PERAN PROFESIONAL GURU PAI DALAM MEMBINA PENGAMALAN BERIBADAH SISWA DI SMK AL-HIDAYAH LESTARI LEBAK BULUS JAKARTA SELATAN Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Disusun Oleh: AHMAD SIDROTUL MUNTAHA 106011000060
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H / 2011 M
ABSTRAK
Nama Nim Fak/jur Judul
: Ahmad Sidrotul Muntaha : 106011000060 : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan/Pendidikan Agama Islam : Peran Profesional Guru PAI dalam Membina Pengamalan Beribadah Siswa di SMK Al-Hidayah Lestari Lebak Bulus Jakarta Selatan
Skripsi ini mengkaji tentang peran profesional guru pendidikan agama Islam dalam membina pengamalan beribadah siswa. Pembahasan skripsi ini dimaksudkan untuk mengetahui peran profesional guru pendidikan agama Islam dalam membina pengamalan beribadah siswa di SMK Al-Hidayah Lestari. Pengamalan beribadah siswa yang beragam disebabkan oleh tingkat pengetahuan, pengamalan, serta penghayatan yang berbeda-beda, sehingga lembaga pendidikan perlu meletakan upaya peningkatan siswa dengan berbasis nilai-nilai keagamaan menjadi landasan yang perlu dibentuk melalui proses belajar mengajar dalam hal ini melalui pendidikan keagamaan. Disinilah perlunya adanya peran profesional dari guru pendidikan agama Islam dalam membina pengamalan beribadah siswa, agar siswa-siswi bersemangat dan antusias dalam mengamalkan ibadah baik di sekolah maupun di luar sekolah. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitis yaitu penelitian yang bertujuan menggambarkan suatu keadaan atau sifat seperti adanya untuk kemudian dianalisa. Dengan metode ini diharapkan peneliti dapat menjelaskan peran profesional guru PAI dalam membina pengamalan beribadah siswa di SMK Al-Hidayah Lestari. Sedangkan penelitian yang digunakan untuk memperoleh data dan informasi adalah penelitian lapangan (field research) yaitu penelitian yang dilakukan dengan meneliti secara langsung objek penelitian yang ditentukan, dan ditunjang oleh referensi-referensi yang berkaitan dengan tema yang dibahas di skripsi ini (library research). Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas X (sepuluh) sebanyak 80 orang (40%) berdasarkan pertimbangan dan tujuan penelitian. Teknik yang digunakan Random Sampling (acak) pada tiap kelas hanya diambil 16 siswa. Hasil angket yang telah diisi oleh responden, ditabulasikan dalam bentuk hitungan analisis deskriptif, kemudian dianalisis dengan mencari nilai mean atau rata-rata. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui kondisi atau gambaran masing-masing dimensi dan item yang diteliti berdasarkan tanggapan responden. Setelah penulis melakukan analisis dan interpretasi data yang diperoleh dari penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa peran professional guru pendidikan agama Islam dalam membina pengamalan beribadah siswa di SMK Al-Hidayah Lestari pada siswa kelas X (sepuluh) dari perannya sebagai pengajar, pembimbing dan pengawas secara keseluruhan belum mampu menjalankan perannya secara baik.
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan karunia-Nya yang tak terkira sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Peran Profesional Guru PAI dalam Membina Pengamalan Beribadah Siswa di SMK Al-Hidayah Lestari Lebak Bulus Jakarta Selatan”. Shalawat dan salam tak lupa selalu tersanjungkan kepada junjungan alam Rosulullah saw, yang telah membawa umat manusia Minaz Zulumaati Ilan Nuur. Doa dan salam juga semoga selalu terlimpahkan kepada keluarga, sahabat dan pengikutnya yang setia hingga akhir zaman. Penulis menyadari skripsi ini tidak mungkin dapat terselesaikan tanpa dukungan dan dorongan baik moril maupun materil dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan Univesitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2. Bahrissalim, M.Ag dan Drs. Sapiuddin Shiddiq, MA. Ketua dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta beserta seluruh staffnya. 3. Seluruh Dosen Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah mendidik dan memberi bekal berbagai ilmu pengetahuan yang sangat berharga kepada penulis
ii
4. Drs. Mu’arif SAM, M.Pd., dosen pembimbing yang dengan bimbingan dan kesabarannya meluangkan waktu dan pikiran, perhatian serta arahan untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 5. Prof. Dr. H. Abdurrahman Ghazali, M.A. Dosen pembimbing akademik yang telah memberikan bimbingan dan arahan selama perkuliahan berlangsung 6. Pimpinan
dan
seluruh
staff
administrasi
Perpustakaan
Utama,
Perpustakaan FITK yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk meluangkan waktu dengan membaca dan meminjamkan buku-buku kepada penulis yang digunakan sebagai referensi yang berkaitan dengan skripsi ini 7. Ibu Parhanah S.E, Kepala SMK Al-Hidayah Lestari yang telah bersedia membantu penulis melakukan penelitian di sekolah. 8. Kedua orang tua yang selalu penulis sayangi, cintai dan hormati yakni Ayahhanda Ahmad Kamil dan Ibunda Watmah, terima kasih atas segala do’a, nasehat, kesabaran, kasih sayang serta pengorbanan yang selalu diberikan kepada penulis, sehingga penulis dapat mempersembahkan sesuatu yang mudah-mudahan dapat dijadikan kebanggaan. 9. Untuk Kakak tercinta
Ahmad
Syarif
Hidayatullah
yang
selalu
mendo’akan, memberikan motivasi dan inspirasi bagi penulis. 10. Teman-teman PAI angkatan (2006), khususnya kelas B dan SEJARAH yang telah memberikan masukan dan saran bagi penulis sehingga selesainya skripsi ini. Pastikan tali silaturahim kita tetap terjalin sampai akhir hayat 11. Sahabat-sahabat ku Ahmad Syahroni, Andi Basuni, Ansori, Arief Mahmudi,
dan
Edi
Junaidi
Abdilah,
terimakasih
masukan,motivasi, dan dukungan kalian semua.
iii
atas
segala
12. Kakak-kakak senior. Kak Abdillah, dan Kak Fatimah Mahbub yang telah memberikan saran, masukan dan memberikan motivasi kepada penulis 13. Dan semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah membantu penulisan skripsi ini. Hanya harapan dan do’a semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda kepada semua pihak yang telah berjasa dalam membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Akhirnya kepada Allah jualah penulis serahkan segalanya dalam mengharapkan keridhoan, semoga skripsi ini bermanfaat bagi masyarakat umumnya dan bagi penulis, khususnya keluarga, anak dan keturunan penulis kelak. Amien
Jakarta, 24 April 2011
Ahmad Sidrotul Muntaha
iv
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI LEMBAR PERNYATAAN KARYA SENDIRI ABSTRAKSI ................................................................................................ i KATA PENGANTAR .................................................................................. ii DAFTAR ISI ................................................................................................ v DAFTAR TABEL ......................................................................................... vii DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. x BAB I
PENDAHULUAN ....................................................................... 1 A. Latar Belakang Masalah .......................................................... 1 B. Identifikasi Masalah ................................................................ 8 C. Pembatasan Masalah ............................................................... 9 D. Perumusan Masalah ................................................................ 10 E. Tujuan Penelitian .................................................................... 10 F. Manfaat Penelitian .................................................................. 10
BAB II
KAJIAN TEORI ......................................................................... 11 A. Pengamalan Beribadah Siswa ................................................. 11 1. Pengertian Pengamalan Beribadah ...................................... 11 a. Pengertian Ibadah ............................................................ 11 b. Pengertian Pengamlan Beribadah ..................................... 12 2. Dasar Hukum Ibadah .......................................................... 13 3. Macam-macam Ibadah ........................................................ 14 4. Tujuan Ibadah ..................................................................... 17 5. Pengamalan Ibadah Siswa di Sekolah .................................. 18 B. Membina Pengamalan Ibadah Siswa ....................................... 22 1. Maksud Membina Pengamlan Ibadah Siswa ......................... 22 2. Peran Profesional Guru dalam Membina Pengamlan Ibadah Siswa .................................................................................. 22 v
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN ................................................. 29 A. Tujuan Penelitian .................................................................... 29 B. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................. 29 C. Metode Penelitian Jenis dan Sumber Data ............................... 30 D. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling ................................... 31 E. Teknik Pengumpulan Data ....................................................... 32 F. Instrumen Penelitian ................................................................ 33 G. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ...................................... 37 H. Interpretasi Data ...................................................................... 39
BAB IV
HASIL PENELITIAN ............................................................... 40 A. Gambaran Umum SMK Al-Hidayah Lestari ........................... 40 1. Sejarah Berdirinya SMK Al-Hidayah Lestari .................... 40 2. Visi dan Misi SMK Al-Hidayah Lestari ............................. 41 3. Sarana dan Prasarana SMK Al-Hidayah Lestari ................. 42 4. Profil Siswa SMK Al-Hidayah Lestari ............................... 42 5. Profil Guru dan Karyawan SMK Al-Hidayah Lestari ........ 45 6. Profil Guru Pendidikan Agama Islam ................................. 47 B. Deskripsi Data ........................................................................ 48 1. Data Tentang Pengamlan Beribadah Siswa ......................... 48 2. Data Tentang Peran Guru Pendidikan Agama Islam ........... 66 C. Analisis dan Interpretasi Data ................................................. 78
BAB V
PENUTUP ................................................................................... 89 A. Kesimpulan ............................................................................. 89 B. Saran ....................................................................................... 90
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 91 LAMPIRAN-LAMPIRAN
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 1
Waktu Penelitian ........................................................................... 29
Tabel 2
Kisi-kisi Quisioner......................................................................... 33
Tabel 3
Kisi-kisi Pedoman Wawancara 9 ................................................... 36
Tabel 4
Analisa Data .................................................................................. 38
Tabel 5
Jumlah Siswa ................................................................................. 43
Tabel 6
Profil Guru Bidang Studi dan Karyawan ........................................ 45
Tabel 7
Membaca beberapa surat pendek dalam juz’Amma........................ 48
Tabel 8
Kebiasaan membaca al-Qur’an di rumah........................................ 49
Tabel 9
Berusaha menghafal beberapa surat pendek dalam juz’Amma ....... 49
Tabel 10 Hafal juz’Amma ............................................................................ 50 Tabel 11 Dapat membaca al-Qur’an dengan lancar ....................................... 50 Tabel 12 Mampu membaca al-Qur’an dengan tartil ...................................... 51 Tabel 13 Mengalami kesulitan tentang ilmu tajwid ....................................... 52 Tabel 14 Membaca al-Qur’an dan mempraktekkan makharijul hurufnya ...... 52 Tabel 15 Dengan Membaca al-Qur’an hati menjadi tenang........................... 53 Tabel 16 Terbiasa membaca al-Qur’an di sekolah membuat lancar dalam membaca al-Qur’an ....................................................................... 53 Tabel 17 Shalat dhuha di sekolah ................................................................. 54 Tabel 18 Melaksanakan shalat dhuha diluar jadwal yang ditentukan sekolah 55 Tabel 19 Berdoa setelah shalat dhuha ........................................................... 55 Tabel 20 Hafal do’a Shalat dhuha ................................................................. 56 Tabel 21 Hafal makna do’a shalat dhuha ...................................................... 56 Tabel 22 Hafal doa shalat dhuha, karena terbiasa melaksanakan shalat dhuha di sekolah ............................................................................ 57 Tabel 23 Yakin dengan shalat dhuha Allah akan memberikan rizki .............. 57 Tabel 24 Shalat Dhuha di Rumah ................................................................. 58 Tabel 25 Shalat Dzuhur Berjama’ah di Sekolah ............................................ 59
vii
Tabel 26 Melaksanakan shalat dzuhur berjama’ah sesuai dengan jadwal yang ditentukan sekolah................................................................. 59 Tabel 27 Melaksanakan shalat berjama’ah di sekolah, dirumah juga melaksanakanya............................................................................. 60 Tabel 28 Melaksankan Shalat 5 waktu dengan berjama’ah ........................... 60 Tabel 29 Dengan shalat keimanan dan ketqwaan semakin bertambah ........... 61 Tabel 30 Terbiasa berdo’a dalam kehidupan sehari-hari ............................... 62 Tabel 31 Berdo’a setiap memulai aktifitas ................................................... 62 Tabel 32 Hafal bacaan do’a sehari-hari......................................................... 63 Tabel 33 Berdo’a ketika mulai belajar dan sesudah belajar .......................... 63 Tabel 34 Berdo’a jika hendak tidur............................................................... 64 Tabel 35 Berdo’a bila hendak keluar rumah ................................................. 64 Tabel 36 Berdo’a setelah shalat fardhu ......................................................... 65 Tabel 37 Karena terbiasa berdo’a yakin Allah SWT akan memberikan kemudahan dalam segala urusan .................................................... 65 Tabel 38 Berdo’a ketika menghadapi ujian semester sehingga hati menjadi tenang, dan menjawab soal dengan penuh percaya diri ................... 66 Tabel 39 Mengajarkan cara membaca al-Qur’an yang baik........................... 67 Tabel 40 Memberikan contoh membaca al-Qur’an yang baik ....................... 67 Tabel 41 Mengajarkan tatacara praktek shalat yang baik dan benar .............. 68 Tabel 42 Mengajarkan tatacara praktek shalat sunnah dhuha yang baik dan benar ....................................................................................... 68 Tabel 43 Mengajarkan do’a sesudah shalat dan do’a sehari-hari ................... 69 Tabel 44 Memberikan bimbingan membaca al-Qur’an ................................. 70 Tabel 45 Membimbing dengan baik dalam belajar membaca al-Qur’an ........ 70 Tabel 46 Memberikan bimbingan tentang shalat yang baik........................... 71 Tabel 47 Membimbing tentang tatacara praktek shalat sunnah dhuha yang baik dan benar ....................................................................... 71 Tabel 48 Memberikan bimbingan cara berdoa yang baik dan benar .............. 72 Tabel 49 Memberikan latihan hafalan do’a sehari-hari ................................. 72 Tabel 50 Memerintahkan siswa untuk membaca al-Qur’an sebelum KBM ... 73
viii
Tabel 51 Mengawasi siswa membaca al-Qur’an ........................................... 74 Tabel 52 Menegur/member hukuman kepada siswa yang tidak membaca al-Qur’an ...................................................................................... 74 Tabel 53 Memperhatikan perlengkapan shalat siswa .................................... 75 Tabel 54 Memerintahkan siswa untuk shalat ................................................ 75 Tabel 55 Mengajak para siswa untuk shalat dzuhur berjama’ah di sekolah ... 76 Tabel 56 Mengajak para siswa untuk mengerjakan shalat sunnah dhuha ....... 77 Tabel 57 Menegur/memberi hukuman kepada siswa yang tidak shalat .......... 77 Tabel 58 Nilai rata-rata skor penelitian pengamalan membaca al-Qur’an...... 78 Tabel 59 Nilai rata-rata skor penelitian pengamalan shalat dhuha ................. 80 Tabel 60 Nilai rata-rata skor penelitian pengamalan shalat dzhur berjama’ah 82 Tabel 61 Nilai rata-rata skor penelitian pengamalan berdo’a......................... 83 Tabel 62 Nilai rata-rata skor penelitian peran guru sebagai pengajar............. 84 Tabel 63 Nilai rata-rata skor penelitian peran guru sebagai pembimbing ...... 86 Tabel 64 Nilai rata-rata skor penelitian peran guru dalam pengawasan ......... 87
ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Realitas permasalahan remaja (siswa sekolah menengah kejuruan) saat ini makin kompleks. Tawuran antar pelajar, ugal-ugalan di jalan, penyalahgunaan narkoba, minum-minuman keras, pornoaksi, menganut ramalan bintang yang berbuah kesyirikan adalah beberapa contohnya. “Komisi Nasional Perlindungan Anak merilis data bahwa 62,7 % remaja putri SMP di Indonesia sudah tidak perawan. Hasil lain, ternyata 93,7 % siswa SMP dan SMA pernah berciuman, 21,2 % remaja SMP mengaku pernah aborsi dan 97% remaja SMP dan SMA pernah melihat film porno”.1 Kondisi ini diperparah dengan hadirnya program televisi yang menayangkan hal-hal yang bertentangan dengan ajaran agama, gaya hidup selebriti yang terkesan rela menghalalkan segala cara, juga tayangan yang menyajikan contoh-contoh tindak kekerasan, kejahatan, perselingkuhan dan tindak korupsi yang telah membudaya dalam masyarakat kelas teri sampai kelas kakap. Krisis moral, krisis spiritual, krisis keteladanan berakibat pada pembodohan masal dan nilai menuju kehancuran2. Kenyataan sebagaimana dikemukakan di atas merupakan masalah yang merisaukan, dan menunjukkan bahwa telah terjadi penurunan akhlak dan moral peserta didik, dan kurangnya pengamalan nilai-nilai dan ajaran agama. Timbulnya 1 Adi Suhendi, “62.7.Persen Remaja SMP Tidak Perawan”, dari www.kompas.com, 13 Oktober 2010 2 E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional Meniptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenagkan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007), Cet. V, h. 203
1
2
kondisi semacam ini disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya bahwa ada sebagian dari orang tua tidak atau kurang memiliki kemampuan untuk mendidik anak dengan baik dikarenakan tidak mempunyai pemahaman agama yang cukup. Sebagian yang lain merupakan orang tua yang cukup memiliki bekal pemahaman agama dan kemampuan mendidik tetapi tidak mempunyai waktu yang cukup untuk melaksanakan karena kesibukannya. Orang tua adalah orang dewasa pertama yang memikul tanggung jawab pendidikan, sebab itu secara alami anak pada masa-masa-masa awal kehidupanya berada di tengah-tengah ibu dan ayahnya. Pendidikan yang diberikan mulai dari hal-hal yang terkecil seperti berwudhu, shalat 5 waktu, mengaji beramal dan berbuat baik kepada orang lain dan dari hal baik samapai kepada hal yang buruk, serta mulai dari “bahasa cinta” samapai “bahasa benci”. Sehingga perkembangan agama pada anak sangat ditentukan oleh pendidikan dan pengalaman yang dilaluinya, terutama pada masa-masa pertumbuhan masa-masa pertumbuhan pertama (masa anak) dari 6-12 tahun. “Seorang anak yang pada masa itu tidak mendapat pendidikan tentang agama dan tidak mempunyai pengalaman keagamaan, maka nanti setelah dewasa akan cenderung kepada sikap negatif terhadap agama”.3 Penyebab lain kurangnya siswa mengamalkan nilai-nilai dan ajaran agama adalah faktor lingkungan. Lingkungan merupakan faktor yang sangat penting, sebab dalam hal ini pengaruh lingkungan dapat bersifat positif yang berarti pengaruhnya baik dan sangat menunjang perkembangan suatu potensi atau bersifat
negatif
yaitu
pengaruh lingkungan
itu
tidak baik dan akan
menghambat/merusak perkembangan. Oleh karena itu sudah menjadi tugas utama seorang pendidik (orang tua atau guru) untuk menciptakan atau menyediakan lingkungan yang positif agar dapat menunjang perkembangan si anak dan berusaha untuk mengawasi dan menghindarkan pengaruh faktor lingkungan yang negatif yang dapat merusak perkembangan sang anak. Selain itu fase usia peserta didik yang duduk di bangku Sekolah Menengah Kejuruan/sederajat merupakan fase usia yang sedang berada dalam taraf masa 3
Zakiah Derajat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: PT. Bulan Bintang, 2003). Cet. Ke-17, h.69
3
remaja atau masa adolescence. Masa remaja atau adolescence ini berlangsung dari umur 15 atau 16 sampai umur 21 tahun atau berlangsung dari saat individu matang secara seksual sampai mencapai usia matang secara hukum. Masa remaja ini dibagi dua bagian; (a.) masa remaja awal, yang berlangsung hingga umur tujuh belas tahun, dan (b.) masa remaja akhir, yang berlangsung hingga mencapai usia kematangan resmi secara hukum yakni usia 21 tahun. “Masa remaja ini merupakan masa yang penting dalam rentang kehidupan. Masa ini dikenal sebagai suatu periode peralihan; suatu masa perubahan; usia bermasalah; saat dimana individu mencari indentitas; usia yang menakutkan; masa tidak realistik dan masa ambang dewasa.”4 Fase usia siswa Sekolah Menengah Kejuruan/sederajat ini adalah fase usia bermasalah. Hal ini tentu disebabkan karena mereka merasa dirinya mandiri, sehingga mereka ingin mengatasi masalahnya sendiri, menolak bantuan orang tua dan guru. Padahal mereka sendiri juga kurang berkemampuan untuk mengatasi sendiri masalahnya menurut cara yang mereka yakini. Selain itu, pada fase usia remaja ini perasaan mereka terhadap agama pun tidak tetap. Hal ini dapat ditandai dengan sikap mereka yang kadang-kadang sangat cinta terhadap Tuhan, akan tetapi kadang-kadang berubah menjadi acuh tak acuh atau menentang apabila mereka merasa kecewa, menyesal dan putus asa. Itu semua memang perasaan yang masih ambivalensi. Problematika pendidikan agama di sekolah selama ini hanya dipandang melalui aspek kognitif atau nilai dalam bentuk angka saja, tidak mendorong bagaimana siswa didik mengamalkan ajaran-ajaran agama dalam dunia nyata sehingga belajar agama sebatas menghafal dan mencatat. Hal ini mengakibatkan pelajaran agama menjadi pelajaran teoritis bukan pengamalan atau penghayatan terhadap nilai agama itu sendiri. Pengamalan beribadah siswa yang beragam disebabkan oleh tingkat pengetahuan yang berbeda-beda, sehingga lembaga pendidikan perlu meletakan upaya peningkatan siswa dengan berbasis nilai-nilai keagamaan menjadi landasan 4
M.Alisuf Sabri, Psikologi Umum dan Perkembangan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 2006). Cet. Ke- 4. h. 160
4
yang perlu dibentuk melalui proses belajar mengajar dalam hal ini melalui pendidikan keagamaan. Disinilah perlunya adanya peran profesional dari guru pendidikan agama Islam dalam membina pengamalan beribadah siswa yaitu bagaimana agar siswa-siswi bersemangat dan antusias dalam mengamalkan ibadah baik di sekolah maupun di luar sekolah. Guru adalah salah satu unsur pokok yang sangat penting dalam dunia pendidikan. Tugas sucinya adalah mendidik dan memberikan pendidikan dan pengajaran, baik secara formal maupun nonformal kepada anak didiknya. Tanpa guru, pendidikan hanya akan menjadi slogan muluk karena segala bentuk kebijakkan dan program pada akhirnya akan ditentukan oleh kinerja pihak yang berada di garis depan yaitu guru.5 Sebagai salah satu piranti penting dalam dunia pendidikan, guru hadir mendedikasikan sebagian besar waktunya di sekolah untuk anak didiknya, ia dituntut banyak untuk membiana dan membimbing peserta didik agar menjadi manusia-manusia yang berperadaban mulia, berilmu pengetahuan yang luas, memiliki sikap dan watak yang baik, cakap dan terampil serta memiliki moral dan berakhlak mulia. Guru pendidikan agama Islam harus menguasai banyak pengetahuan (akademik, pedagogik, sosial dan budaya), mampu berpikir kritis, tanggap terhadap setiap perubahan, dan mampu menyelesaikan masalah. Guru diharapkan bisa menjadi pemimpin dan agen perubahan, yang mampu mempersiapkan anak didik untuk siap menghadapi tantangan global di luar sekolah. Guru dalam dimensi kekinian digambarkan sebagai sosok manusia yang berakhlak mulia, arif, bijaksana, berkepribadian stabil, mantap, disiplin, santun, jujur, obyektif, bertanggung jawab, menarik, mantap, empatik, berwibawa, dan patut diteladani. Dengan sosok kekiniannya, seorang guru harus manjadi manusia yang dinamis dan berfikir ke depan (futuristic) dengan tanda-tanda dimilikinya sifat informatif, modern, bersemangat, dan komitmen untuk pengembangan individu maupun 5
Mohammad Surya, Percikan Perjuangan Guru Menuju Guru Profesional, Sejahtera, dan Terlindungi, (Bandung: Pustaka Bani Quraisy, 2006), h. 44
5
bersama-sama. Dan yang tak kalah penting, guru diharuskan mampu menguasai IT, atau setidak-tidaknya mampu mengoperasionalkan. 'Abdullah ‘Ulwan berpendapat bahwa tugas guru ialah melaksanakan pendidikan ilmiah, karena ilmu mempunyai pengaruh yang besar terhadap pembentukan kepribadian dan emansipasi harkat manusia. Sebagai pemegang amanat orang tua dan sebagai salah satu pelaksanaan pendidikan Islam, guru tidak hanya betugas memberikan pendidikan ilmiah. Tugas guru hendaknya merupakan kelanjutan dan sinkron dengan tugas orang tua, yang juga merupakan tugas pendidik muslim pada umumnya, yaitu memberikan pendidikan yang berwawasan manusia seutuhnya.6 Maka, guru pendidikan agama Islam mempunyai tanggung jawab yang besar dalam mengupayakan perkembangan seluruh potensi anak didik. Baik potensi kognitif, afektif, dan psikomotorik berdasarkan ajaran agama Islam kearah terbentuknya kepribadian yang utama. Salah satu ciri kemajuan zaman adalah adanya suatu pekerjaan yang ditangani secara profesional, sehingga pekerjaan itu dikerjakan secara sungguh-sungguh dan serius oleh orang yang memiliki profesi dibidang tersebut. Pekerjaan guru merupakan pekerjaan profesi, karena itu mesti dikerjakan dengan tuntutan profesionalis. Di bidang keguruan ada 3 persyaratan pokok untuk menjadi tenaga professional guru. Pertama, memiliki ilmu pengetahuan di bidang yang diajarkannya sesuai dengan kualifikasinya. Kedua, memiliki pengetahuan dan keterampilan dibidang keguruan, dan ketiga memiliki moral akademik.7 Dengan demikian untuk menjadi seorang guru dipersyaratkan adanya kualifikasi dan kompetensi. Dalam UU Guru dan dosen (Pasal 1 ayat 1) dinyatakan bahwa: “Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini, jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan 6
Hery Noer Aly, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu 1999), h.95. Haidar Putra Daulay, Pendidikan Islam dalam Sistem Pendidikan Nasional di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2004), h. 75 7
6
menengah”.8 Guru profesional akan tercermin dalam penampilan pelaksanaan pengabdian tugas-tugas yang ditandai dengan keahlian baik dalam materi maupun metode, rasa tanggung jawab, pribadi, sosial, intelektual, moral dan spiritual dan kesejawatan. Sosok ideal guru pendidikan agama Islam di atas pada konteks dewasa ini tak sebanding lurus dengan keadaan sesungguhnya. Guru hanya mampu mengajar namun sedikit semangat dalam mendidik. Pemberian pendidikan agama hanya berbentuk kajian teoritis namun tidak diupayakan dalam bentuk praktis. Apa yang dilakukan para siswa di luar sekolah ini tidak menjadi perhatian para pendidik agama. Selain itu tidak sedikit dari para guru mulai pudar jati dirinya, yaitu karena sebagian tampilan ulah guru nakal, tindak asusila yang diperbuat, dan ditambah lagi rendahnya kualitas profesionalitas. Oleh karena itu peran seorang guru pendidikan agama Islam yang memiliki profesionalisme yang baik dan sesuai dengan keahliannya sangat dibutuhkan demi kemajuan dan perkembangan pendidikan. Kenyataannya, banyak guru pendidikan Agama Islam yang belum menjalankan peran-peran profesinya secara baik, sehingga banyak siswa yang tidak mengamalkan ajaran agama secara baik. Fenomena tersebut dapat dijumapai di berbagai sekolah, salah satunya adalah SMK Al-Hidayah Lestari Lebak Bulus Jakarta Selatan. SMK Al-Hidayah Lestari sebagai sekolah kejuruan merupakan lembaga pendidikan formal yang memiliki tujuan dalam proses pembelajaran PAI, dimana tujuannya yakni: Membina siswa agar benar-benar beriman kepada Allah dan RasulNya serta apa yang disyariatkan Allah, Menanamkan kepercayaan siswa tentang akhlak dan nilai yang baik dalam masyarakat atas dasar pemikiran dan pemahaman, meningkatkan kemauan siswa untuk selalu menjaga dasar dan syiar agama, mengokohkan jiwa keagamaan, sehingga siswa dapat menghadapi berbagai
8
Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen, (Bandung: Citra Umbara, 2006), h. 2-3.
