KEPUASAN SISWA TERHADAP LAYANAN BIMBINGAN KONSELING DI SMK AL-HIDAYAH LESTARI LEBAK BULUS Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh Ali Lukmanul Hakim 108018200045
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014
AI]STRAK
AIi Lukmanul Hakim
(108018200045). Kepuasan Siswa Terhadap Layanan Bimbingan Konseling di sMK At-Hidayah Lestari Lebak Bulus. Skripsi di bawah bimbingan Bapak Akbar Zainudin, MM. program Studi Manajemen Pendidikan. Fakultas Ilmu 'I'arbiyah dan Keguruan. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2014.
Penelitian
ini
bertujuan untuk mengctahui bagaimana tingkat kepuasan siswa
terhadap layanan bimbingan konseling di SMK Ai-Hidayah Lcstari Lebak Bulus. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Februart2013 - Maret ZOl4 dt SMK Al-
Hidayah I-estan Lebak Bulus. Metodc penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif, yaitu untuk menganalisis dan menafsirkan data berkenaan dengan fakta, keadaan. iJan fenomena yang terjacli saat penelitian berlangsung. Sumber data pcnelitian ini adalah peneliti menyebar angket kelas XII dengan sampel 20% (36 orang) dari jumlah siswa 178 dan sebagai dita pendukung data peneliti melakukan wawancara dcngan kepala sekolah dan guru BK.
Hasil penelltian menunjukkan bahwa nilai layanan bidang akademik sebesar 23,80%, layanan bidang pribadi sosial sebesar 13,75o/o, dan layanan bidang karir sebesar 34,21o . Kepuasan siswa terhadap layanan bimbingan konseling secara keseluruhan berada pada taraf sangat rendah atau tidak memuaskan dengan nilai rata-raIa 22,28oh. Dengan demikian tingkat kepuasan siswa terhadap layanan bimbingan konseling dr SMK Al-Hidayah Lestari Lebak Buh-rs masih berada pada taraf sangat rendah, sehingga perlu ditingkatkan lagi.
Kata Kunci: Kepuasan Siswa, Layanan llimbingan Konseling
ABS'I'RACT
Ali
Lukmanul Hakim (108 018 200 045). Satislaction students Against Counseling Scrvice at SMK Al-Hidayah Lestari Lebak Bulus. Thesis under the guidance of Mr. Akbar Zainudin, MM. Education Management Studies Program. Tarbiyah Faculty and Teaching. Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta in 2014. This study aims to detetmine how the lcvcl of studcnt satisfaction wrth the scrvices in vocational guidance counseling Al-Hidayah Lestari Lebak Bulus" This study was conducted in February 2013 - March 2011 at SMK Al-Hidayah Lcstari Lcbak ltulus. The method used is descriptivc methocl with quantitative approach, which is to analyze and intcrpret data with rcspcct to the facts, circumstances, and the phenomenon that occurs whcn the rcscarch took place" T'he data sourcc of this research is rescarcher sprcad XII class qucstionnaire with a sample of 20% (36 people) of the total 178 studcnts and as supporlive clata the <Jata the rescarchers conducted interviews with principals and teachers BK.
The results showed that the value ol academic services al 23.80o/o, private social service field amounted to 13.l 5o/o, and serviccs amounted to 34.21 0Z career field. Satisfaction of students to guidance and counseling services as a whole are at a very low level or unsatisfactory with an avcrage value of 22.28%. Thus thc satisfaction level of students to guidance counseling scrviccs at SMK Al-Hiclayah L,estari Lcbak Bulus remained at a very low lcvel, so it nceds to bc rmproved. Keywords: Student Satisfaction, Servicc Counseiing
KATA PI.]NCANTAR :
#-
"
-.
-Jl Lrd.r, Jt
o
"lt
,+
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga setelah mclalui proses yang cukup panjang akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan. Shalawat sefta salam semoga senantiasa tercurahkan
kepada Nabi Muhammad
sAW
yang senantiasa rnenjadi panutan
bagi
keluarganya, sahabatnya sefia umatnya yang setia sampai akhir zaman.
Skripsi ini merupakan kewajrban yang harus ditunaikan sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pcndidikan pada program Studi Manajemen Pendidikan F-akultas Ilmu 'farbiyah dan Keguruan UIN Syarief Hidayatullah Jakarla. Penulisan skripsi
ini menjadi lebih bermakna dengan adanya birnbingan
dan dukungan dari berbagai pihak, baik secara moril maupun materil. Oleh karena
itu dalarn kesempatan ini penulis ingin rnenyampaikan rasa terimakasih kepada: Dra.Nurlena Rifa'i, MA. Ph.D, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif I-lidayatLrllah Jakarta. 2.
Dr. Hasyim Asy'ari, M.Pd., Kctua Prodi Manajemen Pendidikan.
3.
Akbar Zainudin, MM, sebagai Dosen Pembimbing Skripsi yang dengan sabar dan ikhlas memberikan arahan dan rnotivasi kepada penulis, sehingga penulisan sknpsi ini dapat diselesaikan.
4.
Mujahid, AK, M.Si, sebagai l)osen penasehat akademik atas motivasi dan bimbingan yang tidak hentr-hentinya telah diberikan selama menjalani masa kuliah di UIN Syarif Hidayatullah.
Seluruh Dosen dan Staff prograrn studi Manajemen Pendidikan yang telah
mendidik dan mcrnbimbing penulis dari awal perkuliahan
hrngga
penulisan skripsi ini selesai dcngan ketulusan dan dedikasi yang tinggi. 6"
Pimpinan Perpustakaan Utama UIN Syarif l{idayatullah Jakarla dan Perpustakaan Fakultas llmr"r Tarbryah
dan Keguruan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, yang telah memberikan anclil besar dalanr menyediakan bahan pustaka guna terselesaikannya penulisan sknpsi ini. 7.
Kepala SMI( Al-Hidayah l.estari Lebak Bulus, lbu Hj. parhanah, SE,
MM, Wakil Bidang Kurikulurn Bapak. Drs. Fahrudin, Wakil
Bidang
Kesiswaan Bapak. H.M. Amin, S.Ag, Guru BK Bapak. Drs. Basrin Malau
dan seluruh staff tata usaha yang telah meluangkan waktu sefia memfasilitasi penulis dalam mencari dan menghirnpun data yang diperlukan selama penulisan skripsi.
Siswa-siswi sMK Al-Hidayah Lestari yang telah membantu peneliti untuk mendapatkan data angkct tentang kepuasan siswa terhadap layanan BI(. 9.
Teristimewa, Ayahanda Syamsul Huda dan Ibunda Sukiah tercinta, yang selalu bekerja keras dan tidak pernah lelah untuk mendoakan, sehingga
penulis mampu menyelesaikan pendidikan di perguruan tinggi ini. Juga adik-adikku Ahmad Farhul Anwar, Lu'lu Ni'matus Saadah yang selalu memberikan semangat kepada pcnulis. 10.
Seluruh keluarga besar Mbah Yasser yang telah membantu
dan
mendukung baik moril mauplu'r rnateril.
1l.KH.
Rachman Husein,
S.IIi, pimpinan Pondok Pesantren'l'ahfidzul
Qur'an Ar-Rahman Bintaro, bcserta seluruh Ustad dan santri. 12. Keluarga Besar Mahasiswa
(KIIM) Galuh jaya Ciamis.
13. Seluruh mahasiswa Manajemen Pendidikan angkatan
sahabat seperjuangan Muahmad Labieb, Rudi
Rhegista,
Tri Devi Asjayanti, Siti
2008,
terulama
llarlono, Salman Alfarisi,
Aminatun lstianah, Tsuaibatul
Aslarniyah, Ratu Fitroh, Melisa Rizkiani, atas kebersamaan yang tak akan terlupakan. 14.
Keluarga besar KOMFAKMAD (Ach, Retno, Achmad llidayatul Wahyudi, M, Sholeh, Fajri, Afhk)
15. Kepada semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, yang
telah memberikan dukungan secara langsung maupun tidak langsung selama penulisan skripsi ini. lll
Penulis menyadari bahwa pcnulisan skripsi
ini maasih jauh dari kesempurnaan clan rnasih banyak kekurangan, apabila ada kesalahan cralam skripsi ini, penulis r-nohon maaf. Scrnoga sl
Ciputat, 22 Apr1l20t4
I)enulis
1V
DAFTAR ISI
ABSTRAK ................................................................................................ i KATA PENGANTAR .............................................................................. ii DAFTAR ISI ............................................................................................. v DAFTAR TABEL .................................................................................... vii BAB I
: PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ............................................ 1 B. Identifikasi Masalah ................................................... 7 C. Pembatasan Masalah .................................................. 7 D. Perumusan Masalah .................................................... 7 E. Manfaat Penelitian ...................................................... 8 F. Tujuan Penelitian ........................................................ 8
BAB II
: KAJIAN TEORI A. Kepuasan Layanan ..................................................... 9 1. Pengertian Kepuasan Layanan ............................... 9 2. Dimensi Kepuasan Layanan ................................... 10 B. Bimbingan Dan Konseling ......................................... 16 1. Pengertian Layanan Bimbingan dan Konseling ..... 16 2. Tujuan Bimbingan dan Konseling .......................... 19 3. Fungsi Bimbingan dan Konseling ........................... 19 4. Prinsip-prinsip Bimbingan dan Konseling ............. 23 5. Asas-asas Bimbingan dan Konseling ..................... 25 6. Ragam Bimbingan dan Konseling........................... 27 C. Kerangka Berpikir ....................................................... 32
BAB III
: METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ..................................... 35 B. Metode Penelitian ....................................................... 36 v
C. Populasi dan Sample ................................................... 36 D. Teknik Pengumpulan Data ......................................... 38 E. Instrumen Pengumpulan Data...................................... 39 F. Teknik Pengolahan, Analisis dan Interpretasi Data .... 41
BAB IV
: HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum SMK Al-Hidayah Lestari Lebak Bulus .................................................................................... 44 1. Sejarah Berdirinya .................................................. 44 2. Visi Misi SMK Al-Hidayah Lestari Lebak Bulus ... 46 3. Perangkat SMK Al-Hidayah Lestari Lebak Bulus .. 46 B. Deskripsi Data dan Pembahasan Hasil Penelitian ...... 53 1. Deskripsi Data ........................................................ 53 2. Indeks Kepuasan Siswa .......................................... 75 C. Interpretasi Data ......................................................... 77
BAB V
: PENUTUP A. Kesimpulan ................................................................ 82 B. Saran ........................................................................... 84
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 86 LAMPIRAN -LAMPIRAN
vi
DAFTAR TABEL Tabel 2.1 : Dimensi-dimensi Kualitas Layanan ................................................. 13 3.1 : Waktu dan Tempat Penelitian .......................................................... 35 3.2 : Data Siswa Kelas XII SMK Al-Hidayah Lestari ............................. 37 3.3 : Kisi-kisi Instrumen Penelitian ........................................................ 40 4.1 : Data Guru ........................................................................................ 47 4.2 : Data Siswa ....................................................................................... 49 4.3 : Data Tenaga Kependidikan ............................................................. 50 4.4 : Daftar Sarana dan Prasarana ........................................................... 51 4.5 : Kejelasan Guru BK Memberikan Orientasi ..................................... 53 4.6 : Bantuan Guru BK Dalam Menyesuaikan Diri di Sekolah................ 54 4.7 : Kemudahan Memperoleh Informasi Tentang Sekolah .................... 54 4.8 : Penampilan Guru BK Sangat Menarik ............................................ 55 4.9 : Keramahan Guru BK Saat Memberikan Orientasi .......................... 55 4.10: Kelengkapan Sarana Ruang Kelas ................................................... 56 4.11: Kesesuaian Jumlah Siswa Dengan Kapasitas Ruangan.................... 57 4.12: Guru BK Bertutur Kata Sopan ........................................................ 57 4.13: Kenyamanan Ruang Konsultasi BK ............................................... 58 4.14: Bimbingan Secara Pribadi Dalam Mengatasi Masalah Belajar Oleh Guru BK .......................................................................................... 59 4.15: Kemampuan Guru BK Menyimpan Rahasia Individu Siswa........... 60 4.16: Ketersediaan Buku Konsultasi Siswa .............................................. 60 4.17: Bantuan Memahami Pelajaran Sekolah ........................................... 61 4.18: Kesediaan Guru BK Mendengarkan Keluhan Siswa........................ 62 4.19: Kesabaran Guru BK Dalam Menghadapi Siswa Yang Bermasalah 63 4.20: Ketersediaan Kotak Masalah Untuk Menampung Persoalan Siswa. 63 4.21: Penjelasan Bakat dan Minat Siswa Oleh Guru BK .......................... 64 4.22: Arahan Guru BK Tentang Pentingnya Nilai dan Norma Agama ..... 65 vii
4.23: Pemberian Motivasi Berkaitan Pergaulan Siswa Di Sekolah .......... 66 4.24: Pemberian Motivasi Berkaitan Pergaulan Siswa Di Keluarga ........ 67 4.25: Penyuluhan Tentang Bahaya Pergaulan Bebas ............................... 68 4.26: Ketersediaan Informasi Tentang Perguruan Tinggi ........................ 68 4.27: Kemudahan Siswa Mendapatkan Informasi Perguruan Tinggi ....... 69 4.28: Penjelasan Guru BK Tentang Pemilihan Jurusan Dengan Baik Dan Sopan ............................................................................................... 70 4.29: Guru BK Memebrikan Pemahaman Tentang Jurusan Yang Dipilih Siswa .............................................................................................. 71 4.30: Ketersediaan Informasi Tentang Dunia Kerja .................................. 71 4.31: Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan .............................................. 72 4.32: Penjelasan Guru BK Tentang Perkembangan Dunia Kerja ............. 73 4.33: Kerjasama Sekolah Dengan Perusahaan ......................................... 74 4.34: Arahan Guru BK Dalam Memilih Pekerjaan Yang Sesuai Dengan Prodi Yang Diambil ........................................................................ 74 4.35: Indeks Kepuasan siswa dalam bidang akademik.............................. 75 4.36: Indeks Kepuasan siswa dalam bidang pribadi sosial........................ 76 4.37: Indeks Kepuasan siswa dalam bidang karir...................................... 76 4.38: Indeks Kepuasan siswa dalam layanan BK ...................................... 77 4.39: Nilai rata-rata skor penelitian layanan BK ....................................... 78
viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada saat ini sudah dianggap penting, karena masyarakat telah menyadari bahwa pendidikan mampu merubah paradigma manusia baik secara mental, emosional, dan spiritual. Pendidikan yang paling utama adalah membentuk manusia agar menjadi manusia yang seutuhnya. Sebagaimana tercantum dalam UU No.20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, bahwa tujuan pendidikan nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa, dan oleh sebab itu Warga Negara Indonesia tanpa memandang status sosial, ras, etnis, agama, dan gender berhak memperoleh pelayanan pendidikan yang bermutu. Dalam Undang-undang di atas disebutkan bahwa pendidikan diartikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.1 Peraturan tersebut mempertegas bahwa tujuan pendidikan adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik yang sesuai dengan bakat dan minatnya. Oleh karena itu, sekolah sebagai salah satu lembaga pendidikan harus mampu memberikan fasilitas guna mengembangkan potensi yang dimiliki oleh setiap 1
Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
1
2
siswanya. Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal merupakan tempat dilaksanakannya tugas-tugas pendidikan yang diarahkan untuk pencapaian tujuan pendidikan. Tujuan akhir pendidikan adalah dihasilkannya kader-kader sumber daya manusia yang baik, memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sikap positif melalui penerapan kurikulum yang berlaku. Sekolah sebagai pendukung utama tercapainya sasaran pembangunan manusia Indonesia yang bermutu adalah dengan pendidikan yang bermutu. Pendidikan yang bermutu tidak hanya melihat pencapaian secara akademis saja, karena terlalu naif apabila pencapaian pendidikan hanya dilihat dari aspek akademis. Sebagaimana yang banyak terjadi di sekolah dan masyarakat, ketika seorang anak mendapatkan nilai buruk maka dianggap bodoh dan tidak akan menjadi orang yang sukses di masa depan. Padahal guru atau orang tua tidak tahu apa yang menjadi minat dari anak tersebut, sehingga seorang anak merasa dipaksakan untuk mengikuti apa yang bukan menjadi minatnya. Sebaliknya pendidikan harus mengarahkan siswa pada pencapaian aspek perkembangan akademik, pribadi, sosial, kematangan intelektual, serta perkembangan karir. Setiap orang memiliki potensi tersendiri, sehingga siapapun tidak bisa mengganggap seseorang itu gagal hanya dalam satu bidang tertentu tanpa kita mengenal bakat dan minat yang dimiliki. Oleh karena itu, penyelenggara pendidikan bukan hanya bertugas melaksanakan kegiatan belajar mengajar saja, akan tetapi lebih dari itu pendidikan harus mampu menggali bakat dan minat siswa untuk menemukan jati dirinya dengan memberikan pembinaan kepada setiap
siswanya. Berkaitan dengan
pemikiran di atas, maka pendidikan yang bermutu harus mengahantarkan peserta didik pada pencapaian standar akademis yang diharapkan dalam kondisi perkembangan diri yang sehat dan optimal sesuai bakat dan kemampuan yang dimiliki. Kenyataan menunjukan bahwa manusia di dalam kehidupannya menghadapi persoalan-persoalan yang silih berganti. Persoalan yang satu dapat diatasi, datang persoalan yang lain. Manusia tidak sama satu dengan yang lainnya baik dari sifat maupun kemampuannya, ada manusia yang sanggup mengatasi persoalannya
3
