PERAN KEPALA SEKOLAH DALAM MEMBINA KUALITAS PENDIDIK DI SMK KARTIKA X-2 JAKARTA Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd)
Oleh: SUHARYONO GUSTIAWAN 107018200941
JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014
LEMBAR PENGESAHAN
PERAN KEPALA SEKOLAH DALAM MEMBINA KUALITAS
PENDIDIK DI SMK KARTIKA X-2 JAKARTA Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Celar Sarjana Pendidikan (S. Pd)
Oleh
Suharvono Gustiawan 107018200941
Di bawah Bimbingan
JURUSAN KI-MANAJEME,N PENDIDIKAN
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 2014
PEI\GESAHAI\ SIDAI\G MUI{AQASAH Skripsi berjudul "PERAN KEPALA SEKOLAH DALAM MEMBINA KUALITAS PENDIDIK DI sMK KARTIKA x-2 JAKARTA,' telah diujikan dalam sidang .munaqasyah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 20 Agustus 2014. di hadapan Dewan penguji Khrena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana Stratal (S.Pd.) dalam bidang Manajemen Pendidikan Jakafta, 13
Mei
2015
Panitia Sidang Munaqasah Ketua Sidang (Ketua Jurusan KIManajemen Pendidikan)
Dr. Hasyim Asy'ari. M. Pd
NIP. 1966t009 199303
1 004
Sekletaris Panitiar (Sekr. Prodi)
Dr. Zalmiddin. Lc., M.Pd
NrP 19730602 200s01
Tanggal
ill'E /rq
)o/ /.:
/t'
1 002
Penguji I Drs. H. Mu'arif SAM, M.Pd.
NIP. lg650lt7 199403 I 005
Penguji
II
Dr. Has),im Asy'ari. M. Pd
NIP. 19661009 199303
1 004
Dekan Fakultas Ilm
NIP. 195504
to/
ts
,...t.......
t0,
Tanda Tangan
dr.(
LEMBAR PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan
di bawah ini:
Nama
Suharyono Gustiawan
Tempat/Tanggal lahir
Jakarta,26 Agustus 1990
NIM
1
Jurusan
Kl-Manajemen Pendidikan
Judul Skripsi
Peran Kepala Sekolah dalam Membina
070 I 820094 I
Kualitas Pendidik di SMK Karlika X-2lakarta Dosen Pembimbing
Zahrudtn, Lc., M. Pd
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan karya saya sendiri yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S1)
di Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarla.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku
di IJIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia nienerima sariksi yang berlaku di
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 23 Juli 2014
Penulis
Suharyono Gustiawan
NIM. 10701820094t
SURAT KETERANGAN UJI REFERENSI
Seluruh sumber referensi yang ada di dalam skripsi ini disusun oleh
:
Nama
Suharyono Gustiawan
NIM
r0701820094r
Semester
XIV (empat belas)
Jurusan/Prodi
KI-Manaj emen Pendidikan
Judul Skripsi
Peran Kepala Sekolah dalam Membina Kualitas pendidik di
SMK Kartika X-2 Jakarta Telah diuji kebenarannya oleh dosen pembimbing sesuai dengan ketentuan yang berlaku di universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 1 6 Agustus 20 I 4
Dosen Pembimbi
NIP.
ABSTRAK Suharyono Gustiawan, NIM: 107018200941, Judul Skripsi “Peran Kepala Sekolah dalam Membina Kualitas Pendidik di SMK Kartika X-2 Jakarta.” Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan peran yang dilakukan kepala sekolah dalam membina kualitas pendidik. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan instrument penelitian wawancara, studi dokumen, dan observasi. Untuk memperoleh hasil penelitian yang optimal, data hasil wawancara dengan kepala sekolah dikonfirmasi denagn dokumen yang diperoleh dan sedapat mungkin dibandingkan dengan hsil observasi serta hasilwawancara guru. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepala sekolah belum sepenuhnya mampu melaksanakan perannya dalam membina kualitas guru. Walaupun demikian guru-guru diberi kesempatan untuk mengembangkan kemampuannya melalui berbagai jalur, baik dengan mengikuti kegiatan Diklat/workshop intern maupun dari luar. Dari kesimpulan tersebut disarankan agar kepala sekolah perlu menyusun program secara rutinitas untuk menyelenggarakan Diklat/workshop bagi guruguru dengan narasumber yang berkualitas dan waktu yang memadai agar kegiatan tersebut memiliki nilai guna bagi guru-guru dalam meningkatkan kemampuan mereka. Untuk terlaksanyanya dan memperlancar kegiatan tersebut kepala sekolah perlu bekerjasama dengan pihak yayasan dalam hal pendanaan atau mencari sponsor dari luar. Kepala juga perlu menjalankan tugasnya dengan baik sebagai supervisor dengan membuat program pembelajaran dan melaksanakannya agar guru merasa dibina, diawasi dan dihargai tugasnya.
i
ABSTRACT
Suharyono Gustiawan , NIM : 107018200941 , Thesis Title " Principal Role in Fostering Quality Teachers in SMK Kartika X - 2 Jakarta .
This study aimed to describe the role played by the principal in maintaining the quality of educators . The method used in this research is descriptive qualitative research instrument interview , study of documents , and observation . To obtain optimum results of the study , data from interviews with school principals confirmed denagn documents obtained and where possible compared to HSIL and hasilwawancara teacher observation . The results showed that the principal has not been fully able to carry out its role in fostering the quality of teachers . Nevertheless, teachers are given the opportunity to develop their abilities through various channels , either by following training activities / workshops both internal and external . From this conclusion it is suggested that the principal needs to prepare the program routine to organize training / workshops for teachers with a resource of qualified and sufficient time for these activities have a value in order for teachers to improve their skills . To terlaksanyanya and facilitate the activities of the principals need to work with the foundation in terms of funding or seek sponsorship from the outside. Heads also need to carry out their duties well as a supervisor to create and implement learning programs so that teachers feel nurtured , watched and appreciated its work .
Keywords; the role of the principal, the quality of educators
ii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah yang senantiasa selalu penulis ucapkan sebagai ungkapan rasa syukur atas segala limpahan nikmat, rahmat dan anugerah-Nya kepada penulis, sehingga dapat terselesaikan sebuah karya kecil berupa skripsi ini sebagai persyaratan dalam mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) yang mudah-mudahan dapat bermanfaat bagi diri penulis khususnya dan umumnya bagi seluruh pembaca karya ini. Penulis sadar bahwa dalam proses penyelesaian skripsi ini banyak pihak yang telah memberikan bimbingan serta bantuan baik moril maupun materil kepada penulis. Sudah menjadi kepatutan sebagai rasa terimakasih yang sedalamdalamnya penulis sampaikan kepada semua pihak yang berjasa yaitu: 1. Nurlena Rifa’i, Ph.D, MA. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Dr. Hasyim Asy’ari, M. Pd. Ketua Jurusan Manajemen Pendidikan. 3. Zahrudin, Lc., M. Pd. selaku pembimbing yang telah memberikan pengarahan, motivasi, dan juga waktu yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini 4. Drs. Amirudin, M. M. Kepala SMK Kartika X-2 Jakarta beserta jajaran yang telah membantu penulis dengan memberikan izin untuk mengadakan observasi dan penelitian di sekolah tersebut. 5. Terlebih orang tuaku yang sangat penulis sayangi (Ayahanda Suhaeri Suprapto dan Ibunda Poniyah) yang selalu memberikan dukungan, bimbingan dan doa yang tiada hentih kepada penulis sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. 6. Tersayang Fajriah “Njie”, yang selalu memberikan motivasi dan nasehat, sehingga memberikan semangat yang sangat berarti untuk penulis pribadi dalam menyelesaikan skripsi ini.
iii
7. Sahabat seperjuangan Ari Bule, Dori, Fazri, Cuple, Ana, Imas, Pendi, Jong, Ale, Bang Oji, Bang Solihin, Labib, Cang Ical yang selalu memberikan motivasi dalam proses menyelesaikan skripsi ini. 8. Kawan-kawan seperjuanganku Jurusan MP Angkatan 2007, khususnya kelas B yang selalu bersama-sama saat masa perkuliahan.
Akhirnya penulis berdoa kepada Allah SWT mudah-mudahan mereka yang turut mebantu studi penulis dan kelancaran penelitian skripsi ini, baik yang disebut maupun yang tidak disebut namanya, semoga Allah membalasnya dan diberikan keberkahan dalam kehidupanya. Penulis sadar penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan, saran yang baik sangat penulis harapkan. Dengan segala kekurangannya, mudah-mudahan karya ini dapat bermanfaat pula bagi pembaca sekalian. Amin
Jakarta, 16 Agustus 2014 Penulis
Suharyono Gustiawan
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK ...............................................................................................
i
KATA PENGANTAR .............................................................................
iii
DAFTAR ISI ............................................................................................
vi
BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang ......................................................................
1
B. Identifikasi Masalah ...............................................................
5
C. Pembatasan Masalah ..............................................................
5
D. Perumusan Masalah................................................................
5
E. Tujuan.....................................................................................
5
F. Manfaat Penelitian.................................................................
6
BAB II KAJIAN TEORI A. Kualitas Pendidik ...................................................................
7
1. Pengertian Kualitas Pendidik ............................................
7
2. Kualifikasi Pendidik ..........................................................
10
3. Tugas dan Fungsi Pendidik ...............................................
11
4. Kompetensi Pendidik.........................................................
14
5. Persyaratan Pendidik Berkualitas ......................................
18
B. Pembinaan Kualitas Pendidik ................................................
19
1. Pengertian Pembinaan Kualitas Pendidik ..........................
20
2. Tugas, Fungsi, dan Prinsip Pembinaan Pendidik ..............
21
3. Strategi Pembinaan Kualitas Pendidik ..............................
25
C. Pembinaan Kualitas Pendidik oleh Kepala Sekolah ..............
30
1. Tanggung Jawab dan Fungsi Kepala Sekolah ...................
33
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ..............................................
42
B. Fokus Penelitian ...................................................................
43
C. Metode Penelitian, Jenis, dan Sumber Data ........................
43
D. Teknik Pengumpulan Data...................................................
44
v
vi
E. Teknik Analisis Data ...........................................................
45
F. Kisi-kisi Instrumen ..............................................................
45
BAB IV HASIL PENELITIAN
BAB V
A. Gambaran Umum SMK Kartika X-2 Jakarta ......................
47
1. Identitas Sekolah .............................................................
47
2. Visi dan Misi Sekolah .....................................................
48
3. Data Pendidik ..................................................................
49
B. Deskripsi dan Analisis Data .................................................
50
PENUTUP A. Simpulan ..............................................................................
56
B. Saran ....................................................................................
58
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................
59
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran peserta didik secara aktif dalam mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.1 Nilai sebuah pendidikan adalah proses pembelajaran. Tidak ada kualitas pendidikan tanpa kualitas pembelajaran. Berbagai upaya peningkatan mutu pendidikan dapat dianggap kurang berguna bilamana belum menuju perbaikan proses pembelajaran. Di antara keseluruhan komponen dalam pembelajaran guru merupakan
komponen
yang
sangat
menentukan
keberhasilan
dalam
pembelajaran. Tidak ada kualitas pembelajaran tanpa kualitas guru. Apapun yang telah dilakukan oleh kepala sekolah, namun yang pasti adalah 1
Alisuf Sabri, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: UIN Press, 2005), h. 7.
1
2
peningkatan kualitas pembelajaran tidak mungkin ada tanpa kualitas kinerja guru. Guru merupakan sumber daya manusia yang sangat menentukan keberhasilan pembelajaran. Guru merupakan unsur pendidikan yang sangat dekat hubungannya dengan peserta didik dalam pendidikan sehari-hari di sekolah dan banyak menentukan keberhasilan peserta didik. Kedudukan guru sebagai tenaga profesional, dibahas dalam Undangundang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Bab III pasal 7, bahwa profesi guru merupakan bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan prinsip sebagai berikut: (a) memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealism; (b) memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia; (c) memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugas; (d) memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas; (e) memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan; (f) memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja; (g) memiliki
kesempatan
untuk
mengembangkan
keprofesionalan
secara
berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat; (h) memiliki jaminan perlindungan hokum dalam melaksanakan tugas keprofesionalan; dan (i) memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal-hal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru.2 Sejalan dengan tantangan kehidupan global, peran dan tanggung jawab guru pada masa mendatang akan semakin kompleks, sehingga menuntut guru untuk
senantiasa
melakukan
berbagai
peningkatan
dan
penyesuaian
penguasaan kompetensinya. Guru harus lebih dinamis dan kreatif dalam mengembangkan proses pembelajaran siswa. Untuk menghadapi tantangan profesionalitas, guru perlu berpikir secara antisipatif dan proaktif. Artinya, guru harus melakukan pembaruan ilmu dan pengetahuan yang dimilikinya secara terus menerus.
2
http://www.slideshare.net/iwankusuma/uu-no-14-yahun-2005-tentang-guru-dan-dosen.
3
Potensi sumber daya guru perlu terus tumbuh dan berkembang agar dapat melakukan fungsinya secara potensial. Selain itu pengaruh perubahan yang serba cepat mendorong guru-guru untuk terus-menerus belajar menyesuaikan diri dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta mobilitas masyarakat. Masyarakat mempercayai, mengakui, dan menyerahkan kepada guru untuk mendidik dan membantu mengembangkan potensi anak didik secara profesional. Salah satu hal yang dapat dilakukan dalam rangka pemberdayaan guru adalah mengaktualisasikan peran kepala sekolah. Kepala sekolah sangat berpengaruh dalam meningkatkan semangat kerja guru dalam melaksankan tugas. Hasil penelitian Hersey menunjukkan bahwa ada Sembilan faktor yang dapat memengaruhi semangat kerja seseorang dalam menjalankan tugas, yaitu kesiapan kerja, kondisi kerja, organisasi kerja, kepemimpinan, gaji, kesempatan mengemukakan ide, kesempatan memelajari tugas, jam kerja, dan kemudahan kerja (Tiffin, 1952). Mc. Laughtin mengemukakan bahwa ada tiga faktor yang menyebabkan rendahnya semangat kerja guru, yaitu kurangnya input dalam pengambilan keputusan, kurangnya hubungan teman sejawat, dan kurangnya pengakuan prestasi Berdasarkan pembahasan di atas, dapat digarisbawahi bahwa kepala sekolah sangat berperan dalam meningkatkan semangat kerja guru dalam melaksanakan tugas di sekolah. Dengan demikian, berarti esensi peran kepala sekolah
adalah
membantu
guru
dalam
mengembangkan
kualitasnya.
Mengembangkan kemampuan dalam konteks ini haruslah ditafsirkan secara luas, artinya semata-mata tidak ditekankan pada peningkatan pengetahuan dan keterampilan mengajar guru, melainkan juga peningkatan komitmen atau kemauan atau motivasi guru, sebab dengan meningkat kemampuan dan motivasi kerja guru, kualitas akademik akan meningkat. Walaupun kedudukan guru sangat strategis dalam sistem pendidikan nasional, maka pembinaan kualitas guru sangat penting untuk dilakukan secara terus-menerus, baik oleh guru itu sendiri, organisasi profesi guru, pemerintah, dan pimpinan lembaga pendidikan di mana guru berkiprah, namun
4
kenyataannya sampai saat ini masih terdapat guru yang kemampuannya belum sesuai dengan standar minimal yang diharapkan. Kenyataan itu menunjukkan bahwa memang masih banyak terdapat sejumlah guru yang belum berkualitas. Kondisi ini bisa disebabkan karena guru itu sendiri tidak memiliki kesempatan untuk mengembangkan dirinya dengan belajar mandiri akan hal-hal yang dapat menunjang tugas profesinya, belum berfungsinya organisasi profesi guru secara optimal dalam memberdayakan dan meningkatkan profesi guru, kurang seriusnya pemerintah dalam menangani persoalan-persoalan yang berkaitan dengan guru, dan belum optimalnya peran kepala sekolah dalam membina kualitas guru. Salah satu sekolah yang belum maksimal dalam melakukan pembinaan kualitas pendidik adalah SMK Kartika X-2 Jakarta. Sebagi lembaga pendidikan formal, tentu guru menjadi patokan keberhasilan proses pendidikan sekolah tersebut. oleh karena itu, diperlukan guru yang mampu melaksanakan pembelajaran secara optimal. Namun tampaknya hal itu belum dapat terwujud secara baik, walaupun pihak sekolah dalam hal ini kepala sekolah sudah melakukan beberapa kegiatan untuk membina kualitas guru, seperti menyelenggarakan pelatihan, latihan penyusuna perangkat pembelajaran, member kesempatan guru untuk mengikuti seminar/ workshop/diklat intern maupun ekstern yang bertujuan meningkatkan kualitas pendidik. Keadaan tersebut dapat terjadi karena kurangnya kemampuan guru dalam merencanakan pembelajaran dan melaksanakan pembelajaran, kurang memahami landasan pendidikan, mulai melemahnya semangat untuk mendidik, masih kurangnya kesadaran guru dalam penggunaan waktu yang efektif dalam mengajar, serta terdapat materi pelajaran yang diampu tidak sesuai dengan latar belakang pendidikannya. Dari realitas yang telah dibahas, peneliti tertarik untuk mengkaji lebih lanjut melalui sebuah penelitian dengan judul “Peran Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Kualitas Pendidik di SMK Kartika X-2 Jakarta.”
5
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut: 1. Belum jelasnya sasaran pengembangan sumber daya tenaga pendidik yang harus dilakukan. 2. Guru tidak memiliki kesempatan untuk mengembangkan dirinya dengan belajar mandiri. 3. Kurang efektifnya pemanfaatan waktu mengajar. 4. guru belum maksimal dalam menjalankan tugasnya karena pembinaan yang belum optimal. 5. Belum optimalnya peran kepala sekolah dalam membina kualitas guru.
C. Pembatasan Masalah Mengingat luasnya cakupan permasalahan dalam membina kualitas pendidik, untuk memfokuskan penelitian dan efisiensi waktu, makapenelitian ini hanya dibatasi pada peran kepala sekolah dalam meningkatkan kualitas pendidik.
D. Perumusan Masalah Dari pembatasan masalah yang telah dikemukakan oleh penulis, maka perumusan masalah dalam penelitian ini yaitu “bagaimana peran kepala sekolah dalam meningkatkan kualitas pendidik?
E. Tujuan Penelitian Dengan melihat pokok permasalahan di atas, maka tujuan yang ingin diperoleh penulis dari penelitian ini adalah mendeskripsikan peran yang dilakukan kepala sekolah dalam membina kualitas pendidik.
6
F. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara praktis maupun teoritis bagi banyak pihak. 1. Manfaat praktis Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan atau bahan pertimbangan dalam membina kualitas pendidik bagi kepala sekolah. 2. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan acuan atau bahan referensi bagi peneliti lain untuk meneliti lebih lanjut tentang pembinaan kualitas pendidik.
BAB II KAJIAN TEORI
A. Kualitas Pendidik 1. Pengertian Kualitas Pendidik Dalam studi manajemen terdapat sebagai pandangan yang mencoba merumuskan definisi kualitas dengan arti yang berbeda-beda, Fandy Tjiptono dan Anastasia Diana yang mengatakan” Kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan.”1 Secara etimologis, kualitas adalah “Derajat, tingkat, kadar dan nilai.”2 Chrosby menjelaskan, “Kualitas adalah sesuai dengan yang disyaratkan atau distandarkan.”3 Sedangkan Gavin dan Davis menyatakan, “Kualitas adalah suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, manusia, proses, dan tugas serta lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan pelanggan atau konsumen. ”4 Dalam pengertian umum, kualitas mengandung makna derajat keunggulan suatu produk atau hasil baik barang atau jasa. Barang dan jasa pendidikan itu bermakna dapat dilihat dan tidak dapat dilihat tetapi dapat
1
Fandy Tjiptono dan Anastasia Diana, Total Quality Management (TQM), (Yogyakarta: Andi Offset, 1998), h.53. 2 Al Barry dan M. Dahlan, Kamus Modern Bahasa Indonesia, (Yogyakarta: Balai Pustaka, 1994), h. 432. 3 M. N. Nasution, Manajemen Mutu Terpadu, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2005), h. 2. 4 Ibid, h. 3.
