PERANAN AGROINDUSTRI TERHADAP PERTUMBUHAN WILAYAH, PENDAPATAN, DAN PENYERAPAN TENAGA KERJA DI KOTA BOGOR (ANALISIS INPUT-OUTPUT)
ADELINA ANJANI
DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012
PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Peranan Agroindustri Terhadap Pertumbuhan Wilayah, Pendapatan, dan Penyerapan Tenaga Kerja di Kota Bogor (Analisis Input-Output)” adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun pada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Juli 2012a
Adelina Anjani H44080057
RINGKASAN ADELINA ANJANI. Peranan Agroindustri terhadap Pertumbuhan Wilayah, Pendapatan, dan Penyerapan Tenaga Kerja di Kota Bogor (Analisis Input-Output). Dibimbing oleh ADI HADIANTO Kota Bogor merupakan wilayah yang mengalami pertumbuhan ekonomi yang cukup pesat. Pertumbuhan ekonomi tersebut, terutama didorong oleh berkembangnya sektor industri pengolahan. Menurut Badan Pusat Statistik (2011), sektor industri pengolahan memiliki kontribusi terbesar kedua dalam pembentukan Produk Domestik Bruto (PDRB) Kota Bogor yaitu sekitar 28 persen dari total PDRB selama periode 2006-2010. Sektor agroindustri merupakan subsektor penting dalam sektor industri pengolahan yang menyumbang PDRB terbesar dalam sektor industri pengolahan. Pembangunan sektor agroindustri diharapkan dapat memberikan dampak positif terhadap pembangunan ekonomi wilayah, terutama menciptakan nilai tambah, menyediakan lapangan pekerjaan, dan meningkatkan pendapatan masyarakat. Peranan sektor agroindustri tersebut dapat dijadikan sebagai informasi dalam penyusunan perencanaan pembangunan sektoral dan ekonomi Kota Bogor mendatang. Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah (1) menganalisis peran sektor agroindustri dalam pembentukan permintaan antara, permintaan akhir, nilai tambah bruto, dan output sektoral Kota Bogor, (2) menganalisis keterkaitan ke belakang (backward linkage) dan ke depan (forward linkage) sektor agroindustri di Kota Bogor, (3) menganalisis besarnya multiplier output, pendapatan, dan tenaga kerja sektor agroindustri, dan (4) menganalisis dampak investasi di sektor agroindustri terhadap perekonomian Kota Bogor. Penelitian ini menggunakan pendekatan Input-Output (I-O) dengan basis data Tabel InputOutput Kota Bogor Tahun 2008 klasifikasi 28 yang diagregasi menjadi 10 dan 12 sektor. Pengolahan data dengan menggunakan bantuan software I-O Analysis for Practitioners dan Microsoft Excel 2007. Hasil penelitian memperlihatkan kontribusi sektor agroindustri yang cukup besar terhadap pembentukan permintaan antara, permintaan akhir, nilai tambah bruto, dan output Kota Bogor. Permintaan total dan permintaan akhir menempati urutan pertama dari klasifikasi sepuluh sektor dengan nilai masing-masing sebesar 27.61 persen dan 34.80 persen dari total permintaan. Permintaan antara sektor agroindustri menempati urutan ketiga dengan nilai sebesar 18.33 persen dari total permintaan antara. Tingginya permintaan akhir dibanding dengan permintaan antara menunjukkan bahwa output sektor agroindustri sebagian besar digunakan untuk dikonsumsi langsung dibandingkan sebagai input langsung oleh sektor perekonomian lain. Selanjutnya untuk pembentukan nilai tambah bruto, sektor agroindustri menempati urutan ketiga dengan nilai sebesar 10.05 persen dari total nilai tambah bruto dan untuk output sektoral, sektor agroindustri menempati urutan pertama terbesar dengan nilai sebesar 27.61 persen dari total output Kota Bogor. Berdasarkan hasil analisis keterkaitan, diperoleh hasil bahwa sektor agroindustri memiliki nilai keterkaitan ke belakang (backward linkage) yang relatif lebih besar dibandingakan dengan nilai keterkaitan ke depan (forward linkage). Hal ini dapat disimpulkan bahwa keberadaan sektor agroindustri
memiliki kemampuan menarik yang lebih besar terhadap sektor hulunya dibandingkan dengan kemampuan mendorong pertumbuhan sektor hilirnya. Sektor hulu agroindustri yang dimaksud adalah sektor pertanian atau sektor yang outputnya digunakan sebagai input oleh sektor agroindustri. Sedangkan sektor hilir agroindustri yang dimaksud adalah sektor perdagangan, hotel, dan restoran atau sektor yang inputnya berasal dari output sektor agroindustri. Sesuai dengan hasil analisis multiplier output, pendapatan, dan tenaga kerja menunjukkan bahwa sektor agroindustri memiliki nilai pengganda relatif tinggi dibandingkan sektor-sektor ekonomi lainnya sehingga sektor agroindustri dapat diandalkan untuk mendorong peningkatan output, pendapatan, dan penciptaan lapangan kerja di Kota Bogor. Analisis dampak dalam penelitian ini menggunakan nilai investasi sektor agroindustri berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Bogor tahun 2010-2014 sebesar Rp 2.18 triliun. Jika diasumsikan target investasi dalam RPJMD terealisasi, maka injeksi investasi tersebut berdampak besar terhadap perekonomian Kota Bogor dalam hal pembentukan output sebesar Rp 2.01 triliun, pendapatan sebesar Rp 265 miliar, dan penyerapan tenaga kerja sebesar 102 318 orang. Berdasarkan hasil analisis, disarankan Pemerintah Kota Bogor mengadakan kerjasama dengan pemerintah kota atau kabupaten yang merupakan kawasan agropolitan sebagai usaha dalam menjamin kontinuitas bahan baku bagi sektor agroindustri di Kota Bogor, membuat inovasi produk baru hasil pengolahan untuk meningkatkan nilai tambah produk, menerapkan teknologi untuk produk agroindustri, memberikan pendidikan dan pelatihan bagi tenaga kerja lokal demi meningkatkan kualitas SDM Kota Bogor, dan mengadakan penelitian yang mengkaji secara mendalam dan menyeluruh berbagi aspek yang terkait dengan agroindustri secara terpadu, mulai dari produksi bahan baku, pengolahan dan pemasaran. Selain itu Pemerintah Kota Bogor diharapkan mengembangkan strategi investasi yang tepat untuk meningkatkan investasi di sektor agroindustri, diantaranya dengan pemberian fasilitas-fasilitas demi menarik para investor baik dalam negeri maupun asing, seperti perbaikan infrastruktur yang menunjang dalam kegiatan usaha, penciptaan birokrasi yang efisien, kepastian hukum di bidang investasi, dan penciptaan iklim usaha yang kondusif di bidang keamanan dalam berusaha. Kata Kunci : Agroindustri, Kota Bogor, Analisis Input-Output, Backward and Forward Linkages, Investasi
PERANAN AGROINDUSTRI TERHADAP PERTUMBUHAN WILAYAH, PENDAPATAN, DAN PENYERAPAN TENAGA KERJA DI KOTA BOGOR (ANALISIS INPUT-OUTPUT)
ADELINA ANJANI H44080057
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan
DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012
Judul Nama NIM
: Peranan Agroindustri terhadap Pertumbuhan Wilayah, Pendapatan, dan Penyerapan Tenaga Kerja di Kota Bogor (Analisis Input-Output) : Adelina Anjani : H44080057
Disetujui Pembimbing
Adi Hadianto, SP, M. Si NIP. 19790615 200501 1 004
Diketahui Ketua Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor
Dr. Ir. Aceng Hidayat, MT NIP. 19660717 199203 1 003
Tanggal Lulus :
UCAPAN TERIMA KASIH Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan izin dan ridho-Nya atas terlaksananya penelitian ini sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi sesuai dengan waktu yang telah direncanakan. Penulisan skripsi ini tentunya tidak terlepas dari dukungan dan dorongan serta kerjasama berbagai pihak. maka penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada : 1. Adi Hadianto, S.P, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan
waktu
untuk
memberikan
bimbingan,
arahan,
dan
perhatiannya. 2. Ir. Nindyantoro, MSP sebagai dosen penguji utama dan Benny Osta Nababan, S.Pi, M.Si sebagai dosen penguji wakil departemen yang telah meluangkan waktu untuk menguji dan memberikan saran serta pengarahan kepada penulis. 3. Ayahanda Joko Mintono dan Ibunda Emma Suhaema serta kakak Harry Suseno, kakak Astrid Wulandari dan adik Amelia Ayuningtyas tersayang atas doa, perhatian, kasih sayang, dukungan, dan motivasi tiada henti dalam penyelesaian skripsi ini. 4. Dr. Ir. Yusman Syaukat , M.Ec selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan perhatiannya dalam bidang akademik. 5. Gupuh Samirono, BBA selaku Kasi. Industri Agro dan Hasil Hutan Disperindagkop Kota Bogor, dan instansi-instansi lainnya yang telah membantu dalam penelitian.
6. Rekan-rekan satu bimbingan Novianti, Mafia Sartika Dewi, Septiana Ully, Latifah Hanum, Rani Sumarni, dan Anissa Saras Waty atas kekompakan dan motivasi yang diberikan. 7. Ryanza Prasetya, Cattleya Rizkita, Abdul Hady, Ruby Larasaty, Sugistiawaty, Kemala Indah Wahyuni dan Dewi Shinta Ramadhani serta seluruh sahabatku tercinta lainnya yang tidak dapat disebutkan satu per satu atas doa, dukungan, motivasi, dan semangat kepada penulis selama ini. 8. Keluarga besar Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan 45 atas kebersamaan dan kekompakan selama ini. 9. Seluruh dosen dan staf departemen yang telah membantu selama penulis menyelesaikan studi di ESL. 10. Serta semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penyusunan skripsi ini.
Bogor, Juli 2012
Penulis
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya yang telah diberikan sehingga skripsi dengan judul “Peranan Agroindustri terhadap Pertumbuhan Wilayah, Pendapatan, dan Penyerapan Tenaga Kerja di Kota Bogor (Analisis Input-Output)” dapat terselesaikan sesuai dengan waktu yang telah direncanakan. Hasil analisis ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan informasi mengenai peranan dan perkembangan sektor agroindustri di Kota Bogor. Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan penyelesaian Program Sarjana Ekonomi pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat: 1. Bapak Adi Hadianto, SP, M. Si selaku Dosen Pembimbing yang telah membimbing dalam penyusunan skripsi ini. 2. Semua pihak yang telah mendukung baik moril maupun materil sehingga dapat terselesaikannya skripsi ini. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan, sehingga penulis sangat mengaharapkan kritikan dan saran. Tidak lupa penulis mohon maaf atas segala kesalahan baik yang disengaja maupun tidak disengaja. Semoga penulisan ini bermanfaat bagi saya pribadi dan bagi semua pihak yang membacanya.
Bogor, Juli 2012
Adelina Anjani H44080057
RIWAYAT HIDUP Penulis bernama lengkap Adelina Anjani, dilahirkan pada tanggal 7 Oktober 1990 di Bogor, Jawa Barat. Penulis merupakan anak ketiga dari empat bersaudara, dari pasangan Joko Mintono dan Emma Suhaema. Penulis memulai pendidikan pada tahun 1995 di TK Tri Bhakti Bogor. Kemudian penulis menamatkan sekolah dasar di SDN Sukadamai 3 Bogor dan lulus pada tahun 2002. Pendidikan tingkat menengah pertama dapat diselesaikan penulis pada tahun 2005 di SMP Negeri 5 Bogor. Selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 2 Bogor dan lulus pada tahun 2008. Setelah menyelesaikan pendidikan 12 tahun, penulis melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi di perguruan tinggi negeri yaitu Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun 2008 di Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan (ESL), Fakultas Ekonomi dan Menejemen (FEM), IPB.
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL ...................................................................................
i
DAFTAR GAMBAR ...............................................................................
iii
DAFTAR LAMPIRAN ...........................................................................
iv
I.
PENDAHULUAN ..........................................................................
1
1.1. 1.2. 1.3. 1.4. 1.5.
1 5 7 8 8
II.
Latar Belakang ....................................................................... Perumusan Masalah ................................................................ Tujuan Penelitian .................................................................... Manfaat Penelitian .................................................................. Ruang Lingkup Penelitian ......................................................
TINJAUAN PUSTAKA ................................................................
11
2.1.
Tinjauan Teoritis .................................................................... 2.1.1. Investasi......................................................................... 2.1.2. Agroindustri ................................................................ 2.1.3. Keterkaitan Sektor Agroindustri ................................. Pendekatan Input-Output ....................................................... 2.2.1. Model Input-Output ................................................... 2.2.2. Kerangka Dasar Tabel Input-Ouput .......................... 2.2.3. Analisis Keterkaitan .................................................. 2.2.4. Analisis Multiplier ..................................................... Hasil Penelitian Terdahulu ....................................................
11 11 14 16 18 18 20 25 25 26
III. KERANGKA PEMIKIRAN .........................................................
29
IV.
METODE PENELITIAN ..............................................................
32
4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................. 4.2. Jenis dan Sumber Data .......................................................... 4.3. Metode Analisis Data ............................................................. 4.3.1. Analisis Keterkaitan .................................................... 4.3.2. Analisis Multiplier........................................................ 4.3.3. Analisis Dampak Investasi .........................................
32 32 32 33 35 38
GAMBARAN UMUM WILAYAH ..............................................
40
5.1. 5.2. 5.3. 5.4.
Kondisi Geografis ................................................................... Kondisi Kependudukan dan Tenaga Kerja ............................. Kondisi Perekonomian Daerah ............................................... Karakteristik Sektor Agroindustri Kota Bogor ......................
40 42 42 43
HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................
47
6.1. Peranan Sektor Agroindustri terhadap Perekonomian Kota Bogor ...................................................................................... 6.1.1. Struktur Permintaan .....................................................
47 47
2.2.
2.3.
V.
VI.
6.1.2. Struktur Nilai Tambah Bruto ...................................... 6.1.3. Struktur Output Sektoral ............................................ 6.2. Analisis Keterkaitan ............................................................... 6.2.1. Keterkaitan ke Belakang (Backward Linkage) ........... 6.2.2. Keterkaitan ke Depan (Forward Linkage) ................. 6.3. Analisis Multiplier .................................................................. 6.3.1. Multiplier Output ........................................................ 6.3.2. Multiplier Pendapatan ................................................. 6.3.3. Multiplier Tenaga Kerja ............................................. 6.4. Analisis Dampak Investasi Sektor Agroindustri ..................... 6.4.1. Kondisi Investasi Sektor Agroindustri ....................... 6.4.2. Dampak Investasi Sektor Agroindustri terhadap Output ......................................................................... 6.4.3. Dampak Investasi Sektor Agroindustri terhadap Pendapatan Rumah Tangga ........................................ 6.4.4. Dampak Investasi Sektor Agroindustri terhadap Penyerapan Tenaga Kerja ...........................................
49 53 54 55 57 59 60 62 63 64 64
VII. KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................
71
7.1. Kesimpulan ............................................................................. 7.2. Saran ........................................................................................
71 72
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................
75
LAMPIRAN .............................................................................................
78
67 68 69
DAFTAR TABEL Nomor 1.1.
Halaman Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2006-2010 .......................
1
2.1.
Struktur Kuadran Input-Output .......................................................
21
2.2.
Ilustrasi Tabel Input-Output ............................................................
22
2.3.
Hasil Penelitian Terdahulu Sektor Agroindustri Tentang Multiplier ........................................................................................
28
4.1.
Rumus Multiplier Output, Pendapatan, dan Tenaga Kerja .............
37
6.1.
Struktur Permintaan Antara dan Permintaan Akhir Sektor-Sektor Perekonomian Kota Bogor Tahun 2008 (Juta Rupiah) ....................
48
Kontribusi Nilai Tambah Bruto Sektor-Sektor Perekonomian Kota Bogor Tahun 2008 (Juta Rupiah) ....................................................
50
Struktur Output Sektor-Sektor Perekonomian Kota Bogor Tahun 2008 (Juta Rupiah) ..........................................................................
54
Keterkaitan Output ke Belakang Sektor-Sektor Perekonomian Kota Bogor Tahun 2008 ..........................................................................
56
Keterkaitan Output ke Belakang Subsektor Agroindustri Kota Bogor Tahun 2008 .....................................................................................
57
Keterkaitan Output ke Depan Sektor-Sektor Perekonomian Kota Bogor Tahun 2008 ..........................................................................
58
Keterkaitan Output ke Depan Sektor Agroindustri Kota Bogor Tahun 2008 .....................................................................................
59
Multiplier Output Sektor-Sektor Perekonomian Kota Bogor Tahun 2008 .................................................................................................
61
Multiplier Output Subsektor Agroindustri Kota Bogor Tahun 2008 .................................................................................................
62
Multiplier Pendapatan Sektor-Sektor Perekonomian Kota Bogor Tahun 2008 .....................................................................................
62
Multiplier Pendapatan Subsektor Agroindustri Kota Bogor Tahun 2008 .................................................................................................
63
Multiplier Tenaga kerja Sektor-Sektor Perekonomian Kota Bogor Tahun 2008 .....................................................................................
64
Jumlah Investasi Dalam Negeri dan Investasi Pemerintah Daerah (Pemda) Sektor Agroindustri dalam Perekonomian Kota Bogor......
67
6.2. 6.3. 6.4. 6.5. 6.6. 6.7. 6.8. 6.9. 6.10. 6.11. 6.12. 6.13.
i
6.14. 6.15. 6.16.
Dampak Investasi Sektor Agroindustri terhadap Pembentukan Output Sektor-Sektor Perekonomian Kota Bogor (Juta Rupiah) .....
68
Dampak Investasi Sektor Agroindustri terhadap Pendapatan Rumah Tangga di Sektor-Sektor Perekonomian Kota Bogor (Juta Rupiah)…
69
Dampak Investasi Sektor Agroindustri terhadap Penyerapan Tenaga Kerja di Sektor-Sektor Perekonomian Kota Bogor (Orang) ............
70
ii
DAFTAR GAMBAR Nomor
Halaman
2.1.
Fungsi Investasi ..............................................................................
12
2.2.
Dampak Tingkat Bunga terhadap Investasi dan Pendapatan dalam Perpotongan Keynesian ...................................................................
13
3.4.
Diagram Alur Berpikir ....................................................................
31
5.1.
Peta Wilayah Kota Bogor ...............................................................
41
iii
DAFTAR LAMPIRAN Nomor 1.
Halaman Potensi Rata-Rata Industri Kimia, Agro, dan Hasil Hutan Kota Bogor Tahun 2008-2011 .................................................................
79
Keterangan Kode Sektor Tabel Input-Output Kota Bogor Tahun 2008 .................................................................................................
80
Tabel Input-Output Kota Bogor Tahun 2008, Transaksi Total Atas Dasar Harga Produsen Klasifikasi 10 Sektor ..................................
81
Tabel Input-Output Kota Bogor Tahun 2008, Transaksi Total Atas Dasar Harga Produsen Klasifikasi 12 Sektor ..................................
83
Struktur Permintaan Antara dan Akhir Subsektor Agroindustri Kota Bogor Tahun 2008 ..........................................................................
85
Struktur Nilai Tambah Bruto Subsektor Agroindustri Kota Bogor Tahun 2008 .....................................................................................
86
7.
Struktur Output Subsektor Agroindustri Kota Bogor Tahun 2008 ...
86
8.
Matriks Koefisien Teknis Klasifikasi 10 Sektor .............................
87
9.
Matriks Kebalikan Leontif Terbuka Klasifikasi 10 Sektor .............
88
10. Forward Open Total Requirements Klasifikasi 10 Sektor .............
89
11. Backward Open Total Requirements Klasifikasi 10 Sektor ...........
90
12. Multiplier Output Klasifikasi 10 Sektor .........................................
91
13. Multiplier Pendapatan Klasifikasi 10 Sektor ..................................
92
14. Multiplier Tenaga Kerja Klasifikasi 10 Sektor ...............................
93
15. Matriks Koefisien Teknis Klasifikasi 12 Sektor ..............................
94
16. Matriks Kebalikan Leontif Terbuka Klasifikasi 12 Sektor .............
95
17. Forward Open Total Requirements Klasifikasi 12 Sektor .............
96
18. Backward Open Total Requirements Klasifikasi 12 Sektor ...........
97
19. Multiplier Output Klasifikasi 12 Sektor .........................................
98
20. Multiplier Pendapatan Klasifikasi 12 Sektor ..................................
99
21. Jumlah Investasi Industri Kota Bogor Tahun 2010-2014 ................
100
22. Jumlah Minat Investasi PMDN dan PMA Berdasarkan Penerbitan Izin yang Tercatat di BPPTPM Kota Bogor Periode Tahun 2011 ..
101
23. Output Final Demad Impacts (Juta Rupiah) ...................................
102
24. Income Final Demand Impacts (Juta Rupiah) .................................
103
25. Employment Final Demad Impacts (Juta Rupiah) ..........................
104
2. 3. 4. 5. 6.
iv
I. PENDAHULUAN 1.1.
Latar Belakang Kota Bogor merupakan sebuah kota yang berada di Provinsi Jawa Barat.
Kedudukan Kota Bogor yang terletak di antara wilayah Kabupaten Bogor dan dekat dengan Ibukota Negara menjadikan Kota Bogor sebagai tempat yang strategis untuk perkembangan dan pertumbuhan ekonomi. Kegiatan yang tengah berkembang pesat di Kota Bogor ialah kegiatan industri pengolahan. Keberadaan sektor industri pengolahan di Kota Bogor menjadi sektor yang potensial bagi perekonomian dengan ditunjukannya data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Bogor bahwa Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Bogor sepanjang tahun 2006-2010, memperlihatkan kontribusi terbesar kedua dalam pembentukan perekonomian dipegang oleh sektor industri pengolahan dengan nilai lebih dari 28 persen dari total PDRB Kota Bogor seperti yang ditunjukkan pada Tabel 1.1.
