PERAN AGEN SOSIALISASI DALAM PEMBENTUKAN PERILAKU REMAJA DI DESA PUTIK KECAMATAN PALMATAK KABUPATEN ANAMBAS
NASKAH PUBLIKASI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sosial pada Universitas Maritim Raja Ali Haji Tanjungpinang
Oleh : M. FADLI NIM : 110569201041
PROGRAM STUDI SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI TANJUNGPINANG 2016
1
PERAN AGEN SOSIALISASI DALAM PEMBENTUKAN PERILAKU REMAJA DI DESA PUTIK KECAMATAN PALMATAK KABUPATEN ANAMBAS Tanggung jawab yuridiksi material pada M.FADLI 110569201041
DISETUJUI OLEH Ketua komisi pembimbing
Anggota komisi pembimbing
SURYANINGSIH, M,Si
NANIK RAHMAWATI,
M.Si NIDN. 1016076901
NIDN. 010130480002
Di sahkan oleh Drs. Son haji, M.Si Nip. 195912061988031004
2
PERAN AGEN SOSIALISASI DALAM PEMBENTUKAN PERILAKU REMAJA DI DESA PUTIK KECAMATAN PALMATAK KABUPATEN ANAMBAS
ABSTRAK Setiap manusia didunia ini pasti akan memerlukan orang lain, oleh karena itu terjadinya sosialisasi antara manusia tersebut yang mana berfungsi sebagai sarana kedekatan antar sesamanya. Didalam agen sosial tertentu mempunyai fungsinya yaitu keluarga. Tentu didalam keluarga orang tua akan menanamkan nilai-nilai agama agar menjadikan remaja mereka sebagai remaja yang baik dan berakhlak mulia. Bukan dari keluarga saja tapi agen sosialisasi dari sekolah, media massa. Pergaulan teman, perlu penanaman nilai-nilai dan norma yang harus diterapkan kepada remaja. Tujuan penelitian ini pada dasarnya adalah untuk mengetahui peran agen sosialisasi dalam pembentukan perilaku remaja di desa Putik kecamatan Palmatak kabupaten Anambas. Jenis penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif yang didukung dengan teknik pengumpulan data seperti observasi, wawancara dan dokumentasi, selanjutnya dianalisis mengggunakan analisis kualitatif. Dalam penelitian ini sampel yang diambil peneliti adalah 15 orang yang mana teknik pengambilan sampelnya menggunakan pedoman wawancara. Teknik analisa yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa kualitatif. Dari hasil penelitian maka dapat ditarik kesimpulan bahwa para remaja desa putik lebih banyak dipengaruhi oleh faktor teman disekitar mereka. Sehingga teman merupakan pengaruh yang sangat kuat bagi mereka didalam melakukan sikap apa saja. Kata kunci: peran, agen sosialisasi, perilaku sosial, dan remaja
3
ABSTRACT Every human being in this world will definitely require another person, therefore, the socialization between people that which serves as a means of proximity with one another. In particular in the social agents have function that family. Of course the parents in the family will instill religious values in order to make them as teenagers teens good and noble. Instead of the family alone but an agent of socialization of school, mass media, social friend need planting the values and norm that should be applied to adolescents. The purpose of this study is basically to determine the role of agents of socialization in shaping the behavior of adolescents in village Putik districts Palmatak Anambas. This type of research is qualitative descriptive method that is supported by data collection techniques af observation, interviews and doocumetation, then analyzed using qualitative analysis. In this study, samples taken by researchers is 15 people which sampel collection technique using interview guideline. Analysis techniques used in this research is qualitative analysis. After doing this study it can be concluded that the youth in villages Putik more influenced by factors of frinds around them. So that friend is a vevry strong influence for them in doing whatever attitude. Keywords ; role, and agent of socialization, social behavior, and adolescents.
4
sekolah, balapan liar sehingga sekolah pun mangambil tindakan untuk memberhentikan remaja yang melakukan pelanggaran norma tersebut. Sehingga kebanyakan remaja mengambil tindakan singkat seperti putus sekolah yang di akibatkan tingkat strees keluarga dan remaja.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada masyarakat desa putik masih masih ada sebagian remaja yang melakukan berbagai tindakan dan sikap melanggar dari norma dan aturan yang berlaku di masyarakat terutama dalam keluarga mereka, yang pada akhirnya memberikan dampak yang buruk bagi remaja itu sendiri dan orang lain. Adapun tindakan tersebut seperti balapan liar, merokok, dan perkelahian. Tindakan remaja ini tentu membuat resah masyarakat dan lingkungannya.
Berdasarakan hasil data yang diambil tahun 2015, remaja desa Putik termasuk remaja yang pintar dan ulet, hal ini dapat di buktikan dengan hasil raport mereka di sekolah. Remaja yang cerdas, pintar, dan ulet, dapat di buktikan keuletan mereka didalam membantu orang tua, dan mereka juga aktif dalam kegiatan dimasyarakat seperti gotong royong dan ada juga sebagian mereka yang aktif mengikuti kegiatan di Masjid. Agen sosial adalah pihak-pihak yang melaksanakan atau melakukan sosialisasi. Ada empat agen sosial yang utama yaitu keluarga, kelompok bermain, media massa dan lembaga pendidikan sekolah.
Remaja di desa Putik ini, sangat gemar mengikuti balap liar tanpa mereka melihat dampak yang terjadi dengan kelurga dan orang sekitar. Orang tua sudah sering mengambil tindakan namun perbuatan itu berulang kembali. Keresahan masyarakat sekitar terhadap remaja yang suka balap liar ini sudah tidak bisa di pendam lagi. Sering kali masyarakat sekitar atau warga melaporkan dengan pak RT (rukun tetangga, namun tidak mampu untuk ditangani secara baik. Remaja yang suka miras juga menjadi sorotan negatif dari kalangan masyarakat dan keluarga yang paling utama. Bukan dimasyarakat saja remaja mengkonsumsi minuman keras ini bahkan mereka sudah berani membawa minuman keras ini di sekolah. Dari kejadian diatas seperti minuman keras di
Di dalam agen sosial tentu mempunyai fungsinya yakni keluarga, tentu di dalam keluarga orang tua akan menanamkan nilai-nilai agama agar menjadikan remaja mereka sebagai remaja yang baik dan berakhlak mulia. Orang tua menanamkan nilai adat yang tinggi agar budaya mereka tidak hilang. Teman bergaul sebagai agen sosial memberikan pemikiran yang baik serta saling bertukar pendapat kedalam hal yang positif seperti belajar 5
bersama, mencoba untuk saling mengingatkan, bukan malah menjerumuskan kawan. Lembaga pendidikaan tentu berperan sebagai pengganti asuh orang tua kedua. Mereka menanamkan nilai pendidikan dengan dukungan secara formal Namun didalam hal lain mereka sebenarnya sangat patuh terhadap orang tua, hal ini terdapat pada massa tradisional sebelum masuknya berbagai agen sosial berupa media massa dan teknologi yang pada akhirnya didesa Putik ini sudah mulai menjadi remaja yang rentan terhadap berbagai hal tindakan sosial berupa tindakan-tindakan kriminal, kekerasan, dan tindakan yang melanggar asusila di kalangan masyarakat dan keluarga terutama. Perilaku sosial yang tentu melanggar aturan serta norma didalam masyarakat yang saya lihat adalah berupa bolos sekolah, membangkang orang tua, remaja merokok, dan perkelahian. Mereka dipengaruhi oleh lingkungan sekitar mereka seperti teman bermain, teman sebaya dan justru oleh orang yang lebih dewasa dari mereka.
komputer, namum setelah teknologi mulai masuk remaja didalam keluarga ini sudah mulai melihatkan berbagai gejala-gejala sosial yang berbeda terhadap agen-agen sosial. Remaja yang dulunya taat terhadap nasihat dan ajaran orang tua mereka namun kini sudah mulai terlihat sifat tidak menghargai baik itu orang tua mereka sendiri maupun orang lain, ( menurut ibu Erni salah satu ibu remaja bernama yuni ). Hal ini akibat dari agen sosial dari media itu sendiri. Rasa hormat seorang remaja terhadap orang tua sudah mulai menurun, remaja sudah acuh dan tidak mau ambil pusing dengan orang tua mereka ( menurut ibu Erni salah satu orang tua dari remaja yang bernama yuni ). Maka dari itu sangat diperlukan fungsi dari keluarga dalam melakukan tanggung jawab mereka terhadap remaja mereka sendiri, keluarga berupaya semaksimal mungkin agar renaja tidak terjerumus kedalam perilaku yang menyimpang dari aturan serta nilai dan norma masyarakat. Selain itu sopan santun dan sikap menghargai juga sudah mulai kurang, setiap ucapan yang keluar dari mulut orang tua itu merupakan anggapan yang salah bagi mereka. Dari pengaruh agen sosial ini maka muncul lah tindakan masa bodoh, tidak mau ambil pusing lagi, dan remaja sudah fokus terhadap alat komunikasi mereka. Hilangnya rasa kebersamaan terhadap orang terdekat, kaum kerabat, sementara orang jauh adalah
Besarnya pengaruh globalisasi dan modernisasi juga akan memberikan dampak yang buruk terhadap perilaku dan sikap remaja ini, seperti masuknya kebudayaan Negara asing dan kecanggihan alat-alat elektronik. Di lihat dari sisi keluarga yang mulanya adalah keluarga yang tradisional yang dulunya belum mengenal teknologi seperti Televisi, Telepon, dan 6
orang yang paling diutamakan. Hal ini benar-benar nampak pada remaja yang menggunakan alat komunikasi seperti Telepon, dan Televisi.
mereka sudah saling tahu cara mengakses video porno, dengan adanya Televisi mereka akan menjadi lalai dengan tugas-tugas mereka disekolah dan menjadi seorang remaja yang pemalas dan jahat. Mereka sudah bisa menentukan gaya hidup baru yang pada akhirnya menjerumuskan kehidupan mereka. Kemudian dilihat dari cara mereka bersosial dilingkungan sekolah. Tanggapan dan nasihat dari seorang guru akan menjadi tanggapan yang masa bodoh oleh mereka, mereka lebih menganggap nasihat kawan dekat merekalah yang paling baik dan benar. Dan kemudian, letak kedisiplinan mereka sangat buruk, mereka terlihat ada yang suka bolos dari sekolah, kemudian pada saat jam istirahat keluyuran ditempat lain seperti dipantai, dan mereka juga menyempatkan diri pada saat jam istirahat untuk berpacaran di luar.
