PERAN AKTIF GURU PAI DALAM MENANGGULANGI KENAKALAN SISWA ( STUDI KASUS DI SMK NU HASYIM ASY’ARI 02 KUDUS )
SKRIPSI Diajukan Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1(S.1) dalam Pendidikan Agama Islam
Oleh: NOOR FADLILAH 131310001255
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NAHDLATUL ULAMA JEPARA TAHUN 2015
PERSETUJUAN PEMBIMBING Lamp
: 4 (empat) eks
Hal
: Naskah Skripsi An. Sdr. Noor Fadlillah Yth.Dekan FakultasTarbiyah dan IlmuKeguruan Universitas Islam Nahdlatul Ulama (UNISNU) Jepara Assalamu’alaikum Warahmatullah Wabarakatuh Setelah saya meneliti dan mengadakan perbaikan sebelumnya, bersama ini saya kirim naskah skripsi Saudara : Nama
: Noor Fadlilah
NIM
: 131310001255
Progdi
: Pendidikan Agama Islam (PAI)
Judul
: PERAN AKTIF GURU PAI DALAM MENANGGULANGI KENAKALAN SISWA (STUDI KASUS DI SMK NU HASYIM ASY’ARI 02 KUDUS)
Dengan ini saya mohon kiranya skripsi Saudara tersebut dapat segera dimunaqasyahkan. Demikian harap menjadi maklum. Wassalamu’ alaikumWarahmatullah Wabarakatuh Jepara, 07 Juli 2015 DosenPembimbing
Drs, Maswan, MM.
ii
PERNYATAAN Dengan penuh kejujuran dan tanggungjawab, penulis menyatakan bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang pernah ditulis oleh orang lain atau diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi bahan rujukan.
Kudus, 07 Juli 2015 Deklarator Noor Fadlillah NIM 131310001255
iv
MOTTO
“Barangsiapa harinya lebih baik daripada kemarin maka orang tersebut orang beruntung, dan barangsiapa harinya seperti kemarin maka orang tersebut orang yang merugi dan barangsiapa harinya lebih jelek dari kemarin maka orang tersebut adalah terkutuk" (HR. Hakim)
v
PERSEMBAHAN Karya sederhana ini penulis persembahkan kepada mereka yang memberi arti dalam hidup-ku : Ibunda dan Ayahanda Tercinta Ibunda Kaswati dan Ayahanda Moh. Ali (Alm) yang selalu berjuang, berdo’a dan memberikan restu. Semoga Allah SWT selalu mencurahkan Rahmat dan Hidayah-Nya kepada kita se-keluarga. Ayah .. meskipun engkau telah tiada namun Aku kan selalu mendoakanmu..
Kakak- Kakakku Tercinta
Bambang Sugiarto, Retno Dwi Jayanti, Rachmad Hadiwibowo&Ani Mulyani. Terima kasih atas dukungan serta do’a kalian, semoga Allah SWT membalas kebaikan kalian.
Someone special
Sunarno , yang telah memberikanku semangat dan dukungan untuk menyelesaikan tugas akhir ini. Semoga engkau pilihan terbaik buatku dan masa depanku , Amiin.
Para Guru dan siswa- siswi
SMK NU Hasyim Asy’ari 02 Kudus Yang menjadikan semangat menyalurkan sedikit keilmuan di SMK NU Hasyim Asy’ari 02 Kudus
vi
KATA PENGANTAR Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT, penulis panjatkan atas segala limpahan rahmat, taufiq, hidayah dan inayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul "Peran aktif guru PAI dalam menanggulangi kenakalan siswa (Studi kasus di SMK NU Hasyim Asy’ari 02 Kudus)”, dengan baik tanpa banyak menemui kendala yang berarti. Shalawat dan Salam Allah SWT. semoga selalu terlimpahkan dan senantiasa penulis sanjungkan kepada Khotamu Anbiya' walMursalin Rasulullah Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat-sahabat, dan para pengikutnya yang telah membawa dan mengembangkan Islam hingga seperti sekarang ini. Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini bukanlah semata hasil dari "jerih payah" penulis secara pribadi. Akan tetapi semua itu terwujud berkat adanya usaha dan bantuan dari berbagai pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis tidak lupa untuk menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya terutama kepada : 1.
Bapak Prof. Dr. H. Muhtarom H.M., selaku Rektor UNISNU Jepara.
2.
Bapak Drs. H. Akhirin Ali, M. Ag., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah UNISNU Jepara dan Pembantu-Pembantu Dekan yang telah memberikan izin kepada penulis untuk menulis skripsi tersebut dan memberikan fasilitas untuk belajar dari awal hingga akhir.
3.
Bapak Drs. Maswan, MM., selaku Pembimbing, terima kasih yang sebanyak-banyaknya atas bimbingan dan pengarahan yang diberikan dengan sabar dan tulus ikhlas.
vii
4.
Kedua orang tua penulis yang tercinta (Bapak Moh. Ali (Alm) dan Ibu Kaswati), terima kasih atas segala do'a, perhatian, dukungan, kelembutan dan curahan kasih sayang.
5.
Keluarga besar SMK NU Hasyim Asy’ari 02 Kudus yang telah memberikan dukungannya dalam penulisan skripsi ini, khususnya Bapak Basirun Arief, S.Ag., Bapak Jullie Andrea, S.Pd., , dan seluruh bapak ibu guru serta karyawan SMK NU Hasyim Asy’ari 02 Kudus.
6.
Semua pihak yang telah membantu hingga terselesaikannya skripsi ini diterima Allah SWT, serta mendapatkan balasan yang lebih baik dan berlipat ganda. Penulis juga menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan yang
disebabkan keterbatasan kemampuan penulis. Oleh karena itu, penulis mengharap saran dan kritik konstruktif dari pembaca yang budiman demi sempurnanya skripsi ini. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat nyata bagi penulis khususnya dan para pembaca umumnya.
Jepara, 07 Juli 2015 Penulis Noor Fadlilah 131310001255
viii
ABSTRAK Noor Fadlilah (NIM 131310001255). Peran Aktif Guru PAI Dalam Menanggulangi Kenakalan Siswa (Studi Kasus di SMK NU Hasyim Asy’ari 02 Kudus): Program Strata 1 Prodi Pendidikan Agama Islam UNISNU Jepara, 2015. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan peran aktif guru PAI dalam menanggulangi kenakalan siswa (studi kasus di SMK NU Hasyim Asy’ari 02 Kudus). Fokus penelitian ini mengenai hal-hal yang berkaitan dengan peran aktif guru PAI dalam menanggulangi kenakalan siswa meliputi: (1) Tipe-tipe kenakalan yang terjadi di SMK NU Hasyim Asy’ari 02 Kudus, (2) Peran aktif guru PAI dan upaya/solusi dalam menanggulangi kenakalan siswa di SMK NU Hasyim Asy’ari 02 Kudus. Penelitian ini termasuk penelitian studi kasus (jenis penelitian kualitatif), yang mengambil lokasi di SMK NU Hasyim Asy’ari 02 Kudus. Oleh karena itu, teknik cuplikan penelitian menggunakan purposive sampling, dengan memilih informan yang dianggap mengetahui informasi dan masalah secara mendalam dan dapat dipercaya sebagai sumber data yang mantap. Sedangkan sumber data diperoleh dari informan, peristiwa dan dokumen. Data yang terkumpul kemudian dianalisis dengan analisis model interaktif yang meliputi reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan serta verifikasi. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa; 1) Kenakalan yang ada dalam lingkungan sekolah terjadi karena berbagai faktor yang mendukung yang ada di dalam kehidupan siswa seperti faktor pribadi, keluarga, komunitas masyarakat dan lain sebagainya. Kenakalan yang terjadi dibagi menjadi dua kelompok yaitu: (a) kenakalan berat. Contohnya adalah berkelahi dilingkungan sekolah, mencuri, minum minuman keras dan lain-lain. (b) kenakalan ringan. Seperti membuat gaduh di kelas, terlambat, tidak mengerjakan tugas dan lain sebagainya. 2) Guru PAI disamping mempunyai peran dalam pembelajaran PAI di dalam kelas juga mempunyai peran aktif dalam menanggulangi kenakalan siswa. Sebagai peran aktif guru PAI dalam menanggulangi kenakalan siswa ada beberapa peran aktif tersebut meliputi cara-cara penanggulangan kenakalan sebagi berikut; (a) Memberikan pemahaman dan pengertian tentang pendidikan agama yaitu dengan melalui pelajaran di dalam kelas. (b) Mengadakan kegiatan-kegiatan keberagamaan baik hari besar agama ataupun kegiatan keberagamaan siswa setiap harinya, seperti sholat dhuhur berjamaah. (c) Bekerja sama dengan guru lain khususnya guru bimbingan konseling, wali kelas dan guru mata pelajaran. Dengan metode ini tidak hanya guru PAI yang berperan dalam menaggulangi kenakalan siswa akan tetapi guru yang lain juga mempunyai tugas dalam menanggulangi kenakalan siswa. (d) Mengadakan bimbingan khusus pada siswa yang sering melakukan kenakalan siswa pada jam-jam khusus yaitu pada istirahat atau diluar jam pelajaran, (e) Berupaya menjunjung nilai-nilai keislaman dalam kehidupan sekolah yaitu mendukung adanya program ekstra kulikuler islami seperti baca tulis Al-Qur'an, pesantren kilat dan lain-lain. Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan akan menjadi bahan informasi dan masukan bagi para guru PAI dan calon guru PAI serta semua pihak yang membutuhkan. Kata Kunci: Peran Aktif, Guru PAI, dan Kenakalan Siswa
ix
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ............................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN .............................................................. ii HALAMANPENGESAHAN................................................................... iii HALAMANPERNYATAAN................................................................... iv HALAMAN MOTTO .............................................................................. v HALAMAN PERSEMBAHAN .............................................................. vi KATA PENGANTAR.............................................................................. vii ABSTRAK ................................................................................................ ix DAFTAR ISI............................................................................................. x BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah .....................................................
1
B. Penegasan Istilah.................................................................
7
C. Rumusan Masalah...............................................................
9
D. Tujuan dan Manfaat penelitian ...........................................
9
E. Telaah Pustaka ....................................................................
10
F. Metodologi Penelitian.........................................................
13
G. Sistematika Penulisan Skripsi ...........................................
17
BAB II : LANDASAN TEORI A. Gambaran Umum Guru PAI ...............................................
20
1. Pengertian Guru PAI....................................................
21
2. Kompetensi Guru PAI ................................................
23
3. Peran Dan Tugas Guru PAI .........................................
25
x
4. Tujuan PAI .................................................................
31
5. Pelaksanaan PAI .........................................................
33
B. Kenakalan Siswa ...............................................................
34
1. Pengertian Kenakalan ..................................................
35
2. Arti Pertumbuhan Dan Kenakalan ...............................
38
3. Faktor Penyebab Kenakalan siswa...............................
39
4. Tipe-tipe Kenakalan Siswa ..........................................
42
C. Peranan Guru PAI Dalam Menanggulangi Kenakalan Siswa 1. Arti Penting PAI Di Sekolah .......................................
44 48
2. Peran Guru PAI Dalam Mensiasati Kekurangan Jam Pelajaran PAI Di Sekolah ................... 51 BAB III: KAJIAN OBJEK PENELITIAN A. Kondisi Umum SMK NU Hasyim Asy’ari 02 Kudus.........
54
1. Latar Belakang Berdirinya ...........................................
54
2. Data Sekolah ................................................................
55
3. Keadaan Guru Dan Siswa ............................................
56
a. Guru .......................................................................
56
b. Siswa ......................................................................
57
4. Struktur Organisasi ......................................................
58
5. Sarana Dan Prasarana ....................................................
58
6. Tata Tertib .....................................................................
59
xi
B. Jenis Kenakalan Siswa Yang Ada Di SMK NU Hasyim Asy’ari 02 Kudus ...................................
62
BAB IV: ANALISIS HASIL PENELITIAN A. Analisis Peran Dan Fungsi PAI Dalam Menanggulangi Kenakalan Siswa ............................
67
B. Analisis Peran Aktif Guru PAI Dalam Menanggulangi Kenakalan Siswa Di SMK NU Hasyim Asy’ari 02 Kudus
71
BAB V : KESIMPULAN, SARAN DAN PENUTUP A. Kesimpulan ..........................................................................
79
B. Saran-saran...........................................................................
80
C. Penutup ................................................................................
81
DAFTAR PUSTAKA
xii
DAFTAR LAMPIRAN 1.
Lampiran 1 Surat Keterangan SMK NU Hasyim Asy’ari 02 Kudus
2.
Hasil Observasi di SMK NU Hasyim Asy’ari 02 Kudus
3.
Lampiran 2 Sertifikat OSPEK
4.
Lampiran 3 Sertifikat KKL
5.
Lampiran 4 Sertifikat PPL
6.
Lampiran 5 Sertifikat KKN
7.
Lampiran 6 Daftar Riwayat Pendidikan
xiii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan satu-satunya institusi yang sangat potensial menyiapkan manusia agar memiliki tingkat SDM yang handal. Secara prinsipil pendidikan adalah usaha yang dilakukan secara sadar dan terencana untuk mencapai tujuan Pendidikan yang meliputi perkembangan intelektual dan ilmu pengetahuan. Sebagai seperangkat rencana dan kegiatan pendidikan harus dipandang sebagai suatu sistem. Dengan demikian, dalam praktiknya efektifitas kegiatan pendidikan tidak bisa terlepas dari beberapa komponen dasar yang mempengaruhi berhasil atau tidaknya pendidikan. Komponen-komponen tersebut meliputi: tujuan, isi, metode, dan evaluasi. Peserta didik sebagai peserta pendidikan haruslah mempunyai berbagai bahan acuan sendiri, artinya ciri dari peserta didik harus seimbang dengan apa yang sedang dipelajari, apalagi perkembangan karakterisik pada peserta didik didalam tahapan pendidikan, tentunya mempunyai ciri tersendiri. Karena hal tersebut sangatlah dominan dimiliki masing-masing individu.Sedangkan perkembangan jiwa seseorang dimulai dari tahapan anak-anak,remaja dan dewasa. Perkembangan yang paling bisa dilihat pada peserta didik adalah pada masa perkembangan anak-anak menuju ke masa remaja, yang pada tahapan remaja peserta didik mulai merasakan perubahan-perubahan,dari tahapan tingkah laku sampai cara berbicara.
1
2
Peranan
pendidikan
agama
Islam
sangat
berpengaruh
bagi
perkembangan anak, pendidikan agama harus dilakukan secara intensif dalam segala aspek, baik di keluarga, sekolah, masyarakat dan lain-lain. Agar tidak terjadi perilaku menyimpang pada anak remaja. Pendidikan agama dalam kurikulum sekolah harus diberikan secara maksimal untuk meminimalisir adanya perilaku menyimpang pada peserta didik. Peserta didik harus berpartisipasi dalam kegiatan di luar jam pelajaran seperti: kegiatan Peringatan Hari Besar Islam (PHBI), kegiatan pesantren kilat, tadarus Al-Qur’an,pengajian, hari raya Idul adha, panitia zakat fitrah dan lain-lain. Serta kegiatan bakat minat siswa seperti: olah raga, pramuka, seni dan musik, drama keterampilan-keterampilan, dan rekreasi, jika kegiatankegiatan tersebut diikuti oleh peserta didik maka kenakalan pada siswa akan dapat ditanggulangi. Pendidikan agama adalah salah satu kurikulum yang diajarkan pada tahapan pendidikan tingkat menengah atas, yang memberikan pengaruh besar bagi tingkah laku peserta didik, baik dalam kehidupan di sekolah maupun diluar sekolah. Karena sejalan dengan perkembangan jasmani dan rohaninya,maka
agama
pada
para
remaja
turut
mempengaruhi
perkembangan itu,maksudnya penghayatan para remaja terhadap ajaran agama dan tindak keagamaan yang tampak pada remaja banyak berkaitan dengan faktor perkembangan tersebut.1
1
Jalaludin, Psikologi Agama, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001), hlm. 74.
3
Sedangkan guru mata pelajaran PAI adalah pendidik yang harus dapat memadukan unsur profan dan Immanen 2 , kepada siswa dalam proses pembelajarannya. Hanya dengan pemaduan kedua unsur inilah akan dapat terwujud cita-cita dan tujuan pendidikan yaitu melahirkan anak saleh yang ditandai dengan sikap, mental, perilaku, tutur kata yang baik, serta, memiliki komitmen
keilmuan
yang
kuat
demi
kepentingan
keilmuan
itu
sendiri,individu, dan kemaslahatan masyarakat.3 Pada masa remaja ini sebagai masa storm and stress,4 karena selama masa remaja banyak masalah yang dihadapi, sebab berupaya menemukan jati dirinya (identitas kebutuhan aktualisasi diri). 5 Siswa pada usia remaja biasanya dalam proses penyempurnaan penalaran berpikirnya selalu ingin mengekspresikan ide-idenya. Ide ide yang muncul disebabkan oleh pertumbuhan fisik yang pesat, yang tidak diimbangi dengan perkembangan psikis sebagai akibat dari masa transisi yang terjadi pada remaja terhadap dirinya sendiri. Terjadinya permasalahan pada remaja disebabkan oleh aspek psikologis yang tidak dapat dilepaskan dari aspek-aspek lain yang bersumber dari lingkungan sosial budayanya. Hubungan yang kurang harmonis dengan orang tua, guru, teman sebaya dan
2
Kata Profan dan Imanen berarti mengikat dan lepas tentang kajian agama. Lihat Pius A.Partanto & M. dahlan Al Barry, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Arkola, 1994). 3 Mukhtar, Desain Pembelajaran PAI, (Jakarta: Fifamas, 2003), hlm. 67. 4 Storm and Stress adalah badai dan tekanan yaitu masa dimana ketegangan emosi mulai meningkat sebagai akibat dari perubahan fisik dan kelenjar. Lihat Skripsi Indri Kumala Nosution,“Stress Pada Remaja”, (Medan: Fakultas Kedokteran Universitas Sumatra Utara, 2007),www.USUrepository.co.id. hlm. 5, Sabtu, 31 Januari Pukul 10.30 WIB. 5 Sunarto & Agung Hartono, Perkembangan Peserta didik, (Jakarta: Asdi Mahasatya, 2006), hlm. 68.