sendiri dan ada juga yang harus dibantu orang lain dalam mengatasi persoalannya, maka disinilah bimbingan konseling dibutuhkan. Berdasarkan pernyataan di atas dapat dipahami bahwa proses pendidikan di sekolah termasuk madrasah tidak akan berhasil secara baik apabila tidak di dukung oleh penyelenggaraan bimbingan secara baik. Perkembangan belajar siswa tidak selalu berjalan lancar dan memberikan hasil yang diharapkan. Adakalanya siswa menghadapi berbagai kesulitan atau hambatan. Kesulitan atau hambatan itu dapat dikelompokkan dalam beberapa gejala masalah, seperti prestasi belajar rendah, kurangnya motivasi belajar, belajar lambat, kebiasaan kurang baik dalam belajar, dan sikap yang kurang baik. Setiap gejala masalah tersebut dapat dilatarbelakngi oleh tingkat kecerdasan yang rendah, kurangnya motivasi, gangguan kesehatan, kurangnya sarana belajar, kondisi keluarga yang kurang mendukung, cara guru mengajar yang kurang sesuai, atau kondisi sekolah yang kurang baik. Sehingga sekolah memiliki tanggungjawab yang besar membantu siswa agar berhasil dalam belajar. Untuk itu sekolah hendaknya memberikan bantuan kepada siswa untuk mengatasi masalah-masalah yang timbul dalam kegiatan belajar siswa.2 Masalah itu bisa timbul kapan saja sehingga layanan bimbingan konseling harus siap kapanpun jika dibutuhkan. Layanan bimbingan konseling sering diartikan hanya untuk menangani anakanak yang bermasalah saja (bandel), lebih dari itu bimbingan konseling berfungsi untuk membantu siswa yang kesulitan baik dalam belajar, maupun masalah kepribadiannya guna memelihara hal yang positif dan mencegah hal yang negatif. Kemudian dalam realitanya banyak kasus anak yang melakukan perilaku penyimpangan seperti sering terjadinya tawuran antar pelajar, banyak pelajar yang tersangkut kasus NARKOBA, kasus kekerasan seksual dan lain-lain. Itu juga disebabkan karena kurangnya perhatian dari orang tua dan lingkungan sosial yang mempengaruhi perkembangan pola pikir seorang anak. Oleh karena itu, layanan
2
Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Intergrasi), (Jakarta; PT. Raja GrafindoPersada, 2007), h. 12
4
bimbingan dan konseling dianggap perlu dalam sebuah sekolah untuk mencegah dan mengatasi permasalahan di atas. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al Ashr, Demi massa, sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh dan nasihat menasihati supaya mentaati kebenaran, dan nasihat menasihati supaya sabar. (QS. Al Ashr ayat 1-3)3
Tampak jelas penjabaran ayat tersebut bahwa kegiatan konseling yang sesungguhnya hanya untuk mengingatkan, mengembangkan pola pikir yang lebih positif, dan obyektif dalam memandang setiap permasalahan yang sedang terjadi pada diri klien atau siswa. Manusia dilahirkan sebagai individu yang unik terdiri atas aspek jasmani dan rohani dengan kondisi yang bervariasi, baik dari segi fisik, kecerdasan, kecakapan, bakat, minat, sikap, dan watak. Akan tetapi, dalam perkembangannya sangat bergantung kepada usaha pendidikan, bimbingan, dan konseling yang dilakukan oleh para pendidik, terutama orang tuanya. Sebelum siswa terpengaruh oleh hal-hal yang negatif, siswa harus mengenal dirinya sendiri dengan sebaik-baiknya. Dengan mengenal dirinya sendiri siswa akan dapat bertindak dengan tepat sesuai dengan kemampuan yang ada pada dirinya. Namun tidak semua siswa mampu mengenal kemampuan dirinya, terkadang memerlukan bantuan orang lain, dan bantuan ini dapat diberikan oleh bimbingan koseling. Sebagaimana yang disebutkan salah satu aliran pendidikan bahwa manusia itu terlahir seperti kertas putih yang bisa ditulis apa saja sesuai yang diinginkan, berarti manusia itu selain dipengaruhi oleh pembawaan, juga dipengaruhi oleh lingkungan yang akan membentuk manusia itu sendiri. Oleh karena itu bimbingan dari orang tua dan guru diperlukan agar perkembangannya tidak terpengaruh oleh lingkungan yang buruk. 3
Eva Arifin, Teknik Konseling di Media Massa, (Yogyakarta : Graha Ilmu, 2010), Edisi Pertama, h. viii
5
Dengan pendidikan seseorang berharap dapat meningkatkan harkat dan martabatnya secara sosial. Tapi pada kenyataannya banyak orang yang berpendidikan tinggi masih merasakan pahitnya perjuangan hidup dengan berbagai masalah yang dihadapi, bahkan sampai melakukan hal yang tidak terpuji seperti korupsi. Tidak jarang banyak dijumpai orang yang stres akibat dari tidak mampunya menghadapi tantangan dan kesulitan yang semakin pelik. Disisi lain kebutuhan dan tuntutan hidup di masyarakat harus tetap terpenuhi agar mampu bertahan hidup. Untuk itu bimbingan konseling sejak remaja sangat penting dilakukan agar siswa mempersiapkan diri, menerima dan bersikap positif serta dinamis terhadap perubahan fisik dan psikis yang terjadi pada diri sendiri. Sebagaimana yang tercantum dalam PP. No. 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan yang bertujuan untuk memberikan nilai standar yang harus diberikan pihak sekolah kepada siswa. Berdasarkan keputusan pemerintah tersebut setidaknya sekolah berusaha memberikan layanan yang sebaik-baiknya kepada siswa, seperti layanan penerimaan siswa baru, layanan pengelompokan jurusan, layanan bimbingan dan konseling, layanan tata tertib dan lain-lain. 4 Namun dalam pelaksanaannya layanan bimbingan konseling masih terdapat beberapa kendala termasuk di SMK Al-Hidayah Lestari, terutama berkaitan dengan hal-hal yang menyangkut aspek-aspek dalam layanan BK, diantaranya yang pertama adalah masalah dalam bidang bimbingan akademik, latar belakang pendidikan dari guru BK yang tidak sesuai menjadikan peran guru BK tidak maksimal. Dalam memberikan kepuasan layanan BK terhadap siswa, seorang guru harus memiliki kemampuan dalam memberikan pelayanan proses belajar mengajar yang bermutu secara konsisten dan mampu mengembangkan kurikulum yang sesuai dengan harapan siswa. Pelayanan proses belajar mengajar yang bermutu dapat terwujud apabila dilakukan oleh guru yang profesional. Kemudian profesionalisme seorang guru BK juga akan berdampak pada kurangnya perencanaan program layanan BK, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Dalam menyusun perencanaan program layanan bimbingan harus memperhatikan kebutuhan aspek-aspek pribadi, sosial, belajar dan karir. Dimulai 4
PP No. 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan
6
dengan menganalisis kekuatan dan kelemahan setiap siswa sehingga konselor tahu apa yang dibutuhkan untuk mencegah dan mengatasi masalahnya dan dapat menentukan apa bentuk kegiatan yang harus diberikan serta fasilitas atau sarana dan prasarana yang harus disediakan untuk menunjang perencanaan tersebut. Perencanan itu meliputi perencanaan kegiatan pembelajaran, perencanaan program, perencanaan sarana dan prasarana yang dibutuhkan, dan perencanaan anggaran. Kedua, masalah dalam bidang bimbingan pribadi-sosial yang terjadi adalah rasio jumlah guru BK tidak sebanding dengan jumlah siswa yang dilayani. Dari sekian banyak jumlah siswa hanya ditangani oleh satu orang guru BK, sehingga membuat pelayanan menjadi lambat karena beban yang ditanggung guru BK sangat banyak. Dalam lembaga pendidikan yang cukup besar dengan jumlah siswa yang cukup banyak, paling tidak diperlukan 2 sampai 3 orang konselor, sehingga siswa bisa mendapatkan pelayanan yang memuaskan. Ketiga, masalah dalam bidang bimbingan karir masih terdapat masalah kurangnya sarana dan prasarana layanan BK. Dalam dunia pendidikan aspek fisik sekolah diperlukan untuk menunjang proses belajar mengajar, meliputi: bangunan, kebersihan sekolah, taman, perpustakaan, dan fasilitas lainnya. Begitu juga dalam pemberian layana BK diperlukan ruangan khusus BK yang nyaman, serta fasilitas pendukung seperti buku konsultasi, buku pedoman BK, adanya papan informasi, dan ketersediaan kotak masalah. Semua fasilitas tersebut bertujuan untuk menunjang proses bimbingan karir siswa dengan berbagai ruang atau wadah yang tersedia, sehingga apa yang menjadi minat dan bakatnya mampu disalurkan secara positif. Dari beberapa permasalahan di atas, akan berdampak pada kurang maksimalnya pemberian layanan BK baik dalam bidang akademik, pribadi-sosial, maupun bidang karir di SMK Al-Hidayah Lestari Lebak Bulus. Apabila permasalahan ini tidak segera diatasi maka perkembangan siswa baik secara akademik, pribadi-soial, maupun secara karir akan terhambat. Sehingga layanan BK harus dioptimalkan sesuai dengan kebutuhan supaya klien merasa senang dan puas atas layanan tersebut.
7
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut tentang “Kepuasan Siswa Terhadap Layanan Bimbingan Konseling di SMK Al-Hidayah Lestari Lebak Bulus”. B. Identifikasi Masalah Dengan bertitik tolak pada latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut : 1. Latar belakang pendidikan guru BK tidak sesuai. 2. Rasio jumlah guru BK belum sebanding dengan jumlah siswa yang dilayani 3. Kurangnya sarana prasarana dan informasi layanan BK 4. Kurang maksimalnya implementasi layanan BK
C. Pembatasan Masalah Dalam penelitian ini penulis membatasi masalah agar pembahasannya tidak terlalu luas yaitu “Kepuasan siswa terhadap layanan Bimbingan Konseling di SMK Al-Hidayah Lestari Lebak Bulus ”. Hal ini dimaksudkan agar pembahasan lebih terfokus dengan judul yang dipilih dan didapatkan hasil yang diinginkan.
D. Perumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka masalah yang dapat dirumuskan yaitu: “Seberapa besar tingkat kepuasan siswa terhadap layanan Bimbingan Konseling di SMK Al-Hidayah Lestari Lebak Bulus?”
E. Manfaat penelitian Dari hasil penelitian skripsi ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Secara akademik Hasil penelitian ini diharapakan dapat pelaksanaan Bimbingan Konseling
menambah wawasan tentang
8
2. Secara praktis Hasil penelitian ini dapat menambah pembendaharaan kepustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Secara pragmatis Hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi bagi kepala sekolah dan guru BK di SMK Al-Hidayah Lestari Lebak Bulus.
F. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kepuasan siswa terhadap layanan BK di SMK Al-Hidayah Lestari Lebak Bulus baik dalam bidang bimbingan akademik, bimbingan pribadi sosial maupun bimbingan karir.
BAB II KAJIAN TEORI
A. Kepuasan Layanan 1. Pengertian Kepuasan Layanan Pendidikan dalam konteks pemasaran harus mengutamakan kepuasan layanan kepada setiap konsumennya yang dalam hal ini siswa. Karena kepuasan layanan sebuah lembaga sekolah atau madrasah akan menentukan perkembangan lembaga tersebut. Ketika kita berbicara tentang kepuasan maka kita harus menyadari bahwa kepuasan antara satu orang dengan yang lainnya berbeda, artinya sekolah harus pandai memprediksi kebutuhan dan keinginan konsumen. Kata kepuasan berasal dari bahasa latin “satis” (artinya cukup baik, memadai) dan “facio” (melakukan atau membuat), sehingga kepuasan bisa diartikan sebagai upaya pemenuhan sesuatu atau membuat sesuatu memadai.1 Secara umum, kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa yang muncul setelah membandingkan kinerja (hasil) produk yang dipikirkan terhadap kinerja (atau hasil) yang diharapkan.2 Kepuasan dapat dirasakan ketika seseorang menggunakan jasa itu sendiri, kemudian baru dapat mengemukakan pendapat mereka setelah mendapatkan layanan dari jasa tersebut.
1
Yoyoh Bahtiar Irianto dan Eka Prihatin, Pengelolaan Pendidikan, ( Bandung: Jurusan Administrasi Pendidikan, 2010), h.322. 2
Philip Kotler, Manajemen Pemasaran, (Jakarta: PT. Indeks, 2009), Cet. IV, h. 177
9
10
Sebenarnya untuk memberikan layanan yang memuaskan pelanggan itu mudah, yakni dengan memberikan kenyataan sesuai harapan (expectation) pelanggan. Sebaliknya, jika kenyataan lebih kecil dibandingkan dengan harapan, maka pelanggan akan merasa kecewa. Artinya, minimal kualitas layanan harus sebanding dengan harapan pelanggan atau bahkan kualitas layanan yang diberikan kepada pelanggan melebihi apa yang diharapkan oleh pelanggan.3 Dari beberapa pendapat
di atas maka dapat disimpulkan bahwa
pemenuhan kepuasan terhadap pelanggan menjadi sangat penting, karena layanan yang diberikan akan membentuk persepsi terhadap pelanggan dan pesepsi itu bisa baik atau buruk tergantung bagaimana pelanggan merasa puas akan layanan yang diberikan.
2. Dimensi Kepuasan Layanan Suatu layanan akan terbentuk apabila terjadi sebuah proses pemberian layanan tertentu dari pihak penyedia layanan kepada pihak yang dilayani. Layanan itu sendiri pada hakikatnya adalah serangkaian kegiatan, karena itu ia merupakan proses. Sebagai proses, layanan berlangsung secara rutin dan berkesinambungan, meliputi seluruh kehidupan orang dalam masyarakat.4 Layanan merupakan salah satu alat dalam melaksanakan strategi pemasaran untuk memenangkan persaingan. Pengertian mengenai layan prima yang yang diurai dari kata service sering diungkapkan oleh para pelaku bisnis adalah : a. Self awareness adalah menanamkan kesadaran diri sehingga dapat memahami posisi, agar mampu memberikan pelayanan dengan benar. b. Enthusiasm adalah melaksanakan pelayanan dengan penuh gairah. c. Reform adalah memperbaiki kinerja pelayanan dari waktu ke waktu. d. Value adalah memberikan pelayanan yang mempunyai nilai tambah. 3
Umiarso & Imam Gojali, Manajemen Mutu Sekolah di Era Otonomi Pendidikan, (Jogjakarta: IRCiSoD, 2010), h.177. 4
H.A.S. Moenir, Manajemen Layanan Umum di Indonesia, (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), Cet. IX, h. 27
11
e. Impressive yakni menampilkan diri secara menarik, tetapi tidak berlebihan. f. Care ialah memberikan perhatian atau kepedulian kepada pelanggan secara optimal. g. Evaluation ialah mengevaluasi pelaksanaan layanan yang sudah diberikan.5 Berdasarkan beberapa pengertian di atas, layanan prima adalah kepedulian kepada pelanggan dengan memberikan layanan terbaik untuk memfasilitasi kemudahan pemenuhan kebutuhan serta mewujudkan kepuasannya. Dalam dunia bisnis masalah kualitas paling sering dibicarakan agar mampu bersaing dengan para pelaku bisnis lainnya dengan cara menarik perhatian dan minat konsumen. Pada saat ini konsumen tidak hanya melihat dari segi kualitasnya saja, melainkan layanan yang diberikan juga sangat berpengaruh terhadap kepuasan konsumen terlebih bagi para pengguna jasa. Untuk mengukur tingkat kepuasan konsumen pendekatan yang sering digunakan
dalam
penelitian
pemasaran
adalah
“service
quality”
(SERVQUAL) yang dikembangkan oleh Parasuraman, Zeithmal, Berry. Penelitian ini dibangun untuk membandingkan antara yang diharapkan dengan kenyataan yang diterima. Jika layanan yang diterima lebih dari yang diharapakan maka layanan disebut berkualitas. Dari penelitian yang dilakukan oleh Parasuraman, Zeithmal, dan Berry ada beberapa dimensi menentukan kualitas layanan, antara lain: a. Kehandalan
(Reability),
yakni
kemampuan
guru
memberikan
pelayanan yang dijanjikan dengan segera, akurat, konsisten dan memuaskan. Kriteria mutu layanan yang paling diprioritaskan oleh anggota pelanggan, yaitu sikap empati petugas layanan yang senantiasa memiliki tingkat kehadiran pada waktu layanan yang tinggi. Pelayanan proses belajar mengajar yang bermutu ditandai dengan guru membuat perencanaan untuk melaksanakan proses belajar mengajar, 5
Atep Adya Barata, Dasar-Dasar Layanan Prima, (Jakarta: PT. Gramedia, 2003) Cet.I, h.
14.
12
meleksanakan proses belajar mengajar dengan tepat waktu, guru menguasai materi pelajaran yang disampaikan kepada siswa, guru menggunakan metode pengajaran yang bervariasi dan guru mampu memotivasi siswa untuk belajar. b. Daya tanggap (Responsiveness), yaitu suatu kebijakan untuk membantu dan memberikan layanan yang cepat dan tepat kepada pelanggan dengan penyampaian informasi yang jelas. Dalam menciptakan kepuasan terhadap siswa maka personil sekolah atau guru BK harus lebih tanggap terhadap siswa dengan meluangkan waktu bagi siswa untuk konsultasi, mendengarkan keluhan, serta memberikan solusi permasalahan siswa yang terbaik sehingga siswa mampu menyelesaikan setiap permasalahannya baik masalah akademik atau sosial. c. Kepastian, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (terbitan Balai Pustaka, 2001) pengertiannya adalah keadaan yang pasti. Siswa memilih sekolah sebagai tempat belajar dan mengembangkan potensi yang dimilikinya berdasarkan informasi baik dari sekolah maupun orang lain. Kepastian itu dapat mencakup pengetahuan, kemampuan, kesopanan, dan sifat dapat dipercaya yang dimiliki para staf; bebas dari bahaya, resiko atau keragu-raguaan. Sekolah harus mampu memberikan jaminan pelayanan kepada siswanya dalam bentuk kompetensi dan kualifikasi guru BK yang memadai, menguasai ilmu tentang BK, sikap ramah dan sopan yang ditunjukan guru BK kepada siswa sehingga siswa merasa nyaman dan aman untuk menyampaikan permasalahannya. d. Empati (Emphaty), yaitu memberikan perhatian yang tulus dan bersifat individual atau pribadi yang diberikan kepada para pelanggan dengan berupaya memahami keinginan pelanggan. Meliputi kemudahan dalam melakukan hubungan, komunikasi yang baik, perhatian pribadi, dan memahami kebutuhan para pelanggannya. Dalam lingkungan sekolah semua personil pendidikan, baik kepala sekolah, guru, dan staf harus
13
menunjukan rasa empati yang tinggi terhadap siswanya, terlebih bagi seorang guru BK harus mampu merasakan setiap permasalahan yang sedang dihadapi oleh setiap siswanya sehingga tahu apa yang solusi yang seharusnya diberikan. Rasa empati itu bisa ditunjukan dengan memberikan perhatian serta melakukan komunikasi yang baik supaya mengetahui kebutuhan siswanya. e. Bukti
langsung
(Tangibles),
kemampuan
suatu
perusahaan
menunjukan eksistensinya kepada pihak eksternal. Meliputi fasilitas fisik, perlengkapan, pegawai, dan sarana komunikasi. Dalam mengukur kualitas layanan jasa tidak bisa melihat dari wujudnya melainkan dengan merasakan apa yang diterima karena jasa tidak dapat dilihat, diraba, atau dicium. Makna bukti langsung atau wujud dalam dunia pendidikan berhubungan dengan aspek fisik sekolah yang diperlukan untuk menunjang proses belajar mengajar, meliputi: bangunan, taman, kebersihan lingkungan, serta fasilitas-fasilitas lainnya.6
Selain dimensi kualitas layanan di atas, ada beberapa pendapat para ahli mengenai dimensi-dimensi kualitas layanan seperti dalam tabel di bawah ini.
Tabel 2.1 Dimensi-Dimensi Kualitas Layanan7 No. 1
Dimensi Layanan
Peneliti
Kualitas teknis, kualitas fungsional, citra
Gronroos
(1979,
1982) 2
Bukti
fisik,
kompetensi,
reliabilitas, kesopanan,
daya
tanggap, Parasuraman,
kredibilitas, Zeithmal, & Berry,
Popi Sopianti, Manajemen Belajar Berbasis Kepuasan, (Jakarta : Ghalia Indonesia, 2010), hal. 40-42 7 Fandy Tjiptono, Service Management: Mewujudkan Layanan Prima, (Yogyakarta: Andi, 2008), h. 94 6
14
keamanan, akses, komunikasi, kemampuan (1985) memahami pelanggan. 3
Daya tanggap, kompetensi, akses, keramahan, King (1987) komunikasi,
kredibilitas,
keamanan
dan
understanding. 4
Reliabilitas, daya tanggap, jaminan, empati, Parasuraman, bukti fisik.
Zeithmal, & Berry, (1988)
5
Kualitas teknis, kualitas integratif, kualitas Edvarddson, fungsional, kualitas hasil
Gustavsson,
&
Riddle (1989) 6
Kesediaan dan kemampuan untuk melayani, Hedvall & Paltschik akses fisik dan psikologis
7
(1989)
Profesionalisme dan keterampialn, sikap dan Gronroos perilaku,
aksesibilitas
dan
(1990,
fleksibilitas, 2000)
reliabilitas dan trustworthiness, recovery, reputasi dan kredibilitas, servicecape. 8
Kualitas desain, kualitas produk jasa, kualitas Gummesson (1991) proses, kualitas hasil.
