PERAN AKTIF GURU PAI DALAM MENANGGULANGI KENAKALAN SISWA ( STUDI KASUS DI SMA 8 SEMARANG)
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1(S.1) dalam Ilmu Tarbiyah Jurusan Pendidikan Agama Islam
Disusun oleh:
ARIF BUDI MULYONO NIM : 3104079
FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2008
i
H. Mursid, M.Ag
Ismail SM, M.Ag
Jl. Stasiun Jrakah III 03/01
Jl. Karonsih Selatan IX/663
Tambakharjo Semarang
Ngaliyan Semarang
PERSETUJUAN PEMBIMBING Lamp : 4 (empat) eks. Hal
: Naskah Skripsi An. Sdr. Arif Budi Mulyono
Assalamu ‘alaikum Wr.Wb Setelah saya meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya. Bersama ini kami saya kirim naskah skripsi Saudara: Nama
: Arif budi mulyono
Nomor induk
: 3104079
Judul
: Peran aktif guru PAI dalam menanggulangi kenakalan siswa (Studi kasus di SMA 8 Semarang)
Dengan ini saya mohon kiranya skripsi saudara tersebut dapat segera dimunaqasyahkan. Demikian harap menjadikan maklum.
Wassalamu ‘alaikum Wr.Wb Semarang, 05 Januari 2009 Pembimbing I
Pembimbing II
H. Mursid, M.Ag.
Ismail SM, M.Ag.
NIP. 150 318 583
NIP.150 282 135
ii
DEKLARASI
Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang telah pernah ditulis oleh orang lain atau diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satu pun pikiran orang lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan.
Semarang, 05 Januari 2009 Deklarator
Arif Budi Mulyono NIM. 3104079
iii
ABSTRAKSI Arif budi mulyono ( Nim : 3104079 ). Peran aktif guru PAI dalam menanggulangi kenakalan siswa (studi kasus di SMA 8 Semarang). Skripsi . Semarang: Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Walisongo. 2008 Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan peran aktif guru PAI dalam menanggulangi kenakalan siswa (studi kasus di SMA 8 Semarang). Fokus penelitian ini mengenai hal-hal yang berkaitan dengan peran aktif guru PAI dalam menanggulangi kenakalan siswa meliputi: (1) Tipe-tipe kenakalan yang terjadi di SMA 8 Semarang, (2) Peran aktif guru PAI dan upaya/solusi dalam menanggulangi kenakalan siswa di SMA 8 Semarang. Penelitian ini termasuk penelitian studi kasus (jenis penelitian kualitatif), yang mengambil lokasi di SMA 8 Semarang. Oleh karena itu, teknik cuplikan penelitian menggunakan purposive sampling, dengan memilih informan yang dianggap mengetahui informasi dan masalah secara mendalam dan dapat dipercaya sebagai sumber data yang mantap. Sedangkan sumber data diperoleh dari informan, peristiwa dan dokumen. Data yang terkumpul kemudian dianalisis dengan analisis model interaktif yang meliputi reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan serta verifikasi. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa; 1) Kenakalan yang ada dalam lingkungan sekolah terjadi karena berbagai faktor yang mendukung yang ada di dalam kehidupan siswa seperti faktor pribadi, keluarga, komunitas masyarakat dan lain sebagainya. Kenakalan yang terjadi dibagi menjadi dua kelompok yaitu: (a) kenakalan berat. Contohnya adalah berkelahi dilingkungan sekolah, mencuri, minum minuman keras dan lain-lain. (b) kenakalan ringan. Seperti membuat gaduh di kelas, terlambat, tidak mengerjakan tugas dan lain sebaginya. 2) Guru PAI disamping mempunyai peran dalam pembelajaran PAI di dalam kelas juga mempunyai peran aktif dalam menanggulagi kenakalan siswa. Sebagai peran aktif guru PAI dalam menanggulangi kenakalan siswa ada beberapa peran aktif tersebut meliputi cara-cara penanggulangan kenakalan sebagi berikut; (a) Memberikan pemahaman dan pengertian tentang pendidikan agama yaitu dengan melalui pelajaran di dalam kelas. (b) Mengadakan kegiatan-kegiatan keberagamaan baik hari besar agama ataupun kegiatan keberagamaan siswa setiap harinya, seperti sholat dhuhur berjamaah dan sholat jum’at bersama di masjid sekolah. (c) Bekerja sama dengan guru lain khususnya guru bimbingan konseling, wali kelas dan guru mata pelajaran. Dengan metode ini tidak hanya guru PAI yang berperan dalam menaggulangi kenakalan siswa akan tetapi guru yang lain juga mempunyai tugas dalam menanggulangi kenakalan siswa. (d) Mengadakan bimbingan khusus pada siswa yang sering melakukan kenakalan siswa pada jamjam khusus yaitu pada istirahat atau diluar jam pelajaran, dimaksudkan untuk memberikan pemahaman dan keyakinan bahwa guru dalam memberikan pengarahan tidak hanya menggunkan metode lisan saja akan tetapi metode praktik dan perhatian menjadikan siswa akan memahami bagaimana seorang guru menjadi peran dalam menanggulangi kenakalan. (e) Berupaya menjunjung nilainilai keislaman dalam kehidupan sekolah yaitu mendukung adanya program
iv
ekstra kulikuler islami seperti baca tulis al-Qur’an, rebana, pesantren kilat dan lain-lain. Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan akan menjadi bahan informasi dan masukan bagi para guru PAI dan calon guru PAI serta semua pihak yang membutuhkan.
v
MOTTO
﴾ ﴿ﻣﺎﻭﺻﻞ ﻣﻦ ﻭﺻﻞ ﺍﻻ ﺑﺎﻟﺤﺮﻣﺔ “Tidak akan sampai ilmu kepada seseorang ketika dalam pencarian ilmunya tidak menghormati apa yang dipelajari.” 1
1
Ibrahim bin Ismail, Ta’lim Wa Amuta’alim, Pustaka Alawiyah, Semarang, hlm. 16.
vi
PERSEMBAHAN
Karya sederhana ini penulis persembahkan kepada mereka yang memberi arti dalam hidup-ku : Ayahanda dan Ibunda tercinta, yang selalu berjuang, berdo’a dan memberikan restu. Semoga Allah SWT selalu mencurahkan Rahmat dan Hidayah-Nya kepada kita se-keluarga. Adik-adik tersayang (Andi wibowo & Futri herlina laili) yang selalu memberi isnpirasi untuk selalu belajar. Berbaktilah kalian pada kedua orang tua. Semua Guru-guru yang menyalurkan ilmunya walau harfan, khususnya kepada Romo KH. Sirodj Chudlori dan Bapak H. A. Izzuddin M.Ag, yang telah menuntun jiwa dan raga yang dho’if ini ke cahaya Illahiyah. Santriwan dan Santriwati Pon-Pes Daarun-Najaah mari kita wujudkan semboyan kita bersama: sukses, soleh, selamet sukses selalu buat kita semua. amin Para guru dan siswa-siswi SMA 8 Semarang yang menjadikan semangat dalam menyalurkan sedikit keilmuan di SMA 8
vii
KATA PENGANTAR Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT. penulis panjatkan atas segala limpahan rahmat, taufiq, hidayah dan inayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Peran aktif guru PAI dalam menanggulangi kenakalan siswa (Studi kasus di SMA 8 Semarang), dengan baik tanpa banyak menemui kendala yang berarti. Shalawat dan Salam Allah SWT. semoga selalu terlimpahkan dan senantiasa penulis sanjungkan kepada Khotamu Anbiya’ wal Mursalin Rasulullah Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat-sahabat, dan para pengikutnya yang telah membawa dan mengembangkan Islam hingga seperti sekarang ini. Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini bukanlah semata hasil dari “jerih payah” penulis secara pribadi. Akan tetapi semua itu terwujud berkat adanya usaha dan bantuan dari berbagai pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis tidak lupa untuk menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya terutama kepada : 1. Bapak Prof. Dr. H. Abdul Djamil, M.A., selaku Rektor IAIN Walisongo Semarang. 2. Bapak Prof.Dr. H. Ibnu Hajar, M. Ed, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang dan Pembantu-Pembantu Dekan yang telah memberikan izin kepada penulis untuk menulis skripsi tersebut dan memberikan fasilitas untuk belajar dari awal hingga akhir. 3. H. Mursid, M.Ag. dan Drs. Ismail SM, M.Ag, selaku Pembimbing, terima kasih yang sebanyak-banyaknya atas bimbingan dan pengarahan yang diberikan dengan sabar dan tulus ikhlas. 4. Ibu Dra. Nur Uhbiyati, selaku Dosen Wali yang selalu meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, arahan dan memberikan ilmunya kepada penulis. 5. Bapak Ahmad Muthohar, M.Ag., selaku Kepala Jurusan Pendidikan Agama Islam, dosen-dosen dan karyawan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo atas segala didikan, bantuan dan kerjasamanya.
viii
6. Kedua orang tua penulis yang tercinta (Bapak Harmono dan Ibu Ratmini), terima kasih atas segala do’a, perhatian, dukungan, kelembutan dan curahan kasih sayang yang tidak dapat penulis ungkapkan dalam untaian kata-kata. 7. Keluarga besar SMA 8 semarang yang telah memberikan dukungannya dalam penulisan skripsi ini, khususnya bapak Drs. H. Zamhari, Ibu Dra. Hj. Faricha, dan seluruh bapak ibu guru serta karyawan SMA 8 semarang. 8. Keluarga Besar Pondok Pesantren Daarun Najaah Jerakah Tugu Semarang, khususnya kepada KH. Sirodj Chudlori dan H. Ahmad Izzuddin, M.Ag, selaku pengasuh yang juga menjadi motivator penulis dan yang telah memberikan ilmu-ilmunya serta atas bimbingan dan arahannya. 9. Semua teman-teman di lingkungan Fakultas Tarbiyah dan semua temanteman di Pondok Pesantren Daarun Najaah Jrakah Tugu Semarang 10. Harapan dan do’a penulis semoga semua amal kebaikan dan jasa-jasa dari semua pihak yang telah membantu hingga terselesaikannya skripsi ini diterima Allah SWT, serta mendapatkan balasan yang lebih baik dan berlipat ganda. Penulis juga menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan yang disebabkan keterbatasan kemampuan penulis. Oleh karena itu, penulis mengharap saran dan kritik konstruktif dari pembaca yang budiman demi sempurnanya skripsi ini Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat nyata bagi penulis khususnya dan para pembaca umumnya. Semarang, 05 Januari 2009 Penulis
Arif Budi Mulyono
ix
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Tanggal
Tanda Tangan
H. Mursid,M.Ag. 150 318 583 Pembimbing I
_________________
__________________
Ismail SM.,M.Ag. 150282 135 Pembimbing II
_________________
__________________
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .......................................................................................i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ...........................................ii HALAMAN PENGESAHAN..........................................................................iii HALAMAN DEKLARASI..............................................................................iv HALAMAN ABSTRAKSI ..............................................................................v HALAMAN MOTTO ......................................................................................vi HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................vii HALAMAN KATA PENGANTAR ...............................................................viii DAFTAR ISI.....................................................................................................ix BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah......................................................... 1 B. Penegasan Istilah ..................................................................... 7 C. Perumusan Masalah ................................................................ 9 D. Tujuan dan Manfaat penelitian.............................................. 9 E. Kajian Pustaka ........................................................................ 10 F. Metodologi Penelitian ............................................................. 12 G. Sistematika Penulisan Skripsi ............................................... 14 BAB II : GURU PAI DAN KENAKALAN SISWA A. Gambaran Umum Guru PAI ................................................. 16 1. Pengertian Guru PAI ...................................................... 17 2. Kompetensi Guru PAI .................................................... 18 3. Peran Dan Tugas Guru PAI ........................................... 20 4. Tujuan PAI ...................................................................... 23 5. Pelaksanaan PAI ............................................................. 25 B. Kenakalan Siswa ..................................................................... 26 1. Pengertian Kenakalan .................................................... 27
xi
2. Arti Pertumbuhan Dan Kenakalan ................................ 28 3. Faktor Penyebab Kenakalan siswa ................................ 25 4. Tipe-tipe Kenakalan Siswa ............................................. 30 C. Peranan Guru PAI Dalam Menanggulangi Kenakalan Siswa 33 1. Arti Penting PAI Di Sekolah ........................................... 36 2. Peran Guru PAI Dalam Mensiasati Kekurangan Jam Pelajaran PAI Di Sekolah ................................................. 38 BAB III: DRISKRIPSI HASIL PENELITIAN A. Kondisi Umum SMA 8 Semarang.......................................... 40 1. Latar Belakang Berdirinya ............................................. 40 2. Data Sekolah ..................................................................... 41 3. Keadaan Guru Dan Siswa ............................................... 43 a. Guru ............................................................................ 43 b. Siswa ............................................................................ 46 4. Struktur Organisasi ......................................................... 47 5. Sarana Dan Prasarana ...................................................... 47 B. Jenis Kenakalan Siswa Yang Ada Di SMA 8 Semarang ...... 56 BAB IV: PELAKSANAAN
GURU
MENANGGULANGI
KENAKALAN
PAI SISWA
DALAM SMA
8
SEMARANG A. Peran Dan Fungsi PAI Dalam Menanggulangi Kenakalan Siswa …………………….. ....................................................... 58 B. Peran Aktif Guru PAI Dalam Menanggulangi Kenakalan Siswa Di SMA 8 Semarang ...................................................... 61 BAB V : SIMPULAN, SARAN DAN PENUTUP A. Kesimpulan …………………………………………….…...... 65 B. Saran-saran
..…………………………………………………..
66 C. Penutup ………………………………………………………. 68
xii
xiii
xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan satu-satunya institusi yang sangat potensial menyiapkan manusia agar memiliki tingkat SDM yang handal. Secara prinsipil pendidikan adalah usaha yang dilakukan secara sadar dan terencana untuk mencapai tujuan Pendidikan yang meliputi perkembangan intelektual dan ilmu pengetahuan. Sebagai seperangkat rencana dan kegiatan pendidikan harus dipandang sebagai suatu sistem. Dengan demikian, dalam praktiknya efektifitas kegiatan pendidikan tidak bisa terlepas dari beberapa komponen dasar yang mempengaruhi berhasil atau tidaknya pendidikan. Komponenkomponen tersebut meliputi: tujuan, isi, metode, dan evaluasi. Pelaksanaan pendidikan dalam praktiknya sebenarnya mengalami berbagai macam problem, baik yang berkaitan langsung dengan siswa (faktor intern) maupun yang berasal dari luar diri siswa (faktor ekstern). Peserta didik sebagai peserta pendidikan haruslah mempunyai berbagai bahan acuan sendiri, artinya ciri dari peserta didik harus seimbang dengan apa yang sedang dipelajari, apalagi perkembangan karakterisik pada peserta didik didalam tahapan pendidikan, tentunya mempunyai ciri tersendiri. Karena hal tersebut sangatlah dominan dimiliki masing-masing individu. Sedangkan perkembangan jiwa seseorang dimulai dari tahapan anak-anak, remaja dan dewasa. Perkembangan yang paling bisa dilihat pada peserta didik adalah pada masa perkembangan anak-anak menuju ke masa remaja, yang pada tahapan remaja peserta didik mulai merasakan perubahan-perubahan, dari tahapan tingkah laku sampai cara berbicara. Pada masa remaja ini sebagai masa storm and stress,1 karena selama masa remaja banyak masalah yang dihadapi, sebab pada masa remaja mereka 1
Storm and Stress adalah badai dan tekanan yaitu masa dimana ketegangan emosi mulai meningkat sebagai akibat dari perubahan fisik dan kelenjar. Lihat Skripsi Indri Kumala Nosution, “Stress Pada Remaja”, (Medan: Fakultas Kedokteran Universitas Sumatra Utara), 2007, www.USUrepository.co.id. hlm. 5, Kamis 29 Mei 2008 Pukul 10.30 WIB.
1
2 berupaya menemukan jati dirinnya (identitas kebutuhan aktualisasi diri).2 Biasanya usaha penemuan jati diri pada jenjang masa remaja dilakukan dengan berbagai pendekatan, dan pendekatan yang seimbang sebagai cara pengaktualisasian diri secara baik. Sedangkan pada masa sekolah menginjak usia remaja merupakan puncak emosionalitas, yaitu perkembangan emosi yang tinggi. Pada usia remaja awal, perkembangan emosinya menunjukkan sifat yang sensitif dan reaktif yang sangat kuat terhadap berbagai peristiwa atau situasi sosial, emosinya bersifat negatif dan temperamental (mudah tersinggung/marah, atau mudah sedih/murung), sedangkan remaja akhir sudah mampu mengendalikan emosinya. Menghadapi ketidaknyamanan emosional, tidak sedikit remaja yang mereaksikanya secara defensif, sebagai upaya untuk melindungi dirinya, reaksinya itu tampil dalam tingkah laku seperti: 1) agresif, seperti melawan, keras kepala, bertengkar, berkelahi, dan mengganggu orang lain, dan 2) melarikan diri dari kenyataan, melamun, pendiam, senang menyendiri, dan minum-minuman keras. Peranan
pendidikan
agama
Islam
sangat
berpengaruh
bagi
perkembangan anak, pendidikan agama harus dilakukan secara intensif dalam segala aspek, baik di keluarga, sekolah, masyarakat dan lain-lain. Agar tidak terjadi perilaku menyimpang pada anak remaja. Pendidikan agama dalam kurikulum sekolah harus diberikan secara maksimal untuk meminimalisir adanya perilaku menyimpang pada peserta didik. Peserta didik harus berpartisipasi dalam kegiatan di luar jam pelajaran seperti: kegiatan Peringatan Hari Besar Islam (PHBI), kegiatan pesantren kilat, tadarus al-Quran, pengajian, hari raya Idul adha, panitia zakat fitrah dan lain-lain. Serta kegiatan bakat minat siswa seperti: olah raga, pramuka, seni dan musik, drama keterampilan-keterampilan, dan rekreasi, jika kegiatan-kegiatan tersebut
2
Sunarto & Agung Hartono, Perkembangan Peserta didik, (Jakarta: Asdi Mahasatya), 2006, hlm. 68.
3 diikuti oleh peserta didik maka kenakalan pada siswa akan dapat ditanggulangi. Siswa pada usia remaja biasanya dalam proses penyempurnaan penalaran berpikirnya selalu ingin mengekspresikan ide-idenya. Ide ide yang muncul disebabkan oleh pertumbuhan fisik yang pesat, yang tidak diimbangi dengan perkembangan psikis sebagai akibat dari masa transisi yang terjadi pada remaja terhadap dirinya sendiri. Terjadinya permasalahan pada remaja disebabkan oleh aspek psikologis yang tidak dapat dilepaskan dari aspekaspek lain yang bersumber dari lingkungan sosial budayanya. Hubungan yang kurang harmonis dengan orang tua, guru, teman sebaya dan sebagainya dapat menghambat perkembangan kepribadian dan menghambat kesehatan mental.3 Pendidikan agama adalah salah satu kurikulum yang diajarkan pada tahapan pendidikan tingkat menengah atas, yang memberikan pengaruh besar bagi tingkah laku peserta didik, baik dalam kehidupan di sekolah maupun di luar sekolah. Karena sejalan dengan perkembangan jasmani dan rohaninya, maka agama pada para remaja turut mempengaruhi perkembangan itu, maksudnya penghayatan para remaja terhadap ajaran agama dan tindak keagamaan yang tampak pada remaja banyak berkaitan dengan faktor perkembangan tersebut.4 Untuk itu peserta didik pada setiap masa harus senantiasa berinteraksi pada pendidikan secara maksimal, apalagi tingkat usia remaja, yang mulai intelegensi diukur dan digunakan, menuntut peserta didik yang cakap, yaitu pribadi yang mempunyai akhlak baik dan bersusila. Akan tetapi, peserta didik yang tidak bersusila merupakan kepribadian yang tidak seimbang dengan lingkunganya. Sebaliknya, peserta didik yang dewasa tetapi tidak cakap bukanlah pribadi peserta didik yang diharapkan, oleh karena itu peserta didik dewasa, bersusila, dan cakaplah yang ingin dicapai dalam pendidikan.5
3
Endang Poerwanti & Nur Widodo, Perkembangan Peserta didik, (Malang: UMM), 2002, hlm. 135-136. 4 Jalaludin, Psikologi Agama, (Jakarta: Raja Grafindo Persada), 2001, hlm. 74. 5 Ibid, hlm. 30.