4
sebagainya dapatmenghambat perkembangan kepribadian dan menghambat kesehatan mental.6 Kenakalan sebenarnya menunjuk pada perilaku yang berupa penyimpangan atau pelanggaran pada norma yang berlaku, dan ditinjau dari segi hukum kenakalan merupakan pelanggaran terhadap hukum yang belum bisa dikenai hukum pidana sehubungan dengan usiannya. Perilaku menyimpang pada remaja pada umumnya merupakan “kegagalan sistem kontrol diri”. 7 Karena kenakalan itu muncul pada jenjang sekolah dan integrasi yang paling bisa dirasakan adalah antara guru dengan murid. Problem tersebut sering kali terjadi dalam bentuk kesulitan dalam menghadapi pelajaran disekolah, baik dalam lisan, tulisan maupun penyelesaian tugas. Remaja yang mengalami problem disekolah pada umumnya mengemukakan keluhan bahwa mereka tidak ada minat terhadap pelajaran dan bersikap acuh tak acuh, prestasi belajar menurun kemudian timbul
sikap-sikap
dan
perilaku
yang
tidak
diinginkan
seperti
membolos,melanggar tata tertib, menentang guru, berkelahi dsb. 8 Dan pekerjaan yang menunggu untuk para guru adalah dapat memilih dan menggunakan tehnik mengajar yang dapat meningkatkan peran serta (partisipasi) siswa dalam kelas. Terlebih guru mata pelajaran PAI yang dalam tugasnya bisa mengantarkan ke kompetensi pendidikan agama yaitu
6
Endang Poerwanti & Nur Widodo, Perkembangan Peserta didik, (Malang: UMM, 2002),hlm. 135-136. 7 Endang Poerwanti & Nur Widodo, Op.cit, hlm.139. 8 Ibid, hlm. 135.
5
mengarah pada keilmuan dan tingkah laku tentunnya menjadikan tugas ganda sebagai seorang guru. Karena
disamping
sebagai
pengajar
guru
juga
sebagai
pembimbing,khusus dalam masalah kenakalan aspek psikologis lebih diutamakan, karena uraian tentang psikologis, yaitu tentang tingkah laku, motif dan motifasi,pembawaan dan lingkungan, perkembangan dan tugastugas perkembangan,belajar dan penguatan, dan kepribadian.9 Jadi peranan guru dalam kenakalan sangat berarti, karena penanggulangan dalam berbagai kenakalan khususnya peserta didik harus ditanggulangi secara dini baik dalam lingkup keluarga maupun sekolah. Dalam kehidupan keluarga orang tua yang berperan sedangkan dalam sekolah guru sebagai peran utama dan sebagai peran penting dalam menanggulangi kenakalan siswa. Didalam lingkup SMA/ SMK sendiri peran guru PAI juga menentukan berhasil atau tidaknya peserta didik dalam pengembangan keagamaan siswa,khususnya dalam praktik sehari-hari dalam lingkungan sekolah. Seperti penjelasan diatas bahwa masa peralihan ini sangatlah didominasi oleh berbagai problem kenakalan. Maka, guru PAI didalamnya ikut berperan aktif,khususnya dalam masalah kenakalan siswa. Sedangkan di SMK NU Hasyim Asy’ari 02 Kudus sebagai objek penelitian ini, guru PAI sangat berperan aktif dalam menanggulangi kenakalan, khususnya dalam hal kenakalan yang menyangkut norma agama dan tingkah laku keberagaman. 9
Priyanto & Ermananti, Dasar-dasar Bimbingan & Konseling, (Jakarta: Rineka Cipta,1999), hlm. 135.
6
Guru PAI dituntut untuk bekerja aktif baik dalam kelas ataupun luar kelas sehingga peserta didik yang mengalami kasus dapat dilihat langsung oleh guru PAI dan ditangani langsung. Sebagai upaya penanggulangan kenakalan sekolah dan guru PAI bekerjasama untuk mengantisipasi kenakalan-kenakalan yang lebih, yaitu dengan mengadakan jama’ah sholat dhuhur bersama, sholat Jum’at bersama, dan kegiatan-kegiatan keagamaan yang
lain
disamping
pembelajaran
didalam
kelas
yang
sifatnya
membimbing ke arah pengetahuan.10 Secara geografis SMK NU Hasyim Asyari 02 Kudus adalah salah satu sekolah Swasta yang ada di kota Kudus, yang berlokasi di desa Sudimoro Gebog Kudus, dan mempunyai guru dan karyawan sekitar 25 orang. Karakteristik pokok yang ditemukan di lembaga pendidikan tersebut adalah penggunaan kurikulum KTSP sesuai acuan pemerintah. Dalam praktiknya pelajaran PAI dilaksanakan satu kali pertemuan 2 jam dalam satu minggu oleh guru PAI. Berkaitan dengan masalah penanggulangan kenakalan guru PAI sangatlah berperan aktif yang konsep penataan dilaksanakan oleh bantuan guru BK. Bertolak dari asumsi di atas maka penulis merasa tertarik untuk mengangkat tema ini ke dalam skripsi dengan judul “Peran aktif Guru PAI dalam Menanggulangi kenakalan siswa (studi kasus di SMK NU Hasyim Asy’ari 02 Kudus)”.
10
Hasil wawancara dengan Basirun Arief, Ah. S.Ag guru PAI SMK NU Hasyim Asy’ari 02 Kudus, Kamis, 19 Maret 2015, Pukul 09.00 WIB
7
B.
Penegasan Istilah Formulasi judul tersebut Peran aktif Guru PAI dalamMenanggulangi kenakalan siswa (studi kasus di SMK NU Hasyim Asy’ari 02 Kudus).Ini masih merupakan konsep abstrak yang perlu dijabarkan dalam definisi operasional sehingga dapat menghindari bias pengertian dan disinterpretasi yang merusak konsistensi topik, sebagai berikut: Peran
: Adalah Perangkat tingkah yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan dalam masyarakat. 11 artinya proses interaksi dalam kehidupan yang dianggap penting dan seseorang yang bertindak sebagai sesuatu. : Artinya giat. 12 Yaitu mampu beraksi dalam menanggapai
Aktif
sesuatu. Guru
: Merupakan jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian khusus sebagai pengajar.
13
Atau pendidik profesional
dengan tugas utama mendidik, mengajar,membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, danmengevaluasi, peserta didik pad pendidikan usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikanmenengah.14 PAI
: Adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan
11
Dep.Dik.Bud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka), Cet. II, 1994,hlm. 751. 12 Dep.Dik.Bud., Op.cit, hlm. 19. 13 Moh. Uzer Usman, Op.cit, hlm. 5. 14 UURI, No. 14 Th. 2005, tentang Guru dan Dosen, (Jakarta: Departemen PendidikanNasional, 2005), hlm. 3.
8
peserta
didik
untuk
mengenal,
memehami,
menghayati,hingga mengimani, bertaqwa, dan berahklak mulia dalam mengamalkan ajaran agama Islam dari sumber utamanya kitab suci Al-quran dan Hadist, melalui kegiatan bimbingan,
pengajaran,
latihan
serta
penggunaan
pengalaman.15 Menanggulangi : Asal kata tanggulang-menanggulangi artinya mengahadapi dan mengatasi (bahaya, keamanan, kenakalan remaja)16 Kenakalan
: Sifat nakal atau tingkah laku yang menyimpang dari norma yang berlaku dalam suatu masyarakat.17
Siswa
: Atau peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu.18
SMK
NU : Adalah salah satu Sekolah Menengah Kejuruan yang
Hasyim Asy’ari Kudus
15
berada di daerah Kudus Utara dan lokasi SMK NU Hasyim 02
Asy’ari 02 Kudus adalah di desa Sudimoro Gebog Kudus 59354 Telp. (0291) 431063.
Dep. Pend. Nas., Standar Kompetensi Mata Pelajaran PAI SMA & MA, (Jakarta: Pusatkurikulum Depdiknas, 2003), hlm. 7. 16 Dep.Dik.Bud., Op.cit, hlm.1005. 17 Ibid, hlm. 681. 18 UURI, No. 20 Th. 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional,( Jakarta: Dep. Pend. Nas.RI.), hlm. 6.
9
Jadi judul skripsi Peran aktif Guru PAI dalam Menanggulangi kenakalan siswa (studi kasus di SMK NU Hasyim Asy’ari 02 Kudus) adalah penelitian yang mengkaji tentang bagaimana peran guru PAI dalam menanggulangi kenakalan siswa,dan sekaligus mencari teori solusi dalam menanggulangi kenakalan siswa sehingga siswa SMK NU Hasyim Asy’ari 02 Kudus mempunyai jiwa agama yang kuat sesuai dengan kaidah dan tujuan dari PAI yang diajarkan. C.
Rumusan Masalah Berpijak dari latar belakang pemilihan judul di atas maka beberapa pokok permasalahan yang menjadi bahan pokok kajian dalam penulisan ini adalah sebagai berikut: 1.
Bagaimanakah tingkat kenakalan siswa di SMK NU Hasyim Asy’ari 02 Kudus?
2.
Bagaimanakah peran guru PAI dalam menanggulangi kenakalan siswa di SMK NU Hasyim Asy’ari 02 Kudus?
D.
Tujuan Dan Manfaat Penelitian Berkaitan dengan permasalan yang peneliti angkat sebagaimana tersebut di atas, maka tujuan yang hendak di capai dalam penulisan skripsi ini,yaitu : 1.
Untuk mengetahui tingkat kenakalan di SMK NU Hasyim Asy’ari 02 Kudus.
2.
Untuk mengetahui peran aktif guru PAI dalam menanggulangi kenakalan siswa di SMK NU Hasyim Asy’ari 02 Kudus.
10
Pembahasan ini diharapkan dapat memperkaya khasanah pengetahuan dan memperjelas persoalan-persoalan yang ada, serta dapat menawarkan perspektif dan alternatif baru yang bermanfaat bagi kajian-kajian masalah pendidikan selanjutnya. E.
Telaah Pustaka Untuk menghindari kesamaan dalam bahasan terhadap skripsi yang pernah diteliti sebelumnya maka perlu adanya tinjauan pustaka sebagai tolak ukur terhadap judul yang akan dibahas nantinya.Buku Guru dan peserta didik dalam Interaksi Edukatif, karangan Syaiful Bahri Djamarah, didalamnya diterangkan bahwa tugas guru dalam pendidikan adalah sebagai pembimbing luar dan dalam, dan peranan guru kepada siswa adalah hal yang mutlak dan wajib dimiliki oleh guru. Menjadi Guru Profesional, Moh. Uzer Usman, bahwa peranan guru adalah terciptanya tingkah laku yang saling berkaitan yang dilakukan dalam situasi tertentu dan mempunyai hubungan dengan perubahan tingkah laku dan perkembangannya. Perkembangan Peserta Didik, Karya Endang Purwanti, yang berisi tentang masa-masa siswa berkembang dalam segi intelektual, tingkah laku danlain sebagainya. Karya Sudarsono, yang berjudul Kenakalan Remaja dalam bukunya tersebut beliau mengungkapkan bahwa keberadaan proses pendidikan dalam usaha mencari jalan yang memadai untuk mencegah, menanggulangi,memperbaiki kembali, dan meresosialisasikan anak-anak delinkuen.
11
Disamping menggunakan kajian pustaka buku-buku tersebut penulis juga menggunakan penelitian lain guna gambaran yang pasti tentang penelitian ini, yaitu skripsi Fitri Muasyiroh mahasiswa Fakultas Tarbiyah lulus tahun 2006 dengan judul Urgensi Pendidikan Agama Islam untuk Menanggulangi
Kenakalan
Remaja
Kecamatan
Kutowinangun
Kebumen,yang bertujan untuk mengetahui bagaimana Urgensi Pendidikan Agama Islam untuk menanggulangi kenakalan remaja SMK Pembangunan I Kecamatan Kutowinangon Kabupaten Kebumen dan langkah-langkah untuk menanggulangi kenakalan remaja. Sedangkan kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah menunjukkan bahwa Pendidikan Agama Islam mempunyai arti sangat penting bagi remaja khususnya anak didik yaitu sebagai pondasi yang bertujuan meningkatkan keimanan dan ketakwaan dan pengamalan ajaran Islam dari pesarta didik. Metode yang dipakai oleh pengajar di SMK Pembangunan I antara lain :ceramah, diskusi, Tanya jawab, demontrasi dan resitasi. Pendidikan Agama Islam hendaknya mewarnai kepribadian siswa. Kenyataan seharihari menunjukan bahwa peserta didik yang melakukan kenakalan sebagian tidak mematuhi peraturan sekolah. Bentuk-bentuk kenakalan yang ada berbentuk kenakalan yang bersifat pergrup seperti tawuran, kebut-kebutan, kelompok memalak dan sebagainya. Skripsi dengan judul Upaya guru PAI dalam penanggulangan kenakalan anak di SMP 30 Semarang, yang dibuat oleh Ahmad gufron pada tahun 2005 yang bertujuan untuk mengetahui : (1) Kenakalan anak didik di
12
SMP 30 Semarang; (2) Pembelajaran PAI di SMP 30 Semarang; (3) Upaya guru PAI dalam penanggulangan kenakalan anak didik di SMP 30 Semarang. Kesimpulan hasil penelitian ini menunjukan bahwa. (1) Kenakalan anak didik di SMP 30 Semarang masih dalam batas kewajaran, misalnya tidak masuk tanpa ijin, berbicara saat pelajaran, membaca komik, membuat keributan atau bertengkar, jajan di warung tidak bayar, membawa VCD, porno dan senjata tajam. (2) Pelaksanaan pembelajaran PAI di SMP 30 Semarang berjalan efektif dan efisien. Bahan materi yang diajarkan selalu disesuaikan dengan metode dan media yang mendukung dalam pengajaran. Terbukti siswa sangat antusias setiap pelajaran PAI baik ketika teori maupun praktik. (3)Upaya yang dilakukan guru PAI dalam penanggulangan kenakalan siswa diSMP 30 Semarang sangat bagus. Selain guru PAI melakukan tindakan prefentif, kuratif, dan represif. Kondisi sekolah juga turut membantu dalam mencegah kenakalan tersebut. Terbukti selama ini SMP 30 Semarang tidak pernah mengeluarkan anak didik karena kenakalan yang dilakukan dan prestasi yang diperoleh oleh anak didik cukup baik melalui kegiatan intra maupun ekstra sekolah, ditandai dengan tropi yang dipajang pada almari kaca ruang tunggu. Sedangkan perbedaan pada penelitian ini adalah bagaimana peran aktif guru PAI dalam menanggulangi kenakalan siswa di SMK NU Hasyim Asy’ari 02 Kudus menekankan pada bagaimana jenis kenakalan yang ada di SMK NU Hasyim Asyari 02 Kudus dan langkah-langkah yang dilakukan
13
oleh guru pendidikan agama Islam dalam menanggulangi kenakalan siswa di SMK NU Hasyim Asy’ari 02 Kudus. Maka daripada itu penulis tertarik untuk mengkaji skripsi dengan judul peran aktif guru PAI dalam Menanggulangi kenakalan siswa (studi kasus di SMK NU Hasyim Asy’ari 02 Kudus). F.
Metode Penelitian Metode penelitian skripsi yang digunakan sebagai berikut: 1.
Fokus penelitian Fokus penelitian dilakukan dengan cara menentukan satu topik, hal ini dilakukan karena permasalahan yang ada biasanya sangat kompleks sehingga tidak mungkin diteliti hanya dari sudut disiplin ilmu saja dan tidak mungkin diteliti hanya dari semua segi secara serentak.19 Karena fokus penelitian diartikan sebagai titik temu atau spesifikasi dari suatu masalah yang dikaji, sehingga dapat lebih fokus pada penelitian. a.
Pendekatan Penelitian dan sumber data 1)
Pendekatan Penelitian Pendekatan yang penulis gunakan yaitu pendekatan fenomenologi.
Pendekatan
fenomenologi
merupakan
pendekatan yang didasari dari atas pandangan dan asumsi bahwa pengalaman manusia diperoleh melalui hasil 19
Syaifuddin Azwar., Metode Penelitian, ( Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001), hlm. 126.
14
interpretasi
objek,
peristiwa,melainkan
orang,
situasi,
interpretasi
dan
mereka.
peristiwa Arti
yang
diberikan oleh seseorang terhadap pengalamannya dan proses interpretasi sangat penting dan itu bisa memberi arti khusus. Jadi pandangan peneliti sendiri merupakan suatu konstruksi penelitian (research construct).
20
penulis
dituntut untuk dapat memberikan makna atau interpretasi terhadap fenomena yang ditemukan di lapangan baik berupa simbol-simbol maupun hasil interaksi yang telah dilakukan oleh penulis secara langsung. 2)
Sumber data Data Primer adalah sumber data yang dikumpulkan langsung dari data individu-individu yang diselidiki dan Data Sekunder adalah data yang ada dalam pustakapustaka.21
2.
Metode Pengumpulan Data. a.
Metode Observasi Pengumpulan data dengan observasi langsung atau dengan pengamatan langsung adalah cara pengambilan data dengan
20
Sudarwan Danim, Menjadi Peneliti Kualitatif, (Bandung : Pustaka Setia, 2002), hlm. 64-65. 21 S.Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), hlm. 23.
15
menggunakan mata tanpa ada pertolongan alat standar lain untuk keperluan tersebut.22 b.
Metode Dokumentasi Yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, rapat, lengger, agenda, dan sebagainya.
23
Yang
berhubungan dengan masalah penelitian. c.
Metode Wawancara/Interview Adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka antara si penanya atau pewancara dengan si penjawab atau responden dengan menggunakan alat yang dinamakan Interview guide (panduan wawancara).24
3.
