PERAN YOHAN FAISAL KASAD DAMOPOLII DALAM MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN 1945 DI BOLAANG MONGONDOW
.
Jurusan Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu sosial Universitas Negeri Gorontalo 2014
.
ABSTRAK Dewi Sartika Tongkad1 (231 410 006), 2014. SKRIPSI, “Peran Yohan Faisal Kasad Damopolii Dalam Mempertahankan Kemerdekaan 1945 Di Bolaang Mongondow”. Kabupaten Bolaang Mongondow Provinsi Sulawesi Utara. Jurusan Pendidikan Sejarah T.A 2014/2015 Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing I Dra. Hj. Resmiyati Yunus, M.Pd dan Pembimbing II Drs. Joni Apriyanto, M.Hum. Penelitian ini merupakan penelitian yang dilaksanankan di Bolaang Mongondow selama tiga Minggu dengan metodologi yang digunakan adalah wawancara dan dokumentasi. Tujuan Penelitian ini adalah : Untuk mengetahui bagaimana peran dari Yohan Faisal Kasad Damopolii dalam mempertahankan kemerdekaan di Bolaang Mongondow. Penelitian ini menggunakan Pendekatan Historis dengan Metodologi Penulisan Sejarah. Yohan Faisal Kasad Damopolii adalah satu dari ribuan pemuda Bolaang Mongondow yang ikut berjuang untuk mempertahankan kemerdekaan di Bolaang Mongondow. Perjuangan yang dilakukan oleh Yohan Faisal Kasad melalui begitu banyak rintangan dan hambatan baik itu dari pihak penjajah maupun dari pihak keluarganya sendiri. Ketokohan Yohan Faisal Kasad Damopolii tidak banyak dikenal dalam ruang lingkup yang umum karena perjuangan Yohan Faisal Kasad Damopolii jarang disinggung dalam dunia sejarah Bolaang Mongondow saat ini. Kata Kunci : Yohan Faisal Kasad Damopolii, Mempertahankan Kemerdekaan.
1
DEWI SARTIKA TONGKAD, 231410006, JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH, FAKULTAS ILMU SOSIAL, DRA. H. RESMIYATI YUNUS M.Pd DAN DRS. JONI APRIYANTO, M.HUM.
Bolaang Mongondow adalah salah satu daerah kecil di Indonesia yang berada di Sulawesi Utara dan ikut serta dalam mempertahankan kemerdekaan bangsa Indonesia. Setelah mendapat berita bahwa pada tanggal 17 Agustus 1945 Bung Karno dan Bung Hatta telah memproklamirkan kemerdekaan bangsa Indonesia, maka pada tanggal 22 Agustus 1945 langsung diadakan rapat di Tondano yang dihadiri oleh masing-masing perwakilan daerah yang ada di Sulawesi Utara termasuk Bolaang Mongondow yang dihadiri oleh H.J.C. Manoppo dan didamping oleh Y.F.K. Damopolii2. Rapat yang dilaksanakan selama dua hari tersebut akhirnya mengahasilkan pembentukan pemerintahan Republik Indonesia mewakili pemerintahan pusat yang bertujuan untuk mempertahankan proklamasi 17 Agustus 1945 meliputi Sulawesi Utara dan Tengah. Kedudukan Belanda dan sekutu yang sangat kuat mendorong para pemuda-pemuda yang ada di Bolaang Mongondow untuk tetap bersatu melepaskan diri dari penjajah karena sahnya kemerdekaan sudah diproklamasikan oleh Soekarno Hatta. Para pemuda tersebut menyimpulkan bahwa dasar hukum Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia yang diproklamirkan oleh Soekarno-Hatta sangat kuat dan didasarkan atas persatuan bangsa seperti Lagu Kebangsaan Indonesia dan Bendera Kebangsaan Merah Putih. Tekad yang sangat kuat oleh para pemuda untuk segera melepaskan diri dari ikatan sang penjajah yang sudah cukup lama mencengkram Bumi Pertiwi Indonesia. Tidak ada pilihan lain kecuali “Merdeka atau Mati”. Itulah yang diharapkan oleh para tokoh-tokoh politik, organisasi-organisasi serta seluruh pemuda dan masyarakat yang ada di Bolaang Mongondow. Disamping itu ternyata banyak tokoh-tokoh pejuang Bolaang Mongondow yang ikut serta dalam merebut kemerdekaan bangsa Indonesia sampai akhir hayatnya dan tidak sempat kembali ke kampung halamannya. Itulah yang juga menjadi dorongan bagi 2
Nurtina Gonibala, Sejarah Perjuangan Kelaskaran Banteng Republik Indonesia, 17. Henny Jusuf Cornelis Manoppo merupakan raja terakhir Bolaang Mongondow sebelum masa swapraja dibubarkan.
