernbiayai anak-anak sekolah, rnembuat N menjadi
79
marah, benci dan dendam terhadap perilaku su2mi ';ehingga ia selalu berada dalam lingkaran transgresi. N lebih senang jika Udak memaafkan suami, baJinya tidak ada perasaan menyesal atau sedill jika tidal< memaafkan suami dan membuat hatinya membatu untuk memaafkannya.
80
Situasi KORT yang dilakukan suami • Kekuasan psikis • Penelantaran ruma11 '"' 1gg a
l Lingkaran Transgresi lngatan akan Iuka, menjadi rasa marah, ben ci, dendam
i Tipe-tipe pemaafam
i No Forgiveness • Tidak terjadi pemaafan secara intrc:p~ikis dan interperpesonal. Dikarenalmn kondisi yang masih marah
Unforoiveness Emosi (-) Perasaan marah, benci, dendam
~-------------------
Pengendalian Emosi 1.Menghadapi situasi dengan sikap emosional 2.Membiarkan perasan-perasaan impulsif dan emosi-emosi yang menekan 3. Ragu-ragu dan berpikir negatif p01da situasi yang paling berat 4. Berpikir dangkal 5. Tidak dapat mengenali emosi dan menafsirkan secara berlebihan, situasi 'lang uapat menimbulkan respon emosional
Skema 4.2.2. Analisis Kasus N
I
81
4.2.3.
Kasus NR
4.2.3.1. Gambaran umum subyek NR
Banyaknya suara mobil yang lalu lalang, pembeli yang seilalu datang silih berganti seakan menambah keramaian disekeliling rumah NR. Saat ini NR sedang disibukkan dengan warung yang baru digelutinya selama satu tahun, wawancarapun berlangsung dirumDh kediamannya de igan ditemani kedua anaknya yang mana putera sulungnya berusia 4 tahun sedang puteri bungsunya berusia 2 tahun, walaupun situasi saat itu seclang hujan deras namun tidak mengurangi keantusiasan NR untuk diwawancarai. Pada waktu wawancara NR mengenakan pakaian kaos berwarna putih dan celana levis sepanjang lutut yarig menjadikannya tampil muda dan cerah. Rambut panjang yang diurai menambah kecantikkannya pada saat diwawancarai.
Pada tahun 2003 merupakan awal pertemuan antara NR dengan suami, NR yang pada saat itu baru pertama kalinya datang ke Jakarta untllk mencari alamat saudaranya dan bertemu dengan I (sllami) yang sampai saat ini berpropesi sebagai sopir angkutan umum.
"waktu itu saya ketemu dia pas saya dari Jawa ke Jakaita mau cari alamat sodara, dia itu kan sopir... trus dia tanya /agi cari apa? ... saya bilang aja alamat sodara, eh saya diante1in nyari sama dia, sebememya sih takut, tapi dia baik banget sayajadi ngga talwt deh ... " (Wawancara di rumah NR, Rabu, 30 Januari 2008, p Jkul 10.15 WIB)
82
4.2.3.2.
Kekerasan dalam rumah tangga yang diaiarni
Setelah dua bulan berpacaran akhirnya mereka menikah, awal pernil~ahan berjalan dengan baik, setelah NR mengandung an'llk pertamanya, ia mulai mendapatkan kekerasan dari suami, namun itu bukan pertama kalinya suami NR melakukan kekerasan terhadap dirinya, pada saat pacaran iapun pernah ditendang oleh suaminya dikarenakan ia telah dipercayakan untuk menyimpan uang setoran suami, tetapi NR rneminjamkan sebagian uang tersebut kepada tema;inya yang saat itu sedang butuh uang dan temannya berjanji untuk mengembalikannya esok hari, saat suaminya mengetahui uang tersebut dipinjamkan ia tidak percaya dan rnemarahi se1ia menendang NR.
"dari pertama kenal saya udah pemah sekali, gara-garanya saya punya temen ketja dia mau pinjem uang besoknya dipulangin, kan ... ngga masalah, ka ta dia gini mungkin pu/ang narik sepi yah trus nanyain duit setoran, itu gara-garanya trus saya ditendang, dia ngomong 'enak fu maen ambi/-ambil aja, maen kasih-kasih, emangnya duit siapa?'. .. "
Kekerasan yang terjadi kedua kalinya pada saat kandungan NR memasuki usia 7 bulan, sampai menyebabkan pendarahan pac a diri NR akibat tendangan keras pada perutnya.
"saya mah mba' ...sering ditendang waktu saya !Jamil 7 bu/an anal< pertama, perut saya dite11dang sama suami, saya nangis, perut saya sakit banget kaya mau melahirkEln ... (dengan suara yang sendu) trus saya pendaral1an ... tapi Alhamdulillah engga sampai keguguran lahir waktu hamil 9 bu/an ... normal."
83
Kekerasan tersebut berdampak langsung pada kondisi anak pertarna yang baru dilahirkan NR, seringnya cacian dan makian yang dituju/,an padanya membuatnya stress berat dan rnempengaruhi berat badan anaknya.
"kekerasan EJUami bikin saya jadi stress, banyak pikiran, sampe-sampe berat badan anak yang pertama /ebih ringan dari pada waktu ,baru !ahir sekitar 4 kg, pas saya nyusuin berat badan anal\ turun terus, mungl
Perlakuan kasar suami terhadap NR tidak hanya menendang tetapi suami sering memukul ke.:iala dengan menggunakan gelas, menjambak rambut dan menampar. Selain itu NR juga mendapatkan kekerasan secara psikis dimana suaminya selalu memarahi dengan cacian dan makian yang sangat kasar. Perlakuan kasar yang lakukan suami biasanya dis,,babkan karena ia kalah dalam berjudi, mabuk-mabuk:
"dia biasanya kasar ke saya kalo dia lagi ada masalah, lagi mabokmabokkan, maen judi, trus kalo kalah mara/J-marah di rumah apa aja dibanting keseringan saya jadi pelampiasan kemarahan dia, nantila/7 saya dijenggut, ditendang, dipukul pake benda-benda tumpuf, .. "
Setiap harinya NR selalu mendapatl
84
"dulu waktu perlama-tama suami saya jarang banget kasih uang belanja mba' padaha/ penghasilannya sei1ari /ebih dari cukup tapi sama dia di buat maen judi, mabok-mabokkan, dia /ebih baik buat judi dari pada buat makan anak istrinya."
NR masih terus mengingat perlakuan kasar suami yang sangat fatal dialaminya pada tahun lalu, waktu itu I (suami) pulan~1 di malam hari dalam keadaan rnabuk dan marah-marah, NR yang saat itu berada dirumc..11 menjadi pelampiasan kemarahan suami, kemudian suarninya mernukul NR dengan gelas pada bagian kepalanya, saat itu pula l~epala NH mengeluarkan darall.
"dia udah keterlafuan dan udah sering banget ngasatin saya, waktu dia pu/ang kerumah mabok, dia marah-marah trus saya dipuku! kepalanya peke gelas sampe bocor, trus pinggang saya dipukul pake lrnyu, disitu saya langsung nangis kesakitan ... "
4.2.3.3. Pengendalian emosi yang dihasnkan Biasanya NR menghad::ipi kemarahan dan kekerasan suami dengan berdiam diri, menangis, karena jika ia membalas maka suaminya akan semakin marah dan ia akan terus mendapatkan pukulan-pul
"kalo dia udah niarah-marah saya diem aja, kama kalo cli lawan dia bakalan /ebih marah lagi, j<1di kalo saya diem, ak/1imya dia cape ngomel-ngomef sendiri, biasanya abis itu dia langsung pegi keluar."