7
8
dirasakan. Dikatakan berkualitas jika sumber daya manusianya bekerja efektif dan efisien.5 Dengan demikian kualitas dapat didefinisikan sebagai upaya memenuhi atau melebihi harapan mencakup produk, tenaga kerja, proses dan lingkungan serta memiliki kondisi yang selalu berubah, misalnya apa yang dianggap merupakan kualitas saat ini mungkin dianggap kurang berkualitas pada masa sekarang. Selanjutnya definisi dari pendidik, dalam ketentuan umum UndangUndang tentang Sisdiknas, “Pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widiaiswara, tutor,
instruktur,
fasilitator,
dan
sebutan
lain
yang
sesuai
dengan
kekhususannya, serta berpartisipasi dalam penyelenggaraan pendidikan.”6 Sebagaimana dalam pasal 1 Bab I, “Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.”7 Guru adalah pendidik yang memiliki kompetensi sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan anak usia dini yang meliputi: kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi professional, dan kompetensi sosial.8 Guru memegang peranan penting dalam kegiatan proses belajar mengajar di sekolah. Peran utama ini mengaharuskan guru melaksanakan kewajibannya secara bersungguh-sungguh dengan penuh rasa tanggung jawab yang didasarkan pada kualifikasi keilmuan yang dimiliki, oleh karena itu keberhasilan proses pembelajaran menjadi tanggung jawab utamanya. Dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya, guru memiliki kewajiban seperti apa 5
Sudarwan Danim, Visi Baru Manajemen Sekolah dari Unit Birokrasi ke Lembaga Akademik, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), h. 53. 6 Undang-Undang R.I. No. 20 Tahun 2003, Tentang SISDIKNAS & PP No. 47 Tahun 2008 Tentang Wajib Belajar, (Bandung: Citra Umbara), h. 3. 7 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008 Tentang Guru. 8 Peraturan Pemerintah RI No. 19 Tahun 2005, Tentang Standar Nasional Pendidikan, (Bandung: Citra Umbara, 2008), h. 74.
9
yang telah ditetapkan dalam Undang-Undang Guru dan Dosen No. 14 Tahun 2005, yaitu: a. Merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran. b. Meningkatkan
dan
mengembangkan
kualifikasi
akademik
dan
kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. c. Bertindak objektif dan tidak diskriminatif atasa dasar pertimbangan jenis kelamin, agama suku, ras dan kondisi fisik tertentu, atau latar belakang keluarga, dan status social ekonomi peserta didik dalam pembelajaran. d. Menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan, hukum, dan kode etik guru, serta nilai-nilai agama dan etika. e. Memilihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa.9
Yang lebih dirinci dalam Peraturan Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, sebagai berikut: a. Merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran. b. Memberikan tauladan dan menjaga nama baik lembaga dan profesi. c. Meningkatkan
dan
mengembangkan
kualifikasi
akademik
dan
kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. d. Memotivasi peserta didik melaksanakan waktu belajar di luar jam sekolah. e. Memberikan ketauladanan dan menciptakan budaya membaca dan budaya belajar.
9
Asrorun Ni’am Sholeh, Membangun Profesionalitas Guru, Analisis Kronologis atas lahirnya UU Guru dan Dosen, (Jakarta: ELSAS, 2006), h. 166-167.
10
f. Bertindak objektif dan tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan jenis kelamin, agama, suku, ras, dan kondisi fisik tertentu atau latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi peserta didik dalam pembelajaran. g. Menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan, hukum, dan kode etik guru, serta nilai-nilai agama dan etika. h. Memilihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa.10
Berkaitan dengan tugas dan profesinya, guru harus mengetahui serta memahami nilai-nilai, dan berusaha berperilaku atau berbuat sesuai dengan segala tindakannya dalam pembelajaran di sekolah, dan dalam kehidupan bermasyarakat. Sebagai seorang pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.11 Kualifikasi akademik adalah tingkat pendidikan minimal yang harus dipenuhi oleh setiap pendidik yang dibuktikan dengan ijazah atau sertifikat keahlian yang relevan sesuai ketentuan undang-undang. Dari penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kualitas pendidik adalah kriteria yang memenuhi standar dan harapan sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan dari subjek yang memiliki tugas utama sebagai pendidik, pengajar, pelatih, pembimbing serta penilai peserta didik.
2. Kualifikasi Pendidik Secara garis besar ada tiga tingkatan kualifikasi profesional guru sebagai tenaga profesional tenaga pendidik. Pertama, tingkatan capable personal, maksudnya guru diharapkan memiliki pengetahuan kecakapan dan keterampilan serta sikap yang lebih mantap dan memadai sehingga mampu mengelola proses belajar-mengajar secara efektif. Kedua, adalah guru sebagai
10
Peraturan Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 8 Tahun 2006 tentang Sistem Pendidikan, h. 16. 11 Asrorun Ni’am Sholeh, Op Cit, h. 162.
11
inovator, yakni sebagai tenaga kependidikan yang memiliki komitmen terhadap upaya perubahan dan reformasi. Ketiga, guru sebagai developer, guru harus memiliki visi keguruan yang mantap dan luas prospektifnya. Sementara itu, secara umum tugas guru sebagai profesi meliputi kegiatan:12 a. Mendidik, berkenaan dengan upaya guru untuk meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup (transfer of value). b. Mengajar, berhubungan dengan kegiatan guru untuk meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi (trasfer of Knowledge). c. Melatih, berhubungan dengan upaya guru dalam mengembangkan keterampilan-keterampilan (transfer of skills).
3. Tugas dan Fungsi Pendidik a. Tugas Pendidik Guru merupakan profesi yang membutuhkan keahlian khusus sebagai guru.13 Moh. Uzer Usman menyatakan dalam buku Abu Bakar yang berjudul “Profesi Keguruan” tugas pendidik dikelompokkan menjadi tiga jenis yaitu: tugas bidang profesi, tugas kemanusiaan, dan tugas dalam kemasyarakatan.14 1) Guru memiliki tugas profesional Tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar, dan melatih. a) Mendidik berarti menanamkan, meneruskan, dan mengembangkan nilainilai hidup kepada anak didik (nilai-nilai agama dan budaya). b) Melatih berarti membekali anak didik agar memiliki keterampilan sebagai bekal dalam kehidupannya. c) Mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi.
12
Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung : PT Remaja Rosda Karya, 1994), h. 20. 13 Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1998), cet. 9, h. 6. 14 Yunus Abu Bakar, Profesi Keguruan, (Learning Assisteance Program For Islamic School: Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, 2009), edisi 1, paket 6, h. 23-24.
12
2) Tugas guru dalam kemanusiaan di sekolah harus dapat menjadikan dirinya sebagai orang tua kedua.15 Tugas guru sebagai tugas kemanusiaan ini meliputi penanaman nilai moral kepada anak didik dan menjadi orang tua kedua bagi anak didik. a) Menanamkan nilai-nilai kemanusiaan kepada anak didik seperti akhlak, budi pekerti, dan sikap kesetiakawanan sosial. b) Menempatkan diri sebagai orang tua kedua berarti memahami jiwa dan watak anak didik. 3) Tugas guru sebagai tugas kemasyarakatan meliputi: a) Mendidik dan mengajar masyarakat untuk menjadi warga negara yang bermoral pancasila. b) Mencerdaskan masyarakat.
b. Fungsi Pendidik Moh. Uzer Usman mengungkapkan, fungsi guru dapat diklasifikasikan sebagai berikut: 1) Guru sebagai demonstrator hendaknya senantiasa menguasai bahan atau materi
pelajaran
yang
akan
diajarkannya
serta
senantiasa
mengembangkannya dalam arti meningkatkan kemampuannya dalam hal ilmu yang dimilikinya. Dalam setiap aspek kehidupan guru merupakan sosok ideal bagi siswanya, biasanya yang dilakukan guru akan menjadi acuan (teladan) bagi siswanya.16 2) Guru sebagai pengelola kelas seharusnya mampu mengelola kelas sebagai lingkungan belajar serta mengatur dan mengawasi agar proses KBM mengarah pada tujuan pendidikan. Tujuan dari pengelolaan kelas adalah menyediakan dan menggunakan fasilitas kelas untuk KBM agar mencapai hasil yang baik.
15
16
Moh. Uzer Usman, Op Cit, h. 7.
Wina Sanjaya, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Jakarta: Kencana, 2005), cet. 3, h. 46.
13
3) Guru sebagai mediator dan fasilitator. Guru sebagai mediator hendaknya memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang media pendidikan yang semakin maju sehingga pada akhirnya proses belajar mengajar terlaksana dengan efektif. Sedangkan guru sebagai fasilitator yaitu guru hendaknya mengusahakan sumber belajar yang berguna serta dapat menunjang tujuan dan proses belajar mengajar dengan baik yang berupa narasumber, buku teks, majalah, aaupun surat kabar. 4) Guru sebagai evaluator. Evaluasi merupakan salah satu komponen yang memiliki peran yang sangat penting dalam suatu rangkaian kegiatan pembelajaran.17 Guru sebagai evaluator yaitu guru sebagai penilai dan dengan penilaian guru dapat mengetahui keberhasilan pencapaian, tujuan penguasaan siswa terhadap pelajaran serta ketepatan atau keefektifan mengajar.18
Djamaroh menjelaskan fungsi guru adalah sebagai berikut: 1) Guru sebagai perencana kurikulum Guru menghadapi anak-anak setiap hari sehingga guru lebih mengetahui kebutuhan anak didik, maka dalam penyusunan kurikulum kebutuhan ini tidak boleh ditinggalkan. 2) Guru sebagai pemimpin Guru memiliki kesempatan dan tanggung jawab dalam banyak situasi untuk membimbing anak ke arah pemecahan masalah, membentuk keputusan dan menghadapkan anak-anak pada problem. 3) Guru sebagai sponsor dalam kegiatan anak Guru harus aktif dalam aktivitas anak, misalnya dalam ekstrakulikuler membentuk kelompok belajar.19
17
Ibid, h. 47. Moh. Uzer Usman, Op Cit, h. 9-12. 19 Yunus Abu Bakar, Profesi Keguruan, (Learning Assisteance Program For Islamic School: Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, 2009), edisi 1, paket 1-5, h. 2-8. 18
14
4. Kompetensi Pendidik a. Pengertian Kompetensi Pendidik Pendidik atau guru dianggap sebagai orang yang paling mampu atau mempunyai kekuatan melakukan perubahan karena guru selalu berhadapan secara terprogram dengan peserta didik. Besarnya tanggung jawab para pendidik dalam membentuk karakter bangsa dapat dikaitkan dengan kompetensi yang harus dikuasai oleh setiap pendidik. Dalam hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri Pasal 3 Bab II, yaitu:20 1) Kompetensi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 merupakan seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dikuasai, dan diaktualisasikan oleh guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalan. 2) Kompetensi guru sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi.
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, yang dikutip oleh Moh. Uzer Usman, kompetensi berarti “Kewenangan atau kekuasaan untuk menentukan (memutuskan) sesuatu hal. Pengertian dasar kompetensi yaitu kemampuan dasar dan kecakapan.”21 Padanan kata yang berasal dari Bahasa Inggris ini cukup banyak dan yang lebih relevan dengan pembahasan ini ialah kata proficiency dan ability yang memiliki arti kurang lebih sama yakni kemampuan. Hanya proficiency lebih sering digunakan orang untuk menyatakan
kemampuan
berperingkat
tinggi.
Barlow
mengatakan,
”Komepetensi guru ialah kemampuan seorang guru dalam melaksanakan kewajiban-kewajibannya secara bertanggung jawab dan layak.”22 Istilah kompetensi mempunyai banyak makna seperti dirumuskan beberapa pendapat berikut ini: 20
Peraturan Pemerintah RI Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru, h. 5. Moh. Uzer Usman, Op Cit, h. 14. 22 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1999), cet. 4, h. 229. 21
15
1) Kamus Bahasa Indonesia, ”Kata kompetensi berarti kewenangan atau hak kekuasaan untuk menentukan dan memutuskan suatu hal sedangkan akar kata kompeten, yang mengandung arti: (1) cakap mengetahui pekerjaan atau persoalan, (2) berhak, berwenang menentukan sesuatu.”23 2) Abdul Majid menjelaskan yang dikutip Pupuh Fathurrohman, ”Kompetensi merupakan seperangkat tindakan intelegen penuh tanggung jawab yang harus
dimiliki
seseorang
sebagai
syarat
untuk
melaksanakan tugas-tugas dalam pekerjaan tertentu.”
dianggap
mampu
24
3) Charles E. Jhonson menyatakan seperti yang dikutip oleh Moch Uzer Usman, kompetensi adalah: “ perilaku yang rasional untuk mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang diharapkan.”25 4) Kompetensi menurut Prof. Dr. Armai Arif diartikan sebagai ”Kemampuan untuk melaksanakan tugas ditempat kerja sesuai dengan standar yang ditetapkan meliputi kemampuan profesi, sosial, dan individu.”26 5) Stephen J. Kennezevich menjelaskan, sebagaimana yang dikutip oleh Prof. Dr. H. Hamzah B. Uno, ”Kompetensi adalah kemampuan-kemampuan untuk mencapai organisasi.” Kemapuan menurut Kennezevich merupakan ”Hasil dari penggabungan dari kemampuan-kemapuan yang berhak jenisnya,
dapat
berupa
pengetahuan,
keterampilan,
kepemimpinan,
kecerdasan dan lain-lain yang dimiliki seseorang untuk mencapai tujuan organisasi.”27
Dengan demikian mengacu pada beberapa pengertian kopmpetensi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kompetensi guru dapat dimaknai sebagai gambaran tentang apa yang seyogyanya dapat dilakukan seseorang guru dalam 23
Pusat Bahasa Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi 3, h. 584. Pupuh Fathurrohman, Strategi belajar Mengajar-Strategi Mewujudkan Pembelajaran Bermakna Melalui penanaman Konsep Umum & konsep Islami, (Bandung: PT. Refika Aditama, 1995), h. 44. 25 Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung : PT Remaja Rosda Karya, 1994), h. 14. 26 Armai Arief, Reformulasi Pendidikan Islam, (Jakarta: CRSD Press, 2005), h. 33. 27 Hamzah B. Uno, Profesi Kependidikan (Problema, Solusi, dan Reformasi Pendidikan di Indonesia), (Jakarta: PT. Bumi Aksara 2008), edisi 1, cet. 3, h, 62. 24
16
melaksanakan pekerjaannya, baik berupa kegiatan, berperilaku maupun hasil yang dapat tunjukkannya secara bertanggung jawab di sekolah maupun pada dirinya sendiri dan professional di bidangnya itu. b. Macam – macam Kompetensi Guru Adapun macam-macam kompetensi guru sebagai berikut: 1) Kompetensi Pedagogik, yaitu dalam Standar Nasional Pendidikan Pasal 28 ayat (3), yang dikutip oleh E. Mulyasa, dikemukakan ”Kompetensi pedagogik ialah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.”28 2) Kompetensi Profesional, beberapa kemampuan yang berhubungan dengan kompetensi ini di antaranya kemampuan untuk menguasai landasan kependidikan, pemahaman dalam bidang psikologi pendidikan. 3) Kompetensi Personal, kompetensi berhubungan dengan pengembangan kepribadian,
di
antaranya
kemampuan
yang
berhubungan
dengan
pengalaman ajaran agama sesuai dengan keyakinan agama yang dianutnya, kemampuan untuk menghormati dan menghargai antarumat beragama, kemampuan untuk berperilaku sesuai dengan norma, aturan, dan sistem nilai yang berlaku di masyarakat. 4) Kompetensi Sosial, kompetensi berhubungan dengan anggota masyarakat, di antaranya kemampuan untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan teman sejawat untuk meningkatkan kemampuan profesioanl, kemampuan untuk
mengenal
kemasyarakatan .
dan
memahami
fungsi-fungsi
setiap
lembaga
29
Guru yang kompeten mampu mengelola program belajar mengajar, dengan kemampuan sebagai berikut: 28
E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Kompetensi Guru, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset, 2007), h. 75. 29 Wina Sajaya, Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Jakarta: Prenada Media Group), h. 145-146.
17
1) Menguasai bahan yang diajarkan 2) Pengelolaan program belajar mengajar. 3) Mengelola Kelas 4) Menggunakan media 5) Menguasai landasan-landasan kependidikan 6) Mengelola interaksi belajar mengajar 7) Menilai prestasi siswa untu kepentingan pengajaran 8) Mengenai fungsi dan program layanan bimbingan sekolah 9) Memahami
prinsip-prinsip
dan
menjelaskan
hasil-hasil
penelitian
kependidikan guna keperluan mengajar.30
c. Karakteristik Kompetensi Guru Karakteristik kompetensi guru, meliputi di antaranya:31 1) Guru tersebut mampu mengembangkan tanggung jawab dengan sebaikbaiknya. 2) Guru tersebut mampu melaksanakan peranannya secara berhasil. 3) Guru tersebut mampu bekerja dalam usaha mencapai tujuan pendidikan (tujuan instuksional) sekolah. 4) Guru tersebut mampu melaksanakan peranannya dalam proses belajar mengajar di dalam kelas.
Berdasarkan keragaman pendapat di atas. Ternyata pendapat tersebut memiliki banyak kesamaan dan bahkan saling melengkapi satu sama lainnya. Sedangkan perbedaannya terletak pada sudut pandang mereka dari segi pendidikan yang mereka tekuni. Jadi, kompetensi guru itu memiliki tiga kemampuan profesional yaitu kepribadian guru, penguasaan terhadap ilmu dan bahan pelajaran yang akan diajarkan serta keterampilan guru dalam mengajar.
30
Sadirman A. M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2000), h. 162. 31 Oemar Hamalik, Pendidikan Guru Berdasrkan Pendekatan Kompetensi, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2006), cet. 4, h. 38.
18
atau dengan kata lain memiliki tiga unsur yaitu kompetensi pedagogik, profesional, personal, dan sosial yang harus dikembangkan lebih lanjut. Dengan demikian, seorang guru yang progresif harus mengetahui dengan pasti kompetensi apa yang dituntut oleh masyarakat dewasa ini bagi dirinya. Setelah mengetahui dapat dijadikan pedoman untuk meneliti dirinya apakah ia seorang guru yang dalam tugasnya telah dapat mengetahui kompetensi itu. Bila belum, guru yang baik harus mengakui kekurangankekurangannya dan berusaha untuk memperbaikinya.
5. Persyaratan Pendidik Berkualitas Kompetensi itulah yang digunakan untuk menilai apakah seorang guru berkualitas atau tidak. Seorang guru seharusnya memiliki latar belakang pendidikan, pelatihan, dan pengalaman yang memadai untuk dapat mencapai tingkat kompetensi tertentu. Idealnya guru harus memiliki latar belakang pendidikan tentang kependidikan dan keguruan serta mengikuti berbagai pelatihan yang terkait dengan kebutuhan yang harus dipenuhi sebagai seorang guru. Guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi dan sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Kualifikasi akademik diperoleh melalui pendidikan tinggi program sarjana. Kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, sosial, kepribadian, dan profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi. Sebab guru mempunyai peranan penting dalam meningkatkan mutu pendidikan sehingga guru dituntut memiliki kompetensi yang memadai dalam memberikan pendidikan dan pengajaran kepada siswa. Awandana dalam arikelnya yang berjudul ”Guru yang Berkualitas” menyatakan semakin banyak guru yang berkualitas semakin banyak pula sekolah yang berkualitas. Beberapa hal yang harus diperhatikan agar menjadi guru yang berkualitas yaitu: a. Guru harus memiliki profesionalisme di bidangnya, berarti guru harus memiliki pengetahuan yang luas tentang bidang yang diajarkannya.