4 Dalam praktiknya, interaksi edukatif tidaklah bisa berjalan tanpa adanya pendidik, dalam hal ini guru sebagai figur manusia yang menjadi sumber dan menempati posisi penting dalam pendidikan. Secara sederhana, guru adalah orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada peserta didik. Tanpa guru pendidikan tidak ada artinya dan tidak bisa menghapus kebodohan dalam diri manusia. Sedangkan guru mata pelajaran PAI adalah pendidik yang harus dapat memadukan unsur profan dan Immanen,6 kepada siswa dalam proses pembelajarannya. Hanya dengan pemaduan kedua unsur inilah akan dapat terwujud cita-cita dan tujuan pendidikan yaitu melahirkan anak saleh yang ditandai dengan sikap, mental, perilaku, tutur kata yang baik, serta, memiliki komitmen keilmuan yang kuat demi kepentingan keilmuan itu sendiri, individu, dan kemaslahatan masyarakat.7 Jadi, guru PAI dalam wacana pendidikan memang mempunyai peran sangat penting dalam mewujudkan siswa yang memiliki kepribadian, moral, sikap, dan intelektual tinggi, artinya nilai-nilai yang ditanamkan pada isi pelajaran PAI harus didesain secara komprehensif yang mengarah pada watak kehidupan peserta didik dilingkup sekolah secara Islami, dan dilingkup luar sekolah, baik dalam keluarga maupun masyarakat secara umum. Transfer ilmu pada proses pendidikan tentunya mengalami berbagai kendala dalam proses pembelajaranya. Salah satu kendala atau kejanggalan dalam Proses Belajar Mengajar (PBM) adalah kesulitan guru dalam membangun komunikasi yang harmonis antara guru dengan peserta didik. Salah satu kendala adalah sikap siswa yang terkadang kurang menghargai terhadap kegiatan sekolah yang ada bahkan, diiringi dengan sikap yang kurang tepat dan mengganggu. Kondisi yang seperti itu menjadikan konsentrasi kelas menjadi buyar, dan guru dalam hal ini harus bisa menarik minat dan perhatian siswa, karena sabagai salah satu tugas guru adalah membangkitkan motivasi anak sehingga 6 Kata Profan dan Imanen berarti mengikat dan lepas tentang kajian agama. Lihat Pius A Partanto & M. dahlan Al Barry, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Arkola), 1994. 7 Mukhtar, Desain Pembelajaran PAI, (Jakarta: Fifamas), 2003, hlm. 67.
5 ia mau melakukan belajar.8 Untuk itu hendaknya guru berusaha menciptakan kondisi yang mendukung kegiatan belajar semaksimal mungkin dengan berbagai cara. Kenakalan
sebenarnya
menunjuk pada perilaku yang berupa
penyimpangan atau pelanggaran pada norma yang berlaku, dan ditinjau dari segi hukum kenakalan merupakan pelanggaran terhadap hukum yang belum bisa dikenai hukum pidana sehubungan dengan usiannya. Perilaku menyimpang pada remaja pada umumnya merupakan “kegagalan sistem kontrol diri”.9 Karena kenakalan itu muncul pada jenjang sekolah dan integrasi yang paling bisa dirasakan adalah antara guru dengan murid. Problem tersebut sering kali terjadi dalam bentuk kesulitan dalam menghadapi pelajaran disekolah, baik dalam lisan, tulisan maupun penyelesaian tugas. Remaja yang mengalami problem disekolah pada umumnya mengemukakan keluhan bahwa mereka tidak ada minat terhadap pelajaran dan bersikap acuh tak acuh, prestasi belajar menurun kemudian timbul sikap-sikap dan perilaku yang tidak diinginkan seperti membolos, melanggar tata tertib, menentang guru, berkelahi dsb.10 Dan pekerjaan yang menunggu untuk para guru adalah dapat memilih dan menggunakan tehnik mengajar yang dapat meningkatkan peran serta (partisipasi) siswa dalam kelas. Terlebih guru mata pelajaran PAI yang dalam tugasnya bisa mengantarkan ke kompetensi pendidikan agama yaitu mengarah pada keilmuan dan tingkah laku tentunnya menjadikan tugas ganda sebagai seorang guru. Karena disamping sebagai pengajar guru juga sebagai pembimbing, khusus dalam masalah kenakalan aspek psikologis lebih diutamakan, karena uraian tentang psikologis, yaitu tentang tingkah laku, motif dan motifasi, pembawaan dan lingkungan, perkembangan dan tugas-tugas perkembangan,
8
Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya), 2000, hlm.
29. 9
Endang Poerwanti & Nur Widodo, Op.cit, hlm.139. Ibid, hlm. 135.
10
6 belajar dan penguatan, dan kepribadian.11 Jadi peranan guru dalam kenakalan sangat berarti, karena penanggulangan dalam berbagai kenakalan khususnya peserta didik harus ditanggulangi secara dini baik dalam lingkup keluarga maupun sekolah. Dalam kehidupan keluarga orang tua yang berperan sedangkan dalam sekolah guru sebagai peran utama dan sebagai peran penting dalam menanggulangi kenakalan siswa. Guru PAI dalam rangka menanggulagi kenakalan mempunyai peranan yang sangat berarti dalam membentuk karakter peserta didik, karena dalam keseharianya guru PAI langsung berinteraksi dengan siswa, baik dalam proses belajar mengajar ataupun diluar sekolah. Didalam lingkup SMA sendiri peran guru PAI juga menentukan berhasil atau tidaknya peserta didik dalam pengembangan keagamaan siswa, khusunya dalam praktik sehari-hari dalam lingkungan sekolah. Seperti penjelasan diatas bahwa masa peralihan ini sangatlah didominasi oleh berbagai problem kenakalan. Maka, guru PAI didalamnya ikut berperan aktif, khusunya dalam masalah kenakalan siswa. Sedangkan di SMA 8 Semarang sebagai objek penelitian ini, guru PAI sangat berperan aktif dalam menanggulagi kenakalan, khususnya dalam hal kenakalan yang menyangkut norma agama dan tingkah laku keberagaman. Guru PAI dituntut untuk bekerja aktif baik dalam kelas ataupun luar kelas sehingga peserta didik yang mengalami kasus dapat dilihat langsung oleh guru PAI dan ditangani langsung. Sebagai upaya penanggulangan kenakalan sekolah dan guru PAI bekerjasama untuk mengantisipasi kenakalan-kenakalan yang lebih, yaitu dengan mengadakan jama’ah sholat Dhuhur bersama, sholat Jum’at bersama, dan kegiatan-kegiatan keagamaan yang lain disamping pembelajaran
didalam
kelas
yang
sifatnya
membimbing
ke
arah
pengetahuan.12
11
Priyanto & Ermananti, Dasar-dasar Bimbingan & Konseling, (Jakarta: Rineka Cipta), 1999, hlm. 135. 12 Hasil wawancara dengan Drs. H. Zamhari guru PAI SMA N 8 Semarang, di rumah beliau, Tanggal 03, Mei 2008 Pukul 20.00 WIB.
7 Secara geografis SMA 8 Semarang adalah salah satu sekolah Negeri yang ada di kota Semarang, yang berlokasi tidak jauh dari jalan pantura tepatnya di Jalan raya Tugu Semarang, dan mempunyai guru dan karyawan sekitar 80 orang. Karakteristik pokok yang ditemukan di lambaga pendidikan tersebut adalah penggunaan dua kurikulum sekaligus, yaitu kurikulum KBK dan KTSP sesuai acuan pemerintah. Dalam praktiknya pelajaran PAI dilaksanakan dua kali satu pertemuan dalam satu minggu oleh guru PAI yang berjumlah dua orang guru. Berkaitan dengan masalah penanggulangan kenakalan guru PAI sangatlah berperan aktif
yang konsep penataan
dilaksanakan oleh bantuan guru BK. Bertolak dari asumsi di atas maka penulis merasa tertarik untuk mengangkat tema ini ke dalam skripsi dengan judul Peran aktif Guru PAI dalam Menanggulangi kenakalan siswa (studi kasus di SMA 8 Semarang).
B. Penegasan Istilah Formulasi
judul
tersebut
Peran
aktif
Guru
PAI
dalam
Menanggulangi kenakalan siswa (studi kasus di SMA 8 Semarang). Ini masih merupakan konsep abstrak yang perlu dijabarkan dalam definisi operasional sehingga dapat menghindari bias pengertian dan disinterpretasi yang merusak konsistensi topik, sebagai berikut: Peran
: Perangkat tingkah yang diharapkan dimiliki oleh orang yang
berkedudukan dalam masyarakat.13 artinya proses
interaksi dalam kehidupan yang dianggap penting dan seseorang yang bertindak sebagai sesuatu. Aktif
: Artinya giat.14 Yaitu mampu beraksi dalam menanggapi sesuatu.
Guru
: Merupakan jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian khusus sebagai pengajar.15 Atau pendidik
13 Dep.Dik.Bud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka), Cet. II, 1994, hlm. 751. 14 Dep.Dik.Bud., Op.cit, hlm. 19.
8 profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan,
melatih,
menilai,
dan
mengevaluasi, peserta didik pad pendidikan usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.16 PAI
: Adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memehami, menghayati, hingga mengimani, bertaqwa, dan berahklak mulia dalam mengamalkan ajaran agama Islam dari sumber utamanya kitab suci Al-quran dan Hadist, melalui kegiatan bimbingan,
pengajaran,
latihan
serta
penggunaan
pengalaman.17 Menanggulangi
: Asal kata tanggulang-menaggulangi artinya mengahadapi dan mengatasi (bahaya, keamanan, kenakalan remaja)18
Kenakalan
: Sifat nakal atau tingkah laku yang menyimpang dari norma yang berlaku dalam suatu masyarakat.19
Siswa
: Atau peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu.20
SMA 8 Semarang : Adalah salah satu Sekolah Menengah Atas Negeri yang berada di daerah semarang barat dan lokasi SMA 8 Semarang adalah di Jalan Raya Tugu Semarang barat 50185 Telp. 024 8664553-8661798.
15
Moh. Uzer Usman, Op.cit, hlm. 5. UURI, No. 14 Th. 2005, tentang Guru dan Dosen, (Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional), 2005, hlm. 3. 17 Dep. Pend. Nas., Standar Kompetensi Mata Pelajaran PAI SMA & MA, (Jakarta: Pusat kurikulum Depdiknas), 2003, hlm. 7. 18 Dep.Dik.Bud., Op.cit, hlm.1005. 19 Ibid, hlm. 681. 20 UURI, No. 20 Th. 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional,( Jakarta: Dep. Pend. Nas. RI.), hlm. 6. 16
9 Jadi judul skripsi Peran aktif Guru PAI dalam Menanggulangi kenakalan siswa (studi kasus di SMA 8 Semarang) adalah penelitian yang mengkaji tentang bagaimana peran guru PAI dalam menanggulangi kenakalan Siswa, dan sekaligus mencari teori solusi dalam menanggulangi kenakalan siswa sehingga siswa SMA 8 Semarang mempunyai jiwa agama yang kuat sesuai dengan kaidah dan tujuan dari PAI yang diajarkan.
C. Rumusan Masalah Berpijak dari latar belakang pemilihan judul di atas maka beberapa pokok permasalahan yang menjadi bahan pokok kajian dalam penulisan ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah tingkat kenakalan siswa SMA 8 Semarang? 2. Bagaimanakah peran guru PAI dalam menanggulangi kenakalan siswa SMA 8 Semarang?
D. Tujuan Dan Manfaat Penelitian Berkaitan dengan permasalan yang peneliti angkat sebagaimana tersebut di atas, maka tujuan yang hendak di capai dalam penulisan skripsi ini, yaitu mengetahui Peran aktif Guru PAI dalam Menanggulangi kenakalan siswa (studi kasus di SMA 8 Semarang). Pembahasan ini diharapkan dapat memperkaya khasanah pengetahuan dan memperjelas persoalan-persoalan yang ada, serta dapat menawarkan perspektif dan alternatif baru yang bermanfaat bagi kajian-kajian masalah pendidikan selanjutnya.
E. Kajian Pustaka Untuk menghindari kesamaan dalam bahasan terhadap skripsi yang pernah diteliti sebelumnya maka perlu adanya tinjauan pustaka sebagai tolak ukur terhadap judul yang akan dibahas nantinya. Buku Guru dan peserta didik dalam Interaksi Edukatif, karangan Syaiful Bahri Djamarah, didalamnya diterangkan bahwa tugas guru dalam
10 pendidikan adalah sebagai pembimbing luar dan dalam, dan peranan guru kepada siswa adalah hal yang mutlak dan wajib dimiliki oleh guru. Menjadi Guru Profesional, Moh. Uzer Usman, bahwa peranan guru adalah terciptanya tingkah laku yang saling berkaitan yang dilakukan dalam situasi tertentu dan mempunyai hubungan dengan perubahan tingkah laku dan perkembangannya. Perkembangan Peserta Didik, Karya Endang Purwanti, yang berisi tentang masa-masa siswa berkembang dalam segi intelektual, tingkah laku dan lain sebagainya. Karya Sudarsono, yang berjudul Kenakalan Remaja dalam bukunya tersebut beliau mengungkapkan bahwa keberadaan proses pendidikan dalam usaha mencari jalan yang memadai untuk mencegah, menanggulangi, memperbaiki kembali, dan meresosialisasikan anak-anak delinkuen. Disamping menggunakan kajian pustaka buku-buku tersebut penulis juga menggunakan penelitian lain guna gambaran yang pasti tentang penelitian ini, yaitu skripsi Fitri Muasyiroh mahasiswa Fakultas Tarbiyah lulus tahun 2006 dengan judul Urgensi Pendidikan Agama Islam untuk Menanggulangi Kenakalan Remaja Kecamatan Kutowinangun Kebumen, yang bertujan untuk mengetahui bagaimana Urgensi Pendidikan Agama Islam untuk menanggulangi kenakalan remaja SMK Pembangunan I Kecamatan Kutowinangon
Kabupaten
Kebumen
dan
langkah-langkah
untuk
menanggulangi kenakalan remaja. Sedangkan kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah menunjukkan bahwa Pendidikan Agama Islam mempunyai arti sangat penting bagi remaja khususnya anak didik yaitu sebagai pondasi yang bertujuan meningkatkan keimanan dan ketakwaan dan pengamalan ajaran Islam dari pesarta didik. Metode yang dipakai oleh pengajar di SMK Pembangunan I antara lain : ceramah, diskusi, Tanya jawab, demontrasi dan resitasi. Pendidikan Agama Islam hendaknya mewarnai kepribadian siswa. Kenyataan sehari-hari menunjukan bahwa peserta didik yang melakukan kenakalan sebagian tidak mematuhi peraturan sekolah. Bentuk-bentuk kenakalan yang ada berbentuk
11 kenakalan yang bersifat pergrup seperti tawuran, kebut-kebutan, kelompok memalak dan sebagainya. Skripsi dengan judul Upaya guru PAI dalam penanggulangan kenakalan anak di SMP 30 Semarang, yang dibuat oleh Ahmad gufron pada tahun 2005 yang bertujuan untuk mengetahui : (1) Kenakalan anak didik di SMP 30 Semarang; (2) Pembelajaran PAI di SMP 30 Semarang; (3) Upaya guru PAI dalam penanggulangan kenakalan anak didik di SMP 30 Semarang. Kesimpulan hasil penelitian ini menunjukan bahwa. (1) Kenakalan anak didik di SMP 30 Semarang masih dalam batas kewajaran, misalnya tidak masuk tanpa ijin, berbicara saat pelajaran, membaca komik, membuat keributan atau bertengkar, jajan di warung tidak bayar, membawa VCD, porno dan senjata tajam. (2) Pelaksanaan pembelajaran PAI di SMP 30 Semarang berjalan efektif dan efisien. Bahan materi yang diajarkan selalu disesuaikan dengan metode dan media yang mendukung dalam pengajaran. Terbukti siswa sangat antusias setiap pelajaran PAI baik ketika teori maupun praktik. (3) Upaya yang dilakukan guru PAI dalam penanggulangan kenakalan siswa di SMP 30 Semarang sangat bagus. Selain guru PAI melakukan tindakan prefentif, kuratif, dan represif. Kondisi sekolah juga turut membantu dalam mencegah kenakalan tersebut. Terbukti selama ini SMP 30 Semarang tidak pernah mengeluarkan anak didik karena kenakalan yang dilakukan dan prestasi yang diperoleh oleh anak didik cukup baik melalui kegiatan intra maupun ekstra sekolah, ditandai dengan tropi yang dipajang pada almari kaca ruang tunggu. Sedangkan perbedaan pada penelitian ini adalah bagaimana peran aktif guru PAI dalam menanggulangi kenakalan siswa di SMA 8 Semarang yang menekankan pada bagaimana jenis kenakalan yang ada di SMA 8 Semarang dan langkah-langkah yang dilakukan oleh guru pendidikan agama Islam dalam menanggulangi kenakalan siswa di SMA 8 Semarang. Maka daripada itu penulis tertarik untuk mengkaji skripsi dengan judul peran aktif guru PAI dalam Menanggulangi kenakalan siswa (studi kasus di SMA 8 Semarang).
12 F. Metode Penelitian Metode penelitian skripsi yang digunakan sebagai berikut: 1. Fokus penelitian Fokus penelitian dilakukan dengan cara menentukan satu topik, hal ini dilakukan karena permasalahan yang ada biasanya sangat kompleks sehingga tidak mungkin diteliti hanya dari sudut disiplin ilmu saja dan tidak mungkin diteliti hanya dari semua segi secara serentak.21 Karena fokus penelitian diartikan sebagai titik temu atau spesifikasi dari suatu masalah yang dikaji, sehingga dapat lebih fokus pada penelitian. 2. Pendekatan Penelitian dan sumber data a. Pendekatan Penelitian. Pendekatan
yang
penulis
gunakan
yaitu
pendekatan
fenomenologi. Pendekatan fenomenologi merupakan pendekatan yang didasari dari atas pandangan dan asumsi bahwa pengalaman manusia diperoleh melalui hasil interpretasi objek, orang, situasi, dan peristiwaperistiwa, melainkan interpretasi mereka. Arti yang diberikan oleh seseorang terhadap pengalamannya dan proses interpretasi sangat penting dan itu bisa memberi arti khusus. Jadi pandangan peneliti sendiri merupakan suatu konstruksi penelitian (research construct).22 penulis dituntut untuk dapat memberikan makna atau interpretasi terhadap fenomena yang ditemukan di lapangan baik berupa simbolsimbol maupun hasil interaksi yang telah dilakukan oleh penulis secara langsung. b. Sumber data. Data Primer adalah sumber data yang dikumpulkan langsung dari data individu-individu yang diselidiki dan Data Sekunder adalah data yang ada dalam pustaka-pustaka.23 21 22
Syaifuddin Azwar., Metode Penelitian, ( Yogyakarta: Pustaka Pelajar), 2001 hlm. 126. Sudarwan Danim, Menjadi Peneliti Kualitatif, (Bandung : Pustaka Setia, 2002), hlm. 64-
65. 23
S.Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta), 1997. hlm. 23.