Analisis data Dalam penelitian ini peneliti menggunakan analisis non statistik atau dilakukan terhadap data kualitatif, dalam hal ini penelitian kualitatif mengajak seseorang untuk mempelajari suatu masalah yang ingin diteliti secara mendasar dan mendalam sampai keakarakarnya. 25 Dan penelitian-penelitian ini juga menggunakan metode deskriptif atau penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala,
22
Moh. Nazir, Metode Penelitian, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2005), hlm. 175. Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), hlm. 206. 24 Moh. Nazir, Op.cit hlm. 193. 25 Margono, Op.cit, hlm. 190. 23
16
peristiwa, kejadian yang terjadi pada saat sekarang.26Pada analisis data ini membutuhkan beberapa metode: a.
Metode Diskriptif Metode diskriptif sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan membuat deskriptif gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifatsifat serta hubungan antara fenomena yang diselidiki. yaitu siswa, guru, proses belajar mengajar, di SMK NU Hasyim Asy’ari 02 Kudus.
b.
Metode deduktif Metode
deduktif
adalah
metode
pembahasan
dengan
menggunakan pola pikir yang berangkat dari pengetahuan yang sifatnya umum, kepada penilaian yang bersifat khusus.27 c.
Metode Induktif Dalam teknik ini data yang diperoleh secara sistematis dan obyektif melalui observasi, wawancara dan dokumentasi akan diolah dan dianalisis sesuai dengan karakteristik penelitian kualitatif, yaitu secara induktif.28Yaitu pengambilan keputusan dengan menggunakan pola pikir yang berangkat dari fakta-fakta
26
Nana Sudjana dan Ibrahim, Penelitian dan Penilaian Pendidikan, (Bandung : Sinar Baru,1989), hlm. 64. 27 Saifudin Azwar , Op.cit., hlm. 7. 28 Lexy J. Moeloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung : Rosda Karya, 1998),hlm. 114.
17
yang sifatnya khusus kemudian digeneralisasikan kepada hal-hal yang bersifat umum.29 G.
Sistematika Penulisan Skripsi Sebelum penulis menguraikan dan menuangkan permasalahan sesuai dengan judul skripsi, maka terlebih dahulu penulis akan menguraikannya dalam sistematika pembahasan. Hal ini agar pembaca lebih mudah dalam memahami isi skripsi.Dalam sistematika penulisan skripsi ini penulis membagi dalam tiga bagian yaitu 1.
Bagian Muka Bagian muka skripsi terdiri dari :halaman sampul judul, halaman abstrak, halaman motto dan persembahan, halaman persetujuan pembimbing, halaman pengesahan, halaman kata pengantar, halaman daftarisi, halaman dan halaman daftar lampiran.
2.
Bagian Isi Dalam bagian ini, berupa isi atau batang tubuh karangan, yang memuat: Bab I
:
Pendahuluan Pada Bab ini dijelaskan mengenai Latar Belakang Masalah ,Penegasan Istilah, Perumusan Masalah, Tujuan Dan Manfaat Penelitian,Telaah Pustaka, Metodologi Penelitian, Sistematika Penulisan.
29
Saifudin Azwar , Op.cit., hlm. 7.
18
Bab II
:
Landasan Teori Pada Bab Kedua, diuraikan tentang Pengertian guru PAI, Peran dan tugas guru PAI, Tujuan PAI, dan Pelaksanaan PAI. Selanjutnya akan diuraikan tentang kenakalan siswa meliputi : Pengertian kenakalan siswa, arti pertumbuhan dan perkembangan, faktor penyebab kenakalan siswa, tipe-tipe kenakalan siswa. Kemudian adalah tentang peranan pendidikan agama islam untuk menanggulangi kenakalan siswa meliputi, Arti penting Pendidikan Agama Islam disekolah, Peran guru PAI untuk mensiasati kekurangan jam pelajaran Agama Islam disekolah.
Bab III
:
Kajian Objek Penelitian Pada Bab ini akan diuraikan tentang hasil penelitian yang meliputi gambaran umum mengenai SMK NU Hasyim Asy’ari 02 Kudus dan yang kedua akan dibahas
data
khusus
tentang
perilaku-perilaku
menyimpang di SMK NU Hasyim Asy’ari 02 Kudus. Bab IV
:
Analisis Hasil Penelitian Pada Bab ini diuraikan tentang data kualitatif sebagai data analisis tentang Peran aktif Guru PAI dalam menanggulangi kenakalan siswa dan langkah-langkah yang ditempuh dalam menanggulangi kenakalan siswa
19
SMK NU Hasyim Asy’ari 02 Kudus. Bab V
:
Kesimpulan, Saran Dan Penutup Bab ini merupakan bab penutup skripsi yang meliputi: Kesimpulan,Saran dan Penutup.
3.
Bagian Akhir Bagian akhir skripsi memuat: halaman daftar pustaka, halaman lampiran-lampiran dan halaman daftar riwayat hidup penulis.
BAB II LANDASAN TEORI A.
Gambaran Umum guru PAI Guru memegang peranan strategis terutama dalam upaya membentuk watak bangsa melalui pengembangan kepribadian dan nilai-nilai yang diinginkan. Dari dimensi tersebut, peranan guru sulit digantikan oleh yang lain. Dipandang dari dimensi pembelajaran, peranan guru dalam masyarakat Indonesia tetap dominan sekalipun teknologi yang dapat dimanfaatkan dalam proses pembelajaran berkembang amat cepat. Kinerja guru pada dasarnya menyangkut seluruh aktifitas yang dilakukannya dalam mengemban amanat dan tanggung jawabnya dalam mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, dan memandu siswa dalam mencapai tingkat kedewasaan atau kematangannya. Seorang pendidik yang profesional tentunya akan memiliki kebanggaan yang besar terhadap pekerjaan yang ia geluti dan kemampuan yang dimilikinya, yang mendasari keputusannya dalam pekerjaan profesionalnya tersebut. Profesionalitas seorang guru tentunya dituntut oleh beberapa pihak yang selalu mendukung keberadaan guru. Seorang pendidik atau guru agama yang profesional adalah pendidik yang memiliki suatu kemampuan dan keahlian dalam bidang kependidikan keagamaan sehingga mampu
20
21
untuk melakukan tugas, peran, dan fungsinya sebagai pendidik dengan kemampuan yang maksimal.1 Berarti guru dalam praktiknya dituntut untuk melaksanakan tugasnya secara maksimal sehingga profesionalitas seorang guru dapat tercapai, tidak lain figur guru PAI yang senantiasa menanamkan kepribadian peserta didik menuju kepribadian jiwa Islami haruslah menjadi guru yang profesional baik dalam rangka pembelajaran ataupun praktik keseharian di sekolah maupun luar sekolah. 1.
Pengertian guru PAI Guru merupakan elemen terpenting dalam sebuah sistem pendidikan. Ia merupakan ujung tombak, proses belajar siswa sangat dipengaruhi oleh bagaimana siswa memandang guru mereka. 2 guru yang ideal dan bermutulah yang menjadi berhasil atau tidaknya proses belajar. Tentunya
pelajaran
atau
kurikulum
ditujukan
untuk
pemahaman siswa, begitu juga pada pelajaran PAI desain utama yang ditentukan juga tidak terlepas dari tujuan pendidikan yang mengarah pada pada ranah Afektif, kognitif, dan psikomotor. Karena PAI merupakan pelajaran yang wajib di ikuti oleh siswa maka tuntutan seorang guru dalam pelaksanaan pelajarannya adalah kompetensi yaitu mengarah pada tiga ranah pendidikan tesebut.
1
Mukhtar, Desain Pembelajaran Pendidikan agama Islam, (Jakarta: CV misaka galiza, 2003), hlm. 85-86. 2 Jamaludin, Pembelajaran Yang Efektif, (Jakarta: Depag. Pusat, 2002), hlm.36.
22
Pengertian akan guru PAI secara singkat adalah pendidik yang mengampu mata pelajaran pendidikan agama Islam. Pengertian di atas merupakan pengertian yang tidak lepas dari pengertian guru secara umum yang tertera pada undang-undang guru dan dosen yaitu: “guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal,dasar, dan menengah”.3 Bagi guru PAI tugas dan kewajiban yang harus dilaksanakan merupakan amanat yang diterima oleh guru untuk memangku jabatan sebagai guru. Amanat tersebut wajib dilaksanakan dengan penuh tanggungjawab. 4 Sesuai dengan isi ayat al-Qur’an yang menjelaskan bahwa kewajiban menyampaikan amanat seseorang guru terhadap murid atau seorang yang berhak menerima pelajaran. Hak tersebut dijelaskan dalam Surat An-Nisa’ (4) : 58
Artinya: “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi
3
UURI, No. 14 Th. 2005, tentang Guru dan Dosen, (Departemen Pendidikan Nasional:Jakarta, 2005), hlm. 3. 4 Ahmad Tafsir, Metodologi pengajaran Agama Islam, ( Bandung: Remaja Rosdarika,2003). hlm. 4.
23
pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha melihat.”5 Jadi tanggung jawab guru ialah keyakinannya bahwa segala tindakannya dalam melaksanakan tugas dan kewajiban didasarkan atas pertimbangan profesional (professional judgment) secara tepat.6 Profesionalisme guru selalu menjadi tuntutan bagi setiap elemen yang berhubungan dengan guru tersebut, seperti sekolah, murid, orang tua dan masyarakat, karena guru profesional adalah guru yang mengenal tentang dirinya, yaitu dirinya adalah pribadi yang dipanggil untuk mendampingi peserta didik untuk atau dalam belajar.7 Berarti pengertian akan guru PAI merupakan satuan dari berbagai sumber yang mengarahkan pada sifat guru, tugas dan kewajiban guru sampai pada tingkat profesionalitas guru. 2.
Kompetensi guru PAI Kompetensi
atau
kemampuan
seorang
guru
dalam
pengembangan pemahaman peserta didik harus dimiliki dan diketahui oleh setiap pendidik. Karena dengan kecakapan akan pemahaman bagaimana guru mengajarkan paham ilmu yang diajarkan maka, pembelajaran akan dapat dilaksanakan dengan maksimal. Sesuai dengan isi kandungan pembelajaran PAI, PAI dalam praktiknya
5
Dep. Agama RI., Al-quran dan terjemah, (Jakarta: Dep. Agama RI, 2000),
hlm 88.
6
Ahmad Tafsir, Op.Cit, hlm. 4. Kunandar, Menjadi guru professional, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2007), hlm. 48. 7
24
menuntut guru untuk dapat mengerti betul tentang bagaimana seorang pendidik dalam mengaplikasikan mata pelajarannya. Sesuai dengan peraturan pemerintah tentang standar kualifikasi Akademik dan kompetensi guru. Maka seorang pendidik mata pelajaran dan jenjang pendidikan apapun harus memiliki standar kualifikasi akademik dan kompetensi guru. Dalam hal ini guru PAI pada jenjang SMA/ SMK harus mempunyai kualifikasi akademik pendidikan minimum diploma empat (D-IV) atau sarjana (S1) progam studi yang sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan/diampu, dan diperoleh
dari
program
studi
yang
terakreditasi.
Sedangkan
kompetensi guru dikembangkan secara utuh dari empat kompetensi utama,
yaitu
kompetensi
pedagogik,
kepribadian,sosial,
dan
profesional. Keempat kompetensi tersebut terintergrasi dalam kinerja guru.8 Dalam peraturan pemerintah tentang standar kualifikasi Akademik dan kompetensi guru juga disebutkan bahwa kompetensi guru mata pelajaran agama Islam adalah: a.
Menginterpretasikan materi, struktur, konsep, dan pola pikir ilmu-ilmu yang relevan dengan pembelajaran pendidikan agama Islam.
8
Lihat peraturan pemerintah tentang standar kualifikasi Akademik dan kompetensi guru, hlm. 3-5 dari http://www.puskur.net/inc/si/42Permen_16_2007_Stdr-Guru.pdf, Senin, 18 mei 2015 pukul 15.30.WIB
25
b.
Menganalisis materi, struktur, konsep, dan pola pikir ilmu-ilmu yang relevan dengan pembelajaran pendidikan agama Islam.9 Berarti kompetensi seorang guru tidak hanya dimiliki guru yang
notabene pengajar pelajaran selain agama Islam, namun guru PAI harus memiliki kompetensi yang mendasar sebagai bahan acuan dan rujukan bahwa guru PAI dalam interaksi belajarnya mampu memberikan pemahaman, penghayatan, dan pelaksanaan tentang agama Islam.Tentunya kompetensi tersebut haruslah bersumber dari empat kompetensi utama, yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional.Yang langsung dipraktikkan dalam proses belajar mengajar oleh guru PAI. 3.
Peran dan Tugas guru PAI Unsur inti yang sangat esensial dalam pendidikan adalah pendidik(guru) dan peserta didik (siswa) yang paling berinteraksi dalam situasi pedagogis untuk mencapai tujuan pendidikan. Tanpa kedua unsur itu yaitu guru dan siswa tidak ada yang namanya pendidikan guru berperilaku mengajar dan siswa berperilaku belajar melalui interaksi edukatif dalam suasana pendidikan. guru yang berilaku mengajar secara professional dan efektif akan menghasilkan perilaku belajar yang efektif dan pada giliranya akan menghasilkan keluaran (hasil belajar) yang bermutu.10 9
23.
http://www.puskur.net/inc/si/42Permen_16_2007_Stdr_Guru.pdf,Ibid,hlm.
10
Mohamad Surya, Percikan Perjuangan Guru, (Bandung: Pustaka Bani Quraysi, 2006),hlm. 23.
26
Tentunya untuk menghasilkan peserta didik yang bermutu peran guru dalam penanaman, pemahaman, dan pelaksanaan ilmu pengetahuan sangatlah dibutuhkan. Dalam hal ini, guru mata pelajaran PAI juga mempunyai beberapa peran yang signifikan tentunya, baik dalam lingkup sekolah maupun luar sekolah, karena pembentukan karakter siswa salahsatunya adalah guru dan peran guru didalamnya turut membangun agar tujuan dari pendidikan dapat tercapai dengan kualitas pendidikan semaksimal mungkin. Secara umum peran serta guru dalam kaitan dengan mutu pendidikan sekurang-kurangnya dapat dilihat dari empat dimensi yaitu guru sebagai pribadi, guru sebagai unsur keluarga, guru sebagai unsur pendidikan, guru sebagai unsur masyarakat.11 Guru sebagai pribadi, kinerja peran guru dalam kaitan dengan mutu pendidikan tentunya harus dimulai dari dirinya sendiri. Sebagai pribadi,guru mempunyai perwujudan diri dengan dengan seluruh karakteristik yang dimiliki oleh guru sebagai pendidik. Karena kepribadian merupakan
landasan utama bagi
guru. Hal ini
mengandung makna bahwa seorang guru harus mampu mewujudkan pribadi yang efektif untuk dapat melaksanakan fungsi dan tanggung jawabnya sebagai guru. Dan guru PAI dalam praktiknya harus bisa menjadi suri tauladan yang baik. Apalagi dalam kehidupan kesehariannya guru PAI harus berfungsi sebagai pribadi yang bisa
11
Ibid, hlm. 45.
27
memberikan keteladanan khususnya interaksi dalam sekolah.Karena, perkataan atau ucapan akan tidak ada artinya jika tidak diaplikasikan dalam bentuk tingkah laku, karena yang ditangkap anak didik adalah seluruh kepribadiannya.12 Peran guru dikeluarga, dalam kaitan dengan keluarga, guru merupakan unsur keluarga sebagai pengelola (suami atau istri), sebagai anak, dan sebagai pendidik dalam keluarga. Hal ini mengandung makna bahwa guru sebagai unsur keluarga berperan untuk membangun keluarga yang kokoh sehingga menjadi fondasi bagi kinerjanya dalam melaksanakan fungsi guru sebagai unsur pendidikan, khususnya dalam keluarga. Peran guru disekolah, dalam keseluruhan kegiatan pendidikan ditingkat operasional. Peran guru dalam sekolah menjadi acuan penentu keberhasilan pendidikan. PAI yang merupakan kurikulum keberagamaan di sekolah sudah menjadi kewajiban baginya untuk membentuk kompetensi siswa, dalam hal ini peranan guru PAI dilingkungan sekolah harus mempunyai acuan peran guru sebagai mana mestinya. Yaitu, guru sebagai sumber belajar, sebagai fasilitator, pengelola, pembimbing, dan motifator. a.
Sebagai sumber belajar, guru sebagai sumber belajar berkaitan erat dengan penguasaan materi pelajaran, dikatakan guru yang baik manakala ia dapat menguasai materi pelajaran dengan baik, 12
Khoiron Rosyadi, Pendidikan Profetik, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), hlm. 187.
28
sehingga benar-benar ia berperan sebagai sumber belajar bagi anak didiknya. b.
Guru sebagai fasilitator, guru dalam hal ini berperan dalam memberikan pelayanan uantuk memudahakan siswa dalam kegiatan pembelajaran.
c.
Guru sebagai pengelola, guru berperan dalam menciptakan iklim belajar yang memungkinkan siswa dapat belajar secara nyaman.Melalui pengelolaan kelas yang baik guru dapat menjaga kelas agar tetap kondusif untuk terjadinya proses belajar seluruh siswa.
d.
Guru sebagai demonstator, bahwa guru dalam hal ini mempunyai peran untuk mempertunjukkan kepada siswa segala sesuatu yang dapat membuat siswa lebih mengerti dan memahami setiap pesan yang disampaikan.
e.
Guru
sebagai
pembimbing,
guru
dituntut
untuk
menjaga,mengarahkan, dan membimbing agar siswa tumbuh dan berkembang sesuai dengan potensi, minat, dan bakatnya. f.
Guru sebagai motivator, dalam proses pembelajaran motivasi merupakan salah satu aspek dinamis yang sangat penting. Jadi, guru diharuskan untuk memberikan dorongan yang bersifat positif.
29
g.