85
Untuk menenangl<.an perasaannya yang galau, biasanya NR menceritakan permasalahannya kep;;ida teman dekatnya sambil menangis.
"saya biasanya kalo lagi ngga kuat nanggung masala/1 saya sering cerita ke temen deket yang saya percaya sambil nangis, pas udah cerita kayanya hati plong banget ... "
4.2.3.4. Tipe-tipe pemaafan yang ditampilkan Dengan kehidupan rumah tangga yang selalu di wamai kekerasan dan kemarahan, membuat NR lebih bersikap sabar dan tabah menghadapi suami, walaupun ia tidak bisa memaafkan kesalahan yang di!akukan suami dikarenakan ia masih belum melupakan kekerasan yang dialaminya selama bertahun-tahun yang akhirnya membuat ia sangat dendam terhadap suami.
"kalo dia /agi kasar, kadang saya pengen pergi aja bawa anak-anak deh ... ninggalin dia, biar dia tau rasa sendirian dirumah, lapi saya mikir lagi ... (sambil merenung) saya harus lebih sabar demi anak-anak. Tapi untuk saat ini saya be/um blsl'I maafin dia, saya setengah mati sampai mendendam kama dia puku/in saya terus- menerus bertaun-taun, perasaan saye ya ...biasa aja ga maafin dia, kama udah terlanjur saf\it hati sih jadi ga ada perasaan nyese/. "
Dalam hati yang paling dalam NR berharap suatu saat nanti suaminya akan merubah sikapnya agar tidak mabuk-mabukkan, berjudi dan tidak memperlakukan kasar baik secara fisik, psikis maupun secara el
86
"saya pengen dia tuh berubah bisa lebih baik lagi ... sayang sama anak-anak, sayang sama istri (dengan perasaan yang sedih) ... "
Tetapi saat ini ia akan mencoba menjalani sebuah proses pemaafan dengan cara lebih bersabar lagi menghadapi kesalahan suami, karena yang ada dalam pikirannya snat ini adalah kebahagiaan anak-anal<, masa depan mereka.
"saya berusaha maafin dia walaupun masih sering keingetan /agi waktu dia mukul, marah-marahin saya, ini semua ... kan masih butuh proses orang kan ngga bisa /angsung rnaafin aja, kita fiat du/u, kaya sekarang ini dia udah ada l'tikad baik mu/ai dari uang setoran dan keuntungan dari warung saya yang pegang, dia agak mulai merhatiin anak-anal<. Tapi kalo mara/1-marah masih sering, kalo dia mau pukul sa.va ... saya langsung k&!uar aja dari rumah biar ngga kena pulwl. Kalo dia udah ngga pukul saya, mungkin saya akan benarbenar maafin dia, tapi untuk saat ini saya masih coba maafin dia."
Analisls Kasus Pengendalian Emosi yang Ditampilkan Selama 5 tahun pernikahan, NR selalu saja mendapatkan kekernsan secara fisik diantaranya adalah pemukulan pada bagian kepala, tamparan di wajah, tendangan dibagian perut, jambakan pada rambut, lernparan dengan menggunakan botol. Tidak hanya sampai disitu NR pun seringkali rnendapatkan kekerasan secara psikis seperti cacian clan makian kasar yc.ng selalu diucapkan suami terhadapnya. Penela111taran rumah tangga
87
juga dialarni NR dikarenakan suarni lebih rnernentingkan uang kerjanya dipakai untuk berjudi dan rnabuk-mabukkan dibandingkan untuk menafkahkan anak dan istrinya.
Bermain judi, mabuk-mabukkan, sering tidak pulang ke rumah, merupakan kebiasaan dari I (suami), tidak perduli anak-anak dan is!ri, selalu melampiaskan kemarahannya kepada NR selama 5 tahun terakhir c.sngan cara memukul, menendang dan sebagainya dikarenakan ia kalal1 judi atau sedang ada masalah dengan teman-temannya yang kurang baik. Hal tersebut membuat NR mernunculkan emosi negatlf seperti sedih, marah, stress bahkan dendam atas semua perlakuan kasar suaminya selama ini. Saat ia mengingat kekerasan dari suami maka ia akan terbawa kepada lingkaran transgresi dimana ia selalu mengingat peristiwa transgresi dan menghasilkan sebuah pengendalian emosi negatif dalam diri NR dengan membiarkan perasaan-perasaan impulsif d:cin emosi--emosi yang
menekan serta tidak dapat mengenali emosi yang ditampilkarmya.
Tetapi setelah sedikit demi sedikit I (suami) mulai menunjukkan keseriusannya mernperhatikan anak-anak, memberikan kepercayaan kepada
NR untuk memegang uang hasil kerjanya. Akhirnya,.NRmulai memunculkan / ,,,,
/ ,, emosi positif dan memulai sebuah proses pengend~iil'!ltl eriiosi positif
dengan cara lebih bersabar, berpildr jemih m11mghadapi permasalahan
88
serta Tetap taguh dan positif dalam berpikir pada situasi yang paling be rat.
Tipe-tipe Pemaafan
Respon yang dimunculkan NR untuk pertama kalinya yaitu dengan cara tidak memaafkan (no forgiveness) kesalahan suami yang dilakukannya selama 5 tahun terakhir ini, sehingga membuatnya mengendalikan emosi secara negatif, tetapi setelah berpikir dan berpikir kembali akhirnya NR akan berusaha mencoba untuk memaafkan perilaku kasar terhadap dirinya (hollow
forgiveness) dikarenakan ia lebih mengutamakan kebahagiaan dan masa depan anak-anaknya dikemudian hari.
89
Situasi KORT yang dilakul
Lingkaran Transgresi lngatan akan Iuka, menjadi rasa marall, benci, dendam
Tipe-tipe
No Fom/veness
~
.,
7 ~
• Tidak terjadi pemaafan secara intrapsikis dan interperpesonal. Karena kondisi yang masih marah
pemaa~ -~.
Ho//owFo mivenesq • Terjadi pemaafan, tetapi bel um sepenuhn ya memaafkan, karena korban ma sih dalam proses penyemb uhen Iuka
'Ir
Total Forgiveness
• Terjadi pemaafan secara intrapsikis dan interpersonal. Hubungan antara ke dua belah pihak kembali membaik
-[ -~""'
Unfom_iveness
Emosi (-) Perasaan marah, benci, dendam
,_ -
-
-
-
-
.,
Penqendalian Emosi 1. Menghadapi situasi dengan sikap emosional 2. Membiarl
-
'
Emosi (+) Perasaan cinta, empati, simpati dan kasih sayang
"'
]'en.gendalian Emosi 1. Menghadapi situasi dengan sikap rasional 2.Mengelola perasaan-perasaan impulsif dan emosi-emosi yang menekan 3. Tetap teguh dan positif dalam berpil
Skema 4.2.3. Ana!isis Ka:ims lllR.
90
4.2.4.
Kasus SM
4.2.4.1. Gambaran umum subyek SM
Hujan gerimis menambah kesejukan situasi wawancara di sore hari bersama SM yang saat itu sedang berada di rumah kediaman orang tuanya. SM adalah seorang ibu rumah tangga dan telah dikarunia dua orang anak lakilaki dalam 12 tahun pernikahannya dengan suarm.