13 3. Metode Pengumpulan Data. a. Metode Observasi Pengumpulan data dengan observasi langsung atau dengan pengamatan
langsung
adalah
cara
pengambilan
data
dengan
menggunakan mata tanpa ada pertolongan alat standar lain untuk keperluan tersebut.24 b. Metode Dokumentasi Yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, rapat, lengger, agenda, dan sebagainya.25 Yang berhubungan dengan masalah penelitian. c. Metode Wawancara/Interview Adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka antara si penanya atau pewancara dengan si penjawab atau responden dengan menggunakan alat yang dinamakan Interview guide (panduan wawancara).26 4. Analisis data Dalam penelitian ini peneliti menggunakan analisis non statistik atau dilakukan terhadap data kualitatif, dalam hal ini penelitian kualitatif mengajak seseorang untuk mempelajari suatu masalah yang ingin diteliti secara mendasar dan mendalam sampai keakar-akarnya.27 Dan penelitian penelitian ini juga menggunakan metode deskriptif atau penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi pada saat sekarang.28 Pada analisis data ini membutuhkan beberapa metode: a. Metode Diskriptif Metode deskriptif sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan membuat deskriptif gambaran atau lukisan secara 24
Moh. Nazir, Metode Penelitian, (Bogor: Ghalia Indonesia), 2005, hlm. 175. Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta), 2002, hlm. 206. 26 Moh. Nazir, Op.cit hlm. 193. 27 Margono, Op.cit, hlm. 190. 28 Nana Sudjana dan Ibrahim, Penelitian dan Penilaian Pendidikan, (Bandung : Sinar Baru), 1989, hlm. 64. 25
14 sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antara fenomena yang diselidiki. yaitu siswa, guru, proses belajar mengajar, di SMA 8 Semarang. b. Metode deduktif Metode
deduktif
adalah
metode
pembahasan
dengan
menggunakan pola pikir yang berangkat dari pengetahuan yang sifatnya umum, kepada penilaian yang bersifat khusus.29 c. Metode Induktif Dalam teknik ini data yang diperoleh secara sistematis dan obyektif melalui observasi, wawancara dan dokumentasi akan diolah dan dianalisis sesuai dengan karakteristik penelitian kualitatif, yaitu secara induktif.30 Yaitu pengambilan keputusan dengan menggunakan pola pikir yang berangkat dari fakta-fakta yang sifatnya khusus kemudian digeneralisasikan kepada hal-hal yang bersifat umum.31
29
Saifudin Azwar, Op.cit., hlm. 7. Lexy J. Moeloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung : Rosda Karya, 1998), hlm. 114. 31 Saifudin Azwar , Op.cit., hlm. 7. 30
15
16
G. Sistematika Penulisan Skripsi Sebelum penulis menguraikan dan menuangkan permasalahan sesuai dengan judul skripsi, maka terlebih dahulu penulis akan menguraikanya dalam sistematika pembahasan. Hal ini agar pembaca lebih mudah dalam memahami isi skripsi.
Dalam sistematika penulisan skripsi ini penulis membagi dalam tiga bagian yaitu bagian muka yang berisi Halaman Sampul, Halaman Judul, Halaman Nota Pembimbing, Halaman Pengesahan dan Halaman Motto. Halaman Kata Pengantar Dan Daftar Isi, selanjutnya diikuti oleh Bab Pertama. Bab I
: Pendahuluan Pada Bab ini dijelaskan mengenai Latar Belakang Masalah ,
Penegasan Istilah, Perumusan Masalah, Tujuan Dan Manfaat Penelitian, Telaah Pustaka, Metodologi Penelitian. Bab II
: Tinjauan tentang guru PAI dan kenakalan siswa Pada Bab Kedua, diuraikan tentang Pengertian guru PAI, Peran dan
tugas guru PAI,
Tujuan PAI, dan Pelaksanaan PAI. Selanjutnya akan
diuraikan tentang kenakalan siswa meliputi, Pengertian kenakalan siswa, arti pertumbuhan dan perkembangan, faktor penyebab kenakalan siswa, tipe-tipe kenakalan siswa. Kemudian adalah tentang peranan pendidikan agama islam
17 untuk menanggulangi kenakalan siswa meliputi, Arti penting Pendidikan Agama Islam disekolah, Peran guru PAI untuk mensiasati kekurangan jam pelajaran Agama Islam disekolah. Bab III
: Laporan Hasil Penelitian Pada Bab ini akan diuraikan tentang hasil penelitian yang meliputi
gambaran umum mengenai SMA 8 Semarang dan yang kedua akan dibahas data khusus tentang perilaku-perilaku menyimpang di SMA 8 Semarang. Bab IV
: Analisis Data Pada Bab ini diuraikan tentang data kualitatif sebagai data analisis
tentang Peran aktif Guru PAI dalam menanggulagi kenakalan siswa dan langkah-langkah yang ditempuh dalam menanggulagi kenakalan siswa SMA 8 Semarang. Bab V
: Penutup Bab ini merupakan bab penutup skripsi yang meliputi : Kesimpulan,
Saran dan Penutup .
18 DAFTAR PUSTAKA
Dep. Pend. Nas., Standar Kompetensi Mata Pelajaran PAI SMA & MA, (Jakarta: Pusat kurikulum Depdiknas), 2003. Dep.Dik.Bud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka), Cet. II, 1994. Endang Poerwanti & Nur Widodo, Perkembangan Peserta didik, (Malang: UMM), 2002. Jalaludin, Psikologi Agama, (Jakarta: Raja Grafindo Persada), 2001. Lexy J. Moeloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung : Rosda Karya, 1998). Moh. Nazir, Metode Penelitian, (Bogor: Ghalia Indonesia), 2005. Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya), 2000. Mukhtar, Desain Pembelajaran PAI, (Jakarta: Fifamas), 2003. Nana Sudjana dan Ibrahim, Penelitian dan Penilaian Pendidikan, (Bandung : Sinar Baru), 1989. Pius A Partanto & M. dahlan Al Barry, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Arkola), 1994. Priyanto & Ermananti, Dasar-dasar Bimbingan & Konseling, (Jakarta: Rineka Cipta), 1999. S.Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta), 1997. Skripsi Indri Kumala Nosution, Stress Pada Remaja, (Medan: Fakultas Kedokteran Universitas Sumatra Utara), 2007. Sudarwan Danim, Menjadi Peneliti Kualitatif, (Bandung : Pustaka Setia, 2002). Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta), 2002. Sunarto & Agung Hartono, Perkembangan Peserta didik, (Jakarta: Asdi Mahasatya), 2006. Syaifuddin Azwar.,Metode Penelitian,( Yogyakarta: Pustaka Pelajar), 2001.
19 UURI, No. 14 Th. 2005, tentang Guru dan Dosen, (Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional), 2005. UURI, No. 20 Th. 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional,( Jakarta: Dep. Pend. Nas. RI.).
BAB II GURU PAI DAN KENAKALAN SISWA
A. Gambaran Umum guru PAI. Guru memegang peranan strategis terutama dalam upaya membentuk watak bangsa melalui pengembangan kepribadian dan nilai-nilai yang diinginkan. Dari dimensi tersebut, peranan guru sulit digantikan oleh yang lain. Dipandang dari dimensi pembelajaran, peranan guru dalam masyarakat Indonesia tetap dominan sekalipun teknologi yang dapat dimanfaatkan dalam proses pembelajaran berkembang amat cepat. Kinerja guru pada dasarnya menyangkut seluruh aktifitas yang dilakukannya
dalam mengemban amanat dan tanggung jawabnya dalam
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, dan memandu siswa dalam mencapai tingkat kedewasaan atau kematangannya. Seorang pendidik yang profesional tentunya akan memiliki kebanggaan yang besar terhadap pekerjaan yang ia geluti dan kemampuan yang dimilikinya, yang mendasari keputusannya dalam pekerjaan profesionalnya tersebut. Profesionalitas seorang guru tentunya dituntut oleh beberapa pihak yang selalu mendukung keberadaan guru. Seorang pendidik atau guru agama yang profesional adalah pendidik yang memiliki suatu kemampuan dan keahlian dalam bidang kependidikan keagamaan sehingga mampu untuk melakukan tugas, peran, dan fungsinya sebagai pendidik dengan kemampuan yang maksimal.1 Berarti guru dalam praktiknya dituntut untuk melaksanakan tugasnya secara maksimal sehingga profesionalitas seorang guru dapat tercapai, tidak lain figur guru PAI yang senantiasa menanamkan kepribadian peserta didik menuju kepribadian jiwa Islami haruslah menjadi guru yang profesional baik dalam rangka pembelajaran ataupun praktik keseharian di sekolah maupun luar sekolah. 1
Mukhtar, Desain Pembelajaran Pendidikan agama Islam, (Jakarta: CV misaka galiza), 2003 hlm. 85-86.
15
16
1. Pengertian guru PAI. Guru merupakan elemen terpenting dalam sebuah sistem pendidikan. Ia merupakan ujung tombak, proses belajar siswa sangat dipengaruhi oleh bagaimana siswa memandang guru mereka.2 guru yang ideal dan bermutulah yang menjadi berhasil atau tidaknya proses belajar. Tentunya pelajaran atau kurikulum ditujukan untuk pemahaman siswa, begitu juga pada pelajaran PAI desain utama yang ditentukan juga tidak terlepas dari tujuan pendidikan yang mengarah pada pada ranah Afektif, kognitif, dan psikomotor. Karena PAI merupakan pelajaran yang wajib di ikuti oleh siswa maka tuntutan seorang guru dalam pelaksanaan pelajarannya adalah kompetensi yaitu mengarah pada tiga ranah pendidikan tesebut. Pengertian akan guru PAI secara singkat adalah pendidik yang mengampu mata pelajaran pendidikan agama Islam. Pengertian di atas merupakan pengertian yang tidak lepas dari pengertian guru secara umum yang tertera pada undang-undang guru dan dosen yaitu: “guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, dasar, dan menengah”.3 Bagi guru PAI tugas dan kewajiban yang harus dilaksanakan merupakan amanat yang diterima oleh guru untuk memangku jabatan sebagai guru. Amanat tersebut wajib dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab.4 Sesuai dengan isi ayat al-Qur’an yang menjelaskan bahwa kewajiban menyampaikan amanat seseorang guru terhadap murid atau seorang yang berhak menerima pelajaran. Hak tersebut dijelaskan dalam Surat al-Nisa’: 4 : 58
2
Jamaludin, Pembelajaran Yang Efektif, (Jakarta: Depag. Pusat), 2002, hlm. 36. UURI, No. 14 Th. 2005, tentang Guru dan Dosen, (Departemen Pendidikan Nasional: Jakarta), 2005, hlm. 3. 4 Ahmad Tafsir, Metodologi pengajaran Agama Islam, ( Bandung: Remaja Rosdarika), 2003. hlm. 4. 3
17
ﺱ ِ ﺎﻦ ﺍﻟﻨ ﻴﺑ ﻢ ﺘﻤ ﺣ ﹶﻜ ﻭِﺇﺫﹶﺍ ﺎﻫِﻠﻬ ﺕ ِﺇﻟﹶﻰ ﹶﺃ ِ ﺎﺎﻧﻭﺍ ﺍﹾﻟﹶﺄﻣﺆﺩ ﺗ ﻢ ﹶﺃ ﹾﻥ ﻛﹸﺮﻳ ﹾﺄﻣ ﻪ ِﺇ ﱠﻥ ﺍﻟﻠﱠ ﺍﺼﲑ ِ ﺑ ﺎﺳﻤِﻴﻌ ﻪ ﻛﹶﺎ ﹶﻥ ﻢ ِﺑ ِﻪ ِﺇﻥﱠ ﺍﻟﻠﱠ ﻳ ِﻌﻈﹸﻜﹸ ﺎﻪ ِﻧ ِﻌﻤ ﺪ ِﻝ ِﺇﻥﱠ ﺍﻟﻠﱠ ﻌ ﻮﺍ ﺑِﺎﹾﻟﺤﻜﹸﻤ ﺗ ﹶﺃ ﹾﻥ Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menerapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah adalah maha mendengar lagi maha melihat.5 Jadi tanggung jawab guru ialah keyakinannya bahwa segala tindakannya dalam melaksanakan tugas dan kewajiban didasarkan atas pertimbangan profesional (professional judgment) secara tepat.6 Profesionalisme guru selalu menjadi tuntutan bagi setiap elemen yang berhubungan dengan guru tersebut, seperti sekolah, murid, orang tua dan masyarakat, karena guru profesional adalah guru yang mengenal tentang dirinya, yaitu dirinya adalah pribadi yang dipanggil untuk mendampingi peserta didik untuk atau dalam belajar.7 Berarti pengertian akan guru PAI merupakan satuan dari berbagai sumber yang mengarahkan pada sifat guru, tugas dan kewajiban guru sampai pada tingkat profesionalitas guru. 2. Kompetensi guru PAI. Kompetensi atau kemampuan seorang guru dalam pengembangan pemahaman peserta didik harus dimiliki dan diketahui oleh setiap pendidik. Karena dengan kecakapan akan pemahaman bagaimana guru mengajarkan paham ilmu yang diajarkan maka, pembelajaran akan dapat dilaksanakan
dengan
maksimal.
Sesuai
dengan
isi
kandungan
pembelajaran PAI, PAI dalam praktiknya menuntut guru untuk dapat mengerti
betul
tentang
bagaimana
seorang
pendidik
dalam
mengaplikasikan mata pelajarannya. Sesuai dengan peraturan pemerintah tentang standar kualifikasi Akademik dan kompetensi guru. Maka seorang pendidik mata pelajaran 5
Dep. Agama RI., Al-quran dan terjemah, (Jakarta: Dep. Agama RI), 2000, 88. Ahmad Tafsir, Op.Cit, hlm. 4. 7 Kunandar, Menjadi guru professional, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada), 2007, hlm. 48. 6
18
dan jenjang pendidikan apapun harus memiliki standar kualifikasi akademik dan kompetensi guru. Dalam hal ini guru PAI pada jenjang SMA harus mempunyai kualifikasi akademik pendidikan minimum diploma empat (D-IV) atau sarjana (S1) progam studi yang sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan/diampu, dan diperoleh dari program studi yang terakreditasi. Sedangkan kompetensi guru dikembangkan secara utuh dari empat kompetensi utama, yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional. Keempat kompetensi tersebut terintergrasi dalam kinerja guru.8 Dalam peraturan pemerintah tentang standar kualifikasi Akademik dan kompetensi guru juga disebutkan bahwa kompetensi guru mata pelajaran agama Islam adalah: 1. Menginterpretasikan materi, struktur, konsep, dan pola pikir ilmu-ilmu yang relevan dengan pembelajaran pendidikan agama Islam. 2. Menganalisis materi, struktur, konsep, dan pola pikir ilmu-ilmu yang relevan dengan pembelajaran pendidikan agama Islam.9 Berarti kompetensi seorang guru tidak hanya dimiliki guru yang notabene pengajar pelajaran selain agama Islam, namun guru PAI harus memiliki kompetensi yang mendasar sebagai bahan acuan dan rujukan bahwa guru PAI dalam interaksi belajarnya mampu memberikan pemahaman, penghayatan, dan pelaksanaan tentang agama Islam. Tentunya kompetensi tersebut haruslah bersumber dari empat kompetensi utama, yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional. Yang langsung dipraktikkan dalam proses belajar mengajar oleh guru PAI. 3. Peran dan Tugas guru PAI. Unsur inti yang sangat esensial dalam pendidikan adalah pendidik (guru) dan peserta didik (siswa) yang paling berinteraksi dalam situasi pedagogis untuk mencapai tujuan pendidikan. Tanpa kedua unsur itu yaitu 8
Lihat peraturan pemerintah tentang standar kualifikasi Akademik dan kompetensi guru, hlm. 3-5 dwonload dari http://www.puskur.net/inc/si/42Permen_16_2007_Stdr-Guru.pdf, Rabu, 11 Juni 2008 pukul 15.30. WIB 9 http://www.puskur.net/inc/si/42Permen_16_2007_Stdr-Guru.pdf, Ibid, hlm. 23.
19
guru dan siswa tidak ada yang namanya pendidikan guru berperilaku mengajar dan siswa berperilaku belajar melalui interaksi edukatif dalam suasana pendidikan. guru yang berilaku mengajar secara professional dan efektif akan menghasilkan perilaku belajar yang efektif dan pada giliranya akan menghasilkan keluaran (hasil belajar) yang bermutu.10 Tentunya untuk menghasilkan peserta didik yang bermutu peran guru dalam penanaman, pemahaman, dan pelaksanaan ilmu pengetahuan sangatlah dibutuhkan. Dalam hal ini, guru mata pelajaran PAI juga mempunyai beberapa peran yang signifikan tentunya, baik dalam lingkup sekolah maupun luar sekolah, karena pembentukan karakter siswa salah satunya adalah guru dan peran guru didalamnya turut membangun agar tujuan dari pendidikan dapat tercapai dengan kualitas pendidikan semaksimal mungkin. Secara umum peran serta guru dalam kaitan dengan mutu pendidikan sekurang-kurangnya dapat dilihat dari empat dimensi yaitu guru sebagai pribadi, guru sebagai unsur keluarga, guru sebagai unsur pendidikan, guru sebagai unsur masyarakat.11 Guru sebagai pribadi, kinerja peran guru dalam kaitan dengan mutu pendidikan tentunya harus dimulai dari dirinya sendiri. Sebagai pribadi, guru mempunyai perwujudan diri dengan dengan seluruh karakteristik yang dimiliki oleh guru sebagai pendidik. Karena kepribadian merupakan landasan utama bagi guru. Hal ini mengandung makna bahwa seorang guru harus mampu mewujudkan pribadi yang efektif untuk dapat melaksanakan fungsi dan tanggung jawabnya sebagai guru. Dan guru PAI dalam praktiknya harus bisa menjadi suri tauladan yang baik. Apalagi dalam kehidupan kesehariannya guru PAI harus berfungsi sebagai pribadi yang bisa memberikan keteladanan khususnya interaksi dalam sekolah. Karena, perkataan atau ucapan akan tidak ada artinya jika tidak
10
Mohamad Surya, Percikan Perjuangan Guru, (Bandung: Pustaka Bani Quraysi), 2006,
hlm. 23. 11
Ibid, hlm. 45.
20
diaplikasikan dalam bentuk tingkah laku, karena yang ditangkap anak didik adalah seluruh kepribadianya.12 Peran guru dikeluarga, dalam kaitan dengan keluarga, guru merupakan unsur keluarga sebagai pengelola (suami atau istri), sebagai anak, dan sebagai pendidik dalam keluarga. Hal ini mengandung makna bahwa guru sebagai unsur keluarga berperan untuk membangun keluarga yang kokoh sehingga menjadi fondasi bagi kinerjanya dalam melaksanakan fungsi guru sebagai unsur pendidikan, khususnya dalam keluarga. Peran guru disekolah, dalam keseluruhan kegiatan pendidikan ditingkat operasional. Peran guru dalam sekolah menjadi acuan penentu keberhasilan pendidikan. PAI yang merupakan kurikulum keberagamaan di sekolah sudah menjadi kewajiban baginya untuk membentuk kompetensi siswa, dalam hal ini peranan guru PAI dilingkungan sekolah harus mempunyai acuan peran guru sebagai mana mestinya. Yaitu, guru sebagai sumber belajar, sebagai fasilitator, pengelola, pembimbing, dan motifator. 1. Sebagai sumber belajar, guru sebagai sumber belajar berkaitan erat dengan penguasaan materi pelajaran, dikatakan guru yang baik manakala ia dapat menguasai materi pelajaran dengan baik, sehingga benar-benar ia berperan sebagai sumber belajar bagi anak didiknya. 2. Guru sebagai fasilitator, guru dalam hal ini berperan dalam memberikan pelayanan uantuk memudahakan siswa dalam kegiatan pembelajaran. 3. Guru sebagai pengelola, guru berperan dalam menciptakan iklim belajar yang memungkinkan siswa dapat belajar secara nyaman. Melalui pengelolaan kelas yang baik guru dapat menjaga kelas
agar
tetap kondusif untuk terjadinya proses belajar seluruh siswa. 4. Guru sebagai Demonstator, bahwa guru dalam hal ini mempunyai peran untuk mempertunjukkan kepada siswa segala sesuatu yang dapat
12
Khoiron Rosyadi, Pendidikan Profetik, ( Yogyakarta: Pustaka Pelajar), 2004, hlm. 187.
21
membuat siswa lebih mengerti dan memahami setiap pesan yang disampaikan. 5. Guru
sebagai
Pembimbing,
guru
dituntut
untuk
menjaga,
mengarahkan, dan membimbing agar siswa tumbuh dan berkembang sesuai dengan potensi, minat, dan bakatnya. 6. Guru sebagai Motivator, dalam proses pembelajaran motivasi merupakan salah satu aspek dinamis yang sangat penting. Jadi, guru diharuskan untuk memberikan dorongan yang bersifat positif. 7. Guru sebagai Evaluator, guru berperan untuk mengumpulkan data atau informasi tentang keberhasilan pembelajaran yang telah dilakukan.13 Beberapa peran guru diatas adalah cara pengoptimalan peran guru terhadap proses pembelajaran, tentunya guru PAI dalam proses pembelajaran memiliki peran yang sama. Namun demikian, perbedaan materi dan kajian yang sedikit membedakan karena kompetensi yang dituju PAI adalah kompetensi keberagamaan peserta didik. Peran guru di masyarakat, dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara secara keseluruhan, guru merupakan unsur strategis sebagai anggota, agen, dan pendidik masyarakat. Sebagai anggota masyarakat guru berperan sebagai teladan bagi masyarakat disekitarnya baik kehidupan pribadinya maupun kehidupan keluarganya.14 Melihat fenomena tersebut guru PAI dalam kehidupan bermasyarakat akan lebih berperan. Karena pribadi yang mengarah pada jiwa beragama dituntut menjadi guru pribadi dan kelompoknya, peran serta penanaman keberagamaan Islami akan menjadi hal yang konkrit sebagai kewajiban guru PAI dalam interaksi kehidupan dimasyarakat. Selain mempunyai beberapa peran tersebut guru PAI juga mempunyai tugas yang harus dilakukan untuk pengembangan mutu pendidikan peserta didik. Dalam segala aspek guru digolongkan mempunyai tiga komponen
13 Wina sanjaya, Strategi Pembelajaran, (Jakarta; Kencana Prenada media group), 2007, hlm. 21-32. 14 Mohamad Surya, Op.Cit, hlm. 46-47.