Tabel 1.1
Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2006-2010 Sektor
1. Pertanian 2. Pertambangan dan Penggalian 3. Industri Pengolahan 4. Listrik, Gas, dan Air Bersih 5. Bangunan 6. Perdagangan, Hotel, dan Restoran 7. Pengangkutan dan Komunikasi 8. Keunangan, Persewaan, dan Jasa Persh. 9. Jasa-jasa Total PDRB Sumber : BPS Kota Bogor, 2011
Tahun 2006
2007
2008
2009
2010
0.33
0.32
0.31
0.30
0.29
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
28.01 3.17 7.32
28.07 3.19 7.18
28.16 3.22 7.05
28.25 3.24 6.92
28.34 3.27 6.79
30.14
30.03
29.80
29.54
29.24
9.74
9.83
9.94
10.06
10.19
13.83 7.46 100.00
13.97 7.40 100.00
14.17 7.35 100.00
14.39 7.29 100.00
14.63 7.25 100.00
Pada Tabel 1.1 juga menunjukkan bahwa kontribusi terkecil dalam PDRB Kota Bogor adalah sektor pertanian dengan kisaran nilai 0.30 persen dari total PDRB sehingga dapat dikatakan bahwa sektor pertanian memang bukan sektor yang memberikan kontribusi utama bagi PDRB sehingga sektor ini perlu mendapatkan perhatian dari pemerintah daerah Kota Bogor demi menunjang kegiatan industri pengolahan yang tengah dikembangkan. Dengan mengetahui sektor industri pengolahan berperan dalam pembentukan PDRB, maka diperlukannya suatu integrasi antara sektor pertanian dengan sektor industri pengolahan yaitu melalui agroindustri. Dimana sektor pertanian sebagai pasar bagi produk sektor agroindustri dan sebaliknya sektor pertanian sebagai penyedia bahan baku bagi sektor agroindustri disamping sektor lainnya (Sitanggang, 2002). Menurut Soekartawi (2005), pembangunan agroindustri sebagai salah satu lanjutan dari pembangunan pertanian. Strategi pembangunan pertanian yang berwawasan agroindustri merupakan suatu upaya yang sangat penting untuk mencapai beberapa tujuan, yaitu menarik dan mendorong munculnya industri baru di sektor pertanian, menciptakan struktur perekonomian yang tangguh, efisien, dan fleksibel, menciptakan nilai tambah, meningkatkan lapangan pekerjaan, dan memperbaiki pembagian pendapatan masyarakat. Dalam sektor agroindustri ditemui sejumlah keunggulan, indikatornya antara lain: pertama, dari sisi sektor tenaga kerja, kegiatan pertanian merupakan penyerap tenaga kerja yang terbesar dan merupakan sumber pendapatan mayoritas penduduk. Kedua, dari sisi sektor pangan, pertanian merupakan penghasil makanan pokok penduduk. Peran ini tidak dapat disubstitusi secara sempurna oleh sektor ekonomi lainnya, kecuali apabila impor pangan menjadi pilihan. Ketiga,
2
dari sisi sektor ekonomi makro, komoditas pertanian sebagai penentu stabilitas harga, yang menjadi indikator kesejahteraan masyarakat. Harga produk-produk pertanian memiliki bobot yang besar dalam indeks harga konsumen sehingga dinamikanya sangat berpengaruh terhadap inflasi. Keempat, dari sisi sektor perdagangan, akselerasi pembangunan pertanian sangat penting untuk mendorong ekspor dan mengurangi impor. Kelima, dari sisi sektor industri, komoditas pertanian merupakan bahan industri manufaktur pertanian. Keenam, dari sisi sektor pembangunan daerah, pada tataran pelaksanaan pertanian memiliki keterkaitan antara regional dan sektoral yang sangat tinggi. Ketujuh, dari sisi penanggulangan kemiskinan, sektor-sektor agroindustri merupakan kegiatan yang paling banyak mengikutsertakan kelompok masyarakat yang tidak mampu dan berada dalam kawasan yang belum maju atau kawasan tertinggal. Dan kedelapan, dari sisi investasi, sektor-sektor agroindustri merupakan kegiatan yang paling banyak
menarik
dan
menghimpun
investasi,
terutama
investasi
asing
(Dharma, 2008). Dengan memperhatikan kendala dan peluang untuk mencapai sasaran pembangunan yang mempunyai dampak terhadap kesejahteraan masyarakat maka perlu ada suatu kebijaksanaan yang tepat yaitu bagaimana mengembangkan sektor yang dapat menjadi unggulan dalam pembangunan ekonomi. Pengembangan sektor agroindustri penting bagi pertumbuhan ekonomi karena peranannya dalam hal: (1) meningkatkan Produk Domestik Regional Bruto, (2) meningkatkan kesempatan kerja, (3) meningkatkan pangsa pasar dan ekspor, (4) meningkatkan pendapatan, (5) persiapan menuju negara industri baru.
3
Jumlah industri yang beroperasi di Kota Bogor sepanjang tahun 2008-2011 dirata-ratakan sebanyak 2 193 unit dengan penyerapan tenaga kerja rata-rata 20 617 orang dan nilai investasi rata-rata sebesar Rp 331 miliar. (Lampiran 1). Pemerintah Kota Bogor lebih menekankan pembangunan ekonominya dengan mengembangkan industri pengolahan, dengan prioritas utama diberikan kepada Industri Kecil Menengah (IKM). Program Pengembangan IKM di Kota Bogor telah menjadi bagian dari Rencana Strategis Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Bogor Tahun 2010-2014 dengan meningkatkan nilai tambah produk IKM sehingga produktivitas dan pemasaran hasil IKM akan mengalami peningkatan. Tambunan (2003) menyatakan strategi industri berbasis IKM perlu diterapkan untuk mewujudkan perekonomian nasional yang tangguh. IKM bersifat padat tenaga kerja dengan tingkat keterampilan sedang, berbasis sumberdaya lokal (hemat devisa), menggunakan teknologi tepat guna dan bersifat fleksibel. Sebaliknya industri besar bersifat padat modal dengan tenaga kerja berketerampilan tinggi, berbasis bahan baku impor (boros devisa) dan kurang fleksibel. Upaya pengembangan dan perluasan kegiatan industri pengolahan termasuk agroindustri perlu ditingkatkan dan didorong melalui penciptaan iklim yang lebih merangsang bagi penanaman modal. Menurut Priyarsono (2007), investasi dilakukan untuk membentuk faktor produksi kapital, dimana sebagian dari investasi digunakan untuk pengadaan berbagai barang modal yang akan digunakan dalam kegiatan produksi. Melalui investasi, kapasitas produksi dapat ditingkatkan yang kemudian mampu untuk meningkatkan output, dan pada
4
akhirnya akan menjadi sumber pendapatan bagi tenaga kerja yang bekerja pada sektor tersebut. Besarnya peranan sektor agroindustri dalam perekonomian Kota Bogor perlu dikaji lebih jauh untuk dijadikan sebagai dasar perencanaan pembangunan sektor agroindustri dan pembangunan ekonomi daerah umumnya. Hal ini tergantung pada besarnya keterkaitan sektor ini dengan sektor lainnya untuk membentuk struktur perekonomian daerah. Pernyataan tersebut menjadikan pertimbangan dasar penulis melakukan penelitian tentang “Peranan Agroindustri Terhadap Pertumbuhan Wilayah, Pendapatan, dan Penyerapan Tenaga Kerja di Kota Bogor”. 1.2.
Perumusan Masalah Pengembangan agroindustri diyakini akan berdampak pada penciptaan
kesempatan
kerja
seluas-luasnya
sekaligus
menciptakan
pemerataan
pembangunan. Diakui atau tidak, ekonomi Indonesia sekarang mempunyai masalah yang krusial diantaranya pengangguran dan kemiskinan. Titik lemah perekonomian kita adalah tidak bergeraknya sektor riil sehingga kesempatan kerja terbatas. Padahal sebagian besar penduduk miskin berada pada sektor ini, khususnya pertanian dalam arti luas. Oleh karena itu, diperlukan keberanian pemerintah untuk melakukan terobosan strategi menjadikan agroindustri sebagai lokomotif ekonomi untuk menarik sektor lainnya. Seperti diketahui, keunggulan komparatif perekonomian Indonesia adalah besarnya potensi sumber daya alam terbarukan (renewable resources) dan pengalaman agroindustri
sebagai
penyelamat ekonomi kita selama krisis.
5
Agroindustri atau industri berbasis pertanian diharapkan besar dalam menarik pembangunan sektor pertanian, menciptakan nilai tambah, menciptakan lapangan pekerjaan, meningkatkan penerimaan devisa dan meningkatkan pembagian pendapatan (Departemen Pertanian, 2009). Dalam era otonomi daerah, masing-masing daerah berusaha untuk mengembangkan potensi daerahnya. Salah satu daerah yang mengembangkan potensinya adalah Kota Bogor. Pengembangan agroindustri akan sangat strategis apabila dilakukan secara terpadu dan berkelanjutan. Pengertian terpadu adalah keterkaitan usaha sektor hulu dan hilir (backward and forward linkages), serta pengintegrasian kedua sektor tersebut secara sinergis dan produktif. Sedangkan dengan konsepsi berkelanjutan, diartikan sebagai pemanfaatan teknologi konservasi sumberdaya dengan melibatkan kelompok atau lembaga masyarakat, serta pemerintah pada semua aspek. Tantangan pembangunan yang dihadapi oleh pemerintah Kota Bogor pada masa yang akan datang adalah bagaimana mempertahankan laju pertumbuhan ekonomi yang telah dicapai dan meningkatkan serta memperluas landasan ekonomi daerah yang didukung oleh penciptaan iklim investasi yang kondusif dan perluasan kesempatan kerja sehingga mempercepat peningkatan kesejahteraan ekonomi dan sosial masyarakat. Untuk menghadapi tantangan tersebut, pembangunan ekonomi Kota Bogor khususnya dalam pengembangan agroindustri menghadapi beberapa kendala. Beberapa kendala tersebut adalah (1) kualitas dan kontinuitas produk pertanian kurang terjamin, (2) kemampuan SDM masih terbatas, (3) belum berkembang secara luas kemitraan antara agroindustri skala
6
besar/menengah dengan agroindustri skala kecil/rumah tangga, (4) keterbatasan modal, (5) teknologi yang masih rendah. Usaha untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi dan juga berkelanjutan (sustainable) akan berdampak terhadap penyerapan tenaga kerja, kesejahteraan ekonomi, dan ekspor. Peluang yang dimiliki oleh Pemerintah Kota Bogor untuk mencapai tersebut antara lain: (1) potensi sumber daya yang belum optimal dimanfaatkan, (2) adanya industri pengolahan (agroindustri) yang cukup berkembang, (3) lokasi yang strategis, dan (4) jumlah penduduk yang besar. Berdasarkan uraian diatas maka permasalahan yang akan dibahas adalah sebagai berikut: 1.
Bagaimana peran sektor agroindustri dalam pembentukan permintaan antara, permintaan akhir, nilai tambah bruto, dan output sektoral Kota Bogor ?
2.
Bagaimana keterkaitan ke belakang (backward linkage) dan ke depan (forward linkage) sektor agroindustri di Kota Bogor ?
3.
Bagaimana besarnya multiplier output, pendapatan, dan tenaga kerja sektor agroindustri di Kota Bogor?
4.
Bagaimana dampak investasi sektor agroindustri terhadap perekonomian Kota Bogor?
1.3.
Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah dipaparkan
sebelumnya, maka tujuan dari penelitian ini adalah 1.
Menganalisis peran sektor agroindustri dalam pembentukan permintaan antara, permintaan akhir, nilai tambah bruto, dan output sektoral
7
Kota Bogor. 2.
Menganalisis keterkaitan ke belakang (backward linkage) dan ke depan (forward linkage) sektor agroindustri di Kota Bogor.
3.
Menganalisis besarnya multiplier output, pendapatan, dan tenaga kerja sektor agroindustri di Kota Bogor.
4.
Menganalisis dampak investasi sektor agroindustri terhadap perekonomian Kota Bogor.
1.4.
Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan memberikan masukan dan manfaat dalam hal :
1.
Menambah
wawasan
ilmu
pengetahuan
yang
berkaitan
dengan
pertumbuhan sektor agroindustri di Kota Bogor. 2.
Memberi masukan bagi Pemerintah Kota Bogor dan instansi-instansi terkait lainnya dalam menentukan kebijakan mengenai perencanaan pembangunan sektor agroindustri di Kota Bogor.
3.
Sebagai bahan informasi terdokumentasi bagi peneliti lain yang mempunyai keinginan melakukan studi tentang sektor agroindustri.
1.5.
Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini mengenai peranan sektor agroindustri tehadap pertumbuhan
wilayah, pendapatan, dan penyerapan tenaga kerja di Kota Bogor dengan ruang lingkup dan keterbatasan sebagai berikut: 1.
Penelitian ini meliputi langkah-langkah berikut: (1) pengklasifikasian sektor dalam Tabel Input-Output menjadi 10 dan 12 sektor, (2) pengkajian struktur ekonomi wilayah, (3) pengkajian keterkaitan ke belakang dan ke
8
depan, serta dampak pengganda agroindustri, (4) pengkajian dampak investasi terhadap sektor agroindustri. 2.
Lingkup wilayah penelitian dibatasi pada tingkat makro wilayah Kota Bogor dan tidak menganalisis keterkaitan antarwilayah. Salah satu alat analisis data yang dipergunakan adalah Model Input-Output (I-O) sehingga berlaku asumsi-asumsi yang dipergunakan dalam model tersebut. Asumsi-asumsi tersebut adalah: (1) keseluruhan kegiatan ekonomi dibagi habis menurut klasifikasi tertentu ke dalam sektor dan institusi, (2) jumlah penerimaan dan jumlah pengeluaran dari masing-masing sektor atau institusi
berimbang
(adanya
prinsip
keseimbangan
umum),
dan
(3) distribusi koefisien antar sektor/berlaku konstan. 3.
Asumsi
yang
digunakan
dalam
analisis
input-output
yaitu:
(1) keseragaman (homogenity), yang mensyaratkan bahwa tiap sektor memproduksi suatu output tunggal dengan struktur input tunggal dan tidak ada substitusi otomatis terhadap input dari output sektor yang berbedabeda, (2) kesebandingan (proportionality), yang menyatakan hubungan antara input dan output di dalam tiap sektor merupakan fungsi linier, yaitu jumlah tiap jenis input yang diserap oleh sektor tertentu naik atau turun sebanding dengan kenaikan atau penurunan output dari sektor-sektor tersebut, (3) penjumlahan (additivity), yang berarti bahwa efek total dari kegiatan produksi di berbagai sektor merupakan efek masing-masing kegiatan. 4.
Instrumen kebijakan ekonomi yang digunakan peneliti dalam analisis dampak ialah investasi. Perhitungan dampak investasi pada agroindustri
9
tersebut berdasarkan total investasi (PMDN dan Pemda) rata-rata per tahun, yakni tahun 2010-2014 yang sesuai dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Bogor (RPJMD). Pengambilan tahun tersebut didasarkan untuk mengetahui besarnya dampak dari investasi di masa depan sebagai salah satu langkah strategis dalam penentuan prioritas suatu sektor.
10
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1.
Tinjauan Teoritis
2.1.1. Investasi Pendapatan nasional membagi PDB menjadi empat kelompok, antara lain konsumsi (C), investasi (I), pembelian pemerintah (G), dan ekspor netto (NX). Jadi, dengan menggunakan simbol Y untuk GDP maka Y = C + I + G + NX …… (2.1) GDP atau produk domestik bruto adalah jumlah konsumsi, investasi, pembelian pemerintah, dan ekspor bersih. Persamaan diatas disebut identitas pos pendapatan nasional (national income accounts identity). Investasi merupakan salah satu unsur GDP yang paling sering berubah. Investasi terdiri dari barang-barang yang dibeli untuk penggunaan masa depan. Investasi terbagi menjadi tiga sub kelompok yaitu investasi tetap bisnis, investasi tetap residensial, dan investasi persediaan. Investasi tetap bisnis adalah pembelian pabrik dan peralatan baru oleh perusahaan. Investasi residensial adalah pembelian rumah baru oleh rumah tangga dan tuan tanah. Investasi persediaan adalah peningkatan dalam persediaan barang perusahaan (Mankiw, 2006). Tujuan pengeluaran untuk investasi adalah pembeliaan barang-barang yang memberi harapan menghasilkan keuntungan di masa yang akan datang. Artinya pertimbangan yang diambil oleh pengusaha atau perusahaan dalam memutuskan membeli atau tidak membeli barang dan jasa tersebut adalah harapan dari pengusaha atau perusahaan akan kemungkinan keuntungan yang dapat diperoleh. Harapan keuntungan ini merupakan faktor utama dalam investasi. Investasi bergantung pada tingkat bunga. Agar proyek investasi menguntungkan,
hasilnya (penerimaan dari kenaikan produksi barang dan jasa masa depan) harus melebihi biayanya (pembayaran untuk dana pinjaman). Jika suku bunga meningkat, lebih sedikit proyek investasi yang menguntungkan, dan jumlah barang-barang investasi yang diminta akan turun. Secara grafik, hubungan antara investasi dan tingkat bunga dapat digambarkan sebagai berikut :
Tingkat Bunga Riil (r)
Fungsi Investasi, I(r)
Sumber : Gregory, N. Mankiw, 2006
Kuantitas Investasi (I)
Gambar 2.1 Fungsi Investasi Model GDP seperti dalam model IS-LM didasarkan pada fungsi investasi sederhana yang mengaitkan investasi dengan tiket bunga riil. Untuk memasukkan hubungan antara tingkat bunga dan investasi ke dalam model maka tingkat investasi yang direncanakan dapat ditulis sebagai berikut : I = I (r) ………. (2.2) Fungsi investasi ini dapat diperlihatkan dalam bagian (a) Gambar 2.2. Karena tingkat bunga adalah biaya pinjaman untuk mendanai proyek-proyek investasi, maka kenaikan tingkat bunga akan mengurangi investasi yang direncanakan. Akibatnya fungsi investasi miring ke bawah.
12
(b) Perpotongan Keynesian
Pengeluaran aktual
Pengeluaran, E
∆I
Pengeluaran yang direncanakan
45o Y2
Y1
Pendapatan, Output, Y
(a) Fungsi Investasi (c) Kurva IS Tingkat bunga, r
Tingkat bunga, r
r2
r2
r1 ∆I
I(r2)
IS
r1 I(r) I(r1) Investasi, I
Y2
Y1
Pendapatan, Output, Y
Sumber : Gregory, N. Mankiw 2006
Gambar 2.2 Dampak Tingkat Bunga terhadap Investasi dan Pendapatan dalam perpotongan Keynesian
13
Untuk menentukan bagaimana pendapatan berubah ketika tingkat bunga berubah, fungsi investasi dapat dikombinasikan dengan diagram perpotongan Keynesian. Karena investasi berhubungan terbalik dengan tingkat bunga, maka kenaikan tingkat bunga dari r1 ke r2 mengurangi jumlah investasi dari I(r1) ke I(r2). Pengurangan investasi yang direncanakan, akan menggeser fungsi pengeluaran yang direncanakan ke bawah, sebagaimana terlihat dalam bagian (b) Gambar 2.2. Pergeseran dalam fungsi pengeluaran
yang direncanakan
menyebabkan tingkat pendapatan turun dari Y1 ke Y2.. Dengan demikian, kenaikan tingkat bunga mengurangi pendapatan. Kurva IS yang ditunjukkan dalam bagian (c) Gambar 2.2, meringkas hubungan antara tingkat bunga dan tingkat pendapatan. Esensinya, kurva IS mengkombinasikan interaksi antara r dan I yang ditunjukkan oleh fungsi investasi dan interaksi antara I dan Y yang ditunjukkan oleh perpotongan Keynesian. Setiap titik pada kurva IS menggambarkan keseimbangan pendapatan tergantung pada tingkat suku bunga. Karena kenaikan tingkat bunga menyebabkan investasi yang direncanakan turun, dan menyebabkan keseimbangan pendapatan turun, maka kurva IS miring ke bawah (Mankiw, 2006). 2.1.2. Agroindustri Agroindustri dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan industri yang memanfaatkan produk primer hasil pertanian sebagai bahan bakunya untuk diolah sedemikian rupa sehingga menjadi produk baru baik yang bersifat setengah jadi maupun yang dapat dikonsumsi. Menurut Saragih (2010) sektor agroindustri adalah industri yang memiliki keterkaitan ekonomi (baik langsung maupun tidak langsung) yang kuat dengan komoditas pertanian. Keterkaitan langsung mencakup
14
hubungan komoditas pertanian sebagai bahan baku (input) bagi kegiatan agroindustri maupun kegiatan pemasaran dan perdagangan yang memasarkan produk akhir agroindustri. Sedangkan keterkaitan tidak langsung, berupa kegiatan ekonomi lain yang menyediakan bahan baku (input) di luar komoditas pertanian, seperti bahan kimia, bahan kemasan, dan lain-lain, beserta kegiatan ekonomi yang memasarkan dan memperdagangkannya. Agroindustri sebagai salah satu subsistem dalam sistem agribisinis yang terutama memiliki potensi besar untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, meningkatkan pendapatan masyarakat, menyerap tenaga kerja, meningkatkan pemerataan pembangunan dan juga mempercepat pembangunan daerah. Hal ini dikarenakan oleh beberapa hal, yaitu: (1) agroindustri memiliki potensi dapat menarik pertumbuhan perekonomian secara total karena memiliki pangsa pasar yang besar dalam perekonomian secara keseluruhan, (2) mampu menarik pertumbuhan sektor lainnya, (3) keragaan dan performanya berbasis sumberdaya domestik sehingga efektif dalam membangun daerah serta kuat dan fleksibel terhadap guncangan eksternal. Krisnamurthi, et al. (2010) menjelaskan bahwa salah satu alternatif strategi industrialisasi yaitu dengan pengembangan agroindustri. Sektor ini dapat dijadikan sebagai salah satu sektor yang memimpin atau a leading sector dalam pembangunan ekonomi suatu daerah, karena sektor agroindustri paling efektif berperan sebagai motor penggerak dalam pembangunan daerah secara berkesinambungan
(sustainability).
Dalam
perkembangannya
kemudian,
agroindustri yang bersistem agribisnis ini akan menjadi suatu paradigma baru dalam pembangunan berbasis pertanian. Pembangunan sistem dan usaha agribisnis termasuk pertanian di dalamnya, memiliki posisi tetap dan peranan
15
yang sangat strategis dan mendasar dalam pembangunan ekonomi nasional karena hamparan wilayah Indonesia yang berbasiskan pertanian. Dari beberapa definisi di atas jelas bahwa agroindustri mempunyai ruang lingkup yang lebih kecil dibandingkan agribisnis. Agroindustri terbatas pada kegiatan pengolahan produk yang berbasiskan pertanian, sedangkan agribisnis mencakup semua kegiatan sejak menyediakan input,
membudidayakan,
mengolah, menyediakan dana, memasarkan, dan mendistribusikan produk-produk berbasiskan pertanian. 2.1.3. Keterkaitan Sektor Agroindustri Menurut Meier dalam Affandi (2009), dua mekanisme yang bekerja dalam sektor aktivitas produksi secara langsung adalah pertama, penyediaan input yang menghasilkan permintaan atau backward linkage effects, yaitu setiap aktivitas ekonomi non-primer akan mempengaruhi upaya untuk mensuplai melalui produksi domestik input yang diperlukan oleh aktivitas tersebut. Kedua, pemanfaatan output atau forward linkage effects, yaitu setiap aktivitas yang menurut sifatnya tidak menjadi barang akhir, akan mempengaruhi usaha untuk memanfaatkan output sebagai input pada aktivitas baru. Pengembangan agroindustri di satu pihak meningkatkan permintaan input antara (intermediate input) seperti bahan baku tanaman pangan, tanaman perkebunan, perikanan dan lain-lain yang dipasok oleh sektor pertanian. Hal ini disebut keterkaitan ke belakang (backward linkage). Di pihak lain, sektor agroindustri meningkatkan penawaran output untuk sektor-sektor lain seperti perdagangan dan industri lainnya, di samping ada yang digunakan sendiri oleh agroindustri. Hal ini disebut keterkaitan ke depan (forward linkage). Jadi, kedua
16
aspek ini yang dikenal sebagai efek keterkaitan antar industri (interindustry linkage effect), yang mengarah ke belakang dan ke depan. Selain itu, pengembangan sektor agroindustri akan meningkatkan penyediaan kesempatan kerja dan pendapatan rumah tangga, yang selanjutnya meningkatkan permintaan terhadap barang-barang konsumsi yang dihasilkan sektor lain. Keinginan untuk mengkonsumsi barang-barang tersebut merupakan dorongan untuk meningkatkan produktivitas dan akhirnya meningkatkan tabungan di sektor agroindustri. Hubungan ini dikenal sebagai efek keterkaitan ketenagakerjaan (employment linkage effect) dari efek keterkaitan penciptaan pendapatan (income generation linkage effect) Keberadaan agroindustri yang terpisah dengan industri hulu dan hilir tidak akan mampu menjadi penggerak ekonomi secara efektif. Sektor ini hanya dapat menjadi kekuatan yang efektif apabila dikombinasi dengan sektor hulu dan hilir serta industri penunjang lain yang terkait misalnya, transportasi, industri, perdagangan, dan jasa. Agroindustri merupakan rangkaian kegiatan agrobisnis berbasis pertanian yang saling berkaitan dalam suatu sistem produksi, pengolahan, distribusi, pemasaran dan berbagai kegiatan atau jasa penunjangnya. Keterkaitan struktural antar sub-sistem amat vital dan merupakan kunci sukses dalam membangun
agroindustri
yang
tangguh.
