PERAN PANCASILA TERHADAP NARKOBA STMIK AMIKOM YOGYAKARTA
DIsusun untuk memenuhi salah satu syarat mata kuliah Pendidikan pancasila Oleh : Yudha Ari Himawan 11.11.5041 Kelompok D S1 Teknik Informatika STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2011/2012 I
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr, wb
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. Semoga rahmat dan keselamatan dilimpahkan kepada Rasulullah SAW, beserta para sahabat dan umatnya.
Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas dari dosen yang telah diberikan kepada mahasiswa, penulis telah berusaha semaksimal mungkin sesuai kemampuan untuk menyelesaikan penyusunan makalah ini, namun penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna, maka dari itu kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak, akan penulis terima dengan senang hati. Semoga para pembaca bertambah pengalamannya dan pengetahuannya.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan penulis pada khususnya, semoga segala amal usaha kita mendapatkan ridha dari Allah Ta’ala, Amiin. Wassalamu’alaikum wr, wb
Penulis II
ABSTRAK
Masalah narkoba sudah merupakan masalah nasional, karena masalah narkoba sudah ada dimana-mana. Sepertinya tidak ada lagi wilayah kelurahan atau desa di Republik ini yang steril dari narkoba. Narkoba sudah ada disekeliling kita. Narkoba sudah ada di lingkungan tempat tinggal kita.
Setiap hari informasi penangkapan/penggerebekan bandar narkoba dan pemakai oleh aparat kepolisian di wilayah republik ini dilaporkan oleh media massa dan media elektronik. Begitu pula penyelundupan narkoba dari luar negeri dapat dibongkar oleh aparat Bea Cukai dan Kepolisian. Namun sepertinya masalah ini tidak ada habis-habisnya. Para pemakai/pengguna rasanya tidak pernah berkurang jumlahnya seperti yang diungkapkan oleh media massa dan elektronik.
Upaya pencegahan rehabilitasi dan represif sudah dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat. Namun sepertinya upaya ini kalah cepat dengan perkembangan peredaran narkoba dan jumlah pemakainya. Senua ini menyebabkan mudahnya terjadi tindakan kerawanan – kerawanan pada budaya kita yang berfalsafah, Idiologi Pancasila dan UUD Tahun 1945, Karena kurang siapnya kita dalam pendidikan, moral, agama, dan belum tertanamnya nila-nilai luhur pancasila maka terjadi Pergeseran budaya luhur ke budaya barat yang negative.
III
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ I KATA PENGANTAR .................................................................................... II ABSTRAK ................................................................................................... III DAFTAR ISI ............................................................................................... IV BAB I 1.1 Latar Belakang Masalah ..................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah .............................................................................. 3 BAB II 2.1 Pendekatan Histori .............................................................................. 4 2.2 Pembahasan ...................................................................................... 7 BAB III 3.1 Kesimpulan ...................................................................................... 12 3.2 Saran ................................................................................................ 12
IV
BAB I
LATAR BELAKANG
