Hasyim Asy’ari & Lia Dahlia
SCHOOL BULLYING PADA SISWA SMP AL FAJAR CIPUTAT TANGERANG SELATAN BANTEN Hasyim Asy’ari & Lia Dahlia FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
[email protected]
Abstrak: Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan peranan manajemen pengawasan sekolah dalam mengatasi masalah school bullying di SMP Al Fajar. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Responden penelitian adalah kepala sekolah, waka bidang kesiswaan, dan siswa/siswi Kelas IX. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berbagai pelanggaran, sikap tidak disiplin, dan kasus kekerasan yang terjadi pada siswa sebenarnya bukan sepenuhnya menjadi kesalahan pribadi siswa, tetapi juga bisa disebabkan oleh faktor guru. Dari hasil observasi memang terlihat pengawasan dari kepala sekolah belum optimal, karena jarang melakukan supervisi kelas atau mengawasi ketika guru sedang melaksanakan proses pembelajaran. Untuk mencegah terjadinya tindakan bullying pihak sekolah perlu menjalin komunikasi yang baik dan efektif dengan orang tua siswa; kepala sekolah bersama dengan guru harus bekerjasama dan berkoordinasi untuk meningkatkan dan mengoptimalakan kembali fungsi manajemen pengawasan sekolah agar tercipta masyarakat belajar yang taat pada aturan dan tata tertib sekolah. Pihak sekolah perlu menjalin kerjasama dengan masyarakat dan lingkungan sekitar sebagai upaya untuk mencegah terjadinya perilaku bullying yang terjadi di luar lingkungan sekolah. Kata Kunci: sekolah, bullying, manajemen pengawasan
STUDENT IN SCHOOL BULLYING SMP AL-FAJAR SOUTH TANGERANG CIPUTAT BANTEN Abstract: This study aims to describe the role of management oversight in addressing the problem of school (school bullying) in SMP Al Fajar. The method used is descriptive qualitative. Respondents are principals, deputy head of the student, and the student male / female students of class IX. The results showed that a variety of violations, undisciplined attitude and violence that occurs in the student actually not entirely the student's personal fault, but can also be caused by factors teachers. From the observation was seen supervision of the school principal is not optimal, because rarely supervise or oversee class when the teacher is implementing the learning process. To prevent bullying, the school needs to establish a good and effective communication with parents. The school principal together with teachers also have to cooperate and coordinate to improve and optimize the management functions of school supervision in order to create learning communities that adhere to the rules and regulations of the school. The school needs to cooperate with the community and the environment in an effort to prevent bullying behavior that happens outside the school environment. Keywords: school, bullying, management oversight.
JURNAL IDAROH, Vol. 1, No. 1, Juni, 1 - 14
1
School Bullying pada Siswa
2
Pendahuluan
teman-temannya di dalam sekolah
Pendidikan
merupakan
"usaha sadar dan terencana untuk
yang bersangkutan atau lembaga pendidikan lainnya.”
mewujudkan suasana belajar dan
Namun
dewasa
ini,
kita
proses pembelajaran agar peserta
sering dikejutkan dengan berbagai
didik secara aktif mengembangkan
kasus mengenai kekerasan yang
potensi
sering kali terjadi dalam dunia
dirinya
kekuatan
untuk
spiritual
pengendalian
diri,
memiliki
keagamaan,
pendidikan.
Secara
kepribadian,
tindakan kekerasan dapat diartikan
kecerdasan, akhlak mulia, serta
sebagai
keterampilan
merugikan orang lain, baik secara
yang
diperlukan
suatu
umum,
dirinya, masyarakat, bangsa dan
fisik
negara”
kekerasan
sebagaimana
tertuang
maupun
tindakan
psikis.
yang
Tindakan
terjadi
dalam
lebih
dikenal
dalam UU Sisdiknas Nomor 20
dunia
Tahun
Guna
dengan istilah bullying. Sekolah
mencapai tujuan tersebut, maka
yang harusnya menjadi tempat
diperlukan suasana
untuk
2003
Pasal
1.
