PERAN SEKOLAH DALAM MENANGGULANGI KENAKALAN REMAJA (Studi Kasus MTs Negeri 3 Jakarta) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh : Nenda Muslihah NIM: 1112015000069
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2016
SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama
: Nenda Muslihah
Nim
: 1112015000069
Jurusan
: Pendidikan IPS/Sosiologi
Judul Skripsi
: Peran Sekolah dalam Menanggulangi Kenakalan Remaja (Studi Kasus MTs Negeri 3 Jakarta)
Dengan ini menyatakan bahwa: 1. Skripsi ini merupakan hasil karya sendiri yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Strata (S1) di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi berdasarkan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 29 September 2016
Nenda Muslihah NIM. 1112015000069
ABSTRAK Nenda Muslihah, “Peran Sekolah dalam Menanggulangi Kenakalan Remaja (Studi kasus MTs Negeri 3 Jakarta)”. Skripsi, Konsentrasi Sosiologi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian ini meneliti tentang peran sekolah dalam menanggulangi kenakalan remaja. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahuai bagaimana peran sekolah dalam menanggulangi kenakalan remaja di MTs Negeri 3 Jakarta. Manfaat penelitian ini untuk membantu sekolah dalam menanggulangi kenakalan remaja. Metode penelitian menggunakan metode kualitatif, dan jenis penelitian yang digunakan adalah studi kasus. Peneliti mengambil data dengan teknik wawancara, observasi dan dokumentasi. Pemilihan sample dengan menggunakan sampling purposive yaitu teknik penentuan sample dengan pertimbangan tertentu. Dalam penelitian ini peneliti memperoleh data mengenai (1) gambaran umum mengenai MTs Negeri 3 Jakarta, (2) Gambaran umum tentang bentukbentuk kenakalan remaja, (3) data tentang faktor-faktor penyebab kenakalan remaja, (4) data tentang tindakan preventif yang dilakukan sekolah dalam menanggulangi kenakalan remaja, (5) data tentang tindakan represif yang dilakukan sekolah dalam menanggulangi kenakalan remaja, (6) data tentang tindakan kutarif yang dilakukan sekolah dalam menanggulangi kenakalan remaja, dan (7) data tentang kendala yang dialami sekolah dalam menanggulangi kenakalan remaja di MTs Negeri 3 Jakarta.
Kata kunci: Peran sekolah, menanggulangi, kenakalan remaja.
i
ABSTRACT
Nenda Muslihah, "The Role of Schools in Tackling Juvenile Delinquency (Case Study 3 Jakarta MTs)". Thesis, Department of Educational Sociology Concentration of Social Sciences, Faculty of Science and Teaching Tarbiyah, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. This research examines the role of the school in tackling juvenile delinquency. The purpose of this study was to mengetahuai how the role of schools in tackling juvenile delinquency in MTs Negeri 3 Jakarta. The benefits of this research to help schools cope with juvenile delinquency. The research method using qualitative methods, and the type of research is a case study. Researchers took the data by interviewing, observation and documentation. Selection of the sample using purposive sampling technique of determining the sample with a certain considerations. In this study, researchers obtained data on (1) a general overview of MTs Negeri 3 Jakarta, (2) Overview of the forms of juvenile delinquency, (3) data on the factors that cause delinquency, 4) data on preventive measures undertaken schools in tackling juvenile delinquency, (5) data about the actions represif are schools in tackling juvenile delinquency, (6) data about the actions kutarif are schools in tackling juvenile delinquency, and (7) data on constraints experienced by schools in tackling juvenile delinquency at MTs Negeri 3 Jakarta.
Keywords: The role of the school, tackling, juvenile delinquency.
ii
KATA PENGANTAR
Assalammu’alaikum Wr.Wb Alamdulillah, segala puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan taufik dan hidayah-Nya kepada kita semua sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, kepada keluarga dan para sahabatnya serta seluruh muslimin dan muslimah. Laporan skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat mencapai gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Laporan skripsi ini membahas mengenai “Peran Sekolah dalam Menanggulangi Kenakalan Remaja (Studi Kasus MTs Negeri 3 Jakarta). Selanjutnya penulis menyadari sepenuhnya bahwa tidak sedikit kesulitan yang dihadapi selama penulisan skripsi ini. Namun atas bimbingan-Nya dan motivasi
dari
berbagai
pihak,
penulis
menyadari
bahwa
keberhasilan
kesempurnaan merupakan sebuah proses yang harus dijalani. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada semua pihak yang berjasa dalam penulisan skripsi ini, diantaranya: 1. Prof Dr. Ahmad Thib Raya, MA. Selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah. 2. Bapak Dr. Iwan Purwanto, M.Pd Ketua Jurusan Pendidikan IPS 3. Bapak Syarifullah, M.Si Sekretaris Jurusan Pendidikan IPS 4. Ibu Dr. Ulfah Fajarini, M.Si, Dr. Dosen Pembimbing Akademik. 5. Bapak Muhammad Arif, M.Pd dan Ibu Tri Harjawati, M.Si Selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan banyak waktu, tenaga, dan pikirannya untuk membimbing dan mengarahkan penulis dalam penulisan skripsi.
iii
6. Seluruh Dosen Jurusan pendidikan IPS UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah meluangkan waktu dan tenaga untuk pengetahuan
serta
bimbingan
kepada
penulis
memberikan ilmu selama
mengikuti
perkuliahan. 7. Seluruh staf Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan dan Staf Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial yang telah memberikan kemudahan dalam pembuatan surat-surat dan sertifikat. 8. Pimpinan dan staff Perpustakaan Umum dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu penulis dalam menyediakan serta pinjaman literatur yang dibutuhkan. 9. Bapak Jumanto M.Pd selaku Kepala MTs Negeri 3 Jakarta yang telah memberi kesempatan kepada peneliti untuk melakukan penelitian di sekolah yang beliau pimpin. 10. Ibu Hunainah, M.Pd., Bapak Riza Fahlevi, MT., Bapak Faqih Khairul Fikri S.Psi., Ibu Yeti, S.Psi., Ibu Latifah, S.Pd dan seluruh dewan guru serta staff tata usaha MTs Negeri 3 Jakarta yang telah membantu penulis selama proses penelitian terurama dalam pemberian informasi. 11. Ucapan terimakasih tiada henti dan penghargaan penulis berikan dengan rendah hati kepada ayahanda Mahdi Fahrudin dan Ibu Hayati yang senantiasa memberikan motivasi, semangat dan doa yang selalu mengiringi setiap langkah penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan studi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Semoaga selalu dalam keadaan sehat wal-afiat. 12. Kakak dan adik tercinta Rizka Khoerinnisa dan Asetya Achmadi serta seluruh keluarga besar Amil Rasta yang selalu memberikan dukungan agar cepat dalam menyelesaikan skripsi serta lulus tepat waktu. 13. Sahabat-sahabat seperjuangan Cut Aja Muliasari, Ismah, Fildzah Octaviani, Iis Mawati, Agustina Permatasari, Nurhikmalasari, Herawati Suherli, Dede Tiara R, Hani Pertiwi, Nurwidi Oktaria, Citra Chairunnisa Aziz, Isma Nurfitri, Indah Novianto. Terimakasih atas waktu yang kalian
iv
luangkan selama menyelesaikan studi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Yang selalu menemani, menghibur, berbagi suka duka, memberikan doa dan dukungan serta motivasi. Semoga tetap semangat dan silaturahim kita tetap terjalin, aamiin. 14. Terimakasih kepada Kumala Ningsih, Intan Awaliyah R, Ipah Sarifatul H, Karyani, Suci Pujiawati, Titin Maisaroh Sahabat-sahabat yang selalu memberikan doa dan dukungan meski jarak membentang. 15. Terima kasih untuk Aisyah, Nadya MNS, Hanan, Alfida Husna dan semua warga-wargi Keluarga Mahasiswa Islam Jakarta (KMIK) yang tidak bisa disebutkan satu persatu. 16. Seluruh teman-teman jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (P.IPS) angkatan 2012. Semoga Allah meridhoi segala usaha dan harapan kita. 17. Semua pihak yang telah membantu proses penyusunan skripsi, yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, terimakasih atas doa dan dukungannya.
Demikianlah pengantar dari penulis terlepas dari segala kekurangan yang ada, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca, serta penulis juga mengharapkan kritik dan saran yang bersipat membangun demi kesempurnaan penulis selanjutnya. Akhirnya kepada Allah SWT penulis bermohon, semoga segala bantuan dari berbagai pihak yang tersebut diatas dibalas oleh-Nya dengan pahala yang berlipat ganda. Aamiin.
Jakarta, 26 September 2016 Penulis
Nenda Muslihah
v
DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH ABSTRAK ................................................................................................................ i ABSTRACT ............................................................................................................. ii KATA PENGANTAR .............................................................................................. iii DAFTAR ISI ............................................................................................................. vi DAFTAR TABEL .................................................................................................... x DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ xi DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................ xii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang .......................................................................................... 1 B. Identifikasi Masalah .................................................................................. 5 C. Batasan Masalah ........................................................................................ 6 D. Rumusan Masalah ..................................................................................... 6 E. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 7 F. Manfaat Penelitian ..................................................................................... 7
BAB II KAJIAN TEORI A. Peran Sekolah ............................................................................................ 9 1. Pengertian Sekolah ............................................................................... 9 2. Pengertian Peran Sekolah ..................................................................... 11 3. Perwujudan Peran Sekolah ................................................................... 12 4. Peran Sekolah dalam Menanggulangi Kenakalan Remaja ................... 15 B. Remaja dan Kenakalan Remaja ................................................................ 19 1. Pengertian Remaja .............................................................................. 19 2. Ciri-ciri Masa Remaja ........................................................................ 20
vi
3. Pengertian Kenakalan Remaja ............................................................. 24 4. Jenis-jenis Kenakalan Remaja ............................................................. 26 5. Faktor-faktor Penyebab Kenakalan Remaja ........................................ 27 6. Teori-Teori Penyebab Kenakalan Remaja ........................................... 30 7. Penanggulangan Kenakalan Remaja ...................................................32 C. Kerangka Berpikir .....................................................................................37 D. Penelitian Relevan .....................................................................................39
BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ...................................................................44 B. Pendekatan dan Jenis Penelitian ................................................................45 C. Jenis dan Sumber Data ..............................................................................45 D. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian ...............................48 1. Observasi ..............................................................................................48 2. Wawancara............................................................................................49 3. Dokumentasi ........................................................................................57 E. Teknik Analisis Data .................................................................................58 1. Data Reduction ......................................................................................59 2. Data Display .........................................................................................60 3. Verifikasi dan Penarikan Kesimpulan ...................................................60 F. Pengecekan Keabsahan Data .....................................................................61 1. Tringulangi Sumber ..............................................................................61 2. Tringulasi Teknik ..................................................................................61 3. Tringulasi Waktu ..................................................................................62
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum MTs Negeri 3 Jakarta ...................................................63 1. Sejarah MTs Negeri 3 Jakarta .............................................................63 2. Letak Geografis MTs Negeri 3 Jakarta ..............................................63 3. Visi dan Misi MTs Negeri 3 Jakarta ....................................................64 4. Sarana dan Prasarana MTs Negeri 3 Jakarta .......................................65
vii
5. Guru dan Tenaga Kependidikan MTs Negeri 3 Jakarta ......................67 6. Siswa/siswi MTs Negeri 3 Jakarta.......................................................67 7. Program-program MTs Negeri 3 Jakarta .............................................68 B. Hasil Penelitian ..........................................................................................69 1. Gambaran Bentuk-bentuk Kenakalan Remaja di MTs Negeri 3 Jakarta ...................................................................................................69 2. Gambaran Faktor-Faktor Penyebab Kenakalan Remaja di MTs Negeri 3 Jakarta ....................................................................................74 3. Gambaran Tindakan Preventif yang dilakukan Sekolah dalam Menanggulangi Kenakalan Remaja di MTs Negeri 3 Jakarta ..............77 4. Gambaran Tindakan Represif yang dilakukan Sekolah dalam Menanggulangi Kenakalan Remaja di MTs Negeri 3 Jakarta ............. 85 5. Gambaran Tindakan Kuratif yang dilakukan Sekolah dalam Menanggulangi Kenakalan Remaja di MTs Negeri 3 Jakarta ............. 90 6. Kendala Sekolah dalam Menanggulagi Kenakalan Remaja ................. 93 C. Pembahasan ................................................................................................. 96 1. Bentuk-bentuk Kenakalan Remaja di MTs Negeri 3 Jakarta ............... 96 2. Faktor-faktor Penyebab Kenakalan Remaja di MTs Negeri 3 Jakarta 99 3. Tindakan Preventif yang dilakukan Sekolah dalam Menanggulangi Kenakalan Remaja di MTs Negeri 3 Jakarta ........................................ 100 4. Tindakan Represif yang dilakukan Sekolah dalam Menanggulangi Kenakalan Remaja di MTs Negeri 3 Jakarta ........................................ 101 5. Tindakan Kuratif yang dilakukan Sekolah dalam Menanggulangi Kenakalan Remaja ................................................................................ 102 D. Kendala MTs Negeri 3 Jakarta dalam Menanggulangi Kenakalan Remaja 104 E. Keterbatasan Penelitian ................................................................................ 105
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ...........................................................................................106 B. Saran .....................................................................................................107
viii
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ix
DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Penelitian Relevan ................................................................................... 41 Tabel 3.1 Rencana Penyusunan Penelitian ............................................................. 44 Tabel 3.2 Jenis dan Sumber Data Penelitian ........................................................... 47 Tabel 3.3 Pedoman Observasi ................................................................................. 49 Tabel 3.4 Pedoman Wawancara ............................................................................. 50 Tabel 3.5 Pedoman Dokumentasi ............................................................................ 58 Tabel 4.1 Sarana dan Prasarana MTs Negeri 3 Jakarta ........................................... 66 Tabel 4.2 Jumlah Guru MTs Negeri 3 Jakarta ........................................................ 67 Tabel 4.3 Siswa MTs Negeri 3 Jakarta 2015/2016.................................................. 67 Tabel 4.4 Data Jumlah Siswa yang Melakukan Pelanggaran Cara Berpakaian MTs Negeri 3 Jakarta ............................................................................ 73 Tabel 4.5 Data Bentuk Kasus Kenakalan Remaja MTs N 3 Jakarta ...................... 73 Tabel 4.6 Kegiatan Intrakulikuler MTs Negeri 3 Jakarta ........................................ 83 Tabel 4.7 Kegiatan Ekstrakulikuler MTs Negeri 3 Jakarta ..................................... 84
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir .............................................................................. 38 Gambar 3.1 Teknik Analisis Data .......................................................................... 57
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Pedoman Wawancara Lampiran 2 Transkip Wawancara dengan Kepala Sekolah MTs Negeri 3 Jakarta Lampiran 3 Transkip Wawancara dengan Wakasek Kesiswaan SMTs Negeri 3 Jakarta Lampiran 4 Transkip Wawancara dengan Guru BK Kelas VII MTs Negeri 3 Jakarta Lampiran 5 Transkip Wawancara dengan Guru BK Kelas VIII MTs Negeri 3 Jakarta Lampiran 6 Transkip Wawancara dengan Guru BK Kelas IX MTs Negeri 3 Jakarta Lampiran 7 Transkip Wawancara dengan Siswa (1) MTs Negeri 3 Jakarta Lampiran 8 Transkip Wawancara dengan Siswa (2) MTs Negeri 3 Jakarta Lampiran 9 Transkip Wawancara dengan Siswa (3) MTs Negeri 3 Jakarta Lampiran 10 Pedoman Observasi Lampiran 11 Hasil Observasi Peran Sekolah dalam Menanggulangi Kenakalan Remaja Lampiran 12 Peraturan dan Tata Tertib MTs Negeri 3 Jakarta Lampiran 13 Program Tahunan Osis MTs Negeri 3 Jakarta Tahun Pelajaran 2015/2016 Lampiran 14 Daftar Pembina, Pelatih dan Jadwal Kegiatan Pengembangan Diri Perjenjang Kelas MTs Negeri 3 Jakarta Tahun Pelajaran 2015/2016
xii
Lampiran 15 Jadwal Penyambutan Siswa MTs Negeri 3 Jakarta Tahun Pelajaran 2015/2016 Lampiran 16 Catatan Kejadian Siswa Kelas VIII Lampiran 17 Dokumentasi Penelitian Lampiran 18 Transkip Wawancara dengan Guru MTs Negeri 3 Jakarta Lampiran 19 Transkip Wawancara dengan Keamanan/Satpam MTs Negeri 3 Jakarta Lampiran 20 Transkip Wawancara dengan petugas kebersihan (OB) MTs Negeri 3 Jakarta
xiii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan ini, manusia sejak awal hingga sekarang selalu mengalami perubahan, baik perubahan jasmaniah maupun rohaniah, baik perubahan positif maupun negatif. Perubahan ini terjadi sebagai akibat dari proses kematangan dan pengalaman. Perubahan yang paling menonjol dalam kehidupan adalah perubahan fisik yang dialami oleh manusia berawal dari masa bayi, masa balita, masa remaja, masa awal dewasa, masa usia pertengahan dan masa tua. Dari adanya beberapa tahapan dalam kehidupan manusia masa remaja merupakan masa yang paling penting karena masa remaja merupakan bagian dari komunitas yang paling rentan dalam menerima perubahan-perubahan dan masa remaja adalah masa memasuki fase pencarian jati diri. Dalam pencarian jati dirinya mereka mengekspresikannya dengan berbagai cara dan gaya. Selalu ingin tampil beda dan mencari perhatian orang lain. Hal ini di perjelas oleh Stanley Hall seorang bapak pelopor psikologi dalam Agoes Dariyo perkembangan remaja dianggap sebagai masa topan badai dan stres (storm and stress), karena mereka memiliki keinginan bebas untuk menentukan nasib diri sendiri.1 Pengaruh kompleksitas kehidupan ini sudah tampak pada berbagai fenomena remaja yang perlu memperoleh perhatian pendidikan. Fenomena yang
tampak
akhir-akhir
ini
antara
lain
perkelahian
antarpelajar,
penyalahgunaan obat dan alkohol, reaksi emosional yang berlebihan, dan berbagai
prilaku
yang
mengarah
pada
tindak
kriminal.Remaja
berkecenderungan bersikap bebas bertindak dan seringkali berbuat hal-hal negatif, sehingga banyak menimbulkan tindakan amoral atau lebih dikenal dengan kenakalan remaja.Kenakalan remaja bukan hanya merupakan perbuatan anak yang melawan hukum semata, tetapi juga termasuk perbuatan yang melanggar norma masyarakat. Perbuatan remaja yang melawan hukum 1
Agoes Dariyo, Psikologi Perkembangan Remaja, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2004), h. 3.
1
2
dan anti sosial pada dasarnya tidak disukai oleh masyarakat sehingga kenakalan ni disebut sebagai salah satu problem sosial. Pada dasarnya problem sosial menyangkut nilai-nilai sosial dan moral, oleh karena menyangkut tata kelakuan yang immoral, berlawanan dengan hukum, dan bersifat merusak.Keresahan dan perasaan terancam tersebut pasti terjadi sebab kenakalan-kenakalan yang dilakukan anak remaja pada umumnya berupa ancaman terhadap hak milik orang lain yang berupa benda seperti pencurian, penipuan dan penggelapan. Berupa ancaman keselamatan jiwa orang lain, seperti pembunuhan dan penganiayaan yang menimbulkan meninggalnya orang lain dan perbuatan-perbutan ringan lainnya, seperti pertengkaran sesama anak, minum-minuman keras, begadang/berkeliaran sampai larut malam.2 Akhir-akhir ini kenakalan remaja semakin tidak terkendali, banyaknya peserta didik (usia remaja) yang melanggar peraturan dan tata tertib sekolah dan semakin banyaknya remaja dan pelajar yang terlibat dalam tindakan kriminalitas dan semakin memperparah keadaan remaja saat ini bahkan peserta didik (usia remaja) cenderung terlalu bebas dalam bersikap dan bertindak yang mengarah pada perilaku menyimpang.Salah satu contoh fenomena yang terjadi adalah tertangkapnya belasan pelajar SMK di Kota Tangerang dan diamankan polisi karena terlibat tawuran. Dari tangan para pelajar, polisi mengamankan beberapa senjata tajam. Sepanjang JanuariOktober 2013, komisi nasional perlindungan anak (Komnas Anak) mencatat 229 kasus tawuran pelajar tingkat SMP dan SMA yang mengakibatkan 19 siswa meninggal dunia. Jumlah ini meningkat 44% di banding tahun lalu yang hanya 128 kasus. Selain tawuran contoh fenomena kenakalan remaja lainnya adalah maraknya penyalahgunaan narkoba. Badan Narkotika Nasional (BNN) menemukan bahwa 50-60% pengguna narkoba di indonesia adalah kalangan pelajar dan mahasiswa. Padahal penggunaan narkoba telah dilarang
2
Sudarsono, kenakalan Remaja. (Jakarta: Rineka cipta, 1995), h. 116.
3
penggunaannya sejak lama kecuali digunakan untuk pengobatan atau kesehatan.3 Sampai sekarang tahun 2015 Badan Narkotika Nasional memperkirakan jumlah pengguna narkoba di indonesia mencapai 5,1 juta orang jumlah ini diperkirakan akan terus bertambah.Prilaku seks bebas juga menjadi masalah yang menyumbang angka terbesar dalam kasus kenalakan remaja. Banyak survei yang menunjukan bahwa lebih dari 40% remaja indonesia pernah melakukan hubungan seks. Seks bebas seakan sudah menjadi hal yang lumrah di kalangan remaja. hal ini menjadi bukti bahwa belum maksimalnya peran sekolah dalam menanggulangi kenakalan remaja. Dengan banyaknya fenomena-fenomena mengenai kenakalan remaja, pada penanggulangan kenakalan remaja maka masyarakat dan pemerintah dipaksa
untuk
melakukan
tindak-tindak
preventif,
represif
dan
penanggulangan secara kuratif. Tindakan-tindakan preventif yang dilakukan antara lain berupa, meningkatkan kesejahteraan rakyat, perbaikan lingkungan, yaitu daerah kampung-kampung miskin, mendirikan klinik bimbingan psikologis dan edukatif untuk memperbaiki tingkah laku dan membantu remaja dari kesulitan mereka, menyediakan tempat rekreasi yang sehat bagi remaja, membangun badan kesejahteraan anak-anak. Salah tindakan preventif atau tindakan pencegahan yang harus dilakukan dalam menanggulangi kenakalan remaja adalah anjuran untuk berakhlaq mulia dan lemah lembut sebagaimana firman Allah dalam Qs. Al-Imran ayat 159:
3
Eka Lidwina, “Dampak Pertumbuhan Penduduk terhadap peningkatan Kenakalan remaja”, http://www.kompasiana.com/lidwinaeka/dampak-pertumbuhan-penduduk-terhadappeningkatan-kenakalan-remaja_54f38329745513972b6c7986)
4
Artinya : “Maka disebabkan rahmat dan Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu”. (Qs. Al-Imran : 159). Selanjutnya
Tindak-tindak
represif
diantaranya
adalah
aparat
keamanan/penegak hukum perlu ditingkatkan kewibawaannya, sarana dan prasarana (termasuk personil) perlu ditingkatkan. Tindakan kuratif bagi usaha penyembuhan anak delinkuen antara lain berupa menghilangkan semua sebab-musabab timbulnya kejahatan remaja, baik yang berupa familial, sosial ekonomis dan melakukan perubahan lingkungan dengan jalan mencarikan orang tua angkat/asuh dan memberikan fasilita yang diperlukan bagi perkebangan jasmani dan rohani yang sehat bagi anak-anak remaja, memindahkan anak-anak nakal kesekolah yang lebih baik, atau ke tengah lingkungan sosial yang baik, memberikan latihan bagi para remaja untuk hidup teratur, tertib dan berdisiplin, memanfaatkan waktu senggang di kamp latihan, untuk membiasakan diri bekerja, belajar dan melakukan rekreasi sehat dengan disiplin tinggi.Selain penanggulangan kenakalan remaja secara preventif, represif dan kuratif, sekolah juga sangat berperan dan berpengaruh bagi perkembangan anak. Agar tidak terjadi perilaku menyimpang pada anak remaja, sekolah harus melakukan upaya secara maksimal untuk meminimalisir adanya perilaku menyimpang pada peserta didik. Peserta didik harus berpartisipasi dalam kegiatan sekolah seperti mengikuti jam KBM, dan kegiatan luar sekolah di luar jam pelajaran seperti mengikuti ekstrakulikuler yang terdiri dari ekstrakulikuler olah raga, pramuka, seni musik, drama, keterampilan-keterampilan, dan lain-lain yang diikuti oleh peserta didik maka kenakalan pada siswa akan dapat ditanggulangi. Sekolah dalam menanggulagi kenakalan mempunyai peranan yang sangat berarti dalam membentuk karakter peserta didik, karena dalam keseharianya siswa banyak menghabiskan waktu di lingkungan sekolah dan juga dapat menentukan berhasil atau tidaknya peserta didik dalam pengembangan pembelajaran khusunya dalam praktik sehari-hari. Seperti penjelasan diatas bahwa masa peralihan ini sangatlah didominasi oleh berbagai problem
5
kenakalan. Maka, sekolah didalamnya ikut berperan aktif, khusunya dalam masalah kenakalan siswa. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Achmad bahri dan riska setya ningsih bahwa orang tua dan bimbingan konseling disekolah juga mempunyai peran penting dalam menanggulangi kenakalan remaja. MTs Negeri 3 merupakan salah satu Madrasah Tsanawiyah yang berada di daerah Jakarta selatan. Meskipun sekolah tersebut bernuansa islami dan agamis bahkan termasuk sekolah yang disiplin dalam menaati peraturan, namun masih adanya siswa yang melanggar tata tertib sekolah, serta masih adanya kebiasaan siswa merokok, membolos, berkelahi, telat masuk kelas, bully, dan resisten atau geng. Hal ini sesuai dengan keterangan guru bimbingan konseling dan beberapa siswa (6 orang). Kenakalan remaja di MTsN 3 Jakarta lebih mendominasi pada siswa kelas VIII hal ini disebabkan pada jenjang kelas tersebut termasuk dalam masa eksistensi dan pencarian jati diri. Hal itu pun dibuktikan dari hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti. Kenakalan yang terjadi di MTsN 3 jakarta termasuk kedalam kenakalan ringan karena hanya sebatas pada kenakalan dalam melanggar tata tertib sekolah. Namun sekecil atau seringan apapun bentuk kenakalan harus diatasi atau ditanggulangi secara tuntas. Selain adanya tindakan kenakalan remaja, sekolah juga mempunyai peran aktif dalam menanggulangi kenakalan tersebut diantaranya semua siswa wajib menaati semua tata tertib sekolah dan memberi sanksi yang tegas bagi pelanggar atau pelaku kenakalan. Berdasarkan keterangan di atas maka penulis tertatik untuk mengkaji “Peran Sekolah dalam Menanggulangi Kenakalan Remaja (Studi kasus MTs Negeri 3 Jakarta)” B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas beberapa masalah dapat di identifikasi antara lain :
6
1. Masih adanya peserta didik (usia remaja) yang melanggar peraturan dan tata tertib sekolah 2. Adanya perilaku menyimpang yang terjadi disekolah diantaranya membolos, berkelahi, telat masuk kelas, bully, resisten atau geng. 3. Peserta didik (usia remaja) cenderung terlalu bebas dalam bersikap dan bertindak yang mengarah pada perilaku menyimpang 4. Belum maksimalnya peran sekolah dalam menanggulangi kenakalan remaja.
C. Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah diatas, penelitian ini akan dibatasi pada masalah belum maksimalnya peran sekolah dalam menanggulangi kenakalan remaja.
D. Rumusan Masalah Berdasarkan Pembatasan masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana peran MTs Negeri 3 Jakarta dalam menanggulangi kenakalan remaja”. Untuk memperoleh data yang rinci dan lengkap guna menjawab pertanyaan di atas pada kesempatan ini dirumuskan beberapa pertanyaan sebagai berikut: 1. Apa sajakah bentuk-bentuk kenakalan remaja di MTs Negeri 3 Jakarta? 2. Apa sajakah faktor-faktor penyebab kenakalan remaja di MTs Negeri 3 Jakarta? 3. Bagaimanakah tindakan pencegahan (preventif) yang dilakukan sekolah dalam menanggulangi kenakalan remaja di MTs Negeri 3 Jakarta? 4. Bagaimanakah tindakan pemberian sanksi (represif) yang dilakukan sekolah dalam menanggulangi kenakalan remaja di MTs Negeri 3 Jakarta?
7
5. Bagaimanakah penanggulangan (kuratif) yang dilakukan sekolah dalam menanggulangi kenakalan remaja di MTs Negeri 3 Jakarta? 6. Apa sajakah kendala sekolah dalam menanggulangi kenakalan remaja di MTs Negeri 3 Jakarta?
E. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana peran sekolah dalam menanggulangi kenakalan remaja di MTs Negeri 3 Jakarta. Sedangkan secara khusus penelitian ini bertujuan sebagai berikut: 1. Untuk memperoleh gambaran bentuk-bentuk kenakalan remaja di MTs Negeri 3 Jakarta 2. Untuk memperoleh gambaran faktor-faktor penyebab kenakalan remaja di MTs Negeri 3 Jakarta 3. Untuk memperoleh gambaran tindakan pencegahan (preventif) yang dilakukanMTs Negeri 3 Jakarta dalam menanggulangi kenakalan remaja 4. Untuk memperoleh gambaran tindakan pemberian sanksi (represif) yang dilakukan MTs Negeri 3 Jakarta dalam menanggulangi kenakalan remaja 5. Untuk memperoleh gambaran penanggulangan (kuratif) yang dilakukan MTs Negeri 3 Jakarta dalam menanggulangi kenakalan remaja 6. Untuk memperoleh gambaran kendala MTs Negeri 3 Jakarta dalam menanggulangi kenakalan remaja
F. Kegunaan Penelitian 1. Secara teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan dibidang ilmu psikologi khusunya psikologi perkembangan, psikologi pendidikan, dan psikologi sosial yang berkaitan dengan peran sekolah dalam menanggulangi kenakalan remaja di sekolah.
8
2. Secara praktis a. Bagi Pemerintah Sebagai informasi untuk pihak pemerintah dalam menentukan kebijakan-kebijakan dan membuat undang-undang guna mencegah penyimpangan perilaku serta melakukan upaya untuk penanggulangan khususnya kenakalan remaja. b. Bagi sekolah Sebagai bahan pertimbangan penyusunan kebijakan penanganan pelanggaran
tata
tertib
sekolah
dan
mekanisme
penanganan
penyimpangan perilaku secara khusus kenakalan remaja yang dapat mempengaruhi siswa-siswa lain. c. Bagi guru Informasi tentang
peran sekolah dalam menanggulangi kenakalan
remaja yang dapat menjadi dasar dan bahan pertimbangan dalam pencegahan perilaku kenakalan remaja. d. Bagi orang tua Sebagai informasi untuk orang tua dalam menanggulangi kenakalan remaja dan diharapkan mampu melakukan pencegahan agar tidak terjadi perilaku yang menyimpang pada anak. e. Bagi Akademisi Memahami
lebih mendalam mengenai
peran sekolah
dalam
menanggulangi kenakalan remaja dan diharapkan dapat memberikan sumbangan pikiran dan alternatif referensi bagi penelitian selanjutnya.
BAB II KAJIAN TEORI A. Peran Sekolah 1. Pengertian Sekolah Everett Reimer mendefinisikan bahwa “sekolah sebagai lembaga yang menghendaki kehadiran penuh kelompok-kelompok umur tertentu dalam ruang-ruang kelas yang dipimpin oleh guru-guru untuk mempelajari kurikulum yang bertingkat. Selanjutnya Hadari Nawawi memandang sekolah itu sebagai organisasi kerja, atau sebagai wadah kerjasama sekelompok orang dalam bidang pendidikan untuk mencapai tujuan. Ensiklopedia Indonesia menyebutkan sekolah adalah tempat peserta didik mendapat pelajaran yang diberikan oleh guru, jika mungkin guru yang berijazah. Pelajaran hendaknya diberikan secara pedagogis dan diktatik. Tujuannya untuk mempersiapkan peserta didik menurut bakat dan kecakapannya masing-masing agar mampu berdiri sendiri didalam masyarakat.1 Menurut Wahjosum sekolah merupakan tempat bergabung atau sekumpulan orang-orang sebagai sumber daya manusia dalam kumpulan kerjasama masingmasing mempunyai hubungan atau keterkaitan dalam kerjasama
untuk
mencapai
tujuan. Wahjosum
menjelaskan
bahwa
sekolah sebagai organisasi dimana menjadi tempat untuk menerima dan memberi pelajaran, terhadap orang atau sekelompok orang yang melakukan kerjasama. Sekolah juga merupakan suatu kesatuan yang terdiri dari komponenkomponen yang saling berkaitan satu sama lain yang membentuk satu kesatuan yang utuh. Sekolah terdiri dari beberapa komponen-komponen (input, proses dan output) yang saling berkaitan satu sama lain sehingga sekolah dapat 1
dikatakan sebagai
suatu sistem. Sebagai
H. Ramayulis, Dasar-Dasar Kependidikan, (Jakarta: Kalam Mulia, 2015), h. 250.
9
10
institusi pendidikan formal, sekolah dituntut menghasilkan lulusan yang mempunyai kemampuan akademis tertentu, keterampilan, sikap dan mental, serta kepribadian lainnya sehingga menjadikan hidup seseorang menjadi lebih terarah.2 Sedangkan dalam perkembangannya sekolah merupakan lembaga pendidikan modern yang berperan sebagai media dalam membantu keluarga dan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan pendidikan. Dalam konteks ini sekolah diharapkan dapat menyediakan layanan pendidikan yang tidak dapat dilakukan oleh keluarga dan masyarakat.3 Selain sebagai lembaga pendidikan sekolah merupakan media sosialisasi yang lebih luas dari keluarga. Sekolah mempunyai potensi yang pengaruhnya cukup besar dalam pembentukan sikap dan perlaku seorang anak, serta mempersiapkannya untuk penguasaan peranan-peranan baru dikemudian hari dikala anak atau orang tidak lagi menggantungkan hidupnya pada orang tua atau keluarganya.4 Dari definisi diatas jelas bahwa sekolah itu adalah lembaga organisasi yang melakukan kegiatan kependidikan tertentu yang melibatkan sejumlah orang (guru dan murid yang harus bekerjasama untuk mencapai suatu tujuan). Sedangkan Menurut Bruce J. Cohen yang diterjemahkan oleh Sahat Simamore “Peran adalah suatu prilaku yang diharapkan oleh orang lain dari seseorang yang menduduki status tertentu”. Menurut bahasa, “Peran adalah sesuatu yang jadi bagian atau yang memegang pembinaan yang terurama dari suatu hal atau peristiwa”.