Selama wawancara berlangsung, SM hanya ditemani dengan ibunya yang saat itu sedang memasak, sedangkan suaminya
sedan1~
bekerja. Walaupun
sedang hujan tetapi tidak menrihalangi kami untuk terus melanjutkan wawancara mengenai pengalaman kekerasan dalam rumah tangga yang pernah dialami SM, SM merupakan pribadi yang ramah, murah senyum dan banyak bicara sehingga situasi ini semakin menambah keakraban dalam berwawancara. Saat wawancara berlangsung SM mi~ngenakan pakaian hitam putih bergari dibalut dengan celana pendek berwarna putih yang memperlihatkar1 keceriaan pada wanita yang saat ini telah memasuki usia 34 tahun.
Pengajian remaja masjid merupakan kebiasaan yan£1 selalu diikuti SM tanpa terlewati di masa-masa remaja, begitu pula dengan B (suami)yang tidak pemah absen menghadiri pengajian rernaja. Setelah satu tahun perkenalan
91
dengan B, meyakinkan mereka untuk membina mahligai rumah tangga bersama B.
''pertama ketemu itu dipengajian remaja masjid, waktu taun 95 ... dari temen ngaji kalo abis se/esai ngaji biasanya ama temen-temen ngumpu/ dirumah sejak itu saya mulai deket (dengan gaya bicara yang cadel) ... pas pacaran setaun abis itu langsung nikah." (Sabtu, 16 Februari 2008, pukul 16.30 WIB)
Tcrhun pertama pemikahan, mereka tinggal dirumah orang tua angkat suami yang telah sejak kecil diasuh, kemudian mereka tinggal dirumah orang tua SM selama lima tahun, setelah itu mereka tinggal kembali dirumah orang tua asuh B karena ibunya hanya tinggal seorang diri sepeninggal suaminya.
"waktu abis nikah saya /angsung tinggal dirumah mertua ... tapi cuma satu tahun, trus pindah ke rumah orang tuanya selama lima tahun, tapi pas ayah angkat /aki saya meningga/ kita pindah kesana lagi soafnya dia cuma sendiri kaga punya anak (dengan /ogat betawi yang khas)."
4.2.4.2. Kekerasan dalam rumah tangga yang dialami Setelah kelahiran anak pertama, SM mulai menuC1patka11 kekerasan dari suami, kekerasan demi kekerasan dialami SM. Himpitan ekonomi menjadi salah satu faktor penyebab kekerasan yang dilakukan suami terhadap SM, suami yang saat itu belum mempunyai pekerjaan tetap membuat hidup mereka tidak berkecukupan. Ketika SM tidak memas:ak dikarenakan ia belum diberikan uang rnasak, B yang sedang bingung menc:ari kerja marah-marah
92
kepada SM, ketika. SM menjawab pertanyaan suami maka suaminya akan semakin marah dan melakukan kekerasan secara fisik pada SM.
"waktu itu kan dia kerjanya be/um stabil be/um jadi satpt;m masih serabutan jadi kadang-kadang punya duit, kadang-kadang engga, trus kalo dia ya ... laki saya ka/o dia lagi emosi, /agi marah-marah, misa/nya saya be/om masak saya suka dibentak-bentak, kadang-kadang suka maen tangan, kalo dia ngomong saya sautin dia maen tangan, saya ditabok ama dia (sambil memperagakan tamparan suami)."
Dalam sebulan SM hanya diberikan uang masak dan jajan sel<0lah anakanak sebesar dua ratus sampai tiga ratus ribu rupiah dan menurutnya uang tersebut sangat kurang, karena kebutuhan pokok saat ini sangatlah mahal, tet.api ia tidak bisa berbuat apa-apa, dikarenakan gaji suami yang tidak terlalu besar.
"da/em sebulanan saya dikasih duit 200-300 ribu, itu udah sekalian buat jajan anak diseko/ah, buat makan, bayar sekolah, sampe kadang-kadang uang seko/ah suka nunggak (dengan nada bicara ; 1ang sedih) untung sekarang sekolah udah gratis jadi udah ngga bayaran, udah bebas biaya."
Sifat keras suami membuat su 3mi dapat dengan mudah emosi dan melakukan kekerasan terhadap SM, perlakuan kasar yang pernah dia!ami SM diantaranya kekerasan fisik seperti jambakkan, tamparan, tendangan sedangkan kekerasan secara psikis seperti marah-marah, membentak, mencacimaki dengan cacian dan makian yang yang tidak sesuai dengan etika.
93
"saya pemah ditabok ampe pingsan, dijenggut, ditendang ... trus kalo marahmarah suka ngomong kasar, ntarlah dia ngomong 'setan tu' .. .apalah namanama binatang juga bisa keluar Udah gitu saya mikir kenapa, saya tanya ke dia tapi dia marah-marah, disitu dah perang dunia ... tetangga pada bangun, saya ditendang, dipuku/ ama ditabok."
Masa-masa sulit yang dialami SM, ialah pada saat uang yang ia dapatkan dari arisan dijadikan modal untuk usaha suaminya berdagang, tetapi keuntungan hasil dagang tersebut tidak diberitahukan kepada SM, terlebih sebelum berangkat kerja suaminya selalu mengantarkan seorang wanita yang tidak dikenalnya untuk menjaga warung mereka dan menjemputnya saat pulang kerja. Ketika SM menanyakan apakah B mempunyai hubungan dengan wanita itu, B marah-marah disertai dengan tendangan, tamparan dan jambakkan di bagian rambut SM.
"gara-gara masalah perempuan. Waktu itu saya punya pikiran curiga, waktu itu ceritanya bisnis dagang buka warung, nah yang jagain warung itu cewe' yang suka pake rok pendek, tu modal buka waning dari saya, sedangkan sebagai bini nih saya ngga dikasih tau dapetnya berapa? (dengan meninggikan suaranya), saya kan sebagai cewe perasaannya gimana gitu, udah gitu eh ... tidur saya mfmpi tiga mafem berturut-turut baju suami saya ada yang ngambil ... ada yang make."
4.2.4.3. Pengendalian emosi yang dihasilkan
SM hanya bisa menangis atas perlakuan kasar suami, ia tidal< pernah menceritakan sf:!gala kekerasan yang dialami kepada orang lain terlebih kepada orang tuanya. Walaupun perasaan yang dialaminya sangatlah sakit,
94
tapi ia berpikir bahwa dirinya tidak bisa membalasnya hanya yang maha kuasalah yang dapat membalas semua perlakuan suarni. Berikut penuturannya :
"saya kalo lagi masa/ah apa ... ngga pemah cerita ama keluarga, paling kalo /agi kese/ benget saya nangis, kalo udah nangis uda/1 1-.:mang udah keluar semua. Tapi kalo dia marah-marah saya suka kesel, dongkol, gedek, saya ngomong dalem hoti 'gua sumpain Ju mati dija/anan' saking kese/nya ama dia itupun cuma saat itu aja, saya juga suka ikut pengajian ibu-ibu tiap ma/em jum 'at biar makin deket sama tuhan yang maha kuasa. "
4.2.4.4. Tipe-tip
Walaupun pmilaku B yang selalu ringan tangan, tetapi ketika suaminya meminta maaf kepada SM, SM pun langsung memaafkannya tanpa melihat kekerasan yang dilakukan suami, ia selalu menumpahkan kekesalannya hanya pada saat kekerasan terjadi setelah satu hciri berlalu ia sudah bisa rnelupakannya.