Sebagaimana kita ketahui bersama sejak merebaknya penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba di Indonesia berbagai komponen bangsa, mulai dari unsur pemerintah, praktisi, kalangan intelektual dan kelompok-kelompok masyarakat lainnya telah berupaya semaksimal mungkin untuk mencegah dan menanggulangi bahaya penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba, dengan melakukan berbagai upaya seperti pembaharuan Undang–undang Narkotika No. 9 tahun 1976 yang sudah dianggap tidak berjalan lagi menjadi Undang-undang No. 22 tahun 1997 tentang Narkotika, dan mengeluarkan Undang-undang No. 5 tahun 1997 tentang Psikotropika, ikut serta dalam berbagai pertemuan-pertemuan Internasional yang berkaitan dengan pemberantasan peredaran gelap Narkoba seperti pengesahan Konvensi PBB tahun 1998 tentang Pemberantasan Peredaran Gelap Narkotika dan Psikotropika dengan Undang-undang No. 7 tahun 1997. Selain itu peran serta masyarakat akan bahaya penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika dan psikotropika juga cukup menggembirakan, di mana kita ketahui saat ini telah terbentuk secara sukarela berbagai LSM, Ormas dan Yayasan-yayasan, dan sebagainya. Yang ikut melakukan kegiatan dalam bentuk rehabilitasi terhadap penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba, namun peredaran dan penyalahgunaan narkoba tetap saja bergelimang di tengah-tengah masyarakat di negeri ini. Penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba di Indonesia semakin meningkat dan sulit diberantas secara tuntas disebabkan oleh berbagai perkembangan fenomena yang ada pada saat ini, seiring dengan 1
perkembangan fenomena yang ada pada saat ini, seiring dengan perkembangan global teknologi kejahatan transnasional yang dimensi keorganisasiannya semakin canggih dan motifnya yang bersifat multi dimensional, baik bersifat ekonomi maupun bersifat politik. Dari sisi ekonomi, bisnis narkotika dan psikotropika ini sangat menggiurkan karena dapat menghasilkan keuntungan yang berlipat ganda di mana menurut data yang ada perputaran uang setiap hari mencapai milyaran rupiah, sedangkan dari sisi politik, bisnis ini kemungkinan sengaja dikembangkan oleh suatu kelompok/negara yang mempunyai tujuan tertentu menghancurkan generasi bangsa. Dalam hal ini peran pancasila sangatlah penting tapi sayangnya Pancasila pada zaman sekarang hanya dijadikan sebagai bahan hafalan saja dikalangan pelajar dan masyarakat, tanpa mengetahui apa makna yang terkandung dan bagaimana perjuangan pahlawan-pahlawan untuk mencapainya untuk membangun bangsa ini. Tebukti pada terjadinya penyimpangan – penyimpangan yang dilakukan oleh beberapa penjabat Negara, dengan ditemukannya korupsi – korupsi di segala bidang yang sangat merugikan bangsa ini, para remaja yang melakukan penyimpangan, seperti narkoba, sex diluar nikah, gangster yang semata – mata mereka melakukan itu hanya untuk eksistensi mereka agar dianggap, dan beberapa diantara mereka yang melakukan penyimpangan tersebut malah merasa bangga atas penyimpangan yang telah dilakukan. Padahal remaja adalah generasi masa depan bangsa, dimana remaja itu adalah calon pemimpin dimasa yang akan datang. Oleh sebab itu penanaman nilai – nilai luhur Pancasila dan semangat Pancasila harus dilakukan di lingkungan remaja agar bisa memotivasi remaja untuk berfikir positif dan lebih arif dalam bertindak.
2
RUMUSAN MASALAH
1. Identifikasi Masalah Pancasila pada jaman sekarang hanya dijadikan sebagai
-
bahan hafalan saja di kalangan pelajar dan masyarakat, tanpa mengetahui apa makna yang terkandung di dalamnya. Banyaknya penyimpangan – penyimpangan yang dilakukan
-
remaja pada saat ini karena minimnya informasi tuntunan yang memotivasi remaja untuk berprilaku dan berfikiran positif. 2. Fokus Masalah Dalam penelitian ini permasalahan lebih difokuskan pada bagaimana memotivasi remaja untuk menjadikan nilai – nilai perjuangan Pancasila sebagai pemikiran yang positif, yang menuntun mereka kepada perilaku yang lebih baik dengan semangat Pancasila. 3. Tujuan Perancangan -
Memotivasi remaja dengan semangat Pancasila, didorong untuk memandang Pancasila berdasarkan makna yang terkandung didalam Pancasila tersebut.