9
Kualitas proses, kualitas hasil
Lehtinen
dan
Lehtinen (1991) 10
Kualitas pelanggan, kualitas profesional, Ovretveit (1992) kualitas manajemen.
11
Kualitas fungsional, kualitas teknis, kualitas Rust & Oliver (1994) lingkungan.
12
Aspek fisik, reliabilitas, interaksi personal, Dabholkar, pemecahan masalah, kebijakan.
13
14
al.
et
al.
(1996)
Reliabilitas, perhatian pribadi, kenyamanan, Dabholkar, fitur.
et
(2000)
Kualitas interaksi, kualitas lingkungan fisik, Brady
&
Cronin
15
kualitas hasil.
(2001)
Dari beberapa pendapat di atas yang sering digunakan dalam mengevaluasi kualitas layanan adalah pendapat Parasuraman, Zeithmal, & Berry (1988). Yang terpenting dalam dunia pendidikan adalah layanan yang dapat diberikan kepada siswa oleh sekolah sebagai penyelenggara pendidikan demi tercapainya tujuan pendidikan sebagaimana yang telah dijelaskan dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sitem Pendidikan Nasional Bab IX pasal 35 ayat (1) : “Satandar nasional pendidikan terdiri atas standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan, penilaian pendidikan yang harus ditingkatkan secara berencana dan berkala”.8 Salah satu standar pendidikan nasional yang menyangkut layanan terdapat dalam standar pengelolaan. Sekolah sebagai penyelenggara dan pengelola pendidikan harus memperhatikan kualitas layanan yang diberikan kepada siswa sebagai pengguna pendidikan, karena dampak dari ketercapaian kepuasan yang dirasakan oleh siswa atas pelayanan yang diberikan sekolah dapat meningkatkan kinerja belajar siswa sehingga akan dapat mencapai prestasi belajar tinggi. Dalam hal ini siswa yang sedang dalam masa pertumbuhan dan perkembangan sering mengalami perubahan dalam segala sisi, perubahan itu bisa bersifat positif dan bisa juga negatif. Oleh karena itu, layanan diperlukan untuk mempermudah kesulitan siswa baik dalam bidang akademik, pribadi-sosial dan bidang karir. Dalam penelitian ini teori yang digunakan untuk mengukur kepuasan layanan adalah teori yang dikemukakan oleh Parasuraman, Zeithmal & Barry (1988) dengan lima dimensi kepuasan layanan yaitu kehandalan, daya tanggap, jaminan/kepastian, empati, dan berwujud.
Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional 8
16
B. Bimbingan dan Konseling 1. Pengertian Layanan Bimbingan dan Konseling Dalam lingkungan sekolah yang dapat mengarahkan perkembangan siswa baik dari aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan adalah layanan bimbingan dan konseling. Sebelum mengetahui pengertian layanan bimbingan konseling, terlebih dahulu harus mengetahui apa arti bimbingan konseling. Secara etimologi bimbingan terjemahan dari kata Guidance berasal dari kata kerja to guide yang mempunyai arti menunjukkan, membimbing, menuntun, ataupun membantu.9 Sesuai dengan istilahnya, maka secara umum bimbingan dapat diartikan sebagai bantuan atau tuntunan. Namun meskipun demikian tidak berarti semua bentuk bantuan atau tuntunan adalah bimbingan. Sedangkan menurut Dedi Supriadi bimbingan adalah proses bantuan yang sistematis yang diberikan oleh konselor/ pembimbing kepada klien agar klien dapat memahami dirinya, mengarahkan dirinya, memecahkan masalahmasalah yang dihadapinya, menyesuaikan diri dengan lingkungannya (keluarga, sekolah, dan masyarakat), dan mengambil manfaat dari peluangpeluang yang dimilikinya dalam rangka mengembangkan diri sesuai dengan potensinya, sehingga berguna bagi dirinya dan masyarakatnya. 10 Sedangkan menurut Eva Arifin bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh seorang ahli kepada seseorang atau beberapa individu baik anak-anak, remaja atau dewasa agar orang-orang yang dibimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri dengan
memanfaatkan
kekuatan
individu
dan
sarana
yang
dapat
dikembangkan berdasarkan norma-norma yang berlaku.11 Melalui hal tersebut dia (individu) akan dapat menikmati kebahagiaan hidupnya, dan dapat memberi sumbangan yang berarti kepada kehidupan masyarakat serta mampu mengatasi hambatan guna menentukan rencana masa depan yang lebih baik. Hallen, Bimbingan dan Konseling (Jakarta; Ciputat Pers, 2002), h.3. Dedi Supriadi, Membangun Bangsa Melalui Pendidikan, (Bandung :PT. Remaja Rosdakarya, 2004), h. 207 11 Eva Arifin , Teknik Konseling di Media Massa, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010) Edisi Pertama, h. 15-16 9
10
17
Dari beberapa pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa bimbingan adalah bantuan yang diberikan oleh seseorang individu kepada seseorang atau sekelompok individu dalam memecahkan masalah yang dihadapinya agar tercapai kemampuannya untuk memahami, menerima, mengarahkan dan merealisasikan diri sesuai dengan potensi atau kemampuan dalam mencapai penyesuaian diri dengan lingkungan, baik lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Dari uraian di atas dapat dibatasi bahwa bimbingan adalah bantuan yang diberikan kepada individu untuk mengatasi kesulitan-kesulitan dalam hidupnya dan agar individu dapat mencapai kesejahteraan hidupnya, atau dengan kata lain bimbingan adalah bantuan yang diberikan secara terusmenerus kepada seseorang dalam usaha memecahkan kesukaran-kesukaran yang dialaminya. Konseling adalah proses belajar yang bertujuan agar konseli (siswa) dapat mengenal diri sendiri, menerima diri sendiri serta realistis dalam proses penyesuaian dengan lingkungan.12 Di samping itu, istilah bimbingan selalu dirangkaikan dengan istilah konseling, hal ini disebabkan karena bimbingan dan konseling merupakan suatu kegiatan yang integral. Secara umum istilah bimbingan dan konseling merupakan kalimat yang sukar untuk dipisahkan keduanya merupakan terjemahan dari bahasa Inggris yaitu Guidance and Counseling. Konseling adalah pelayanan bantuan untuk peserta didik, baik secara perorangan maupun kelompok, agar mampu mandiri dan berkembang secara optimal
dalam
pengembangan
kehidupan
pribadi,
kehidupan
sosial,
kemampuan belajar, dan perencanaan karir, melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung berdasarkan norma-norma yang berlaku.13
A. Juntika Nurihsan, Strategi Layanan Bimbingan dan Konseling, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2005), h. 10 12
Tim Pustaka Yustisia, Panduan Cetakan Pertama, h. 208 13
Lengkap KTSP, (Yogyakarta: Pustaka Yustisia, 2007)
18
Sedangkan konseling menurut Zikri Neni Iska, yakni kontak atau hubungan antara dua orang (konselor-klien) untuk menangani masalah klien. Yang didukung oleh keahlian dan dalam suasana yang laras dan integrasi berdasarkan norma-norma yang berlaku untuk tujuan yang berguna bagi klien.14 Berdasarkan definisi yang dikemukakan di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa konseling merupakan salah satu teknik dalam pelayanan bimbingan dimana proses pemberian bantuan itu berlangsung melalui wawancara baik melalui tatap muka langsung atau melalui alat komunikasi antara guru pembimbing dengan klien yang bertujuan agar klien mampu memperoleh pemahaman yang lebih baik terhadap dirinya, mampu memecahkan masalah yang dihadapinya dan mampu mengarahkan dirinya untuk mengembangkan potensi yang dimiliki ke arah perkembangan yang optimal dan harus diingat bahwa dalam rangka usaha pemberian bimbingan atau bantuan melalui kegiatan konseling merupakan bagian yang sangat penting dan dinyatakan sebagai jantung dari usaha bimbingan secara keseluruhan. Dengan demikian bimbingan dan konseling mempunyai pengertian sebagai suatu bantuan yang diberikan seseorang (konselor) kepada orang lain (klien) yang bermasalah baik psikis maupun sosial dengan harapan klien tersebut
dapat
memecahkan
masalahnya,
dapat
memahami
dirinya,
mengarahkan dirinya sesuai dengan kemampuan dan potensinya sehingga mencapai penyesuaian diri dengan lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Sebagaimana yang menjadi dasar pemikiran penyelengaraan bimbingan dan konseling di sekolah/madrasah adalah menyangkut upaya memfasilitasi peserta didik, yang selanjutnya disebut konseli, agar mampu mengembangkan
Zikri Neni Iska, Bimbingan dan Konseling, (Jakarta : Kizi’s Brother, 2008), h.19
14
19
potensi didirinya atau mencapai tugas-tugas perkembangannya ( menyangkut aspek fisik, emosi, intelektual, sosial, dan moral-spiritual).15 Dalam mendefinisikan pengertian bimbingan peneliti lebih cenderung dengan pendapat yang dikemukakan oleh Dedi Supriadi. Sedangkan mengenai pengertian konseling peneliti sependapat dengan definisi yang dikemukakan oleh Tim Pustaka Yustisia dalam bukunya Panduan Lengkap KTSP.
2. Tujuan Bimbingan Konseling Tujuan bimbingan dan konseling sebenarnya sudah dapat dilihat dari pengertian bimbingan konseling itu sendiri, yaitu untuk membantu siswa memahami dirinya sendiri, sehingga sanggup mengarahkan diri dan bertingkah laku yang wajar, sesuai dengan tuntunan dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat. Tujuan pemberian layanan bimbingan ialah agar individu : a. Merencanakan kegiatan penyelesaian studi, perkembangan karir serta kehidupannya dimasa yang akan datang. b. Mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimilikinya seoptimal mungkin. c. Menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan, lingkungan masyarakat serta lingkungan kerjanya. d. Mengatasi hambatan dan kesulitan yang dihadapi dalam studi, penyesuaian dengan lingkungan pendidikan, masyarakat, maupun lingkungan kerja.16
3. Fungsi Bimbingan Konseling Keberadaan bimbingan pada setiap lembaga pendidikan (sekolah) haruslah berfungsi seoptimal mungkin agar peran bimbingan dan konseling Rugaiyah dan Atiek Sismiati, Profesi Kependidikan,, (Bogor : Ghalia Indonesia, 2011), h.
15
144
Syamsu Yunus dan A. Juntika Nurihsan, Landasan Bimbingan Konseling,(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006) h.13 16
20
nampak jelas, sehingga mampu memberikan pelayanan terhadap siswa sesuai dengan kebutuhan mereka. Pada dasarnya tugas bimbingan dan konseling harus mampu melaksanakan fungsi-fungsinya maka akan dapat dirasakan bagaimana peranan bimbingan dan konseling itu sendiri. Secara umum bimbingan dan konseling berfungsi sebagai fasilitator, sarana yang memberikan kemudahan-kemudahan baik terhadap terbimbing maupun sekolah/perguruan tinggi/lembaga/masyarakat.
17
Bagi para siswa bimbingan dan konseling merupakan suatu usaha pemberian bantuan yang dilakukan terhadap individu anak didik yang bermasalah, oleh sebab itu Hallen dalam bukunya bimbingan dan konseling mengelompokkan fungsi bimbingan kedalam lima fungsi yaitu: a. Fungsi Pemahaman. Yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan pemahaman tentang sesuatu oleh pihak-pihak tertentu sesuai dengan
kepentingan
pengembangan
peserta
didik.
Fungsi
pemahaman ini meliputi pemahaman tentang diri peserta didik sendiri, pemahaman tentang lingkungan peserta didik, dan pemahaman tentang lingkungan yang lebih lugas. Fungsi pemahaman ini meliputi : 1) Pemahaman tentang diri peserta didik sendiri, terutama oleh peserta didik sendiri, orang tua, guru pada umumnya dan guru pembimbing. 2) Pemahaman tentang lingkungan peserta didik, termasuk di dalamnya lingkungan keluarga dan sekolah terutama oleh peserta didik sendri, orang tua, guru pada umumnya dan guru pembimbing. 3) Pemahaman tentang lingkungan yang lebih luas (termasuk di dalamnya informasi pendidikan, informasi jabatan/pekerjaan
Aip Badrujaman, Teori dan Aplikasi Evaluasi Program Bimbingan Konseling, (Jakarta : PT. Indeks, 2011), hal. 36 17
21
dan informasi sosial budaya/nilai-nilai), terutama oleh peserta didik. Dari ketiga penjelasan mengenai fungsi pemahaman terhadap diri sendiri, orang lain, dan lingkungan sekitar. Layanan bimbingan dan konseling berfungsi untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik untuk saling memahami antara dirinya dengan orang lain. b. Fungsi Pencegahan. Yaitu bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan tercegahnya peserta didik dari berbagai permasalahan yang mungkin timbul yang akan dapat mengganggu, menghambat ataupun menimbulkan kesulitan. Fungsi pencegahan ini sangat bermanfaat untuk peserta didik dalam membuat keputusan penting yang berkaitan dengan masa depannya. Bimbingan ini berfungsi untuk memperkecil timbulnya permasalahan yang nantinya akan dihadapi oleh peserta didik. Melalui fungsi pencegahan ini juga membantu dalam proses perkembangan peserta didik agar menjadi pribadi yang baik. c. Fungsi Pengentasan. Yaitu Melalui fungsi pengentasan ini pelayanan bimbingan dan konseling akan menghasilkan terentaskannya atau teratasinya berbagai masalah-masalah yang dialami oleh peserta didik. d. Fungsi Pemeliharaan dan Pengembangan. Yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan terpeliharanya dan berkembangnya berbagai potensi dan kondisi positif peserta didik dalam rangka perkembangan dirinya secara terarah, mantap, dan berkelanjutan. Layanan bimbingan dan konseling juga berguna untuk menemukan bakat atau kemampuan yang dimiliki oleh peserta didik. Setelah megetahui sebaiknya pembimbing memberikan solusi kepada peserta
22
didik untuk selalu meningkatkan dan mengembangkan bakatnya sehingga dapat menjadi motivasi tersendiri bagi dirinya. e. Fungsi Advokasi. Yaitu
fungsi
dan
konseling
yang
akan
menghasilkan
teradvokasinya atau pembelaan atas hak dan kepentingan peerta didik yang kurang mendapat perhatian, dalam rangka upaya pengembangan seluruh potensi secara optimal.18 Fungsi advokasi ini diperlukan dalam layanan bimbingan dan konseling agar peserta didik merasa dihargai oleh orang lain karena mendapatkan pembelaan dalam setiap tingkah laku yang positif. Fungsi ini juga memberikan nasihat kepada peserta didik untuk selalu melakukan hal-hal yang positif dan dapat mengembangkan potensi dirinya. Sedangkan Bimo Walgito menjelaskan bahwa fungsi seorang pembimbing di sekolah ialah membantu kepala sekolah beserta stafnya di dalam menyelenggarakan kesejahteraan sekolah. Sehubungan dengan fungsi ini maka seorang pembimbing mempunyai tugas-tugas tertentu, yaitu:19 a. Mengadakan penelitian ataupun observasi terhadap situasi atau keadaan sekolah baik mengenai peralatan, tenaga, penyelenggaraan maupun aktivitas-aktivitas yang lain. b. Berdasarkan penelitian atau observasi tersebut maka pembimbing berkewajiban memberikan saran-saran atau pendapat kepada kepala sekolah dan staf pengajar demi kelancaran dan kebaikan sekolah. c. Menyelenggarakan bimbingan terhadap anak-anak, baik yang bersifat preventif, preservatif, maupun yang bersifat korektif. 1) Yang bersifat preventif yaitu dengan tujuan menjaga jangan sampai anak-anak mengalami kesulitan, menghindarkan hal-hal yang tidak diinginkan. Hal
ini
dapat
ditempuh antara lain dengan:
mengadakan papan bimbingan untuk berita-berita, mengadakan Hallen, Bimbingan dan Konseling..., h. 60-62 Bimo Walgito, Bimbingan dan Konseling di Sekolah, (Yogyakarta:ANDI, 2004), h. 38-39
18 19
23
kotak masalah, menyelenggarakan kartu pribadi, mengadakan kelompok belajar, mengadakan diskusi kelompok baik mengenai cita-cita atau pemilihan pekerjaan dan mengadakan hubungan yang harmonis dengan orang tua murid. 2) Yang bersifat preservatif ialah usaha untuk menjaga keadaan yang telah baik agar tetap baik, jangan sampai keadaan yang baik menjadi tidak baik. 3) Yang bersifat korektif ialah mengadakan konseling kepada anakanak yang mengalami kesulitan yang tidak dapat dipecahkan sendiri dan membutuhkan pertolongan dari pihak lain. Kurikulum sekolah dan prosedur pengajaran harus memadai sudut pandang dari bimbingan, meskipun bimbingan mencakup pola kepribadian seseorang misalnya kesehatan dan mental atau jasmani dan rohani yang mempengaruhi penyesuaian di sekolah. Orang tua dan pendidik mempunyai tanggung jawab membimbing anak pada persoalan yang spesifik pada setiap usia, walaupun guru sudah mengerti tentang bimbingan tetapi masih membutuhkan tenaga-tenaga spesialisasi, dengan pengertian dan bantuan penuh kesadaran dari guru. Sesuai dengan uraian sebelumnya bahwa bimbingan dan konseling bertujuan agar peserta didik dapat menemukan dirinya, mengenal dirinya dan mampu merencanakan masa depannya. Dalam hal ini bimbingan dan konseling berfungsi sebagai pemberi layanan kepada peserta didik agar masing-masing peserta didik berkembang secara optimal sehingga menjadi pribadi yang utuh dan mandiri.
4. Prinsip-prinsip Bimbingan Konseling Rumusan prinsip–prinsip bimbingan dan konseling pada umumnya berkenaan dengan sasaran pelayanan, masalah klien, tujuan dan proses penanganan masalah, program pelayanan dan penyelenggaraan pelayanan uraian berikut ini akan mengemukakan prinsip–prinsip bimbingan dan konseling yang telah diramu dari sejumlah sumber.
24
Untuk lebih memahami makna bimbingan dan konseling maka perlu dibahas prinsip bimbingan dan konseling yang dikemukakan oleh Prayitno dan Erman Amti dalam buku Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, bahwa prinsip–prinsip bimbingan konseling menyangkut empat prinsip yaitu: a. Prinsip yang Berkenaan dengan Sasaran Layanan. Yaitu sebuah bimbingan dan konseling yang melayani semua individu tanpa membedakan satu sama lain dengan beraneka ragam tingkah laku individu yang unik dan dinamis. b. Prinsip yang Berkenaan dengan Permasalahan Individu. Yaitu bimbingan konseling yang memperhatikan kondisi mental individu karena disebabkan adanya kesenjangan sosial, ekonomi dan budaya. c. Prinsip yang Berkenaan dengan Program Pelayanan. Yaitu sebuah program bimbingan koseling yang harus diselaraskan dengan program pendidikan dimana program tersebut harus fleksibel dengan kebutuhan individu. d. Prinsip yang Berkenaan dengan Tujuan dan Pelaksanaan Pelayanan. Yaitu suatu bimbingan yang dilaksanakan seorang konselor yang bekerja disuatu lembaga, yang sangat berkepentingan dengan penyelenggaraan program-program bimbingan dan konseling dari waktu ke waktu.20 Dari beberapa pendapat para ahli tentang prinsip-prinsip bimbingan dan konseling maka penulis mengambil kesimpulan bahwa setiap individu baik laki-laki maupun perempuan, anak-anak, remaja, ataupun dewasa, bahkan orang tua dapat memperoleh bimbingan dan konseling bila memerlukan, karena pada dasarnya pelayanan bimbingan dan konseling tidak membedakan antara suku, agama, ras, serta orang kaya dan orang miskin.