"dia abis marahin saya ... kasar ke saya, suka mint3 maaf, dia bilang 'yaa ... maapin gua dah, /u juga sih /agian bildn gua marah, /u udah tau kan gua begini' dia ngomong gitu, sifat dia kan keras, emosian, jangankan ama saya ama orang tuanya aja dia berani. paling ka/o saya marah cuma sehari ngga ngomong kama masih kese/ ama dia, biar ngomong lagi terkadang saya yang bae-baein, makan apalah saya siapin, saya yang suka ngajak ngobro/ terus... saya yang nga/ah ... kalo ngga ada yang ngala/1 berantakan rumah tanggakama sama-sama keras."
95
SM merasakan perasaan yang sangat tenang dan lega ketika ia dapat memaafkan suami, karena baginya yang harus rnernbalas kejahatan suarni hanyalah Allah tuhan yang rnaha kuasa. Kebahagiaan suarni dan anaklah yang rnernbuat ia a apat rnernaafkan perlakuan suarn i.
"saya suka ngomong sendiri 'kalo ga punya anak gua tinggalin lu' tapi ini kan laen saya punya anak. Tapi perasaan saya lega banget ka/o udah maapin dia, saya coba ga pinta uang lagi ke dia buat makan lebih baik saya minjem uang diwarung dari pada nantinya dia marah-marah tru.s nabok saya lagi, biar kalo punya duit dia aja yang ngasih ke saya dari pada saya harus minta ke dia, dengan begitu saya ngga kena marah."
Analisis Kasus Pengendalian Emosi yang Ditampilkan
Faktor ekonomi yang kurang mencukupi rnernbuat SM rnengalami kekerasan secara fisik dan psikis, ketika SM tidak rnenghidangkan masakan dikarenakan suami tidak rnemberinya uang,
t(~tapi
suami tidak bisa
menerimanya kemudian suarninya marah-rnarah d 311 rnernperlakukan SM secara kasar, cacian dan makian yang terucap dari suarnipun rnernbuat hatinya sakit.
la rnerasakan perasaan marah dan kesal terl1adap suarni hal ini rnernbuat SM berada dalam lingkaran transgmsi dan mernunculkan emosi dalam
96
bentuk negatif, tetapi ia dapat dengan mudah mengatasi perasaan marah dan kesalnya dengan merubah emosi negatif menjadi emosi positif yaitu perasaan simpati, empati terhadap suami yang telah meminta maaf dan kebahagiaan anak-anaknya sehingga ia dapat mengendalikan emosinya secara positif dengan cara menghadapi situasi dengan sikap rimional, dapat berpikir jernih, mengelola perasaan-perasaan impulsif dan emosiemosi yang menekan, tetap teguh dan positif dalam berpikir pada situasi yang paling ber;;d dan mengem111i
err'~"''
dan menghim::!ari
penafsiran yang berlebihan terhadap situasi yar.g dapat menimbulkan respon emosional.
Tipe-tipe Pemaafan
Total forgiveness adalah tipe pemaafan ya'lg ditampilkan SM, yaitu dengan
cara merr.aafkan suami dan tidak mengingat lagi kesalahan suami. Pada akhirnya dapat membuat perasaan SM menjadi sangat tenang dan lega saat ia telah memaafkan suami, baginya semua pembalasan atas kesalahan suami hanya tu.1an yang maha kuasalah yang berhak membalas sedangkan dirinya hanya bisa memaafkan suami dengan sepenuh hati agar nantinya B jera dan tidRk mengulangi kesalahan itu.
97
-Situasi KORT yang dilakukan suarr.i • Kekerasan fisik • Kekerasan psikis • Penelantaran rumah ta11gga (kesulitan ekonomi)
--
!
Lingkaran Transgresi lngatan akan Iuka, menjadi rasa marah, benci, dend
,!, Tipe-tipe pemaafan
i
--
Total Fomiveness • Terjadi pemaafan secara intrapsikis dan interpersonal. Hubungan antara ke du2 belah pihak kembali membaik ,/,
Forgiveness Emosi ( +) Perasaan cinta, empa!i, simpati dan kasih sayang
i Pengendalian Err,osi
1. Menghadapi situasi dengan sikap rasional
2. Menge Iola perasaan-perasaan im1 •ulsif dan emosi-emosi yang menekan 3. Terap teguh dan positif dalam berpil\ir pada situasi yang paling berat 4.Berpikir J·ernih 5.Mengenali emosi dan menghindari penafsiran yang berlebihan terhadap situasi yang dapat menimbulkan respon emosional
Skiema 4.2.4. Analisis Kasus !SM
I
98
4.3.
Analisis Perbandingan Antar Kasus
Setelah dilakukan analisa terhadap masing-masing kasus maim selanjutnya akan dilakukan analisa pBrbandingan antar kasus yang digambarkan dalarn bentuk tabel. Pada tabel ini dimasukkan hasil analisa dari masing-rnasing kasus yang kemudian dibandingkan antara <;atu kasus dengan kasus lainnya untuk mengetahui sejauh mana kesamaan dan perbedaan pada setiap kasus sehingga dapat diketahui pola umum dari subyek yang telah diteliti. Dari analisis setiap kasus di atas dapat dilihat bahwa keempat subyek memiliki kesamaan dan perbedaan.
Semua subyek teiah mengalami masalah kekerasan dalam rumah tangga (KORT) akibat perlakuan suaminya, bedanya pada subyek N, ia tidak mendapatkan k8kerasan fisik sedang ketiga subyek lainnya mengalami kekerasan secara fisik mulai dari pukulan, tendangan, tarnparan ballkan jambakkan. Penyebab kekerasan yang dilakukar. suami mereka pun berbeda-beda. Pada kasus N dan NI, penyebab kekerasan dikarenakan suami selalu melakukan kekerasan dalam keada2n mabuk, namun pada pada kasus SM, salah satu penyebab kekerasan karena faktor ekonomi.
Saat awal terjadinya kekerasan semua subyek menampilkan ernosi negatif berupa perasaan marah, kesal bahkan dendam akan perlakuan kasar suami
99
baik itu secara fisik, psikis maupun penelantaran rumah tangga, sehingga dengan situasi ini dapat memposisikan semua saubyek kepada lingkaran transgresi dengan cara mengingat peristiwa yang menimbulkan lul
Pada subyek NR, masih diialrnkan sebuah proses pengendalian emosi dengan bail< dimaksudkan agar ia benar-benar dapat mengendalikan emosinya secara positif, namun berbeda kasusnya pada subyek N. ia lebil1 memilih berada pada emosi yang negatif sampai saat ini dengan mengingat peristiwa transgresi serta mengendalikan emosinya dalam bentuk negatif pula seperti menghadapi situasi dengan sikap <>rnosional dan tidal< dapat mengenali ernosi dan manafsirkan secara berlebihan, situasi yang dapat rnenimbulkan respon emosional.