belajar yang
pendidikan
yang
memperoleh
ilmu
kondusif, aman, dan nyaman serta
pengetahuan, pembangan potensi,
jauh dari berbagai tindakan yang
serta
mungkin dapat membahayakan diri
karakter pribadi yang positif untuk
siswa. Dalam kaitan ini sekolah
siswa
seharusnya mampu memberikan
tempat tumbuhnya praktik bullying.
rasa aman dan nyaman bagi para peserta
didik
diamanatkan
seperti dalam
telah
Undang-
membantu
ternyata
Kasus
ini
membentuk
malah
seakan
menjadi
seperti
fenomena gunung es yang hanya terlihat
sedikit
dipermukaan,
undang Perlindungan Anak Nomor
namun sebenarnya akan terlihat
23 Tahun 2002 Pasal 54 bahwa
lebih besar jika kita teliti secara
“Anak di dalam dan di lingkungan
lebih dalam. Tindakan kekerasan
sekolah
mungkin
wajib
dilindungi
dari
seringkali
kita
jumpai
tindakan kekerasan yang dilakukan
dalam kehidupan sehari-hari, baik
oleh guru, pengelola sekolah atau
yang
terjadi
dalam
JURNAL IDAROH, Vol. 1, No. 1, Juni, 1 - 14
lingkup
Hasyim Asy’ari & Lia Dahlia
keluarga,
masyarakat,
sekolah.
Dalam
3
maupun
menegaskan bahwa tidak boleh
lingkungan
ada lagi pendidikan yang disertai
sekolah, tindakan kekerasan ini
kekerasan baik di sekolah maupun
bisa dilakukan oleh siapa saja,
perguruan tinggi. Pernyataan itu
misalnya antara teman sekelas,
disampaikan
kakak kelas dengan adik kelas
kekerasan di beberapa sekolah
(senior terhadap junior), pemimpin
terkait masa orientasi sekolah.
sekolah terhadap staffnya, bahkan guru terhadap muridnya.
Komisi
menanggapi
Perlindungan
Anak
Indonesia (KPAI) pada tahun 2012
Berdasarkan hasil penelitian
juga
telah
merilis
data
kasus
yang dilakukan UNICEF (2006) di
kekerasan yang terjadi pada anak
beberapa
Indonesia
di sekolah. Disebutkan bahwa,
menunjukkan bahwa sekitar 80%
87,6 % anak Indonesia masih
tindakan kekerasan yang terjadi
mengalami kasus kekerasan di
pada siswa dilakukan oleh guru.
sekolah, dengan perincian, 29%
Seperti yang terjadi di Solo pada
dari guru, dan 28% dari teman
awal Mei tahun ini, menjelaskan
sekelas. Belum lama ini, salah satu
bahwa ada kasus siswa kelas IV
kasus yang terjadi di sekolah
SD dipukuli Guru (Radar Solo,
adalah beredarnya video asusila
4/05/2013). Pada Tahun 2009,
yang dilakukan oleh pelajar SMP di
kepolisian mencatat dari seluruh
Jakarta.
laporan kasus kekerasan, 30%
Komnas Perlindungan Anak, Arist
diantaranya dilakukan oleh anak-
Merdeka
anak, dan 48% kasus kekerasan
bahwa, “sekolah gagal membentuk
tersebut
lingkungan
daerah
terjadi
di
di
lingkungan
Dalam
hal
Sirait
ini
ketua
menyatakan
pendidikan
sebagai
sekolah dengan motif dan kadar
zona anti kekerasan psikis, bully,
yang bervariasi.
kekerasan seksual dan bentuk
Dalam ceramah pendidikan pada
upacara
hari
pendidikan
pada tahun 2012, Presiden Susilo
lainnya”. Hal ini menunjukkan bukti bahwa manajemen sekolah gagal untuk
menjalankan
Bambang Yudhoyono juga telah
JURNAL IDAROH, Vol. 1, No. 1, Juni, 1 - 14
fungsinya
School Bullying pada Siswa
4
dalam hal pengawasan. (Kompas,
Anak) adalah penggunaan agresi
29/10/2013).