Guru sebagai evaluator, guru berperan untuk mengumpulkan data atau informasi tentang keberhasilan pembelajaran yang telah dilakukan.13 Beberapa peran guru diatas adalah cara pengoptimalan peran
guru terhadap proses pembelajaran, tentunya guru PAI dalam proses pembelajaran memiliki peran yang sama. Namun demikian, perbedaan materi dan kajian yang sedikit membedakan karena kompetensi yang dituju PAI adalah kompetensi keberagamaan peserta didik. Peran guru di masyarakat, dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa,dan bernegara secara keseluruhan, guru merupakan unsur strategis sebagai anggota, agen, dan pendidik masyarakat. Sebagai anggota masyarakat guru berperan sebagai teladan bagi masyarakat disekitarnya
baik
kehidupan
pribadinya
maupun
kehidupan
keluarganya.14Melihat fenomena tersebut guru PAI dalam kehidupan bermasyarakat akan lebih berperan. Karena pribadi yang mengarah pada jiwa beragama dituntut menjadi guru pribadi dan kelompoknya, peran serta penanaman keberagamaan Islami akan menjadi hal yang konkrit sebagai kewajiban guru PAI dalam interaksi kehidupan di masyarakat. Selain mempunyai beberapa peran tersebut guru PAI juga mempunyai tugas yang harus dilakukan untuk pengembangan mutu pendidikan peserta didik. Dalam segala aspek guru digolongkan 13
Wina sanjaya, Strategi Pembelajaran, (Jakarta; Kencana Prenada media group, 2007),hlm. 21-32. 14 Mohamad Surya, Op.Cit, hlm. 46-47.
30
mempunyai tiga komponen penting. Yakni, tugas dalam profesi, tugas dalam kemanusiaan, dan tugas dalam bidang kemasyarakatan. Tugas guru dalam profesi, meliputi mendidik, megajar, dan melatih.Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup.Mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan
danteknologi.
Sedangkan,
melatih
berarti
mengembangkan ketrampilan-ketrampilan pada siswa. Tugas guru dalam bidang kemanusiaan, di sekolah harus dapat menjadikan dirinya sebagai orang tua kedua, ia harus mampu menarik simpati sehingga ia menjadi idola para siswanya. Pelajaran apapun yang diberikan, hendaknya dapat menjadi motivasi bagi siswanya dalam belajar. Tugas dalam masyarakat, masyarakat menempatkan guru pada tempat yang lebih terhormat di lingkungannya karena dari seorang guru diharapkan masyrakat dapat menimba ilmu pengetahuan. Ini berarti bahwa guru berkewajiban mencerdaskan bangsa menuju pembentukan manusia Indonesia seutuhnya berdasarkan Pancasila.15 Peran dan tugas guru tidak hanya terbatas dalam masyarakat saja akan tetapi pada hakikatnya guru merupakan komponen strategis yang memiliki peran penting dalam menentukan kemajuan bangsa. Terlebih, guru PAI penanaman keberagamaan sesuai dengan nilainilai luhur Al-Qur’an senantiasa menjadi peran dan tugas guru PAI 15
Moh. Uzer Usman, Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), hlm. 6-7.
31
untuk mengaplikasikan baik dari pribadi, keluarga, masyarakat, bangsa, dan Negara. 4.
Tujuan PAI PAI merupakan nama yang diberikan pada salah satu subjek pelajaran yang harus dipelajari oleh siswa muslim. Ia merupakan bagian tak terpisahkan dari kurikulum suatu sekolah sehingga merupakan alat untuk mencapai salah satu aspek tujuan sekolah yang bersangkutan. Karena itu,subjek ini diharapkan dapat memberikan keseimbangan dalam kehidupan anak kelak, yakni manusia yang memiliki kualifikasi tertentu, tetapi tidak terlepas dari nilai-nilai agama. Dengan kata lain, ia merupakan salah satus ubjek pelajaran yang bersama-sama dengan subjek studi yang lain,dimaksudkan untuk membentuk manusia yang utuh. Dengan demikian,tujuan utama dari PAI adalah untuk memberikan “corak Islam” pada sosok lulusan lembaga pendidikan yang bersangkutan. Tujuan tersebut dapat dicapai dengan memberikan materi atau pengalaman yang berisi ajaran agama Islam, yang umumnya sudah tersusun secara sistematis dalam ilmuilmu keIslaman.16 Pengertian
akan
PAI
pada
sekolah
umum
bertujuan
meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan, dan pengamalan siswa terhadap ajaran agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang bertaqwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam 16
Muntholi’ah, Konsep Diri Positif Penunjang Prestasi PAI, (Semarang: Gunungjati, 2002),hlm. XII-XIV.
32
kehidupan pribadi,bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Tujuan PAI ini mendukung dan menjadi bagian dari tujuan pendidikan nasional sebagaimana diamanatkan oleh pasal 3 bab II UndangUndang Nomor 20 Tahun 2003 tantang Sistem Pendidikan Nasional. Tujuan umum PAI ini tereabolasi untuk masing-masing satuan pendidikan dan jenjangnya, dan kemudian dijabarkan menjadi kompetensi-kompetensi yang harus dikuasai oleh siswa.17 Sedangkan tujuan PAI dalam lingkup SMA yang sesuai dengan peraturan pemerintah tentang Standar kompetensi dan kompetensi dasar tingkat SMA merupakan pelajaran agama yang mempunyai tujuan: a.
Menumbuhkembangkan akidah melalui pemberian, pemupukan, dan pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, pembiasaan,serta pengalaman peserta didik tentang Agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang keimanan dan ketakwaannya kepada Allah SWT.
b.
Mewujudkan manusia Indonesia yang taat beragama dan berakhlak mulia yaitu manusia yang berpengetahuan, rajin beribadah, cerdas,produktif, jujur, adil, etis, berdisiplin, bertoleransi (tasamuh), menjaga keharmonisan secara personal
17
Departemen Agama, Pedoman Pendidikan Agama Islam untuk sekolah umum, (Jakarta: Departemen Agama, 2004), hlm. 4.
33
dan sosial serta mengembangkan budaya agama dalam komunitas sekolah.18 Disebutkan juga dalam Standar Kompetensi Mata Pelajaran PAI SMA, MA & SMK, bahwa tujuan PAI SMA adalah untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan, melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan,penghayatan, pengamalan serta pengalaman peserta didik tentang agamaIslam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan, ketaqwaannya kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat,
berbangsa
dan
bernegara,
serta
untuk
dapat
melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.19 5.
Pelaksanaan PAI PAI adalah pendidikan dengan melalui ajaran-ajaran agama islam,yaitu berupa bimbingan dan asuhan terhadap peserta didik agar nantinyasetelah selesai dari pendidikan ia dapat memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam yang telah diyakini secara menyeluruh, serta menjadikan ajaran agama Islam itu sebagai
suatu
pandangan
hidupnya
demi
keselamatan
dan
kesejahteraan hidup didunia maupun di akhirat kelak.20
18
Lihat standar kompetensi dasar tingkat SMA, hlm. 2, download http://yplhc.org/download/PP_19_THN_2005_SPN.pdf, Senin, 18 mei 2015. 19 Dep.Pend. Nas., Standar Kompetensi Mata Pelajaran PAI SMA &MA, (Jakarta: Pusat kurikulum Depdiknas,2003),hlm.8. 20 Zakiah Darajat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2000), hlm. 86.
34
Pelaksanaan PAI sendiri dilaksanakan pada lembaga sekolah negeri maupun swasta dari tingkatan sekolah dasar hingga sekolah menengah atas. Menurut sejarah perkembangannya pelaksanaan PAI pada sekolah adalah pada saat pemerintahan Indonesia mulai membentuk tatanan pendidikan Negara, dan pelaksanaannya yaitu sebagai tindak lanjut dari peraturan bersama menteri PP&K dan menteri agama, pada tanggal 16 Juli1961 dibentuk panitia perancana PAI disekolah-sekolah Negeri yang berkedudukan di Yogyakarta dalam rangka menyusun rencana pelajaran Agama Islam di SR kurikulum pelajaran Agama Islam (Sekolah Rakyat).Dan pada akhir Juli 1951 panitia berhasil menyusun pedoman minimum PAI di SR Negeri. Menurut pedoman tersebut pembagian pelajaran untuk berbagai kelas dalam satu tahun adalah 160 jam (40 x 4 jam). Dan dilaksanakan di masing-masing sekolah sesuai jadwal pelaksanaan pelajaran pendidikan agama Islam.21
B.
Kenakalan Siswa Pembelajaran didalam kelas merupakan proses belajar mengajar yang dilakukan oleh guru dan peserta didik. Interaksi edukatif senantiasa dikemas secara rapi oleh pihak-pihak yang terkait dengan pendidikan, dan hasil dari belajar tersebut bisa langsung diamati bahwa pendidikan yang dilaksanakan berhasil atau tidak. 21
Ibid, hlm.19.
35
Peserta didik atau siswa memiliki karakter berbeda-beda hal ini muncul
karena
mereka
berasal
dari
lingkungan
yang
berbeda-
beda.Lingkungan itulah yang membentuk pribadi siswa itu sendiri. Perilaku siswa dapat dinilai dan diamati dalam hubungan dengan teman, guru, dan lain sebagainya, dikatakan menyimpang apabila siswa melakukan hal-hal yang tidak sesuai dengan peraturan yaitu peraturan sekolah. Dan dikatakan baik apabila siswa melaksanakan peraturan sebagaimana mestinya. Untuk menjadi siswa yang baik peran guru sebagai pengajar dan pendidik sangatlah dibutuhkan. Jadi pedoman awal bagi para guru adalah bagaimana membentuk pribadi siswa yang baik dan tidak melakukan pelanggaranpelanggaran dalam bentuk apapun didalam ataupun luar sekolah. 1.
Pengertian kenakalan Kenakalan berasal dari kata “nakal” yang berarti kurang baik (tidak menurut, mengganggu dan sebagainya) terutama pada anakanak.22 Menurut Sudarsono sebagaimana mengutip pendapat Bimo Walgito memberikan pengertian tentang kenakalan anak sebagai berikut:“Tiap perbuatan, jika perbuatan tersebut dilakukan oleh orang dewasa, maka perbuatan itu merupakan kejahatan, jadi merupakan
22
Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka,2002), edisi IIIcet.2 hlm.971.
36
perbuatan yang melawan hukum, yang dilakukan oleh anak, khususnya anak remaja.23 Yaitu kenakalan anak adalah suatu contoh perilaku yang ditunjukan oleh remaja di bawah usia 18 tahun dan perbuatan tersebut melanggar aturan,yang dianggap berlebihan dan berlawanan dengan norma masyarakat. Maka dapat disimpulkan bahwa kenakalan merupakan perilaku yang berupa penyimpangan atau pelanggaran pada norma yang berlaku. Ditinjau dari segi hukum kenakalan merupakan pelanggaran terhadap hukum yang belum bisa dikenali hukum pidana sehubungan dengan usianya.
24
Kenakalan siswa pada usia remaja dapat
diidentifikasi lewat pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan yang secara alami. Pada masa perkembangan menuju dewasa inilah siswa remaja mempunyai daya kuat untuk melakukan perlawananperlawanan terhadap peraturan yang ada. Membahas perilaku menyimpang sebenarnya tidak dapat melepaskan diri dari perilaku yang dianggap normal dan sempurna yang dapat diterima oleh masyarakat umum sesuai dengan pola kelompok masyarakat setempat dan cocok dengan norma sosial yang berlaku pada saat dan di tempat tertentu. Sehingga permasalahan perilaku menyimpang berbatas waktu dan tempat. 23
Sudarsono, Kenakalan Remaja, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), cet. 4. hlm.
11.
24
Endang Poerwanti & Nur Widodo, Perkembangan Peserta Didik, (Malang: Universitas Muhammadiyah Malang, 2002), hlm. 139.
37
Sedang predikat pribadi yang normal yaitu menampilkan diri secara sempurna, ideal, berada dalam skor rata-rata secara statistik, tanpa adanya sindrom-sindrom medis adekuat (serasi dan tepat). Sehingga secara umum bisa diterima oleh kelompok sosial yang berlaku. Pribadi normal mempunyai ciri: relatif dekat dengan integrasi jasmani dan rohani yang ideal. Kehidupan psikisnya relatif stabil, tidak banyak memendam konflik batin dan tidak berkonflik dengan lingkungan. Batinnya tenang seimbang,badannya selalu merasa kuat serta sehat. Sedangkan predikat Abnormal diterjemahkan dalam pengertian sosiologis yang dapat dijelaskan sebagai
berikut:
Sosiopatik, yaitu perilaku menyimpang secara sosial, tidak mampu menyesuaikan diri, tingkah lakunya tidak dapat diterima oleh umum, dan tidak sesuai norma-norma sosial yang berlaku.25 Kenakalan
juga
mempunyai
arti
semacam
"seruan
pemberontakan"terhadap gaya belajar tertentu yang dipaksakan. Karena peserta didik menganggap gaya belajar yang diterapkan kepadanya tidak sesuai dengan gaya belajar alamiah mereka.26Artinya, sistem yang disajikan oleh peraturan yang ada dalam lingkup sekolah tidak mampu memberikan kenyamanan dalam interaksi dalam kehidupan kesehariannya di sekolah.
25
Ibid, hlm. 140. www.sumardiono.com/index.php, Kamis, 21 Mei 2015 pukul 10.30
26
WIB.
38
Dari beberapa pengertian diatas dapat sedikit penulis simpulkan bahwa kenakalan adalah pelanggaran yang dilakukan oleh peserta didik dan mengarah pada penyimpangan perilaku sewajarnya baik dalam kelas ataupun luar kelas, dan pelanggaran tersebut adalah pelanggaran
pada
peraturan yang sudah ada. 2.
Arti Pertumbuhan dan perkembangan Dalam kehidupan anak ada dua proses yang beroperasi secara kontinu,yaitu pertumbuhan dan perkembangan. Banyak orang menggunakan istilah“pertumbuhan” dan “perkembangan” secara bergantian. Kedua proses ini berlangsung secara interdepensi, artinya saling bergantung satu sama lain.Kedua proses ini tidak bisa dipisahkan dalam bentuk-bentuk yang secara pilah berdiri sendiri, akan tetapi bisa dibedakan untuk maksud lebih memperjelas penggunaanya. Pertumbuhan berkaitan dengan perubahan kuantitatif yang menyangkut peningkatan ukuran dan struktur biologis. Pertumbuhan adalah perubahan secara fisiologis sebagai hasil dari proses pematangan fungsi-fungsi fisik yang berlangsung secara normal pada anak yang sehat,dalam perjalanan waktu tertentu. Pertumbuhan dapat juga diartikan sebagai proses transmisi dari konstitusi fisik (keadaan tubuh atau keadaan jasmaniah) yang herediter dalam bentuk aktif secara berkesinambungan.
39
Hasil pertumbuhan antara lain berwujud bertambahnya ukuranukuran kuantitatif badan anak, seperti panjang, berat, dan kekuatanya. Begitu pula pertumbuhan akar mencakup perubahan yang makin sempurna tentang sistem jaringan saraf dan perubahan-perubahan struktur jasmani lainnya.Dengan demikian, pertumbuhan dapat juga diartikan sebagai proses perubahan dan proses pematangan fisik.27 Perkembangan merupakan proses perubahan yang dialami anak untuk mencapai kedewasaan yang diharapkan, perkembangan pada anak akan mengalami tahapan-tahapan tertentu, dan setiap tahapan selalu memilikiciri yang khusus dan berbeda dengan tahapan lainnya, sehingga pemahaman terhadap tahapan perkembangan yang dialami siswa dengan berbagai sifat-sifatnya yang unik tersebut akan memberikan
bekal
kepada
guru
sebagai
pengajar
uantuk
menyesuaikan cara mengajar, pemilihan materi, pemilihan sumber belajar, ataupun pemilihan metode pembelajaran yang tepat.28 3.
Faktor penyebab kenakalan siswa Problem yang muncul pada kehidupan remaja dalam lingkungan sekolah seringkali termanifestasi dalam bentuk kesulitan dalam menghadapi pelajaran di sekolah, baik dalam tulisan maupun penyelesaian tugas. Kesulitan semacam ini bukan timbul semata-mata karena reaksi spontan terhadap suatu keadaan, tetapi biasanya
27
Sunarto & B. Agung Hartono, Perkembangan Peserta Didik, (Jakarta: PT Asdi Mahasatya, 2006), hlm. 34-35. 28 Endang Poerwanti & Nur Widodo, Opcit, hlm. 17.
40
merupakan
akibat
darisatu
rangkaian
peristiwa
yang
sudah
berlangsung lama atau berlarut-larut. Remaja yang mengalami problem disekolah pada umumnya mengemukakan keluhan bahwa mereka tidak ada minat terhadap pelajaran dan bersikap acuh tak acuh, prestasi belajar menurun kemudian timbul sikap-sikap dan perilaku yang tidak diinginkan seperti membolos,melanggar tata tertib, menentang guru, berkelahi, dan sebagainya. Hal ini dapat dilihat dari berbagai dimensi penyebab yaitu faktor-faktor kurang adanya kematangan fisik, mental dan emosi sesuai dengan teman sebaya dan harapan sosial. a.
Adanya hambatan
fisik atau kelainan organisme, baik
pendengaran,penglihatan, cacat tubuh dan sebagainya. b.
Kemauan yang kurang atau justru terlalu tinggi.
c.
Adanya hambatan atau gangguan emosi akibat tekanan dari orang dewasa khususnya guru sebagai pendidik di sekolah.29 Sedangkan menurut Zakiah daradjat penyebab terjadinya
kemorosotan moral (akhlak) yang nantinya akan berakibat pada kenakalan siswa. Adalah sebagai berikut: a.
Kurang tertanamnya jiwa agama pada setiap orang dalam masyarakat.
b.
Keadaan masyarakat yang kurang stabil, baik dari segi ekonomi maupun sosial politik.
29
Ibid, hlm. 134.
41
c.
Pendidikan moral yang tidak terlaksana menurut semestinya, baik disekolah, keluarga, maupun dalam masyarakat luas.
d.
Suasana rumah tangga siswa yang kurang baik adan harmonis.
e.
