TUGAS AKHIR PENDIDIKAN PANCASILA VANDALISME DAN HUBUNGANNYA DENGAN PELANGGARAN PENGAMALAN PANCASILA
STMIK AMIKOM YOGYAKARTA NAMA : NIM : KELOMPOK : PRODI/ JURUSAN: DOSEN :
IMRO’ATUL ARIFAH 11.11.5183 E S1/ TEKNIK INFORMATIKA DR. ABIDARIN ROSYIDI, MMa
Abstrak Vandalisme atau kegiatan merusak properti kelompok/ individu oleh suatu kelompok maupun perorangan kian hari kian marak terjadi. Perilaku inipun banyak dilakukan oleh kalangan pelajar, yang seharusnya memahami nilai-nilai keindahan, kesopanan, dan ketertiban. Indonesia memiliki dasar negara yang begitu agung dan juga dihormati oleh bangsa lain, yaitu Pancasila. Apabila dalam setiap penerapan kehidupan sehari-hari berpegang teguh pada nilai-nilai pancasila seharusnya pelanggaran-pelanggaran seperti itu tidak terjadi lagi.
Dalam kamus bahasa Indonesia, vandal berarti orang yang mempunyai kecenderungan merusak dan menghancurkan dan vandalisme memiliki arti perbuatan merusak dan menghancurkan secara anarkis. Vandalisme tidak hanya berarti mencorat-coret tembok (bukan gravity atau mural yang memang sengaja untuk menambah keindahan), namun juga kegiatan pengrusakan yang lain. Sebagai dasar negara, pancasila mengandung nilai-nilai yang harus selalu diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Meskipun dalam penerapannya antarsila dalam pancasila tidak dapat dipisahkan karena semuanya saling melengkapi, namun ada point penting dalam nilai-nilai pengamalan pancasila sila kelima. Dalam mengatasi vandalisme, dapat menggunakan 3 tahap yaitu: pencegahan, hukuman, dan menuntun agar tidak mengulangi perbuatan vandal lagi. Dari pembahasan yang telah disampaikan dapat diambil kesimpulan bahwa perilaku vandalisme melanggar sila kelima. Sedangkan upaya pencegahan vandalisme dapat dilakukan dengan salah satu caranya menanamkan pendidikan pancasila sejak usia dini. Saran penulis kepada pembaca terutama generasi muda, mari bersama-sama kita mencegah perilaku vandal dalam kehidupan kita. Dan juga semoga moral pancasila selalu kita pegang sebagai pedoman dalam melangkah dan bertindak.
2
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah Vandalisme atau kegiatan merusak properti kelompok/ individu oleh suatu kelompok maupun perorangan kian hari kian marak terjadi. Sebagai contoh, di pagar-pagar bangunan (sekolah, rumah, dan lain-lain) banyak terdapat coretan dari orang yang tidak bertanggung jawab. Selain itu, pada fasilitas-fasilitas umum (telepon umum, halte, stasiun, kamar mandi umum) juga banyak yang dirusak sehingga tidak dapat digunakan lagi. Hal ini tentu saja merugikan pemilik properti serta pengguna lain serta merusak keindahan lingkungan. Perilaku inipun banyak dilakukan oleh kalangan pelajar, yang seharusnya memahami nilai-nilai keindahan, kesopanan, dan ketertiban. Indonesia memiliki dasar negara yang begitu agung dan juga dihormati oleh bangsa lain, yaitu Pancasila. Lalu mengapa masih banyak pelanggaran –yang meskipun hanya dilakukan oleh oknum tak bertanggung jawab- yang terjadi? Pancasila memiliki fungsi yang antara lain: 1.
Pancasila sebagai jiwa bangsa,
2.
Pancasila sebagai kepribadian bangsa.
3.
Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum
Apabila dalam setiap penerapan kehidupan sehari-hari berpegang teguh pada nilai-nilai pancasila seharusnya pelanggaran-pelanggaran seperti itu tidak terjadi lagi. Oleh karena itu, penulis mencoba memahami perilaku vandalisme dalam hubungannya dengan pelanggaran pengamalan pancasila. Sehingga dapat dicegah serta ditangani dengan benar.
B.
Rumusan masalah
1. Bagaimana hubungan perilaku vandalisme dengan pelanggaran pengamalan pancasila? 2. Bagaimana cara mengatasi kegiatan vandalisme, terutama di kalangan pelajar?