dengan tujuan untuk menyakiti
Berbagai
kasus
kekerasan
orang lain secara fisik ataupun
yang terjadi di Indonesia sampai
mental.
saat
tindakan fisik, verbal, emosional,
ini
kiranya
mendapatkan
belum
perhatian
Bullying
dan
dan seksual.
penanganan yang serius baik dari
Bullying
dapat
berupa
adalah
bentuk-
pemerintah (Kemendikbud), kepala
bentuk perilaku kekerasan di mana
sekolah, guru, orang tua, dan
terjadi
masyarakat.
mengatasi
psikologis maupun fisik terhadap
permasalahan school bullying ini,
seseorang atau sekelompok orang.
sekolah memiliki peranan yang
Pelaku bullying atau yang biasa
sangat penting sebagai bagian
disebut bully bisa dari seseorang,
internal pendidikan, dan salah satu
bisa juga sekelompok orang, dan
upaya
dilakukan
ia atau mereka mempersepsikan
sekolah
dirinya memiliki power (kekuasaan)
Untuk
yang
khususnya adalah
bisa
dari
pihak
dengan
memperbaiki
pelaksanaan
fungsi
pengawasan
di
manajemen
sekolah
pemaksaaan
untuk
melakukan
secara
apa
saja
terhadap korbannya. Korban juga
yang
mempersepsikan dirinya sebagai
selama ini pelaksanaanya belum
pihak yang lemah tak berdaya, dan
berjalan secara optimal.
selalu merasa terancam oleh bully.
Bullying berasal dari kata bully,
yaitu
suatu
kata
yang
Komnas
Perlindungan
memberikan
definisi
bullying
mengacu pada pengertian adanya
sebagai
“ancaman”
yang
psikologis berjangka panjang yang
seseorang
kepada
dilakukan lain
dilakukan
(yang umumnya lebih lemah dari
kelompok
pelaku),
yang
sehingga
orang
menimbulkan
kekerasan
Anak
fisik
seseorang terhadap tidak
dan
atau
seseorang mampu
gangguan fisik maupun psikis bagi
mempertahankan diri dalam situasi
korbannya.
di mana ada hasrat untuk melukai
Definisi
bullying
menurut PeKA (Peduli Karakter
atau
menakuti
JURNAL IDAROH, Vol. 1, No. 1, Juni, 1 - 14
atau
membuat
Hasyim Asy’ari & Lia Dahlia
orang
tertekan,
trauma,
atau
depresi dan tidak berdaya.
Dari
beberapa
5
penjelasan
menurut para ahli tersebut dapat
Dari beberapa pendapat para
disimpulkan bahwa school bullying
ahli di atas mengenai bullying,
merupakan
maka dapat disimpulkan bahwa
agresi
bullying adalah salah satu bentuk
yang dilakukan oleh seseorang
kekerasan
atau
baik
secara
fisik
fisik
salah
satu
maupun
sekelompok
bentuk
psikologis
siswa
yang
maupun psikologis yang dilakukan
memiliki kekuasaan, dan dilakukan
oleh seseorang atau sekelompok
secara
orang
memiliki
ulang dalam periode waktu tertentu
terhadap
terhadap siswa lain yang lebih
yang
merasa
kekuasaan
orang/kelompok yang lebih lemah
lemah.
darinya.
bahwa
Berbagai definisi mengenai bullying
di
atas
sengaja
dan
Sullivan suatu
berulang-
menjelaskan
tindakan
dapat
dikategorikan ke dalam tindakan
menunjukkan
bullying, jika memiliki karakteristik
bahwa bullying bisa terjadi di mana
sebagai berikut: 1) ada niatan
saja, dan salah satunya di sekolah,
untuk melukai orang lain, 2) ada
maka dalam penelitian ini hanya
ketidakseimbangan kekuatan, di
dibatasi konteksnya dalam school
mana pelaku lebih kuat atau lebih
bullying. Riauskina dan Soesetio
berkuasa dari korban, 3) seringkali
(2005)
terorganisasi,
mendefinisikan
school
sistematis,
dan
bullying sebagai perilaku agresif
sembunyi, 4) dilakukan secara
yang
berulang-ulang
dilakukan
berulang-ulang
dalam
suatu
oleh seseorang/sekelompok siswa
periode waktu, 5) korban bullying
yang
tersakiti
memiliki
kekuasaan,
terhadap siswa/i lain yang lebih
secara
fisik
dan/atau
psikologis.