100
Tipe-tipe pemaafan yang ditunjukkan pada masing-masing subyek dapat berbeda-beda, subyek KS menunjukkan dua model tipe pemaafan yaitu no forgiveness pada awal terjadinya kekerasan karena disertai dengan emosi marah dan benci, kemudian pemuafan yang keduapun ditampilkan subyek yaitu total forgiveness. Pada subyek N model tipe pernaafan yang ditunjukkan ialah no forgiveness dikarenakan N telah berpuluh-puluh tahun hidup dalam tekanan dan ketidakperdulian sehingga pengendalian emosi N dalam bentuk negatif seperti IT'enghadapi situasi dengan sikap emosional, membiarkan perasan-perasaan :mpulsif dan emosi-emosi yang menekan, ragu-ragu dan berpikir negatif pada situasi yang paling berat, berpikir dangkal, tidak dapat rnengenali emosi cian manafsirkan secara berlebihan, situasi yang dapat menimbulkar. respon emosional. Sedangkan SM menunjukkan tipe pemaafan model total forgiveness dengan tidak mempunyai perasaan dendam terhadap suami dan lebih memilih untuk memaafkan sehingga perasaan yang dihasilkanpun akan menjadi sangat tenang dan senantiasa mendekatkan diri dengan tuhan. Lain halnya pada subyek NR ia menampilkan dua tipe pemaafan, pertama no forgiveness dan kedua hoilow forgiveness.
Untuk lebih jelasnya mengenai perbandingan analisis antar kasus dapat dilihat dari t;:ibel perbandingan antar kasus ddn tabel perbandingan peranan tipe-tipe pemaafa11 terhadap pengendalian emosi dibawah ini.
Tabel 4.3. Analisis Perband;ilgan Antar Kasus
KasusN I. Kekerasan secara psikis 2. Penelantaran dalam rum"h tangga dengan tidak mementingkan Keluarga 3. Keadaan suami yang setiap harinva selalu mabuk 1. Mengendalikan emosi secara Pengendalian emosi l. Mengendalikan emosi dalarn (-) dengan membiarkan bentuk (-) salah satunya yang ditampilkan perasaan-perasaan impulsif dengan cara menghlldapi dan emosi-emosi yang situasi dengan sikap emosional 2. Merubah pengendalian emosi menekan (-) menjadi (+) dengan menghadapi situasi secara rasional 1. No forgiveness (tidak Tipe-tipe pemaafan I. No forgiveness (tidak 1nemaatKan) karena perasaan memaafkan) Tidak terjadi pemaafan sei 1ra intrapsikis_ masih kesal dan marah.Namun dan int'3rper~ esonal. Karena kemudian berubah menjadi kondisi yang masih marah 2. Total forgiveness (memaafkan kesal,benci dan dendam sepenuhnya) emosi berubah Keteran1
Kasus KS I. Mendapatkan kekerasan fisik dalam bentuk pukulan
Kasus NR KasusSM I. Mengalami kekerasan secara I. Kekerasan secara fisik fisik dan psikis dalarn bentuk pukulan, tendangan dan tarnparan . Pcaelantaran rumah tangga . l<.esah dengan perilaku . Kekerasan secara psikis suami yang selaln mabuk . Penelantaran rumah tangga dan beriudi akibat himpitan ekonomi J. Mengendalikan emosi secara l. Mengendalikan emosi secara (-)salah sattmya :lengan (+) dengan berpikir jemih dan menghadapi membiarkan perasaanperasaan yang menekan permasalahan dengan sikap o. Merubah proses rasional pengendalian emosi ke arah (+)
jl. No forgiveness (tidak
l. Total forgiveness
~ marah,benci mo-&~) dan "'""'' ''"' dendam . Hollow forgiveness (Terjadi
(memaafkan sepenuhnya) kekerasan dengan melupakan semua peristiwa transgresi.dan hubur.0 .:n baik antara kedua belah
pemaafan, tetapi belum sepenuhnya dan masih 1nenjadi cinta, dan sayang dan i daiarn prost:s pemaafan pihak k~rnbaii terjalin I hubungan baik antara kedua I karena dalam tahap belah pihak kembali terialin oenyembuhan Iuka hati I l . Tipe pemaafan model no Persnan tipe-tipe 11. Dimilikinya tipe pemaafan I. Tipe pemaafan model total ,l. Tipe pemaafan n1odel no forgiveness n1e1nbuat N se!alu n1odel totaljOr~r;iveness dapat forgiveness membuat NR forgiveness rnenimbulkan pemaafan terhadap merubah pengendalian emosi berada dalam lingkaran I mengelola emosi secara emosi (+) dan mengelola I negatif f.CS menjadi positif rranygresi Jan memiliki en1osi pengenda!ian emosi negatif (-); 2. Tipe en1osi secara (+) serta II pemaafan model hollow dengan cara rnenghadapi negatif serta mengendalikan merubah emosi (-) sehingga forgiveness membuat NR situasi dengan sikap rasional emosi secara negatif yaitu dapat menghasilkan sebuah dan berpikir jemih rnembiarkan en1osi-e1nosi lebih berpikir jemih dengan pengendalian emosi (+) yang menekan menyelesaikan masalah n1engendalikan emosi secara (+) J
I
I
I I
BAB 5
l<ESIMPULAN, DISKUSI DAN SAR1A.N
5.1.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapal: disimpulkan bahwa tipe-tipe pemaafan sangat diperlukan istri dalam mBngatasi pennasalahan yang dihadapi istri dengan cara menampilkan tipe-tipe pemaafan model total forgiveness (pemaafan secara menyeluruh), hollow forgiveness (proses pemaafan) dan no forgiveness (tidak terjadi pernaafan). Tiga subyek menampilkan tipe pemaafan model no forgiveness, l<emudian dua dari tiga subyek dapat merubah tipe pemaafan dalarn dirinya menjadi hollow forgiveness dan total forgiveness, sedangl
Tipe pemaafan model total forgiveness dan hollow forgiveness yang dimiliki pada tiga orang subyek dapat berperan penting dalam mengendalikan emosi
103
pada istri yang menjadi korban KORT, dikarenakan ti1 e--tipe pemaafan tersebut dapat merubah emosi negatif dan pengendalian emosi negatif istri pada awalnya menjadi pengendalian emosi positif dengan cara menghadapi situasi dengan sikap rasional dan berpikir jemih dalam menyelesaikan masalah. Namun satu orang subyek menampilkan tipe pemaafan model no
forgiveness sehingga ia hanya menampilkan pengendalian emosi clalam bentuk negatif dengan cara membiarkan perasaan-perasaan impulsif dan emosi-emosi yang menekan.
5.2.
Diskusi
Hasil penelitian yang telah diperc 1eh saat ini memperlihatkan bahwa tipe··tipe pemaafan memiliki peranan penting dalam mempengaruhi pengendalian emosi. Semua ini
~ijak
luput dari sifat dan pribadi individu yang
dilatarbelakangi dari aspek pendidikan, agama, pergaulan dan kebudayaan serta pengalaman nidup yang berbeda antara satu subyek dengan subyek lainnya sehingga dgpat membedakan setiap subyek saat menghadapi kekerasan dalam rumah tangga.
Dari hasil penelitian ini, dapat dilihat bahwa dua
01 an~1
suami dari em pat
orang subyek yang diteliti, dapat melakukan kekere1san terlladap istrinya karena sebelumnya dipicu oleh alkohol sehingga rnereka mabuk.
104
Sebagaimana Kalyanamitra (1991) menjelaskan bcihwa alkohol dapat menjadi pemicu terjadinya penyerangan dan kekerasan dalam rumah tangga. Selain alkohol, dapat dilihat pula bahwa minimnya pengetahuan agama dan kecemburuan yang berlebihan dapat memicu
seseoran~1
untuk melakukan
kekerasan.