Kegiatan
agroindustri
dapat
menghasilkan produk pangan dan/atau produk nonpangan. Bahkan hampir semua jenis pangan yang dipasarkan dan dikonsumsi berasal dari kegiatan produsen agroindustri di dalam negeri maupun di luar negeri. Bagi Indonesia, sejauh pada aspek produksi tingkat kemandirian kita masih cukup tinggi karena sebagian besar produk agroindustri yang dikonsumsi penduduk utamanya berasal dari
17
agroindustri dalam negeri. Menurut Tambunan dalam Krisnamurthi, et al. (2010), pengembangan agribisnis
terutama
agroindustri
mempunyai
arti
penting
dalam
suatu
perekonomian yakni: (1) besarnya efek pengganda nilai tambah (multiplier effect of value added) sektor agroindustri, sehingga mempunyai potensi besar mendorong pertumbuhan ekonomi, (2) sektor ini sebagai penyedia lapangan kerja dalam suatu perekonomian baik nasional maupun regional, sehingga dapat mengurangi pengangguran, dan (3) dalam perdagangan luar negeri, sektor ini mempunyai potensi besar dalam meningkatkan devisa negara. Sehingga reorientasi strategi industrialisasi berbasis agroindustri merupakan syarat mutlak dalam menghadapi era globalisasi. Menggerakkan ataupun mengembangkan sektor agroindustri harus diimplementasikan dalam kerangka sistem agribisnis secara menyeluruh. Agroindustri sebagai down-stream agribusiness sub-system, akan mempunyai hubungan keterkaitan dengan on-farm agribusiness sub-system. Oleh karena itu, dalam pengembangan agroindustri akan dipengaruhi oleh kinerja sub-sistem pertanian primer, lembaga penopang, kebijakan pemerintah dan berbagai perubahan pada faktor eksternal lainnya. 2.2.
Pendekatan Input-Output
2.2.1. Model Input-Output Leontief dalam Daryanto (2010) menjelaskan bahwa analisis Input-Output merupakan suatu metode yang secara sistematis mengukur hubungan timbal balik diantara beberapa sektor yang terdapat dalam sistem ekonomi yang kompleks. Analisis ini fokus pada hubungan antar sektor di dalam suatu wilayah dan mendasarkan analisisnya terhadap keseimbangan. Model Input-Output juga
18
dianggap sebagai pengembangan penting dari teori keseimbangan umum. Tabel I-O adalah suatu tabel yang menyajikan informasi tentang transaksi barang dan jasa yang terjadi antar sektor ekonomi dengan bentuk penyajian berupa matriks (Priyarsono, et al., 2007). Dengan menggunakan Tabel I-O dapat dilihat bagaimana output dari suatu sektor di dalam perekonomian didistribusikan ke sektor-sektor lainnya dan bagaimana pula suatu sektor memperoleh input yang diperlukan dari sektor yang lainnya. Dalam BPS (2009), Tabel I-O sebagai suatu metode kuantitatif yang memberikan gambaran menyeluruh tentang : 1.
Struktur perekonomian negara atau wilayah yang mencakup output, input, dan nilai tambah masing-masing sektor.
2.
Struktur input antara, yaitu transaksi penggunaan barang dan jasa antar sektor-sektor produksi.
3.
Struktur penyediaan barang dan jasa baik berupa produksi dalam negeri maupun barang impor atau yang berasal dari negara atau wilayah lain.
4.
Struktur permintaan barang dan jasa, baik permintaan oleh berbagai sektor produksi maupun permintaan untuk konsumsi, investasi, dan ekspor. Priyarsono, et al. (2007) menyatakan tentang beberapa kegunaan dari
analisis I-O adalah sebagai berikut: 1.
Untuk memperkirakan dampak permintaan akhir terhadap output, nilai tambah, impor, penerimaan pajak, dan penyerapan tenaga kerja di berbagai sektor.
2.
Untuk melihat komposisi penyediaan dan penggunaan barang dan jasa terutama dalam analisis terhadap kebutuhan impor dan kemungkinan
19
substitusinya. 3.
Untuk mengetahui sektor-sektor yang pengaruhnya paling dominan terhadap pertumbuhan ekonomi dan sektor-sektor yang peka terhadap pertumbuhan perekonomian.
4.
Untuk
menggambarkan
perekonomian
suatu
wilayah
dan
mengidentifikasi karakteristik struktural suatu perekonomian wilayah. Dalam suatu model Input-Output yang bersifat terbuka statis (static model) menurut Jensen dan West dalam Priyarsono, et al. (2007) bahwa transaksitransaksi yang digunakan dalam penyusunan Tabel I-O diperlukan tiga asumsi atau prinsip dasar, yaitu berikut ini ; 1.
Keseragaman (Homogenity), yaitu asumsi dimana hanya dihasilkan secara tunggal, artinya setiap sektor hanya memproduksi satu jenis barang dan jasa dan tidak ada substitusi otomatis terhadap input sektor yang berbeda.
2.
Kesebandingan (Proportionality), yaitu asumsi hubungan antara output dan input pada setiap sektor produksi merupakan fungsi linier, artinya kenaikan dan penurunan output suatu sektor sebanding dengan kenaikan dan penurunan input yang digunakan oleh sektor tersebut.
3.
Penjumlahan (Additivity), yaitu total efek dari kegiatan produksi berbagai sektor sebagai penjumlahan dari efek pada kegiatan sektor secara terpisah.
2.2.2. Kerangka Dasar Tabel Input- Output Tabel Input-Output disajikan dalam bentuk matriks, yaitu sistem penyajian data yang menggunakan dua dimensi yaitu baris dan kolom. Isian sepanjang baris Tabel Input-Output menunjukkan pendistribusian dari output yang dihasilkan oleh suatu sektor dalam memenuhi permintaan antara oleh sektor lainnya dan
20
permintaan akhir. Sedangkan isian sepanjang kolom menunjukkan struktur input yang digunakan oleh masing-masing sektor dalam kegiatan produksinya. Sesuai dengan sifat dan jenis transaksinya, secara umum matriks yang disajikan dalam tabel Input-Output dapat dikelompokkan menjadi 4 kuadran dengan kerangka penyajian seperti pada Tabel 2.1. Tabel 2.1 Struktur Kuadran Input-Output I
II
Transaksi Antar Sektor
Permintaan Akhir
II Input Primer
IV
Sumber : Bappeda Kota Bogor, 2011
Berdasarkan contoh Tabel 2.1, empat kuadran yang terdapat dalam Tabel I-O diberi nama yaitu kuadran I, II, III, dan IV. Isi dan pengertian masing-masing kuadran tersebut adalah sebagai berikut : Pada kuadran I (Intermediate Quadran) merupakan transaksi antara, yaitu transaksi barang dan jasa yang digunakan dalam proses produksi. Kuadran ini memberikan informasi mengenai saling ketergantungan antar sektor produksi dalam suatu perekonomian. Dalam analisis I-O kuadran ini memiliki peranan yang sangat penting karena menunjukkan keterkaitan antar sektor ekonomi dalam melakukan produksinya. Kuadran II (Final Demand Quadrant) menjelaskan penjualan barang dan jasa yang dihasilkan oleh sektor-sektor perekonomian untuk memenuhi permintaan akhir. Permintaan akhir adalah output suatu sektor yang langsung dipergunakan oleh rumah tangga, pemerintah, pembentukan modal tetap bruto, perubahan stok dan ekspor.
21
Kuadran III (Primary Input Quadrant) menjelaskan pembelian input yang dihasilkan diluar sistem produksi oleh sektor-sektor dalam kuadran antara. Kuadran ini terdiri dari pendapatan rumah tangga (upah dan gaji), surplus usaha, penyusutan dan pajak tak langsung. Jumlah keseluruhan nilai tambah ini akan menghasilkan produk domestik bruto yang dihasilkan oleh wilayah tersebut. Kuadran IV (Primary Input-Final Demand Quadrant) merupakan kuadran input primer permintaan akhir yang menunjukkan 24 transaksi langsung antara kuadran input primer dengan permintaan akhir tanpa melalui sistem produksi. Untuk memperjelas gambaran tentang penyajian Tabel Input-Output, maka diberikan ilustrasi Tabel Input-Output pada sistem perekonomian. Ilustrasi Tabel I-O dapat dilihat pada Tabel 2.2. Tabel 2.2 Ilustrasi Tabel Input-Output Intermediate Alokasi Output Demand Production Struktur Input Sectors
Final
Total
Demand
Output
1
j
n
Intermediate Production 1
x11
x1j
x1n
F1
X1
Input
i
xj1
xjj
xjn
Fi
Xi
n
xn1
xnj
xnn
Fn
Xn
Primary Input
V1
Vj
Vn
Total Input
X1
Xj
Xn
Sector
Sumber : BPS dalam Bappeda Kota Bogor, 2010
Hubungan sepanjang baris menunjukan alokasi output dari sektor i kepada intermediate sector, yaitu sektor 1, j hingga sektor-n, serta kepada final demand (F). Keseluruhan output yang dihasilkan oleh sektor produksi ini ditunjukan oleh X1 hingga Xn. Maka dengan persamaan matematis, hubungan baris ini dapat dinotasikan sebagai berikut :
22
n
∑
x ij + F i = X i ……… (2.1)
j =1
Dimana : xij
: banyaknya output sektor i yang digunakan oleh sektor j sebagai input produksi
Fi
: permintaan akhir terhadap sektor i (terdiri dari konsumsi rumah tangga, pengeluaran pemerintah, pembentukan nilai tambah bruto, perubahan stok dan ekspor.
I
: 1, 2, 3,........, n
Xi
: jumlah output total sektor i Hubungan sepanjang kolom menunjukan pemakaian atau penggunaan
intermediate input dan primary input oleh masing-masing sektor ekonomi. Persamaan yang menyatakan hubungan sepanjang kolom dinotasikan sebagai berikut : n
∑
x ij + V j = X j ……….(2.2)
i =1
Dimana : xij
: banyaknya input yang digunakan sektor j yang berasal dari sektor i
Vij
: input primer terhadap sektor j (terdiri dari upah dan gaji, surplus usaha, penyusutan, indirect taxes dan impor)
j
: 1, 2, 3,......., n Susunan
angka-angka
dalam
bentuk
matriks
pada
Tabel
2.2,
memperlihatkan suatu jalinan yang kait mengait di antara beberapa sektor. Dalam Tabel I-O ada suatu patokan yang sangat penting, yaitu jumlah output suatu sektor harus sama dengan jumlah inputnya. Maka dalam bentuk persamaan, hubungan masing-masing output di atas dapat dinotasikan dengan :
23
x11 + xij + xin + F1 = X1 M M M M M …… (2.3) x1n + xnj + xnn + Fn = Xn Sedangkan hubungan inputnya, dapat dibuat persamaan sebagai berikut :
x11 + xij + xin + V1 = X1 M M M M M ……. (2.4) x1n + xnj + xnn + Vn = Xn Input yang digunakan dalam suatu sektor merupakan fungsi tingkat output daam sektor bersangkutan dan bersifat unik. Koefisin input dapat diperoleh dengan membandingkan antara output sektor i yang dipergunakan sebagai input sektor j (xij) dengan jumlah total input sektor j, atau dapat dinotasikan dengan :
aij =
xij Xj ……… (2.5)
Koefisien input mencerminkan hubungan antara output dan inputnya, atau lebih jelas menunjukkan jumlah input yang dibutuhkan oleh tiap sektor untuk menghasilkan output senilai satu unit. Di dalam analisis input-output, hubungan ini bersifat tetap. Besaran hubungan ini tidak berubah walaupun terdapat peningkatan-peningkatan output dalam perekonomian. Hal ini dikarenakan proses produksi di dalam analisisi input-output mengikuti fungsi produksi Leontif yang bersifat constant return to scale. Fungsi produksi yang demikian menyatakan bahwa proses produksi yang optimal di sepanjang expansion path diperoleh dengan proporsi penggunaan input yang konstan. Di sepanjang isoquant dari suatu proses produksi hanya terdapat satu titik optimal produksi.
24
2.2.3. Analisis Keterkaitan Konsep keterkaitan ini dapat digunakan sebagai dasar perumusan strategi pembangunan ekonomi dengan melihat keterkaitan antar sektor dalam suatu sistem perekonomian. Konsep keterkaitan yang biasa dirumuskan meliputi keterkaitan ke belakang (backward linkage) yang menunjukkan hubungan keterkaitan antar industri atau sektor dalam pembelian terhadap total pembelian input yang digunakan untuk proses produksi dan keterkaitan ke depan (forward linkage) yang menunjukkan hubungan keterkaitan antar industri atau sektor dalam penjualan terhadap total penjualan output yang dihasilkannya. Keterkaitan langsung antar sektor perekonomian dalam pembelian dan penjualan input antara ditunjukkan oleh koefisien langsung, sedangkan keterkaitan langsung dan tidak langsung ditunjukkan oleh matriks kebalikan Leontief. 2.2.4. Analisis Multiplier Digunakan untuk mengetahui respon atau dampak dari stimulus ekonomi terhadap perekonomian secara keseluruhan. Di dalam Tabel Input-Output, stimulus ekonomi umumnya merupakan perubahan atau peningkatan satu unit permintaan akhir suatu sektor, mencakup stimulus perubahan output, pendapatan dan tenaga kerja. Di dalam model input-output, rumah tangga dapat diperlakukan sebagai faktor endogen atau eksogen. Dalam kondisi biasa, rumah tangga diperlakukan sebagai sektor yang eksogen dengan asumsi bahwa rumah tangga memiliki perilaku sendiri yang dapat memutuskan pengeluaran mereka. Namun dalam kondisi riil, perilaku pengeluaran rumah tangga dipengaruhi oleh pendapatan yang diperolehnya sebagai hasil bekerja dari sektor produksi. Dalam kondisi ini
25
rumah tangga diperlakukan sebagai variabel endogen sehingga seakan-akan seperti posisi sektor produksi yang lain di dalam sektor antara (Bappeda Kota Bogor, 2011) 2.3.
Hasil Penelitian Terdahulu Penelitian
mengenai
peran
dan
keterkaitan
suatu
sektor
dalam
perekonomian dengan menggunakan analisis Input-Output telah banyak dilakukan, diantaranya yaitu penelitian terhadap seluruh sektor perekonomian, penelitian terhadap salah satu sektor dalam perekonomian seperti pertanian, industri pengolahan, perdagangan dan hotel, jasa-jasa dan lain sebagainya. Setiap penelitian umumnya memiliki tujuan yang sama yaitu mempelajari keterkaitan langsung ke depan (direct forward linkage), keterkaitan langsung ke belakang (direct backward linkage), keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan, dan keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang dan juga multiplier effect pendapatan, output dan tenaga kerja. Berdasarkan dari tiga referensi penelitian terdahulu yaitu Karmi (2006), Triastuti (2010), dan Iman (2011) didapatkan adanya persamaan dalam hasil dari penelitian yang mereka lakukan. Ketiga penelitian tersebut menggunakan metode analisis Input-Output. Penelitian yang dilakukan oleh Karmi (2006) dalam skripsinya menganalisis tentang peranan dan kenaikan ekspor agroindustri terhadap perekonomian Indonesia. Tabel I-O Indonesia tahun 2003 yang digunakan dalam penelitian ini menyatakan bahwa sektor agroindustri mempunyai peranan penting dalam struktur permintaan akhir dibandingkan dengan struktur permintaan antaranya. Dalam penelitian ini dikemukakan bahwa dampak penyebaran sektor agroindustri lebih mampu mempengaruhi pembentukan output terhadap sektor-sektor yang menyediakan
26
dari sektor tersebut (sektor hulunya), dibandingkan terhadap sektor-sektor yang menggunakan output tersebut (sektor hilirnya). Hal ini dilihat dari hasil perhitungan untuk nilai kepekaan penyebaran sektor agroindustri sebesar 1.10 dan koefisien penyebaran 0.91. Sedangkan nilai multiplier digunakan untuk melihat dampak dari permintaan akhir output sektor agroindustri terhadap output, pendapatan, dan tenaga kerja rumah tangga. Penelitian yang dilakukan Triastuti (2010) yaitu tentang dampak revitalisasi sektor agroindustri di Indonesia dengan menggunakan Tabel I-O Indonesia Tahun 2008. Dari penelitian ini diperoleh hasil bahwa sektor agroindustri ternyata lebih mampu mendorong pertumbuhan atau pembentukan output sektor-sektor yang menjadi penyedia input sektor agroindustri (sektor hulu) dibandingkan
terhadap
sektor-sektor
yang
menggunakan
outputnya
(sektor hilirnya), hal ini terlihat dari nilai koefisien penyebaran yang lebih dari satu atau sebesar 1.14, serta nilai kepekaan penyebaran sebesar 0.89 dan nilai keterkaitan ke belakang yang lebih besar dibandingkan dengan nilai keterkaitan kedepannya. Sektor agroindustri memiliki nilai keterkaitan ke depan secara langsung sebesar 1.72, dan secara langsung dan tidak langsung sebesar 4.14. Adapun untuk keterkaitan ke belakang secara langsung sebesar 0.65 dan secara langsung dan tidak langsung sebesar 2.20. Hasil analisis multiplier output, pendapatan dan tenaga kerja dapat dilihat pada Tabel 2.3.
27
Tabel 2.3 Hasil Penelitian Terdahulu Tentang Multiplier Penelitian No. 1
2
Lokasi & Sektor Indonesia Agroindustri Nonagroindustri Indonesia Agroindustri Nonagroindustri
Tahun
Output Tipe I Tipe II
Multiplier Pendapatan Tipe I Tipe II
Tenaga Kerja Tipe I Tipe II
2006
2.14 2.34
2.87 3.07
2.64 2.49
3.69 3.49
4.68 5.29
6.04 9.69
2010
2.19 2.18
2.91 2.93
2.83 2.32
3.99 3.26
6.07 3.48
8.04 6.53
Sumber : Triastuti, 2010
Penelitian yang dilakukan oleh Iman (2011) yaitu tentang dampak investasi di sektor agroindustri di Kabupaten Ciamis dengan menggunakan Tabel Input-Output
Kabupaten
Ciamis
Tahun
2008.
Dari
penelitian
tersebut
memperlihatkan sektor agroindustri lebih mampu meningkatkan sektor hulunya daripada sektor hilirnya. Hal ini terlihat dari nilai koefisien penyebaran yang lebih besar dari nilai kepekaan penyebaran yaitu 0.95 untuk nilai koefisien penyebaran dan 0.65 untuk nilai kepekaan penyebaran. Sedangkan untuk nilai keterkaitan ke belakang yang lebih besar dibandingkan dengan nilai keterkaitan kedepannya. Sektor agroindustri memiliki nilai keterkaitan ke depan secara langsung sebesar 0.26, dan secara langsung dan tidak langsung sebesar 1.36. Adapun untuk keterkaitan ke belakang secara langsung sebesar 0.29, dan secara langsung dan tidak langsung sebesar 1.38. Penelitian yang dilakukan ini memiliki perbedaan dengan penelitian sebelumnya dalam hal cakupan wilayah. Penelitian ini memfokuskan pada suatu wilayah atau regional yang lebih sempit yaitu Kota Bogor. Penelitian menggunakan metode Input-Output dengan klasifikasi 10 dan 12 sektor. Tabel Input-Output yang digunakan yaitu Tabel I-O Kota Bogor tahun 2008 atas dasar harga produsen. Dengan metode penelitian ini akan lebih dapat menjelaskan kondisi terkini dari perekonomian Kota Bogor.
28
III. KERANGKA PEMIKIRAN Dampak kegiatan dalam suatu perekonomian secara komprehensif dapat diketahui melalui sebuah pendekatan analisis yang komprehensif pula. Dalam suatu perekonomian suatu wilayah, keterkaitan antara satu sektor dengan sektor lainnya saling berkaitan dan memiliki pengaruh satu dengan yang lainnya. Begitu dengan perekonomian yang ada di Kota Bogor. Kota Bogor secara umum tetap memprioritaskan dan menjadikan sektor agroindustri sebagai sektor unggulan dalam perekonomian wilayahnya. Sektor agroindustri yang tercakup dalam sektor industri pengolahan memberikan kontribusi (share) yang relatif tinggi terhadap PDRB. Hal ini menjadikan sektor agroindustri harus mendapat perhatian yang serius oleh pemerintah daerah sehingga diharapkan sektor agroindustri mampu menjadi sektor yang memiliki daya saing yang tinggi. Selain itu, setiap sektor termasuk sektor agroindustri pasti akan memiliki hubungan atau keterkaitan dengan sektor lainnya. Setiap transaksi atau kegiatan yang dilakukan dalam sektor agroindustri pasti memiliki pengaruh baik langsung ataupun tidak langsung dengan sektor lain diluar sektor agroindustri. Peningkatan daya saing sektor agroindustri tidak dapat dicapai tanpa adanya kegiatan investasi dalam sektor tersebut. Dengan adanya kegiatan investasi, sektor agroindustri akan lebih mampu memanfaatkan sumberdaya yang dimiliki secara optimal. Akan tetapi mengingat masih rendahnya nilai investasi yang terjadi di Kota Bogor secara umum, dan investasi sektor agroindustri secara khusus serta pentingnya sektor agroindustri bagi perekonomian Kota Bogor maka dengan menggunakan pendekatan analisis Input-Output diharapkan akan mampu
melihat bagaimana peranan sektor agroindustri bagi perekonomian Kota Bogor secara lebih mendalam, keterkaitan dengan sektor lain, nilai multiplier yang dihasilkan karena adanya investasi, serta menunjukkan pentingnya suatu kegiatan investasi bagi sektor agroindustri Kota Bogor. Sesuai dengan permasalahan yang dihadapi, masalah pokok yang harus dijawab dalam penelitian ini antara lain : (1) bagaimana peran sektor agroindustri dalam pembentukan permintaan antara, permintaan akhir, nilai tambah bruto, dan output Kota Bogor?, (2) bagaimana keterkaitan ke belakang dan ke depan (backward and forward linkage) sektor agroindustri dengan sektor ekonomi lainnya di Kota Bogor?, (3) bagaimana besarnya multiplier output, pendapatan, dan tenaga kerja ?, dan (4) bagaimana besarnya dampak yang ditimbulkan dari investasi sektor agroindustri terhadap sektor-sektor lainnya dalam perekonomian Kota Bogor?. Alur kerangka dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3.1.