Hallen , Bimbiungan dan Konseling, (Jakarta: Quantum Teaching, 2005), h. 60-61
20
25
5. Asas-asas Bimbingan Konseling Dalam setiap kegiatan yang dilakukan, seharusnya ada suatu asas atau dasar yang melandasi dilakukannya kegiatan tersebut. Atau dengan kata lain, ada asas yang dijadikan dasar pertimbangan kegiatan itu. Demikian pula halnya dalam kegiatan bimbingan dan konseling, ada asas yang dijadikan dasar pertimbangan kegiatan itu.Menurut Prayitno ada 12 (dua belas) asas yang harus menjadi dasar pertimbangan dalam kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling. Asas-asas bimbingan dan konseling itu adalah sebagai berikut21: a. Asas Kerahasiaan. Sebagaimana telah diketahui bahwa dalam kegiatan bimbingan dankonseling, kadang - kadang klien harus menyampaikan hal - hal yang sangat rahasia kepada konselor. b. Asas Kesukarelaan. Dalam memahami pengertian bimbingan dan konseling telah dikemukakan bahwa bimbingan merupakan proses membantu individu. Perkataan membantu di sini mengandung arti bahwa bimbingan bukan merupakan suatu paksaan. c. Asas Keterbukaan. Asas keterbukaan merupakan asas penting bagi konselor/guru pembimbing, karena hubungan tatap muka antara konselor dan klien merupakan pertemuan bathin tanpa tedeng aling-aling.Dengan adanya keterbukaan ini dapat ditumbuhkan kecenderungan pada klien untuk membuka dirinya, untuk membuka kedok hidupnya yang menjadi penghalang bagi perkembangan psikisnya. d. Asas Kekinian. Pada umumnya pelayanan bimbingan dan konseling bertitik tolak dari masalah yang dirasakan klien saat sekarang atau kini, namun pada dasarnya pelayanan bimbingan dan konseling itu sendiri menjangkau dimensi waktu yang lebih lugas, yaitu masa lalu, Ibid, h. 65
21
26
sekarang, dan masa yang akan datang. e. Asas Kemandirian. Salah satu tujuan pemberian layanan bimbingan dan konseling adalah agar konselor berusaha menghidupkan kemandirian di dalam diri klien. f. Asas Kegiatan. Dalam proses pelayanan bimbingan dan konseling kadang-kadang konselor memberikan beberapa tugas dan kegiatan kepada kliennya. g. Asas Kedinamisan. Keberhasilan usaha pelayanan bimbingan dan konseling ditandai dengan terjadinya perubahan sikap dan tingkah laku klien ke arah yang lebih baik. h. Asas Keterpaduan. Pelayanan bimbingan dan konseling menghendaki terjalin keterpaduan berbagai aspek dari individu yang dibimbing. i. Asas Kenormatifan. Pelayanan
bimbingan
dan
konseling
yang
dilakukan
hendaknya tidak bertentangan dengan norma-norma yang berlaku di dalam masyarakat dan lingkungannya. j. Asas Keahlian. Untuk menjamin keberhasilan usaha bimbingan dan konseling, para petugas harus mendapatkan pendidikan dan latihan yang memadai. k. Asas Alih Tangan. Bimbingan dan konseling merupakan kegiatan profesional yang menangani masalah-masalah yang cukup pelik. Berhubung hakekat masalah yang dihadapi klien adalah unik (kedalamannya, keluasannya dan kedinamisannya), di samping pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki oleh konselor juga terbatas, maka ada kemungkinan suatu masalah belum dapat diatasi setelah proses konseling berlangsung. Dalam hal ini konselor perlu mengalih tangankan klien pada pihak lain (konselor) yang lebih ahli untuk menangani masalah yang sedang dihadapi oleh klien tersebut.
27
l. Asas Tut Wuri Handayani. Yaitu kegiatan bimbingan dan konseling harus senantiasa diikuti secara terusmenerus dan aktif sampai sejauh mana klien telah berhasil mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
6. Ragam Bimbingan dan Konseling Selain dari bentuk dan fungsi, terdapat juga ragam dari bimbingan dan konseling. Istilah ragam bimbingan menunjuk pada bidang kehidupan tertentu atau aspek perkembangan tertentu yang menjadi fokus perhatian dalam pelayanan bimbingan; dengan kata lain, tentang apa yang diberikan. Jadi, dalam arti ragam dapat dikatakan macam-macam dari bimbingan dan konseling. Ragam yang sering menjadi permasalahan terbagi menjadi tiga bimbingan, yaitu bimbingan karier, bimbingan akademik, dan bimbingan pribadi sosial.22
a. Bimbingan Akademik Bimbingan akademik adalah bimbingan dalam hal menemukan carabelajar yang tepat dalam memilih program studi yang sesuai dan dalam mengatasi kesukaran yang timbul berkaitan dengan tuntutantuntutan belajar di suatu institusi pendidikan23. Pada
bagian
akademik
ini,
peserta
didik
dibimbing
untuk
mempermudah dalam menemukan cara belajar yang sesuai dengan kepribadian yang dimiliki. Cara belajar yang kurang tepat akan berimbas kepada diri peserta didik itu sendiri, karena tidak dapat menambah pengetahuan dikarenakan mengalami kesulitan dalam belajar. Disinilah tugas pembimbing dalam menemukan solusi dari permasalahan yang sedang dihadapi, agar peserta didik mampu mengembangkan kemampuan serta dapat menemukan cara belajar yang efektif sehingga mampu W.S. Winkel & M.M. Sri Hastuti, Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan, (Yogyakarta: Media Abadi, 2004) Cet. Ketiga, h. 114 23 Ibid, h. 115 22
28
melaksanakan tuntutan-tuntutan dari sekolah. Bimbingan inilah yang nantinya akan membantu siswa dalam mencapai tujuan akademik sekolah yang diharapkan. Bentuk kegiatan dari bimbingan akademik yaitu : 1) Masa Orientasi Siswa 2) Pembagian Kelas 3) Klinik Akademik 4) Diagnosik dan Remedial Teaching24
Kegiatan layanan akademik dimulai dengan Masa Orientasi Siswa (MOS), pada tahap awal ini diharapkan siswa dapat mengenali sekolah yang menjadi pilihan dalam belajar menuntut ilmu, karena sebelumnya siswa hanya mengetahui sekolah hanya lewat brosur. Tujuan lain dari diadakannya kegiatan MOS yaitu agar siswa mampu bersosialisasi dengan lingkungan, budaya, dan suasana baru sekolah. Yang dimaksud orientasi sekolah yaitu layanan yang membantu peserta
didik
memahami
lingkungan
baru,
terutama
lingkunga
sekolah/madrasah dan objek-objek yang dipelajari untuk menyesuaikan diri serta mempermudah peran peserta didik di lingkungan yang baru.25 Lingkungan fisik sekolah yaitu meliputi bangunan ruang kelas, ruang kantor guru, lapangan, laboraturium, perpustakaan, kantin, dan fasilitas lainnya. Lingkungan sosial sekolah yaitu interaksi dengan kepala sekolah, guru, tenaga kependidikan, dan penjaga sekolah.Diharapkan setelah perkenalan dengan lingkungan sekolah siswa mampu beradaptasi dengan baik dan dapat belajar dengan nyaman di sekolah. Kedua, pembagian kelas yaitu keseluruhan siswa nantinya akan di tempatkan dalam kelas-kelas yang tersedia di sekolah. Kelas yang digunakan untuk belajar harus nyaman, luas, dan bersih sehingga siswa 24 Panduan layanan akademik siswa, Direktorat Pembinaan SMA Diakses melalui http://www.docstoc.com/docs/24754238/5bLayanan-Akademik-Siswa Pada tanggal 20 November 2013
Fenti Hikmawanti, Bimbingan Konseling, (Jakarta : Rajawali Pers, 2010), hal.19
25
29
mampu berkonsentrasi dengan materi yang diajarkan oleh guru. Jumlah siswa pada setiap kelas harus disesuaikan dengan kondisi kelas karena jika terlalu banyak siswa maka guru akan sulit mengawasi masing-masing siswa. Ketiga, klinik akademik yaitu tempat khusus yang disediakan oleh sekolah dalam mecurahkan permasalahan yang dihadapi oleh pribadi siswa yang berkaitan dengan proses pembelajaran atau mengenai masalah pribadi yang sedang dihadapinya. Klinik akademik ini diharapkan menjadi solusi bagi seluruh siswa yang sedang mempunyai masalah akan mendapatkan motivasi sehingga siswa dapat kembali menjalankan aktivitas sebagai pelajar. Keempat, Diagnostic atau Remedial Teaching,
yaitu mendiagnosa
siswa yang mempunyai kebutuhan atau keterampilan khusus untuk selalu mendapat perhatian ekstra dari sekolah. Sedangkan remedial teaching yaitu upaya guru untuk menciptakan situasi yang memungkinkan individu atau kelompok siswa tertentu lebih mampu mengembangkan dirinya seoptimal mungkin sehingga memenuhi kriteria keberhasilan minimal yang diharapkan.26 Tujuannya untuk memotivasi siswa untuk lebih baik dalam mengerjakan tugas dari guru. Bantuan perbaikan ini diberikan kepada siswa atau kelompok siswa yang kurang atau lambat dalam belajar dengan memberikan perhatian yang lebih banyak serta diberikan tugastugas yang sederhana. b. Bimbingan pribadi-sosial Bimbingan pribadi sosial berarti bimbingan dalam menghadapi keadaan batinnya sendiri dan mengatasi berbagai pergumulan dalam batinnya sendiri, dalam mengatur diri sendiri, di bidang kerohanian, perawatan jasmani, pengisian waktu luang, penyaluran nafsu seksual dan
A. Juntika Nurihsan, Strategi Layanan Bimbingan dan Konseling,…, h. 23
26
30
sebagainya; serta bimbingan dalam membina hubungan kemanusiaan dengan sesama di berbagai lingkungan (pergaulan sosial)27. Bimbingan pribadi ditujukan untuk mengontrol konflik batin yang dapat timbul dalam diri siswa dengan mengumpulkan data yang relevan tentang kepribadian siswa, misalnya sifat-sifat yang tampak dalam tingkah laku, latar belakang keluarga dan kondisi kesehatan, dengan memberikan arahan tentang nilai dan norma agama serta pemberian motivasi agar siswa tahu bagaimana sikap dan tindakan dalam menghadapi kesulitan yang timbul. Sedangkan bimbingan sosial ini mengajarkan peserta didik agar mampu bersosialisasi dengan teman, guru, dan masyarakat sekitar. Manfaat dari bimbingan pribadi-sosial yaitu membentuk pribadi peserta didik yang bermasyarakat, peduli akan lingkungan sekitar dimana ia tinggal maupun lingkungan sekolah. Karena kehidupan sekarang ini lebih menekankan kepada sifat individualis yang tidak memperhatikan orang disekitarnya. Padahal lingkungan sosial itu sangat penting karena kita dapat mempelajari berbagai ragam sifat yang dimiliki individu lainnya. Beberapa bentuk kegiatan bimbingan pribadi-sosial diantaranya penanaman nilai-nilai agama, konsep pola hidup sehat, contoh pola hubungan dengan teman sebaya, motivasi dan semangat untuk menguasai pengetahuan dan keterampilan yang menjadi program sekolah.28 Penanaman nilai agama sangat penting supaya siswa berkepribadian baik dan berprilaku sesuai dengan ajaran agama. Sedangkan motivasi diberikan agar siswa selalu bekerja keras dalam menuntut ilmu sehingga yang dicita-citakan dapat terwujud, motivasi tersebut bisa dalam bentuk semangat
umtuk
pelajaran
yang
lebih
tinggi,
semangat
untuk
mempersiapkan karir, dan semangat untuk berperan aktif dalam kehidupan masyarakat.
W.S. Winkel & M.M. Sri Hastuti, Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan,..., h.
27
118
28
A. Juntika Nurihsan, Strategi Layanan dan Bimbingan Konseling …, h. 28
31
c. Bimbingan Karier Bimbingan karier adalah bimbingan dalam mempersiapkan diri menghadapi dunia pekerjaan, dalam memilih lapangan pekerjaan atau jabatan/profesi tertentu serta membekali diri supaya siap memangku jabatan itu, dan dalam menyesuaikan diri dengan berbagai tuntutan dari lapangan pekerjaan yang telah dimasuki29. Dalam dunia kerja bimbingan karier diperlukan seseorang untuk mengembangkan potensi dirinya dalam pekerjaan. Apabila seseorang telah mengetahui jelas tugas-tugas kerja , kemampuan yang dimiliki maka akan mempermudah untuk mengerjakan pekerjaan dan dapat menghasilkan keuntungan untuk perusahaan tempat ia bekerja. Sebaliknya, jika seseorang tidak mengetahui segalanya yang berkaitan dengan pekerjaan maka karier tersebut dipastikan tidak mengalami peningkatan, dan akan berdampak kerugian bagi perusahaan. Jadi, dalam bimbingan karier ini peserta didik dibimbing untuk dapat mengambil keputusan yang penting untuk masa depannya, agar tidak tersesat dalam perkembangan zaman.Kegiatan bimbingan karieryaitu :30 1) Pemilihan studi lanjutan Pemilihan studi lanjutan yaitu pihak sekolah memberikan arahan kepada siswa semester akhir yang akan lulus dalam memilih studi lanjutan. Tahap ini pihak sekolah harus menjelaskan secara baik tentang program studi yang akan dipilih sehingga siswa dapat menemukan program studi yang sesuai dengan keinginannya. 2) Promosi Perguruan Tinggi Promosi perguruan tinggi yaitu kegiatan yang dilakukan oleh mahasiswa perwakilan dari universitas untuk memperkenalkan kampus
W.S. Winkel & M.M. Sri Hastuti, Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan..., h.
29
114
30 Panduan layanan akademik siswa, Direktorat Pembinaan SMA Diakses melalui http://www.docstoc.com/docs/24754238/5bLayanan-Akademik-Siswa Pada tanggal 20 November 2013
32
kepada seluruh siswa kelas akhir sehingga siswa merasa tertarik untuk melanjutkan sekolahnya ke jenjang yang lebih tinggi. Kegiatan ini terlaksana karena adanya adanya kerja sama antara sekolah dengan banyak universitas terkemuka di sekitar wilayah sekolah sehingga menguntungkan untuk sekolah dan pihak kampus. 3) Pemilihan Jurusan Pemilihan jurusan yaitu sekolah harus mengadakan pertemuan yang dihadiri oleh seluruh siswa kelas akhir yang ingin melanjutkan sekolah ke perguruan tinggi untuk menjelaskan jurusan yang terdapat di universitas agar siswa dapat memilih jurusan yang sesuai dengan keinginan siswa tersebut sehingga bakat dan kemampuan dapat berkembang dengan baik.
Selain dari ketiga kegiatan tersebut, kegiatan dalam bimbingan karir juga bisa berupa pemberian wawasan tentang perkembangan dunia kerja, dengan menyediakan informasi tentang dunia kerja, melakukan kegiatan praktik kerja lapangan (PKL), dan kerjasama sekolah dengan perusahaan. Kegiatan ini dipandang perlu mengingat tidak semua lulusan SMK bisa melanjutkan ke perguruan tinggi sehingga siswa perlu diberikan keahlian dan keterampilan tentang peluang dan tantangan dunia kerja saat ini. Jadi, pada ragam bimbingan ini siswa diberikan banyak sekali bimbingan mulai dari akademik, karier, dan pribadi-sosial. Semua difokuskan kepada perkembangan peserta didik secara menyeluruh untuk menciptakan generasi yang handal, cerdas, dan bermoral sehingga tidak salah dalam mengambil keptusan penting dalam hidupnya.
C. Kerangka Berpikir Bimbingan dan konseling di sekolah berkaitan erat dengan proses pendidikan dan merupakan salah satu komponen dalam keseluruhan proses pendidikan. Dasar pemikiran pentingnya penyelenggaraan bimbingan konseling di sekolah bukan terletak pada ada tidaknya dalam landasan hukum (perundang-undangan), akan
33
tetapi
menyangkut
upaya
memfasilitasi
peserta
didik
agar
mampu
mengembangkan potensi dirinya. Dalam istilah pendidikan disebutkan bahwa pemberian kesempatan yang sama kepada setiap individu untuk memperoleh pelayanan pendidikan yang dilaksanakan oleh pemerintah maupun badan swasta. Kemudian faktor yang mempengaruhi penyelenggaraan pendidikan adalah adanya perubahan sistem pendidikan sehingga peserta didik sulit untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan dan perkembangan sistem pendidikan. Selain itu juga ada faktor psikologis dimana faktor ini dipengaruhi oleh pembawaan dan kematangan serta lingkungan, sehingga untuk mencapai perkembangan yang optimal diperlukan asuhan yang terarah. Dilihat dari fase perkembangan, para siswa akan melalui fase anak sekolah, fase remaja, dan fase dewasa. Dimana untuk mencapai kedewasaan tersebut ditandai dengan perubahan dan perkembangan dari berbagai aspek, seperti aspek biologis, intelektual, emosional, sikap, dan nilai. Dalam masa transisi seperti itu para peserta didik sering mengalami kesulitan dalam memecahkan masalahnya. Untuk itu layanan bimbingan konseling dipandang perlu sebagai motivasi bagi siswa dalam menerima dan memahami perubahan yang terjadi. Dalam hal ini pihak-pihak yang bisa memberikan motivasi di lingkungan sekolah ialah kepala sekolah, wali kelas, guru bidang studi atau guru BK. Akan tetapi yang seharusnya mempunyai peran lebih besar dalam memotivasi siswa adalah guru BK. Motivasi yang dapat diberikan ada tiga macam yaitu layanan dalam bidang akademik berupa bimbingan dalam menemukan cara belajar yang tepat dan dalam mengatasi kesukaran yang timbul berkaitan dengan tuntutan belajar di sekolah. Kemudian layanan dalam bidang pribadi-sosial berupa bimbingan yang berkaitan dengan pemberian motivasi agar siswa tahu bagaimana sikap dan tindakan dalam mengahadapi kesulitan yang timbul dan mengajarkan siswa agar mampu bersosialisasi dengan lingkungannya. Dan yang terakhir adalah layanan dalam bidang bimbingan karir berkaitan dengan bagaimana seorang guru BK mampu mengarahkan dan memfasilitasi peserta didik dalam mencapai segala citacita yang diimpikannya.
34
Semua itu bertujuan untuk memberikan kepuasan kepada peserta didik dengan memberikan layanan yang terbaik. Penelitian dilakukan untuk mengetahui tingkat kepuasan siswa terhadap layanan bimbingan konseling di sekolah apakah siswa sudah merasa termotivasi atau belum atas layanan yang diberikan baik dalam bidang bimbingan akademik, bidang bimbingan pribadi-sosial, maupun bidang bimbingan karir guna meningkatkan kualitas pelayanan supaya lebih baik. Bagan lengkap dapat dilihat di bawah ini sebagai berikut :
Bagan Kerangka Berpikir
MOTIVASI
.sSISWA
WALI KELAS
GURU BK
TERMOTIVASI
BIDANG
AKADEMIK
BIDANG PRIBADI SOSIAL
BIDANG KARIR
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMK Al-Hidayah Lestari, Jalan Kana Lestari Blok K/I Lebak Bulus Jakarta Selatan.
