TUGAS AKHIR SILA KEDUA DARI PANCASILA KEMANUSIAAN YANG ADIL DAN BERADAB
Nama NIM Kelompok Program Studi Jurusan Dosen
: NARISWARI : 11.02.7968 :A : Diploma 3 : Manajemen Informatika : KALIS PURWANTA, MM
STMIK AMIKOM YOGYAKARTA
SILA KEDUA DARI PANCASILA KEMANUSIAAN YANG ADIL DAN BERADAB
ABSTRAK Dari beberapa uraian di atas dapat dirumuskan bahwa yang dimaksud dengan Kemanusiaan yang adil dan beradab adalah : Kesadaran, sikap dan perbuatan yang sesuai dengan nilai – nilai moral dalam hidup bersama atas dasar tuntutan mutlak hati nurani dengan memperlakukan sesuatu hal sebagaimana mestinya. Perwujudan dari sila Kamanusiaan yang adil dan beradab ini, pertama yang perlu diperhatikan dan yang merupakan dasar hubungan sesama ummat manusia, ialah pengakuan hak – hak asasi manusia. Manusia diakui dan diperlakukan sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan yang Maha Esa yang sama derajatnya, yang hak dan kewajiban – kewajiban asasinya. Untuk itu perlu dikembangkan juga sikap saling mencintai sesame manusia, sikap tenggang – rasa atau tepa – selira, yaitu : 1. Secara negative : Janganlah berbuat sesuatu terhadap orang lain apa yang tidak saudara kehendaki orang lain apa yang demikian terhadap saudara. 2. Secara positif : Berbuatlah terhadap orang lain apa yang saudara kehendaki orang lain juga berbuat demikian terhadap saudara
LATAR BELAKANG
Sila
kedua
ini
secara
spontan
sering
juga
dinyatakan
dengan
rumusan
“ perikemanusiaan ”, yang sebenarnya pengertiannya berbeda dengan “ Kemanusiaan yang adil dan beradab “. Perikemanusiaan disamakan dengan “ humanism “, yang diartikan : cinta kasih kepada sesama manusia. Dalam perikemanusiaan hanya khusus huungan antar manusia saja, tidak dibicarakan tentang hubungan manusia menghadapi dirinya sendiri, dan juga hubungan manusia dengan Tuhannya. Pengertian lain tentang perikemanusiaan yang lebih terperinci adalah sebagai berikut : Perikemanusiaan berarti pengakuan akan persamaan antara manusia, yakni persamaan kesempatan untuk mengembangkan hidup masing – masing menurut tempramen, karakter dan bakat diri sendiri, kesempatan untuk menumbuhkan segala kemungkinan yang baik – baik sehingga mendekati cita – cita perikemanusiaan seperti yang ditujukan dalam istilah “ Kebenaran, Kebaikan, dan Keindahan “
RUMUSAN MASALAH Berdasarkan uraian di atas, secara jelas dapat dibedakan antara rumusan “ Kemanusiaan yang Adil dan Beradab “ dengan “ Perikemanusiaan “. Di dalam ajaran kemanusiaan yang adil dan beradab secara langsung diwajibkan mengikuti ajaran – ajaran berdasarkan wahyu Tuhan, untuk mengisi dan melengkapi keyakinan dan pengakuan yang diwujudkan dalam bentuk perbuatan terhadap adanya Tuhan Yang Maha Esa. Sila pertama mengarahkan mengenai keyakinan dan pengakuan yang diwujudkan dalam bentuk perbuatan terhadap Dzat Tuhan Yang Maha Esa, tidak dijelaskan bagaimana caranya yang tepat, hanya disinggung sedikit dalam perwujudannya saja. Dalam sila kedua secara langsung diwajibkan mengikuti ajaran – ajaran Tuhan yang terkandung dalam rumusan “ Kemanusiaan yang adil “, adil terhadap Tuhan, dalam arti memenuhi tuntutan Tuhan. Dengan demikian sila pertama dan kedua ini saling mengisi, atau menurut istilah dari Notonegoro saling mengkualifikasi, tiap sila mengandung sila yang lainnya. Dalam hal ini sila pertama diisi dan disifati sila kedua, sedang sila kedua diisi dan disifati sila pertama. Sila pertama mengandung keimanan dan sila kedua mengandung ketaqwaan, sehingga kedua sila ini dapat dirumuskan “ Ketuhanan Yang Maha Esa yang ber – Kemanusiaan yang adil dan beradab “ atau “ Kemanusiaan yang adil dan beradab yang ber – Ketuhanan Yang Maha Esa “. Adanya kesatuan sila pertama dan sila kedua yang saling mengisi ini, maka tepat jika pokok pikiran keempat yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945 merupakan fundamen moral negara, yaitu moral religious dan moral kemanusiaan yang dipancarkan dari gabungan sila pertama dan sila kedua.