Gejala sosial menggambarkan suatu yang mempengaruhi atau dipengaruhi oleh perilaku masyarakat di sekitar masyarakat. Cara kita melakukan hal-hal yang kita lakukan dipengaruhi oleh fenomena yang kita hadapi pada waktu tertentu. Gejala sosial merupakan suatu fenomena. Dalam hal tersebut terdapat beberapa perubahan bahkan konflik penyatuan dimensidimensi sosial yang ada dalam diri manusia untuk berinteraksi antar sesama mahluk sosial. Gejala-gejala yang ada didalam kehidupan bermasyarakat ini terjadi secara spontan dan pada umumnya menimbulkan perubahan-perubahan, baik perubahan mengarahkan ke yang positif maupun negatif.
Sehubungan dengan masalah yang telah diuraikan diatas bahwa remaja adalah generasi penerus yang sangat penting didalam masyarat, maka penulis tertarik untuk mengambil topik mengenai ” PERAN AGEN SOSIALISASI DALAM PEMBENTUKAN PERILAKU REMAJA DI DESA PUTIK KECAMATAN PALMATAK KABUPATEN ANAMBAS
Remaja di desa putik sangat mudah untuk dipengaruhi oleh teman-teman dilingkunganya. Contoh kecil saja ketika mereka berteman dengan orang perokok, mereka juga menjadi ikut merokok, hal ini lingkungan sekitar menjadi pengaruh besar terhadap sosialisasi mereka. Dilihat media massa, lingkungan remaja adalah lingkungan yang yang sangat rentan akan media. Masuknya eletronik seperti Telepon, komputer,dan Televisi akan membuat mereka rentan akan keadaan. Dengan Telepon
B. Perumusan Masalah Sosialisasi didalam keluarga adalah dua istilah
7
yang tidak dapat dipisahkan, sebab dimana ada keluarga disitu ada pendidikan sosial. Orang tua dan anak tidak dapat dipisahkan, itu semua merupakan suatu keharusan yang ada didalam keluarga. Pendidikan yang berlangsung didalam keluarga yang dilaksanakan oleh orang tua sebagai tugas dan tanggung jawabnya dalam mendidik anak dan keluarga Pendidikan dalam keluarga ini dapat tercapai dan diharapkan adanya kesadaran setiap masyarakat tentang pentingnya pendidikan anak usia dini dalam keluarga. Serta kecerdasan orang tua mempunyai kesadaran bahwa mereka memiliki peran penting dalam mendidik anak. Seharusnya peran dari agen sosialisasi memberikan dampak yang baik bagi remaja yang dalam berperilaku sehingga sesuai dengan aturan dan norma di masyarakat, namun pada kenyataanya remaja didesa putik ini malah melakukan perilaku yang menyimpang dari aturan dan norma di masyarakat. Serta kecerdasan orang tua mempunyai kesadaran bahwa mereka memiliki peran penting dalam mendidik anak didalam keluarga. Dari latar belakang tersebut maka peneliti dapat merumuskan masalah “ Bagaimana peran agen sosialisasi terhadap remaja di Desa Putik Kecamatan
Palmatak Kabuaten Anambas ?
B. Tujuan dan Kegunaan 1. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian yaitu mengetahui Peran Agen Sosialisasi dalam Pembentukan Perilaku Sosial Remaja di Desa Putik Kecamatan Palmatak Kabupaten Anambas. 2. Kegunaan Penelitian Berikut ini adalah kegunaan penelitian secara akademis dan praktis : a. Kegunaan Akademis : hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi pengembangan konsep atau teori Sosiologi pada umumnya dan konsep atau teori Keluarga pada khususnya. b. Kegunaan Praktis : di penelitian ini dapat menjadi masukan bagi pemerintah dalam membuat kebijakan yang berkenaan dengan remaja 1) Bagi peneliti, di harapkan
8
data memberikan tambahan wawasan dalam mengkaji masalahmasalah sosial yang berkaitan dengan Keluarga khususnya sosialisasi remaja 2) Bagi masyarakat, data dapat digunakan sebagai gambaran tentang sosialisasi remaja dalam pembentukan perilaku sosial.
masyarakat (Sunarto, 1993:27). Adapun yang dipelajarinya ialah peranan pola hidup didalam masyarakat yang sesuai dengan nilai dan normanorma maupun kebiasaan yang berlaku didalam masyarakat. Sosialisasi adalah proses seorang memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang di perlukannya agar dapat berfungsi sebagai orang dewasa dan sekaligus sebagai pemeran aktif dalam suatu kedudukan atau peranan tertentu di masyarakat. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Sosialisasi artinya suatu proses belajar seorang anggota masyarakat untuk mengenal dan menghayati kebudayaan masyarakat di lingkungannya. Berdasarkan pengertian sosialisasi yang dikemukakan diatas jadi sosialisasi ditempuh seorang individu melalui proses belajar untuk memahami, menghayati, menyesuaikan dan melaksanakan suatu tindakan sosial yang sesuai dengan pola perilaku masyarakatnya. Sosialisasi juga ditempuh seorang individu secara bertahap dan berkesinambungan, sejak ia dilahirkan hingga akhir hayatnya. Pada sosialisasi akan menghasilkan perkembangan kepribadian seseorang menjadi satu
C. Konsep Teori 1. Sosialisasi Sosialisasi merupakan suatu proses seseorang didalam memperoleh pengetahuan dan tempat individu belajar menjadi anggota didalam masyarakat. Serta mampu bersikap baik terhadap kebiasaan yang berlaku dimasyarakat. a) Konsep Sosialisasi Menurut Peter L.Berger sosialisasi merupakan proses pada seorang anak yang sedang belajar menjadi anggota
9
pribadi yang unik. Di dalam sosialisasi terdapat saling pengaruh antar individu beserta potensi kemanusiaanya dengan masyarakat beserta kebudayaanya. Sosialisasi erat sekali kaitanya dengan elkulturasi atau proses pembudayaan yaitu suatu suatu proses belajar seorang individu untuk belajar mengenal, menghayati dan menyesuaikan dengan alam pikiran serta sikapnya terhadap system adat, nilai, sikap, keterampilanketerampilan dan norma serta semua peraturan dan pendirian yang hidup dalam lingkungan kebudayaan masyarakatnya. b) Bentuk Sosialisasi Bentuk-bentuk sosialisasi adalah sebagai berikut : 1) Sosialisasi Primer Sosialisasi primer, merupakan bentuk sosialisasi yang pertama kali di terima oleh individu pada lingkungan di sekitar keluarga. Pada sosialisasi ini, individu belum mengetahui sosialisasi yang amat luas layaknya orang dewasa. Pada bentuk ini, individu hanya di perkenalkan
sosialisasinya dengan anggota keluarganya saja, belum secara luas. 2) Sosialisasi Sekunder Pada sosialisasi sekunder, merupakan bentuk sosialisasi yang bertujuan memperkenalkan individu kepada lingkungan di keluarga. Seperti di lingkungan kerja, medis massa, sekolah, lingkungan bermain. Pada bentuk ini, individu di latih untuk saling bersosialisasi antar sesama umur. Bukan dengan orang tuanya. dalam pergaulanpergaulan yang sifatnya mempererat kekeluargaan. c) Agen Sosialisasi Ada lima agen sosialisasi utama yang menjadi wahana diaman mempersiapkan dirinya masuk kedalam masyarakat sepenuhnya. 1) Keluarga
10
Keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama bagi proses perkembangan seorang individu sekaligus merupakan peletak dasar kepribadian anak. Dalam keadaan normal lingkungan pertama yang berhubungan dengan anak adalah keluarga. Keluarga merupakan media sosialisasi yang pertama dan utama yang sering dikenal dengan istilah media sosialisasi primer. Melalui keluarga anak mengenal dunianya dan pola pergaulan sehari-hari. Agen sosialisasi keluarga meliputi ayah, ibu, saudara kandung, saudara angkat yang belum menikah yang tinggal dan hidup bersama dalam satu rumah.
awalnya teman sepergaulan dimaksudkan sebagai kelompok rekreatif, namun dapat memberi pengaruh proses sosialisasi setelah keluarga. Puncak pengaruhnya pada masa remaja kelompok bermain lebih banyak berperan dalam membentuk kepribadian seorang individu. Perbedaan pada keluarga melibatkan hubungan tidak sederajat seperti perbedaan usia, pengalaman, dan peran. 3) Media massa Yang termasuk pada kelompok ini adalah media cetak seperti Koran, tabloid, surat kabar, dan lainya. Dan media eletronik seperti Televisi, internet, radio, video, film, dan lainya. Besarnya pengaruh media sangat tergantung pada frekuensi dan kualitas pesan yang disampaikan oleh media tersebut. Telivisi adalah satu contoh media massa yang berperan sangat penting dalam sosialisasi. Dengan kehadiran Televisi dalam keluarga atau suau masyarakat
2) Teman bergaul Teman bergaul ditemukan pertama kali ketika anak mampu bepergian kerumah. Pada 11
merupkan factor pendukung dan bias juga menjadi factor penghambat dari suatu keluarga. Dalam menjalankan suatu fungsinya yakni mensosialisasikan anak.
Banyak sekali hal-hal yang dapat mempengaruhi cara sosialisasi kita yaitu keluarga, sekolah, dan masyarakat. Bagaimana kita bersosialisasi dikeluarga itu adalah tugas orang tua mendidik anaknya agar bersoialisasi dengan baik. Jika disekolah kita bersosialisasi dengan teman dan guru. Sedangkan dimasyarakat kita bersosialisasi dengan berbagai macam masyarakat dan cara bersosialisasi kita harus menyenangkanjuga dan tidak menyinggung perasaan mereka.