lemah, dengan tujuan menyakiti
Seperti hasil penelitian yang
siswa/i tersebut. Dalam konteks
telah dilakukan oleh para ahli,
bullying di sekolah, korban bullying
salah
adalah seorang siswa.
(dalam Astuti, 2008: 8), tindakan
satunya
menurut
Rigby
bullying yang banyak dilakukan di
JURNAL IDAROH, Vol. 1, No. 1, Juni, 1 - 14
School Bullying pada Siswa
6
sekolah atau beberapa hal yang
dari keluarga yang memperlakukan
mencirikan bahwa sekolah yang
mereka
mudah
Peters & Konarski, dan Pepler &
terkena
kasus
bullying
pada umumnya yaitu:
Sedighdellam,
1. Sekolah yang didalamnya terdapat perilaku diskriminatif baik di kalangan guru maupun siswa. 2. Kurangnya pengawasan dan bimbingan etika dari kepala sekolah, para guru dan petugas sekolah. 3. Terdapat kesenjangan besar antara siswa yang kaya dan miskin. 4. Adanya pola kedisiplinan yang terlalu kaku ataupun lemahnya tingkat kedisiplinan di sekolah baik oleh siswa maupun guru. 5. Bimbingan yang tidak layak dan peraturan yang tidak konsisten. Berdasarkan karakteristik di atas,
banyak
memiliki
pelaku
karakteristik
bullying psikologi.
Tetapi pada umumnya perilaku bullying siswa dipengaruhi oleh toleransi
sekolah
dengan
atas perilaku
bullying, sikap guru, dan faktor lingkungan termasuk lingkungan
kasar.
dalam
(Craig,
Sciarra,
2004: 353). Alasan mengapa pelaku
yang
seseorang
bullying
pelaku
paling
menjadi
adalah
bullying
jelas
bahwa
merasakan
kepuasan apabila ia berkuasa di kalangan teman sebayanya. Selain itu, tawa teman-teman sekelompok saat
ia
korban
mempermainkan memberikan
sang
penguatan
terhadap perilaku bullyingnya. (Tim Yayasan Semai Jiwa Amini, 2008: 14). Selanjutnya Barbara Coloroso (2007: 55-56) memaparkan sifatsifat yang dimiliki bully, yakni: 1. Suka memanfaatkan orang lain untuk mendapatkan keinginannya 2. Hanya peduli pada keinginan dan kesenangan sendiri, bukan pada kebutuhan, hak-hak, dan perasaanperasaan orang lain 3. Cenderung melukai anak lain ketika tidak ada pengawasan dari orang tua atau orang dewasa lainnya
keluarga. Bully biasanya berasal
JURNAL IDAROH, Vol. 1, No. 1, Juni, 1 - 14
Hasyim Asy’ari & Lia Dahlia
4. Memandang anak yang lebih lemah sebagai mangsa 5. Menggunakan kesalahan, kritikan, dan tuduhantuduhan yang keliru untuk memproyeksikan ketidakcakapannya pada target 6. Tidak mau bertanggung jawab pada tindakannya
2. Memiliki pandangan dan kemampuan sosial yang rendah. korban yang berada pada kategori ini seringkali menarik diri dari pergaulan, dan sebaliknya lebih suka mengisolasi diri dan cenderung untuk membolos sekolah. 3. Psychological distress, pada kategori ini korban memiliki tingkat kecemasan yang sangat tinggi. Korban merasa depresi dan memiliki dorongan untuk melakukan tindakan bunuh diri. 4. Dampak negatif secara fisik, misalnya luka-luka akibat serangan fisik, serta penyakit lainnya seperti sakit kepala, deman, flu dan batuk.