Tabel 3.1 Kegiatan Penelitian di SMK Al-Hidayah Lestari Lebak Bulus Feb
JenisKegiatan Penetapan
Judul
Penyusunan
Mart Mei
Juni
&
Penelitian latar
belakang masalah Penyusunan
Kajian
Teori Penyusunan metodologi penelitian Penyebaran Angket dan Wawancara Pengolahan
Agu
Sept
Okt
Nov
Desfeb
Proposal
Penyusunan
Juli
dan
Analisis Data
35
36
B. Metode Penelitian Untuk memperoleh data, fakta dan informasi yang mengungkap serta menjelaskan permasalahan yang diteliti dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dan metode deskriptif analisis, yang berarti penelitian yang dilakukan dengan surveiguna meringkas berbagai kondisi dan situasi yang sebenarnya pada saat penelitian dilakukan. Metode ini bertujuan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, yang berlangsung pada saat ini atau saat yang lampau.1 Gambaran tentang suatu keadaan tersebut kemudian dijelaskan, dianalisis dan disajikan sedemikian rupa sehingga menjadi sebuah gambaran jelas dan sistematis. Dalam hal ini penulis menjelaskan bagaimana tingkat kepuasan siswa terhadap layanan bimbingan konseling. Adapun untuk mempermudah data, fakta dan informasi yang mengungkapkan dan menjelaskan permasalahan dalam penelitian ini, penulis menggunakan penelitian lapangan yaitu: Jenis penelitian lapangan ini dimaksudkan agar dapat diperoleh fakta, data dan informasi yang lebih obyektif dan akurat mengenai tingkat kepuasan siswa terhadap layanan bimbingan konseling.
C. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMK Al-Hidayah Lestari Lebak Bulus pada tahun ajaran 2013/2014 yang berjumlah 178 siswa. Populasi target dalam penelitian ini seluruh kelas XII, seperti tabel di bawah ini.
1
Nanang Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2006) h. 54
37
Table 3.2 Data Siswa Kelas XII SMK Al-Hidayah Lestari Lebak Bulus Jumlah No
Laki – Laki
Perempuan
Jumlah Keseluruhan
Kelas
1
XII AK-1
18
17
35
2
XII PJ-1
26
10
36
3
XII PJ-2
27
8
35
4
XII AP-1
18
19
37
5
XII AP-2
12
23
35
6
Jumlah
101
77
178
Sumber Data Siswa SMK Al-Hidayah Lestari Lebak Bulus TA 2013/2014
Namun karena keterbatasan sumber daya yang dimiliki penulis makapenelitian ini hanya dibatasi pada populasi terjangkau yaitu siswa kelas XII yang berjumlah 178siswa, karena adanya homogenitas dalam pemberian layanan kepada seluruh kelas XII sehingga peneliti mudah memilih siswa untuk menjadi populasi terjangkau. Siswa kelas XII dipilih karena telah merasakan layanan bimbingan konseling lebih lama dan sedang berada pada tahap mempersiapkan jenjang karir berikutnya sehingga diharapkan dapat memberikan pendapat bagaimana layanan yang diberikan, sedangkan siswa kelas X belum mendapatkan layanan bimbingan konseling, sedangkan kelas XI masih belum cukup lama merasakan layanan bimbingan konseling. Adapun jumlah sampel siswa yang diambil adalah 20% dari jumlah populasi yang ada yang berjumlah 178 dengan perhitungan 20% x 178 = 36 responden. Hal ini berdasarkan pendapat dari Suharsimi Arikunto, yaitu: “ Apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Tetapi jika jumlahnya lebih besar, dapat diambil 10-15%, atau 20-25% atau lebih.2 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: PT. Rineke Cipta, 2002), cet. Ke- 12 (Edisi Revisi V), h. 112 2
38
D. Teknik Pengumpulan Data Dalam hal ini peneliti memakai metode pengumpulan data melalui manusia sebagai subjek penelitian, yang diantaranya meliputi : 1. Angket Sekumpulan pernyataantertulis yang bersifattertutupdenganpilihan yang sudahdisediakan.
Pernyataan
yang
diajukanolehpenulisadalah
yang
berhubungandengan kepuasan siswa terhadap layanan Bimbingan Konseling di SMK Al-Hidayah Lestari, dengan menyediakan jawaban item setiap instrumen dengan menggunakan rumus skala likert gradasi3, yaitu: a.
Sangat puas
b.
Puas
c.
Tidak puas
d.
Sangat tidak puas
2. Wawancara Wawancara ini digunakan untuk memperoleh data atau informasi tentang layanan bimbingan konseling yang ada di sekolah guna melengkapi data angket. Adapun dalam wawancara ini yang menjadi responden adalah guru BK dan Kepala Sekolah. Setelah wawancara data tersebut digunakan untuk memperkuat hasil penelitian 3. Dokumentasi Dokumentasi dilakukan untuk memperolehdata yang dapat berbentuk tulisan atau gambar sebagai penguat dalam penyusunan dan penyampaian yang akan disajikan penulis. Dalam penelitian ini penulis mencari data tentang kelengkapan sarana dan prasarana layanan BK untuk melengkapi informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini.
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitaftif, Kualitatif, dan R&D), (Bandung: Alfabeta, 2010), cet. Ke-10, h.135 3
39
E. Instrumen Pengumpulan Data Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini berbentuk kuesioner, pedoman tersebut berisi tentang kepuasan layanan program bimbingan konseling. Instrumen berfungsi untuk menjaring data-data hasil penelitian. Untuk membuat instrumen penelitian ini terlebih dahulu membuat matriks variabel agar diketahui indikator-indikator apa saja yang menjadi instrumen yang sesuai dengan variabel pada penelitian ini. Matriks variabel ini didapat melalui studi penulis mengenai uraian teori-teori yang telah dikemukakan di bab sebelumnya, sehingga penulis dapat menentukan dimensi variabel dan indikator-indikator variabel yang dijadikan sebagai instrumen penelitian. Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yang diteliti yaitu, layanan bimbingan konseling (X) dan kepuasan siswa (Y). Tabel.3.3 Kisi-kisi Instrumen Penelitian No.
Variabel Penelitian
Layanan Bimbingan Dan Konseling
Dimensi Penelitian 1. Bimbingan akademik
2. Bimbingan pribadi-sosial
Indikator a. Melakukan masa orientasi siswa (MOS) b. Melakukan pembagian kelas. c. Ketersediaan klinik akademik d. Memberikan Diagnostic atau Remedial Teaching kepada siswa yang berkebutuhan khusus.
Butir Soal 1-5 6-8 9 - 11
12 -15
a. Memberikan arahan tentang perkembangan pribadi siswa yang berkaitan dengan 16 - 18 intelektual,spiritual, danemosional. b. Memberikan bimbingan tentang pergaulan di lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat. 19 - 21
40
3. Bimbingan karier
a. Memberikan arahan dalam memilih studi lanjutan bagi 22 - 25 siswa kelas akhir. b. Memberikan wawasan tentang dunia kerja. 26 - 30
F. Teknik Pengolahan Data, AnalisisData dan Interpretasi Data 1. Teknik Pengolahan Data Data-data yang diperoleh dari hasil angket selanjutnya akan diolah dan dianalisa melaui tahap editing, tabulasi, skoring dan persentase. a. Editing adalah memeriksa instrumen yang telah diisi tentang kebenaran dan kelengkapannya, kemudian dikelompokkan sesuai dengan isinya. b. Tabulating adalah membuat tabel-tabel untuk memasukkan jawabanjawaban responden yang kemudian dicari persentasenya untuk dianalisa. c. Skoring Untuk menentukan skor hasil dari penelitian ditetapkan bahwa untuk jawaban setiap item pernyataan diberi skor: Sangat puas
(yang setara) = skor 4
Puas
(yang setara) = skor 3
Tidak puas
(yang setara) = skor 2
Sangat tidak puas
(yang setara) = skor 1
2. Teknik Analisis Data Teknik analisa data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan di interpretasikan, agar data yang terkumpul itu dapat dianalisa kemudian diambil kesimpulan. Dalam proses ini penulis, menggunakan teknik analisa secara deskriptif untuk memaparkan hasil yang diperoleh.
41
2.1. Dalam menghitung data-data yang didapatkan penulis menggunakan rumus persentase, sebagai berikut :
P
F x100 % N
Keterangan : P = Persentase F = Frekuensi jawaban N = Jumlah responden4
2.2. Nilai rata-rata (mean) merupakan jumlah dari sekelompok data dibagi banyaknya data. Selain menghitung persentase data frekuensi, maka perlu dicari nilai rata- rata (mean) pada suatu data dari masing-masing indikator digunakan rumus sebagai berikut 5:
−
=
ℎ
3. Interpretasi Data Untuk memberikan interprestasi atas nilai rata-rata yang diperoleh digunakan pedoman interprestasi sebagaimana yang dikemukakan oleh Suharsimi Arikunto, yaitu sebagai berikut: 1. Sangat Puas, jika nilai yang diperoleh berada pada interval 81 - 100%. 2. Puas , jika nilai yang diperoleh berada pada interval 61 - 80%. Anas Sudjiono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2004), Cet. XIV, h. 43 5 Budi Susetyo, Statistika Untuk Analisis Data Peneliti, (Bandung: Refika Aditama, 2012), h. 34-35s 4
42
3. Tidak Puas, jika nilai yang diperoleh berada pada interval 41 - 60%. 4. Sangat Tidak Puas, jika nilai yang diperoleh berada pada interval < 40%.6
Untuk menentukan presentase, digunakan perhitungan sederhana dengan langkah-langkah sebagai berikut: Menentukan nilai harapan (NH). Nilai ini dapat diketahui dengan mengkalikan jumlah item pertanyaan dengan skor tertinggi. Menghitung nilai skor (NS). Nilai ini merupakan nilai rata-rata sebenarnya yang diperoleh dari hasil penelitian. Menentukan kategorinya, yaitu dengan menggunakan rumus:
P
NS x100% NH
Suharsimi Arikunto dan Cepi Safruddin Abdul Jabar, “Evaluasi Program Pendidikan Pedoman Teoretis Praktik Bagi Mahasiswa dan Praktisi Pendidikan”, (Jakarta, PT Bumi Aksara, 2009), Cet.3, h. 35 6
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum SMK Al-Hidayah Lestari Lebak Bulus 1. Sejarah Berdirinya SMK Al-Hidayah Lestari Lebak Bulus Berdirinya SMK Al Hidayah Lestari adalah perwujudan dari keinginan Yayasan Pendidikan Islam Al Hidayah Lestari dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan membangun mansuia Indonesia seutuhnya, yaitu mansusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta mempunyai rasa tanggung jawab terhadap masyarakat dan bangsa Yayasan Pendidikan Islam Al Hidayah Lestari didirikan pada tanggal 20 Januari 1956 sampai dengan tahun 1992 telah memiliki lembaga pendidkan seperti : Madrasah Ibtidaiyah (MI) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) telah mapan. Pada tahun pelajaran 1992/1993 didirikan Sekolah Menengah Atas (SMA), tetapi sayangnya banyak menghadapi kendala, salah satunya
43
44
adalah faktor minat calon siswa baru sangat minim untuk memasuki sekolah tersebut, maka Sekolah Menengah Atas (SMA) ditiadakan sementara. Tepatnya tanggal 16 Juli 1993 diadakan musyawarah yang dihadiri oleh: 1. H. Machmud
: Pendiri Yayasan Pendidikan Islam Al Hidayah
2. Hj. Siti Sa’diyah
: Ketua Yayasan Pendidikan Islam Al Hidayah
3. Drs. H. Marzuki Mahmud
: Seksi Pendidikan
4. Drs. Salman Tumanggor
: Kepala Sekolah Pertama
Untuk membicarakan jenis sekolah yang akan dibuka, mengingat Sekolah Menengah Atas (SMA) peminatnya sangat minim. Dari Hasil musyawarah disepakati, bahwa : 1. Sekolah yang akan didirikan adalah sekolah kejuruan: yaitu Sekolah Menengah Ekonomi Atas (SMEA=SMK), yang diberi nama SMEA Al- Hidayah Lestari pada tanggal 20 Juli 1993 2. Kepala Sekolah : Drs. Salman Tumanggor 3. Biaya operasional sementara ditanggung oleh Yayasan Setelah SMA bermetamorfosis menjadi SMK dengan beberapa kali berganti kepala sekolah, dan yang saat ini dipimpin oleh Hj. Parhanah, S.E, MM, ternyata mendapatkan apresiasi yang bagus di mata masyarakat dan dari tahun ke tahun semakin banyak peminatnya, itu terbukti dari neraca penerimaan siswa baru yang setiap tahunnya mengalami peningkatan. Saat ini SMK Al-Hidayah Lestari memiliki 3 jurusan yaitu, jurusan akuntansi, jurusan administrasi perkantoran dan jurusan pemasaran. Ditunjang dengan gedung yang berdiri pada tanah milik sendiri dengan guruguru yang rata-rata pendidikannya S1. Walaupun SMK Al-Hidayah Lestari berstatus sekolah swasta tapi mampu bersaing dengan sekolah-sekolah yang lain.
45
2. Visi Misi SMK Al-Hidayah Lestari Lebak Bulus a. Visi “Menciptakan Sumber Daya Manusia Yang Islami Trampil dan Handal Serta Berwawasan Global” b. Misi 1) Menciptakan Kepribadian Muslim yang berakhlak Mulia dan berguna bagi Bangsa dan Negara 2) Mendorong SDM yang Religius dan berwawasan 3) Mendidik SDM yang memiliki Kualifikasi Unggul 4) Membentuk SDM yang Terampil dan Handal
3. Perangkat SMK Al-Hidayah Lestari Lebak Bulus Berikut ini dipaparkan perangkat yang ada di SMK Al-Hidayah Lestari Lebak Bulus dimulai dari data guru, siswa, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, dan organisasi siswa. a. Data Guru salah satu komponen penting yang harus ada pada sebuah institusi pendidikan
adalah
guru.
Peran
guru
sangatlah
penting
atas
terselenggaranya proses pembelajaran di sekolah. Di samping itu, guru adalah orang yang paling sering berinteraksi langsung dengan peserta didik, oleh karena itu berhasil atau tidaknya proses pembelajaran salah satunya dipengaruhi oleh kualitas guru. Adapun guru SMK Al-Hidayah Lestari berjumlah 27 orang yang ratarata mempunyai kualifikasi akademik Strata satu (S1) di bidangnya masing-masing. Status guru di SMK Al-Hidayah Lestari Lebak bulus bervariasi, ada yang PNS, ada Guru Tetap (GT), dan ada juga Guru Tidak Tetap (GTT). Namun masih ada beberapa guru pengampu mata pelajaran yang tidak sesuai dengan latar belakang pendidikannya, sehingga berpengaruh terhadap proses pembelajaran. Hal ini harus menjadi
46
perhatian pihak sekolah supaya visi, misi, dan tujuan sekolah dapat tercapai dengan baik. Data guru SMK Al-Hidayah Lestari Lebak Bulus pada tahun ajaran 2013/2014 adalah sebagai berikut:
Tabel 4.1 Data guru SMK Al-Hidayah Lestari Lebak Bulus No.
Nama
Jabatan
Pendidikan
Bid. Studi
1.
Hj. Parhanah, SE, MM
Kepala Sekolah
S2
Ekonomi
2.
Drs. Fahrudin
Wakabid. Kurikulum
S1
B.Inggris
3.
H.M. Amin, S.A.g
Wakabid. Kesiswaan
S1
PAI
4.
Hj. Fadlillah, SH, MM
Wakabid. Sarana
S1
Kewirausaha an
5.
Siti Komariah, SE
Wakabid. Humas
S1
Akuntansi
6.
Wardah Hayati, S.Pd
Guru bidang studi
S1
B. Indonesia
7.
Hj. Hazamih, M.Pd
Guru bidang studi
S2
B. Indonesia
8.
Ety P.S, S.Pd
Kajur AP & Wali Kelas
S1
B. Indonesia
X. AP-1 9.
Rini S, S.Pd
Wali Kelas XII. AP-1
S1
PKN
10.
Anton H, S.Pd
Wali Kelas XII. PJ
S1
Pemasaran
11.
Abd. Ghofur Daud, S.Pd
Wali Kelas XII. AP-2
S1
Adm. Perkantoran
12.
Nurlina, S.Pd
Kajur PM & Wali Kelas
S1
Pemasaran
XI. PJ 13.
Drs. Basrin Malau
Guru bidang studi
S2
BP/BK
14.
H. Budi Suhartono, S.Si,
Guru bidang studi
S2
Matematika
MM 15.
Zakiyah, S.Pd
Wali Kelas XI. AP-2
S1
Matematika
16.
Mansur, SE
Ketua POKJA/II. AK
S1
Akuntansi
17.
Lamsarma Limbing, S.Pd Guru bidang studi
S1
Matematika
47
18.
H. Muhyi Chaerudin
Guru bidang studi
S1
PAI
19.
H. Faisal Faiz Amd, S.Pd
Wali Kelas X. AK
S1
B. Inggris
20.
D. Suryadin Amd,
Wali Kelas XI. AP-1
S1
KKPI
S.Kom 21.
Mediastuti, S.Pd
Wali Kelas XII. AK-1
S1
Matematika
22.
Lia Marantika, S.Pd
Wali Kelas X. AP-2
S1
B. Inggris
23.
Eny Eviyanti, S.Pd
Wali Kelas X. PJ-2
S1
Biologi
24.
Ammar Rulloh, S.Si
Wali Kelas X. PJ-1
S1
B. Arab
25.
Sri Sutarsih, S.Pd
Guru bidang studi
S1
IPS
26.
Wahyu Tri S, S.Pd
Guru bidang studi
S1
Penjaskes
27.
Siti Fannah, S.Sas
Guru bidang studi
S1
B. Jepang
Sumber: Laporan keadaan guru SMK Al-Hidayah Lestari Lebak Bulus
Dari tabel tentang data guru diketahui bahwa secara umum guru-guru SMK Al-Hidayah Lestari Lebak Bulus berlatar belakang sarjana pendidikan. Kondisi tersebut sangat memungkinkan untuk dapat mewujudkan proses pembelajaran yang efektif sehingga tujuan pada tingkat sekolah dapat tercapai dengan baik
b. Data Siswa SMK Al-Hidayah Lestari merupakan salah satu sekolah menengah kejuruan yang cukup banyak peminatnya. Hal ini dapat dilihat dari jumlah siswa yang setiap tahunnya mengalami peningkatan yang signifikan. Adapun jumlah siswa/i SMK Al-Hidayah Lestari Lebak Bulus secara keseluruhan berjumlah 488 siswa, terdiri dari 238 siswa laki-laki dan 250 siswa perempuan. Rincian selengkapnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
48
Tabel 4.2 Keadaan siswa SMK Al-Hidayah Lestari Lebak Bulus No.
Kelas
Jurusan
1 3 4
AP 1 X
5
Jumlah Siswa Laki-laki Perempuan 12 24
Jumlah 36
PJ 1
21
13
34
PJ 2
21
14
35
AK
19
17
36
73
68
141
Jumlah 6
AP 1
7
25
32
7
AP 2
15
19
34
PJ 1
20
14
34
9
PJ 2
15
16
31
10
AK
7
31
38
64
105
169
8
XI
Jumlah 11
AP 1
18
19
37
12
AP 2
12
23
35
PJ 1
26
10
36
14
PJ 2
27
8
35
15
AK
18
17
35
101
77
178
13
XII
Jumlah
Sumber: Keadaan siswa SMK Al-Hidayah Lestari Lebak Bulus
c. Data Tenaga Kependidikan Untuk dapat memberikan pelayanan sebuah lembaga pendidikan perlu memiliki jumlah tenaga kependidikan yang memadai dan memiliki kualifikasi sebagaimana yang diharapkan. Adapun tenaga kependidikan yang dimiliki SMK Al-Hidayah Lestari Lebak Bulus berjumlah 9 orang dengan tingkat pendidikan yang berbeda. Data selengkapnya tertera pada tabel dibawah ini.