30
Tabel Input-Output Kota Bogor Tahun 2008
Struktur Perekonomian Kota Bogor
Sektor-Sektor Perekonomian Kota Bogor (10 Sektor)
Sektor Agroindustri (3 Subsektor)
Analisis
Analisis Multiplier
Keterkaitan
Analisis Multiplier Output
Analisis Multiplier Pendapatan
Analisis Dampak Investasi
Analisis Multiplier Tenaga Kerja
Peranan Agroindustri terhadap Pertumbuhan Wilayah, Pendapatan, dan Penyerapan Tenaga Kerja di Kota Bogor
Gambar 3.1 Diagram Alur Berpikir
31
IV. METODE PENELITIAN 4.1.
Lokasi dan Waktu Penelitian Daerah penelitian adalah Kota Bogor yang terletak di Provinsi Jawa Barat.
Pemilihan lokasi ini berdasarkan pertimbangan antara lain: (1) tersedianya Tabel Input-Output Kota Bogor, (2) sektor yang memiliki kontribusi cukup besar dalam PDRB Kota Bogor adalah industri pengolahan. Penelitian ini akan dilakukan mulai bulan Februari hingga April 2012 meliputi kegiatan penulisan proposal, pengumpulan data, pengolahan data, analisis data, dan penulisan laporan hasil analisis dalam bentuk skripsi. 4.2.
Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian adalah data sekunder yang
sebagian besar berasal dari Tabel Input-Output Kota Bogor Tahun 2008 klasifikasi 28 sektor yang kemudian diagregasikan menjadi 10 dan 12 sektor. Data sekunder diperoleh dari Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Bogor, Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kota Bogor, Badan Pelayanan Perizinan Terpadu dan Penanaman Modal (BPPTPM) Kota Bogor, Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Bogor dan instansi-instansi terkait yang berhubungan dengan penelitian ini. 4.3.
Metode Analisis Data Metode analisis yang digunakan untuk mengetahui peranan agroindustri
terhadap pertumbuhan wilayah, pendapatan, dan penyerapan tenaga kerja di Kota Bogor adalah metode analisis Input-Output (I-O). Pengolahan data dilakukan
dengan bantuan perangkat lunak program I-O Analysis for Practitioners version 1.0.1 dan Microsoft Excell 2007. Dari tabel I-O yang sudah tersedia maka dapat diketahui peranan dari sektor agroindustri terhadap pembentukan permintaan antara, permintaan akhir, dan nilai tambah bruto. Untuk mengetahui peranan dari sektor agroindustri sebagai penyedia input maupun sektor pemakai input serta mengetahui dampak yang ditimbulkan sektor agroindustri terhadap perekonomian Kota Bogor maka dapat dikaji berdasarkan analisis keterkaitan dan multiplier. 4.3.1. Analisis Keterkaitan Analisis keterkaitan digunakan sebagai dasar perumusan strategi pembangunan ekonomi dengan melihat keterkaitan antar sektor dalam suatu sistem perekonomian. Menurut Rasmussen dalam Nazara (2005) analisis keterkaitan meliputi analisis keterkaitan ke belakang (backward linkage) dan analisis keterkaitan ke depan (forward linkage). Analisis keterkaitan ke belakang suatu industri atau sektor menunjukkan hubungan keterkaitan tentang pengaruh yang ditimbulkan oleh satu unit permintaan akhir pada sektor tersebut terhadap total pembelian input semua sektor di dalam suatu perekonomian. Analisis keterkaitan ke depan menunjukkan hubungan keterkaitan tentang pengaruh yang ditimbulkan oleh satu unit permintaan akhir suatu sektor terhadap total penjualan output semua sektor di dalam suatu perekonomian. 1)
Keterkaitan ke Belakang (Backward Linkage) Dengan konsep keterkaitan output ke belakang ini dapat dilihat
kemampuan suatu sektor dalam meningkatkan pertumbuhan produksi industri-
33
industri lain yang memasok input padanya. Jika BL ≥ 1, artinya sektor tersebut mempunyai kemampuan kuat untuk menarik pertumbuhan sektor hulu. Namun jika BL ≤ 1, artinya kurang memiliki kemampuan kuat untuk menarik pertumbuhan hulunya. Berdasarkan matriks kebalikan Leontief (I-A)-1, rumus matematis untuk mencari nilai keterkaitan ke belakangnya adalah : n
∑αij
n BLj =
i =1 n
n
…… (4.1)
∑ ∑αij i =1
2)
j =1
BLj
= keterkaitan ke belakang sektor j
αij
= unsur matriks kebalikan Leontif terbuka
Keterkaitan ke Depan (Forward Linkage) Keterkaitan output ke depan ini mempunyai keuntungan yaitu dapat
mengetahui kepekaan suatu sektor terhadap sektor lainnya melalui mekanisme pasar output. Konsep ini diartikan sebagai kemampuan suatu sektor untuk mendorong pertumbuhan hilirnya. Jika FL ≥ 1, artinya sektor tersebut mempunyai kemampuan kuat untuk mendorong sektor hilirnya. Jika FL ≤ 1, maka sektor tersebut kurang mampu mendorong pertumbuhan hilirnya. Berdasarkan matriks kebalikan Leontief (I-A)-1, rumus untuk mencari nilai indeks derajat kepekaannya adalah : n
∑αij
n FLi =
n
i =1 n
……(4.2)
∑ ∑αij i =1
j =1
dimana : FLi
= keterkaitan ke depan sektor i
αij
= unsur matriks kebalikan Leontif terbuka
34
4.3.2. Analisis Multiplier Analisis multiplier bertujuan untuk melihat adanya dampak perubahan permintaan akhir dari suatu sektor ekonomi terhadap semua sektor yang ada tiap satu satuan perubahan jenis multiplier. a) Multiplier Output Multiplier output dihitung dalam per unit perubahan output sebagai efek awal (multiplier effect), yaitu kenaikan atau penurunan output sebesar satu unit satuan moneter. Setiap elemen dalam matriks kebalikan Leontief (matriks invers) α menunjukan total pembelian input baik tidak langsung maupun langsung dari sektor i yang disebabkan adanya peningkatan penjualan dari sektor i sebesar satu unit satuan moneter ke permintaan akhir. Matriks invers dirumuskan dengan persamaan : Α = ( I – A )-1 = [ αij ]...........(4.3) Dengan demikian, matriks α mengandung informasi penting tentang struktur perekonomian yang dipelajari dengan menentukan tingkat kaitan antarsektor dalam perekonomian suatu wilayah atau negara. Koefisien dari matriks invers ini [ αij ] menunjukan besarnya perubahan aktivitas dari suatu sektor yang akan mempengaruhi tingkat output dari sektor-sektor lain. b) Multiplier Pendapatan Multiplier pendapatan mengukur peningkatan pendapatan akibat adanya perubahan output dalam perekonomian. Dalam Tabel I-O, yang dimaksud dengan pendapatan adalah upah dan gaji yang diterima oleh rumah tangga. Pengertian pendapatan disini tidak hanya mencakup beberapa
35
jenis pendapatan yang umumnya diklasifikasikan sebagai pendapatan rumah tangga, tetapi juga dividen dan bunga bank (Jensen dalam Priyarsono.et al. 2007). Angka pengganda pendapatan dapat diperoleh dari rumus : n
MIj = ∑ i=1
an + 1Dij an + 1, j .................. (4.4)
Dimana : MIj
= pengganda tipe II
Dij
= unsur matrik kebalikan leontif tertutup
an + 1, j = koefisien input dari gaji/ upah rumah tangga sektor j c) Multiplier Tenaga Kerja Menunjukan perubahan tenaga kerja yang disebabkan oleh perubahan awal dari sisi output. Multiplier tenaga kerja tidak diperoleh oleh elemenelemen dalam Tabel I-O, seperti pada multiplier output dan pendapatan karena dalam Tabel I-O tidak mengandung elemen-elemen yang berhubungan tenaga kerja. Besaran multiplier tenaga kerja dapat diperoleh dengan rumus : n
MLj = ∑ i=1
wn + 1Dij wn + 1, j ............. (4.5)
Dimana : MLj
= pengganda tenaga kerja tipe II
Dij
= unsur matrik kebalikan leontif tertutup
Wn+i,j = koefisen tenaga kerja sektor j Wn+1,i = koefisien tenaga kerja sektor i Berdasarkan matriks kebalikan Leontief terbuka (αij) maupun tertutup (α*ij) dapat ditentukan nilai-nilai dari multiplier output, multiplier
36
pendapatan dan multiplier tenaga kerja berdasarkan rumus-rumus yang tercantum pada Tabel 4.1 berikut : Tabel 4.1 Rumus Multiplier Output, Pendapatan dan Tenaga Kerja Multiplier Nilai Output Pendapatan Tenaga Kerja Efek Awal 1 hi ei Efek Putaran ∑aij ∑aijhi ∑aijei Pertama ∑iαij e ij – ei Efek Dukungan ∑iαij -1-∑iaij ∑iαijhi-hj-∑iaijhi ∑iaij ei Industri Efek Induksi ∑iα*ij -1-∑iaij ∑iα*ijhi-hj-∑iaijhi ∑iα*ij e i – ei ∑iaij ei Konsumsi Efek Total ∑iα*ij ∑iα*ijhi ∑iα*ij ei Efek Lanjutan ∑iα*ij – 1 ∑iα*ijhi - hi ∑iα*ij ei - ei Sumber : Priyarsono.et al. 2007
Keterangan : aij
= Koefisien Output
hi
= Koefisien Pendapatan Rumah tangga
ei
= Koefisien Tenaga Kerja
αij
= Matriks kebalikan Leontief model terbuka
α*ij
= Matriks kebalikan Leontief model tertutup Sedangkan untuk melihat hubungan antara efek awal dan efek
lanjutan per unit pengukuran dari sisi output, pendapatan, dan tenaga kerja dapat dihitung dengan menggunakan rumus multiplier tipe I dan multipier tipe II, berikut : Tipe I =
Tipe II=
Efek awal + Efek putaran pertama + Efek dukungan industri Efek awal
Efek awal +Efek putaran pertama +Efek dukungan industri + Efek induksi konsumsi Efek awal
37
4.3.3. Analisis Dampak Investasi Untuk melihat dampak investasi di sektor agroindustri terhadap perekonomian Kota Bogor digunakan dua pendekatan yakni pendekatan berdasarkan
data input-output
yang terbentuk dan
pendekatan
dengan
menggunakan proses simulasi terhadap kegiatan investasi sektor agroindustri. Rumus perhitungan mengenai dampak investasi dapat dilihat dibawah ini : a. Dampak Terhadap Pembentukan Output ∆X = (I-A)-1 ∆Y ……………………….........(4.6) b. Dampak Terhadap Pendapatan Rumah Tangga ∆I = an+1 (I-A)-1 ∆Y …………………........(4.7) c. Dampak terhadap Tenaga Kerja ∆L = wn+1 (I-A)-1 ∆Y ……………………(4.8) dimana : ∆X
= dampak terhadap pembentukan output
∆I
= dampak terhadap pendapatan rumah tangga
∆L
= dampak terhadap tenaga kerja
∆Y
= investasi sektoral
(I-A)-1 = matriks kebalikan Leontif an+1
= koefisien pendapatan
wn+1
= koefisien tenaga kerja
a)
Koefisien Pendapatan Menurut Daryanto dan Hafizryanda (2010), koefisien pendapatan merupakan suatu bilangan yang menunjukkan besarnya jumlah pendapatan
38
yang diterima oleh pekerja yang diperlukan untuk menghasilkan satu unit output. Koefisien pendapatan diperlukan untuk mencari dampak perubahan input primer terhadap pembentukan pendapatan. Rumusnya adalah: an + 1 =
Ui ………………….(4.9) Xi
dimana:
b)
an + 1
= koefisien pendapatan sektor i
Ui
= jumlah upah dan gaji
Xi
= jumlah input total sektor i
Koefisien Tenaga Kerja Menurut Daryanto dan Hafizryanda (2010), koefisien tenaga kerja merupakan suatu bilangan yang menunjukkan besarnya jumlah tenaga kerja yang diperlukan untuk menghasilkan satu unit output. Koefisien tenaga kerja diperlukan untuk mencari dampak perubahan i primer terhadap pembentukan tenaga kerja. Dirumuskan sebagai berikut: wn + 1 =
Li ...............(4.10) Xi
dimana:
wn + 1 = koefisien tenaga kerja sektor i Li
= jumlah tenaga kerja sektor i
Xi
= jumlah input
39
V. GAMBARAN UMUM WILAYAH 5.1.
Kondisi Geografis Secara geografis Kota Bogor terletak antara 106 derajat 43’40” BT sampai
106 derajat 51’100” BT dan 30’30” LS sampai 6 derajat 41’100” LS dengan jarak ± 60 km dari Ibukota Jakarta. Kota Bogor mempunyai luas wilayah 118.50 km2 dan mengalir beberapa sungai, yaitu Sungai Ciliwung, Cisadane, Cipakancilan, Cidepit, Ciparigi dan Cibalok. Kondisi ini merupakan faktor pendukung sehingga Kota Bogor relatif aman dari bahaya banjir. Kota Bogor berada pada ketinggian 200-350 di atas permukaan laut. Adapun batas-batas wilayah Kota Bogor itu sendiri adalah sebagai berikut: 1.
Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Kecamatan Cijeruk dan Kecamatan Caringin Kabupaten Bogor.
2.
Sebelah Utara: Berbatasan dengan Kecamatan Sukaraja, Kecamatan Bojong Gede dan Kecamatan Kemang Kabupaten Bogor.
3.
Sebelah Timur: Berbatasan dengan Kecamatan Sukaraja dan Kecamatan Ciawi Kabupaten Bogor.
4.
Sebelah Barat: Berbatasan dengan Kecamatan Kemang dan Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor. Kota Bogor terdiri dari enam Kecamatan yaitu Kecamatan Bogor Tengah,
Kecamatan Bogor Utara, Kecamatan Bogor Selatan, Kecamatan Bogor Barat, Kecamatan Bogor Timur dan Kecamatan Tanah Sareal. Kecamatan Bogor Tengah terdiri dari 11 kelurahan, Kecamatan Bogor Utara terdiri dari 8 kelurahan, Kecamatan Bogor Selatan terdiri dari 16 kelurahan, Kecamatan Bogor Barat terdiri dari 16 kelurahan, Kecamatan Bogor Timur terdiri dari 6 kelurahan dan
Kecamatan Tanah Sareal terdiri dari 11 kelurahan. Kemiringan Kota Bogor sebagian besar berkisar antara 0-15 persen dan sebagian kecil daerahnya mempunyai kemiringan antara 15-30 persen. Jenis tanah hampir diseluruh wilayah Kota Bogor adalah Latosil coklat kemerahan dengan kedalaman efektif tanah lebih dari 90 cm dengan tekstur tanah yang halus serta bersifat agak peka terhadap erosi. Kedudukan topografis Kota Bogor di tengahtengah wilayah Kabupaten Bogor serta lokasinya dekat dengan ibukota negara merupakan potensiyang strategis untuk perkembangan dan pertumbuhan ekonomi. Berikut ini peta wilayah Kota Bogor yang tertuang pada Gambar 5.1.
Sumber : BPS Kota Bogor, 2011
Gambar 5.1 Peta Wilayah Kota Bogor
41
5.2.
Kondisi Kependudukan dan Tenga Kerja Berdasarkan hasil sensus penduduk 2010, jumlah penduduk Kota Bogor
adalah 950 334 orang dengan rincian 484 791 laki-laki dan 465 543 perempuan. Sex rasio Kota Bogor tahun 2010 adalah 104 dan jumlah rata-rata anggota empat orang per rumah tangga. Kepadatan jumlah penduduk di Kota Bogor adalah 8 020 orang/km2. Kecamatan yang memiliki kepadatan tertinggi adalah Kecamatan Bogor Tengah yaitu 12.472 orang/km2, dan kepadatan terendah ada di Kecamatan Bogor Selatan yaitu 5 887 orang/km2 (BPS Kota Bogor, 2011) Pada tahun 2010 di Kota Bogor terdapat 418 742 orang angkatan kerja dengan 82.00 persen sudah bekerja. Tingkat Partisipasi Angakatan Kerja (TPAK) tahun 2010 adalah 65.56 persen dan tingkat pengangguran 17.20 persen. Proporsi tertinggi penduduk bekerja di Kota Bogor yaitu 31.38 persen adalah di bidang perdagangan, restoran, dan hotel (BPS Kota Bogor, 2011) 5.3.
Kondisi Perekonomian Daerah Kedudukan topografis Kota Bogor ditengah-tengah wilayah Kabupaten
Bogor serta lokasinya yang dekat dengan ibukota negara merupakan potensi yang strategis untuk
perkembangan dan pertumbuhan kegiatan ekonomi. Adanya
Kebun Raya Bogor yang didalamnya tedapat Istana Bogor di Pusat Kota merupakan tujuan wisata, serta kedudukan Kota Bogor diantara jalur tujuan wisata Puncak-Cianjur juga merupakan potensi yang strategis bagi pertumbuhan ekonomi. Pembangunan di daerah ini lebih diarahkan pada pemerataan dan pertumbuhan ekonomi, dengan memprioritaskan pembangunan sektor industri yang ditunjang oleh pertanian. Perkembangan nilai PDRB Kota Bogor Tahun 2008 dibandingkan dengan
42
nilai PDRB 2007 masing-masing terjadi peningkatan. Nilai PDRB atas dasar harga berlaku tahun 2008 sebesar Rp 10 089 943.96, sedangkan tahun 2007 sebesar Rp 8 558 035.70. Nilai PDRB atas dasar harga konstan tahun 2008 sebesar Rp 4 252 821.78, sedangkan tahun 2007 sebesar Rp 4 012 743.18. Sektor perdagangan merupakan salah satu sektor ekonomi andalan di Kota Bogor. Pada tahun 2010 jumlah realisasi ekspor nonmigas mengalami peningkatan sebesar 0.24 persen. Ekspor nonmigas ini masih didominasi oleh komoditas pakaian jadi yaitu senilai US$ 74 189 259 atau sekitar 48.85 persen (BPS Kota Bogor, 2011). 5.4.
Karakteristik Sektor Agroindustri Kota Bogor Pembangunan industri di Kota Bogor diarahkan untuk mendorong
terciptanya struktur ekonomi yang kuat dan berimbang sehingga dapat menjadi landasan pengembangan ekonomi daerah yang kokoh dan mandiri. Unit usaha industri di Kota Bogor masih dominan oleh industri kecil nonformal. Jumlah tenaga kerja yang terserap di bidang industri selama tahun 2010 adalah 55 892 orang dengan nilai total investasi sebesar lebih dari 790 miliar rupiah. Sektor industri pengolahan skala kecil merupakan salah satu sektor ekonomi yang cukup mendukung pertumbuhan ekonomi di Kota Bogor. Dalam data statistik industri, yang dimaksud dengan industri besar adalah industri dengan jumlah tenaga kerja 100 orang atau lebih, industri sedang dengan tenaga kerja antara 20-99 orang, industri kecil mempunyai tenaga kerja antara 5-19 orang, dan perusahaan yang mempunyai pekerja kurang dari lima orang termasuk dalam kategori industri kerajinan rumah tangga. Menurut data Disperindag Kota Bogor (2011) menunjukkan selama periode 2008 hingga 2011 jumlah unit usaha industri di Kota Bogor mengalami
43
peningkatan, dimana pada tahun 2008 jumlah industri sebanyak 3 208 unit usaha meningkat menjadi 3 477 unit usaha industri, dengan penyerapan tenaga kerja sebanyak 54 268 orang tahun 2008 dan pada tahun 2011 sebanyak 57 216 orang. Sedangkan jumlah industri besar dan sedang pada tahun 2011 mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan tahun 2008 dimana jumlah industri besar dan sedang tahun 2008 yaitu sebanyak 114 perusahaan dan pada tahun 2011 sebanyak 132 perusahaan, peningkatan ini tidak berbanding lurus dengan jumlah tenaga kerja di industri besar dan sedang dimana jumlah pekerja yang dapat diserap justru mengalami penurunan. Subsektor agroindustri di Kota Bogor diklasifikasikan menjadi tiga subsektor, yaitu 1) subsektor industri makanan, minuman, dan tembakau, 2) subsektor industri tekstil, barang kulit, dan alas kaki, 3) subsektor industri barang kayu dan hasil hutan lainnya. 1) Subsektor Industri Makanan dan Minuman serta Tembakau Subsektor agroindustri ini terutama industri makanan olahan atau makanan ringan bagi masyarakat Kota Bogor sudah sangat populer salah satu komoditi unggulannya adalah asinan Bogor, kacang Bogor, toge goreng, laksa, nanas Bogor, dan produk olahan dari talas Bogor. Untuk sejumlah industri kecil menengah atau industri rumah tangga diantaranya terdapat industri mie basah berbahan dasar sagu dan mei berbahan terigu yang dikenal dengan nama mie basah “Taruna” yang berlokasi di daerah Pancasan Kota Bogor. Pabrik tahu yang berada di wilayah Kelurahan Pasir Jaya, Kecamatan Bogor Barat, pabrik kerupuk “Jaat” yang berbahan utama tepung sagu, terigu, dengan campuran kemiri, ketumbar, dan garam.
44
Dari beberapa sampel industri kecil menengah tersebut memiliki peranan dalam penyerapan tenaga kerja. Data jumlah tenaga kerja industri untuk cabang industri kecil formal dan nonformal saja hingga tahun 2011 menyerap tenaga kerja sejumlah 8 841 orang (Disperindag Kota Bogor, 2011) . 2) Subsektor Industri Tekstil, Barang Kulit, dan Alas Kaki Komoditi unggulan untuk subsektor ini yaitu industri produk bordir, boneka kain, tas imitasi, sepatu/sandal, dan lain-lain. Untuk karya seni Batik Bogor dirintis oleh Bapak Siswoyo tahun 2008, ciri khas motif Batik Bogor antara lain berbentuk kijang, kujang, variasi bunga daun, bunga teratai, gerimis. Perkembangan pesat dari Batik Bogor, sudah dipasarkan juga di sebuah mal di Kota Bogor dan dibudayakan sebagai pakaian seragam sekolah dan para pegawai instansi pemerintahan. Penyerapan tenaga kerja di cabang industri tekstil, barang kulit, dan alas kaki di tahun 2011 mencapai 690 orang (Disperindag Kota Bogor, 2011). 3) Subsektor Industri Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya Komoditi unggulan untuk subsektor ini yaitu kerajinan dari kayu seperti untuk industri frame wayang, dan wayang bambu. Sedangakan untuk kerajinan dari bahan baku bambu, rotan, kayu, triplek, kain, busa yang bahan baku bambu tersebut berasal dari bambu-bambu di Bogor dan sekitarnya. Pemasaran produk-produk bambu ini sudah merambah ke International. Kemudian terdapat juga wayang bambu, bahan wayang yang dikenal adalah dari bahan kulit, kayu. Menurut data Disperindag Kota Bogor (2011), jumlah penyerapan tenaga kerja industri barang kayu dan
45
hasil hutan lainnya mencapai 218 orang yang tebagai pada industri besar, industri kecil, dan menengah.