PENDEKATAN SOSIOLOGIS Selanjutnya, hal kedua yang perlu diperhatikan dalam kehidupan sehari – hari ialah pelaksanaan empat tabiat saleh, yang menurut Notonagoro, adalah sebagai dasar ajaran moral Pancasila. Dengan memelihara nilai – nilai hidup kemanusiaan, dan nilai – nilai religious, melakukan perbuatan lahir – batin sesuai dengan kesatuan dwitunggal sifat kodrat manusia individu dan makhluk sosial, serta kesatuan tunggal Dwitunggal kedudukan kodrat manusia pribadi mandiri sebagai makhluk Tuhan, semuanya dalam keseimbangan kesatuan monopluralis yang harmonis dan dinamis, yang secara sederhana empat tabiat saleh itu dirumuskan secara singkat sebagai berikut : 1. Tabiat saleh Kebijaksanaan. Selalu melakukan perbuatan – perbuatan atas dorongan kehendak yang baik, berdasarkan putusan akal untuk mencapai kebenaran, sesuai dengan rasa kemanusiaan yang tertuju pada keindahan kejiwaan. 2. Tabiat saleh Kesederhanaan. Selalu membatasi diri jangan sampai tindakan manusia dalam hidup bersama berlebih – lebihan melampaui batas dalam hal kebahagiaan atau kenikmatan. 3. Tabiat saleh Keteguhan. Selalu membatasi diri jangan sampai tindakan dalam hidup manusia berlebih – lebihan melampaui batas kewajaran dalam hal menghadapi penderitaan. 4. Tabiat saleh Keadilan. Selalu memberikan dan melakukan sebagai rasa wajib kepada diri sendiri, sesame manusia dalam hidup bersama, maupun kepada Tuhan, segala sesuatu yang telah menjadi haknya.
PEMBAHASAN A. Adil Adil ialah memperlakukan dan memberikan sebagai rasa wajib sesuatu hal yang telah menjadi haknya, baik terhadap diri – sendiri, sesame manusia, maupun terhadap Tuhan Adil terhadap diri sendiri berarti memenuhi tuntutan diri pribadi secara manusiawi, misalnya memelihara hak hidup yang ada dalam dirinya, tidak membiarkan tersiksa, dan tidak menghilangkan hidup dengan cara bunuh diri dan sebagainya. Adil terhadap sesama manusia berarti memberikan sesuatu yang telah menjadi hak orang lain itu sebagaimana mestinya. Adil terhadap Tuhan, berarti memenuhi tuntutan atau perintah Tuhan dengan taat dan taklim. Adil terhadap diri sendiri dan adil terhadap sesama manusia, secara langsung mudah dimengerti. Sekarang bagaimanakah tata cara untuk memenuhi tuntutan itu. Disinilah sebenarnya manusia diwajibkan mengikuti petunjuk – petunjuk Tuhan yang telah diwahyukannya, manusia tidak dapat membuat cara – cara tersendiri, karena tata cara untuk memenuhi tuntutan ini telah digariskan oleh Tuhan. Oleh karena itu, dalam sila kedua inilah sebenarnya bangsa Indonesia diwajibkan mengikuti agama yang berdasarkan wahyu Tuhan, sebagai pelengkap apa yang dinyatakan dalam sila pertama. Antara sila pertama dan sila kedua ini saling berhubungan dan saling memperkuat satu dengan yang lain. Dalam sila kedua ini jika manusia tidak memenuhi apa yang diperintahkan Tuhan berarti sifat – sifat dan keadaan manusia tidak sesuai dengan ide kemanusiaan secara universal yang berada dalam Akal Mutlak. Sebagaimana barang buatan manusia yang tidakl sesuai dengan ide barang itu dalam akal pikiran manusia semula, berarti barang itu bukan hal yang dimaksudkan oleh “ Sang Puny aide.” B. Beradab Beradab asal dari perkataan adab, yang mengandung pengertian tata kesopanan. Beradab artinya : bersikap, berkeputusan dan bertindak berdasarkan pertimbangan nilai – nilai moral yang berlaku dalam hidup bersama. Wujud nyata itu tidak sesuai dengan yang dibayangkan dalam akal pikiran atau tidak sesuai dengan konsep si pencipta ide, berarti barang itu tidak sesuai dengan yang dimaksudnya. Oleh karena itu perlu biasa juga disebut dengan ide kemanusiaan Jika ide hal ciptaan manusia berada dalam alam pikiran, maka dimanakah letak ide kemanusiaan itu. Di sini perlu ditegaskan, karena manusia makhluk Tuhan, maka ide kemanusiaan itu biasa disebut dalam Akal Mutlak, yaitu bersatu dengan Dzat Tuhan yang kemudian diungkapkan dalam alam arwah. Dan bersamaan dengan ide kemanusiaan itu dicantumkan juga bagaimana sikap dan perbuatan manusia yang baik sesuai dengan kehendak Tuhan yang disebut dengan kebaikan abadi.