4) Sekolah Sekolah mempersiapkan individu untuk peranperan baru di masa mendatang manakala ia tidak lagi tergantung pada orang tuanya yaitu dengan mengajarkan hal-hal yang baru yang tidak diajarkan didalam keluarga maupun kelompok sepermainan, seperti pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai, yang bertujuan untuk mempengaruhi perkembangan intelektual anak. 5) Lingkungan Sosialisasi telah sering kita lakukan dengan masyarakat sekitar. Banyak sekali hal-hal yang tidak kita ketahui namun saat bersosialisasi, kita akan mengetahui beberapa pengetauan dan wawasan yang akan kita dapat.
2. Perilaku Sosial Perilaku sosial sosial adalah perilaku yang secara khusus ditujukan kepada orang lain. Menurut max weber perilaku mempengaruhi aksi sosial dalam masyarakat yang kemudian menimbulkan masalah-masalah. Weber menyadari permasalahanpermasalahan dalam masyarakat sebagai sebuah penafsiran. Akan hal tingkatan bahwa suatu perilaku adalah rasional ( menurut ukuran logika atau sains atau menurut standar 12
logika ilmiah ), maka hal ini dapat dipahami secara lansung. Referensi lain menyebutkan bahwa perilaku sosial merupakan fungsi dari orang dan situasinya. Dimaksudkan disini adalah setiap manusia akan bertindak dengan cara yang berbeda dalam situasi yang salam, setiap perilaku seseorang merefleksikan kumpulan sifat unik yang dibawanya kedalam suasana tertentu yaitu perilaku yang ditunjukan seseorang ke orang lain. Perilaku sosial juga bisa diartikan sebagai suasana saling ketergantungan yang merupakan keharusan yang menjamin keberadaan manusia (rusli Ibrahim,2001). Sebagai bukti manusia dalam memenuhi kebutuhan hidup sebagai diri, peribadi tidak dapat melakukanya sendiri melainkan butuh bantuan orang lain, artinya kelansungan hidupnya manusia berlansung dalam suasana saling mendukung. Didalam perilaku sosial terdapat beberapa faktor pembentukan perilaku sosial diantaranya adalah, faktor lingkungan. Lingkungan alam kadang dapat mempengaruhi perilaku sosial seseorang. Misalnya orang yang berada dari daerah pantai atau pegunungan yang terbiasa berkata dengan keras, maka perilaku sosialnya seolah keras pula, ketika berada dilingkungan masyarakat
yang terbiasa lembut dan halus.
D. Konsep Operasional Remaja adalah waktu manusia berumur belasan tahun. Pada masa remaja manusia tidak dapat disebut sudah dewasa tetapi tidak dapat pula disebut anakanak. Masa remaja adalah masa peralihan manusia dari anak-anak menuju dewasa. Remaja merupakan masa peralihan antara masa anak dan masa dewasa yang berjalan antara umur 12 tahun sampai 20 tahun. (Hurlock, 1990). A. Agen Sosialisasi 1.Keluarga keluarga merupakan lingkungan yang pertama dan utama bagi proses perkembangan seorang individu. Sekaligus merupakan peletak dasar kepribadian anak. Peran yang dilakukan keluarga selaku agen sosialisasi seperti kontrol sosial, pemeliharaan, penempatan anak dalam masyarakat, reproduksi dan lain-lain. Tentunya didalam hal ini keluarga memiliki cara yang bisa mensosialisasikan anak dengan baik berupa pengawasan sosial, dan bersikap lemah lembut terhadap anak-anak mereka. 2.Sekolah Sosialisasi melalui sistem pendidikan formal (Sekolah) seseorang mempelajari membaca, menulis, dan berhitung. Di
13
sekolah juga diajarkan mengenal kemandirian (Independence), prestasi, dan kesamaan kedudukan.
dikarenakan ada pihak yang memberikan pengaruh serta ajaran sesame remaja di Desa Putik ini. B. perilaku sosial Perilaku sosial sosial adalah tindakan individu yang di tunjukkan kepada orang lain/individu lain yang dimana akan mempengaruhi aksi sosial dalam masyarakat dan kemudian menimbulkan masalah. Perilaku sosial yang di tunjukkan oleh remaja desa Putik seperti balap liar, mabuk-mabukan dan merokok sehingga memberi dampak negatif bagi remaja lain dan lingkungan di desa putik.
3.media massa Minat remaja terhadap siaran tv, internet membuat media massa begitu dominan dalam proses sosialisasi karena remaja lebih banyak menghabiskan waktunya di depan layar televisi dan hp di bandingkan waktu yang digunakan untuk belajar. Besarnya pengaruh media sangat tergantung pada kualitas dan frekuensi pesan yang disampaikan.
C. Remaja Masa remaja adalah masa perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang pada umumnya dimulai pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia akhir belasan tahun atau awal dua puluhan tahun (Papalia dan Olds, 2001). Masa remaja dapat dibagi menjadi menjadi masa remaja awal ( usia dari 12 tahun sampai dengan usia 17 tahun ) sedangkan masa remaja akhir ( usia dari 17 tahun hingga usia 20 tahun ). Masa remaja awal dan akhir dibedakan karena pada masa remaja akhir individu telah mencapai transisi perkembangan yang lebih mendekati masa dewasa (Hurlock, 1990).
4. Teman Bermain Teman bermain merupakan salah satu agen sosialisasi yang melibatkan hubungan antara seorang remaja dengan remaja lain dan mereka saling berinteraksi dan mempengaruhi sesamanya. Adapun keterlibatan mereka selaku remaja di desa putik seperti merokok, balapan, minumminuman keras, joget/musik. Perbuatan ini
14
Pada masa remaja terjadi proses perkembangan meliputi perubahanperubahan yang berhubungan dengan perkembangan psikoseksual, dan juga terjadi perubahan dalam hubungan dengan orangtua dan cita-cita mereka, dimana pembentukan cita-cita merupakan proses pembentukan orientasi masa depan (Hurlock, 1990).
3. Teknik dan Pengumpulan Data
Alat
Dalam penelitian ini, teknik dan alat pengumpulan data yang digunakan adalah observasi dan wawancara. a. observasi Observasi merupakan pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap gejala-gejala yang diteliti. Disini peneliti ingin melihat adanya perilaku sosial yang terjadi pada remaja di desa putik, serta ingin mengamati apakah peran agen sosial berjalan dengan baik terhadap perilaku sosial remaja? Peneliti mendapatkan beberapa remaja sedang berkumpul pada malam hari di tempat pangkalan mereka, setelah itu peneliti ingin mengetahui apa saja kegiatan remaja dan mengambil data dari hasil pengamatan sekilas. Terdapat perilaku yang mencurigakan diantara remaja yang diamati sehingga peneliti mampu untuk terjun ke tempat perkumpulan remaja.
D. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif. Dalam penelitian ini mendeskripsikan tindakan remaja yang melanggar norma dan nilai di masyarakat seperti balap liar, mabuk-mabukan dan lainlain.
2. Lokasi penelitian Penelitian ini mengambil lokasi di Desa Putik Kecamatan Palmatak Kabupaten Anambas. Alasan peneliti mengambil lokasi ini karena, di desa putik ini peneliti melihat terdapat adanya kenakalan dan perilaku menyimpang yang didominasi oleh remaja. Yang memberikan pengaruh kepada mansing-mansing peran agen sosial. Serta ingin melihat apakah peran agen sosial di desa putik sudah berjalan dengan baik atau belum.
b. wawancara Wawancara adalah tanya jawab lisan dua orang atau lebih secara langsung. Sasaran dari wawancara ini adalah remaja-remaja di Desa Putik. disini peneliti akan menanyakan lansung terhadap remaja tentang perilaku sosial mereka dan peran dari agen sosialnya. 15
Peneliti menanyakan umur, jenis kelamamin, pendidikan, da asal tempat tinggal.
mengguanakan perhitungan-perhitungan melainkan dengan pemikiran atau pendapat kita tentang alasan-alasan yang terlihat dan dapat menunjang dalam penganalisaan didalam penelitian ini. (data di olah tahun 2015 ). Sedangkan langkahlangkah analisa yang dilakukan adalah menelaah semua data yang tersedia dari berbagai sumber, reduksi data yang dilakukan dengan membuat abstraksi, menyusun kedalam satuan-satuan pengatagorian data sambil membuat koding, mengadakan pemeriksaan keabsahan data dan penafsiran data secara deskriptif. Untuk itu data yang terkumpul, baik itu data primer maupun data skunder yang diperoleh dari wawancara, maka akan diorganisir dan disusun. Setelah tersusun kemudian dilakukan penapsiran dan pembahasan terhadap data yang dikemukakan.
c. Dokumentasi Dokumentasi merupakan sebuaha cara yang dilakukan untuk menyediakan berbagai bukti dan pencatatan sumber informasi khusus dari sebuah tulisan yang dilakukan dalam penelitian ini. hasil dokumentasi ini terdapat beberapa gambaran remaja desa putik yang melakukan perilaku menyimpang seperti berkumpul merokok dan balapan. d. Populasi dan sampel Informan dalam penelitian ini adalah para remaja yang berumur 17-20 tahun, Populasi dalam penelitian ini berjumlah 93 orang, remaja SMA berjumlah 12 orang dan SMP 78 orang. Dari diambil secara acak siswa yang di jadikan sampel yaitu remaja SMP berjumlah 7 orang dan SMA berjumlah 8 orang di Desa Putik kecamatan Palmatak Kabupaten Anambas.
5. sumber dan jenis data 4. Teknik Analisa Data Analisa data yang diguanakan adalah analisa kualitatif. Analisa kualitatif adalah suatu usaha penganalisaan yang dilakukan tanpa
a. data primer Data primer merupakan sumber data yang diperoleh lansung dari sumber asli ( tidak melalui media perantara ). Data primer dapat berupa
16
opini subjek ( orang ) secara individual atau kelompok , hasil observasi terhadap suatu benda ( fisik ), kejadian atau kegiatan , dan hasil pengujian. Dalam penelitian ini , peneliti meggunakan data dari hasil observasi dan wawancara. Yang menjadi sasaran penelitian yaitu masyarakat desa putik kecamatan palmatak kabupaten anambas selama tahun 2015. Data yang diperoleh meliputi data tentang sosialisasi remaja dalam pembentukan perilaku sosial di desa putik kecamatan palamatak kabupaten anambas.