46
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1.
Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor Alat analisis Input-Output (I-O) merupakan salah satu instrumen yang
secara komprehensif dapat digunakan untuk memberikan gambaran mengenai peranan sektor agroundustri terhadap perekonomian wilayah Kota Bogor. Analisis ini menggunakan data Tabel Input-Output Kota Bogor Tahun 2008. Gambaran menyeluruh mengenai keterkaitan sektor agroindustri dalam suatu perekonomian meliputi beberapa aspek yaitu struktur permintaan antara dan permintaan akhir, nilai tambah bruto, dan output sektoral. 6.1.1. Struktur Permintaan Total permintaan barang dan jasa di Kota Bogor tahun 2008 yaitu sebesar Rp 10.16 triliun. Dari keseluruhan total permintaan sebagian besar produksinya digunakan untuk konsumsi permintaan akhir sebesar Rp 5.72 triliun dan untuk permintaan antara sebesar Rp 4.43 triliun. Sesuai dengan asumsi dari Tabel I-O yaitu tentang keseimbangan antara permintaan dan penawaran maka total penawaran sektor-sektor perekonomian Kota Bogor sama dengan nilai permintaannya yaitu sebesar Rp 10.16 triliun. Berdasarkan Tabel 6.1, permintaan akhir sektor agroindustri menempati urutan pertama dalam struktur permintaan perekonomian Kota Bogor. Permintaan total terhadap sektor agroindustri mencapai Rp 2.80 triliun atau sebesar 27.61 persen dari permintaan total. Untuk permintaan akhir sektor agroindustri mencapai Rp 1.99 triliun atau sebesar 34.80 persen dari total permintaan akhir. Sedangkan untuk urutan kedua ditempati oleh sektor perdagangan, hotel, dan
restoran dan untuk urutan ketiga ditempati oleh sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan dalam struktur permintaan perekonomian Kota Bogor. Untuk permintaan antara sektor agroindustri menempati urutan ketiga yaitu mencapai Rp 813 miliar atau sebesar 18.33 persen dari total permintaan antara yang setelah sebelumnya sektor perdagangan, hotel, dan restoran pada urutan pertama, dan sektor keuangan, persewaan, dan jasa pada urutan kedua. Nilai dari permintaan antara tersebut mengindikasikan bahwa besarnya output yang dihasilkan oleh sektor agroindustri digunakan sebagai input dalam proses produksi oleh sektor-sektor perekonomian lainnya di Kota Bogor. Tabel 6.1
Struktur Permintaan Antara dan Permintaan Akhir SektorSektor Perekonomian Kota Bogor Tahun 2008 (Juta Rupiah)
Sektor Pertanian Pertambangan dan Penggalian Agroindustri Non Agroindustri Listrik, Gas, dan Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel, dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan Jasa-Jasa Total
Permintaan Antara Jumlah Persen 10 730 0.24
Permintaan Akhir Jumlah Persen 349 313 6.10
Permintaan Total Jumlah Persen 360 043 3.54
25
0.00
73 610
1.29
73 635
0.72
813 895
18.33
1 991 739
34.80
2 805 634
27.61
212 119
4.78
353 779
6.18
565 898
5.57
55 458
1.25
131 007
2.29
186 465
1.83
402 587
9.07
243 859
4.26
646 446
6.36
1 318 849
29.71
1 462 193
25.55
2 781 042
27.37
307 177
6.92
397 438
6.94
704 615
6.93
858 602
19.34
254 402
4.45
1 113 004
10.95
460 078 4 439 520
10.36 100.00
465 679 5 723 020
8.14 100.00
925 757 10 162 540
9.11 100.00
Sumber : Tabel Input-Output Kota Bogor Tahun 2008 Klasifikasi 10 Sektor (diolah)
Lebih tingginya nilai permintaan akhir sektor agroindustri dibandingkan dengan nilai permintaan antaranya mengindikasikan bahwa output sektor agroindustri cenderung digunakan untuk memenuhi konsumsi langsung. Hal ini 48
menyebabkan rendahnya nilai keterkaitan agroindustri di Kota Bogor, khususnya keterkaitan ke depan. Dominasi pada sektor agroindustri terlihat di permintaan akhir, dimana permintaan akhir didominasi oleh tiga subsektor yaitu industri tekstil, barang kulit, dan alas kaki memiliki nilai sebesar Rp 1.3 triliun, industri barang kayu dan hasil hutan lainnya dengan nilai sebesar Rp 352 miliar. Sedangkan pada urutan ketiga ialah industri makanan, minuman, dan tembakau dengan nilai Rp 253 miliar. Sedangkan jika dilihat dari sisi permintaan antara terlihat bahwa industri tekstil, barang kulit, dan alas kaki merupakan subsektor agroindustri yang memiliki nilai tertinggi dibandingakan dua subsektor agroindustri lainnya yaitu sebesar Rp 658 miliar. Untuk subsektor industri makanan, minuman, dan tembakau memiliki nilai sebesar Rp 135 miliar. Urutan ketiga ditempati oleh subsektor industri barang kayu dan hasil hutan lainnya dengan nilai sebesar Rp 20 miliar. Tingginya permintaan antara menunjukkan pentingnya peranan output yang dihasilkan oleh ketiga subsektor tersebut untuk digunakan sebagai input oleh sektor-sektor perekonomian lainnya di Kota Bogor. (Lampiran 5) 6.1.2. Struktur Nilai Tambah Bruto Nilai tambah bruto merupakan balas jasa faktor produksi yang tercipta karena adanya kegiatan produksi. Dalam Tabel Input-Output perekonomian Kota Bogor nilai tambah bruto meliputi penerimaan upah dan gaji pada sektor rumah tangga, surplus usaha (sewa, bunga, dan keuntungan), penyusutan nilai barangbarang modal dan pajak tidak langsung. Besarnya nilai tambah bruto di setiap sektor ditentukan oleh besarnya output (nilai produksi) yang dihasilkan serta jumlah biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi. Oleh karena itu, suatu
49
sektor yang memiliki jumlah output yang besar belum tentu memiliki nilai tambah yang besar pula karena tergantung pada biaya produksi yang dikeluarkannya. Sektor-sektor penyumbang nilai tambah bruto bagi Kota Bogor dapat dilihat pada Tabel 6.2. Tabel 6.2
Kontribusi Nilai Tambah Bruto Sektor-Sektor Perekonomian Kota Bogor Tahun 2008 (Juta Rupiah)
Sektor Pertanian
Upah & Gaji (UG)
Agroindustri
Pajak Tak Langsung
Nilai Tambah Bruto
Rasio UG & SU
Penyusutan
64 056
0.23
1 338
112
843
0.13
104
2
1
0.02
163 316
254 215
0.64
44 987
29 213
491 731
10.05
14 442
Pertambangan dan Penggalian
Surplus Usaha (SU)
1 043
Jumlah 80 879
Persen 1.65
Non Agroindustri
50 301
75 597
0.67
16 885
8 662
151 445
3.10
Listrik, Gas, dan Air Bersih
32 471
245 382
0.13
30 155
438
308 446
6.31
Bangunan Perdagangan, Hotel, dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan Jasa-Jasa
152 762
92 553
1.65
23 305
16 629
285 248
5.83
556 825
1 552 715
0.36
160 903
148 167
2 41 610
49.44
192 374
324 402
0.59
161 214
14 078
692 068
14.15
42 155
13 665
0.31
14 425
7 935
201 165
4.11
211 363
42 999
4.92
6 627
229
261 218
5.34
1 416 121
2 789 410
9.62
459 942
226 397
4 891 870
100.00
28.95
57.02
9.40
4.63
100.00
Total % Terhadap NTB
Sumber : Tabel Input-Output Kota Bogor Tahun 2008 Klasifikasi 10 Sektor (diolah)
Berdasarkan Tabel 6.2, dapat diketahui bahwa total nilai tambah bruto perekonomian Kota Bogor Tahun 2008 adalah sebesar Rp 4.89 triliun. Surplus usaha merupakan komponen yang memiliki kontribusi paling besar terhadap nilai tambah bruto, yakni nilainya mencapai Rp 2.78 triliun atau sebesar 57.02 persen dari total nilai tambah bruto. Kemudian upah dan gaji di urutan kedua dengan nilai Rp 1.41 triliun atau sebesar 28.95 persen dari total nilai tambah bruto. Penyusutan memiliki kontribusi terhadap nilai tambah bruto di posisi ketiga, yakni sebesar Rp 459 miliar atau sebesar 9.40 persen dari total nilai tambah bruto. Pajak tidak langsung merupakan komponen yang memiliki kontribusi paling kecil diantara komponen- komponen lainnya, yakni sebesar Rp 226 miliar atau sebesar
50
4.63 persen dari total nilai tambah bruto. Sektor yang memiliki kontribusi terbesar dalam pembentukan nilai tambah bruto dalam perekonomian Kota Bogor adalah sektor perdagangan, hotel, dan restoran yang memiliki nilai sebesar Rp 2.41 triliun, kemudian disusul oleh sektor pengangkutan dan komunikasi yaitu sebesar Rp 692 miliar. Untuk sektor agroindustri sendiri menempati urutan ketiga terbesar penyumbang nilai tambah bruto sebesar Rp 491 miliar atau 10.05 persen dari total nilai tambah bruto Kota Bogor. Komponen pembentukan nilai tambah bruto agroindustri terdiri dari upah dan gaji sebesar Rp 163 miliar, surplus usaha sebesar Rp 254 miliar, penyusutan sebesar Rp 44 miliar, dan pajak tidak langsung sebesar Rp 29 miliar. Jika dilihat dari perbandingan antara nilai upah gaji terhadap surplus usaha maka akan diperoleh nilai rasio upah dan gaji dengan surplus usaha. Nilai rasio tersebut menunjukkan perbandingan antara besarnya upah dan gaji yang diterima tenaga kerja dengan bagian pendapatan yang diterima produsen. Rasio upah dan gaji dengan surplus usaha termasuk dalam kategori baik apabila rasionya mendekati keseimbangan yang berarti bahwa proporsi penerimaan dalam bentuk upah dan gaji bagi pekerja dan surplus usaha bagi produsen berimbang. Apabila nilai rasio upah dan gaji dengan surplus usaha semakin besar maka hal tersebut menunjukkan besarnya upah dan gaji yang diterima oleh tenaga kerja sektor yang bersangkutan lebih tinggi dibandingkan dengan surplus yang diterima oleh produsen. Sebaliknya bahwa dengan semakin kecilnya rasio tersebut, berarti terjadi eksploitasi oleh pengusaha terhadap pekerjanya. Berdasarkan hasil analisis rasio upah gaji dan surplus usaha yang ditunjukkan pada Tabel 6.2, diperoleh hasil bahwa sektor agroindustri memiliki
51
nilai surplus usaha lebih besar dibandingkan dengan upah dan gaji, hal ini terlihat dari nilai rasio upah dan gaji yang lebih kecil dari satu yaitu 0.64. Kondisi demikian memperlihatkan bahwa distribusi pendapatan di Kota Bogor antara pemilik modal dan pekerja sudah mendekati pemerataan meskipun share lebih besar pada produsen dibanding dengan tenaga kerja namun perbedaannya semakin kecil. Kondisi diatas terjadi antara lain karena upaya yang dilakukan Pemerintah Kota Bogor seperti penetapan Upah Minimum Regional (UMR) di sektor agroindustri yang cukup berhasil serta semakin kuatnya posisi tawar menawar pekerja yang tercipta melalui adanya serikat buruh yang terlihat melalui adanya pemberian fasilitas bagi karyawan seperti uang transportasi dan konsumsi, Jamsostek, dan lainnya. Industri tekstil, barang kulit, dan alas kaki merupakan subsektor agroindustri yang memberikan kontribusi nilai tambah bruto terbesar yaitu sebesar Rp 417 miliar atau 84.91 persen dari total nilai tambah bruto subsektor agroindustri Kota Bogor. Nilai tersebut merupakan kontribusi dari beberapa komponen pembentuk nilai tambah bruto yang meliputi upah dan gaji sebesar Rp 140 miliar, surplus usaha sebesar Rp 209 miliar, penyusutan sebesar Rp 41 miliar, dan pajak tidak langsung sebesar Rp 24 miliar. Kemudian diikuti oleh industri makanan, minuman, dan tembakau di posisi kedua terbesar yaitu sebesar Rp 62 miliar atau 12.73 persen dari total nilai tambah bruto subsektor agroindustri, dan posisi ketiga ialah industri barang kayu dan hasil hutan lainnya yaitu sebesar Rp 11 miliar atau 2.36 persen dari total nilai tambah bruto subsektor agroindustri. Relatif tingginya kontribusi yang disumbangkan oleh ketiga
52
subsektor tersebut menunjukkan besarnya peranan dalam pembentukan PDRB Kota Bogor pada sektor agroindustri. (Lampiran 6) 6.1.3. Struktur Output Sektoral Besarnya
pertumbuhan
ekonomi
suatu
daerah
didasarkan
pada
pertumbuhan output yang mampu diciptakan daerah tersebut. Dengan demikian peran output sangat penting dalam menilai pertumbuhan ekonomi. Output merupakan nilai produksi baik barang maupun jasa yang dihasilkan oleh sektorsektor ekonomi yang terdapat dalam suatu perekonomian daerah baik yang termasuk output domestik dan impor. Output juga dapat dikatakan penjumlah dari total permintaan antara ditambah dengan total permintaan akhir. Dengan mengkaji besarnya masing-masing output yang diciptakan oleh masing-masing sektor, berarti akan diketahui pula sektor-sektor yang mampu memberikan sumbangan yang besar dalam pembetukan output secara keseluruhan. Berdasarkan Tabel 6.3, struktur output Kota Bogor didominasi oleh sektor agroindustri sebesar Rp 2.80 triliun atau 27.61 persen dari total output. Peringkat kedua adalah sektor perdagangan, hotel, dan restoran yang mencapai nilai output sebesar Rp 2.78 triliun atau 27.37 persen total output. Nilai output ini kemudian diikuti oleh sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan dan sektor jasa-jasa. Khusus, sektor agroindustri yang menjadi penyumbang terbesar pertama bagi pembentukan output domestik, terlihat bahwa industri tekstil, barang kulit, dan alas kaki merupakan subsektor agroindustri pemberi kontrbusi terbesar dalam pembentukan output sektor agroindustri yang mencapai nilai output sebesar Rp 2.04 triiun atau 72.88 persen dari total output sektor agroindustri. Kemudian disusul oleh output industri makanan, minuman, dan tembakau sebesar
53
Rp 388 miliar, dan kontribusi output terendah dalam sektor agroindustri berasal dari industri barang kayu dan hasil hutan lainnya sebesar Rp 372 miliar atau sebesar 13.28 persen dari total output sektor agroindustri. (Lampiran 7) Tabel 6.3 Struktur Output Sektor-Sektor Perekonomian Kota Bogor Tahun 2008 (Juta Rupiah) Sektor
Nilai Output
Persen
Pertanian Pertambangan dan Penggalian Agroindustri Non Agroindustri Listrik, Gas, dan Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel, dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan Jasa-Jasa Total
360 043 73 635 2 805 634 565 898 186 465 646 446 2 781 042 704 615 1 113 004 925 757 10 162 540
3.54 0.72 27.61 5.57 1.83 6.36 27.37 6.93 10.95 9.11 100.00
Sumber : Tabel Input-Output Kota Bogor Tahun 2008 Klasifikasi 10 Sektor (diolah)
6.2.
Analisis Keterkaitan Keberadaan sektor agroindustri dalam suatu perekonomian daerah akan
mempengaruhi seluruh sektor ekonomi dalam perekonomian daerah tersebut. Besarnya pengaruh sektor agroindustri dapat dilihat berdasarkan besarnya keterkaitan yang terjadi antara sektor agroindustri dengan sektor-sektor ekonomi lainnya. Keterkaitan ini dapat berupa penyediaan input bagi sektor lain atau sebagai penerima input dari sektor ekonomi lain. Sehingga sesungguhnya dalam pembentukan suatu perekonomian akan terkait antara satu sektor dengan sektor lainnya baik pada sektor hulu maupun sektor hilir. Hal ini menyebabkan keterkaitan ini dapat berupa ketergantungan pada sektor lain maupun pemacu sektor lain. Analisis keterkaitan ini menunjukkan sejauh mana suatu sektor dapat
54
menyediakan output bagi sektor lain atau keterkaitan ke depan maupun kebutuhan suatu sektor dari sektor lain untuk menciptakan suatu output tertentu. Keterkaitan ini dapat berupa keterkaitan langsung maupun keterkaitan langsung dan tidak langsung. Nilai keterkaitan langsung baik ke depan maupun ke belakang diperoleh dengan perhitungan koefisien input, sedangkan keterkaitan langsung dan tidak langsung dengan
memperhitungkan
matriks kebalikan
Leontif.
Analisis
keterkaitan baik ke depan maupun ke belakang dapat menggambarkan sektor yang dapat dijadikan leading sector atau sektor kunci. Keterkaitan ke belakang (backward linkage) menunjukkan kemampuan suatu sektor untuk menarik pertumbuhan sektor hulunya. Sedangkan keterkaitan ke depan (forward linkage) menunjukkan kemampuan suatu sektor untuk mendorong pertumbuhan sektor hilirnya. 6.2.1. Keterkaitan ke Belakang (Backward Linkage) Keterkaitan output ke belakang menggambarkan efek relatif yang ditimbulkan oleh keterkaitan ke belakang secara langsung dan tidak langsung antara suatu sektor dengan semua sektor yang ada atau dengan kata lain merupakan efek yang ditimbulkan oleh suatu sektor karena peningkatan output suatu sektor yang bersangkutan terhadap output sektor-sektor lainnnya yang digunakan sebagai input oleh sektor tersebut baik secara langsung maupun tidak langsung. Keterkaitan output langsung dan tidak langsung ke belakang yang dibobot dengan jumlah sektor yang kemudian dibagi dengan total keterkaitan langsung dan tidak langsung semua sektor. Dalam Tabel 6.4, terlihat bahwa sektor agroindustri berada pada urutan kelima dengan nilai sebesar 0.97. Pada tabel tersebut juga memberikan informasi
55
bahwa terdapat tiga sektor yang memiliki nilai keterkaitan ke belakang lebih dari satu secara berturut- turut yaitu sektor pertambangan dan penggalian (1.79), sektor pertanian (1.61), dan sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan (1.32). Nilai keterkaitan ke belakang yang lebih dari satu menunjukkan tingginya daya kepekaan ketiga sektor tersebut dalam perekonomian Kota Bogor. Sehingga dapat dikatakan bahwa sektor tersebut mempunyai kemampuan untuk meningkatkan pertumbuhan sektor hulunya. Tabel 6.4 Keterkaitan Output ke Belakang Sektor-Sektor Perekonomian Kota Bogor Tahun 2008 Sektor
Keterkaitan ke Belakang
Pertanian Pertambangan dan Penggalian Agroindustri Non Agroindustri Listrik, Gas, dan Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel, dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan Jasa-jasa
1.62 1.79 0.97 0.91 0.89 0.53 0.33 0.64 1.33 0.98
Sumber : Tabel Input-Output Kota Bogor Tahun 2008 Klasifikasi 10 Sektor (diolah)
Tabel 6.5, menyajikan nilai keterkaitan ke belakang sektor-sektor yang termasuk dalam kategori agoindustri di Kota Bogor. Dari tabel terlihat bahwa nilai keterkaitan ke belakang sektor-sektor tersebut pada selang 0.93 sampai dengan 1.58. Terdapat dua subsektor agroindustri yang memiliki nilai keterkaitan ke belakang lebih dari satu yaitu antara lain industri barang kayu dan hasil hutan lainnya memiliki nilai sebesar 1.58, dan industri makanan, minuman, dan tembakau yang memiliki nilai keterkaitan ke belakang sebesar 1.15. Kedua subsektor agroindustri tersebut memiliki nilai keterkaitan ke belakang lebih dari
56
satu hal ini mengindikasikan bahwa kedua subsektor tersebut mampu menarik pertumbuhan sektor hulunya. Sektor hulu yang dimaksud adalah sektor pertanian (tabaman, hasil pertanian lain, peternakan, dan perikanan) yang outputnya digunakan sebagai input oleh kedua subsektor tersebut. Tabel 6.5 Keterkaitan Output ke Belakang Subsektor Agroindustri Kota Bogor Tahun 2008 Sektor
Keterkaitan ke Belakang
Industri Makanan, Minuman, dan Tembakau Industri Tekstil, Barang Kulit, dan Alas Kaki Industri Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya
1.16 0.93 1.58
Sumber : Tabel Input-Output Kota Bogor Tahun 2008 Klasifikasi 12 Sektor (diolah)
6.2.2. Keterkaitan ke Depan (Forward Linkage) Keterkaitan output ke depan merupakan suatu indeks yang menunjukkan efek relatif yang disebabkan oleh perubahan suatu sektor ekonomi yang akan menimbulkan perubahan output sektor-sektor lain yang menggunakan output sektor tersebut baik langsung maupun tidak langsung. Keterkaitan output langsung dan tidak langsung ke depan yang di bobot dengan jumlah sektor kemudian di bagi dengan total keterkaitan langsung dan tidak langsung semua sektor. Dapat dilihat pada Tabel 6.6, sektor yang mempunyai nilai keterkaitan ke depan yang lebih dari satu secara berturut-turut beserta nilainya yaitu sektor keuangan, persewaan, dan jasa (2.03), sektor bangunan (1.69), sektor jasa-jasa (1.40), sektor perdagangan, hotel, dan restoran (1.19), sektor nonagroindustri (1.03) dan sektor pengangkutan dan komunikasi (1.00). Untuk sektor agroindustri sendiri berada pada urutan ketujuh dengan nilai keterkaitan ke depan sebesar 0.65. Dengan nilai keterkaitan yang kurang dari satu dapat diartikan bahwa sektor agroindustri kurang mampu untuk mendorong pertumbuhan sektor hilirnya,
57
sementara nilai keterkaitan ke depan yang lebih dari satu menyatakan bahwa sektor tersebut mampu mendorong pertumbuhan sektor hilirnya. Tabel 6.6 Keterkaitan Output ke Depan Sektor-Sektor Perekonomian Kota Bogor Tahun 2008 Sektor
Keterkaitan ke Depan
Pertanian Pertambangan dan Penggalian Agroindustri Non Agroindustri Listrik, Gas, dan Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel, dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan Jasa-jasa
0.07 0.00 0.96 1.04 0.60 1.69 1.19 1.00 2.03 1.41
Sumber : Tabel Input-Output Kota Bogor Tahun 2008 Klasifikasi 10 Sektor (diolah)
Analisis keterkaitan ke depan sektor agroindustri berdasarkan klasifikasi 12 sektor yang dapat dilihat pada Tabel 6.7, memperlihatkan bahwa industri tekstil, barang kulit, dan alas kaki merupakan subsektor agroindustri yang memiliki nilai keterkaitan ke depan terbesar dengan nilai 1.33. Dengan nilai keterkaitan yang lebih dari satu dapat diartikan bahwa industri tekstil, barang kulit, dan alas kaki mampu mendorong pertumbuhan sektor hilirnya yaitu sektor yang inputnya berasal dari ouput subsektor tersebut. Sedangkan untuk industri makanan, minuman, dan tembakau, serta industri barang kayu dan hasil hutan lainnya merupakan subsektor agroindustri yang memiliki nilai keterkaitan ke depan kurang dari satu yaitu masing-masing 0.73 dan 0.19. Keterkaitan ke depan kedua subsektor tersebut yang kurang dari satu menunjukkan bahwa output yang dihasilkan kedua subsektor ini merupakan komoditi yang digunakan untuk konsumsi langsung dan kurang memiliki keterkaitan ke depan yang kuat terhadap
58
semua sektor perekonomian di Kota Bogor. Namun sektor-sektor yang mempunyai keterkaitan ke depan yang relatif kecil bukan berarti tidak dapat diandalkan sebagai pemacu pertumbuhan ekonomi regional, pernyataan tersebut diperkuat oleh hasil analisis multiplier pendapatan yang memperlihatkan bahwa beberapa sektor yang memiliki keterkaitan ke depan yang rendah ternyata memiliki multiplier pendapatan yang lebih tinggi dibanding sektor-sektor lainnya. Tabel 6.7 Keterkaitan ke Depan Subsektor Agroindustri Kota Bogor Tahun 2008 Sektor
Keterkaitan ke Depan
Industri Makanan, Minuman, dan Tembakau Industri Tekstil, Barang Kulit, dan Alas Kaki Industri Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya
0.73 1.33 0.19
Sumber : Tabel Input-Output Kota Bogor Tahun 2008 Klasifikasi 12 Sektor (diolah)
Berdasarkan hasil analisis keterkaitan terlihat bahwa indeks keterkaitan ke belakang nilainya lebih tinggi jika dibandingkan dengan indeks keterkaitan ke depan. Hal ini dapat diartikan bahwa sektor agroindustri lebih banyak dipengaruhi dibandingkan mempengaruhi pertumbuhan sektor perekonomian lainnya di Kota Bogor. 6.3.