2
Mar Atul Latifah, dan Abdul Syani ”Peran Guru Sekolah dalam Mencegah Terjadinya Tawuran di Kalangan Pelajar”, Jurnal Sociologie, Vol. I, h. 246. 3 Suryadi, Manajemen Mutu Berbasis Sekolah, (Jakarta: PT Sarana Panca Karya Nusa, 2009), h. 13. 4 Dwi Narwoko, dan Bagong Suyanto, Sosiologi: Teks Pengantar & Terapan, (Jakarta: Kencana, 2007), h. 95.
11
Peran merupakan aspek dinamis kedudukan (status). Apabila seseorang
melaksanakan
hak
dan
kewajibannya
sesuai
dengan
kedudukannya, dia menjalankan suatu peranannya.5 2. Pengertian Peran Sekolah Mengenai peran sekolah dalam mengembangkan kepribadian anak, Hurlock mengemukakan bahwa sekolah merupakan faktor penentu bagi perkembangan kepribadian anak (siswa), baik dalam cara berpikir, bersikap, maupun cara berperilaku. Sekolah berperan sebagai substitusi keluarga dan guru subtitusi orang tua. Ada beberapa alasan mengapa sekolah memainkan peranan yang berarti bagi perkembangan kepribadian anak, yaitu (a) siswa harus hadir di sekolah, (b) sekolah memberikan pengaruh kepada anak secara dini seiring dengan masa perkembangan “konsep dirinya”, (c) anak-anak banyak menghabiskan waktunya di sekolah daripada di tempat lain di luar rumah, (d) sekolah memberikan kesempatan kepada siswa untuk meraih sukses, dan (e) sekolah memberikan kesempatan pertama kepada anak untuk menilai dirinya dan kemampuannya secara realistik.6 Menurut Syamsu yusuf dalam jurnal sekolah mempunyai membantu
peran
atau
para siswa mencapai
Sehubungan dengan hal
Havighurs
menjelaskan
tanggung jawab penting dalam tugas
perkembangannya”.
ini, sekolah seyogyanya berupaya untuk
menciptakan iklim yang kondusif atau kondisi yang dapat memfasilitasi siswa (yang berusia remaja) untuk mencapai perkembangannya.
5
Tugas-tugas
perkembangan
kematangan
dalam
remaja
berinteraksi
itu sosial,
menyangkut
aspek-aspek
kematangan
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2013), h.
212. 6
personal,
Syamsu Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010), h. 95.
12
kematangan dalam mencapai filsafat hidup, dan kematangan dalam beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.7
3. Perwujudan Peran Sekolah Peran sekolah menurut Suwarno adalah sebagai berikut: a. Memberikan kecerdasan pikiran dan memberikan pengetahuan Di samping bertugas untuk mengembangkan pribadi peserta didik secara menyeluruh, fungsi sekolah yang lebih penting sebenarnya adalah menyampaikan pengetahuan dan melaksanakan pendidikan kecerdasan. Fungsi sekolah dalam pendidikan intelektual dapat disamakan dengan fungsi keluarga dalam pendidikan moral.8 b. Spesialisasi Di antara ciri makin meningkatnya kemajuan masyarakat ialah makin bertambahnya deferensiasi dalam tugas kemasyarakatan dan lembaga
sosial
yang
melaksanakan
tugas
tersebut.
Sekolah
mempunyai fungsi sebagai lembaga sosial yang spesialisnya dalam bidang pendidikan dan pengajaran.9 c. Efisiensi Terdapatnya sekolah sebagai lembaga sosial yang berspesialisasi dibidang pendidikan dan pengajaran dalam masyarakat menjadi lebih efisien, sebab: 1) Seumpama tidak ada sekolah, dan pekerjaan mendidik hanya harus dipikul oleh keluarga, maka hal ini akan lebih tidak efisien, karena orang tua terlalu sibuk dengan pekerjaannya, serta banyak orang tua tidak mampu melaksanakan pendidikan dimaksud. 2) Karena pendidikan sekolah dilaksanakan dalam program yang tertentu dan sistematis. 7
Titin, dkk. “Peraan Sekolah sebagai Agen Sosialisasi dalam Pembentukan Kepribadian Akhlaq Mulia Siswa SMA”, h. 3. 8 H. Ramayulis, Dasar-Dasar Kependidikan, (Jakarta: Kalam Mulia, 2015), h. 251. 9 Ibid,.
13
3) Di sekolah dapat dididik sejumlah anak secara sekaligus. d. Sosialisasi Sekolah mempunyai peranan penting didalam proses sosialisasi, yaitu proses membantu perkembangan individu menjadi mkhluk sosial, makhluk yang dapat beradaptasi dengan baik dimasyarakat. Sebab bagaimanapun pada akhirnya dia berada dimasyarakat.10 e. Konservasi dan Transmisi Kurtural Fungsi lain dari sekolah adalah menjaga warisan budaya yang hidup didalam masyarakat dengan jalan menyampaikan kebudayaan tadi (transmisi kurtural) kepada generasi muda, dalam hal ini tentunya adalah peserta didik. f. Transisi dari rumah ke masyarakat Ketika berada ditengah keluarga, kehidupan anak serba menggantungkan diri kepada orang tua, maka memasuki sekolah dimana ia mendapat kesempatan untuk melatih berdiri sendiri dan tanggung jawab sebagai persiapan sebelum ke masyarakat.11 Selain peran, sekolah juga memiliki fungsi berdasarkan hasil studi Delors yang menyatakanfungsi sekolah adalah sebagai berikut: 1. Memberi
layanan
kepada
peserta
didik
agar
mampu
memperoleh pengetahuan atau kompetensi akademik yang dibutuhkan dalam kehidupan. 2. Memberi
layanan
mengembangkan
kepada
peserta
keterampilan
yang
didik
agar
dibutuhkan
mampu dalam
kehidupan (life skills) 3. Memberi layanan kepada peserta didik agar mampu hidup bersama ataupun bekerja sama dengan orang lain.
10 11
Ibid., h. 252. Ibid.,
14
4. Memberi
layanan
mewujudkan
visi,
kepada misi
peserta
dan
didik
tujuan
agar
pribadinya
mampu dalam
mengaktualisasikan dirinya sendiri.12 Selain fungsi sekolah menurut studi Delors, sekolah harus mampu menghasilkan SDM yang berkualitas dan berdaya adaptabilitas tinggi. Sekolah harus menghadapai gejolak globalisasi yang memberi penetrasi terhdap kebutuhan untuk mengkreasi model-model dan proses-proses bagi pencapaian kecerdasan global (global agility), keefektifan, dan kekompetitipan.13 Menurut Prof. Dr. Sudarwan Danim, sekolah mempunyai fungsi sebagai lembaga reproduksi, penyadaran, dan mediasi secara simultan. Fungsi reproduksi atau fungsi progresif ini merujuk pada eksistensi sekolah sebagai pembaharu atau pengubah kondisi masyarakat kekinian ke sosok yang lebih maju. Selain itu, sekolah berperan sebagai wahana pengembangan reproduksi, serta desiminasi ilmu pengetahuan dan teknologi. Fungsi penyadaran atau konservatif bermakna bahwa sekolah bertanggung jawab untuk mempertahankan nilai-nilai budaya masyarakat dan membentuk kesetiaan diri sebagai manusia. Lembaga pendidikan, sebagai instrumen penyadaran, memiliki makna bahwa sekolah berfungsi membangun kesadaran untuk tetap berada pada tataran sopan santun, beradab, dan bermoral (hal-hal universal yang menjadi tugas semua orang). Sedangkan fungsi mediasi bertujuan untuk menjembatani antara fungsi konservatif dan progresif. Hal-hal yang termasuk dalam kerangka fungsi mediasi adalah kehadiran institusi pendidikan sebagai wahana sosialisasi, pembawa bendera moralitas, wahana proses pemanusiaan dan kemanusiaan, serta pembinaan idealisme sebagai manusia terpelajar.14
12
Suryadi, Manajemen Mutu Berbasis Sekolah, (Jakarta: PT Sarana Panca Karya Nusa, 2009), h. 13. 13 Sudarwa Danim, Pengantar Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2010), h. 165. 14 Jamal Ma’mur Asmani, Kiat Mengatasi Kenakalan Remaja di Sekolah, (Jogjakarta: Bukubiru, 2012), h. 168.
15
4. Peran Sekolah dalam Menanggulangi Kenakalan Remaja Pada sekolah dan pendidikan, remaja-remaja menuntut programprogram pendidikan yang futuristik, inspiratif, dan motivatif. Mereka membutuhkan berbagai kegiatan positif untuk mengasah minat dan bakat terpendamnya. Jangan sampai remaja dibiarkan keluyuran tanpa ada kegiatan positif, karena itu akan menjerumuskan mereka pada hal-hal negatif. Memberikan berbagai kegiatan positif menjadi kunci untuk menghindarkan mereka dari kenakalan remaja. Kedisiplinan perlu digalakkan mendeteksi, mengindetifikasi, mencari solusi, dan memberi sanksi bagi remaja yang melanggar. Sekolah harus bertindak keras, namun juga mampu mengayomi anakanak didiknya yang masih remaja. upaya ini tentu saja membutuhkan kejelian, ketelitian, dan ketekunan secra konsisten, mengingat kenakalan remaja semakin memprihatinkan.15 Disinilah pentingnya kerja sama antara dunia pendidikan dengan seluruh elemen bangsa ini (mulai dari aparat penegak hukum, birokrasi, media massa baik cetak maupun elektronik, organisasi sosial keagamaan, tokoh masyarakat, dan tentunya keluarga) untuk melindungi remaja di Indonesia dari berbagai penyimpangan. Upaya ini bertujuan untuk membekali mereka dengan berbagai keyakinan dan kepercayaan diri yang tinggi dalam menyongsong masa depan. Dalam konteks organisasi pendidikan, disekolah remaja seharusnya dapat berperan sebagai motor perubahan untuk mengantisipasi tantangan globalisasi yang terus bergerak dinamis dan progresif.16 Menurut havighurs sekolah mempunyai peranan atau tanggung jawab
penting
dalam
membantu
para
siswa
mencapai
tugas
perkembangannya. Sehubungan dengan hal ini, sekolah seyogianya berupaya untuk menciptakan iklim yang kondusif atau kondisi yang
15
Ibid., h. 258. Ibid., h. 259.
16
16
dapat memfasilitasi siswa (yang berusia remaja) untuk mencapai perkembangannya.17 Selain peran sekolah dalam menanggulangi kenakalan remaja, berikut kiat-kiat sukses lembaga pendidikan untuk menanggulangi kenakalan remaja di sekolah. a. Keteladanan Keteladanan yang baik dari kepala sekolah, guru, dan semua personel sekolah adalah suatu keniscayaan dalam upaya pembangunan moral yang baik. Remaja adalah dunia imitasi sehingga apa yang dilihat dan disaksikan secara langsung olehnya
akan
mempunyai
efek
yang
besar
terhadap
perilakunya. Ia akan berusaha meniru secara bertahap-tahap apa yang ia lihat dari orang-orang disekitarnya. b. Pendekatan agama yang mencerahkan Agama adalah elemen penting yang mempunyai kekuatan mengubah. Namun tidak semua materi agama tidak membawa perubahan. Hanya materi agama yang membawa pencerahan saja yang mampu merubah perilaku seseorang. Pendekatan agama yang menitik beratkan kepada penghayatan, penyadaran, dan pergerakanlah yang mampu membangkitakn semangat perubahan ke arah yang lebih baik.18 c. Optimalisasi pendidikan moral dan budi pekerti Pendidikan agama akan mantap dengan optimalisasi pendidikan moral dan budi pekerti. Pendidikan moral dan budi pekerti ini juga menjadi tujuan pendidikan agama. Namun, budi pekerti ini bisa melibatkan aspek yang lebih luas, misalna peraturan
pemerintah
dan
hukum
adat.
Agama
yng
dikombinasikan dengan peraturan pemerintah dan hukum adat
17
Syamsu Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), h. 95. 18 Jamal Ma’mur, op.cit., h. 175.
17
akan menjadi kekuatan dasyat dalam melakukan perubahan struktural dan kultural. d. Pendekatan psikologi yang humanis dan persuasif Kenakalan
remaja
seyogianya
ditangani
dengan
menggunakan pendekatan psikologi, bukannya pendekatan militeristiik,
karena
salah-salah
malah
memperpanjang
masalah. Pendekatan psikologi dilakukan secara humanis dan persuasif yang menyentuh problem personal remaja dan bertujuan memberikan solusi terbaik dari berbagai masalah aktual yang dihadapi remaja.19 e. Bimbingan dan konseling Disekolah, ada staf khusus yang menangani kenakalan anak dan memberikan motivasi belajar yang tinggi. Staf itu adalah bimbingan dan konseling. Seyogianya, personel bimbingan dan konseling ini dapat memaksimalkan tugasnya dalam melakukan penyuluhan, pengarahan, dan bimbingan secara intensif. Pembaruan demi pembaruan juga perlu dilakukan
agar
pendekatannya
bisa
sehingga
bisa
mengantisipasi
setiap
menarik
produktif,
persoalan
yang
berkembang pada masa sekarang dan akan datang. f. Tata tertib sekolah Tata tertib sekolah adalah keniscayaan. Namun, tata tertib ini harus dibuat untuk ditegakkan secara disiplin dan konsisten. Menurut Prof. Drs. Agoes Soejanto, adanya peraturanperaturan itu tiada lain untuk menjamin kehidupan yang tertib dan tenang, sehingga kelangsungan hidup sosial itu dapat dicapai.20 g. Komdis (komisi disiplin)
19
Jamal Ma’mur, op.cit., h. 180. Jamal Ma’mur, op.cit., h. 186.
20
18
Komdis adalah komisi yang bertugas untuk menegakkan kedisiplinan anak didik, sehingga mereka terbiasa dengan budaya disiplin dalam hidup. Kedisiplinan dalam hal apapun (waktu, pakaian, sopan, santun, dan moral) memiliki peran sangat penting dalam pembentukan karakter siswa. h. Kerja sama sekolah, orang tua dan lingkungan Sebuah sekolah tidak akan pernah bisa melakukan proses pembelajaran dengan baik tanpa bantuan dari pihak-pihak lain, sebab
berbagai
persoalan
siap
mendera,
muali
dari
keanekaragaman karakter dan pribadi siswa, kurikulum pendidikan yang berganti-ganti, hingga kenakalan remaja. Oleh sebab itu, kerja sama antara pihak sekolah dengan dengan orang tua dan masyarakat (termasuk aparat kepolisian) merupakan hal yang sangat penting agar terwujud perbaikan moralitas dan mentalitas anak didik secara sinergi.21 i. Pembekalan aspek hukum Pembekalan aspek hukum formal juga perlu diagendakan terkait upaya-upaya penanggulangan. Pembekalan aspek hukum ini patut untuk disampaikan dalam upaya memproteksi remaja agar tidak melakukan segala tindakan melanggar hukum sehingga remaja bisa melindungi dirinya sendiri. Paling tidak, para remaja akan berpikir dua kali sebelum melakukan tindakan melanggar hukum. j. Menciptakan ruang kelas dan lingkungan sekolah yang menyenangkan Ruang kelas dan sekolah yang ideal haruslah didesain secara kreatif dan dinamis, sehingga membuat anak didik betah berlama-lama di dalam kelas. Mengingat remaja banyak menghabiskan waktunya dilingkungan ini. Konservatisme akan
21
Jamal Ma’mur, op.cit., h. 190.
19
membawa kebosanan, termasuk kebosanan di kelas yang pada gilirannya dapat menurunkan semangat belajar siswa.22
B. Remaja dan Kenakalan Remaja 1. Pengertian Remaja Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata Latin (adolescere) (kata bendanya, adolescentia yang berarti remaja) yang berarti “tumbuh” atau “tumbuh menjadi dewasa.”23 Perkembangan lebih lanjut istilah adolescence sesungguhnya memiliki arti yang luas, mencakup kematangan mental, emosional, sosial dan fisik. Pandangan ini didukung oleh Piaget (Hurlock, 1991) yang mengatakan bahwa secara psikologis, remaja adalah suatu usia dimana anak tidak merasa bahwa dirinya berada dibawah tingkat orang yang lebih tua melainkan merasa sama, atau paling tidak sejajar. Memesuki masyarakat dewasa ini mengandung banyak asfek efektif, lebih atau kurang dari usia pubertas.24 Bila ditinjau dari segi perkembangan biologis, yang di maksud remaja adalah mereka yang berusia 12 sampai dengan 21 tahun. Usia 12 tahun merupakan awal pubertas bagi seorang gadis, yang disebut remaja kalau mendapat menstruasi (datang bulan) yang pertama. Remaja ditahap operasi formal dapat mengintegrasikan apa yang telah mereka pelajari dengan tantangan dimasa mendatang dan membuat rencana untuk masa depan. Mereka juga sudah mampu berpikir secara sistematik, mampu berpikir dalam kerangka apa yang mungkin terjadi, bukan hanya apa yang terjadi.25 Menurut Papilia dan Olds dalam Yudrik Jahja, masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan dewasa pada
22
Jamal Ma’mur, op.cit., h. 193. Elizabeth B. Hurlock. Psikologi Perkembangan, (Jakarta: Erlangga, 1953), h. 206. 24 Muhammad Ali, dkk. Psikologi Remaja, (Bandung: Bumi Aksara, 2011), h. 9. 25 Desmita, Psikologi Perkembangan Peserta Didik, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009), h. 107. 23
20
umumnya dimulai pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia akhir belasan tahun atau awal dua puluhan tahun.26 Selain itu remaja adalah fase peralihan antara masa kanak-kanak dan masa tumbuh dewasa, baik secara fisik, akal, kejiwaan, sosial, dan emosional. Pandangan ini diperkuat oleh teori Piaget, “Secara Psikologis masa remaja adalah usia saat individu berintergrasi dengan masyarakat dewasa, usia saat anak tidak merasa dibawah tingkat orang-orang yang lebih tua, melainkan berada dalam tingkatan yang sama, sekurang-kurangnya dalam masalah hak.27 Masa remaja juga dikenal dengan masa perkembangan menuju kematangan jasmani, seksualitas, pikiran dan emosional.28 2. Ciri-ciri Masa Remaja Masa remaja merupakan masa transisi atau peralihan dari masa anak-anak menuju masa dewasa.29 Hurlock dalam bukunya yang berjudul psikologi perkembangan menyebutkan ciri- ciri remaja yaitu sebagai berikut: a. Masa remaja dianggap sebagai periode penting Pada periode remaja baik akibat langsung maupun akibat jangka panjang tetap penting. Ada periode yang penting karena akibat perkembangan fisik dan psikologis yang keduaduanya sama-sama penting. Terutama pada awal masa remaja, perkembangan fisik yang cepat dan penting disertai dengan cepatnya 15 perkembangan mental yang cepat pula dapat menimbulkan perlunya penyesuaian dan perlunya membentuk sikap, nilai dan minat baru. 30 b. Masa remaja dianggap sebagai periode peralihan 26
Yudrik Jahja, Psikologi Perkembangan, (Jakarta: Kencana, 2011), h. 220. Jamal Ma’mur Asmani, Kiat Mengatasi Kenakalan Remaja di Sekolah, (Jogjakarta: Bukubiru, 2012), h. 38. 28 Abdul Rojak, dan Wahdi Sayuti, Remaja dan Bahaya Narkoba, (Jakarta: Prenada, 2006), h. 3. 29 Hendrianti Agustian, Psikologi Perkembangan, (Bandung: Refika Aditama, 2006), h.28. 30 Elizabeth B. Hurlock. Psikologi Perkembangan, (Jakarta: Erlangga, 1953), h.207 27
21
Bila anak-anak beralih dari masa anak-anak ke masa dewasa,
anak-anak harus meninggalkan segala sesuatu yang
bersifat kekanak-kanakan dan
juga harus mempelajari pola
perilaku dan sikap baru untuk menggantikan perilaku dan sikap yang sudah ditinggalkan. Osterrieth mengatakan bahwa struktur psikis anak remaja berasal dari masa kanak-kanak dan banyak ciri yang umumnya dianggap sebagai ciri khas masa remaja sudah ada pada akhir masa kanak-kanak. Perubahan fisik yang terjadi selama tahun awal masa remaja mempengaruhi tingkat perilaku
individu
dan mengakibatkan diadakannya penilaian
kembali penyesuaian nilai-nilai yang telah bergeser, pada masa ini remaja bukan lagi seorang anak dan bukan orang dewasa.31 c. Masa remaja sebagai periode perubahan Tingkat perubahan dalam sikap dan perilaku selama masa remaja sejajar dengan tingkat perubahan fisik. Selama awal masa remaja ketika perubahan fisik terjadi
deng an
pesat
perubahan perilaku dan sikap juga berlangsung pesat. Ada empat perubahan yang sama yang hampir bersifat universal, yaitu: 1) Meningginya emosi yang intensitasnya bergantung pada tingkat perubahan fisik dan psikologis yang terjadi. 2) Perubahan tubuh, minat dan peran yang diharapkan oleh
kelompok
sosial untuk dipesatkan menimbulkan
masalah baru. 3) Dengan berubahnya minat dan pola perilaku maka nilai-nilai juga berubah, apa yang dianggap pada masa kanak-kanak
penting
setelah
hampir
dewasa tidak
penting lagi. 4) Sebagian besar remaja bersikap ambivalen terhadap setiap perubahan, mereka
menginginkan
untuk
menuntut
kebebasan tetapi mereka sering takut dan meragukan 31
Ibid.,
22
kemampuan mereka untuk dapat mengatasi tanggung jawab tersebut.32 d. Masa remaja sebagai usia bermasalah Masa remaja sering menjadi masalah yang sulit diatasi, baik oleh anak laki-laki maupun anak perempuan. Terdapat dua alasan bagi kesulitan itu: 1) Sepanjang
masa
kanak-kanak
masalah
anak-anak
sebagian diselesaikan oleh orang tua dan guru-guru sehingga kebanyakan remaja tidak berpengalaman dalam menghadapi masalah. 2) Karena para remaja merasa diri mandiri sehingga mereka ingin mengatasi masalahnya sendiri dan menolak bantuan.33 e. Masa remaja sebagai masa mencari identitas Pada tahun-tahun awal masa remaja penyesuaian diri pada kelompok masih tetap
penting
bagi
anak
laki-laki
dan
perempuan. Lambat laun mereka mulai mendambakan identitas diri dan tidak puas lagi dngan menjadi sama dengan temanteman dalam segala hal, seperti sebelumnya. Seperti
yang
dijelaskan oleh Erickson: “ Identitas diri yang dicari remaja berupa usaha untuk menjelaskan siapa dirinya
dan
apa
peranannya dalam masyarakat”. f. Masa remaja sebagai usia yang menimbulakan ketakutan Seperti ditunjukkan oleh majeres menunjukkan “Banyak anggapan popular tentang remaja yang mempunyai arti yang bernilai,
dan
sayangnya
banyak
diantaranya
yang bersifat
negatif. Anggapan budaya bahwa remaja adalah anak-anak yang tidak
rapih,
berperilaku 32
Ibid., Ibid., h. 208.
33
yang
tidak
dapat
dipercaya
dan
merusak menyebabkan orang dewasa
cenderung yang harus
23
membimbing dan mengawasi kehidupan remaja, simpatik terhadap perilaku remaja yang normal.
bersikap
34
g. Masa remaja sebagai usia yang tidak realistik Remaja cenderung memandang kahidupan melalui kaca berwarna merah jambu. Ia melihat dirinya sendiri dan orang lain sebagaimana yang ia inginkan dan bukan sebagaimana adanya terlebih dalam hal cita-cita. Cita-cita yang tidak realistik ini menyebabkan meningginya emsoi yang merupakan ciri dari awal masa remaja, semakin tidak realistik cita-citanya semakin ia menjadi marah. h. Masa remaja sebagai ambang masa dewasa Dengan semakin mendekatnya usia kematangan yang sah para remaja menjadi gelisah untuk meninggalkan stereotip belasan tahun dan untuk memberikan kesan bahwa mereka sudah hampir dewasa, oleh karena itu remaja mulai memusatkan diri pada perilaku yang dihubungkan dengan status dewasa.35 Masa remaja merupakan masa transisi atau peralihan dari masa anak menuju masa dewasa. Pada masa ini individu mengalami berbagai perubahan, baik fisik maupun psikis. Perubahan yang tampak jelas adalah perubahan fisik, dimana tumbuh berkembang pesat sehingga mencapai bentuk tubuh orang dewasa yang disertai pula dengan berkembangnya kapasitas reproduktif. Selain itu remaja juga berubah secara kognitif dan mulai mampu berpikir abstrak seperti orang dewasa. Pada periode ini pula remaja mulai melepaskan diri secara emosional dari orang tua dalam rangka menjalankan peran sosialnya yang baru sebagai orang dewasa. Selain perubahan yang terjadi dalam diri remaja, terdapat pula terhadap lingkungan seperti sikap orang tua atau anggota keluarga lain, guru, teman sebaya, maupun masyarakat pada umumnya. Kondisi ini 34
Ibid., Ibid., h. 209.
35
24
merupakan reaksi terhadap pertumbuhan remaja. Remaja dituntut untuk mampu menampilkan tingkah laku yang dianggap pantas atau sesuai bagi orang-orang seusianya. Adanya perubahan baik didalam mapun diluar dirinya itu membuat kebutuhan remaja semakin meningkat terutama kebutuhan sosial dan kebutuhan sosiologisnya. Untuk memenuhhi kebutuhan tersebut remaja memperluas lingkungan sosialnya diluar lingkungan keluarga, seperti lingkungan teman sebaya dan lingkungan masyarakat lain. Anak-anak yang berusia 12 atau 13 tahun sampai dengan 19 tahun sedang berada dalam pertumbuhan yang mengalami masa remaja. masa remaja termasuk masa yang sangat menentukan karena pada masa ini anak-anak mengalami banyak perubahan kejiwaan menimbulkan kebingungan dikalangan remaja sehingga masa ini disebut oleh orang barat sebagai periode strum and drang. Sebabnya karena mereka mengalami penuh gejolak emosi dan tekanan jiwa sehingga mudah menyimpang dari aturan dan norma-norma sosial yang berlaku dikalangan masyarakat dengan kata lain kenakalan remaja.36 3. Pengertian Kenakalan Remaja Istilah baku tentang kenakalan remaja dalam konsep psikologi adalah Juvenile delinquency. Secara etimologis dapat dijabarkan bahwa Juvenile berarti anak, sedangkan delinquency berarti kejahatan. Dengan demikian, pengertian secara etimologis adalah kejahatan anak. Jika menyangkut subjek/pelaku, maka Juvenile delinquency menjadi anak penjahat atau anak jahat. Delinquency itu selalu mempunyai konotasi serangan, pelanggaran, kejahatan dan keganasan yang dilakukan oleh anak-anak dibawah usia 22 tahun.37
36 37
Zulkifli L, Psikologi Perkembangan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), h. 63. Kartini Kartono, Patalogi Sosial II: Kenakalan Remaja, (Jakarta: Rajawali, 1992), h. 7.
25
Dr. Fuad Hasan dalam Simanjuntak
mengatakan bahwa:
delinquency adalah perbuatan anti sosial yang dilakukan oleh anak remaja yang bilamana dilakukan orang dewasa dikualifikasikan sebagai tindak kejahatan.38 Pengertian secara etimologis telah mengalami pergeseran, akan tetapi
hanya
menyangkut
aktifitasnya,
yakni
istilah
kejahatan
(delinquency) menjadi kenakalan. Dalam perkembangan selanjutnya pengertian subyek/pelakunya pun mengalami pergeseran. Ada beberapa ahli dalam bidangJuvenile delinquency memberikan definisi diantaranya psikolog Drs. Bimo Walgito merumuskan arti selengkap nya dari “Juvenile delinquency” yakni: Tiap perbuatan yang bila dilakukan oleh orang dewasa, maka perbuatan itu merupakan kejahatan, jadi perbuatan yang melawan hukum yang dilakukan oleh anak, khususnya anak remaja. Menurut Drs. B. Simanjuntak, S.H. dalam Sudarsono pengertian “Juvenil delinquency” ialah: Suatu perbuatan itu disebut delinquent apabila perbuatan-perbuatan tersebut bertentangan dengan norma-norma yang ada dalam masyarakat dimana ia hidup, suatu perbuatan yang anti sosial dimana didalamnya terkandung unsur-unsur anti normatif. 39 Istilah yang sering terdengar dan lazim dipergunakan dalam media massa adalah kenakalan remaja atau sering juga dipergunakan istilah kejahatan anak.istilah kenakalan remaja sering disalah tafsirkan dengan kenakalan yang tertuang dalam pasal 489 KUHP.40 M. Gold dan J. Petronio dalam sarlito menyatakan kenakalan anak adalah tindakan oleh seseorang yang belum dewasa yang sengaja melanggar hukum yang diketahui oleh anak itu sendiri bahwa jika perbuatannya itu sempat diketahui oleh petugas hukum ia bisa kena hukuman.41
38
B. Simanjuntak, Latar Belakang Kenakalan Remaja, (Bandung: Alumni, 1979), h. 59. Sudarsono, Etika Islam Tentang Kenakalan Remaja, (Jakarta: Rineka Cipta, 1991), h. 5. 40 Paulus Hadisuprapto, Delinquensi Anak, (Malang: Bayumedia Publihsing, 2008), h.15. 41 Sarlito, W. Sarwono, Psikologi Remaja, (Jakarta: Rajawali, 1991), h. 196. 39
26
Kartono,
ilmuwan
sosiologi dalam jurnal Tangkudung
“Kenakalan Remaja atau dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah juvenile delinquency merupakan gejala patologis sosial pada remaja yang disebabkan oleh satu bentuk pengabaian sosial. Akibatnya, mereka mengembangkan bentuk perilaku yang menyimpang”.42 Sedangkan istilah kenakalan remaja (juvenile delinquency) mengacu pada suatu rentang yang luas, dari tingkah laku yang tidak dapat diterima secara sosial (misalnya bersikap berlebihan di sekolah) sampai pelanggaran status (seperti melarikan diri) hingga tindak kriminal (misalnya pencurian).43 Kenakalan remaja merupakan suatu tindakan yang disebabkan oleh faktor sosial. Penyebab sosiologis memiliki pengertian bahwa kenakalan remaja adalah sebuah tindakan yang tidak timbul sendiri dalam diri individu tetapi ada faktor eksternal yang menyebabkan remaja jatuh dalam perbuatan tersebut.44 Berdasarkan pengertian diatas, dalam pengertian yang lebih luas juvenile
delinquency
atau
kenakalan
remaja
ialah
perbuatan/kejahatan/pelanggaran yang dilakukan oleh anak remaja yang bersifat melawan hukum, anti sosial, anti susila, dan menyalahi normanorma agama.
4. Jenis-Jenis Kenakalan Remaja Kenakalan remaja dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu menurut aspek hukum dan menurut bentuknya. a. Menurut aspek hukum
42
J.P.M Tangkudung, ”Peranan Komunikasi Keluarga dalam Mencegah Kenakalan Remaja di Kelurahan Malalayang I Kecamatan Malalayang”, Journal Vol 3, 2014. 43 John W. Santrock, Adolescence, (Jakarta: Erlangga, 2003). h. 519. 44 Mariam Sondakh, “Peranan Komunikasi Keluarga dalam Mengatasi Kenakalan Remaja di Kabupaten Miinahasa”. Jurnal Acta Duirna,Vol 3, 2014, h.3.
27
Singgih D. Gumarso meninjau kenakalan remaja ini dari segi hukum, yang kemudian digolongkan dalam dua kelompok dengan norma-norma hukum. 1) Kenakalan yang bersifat amoral dan sosial, serta tidak disebutkan dalam undang-undang, sehingga tidak dapat atau sulit digolongkan sebagai pelanggaran hukum. 2) Kenakalan
yang
bersifat
melanggar
hukum
dengan
penyelesaian sesuai undang-undang dan hukum yang berlaku sama seperti perbuatan melanggar hukum bila dilakukan orang dewasa.45 b. Menurut Bentuknya Menurut bentuknya, Sunarwati S. Membagi kenakalan remaja kedalam iga tingkatan, yaitu: 1) Kenakalan biasa, seperti suka berkelahi, keluyuran, membolos sekolah, pergi dari rumah tanpa pamit, dan sebagainya. 2) Kenakalan yang menjurus pada pelanggaran dan kejahatan, seperti mengendarai mobil tanpa SIM, mengambil barang orang tua tanpa izin atau mencuri, dan sebagainya. 3) Kenakalan
khusus,
seperti
penyalahgunaan
narkotika,
hubungan seks diluar nikah, pemerkosaan, dan lain-lain.46
5. Faktor-faktor Terjadinya Kenakalan Remaja (Juvenile Delinquency) E. Simanjuntak menyebutkan sebab-sebab terjadinya kenakalan remaja sebagai berikut: a. Faktor Intern 1) Cacat keturunan yang bersifat biologis-psikis 2) Pembawaan yang negatf, yang mengarah pada perbuatan akal 3) Ketidakseimbangan
pemenuhan
kebutuhan
pokok
dengan
keinginan. Hal ini menimbulkan frustasi dan ketegangan. 45
Jamal Ma’mur Asmani, Kiat Mengatasi Kenakalan Remaja di Sekolah, (Jogjakarta : Bukubiru, 2012), h. 97. 46 Ibid.,
28
4) Lemahnya kontrol diri serta presepsi sosial 5) Ketidakmampuan penyesuaian diri terhadap perubahan lingkungan baik dan kreatif. 6) Tidak ada kegemaran, tidak memiliki hobbi yang sehat. b. Faktor Ekstern 1) Rasa cinta dari orang tua dan lingkungan 2) Pendidikan yang kurang menanamkan bertingkah laku sesuai dengan alam sekitar yang diharapkan orang tua, sekolah, dan masyarakat. 3) Menurunkan wibawa orang tua, guru, dan pemimpin masyarakat. Hal ini rat hubungannya dengan ketiadaan tokoh identifikasi. 4) Pengawasan
yang
kurang
efektif
dalam
pembinaan
yang
berpengaruh dalam dominan afektif, konasi, konisi dari orang tua, masyarakat dan guru. 5) Kurang penghargaan terhadap remaja dari lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat. Hal ini erat hubungannya dengan ketiadaan dialog antara ketiga lingkungan pendidikan. 6) Kurangnya sarana penyalur waktu senggang. Hal ini berhubungan dengan ketidakpahaman pejabat yang berwenang mendirikan taman rekreasi. 7) Ketidaktahuan keluarga dalam menangani masalah remaja, baik dalam segi pendekatan sosiologik, psikologik maupun pedagogik.47 Santrock dalam bukunya Adelescence menjelaskan sebab-sebab terjadinya kenakalan remaja diantaranya: 1. Kontrol diri Kenakalan remaja juga dapat digambarkan sebagai kegagalan untuk mengembangkan kontrol diri yang cukup dalam hal tingkah laku. Beberapa anak gagal mengembangkan kontrol yang esensial yang sudah dimiliki orang lain selama proses pertumbuhan. 47
Aat Syafaat, dkk. Peranan Pendidikan Agama Islam dalam Mencegah Kenakalan Remaja, (Jakarta: Raja Grafindo, 2008), h. 75-77.