Perilaku bullying, merupakan tindak
kekerasan
yang
menimbulkan
kerugian
korban,
dalam
baik
bisa pada
hal
fisik
maupun psikis. Secara spesifik, Rigby (2003: 583-590)
membagi
dampak
psikologis korban bullying menjadi empat kategori, yaitu: 1. Memiliki kesejahteraan psikologis yang rendah. pada ketegori ini kesadaran mental korban menjadi lemah, namun kodisi ini tidak terlalu berbahaya. Perasaan tidak bahagia muncul pada diri korban, selain juga perasaan mudah marah, sensitif, serta harga dirinya yang rendah.
7
Organisasi Kesehatan Dunia WHO (2002) merekomendasikan empat
langkah
utama
dalam
proses mengurangi dan mencegah kekerasan,
yaitu:
mengumpulkan sebanyak
1)
pengetahuan
mungkin
tentang
fenomena kekerasan pada tingkat lokal,
nasional,
internasional,
2)
JURNAL IDAROH, Vol. 1, No. 1, Juni, 1 - 14
maupun menyelidiki
School Bullying pada Siswa
8
penyebab terjadinya kekerasan, 3)
termasuk
mencari
sekolah,
cara
kekerasan
untuk mencegah
dengan
merancang,
guru, anggota
pengajar,
manajemen staff
bukan
organisasi
dan
mengimplementasikan, memantau,
perwakilan luar dari masyarakat
dan mengevaluasi intervensi, dan
yang
4)
mengimplementasikan
keseluruhan.
intervensi
dari
pendekatan
berbagai
pihak,
lebih
luas
secara
Tujuan ini
dari
adalah
untuk
menentukan evektivitas biaya dari
mempromosikan
intervensi
tindakan kekerasan, meningkatkan
tersebut
serta
menyebarluaskan
informasi
tentang mereka. Banyak
keyakinan
meningkatkan
sekolah,
hubungan
antar
pendidik
dan
staf, anak-anak, remaja, orang tua,
seluruh
eropa
guru, dan mendukung kesehatan
bahwa
emosi dan kesejahteraan remaja,
akademis
di
menolak
pandangan
prestasi
pedoman
meniadakan
akademis
merupakan
tujuan tunggal, yang harus ditekuni
sertas
seluruh
anggota
dari
komunitas sekolah.
oleh anak-anak dan kaum muda
Selain dengan cara tersebut,
jika mereka ingin berpendidikan
peranan kebijakan sekolah juga
dan sukses. Ada bukti riset yang
berperan penting untuk mencegah
menyatakan
“lingkungan
terjadinya bullying. Hal ini lebih
sekolah adalah penentu terbesar
dikhususkan pada saat proses
tingkat kompetensi emosional dan
pembelajaran,
sosial, serta kesejahteraan murid
metode pembelajaran yang dapat
dan guru” (Weare dan Grey, 2003).
mempromosikan
Sebagian
kerjasama sekaligus melatih murid
(Spanyol, Belgia,
bahwa
negara-negara Irlandia, dan
eropa
Norwegia,
Bulgaria)
dalam
maka
diperlukan
berkomunikasi
nilai-nilai
dengan
telah
efektif. Guru dapat meneladani
mengembangkan ide dari proyek
cara saling berhubungan dengan
VISTA (Violence in School Training
mengasuh
Action) yaitu dengan melibatkan
kooperatif di dalam kelas, agar
komunitas
terjalinya hubungan yang harmonis
sebanyak
mungkin
kelompok
JURNAL IDAROH, Vol. 1, No. 1, Juni, 1 - 14
kerja
Hasyim Asy’ari & Lia Dahlia
antara guru dengan siswa maupun
Hasil Penelitian dan
antar siswa.