19
b. Guru harus mempersiapkan bahan untuk mengajar dan mempelajari materi terlebih dahulu sebelum pergi mengajar. c. Guru harus dapat menyampaikan materi dengan jelas dan menerapkan metode dua arah yang kreatif dalam mengajar, bila perlu selipkan beberapa humor agar suasana tidak kaku dan menyenangkan. d. Guru harus dapat mengelola kelas dan siap berhadapan dengan berbagai macam jenis maupun karakter siswa. e. Guru harus melakukan evaluasi terhadap dirinya sendiri maupun terhadap siswa dan dibahas secara bersama-sama bagaimana agar siswa mengerti terhadap pelajaran yang disampaikan. f. Guru harus dapat berhubungan baik dengan orang tua siswa maupun dengan guru lainnya.32 profesional guru merupakan hal penting bagi keberhasilan suatu sistem pendidikan. Sebagai tenaga pendidik yang memiliki kemampuan kualitatif, guru harus menguasai ilmu keguruan dan mampu menerapkan strategi pembelajaran untuk mengantarkan siswanya pada tujuan pendidikan. Ahmad Barizi
mengungkapkan,
”Guru
dituntut
memiliki
profesionalisme
di
bidangnya.”33 Artinya guru tidak hanya harus memiliki pengetahuan yang luas tentang bidang yang diajarkannya, tetapi seluruh komponen yang berkaitan dengan pendidikan harus ada pada diri guru itu sendiri.
B. Pembinaan Kualitas Pendidik Guru mempunyai tugas mendidik dan mengajar jangan sampai berhenti untuk belajar, karena ilmu pengetahuan dan teknologi selalu berkembang secara dinamis. Kemampuan mengajar guru harus senantiasa ditingkatkan, antara lain melalui pembinaan guru. Depdikbud beranggapan bahwa di tangan guru lah mutu pendidikan kita sangat bergantung. Guru dianggap sebagai
32
Awandana, Guru yang Berkualitas. http://www.psbpsma.org/content/blog/Guruberkualitas-. Posted Sabtu, 11 Juni 2009. Diunduh pada hari Rabu, 28 Januari 2014, Pukul 11:45. 33 Ahmad Barizi, Menjadi Guru Unggul, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2009), h. 79.
20
faktor utama, karena ia berinteraksi langsung dengan muridnya dalam proses belajar mengajar di sekolah.
1. Pengertian Pembinaan Kualitas Pendidik Menurut istilah, ”pembinaan berasal dari kata dasar ”bina”, yang berasal dar bahasa Arab, yaitu bangun (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Pembinaan berarti pembaharuan, penyempurnaan atau usaha, tindakan atau kegiatan yang dilaksanakan secara berdaya guna dan berhasil guna untuk memperoleh hasil yang lebih baik.”34 Pembinaan termasuk salah satu terjemahan dari bahasa Inggris, yaitu training yang berarti latihan, pendidikan, dan pembinaan. Pelatihan atau training adalah ”suatu kegiatan yang bermaksud untuk memperbaiki dan mengembangkan sikap, tingkah laku, keterampilan, dan pengetahuan dari karyawannya sesuai dengan keinginan perusahaan.”35 dalam pembinaan seseolang dilatih untuk mengenal kemampuan dan mengembangkannya, agar dapat memanfaatkannya secara utuh di masyarakat. Secara terminologis, pembinaan guru sering diartikan sebagai rangkaian usaha kepada guru, terutama bantuan yang berwujud layanan profesional yang dilakukan oleh kepala sekolah, penilik sekolah, dan pengawas serta pembinaan lainnya untuk meningkatkan proses belajar mengajar.36 Berdasarkan pengertian tersebut, dapat dinyatakan bahwa pembinaan guru merupakan: a. Serangkaian bantuan yang berwujud layanan profesional. b. Layanan profesional tersebut diberikan oleh orang yang lebih ahli (kepala sekolah, penilik sekolah, pengawas, dan ahli lainnya) kepada guru. c. Maksud layanan profesional tersebut adalah agar dapat meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar sehingga tujuan pendidikan yang direncanakan dapat tercapai.37
34
Gouzali Saydam, Manajemen Sumber Daya Manusia: Suatu Pendekatan Mikro (Dalam Tanya Jawab), (Jakarta: Djambatan, 2000), Cet. Ke-2, h. 408. 35 Alex S. Nitisemito, Manajemen Personalia (Manajemen Sumber Daya Manusia), Ed. 3, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1996), Cet. Ke-9, h. 53. 36 Ibid, h. 9. 37 Idid, h. 11.
21
Pembinaan kualitas guru merupakan salah satu upaya pengembangan sumber daya manusia yang harus dilakukan secara berkesinambungan, karena guru merupakan salah satu komponen terpenting dalam meningkatkan mutu pendidikan, di mana saat ini guru dituntut untuk memiliki kompetensi yang memadai dalam proses pembelajaran di sekolah. Dalam pengertian lain pembinaan guru berarti sebagai serangkaian usaha bantuan kepada guru, terutama bantuan yang berwujud layanan profesional yang dilakukan oleh kepala sekolah, penilik sekolah, dan pengawas serta pembina lainnya untuk meningkatkan proses dan hasil belajar.38 Kepala sekolah perlu menyadari bahwa tugas merekalah sebenarnya
2. Tujuan, Fungsi dan Prinsip Pembinaan Pendidik Tujuan pembinaan guru adalah untuk meningkatkan kemampuan profesional guru dalam meningkatkan proses dan hasil belajar melalui pemberian bantuan yang terutama bercorak layanan profesional kepada guru. Jika proses belajar meningkat, maka hasil belajar diharapkan juga meningkat. Dengan demikian, rangkaian usaha pembinaan profesional guru akan memperlancar pencapaian tujuan kegiatan belajar mengajar. Seperti yang dikutip Ali Imran dari Wiles, secara umum pembinaan guru bertujuan untuk memberikan bantuan dalam mengembangkan situasi belajar mengajar yang lebih baik, melalui usaha peningkatan profesional mengajar; menilai kemampuan guru sebagai pendidik dan pengajar dalam bidang masing-masing guna membantu mereka melakukan perbaikan dan bila mana diperlukan dengan menunjukkan kekurangan-kekurangan untuk diperbaiki sendiri. Berdasarkan tujuan-tujuan tersebut sangatlah jelas, bahwa pembinaan guru bertujuan sebagai berikut: a. Memperbaiki proses belajar mengajar. b. Perbaikan tersebut dilaksanakan melalui pembinaan profesional. 38
Ali Imron, Pembinaan Guru di Indonesia, (Jakarta: Pustaka Jaya, 1995), h. 12.
22
c. Yang melakukan pembinaan adalah pembina. d. Sasaran pembinaan tersebut adalah guru, atau orang lain yang ada kaitannya. e. Secara jangka panjang maksud pembinaan tersebut adalah memberikan kontribusi bagi pencapaian tujuan pendidikan.39
Dalam rumusan yang lebih rinci, Djajadisastra sebagaimana dikutip Ali Imran mengemukakan tujuan pembinaan guru atau supervisi sebagai berikut : a. Memperbaiki tujuan khusus mengajar guru dan belajar siswa. b. Memperbaiki materi (bahan) dan kegiatan belajar mengajar. c. Memperbaiki metode, yaitu cara mengorganisasi kegiatan belajar mengajar. d. Memperbaiki penilaian atas media. e. Memperbaiki penilaian proses belajar mengajar dan hasilnya. f. Memperbaiki pembimbingan siswa atas kesulitan belajarnya. g. Memperbaiki sikap guru atau tugasnya.40
Berdasarkan tujuan-tujuan tersebut, kemudian dapat didentifikasi fungsi-fungsi pembinaan guru. Fungsi pembinaan guru adalah menumbuhkan iklim bagi perbaikan proses dan hasil belajar melalui serangkaian upaya pembinaan terhadap guru-guru dalam wujud layanan profesional. Agar pembinaan guru tersebut dapat dilakukan dengan baik, perlu dipedomani prinsip-prinsip pembinaan guru. yang dimaksud dengan prinsip adalah sesuatu yang harus dipedomani dalam suatu aktivitas. Para pakar mengidentifikasi prinsip-prinsip pembinaan guru sesuai dengan sudut tinjauan mereka, yaitu: a. Dilakukan sesuai dengan kebutuhan guru. b. Hubungan antara guru dengan pembinaan didasarkan atas kerabat kerja. c. Pembina ditunjang sifat keteladanan dan terbuka. d. Dilakukan secara terus menerus. e. Dilakukan melalui berbagai wadah yang ada. 39 40
Ibid, h.13. Ali Imran, Pembinaan Guru Di Indonesia, (Malang: PT Dunia Pustaka Jaya, 1995), h. 12.
23
f. Diperlancar melalui peningkatan koordinasi dan singkronisasi horizontal dan vertikal baik di tingkat pusat maupun daerah.41 Sudarwan Danim mengemukakan 5 prinsip umum dan 17 prinsip khusus. Prinsip umum pembinaan dan pengembangan profesi dan karier guru dijelaskan sebagai berikut: Pertama, demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa. Kedua, satu kesatuan yang sistemis dengan sistem terbuka dan multimakna. Ketiga, suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan guru yang berlangsung sepanjang hayat. Keempat, memberi
keteladanan,
membangun
kemauan,
dan
mengembangkan
kreativitas guru dalam proses pembelajaran. Kelima, memberdayakan semua komponen masyarakat melalui peran serta dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu layanan pendidikan.42 Prinsip khusus atau operasional pembinaan dan pengembangan profesi dan karier disajikan sebagai berikut: Pertama, ilmiah, dimana keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan dalam kompetensi dan indikator harus benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan. Kedua, relevan, di mana rumusnya berorientasi pada tugas pokok dan fungsi guru sebagai pendidik profesional, yakni memiliki kompetensi kepribadian, sosial, profesional, dan pedagogis. Ketiga, sistematis, di mana setiap komponen dalam kompetensi jabatan guru berhubungan secara fungsional dalam mencapai kompetensi. Keempat, konsisten, di mana adanya hubungan yang ajeg dan taat asas antara kompetensi dan indikator. Kelima, aktual dan kontekstual yakni rumusan kompetensi dan indikator dapat mengikuti perkembangan ipteks. Keenam, fleksibel, di mana rumusan kompetensi dan indikator dapat berubah sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan zaman. Ketujuh, demokratis, di mana setiap guru memiliki hak dan peluang yang sama untuk diberdayakan
41 42
Ibid, h.14. Danim Sudarwan, Pengembangan Profesi Guru: dari pra-jabatan, induksi, ke profesional madani (Jakarta: Kencana 2011), h.92.
24
melalui proses pembinaan dan pengambangan profesionalitasnya, baik secara individual maupun intitusional. Kedelapan, objektif, di mana setiap guru dibina dan dikembangkan profesi dan karirnya dengan mengacu kepada hasil penilaian yang dilaksanakan berdasarkan indikator-indikator terukur dari kompetensi profesinya. Kesembilan, komprehensif di mana setiap guru dibina dan dikembangkan profesi dan karirnya untuk mencapai kompetensi profesi dan kinerja yang bermutu dalam memberikan layanan pendidikan dalam rangka membangun generasi yang memiliki pengetahuan, kemampuan atau kompetensi, mampu menjadi dirinya sendiri, dan dapat menjalani hidup bersama orang lain. Kesepuluh, memandirikan, di mana setiap guru secara terusmenerus diberdayakan untuk mampu meningkatkan kompetensinya secara berkesinambungan, sehingga memiliki kemandirian profesional dalam melaksanakan tugas dan fungsi profesinya. Kesebelas, profesional, di mana pembinaan dan pengembangan profesi dan karier guru dilaksanakan dengan mengedepankan nilai-nilai profesionalitas. Kedua belas, bertahap, di mana pembinaan dan pengembangan profesi dan karier guru dilaksanakan secara bertahap agar guru benar-benar mencapai puncak profesionalitas. Ketiga belas, berjenjang, di mana pembinaan dan pengembangan profesi dan karier guru dilaksanakan secara berjenjang berdasarkan jenjang kompetensi atau tingkat kesulitan kompetensi yang ada pada standar kompetensi. Keempat
belas,
berkelanjutan,
di
mana
pembinaan
dan
pengembangan profesi dan karier guru dilaksanakan secara berkelanjutan karena perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni serta adanya kebutuhan penyegaran kompetensi guru. Kelima belas, accountable, di mana pembinaan
dan
pengembangan
profesi
dan
karier
guru
dapat
dipertanggungjawabkan secara transparan kepada publik. Keenam belas, efektif, di mana pelaksanaan pembinaan dan pengembangan profesi dan karier guru harus mampu memberikan informasi yang dapat digunakan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan yang tepat oleh pihak-pihak
25
yang terkait dalam pembinaan dan pengembangan profesi dan karier lebih lanjut dalam upaya peningkatan kompetensi dan kinerja guru. Ketujuh belas, efisien di mana pelaksanaan pembinaan dan pengembangan profesi dan karier guru harus didasari atas pertimbangan penggunaan sumberdaya seminimal mungkin untuk mendapatkan hasil yang optimal.43 Prinsip-prinsip tersebut hendaknya dijalankan oleh para pembina guru agar pembinaan tersebut berhasil guna sehingga dapat tercapai tujuan yang diharapkan.
3. Strategi Pembinaan Kualitas Pendidik Banyak cara yang dapat dilakukan untuk membina kualitas guru, salah satunya adalah dengan memberdayakan peran MGMP (musyawarah guru mata pelajaran). Melalui kegiatan ini diharapkan para guru dapat menyebar luaskan upaya-upaya kreatif dalam pemecahan masalah. Forum ini selain sebagai media untuk sharing pengalaman juga berfungsi sebagai kompetisi antar guru dengan menampilkan guru-guru yang berprestasi dalam bidangnya, misalnya; dalam penggunaan metode pembelajaran, hasil penelitian tindakan kelas atau penulisan karya ilmiah. Pembinaan kualitas guru dapat juga dilakukan melalui optimalisasi pelaksanaan penelitian yang merupakan kegiatan sistematik dalam rangka merefleksi dan meningkatkan praktik pembelajaran secara terus-menerus sebab berbagai kajian yang bersifat reflektif oleh guru dilakukan untuk meningkatkan kemantapan rasional, memperdalam pemahaman terhadap tindakan yang dilakukan dalam melaksanakan tugasnya, dan memperbaiki kondisi di mana praktik pembelajaran berlangsung.44 Kegiatan penelitian ini diharapkan dapat memperbaiki kualitas proses belajar mengajar dan meningkatkan kemampuan guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar juga untuk meningkatkan hasil belajar siswa sebab melalui kegiatan ini guru
43
Danim Sudarwan, Pengembangan Profesi Guru: dari pra-jabatan, induksi, ke profesional madani (Jakarta: Kencana 2011), h. 92-94. 44 Saondi Ondi, Suherman Aris, Etika Profesi Keguruan, (Bandung: PT Refika Aditama 2010), h.81.
26
dapat memperbaiki kelemahan-kelemahan yang dilakukan dan keterbatasan yang harus diperbaiki. Pembinaan profesionalisme guru dapat dilaksanakan secara terpadu, konsepsional, dan sistematis. Beberapa pendekatan/strategi yang dapat dilakukan,
melalui;
pelaksanaan
tugas,
responsi,
penelusuran
dan
perkembangan diri, dan dukungan sistem.45
a. Pelaksanaan Tugas Pengembangan kompetensi melalui pelaksanaan tugas pada dasarnya merupakan upaya memadukan antara potensi profesional dengan pelaksanaan tugas-tugas pokoknya. Dengan cara ini, tugas-tugas yang diberikan dalam kegiatan pelaksanaan tugas, secara langsung maupun tidak langsung merupakan upaya peningkatan kompetensi guru. Pendekatan ini sifatnya lebih informal, sudah terkait dengan pelaksanaan tugas sehari-hari. Cara ini sangat tepat dalam berbagai situasi, melalui kegiatan-kegiatan: 1) Kerja kelompok untuk menumbuhkan saling menghormati dan saling memahami; 2) Diskusi kelompok untuk bertukar pikiran dan membahas masalah yang dihadapi bersama; 3) Melaksanakan tugas dan tanggungjawab yang diberikan, sehingga dapat meningkatkan keterampilan dan rasa percaya diri;
b. Responsi Responsi adalah salah satu metode pembinaan dengan maksud agar guru dapat lebih memahami peran, fungsi dan tugasnya sebagai guru melalui latihan soal, tanya jawab, dan diskusi. Peningkatan kompetensi melalui responsi
dilakukan dalam bentuk suatu interaksi secara formal atau informal
yang biasanya dilakukan melalui berbagai interaksi seperti pendidikan dan latihan, seminar, lokakarya, ceramah, konsultasi, studi banding, penggunaan 45
137.
Ali Mudlofir, Pendidik Profesional, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2013), h. 131-
27
media, dan forum-forum lainnya. Hal yang dapat menunjang responsi ini adalah apabila para guru berada dalam suasana interaksi sesama guru yang memiliki kesamaan latar belakang dan tugas, misalnya MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran). Dalam pendekatan ini, MGMP sebagai satu wadah para guru mata pelajaran sejenis dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan profesionalisme guru. Melalui MGMP, para guru akan memproleh peluang untuk saling tukar pengetahuan dan pengelaman, sehingga pada gilirannya dapat meningkatkan wawasan
dan
kualitas
diri
pribadi
serta
profesi.
MGMP
dapat
mengembangkan suatu program kerja yang memungkinkan para guru sejenis dapat berkembang, misalnya mendatangkan pakar dalam bidangnya sebagai fasilitator dalam lokakarya, pelatihan, studi kasus, dan sebagainya.
c. Penelusuran dan Perkembangan Diri Pada dasarnya, peningkatan kompetensi akan sangat tergantung pada kualitas pribadi masing-masing. Kenyataannya, setiap orang memiliki keunikan sendiri-sendiri dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing. Oleh karena itu, upaya peningkatan profesionalisme seyogyanya berpusat pada keunikan potensi kepribadian masing-masing. Pendekatan ini dirancang untuk membantu guru agar potensi pribadi dapat berkembang secara optimal dan berkualitas sehingga pada gilirannya dapat membawa kepada perwujudan profesionalisme secara lebih bermakna. Potensi pribadi merupakan bagian dan keseluruhan kepribadian dalam bentuk kecakapan-kecakapan yang terkandung baik aspek fisik, emosional, maupun intelektual. Apabila potensi pribadi ini dapat dikembangkan secara efektif, maka akan menjadi kecakapan nyata yang secara terpadu membentuk kualitas kepribadian seseorang. Peningkatan kualitas dapat diproleh melalui suatu perencanaan yang sistematis dengan menata dan mengembangkan potensi-potensi pribadi. Perencanaan ini suatu rangkaian proses kegiatan yang terarah dan sistematis dalam mengenal, menata, dan mengembangkan potensi pribadi agar mencapai suatu perwujudan diri yang bermakna.
28
d. Dukungan Sistem Perkembangannya kompetensi guru akan banyak tergantung pada kondisi sistem dimana guru bertugas. Oleh karena itu, upaya peningkatan kualitas seharusnya berlangsung dalam sistem organisasasi dan manajemen yang kondusif. Untuk hal ini perlu diupayakan agar organisasi dan lingkungan tertata sedemikian rupa, sehingga menjadi suatu sistem dengan manajemen yang menunjang pengembangan kualitas guru. Manajemen dan sarana penunjang yang memadai sangat diperlukan untuk membentuk lingkungan kerja yang kondusif bagi pelaksanaan tugas yang efektif. Mengingat besarnya peran guru pada tingkat institusional dan instruksional
maka
manajemen
pendidikan
harus
memprioritaskan
manajemen guru utama yang berkenaan dengan manajemen guru adalah bagaimana menciptakan suatu pengelolaan pendidikan yang memberikan suasana kondusif bagi guru untuk melaksanakan tugas profesinya secara kreatif dan produktif serta memberikan jaminan kesejahteraaan dan pengembangkan karirnya. Manajemen guru harus mencakup fungsi-fungsi yang berkenaan: (1) profesionalisme, standar, sertifikasi dan pendidikan perajabatan, (2) rekrutmen dan penempatan, (3) promosi dan mutasi, (4) gaji, insentif, dan pelayanan, (5) supervisi dan dukungan profesional.46 Secara lebih teknis dan operasional strategi dan teknik peningkatan profesional guru dapat ditempuh kegiatan-kegiatan berikut: 1) In-house training (IHT), yaitu pelatihan yang dilaksanakan secara internal dikelompok kerja guru, sekolah atau tempat lain yang ditetapkan untuk menyelenggarakan pelatihan. 2) Program magang. Program magang adalah pelatihan yang dilaksanakan didunia kerja atau industri yang relevan dalam rangka meningkatkan kompetensi profesional guru. 3) Kemitraan sekolah. Pelatihan melalui kemitraan sekolah dapat dilaksanakan antara sekolah yang baik dengan yang kurang baik, antara sekolah negeri dengan sekolah swasta, dan sebagainya.