22
penting. Yakni, tugas dalam profesi, tugas dalam kemanusiaan, dan tugas dalam bidang kemasyarakatan. Tugas guru dalam profesi, meliputi mendidik, megajar, dan melatih. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup. Mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sedangkan, melatih berarti mengembangkan ketrampilanketrampilan pada siswa. Tugas guru dalam bidang kemanusiaan, di sekolah harus dapat menjadikan dirinya sebagai orang tua kedua, ia harus mampu menarik simpati sehingga ia menjadi idola para siswanya. Pelajaran apapun yang diberikan, hendaknya dapat menjadi motivasi bagi siswanya dalam belajar. Tugas dalam masyarakat, masyarakat menempatkan guru pada tempat yang lebih terhormat di lingkungannya karena dari seorang guru diharapkan masyrakat dapat menimba ilmu pengetahuan. Ini berarti bahwa guru berkewajiban mencerdaskan bangsa menuju pembentukan manusia Indonesia seutuhnya berdasarkan Pancasila.15 Peran dan tugas guru tidak hanya terbatas dalam masyarakat saja akan tetapi pada hakikatnya guru merupakan komponen strategis yang memiliki peran penting dalam menentukan kemajuan bangsa. Terlebih, guru PAI penanaman keberagamaan sesuai dengan nilai-nilai luhur Al-quran senantiasa menjadi peran dan tugas guru PAI untuk mengaplikasikan baik dari pribadi, keluarga, masyarakat, bangsa, dan Negara. 4. Tujuan PAI. PAI merupakan nama yang diberikan pada salah satu subjek pelajaran yang harus dipelajari oleh siswa muslim. Ia merupakan bagian tak terpisahkan dari kurikulum suatu sekolah sehingga merupakan alat untuk mencapai salah satu aspek tujuan sekolah yang bersangkutan. Karena itu, subjek ini diharapkan dapat memberikan keseimbangan dalam kehidupan anak kelak, yakni manusia yang memiliki kualifikasi tertentu, tetapi tidak terlepas dari nilai-nilai agama. Dengan kata lain, ia merupakan salah satu 15
Moh. Uzer Usman, Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya), 2006, hlm. 6-7.
23
subjek pelajaran yang bersama-sama dengan subjek studi yang lain, dimaksudkan untuk memnbentuk manusia yang utuh. Dengan demikian, tujuan utama dari PAI adalah untuk memberikan “corak Islam” pada sosok lulusan lembaga pendidikan yang bersangkutan. Tujuan tersebut dapat dicapai dengan memberikan materi atau pengalaman yang berisi ajaran agama Islam, yang umumnya sudah tersusun secara sistematis dalam ilmuilmu keIslaman.16 Pengertian akan PAI pada sekolah umum bertujuan meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan, dan pengamalan siswa terhadap ajaran agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang bertaqwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Tujuan PAI ini mendukung dan menjadi bagian dari tujuan pendidikan nasional sebagaimana diamanatkan oleh pasal 3 bab II Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tantang Sistem Pendidikan Nasional. Tujuan umum PAI ini tereabolasi untuk masingmasing satuan pendidikan dan jenjangnya, dan kemudian dijabarkan menjadi kompetensi-kompetensi yang harus dikuasai oleh siswa.17 Sedangkan tujuan PAI dalam lingkup SMA yang sesuai dengan peraturan pemerintah tentang Standar kompetensi dan kompetensi dasar tingkat SMA merupakan pelajaran agama yang mempunyai tujuan: 1. Menumbuhkembangkan akidah melalui pemberian, pemupukan, dan pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, pembiasaan, serta pengalaman peserta didik tentang Agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang keimanan dan ketakwaannya kepada Allah SWT. 2. Mewujudkan manusia Indonesia yang taat beragama dan berakhlak mulia yaitu manusia yang berpengetahuan, rajin beribadah, cerdas, produktif, jujur, adil, etis, berdisiplin, bertoleransi (tasamuh), menjaga 16
Muntholi’ah, Konsep Diri Positif Penunjang Prestasi PAI, (Semarang: Gunungjati), 2002, hlm. XII-XIV. 17 Departemen Agama, Pedoman Pendidikan Agama Islam untuk sekolah umum, (Jakarta: Departemen Agama), 2004, hlm. 4.
24
keharmonisan secara personal dan sosial serta mengembangkan budaya agama dalam komunitas sekolah.18 Disebutkan juga dalam Standar Kompetensi Mata Pelajaran PAI SMA & MA, bahwa tujuan PAI SMA adalah untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan, melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan, ketaqwaannya kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.19 5. Pelaksanaan PAI. PAI adalah pendidikan dengan melalui ajaran-ajaran agama islam, yaitu berupa bimbingan dan asuhan terhadap peserta didik agar nantinya setelah selesai dari pendidikan ia dapat memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam yang telah diyakini secara menyeluruh, serta menjadikan ajaran agama Islam itu sebagai suatu pandangan hidupnya demi keselamatan dan kesejahteraan hidup didunia maupun di akhirat kelak.20 Pelaksanaan PAI sendiri dilaksanakan pada lembaga sekolah negeri maupun swasta dari tingkatan sekolah dasar hingga sekolah menengah atas. Menurut sejarah perkembangannya pelaksanaan PAI pada sekolah adalah pada saat pemerintahan Indonesia mulai membentuk tatanan pendidikan Negara, dan pelaksanaannya yaitu sebagai tindak lanjut dari peraturan bersama menteri PP&K dan menteri agama, pada tanggal 16 Juli 1961 dibentuk panitia perancana PAI disekolah-sekolah Negeri yang berkedudukan di Yogyakarta dalam rangka menyusun rencana pelajaran
18
Lihat Standar kompetensi dasar tingkat SMA, hlm. 2, dwonload http://yplhc.org/download/PP_19_THN_2005_SPN.pdf, Rabu, 11 Juni 2008 pukul 15.30. WIB 19 Dep. Pend. Nas., Standar Kompetensi Mata Pelajaran PAI SMA & MA, (Jakarta: Pusat kurikulum Depdiknas), 2003, hlm. 8. 20 Zakiah Darajat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara), 2000, hlm. 86.
25
Agama Islam di SR kurikulum pelajaran Agama Islam (Sekolah Rakyat). Dan pada akhir Juli 1951 panitia berhasil menyusun pedoman minimum PAI di SR Negeri. Menurut pedoman tersebut pembagian pelajaran untuk berbagai kelas dalam satu tahun adalah 160 jam (40 x
4 jam). Dan
dilaksanakan dimasing-masing sekolah sesuai jadwal pelaksanaan pelajaran pendidikan agama Islam.21
B. Kenakalan siswa. Pembelajaran didalam kelas merupakan proses belajar mengajar yang dilakukan oleh guru dan peserta didik. Interaksi edukatif senantiasa dikemas secara rapi oleh pihak-pihak yang terkait dengan pendidikan, dan hasil dari belajar tersebut bisa langsung diamati bahwa pendidikan yang dilaksanakan berhasil atau tidak. Peserta didik atau siswa memiliki karakter berbeda-beda hal ini muncul karena mereka berasal dari lingkungan yang berbeda-beda. Lingkungan itulah yang membentuk pribadi siswa itu sendiri. Perilaku siswa dapat dinilai dan diamati dalam hubungan dengan teman, guru, dan lain sebagainya, dikatakan menyimpang apabila siswa melakukan hal-hal yang tidak sesuai dengan peraturan yaitu peraturan sekolah. Dan, dikatakan baik apabila siswa melaksanakan peraturan sebagaimana mestinya. Untuk menjadi siswa yang baik peran guru sebagai pengajar dan pendidik sangatlah dibutuhkan. Jadi pedoman awal bagi para guru adalah bagaimana membentuk pribadi siswa yang baik dan tidak melakukan pelanggaran-pelanggaran dalam bentuk apapun didalam ataupun luar sekolah. 1. Pengertian kenakalan Kenakalan berasal dari kata “nakal” yang berarti kurang baik (tidak menurut, mengganggu dan sebagainya) terutama pada anak-anak.22 Menurut Sudarsono sebagaimana mengutip pendapat Bimo Walgito memberikan pengertian tentang kenakalan anak sebagai berikut :“Tiap 21
Ibid, hlm. 19. Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai pustaka), 2002 edisi III cet. 2 hlm. 971. 22
26
perbuatan, jika perbuatan tersebut dilakukan oleh orang dewasa, maka perbuatan itu merupakan kejahatan, jadi merupakan perbuatan yang melawan hukum, yang dilakukan oleh anak, khususnya anak remaja.23 Yaitu kenakalan anak adalah suatu contoh perilaku yang ditunjukan oleh remaja di bawah usia 18 tahun dan perbuatan tersebut melanggar aturan, yang dianggap berlebihan dan berlawanan dengan norma masyarakat. Maka dapat disimpulkan bahwa kenakalan merupakan perilaku yang berupa penyimpangan atau pelanggaran pada norma yang berlaku. Ditinjau dari segi hukum kenakalan merupakan pelanggaran terhadap hukum yang belum bisa dikenali hukum pidana sehubungan dengan usianya.24 Kenakalan siswa pada usia remaja dapat diidentifikasi lewat pelanggaranpelanggaran yang dilakukan yang secara alami. Pada masa perkembangan menuju dewasa inilah siswa remaja mempunyai daya kuat untuk melakukan perlawanan-perlawanan terhadap peraturan yang ada. Membahas perilaku menyimpang sebenarnya tidak dapat melepaskan diri dari perilaku yang dianggap normal dan sempurna yang dapat diterima oleh masyarakat umum sesuai dengan pola kelompok masyarakat setempat dan cocok dengan norma sosial yang berlaku pada saat dan di tempat tertentu. Sehingga permasalahan perilaku menyimpang berbatas waktu dan tempat. Sedang predikat pribadi yang normal yaitu menampilkan diri secara sempurna, ideal, berada dalam skor rata-rata secara statistik, tanpa adanya sindrom-sindrom medis adekuat (serasi dan tepat). Sehingga secara umum bisa diterima oleh kelompok sosial yang berlaku. Pribadi normal mempunyai ciri: relatif dekat dengan integrasi jasmani dan rohani yang ideal. Kehidupan psikisnya relatif stabil, tidak banyak memendam konflik batin dan tidak berkonflik dengan lingkungan. Batinya tenang seimbang, badanya selalu merasa kuat serta sehat. Sedangkan predikat Abnormal diterjemahkan dalam pengertian sosiologis yang dapat dijelaskan sebagai 23
Sudarsono, Kenakalan Remaja, (Jakarta: Rineka Cipta), 2004, cet. 4 hlm. 11. Endang Poerwanti & Nur Widodo, Perkembangan Peserta Didik, (Malang: Universitas Muhammadiyah Malang), 2002, hlm. 139. 24
27
berikut: Sosiopatik, yaitu perilaku menyimpang secara sosial, tidak mampu menyesuaikan diri, tingkah lakunya tidak dapat diterima oleh umum, dan tidak sesuai norma-norma sosial yang berlaku.25 Kenakalan juga mempunyai arti semacam "seruan pemberontakan" terhadap gaya belajar tertentu yang dipaksakan. Karena peserta didik menganggap gaya belajar yang diterapkan kepadanya tidak sesuai dengan gaya belajar alamiah mereka.26 Artinya, sistem yang disajikan oleh peraturan yang ada dalam lingkup sekolah tidak mampu memberikan kenyamanan dalam interaksi dalam kehidupan kesehariannya di sekolah. Dari beberapa pengertian diatas dapat sedikit penulis simpulkan bahwa kenakalan adalah pelanggaran yang dilakukan oleh peserta didik dan mengarah pada penyimpangan perilaku sewajarnya baik dalam kelas ataupun luar kelas, dan pelanggaran tersebut adalah pelanggaran pada peraturan yang sudah ada. 2. Arti Pertumbuhan dan perkembangan. Dalam kehidupan anak ada dua proses yang beroperasi secara kontinu, yaitu pertumbuhan dan perkembangan. Banyak orang menggunakan istilah “pertumbuhan” dan “perkembangan” secara bergantian. Kedua proses ini berlangsung secara interdepensi, artinya saling bergantung satu sama lain. Kedua proses ini tidak bisa dipisahkan dalam bentuk-bentuk yang secara pilah berdiri sendiri, akan tetapi bisa dibedakan untuk maksud lebih memperjelas penggunaanya. Pertumbuhan
berkaitan
dengan
perubahan
kuantitatif
yang
menyangkut peningkatan ukuran dan struktur biologis. Pertumbuhan adalah perubahan secara fisiologis sebagai hasil dari proses pematangan fungsi-fungsi fisik yang berlangsung secara normal pada anak yang sehat, dalam perjalanan waktu tertentu. Pertumbuhan dapat juga diartikan sebagai proses transmisi dari konstitusi fisik (keadaan tubuh atau keadaan jasmaniah) yang herediter dalam bentuk aktif secara berkesinambungan. 25 26
Ibid, hlm. 140. www.sumardiono.com/index.php, Kamis, 29 Mei 2008 Pukul 10.30 WIB.
28
Hasil pertumbuhan antara lain berwujud bertambahnya ukuran-ukuran kuantitatif badan anak, seperti panjang, berat, dan kekuatanya. Begitu pula pertumbuhan akar mencakup perubahan yang makin sempurna tentang sistem jaringan saraf dan perubahan-perubahan struktur jasmani lainnya. Dengan demikian, pertumbuhan dapat juga diartikan sebagai proses perubahan dan proses pematangan fisik.27 Perkembangan merupakan proses perubahan yang dialami anak untuk mencapai kedewasaan yang diharapkan, perkembangan pada anak akan mengalami tahapan-tahapan tertentu, dan setiap tahapan selalu memiliki ciri yang khusus dan berbeda dengan tahapan lainnya, sehingga pemahaman terhadap tahapan perkembangan yang dialami siswa dengan berbagai sifat-sifatnya yang unik tersebut akan memberikan bekal kepada guru sebagai pengajar uantuk menyesuaikan cara mengajar, pemilihan materi, pemilihan sumber belajar, ataupun pemilihan metode pembelajaran yang tepat.28 3. Faktor penyebab kenakalan siswa. Problem yang muncul pada kehidupan remaja dalam lingkungan sekolah
seringkali
termanifestasi
dalam
bentuk
kesulitan
dalam
menghadapi pelajaran di sekolah, baik dalam tulisan maupun penyelesaian tugas. Kesulitan semacam ini bukan timbul semata-mata karena reaksi spontan terhadap suatu keadaan, tetapi biasanya merupakan akibat dari satu rangkaian peristiwa yang sudah berlangsung lama atau berlarut-larut. Remaja
yang
mengalami
problem
disekolah
pada
umumnya
mengemukakan keluhan bahwa mereka tidak ada minat terhadap pelajaran dan bersikap acuh tak acuh, prestasi belajar menurun kemudian timbul sikap-sikap dan perilaku yang tidak diinginkan seperti membolos, melanggar tata tertib, menentang guru, berkelahi, dan sebagainya. Hal ini dapat dilihat dari berbagai dimensi penyenebab yaitu faktor-faktor diantaranya adalah: 27 Sunarto & B. Agung Hartono, Perkembangan Peserta Didik, (Jakarta: PT Asdi Mahasatya), 2006, hlm. 34-35. 28 Endang Poerwanti & Nur Widodo, Opcit, hlm. 17.
29
Kurang adanya kematangan fisik, mental dan emosi sesuai dengan teman sebaya dan harapan sosial. 1) Adanya hambatan fisik atau kelainan organisme, baik pendengaran, penglihatan, cacat tubuh dan sebagainya. 2) Kemauan yang kurang atau justru terlalu tinggi. 3) Adanya hambatan atau gangguan emosi akibat tekanan dari orang dewasa khususnya guru sebagai pendidik di sekolah.29 Sedangkan menurut Zakiah darajat penyebab terjadinya kemorosotan moral (akhlak) yang nantinya akan berakibat pada kenakalan siswa. adalah sebagai berikut; 1) Kurang tertanamnya jiwa agama pada setiap orang dalam masyarakat. 2) Keadaan masyarakat yang kurang stabil, baik dari segi ekonomi maupun sosial politik. 3) Pendidikan moral yang tidak terlaksana menuurt semestinya, baik di sekolah, keluarga, maupun dalam masyarakat luas. 4) Suasana rumah tangga siswa yang kurang baik adan harmonis. 5) Diperkenankanya secara popular obat-obatan dan alat anti hamil secara lebih luas dan terbuka. 6) Banyaknya tulisan-tulisan, gambar-gambar, siaran-siaran, keseniankesenian yang tidak mengindahkan dasar-dasar, dan tuntutan moral yang seimbang dengan pembentukan karakter siswa. 7) Kurang adanya bimbingan untuk mengisi waktu terluang dengan cara yang lebih baik dan membawa kepada pembinaan moral. 8) Tidak ada atau kurangnya markas-markas bimbingan dan penyuluhan bagi siswa dalam mendukung terwujudnya peningkatan moral siswa.30 Dari keterangan diatas berarti penyebab munculnya kenakalan bersumber dari berbagai faktor yang berhubungan dengan peserta didik baik berasal dari faktor dalam ataupun luar siswa.
29 30
Ibid, hlm. 134. Mukhtar, Op.Cit, hlm. 74.
30
4. Tipe-tipe kenakalan siswa. Pelanggaran pada peraturan sekolah adalah dalam rangka penolakan atau rasa tidak nyaman siswa karena berbagai sebab dari bosan, tidak suka, bahkan benci akan peraturan tersebut menjadiakan tindakan pelanggaran itu dilakukan oleh siswa. Kenakalan-kenakalan tersebut tentunya mempunyai beberapa tipe. Kenakalan pada usia remaja tidak pernah berlangsung dalam isolasi sosial dan tidak berproses pada ruangan fakum. Tetapi, selalu langsung dalam kontak antar personal dan dalam konteks sosio kultural, karena itu perilaku menyimpang dapat bersifat fisiologis atau dapat pula psikis interpersonal, antar personal dan kultural, sehingga perilaku menyimpang atau kenakalan remaja dapat dibagi menjadi empat kelompok besar yaitu: 1. Delikuensi Individual adalah perilaku menyimpang yang berupa tingkah laku kriminal yang merupakan ciri khas “jahat” yang disebabkan oleh prodisposisi dan kecenderungan penyimpangan tingkah laku psikopat, neorotis, dan anti sosial. Penyimpangan perilaku ini dapat diperhebat dengan stimuli sosial yang buruk, teman bergaul yang tidak tepat dan kondisi kultural yang kurang menguntungkan. Perilaku menyimpang pada tipe ini seringkali bersifat simptomatik karena muncul dengan disertai banyaknya konflik-konflik intra psikis yang bersifat kronis dan disintegrasi. 2. Delikuensi Situasional adalah bentuk penyimpangan perilaku tipe ini pada umumnya dilakukan oleh anak-anak dalam klasifikasi normal yang banyak dipengaruhi oleh berbagai kekuatan situasional baik situasi yang berupa stimuli sosial maupun kekuatan tekanan lingkungan teman sebaya yang semuanya memberikan pengaruh yang “menekan dan memaksa” pada pembentukan perilaku menyimpang. Penyimpangan perilaku dalam bentuk ini seringkali muncul sebagi akibat transformasi kondisi psikologis dan reaksi terhadap pengaruh eksternal yang bersifat memaksa.