-
Memberikan masukan yang positif kepada remaja didalam perilaku dan pemikiran remaja
3
BAB II PENDEKATAN HISTORI Penyalahgunaan “NARKOBA” pada saat ini telah mencapai situasi yang menghawatirkan baik nasional maupun internasional. Korban penyalahgunaan narkotika dan psikotropika di Indonesia akhir-akhir ini cenderung semakin meningkat dan mencakup tidak hanya terbatas pada kelompok masyarakat yang mampu, tetapi juga telah merambah di kalangan masyarakat yang kurang mampu baik di kota maupun di pedesaan. Maraknya penyimpangan perilaku generasi muda tersebut, dapat membahayakan keberlangsungan hidup bangsa ini di kemudian hari. Karena pemuda sebagai generasi yang diharapkan menjadi penerus bangsa, semakin hari semakin rapuh digerogoti zat-zat adiktif penghancur syaraf. Sehingga pemuda tersebut tidak dapat berpikir jernih. Akibatnya, generasi harapan bangsa yang tangguh dan cerdas hanya akan tinggal kenangan.Sasaran dari penyebaran narkoba ini adalah kaum muda atau remaja. Kalau dirata-ratakan, usia sasaran narkoba ini adalah usia pelajar, yaitu berkisar umur 11 sampai 24 tahun. Hal tersebut mengindikasikan bahwa bahaya narkoba sewaktu-waktu dapat mengincar anak didik kita kapan saja. Narkoba adalah singkatan dari narkotika dan obat-obatan terlarang. Sementara nafza merupakan singkatan dari narkotika, alkohol, dan zat adiktif lainnya (obat-obat terlarang, berbahaya yang mengakibatkan seseorang mempunyai ketergantungan terhadap obat-obat tersebut). Kedua istilah tersebut sering digunakan untuk istilah yang sama, meskipun istilah nafza lebih luas lingkupnya. Narkotika berasal dari tiga jenis tanaman, yaitu candu, ganja, dan koka. Ketergantungan obat dapat diartikan sebagai keadaan yang mendorong seseorang untuk mengonsumsi obat-obat terlarang secara berulang-ulang atau berkesinambungan. Narkotika dan Psikotropika merupakan obat yang dibutuhkan dalam pelayanan kesehatan, sehingga ketersediaannya perlu dijamin. Namun apabila narkotika dan psikotropika tersebut disalahgunakan dapat mengakibatkan ketergantungan yang mengakibatkan gangguan fisik, mental, sosial, keamanan dan ketertiban masyarakat yang pada akhirnya mengganggu Ketahanan Nasional.
4
Penyalahgunaan narkotika dan psikotropika merupakan suatu pola penggunaan yang bersifat patalogik, berlangsung dalam jangka waktu tertentu dan menimbulkan disfungsi sosial dan okupasional, sifat bahan yang seringkali disalahgunakan tersebut mempunyai pengaruh terhadap system syaraf pusat, sehingga disebut zat psikotropika atau psikoaktif. Banyak hal/cara sebagai sarana yang memudahkan terjadinya peredaran gelap dan penyalahgunaan narkotika dan psikotropika, berdasarkan data yang ada pada Mabes Polri bahwa perkara narkoba setiap tahun terus bertambah. Dampak penyalahgunaan narkoba pada seseorang sangat tergantung pada jenis narkoba yang dipakai, kepribadian pemakai dan situasi atau kondisi pemakai. Secara umum, dampak kecanduan narkoba dapat terlihat pada fisik, psikis maupun sosial seseorang.
Dampak Fisik : 1. Gangguan pada system syaraf seperti: kejang-kejang, halusinasi, gangguan kesadaran, kerusakan syaraf. 2. Gangguan pada jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler) seperti: infeksi akut otot jantung, gangguan peredaran darah. 3. Gangguan pada kulit seperti: penanahan, alergi, eksim. 4. Gangguan pada paru-paru seperti: penekanan fungsi pernapasan, kesukaran bernafas, pengerasan jaringan paru-paru. 5. Sering sakit kepala, mual-mual dan muntah, murus-murus, suhu tubuh meningkat, pengecilan hati dan sulit tidur. 6. Dampak terhadap kesehatan reproduksi adalah gangguan padaendokrin, seperti: penurunan fungsi hormon reproduksi, serta gangguan fungsi seksual. 7. Dampak terhadap kesehatan reproduksi pada remaja perempuan antara lain perubahan periode menstruasi, ketidakteraturan menstruasi, dan amenorhoe (tidak haid). 8. Bagi pengguna narkoba melalui jarum suntik, khususnya pemakaian jarum suntik secara bergantian, risikonya adalah tertular penyakit seperti hepatitis B, C, dan HIV yang hingga saat ini belum ada obatnya. 9. Penyalahgunaan narkoba bisa berakibat fatal ketika terjadi Over Dosis yaitu konsumsi narkoba melebihi kemampuan tubuh untuk menerimanya. Over dosis bisa menyebabkan kematian.
5
Dampak Psikis: 1. Lamban kerja, ceroboh kerja, sering tegang dan gelisah 2. Hilang kepercayaan diri, apatis, pengkhayal, penuh curiga 3. Agitatif, menjadi ganas dan tingkah laku yang brutal 4. Sulit berkonsentrasi, perasaan kesal dan tertekan 5. Cenderung menyakiti diri, perasaan tidak aman, bahkan bunuh diri. Dampak Sosial: 1. Gangguan mental, anti-sosial dan asusila, dikucilkan oleh lingkungan 2. Merepotkan dan menjadi beban keluarga 3. Pendidikan menjadi terganggu, masa depan suram. Dampak fisik, psikis dan sosial berhubungan erat. Ketergantungan fisik akan mengakibatkan rasa sakit yang luar biasa (sakaw) bila terjadi putus obat (tidak mengkonsumsi obat pada waktunya) dan dorongan psikologis berupa keinginan sangat kuat untuk mengkonsumsi. Gejata fisik dan psikologis ini juga berkaitan dengan gejala sosial seperti dorongan untuk membohongi orang tua, mencuri, pemarah, manipulatif, dll.