46
Mudlofir Ali, Pendidikan Profesional, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada 2012), h. 134.
29
4) Belajar jarak jauh. Pelatihan melalui belajar jarak jauh dapat dilaksanakan tanpa menghadirkan instruktur dan peserta pelatihan dalam satu tempat tertentu, melainkan dengan sistem pelatihan melalui internet dan sejenisnya. 5) Pelatihan berjenjang dan pelatihan khusus. Pelatihan jenis ini dilaksanakan di lembaga-lembaga pelatihan yang diberi wewenang, dimana program disusun secara berjenjang mulai dari jenjang dasar, menengah, lanjut, dan tinggi. 6) Kursus singkat diperguruan tinggi atau lembaga pendidikan lainnya. Kursus singkat dimaksudkan untuk melatih meningkatkan kemampuan guru dalam beberapa kemampuan seperti kemampuan melakukan penelitian tindakan kelas, menyusun karya ilmiah, merencanakan, melaksanakan, melakukan dan mengevaluasi pembelanjaran, dan lain-lain sebagainya. 7) Pembinaan internal oleh sekolah. Pembinaan internal ini dilaksanakan oleh kepala sekolah dan guru-guru yang memiliki kewewenangan membina, melalui rapat dinas, rotasi tugas mengajar, pemberian tugas-tugas internal tambahan, diskusi dengan rekan sejawat dan sejenisnya. 8) Pendidikan lanjut. Pembinaan profesi guru melalui pendidikan lanjut juga merupakan alternatif bagi peningkatakan kualifikasi dan kompetensi guru. Pengikutsertaan guru dalam pendidikan lanjut ini dapat dilaksanakan dalam memberikan tugas belajar, baik di dalam maupun di luar negeri bagi guru yang berprestasi. 9) Diskusi masalah-masalah pendidikan. Diskusi ini dilaksanakan secara berkala dengan topik diskusi sesuai dengan masalah yang dialami di sekolah. 10) Seminar. Pengikutsertaan guru di dalam kegiatan seminar dan pembinaan publikasi ilmiah juga dapat menjadi model pembinaan berkelanjutan bagi peningkatan keprofesian guru. 11) Workshop. Dilakukan untuk menghasilkan produk yang bermanfaan bagi pembelajaran, meningkatkan kompetensi maupun pengembangkan karirnya. Workshop dapat dilakukan misalnya dalam kegiatan menyusun KTSP, analisis kurikulim, pengembangan silabus, penulisan RPP, dan sebagainya. 12) Penelitian. Penelitian dapat dilakukan guru dalam bentuk penelitian tindakan kelas, penelitian eksperimen ataupun jenis yang lain dalam rangka peningkatan mutu pembelajaran. 13) Penulisan buku/bahan ajar. Bahan ajar yang ditulis guru dapat membentuk diktat, buku pelajaran ataupun buku dalam bidang pendidikan. 14) Pembuatan media pembelajaran. Media pembelajaran yang dibuat guru dapat berbentuk alat peraga, alat peraktikum sederhana, maupun bahan ajar elektronik atau animasi pembelajaran. 15) Pembuatan karya teknologi/karya seni. Karya teknologi/seni yang dibuat guru dapat berupa karya yang bermanfaat untuk masyarakat
30
atau kegiatan pendidikan serta karya seni yang memiliki nilai estetika yang diakui oleh masyarakat.47 Untuk meningkatkan kualitas guru di sekolah, perlu dirumuskan sebuah instrumen yang jelas dan akurat yang dapat merekam dan menggambarkan indeks kinerja guru selama melaksanakan tugasnya sebagai guru.
C. Pembinaan Kualitas Pendidik oleh Kepala Sekolah Sekolah merupakan salah satu bentuk organisasi pendidikan. Kepala sekolah merupakan pemimpin pendidikan di sekolah. Kepala sekolah memiliki sejumlah tugas dan tanggung jawab yang cukup berat. Untuk bisa menjalankan fungsinya
secara
optimal,
kepala
sekolah
perlu
menerapkan
gaya
kepemimpinan yang tepat. Kepala sekolah yang baik dapat membuat anggota menjadi percaya, loyal, dan termotivasi untuk melaksanakan tugas-tugas organisasi secara optimal. Untuk itu, keberhasilan kepala sekolah dapat dilihat dari performansi anggota. Pelaksanaan proses pembelajaran di kelas tidak selamanya memberikan hasil sesuai dengan yang diinginkan, ada saja kekurangan dan kelemahan yang dijumpai pada guru saat melaksanakan proses pembelajaran maka untuk memperbaiki kondisi demikian peran supervisi pendidikan menjadi sangat penting untuk dilaksanakan sebagai upaya meningkatkan prestasi kerja guru yang pada gilirannya meningkatkan prestasi sekolah. Pelaksanaan supervisi bukan untuk mencari kesalahan guru tetapi pelaksanaan supervisi pada dasarnya adalah proses pemberian layanan bantuan kepada guru untuk memperbaiki proses belajar mengajar yang dilakukan guru dan meningkatkan kualitas hasil belajar.
47
135-137.
Mudlofir Ali, Pendidikan Profesional, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada 2012), h.
31
Kepala sekolah yang melaksanakan supervisi pada guru harus mampu menempatkan diri sebagai pemberi bantuan bukan sebagai pencari kesalahan. Hal ini dilakukan untuk menghindari kesalahpahaman dan penafsiran yang berbeda antara guru dengan kepala sekolah. Selain itu, untuk memberikan rasa nyaman guru dalam melaksanakan proses pembelajaran dan menerima segala perbaikan yang diberikan kepala sekolah. Tujuan akhir dari kegiatan supervisi pendidikan adalah untuk memperbaiki guru dalam hal proses belajar mengajar agar tercapai kualitas proses belajar mengajar dan meningkatkan kualitas hasil belajar siswa.48 Kepala sekolah berperan penting dalam mewujudkan sistem manajemen sekolah yang unggul dan efektif. Kepala sekolah yang profesional dan memenuhi standar kualifikasi kepala sekolah, serta mampu melihat dan memanfaatkan potensi sumber daya sekolah dapat menjamin terselenggaranya sekolah yang efektif. Oleh karena itu, kepala sekolah harus memahami tugasnya baik selaku manajer maupun supervisor.49 Sebagai supervisor, kepala sekolah mempunyai beberapa peran penting, yaitu: a. Mengadakan observasi di setiap kelas (dilakukan secara mendadak) untuk meningkatkan efektivitas proses pembelajaran; b. melaksanakan pertemuan individual dengan guru untuk menggali potensi masing-masing guru; c. menyediakan waktu dan pelayanan bagi guru dalam upaya pemecahan masalah akademik dan administratif; d. menyediakan dukungan dan suasana kondusif bagi guru dalam perbaikan dan peningkatan kinerja guru; e. melaksanakan pengembangan staf secara terencana, terarah dan berkelanjutan; f. bekerja sama dengan guru untuk mengevaluasi hasil belajar secara komprehensif; g. melaksanakan penelitian sederhana untuk perbaikan situasi dan kondisi proses pembelajaran.50 Observasi yang dilakukan oleh kepala sekolah di setiap kelas harus dilaksanakan sebagai bagian dari supervisi. Hal ini sebaiknya dilakukan secara 48
Saondi ondi, Suherman aris, Etika Profesi Keguruan, (Bandung: PT Refika Aditama 2010), h.80 49 Suprihatiningrum Jamil, Guru Profesional, (Jogjakarta: Ar-Ruzz media, 2013), h.299. 50 Ibid, h.300.
32
mendadak, tetapi terencana. Kepala sekolah tidak perlu memberitahukan kepada guru bahwa akan diselenggarakan observasi kelas. Observasi kelas lebih ditujukan pada proses pembelajaran, yang meliputi pemilihan pendekatan, metode, strategi, dan media pembelajaran yang digunakan oleh guru.51 Selain itu, juga melihat jauh mana keterlibatan aktif siswa dalam proses pembelajaran di kelas. Hasil observasi/supervisi ini dapat digunakan untuk melihat kelebihan dan kelemahan guru dalam mengelola kelas, termasuk kecakapannya dalam menguasai materi. Secara tertutup kepada sekolah dapat menyampaikan hasil observasi/supervisinya kepada guru yang bersangkutan sebagai bahan pemecahan masalah, pembinaan, dan tindak lanjut guru dalam menjalankan tugasnya. Tindak lanjut ini perlu dicek ulang dengan melakukan kegiatan yang sama di kelas yang sama dengan guru yang sama. Agar dapat menjalankan tugas supervisor dengan baik, kepada sekolah perlu membekali diri dengan kemampuan dan keterampilan mengenai kurikulum. Kepala sekolah berhak mengatur kurikulum sesuai dengan tujuan yang telah direncanakan bersama dalam sekolah tersebut. Aspek-aspek kurikulum yang harus dikuasai oleh kepala sekolah sebagai supervisor adalah materi pelajaran, proses pembelajaran, evaluasi kurikulum, pengelolaan kurikulum, dan pengembangan kurikulum. Jadi, kepala sekolah sebagai supervisor bertugas untuk menyusun, melaksanakan, dan menggunakan hasil supervisi untuk memperbaiki kegiatan pembelajaran dan pendidikan. Supervisi dilakukan pada semua aspek manajemen di sekolah tersebut, tidak terbatas pada guru, tetapi juga staf/karyawan dan tenaga kependidikan. Dengan demikian, kegiatan supervisi diharapkan dapat mengidentifikasi guru dan tenaga kependidikan yang bermasalah dalam menjalankan tugas dan kinerjanya sehingga diketahui kelemahan yang menghambat pencapaian tujuan pendidikan untuk selanjutnya segera dicarikan solusinya.
51
Ibid, h.300.
33
1. Tanggung Jawab dan Fungsi Kepala Sekolah Sebelum menjelaskan definisi kepala sekolah, terlebih dahulu disajikan makna dari pemimpin. Vaughan dan Hogg menyatakan “Kepemimpinan adalah usaha menggerakkan orang lain untuk dapat mencapai tujuan bersama (kelompok).”52 Selanjutnya Robert E. Coffey menjelaskan “Kepemimpinan merupakan proses pengarahan, memberi semangat dan tenaga kepada bawahan, menyepakati komitmen, sebagaimana diharapkan pemimpin.”53 Ngalim Purwanto mengemukakan kepemimpinan adalah tindakan atau perbuatan di antara perseorangan dan kelompok yang menyebabkan baik orang seorang maupun kelompok menuju ke arah tujuan tertentu. Kepemimpinan adalah suatu kegiatan dalam membimbing suatu kelompok hingga tercapai tujuan-tujuan dari kelompok itu secara bersama. Hendiyat Soetopo dan Wasty Soemanto secara umum menyatakan: Pemimpin adalah kemampuan dan kesiapan yang dimiliki seseorang untuk dapat mempengaruhi, mendorong, mengajak, menuntun, menggerakkan dan bila perlu memaksa orang lain agar ia mau menerima pengaruh selanjutnya berbuat sesuatu yang dapat membantu pencapaian suatu maksud atau tujuan-tujuan tertentu.54 Soewadji menyatakan “Kepala sekolah adalah pemimpin pendidikan yang mempunyai peranan sangat besar dalam mengembangkan mutu pendidikan disekolah.”55 Berkembangnya kerja sama yang harmonis, minat terhadap perkembangan pendidikan, suasana kerja yang menyenangkan dan perkembangan mutu profesional di antara guru banyak ditentukan oleh kualitas kepemimpinan kepala sekolah. Dari beberapa pengertian di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa seorang pemimpin adalah memiliki kemampuan untuk mempengaruhi dan memiliki kekuasaan penuh membawa bawahannya untuk mencapai tujuan 52
Bedjo Sudjanto, Manajemen Pendidikan Berbasis Sekolah, (Jakarta: IKAPI, 2007), h. 67. Ibid, h. 69. 54 Hendiyat Soetopo dan Wasty Soemanto, Kepemimpinan dan Supervsi Pendidikan, (Jakarta: Bina Aksara, 1988), cet. 2, h. 1. 55 Soewadji Lazaruth, Kepala Sekolah dan Tanggng Jawabnya, (Salatiga: Kanisius, 1994), h. 60. 53
34
yang telah diprogramkan bersama sesuai dengan norma yang berlaku, secara sederhana kepala sekolah dapat didefinisikan sebagai seorang fungsional guru yang diberi tugas untuk memimpin suatu sekolah di mana terjadi interaksi antara guru yang memberi pelajaran dengan murid yang menerima pembelajaran.
Kepala sekolah sebagai pelaksana kepemimpinan di sekolah harus memiliki kemampuan dan keterampilan yang dapat dipraktekan dalam kehidupan sehari-hari. 56 Keterampilan dan kemampuan yang menggambarkan tugas dan tanggung jawab kepala sekolah dalam penerapan kepemimpinan pendidikan adalah sebagai berikut:
a. Kepala sekolah sebagai pemimpin di bidang kurikulum . b. Kepala sekolah sebagai pemimpin di bidang public relation. c. Kepala sekolah sebagai pemimpin di bidang hubungan guru dan murid. d. Kepala sekolah sebagai pemimpin di bidang personalia. e. Kepala sekolah sebagai pemimpin personalia di bidang non pengajaran. f. Kepala sekolah sebagai pemimpin dalam bidang pelayanan bimbingan. g. Kepala sekolah sebagai pemimpin dalam bidang pelayanan sekolah lain. h. Kepala sekolah adalah pemimpin dalam artikulasi dengan sekolah-sekolah lain. i. Kepala sekolah sebagai pemimpin dalam pengelolaan pelayanan, rumah sekolah dan perlengkapan. j. Kepala sekolah sebagai pemimpin di bidang pengorganisasian.
Kepala sekolah adalah orang memiliki peranan, tugas dan tanggung jawab yang besar, sehingga dengan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa yang menjadi tugas dan tanggung jawab seorang kepala sekolah tidak hanya satu bidang akan tetapi meliputi banyak bidang terutama yang berkaitan dengan pembelajaran. 56
Ibid, h. 28-33.
35
Kepala sekolah tidak hanya bertanggung jawab atas kelancaran jalannya sekolah secara teknis akademis saja. Akan tetapi, banyaknya masalah baru akan ditimbulkan harus menjadi tanggung jawab kepala sekolah untuk dipecahkan dan dilaksanakan. Berdasarkan semakin kompleksnya masalah yang ada, maka fungsi kepala sekolah adalah sebagai berikut: 57 a. Kepala Sekolah sebagai Educator (Pendidik) Dalam melakukan fungsi sebagai Educator, kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk meningkatkan profesionalisme tenaga pendidikan di sekolahnya. Menciptakan iklim sekolah yang kondusif, memberikan nasihat kepada warga sekolah memberikan dorongan kepada seluruh tenaga kependidikan, serta melaksanakan model pembelajaran yang menarik, serta team teaching, moving class, dan mengadakan program akselerasi bagi peserta didik yang cerdas di atas normal. Sumidjo mengemukakan, “Bahwa dalam memahami arti pendidik tidak cukup berpegang pada konotasi yang terkandung dalam definisi pendidik, melainkan harus dipelajari keterkaitannya dengan makna pendidikan, sarana pendidikan, dan bagaimana strategi pendidikan itu dilaksanakan.”58 Untuk kepentingan tersebut, kepala sekolah harus berusaha menanamkan, memajukan, dan meningkatkan sedikitnya empat macam nilai, yaitu pembinaan mental, moral, fisik, dan artistik. Sebagai educator, kepala sekolah harus senantiasa berupaya meningkatkan kualitas pembelajaran yang dilakukan oleh para guru. Upaya yang dapat dilakukan kepala sekolah dalam meningkatkan kinerjanya sebagai
pendidik
dapat
dideskripsikan
sebagai
berikut.
Pertama,
mengikutsertakan guru-guru dalam penataran untuk menambah wawasan para guru. Kedua, kepala sekolah harus berusaha menggerakkan tim evaluasi hasil belajar peserta didik untuk lebih giat bekerja, kemudian 57
E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, (Bandung: Rosdakarya, 2004), h. 98-
58
Ibid, h. 99.
120.
36
hasilnya
diumumkan
secara
terbuka
dan
diperlihatkan
di
papan
pengumuman. Ketiga, menggunakan waktu belajar secara efektif di sekolah.
b. Kepala Sekolah sebagai Manajer Dalam rangka melakukan peranan fungsinya sebagai manajer, kepala sekolah harus memilliki strategi yang tepat untuk memperdayakan tenaga kependidikan melalui kerja sama atau kooperatif, memberi kesempatan kepada para tenaga kependidikan untuk meningkatkan profesinya, dan mendorong keterlibatan seluruh tenaga kependidikan dalam berbagai kegiatan yang menunjang program sekolah. Kepala sekolah harus memiliki kemampuan dalam melaksanakan tugas-tugas kepemimpinannya dengan baik, yang diwujudkan dalam kemampuan
menyusun
program
sekolah,
organisasi
personalia,
memberdayakan tenaga kependidikan, dan mendayagunakan sumber daya sekolah secara optimal. Kemampuan menyususn program sekolah harus diwujudkan dalam (1) pengembangan program jangka panjang, baik program akademis maupun nonakademis, yang dituangkan dalam kurun waktu lebih dari lima tahun; (2) pengembangan program jangka menengah, baik program akademis maupun nonakademis, yang dituangkan dalam kurun waktu tiga samapi lima tahun; (3) pengembangan program jangka pendek, baik program akademis maupun nonakademis, yang dituangkan dalam kurun waktu satu tahun (program tahunan), termasuk pengembangan RAPBS (Rencana Anggaran Pendapatan Belanja Sekolah) dan ABS (Anggaran Biaya Sekolah). Dalam hal itu, kepala sekolah harus memiliki mekanisme yang jelas untuk memonitor dan mengevaluasi pelaksanaan program secara periodic, sistemik, dan sistematik.
c. Kepala Sekolah sebagai Administrator Kepala sekolah sebagai administrator memiliki hubungan yang sangat erat dengan berbagai aktivitas pengelolaan administrasi yang bersifat
37
pencatatan, penyusunan, dan pendokumenan seluruh program sekolah. Secara spesifik, kepala sekolah harus memiliki kemampuan untuk mengelola kurikulum, mengelola administrasi peserta didik, mengelola administrasi personalia, mengelola administrasi sarana dan prasarana, mengelola administrasi kearsipan dan mengelola administrasi keuangan. Kegiatan tersebut perlu dilakukan secara efektif dan efisien agar dapat menunjang produktivitas sekolah. Untuk itu, kepala sekolah harus mampu menjabarkan kemampuan di atas dalam tugas-tugas operasional berikut. 1) Kemampuan mengelola kurikulum harus diwujudkan dalam penyususnan kelengkapan data admisitrasi pembelajaran, bimbingna konseling, kegiatan praktikum, dan kegiatan belajar peserta didik di perpustakaan. 2) Kemampuan mengelola administrasi peserta didik harus diwujudkan dalam penyususnan kelengkapan data administrasi peserta didik, kegiatan ekstrakulikuler, dan hubungan sekolah dengan orang tua peserta didik. 3) Kemampuan mengelola administrasi personalia harus diwujudkan dalam pengembangan kelengkapan data administrasi tenaga guru, tenaga kependidikan non guru (pustakawan, laporan, pegawai tata usaha, penjaga sekolah, dan teknisi). 4) Kemampuan mengelola administrasi sarana dan prasarana harus diwujudkan dalam pengembangan kelengkapan data administrasi gedung dan ruang, meubeler, alat mesin kantor, buku atau tambahan pustaka, alat laboratorium, alat bengkel, dan workshop. 5) Kemampuan mengelola administrasi kearsipan harus diwujudkan dalam pengembangan kelengkapan data administrasi surat masuk, surat ke luar, surat keputusan, dan surat edaran. 6) Kemampuan mengelola administrasi keuangan harus diwujudkan dalam pengembangan administrasi keuangan rutin, keuangan yang bersumber dari masyarakat dan orang tua peserta didik, keuangan yang bersumber dari pemerintah yakni uang yang harus dipertanggungjawabkan, dan dana bantuan operasional.