Analisis Multiplier Tujuan analisis ini adalah untuk melihat dampak perubahan atau
peningkatan permintaan akhir suatu sektor terhadap perekonomian suatu wilayah. Terdapat dua jenis tipe multiplier yaitu multiplier tipe I dan tipe II. Kedua tipe tersebut digunakan untuk analisis multiplier output dan pendapatan. Multiplier tipe I diperoleh dari pengolahan lebih lanjut matriks kebalikan Leontief terbuka tanpa memasukkan unsur rumah tangga, sedangkan multiplier tipe II dengan matriks kebalikan Leontief tertutup dan memasukkan unsur rumah tangga sebagai 59
variabel endogenous dalam model. Namun dikarenakan keterbatasan dalam Tabel Input-Output Kota Bogor Tahun 2008, maka multiplier I saja yang didapatkan. Jika dilihat secara lebih terperinci, multiplier tipe I merupakan hasil dari proses mekanisme dampak yang terdiri dari efek awal (initial effect), efek putaran pertama (first round effect), efek dukungan industri (industrial support effect), dan efek induksi konsumsi (consumption). Multiplier tipe I diperoleh dengan cara menjumlahkan efek awal, efek putaran pertama, dan efek dukungan industri untuk setiap satu satuan efek awal. Pada multiplier output, tipe I dampaknya diukur setiap satu satuan perubahan output dan pada multiplier pendapatan tipe I diukur setiap satu satuan perubahan pendapatan. Sehingga nilai multiplier tipe I ini menunjukkan bahwa apabila terjadi kenaikan variabel eksogen sebesar satu satuan maka variabel endogen diseluruh sektor perekonomian akan meningkat sebesar nilai tersebut. 6.3.1. Multiplier Output Dari hasil perhitungan multiplier pada Tabel 6.8, menjelaskan mengenai nilai-nilai multiplier output dari tiap sektor dalam perekonomian. Nilai multiplier output pada sektor agroindustri menempati urutan keenam, dengan nilai sebesar 1.92. Nilai tersebut menunjukkan bahwa jika terjadi peningkatan permintaan akhir pada sektor agroindustri sebesar satu juta rupiah, maka output pada seluruh sektor dalam perekonomian akan meningkat sebesar Rp 1.92 juta. Dari multiplier output ini dapat dilihat kemampuan sektor agroindustri itu sendiri relatif kecil. Implikasi ini sejalan dengan nilai keterkaitan ke belakang sektor agroindustri yang hanya menempati urutan kelima. Untuk nilai multiplier terbesar ditempati oleh sektor pertambangan dan penggalian, sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan
60
menempati posisi terbesar kedua, dan kemudian disusul oleh sektor pertanian pada posisi ketiga, serta sektor jasa-jasa di urutan keempat. Tabel 6.8
Multiplier Output Sektor-Sektor Perekonomian Kota Bogor Tahun 2008 Sektor
Pertanian Pertambangan dan Penggalian Agroindustri Non Agroindustri Listrik, Gas, dan Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel, dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan Jasa-Jasa
Multiplier Output 2.43 2.83 1.92 1.82 1.96 1.51 1.31 1.72 2.65 2.11
Sumber : Tabel Input-Output Kota Bogor Tahun 2008 Klasifikasi 10 Sektor (diolah)
Jika dilihat menurut hasil analisis multiplier output berdasarkan klasifikasi 12 sektor pada Tabel 6.9, dimana sektor agroindustri dibagi menjadi tiga subsektor yaitu industri makanan, minuman, dan tembakau, industri barang tekstil, barang kulit, dan alas kaki, dan industri barang kayu dan hasil hutan lainnya terlihat bahwa subsektor yang memiliki nilai tertinggi pada multiplier output adalah industri barang kayu dan hasil hutan lainnya dengan nilai 2.29. Nilai multiplier output tersebut dapat diartikan bahwa jika terjadi peningkatan permintaan akhir pada industri barang kayu dan hasil hutan lainnya sebesar satu juta rupiah, maka output pada seluruh sektor dalam perekonomian akan meningkat sebesar Rp 2.29 juta.
61
Tabel 6.9
Multiplier Output Subsektor Agroindustri Kota Bogor Tahun 2008 Sektor
Multiplier Output
Industri Makanan, Minuman, dan Tembakau Industri Barang Tekstil, Barang Kulit, dan Alas Kaki Industri Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya
2.11 1.95 2.29
Sumber : Tabel Input-Output Kota Bogor Tahun 2008 Klasifikasi 12 Sektor (diolah)
6.3.2. Multiplier Pendapatan Pada hasil perhitungan yang tersaji dalam Tabel 6.10, dapat dilihat bahwa sektor agroindustri menempati urutan ketujuh dalam nilai multiplier pendapatan. Nilai multiplier sektor agroindustri yaitu sebesar 2.20 yang dapat diartikan bahwa jika terjadi peningkatan permintaan akhir pada sektor agroindustri sebesar satu juta rupiah, maka akan meningkatkan pendapatan rumah tangga di seluruh sektor dalam perekonomian sebesar Rp 2.20 juta. Tabel 6.10 Multiplier Pendapatan Sektor-Sektor Perekonomian Kota Bogor Tahun 2008 Sektor
Multiplier Pendapatan
Pertanian Agroindustri Non Agroindustri Listrik, Gas, dan Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel, dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan Jasa-Jasa
16.17 2.21 2.21 3.86 1.37 1.27 1.65 6.23 1.73
Sumber : Tabel Input-Output Kota Bogor Tahun 2008 Klasifikasi 10 Sektor (diolah) Keterangan : Sektor pertambangan dan penggalian tidak dimasukkan dalam tabel dikarenakan memiliki nilai ekstrem.
Pada Tabel 6.11, terlihat pula multiplier pendapatan subsektor-subsektor pembentuk sektor agroindustri. Industri barang kayu dan hasil hutan lainnya merupakan subsektor agroindustri yang memiliki nilai multiplier terbesar dengan
62
nilai multiplier pendapatan sebesar 9.35. Untuk nilai multiplier pendapatan dapat diartikan bahwa jika terjadi peningkatan permintaan akhir pada industri barang kayu dan hasil hutan lainnya sebesar satu juta rupiah, maka akan meningkatkan pendapatan rumah tangga di seluruh sektor dalam perekonomian sebesar Rp 9.35 juta. Tabel 6.11
Multiplier Pendapatan Subsektor Agroindustri Kota Bogor Tahun 2008 Sektor
Multiplier Pendapatan
Industri Makanan, Minuman, dan Tembakau Industri Barang Tekstil, Barang Kulit, dan Alas Kaki Industri Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya
2.73 2.02 9.35
Sumber : Tabel Input-Output Kota Bogor Tahun 2008 Klasifikasi 12 Sektor (diolah)
6.3.3. Multiplier Tenaga Kerja Analisis multiplier tenaga kerja hanya disajikan dalam bentuk jumlah tenaga kerja sektoral dengan satuan orang untuk klasifikasi 10 sektor. Klasifikasi 12 sektor tidak disajikan karena data tenaga kerja untuk klasifikasi 12 sektor tidak tersedia lengkap. Nilai multiplier pendapatan menunjukkan besarnya pendapatan yang diterima oleh pekerja dan perusahaan yang bergerak pada suatu sektor, yang diakibatkan dari kenaikan barang atau jasa yang dihasilkan oleh sektor tersebut terhadap seluruh sektor perekonomian. Tabel 6.12, menyajikan hasil analisis multiplier tenaga kerja klasifikasi 10 sektor. Sektor agroindustri merupakan sektor terbesar kelima dengan nilai multiplier sebesar 2.48. Nilai 2.48 menunjukkan bahwa sektor agroindustri akan menciptakan lapangan pekerjaan untuk dua orang tenaga kerja di semua sektor perekonomian jika output sektor tersebut meningkat sebesar satu juta rupiah.
63
Tabel 6.12
Multiplier Tenaga Kerja Sektor-Sektor Perekonomian Kota Bogor Tahun 2008 Sektor
Multiplier Tenaga Kerja
Pertanian Agroindustri Non Agroindustri Listrik, Gas, dan Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel, dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan Jasa-Jasa
2.54 2.49 2.21 1.52 1.62 1.27 3.14 2.97 1.69
Sumber : Tabel Input-Output Kota Bogor Tahun 2008 Klasifikasi 10 Sektor (diolah) Keterangan : Sektor pertambangan dan penggalian tidak dimasukkan dalam tabel dikarenakan memiliki nilai ekstrem.
Koefisien tenaga kerja sektoral merupakan indikator untuk melihat daya serap tenaga kerja di masing-masing sektor, semakin tinggi koefisien tenaga kerja di suatu sektor menunjukkan semakin tinggi pula daya serap tenaga kerja di sektor tersebut. Sebaliknya, sektor yang rendah koefisien tenaga kerjanya menunjukkan daya serap tenaga kerja yang rendah. Koefisien tenaga kerja yang tinggi umumnya terjadi di sektor-sektor padat karya, sedangkan koefisien tenaga kerja yang rendah umumnya terjadi di sektor padat modal yang produksinya dilakukan dengan teknologi tinggi. 6.4.
Analisis Dampak Investasi Sektor Agroindustri
6.4.1. Kondisi Investasi Sektor Agroindustri Gambaran
kemajuan
ekonomi
suatu
daerah
biasa
dilakukan
pengelompokkan sektor ekonomi, diantaranya sektor primer (sektor pertanian dan sektor pertambangan dan penggalian), sektor sekunder (industri pengolahan, sektor listrik, gas, dan air bersih, dan sektor bangunan), dan sektor tersier (sektor perdagangan, hotel, dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor
64
keuangan, persewaan dan jasa perusahaan serta sektor jasa-jasa). Dilihat dari sisi perkembangan pertumbuhan ekonomi per sektor selama kurun waktu lima tahun 2006 hingga 2010, sektor agroindustri yang termasuk dalam sektor industri pengolahan yang terkelompokkan dalam sektor sekunder mengalami pertumbuhan yang cenderung berfluktuatif dari tahun ke tahun. Menurut data BPS (2011) pada tahun 2006 sektor sekunder memperlihatkan laju sebesar 18.12 dan 18.88 persen tahun 2007. Namun pada tahun 2008, laju pertumbuhannya menurun menjadi 18.38 persen dan naik kembali di tahun 2009 sebesar 18.67 persen sedangkan pada tahun 2010 kembali sedikit menurun menjadi sebesar 18.44 persen. Pengaruh harga yang cenderung meningkat dan tinggi di sektor sekunder, yaitu sektor industri pengolahan mengakibatkan laju pertumbuhan sektor sekunder cukup tinggi. Salah satu instrumen kebijakan perekonomian dalam pembangunan suatu wilayah adalah investasi. Investasi diperlukan untuk menunjang pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pertumbuhan investasi dapat dilihat melalui pertumbuhan ekonomi. Investasi yang terjadi pada sektor agroindustri Kota Bogor berasal dari dua sumber yaitu investasi dalam negeri (PMDN) dan investasi Pemerintah Daerah (Pemda). Investasi tersebut digunakan sebagai salah satu komponen pembangunan perekonomian daerah karena melalui investasi, kapasitas produksi dapat ditingkatkan yang kemudian mampu meningkatkan output, yang akhirnya juga akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah. Oleh karena itu, perlunya untuk melihat potensi dari dampak investasi sektor agroindustri, sehingga dipandang penting untuk melihat perkembangan agroindustri dari dua sisi, yaitu kondisi investasi sektor
65
agroindustri sekarang dan dampak investasi sektor agroindustri. Tujuan dari melihat kondisi investasi ini ditujukan untuk melihat perkembangan investasi sektor agroindustri dari tahun-tahun sebelumnya sampai dengan sekarang. Sedangkan dampak investasi dimaksudkan untuk melihat seberapa besar pengaruh dari adanya investasi agroindustri terhadap perekonomian. Dalam simulasi dampak investasi sektor agroindustri jenis investasi yang digunakan yaitu investasi dalam negeri (PMDN) dan Pemda. Analisis dampak pada penelitian ini didasarkan pada asumsi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Bogor (RPJMD) selama kurun waktu 2010-2014. Pada Tabel 6.13, memperlihatkan perkiraan nilai investasi total sektor agroindustri tahun 2010-2014 sesuai dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Bogor. Jumlah investasi PMDN untuk tahun 2010 dan 2011 diambil berdasarkan data yang sudah terealisasi, dan data untuk tahun 2012-2014 diperoleh dengan cara mengestimasi dari proyeksi laju pertumbuhan ekonomi rata-rata Kota Bogor per tahunnya yang diproyeksi oleh Bappeda dikali dengan investasi tahun sebelumnya, dimana proyeksi pertumbuhan ekonomi untuk tahun 2012 sebesar 6.03 persen, tahun 2013 sebesar 6.11 persen, dan tahun 2014 sebesar 6.43 persen. Sedangkan untuk jumlah investasi Pemda disesuaikan dengan target pencapaian program dalam Renstra Disperindag Kota Bogor baik yang sudah terealisasi maupun proyeksi ke depan. Analisis dampak digunakan agar dapat mengetahui besarnya peningkatan yang terjadi setelah adanya investasi pada sektor agroindustri dan dapat dihitung dengan cara mengalikan besaran investasi total dengan nilai multiplier output, pendapatan, dan tenaga kerja.
66
Tabel 6.13 Jumlah Investasi Dalam Negeri dan Investasi Pemerintah Daerah (Pemda) Sektor Agroindustri dalam Perekonomian Kota Bogor (Juta) Sektor Agroindustri Tahun Pemda PMDN 2010 418 130 727 627 3 056 972 733 2011 425 971 434 870 3 114 296 500 2012* 434 490 863 568 3 176 582 430 2013* 443 180 680 839 3 240 114 079 2014* 452 044 294 456 3 304 916 360 Total/Jumlah (Rupiah) 15 892 882 102 2 173 818 001 359 Total Seluruh (Rupiah) 2 189 710 883 461 Sumber : BPPTPM dan Disperindag Kota Bogor, 2011 (diolah)
6.4.2. Dampak Investasi Sektor Agroindustri terhadap Pembentukan Output Pada perhitungan dampak investasi sektor agroindustri ini yaitu dengan mensimulasikan
terjadinya
peningkatan
investasi
sektor
agroindustri
(external shock) dengan nilai investasi total sebesar Rp 2.18 triliun. Investasi tersebut melingkup ke dalam subsektor-subsektor pembentuk sektor agroindustri yaitu subsektor industri makanan, minuman dan tembakau, subsektor industri tekstil, barang kulit, dan alas kaki, dan subsektor barang kayu dan hasil hutan lainnya. Berdasarkan Tabel 6.14, dapat dilihat ketika adanya investasi pada sektor agroindustri sebesar Rp 2.18 triliun maka sektor yang terkena imbas terbesar dari adanya investasi tersebut adalah sektor agroindustri itu tersebut yaitu sebesar Rp 921 miliar, disusul oleh sektor perdagangan, hotel, dan restoran yaitu sebesar Rp 685 miliar, dan untuk penerima dampak investasi terbesar ketiga adalah sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan dengan nilai sebesar Rp 131 miliar. Dan untuk secara keseluruhan dampak total yang diberikan untuk output perekonomian Kota Bogor adalah sebesar Rp 2.01 triliun. 67
Tabel 6.14 Dampak Investasi Sektor Agroindustri terhadap Pembentukan Output Sektor-Sektor Perekonomian Kota Bogor (Juta Rupiah) No Sektor Output Persen 1 Pertanian 6 223 0.31 2 Pertambangan dan Penggalian 30 0.00 3 Agroindustri 921 318 45.73 4 Non Agroindustri 95 857 4.76 5 Listrik, Gas, dan Air Bersih 23 930 1.19 6 Bangunan 48 178 2.39 7 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 685 219 34.01 8 Pengangkutan dan Komunikasi 69 922 3.47 9 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan 131 952 6.55 10 Jasa- Jasa 31 953 1.59 2 014 581 100.00 Total Sumber : Tabel Input-Output Kota Bogor Tahun 2008 Klasifikasi 10 Sektor (diolah)
6.4.3. Dampak Investasi Agroindustri terhadap Pendapatan Rumah Tangga Untuk mengetahui dampak investasi di sektor agroindustri terhadap peningkatan pendapatan rumah tangga dapat dilihat pada Tabel 6.15. Terlihat bahwa sektor yang paling besar menerima dampak akibat adanya investasi pada sektor agroindustri adalah sektor perdagangan, hotel, dan restoran dengan nilai sebesar Rp 119 miliar, sektor yang mendapat dampak terbesar kedua adalah sektor agroindustri itu sendiri dengan nilai sebesar Rp 92.65 miliar, disusul oleh sektor bangunan pada urutan ketiga terbesar yaitu dengan nilai sebesar Rp 13.27 miliar. Dan secara keseluruhan dampak total yang diberikan untuk pendapatan dalam perekonomian Kota Bogor adalah sebesar Rp 265 miliar. Sektor perdagangan, hotel, dan restoran merupakan sektor hilirnya dari sektor agroindustri.
68
Tabel 6.15
Dampak Investasi Sektor Agroindustri terhadap Tingkat Pendapatan Rumah Tangga di Sektor-Sektor Perekonomian Kota Bogor ( Juta Rupiah) No Sektor Pendapatan Persen 1 Pertanian 110 0.04 2 Pertambangan dan Penggalian 0 0.00 3 Agroindustri 92 652 34.91 4 Non Agroindustri 9 684 3.65 5 Listrik, Gas, dan Air Bersih 1 104 0.42 6 Bangunan 13 273 5.00 7 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 119 070 44.87 8 Pengangkutan dan Komunikasi 11 232 4.23 9 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan 6 594 2.48 10 Jasa- Jasa 11 673 4.40 265 391 100.00 Total
Sumber : Tabel Input-Output Kota Bogor Tahun 2008 Klasifikasi 10 Sektor (diolah)
6.4.4. Dampak Investasi Sektor Agroindustri terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Adanya investasi pada sektor agroindustri tentunya tidak berdampak pada peningkatan output dan pendapatan tetapi juga terhadap peningkatan dalam penyerapan tenaga kerja. Investasi yang terhadap suatu sektor tidak hanya akan berpengaruh pada sektor tersebut melainkan terhadap seluruh sektor yang berkaitan. Berdasarkan Tabel 6.16, dapat dilihat bahwa dampak investasi di sektor agroindustri akan berdampak paling besar terhadap penyerapan tenaga kerja di sektor itu sendiri yaitu sebesar 28 520 orang kemudian terhadap sektor perdagangan, hotel, dan restoran sebesar 18 949 orang dan penerima dampak terbesar selanjutnya ialah sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan. Dan secara keseluruhan dampak total yang diberikan pada tingkat penyerapan tenaga kerja dalam perekonomian Kota Bogor adalah sebesar 102 318 orang. Sektor perdagangan, hotel, dan restoran merupakan sektor hilir dari sektor agroindustri
69
sehingga dengan adanya investasi di sektor agroindustri maka tentunya akan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi sektor hilir nya selain sektor agroindustri sendiri. Hal tersebut cukup wajar karena sektor perdagangan, hotel, dan restoran yang merupakan sektor penyumbangan PDRB terbesar kota Bogor dan juga memiliki keterkaitan terbesar dengan sektor agroindustri. Tabel 6.16 Dampak Investasi Sektor Agroindustri terhadap Penyerapan Tenaga Kerja di Sektor-Sektor Perekonomian Kota Bogor (Orang) Sektor Tenaga Kerja Persen No 1 Pertanian 780 0.76 2 Pertambangan dan Penggalian 1 0.00 3 Agroindustri 28 520 27.87 4 Non Agroindustri 6 875 6.72 5 Listrik, Gas, dan Air Bersih 13 416 13.11 6 Bangunan 5 921 5.79 7 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 18 949 18.52 8 Pengangkutan dan Komunikasi 1 994 1.95 Keuangan, Persewaan, dan Jasa 9 18 206 17.79 Perusahaan 10 Jasa- Jasa 7 657 7.48 102 318 100.00 Total Sumber : Tabel Input-Output Kota Bogor Tahun 2008 Klasifikasi 10 Sektor (diolah)
70
VII. KESIMPULAN DAN SARAN 7.1.
Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis Tabel Input-Output Kota Bogor Tahun 2008
tentang peranan agroindustri terhadap perekonomian Kota Bogor, maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Peranan sektor agroindustri dalam perekonomian Kota Bogor dalam pembentukan struktur perekonomian meliputi pembentukan struktur permintaan akhir yaitu sebesar 34.80 persen dari total permintaan akhir, struktur permintan antara sebesar 18.33 persen dari total permintaan antara, struktur nilai tambah bruto sebesar 10.05 persen dari total nilai tambah bruto, dan struktur output sebesar 27.61 persen dari total output Kota Bogor. 2. Berdasarkan hasil analisis keterkaitan, dapat dilihat bahwa sektor agroindustri memiliki nilai keterkaitan ke belakang (backward linkage) yang lebih besar dari nilai keterkaitan ke depannya (forward linkage). Hal tersebut menujukkan bahwa sektor agroindustri memiliki kemampuan yang kuat dalam menarik pertumbuhan sektor hulunya. a. Industri barang kayu dan hasil hutan lainnya dan industri makanan, minuman, dan tembakau merupakan subsektor agroindustri yang memiliki nilai keterkaitan ke belakang lebih dari satu. b. Industri tekstil, barang kulit, dan alas kaki merupakan subsektor agroindustri yang memiliki nilai keterkaitan ke depan lebih dari satu.