7
aliran yang merusak masyarakat dan idiologi atheisme serta terhindar dari penyimpangan yang bertentangan dengan aqidah.9 Dalam proses pembelajaran Guru PAI selain berperan dalam mengembangkan pemahaman, penghayatan dan pengamalan siswa terhadap ajaran Islam sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT, juga diharapkan berperan dalam membangun akhlak mulia dalam diri siswa. Namun, pada kenyataannya peran yang diberikan guru PAI khususnya di Sekolah Menengah Kejuruan Al-Hidayah Lestari Jakarta kurang berjalan efektif hal ini bisa dilihat dari semakin rendahnya minat siswa kelas X terhadap materi pembelajaran PAI, semakin menurunnya prestasi belajar mereka dalam proses pembelajaran PAI, turunnya kedisiplinan sekolah hingga turunnya pengamalan beribadah siswa seperti sholat, puasa dan sebagainya. Hal tersebut didasarkan pada penelitian awal yang dilakukan di SMK Al-Hidayah Lestari menunjukkan bahwa nilai rata-rata ulangan harian mata pelajaran PAI belum mencapai hasil yang maksimal. Dari keseluruhan siswa kelas X yang berjumlah 183 orang sebanyak lebih dari 4 orang/kelas yang belum tuntas mengikuti pembelajaran PAI. Hasil penelitian dari hal ini didapatkan bahwa terkadang guru PAI sendiri yang memberikan evaluasi kepada siswa diluar materi pembahasan yang belum dipelajari, sehingga banyak diantara mereka harus mengikuti evaluasi ulang (remedial) agar mendapatkan nilai yang maksimal. Hasil penelitian dari hal ini didapatkan bahwa terkadang guru PAI sendiri yang memberikan evaluasi kepada siswa diluar materi pembahasan yang belum dipelajari, sehingga banyak diantara mereka harus mengikuti evaluasi ulang (remedial) agar mendapatkan nilai yang maksimal. Tentu saja hal itu menyebabkan kurang efektifnya pembelajaran PAI di SMK tersebut. Selain itu, faktor yang menjadi penghambat kurang efektifnya pembelajaran PAI di SMK Al-Hidayah Lestari yakni guru terkadang kesulitan menciptakan suatu lingkungan belajar yang dapat membawa siswa menjadi lebih kreatif dan logis. Pembelajaran cenderung berpusat pada guru (teacher centered teaching 9
Muhammad Abdul Qadir Ahmad Al-Mishriyah, Metodologi Pengajaran Pendidikan Agama Islam, Terj. Dari Thuruqu Ta’limi At-Tarbiyah Al-Islamiyah oleh Zaini Mukhtarom, (Jakarta: Dirjen Pembinaan Kelembagaan Islam, 1985), h. 249.
8
method). Pembelajaran seperti ini cenderung menghambat kreatifitas berpikir siswa sehingga pembelajaran terasa kurang efektif. Peran profesional guru PAI yang diarahkan khususnya di SMK Al-Hidayah Lestari dapat seyogyanya membantu meningkatkan keyakinan, pemahaman, penghayatan dan pengamalan ajaran Islam bagi siswa yang pengaruhnya dapat membentuk kesalehan pribadi dan sosial dalam diri mereka. Akan tetapi, pengaruh tersebut tampaknya masih kurang begitu terealisasikan dengan nyata dalam diri siswa kelas X SMK Al-Hidayah Lestari. Hal ini ditandai dengan semakin meningkatnya perilaku (akhlak) negatif mereka akibat pemahaman yang kurang terhadap ajaran Islam, seperti perilaku menentang guru, berkata tidak sopan baik kepada guru maupun sesama teman, sering tidak hadir saat kegiatan belajar mengajar berlangsung, merokok ditempat umum sebelum batas umur yang pantas dan lain-lain menjadi indikasi betapa kurang berpengaruhnya peran profesional guru PAI di SMK tersebut sehingga menghasilkan perilaku-perilaku yang jauh dari harapan. Melihat realita seperti ini, hendaknya setiap guru khususnya guru PAI mampu berperan secara profesional dalam memberikan bimbingan dan tuntunan agar siswa-siswi bersemangat dan antusias dalam mengamalkan ibadah baik di sekolah maupun di luar sekolah. Berdasarkan masalah tersebut, penulis tertarik mengkaji dan meneliti lebih dalam permasalahan tersebut dalam sebuah skripsi yang berjudul: “Peran Profesional Guru PAI dalam Membina Pengamalan Beribadah Siswa di SMK Al-Hidayah Lestari Lebak Bulus Jakarta Selatan”
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, penulis mengidentikasikan permasalahannya sebagai berikut: 1. Rendahnya
kompetensi profesionalisme
guru berpengaruh terhadap
rendahnya mutu pendidikan 2. Rendahnya kompetensi pedagogik guru pendidikan agama Islam dalam mengembangkan potensi yang dimiliki siswa.
9
3. Masih kurangnya peran dan fungsi guru pendidikan agama Islam dalam membina pengamalan beribadah siswa 4. Kurang terintegrasinya aspek kognitif, afektif dan psikomotorik dari orientasi pendidikan yang dilaksanakan 5. Guru kurang memberikan contoh berprilaku yang baik kepada anak didiknya 6. Telah terjadinya degradasi pengamalan beribadah siswa 7. Masih terjadi pelanggaran yang dilakukan peserta didik terhadap normanorma agama yang berlaku C. Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah dalam penelitian ini, melihat luasnya ruang lingkup permasalahan yang akan dibahas membutuhkan spesifikasi kajian hal-hal yang dilakukan agar pembahasan lebih terfokus, penulis membatasi permasalahan sebagai berikut: 1. Peran Profesional Guru PAI Menurut Sujana, yang dimaksud dengan peran guru ialah “keterlibatan aktif seseorang dalam suatu proses kerja, penampilan ia tampil sebagai suatu yang dimainkan atau tingkah laku yang diharapkan dari seseorang pada satu waktu tertentu.”10 Dalam UU Guru dan dosen (Pasal 1 ayat 1) dinyatakan bahwa: “Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini, jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah” 11 Peran profesional guru PAI yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan profesional seorang guru pendidikan agama Islam dalam memberikan pengajaran, bimbingan tuntunan, dan pengawasan agar siswasiswi bersemangat dan antusias dalam mengamalkan ibadah baik di sekolah maupun di luar sekolah. 10 Nana Sudjana, Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses Belajar Mengajar, (Bandung : Sinar Baru, 1999), h. 32-35 11 Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen, (Bandung: Citra Umbara, 2006), h. 2-3.
10
2. Pengamalan beribadah siswa yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pengamalan beribadah siswa kelas X SMK Al-Hidayah Lestari yang dibatasi pada ibadah yang dilaksanakan di sekolah tersebut yaitu: membaca al-Qur’an, shalat dhuha, shalat dzhur berjama’ah, dan berdoa.
D. Perumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah yang telah dipaparkan maka masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah: “Bagaimana peran profesional guru pendidikan agama Islam dalam membina pengamalan beribadah siswa di SMK Al-Hidayah Lestari Lebak Bulus Jakarta Selatan?”
E. Tujuan Penelitian Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran profesional guru pendidikan Agama Islam dalam membina pengamalan beribadah siswa di SMK Al-Hidayah Lestari Lebak Bulus Jakarta Selatan”
E. Manfaat Penelitian Secara teoritis dan praktis penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat: 1. Bagi pihak sekolah sebagai masukan untuk pengembangan penelitian serupa di masa yang akan datang. 2. Bagi pihak guru sebagai bahan masukan untuk lebih berperan dalam membina, dan memberikan tuntunan yang benar tentang pengamalan beribadah. 3. Bagi siswa sebagai bahan masukan untuk meningkatkan kualitas ibadah dengan bertambahnya pengetahuan yang diperoleh. 4. Bagi penulis menjadi bahan masukan untuk dapat memperbaiki kelemahan dan kekurangan yang ada pada diri sendiri, serta mampu meningkatkan kualitas ibadah dengan bertambahnya pengetahuan yang diperoleh.
BAB II KAJIAN TEORITIS
A. Pengamalan Beribadah Siswa 1. Pengertian Pengamalan Beribadah a. Pengertian Ibadah Secara etimologi "kata ‘ibadah’ diambil dari bahasa Arab ﻴﻌﺒﺩ – ﻋﺒﺎﺩﺓ- ﻋﺒﺩ yang berarti beribadah atau menyembah”.1 Menurut kamus istilah fiqih, ibadah yaitu “memperhambakan diri kepada Allah dengan taat melaksanakan segala perintah-Nya dan anjuran-Nya, serta menjauhi segala larangan-Nya karena Allah semata, baik dalam bentuk kepercayaan, perkataan maupun perbuatan. Orang beribadah berusaha melengkapi dirinya dengan perasaan cinta, tunduk dan patuh kepada Allah swt.”2 Pengertian ibadah di atas mengandung makna bahwa setiap perbuatan manusia yang didasari oleh ketaatan kepada Allah swt dengan melakukan segala amal perbuatan yang dianjurkan atau diperintah-Nya dan menjauhi segala amal perbuatan yang dilarang-Nya merupakan suatu ibadah. Ibadah juga dapat berarti “sikap tunduk seorang hamba dan merendahkan diri kepada Allah swt sebagai tanda syukur atas segala karunia yang diterimanya dengan cara mengerjakan
1 Atabik Ali dan Ahmad Zuhdi Muhdlor, Kamus Kontemporer Arab-Indonesia, (Yogyakarta : Multi Karya Grafika, 1996), cet. ke-V, h. 1268. 2 M. Abdul Majieb et. el, Kamus Istilah Fiqih, (Jakarta : PT Pustaka Firdaus, 1995), cet. ke-2, h.109.
11
12
perintah-Nya seperti shalat, puasa, zakat, haji dan lain-lain. Serta manjauhi segala perbuatan maksiat yang dilarang-Nya”.3 Menurut ensiklopedi hukum Islam ; “ibadah berasal dari bahasa Arab yaitu al-ibadah,
yang
artinya
pengabdian,
penyembahan,
ketaatan,
menghinakan/merendahkan diri dan doa. Secara istilah ibadah yaitu perbuatan yang dilakukan sebagai usaha menghubungkan dan mendekatkan diri kepada Allah swt sebagai tuhan yang disembah.” 4 Secara menyeluruh dapat dipahami bahwa ibadah itu ialah penghambaan diri, penundukan diri, dan penghinaan diri dihadapan Sang Pencipta baik secara ucapan, perbuatan, dan gerak-gerik hati pada saat sendiri maupun di keramaian, yang diiringi dengan rasa ikhlas, ridh'a, dan cinta dengan apa yang Ia perintahkan untuk dilaksanakan dan menjauhi apapun yang Ia larang. b. Pengertian Pengamalan Beribadah Pengamalan beribadah artinya pelaksanaan segala yang diperintahkan Allah swt dan meninggalkan atau menjauhi semua yang dilarang-Nya. Sesuatu yang diperintahkan oleh Allah swt itu ada yang bersifat suruhan pasti (tâlab jâzim) yang melaksanakannya merupakan suatu kewajiban; ada pula yang bersifat tidak pasti (tâlab ghairu jâzîm), yang melaksanakannya merupakan anjuran sunat. Adapun yang dilarang oleh Allah swt itu ada yang bersifat larangan pasti (tâlab tarki jâzim) yang meninggalkannya merupakan suatu perintah yang haram; adapula larangan yang bersifat tidak pasti (talab tarki ghairu jazim), yang meninggalkannya merupakan suatu perintah yang tidak haram, tetapi makruh; boleh dilaksanakan (tidak berdosa pelakunya) dan sebaiknya ditinggalkan atau dijauhi.
3
Abdul Mudjib, Fikih Ibadah, (Surabaya: Al-Ikhlas, 2000), h. 38. Ensiklopedi Hukum Islam, (Jakarta : Ichtiar Baru van Hoeve, 1999), cet. ke-3, jilid II, h. 592.
4
13
2. Dasar Hukum Ibadah Di dalam al-Qur'an banyak sekali ayat yang menyatakan perintah kepada hamba Allah untuk melaksanakan ibadah. Ibadah dalam Islam sebenarnya bukan bertujuan supaya Tuhan disembah dalam arti penyembahan yang terdapat dalam agama-agama primitif, melainkan sebagai perwujudan rasa syukur atas nikmat yang telah dikaruniakan Allah atas hamba-hamba-Nya. Adapun ayat-ayat yang menyatakan perintah untuk melaksanakan ibadah tersebut di antaranya dalam alQur’an surat Al-Baqarah ayat 21 yang berbunyi:
(٢١:٢/ )ﺍﻟﺒﻘﺮﻩ “Wahai manusia, sembahlah Tuhan-mu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa.” (Al-Baqarah/2: 21)5 Di dalam al-Qur’an terdapat penjelasan bahwa penciptaan manusia oleh Allah tidak mengandung maksud lain kecuali supaya mereka menyembah Allah atau beribadah kepada-Nya. Hal ini disebutkan dalam al-Qur’an surat Adz-Dzariyat ayat 56 yang berbunyi:
(٥٦:٥١/ )ﺍﻟﺬﺍﺭﻳﺎﺕ “dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” (Adz-Dzariyat/51: 56)6 Dari dua ayat tersebut jelas tergambar program yang sudah Allah tetapkan untuk manusia sebagai makhluk ciptaan-Nya adalah beribadah, atau dengan kata lain menjalankan segala perintah Allah dan menjauhi larangan Allah dalam keadaan suka maupun duka.
5 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung: PT. Syamil Cipta Media. 2005) h. 4 6 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung: PT. Syamil Cipta Media. 2005). h. 523
14
3. Macam-macam Ibadah Dalam kaitan dengan maksud dan tujuan pensyariatannya ulama fiqih membaginya kepada tiga macam, yakni: 1) ibadah mahdah, 2) ibadah gair mahdah dan 3) ibadah zi al-wajhain. 1. Ibadah Mahdah adalah ibadah yang mengandung hubungan dengan Allah swt semata-mata, yakni hubungan vertikal. Ibadah ini hanya sebatas pada ibadah-ibadah khusus. Ciri-ciri ibadah mahdah adalah semua ketentuan dan atuaran pelaksanaannya telah ditetapkan secara rinci melalui penjelasanpenjelasan Al-Qur.an dan / atau hadits. Ibadah mahdah dilakukan sematamata bertujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah swt. 2. Ibadah ghair mahdah ialah ibadah yang tidak hanya sekedar menyangkut hubungan dengan Allah swt, tetapi juga berkaitan dengan sesama makhluk (habl min Allāh wa habl min an-nās), di samping hubungan vertikal juga ada hubungan horizontal. Hubungan sesama makhluk ini tidak hanya terbatas pada hubungan antar manusia, tetapi juga hubungan manusia dengan lingkungannya, seperti ayat yang artinya : “dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi setelah (diciptakan) dengan baik ..”(Q.S. Al-A’raf /7 : 56) 3. Ibadah zi al-wajhain adalah ibadah yang memiliki dua sifat sekaligus, yaitu mahdah dan ghair mahdah. Maksudnya adalah sebagian dari maksud dan tujuan pensyariatannya dapat diketahui dan sebagian lainnya tidak dapat diketahui, seperti nikah dan idah. 7 Pembagian ibadah menurut Hasby Ash Shiedieqy berdasarkan bentuk dan sifat ibadah terbagi kepada enam macam : 1. Ibadah-ibadah yang berupa perkataan dan ucapan lidah, seperti tasbih, tahmid, tahlil, takbir, taslim, do’a, membaca hamdalah oleh orang yang bersin, memberi salam, menjawab salam, membaca basmalah ketika makan, minum dan menyembelih binatang, membaca Al-Qur’an dan lain-lain.
7
Ensiklopedi Hukum Islam, (Jakarta : Ichtiar Baru van Hoeve, 1999), cet. ke-3, jilid II, h. 593-
594.