BAB II LANDASAN TEORI A. Sosialisasi 1. Pengertian sosialisasi Peter Berger (1978:21) sebagaimana yang di kutip kamanto sunarto, mencatat adanya perbedaan manusia dengan makhluk lain. Berbeda dengan makhluk lain yang perilakunya di kendalikan oleh naluri yang di peroleh sejak awal hidupnya, maka di saat lahir manusia merupakan makhluk tak berdaya karena di lengkapi dengan naluri yang relative tidak lengkap. Oleh sebab itu manusia mengembangkan budaya untuk mengisi kekosongan yang tidak di isi oleh naluri. Manusia harus memutuskan apa yang harus di makannya dan kebiasaan yang mungkin
b.data sekunder Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip (data dokumenter) yang dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan. Dalam penelitian ini, data tersebut dapat diperoleh dari buku dokumen kantor desa putik di kecamatan palmatak. 17
society “ ( proses melalui mana seorang anak belajar menjadi anggota yang berpartisipasi dalam masyarakat (berger, 1978:116). Teori sosialisasi di dasarkan pada pandangan fungsional yang mengatakan bahwa ada norma inti dan nilai-nilai tertentu yang disepakati oleh segenap anggota masyarakat. Tentu saja gambaran tentang sesuatu kebudayaan yang sepenuhnya utuh yang mempunyai norma dan nilai-nilai yang di patuhi di masyarakat hanyalah sebuah model untuk mengawali suatu analisis. Teori sosialisasi tertuju bahwa perilaku sosial baik yang bersifat menyimpang maupun yang patuh di kendalikan terutama oleh norma dan nilai-nilai yang di hayati. Penyimpangan disebabkan oleh adanya gangguan pada proses penghayatan dan pengalaman nilai-nilai tersebut dalam perilaku seseorang. Salah satu teori peran yang dikaitkan dengan sosioalisasi ialah teori George Herbert Mead. Dalam teorinya yang diuraikan dalam buku Mind, Self, and Society (1972 ), Mead menguraikan tahap pengembangan diri (self)
di tegakkannya akan menjadi bagian kebudayaannya. Karena keputusan yang diambil suatu kelompok dapat berbeda dengan kelompok yang lain maka di jumpai keberagaman kebiasaan di bidang makanan. Ada manusia yang makanan pokoknya sagu, ada manusia yang makanan pokoknya nasi, ada yang roti. Kalau hewan yang berjenis kelamin dapat saling berhubungan karena naluri. Maka manusia harus mengembangkan kebiasaan mengenai hubungan laki-laki dan perempuan. Kebiasaankebiasaan yang berkembang dalam tiap kelompok tersebut kemudian menghasilkan bermacam-macam sistem pernikahan yang berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Keseluruhan kebiasaan yang di punyai manusia tersebut di bidang ekonomi, kekeluargaan, pendidikan, agama, politik dan sebagainya harus di pelajari oleh setiap anggota baru suatu masyarakat melalui proses yang di namakan Sosialisasi. Berger mendefinisikan sosialisasi sebagai “ a process by which a child learn to be a participant member of
18
manusia. Manusia yang baru lahir belum mempunyai diri. Diri manusia berkembang secara bertahap melalui interkasi dengan anggota masyarakat lain. Menurut Mead pengembangan pengembangan diri manusia ini berlansung melalui beberapa tahaptahap play stage, tahap game stage, dan tahap generalized other. Menurut Mead Setiap anggota baru masyarakat harus mempelajari peran-peran yang ada dalam masyarakat. Suatu proses yang dinamakan pengambilan peran ( role taking ). Dalam proses ini seseorang belajar untuk mengetahui peran yang harus dijalaninya serta peran yang harus dijalani orang lain. Melalui penguasaan peran yang ada pada saat ini seseorang dapat berinteraksi dengan orang lain. 2. Agen-agen sosialisasi Fuller dan Jacobs (1973:168-208) mengidentifikasikan empat agen sosialisasi utama : keluarga, kelompok bermain, media massa, dan sistem pendidikan. a) Keluarga Pada awal kehidupan manusia agen sosialisasi terdiri atas orang tua dan
saudara kandung. Pada masyarakat yang mengenal system keluarga luas (extended family) agen sosialisasi bisa berjumlah lebih banyak dan dapat mencakup pula nenek, kakek, paman, bibi, dan sebagainya. Gertrude Jaeger (1977) sebagaimana yang di kutip oleh kamanto mengemukakan bahwa peran para agen sosialisasi pada tahap awal ini terutama orang tua sangat penting. Sang anak sangat tergantung pada orang tua dan anak pada tahap ini jarang di ketahui orang luar. Dengan demikian anak tidak terlindung terhadap penyalahgunaan kekuasaan yang sering di lakukan orang tua terhadap mereka seperti penganiayaan, perkosaan, dan sebagainya. b) Teman bermain Setelah mulai dapat bepergian seorang anak memperoleh agen sosialisasi lain, teman bermain. Baik yang tediri atas kerabat maupun tetangga dan teman sekolah. Di sini seorang anak mempelajari berbagai kemampuan baru. Kalau di dalam keluarga interaksi yang di pelajarinya melibatkan hubungan yang tidak sederajat maka dalam
19
kelompok bermain seseorang belajar berinteraksi dengan hubungan yang sederajat karena sebaya. Pada tahap inilah seorang anak memasuki game stage, mempelajari aturan yang mengatur peran orang yang kedudukannya sederajat. Dalam kelompok bermain pulalah seorang anak mulai belajar nilai-nilai. c) Sekolah Di sini seseorang mempelajari hal yang belum di pelajarinya dalam keluarga atau pun kelompok bermain. Pendidikan formal mempersiapkannya untuk penguasaan peran-peran baru di kemudian hari, di kala seseorang tidak bergantung lagi pada orang tuanya. Robert Dreeben (1968) sebagaimana yang dikutip oleh kamanto berpendapat bahwa yang dipelajati anak di sekolah disamping belajar membaca, menulis dan berhitung adalah aturan mengenai kemandirian, prestasi, universalisme, dan spesifisitas. Pemikiran dreeben ini di pengaruhi oleh dikotomi yang dikembangkan oleh Talcott parson misalnya antara arsciption, achiviement, particularisme dan
universalism, diffuseness dan specificity. Menurut Dreeben di sekolah seorang anak harus belajar mandiri. Kalau dirumah seseorang anak dapat mengharapkan bantuan orang tuanya dalam melaksanakan berbagai pekerjaan, maka disekolah sebagaian besar tugas sekolah harus dilakukan sendiri dengan penuh rasa tanggung jawab. Ketergantungan pada orang tua yang di jumpai tidak terdapat di sekolah. Guru menuntut kemandirian dan tanggung jawab peribadi bagi tugas-tugas sekolah. Kerjasama didalam kelas hanya di benarkan bila tidak melibatkan penipuan atau kecurangan. Aturan kedua yang dipelajari anak melibatkan prestasi. Dirumah peran seorang anak melibatkan askripsi peran-peran yang dimilikinya seperti peran anak laki-laki atau anak perempuan, sebagai adik atau sebagai kakak merupakan peran yang dibawa sejak lahir. Di sekolah, dipihak lain peran yang di raih dengan berprestasi merupakn peran yang menonjol. Kedudukan anak disuatu jenjang pendidikan tertentu, atau peringkatnya dalam jenjang prestasi didalam kelas misalnya,
20
hanya dapat diraih melalui prestasi. Meskipun orang tua pun berperan dalam mendorong anak untuk berprestasi, namun menurut dreeben peran sekolah masih lebih besar. Sekolah menuntut siswa untuk berpresatasi baik kegiatan kurikuler maupun ekstra kurikuler. Seorang siswa bisa didorong untuk kegiatan usaha mengembangkan kemampuan dan bersaing agar meraih keberhasilan dan menghindari kegagalan. Kemampuan yang diperoleh serta keberhasilan maupun kegagalan yang dicapai menjadi dasar bagi penentuan peran di masa mendatang. d) Media massa Media massa yang terdiri atas media cetak (surat kabar, majalah) maupun elektronik (radio, televisi, film, internet) diidentifikasikan sebagai suatu agen sosialisasi yang berpengaruh pula terhadap perilaku khalayaknya. Peningkatan teknologi yang memungkinkan peningkatan kualitas pesan serta peningkatan frekuensi penerpaan masyarkat pun memberi peluang bagi media massa untuk berperan sebagai agen sosialisasi yang semakin penting.