3. Hasil analisis multiplier pada sektor agroindustri menunjukkan bahwa multiplier output menempati urutan keenam, multiplier pendapatan urutan ketujuh. dan multiplier tenaga kerja urutan kelima. Sedangkan untuk analisis multiplier pada subsektor agroindustri, industri barang kayu dan hasil hutan lainnya memiliki nilai multiplier output dan pendapatan terbesar dibandingkan dengan dua subsektor agroindustri lainnya. 4. Dengan adanya external shock berupa peningkatan nilai investasi di sektor agroindustri sebesar Rp 2.18 triliun, dengan asumsi tidak ada investasi di sektor lain, akan memberikan dampak terhadap perekonomian Kota Bogor, yaitu pembentukan output sebesar Rp 2.01 triliun, pendapatan rumah tangga sebesar Rp 265 miliar, dan penyerapan tenaga kerja sebesar 102 318 orang. 7.2.
Saran Dengan melihat hasil penelitian analisis Input-Output Kota Bogor Tahun
2008 tentang peranan agroindustri terhadap perekonomian Kota Bogor, maka beberapa saran yang dapat disampaikan diantaranya: 1. Didasarkan pada kesimpulan mengenai keterkaitan sektor agroindustri terhadap perekonomian Kota Bogor. a. Untuk industri barang kayu dan hasil hutan lainnya dan industri makanan, minuman, dan tembakau perlu mendapat perhatian serius mengingat kedua subsektor ini memiliki keterkaitan ke belakang (backward linkage) yang tinggi terhadap sektor yang menjadi inputnya sehingga dengan pengembangan di sektor tersebut mampu meningkatkan input produksi pada sektor hulunya.
72
b. Untuk industri tekstil, barang kulit, dan alas kaki memiliki keterkaitan ke depan (forward linkage) lebih dari satu, sehingga subsektor ini juga perlu ditingkatkan agar meningkatkan output di sektor hilirnya. Pengembangan ketiga subsektor tersebut dapat berupa (1) mengadakan kerjasama antara Pemerintah Kota Bogor dengan pemerintah kota atau kabupaten yang merupakan kawasan agropolitan seperti Kabupaten Cianjur, Kabupaten Ciamis, dan Kabupaten Bandung sebagai usaha dalam menjamin kontinuitas bahan baku bagi sektor agroindustri di Kota Bogor, (2) inovasi produk baru hasil pengolahan untuk meningkatkan nilai tambah produk, (3) penerapan teknologi untuk produk agroindustri, (4) pemberian pendidikan dan pelatihan bagi tenaga kerja lokal demi meningkatkan kualitas SDM Kota Bogor, (5) mengadakan penelitian yang mengkaji secara mendalam dan menyeluruh berbagi aspek yang terkait dengan agroindustri secara terpadu, mulai dari produksi bahan baku, pengolahan dan pemasaran. 2. Didasarkan pada kesimpulan mengenai multiplier subsektor agroindustri Kota Bogor, pengembangan industri barang kayu dan hasil hutan lainnya merupakan pilihan tepat bagi Pemerintah Kota Bogor untuk meningkatkan pendapatan masyarakatnya. 3. Mengingat kondisi investasi swasta khususnya PMA yang belum berkembang di Kota Bogor, maka diperlukan strategi pengembangan investasi yang tepat untuk menarik para investor untuk menanamkan modal pada sektor agroindustri yaitu dengan memberikan fasilitas-fasilitas
73
bagi para investor antara lain perbaikan infrastruktur daerah, kemudahan perizinan pendirian usaha melalui penciptaan birokrasi yang efisien, kepastian hukum di bidang investasi, dan penciptaan iklim usaha yang kondusif di bidang keamanan dalam berusaha.
74
DAFTAR PUSTAKA Affandi, M. I. 2009. Peran Agroindustri dalam Perekonomian Wilayah Lampung (Analisis Keterkaitan Antarsektor dan Aglomerasi Industri). Disertasi Program Pascasarjana IPB. Bogor Badan Koordinasi Promosi dan Penanaman Modal Daerah. 2008. Investment Procedure. Bandung. Badan Pelayanan Perizinan Terpadu dan Penanaman Modal. 2011. Daftar Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) Tahun 2010 dan 2011 di Kota Bogor. Badan Pelayanan Perizinan Terpadu dan Penanaman Modal. Bogor. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah. 2010. Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Daerah Kota Bogor Tahun 2010-2014. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah. Bogor __________________. 2011. Penyusunan Tabel Input-Output Kota Bogor Tahun Anggaran 2010. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah. Bogor. __________________. 2012. Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kota Bogor Tahun 2012. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah. Bogor. Badan Pusat Statistik. 2000. Teknik Penyusunan Tabel Input-Output. Badan Pusat Statistik. Jakarta. __________________. 2009. Produk Domestik Regional Bruto Kota Bogor 2009. Badan Pusat Statistik. Bogor. __________________. 2010. Produk Domestik Regional Bruto Kota Bogor 2010. Badan Pusat Statistik. Bogor. __________________. 2011. Bogor dalam Angka. Badan Pusat Statistik. Bogor. Daryanto A, dan Yundy Hafizryanda. 2010. Analisis Input-Output & Social Accounting Matrix untuk Pembangunan Daerah. IPB Press. Bogor. Dharma, P. H. 2008. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Agroindustri di Kota Medan. Tesis Program Pascasarjana USU. Medan. Dinas
Perindustrian dan Perdagangan. 2011. Rencana Strategis Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Bogor Tahun 2010-2014. Dinas Perindustrian dan Perdagangan. Bogor.
Departemen Pertanian. 2009. Kebijakan Pemda dalam Alokasi Anggaran dan Penyusunan Perda untuk Mengakselerasi Pembangunan Pertanian. Departemen Pertanian. Jakarta.
Fajar, T. A. 2007. Analisis Peranan Industri Makanan dan Minuman dalam Perekonomian Kabupaten Pandeglang. Skripsi Program Sarjana IPB. Bogor. Gumbira-sa’id, E. 2010. Wawasan, Tantangan, dan Peluang Agrotechnopreneur Indonesia. IPB Press. Bogor. Hadianto, A. 2010. Analisis Pertumbuhan Sektor Berbasis Kehutanan dan Dampaknya Terhadap Distribusi Pendapatan dan Penyerapan Tenaga Kerja di Indonesia (Pendekatan Input-Output Miyazawa). Tesis Program Pascasarjana IPB. Bogor. Hendy, B. A. 2001. Analisis Peranan Sektor Agroindustri dalam Perekonomian Indonesia (Analisis Input-Output). Skripsi Program Sarjana IPB. Bogor. Iman, P. N. 2011. Analisis Peranan Sektor Agroindustri dan Dampak Investasinya Terhadap Perekonomian Kabupaten Ciamis (Analisis Input-Output). Skripsi Program Sarjana IPB. Bogor. Karmi, H. 2006. Analisis Peranan dan Kenaikan Ekspor Agroindustri Terhadap Perekonomian Indonesia (Analisis Input-Output). Skripsi Program Sarjana IPB. Bogor. Krisnamurthi, B. R. Pambudy, dan F. B.M. Dabukke. 2010. Refleksi Agribisnis : 65 Tahun Profesor Bungaran Saragih. IPB Press. Bogor. Lukmana, A. (1995). Peluang dan Tantangan Agroindustri dalam Menghadapi Era Globalisasi. Makalah Seminar Sehari tentang Peluang dan Tantangan Agroindustri dalam Menghadapi Era Globalisasi. Fateta IPB. Bogor. Mankiw, G.N. 2006. Makroekonomi Edisi Keenam. Erlangga. Jakarta. Nazara, S. 2005. Analisis Input Output. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta. Priyarsono, D. S., Sahara, dan M. Firdaus. 2007. Ekonomi Regional. Universitas Terbuka. Jakarta. Saragih, B. 2010. Suara dari Bogor Membangun Opini Sistem Agribisnis. IPB Press. Bogor. Sitanggang, M. 2002. Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Sumatera Utara (Analisis Input-Output). Tesis Program Pascasarjana IPB. Bogor. Soekartawi. 2000. Pengantar Agroindustri. Raja Grafindo Persada. Jakarta. _________. 2005. Agroindustri dalam Perspektif Sosial Ekonomi. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
76
Triastuti, E. 2010. Analisis Dampak Revitalisasi di Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Indonesia (Analisis Input-Output). Skripsi Program Sarjana IPB. Bogor. Tambunan, T.H. 2003. Perekonomian Indonesia. Ghalia Indonesia. Jakarta. Undang-Undang No 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal.
77
LAMPIRAN
Lampiran 1. Potensi Rata-rata Industri Kimia, Agro dan Hasil Hutan Kota Bogor Tahun 2008-2011 TENAGA INDUSTRI KIMIA, AGRO UNIT INVESTASI KERJA DAN HASIL HUTAN (IKAH) USAHA (Rupiah) (Orang) A. INDUSTRI BESAR/MENENGAH 1. Makanan 24 28 059 019 050 1 413 2. Minuman 12 112 728 589 278 1 809 3. Kayu Olahan dan Rotan 12 30 410 414 135 2 337 4. Pulp dan Kertas 12 59 272 351 500 673 5. Bahan Kimia dan Karet 9 12 215 645 000 454 6. Bahan Galian Nonlogam 2 6 199 375 000 65 7. Kimia 8 45 592 599 250 1 214 SUBTOTAL 79 294 477 993 213 7 964 B. INDUSTRI KECIL FORMAL 1. Makanan 235 10 284 164 100 2 183 2. Minuman 67 3 365 776 375 528 3. Kayu Olahan dan Rotan 120 3 466 922 500 1 102 4. Pulp dan Kertas 92 7 599 592 250 641 5. Bahan Kimia dan Karet 23 4 048 974 102 200 6. Bahan Galian Nonlogam 37 2 032 975 000 823 7. Kimia 69 4 706 462 600 581 SUBTOTAL 643 35 504 866 927 6 057 C. INDUSTRI KECIL NONFORMAL 1. Makanan 1058 1 052 361 971 4 849 2. Minuman 221 176 490 851 953 3. Kayu Olahan dan Rotan 84 281 714 888 355 4. Pulp dan Kertas 41 59 970 533 119 5. Bahan Kimia dan Karet 6. Bahan Galian Nonlogam 36 252 568 750 198 7. Kimia 31 109 690 936 123 SUBTOTAL 1 471 1 932 797 930 6 596 TOTAL 2 193 331 915 658 070 20 617 Sumber : Disperindag Kota Bogor, 2011 (diolah)
79
Lampiran 2.
Keterangan Kode Sektor Tabel Input-Output Kota Bogor Tahun 2008 Kode Klasifikasi Input-Output (10 x 10) Sektor (12 x 12) Sektor Kod Kod e e Bari Bari s/ s/ Kolo Kolo m Cakupan m Cakupan 1 Pertanian 1 Pertanian 2 Pertambangan dan Penggalian 2 Pertambangan dan Penggalian Industri Makanan, Minuman, dan 3 Tembakau Industri Tekstil, Barang Kulit, 4 dan Alas Kaki Industri Barang Kayu dan Hasil 3 Agroindustri 5 Hutan Lainnya 4 Non Agroindustri 6 Non Agroindustri 5 Listrik, Gas, dan Air Bersih 7 Listrik, Gas, dan Air Bersih 6 Bangunan 8 Bangunan Perdagangan, Hotel, dan 7 Restoran 9 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 8 Pengangkutan dan Komunikasi 10 Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan, dan Keuangan, Persewaan, dan Jasa 9 Jasa Perusahaan 11 Perusahaan 10 Jasa-Jasa 12 Jasa-Jasa 180 Jumlah Permintaan Antara 190 Jumlah Input Antara 200 Input Impor 201 Upah dan Gaji 202 Surplus Usaha 203 Penyusutan 204 Pajak Tidak Langsung 209 Nilai Tambah Bruto 210 Jumlah Input 301 Permintaan Akhir 600 Jumlah Output
80
Lampiran 3. Tabel Input-Output Kota Bogor Tahun 2008, Transaksi Total Atas Dasar Harga Produsen Klasifikasi 10 Sektor (Juta Rupiah) Sektor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 190 201 200 202 203 204 209 210
1 6 792 0 86 481 30 216 2 338 34 001 405 940 11 046 21 378 129 011 727 204 14 442 7 162 64 056 1 338 1 043 88 041 815 245
2 0 0 1 357 200 220 13 398 64 656 8 490 49 391 2 200 139 911 112 168 843 104 2 1 227 141 139
3 3 122 15 510 250 43 755 9 882 2 276 293 032 21 314 18 269 2 626 904 541 163 316 259 725 254 215 44 987 29 213 751 456 1 655 997
4 5 0 929 49 071 2 939 6 116 139 236 8 887 31 414 3 989 242 586 50 301 96 284 75 597 16 885 8 662 247 729 490 315
5 0 0 5 084 41 839 31 198 22 901 97 967 14 004 115 966 6 906 335 864 32 471 48 832 245 382 30 155 438 357 278 693 143
6 0 5 2 436 326 101 100 614 14 420 9 822 27 897 7 517 163 137 152 762 107 895 92 553 23 305 16 629 393 143 556 280
7 736 0 185 197 4 719 2 870 28 139 247 819 27 946 66 514 20 810 584 749 556 825 203 285 1 552 715 160 903 148 167 2 621 895 3 206 644
8 1 2 7 029 650 2 778 14 115 35 366 176 500 147 940 16 527 400 909 192 374 81 085 324 402 161 214 14 078 773 153 1 174 062
9 0 3 2 589 482 2 142 177 409 3 733 15 498 353 143 59 739 614 739 42 155 23 121 136 650 14 425 7 935 224 286 839 025
Sumber : Tabel Input-Output Kota Bogor Tahun 2008 Klasifikasi 10 Sektor (diolah)
81
Lanjutan. Tabel Input-Output Kota Bogor Tahun 2008, Transaksi Total Atas Dasar Harga Produsen Klasifikasi 10 Sektor (Juta Rupiah) Sektor 10 180 301 600 74 10 730 349 313 360 043 1 0 25 73 610 73 635 2 12 544 813 895 1 991 739 2 805 634 3 40 862 212 119 353 779 565 898 4 990 55 458 131 007 186 465 5 3 619 402 587 243 859 646 446 6 16 680 1 318 849 1 462 193 2 781 042 7 13 670 307 177 397 438 704 615 8 26 689 858 602 254 402 1 113 004 9 210 753 460 078 465 679 925 757 10 325 880 4 439 520 10 162 540 190 211 363 1 416 121 1 416 121 201 3 592 831 150 831 150 200 42 999 2 789 410 2 789 410 202 6 627 459 942 459 942 203 229 226 397 226 397 204 264 810 5 723 020 5 723 020 209 590 690 10 162 540 15 885 560 210 Sumber : Tabel Input-Output Kota Bogor Tahun 2008 Klasifikasi 10 Sektor (diolah)
82
Lampiran 4. Tabel Input-Output Kota Bogor Tahun 2008, Transaksi Total Atas Dasar Harga Produsen (Juta Rupiah) Sektor 1 2 3 4 5 6 7 6 792 0 3 116 1 4 5 0 1 0 0 14 0 0 0 252 2 85 171 0 28 886 57 12 114 650 3 581 1 356 9 909 449 265 5 730 775 2 778 4 727 0 24 192 16 171 38 14 115 5 30 216 200 9 482 31 701 2 571 49 070 35 379 6 2 338 131 8 925 571 384 2 938 24 197 7 34 000 13 397 1 163 923 188 6 116 0 8 405 940 64 656 67 470 75 637 149 924 139 236 15 093 9 11 046 8 489 802 2 394 18 117 8 886 8 040 10 21 377 49 391 1 829 6 376 10 063 31 414 8 844 11 129 011 2 199 370 1 133 1 121 3 988 1 928 12 727 203 139 822 131 994 568 255 204 290 242 586 111 280 190 14 441 111 18 143 140 974 4 198 50 300 32 471 201 7 162 167 23 702 221 483 14 538 96 283 48 832 200 64 056 842 37 035 209 947 7 231 75 596 245 381 202 1 337 103 3 126 41 860 0 16 885 30 155 203 1 042 1 4 293 24 732 187 8 662 437 204 88 041 1 227 86 301 638 998 26 156 247 728 357 278 209 815 244 141 138 218 295 1 207 254 230 447 490 314 693 142 210
Klasifikasi 12 Sektor 8 0 4 34 1 251 1 149 325 100 100 614 14 419 9 822 27 897 7 516 163 137 152 762 107 894 92 552 23 304 16 628 393 143 556 280
9 735 0 17 696 166 543 957 4 718 2 869 28 139 247 818 27 945 66 513 20 810 584 749 556 825 203 285 1 552 715 160 902 148 167 2 621 895 3 206 644
Sumber : Tabel Input-Output Kota Bogor Tahun 2008 Klasifikasi 12 Sektor (diolah)
83
Lanjutan. Tabel Input-Output Kota Bogor Tahun 2008, Transaksi Total Atas Dasar Harga Produsen Klasifikasi 12 Sektor (Juta Rupiah) Sektor 10 11 12 180 301 600 0 0 73 10 730 349 312 360 042 1 1 2 0 277 73 610 73 887 2 1 310 561 1 341 135 836 253 332 389 168 3 5 465 1 877 10 614 656 150 1 386 395 2 042 545 4 252 150 588 34 367 352 012 386 379 5 650 481 40 862 205 660 353 779 559 439 6 2 778 2 142 990 48 369 131 006 179 375 7 14 114 177 409 3 618 379 685 243 859 623 545 8 35 366 3 733 16 679 1 235 976 1 462 193 2 698 170 9 176 500 15 498 13 669 301 213 397 438 698 651 10 147 940 353 143 26 688 751 480 254 401 1 005 883 11 16 527 59 739 210 753 455 100 465 679 920 779 12 400 909 614 739 325 879 4 214 848 9 937 868 190 192 373 42 155 211 363 1 416 121 1 416 121 201 81 085 23 121 3 591 831 150 831 150 200 324 401 136 650 42 998 2 789 410 2 789 410 202 161 213 14 424 6 626 459 941 459 941 203 14 078 7 935 1 312 227 480 226 397 204 773 153 224 286 265 893 5 724 103 5 723 020 209 1174 062 839 025 590 689 10 162 540 15 660 887 210 Sumber : Tabel Input-Output Kota Bogor Tahun 2008 Klasifikasi 12 Sektor (diolah)
84
Lampiran 5. Struktur Permintaan Antara dan Permintaan Akhir Subsektor Agroindustri Kota Bogor Tahun 2008 (Juta Rupiah) Permintaan Permintaan Akhir Permintaan Total Antara Sektor Jumlah Persen Jumlah Persen Jumlah Persen Industri Makanan, 135 187 16.61 253 332 12.72 388 519 13.85 Minuman, dan Tembakau Industri Tekstil, 658 232 80.87 1 386 395 69.61 2 044 627 72.88 Barang Kulit, dan Alas Kaki Industri Barang Kayu 20 476 2.52 352 012 17.67 372 489 13.28 dan Hasil Hutan Lainnya 813 895 100.00 1 991 739 100.00 2 805 634 100.00 Total Sumber : Tabel Input-Output Kota Bogor Tahun 2008 Klasifikasi 12 Sektor (diolah)
85
Lampiran 6. Struktur Nilai Tambah Bruto Subsektor Agroindustri Kota Bogor Tahun 2008 (Juta Rupiah) Nilai Tambah Pajak Upah & Surplus Bruto Sektor Penyusutan Tak Gaji Usaha Langsung Jumlah Persen Industri Makanan, Minuman, 18 143 37 036 3 126 4 294 62 599 12.73 dan Tembakau Industri Tekstil, 140 975 209 947 41 860 24 732 417 515 84.91 Barang Kulit, dan Alas Kaki Industri Barang Kayu dan Hasil 4 198 7 232 0 188 11 618 2.36 Hutan Lainnya 163 316 254 215 44 987 29 213 491 731 100.00 Total Sumber : Tabel Input-Output Kota Bogor Tahun 2008 Klasifikasi 12 Sektor (diolah)
Lampiran 7. Struktur Output Subsektor Agroindustri Kota Bogor Tahun 2008 (Juta Rupiah) Sektor Nilai Output Persen Industri Makanan, Minuman, dan Tembakau
388 519
13.85
Industri Tekstil, Barang Kulit, dan Alas Kaki
2 044 627
72.88
372 489
13.28
2 805 634
100.00
Industri Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya Total
Sumber : Tabel Input-Output Kota Bogor Tahun 2008 Klasifikasi 12 Sektor (diolah)
86
Lampiran 8. Matriks Koefisien Teknis Klasifikasi 10 Sektor Sektor 1 2 3 4 5 0.008 0.000 0.002 0.000 0.000 1 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 2 0.095 0.008 0.284 0.002 0.007 3 0.036 0.001 0.026 0.096 0.058 4 0.003 0.002 0.007 0.006 0.049 5 0.040 0.088 0.001 0.012 0.031 6 0.520 0.464 0.190 0.294 0.146 7 0.064 0.014 0.020 0.022 0.015 8 0.027 0.350 0.012 0.065 0.171 9 0.148 0.014 0.002 0.008 0.009 10 0.992 0.537 0.502 0.493 0.893 Total