masyarakat dan pemuda Bolaang Mongondow untuk tetap mempertahankan kemerdekaan yang dengan susah payah di rebut oleh saudara-saudaranya. Persatuan para pemuda Bolaang Mongondow serta tingginya rasa nasionalisme yang ada, mereka bertekad untuk mengumpulkan para pemuda lainnya untuk mengikuti penataran yang diberikan oleh Bapak Y.F.K. Damopolii tentang persatauan dan kesatuan, rasa senasib seperjuangan dengan tidak pilih kasih meskipun berbeda ideology, tetap satu dan bersatu dalam satu komando, dengan semboyan “Merdeka atau Mati!” Setelah
selesai
penataran,
dengan
niat
untuk
mempertahankan
kemerdekaan bangsa Indonesia dari para penjajah, tanggal 14 Oktober 1945, secara resmi dibentuklah satu kelaskaran oleh Bapak Y.F.K. Damopolii dan diberi nama Laskar Banteng RI Bolaang Mongondow. Dengan tekad yang kuat serta semangat yang membara, Bapak Y.F.K. Damopolii yakin bahwa kelaskaran ini mampu untuk memerangi para penjajah yang masih berada di Sulawesi Utara khususnya daerah Bolaang Mongondow.3 Lepas dari dibentuknya sebuah kelaskaran tersebut, Bapak Y.F.K. Damopolii sendiri sebenarnya tidak terlalu diketahui oleh masyarakat luas sekarang ini, baik itu dalam daerahnya sendiri ataupun dalam masyarakat luas bangsa Indonsia. Tidak banyak orang yang membicarakan tentang beliau dalam masa mempertahankan kemerekaan, inilah yang seharusnya menjadi bahan perhatian bangsa ini bahwa ternyata tidak hanya ditanah Jawa atau Sumatra yang mempunyai pahlawan kemerdekaan, bahwa didaerah kecil juga ternyata memiliki seorang pahlawan kemerdekaan. Bangsa yang baik adalah bangsa yang menghargai sejarah. Dan didalam sejarah panjang mempertahankan kemerdekaan bangsa kita, banyak sekali para pejuang-pejuang daerah yang rela unjuk badan untuk bangsa ini. Namun sangat disayangkan banyak juga para pejuang-pejuang daerah tersebut yang tidak 3
Nurtina Gonibala, Sejarah Perjuangan Kelaskaran Banteng Republik Indonesia Bolaang Mongondow, 20.