49
Tabel 4.3 Data Tenaga Kependidikan SMK Al-Hidayah Lestari Lebak Bulus
Kabag. TU
Pendidikan Terakhir S.1
Bendahara TU
S.1
Syarifudin, S.Pd
Staf TU
S.1
4
Qaedar Firman M
Staf TU
SMA
5
Satriyana, SE
6
Oktavina
7
No.
Nama
1
Lukman Hakim, S.Pd
2
Faisal, SE
3
Jabatan
Pegawai Perpustakaan
S.1
Guru Piket
SMA
Untung Basuki
Security
SMA
8
Gatot Kardianto
Office Boy
SMA
9
Agus Karto Suryo
Office Boy
SMA
Sumber: Laporan Keadaan staff TU SMK Al-Hidayah Lestari Lebak Bulus
Tugas dari tenaga kependidikan adalah melayani guru dan siswa dalam membantu jalannya proses belajar mengajar di sekolah. Jika dilihat dari perbandingan jumlah siswa, tenaga kependidikan yang ada sudah cukup memadai, akan tetapi perlu ada penambahan staf tata usaha agar bagian administrasi bisa memberikan layanan dengan efektif dan efisien. Selain staf TU, ada juga 1 orang security yang bertugas menjaga sekolah, serta 2 orang office boy yang bertugas membantu membersihkan lingkungan sekolah. d. Sarana dan Prasarana Sarana dan prasarana merupakan syarat penting agar dapat menciptakan suasana belajar mengajar yang kondusif dan menghasilkan lulusan yang berdaya guna. Pada saat ini SMK Al-Hidayah Lestari Lebak Bulus memiliki luas tanah seluas 2094 M2 dan luas bangunan 1750 M2, bangunan yang ada pada SMK Al-Hidayah Lestari Lebak Bulus terdiri
50
dari berbagai ruangan. Untuk jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 4.4 Daftar sarana dan prasarana SMK Al-Hidayah Lestari Lebak Bulus No.
Bangunan
Banyak Ruangan
1
Ruang Kelas
15
2
Ruang Perpustakaan
1
3
Ruang BK
1
4
Ruang Kepala Sekolah
1
5
Ruang Guru
1
6
Ruang TU
1
7
Ruang Laboratorium
6
8
Ruang Gudang
1
9
Ruang WC Siswa
5
10
Ruang WC Guru
2
11
Lapangan Olahraga
1
12
Lapangan Parkir
1
13
Ruang Studio
1
14
Mushola
1
15
Koperasi Sekolah
1
16
Kantin
1
17
Ruang Serbaguna
1
Sumber: Laporan keadaan sarana prasarana SMK Al-Hidayah Lestari Lebak Bulus
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa keadaan sarana dan prasarana sudah cukup lengkap. Namun tidak semua ruangan tersebut memiliki perlengkapan yang dibutuhkan, seperti ruang BK yang belum dapat dimanfaatkan secara optimal karena sarana pendukungnya belum tersedia serta kondisi ruangan yang sempit dan pengap sehingga
51
berdampak pada kurang optimalnya layanan BK yang diberikan kepada siswa. e. Organisasi Siswa Dalam sekolah terdapat berbagai aktivitas yang diikuti oleh siswa, baik aktivitas yang bersifat intra maupun ekstra. Di kalangan siswa-siswi SMK Al-Hidayah Lestari Lebak Bulus dibentuk suatu organisasi induk yang berfungsi merancang dan melaksanakan berbagai kegiatan di sekolah dengan kemampuan sendiri. Organisasi ini disebut dengan Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS). Dalam perkembangannya kegiatan OSISI di SMK Al-Hidayah Lestari Lebak Bulus berjalan dengan lancar dan terprogram. Kenyataannya dapat dilihat dari berbagai program kegiatan seperti pelaksanaan MOS, perayaan hari besar agama, peringatan hari nasional, kenaikan kelas, dan perpisahan. Selain itu dibentuk pula organisasi ekstra yang bertujuan untuk menyalurkan bakat dan minat siswa serta untuk mengembangkan potensi siswa. Beberapa kegiatan ektrakulikuler yang ada di SMK Al-Hidayah Lestari Lebak Bulus, antara lain sebagai berikut: 1) ROHIS (Rohani Islam) 2) Paskibra (Pasukan Pengimbar Bendera) 3) Olah Raga (Basket, Volley, Futsal dan Karate) 4) Marawis 5) Band 6) Majalan Dinding 7) Jurnalistik Dari berbagai kegiatan ekstrakulikuler di atas meliputi berbagai aspek, baik tentang nilai-nilai keagamaan, kedisiplinan, kesehatan, kesenian, dan keterampilan. Dengan kegiatan tersebut diharapkan dapat menjadi wadah bagi perkembangan potensi siswa yang positif.
52
B. Deskripsi Data dan Pembahasan Hasil Penelitian Berdasarkan penelitian yang telah penulis lakukan, maka penulis memperoleh data dan informasi mengenai analisis Kepuasan Siswa Terhadap Layanan Bimbingan Konseling di SMK Al-Hidayah Lestari Lebak Bulus melalui penyebaran angket kepada siswa dengan jumlah responden 36 siswa.
1.
Deskripsi Data Kemudian data dan informasi yang sudah terkumpul dianalisa untuk
menjawab permasalahan yang ada dalam pembahasan skripsi melalui tabeltabel distribusi frekuensi sebagai berikut :
Tabel 4.5 Kejelasan guru BK dalam memberikan orientasi di awal ajaran baru No. Soal
1
Alternatif jawaban Sangat puas Puas Tidak puas Sangat tidak puas Jumlah
F
%
4 14 16 2 36
11,1 38,8 44,4 5,5 100%
Salah satu tugas dari guru BK dalam bidang akademik adalah memberikan orientasi kepada siswa di awal tahun ajaran baru. Presentase di atas menunjukan bahwa siswa tidak puas dengan layanan orientasi yang diberikan oleh guru BK di awal tahun ajaran baru, hal ini dapat dilihat dari 11,1% responden menjawab sangat puas, 38,8% responden menjawab puas, 44,4% responden menjawab tidak puas, 5,5% responden menjawab sangat tidak puas terhadap orientasi yang diberikan guru BK di awal tahun ajaran baru. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa peran guru BK dalam memberikan orientasi di awal tahun ajaran baru belum berjalan maksimal dan perlu ditingkatkan kembali agar siswa merasa puas.
53
Tabel 4.6 Bantuan guru BK dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan sekolah No. Soal
2
Alternatif jawaban Sangat puas Puas Tidak puas Sangat tidak puas Jumlah
F
%
2 13 20 1 36
5,5 36,1 55,5 2,7 100%
Dari tabel di atas, menunjukan bahwa siswa merasa tidak puas berkaitan dengan bantuan guru BK dalam proses adaptasi siswa dengan lingkungan sekolah. Hal ini dapat dilihat dari data 36 responden, 5,5% responden menjawab sangat puas, 36,1% responden menjawab puas, 55,5% responden menjawab tidak puas, dan 2,7% responden menjawab sangat tidak puas dengan bantuan guru dalam beradaptasi dengan lingkungan sekolah. Sebagai manusia yang hidup dalam lingkungan baru dan suasana baru, maka setiap siswa harus mampu beradaptasi dan di sinilah bantuan guru BK dibutuhkan siswa dalam proses adaptasi dengan lingkungan sekolah. Tabel 4.7 Kemudahan memperoleh informasi tentang sekolah No. Soal
3
Alternatif jawaban Sangat puas Puas Tidak puas Sangat tidak puas Jumlah
F
%
1 11 23 1 36
2,7 30,5 63,8 2,7 100%
Dari data di atas menerangkan bahwa siswa masih merasa kesulitan untuk memperoleh informasi tentang sekolah. Hal ini dapat dilihat dari data 2,7% responden menjawab sangat puas, 30,5% responden menjawab puas, 63,8 responden menjawab tidak puas, dan 2,7% responden menjawab sangat tidak
54
puas tentang kemudahan siswa memperoleh informasi sekolah. Dengan demikian guru BK dan sekolah harus menyediakan pusat informasi sekolah agar siswa mudah mendapatkan informasi yang diperlukan. Tabel 4.8 Penampilan guru BK sangat menarik No. Soal
4
Alternatif jawaban Sangat puas Puas Tidak puas Sangat tidak puas Jumlah
F
%
7 20 7 2 36
19,4 55,5 19,4 5,5 100%
Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa sebagian besar siswa merasa puas dengan penampilan guru BK. Hal ini dapat dilihat dari data 19,4% responden menjawab sangat puas, 55,5% responden menjawab puas, 19,4% responden menjawab tidak puas, 5,5% responden menjawab sangat tidak puas terhadap penampilan guru BK. Penampilan seorang guru BK juga sangat penting sebagai contoh bagi para siswa, oleh karena itu guru BK harus berpenampilan menarik dan rapih. Tabel 4.9 Keramahan guru BK saat memberikan orientasi No. Soal
5
Alternatif jawaban Sangat puas Puas Tidak puas Sangat tidak puas Jumlah
F
%
6 22 7 1 36
16,6 61,1 19,4 2,7 100%
55
Selain harus berpenampilan menarik, seorang guru BK juga harus ramah saat memberikan orientasi. Dari tabel di atas menjelaskan bahwa siswa merasa puas dengan keramahan guru BK saat memberikan orientasi, hal ini dapat dilihat dari jumlah responden yang menjawab sangat puas sebanyak 16,6%, 61,1% responden menjawab puas, 19,4% responden menjawab tidak puas, dan 2,7% responden menjawab sangat tidak puas atas keramahan guru BK saat memberikan orientasi. Tabel 4.10 Kelengkapan sarana ruang kelas No. Soal
6
Alternatif jawaban Sangat puas Puas Tidak puas Sangat tidak puas Jumlah
F
%
4 7 19 6 36
11,1 19,4 52,7 16,6 100%
Tabel di atas menjelaskan tentang kelengkapan sarana ruang kelas, apabila dilihat dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa siswa merasa tidak puas dengan kelengkapan sarana ruang kelas. Hal ini dapat dilihat dari jawaban responden sebanyak 11,1% responden menjawab sangat puas, 19,4% responden menjawab puas, 52,7% responden menjawab tidak puas, dan 16,6% responden menjawab sangat tidak puas. Ruang kelas merupakan sarana penting dalam menunjang kegiatan belajar mengajar, kelengkapan itu bisa berupa meja, kursi, papan tulis, LCD, lemari buku, dll. Sehingga memudahkan siswa dalam proses kegiatan belajar mengajar di dalam kelas.
56
Tabel 4.11 Kesesuaian jumlah siswa dengan kapasitas ruangan No. Soal
7
Alternatif jawaban Sangat puas Puas Tidak puas Sangat tidak puas Jumlah
F
%
2 5 25 4 36
5,5 13,8 69,4 11,1 100%
Setelah ruang kelas mempunyai saran kelas yang lengkap, maka yang perlu diperhatikan selanjutnya adalah kesesuaian jumlah siswa dengan luas ruang kelas. Apabila ruang kelas diisi dengan jumlah siswa yang terlalu banyak mengakibatkan kurangnya kenyamanan siswa dalam belajar, suasana kelas akan terasa panas, sesak, ramai, dan guru akan sulit mengendalikan keadaan kelas. Oleh karena itu kapasitas ruangan harus disesuaikan dengan standar yang ada sehingga siswa akan merasa nyaman dalam proses belajar mengajar. Jika dilihat dari tabel di atas, 5,5% responden menjawab sangat puas, 13,8% responden menjawab puas, 69,4% responden menjawab tidak puas, dan 11,1% responden menjawab sangat tidak puas terhadp kesesuaian jumlah siswa dengan kapasitas ruangan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa jumlah siswa dalam masing-masing kelas masih terlalu banyak dibandingkan dengan kapasitas ruang kelas yang ada. Tabel 4.12 Guru BK bertutur kata sopan No. Soal
8
Alternatif jawaban Sangat puas Puas Tidak puas Sangat tidak puas Jumlah
F
%
12 20 3 1 36
33,3 55,5 8,3 2,7 100%
57
Berdasarkan tabel 4.12 di atas dapat diketahui bahwa, 33,3% responden menyatakan sangat puas terhadap guru BK bertutur kata sopan, sementara 55,5% responden menyatakan puas terhadap guru BK dalam bertutur kata sopan, 8,3% responden menyatakan tidak puas, dan 2,7% responden menyatakan sangat tidak puas terhadap guru BK dalam bertutur kata sopan. Hal ini dapat berarti guru BK sudah memberikan pelayanan yang maksimal dengan bertutur kata sopan dalam memberikan layanan BK, sehingga guru BK tidak lagi terkesan galak dan menakutkan. Tabel 4.13 Kenyamanan ruang konsultasi BK No. Soal
9
Alternatif jawaban Sangat puas Puas Tidak puas Sangat tidak puas Jumlah
F
%
0 4 25 7 36
0 11,1 69,4 19,4 100%
Berdasarkan tabel 4.13 di atas, responden yang menjawab sangat puas terhadap kenyamanan di ruang konsultasi BK sebanyak 0%, responden yang menjawab puas terhadap kenyamanan ruang konsultasi BK sebanyak 11,1%, responden yang menjawab tidak puas terhadap kenyamanan ruang konsultasi BK sebanyak 69,4%, dan responden yang menjawab sangat tidak puas terhadap kenyamanan di ruang konsultasi BK sebanyak 19,4%. Hal ini menggambarkan kenyamanan di ruang konsultasi BK masih kurang. Untuk memberikan kenyamanan di ruang konsultasi harus diperhatikan mulai dari tata ruang, kebersihan, dan kerapihan sehingga siswa merasa senang dan santai saat berada di ruang konsultasi dan siswa tidak merasa tegang, karena selama ini ruang konsultasi BK terkesan angker bagi para siswa.
58
Tabel 4.14 Bimbingan secara pribadi dalam mengatasi masalah belajar oleh guru BK No. Soal
10
Alternatif jawaban Sangat puas Puas Tidak puas Sangat tidak puas Jumlah
F
%
1 13 20 2 36
2,7 36,1 55,5 5,5 100%
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa, 2,7% responden menjawab sangat tidak puas terhadap bimbingan secara pribadi dalam mengatasi masalah belajar oleh guru BK, sedangkan 36,1% responden menjawab puas, 55,5% responden menjawab tidak puas akan layanan bimbingan secara pribadi dalam mengatasi masalah belajar oleh guru BK, dan 5,5% responden menjawab sangat tidak puas. Hal ini berarti guru BK belum maksimal dalam memberikan bimbingan secara pribadi bagi siswa dalam mengatasi masalah belajar sehingga siswa merasa tidak puas, oleh karena itu guru BK harus lebih memperhatikan masalah ini supaya siswa mendapatkan solusi yang cepat dan tepat atas permasalahannya. Selain mampu memberikan solusi yang cepat dan tepat dalam memberikan bimbingan secara pribadi bagi siswa yang mempunyai masalah, tabel di bawah ini juga menjelaskan tentang kepuasan siswa terhadap kemampuan guru BK dalam menyimpan rahasia siswa.
59
Tabel 4.15 Kemampuan guru BK menyimpan rahasia individu siswa No. Soal
11
Alternatif jawaban Sangat puas Puas Tidak puas Sangat tidak puas Jumlah
F
%
1 27 7 1 36
2,7 75 19,4 2,7 100%
Berdasarkan tabel 4.15 di atas dapat diketahui bahwa, responden yang menjawab sangat puas sebanyak 2,7%, responden yang menjawab puas sebanyak 75% , responden yang menjawab tidak puas sebanyak 19,4%, dan 2,7% responden menjawab sangat tidak puas terhadap kemampuan guru BK menyimpan rahasia siswa. Dari data di atas dapat dijelaskan bahwa rata-rata siswa merasa puas terhadap kemampuan guru dalam menyimpan rahasia siswa. Kemampuan guru menyimpan rahasia siswa sangat diperlukan untuk menjaga aib atau kejelekan seorang siswa dari pihak lain, sehingga siswa merasa aman ketika melakukan konsultsi dengan guru BK. Dan jika sebaliknya guru BK tidak mampu menyimpan rahasia pribadi siswa maka yang terjadi bukan memberikan solusi bagi permasalahan siswa tersebut, tetapi yang ada malah menambah masalah bagi siswa. Tabel 4.16 Ketersediaan buku konsultasi bagi siswa No. Soal
12
Alternatif jawaban Sangat puas Puas Tidak puas Sangat tidak puas Jumlah
F
%
0 3 29 4 36
0 8,3 80,5 11,1 100%
60
Mengadakan buku konsultasi bagi siswa merupakan salah satu instrumen penting untuk mengetahui dan mengukur perkembangan siswa baik dari segi pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Sehingga dari buku konsultasi tersebut guru BK dapat mengetahui permasalahan-permasalahan siswa dan menyusun solusi untuk setiap permasalahan yang terjadi, akan tetapi guru BK belum maksimal dalam mengadakan buku konsultasi bagi para siswa. Hal ini dapat dilihat dari hasil tabel di atas, 0% responden menjawab sangat puas, 8,3% responden menjawab puas, 80,5% responden menjawab tidak puas, dan 11,1% responden menjawab sangat tidak puas terhadap ketersediaan buku konsultasi bagi siswa. Tabel 4.17 Bantuan memahami pelajaran sekolah oleh guru BK No. Soal
13
Alternatif jawaban Sangat puas Puas Tidak puas Sangat tidak puas Jumlah
F
%
0 11 22 3 36
0 30,5 61,1 8,3 100%
Dari data di atas dapat diketahui bahwa guru BK membantu siswa dalam memahami pelajaran sekolah, akan tetapi bantuan tersebut belum maksimal karena siswa merasa tidak puas dengan bantuan guru BK dalam memahami pelajaran sekolah. Hal ini dapat dilihat dari hasil data di atas, 0% responden menjawab sangat puas, 30,5% responden menjawab puas, 61,1% responden menjawab tidak puas, dan 8,3% responden menjawab sangat tidak puas terhadap bantuan guru BK dalam memahami pelajaran sekolah. Tabel selanjutnya mengenai kesediaan guru BK mendengarkan keluahan siswa.
61
Tabel 4.18 Kesediaan guru BK mendengarkan keluhan siswa No. Soal
14
Alternatif jawaban Sangat puas Puas Tidak puas Sangat tidak puas Jumlah
F
%
4 18 11 3 36
11,1 50 30,5 8,3 100%
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahawa responden yang menjawab sangat puas sebanyak 11,1%, responden yang menjawab puas sebanyak 50%, responden yang menjawab tidak puas sebanyak 30,5%, dan 8,3% responden menjawab sangat tidak puas terhadap kesediaan guru BK mendengarkan keluhan siswa. Dengan demikian rata-rata responden menjawab puas terhadap kesediaan guru abk dalam mendengarkan keluhan siswa. Sebagai seorang pembimbing, guru BK memang harus meluangkan banyak waktu bagi para siswanya,
kapanpun dan dimanapun ketika siswa
membutuhkan bantuan guru BK. Karena permasalahan itu bisa datang kapan dan dimana saja, maka guru BK harus siap sedia ketika dibutuhkan. Pada saat ini konsultasi tidak harus selalu dengan tatap muka langsung, akan tetapi bisa dengan memanfaatkan teknologi, baik melaui telpon seluler,atau jaringan internet seperti email, sehingga konsultasi bisa berlangsung walapun tidak bertatap muka langsung.