38
d. Kepala Sekolah sebagai Supervisor Kegiatan utama pendidikan di sekolah dalam rangka mewujudkan tujuannya adalah kegiatan pembelajaran, sehingga seluruh aktivitas organisasi sekolah bermuara pada pencapaian efisien dan efektivitas pembelajaran. Oleh Karena itu, salah satu tugas kepala sekolah adalah supervisor yaitu mensupervisi pekerjaan yang dilakukan oleh tenaga kependidikan. Kepala sekolah sebagai supervisi, maka ia harus mampu melakukan berbagai pengawasan dan pengendalian untuk meningkatkan kinerja tenaga kependidikan. Pengawasan dan pengendalian ini merupakan control agar kegiatan pendidikan di sekolah terarah pada tujuan yang telah ditetapkan. Pengawasan dan pengendalian juga merupakan tindakan preventif untuk mencegah agar para tenaga kependidikan tidak melakukan penyimpangan dan lebih berhati-hati dalam melaksanakan pekerjaannya. Kepala sekolah sebagai supervisor harus diwujudkan dalam kemampuan menyusun, dan melaksanakan program supervisi pendidikan, serta memanfaatkan hasilnya. Kemampuan menyususn program supervisi pendidikan harus diwujudkan dalam penyusunan program supervisi kelas, pengembangan program supervisi untuk kegiatan ekstra kulikuler, pengembangan program supervisi perpustakaan, labolatorium, dan ujian. Dalam pelaksanaannya, kepala sekolah sebagai supervisor harus memperhatikan prinsip-prinsip: 1) Hubungan konsultatif, kolegial, dan bukan hirarkis; 2) Dilaksanakan secara demokratis; 3) Berpusat pada tenaga pendidik; 4) Dilakukan berdasarkan kebutuhan tenaga pendidik; 5) Merupakan bantuan professional. Kepala sekolah sebagai supervisor dapat dilakukan secara efektif antara lain melalui diskusi kelompok, kunjungan kelas, pembicaraan individual, dan simulasi pembelajaran.
39
e. Kepala Sekolah sebagai Leader Kepala sekolah sebagai leader harus mampu memberikan petunjuk dan pengawasan, meningkatkan kemauan tenaga kependidikan, membuka komunikasi
dua arah,
dan mendelegasikan
tugas.
Wahjosumijo
mengemukakan, “Kepala sekolah sebagai leader harus memiliki karakter khusus yang mencakup kepribadian, keahlian dasar, pengalaman dan pengetahuan pengawasan.”
profesional,
serta
pengetahuan
administrasi
dan
59
Kemampuan yang harus diwujudkan kepala sekolah sebagai leader dapat
dianalisis
dari
kepribadian,
pengetahuan
terhadap
tenaga
kependidikan, visi dan misi sekolah, kemampuan mengambil keputusan, dan kemampuan berkomunikasi.
f. Kepala Sekolah sebagai Inovator Sebagai inovator kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk menjalin hubungan yang harmonis dengan lingkungan, mencari gagasan baru, mengintegrasikan setiap kegiatan, memberikan teladan kepada seluruh tenaga kependidikan di sekolah dan mengembangkan modelmodel pembelajaran yang inovatif. Kepala sekolah sebagai inovator akan tercermin dari cara ia melakukan pekerjaannya secara konstruktif, kreatif, delegatif, integratif, rasional dan objektif, pragmatis, keteladanan, disiplin, serta adaptable dan fleksibel. Kepala sekolah harus mampu mencari, menemukan, dan melaksanakan berbagai pembaharuan di sekolah.
g. Kepala Sekolah sebagai Motivator Sebagai motivator, kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk memberikan motivasi kepada para tenaga kependidikan dalam melakukan berbagai tugas dan fungsinya. Motivasi ini dapat ditumbuhkan 59
Ibid, h. 115.
40
melalui pengaturan lingkungan fisik, pengaturan suasana kerja, disiplin, dorongan, penghargaan secara efektif, dan penyediaan berbagai sumber belajar melalui pengembangan pusat belajar (PSB). 1) Pengaturan
lingkungan
fisik.
Lingkungan
yang
kondusif
akan
menumbuhkan motivasi tenaga kependidikan dalam melaksanakan tugasnya. Oleh karena itu, kepala sekolah harus mampu membangkitkan motivasi tenaga kependidikan agar dapat melaksanakan tugas secara optimal. 2) Pengaturan suasana kerja. Suasana kerja yang tenang dan menyenangkan juga kan membangkitkan kinerja para tenaga kependidikan. Untuk itu, kepala sekolah harus mampu menciptakan hubungan kerja yang harmonis dengan para tenaga kependidikan, serta menciptakan lingkungan sekolah yang aman dan menyenangkan. 3) Displin. Kepala sekolah harus berusaha menanamkan disiplin kepada semua bawahannya. Melalui disiplin diharapkan dapat tercapai tujuan secara efektif dan efisien, serta dapat meningkatkan produktifitas sekolah. Beberapa strategi yang digunakan oleh kepala sekolah dalam membina disiplin para tenaga kependidikan, yaitu: a) Membantu para tenaga kependidikan dalam mengembangkan pola perilakunya. b) Membantu para tenaga kependidikan dalam meningkatkan standar perilakunya. c) Melaksanakan semua aturan yang telah disepakati bersama. 4) Dorongan. Motivasi merupakan faktor yang cukup dominan dan dapat menggerakkan faktor lain ke aras efektifitas kerja, bahkan motivasi sering disamakan dengan mesin dan kemudi mobil, yang berfungsi sebagai penggerak dan pengarah. Terdapat beberapa prinsip yang dapat diterapkan kepala sekolah untuk mendorong tenaga kependidikan agar mau dan mampu meningkatkan keprofesionalismenya. Prinsip tersebut ialah: a) Para tenaga kependidikan akan bekerja lebih giat apabila kegiatan
41
yang dilakukannya menarik dan menyenangkan. b) Tujuan kegiatan perlu disusun dengan jelas dan diinformasikan kepada para tenaga kependidikan sehingga mereka mengetahui tujuan di bekerja. c) Para tenaga kependidikan harus selalu diberitahu tentang hasil dari setiap pekerjaannya. d) Pemberian hadiah lebih baik daripada hukuman, namun sewaktuwaktu hukuman juga diperlukan. e) Usahakan untuk memenuhi kebutuhan tenaga kependidikan dengan jalan memerhatikan kondisi fisiknya, memberikan rasa aman, menunjukkan bahwa kepala sekolah memerhatikan mereka, mengatur pengalaman sedemikian rupa sehingga setiap pegawai pernah memperoleh kepuasan dan penghargaan. 5) Penghargaan. Penghargaan ini sangat penting untuk meningkatkan profesionalisme tenaga kependidiian, dan untuk mengurangi kegiatan yang
kurang
produktif.
Mellaui
penghargaan
ini
para
tenaga
kependidikan dapat dirangsang untuk meningkatkan profesionalisme kerjanya secara positif dan produktif.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMK Kartika X-2 Jakarta yang beralamat di Jl. Anggrek No. 1, Pesanggrahan, Jakarta Selatan. Adapun waktu penelitian direncanakan mulai dari bulan Desember 2013 sampai Juli 2014, dengan rincian sebagai berikut:
Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Penelitian NO
BULAN
KEGIATAN
1
Seminar proposal
2
Penyerahan izin penelitian
3
Wawancara dengan kepala sekolah
12
42
1
2
3
4
5
6
7
43
4
Wawancara dengan guru
5
Penyususnan laporan hasil penelitian
B. Fokus Penelitian Penelitian ini difokuskan kepada kepala sekolah. Sedangkan sub fokus penelitian ini adalah peran yang dilakukan kepala sekolah dalam usahanya membina kualitas guru.
C. Metode Penelitian, Jenis, dan Sumber Data Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif dalam bentuk deskriptif analitis, yaitu penelitian yang bertujuan menggambarkan suatu keadaan atau sifat seperti adanya untuk kemudian dianalisis dengan teknik analisis kualitatif. Jadi, penelitian ini dimaksudkan untuk memastikan atau menjelaskan karakteristik dari objek yang diteliti. Adapun jenis data yang dikumpulkan berupa data yang bersifat kualitatif yang terdiri dari data primer dan data sekunder.1 Sumber data pada penelitian ini adalah kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru, dan ketua OSIS. Jenis dan sumber data dalam penelitian ini ada dua, yaitu: 1. Data Primer Data ini bersumber dari responden yang langsung ditemui di lapangan (lokasi penelitian). Data primer dalam penelitian ini adalah wawancara dengan kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru/staf sekolah, dan salah seorang siswa. 2. Data Sekunder Sumber data sekunder dalam penelitian ini yaitu observasi dan dokumentasi berupa data tertulis seperti data guru, struktur organisasi, data sarana prasarana dan sebagainya.
1
4.
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), h.
44
D. Teknik Pengumpulan Data Untuk memperoleh data yang diperlukan, peneliti dalam hal ini menggunakan sebagai berikut :
1. Observasi “Observasi adalah alat pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengamati dam mencatat secara sistematik gejala-gejala yang diselidiki.”2 Adapun dalam observasi ini penulis mengadakan pengamatan langsung dalam rangka memperoleh data tentang pembinaan kualitas pendidik di SMK Kartika X-2 Jakarta.
2. Wawancara “Wawancara adalah proses tanya jawab dalam penelitian yang berlangsung secara lisan dilakukan oleh dua orang atau lebih bertatap muka mendengarkan
secara
langsung
berbagai
informasi
atau
berbagai
keterangan.”3 Wawancara juga digunakan untuk memperoleh data tentang tanggapan guru terkait dengan manfaat dari kegiatan yang dilakukan oleh kepala sekolah
dalam
membina
kualitas
guru.
Dengan
demikian
yang
diwawancarai adalah kepala sekolah dan guru. Untuk melakukan wawancara disusun pedoman wawancara berikut kisi-kisinya. 3. Dokumentasi “Dokumentasi
adalah
barang-barang
tertulis.
Di
dalam
melaksanakan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat,
2
Cholid Narkubo dan Abu Ahmadi, Metodologi Penelitian, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2004), h. 70. 3 Ibid, h. 83.
45
catatan
harian,
dan
sebagainya.”4
Dokumentasi
dilakukan
untuk
mendapatkan data tentang profil SMK Kartika X-2 Jakarta dan data guru. Dokumen-dokumen tersebut digunakan untuk melengkapi data penelitian sehingga dapat ditampilkan gambaran tentang objek penelitian.
F. Teknik Analisis Data Teknik analisis data merupakan suatu cara yang digunakan untuk menguraikan keterangan-keterangan atau data-data yang diperoleh agar datadata tersebut dapat dipahami bukan saja oleh orang yang meneliti, akan tetapi juga oleh orang lain yang ingin mengetahui hasil penelitian itu. Setelah diperoleh dari lapangan, langkah berikutnya adalah mengklasifikasikannya, mengolah, menganalisis kemudian hasilnya diambil dan dijadikan kesimpulan.
G. Kisi-kisi Instrumen 1. Definisi Konseptual Yang dimaksud dengan peran kepala sekolah dalam membina kualitas guru adalah usaha dan tindakan yang dilakukan oleh kepala sekolah sebagai pada satuan pendidikan dalam menggerakan, mempengaruhi, dan membimbing guru
meningkatkan kemampuan profesionalnya
sehingga
guru
dapat
menjalankan tugasnya sesuai tuntutan profesi. 2. Definisi Operasional Secara operasional yang dimaksud dengan peran kepala sekolah dalam membina kualitas guru adalah usaha dan tindakan yang dilakukan oleh kepala sekolah dalam menggerakan, mempengaruhi, dan membimbing guru meningkatkan kemampuan profesionalnya sehingga guru dapat menjalankan tugasnya sesuai tuntutan profesi melalui penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan internal, kegiatan supervisi,
pelaksanaan tugas,
dan dukungan
sistem.
4
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: BinaAksara, 1987), h. 131.
46
3. Kisi-kisi Wawancara Tabel 3.2 Pedoman Wawancara No.
Aspek
1 2
Macam-macam kegiatan yang sudah dilaksanakan dalam membina profesionalisme guru Alasan/latar belakang pelaksanaan kegiatan tersebut
3
Pelaksanaan kegiatan (waktu dan tempat)
4
Pihak-pihak yang terlibat dan alasan pelibatan
5
Respon guru
6
Hasil yang dicapai/manfaat yang dirasakan
7
Kendala-kendala yang dihadapi dan solusinya
8
Rencana selanjutnya
kegiatan
pembinaan
profesionalisme
guru
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum SMK Kartika X-2 Jakarta 1. Identitas Sekolah Nama Sekolah
: SMK Kartika X-2 Jakarta
Alamat Sekolah
: Jl. Anggrek No. 1 RT 15/RW 6
Kelurahan
: Pesanggrahan
Kecamatan
: Pesanggrahan
Kota
: Jakarta Selatan
Provinsi
: DKI Jakarta
Kode Pos
: 12320
No. Telepon/Fax
: (021) 7370503
Website/email
: /
[email protected]
Status Mutu
: SPM
Nama Kepala Sekolah
: Drs. Amirudin, M. M
NIP
: 514974164320
Status Sekolah
: Swasta
Keadaan Gedung
: Permanen
Nomor Statistik Sekolah
: 342016304601
47
48
No/Tahun SK Pendirian
: 137/2007
Tanggal SK Pendirian
: 10-04-2007
Penandatangan SK
: Dinas Pendidikan
NPNS
: 20107535
ID Ujian Nasional
: 136
Sertifikasi ISO 9001:200
: 9001:2008/0000
Waktu Sekolah
: Pagi dan Siang
2. Visi dan Misi SMK Kartika X-2 Jakarta Dalam melaksanakan aktivitas pendidikannya, SMK Kartika X-2 Jakarta selalu melaksanakan tugas dan fungsinya berdasarkan visi dan misi yang telah ditetapkan. Adapun visi dan misi SMK Kartika X-2 Jakarta adalah sebagai berikut: a. Visi Menghasilkan kepribadian peserta didik yang memiliki kompetensi profesional tingkat menengah yang kompetitif dilandasi Iman dan Takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa b. Misi a) Terbentuknya sikap dan perilaku peserta didik yang berakar pada nilainilai luhur budaya bangsa. b) Membentuk peserta didik yang memiliki etos kerja produktif dan professional. c) Meningkatkan kompetensi tenaga pendidik dan tenaga kependidikan yang profesional. d) Meningkatkan sarana dan prasarana untuk mendukung proses belajar mengajar yang berbasis IT. e) Memberdayakan sekolah berbasis kerjasama yang bersinergi melalui pelayanan prima untuk memenuhi kepuasan pelanggan.
49
3. Data Guru SMK Kartika X-2 Jakarta Guru merupakan ujung tombak pendidikan bagi lembaga pendidikan formal seperti SMK Kartika X-2 Jakarta. Jumlah seluruh personal SMK Kartika X-2 Jakarta Tahun Ajaran 2013-2014 sebanyak 39 orang mayoritas lulusan S1. Jika dibandingkan dengan jumlah siswa (892 siswa), maka satu orang guru membina 22 orang siswa, dan sebagian besar guru berstatus guru tetap yayasan yang mereka hanya bertugas di SMK Kartika X-2 Jakarta, sehingga mereka mampu menjalankan fungsi pembinaan siswa secara baik. Secara lebih rinci data tentang guru dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 4.1 Data Tenaga Pendidik SMK Kartika X-2 Jakarta Kelamin No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18.
Total
L
P
Status Kepegawaian PNS NON PNS GT GTT GT GTT Normatif
3
3
0
0
0
3
0
3
0
2
1
1
0
0
2
0
2
1
2
1
1
0
0
2
0
3
1
2
2
0
0
0
2
0
3
-1
1
0
1
0
0
1
0
2
1
2
2
0
1
1
2
0
Matematika Bahasa Inggris KKPI IPA IPS Kewirausahaa n Pelayanan Prima Bahasa Jepang Ekonomi
3
0
3
0 0 Adaptif 0 0
3
0
3
0
3
2
1
0
0
2
1
3
0
1 2 2
1 1 2
0 1 0
0 0 0
0 0 0
1 2 2
0 0 0
2 2 3
-1 0 1
2
1
1
0
0
2
0
2
0
1
0
1
0
0
1
0
1
0
2
1
1
0
0
1
1
3
-1
2
2
0
2
0
3
1
Akuntansi Adm. Perkantoran Pemasaran
4
2
2
0 0 Produktif 0 0
4
0
4
0
4
3
1
0
0
4
0
4
0
4
3
1
0
0
4
0
4
0
Mata Pelajaran Pendidikan Agama Bahasa Indonesia PKN& Sejarah Pendidikan Jasmani & Olah Raga Seni & Budaya BP/ BK
Kebutuhan Guru Ideal +/-
50
B. Deskripsi dan Analisis Data Kepala sekolah memaparkan bahwa urgensi pendidik yang berkualitas memiliki peran yang sangat penting dalam membangun mutu pendidikan. Dalam sebuah penelitian pada seminar pendidikan dikatakan bahwa suksesnya lembaga pendidikan sebanyak 37% ditentukan oleh pendidikan yang memiliki mutu. Dalam tahap rintisan sekolah standar nasional maka kita harus bekerja keras untuk mewujudkan sekolah standar nasional, karena pendidik menjadi elemen yang sangat penting dalam perbaikan mutu pendidikan.1 Dalam upaya membina kualitas pendidik maka setiap pendidik diberikan hak dan kewenangan untuk mengikuti program; (1) Diklat intern; (2) Diklat yang menginduk pada gugus, kabupaten, dan Depdiknas; (3) Diklat berdasarkan surat tugas dari lembaga; dan (4) program pengembangan lainnya untuk meningkatkan kompetensi, wawasan, serta pengalaman.. Intinya adalah tidak ada diskriminasi bagi pendidik yang ingin mengikuti Diklat. Dalam meningkatkan mutu pendidik pada tingkat kualifikasi, sejumlah tiga pendidik yang sedang melanjutkan program S2 Maka dalam realisasinya mewajibkan pendidik untuk mengikuti pelatihan dan pembinaan yang diadakan secara intern maupun ekstern. Hal tersebut terbukti dengan sering diikutsertakannya pendidik mata pelajaran dalam kegiatan pelatihan dan pembinaan yang menunjang kegiatan kompetensi pendidik khususnya dalam proses pembelajaran, setiap ada kesempatan bagi pendidik, kepala sekolah selalu mengirim pendidik untuk mengikuti pelatihan, seminar, dan penataran mulai dari tingkat regional maupun nasional. Jangka waktu pelaksanaan dalam membina kualitas guru tersebut dilakukan secara berkala. Kriteria keberhasilan dari pembinaan pendidik dapat dilihat dari hasil supervisi yang dilakukan baik secara intern maupun ekstern. Hal ini terindikasi dari produktivitas para pendidik yang terlihat dari kinerja
1
Drs. Amiruddin, Kepala Sekolah, Hasil Wawancara SMK Kartika X-2 Jakarta Kamis, 20 Maret 2014.