Pengendalian emosi
dimal~sudkan
untuk menetralkan perasaan marah,
benci, takut yang berlebihan dari semua subyek. Subyek yang dapat mengendalikan ernosinya dengan baik maka ia akan merasa tenang dan dapat terbebas dari stress akibat masalah yang dia1ami. Goleman (2003) mengatakan bahwa Pengendalian emosi oleh diri sendiri tidak llanya berarti meredam rasa tertekan saja atau menahan gejolak emosi, ini juga berarti dengan sengaja menghayati suatu emosi tennasuk yang tidak menyenangkan.
Tipe-tipe pemaafan dapat membantu subyek untuk mengendalikan emosi dan menyelesaikan permasalahan yang sedang dihadapi. Setiap subyek memiliki tipe pemaafan yang berbeda, salah satu subyek hanya
ITT( narnpilkan
tipe pemaafan model no forgiveness dan pada akhirnya mernbuat subyek tarsebut berlarut-larut dalam permasalahan yang tidak akan pernah terselesaikan jika subyek tersebut masill menarnpilkan tipe pemaafan sebelumnya.
105
Dengan segala keterbatasan yang peneliti miliki daiam melakukan penelitian ini sehingga menghasilkan penelitian yang mungkin jauh dafi sempurna, karena hasil penelitian yang telah didapatkan ini hanya berlaku pada keempat subyek penelitian dan tidal< dapat digunakan untuk menggeneralisasikan pengendalian emosi yang ditampilkan istri-istri yang rnemiliki masalah serupa dengan tipe-tipe pemaafan yang dimilikinya.
5.3. Saran Dari hasil penelitian ini, peneliti memiliki beberapa saran diantaranya : 1. Bagi para peneliti yang tertarik untuk menelili lebih dalam mengenai masalah ini, maka perlu diperhatikan faktor-faktor penting yang dapat menunjang keberagaman dan kedalaman data yang diperkira:,an akan mempengaruhi pemaafan pada istri. Adapun faktor-faktor tersebut adalah: a) Memperhatikan faktor usia pada setl2;-> "'Jbyek b) Memperhatikan faktor anak c) Memperhatikan faktor istri yang telah bekerja dengan yang tidak bekerja d) Memperhatikan lamenya siklus kekerasan yang berlangsung pada istri
106
e) Melakukan deep interview (wawancara mendalam) agar dihasilkan data yang mendalam. 2. Bagi istri yang.mengalami masalah kekerasan dalam rumah tangga diharapkan untuk tidak segan memberitahukan tindak kekerasan yang dilakukan suami kepada pihak kepolisian agar k1,jadian serupa tidak dapat terulang kembali. 3. Bagi para suami, diharapkan untuk memperlakukan istri mereka dengan perlakuan yang bail< dan penuh kasih sayang, apabila hendak 11enegur tegurlah denga1n teguran lembut serta dapat menghindari segala macam bentuk kekerasan terhadap istri. 4. Bagi lembaga institusi pemerintah seperti Kepoiisian dan lembaga perlindungan anak dan perempuan agar dapat dengan segera menindak lanjuti kekerasan dalam rumah tangga yang semakin hari semakin bertambah banyak dalam masyarakat luas, serta hendaknya memberikan penyuluhan kepada setiap keluarga untul< menghindari kekerasan oaik itu secara fisik, psikis, seksual maupun penelantaran rumah tangga. Serta mengkomunikasikan setiap masalah dengan kedua belah pihak yang berseteru.
DAFTAR PUST AKA,
Abdul Rahman S & Abdul Muhbib W, 2004, Psikolcgi Suatu Pengantar dalam Perspektif Islam, Jakarta: Prenada Media.
Assaf, Syaikh Ahmad Muhammad, 2001, B&rf
Pendampingan Kalyanamitra,
Perempuan 1999,
Korban
dan
Bidang
Menghadapi l<ekerasan
Penerbitan
dalam
Rumah
Tangga, Jakarta: Kalyanamitra.
Davidoff, L, Linda, 1981, Psilwlogi Suatu Pengantar, Ed 2, ,Jilicl 2, Jakarta: Erlangga. Davidoff, L, Linda, 1991, Psikologi Suatu Pengantar, Jilid 1, Jakarta: Erlangga. Deddy Mulyana, 2003, Metode Penelitian J
Rosdakarya. Depdiknas, 1991, l
E.L,
Dimentions
of Forgiving
Templetion Foundation Press.
Psychological,
Pennsylvania:
Al-Ghazali,
Imam,
terj.
Moh.
Syamsi
Hasan
& abu Shofia,
2003,
Membersihkan Hati dari Akhlak Tercela, Surabaya: Ampel Mulia. Goleman, Daniel, 1996, ,'<.ecerdasan Emosi, J:=ikarta: PT Grameclia Pustaka Utama. _ _ _, 2003, Kecerdasan Emosi untuk Mencapai Puncak Prestasi, Cet.5, Jakarta: PT Grarnedia Pustaka Utarna. Hamidi, 2004, Metode Penelitian Kualitatif (Aplikflsi Praktis Pembuatan
Proposal dan Lapomn Penelitian), Malang: UMM Press. Al-Hasyimi, Muhammad Ali, 1999, Jati Diri Muslim, Jakarta: Pustaka Al Kautsar. Hawwa, Eaid, tefj. Aunur Rafiq & Saleh Tamhid, 2006, "Mensucikan Jiwa"
Konsep Tazkiyatun Nafs Ter{;adu, Jakarta: Rabbani Press. Hurlock, Elisabeth 8, 1978, Perkembangan Anak, Jilicl 1, Jakarta: Erlangga Kerlinger, Fred M, 1990, Asas-asas Penelitian Behavioral, Yogyakarta: Gadji.1h Mada University Press. Kristi E Poerwandari, 1998, Pendekatan Kualitatif dalam Penelitian Psikologi, Jakarta: Lembaga Pengembangan se1rana Pengukuran Psikologi Universitas Indonesia. Al-Kurnayi, Sulaiman, 2005, Kecerdasan 99, Jakarta: Hikrnah Marx, Melvin H, 1976, Introduction to Psychology: Problem, Procedures and Principles, New York: Macrnilan Publishing, Co.Inc McCullough, ME, Pargernent, Kl & Thoresen, CE, 2000, Forgiveness: Theory,
Research and Practise, New York: The Guilford Press.