Diperkenankanya secara popular obat-obatan dan alat anti hamil secara lebih luas dan terbuka.
f.
Banyaknya
tulisan-tulisan,
gambar-gambar,
siaran-
siaran,Kesenian-kesenian yang tidak mengindahkan dasar-dasar, dan tuntutan moral yang seimbang dengan pembentukan karakter siswa. g.
Kurang adanya bimbingan untuk mengisi waktu terluang dengan carayang lebih baik dan membawa kepada pembinaan moral.
h.
Tidak ada atau kurangnya markas-markas bimbingan dan penyuluhan
bagi
siswa
dalam
mendukung
terwujudnya
peningkatan moral siswa.30 Dari keterangan diatas berarti penyebab munculnya kenakalan bersumber dari berbagai faktor yang berhubungan dengan peserta didik baik berasal dari faktor dalam ataupun luar siswa. 4.
Tipe-tipe kenakalan siswa Pelanggaran pada peraturan sekolah adalah dalam rangka penolakan atau rasa tidak nyaman siswa karena berbagai sebab dari bosan, tidak suka,bahkan benci akan peraturan tersebut menjadi akan tindakan pelanggaran itu dilakukan oleh siswa. Kenakalan-kenakalan
30
Mukhtar, Op.Cit, hlm. 74.
42
tersebut tentunya mempunyai beberapa tipe. Kenakalan pada usia remaja tidak pernah berlangsung dalam isolasi sosial dan tidak berproses pada ruangan fakum.Tetapi, selalu langsung dalam kontak antar personal dan dalam konteks sosio kultural, karena itu perilaku menyimpang dapat bersifat fisiologis atau dapat pula psikis interpersonal, antar personal dan kultural, sehingga perilaku menyimpang atau kenakalan remaja dapat dibagi menjadi empat kelompok besar yaitu: a.
Delikuensi Individual adalah perilaku menyimpang yang berupa tingkah laku kriminal yang merupakan ciri khas “jahat” yang disebabkan oleh prodisposisi dan kecenderungan penyimpangan tingkah laku psikopat, neorotis, dan anti sosial. Penyimpangan perilaku ini dapat diperhebat dengan stimuli sosial yang buruk, teman bergaul yang tidak tepat dan kondisi kultural yang kurang menguntungkan.Perilaku menyimpang pada tipe ini seringkali bersifat simptomatik karena muncul dengan disertai banyaknya konflik-konflik intra psikis yang bersifat kronis dan disintegrasi.
b.
Delikuensi Situasional adalah bentuk penyimpangan perilaku tipe inipada umumnya dilakukan oleh anak-anak dalam klasifikasi normal yang banyak dipengaruhi oleh berbagai kekuatan situasional baik situasi yang berupa stimuli sosial maupun kekuatan tekanan lingkungan teman sebaya yang semuanya memberikan pengaruh yang“menekan dan memaksa”
43
pada
pembentukan
perilaku
menyimpang.Penyimpangan
perilaku dalam bentuk ini seringkali muncul sebagai akibat transformasi kondisi psikologis dan reaksi terhadap pengaruh eksternal yang bersifat memaksa. c.
Delikuensi Sistematik yaitu perbuatan menyimpang dan kriminal pada anak-anak remaja dapat berkembang menjadi perilaku menyimpang yang disistematisir, dalam bentuk suatu organisasi kelompok sebaya yang berperilaku seragam yaitu dalam melakukan
kenakanalan
atau
penyimpangan.
Dorongan
berperilaku pada kelompok remaja terutama muncul pada saat kelompok remaja ini dalam kondisi tidak sadar atau setengah sadar, karena berbagai sebab dan berada dalam situasi yang tidak terawasi oleh kontrol diri dan kontrol sosial. d.
Delinkuensi Komulatif pada hakikatnya bentuk delikuensi ini merupakan produk dari konflik budaya yang merupakan hasil dari banyak konflik kultural yang kontroversial dalam iklim yang penuh konflik. Perilaku menyimpang tipe ini memiliki ciri utama yaitu: 1)
Mengandung
banyak
demensi
keteganan
syaraf,
kegelisahan batin,dan keresahan hati pada remaja, yang kemudian disalurkan dan dikompensasikan secara negatif pada tindak kejahatan dan agresif tak terkendali.
44
2)
Merupakan pemberontakan kelompok remaja terhadap kekuasaan dan kewibawaan orang dewasa yang dirasa berlebihan. Untuk dapat menemukan identitas diri lewat perilaku yang melanggar norma sosial dan hukum.
3)
Diketemukan adanya bahaya penyimpangan seksual yang disebab oleh penundaan usia perkawinan, jauh sesudah kematangan biologis tercapai dan tidak disertai oleh kontrol diri yang kuat, hal ini bisa terjadi karena sulitnya lapangan ataupun sebab-sebab yang lain.31
Beberapa pengertian diatas adalah bentuk kenakalan yang selalu melingkupi dalam kenakalan siswa. Pada usia menuju dewasa inilah(remaja) siswa mulai merasa mampu untuk memberontak pada peraturan yang mengikat mereka terutama di lingkungan sekolah. Dan melakukan penyimpangan perilaku.
C.
Peranan guru PAI dalam menanggulangi kenakalan siswa Secara histories, filosofis maupun konstitusi status PAI diIndonesia sangat mapan sebagai bagian yang tak terpisahkan dari sistem pendidikan nasional. Dilihat secara khusus dari tujuan, yang merupakan penentu arah dan
gerak
operasionalnya,
maka
jelas
bahwa
tujuan
PAI
adalah“mengkonkritkan” yang masih abstrak karena memang “abstraksi” dari iman dan taqwa menurut agama yang diakui di Indonesia.
31
Endang Poerwanti & Nur Widodo, Op.Cit. hlm.141-143.
45
Dengan demikian semakin jelas bahwa PAI merupakan sub sistem pendidikan nasional, yang konsekuensinya adalah bahwa tanpa “sistem PAI”,maka sistem pendidikan nasional belum lengkap, karena merupakan wadah tumpuan utama bagi mayoritas warga negara.32 Melihat kenyataan bahwa PAI pada sekolah umum bertujuan meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan, dan pengamalan peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam pribadi dan masyarakat, berbangsa dan bernegara. 33 Guru PAI harus mempunyai kompetensi yang seimbang atas apa yang diajarkannya. Karena peranan guru PAI dalam praktiknya tidak hanya memberikan pemahaman terhadap peserta didik saja. Akan tetapi, pembentukan perilaku yang baik menjadi salah tujuan kompetensi yang harus dimiliki oleh peserta didik. Disamping
itu
guru
agama
sebagai
pengemban
amanah
pembelajaranPAI haruslah orang yang memiliki pribadi yang soleh. Hal ini merupakankosekuensi logis karena dialah yang akan mencetak anak didiknya menjadi anak saleh. Menurut Al-Ghazali, seorang guru agama sebagai penyampai ilmu, semestinya dapat menggetarkan jiwa atau hati murid-muridnya sehingga semakin dekat kepada Allah SWT dan memenuhi tugasnya sebagai khalifah dibumi ini. Semua itu tercermin melalui peranannya dalam sebuah proses pembelajaran.34
32
Muntholi’ah, Op.Cit, hlm. 15. Ibid, hlm. 19. 34 Mukhtar, Op.Cit. hlm. 93. 33
46
Peranan guru PAI dalam pembentukan akhlak merupakan kewajiban sebagai seorang guru agama, oleh karena itu agar tidak terjadi pelanggaran yang akan terjadi dan berakibat munculnya kenakalan siswa, guru PAI haruslah mempunyai jiwa Pembimbing, model (uswah), dan penasehat. Peran pendidik sebagai pembimbing, peran ini sangat berkaitan dengan praktik keseharian. Artinya perlakuan pendidik terhadap siswanya sama dengan perlakuan yang diberikan orang tua di rumah terhadap anakanaknya,yaitu harus respect, kasih sayang dan perlindungan. Tidak boleh ada seorang siswa pun yang merasa dendam, iri, benci, terpaksa, tersinggung,marah, dipermalukan,
atau sejenisnya
yang disebabkan
perlakuan pendidiknya. Dengan demikian, siswa merasa senang dan familiar untuk sama-sama menerima pelajaran dari pendidiknya tanpa ada paksaan, tekanan,dan sejenisnya. Peranan pendidik sebagai model (uswah), Dalam aktivitas dan proses pembelajaran, termasuk pembelajaran pendidikan agama Islam, proses pembelajaran yang berlangsung dikelas ataupun diluar kelas memberikan kesan segalanya berbicara terhadap siswa. Dengan demikian, tutur kata, sikap, cara berpakaian, penampilan, alat peraga, cara mengajar, dan gerikgerik pendidik selalu diperhatikan oleh siswa. Tindak-tanduk, perilaku, bahkan gaya pendidik dalam mengajar pun akan sulit dihilangkan dalam ingatan setiap siswa. Karakteristik pendidik selalu diteropong dan sekaligus dijadikan cermin oleh siswa-siswanya. Pada intinya, pendidik yang memiliki
47
kedekatan dengan lingkungan siswa di sekolah akan dijadikan contoh oleh siswanya.Karakter pendidik yang baik seperti kedisiplinan, kejujuran, keadilan,kebersihan, kesopanan, ketulusan, ketekunan, kehati-hatian, akan selalu direkam dalam pikiran siswa dan dalam batas waktu tertentu akan diikuti mereka. Demikian pula sebaliknya, semua kejelekan pendidik juga akan direkam oleh siswa dan biasanya akan lebih mudah dan cepat diikuti mereka.Semua karakter pendidikan akan menjadi contoh bagi siswa. Meskipun kita tahu bahwa kebaikan pendidik akan menjadi contoh, namun dalam praktiknya tetap saja sulit diwujudkan. Padahal, kejelekan pribadi pendidik dengan mudahnya akan menjadi contoh bagi siswa. Ada sebuah pepatah yang mengatakan, guru kencing berdiri, siswa kencing berlari. Jika ada pendidik yang memiliki perilaku yang sangat jelek,maka siswa secara spontanitas akan meniru atau mencontoh perilaku jelek tersebut dengan mudah, bahkan cenderung lebih menyimpang lagi. Secara formal, siswa memang tidak pernah diajarkan hal seperti itu. Namun, masalah ini tetap muncul berkaitan dengan perilaku guru didepan siswanya. Disinilah pentingnya peran seorang pendidik sebagai suri tauladan. Hal ini hanya dapat muncul dari orang yang memiliki mentalitas dan keterpanggilan hati nurani untuk menjadi pendidik dalam arti yang sebenarnya, yaitu sebagai profesinya. Peran pendidik sebagai nasihat, seorang pendidik memiliki jalinan ikatan batin atau emosional dengan para siswa yang diajarnya. Dalam
48
hubungan ini pendidik berperan aktif sebagai penasihat. Peran pendidik bukan hanya sekedar menyampaikan pelajaran dikelas lalu menyerahkan sepenuhnya kepada siswa dalam memahami materi pelajaran yang disampaikannya tersebut. Namun, lebih dari itu, ia jujur harus mampu memberi nasihat bagi siswa yang membutuhkannya, baik diminta ataupun tidak. Seorang pendidik sudah seharusnya memberikan nasihat secara ikhlas demi kebaikan para siswa dimasa yang akan dating. Cara pendidik untuk menyampaikan nasihat tersebut dapat dilakukan secara umum didepan siswa secara keseluruhan, atau diberikan secara keseluruhan, atau diberikan secara individual dalam hal-hal tertentu. Dalam hal pemberian nasihat ini, seorang pendidik harus menjaga dirinya supaya tidak sampai meremehkan atau menjelekkan siswa, yang dapat mengakibatkan siswa tersebut dipermalukan. Hal ini dimaksudkan supaya hubungan batin dan emosional antara siswa dan pendidik dapat terjalin dengan efektif. Bila sasaran utamanya adalah penyampaian nilainilai moral, maka peran pendidik dalam menyampaikan nasihat menjadi sesuatu yang pokok.35 1.
Arti penting PAI di Sekolah Didalam Garis Besar Haluan Negara Tahun 1999-2004 tujuan Pendidikan Nasional dikemukakan dengan jelas, bahwa pendidikan nasional berdasarkan Pencasila bertujuan untuk meningkatkan
35
Ibid, hlm. 93-96.
49
ketaqwaan terhadap tuhan Yang Maha Esa, kecerdasan, ketrampilan, mempertinggi budi pekerti, memperkuat kepribadian dan mempertebal semangat
kebangsaan
agar
dapat
menumbuhkan
manusia
pembangunan yang dapat membangun dirinya sendiri serta bersamasama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa. Salah satu isi dalam GBHN tersebut adalah meningkatkan kualitas pendidikan agama melalui penyempurnaan sistem pendidikan agama sehingga lebih terpadu dan integral dengan sistem pendidikan nasional dengan didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai.36 Tujuan Pendidikan Nasional yang berdasarkan Pancasila juga bermakna tujuan dalam Pendidikan agama Islam, Karena peningkatan ketakwaan kepada Tuhan Yang maha Esa lebih diunggulkan sebagaimana yang dimaksudkan oleh GBHN, dan tujuan tersebut hanya dapat dibina melalui pendidikan agama yang intensif dan efektif. Untuk mencapai tujuan PAI dalam sekolah PAI mempunyai arti penting dalam pengembangan dan penanaman iman, ilmu, dan amal kepada peserta didik. Yang pada dasarnya berisi: a.
Menumbuh suburkan dan mengembangkan disiplin serta cinta terhadap agama dalam berbagai kehidupan siswa yang nantinya diharapkan menjadi manusia yang bertakwa kepada Allah SWT serta taat kepada perintah Allah SWT dan Rasul-nya. 36
http://www.dephut.go.id./INFORMASI/UNDANG2/tapmpr/gbhn_9904.htm, Kamis, 21 Mei 2015 pukul 10.30 WIB.
50
b.
Ketaatan kepada Allah SWT dan Rasul-Nya merupakan motivasi interistik terhadap pengembangan ilmu pengetahuan yang harus dimiliki peserta didik. Berkat pemahaman tentang pentingnya agama dan ilmu pengetahuan (agama dan umum) maka anak menyadari keharusan menjadi seorang hamba Allah yang beriman dan berilmu pengetahuan. Karenanya, ia tidak pernah mengenal henti untuk mengejar ilmu dan teknologi baru dalam rangka mencari keridaan Allah SWT. Dengan iman dan ilmu itu semakin hari semakin menjadi lebih bertakwa kepada Allah SWT sesuai dengan tuntutan Islam.
c.
Menumbuhkan dan membina ketrampilan beragama dalam semua lapangan hidup dan kehidupan serta dapat memahami dan menghayati ajaran agama Islam secara mendalam dan bersifat menyeluruh,sehingga dapat digunakan sebagai pedoman hidup, baik dalam hubungan dirinya dengan Allah SWT melalui ibadah sholat umpamanya dan dalam hubungannya dengan sesama manusia yang tercemin dalam akhlak perbuatan serta dalam hubungan dirinya dengan alam sekitar melalui cara pemeliharaan dan pengolahan alam serta pemanfaatan hasil usahanya.37 Semua arti penting PAI pada dasarnya tidak hanya berkutit
pada lingkup diri siswa pada sekolahan tertentu. Akan tetapi, dengan
37
Zakiah Darajat, Op.Cit, hlm. 88-90.
51
adanya PAI sekolah mempunyai arti lebih yaitu pada ranah spriritual dan mempunyai lingkungan yang islami. Karena, peran penting PAI dalam lingkungan sekolah dapat kita rasakan dengan kegiatankegiatan yang bersifat agamis. Jadi, arti penting PAI dalam sekolah akan membentuk diri peserta didik menjadi diri yang Islami dan lingkungan sekolah yang agamis. 2.
Peran guru PAI dalam mensiasati kekurangan jam pelajaran agama Islam di sekolah Kekurangan jam pelajaran PAI pada sekolah menjadikan problem tersendiri dalam pelaksanaan kurikulum. Serasa tidak dapat dimaksimalkan dalam proses belajarnya sehingga ada rumor bahwa PAI tidak dapat menjawab tantangan bangsa lewat pengajarannya. Karena, waktu dalam proses belajarnya sedikit dibandingkan pelajaran yang lain.Kenyataannya seolah-olah pendidikan agama dianggap kurang memberikan kontribusi kearah penanaman pendidikan agama. Setelah ditelusuri, Pendidikan agama ternyata mengalami beberapa kendala antara lain waktu yang disediakan hanya dua jam pelajaran dengan materi yang begitu padat dan memang penting, yakni menuntut pemantapan pengetahuan hingga terbentuk watak dan kepribadian yang bebeda jauh dengan tuntutan terhadap mata pelajaran lainnya.38
38
Dep. Pend. Nas., Standar Kompetensi Mata Pelajaran PAI SMA & MA, (Pusat kurikulumDepdiknas: Jakarta, 2003), hlm. 7.
52
Namun tidak demikian, dalam praktiknya peran guru PAI dalam mensiasati kekurangan jam pelajaran menggunakan berbagai cara dengan melibatkan pihak sekolah, yaitu dengan berbagai kegiatan keagamaan. Bahwa, sekolah pada dasarnya memberikan kegiatankegiatan yang bersifat Islami. Seperti halnya, sholat jama’ah bersama, mengadakan pelajaran ekstra Baca tulis Al-quran, dan memperingati hari besar agama Islam. Karena hal tersebut dirasa baik maka, dalam praktiknya peserta didik akan terkontrol dan mau mengikuti kegiatan tambahan tersebut, dan hasilnya bisa dianggap signifikan.39 Melihat kenyataan yang sudah jelas bahwa kekurangan akan waktu pengajaran menjadi salah satu problem keberhasilan. Maka beberapa sekolah selalu berusaha menambah kegiatan agama, dan hasilnya pun dapat dilihat serta logis untuk dipahami dan dipercaya bahwa kegiatan-kegiatan keberagamaan yang dilakukan oleh guru PAI dalam mengatasi kekurangan pelajaran memberikan kontribusi mendalam. sehingga siswa dapat merasakan dan memahami akan pendidikan agama Islam, terutama paham akan segi pengaplikasian atau ranah Pskimotor pelajaran agama Islam.