51
pendidik seperti prestasi kerja, pelaksanaan kerja, pencapaian kerja, dan hasil kerja. Mengenai kegiatan pembinaan tersebut, semua guru dengan antusias karena selain narasumbernya yang profesional materi yang disampaikannya pun sangat bermanfaat bagi guru dalam meningkatkan kualitas mereka. cara penyampaian yang menarik dan tempat pelaksanaan workshop tersebut memadai dan suasananya nyaman, hanya waktu pelaksanaan yang dirasa masih kurang. Bentuk dukungan kepala sekolah yaitu selalu memberikan motivasi terhadap semua kegiatan dalam pengembangan mutu pendidik, menyediakan fasilitas pendukung dan memberi apresiasi bagi pendidik berprestasi baik dari segi materi maupun non materi. Selanjutnya kepala sekolah juga mengambil langkah dalam membina kualitas pendidik yaitu (a) aspek psikis, dengan memerhatikan kesejahteraan dan mengapresiasi pendidik yang berprestasi serta pemberian kompensasi, pembinaan disiplin tenaga pendidik serta pemberian motivasi; (b) aspek SDM, dengan
memenuhi
kualifikasi
akademik
dan
kompetensi
dengan
menyelenggarakan program peningkatan mutu pendidik; dan (c) aspek lingkungan, yaitu dengan membangun situasi kerja kondusif, aman, nyaman, dan harmonis. Dalam pelaksanaan meningkatkan kualitas pendidik terdapat hambatan yang dialami, yaitu sebagai berikut: a. Kesiapan, sejumlah pendidik yang belum maksimal menyiapkan diri baik dari segi kualifikasi yang belum memenuhi syarat, latar belakang mengajar yang tidak sesuai dengan ahlinya, serta kesiapan pendidik dilihat dari kemampuan untuk menciptakan pembelajaran berdasarkan ICT. b. Sarana prasarana yang belum mencukupi, serta media pembelajaran yang masih terbatas jumlahnya seperti proyektor yang masih sedikit jumlahnya. c. Pendanaan, seperti sekolah swasta lain, SMK Kartika X-2 Jakarta tidak banyak memperoleh bantuan dari pemerintah dan peserta didik SMK
52
Kartika X-2 bukanlah berasal dari kalangan menengah ke atas, namun kepala sekolah ingin menyukseskan tujuan meningkatkan kualitas pendidik. Untuk mengatasi hambatan itu semua, dapat dilakukan dengan melakukan pendekatan serta kebersamaan. SMK Kartika X-2 sangat menciptakan suasana serta kondisi kekeluargaan, kebersamaan, dan hubungan yang harmonis antar individu. Dalam pelaksanaan pembinaan yang dijalankan, selalu dilakukan evaluasi diawali dengan melakukan rapat kerja kemudian rapat akhir tahun serta kritik dan evaluasi yang sifatnya membangun selain itu terdapat program brifing setiap hari sebelum proses KBM dilaksanakan, pada saat itu membahas info seputar pendidikan yang sedang hangat dibicarakan, serta evaluasi seharihari juga dilakukan dalam forum ini. Penilaian terhadap tenaga pendidik yang dilakukan SMK Kartika X-2 Jakarta di antaranya: a. Wajib memberikan laporan kinerja dalam bentuk laporan agenda mengajar selama proses KBM berlangsung. b. Penilaian komitmen misalnya pada kehadiran (absensi) dan ketepatan waktu, ini merupakan bagian untuk menilai kedisiplinan para pendidik. c. Supervisi baik dilakukan oleh pihak intern (sekolah) maupun ekstern (Depdiknas). Program supervisi yang dilaksanakan oleh pihak sekolah dua kali dalam satu tahun untuk menilai kualitas secara bertahap. Supervisi dilakukan oleh Depdiknas dan sekolah. Supervisi intern dilaksanakan pertahun pelajaran yang dilakukan oleh empat staf yang mendapat delegasi dari kepala sekolah. Setiap staf ditugaskan untuk melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap 10 orang pendidik yang telah dipetapkan sebagai anggotanya, supervisi intern yang dilakukan oleh para staf ini dinamakan sebagai tutor sebaya. Sedangkan supervisi ekstern dilakukan pertahun pelajaran yang pelaksanaannya dilakukan oleh Depdiknas. d. Penilaian berupa angket dengan responden seluruh siswa untuk menilai kompetensi mengajar setiap tenaga pendidik. Penilaian dengan angket ini dilakukan setiap memasuki awal tahun pelajaran baru.
53
e. Penilaian tenaga pendidik juga dilakukan dengan melihat perkembangan tingkat prestasi peserta didik. Jika prestasi siswa menurun pada mata pelajaran tertentu maka pendidik bersangkutan akan dipindahkan ke bidang studi lain. f. Hasil bimbingan dan konseling yang dilakukan pendidik BK kepada siswa. Dalam hal ini pendidik BK sebagai mediator untuk memberikan informasi serta evaluasi (saran dan kritik)
dari siswa baik selama proses KBM
berlangsung atau yang berkaitan dengan tugas dan tanggung jawab para tenaga pendidik.
Untuk menyikapi pendidik yang belum sesuai dengan kualitas diharapkan, kepala sekolah akan melakukan: a. Pemberian motivasi, selain dari segi moril juga dengan bantuan berupa pinjaman lunak bagi pendidik yang kurang mampu untuk melanjutkan studinya, pemberian penghargaan bagi pendidik yang berprestasi. b. Mengikutsertakan pendidik pada seminar pendidikan dan workshop dari berbagai instansi. Salah satu indikator kualitas pendidik dapat dilihat dari kinerjanya. Faktor yang mempengaruhi kinerja tenaga pendidik yaitu, kompetensi, latar belakang pendidikan, lingkungan kerja yang kondusif dan nyaman, media dan teknologi, serta sarana prasarana yang menunjang. Namun, dari dari faktor yang mempengaruhi kinerja tersebut ada satu hal yang lebih penting yakni seberapa besar tanggung jawab yang dimiliki pendidik dalam menyelesaikan tugasnya. Upaya kepala sekolah dalam meningkatkan kualitas pendidik SMK Kartika X-2 Jakarta yaitu: 1) Mengadakan
program
brifing.
Program
yang
diupayakan
untuk
meningkatkan profesionalitas kinerja, pemberian motivasi, mengukuhkan silaturahim, serta evaluasi harian. Program yang barui berjalan dua tahun ini memberikan dampak positif yang cukup signifikan, yakni etos kerja
54
semakin meningkat dan hubungan antar personal sangat akrab serta harmonis (kekeluargaan). 2) Mengundang pakar pendidikan untuk melatih dan membina pendidik dan karyawan, yang didatangkan langsung dari Depdiknas maupun para penilik pendidikan.
Untuk kesejahteraan mempunyai perencanaan yang matang dengan kebijakan tunjangan yang diberikan kepada pendidik. Tunjangan pensiun dapat diberikan meskipun belum sampai pada usianya karena di mutasikan ke sekolah lain (untuk PNS) maka dalam hal ini dana pensiun dapat diberikan. Tunjangan yang diberikan oleh SMK Kartika X-2 Jakarta untuk para tenaga pendidiknya adalah: 1) DANSOS (Dana Sosial) 2) DANKES (Dana Kesehatan) 3) Dana THT (Tunjangan Hri Tua) 4) Dana kematian (keluarga pendidik juga berhak mendapatkannya 5) Program tamasya untuk keluarga pendidik SMK Kartika X-2 Jakrta.
Penghargaan kepada pendidik berprestasi diberikan baik berupa materi maupun non-materi. Ketika ada perlombaan tingkat nasional misalnya setiap meraih juara, ada akumulasi hadiah yang berbeda yang akan diperoleh dari sekolah setiap kejuaraan yang diraihnya. Karena mendidik itu membutuhkan waktu, pikiran, dan tenaga yang tidak sedikit, maka perlu penghargaan setidaknya dukungan dari sekolah untuk menyukseskannya. Sekolah sangat antusias merespon pendidik berprestasi, mereka yang berprestasi akan mendapatkan motivasi baik berupa materi, kenaikan jabatan, kenaikan honor, dan penghargaan lainnya. Kompetensi yang diberikan sekolah bermacam-macam sumbernya, seperti koordinator pada suatu bidang, mengorbitkan siswa untuk perlombaan, tunjangan wali kelas, tunjangan staf, pemeriksaan soal dan jawaban semester, pelaksanaan dari setiap kegiatan baik awal dan akhir semester, misalnya ujian
55
semester, ujian sekolah, ujian nasional, studi tour, dan sebagainya. Selain itu, terdapat kompensasi transport, pendidik yang mendapatkan tugas piket, masa kerja selama di sekolah untuk setiap tahunnya, serta dilengkapi dengan adanya berbagai tunjangan yang telah disebutkan. Selain itu setiap pendidik menggunakan metode pembelajaran yang berbeda diantaranya adalah metode tutorial sebaya, ceramah, portofolio, Tanya jawab, demonstrasi, kerja kelompok, dan eksperimen. Metode disesuaikan dengan sarana dan prasarana, waktu, situasi, dan kondisi. Sedangkan media yang digunakan adalah media yang ada yaitu ruang audio visual, laboratorium komputer, laboratorium bahasa, proyektor, bengkel belajar, serta software pada mata pelajaran tertentu. Melihat peran kepala sekolah dalam membina kualitas guru, kepala sekolah berencana untuk selalu mengadakan kegiatan-kegiatan yang dapat meningkatkan kualitas guru-guru di SMK Kartika X-2 Jakarta, salah satunya yaitu meningkatkan pelaksanaan pelatihan/seminar/workshop, menciptakan suasana
kerja
yang
nyaman,
dan
mengadakan
supervisi
berkelanjutan.guna meningkatkan kualitas guru sebagai pendidik.
secara
BAB V PENUTUP
A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai peran kepala sekolah dalam membina kualitas pendidik di SMK Kartika X-2 Jakarta, maka dapat dikemukakan beberapa temuan penelitian sebagai berikut: 1. Dalam membina kualitas pendidik di SMK Kartika X-2 Jakarta, kepala sekolah belum sepenuhnya mampu menjalankan perannya sebagai penyelenggara Diklat/workshop, supervisor, pencipta lingkungan tugas maupun memberi dukungan fasilitas pembelajaran. 2. Guru
sangat
dikarenakan
antusias
dalam
narasumbernya
mengikuti
yang 56
kegiatan
profesional
juga
Diklat/worksop, materi
yang
57
disampaikannya sangat bermanfaat, serta tempat pelaksanaan workshop tersebut sudah memadai dan suasananya terasa nyaman, hanya waktu pelaksanaan yang dirasa masih jarang dilakukan. Sangat disayangkan jika kegiatan tersebut belum menjadi kegiatan rutin tahunan, karena sangat bermanfaat bagi pendidik dalam meningkatkan kemampuannya. 3. Dalam melaksanakan perannya sebagai supervisor, kepala sekolah belum membina guru secara optimal. Kepala sekolah hanya dua kali dalam setahun melakukan observasi maupun kunjungan kelas, tidak pernah melakukan pertemuan individual, tidak menyediakan waktu khusus untuk guru berkonsultasi terkait dengan tugasnya, tidak pernah memberikan layanan akademik terkait memberi contoh cara mengajar dan mengelola kelas yang baik dan kepala sekolah belum membuat program secara berkala dalam mengembangkan sumber daya guru. Walaupun kepala sekolah mampu menciptakan iklim kerja yang kondusif dan bekerja sama secara baik dengan para guru, namun hal itu belum cukup untuk membina guru menjadi berkualitas. 4. Pada dasarnya pelaksanaan tugas yang diciptakan oleh kepala sekolah sudah mampu memadukan antara potensi profesional guru dengan pelaksanaan tugas-tugas pokoknya. Para guru beranggapan kepala sekolah mampu menciptakan iklim kerja yang dapat menumbuhkan saling menghormati antar guru, memfasilitasi guru untuk mengadakan diskusi kelompok dan mampu memotivasi guru untuk melaksanakan tugas yang diberikan.
Berdasarkan beberapa temuan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa kepala sekolah belum sepenuhnya mampu melaksanakan perannya dalam membina kualitas guru. Walaupun demikian guru-guru diberi kesempatan untuk mengembangkan kemampuannya melalui berbagai jalur baik dengan mengikuti program atau kegiatan yang dilakukan oleh pihak luar maupun dengan belajar mandiri.
58
B. Saran Dari beberapa hasil penelitian dan simpulan yang telah dijelaskan, maka peneliti menyampaikan beberapa saran sebagai berikut: 1. Kepala
sekolah
menyelenggarakan
perlu
menysun
program
Diklat/workshop/seminar
secara
bagi
rutin
guru-guru
untuk dengan
narasumber yang berkualitas dan waktu yang memadai agar kegiatan tersebut memiliki nilai guna bagi guru-guru dalam meningkatkan kualitas mereka. Untuk terlaksananya program tersebut kepala sekolah perlu bekerjasama dengan pihak yayasan atau mencari sponsor dari luar. 2. Kepala sekolah perlu menjalankan perannya dengan baik sebagai supervisor dengan cara membuat supervisi pembelajaran dan melaksanakannya agar guru merasa terbina, diawasi, dan dihargai. 3. Guru hendaknya dapat memanfaatkan dukungan kepala sekolah dengan baik
untuk mengikuti kegiatan Diklat/workshop/MGMP yang diselenggarakan pihak luar sekolah secara serius dan sungguh-sungguh, sehingga dapat terealisasikan pada peningkatan kualitasnya dalam menjalankan tugasnya.
DAFTAR PUSTAKA
A. Sahertian, Piet. Dimensi-Dimensi Administrasi Pendidikan di Sekolah. Surabaya: Usaha Nasional. 1994. Al-Barry, Hassan. Kamus Ilmiah Populer. Surabaya: Arkola. 1994. Arief, Armai. Reformulasi Pendidikan Islam. Jakarta: CRSD Press. 2005. Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian ; Suatu Pendekatan Praktik. Yogyakarta: Bina Aksara. 1985. B. Uno, Hamzah. Profesi Kependidikan (Problema, Solusi, dan Reformasi Pendidikan di Indonesia). Jakarta: PT. Bumi Aksara. 2008. B. Flippo, Edwin. Manajemen Personalia Jilid 6. Jakarta: Erlangga. 2003. Burhanuddin. Analisis Administrasi Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. 1994. Fattah, Nanang. Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung: Rosda Karya. 2004. Fathurrohman, Pupuh. Strategi belajar Mengajar-Strategi Mewujudkan Pembelajaran Bermakna Melalui penanaman Konsep Umum & konsep Islami. Bandung: PT. refika Aditama. 1995. Hamalik, Oemar. Pendidikan Guru Berdasrkan Pendekatan Kompetensi. Jakarta: PT. Bumi Aksara. 2006. J. Moleong, Lexy. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. 2004. Lazaruth, Soewadji. Kepala Sekolah dan Tanggng Jawabnya. Salatiga: Kanisius. 1994. M. Dahlan, Al Barry. Kamus Modern Bahasa Indonesia. Yogyakarta: Balai Pustaka. 1994. Mulyasa, E. Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Bandung: Rosda Karya. 2004. Mulyasa, E. Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung: Rosda Karya. 2002.
59
60
Mulyasa, E. Standar Kompetensi dan Kompetensi Guru. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya Offset. 2007. Nasir, M. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia. 1988. Nawawi, Hadari. Administrasi Pendidikan. Jakarta: Haji Masagung. 1988. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008 Tentang Guru. Peraturan Pemerintah RI No. 19 Tahun 2005. Tentang Standar Nasional Pendidikan. Bandung: Citra Umbara. 2008. Pidarta, Made. Manajemen Pendidikan Indonesia. Jakarta: Bina Aksara. 1989. Poerdawarminta. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. 1976. Rosyada, Dede. Paradigma Pendidikan Demokrasi. Jakarta: Kencana Media Group. 2004. Sajaya, Wina. Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Sekolah. Jakarta: Prenada Media Group. Saksono, Slamet. Administrasi Kepegawaian. Yogyakarta: Kanisisus. 1993. Sholeh, Asrorun Ni’am. Membangun Profesionalitas Guru, Analisis Kronologis atas lahirnya UU Guru dan Dosen. Jakarta: ELSAS. 2006. Soetopo, Hendiyat dan Wasty Soemanto. Kepemimpinan dan Supervsi Pendidikan. Jakarta: Bina Aksara. 1988. Suyanto, Bedjo. Manajemen Pendidikan Berbasis Sekolah. Jakarta: Sagung Seto. 2007. Tayibnapis, Burhanuddin A. Administrasi Kepegawaian SuatuTinjauan Analitik. Jakarta: Pradnya Paramita. 1995. Tilaar, H.A.R. Manajemen Pendidikan Nasional. Bandung: Remaja Rosada Karya. 1992. Tjiptono, Fandy dan Anastasia Diana. Total Quality Management (TQM). Yogyakarta: Andi Offset. 1998. Undang-undang R.I. No. 20 Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS & PP No. 47 Tahun 2008 Tentang Wajib Belajar.
61
Usman, Moh. Uzer. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 1994.
.&'. l\rlr!l lrrrr.l
KEI/IENTERIAN AGAIUIA UIN JAKARTA FITK
: Tgl. Terbit : No. Revisi: :
01
Hal
'U1
No.
FORM (FR)
Jl. tr. H. Juanda No 95 Ci4nat 15/-12 tndoneria
Dokumen
FITK-FR-AKD-066
1 Maret
SURAT PERMOHONAN IZIN OBSERVASI Nomor : Un.O 1/Ft./KM.0 I .3/. .......1201 4 Lamp. : : Observasi
Jakarta, 18 Februari 2014
Hal
Kepada Yth. Kepala SMK Kartika X-2 Jakarta Di Tempat As s alamu' al aikum wr.w b.
Dengan hormat kami sampaikan bahwa:
Nama
Suharyono Gustiawan
NIM
107018200941
Jurusan/Prodi
KI-Manaj emen Pendidikan
Semester
xry
adalah benar mahasiswa pada Fakultas ILnu Tarbiyah dan Keguruan
UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta dan sehubungan dengan penyelesaian tugas penelitian skripsi, mahasiswa tersebut memerlukan observasi dengan pihak terkait. Oleh karena itu, kami mohon kesediaan Saudara untuk menerima mahasiswa tersebut dan memberikan bantuannya.
Demikianlah, atas perhatian dan bantuan Saudara kami ucapkan terima kasih. Was s al amu' alaikum
wr.wb.
a.n. Dekan Kabag. Tata Usaha
1 001
Tembusan: Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
2010
KEMENTERIAN AGAMA UIN JAKARTA FITK
roRM (FR)
. Terbit :
No. Dokumen Tgl.
p56-pp411pffi 1 tVAre,t 2010
Jl. lr. H. Juanda No 95 Ciputat lS41Z lndonesia
SURAT PERMOHONAN IZIN PENELITI,AN Nomor : Un.01/F. 1/KM.01 .gt2Z9/2014 Lamp. : OutlinerProposal Hal : Permohonan lzin penelitian
Jakarta, 1 8 Februari 2014
Kepada Yth. Kepala SMK Kartika X-2 Jakafia di Tempat Assal a m u'al ai ku m wr.wb.
Dengan hormat kami sampaikan bahwa, Nama
: Suharyono Gustiawan
NIM
107018200941
Jurusan
':"
Manajemen pendidikan
Semester :XlV Judul
Skripsi : Upaya Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Kualitas pendidik
di
SMK Kartik a X-2 Jakarl.a
adalah benar mahasiswa/i Fakultas llmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta yang
sedang menyusun skripsi, dan akan mengadakan penelitian (riset) instansi/sekolah/madrasah yang Bapak/lbu pimpin.
Untuk
itu kami mohon
Bapak/lbu dapat mengizinkan mahasiswa tersebut
melaksanakan penelitian dimaksud.
Atas perhatian dan kerja sama Bapak/lbu, kami u:apkar.:erima kasih. Wassal am u' al ai ku m wr.w b.
Pendidikan
Tembusan: Dekan FITK Pembantu Dekan Bidang Akademik Mahasiswa yang bersangkutan
1. 2. 3.
di
Asy'ari, M.Pd 1009 199303 1 004
YAYASAN IIIITTIILT .IAYA CAIIIING
XIIIII
.ITIYAIOIIT,III
SllK0LtlH rllliNliN(iAII I(li.IUltUAN
SMI( I(AIITIILI X . 2 JAI(AIITA BIDANG KEAHLIAN : BISNIS DAN MANAJEMEN TERAKREDITASI Jl. Anggrek No.
I
"A"
Kel. Pesonggrohon, Kec. pesonggrohon Jokorlo Selolon, Telp/Fox. : (021) 7370503
SURAT KETERANGAN 1, 4/sM K KX-2/E/xr/2 o I 2 0)/Io
Yang bertanda tangan di bawah
ini
:
Nama
Drs. Amirudin, MM. Kepala SMK Kartika X-2 Jakarta
Jabatan
Dengan ini menerangkan bahwa
3
:
Nama
Suharyono Gustiawan
NIM
107018200941 Kl-Manajemen Pendidikan
Jurusan
telah melaksanakan penelitian pada Upaya Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Kualitas Pendidik di SMK KARTIKA X-2 JAKARTA sejak tanggal 20 Februari-7 Maret 2014 dengan baik.
Demikian surat keterangan
ini dibuat dengan benar, untuk dapat
dipergunakan
sebagaimana mestinya.
Jakarta, 11Maret2014 la SMK KARTIKA X-2 Jakarta
Tembusan
1.