Pembahasan
9
Dari hasil penelitian terlihat Metode Penelitian
bahwa kasus school bullying ini
Penelitian ini dilakukan di SMP
Islam
Tangerang
Al
Fajar
Selatan,
Kota
sebenarnya lama,
sudah
sehingga
berlangsung
dapat
menjadi
Banten.
tradisi di lingkungan sekolah jika
Metode penelitian yang digunakan
dibiarkan terus-menerus. Kasus ini
adalah
untuk
tentu bukan hanya terjadi di SMP
mendeskripsikan tentang peranan
Al Fajar, tetapi juga beberapa
manajemen pengawasan sekolah
sekolah lainya.
kualitatif
dalam mengatasi masalah school
Seperti
salah
satu
hasil
bullying di SMP Al Fajar. Dalam
penelitian yang dilakukan Plan
hal
fungsi
Indonesia dan Yayasan Sejiwa
manajemen pengawasan sekolah
dengan melakukan survei yang
memegang
penting
melibatkan 1.500 pelajar SMP dan
dalam
penyelenggaraan
SMK di 3 kota besar yaitu, Jakarta,
pendidikan
dan
proses
Yogyakarta, dan Surabaya pada
pembelajaran di sekolah dalam
tahun 2008. Hasilnya, 67% pelajar
upaya mengatasi atau bahkan
SMP dan SMK menyatakan bahwa
mencegah
tindakan bullying pernah terjadi di
ini
pelaksanaan
peranan
terjadinya
berbagai
kasus kekerasan (bullying) yang
sekolah
terjadi dalam lembaga pendidikan
tertinggi tindakan bullying berupa
khususnya di kalangan pelajar.
mengucilkan,
Responden
ditempati
dari
penelitian
ini
mereka,
dan
peringkat kekerasan
kategori
kedua verbal
adalah Kepala sekolah SMP Al
(mengejek) dan terakhir kekerasan
Fajar, Waka bidang Kesiswaan
fisik (memukul). Namun ternyata,
SMP, dan siswa/siswi Kelas IX di
masih
SMP Islam Al Fajar.
yang beranggapan bahwa tindakan bullying
ada
sebagian
bukan
kalangan
merupakan
masalah besar karena dianggap
JURNAL IDAROH, Vol. 1, No. 1, Juni, 1 - 14
School Bullying pada Siswa
10
sudah menjadi sesuatu yang biasa
melakukan supervisi kelas atau
terjadi
mengawasi ketika guru sedang
dalam
ternyata
pendidikan,
dan
juga
yang
melaksanakan
ini
pembelajaran.
ada
menganggap sebenarnya
bullying dapat
memberikan
proses
Sebagai
supervisor,
tugas
dampak positif bagi perkembangan
kepala
pribadi siswa untuk menegakkan
mensupervisi
disiplin, menguji mental, dan lain-
dilakukan oleh tenaga pendidik
lain.
dan Perilaku
sebenarnya dalam
bullying sudah
kehidupan
sekolah
yang
untuk
ini
memberikan layanan yang lebih
mengakar
baik pada orang tua peserta didik
di
dan
masalah
ini
menjadikan
khusunya yaitu siswa SMP. Jika
masyarakat
hal ini terus dibiarkan, masalah
efektif.
dalam
pekerjaan
kependidikan
remaja
sekolah,
adalah
bullying akan menjadi semakin
sekolah,
serta
berupaya
sekolah
sebagai
belajar
yang
lebih
Kepala sekolah harus mampu
besar, dan membahayakan bukan
melakukan
berbagai
hanya bagi korban dan pelaku
pengawasan
dan
bully,
bukan hanya untuk meningkatkan
tetapi
juga
bagi
tenaga
macam
pengendalian
perkembangan sekolah untuk ke
kinerja
pendidik
dan
depannya.