Moleong, Lexy J, 1997, Metode Penelitian r(ualitatif, Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Sarlito Wirawan S, 2000, Pengantar Umum Psikologi. Jakarta: Bulan Bintang. Smedes, Lewis 8, terj. petrus bere, 1993, Memaafkan J(ekuatan yang
Membebaskan, Yogyakarta: Kanisius. Suharsimi Arikunto, 2002, Prosedur penelitian (suatu pendekatan praktek), Jakarta: PT Rineka Cipta. Undang-undang Dasar No 23, Pasal I, 2004, Penghapusan J(ekerasan Dalam
Rumah Tangga (KDR7). Worthington,
E.L,
1998,
lnterdiciplinary Promotion
The Pyramid Model of Forgiveness, Speculations
of :=orgiveness,
about
Unforgiveness
Worthington
(ed)
Some
and
Dimention
The of
Forgiveness, Pennsylvania: Templeton Foundation Press. _ _ _ _ , 2003, Forgiving and Reconciling: Bri:Jges Towholeness and
Hope, Illinois: lntervarsity. www.media.isnet.org/islam/Quraish/Wawasan/Hala1Bihalal2.html/Al-'Afw (Maaf) www.kompas.com www.sinarharapan.com
www.icmi.or.id!ind/contentlview/88140/AzyumardiAzral2004!1du/F'it1il/s/ahlPe maafan.com
Jurnal, Seminar clan Majalah
Elli N Hasbianto, 1996, Kekerasan Oalam Rumah Tangga: Potret Muram Kehidupan Perempuan Da/am Perkawinan, Seminar Nasional
Pe:-lindungan Perempuan dari Pelecehan dan Kekerasan SeksuaL 1996: 1-9. Ellya Roza, 2006, Eksistensi Perempuan Pada Masa Rasullullah SAW, Jurnal Marwah (Perempuan, Agama dan gender) Vol. IV, No.1, 2006, 88. M.E, McCullougt, Worthington, Jr, E.L, Rachal, K.C (1997) Interpersonal Forgiving in Close Relationship. Journal of Pmsonality and Social Psychology. Vol.73, No.2, 1997, 231-336. Rita Serena Kolibonso, 2006, Diskriminasi /tu Bernama Kekerasan TerlJadap Perempuan,
Jurnal
Perempuan
untuk
Pencerallan
dan
Kesetaraan. No. 45 (2006) : 25-28. Suharnan, 1996, Peranan Emosi dalam Proses Kognisi, Anima: Media Psikologi Indonesia, 11(44)1996: 403-411.
DEP ARTEMEN AGAl\1A UNIVERSITAS ISLAM NEGERl (VIN) SY ARIF IIIDA YATULLAH JAKARTA FAKULTAS PSIKOLOGI ,TJ, Kerin Mukli No.5 Circncle .Jalrnrta Sclatnn 15419 Telp. (021) 7433060 Fax. 74714714
------
omor imp.
: Un. 71/0T.Ol.7/ '?lyl) /Xl/2007
al
: lzin Pene!itian
Jakarta, 29 Nopember 2007
Kepada Yth. POLRES Jakarta Selatan Assalamu'alaikum Wr. Wb. Dengan hormat, kami sampaikan bahwa :
Nam a TcmpaUTgl Lahir A lama!
: Robiatul Adawiyah : Jakarla, 3 Oktober 1985 JI. Bckasi Timur I Rt. 04/J 3 Cipinang Bcsar Utara Jatincgara Jakarta Timur
ad al ah benar malrnsiswa Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Semester Nomor Pokok Tahun Akademik Program
IX (Sembilan) 103070029117
200712008 Strata I (S-1)
Sehulnmgan dengan tugas pcnyelesaian skripsi yang berjudul :"Pcranan Tipctipc Pemaafan Terhndap Pcngcndalian Emosi Pada Istri Yang l'vlenjadi Korba11 Kckcrasan Dalnm Rumah Tanggn (KDRT)"mahasiswa tersebut memcrlukan Izin Pcnclitian di lembaga yang Bapak/Ibu/Saudara pirnpin. Oleh karena itu kami mohon kesediaan Bapak/lbu/Saudara untuk menerima mahasiswa tersebut: clan memberikan bantuannya. Dcmikian alas perhatian dan bantuan Bapakilbu/Saudara karni ucapkan terirna kasih. Wassalamu'alaikum Wr. Wb. A.n. Dekan P~w1J,311.t1,1 Dekan
/f:',~i9ang ~;rn~
\,Dru. . ~$ihaya11, M.Si f.
Pedoman Wawancara No
1.
2.
1--
3.
--------1
--·-
Item Pertanyaan Permasalahan ----Awai a. Kapan pertama kali ibu bertemu d engan suami? hubungan bagaimana proses perkenalannya ! suami istri b. Hambatan apa saja yang ditemui dalarn rnembina hubungan bersama suami? C. Upaya yang seperti apakah yang ibu lakukan untuk membina hubungan dengan suami? Pengalaman ,a. Kapan pertama kali ibu menclapatkan perlakuan KORT kasar dari suami? I1b. Masalah apa saja yang sering me njadi pemicu I suami melakukan kekerasan? IC. Bentuk-bentuk kekerasan apa saj a yang suami ibu lakukan ?sebutkan dan ceritak an secara rinci kejadiannya! d. Seberapa sering frekuensi kekera san yang dilakukan suami?uraya apa saja yang telah ibu lakukan untuk melerai suami?apa kah upaya tersebut dapat membuat jera sua mi dan tidak menqulanqi i<ekerasan terhadai::i i Pengendalian a. Perlakuan yang seperti a, iakah yab~; ibu-----1 tunjukkan saat suami melakukan I<ekerasan? emosi b. Menurut ibu, seperti apa saat-saat tersulit yang ibu alami? Apa yang ibu rasakan saat terjad i kekerasan? Bagaimana cara ibu untuk mengatasinya! c. Bagaimana cara ibu mengelola perasaanperasaan yang menekan dan menyakitkan hati ibu akibat perlakuan dari suami? d. Hal apa saja yang terlintas dalam pil
I
4.
Tipe-tipe pemaafan Total Forgiveness
a. Apakah ibu memaafkan semua kesalahan suami?Apa alasannya! b. Apa yang membuat ibu dengan mudah I memaafkan kesalahan suami? I Bagaimana perasaan ibu setelah memaafkan semua kesalahan suami?
r
I
Hollow Forgiveness
Silent Forgiveness
No Forgiveness
'a. Apakah saat ini ibu masih dalam proses memaafkan kesalahan suarni? b. Mengapa ibu tidak dapat dengan mudah memaafkan kesalahan suarni ibu? c. Perlakuan kasar suami yang seperti apakah yang masih ibu pendam, sehingga sampai saat ini ibu belum sepenuhnva memnafkan suami? a. Mengapa ibu tidak mengatakan secara jujur, jika sebenarnya ibu telah memaafkan suami? b. Sebab lain yang seperti apakah, yang akhirnya membuat ibu tidak mengatakan secara jujur kalau sebenarnva ibu telah memaafkannva? a. Apakah ibu benar-benar tidak akan memaafkan suami? b. Seberapa besar rasa marah dan benci ibu kepada suami? c. Perbuatan apa yang akhirnya membuat ibu mengambil keputusan untl 'k tidak memaafkan suami? d. Bagaimana perasaan ibu saat memilih untuk tidal< memaafkan semua kesalahan yang dilakukan suami selama ini?
Pernyataan Kesediaan
Nama Tempat Tanggal Lahir Pekerjaan Alam at
Assalamu'a/aikum Wr. Wb
Saya bersedia untuk diwawancarai dan memberikan keterangan yang sebenar-benarnya untuk keperluan skripsi dengan judul "Peramm Tipe-tipe Pemaafan Terhadap Pengendalian Emosi Pada lstri Yang Menjadi Korban Kekeras2:n Dalam Rumah Tangga (KORT)" yang disusun oleh Robiatul Adawiyah sebagai mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Wawancara ini berkaitan dengan aspek peng? 1'-'rnan tingkah laku, keadaan psikologis dan emosi yang berkaitan dengan keadaan saya sebagai seorang istri yang mengalami kekerasan dalam rumah tangga. Adapun data pribadi dan hasil wawancara saya ini merupakan hal yang rahasia dan semat-mata untuk keperluan skripsi ini. Apabila di temukan data yang masih kurang lengkap, saya bersedia untuk diwawancarai kembali. Wassalamu'a/aikum Wr. Wb
Jakarta, Januari 2008
Interviewee
(Nama Lengkap)
Interviewer
(Robiatul Adawiyah)
Lembar Observasi
: 1/2/3/4 (lnisial)
Subjek Tempat Tanggal Jam
Catalan Lapangan 1. Keadaan tampat waw2ncara, cuaca dan kehadiran pihak lain disekitar tempat wawancara. 2. Gambaran fisik dan penampilan subyek. 3. Ringkasan sikap subyek selama berlangsungnya proses wawancara (suara, intonasi, posisi tubuh, antusiasme dan lain-lain. 4. Gangguan dan hambatan selama wawancara. 5. Catalan khusus selama wawancara.