:
Arsip
Lampiran 6 PEDOMAN WAWANCARA DENGAN KEPALA SMK Kt\RTIKA X-2
JAKARTA MENGENAI UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM
MENINGKATKAN KUALITAS PENDIDIK
1. Berapa j1;!mlagh pendidik dan tenaga kependidikan di SMK Kartika X-2 Jakarta? 2. Menurut bapak bagaimana peran pendidik dalam membangun kualitas pendidikan di sekolah ini? 3. Factor apa yang hams dimiliki pendidik dalam mencapai mutu pendidik dan tenaga kependidikan? 4. Orientasi apa yang bapak gunakan dalam mengukur kualitas pendidik dan tenaga kependidikan? 5. Langkah apa yang bapak gunakan dalam menilai pendidik? 6. Bagaimana cara. bapak dalam menanggapi pendidik yang belum sesuai dengan standar kualitas yang diharapkan? 7. Program apa yang hapak laksanakan untuk menunjang kualitas pendidik? 8. Apa bukti konkrit dari visi dan misi yang sudah tercapai sampai saat ini? 9. Menurut bapak bagaimana kondisi sekolah pada saat ini dalam mencapai standar pendidikan nasional? 10. Apa saja program pendidikan yang ada di sekolah saat ini? II. Apa yang bapak lakukan untuk mewujudkan sekolah berstandar nasional? 12. Bagaimana perencanaan jangka pendek, menengah, dan panjang dalam meningkatkan kualitas pendidik? 13. Apa saja kendala yang bapak alami saat melaksanakan upaya tersehut? 14. Apa langkah yang hapak lakukan dalam melaksanakan upaya tersehut? 15. Jika keberhasilan upaya tersebut tidak sesuai dengan yang diharapkan, bagaimana cara bapak mengatasinya? 16. Bagaimana jika ada salah seorang pendidik yang tidak hadir/tidak dapat me!1I'.gajar pada waktunya?
17. Jenis DIKLAT apa saja yang pernah dilakukan di sekolah ini? 18. Tunjangan apa saja yang diberikan untuk pendidik dan tenaga kependidikan di sekolah ini? 19. Apa kriteria dari pendidik yang bapak harapkan? 20. Aspek apa saja yang menjadi penilaian kinerja pendidik? 21. Program apa saja :yang bapak laksanakan untuk para pendidik? 22. Bagaimana bapak menilai keberhasilan alas upaya yang telah bapak lakukan untuk meningkatkan kualitas pendidik? 23. Bapak ikut aktif dalam kegiatan apa saja sebagai kepala sekolah di sekolah ini?
Lampiran 7 PEDOMAN WAWANCARA DENGAN GURU-GURU I STAF 8MK KARTlKA X-2 JAKARTA MENGENAI UPAY A KEPALA SEKOLAH DALAM
MENlNGKATKAN KUALITAS PENDlDlK
I. Berapa lama Bapak/Ibu menekuni bidang llekeIjaan ini? (bekeIja sebagai pegawai sekolall/guru) 2. Sebelum bekerja di sekolah ini, les apa yang Bapak/Ibu jalani untuk menjadi pegawai/guru? (pertanyaan berkaitan dengan tes akademik dan persyaratan adminstratif) 3. Apakah Bapak/Ibu menyenangi bidang pekerjaan ini? 4. Kendala apa yang sering Bapak/lbu rasakan selama bekerja? 5. Pengalaman menarik apa yang pemah Bapak/Ibu alami selama bekerja't 6. Apakah gajiltunjangan dari sekolah sudah sesuai dengan bidang pekeIjaan yang BapaklIbu tekuni? 7. Bagaimana
pendapat
Bapak/Ibu
tentang
program
peningkatan
dan
pemberdayaan bagi guru dan pegawai di sekoIah? 8. Bagaimana kesan Bapak/Ibu selama mengikuti program tersebut? 9. Pesan khusus apa yang ingin BapaklIbu sampaikan kepada sekolah berkaitan dengan program tersebut guna kemajuan di masa yang akan datang? 10. menurut anda hal mendasar apa yang dapat dilakukan dalam rangka mewujudkan sekolah standar nasional? 11. Faktor apa yang dapat mempengaruhi pencapaian dan peningkatan prestasi kerja guru? 12. Apakah anda ikut serta dalam perkumpulan MGMP? 13. Bagaimana perhatian sekolah terhadap kondisi ekonomi dan kesejahteraan guru? 14. Bagaimana penghargaan sekolah terhadap guru yang berprestasi? 15. Apakah terdapat pemberian kompensasiltunjangan selain gaji pokok? 16. Apa pendapat anda mengenai kualitas pendidik di SMK Kartika X-2 Jakarta?
17. Menurut anda sumber media beJajar apa yang harus dilengkapi untuk menunjang proses KBM? 18. Apakah dalarn KBM anda menggunakan metode belajar yang sarna atau mencoba metode baru yang lebih menarik siswa? 19. Apa saran anda rriengenai upaya kepala sekolah dalam meningkatkan kualitas pendidik?
Lampiran8
PEDOMAN WAWANCARA DENGAN SISWA (KETUA OSIS) SMK
KARTlKAX-2JAKARTAMENGENAI UPAYA KEPALASEKOLAH
DALAM ;MENINGKATKAN KUALITAS PENDIDIK
L Ap(l.kah krunu memahami mated pelajaran yang diajarkan? 2. Apa yang tidak krunu pahami dari penjelasan yang dipaparkan oleh guru? 3. Apakah pada proses KBM guru menggunakan metode belajar yang bervariasi, menarik, dan mengasyikkan? 4. Mata pelajaran apa yang sulit kamu pahami? Kesulitan itu berasal dari intemal/ekstemal? 5. Mata pelajaran apa yang kamu sukai? Apa alasarmya? 6. Adakah saran tUltuk guru agar proses belajar mengajar menjadi menarik dan tidak membosankan? 7. Adakah program bimbingan belajar/pendalaman materi? 8. Kapan w~ pelaksanaannya? 9. Ap!1kah terlaksana dengan baik? 10. Menurut
krunu
apakah
penerapan
ditegakkanlterlaksana dengan baik?
disiplin
sekolah
sudah
Lampiran 9 HASIL WAW ANCARA DENGAN KEPALA SEKOLAIJ MENGENAI
UPAYA MENINGKATKANKUALITAS PENDIDIK DI SMKKARTlKA
X-2JAKARTA
Drs. Amirudin, MM
1. JumJah pendidik
d~
tenaga kcpendidikan SMK Kartika X-2 Jakarta adalah 39
orang, terdiri atas 30 orang guru dan 9 orang tenaga kependidikan. 2. Urgensi pendidik dan tenaga kependidikan yang berkualitas memiliki peranan penting dalam mernbangun kualitas pendidikan. Karena lembaga pendidikan yanrng berhasil, 37% ditentukan oleh pendidik yang berkualitas. 3. Menurut saya, faktor yang dapat meningkatkan mutu pendidik dan tenaga kependidikan yaitu: a. KualifLkasi pendidik minimal S 1 b. Memiliki kompetensi sesuai dengan keahliannya c. Memiliki ij azah pendidikan 4. Orientasi yang digunakan untuk mengukur kualitas pendidik dan tenaga
.
kependidikan yaitu:
a. Proses rekruitmen, yang meliputi tes administrasi curriculum vitae, tes tertuiis, tes wawancara, dan tes praktik mengajar. b. Ada masa percobaan selama tiga tahun untuk ditetapkan sebagai guru tetap atau tidak. c. Adar,ya supervisi yang dilakukan pihak sekolah sebanyak dua kali dalam setahun untuk menilai kualitasnya secara bertahap. 5. Hal yang dilakukan untuk menilai pendidik dan tenaga kependidikan yaitu: a. Setiap pendidik harus memberikan laporan agenda mengajar selama proses KBM berlangsung. b. Tenaga kependidikan harus memberikan laporan administratif setiap harinya dalam waktu satu bulan.
c. Penilaian kedisiplinan pendidik dan tenaga kependidikan dari segi kehadiran dan ketepatan waktu. 6. Cara menanggapi pendidik dan tenaga kependidikan yang belum sesuai dengan kualitas yang diharapkan yaitu dengan: a. Memberlkan motivasi, memberikan penghargaan bagi pendidik dan yenaga kependidikan yang dapat memberikan konstribusinya dalam meningkatkan mutu pendidikan di sekolah. b. Memberikan pelatihan-pelatihan kepada pendidik dan tenaga kependidikan di berbagai hal. 7. Program yang dilaksanakan untuk meningkatkan kualitas yaitu: a. Program
brifing,
program
yang
dilakukan
lllltuk
meningkatkan
profesionalitas keIja, memberikan motivasi, menjalin silaturahim, dan evaluasi kirlerja sehad-had. b. Program pembinaan MGMP tingkat kecamatan, kabupaten, dan provinsi
~'i~St;ldi banding ke sekolah-sekolah lain yang berstandar nasional maupun yang bertaraf intemasional. 8. Visi dan misi sekolah tercapai dapat dibuktikan dengan: a. Adanya sarana dan prasarana untuk meningkatkan pembelajaran yang berbasis IT, misalnya seperti pembelajaran akuntansi yang menggunakan komputer, pembelajaran bahasa (inggris dan jepang) yang menggunakan teknik audio maupun audio visual. b. Menananlkan budi pekerti dengan pelajaran agama dalam meningkatkan IMTAQ. Seperti pengadaan sholat jumat yang dilakukan rutin di sekolall, dan adanya peringatan-peringatan hari besar islam. c. Dari seg[ budaya, dengan mensosialisasikan hari-hari nasion ai, seperti peringatan hari kartini yang dilakukan dengan memakai baju daerah, kemudian pelepasan kelas tiga dengan tema bemuansa budaya daerah. d. Banyaknya perusahan-perusahan yang bekerja sama untuk meningkatkan kompetensi bidang keahlian peserta didik. 9. Kondisi sekolall daiam upaya mencapai standar nasional yaitu:
8. IIeut
menyuseskan tujuan pendidikan nasional bahwa pendidikan wajib
belajar 12 tahun. b. Membantu pendidikan bagi orang tidak mampu dengan subsidi silang. c. Meningkatkan mutu pendidikan melalui peningkatan kualitas tenaga kependidikan. d. Mengadakan pelatihan, seminar, MGMP, serta studi banding untuk mengembangkan sekolah. 10. Program pendidikan yang sedang dilaksankan yaitu: a. Memenuhi sarana untuk menunjang KBM. b. Aktif dalam program DIKLAT dan peningkatan kualifikasi pendidik. 1J. Upaya yang dilakukan sekolah dalam mewujudkan sekolah berstandar nasional yaitu: a. Jangka pendek, memenuhi ruang belajar dalam upaya mewujudkan sekolah sdtandar nasional. b. Jangka panjang, membah jam belajar sehingga tidak ada lagi proses kegiatan belakar mengajar di waktu sore hari agar belajar semakin kondusif. Kemudian dapat menjadikan sekolah menjadi sekolah standar nasional. 12. perencanaan upaya pada jangka pendek, menengah, dan panjang dalam meningkatkan kualitas pendidik yaitu: a. Menguasai ilmu pendidikan dengan mengikuti DIKLA T b. Meningkatkan kualifikasi pendidik. c. Menjadikan sekolah standar nasionai. 13. Hambatan yang te.rjadi dalam peJaksanaan upaya tersebut yaitu: a. Kesiapan b. Dana/keuangan c. Sarana dan prasarana 14. Dimulai dengan rapat keIja kemudian rapat akhir tahun dengan melakukan kritikan dan evaluasi yang membangun. 15. Carn mengatasi keberhasilan upaya yang tidak sesuai dengan yang diharnpkan yaitl.! dengan:
a. Melakukan pengkajian dengan analisis SWOT b. Melakukan evaluasi ketidakberhasilan indikator. 16. Jika ada pendidik yang tidak dapat mengajar pada waktunya, dilakukan sistem invaler yaitu proses KBM terus berlangsung dengan diajarkan oleh guru bidang studi sejenis sehingga siswa tetap mendapat pelajaran.
17. Jenis DIKLAT yang dilaksanakan yaitu: a. DIKLAT intern b. DIKLAT yang menginduk pada gugus, kabupaten, dan DiKNAS. c. DIKLAT berdasrkan surat tugas dan lembaga. 18. Tunjangan yang diberikan untuk pendidik dan tenaga kependidikan yaitu: a. Dana sosial b. Dana kesehatan c. Dana tunjangan hari tua d. Dana kematian 19. Pendidik dan tenaga kependidikan profesional yang bekelja dengan ikhlas. 20. Aspek yang menjadi penialian dalam kinerja pendidik yaitu: a. Dimulai dengan supervisi yang dilakukan empat bulan b. Pendidik dan tenaga kependidikan menyerahkan laporan kineIjanya selama satu bulan kepada kepala sekolah. 21. Penyelenggaraan workshop, pelatihan, seminar, ikut aktif dalam MGMP. 22. Menilai keberhasilan upaya ini dengan melihat beljalannya program yang telah direncanakan dan hasil dari supervisi yang telah dilaksanakan oleh sekolah maupun DEPDIKNAS. 23. Saya aktif dalam MKKS.
Lampiran 10
WAWANCARA DENGAN W AKASEK BIDANG KURIKULUM SMK KARTIKA X-2 JAKARTA
Dra, Sumarni
I. Sejak tahun 2005 saya sudah mengabdi di sekolah ini, mUlanya saya bergabung
di bidang tenaga administrasi. 2. Untuk menjadi pegawai harus menjalani tes di antaranya tes wawancara, tes administratif 3. Kendala yang saya hadapi yaitu kurangnya komunikasi serta terjadinya kesalahpahaman antara guru dengan orang tua mudd pada persoalan anak. 4. Perygalaman bagi saya bisa berbagi ilmu pengetahuan dan wawasan yang saya miliki. 5, Untuki gaji jenisnya bervariasi karena ada beberapa beberapa orang guru di SMK Kartika X-2 yang PNS DPK, guru bantu sementara, guru tetap yayasan, guru tidak tetap, tata usaha tetap, dan karyawan tidak tetap. Jadi masing-masing berbeda gaji sesuai jabatannya. Kalau saya pdbadi merasa kurang karena semakin ke depan kebutuhan semakin ban yak. 6. Saya berharap SMK Kartika X-2 menjadi pilihan masyarakat banyak yang mampu berkompetisi dalam meningkatkan mutu pendidikan sekolah. 7. Meskipun sekolah ini swasta, tapi saya selalu berharap semoga sekolah ini bisa menjadi SSN, setelah itu berkembang menjadi RSBI, dan seterusnya bisa menjadi SBI (Sekolah berstandar internasional). 8. Untuk mewujudkan sekolah standar nasional tentu membutuhkan persiapan yang matang, dan lebih menekankan tenaga kerja yang professional sesuai dengan latar belakang pendidikan kompetensi guru. 9. Menurut saya faktor yang dapat menentukan .pre~tasi kerja yaitu dari kualitas pendidik dan kesejahteraan guru yang selalu diperhatikan oleh pihak sekolah. 10. Tentu ban yak sekali upaya sekolah untuk meningkatkan kualitas pendidik, yaitu dengan diadakannya MGMP intern, MGMP sekolah sudah berjalan cukup lama. Kemudian dilaksanakannya berbagai macam workshop seperti KKM, pembuatan satuan pelajaran, nanalisis RPP, analisis hasil tes, dan kurikulum.
11. Hampir semua guru mendapatkan DIKLA T dan workshop sesuai dengan bidangnya. 12. Saya aktif dalam MOMP intern, gugus, dan kota. 13. Sekolah sudah terlihat memerhatikan kesejahteraan guru-guru, dengan adanya tunjangan yang diberikan begitu banyak dan ada program liburan dengan keluarga tenaga pendidik SMK Kartika X-2 Jakarta. 14. Sekolah sangat antusias merespon guru berprstasi, mereka yang berprstasi akan mendapat reward berupa motivasi baik berupa mated, kenaikan jabatan, kenaikan honor, serta beasiswa untuk melanjutkan studinya. 15. Kompensasi yang diberikan sekolah berupa uang transport, uang piket, uang koreksi soal semester, dan uang pengawas ualangan semester. 16. Tidak semua tenaga pendidik SMK Kartika X-2 dapat memenuhi standar yang telah ditetapkan BSNP. 17. Sumber media yang mungkin perlu ditambah atau dilengkapi yaitu infokus di setiap kelasnya. 18. Metode yang saya gunakan di antaranya ceramah, portofolio, tanya jawab, eksperimen, praktik, kajian pustaka, dan metode lainnya yang sesual dengan materi dan sarana prasarana sekolah. 19. Saya menyarankan sebaikaya kepala sekolah untuk meningkatkan kualitas pendidik yaitu dalam menerima tenaga baru diperlukan tes EQ dan IT dengan selektif, karena kecerdasan intelektual tidak menjanlin kecerdasan emosionalnya, serta diperlukan tes IT agar pendidik dapat dengan mudah dan lancer dalam mengaplikasikannya.
Lampiran 11
WA W ANCARA DENGAN WAKABID. HUMAS SMK KARTIKA X-2
JAKARTA
Suwarko, S. Pd.
I. Sejak tahun 2005 saya sudah bekerja di sekolah ini sebagai guru bidang studi bahasa Indonesia dan kewirausahaan serta kepala program PRAKERIN (Praktik Kerja Industri), kemudian saya dlpercaya sebagai wakil bidang humas oleh pihak sekolah.. 2. Pada saat itu saya mengikuti tes administrasi dan wawancara, namun saat ini proses seleksi tenaga kerja baru tidak semudah zaman saya dulu masuk di sekolah ini. Dikarenakan upaya peningkatan gum harus dilakukan sejak proses seleksi. 3. Saya sangat senang bergelut dalam bidang ini, meskipun ada suka dukanya. 4. Kendala yang selama ini saya aJami yakni lingkungan sekoJah yang kurang kondusifkarena bersebelahan dengan SD Kartika. 5. Menjadi pengalaman yang menarik dan mengesankan bila suatu saat siswali yang awalnya kita anggap rendah ketika mereka Julus menjadi pekerja yang suskes sesuai dengan kompetensi keahliannya. Ini terjadi pada anak didik kami yang masa lalunya memang nakai, namun saya yakin mereka tidak lepas dari arahan dan pendekatan orang-orang terdekatnya. 6. Menurut saya sebagai seorang guru harns ikhlas dalam menjalani tugas dan tanggung jawabnya. Selain itu kita juga akan mendapatkan gaji sesuai dengan kinerja yang telah kita lakukan. Semestinya guru tidak menuntut gaji atau imbalan yang besar sebelum guru tersebut dapat memberikan konstribusi yang signifikan terhadap mutu pendidikan di sekolah. 7. Sesar harapan saya agar lulusan SMK Kartika X-2 Jakarta dapat bersaing di
dunia kerja dalarn pernsahaan-perusahaan besar, diterirna di perguruan tinggi negeri dengan km:li!as yang baik, dan menjadi orang yang sukses melebihi
guru-gurunya. Kemudian untuk kepala sekolah saya berharap agar selalu mengayomi, bijaksana, memerhatikan, memahami ternan relasinya, karena sekolah mampu berkembang dengan keIja sama antara pemimpin dan tenaga pendidiknya. 8. SMK Kartika X-2 memiliki program peningkatan bagi pendidik, misalnya dengan adanya pelatihan, workshop, dan sebagainya. Dan menurut saya program tersebut berjalan dengan baik sehingga bisa diterapkan dalam proses KBM di kelas. 9. Menurut. saya dengan mengikuti program tersebut akan menambah pengetahuan, wawasan, dan pengalaman. dalam berbaai hal tentang pendidikan. 10. Sekolah yang mampu menjadi SSN harus memenuhi kriteria yang akan dinilai oleh Diknas, saat ini SMK Kartika X-2 sedang melakukan upaya dalam mewujudkab SSN, di antaranya peningkatan sarana dan prasarana, program pemberdayaan tenaga pendidik, angka kelulusan yang sudah memuaskan, evaluasi yang dilakukan secara berkala, dan lain-lain. 11. Faktor yang dapat memengaruhi prestasi kerja yaitu lingkungan yang kondusif dan nyaman. 12. Ya, DIKLAT dari Diknas, yayasan, perguruan tinggi, dan sebagainya. 13. Ya; saya aktif serta druam MGMP tingkat sekolah, gugus, dan kota. 14. Menurut saya sekolah cukup memerhatikan kesejahteraan guru, guru merasa nyaman dengan kondisi keIja yang bersifat kekeluargaan. 15. Sekolah sangat mengapresiasi guru yang berprestasi, baik berupa kenaikan jabatan, kenaikan gaji, dan penghargaan lainnya. 16. Pemberian kompensasi se1ain gaji seperti tugas piket, wali kelas, Pembina ekskul, dan tunjangan lain sesuai dengan bidang pekeIjaannya. 17. Sangat disiplin dengan adanya program brifing yang dilakukan sebelum proses KBM dimulai dan tenaga pendidik sudah berada di sekolah sebelum pukul 6.45 WIB. Dalam KBM sudah menggunakan media namun kendalanya adalah jumlah media yang terbatas, sehingga tidak semua pelajaran dapat menggunakannya secara bersamaan.