15
2. Ibadah-ibadah yang berupa perbuatan yang tidak disifatkan dengan sesuatu sifat, seperti berjihad di jalan Allah, membela diri dari gangguan, menyelenggarakan urusan jenazah. 3. Ibadah-ibadah yang berupa menahan diri dari mengerjakan sesuatu pekerjaan, seperti puasa, yakni menahan diri dari makan, minum dan dari segala yang merusakan puasa. 4. Ibadah-ibadah yang melengkapi perbuatan dan menahan diri dari sesutu pekerjaan, seperti I’tikaf (duduk di dalam sesuatu rumah dari rumah-rumah Allah), serta menahan diri dari jima. dan mubasyarah, haji, thawaf, wukuf di Arafah, ihram, menggunting rambut, mengerat kuku, berburu, menutup muka oleh para wanita dan menutup kepala oleh orang laki-laki. 5. Ibadah-ibadah yang bersifat menggugurkan hak, seperti membebaskan orang-orang yang berhutang, memaafkan kesalahan orang, memerdekakan budak untuk kaffarat. 6. Ibadah-ibadah yang melengkapi perkataan, pekerjaan, khusyuk menahan diri dari berbicara dan dari berpaling lahir dan batin untuk menghadapiNya. 8 Baihaqi membagi ibadah ke dalam empat macam berdasarkan: 1. Khusus-umum, 2. Pelaksanaan, 3. Kepentingan pribadi dan masyarakat, 4. Bentuk dan sifatnya. Dari segi umum dan khususnya, ibadah terbagi kepada: 1. Ibadah khusus, yaitu ibadah yang ketentuannya telah ditetapkan oleh nash al-Qur’an atau hadits, seperti shalat, puasa, haji. Ibadah yang terkategori ibadah khusus tidak menerima penambahan atau pengurangan. 2. Ibadah umum, yaitu semua perbuatan baik atau terpuji yang dilakukan oleh manusia muslim-mukmin dengan niat ibadah dan diamalkan semata-mata karena Allah. Ibadah umum, dengan demikian amatlah banyak. Diantara contohnya adalah makan dan minum dengan niat agar badan menjadi sehat sehingga kuat beribadat. Demikian juga mendidik anak dengan niat agar ia menjadi anak yang saleh; 8
Hasbi Ash Shiddieqy, Kuliah Ibadah: Ibadah Ditinjau dari segi Hukum dan Hikmah, (Jakarta: Bulan Bintang, 1994), cet. ke-8 h. 19.
16
membeli kain sarung, mukena, sajadah dengan niat agar nyaman beribadah; berusaha memperoleh uang banyak dengan niat agar dapat melaksanakan ibadah haji; bergaul dengan isteri dengan niat agar terhindar dari perbuatan zina. Pendeknya, semua perbuatan mukmin (tentu saja yang baik dan halal; yang tidak baik dan tidak halal bukan perbuatan manusia mukmin) yang dilakukan dengan niat ibadah terhitung ibadah umum. Dari segi pelaksanaannya, ibadah terbagi kepada: 1. Ibadah jasmaniyah dan ruhaniyah, yaitu ibadah yang dilaksanakan dengan menggunakan jasmani dan ruhani, seperti shalat dan puasa. 2. Ibadah ruhaniyah dan maliyah, yaitu ibadah yang dilaksanakan dengan menggunakan ruhani dan harta, seperti zakat. 3. Ibadah jasmaniyah,
ruhaniyah,
dan
maliyah,
yaitu
ibadah
yang
dilaksanakan dengan menggunakan jasmani, ruhani, dan harta sekaligus, seperti haji.9 Dari segi pribadi dan masyarakatnya, ibadah terbagi kepada: 1. Ibadah fardi, yaitu ibadah yang dapat dilaksanakan secara perseorangan, seperti shalat dan puasa. 2. Ibadah ijtima’i, yaitu ibadah yang dilaksanakan dalam rangka memenuhi tuntutan kebutuhan sosial kebutuhan sosial kemasyarakatan, seperti zakat dan haji. Dari segi bentuk dan sifatnya, ibadah terbagi kepada: 1. Ibadah yang terdiri atas perkataan atau ucapan lidah seperti berzikir, bertasbih, bertahmid, bertahlil, bershalawat dan sebagainya. 2. Ibadah yang sudah terinci perkataan dan perbuatannya, seperti shalat, zakat, puasa, dan haji. 3. Ibadah yang tidak ditentukan teknik pelaksanaannya, seperti menolong orang lain, berjihad, membela diri, mendirikan madrasah, masjid, rumah sakit, dan sebagainya.
9
Baihaqi, Fiqih Ibadah, (Bandung, M2S Bandung, 1996), cet. ke-1, h. 15.
17
4. Ibadah yang pelaksanaannya dalam bentuk menahan diri seperti puasa, ihram, dan i’tikaf. 5. Ibadah yang sifatnya menggugurkan hal, seperti membebaskan seorang dari kewajiban membayar hutangnya kepada kita, memaafkan kesalahan yang dilakukan orang lain kepada kita dan sebagainya.10
4. Tujuan Ibadah Ibadah mempunyai tujuan pokok dan tujuan tambahan. Tujuan pokoknya adalah menghadapkan diri kepada Allah yang maha esa dan mengkonsentrasikan niat kepada-Nya dalam setiap keadaan. Dengan adanya tujuan itu seseorang akan mencapai derajat yang tinggi di akhirat.Tujuan tambahan adalah agar terciptanya kemaslahatan diri manusia dan terwujudnya usaha yang baik. Shalat umpamanya, disyariatkan pada dasarnya bertujuan untuk menundukkan diri kepada Allah swt dengan ikhlas, mengingatkan diri dengan berzikir. Sedangkan tujuan tambahannya antara lain adalah untuk menghindarkan diri dari perbuatan keji dan munkar, sebagaimana dipahami dari firman Allah swt:
”Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, Yaitu Al kitab (Al-Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatanperbuatan) keji dan mungkar. dan Sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan”.(al-ankabut/29: 45)11 Selain menghindarkan diri dari kemungkaran dan kekejian, masih banyak tujuan lain yang dapat diwujudkan melalui ibadah shalat, seperti beristirahat dari kesibukan dunia, membantu dalam memenuhi kebutuhan, membawa seseorang masuk surga dan menjauhkannya dari neraka.12 Adapun tujuan pengajaran ibadah 10
Baihaqi, Fiqih Ibadah, (Bandung, M2S Bandung, 1996), cet. ke-1, h.. 14-15. Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahnya, (Bandung: PT. Syamil Cipta Media 2005), h. 401 12 A.Rahman Ritonga dan Zainuddin, Fiqih Ibadah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 1997), cet. ke-1, h. 9. 11
18
di SMK adalah agar siswa mengetahui hukum-hukum agamanya dalam bidang ibadah, menumbuhkan hubungan erat dengan Allah SWT, menambah kepatuhan padaNya melalui ibadah shalat, puasa, zakat, haji dan ibadah lainnya.
5. Pengamalan Ibadah Siswa di Sekolah Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Menyatakan secara tegas bahwa pendidikan agama adalah salah satu muatan wajib dalam semua jenis, jalur, dan jenjang pendidikan di Indonesia. Salah satu konsekuensi dari ketentuan ini adalah bahwa pendidikan agama diajarkan pada jalur sekolah mulai dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Semua peserta didik diharuskan mengikuti pendidikan agama di sekolah yang dalam praktiknya tidak hanya di kelas (intarakurikuler). Dengan ketentuan ini maka pendidikan agama diharapkan dapat meningkatkan keimanan, pemahaman serta penghayatan dan pengamalan peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia Muslim yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Pengamalan ibadah siswa di sekolah adalah program pembinaan, pelayanan, kajian dan peningkatan Imtaq dan budi pekerti atau akhlak untuk siswa yang dipandu oleh seorang mentor. Program ini digulirkan dengan tujuan: 1. Membentuk pribadi muslim yang memiliki pemahaman terhadap Islam 2. Mendekatkan siswa kepada Masjid/Musholla, agar tercapai perilaku yang senantiasa menyucikan diri dan berakhlakul karimah. 3. Mengantisipasi kenaklan remaja13 Macam-macam pengamalan ibadah siswa di sekolah meliputi kegiatan yang dilakukan atas dasar perasaan tunduk dan patuh seseorang makhluk kepada Allah, atau bisa kita bahasakan segala perbuatan yang dilakukan siswa sebagai usaha menghubungkan dan mendekatkan diri kepada Allah swt dengan taat melaksanakan perintah-Nya serta menjauhi segala larangan-Nya. Diantara macam-macam pengamalan ibadah siswa di sekolah yaitu: 13
Sholeh Dimyathi, Buku Pandauan Dakwah Sistem Langsung (Jakarta: SMK Negeri 56 Jakarta, 2006) h. 1
19
a. Membaca al-Qur’an Membaca adalah “suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau bahasa tertulis”. 14 Kata membaca berasal dari kata baca yaitu suatu kegiatan atau pekerjaan kemudian ditambah dengan awalan imbuhan me jadi membaca berarti berbuat atau melakukan sesuatu pekerjaan atau kegiatan. Jadi, bisa diartikan bahwa membaca adalah suatu kegiatan
atau perbuatan
yang dilakukan
oleh
seseorang untuk memperoleh pesan atau informasi yang berbentuk tulisan. Al-Qur’an secara bahasa berasal dari kata “qaroa-yaqrou-qiradatan-quranan yang berarti bacaan atau hal membaca15. Sedangkan secara terminologis, alQur’an adalah “kalam Allah atau firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad s.a.w dan membacanya merupakan suatu ibadah”.16 Pengertian membaca al-Qur’an di atas, penulis dapat simpulkan bahwa membaca al-Qur’an adalah suatu perbuatan atau kegiatan yang dilakukan seseorang untuk memperoleh kesan dan pesan dari sebuah pelajaran ilahi yang merupakan kegiatan ibadah dalam membacanya, karena merupakan kalamullah yang diturunkan kepada Rasul-Nya yaitu Muhammad saw dan sebagai pedoman serta petunjuk bagi manusia kepada jalan yang lurus yaitu jalan keselamatan di dunia dan akhirat. b. Shalat Dhuha Dhuha menurut bahasa adalah “waktu pada saat matahari telah bersinar dan memanasi bumi”.17 Secara terminologis, waktu dhuha dimulai pada saat matahari naik setinggi + 7 hasta (+ jam 07.15-07.30 atau 2 jam 10 menit dari waktu subuh) hingga matahai tergelincir, yang menandakan waktu dzhur
14
Henry G. Tarian, Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung: Angkasa, 1956), h.7 15 A.W. Munawwir, Kamus Bahasa Arab-Indonesia, (Surabaya: Pustaka Progressif, 1997) Cet. Ke-25, h.1101 16 Manna Khalil al-Qattan, Studi Ilmu-Ilmu al-Quran, (Jakarta: Literatur Antar Nusa, 2006), cet. Ke-9 h. 17 17 Sjaiful Hamid, Tuntunan Praktis Shalat, Dzkir dan Doa (Jakarta: Masjid Agung Sunda Kelapa, 2004) h. 26
20
masuk.18 Jadi dapat dipahami shalat dhuha adalah shalat shalat sunat yang dikerjakan pada waktu matahari sedang naik kira-kira sepenggalah dan berakhir di waktu matahari lingsir. Cara mengerjkan shalat dhuha adalah sama seperti shalat sunah yang lain, dua rakaat satu salam, dengan bacaan pelan, tidak nyaring, serta tidak dikerjakan dengan cara berjamaah. Shalat ini boleh dilakukan 2 rakaat atau lebih; dan umumnya dikerjakan antara 2 rakaat sampai 12 rakaat. Shalat dhuha yang dilakukan siswa di sekolah biasanya pada saat jam istirahat yakni jam 9.30 sampai dengan selesai. c. Shalat Dzhur Berjama’ah Secara bahasa shalat bermakna doa. Menurut istilah ialah “Ibadah yang tersusun dari beberapa perkataan dan perbuatan yang dimulai dengan takbir, disudahi dengan salam, dan memenuhi syarat yang ditentukan.”19 Jama’ah menurut bahasa adalah “jumlah dan banyaknya segala sesuatu”.20 Menurut istilah jama’ah digunakan untuk mewakili banyak orang. Diambil dari makna “al-ijtima” (perkumpulan).21 Jumlah minimal suatu jamaah adalah dua orang, yakni: iman dan makmum. Dinamakan shalat berjama’ah karena orang-orang yang shalat berkumpul dalam melakukan suatu perbuatan pada tempat dan waktu yang sama. Allah Swt berfirman:
.. “Dan apabila engkau (Muhammad) berada di tengah-tengah mereka (sahabatmu) lalu kamu hendak mendirikan shalat bersama-sama mereka, maka hendaklah segolongan dari mereka berdiri (shalat) besersamamu..” (QS. AnNisa/4: 102)22
18
Sjaiful Hamid, Tuntunan Praktis Shalat, Dzkir…, h.26-27 Sulaiman Rasjid, Fiqih Islam, (Bandung: Sinar Baru, Aglesindo, 2010) Cet. Ke-49 h.53 20 Sa’id in Ali bin Wahf Al-Qahthani, Meraih Berkah Dengan Shalat Berjama’ah. (Jakarta: Pustaka At-Tazkia, 2005) h.8 21 Sa’id in Ali bin Wahf Al-Qahthani, Meraih Berkah…,h. 9 22 Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahnya, (Bandung: PT. Syamil Cipta Media, 2005). h. 95 19
21
Jadi yang dimaksud shalat dzhur berjama’ah yaitu shalat fardu yang dikerjakan secara bersama-sama antara siswa dan guru pada waktu dzhur atau setelah kegiatan belajar mengajar di kelas berakhir. d. Berdoa Pengertian berdo’a adalah “memohon atau meminta pertolongan kepada Allah SWT”.23 Do’a merupakan unsur yang paling esensial dalam ibadah. Sebagaimana Sabda Rasulullah saw “Do’a adalah intinya ibadah” (H.R. Tirmidzi).24 Berdoa merupakan puncak ibadah yang menggambarkan peristiwa pertemuan seorang hamba dengan Sang Khalik. Untuk mencapai doa yang khusyu’, diperlukan kesiapan lahir dan batin. Oleh karena itu, ketika berdoa hendaknya kita mengedepankan etika dalam berdoa, diantaranya adalah badan telah disucikan terlebih dahulu dari najis maupun hadats, berpakaian sopan, menghadap ke arah kiblat, dan lainnya. 25 Disamping itu, mental kita tenang, penuh penghayatan, dan keyakinan yang kuat, dan bersih dari sikap sombong, riya dan lainnya. Sistematika doa biasanya terdiri atas doa pembuka, isi doa, dan penutup doa. Doa pembuka berisi basmallah, pujian dan pernyataan syukur atas kenikmatan yang diterima dari Allah SWT serta shalawat kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga dan para pengikutnya. Isi doa menyatkan permohonan ampun untuk pribadi, orang tua dan kaum muslimin. Disamping itu, isi doa memohon kebahagiaan keluarga, kekuatan iman, kesehatan fisik, kelapangan rizki dan kebutuhan masing-masing. Doa penutup diisi dengan doa sapu jagat, yakni harapan kebahagian dunia dan akhirat, dan ditutup dengan shalawat kepada nabi Muhammad SAW. Doa-doa yang biasa diamalkan oleh siswa dalam kehidupan sehari-hari yaitu: doa sebelum makan, doa sesudah makan, doa sebelum tidur, doa bangun tidur, doa masuk rumah, doa keluar rumah, doa masuk masjid, doa keluar 23
Raudlatul Mubtadiin’s Blog Santri, “Kumpulan Doa”, dari http://ppraudlatulmubtadiin.wordpress.com, 25 Januari 2011 24 Imam Tirmidzi, Jami’ Shahih Sunan Tirmidzi, Juz 5, (Beirut: Darul Ihya Turast Arabi, tt), h. 456. 25 Sjaiful Hamid, Tuntunan Praktis Shalat, Dzkir dan Doa, (Jakarta: Masjid Agung Sunda Kelapa, 2004) h. 130
22
masjid, doa masuk WC, doa keluar WC, doa naik kendaraan, doa memulai pelajaran, doa ketika bercermin, doa setelah shalat fardhu.
B. Membina Pengamalan Ibadah Siswa 1. Maksud Membina Pengamalan Ibadah Siswa Dalam kehidupan sehari-hari kita kerap mendengar istilah membina. Misalnya dalam konteks membina anak, membina bahasa, membina prajurut. Dari istilah ini tampak tersirat bahwa membina adalah suatu usaha atau kegiatan yang mengarah kepada kebaikan hal yang dibina sehingga diharapkan menjadi lebih baik. Dalam membina ini tampak atau identik dalam perubahan, bergantung obyek yang bina, tentu saja perubahan yang mengacu kepada peningkatan. Berkaitan dengan hal di atas dalam kamus besar Bahasa Indonesia dijelaskan membina adalah “membangun, mengusahkan agar lebih baik, lebih maju”.26 Yang dimaksud membina pengamalan ibadah siswa yang penulis maksudkan adalah suatu proses, kegiatan, atau perbuatan, atau cara yang dilakukan dengan harapan menjadi lebih baik terhadap sesuatu. Dalam konteks membina pengamalan beribadah siswa bermakna usaha yang ditempuh oleh guru pendidikan agama Islam untuk menjadikan siswa lebih baik dalam mengamalkan ibadah dalam kehidupan sehari-hari, terutama dalam mengamalakan pengamalan ibadah yang dilaksankan di sekolah seperti; membaca al-Qur’an, shalat dhuha, shalat dzhur berjama’ah dan berdoa.
2. Peran Profesional Guru dalam Membina Pengamalan Ibadah Siswa Istilah “peran” kerap diucapkan banyak orang. Sering kita mendengar kata peran dikaitkan dengan posisi atau kedudukan seseorang. Atau “peran” dikaitkan dengan “apa yang dimainkan” oleh seorang aktor dalam suatu drama. Mungkin tak banyak orang tahu, bahwa kata “peran”, atau role dalam bahasa Inggrisnya, memang diambil dari dramaturgy atau seni teater. Dalam seni teater seorang actor diberi peran yang harus dimainkan sesuai dengan plot-nya, dengan alur ceritanya, 26
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), ed. 3. Cet. II, h. 152
23
dengan lakonnya. Lebih jelasnya kata “peran” atau “role” dalam kamus oxford dictionary diartikan : Actor’s part; one’s task or function. Yang berarti aktor; tugas seseorang atau fungsi.27 Dalam kamus besar bahasa Indonesia pengertian peran adalah seperangkat tingkat yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan dalam masyarakat.28 Ketika istilah peran digunakan dalam lingkungan pekerjaan, maka seseorang yang diberi (atau mendapatkan) sesuatu posisi, juga diharapkan menjalankan perannya sesuai dengan apa yang diharapkan oleh pekerjaan tersebut. Sedangkan kata “profesional” berasal dari kata sifat yang berarti pencaharian dan sebagai kata benda yang berarti orang yang mempunyai keahlian seperti guru, dokter, hakim, dan sebagainya.29 Dengan kata lain, pekerjaan yang bersifat profesional adalah pekerjaan yang hanya dapat dilakukan oleh mereka yang khusus dipersiapkan untuk itu dan bukan pekerjaan yang dilakukan oleh mereka yang karena tidak dapat memperoleh pekerjaan lain. Dengan bertitik tolak pada pengertian ini, maka pengertian peran profesional guru dalam membina pengamalan ibadah siswa adalah peran profesional guru pendidikan agama Islam, yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang studi Agama Islam serta telah berpengalaman dalam mengajar pendidikan agama Islam sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru pendidikan agama Islam dengan kemampuan yang maksimal serta memiliki kompetensi sesuai dengan kriteria guru profesional dengan kata lain peran profesional guru dalam membina pengamalan beribadah siswa ialah keterlibatan aktif seseorang dalam suatu proses kerja, atau usaha guru agama dalam mendidik, membimbing serta mengarahkan siswa kepada yang lebih baik dan sempurna.
27
The New Oxford Illustrated Dictionary, ( Oxford University Press, 1982), h. 1466. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahsa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1998), Cet. Ke-1, h.667 29 Moch. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya: 2010), Cet. Ke-24 h. 14 28
24
Guru memegang peranan penting dalam proses belajar mengajar. Dipundaknya terpikul tanggung jawab utama keefektifan seluruh usaha kependidikan persekolahan. Sebelum mengetahui peran guru PAl lebih jauh maka harus tahu tugas dan tanggung jawab seorang guru karena jabatan guru adalah jabatan profesional, sebab tidak semua orang dapat menjadi guru kecuali yang memang dipersiapkan melalui pendidikan keguruan. Menjadi guru berdasarkan tuntutan pekerjaan adalah suatu pekerjaan yang mudah tetapi menjadi guru yang berdasarkan panggilan jiwa atau tuntutan hati nurani adalah tidak mudah. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen pasal 1 dikemukakan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. 30 Menurut Zakiah Darajat, “Guru yang ideal adalah yang dapat menunaikan dua fungsi sekaligus yaitu sebagai guru dan dokter jiwa yang dapat membekali anak dengan pengetahuan agama, serta dapat membina kepribadian anak menjadi seorang muslim yang dihendaki oleh ajaran agama”.31 Dengan demikian guru agama harus dapat menjadi contoh teladan bagi anak didiknya sesuai dengan ajaran agama di Iingkungan sekolah maupun di lingkungan masyarakat. Untuk dapat menjadikan siswa-siswa yang baik, maka gurunya pun juga harus baik. Adapun ciri-ciri guru yang baik adalah: a. Guru yang baik memahami dan menghormati murid. b. Guru yang baik harus menghormati bahan pelajaran yang diberikannya. c. Guru yang baik menyesuaikan metode mengajar dengan bahan pelajaran. d. Guru yang baik menyesuaikan bahan pelajaran dengan kesanggupan individu. e. Guru yang baik mengaktifkan murid dalam hal belajar. f. Guru yang baik memberi pengertian dan bukan hanya kata-kata semata. 30
Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen, (Bandung: Citra Umbara, 2006), h. 1-2 31 Zakiah Darajat, I1mu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 1996), Cet. Ke-15. hal. 112
25
g. Guru menghubungkan pelajaran dengan kebutuhan murid. h. Guru mempunyai tujuan tertentu dengan tiap pelajaran yang diberikannya. i. Guru jangan terikat oleh suatu text book. j. Guru yang baik tidak hanya mengajar dalam arti menyampaikan pengetahuan saja kepada murid melainkan senantiasa mengembangkan pribadi anak.32 Dalam pelaksanaan pendidikan di sekolah, tugas guru yang terpenting adalah mengajar, tetapi sesungguhnya tugas seorang guru tidak hanya mengajar, dia juga bertugas untuk membimbing dalam rangka menemukan pembawaan yang ada pada anak didiknya. Selanjutnya tugas guru adalah menolongnya untuk mengembangkan
pembawaan
tersebut.