Pesan-pesan yang di tayangkan melalui media elektronik dapat mengarahkan khalayak pada perilaku prososial maupun antisosial. Pesanpesan yang ditayangkan melalui televisi dapat mengarahkan masyarakat ke arah perilaku proporsional (sesuai dengan norma-norma masyarakat) atau perilaku antisosial (bertentangan dengan norma-norma masyarakat). Untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan, beberapa stasiun televisi menyarankan agar anak selalu didampingi oleh orang tuanya dalam menonton acara televisi. Hal ini dimaksudkan agar orang tua memberikan pengertian kepada anak mengenai acara yang disajikan, supaya anak mengerti maksud isi acara itu. Tanpa mengikari fungsi dan maafaat media massa dalam kehidupan masyarakat, disadari adanya sejumlah efek sosial negatif yang ditimbulkan oleh media massa. Karena itu media massa dianggap ikut bertanggung jawab atas terjadinya pergeseran nilai-nilai dan perilaku di tengah masyarakat seperti menurunnya tingkat selera budaya, meningkatnya kejahatan, rusaknya moral
21
dan menurunnya kreativitas yang bermutu. Efek negatif yang ditimbulkan oleh media massa terutama dalam hal delinkuensi dan kejahatan bersumber dari besarnya kemungkinan atau potensi pada tiap anggota masyarakat untuk meniru apa-apa yang disaksikan ataupun diperoleh dari media massa. Pengenaan (exposure) terhadap isi media massa memungkinkan khalayak untuk mengetahui sesuatu isi media massa, kemudian dipengaruhi oleh isi media tersebut. Bersamaan dengan itu memang terbentang pula harapan agar khalayak meniru halhal yang baik dari apa yang ditampilkan media massa. Pengaruh media massa yang bersifat halus dan tersebar (long term impact) terhadap perilaku seolah-olah kurang dirasakan pengaruhnya, padahal justru menyangkut masyarakat secara keseluruhan. Hasil dari berbagai penelitian menyatakan bahwa efek langsung komunikasi massa pada sikap dan perilaku khalayaknya, kecil sekali, atau belum terjangkau oleh teknikteknik pengukuran yang digunakan sekarang. Kesadaran akan arti penting media massa bagi
sosialisasi pun telah mendorong para pendidik untuk memanfaatkan media massa. B. Remaja Masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kana dan masa dewasa yang pada umumnya dimulai pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia akhir belasan tahun atau awal dua puluhan tahun (Papalia dan Olds, 2001). Masa remaja dapat dibagi menjadi menjadi masa remaja awal ( usia dari 12 tahun sampai dengan usia 17 tahun ) sedangkan masa remaja akhir ( usia dari 17 tahun hingga usia 20 tahun ). Masa remaja awal dan akhir dibedakan karena pada masa remaja akhir individu telah mencapai transisi perkembangan yang lebih mendekati masa dewasa (Hurlock, 1990). Pada masa remaja terjadi proses perkembangan meliputi perubahanperubahan yang berhubungan dengan perkembangan psikoseksual, dan juga terjadi perubahan dalam hubungan dengan orangtua dan cita-cita mereka, dimana pembentukan cita-cita merupakan proses pembentukan orientasi masa depan (Hurlock, 1990). Yang dimaksud dengan perkembangan adalah perubahan yang terjadi pada rentang kehidupan. Perubahan itu dapat terjadi secara kuantitatif, misalnya
22
pertambahan tinggi atau berat tubuh; dan kualitatif, misalnya perubahan cara berpikir secara konkret menjadi. Perkembangan dalam kehidupan manusia terjadi pada aspek-aspek yang berbeda. Ada tiga aspek perkembangan, yaitu: perkembangan fisik, perkembangan kognitif, dan perkembangan kepribadian dan sosial (Papalia dan Olds, 2001). 1. Aspek – Aspek Perkembangan pada Masa Remaja Perkembangan Fisik, Yang dimaksud dengan perkembangan fisik adalah perubahan-perubahan pada tubuh, otak, kapasitas sensoris dan ketrampilan motorik ( Papalia dan Olds, 2001).Perkembangan Kognitif, perkembangan kognitif adalah perubahan kemampuan mental seperti belajar, memori, menalar, berpikir, dan bahasa. Seorang remaja tidak saja mengorganisasikan apa yang dialami dan diamati, tetapi remaja mampu mengolah cara berpikir mereka sehingga memunculkan suatu ide baru. Formal (Papalia dan Olds, 2001). Tahap operasi formal adalah suatu tahap dimana seseorang sudah mampu berpikir secara abstrak. Seorang remaja tidak lagi terbatas pada hal-hal yang aktual, serta pengalaman yang benar-benar terjadi.
Dengan mencapai tahap operasi formal remaja dapat berpikir dengan fleksibel dan kompleks. Seorang remaja mampu menemukan alternatif jawaban atau penjelasan tentang suatu hal. Berbeda dengan seorang anak yang baru mencapai tahap operasi konkret yang hanya mampu memikirkan satu penjelasan untuk suatu hal. Hal ini memungkinkan remaja berpikir secara hipotetis. Remaja sudah mampu memikirkan suatu situasi yang masih berupa rencana atau suatu bayangan. Remaja dapat memahami bahwa tindakan yang dilakukan pada saat ini dapat memiliki efek pada masa yang akan datang. Dengan demikian, seorang remaja mampu memperkirakan konsekuensi dari tindakannya, termasuk adanya kemungkinan yang dapat mempengaruhi dirinya (Santrock, 2001) Pada tahap ini, remaja juga sudah mulai mampu berspekulasi tentang sesuatu, dimana mereka sudah mulai membayangkan sesuatu yang diinginkan di masa depan. Perkembangan kognitif yang terjadi pada remaja juga dapat dilihat dari kemampuan seorang remaja untuk berpikir lebih logis. Remaja sudah mulai mempunyai pola berpikir sebagai peneliti, dimana mereka mampu membuat suatu perencanaan untuk mencapai suatu tujuan di masa depan (Santrock, 2001).
23
2. Ciri – ciri Masa Remaja Masa remaja adalah suatu masa perubahan. Pada masa remaja terjadi perubahan yang cepat baik secara fisik, maupun psikologis. Ada beberapa perubahan yang terjadi selama masa remaja, yaitu : peningkatan emosional yang terjadi secara cepat pada masa remaja awal yang dikenal dengan sebagai masa storm & stress. Peningkatan emosional ini merupakan hasil dari perubahan fisik terutama hormon yang terjadi pada masa remaja. Dari segi kondisi sosial, peningkatan emosi ini merupakan tanda bahwa remaja berada dalam kondisi baru yang berbeda dari masa sebelumnya. Pada masa ini banyak tuntutan dan tekanan yang ditujukan pada remaja, misalnya mereka diharapkan untuk tidak lagi bertingkah seperti anak-anak, mereka harus lebih mandiri dan bertanggung jawab. Kemandirian dan tanggung jawab ini akan terbentuk seiring berjalannya waktu, dan akan nampak jelas pada remaja akhir yang duduk di awal-awal masa kuliah( Aaro, 1990 ). Perubahan yang cepat secara fisik yang juga disertai kematangan seksual. Terkadang perubahan ini membuat remaja merasa tidak yakin akan diri dan kemampuan mereka sendiri. Perubahan fisik yang terjadi secara cepat, baik
perubahan internal seperti sistem sirkulasi, pencernaan, dan sistem respirasi maupun perubahan eksternal seperti tinggi badan, berat badan, dan proporsi tubuh sangat berpengaruh terhadap konsep diri remaja (Aaro, 1990 ). Perubahan dalam hal yang menarik bagi dirinya dan hubungan dengan orang lain. Selama masa remaja banyak hal-hal yang menarik bagi dirinya dibawa dari masa kanak-kanak digantikan dengan hal menarik yang baru dan lebih matang. Hal ini juga dikarenakan adanya tanggung jawab yang lebih besar pada masa remaja, maka remaja diharapkan untuk dapat mengarahkan ketertarikan mereka pada halhal yang lebih penting. Perubahan juga terjadi dalam hubungan dengan orang lain. Remaja tidak lagi berhubungan hanya dengan individu dari jenis kelamin yang sama, tetapi juga dengan lawan jenis, dan dengan orang dewasa (Aaro, 1990). Perubahan nilai, dimana apa yang mereka anggap penting pada masa kanak-kanak menjadi kurang penting karena sudah mendekati dewasa (Aaro, 1990). Kebanyakan remaja bersikap ambivalen dalam menghadapi perubahan yang terjadi. Di satu sisi mereka menginginkan kebebasan, tetapi di sisi lain mereka takut akan tanggung jawab yang menyertai kebebasan
24
tersebut, serta meragukan kemampuan mereka sendiri untuk memikul tanggung jawab tersebut. (Aaro, 1990). C. Perilaku Sosial 1. Perilaku Sosial Perilaku sosial adalah suasana saling ketergantungan yang merupakan keharusan untuk menjamin keberadaan manusia (Rusli Ibrahim, 2001). Sebagai bukti bahwa manusia dalam memenuhi kebutuhan hidup sebagai diri pribadi tidak dapat melakukannya sendiri melainkan memerlukan bantuan dari orang lain. ada ikatan saling ketergantungan diantara satu orang dengan yang lainnya. Artinya bahwa kelangsungan hidup manusia berlangsung dalam suasana saling mendukung dalam kebersamaan. Untuk itu manusia dituntut mampu bekerja sama, saling menghormati, tidak menggangu hak orang lain, toleran dalam hidup bermasyarakat. Menurut Krech, Crutchfield dan Ballachey (1982) dalam Rusli Ibrahim (2001), perilaku sosial seseorang itu tampak dalam pola respons antar orang yang dinyatakan dengan hubungan timbal balik antar pribadi. Perilaku sosial juga identik dengan