39
Dep. Pend. Nas., Standar Kompetensi Mata Pelajaran PAI SMA & MA, (Pusat kurikulumDepdiknas: Jakarta, 2003), hlm. 8..
BAB III KAJIAN OBJEK PENELITIAN A.
Kondisi Umum SMK NU Hasyim Asy’ari 02 Kudus Obyek penelitian dalam penulisan skripsi ini adalah SMK NU Hasyim Asy’ari 02 Kudus. Untuk mengetahui kondisi umum secara ringkas tentang situasi sekolah tersebut, maka pada bab ini disajikan data tentang kondisi umum tentang SMK NU Hasyim Asy’ari 02 Kudus, adapun kondisi umum situasi sekolah yang dapat disajikan sebagai berikut: 1.
Latar belakang berdirinya: SMK NU Hasyim Asyari 02 Kudus secara resmi berdiri pada tanggal 19 Juni 2007,akan tetapi sekolah ini resmi dibuka pendaftaran siswa pada tahun pelajaran 2010/2011 dengan Nomor Statisik Sekolah (NSS) 322031908013, NPSN 20338293 yang berlokasi di Desa Karangmalang Kecamatan Gebog Kabupaten Kudus dan diberi nama SMK NU Hasyim Asy’ari 02 Kudus yang ber status Swasta. Adapun siswa yang diterima pada waktu itu terdiri terdiri dari 3 kelas (96 orang) dengan penjurusan : Kelompok Tata Busana : 3 kelas dengan guru pengajar dari SMK NU Hasyim Asy’ari 02 Kudus sepenuhnya. Dari masa tahun pelajaran 2010/2011 sampai sekarang jumlah siswa mengalami peningkatan dan yang terakhir pada tahun pelajaran 2014/2015 banyak siswa SMK NU Hasyim Asy’ari 02 Kudus seluruhnya berjumlah 105 orang. 54
55
Dalam
sejarah perkembangan sejak
berdirinya sampai
sekarang ini tahun pelajaran 2010/2011 (4 tahun ) tercatat belum ada pergantian kepemimpinan sekolah. Periode 1 2 3 4 2.
Tahun Pelajaran 2010-2011 2011-2012 2013-2014 2014-2015
Kepala Sekolah Hj. Siti Khalimah, S.Pd.Ek Hj. Siti Khalimah, S.Pd.Ek Hj. Siti Khalimah, S.Pd.Ek Hj. Siti Khalimah, S.Pd.Ek
Data sekolah 1. Nama Sekolah Alamat Sekolah
: SMK NU Hasyim Asy’ari 02 Kudus : Jl. Sudimoro Karangmalang Gebog Kudus Telp./ Fax (0291) 431063
Kota
: Kudus
Propinsi
: Jawa Tengah
2. Kepala Sekolah
3.
Nama Lengkap
: Hj. Siti Khalimah, S.Pd. Ek
Pendidikan Terakhir
: Sarjana Pendidikan
Jurusan
: Ekonomi
Keadaan guru dan siswa a.
Guru Berdasarkan data yang diperoleh dari kordinator TU SMK NU Hasyim Asy’ari 02 Kudus, bahwa keadaan guru didalamnya cukup bervariasi, dari berbagai disiplin ilmu di perguruan tinggi
56
negeri maupun swasta. Untuk lebih jelasnya, lihat daftar dewan guru berikut daftar guru yang tidak tetap dibawah ini. NO
NAMA
ALAMAT
1
Karangmalang Gebog Kudus
2
Hj. Siti Khalimah, S. Pd. Ek. Drs. H.M. Asyrofi Masyitho
3
KH. Ahmad Badawi, A.Ma.
Karangmalang Gebog Kudus
4
Basirun Arief. AH, S. Ag
Mlatinorowito Kota Kudus
5
Drs. Rumadi, M.Ag
Honggosoco Jekulo Kudus
6
Drs. Fahruddin
Padurenan Gebog Kudus
7
Jullie Andrea, S. Pd
Dawe Kudus
8
Laila Maghfiroh, S. Pd
Gribig Gebog Kudus
9
Siti Mas'adah, S. Pd
Kudus
10
Karyati Inayah, S.S, S. Pd
Singocandi Kota Kudus
11
H. Khozin Muhaimin, Lc
Bakalan Krapyak
12
Fitri Istiyaningsih, A.Md.
Colo Dawe Kudus
13
Drs. Noor Akhyar
Klumpit Gebog Kudus
14
Suwantho, S. Pd. I
Karangmalang Gebog Kudus
15
Romadlon, S.Pd.I.
Klumpit Gebog Kudus
16
Ihsan Mahbub
Padurenan Gebog Kudus
17
Dyah Noor Asih, SE.
Klumpit Gebog Kudus
18
Imron Rosyidi, S. HI
Bae Kudus
19
Hj. Sa'idah, S.Ag.
Karangmalang Gebog Kudus
20
Ika Noor Asiyah, S. Kom
Dawe Kudus
21
Mustabsyiroh, S.Pd.I, S.Pd
Kaliwungu Kudus
22
Dwi Sulistiyana, S.Pd
Ploso Kota Kudus
23
Laila Mardliyati, S.Pd
Krandon Kota Kudus
24
Rahmawati, S.Pd
Kota Kudus
25
Argo Wahyu H, S. Pd
Dawe Kudus
26
K. Mahmud Junaidi
Dawe Kudus
Karangmalang Gebog Kudus
57
b.
Siswa Berdasarkan data yang diperoleh dari waka kurikulum SMK NU Hasyim Asy’ari 02 Kudus jumlah keseluruhan siswa terakhir yang ada di SMK NU Hasyim Asy’ari 02 Kudus berjumlah 105 siswa, terdiri dari: 1.
Siswa kelas 10 (empat puluh lima )
2.
Siswa kelas 11 (tiga puluh lima )
3.
Siswa kelas 12 ( tiga puluh lima ) Dari jumlah siswa diatas merupakan siswa yang mayoritas
bertempat tinggal dekat dengan lokasi sekolahan. Tahun Jml Ajaran Pendaftar Th. 2010 /2011 Th. 2011 /2012 Th. 2012 /2013 Th. 2013 /2014
Kelas X
Kelas XI
Kelas XII
Jumlah (KIs X+XI+XII)
Siswa Rombel Siswa Rombel Siswa Rombel Siswa Rombel
36 org
36 org 1 rbl 26 org 1 rbl
34 org
1 rb
96 org
3 rbl
35 org
35 org 1 rbl 36 org 1 rbl
26 org
1 rbl
97 org
3 rbl
35 org
35 org 1 rbl 35 org 1 rbl
36 org
1 rbl 101 org 3 rbl
48 org
45 org 1 rbl 35 org 1 rbl
35 org
1 rbl 105 org 3 rbl
58
4.
Struktur Organisasi
Komite Sekolah
Kepala Sekolah
Waka Kurikulum
Waka Kesiswaan
Unit Laboratorium Busana
5.
Dewan Guru
Waka SarPra& Humas
Koord. Tata usaha
Sarana dan Prasana a.
b.
Tanah dan Bangunan 1)
Luas Tanah: 3318 m2
2)
Luas Bangunan : 879 m2
Data Ruang
Jenis Ruang Ruang Kelas
Yang Dimiliki Jumlah Ukuran (m2) 3 7x8
Kebutuhan Jumlah Ukuran (m2) 6 9x8
Kurang 3
Laboratorium Tata Busana Labratorium IPA
2
7x8
4
16 x 8
2
0
-
1
16 x 8
1
Laboratorium Komputer Laboratorium Bahasa Ruang perpustakaan Ruang Kepala Sekolah Ruang Guru
0
-
1
16 x 8
1
0
-
1
16 x 8
1
1
7x8
1
16 x 8
1
1
2.5 x 5
1
6x8
1
1
5x7
1
9x8
1
Ruang Administrasi
1
4x7
1
9 x8
1
59
6.
Tata Tertib a.
Waktu Sekolah 1)
Sekolah dimulai dari pukul 07.00 WIB , siswa-siswi harus sudah hadir minimal 15 menit sebelumnya ( 20 menit bagi yang piket ). Dilanjutkan dengan sholat Dhuha dan do’a belajar bersama.
2)
Sekolah berakhir pada pukul 13.40 WIB.
3)
Siswa-siswi yang meninggalkan kelas pada jam pelajaran berlangsung maka harus mohon izin kepada Bapak/Ibu guru piket.
4)
Siswa-siswi yang tidak masuk sekolah, maka harus menyampaikan surat izin yang ditujukan kepada wali kelas., yang diketahui oleh wali murid masing-masing.
b.
Pakaian/ seragam sekolah Hari Sabtu dan Ahad
Senin
Putra 1. Berkerudung putih 2. Rok putih dan baju seragam Ma’arif 3. Bersepatu hitam dan berkaos kaki putih 4. Tidak bermake up kecuali celak 1. Berkerudung putih 2. Baju putih, rok abuabu 3. Bersepatu hitam dan berkaos kaki putih 4. Tidak bermake up kecuali celak
Putri 1. Berpeci Hitam 2. Celana putih dan baju seragam ma’arif 3. Bersepatu hitam dan berkaos kaki putih 4. Tidak bermake up kecuali celak 1. Berpeci hitam 2. Celana abu-abu, baju putih 3. Bersepatu hitam dan berkaos kaki putih 4. Tidak bermake up kecuali celak
60
Selasa
1. Seragam khusus SMK 1. Seragam khusus SMK 2. Bersepatu hitam dan 2. Bersepatu hitam dan berkaos kaki putih berkaos kaki putih 3. Tidak bermake up 3. Tidak bermake up kecuali celak kecuali celak
Rabu
1. Berkerudung Coklat muda 2. Baju pramuka, rok coklat 3. Tidak bermake up kecuali celak 1. Berkerudung Coklat tua 2. Baju batik Yayasan dan rok coklat 3. Bersepatu hitam dan berkaos kaki hitam 4. Tidak bermake up kecuali celak
Kamis
c.
1. Berpeci hitam 2. Baju pramuka, celana coklat 3. Tidak bermake up kecuali celak 1. Berpeci hitam 2. Celana coklat, baju batik yayasan 3. Bersepatu hitam dan berkaos kaki hitam 4. Tidak bermake up kecuali celak
Di dalam kelas 1)
Sebelum pelajaran diawali dengan doa dan Asmaul Khusna ,
pelajaran diakhiri dengan doa belajar yang
dipimpin oleh Ketua kelas masing-masing. 2)
Siswa dilarang meninggalkan kelas pada jam pelajaran berlangsung , kecuali ada kepentingan yang mendapat ijin dari guru piket.
3)
Pada jam pelajaran kosong siswa-siswi harus belajar sendiri dengan tertib dan tidak mengganggu kelas yang lain.
4)
Setiap siswa wajib melaksanakan 5 K dan 5 T di kelas dan lingkungannya masing-masing.
61
5) d.
Siswa-siswi dilarang membawa HP.
Di luar kelas 1)
Siswa-siswi wajib menjaga nama baik sekolah.
2)
Siswa-siswi wajib menghormati Bapak/Ibu Guru.
3)
Siswa-siswi dilarang berboncengan dengan lain jenis yang bukan mukhrimnya.
4)
Siswa-siswi dilarang merokok.
5)
Setiap siswa dilarang berambut gondrong dan berkuku panjang.
6)
Siswa-siswi dilarang bepergian / keluar malam secara sendirian kecuali mendapat izin dari walinya dan disertai mukhrimnya.
7)
Bagi siswa-siswi yang mengendarai sepeda motor wajib memakai helm dan berknalpot standart
e.
Sanksi Siswa-siswi yang melanggar tata tertib ini dengan sengaja, maka akan ditindak tegas sesuai dengan peraturan yang berlaku , dan apabila sudah tidak dapat diarahkan , maka akan dikeluarkan dari sekolah.
62
B.
Jenis Kenakalan Siswa yang ada di SMK NU Hasyim Asy’ari 02 Kudus Sekolah merupakan tempat pendidikan formal yang mempunyai peranan
untuk
mengembangkan
kepribadian
anak
sesuai
dengan
kemampuan dan pengetahuannya. Banyak indikasi yang membuktikan bahwa anak-anak remaja yang memasuki sekolah ada sebagian yang berperilaku baik, dan adapula yang berperilaku menyimpang seperti suka mabuk, tawuran, kebut-kebutan dan sebagainya. Gejolak jiwa pada masa transisi inilah menjadikan remaja merasa mampu untuk melakukan segala sesuatu yang dihadapi.Apabila salah satu dari keinginan tidak terpenuhi maka remaja pada umumnya akan melakukan pemberontakan pada peraturan yang sudah ada baik dalam lingkup keluarga maupun sekolah. Pemberontakan inilah sering disebut dengan kenakalan. Kenakalan siswa adalah perilaku yang menyimpang yang terjadi dilingkungan. Adapun berbagai macam pelanggaran yang dilakukan siswa di SMK NU Hasyim Asy’ari 02 Kudus adalah pelanggaran yang berbentuk pelanggaran ringan. Seperti halnya tidak berangkat tanpa ijin, terlambat, ber make up yang berlebihan, dan lain sebagainya.1 SMK NU Hasyim Asy’ari 02 Kudus adalah Sekolah Menengah Kejuruan yang tidak terlepas dari adanya permasalahan-permasalahan yang dihadapi seperti adanya perilaku-perilaku menyimpang/kenakalan yang dilakukan para siswa.
1
Wawancara dengan Guru Bimbingan Konseling SMK NU Hasyim Asy’ari 02 Kudus , Jullie Andrea, S.Pd , Pukul 10.00 WIB , Ahad, 22 Maret 2015.
63
Kenakalan yang terjadi di SMK NU Hasyim Asy’ari 02 Kudus selalu diproses oleh guru yang bersangkutan khususnya guru agama dan guru BK. Beberapa catatan yang ada bahwa jenis kenakalan yang terjadi di SMK NU Hasyim Asy’ari 02 Kudus adalah kenakalan yang bersifat pelanggaran pada peraturan sekolah seperti halnya tidak masuk tanpa ijin,terlambat, ber make up yang berlebihan dan lain sebagainya. Dari data yang diambil dari keterangan guru BK ada sekitar 2 siswa yang melakukan pelanggaran yang dianggap berat yaitu sering tidak masuk. Siswa-siswa tersebut meliputi siswa kelas sebelas. Menurut guru PAI SMK NU Hasyim Asy’ari 02 Kudus Basirun Arief, Ah. S. Ag., Kenakalan yang lain adalah siswa yang sering terlambat, misalnya disebutkan dalam buku catatan khusus kenakalan SMK NU Hasyim Asy’ari 02 Kudus, salah satu siswa yang melakukan pelanggaran adalah siswa berinisial Nh. Yang hampir setiap hari berangkat ke sekolah masuk terlambat. Dan hal itu mengakibatkan peraturan seakan-akan di kesampingkan, imbasnya siswa tersebut mendapatkan hukuman sesuai dengan ketentuan peraturan sekolah. Yaitu tidak boleh masuk kelas sebelum jam pertama selesai. Adapun jenis pelanggaran lainnya adalah pelanggaran yang dilakukan oleh siswa secara spontan yaitu pada saat didalam kelas ataupun luar kelas dimana siswa seakan-akan mencari perhatian dari temannya ataupun gurunya, jenis kenakalan ini sering dijumpai pada saat guru menerangkan di dalam kelas ataupun di luar kelas. Biasanya jenis
64
pelanggaran ini dilakukan berkelompok dan ditujukan untuk mengerjai guru ataupun siswa lain.2 Siswa SMK pada umumnya merupakan bagian dari masa remaja yang mana pada saat remaja gejolak jiwa mulai diapresiasikan karena tuntutan keadaan. Masa remaja juga bisa dikatakan masa transisi seseorang. Dimana banyak ditemukan gejolak jiwa dan fisik. Transisi merupakan perpindahan alam khayalan ke alam kenyataan dan pada saat itu remaja menjadikan dirinya sebagai seorang yang paling super dan merasa sudah dewasa. Gejolak emosional yang tidak terkendali akan membawanya kedalam alam khayal yang padahal pada kenyataanya tidak. Banyak remaja yang melakukan kenakalan karena ingin membuktikan bahwa dirinya itu telah dewasa, padahal sebenarnya belum dewasa. Kedewasaan seseorang haruslah didukung oleh berbagi aspek dalam kehidupan seperti fisik, mental, cara berpikir dan kejiwaanya. Ada berbagai macam kenakalan yang terjadi di lingkungan SMK NU Hasyim Asy’ari 02 Kudus. Dari hasil wawancara dengan guru PAI SMK NU Hasyim Asy’ari 02 Kudus kenakalan yang terjadi pada siswa disebabkan oleh berbagai latar belakang siswa itu sendiri yaitu secara umum mereka melakukan kenakalan bersumber dari faktor interen siswa meliputi: keluarga, lingkungan, dan kondisi psikologi. Faktor-faktor penyebab kenakalan tersebut adalah sebagai berikut:
2
Wawancara dengan guru PAI SMK NU Hasyim Asy’ari 02 Kudus, Basirun Arief,
S.Ag.,Pukul 09.00 WIB , Kamis, 19 Maret 2015.
65
a.
Keluarga, dalam keluarga siswa yang melakukan kenakalan biasanya lingkup keluarga tidak teratur, artinya pengawasan orang tua terhadap anak kurang jadi muncul rasa kebebasan dalam diri anak sehingga kebiasaan ini terbawa dalam lingkungan sekolah, dan timbullah kenakalan tersebut, seperti menjahili temannya, tidur dalam kelas, menyontek, bolos,dan lain-lain.
b.