diketahui oleh masyarakat luas, oleh anak-anak didik, bahkan oleh pemerintah. Bolaang Mongondow juga ternyata mempunyai sejarah tersendiri bagaimana mereka para nenek-moyang kita berjuang untuk Indonesia, namun itulah banyak juga yang tidak diketahui bahkan oleh masyarakat Bolaang Mongondow itu sendiri. Keadaaan Bolaang Mongondow selalu dikait-kaitkan dengan Manado dan Minahasa, dari segi pejuangnya, organisasi yang di dalam, atau apalah yang ada di Bolaang Mongondow, sehingga yang dikenal dan diketahui oleh khalayak diluar adalah Minahasa, padahal dibalik dari itu semua Bolaang Mongondow punya sejarah sendiri mengenai bangsa ini. METODOLOGI PENELITIAN Dalam penelitian sejarah lokal ini menggunakan metode penelitian sejarah yang meliputi Heuristik Kritik Interpretasi historiografi PEMBAHASAN Pemuda-pemuda di Bolaang Mongondow juga tidak ingin kalah juang seperti pemuda-pemuda yang ada ditanah Jawa, mereka berhasil membentuk kumpulan-kumpulan pemuda yang punya semangat juang tinggi. Begitu pula dengan Y.F.K. Damopolii, beliau juga ikut serta mengumpulkan pemuda-pemuda yang nantinya akan diberikan pembekalan terkait semangat kemerdekaan dan jiwa nasionalisme. Tokoh Y.F.K Damopolii dapat diterima dengan baik dalam lingkup kepemudaan karena pengalaman beliau yang sudah lebih dulu tergabung dalam lingkaran PSII Bolaang Mongondow, dan ilmu yang beliau dapatkan disekolah HIS juga ikut disalurkan kepada pemuda-pemuda lainnya. Beliau juga cakap dalam berbicara, dengan itu pula maka Y.F.K. Damopolii sempat menjadi asisten dari salah satu Raja Bolaang Mongondow. Kecakapan dari Y.F.K. Damopolii inilah yang mampu menjadi dasar semangat dari pemuda-pemuda yang ada di
Bolaang Mongondow. Beliau mampu menjadi panutan dan merangkul pemudapemuda yang ingin berjuang membebaskan diri dari genggaman tangan penjajah. Y.F.K. Damopolii beserta pemuda-pemuda lainnya mempunya niat dan tujuan yang sama. Beliau percaya jika semua semangat pemuda dikumpulkan dan tidak ada rasa ketakutan kepada mereka sang penjajah, dengan bekal yang mereka dapatkan, maka penjajahlah yang seharusnya mundur dari tanah pribumi. Saleh Damopolii menambahkan : “Semangat juang yang dimiliki oleh Yohan Faisal Kasad Damopolii untuk membebaskan daerah Bolaang Mongondow sangat besar. Ketika diatas sebuah podium, Belanda sedang berkoar-koar untuk tetap bersikeras menaikkan dan mendahulukan bendera merah-putih-biru selaku bendera Belanda dari pada bendera merah-putih milik Indonesia, seketika Yohan Faisal Kasad Damopolii naik ke atas podium tersebut dan beliau langsung memberontak kepada pihak Belanda dengan menggunakan bahasa Belanda. Beliau bersikeras bahwa seharusnya merah-putih yang dinaikkan terlebuh dahulu dan iringi dengan lagu kebangsaan Indonesia Raya. Karena beliau menuntut ilmu di sekolah HIS yang ada di Bolaang Mongondow, maka dari itu beliau menguasai bahasa Belanda.
Itu semua beliau wujudkan dengan semangat juang dan jiwa nasionalisme yang sudah tertanam maka beliau membentuk yang namanya Laskar Banteng. Kemudian beliau mengajak istri beliau Nurtina Gonibala Manggo beserta rekanrekan seperjuangan beliau untuk merekrut dan melatih pemuda-pemuda yang tergabung dalam laskar tersebut untuk memukul mundur Belanda yang masih berkedudukan di Bolaang Mongondow saat itu. Terbentuknya Laskar Banteng Pada tingkat perjuangan berikutnya, muncullah banyak organisasiorganisasi yang semakin memperkuat rakyat Bolaang Mongondow, yaitu dengan terbentuknya satu pasukan Laskar yang didorong oleh semangat juang pemuda