62
Tabel 4.19 Kesabaran guru BK mengahadapi siswa yang bermasalah dalam belajar No. Soal
15
Alternatif jawaban Sangat puas Puas Tidak puas Sangat tidak puas Jumlah
F
%
3 21 9 3 36
8,3 58,3 25 8,3 100%
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa 8,3% responden menjawab sangat puas, 58,3% responden menjawab puas, 25% responden menjawab tidak puas, dan 8,3% responden menjawab sangat tidak puas terhadap kesabaran guru BK dalam mengahadapi siswa yang bermasalah dalam belajar. Dari hasil di atas rata-rata responden menjawab puas, dengan begitu dapat disimpulkan bahwa guru BK memiliki tingkat kesabaran yang tinggi dalam menghadapi setiap siswa yang mempunyai masalah dalam belajar. Kesabaran menjadi kunci utama dalam menghadapi siswa yang bermasalah dalam belajar. Tabel selanjutnya menjelaskan tentang ketersediaan kotak masalah untuk menampung persoalan siswa. Tabel 4.20 Ketersediaan kotak masalah untuk menampung persoalan siswa. No. Soal
16
Alternatif jawaban Sangat puas Puas Tidak puas Sangat tidak puas Jumlah
F
%
0 4 26 6 36
0 11,1 72,2 16,6 100%
Kotak masalah adalah salah satu sarana untuk menampung segala persolan siswa yang ditulis dalam bentuk surat kemudian disampaikan kepada guru BK.
63
Dengan adanya kotak masalah ini diharapkan siswa mau menceritakan segala persoalannya yang kemudian ditindaklanjuti oleh guru BK dengan memberikan upaya-upaya untuk menyelesaikan masalah. Kenapa perlu disediakan kotak masalah? Karena tidak semua siswa yang mempunyai persoalan mau berbicara secara langsung, maka dari itu kotsk msalah dipandang perlu. Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa, 0% responden menjawab sangat puas, 11,1% responden menjawab puas, 72,2% responden menjawab tidak puas, dan 16,6% responden menjawab sangat tidak puas. Dengan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa siswa merasa tidak puas dengan ketersediaan kotak masalah , dengan begitu harus dimaksimalkan kembali ketersediaan kotak masalah sebagai salah satu upaya untuk menyelesaikan persoalan-persoalan yang dihadapi siswa tentunya dengan respon yang cepat dan tepat. Tabel 4.21 Penjelasan bakat dan minat siswa oleh guru BK No. Soal
17
Alternatif jawaban Sangat puas Puas Tidak puas Sangat tidak puas Jumlah
F
%
4 6 24 2 36
11,1 16,6 66,6 5,5 100%
Berdasarkan tabel 4.21 di atas dapat diketahui bahwa penjelasan bakat dan minat oleh guru BK diperoleh hasil, 11,1% responden menjawab sanbat puas, 16,6% responden menjawab puas, 66,6% responden menjawab tidak puas, dan 5,5% responden menjawab sangat tidak puas dengan penjelasan guru BK tentang bakat dan minat siswa. Dengan hasil tersebut rata-rata siswa merasa tidak puas dengan penjelasan guru BK tentang bakat dan minat. Dalam ragam layanan bimbingan konseling, penjelasan dan arahan mengenai bakat dan minat termasuk dalam bidang bimbingan pribadi. Bakat
64
dan minat yang dimiliki setiap orang pasti berbeda-beda, oleh karena itu penjelasan atau arahan dari seorang guru BK sangat dibutuhkan oleh siswa, supaya siswa mengetahui apa bakat yang dimilki dan minat yang diinginkan, kemudian guru memfasilitasi supaya bakat dan minatnya itu berkembang dengan baik dan membentuk kepribadian yang terampil dan mandiri. Tabel selanjutnya menjelaskan tentang arahan guru BK tentang pentingnya nilai dan norma agama. Tabel 4.22 Arahan guru BK tentang pentingnya nilai dan norma agama No. Soal
18
Alternatif jawaban Sangat puas Puas Tidak puas Sangat tidak puas Jumlah
F
%
10 24 2 0 36
27,7 66,6 5,5 0 100%
Untuk membentuk pribadi yang bermoral dan taat kepada Tuhan Yang Maha Esa perlu ditanamkan nilai dan norma agama. Karena pendidikan pada intinya bukan hanya mencetak manusia yang pintar secara akademis, tetapi pendidikan bertujuan menjadikan manusia dengan pribadi yang bermoral dan bermartabat. Jika dilihat dari tabel di atas, siswa merasa puas dengan arahan guru BK tentang pentingnya nilai dan norma agama, hal itu dapat diketahui bahwa 27,7% responden menjawab sangat puas, 66,6% responden menjawab puas, 5,5% responden menjawab tidak puas, dan 0% responden menjawab sangat tidak puas dengan arahan guru BK tentang pentingnya nilai dan norma agama.
65
Tabel 4.23 Pemberian motivasi berkaitan dengan pergaulan siswa di Sekolah No. Soal
19
Alternatif jawaban Sangat puas Puas Tidak puas Sangat tidak puas Jumlah
F
%
12 14 9 1 36
33,3 38,8 25 2,7 100%
Dari tabel di atas menunjukan bahwa siswa merasa puas terhadap guru BK dalam pemberian motivasi yang berkaitan dengan pergaulan siswa di lingkungan sekolah. Hal ini dapat dilihat dari responden yang menjawab sangat puas sebanyak 33,3%, responden yang menjawab puas sebanyak 38,8%, responden yang menjawab tidak puas sebanyak 25%, dan responden yang menjawab sangat tidak puas sebanyak 2,7%. Sekolah merupakan tempat berinterkasi dan bersosialisasi antar siswa dalam rangka mengontrol dan mengarahkan perkembangan masing-masing pribadi siswa. Oleh karena itu, guru BK harus ekstra dalam memberikan motivasi berkaitan dengan pergaulan di lingkungan sekolah supaya tidak salah dalam memilih teman dan tidak terjerumus kepada hal-hal yang negatif. Tabel selanjutnya menjelaskan tentang pemberian motivasi yang berkaitan dengan pergaulan siswa di lingkungan keluarga.
66
Tabel 4.24 Pemberian motivasi berkaitan dengan pergaulan siswa di lingkungan keluarga No. Soal 20
Alternatif jawaban Sangat puas Puas Tidak puas Sangat tidak puas Jumlah
F
%
4 21 6 5 36
11,1 58,3 16,6 13,8 100%
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa layanan BK dalam pemberian motivasi di lingkungan keluarga. Sebagian besar siswa sudah merasa puas dengan motivasi yang diberikan guru BK, tetapi ada juga yang merasa tidak puas bahkan merasa sangat tidak puas. Hal ini dapat dilihat dari jawaban responden yang menjawab sangat puas sebanyak 11,1%, responden yang mejawab puas sebanyak 58,3%, responden yang menjawab tidak puas sebanyak 16,6% dan yang menjawab sangat tidak puas sebanyak 13,8%. Dalam pemberian motivasi dilingkungan keluarga memang tidak terlalu banyak yang dilakukan oleh guru BK, karena yang seharusnya memiliki tanggungjawab besar adalah orang tua siswa, tapi tidak jarang anak yang kurang mendapatkan perhatian dari orang tuanya, sehingga disitulah guru BK berperan memberikan motivasi tentang pergaulan di lingkungan keluarga. Penjelasan selanjutnya mengenai penyuluhan tentang bahaya pergaulan bebas oleh guru BK.
67
Tabel 4.25 Penyuluhan tentang bahaya pergaulan bebas oleh guru BK No. Soal
21
Alternatif jawaban Sangat puas Puas Tidak puas Sangat tidak puas Jumlah
F
%
5 24 4 3 36
13,8 66,6 11,1 8,3 100%
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa rata-rata siswa merasa puas dengan penyuluhan tentang bahaya pergaulan bebas yang dilakukan oleh guru BK. Hal ini dapat dilihat dari responden yang menjawab sangat puas sebanyak 13,8%, responden yang menjawab puas sebanyak 66,6%, responden yang menjawab tidak puas sebanyak 11,1%, dan responden yang menjawab sangat tidak puas sebanyak 8,3%. Penyuluhan tentang bahaya pergaulan bebas memang sangat penting, mengingat akhir-akhir ini banyak sekali generasi muda atau para pelajar yang tersandung kasus kriminal. Mulai dari NARKOBA, tawuran antar pelajar, dan seks bebas sudah menjadi virus yang bisa membunuh moral generasi muda. Untuk mencegah hal-hal tersebut perlu adanya penyuluhan tentang bahaya pergaulan bebas yang dilakukan oleh guru BK dan bekerja sama dengan para pakar psikolog atau instansi pemerintah seperti kepolisian Tabel 4.26 Ketersediaan informasi tentang perguruan tinggi No. Soal
22
Alternatif jawaban Sangat puas Puas Tidak puas Sangat tidak puas Jumlah
F
%
1 8 24 3 36
2,7 22,2 66,6 8,3 100%
68
Berdasarakan tabel di atas dapat diketahui bahwa siswa merasa tidak puas dengan ketersediaan informasi tentang perguruan tinggi. Hal ini dapat dilihat dari responden yang menjawab sangat puas sebanyak 2,7%, responden yang menjawab puas sebanyak 22,2%, responden yang menjawab tidak puas sebanyak 66,6%, dan responden yang menjawab sangat tidak puas sebanyak 8,3%. Dalam bidang bimbingan karir, layanan BK seharusnya memberikan arahan dalam memilih program studi lanjutan bagi siswa yang akan melanjutkan ke jenjang selanjutnya yaitu perguruan tinggi. Salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh guru BK dan sekolah adalah menyediakan informasi tentang perguruan tinggi, informasi ini sangat diperlukan oleh siswa supaya mereka tidak salah pilih dan memiliki gambaran tentang perguruan tinggi yang akan mereka pilih. Dari data di atas, guru BK dan sekolah masih sangat sedikit dalam menyediakan informasi perguruan tinggi bagi siswanya. Oleh karena itu, diharapkan guru BK dan sekolah bersama-sama memperbanyak informasi tentang perguruan tinggi bagi para siswanya. Tabel
selanjutnya
menjelaskan
tentang
kemudahan
siswa
untuk
mendapatkan informasi program studi lanjutan. Tabel 4.27 Kemudahan siswa untuk mendapatkan informasi tentang program studi lanjutan No. Soal
23
Alternatif jawaban Sangat puas Puas Tidak puas Sangat tidak puas Jumlah
F
%
1 6 27 2 36
2,7 16,6 75 5,5 100%
69
Pada tabel sebelumnya telah dijelaskan bahwa guru BK dan sekolah harus menyediakan informasi tentang perguruan tinggi. Setelah informasi itu ada dan terkumpul, maka selanjutnya adalah menyampaikan kepada siswa. Terkadang informasi sudah ada tetapi siswa sulit untuk mendapatkan informasi tersebut. Oleh karena itu, guru BK harus memberikan kemudahan kepada siswa dalam memperoleh informasi tentang program studi lanjutan. Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa, guru BK belum maksimal dalam memberikan kemudahan siswa untuk mendapatkan informasi tentang program studi lanjutan sehingga siswa merasa tidak puas. Hal ini dapat dilihat dari responden yang menjawab sangat puas sebanyak 2,7%, responden yang menjawab puas sebanyak 16,6%, responden yang menjawab tidak puas sebanyak 75%, dan responden yang menjawab sangat tidak puas sebanyak 5,5%. Tabel selanjutnya menjelaskan tingkat kepuasan siswa terhadap guru BK dalam memberikan penjelasan tentang pemilihan jurusan dengan baik dan sopan. Tabel 4.28 Penjelasan guru BK tentang pemilihan jurusan dengan baik dan sopan No. Soal
24
Alternatif jawaban Sangat puas Puas Tidak puas Sangat tidak puas Jumlah
F
%
1 23 11 1 36
2,7 63,8 30,5 2,7 100%
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa siswa merasa puas dengan penjelasan guru tentang pemilihan jurusan dengan baik dan sopan. Hal ini dapat dilihat dari jumlah responden yang menjawab sangat puas sebanyak 2,7%, responden yang menjawab puas sebanyak 63,8%, responden yang menjawab tidak puas sebanyak 30,5%, dan 2,7 responden yang menjawab
70
sangat tidak puas terhadap penjelasan guru BK tentang pemilihan jurusan dengan baik dan sopan. Dengan demikian guru BK telah menjelaskan dengan baik dan sopan sehingga siswa memahami apa yang dijelaskan oleh guru BK tentang jurusan yang akan dipilih dalam program studi lanjutan. Tabel 4.29 Guru BK memberikan pemahaman tentang jurusan yang dipilih siswa No. Soal
25
Alternatif jawaban Sangat puas Puas Tidak puas Sangat tidak puas Jumlah
F
%
0 22 10 4 36
0 61,1 27,7 11,1 100%
Berdasarkan tabel 4.29 di atas dapat diketahui bahwa siswa merasa puas dengan pemahaman yang diberikan oleh guru BK mengenai jurusan yang dipilih siswa. Hal ini dapat dilihat dari jumlah responden yang menjawab sangat puas sebanyak 0%, responden yang menjawab puas sebanyak 61,1%, responden yang menjawab tidak puas sebanyak 27,7%, dan 11,1% responden menjawab sangat tidak puas terhadap pemahaman yang diberikan guru BK tentang jurusan yang dipilih siswa. Tabel selanjutnya menjelaskan tentang ketersediaan informasi dunia kerja di sekolah. Tabel 4.30 Ketersediaan informasi tentang dunia kerja di sekolah No. Soal 26
Alternatif jawaban Sangat puas Puas
F
%
0 5
0 13,8
71
Tidak puas Sangat tidak puas Jumlah
27 4 36
75 11,1 100%
Ketersediaan informasi tentang dunia kerja di sekolah sangat dibutuhkan oleh siswa, apalagi bagi lulusan SMK sebagai tamatan yang telah dibekali kemampuan untuk terjun di dunia kerja harus tahu tentang peluang-peluang usaha yang ada. Walaupun sebagian ada tamatan yang melanjutkan studi ke perguruan tinggi tapi informasi itu akan sangat berguna bagi siswa yang tidak melanjutkan studinya, sehingga tidak bingung ketika mencari pekerjaan. Akan tetapi dari hasil data pada tabel di atas menunjukan siswa tidak merasa puas terhadap ketersediaan informasi tentang dunia kerja di sekolah tersebut. Hal ini menunjukan ketersediaan
informasi tentang dunia kerja disekolah
masih sangat minim, berdasarkan hasil angket dari 36 responden, 0% responden menjawab sangat puas, 13,8% responden menjawab puas, 75% responden menjawab tidak puas, dan 11,1% responden menjawab sangat tidak puas terhadap ketersediaan infromasi tentang dunia kerja disekolah. Tabel 4.31 Pelaksanaan praktik kerja lapangan (PKL) No. Soal
27
Alternatif jawaban Sangat puas Puas Tidak puas Sangat tidak puas Jumlah
F
%
8 17 9 2 36
22,2 47,2 25 5,5 100%
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa siswa merasa puas dengan pelaksanaan praktik kerja lapangan. Hal ini dapat dilihat dari jumlah responden yang menjawab sangat puas sebanyak 22,2%, responden yang menjawab puas
72
sebanyak 57,2%, responden yang menjawab tidak puas sebanyak 25%, dan 5,5% responden menjawab sangat tidak puas terhadap praktik kerja lapangan. Praktik kerja lapangan sangat diperlukan bagi siswa SMK sederajat, guna menambah wawasan tentang dunia kerja. Walaupun praktik kerja lapangan bukan program BK tetapi masih dalam cakupan layanan bimbingan konseling dalam bidang bimbingan karir sehingga guru BK harus ikut berperan dalam pelaksanaan program praktik kerja lapangan. Tabel 4.32 Penjelasan guru BK tentang perkembangan dunia kerja No. Soal
28
Alternatif jawaban Sangat puas Puas Tidak puas Sangat tidak puas Jumlah
F
%
1 20 12 3 36
2,7 55,5 33,3 8,3 100%
Selain menyediakan informasi tentang dunia kerja
dan melaksanakan
program praktik kerja lapangan, guru BK juga harus menjelaskan tentang perkembangan dunia kerja supaya siswa tidak ketinggalan informasi dan selalu memperbaharui informasi tentang dunia kerja. Dari tabel di atas diketahui bahwa siswa merasa puas dengan penjelasan guru BK tentang perkembangan dunia kerja, hal ini dapat dilihat dari jumlah responden yang menjawab sangat puas sebanyak 2,7%, responden yang menjawab puas 55,5%p, responden yang menjawab tidak puas sebanyak 33,3%, dan 8,3% responden menjawab sangat tidak puas terhadap penjelasan guru BK tentang perkembangan dunia kerja. Tabel selanjutnya menjelaskan tentang kerjasama sekolah dengan perusahaan dalam penyaluran tenaga kerja bagi siswa yang sudah lulus.
73
Tabel 4.33 Kerjasama sekolah dengan perusahaan dalam penyaluran tenaga kerja No. Soal
29
Alternatif jawaban Sangat puas Puas Tidak puas Sangat tidak puas Jumlah
F
%
6 5 19 6 36
16,6 13,8 52,7 16,6 100%
Kerjasama sekolah dengan perusahaan atau instansi tertentu
dalam
penyaluran tenaga kerja akan memberikan kemudahan kepada siswanya sehingga tidak bingung ketika mencari kerja. Apabila dilihat dari tabel di atas dapat diketahui bahwa siswa merasa tidak puas terhadap kerja sama sekolah dengan perusahaan dalam penyaluran tenaga kerja bagi siswa. Hal ini dilihat berdasarkan jawaban responden yang menyatakan sangat puas sebanyak 16,6%, responden yang menjawab puas 13,8%, responden yang menjawab tidak puas sebanyak 52,7%, dan 16,6% responden menjawab sangat tidak puas terhadap kerjasama sekolah dengan perusahaan dalam penyaluran tenaga kerja. Tabel 4.34 Arahan guru BK dalam memilih pekerjaan yang sesuai dengan prodi yang diambil No. Soal
30
Alternatif jawaban Sangat puas Puas Tidak puas Sangat tidak puas Jumlah
F
%
1 14 18 3 36
2,7 38,8 50 8,3 100%
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa siswa merasa tidak puas dengan arahan guru BK dalam memilih pekerjaan yang sesuai dengan program studi yang diambil. Hal ini dapat dilihat dari jumlah responden yang menjawab
74
sangat puas sebanyak 2,7%, responden yang menjawab puas sebanyak 38,8%, respondenn yang menjawab tidak puas sebanyak 50% dan 8,3% responden menjawab sangat tidak puas terhadap arahan guru BK dalam memilih pekerjaan yang sesuai dengan prodi yang diambil. Selain harus adanya kerjasama antara pihak sekolah dengan perusahaan , guru BK juga harus memberikan arahan tentang peluang jenis pekerjaan yang sesuai dengan program studi yang diambil supaya siswa mempunyai gambaran akan bekerja dimana ketika sudah lulus. 2. Indeks Kepuasan Pelanggan Apabila digambarkan dengan tabel, maka nilai indeks kepuasan pelanggan dalam layanan bimbingan konseling adalah sebagai berikut: Tabel 4.35 Indeks Kepuasan Siswa Dalam Bidang Bimbingan Akademik
No.
Indeks Kepuasan
Indikator
Pelanggan
1
Melakukan masa orientasi siswa (MOS)
2,60
2
Melakukan pembagian kelas
2,48
3
Ketersediaan klinik akademik
2.3
4
Memberikan
diagnostic
atau
teaching kepada siswa Nilai rata-rata
remedial
2,3 2,42
Jika dilihat dari tabel di atas, maka dapat diketahui bahwa indeks kepuasan siswa dalam bidang bimbingan akademik masih rendah terutama dalam idikator ketersediaan klinik akademik hanya 2,3 dan indikator guru BK memberikan diagnostic atau remedial teaching kepada siswa hanya 2,3. Sedangkan yang mendekati hanya indikator guru BK melakukan masa oreintasi siswa dengan nilai 2,60. Secara keseluruhan maka dapat disimpulkan bahwa
75
indeks kepuasan siswa terhadap layanan bidang bimbingan akademik masih rendah atau tidak puas dengan nilai rata-rata 2,42. Tabel 4.36 Indeks Kepuasan Siswa Dalam Bidang Bimbingan Pribadi-Sosial
No.