reaksi seseorang terhadap orang lain (Baron & Byrne, 1991 dalam Rusli Ibrahim, 2001). Perilaku itu ditunjukkan dengan perasaan, tindakan, sikap keyakinan, kenangan, atau rasa hormat terhadap orang lain. Perilaku sosial seseorang merupakan sifat relatif untuk menanggapi orang lain dengan cara-cara yang berbeda-beda. Misalnya dalam melakukan kerja sama, ada orang yang melakukannya dengan tekun, sabar dan selalu mementingkan kepentingan bersama diatas kepentingan pribadinya. Sementara di pihak lain, ada orang yang bermalas-malasan, tidak sabaran dan hanya ingin mencari untung sendiri. Sesungguhnya yang menjadi dasar dari uraian di atas adalah bahwa pada hakikatnya manusia adalah makhluk sosial (W.A. Gerungan, 1978:28). Sejak dilahirkan manusia membutuhkan pergaulan dengan orang lain untuk memuhi kebutuhan biologisnya. Pada perkembangan menuju kedewasaan, interaksi social diantara manusia dapat merealisasikan kehidupannya secara individual. Hal ini dikarenakan jika tidak ada
25
timbal balik dari interaksi sosial maka manusia tidak dapat merealisasikan potensipotensinya sebagai sosok individu yang utuh sebagai hasil interaksi sosial. Potensi-potensi itu pada awalnya dapat diketahui dari perilaku kesehariannya. Pada saat bersosialisasi maka yang ditunjukkannya adalah perilaku sosial. Pembentukan perialku sosial seseorang dipengaruhi oleh berbagai faktor baik yang bersifat internal maupun yang bersifat eksternal. Pada aspek eksternal situasi sosial memegang pernana yang cukup penting. Situasi sosial diartikan sebagai tiaptiap situasi di mana terdapat saling hubungan antara manusia yang satu dengan yang lain (W.A. Gerungan,1978:77). Dengan kata lain setiap situasi yang menyebabkan terjadinya interaksi social dapatlah dikatakan sebagai situasi sosial. Contoh situasi sosial misalnya di lingkungan pasar, pada saat rapat, atau dalam lingkungan pembelajaran pendidikan jasmani. 2. Bentuk dan Jenis Perilaku Sosial Bentuk dan perilaku sosial seseorang dapat pula ditunjukkan oleh
sikap sosialnya. Sikap menurut Akyas Azhari (2004:161) adalah “suatu cara bereaksiterhadap suatu perangsang tertentu. Sedangkan sikap sosial dinyatakan oleh cara-cara kegiatan yang sama dan berulang-ulang terhadap obyek sosial yang menyebabkan terjadinya cara-cara tingkah laku yang dinyatakan berulang-ulang terhadap salah satu obyek sosial. Berbagai bentuk dan jenis perilaku sosial seseorang pada dasarnya merupakan karakter atau ciri kepribadian yang dapat teramati ketika seseorang berinteraksi dengan orang lain. Seperti dalam kehidupan berkelompok, kecenderungan perilaku sosial seseorang yang menjadi anggota kelompok akanakan terlihat jelas diantara anggota kelompok yang lainnya. Perilaku sosial dapat dilihat melalui sifat-sifat dan pola respon antarpribadi, yaitu : a. Kecenderungan Perilaku Peran 1) Sifat pemberani dan pengecut secara sosial Orang yang memiliki sifat pemberani secara sosial, biasanya dia
26
sukamempertahankan dan membela haknya, tidak malu-malu atau tidak seganmelakukan sesuatu perbuatan yang sesuai norma di masyarakat dalam mengedepankan kepentingan diri sendiri sekuat tenaga. Sedangkan sifatpengecut menunjukkan perilaku atau keadaan sebaliknya, seperti kurang suka mempertahankan haknya, malu dan segan berbuat untukmengedepankan kepentingannya. 2) Sifat berkuasa dan sifat patuh Orang yang memiliki sifat sok berkuasa dalam perilaku sosial biasanya ditunjukkan oleh perilaku seperti bertindak tegas, berorientasi kepada kekuatan, percaya diri, berkemauan keras, suka memberi perintah dan memimpin langsung. Sedangkan sifat yang patuh atau penyerah menunjukkan perilaku sosial yang sebaliknya, misalnya kurang tegas dalam bertindak, tidak suka memberi perintah dan tidak berorientasikepada kekuatan dan kekerasan. 3) Sifat inisiatif secara sosial dan pasif
Orang yang memiliki sifat inisiatif biasanya suka mengorganisasi kelompok, tidak suka mempersoalkan latar belakang, suka memberi masukan atau saransaran dalam berbagai pertemuan, dan biasanya suka mengambil alih kepemimpinan. Sedangkan sifat orang yang pasif secara sosial ditunjukkan oleh perilaku yang bertentangan dengan sifat orang yang aktif, misalnya perilakunya yang dominan diam, kurang berinisiatif, tidak suka memberi saran atau masukan. 4) Sifat mandiri dan tergantung Orang yang memiliki sifat mandiri biasanya membuat segala sesuatunya dilakukan oleh dirinya sendiri, seperti membuat rencana sendiri, melakukan sesuatu dengan caracara sendiri, tidak suak berusaha mencari nasihat atau dukungan dari orang lain, dan secara emosiaonal cukup stabil. Sedangkan sifat orang yang ketergantungan cenderung menunjukkan perilaku sosial misalnya
27
membuat rencana dan melakukan segala sesuatu harus selalu mendapat saran dan dukungan orang lain, dan keadaan emosionalnya relatif labil, sebaliknya itu merupakan sifat orang mandiri. b. Kecenderungan perilaku dalam hubungan sosial 1) Dapat diterima atau ditolak oleh orang lain Orang yang memiliki sifat dapat diterima oleh orang lain biasanya tidak berprasangka buruk terhadap orang lain. Sementara sifat orang yang ditolak biasanya suak mencari kesalahan dan tidak mengakui kelebihan orang lain. 2) Suka bergaul dan tidak suka bergaul Orang yang suka bergaul biasanya memiliki hubungan sosial yang baik, senang bersama dengan yang lain dan senang bepergian. Sedangkan orang yang tidak suak bergaul menunjukkan sifat dan perilaku yang sebaliknya. 3) Sifat ramah dan tidak ramah
Orang yang ramah biasanya periang, hangat, terbuka, mudah didekati orang,dan suka bersosialisasi. Sedang orang yang tidak ramah cenderung bersifat sebaliknya. 4) Simpatik atau tidak simpatik Orang yang memiliki sifat simpatik biasanya peduli terhadap perasaan dan keinginan orang lain, murah hati dan suka membela orang tertindas.Sedangkan orang yang tidak simpatik menunjukkna sifatsifat yang sebaliknya. c. Kecenderungan perilaku ekspresif 1) Sifat suka bersaing (tidak kooperatif) dan tidak suka bersaing (suka bekerjasama) Orang yang suka bersaing biasanya menganggap hubungan sosial sebagai perlombaan, lawan adalah saingan yang harus dikalahkan, memperkaya dirisendiri. Sedangkan orang yang tidak suka bersaing
28
menunjukkan sifatsifatyang sebaliknya 2) Sifat agresif dan tidak agresif Orang yang agresif biasanya suka menyerang orang lain baik langsung ataupun tidak langsung, pendendam, menentang atau tidak patuh padapenguasa, suka bertengkar dan suka menyangkal. Sifat orang yang tidak agresif menunjukkan perilaku yang sebaliknya. 3) Sifat kalem atau tenang secara sosial Orang yang kalem biasanya tidak nyaman jika berbeda dengan orang lain, mengalami kegugupan, malu, ragu-ragu, dan merasa terganggu jika ditontonorang.
interpersonal ini perilaku sosial.
biasa
disebut
Krech et. al. (1962:104-106) mengungkapkan bahwa untuk memahami perilaku sosial individu, dapat dilihat dari kecenderungankecenderungan ciri-ciri respon interpersonalnya, yang terdiri dari : (1) Kecenderungan Peranan (Role Disposition); yaitu kecenderungan yang mengacu kepada tugas, kewajiban dan posisi yang dimiliki seorang individu, (2) Kecenderungan Sosiometrik (Sociometric Disposition); yaitu kecenderungan yang bertautan dengan kesukaan, kepercayaan terhadap individu lain, dan (3) Ekspressi (Expression Disposition), yaitu kecenderungan yang bertautan dengan ekpresi diri dengan menampilkan kebiasaaan-kebiasaan khas (particular fashion). Lebih jauh diuraikan pula bahwa dalam kecenderungan peranan (Role Disposition) terdapat pula empat kecenderungan yang bipolar, yaitu : 1) Ascendance-Social Timidity, Ascendance yaitu kecenderungan menampilkan keyakinan diri, dengan arah berlawanannya social timi dity yaitu takut dan malu bila bergaul dengan orang lain, terutama yang belum dikenal. 2) Dominace-Submissive Dominace yaitu kecenderungan untuk menguasai orang lain, dengan arah berlawanannya
Sebagai makhluk sosial, seorang individu sejak lahir hingga sepanjang hayatnya senantiasa berhubungan dengan individu lainnya atau dengan kata lain melakukan relasi interpersonal. Dalam relasi interpersonal itu ditandai dengan berbagai aktivitas tertentu, baik aktivitas yang dihasilkan berdasarkan naluriah semata atau justru melalui proses pembelajaran tertentu. Berbagai aktivitas individu dalam relasi
29
kecenderungansubmissive , yaitu mudah menyerah dan tunduk pada perlakuan orang lain. 3) Social Initiative-Social Passivity social initiative yaitu kecenderungan untuk memimpin orang lain, dengan arah yang berlawanannya social passivity yaitu kecenderungan pasif dan tak acuh. 4) Independent–Depence Independent yaitu untuk bebas dari pengaruh orang lain, dengan arah berlawanannya dependen ce yaitu kecenderungan untuk bergantung pada orang lain.
Sebaliknya, perilaku sosial individu dikatakan kurang atau tidak memadai manakala menunjukkan ciri-ciri respons interpersonal sebagai berikut : 1. kurang mampu bergaul secara sosial; 2. mudah menyerah dan tunduk pada perlakuan orang lain; 3. pasif dalam mengelola kelompok; dan 4. tergantung kepada orang lain bila akan melakukan suatu tindakan. Kecenderungankecenderungan tersebut merupakan hasil dan pengaruh dari faktor konstitutsional, pertumbuhan dan perkembangan individu dalam lingkungan sosial tertentu dan pengalaman kegagalan dan keberhasilan berperilaku pada masa lampau.
Dengan demikian, perilaku sosial individu dilihat dari kecenderungan peranan (role disposition) dapat dikatakan memadai, manakala menunjukkan ciri-ciri respons interpersonal sebagai berikut : 1. yakin akan kemampuannya dalam bergaul secara sosial; 2. memiliki pengaruh yang kuat terhadap teman sebaya; 3. mampu memimpin teman-teman dalam kelompok; dan 4. tidak mudah terpengaruh orang lain dalam bergaul.