Lingkungan, mayoritas siswa SMK NU Hasyim Asy’ari 02 Kudus adalah siswa yang tempat tinggalnya di daerah kudus dan lingkungan yang membebaskan akan pergaulan dan tingkah laku sering dijumpai dalam kehidupan mereka,apalagi siswa yang kasus, lebih-lebih lingkungan di dalamnya selalu menuntut akan kebebasan dan tanpa ada peraturan yang mengikat khususnya dalam hal ibadah, tentunya hal tersebut memberikan kontribusi siswa dalam lingkungan sekolah akan terbawa yaitu dalam kegiatan keagamaan, contohnya sholat berjamaah yang dilaksanakan disekolahan,bagi siswa yang tidak terbiasa karena lingkungan beribadah secara jamaah pasti akan memberontak dan timbullah pelanggaran pada peraturan sekolah atau kenakalan.
c.
Kondisi Psikologis, hal ini yang agak sulit diukur karena tingkat psikologi siswa berbeda-beda, akan tetapi saya akan membahas yang siswa nakal,adakalanya siswa tersebut memang berasal dari keluarga baik-baik dalam arti penuh dengan pengawasan orang tua, akan tetapi pengawasan yang berlebih-lebihan membuat anak menjadi stres
66
akibatnya di sekolah anak melampiaskan kebebasannya baik dalam kelas ataupun luar kelas, sebagai contoh dalam kelas anak akan bicara sendiri dalam pelajaran, karena tekanan psikologis itulah anak menjadi kurang semangat dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar dan melakukan pelanggaran dalam sekolah. Penjelasan di atas merupakan faktor-faktor penyebab kenakalan yang terjadi di SMK NU Hasyim Asy’ari 02 Kudus. Kenakalan tersebut juga beragam macamnya. Kenakalan yang sudah terjadi di lingkungan sekolah SMK NU Hasyim Asy’ari 02 Kudus adalah kenakalan yang tidak sampai pada tindakan kriminal seperti terlambat, tidak mengenakan seragam lengkap baik atribut sekolah ataupun perlengkapan sekolah yang sudah diwajibkan.3 Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa kenakalan yang terjadi di lingkungan SMK NU Hasyim Asy’ari 02 Kudus adalah kenakalan yang bersumber dari faktor-faktor intern siswa. Dan kenakalan yang sudah terjadi tidak sampai melampaui batas maksimum pelanggaran berat .Akan tetapi peran guru di dalam menanggulangi kenakalan mampu menjadikan siswa yang mau melakukan kenakalan berat dapat segera diatasi yaitu lewat peran guru PAI dan bantuan dari guru-guru BK.
3
Wawancara dengan guru PAI SMK NU Hasyim Asy’ari 02 Kudus, Basirun Arief, S.Ag.,Pukul 09.00 WIB , Kamis 19 Maret 2015.
BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN A.
Analisis Peran dan fungsi PAI dalam menanggulangi kenakalan Siswa Pendidikan agama yang dilaksanakan di sekolah merupakan elemen yang penting dalam pendidikan di sekolah. Tingkah laku peserta didik kebanyakan dipengaruhi oleh tingkah laku moral, dan pembentukan tingkah laku moral sangat dipengaruhi oleh faktor normatif pendidikan yang siswa tempuh atau faktor agama yang siswa tempuh. Kenakalan siswa yang sekarang marak terjadi di lingkungan sekolah, terjadi karena kurangnya pengetahuan tentang agama, disamping faktor keluarga yang sangat dominan dalam mempengaruhi tingkah laku moral siswa. Untuk menanggulangi kenakalan siswa yang semakin marak terjadi, pendidikan moral perlu dilaksanakan dalam tingkat keluarga dan tentunya pendidikan agama juga diperlukan didalamnya. Pendidikan agama yang dirasa kurang representative
(mewakili)
dalam
menanggulangi
kenakalan
siswa,
menjadikan pendidikan agama di nomor duakan dalam kurikulum pembelajaranya. Terbukti dengan jumlah mata pelajaran yang sangat minim jika dibandingkan dengan mata pelajaran yang lain. Peran pendidikan agama didalam lingkungan sekolah sangatlah penting
mengingat
agama
sebagai
kepercayaan
seseorang
dalam
kesehariannya merupakan perwujudan sikap ketaatan terhadap tuhan, dan tuntutan yang harus dilaksanakan adalah beribadat kepada tuhan. Tentunya pendidikan agama merupakan peran terpenting dalam membentuk 67
68
karakteristik tingkah laku seseorang. Maka peran pendidikan agama sangatlah penting dalam pembentukan tingkah laku seseorang khususnya peserta didik dalam lingkungan sekolah. Pendidikan agama Islam yang merupakan usaha sadar dan terencana untuk menyiapkan siswa dalam meyakini, memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran agama haruslah melalui kegiatan bimbingan, pengajaran ataupun latihan. Karena kegiatan-kegiatan tersebut dapat merangsang peserta didik dalam memahami isi dari agama Islam dan harus dimiliki oleh peserta didik. Kegiatan yang benuansa Islam harus selalu diadakan dalam lingkup sekolah, karena dipandang sangat perlu guna menunjang kemampuan beragama siswa. Kegiatan-kegitan yang bersifat mendidik dalam beribadat adalah materi yang sangat dianjurkan dalam pelaksanaanya. Seperti halnya kegiatan berjamaah yang dilaksanakan dalam lingkup sekolah, yang bertujuan membentuk karakter pribadi muslim pada siswa. Dan kegiatan-kegiatan yang lain yang selalu dilatar belakangi oleh pendidikan agama. Sebagai peran dalam menanggulangi kenakalan siswa pendidikan agama dituntut juga menghadirkan beberapa materi yang berhubungan dengan kehidupan dalam keluarga, sekolah maupun masyarakat. Karena pendidikan agama yang selalu hadir dimata masyarakat selalu dinilai positif oleh masyarakat. Untuk itu penanaman tingkah laku dalam kehidupan bermasyarakat harus dimiliki oleh pesertadidik. Peran inilah sebagai acuan tingkah laku peserta didik dapat dilihat setelah mempelajari agama di
69
sekolah. Untuk lebih mengarah pada pemahaman tentang peran PAI dalam menanggulangi kenakalan siswa maka PAI harus berperan sebagai berikut: 1.
Peran PAI sebagai pemahaman agama yaitu pendidikan agama dilaksanakan dalam lingkup sekolah bertujuan untuk memahamkan peserta didik tentang pengertian pendidikan agama Islam.
2.
Peran
PAI
sebagai
tingkahlaku
adalah
pendidikan
haruslah
mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan tingkahlaku siswa secara Islami setelah mempelajari tentang agama Islam di sekolah. 3.
Peran PAI dalam pembentukan karakter, disebut sebagai peran PAI dalam pembentukan karakter siswa dimaksudkan agar siswa mempunyai karakter muslim yang sempurna dan menjadi muslim yang sejati. Setelah melakukan perilaku keislaman dilingkungan sekolah maupun luar sekolah. Ketiga peran PAI tersebut merupakan peran yang sangat sering kita
teorikan dalam pembentukan karakter PAI pada siswa. Secara garis besar keberadaan PAI haruslah dilingkupi oleh peran-peran tersebut yang bertujuan memahamkan tentang arti PAI dalam kehidupan. PAI dalam lingkup sekolah tidak hanya mempunyai peran-peran tersebut guna menanggulangi kenakalan siswa akan tetapi PAI juga mempunyai fungsi dalam penanggulangan kenakalan siswa. Dalam lingkup sekolah umum pendidikan agama mempunyai fungsi sebagai berikut: 1.
Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketaqwaan pesertadidik kepada Allah SWT yang telah ditanamkan dalam
70
lingkungan keluarga. Pada dasarnya usaha menamkan keimanan dan ketaqwaan menjadi tanggung jawab setiap orang tua dalam keluarga. Sekolah berfungsi untuk menumbuh kembangkan kemampuan yang ada pada diri anak melalui bimbingan, pengajaran dan pelatihan agar keimanan dan ketaqwaan tersebut dapat berkembang secara optimal sesuai dengan tingkat perkembangannya. 2.
Penyaluran, yaitu untuk menyalurkan anak-anak yang memiliki bakat khusus dibidang agama agar bakat tersebut berkembang secara optimal sehingga dapat dimanfaatkan untuk dirinya sendiri dan bagi orang lain.
3.
Perbaikan,
yaitu
kekurangan,dan
untuk
kelemahan
memperbaiki peserta
kesalahan-kesalahan,
didik
dalam
keyakinan,
pemahaman dan pengamalan ajaran Islam dalam kehidupan seharihari. 4.
Pencegahan,
yaitu
untuk
menangkal
hal-hal
negatif
dari
lingkungannya atau dari budaya lain yang dapat membahayakan dirinya
dan
menghambat
perkembangannya
menuju
manusia
Indonesia seutuhnya. 5.
Penyesuaian, yaitu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial dan dapat mengubah lingkungannya sesuai dengan ajaran Islam.
6.
Sumber nilai, yaitu memberikan pedoman hidup untuk mencapai kebahagiaan hidup didunia dan akhirat.
71
Beberapa fungsi PAI diatas menunjukkan bahwa PAI dalam sekolah berfungsi sebagai bahan untuk menanamkan sifat keislaman dan memberikan dampak positif pada peserta didik yaitu sebagai pencegahan tindakan-tindakan kenakalan yang terjadi pada peserta didik.
B.
Analisis Peran Aktif Guru PAI Dalam Menanggulangi Kenakalan Siswa di SMK NU Hasyim Asy’ari 02 Kudus. Pelaksanaan pembelajaran pada sekolah tentunya melibatkan dua unsur penting dalam pendidikan yaitu guru dan siswa. Demikian pula dengan pembelajaran PAI di sekolah tidak lepas dari kedua elemen penting tersebut.Guru sebagai pribadi pendidik diharuskan mempunyai potensi akademik dalam pembelajarannya dan seyogyanya mampu mempunyai kompetensimen didik, mengarahkan, membimbing, sampai memberikan contoh dalam kehidupan kesehariannya. Apalagi dalam mata pelajaran PAI guru dituntut untuk menguasai manejemen mendidik dan mengajar. Karena pendidikan agama merupakan pendidikan yang kaya akan komoditas peribadatan dalam materinnya. Walaupun demikian guru PAI juga diharapkan mampu mengembangkan pemikiran siswa dalam rangka pemahaman tentang Islam dan pengertian-pengertian tentang keilmuan Islam lainnya seperti peribadatan,sejarah Islam, ketuhanan, sampai pada penguasaan tentang ushul-ushul ilmuIslam. Siswa dalam
pendidikan merupakan subyek di
mana ilmu
disampaikan padanya dalam proses belajar mengajar. Keanekaragaman
72
bentuk budaya,komonitas sampai cara hidup bersama menjadikan karakter siswa muncul berbeda-beda. Artinya tingkah laku yang ditunjukkan dalam kehidupan kesehariannya menunjukkan perilaku berbeda antara siswa satu dengan yang lain. Dalam pemahaman keilmuan juga muncul perbedaan yang jelas adasiswa yang intelegensinya tinggi, tengah-tengah, sampai rendah. Dalam tingkah lakunya siswa juga mempunyai perbedaan yang pasti yaitu siswa yang berperilaku baik dan prilaku yang tidak baik. Keanekaragaman tersebut menjadikan tugas guru menjadi bertambah yaitu bagaimana cara memahamkan mata pelajaran pada siswa-siswi yang berbeda dalam kemampuan berpikirnya. Dalam hal ini perilaku menyimpang pada siswa akan disajikan yaitu kenakalan yang dilakukan oleh siswa pada sekolah yaitu SMK NU Hasyim Asy’ari 02 Kudus.Kebanyakan kenakalan yang terjadi muncul karena siswa dalam pergaulan kurang diawasi oleh orang tua, dalam pergaulan dilingkungan
sekolah
siswa
yang
melakukan
pelanggaran
juga
mengelompok. Karena pada masa remaja ini siswa merasa dirinya menjadi sosok yang mampu dalam segala hal dan merasa bisa. Jadi perlawanan pada peraturan yang ada muncul dan mengakibatkan kenakalan siswa terjadi. Contoh-contoh kenakalan tersebut beraneka ragam mulai dari tidak berangkat tanpa ijin, terlambat, ber make up secara berlebihan dan lainlain.Banyak kenakalan yang disebabkan oleh gejolak psikologi siswa seperti,halnya datang terlambat ke sekolah yang dilakukan hampir setiap hari oleh siswa yang berinisial Nh., setelah ditelusuri perilaku menyimpang
73
yang dilakukan oleh siswa tersebut dilatar belakangi oleh keadaan yang membuatnya bosan pada lingkungan di sekolah, akhirnya malas untuk berangkat sekolah. Kenakalan yang ada di SMK NU Hasyim Asy’ari 02 Kudus memang kenakalan ringan. Kenakalan-kenalan ringan yang sering dilakukan oleh siswa akan menjadi kenakalan berat dengan sanksi yang sudah ada. Kenakalan ringan yaitu kenakalan yang dilakukan oleh siswa seperti membuat gaduh didalam kelas, mengganggu teman belajar, terlambat dan lain sebagainya. Sebagai seorang guru, guru PAI dituntut untuk bisa memberikan peran aktifnya dalam menanggulangi kenakalan siswa yang terjadi di SMK NU Hasyim Asy’ari 02 Kudus. Selain memberikan pemahaman tentang mata pelajaran PAI guru PAI juga berperan dalam masalah penataan tingkah laku. Tujuan dari pemahaman tingkah laku tersebut adalah tingkah laku siswa harus sesuai dengan ajaran agama Islam baik dalam kehidupan di sekolah maupun di luar sekolah. Di SMK NU Hasyim Asy’ari 02 Kudus guru PAI mempunyai beberapa peran aktif artinya
guru PAI berperan penting dalam
menanggulangi kenakalan siswa. Pertama cara preventif atau tindakan yang dilakukan guru PAI untuk menghilangkan atau menjauhkan dari segala pengaruh kenakalan. Adapun cara Preventif guru PAI dalam menanggulangi kenakalan siswa adalah sebagai berikut:
74
1.
Guru PAI memanggil siswa yang sering melakukan kenakalan pada jam-jam khusus yaitu pada istirahat atau diluar jam pelajaran, dimaksudkan untuk memberikan pemahaman dan keyakinan bahwa guru PAI dalam memberikan pengarahan tidak hanya menggunkan metode lisan saja akan tetapi metode praktik dan perhatian menjadikan siswa akan memahami bagaimana seorang guru menjadi peran dalam menanggulangi kenakalan.
2.
Guru PAI mengadakan penyuluhan khusus dengan terapi keagamaan agar siswa benar-benar memahami dan menyesali bahwa perilaku yang dilakukan tidak termasuk ajaran agama. Kedua penanggulangan dengan cara Represif atau tindakan perbaikan
dengan memberikan pemahaman kembali tentang ajaran agama. Melalui tindakan tersebut upaya guru PAI dalam menanggulangi kenakalan akan dapat terwujud. Cara-cara tersebut meliputi: 1.
Guru
PAI
Memberikan
pemahaman
dan
pengertian
tentang
pendidikan agama yaitu dengan melalui pelajaran di dalam kelas. 2.
Mengadakan kegiatan-kegiatan keberagamaan baik hari besar agama ataupun kegiatan keberagamaan siswa setiap harinya, seperti sholat dhuhur berjamaah disekolah.
3.
Bekerja sama dengan guru lain khususnya guru bimbingan konseling, wali kelas dan guru mata pelajaran. Dengan metode ini tidak hanya guru PAI yang berperan dalam menaggulangi kenakalan siswa akan
75
tetapi guru yang lain juga mempunyai tugas dalam menanggulangi kenakalan siswa. 4.
Berupaya menjunjung nilai-nilai keislaman dalam kehidupan sekolah yaitu mendukung adanya program ekstra kulikuler islami seperti baca tulis al-Qur’an, pesantren kilat dan lain-lain. Beberapa peran aktif guru PAI di atas adalah macam-macam peran
guru PAI SMK NU Hasyim Asy’ari 02 Kudus dalam penanggulangan kenakalan siswa. Cara-cara efektif tersebut merupakan penanaman perilaku kepada peserta didik. Mulai dari pemahaman, pelaksanaan kegiatan Islami, pendekatan dengan siswa, sampai bekerja sama dengan guru lain dalam penanggulangan
kenakalan
siswa.
Jadi
peran
aktif
guru
dalam
menanggulangi kenakalan siswa berpotensi untuk memberikan pelajaran baru pada guru PAI sendiri karena melalui PAI guru mulai berpikir kreatif untuk menanggulangi kenakalan siswa, baik kenakalan yang sudah terjadi ataupun pencegahan terhadap kenakalan yang akan dilakukan oleh siswa. Berdasarkan data jenis kenakalan yang sudah terjadi di SMK NU Hasyim Asy’ari 02 Kudus penulis akan mencoba menganalisis kenakalankenakalan tersebut dengan metode-metode yang sudah dilaksanakan oleh guru PAI di SMK NU Hasyim Asy’ari 02 Kudus .
76
No 1.
2.
Jenis Kenakalan Tidur di dalam kelas,menyepelekan mata pelajaran, membuat gaduh dalam kelas, dan lain-lain.
Faktor Penyebab Kenakalan ini terjadi disebabkan karena faktor psikologis siswa yang belum mapan.
Cara Penanggulangan
Guru PAI dalam menanggulangi kenakalan ini menggunakan cara memanggil siswa yang melakukan kenakalan ini secara pribadi, dan memberikan bimbingan khusus yaitu menanamkan tujuan belajar di sekolahdengan kehidupan pribadi siswa melalui pemahaman didalam kehidupan beragama. Terlambat datang Pengawasan Pertama guru PAI di sekolah, orang dalam tidak masuk sekolah tua dalam hal ini melakukan tanpa ijin, kehidupan pendekatan pribadi menjahili teman, keluarga dan dan lain-lain. menjadikan anak bekerja sama dengan melakukan guru kenakalan ini, Bimbingan Konseling atau untuk mencari tahu kenakalan yang asal disebabkan oleh usul keluarga siswa faktor keluarga. dan Siswa. berusaha memberi pengarahan dan pemahaman tentang kedisiplinan siswa. Jika pelanggaran ini dilakukan terus menerus oleh siswa guru PAI dan guru BK memanggil orang tua siswa dengan memberikan arahan
77
3.