31
3. Delikuensi Sistematik yaitu perbuatan menyimpang dan kriminal pada anak-anak remaja dapat berkembang menjadi perilaku menyimpang yang disistematisir, dalam bentuk suatu organisasi kelompok sebaya yang berperilaku seragam yaitu dalam melakukan kenakanalan atau penyimpangan. Dorongan berperilaku pada kelompok remaja terutama muncul pada saat kelompok remaja ini dalam kondisi tidak sadar atau setengah sadar, karena berbagai sebab dan berada dalam situasi yang tidak terawasi oleh kontrol diri dan kontrol sosial. 4. Delinkuensi Komulatif pada hakikatnya bentuk delikuensi ini merupakan produk dari konflik budaya yang merupakan hasil dari banyak konflik kultural yang kontroversial dalam iklim yang penuh konflik. Perilaku menyimpang tipe ini memiliki ciri utama yaitu: a) Mengandung banyak demensi keteganan syaraf, kegelisahan batin, dan keresahan hati pada remaja, yang kemudian disalurkan dan dikompensasikan secara negatif pada tindak kejahatan dan agresif tak terkendali. b) Merupakan pemberontakan kelompok remaja terhadap kekuasaan dan kewibawaan orang dewasa yang dirasa berlebihan. Untuk dapat menemukan identitas diri lewat perilaku yang melanggar norma sosial dan hukum. c)
Diketemukan adanya bahaya penyimpangan seksual yang disebab oleh penundaan usia perkawinan, jauh sesudah kematangan biologis tercapai dan tidak disertai oleh kontrol diri yang kuat, hal ini bisa terjadi karena sulitnya lapangan ataupun sebab-sebab yang lain.31
Beberapa pengertian diatas adalah bentuk kenakalan yang selalu melingkupi dalam kenakalan siswa. Pada usia menuju dewasa inilah (remaja) siswa mulai merasa mampu untuk memberontak pada peraturan yang mengikat mereka terutama di lingkungan sekolah. Dan melakukan penyimpangan perilaku. 31
Endang Poerwanti & Nur Widodo, Op.Cit, hlm.141-143.
32
C. Peranan guru PAI dalam menanggulagi kenakalan siswa. Secara histories, filosofis maupun konstitusi status PAI di Indonesia sangat mapan sebagai bagian yang tak terpisahkan dari sistem pendidikan nasional. Dilihat secara khusus dari tujuan, yang merupakan penentu arah dan gerak operasionalnya, maka jelas bahwa tujuan PAI adalah “mengkonkritkan” yang masih abstrak karena memang “abstraksi” dari iman dan taqwa menurut agama yang diakui di Indosesia. Dengan demikian semakin jelas bahwa PAI merupakan sub sistem pendidikan nasional, yang konsekuensinya adalah bahwa tanpa “sistem PAI”, maka sistem pendidikan nasional belum lengkap, karena merupakan wadah tumpuan utama bagi mayoritas warga negara.32 Melihat kenyataan bahwa PAI pada sekolah umum bertujuan meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan, dan pengamalan peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam pribadi dan masyarakat, berbangsa dan bernegara.33 Guru PAI harus mempunyai kompetensi yang seimbang atas apa yang diajarkannya. Karena peranan guru PAI dalam praktiknya tidak hanya memberikan pemahaman terhadap peserta didik saja. Akan tetapi, pembentukan perilaku yang baik menjadi salah tujuan kompetensi yang harus dimiliki oleh peserta didik. Disamping itu guru agama sebagai pengemban amanah pembelajaran PAI haruslah orang yang memiliki pribadi yang soleh. Hal ini merupakan kosekuensi logis karena dialah yang akan mencetak anak didiknya menjadi anak saleh. Menurut Al-Ghazali, seorang guru agama sebagai penyampai ilmu, semestinya dapat menggetarkan jiwa atau hati murid-muridnya sehingga semakin dekat kepada Allah SWT dan memenuhi tugasnya sebagai khalifah dibumi ini. Semua itu tercermin melalui peranannya dalam sebuah proses pembelajaran.34
32
Muntholi’ah, Op.Cit, hlm. 15. Ibid, hlm. 19. 34 Mukhtar, Op.Cit. hlm. 93. 33
33
Peranan guru PAI dalam pembentukan akhlak merupakan kewajiban sebagai seorang guru agama, oleh karena itu agar tidak terjadi pelanggaran yang akan terjadi dan berakibat munculnya kenakalan siswa, guru PAI haruslah mempunyai jiwa Pembimbing, model (uswah), dan penasihat. Peran pendidik sebagai pembimbing, peran ini sangat berkaitan dengan praktik keseharian. Artinya perlakuan pendidik terhadap siswanya sama dengan perlakuan yang diberikan orang tua di rumah terhadap anakanaknya, yaitu harus respek, kasih sayang dan perlindungan. Tidak boleh ada seorang siswa pun yang merasa dendam, iri, benci, terpaksa, tersinggung, marah,
dipermalukan,
atau
sejenisnya
yang
disebabkab
perlakuan
pendidiknya. Dengan demikian, siswa merasa senang dan familiar untuk sama-sama menerima pelajaran dari pendidiknya tanpa ada paksaan, tekanan, dan sejenisnya. Peranan pendidik sebagai model (uswah), Dalam aktivitas dan proses pembelajaran, termasuk pembelajaran pendidikan agama Islam, proses pembelajaran yang berlangsung dikelas ataupun diluar kelas memberikan kesan segalanya berbicara terhadap siswa. Dengan demikian, tutur kata, sikap, cara berpakaina, penampilan, alat peraga, cara mengajar, dan gerik-gerik pendidik selalu diperhatikan oleh siswa. Tindak-tanduk, perilaku, bahkan gaya pendidik dalam mengajar pun akan sulit dihilangkan dalam ingatan setiap siswa. Karakteristik pendidik selalu diteropong dan sekaligus dijadikan cermin oleh siswa-siswanya. Pada intinya, pendidik yang memiliki kedekatan dengan lingkungan siswa di sekolah akan dijadikan contoh oleh siswanya. Karakter pendidik yang baik seperti kedisiplinan, kejujuran, keadilan, kebersihan, kesopanan, ketulusan, ketekunan, kehati-hatian, akan selalu direkam dalam pikiran siswa dan dalam batas waktu tertentu akan diikuti mereka. Demikian pula sebaliknya, semua kejelekan pendidik juga akan direkam oleh siswa dan biasanya akan lebih mudah dan cepat diikuti mereka. Semua karakter pendidikan akan menjadi contoh bagi siswa. Meskipun kita
34
tahu bahwa kebaikan pendidik akan menjadi contoh, namun dalam praktiknya tetap saja sulit diwujudkan. Padahal, kejelekan pribadi pendidik dengan mudahnya akan menjadi contoh bagi siswa. Ada sebuah pepatah yang mengatakan, guru kencing berdiri, siswa kencing berlari. Jika ada pendidik yang memiliki perilaku yang sangat jelek, maka siswa secara spontanitas akan meniru atau mencontoh perilaku jelek tersebut dengan mudah, bahkan cenderung lebih menyimpang lagi. Secara formal, siswa memang tidak pernah diajarkan hal seperti itu. Namun, masalah ini tetap muncul berkaitan dengan perilaku guru didepan siswanya. Disinilah pentingnya peran seorang pendidik sebagai suri tauladan. Hal ini hanya dapat muncul dari orang yang memiliki mentalitas dan keterpanggilan hati nurani untuk menjadi pendidik dalam arti yang sebenarnya, yaitu sebagai profesinya. Peran pendidik sebagai nasihat, seorang pendidik memiliki jalinan ikatan batin atau emosional dengan para siswa yang diajarnya. Dalam hubungan ini pendidik berperan akatif sebagai penasihat. Peran pendidik bukan hanya sekedar menyampaikan pelajaran dikelas lalu menyerahkan sepenuhnya kepada siswa dalam memahami materi pelajaran yang disampaikannya tersebut. Namun, lebih dari itu, ia jujur harus mampu memberi nasihat bagi siswa yang membutuhkannya, baik diminta ataupun tidak. Seorang pendidik sudah seharusnya memberikan nasihat secara ikhlas demi kebaikan para siswa dimasa yang akan dating. Cara pendidik untuk menyampaikan nasihat tersebut dapat dilakukan secara umum didepan siswa secara keseluruhan, atau diberikan secara keseluruhan, atau diberikan secara individual dalam hal-hal tertentu. Dalam hal pemberian nasihat ini, seorang pendidik harus menjaga dirinya supaya tidak sampai meremehkan atau menjelekkan siswa, yang dapat mengakibatkan siswa tersebut dipermalukan. Hal ini dimaksudkan supaya hubungan batin dan emosional antara siswa dan pendidik dapat terjalin dengan
35
efektif. Bila sasaran utamanya adalah penyampaian nilai-nilai moral, maka peran pendidik dalam menyampaikan nasihat menjadi sesuatu yang pokok.35 1. Arti penting PAI di Sekolah. Didalam Garis Besar Haluan Negara Tahun 1999-2004 tujuan Pendidikan Nasional dikemukakan dengan jelas, bahwa pendidikan nasional berdasarkan Pencasila bertujuan untuk meningkatkan ketaqwaan terhadap tuhan Yang Maha Esa, kecerdasan, ketrampilan, mempertinggi budi pekerti, memperkuat kepribadian dan mempertebal semangat kebangsaan agar dapat menumbuhkan manusia pembangunan yang dapat membangun dirinya sendiri serta bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa. Salah satu isi dalam GBHN tersebut adalah meningkatkan kualitas pendidikan agama melalui penyempurnaan sistem pendidikan agama sehingga lebih terpadu dan integral dengan sistem pendidikan nasional dengan didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai.36 Tujuan Pendidikan Nasional yang berdasarkan Pancasila juga bermakna tujuan dalam Pendidikan agama Islam, Karena peningkatan ketakwaan kepada Tuhan Yang maha Esa lebih diunggulkan sebagaimana yang dimaksudkan oleh GBHN, dan tujuan tersebut hanya dapat dibina melalui pendidikan agama yang intensif dan efektif. Untuk mencapai tujuan PAI dalam sekolah PAI mempunyai arti penting dalam pengembangan dan penanaman iman, ilmu, dan amal kepada peserta didik. Yang pada dasarnya berisi: 1. Menumbuh suburkan dan mengembangkan disiplin serta cinta terhadap agama dalam berbagai kehidupan siswa yang nantinya diharapkan menjadi manusia yang bertakwa kepada Allah SWT serta taat kepada perintah Allah SWT dan Rasul-nya.
35
Ibid, hlm. 93-96. http://www.dephut.go.id/INFORMASI/UNDANG2/tapmpr/gbhn_99-04.htm, Kamis, 29 Mei 2008 Pukul 10.30 WIB. 36
36
2. Ketaatan kepada Allah SWT dan Rasul-Nya merupakan motivasi interistik terhadap pengembangan ilmu pengetahuan yang harus dimiliki peserta didik. Berkat pemahaman tentang pentingnya agama dan ilmu pengetahuan (agama dan umum) maka anak menyadari keharusan menjadi seorang hamba Allah yang beriman dan berilmu pengetahuan. Karenanya, ia tidak pernah mengenal henti untuk mengejar ilmu dan teknologi baru dalam rangka mencari keridaan Allah SWT. Dengan iman dan ilmu itu semakin hari semakin menjadi lebih bertakwa kepada Allah SWT sesuai dengan tuntutan Islam. 3. Menumbuhkan dan membina ketrampilan beragama dalam semua lapangan hidup dan kehidupan serta dapat memahami dan menghayati ajaran agama Islam secara mendalam dan bersifat menyeluruh, sehingga dapat digunakan sebagai pedoman hidup, baik dalam hubungan dirinya dengan Allah SWT melalui ibadah sholat umpamanya dan dalam hubungannya dengan sesama manusia yang tercemin dalam akhlak perbuatan serta dalam hubungan dirinya dengan alam sekitar melalui cara pemeliharaan dan pengolahan alam serta pemanfaatan hasil usahanya.37 Semua arti penting PAI pada dasarnya tidak hanya berkutit pada lingkup diri siswa pada sekolahan tertentu. Akan tetapi, dengan adanya PAI sekolah mempunyai arti lebih yaitu pada ranah spriritual dan mempunyai lingkungan yang islami. Karena, peran penting PAI dalam lingkungan sekolah dapat kita rasakan dengan kegiatan-kegiatann yang bersifat agamis. Jadi, arti penting PAI dalam sekolah akan membentuk diri peserta didik menjadi diri yang Islami dan lingkungan sekolah yang agamis.
37
Zakiah Darajat, Op.Cit, hlm. 88-90.
37
2. Peran guru PAI SMA 8 Semarang dalam mensiasati kekurangan jam pelajaran agama Islam di sekolah. Kekurangan jam pelajaran PAI pada sekolah menjadikan problem tersendiri
dalam
pelaksanaan
kurikulum.
Serasa
tidak
dapat
dimaksimalkan dalam proses belajarnya sehingga ada rumor bahwa PAI tidak dapat menjawab tantangan bangsa lewat pengajarannya. Karena, waktu dalam proses belajarnya sedikit dibandingkan pelajaran yang lain. Kenyataannya seolah-olah pendidikan agama dianggap kurang memberikan kontribusi kearah penanaman pendidikan agama. Setelah ditelusuri, Pendidikan agama ternyata mengalami beberapa kendala antara lain waktu yang disediakan hanya dua jam pelajaran dengan materi yang begitu padat dan memang penting, yakni menuntut pemantapan pengetahuan hingga terbentuk watak dan kepribadian yang bebeda jauh dengan tuntutan terhadap mata pelajaran lainnya.38 Namun tidak demikian, dalam praktiknya peran guru PAI dalam mensiasati kekurangan jam pelajaran menggunakan berbagai cara dengan melibatkan pihak sekolah, yaitu dengan berbagai kegiatan keagamaan. Seperti dituturkan oleh salah satu guru PAI SMA 8 Semarang Drs. H. Zamhari bahwa, sekolah pada dasarnya memberikan kegiatan-kegiatan yang bersifat Islami. Seperti halnya, sholat jama’ah bersama, pelaksanaan Jum’atan bersama, mengadakan pelajaran ekstra Baca tulis Al-quran, dan memperingati hari besar agama Islam. Karena hal tersebut dirasa baik maka, dalam praktiknya peserta didik akan terkontrol dan mau mengikuti kegiatan tambahan tersebut, dan hasilnya bisa dianggap signifikan.39 Sedangkan menurut penjelasan dari guru PAI yang lain Dra. Hj. Faricha bahwa peran guru PAI dalam mensiasati kekurangan jam pelajaran PAI tidak melulu menambah kegiatan-kegiatan yang bersifat agama akan tetapi mengarahkan siswa langsung dalam praktik kehidupan sehari-hari yaitu 38
Dep. Pend. Nas., Standar Kompetensi Mata Pelajaran PAI SMA & MA, (Pusat kurikulum Depdiknas: Jakarta), 2003, hlm. 7. 39 Hasil wawancara dengan guru PAI SMA 8 Semarang, Drs. H. Zamhari, Rabu, 14 Mei 2008.
38
interaksi dalam kelas maupun luar kelas dengan cara-cara Islami seperti halnya di kantin memberikan contoh ketika makan membaca doa dadulu, ketika upacara memberikan penjelasan secara Islami tentang penggunaan atribut dan lain sebagainya. Jadi kriteria dalam mensiasati kekurangan jam pelajaran PAI guru harus mempunyai pengalaman interaksi lebih terhadap siswa guna pembekalan materi diluar jam pelajaran.40 Melihat kenyataan yang sudah jelas bahwa kekurangan akan waktu pengajaran menjadi salah satu problem keberhasilan. Maka beberapa sekolah selalu berusaha menambah kegiatan agama, dan hasilnya pun dapat di lihat serta logis untuk dipahami dan dipercaya bahwa kegiatankegiatan keberagamaan yang dilakukan oleh guru PAI dalam mengatasi ke kurangan pelajaran memberikan kontribusi mendalam. sehingga siswa dapat merasakan dan memahami akan pendidikan agama Islam, terutama paham akan segi pengaplikasian atau ranah Pskimotor pelajaran agama Islam.
40
2008.
Hasil wawancara dengan guru PAI SMA 8 Semarang, Dra. Hj. Faricha, Rabu, 14 Mei
39
DAFTAR PUSTAKA Ahmad Tafsir, Metodologi pengajaran Agama Islam, (Bandung: Remaja Rosdarika), 2003. Dep. Agama RI., Al-quran dan terjemah, (Jakarta: Dep. Agama RI), 2000. Dep. Pend. Nas., Standar Kompetensi Mata Pelajaran PAI SMA & MA, (Jakarta: Pusat kurikulum Depdiknas), 2003. Dep. Pend. Nas., Standar Kompetensi Mata Pelajaran PAI SMA & MA, (Pusat kurikulum Depdiknas: Jakarta), 2003. Departemen Agama, Pedoman Pendidikan Agama Islam untuk sekolah umum, (Jakarta: Departemen Agama), 2004. Endang Poerwanti & Nur Widodo, Perkembangan Peserta Didik, (Malang: Universitas Muhammadiyah Malang), 2002. Hasil wawancara dengan guru PAI SMA 8 Semarang, Drs. H. Zamhari, Rabu, 14 Mei 2008. http://www.dephut.go.id/INFORMASI/UNDANG2/tapmpr/gbhn_99-04.htm, Kamis, 29 Mei 2008 Pukul 10.30 WIB. Jamaludin, Pembelajaran Yang Efektif, (Jakarta: Depag. Pusat), 2002. Khoiron Rosyadi, Pendidikan Profetik, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar), 2004. Kunandar, Menjadi guru professional, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada), 2007. Lihat peraturan pemerintah tentang standar kualifikasi Akademik dan kompetensi guru, hlm. 3-5 dwonload dari http://www.puskur.net/inc/si/42Permen_16_2007_Stdr-Guru.pdf, Rabu, 11 Juni 2008 pukul 15.30. WIB. Lihat
Standar kompetensi dasar tingkat SMA, hlm. 2, dwonload http://yplhc.org/download/PP_19_THN_2005_SPN.pdf, Rabu, 11 Juni 2008 pukul 15.30. WIB.
Moh. Uzer Usman, Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya), 2006. Mohamad Surya, Percikan Perjuangan Guru, (Bandung: Pustaka Bani Quraysi), 2006. Mukhtar, Desain Pembelajaran Pendidikan agama Islam, (Jakarta: CV misaka galiza), 2003. Muntholi’ah, Konsep Diri Positif Penunjang Prestasi PAI, (Semarang: Gunungjati), 2002. Sunarto & B. Agung Hartono, Perkembangan Peserta Didik, (Jakarta: PT Asdi Mahasatya), 2006.
40
UURI, No. 14 Th. 2005, tentang Guru dan Dosen, (Departemen Pendidikan Nasional: Jakarta), 2005. Wina sanjaya, Strategi Pembelajaran, (Jakarta; Kencana Prenada media group), 2007. www.sumardiono.com/index.php, Kamis, 29 Mei 2008 Pukul 10.30 WIB. Zakiah Darajat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara), 2000.
BAB III DISKRIPSI HASIL PENELITIAN
A. Kondisi Umum SMA 8 Semarang Obyek penelitian dalam penulisan skripsi ini adalah SMA 8 Semarang. Untuk mengetahui kondisi umum secara ringkas tentang situasi sekolah tersebut, maka pada bab ini disajikan data tentang kondisi umum tentang SMA 8 Semarang, adapun kondisi umum situasi sekolah yang dapat disajikan sebagai berikut: 1. Latar belakang berdirinya: SMA Negeri 8 didirikan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan Republik Indonesia Nomor : 0188/0/1070 pada tanggal 3 September 1979 dengan Nomor Induk Sekolah 530 , Nomor Statisik Sekolah (NSS) 301036301008, NPSN 20328866 yang berlokasi di Karanganyar Kecamatan Tugu Semarang dan diberi nama SMA Negeri 8 Semarang yang berstatus Negeri. Seleksi Penerimaan Siswa Baru tahun 1979 tahun pelajaran 1979/1980 waktu itu ditangani oleh Departemen P&K Kecamatan Tugu Semarang dengan memakai sistem Tes yang bertempat di SD Karanganyar 1 Tugu Semarang dan semua pengawas dari guru-guru SD setempat. Adapun siswa yang diterima pada waktu itu sebanyak 3 kelas (120 siswa) dengan penjurusan : Kelompok IPA
: 1 kelas
Kelompok IPS
: 2 kelas
Dengan guru pengajar dari SMA Negeri 1 Semarang sepenuhnya. Dari masa tahun pelajaran 1979/1980 sampai sekarang jumlah siswa terus mengalami peningkatan dan yang terakhir pada tahun pelajaran 2007/2008 banyak siswa SMA Negeri 8 Semarang seluruhnya berjumlah 980 siswa.