30
merupakan tempat sepi yang digunakan oleh remaja sebagai tempat mereka berkumpul sebelum melakukan balapan. 2) Sebelah Selatan berbatasan dengan : Desa Ladan dan Tebang. Desa tebang dan ladan ini merupakan desa lawan dari remaja desa Putik dalam melakukan balapan liar. 3) Sebelah Barat berbatasan dengan : Desa Payalaman, desa ini adalah tempat mereka biasanya melakukan balap, dan ngumpul. 3. Potensi Ekonomi 1) Profesi atau Pekerjaan Masyarakat Masyarakat Desa Putik berprofesi seimbang antara Nelayan,Petani serta Pegawai Negeri Sipil. Pada umumnya para nelayan menggunakan Pompong untuk mencari ikan, serta tidak sedikit yang mempergunakan kapal-kapal besar di dalam pengoperasian Ikan, begitu juga dengan para petani
BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 1. Gambaran Umum Desa Putik 1. Potensi Sosial Budaya Masyarakat Desa Putik Pada Umumnya suku Melayu yang mayoritas beragama Islam, dilain itu terdapat juga berbagai Agama dan suku lain. Kehidupan sangat berjalan harmonis dan dinamis dengan menjujung tinggi normanorma Agama dan Bahasa yang digunakan ialah Bahasa Melayu sebagai bahasa resmi keseharian masyarakat. Karena coraknya adalah Melayu, maka tentunya adat istiadat budaya yang berkembang dalam kehidupan masyarakat adalah adat Melayu meskipun akhir-akhir ini terus mengalami degradasi dan terkontaminasi dengan banyak hal. 2. Kondisi Geografis Luas wilayah Desa Putik adalah 3 Km². Desa Putik berbatasan dengan wilayah : 1) Sebelah Utara berbatasan dengan : Pulau air Esak (tidak berpenghuni). Pulau air esak 31
belum memiliki alat yang lengkap dibidang tersebut dan usaha industri lainnya.
hasil sebenar-benarnya. Dari beberapa karakteristik responden yang dapat kita lihat disini adalah dari segi jenis kelamin dan tingkat pendidikan, Adapun karakteristik responden adalah sebagai berikut : A. Peran Agen sosialisasi Dalam Pembentukan Perilaku Remaja di Desa Putik Kecamatan Palmatak Kabupaten Anambas Setelah melakukan penelitian dilapangan dengan menggunakan survei atau wawancara kepada remaja mengenai peran agen sosialisasi dalam pembentukan perilaku remaja di desa putik kecamatan palmatak kabupaten Anambas maka data tersebut dapat di analisa dengan menggunakan teknik analisa data kualitatif. Adapun data dengan menggunakan teori Peter L.Berger tentang agen sosialisasi dalam pembentukan perilaku remaja di desa Putik kecamatan palmatak kabupaten anambas dapat dilihat wawancara berikut.
BAB 1V PERAN AGEN SOSIALISASI DALAM PEMBENTUKAN PERILAKU REMAJA DI DESA PUTIK KECAMATAN PALMATAK KABUPATEN ANAMBAS A. Karakteristik responden Perilaku remaja merupakan objek dari penelitian ini mereka yang masih duduk di bangku sekolah menengah pertama (SMP) dan sekolah menengah atas (SMA) Yang memenuhi karakteria sebagai informan dan sasaran penulis. Responden yang dimaksud adalah para pelajar yang duduk di bangku sekolah. Sebelum membahas tentang peran agen sosialisasi dalam pembentukan perilaku remaja di desa Putik kecamatan Palmatak kabuapaten Anambas hendaklah kita dapat melihat bagaimana karakteristik dari responden dalam penelitian ini dengan
A. Keluarga keluarga merupakan lingkungan pertama bagi proses perkembangan seorang individu sekaligus merupakan pelaku dasar kepribadian anak. Untuk mengetahui peran keluarga sebagai agen sosisialisasi dapat dilihat temuan sebagai berikut: 1. Sikap Keluarga Keluarga dalam pembentukan perilaku remaja dapat dilihat dari analisis dibawah ini. adapun sikap keluarga sebagai agen sosialisasi berupa memberikan perhatian terhadap anak mereka. 32
Adapun bentuk perhatian tersebut diantaranya dengan sering bertanya siapa teman bermain mereka. Selaku keluarga juga akan memberikan contoh yang baik seperti mangajarkan tentang agama, pendidikan moral, cara bergaul dengan masyarakat. Orang tua tentunya harus memberikan pengajaran agama terhadap anakanak mereka agar anak tidak melakukan hal-hal yang melanggar kaidah dalam bersikap, serta pendidikan moral agar anak ini tau mana sikap yang pantas dan yang tidak pantas. Selain itu orang tua harus memberikan perhatian yang lebih agar anak selalu merasa diperhatikan dan tidak membenci lingkungannya.
mereka. Bisa jadi mereka menjadi seorang yang sangat keras karena didikan orang tua yang sangat keras. Wawancara informan diatas dapat diketahui bahwa orang tua sudah memberi sosialisasi yang baik terhadap anak, namun semuanya tergantung kepada anak mau menerimanya dengan baik atau tidak. Dimana yang dikatakan dalam teori Gertrud Jaeger sosialisasi didalam keluarga sangat penting karena keluarga merupakan tahap awal atau sepenuhnya untuk menetukan sikap dan perilaku seoraang anak. Dari seluruh wawancara informan diatas dapat disimpulakan bahwa semua informan mengatakan keluarga telah memberikan sosialisasi yang sangat cukup dan mendukung dalam memberikan hal positif hanya saja dari mereka yang sedikit mendengar apa yang dikatakan oleh orang tua mereka. 1. Tanggapan anak remaja terhadap didikan / sosialisasi yang diberikan oleh keluarga terutama oleh orang tua. Seorang anak perlu mematuhi nasehat yang baik dari orang tua mereka itu semua demi kebaikan mereka. Memberikan tujuan sudah sepatutnya anak meamatuhi apa yang
Wawancara kepada informan diatas dapat diketahui bahwa keluarga sudah sepenuhnya memberikan pengarahan yang positif kepada anak mereka sehingga bisa menciptakan perilaku anak yang baik terutama perilakunya. Dan sebagian dari keluarga suka menuruti apa saja keinginan anak mereka. Untuk menigkatkan perilaku anak keluarga sangat di umpamakan di dalam memberi masukan serta motivasi agar anak remaja itu dengan mudah menjadi remaja yang baik. Keluarga seharusnya tidak memberikan ucapan kasar terhadap seorang anak karena sikap tersebut sangat mempengaruhi perilaku 33
diberikan oleh orang tua berupa nasihat dan ajaran. Namun hal demikian pula perlu orang tua ketahui bagaimana cara mendidik anak dengan baik , serta berusaha agar apa yang disampaiakan tidak menyinggung perasaan seorang anak. Orang tua juga harus melihat kondisi dan situasi ketika memberikan nasihat kepada anak mereka, agar tercipta suasana yang baik. Pengakuan mereka dapat diketahui bahwa remaja desa putik ada sebagian tidak menanggapi atau tidak pengaruh sama sekali terhadap didikan atau nasehat dari orang tua mereka. Dan ada juga yang mendengar nasihat dari orang tua mereka, ternyata faktor dari luar lebih besar pengaruhnya. Berdasarkan hasil observasi serta wawancara yang dilakukan terhadap semua informan tentang tanggapan remaja terhadap didikan orang tua dapat disimpulkan para remaja lebih banyak tidak memperhatikan nasihat orang tua mereka karena mereka lebih mengutamakan teman dan lingkungan mereka. Hal ini didukung pula oleh faktor karakter orang tua yang kurang mampu mendidik anak dengan cara yang lebih baik seperti cara menegur, dan menasihati. B.media massa
media massa merupakan alat sosialisasi yang penting karena dapat membantu memberikan pengetahuan kepada masyarakat tentang normanorma dan nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat. Untuk mengetahui peran media massa sebagai agen sosialisasi dapat dilihat dari temuan sebagai berikut : 1. adanya media massa sebagai memberi pengetahuan kepada remaja tentang nilai-nilai dalam masyarakat. Penggunaan media massa tentulah harus berjalan lebih baik sebagai mestinya yang digunakan oleh para remaja kita.dari hasil analisa diketahui peran media massa bagi remaja yakni memberikan tambahan wawasan dan ilmu bagi remaja tersebut dan pendidikan yang baik. Ada nilai-nilai yang tertanam baik didalam media yang tentu harus mereka ambil dan merupakan akar dari pemikiran positif bagi mereka. Adapun wawancara informan dengan hal tanggapan remaja tentang media massa sebagai memberi pengetahuan didalam kehidupanya terutama perilaku hidup. Padahal media massa ini merupakan sumber serta kesempatan
34
baik didalam masyarakat. Alat yang dijadikan sebagai pembantu remaja didalam proses belajar. Banyak kesempatan remaja untuk mencari bakat yang baik serta tata cara menanamkan nilai dan moral yang baik melalui media, yakni dengan cara mencari informasi melalui google minsalnya. Media telah membantu memberikan cara-cara modern agar remaja tidak jauh ketinggalan gaya serta cara bersikap. Namun mereka perlu menyaring kedalam aspek yang baik. Dari seluruh informan di atas dapat disimpulkan bahwa mereka memberi tanggapan media massa digunakan sebagaimana mestinya kedalam hal-hal yang sangat penting dan dapat di ambil sisi positif, namun masih ada dikalangan remaja ini yang berusaha memerankan sikap negatif. Perlu bagi orang tua melakukan pengawasan terhadap anak mereka bagaimana pengaruh media massa seperti handphone dan telivisi. Karena banyak pengaruh media massa membuat rusaknya masa depan mereka.