Kutipan langsung Hasil Wawancara Suhyek KS
Hari Tanggal Waktu Tempat Situasi
P KS P KS
P
KS P
KS
P KS
P
: Senin : 14 Jam:ari 2008 : 09.45-11.20 WIB : Rumah kediaman mertua : Pagi yang cerah, beserta dengan anak kedua KS dan ibu mertuanya
: Assalamu'alaikum : wa'alaikum salam : Bagaimana kabar mba hari ini? : Alhamdulillah baik, cuma lagi sedikit flu soalnyakan tadi malem abis ngerayain ulang tahun anak pertama, repot. .. ngurusinnya ... sampe kurang tidur sama kena angin malem, jadi sekarang ngga begitu fit deh. : Maaf ya mba mengganggu, tapi hari ini apa mba sudah siap untuk memberi keterangan mengenai masalah yang baru-baru ini mba alami.? : Ngga pa-pa ko! Saya siap Saya lean cuma m<1u bantu mba menyelesaikan tugas skripsinya. : Terimakasih ya mba. Untuk pertanyaan yang pertama saya mau ~anya ke mba, kapan pertama kali mba bertemu dengan suami? Dan bagaimana proses perkenalannya! : Pertama kali ketemu disini (rumah suami) waktu acara pernikahan temen saya, kebetulan saya kesini kondangan, di sini ketemL1 deh karena dia anak sini yaa ... diundang temennya ju~ia, nah di acara itu dia kenalan sama saya. : Setelah menikah apa mba langsung menetap dirumah orang tua atau mertua? : Oh ngga ... saya ngga nyatu, ni saya tinggal disini karna ada kejadian waktlJ itu, pertama kali nikah langsung ngontrak deket rumah mertua sampe ada kejadian ini, trus saya pindah ke deket Fatmawati, suami saya pindah ke rumah orang tuanya disini ... barang-barang saya sama anak yang ke dua dibawa ke rumah orang tuanya. Anak pertama saya dibawa ke rumah orang tua saya. : Hambatan apa saja yang mba temui dalam membina hubungan bersama suami?
KS
P KS
P KS
: Masalah d ~lam keluarga ya ... banyak kaya macem keuangan, kerja sih udah teti::lp tapi yang tadinya uangnya dipegang sendiri buat orang tua ... sekarang dibagi sama istri. fstilahnya ya ... makan cukup ga' nih sebulan. Terus nyatuin dua sifat yang berbeda ehmm ... egois-egoisnya kan namanya hidup rumah tangga harus jadi satu itu kan susah mungkin dia pengennya saya ehm ... ngertiin clia, tapi saya pengen clia ngertiin saya, yaa ... memang begitu susah juga sih. : Upaya yang seperti apakah yang mba lakukan untul< membina hubungan dengan suami? : Untuk nyelesain masalah salah satu harus ada yang ngalah gitu kan, karena kalau ga' ada yang ngalah sampe kapanpun bakal tabrakan terus. f
P
KS
P KS
pulang jam 12 sekarang pulang-pulang jam 7 malem. Yah namanya istri wajar kan suka nanya dari mana, dia bilang banyak kerjaan abis nganter mobil inllah, itulah. Trus besol< minggunya yang namanya kita bersih-bersih rumah, ini malah pergi gitukan, setiap saya tanya mo kemana dia bilang mau nganter mobil selalu gitu, jadi saya kesel mulai curiga, ya ... tapi dia tetep bilang banyak kerjaan gini-gini sampe ... pada saat kejadian itu. Saya terus marah-marah l<e dia, akhirnya dia rnau pukul saya tapi dia berenti, saya terus ngornong ke dia 'kenapa? elo mo pukul gua' terus akhirnya terjadi dia pukul saya, hidung saya di tonjok sampe berdarah terus saya kan jatuh ke te~mpat tidur, terus dia juga pukul kepala bagian belakang saya pake kaleng susu. : Upaya apa scija yang telah ibu lakukan untuk melerai suami?apakah upaya tersebut dapat mernbuat jera suarni dan tidak mengulangi kekerasan terhadap mba? : Saya langsung pergi ke POLSEK, temen saya tanya 'kenapa? ... kejadiannya gimana? ...awalnya kenapa? .. .' ya saya certain aja gini-girn, pas udah selesai saya trus langsung pergi lagi. .. trus dia tanya 'lo mau kemana? Udah di sini aja, istirahat' maksudnya gitu, saya bilang 'engga gua mau ke POLRES terus ke rumah sakit' gitu kan, trus akhirnya dia bilang 'ngapain?... pikir panjang' tapi tetep saya ngotot mau pergi, trus dia bilang 'terserah lo aja' ... pas saya kesana ternyata dlsitu ngga ada, ngga bisa menangani tentang masalah KDRT terus akhirnya saya ke POLRES nail< ojeg, setelah saya divisum terus dianterin ke rumah sakit. Karnakan saya ngga kepengen digampangin, udah gitu dalam hal. .. oke dia ngga pernah pukul saya, baru kali ini. .. fatal (sambil marah) tapi karna baru kali ini dan sangat fatal, saya tuh ga rnau nanti dan seterusnya atau mungkin kapan entahlah apa namanya berumah tangga saya kan ngga tau entah sampe kapan gitu kan, akan terulang lagi, akrn1 terjadi lagi. Karna nanti dia merasa oh ... bini gua kalo gua pukul diem, cuma nagis ... nah saya ga mau hal itu terjadi lagi sama saya, jadi saya langsung ambil tindakan biar dia juga sadar, sekarang kan udah ada hukumnya KORT jadi dia ga berani segala macem, ya ... istilahnya kasih pelajaran sama suarni. : Bagaimana cara mba rnengelola perasaan-perasaan yang .11enekan dan menyakitkan hati mba akibat perlakuan dari suami? : Saya pergi dari kontrakkan untuk nenangin diri ngontrak lagi sendiri di deket tempat kerja, disana saya sampe dua bulanan Sampe akhirnya itu dia nemuin saya di tempat kerja saya, nungguin saya pas saya mo pulang kerja, trus jia bilang mo ajak saya ngomong, saya bilang 'apa lagi yang mau diomongin?(sarnbii marah) ga ada! Sekarang gini aja dulu, aku lagi nikmati kesendirian, lagi mo mikir juga salahnya dimana, sekarang masing-masing aja introspeksi diri saya
P KS
P KS
P
KS
P KS
bilang gitu kan. 'iya ... udah ... udah introspekci diri' dia bilang gitu kan, 'ya udah okehlah tapi sekarang tetep saya mau introspeksi lebih dalem lagi' mau mikir lagi dan ga pengen l