dan keadaan Bolaang Mongondow pada saat itu yang sebenarnya Indonesia sudah dinyatakan merdeka oleh Soekarno-Hatta. Y.F.K.Damopolii
bertekad
untuk
melepaskan
dan
membebaskan
masyarakat Bolaang Mongondow dari ikatan penjajah yang sudahbertahun-tahun menyengsarakan Indonesia. Tanggal 5 Oktober 1945, dibentuklah satu panitia yang bertugas menyusun kekuatan untuk menegakkan dan mempertahankan Proklamasi 17 Agustus 1945. Tugas utama dari panitia tersebut adalah mengumpulkan sebanyak mungkin dan mendaftarkan nama-nama anggota. Setelah terkumpul kurang lebih 500 anggota, YF.K.Damopolii mengadakan kegiatan penatara tentang disiplin, persatuan dan kesatuan, rasa senasib seperjuangan, dan tidak pilih, tetap satu dan bersatu dalam satu komando. Sebelum membentuk suatu massa, para pemuda-pemuda Bolaang Mongondow masih menyusun strategi agar berita tentang proklamasi dapat disampaikan langsung kepada Raja H.J.C. Manoppo. Akhirnya beberapa orang utusan berangkat menuju kerajaan dan menyampaikan berita tersebut sekaligus meminta petunjuk kepada raja, mereka tidak akan bertindak tanpa sepengetahuan dari sang raja. Begitu bertemu dengan raja, mereka memberikan teks proklamasi kepada raja dan ternyata raja sudah memilikinya. Mereka bersedia mempertahankan proklamasi kemerdekaan, siap mempertahankan berkibarnya merah-putih, bukan hanya sekedar menerima penyerahan dari tantara Jepang, sementara pasukan sekutu yang mendampingi Belanda untuk menjajah kembali sudah memasuki Bolaang Mongondow. Melihat semangat juang dari pemuda-pemuda, raja hanya terdiam dan lantas berkata : “Tuntutlah kemerdekaan dengan jalan persatuan yang kokoh antar orang tua dan pemuda; kalau kalian sudah bergerak setelah bersatu dan kokoh, saya harap jangan kaitkan nama saya, karena saya adalah raja yang membela rakyat, dengan kesalahan apapun pengadilan tertinggi tetap di tangan raja; jangan mengajak desa yang masih feodal, dan pejabat yang
sudah makan susu dan mentega kebaikan Belanda, tapi yang bertanggung jawab dan tahu memilih kawan seperjuangannya; disiplin terhadap jiwa anggota barisan.”4
Setelah mendengar pernyataan dari Raja H.J.C.Manoppo, dan untuk mewujudkan dan membentuk suatu wadah pemuda dan menghimpun serta segera melakukan latihan secepatnya, maka pada tanggal 14 Oktober 1945 diadakan suatu pertemuan pemuda disalah satu rumah yang dianggap cukup strategis dan rumah tersebut adalah rumah dari Yohan Faisal Kasad Damopolii bersam istri Ny.Nurtina. Pertemuan tersebut berjalan dengan lancar dibawah pengawalan pemuda-pemuda meskipun sewaktu-waktu dilalui oleh patroli NICA, dan akhirnya berhasil terbentuk suatu wadah dengan putusan diberi nama “ Laskar Banteng Republik Indonesia Bolaang Mongondow. ” Lanjut Zainal Abidin Lantong menambahkan : Dan dibawah pimpinan Letnan Hirayama yang masih bertahan di Huluongkag,ia melatih pemuda-pemuda untuk bertempur. Kemudian dibentuklah Laskar Banteng oleh Y.FK. Damopolii beserta istrinya Nurtina Gonibala Manggo yang bermarkas di Huluongkag sekaligus menjadi tempat pasukan tersebut untuk berlatih perang, dan alat-alat perang yang digunakan adalah alat-alat yang dipinjamkan oleh Letnan Hirayama.
Sebagai pertimbangan yang disesuaikan dengan pengalaman dan kecakapan dari seseorang, maka Yohan Faisal Kasad Damopolii ditunjuk langsung
sebagai
komando
tertinggi
dari
pasukan
laskar
tersebut.