2. Adanya remaja menggunakan telepon dan televisi. Media khsususnya telepon dan televisi sangat penting untuk kehidupan informasi, sehingga mempermudah masyarakat khususnya remaja didalam mendapatkan berita yang ada diluar serta tau berkomunikasi jarak jauh dengan sesamanya baik keluarga, kerabat dekat, sahabat, dan teman. Maka itu penulis melakukan wawancara mengenai mengapa remaja menggunakan telepon dan televisi. Dari 15 informan 8 informan menjawab yang sama yaitu : Mereka menggunakan telepon untuk bermain game dan bergaya foto dan untuk televisi mereka lebih cenderung meniru berbagai gaya yang di lakoni oleh pembawa iklan dan pemain sinetron ( artis ) Jawaban responden diatas bermakna bahwa mereka menggunakan telepon atau televisi lebih hal yang tidak bermamfaat dari pada bermamfaat sehingga mereka terlena dengan permainan yang ada didalam telepon dan suka meniru adeganadegan di televisi yang
35
tidak memberikan didikan moral. 7 informan menjawab berbeda, mereka mengatakan bahwa mereka menggunakan telepon untuk mencari informasi serta sebagai alat komunikasi mereka. Dan mempermudah mereka dalam mencari tugastugas sekolah yang dikasih oleh guru. Besertakan untuk menambah wawasan luar yang belum pernah mereka ketahhui secra lansung namun hanya bisa melihat dan memperhatikan. Tanggapan responden tersebut bermakna bahwa mereka telah menggunakan telepon atau televise sesuai dengan hal-hal yang positif sehingga menambah wawasan mereka dalam mengembangkan ilmu pengetahuan yang bermamfaat. Dari seluruh informan dapat disimpulkan bahwa belum sepenuhnya para remaja menggunakan telepon untuk hal-hal yang positf, mereka lebih cenderung menggunakan telepon untuk kesenngan di dalam bermain. Minsalnya game, foto-foto dan untuk televise mereka lebih cenderung meniru
bebrbagai gaya gaul atau modern yang tentu mendekati perilaku kenakalan remaja. Seperti anak remaja yang suka bermain game di televisi ( smakdown ), dan balapan. B. Sekolah Untuk mengetahui peran sekolah sebagai agen sosialisasi dapat dilihat dari temuan seperti mengajarkan seorang siswa dalam memberikan pengetahuan dan pengembangan intelektual anak. Adanya pelajaran disekolah yang di dapatkan para remaja berupa penanaman nilai dan moral. Guru sangat berperan penting terhadap perkembangan remaja disekolah, agar menjadikan remaja yang baik dan berakhlak. Guru memberikan bimbingan agar remaja mampu mendengarkanya dengan baik terhadap apa yang di pesankan. Pihak sekolah harus memberikan pengajaran dengan cara halus dan lembut agar remaja bisa merasa nyaman terhadap apa yang disampaikan. Dari informan diatas dapat diketahui bahwa sosialisasi disekolah sudah sepenuhnya dilakukan oleh para guru dan pihak sekolah tersebut, namun sulitnya ketika sebagian dari remaja menerima
36
pengarahan yang dilakukan itu dikarenakan mereka merasa masih ingin menikmati masa remaja mereka. Sekolah merupakan orang tua kedua bagi para remaja untuk mendidik dan menjadikan akhlah yang berbudi pekerti, sehingga mereka menjadi anak yang berguna bagi bangsa dan Negara dan tidak terjerumus dengan hal-hal yang tidak diinginkan seperti merokok, narkoba, dan lain sebagainya. Sosialisasi sekolah itu sangat penting di berikan kepada remaja atau murid yang ada dilingkungan sekolah. Namun ada baiknya sosialisasi yang diberikan berupa bentuk non formal dan tidak terllu formal. Karena apabila sosialisasi dilakukan secara formal maka remaja disekolah ini akan mudah bosan dan susah untuk memahami apa yang disampaikan. Sebaiknya yindakan non formal yang dilakukan ini berupa bentuk permainan atau kuis agar menciptakan suasana yang tidak mudah jenuh. 1. Adanya perbedaan ajaran di antara sekolah dan keluarga bagi remaja Menurut dreeben disekolah seorang anak harus belajar mandiri. Kalau dirumah seseorang
anak dapat mengharapkan bantuan orang tuanya dalam melaksanakan berbagai pekerjaan, maka diejolah sebagian besar tugas sekolah harus dilakukan sendiri dengan penuh rasa tanggung jawab. Ketergantungan kepada orang tua yang dijumpai tidak terdapat disekolah. Guru menuntut kemandirian dan tanggung jawab peribadi bagi tugas-tugas sekolah. Kerjasama didalam kelas hanya dibenarkan bila tidak melibatkan penipuan atau kecurangan. Maka itu penulis melakukan wawancara tentang apakah ada perbedaan diantara sekolah dan keluarga bagi remaja. seluruh informan diatas dapat penulis simpulkan bahwa bentuk pengajaran terhadap remaja didalam sekolah dan keluarga adalah sama namun perhatian terhadap peran keluarga haruslah lebih utama diperhatikan karena situasi disekolah hanyalah bertanggung jawab atas proses belajar dan mengajar saja sepeti menulis, membaca, dan berhitung. Masukan didikan sekolah kepada remaja bukanlah tanggungjawab sepenuhnya sekolah terhadap remaja. Keluarga dari remaja
37
inilah yang perlu mengutamakan mendidik dari segala hal yang baik. Karena tanggung jawab sepenunhya ada ditangan keluarga.. C. Lingkungan/Teman bergaul Teman bergaul ditemukan pertama kali ketika anak mampu bepergian kerumah. Pada awalnya teman sepergaulan dimaksudkan sebagai kelompok rekreatif, mereka saling bersaing menunjukan kemewahan mereka. Perbedaan pada keluarga melibatakan hubungan tidak sederajat seperti perbedaan usia, pengalaman dan peran. Adapun indikatornya yaitu: 1. Besarnya pengaruh teman terhadap perilaku sosial remaja Teman sangat mempengaruhi sekali seorang remaja dalam pemebentukan perilaku mereka. Dimana segala lingkungan teman ini memberikan dorongan kepada remaja agar bisa seperti remaja lain. Pengaruh dan keadaan ini sudah tidak bisa dielakan lagi kepada sesama mereka. Dari informan diatas dapat diketahui bahwa remaja desa putik sangat rentan akan pengeruh teman sehingga apa yang dilakukan teman mereka, remaja ini lebih mudah mengikutinya. Timbulah
perbuatan dan perilaku yang menyimpang dari aturan serta nilai-nila dalam lingkungan bermasyarakat. Seharusnya remaj didesa Putik memiliki perhatian yang besar terhadap remaja didesa putik ini, karena remaja ini adalah penerus generasi bagi pengembangan desa. Tentu pememrintah desa putik dan pemuda desa saling bekerja sama dalam menyampaikan sosialisasi tentang remaja. Perlu kita penyadari bahwa didalam remaja, mereka memiliki masa yang sangat kuat akan rasa penasaran dan untuk mencoba. Ketika rasa dan keinginan tersebut muncul maka lebih baik remaja tersebut belajar untuk memilih dan menfilter mana yang baik di ikuti dan mana yang tidak pantas diikuti. BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Penelitian tentang peran agen sosialisasi dalam pembentukan perilkau sosial remaja didesa putik kecamatan palmatak kabupaten anambas. Penulis membagi empat agen sosialisasi Lingkungan/ teman. Agen sosialisasi lingkungan teman desa Putik dapat disimpulkan
38
bahwa, remaja desa Putik ini sangat rentan akan pengaruh lingkungan pertemanan mereka, dimana teman mereka memiliki faktor yang sangat kuat untuk mempengaruhi sesama remaja agar masuk kepada lingkungan yang salah. remaja ini sebenarnya adalah remaja yang pintar namun mereka masih ingin memperlihatkan kehebatan mereka didalam hal-hal yang tidak baik. Teman merupakan individu atau kelompok yang harus bisa menyumbangkan pemikiran yang baik dan tidak menjerumus. Namun didalam penelitian yang saya lakukan banyak remaja yang mereka saling menjerumus. disini dapat disimpulkan bahwa lingkungan teman merupakan peran agen sosialisasi yang paling pertama sangat rentan yang dihadapi oleh remaja di desa Putik. remaja di desa Putik ini paling rentan akan pengaruh lingkungan teman mereka di bandingkan peran agen sosialisasi yang lain seperti keluarga, media massa, dan sekolah.
1. Perlu bagi keluarga untuk memberikan sosialisasi atau pendidikan moral yang semaksimal mungkin bagi para remaja didesa putik. agar segala perilaku remaja desa putik membawakan perilaku yang mencerminkan kepribadian yang baik. 2. Sekolah perlu meningkatkan kualitas remaja yang berakhlak mulia dengan cara mengadakan sosialisasi tentang remaja. Serta mampu memberikan bimbingan moral bagi remaja yang bersangkutan. 3. Lingkungan teman harus mendapatkan perhatian khusus dari pememrintah setempat. Mereka harus melakukan penelitian serta memberikan sosialisasi kepada remaja didesa putik. 4. Remaja didesa putik perlu mendapatkan pengawasan dari pihak orang tua terhadap besarnya pengaruh media. Orang tua disini berperan penting dalam melihat dan membimbing anak
B. SARAN
39
mereka terhadap media massa. Seperti televisi umpamanya. Orang tua menjaga anak mereka terhadap penggunaan media. Dan kemudian media massa juga harus memprogramkan rencana remaja yang baik di media yang bersangkutan. Dengan adanya program tentang remaja tersebut maka remaja tentu bisa berfikir yang baik pula.
H. Gunawan, Ary. 2005. Sosiologi pendidikan. Jakarta : Rineka cipta Nasir. 2005. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia. Sunarto, Kamanto. 2004. Pengantar Sosiologi. Jakarta : Lembaga penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Sugiyono. 2010. Membasmi penelitian kualitatif. Bandung : Alfabeta Shadily, Hassan. Sosiologi untuk Masyarakat Indonesia, Jakarta: PT Rineka cipta, 1993 Yusuf, Syamsu. 2009. Psikologi perkembangan anak dan remaja. Bandung : PT Remaja Rosdakarya offset.
DAFTAR PUSTAKA Buku-buku : Alimul, Hidayat. 2007. Metode Penelitian dan Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika.
Internet : Godam64. 2008. Jenis /Macam Tipe Pola Aasuh Orang Tua Pada Anak Dan Cara Mendidik/Mengasuh Anak Yang Baik. Dari Http:www.Organisasi.org komunitas dan perpustakaan online.Diakses taanggal 22 Maret 2010.
Arikunto. 2003. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta. Azwar, S. 2009. Metode penelitian. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Bahri.S. 2004. Pola Komunikasi Orang Tua & Anak Dalam Keluarga. Jakarta. PT Rineka Cipta.
http://dindyprajaya.wordpress.com/ http://id.shvoong.com/socialsciences/sociology/1943452pengertian-sosialisasi/
Goode, J, William. 2004. Sosiologi keluarga. Jakarta : Bumi Aksara.
http://rionugroho29.blogspot.com/ Ira Petranto. (2005). Pola Asuh Anak.
40
http://www.polaasuhanak.com. (Asscesed, 8th April, 12.15 pm)
http://www.tabloid_nakita.com . (Asscesed, 8th April, 12.15 pm)
Rina M. Taufik. (2007). Pola Asuh Orang Tua.
41