Tugas
guru
berikutnya
adalah,
mengevaluasi perkembangan anak didiknya apakah berjalan baik atau buruk. Serta memberikan bimbingan pada saat siswa menemukan kesulitan dalam mengembangkan potensinya. Hal tersebut merupakan tugas guru pada umumnya. Adapun tugas pendidik agama : a. Mengajarkan ilmu pengetahuan agama Islam. b. Menanamkan keimanan dalam jiwa sang anak. c. Mendidik anak agar taat menjalankan agama. d. Mendidik anak agar berbudi pekerti yang luhur.33 Tanggung jawab pendidikan diselenggarakan dengan kewajiban mendidik dengan cara membantu anak didik melalui bantuan atau bimbingan dilakukan dalam pergaulan antara pendidik dengan anak didik. Sebagai seorang guru pendidikan agama Islam di samping terikat dengan sifat yang harus dimiliki sebagai pendidik muslim juga harus mampu rnembina dan membentuk pribadi seorang anak menjadi seorang anak yang taat dan berbakti sesuai dengan ajaran dan tuntutan agama Islam.
32
S. Natution. Didaktik Asas-asas Mengajar, (Bandung: PT. Jemmars, 1995), Ed.2, Cet Ke-1
33
Zuhairini, dkk., Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Surabaya: Usaha Nasional, 1983), h.
h.12 35
26
Mengenai tanggung jawab guru Pendidikan Agama Islam agar berhasil dalam mengajar dan mendidik murid-muridnya adalah sebagai berikut: 1. Guru harus menuntut murid-murid belajar. 2. Turut serta membina kurikulum sekolah. 3. Melakukan pembinaan terhadap diri siswa (kepribadian, watak dan jasmaniah). 4. Memberikan bimbingan kepada murid. 5. Melakukan diagnosis atas kesulitan-kesulitan, belajar dan mengadakan penilaian atas kemajuan belajar. 6. Menyelenggarakan penelitian. 7. Mengenal masyarakat dan ikut serta aktif. 8. Menghayati, dan mengamalkan pancasila. 9. Turut serta membantu terciptanya kesatuan dan persatuan dan persatuan bangsa dan perdamaian dunia. 10. Turut mensukseskan pembangunan. 11. Tanggung jawab meningkatkan profesional guru.34 Peran guru PAI dalam pelaksanaan pendidikan agama Islam di sekolah sangat menentukan keberhasilan pencapaian tujuan Pendidikan Agama Islam, peran guru PAI sebenarnya tidak beda dengan peran guru secara umum, sehubungan dengan fungsinya sebagai pengajar, pendidik dan pembimbing. Peran guru PAI akan senantiasa menggambarkan pola tingkah laku yang diharapkan dalam berbagai interaksinya, baik dengan siswa (yang terutama) sesama guru maupun dengan orang lain. Menurut Federasi dan Organisasi Profesional guru sedunia, sebagaimana dikutip Sardiman, “Peranan guru di sekolah, tidak hanya sebagai transmitter dari ide tetapi juga berperan sebagai transformer dan katalisator dari nilai dan sikap”35 Peran guru (termasuk guru PAI) dalam kegiatan belajar mengajar dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Informator (Guru sebagai pelaksana dalam proses belajar mengajar). 34
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, Jakarta: Bumi Aksara, 2001), hal. 127-133 Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2000). Cet. Ke-19, h. 144 35
27
2. Organisator (Guru sebagai pengelola kegiatan akademik silabus, workshop, jadual pelajaran dan lain-lain). 3. Motivator
(Artinya
dalam
rangka
meningkatkan
kegairahan
dan
pengembangan kegiatan belajar siswa). 4. Pengarahan/Direktor (Dalam hal ini harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai dengan tujuan yang dicitacitakan) 5. Inisiator (Dalam hal ini sebagai pencetus ide-ide dalam proses bclajar). 6. Transmitter (Dalam kegiatan belajar, guru bertindak selaku penyebar kebijaksanaan). 7. Fasilitator (Guru dalam hal ini akan memberikan fasilitas / kemudahan dalam proses belajar mengajar). 8. Mediator (Guru sebagai penengah dalam kegiatan belajar siswa). 9. Evaluator (Guru tidak hanya melihat dari bisa atau tidaknya mengerjakan mata pelajaran yang diujikan, terutama yang menyangkut perilaku dan values yang ada)36 Guru Pendidikan Agama Islam selain berperan mengarjakan pendidikan agama Islam juga berperan melakukan bimbingan dan latihan yang meliputi: 1) Menyiapkan program bimbingan dan latihan siswa dalam pendidikan Agama Islam 2) Membimbing dan melatih siswa dalam hal: (a) Ibadah (Shalat) (b)Membaca Al-Qur’an (c) Akhlaq (d)Syariah dan muamalah 3) Membimbing dan melatih siswa dalam kegiatan sapta lomba yang meliputi: (a) MTQ (b)Adzan (c) Puitisasi terjemahan Al-Qur’an (d)Keterampilan menjadi imam 36
Sardiman, Interaksi dan Motivasi…, h. 146
28
(e) Menulis indah huruf/ayat Al-Qur’an (f) Cerdas cermat pendidikan Agama Islam (g) Mengarang cerita dan pidato keagamaan.37 Berdasarkan uraian dan teori-teori yang telah dijelaskan dapat disimpulkan bahwa peran guru (termasuk guru agama) sangat menentukan berhasil atau tidaknya proses dan hasil pembelajaran, baik keberhasilan prestasi siswa secara keseluruhan maupun keberhasilan dari sisi guru itu sendiri. Peran-peran tersebut dapat dijalankan guru agama dengan cara memberikan bimbingan dan latihan yang meliputi: 1) Membimbing dan melatih siswa dalam hal: (a) Ibadah (Shalat) (b)Membaca Al-Qur’an (c) Akhlaq (d)Syariah dan muamalah
37
Pedoman Peningkatan Keimanan dan Ketaqwaan Siswa SLTP/SMU/SMK, (Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah Bagian Proyek Peningkatan Wawasan Keagamaan Guru, 2002) h. 27-28
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran profesional guru pendidikan Agama Islam dalam membina pengamalan beribadah siswa di SMK Al-Hidayah Lestari
B. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMK Al-Hidayah Lestari Jakarta Selatan yang beralamat di Jalan Kana Lestari, Blok K/I Lebak Bulus Jakarta Selatan. Adapun waktu penelitiannya berlangsung pada tanggal 13 Desember 2010 s.d 31 Maret 2011, dengan rincian waktu sebagai berikut :
Tabel 1 Waktu Penelitian No.
Tanggal
Kegiatan
1.
13 Desember 2010
Persiapan penelitian
2.
16 Desember 2010
Survei ke sekolah
3.
7 Januari-8 Januari
Pembuatan instrumen dan revisi
Sumber Data
instrumen
4.
16 Februari-
Wawancara
19 Februari 2011
Kepala Sekolah, guru pendidikan
29
30
Agama Islam 5.
10 Maret 2011
Penyebaran angket
6.
14-15 Maret 2011
Pengumpulan dokumen
21-26 Maret
Analisis data dan penulisan
Siswa Tata usaha
laporan penelitian 7.
31 Maret 2011
Revisi laporan penelitian
C. Metode Penelitian, Jenis dan Sumber data Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitis yaitu penelitian yang bertujuan menggambarkan suatu keadaan atau sifat seperti adanya untuk kemudian dianalisa. Dengan metode ini diharapkan peneliti dapat menjelaskan peran profesional guru PAI dalam membina pengamlan beribadah siswa di SMK Al-Hidayah Lestari. Jenis dan sumber data dalam penelitian ini ada dua, yaitu : 1. Penelitian Kepustakaan (Library Research) Melalui penelitian ini penulis berusaha mengkaji buku-buku yang relevan dengan judul di atas dalam rangka menyusun kajian teoritis penelitian. 2. Penelitian Lapangan (Field Research) Penelitian lapangan yaitu penelitian yang dilakukan untuk mendapatkan data faktual dari lapangan yang berkaitan dengan masalah yang diteliti tentang peran profesional guru pendidikan agama Islam dalam membina pengamalan beribadah siswa di SMK Al-Hidayah Lestari kelas X Lebak Bulus Jakarta Selatan Melalui penelitian ini penulis akan mengadakan penelitian langsung ke tempat yang dijadikan objek penelitian yakni SMK Al-Hidayah Lestari.
31
D. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling 1. Populasi Menurut Ronny Kountur ”populasi adalah suatu kumpulan menyeluruh dari objek yang merupakan perhatian peneliti. Objek penelitian dapat berupa makhluk hidup, benda-benda, sistem dan prosedur, fenomena, dan lain-lain”.1 Suharsimi Arikunto dalam bukunya mengatakan bahwa ”populasi adalah keseluruhan subyek penelitian”.2 Dikatakan pula oleh Ibnu Hajar bahwa ”populasi adalah kelompok besar individu yang mempunyai karakteristik umum yang sama”.3 Berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh para ahli mengenai populasi, penulis dapat menyimpulkan bahwa pada dasarnya populasi merupakan sekumpulan subyek dan obyek yang mempunyai karakteristik sama dalam suatu wilayah yang telah ditetapkan oleh penulis untuk kemudian dipelajari dan dianalisis. Dalam penelitian ini, penulis mengambil populasi yakni semua siswa yang belajar di SMK Al-Hidayah Lestari Jakarta Selatan kelas X sebanyak 193 siswa dari 5 kelas yang ada. 2. Sampel Muhammad Subana dalam bukunya ”Dasar-dasar Penelitian Ilmiah” menjelaskan bahwa ”sampel merupakan cara mengumpulkan data dari populasi dengan mengambil sebagian saja anggota yang dipilih dari populasi
diasumsikan
(harus)
memrepresentasikan
populasinya”.4
Pengertian ini sejalan dengan pernyataan Suharsimi Arikunto yang mengatakan bahwa ”sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti”.5 Sampel yang baik adalah yang dapat mewakili populasi secara keseluruhan. Terkait dengan definisi di atas, dalam penelitian ini penulis 1
Ronny Kountur, Metode Penelitian Untuk Penulisan Skripsi dan Tesis, h. 137. Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2006), Cet. 13, Hal. 130. 3 Ibnu Hajar, Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kuantitatif Dalam Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1999), Cet. II, h. 133. 4 Muhammad Subana, Dasar-dasar Penelitian Ilmiah, (Bandung: Pustaka Setia, 2005), Cet. II, h. 115. 5 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2006), Cet. 13, h. 131. 2
32
hanya menggunakan sampel sebanyak 40%, yang berarti hanya 80 siswa, dengan pembagian masing-masing kelas diambil sebanyak 16 siswa. 3. Teknik Sampling Teknik sampling merupakan ”salah satu teknik yang digunakan dalam penelitian untuk menarik sampel dari jumlah populasi yang ada”.6 Umumnya, teknik sampling yang digunakan dalam suatu penelitian bergantung kepada tujuan penelitian dan sifat populasi. Adapun dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik random sampling dengan bentuk bilangan ordinal untuk menarik sampel dari jumlah populasi yang telah ada.
D. Teknik Pengumpulan Data 1. Observasi Teknik observasi digunakan untuk menggali data tentang pengamlan bribadah siswa dan peran professional guru dalam membina pengamalan beribadah siswa di SMK Al-Hidayah Lestari. 2. Wawancara Dilakukan terhadap pihak yang terkait dengan subjek penelitian. Wawancara dilakukan melalui tatap muka dengan menggunakan daftar pertanyaan (panduan wawancara). Dalam penelitian ini penulis melakukan wawancara dengan kepala sekolah, dan guru pendidikan agama Islam untuk memperoleh informasi secara langsung tentang peran guru PAI dalam membina pengamalan beribadah siswa 3. Angket Teknik angket dilakukan untuk mendapatkan informasi tentang pendapat/pandangan siswa mengenai pengamalan beribadah siswa dan peran guru PAI
6
Winarno Surakhmad, Pengantar Penelitian-penelitian Ilmiah: Dasar Metode Teknik, (Bandung: Tarsito, 1998), Cet. VIII, h. 94.
33
4. Dokumentasi Teknik dokumentasi dilakukan untuk memperoleh dokumen tentang profil sekolah, siswa, guru, kelas, silabus dan rancangan pelaksanaan pembelajaran (RPP).
E. Instrumen Penelitian Agar dalam pengumpulan data lebih terarah kepada tujuan yang hendak dicapai, maka penulis membuat kisi-kisi instrumen penelitian sebagai berikut: Tabel 2 Kisi-kisi Quisioner Peran Profesional Guru PAI dalam Membina Pengamalan Beribadah Siswa di SMK Al-Hidayah Lestari
Dimensi
Indikator
No. Butir Soal
Jumlah
1,2
2
3,4
2
5,6
2
4. Mengerti ilmu tajwid
7,8
2
5. Efek membaca Al-
9,10
2
11,12
2
13,14,15
3
16,17,18
3
1. Pelaksanaan Kegiatan Pengamalan ibadah siswa 1. Intensitas membaca di Sekolah: a. Membaca Al-Qur’an (Juz’amma)
al-qur’an siswa 2. Hafal beberapa surat dalam Juz’amma 3. Kemampuan siswa membaca al-qur’an Lancar/ tidak
qur’an di sekolah b. Shalat Dhuha
1. Intensitas shalat dhuha 2. Hafal doa shalat dhuha 3. Efek
34
c. Shalat Dzhur Berjama’ah
1. Intensitas Shalat Dzhur berjama’ah
19,20
2
21,22,23
3
24,25
2
26,27,28,29,30
5
31,32
2
33,34
2
35,36
2
37
1
38, 39
2
40, 41
2
42,43
2
2. Efek
1. Intensitas berdo’a d. Berdo’a
2. Hafal bacaan do’a sehari-hari 3. Efek
2. Peran guru pedidikan agama Islam dalam membina pengamalan beribadah siswa: a. Pengajar
a. Mengajarkan membaca al-qur’an b. Mengajarkan tata cara shalat c. Mengajarkan berdoa sesudah shalat dan doa-doa sehari-hari
a. Membimbing siswa b. Pembimbing
membaca al-qur’an b. Membimbing siswa shalat
c. Membimbing siswa berdoa
35
c. Pengawasan
a. Memerintahkan siswa
44
1
45
1
46
1
47
1
48,49,50
3
51
1
untuk membaca alqur’an b. Memperhatikan siswa dalam membaca alqur’an c. Menegur/memberi hukuman siswa yang tidak membaca alqur’an d. Memperhatikan perlengkapan shalat siswa e. Memerintahkan siswa untuk shalat f. Menegur/memberi hukuman siswa yang tidak shalat
Jumlah
51
36
Tabel 3 Kisi-kisi pedoman wawancara pada judul Peran Profesional Guru PAI dalam Membina Pengamalan Beribadah Siswa di SMK Al-Hidayah Lestari
Fokus penelitian Dimensi Peran 1. Pelaksanaan Kegiatan
Indikator a. Macam-macam kegiatan
Profesional Guru
Pengamalan ibadah di
b. Waktu pelaksanaan
PAI dalam
Sekolah
c. Latar belakang kegiatan
membina
Pengamalan Ibadah
pengamalan beribadah siswa
2. Pihak-pihak yang terlibat
a. Sekolah (Kepala Sekolah) b. Guru mata pelajaran lain, Wali kelas
3. Keterlibatan guru PAI
a. Usaha apa yang dilakukan dalam membina pengamalan ibadah b. Peran guru pedidikan agama Islam membina pengamalan ibadah
4. Pengawasan
d. Guru Pendidikan Agama Islam e. Guru Mata pelajaran lain f. Siswa/teman Sebaya
5. Hasil kegiatan
a. Pembinaan pengamalan beribadah yang di cita-citakan b. Intensitas pengamalan beribadah siswa c. Peningkatan pengamalan beribadah siswa (kualitas)
37
F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data Untuk memperoleh data dalam penulisan ini, penulis melakukan langkahlangkah sebagai berikut: 1. Editing yaitu memeriksa kembali jawaban daftar pertanyaan yang diserahkan oleh responden. Kemudian angket tersebut diperiksa satu persatu, tujuannya untuk mengurangi kesalahan atau kekurangan yang ada pada daftar pertanyaan yang telah diselesaikan. Jika ada jawaban yang diragukan atau tidak dijawab, maka penulis menghubungi responden yang bersangkutan untuk menyempurnakan jawabannya. 2. Skoring yaitu
merupakan tahap pemberian
skor terhadap butir-butir
pernyataan yang terdapat dalam angket. Dalam pengambilan angket menggunakan skala likert yaitu: selalu, sering, kadang-kadang, dan tidak pernah, yang harus dipilih oleh responden. Maka penulis melakukan perhitungan skor rata-ratanya dengan ketentuan sebagai berikut: a. Untuk jawaban yang pernyataannya positif, skornya: Selalu (SL)/Yang Setara
:4
Sering (SR)/Yang Setara
:3
Kadang-kadang (KD)/Yang Setara
:2
Tidak Pernah (TP)/Yang Setara
:1
b. Untuk jawaban yang pernyataannya negatif, skornya: Selalu (SL)/Yang Setara
:1
Sering (SR)/Yang Setara
:2
Kadang-kadang (KD)/Yang Setara
:3
Tidak Pernah (TP)/Yang Setara
:4
3. Tabulating yaitu proses memindahkan jawaban ke dalam tabel, sehingga diketahui perhitungan prosentasenya. Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik analisis data secara kuantitatif yang dinamakan deskripsi analisis, yaitu menggambarkan apa adanya. Langkah pertama adalah membuat table frekuensi dan kemudian
38
dilengkapi dengan persentase. Dalam hal ini penulis menggunakan rumus sebagai berikut:7 P=
Ket :
F x 100 % N
P = Persentase f = frekuensi / jumlah yang mengisi N = Jumlah Responden
Setelah tabulasi data selesai dikerjakan, tahap selanjutnya adalah analisa data. Untuk analisa data mengacu pada pedoman di bawah ini : Tabel 3 Analisa Data Persentase 100%
Seluruhnya
90%-99%
Hampir seluruhnya
60%-89%
Sebagian besar
51%-59%
Lebih dari setengah
50%
Setengahnya
40%-49%
Hampir setengahnya
10%-39%
Sebagian kecil
1%-9%
Sedikit sekali
0%
7
Penafsiran
Tidak sama sekali
Anas Sudjiono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada, 2006), Cet.1, h.40-41
39
G. Interpretasi Data Untuk memberikan interpretasi atas nilai rata-rata yang diperoleh digunakan pedoman interpretasi sebagai berikut : 1. Sangat Baik, jika nilai yang diperoleh berada pada interval 81%-100% 2. Baik, jika nilai yang diperoleh berada pada interval 61%-80% 3. Cukup Baik, jika nilai yang diperoleh berada pada interval 41%-60% 4. Kurang Baik, jika nilai yang diperoleh berada pada interval 21%-40% 5. Tidak Baik, jika nilai yang diperoleh berada pada interval 0%-20% Untuk menentukan prosentase, digunakan rumus perhitungan sederhana dengan langkah-langkah sebagai berikut : 1. Menentukan nilai harapan (NH), nilai dapat diketahui dengan mengalikan jumlah item pertanyaan dengan skor tertinggi 2. Menentukan nilai skor (NS), nilai ini merupakan nilai rata-rata sebenarnya yang diperoleh dari hasil nilai skor masing-masing item dibagi dengan jumlah responden (siswa) 3. Menentukan kategorinya, yaitu dengan menggunakan rumus : NS P=
x 100% NH
Ket : P = Persentase NS = Nilai Skor NH = Nilai Harapan
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum SMK Al-Hidayah Lestari 1. Sejarah Berdirinya SMK Al-Hidayah Lestari Berdirinya SMK Al-Hidayah merupakan perwujudan dari keingingan Yayasan Pendidikan Islam Al-Hidayah dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan membangun manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri, serta mempunyai rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan bangsa. SMK Al-Hidayah berdiri pada tanggal 19 Juli 1993 dengan nama SMEA pada awalnya, dimana Drs. Salman Tumanggor sebagai Kepala Sekolah pertama di sekolah ini. Pendirian ini didasarkan pada musyawarah Yayasan yang dihadiri oleh pengurus Yayasan yaitu: H. Machmud, Hj. Siti Sa’diyah, Drs. H. Marzuki1 SMK Al-Hidayah Lestari beralamat di Jalan Kana Lestari Blok K/I Lebak Bulus Jakarta Selatan dengan nomor Statistik sekolah: 342016202272. Status SMK saat ini telah terakreditasi dengan nilai ”A”.