6
PEMBAHAS
Masalah narkoba tidak bisa lepas dari hukum, banyak sekali masalah narkoba di negeri ini, kurangnya nilai-nilai luhur pancasila, agama dan moral ini yang menyebabkan kerusakan pada diri. Peranan pancasila dalam hal ini sangat dibutuhkan dalam memberatas narkoba. Pancasila berfungsi sebagai dasar Negara Indonesia, dalam sila pertama yang berbunyi Ketuhanan Yang Maha Esa tersebut berpengaruh pada perkembangan bangsa Indonesia, karena sila tersebut mempunyai fungsi yang sangat peka dan menjadi nilai kerohanian, mungkin apabila rakyak Indonesia khususnya pengguna narkoba tahu akan makna sila tersebut mungkin masalah narkoba dinegara ini jarang terjadi, karna mereka telah didasari yang sangat mendasar. Dalam sila ke 5 juga berpengaruh pada masalah ini, kenapa? Karna bannarkoba tahu akan makna sila tersebut mungkin masalah narkoba dinegara ini jarang terjadi, karna mereka telah didasari yang sangat mendasar. Dalam sila ke 5 juga berpengaruh pada masalah ini, kenapa? Karna banyak pengguna narkoba dengan kasus ketidakadilan, Padahal tujuan pancasila ada pada sila ke 5, yaitu Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.
AKAR MASALAH
Melihat bahaya narkoba dan peredarannya yang begitu meluas, kita harus mengkaji akar masalahnya dan mencari sebuah solusi yang benarbenar mampu menghadang narkoba dan memberantasnya. Sebenarnya, pemerintah sudah menempuh beberapa cara untuk menghadang peredaran narkoba. Berbagai penyuluhan dilakukan. Kampanye anti-narkoba digalakkan. Operasi-operasi narkoba di tempattempat hiburan ditingkatkan. Tetapi, upaya itu hingga kini belum membuahkan hasil yang memuaskan. Narkoba masih terus bergentayangan mendapatkan mangsa-mangsa baru. Karena itu harus dicari penyebab yang menjadi akar masalahnya. Setidaknya ada tiga
7
faktor penting, mengapa hingga kini narkoba masih tetap eksis dan menunjukkan gejala terus meningkat. Tiga faktor tersebut adalah: 1.
Merebaknya Gaya Hidup Materialisme. Merebaknya narkoba di
tengah-tengah kehidupan saat ini tidak bisa dilepaskan pengaruh globalisasi hidup materialistis yang dibawa oleh propaganda sistem Kapitalisme-Sekularisme. Terlebih setelah bermunculan berbagai media (baik TV, majalah, tabloig, atau koran), terus menerus mengekspose gaya hidup materialisme. Iklan-iklan dan sinetron glamour, tayangan lagu, berbagai cerita di balik kehidupan para artis yang ditayangkan televisi, memiliki andil cukup besar dalam mempengaruhi gaya hidup masyarakat Indonesia menuju pada kehidupan materialistis. Tanpa sadar, mereka beranggapan bahwa kebahagiaan dan harga diri seseorang diukur dengan materi apa dan berapa yang dimilikinya Bagi mereka yang memiliki cukup uang, mereka akan membelanjakan uangnya untuk sesuatu yang mereka anggap dapat membuat dirinya bahagia. Jika makanan, pakaian, rumah, mobil, dan kebutuhan lainnya tidak lagi menjadi masalah, mereka pun ingin terus merasakan benda-benda lainnya yang bisa membuatanya bahagia. Jika narkoba dianggap bisa memenuhi keinginannya, maka tak segan-segan akan mencicipi dan menikmati narkoba. Materialisme pula yang membuat para aparat penegak hukum –dari polisi, jaksa, sampai hakimnya– bisa disuap oleh para pengguna, pengedar, dan produsen narkoba. Sehingga, para pelaku kejahatan tersebut bisa tetap berkeliaran setelah ditahan beberapa hari di kantor polisi, atau melenggang setelah mendapatkan hukuman yang cukup ringan. 2.