6 0.000 0.000 0.004 0.001 0.000 0.174 0.027 0.020 0.052 0.013 0.291
7 0.000 0.000 0.052 0.001 0.001 0.008 0.081 0.010 0.022 0.006 0.182
8 0.000 0.000 0.005 0.001 0.003 0.011 0.031 0.163 0.128 0.013 0.354
9 0.000 0.000 0.003 0.001 0.003 0.202 0.005 0.020 0.434 0.066 0.734
10 0.000 0.000 0.020 0.069 0.002 0.006 0.030 0.026 0.048 0.342 0.542
Total 0.001 0.000 0.099 0.022 0.004 0.041 0.123 0.026 0.084 0.048
Sumber : Tabel Input-Output Kota Bogor Tahun 2008 Klasifikasi 10 Sektor (diolah) Keterangan : * Ketentuan sektor 1 sampai sektor 10 sesuai dengan lampiran 1 Nilai total horizontal merupakan nilai keterkaitan langsung ke depan Nilai total vertikal merupakan nilai keterkaitan langsung ke belakang
87
Lampiran 9. Matriks Kebalikan Leontif Terbuka Klasifikasi 10 Sektor Sektor 1 2 3 4 5 6 1.009 0.000 0.003 0.000 0.000 0.000 1 0.000 1.000 0.000 0.000 0.000 0.000 2 0.190 0.059 1.421 0.032 0.029 0.012 3 0.066 0.013 0.044 1.111 0.073 0.004 4 0.007 0.005 0.011 0.009 1.054 0.001 5 0.090 0.288 0.022 0.061 0.133 1.244 6 0.646 0.542 0.313 0.368 0.206 0.044 7 0.111 0.032 0.038 0.046 0.034 0.043 8 0.126 0.705 0.060 0.163 0.363 0.129 9 0.249 0.106 0.015 0.035 0.058 0.038 10 2.829 1.920 1.816 1.962 1.506 2.425 Total
7 0.000 0.000 0.082 0.006 0.002 0.025 1.110 0.017 0.053 0.017 1.311
8 0.000 0.000 0.016 0.006 0.004 0.089 0.053 1.206 0.291 0.055 1.720
9 0.000 0.000 0.019 0.018 0.006 0.456 0.042 0.063 1.847 0.197 2.647
10 0.000 0.000 0.052 0.120 0.005 0.057 0.105 0.058 0.169 1.541 2.107
Total 1.013 1.000 1.911 1.461 1.104 2.464 3.429 1.648 3.905 2.310
Sumber : Tabel Input-Output Kota Bogor Tahun 2008 Klasifikasi 10 Sektor (diolah) Keterangan : * Ketentuan sektor 1 sampai sektor 10 sesuai dengan lampiran 1 Nilai total horizontal merupakan nilai keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan Nilai total vertikal merupakan nilai keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang
88
Lampiran 10. Forward Open Total Requirements Klasifikasi 10 Sektor Column Column Standard Coefficient Sector Total Mean Deviation Variation 0.026 0.003 0.005 1.999 1 0.001 0.000 0.000 2.189 2 0.359 0.036 0.089 2.469 3 0.391 0.039 0.052 1.338 4 0.227 0.023 0.036 1.352 5 0.637 0.064 0.112 1.761 6 0.448 0.045 0.059 1.325 7 0.378 0.038 0.047 1.240 8 0.763 0.076 0.127 1.669 9 0.528 0.053 0.105 1.987 10 3.756 0.376 0.627 17.329 Total 0.376 0.038 0.063 1.733 Average
Forward Linkage 0.068 0.001 0.955 1.040 0.604 1.697 1.192 1.007 2.031 1.406 10.000 1.000
Forward Spread 1.154 1.263 1.425 0.772 0.780 1.016 0.764 0.715 0.963 1.146 10.000 1.000
Sumber : Tabel Input-Output Kota Bogor Tahun 2008 Klasifikasi 10 Sektor (diolah)
89
Lampiran 11. Backward Open Total Requirements Klasifikasi 10 Sektor Column Column Standard Coefficient Sector Total Mean Deviation Variation 0.895 0.089 0.158 1.775 1 0.992 0.099 0.167 1.686 2 0.537 0.054 0.099 1.848 3 0.502 0.050 0.091 1.819 4 0.493 0.049 0.061 1.241 5 0.291 0.029 0.054 1.847 6 0.182 0.018 0.027 1.500 7 0.354 0.035 0.059 1.671 8 0.734 0.073 0.142 1.930 9 0.542 0.054 0.103 1.908 10 5.520 0.552 0.963 17.224 Total 0.552 0.055 0.096 1.722 Average
Backward Linkage 1.617 1.796 0.973 0.910 0.892 0.527 0.329 0.642 1.330 0.982 10.000 1.000
Backward Spread 1.030 0.979 1.073 1.056 0.720 1.072 0.871 0.970 1.120 1.108 10.000 1.000
Sumber : Tabel Input-Output Kota Bogor Tahun 2008 Klasifikasi 10 Sektor (diolah)
90
Lampiran 12. Multiplier Output Klasifikasi 10 Sektor Sector Initial First Round Indust Sup Consumption 1.000 0.893 0.533 0.000 1 1.000 0.992 0.838 0.000 2 1.000 0.537 0.383 0.000 3 1.000 0.502 0.314 0.000 4 1.000 0.493 0.469 0.000 5 1.000 0.291 0.215 0.000 6 1.000 0.182 0.129 0.000 7 0.354 0.366 0.000 1.000 8 1.000 0.734 0.913 0.000 9 1.000 0.542 0.564 0.000 10
Total 0.285 0.273 0.222 0.223 0.178 0.378 0.220 0.265 0.311 0.632
Elasticity 15.760 357.098 1.414 1.348 2.983 0.498 0.699 1.024 1.477 0.816
Type l 16.172 357.277 2.205 2.212 3.859 1.372 1.266 1.647 6.227 1.730
Sumber : Tabel Input-Output Kota Bogor Tahun 2008 Klasifikasi 10 Sektor (diolah)
91
Lampiran 13. Multiplier Pendapatan Klasifikasi 10 Sektor Sector Initial First Round Indust Sup Consumption 0.018 0.173 0.095 0.000 1 0.001 0.139 0.134 0.000 2 0.101 0.068 0.053 0.000 3 0.101 0.074 0.049 0.000 4 0.046 0.058 0.074 0.000 5 0.276 0.064 0.039 0.000 6 0.174 0.027 0.020 0.000 7 0.046 0.057 0.000 0.161 8 0.050 0.106 0.155 0.000 9 0.365 0.147 0.119 0.000 10
Total 0.285 0.273 0.222 0.223 0.178 0.378 0.220 0.265 0.311 0.632
Elasticity 15.760 357.098 1.414 1.348 2.983 0.498 0.699 1.024 1.477 0.816
Type l 16.172 357.277 2.205 2.212 3.859 1.372 1.266 1.647 6.227 1.730
Sumber : Tabel Input-Output Kota Bogor Tahun 2008 Klasifikasi 10 Sektor (diolah)
92
Lampiran 14. Multiplier Tenaga Kerja Klasifikasi 10 Sektor Sector Initial First Round Indust Sup Consumption 1 0.044 0.043 0.024 0.000 2 0.002 0.036 0.034 0.000 3 0.018 0.015 0.012 0.000 4 0.025 0.019 0.012 0.000 5 0.073 0.019 0.019 0.000 6 0.030 0.010 0.009 0.000 7 0.040 0.006 0.005 0.000 8 0.011 0.010 0.015 0.000 9 0.035 0.029 0.040 0.000 10 0.112 0.044 0.034 0.000
Total 0.111 0.072 0.045 0.056 0.112 0.049 0.051 0.036 0.104 0.189
Elasticity 2.478 33.070 1.595 1.349 1.177 0.588 0.701 1.954 0.704 0.799
Type I 2.543 33.087 2.486 2.214 1.522 1.623 1.270 3.142 2.967 1.692
Sumber : Tabel Input-Output Kota Bogor Tahun 2008 Klasifikasi 10 Sektor (diolah)
93
Lampiran 15. Matriks Koefisien Teknis Klasifikasi 12 Sektor Sektor 1 2 3 4 5 6 7 8 0.008 0.000 0.014 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 1 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.001 0.000 2 0.111 0.000 0.141 0.000 0.000 0.000 0.002 0.000 3 0.001 0.006 0.038 0.337 0.021 0.001 0.005 0.002 4 0.001 0.000 0.000 0.000 0.069 0.000 0.030 0.002 5 0.035 0.001 0.041 0.027 0.010 0.095 0.072 0.001 6 0.003 0.001 0.042 0.001 0.002 0.006 0.054 0.000 7 0.040 0.091 0.005 0.001 0.001 0.012 0.000 0.176 8 0.507 0.465 0.315 0.068 0.656 0.291 0.033 0.027 9 0.015 0.065 0.004 0.002 0.085 0.020 0.019 0.020 10 0.026 0.345 0.006 0.006 0.043 0.064 0.019 0.051 11 0.147 0.014 0.002 0.001 0.004 0.008 0.004 0.013 12 Total 0.894 0.991 0.610 0.442 0.889 0.499 0.239 0.291
9 0.000 0.000 0.006 0.045 0.000 0.001 0.001 0.009 0.080 0.010 0.021 0.006 0.179
10 0.000 0.000 0.001 0.004 0.000 0.001 0.002 0.012 0.031 0.263 0.125 0.013 0.351
11 0.000 0.000 0.001 0.002 0.000 0.001 0.003 0.207 0.005 0.021 0.425 0.068 0.731
12 0.000 0.000 0.003 0.016 0.001 0.068 0.002 0.006 0.030 0.026 0.046 0.344 0.541
Total 0.001 0.000 0.012 0.086 0.004 0.022 0.004 0.039 0.120 0.026 0.076 0.048
Sumber : Tabel Input-Output Kota Bogor Tahun 2008 Klasifikasi 12 Sektor (diolah) Keterangan :
Nilai total horizontal merupakan nilai keterkaitan langsung ke depan Nilai total vertikal merupakan nilai keterkaitan langsung ke belakang
94
Lampiran 16. Matriks Kebalikan Leontif Terbuka Klasifikasi 12 Sektor Sector 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10
11
12
Total
1
1.010 0.000 0.017 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 1.029
2
0.000 1.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.001 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 1.001
3
0.136 0.005 1.169 0.001 0.003 0.003 0.003 0.001 0.008 0.002 0.003 0.005 1.342
4
0.059 0.055 0.094 1.516 0.028 0.028 0.017 0.008 0.075 0.013 0.015 0.045 2.020
5
0.002 0.001 0.002 0.000 0.001 0.001 0.034 0.003 0.001 0.001 0.002 0.002 1.122
6
0.068 0.013 0.063 0.045 1.110 1.110 0.087 0.004 0.006 0.066 0.017 0.118 1.557
7
0.011 0.004 0.054 0.001 0.008 0.008 1.059 0.001 0.002 0.004 0.006 0.005 1.160
8
0.089 0.289 0.027 0.011 0.059 0.059 0.018 1.246 0.024 0.087 0.459 0.055 2.413
9
0.644 0.536 0.442 0.129 0.361 0.361 0.095 0.044 1.100 0.050 0.040 0.099 4.326
10
0.041 0.112 0.017 0.008 0.037 0.037 0.033 0.034 0.015 1.207 0.063 0.058 1.748
11
0.116 0.681 0.051 0.028 0.153 0.153 0.061 0.122 0.048 0.277 1.814 0.159 3.656
12
0.248 0.105 0.018 0.007 0.034 0.034 0.016 0.038 0.016 0.055 0.198 1.545 2.314
Total
2.425 2.801 1.960 1.747 1.796 1.796 1.423 1.501 1.296 1.702 2.615 2.090
Sumber : Tabel Input-Output Kota Bogor Tahun 2008 Klasifikasi 12 Sektor (diolah) Keterangan :
Nilai total horizontal merupakan nilai keterkaitan langsung ke depan Nilai total vertikal merupakan nilai keterkaitan langsung ke belakang
95
Lampiran 17. Forward Open Total Requirements Klasifikasi 12 Sektor Row Row Standard Coefficient Sector Total Mean Deviation Variation 0.026 0.002 0.005 2.231 1 0.002 0.000 0.000 2.503 2 0.297 0.025 0.048 1.923 3 0.418 0.035 0.096 2.768 4 0.093 0.008 0.019 2.514 5 0.394 0.033 0.043 1.294 6 0.231 0.019 0.027 1.407 7 0.620 0.052 0.101 1.961 8 0.440 0.037 0.034 0.916 9 0.373 0.031 0.044 1.421 10 0.746 0.062 0.117 1.880 11 0.523 0.044 0.098 2.238 12 4.162 0.347 0.632 23.056 Total 0.347 0.029 0.053 1.921 Average
Forward Linkage 0.074 0.005 0.856 1.205 0.267 1.137 0.666 1.787 1.269 1.075 2.151 1.507 12.000 1.000
Forward Spread 1.161 1.303 1.001 1.441 1.309 0.673 0.732 1.021 0.477 0.740 0.978 1.165 12.000 1.000
Sumber : Tabel Input-Output Kota Bogor Tahun 2008 Klasifikasi 12 Sektor (diolah)
96
Lampiran 18. Backward Open Total Requirements Klasifikasi 12 Sektor Row Row Standard Coefficient Sector Total Mean Deviation Variation 0.894 0.074 0.144 1.934 1 0.991 0.083 0.156 1.884 2 0.610 0.051 0.092 1.808 3 0.442 0.308 0.096 2.621 4 0.889 0.074 0.185 2.502 5 0.498 0.042 0.084 2.030 6 0.239 0.020 0.024 1.193 7 0.291 0.024 0.050 2.077 8 0.179 0.015 0.024 1.621 9 0.351 0.029 0.055 1.875 10 0.731 0.061 0.129 2.124 11 0.541 0.045 0.086 2.141 12 6.656 0.055 1.137 23.809 Total 0.555 0.046 0.085 1.984 Average
Backward Linkage 1.611 1.787 1.101 0.796 1.603 0.898 0.430 0.525 0.323 0.634 1.318 0.975 12.000 1.000
Backward Spread 0.975 0.950 0.911 1.321 1.261 1.023 0.601 1.047 0.817 0.945 1.071 1.079 12.000 1.000
Sumber : Tabel Input-Output Kota Bogor Tahun 2008 Klasifikasi 12 Sektor (diolah)
97
Lampiran 19. Multiplier Output Klasifikasi 12 Sektor Sector Initial First Round Indust Sup Consumption 1.000 0.894 0.532 0.000 1 1.000 0.991 0.810 0.000 2 1.000 0.610 0.348 0.000 3 1.000 0.442 0.305 0.000 4 1.000 0.889 0.443 0.000 5 1.000 0.498 0.297 0.000 6 1.000 0.239 0.184 0.000 7 0.291 0.210 0.000 1.000 8 0.179 0.117 0.000 1.000 9 0.351 0.351 0.000 1.000 10 0.731 0.884 0.000 1.000 11 0.541 0.550 0.000 1.000 12
Total 2.425 2.801 1.959 1.747 2.332 1.796 1.423 1.501 1.296 1.702 2.615 2.090
Elasticity 2.363 2.796 1.377 1.017 2.116 1.088 1.094 0.571 0.725 1.068 0.664 0.998
Type l 2.425 2.801 1.959 1.747 2.332 1.796 1.423 1.501 1.296 1.702 2.615 2.090
Sumber : Tabel Input-Output Kota Bogor Tahun 2008 Klasifikasi 12 Sektor (diolah)
98
Lampiran 20. Multiplier Pendapatan Klasifikasi 12 Sektor Sector Initial First Round Indust Sup Consumption 0.017 0.170 0.096 0.000 1 0.001 0.141 0.132 0.000 2 0.082 0.082 0.051 0.000 3 0.123 0.057 0.042 0.000 4 0.018 0.137 0.068 0.000 5 0.102 0.074 0.047 0.000 6 0.069 0.024 0.028 0.000 7 0.064 0.039 0.000 0.276 8 0.027 0.018 0.000 0.174 9 0.047 0.056 0.000 0.161 10 0.108 0.153 0.000 0.051 11 0.148 0.119 0.000 0.365 12
Total 0.284 0.274 0.215 0.222 0.223 0.223 0.121 0.378 0.220 0.264 0.312 0.632
Elasticity 15.839 351.509 1.844 1.050 11.394 1.325 1.343 0.522 0.706 1.027 1.564 0.826
Type l 16.256 352.146 2.622 1.804 12.558 2.187 1.746 1.373 1.252 1.638 6.611 1.371
Sumber : Tabel Input-Output Kota Bogor Tahun 2008 Klasifikasi 12 Sektor (diolah)
99
Lampiran 21. Jumlah Investasi Industri Kota Bogor Tahun 2010-2014 SEKTOR AGROINDUSTRI A. INDUSTRI MENENGAH/ BESAR 1. Makanan 2. Minuman 3. Kayu Olahan dan Rotan 4. Industri Tekstil 5. Industri Kulit Subtotal B. INDUSTRI KECIL FORMAL 1. Makanan 2. Minuman 3. Kayu Olahan dan Rotan 4. Industri Tekstil 5. Industri Kulit Subtotal C. INDUSTRI KECIL NONFORMAL 1. Makanan 2. Minuman 3. Kayu Olahan dan Rotan 4. Industri Tekstil 5. Industri Kulit Subtotal TOTAL
REALISASI 2010 30 171 184 400 113 021 251 278 31 103 084 707 206 576 740 000 6 736 000 000 387 608 260 385
2011 28 146 024 400 114 874 111 278 31 103 084 707 212 587 540 000 6 202 000 000 392 912 760 385
2012* 28 708 944 888 117 171 593 504 31 725 146 401 216 839 290 800 6 326 040.000 400 771 015 593
10 620 830 800 3 552 910 000 3 504 610 000 5 917 878 650 2 608 630 000 26 204 859 450
11 653 379 800 3 857 740 500 3 554 360 000 5 962 308 650 2 608 630 000 27 636 418 950
11 886 447 396 3 934 895 310 3 625 447 200 6 081 554 823 2 660 802 600 28 189 147 329
1 082 969 470 197 671 950 321 959 872 389 192 700 2 325 813 800 4 317 607 792 418 130 727 627
1 147 947 638 296 507 925 321 959 872 399 700 900 3 256 139 200 5 422 255 535 425 971 434 870
1 170 906 591 302 438 084 328 399 069 407 694 918 3 321 261 984 5 530 700 646 434 490 863 568
PROYEKSI 2013* 2014* 29 283 123 786 29 868 786 261 119 515 025 374 121 905 325 882 32 359 649 329 33 006 842 316 221 176 076 616 225 599 598 148 6 452 560 800 6 581 612 016 408 786 435 905 416 962 164 623 12 124 176 344 4 013 593 216 3 697 956 144 6 203 185 919 2 714 018 652 28 752 930 276
12 366 659 871 4 093 865 081 3 771 915 267 6 327 249 638 2 768 299 025 29 327 988 881
1 194 324 723 1 218 211 217 308 486 845 314 656 582 334 967 050 341 666 391 415 848 816 424 165 792 3 387 687 224 3 455 440 968 5 641 314 659 5 754 140 952 443 180 680 839 452 044 294 456
Sumber : Disperindag Kota Bogor, 2011 (diolah) Keterangan : *Proyeksi data sementara adanya kenaikan dua persen per tahun
100
Lampiran 22. Jumlah Minat Investasi PMDN dan PMA di Kota Bogor Berdasarkan Penerbitan Izin Yang Tercatat di BPPTPM Kota Bogor Periode Tahun 2011 JUMLAH UNIT JUMLAH JUMLAH INVESTASI USAHA TENAGA KERJA SEKTOR AGROINDUSTRI NO PMDN PMA PMDN PMA PMDN PMA 1 Industri Produk Roti dan Kue 5 0 197 321 000 0 20 0 2 Industri Pengolahan Produk dari Susu 2 0 1 584 285 000 0 17 0 3 Industri Pengolahan Produk Daging 2 0 74 324 000 0 5 0 4 Industri Bumbu Masak dan Penyedap Rasa 1 0 19 340 000 0 4 0 5 Industri Produk Kue Basah, Roti dan Kue 2 0 86 355 000 0 6 0 6 Industri Minuman Ringan 5 0 153 247 500 0 59 0 Industri Kimia dasar Organik yang bersumber 7 1 0 24 150 000 0 2 0 dari Hasil Pertanian 8 Industri Sirup Buah Pala 1 0 42 318 000 0 2 0 9 Industri Abon Ikan Tongkol 2 0 72 539 000 0 5 0 10 Industri Makanan 1 0 37 775 000 0 43 0 11 Industri Pengolahan Sari Buah 2 0 66 100 000 0 7 0 12 Industri Tempe Kedelai 1 0 47 660 000 0 6 0 13 Industri Minyak Makan 2 0 128 860 000 0 8 0 14 Industri Produk Masak Lainnya 1 0 48 600 000 0 3 0 15 Industri Makanan dari Cokelat dan Kembang Gula 1 0 47 300 000 0 2 0 16 Industri Tahu Kedelai 2 0 69 528 000 0 8 0 17 Industri Air Minum dalam Kemasan 1 0 310 000 000 0 3 0 18 Industri Kerupuk, Kripik Peyek dsb 3 0 104 594 000 0 16 0 TOTAL 35 0 3 114 296 500 0 216 0 Sumber : BPPTPM Kota Bogor, 2011 (diolah)
101
Lampiran 23. Output Final Demand Impacts (Juta Rupiah) Sector Final Demand Indust Sup Total 0 6 223 6 223 1 0 30 30 2 2 189 711 921 318 3 111 029 3 0 95 857 95 857 4 0 23 930 23 930 5 0 48 178 48 178 6 0 685 219 685 219 7 0 69 922 69 922 8 0 131 952 131 952 9 0 31 953 31 953 10 2 014 581 4 204 292 2 189 711 Total 1.92 Multiplier
Percent 0.15 0.00 74.00 2.28 0.57 1.15 16.30 1.63 3.14 0.76 100.00
Flow-on 6 223 30 921 318 95 857 23 930 48 178 685 219 69 922 131 952 31 953 2 014 581 0.92
Percent 0.31 0.00 45.73 4.76 1.19 2.39 34.01 3.47 6.55 1.59 100.00
Sumber : Tabel Input-Output Kota Bogor Tahun 2008 Klasifikasi 10 Sektor (diolah)
102
Lampiran 24. Income Final Demand Impacts (Juta Rupiah) Sector Final Demand Indust Sup Total 0 110 110 1 0 0 0 2 220 207 92 652 312 858 3 0 9 684 9 684 4 0 1 104 1 104 5 0 13 273 13 273 6 0 119 070 119 070 7 11 232 11 232 0 8 0 6 594 6 594 9 0 11 673 11 673 10 265 391 485 598 220 207 Total 2.21 Multiplier
Percent 0.02 0.00 64.43 1.99 0.23 2.73 24.52 2.31 1.36 2.40 100.00
Flow-on 110 0 92 652 9 684 1 104 13 273 119 070 11 232 6 594 11 673 265 391 1.21
Percent 0.04 0.00 34.91 3.65 0.42 5.00 44.87 4.23 2.48 4.40 100.00
Sumber : Tabel Input-Output Kota Bogor Tahun 2008 Klasifikasi 10 Sektor (diolah)
103
Lampiran 25. Employment Final Demand Impacts (Juta Rupiah) Sector Final Demand Indust Sup Total 0 272 272 1 0 0 0 2 39 983 16 823 56 805 3 0 2 432 2 432 4 0 1 758 1 758 5 0 1 444 1 444 6 0 27 707 27 707 7 793 793 0 8 0 4 632 4 632 9 0 3 566 3 566 10 59 426 99 408 39 983 Total 2.49 Multiplier
Percent 0.27 0.00 57.14 1.77 1.45 2.73 27.87 0.80 4.66 3.59 100.00
Flow-on 272 0 16 823 2 432 1 758 1 444 27 707 793 4 632 3 566 59 426 1.49
Percent 0.46 0.00 28.31 4.09 2.96 2.43 46.63 1.33 7.79 6.00 100.00
Sumber : Tabel Input-Output Kota Bogor Tahun 2008 Klasifikasi 10 Sektor (diolah)
104