Y.F.K.Damopolii saat itu menjabat sebagai asisten Raja H.J.C.Manoppo yang selalu mendampingi raja, saat upacara penyerahan pemerintahan Jepang di Tondano, dan beliau juga memiliki banyak kenalan orang-orang yang
4
Aminullah Mokobombang, Sejarah Napak Tilas Mengikuti Jiwa dan Jejak Merah Putih Dalam Perjuangan Kemerdekaan Republik Indonesia, 122.
berpengaruh didaerah-daerah seperti pimpinan Pasukan Berani Mati dari dewan Kerajaan Bolaang Uki, dan Pasukan Banteng Ma’Esa dari Minahasa.5 Setelah terbentuknya laskar tersebut, Y.F.K.Damopolii bersama istri langsung berangkat menuju kerajaan untuk bertemu dengan raja dan melaporkan bahwa pasukan sudah terbentuk. Raja menerima berita tersebut hanya tersenyum dan mengangguk, dengan dipilihnya Y.FK. Damopolii sebagai komandan tertinggi laskar, raja tidak ragu karena raja tau persis bagaimana Y.F.K. Damopolii. Pembentukkan suatu pasukan seperti Laskar Banteng adalah bentuk berontak sosial oleh sekelompok pihak yang tidak menginginkan suatu penindasan. Berupa revolusi sosial yang digerakkan oleh sebuah kelas atau kelompok yang mampu mendorong sebagian masyarakat untuk bergabung didalamnya dala rangka melawan sistem yang lazim atau tengah berkuasa.6 Dalam perjuangannya mempertahankan kemerdekaan tersebut sampai pada ia membentuk suatu laskar, terdapat pro dan kontra didalamnya. Nurdin Damopolii menuturkan : “Tidak semua masyarakat yang ada dilingkungan beliau mendukung dan memberikan semangat terkait perjuangan dari beliau tersebut. Didalam keluarga beliau, sebagian justru menentang keterkaitan beliau dalam laskar tersebut. Mereka berpendapat “ Tumakin mo parang takin monia tonga’ bi’ doman mo dapot kon lobongon”. Artinya “pergi untuk berperang bersama dengan mereka hanya akan sampai pada kematian”. Pihak keluarga menentang keras karena mereka takut nantinya beliau akan dibunuh oleh pihak Belanda.”
Walaupun mendapat pertentangan dari keluarga, Y.F.K Damopolii tidak mengundurkan niat dan semangatnya untuk berjuang mempertahankan proklamasi dan kemerdekaan bangsa Indonesia.
5
Nurtina Gonibala, Sejarah Perjuangan Kelaskaran Banteng Republik Indonesia Bolaang Mongondow, 18. 6 Marnie Hughes Warrington, 50 Tokoh Penting Dalam Sejarah, 414.
Saleh Damopolii menambahkan : “Kontra terhadap kepemimpinan dari Yohan Faisal Kasad Damopolii ini dalam mempertahankan kemerdekaan di Bolaang Mongondow adalah dengan masyarakat yang ada di Minahasa, karena sebagian dari masyarakat di Minahasa adalah anak mas dari Belanda”.
Maka tersusunlah rincian-rincian tugas pertama untuk Laskar Banteng yaitu Komandan tertinggi Y.F.K. Damopolii mengatur siasat bagaimana agar bisa memperoleh senjata; mengadakan pertemuan dengan daerah tetangga; komandan segera membentuk rayon atau kelompok pasukan didesa-desa dan mengadakan latihan; pembantu umum mendaftar anggota yang dapat dipercaya; kemudian ditetapkan markas pusat di Desa Molinow dan sewaktu-waktu bisa berpindah sesuai dengan situasi.7 Terbetuknya rayon disetiap desa secara rahasia selalu mendapat intaian dari patroli NICA. Maka dari itu pemuda-pemudi yang mendaftar harus diseleksi sebaik mungkin karena ditakutkan terdapat penghianat atau mata-mata yang sengaja diutus oleh NICA. November 1945 pasukan ditiap-tiap rayon semakin bertambah karena semangat dari Y.F.K. Damopolii selaku komandan tertinggi laskar. Tidak terbesit dalam benak beliau rasa takut ataupun cemas dalam menentang kerasnya Belanda. Selama beliau masih berdiri dan menyaksikan apa yang diperbuat oleh penjajah yang harusnya rakyat tidak merasakan hal tersebut maka beliau akan menentang keras. Dengan dukungan keras yang diberikan oleh istrinya yang juga salah satu pejuang Bolaang Mongondow, beserta kawan seperjuangan dan anggota dari kelaskaran yang beliau bentuk, maka darinya itu sudah lebih dari cukup untuk tetap bertahan dan berpatokan kepada Proklamasi 17 Agustus 1945.