18. Media yang perlu dilengkapi saat ini menurut saya yaitu proyektor hams ditingkatkan kuantitasnya. 19. Saran saya untuk kepala sekolah dalam upaya meningkatkan kualitas pendidik yaitu hams bisa mengayomi relasinya, bijaksana, memberikan motivasi
dari
berbagai
profesionalisme keJ:j a.
aspek
dalam
peningkatan
kompetensi
dan
Lampiran 12
WAWANCARADENGANSTAFBIDANGBKlBPSMKKARTIKAX-2
JAKARTA
H. Ahmad Hamid, S.Ag
1. Saya mengajar di sekolah ini sejak sekolah ini berdiri yaitu tahun 2005. 2. Tidak ada tes saar itu, mungkin karena sekolah sedang sangat membutuhkan guru dan memang saat itu tidak sesulit sekarang untuk dapat bekerja sebagai guru. 3. Ya, saya begitu menyenangi pekeljaan ini meski latar belakang saya bukan pada bidang pendidikan, namun saya tertarik untuk mengajar bimbingan konseling. 4. Sa)ia tidak pemah mengalami kendala selama ini, saya merasa semuanya berjalan dengan lancar. 5. Tidak ada. 6. Gaji yang saya terirna selama ini sudah cukup. 7. Sangat terdukung dengan adanya program peningkatan kualitas pendidik:, karena kita akan semakin banyak belajar dan menerima pengetahuan yang belum pemah kita dapat 8. Menurut saya jelas dari berbagai aspek yang termuat dari deJapan standar terse but, namun perIu kita tingkatkan teerutama pada kualitas SDM yang sangat memegang peran penting dalam hal apapun . . 9. Peningkatan kualitas dapat dengan melakukan pembinaan dan pengembangan di sekolah. Pembinaan dapat dilakukan dengan tutor sebaya, tutor kepala sekolah, dan program brifing setiap harinya sebelum KBM berlangsung. 10. Menurut saya faktor yang dapat memengaruhi prestasi kerja seorang guru yaitu lingkungankerja yang nyaman, kebutuhan yang dapat terepenuhi, dan karalcter dan setiap guru.
11. Untuk program DIKLAT, setiap guru berhak mengikutinya. Seperti DIKLAT dari Diknas, program sertifikasi, program profesionalisme, dan program yang berasaJ dari sekolah. 12. Saya ikutserta dan aktif dalam MGMP tingkat gugus, sekolah, dan kota. 13. Perhatian sekolah terhadap guru cukup baik dengan adanya berbagai tunjangan, dana pensiun, dan sebagainya. Sekolah selalau memeberikan penghargaan terhadap guru berprestasi balk materi maupun non materi. 14. Pemberian kompensasi dari sekolah selain g<\ii yaitu seperti tugas piket, pembina ekskul, koordinator bidang dan mengorbitkan siswa untuk lomba. 15. Kualitas tingkat kemasyarakatan sangat bagus, dari segi kompetensi dilakukan penataan dan pembinaan. 16. Saya sedang belajar menggunakan media yang disediakan oelh sekolah seperti proyektor meskipun pengetahuan IT masih rendah, namun itu merupakan ketentuan yang telah ditetapkan pemerintah untu.lc marnapu menerapkan leT. 17. Menurut saya media yang perlu dilengkapi adalah ruang seni dan keterampilan agar sekolah dapat memfasilitasi siswa yang memiliki bakat dan keterampilan. 18. Metode belajar perlu disesuaikan dengan kondisi kelas, karena terkadang perencanaan tidak sesnai dengan kondisi di kelas. 19. Menurut saya kepala sekolah dalarn meningkatkan kualitas pendidik harus selalau terdepan untuk mencari celah-celah baru dalarn peningkatan kualitas pendidik agar kesejahteraan lebih ditingkatkan lagi.
Lampiran 13
BASIL W AWANCARA DENGAN KEPALA PROGRAM BIDANG
PEMASARAN SMK KARTlKA X-2 JAKARTA
Harmia Indra, S.B, M.M
1. Saya mengajar di sekolah ini sejak awal sekolah ini berjalan yaitu tahun 2005. 2. Saat itu saya hanya mengikuti tes tertulis saja. 3. Saya sangat menyukai pekerjaan ini, sehingga saya masih bertahan di sekolah ini sampai sekarang. 4. Kendala saya hanya sekadar masalah sekolah pada umunmya, seperti menghadapi kenakalan siswa, niiai siswa yang menurun, dll. 5. Tidak ada. 6. Menurut saya sudah mencukupi, karena masing-masing orang berbeda kebutuhan dan pendapat. 7. Sangat bagus sebagai upaya peningkatan kompetensi guru. 8. Program tersebut haris ditingkatkan lagi dan dijalankan minimal perbulan. 9. Sarana prasarana, kualitas guru, media pembelajaran, dan penguasaan IT dalam menunjang proses KBM. 10. Ada, seperti program brifing, MGMP di berbagai tingkat, rapat mengenai permasalahn terkait pendidikan di sekolah balk secara intern maupun ekstern. II. Menurut saya faktor yang dapat memengaruhi peningkatan professional kerja adalah kesejahteraan guru yang perlu diperhatikan . 12. Program DIKLAT yang diikuti oleh setiap guru dan tidak ada kesenjangan dalam hal ini. 13. Saya tidak mengikuti MGMP, karena saya ditugaskan sebagai wakil kepala sekolah. Jadi, saya memberikan kesempatan kepada guru-guru muda untuk dapat aktif dalam MGMP.
14. Kesejahteraan tenaga pendidik di sekolah ini sudah cUkup dengan adanya berbagai tunjangan. Karena sekolah ini swasta jadi tunjangan tersebut ditanggung oleh yayasan. 15. Penghargaan yang diberikan kepada guru-guru sudah cUkup bagus. 16. Pemberian kompensasi dapat digolongkan kepada pemberian tunjangan tunjangan. 17. Sumber media belajar yang perlu dilengkapi seperti koleksi buku perpustakaan. 18. Adanya kualitas tergantung dari kompetensi rnasing-masing guru, tetapi kami selalu bekerja keras untuk meningkatkan profesionalitas keIja guru. 19. Motivasi, mengikuti seminar, workshop, DIKLAT dan kegiatan lain yang dapat meningkatkan kualitas guru.
Lampiran 14
HASIL WAWANCARA DENGAN KEPALA PROGRAM KEAHLIAN
AKUNfANSI SMK KARTlKA X-2 JAKARTA
Joko SuIistyo, S. E
I. Saya mengajar di sekolah ini sejak tahun 2005, jadi sudah hampir 8 tahun
saya berprofesi sebagai guru akuntansi di SMK Kartika X-2 Jakarta. 2. Tes yang sayajalani yaitu tes administratif dan tes wawancara. 3. Saya sangat menyenanginya, meski latar belakang saya bukan lulusan pendidikan. 4. Saya sedang mencari cara agar siswa SMK Kartika X-2 Jakarta dapat belajar akuntansi dengan cepat meskipun saya aktif dalam program MGMP. 5. Disenangi siswa, karena cara mengajar saya yang mereka senangi tidak menjenuhkan. Saya berupaya untuk membawa suasana KBM yang mengasyikkan meskipun belajar hitung-hitungan membuat siswa pusing. 6. Hampir
memen~hi
meskipun belum, namun sudah dilengkapi dengan
berbagai tunjangan dan saya salah satu guru yang sudah ikut sertifikasi. 7. Untuk mencapai sekolah stansar nasional maka kita hams beke:!ja keras dan sungguh-sungguh, karena guru menjadi elemen yang sangat penting dalam perbaikan mutu pendidikan. 8. Positif sekali karena akan membantu meningkatkan mutu sekolah dan akan membuat sekolah menjadi berkembang serta guru yang berkualitas. 9. Menyenangka'l
sekali
karena
dengan
mengikuti
program-program
peningkatan mutu guru saya berkesempatan untuk mendapatkan banyak pengalaman, menambah wawasan, serta pengembangan diri. 10. Dapat memenuhi delapan standar yang disyaratkan, saat ini bidang sarana dan prasarana sedang ditingkatkan. Saat ini telah ada laboratorium bahasa dan komputer, audio visual, serta infokus untuk proses KBM.
II. Ya, tentu ada program pembinaan dan pengembangan upaya meningkatkan kualitas pendidik; seperti: mengikuti pelatihan, workshop tentang kurikulum, pengadaan MGMP sekolah, pembllatan soal-soal ujian semester dan try out. 12. Mehurut saya faktor yang dapat memengaruhi prestasi kerja yaitu, kompetensi, latar belakang pendidikan, dan sarana prasarana yang menunjang. 13. Saya aktifmengikuti program MGMP tingkat sekolah, kecamatan, dan kola. 14. Menurut saya sudah cukup baik, terdapat kompensasi transport untuk guru yang mendapat tugas piket, dilengkapi dengan adanya berbagai tunjangan. 15. Sekolah selalu memberikan apresiasi terhadap prestasi kerja guru, yaitu dalam bentuk diberikan hadiahlimbalall, motivasi untuk tetap meningkatkan kualitasnya sebagai guru agar terns berprestasi. 16. Latar belakang pendidik semuanya sudah S I. Pada kegiatan belajar mengajar, penggunaan media pembelajam dengan infokus belum semuanya karena jumlah infokus yang masih terbatas. Namun dengan adanya pelalihan penggunaan IT dalam KBM merupakan solusi dalam meningkatkan kualitas pendidik dalam mengajar. 17. Ya, saya mengajarkan siswa berhitung mellggunakan program Ms. Excel, pada proses KBM saya lebih mengutamakan siswa yang aktif, saya hallya sebagai fasilitator. 18. IT terutama menggunakan progFaIll-prograIll komputer pada masing-masing mata pelajaran. 19. Saran saya mengenai program peningkatan kualitas pelldidik, guru harus menguasal IT dengan mengikuti pelatihan. Kemudian untuk menghadapi zanian globalisasi pendidik sebaikuya menguasai bahasa inggris yang merupakan bahasa dunia.
Lampiran 15
BASIL WAWANCARA PERWAKILAN SISWA SMK KARTIKA X-2
JAKARTA (KETUA OSIS)
L Mengalami kesulitan dalam menerima materi yang diajarkan oleh sebagian guru, sebab terkadang penjelasan yang disampaikan tidak ada kaitannya dengan materi pembelajaran, kemudian guru yang tidak dapat mengondisikan kelasnya untu tenang di kelas. Ada beberapa guru yang asyik menjelaskan tanpa memerhatikan mudd memahami apa yang dijelaskannya atau tidak. 2. Ada guru yang menggunakan metode belajar yang menyenangkan, namun ada juga yang membosankan. 3. Mata pelajaran yang sulit bagi saya adalah bahasa Indonesia, di samping saya kurang tertarik dengan pelajaran tersebut, juga disebabakan oleh cara mengajar guru yang kurang menarik dan tidak secarajelas. 4. Saya suka pelajaran matematika, karena gurunya humoris dan menarik sehingga dapat membangun suasana belajar yang menyenagkan dengan metode beJajar yang variasi. 5. Pesan saya sebaiknya ketika mengajar guru jangan membicarakan kehidupan pribadi yang tidak ada kaitannya dengan materi, kemudian jelaskalllah materi selengkap mungkin, kemudian guru sebaiknya memerhatikan pemahaman siswa dalam menerima materi, dan guru barus lebih disiplin dalam mengaj ar sesuai denganjamnya. 6. Adanya program bimbingan belajar/pendalaman materi, kbususnya bagi mata pelajaran
wajib
ujian
nasional
(bahasa
inggris,
bahasa
indonesia,
matematika). 7. Kendala pada sebagian siswa yaitu pada pembayarannya karena pada program bimbel ada dua tipe guru yang berbeda, misalnya ada guru yang mewajibkan untuk membayar iuran bimbel, tetapi ada juga yang mewajibkan jadi tidak mengikat siswali untuk wajib membayar dan tidak memberi
konsdruensi yang menyulitkan siswaii bersifat tidak mendidik dan menghambat
proses
KBM.
Sedangkan
keildala
dad
guru,
pada
pelaksanaannya yang tidak tepat waktu namun cukup berjalan efektifmenurut saya. 8. Kedisplinan siswa hams tetap dipantau dan memberikan ar han agar selalu tercipta kondisi yang kondusif. 9. Adminlstrasi sudilh cukup transparan misalnya dengan mengadakan rapat orang tua untuk setiap kegiatan (studi wisata, ujian nasional, pelepasan kelas 3, program bimbingan belajar, dsb).
Lampiran 16
FOTO-FOTO WAWANCARA
Wawancara dengan Dra. Sumarni (Wakabid Kurikulum)
Wawancara dengan siswa (OSIS)
UJI REFERENSI
Nama Judul Skripsi
:IJpayaKepala Sekolah dalam Meningkatkan Kualitas Pendidik di SMK Kartika X-2 Jakarta
Pembimbing
: Zahrudin, Lc., M. Pd.
No.
: Suharyono Gustiawan
Pengarang dan Judul Buku
BAB I
Halaman
Halaman
Paraf Dosen
Skripsi
Refeiensi
Pembimbing
1
7
a -)
75
4
t6
I
Alisuf Sabri, Pengantar llmu Pendidikan, (Jakarta: UIN Press,2005).
E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Kompetensi Guru, (Bandung: 2.
PT. Remaja Rosda Karya,2007), Cet. 1. a J.
Peraturan Pemerintah RI No. 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional
Pendidikan, (Jakarta: Cipta Raya).
A
a
Pengarang dan Judul Buku
No.
BAB
Halaman
Halaman
Paraf Dosen
Skripsi
Referensi
Pembimbing
8
67
8
69
9
1
9
60
9
28-33
C\
r0
98-t20
t1
99
z>A-
t7
53
t7
432
t7
2
II
Bedjo Sudjanto, Manajemen Pendidikan Berbasis Sekolah, (Jakarta: I
IKAPI,2007). 2. a
rbid Hendiyat Soetopo dan Wasty Soemanto, Kepemimpinan dan Supervisi
-).
D-
Pendidikan, (Jakarta: Bina Aksara, 1988), Cet.2. 4.
Soewadji Lazaruth, Kepala Sekolsh dan Tanggng Jawabnya, (Salatiga: Kanisius, 1994).
5.
Ibid
E. Mulyasa, Menjadi Kepala
Sekolah Profesional, (Bandung:
6.
Rosdakarya,2004). 7.
Ibid Fandy Tjiptono
8.
9. 10.
dan
Anastasia Diana, Total Quality Management
gQM), (Yogyakarta: Andi Offset,
Al Barry dan M.
1998).
Dahlan, Kamus Modern Bahasa Indonesia,
(Yoeyakarta: Balai Pustaka, 1994). M. N. Nasution, Manajemen Mutu Terpadu, (Bogor: Ghalia Indonesia,
a-
&_ a>
200s). 11
Ibid Sudarwan Danim, Visi Baru Manajemen Sekalah
t2.
T7
-)
18
53
18
J
18
74
(2-
dari Unit Birolcrasi
ke Lembaga Akademik, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008).
Undang-Undang R.I. No. 20 Tahun 2003, Tentang SISDIKNAS & PP 13.
a
No. 47 Tahun 2008 Tentang Wajib Belajar, (Bandung: Citra Umbara).
Peraturan Pemerintah t4. Nasional
P
RI No. 19 Tahun 2005, Tentang
Standar
endidikan, (Bandung: Citra Umbara, 2008).
Asrorun Ni'am Sholeh, Membangun Profesionalitas Guru, Analisis 15.
Kronologis atas lahirnya UU Guru dan Dosen, (Jakarta: ELSAS,
t9
taa-rc1
t9
16
20
t62
20
20
2006).
t6.
Peraturan Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota lakarta Nomor 8
Tahun 2006 tentarrg Sistem Pendidikan.
t7.
AsrorunNi'am Sholeh, Op Cit. Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung : PT Remaja
18.
>>-
Rosda Karya,1994).
t9.
Ibid
2t
6
20.
Yunus Abu Bakar, Profesi Keguruan, (Leaming Assisteance Program
2T
23-24
a--a-\
For Islamic School: Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah,2009).
2r.
2t
Moh. Uzer LJsman, Op Cit.
Wina Sanjaya, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis 22.
Kompetensi, (Jakarta: 23.
Kencana,2005).
I
rbid Moh. Uzer LJsman, Menjadi Guru Profesionol, (Bandung : PT Remaja
24.
22
7
I
46
23
47
Z)
9-t2
Z)
2-8
z)
5
24
I4
24
229
24
584
24
44
Rosda Karya,1994).
Yunus Abu Bakar, Profesi Keguruan, (Learning Assisteance Program 25. 26.
2-
2-
For Islamic School: Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah,2009). Peraturan Pemerintah RI Nomor 74Tahun2008 tentang Guru.
Moh. Uzer LJsman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung : PT Remaja 27.
Rosda Karya,1994).
28.
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaj a Rosdakary a, 1999).
29.
Pusat Bahasa Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi 3.
Pupuh Fathurrohm an, St r a t e gi 30.
b e I aj
ar
Me n gaj ar - S tr at e g i Mew uj u dkan
Pembelajaran Bermakna Melalui Penanaman Konsep Umum & konsep Islami, (Bandung: PT. Refika Aditama, 1995).
A
Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung : PT Remaja 31.
Armai Arief, Reformulasi Pendidikan Islam, (Jakarta: CRSD Press, 32.
25
Harnzah
2-
-l -, I
200s).
JJ,
14
25
Rosda Karya. 1994).
B. IJno, Profesi
Kependidikan (Problema, Solusi, dan
Reformosi Pendidikan di Indonesia), (Jakarta: PT. Bumi Aksara 2008),
25
62
26
75
26
t45-r46
27
t62
27
38
edisi 1, cet.3.
E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Kompetensi Guru, (Bandung: 34.
PT. Remaja Rosdakarya Offset, 2007).
Wina Sajaya, Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis 35.
Sekolah, (Jakarta: Prenada Media Group).
Sadirman A. 37.
M, Interaksi dan Motivasi Belaiar Mengajar,
PT. Raja Grafindo Persada, 2000).
Oemar Hamalik, Pendidikan Guru Berdasrkan 38.
Pendekatan
Kompetensi, (Iakarta: PT. Bumi Aksara, 2006).
Awandana, 39.
(Jakarta:
Guru
yang
http //www.psbpsma. or g/content/blo g/Guru-berkualitas-. :
11 Juni 2009. Diunduh pada hari Rabu,
oD?-
a-
Berkualitas. Po
sted S abtu,
29
28 Jarutari2014, Pukul II:45.
/
Ahmad Barizi, Menjadi Guru Unggul, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 40.
29
79'.
200e).
Pengarang dan Judul Buku
No.
IIaIaman
Halaman
Paraf Dosen
Skripsi
Referensi
Pembimbing
31
4
32
70
32
83
32
131
BAB III
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja 1.
Rosdakarya,2004).
Cholid Narkubo dan Abu Ahmadi, Metodologi Penelitian, (Jakarta: 2.
PT. Bumi Aksara, 2004). a J.
Ibid Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek,
4.
o-
>
(Jakarta: BinaAksara, 1987).
Mudjia Rahardjo, Triangulasi dqlam Penelitian 5.
http://mudjiarahardjo.com, posted Friday, 15 October 2010.
Di unduh
Kualitatrt pada hari
aa JJ
selasa, 22 Juli2O 14, pukul I 0.00.
4