Selanjutnya, manusia
dapat mengerti kebaikan abadi dicerminkan atau
dipancarkan oleh Sang Pencipta ke sumber daya manusia, akal, rasa, dan kehendak, yang bersatu secara harmonis, dengan jalan inspirasi, ilham dan sebagainya, sehingga manusia dapat memikirkan hal – hal diluar pengalaman. Dengan dasar cerminan dari Akal Mutlak tersebut, manusia dapat memikirkan bagaimana sifat, keadaan dan tindakan manusia yang dimaksudkan oleh Sang Pencipta itu, yang oleh sebagian manusia dirumuskan dengan istilah “ adil dan beradab “. Rumusan ini diharapkan dapat dikehendaki Tuhan. Perlu ditegaskan juga di sini, bukan rumusan “adil dan beradab “ yang dikehendaki Tuhan, tetapi apa yang akan diungkapkan dalam rumusan itulah yang dikehendaki Tuhan. Oleh karena itu rumusan kemanusiaan ditegaskan dengan “ kemanusiaan yang adil dan beradab “. Tuhan. Dan dari kitab suci Bible maupun Al Qur’an itulah didapatkan bahwa nama Tuhan Yang Maha Esa itu adalah “ Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang “. Jadi jelaslah nama Allah yang menentukan berdasarkan wahyu – Nya. C. Kemanusiaan Kemanusiaan dari pokok kata manusia, ialah suatu organism yang berindra dan berakal, sering jua didefinisikan “manusia adalah hewan yang berakal”. Definisi ini mengikuti analisis logis, yang memasukkan manusia dalam kelompok jenis hewan, yaitu organism yang berindera, sedang cirri pembeda bagi manusia untuk membedakan hewan yang lain, karena manusia mempunyai akal budi yang dapat mengatasi perjuangan hidupnya. Selain itu ada juga yang memberi yang memberi definisi bahwa “ manusia adalah makhluk yang berakal “ hal ini dipengaruhi oleh ajaran agama, untuk membedakan manusia dengan makhluk – makhluk yang lain Dari kata manusia disusun suatu istilah kemanusiaan, yang berarti kesadaran, sikap dan perbuatan yang sesuai dengan nilai – nilai hidup manusiawi secara Universal. Nilai – nilai hidup manusiawi yang dimaksudkan disini ialah pertimbangan baik buruk secara kodrati berada dalam hati nurani manusia yang sesuai dengan ide kemanusiaan. Dasar pertimbangan yang berada dalam hati manusia ini sifatnya Universal, pelaksanaannya dalam kehidup[an sehari – hari diatur oleh sumber daya kejiwaan, yaitu : akal, rasa, dan kehendak. Akal tertuju pada kebenaran, rasa tertuju pada keindahan, dan kehendak tertuju pada kebaikan, yang ketiga – tiganya saling mempengaruhi, sehingga berdasarkn perpaduan ketiga hal itu secara harmonis, manusia dapat mengerti nilai – nilai hidup manusiawi yang sesuai dengan ide kemanusiaannya. Untuk menetahui atau memahami apa yang dimaksud ide kemanusiaan, maka perlu juga diuraikan terlebih dahulu ide hal ciptaan manusia. Barang ciptaan manusia sebelum terwujud bentuk, bangun dan sifatnya secara nyata, terlebih dahulu sudah terlukis dalam akal pikiran manusia, atau sudah terbayang dalam akal, sesuatu hal yang akan dibuat atau diciptakannya itu, baik sifat, keadaan dan tujuan pembuatannya.
KESIMPULAN DAN SARAN
Adapun dalam ajaran perikemanusiaan yang dipentingkan adalah sikap hidup saling hormat menghormatio dan cinta kasih sesama manusia, tidak jelas diterangkan bagaimana halnya hubungan dengan Tuhan setelah menyakini tentang adanya Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan sila pertama. Dengan demikian dapat diambil kesimpulan juga bahwa pengertian perikemanusiaan itu sudah tercakup, dalam sila kemanusiaan yang adil dan beradab, sehingga pengertian kemanusiaan yang adil dan beradab lebih luas dari pada perikemanusiaan. Maka tepatlah dan logis bahwa rumusan sila kedua dari Pancasila ini dirumuskan “ Kemanusiaan yang adil dn beradab “. Karena “ perikemanusiaan “ merupakan bagian pengertian dari “ Kemanusiaan yang Adil dan beradab “, atau sebaliknya “ Kemanusiaan yang adil dan beradab “meliputi juga pengertian “ perikemanusiaan “
DAFTAR PUSTAKA
Wari Noris, 2011. Kemanusiaan yang adil dan beradab , Karya Tulis Pendidikan Pancasila, 8 Oktober 2011, Yogyakarta.