1
H. Mochammad Amin, S. Ag, Wawancara, Jakarta, 05 Januari 2011
40
41
2. Visi dan Misi SMK Al-Hidayah Lestari Untuk mengadapi persaingan dibidang pendidikan, yayasan Al-Hidayah dengan kepengurusan yang baru memiliki visi yaitu : "Menciptakan Sumber Daya Manusia yang Islami. Trampil dan handal serta Berwawasan Global.” Langkah-langkah yang ditempuh untuk mewujudkan visi yang di maksud antara lain, sebagai berikut: a. Sumber daya manusia yang Islami 1) Semua metode pengajaran bernuansa Islam yang dapat memperhalus budi pekerti setiap pelajar 2) Mengaktifkan kegiatan rohis 3) Melaksanakan kegiatan-kegiatan keagamaan b. Terampil dan handal 1) Memperbesar jam praktek computer dan mengetik, termasuk bidang studi produktif 2) Melaksanakan ujian nasional seperti; (a) Ujian nasional akuntansi (dasar satu, dasar dua dan terampil) (b) Ujian nasional bahasa inggris (dasarsatu dan dasar dua) (c) Ujian nasional mengetik (dasar, trampil dan mahir) c. Berwawasan 1) Mengikut sertakan siswa dalam pelaksanaan uji kendali 2) Ujian kompetensi 3) Studi komperhensif 4) Ujian nasional produktif Sedangkan Misi SMK Al-Hidayah adalah menciptakan kepribadian Muslim yang berakhlak mulia, yang berguna bagi Bangsa dan Negara, yang dijabarkan dengan: a. Menghasilkan siswa/siswi yang sholeh dan sholehah. b. Menyiapkan tenaga kerja yang terampil. c. Menyiapkan tenaga kerja yang berkualitas dan profesional. d. Memberi bekal keterampilan produktif, mengubah status manusia konsumen menjadi manusia produktif.
42
e. Memberikan kemampuan dasar sebagai bekal pengembangan kualitas dirinya 3. Sarana dan Prasarana SMK Al-Hidayah Lestari Sarana dan prasarana merupakan syarat penting agar dapat menciptakan suasana belajar mengajar yang kondusif dan menghasilkan lulusan yang berkualitas. ٍSarana dan prasarana yang ada di SMK Al-Hidayah Lestari meliputi : ruang kepala sekolah, ruang guru, ruang tata usaha,12 ruang kelas, perpustakaan, sarana olahraga (futsal, basket, voli dll), satu laboratorium komputer (dilengkapi AC dan internet), laboratorium bahasa usaha kesehatan sekolah UKS), ruang osis, kamar kecil/wc guru, 2 kamar kecil/wc siswa, kantin. (Sumber Data : Kepala Sekolah). Sarana dan prasarana yang ada di SMK Al-Hidayah Lestari sudah terbilang cukup lengkap. Dengan tersedianya sarana dan prasarana yang lengkap akan memudahkan proses belajar mengajar di sekolah. Selain itu sekolah sangat mendukung kegiatan pembinaan pengamalan beribadah siswa di sekolah dengan menyediakan sarana ibadah (mushala), dilengkapi dengan 6 keran air untuk berwudhu siswa, serta dua sampai tiga mushaf al-Qur’an perkelasnya untuk siswa yang tidak membawa al-Qur’an sendiri. 4. Profil Siswa SMK Al-Hidayah Lestari Siwa merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dengan dunia pendidikan, suatu lembaga atau sekolah tanpa adanya seorang siswa maka tidak akan berjalan kegiatan proses belajar mengajar. Maka dengan adanya mereka terjadilah proses belajar mengajar. Jumlah siswa SMK Al-Hidayah Letari tahun pelajaran 2009/2010 adalah berjumlah 342 siswa. SMK Al-Hidayah mempunyai tiga jurusan yaitu Akuntansi, Penjualan dan Administrasi Perkantoran. Data terakhir jumlah siswa-siswi di SMK Al-Hidayah Lestari Lebak Bulus Tahun Pelajaran 2010/2011 tercatat sebanyak 461 siswa yang terdiri dari 199 laki-laki dan 262 siswa perempuan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari table di bawah ini:
43
Tabel 5 Jumlah Siswa Tahun Ajaran 2010-2011
Kelas
Kelas X
Program
P
JML
2 Kelas
31
40
71
Adm.Perkantoran
2 Kelas
28
51
79
Penjualan
1 Kelas
34
6
40
93
97
190
Akuntansi
1 Kelas
21
21
42
Adm. Perkantoran
1 Kelas
5
39
44
Penjualan
2 Kelas
45
38
83
71
98
169
Jumlah
Kelas XII
L Akuntansi
Jumlah
Kelas XI
Jumlah Siswa
Rom.Bel
Akuntansi
1 Kelas
12
21
33
Adm. Perkantoran
1 Kelas
5
30
36
Penjualan
1 Kelas
18
16
34
35
67
103
199
262
461
Jumlah Jumlah Total
12 Kelas
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa jumlah siswa dari tahun ke tahun terus bertambah, untuk kelas X hanya 190 orang yang diterima. Supaya kelas tidak terlalu penuh, maka SMK Al-Hidayah Lestari menambah ruang kelas dari 11 ruang kelas menjadi 12 ruang kelas dan membatasi jumlah siswa per kelas. Dengan demikian akan memudahkan guru pendidikan agama Islam ataupun guru mata pelajaran lain untuk mengontrol, membimbing, dan membiana siswa baik dalam proses belajar mengajar di dalam kelas maupun, dalam membina pengamalan beribadah siswa yang proses pelaksanaanya di laksanakan luar kelas (mushala).
44
“Dilihat dari latar belakang ekonomi orang tua/wali siswa SMK Al-Hidayah Lestari rata-rata bergolongan ekonomi menengah ke bawah, dan terkadang dengan keadaan ekonomi orang tua mereka yang kurang ada beberapa siswa yang terpaksa di pulangkan karena orang tua mereka belum bisa memenuhi kewajibannya untuk membayar spp bulanan kepada sekolah.” 2 Pihak sekolah dalam hal ini tidak langsung memulangkan murid ke rumah, akan tetapi sekolah memberikan surat teguruan dan peringatan kepada orang tua/wali siswa untuk melunasi tunggakan administrasinya. Tujuannya agar siswa memperoleh haknya untuk belajar di sekolah, dan orang tua wajib memenuhi kewajibanya untuk mendukung, memfasilitasi anaknya belajar. Sedangkan dilihat dari latar belakang sosial keagamaan siswa, seluruh siswa di SMK Al-Hidayah Lestari beragama Islam. Tetapi dalam segi pemahaman, pengamalan, dan penghayatan ibadah siswa sangat beragam pada setiap siswanya hal ini di sebabkan karena latar belakang pekerjaan orangtua mempunyai hubungan yang erat terhadap pengamalan beribadah siswa. Orang tua yang kesehariannya bekerja dari pagi sampai sore bahkan malam akan sulit mengontrol putra putrinya dalam melaksanakan ibadah, orang tua juga kurang memberikan contoh teladan di rumah, dan orang tua kurang mengawasi pergaulan anak-anaknya sehingga menyebabkan pemahaman pengalaman, dan penghayatan ibadah siswa beragam pada setiap siswanya. Sebaliknya orangtua yang lebih banyak bertemu dengan anaknya diharapkan pengamalan ibadahnya lebih tertib, dapat mencontohkan teladan yang baik di rumah, dan dapat mengawasi pergaulan anak-anaknya. Oleh karana itu, agar pembinaan pengamlan beribadah siswa dapat berhasil diperlukan kerjasama sekolah dengan orang tua murid.
2
Wawancara dengan Wakil Kepala Sekolah bidang kesiswaan, 14 Maret 2011, di SMK AlHidayah Lestari.
45
5. Profil Guru dan Karyawan SMK Al-Hidayah Lestari Guru merupakan sosok yang penting dalam dunia pendidikan. Guru sebagai pendidik sekaligus pengajar tidak hanya memberikan ilmu tetapi juga berperan dalam membimbing meningkatkan pengamlan beribadah siswa. Tenaga pengajar di SMK Al-Hidayah Lestari secara umum memiliki latar belakang pendidikan. Semua guru direkrut sesuai dengan latar belakang pendidikan mereka dan mata pelajaran yang dibutuhkan sehingga akan menghasilkan interaksi sosial antara guru dan siswa yang berkualitas Karyawan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dengan pendidikan. Kelancaran dan keberhasilan suatu pendidikan sangat ditentukan oleh peran serta karyawan. Kelancaran pendidikan disekolah tidak terlepas dari administrasi managerial yang baik, teratur, terarah dan terencana. Yang dimaksud pegawai pada unit pelaksanaan teknis di SMK Al-Hidayah Lestari Lebak Bulus adalah seluruh karyawan sekolah yang diantaranya adalah staf tata usaha, staf kebersihan dan satpam. Dengan adanya mereka dapat membantu proses belajar mengajar. Adapun jumlah guru dan karyawan di SMK Al-Hidayah Lestari berjumlah sekitar 34 orang yang diantaranya 29 orang guru dan 5 orang karyawan. Maka untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari table dibawah ini: Tabel 6 Profil Guru Bidang Studi dan Karyawan Tahun Ajaran 2010-2011
NO
Nama Guru/Karyawan
Tempat /Tanggal Lahir
PendidikanTerakhir / Jurusan
Guru Bidang Studi/Jabatan
Status Kepegawaian
Tugas Tambahan
1
Parhanah, SE
Jakarta, 03 - 10 - 1968
S1/Manajemen
Ekonomi
PNS
2
Drs. Fahrudin
Kudus, 01 - 02 - 1965
S1/Pend.Bahasa Inggris
B. Inggris
GTY
3
H. Moch. Amin S.Ag
Jakarta, 15 - 09 - 1975
S1/Dakwah
B. Arab
GTY
4
Drs. Basrin Malau
Barus, 20 - 07 - 1962
S1/Pend. Ekop/Akutansi
Kewirausahaan
GTT
Kepala Sekolah Waka Sekolah Wakasis Sekolah -
5
Drs.A.Saefudin
Pandeglang, 04 - 02 - 1966
S1/Pend. B. Arab
Bahasa Arab
GTT
-
6
Drs.Umum Lingga
Telagatelu, 24 - 08 - 1962
S1/Pend. Ekop/Akuntansi
Kewirausahaan
GTT
-
7
Muhyi Choirudin
Demak, 15 - 07 - 1968
S1/Ilmu Al-qur'an
Agama Islam
GTT
-
8
Dra.Hj.Hazamih
Jakarta, 08 - 08 - 1958
S1/Pend. Bahasa Indonesia
B. Indonesia
PNS
-
46
9
Wardah Hayati, S.Pd
Jakarta, 09 - 07 - 1963
S1/Pend. Bahasa Indonesia
B. Indonesia
PNS
-
10
Nurlina, S.Pd
Jakarta, 29 - 10 - 1969
11
H.Ahmad Syakir, S.Ag
Jakarta, 15 - 08 - 1973
S1/Pend. Ekop-Akutansi
Akuntansi
GTT
Wali Kelas
S1/Pend. Agama Islam
Agama Islam
PNS
Wali Kelas
12
Dra. Ety Purwaningsih
Jakarta, 17 - 12 - 1972
S1/Pend. Bahasa Indonesia
bahasa Indonesia
GTT
-
13
Tarmudi, S.Pd
Sukoharjo, 19 - 06 - 1968
S1/Pend. Ekonomi
K3, KOLEGA
GTT
Wali Kelas
14
Rini Suharwanti, S.Pd
Wates, 26 - 03 - 1972
15
Anton H, S.Pd
Jakarta, 30 - 05 - 1973
S1/Pend. Kewarganegaraan
PPkn/Sejarah , IPS
GTT
Wali Kelas
S1/Pend. Ekonomi
Produktif Penjualan
GTT
Wali Kelas
16
Dede Sopiyan, S.Pd
Majalengka, 17 - 07 - 1970
S1/Kplthn.Olahraga
Penjaskes
GTT
Jakarta, 08 - 05 - 1981
S1/Manajmen
Produktif Akuntansi
GTT
Zakiyah, S.Pd
Jakarta, 23 - 04 - 1977
S1/Pend. Matematika
Matematika
GTT
Wali Kelas Wali Kelas/Kajur Wali Kelas
17
Mansur,SE
18 19
Abdul Ghofur, S.Pd
Pemalang, 07 - 08 - 1968
S1/Pend. Ekonomi
Produktif Sekretaris
GTT
Wali Kelas
20
Fadlilah, SH
Jakarta, 05 - 09 - 1966
S1/Hukum
BK
GTY
-
21
Dadang Suryadin, Amd
Bengkulu, 25 - 01 - 1983
S1/Teknik Komputer
Computer
GTT
-
22
Endiyana, Amd
Jakarta, 28 - 03 - 1983
D3/Komputer
Typing Tutor
GTT
23
Faisal Faiz
Jakarta, 10 - 07 - 1983
D3/Komputer
Typing Tutor
GTT
24
Siti Nurlaela, S.Pd
Jakarta, 09 - 09 - 1983
S1/Sastra Jepang
Bahasa Jepang
GTT
25
Budi, S.Pd
Boyolali, 03 - 11 - 1969
S1/Pend. Bahasa Inggris
Bahasa Inggris
GTT
26
Siti Komariah
Jakarta, 17 - 05 - 1978
D3
Seni Budaya
GTY
27
Muafifah
Demak, 28 - 05 - 1984
S1/Pend. IPA
IPA
GTT
28
Lia Marantika
Yogyakarta, 07 - 06 - 1986
S1/Pend. B. Inggris
Bahasa Inggris
GTT
Wali Kelas
29
Mediastuti
Jakarta, 07-11-1985
S1/Pend. Matematika
Matematika
GTT
Wali Kelas
30
Faisal, SE
Jakarta, 15 -12- 1970
S1/Manajemen
Bendahara
PTY
31
Lukman Hakim
Jakarta, 28 - 12- 1975
D3/Manajemen Perbankan
Staff Tata Usaha
PTY
32
Syarifudin
Jakarta, 04 - 05 - 1985
SMEA
Staff Tata Usaha
33
Qaidar Firman
Jakarta, 19- 05- 1987
SMA
Staff Tata Usaha
34
Hendra
Bogor, 06 -11 - 1987
SMEA
Kebersihan
PTY
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa rata-rata guru SMK AlHidayah Lestari berlatar belakang pendidikan dan hampir seluruhnya memiliki pengalaman mengajar yang cukup lama di SMK Al-Hidayah Lestari, sehingga sangat memungkinkan untuk dapat menciptakan lingkungan belajar yang kondusif dan dapat mengendalikannya jika pembelajaran.
terjadi gangguan dalam
Kep. Lab. Komputer
Wali Kelas
47
6. Profil Guru Pendidikan Agama Islam Jumlah guru bidang studi pendidikan agama Islam pada SMK Al-Hidayah Lestari berjumlah 2 orang yaitu: Ahmad Syakir bertugas pada kelas satu dan Muhyi Choirudin bertugas pada kelas dua dan tiga. Mengenai profil guru pendidikan agama Islam dalam penilitan ini penulis hanya mengambil salah satu guru pendidikan agama Islam saja yaitu: Ahmad Syakir, ia dilahirkan di Jakarta, 15 Mei 1973 dari keluarga pendiri yayasan Al-Hidayah Lestari. Pendidikan dasar diselesaikannya pada Madrasah Ibtidaiyah Al-Hidayah Lestari tahun 1986. Setamat MI ia melanjutkan di SMPN 37 Jakarta selesai tahun 1989. Setamat sekolah menengah petama ia melanjutkan di MA Insan Kamil Bogor, dan selesai tahun 1992. Setelah menyelesaikan pendidikan dasar dan
menengahnya,
ia
melanjutkan
pendidikanya
pada
Universitas
Muhammadiyah Jakarta jurusan pendidikan agama Islam selesai tahun 1997 dengan memperoleh gelar sarjana pendidikan agama Islam. Pengalaman mengajarnya menjadi guru tetap bidang studi pendidikan agama Islam di MI Al-Hidayah Lestari sejak 1997 sampai sekarang, guru tetap pendidikan agama Islam di SMP Al-Hidayah Lestari sampai sekarang, guru tetap pendidikan agama Islam di SMK Al-Hidayah Lestari sampai sekarang. Disamping mengajar ia juga mendapat tugas tambahan sebagai instruktur ekstrakulikuler di SMK Al-Hidayah Lestari dan sebagai bendahara di SMP AlHidayah Lestari. Dalam membina pengalaman beribadah siswa di SMK Al-Hidayah Lestari, tidak hanya dilakukan oleh ia seorang diri, tetapi dibantu oleh wakil kepala sekolah bidang kesiswaan yaitu Mohammad Amien, serta bantuan dan kerjasama dari guru mata pelajaran lain hal ini dikarenakan di tengah kesibukannya mengajar di tiga sekolah sehingga ia memerlukan bantuan dan kerjasama
dari guru mata pelajaran lain apabila berhalangan pada proses
pelaksanaannya.
48
B. Deskripsi Data Dalam pengumpulan data, penulis menggunakan teknik wawancara dan penyebaran angket. Wawancara dilakukan untuk mendapatkan data yang lebih lengkap mengenai peran profesional guru PAI dalam membina pengamalan beribadah siswa dari informan yang terdiri dari guru bidang studi PAI, Kepala Sekolah di SMK Al-Hidayah Lestari Selain itu, penulis juga menyebarkan angket kepada sampel sebanyak 80 responden dari seluruh populasi berjumlah 193 orang siswa dari 5 kelas yang ada. Jumlah soal yang diberikan sebanyak 51 item yang berbentuk pilihan ganda, yang mesti dijawab oleh para siswa dengan memberikan tanda silang (X). Kemudian, angket yang telah diisi oleh responden, ditabulasikan dalam bentuk hitungan analisis deskriptif, Berikut ini akan disajikan data dari tiap tabel angket beserta hasil yang diperoleh.
1. Data Tentang Pengamalan Beribadah Siswa a. Membaca al-Qur’an Sebelum kegiatan belajar mengajar di sekolah dimulai, setiap paginya secara rutin siswa membaca beberapa surat pendek dalam juz Amma. Berdasarkan tabel di bawah ini: Tabel 7 Membaca beberapa surat pendek dalam juz’Amma No. 1.
Frekuensi
Persentase
a. Selalu
45
56,3%
b. Sering
19
23,7%
c. Kadang-kadang
10
12,5%
d. Tidak Pernah
6
7,5%
80
100%
Alternatif Jawaban
JUMLAH
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa sebanyak 45 responden (56,3%) siswa menjawab selalu membaca beberapa surat dalam
49
Juz’amma sebelum kegiatan belajar mengajar di sekolah dimulai, 19 responden (23,7%) siswa menjawab sering. Namun, 10 responden (12,5%) siswa menjawab kadang-kadang, bahkan 6 responden (7,5%) siswa menjawab tidak pernah. Tabel 8 Kebiasaan membaca al-Qur’an di rumah No. 2.
Frekuensi
Persentase
a. Selalu
12
15%
b. Sering
25
31,3%
c. Kadang-kadang
43
53,7%
d. Tidak Pernah
0
0%
80
100%
Alternatif Jawaban
JUMLAH
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa 12 responden (15%) siswa menjawab selalu membaca al-Qur’an di rumah setiap hari karena di sekolah dibiasakan membaca al-Qur’an, 25 responden (31,3%) siswa menjawab sering, 43 responden (53,7%) siswa menjawab kadangkadang, dan tidak ada siswa yang menjawab tidak pernah membaca alQur’an di rumah setiap hari. Tabel 9 Berusaha menghafal beberapa surat pendek dalam juz’Amma No. 3.
Frekuensi
Persentase
a. Selalu
16
20%
b. Sering
27
33,7%
c. Kadang-kadang
37
46,3%
d. Tidak Pernah
0
0%
80
100%
Alternatif Jawaban
JUMLAH
Tabel di atas menunjukkan bahwa 16 responden (20%) siswa menjawab selalu berusaha menghafal beberapa surat pendek dalam
50
Juz’Amma, 27 responden (33,7%) siswa menjawab sering, 37 responden (46,3%) siswa menjawab kadang-kadang, dan tidak ada siswa yang menjawab tidak pernah berusaha menghafal surat-surat pendek dalam juz’Amma. Tabel 10 Hafal juz’Amma No. 4.
Frekuensi
Persentase
a. Seluruhnya
4
5%
b. Sebagian besar surat
37
46%
c. Sebagian kecil
25
31%
d. Tidak seluruhnya
15
18%
80
100%
Alternatif Jawaban
JUMLAH
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa sebanyak 4 responden (5%) siswa menjawab hafal juz’Amma seluruhnya Sedangkan 37 responden (46%) siswa menjawab hafal sebagian besar surat dalam juz’ Amma. Namun, 25 responden (31%) siswa lain menjawab hafal sebagian kecil surat dalam juz’Amma bahkan 15 responden (18%) siswa menjawab tidak hafal seluruhnya. Tabel 11 Dapat membaca al-Qur’an dengan lancar No. 5.
Frekuensi
Persentase
a. Sangat Mampu
16
20%
b. Mampu
49
61,3%
c. Kurang Mampu
11
13,7%
d. Tidak Mampu
4
5%
JUMLAH
80
100%
Alternatif Jawaban
Di sekolah setiap paginya siswa-siswi dibiasakan membaca al-Qur’an sebelum kegiatan belajar mengajar berlangsung. Tabel di atas
51
menunjukkan bahwa (20%) siswa sangat mampu dapat membaca alQur’an dengan lancar karena di sekolah dibiasakan baca al-Qur’an. Sedangkan 49 responden (61,3%) lainnya pun mampu akan hal tersebut. Namun, 11 responden (13,7%) siswa lain merasa kurang mampu, bahkan 4 responden (5%) siswa merasa tidak mampu dalam membaca al-Qur’an dengan lancar walaupun di sekolah dibiasakan baca al-Qur’an. Tabel 12 Mampu membaca al-Qur’an dengan tartil No. 6.
Frekuensi
Persentase
a. Sangat Mampu
11
13,7%
b. Mampu
25
31,3%
c. Kurang Mampu
40
50%
d. Tidak Mampu
4
5%
JUMLAH
80
100%
Alternatif Jawaban
Tabel di atas menunjukkan bahwa 11 responden (13,7%) siswa sangat mampu membaca al-Qur’an dengan tartil, 25 responden (31,3%) lainnya pun setuju akan hal tersebut. Namun, 40 responden (50%) siswa lain merasa kurang mampu, bahkan 4 responden (5%) siswa merasa tidak mampu membaca al-Qur’an dengan tartil.
52
Tabel 13 Mengalami kesulitan tentang ilmu tajwid No. 7.