40
Dalam sejarah perkembangan sejak berdirinya sampai sekarang ini tahun pelajaran 2007/2008 ( 29 tahun ) tercatat sudah 10 kali periode pergantian kepemimpinan sekolah. Periode 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 2. Data sekolah
Tahun Pelajaran 1979 – 1980 1980 – 1981 1981 – 1989 1989 – 1991 1991 – 1995 1995 – 1999 1999 – 2001 2001 – 2004 2004 – 2005 2005
1. Nama Sekolah Alamat Sekolah
Kepala Sekolah Bp. Widiatmoko, BSc Bp. Widayat Soekamto, BA Bp. Soeramto, BA Bp. Drs. Samekto Bp. Drs. Soewarno Bp. Drs. H. Sudibyo AP Bp. Drs. Sri Handoyo Bp. Drs. Widodo Bp. Drs. Totok Widyanto Ibu Hj. Kastri Wahyuni, S.Pd,.M.M
: SMA Negeri 8 Semarang : Jl. Raya Tugu Semarang Telp. (024) 8664553, Fax. (024) 8661798
Kota
: Kota Semarang
Propinsi
: Jawa Tengah
2. Kepala Sekolah Nama lengkap
: Hj. Kastri Wahyuni, S.Pd,.M.M
Pendidikan Terakhir
: Magister Manajemen
Jurusan
: Manajemen Sumber Daya Manusia
3. Keadaan Guru menurut ijazah terakhir yang dimiliki :
No
Ijazah terakir
1 2 3 4
S. 2 S.1 D.3 D.2 JUMLAH
Jumlah Guru Tetap 1 51 10 1 63
Jumlah Guru Tidak Tetap 9 9
Jumlah Keseluruhan 1 60 10 1 72
41
4. Keadaan Karyawan / Tenaga Administrasi menurut ijazah yang dimilliki No
Ijazah terakir
Jumlah Pegawai Tetap
1 2 3 4 5
S.1 D.3 SLTA SLTP SD JUMLAH
2 4 2 8
Jumlah Pegawai Tidak Tetap 3 6 1 3 13
Jumlah Keseluruhan 5 10 1 5 21
5. Keadaan Siswa ( 6 Tahun Terakir ) Tahun Pelajaran
Kelas 1 / X
Kelas 2 / XI
Kelas 3 / XII
Jumlah
Jumlah Keseluru han
2002 / 2003
L P L P L 127 196 139 178 131
P 146
L P 397 520
917
2003 / 2004
123 202 125 187 139
177
387 566
953
2004 / 2005
158 227 117 193 122
186
397 606
1003
2005 / 2006
106 230 153 220 107
190
366 640
1006
2006 / 2007
136 206 103 228 144
220
383 654
1037
2007 / 2008
131 207 128 192
99
223
358 622
980
2008 / 2009
145 200 123 206 124
192
392 598
990
6. Rasio jumlah siswa peserta ujian dengan jumlah kelulusan siswa serta siswa yang melanjutkan Tahun Pelajaran 2001 / 2002
Peserta Ujian 266
Kelulusan 100 %
Melanjutkan (%) 40 %
2002 / 2003
277
100 %
45 %
2003 / 2004
316
100 %
55 %
2004 / 2005
306
99.67 %
65 %
2005 / 2006
298
98 %
70 %
2006 / 2007
364
99 %
75 %
2007 / 2008
322
98 %
80 %
42
7. Keadaan guru dan siswa a. Guru Berdasarkan data yang diperoleh dari kordinator TU SMA 8 semarang, bahwa keadaan guru didalamnya cukup bervariasi, dari berbagai disiplin ilmu di perguruan tinggi negeri maupun swasta. Para guru juga berasal dari berbagai daerah luar kota semarang. Untuk lebih jelasnya, lihat daftar dewan guru berikut daftar guru yang tidak tetap dibawah ini. No.
Nama
NIP/NIGB
Tempat, Tgl Lahir Tempat Tgl Bln
Thn
Guru Mapel/ Staf Bidang
1
Hj. Kastri Wahyuni, S.Pd, MM
130796295 Semarang
15
06
1956 Kepala Sekolah
2
Drs. H. Zamhari
150209979 Boyolali
07
01
1950
3 4 5 6 7
Drs.Margono Dra.Musritantini Hj. Sri Murniati,S.Pd Dra. Haryati Pardjo Drs. Irawan Dra. Enny Ratnaningtyas Dra.V. Esti Haryanti Siti Purnamawati,S.Pd Dra.Hj. Endang Winarti Dra. Hj. Priyanti Isnaini Dra.Polimeri Liquidani
131626327 131289632 130524021 131098602 130911414
10 23 29 29 04
12 09 12 12 01
1957 1956 1950 1953 1956
Pend. Agama Islm BP/BK Biologi Biologi Sosiologi PKn
131665178 Semarang
20
01
1958
Ekon/Akun
131783416 Jakarta
10
07
1962
PKn
130605292 Semarang
04
11
1952
Matematik
131479758 Ponorogo
13
02
1960
Ekon/Akun
131634396 Semarang
04
08
1960
B. Prancis
131784747 Temanggung
29
12
1961
Kimia
Dra.Hj. Farichah
131635624 Solo
27
11
1951
Pend. Agama Islm
131649196 Solo
19
02
1955
BP/BK
130918832 Bojonegoro
28
02
1953
Antropolg
130902483 Surakarta
26
08
1958
Matematik
131630628 Semarang
16
04
1961
BP/BK
8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Dra. Endang Suprapti B Dra. Hj. Maesaroh Dra.Sri Rejeki Setyaningsih Dra. Hj. Endang Kusuma W
Purwodadi Purwodadi Sukorejo Pati Semarang
43
19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52
Drs. Tjatoer Hardjanto Puryanto,S.Pd Dra. Hj. Djuma'iyah Dra.Tuti Laswati Fajar Priyo Santoso Hj. Siti Chotidjah,S.Pd Imam Santoso, BA Eko Suryanti, S.Pd Fx. Ngadi Pamungkas Sri Mulyani,S.Pd Dra.Sri Rahayuningsih Astuti Werdiningsih Rr.Samsiati,S.Pd Pranowo Setyanto Dra.Setyaning Irianti Mimin Nurjanah,S.Pd Dra.Eny Murtiningsih Drs.Yuwana Busaeri Cholil, BA Ganefiani Sovhi Rintowati, S.Pd Budi Setiono Poniman Slamet,S.Pd Indriati Wijaya Mochamad Johari, S.Pd Budi Handoyo,S.Pd Dra. Hj. Nur Yulfiati Aryani Luh Madya W,S.Pd Mat Ibnu,S.Pd Dwi Hardiko,S.Pd Dra. Luftia Hanik Winarti Soelistyani, S.Pd Heni Setiowati, S.Pd Evi S Handayani, S.Pd
131770221 Semarang
19
06
1959
B. Indonesia
130932526 130682509 130901931 130917319
28 11 02 27
06 09 01 10
1954 1953 1957 1957
Fisika Kimia B.Inggris Fisika
130937122 Surakarta
13
12
1957
Ekon/Akun
130797698 130917314 130935739 130905044
09 16 01 24
09 01 06 03
1950 1956 1953 1954
Biologi Geografi Pend. Seni Penjaskes
131126181 Madiun
24
04
1956
BP/BK
131280933 131126554 130901671 132143163 131850225 132137736 132138546 130870401 131567634 132185939 131766102 132220247 130799489
17 16 26 10 19 19 27 02 08 04 07 04 02
11 05 07 02 11 04 08 08 11 05 11 06 09
1957 1954 1956 1963 1965 1960 1967 1949 1963 1969 1963 1974 1950
BP/BK B. Indonesia Penjaskes B. Inggris Matematik Kimia Ekon/Akun Penjaskes BP/BK Kimia Fisika Fisika B. Inggris
132220241 Semarang
31
10
1974
B. Inggris
132276306 Demak 500108779 Batang
20 27
11 08
1972 1963
B. Inggris BP/BK
500108751 Semarang
08
05
1970
B. Indonesia
500108713 Demak 500108671 Semarang 500108736 Demak
12 02 29
01 03 04
1970 1974 1968
B. Inggris Matematik Matematik
500130847 Semarang
14
10
1975
Biologi
500130853 Semarang
27
08
1973
Matematik
500130855 Yogyakarta
14
02
1970
Matematik
Purwokerto Surabaya Jakarta Semarang
Pasuruan Semarang Klaten Magelang
Pati Semarang Kebumen Kendal Tasikmalaya Klaten Gunungkidul Pemalang Semarang Temanggung Klaten Semarang Semarang
44
No.
Nama
73 74 75 76 77 78 79 80
Endang Susilaningsih,S.Pd Harnanik Catur W, S.Pd Komariyatun, S.Pd Tutik Naviatun, S.Pd Eli Murniati, S.Pd Debora Dewi S Sri Topo Eni, S.Pd Diana Kurniasari, S.Pd Lestari Pujihastuti, SH Suwarni, S.Pd Af'idatin, S.Pd Eko Pujiono, S.Pd Haryana, S.Pd Siswadi, S.Kom Dian Nofi Etikasari, S.Pd Rida Dermawan, S.Sn G. Bambang Sutopo, S.Th Suharno, S.Pd Henny Oktiviani, S.Pd Muhamad Zuhdan, S.Pd Kristiani, S.E Maryadi Sutarno,SIP Susanto Mashadi Suparman Hadhy S Wagimin Samsidi
81
Dwi Nur Fitriani
82 83 84
Ngesmi Detati Edi Moch Anggoro Mexitaningrum, S.E
53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72
NIP/NIGB
Tempat, Tgl Lahir Tempat
Guru Mapel/
Tgl Bln
Thn
Staf Bidang
500163152
Semarang
04
08
1971 Geografi/Sosiologi
500152982
Semarang
02
09
1973
B.Indonesia
500152987 500153033 500153016 500163186 500175790
Wonogiri Semarang Semarang Magelang Klaten
06 09 27 05 06
06 11 12 01 06
1976 1975 1978 1966 1975
Matematika B.Indonesia Biologi Agama Kristen PKn
500172842
Batang
17
01
1978
B.Indonesia
500175627 500175636 500175703 -
Semarang Semarang Semarang Kudus Gunungkidul Grobogan
07 10 25 10 15 14
06 03 05 07 10 12
1968 1969 1976 1981 1972 1977
PKn Ekonomi Matematika Sejarah Ekon/Akun TI & Kom
-
Semarang
01
11
1982
B. Jawa
-
Kendal
03
09
1976
Pend. Seni
-
Blitar
10
03
1968
Agama Katolik
-
Yogyakarta Demak
12 22
01 10
1971 1984
Sejarah B.Inggris
-
Pemalang
29
11
1983
B. Jawa
130870304 130870303 131915333 131786591 131952650 131121153 131575745 131641235
Jepara Wonogiri Boyolali Purwokerto Kendal Semarang Sleman Kendal
12 05 11 01 04 30 05 08
08 08 08 01 05 04 08 11
1953 1958 1961 1963 1963 1958 1952 1962
Koord. TU Agendaris
500124596
Semarang
02
02
1986
-
Pati Semarang Semarang
10 20
05 04
1966 1965
10
01
-
Bendahara UYHD Bendahara Barang
Penjaga Malam Koord. Perpus Penjaga Siang Penjaga Malam Pembnt. Bendahara
Laboran Penjaga Malam 1980 Kurikulum
45
85 86 87 88 89 90 91 92 93
Sri Sumiyati, S.S Dian Anggraeni, S.Sos Ronny Wijaya Daud Agus Prasetijono Sudarno Slamet Priyanto Sugiyanti Sukir Isnen Data guru diatas
-
Bantul
18
04
1981
Perpustakaan
-
Semarang
16
12
1980
Kesiswaan
-
Semarang
21
07
1982
Perpustakaan
-
Semarang
29
05
1972
Kebersihan
Boyolali Semarang Grobogan Boyolali Jenar kidul merupakan data guru -
Kebersihan Kebersihan Kebersihan Kebersihan Kebersihan yang terdiri dari guru 22 26 07 18 16
04 09 07 04 02
1965 1982 1967 1976 1952
tetap, guru tidak tetap atau honorer. b. Siswa Berdasarkan data yang diperoleh dari waka kurikulum SMA 8 Semarang jumlah keseluruhan siswa terakhir yang ada di SMA 8 Semarang berjumlah 1200 siswa, terdiri dari: 1. Siswa kelas 10 (empat ratus tuju puluh lima ) 2. Siswa kelas 11 (tiga ratus lima puluh ) 3. Siswa kelas 12 ( tiga ratus Tuju Puluh lima ) Dari jumlah siswa diatas merupakan siswa yang mayoritas bertempat tinggal dekat dengan lokasi sekolahan.
46
8. Struktur organisasi Komite sekolah
WK. Kurikulum
Kepala Sekolah
WK. Kesiswaan
WK. Prasarana
WK.
Humas
Unit Laboratorium
Dewan Guru
Koord. Taus
sekolah
9. Sarana dan prasarana sekolah 1) Tanah dan Bangunan a. Luas Tanah
: 15.424 m2
b. Luas Bangunan
: 7.918 m2
2) Lantai I a. Gedung utama terdiri dari :
Luas
a) R. Kepala Sekolah
: 1 Ruang
27 m2
b) R. Tata Usaha
: 1 Ruang
38 m2
c) R. Wakasek
: 1 Ruang
18,42 m2
d) R. Koperasi
: 1 Ruang
18,43 m2
e) R. Guru
: 1 Ruang
113,5 m2
f) R. Bendahara
: 1 Ruang
12 m2
g) Kamar Kecil Kepsek
: 1 Ruang
3,75 m2
h) Kamar kecil Guru
: 2 Ruang
@ 4 m2
: 1 Ruang
84 m2
b. Ruang Kelas dan lain-lain a) R. Bimbingan Konseling
47
b) UKS
: 1 Ruang
6,62 m2
c) Biro Data & Evaluasi
: 1 Ruang
15,33 m2
d) R. Kelas
: 26 Ruang
@ 72 m2
e) R. Aula / Keterampilan
: 1 Ruang
148,5 m2
f) R. OSIS
: 1 Ruang
31 , 57 m2
g) R. Musholla
: 1 Ruang
93,6 m2
h) R. Koperasi siswa
: 1 Ruang
8,97 m2
i) R. Kamar Kecil Siswa
: 3 Ruang
@ 48 m2
j) R. Lab. IPA
: 3 Ruang terdiri dari :
k) Lab. Kimia
: 1 Ruang
110,88 m2
l) Lab. Fisika
: 1 Ruang
121,44 m2
m) Lab. Biologi
: 1 Ruang
134,64 m2
a) R. Perpustakaan
: 1 Ruang
121 m2
b) R. Media
: 1 Ruang
34 m2
c) R. Senian
: 1 Ruang
34 m2
d) R. Lab. Bahasa
: 1 Ruang
72 m2
e) R. Kelas X.A,B,C,D
: 1 Ruang
72 m2
f) R. Komputer
: 1 Ruang
72 m2
g) R. Internet
: 1 Ruang
72 m2
3) Lantai II
4) Tata tertib a. Ketentuan umum a) Setiap siswa harus bertaqwa kepada Tuhan Y M E. Sebagai warga negara berpendidikan dan berjiwa Pancasila, siswa wajib bersikap sopan terhadap Kepala Sekolah ,Guru, Karyawan Sekolah, Tamu sekolah dan sesama Siswa baik di dalam maupun di luar sekolah. b) Setiap siswa harus menghayati dan mengamalkan Pancasila c) Setiap siswa secara sadar berkewajiban menjaga, menjunjung tinggi dan bertanggung jawab terhadap nama baik sekolah.
48
d) Setiap siswa secara sadar wajib mentaati dan menegakkan seluruh peraturan tata tertib sekolah. b. Ketentuan khusus 1) Hak-hak peserta didik a) Mendapatkan
pendidikan agama sesuai dengan agama
yang dianutnya dan diajarkan oleh pendidik yang seagama b) Mendapatkan layanan ekstrakurikuler sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya c) Mendapatkan
beasiswa
bagi
yang
berprestasi
atau
memenuhi persyaratan yang dikeluarkan oleh sekolah d) Menyelesaikan
program
pendidikan
sesuai
dengan
kecepatan belajar masing-masing dan tidak menyimpang dari ketentuan batas waktu yang ditetapkan e) Mendapatkan pengajaran sesuai dengan jenjangnya yaitu sesuai dengan kriteria pendidikan umum f) Mendapatkan rasa aman, dan nyaman dalam menempuh pendidikan g) Mendapatkan layanan konseling dengan baik h) Mendapatkan layanan program ulangan susulan, remidial dan pengayaan i) Mendapatkan nilai akhir semester pada tiap bidang studi j) Mendapatkan layanan konsultasi mata pelajaran pada guru bidang studi k) Mendapatkan fasilitas pendidikan (internet, perpustakaan, laboratorium, kelas, peralatan olah raga) yang memadai l) Mendapatkan fasilitas (tempat parkir kendaraan, kantin, kamar mandi, taman, tanah lapang) yang memadai 2) Kewajiban peserta didik a) Menjaga
norma-norma
pendidikan
untuk
menjamin
keberlangsungan proses dan keberhasilan pendidikan
49
b) Siswa mengenakan pakaian seragam sesuai dengan ketentuan yang berlaku c) Para siswa diwajibkan datang di sekolah minimal 10 (sepuluh) menit sebelum pelajaran dimulai. Setiap hari pelajaran berlangsung dari pukul 07.00 s.d. pukul 13.30 WIB dan pelajaran dimulai tepat pukul 07.00 WIB, kecuali pada hari Jum’at siswa masuk pukul 07.15 s.d. pukul 11.15 WIB. d) Siswa
yang
terlambat
diwajibkan
menuliskan
data
keterlambatannya pada buku terlambat dan diperbolehkan masuk kelas setelah mendapat izin tertulis dari guru BK/ guru piket. e) Bila guru belum masuk kelas (lima menit dari bel masuk dibunyikan), ketua kelas wajib menghubungi guru yang bersangkutan atau melaporkan kepada guru piket.. f) Pada awal pelajaran pertama dan setelah pelajaran berakhir para siswa wajib berdoa dengan dipimpin ketua kelas g) Siswa bersalaman dengan bapak, ibu guru setelah pelajaran selesai kemudian meninggalkan kelas. h) Siswa sebaiknya, keluar dari kelas pada saat istirahat berlangsung. i) Siswa diwajibkan
mengikuti upacara bendera yang
diselenggarakan sekolah. j) Siswa wajib bertanggung jawab atas terwujudnya 7 K ( Kurikulum, Keamanan, Kebersihan, Ketertiban, Keindahan, Kekeluargaan, Kerindangan ). k) Bila siswa
merusak barang sekolah, siswa wajib
memperbaiki/ mengganti/ membersihkan dengan segera. l) Siswa yang sakit atau tidak masuk sekolah karena sesuatu hal, harus ada surat permohonan izin tertulis dari orang tua.
50
m) Siswa tidak masuk karena sakit lebih dari 2 hari harus membawa surat keterangan dokter. n) Siswa yang akan meninggalkan halaman sekolah karena mendapatkan tugas diri sekolah atau ada keperluan diri wajib minta izin kepada guru BK/ wali kelas dengan menyerahkan tanda bukti mendapatkan tugas dari sekolah atau menyerahkan permohonan izin dari orang tua/wali. o) Siswa diwajibkan membawa “ Buku Tertib “ setiap hari ke sekolah . p) Makan/jajan hanya boleh dilakukan pada waktu istirahat di tempat yang telah disediakan oleh sekolah (siswa tidak diperbolehkan makan di dalam kelas). q) Handphone
siswa
selama
proses
belajar
mengajar
berlangsung dalam posisi mati. r) Pada waktu pelajaran olah raga maka hand Phone, uang dan barang berharga lain wajib dititipkan di guru BK atau wali kelas. s) Siswa yang beragama Islam diwajibkan mengikuti sholat dhuhur berjamaah di masjid sekolah. t) Siswa yang beragama Islam diwajibkan mengikuti sholat jum’at di sekolah sesuai jadwal. u) Siswa bersikap santun baik terhadap sesama teman, guru, karyawan, dan kepala sekolah. 3) Larangan peserta didik a) Siswa dilarang meninggalkan pelajaran atau pun kegiatan yang diwajibkan sekolah tanpa izin (membolos) b) Pada saat ulangan siswa dilarang kerja sama atau pun mencontek. c) Siswa dilarang menerima tamu dari luar kecuali seizin guru BK/ guru piket.