29
Kebanyakan orang muda telah mempelajari perbedaan antara tingkah laku yang dapat diterima dan tingkah laku yang tidak dapat diterima, namun remaja yang melakukan kenakalan tidak mengenali hal ini mereka mungkin gagal membedakan tingkah laku yang dapat diterima dan tidak dapat diterima, atau mungkin mereka sebenarnya sudah mengetahui perbedaan antara keduanya namun gagal mengembangkan kontrol yang memadai dalam menggunakan perbedaan itu untuk membimbing tingkah laku mereka.48 2. Proses Keluarga Walaupun telah ada sejarah yang panjang dalam upaya mendefinisikan faktor keluarga yang berperan serta dalam terjadinya kenakalan, namun yang menjadi fokus akhir-akhir ini adalah dukungan keluarga dan praktek manajemen keluarga. Terganggunya atau ketiadaan penerapan pemberian dukungan keluarga dan praktek manajemen oleh orang tua secara konsisten berhubungan dengan tingkah laku antisosial oleh anak-anak dan remaja. Dukungan seperti keluarga dan praktek manajemen seperti ini meliputi pengawasan keberadaan remaja, menerapkan disiplin yang efekti bagi tingkah laku antisosial, menerapkan keterampilan pemecahan masalah yang efektif, dan mendukung berkembangnya keterampilan proposial.49 3. Kelas Sosial/Komunitas Walaupun kini kenakalan remaja tidak lagi terbatas hanya sebagai masalah kelas sosial yang lebih rendah dibandingkan dimasa sebelumnya, beberapa ciri kebudayaan kelas sosial yang lebih rendah cenderung memicu terjadinya kenakalan. Norma yang berlaku diantara teman-teman sebaya dan geng dari kelas sosial yang lebih rendah adalah anti sosial dan berlawanan dengan tujuan dan norma masyarakat secara meluas. 48
John W. Santrock, Adolescence, (Jakarta: Erlangga, 2003), h. 523. Ibid., h. 524
49
30
Komunitas
juga
berperan
serta
dalam
munculnya
kenakalan. Masyarakat dengan tingkat kriminalitas yang tinggi memungkinkan remaja mengamati berbagai model yang dilakukan aktifitas kriminal dan memperolah hasil atau penghargaan atas aktifitas kriminal mereka. Masyarakat seperti ini sering kali ditandai dengan kamiskinan, pengangguran, dan perasaan tersisih dari kaum kelas menengah. Kualitas sekolah, pendanaan pendidikan, dam lingkungan yang terorganisir adalah faktor-faktor lain
dalam
masyarakat
yang
juga
berhubungan
dengan
kenakalan.50
6. Teori-teori Faktor Penyebab Kenakalan Remaja a. Teori Biologi Tingkah laku atau delinquen pada anak-anak dan remaja dapat muncul karena faktor fisiologis dan struktur jasmaniah yang dibawa sejak lahir. Kejadian ini berlangsung: 1) Melalui atau plasma pembawa sifat dalam keturunan, atau melalui kombinasi gen dapat juga disebabkan oleh tidak adanya gen tertentu, yang semuanya bisa memunculkan penyimpangan tingkah laku, dan anak-anak
menjadi
delinkuan secara potensial 2) Melalui pewarisan tipe-tipe kecenderungan yang luar biasa (abnormal), sehingga membuahkan tingkah laku delinkuen. 3) Melalui pewarisan kelemahan konstitusional jasmaniah tertentu yang menimbulakan tingkah laku delinquen atau sisiopatik.51 b. Teori Psikogenis Teori ini menekankan sebab-sebab tingkah laku delinquen anak-anak dan remaja dari aspek psokologis atau isi kejiwaan. 50
Ibid., h. 525. 51 Kartini Kartono, Kenakalan Remaja, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2010), h. 26.
31
Antara lain faktor inteligensi, ciri kepribadian, motivasi, sikapsikap yang salah, fantasi, rasionalisasi, intrenalisasi diri yang keliru, konflik batin, emosi yang kontroversial, kecenderungan psikopatologis dan lain-lain. Argumen sentral teori ini ialah sebagai berikut : delinkuen merupakan “bentuk penyesuaian” atau “kompensasi dari masalah psikologis dan konflik batin dalam stimuli eksternal/atau sosial dan pola-pola hidup keluarga yang patologis. 90% dari jumlah anak delinkuen berasal dari keluarga berantakan (broken home).52 c. Teori Sosiogenis Para sosiolog berpendapat penyebab tingakh laku delinquen pada anak-anak remaja ini adalah murni sosiologis atau sosial psokologis sifatnya. Misalnya seperti pengaruh struktur sosial yang deviatif, tekanan kelompok, peranan sosial, status sosial atau oleh internalisasi simbolis yang keliru. Maka faktor-faktor kultural dan sosial itu sangat mempengaruhi, bahkan mendominasi struktur lembaga-lembaga sosial dan peranan sosial setiap individu di tenan masyarakat,
status
kelompoknya
partisipasi
sosial
dan
pendefinisian diri atau konsep dirinya. Healy
dan
Bronner
banyak
mendalami
sebab-sebab
sosiogenis kemunculan delinkuen anak. Sarjana ilmu sosial dari universitas chicago ini sangat terkesan oleh kekuatan kultural dan disorganisasi sosial dikota-kota yang berkembang pesat, dan membuahkan banyak tingkah laku delinkuen pada anak-anak remaja serta pola kriminal pada orang dewasa. Mereka menyatakan, frekeunsi delinkuensi anak remaja itu lebih tinggi dari frekuensi kejahatan orang dewasa dikota-kota besar. 53 d. Teori Subkultur Delinquensi
52
Ibid., Ibid., h. 29.
53
32
Tiga teori
yang terdahulu (biologis, psikogenis dan
sosiogenis) sangat popupler sampai tahun 1950-an. Sejak 1950 ke atas
banyak
perhatian
pada
aktifitas-aktifitas
gang
yang
terorganisir dengan subkultur-subkulturnya. Adapun sebabnya adalah: 1) Bertambahnya dengan cepat jumlah kejahatan, dan meningaktnya kualitas kekerasan serta kekejaman yang dilakukan oleh anak-anak remaja yang memiliki subkultur delinquen. 2) Meningkatnya jumlah kriminalitas mengakibatkan sangat besarnya kerugian dan kerusakan secara universal, terutama terdapat di negara-negara industri yang sudah maju, disebabkan oleh meluasnya kejahatan anak-anak remaja. “Kultur” atau “kebudayaan” dalam hal ini menyangkut suatu kumpulan nilai dan norma yang menuntut bentuk tingkah laku respnsif sendiri yang khas pada anggota-anggota kelompok. Sedang istilah “sub” mengindikasikan bahwa bentuk “budaya” tadi bisa muncul di tengah suatu sistem yang lebih inklusif sifatnya. Menurut teori subkultural ini, sumber juvenile delinquency ialah: sifat-sifat suatu struktur sosial dengan pola budaya yang khas dari lingkungan familial, tetangga dan masyarakat yang dialami oleh para remaja delinkuen tersebut.54 7. Penanggulangan Kenakalan Remaja Pada penanggulangan kenakalan remaja maka masyarakat dan pemerintah dipaksa untuk melakukan tindak-tindak penanggulangan preventif, penanggulangan represif dan penanggulangan secara kuratif. a. Tindakan preventif Tindakan preventif adalah usaha pencegahan terhadap masalah kenakalan remaja disini diartikan: segala daya upaya untuk 54
Ibid., h. 32.
33
mencegah terjadinya kenakalan remaja, mempersempit ruang geraknya, mengurangi dan memperkecil pengaruhnya terhadap orang lain ataupun terhadap aspek-aspek kehidupan yang lain.55 Tindakan preventif ini merupakan pencegahan terhadap perilaku penyimpang. Pada dasarnya tindakan preventif ini merupakan suatu pencegahan sebelum seseorang melakukan perbuatan menyimpang. Tindakan preventif yang dilakukan antara lain berupa:
1. Meningkatkan kesejahteraan keluarga 2. Perbaikan lingkungan, yaitu daerah slum, kampungkampung miskin. 3. Mendirikan klinik bimbingan psikologis dan edukatif untuk memperbaiki tingkah laku dan membantu remaja dari kesulitan mereka. 4. Menyediakan tempat rekreasi yang sehat bagi remaja. 5. Membangun badan kesejahteraan anak-anak. 6. Mengadakan panti asuhan. 7. Mengadakan lembaga repormatif untuk memberikan latihan korektif, pengoreksian dan asistensi untuk hidup mandiri dan susila kepada anak-anak dan para remaja yang membutuhkan. 8. Membuat badan supervisi dan pengontrol terhadap kegiatan anak delinkuen, disertai proram yang korektif. 9. Mengadakan pengadilan anak. 10. Menyusun
undang-undang
untuk
pelanggaran
kejahatan yang dilakukan oleh anak dan remaja. 11. Mendirikan sekolah untuk anak miskin. 55
Pola Penanggulangan Kenakalan Remaja di Indonesia (Jakarta: Badan Koordinasi Nasional untuk Kesejahteraan Keluarga dan Anak, 1972), h. 21.
dan
34
12. Mengadakan rumah tahanan khusus anak dan remaja. 13. Mengadakan diskusi kelompok dan bimbingan kelompok untuk membangun kontak manusiawi diantara para remaja delinkuen dengan masyarakat luar. Diskusi tersebut akan sangat bermanfaat bagi pemahaman kita mengenai jenis kesulitan dan gangguan pada diri remaja. 14. Mendirikan tempat latihan untuk menyalurkan kreatifitas para remaja delinkuen dan yang nondelinkuen. Misalnya latihan vokasional, latihan hidup bermasyarakat, latihan persiapan untuk bertransmigrasi, dan lain-lain.56 Tindakan preventif yang dapat dilakukakn sekolah dalam mencegah kenakalan remaja diantaranya: a. Pembentukan pramuka sekolah b. Membentuk badan dan club/latihan-latihan olah raga di luar jam sekolah. c. Badan keamanan lalu lintas (BBKL) dan patroli keamanan sekolah (PKS) d. Mengadakan rekreasi/darmawisata dan study tour.57 Tindakan hukuman bagi anak remaja delinkuen antara lain berupa : menghukum mereka sesuai dengan perbuatannya, sehingga dianggap adil, dan bisa menggugah berfungsinya hati nurani sendiri untuk hidup susila dan mandiri. b. Tindakan Represif Tindakan represif ini berupa pemberian sanksi atau hukuman ketika seseorang melakukan pelanggaran. Tindakan represif pada dasarnya merupakan pencegahan setelah terjadi pelanggaran. Tindakan represif yang dilakukan diantaranya:
56
Aat Syafaat, dkk. Peranan Pendidikan Agama Islam Dalam Mencegah Kenakalan Remaja, (Jakarta: Raja Grafindo, 2008), h. 141. 57 B. Simanjuntak, Latar Belakang Kenakalan Remaja, (Bandung: Alumni, 1979), h. 170.
35
1) Aparat
keamanan/penegak hukum
perlu ditingkatkan
kewibawaanya. 2) Sarana dan prasarana (termasuk personil) kamtibnas perlu ditingkatkan. 3) Untuk mengatasi perkelahian massal, cukuplah personil aparat
keamanan
karet/pentungan.
diperlengkapi
Penggunaan
dengan
senjata
api
tongkat sebaiknya
dihindari, sebab yang dihadapi adalah remaja, anak sekolah/anak didik, bukan kriminal ataupun kaum pesuruh. 4) Mereka yang tertangkap hendaknya diperlakukan bukan sebagai kriminal ataupun sebagai pesuruh, tetapi sebagai anak
nakal
yang
perlu
“hukuman”
atas
perilaku
menyimpangnya itu. Selanjutnya mereka diberi terapi edukatif. 5) Dalam menghadapi perkelahian massal ini hendaknya petugas tetap berkepala dingin, cukup pengendalian diri, tidak bertindak agresif dan emosional. 6) Diupayakan pada meraka yang tertangkap dapat dilakukan pemeriksaan
awal
yang
membedakan
mana
yang
berkepribadian antisosial yang merupakan “biang kerok” dan mana yang hanya ikut-ikutan. Untuk maksud ini banuan psikolog/psikiater diperlukan penilaiannya. Perbedaan ini perlu guna tindakan selanjutnya dalam upaya terapi dan pemantauan.58 7) Selama mereka dalam tahanan, hendaknya petugas mampu menahan
diri
untuk
tidak
melakukan
tindakan
kekerasan/pukulan dan hal-hal lain yang tidak manusiawi. Sebab, bila hal ini dilakukan dapat mengakibatkan “rasa dendam” atau ’mental breakdown” pada remaja/anak jalanan. 58
Aat Syafaat, dkk. op.cit., h. 143
36
c. Tindakan kuratif Setelah
usaha-usaha
yang
lain
dilaksanakan,
maka
dilaksanakan tindakan pembinaan khusus untuk memecahkan dan menanggulangi problem juvenile delinquency. Tindakan kuratif yang dilakukan antara lain berupa: 1) Menghilangkan semua sebab-musabab timbulnya kejahatan remaja, baik yang berupa familial, sosial ekonomis dan kultural. 2) Melakukan perubahan lingkungan dengan jalan mencarikan orang tua angkat/asuh dan memberikan fasilita yang diperlukan bagi perkebangan jasmani dan rohani yang sehat bagi anak-anak remaja. 3) Memindahkan anak-anak nakal kesekolah yang lebih baik, atau ke tengah lingkungan sosial yang baik. 4) Memberikan latihan bagi para remaja untuk hidup teratur, tertib dan berdisiplin. 5) Memanfaatkan waktu senggang di kamp latihan, untuk membiasakan diri bekerja, belajar dan melakukan rekreasi sehat dengan disiplin tinggi 6) Menggiatkan organisasi pemuda dengan program-program latihan vokalsional untuk mempersiapkan anak remaja delinkuen itu bagi pasaran kerja dan hidup ditengah masyarakat. 7) Memperbanyak lembaga latihan kerja dengan perogram kegiatan pembangunan. 8) Mendirikan klinik psikologis untuk meringengan dan memecahkan konflik emosional dan gangguan kejiwaan.59
59
Jamal Ma’mur Asmani, Kiat Mengatasi Kenakalan Remaja di Sekolah, (Jogjakarta : Bukubiru, 2012), h. 204.
37
C. Kerangka Berpikir Sekolah
adalah
lembaga
organisasi
yang
melakukan
kegiatan
kependidikan tertentu yang melibatkan sejumlah orang (guru dan murid yang harus bekerjasama untuk mencapai suatu tujuan). Peserta didik (usia remaja) terkadang melakukan kenakalan-kenakalan disekolah. Kenakalan remaja merupakan perbuatan/kejahatan/pelanggaran yang dilakukan oleh anak remaja yang bersifat melawan hukum, anti sosial, anti susila, dan menyalahi normanorma agama. Kenakalan remaja tersebut dapat digolongkan berdasarkan bentuknya kedalam tiga tingkatandiantaranya, kenakalan ringan, kenakalan sedang dan kenakalan berat/khusus. Kenakalan remaja bisa terjadi karena dua faktor, yaitu internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi lemahnya kontrol diri serta presepsi sosial, ketidakmampuan penyesuaian diri terhadap perubahan lingkungan baik dan kreatif, dan tidak ada kegemaran, tidak memiliki hobbi yang sehat. Sedangkan faktor eksternal meliputi pendidikan yang kurang menanamkan bertingkah laku sesuai dengan alam sekitar yang diharapkan orang tua, sekolah, dan masyarakat dan menurunkan wibawa orang tua, guru, dan pemimpin masyarakat. Selain faktor terjadinya kenakalan remaja, kenakalan remaja pun bisa ditanggulanggi oleh beberapa tindakan diantaranya: memberi tindakan preventif yang merupakan tindak pencegahan sebelum siswa melakukan kenakalan remaja, lalu tindakan represif yaitu pemberian sanksi atau hukuman ketika siswa melakukan pelanggaran. Tindakan represif pada dasarnya merupakan pencegahan setelah terjadi pelanggaran. Yang terakhir tindakan kuratif yaitu tindakan pembinaan khusus untuk memecahkan dan menanggulangi kenakalan remaja. Dalam penanggulangan kenakalan remaja, sekolah selain sebagai pemberi layanan kepada peserta didik agar mampu memperoleh pengetahuan atau kompetensi akademik yang dibutuhkan dalam kehidupan, sekolah juga mempunyai peran dalam penanganan kenakalan remaja diantaranya sebagai instrumen penyadaran, memiliki makna bahwa sekolah berfungsi membangun kesadaran untuk tetap berada pada tataran sopan santun, beradab, dan bermoral (hal-hal universal yang menjadi tugas semua orang.
38
Berdasarkan keterangan diatas, penulis merumuskan bagan kerangka berpikir sebagai berikut:
Sekolah
Penanggulangan Kenakalan remaja
Kenakalan Ringan
Kenakalan Sedang
Faktor Internal
Kenakalan Berat/Khusus
Faktor Eksternal
Tindakan Preventif
Tindakan Represif
1. Mendirikan klinik bimbingan
1. Aparat keamanan/ penegak
Tindakan Kuratif
1. Memindahkan anak-anak nakal
psikologis dan edukatif untuk
hukum perlu ditingkatkan
kesekolah yang lebih baik, atau
memperbaiki tingkah laku dan
kewibawaanya.
ke tengah lingkungan sosial
membantu remaja dari kesulitan mereka.
2. Sarana dan prasarana (termasuk personil) kamtibnas perlu ditingkatkan
yang baik. 2. Memberikan latihan bagi para remaja
untuk
danberdisiplin.
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir
hidup
teratur
39
D. Penelitian yang Relevan Hasil-hasil penelitian yang relevan mengenai peran sekolah dalam menanggulagi kenakalan remaja adalah sebagai berikut: 1.
Penelitian Ade Mulyani dengan judul “Peran guru bimbingan dan konseling dalam penanggulangan kenakalan siswa di SMU Purnama Jakarta (2005)”. Metode yang digunakan kualitatif-kuantitatif dan hasil penelitian yang diungkapkan dari penelitian ini adalah ada hubungan antara peran guru bimbingan dan konseling dengan penanggulangan kenakalan siswa. Persamaan dalam penelitian ini adalah sama-sama meneliti
tentang
penanggulangan
kenakalan
remaja
sedangkan
perbedaanya adalah penelitian ini meneliti tentang peran guru bimbingan dan konseling dalam penanggulangan kenakalan siswa dan ruang lingkup penelitian di jejang SMU. 2. Penelitian Fitriah dengan judul ” Peran guru agama dalam pembinaan akhlakul mahmudah sebagai upaya penanggulangan kenakalan remaja” (2005). Metode yang digunakan kualitatif-kuantitatif dan hasil penelitian yang diungkapkan dari penelitian ini adalah dalam penanggulanagn kenakalan remaja, guru juga berperan aktif sehingga kenakalan yang terjadi dapat ditangani dan ditanggulangi. Persamaan dengan peneltian ini adalah sama-sama meneliti tentang penanggulangan kenakalan remaja sedangkan perbedaan terletak pada lokasi penelitian dan peran guru agama dalam pembinaan akhlakul mahmudah sebagai upaya penanggulangan kenakalan remaja. 3. Penelitian Siti Choiriyah dengan judul “Peran Orang tua dalam menanggulangi kenakalan remaja di RT 002 RW 02 Kalisari Pasar Rebo Jakarta Timur” (2013). Metode yang digunakan adalah penlelitian survey dan hasil penelitian yang diungkapkan dalam
penelitian ini
adalah orang tua sangat berperan penting dalam menanggulangi kenakalan remaja dalam hal ini dapat dilihat dari cara orangtua memberikan perhatian dan pengawasan yang cukup terhadap anaknya, karena pada umumnya orang tua mereka selalu dan sering memberikan
40
perhatian, kasih sayang, memberikan pendidikan agama baik dengan cara keteladanan, nasehat dan sebagainya. Persamaan dalam penelitian ini adalah sama-sama meneliti tentang penanggulangan kenakalan remaja sedangkan perbedaan terletak pada lokasi penelitian yang terletak di Pasar rebi Jakarta timur dan peran orang tua dalam menanggulangi kenakalan remaja. 4. Penelitian Arif Budi Mulyono dengan judul ” Peran aktif guru PAI dalam menanggulangi kenakalan siswa” (2008). Metode yang digunakan adalah metode kualitatif dan hasil penelitian ini adalah guru PAI dalam menanggulangi kenakalan siswa yang ada di SMA 8 Semarang mempunyai beberapa peran aktif artinya guru PAI berperan penting dalam menanggulangi kenakalan siswa. Persamaan dengan penelitian ini adalah sama-sama meneliti tentang penanggulangan kenakalan remaja sedangkan perbedaan terletak pada peran aktif guru PAI dan jenjang penelitian, dalam penelitian ini jenjang yang digunakan adalah jenjang SMA yaitu SMAN 8 Semarang. 5. Penelitian Andi Junaedi dengan judul ” Peran penyuluh agama dalam mengatasi kenakalan remaja (Studi kasus remaja masjid Al-Mu’alla RW. 08 di desa Ciheulang Tonggoh Cibadak Sukabumi)” (2006). Metoge yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dan hasil penelitian ini adalah Peranan penyuluhan agama dalam mengatasi kenakalan remaja pada remaja Masjid Al-Mu’alla, mempunyai pengaruh cukup besar terhadap perkembangan mental remaja yang mengikutinya. Hal ini dapat dilihat dari adanya respon yang baik dari remaja dan adanya perubahan mental dan sikap para remaja. persamaan dengan penelitian ini adalah sama-sama meneliti tetntang penanggulangan kenakalan remaja sedangkan perbedaan terletak pada lokasi penelitian yang berlokasi di desa Ciheulang Tonggoh Cibadak Sukabumi dan peran penyuluh agama dalam mengatasi kenakalan remaja
41
No
Penelitian dan Judul
Metode Penelitian
1
Ade Mulyani,
Jenis
”Peran guru
Kualitatif - Kuantitatif
dari
bimbingan dan
Sumber :
hubungan antara peran guru bimbingan
konseling dalam
-Primer dan Sekunder
dan konseling dengan penanggulangan
penanggulangan
Lokasi
kenakalan siswa. Makin tinggi peran
kenakalan siswa di
-SMU Purnama Jakarta
:
:
SMU Purnama
Hasil Penelitian Hasil penelitian yang penelitian
diungkapkan
ini adalah ada
guru bimbingan dan konseling makin tinggi tingkat penanggulangan siswa.
Jakarta.” (2005) 2
Fitriah, ”Peran guru agama dalam pembinaan akhlakul mahmudah sebagai upaya penanggulangan
Jenis
:
Hasil penelitian
yang
-Kualitatif- kuantitatif
dari
Sumber :
penanggulanagn
-Primer
guru juga berperan aktif sehingga
Lokasi :
kenakalan yang terjadi dapat ditangani
-SLTP se Kecamatan dan
penelitian
diungkapkan
ini adalah dalam kenakalan
ditanggulangi
sehingga
remaja,
tidak
Mampang.
terjadi berbagai bentuk kenakalan lagi.
Siti Choiriyah, ”
Jenis
:
Hasil penelitian yang diungkapkan dari
Peran Orang tua
-Penelitian \survey
penelitian ini adalah orang tua sangat
dalam
Sumber :
berperan
menanggulangi
-Primer
menanggulangi
kenakalan remaja di
Lokasi :
dalam hal ini dapat dilihat dari cara
RT 002 RW 02
-RT 002 RW 02 Kalisari orangtua memberikan perhatian dan Pasar Rebo Jakarta pengawasan yang cukup terhadap Timur anaknya, karena pada umumnya orang
kenakalan remaja”. (2005) 3
Kalisari Pasar Rebo Jakarta Timur”. (2013)
tua
mereka
penting
dalam
kenakalan
selalu
dan
remaja,
sering
memberikan perhatian, kasih sayang, memberikan pendidikan agama baik dengan cara keteladanan, nasehat dan sebagainya. 4
Arif Budi Mulyono,
Jenis
:
“Peran aktif guru
-Kualitatif
Hasil dalam penelitian ini adalah guru PAI dalam menanggulangi kenakalan
42
5
PAI dalam
Sumber :
siswa yang ada di SMA 8 Semarang
menanggulangi
-Primer dan sekunder
mempunyai bebrapa peran aktif artinya
kenakalan siswa”.
Lokasi :
guru PAI berperan penting dalam
(2008)
-SMAN 8 Semarang
menanggulangi kenakalan siswa.
Andi Junaedi,
Jenis
Hasil dalam penelitian ini adalah
“Peran penyuluh
-Kualitatif
Peranan penyuluhan agama dalam
agama dalam
Sumber :
mengatasi
mengatasi kenakalan
-Primer dan sekunder
remaja Masjid Al-Mu’alla, mempunyai
remaja (Studi kasus
Lokasi :
pengaruh
remaja masjid Al-
-Masjid Al-Mu’alla RW. perkembangan mental remaja yang
Mu’alla RW. 08 di
08 di desa Ciheulang mengikutinya. Hal ini dapat dilihat
desa Ciheulang
Tonggoh
Tonggoh Cibadak
Sukabumi.
:
kenakalan
cukup
remaja
besar
pada
terhadap
Cibadak dari adanya respon yang baik dari
Sukabumi)”.
remaja dan adanya perubahan mental dan sikap para remaja.
(2006)
No 1
Perbedaan
Persamaan
Pada penelitian ini hal yang diteliti yaitu
Sama-sama menggunakan data primer dan
peran guru bimbingan dan konseling dan
data sekunder untuk mengetahui
metode penelitian yang digunakan adalah
penanggulangan kenakalan remaja.
campuran kualitatif dan kuantitatif, untuk pengumpulan data selain menggunakan observasi, wawancara dan dokumentasi pada penelitian ini juga menggunakan angket. 2
Pada penelitian ini hal yang diteliti yaitu
Sama-sama menggunakan data primer dan
peran guru agama dalam pembinaan
data sekunder untuk mengetahui
akhlakul mahmudah sebagai upaya
penanggulangan kenakalan remaja.
penanggulangan kenakalan remaja dan metode penelitian yang digunakan adalah campuran kualitatif dan kuantitatif.
43
Berdasarkan penelitian relevan diatas, terdapat beberapa penelitian sejenis yang peneliti temukan berhubungan dengan penelitian ini. tetapi sebenarnya penelitian
tersebut
masing -masing
terpisah,
hanya berkaitan
dengan
penanggulangan kenakalan remaja. Tetapi topik yang benar-benar mengkaji tentang peran sekolah dalam menanggulangi kenakalan remaja belum diteliti. Diharapkan dalam penelitian dapat digambarkan. Dari kelima penalitian diatas yakni penelitian mengenai peran orang tua, peran guru dan bimbingan konseling, peran guru agama, peran penyuluh agama serta peran aktif guru PAI dalam menanggulangi kenakalan remaja. Dan dari kelima penelitian diatas hasil penelitian menyatakan bahwa penelitian tersebut mempunyai peran dalam menanggulangi kenakalan remaja.
BAB III METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu penelitian Tempat yang akan dijadikan untuk penelitian ini adalah MTs Negeri 3 Jakarta yang beralamat Jl. Pupan No. 3B Pondok Pinang Kebayoran Lama 12310, Jakarta Selatan. Dasar pertimbangan memilih sekolah ini sebagai tempat penelitian adalah adanya gejala munculnya ketidak patuhan siswa dalam mentaati norma-norma sekolah, seperti tidak mentaati tata tertib. Hal ini merupakan ekspresi dari bentuk kenakalan siswa. Oleh karena itu diperlukan suatu penelitian secara khusus dan mendalam berkenaan dengan kenakalan siswa, serta peran sekolah dalam menanggulanginya, dalam kaitan inilah penelitian ini dilakukan. Adapun rancangan waktu penelitian sebagai berikut: Tabel 3.1 Rencana Penyusunan Penelitian
NO
BULAN
KEGIATAN Mei
1.
Penyusunan rencana penelitian
2.
Penyusunan instrumen
Juni
Juli
Agt
Sept
Okt
√ √
penelitian √
3.
Pengumpulan data penelitian
4.
Pengolahan data penelitian
√
5.
Analisis & pembahasan data
√
6.
Penyusunan laporan
√
7.
Sidang Munaqosah
√
8.
Revisi Penelitian
√
44
45
B. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian
ini
termasuk
dalam
penelitian
dengan
pendekatan
kualitatif, yaitu suatu penelitian ilmiah yang bertujuan untuk memahami suatu fenomena dalam konteks sosial secara ilmiah dengan mengedepankan proses interaksi komunikasi yang mendalam antara peneliti dengan fenomena yang diteliti. Data atau informasi yang hendak dikumpulkan adalah dalam bentuk deskripsi. Disamping itu penelitian ini lebih menekankan pada pengungkapan makna yang terkandung di dalam deskripsi data
tersebut,
karena
itu
penelitian ini menggunakan pendekatan metode penelitian kualitatif. Dilihat dari pokok masalah yang diteliti, dapat dikatakan penelitian ini tergolong ke dalam jenis studi kasus, yaitu yang berkaitan dengan peran sekolah dalam menanggulangi kenakalan remaja di MTs Negeri 3 Jakarta. Oleh sebab itu rancangan yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah rancangan penelitian studi kasus. Studi kasus itu sendiri adalah uraian dan penjelasan komprehensif mengenai berbagai aspek seorang individu, suatu kelompok, suatu organisasi (komunitas) suatu program atau suatu situasi sosial.1 Pengertian lain dari studi kasus bisa berarti metode atau strategi dalam penelitian, bisa juga berarti hasil dari suatu penelitian sebuah kasus tertentu. Studi kasus adalah pendekatan untuk mempelajari, menerangkan atau menginterpretasikan suatu kasus dalam konteksnya secara natural tanpa adanya intervensi pihak luar.2
C. Jenis dan Sumber Data 1. Jenis Data
1
h. 201.
Deddy Mulyana, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010),
2
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2013),. h. 116.
46
Data adalah semua keterangan seseorang yang dijadikan responden maupun yang berasal dari dokumen-dokumen baik dalam bentuk statistik atau dalam bentuk lainnya guna keperluan penelitian yang dimaksud.3 Dalam konteks penelitian ini data yang digunakan meliputi dua jenis data, yaitu (a) data primer, dan (b) data sekunder. a) Data primer Data primer adalah data asli yang dikumpulkan sendiri oleh peneliti untuk menjawab masalah penelitiannya secara khusus. 4 Data primer merupakan data utamayang diperoleh secara langsung yang dilakukan melalui wawancara, observasi dan alat lainnya. Data yang diperlukan untuk memenuhi penelitian ini yaitu: (1) data tentang bentuk-bentuk kenakalan remaja, (2) data tentang faktor-faktor penyebab kenakalan remaja, (3) data tentang tindakan preventif yang dilakukan sekolah dalam menanggulangi kenakalan remaja, (4) data
tentang tindakan represif yang dilakukan sekolah dalam
menanggulangi kenakalan remaja, (5) data tentang tindakan kutarif yang dilakukan sekolah dalam menanggulangi kenakalan remaja, dan (6) data
tentang
kendala
yang
dialami
sekolah
dalam
menanggulangi kenakalan remaja. b) Data sekunder Data
sekunder
merupakan sumber data penelitian yang
diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara. Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip yang digunakan untuk melengkapi data primer sehingga dapat memberikan gambaran lebih jelas berkaitan dengan lokasi kasus yang diteliti, seperti data tentang gambaran umum di MTs Negeri 3 Jakarta yang meliputi: sejarah berdirinya sekolah, visi dan misi sekolah, keadaan jumlah guru, keadaan
3
Joko Subagyo, Metode Penelitian dalam Teori dan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2015),
h. 87. 4
Danang Sunyoto, Metode Penelitian untuk Ekonomi, (Yogyakarta: CAPS, 2011), h. 22.
47
jumlah siswa, prestasi siswa, dan data bentuk kasus kenakalan siswa. 2. Sumber Data Sumber data dimaksudkan semua informasi baik yang merupakan benda nyata, sesuatu yang abstrak, peristiwa/gejala baik secara kuantitaif dan kualitatif.5 Yang dimaksud sumber data dalam penelitian adalah subyek dari mana data dapat diperoleh. Sumber data disebut responden, yaitu orang yang merespon atau menjawab pertanyaan peneliti, baik pertanyaan tertulis maupun lisan. Dalam memilih responden peneliti memilih responden yang mempunyai peran disekolah yakni Bapak Jumanto selaku kepala sekolah, Ibu Hunainah selaku wakil kepala sekolah kesiswaan, Bapak H. Faqih Khairul Fikri selaku guru bimbingan konseling kelas VII, Ibu Yeti Nurhayati
selaku guru bimbingan
konseling kelas VIII dan Ibu Latifah selaku guru bimbingan konseling kelas IX serta 3 orang siswa. Hal ini dapat diperjelas dengan tabel sebagai berikut: Tabel 3.2 Jenis dan Sumber data Penelitian
No 1.
Jenis Data
Sumber Data
Bentuk-bentuk kenakalan
Siswa, Kepala Sekolah, Wakil
Remaja
Kepala Sekolah dan Guru Bimbingan Konseling, Guru Mata Pelajaran, Satpam, Office Boy, dan Siswa.
2.
Faktor-faktor penyebab
Siswa, Wakil Kepala Sekolah
kenakalan remaja
dan Guru Bimbingan Konseling, Guru Mata
5
Sukandar Rumidi, Metodologi Penelitian, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2012), h. 44.