Frekuensi
Persentase
a. Selalu
7
8,7%
b. Sering
19
23,8%
c. Kadang-kadang
51
63,8%
d. Tidak Pernah
3
3,7%
80
100%
Alternatif Jawaban
JUMLAH
Tabel di atas menunjukkan bahwa 7 responden (8,7%) siswa dalam membaca al-Qur’an selalu mengalami kesulitan tentang ilmu tajwid, 19 responden (23,8%) lainnya pun setuju akan hal tersebut. Tetapi, 51 responden (63,8%) siswa dalam membaca al-Qur’an kadang-kadang mengalami kesulitan, bahkan 3 responden (3,7%) siswa dalam membaca al-Qur’an tidak pernah mengalami kesulitan tentang ilmu tajwid. Tabel 14 Membaca al-Qur’an dengan mempraktekkan makharijul hurufnya No. 8.
Frekuensi
Persentase
a. Selalu
12
15%
b. Sering
36
45%
c. Kadang-kadang
25
31,3%
d. Tidak Pernah
7
8,7%
80
100%
Alternatif Jawaban
JUMLAH
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa 12 responden (15%) siswa selalu membaca al-Qur’an dengan mempraktekkan makharijul hurufnya, 36 responden (45%) lainnya pun setuju akan hal tersebut. Namun, 25 responden (31,3%) siswa lain merasa kadang-kadang, bahkan 7 responden (8,7%) siswa merasa tidak pernah membaca al-Qur’an dengan mempraktekkan makharijul hurufnya.
53
Tabel 15 Dengan membaca al-Qur’an hati menjadi tenang No. 9.
Frekuensi
Persentase
a. Sangat Setuju
49
61,3%
b. Setuju
22
27,5%
c. Kurang Setuju
9
11,2%
d. Tidak Setuju
0
0%
80
100%
Alternatif Jawaban
JUMLAH
Pada tabel 15 dapat diketahui bahwa 49 responden (61,3%) siswa sangat setuju dengan membaca al-Qur’an di sekolah membuat hati tenang, 22 responden (27%) lainnya pun setuju akan hal tersebut. Namun, 9 responden (11,2%) siswa lain menjawab kurang setuju, dan tidak ada siswa yang menjawab tidak setuju. Tabel 16 Terbiasa membaca al-Qur’an di sekolah membuat lancar dalam membaca al-Qur’an No. 10.
Frekuensi
Persentase
a. Sangat Setuju
17
21,2%
b. Setuju
43
53,8%
c. Kurang Setuju
18
22,8%
d. Tidak Setuju
2
2,5%
80
100%
Alternatif Jawaban
JUMLAH
Karena terbiasa membaca al-Qur’an di sekolah membuat siswa lancar dalam membaca al-Qur’an. Berdasarkan table di atas 17 responden (21,2%) siswa sangat setuju karena terbiasa membaca al-Qur’an di sekolah membuat mereka lancar dalam membaca al-Qur’an, 43 responden (53,8%) lainnya pun setuju akan hal tersebut. Namun, 18 responden (22,8%) siswa lain menjawab kurang setuju, bahkan 2 responden (2,5%)
54
siswa tidak setuju karena terbiasa membaca al-Qur’an di sekolah membuat mereka lancar dalam membaca al-Qur’an. b. Shalat Dhuha Untuk mengetahui intensitas pengamalan ibadah shalat dhuha siswa, hafal do’a shalat dhuha, dan efek dari pengamalan sahalat dhuha dapat dilihat dari tabel-tabel di bawah ini:
Tabel 17 Shalat dhuha di sekolah Frekuensi
Persentase
a. Selalu
2
2,5%
b. Sering
15
18,8%
c. Kadang-kadang
37
46,2%
d. Tidak Pernah
26
32,5%
80
100%
No. 11.
Alternatif Jawaban
JUMLAH
Shalat dhuha merupakan bentuk kegiatan pembinaan pengalaman beribadah siswa yang dilaksanakan pada jam istirahat. Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa 2 responden (2,5%) siswa selalu melaksanakan shalat dhuha pada jam istirahat sesuai dengan jadwal yang ditentukan sekolah, 15 responden (18,8%) lainnya pun sering melaksanakan shalat dhuha pada jam istirahat sesuai dengan jadwal yang ditentukan. Namun, 37 responden (46,2%) siswa lain menjawab kadangkadang, bahkan 26 responden (32,5%) siswa tidak pernah melaksanakan shalat dhuha pada jam istirahat sesuai dengan jadwal yang ditentukan sekolah.
55
Tabel 18 Melaksanakan shalat dhuha diluar jadwal yang ditentukan sekolah No. 12.
Frekuensi
Persentase
a. Selalu
8
10%
b. Sering
12
15%
c. Kadang-kadang
35
43,7%
d. Tidak Pernah
25
31,3%
80
100%
Alternatif Jawaban
JUMLAH
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa 8 responden (10%) siswa selalu melaksanakan shalat dhuha pada jam istirahat diluar jadwal yang ditentukan sekolah, 12 responden (15%) lainnya pun sering melaksanakan shalat dhuha pada jam istirahat diluar jadwal yang ditentukan. Namun, 35 responden (43,7%) siswa lain menjawab kadangkadang, bahkan 25 responden (31.3%) siswa tidak pernah. Tabel 19 Berdoa setelah shalat dhuha No. 13.
Frekuensi
Persentase
a. Selalu
9
11,3%
b. Sering
26
32,5%
c. Kadang-kadang
35
43,7%
d. Tidak Pernah
10
12,5%
80
100%
Alternatif Jawaban
JUMLAH
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa 9 responden (11,3%) siswa setelah melaksanakan shalat dhuha selalu berdoa kepada Allah swt memohon dibukakan pintu rezeki, 26 responden (32,5%) siwa setelah melaksanakan shalat dhuha sering berdoa kepada Allah swt memohon dibukakan pintu rezeki. Namun, 35 responden (43,7%) siswa lain
56
menjawab kadang-kadang, bahkan 10 responden (12.5%) siswa tidak pernah. Tabel 20 Hafal do’a shalat dhuha No. 14.
Frekuensi
Persentase
a. Sangat Hafal
6
7,5%
b. Hafal
28
35%
c. Kurang Hafal
41
51,3%
d. Tidak Hafal
5
6,2%
80
100%
Alternatif Jawaban
JUMLAH
Pada tabel di atas diketahui bahwa sebanyak 6 responden (7,5%) siswa merasa sangat hafal do’a shalat dhuha. Sedangkan 28 responden (35%) lainnya pun hafal do’a shalat dhuha. Namun, 41 responden (51,3%) siswa lain merasa kurang hafal bahkan 5 responden (6,2%) merasa tidak hafal. Tabel 21 Hafal makna do’a shalat dhuha No. 15.
Frekuensi
Persentase
a. Sangat Hafal
7
8,7%
b. Hafal
25
31,3%
c. Kurang Hafal
39
48,8%
d. Tidak Hafal
9
11,2%
80
100%
Alternatif Jawaban
JUMLAH
Diketahui bahwa sebanyak 7 responden (8,7%) siswa merasa sangat hafal makna do’a shalat dhuha. Sedangkan 25 responden (35%) lainnya pun menyatakan hafal makna do’a shalat dhuha. Namun, 39 responden (48,8%) siswa lain merasa kurang hafal bahkan 9 responden (11,2%) merasa tidak hafal.
57
Tabel 22 Hafal do’a shalat dhuha, karena terbiasa melaksanakan shalat dhuha di sekolah No. 16.
Frekuensi
Persentase
a. Sangat Setuju
6
7,5%
b. Setuju
19
23,8%
c. Kurang Setuju
42
52,5%
d. Tidak Setuju
13
16,2%
80
100%
Alternatif Jawaban
JUMLAH
Tabel di atas menunjukkan bahwa 6 responden (7,5%) siswa menjawab sangat setuju hafal do’a shalat dhuha karena mereka terbiasa melaksanakan shalat dhuha di sekolah, 19 responden (23,8%) siswa menjawab setuju, 42 responden (52,5%) menjawab kurang setuju, bahkan 13 responden menjawab tidak setuju hafal do’a shalat dhuha karena mereka terbiasa melaksanakan shalat dhuha di sekolah. Tabel 23 Yakin dengan shalat dhuha Allah akan memberikan rizki No. 17.
Frekuensi
Persentase
a. Sangat Yakin
47
58,8%
b. Yakin
17
21,3%
c. Kurang Yakin
9
11,2%
d. Tidak Yakin
7
8,7%
80
100%
Alternatif Jawaban
JUMLAH
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa 47 responden (58,8%) siswa menjawab sangat yakin dengan shalat dhuha Allah akan memberikan rizki kepada mereka, 17 responden (21,3%) siswa menjawab yakin, 9 responden (11,2%) menjawab kurang yakin, bahkan 7 responden
58
menjawab tidak yakin dengan shalat dhuha Allah akan memberikan rizki kepada mereka. Tabel 24 Shalat dhuha di rumah No. 18.
Frekuensi
Persentase
a. Selalu
2
2,5%
b. Sering
18
22,5%
c. Kadang-kadang
49
61,3%
d. Tidak Pernah
11
13,7%
80
100%
Alternatif Jawaban
JUMLAH
Pada tabel diatas diketahui bahwa sebanyak 2 responden (2,5%) siswa menjawab selalu melaksanakan shalat dhuha di rumah karena di sekolah juga mereka melaksanakannya, 18 responden (22,5%) siswa menjawab sering. Namun, 49 responden (61,3%) siswa menjawab kadang-kadang, dan 11 responden (4%) siswa menjawab tidak pernah melaksanakan shalat dhuha di rumah karena di sekolah juga mereka melaksanakannya. c. Shalat Dzuhur Berjama’ah Shalat dzhur berjama’ah merupakan bentuk kegaiatan pembinaan pengalaman beribadah siswa yang dilaksanakan di sekolah sesuai dengan jadwal yang ditentukan berdasarkan kelas dan jurusan. Untuk mengetahui intensitas pengamalan ibadah shalat dzhur siswa, dan efeknya dapat diketahui dari tabel-tabel dibawah ini:
59
Tabel 25 Shalat dzuhur berjama’ah di sekolah No. 19.
Frekuensi
Persentase
a. Selalu
5
6,3%
b. Sering
23
28,7%
c. Kadang-kadang
35
43,7%
d. Tidak Pernah
17
21,3%
80
100%
Alternatif Jawaban
JUMLAH
Shalat dzhur berjama’ah merupakan bentuk kegiatan pembinaan pengalaman beribadah yang dilaksanakan di sekolah. Dari tebel di atas diketahui 5 responden (6,3%) siswa menjawab selalu melaksanakan shalat dzhur berjama’ah di sekolah, 23 responden (28,7%) menjawab sering, 35 responden (43,7%) menjawab kadang-kadang, dan 17 responden (21,3%) menjawab tidak pernah melaksanakan shalat dzhur berjama’ah di sekolah. Tabel 26 Melaksanakan shalat dzuhur berjama’ah di sekolah sesuai dengan jadwal yang ditentukan sekolah No. 20.
Frekuensi
Persentase
a. Selalu
3
3,8%
b. Sering
23
28,7%
c. Kadang-kadang
37
46,2%
d. Tidak Pernah
17
21,3%
80
100%
Alternatif Jawaban
JUMLAH
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa 3 responden (3,8%) siswa menjawab selalu melaksanakan shalat dzuhur berjama’ah di sekolah sesuai dengan jadwal yang ditentukan sekolah, 23 responden (28,7%) siswa menjawab sering, 37 responden (46,2%) siswa menjawab
60
kadang-kadang, dan 17 responden (21,3%) siswa menjawab tidak pernah melaksanakan shalat dzuhur berjama’ah di sekolah sesuai dengan jadwal yang ditentukan sekolah. Tabel 27 Melaksanakan shalat berjama’ah di sekolah, di rumah juga melaksanakannya Frekuensi
Persentase
21. a. Selalu
5
6,2%
b. Sering
27
33,8%
c. Kadang-kadang
42
52,5%
d. Tidak Pernah
6
7,5%
80
100%
No.
Alternatif Jawaban
JUMLAH
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa 5 responden (6,2%) siswa menjawab selalu melaksanakan shalat berjama’ah di sekolah , di rumah juga mereka melaksanakannya, 27 responden (33,8%) siswa menjawab sering, 40 responden (52,5%) siswa menjawab kadang-kadang, dan 6 responden (7,5%) siswa menjawab tidak pernah melaksanakan shalat berjama’ah di sekolah,
di rumah
juga mereka
tidak pernah
melaksanakannya. Tabel 28 Melaksanakan shalat 5 waktu dengan berjama’ah Frekuensi
Persentase
22. a. Selalu
11
13,7%
b. Sering
24
30%
c. Kadang-kadang
43
53,8%
d. Tidak Pernah
2
2,5%
80
100%
No.
Alternatif Jawaban
JUMLAH
61
Karena terbiasa melaksanakan shalat dzuhur berjama’ah di sekolah memberikan efek terhadap shalat 5 waktu siswa. Dari tabel diketahui bahwa 11 responden (13,7%) siswa menjawab selalu melaksanakan shalat lima waktu dengan berjama’ah, 24 responden (30%) siswa menjawab sering, 43 responden (53,8%) siswa menjawab kadangkadang, dan 2 responden (2,5%) siswa menjawab tidak pernah melaksanakan shalat lima waktu dengan berjama’ah. Tabel 29 Dengan shalat keimanan dan ketaqwaan semakin bertambah No. 23.
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase
a. Sangat Setuju
50
62,5%
b. Setuju
24
30%
c. Kurang Setuju
6
7,5%
d. Tidak Setuju
0
0%
80
100%
JUMLAH
Pada tabel di atas dapat diketahui bahwa 50 responden (62,5%) siswa menjawab sangat setuju dengan shalat keimanan dan ketaqwaan mereka semakin bertambah, 24 responden (30%) siswa menjawab setuju, 6 responden (7,5%) siswa merasa kurang setuju, dan tidak ada siswa yang menjawab tidak setuju dengan shalat keimanan dan ketaqwaan mereka semakin bertambah. e. Berdoa Berdo’a merupakan suatu upaya memohon kepada Allah agar maksud dan tujuan seseorang tercapai. Tentu saja tujuan tersebut tidak hanya dicapai dengan do’a melainkan harus didahului oleh usaha yang maksimal. Berikut kita perhatikan tabel pengamalan intensitas berdo’a siswa, hafal bacaan do’a-do’a sehari-hari dan efek dari berdo’a:
62
Tabel 30 Terbiasa berdoa dalam kehidupan sehari-hari No. 24.
Frekuensi
Persentase
a. Selalu
40
50%
b. Sering
29
36,3%
c. Kadang-kadang
11
13,7%
d. Tidak Pernah
0
0%
80
100%
Alternatif Jawaban
JUMLAH
Tabel di atas menunjukkan bahwa 40 responden (50%) siswa menjawab selalu terbiasa berdoa dalam kehidupan sehari-hari, 29 responden (36,3%) siswa menjawab sering, 11 responden (13,7%) menjawab kadang-kadang, dan tidak ada siswa yang menjawab tidak pernah terbiasa berdoa dalam kehidupan sehari-hari. Tabel 31 Berdoa setiap memulai aktifitas No. 25.
Frekuensi
Persentase
a. Selalu
19
22,73%
b. Sering
32
40%
c. Kadang-kadang
29
36,3%
d. Tidak Pernah
0
0%
80
100%
Alternatif Jawaban
JUMLAH
Dari tabel 31 dapat diketahui bahwa 19 responden (22,73%) siswa menjawab selalu berdo’a setiap memulai aktifitas, 32 responden (40%) menjawab sering, 29 orang (36,3%) menjawab kadang-kadang, dan tidak ada siswa yang menjawab tidak pernah.
63
Tabel 32 Hafal bacaan doa-doa sehari-hari Frekuensi
Persentase
a. Sangat Setuju
19
23,7%
b. Setuju
36
45%
c. Kurang Setuju
25
31,3%
d. Tidak Setuju
0
0%
80
100%
No. 26.
Alternatif Jawaban
JUMLAH
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa 19 responden (23,7%) siswa sangat setuju hafal bacaan doa-doa sehari-hari, 36 responden (45%) siswa menjawab setuju, 25 responden (31,3%) siswa menjawab kurang setuju, dan tidak ada siswa yang menjawab tidak setuju. Tabel 33 Berdo’a ketika mulai belajar dan sesudah belajar No. 27.
Frekuensi
Persentase
a. Selalu
48
60%
b. Sering
18
22,5%
c. Kadang-kadang
14
17,5%
d. Tidak Pernah
0
0%
80
100%
Alternatif Jawaban
JUMLAH
Tabel di atas menunjukkan bahwa 48 responden (60%) siswa menjawab selalu berdo’a ketika mulai belajar dan sesudah belajar di sekolah, 18 responden (22,5%) siswa menjawab sering, 14 responden (17,5%) menjawab kadang-kadang, dan tidak ada siswa yang menjawab tidak pernah berdoa ketika mulai belajar dan sesudah belajar di sekolah.
64
Tabel 34 Berdo’a jika hendak tidur Frekuensi
Persentase
a. Selalu
42
52,5%
b. Sering
18
22,5%
c. Kadang-kadang
19
23,7%
d. Tidak Pernah
1
1,3%
80
100%
No. 28.
Alternatif Jawaban
JUMLAH
Tabel di atas menunjukkan bahwa 42 responden (52,5%) siswa menjawab selalu berdoa jika hendak tidur, 18 responden (22,5%) menjawab sering, 19 responden (23,7%) menjawab kadang-kadang, dan 1 responden (1,3%) siswa menjawab tidak pernah berdo’a jika hendak tidur. Tabel 35 Berdo’a bila hendak keluar rumah No. 29.
Frekuensi
Persentase
a. Selalu
40
50%
b. Sering
20
25%
c. Kadang-kadang
15
18,8%
d. Tidak Pernah
5
6,2%
80
100%
Alternatif Jawaban
JUMLAH
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa 40 responden (50%) siswa menjawab selalu berdoa bila hendak keluar rumah, 20 responden (25%) menjawab sering, 15 responden (18,8%) menjawab kadangkadang, dan 5 responden (6,2%) siswa menjawab tidak pernah berdo’a bila hendak keluar rumah.
65
Tabel 36 Berdo’a setelah shalat fardhu Frekuensi
Persentase
a. Selalu
47
58,7%
b. Sering
23
28,8%
c. Kadang-kadang
6
7,5%
d. Tidak Pernah
4
5%
80
100%
No. 30.
Alternatif Jawaban
JUMLAH
Tabel di atas menunjukkani bahwa 47 responden (58,7%) siswa menjawab selalu berdoa setelah shalat fardhu, 23 responden (28,8%) menjawab sering, 6 responden (7,5%) menjawab kadang-kadang, dan 4 responden (5%) siswa menjawab tidak pernah berdo’a setelah shalat fardhu. Tabel 37 Karena terbisa berdoa yakin Allah SWT akan memberikan kemudahan dalam segala urusan No. 31.
Frekuensi
Persentase
a. Sangat yakin
54
67,5%
b. Yakin
21
26,3%
c. Kurang Yakin
5
6,2%
d. Tidak Yakin
0
0%
80
100%
Alternatif Jawaban
JUMLAH
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa 54 responden (67,5%) siswa sangat yakin karena terbiasa berdoa Allah akan memberikan kemudahan dalam segala urusan, 21 responden (26,3%) siswa menjawab yakin, 5 responden (6,2%) siswa menjawab kurang yakin, dan tidak ada siswa yang menjawab tidak syakin. mereka yakin Allah SWT akan memberikan kemudahan dalam segala urusan mereka.
66
Tabel 38 Berdoa ketika menghadapi ujian semester sehingga hati menjadi tenang, dan menjawab soal dengan penuh percaya diri. No. 32.
Frekuensi
Persentase
a. Selalu
45
56,3%
b. Sering
29
36,2%
c. Kadang-kadang
6
7,5%
d. Tidak Pernah
0
0%
80
100%
Alternatif Jawaban
JUMLAH
Pada Tabel 38 menunjukkan bahwa 45 responden (56,3%) siswa selalu berdoa ketika menghadapi ujian semester sehingga hati mereka menjadi tenang, dan menjawab soal dengan penuh percaya diri, 29 responden (36,2%) menjawab sering, 6 responden (7,5%) siswa lain menjawab kadang-kadang, dan tidak ada siswa yang menjawab tidak pernah berdoa ketika menghadapi ujuan semester.
2. Data Tentang Peran Guru Pendidikan Agama Islam a. Sebagai Pengajar Guru pendidikan agama Islam bertugas menyampaikan ilmu atau keterampilan kepada siswa dengan menggunakan cara-cara tertentu, sehingga pengetahuan atau keterampilan dapat dimiliki oleh siswa. Untuk mengetahui peran guru pendidikan agama Islam dalam mengajarkan cara membaca al-Qur’an, mengajarkan cara paktek shalat, dan mengajarkan doa-doa sehari-hari bisa diketahui dari tabel-tabel di bawah ini:
67
Tabel 39 Mengajarkan cara membaca al-Qur’an yang baik No. 33.
Frekuensi
Persentase
a. Selalu
39
48,8%
b. Sering
27
33,7%
c. Kadang-kadang
13
16,2%
d. Tidak Pernah
1
1,3%
80
100%
Alternatif Jawaban
JUMLAH
Salah satu peran guru pendidikan agama Islam sebagai pengajar adalah memberikan pengajaran membaca al-Qur’an yang baik di sekolah. Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa 39 responden (48,8%) siswa menjawab guru pendidikan agama Islam selalu mengajarkan cara membaca al-Qu’an yang baik di sekolah, 27 responden (33,7%) menjawab sering, 13 responden (16,2%) siswa lain menjawab kadang-kadang, dan 1 responden (1,3%) siswa menjawab guru pendidikan agama Islam tidak pernah mengajarkan cara membaca al-Qu’an yang baik di sekolah. Tabel 40 Memberikan contoh membaca Al-Qur’an yang baik No. 34.
Frekuensi
Persentase
a. Selalu
42
52,5%
b. Sering
22
27,5%
c. Kadang-kadang
16
20%
d. Tidak Pernah
0
0%
80
100%
Alternatif Jawaban
JUMLAH
Pada tabel ini sebanyak 42 responden (52,5%) menjawab guru pendidikan agama Islam selalu memberikan contoh membaca al-Qur’an yang baik, 22 responden (27,5%) menjawab sering, sedangkan 16 responden (20%) siswa menjawab kadang-kadang, dan tidak ada siswa
68
yang menjawab guru pendidikan agama Islam tidak pernah memberikan contoh membaca Al-Qur’an yang baik. Tabel 41 Mengajarkan tatacara praktek shalat yang baik dan benar No. 35.