kependidikanya sebagai tindakan preventif agar para pendidiknya
Peran Kepala Sekolah
tidak melakukan penyimpangan,
Selain pentingnya peranan guru
dalam
kepala peranan terutama
hal
pengawasan,
sekolah
juga
memiliki
yang
sangat
penting
sebagai
supervisor
sekolah. Dari hasil wawancara dengan
wali
terlihat,
kepala
kelas
memang
sekolah
jarang
tetapi juga mengawasi sikap dan perilaku siswa di sekolah, dengan cara melakukan koordinasi dengan berbagai
pihak
agar
kegiatan
pendidikan di sekolah terarah pada tujuan yang telah ditetapkan. Dengan pentingnya
menyadari peranan
JURNAL IDAROH, Vol. 1, No. 1, Juni, 1 - 14
kepala
Hasyim Asy’ari & Lia Dahlia
sekolah
dan
guru
sebagai
hal
ini
khususnya
11
melakukan
pengawas pendidikan disekolah,
pengawasan
koordinasi antara kepala sekolah,
siswa yang melanggar peraturan
guru, dan petugas sekolah lainnya
dan
dalam hal pengawasan itu sangat
membentuk pribadi mereka yang
penting, dengan harapan berbagai
bukan
kasus school bullying ini bisa
kognitif,
diminimalisir
(sikap/akhlaknya). Sekolah telah
atau
bahkan
dihilangkan.
tata
terhadap
tertib
hanya
sekolah,
agar
cerdas
secara
juga
afektif
tapi
menyadari
perilaku
bahwa
kurangnya
manajemen pengawasan sekolah Cara Mengatasi Bullying di SMP
menjadi
Islam Al Fajar
munculnya
Pada sekolah
umumnya itu
dilihat
kualitas
satu
penyebab
kasus
bullying
disekolah. Dan berbagai upaya
segi
telah
akademik atau nilai prestasi siswa
untuk
yang tinggi, fasilitas sarana dan
ketidakdisiplinan dan khususnya
pasarana sekolah yang memadai,
untuk mengatasi berbagai kasus
tenaga pendidik dan kependidikan
bullying yang akhir-akhir ini sering
yang berkualitas, tetapi yang jauh
terjadi. Seperti yang di ungkapkan
tidak kalah penting dilihat adalah
Bapak
manajemen sekolah yang baik.
kesiswaan
Pelaksanaan manajemen sekolah
meningkatkan kedisiplinan siswa
yang
akan
bukanlah hal mudah, terutama
penyelenggaraan
melihat kondisi siswa di SMP Al
baik
mempengaruhi proses
dari
salah
tentu
pendidikan
yang
lebih
efektif.
dilakukan
manajemen
mengatasi
Hasbih
sekolah masalah
selaku bahwa
waka untuk
Fajar ini. Sejak awal pendaftaran siswa
Implementasi
pihak
baru,
sekolah
telah
menyiapkan form yang berisikan
sekolah ini tidak hanya berkaitan
surat
dengan
dan
ditandatangani orang tua terhadap
juga
siswanya
perencanaan
pelaksanaan,
tetapi
pengawasan dan evaluasi, dalam
perjanjian
untuk mematuhi
menaati tata tertib sekolah.
JURNAL IDAROH, Vol. 1, No. 1, Juni, 1 - 14
yang
dan
School Bullying pada Siswa
12
Selain
juga
terhadap
bagi
melanggar peraturan sekolah
siswa yang melanggar peraturan
baik dalam masalah ringan dan
sekolah,
menerapkan
itu,
sekolah
sistem
mulai
pelanggaran
yang
point
siswa-siswa
dari
jenis
khususnya yang berat, wali
masih
bisa
kelas juga harus lebih aktif
ditolerir sampai pada pelanggaran
mencari
dengan point. Semua itu telah ada
siswanya
aturannya,
perkembangan
tetapi
dalam
informasi dan
pelaksanaanya tetap saja masih
siswanya.
ada siswa yang melanggar bahkan
4. Meningkatkan
sampai
dipanggil
yang
tentang
mengetahui setiap
jalinan
orangtuanya
kerjasama dari semua pihak
untuk menghadap ke sekolah atas
antara kepala sekolah, orang
dasar
tua,
pelanggaran
yang
ia
guru,
masyarakat,
lakukan. Kiranya hal ini belum
pemerintah
dan
cukup jika hanya dilakukan oleh
stakeholders sekolah.