48
Pelajaran.
3.
Pencegahan (preventif) terhadap
Kepala sekolah, Wakil Kepala
kenakalan remaja
Sekolah dan Guru Bimbingan Konseling,
Guru
Mata
Pelajaran, Satpam, Office Boy. 4.
Pemberian
sanksi
(represif) Siswa, Kepala sekolah, Wakil
terhadap kenakalan remaja
Kepala Sekolah dan
Guru
Bimbingan Konseling. 5.
Penanggulangan (Kuratif)
Siswa, Kepala sekolah, Wakil
terhadap kenakalan remaja
Kepala Sekolah dan
Guru
Bimbingan Konseling, Guru Mata
Pelajaran,
Satpam,
Office Boy. 6.
Kendala dalam menanggulangi Kepala sekolah, Wakil Kepala kenakalan remaja
Sekolah dan Guru Bimbingan Konseling,
Guru
Mata
Pelajaran, Satpam, Office Boy.
D. Teknik Pengumpulan data dan Instrumen Penelitian Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah yang mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar yang ditetapkan.6 Dalam penelitian ini metode pengumpulan data yang digunakan adalah dengan menggunakan metode observasi, wawancara dan dokumentasi. 1. Observasi Secara bahasa observasi berarti memerhatikan dengan penuh perhatian seseorang atau sesuatu, memerhatikan dengan penuh perhatian 6
Sugiyono, Metodologi Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, (Bandung: Alfabeta, 2011). h. 224.
49
berarti mengamati tentang apa yang terjadi. Observasi sebagai suatu proses melihat, mengamati dan mencermati serta merekam perilaku secara sistematis untuk suatu tujuan tertentu. Observasi ialah suatu kegiatan mencari data yang dapat digunakan untuk memberikan suatu kesimpulan atau diagnosis.7 Dalam pengumpulan data jenis observasi yang dilakukan adalah observasi partisipasi pasif, jadi dalam hal ini peneliti datang di tempat kegiatan orang yang diamati, tetapi tidak ikut terlibat dalam kegiatan tersebut.8 Untuk mengetahui kegiatan observasi yang akan dilakukan dapat dijabarkan melalui tabel berikut: Tabel 3.3 Pedoman Observasi
No
Observasi yang dilakukan
1.
Bentuk-bentuk kenakalan remaja
Keterangan
1. Datang terkambat ke sekolah 2. Keluar kelas pada jam KBM 3. Bulliying 4. Mengikuti resisten atau geng 5. Siswa tidak masuk sekolah dengan membuat keterangan palsu (cabut) 5. Membolos
2. Wawancara Wawancara adalah suatu cara pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh informasi langsung dari sumbernya. Wawancara ini digunakan bila ingin mengetahui hal-hal dari responden secara lebih
7
Uhar Suharsaputra, Metode Penelitian Kuantitatif kualitatif dan Tindakan, (Bandung: Refika Aditama, 2014), h. 209. 8 Sugiyono, op. cit., h. 227.
50
mendalam serta jumlah responden sedikit. Ada beberapa faktor yang akan
mempengaruhi
arus
informasi
dalam
wawancara,
yaitu
pewawancara, responden, pedoman wawancara dan situasi wawancara. Pewawancara diharapkan
dapat
adalah
petugas
menyampaikan
pengumpul pertanyaan
informasi
dengan
jelas
yang dan
merangsang responden untuk menjawab semua pertanyaan dan mencatat semua informasi yang dibutuhkan dengan benar. Responden adalah pemberi informasi yang diharapkan dapat menjawab semua pertanyaan dengan jelas dan lengkap dalam pelaksanaan wawancara, diperlukan kesediaan dari responden untuk menjawab
pertanyaan
dan
keselarasan
antara
responden
dan
pewawancara. Dalam memilih responden peneliti memilih responden yang mempunyai peran disekolah yakni Bapak Jumanto, M.Pd selaku kepala sekolah Ibu Hunainah selaku wakil kepala sekolah kesiswaan, Bapak H. Faqih Khairul Fikri, S.Psi selaku guru bimbingan konseling kelas VII, Ibu Yeti Nurhayati, S.Psi selaku guru bimbingan konseling kelas VIII dan Ibu Latifah, S.Pd selaku guru bimbingan konseling kelas IX, Bapak Riza Fahlevi selaku guru mata Pelajaran, Bapak Rizal selaku Satpam, Bapak Andri selaku OB serta 3 orang siswa. Situasi wawancara berhubungan dengan waktu dan tempat wawancara. Waktu dan tempat wawancara yang tidak tepat dapat menjadikan pewawancara merasa canggung untuk mewawancarai dan respondenpun enggan untuk menjawab.9 Untuk wawancara data yang dikumpulkan dan sumber data dapat dijabarkan melalui tabel berikut: Tabel 3.4 Pedoman Wawancara No
Jenis Data yang di Kumpulkan
9
Sumber Data
Pertanyaan
Riduwan, Belajar Mudah Penelitian, (Bandung: Alfabeta, 2013), h. 74
51
1.
Bentuk-bentuk
Kepala Sekolah
kenakalan remaja
Apa sajakah bentukbentuk kenakalan remaja di MTs Negeri 3 Jakarta?
Wakil Kepala Sekolah
Apa sajakah bentuk-
Bidang Kesiswaan
bentuk kenakalan remaja di MTs Negeri 3 Jakarta?
Guru Bimbingan
Apa sajakah bentuk-
Konseling kelas VII
bentuk kenakalan remaja di MTs Negeri 3 Jakarta?
Guru Bimbingan
Apa sajakah bentuk-
Konseling kelas VIII
bentuk kenakalan remaja di MTs Negeri 3 Jakarta?
Guru Bimbingan
Apa sajakah bentuk-
Konseling kelas IX
bentuk kenakalan remaja di MTs Negeri 3 Jakarta?
Guru Mata Pelajaran
Guru Bimbingan
Apa sajakah bentukbentuk kenakalan remaja di MTs Negeri 3 Jakarta? Apa sajakah bentukbentuk kenakalan remaja di MTs Negeri 3 Jakarta? Apa sajakah bentukbentuk kenakalan remaja di MTs Negeri 3 Jakarta? Dapatkah anda mendeskripsikan bentuk kenakalan apa saja yang pernah anda lakukan disekolah ini? Apa sajakah faktor-faktor penyebab kenakalan siswa tersebut? Apa sajakah faktor-faktor
Konseling kelas VII
penyebab kenakalan siswa
Satpam/Keamanan
Office Boy (OB)
Siswa/Siswi
2.
Faktor-faktor
Wakil Kepala Sekolah
penyebab kenakalan
Bidang Kesiswaan
remaja
52
tersebut? Guru Bimbingan
Apa sajakah faktor-faktor
Konseling kelas VIII
penyebab kenakalan siswa tersebut?
Guru Bimbingan
Apa sajakah faktor-faktor
Konseling kelas IX
penyebab kenakalan siswa tersebut?
Guru Mata Pelajaran
Apa sajakah faktor-faktor penyebab kenakalan siswa tersebut?
Siswa/Siswi
Apa sajakah faktor-faktor yang menyebabkan anda (siswa/siswi)
melakukan
kenakalan di sekolah? 3.
Tindakan Preventif
Kepala Sekolah
Bagaimanakah
tindakan
(pencegahan) yang
preventif yang dilakukan
dilakukan sekolah
sekolah
dalam menanggulangi
menanggulangi kenakalan
kenakalan remaja
remaja?
dalam
Wakil Kepala Sekolah
Bagaimanakah
Bidang Kesiswaan
preventif yang dilakukan sekolah
tindakan
dalam
menanggulangi kenakalan remaja? Guru Bimbingan
Bagaimanakah
Konseling kelas VII
preventif yang dilakukan sekolah
tindakan
dalam
menanggulangi kenakalan remaja? Guru Bimbingan
Bagaimanakah
tindakan
53
Konseling kelas VIII
preventif yang dilakukan sekolah
dalam
menanggulangi kenakalan remaja? Guru Bimbingan
Bagaimanakah
Konseling kelas IX
preventif yang dilakukan sekolah
tindakan
dalam
menanggulangi kenakalan remaja? Guru Mata Pelajaran
Bagaimanakah
tindakan
preventif yang dilakukan sekolah
dalam
menanggulangi kenakalan remaja? Satpam/Keamanan
Bagaimanakah
tindakan
preventif yang dilakukan sekolah
dalam
menanggulangi kenakalan remaja? Office Boy (OB)
Bagaimanakah
tindakan
preventif yang dilakukan sekolah
dalam
menanggulangi kenakalan remaja? 4.
Tindakan represif
Kepala Sekolah
Bagaimanakah
tindakan
(pemberian sanksi)
represif yang dilakukan
yang dilakukan
sekolah
sekolah dalam
menanggulangikenakalan
menanggulangi
remaja?
kenakalan remaja
Wakil Kepala Sekolah
Bagaimanakah
dalam
tindakan
54
Bidang Kesiswaan
represif yang dilakukan sekolah
dalam
menanggulangikenakalan remaja? Guru Bimbingan
Bagaimanakah
Konseling kelas VII
represif yang dilakukan sekolah
tindakan
dalam
menanggulangi kenakalan remaja? Guru Bimbingan
Bagaimanakah
Konseling kelas VIII
represif yang dilakukan sekolah
tindakan
dalam
menanggulangi kenakalan remaja? Guru Bimbingan
Bagaimanakah
Konseling kelas IX
represif yang dilakukan sekolah
tindakan
dalam
menanggulangi kenakalan remaja? Guru Mata Pelajaran
Bagaimanakah
tindakan
represif yang dilakukan sekolah
dalam
menanggulangi kenakalan remaja? Siswa/siswi
Apa sajakah sanksi yang diberikan sekolah kepada anda (siswa/siswi) setelah melakukan kenakalan?
5.
Tindakan Kuratif (penanggulangan)
Kepala Sekolah
Bagaimanakah
tindakan
represif yang dilakukan
55
yang dilakukan
sekolah
sekolah dalam
menanggulangi kenakalan
menanggulangi
remaja?
kenakalan remaja
dalam
Wakil Kepala Sekolah
Bagaimanakah
Bidang Kesiswaan
represif yang dilakukan sekolah
tindakan
dalam
menanggulangi kenakalan remaja? Guru Bimbingan
Bagaimanakah
Konseling kelas VII
represif yang dilakukan sekolah
tindakan
dalam
menanggulangi kenakalan remaja?
Guru Bimbingan
Bagaimanakah
Konseling kelas VIII
represif yang dilakukan sekolah
tindakan
dalam
menanggulangi kenakalan remaja? Guru Bimbingan
Bagaimanakah
Konseling kelas IX
represif yang dilakukan sekolah
tindakan
dalam
menanggulangi kenakalan remaja?
Guru Mata Pelajaran
Bagaimanakah
tindakan
represif yang dilakukan sekolah
dalam
56
menanggulangi kenakalan remaja?
Satpam/Keamanan
Bagaimanakah
tindakan
represif yang dilakukan sekolah
dalam
menanggulangi kenakalan remaja?
Office Boy (OB)
Bagaimanakah
tindakan
represif yang dilakukan sekolah
dalam
menanggulangi kenakalan remaja? Siswa/siswi
6.
Kendala sekolah
Kepala Sekolah
Bagaimana penanggulangan yang dilakukan sekolah setelah anda melakukan kenakalan? Apa sajakah kendala
dalam menanggulagi
sekolah
dalam
kenakalan remaja
menanggulangi kenakalan remaja? Wakil Kepala Sekolah
Apa
Bidang Kesiswaan
sekolah
sajakah
kendala dalam
menanggulangi kenakalan remaja? Guru Bimbingan
Apa
Konseling kelas VII
sekolah
sajakah
kendala dalam
menanggulangi kenakalan remaja? Guru Bimbingan
Apa
sajakah
kendala
57
Konseling kelas VIII
sekolah
dalam
menanggulangi kenakalan remaja?
Guru Bimbingan
Apa
Konseling kelas IX
sekolah
sajakah
kendala dalam
menanggulangi kenakalan remaja? Guru Mata Pelajaran
Apa
sajakah
sekolah
kendala dalam
menanggulangi kenakalan remaja? Satpam/Keamanan
Apa
sajakah
sekolah
kendala dalam
menanggulangi kenakalan remaja? Office Boy (OB)
Apa sekolah
sajakah
kendala dalam
menanggulangi kenakalan remaja?
3. Dokumentasi Dokumen atau dokumentasi adalah segala sesuatu materi dalam bentuk tertulis yang dibuat oleh manusia. Dokumen yang dimaksud adalah segala catatan baik berbentuk catatan (hardcopy) dalam kertas maupun elektronik (softcopy). Dokumen dapat berupa buku, artikel media massa, catatan harian, manifesto, undang-undang, notulen, blog, halaman web, foto, dan lainnya.10 Dokumen yang dapat digunakan dalam penelitian dapat dijabarkan melalui tabel sebagai berikut: 10
Samiaji Sarosa, Penelitian Kualitatif: Dasar-dasar, ( Jakarta: PT Indeks, 2012), h. 61
58
Tabel 3.5 No 1
Dokumen
Sumber Data
Ket
Buku agenda hitam/buku anak Guru Bimbingan Konseling nak bermasalah
2
Buku peraturan dan tata tertib Staf Tata Usaha sekolah
3
Visi dan misi sekolah
Staf Tata Usaha
Pedoman Dokumentasi
E. Teknik Analisis Data Analisis data dalam kualitatif, dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu. Pada saaat wawancara, peneliti sudah melakukan analisis terhadap jawaban yang diwawancarai. Bila jawaban yang diwawancarai setelah dianalisis terasa belum memuaskan, maka peneliti akan melanjutkan pertanyaan lagi, sampai tahap tertentu, diperoleh data yang dianggap kredibel. Milles and Huberman (1984) mengemukakan bahwa aktifitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interakttif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktifitas dalam analisis data, yaitu reduction, data display, dan conclusion drawing/verification.11
11
Sugiyono, Metodologi Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, (Bandung: Alfabeta, 2011), h. 246.
59
Langkah-langkah analisis ditunjukkan pada gambar berikut 3.1 berukut:
Gambar 3.1 Teknik Analisis Data
1. Data reduction (reduksi data) Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokus pada hal-hal penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan. Reduksi data dapat dibantu dengan peralatan elektronik seperti komputer mini, dengan memberika kode pada aspek-aspek tertentu.12 Tahapan reduksi data merupakan bagian kegiatan analisis sehingga pilihan-pilihan peneliti tentang bagian data yang mana dikode, dibuang, pola-pola mana yang meringkas sejumlah bagian yang tersebut, ceritacerita apa saja yang dikembangkan, meripakan pilihan-pilihan analisis. Dengan
begitu
proses
reduksi
data
dimaksudkan
untuk
lebih
menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang bagian data yang tidak diperlukan, serta mengorganisasi data sehingga memudahkan
12
Ibid., h.247.
60
untuk dilakukan penarikan kesimpulan yang kemudian akan dilanjutkan dengan proses verifikasi.13 2. Data Display (penyajian data) Setelah
data
direduksi,
maka
langkah
selanjutnya
adalah
mendisplaykan data. Dalam penelitian kualitatif penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya. Dalam hal ini Milles and Huberman (1984) dalam sugiyona menyatakan yang paling sering digunakan dalam penyajian data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif.14 3. Verifikasi dan penarikan kesimpulan Tahap akhir dari pengumpulan data adalah verifikasi dan pengambilan kesimpulan, yang dimaknai sebagai penarikan arti data yang telah ditampilkan. Pemberian makna ini tentu saja sejauh pemahaman peneliti dan interprestasi yang dibuatnya. Beberapa cara yang dapat dilakukan dalam proses ini adalah dengan melakukan pencatatan untuk pola-pola dan tema yang sama, pengelompokan dan pencarian kasus-kasuk negatif (kasus khas, berbeda, mungkin pula penyimpangan dari kebiasaan yang ada dimasyarakat). Milles and Huberman (1992) dalam Idrus menyatakan bahwa dari permulaan pengumpulan data, seorang penganalisis kualitatif mulai mencari arti benda-benda, mencatat keteraturan, pola-pola penjelasan, konfigurasi-konfigurasi yang mungkin ada, alur sebab akibat, dan proposisi. Dalam penelitian kualitatif ini, penarikan kesimpulan dapat saja berlangsung saat proses pengumpulan data berlangsung, baru kemudian melakukan reduksi dan penyajian data. hanya saja ini perlu disadari bahwa kesimpulan yang dibuat itu bukanlah hasil dari kesipulan final.
13 14
Muhammad Idrus, Metode Penelitian Ilmu sosial, (Yogyakarta: Erlangga, 2009), h 150. Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2014), h. 95.
61
Hal ini karena setelah proses penyimpulan tersebut, peneliti dapat saja melakukan verifikasi hasil temuan ini kembali kelapangan. Proses verifikasi hasil temuan ini dapat saja berangsung singkat dan dilakukan oleh peneliti tersendiri, yaitu dilakukan secara selintas dengan mengingat hasil-hasil temuan terdahulu dan melakukan cek silang (cross check) dengan temuan lainnya.15
F. Pengecekan Keabsahan data Dalam bahasa sehari-hari tringulasi dikenal dengan istilah cek dan ricek yaitu pengecekan data menggunakan beragam sumber, teknik, dan waktu.16 1) Tringulasi Sumber Tringulasi sumber untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Data yang telah dianalisis oleh peneliti sehingga
menghasilkan
suatu
kesimpulan
selanjutnya
dimintakan kesepakatan (member check) dengan beberapa sumber data tersebut.17 2) Tringulasi Teknik Tringulasi teknik untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Data yang diperoleh dengan wawancara, observasi dan dokumentasi. Bila dengan tiga teknik pengujian kredibilitas data tersebut, menghasilkan data yang berbeda-beda maka peneliti melakukan diskusi lebih lanjut kepada sumber data yang bersangkutan atau yang lain, untuk memastikan data mana yang dianggap benar. Atau mungkin semuanya benar, karena sudut pandangnya berbeda-beda. 15
Muhammad Idrus, op. cit., h. 151-152. Nusa Putera, Penelitian Kualitatif: Proses & Aplikasi, (Jakarta: Indeks, 2011), h. 189. 17 Sugiyono, Metodologi Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, (Bandung : Alfabeta, 2011). h. 274. 16
62
3) Tringulasi waktu Waktu juga mempengaruhi kredibilitas data. untuk itu dalam rangka pengujian kredibilitas data dapat dilakukan dengan cara melakukan pengecekan dengan wawancara, observasi atau teknik lain dengan dalam waktu atau situasi yang berbeda. Bila hasil uji meghasilkan data yang berbeda, maka dilakukan secara berulang-ulang sehingga sampai ditemukan kepastian datanya.18
18
Ibid.,
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum MTs Negeri 3 Jakarta Dari analisis dokumen (content analysis) yang ada di MTs Negeri 3 Jakarta dapat diungkap data atau informasi mengenai sejarah berdirinya MTs Negeri 3 Jakarta, letak geografis MTs Negeri 3 Jakarta, visi dan misi sekolah, sarana dan prasarana, keadaan jumlah guru, keadaan jumlah siswa, program kegiatan ekstrakulikuler, dan prestasi siswa. Data atau informasi dimaksud dipaparkan sebagai berikut: 1. Sejarah MTs Negeri 3 Jakarta Madrasah Tsanawiyah Negeri 3 adalah sekolah setingkat SMP dengan kurikulum Pengetahuan umum yang sama dari Departemen Pendidikan Nasional, ditambah dengan kurikulum agama dari Kementerian Agama. Madrasah Tsanawiyah Negeri 3 Jakarta berdiri sejak 1979 berdasakan Surat Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 48 Tahun 1978. Madrasah
Tsanawiyah
Negeri
3
merupakan
pemisahan
dari
Pendidikan Guru Agama Negerii (PGAN) 6 (enam) tahun Pondok Pinang. Pada tahun 2004 Madrasah Tsanawiyah Negeri 3 Jakarta yang semula lokasinya dekat dengan Jalan Tol Pondok Pinang menempati gedung baru yang terletak di Jalan Pupan ex Madrasah Aliyah Negeri 4 Pondok Pinang. Gedung MTS Negeri 3 terdiri dari 3 lantai dengan jumlah ruang sebanyak 40 ruang dengan rombongan belajar 23 Kelas. Hingga saat ini MTS Negeri 3 telah dipimpin oleh Kepala Madrasah Sebanyak 9 (sembilan) orang, dan yang menjabat sebagai Kepala Sekolah periode 2016-sekarang adalah Bapak Jumanto. 2. Letak Geografis MTs Negeri 3 Jakarta
63
64
Madrasah Tsanawiyah Negeri 3 Jakarta terletak di Jalan Pupan Kelurahan Pondok Pinang, Kecamatan Kebayoran Lama, Kota Jakarta Selatan, Provinsi DKI – Jakarta 3. Visi dan Misi MTs Negeri 3 Jakarta 1) Visi Madrasah MTs Negeri 3 Jakarta Berkualitas, Berkarakter, Sehat, dan Kompetitif 2) Misi Madrasah a. Standar Isi 1. Melaksanakan Kurikulum Tiga Belas (Kurtilas). 2. Meningkatkan kegiatan ekstrakurikuler yang sesuai dengan minat dan bakat peserta didik untuk mencapai kejuaraan dan kebanggaan sekolah. b. Standar Proses 1. Menggunakan pendekatan, metodologi & strategi pembelajaran yang bervariasi, yaitu Pembelajaran Parsitipatif, Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAIKEM). 2. Melaksanakan Pembelajaran dengan sistem mastery learning (pembelajaran tuntas) 3. Mengaitkan nilai-nilai Islam pada setiap mata pelajaran dan mengaplikasikan nya dalam sikap serta perilaku sehari-hari. 4. Melaksanakan pembelajaran berbasis Teknologi Informasi. 5. Menerapkan keterampilan bahasa Inggris/Arab di lingkungan Madrasah c. Standar Kelulusan 1. Mengusahakan tercapainya kelulusan seratus persen yang berkualitas 2. Menanamkan kesadaran peserta didik akan pola hidup sehat d. Tenaga pendidik dan kependidikan 1. Melaksanakan pelatihan bagi tenaga pendidik dan tenaga kependidikan secara berkala
65
2. Melaksanakan supervisi, bimbingan dan kontrol terhadap kinerja tenaga pendidik dan kependidikan e. Standar Sarana dan Prasarana 1. Melengkapi dan memperbaharui sarana dan prasarana sesuai dengan kebutuhan 2. Menciptakan lingkungan madrasah yang bersih, sehat, dan nyaman f. Standar Pengelolaan 1. Melaksanakan
manajemen
madrasah
yang
akuntabel,
profesional dan demokratis. 2. Menjalin kerjasama dengan madrasah yang berkualitas 3. Menciptakan suasana yang harmonis sesama warga madrasah. g. Standar Pembiayaan Menjalin kerjasama dengan komite madrasah untuk mendukung program madrasah h. Standar Pembiayaan Melaksanakan evaluasi belajar secara berkala, terencana, efektif dan efisien serta mandiri 4. Sarana dan Prasarana Mts Negeri 3 Jakarta Untuk mengetahui sarana fisik MTsN 3 Jakarta peneliti melakukan penggalian data observasi secara langsung dilokasi penelitian dan didukung dengan data dokumentasi yang penulis peroleh sebagai berikut: 1) Ruang kelas untuk kegiatan belajar mengajar yang ada sebanyak 24 kelas, untuk kelas VII terbagi menjadi 8 kelas, kelas VIII ada 8 kelas, Demikian juga dengan kelas IX terdapat 8 kelas. Di setiap kelas dilengkapi dengan AC, kipas angin, TV LCD 32 inchi, LCD proyektor, whitebord, lemari, dan kamera CCTV. 2) Ruang laboratorium yang terdiri dari laboraterium komputer, IPA, IT, matematika, dan bahasa.
66
3) Ruang perpustakaan, ruang UKS, ruang tata usaha, ruang koperasi, dan beberapa ruang lainnya terletak di lantai dasar 4) Masjid MTs N 3 Jakarta ini masih di dalam area madrasah yang digunakan untuk melakukan kegiatan-kegiatan keagamaan dalam rangka pembentukan moral siswa secara Islami tepatnya di samping lapangan olahraga. Lapangan olahraga juga di gunakan untuk upacara setiap dua minggu sekali di hari senin. 5) Setiap lantai terdapat beberapa toilet yang cukup bersih, ada toilet siswa laki-laki, siswa perempuan, guru, dan tata usaha. Adapun sarana dan prasarana yang dimiki MTs Negeri 3 Jakarta secara rinci dapat dilihat pada tabel sebagai berikut : Tabel 4.1 Sarana dan Prasarana Mts Negeri 3 Jakarta No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 a. b. c. d. e. 11 12 13 14 15 16
Ruang Kepala Madrasah Tata Usaha Guru Bimbingan Konseling (BK) Unit Kesehatan Siswa (UKS) OSIS Perpustakaan Ruang Rapat Kelas Belajar Laboratorium : IPA Komputer IT Matematika Bahasa Ruang Komite Ruang Mekanik Ruang Makan Dapur Masjid Toilet
Jumlah 1 1 1 1 1 1 1 1 24 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10
67
17 18 19 20 21
Koperasi Lapangan Olahraga Satpam Kantin Multimedia
1 1 1 6 1
(Sumber : Mts Negeri 3 Jakarta Thn Ajaran 2015-2016) 5. Guru dan Tenaga Kependidikan MTs Negeri 3 Jakarta Guru dan tenaga kependidikan di MTs Negeri 3 Jakarta terdiri dari PNS Kemenag, PNS Non Kemenag, dan Non PNS yang berjumlah total 78 orang. Guru di Mts Negeri 3 Jakarta secara singkat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.2 Jumlah Guru MTs N 3 Jakarta Pendidik/Guru PNS KEMENAG PNS NON KEMENAG NON PNS Jumlah
Laki – Laki 16 1 5 22
Perempuan 30 0 1 31
Jumlah 47 1 6 53
6. Siswa/ siswi Mts Negeri 3 Jakarta Di MTs Negeri 3 Jakarta terdapat 24 kelas, jumlah siswa pada masing-masing tingkatan kelas bervariasi, berdasarkan hasil data yang diperoleh melalui dokumentasi kelas VII berjumlah 285 siswa, kelas VIII berjumlah 266 siswa, sedangkan kelas IX terdapat 269 siswa. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 4.3 Siswa MTs N 3 Jakarta 2015/2016 Kelas
Rombongan Belajar
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
VII VIII IX Jumlah
8 8 8
121 125 107
159 155 153
24
353
467
280 280 260 830
68
7. Program-program MTs Negeri 3 Jakarta a. Program Unggulan : 1) Sister
School dengan Macarthur Anglican School, Sydney-
Australia 2) Bahasa, untuk penyelenggaraan Program Unggulan Bahasa (Bahasa Inggris) 3) IT, untuk mendukung program informasi dan teknologi computer 4) Kesehatan, untuk mendukung program Sekolah Sehat dan pelayanan kesehatan seluruh warga madrasah 5) Psikotes, untuk seleksi peserta didik baru 6) Tahsinul Qur’an 7) Program Hifzil Qur’an Juz 30 dan 29 8) Program Pembiasaan muhadhoroh semua kelas. 9) Program Pembelajran Bahasa Inggris di Pare Kediri Jawa Timur untuk siswa kls VII bagi yang berminat. b. Program Kerjasama Pendidikan dan Internasional 1) Macarthur Anglican School (MAS) Sydney – New South Wales, Australia 2) Lembaga Bimbingan Belajar “Boston” dalam Program Unggulan Bahasa (PUB). 3) Lembaga Kesehatan GESIT 4) Lembaga Bimbingan Belajar Indonesia-Turki “OCEAN” 5) Native speaker Bahasa Inggris 6) Lembaga Tahsinul Qur’an Rumah Qur’an Darussalam c. Prestasi MTs Negeri 3 Jakarta Prestasi yang diraih oleh MTs Negeri 3 Jakarta terbagi pada 2 kategori, yaitu prestasi akademik dan prestasi non akademik, rincian prestasi yang telah diraih mulai tahun 2015 sebagai berikut : 1. Prestasi Akademik a) Juara I dalam Puitisasi Al-Qur’an Pelajar
Tingkat MTs/SMP
dalam rangka Bulan syiar Maulid Nabi Muhammad SAW 1436 H
69
di Masjid Istiqlal, BPMI dan Kanwil Kemenag Prop. DKI Jakarta. Januari 2015. b) Juara II dalam Peragaan Manasik Haji Pelajar Tingkat MTs/SMP dalam rangka Bulan syiar Maulid Nabi Muhammad SAW 1436 H di Masjid Istiqlal, BPMI dan Kanwil Kemenag Prop. DKI Jakarta. Januari 2015 c) Harapan III dalam Tari Saman Pelajar Tingkat MTs/SMP dalam rangka Bulan syiar Maulid Nabi Muhammad SAW 1436 H di Masjid Istiqlal, BPMI dan Kanwil Kemenag Prop. DKI Jakarta. Januari 2015 d) Juara Regu Terbaik Lomba Keterampilan Pramuka Tingkat SMP di ajang Smart scout competition SMP ANNISAA, 2015. 2. Prestasi Non Akademik a) Juara 2 Lomba Marawis TK MTs/SMP “Bulan Syiar Maulid Nabi Muhammad SAW Istiqlal Jkt, 2014. b) Juara Harapan 1 Lomba Tari Saman “Bulan Syiar Maulid Nabi Muhammad SAW Istiqlal Jkt, 2014. c) Juara Harapan 2 Lomba Pidato B.Indonesia Tk Mts/SMP “Bulan Syiar Maulid Nabi Muhammad SAW Istiqlal Jkt, 2014. d) Juara 1 Hifzil Aqur’an Juz 30 di SMP Al’Azhar Tahun 2014 e) Juara 1 Lomba Kaligrafi di SMP Al-Azhar Tahun 2014
B. Hasil Penelitian 1. Gambaran Bentuk-bentuk Kenakalan Remaja di MTs Negeri 3 Jakarta Berdasarkan analisis hasil transkip wawancara dan observasi dengan sebelas informan, yaitu: (1) Bapak Jumanto M.Pd selaku kepala sekolah, (2) Ibu Hunainah, M.Pd selaku wakil kepala sekolah bidang kesiswaan, (3) Bapak H. Faqih Khairul Fikri, S.Psi selaku guru bimbingan konseling kelas VII, (4) Ibu Yeti Nurhayati, S.Psi selaku guru bimbingan konseling kelas VIII dan (5) Ibu Latifah, S.Pd selaku guru bimbingan konseling kelas IX. (6) Bapak Riza Fahlevi selaku guru mata pelajaran, (7) Bapak Rizal selaku
70
keamanan MTsN 3 Jakarta, (8) Bapak Andri selaku OB. Disamping itu juga berdasarkan hasil wawancara dengan tiga orang siswa sebagai informan, yaitu: (1) M. Fatih A.N, (2) Azmy dan (3) M. Adenito Fakhriza serta hasil analisis observasi tentang gambaran bentuk kenakalan remaja di MTs Negeri 3 Jakarta. Dalam kaitannya dengan isu kenakalan remaja dan bentuk kenakalan yang ada di MTs Negeri 3 Jakarta, menurut penjelasan Bapak Jumanto, M.Pd selaku kepala sekolah MTs Negeri 3 Jakarta
dalam wawancara
dikemukakan sebagai berikut: Untuk bentuk kenakalan remaja di MTs Negeri 3 Jakarta bentuknya membolos sekolah, berkelahi, pacaran, bullying dan usil.1 Untuk melengkapai penjelasan kepala MTs Negeri 3 Jakarta diperoleh hasil wawancara oleh Ibu Hunainah, M.Pd wakil kepala kesiswaan, sebagai berikut: Ya, saya melihat ketika saya menjadi kesiswaan, sebenarnya saya menjadi wakasek kesiswaan baru satu tahun tapi paling tidak saya tahu. Sebenarnya ini masih kenakalan anak-anak dimana anak masih mencari perhatian seperti tidak tertib, tidak disiplin dalam berpakaian seragam, kemudian kehadiran suka masih terlambat, kemudian ada satu-dua anak ketika jam pelajaran mereka keluar dan ada lagi yang mungkin masih kita berantas itu seperti organisasi tapi organisasi ilegal dan yang memegang adalah alumni yang tidak bertanggung jawab namanya resisten awalnya organisasi itu bagus tapi karena yang memegang itu sudah sibuk setelah turun yang kebawah-bawah akhirnya dimanfaatkan oleh anak-anak yang tidak bertanggung jawab itu untuk menjual striker tetapi memaksa dan anak-anak kita itu sipatnya masih ikut-ikutan.2 Untuk melengkapi penjelasan wakil kepala bidang kesiswaan MTs Negeri 3 Jakarta tersebut, dan untuk memperoleh gambaran lebih jelas kaitannya dengan kenakalan remaja diperoleh penjelasan dari hasil wawancara dengan Bapak Faqih Khairul Fiqri, S.Psi selaku guru BP kelas VII sebagai berikut: 1
Wawancara, 16 September 2016, “Bentuk-bentuk kenakalan remaja di MTs Negeri 3
Jakarta”
2
Ibid.,
71
Kalau bentuknya mungkin karena mereka secara teknik masih masa transisi dari SD ke MTs, mungkin keisengan,usilin temen, kenakalan kaya ngata-ngatain orang tua, terus ditambah lagi mungkin mulai ada keingintahuan tentang lingkungan sekitar sekolah yang sifatnya kaya geng-geng gitu, seperti itu sih biasanya.3 Selanjutnya menurut ibu Yeti Nurhayati, S.Psi selaku guru BK kelas VIII , menjelaskan: Kenakalan yang terjadi biasanya nongkrong di warung pada jam sekolah/setelah pulang sekolah, biasanya nongkrong diikuti dengan merokok dan sering jadi ajang untuk melakukan hal-hal negatif lain, semisal jual sticker ilegal (biasanya tentang geng) dengan cara biasa atau dipaksa atau mungkin juga tersusun rencana untuk merekrut anggota baru untuk ikut geng ilegal dan mungkin ada rencana untuk tawuran karena dihasut. Selain itu cabut jam pelajaran entah untuk nongkrong/kabur dari sekolah, meminta uang dengan paksa ke adik kelas, melakukan bulliying dan melanggar aturan sekolah.4 Berikutnya nya menurut ibu Latifah, S.Pd selaku guru bimbingan konseling kelas IX, menjelaskan: Kalau untuk anak-anak remaja bentuknya dalam kedisiplinan, diantaranya berpakaian yang tidak memenuhi standar kalau cowo itu celananya street atau kecil, selain itu juga merokok ada suka berkelompok kaya geng, tidak mengikuti KBM atau meninggalkan kelas saat jam pelajaran.5 Selanjutnya menurut Bapak Riza Fahlevi, MT selaku guru mata pelajaran, sebagai berikut: Untuk kenakalan paling membuat geng-geng diluar dari sekolah , terus apalagi ya. Ya paling yang kita pahami seperti itu.6 Berikutnya nya menurut Bapak Rizal selaku penjaga keamanan MTsN 3 Jakarta, menjelaskan:
3 4
Ibid., Wawancara, 29 Agustus 2016, “Bentuk-bentuk kenakalan remaja di MTs Negeri 3
Jakarta”
5
Wawancara, 26 Agustus 2016, “Bentuk-bentuk kenakalan remaja di MTs Negeri 3
Jakarta”
6
Jakarta”
Wawancara, 05 Desember 2016, “Bentuk-bentuk kenakalan remaja di MTs Negeri 3
72
Ya biasalah anak sekolah gitu kenakalan biasa aja, seperti melanggar peraturan aja, kalau sampai tawuran sih Alhamdulilah engga.7 Selanjutnya menurut Bapak Andri selaku Office Boy (OB) yang bekerja di MTsN 3 Jakarta menjelaskan sebagai berikut: Ya paling buang sampah sembarangan, itu aja sih kalau menyangku kebersihan.8 Selanjutnya di sisi lain diperoleh gambaran bentuk kenakalan siswa dari hasil wawancara dengan tiga orang siswa yang bermasalah atau melakukan tindak tentang
kasus
kenakalan. Mereka atau
masing-masing
menuturkan
permasalahannya sebagaimana dikutip dalam
wawancara sebagai berikut: M. Fatih A.N (VIII.8) Kalau kenakalan yang pernah saya lakukan paling keluar pada saat KBM, lalu mengikuti organisasi ilegal atau resisten/geng, tidak sopan terhadap guru, bulliying.9 Lain halnya dengan Azmy (SW2), siswa kelas VIII.6 yang mengemukakan, yaitu: Kenakalan yang saya perbuat kaya tidak masuk kelas/meninggalkan kelas pada jam KBM, tidak mengikuti ekstrakulikuler, telat masuk kelas, melawan orang tua, dan berantem dengan teman.10 Berikutnya disusul M. Adenito Fakhriza (SW3), siswa kelas IX.1 menceritakan mengenai kasusnya sebagai berikut: Kenakalan yang saya lakukan adalah keluar kelas pada jam belajar, pernah ikut tawuran karena ikut-ikutan teman, dan jajan ke kantin pada jam belajar.11 Sedangkan mengenai data bentuk kenakalan remaja dan jumlah siswa yang melakukan pelanggaran cara berpakaian di MTs Negeri 3 Jakarta pada
7
Wawancara, 05 Desember 2016, “Bentuk-bentuk kenakalan remaja di MTs Negeri 3 Jakarta” 8 Wawancara, 05 Desember 2016, “Bentuk-bentuk kenakalan remaja di MTs Negeri 3 Jakarta” 9 Ibid., 10 Ibid., 11 Ibid.,
73
tahun ajaran 2015-2016 berdasarkan analisis dokumen dapat disajikan pada Tabel berikut12: Tabel 4.4 Data Jumlah Siswa yang Melakukan Pelanggaran Cara Berpakaian MTs Negeri 3 Jakarta Tahun Pelajaran 2015-2016 No
Bentuk Kasus/Pelanggaran
Jumlah
1
Tidak memakai kaus kaki
93
2
Tidak memakai daleman kerudung
45
3
Tidak memakai daleman baju
55
4
Tidak memakai celana street
45
5
Tidak memakai sepatu
3
6
Memakai celana berbeda
2
7
Memakai kerudung berbeda
3
Jumlah
246
Tabel 4.5 Data Bentuk Kasus Kenakalan Remaja MTs Negeri 3 Jakarta Tahun Pelajaran 2015-201613 No
12
13
Bentuk Kasus
1
Bullying
2
Terlambat ke sekolah
3
Terlambat masuk kelas
4
Keluar saat jam KBM
5
Tidak sopan pada guru
6
Mengganggu siswa/siswi lain
7
Membuat Gaduh di kelas
8
Membuang sampah tidak pada
Rekap Pelanggaran Anggota Osis MTs Negeri 3 Jakarta Tahun Pelajaran 2015-2016
Hasil pengamatan observasi, 26 Agustus 2016, “Bentuk-bentuk kenakalan remaja di MTs Negeri 3 Jakarta.”