51
d) Siswa dilarang mengadakan acara ulang tahun di dalam kelas yang dimungkinkan dapat mengotori kelas atau membuat gaduh. e) Siswa dilarang membuat gaduh baik di kelas maupun di lingkungan sekolah. f) Rambut tidak boleh gondrong atau gundul (untuk siswa putra ), rambut harus pendek, rambut tersisir rapi, rambut tidak dikliwir, serta tidak dicat, untuk siswa putri yang berambut panjang harus diikat rapi (tidak boleh diurai ). g) Dilarang memakai perhiasan / asesoris bagi siswa putra dan bagi
siswa
putri
tidak
diperbolehkan
memakai
perhiasan/assesoris serta make up yang berlebihan. h) Siswa dilarang membawa, menyimpan, menghisap rokok, ganja, narkotika dan minum-minuman keras dimanapun berada terutama di lingkungan sekolah. i) Siswa dilarang membawa, menyimpan atau menggunakan senjata
api/
tajam,
petasan
barang-barang
yang
membahayakan atau barang-barang yang berbau porno (bacaan, foto, gambar porno baik itu di buku, HP, atau pun dalam bentuk CD) di manapun berada terutama di lingkungan sekolah j) Siswa dilarang menjadi anggota/membentuk suatu geng/ perkumpulan yang terlarang. k) Siswa dilarang melakukan tindak asusila l) Siswa dilarang melakukan tindak kriminal baik
dengan
sesama siswa maupun orang lain baik di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah juga dilarang tawuran. m) Siswa dilarang menikah selama mengikuti pendidikan di sekolah .
52
c.
Jenis pelanggaran dan nilai bobot pelanggaran 1) Kehadiran a) Keterlambatan datang pada jam pertama masuk sekolah (5) b) Meninggalkan kelas atau keluar dari lingkungan sekolah selama jam pelajaran berlangsung tanpa izin ( 10 ) c) Tidak masuk sekolah tanpa alasan/ keterangan ( 10 ) d) Tidak mengikuti kegiatan yang diwajibkan dari sekolah tanpa alasan atau keterangan (ekstra kurikuler, SKJ dll) (10) 2) Tata Berpakaian dan Penampilan Rias Diri a) Tidak berpakaian seragam sekolah sesuai dengan ketentuan, tiap-tiap bagian dikenakan skore kesalahan ( 5) b) Memakai sepatu dengan bagian penutup tumit dilipat dan diinjak (5 ) c)
Rambut gondrong, gundul, rambut
dikliwir (untuk
siswa putra ), serta dicat baik putra maupun putri. (15 ) d) Memakai perhiasan / asesoris bagi siswa putra dan bagi siswa putri memakai perhiasan/assesoris serta make up yang berlebihan. ( 15 ) 3) Lingkungan a) Merusak lingkungan dan sarana sekolah ( taman, perabot kelas, corat-coret tembok atau pun bangku juga meja kelas disamping mengganti akan mendapat skore kesalahan ( 40 ) b) Membuang sampah tidak pada tempatnya ( maksimal 15 ) c) Menghilangkan, mengotori barang sekolah atau yang bukan miliknya (maksimal 40 )
53
d) Mengadakan acara ulang tahun di dalam kelas yang memungkinkan dapat mengotori kelas atau membuat gaduh. (15 ) e) Membuat gaduh baik di kelas maupun di lingkungan sekolah.( 15 ) 4) Pemakaian Obat-obatan Terlarang, Minum-Minuman Keras, Senjata Tajam, Senjata dan Rokok a) Membawa/ menggunakan ganja, narkotika, obat terlarang dan sejenisnya ( 75 ) b) Membawa/ meminum-minuman keras saat KBM/ selama memakai seragam sekolah (maksimal 50) c)
Membawa senjata tajam, senjata api, petasan atau benda sejenisnya yang bisa membahayakan orang lain ( maksimal 50 )
d) Merokok/ membawa rokok pada saat mengikuti kegiatan sekolah atau selama memakai pakaian seragam sekolah ( 25 ) 5) Perjudian dan Pornografi a) Membawa alat-alat perjudian baik memainkan maupun tidak memainkan ( kartu domino, kartu remi dan sejenisnya) ( 20 ) b) Membawa, mengedarkan, melihat-lihat bacaan atau pun gambar porno (50 ) c) Melakukan penipuan/ pencurian/ pemalsuan/ perjudian ( 50 ) 6) Tindak Asusila a) Bebicara jorok/ tidak sopan dengan sesama teman ( 15 ) b) Mencemarkan nama baik sekolah, guru, atau pun karyawan ( 75 ) c) Berbicara/ menulis jorok atau tidak sopan terhadap guru dan karyawan ( 50 )
54
d) Melakukan perbuatan tindakan tidak senonoh ( maksimal 75 ) 7) Tindak Kekerasan a) Mengancam terhadap guru dan karyawan ( 75 ) b) Penganiayaan terhadap guru dan karyawan ( 100 ) c) Berkelahi/ tawuran dengan orang luar ( 75 ) d) Berkelahi/ tawuran dengan teman sendiri ( 75 ) 8) Upacara Sekolah a) Menimbulkan kegaduhan pada waktu upacara ( 10 ) b) Tidak mengikuti upacara ( membolos upacara ) ( 15 ) 9) Etika a) Mencontek atau pun kerja sama pada saat mengerjakan ulangan, test, atau pun ujian (15) b) Menerima tamu dari luar tanpa seizin BK/ Guru Piket (10) c) Melompat pagar sekolah, melompat jendela ( 40 ) d) Melaksanakan
pernikahan
pada
saat
mengikuti
pendidikan di sekolah .(100) e) Menjadi anggota/membentuk suatu geng/ perkumpulan yang terlarang ( 75 ) f) Tidak membawa ” Buku Tertib ” ( 10 ) g) Menghilangkan ” Buku Tertib ” ( 50 ) h) Memimpin demonstrasi ( 75 ) d. Sanksi Setiap pelanggar Tata Tertib ini akan dicatat dalam buku tertib, dengan memberi point/score terhadap setiap pelanggaran yang dilakukan. Pemberlakuan penghitungan jumlah skore dalam jangka satu semester. Sanksi akan diberikan berdasarkan jumlah point kesalahan yang diperoleh yaitu : 1) Jumlah point 25 Æ diberi peringatan tertulis pertama.
55
2) Jumlah point 50 Æ diberi peringatan tertulis kedua, orang tua dipanggil ke sekolah . 3) Jumlah point 75 Æ diberi peringatan tertulis ketiga, orang tua dipanggil ke sekolah
diberi tahu akan adanya
peringatan
terakhir. 4) Jumlah point 100 Æ siswa dikembalikan kepada orangtua. 5) Hal-hal yang belum diatur dalam Tata Tertib ini akan diatur , secara khusus dan ditentukan kemudian .
B. JENIS KENAKALAN SISWA YANG ADA DI SMA 8 SEMARANG Sekolah merupakan tempat pendidikan formal yang mempunyai peranan untuk mengembangkan kepribadian anak sesuai dengan kemampuan dan pengetahuannya. Banyak indikasi yang membuktikan bahwa anak-anak remaja yang memasuki sekolah ada sebagian yang berperilaku baik, dan ada pula yang berperilaku menyimpang seperti suka mabuk, tawuran, kebutkebutan dan sebagainya. Gejolak jiwa pada masa transisi inilah menjadikan remaja merasa mampu untuk melakukan segala sesuatu yang dihadapi. Apabila salah satu dari keinginan tidak terpenuhi maka remaja pada umumnya akan melakukan pemberontakan pada peraturan yang sudah ada baik dalam lingkup keluarga maupun sekolah. Pemberontakan inilah sering disebut dengan kenakalan. Kenakalan siswa adalah perilaku yang menyimpang yang terjadi dilingkungan. Adapun berbagai macam pelanggaran yang dilakukan siswa di SMA 8 Semarang adalah pelanggaran yang berbentuk pelanggaran berat dan ringan. Seperti halnya membolos, berkelahi, terlambat, dan lain sebagainya.1 SMA 8 Semarang, adalah Sekolah Menengah Atas yang tidak terlepas dari adanya permasalahan-permasalahan yang dihadapi seperti adanya perilaku-perilaku menyimpang/kenakalan yang dilakukan para siswa.
1
Wawancara dengan Guru Bimbingan Konseling Dra. Yayuk S., Pukul 10.00 WIB Selasa 20 Juli 2008.
56
Kenakalan yang terjadi di SMA 8 Semarang selalu diproses oleh guru yang bersangkutan khususnya guru agama dan guru BK. Beberapa catatan yang ada bahwa jenis kenakalan yang terjadi di SMA 8 adalah kenakalan yang bersifat pelanggaran pada peraturan sekolah seperti halnya membolos, berkelahi, terlambat dan lain sebagainya. Dari data yang diambil dari keterangan guru BK ada sekitar 20 siswa yang melakukan pelanggaran yang dianggap berat yaitu membolos dan sering tidak masuk. Siswa-siswa tersebut meliputi siswa kelas sepuluh, Sebelas, dan sebagian kelas dua belas. Menurut salah satu guru PAI SMA 8 Semarang Dra. Hj. Faricha contoh Kenakalan yang lain adalah siswa yang sering terlambat, misalnya disebutkan dalam buku catatan khusus kenakalan SMA 8, salah satu siswa yang melakukan pelanggaran adalah siswa berinisial Su. Yang hampir setiap hari berangkat ke sekolah masuk terlambat. Dan hal itu mengakibatkan peraturan
seakan-akan
di
kesampingkan,
imbasnya
siswa
tersebut
mendapatkan hukuman sesuai dengan ketentuan peraturan sekolah. Yaitu tidak boleh masuk kelas sebelum jam pertama selesai. Adapun jenis pelanggaran lainnya adalah pelanggaran yang dilakukan oleh siswa secara spontan yaitu pada saat didalam kelas ataupun luar kelas dimana siswa seakan-akan mencari perhatian dari temanya ataupun gurunya, jenis kenakalan ini sering dijumpai pada sat guru menerangkan di dalam kelas ataupun di luar kelas. Biasanya jenis pelanggaran ini dilakukan berkelompok dan ditujukan untuk mengerjai guru ataupun siswa lain.2 Siswa SMA pada umumnya merupakan bagian dari masa remaja yang mana pada saat remaja gejolak jiwa mulai diapresiasikan karena tuntutan keadaan. Masa remaja juga bisa dikatakan masa transisi seseorang. Dimana banyak ditemukan gejolak jiwa dan fisik. Transisi merupakan perpindahan alam khayalan ke alam kenyataan dan pada saat itu remaja menjadikan dirinya sebagai seorang yang paling super dan merasa sudah dewasa. Gejolak emosional yang tidak terkendali akan membawanya kedalam alam khayal 2
Wawancara dengan guru PAI SMA 8 Semarang Dra. Hj. Faricha, 4 April 2008.
57
yang padahal pada kenyataanya tidak. Banyak remaja yang melakukan kenakalan karena ingin membuktikan bahwa dirinya itu telah dewasa, padahal sebenarnya belum dewasa. Kedewasaan seseorang haruslah didukung oleh berbagi aspek dalam kehidupan seperti fisik, mental, cara berpikir dan kejiwaanya. Ada berbagai macam kenakalan yang terjadi di lingkungan SMA 8 Semarang. Dari hasil wawancara dengan salah satu guru PAI SMA 8 Semarang kenakalan yang terjadi pada siswa disebabkan oleh berbagai latar belakang siswa itu sendiri yaitu secara umum mereka melakukan kenakalan bersumber dari faktor interen siswa meliputi: keluarga, lingkungan, dan kondisi psikologi. Faktor-faktor penyebab kenakalan tersebut adalah sebagai berikut: a. Keluarga, dalam keluarga siswa yang melakukan kenakalan biasannya lingkup keluarga tidak teratur, artinya pengawasan orang tua terhadap anak kurang jadi muncul rasa kebebasan dalam diri anak sehingga kebiasaan ini terbawa dalam lingkungan sekolah, dan timbullah kenakalan tersebut, seperti menjahili temannya, tidur dalam kelas, menyontek, bolos, dan lain-lain. b. Lingkungan, mayoritas siswa SMA 8 Semarang adalah siswa yang tempat tinggalnya di daerah semarang dan lingkungan yang membebaskan akan pergaulan dan tingkah laku sering dijumpai dalam kehidupann mereka, apalagi siswa yang kasus, lebih-lebih lingkungan di dalamnya selalu menuntut akan kebebasan dan tanpa ada peraturann yang mengikat khususnya dalam hal ibadah, tentunya hal tersebut memberikan kontribusi siswa dalam lingkungan sekolah akan terbawa yaitu dalam kegiatan keagamaan, contohnya sholat berjamaah yang dilaksanakan disekolahan, bagi siswa yang tidak terbiasa karena lingkungan beribadah secara jamaah pasti akan memberontak dan timbullah pelanggaran pada peraturan sekolah atau kenakalan. c. Kondisi Psikologis, hal ini yang agak sulit diukur karena tingkat psikologi siswa berbeda-beda, akan tetapi saya akan membahas yang siswa nakal,
58
adakalanya siswa tersebut memang berasal dari keluarga baik-baik dalam arti penuh dengan pengawasan orang tua, akan tetapi pengawasan yang berlebih-lebihan membuat anak menjadi stres akibatnya di sekolah anak melampiaskan kebebasanya baik dalam kelas ataupun luar kelas, sebagai contoh dalam kelas anak akan bicara sendiri dalam pelajaran, karena tekanan psikologis itulah anak menjadi kurang semangat dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar dan melakukan pelanggaran dalam sekolah. Penjelasan di atas merupakan faktor-faktor penyebab kenakalan yang terjadi di Sekolah SMA 8 Semarang. Kenakalan tersebut juga beragam macamnya. Kenakalan yang sudah terjadi di lingkungan sekolah SMA 8 Semarang adalah kenakalan yang tidak sampai pada tindakan kriminal seperti membolos, terlambat, tidak mengenakan seragam lengkap baik atribut sekolah ataupun perlengkapan sekolah yang sudah diwajibkan, dan paling berat kenakalan yang sudah terjadi adalah berkelahi sesama teman.3 Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa kenakalan yang terjadi di lingkungan SMA 8 Semarang adalah kenakalan yang bersumber dari faktorfaktor intern siswa. Dan kenakalan yang sudah terjadi tidak sampai melampaui batas maksimum pelanggaran berat walaupun pelanggaran yang sudah terjadi di lingkungan sekolah SMA 8 sudah termasuk tipe pelanggaran berat dan pelanggaran ringan. Akan tetapi peran guru di dalam menanggulangi kenakalan mampu menjadikan siswa yang mau melakukan kenakalan berat dapat segera diatasi yaitu lewat peran guru PAI dan bantuan dari guru-guru BK.
3
Wawancara dengan guru PAI SMA 8 Semarang Drs. H. Zamhari, 4 April 2008.
59
BAB IV PELAKSANAAN GURU PAI DALAM MENANGGULANGI KENAKALAN SISWA SMA 8 SEMARANG
A. Peran dan fungsi PAI dalam menanggulangi kenakalan Siswa. Pendidikan agama yang dilaksanakan di sekolah merupakan elemen yang penting dalam pendidikan di sekolah. Tingkah laku peserta didik kebanyakan dipengaruhi oleh tingkah laku moral, dan pembentukan tingkahlaku moral sangat dipengaruhi oleh faktor normatif pendidikan yang siswa tempuh atau faktor agama yang siswa tempuh. Kenakalan siswa yang sekarang marak terjadi di lingkungan sekolah, terjadi karena kurangnya pengetahuan tentang agama, disamping faktor keluarga yang sangat dominan dalam mempengaruhi tingkah laku moral siswa. Untuk menanggulangi kenakalan siswa yang semakin marak terjadi, pendidikan moral perlu dilaksanakan dalam tingkat keluarga dan tentunya pendidikan agama juga diperlukan didalamnya. Pendidikan agama yang dirasa kurang representative (mewakili) dalam menanggulangi kenakalan siswa, menjadikan pendidikan agama di nomor duakan dalam kurikulum pembelajaranya. Terbukti dengan jumlah mata pelajaran yang sangat minim jika dibandingkan dengan mata pelajaran yang lain. Peran pendidikan agama didalam lingkungan sekolah sangatlah penting mengingat agama sebagai kepercayaan seseorang dalam keseharianya merupakan perwujudan sikap ketaatan terhadap tuhan, dan tuntutan yang harus dilaksanakan adalah beribadat kepada tuhan. Tentunya pendidikan agama merupakan peran terpenting dalam membentuk karakteristik tingkah laku seseorang.
Maka peran pendidikan agama sangatlah penting dalam
pembentukan tingkah laku seseorang khususnya peserta didik dalam lingkungan sekolah. Pendidikan agama Islam yang merupakan usaha sadar dan terencana untuk menyiapkan siswa dalam meyakini, memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran agama haruslah melalui kegiatan bimbingan, pengajaran
60
ataupun latihan. Karena kegiatan-kegiatan tersebut dapat merangsang peserta didik dalam memahami isi dari agama Islam dan harus dimiliki oleh peserta didik. Kegiatan yang benuansa Islam harus selalu diadakan dalam lingkup sekolah, karena dipandang sangat perlu guna menunjang kemampuan beragama siswa. Kegiatan-kegitan yang bersifat mendidik dalam beribadat adalah materi yang sangat dianjurkan dalam pelaksanaanya. Seperti halnya kegiatan berjamaah yang dilaksanakan dalam lingkup sekolah, yang bertujuan membentuk karakter pribadi muslim pada siswa. Dan kegiatan-kegiatan yang lain yang selalu dilatar belakangi oleh pendidikan agama. Sebagai peran dalam menanggulangi kenakalan siswa pendidikan agama dituntut juga menghadirkan beberapa materi yang berhubungan dengan kehidupan dalam keluarga, sekolah maupun masyarakat. Karena pendidikan agama yang selalu hadir dimata masyarakat selalu dinilai positif oleh masyarakat.
Untuk
itu
penanaman
tingkah
laku
dalam
kehidupan
bermasyarakat harus dimiliki oleh peserta didik. Peran inilah sebagai acuan tingkahlaku peserta didik dapat dilihat setelah mempelajari agama di sekolah. Untuk lebih mengarah pada pemahaman tentang peran PAI dalam menanggulangi kenakalan siswa maka PAI harus berperan sebagai berikut: 1. Peran PAI sebagai pemahaman agama yaitu pendidikan agama dilaksanakan dalam lingkup sekolah bertujuan untuk memahamkan peserta didik tentang pengertian pendidikan agama Islam. 2. Peran PAI sebagai tingkahlaku adalah pendidikan haruslah mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan tingkahlaku siswa secara Islami setelah mempelajari tentang agama Islam di sekolah. 3. Peran PAI dalam pembentukan karakter, disebut sebagai peran PAI dalam pembentukan
karakter siswa dimaksudkan agar siswa mempunyai
karakter muslim yang sempurna dan menjadi muslim yang sejati. Setelah melakukan perilaku keislaman dilingkungan sekolah maupun luar sekolah. Ketiga peran PAI tersebut merupakan peran yang sangat sering kita teorikan dalam pembentukan karakter PAI pada siswa. Secara garis besar
61
keberadaan PAI haruslah dilingkupi oleh peran-peran tersebut yang bertujuan memahamkan tentang arti PAI dalam kehidupan. PAI dalam lingkup sekolah tidak hanya mempunyai peran-peran tersebut guna menanggulangi kenakalan siswa akan tetapi PAI juga mempunyai fungsi dalam penanggulangan kenakalan siswa. Dalam lingkup sekolah umum pendidikan agama mempunyai fungsi sebagai berikut: 1. Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketaqwaan peserta didik kepada Allah SWT yang telah ditanamkan dalam lingkungan keluarga. Pada dasarnya usaha menamkan keimanan dan ketaqwaan menjadi tanggung jawab setiap orang tua dalam keluarga. Sekolah berfungsi untuk menumbuh kembangkan kemampuan yang ada pada diri anak melalui bimbingan, pengajaran dan pelatihan agar keimanan dan ketaqwaan tersebut dapat berkembang secara optimal sesuai dengan tingkat perkembangannya. 2. Penyaluran, yaitu untuk menyalurkan anak-anak yang memiliki bakat khusus dibidang agama agar bakat tersebut berkembang secara optimal sehingga dapat dimanfaatkan untuk dirinya sendiri dan bagi orang lain. 3. Perbaikan, yaitu untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan, kekurangan, dan kelemahan peserta didik dalam keyakinan, pemahaman dan pengamalan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari. 4. Pencegahan, yaitu untuk menangkal hal-hal negatif dari lingkungannya atau dari budaya lain yang dapat membahayakan dirinya dan menghambat perkembangannya menuju manusia Indonesia seutuhnya. 5. Penyesuaian, yaitu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial dan dapat mengubah lingkungannya sesuai dengan ajaran Islam. 6. Sumber nilai, yaitu memberikan pedoman hidup untuk mencapai kebahagiaan hidup didunia dan akhirat. Beberapa fungsi PAI diatas menunjukkan bahwa PAI dalam sekolah berfungsi sebagai bahan untuk menanamkan sifat keislaman dan memberikan
62
dampak positif pada peserta didik yaitu sebagai pencegahan tindakan-tindakan kenakalan yang terjadi pada peserta didik.