Rendahnya Pengawasan Masyarakat. Salah satu ciri menonjol
masyarakat sekuleris-kapitalis adalah longgarnya kebebasan individu. Dalam HAM (Hak Asasi Manusia), setiap individu memiliki kebebasan. Kebebasan itu hanya dibatasi oleh kebebasan orang lain. Bila tidak melanggar kebebasan orang lain, maka perbuatan itu tidak dianggap sebagai sebuah kejahatan. Sebuah perzinaan, misalnya, bisa digolongkan tindakan kriminal, manakala ada salah satu pihak merasa terpkasa (yang lazim disebut pemerkosaan). Tetapi, bila perbuatan itu didasarkan perasaan suka sama suka antara kedua belah pihak, maka itu tidak termasuk sebuah tindakan kriminal. Sehingga, keduanya tidak bisa diajukan ke pengadilan. Konsep seperti ini, tanpa disadari akan melahirkan pola kehidupan yang individualis, tidak peka terhadap lingkungan sekitar, 8
dan cenderung permisif terhadap berbagai kemaksiatan. Masing-masing orang berpikir: Yang penting hal itu tidak menimpa saya! Dalam masyarakat seperti ini pecandu obat akan merajalela, walau negara melarangnya. Di samping keimanan kepada Allah SWT rendah bahkan tidak ada, masing-masing individu tidak mempedulikan nasib orang lain. 3.
Hukuman yang Ringan. Banyak yang menilai hukuman yang diberikan
kepada para pemakai dan pengedar narkoba di Indonesia ini terlampau ringan. Itu pun yang dibawa ke pengadilan hanya para pemakainya atau pengedar kecil. Sedangkan Bede (bandar gede/besar) atau bahkan produsennya belum ada yang diseret ke pengadilan. Kalau dibawa ke pengadilan, tidak mendapatkan hukuman yang menjerakan. Kasus Roy Marten menjadi salah satu bukti. Penjara ternyata tidak membuat dia jera. Di penjara justeru bertemu dan berguru dengan pengedar dan bandar narkoba.
MEMBERANTAS NARKOBA
Setelah mengetahui akar persoalannya, maka dengan jelas terlihat bahwa merebaknya narkoba merupakan akibat yang lahir karena tatanan masyarakat tidak didasarkan pada Islam. Ideologi Kapitalime-Sekularisme, yang membuat masyarakat ini menjadi bobrok moralitasnya. Hanya Islam yang secara historis dan empiris terbukti bisa membasmi narkoba sampai ke akarnya. Dalam memberantas narkoba –dan dalam menerapkan seluruh hukumnya– Islam memperhatikan tiga, faktor, yaitu : faktor individu, faktor pengawasan masyarakat, dan faktor negara. Karenanya, langkah yang dilakukan untuk memberantas narkoba adalah: 1. Menumbuhkan Ketakwaan Anggota Masyarakat. Perbuatan manusia sangat ditentukan oleh prinsip-prinsip kehidupan yang diyakininya. Keyakinan tentang keberadaan Allah SWT, bahwa Allah SWT satusatunya dzat yang menciptakan dunia dan isinya termasuk dirinya, bahwa Allah senantiasa menyaksikan setiap perbuatan yang dikerjakan manusia, bahwa Allah SWT telah menurunkan aturan-aturan kehidupan berupa dienul Islam, disertai pula keyakinan bahwa pada hari kiamat manusia seluruh amal perbuatannya dihisab. Seorang muslim yang akan memiliki keyakinan teguh terhadap aqidah Islam akan menghasilkan sebuah pola 9
perilaku yang senantiasa menjadikan Islam sebagai standar dan parameter perbuatannya. Semakin kuat aqidahnya, semakin kokoh prinsip itu dipegangnya, maka semakin tangguh pula kepribadiannya. Jika seseorang sudah memiliki kepribadian Islamiy yang tangguh, maka ia tidak terpengaruh oleh lingkungannya, seburuk apa pun lingkungan tersebut. Bahkan, ia justru akan berupaya mengubah lingkungan buruk tersebut. Jika pandangan materialistis yang sekarang berkembang menjadikan materi sebagai ukuran kebahagiaan, seorang muslim yang bertaqwa memandang bahwa tercapainya kebahagian adalah ketika ia mengikuti hukum-hukum Allah SWT. Ketakwaan itu