74
tempatnya
Berdasarkan data dari hasil wawancara dengan para informan, hasil analisis observasi, dan hasil analisis dokumen
maka dapat disimpulkan
tentang bentuk kenakalan remaja di MTs Negeri 3 Jakarta adalah dapat dikategorikan
hanya
sebatas
dalam
bentuk
pelanggaran,
yaitu
pelanggaran terhadap peraturan tata tertib sekolah, pelanggaran terhadap kegiatan belajar mengajar, pelanggaran terhadap ketenteraman sekolah, dan pelanggaran terhadap etika pergaulan dengan warga sekolah. 2. Gambaran Faktor-faktor Penyebab Kenakalan Remaja di MTs Negeri 3 Jakarta Munculnya berbagai bentuk kenakalan yang dilakukan atau terjadi di kalangan remaja di MTs Negeri 3 Jakarta tersebut tentu ada faktor penyebabnya. Faktor-faktor penyebab kenakalan siswa perlu diungkap secara jelas sehingga memudahkan dalam pembinaan dan pencegahannya. Dalam hubungan ini perlu dilakukan penelusuran informasi terutama pada Wakil Kepala Sekolah, guru BP/BK kelas VII, VIII dan IX serta siswa yang bermasalah terkait dengan tindak kenakalan remaja di sekolah. Dari hasil wawancara dengan Wakil Kepala Kesiswaan, tiga orang guru BP/BK, serta tiga orang siswa bermasalah diperoleh sejumlah informasi tentang faktor-faktor penyebab kenakalan remaja. Seperti dijelaskan oleh Ibu Hunainah, M.Pd selaku wakil kepala sekolah bidang kesiswaan sebagai berikut: Yang pertama kalau dilhat karena mencari perhatian, karena anakanak ini lagi pada masa-masa dia merasa kalau diri dia itu benar merasa diri dia baik, jadi dia mencari perhatian akhirnya bentuknya seperti itu, faktor keluarga juga bisa karena kurang disiplin, sebenarnya antara sekolah dan keluarga harus sejajar atau seimbang dalam mendidik anak ketika disekolah mengajarkan akhlak yang baik dirumah harus mendukung bukan berarti saya menganggap keluarga tidak mendukung tapi ada misalnya kayak sholat, ketika saya tanya sholat shubuh ada beberapa anak yang tidak sholat shubuh karena kesiangan orang tuanya tidak bangunin tapi bagi
75
kami pendidik disini walaupun kesiangan tetep harus sholat tapi orang tua tidak melakukan itu.14 Sehubungan dengan penjelasan Wakil Kepala Kesiswaan MTs Negeri 3 Jakarta tersebut, ditegaskan lagi oleh Bapak H. Faqih Khairul Fikri S.Psi selaku guru bimbingan konseling kelas VII mengenai kaitannya dengan faktor-faktor penyebab kenakalan siswa berikut: Kalo faktor biasanya yang saya perhatikan satu kalau ada kenakalan anak biasanya faktor keluarga dilihat dari backroundnya dulu, keluarganya seperti apa. Terus yang kedua biasanya salah satu faktornya keingin tahuan saat masuk usia remaja, dan yang ketiga faktor lingkungan pertemanan.15 Sementara itu Ibu Yeti Nurhayati, S.Psi
selaku guru bimbingan
konseling kelas VIII menjelaskan mengenai faktor-faktor penyebab kenakalan siswa sebagai berikut: Banyak faktor yang mempengaruhi seperti pengaruh teman, konsep diri yang kurang kokoh, lari dari masalah, supaya terlihat exist atau ingin menunjukan jati diri, masalah keluarga, dan kurang aktifitas fisik/olahraga.16 Selanjutnya hasil wawancara oleh Ibu Latifah,S.Pd selaku guru bimbingan konseling kelas
IX menjelaskan mengenai faktor-faktor
penyebab kenakalan siswa sebagai berikut: Lebih ke faktor keluarga, komunikasi dengan sekolah orang tua terkadang kurang memahami perkembangan remajanya. Selain itu juga faktor lingkungan atau pertemanan jika dia tidak ikut dibilang tidak setia kawan.17 Sementara Bapak Riza Fahlevi, MT. selaku guru mengenai faktorfaktor penyebab kenakalan siswa sebagai berikut:
14
Wawancara, 26 Agustus 2016, “Faktor-faktor penyebab kenakalan remaja di MTs Negeri 3 Jakarta” 15 Ibid., 16 Wawancara, 29 Agustus 2016, “Faktor-faktor penyebab kenakalan remaja di MTs Negeri 3 Jakarta” 17 Wawancara, 26 Agustus 2016, “Faktor-faktor penyebab kenakalan remaja di MTs Negeri 3 Jakarta”
76
Yang sudah pasti itu adalah faktor lingkungan, jadi ibaratnya lagi trend nya lah, eksistensi agar di akui oleh teman-temannya, itu aja sih sebenarnya.18 Selanjutnya hasil wawancara oleh Bapak Andri selaku OB di MTsN 3 Jakarta menjelaskan mengenai faktor-faktor penyebab kenakalan siswa sebagai berikut: Untuk faktor sih paling anak-anak disini ikut-ikutan temennya, bisa aja faktor lingkungan yang kurang bersih Cuma disini Alhamdulillah kebersihannya selalu dikontrol.19 Lain halnya jika dilihat dari sisi siswa yang terkena kasus kenakalan di sekolah. Dari hasil wawancara dengan tiga orang siswa tentang faktor penyebab
atau
yang melatarbelakangi
dirinya
melakukan
tindak
kenakalan di sekolah seperti dituturkan berikut ini. M. Fatih Yusuf (SW1) adalah seorang siswa kelas VIII.MTs Negeri 3 Jakarta
menceritakan
permasalahannya,
mengapa
dirinya
keluar kelas disaat jam KBM, mengikuti resisten atau geng serta tidak sopan terhadap guru. Ia menjelaskan: saya melakukan itu karena saya bosan, mengikuti teman-teman dan kadang saya kesal sama gurunya.20 Lain lagi halnya dengan Azmy (SW2), siswa kelas VIII.6, dan M. Adenito (SW3), siswa kelas IX.1. Kedua siswa ini secara bersamaan mengemukakan: Itu terjadi karena saya emosi, bosan di kelas, malas mengerjakan tugas, dan ikut-ikutan teman dan terkadang terjadi karena kemauan saya sendiri.21 Dari paparan data diatas dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya kenakalan remaja di MTs Negeri 3 Jakarta disebabkan atau ditimbulkan oleh dua faktor utama, yaitu faktor internal pada diri siswa itu sendiri, 18
Wawancara, 05 Desember 2016, “Faktor-faktor penyebab kenakalan remaja di MTs Negeri 3 Jakarta” 19 Ibid., 20 Wawancara, 26 Agustus 2016, “Faktor-faktor penyebab kenakalan remaja di MTs Negeri 3 Jakarta” 21 Ibid.,
77
dan faktor eksternal dalam hal ini faktor lingkungan keluarga, dan faktor lingkungan sosial (pergaulan). Faktor internal pada diri siswa itu bersumber pada kurang disiplinnya diri dan rendahnya motivasi belajar, serta ketidak mampuan diri dalam memecahkan masalah (intelegensi). Sedangkan faktor eksternal dalam hal ini lingkungan keluarga, dan faktor lingkungan sosial (pergaulan). Lingkungan sosial (pergaulan) yang paling menonjol sebagai faktor penyebab kenakalan remaja itu adalah yaitu karena ajakan
teman sesama siswa serta keadaan lingkungan yang kurang
memadai atau lingkungan yang kurang bersih memacu anak melakukan kenakalan.
3. Gambaran Tindakan Preventif (pencegahan) yang dilakukan Sekolah Dalam Menanggulangi Kenakalan Remaja di MTs Negeri 3 Jakarta. Dalam kaitannya dengan masalah kenakalan siswa di sekolah sudah
semestinya
perlu
mendapat
perhatian
dan
upaya
menanggulanginya dari pihak sekolah. Hal ini disebabkan karena sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang secara sengaja dirancang
untuk
melaksanakan
diantaranya
adalah
untuk
pendidikan,
mempersiapkan
anak
dimana fungsinya didiknya
sebagai
individu, warga masyarakat, warga negara, dan warga dunia di masa depan yang berpengatahuan, berketerampilan dan berkarakter. Sekolah yang demikianlah yang diharapkan mampu melaksanakan fungsi pendidikan secara optimal, yaitu membentuk anak didik menjadi pribadi utuh yang dilandasi akhlak dan budi pekerti luhur. Untuk itulah perlu upaya sekolah dalam menanggulangi kenakalan siswa secara dini. Dalam
kaitan
tindakan preventif yang dilakukan MTs Negeri 3
Jakarta dalam menanggulangi
kenakalan
remaja, berdasarkan hasil
wawancara dengan kepala sekolah yakni Bapak Jumanto, M.Pd menjelaskan sebagai berikut: Untuk preventif diadakan sosialisasi lewat kegiatan pembiasaan/muhadoroh, upacara, pembinaan wali kelas,
78
LDKS/LDKO, kedisiplinan.22
PBHI,
pembentukan
Satgas
Narkoba
dan
Untuk kegiatan pembiasaan, upacara, LDKS/LDKO, dan PBHI dapat dipaparkan berdasarkan tabel program tahunan osis MTs Negeri 3 Jakarta tahun ajaran 2015/2016. Untuk keterangan lebih jelas mengenai program tahunan osis MTs Negeri 3 Jakarta tahun ajaran 2015/2016 dapat dilihat pada lampiran 13. Selanjutnya wawancara dengan wakil kepala kesiswaan yakni Ibu Hunainah, M.Pd menjelaskan sebagai berikut: Pencegahanya itu eskul atau ekstrakulikuler agar mereka punya kreatifitas bersifat positif, selain itu juga kita ada pemberian motivasi pada setiap kelas dan mengambil motivator dari luar.23 Selanjutnya Bapak H. Faqih Khairul Fikri, S.Psi selaku guru bimbingan konseling kelas VII menjelaskan secara rinci mengenai tindakann preventif yang dilakukan MTs Negeri 3 Jakarta dalam menanggulangi kenakalan remaja yang telah dilaksanakan melalui layanan bimbingan dan konseling sebagai berikut: Kalau pencegahan biasanya kita guru BK masuk ke setiap kelas satu minggu sekali disitu biasanya kita konseling plasikal jadi sifatnya kaya sharing dan juga menginformasikan, itu sih yang biasa kita lakukan untuk pencegahan. 24 Sedangkan menurut Ibu Yeti Nurhayati, S.Psi selaku guru bimbingan konseling kelas VIII, tindakan preventif yang dilakukan MTs Negeri 3 Jakarta dalam menanggulangi kenakalan remaja menjelaskan sebagai berikut: Pencegahan yang biasa dilakukan yaitu memberikan arahan dan nasihat serta bimbingan, teguran secara lisan jika melanggar aturan, dilanjutkan dengan tindakan-tindakan prosedural sesuai aturan. Meninimalisir celah anak untuk keluar sekolah pada jam sekolah, 22
Wawancara, 29 Agustus 2016, “ Tindakan preventif dalam menanggulangi kenakalan
remaja”. remaja.
23
Wawancara, 26 Agustus 2016, “ Tindakan preventif dalam menanggulangi kenakalan
24
Ibid.,
79
memberikan program agar anak bisa mengeluarkan segenap kemampuan mereka secara akademis/non akademis seperti kegiatan pentas seni (pensi).25 Selanjutnya menurut Ibu Latifah, S.Pd selaku guru bimbingan konseling kelas
IX, tindakan preventif yang dilakukan MTs Negeri 3
Jakarta dalam menanggulangi kenakalan remaja menjelaskan sebagai berikut: Tahap pertama kita memanggil siswanya dahulu, prosedurnya dilihat kalau siswa itu melanggar baik itu ketertiban, kedisiplinan nanti itu semua ada dibuku seperti buku kehadiran yang berisi peraturan dari sekolah dan siswanya kita ajak konseling dan kita ikuti perkembangannya tetapi apabila siswa melakukannya lagi biasanya kita memanggil orang tua dan apabila masalahnya sudah berat banget biasanya kita memanggil kepala sekolah.26 Selanjutnya wawancara dengan salah satu guru MTsN 3 Jakarta yakni Bapak Riza Fahlevi, MT. Menjelaskan sebagai berikut: Pertama mengaktifkan semua kegiatan baik ekstra maupun intra, kedua memaksimalkan kreatifitas mereka dengan beberapa program yang direncanakan sekolah, misalnya kayak satgas (Satuan Tugas), Nets CUP, Pensi (Pentas Seni) itu kita maksimalkan agar potensi anak tersalur disitu itu yang kita lakukan selain kita memacu pada aturan-aturan sekolah.27 Berikutnya nya menurut Bapak Rizal selaku penjaga keamanan MTsN 3 Jakarta, menjelaskan: Kan biasanya kalau telat dikasih peringatan dikasih point, dan kalau 3x telat nanti pemanggilan orang tua sebagai efek jera dia.28 Selanjutnya hasil wawancara oleh Bapak Andri selaku OB di MTsN 3 Jakarta
menjelaskan
mengenai
pencegahan
yang
dilakukan
untuk
menanggulangi kenakalan remaja, sebagai berikut:
25
Ibid., Ibid., 27 Wawancara, 26 Agustus 2016, “ Tindakan preventif dalam menanggulangi kenakalan 26
remaja. remaja.
28
Wawancara, 26 Agustus 2016, “ Tindakan preventif dalam menanggulangi kenakalan
80
Ada, itu kita selalu mengontrol kebersihan setiap jam istirahat atau di jam-jam tertentu.29 Berdasarkan
hasil wawancara diatas dan hasil studi dokumentasi
dapat disimpulkan bahwa tindakan preventif (pencehagan) yang dilakukan sekolah dalam menanggulangi kenakalan remaja melalui pendidikan karakter yang dilakukan oleh sekolah yang meliputi: 1) Sosialisasi mengenai peraturan dan tata tertib, adapun tata tertib MTs Negeri 3 Jakarta dapat dipaparkan sebagai berikut: a. Kewajiban 1. Bersikap, bertindak, dan bertutur kata sopan dan santun, menghormati guru, pegawai madrasah, sesama siswa serta siapapun juga. 2. Menjunjung tinggi dan melaksanakan nilai-nilai Agama, Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945. 3. Mematuhi dan menjunjung tinggi arti dan ketentuan pakaian seragam yang melambangkan kehormatan, kemuliaan, kesucian dan kebersamaan. 4. Ketentuan pakaian seragam adalah: 4.1 Hari Senin a) Putra : Celana panjang, kemeja lengan pendek warna putih. b) Putri : Rok panjang, kemeja lengan panjang. 4.2 Hari Selasa a) Putra
: Celana panjang warna biru dongker
b) Putri
: Rok panjang biru dongker
4.3 Hari Rabu a) Putra
: Celana panjang putih, baju batik
b) Putri
: Rok panjang putih, batik dan kerudung putih
4.4 Hari Kamis Untuk kelas IX 29
remaja.
Wawancara, 26 Agustus 2016, “ Tindakan preventif dalam menanggulangi kenakalan
81
a) Putra
: Baju krem celana panjang orange
b) Putri
: Baju krem rok panjang orange
Untuk kelas VIII a) Putra
: Celana panjang coklat tua dan baju krem + dasi
b) Putri
: Rok panjang orange dan baju + kerudung krem
Untuk kelas VII a) Putra
: Celana panjang coklat tua dan baju krem + dasi
b) Putri
: Rok panjang orange dan baju + kerudung krem
4.5 Hari Jumat a)
Putra : Celana panjang warna putih, baju koko
b)
Putri : Celana panjang warna putih, baju muslimah
4.6 Hari Sabtu Khusus kelas VII, memakai pakaian seragam pramuka untuk latiahan pramuka. 4.7 Hari-hari besar nasional Setiap memperingati hari besar-besar
nasional memakai
pakaian yang sma dengan poin 4. 4.8 setiap hari-hari belajar siswa diwajibkan memakai ikat pinggang, sepatu hitam dan kaos kaki putih panjang 4.9
Setiap olah raga siswa diwajibkan memakai seragam olah raga.
5. Pakaian dan kerapihan a. Ukuran celana bagian bawah bagi putra tidak boleh kurang dari 20 cm dan tidak boleh lebih dari 22 cm. b. Baju seragam/kemeja harus dimasukkan ke dalam celana (untuk putra) kecuali hari jumat. c. Rambut siswa putra harus pendek dan rapih disemua bagian kepala d. Memakai sepatu warna hitam 6. Ketentuan lain a. Menjaga kebersihan diri, pakaian, alat-alat pelajaran, ruangan halaman madrasah, serta perlengkapan madrasah maupun WC.
82
b. Setiap
kelas
dibawah
mengatur/memelihara
pimpinan kebersihan
ketua
kelas
wajib
masing-masing
dan
mempersiapkan alat-alat yang berhubungan dengan tiap pelajaran c. Setiap siswa/siswi wajib menjaga keamanan dan ketertiban, baik didalam kelas, lingkungan madrasah maupun diluar madrasah d. Setiap akhir semester siswa-siswi harus mengambil buku raport. 7. Kehadiran dan Belajar a. Siswa-siswi harus hadir di madrasah selambat-lambatnya lima menit sebelum bel masuk dibunyikan b. Jam belajar - Senin s.d kamis mulai pukul 06.30 – 14.30 - Jumat mulai pukul 06.30 – 13.00 dilanjutkan dengan kegiatan ektrakulikuler. b. Hak-hak Setiap siswa/i Madrasah Tsanawiyah Negeri 3 Jakarta Selatan berhak untuk: 1. Mendapatkan pengajaran/praktek pendidikan dan pelatihan sesuai dengan ketentuan yang berlaku 2. Mendapat bimbingan dan konseling sesuai dengan kebutuhan dan peraturan yang berlaku 3. Mengikuti kegiatan ekstrakulikuler wajib sesuai dengan pilihannya antara lain: 1. Pramuka, 2. PMR, 3. KIR dan 4. Paskibra 4. Mengikuti kegiatan ekstrakulikuler tambahan 5. Menggunakan sarana prasarana yang ada, seperti ruang belajar, ruang laboratorium, perpustakaan, musholla, alat olah raga, computer dan lainnya sesuai dengan aturan. 6. Menyampaikan informasi saran dan kritik yang berguna bagi madrasah. 7. Mendapatkan layanan kesehatan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. c. Hal lain-lain
83
1. Siswa/siswi diwajibkan infaq setiap hari, dalam rangka latihan berjiwa sosial 2. Siswa/siswi diwajibkan menabung dalam rangka hidup hemat 3. Tiap jumat, siswa diwajibkan sholat jumat di madrasah dan siswi mengikuti keputrian sesuai jadwal 4. Setiap hari siswa/siswi wajib shalat dzuhur dan ashar berjamaah di madrasah 5. Setiap siswa/siswi kelas VII dan VIII wajib mengukuti salah satu kegiatan ekstrakulikuler 6. Setiap siswa/siswi kelas VII boleh mengikuti salah satu kegiatan ekstrakulikuler tambahan yang diinginkan, sesuai dengan pasal 4 ayat 4 d. Penutup 1. Segala sesuatu yang belum diatur atau tidak diatur dan tercantum dalam tata tertib ini akan diatur kemudian 2. Apabila terdapat kekeliruan dalam tat tertib ini akan diperbaiki sebagaimana mestinya 3. Dengan dikeluarkannya tata tertib ini, maka tata tertib sebelumnya dinyatakan tidak berlaku lagi. 2) Melalui kegiatan intrakurikuler dan ekstrakurikuler dengan penekanan pada kegiatan-kegiatan berbasis karakter, adapun kegiatan intrakurikuler dan
ekstrakurikuler di MTs Negeri 3 Jakarta dipaparkan sebagai
berikut: a. Intrakulikuler Tabel 4.6 Jenis Kegiatan Intrakulikuler MTs Negeri 3 Jakarta Tahun Pelajaran 2015/2016 No 1 2
Jenis Intrakulikuler Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) Majelis Perwakilan Kelas (MPK)
84
b. Ekstrakulikuler Tabel 4.7 Jenis Kegiatan Ekstrakulikuler MTs Negeri 3 Jakarta Tahun Pelajaran 2015/2016
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Jenis Ekstrakulikuler Pramuka KIR PMR Marawis Paduan Suara Tari Saman Paskibra Basket Futsal Karate English Club Sains Club Arabic Club Math Club Tilawah IT
Untuk daftar pembina, pelatih dan jadwal kegiatan perkembangan diri ekstrakulikuler MTs Negeri 3 Jakarta dapat dilihat pada lampiran 14. 3) Memberian motivasi pada setiap jenjang kelas dan mengambil motivator dari luar. 4) Konseling plasikal yang bersifat sharing dengan siswa. 5) Pembentukan satgas narkoba. 6) Mengontrol kebersihan setiap jam istirahat atau di jam-jam tertentu. Untuk point 3, 4 dan 5 belum ada data tersirat mengenai program yang dilaksanakan namun data yang didapat berdasarkan keterangan wakil kepala kesiswaan, guru BK kelas VIII. Sedangkan point 6 berdasarkan hasil wawancara dengan pihak kebersihan MTsN 3 Jakarta.
85
4. Gambaran Tindakan Represif (pemberian sanksi) yang dilakukan Sekolah Dalam Menanggulangi Kenakalan Remaja di MTs Negeri 3 Jakarta. Dalam kaitan tindakan represif yang dilakukan MTs Negeri 3 Jakarta dalam menanggulangi kenakalan remaja, berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Jumanto M,Pd selaku kepala sekolah menjelaskan sebagai berikut: Tindakan represif yang diberikan seperti memanggil siswa yang bermasalah untuk SP1, SP2 dan SP3. Pemanggilan orang tua, studi kasus, skorsing dan dipindahkan.30 Selanjutnya Ibu Hunainah, M.Pd selaku wakil kepala bidang kesiswaan menjelaskan sebagai berikut: Biasanya kita memberikan point-point pelanggaran, salah satu contohnya misalnya ketika anak terlambat tiga kali itu kita tidak langsung dihukum tetapi kita memanggil orang tua, dan orang yang diluar sekolah ketika jam sekolah itu juga kita kasih point, anak yang tidak berseragam, anak yang tidak disiplin, anak yang rambutnya panjang seleher, pokoknya kita menerapkan hukuman berdasarkan point. Tapi selain point pelanggaran kita juga mempunyai poin penghargaan, maksudnya gini dengan adanya point penghargaan mereka bisa memperbaiki point pelanggaran tadi jadi kita tidak hanya menyalahkan anak tetapi juga memberikan penghargaan dan biasanya point ini diberikan ketika mengikuti lomba dan mendapat juara itu juga ada point nya, tingkat kecamatan berapa, kota berapa, nasional berapa dan kita juga ada sistem hapalan dan akan memberi point bagi yang hapal.31 Selanjutnya Bapak H. Faqih Khairul Fikri, S.Psi selaku guru bimbingan konseling kelas VII menjelaskan secara rinci mengenai tindakan represif yang dilakukan MTs Negeri 3 Jakarta dalam menanggulangi kenakalan remaja yang telah dilaksanakan melalui layanan bimbingan dan konseling sebagai berikut: Kalau sanksi, jadi kita memang merubah image BK jadi sanksi itu bukan ada pada pihak BK tetapi itu bagian wakil kesiswaan tetapi
remaja”.
30
Wawancara, 16 September 2016, “Tindakan refresif dalam menanggulangi kenakalan
31
Ibid.,
86
apabila anak mengalami permasalahan yang sifatnya kesulitan belajar atau secara kepribadiannya, nah kita disitu memang mengadakan konseling pribadi sekalian mengadakan komitmen dalam artian kamu harus tau melakukan ini dan resikonya apa, kamu harus bikin komitmen supaya kamu tau kedepannya.32 Sedangkan menurut Ibu Yeti Nurhayati, S.Psi selaku guru bimbingan konseling kelas VIII, tindakan represif yang dilakukan MTs Negeri 3 Jakarta dalam menanggulangi kenakalan remaja menjelaskan sebagai berikut: Kalau untuk sanksi itu di atur dalam tata tertib sekolah, langkahlangkah pemberian sanksi berupa teguran lisan diberikan arahan dan bimbingan, teguran tulis diberikan poitn pelanggaran, surat perjanjian ditanda tangani oleh siswa dan orang tua, skorsing dan dikeluarkan.33 Selanjutnya menurut Ibu Latifah, S.Pd selaku guru bimbingan konseling kelas IX, tindakann represif yang dilakukan MTs Negeri 3 Jakarta dalam menanggulangi kenakalan remaja menjelaskan sebagai berikut: Kalau sanksi, tergantung bobotnya dan prosedurnya juga dan dilihat dari point-point nya tetapi kita bukan hanya memberikan sanksi saja tetapi kita juga ada reward atau penghargaannya, misalnya dia ikut lomba atau berprestasi itu kita berikan penghargaan jadi point penghargaan ini berguna untuk menghapus point-point dari kenakalan itu.34 Sedangkan menurut Bapak Riza Fahlevi, MT selaku guru tindakan represif yang dilakukan MTs Negeri 3 Jakarta dalam menanggulangi kenakalan remaja menjelaskan sebagai berikut: Kalau sanksi pertama berupa teguran, pemberian point sampai pemanggila orang tua. 35
32
Ibid., Ibid., 34 Ibid., 35 Wawancara, 05 Desember 2016, “Tindakan refresif dalam menanggulangi kenakalan 33
remaja”.
87
Jika dilihat dari sisi siswa yang bermasalah berkaitan dengan tindakan represif (pemberian sanksi) yang diberikan sekolah dalam menanggulangi kenakalan remaja di MTs Negeri 3 Jakarta sesuai dengan pengalamannya, menurut pendapat tiga orang siswa, yaitu M. Fatih (SW1) kelas VIII.8, Azmy (SW2) kelas VIII.6, dan M. Adenito (SW3), kelas IX.3 menjelaskan sebagai berikut. M. Fatih: hukuman yang saya dapat ketika saya melakukan pelaggaran sekolah yaitu orang tua dipanggil kesekolah dan saya diberikan point pelanggran.36 Berikutnya Azmi siswa kelas VIII.6 mengemukakan sebagai berikut: Tidak jauh berbeda dengan fatih hukuman atau sanksi yang diberikan sekolah hanya pemanggilan orang tua ke sekolah dan saya juga diberikan point pelanggaran. 37 Selanjutnya M. Adenito siswa kelas IX.1 mengemukakan sebagai berikut: Sanksi yang diberikan sekolah kepada saya yaitu orang tua saya dipanggil, diberi point bahkan saya pernah dijemur karena saya melanggar peraturan sekolah.38 Berdasarkan hasil wawancara diatas
dapat
disimpulkan bahwa
tindakan represif yang dilakukan sekolah dalam menanggulangi kenakalan remaja melalui pendidikan karakter yang dilakukan oleh sekolah dalam bentuk sebagai berikut: 1) Point pelanggaran, adapun point pelanggaran yang diberikan sebagai berikut: a. Keterlambatan 1. Terlambat muali dari jam 06.35
3 Point
2. Terlambat masuk kelas karena ijin keluar
2 Point
3. Terlambat masuk kelas pada pergantian jam pelajaran
2 Point
4. Keluar ketika proses belajar mengajar berlangsung 5. dan tidak kembali lagi 36
Wawancara, 29 Agustus 2016, “Tindakan refresif dalam menanggulangi kenakalan
remaja”.
37 38
5 Point
Ibid., Ibid.,
88
b. Kehadiran 1. Siswa tidak masuk tanpa keterangan/ alpa
3 Point
2. Siswa tidak masuk dengan membuat keterangan palsu
5 Point
3. Siswa tidak berada di kelas pada jam pelajaran tanpa izin
3 Point
4. Siswa tidak hadir pada acara PHBI/PHB Nasional Acara peringatan lain yang diselenggarakan sekolah 5. Siswa tidak mengikuti ekstrakulikuler tanpa izin
3 Point 3 Point
c. Pakaian 1. Memakai seragam tidak rapih
2 Point
2. Memakai seragam tidak sesuai
2 Point
3. Tidak memakai bad/lokasi/nama siswa
2 Point
4. Tidak memakai ikat pinggang/ciput/legging
2 Point
5. Ikat pinggang tidak sesuai
2 Point
6. Tidak memakai sepatu selama KBM
2 Point
7. Memakai sepatu yang tidak sesuai
2 Point
8. Tidak memakai kaos kaki sesuai aturan
2 Point
9. Memakai kaos dalam selain warna putih
2 Point
10. Tidak memakai seragam olah raga sewaktu jam praktek
2 Point
d. Kepribadian 1. Siswa putri berhias atau memakai perhiasan secara berlebihan 2. Siswa putra memakai perhiasan
5 Point 5 Point
3. Bagi siswa putra a) Rambut menutup telinga/kerah baju
3 Point
b) Mencukur rambut tidak sesuai dengan tuntutan
5 Point
c) Rambut di cat warna
5 Point
d) Kuku panjang dan/memakai kutek
5 Point
e) Meninding kuping ditindik
25 Point
e. Ketertiban 1. Mengotori (mencorat-coret) benda milik madrasah, guru, pegawai, teman atau lingkungan orang lain
10 Point
89
2. Merusak atau menghilagkan barang milik madrasah, guru atau teman
10 Point
3. Pertentangan dengan teman didalam atau diluar kelas
15 Point
4. Membuat kegaduhan/keributan dalam kelas ketika waktu belajar
5 Point
5. Membawa benda yang tidak ada kaitannya dengan proses belajar mengajar tanpa ada izin
10 point
6. Keluar kelas pada saat belajar/pergantian guru tanpa seizin guru piket/guru kelas sampai meninggalkan beberapa jam pelajaran
3 Point
7. Makan dalam kelas saat belajar
5 Point
8. Membawa rokok
20 Point
9. Menghisap rokok di madrasah
25 Point
10. Membuat geng/kelompok
30 Point
11. Ikut terlibat geng/kelompok
20 Point
12. Mencuri barang milik orang lain
25 Point
13. Membawa Kendaraan
25 Point
f. Kebersihan 1. Tidak melaksanakan piket kebersihab kelas 1 kali
2 Point
2. Membuang sampah tidak pada tempatnya 1 kali
2 Point
3. Membuang/menyimpan sampah di laci meja belajar
5 Point
g. Buku, majalah atau gambar/video yang terlarang 1. Membawa dan memperlihatkan buku, majalah, gambar/video terlarang
50 Point
2. Memperjual belikan buku, majalah, gambar/video terlarang
75 Point
h. Senjata 1. Membawa senjata tajam tanpa ijin
100 Point
2. Memperjual belikan senjata tajam
100 Point
3. Menggunakan senjata tajam untuk mengancam 100 Point
90
4. Menggunakan senjata tajam untuk melukai
100 Point
i. Obat/minuman terlarang 1. Membawa obat/minuman terlarang
100 Point
2. Menggunakan obat/minuman terlarang di dalam atau di luar madarasah
100 Point
3. Memperjual belikan obat/minuman terlarang di dalam atau di luar madrasah
100 Point
j. Perkelahian 1. Melakukan perkelahian sesama siswa MTsN 3 2. Melakukan perkelahian dengan siswa sekolah lain
50 Point 100 Point
2) Memberi sanksi bagi siswa yang melanggar, adapun sanksi yang diberikan sebagai berikut: 1. Peringatan berupa teguran dengan lisan 2. Peringatan tertullis dengan memanggil orang tua/wali 3. Memberhentikan sementara/scorsing 4. Dikeluarkan dari madrasah.39
5. Gambaran Tindakan Kuratif (penanggulangan) yang dilakukan Sekolah Dalam Menanggulangi Kenakalan Remaja di MTs Negeri 3 Jakarta. Dalam kaitan tindakan kuratif yang dilakukan MTs Negeri 3 Jakarta dalam menanggulangi kenakalan remaja, berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Jumanto, M.Pd selaku kepala sekolah menjelaskan sebagai berikut: Penanggulangan yang diberikan yaitu berkoordinasi dengan guru BK, pihak berwajib, RT dan RW kelurahan dan lain-lain.40 Selanjutnya wawancara dengan Ibu Hunainah, M.Pd selaku wakil kepala sekolah kesiswaan, menjelaskan sebagai berikut:
39 40
remaja”.