Frekuensi
Persentase
a. Selalu
42
52,5%
b. Sering
22
27,5%
c. Kadang-kadang
14
17,5%
d. Tidak Pernah
2
2,5%
80
100%
Alternatif Jawaban
JUMLAH
Dari pernyataan guru pendidikan agama Islam mengajarkan tentang tatacara praktek shalat yang baik dan benar dapat diketahui bahwa sebanyak 42 responden (52,5%) siswa menjawab selalu, 22 responden (27,5%) siswa menjawab sering, 14 responden (17,5%) siswa menjawab kadang-kadang, dan 2 responden (2,5% ) siswa menjawab tidak pernah. Tabel 42 Mengajarkan tentang tatacara praktek shalat sunnah dhuha yang baik dan benar No. 36.
Frekuensi
Persentase
a. Selalu
18
22,5%
b. Sering
33
41,3%
c. Kadang-kadang
25
31,2%
d. Tidak Pernah
4
5%
80
100%
Alternatif Jawaban
JUMLAH
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa 18 responden (22,5%) siswa menjawab guru pendidikan agama Islam selalu mengajarkan tentang tatacara praktek shalat sunnah dhuha yang baik dan benar, 33 responden (41,3%) siswa menjawab sering, 25 responden (31,2%) siswa
69
menjawab kadang-kadang, dan 4 responden (5%) siswa menjawab guru pendidikan agama Islam tidak pernah mengajarkan tentang tatacara praktek shalat sunnah dhuha yang baik dan benar. Tabel 43 Mengajarkan do’a sesudah shalat dan do’a sehari-hari No. 37.
Frekuensi
Persentase
a. Selalu
38
47,5%
b. Sering
23
28,8%
c. Kadang-kadang
17
21,2%
d. Tidak Pernah
2
2,5%
JUMLAH
80
100%
Alternatif Jawaban
Pada tabel 43 menunjukkan bahwa 38 responden (47,5%) siswa menjawab guru pendidikan agama Islam selalu mengajarkan doa sesudah shalat dan doa-doa sehari-hari, 23 responden (28,8%) siswa menjawab sering, 17 responden (21,2%) siswa menjawab kadang-kadang, dan 2 responden (2,5%) siswa menjawab guru pendidikan agama Islam tidak pernah mengajarkan doa sesudah shalat dan do’a sehari-hari b. Sebagai Pembimbing Sebagai penyempurna tugas guru sebagai pengajar, maka guru juga harus berfungsi sebagai pembimbing. Dalam hal ini menuntun anak didik dalam belajar membaca al-Qur’an, tatacara praktek shalat, dan memberikan bimbingan berdo’a. Untuk mengetahui peran guru sebagai pembimbing dapat diketahui dari tabel di bawah ini:
70
Tabel 44 Memberikan bimbingan membaca al-Qur’an No. 38.
Frekuensi
Persentase
a. Selalu
22
27,5%
b. Sering
29
36,3%
c. Kadang-kadang
25
31,2%
d. Tidak Pernah
4
5%
80
100%
Alternatif Jawaban
JUMLAH
Guru pendidikan gama Islam selain berperan mengarjakan pendidikan agama Islam juga berperan melakukan bimbingan membaca al-Qur’an. Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa sebanyak 22 responden (27,5%) siswa menjawab guru pendidikan agama Islam selalu memberikan bimbingan membaca al-Qur’an bagi siswa yang belum bisa membaca al-Qur’an, 29 responden (36,3%) siswa menjawab sering. Namun, 25 responden (31,2%) siswa menjawab kadang-kadang, bahkan 4 responden (5%) siswa menjawab tidak pernah. Tabel 45 Membimbing dengan baik dalam belejar membaca al-Qur’an No. 39.
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase
a. Selalu
16
20%
b. Sering
34
42,5%
c. Kadang-kadang
26
32,5%
d. Tidak Pernah
4
5%
80
100%
JUMLAH
Tabel di atas menunjukkan bahwa sebanyak 16 responden (20%) siswa menjawab guru pendidikan agama Islam selalu membimbing dengan baik dalam belajar membaca al-Qur’an, 34 responden (42,5%)
71
siswa menjawab sering. Namun, 26 responden (32,5%) siswa menjawab kadang-kadang, bahkan 4 responden (5%) siswa menjawab tidak pernah. Tabel 46 Memberikan bimbingan tentang shalat yang baik No. 40.
Frekuensi
Persentase
a. Selalu
39
48,7%
b. Sering
21
26,3%
c. Kadang-kadang
17
21,3%
d. Tidak Pernah
3
3,7%
80
100%
Alternatif Jawaban
JUMLAH
Selain memberikan bimbingan membaca al-Qur’an kepada siswa guru pendidikan agama Islam juga memberikan bimbingan tentang shalat yang baik. Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa 39 responden (48,7%) siswa menjawab guru pendidikan agama Islam selalu memberikan bimbingan tentang shalat yang baik, 21 responden (26,3%) siswa menjawab sering, 17 responden (21,3%) siswa menjawab kadangkadang, dan 3 responden (3,7%) siswa menjawab tidak pernah. Tabel 47 Membimbing tentang tatacara praktek shalat sunnah dhuha yang baik dan benar No. 41.
Frekuensi
Persentase
a. Selalu
39
48,8%
b. Sering
19
23,7%
c. Kadang-kadang
16
20%
d. Tidak Pernah
6
7,5%
80
100%
Alternatif Jawaban
JUMLAH
Dari pernyataan guru pendidikan agama Islam membimbing tentang tatacara praktek shalat sunnah dhuha yang baik dan benar dapat
72
diketahui bahwa sebanyak 39 responden (48,8%) siswa menjawab selalu, 19 responden (23,7%) siswa menjawab sering, 16 responden (20%) siswa menjawab kadang-kadang, dan 6 responden (7,5% ) siswa menjawab tidak pernah. Tabel 48 Memberikan bimbingan cara berdoa yang baik dan benar No. 42.
Frekuensi
Persentase
a. Selalu
37
46,3%
b. Sering
26
32,5%
c. Kadang-kadang
12
15%
d. Tidak Pernah
5
6,2%
JUMLAH
80
100%
Alternatif Jawaban
Guru pendidikan agama Islam selain memberikan bimbingan membaca al-Qur’an, bimbingan tentang tatacara praktek shalat, juga memberikan bimbingan cara berdoa yang baik dan latihan hafalan do’a sehari-hari. Dari tabel di atas diketahui bahwa sebanyak 37 responden (46,3%) siswa menjawab selalu, 26 responden (32,5%) siswa menjawab sering, 12 responden (15%) siswa menjawab kadang-kadang, dan 5 responden (6,2% ) siswa menjawab tidak pernah. Tabel 49 Memberikan latihan hafalan do’a sehari-hari Frekuensi
Persentase
43. a. Selalu
17
21,3%
b. Sering
36
45%
c. Kadang-kadang
21
26,2%
d. Tidak Pernah
6
7,5%
80
100%
No.
Alternatif Jawaban
JUMLAH
73
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa 17 responden (21,3%) siswa menjawab guru saya selalu memberikan latihan hafalan do’a sehari-hari, 36 responden (45%) siswa menjawab sering, 21 responden (26,2%) siswa menjawab kadang-kadang, dan 6 responden (7,5%) siswa menjawab guru saya tidak pernah memberikan latihan hafalan do’a sehari-hari. c. Sebagai Pengawas Dalam
pengawasan
guru
pendidikan
agama
Islam
bertugas
mengawasi dan memantau jalanya pelaksanaan pembinaan pengamalan beribadah siswa di sekolah. Dibawah ini adalah tabel-tabel bentuk pengawasan yang dilakukan guru pendidikan agama Islam: Tabel 50 Memerintahkan siswa untuk membaca al-qur’an sebelum KBM (kegitan belajar mengajar) berlangsung Frekuensi
Persentase
a. Selalu
49
61%
b. Sering
16
20%
c. Kadang-kadang
12
15%
d. Tidak Pernah
3
4%
80
100%
No. 44.
Alternatif Jawaban
JUMLAH
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa sebanyak 49 responden (61%)
siswa menjawab
guru pendidikan
agama
Islam selalu
memerintahkan siswa untuk membaca al-Qur’an sebelum kegitan belajar mengajar berlangsung, 16 responden (20%) siswa menjawab sering. Namun, 12 responden (15%) siswa menjawab kadang-kadang, bahkan 3 responden (4%) siswa menjawab tidak pernah.
74
Tabel 51 Mengawasi siswa membaca al-Qur’an No. 45.
Frekuensi
Persentase
a. Selalu
45
56,3%
b. Sering
19
23,7%
c. Kadang-kadang
14
17,5%
d. Tidak Pernah
2
2,5%
80
100%
Alternatif Jawaban
JUMLAH
Bentuk pengawasan yang dilakukan dalam kegiatan pengamalan membaca al-Qur’an dengan cara monitoring secara langsung, guru mata pelajaran lain, dan teman-teman sekelasnya (ketua kelas) ikut dilibatkan dalam pengawasan. Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa sebanyak 45 responden (56,3%) siswa menjawab sebelum kegiatan belajar mengajar guru selalu mengawasi siswa membaca al-Qur’an, 19 responden (23,7%) siswa menjawab sering. Namun, 14 responden (17,5%) siswa menjawab kadang-kadang, bahkan 2 responden (2,5%) siswa menjawab tidak pernah. Tabel 52 Menegur/memberi hukuman kepada siswa yang tidak membaca al-qur’an No. 46.
Frekuensi
Persentase
a. Selalu
16
20%
b. Sering
37
46,3%
c. Kadang-kadang
23
28,7%
d. Tidak Pernah
4
5%
80
100%
Alternatif Jawaban
JUMLAH
Tabel di atas menunjukkan bahwa sebanyak 16 responden (20%) siswa menjawab guru pendidikan agama Islam selalu menegur/memberi
75
hukuman kepada siswa yang tidak membaca al-Qur’an, 37 responden (46,3%) siswa menjawab sering. Namun, 23 responden (28,7%) siswa menjawab kadang-kadang, bahkan 4 responden (5%) siswa menjawab tidak pernah. Tabel 53 Memperhatikan perlengkapan shalat siswa No. 47.
Frekuensi
Persentase
a. Selalu
9
11,2%
b. Sering
21
26,3%
c. Kadang-kadang
37
46,3%
d. Tidak Pernah
13
16,2%
JUMLAH
80
100%
Alternatif Jawaban
Sebelum melaksanakan shalat dhuha, dan shalat dzhur berjama’ah guru pendidikan agama Islam atau guru mata pelajaran lain memperhatikan perlengkapan shalat siswa. Dari tebel di atas dapat diketahui bahwa sebanyak 9 responden (11,2%) siswa menjawab guru selalu memperhatikan perlengkapan shalat siswa, 21 responden (26,3%) siswa menjawab sering. Namun, 37 responden (46,3%) siswa menjawab kadang-kadang, bahkan 13 responden (16,2%) siswa menjawab tidak pernah. Tabel 54 Memerintahkan siswa untuk shalat No. 48.
Frekuensi
Persentase
a. Selalu
45
56,3%
b. Sering
21
26,2%
c. Kadang-kadang
14
17,5%
d. Tidak Pernah
0
0%
JUMLAH
80
100%
Alternatif Jawaban
76
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa sebanyak 45 responden (56,3%) siswa menjawab guru pendidikan agama Islam selalu memerintahkan siswa untuk shalat, 21 responden (26,2%) siswa menjawab sering. Namun, 14 responden (17,5%) siswa menjawab kadang-kadang, dan tidak ada siswa yang menjawab tidak pernah. Tabel 55 Mengajak para siswa untuk shalat dzuhur berjamaah di sekolah No. 49.
Frekuensi
Persentase
a. Selalu
16
20%
b. Sering
39
48,8%
c. Kadang-kadang
20
25%
d. Tidak Pernah
5
6,2%
JUMLAH
80
100%
Alternatif Jawaban
Setelah pulang sekolah guru pendidikan agama Islam atau guru mata pelajaran lain mengajak siswa untuk shalat dzhur berjama’ah sesuai dengan jadwal yang ditentukan sekolah. Dari tabel diatas diketahui bahwa 16 responden (20%) siswa menjawab guru pendidikan agama Islam selalu mengajak para siswa untuk shalat dzhur berjamaah di sekolah, 39 responden (48,8%) menjawab sering, 20 responden (25%) menjawab kadang-kadang, dan 5 responden (6,2%) siswa menjawab guru pendidikan agama Islam tidak pernah mengajak para siswa untuk shalat dzhur berjamaah di sekolah.
77
Tabel 56 Mengajak para siswa untuk mengerjakan shalat sunnah dhuha No. 50.
Frekuensi
Persentase
a. Selalu
12
15%
b. Sering
39
48,8%
c. Kadang-kadang
27
33,7%
d. Tidak Pernah
2
2,5%
JUMLAH
80
100%
Alternatif Jawaban
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa sebanyak 12 responden (15%) siswa menjawab ketika waktu istirahat guru pendidikan agama Islam selalu mengajak para siswa mengerjkan shalat sunnah dhuha, 39 responden (48,8%) siswa menjawab sering. Namun, 27 responden (33,7%) siswa menjawab kadang-kadang, dan 2 responden (2,5%) siswa menjawab tidak pernah. Tabel 57 Menegur/memberi hukuman kepada siswa yang tidak shalat No. 51.
Frekuensi
Persentase
a. Selalu
16
20%
b. Sering
33
41,3%
c. Kadang-kadang
21
26,2%
d. Tidak Pernah
10
12,5%
JUMLAH
80
100%
Alternatif Jawaban
Salah satu bentuk tindakan atau sangsi yang diberikan kepada siswa yang tidak shalat adalah dengan cara menegur dan memberi hukuman. Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa sebanyak 16 responden (20%) siswa menjawab guru pendidikan agama Islam selalu menegur/memberi hukuman kepada siswa yang tidak shalat, 33 responden (41,3%) siswa menjawab sering. Namun, 21 responden (26,2%) siswa menjawab
78
kadang-kadang, bahkan 10 responden (12,5%) siswa menjawab tidak pernah.
C. Analisis dan Interpretasi Data Dari sebaran data yang merupakan hasil perhitungan statistik deskriptif, yang perlu dibahas adalah nilai mean atau rata-rata. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui kondisi atau gambaran masing-masing dimensi dan item yang diteliti berdasarkan tanggapan responden. Untuk mengetahui kondisi atau gambaran masing-masing dimensi dan item digunakan perhitungan sebagaimana table 58 di bawah ini:
Tabel 58 Nilai rata-rata skor penelitian
1. Pengamalan Membaca al-Qur’an No Item
Skor
Nilai Harapan
Nilai Skor
(NH)
(NS)
NS x 100% NH
Kategori Nilai
1
162
4
2,03
50,75
Cukup
2
117
4
1,46
36,5
Kurang
3
166
4
2,08
52
Cukup
4
163
4
2,04
51
Cukup
5
143
4
1,79
44,75
Cukup
6
145
4
1,81
45,25
Cukup
7
153
4
1,91
47,75
Cukup
8
129
4
1,61
40,25
Kurang
9
149
4
1,86
46,5
Cukup
10
131
4
1,63
40,75
Kurang
455,5/10 =
Cukup
Rata-rata
45,55
79
Pada dimensi pengalaman membaca al-Quran siswa secara keseluruhan berkategori cukup baik dengan rata-rata nilai 45,55%. Hasil analisis data pada masing-masing item menunjukkan bahwa intensitas membaca al-Qur’an siswa di sekolah sudah cukup baik dengan nilai rata-rata 50,75%, akan tetapi intensitas membaca al-Qur’an siswa di rumah masih kurang baik dengan nilai rata-rata 36,5%. Usaha siswa menghafal beberapa surat pendek dalam juz’Amma sudah cukup baik dengan rata-rata nilai 52%, dan 51% siswa hafal sebagian besar surat dalam juz’Amma. Kemampuan siswa membaca al-Qur’an sudah cukup baik dengan rata-rata nilai 44,75% siswa mampu membaca al-Qur’an dengan lancar, dan 45,25% siswa mampu membaca al-Qur’an dengan tartil. Pemahaman siswa tentang ilmu tajwid sudah cukup baik dengan rata-rata nilai 47,75% siswa tidak pernah mengalami kesulitan tentang ilmu tajwid, tetapi 40,25% siswa dalam membaca al-Qur’an masih kurang mempraktekkan makharijul hurufnya. Efek membaca al-Qur’an di sekolah pada setiap siswa sudah cukup baik dengan nilai rata-rata 46,5% siswa menyatakan dengan membaca al-Qur’an hati menjadi tenang, akan tetapi 40,75% siswa menyatakan masih kurang lancar dalam membaca al-Qur’an walaupun di sekolah sudah dibiasakan membaca al-Qur’an. Dengan demikian secara umum siswa kelas X SMK Al-Hidayah Lestari belum mengamalkan ibadah membaca al-Qur’an secara baik, dan masih ditemukannya siswa yang tidak biasa membaca al-Qur’an dengan lancar. al-Qur’an merupakan pedoman hidup dan petunjuk bagi orang-orang yang beriman oleh karenanya menjadi kewajiban bagi setiap siswa untuk selalu membaca dan mengamalkan alQur’an dalam kehidupan sehari-hari. Pengamalan ibadah membaca al-Qur’an siswa kelas X SMK Al-Hidayah Lestari masih sangat membutuhkan keteladanan dan pembiasaan dari para pendidik baik di sekolah oleh para guru maupun di rumah oleh kedua orang tuanya. Untuk itu sekolah melakukan pembinaan pengamlan beribadah dalam bentuk kegiatan ekstra kulikuler PAI dengan memberikan bimbingan membaca al-Qur’an kepada siswa yang belum bisa membaca al-Qur’an. Hal ini berpengaruh pada kemampuan bacaan/hafalan siswa dalam membaca al-Qur’an.
80
Tabel 59 Nilai rata-rata skor penelitian
2. Pengamlan Shalat Dhuha No Item
Skor
Nilai Harapan
Nilai Skor
(NH)
(NS)
NS x 100% NH
Kategori Nilai
11
115
4
1,44
36
Kurang
12
116
4
1,45
36,25
Kurang
13
112
4
1,4
35
Kurang
14
159
4
1,98
49,5
Cukup
15
137
4
1,71
42,75
Cukup
16
134
4
1,67
41,75
Cukup
17
131
4
1,63
40,75
Kurang
18
129
4
1,61
40,25
Kurang
322,25/8 =
Kurang
Rata-rata
40,28
Hasil analisis data pada pengamalan shalat dhuha siswa pada tiap item menunjukkan bahwa intensitas shalat dhuha siswa di sekolah kurang baik dengan rata-rata nilai 36% siswa melaksankan shalat dhuha sesuai dengan jadwal yang ditentukan sekolah, dan 36,25% siswa melaksanakan shalat dhuha di luar jadwal yang ditentukan sekolah, fakta ini diperkuat dengan penjelasan dari hasil wawancara dengan bapak Mochammad Amin S.Ag yang menyatakan bahwa “intensitas pelaksanaan kegiatan pengalaman ibadah siswa seperti shalat dhuha yang dilaksanakan di sekolah intensitasnya masih kurang di karenakan ada beberapa faktor seperti: bentrok dengan kegiatan lain, pulang lebih awal, adanya libur try out, tidak ada guru yang mengontrol sehingga kegitan tersebut dari segi intensitasnya masih kurang.”3 Siswa berdoa setelah shalat dhuha berkategori kurang baik dengan rata-rata nilai 35%. Siswa hafal do’a shalat dhuha sudah
3
H. Mochammad Amin, S. Ag, Wawancara, Jakarta, 16 Februari 2011
81
cukup baik dengan rata-rata nilai 49,5% siswa hafal do’a shalat dhuha, dan 42,75% siswa hafal makna do’a shalat dhuha. Efek pengamlan shalat dhuha di sekolah pada diri siswa menunjukkan bahwa 41,75% siswa hafal doa shalat dhuha karena terbiasa mlaksanakan shalat dhuha di sekolah sudah cukup baik, 40,75% siswa yakin dengan shalat dhuha Allah SWT akan memberikan rizki masih kurang baik, 40,25% siswa selalu melaksanakan shalat dhuha di rumah masih kurang baik. Dari jumlah presentase pada tiap-tiap item pengamalan shalat dhuha siswa maka nilai rata-rata dimensi pengamalan shalat dhuha siswa berkategori kurang baik dengan rata-rata nilai 40,28%. Setelah diketahui nilai-rata-rata dimensi pengamalan ibadah shalat dhuha yang dilaksankan siswa maka dapat di interpretasikan bahwa secara umum pengamalan ibadah shalat dhuha siswa kelas X SMK Al-Hidayah Lestari belum mengamalkan ibadah shalat dhuha secara baik, karena masih ditemukannya siswa yang tidak mengamalkan shalat dhuha baik di sekolah maupun di rumah. Oleh karena itu upaya menanamkan kebiasaan melakukan ibadah shalat dhuha bagi para siswa di SMK Al-Hidayah Lestari harus dilakukan oleh guru pendidikan agama Islam dengan melibatkan guru mata pelajaran lain dalam proses pelaksanaannya di sekolah, gunanya untuk mengontrol dan mengawasi siswa yang tidak melaksankan ibadah shalat dhuha. Guru pendidikan agama Islam juga harus memberikan pemahaman mengenai manfaat/faedah mengamalkan ibadah shalat dhuha
yang
dapat
diperoleh
dan
dirasakan
oleh
orang
yang
mengerjakannya/melaksanakannya, salahsatu manfaat mengerjakan/mengamalkan ibadah shalat dhuha adalah dapat melapangkan rizki, dengan memberikan pemahaman kepada para siswa tentang shalat dhuha dan keutamaanya mungkin dapat memberikan pengaruh terhadap intensitas pengamalan ibadah shalat dhuha siswa di sekolah maupun di rumah, dan untuk mewujudkan visi dari SMK AlHidayah Lestari yaitu menghasilkan sumber daya yang Islami maka kegitan pengamlan beribadah shalat dhuha yang ada di sekolah harus lebih di tingkatkan baik dalam pelaksanaannya dan pengawasannya.