Tidak mengikuti kegiatan keberagamaan yang ada dilingkungan sekolah.
kepada orang tua siswa tentang kehidupan keluarga secara normatif dan arti kehidupan siswa didalam lingkungan sekolah serta menjelaskan peraturan-peraturan siswa di sekolahan kepada orang tua siswa Kenakalan ini Guru PAI mendata terjadi karena siswa faktor lingkungan yang melakukan siswa bebas tanpa kenakalan ada tatanan ini, mengumpulkan keberagamaan. dan Dan memberikan arahan lingkungan yang tentang kehidupan bebas akan lingkungan beragama normanorma dalam kehidupan yang seharihari, berlaku. menjelaskan arti kegiatan keagamaan disekolah, serta memberikan sedikit sanksi sesuai dengan perturan yang ada, dan menambah kegiatan keagamaan di sekolah.
Tabel diatas adalah beberapa jenis kenakalan, faktor penyebab kenakalan, dan cara penanggulangan kenakalan siswa yang dilakukan oleh guru PAI di SMK NU Hasyim Asy’ari 02 Kudus dalam menanggulangi
78
kenakalan siswa. Guru PAI sebagai guru agama beperan langsung dalam penanggulangan kenakalan tersebut. Disamping, penanggulangan kenakalan tersebut dilakukan oleh guru PAI guru BK juga membantu dalam pelaksanaannya. Kerjasama tersebut bertujuan dalam penanggulangan kenakalan yang terjadi. Dengan menggunakan cara-cara simpel dan mengena pada siswa yang melakukan kenakalan. Jadi peranan guru PAI dalam penanggulangan kenakalan siswa sangat berperan. Untuk itu tidak dalam lingkungan sekolah saja penerapan karakter beragama siswa dilakukan melainkan dalam kehidupan bermasyarakat karakter beragama siswa harus senantiasa diterapkan. Pembentukan karakter siswa dangan karakter siswa yang taat akan agama dalam lingkungan sekolah tidak akan terwujud tanpa peran aktif dari guru PAI.
BAB V KESIMPULAN, SARAN DAN PENUTUP A.
Kesimpulan Pembahasan tentang peran aktif guru PAI dalam menanggulangi kenakalan siswa di SMK NU Hasyim Asy’ari 02 Kudus, telah penulis jelaskan dalam bab demi bab pada uraian diatas. Dari pembahasan tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa: 1.
Tingkat kenakalan yang ada di SMK NU Hasyim Asy’ari 02 Kudus adalah tingkat kenakalan ringan. Seperti membuat gaduh di kelas, terlambat, tidak mengerjakan tugas dan lain sebagainya.
2.
Guru PAI disamping mempunyai peran dalam pembelajaran PAI di dalam kelas juga mempunyai peran aktif dalam menanggulangi kenakalan siswa. Sebagai peran aktif guru PAI dalam menanggulangi kenakalan siswa ada beberapa peran aktif tersebut meliputi cara-cara penanggulangan
kenakalan
sebagi
berikut;
(a)
Memberikan
pemahaman dan pengertian tentang pendidikan agama yaitu dengan melalui pelajaran di dalam kelas. (b) Mengadakan kegiatan-kegiatan keberagamaan baik hari besar agama ataupun kegiatan keberagamaan siswa setiap harinya, seperti sholat dhuhur berjamaah di sekolah. (c) Bekerja sama dengan guru lain khususnya guru bimbingan konseling, wali kelas dan guru mata pelajaran. Dengan metode ini tidak hanya guru PAI yang berperan dalam menaggulangi kenakalan siswa akan tetapi guru yang lain juga mempunyai tugas dalam menanggulangi 79
80
kenakalan siswa. (d) Mengadakan bimbingan khusus pada siswa yang sering melakukan kenakalan siswa pada jam-jam khusus yaitu pada istirahat atau diluar jam pelajaran, (e) Berupaya menjunjung nilai-nilai keislaman dalam kehidupan sekolah yaitu mendukung adanya program ekstra kulikuler islami seperti baca tulis Al-Qur'an, rebana, pesantren kilat dan lain-lain.
B.
Saran-saran Sebagai bahan masukan dalam mengatasi kenakalan remaja, kami penulis memberikan beberapa saran yang perlu diperhatikan, yaitu : a. D i p e r l u k a n k e r j a s a m a ya n g b a i k a n t a r a o r a n g t u a d a n
para guru dan bila
perlu membuat buku kontrol siswa yang
diketahui oleh orang tua dan guru. b. M e n g a d a k a n
p e n g h a ya t a n
kegiatan ekstra-kurikuler dalam rangka moral
dan
mengadakan
kegiatan
tentang
pentingnya disiplin yang dilaksanakan atas kerjasama antara aparat penegak hukum dan sekolah. C.
Penutup Teriring rasa syukur alhamdulillah yang tidak terhingga Kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dengan segala daya dan upaya dapat menyelesaikan skripsi ini.Apa yang penulis sampaikan di dalamnya hanyalah merupakan sebagian kecil saja dari ilmu Allah yang tertuang dari samudera ilmu, yang itupun masih
81
juga tidak terlepas dari kesalahan dan kekurangan, untuk itu kritik dan saran demi kesempurnaan tulisan ini sangat penulis harapkan. Namun, tidak kurang dari harapan penulis mudah-mudahan melalui skripsi
ini
sedikit
banyak
dapat
diambil
manfaatnya
oleh
para
pembaca,sehingga dapat menjadikan penggugah hati ke arah yang lebih jauh dan luas dalam rangka kita melangkah ke arah yang positif. Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan petunjuk serta bimbingan-Nya kepada kita, sehingga kita semua dapat menggapai ketenteraman lahir dan batin untuk mengabdi kepada-Nya. Amiin.
DAFTAR PUSTAKA
Al Barry, M. Dahlan&Pius A Partanto,Kamus Ilmiah Populer, Surabaya: Arkola, 1994. Al-Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta: Dep. Agama RI, 2000. Arief, Ah. S.Ag ,tanggal 19 Maret 2015 Pukul 09.00 WIB. http://www.dephut.go.id/INFORMASI/UNDANG2/tapmpr/gbhn_9904.htm, Kamis, 21 Mei 2015 Pukul 10.30 WIB. Arikunto, Suharsimi,Prosedur Penelitian, Jakarta: Rineka Cipta, 2002. Azwar,Syaifuddin, Metode Penelitian, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001. Dep. Pend. Nas., Standar Kompetensi Mata Pelajaran PAI SMA & MA,Jakarta: Pusat kurikulum Depdiknas, 2003. Dep.Dik.Bud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, Cet. II, 1994. Departemen Agama, Pedoman Pendidikan Agama Islam untuk sekolah umum, Jakarta: Departemen Agama, 2004. Ermananti,Priyanto, Dasar-dasar Bimbingan & Konseling,Jakarta: Rineka Cipta, 1999. Hartono, Agung&Sunarto, Perkembangan Peserta Didik,Jakarta: PT Asdi Mahasatya, 2006. Hasil wawancara dengan guru PAI SMK NU Hasyim Asyari 02 Kudus, Basirun Arief, S.Ag, Kamis, 19 Maret 2015. Pukul 09.00 WIB. Hasil wawancara dengan guru BK SMK NU Hasyim Asyari 02 Kudus, Jullie Andre, S.Pd, Ahad, 22 Maret 2015. Pukul 10.00 WIB. Ibrahim, Nana Sudjana,Penelitian dan Penilaian Pendidikan, Bandung : Sinar Baru, 1989. Jalaludin, Psikologi Agama, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001.
Jamaludin, Pembelajaran Yang Efektif, Jakarta: Depag. Pusat, 2002. Kunandar, Menjadi guru professional, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007.
Lihat peraturan pemerintah tentang standar kualifikasi Akademik dan kompetensi guru, hlm. 3-5download dari http://www.puskur.net/inc/si/42Permen_16_2007_Stdr-Guru.pdf, Senin, 18 Mei 2015 pukul 15.30. WIB. Lihat Standar kompetensi dasar tingkat SMA, hlm. 2, download http://yplhc.org/download/PP_19_THN_2005_SPN.pdf, Senin, 18 Mei 2015 pukul 15.30. WIB. Margono, S. Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta,1997. Moeloeng, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1998. Mukhtar, Desain Pembelajaran PAI, Jakarta: Fifamas, 2003. _______, Desain Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Jakarta: CV Misaka Galiza, 2003. Muntholi’ah, Konsep Diri Positif Penunjang Prestasi PAI, Semarang: Gunungjati, 2002. Nazir, Moh. Metode Penelitian, Bogor: Ghalia Indonesia, 2005. Nur Widodo, Endang Poerwanti, Perkembangan Peserta Didik, Malang: Universitas Muhammadiyah Malang, 2002. Rosyadi, Khoiron Pendidikan Profetik, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004. Sanjaya, Wina, Strategi Pembelajaran, Jakarta; Kencana Prenada Media Group, 2007. Surya, Mohamad,Percikan Perjuangan Guru, Bandung: Pustaka Bani Quraysi, 2006. Tafsir, Ahmad Metodologi Pengajaran Agama Islam, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2003.
Usman, Moh. Uzer, Guru Profesional, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006. __________,Menjadi Guru Profesional, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2000.
UURI, No. 14 Th. 2005, Tentang Guru dan Dosen, Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, 2005. UURI, No. 20 Th. 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta: Dep. Pend. Nas. RI. www.sumardiono.com/index.php, Kamis, 21 Mei 2015 Pukul 10.30 WIB.
DAFTAR RIWAYAT PENDIDIKAN Nama
: Noor Fadlilah
Tempat / Tanggal Lahir
: Kudus, 19 Mei 1992
Alamat
: Ds. Getassrabi 12/06 Gebog Kudus
Jenis Kelamin
: Perempuan
Jenjang Pendidikan
: 1.
SD lulus tahun 2004
2.
MTs Negeri 1 Kudus lulus tahun 2007
3.
MAN 2 Kudus lulus tahun 2010
4.
Universitas
Islam
Nahdlatul
Ulama
(UNISNU) Jepara angkatan 2011 Demikian daftar riwayat pendidikan penulis yang dibuat dengan data yang sebenarnya. Semoga menjadi keterangan yang lebih jelas. Kudus, 07 Juli 2015 Penulis
NOOR FADLILLAH NIM 131310001255
1. Proses Wawancara dan Observasi di SMK NU Hasyim Asy’ari 02 Kudus Pada hari Kamis,19 Maret 2015, sekitar pukul 08.00 WIB saya sampai ke
SMK NU Hasyim Asyari 02 Kudus untuk melakukan observasi setelah
sebelumnya sudah melakukan perizinan untuk melakukan observasi ini di jauhjauh hari, pertama yang saya lakukan yakni menemui guru PAI dan Guru BK di SMK tersebut, Alhamdulilah saya di sambut dengan baik oleh guru-guru disana, terutama Bapak Basirun Arief, S.Ag.,yang sebagai guru PAI disana dan Bapak Jullie Andrea, S.Pd yang membuka acara ini. Kami di beri waktu dan ruangan untuk melakukan observasi yang melebihi kata cukup, Sebelumnya kami diberi informasi tentang profil SMK NU Hasyim Asy’ari 02 Kudus. Dan penutupan observasi ini dilakukan pada pukul 11.30 WIB. 1. Wawancara kepada Guru yang bersangkutan Topik
: Peran Guru PAI dalam Menanggulangi Kenakalan Siswa
Tujuan
: Memperoleh informasi mengenai Peranan Guru PAI dalam Menanggulangi Kenakalan Siswa di SMK NU Hasyim Asy’ari 02 Kudus.
Narasumber
: Bapak Basirun Arief, S.Ag.,
Hari, tanggal : Kamis, 19 Maret 2015 Daftar Pertanyaan : 1. Assalamu’alaikum
warrahmatullahi
lengkap Bapak ? 2. Apa pendidikan terakhir Bapak?
wabarakatuh,
Siapakah
nama
3. Sejak kapan Bapak menjadi Guru PAI di SMK NU Hasyim Asy’ari 02 Kudus? 4. Bagaimana Peranan Pendidikan Agama Islam
terhadap perkembangan
anak didik itu sendiri , Pak? 5. Menurut Bapak apakah Pendidikan Agama Islam dapat meminimalisir kenakalan siswa? 6. Faktor- faktor apa sajakah penyebab kenakalan siswa di SMK NU Hasyim Asy’ari 02 Kudus? 7. Apa sajakah contoh- contoh kenakalan siswa di SMK NU Hasyim Asy’ari 02 Kudus , Pak? 8. Upaya apa saja yang Bapak lakukan dalam menanggulangi kenakalan siswa di SMK NU Hasyim Asy’ari 02 Kudus ini? 9. Pendidikan agama dianggap kurang memberikan kontribusi kearah penanaman pendidikan agama. Setelah ditelusuri , pendidikan agama mengalami kendala antara lain waktu yang disediakan hanya sedikit dengan materi yang padat. Bagaimana cara Bapak mensiasati kekurangan jam pelajaran? 10.
Terimakasih Pak atas waktunya , Wassalamu’alaikum.
Daftar Jawaban : 1. Wa’alaikumsalam, nama lengkap saya adalah Basirun Arief, S.Ag. 2. Pendidikan terakhir saya Sarjana Strata 1 PAI Tarbiyah di Undaris. 3. Semenjak SMK NU Hasyim Asy’ari didirikan pada tahun 2010 .
4. Pendidikan islam sangat penting sebab dengan pendidikan islam, orang tua atau guru berusaha secara sadar memimpin dan mendidik anak diarahkan kepada perkembangan jasmani dan rohani sehingga mampu membentuk kepribadian yang utama yang sesuai dengan ajaran agama islam. 5. InsyAllah bisa, sebab pendidikan agama bukanlah sekedar pengetahuan agama dan melatih ketrampilan anak dalam melaksanakan ibadah akan tetapi lebih luas dari pada itu yaitu membentuk kepribadian anak menuju terciptanya insan kamil. 6. Kenakalan yang terjadi pada siswa disebabkan oleh berbagai latar belakang siswa itu sendiri yaitu secara umum mereka melakukan kenakalan bersumber dari faktor interen siswa meliputi keluarga, lingkungan, dan kondisi psikologi. 7. Kenakalan yang sudah terjadi di lingkungan sekolah SMK NU Hasyim Asy’ari 02 adalah kenakalan yang tidak sampai pada tindakan kriminal seperti terlambat, tidak mengenakan seragam lengkap baik atribut sekolah ataupun perlengkapan sekolah yang sudah diwajibkan. 8. Adapun cara yang kami lakukan diantaranya : Pertama cara preventif atau tindakan yang dilakukan guru PAI untuk menghilangkan atau menjauhkan dari segala pengaruh kenakalan, Kedua penanggulangan dengan cara Represif atau tindakan perbaikan dengan memberikan pemahaman kembali tentang ajaran agama.
9. Dalam praktiknya peran guru PAI dalam mensiasati kekurangan jam pelajaran menggunakan berbagai cara dengan melibatkan pihak sekolah, yaitu dengan berbagai kegiatan keagamaan. Seperti halnya, sholat jama’ah bersama, mengadakan pelajaran ekstra Baca tulis Al-Qur’an, dan memperingati hari besar agama Islam. Karena hal tersebut dirasa baik maka, dalam praktiknya peserta didik akan terkontrol dan mau mengikuti kegiatan tambahan tersebut, dan hasilnya bisa dianggap signifikan. 10.
Iya, sama-sama. Wa’alaikumsalam warrahmatullahi wabarakatuh.
Kudus, 19 Maret 2015 Guru Mapel PAI
Basirun Arief, S.Ag.
2. Wawancara kepada Guru yang bersangkutan Topik
: Peran Guru PAI dalam Menanggulangi Kenakalan Siswa
Tujuan
: Memperoleh informasi mengenai Jenis Kenakalan Siswa di SMK NU Hasyim Asy’ari 02 Kudus.
Narasumber
: Bapak Jullie Andrea, S.Pd
Hari, tanggal
: Ahad, 22 Maret 2015
Daftar Pertanyaan : 1. Assalamu’alaikum warrahmatullahi wabarakatuh, Siapakah nama lengkap Bapak ? 2. Apa pendidikan terakhir Bapak? 3. Untuk mempersingkat waktu, saya hanya ingin bertanya pada Bapak mengenai jenis kenakalan siswa yang ada di SMK NU Hasyim Asy’ari 02 Kudus ini seperti apa Pak? Daftar Jawaban : 1. Wa’alaikumsalam warrahmatullahi wabarakatuh, nama lengkap saya bisa dibaca di papan nama saya mbak , hehe.. Nama lengkap saya adalah Jullie Andrea, S.Pd 2. Pendidikan terakhir saya adalah Sarjana Strata 1 di UNNES jurusan Bimbingan dan Konseling. 3. Beberapa catatan yang ada bahwa jenis kenakalan yang terjadi di SMK NU Hasyim Asy’ari 02 Kudus adalah kenakalan yang bersifat pelanggaran pada peraturan sekolah seperti halnya tidak masuk tanpa ijin,terlambat, ber make up yang berlebihan dan lain sebagainya.
Dari data yang diambil ada sekitar 2 siswa yang melakukan pelanggaran yang dianggap berat yaitu sering tidak masuk. Siswasiswa tersebut adalah siswa kelas sebelas. Adapun jenis pelanggaran lainnya adalah pelanggaran yang dilakukan oleh siswa secara spontan yaitu pada saat didalam kelas ataupun luar kelas dimana siswa seakan-akan mencari perhatian dari temannya ataupun gurunya, jenis kenakalan ini sering dijumpai pada saat guru menerangkan di dalam kelas ataupun di luar kelas. Biasanya jenis pelanggaran ini dilakukan berkelompok dan ditujukan untuk mengerjai guru ataupun siswa lain.
Kudus, 22 Maret 2015 Guru BK
Jullie Andrea, S. Pd