Hasil studi dokumentasi, 16 September 2016. Wawancara, 16 September 2016, “Tindakan kuratif dalam menanggulangi kenakalan
91
Untuk penanggulangan biasanya kita memberikan pembinaan memanggil siswa bermasalah tersebut untuk mengklarifikasi kasus atau permasalahannya, memberi nasihat kepada siswa yang melakukan kenakalan, memberi layanan bimbingan dan konseling sesuai dengan kasus yang dibuat dan kita memberikan sanksi yang tegas bagi siswa yang melanggar.41 Selanjutnya Bapak H. Faqih Khairul Fikri, S.Psi selaku guru bimbingan konseling kelas VII menjelaskan secara rinci mengenai tindakan kuratif yang dilakukan MTs Negeri 3 Jakarta dalam menanggulangi kenakalan remaja yang telah dilaksanakan melalui layanan bimbingan dan konseling sebagai berikut: Kalau penanggulangan, kalau memang permasalahannya sama itu biasanya ada konseling kelompok, misalnya nih kalau kasusnya tentang pertemanan dan misalkan dari delapan kelas ada sepuluh orang kita kumpulkan kita adakan konseling kelompok tapi disitu ibaratnya melalui simulasi dan tuker peran, itu yang biasa kita lakukan.42 Sedangkan menurut Ibu Yeti Nurhayati, S.Psi selaku guru bimbingan konseling kelas VIII, tindakan kuratif yang dilakukan MTs Negeri 3 Jakarta dalam menanggulangi kenakalan remaja, menjelaskan sebagai berikut: Penanggulangan yang dilakukan yaitu kerjasama dengan orang tua, wali kelas, wakasis, BK dan pihak-pihak yang terkait, dan dilakukan pendekatan kepada siswa, dicari titik masalah dan solusi yang berasal atas kesadaran pribadi siswa. Selanjutnya menurut Ibu Latifah, S.Pd selaku guru bimbingan konseling kelas IX, tindakan kuratif yang dilakukan MTs Negeri 3 Jakarta dalam menanggulangi kenakalan remaja menjelaskan sebagai berikut: Kita mewadahi dan ditanyai dia maunya apa, seperti kemarin yang saya tangani siswa kelas IX dan kita lihat perkembangannya dan yaudah kita bentuk seperti bikin turnamen cup dari anak-anak yang bermasalah itu dan mengusulkan ke kepala sekolah kalau mereka bisa menjadi leader bisa mengadakan event-event acara Alhamdulilah kemarin sukses dan ada perubahan pada dirinya
41
Wawancara, 29 Agustus 2016, “Tindakan kuratif dalam menanggulangi kenakalan
remaja”.
42
remaja”.
Wawancara, 26 Agustus 2016, “Tindakan kuratif dalam menanggulangi kenakalan
92
mereka bisa merencanakan melaksanakan bisa mengambil keputusan dan kita juga ada pembinaan untuk siswa.43 Sedangkan menurut Bapak Riza Fahlevi selaku guru di MTsN 3 Jakarta tindakan kuratif yang dilakukan dalam menanggulangi kenakalan remaja, menjelaskan sebagai berikut: Kami pertama memproteksi dengan pemantauan baik kegiatan di dalam maupun diluar. Itu yang pasti, kalau kegiatan yang dalam kita memaksimalkan kegiatan eskul itu, kita memantau, memperhatikan dan kita melakukan pemantauan dari angket-angket yang ada. Yang kedua memupuk komunikasi orang tua dengan sekolah atau wali murid supaya kita dapat mengetahui perkembangan anak, jadi seperti itu.44 Sedangkan menurut Bapak Rizal selaku keamanan atau satpam di MTsN 3 Jakarta tindakan kuratif yang dilakukan dalam menanggulangi kenakalan remaja, menjelaskan sebagai berikut: Untuk penanggulangan dengan memperketat keamanan nanti digerbang belakang Cuma di buka sampai jam 06.35 setelah lewat jam itu masuk gerbang utama jika ada yang telat nanti di catat dan dilaporkan kepada guru piket.45 Selanjutnya menurut Bapak Andri selaku petugas kebersihan atau OB di MTsN 3 Jakarta menjelasakan sebagai berikut: Kalau ada yang siswa yang melakukan kenakalan paling hanya di tegur.46 Lalu dilihat dari sisi siswa yang bermasalah
berkaitan dengan
penanggulangan sekolah dalam menanggulangi kenakalan remaja di MTs Negeri 3 Jakarta sesuai dengan pengalamannya, menjelaskan sebagai berikut:
43 44
Ibid., Wawancara, 05 Desember 2016, “Tindakan kuratif dalam menanggulangi kenakalan
remaja”.
45
Wawancara, 05 Desember 2016, “Tindakan kuratif dalam menanggulangi kenakalan
remaja”.
46
remaja”.
Wawancara, 05 Desember 2016, “Tindakan kuratif dalam menanggulangi kenakalan
93
M. Fatih siswa kelas VIII.8: tindakan dari sekolah yang diberikan biasanya saya dikasih teguran, dinasehatin oleh guru BK dan wali kelas. 47 Begitu juga Azmy menjelaskan sebagai berikut: Paling penanggulangan yang diberikan sekolah kayak teguran, terus diceramahin sama BK atau wali kelas, tapi saya pernah disuruh nulis kalau saya mengakui kesalahan dikertas kosong sebagai tanda penyesalan telah melakukan pelanggaran.48 Selanjutnya keterangan menurut M. Adenito siswa kelas IX.1 sebagai berikut: Tindakan dari sekolah saya diberi nasihat atau pengarahan oleh guru BK dan wali kelas tapi selain itu saya pernah diberi pembinaan dan dipercaya untuk membuat sebuah event yang dimana orang-orang yang terlibat dalam kegiatan itu adalah anak yang bermasalah jadi kita ada kegiatan disekolah.49 Berdasarkan
hasil
wawancara
di
atas
tindakan
kuratif
(penanggulangan) yang dilakukan sekolah dalam menanggulangi kenakalan remaja di MTs Negeri 3 Jakarta meliputi kerjasama antara orang tua, guru, wali kelas, guru BK, wakil kesiswaan, pihak berwajib, RT/RW kelurahan serta pihak-pihak terkait, melakukan pendekatan dengan siswa dan melakukan pembinaan dengan siswa yang bermasalah, membuat program penyambutan siswa pada setiap gerbang masuk sekolah. Serta memperketat keamanan yang ada di MTsN 3 Jakarta. Adapun tugas dan jadwal penyambutan siswa MTs Negeri 3 Jakarta tahun pelajaran 2015/2016 dapat dilihat pada lampiran 15.50 6. Kendala Sekolah Dalam Menanggulangi Kenakalan Remaja Berkaitan dengan kendala sekolah dalam menanggulangi kenakalan remaja di MTs Negeri 3 Jakarta, berdasarkan hasil wawancara dengan 47
Wawancara, 26 Agustus 2016, “Tindakan kuratif dalam menanggulangi kenakalan
remaja”.
48
Wawancara, 29 Agustus 2016, “Tindakan kuratif dalam menanggulangi kenakalan
remaja”.
49 50
Ibid., Hasil dokumentasi, 16 September 2016.
94
Bapak Jumanto selaku kepala sekolah MTs Negeri 3 Jakarta menjelaskan sebagai berikut: Untuk kendala masih kurangnya koordinasi antar MTsN 3 dengan lembaga-lembaga luar, kurang maksimalnya peran guru dan TU, serta belum maksimalnya komunikasi dengan orang tua.51 Untuk melengkapi penjelasan dari Kepala MTs Negeri 3 Jakarta diperoleh penjelasan dai Ibu Hunainah selaku wakil kepala sekolah bidang kesiswaan, menjelaskan sebagai berikut: Ada orang tua yang tidak langsung menerima ketika anaknya diberikan sanksi dimana ia menganggap anaknya baik-baik saja tapi kita mengantisipasi itu dengan bukti jadi kita harus punya administrasi-administrasi yang berupa bukti-bukti kenakalan tersebut.52 Adapun Bapak Faqih Khairul Fiqri S.Psi, selaku guru BK/BP kelas VII mengemukakan mengenai kendala sekolah dalam
menanggulangi
kenakalan siswa adalah: Untuk kendala, biasanya satu komunikasi ke orang tua karena orang tua aktifitas kerja, terus yang kedua secara SOP (Standar Operasional) didalam sekolah jadi terkadang ada beberapa guru yang menganggap BK itu adalah tempat untuk menangani anak bermasalah padahal kalau sifatnya bisa ditanggualngi sama wali kelas dulu nanti kalau memang sudah berkali-kali dan tidak bisa baru kita bantu ngadepin permasalahannya.53 Selanjutnya Ibu Yeti Nurhayati, S.Psi selaku guru BK/BP kelas VIII mengemukakan mengenai kendala sekolah dalam
menanggulangi
kenakalan siswa adalah sebagai berikut: Kendala biasanya kurang tegasnya penerapan disiplin dan pemberian sanksi ketika siswa melanggar masih terbuka celah siswa untuk keluar sekolah atau melanggar aturan sekolah, masih terbukanya celah berkomunikasi dengan alumni yang memiliki reputasi kurang baik dan kuatnya pengaruh teman untuk anak seusia mereka, dan anak lebih mendengar perkataan temannya dari pada orang tua. 51
Wawancara, 16 September 2016, “Kendala dalam menanggulangi kenakalan remaja”. Wawancara, 29 Agustus 2016, “Kendala dalam menanggulangi kenakalan remaja”. 53 Wawancara, 26 Agustus 2016, “Kendala dalam menanggulangi kenakalan remaja”. 52
95
Berikutnya Ibu Latifah, S.Pd selaku guru BK/BP kelas IX mengemukakan mengenai kendala sekolah dalam menanggulangi kenakalan siswa adalah sebagai berikut: Untuk kendala menurut saya tidak terlalu, maksudnya masih bisa ditangani. Malah dengan orang tua malah berterimakasih dan dari pihak sekolah ada empati terhadap siswanya. Tapi kalau ada siswa yang melakukan berulang-ulang kita akan tetap memanggil orang tua.54 Sedangkan menurut Bapak Riza Fahlevi selaku guru di MTsN 3 Jakarta kendala yang di alami sekolah dalam menanggulangi kenakalan remaja, menjelaskan sebagai berikut: Kalau kendala mah banyak, sebenernya sebuah sistem itu harus didukung oleh semua aktifitas akademik dari MTsN 3 tanpa ada dukungan dari setiap elemen maka kita sulit menjalankan setiap sistem secara maksimal, masih sedikit sekali support yang kita dapatkan apalagi dalam kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan kedisiplinan ataupun penegakan aturan yang ada di sekolah 55
Sedangkan menurut Bapak Rizal selaku keamanan atau satpam di MTsN 3 Jakarta kendala yang dialami dalam menanggulangi kenakalan remaja, menjelaskan sebagai berikut: Kendala pasti ada, tapi gak terlalu, misalkan kalau pagi kayak macet nanti ada siswa yang telat disuruh masuk lewat gerbang utama tapi siswa nya maksa masuk lewat gerbang belakang jadi kayak yang susah di atur.56 Selanjutnya menurut Bapak Andri selaku petugas kebersihan atau OB di MTsN 3 Jakarta menjelasakan sebagai berikut: Alhamdulilah gak ada sih tidak terlalu menonjol.57 Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa kendala sekolah dalam menanggulangi kenakalan remaja di MTs Negeri 3 Jakarta adalah masih kurangnya koordinasi antar MTs Negeri 3 Jakarta
54
Ibid., Wawancara, 05 Desember 2016, “Kendala dalam menanggulangi kenakalan remaja”. 56 Ibid., 57 Ibid., 55
96
dengan lembaga-lembaga luar, kurang tegasnya penerapan disiplin dalam pemberian sansi untuk siswa yang bermasalah, dan kurang adanya kerja sama antara pihak sekolah dan orang tua siswa dalam menanggulangi kenakalan remaja, masih kuatnya pengaruh lingkungan sosial atau lingkungan pertemanan dalam pergaulan sehari-hari siswa serta masih sedikit support yang didapatkan dalam kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan kedisiplinan ataupun penegakan aturan yang ada di sekolah.
C. Pembahasan 1. Bentuk-bentuk Kenakalan Remaja di MTs Negeri 3 Jakarta Salah satu ciri yang esensial dari individu atau manusia adalah selalu
melakukan
kegiatan
atau
berperilaku.
Kegiatan
individu
merupakan bagian dari hidupnya, baik sebagai individu maupun sebagai makhluk sosial. Individu selalu dalam interaksi dengan lingkungannya, lingkungan manusia dan bukan manusia. Demikian pula halnya dengan siswa Madrasah Tsanawiyah tentu
selalu
berinteraksi
dengan
lingkungannya, yaitu sekolah. Dimana sekolah merupakan lingkungan yang sengaja diciptakan untuk membina siswa atau peserta didik ke arah tujuan tertentu sesuai dengan jenjang satuan pendidikan, khususnya untuk
memberikan
kemampuan
dan
keterampilan
sebagai
bekal
kehidupannya di kemudian hari. Jika dilihat dari segi usia, siswa Madrasah Tsanawiyah termasuk kedalam kategori remaja awal, yaitu usia 12-15 tahun atau termasuk fase/masa remaja. hal ini diperkuat dengan teori hendriati dalam bukunya pada masa ini individu mulai meninggalkan peran sebagai anak-anak dan berusaha mengembangkan diri sebagai individu yang unik dan tidak tergantung pada orang tua. Fokus dari tahap ini adalah penerimaan terhadap bentuk dan kondisi fisik serta adanya komformitas yang kuat dan teman sebaya.58 Fase remaja dianggap sebagai masa topan dan badai. Remaja 58
h.28.
Hendrianti Agustian, Psikologi Perkembangan, (Bandung: Refika Aditama, 2006),
97
masih belum mampu menguasai dan memfungsikansecara maksimal fungsi fisik dan psikisnya.59 karena mereka memiliki keinginan bebas untuk menentukan nasib diri sendiri. Artinya, siswa atau remaja yang sedang berada dalam proses berkembang ke arah kematangan. Namun dalam menjalani proses perkembangan ini, tidak semua siswa atau remaja dapat mencapainya secara mulus. Diantara mereka masih banyak yang mengalami
masalah,
yaitu
yang menampilkan sikap dan perilaku
menyimpang atau nakal sebagaimana dibuktikan dari temuan penelitian di MTs Negeri 3 Jakarta. Dari temuan penelitian menunjukkan bahwa secara faktual ada kasus kenakalan remaja di MTs Negeri 3 Jakarta. Adapun bentuk kenakalan remaja yang terjadi di sekolah dimaksud adalah melanggar atau tidak mematuhi peraturan tata tertib sekolah, seperti kebiasaan membolos atau tidak sekolah tanpa keterangan, terlambat datang ke sekolah, kebiasaan terlambat masuk di kelas untuk mengikuti pelajaran, tidak mengikuti upacara bendera, tidak memakai seragam sekolah, membuang sampah tidak pada tempatnya, perkelahian antar siswa (teman sebaya) di sekolah, mengganggu siswa lawan jenis. Selain itu membuat gaduh di saat pelajaran berlangsung, tidak mengikuti pelajaran saat guru mengajar, tidak mengerjakan tugas yang diberikan guru, dan mengganggu teman atau siswa lain yang
sedang
kenakalan
yaitu
lain,
belajar.
Juga
melakukan
tindakan
atau
tidak mengikuti kegiatan ekstrakulikuler yang
diselenggarakan kesiswaan sekolah maupun OSIS. Dengan kata lain bentuk kenakalan siswa (usia remaja) di lingkungan sekolah tersebut dapat dikategorikan tergolong ringan. Artinya kenakalan siswa (usia remaja) hanya sebatas dalam bentuk pelanggaran,
yaitu
pelanggaran terhadap peraturan tata tertib sekolah, pelanggaran terhadap kegiatan belajar mengajar, pelanggaran terhadap ketenteraman sekolah, dan pelanggaran terhadap etika pergaulan dengan warga sekolah. Jadi kenakalan siswa ini tidak dapat digolongkan pada tindakan melanggar 59
Muhammad Ali, Psikologi Remaja, (Bandung: Bumi Aksara, 2011), h. 10.
98
hukum formal maupun juga tidak dapat digolongkan sebagai suatu tindakan kriminal. Namun demikian, sekecil apapun bentuk kenakalan siswa (usia remaja) perlu adanya tindakan pembinaan dan pencegahan sedini mungkin dari pihak sekolah, karena kebiasaan melakukan perbuatan atau tindakan yang kurang baik atau negatif jika dibiarkan akan menjadi suatu karakter atau kebiasaan yang kurang baik bagi perkembangan individu siswa (usia remaja) itu sendiri.
2. Faktor-faktor Penyebab Kenakalan Remaja di MTs Negeri 3 Jakarta Faktor penyebab kenakalan remaja melalui proses internalisasi diri yang keliru oleh anak-anak remaja dalam menanggapi lingkungan disekitarnya dan semua pengaruh dari luar.
Tingkah laku mereka
merupakan reaksi yang salah satu irasional dari proses belajar, yang terwujud dalam ketidakmampuan mereka untuk beradaptasi terhadap lingkungan sekitar.60 Selain itu kenakalan remaja disebabkan oleh faktor faktor yang berasal dari luar diri individu itu sendiri. Hal ini didukung oleh teori Agus Jamal Ma’mur dalam bukunya seorang anak tidak akan tiba-tiba menjadi nakal tanpa sebab yang jelas ketika beranjak dewasa. Mereka tentu nakal ada penyebabnya yang dimunculkan oleh lingkungan pergaulannya. Lingkunagn pergaulan ini mencakup lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.61 Berdasarkan hasil penelitian pada dasarnya kenakalan remaja di MTs Negeri 3 Jakarta disebabkan atau ditimbulkan oleh dua faktor utama, yaitu faktor internal pada diri siswa itu sendiri, dan faktor eksternal dalam hal ini faktor lingkungan keluarga, dan faktor lingkungan sosial (pergaulan). Faktor internal pada diri siswa itu bersumber pada kurang disiplinnya diri dan rendahnya motivasi belajar, serta ketidak mampuan diri dalam memecahkan masalah (intelegensi). Hal ini sejalan dengan hasil wawancara dengan salah satu siswa bermasalah mengatakan 60
Jamal Ma’mur Asmani, Kiat Mengatasi Kenakalan Remaja di Sekolah, (Jogjakarta: Bukubiru, 2012), h. 125. 61 Ibid, 132.
99
bahwa ia melakukan kenakalan dikarenkaan malas dan melakukan atas kemauannya sendiri. Di samping faktor internal dari dalam diri siswa itu sendiri pengaruh lingkungan sosial dalam hal ini hubungan pergaulan antar siswa atau kawan-kawannya, seperti ajakan untuk bolos sekolah, tidak mengerjakan tugas yang diberikan guru, membuang sampah sembarangan di sekolah dan pulang lebih awal dari sekolah, juga merupakan faktor penyebab kenakalan siswa (usia remaja). Keinginan seorang siswa untuk melakukan perbuatan yang tidak baik itu, karena adanya suatu dorongan sosial atau terbentuk karena tuntutan pergaulan. Sikap demikian dianggap bagi dirinya sebagai bentuk solidaritas sosial atau pertemanan. Sikap pergaulan yang tidak baik ini dapat pula merupakan sumber atau faktor penyebab terjadinya kenakalan. Kenyataan tersebut di atas terungkap pada temuan penelitian di MTs Negeri 3 Jakarta bahwa dari penuturan siswa (usia remaja) yang bermasalah atau memiliki kasus tindak kenakalan di sekolah, seperti bolos sekolah tanpa pemberitahuan, sering tidak mengikuti pelajaran di kelas, dan tidak mengerjakan tugas-tugas yang diberikan guru. Alasannya karena mereka malas dam mereka melakukan hal itu
adalah
karena
mengikuti dan dipengaruhi teman. Hal ini sejalan dengan penelitian Rudi Lestriono menyatakan bahwa faktor yang menyebabkan anak/remaja berperilaku menyimpang adalah karena pengaruh lingkungan teman-teman sebaya yang negatif.62 Baik di lingkungan sekolah maupun di lingkungan sehari-hari, anak/remaja yang mengalami krisis identitas atau tidak mampu mengontrol diri dapat dengan mudah terpengaruh oleh perilaku teman-teman sebayanya. Hal ini dibuktikan dari temuan penelitian sebagaimana pengakuan siswa (usia remaja)
MTs Negeri 3 Jakarta yang melakukan perbuatan tersebut.
Dimana terungkap bahwa siswa bersangkutan melakukan kenakalan seperti 62
Rudi Lestriono, “Tinjauan Kiminologis terhadap Kenakalan Remaja di Kabupaten Luwu Timur”, Skripsi S1 Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Hasanudin Makassar, 2013, h. 67. Tidak dipublikasikan.
100
keluar saat jam KBM, tidak mengerjakan tugas dan mengikuti resisten atau geng karena ikut-ikutan teman. Oleh karena itu, sikap dan perilaku siswa (usia remaja) dalam lingkungan sosial, yaitu pergaulan antar teman merupakan faktor penyebab terjadinya kenakalan diantara siswa itu sendiri, selain faktor lingkungan dan pergaulan, faktor kebersihan dan keamanan yang kurang terjaga atau terkontrol juga dapat memicu siswa melakukan kenakalan di sekolah. Berdasarkan dari temuan penelitian tersebut bahwa faktor-faktor penyebab kenakalan siswa (usia remaja) di MTs Negeri 3 Jakarta, pada dasarnya munculnya perilaku menyimpang atau kenakalan remaja itu sebenarnya
merupakan
kompensasi
dari segala
kekurangan
dan
kegagalan yang dialaminya dalam melakukan tugas perkembangannya termasuk
dalam
menjalin
hubungan
dengan
lingkungan sosialnya
(kelurga, sekolah dan masyarakat). Terlebih lagi jika kondisi atau keadaan lingkungannya kurang atau tidak kondusif dalam mendukung proses tugas perkembangannya.
3. Tindakan Preventif yang Dilakukan Sekolah Dalam Menanggulangi Kenakalan Remaja di MTs Negeri 3 Jakarta Berdasarkan temuan penelitian sebagaimana yang telah diuraikan sebelumnya menunjukkan bahwa tindakan preventif yang dilakukan sekolah dalam menanggulagi kenalakan remaja di MTs Negeri 3 Jakarta. Dalam hal ini sekolah selalu memprogramkan pembinaan bidang kesiswaan yang terintegrasi ke dalam program
sekolah,
melakukan
pengembangan
komponen pendidikan karakter ke dalam kurikulum sekolah, baik yang bersifat intrakurikuler maupun ekstrakurikuler. Selain itu, pihak sekolah tampaknya selalu berupaya untuk meningkatkan peran aktif komunitas sekolah (wali kelas, guru BK, komite sekolah dan orang tua/wali siswa) dalam pembinaan karakter siswa. Untuk tindakan preventif atau pencegahan kenakalan siswa (usia remaja), kegiatan yang dilaksanakan adalah: (1) melaksanakan sosialisasi
101
tentang peraturan tata tertib, (2) melaksanakan kegiatan-kegiatan yang bersifat ekstrakurikuler berbasis pendidikan karakter (pendidikan tentang nilai-nilai sikap, moral dan perilaku) dengan melibatkan guru mata pelajaran, wali kelas, kepala sekolah, komite sekolah, OSIS, dan para ahli yang relevan sesuai dengan kebutuhan, (3) mengadakan kegiatan motivasi pada setiap jenjang kelas dengan mengundang motivator dari luar, (4) mengadakan konseling plasikal yang bersifat sharing dengan siswa yang dilakukan oleh guru BK, (5) pembentukan satgas narkoba. (6). Mengontrol kebersihan setiap jam istirahat atau di jam-jam tertentu Seperti dikemukakan Sofyan S. Willis dalam penelitain Ninan Unun menyatakan bahwa
upaya
preventif
atau
pencegahan
lebih
besar
manfaatnya daripada upaya kuratif, karena jika kenakalan itu sudah meluas amat
sulit
menanggulanginya.
Banyak
bahayanya
kepada
masyarakat, menghamburkan biaya, tenaga, dan waktu, sedang hasilnya tidak seberapa. Oleh karena itu, upaya preventif (pencegahan) itu sangat penting, dan kegiatan ini dilakukan secara sistematis, berencana, dan terarah, untuk menjaga agar kenakalan itu tidak timbul.63
4. Tindakan Represif yang dilakukan Sekolah Dalam Menanggulangi Kenakalan Remaja di MTs Negeri 3 Jakarta Tindakan represif berupa pemberian sanksi atau hukuman dari sekolah ketika siswa melakukan pelanggaran. Tindakan represif
pada
dasarnya merupakan pencegahan setelah terjadi pelanggaran. Ruang lingkup tindakan represif meliputi rajia siswa-siswa yang melakukan kenakalan atau barang-barang yang dapat dijadikan tempat atau alat berbuat nakal oleh para remaja, penyelidikan atau pengusutan dan pemeriksaan terhadap remaja yang berbuat nakal. Berdasarkan temuan penelitian mengenai tindakan represif yang dilakukan sekolah dalam menanggulangi kenakalan remaja adalah melalui 63
Nina Unun, “Upaya Sekolah dalam Menanggulangi Kenakalan Siswa di SMPN 1 Panji Kabupaten Sitobundo,” Skripsi pada S1 Universitas Negeri Malang, 2011, h. 80, tidak dipublikasikan.
102
pendidikan karakter yang dilakukan oleh
sekolah dalam bentuk point
pelanggaran, semakin besar masalah yang dibuat siswa maka semakin besar point pelanggaran yang diberikan. Selain point, sanksi juga bisa diberikan berupa teguran lisan, teguran tulisan, surat perjanjian, pemanggilan orang tua, skorsing bahkan dikeluarkan dari sekolah. Hal ini sesuai dengan penelitian Acep Supriadi, dkk menyatakan bahwa bagi siswa yang tidak mematuhi/melanggar tata tertib sekolah akan dikenakan tindakantindakan berupa, 1. Teguran lisan pertama, kedua, dan ketiga. 2. melaksankan Tugas sekolah 3. Peringatan tertulis pertama, kedua
dan
ketiga. 4. Skorsing. 5. Dikeluarkan dari sekolah. Dengan sekolah memberikan sanksi atau hukuman Kartono dalam jurnal Acep Supriadi, dkk berpendapat bahwa hukuman harus mempunyai nilai pedagogis yang terdiri dari (1) apabila hukuman itu membantu anak untuk bisa bertanggung jawab dan mandiri secara susial, (2) mampu mengenali kebaikan dan mau melakukan perbuatan-perbuatan yang baik.64
5. Tindakan Kuratif yang dilakukan Sekolah Dalam Menanggulangi Kenakalan Remaja di MTs Negeri 3 Jakarta Berdasarkan temuan penelitian tindakan kuratif yang dilakukan sekolah dalam menanggulangi kenakalan remaja melalui pembinaan,
kegiatan
yang
dilaksanakan
meliputi:
program
(1) melakukan
pendataan/pencatatan siswa-siswa yang bermasalah atau memiliki kasus kenakalan di sekolah, (2) memanggil siswa/klien bermasalah tersebut untuk mengklarifikasi kasus atau permasalahannya, (3) menginformasikan permasalahan siswa kepada orang tua/wali siswa bersangkutan, (4) melaksanakan layanan bimbingan dan konseling sesuai dengan kasus atau permasalahannya, (5) koordinasi dengan guru BK, pihak berwajib,
64
Acep Supriadi, Dkk ”Efektifitas Pemberian Sanksi Bagi Siswa pada Pelanggaran Tata Tertib di SMP 2 Kapuas Timur Kabupaten Kapuas”, Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan : Volume 4, Nomor 8, November 2014, h.640.
103
RT/RW, kelurahan serta pihak terkait, (6) membuat program penyambutan siswa. (7) Memperketat keamanan dilingkungan sekolah. Seperti telah diuraikan pada bagian sebelumnya bahwa kenakalan siswa (usia remaja) tidak dapat diselesaikan hanya melalui pembinaan seperti nasihat, ceramah dan hanya melalui pembelajaran di kelas semata, akan tetapi lebih realistis dengan tindakan atau perbuatan yang nyata
(action).
Orang
yang
paling
bertanggung
jawab
dalam
melaksanakan pembinaan dan pencegahan kenakalan siswa di sekolah adalah guru. Selain mengajar dan mendidik, guru berperan dalam mengembangkan karakter dan kepribadian siswa, disamping tugas dantanggung jawab orang tua di rumah. Biasanya di sekolah, guru dipandang serba tahu dan serba mampu dalam memberikan bimbingan oleh siswa-siswanya. Hal ini sejalan dengan Jamal Ma’mur dalam bukunya ada dua hal yang perlu diperhatikan dalam menanggulangi munculnya kenakalan remaja. Pertama, meningkatkan keberfungsian sosial keluarga melalui program-program kesejahteraan sosial yang berientasi pada keluarga dan perkembangan sosial. Kedua, memberikan program-program atau kegiatan-kegiatan yang bermanfaat untuk mengisi waktu luang bagi remaja.65
6. Kendala MTs Negeri 3 Jakarta Dalam Menanggulangi Kenakalan Remaja Berdasarkan temuan penelitian, pada kenyataannya sekolah dalam hal ini MTs Negeri 3 Jakarta mengalami kendala dalam
menanggulangi
kenakalan remaja di sekolah. Temuan penelitian menunjukkan bahwa kendala
yang
tergolong
selalu dialami sekolah maupun guru dalam
menanggulangi kenakalan siswa, antara lain: keterbatasan memberikan
bimbingan
karakter
pada
siswa
dalam
saat pembelajaran di
sekolah, kurang proaktifnya orang tua/wali siswa tentang riwayat kehidupan 65
Jamal Ma’mur Asmani, Kiat Mengatasi Kenakalan Remaja di Sekolah, (Jogjakarta: Bukubiru, 2012), h. 211.
104
anak
(siswa)
sehingga
guru
sulit
untuk
membantu
pemecahan
kesulitannya. Selain itu ketidakterbukaan siswa yang bermasalah dalam pemberian informasi mengenai permasalahan yang dialaminya kepada guru yang menanganinya. Begitu juga kendala lain kurang tegasnya penerapan disiplin dan pemberian sanksi pada siswa, masih terbukanya celah siswa untuk melanggar peraturan, dan kuatnya pengaruh lingkungan sosial atau pengaruh teman dalam perkembangan siswa serta masih kurangnya koordinasi antar MTs Negeri 3 Jakarta dengan lembaga-lembaga luar, dan masih sedikit support yang didapatkan dalam kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan kedisiplinan ataupun penegakan aturan yang ada di sekolah. Adanya berbagai kendala tersebut, tentu dapat menghambat upaya menanggulangi
kenakalan remaja di
sekolah,
juga
kemungkinan
munculnya dampak negatif khususnya bagi siswa yang bermasalah (siswa yang terindikasi nakal atau berperilaku menyimpang). Dampak negatif yang dimaksud itu, antara lain: (1) siswa yang bermasalah akan tumbuh dan berkembang tanpa terkendali, tidak terarah sesuai dengan norma-norma pendidikan, susila dan agama, (2) menjadi beban yang tidak ringan bagi sekolah, keluarga dan masyarakat, dan (3) pencitraan sekolah di mata masyarakat akan menjadi menurun atau kurang baik. Dengan
memperhatikan
dampak negatif kegagalan tersebut di atas,
berbagai
dalam
kendala
menanggulangi
dan
kemungkinan
kenakalan
siswa
dapat dijadikan sebagai bahan refleksi bagi sekolah
maupun para guru untuk melakukan tindak lanjut perbaikan ke arah yang lebih baik, dan mengkondisikan sekolah sebagaimana yang diharapkan. Sehinga dengan demikian, diharapkan dapat meminimalisir kendala yang
dihadapi
dan
dampak
negatif
yang
kemungkinan tidak
dikehendaki, jika memang kendala-kendala itu tidak dapat dihindarkan.