3
C. Pendekatan Dalam pembuatan makalah Pancasila ini, penulis menggunakan metode pendekatan sosial. Yaitu mencoba melihat Pancasila dengan pola perilaku masyarakat yang sering terjadi dalam kehidupan nyata, terutama mengenai perilaku vandal.
4
BAB II PEMBAHASAN
A.
VANDALISME Vandalisme berasal dari nama suku pada masa Jerman purba di wilayah
sebelah selatan Baltik. Di abad keempat dan kelima suku Vandal ini melakukan invasi wilayah hingga Spanyol dan Afrika Selatan. Tahun 455 Masehi suku Vandal memasuki kota Roma dan menghancurkan karya seni dan sastra yang berada di sana. Dari kejadian itulah, vandal kemudian diberi makna seseorang yang dengan sengaja menghancurkan atau merusak sesuatu yang indah. Vandalisme (Eng: vandalism) memiliki arti pengurusan dengan kasar dan kejam. Sedangkan dalam kamus bahasa Indonesia, vandal berarti orang yang mempunyai kecenderungan merusak dan menghancurkan dan vandalisme memiliki arti perbuatan merusak dan menghancurkan secara anarkis. Dalam kehidupan sehari-hari sering terjadi vandalisme. Vandalisme tidak hanya berarti mencorat-coret tembok (bukan gravity atau mural yang memang sengaja untuk menambah keindahan), namun juga kegiatan pengrusakan yang lain. Karena vandalisme ini adalah perusakan atau menjadikan jelek dengan sengaja terhadap benda-benda yang indah serta benda-benda yang menjadi fasilitas umum atau milik pribadi. Contoh vandalisme: 1. Mencorat-coret tembok bangunan. Baik bangunan milik pribadi maupun fasilitas umum. Seperti sekolah, stasiun, terminal, museum, monumen, jembatan,
dan tempat-tempat lainnya. Paling sering dilakukan untuk
menunjukkan suatu geng. Baik geng suatu sekolah maupun dari kelompok lain. 2. Memasang pamflet, poster, dan brosur tidak pada tempatnya. Biasa dilakukan untuk iklan dan promo suatu produk/ acara. 3. Merusak fasilitas umum (telepon umum, halte/ shelter bus). Yang sering terjadi adalah pencurian/ pemecahan kaca yang tentu saja mengganggu penggunanya. 4. Dll Dampak vandalisme: 1. Merusak/mencemari lingkungan
5
2. Mengganggu ketertiban 3. Mengganggu kenyamanan 4. Kerugian material 5. Memancing perselisihan
B.
PENGAMALAN PANCASILA Sebagai dasar negara, pancasila mengandung nilai-nilai yang harus selalu
diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Berikut pengamalan pancasila yang diatur dalam Tap MPR no. I/MPR/2003 dengan 45 butir Pancasila : 1. Sila pertama “Ketuhanan Yang Maha Esa” a) Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaannya dan ketakwaannya terhadap Tuhan Yang Maha Esa. b) Manusia Indonesia percaya dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sesuai dengan
agama
dan
kepercayaannya
masing-masing
menurut
dasar
kemanusiaan yang adil dan beradab. c) Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama antara pemeluk agama dengan penganut kepercayaan yang berbeda-beda terhadap Tuhan Yang Maha Esa. d) Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. e) Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah masalah yang menyangkut hubungan pribadi manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa. f) Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing. g) Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa kepada orang lain. 2. Sila kedua “Kemanusiaan yang adil dan beradab” a) Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa. b) Mengakui persamaan derajat, persamaan hak, dan kewajiban asasi setiap manusia, tanpa membeda-bedakan suku, keturunan, agama, kepercayaan, jenis kelamin, kedudukan sosial, warna kulit dan sebagainya. 6
c) Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia. d) Mengembangkan sikap saling tenggang rasa dan tepa selira. e) Mengembangkan sikap tidak semena-mena terhadap orang lain. f) Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan. g) Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan. h) Berani membela kebenaran dan keadilan. i) Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia. j) Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama dengan bangsa lain. 3. Sila ketiga “Persatuan Indonesia” a) Mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara sebagai kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan golongan. b) Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan bangsa apabila diperlukan. c) Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa. d) Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan bertanah air Indonesia. e) Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. f) Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka Tunggal Ika. g) Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa. 4. Sila keempat “Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan” a) Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap manusia Indonesia mempunyai kedudukan, hak, dan kewajiban yang sama. b) Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain. c) Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan bersama. d) Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan. e) Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai sebagai hasil musyawarah.