tidak hanya pada rakyat. Para penegak hukum juga harus memiliki ketakwaan. Jika tidak mereka akan mudah disuap dengan lembaran-lembaran uang. 2. Pengawasan Masyarakat. Masyarakat yang saling ma sa bodoh ada lah masyarakat yang mudah terjangkit wabah nar koba. Salah satu ciri sebuah sistem yang sehat dalam kaitannya dengan narkoba (dan berbagai kriminalitas lainnya) adalah minimnya rangsangan untuk melakukan kejahatan. Acara-acara TV yang bisa mempengaruhi pola kehidupan menuju pola hidup materialistis, konsumeris, hedonis, sekularis, dan polapola yang membahayakan aqidah umat harus dilarang. Kita tidak boleh mendiamkan sebuah kemungkaran terjadi di tengah-tengah kehidupan masyarakat. 3. Tindakan Tegas Negara. Negara harus melakukan tindakan riil untuk memberantas peredaran narkoba. Dalam kasus narkoba ini negara harus membongkar semua jaringan dan sindikat pengedar narkotika termasuk kemungkinan konspirasi internasional merusak para pemuda dan mengancam pengguna, pengedar dan bandar dengan hukuman yang sangat berat. Hakim-hakim harus bersikap tegas dalam menghukum siapa saja aktor di balik peredaran narkoba, jangan sekali-kali tergoda suap. Abdurrahaman Al Maliki (nidzomul uquubat hal. 189) menyatakan bahwa setiap orang yang menggunakan narkoba, dikelompokkan sebagai perbuatan kriminal, dan sanksi yang diberikan negara bisa berupa jilid (cambuk) atau penjara hingga lima belas tahun, dan denda yang ukurannya diserahkan kepada qadli. Masalah narkoba tidak mungkin dapat diatasi secara tuntas kecuali jika menggunakan metode pendekatan yang benar dalam memberantas barang jahanam itu. Mencermati apa yang terjadi di negara-negara Barat sehubungan masalah narkoba, me nunjukkan bahwa mereka tak kunjung 10
mampu mengatasi barang haram ini. Dan memang mustahil mereka bisa secara tuntas menanggulangi narkoba. Ideologi Demokrasi-Sekuler yang mereka anut itulah yang menyebabkan kemustahilannya. Dan apabila negeri muslim seperti Indonesia masih terus membebek cara-cara hidup mereka, termasuk dalam mengatasi problem narkoba, sudah pasti ujungnya adalah kehancuran masyarakat, bangsa dan negara. Jika demikian, kenapa tidak kembali kepada Islam?
11
Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas dapat penulis simpulkan bahwa narkoba (narkotika dan obat-obatan terlarang) telah melanda di lingkungan sekeliling kita. Jumlah pemakainya meningkat dari tahun ke tahun. Pemakai narkoba tidak hanya terbatas pada generasai tua saja, tetapi juga dikonsumsi oleh kalangan generasi muda. Narkoba dapat dihindari dan dicegah dengan dua pendekatan, antara lain: (1) melalui pendidikan agama; (2) organisasi. Pendekatan Pendidikan Agamadilakukan untuk meningkatkan ketaqwaan tehadap Allah SWT, yaitu dengan cara mengerjakan salat lima waktu sehari semalam, dan mengikuti kegiatankegiatan keagamaan (spritual). Pendekatan organisasi dapat dilakukan dengan cara mengikuti organisasi (perkumpulan) yang memiliki arah dan tujuan yang jelas atau positif. Organisasi yang dapat diikuti oleh siswa antara lain: OSIS, Karang Taruna, Kelompok Belajar, Pramuka, PMR, Sanggar Seni, dan lain-lain.
Saran-saran
Berikut ini penulis memberikan saran-saran sebagai berikut: 1. Pencandu narkoba telah nyata-nyata merusak masa depan seseorang, untuk itu perlu dihindari. 2. Hendaknya siswa dapat mengisi hari-harinya dengan mendekatkan kepada Allah SWT dan kegiatan-kegiatan lain yang bersifat positif. 3.
Pada orang tua, guru, dan masyarakat sebaiknya selalu memberikan arahan-arahan yang berisfat positif untuk menghindari bahaya narkoba bagi generasi muda.
12