7
Aminullah Mokobombang, Sejarah Napak Tilas Mengikuti Jiwa dan Jejak Merah Putih Dalam Perjuangan Kemerdekaan Republik Indonesia, 122.
Penangkapan Komandan Tertinggi Laskar Berita terbentuknya suatu laskar penentang NICA segera menyebar luas hingga akhirnya sampai pada pasukan sekutu. Sekutu langsung memerintahkan kepada tentara-tentaranya agar segera mencari dan menangkap biang dari pembentukan laskar tersebut yang sudah pasti akan berpengaruh nanti. Setelah menemui Raja H.J.C.Manoppo dikerajaan, Y.F.K. Damopolii langsung mengumpulkan seluruh anggota dari pasukan kelaskaran agar bersiapsiap untuk segala kemungkinan yang akan terjadi karena beliau sudah menduga bahwa sekutu telah mengetahui pembentukan dari Laskar Banteng tersebut. Pada tanggal 23 Oktober 1945, Y.F.K. Damopolii sedang berdiskusi dengan istrinya Ny.Nurtina dan Abdul Rahman Mokobombang mengenai rencana mendapatkan senjata dari tentara Jepang. Tiba-tiba sebuah mobil memasuki pekarangan rumah Y.F.K.Damopolii. Istri beliau langsung mengintip dari jendela rumah, beliau menduga suara mobil tersebut adalah mobil dari Raja H.J.C.Manoppo. Ternyata bukan, itu adalah mobil polisi dari sekutu untuk menangkap Y.F.K.Damopolii selaku komandan tertinggi laskar. Inspektur polisi Yacob Van Beugen menyerahkan surat perintah penangkapan dan diterima baik oleh Y.F.K. Damopolii. Namun sebelum polisi membawa Y.F.K. Damopolii, beliau meminta izin untuk melaksanakan sholat Azhar terlebih dahulu. Ketika Y.F.K.Damopolii keluar menuruni tangga menuju mobil polisi, istrinya bertanya bagaimana perjuangan selanjutnya, beliau hanya menjawab dengan lembut namun tegas : “Pomolat, akuoi moiko, moiko akuoi” yang artinya : “teruskan, saya adalah kamu dan kamu adalah saya.”8 Beliau yakin dan percaya bahwa Laskar yang dibentuknya tidak akan pantang menyerah melihat penangkapan tersebut, dan kepercayaannya kepada istri sebagai wanita yang tangguh untuk memimpin Laskar tersebut. Seperti yang ditegaskan oleh Zainal Abidin Lantong :
8
Nurtina Gonaibala Manggo, Sejarah Perjuangan Kelaskaran Banteng Republik Indonesia Bolaang Mongondow, 22.
”Akan tetapi berita terbentuknya suatu laskar tersebut diketahui oleh Belanda, sehingga dengan segera Belanda di bawah pimpinan Letnan Kambey menuju Desa Molinow dikediaman Y.F.K Damopolii dan menangkap beliau selaku Komando tertinggi dari Laskar Banteng tersebut. Penangkapan Y.F.K. Damopolii tersebut disaksikan langsung oleh istrinya Nurtina Gonibala Manggo dan anaknya Nurdin Damopolii kemudian oleh masyarakat. Y.F.K. Damopolii ditangkap dan dijebloskan dalam penjara yang ada di Manado oleh pihak Belanda.