7
f) Dengan iktikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil keputusan musyawarah. g) Di dalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan golongan. h) Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur. i) Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia, nilai-nilai kebenaran dan keadilan mengutamakan persatuan dan kesatuan demi kepentingan bersama. j) Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang dipercayai untuk melaksanakan pemusyawaratan. 5. Sila kelima “Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia” a) Mengembangkan perbuatan yang luhur, yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan kegotongroyongan. b) Mengembangkan sikap adil terhadap sesama. c) Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban. d) Menghormati hak orang lain. e) Suka memberi pertolongan kepada orang lain agar dapat berdiri sendiri. f) Tidak menggunakan hak milik untuk usaha-usaha yang bersifat pemerasan terhadap orang lain. g) Tidak menggunakan hak milik untuk hal-hal yang bersifat pemborosan dan gaya hidup mewah. h) Tidak menggunakan hak milik untuk bertentangan dengan atau merugikan kepentingan umum. i) Suka bekerja keras. j) Suka menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat bagi kemajuan dan kesejahteraan bersama. k) Suka melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan kemajuan yang merata dan berkeadilan sosial.
8
C. HUBUNGAN VANDALISME DILIHAT DARI PANCASILA Dari pembahasan pengamalan pancasila di atas, dengan jelas vandalisme telah melanggar sila kelima. Meskipun dalam penerapannya antarsila dalam pancasila tidak dapat dipisahkan karena semuanya saling melengkapi, namun ada point penting dalam nilai-nilai pengamalan pancasila sila kelima yaitu: a) Mengembangkan perbuatan yang luhur, yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan kegotongroyongan b) Menghormati hak orang lain c) Suka menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat bagi kemajuan dan kesejahteraan bersama.
D. PENDIDIKAN PANCASILA SEBAGAI PENCEGAH PERILAKU VANDAL Dalam mengatasi vandalisme, dapat menggunakan 3 tahap yaitu: a. Pencegahan Dalam pencegahan inilah sangat diperlukan pendidikan Pancasila. Pendidikan pancasila sudah diajarkan sejak pendidikan dasar/ Sekolah Dasar. Pada usia anak-anak adalah usia untuk meniru. Oleh karena itu dari awal harus sudah diajarkan menjauhi perbuatan-perbuatan menyimpang, termasuk vandalisme. Pencegahan juga dapat dilakukan dengan pemberian ancaman hukuman bagi pelaku tindakan vandalisme. Sehingga mereka dalam melakukan aksi akan berpikir duakali. b. Hukuman Pelaku
vandalisme
harus
mendapat
hukuman
yang
sesuai
dengan
perbuatannya, dapat pidana maupun perdata. Hukuman ini dilakukan untuk membuat efek jera dan menjadi peringatan bagi calon pelaku lainnya. c. Menuntun agar tidak mengulangi perbuatan lagi Pelaku vandalisme yang telah mendapat hukuman, harus dibimbing agar tidak melakukan kegiatan vandalisme lagi. Sebagai contoh, dapat dilakukan pelatihan-pelatihan kesenian bagi orang yang memiliki jiwa seni mural/ gravity di tempat khusus yang dapat digunakan untuk hal terpuji.
9
BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN Dari pembahasan yang telah disampaikan dapat diambil kesimpulan bahwa perilaku vandalisme melanggar sila kelima. Sedangkan upaya pencegahan vandalisme dapat dilakukan dengan salah satu caranya menanamkan pendidikan pancasila sejak usia dini.
B. SARAN Saran penulis kepada pembaca terutama generasi muda, mari bersama-sama kita mencegah perilaku vandal dalam kehidupan kita. Dan juga semoga moral pancasila selalu kita pegang sebagai pedoman dalam melangkah dan bertindak.
10
REFERENSI Ahmad Kosasih Djahiri,Pancasila Sebagai Ideologi Bangsa,Jakarta: Prenada Media,2008. Pius Abdillah dan Danu Prasetya, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Arkola. http://pandidikan.blogspot.com/2010/11/pancasila-sebagai-ideologipandangan.html http://lppkb.wordpress.com/2009/03/23/vandalisme http://id.wikipedia.org/wiki/Pancasila
11