seluruh
waka kesiswaaan sendiri, untuk
5. Memperdalam
ilmu
agama
itulah ada beberapa hal yang bisa
khususnya
tentang
akhlak,
dilakukan untuk mengatasi kasus
dengan mengadakan kembali
bullying di sekolah yaitu:
pengajian
1. Menjalin hubungan komunikasi
dhuha berjamaah yang selama
yang harmonis baik antara guru
ini telah vakum untuk mengisi
dengan siswa, kepala sekolah
waktu luang siswa ketika jam
dengan guru dan komunikasi
istirahat sekolah.
rutin
dan
sholat
sekolah dengan para orang tua. 2. Meningkatkan mengoptimalkan
dan
Kesimpulan
peranan
Berbagai pelanggaran, sikap
fungsi manajemen pangawasan
tidak disiplin, dan kasus kekerasan
sekolah, baik secara internal,
yang
eksternal, maupun melekat.
sebenarnya
3. Harus adanya ketegasan dari kepala
sekolah
dan
guru
terjadi
pada
bukan
siswa
sepenuhnya
menjadi kesalahan pribadi siswa, tetapi juga bisa disebabkan oleh
JURNAL IDAROH, Vol. 1, No. 1, Juni, 1 - 14
Hasyim Asy’ari & Lia Dahlia
13
faktor guru. Hal ini terlihat dari
mengoptimalakan kembali fungsi
kurangnya tanggung jawab guru
manajemen pengawasan sekolah
sebagai pendidik serta lemahnya
agar tercipta masyarakat belajar
pengawasan dari guru juga bisa
yang taat pada aturan dan tata
membuat
tertib sekolah. Pihak sekolah perlu
siswa
mudah
untuk
melakukan tindakan bullying pada
menjalin
teman sekelasnya ketika proses
masyarakat dan lingkungan sekitar
pembelajaran.
sebagai upaya untuk mencegah
Dari hasil observasi memang terlihat pengawasan dari kepala
kerjasama
dengan
terjadinya perilaku bullying yang terjadi di luar lingkungan sekolah.
sekolah belum optimal, karena jarang melakukan supervisi kelas atau
mengawasi
sedang
ketika
melaksanakan
guru proses
pembelajaran. Walaupun memang tugas kepala sekolah bukan hanya mengawasi
pekerjaan
yang
dilakukan oleh tenaga pendidik, tetapi juga mengawasi perilaku siswa
di sekolah dalam upaya
memberikan layanan yang lebih baik pada orang tua peserta didik dan sekolah. Untuk mencegah terjadinya tindakan bullying pihak sekolah perlu menjalin komunikasi yang baik dan efektif dengan orang tua siswa; kepala sekolah bersama dengan guru harus bekerjasama dan
berkoordinasi
meningkatkan
untuk dan
Daftar Pustaka Astuti, P.R. 2008. Meredam Bullying 3 Cara Eefektif Meredam KPA (Kekerasan Pada Anak). Jakarta: Grasindo. Coloroso, B. 2007. The Bully, the bullied, and the bystander: from preschool to high school: how parents and teachers can help break the cycle of violence. New York: HarperCollins Publishers. Riauskina, Djuwita & Soesetio, S.R. 2005. “Gencetgencetan” di mata siswa/siswi Kelas 1 SMA: Naskah kognitif tentang arti, skenario, dan dampak “gencet-gencetan”. Jurnal Psikologi Sosial, 12 (01), 1-13). Rigby, K. 2003. “Consequences of Bullying in Schools”. Canadian Journal of Psychiatry, 48, 583-590.
JURNAL IDAROH, Vol. 1, No. 1, Juni, 1 - 14
14
School Bullying pada Siswa
Sciarra, D.T. 2004. School Counseling; Foundation and Contemporary Issues. Belmont USA: Brooks/ColeThomson Learning. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Yayasan Semai Jiwa Amini. 2008. Mengatasi Kekerasan di Sekolah dan Lingkungan. Jakarta: Grasindo.
JURNAL IDAROH, Vol. 1, No. 1, Juni, 1 - 14