105
D. Keterbatasan penelitian Keterbatasan dalam penelitian ini dapat dipaparkan sebagai berikut: 1. Data sekunder yang dijadikan sebagai pelengkap data kurang mencukupi, karena setiap tahunnya guru BK di MTs 3 Jakarta dirolling secara bergantian. 2. Terbatasnya waktu saat pengambilan data dikarenakan sebagian responden merupakan guru mata pelajaran yang mengajar didalam kelas sehingga waktu yang tersedia sangat terbatas.
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan paparan data dan pembahasan sebagaimana telah diuraikan pada bagian sebelumnya, maka hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa bentuk-bentuk kenakalan remaja di MTs Negeri 3 Jakarta yaitu pelanggaran terhadap peraturan tata tertib sekolah, pelanggaran terhadap kegiatan belajar mengajar, pelanggaran terhadap ketentraman sekolah dan pelanggaran terhadap etika dengan warga sekolah. Faktor-faktor penyebab kenakalan remaja di MTs Negeri 3 Jakarta yaitu faktor internal pada diri siswa itu sendiri, dan faktor eksternal dalam hal ini faktor lingkungan keluarga serta lingkungan sosial (pergaulan antar siswa di sekolah). Tindakan
preventif yang dilakukan sekolah dalam menanggulangi
kenakalan remaja di MTs Negeri 3 Jakarta, yaitu:
(1)
melaksanakan
sosialisasi tentang peraturan tata tertib, (2) melaksanakan kegiatan-kegiatan yang bersifat ekstrakurikuler berbasis pendidikan karakter (3) mengadakan kegiatan motivasi pada setiap jenjang kelas dengan mengundang motivator dari luar, dan (4) mengadakan konseling plasikal yang bersifat sharing dengan siswa yang dilakukan oleh guru BK. Tindakan
represif yang dilakukan sekolah dalam menanggulangi
kenakalan remaja di MTs Negeri 3 Jakarta yaitu melalui pendidikan karakter yang dilakukan oleh sekolah dalam bentuk point pelanggaran. Selain point, sanksi juga bisa diberikan berupa teguran lisan, teguran tulisan, surat perjanjian, pemanggilan orang tua, skorsing bahkan dikeluarkan dari sekolah. Tindakan
kuratif yang dilakukan sekolah dalam menanggulangi
kenakalan remaja di MTs Negeri 3 Jakarta melalui program pembinaan, kegiatan yang dilaksanakan meliputi: (1) melakukan pendataan/pencatatan siswa-siswa yang bermasalah atau memiliki kasus kenakalan di sekolah, (2) memanggil siswa/klien bermasalah tersebut untuk mengklarifikasi kasus atau 106
107
permasalahannya, (3) menginformasikan permasalahan siswa kepada orang tua/wali
siswa
bersangkutan, (4) melaksanakan layanan bimbingan
dan
konseling sesuai dengan kasus atau permasalahannya. Kendala sekolah dalam menanggulangi kenakalan remaja di MTs Negeri 3 Jakarta yaitu keterbatasan dalam memberikan bimbingan karakter pada siswa saat pembelajaran di sekolah, kurang proaktifnya orang tua/wali siswa tentang riwayat kehidupan bermasalah
anak
(siswa), ketidakterbukaan
siswa
yang
dalam pemberian informasi mengenai permasalahan yang
dialaminya kepada guru yang menanganinya, kurang tegasnya penerapan disiplin dan pemberian sanksi pada siswa, masih terbukanya celah siswa untuk melanggar peraturan, dan kuatnya pengaruh lingkungan sosial atau pengaruh teman dalam perkembangan siswa.
B. Saran Dari kesimpulan hasil penelitian diatas, dapat diajukan beberapa saran, antara lain: 1. Bagi sekolah, hendaknya sekolah lebih tegas dalam pemberian sanksi terhadap siswa/siswi yang melakukan kenakalan remaja sehingga siswa merasakan efek jera terhadap sanksi yang diberikan, dan memperketat tata tertib disekolah sehingga tidak ada celah bagi siswa/siswi untuk melakukan kenakalan. 2. Bagi Guru , hendaknya ada kerja sama antara guru dengan guru BK dalam menanggulangi kenakalan remaja, sehingga dengan demikian dapat
dicegah kemungkinan
kecenderungan
munculnya
perilaku
menyimpang atau kenakalan di kalangan siswa. 3. Bagi guru BK, perlu adanya pendataan yang lebih rinci mengenai kenakalan remaja yang terjadi di MTs Negeri 3 Jakarta, memberikan bimbingan yang lebih intensif terhadap siswa yang mengalami kasus/kenakalan serta aktif memberi informasi kepada orang tua. 4. Bagi Orang Tua Siswa, hendaknya menjalin kerjasama yang baik melalui komunikasi
yang
intensif
kepada pihak
sekolah dan guru
108
termasuk guru BK, orang tua perlu mengetahui peraturan dan tata tertib yang berlaku di sekolah serta sanksi yang diberikan sehingga
setiap
permasalahan yang muncul pada diri siswa dalam hal ini putraputrinya dapat ditanggulangi secara dini. 5. Bagi Peneliti lain, perlu adanya penelitian lebih lanjut dan secara mendalam berkaitan dengan penelitian ini, terutama mengenai peran alumni termasuk resisten atau geng sebagai salah kenakalan
remaja sehingga dapat
membantu
satu penyebab
pihak sekolah dalam
menanggulangi kenakalan atau perilaku menyimpang dikalangan remaja.
DAFTAR PUSTAKA
Agustian, Hendrianti. Psikologi Perkembangan, Bandung: Refika Aditama, 2006. Ali, Muhammad. dkk. Psikologo Remaja, Bandung: Bumi Aksara, 2011. Asmani, Jamal Ma’mur. Kiat Mengatasi Kenakalan Remaja di Sekolah, Jogjakarta: Bukubiru, 2012 B. Hurlock, Elizabeth. Psikologi Perkembangan, Jakarta: Erlangga, 1953. Dariyo, Agoes. Psikologi Perkembangan Anak. Bogor Selatan: Ghalia Indonesia, 2004. Desmita, Psikologi Perkembangan Peserta Didik, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009. Eka Lidwina, “Dampak Pertumbuhan Penduduk terhadap peningkatan Kenakalan remaja”,
http://www.kompasiana.com/lidwinaeka/dampak-pertumbuhan-
penduduk-terhadap-peningkatan-kenakalanremaja_54f38329745513972b6c7986, 17 juni 2015. Gunawan, Imam. Metode Penelitian Kualitatif, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2013. Hadisuprapto, Paulus. Delinquensi Anak, Malang: Bayumedia Publihsing, 2008. Idrus, Muhammad. Metode Penelitian Ilmu sosial, Yogyakarta: Erlangga, 2009. Jahja, Yudrik. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Kencana, 2011. Kartono, Kartini. Kenakalan Remaja, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2010. Kartono, Kartini. Patologi Sosial 2: Kenakalan Remaja, Jakarta: Rajawali Pers, 1992. Latifah, Mar Atul, dkk. ”Peranan Guru Sekolah dalam Mencegah Terjadinya Tawuran di Kalangan Pelajar” Jurnal Sociologie, Vol 1, No 3. Lestriono, Rudi, “Tinjauan Kiminologis terhadap Kenakalan Remaja di Kabupaten Luwu Timur”, Skripsi S1 Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Hasanudin Makassar, 2013.
L.Zulkifli, Psikologi Perkembangan, Bamdung: PT Remaja Rosdakarya, 2009. Mulyana, Deddy. Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010. Moleong, Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009. Narwoko, Dwi. dan Suyanto, Bagong. Sosiologi: Teks Pengantar & Pengantar, Jakarta : Kencana 2007. Putera, Nusa. Penelitian Kualitati: Proses & Aplikasi, Jakarta: Indeks, 2011. Pola Penanggulangan Kenakalan Remaja di Indonesia, Jakarta: Badan Koordinasi Nasional untuk Kesejahteraan Keluarga dan Anak, 1987. Ramayulis, H. Dasar-Dasar Kependidikan, Jakarta: Kalam Mulia, 2015. Riduwan, Belajar Mudah Penelitian, Bandung: Alfabeta, 2013. Rojak, Abdul., dan Sayuti, Wahdi. Remaja dan Bahaya Narkoba, Jakarta: Prenada, 2006. Rumidi, Sukandar. Metodologi Penelitian, Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2012 Santrock, John W. Adolescence, Jakarta: Erlangga, 2003. Satori, Djam’an. dan Komariah, Aan. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta, 2013. Sarwono, Sarlito Wirawan. Psikologi Remaja. Jakarta: Rajawali Pers, 1991. Syafaat, Aat., dkk. Peranan Pendidikan Agama Islam Dalam Mencegah Kenakalan Remaja, Jakarta: Raja Grafindo, 2008. Simanjuntak, B. Latar Belakang Kenakalan Remaja, Bandung: Alumni, 1979. Sunyoto, Danang. Metode Penelitian Untuk Ekonomi, Yogyakarta: CAPS, 2011. Subagyo, Joko. Metide Penelitian Dalam Teori dan Praktik, Jakarta: Rineka Cipta, 2015. Sarosa, Samiaji. Penelitian Kualitatif: Dasar-dasar, Jakarta: PT Indeks, 2012.
Sondakh, Mariam. “Peranan Komunikasi Keluarga dalam Mengatasi Kenakalan Remaja di Kabupaten Miinahasa”. Jurnal Acta Duirna,Vol 3, 2014. Sudarsono, kenakalan Remaja, Jakarta: Rineka cipta, 1995. Sudarsono, Etika Islam Tentang Kenakalan Remaja. Jakarta: Rineka Cipta, 1991. Sugiyono, Metodologi Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta, 2011. Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta, 2014. Suharsaputra, Uhar. Metode Penelitian kuantitatif kualitatif dan Tindakan. Bandung: Refika Aditama, 2014. Soekanto, Soerjono. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2013. Supriadi, Acep. Dkk ”Efektifitas Pemberian Sanksi Bagi Siswa pada Pelanggaran Tata Tertib di SMP 2 Kapuas Timur Kabupaten Kapuas”, Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan : Volume 4, Nomor 8, November 2014. Suryadi, Manajemen Mutu Berbasis Sekolah. Jakarta: PT Sarana Panca Karya Nusa, 2009. Tangkudung, J.P.M ”Peranan Komunikasi Keluarga dalam Mencegah Kenakalan Remaja di Kelurahan Malalayang I Kecamatan Malalayang”, Journal Vol 3, 2014. Titin, dkk. ”Peran Sekolah sebagai Agen Sosialisasi dalam Pembentukan Kepribadian Akhlak Mulia Siswa SMA”. Unun, Nina, “Upaya Sekolah dalam Menanggulangi Kenakalan Siswa di SMPN 1 Panji Kabupaten Sitobundo,” Skripsi pada S1 Universitas Negeri Malang, 2011.
Yusuf, Muri. Metode Penelitian, Jakarta: Kencana, 2014. Yusup, Syamsu. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010). h. 95.
PT
LAMPIRAN
Lampiran 1
PEDOMAN WAWANCARA PERAN SEKOLAH DALAM MENANGGULANGI KENAKALAN REMAJA MTs NEGERI 3 JAKARTA
Pelaksanan Wawancara: 1. 2. 3. 4. 5.
Hari/Tanggal Jam Tempat Topik Informan
: ................................................................................... : ................................................................................... :................................................................................... : ................................................................................... : ....................................................................................
A. Pertanyaan-pertanyaan: 1. Dapatkah bapak/ibu mendeskripsikan bentuk-bentuk kenakalan apa saja yang dilakukan siswa disekolah ini? 2. Sepengetahuan bapak/ibu, apa saja faktor-faktor penyebab kenakalan siswa tersebut? 3. Apa langkah-langkah dasar yang dilakukan sekolah dalam pencegahan (preventif) kenakalan remaja/siswa disekolah? 4. Apa langkah-langkah dasar yang dilakukan sekolah dalam pemberian sanksi (refresif) bagi siswa yang melakukan kenakalan? 5. Apa langkah-langkah dasar yang dilakukan sekolah dalam penanggulangan kenakalan remaja disekolah? 6. Apa kendala yang dialami sekolah dalam menanggulangi kenakalan siswa? B. Respon Informan 1. ....................................................................................................................... 2. ....................................................................................................................... 3. ....................................................................................................................... 4. ....................................................................................................................... 5. ....................................................................................................................... 6. ....................................................................................................................... C. Catatan Tambahan Peneliti 1. ......................................................................................................................... 2. ........................................................................................................................
Lampiran 2
TRANSKIP WAWANCARA DENGAN KEPALA MADRASAH MTs NEGERI 3 JAKARTA Pelaksanaan Wawancara
Tanggal Jam Tempat Topik Informan
: 16 September 2016 : 09.30 – 10.10 : Ruang Kepala Madrasah : Peran Sekolah dalam Menanggulangi Kenakalan Remaja : Bapak Jumanto, M.Pd
A. Proses Wawancara PENELITI : Menurut Bapak, dapatkah ibu mendeskripsikan bentukbentuk kenakalan remaja yang ada di sekolah ini? PAK JUM : Untuk bentuk kenakalan remaja di MTs Negeri 3 Jakarta bentuknya membolos sekolah, berkelahi, pacaran, bullying dan usil. PENELITI : Lalu tindakan preventif atau pencehagan apa saja yang dilakukan sekolah dalam menanggulangi kenakalan remaja di MTs Negeri 3 Jakarta? PAK JUM : Untuk preventif diadakan sosialisasi lewat kegiatan pembiasaan/muhadoroh, upacara, pembinaan wali kelas, LDKS/LDKO, PBHI, pembentukan Satgas Narkoba dan PENELITI : Lalu untuk pertanyaan selanjutnya tindakan refresif (pemberian sanksi) yang dilakukan sekolah untuk mengatasi kenakalan itu bagaimana? PAK JUM : Tindakan refresif yang diberikan seperti memanggil siswa yang bermasalah untuk SP1, SP2 dan SP3. Pemanggilan orang tua, studi kasus, skorsing dan dipindahkan. PENELITI : Kemudian untuk penenggulangannya (kuratif) apa yang dilakukan sekolah dalam menanggulangi kenakalan remaja? PAK JUM : Penanggulangan yang diberikan yaitu berkoordinasi dengan guru BK, pihak berwajib, RT dan RW kelurahan dan lain-lain PENELITI : Untuk pertanyaan terakhir apakah ada kendala yang dialami sekolah dalam menanggulangi kenakalan remaja? PAK JUM : Untuk kendala masih kurangnya koordinasi antar MTsN 3 dengan lembaga-lembaga luar, kurang maksimalnya peran guru dan TU, serta belum maksimalnya komunikasi dengan orang tua.
Lampiran 3
TRANSKIP WAWANCARA DENGAN WAKIL KEPALA MADRASAH BIDANG KESISWAAN MTs NEGERI 3 JAKARTA
Pelaksanaan Wawancara
Tanggal Jam Tempat Topik Informan
: 26 & 29 Agustus 2016 : 09.30 – 10.10 : Ruang Guru : Peran Sekolah dalam Menanggulangi Kenakalan Remaja : Ibu Hunainah, M.Pd
A. Proses Wawancara PENELITI : Menurut ibu, dapatkah ibu mendeskripsikan bentuk-bentuk kenakalan remaja yang ada di sekolah ini? BU HUNAI : Ya, saya melihat ketika saya menjadi kesiswaan, sebenarnya saya menjadi wakasek kesiswaan baru satu tahun tapi paling tidak saya tahu. Sebenarnya ini masih kenakalan anak-anak dimana anak masih mencari perhatian seperti tidak tertib, tidak disiplin dalam berpakaian seragam, kemudian kehadiran suka masih terlambat, kemudian ada satu-dua anak ketika jam pelajaran mereka keluar dan ada lagi yang mungkin masih kita berantas itu seperti organisasi tapi organisasi ilegal dan yang memegang adalah alumni yang tidak bertanggung jawab namanya resisten awalnya organisasi itu bagus tapi karena yang memegang itu sudah sibuk setelah turun yang kebawah-bawah akhirnya dimanfaatkan oleh anak-anak yang tidak bertanggung jawab itu untuk menjual striker tetapi memaksa dan anak-anak kita itu sipatnya masih ikut-ikutan. PENELITI : Lalu menurut ibu faktor-faktor apa saja yang menyebabkan siswa itu melakukan kenakalan? BU HUNAI : Yang pertama kalau dilhat karena mencari perhatian, karena anak-anak ini lagi pada masa-masa dia merasa kalau diri dia itu benar merasa diri dia baik, jadi dia mencari perhatian akhirnya bentuknya seperti itu, faktor keluarga juga bisa karena kurang disiplin, sebenarnya antara sekolah dan keluarga harus sejajar atau seimbang dalam mendidik anak ketika disekolah mengajarkan akhlak yang baik dirumah harus mendukung bukan berarti saya menganggap keluarga tidak mendukung tapi ada misalnya kayak sholat,
PENELITI BU HUNAI
PENELITI
BU HUNAI
PENELITI
BU HUNAI
ketika saya tanya sholat shubuh ada beberapa anak yang tidak sholat shubuh karena kesiangan orang tuanya tidak bangunin tapi bagi kami pendidik disini walaupun kesiangan tetep harus sholat tapi orang tua tidak melakukan itu. : Kira-kira upaya pencegahan apa yang dilakukan sekolah untuk menangani kenakalan? : Pencegahanya itu eskul atau ekstrakulikuler agar mereka punya kreatifitas bersifat positif, selain itu juga kita ada pemberian motivasi pada setiap kelas dan mengambil motivator dari luar. : Lalu untuk pertanyaan no empat tindakan refresif (pemberian sanksi) yang dilakukan sekolah untuk mengatasi kenakalan itu bagaimana? : Biasanya kita memberikan point-point pelanggaran, salah satu contohnya misalnya ketika anak terlambat tiga kali itu kita tidak langsung dihukum tetapi kita memanggil orang tua, dan orang yang diluar sekolah ketika jam sekolah itu juga kita kasih point, anak yang tidak berseragam, anak yang tidak disiplin, anak yang rambutnya panjang seleher, pokoknya kita menerapkan hukuman berdasarkan point. Tapi selain point pelanggaran kita juga mempunyai point penghargaan, maksudnya gini dengan adanya point penghargaan mereka bisa memperbaiki poin pelanggaran tadi jadi kita tidak hanya menyalahkan anak tetapi juga memberikan penghargaan dan biasanya point ini diberikan ketika mengikuti lomba dan mendapat juara itu juga ada point nya, tingkat kecamatan berapa, kota berapa, nasional berapa dan kita juga ada sistem hapalan dan akan memberi point bagi yang hapal. : Selain pencegahan, pemberian sanksi, apakah ada penanggulangan (kuratif) yang dilakukan sekolah dalam menanggulagi kenakalan remaja disekolah? : Untuk penanggulangan biasanya kita memberikan pembinaan memanggil siswa bermasalah tersebut untuk mengklarifikasi kasus atau permasalahannya, memberi nasihat kepada siswa yang melakukan kenakalan, memberi layanan bimbingan dan konseling sesuai dengan kasus yang dibuat dan kita memberikan sanksi yang tegas bagi siswa yang melanggar.
PENELITI BU HUNAI
PENELITI BU HUNAI
: Untuk pertanyaan terakhir apakah ada kendala yang dialami sekolah dalam menanggulangi kenakalan remaja? : Ada orang tua yang tidak langsung menerima ketika anaknya diberikan sanksi dimana ia menganggap anaknya baik-baik saja tapi kita mengantisipasi itu dengan bukti jadi kita harus punya administrasi-administrasi yang berupa bukti-bukti kenakalan tersebut. : Selain pihak keluarga dari pihak anaknya sendiri apa ada kendalanya tidak? : Ketika kita mengeluarkan anak, dan anak pindah kesekolah lain kadang kala, tapi ini kadang kala ya anak tersebut malah oposisi ke kita, justru merekrut anak-anak kita anak-anak MTs 3 ini untuk berbuat tidak baik. Tetapi jika terjadi seperti itu kita akan turun tangan kita panggil orang tuanya itu berdasarkan pengalaman tahun kemarin walaupun anaknya sudah tidak disini lagi, kita panggil orang tuanya kemudian membuat surat perjanjian yang isinya misalkan masih melakukan hal itu kita akan berurusan dengan kepolisian misalnya.
Lampiran 4
TRANSKIP WAWANCARA DENGAN GURU BPK/BP KELAS VII MTs NEGERI 3 JAKARTA
Pelaksanaan Wawancara
Tanggal Jam Tempat Topik Informan
: 26 Agustus 2016 : 10.15 – 10.35 : Ruang BK/BP : Peran Sekolah dalam Menanggulangi Kenakalan Remaja : Bapak Faqih Khairil Fikri, S.Psi
A. Proses Wawancara PENELITI :Menurut bapak sebagai guru BK/BP kelas VII bentuk kenakalan apa yang terjadi disekolah ini? PAK FAQIH : Kalau bentuknya mungkin karena mereka secara teknik masih masa transisi dari SD ke MTs, mungkin keisengan,usilin temen, kenakalan kaya ngata-ngatain orang tua, terus ditambah lagi mungkin mulai ada keingintahuan tentang lingkungan sekitar sekolah yang sifatnya kaya gank-gank gitu, seperti itu sih biasanya. PENELITI : Lalu kira-kira menurut bapak faktor apa saja yang menyebabkan mereka itu melakukan kenakalankenakalan? PAK FAQIH : Kalo faktor biasanya yang saya perhatikan satu kalau ada kenakalan anak biasanya faktor keluarga dilihat dari backroundnya dulu, keluarganya seperti apa. Terus yang kedua biasanya salah satu faktornya keingin tahuan saat masuk usia remaja, dan yang ketiga faktor lingkungan pertemanan. PENELITI : Untuk sekolah kira-kira upaya pencegahan untuk kenakalan siswa seperti apa ya pak? PAK FAQIH : Kalau pencegahan biasanya kita guru BK masuk kesetiap kelas satu minggu sekali disitu biasanya kita konseling plasikal jadi sifatnya kaya sharing dan juga menginformasikan, itu sih yang biasa kita lakukan untuk pencegahan. PENELITI : Lalu untuk siswa yang melakukan kenakalan sanksi yang diberikan berupa apa? PAK FAQIH : Kalau sanksi, jadi kita memang merubah image BK jadi sanksi itu bukan ada pada pihak BK tetapi itu bagian wakil
PENELITI
PAK FAQIH
PENELITI PAK FAQIH
kesiswaan tetapi apabila anak mengalami permasalahan yang sifatnya kesulitan belajar atu secara kepribadiannya, nah kita disitu memang mengadakan konseling pribadi sekalian mengadakan komitmen dalam artian kamu harus tau melakukan ini dan resikonya apa, kamu harus bikin komitmen supaya kamu tau kedepannya. : Selanjutnya selain upaya pencegahan dan pemberian sanksi lalu upaya penanggulangannya dari sekolah untuk siswa yang melakukan kenakalan seperti apa ya? : Kalau penanggulangan, kalau memang permasalahannya sama itu biasanya ada konseling kelompok, misalnya nih kalau kasusnya tentang pertemanan dan misalkan dari delapan kelas ada sepuluh orang kita kumpulkan kita adakan konseling kelompok tapi disitu ibaratnya melalui simulasi dan tuker peran, itu yang biasa kita lakukan. : Dari ketiga upaya tadi apakah ada kendala yang dialami sekolah untuk menanggulangi kenakalan remaja? : Untuk kendala, biasanya satu komunikasi ke orang tua karena orang tua aktifitas kerja, terus yang kedua secara SOP (Standar Operasional) didalam sekolah jadi terkadang ada beberapa guru yang menganggap BK itu adalah tempat untuk menangani anak bermasalah padahal kalau sifatnya bisa ditanggualngi sama wali kelas dulu nanti kalau memang sudah berkali-kali dan tidak bisa baru kita bantu ngadepin permasalahannya.
Lampiran 5
TRANSKIP WAWANCARA DENGAN GURU BPK/BP KELAS VIII MTs NEGERI 3 JAKARTA
Pelaksanaan Wawancara
Tanggal Jam Tempat Topik Informan
: 29 Agustus 2016 : 09.30 – 10.05 : Ruang Jaga Piket Lantai 1 : Peran Sekolah dalam Menanggulangi Kenakalan Remaja : Ibu Yeti Nurhayati S.Psi
A. Proses Wawancara PENELITI :Menurut ibu, bagaimanakah bentuk-bentuk kenakalan remaja disekolah ini? BU YETI : Kenakalan yang terjadi biasanya nongkrong di warung pada jam sekolah/setelah pulang sekolah, biasanya nongkrong diikuti dengan merokok dan sering jadi ajang untuk melakukan hal-hal negatif lain, semisal jual sticker ilegal (biasanya tentang gank) dengan cara biasa atau dipaksa atau mungkin juga tersusun rencana untuk merekrut anggota baru untuk ikut gank ilegal dan mungkin ada rencana untuk tawuran karena dihasut. Selain itu cabut jam pelajaran entah untuk nongkrong/kabur dari sekolah, meminta uang dengan paksa ke adik kelas, melakukan bulliying dan melanggar aturan sekolah. PENELITI : Lalu dengan adanya kenakalan remaja, kira-kira faktor apa saja yang menyebabkan anak melakukan kenakalan? BU YETI : Banyak faktor yang mempengaruhi seperti pengaruh teman, konsep diri yang kurang kokoh, lari dari masalah, supaya terlihat exist atau ingin menunjukan jati diri, masalah keluarga, dan kurang aktifitas fisik/olahraga. PENELITI : Selanjutnya dengan adanya kenakalan remaja bagaimana pencegahan agar siswa tidak melakukan kenakalan disekolah? BU YETI : Pencegahan yang biasa dilakukan yaitu memberikan arahan dan nasihat serta bimbingan, teguran secara lisan jika melanggar aturan, dilanjutkan dengan tindakantindakan prosedural sesuai aturan. Meninimalisir celah anak untuk keluar sekolah pada jam sekolah, memberikan program agar anak bisa mengeluarkan segenap
PENELITI BU YETI
PENELITI BU YETI
PENELITI BU YETI
kemampuan mereka secara akademis/non akademis seperti kegiatan pentas seni (pensi). : Selain tindakan pencegahan, sanksi apa saja yang diberikan sekolah untuk anak yang melakukan kenakalan? : Kalau untuk sanksi itu di atur dalam tata tertib sekolah, langkah-langkah pemberian sanksi berupa teguran lisan diberikan arahan dan bimbingan, teguran tulis diberikan point pelanggaran, surat perjanjian ditanda tangani oleh siswa dan orang tua, skorsing dan dikeluarkan. : Lalu upaya penanggulangan ketika ada siswa melakukan kenakalan seperti apa ya bu kira-kira? : Penanggulangan yang dilakukan yaitu kerjasama dengan orang tua, wali kelas, wakasis, BK dan pihak-pihak yang terkait, dan dilakukan pendekatan kepada siswa, dicari titik masalah dan solusi yang berasal atas kesadaran pribadi siswa. : Selanjutnya dari tindakan tadi kendala apa yang dialami sekolah dalam penanggulangan kenakalan remaja ? : Kendala biasanya kurang tegasnya penerapan disiplin dan pemberian sanksi ketika siswa melanggar masih terbuka celah siswa untuk keluar sekolah atau melanggar aturan sekolah, masih terbukanya celah berkomunikasi dengan alumni yang memiliki reputasi kurang baik dan kuatnya pengaruh teman untuk anak seusia mereka, dan anak lebih mendengar perkataan temannya dari pada orang tua.
Lampiran 6
TRANSKIP WAWANCARA DENGAN GURU BPK/BP KELAS IX MTs NEGERI 3 JAKARTA Pelaksanaan Wawancara
Tanggal Jam Tempat Topik Informan
: 26 Agustus 2016 : 10.40 – 11.20 : Ruang BK/BP : Peran Sekolah dalam Menanggulangi Kenakalan Remaja : Ibu Latifah S.Pd
A. Proses Wawancara PENELITI :Selama ibu menjadi guru BK kelas IX, bagaimanakah bentuk-bentuk kenakalan disekolah ini? BU LATIFAH : Kalau untuk anak-anak remaja bentuknya dalam kedisiplinan, diantaranya berpakaian yang tidak memenuhi standar kalau cowo itu celananya street atau kecil, selain itu juga merokok ada suka berkelompok kaya gank, tidak mengikuti KBM atau meninggalkan kelas saat jam pelajaran. PENELITI : Lalu dengan adanya faktor-faktor kenakalan remaja, kirakira faktor apa saja yang menyebabkan anak melakukan kenakalan? BU LATIFAH : Lebih ke faktor keluarga, komunikasi dengan sekolah orang tua terkadang kurang memahami perkembangan remajanya. Selain itu juga faktor lingkungan atau pertemanan jika dia tidak ikut dibilang tidak setia kawan PENELITI : Pertanyaan selanjutnya dengan adanya kenakalan remaja kira-kira upaya pencegahan agar siswa tidak melakukan kenakalan itu bagaimana ya bu? BU LATIFAH : Tahap pertama kita memanggil siswanya dahulu, prosedurnya dilihat kalau siswa itu melanggar baik itu ketertiban, kedisiplinan nanti itu semua ada dibuku seperti buku kehadiran yang berisi peraturan dari sekolah dan siswanya kita ajak konseling dan kita ikuti perkembangannya tetapi apabila siswa melakukannya lagi biasanya kita memanggil orang tua dan apabila masalahnya sudah berat banget biasanya kita memanggil kepala sekolah. PENELITI : Selain pencegahan, sanksi apa saja yang diberikan sekolah untuk anak yang melakukan kenakalan?
BU LATIFAH
PENELITI BU LATIFAH
PENELITI BU LATIFAH
: Kalau sanksi, tergantung bobotnya dan prosedurnya juga dan dilihat dari point-point nya tetapi kita bukan hanya memberikan sanksi saja tetapi kita juga ada reward atau penghargaannya, misalnya dia ikut lomba atau berprestasi itu kita berikan penghargaan jadi point penghargaan ini berguna untuk menghapus point-point dari kenakalan itu. : Lalu upaya penanggulangan ketika ada siswa melakukan kenakalan seperti apa ya bu? : Kita mewadahi dan ditanyai dia maunya apa, seperti kemarin yang saya tangani siswa kelas IX dan kita lihat perkembangannya dan yaudah kita bentuk seperti bikin turnamen cup dari anak-anak yang bermasalah itu dan mengusulkan ke kepala sekkolah kalau mereka bisa menjadi leader bisa mengadakan event-event acara Alhamdulilah kemarin sukses dan ada perubahan pada dirinya mereka bisa merencanakan melaksanakan bisa mengambil keputusan dan kita juga ada pembinaan untuk siswa. : Selanjutnya dari upaya tadi kendala apa yang dialami sekolah dalam penanggulangan kenakalan siswa? : Untuk kendala menurut saya tidak terlalu, maksudnya masih bisa ditangani. Malah dengan orang tua malah berterimakasih dan dari pihak sekolah ada empati terhadap siswanya. Tapi kalau ada siswa yang melakukan berulangulang kita akan tetap memanggil orang tua.
Lampiran 6
TRANSKIP WAWANCARA DENGAN SISWA BERMASALAH DI MTs NEGERI 3 JAKARTA
Pelaksanaan Wawancara
Tanggal Jam Tempat Topik Informan
: 29 Agustus 2016 : 08.15 – 08.35 : Depan ruang kelas VIII.5 : Peran Sekolah dalam Menanggulangi Kenakalan Remaja : M.Fatih A.N
A. Proses Wawancara PENELITI :Apakah anda bisa mendeskripsikan bentuk kenakalan apa saja yang pernah anda lakukan disekolah ini? FATIH : Saya sering keluar kelas pada saat jam KBM, pernah mengikuti organisasi ilegal atau resisten kaya gank gitu, dan tidak sopan sama guru. PENELITI : Kalau boleh tau faktor apa saja yang menyebabkan anda melakukan kenakalan disekolah? FATIH : Saya melakukan karena saya bosan dikelas, mengikuti teman dan terkadang saya juga kesal dengan gurunya. PENELITI : Lalu dari pihak sekolah sanksi apa yang pernah diberikan kepada anda? FATIH : Biasanya saya dipanggil ke ruang BK, dan di panggil orang tua ke sekolah. PENELITI : Setelah anda melakukan kenakalan tindak penanggulangan apa yang diberikan sekolah kepada anda? FATIH : Saya dinasehatin, diberikan ceramah dan diberi pembinaan oleh guru BK atau wali kelas
Lampiran 8
TRANSKIP WAWANCARA DENGAN SISWA BERMASALAH DI MTs NEGERI 3 JAKARTA
Pelaksanaan Wawancara
Tanggal Jam Tempat Topik Informan
: 29 Agustus 2016 : 09.05 – 09.20 : Depan ruang kelas VIII.6 : Peran Sekolah dalam Menanggulangi Kenakalan Remaja : Azmy Robbani
A. Proses Wawancara PENELITI :Apakah anda bisa mendeskripsikan bentuk kenakalan apa saja yang pernah anda lakukan disekolah ini sehingga anda pernah dipanggil ke ruang BK? AZMY : Saya pernah gak masuk kelas, meninggalkan kelas pada jam KBM, tidak mengikuti Ekstrakulikuler, telat masuk sekolah, telat masuk kelas, melawan orang tua, memakai seragam yang ketat, dan saya juga pernah berantem sama temen. PENELITI : Kalau boleh tahu apa faktor yang menyebabkan anda melakukan kenakalan seperti itu disekolah? AZMY : Itu karena saya bosan atau males dikelas makanya saya keluar, saya terkadang emosi dan saya suka mengikuti teman. PENELITI : Lalu dari sekolah sanksi apa yang diberikan kepada anda? AZMY : Diberi point pelanggaran dan dipanggil orang tua ke sekolah. PENELITI : Setelah itu penanggulangan apa saja yang diberikan sekolah kepada anda? AZMY : Diberi nasihat, pembinaan dan juga ceramah.