Penangkapan Pemuda-Pemuda Laskar Banteng Kekhawatiran Y.F.K.Damopolii terbukti benar. Setelah peristiwa pawai akbar Merah Putih dan jatuhnya J.Kambey, tentara NICA kembali dan mengepung markas induk kelaskaran, mencari pasukan laskar dan pemudapemuda yang terlibat dalam peristiwa tersebut beserta pimpinan-pimpinan pasukan. Langkah pertama setelah menduduki desa Molinow sebagai markas induk dari Laskar Banteng, NICA mengadakan operasi penggeledahan secara ketat, ganas dan perampasan segala dokumen-dokumen, termasuk dokumen hubungan senjata dengan Hirayama pada tanggal 18 November 1945. 20 Desember 1945, polisi menangkap anggota-anggota Laskar Banteng, antara lain, A.H. Raupu, A.T.Mokobombang, Ismail Mokobombang, M.S.Detu, Wahab Mokobombang, A.B.Mamonto, Abubakar Hatam dan Kamal Dolot. 25 Desember 1945, menyusul pula ditangkapnya S.A.Mokobombang bersama Abd.Rahman Mokobombang.9 Mereka yang ditangkap tersebut menyusul Y.F.K.Damopolii dipenjara dan siap menerima siksaan dari Belanda. 30 Desember 1945, Ny.Nurtina yang sedang menghadiri pemakaman salah satu kerabatnya ditangkap oleh polisi NICA dan dibawah ke kantor polisi untuk diintrogasi. Ny.Nurtina langsung diserahkan kepada inspektur polisi Manoppo. Dengan pandangan penuh kebencian, inspektur mencaci maki Ny.Nurtina dan mengatakan bahwa suaminya Y.F.K.Damopolii sudah ditembak mati oleh tentara 9
Nurtina Gonaibala Manggo, Sejarah Perjuangan Kelaskaran Banteng Republik Indonesia Bolaang Mongondow, 30.
NICA. Namun Ny.Nurtina tidak percaya dengan berita tersebut. Akhirnya Ny.Nurtina dimasukkan dalam kamar gelap. 23 Januari 1946, Zelfbestuur H.D.Manoppo melakukan pemeriksaan kembali kepada Ny.Nurtina. Pemeriksaan kali ini cukup keras dan kasar dari sebelumnya. Ny.Nurtina tetap diam mengenai keterkaitan dari pemuda-pemuda lainnya, akhirnya ia dipukuli dengan pistol hingga Ny.Nurtina pingsan. Setelah ia sadar, dokter langsung memberitahukan bahwa Ny.Nurtina mengalami keguguran, sekejap ia langsung teringat akan suaminya Y.F.K.Damopolii. Sementara Ny.Nurtina melalui pemeriksaan oleh polisi, penderitaan Y.F.K.Damopolii juga masih berkepanjangan, selama beliau belum menyebutkan keterlibatan dari pemuda-pemuda lainnya dang anggota kelaskaran, pihak Belanda akan tetap menyiksanya. Akhirnya istri Y.F.K.Damopolii dipindahkan ke penjara di Manado untuk menunggu sidang Hakim Tinggi Militer bersama suaminya Y.F.K.Damopolii. Berkumpul semua pejuang-pejuang kemerdekaan di penjara Manado. Y.F.K.Damopolii, Nani Wartabone, B.W.Lapian, R.M.Kusno Danupoyo, Arun Tangahu, Jusuf Monoarfa, Mayor TNI John Rahasia, N.P.Simbala, Laan Massie, M.Pelealu, W.Saerang, Kapten F.Biesman, S.D.Wuisan, dan Husin Thanta.10 Dan tahanan perempuan yaitu istri dari Y.F.K.Damopolii. Berbagai macam siksaan yang diterima oleh Y.F.K.Damopolii dan kawankawannya dalam tahanan Belanda. Namun keyakinan Y.F.K.Damopolii tetap teguh, bahwa Belanda tidak akan selamanya berada di bangsa ini, akan ada saatnya semua akan berakhir. Dan akhirnya Y.F.K. Damopolii dibebaskan oleh polisi setelah melalui masa hukumannya. Dan selang beberapa bulan istri Y.F.K.Damopolii juga dibebaskan dengan total masa tahanan selam 18 bulan. Dengan penuh rasa cinta dan kasih, Y.F.K.Damopolii menjemput istrinya tercinta Ny.Nurtina. Kondisi Y.F.K.Damopolii saat itu sangat memprihatinkan akibat selalu menerima pukulan dan siksaan dari pihak Belanda. Dan akhirnya Y.F.K.Damopolii dan istrinya pulang ke kampung halaman di Desa Molinow dan 10
Nurtina Gonibala Manggo, Sejarah Perjuangan Kelaskaran Banteng Republik Indonesia Bolaang Mongondow, 44.