B. Peran Aktif Guru PAI Dalam Menanggulangi Kenakalan Siswa di SMA 8 Semarang. Pelaksanaan pembelajaran pada sekolah tentunya melibatkan dua unsur penting dalam pendidikan yaitu guru dan siswa. Demikian pula dengan pembelajaran PAI di sekolah tidak lepas dari kedua elemen penting tersebut. Guru sebagai pribadi pendidik diharuskan mempunyai potensi akademik dalam pembelajarannya dan seyogyanya mampu mempunyai kompetensi mendidik, mengarahkan, membimbing, sampai memberikan contoh dalam kehidupan kesehariannya. Apalagi dalam mata pelajaran PAI guru dituntut untuk menguasai manejemen mendidik dan mengajar. Karena pendidikan agama merupakan pendidikan yang kaya akan komoditas peribadatan dalam materinnya. Walaupun demikian guru PAI juga diharapkan mampu mengembangkan pemikiran siswa dalam rangka pemahaman tentang Islam dan pengertian-pengertian tentang keilmuan Islam lainnya seperti peribadatan, sejarah Islam, ketuhanan, sampai pada penguasaan tentang ushul-ushul ilmu Islam. Siswa dalam pendidikan merupakan subyek di mana ilmu disampaikan padanya dalam proses belajar mengajar. Keanekaragaman bentuk budaya, komonitas sampai cara hidup bersama menjadikan karakter siswa muncul berbeda-beda. Artinya tingkah laku yang ditunjukkan dalam kehidupan kesehariannya menunjukkan perilaku berbeda antara siswa satu dengan yang lain. Dalam pemahaman keilmuan juga muncul perbedaan yang jelas ada siswa yang intelegensinya tinggi, tengah-tengah, sampai rendah. Dalam tingkah lakunya siswa juga mempunyai perbedaan yang pasti yaitu siswa yang berperilaku baik dan prilaku yang tidak baik. Keanekaragaman tersebut menjadikan
tugas
guru
menjadi
bertambah
yaitu
bagaimana
cara
memahamkan mata pelajan pada siswa-siswi yang berbeda dalam kemampuan berpikirnya.
63
Dalam hal ini perilaku menyimpang pada siswa akan disajikan yaitu kenakalan yang dilakukan oleh siswa pada sekolah yaitu SMA 8 Semarang. Kebanyakan kenakalan yang terjadi muncul karena siswa dalam pergaulan kurang diawasi oleh orang tua, dalam pergaulan dilingkungan sekolah siswa yang melakukan pelanggaran juga mengelompok. Karena pada masa remaja ini siswa merasa dirinya menjadi sosok yang mampu dalam segala hal dan merasa bisa. Jadi perlawanan pada peraturan yang ada muncul dan mengakibatkan kenakalan siswa terjadi. Contoh-contoh kenakalan tersebut beraneka ragam mulai dari membolos, terlambat, berkelahi dan lain-lain. Banyak kenakalan yang disebabkan oleh gejolak psikologi siswa seperti, halnya membolos yang dilakukan hampir setiap hari oleh siswa yang berinisial Ab., setelah ditelusuri perilaku menyimpang yang dilakukan oleh siswa tersebut dilatar belakangi oleh keadaan yang membuatnya bosan pada lingkungan di sekolah, akhirnya muncul inisiatif membolos dan mencari hiburan lain guna pemuasan keinginan hatinya. Kenakalan yang ada di SMA 8 Semarang memang beragam dari kenakalan berat dan kenakalan ringan. kenakalan berat diprioritaskan pada siswa yang melakukan pelanggaran seperti berkelahi, mencuri, minum minuman keras disekolahan dan kenakalan-kenalan ringan yang sering dilakukan oleh siswa akan menjadi kenakalan berat dengan sanksi yang sudah ada. Kenakalan ringan yaitu kenakalan yang dilakukan oleh siswa seperti membuat gaduh didalam kelas, mengganggu teman belajar, terlambat dan lain sebagainya. Sebagai seorang guru, guru PAI dituntut untuk bisa memberikan peran aktifnya dalam menanggulangi kenakalan siswa yang terjadi di SMA 8 Semarang. Selain memberikan pemahaman tentang mata pelajaran PAI guru PAI juga berperan dalam masalah penataan tingkah laku. Tujuan dari pemahaman tingkah laku tersebut adalah tingkah laku siswa harus sesuai dengan ajaran agama Islam baik dalam kehidupan di sekolah maupun di luar sekolah.
64
Di SMA 8 Semarang guru PAI mempunyai beberapa peran aktif artinya guru PAI berperan penting dalam menanggulangi kenakalan siswa. pertama cara preventif atau tindakan yang dilakukan guru PAI untuk menghilangkan atau menjauhkan dari segala pengaruh kenakalan. Adapun cara Preventif guru PAI dalam menanggulangi kenakalan siswa adalah sebagai berikut: 1. Guru PAI memanggil siswa yang sering melakukan kenakalan pada jamjam khusus yaitu pada istirahat atau diluar jam pelajaran, dimaksudkan untuk memberikan pemahaman dan keyakinan bahwa guru PAI dalam memberikan pengarahan tidak hanya menggunkan metode lisan saja akan tetapi metode praktik dan perhatian menjadikan siswa akan memahami bagaimana seorang guru menjadi peran dalam menanggulangi kenakalan. 2. Guru PAI mengadakan penyuluhan khusus dengan terapi keagamaan agar siswa benar-benar memahami dan menyesali bahwa perilaku yang dilakukan tidak termasuk ajaran agama. Kedua penanggulangan dengan cara Represif atau tindakan perbaikan dengan memberikan pemahaman kembali tentang ajaran agama. Melalui tindakan tersebut upaya guru PAI dalam menanggulagi kenakalan akan dapat terwujud. Cara-cara tersebut meliputi: 1. Guru PAI Memberikan pemahaman dan pengertian tentang pendidikan agama yaitu dengan melalui pelajaran di dalam kelas. 2. Mengadakan kegiatan-kegiatan keberagamaan baik hari besar agama ataupun kegiatan keberagamaan siswa setiap harinya, seperti sholat dhuhur berjamaah dan sholat jum’at bersama di masjid sekolah. 3. Bekerja sama dengan guru lain khususnya guru bimbingan konseling, wali kelas dan guru mata pelajaran. Dengan metode ini tidak hanya guru PAI yang berperan dalam menaggulangi kenakalan siswa akan tetapi guru yang lain juga mempunyai tugas dalam menanggulangi kenakalan siswa. 4. Berupaya menjunjung nilai-nilai keislaman dalam kehidupan sekolah yaitu mendukung adanya program ekstra kulikuler islami seperti baca tulis alQur’an, rebana, pesantren kilat dan lain-lain.
65
Beberapa peran aktif guru PAI di atas adalah macam-macam peran guru PAI SMA 8 dalam penanggulangan kenakalan siswa. Cara-cara efektif tersebut merupakan penanaman perilaku kepada ppeserta didik. Mulai dari pemahaman, pelaksanaan kegiatan Islami, pendekatan dengan siswa, sampai bekerja sama dengan guru lain dalam penanggulangan kenakalan siswa. Jadi peran aktif guru dalam menanggulangi kenakalan siswa berpotensi untuk memberikan pelajaran baru pada guru PAI sendiri karena melalui PAI guru mulai berpikir kreatif untuk menanggulangi kenakalan siswa, baik kenakalan yang sudah terjadi ataupun pencegahan terhadap kenakalan yang akan dilakukan oleh siswa. Berdasarkan data jenis kenakalan yang sudah terjadi di SMA 8 Semarang penulis akan mencoba menganalisis kenakalan-kenakalan tersebut dengan metode-metode yang sudah dilaksanakan oleh guru PAI di SMA 8 Semarang.
66
No 1.
Jenis Kenakalan
Faktor penyebab
ini Guru
Tidur di dalam Kenakalan kelas,
terjadi
menyepelekan
karena
mata
PAI
dalam
disebabkan menanggulangi kenakalan faktor ini
menggunakan
siswa memanggil
pelajaran, psikologis
gaduh yang belum mapan.
membuat
Cara penanggulangan
cara
siswa
yang
melakukan kenakalan ini
dalam kelas, dan
secara
pribadi,
lain-lain.
memberikan
dan
bimbingan
khusus yaitu menanamkan tujuan belajar di sekolah dengan kehidupan pribadi siswa melalui pemahaman didalam
kehidupan
beragama. 2.
Terlambat datang Pengawasan orang Pertama guru PAI dalam di
dalam hal
sekolah, tua
membolos,
kehidupan keluarga pendekatan
menjahili teman, menjadikan dan lain-lain.
ini
pribadi
dan
anak bekerja sama dengan guru Bimbingan
melakukan
melakukan
Konseling
kenakalan ini, atau untuk mencari tahu asal kenakalan
yang usul keluarga siswa dan
disebabkan
oleh berusaha
memberi
faktor
keluarga. pengarahan
dan
Siswa.
pemahaman
tentang
kedisiplinan
siswa.
Jika
pelanggaran ini dilakukan terus menerus oleh siswa guru PAI dan guru BK memanggil orang tua siswa dengan memberikan arahan
67
kepada orang tua siswa tentang kehidupan keluarga secara normatif dan arti kehidupan siswa didalam lingkungan sekolah serta menjelaskan peraturan
peraturansiswa
di
sekolahan kepada orang tua siswa. Kenakalan
3.
karena yang melakukan kenakalan
terjadi faktor
ini Guru PAI mendata siswa
lingkungan ini,
mengumpulkan
Tidak mengikuti siswa bebas tanpa memberikan tatanan tentang
ada
keberagamaan
keberagamaan. Dan lingkungan ada lingkungan
beragama
yang dalam kehidupan sehari-
dilingkungan
bebas akan norma- hari,
sekolah,
norma
berkelahi,
berlaku.
menjelaskan
yang kegiatan
arti
keagamaan
disekolah,
serta
memberikan sedikit sanksi
menodong, merokok
arahan kehidupan
kegiatan
yang
dan
di
sesuai
dengan
perturan
lingkungan
yang ada, dan menambah
sekolah dan lain
kegiatan
sebagainya.
sekolah.
keagamaan
di
Tabel diatas adalah beberapa jenis kenakalan, faktor penyebab kenakalan, dan cara penanggulangan kenakalan siswa yang dilakukan oleh guru PAI di SMA 8 Semarang dalam menanggulangi kenakalan siswa. Guru PAI sebagai guru agama beperan langsung dalam penanggulangan kenakalan
68
tersebut. Disamping, penanggulangan kenakalan tersebut dilakukan oleh guru PAI guru BK juga membantu dalam pelaksanaannya. Kerjasama tersebut bertujuan
dalam
penanggulangan
kenakalan
yang
terjadi.
Dengan
menggunakan cara-cara simpel dan mengena pada siswa yang melakukan kenakalan. Jadi peranan guru PAI dalam penanggulangan kenakalan siswa sangat berperan. Untuk itu tidak dalam lingkungan sekolah saja penerapan karakter
beragama
siswa
dilakukan
melainkan
dalam
kehidupan
bermasyarakat karakter beragama siswa harus senantiasa diterapkan. Pembentukan karakter siswa dangan karakter siswa yang taat akan agama dalam lingkungan sekolah tidak akan terwujud tanpa peran aktif dari guru PAI.
69
BAB V PENUTUP
A. Simpulan Pembahasan tentang peran aktif guru PAI dalam menanggulangi kenakalan siswa di SMA 8 Semarang, telah penulis jelaskan dalam bab demi bab pada uraian diatas. Dari pembahasan tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa: Pendidikan agama Islam adalah salah satu materi yang disajikan di sekolah umum, dalam pelaksanaanya PAI merupakan pendidikan agama dan tidak lepas dari aspek praktiknya. Jadi tidak hanya kompetensi tentang pemahaman agama saja melainkan kompetensi praktik juga ditanamkan dalam pembelajaran PAI didalamnya. Guru dan siswa merupakan kedua elemen penting dalam pendidikan harus mengutamakan pemahaman tentang intelegensi dan praktik maka, keberadaannya harus aktif dalam mengatasi dan menyelesaikan masalahmasalah yang ada dalam lingkaran proses belajar mengajar. Guru PAI harus memiliki peran aktif dalam menyelesaikan masalah tersebut. Seperti halnya kenakalan. Cara-cara dan metode praktis harus selalu digunakan dalam pelaksanaan penanggulangan kenakalan tersebut. Dalam hal ini kenakalan yang muncul banyak terjadi karena keadaan siswa yang masih dalam tahap penjelajahan diri atau perubahan masa. Karena psikologi mereka yang mendukung untuk memberontak dengan peraturan yang maka terjadilah kenakalan pada siswa tersebut. Selain faktor psikologis siswa kenakalan yang terjadi dekarenakan oleh faktor keluarga dan lingkungan yang mendukung untuk melakukan kenakalan. Sebagai contoh kenakalan yang muncul di lingkungan SMA 8 adalah membolos, berkelahi, terlambat dan lain-lain. Adapun cara guru PAI dalam menanggulangi kenakalan siswa yang ada pada SMA 8 Semarang mempunyai beberapa peran aktif artinya guru PAI berperan penting dalam menanggulangi kenakalan siswa. pertama cara preventif atau tindakan yang dilakukan guru PAI untuk menghilangkan atau
70
menjauhkan dari segala pengaruh kenakalan. Adapun cara Preventif guru PAI dalam menanggulangi kenakalan siswa adalah sebagai berikut: 1. Guru PAI memanggil siswa yang sering melakukan kenakalan pada jamjam khusus yaitu pada istirahat atau diluar jam pelajaran, dimaksudkan untuk memberikan pemahaman dan keyakinan bahwa guru PAI dalam memberikan pengarahan tidak hanya menggunkan metode lisan saja akan tetapi metode praktik dan perhatian menjadikan siswa akan memahami bagaimana seorang guru menjadi peran dalam menanggulangi kenakalan. 2. Guru PAI mengadakan penyuluhan khusus dengan terapi keagamaan agar siswa benar-benar memahami dan menyesali bahwa perilaku yang dilakukan tidak termasuk ajaran agama. Kedua penanggulangan dengan cara Represif atau tindakan perbaikan dengan memberikan pemahaman kembali tentang ajaran agama. Melalui tindakan tersebut upaya guru PAI dalam menanggulagi kenakalan akan dapat terwujud. Cara-cara tersebut meliputi: 1. Guru PAI Memberikan pemahaman dan pengertian tentang pendidikan agama yaitu dengan melalui pelajaran di dalam kelas. 2. Mengadakan kegiatan-kegiatan keberagamaan baik hari besar agama ataupun kegiatan keberagamaan siswa setiap harinya, seperti sholat dhuhur berjamaah dan sholat jum’at bersama di masjid sekolah. 3. Bekerja sama dengan guru lain khususnya guru bimbingan konseling, wali kelas dan guru mata pelajaran. Dengan metode ini tidak hanya guru PAI yang berperan dalam menaggulangi kenakalan siswa akan tetapi guru yang lain juga mempunyai tugas dalam menanggulangi kenakalan siswa. 4. Berupaya menjunjung nilai-nilai keislaman dalam kehidupan sekolah yaitu mendukung adanya program ekstra kulikuler islami seperti baca tulis alQur’an, rebana, pesantren kilat dan lain-lain. Beberapa cara tersebut sebagai bahan acuan dan peran aktif guru PAI dalam menanggulangi kenakalan siswa di SMA 8 Semarang. Jadi pendidikan agama Islam mempunyai arti penting dalam pembentukan karakter siswa khususnya dalam tingkah laku kepada Tuhan.
71
Guru PAI dalam praktiknya harus berperan aktif dalam menanggulangi kenakalan yang ada dan berusaha memberikan solusi dengan perannya sebagai guru PAI.
B. Saran-saran Setelah melihat kondisi yang ada, serta berdasarkan hasil penelitian yang penulis laksanakan, tidak ada salahnya apabila penulis memberikan Saransaran demi kebaikan kita bersama. 1. Kepada Pendidik a. Diharapkan agar turut serta mengoptimalisasikan proses-proses belajar
Mengajar.
b. Menciptakan suasana belajar yang kondusif, agar proses Belajar Mengajar
lancar dan tercapainya tujuan.
c. Menerapkan metode-metode yang tepat dalam mengajar agar proses belajar mengajar menyenangkan. d. Menjalin hubungan yang baik dengan peserta didik. 2. Kepada Sekolah a. Menjadikan sekolah merupakan lapangan sosial bagi siswa dimana pertumbuhan kepribadian, moral, sosial dan segala aspek kepribadian dapat berkembang, tidak terbatas kepada pemberian pengetahuan saja. b. Sekolah harus dapat memberikan bimbingan dalam pengisian waktu seperti kegiatan ekstra kurikuler. c. Mengadakan kerja sama antara orang tua murid dengan pihak sekolah
secara
teratur;
mengadakan
pertemuan
untuk
membicarakan persoalanpersoalan yang menyangkut pendidikan dan masalah anak.
72
3. Kepada Keluarga a. Menciptakan suasana rumah yang harmonis, saling menghormati, menghargai, dan sebagainya. b. Orang tua hendaklah dapat menjadi contoh yang baik dalam segala aspek kehidupannya bagi si anak, terutama amaliyah islamiyah. c. Orang tua harus memperhatikan pendidikan anak-anaknya. 4. Kepada Masyarakat a. Mengadakan pengawasan terhadap perkumpulan-perkumpulan remaja. b. Mengadakan pengawasan dan tindakan yang tegas terhadap peredaran
buku-buku porno, majalah, komik-komik, dan
sebagainya. c. Mengadakan pertemuan-pertemuan
umum seperti: ceramah,
diskusi, seminar, untuk membicarakan masalah kenakalan dan kejahatan
untuk
mencari
jalan
keluar,
pencegahan,
dan
penanggulangan secara lebih positif. d. Mengembangkan jasa pengabdian psikolog, counselor, klinikklinik terapi. e. Mentradisikan nilai-nilai Islam.
C. Penutup Teriring rasa syukur alhamdulillah yang tidak terhingga Kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dengan segala daya dan upaya dapat menyelesaikan skripsi ini. Apa yang penulis sampaikan di dalamnya hanyalah merupakan sebagian kecil saja dari ilmu Allah yang tertuang dari samudera ilmu, yang itupun masih juga tidak terlepas dari kesalahan dan kekurangan, untuk itu kritik dan saran demi kesempurnaan tulisan ini sangat penulis harapkan. Namun, tidak kurang dari harapan penulis mudah-mudahan melalui skripsi ini sedikit banyak dapat diambil manfaatnya oleh para pembaca,
73
sehingga dapat menjadikan penggugah hati ke arah yang lebih jauh dan luas dalam rangka kita melangkah ke arah yang positif. Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan petunjuk serta bimbinganNya kepada kita, sehingga kita semua dapat menggapai ketenteraman lahir dan batin untuk mengabdi kepada-Nya. Amiin.