Lampiran 9
TRANSKIP WAWANCARA DENGAN SISWA BERMASALAH DI MTs NEGERI 3 JAKARTA
Pelaksanaan Wawancara
Tanggal Jam Tempat Topik Informan
: 29 Agustus 2016 : 10.50 – 11.20 : Depan ruang kelas IX.1 : Peran Sekolah dalam Menanggulangi Kenakalan Remaja : M. Adenito Fakhriza
A. Proses Wawancara PENELITI :Apakah anda bisa mendeskripsikan bentuk kenakalan apa saja yang pernah anda lakukan disekolah ini? ADENITO : Saya keluar kelas pas jem pelajaran, kadang saya pergi ke kantin padahal belum waktu istirahat, saya juga pernah ikutan tawuran karena ikut-ikutan temen. PENELITI : Kira-kira apa sih yang menyebabkan anda melakukan kenakalan seperti itu disekolah? ADENITO : Kalau keluar di jam pelajaran itu kemauan saya sendiri, tapi waktu tawurn saya ikut ajakan teman. PENELITI : Lalu dari sekolah sanksi apa yang diberikan kepada anda? ADENITO : Diberi point pelanggaran, dipanggil orang tua ke sekolah dan saya pernah di jemur gara-gara saya ikut tawuran itu. PENELITI : Setelah itu penanggulangan apa saja yang diberikan sekolah kepada anda? ADENITO : Sama sih kaya yang lain, di panggil ke ruang BK, di nasehatin dan dikasih pembinaan.
Lampiran 10
PEDOMAN OBSERVASI PERAN SEKOLAH DALAM MENANGGULANGI KENAKALAN REMAJA
Aktifitas/Kejadian
: .................................................................................
Tempat
: .................................................................................
Observee/Subjek
: .................................................................................
Observer/Peneliti
: .................................................................................
Tanggal
: .................................................................................
Waktu
: ..................................................................................
Deskripsi
:
.................................................................................................................... .................................................................................................................... .................................................................................................................... .................................................................................................................... .................................................................................................................... .................................................................................................................... .................................................................................................................... .................................................................................................................... ....................................................................................................................
Lampiran 11
HASIL OBSERVASI PERAN SEKOLAH DALAM MENANGGULANGI KENAKALAN REMAJA
Aktifitas/Kejadian
: Bentuk-bentuk Kenakalan Remaja
Tempat
: MTs Negeri 3 Jakarta
Observee/Subjek
: Siswa/siswi MTs Negeri 3 Jakarta
Observer/Peneliti
: Nenda Muslihah
Tanggal
: 16 Agustus 2016
Waktu
: 10.00 WIB
Deskripsi
:
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti mengenai bentuk-bentuk kenakalan remaja di MTs Negeri 3 Jakarta, dapat dilihat bahwa bentuk-bentuk kenakalan remaja yang terjadi di MTs Negeri 3 Jakarta berupa bullying, terlambat ke sekolah, terlambat masuk kelas, keluar saat jam KBM, tidak sopan pada guru, mengganggu siswa/siswi lain, membuat gaduh di kelas, dan membuang sampah tidak pada tempatnya. Dilihat dari hasil observasi yang dilakukan peneliti tingkat kenakalan remaja di MTs Negeri 3 Jakarta terbilang rendah hal ini bisa dilihat dari kenakalan yang dilakukan siswa masih sebatas kenakalan dalam melakukan pelanggaran terhadap tata tertib dan peraturan sekolah.
Observer
Nenda Muslihah
Lampiran 12
PERATURAN DAN TATA TERTIB MTs NEGERI 3 JAKARTA PASAL 1 KEWAJIBAN-KEWAJIBAN 1. Bersikap, bertindak, dan bertutur kata sopan dan santun, menghormati guru, pegawai madrasah, sesama siswa serta siapapun juga. 2. Menjunjung tinggi dan melaksanakan nilai-nilai Agama, Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945. 3. Mematuhi dan menjunjung tinggi arti dan ketentuan pakaian seragam yang
melambangkan
kehormatan,
kemuliaan,
kesucian
dan
kebersamaan. 4. Ketentuan pakaian seragam adalah: 4.1 Hari Senin a) Putra
: Celana panjang, kemeja lengan pendek warna putih dan rompi
b) Putri
: Rok panjang, kemeja lengan panjang, kerudung warna putih dan rompi
4.2 Hari Selasa a) Putra
: Celana panjang warna biru dongker, kemeja lengan pendek warna putih
b) Putri
: Rok panjang biru dongker, baju kurung warna putih dan kerudung putih.
4.3 Hari Rabu a) Putra
: Celana panjang putih, baju batik
b) Putri
: Rok panjang putih, batik dan kerudung putih
4.4 Hari Kamis Untuk kelas IX a) Putra : Baju krem celana panjang orange b) Putri
: Baju krem rok panjang orange
Untuk kelas VIII a) Putra : Celana panjang coklat tua dan baju krem + dasi
b) Putri
: Rok panjang orange dan baju + kerudung krem
Untuk kelas VII a) Putra : Celana panjang coklat tua dan baju krem + dasi b) Putri
: Rok panjang orange dan baju + kerudung krem
4.5 Hari Jumat a) Putra
: Celana panjang warna putih, baju koko
b) Putri
: Celana panjang warna putih, baju muslimah
4.6 Hari Sabtu Khusus kelas VII, memakai pakaian seragam pramuka untuk latiahan pramuka. 4.7 Hari-hari besar nasional Setiap memperingati hari besar-besar nasional memakai pakaian yang sma dengan poin 4. 4.8 setiap hari-hari belajar siswa diwajibkan memakai ikat pinggang, sepatu hitam dan kaos kaki putih panjang 4.9 Setiap olah raga siswa diwajibkan memakai seragam olah raga. 5. Pakaian dan kerapihan a. Ukuran celana bagian bawah bagi putra tidak boleh kurang dari 20 cm dan tidak boleh lebih dari 22 cm. b. Baju seragam/kemeja harus dimasukkan ke dalam celana (untuk putra) kecuali hari jumat. c. Rambut siswa putra harus pendek dan rapih disemua bagian kepala d. Memakai sepatu warna hitam 6. Ketentuan lain a. Menjaga kebersihan diri, pakaian, alat-alat pelajaran, ruangan halaman madrasah, serta perlengkapan madrasah maupun WC. b. Setiap
kelas
dibawah
mengatur/memelihara
pimpinan kebersihan
ketua
kelas
wajib
masing-masing
dan
mempersiapkan alat-alat yang berhubungan dengan tiap pelajaran c. Setiap siswa/siswi wajib menjaga keamanan dan ketertiban, baik didalam kelas, lingkungan madrasah maupun diluar madrasah d. Setiap akhir semester siswa-siswi harus mengambil buku raport.
7. Kehadiran dan Belajar a. Siswa-siswi harus hadir di madrasah selambat-lambatnya lima menit sebelum bel masuk dibunyikan b. Jam belajar - Senin s.d kamis mulai pukul 06.30 – 14.30 - Jumat mulai pukul 06.30 – 13.00 dilanjutkan dengan kegiatan ektrakulikuler. PASAL 2 BOBOT POINT PELANGGARAN TATA TERTIB PESERT DIDIK MTs NEGERI 3 JAKARTA 1. KETERLAMBATAN 1.1 Terlambat muali dari jam 06.35
3 Point
1.2 Terlambat masuk kelas karena ijin keluar
2 Point
1.3 Terlambat masuk kelas pada pergantian jam pelajaran
2 Point
1.4 Keluar ketika proses belajar mengajar berlangsung dan tidak kembali lagi
5 Point
2. KEHADIRAN 2.1 Siswa tidak masuk tanpa keterangan/ alpa 2.2 Siswa tidak masuk dengan membuat keterangan palsu 2.3 Siswa tidak berada di kelas pada jam pelajaran tanpa izin 2.4 Siswa tidak hadir pada acara PHBI/PHB Nasional Acara peringatan lain yang diselenggarakan sekolah 2.5 Siswa tidak mengikuti ekstrakulikuler tanpa izin
3 Point 5 Point 3 Point 3 Point 3 Point
3. PAKAIAN 3.1 Memakai seragam tidak rapih 3.2 Memakai seragam tidak sesuai 3.3 Tidak memakai bad/lokasi/nama siswa 3.4 Tidak memakai ikat pinggang/ciput/legging 3.5 Ikat pinggang tidak sesuai 3.6 Tidak memakai sepatu selama KBM 3.7 Memakai sepatu yang tidak sesuai 38 Tidak memakai kaos kaki sesuai aturan
2 Point 2 Point 2 Point 2 Point 2 Point 2 Point 2 Point 2 Point
3.9 Memakai kaos dalam selain warna putih 3.10 Tidak memakai seragam olah raga sewaktu jam praktek
2 Point 2 Point
4. KEPRIBADIAN 4.1 Siswa putri berhias atau memakai perhiasan secara berlebihan 4.2 Siswa putra memakai perhiasan 4.3 Bagi siswa putra a) Rambut menutup telinga/kerah baju b) Mencukur rambut tidak sesuai dengan tuntutan 4.4 Rambut di cat warna 4.5 Kuku panjang dan/memakai kutek 4.6 Meninding kuping ditindik
5 Point 5 Point 3 Point 5 Point 5 Point 5 Point 25 Point
5. KETERTIBAN 5.1 Mengotori (mencorat-coret) benda milik madrasah, guru, pegawai, teman atau lingkungan orang lain 5.2 Merusak atau menghilagkan barang milik madrasah
10 Point
Guru atau teman 10 Point 5.3 Pertentangan dengan teman didalam atau diluar kelas 15 Point 5.4 Membuat kegaduhan/keributan dalam kelas ketika Waktu belajar 5 Point 1.5 Membawa benda yang tidak ada kaitannya dengan proses Belajar mengajar tanpa ada izin 1.6 Keluar kelas pada saat belajar/pergantian guru tanpa seizin guru piket/guru kelas sampai meninggalkan beberapa jam pelajaran 5.7 Makan dalam kelas saat belajar 5.8 Membawa rokok 5.9 Menghisap rokok di madrasah 5.10 Membuat gank/kelompok 5.11 Ikut terlibat gank/kelompok 5.12 Mencuri barang milik orang lain 5.13 Membawa Kendaraan
10 point
3 Point 5 Point 20 Point 25 Point 30 Point 20 Point 25 Point 25 Point
2. KEBERSIHAN 6.1 Tidak melaksanakan piket kebersihab kelas 1 kali
2 Point
6.2 Membuang sampah tidak pada tempatnya 1 kali 6.3 Membuang/menyimpan sampah di laci meja belajar
2 Point 5 Point
3. BUKU, MAJALAH ATAU GAMBAR/VIDEO TERLARANG 7.1 Membawa dan memperlihatkan buku, majalah, gambar/video Terlarang 7.2 Memperjual belikan buku, majalah, gambar/video Terlarang
50 Point 75 Point
8. SENJATA 8.1 Membawa senjata tajam tanpa ijin 8.2 Memperjual belikan senjata tajam 8.3 Menggunakan senjata tajam untuk mengancam 8.4 Menggunakan senjata tajam untuk melukai
100 Point 100 Point 100 Point 100 Point
9. OBAT/MINUMAN TERLARANG 9.1 Membawa obat/minuman terlarang 9.2 Menggunakan obat/minuman terlarang di dalam Atau di luar madarasah 9.3 Memperjual belikan obat/minuman terlarang di dalam Atau di luar madrasah
100 Point 100 Point 100 Point
10. PERKELAHIAN 10.1 Melakukan perkelahian sesama siswa MTsN 3 10.2 Melakukan perkelahian dengan siswa sekolah lain
50 Point 100 Point
11. PELANGGARAN TERHADAP KEPALA MADRASAH, GURU DAN PEGAWAI 11.1 Menghina kepala madrasah, guru dan pegawai 11.2 Disertai ancaman 11.3 Disertai pemukulan
50 Point 75 Point 100 Point
12. PERGAULAN BEBAS/PACARAN 12.1 Pacaran, baik di lingkungan madrasah 12.2 Melakukan tindakan asusila Point
25 Point 100
13. IBADAH SHALAT DAN KEPUTRIAN 13.1 Tidak mengikuti shalat zuhur berjamaan di madrasah 10 Point 13.2 Tidak mengikuti shalat jum’at di madrasah (bagi putra) 10 Point 13.3 Meninggalkan shalat dengan keterangan palsu 10 Point 14. APABILA ADA PELANGGARAN YANG SANKSINYA BELUM TERCANTUM DALAM SANKSI TATA TERTIB DI ATAS MAKA SANKSINYA DITENTUKAN OLEH RAPAT GURU. PASAL 3 BOBOT POINT PENGHARGAAN 1. Mengikuti lomba akademik /non akademik tingkat kecamatan, meraih juara; 15 Point 2. Mengikuti lomba akademik /non akademik tingkat kecamatan, tidak meraih juara; 5 Point 3. Mengikuti lomba akademik /non akademik tingkat kota, meraih juara; 20 Point 4. Mengikuti lomba akademik /non akademik tingkat kota, tidak meraih juara; 5 Point 5. Mengikuti lomba akademik /non akademik tingkat Nasional, meraih juara; 30 Point 6. Mengikuti lomba akademik /non akademik tingkat Nasional, tidak meraih juara; 10 Point 7. Mengikuti lomba akademik /non akademik tingkat Internasional, meraih juara; 40 Point 8. Mengikuti lomba akademik /non akademik tingkat Internasional, tidak meraih juara; 20 Point 9. Hadir selama sau bulan tanpa ada keterangan izin apapun; 5 Point 10. Dapat menyelesaikan hapalan tepat waktu; 5 Point 11. Ranking 1-3 paralel; 5 Point PASAL 4
HAK-HAK Setiap siswa/i Madrasah Tsanawiyah Negeri 3 Jakarta Selatan berhak untuk: 1.
Mendapatkan pengajaran/praktek pendidikan dan pelatihan sesuai dengan ketentuan yang berlaku
2.
Mendapat bimbingan dan konseling sesuai dengan kebutuhan dan peraturan yang berlaku
3.
Mengikuti kegiatan ekstrakulikuler wajib sesuai dengan pilihannya antara lain: 1. Pramuka, 2. PMR, 3. KIR dan 4. Paskibra
4.
Mengikuti kegiatan ekstrakulikuler tambahan
5.
Menggunakan sarana prasarana yang ada, seperti ruang belajar, ruang laboratorium, perpustakaan, musholla, alat olah raga, computer dan lainnya sesuai dengan aturan.
6.
Menyampaikan informasi saran dan kritik yang berguna bagi madrasah.
7.
Mendapatkan layanan kesehatan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
PASAL 5 SANKSI Apabila siswa melanggar dari tata tertib di atas, maka dikenakan sanksi berupa: 1. Peringatan berupa teguran dengan lisan 2. Peringatan tertullis dengan memanggil orang tua/wali 3. Memberhentikan sementara/scorsing 4. Dikeluarkan dari madrasah 5. Apabila seorang siswa terbukti melanggar pasal 2 ayat 8, 9, dan 13 maka akan dikeluarkan oleh madrasah 6. Bagi siswa/i yang kedapatan melanggar pasal 2 ayat 4, 5, 18 akan disita dan ditanyakan 7. Bagi siswa yang tidak mengambil raport setiap semester tidak dibenarkan mengikuti pelajaran berikutnya.
PASAL 6 HAL LAIN-LAIN 1. Siswa/siswi diwajibkan infaq setiap hari, dalam rangka latihan berjiwa sosial 2. Siswa/siswi diwajibkan menabung dalam rangka hidup hemat 3. Tiap jumat, siswa diwajibkan sholat jumat di madrasah dan siswi mengikuti keputrian sesuai jadwal 4. Setiap hari siswa/siswi wajib shalat dzuhur dan ashar berjamaah di madrasah 5. Setiap siswa/siswi kelas VII dan VIII wajib mengukuti salah satu kegiatan ekstrakulikuler 6. Setiap siswa/siswi kelas VII boleh mengikuti salah satu kegiatan ekstrakulikuler tambahan yang diinginkan, sesuai dengan pasal 4 ayat 4 PASAL 7 PENUTUP 1. Segala sesuatu yang belum diatur atau tidak diatur dan tercantum dalam tata tertib ini akan diatur kemudian 2. Apabila terdapat kekeliruan dalam tat tertib ini akan diperbaiki sebagaimana mestinya 3. Dengan dikeluarkannya tata tertib ini, maka tata tertib sebelumnya dinyatakan tidak berlaku lagi.
Lampiran 13
DAFTAR PEMBINA, PELATIH DAN JADWAL KEGIATAN PENGEMBANGAN DIRI PERJENJANG KELAS MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI 3 JAKARTA TAHUN PELAJARAN 2016/2017
NO
EKSTRAKURIKULER
PEMBINA DRA.NAJMI ULYA
1
2 3 4 5 6
NO HANDPHONE
PRAMUKA
PMR
FAHRIZAL S.PD
085715345790
AVRADIBAH M.M
085945723075
ZULAEHA, M.M
0818915580
MARAWIS PADUAN SUARA
FARIDA SULISTIATI
081314693893
PUKUL (WIB)
RABU
15.00-17.00
SHOFIY NABILAH (8.5)
KAMIS
15.00-17.00
DHYNAR M (8.6)
SELASA
15.00-17.00
KAMIS
15.00-17.00
SELASA
15.00-17.00
SELASA
15.00-17.00
GERI
JUM'AT
15.00-17.00
SHOFIY NABILAH (8.5) M.AZKIA (8.4) AZKALISHA VENUS AMELIA SUHADA (9.3) M.FAHRIAL (8.7)
SENI
LUKMAN/RIZKI
SENIN
15.00-17.00
EZZA ALAN (8.1)
085715345790
SELASA
15.00-17.00
M.FAHRIAL (8.7)
08567144615
SABTU
08.00-10.00
EZZA ALAN (8.1)
083899234221
IRA NURUL IKA
KIR PMR DAN UKS
NO HANDPHONE
08568302541 087880965536
NADIRA ARI NURIL HUDA FARIDA SULISTIATI
083877378327
081314693893
TARI SAMAN
7
PASKIBRA
8
BASKET
9
FUTSAL
FAHRIZAL
10
KARATE
TEDI ISMANTO
SARTONO
OLAH RAGA
KET. (PENANGGUNG JAWAB OSIS)
JADWAL LATIHAN
PELATIH IMAN
085220083757
PRAMUKA
KIR
BIDANG
11 12 13
ENGLISH CLUB
SAINS CLUB ARABIC CLUB
NENENG DURHAYATI
TILAWAH
081280774886
IT
REZA FARHAN
SOFIUDDIN
081317229635
TILAWAH
16
IT
REZA FARHAN
SYIFA PUTRI PERMATASARI
08161185773
081298182250
15
MATH CLUB
BAHASA
AMRULLOH ELVY SURYA BUANA MUHAMMAD HASBI A DRA.NAJMI ULYA KOMARUDDIN
ELVY SURYA BUANA
ZAHRATUT TA’LIF KOMARUDDIN
14
085813529823
081310192682
SAINS BAHASA MATEMATIKA
085774432100
JUM'AT
13.00-15.00
M.AZKIA (8.4)
087760179169
JUM'AT
13.00-15.00
JUM'AT
13.00-15.00
M.AZKIA (8.4) AMELIA SUHADA (9.3)
SELASA
13.00-15.00
JUM'AT
13.00-15.00
08161185773
SENIN
15.00-17.00
AZKALISHA VENUS HABIEB IHYA (9.5)
081280774886
SABTU
10.00-12.00
DHYNAR M (8.6)
081298182250 085707993287 085220083757
HABIEB IHYA (9.5)
Lampiran 14
JADWAL PENYAMBUTAN SISWA MTS.NEGERI 3 JAKARTA TAHUN PELAJARAN 2015 / 2016
BULAN GANJIL ( JANUARI, MARET, MEI, JULI, SEPTEMBER, NOVEMBER ) Waktu dan Senin Selasa Rabu Lokasi
Gerbang I
Gerbang 2
20/01/2016
Kamis
Jum'at 22/01/2016
18/01/2016 Mohammad Taufik, S.Ag Neneng Durhayati, S.Pd
19/01/2016 Mohammad Taufik, S.Ag Dra. Hj.Jayuni
Dra. Hj. Erlina Yuliati
21/01/2016 Dra. Hj. Hunainah, M. Pd Dra. Hj. Zahratut Ta'lif
Sri Isnaeni, S. Ag.
Joko Retno P, S. Pd
Nurwahhah, MA
Drs. M. Jawahir
Dra. Hj. Ely Rozana
Linda Marlini, M. Pd.
Avrahdiba Fikratania, SE, MM
Zulkarnain, S.Ag
Hj. Fatma Ratni, S.Pd.
Reza Farhan Mulyawan, S.Kom
Andi Rosa, MA
Drs. H. Sohib
Riza Pahlevi, MT
Drs. H. Sohib
Asep Saiful Bahri, S.Ag
Dra. Heppy Afiah
Ety Ummi Fatiyah, S. Ag
Fasikha, SH.I
Drs. H. Sohib
Dra. Hj. Hunainah, M. Pd Dra. Hj. Elvi Surya Buana Dra. Rusniati
Yeti Nurhayati, S.Psi Komaruddin, M.Pd.I
Riza Pahlevi, MT Hj. Herawaty Nur, S. Ag.
Iwan Setiawan, S.Kom Zulaeha, M.Pd
BULAN GENAP ( FEBRUARI, APRIL, JUNI, AGUSTUS, OKTOBER, DESEMBER ) Waktu dan Lokasi
Senin 25/01/2016 Mohammad Taufik, S.Ag
Gerbang I
Ayu Soraya, S. Pd Bambang Sutejo, S. Pd.
Selasa 26/01/2016 Mohammad Taufik, S.Ag Nur Qomariyah, S.Pd.I Dian Nur Ilahi, S.Ag
Rabu
Kamis
Jum'at
27/01/2016
28/01/2016 Dra. Hj. Hunainah, M. Pd Nilam Kurniati A, S. Pd. I Ahmad Fahrizal, S.Pd
29/01/2016
Drs. H. Sohib Latipah, S.Pd Drs. Ali Jufri
Jumanto, M.Pd Drs.H. A.Shafiyuddin M.Tedi Ismanto, S.Kom Aminuddin Zuhri, S.Pd
Andi Rosa, MA Gerbang 2
H. Sartono, S.Pd Ngatini, S.Pd
Catatan
:
Drs. H. Sohib Yayah Sulasiyah, S. Ag Fakih Khairul Fikri, S.Psi
Dra. Hj. Hunainah, M. Pd
Riza Pahlevi, MT
Drs. H. Sohib
Tomy Syafrizal
Dra. Seri Muryatini
Dra. Hj. Farida Sulistiati
Drs. Budiyono, M. Pd
H. Sukimo, M. Pd. I
Dra. Najmi Ulya, M.Pd
Guru yang terjadwal menyambut siswa diharapkan : * Hadir pada pukul 06.15 WIB dan selesai penyambutan pukul 06.35 WIB * Memeriksa kesiapan siswa atau siswi dalam berpakaian dan penampilan
Jakarta, 23 Februari 2016 Mengetahui Kepala MTsN 3 Jakarta
* Mencatat dan memberi teguran pada siswa atau siswi yang dalam berpakaiannya tidak sesuai dengan aturan sekolah
Jumanto, M.Pd NIP.196812061998031002
Lampiran 15
PROGRAM TAHUNAN OSIS MTS.NEGERI 3 JAKARTA TAHUN PELAJARAN 2015/2016 SEMESTER GANJIL NO
1
RINCIAN KEGIATAN
KEGIATAN DIV.KEAGAMAAN HARI RAYA KURBAN (PEMOTONGAN HEWAN QURBAN) BULAN BAHASA PELAKSANAAN SHOLAT DHUHA TAHUN BARU HIJRIYAH 1435 H MAULID NABI MUHAMMAD MONITORING KEGIATAN SHALAT DZUHUR
2
KEGIATAN DIV.HUMAS HARI PROKLAMASI KEMERDEKAAN RI MONITORING KEHADIRAN SISWA KEGIATAN HARI SUMPAH PEMUDA HARI GURU HARI PAHLAWAN 10 NOVEMBER
JULI
AGUSTUS
ALOKASI WAKTU SEPTEMBER OKTOBER NOVEMBER DESEMBER
KET.
3
KEGIATAN DIV.POTENSI HARI PRAMUKA INDONESIA KEGIATAN MPLM / MOPDB SISWA BARU KEGIATAN LDKS KEGIATAN LDKO PEMILIHAN ANGGOTA OSIS DAN MPK SERTIJAB OSIS MONITORING KEGIATAN EKSTRA KURIKULER PENTAS SENI 7 PENTAS SENI 8 PENTAS SENI 9
PROGRAM TAHUNAN OSIS MTS.NEGERI 3 JAKARTA TAHUN PELAJARAN 2015/2016 SEMESTER GENAP NO
1
RINCIAN KEGIATAN
KEGIATAN DIV.KEAGAMAAN ISRA MI'RAJ NABI MUHAMMAD SAW 1436 H MONITORING KEGIATAN SHALAT DZUHUR
JANUARI FEBRUARI
ALOKASI WAKTU MARET APRIL
MEI
JUNI
KET.
2
KEGIATAN DIV.HUMAS HARI KARTINI MONITORING KEHADIRAN SISWA HARI PENDIDIKAN NASIONAL (HARDIKNAS) HARI KEBANGKITAN NASIONAL HARI LAHIRNYA PANCASILA
3
KEGIATAN DIV.POTENSI MONITORING KEGIATAN EKSTRA KURIKULER PELEPASAN KELAS 9 PENTAS SENI 7 PENTAS SENI 8 PENTAS SENI 9
Lampiran 16
CATATAN KEJADIAN SISWA KELAS 8 MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI 3 JAKARTA TAHUN PELAJARAN 2016/2017
AZMY ROBBANI 8.6 1. Keluar kelas dalam pelajaran 2. Mengajak teman untuk nongkrong disalah satu warung 3. Tidak memakai sepatu ketika jam pembelajaran 4. Pakaian jarang dirapihkan ketika selesai jam istirahat 5. Emosi yang kurang stabil ketika menghadapi masalah 6. Tidak mengakui ketika melakukan kesalahan dan melemparkan hal tersebut ke orang lain
MUHAMMAD FATIH AHSYAN NAUFAL HARDJUNI 8.8 1. Membuat kurang kondusif keadaan kelas ketika pembelajaran 2. Keluar kelas ketika jam pembelajaran 3. Tidak memaki sepatu ketika KBM 4. Bertindak kasar dengan teman perempuan 5. Pakaian jarang dirapihkan ketika jam pembelajaran 6. Berbicara dengan nada tinggi
Lampiran 17
Dokumentasi Penelelitian
Wawancara dengan Ibu H. Hunainah Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan MTs Negeri 3 Jakarta
Wawancara dengan Guru BK Kelas VIII MTs Negeri 3 Jakarta
Wawancara dengan Guru BK Kelas VII MTs Negeri 3 Jakarta
Bapak Faqih Khairil Fikri
Ibu Latifah
(Guru BK Kelas VII)
(Guru BK Kelas VIII)
Azmy Robbani
M. Fatih
(Siswa Kelas VIII.6)
(Siswa Kelas VIII.8)
M. Adenito F (Siswa Kelas X.I)
Lampiran 18
TRANSKIP WAWANCARA DENGAN KEPALA MADRASAH MTs NEGERI 3 JAKARTA Pelaksanaan Wawancara
Tanggal Jam Tempat Topik Informan
: 05 Desember 2016 : 13.25 – 13.40 : Depan Ruang Kelas IX.3 : Peran Sekolah dalam Menanggulangi Kenakalan Remaja : Bapak Riza Fahlevi, MT.
A. Proses Wawancara PENELITI : Menurut Bapak, selama mengajar di MTsN 3 Jakarta bentuk-bentuk kenakalan remaja yang ada di sekolah ini apa saja ya pak? PAK RIZA : Untuk kenakalan paling membuat geng-geng diluar dari sekolah , terus apalagi ya. Ya paling yang kita pahami seperti itu. PENELITI : Lalu menurut bapak faktor-faktor apa saja pak yang menyebabkan siswa melakukan kenakalan seperti itu? PAK RIZA : Yang sudah pasti itu adalah faktor lingkungan, jadi ibaratnya lagi trend nya lah, eksistensi agar di akui oleh teman-temannya, itu aja sih sebenarnya. PENELITI : Lalu tindakan apa saja yang dilakukan sekolah untuk mencegah kenakalan remaja di MTs Negeri 3 Jakarta? PAK RIZA : Pertama mengaktifkan semua kegiatan baik ekstra maupun intra, kedua memaksimalkan kreatifitas mereka dengan beberapa program yang direncanakan sekolah, misalnya kayak satgas (Satuan Tugas), Nets CUP, Pensi (Pentas Seni) itu kita maksimalkan agar potensi anak tersalur disitu itu yang kita lakukan selain kita memacu pada aturan-aturan sekolah. PENELITI : Lalu untuk pertanyaan selanjutnya pemberian sanksi yang dilakukan sekolah untuk mengatasi kenakalan itu bagaimana ya pak? PAK RIZA : Kalau sanksi pertama berupa teguran, pemberian point sampai pemanggila orang tua. PENELITI : Lalu upaya untuk penanggulangannya seperti apa ya pak jika ada siswa yang melakukan kenakalan? PAK RIZA : Kami pertama memproteksi dengan pemantauan baik kegiatan di dalam maupun diluar. Itu yang pasti, kalau
PENELITI PAK RIZA
PENELITI PAK RIZA
kegiatan yang dalam kita memaksimalkan kegiatan eskul itu, kita memantau, memperhatikan dan kita melakukan pemantauan dari angket-angket yang ada. Yang kedua memupuk komunikasi orang tua dengan sekolah atau wali murid supaya kita dapat mengetahui perkembangan anak, jadi seperti itu. : Untuk pertanyaan terakhir pak apakah kendala yang dialami sekolah dalam menanggulangi kenakalan remaja? : Kalau kendala mah banyak, sebenernya sebuah sistem itu harus didukung oleh semua aktifitas akademik dari MTsN 3 tanpa ada dukungan dari setiap elemen maka kita sulit menjalankan setiap sistem secara maksimal. : Berarti secara tidak langsung kurangnya dukungan dari pihak sekolah? : Betul, tapi kalau dibilang kurang ada dukungan itu aga sedikit gimana ya, masih sedikit sekali support yang kita dapatkan apalagi dalam kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan kedisiplinan ataupun penegakan aturan yang ada di sekolah, itu yang kita rasakan saat ini. Kalau kita bicara sistem memang tidak ada yang sempurna tapi minimal dengan bantuan dan dukungan yang ada di MTs 3 Insha Allah.
Lampiran 19
TRANSKIP WAWANCARA DENGAN KEPALA MADRASAH MTs NEGERI 3 JAKARTA Pelaksanaan Wawancara
Tanggal Jam Tempat Topik Informan
: 05 Desember 2016 : 12.40 – 12.48 : Pos Satpam MTs Negeri 3 Jakarta : Peran Sekolah dalam Menanggulangi Kenakalan Remaja : Bapak Muhammad Rizal
A. Proses Wawancara PENELITI : Sebelumnya saya ingin bertanya kepada bapak mengenai kenakalan remaja di sekolah ini, menurut bapak sebagai keamanan disini bentuk kenakalan apa saja ya pak yang ada di MTsN 3 Jakarta? PAK RIZAL : Ya biasalah anak sekolah gitu kenakalan biasa aja, seperti melanggar peraturan aja, kalau sampai tawuran sih Alhamdulilah engga. PENELITI : Kalau telat bagaimana pak? PAK RIZAL : Kalau telat sih setiap hari juga ada, cuma biasanya ada di gerbang utama. PENELITI : Lalu sebagai satpam tindakan pencegahan atau preventif yang dilakukan bapak sebagai keamana di MTs Negeri 3 Jakarta? PAK RIZAL : Kan biasanya kalau telat dikasih peringatan dikasih point, dan kalau 3x telat nanti pemanggilan orang tua sebagai efek jera dia. PENELITI : Selain itu, memperketat keamanan atau penjagaan termasuk gak pak? PAK RIZAL : Iya, nanti digerbang belakang Cuma di buka sampai jam 06.35 setelah lewat jam itu masuk gerbang utama jika ada yang telat nanti di catat dan dilaporkan kepada guru piket. PENELITI : menurut bapak sebagai keamanan disini, kendala apa saja pak yang di alami. PAK RIZAL : Kendala pasti ada, tapi gak terlalu, misalkan kalau pagi kayak macet nanti ada siswa yang telat disuruh masuk lewat gerbang utama tapi siswa nya maksa masuk lewat gerbang belakang jadi kayak yang susah di atur.
Lampiran 20
TRANSKIP WAWANCARA DENGAN KEPALA MADRASAH MTs NEGERI 3 JAKARTA Pelaksanaan Wawancara
Tanggal Jam Tempat Topik Informan
: 05 Desember 2016 : 12.32 – 12.40 : Depan Ruang Kelas VII.7 : Peran Sekolah dalam Menanggulangi Kenakalan Remaja : Bapak Andri
A. Proses Wawancara PENELITI : Untuk pertanyaan pertama menurut Bapak sebagai OB disini di s MTsN 3 Jakarta bentuk-bentuk kenakalan remaja yang ada di sekolah ini apa saja ya pak? PAK ANDRI : Ya paling buang sampah sembarangan, itu aja sih kalau menyangku kebersihan. PENELITI : Lalu kira-kira bapak sebagai OB tindakan pencegahan agar siswa tidak melakukan kenakalan atau tidak membuang sampah sembarangan itu seperti apa ya pak? PAK ANDRI : Ada, itu kita selalu mengontrol kebersihan setiap jam istirahat atau di jam-jam tertentu. PENELITI : Lalu misalkan ada siswa yang melakukan pelanggaran atau melakukan kenakalan tindakan apa saja yang dilakukan bapak atau sekolah? PAK ANDRI : Paling di tegur. PENELITI : Untuk pertanyaan terakhir pak apakah kendala yang dialami bapak sebagai OB dalam menanggulangi kenakalan disekolah khususnya dalam kebersihan? PAK ANDRI : Alhamdulilah gak ada sih tidak terlalu menonjol.
BIODATA
Nenda Muslihah, Lahir Karawang 19 Oktober 1994. Lahir dari pasangan Bapak Mahdi Fahrudin dan Ibu Hayati sebagai anak kedua dari 3 bersaudara. Bertenpat tinggal di dusun Rangdu desa rangsu mulya RT/RW 004/011, Kecamatan Pedes, Kabupaten Karawang, Provinsi Jawa Barat Penulis menempuh pendidikan di TK Nurul Hidayah Bekasi, SDN Rangdumulya 1, MTs Darul Huda Pedes, SMA Negeri 3 Karawang, dan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Syarif Hidayatullah Jakarta. Selama kuliah penulis pernah aktif di Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Federasi Olahraga (FORSA) bidang bulutangkis. Dengan ketekunan, motivasi tinggi untuk terus belajar dan berusaha, penulis teah berhasil menyelesaikan pengerjaan skripsi ini. Semoga dengan penulisan tugas akhir skripsi ini mampu memberikan kontribusi positif bagi dunia pendidikan.