disambut oleh ratusan warga dan orang tua. Mereka sangat bangga dengan perjuangan Y.F.K. Damopolii beserta istrinya. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Yohan Faisal Kasad Damopolii muncul dan memberikan ide terkait dalam rangka mempertahankan kemerdekaan yang ada di Bolaang Mongondow. Beliau membentuk suatu pasukan khusus di Bolaang Mongondow, hingga nantinya beliau tertangkap oleh Belanda akibat keterlibatannya dalam pasukan tersebut dan dimasukkan ke dalam penjara. Tidak sampai disitu, beliau juga pernah menjabat sebagai ketua PSII Bolaang Mongondow. Kemudian beliau memberikan kontribusinya dalam bentuk pengabdian kepada Bolaang Mongondow dengan menjadi ketua DPRD II Bolaang Mongondow menggantikan Zakaria Imban yang telah menjadi anggota DPRD Republik Indonesia Secara sederhana nilai-nilai sejarah dapat dirumuskan sebagai sesuatu yang dianggap baik dan bermanfaat, serta dijunjung tinggi oleh manusia pendukungnya, terutama tercermin dalam perilaku atau tindakan-tindakan yang positif, serta makna dari peristiwa-peristiwa sejarah itu sendiri. Saran Penulisan sejarah terkait Peran Yohan Faisal Kasad Damopolii Dalam Mempertahankan Kemerdekaan di Bolaang Mongondow masih sangat minim. Kehidupan beliau tidak banyak disinggung dalam sumber-sumber sejarah Bolaang Mongondow. Tersirat keinginan dari mereka yang masih sempat melihat langsung perjuangan beliau dan menjadi saksi dari sejarah perjuangan Bolaang Mongondow saat itu untuk mengangkat kembali tentang perjuangan pemudapemuda Bolaang Mongondow. Akan tetapi usia yang sudah tidak memungkinkan lagi dan sementara bukti-bukti sejarah yang telah dimusnahkan menjadi satu halangan kepada DAFTAR RUJUKAN Aminullah Mokobombang, Napak Tilas Mengikuti Jiwa Dan Jejak Merah Putih Dalam Perjuangan Kemerdekaan Republik Indonesia, Balai Pelatihan Teknologi Grafika Ujung Pandang.
Bin Jamin Mahdang, 2005/2006 Sejarah Indonesia Abad XVI Sampai Abad XX, Universitas Negeri Gorontalo. H. Manoppo. (tt). Sejarah Desa Kopandakan. Kotamobagu: Tidak diterbitkan. Hasanuddin, Basri Amin, 2012, Gorontalo Dalam Dinamika Sejarah Masa Kolonial, Yogyakarta : Ombak Joni Apriyanto, 2012, Sejarah Gorontalo Modern, Yogyakarta : Ombak Nurtina Gonibala, 2003, Sejarah Perjuangan Kelaskaran Banteng RI Bolaang Mongondow, Jakarta : CV Cakra Media. Reiner Emyot Ointoe, 1996, Bolaang Mongondow Etnik, Budaya dan Perubahan, Manado : Yayasan Bogani Karya. A.J. Paransa, A.Mayan, N.D.Manoppo, 1983, Sejarah Bolaang Mongondow, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Bolaang Mongondow : Bolaang Mongondow. Sudirman Habibie, dkk, 2004, 23 Januari 1942 Dan Nasionalisme Nani Wartabone , Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Gorontalo.