82
Tabel 60 Nilai rata-rata skor penelitian
3. Pengamlan Shalat Dzuhur Berjama’ah No Item
Skor
Nilai Harapan
Nilai Skor
(NH)
(NS)
NS x 100% NH
Kategori Nilai
19
167
4
2,08
52
Cukup
20
161
4
2,01
50,25
Cukup
21
174
4
2,17
54,25
Cukup
22
156
4
1,95
48,75
Cukup
23
149
4
1,86
46,5
Cukup
251,75/5 =
Cukup
Rata-rata
50,35
Dari tabel di atas, dapat diketahui analisis data pada dimensi pengamalan shalat dzuhur bejama’ah siswa pada tiap itemnya menunjukkan bahwa intensitas shalat dzuhur berjama’ah di sekolah sudah cukup baik dengan rata-rata nilai 52% siswa selalu melaksankan shalat dzhur berjama’ah di sekolah, dan 50,25% siswa selalu melaksanakan shalat dzuhur berjama’ah di sekolah sesuai dengan jadwal yang ditentukan sekolah. Efek pengamlan shalat dzuhur di sekolah pada diri siswa sudah cukup baik dengan rata-rata nilai 54,25% siswa selalu melaksankan shalat dzuhur berjama’ah di rumah, 48,75% siswa selalu melaksankan shalat 5 waktu dengan berjama’ah, dan 46,5% siswa setuju dengan shalat keimanan dan ketaqwaan mereka semkin bertambah. Berdasrkan jumlah persentase pada tiaptiap item pengamalan shalat dzuhur berjama’ah siswa, maka nilai rata-rata dimensi pengamalan shalat dzuhur berjama’ah berkategori cukup baik dengan rata-rata nilai 50,35%. Setelah diketahui nilai-rata-rata dimensi pengamalan ibadah shalat dzuhur berjama’ah yang dilaksankan siswa maka dapat di interpretasikan bahwa secara umum siswa kelas X SMK Al-Hidayah belum melaksankan ibadah shalat dzuhur
83
berjama’ah secara baik, karena masih ditemukanya siswa yang tidak mengerjakan shalat dzuhur berjama’ah baik itu dilaksankan di sekolah maupun di rumah. Ibadah shalat merupakan ibadah yang sangat penting dalam ajaran agama Islam karena shalat merupakan pembeda antara orang muslim dengan orang kafir, maka upaya memberikan pendidikan kepada siswa SMK Al-Hidayah Lestari harus mendapat perhatian secara serius. Upaya menanamkan kebiasaan melakukan ibadah shalat bagi siswa SMK Al-Hidayah Lestari dilakukan oleh guru pendidikan agama Islam dengan melibatkan berbagai pihak. Pihak-pihak yang harus dilibatkan oleh guru pendidikan agama Islam adalah seluruh personil yang ada di sekolah maupun orang tua di rumah, untuk mengawasi pengamalan ibadah shalat siswa. Tabel 61 Nilai rata-rata skor penelitian
4. Pengamalan Berdoa No Item
Skor
Nilai Harapan
Nilai Skor
(NH)
(NS)
NS x 100% NH
Kategori Nilai
24
159
4
1,98
49,5
Cukup
25
138
4
1,72
43
Cukup
26
131
4
1,63
40,75
Kurang
27
141
4
1,76
44
Cukup
28
128
4
1,6
40
Kurang
29
149
4
1,86
46,5
Cukup
30
125
4
1,56
39
Kurang
31
179
4
2,23
55,75
Cukup
32
169
4
2,11
52,81
Cukup
411,31/9 =
Cukup
Rata-rata
45,70
Pada dimensi pengamalan berdo’a siswa secara keseluruhan berkategori cukup baik dengan rata-rata nilai 45,70%. Hasil analisis data pada masing-masing item
84
menunjukkan bahwa intensitas berdo’a siswa sudah cukup baik dengan rata-rata nilai 49,5% siswa terbiasa berdoa dalam kehidupan sehari-hari, dan 43% siswa berdo’a setiap memulai aktifitas. 40,75% rata-rata siswa masih kurang hafal bacaan doa sehari-hari beserta artinya, siswa berdo’a ketika mulai belajar dan sesudah belajar di sekolah sudah cukup baik dengan rata-rata nilai 44%, siswa berdo’a ketika hendak tidur berkategori kurang baik dengan nilai rata-rata 40%, siswa berdo’a bila hendak keluar rumah berkategori cukup baik dengan rata-rata nilai 46,5%, siswa berdo’a setelah shalat fardhu berkategori kurang baik dengan nilai rata-rata 39%. Efek pengamlan berdo’a setiap harinya pada diri siswa sudah cukup baik dengan rata-rata nilai 55,75% siswa setuju karena terbiasa berdo’a Allah akan memberikan kemudahan dalam segala urusan, 52,81% siswa selau berdo’a ketika menghadapi ujian semester sehingga membuat hati mereka tenang. Dengan demikian secara umum siswa kelas X SMK Al-Hidayah Lestari belum mengamalkan ibadah berdo’a secara baik, karena masih ditemukannya siswa yang belum hafal bacaan do’a sehari-hari, masih ditemukannya siswa yang tidak berdo’a bila hendak tidur, dan tidak berdo’a setelah shalat fardhu. Doa merupakan intinya ibadah, dan Allah SWT mengabulkan permohonan orang yang berdo’a kepada-Nya. Pengamalan berdo’a siswa kelas X SMK Al-Hidayah Lestari masih sangat membutuhkan keteladanan dan pembiasaan dari para pendidik di sekolah oleh para guru. Untuk itu sekolah melakukan pembinaan dengan cara memberikan latihan hafalan do’a-do’a sehari tujuanya agar siswa mampu berdo’a dan dapat mengamalkanya dalam kehidupan sehari-hari. Tabel 62 Nilai rata-rata skor penelitian
5. Peran Guru Sebagai Pengajar No Item
Skor
Nilai Harapan
Nilai Skor
(NH)
(NS)
NS x 100% NH
Kategori Nilai
33
170
4
2,13
53,25
Cukup
34
159
4
1,99
49,75
Cukup
85
35
161
4
2,01
50,25
Cukup
36
159
4
1,99
49,75
Cukup
37
155
4
1,93
48,25
Cukup
251,25/5 =
Cukup
Rata-rata
50,25
Hasil analisis data pada peran guru sebagai pengajar pada tiap item menunjukkan bahwa 53,25% guru pendidikan agama Islam sudah berperan cukup baik dalam mengajarkan cara membaca al-Qur’an yang baik, 49,75% guru pendidikan agama Islam sudah berperan cukup baik memberikan contoh membaca al-Qur’an yang baik, 50,25% guru pendidikan agama Islam sudah berperan cukup baik mengajarkan tatacara praktek shalat yang baik dan benar, 49,75% guru pendidikan agama Islam sudah berperan cukup baik dalam mengajarkan tatacara praktek shalat sunnah dhuha yang baik dan benar, 48,25% guru pendidikan agama Islam sudah berperan cukup baik dalam mengajarkan do’a sesudah shalat dan do’a sehari-hari. Dari jumlah presentase pada tiap-tiap item peran guru sebagai pengajar maka nilai rata-rata dimensi peran guru sebagai pengajar secara keseluruhan berkategori cukup baik dengan rata-rata nilai 50,25%. Setelah diketahui nilai-rata-rata dimensi peran guru sebagai pengajar dapat di interpretasikan bahwa secara umum peran guru pendidikan agama Islam sebagai pengajar sudah cukup baik. Guru pendidikan agama Islam sudah berperan dalam mengajarkan membaca al-Qur’an, mengajarkan mengajarkan tatacara praktek shalat yang baik dan benar, mengajarkan tatacara praktek shalat sunnah dhuha yang baik dan benar, mengajarkan do’a sesudah shalat dan do’a sehari-hari. Akan tetapi guru pendidikan agama Islam harus lebih mengoptimalkan perannya dalam pengajaran tersebut karena belum semua siswa menjawab guru pendidikan agama Islam telah berperan dalam mengajarkan membaca al-Qur’an, mengajarkan mengajarkan tatacara praktek shalat yang baik dan benar, mengajarkan tatacara praktek shalat sunnah dhuha yang baik dan benar, mengajarkan do’a sesudah shalat dan do’a sehari-hari.
86
Tabel 63 Nilai rata-rata skor penelitian 6. Peran Guru Sebagai Pembimbing No Item
Skor
Nilai Harapan
Nilai Skor
(NH)
(NS)
NS x 100% NH
Kategori Nilai
38
154
4
1,93
48,25
Cukup
39
150
4
1,88
47
Cukup
40
156
4
1,95
48,75
Cukup
41
115
4
1,43
35,75
Kurang
42
118
4
1,47
36,75
Kurang
43
161
4
2,01
50,25
Cukup
266,75/6 =
Cukup
Rata-rata
44,46
Dari tabel pergitungan tersebut menunjukkan analisis data pada dimensi peran guru sebagai pembimbing pada tiap itemnya menunjukkan bahawa 48,25% guru pendidikan agama Islam sudah berperan cukup dalam memberikan bimbingan membaca al-Qur’an, 47% guru pendidikan agama Islam sudah berperan cukup baik membimbing belajar membaca al-Qur’an, 48,75% guru pendidikan agama Islam sudah berperan cukup baik dalam membimbing tentang shalat yang baik, 35,75% guru pendidikan agama Islam masih kurang berperan dalam membimbing tentang tatacara praktek shalat sunnah dhuha yang baik dan benar, 36,75% guru pendidikan agama Islam masih kurang berperan memberikan bimbingan cara berdoa yang baik dan benar,
50,25% guru pendidikan agama Islam sudah
berperan cukup baik dalam memberikan latihan hafalan do’a sehari-hari. Dari jumlah persentase pada tiap-tiap item peran guru sebagai pembimbing maka nilai rata-rata dimensi peran guru sebagai pembimbing secara keseluruhan berkategori cukup baik dengan rata-rata nilai 44,46%. Dengan demikian secara umum peran guru pendidikan agama Islam dalam membimbing siswa sudah cukup baik, untuk itu guru pendidikan agama Islam
87
harus lebih mengoptimalkan perannya sebagai pembimbing dengan cara melibatkan guru mata pelajaran lain dalam membimbing siswa karena masih ditemukannya siswa yang merasa bahwa guru pendidikan agama Islam belum secara maksimal memberikan bimbingan kepada siswa tentang tata cara praktek shalat sunnah dhuha dan cara-cara berdo’a yang baik dan benar. Tabel 64 Nilai rata-rata skor penelitian
7. Peran Guru dalam Pengawasan No Item
Skor
Nilai Harapan
Nilai Skor
(NH)
(NS)
NS x 100% NH
Kategori Nilai
44
137
4
1,71
42,75
Cukup
45
120
4
1,5
37,5
Kurang
46
133
4
1,66
41,5
Cukup
47
149
4
1,86
46,5
Cukup
48
140
4
1,75
43,75
Cukup
49
134
4
1,67
41,75
Cukup
50
131
4
1,64
41
Cukup
51
138
4
1,73
43,25
Cukup
338/8 = 42,25
Cukup
Rata-rata
Hasil analisis data pada peran guru dalam pengawasan pada tiap item menunjukkan bahwa 42,75% guru pendidikan agama Islam sudah berperan cukup baik dalam memerintahkan siswa untuk membaca al-Qur’an sebelum kegiatan belajar mengajar berlangsung, 37,5% guru pendidikan agama Islam masih kurang berperan baik dalam mengawasi siswa membaca al-Qur’an, 41,5% guru pendidikan agama Islam sudah cukup baik dalam menegur/memberi hukuman kepada siswa yang tidak membaca al-Qur’an, 46,5% guru pendidikan agama Islam sudah cukup baik dalam memperhatikan perlengkapan shalat siswa, 43,75% guru pendidikan agama Islam sudah berperan cukup baik dalam memerintahkan siswa untuk shalat, 41,75% guru pendidikan agama Islam sudah berperan cukup
88
baik dalam mengajak para siswa untuk shalat dzhur berjama’ah di sekolah, 41% guru pendidikan agama Islam sudah berperan cukup baik mengajak para siswa untuk mengerjakan shalat dhuha, 43,25% guru pendidikan agama Islam sudah berperan cukup baik dalam menegur memeri hukuman kepada siswa yang idak shalat. Dari jumlah prosentase pada tiap-tiap item peran guru sebagai pengawas maka nilai rata-rata dimensi peran guru sebagai pengawas secara keseluruhan berkategori cukup baik dengan rata-rata nilai 50,25%. Dengan demikian secara umum peran guru pendidikan agama Islam dalam pengawasan kegiatan pengamalan beribadah siswa sudah cukup baik, untuk itu guru pendidikan agama Islam harus lebih mengoptimalkan perannya dalam pengawasan karena masih ditemukannya siswa yang merasa guru pendidikan agama Islam atau guru mata pelajaran kurang mengawasi siswa membaca alQur’an sebelum pelajaran di mulai. Upaya mengoptimalakan pengawasan terhadap pengamalan beribadah siswa dilakukan dengan cara “monitoring secara langsung, tindakan kelas dan pengabsenan. Guru mata pelajaran lain, wali kelas, dan teman-teman sekelasnya (ketua kelas) ikut dilibatkan dalam pengawasan.”4
4
H. Ahmad Syakir, S. Ag, Wawancara, Jakarta, 17 Februari 2011
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian sebagian diperoleh pada bab IV, maka dapat dikemukakan beberapa temuan sebagai berikut : 1. Secara keseluruhan pengamalan beribadah siswa yang meliputi: membaca al-Qur’an (juz’Amma), shalat dhuha, shalat dzhur berjama’ah dan berdoa dari segi intensitasnya sudah cukup baik, tetapi ada pengalaman beribadah yang intensitasnya masih kurang, yakni shalat dhuha. 2. Peran guru pendidikan agama Islam dalam membina pengamalan beribadah siswa dilakukan dengan cara memberikan bimbingan, mendidik dan membina siswa dengan cara mengetahui permasalahan dan kebutuhan dari siswa/siswi. Seperti memberikan bimbingan membaca al-qur’an untuk siswa yang belum bisa membaca al-qur’an, memberikan bimbingan praktek shalat, memeberikan bimbingan hafalan surat dan doa-doa sehari-hari. 3. Peran guru pendidikan agama Islam dalam membina pengamalan beribadah siswa di SMK Al-Hidayah Lestari pada siswa kelas X (sepuluh) secara keseluruhan sudah cukup berperan hal ini dapat diketahui dari dimensi peran guru pendidikan agama Islam sebagai pengajar, pembimbing dan pengawas. Berdasarkan fenomena-fenomena tersebut dapat disimpulkan bahwa guru pendidikan agama Islam di SMK Al-Hidayah Lestari belum mampu menjalankan perannya secara baik dalam membina siswa mengamalkan ibadah di sekolah. 89
90
B. Saran Berdasarkan hasil kesimpulan di atas, maka penulis memberikan beberapa saran sebagai berikut: 1. Untuk Kepala Sekolah: a. Memberikan arahan kepada guru pendidikan agama Islam untuk lebih mengintensifkan kegiatan keagamaan terutama pengamalan ibadah shalat dhuha. b. Mengingat pentingnya pengamalan ibadah siswa, maka pihak sekolah hendaknya lebih mengfungsikan komite sekolah untuk menciptakan hubungan yang serasi antara sekolah dengan lingkungan keluarga. c. Menyediakan sarana yang memadai seperti: alat perlengkapan shalat, dan al-Qur’an sesuai dengan jumlah siswa. 2. Untuk guru pendidikan agama Islam a. Dalam pelaksanaan kegitan pengamalan beribadah siswa di sekolah hendaknya guru mata pelajaran lain ikut di libatkan secara aktif. b. Guru hendaknya lebih mengoptimalkan perannya dalam mengajar, membimbing, dan melakukan pengawasan terhadap pengamalan beribadah siswa di sekolah. c. Guru hendaknya meluangkan waktu di luar jam pelajaran untuk mengajarkan dan membimbing siswa membaca al-Qur’an, tata cara shalat, dan berdo’a. 3. Untuk siswa: a. Siswa hendaknya selalu aktif mengikuti pembelajaran di kelas baik pelajaran umum maupun pelajaran pendidikan agama Islam. b. Siswa hendaknya selalu aktif mengikuti praktek ibadah yang telah diberikan oleh guru pendidikan agama Islam dan mengamalkan di rumah masing-masing. c. Siswa hendaknya selalu membiasakan diri mengerjakan shalat wajib lima waktu secara berjama’ah, shalat dhuha, membaca al-Qur’an, dan berdo’a
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Al-Mishriyah, Muhammad Abdul Qadir Metodologi Pengajaran Pendidikan Agama Islam, Terj. Dari Thuruqu Ta’limi At-Tarbiyah AlIslamiyah oleh Zaini Mukhtarom, Jakarta: Dirjen Pembinaan Kelembagaan Islam, 1985 Ali, Atabik dan Muhdlor, Ahmad Zuhdi. Kamus Kontemporer Arab-Indonesia, Yogyakarta : Multi Karya Grafika, cet. ke-V, 1996. Aly, Hery Noer. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu 1999. Arifin, Kapita Selekta Pendidikan (Islam dan Umum), Jakarta: Bumi Aksara, Cet. Ke- 3 1995. Arikunto, Suharsimi,. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: PT. Rineka Cipta, Cet. Ke-13, 2006. Ash Shiddieqy, Hasbi. Kuliah Ibadah: Ibadah Ditinjau dari segi Hukum dan Hikmah, Jakarta: Bulan Bintang, 1994 Baihaqi, Fiqih Ibadah, Bandung, M2S Bandung, cet. ke-1, 1996. Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Bandung: PT. Syamil Cipta Media, 2005 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahsa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, Cet. Ke-1, 1998. Derajat, Zakiah. Ilmu Jiwa Agama, Jakarta: PT. Bulan Bintang, Cet. Ke-17, 2003. Dimyathi, Sholeh Buku Pandauan Dakwah Sistem Langsung Jakarta: SMK Negeri 56 Jakarta, 2006. Ensiklopedi Hukum Islam, Jakarta : Ichtiar Baru van Hoeve, jilid II, cet. ke-3, 1999. Haidar Putra Daulay, Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana, 2004 Hajar, Ibnu Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kuantitatif Dalam Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, Cet. II, 1999. Hamalik, Oemar. Proses Belajar Mengajar, Jakarta: Bumi Aksara, 2001
91
92
Hamid, Sjaiful. Tuntunan Praktis Shalat, Dzkir dan Doa, Jakarta: Masjid Agung Sunda Kelapa, 2004 Imam Tirmidzi, Jami’ Shahih Sunan Tirmidzi, Beirut: Darul Ihya Turast Arabi, Juz 5 Kountur, Ronny. Metode Penelitian Untuk Penulisan Skripsi dan Tesis M. Echols, John dan Shadili, Hassan. Kamus Inggris Indonesia,(Jakarta: PT. Gramedia, Cet. Ke-23, 1996. Majieb, M. Abdul et al. Kamus Istilah Fiqih, Jakarta : PT Pustaka Firdaus, cet. ke2, 1995. Manna Khalil al-Qattan, Studi Ilmu-Ilmu al-Quran, Jakarta: Literatur Antar Nusa, cet. Ke- 9, 2006 Mudjib, Abdul. Fikih Ibadah, (Surabaya: Al-Ikhlas, 2000) Mulyasa, E. Menjadi Guru Profesional Meniptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenagkan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, Cet. V, 2007. Munawwir, A.W. Kamus Bahasa Arab-Indonesia, Surabaya: Pustaka Progressif, Cet. Ke-25 Natution. S. Didaktik Asas-asas Mengajar, Bandung: PT. Jemmars, 1986 Pedoman Peningkatan Keimanan dan Ketaqwaan Siswa SLTP/SMU/SMK, (Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah Bagian Proyek Peningkatan Wawasan Keagamaan Guru, 2002) Rahman Ritonga A. dan Zainuddin, Fiqih Ibadah, Jakarta: Gaya Media Pratama, Cet. ke-1, 1997. Rasjid, Sulaiman. Fiqih Islam, Bandung: Sinar Baru, Aglesindo, Cet. Ke-49, 2010. Sa’id in Ali bin Wahf Al-Qahthani, Meraih Berkah Dengan Shalat Berjama’ah. Jakarta: Pustaka At-Tazkia, 2005 Sabri, M. Alisuf. Psikologi Umum dan Perkembangan, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, Cet Ke- 4, 2006. Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2000 Subana, Muhammad. Dasar-dasar Penelitian Ilmiah, Bandung: Pustaka Setia, Cet. II, 2005.
93
Sudjana, Nana. Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses Belajar Mengajar, Bandung : Sinar Baru, 1999 Surya, Mohammad. Percikan Perjuangan Guru Menuju Guru Profesional, Sejahtera, dan Terlindungi, Bandung: Pustaka Bani Quraisy, 2006. Tarigan, Henry G. Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, Bandung: Angkasa, 1956 The New Oxford Illustrated Dictionary, Oxford University Press, 1982 Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen, Bandung: Citra Umbara, 2006 Uzer Usman, Moch. Menjadi Guru Profesional, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya: 2010), Cet. Ke-24 Surakhmad, Winarno Pengantar Penelitian-penelitian Ilmiah: Dasar Metode Teknik, Bandung: Tarsito, 1998 Zuhairini, dkk., Metodik Khusus Pendidikan Agama, Surabaya: Usaha Nasional, 1983 Internet: Adi Suhendi, “62.7.Persen Remaja SMP Tidak Perawan”, dari www.kompas.com, 13 Oktober 2010 Raudlatul Mubtadiin’s Blog Santri, “Kumpulan Doa”, http://ppraudlatulmubtadiin.wordpress.com, 25 Januari 2011 Wawancara: Ahmad Syakir, Wawancara, Jakarta, 17 Februari 2011 Mochammad Amin, Wawancara, Jakarta, 16 Februari 2011
dari