Indeks Kepuasan
Indikator
Pelanggan
Memberikan arahan tentang perkembangan 1
pribadi
siswa
yang
berkaitan
dengan
2,46
intelektual, spritual dan emosional. Memberikan bimbingan tentang pergaulan di 2
lingkungan
sekolah,
keluarga,
dan
2,80
masyarakat. Nilai rata-rata
2,63
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa indeks kepuasan siswa dalam bidang layanan pribadi-sosial masih rendah akan tetapi sudah mendekati puas dengan nilai rata-rata 2,63. Indikator dalam layanan bidang bimbingan pribadi sosial yang mendekati nilai puas adalah indikator guru BK dalam memberikan bimbingan tentang pergaulan di lingkungan sekolah, keluarga, dan masyarakat dengan nilai rata-rata 2,80. Tabel 4.37 Indeks Kepuasan Siswa Dalam Bidang Bimbingan Karir
No.
1 2
Indikator Memberikan arahan dalam memilih studi lanjutan bagi siswa kelas akhir. Memberikan wawasan tentang dunia kerja
Indeks Kepuasan Pelanggan 2,32 2,40
76
Nilai rata-rata
2,36
Jika dilihat dari tabel di atas maka dapat diketahui bahwa indeks kepauasan siswa dalam bidang bimbingan karir juga masih rendah dngan nilai rata-rata 2,36. Hal itu dapat dilihat dari nilai masing-masing indikator seperti yang telah dijelaskan di atas. Tabel 4.38 Indeks Kepuasan Siswa Terhadap Layanan BK
No.
Indikator
Indeks Kepuasan Pelanggan
1
Layanan bidang bimbingan akademik
2,42
2
Layanan bidang bimbingan pribadi-sosial
2,63
3
Layanan bidang bimbingan karir
2.36
Nilai rata-rata
2,47
Jika dilihat secara keseluruhan dari masing-masing bidang layanan bimbingan konseling maka dapat diketahui bahwa nilai rata-rata kepuasan siswa terhadap layanan BK masih berada pada taraf tidak puas dengan nilai 2,47. Sehingga perlu ditingkatkan lagi peran dan fungsi guru BK dalam memberikan layanan bimbingan konseling. C. Interpretasi Data Dari beberapa data yang merupakan hasil perhitungan statistik deskriptif, yang perlu dibahas adalah nilai mean atau nilai rata-ratanya. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui kondisi dan gambaran masing-masing dimensi berdasarkan tanggapan responden. Berikut ini data hasil dari penyebaran angket terhadap 36 siswa untuk mengukur kepuasan siswa terhadap layanan BK di SMK Al-Hidayah Lestari
77
yang di fokuskan pada tiga bidang bimbingan yaitu bidang bimbingan akademik, bidang bimbingan pribadi-sosial, dan bidang bimbingan karir. Maka dapat disajikan analisis deskriptif sebagai berikut: Tabel 4.39 Nilai Rata – rata Skor Penelitian
No
Dimensi
1
Layanan BK bidang akademik
2
3
Layanan BK bidang pribadisosial Layanan BK bidang karir Jumlah
Skor
Nilai Harapan (NH)
Nilai Skor (NS)
NS x100% NH
Kategori
1343
47 x 4 = 188
1343 : 30 = 44,76
44,76 x100 % 188 23,80%
Sangat Tidak Puas
578 : 30 = 19,26
19,26 x100 % 140 13,75%
Sangat Tidak Puas Sangat Tidak Puas
578
35 x 4 = 140
780
19 x 4 = 76
780 : 30 = 26
26 x100% 76 34,21%
404
2701:30 = 90,03
90,03 x100 % 404 22,28%
2701
Sangat Tidak Puas
Berdasarkan hasil interpretasi data secara keseluruhan dari 3 dimensi tentang kepuasan siswa terhadap layanan BK di SMK Al-Hidayah Lestari Lebak Bulus yakni berada pada taraf sangat tidak puas, hal ini sesuai dengan rata-rata yang peneliti hitung berdasarkan rumus di atas yaitu:
90,03 404 X 100% = 22,28% (Sangat Tidak Puas)
78
Dari pemaparan hasil penelitian di atas, dapat diketahui bahwa pelaksanaan program layanan bimbingan konseling di SMK Al-Hidayah Lestari Lebak Bulus belum sesuai yang diharapkan baik dari bidang bimbingan akademik, bidang bimbingan pribadi-sosial, maupun bidang bimbingan karir. Siswa merasa belum mendapatkan kepuasan dari layanan BK, karena guru BK belum menjalankan tugas dan fungsinya dengan baik. 1. Bidang bimbingan akademik Pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling dalam bidang bimbingan akademik di SMK Al-Hidayah Lestari Lebak Bulus jika dihitung berdasarkan rumus di atas yaitu masih sangat tidak memuaskan. Latar belakang pendidikan guru BK yang tidak sesuai dengan mata pelajaran yang diampu menjadi salah satu faktor ketidak puasan siswa terhadap layanan BK di SMK Al-Hidayah Lestari Lebak Bulus. Hal demikian terlihat dari cara guru BK ketika memberikan bimbingan konseling dikelas kurang menguasai materi yang disampaikan. Setiap bidang studi harus dipegang oleh orang yang berkompeten dalam bidangnya masing-masing, karena profesionalisme akan berdampak pada bagaimana guru BK mampu merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi program layanan tersebut. Apabila layanan BK dilakukan oleh orang yang bukan ahlinya, maka yang terjadi tingkat perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi tidak berjalan dengan baik. Dalam bimbingan bidang akademik ada beberapa poin yang persentasenya dirasa memuaskan, seperti keramahan guru BK, kesabaran guru BK dalam menghadapi siswa yang bermasalah, guru BK mau mendengarkan keluhan siswa, penampilan guru BK sangat menarik. Meskipun dari persentase secara keseluruhan layanan bidang bimbingan kademik masih sangat tidak memuaskan.
79
2. Bidang bimbingan pribadi-sosial Layanan bidang bimbingan pribadi-sosial juga dirasakan siswa tidak memuaskan sama seperti layanan bidang akademik. Dengan jumlah siswa yang cukup banyak SMK Al-Hidayah Lestari Lebak Bulus hanya mempunyai 1 guru BK, bahkan guru yang mengajar BK bukan berlatar belakang pendidikan BK, sehingga layanan BK menjadi tidak maksimal. Untuk memberikan pelayanan yang baik tentu tidak dapat dilakukan hanya oleh 1 orang guru BK saja, apalagi dengan jumlah siswa yang cukup banyak akan membuat guru BK kerepotan dalam menangani permasalahan siswa sehingga penanganan menjadi tidak efektif dan efisien. Layanan bidang akademik meliputi arahan tentang perkembangan pribadi setiap individu siswa baik secara intelektual, spiritual, dan emosional. Dari beberapa butir poin yang terdapat dalam angket yang masih kurang antara lain, tidak adanya kotak masalah untuk menampung persoalan siswa, belum maksimalnya penjelasan guru tentang bakat dan minat siswa. Akan tetapi ada beberapa poin yang dirasakan siswa sudah cukup memuasakan seperti arahan guru tentang pentingnya nilai dan norma agama, pemberian motivasi mengenai pergaulan siswa di keluarga, sekolah dan lingkungan, serta penyuluhan tentang bahaya pergaulan bebas, meskipun persentasenya masih rendah. 3. Bidang bimbingan karir Jika dilihat dari hasil persentase di atas, layanan bimbingan karir dirasakan siswa tidak memuaskan. Layanan bimbingan karir itu meliputi ketersediaan informasi program studi lanjutan dan pembekalan tentang wawasan dunia kerja. Ketersediaan informasi program studi lanjutan akan membantu siswa yang ingin melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Informasi itu bisa berupa kerjasama antar sekolah dengan perguruan tinggi tertentu sehingga siswa tidak bingung untuk melanjutkan pendidikan sesuai dengan pilihannya. Menurut kepala SMK Al-Hidayah Letari Lebak Bulus sudah ada
80
kerja sama dengan kampus-kampus di sekitar Jakarta, walaupun itu baru sedikit. Sedangkan wawasan tentang perkembangan dunia kerja akan sangat membantu bagi siswa yang ingin langsung bekerja setelah lulus nanti. Berdasarkan wawancara dengan kepala sekolah bahwa di SMK Al-Hidayah Lestari sudah ada program pengenalan tentang dunia kerja seperti Praktik Kerja Lapangan (PKL) akan tetapi dalam pelaksanaannya asih belum maksimal. Sarana dan prasarana juga masih kurang mendukung. Hal demikian terlihat dengan kondisi raung BK yang sempit dan terpencil, ruangan kurang nyaman, dan belum tersedianya kotak masalah untuk menampung persoalan siswa, sehingga masih perlu pembenahan. Tingkat kepuasan siswa terhadap layanan bimbingan konseling di SMK AlHidayah Lestari Lebak Bulus tidak memuaskan, baik di bidang bimbingan akademik, bidang bimbingan pribadi-sosial, maupun bidang bimbingan karir. Hal ini terlihat dari persentase hasil penelitian yang masih kurang dari 40%, menggambarkan bahwa layanan BK belum berjalan sesuai fungsinya. Akan tetapi ada beberapa indikator yang sudah maksimal, seperti kesediaan guru mendengarkan keluhan siswa dan pemberian motivasi oleh guru BK. Untuk itu perlu ada pembenahan dari pihak sekolah dan guru BK agar bimbingan konseling memberikan pelayanan yang maksimal dan bisa membantu mengatasi permasalahan yang dihadapi siswa.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan tentang kepuasan siswa terhadap layanan BK di SMK Al-Hidayah Lestari Lebak Bulus, maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Bimbingan Akademik Ketidak sesuaian latar belakang guru BK di SMK Al-Hidayah Lestari Lebak bulus menjadi salah satu faktor penyebab tingkat ketidak puasan siswa dalam bidang bimbingan akademik sangat rendah. Fakta tersebut dapat dilihat dari hasil angket yang menunjukan bahwa keterlibatan guru BK dalam memberikan orientasi siswa di awal tahun ajaran baru sangat sedikit, sehingga siswa mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan sekolah. Kemudian kondisi klinik akademik atau ruang konsultasi yang kurang nyaman dan tidak adanya buku konsultasi bagi siswa untuk mengetahui dan mengukur perkembangan siswa baik dari aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik. Jika siswa diberikan buku konsultasi maka guru BK
82
82
dapat mengetahui perkembangan siswanya sehinga guru BK mengetahui program apa yang harus diberikan kepada siswa sesuai dengan tingkat permasalahan yang dirasakan siswa. Akan tetapi dari permasalahan yang ada dalam bidang bimbingan akademik ada beberapa poin yang dirasakan puas oleh siswa, seperti keramahan guru BK, kesopanan guru BK, penampilan yang menarik, mampu menyimpan rahasia siswa, dan kesediaan guru BK mendengarkan keluhan siswa. 2. Bimbingan Pribadi-Sosial Rasio jumlah guru BK yang tidak sebanding dengan jumlah siswa juga memberikan dampak terhadap ketidak puasan siswa dalam bidang bimbingan pribadi sosial. Dari 488 jumlah siswa di SMK AlHidayah Lestari Lebak Bulus hanya ada 1 orang guru BK, sehingga guru BK kesulitan dalam memberikan arahan dan bimbingan kepada siswa dan pelayanan tidak maksimal. Fakta tersebut dapat dilihat dari hasil angket yang menunjukan bahwa tingkat kepuasan siswa sangat rendah dalam bidang bimbingan pribadi sosial. Beberapa faktor yang menjadi
masalah
adalah
ketersediaan
kotak
masalah
untuk
menampung persoalan siswa belum berfungsu secara maksimal dan kurangnya penjelasan guru BK tentang bakat dan minat siswa. Walaupun tingkat kepuasan siswa dalam bidang bimbingan pribadi sosial masih sangat rendah, ada beberapa poin yang dirasakan siswa sudah puas seperti arahan guru BK tentang pentingnya nilai dan norma agama, pemberian motivasi berkaitan dengan pergaulan siswa di sekolah, pemberian motivasi berkaitan dengan pergaulan siswa di lingkungan keluarga, dan penyuluhan tentang bahaya pergaulan bebas. Agar perkembangan pribadi sosial siswa lebih terkontrol dan pelayanannya maksimal, maka perlu ditambah lagi jumlah guru BK. 3. Bimbingan Karir Kurangnya sarana prasarana dan informasi layanan BK berdampak pada tingkat kepuasan siswa dalam bidang bimbingan karir sangat
83
rendah. Sarana prasarana diharapkan dapat mendukung berbagai aktivitas siswa di sekolah sehingga memudahkan siswa dalam menyalurkan bakat dan minat siswa guna menunjang perkembangan karir setiap individu siswa. Selain sarana prasarana, informasi tentang program studi lanjutan dan perkembangan dunia kerja juga sangat penting, sehingga ketika siswa lulus sekolah tidak bingung untuk menentukan masa depanya. Beberapa fakta tersebut dapat dilihat dari sedikitnya informasi tentang perguruan tinggi dan minimnya informasi tentang dunia kerja di sekolah apalagi bagi lulusan SMK yang memang dipersiapkan untuk siap bekerja maka diperlukan keterampilan dan wawasan tentang dunia kerja. Walaupun sudah ada program PKL (Praktik Kerja Langsung) sebagai bekal bagi siswa ketika bekerja nanti, siswa masih perlu arahan dalam menentukan karirnya. 4. Layanan Bimbingan Konseling Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa layanan bimbingan konseling di SMK Al-Hidayah Lestari Lebak Bulus masih rendah atau tidak memuaskan sehingga perlu adanya pembenahan dari beberapa aspek sebagaimana yang telah dijelaskan di atas.
B. Saran Berdasarkan kesimpulan di atas, maka penulis memberikan beberapa saran dalam pembahasan ini. Adapun saran-sarannya sebagai berkut: 1. Bimbingan Akademik a. Bagi Kepala Sekolah disarankan untuk merekrut guru BK yang sesuai dengan kualifikasi akademik. b. Guru BK diharapkan dapat terlibat secara aktif dalam memberikan orientasi di awal tahun ajaran baru. c. Perlunya perluasan ruangan BK supaya memberikan kenyamanan bagi siswa dalam melakukan konsultasi.
84
d. Menyediakan buku konsultasi bagi setiap siswa sebagai alat ukur mengenai perkembangan siswa. 2. Bimbingan Pribadi-Sosial a. Menambah jumlah guru BK agar layanan BK lebih maksimal dan memberikan kepuasan terhadap siswa. b. Menyediakan kotak masalah untuk menampung semua persoalan siswa agar guru BK tahu apa yang menjadi permasalahan siswa sehingga guru BK dapat menentukan langkah-langkah untuk mengatasi berbagai masalah yang dihadapi siswa. c. Guru
BK
diharapkan
lebih
responship
terhadap
segala
permasalahan siswa. 3. Bimbingan Karir a. Menjalin kerjasama dengan berbagai universitas supaya siswa lebih mudah dalam mendapatkan informasi program studi lanjutan. b. Menjalin kerjasama dengan berbagai perusahaan supaya siswa lebih mudah dalam mendapatkan informasi atau wawasan dunia kerja. 4. Layanan Bimbingan dan Konseling a. Kepala sekolah dan guru BK hendaknya merencanakan program bimbingan konseling dengan sistematis, fleksibel dan terarah, baik berupa program jangka pendek maupun jangka panjang agar proses pemberian layanan bimbingan konseling memberikan kepuasan kepada kliennya baik secara bidang akademik, bidang pribadi sosial, dan bidang karir. b. Bagi para siswa diharapkan lebih terbuka dalam menyampaikan permasalahannya sehingga guru dapat memberikan solusi atas permasalahan yang dialami siswa. Serta perlu ditngkatkannya koordinasi antara guru BK dengan orang tua untuk mengetahui latar belakang yang sebenarnya dari setiap siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Eva, Teknik Konseling di Media Massa, Yogyakarta : Graha Ilmu, 2010. Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: PT. Rineke Cipta, 2002 Arikunto, Suharsimi dan Jabar, Cepi Safruddin Abdul, “Evaluasi Program Pendidikan Pedoman Teoretis Praktik Bagi Mahasiswa dan Praktisi Pendidikan”, Jakarta, PT Bumi Aksara, 2009. Badrujaman, Aip, Teoridan Aplikasi Evaluasi Program Bimbingan Konseling, Jakarta : PT. Indeks, 2011. Barata, Atep Adya, Dasar-Dasar Layanan Prima, Jakarta: PT. Gramedia, 2003. Hallen, Bimbingan dan Konseling, Jakarta: CiputatPers, 2002. Hallen, Bimbingan dan Konseling, Jakarta: Quantum Teaching, 2005. Hikmawanti, Fenti, Bimbingan Konseling, Jakarta : Rajawali Pers, 2010. Imron, Ali, Manajemen Peserta Didik Berbasis Sekolah, Jakarta : Bumi Aksara, 2011. Irianto, Yoyoh Bahtiar dan Prihatin, Eka, Pengelolaan Pendidikan, Bandung: Jurusan Administrasi Pendidikan, 2010. Iska, Zikri Neni, Bimbingan dan Konseling, Jakarta :Kizi’s Brother, 2008. Kotler, Philip, Manajemen Pemasaran, Jakarta: PT. Indeks, 2009. Moenir, H.A.S., Manajemen Layanan Umum di Indonesia, Jakarta: Bumi Aksara, 2010. Nurihsan, Achmad Juntika, Strategi Layanan Bimbingan dan Konseling, Bandung: PT. Refika Aditama, 2005. Panduan layanan akademik siswa, Direktorat Pembinaan SMA Diakses melalui http://www.docstoc.com/docs/24754238/5bLayanan-Akademik-SiswaPada tanggal 20 November 2013 PP No. 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan
85
86
Rugaiyah dan Sismiati, Atiek, Profesi Kependidikan,,Bogor : Ghalia Indonesia, 2011. Sopianti, Popi, Manajemen Belajar Berbasis Kepuasan, Jakarta :Ghalia Indonesia, 2010. Sudjiono, Anas, Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004. Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitaftif, Kualitatif, dan R&D), Bandung: Alfabeta, 2010 Sukmadinata, Nanang Syaodih, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2006. Supriadi, Dedi, Membangun Bangsa Melalui Pendidikan, Bandung :PT. Remaja Rosdakarya, 2004. Susetyo, Budi, Statistika Untuk Analisis Data Peneliti, Bandung: Refika Aditama, 2012. Tim Pustaka Yustisia, Panduan
Lengkap KTSP, Yogyakarta: Pustaka Yustisia,
2007. Tjiptono, Fandy, Service Management: Mewujudkan Layanan Prima, Yogyakarta: Andi, 2008. Umiarso & Gojali, Imam, Manajemen Mutu Sekolah di Era Otonomi Pendidikan, Jogjakarta: IRCiSoD, 2010. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Walgito, Bimo, Bimbingan dan Konseling di Sekolah, Yogyakarta:ANDI, 2004. Winkel, W.S. & M.M. Sri Hastuti, Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan, Yogyakarta: Media Abadi, 2004. Yunus, Syamsu dan Nurihsan, A. Juntika, Landasan Bimbingan Konseling, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006.